Anda di halaman 1dari 3

FUNGSI SASTRA LISAN

Oleh :

Komang Putra Jaya.

1801511042.

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS UDAYANA

2018
Dalam perkembangannya sastra lisan tidak hanya berbentuk prosa atau puisi saja, akan

tetapi seringkali kita juga menemukan karya sastra lisan yang berbentuk ungkapan-ungkapan

tradisional seperti yang kita temukan dalam bentuk pepatah, pameo, peribahasa, seloko, ataupun

nyanyian daerah. Sastra lisan merupakan bentuk kesusastraan yang menuntun kita pada masa-

masa sebelum prasejarah, dimana pendahuli kita masih belum memahami aksara.

Fungsi dari dari sastra lisan secara garis besar dapat diklasifikan menjadi 4 yaitu:

1.    Didaktif, kebudayaan karya sastra lisan mengandung nilai-nilai luhur yang berkaitan dengan

adat istiadat ataupun agama tertentu. Nilai-nilai yang terkandung dalam kesusastraan lisan

tersebutlah yang kemudian berfungsi sebagai pendidik masyarakat terhadap aturan-aturan yang

terdapat dalam kehidupan bermasayarakat.

2.    Sebagai pelipur lara, sastra lisan sebagai alat pendidik masyarakat juga digunakan sebagai

penghibur masyarakat.

3.    Sebagai bentuk protes sosial yang berisikan penolakan-penolakan masyarakat atas aturan-atura

yang mengikat mereka. Sehingga karya sastra yang mereka hasilkan lebih digunakan sebagai

bentuk aspirasi masyarakat akan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial mereka

4.    Sastra lian sebagai sindiran, seringkali kita temui dalam bentuk pantun, lagu rakyat dan

sebagainya. (Suwardi,2011: 199).

Setiap sastra lisan atau folklor memiliki fungsi atau kegunaan di dalam masyarakat

pemiliknya. Hal inilah yang menjadikan sastra lisan diminati dan dipertahankan oleh suatu

komunitas masyarakat Pemiliknya.


Pendapat yang khusus membicarakan fungsi puisi rakyat adalah yang dikemukakan oleh

Danandjaja. Danandjaja (2002:49-50) mengatakan bahwa sajak rakyat berfungsi sebagai (1) alat

kendali sosial, (untuk hiburan), (3) untuk memulai sesuatu permainan, dan, (4) untuk menekan

dan mengganggu orang lain.

Pendapat lainnya tentang fungsi sastra lisan menurut Hutomo (1991:69-74) adalah

sebagai berikut: (1) sebagai sistim proyeksi, (2) untuk pengesahan kebudayaan, (3) sebagai alat

pemaksa berlakunya norma-norma sosial, dan sebagai alat pengendali sosial, (4) sebagai alat

pendidikan anak, (5) untuk memberikan suatu jalan yang dibenarkan oleh masyarakat agar dia

dapat lebih superior daripada orang lain, (6) untuk memberikan seseorang jalan yang dibenarkan

masyarakat agar dia dapat mencela orang lain, (7) sebagai alat untuk memprotes ketidakadilan

dalam masyarakat, (8) untuk melarikan diri dari himpitan hidup, atau dengan kata lain berfungsi

sebagai hiburan semata.

Dalam melihat fungsi tradisi lisan atau folklor sebaiknya dikembalikan kepada

masyarakat pemiliknya. Fungsi-fungsi tersebut bisa saja hilang atau hanya tinggal fungsi

tertentu. Bertahan atau tidaknya fungsi itu tergantung pada sikap suatu masyarakat atas tradisi

lisan atau folklor yang lahir dan berkembang dalam masyarakat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai