Anda di halaman 1dari 12

KRITIK SOSIAL DALAM SURAT KOPI KARYA JOKO PINURBO

SURAT KOPI BY JOKO PINURBO: A SOCIAL CRITICISM

Kun Andyan Anindita, Soediro Satoto, Sumarlam


Program Magister Linguistik, Universitas Sebelas Maret Surakarta
andyan_anindito@yahoo.co.id

Abstract
Social criticism has a role in creating balanced, safe and peaceful civil society harmonious life. This study
described social criticism in poem anthology by Joko Pinurbo, Surat Kopi, using a qualitative descriptive
research method with hermeneutics and stylistics method. The research instruments were the researchers
assisted by informants. To examine the poems, the researcher interpreted the poems that contained social
criticism then they were described. The results showed that social criticism in the ten poems with the theme of
the letter was very effective and elegant, with four types of diction used: denotation, connotation, concrete, and
abstract diction. Joko Pinurbo's poems were able to reflect the social conditions of the community while
capturing various problems around them. Denotation and concrete dictions were widely used in the ten poems.
This avoided confusion to the reader because they utilized minimum figurative language. The message of poems
could be captured clearly and explicitly; there were not many interpretations arose but still promised a depth of
meaning.
Keywords: social criticism, hermeneutics, diction.
Abstrak
Kritik sosial amat besar peranannya dalam rangka menciptakan harmoni kehidupan masyarakat madani yang
seimbang, aman dan damai. Penelitian ini mendeskripsikan kritik sosial dalam buku kumpulan puisi karya Joko
Pinurbo Surat Kopi dengan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan hermeneutik dan stilistik. Instrumen
penelitian adalah peneliti sendiri dibantu informan. Cara menelitinya adalah dengan menafsir puisi yang
bermuatan kritik sosial lalu dideskripsikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kritik sosial dalam sepuluh
puisi yang bertemakan surat tersebut sangat efektif dan elegan dengan empat jenis diksi yang digunakan yaitu
diksi denotasi, konotasi, konkret, dan abstrak. Puisi Joko Pinurbo mampu mencerminkan kondisi sosial
masyarakat sekaligus menangkap berbagai masalah yang ada di sekitarnya. Diksi denotasi dan konkret menjadi
diksi yang banyak digunakan dalam sepuluh puisi tersebut. Hal ini menimbulkan efek yang tidak
membingungkan bagi pembaca karena sangat minim menggunakan bahasa kias. Pesan puisi dapat ditangkap
dengan jelas terang dan tidak menimbulkan banyak tafsir namun tetap menjanjikan kedalaman makna.
Kata kunci: kritik sosial, hermeneutik, diksi

Pendahuluan disampaikan oleh lagu-lagu karya Iwan Fals


seperti Galang Rambu Anarkhi, Ibu, Tukang
Kritik sosial adalah salah satu bentuk
Koran Sore), dan dapat pula disampaikan secara
komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan
tertulis, baik dalam bentuk fiksi seperti karya
sebagai kontrol terhadap jalannya suatu sistem
sastra prosa (novel-novel karya YB Mangun
sosial. Menurut Susanto (1997), kritik sosial
Wijaya, Arswendo Atmowiloto, Ahmad Tohari),
adalah aktivitas yang berhubungan dengan
karya sastra puisi (puisi-puisi karya Taufiq
penilaian, perbandingan, dan pengungkapan
Ismail, Rendra, Joko Pinurbo), karya sastra
mengenai kondisi sosial suatu masyarakat yang
drama (misal beberapa drama karya Rendra),
terkait dengan nilai-nilai yang dianut atau nilai-
maupun nonfiksi misalnya melalui media masa
nilai yang dijadikan pedoman. Kritik sosial
(koran, TV) dalam bentuk pikiran pembaca.
diperlukan sebagai mekanisme check and
balance agar tercipta keseimbangan dan harmoni Indonesia adalah negara multikultural
sosial. Kritik sosial dapat disampaikan dengan dengan masyarakat madani yang sangat
cara verbal, misalnya lewat ungkapan langsung, heterogen dilihat dari etnisitas, agama,
sebagaimana sering kita dengar di gedung insfrastruktur, pendidikan, pengetahuan, latar
parlemen, lewat nyanyian (sebagaimana banyak belakang profesi, geografis, dan berbagai faktor

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 1 Tahun 2019 77


lainnya. Varian kesenjangan dan perbedaan unsur yang bisa dilihat, meliputi: diksi,
berbagai faktor yang demikian ini sangat mudah pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif atau
untuk disulut isu-isu negatif yang menyesatkan, majas, versifikasi, dan tata wajah. Sementara itu,
terutama terkait dengan isu-isu sosial. Untuk itu unsur semantik puisi mengarah pada struktur
diperlukan mekanisme kontrol sosial ketika batin atau makna yang terkandung dalam puisi
perbedaan-perbedaan yang ada muncul dalam yang meliputi tema, perasaan, nada dan suasana,
sistem sosial sehingga perbedaan yang berpotensi serta amanat atau pesan.
menimbulkan ketegangan di masyarakat dapat
Hal yang membedakan puisi dengan
ditekan (Ismawati, 2018), dengan demikian
karya fiksi seperti cerpen dan novel adalah
diperlukan kritik sosial.
bentuk pengucapan gagasan dan penggunaan
Keanekaragaman masyarakat Indonesia bahasanya. Terdapat kebebasan bentuk dalam
juga berdampak pada pola konsumsi media (apa puisi yang tidak tidak dijumpai dalam cerpen
pun) dan upaya mengakses informasi. atau novel. Jika dalam cerpen atau novel sebuah
Keanekaragaman itu sekaligus juga mengakibatkan kalimat harus ditulis utuh dan diakhiri dengan
perbedaan cara pandang masyarakat dalam tanda baca, puisi memiliki kebebasan dalam
memahami setiap konten media (Potter, 2001:5 menentukan bentuk. Dalam puisi tidak harus
dalam Arifianto, 2013). menyelesaikan sebuah kalimat secara langsung,
tetapi dapat dipotong dan dilanjutkan pada
Literasi melalui berbagai media, salah
paragraf berikutnya baik diakhiri dengan tanda
satunya melalui puisi, adalah kemampuan untuk
baca ataupun tidak. Hal seperti itu dalam puisi
memahami, menganalisis, dan mendekonstruksi
disebut enjambemen.
pencitraan media dalam mengunggah perbedaan
sosial. Kemampuan untuk melakukan hal ini Sementara itu, dalam penggunaan
ditujukan agar masyarakat kelompok penulis, bahasa, unsur bahasa yang digunakan dalam
pembaca, pemirsa (disingkat klompencapir) puisi dipergunakan semaksimal mungkin, baik
sebagai konsumen media (termasuk anak-anak) dalam arti, intensitas, irama, serta bunyi katanya.
menjadi sadar (melek) tentang cara media Bahasa dalam puisi adalah bahasa yang
dikonstruksi (dibuat) dan diakses. Literasi gaya berkembang dan memiliki banyak kemungkinan
klompencapir ini sangat terkenal di era Orde maknanya. Hal ini berbeda dengan bahasa yang
Baru, terutama pada masa Menteri penerangan digunakan dalam cerpen atau novel yang sangat
Harmoko. Marak pula penyampaian kritik sosial terang sehingga dapat menjurus pada satu arti
melalui puisi. Bahkan, sering penyair dan sesuai yang diinginkan oleh pengarangnya. Puisi
pembaca kritik ketika itu harus berurusan dengan lebih leluasa memanipulasi unsur bahasa. Junus
aparat pemerintah. (1985: 131) menyatakan bahwa puisi tak terbatas
kepada unsur arti (dari kata, ungkapan, kalimat,
Puisi merupakan salah satu jenis karya
dan wacana) seperti pada prosa. Dalam
sastra yang paling mudah digunakan sebagai alat
menyelidiki prosa, orang lebih mencari aspek
untuk menyampaikan kritik sosial secara indah
pikiran di dalamnya. Bahkan ada kecenderungan
dan santun. Sayuti (2008: 3) menyatakan bahwa
melupakan unsur bunyi. Bahasa dalam prosa
puisi adalah sebentuk pengucapan bahasa yang
tanpa bunyi. Namun, tidak demikian halnya
memperhitungkan adanya aspek bunyi-bunyi di
dengan puisi. Bahkan, adakalanya keindahan
dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman
puisi dilihat sebagai keindahan bunyi.
imajinatif, emosional, dan intelektual penyair
yang ditimba dari kehidupan individual dan
Kritik Sosial dalam Teks Sastra: Puisi
sosialnya; yang diungkapkan dengan teknik
pilihan tertentu, sehingga puisi itu mampu Kajian kritik sosial dalam teks sastra
membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam telah banyak dilakukan (Ismawati, 2014: 2).
diri pembaca atau pendengar-pendengarnya. Dalam konteks pembacaan atau pemaknaan
Puisi merupakan bentuk serapan dari poesis sebuah karya sastra, pembaca mereproduksi
(mencipta), yang terdiri dari dua hal, yaitu tubuh makna dari segala hal yang terkait dengan
dan ruh. Tubuh dalam puisi dapat diartikan pemikiran dan kehidupan penulis di luar karya.
secara sintaksis sedangkan ruh dalam puisi dapat Penafsir, suka atau tidak suka, mau atau tidak
diartikan sebagai semantik. Dick Hartoko (dalam mau, berurusan dengan dua hal, yakni
Indriyana, 2015: 11) menyatakan bahwa unsur memahami dunia pemikiran dan kehidupan
sintaksis mengarah pada struktur fisik puisi atau penulisnya, simbol-simbolnya, pilihan katanya

78 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 1 Tahun 2019


(diksi), karakter budayanya, dan unsur-unsur lain Perkembangan perpuisian di Indonesia
yang memengaruhi pemikiran dan kehidupan cenderung berkembang pada periode-periode
penulis. Handoko Fz (dalam Ismawati, 2014: 40- terntentu. Kecenderungan itu dapat dilihat dari
41) menyatakan bahwa perjalanan ulang-alik perspektif sejarahnya. Puisi-puisi Pujangga Baru
antara teks sastra dengan realitas akan terus (Angkatan 30) seperti J.E. Tatengkeng, Sutan
saling sulam. Ada kenyataan-kenyataan yang Takdir Alisyahbana (STA), atau Amir Hamzah,
tertuang dalam teks tetapi tidak serta merta hal yang begitu berbeda dengan puisi-puisi karya
tersebut menjadi sebuah kebenaran atau penyair-penyair yang terlahir setelahnya seperti
kenyataan yang sebenar-benarnya. Kenyataan Chairil Anwar yang oleh H.B. Jassin
tersebut menjadi sebuah citraan atau simbol yang digolongkan dalam periode angkatan 45, atau
memiliki keterkaitan dengan dunia di luar teks juga dengan puisi periode angkatan 66 yang
(kebenaran realitas masyarakat). Sebuah teks kental dengan muatan kritik sosialnya karena
lahir berdasarkan suatu kondisi masyarakat situasi bangsa kala itu begitu susah, dengan
tertentu yang mengalami problematika adalah periode-periode setelahnya, tahun 1970-an,
sebuah keniscayaan. 1980-an, 1990-an hingga sekarang. Puisi Chairil
Anwar sudah tidak lagi terikat oleh rima seperti
Puisi (baca: sastra) tidak hanya
dalam pantun atau syair Angkatan 1930-an.
menggambarkan imajinasi kreatif yang dibangun
Puisi-puisi Chairil Anwar terbebas dari semua
dari ide pengarang. Akan tetapi, ia juga
itu. Puisi-puisi Chairil mulai berani menampilkan
merupakan refleksi suatu masyarakat (Swingewood
kritik sosial sesuai kondisi masyarakat saat itu.
dan Laurenson, 1972 dalam Kurniawan, 2015).
Sangat unik, ekspresif, dengan pesan yang jelas
Dengan menjadi refleksi masyarakat, sastra
dan indah, sebagaimana tampak dalam puisi
menjadi media untuk mengemukakan berbagai
berikut.
persoalan yang dihadapi masyarakat. Sebuah
karya puisi (baca: sastra) sebagai hasil cipta “Kalau sampai waktuku
karya manusia tidak terlepas dari kondisi sosial Kumau tak seorang kan merayu
masyarakat di sekitarnya. Sastra sering ditempatkan Tidak juga kau
sebagai potret sosial. Ia mengungkapkan kondisi Tak perlu sedu sedan itu.
Aku ini binatang jalang
sosial masyarakat pada masa tertentu. Ia
Dari kumpulannya terbuang”....
membawa semangat zamannya. Sastra memberi
pemahaman atas situasi sosial, kepercayaan. Inilah yang menjadikan nama Chairil Anwar
ideologi, dan harapan-harapan masyarakat yang digaungkan sebagai pelopor perpuisian Indonesia
mencerminkan kondisi sosial budaya bangsanya mutakhir.
(Kurniawan, 2015). Pada generasi berikutnya, muncul nama-
Karya sastra tidak dapat dilepaskan dari nama seperti W.S Rendra yang puisi-puisinya
kondisi sosial budaya masyarakatnya. Ia tidak sangat kental muatan kritik sosial dalam bentuk
hanya mencerminkan kondisi sosial budaya balada, Sutradji Calzoum Bachri dengan puisi
masyarakat yang terjadi pada zaman tertentu, Luka, dst, Abdul Hadi WM dengan puisi
tetapi juga perkembangan pemikiran masyarakatnya. perenungan, Goenawan Mohamad dengan kritik
Damono (2002:6) mengemukakan pendapat sosial yang tajam, Sapardi Djoko Damono, Acep
Grebstein yang menyatakan bahwa karya sasta Zamzam, Afrizal Malna, Joko Pinurbo, dan
tidak dapat dipahami secara selengkap- beberapa nama lainnya. Setiap penyair memiliki
lengkapnya apabila dipisahkan dari lingkungan, diksi dan gaya bahasanya sendiri yang khas dan
kebudayaan, atau peradaban yang menghasilkan. seolah menjadi ikon dalam gaya penulisannya,
Ia harus dipelajari dalam konteks yang luas, walaupun tidak selalu seorang penyair menulis
aspek ekstrinsiknya, dan tidak hanya dalam dengan gaya seperti itu. Gaya bahasa tersebut
dirinya sendiri (aspek intrinsiknya). Usaha untuk sangat terlihat misalnya dalam puisi-puisi
memahami sebuah karya (puisi) tidak dapat Rendra yang ditulis dengan puisi balada, Sutardji
dilepaskan dari aspek ekstrinsiknya karena Calzoum Bachri dengan gaya tipografi dan puisi-
sebuah karya (sastra, puisi) adalah pengaruh puisi mantranya, Abdul Hadi WM dengan gaya
timbal balik dari faktor sosial dan kultural. Inilah sufistiknya, Goenawan Mohamad dengan
penjelasan perlunya menghubungkan faktor intertekstualnya yang banyak bertolak dari dunia
sosial budaya dalam usaha memahami karya wayang seperti dalam buku kumpulan puisinya
sastra selengkapnya. yang berjudul Asmaradana, Sapardi Djoko
Damono dengan imajinya, Afrizal Malna yang

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 1 Tahun 2019 79


puisinya khas dengan kehidupan urban, maupun Senja (2005: 151-152) ia menyatakan bahwa
Joko Pinurbo yang terkenal dengan puisi-puisi puisi-puisi Joko Pinurbo adalah puisi yang
parodi tapi sarat penghayatan. nyeleneh tetapi padat isi. Hal ini dimungkinkan
karena bentuk puisinya adalah cerita. Bentuk ini
Hampir semua penyair besar memiliki
punya konsekuensi yang menguntungkan bagi
tempat bagi pembacanya dengan kekhasan dari
penyair, yaitu bahwa pembaca menduga ada
gaya penulisan (bentuknya), kritik soial dalam
sebuah alur; awal dan akhir. Dari anggapan awal
pesan (isinya), meskipun tidak selalu para
yang tak sepenuhnya disadari inilah Joko
penyair yang disebutkan menulis hanya dalam
Pinurbo mengemudikan cerita mininya dalam
satu gaya bahasa atau dalam satu tema saja. Para
alur dan akhir yang tak terduga,
penyair menggunakan gaya bahasa untuk
menyangkutkannya pada simpul yang aneh pula.
menciptakan efek keindahan dalam membuat
Simpul-simpul ini kerap kali adalah tema-tema
suatu puisi, agar apa yang ingin dipaparkan di
besar tentang kehidupan tersembunyi yang
dalamnya sesuai dengan pesan dan efek yang
muncul secara ganjil seperti gejala ketegangan
ingin dicapai. Wahana yang digunakan untuk
saraf.
memaparkan gagasan dengan berbagai efek yang
diinginkan itu mengacu pada tanda-tanda Wacana yang banyak ditawarkan dalam
kebahasaan (Musayyedah, 2012: 485-495). puisi-puisi Joko Pinurbo adalah wacana yang
terkait dengan tubuh. Ini dapat dilihat dari dua
Salah satu penyair yang memiliki diksi
buku kumpulan puisinya yakni Celana (1999)
dan gaya khas dalam kepenulisannya adalah
dan Di Bawah Kibaran Sarung (2001). Ignas
Joko Pinurbo, yang diangkat dalam tulisan ini.
Kleden dalam buku Celana, Pacar kecilku, Di
Hal ini merupakan suatu yang menarik diteliti,
Bawah Kibaran Sarung (2007: 213-214)
karena selain gaya kepenulisannya yang unik
menyatakan kekagumannya tentang hal-hal yang
dan khas, nama Joko Pinurbo adalah salah satu
dianggap tabu dalam konvensi sehari-hari tetapi
penyair yang telah mendapatkan beberapa
masih dapat disampaikan Joko Pinurbo dengan
penghargaan baik dalam skala nasional maupun
penuh rasa simpatik dan mengharukan seperti
ASEAN. Penghargaan yang diraih terakhir
dalam cerita, atau nyanyian, atau doa Maria
adalah Kusala Award atas buku puisinya yang
Magdalena, yang pada hari Paskah pagi-pagi
berjudul Surat Kopi.
datang ke makam tuannya dan mendapati bahwa
Joko Pinurbo telah banyak melahirkan makam itu telah kosong.
buku puisi, diantaranya: Celana (1999), Di
Tubuh dalam wacana puisi-puisi Joko
Bawah Kibaran Sarung (2001), Pacarkecilku
Pinurbo bukan sekadar lokus untuk kegembiraan
(2002), Telepon Genggam (2003), Kekasihku
dan keisengan badaniah atau sebagaimana
(2004), Kepada Cium (2007), Tahilalat (2012),
digambarkan dalam pandangan tradisional
Baju Bulan (2013), Surat Kopi (2014), Selamat
sebagai sumber dosa tetapi juga menjadi
Menjalankan Ibadah Puisi (2016), Malam Ini
representasi suatu sesal yang kenyal, tobat yang
Aku Tidur di Matamu (2016). Puisi-puisi Joko
nekat: suatu metanoia yang tuntas. Dalam
Pinurbo banyak ditulis dengan gaya humor yang
pengantarnya di buku Di Bawah Kibaran Sarung
menggelitik dengan kritik sosial yang tajam tapi
(2001: xi), Ignas Kleden mengatakan bahwa
sarat pesan yang elegan. Penyair Cecep Syamsul
badan mendapat sorotan utama, diselidiki
Hari dalam sebuah esainya yang dimuat di
dengan renungan yang intens, dan diberi peran
Media Indonesia pada 19 April 1998 pernah
ganda, baik sebagai tanda (signifier) maupun
menyatakan bahwa puisi-puisi Joko Pinurbo
sebagai apa yang hendak ditandai (the signified).
kaya dengan literasi humor yang cerdas,
Hal yang mencolok adalah kenyataan bahwa
imajinasi yang liar, dan bersifat parodi. Hal yang
observasi yang diteliti dan mendetil tentang
membedakan Joko Pinurbo dengan penyair
badan dan bahagian-bahagian tubuh manusia,
Indonesia terdahulu yang pernah membuat puisi-
tidak membawa penyairnya kepada suatu
puisi serupa adalah cara berpikirnya yang ketat
detotalisasi badan yang dapat berefek pornografi.
(rigorous), tajam kritik sosialnya, tetapi terukur.
Hal tersebut merupakan sesuatu yang menjadi Dalam buku puisi Joko Pinurbo yang
ciri khas para filsuf. berjudul Surat Kopi, hal-hal semacam itu juga
masih ditemui. Hanya saja terdapat wacana baru
Ayu Utami dalam kata penutup buku
yang ingin disampaikan oleh Joko Pinurbo yaitu
Pacar Senja karya Joko Pinurbo sependapat
tentang surat. Di dalam buku kumpulan puisi
dengan Cecep Syamsul Hari. Di dalam Pacar

80 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 1 Tahun 2019


Surat Kopi ini terdapat 10 puisi yang bertema mengakibatkan perbedaan maksud dalam benak
surat, yaitu: “Surat Cukur”, “Surat Kopi”, “Surat setiap pembaca menjadi ambigu. Secara otomatis
Kau”, “Surat Batu”, “Surat Pulang”, “Surat pesan pun tak sampai.
Libur”, “Surat Sarung”, “Surat Malam”, “Surat
Scott (1980:170) menyatakan bahwa diksi
Senyap”, dan “Surat Kabar”. Berbagai wacana
berarti pemilihan dan penyusunan kata-kata
tentang surat dalam buku kumpulan puisi Surat
dalam tuturan atau penulisan. Diksi atau pilihan
Kopi ini dikembalikan maknanya sebagai sesuatu
kata menurut Barfield (Pradopo, 2000: 54)
hal yang dapat menyampaikan kabar. Bisa
adalah kata-kata yang dipilih dan disusun dengan
menanyakan kabar kepada seseorang, bisa juga
cara yang sedemikian rupa hingga artinya
mengabarkan tentang aku di dalam lirik puisi
menimbulkan atau dimaksudkan untuk menimbulkan
tersebut. Tokoh aku lirik dalam puisi-puisi yang
imaji estetik. Hal yang demikian itu disebut diksi
terkumpul di Surat Kopi sangat jeli melihat
puitis. Diksi itu untuk mendapatkan kepuitisan,
berbagai sisi kehidupan sosial kemasyarakatan,
untuk mendapatkan nilai estetik. Keraf (2010:
yang tidak hanya terbatas pada pandangan-
24) mengatakan bahwa diksi diturunkan menjadi
pandangan personal tetapi juga berbagai
tiga bagian.Pertama, diksi mencakup pengertian
persoalan kehidupan sosial. Dengan kata lain,
kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan
Joko Pinurbo ingin menyampaikan kritik sosial
suatu gagasan, bagaimana membentuk
dengan media puisi, yang selama ini telah
pengelompokan kata-kata yang tepat atau
membawa dirinya ke dalam dunia karya sastra
menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat,
yang banyak digelutinya dan memberinya
dan gaya mana yang paling baik digunakan
berbagai penghargaan dari masyarakat.
dalam suatu situasi. Kedua, diksi adalah
Pandangan tentang kehidupan yang kemampuan membedakan secara tepat nuansa-
ditampilkan oleh tokoh aku dalam Surat Kopi nuansa makna dari gagasan yang ingin
sangat menarik untuk dikaji, baik mengenai disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan
pemilihan diksi, maupun pesan yang ingin bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa
disampaikannya dalam sebuah buku kumpulan yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
puisi. Diksi dalam buku kumpulan puisi Surat Ketiga, diksi yang tepat dan sesuai hanya
Kopisepintas sangat mudah dipahami oleh dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar
pembaca sehingga tidak banyak membuat kosakata atau pembendaharaan kata bahasa itu.
pembaca bingung atau mendapati tafsir ganda.
Bukanlah suatu pekerjaan yang mudah,
Hal ini berimbas pada cita rasa puisi-puisi yang
untuk membungkus kritik sosial dalam sebuah
terdapat dalam kumpulan puisi ini menjadi terasa
diksi yang tepat. Keraf membagi diksi menjadi
terang, tegas, dan pesan yang ingin disampaikan
dua macam makna, yaitu konotasi dan denotasi.
penyair pun dapat ditangkap dengan mudah dan
Menurut Keraf (2010: 28-29) diksi denotasi
tidak membingungkan. Hal yang perlu
menunjuk (denote) kepada sesuatu referen,
digarisbawahi di masyarakat pembaca (sastra)
konsep, atau ide tertentu dari suatu referen yang
adalah Joko Pinurbo memiliki ketepatan dalam
paling dasar pada suatu kata. Sementara itu, diksi
penggunaan diksi untuk menyampaikan kritik
konotasi adalah suatu jenis kata yang stimulus
sosialnya.
dan responnya mengandung nilai-nilai emosional.
Diksi sangat penting untuk membuat Keraf (2010: 90) juga menambahkan adanya
karya sastra berbeda dengan karya nonsastra diksi konkret dan diksi abstrak. Diksi konkret
karena ketepatan memilih kata berpengaruh pada (khusus) merupakan diksi acuan terhadap suatu
karya yang dihasilkan (Lailah, 2017: 87). Ketika artian yang khusus yang diarahkan. Diksi
pemilihan kata itu tepat, pesan kritik sosial konkret itu dimaksudkan demi mengamati imaji
dalam karya sastra tersebut akan tersampaikan yang hendak ditampilkan. Lebih lanjut, diksi
kepada pembaca dengan baik. Sisi lain yang abstrak (umum) adalah diksi yang mengacu pada
menarik dari diksi dalam kumpulan puisi Joko suatu hal atau kelompok yang luas bidang
Pinurbo adalah ajakan untuk merenungkan lingkupnya (Keraf, 2010: 90). Kata-kata
kembali apa yang ada dalam kehidupan, suatu kejujuran, kesedihan, dan religius merupakan
refleksi tentang kehidupan, dan memberikan contoh diksi abstrak, sebab diksi tersebut
harga pada hal yang kebanyakan orang anggap menimbulkan gagasan berbeda-beda pada setiap
sia-sia. Perenungan-perenungan seperti itu sulit orang, kelompok orang, juga masyarakat, atau
terjadi seandainya diksi yang digunakan etnis tertentu.
mengandung banyak tafsir. Hal ini dapat

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 1 Tahun 2019 81


Analisis kritik sosial yang disampaikan Fokus tulisan ini adalah penyampaian
melalui diksi dalam buku kumpulan puisi Surat kritik sosial dengan diksi dalam buku puisi Surat
Kopi karya Joko Pinurbo dalam tulisan ini Kopi karya Joko Pinurbo. Buku kumpulan puisi
dilakukan dengan menggunakan kajian Surat Kopi karya Joko Pinurbo memuat 48 puisi,
hermeneutik dan stilistik. Kajian hermeneutik tetapi puisi yang dianalisis adalah puisi yang
digunakan untuk menafsir makna kritik sosial memiliki wacana tentang surat, yakni “Surat
yang disampaikan penyair, sedangkan kajian Cukur”, “Surat Kopi”, “Surat Kau”, “Surat
stilistik dipilih untuk mengkaji keunikan atau Batu”, “Surat Pulang”, “Surat Libur”, “Surat
kekhasan pemakaian bahasa dalam karya sastra Sarung”, “Surat Malam”, “Surat Senyap”, dan
tersebut dengan melihat style yang dapat “Surat Kabar”. Tulisan ini menggunakan bentuk
mendatangkan efek-efek tertentu. Menurut deskriptif kualitatif yang menjelaskan sebab-
Satoto (2012: 35) style, ‘stail’, atau ‘gaya’ adalah akibat fenomena sosial dan menjelaskan
cara yang khas dipergunakan oleh seseorang temuannya di dalam konteks (Santoso, 2014: 46,
untuk mengutarakan atau mengungkapkan diri Chaer,2017: 11).
dengan gaya pribadinya. Cara pengungkapan
Joko Pinurbo dalam buku puisi Surat Kopi
tersebut bisa meliputi setiap aspek kebahasaan,
banyak menggunakan diksi denotasi dan
yaitu diksi, penggunaan bahasa kias, bahasa
konotasi. Pilihan ini sangat berperan penting
pigura (figurative language), struktur kalimat,
dalam menyampaikan kritik sosial dan
bentuk-bentuk wacana, dan sarana retorika lain.
membantu pembaca memberi pemahaman
Stilistik dimaksudkan untuk menerangkan
tentang keutuhan makna yang ingin disampaikan
hubungan bahasa dengan fungsi artistik dan
oleh penyair.
maknanya (Leech & Short, 2007:11). Stilistik
juga menjelaskan fungsi keindahan penggunaan Secara keseluruhan puisi yang terdapat
bentuk kebahasaan: mengapa atau bagaimana dalam buku kumpulan puisi Surat Kopi karya
sebuah bentuk dikatakan memunyai fungsi Joko Pinurbo ini memiliki empat jenis diksi yaitu
estetis. Ia juga bertujuan menentukan seberapa denotasi, konotasi, konkret, dan abstrak. Diksi
jauh dan dalam hal apa serta bagaimana yang mendominasi dalam puisi di buku Surat
pengarang menggunakan tanda-tanda linguistik Kopi adalah diksi denotasi dan konkret. Hal ini
untuk memperoleh efek khusus, yang dalam menunjukkan bahwa puisi-puisi Joko Pinurbo
tulisan ini adalah kedalaman makna kritik sosial dalam buku ini terlihat sangat lugas dan sedikit
penyair, dengan menggunakan diksi-diksi yang sekali menggunakan gaya bahasa atau majas.
mengemban impresi daripada imaji. Makna yang terbaca begitu jelas dan terang
sehingga sangat sulit memungkinkan pembaca
‘Stail’ atau ‘gaya’ dalam arti luas
untuk mengartikannya ke dalam tafsir lain.
meliputi gaya yang digunakan sekelompok
pengarang, misalnya gaya angkatan 1920, 1930,
Kritik Sosial dalam Puisi Joko Pinurbo
1945, 1966, yang membawa corak kritik sosial
yang tegas, dan juga yang meliputi suatu bangsa Gaya penulisan Joko Pinurbo dapat
tertentu. Wellek dan Werren (1989: 233) dikatakan seperti gaya bahasa pada cerpen-
menyatakan stilistik menguraikan ciri-ciri periode cerpen konvensional pada umumnya yang sangat
dan gerakan kesusastraan. Stilistik menjelaskan jarang menggunakan bahasa kias seperti majas.
fungsi keindahan penggunaan bentuk kebahasaan: Puisi-puisi Joko Pinurbo ditulis mengalir begitu
mengapa atau bagaimana sebuah bentuk saja. Hal yang ditawarkan Joko Pinurbo dalam
dikatakan mempunyai fungsi estetis (Nurgiyantoro, puisi adalah kedalaman maknanya. Puisi-
2014). Ia bertujuan menentukan seberapa jauh puisinya seolah mengajak pembaca untuk
dan dalam, hal apa, serta bagaimana pengarang sejenak memikirkan ulang tentang hal-hal yang
menggunakan tanda-tanda linguistik untuk remeh temeh dan sering diabaikan oleh orang
memperoleh efek khusus, dalam hal ini tetapi sesungguhnya amat dibutuhkan dalam
penyampaian kritik sosial oleh penyair. Stilistik kehidupan, misalnya ketika menulis tentang kopi
dalam tulisan ini menyangkut seluruh aspek seperti dalam nukilan puisi Surat Kopi berikut.
yang terlihat dalam sebuah teks, yaitu mulai dari Lima menit menjelang minum kopi,
aspek bunyi, diksi, sampai berbagai bentuk aku ingat pesanmu: “Kurang atau lebih,
bahasa figuratif yang menyangkut aspek setiap rezeki perlu dirayakan dengan secangkir
kebahasaan dalam teks sastra (Nurgiyantoro, kopi.”
2015).

82 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 1 Tahun 2019


Mungkin karena itu empat cangkir kopi sehari yang hidup susah. Untuk bisa pulang saja susah
bisa menjauhkan kepala dari bunuh diri. (apalagi harus membawa oleh-oleh). Kebanyakan
Kritik sosial yang terdapat dalam nukilan kita suka berharap oleh-oleh dari mereka yang
puisi di atas adalah perlunya “merayakan” dan pulang merantau. Diksi-diksi dalam nukilan
“berbagi”. Merayakan berarti berbagi. Setiap puisi ini juga diksi denotasi. Tidak ada maksud
rezeki perlu dirayakan dengan cara apa pun lain dan keambiguan di dalamnya. Memang
walau sesimpel minum kopi, karena dengan itu dalam nukilan puisi ini ditemukan diksi konotasi
bisa mengurangi stress yang menyebabkan orang seperti /buah tangan/ tetapi hal itu tidak akan
bunuh diri. membingungkan pembaca karena buah tangan
sudah sering didengar bahkan digunakan oleh
Tidak ada permainan majas dalam nukilan kebanyakan orang sehingga kecil kemungkinan
puisi tersebut. Hal ini karena adanya penggunaan untuk memunculkan tafsir lain dari diksi
diksi denotasi dan konkret yang mendominasi tersebut. Diksi /buah tangan/ dipilih untuk
diksi dalam puisi tersebut. Puisi tampak terang memperbanyak kosa kata yang dimunculkan dan
dan tidak ada keambiguaan. Hal yang ingin menghindari kesamaan diksi yang telah dipakai
ditawarkan Joko Pinurbo dalam nukilan puisi ini pada bait sebelumnya yaitu /oleh-oleh/. Begitu
memang tentang kedalaman makna, khususnya juga dengan pengungkapan /mataku basah/ yang
dalam konteks pembagian rezeki. Pembaca digunakan sebagai pengganti dari diksi
seolah diajak untuk merayakan berapa pun /menangis/. Dalam nukilan puisi tersebut terlihat
rezeki yang diterima hendaknya tetap dirayakan bahwa Joko Pinurbo tidak bertele-tele dengan
atau disyukuri. Menarik bahwa dalam mengajak puisi yang ditulisnya. Ini terlihat dari perkataan
perayaan setelah mendapatkan rezeki tersebut tokoh aku dalam puisi tersbut yang secara
adalah dengan hal yang sangat sederhana: langsung mengatakan apa yang diingkan dan
secangkir kopi. Diksi kopi dalam puisi ini yang tidak diinginkan tentang kepulangan tokoh
memegang peran penting karena membagi kamu. Kritik sosial yang disampaikan dengan
rezeki, sesuatu hal yang banyak dicari oleh sangat lugas tetapi indah.
kebanyakan orang, menjadi hal sekunder setelah
kopi, seperti yang terdapat dalam nukilan puisi Dalam sepuluh puisi yang dikaji dalam
tersebut. Bahwa kurang atau lebih, setiap rezeki tulisan ini juga ditemukan diksi konkret yang
perlu dirayakan meski hanya dengan secangkir jumlahnya hampir menyamai dengan diksi
kopi. Puisi tersebut seperti menyindir kebiasaan denotasi. Perbedaan yang paling mendasar antara
buruk manusia yang lebih sering menghitung- diksi denotasi dengan diksi konkret terdapat
hitung jumlah rezeki yang diterima ketimbang dalam hal visualisasi dalam diksi yang
bersyukur atau merayakan berapa pun yang digunakan. Diksi konkret lebih menuntut untuk
diperolehnya. Kopi dalam puisi ini seperti menunjukkan bagaimana bentuk atau wujud
ditujukan sebagai tujuan akhir dalam pencarian diksi yang dipilih. Perbedaan diksi denotasi dan
seseorang terhadap hal-hal yang diinginkannya, diksi konkret lebih jelas terlihat misalnya dalam
rezeki misalnya. Nominal menjadi tidak penting puisi Surat Senyap.
dalam puisi ini dan karena itulah penyair seperti Waktumu sebentar lagi habis, hujan.
mengajak pembaca untuk menemukan “kopinya” Malam akan datang dan kau menjadi gema
masing-masing.
Pesan moral yang disampaikan puisi di
Ajakan untuk memberikan harga pada atas adalah tentang kehidupan yang harus punya
sesuatu yang sering dilewatkan oleh kebanyakan makna jika tidak ingin sia-sia, hilang percuma.
orang juga ditemui dalam puisi Surat Pulang Terdapat dua diksi denotasi yaitu diksi /malam/
seperti dalam nukilan berikut. dan /gema/. Kedua diksi tersebut adalah diksi
Tenanglah. Aku tak akan pernah mengharap
yang termasuk diksi denotasi tetapi tidak dapat
oleh-oleh dari orang yang hidupnya susah. masuk ke dalam kategori diksi konkret karena
Kamu bisa pulang dengan rindu diksi /malam/ dan diksi /gema/ tidak memiliki
yang masih utuh saja sudah merupakan berkah. wujud yang konkret, meskipun tetap saja
kebanyakan orang telah mengerti apa itu malam
Pulang ya pulang saja. Tak usah repot-repot
membawa buah tangan yang hanya akan
dan gema.
membuat tanganku gemetar dan mataku basah. Diksi konotasi juga ditemukan dalam
Kritik sosial dalam larik-larik puisi di atas sepuluh puisi Joko Pinurbo dalam buku ini.
sangat jelas pesannya. Bahwa masih ada orang Diksi konotasi memiliki arti yang tidak dapat

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 1 Tahun 2019 83


dipahami secara langsung oleh pembaca seperti Kau menanamku pada sungaimu
dalam puisi Surat Kabar berikut. dan aku tumbuh menjadi arus
yang menyimpan mimpimu.
Ayah saya seorang loper koran
yang sama gigihnya dengan wartawan. Penggunaan diksi konotasi yang indah.
Deadline nasibnya lebih keras dari deadline Pada umumnya, hal yang membuat diksi
tulisan. konotasi memiliki arti yang tidak dapat dipahami
Beri saya kemewahan membaca koran secara langsung oleh pembaca adalah karena
sambil minum kopi di pagi hari, adanya bahasa kias (figurative language) yang
sambil tercenung-cenung membaca tulisan dapat digunakan untuk menyatakan sesuatu
sendiri. secara tidak langsung. Ekspresi tidak langsung
itu menurut Riffaterre (1978: 2) dilakukan oleh
Kritik sosial yang disampaikan adalah
penyair karena tigal hal. Pertama, karena
masih ada stratifikasi sosial berkelas tukang
penggantian atau pemindahan arti (displacing of
loper koran yang sangat keras kehidupannya.
meaning). Kedua, karena penyimpangan arti
Akhir hidupnya harus tetep bekerja keras, tidak
(distorsing of meaning). Ketiga, karena penciptaan
ada uang pensiun. Terdapat dua diksi /deadline/
arti (creating of meaning).
dalam nukilan puisi tersebut. Diksi /deadline/
yang terdapat di awal kalimat merupakan diksi Penggantian atau pemindahan arti dalam
konotasi karena merujuk pada makna lain, yaitu sepuluh puisi di buku Surat Kopi ini terutama
kematiannya yang menjadi akhir dari keseluruhan disebabkan oleh personifikasi dan metafora yang
nasib tokoh ayah dalam puisi tersebut. Berbeda merupakan ragam bahasa kias. Personifikasi
dengan /deadline/ yang berikutnya termasuk dapat terlihat dalam nukilan sajak berjudul Surat
pada diksi denotasi karena tidak memiliki Batu berikut.
referen lain, seperti halnya /koran/ dan Aku suka duduk membaca dan melamun
/wartawan/. Diksi /deadline/ sebenarnya memiliki di atas batumu dan bisa merasakan denyutnya.
makna yang sama yaitu batas akhir, yang Kadang mimpiku tertinggal di atas batumu
membuat berbeda adalah kata yang menempel dan mungkin terserap ke dalam rahimnya.
setelahnya. Oleh karena itu, dapat dipahami
Hujan sangat mencintaimu batumu dan cinta
mengapa tokoh saya lirik dalam puisi ini hujan
mengatakan bahwa deadline nasib ayahnya lebih lebih besar dari cintamu. Aku senang
keras dari deadline tulisannya, terlebih di akhir melihat batumu megap-megap dicumbu
puisi ini digambarkan tentang wasiat dari tokoh hujanku.
ayah yang mengingingkan jenazahnya dibungkus
Akhirnya batumu hamil. Dari rahim batumu
dengan koran ketika meninggal kelak. lahir air mancur kecil yang menggemaskan.
Saya letih diburu-buru peristiwa. Air mancur itu sekarang sudah besar,
Di sebuah gang saya ditangkap oleh sebuah sudah bisa berbincang-bincang dengan hujan.
kejadian:
seorang loper koran tercebur ke selokan.
Dari nukilan tersebut terdapat majas
personifikasi. Majas personifikasi merupakan
Ibu membuka surat wasiat ayah di hadapan majas yang memberikan sifat kepada benda-
saya. benda mati seperti sifat manusia. Majas tersebut
Ayah berpesan: jika beliau meninggal, terutama terlihat pada kalimat /Kadang mimpiku
harap jenazahnya dibungkus koran.
tertinggal di atas batumu/dan mungkin terserap
Ini adalah bentuk kritik sosial yang amat ke dalam rahimnya.// Dilanjutkan lagi oleh bait
pedas tetapi disampaikan dengan santai dan setelahnya dalam kalimat /Hujan sangat
jenaka. Kemiskinan merupakan masalah sosial mencintaimu batumu dan cinta hujan/lebih besar
yang tidakk akan pernah hilang sebagaimana dari cintamu. Aku senang/melihat batumu
dikatakan Soekanto. Menurut Soekanto (2012: megap-megap dicumbu hujanku.// Hingga pada
365), ada delapan masalah sosial yang terjadi di bait terakhir dalam nukilan puisi tersebut yaitu
tengah masyarakat, yakni kemiskinan, kriminalitas, /Akhirnya batumu hamil. Dari rahim batumu/
ketidak harmonisan keluarga, kenakalan remaja lahir air mancur kecil yang menggemaskan./Air
dan pemuda, perang, pelanggaran terhadap mancur itu sekarang sudah besar,/sudah bisa
norma-norma masyarakat, masalah kependudukan, berbincang-bincang dengan hujan.// Ragam
dan pencemaran lingkungan hidup. Hal yang bahasa lain yang ditemukan adalah metafora.
sama dijumpai pula pada puisi Surat Malam.

84 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 1 Tahun 2019


Ragam bahasa tersebut dapat dilihat dari nukilan atau benda untuk menciptakan suatu kesan yang
sajak yang berjudul Surat Cukur berikut. hidup walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit
Subuh tadi aku dicukur. Aku didatangi
(Laila, 2016: 149). Metafora berikut yang
tukang cukur gondrong dan gila. Ia menghunus terlihat terdapat pada kalimat /Aku tak bisa
pisau cukurnya sambil mencengkeram melihat matahari kecilku/sebab ia sembunyi di
tengkukku: belakang kepalaku.// Matahari kecil yang
“Aku ingin membuat garis merah di lehermu.” bersembunyi di belakang kepala tokoh aku
Di masa kecilku tukang cukur itu pernah
dalam puisi tersebut dapat dimaknai sebagai
menggunduli kepalaku di bawah pohon pusaran rambut yang terletak tepat di pusat
beringin, rambut di tiap kepala seseorang. Pusat rambut
lalu mengantarkanku pulang dengan sepedanya. tersebut dapat digantikan artinya sebagai
Setelah itu aku tak pernah lagi melihatnya. matahari karena matahari merupakan pusat tata
surya dan orbit-orbit yang mengelilingi matahari
Realitas sosial yang terjadi di lingkungan
dapat disamakan seperti rambut yang
inderawi penyair tertangkap dalam penggalan
mengelilingi pusaran rambut di kepala.
puisi di atas. Solidaritas sesama wong cilik
tampak dalam ungkapan “lalu mengantarku Diksi abstrak juga ditemui dalam
pulang dengan sepedanya” setelah selesai beberapa puisi Joko Pinurbo meskipun jumlahnya
menyukur si anak. Ini masih kental terjadi pada paling sedikit diantara diksi-diksi lainnya. Diksi
kehidupan orang desa. abstrak digunakan untuk menimbulkan gagasan
Aku mengarang surat ini di hadapan cermin
yang berbeda-beda pada seseorang. Diksi abstrak
yang sedang memamerkan rambut baruku. misalnya terdapat pada puisi Surat Kau seperti
dalam nukilan puisi berikut.
Subuh tadi aku dicukur. Aku didatangani
tukang cukur gondrong dan gila. Ia menghunus Kau tidak ada di tanganku
pisau cukurnya sambil mencengkeram ketika aku membutuhkan jarimu
tengkukku: untuk menggubah gundahku.
“Aku ingin membuat garis merah di lehermu.” Kau tidak ada di sarungku
Di masa kecilku tukang cukur itu pernah ketika aku membutuhkan jingkrunganmu
menggunduli kepalaku di bawah pohon untuk meringkus dinginku.
beringin, Kau tidak ada di bibirku
lalu mengantarku pulang dengan sepedanya. ketika aku membutuhkan aminmu
Setelah itu aku tak pernah lagi melihatnya. untuk meringkas inginku.
Sebagian rambutku sudah jadi rambut salju. Kau tidak ada di mataku
Jangan sedih. Aku belum lupa cara berbahagia. ketika aku membutuhkan pejammu
Dompet boleh padam, rezeki tetap menyala. untuk merengkuh tidurku
Di dalam cermin ada matahari yang pemalu. Diksi abstrak dalam nukilan puisi
Matahariku kecil saja dan tidak sombong.
tersebut terlihat pada diksi /gundahku/,
Aku tak bisa melihat matahari kecilku
sebab ia sembunyi di belakang kepalaku.
/dinginku/, dan /inginku/. Diksi abstrak lebih
menekankan pada sesuatu hal yang hanya bisa
Joko Pinurbo juga menggunakan majas dirasakan oleh manusia namun memiliki kriteria
metafora dalam sajaknya yang berjudul Surat masing-masing sesuai dengan apa yang dirasakan
Cukur. Metafora dalam nukilan sajak tersebut oleh seseorang tersebut. Rasa gundah, dingin,
terutama terdapat dalam kalimat /“Aku ingin dan ingin adalah perasaan yang sangat personal.
membuat garis merah di lehermu.”// Garis Puisi lain yang didapati terdapat diksi abstrak
merah dalam nukilan sajak tersebut dapat adalah puisi Surat Libur seperti dalam nukilan
dimaknai sebagai goresan kulit yang terluka lalu puisi berikut.
mengeluarkan darah. Metafora lain dalam sajak
Apa kabar liburan sekolahmu?
ini juga terlihat dalam kalimat /Sebagian Semoga kamu bertambah gemuk dan lucu
rambutku sudah jadi rambut salju.// Rambut dan dikagumi kucing kesayanganmu.
salju dalam kalimat tersebut digunakan untuk
membandingakan secara langsung antara rambut Ayah hanya bisa memberiku sehelai sarung:
yang sudah menua atau memutih dengan diksi sarung cap kucing. Sarungku lebih panjang
dari tubuhku, lebih hangat dari mimpiku.
/salju/ karena memang begitulah fungsi dari
Aku mau memakainya untuk membungkus
metafora, membuat perbandingan antara dua hal tidurku yang simpel dan murah.

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 1 Tahun 2019 85


Masih tentang kemiskinan, yang cenderung menggunakan diksi yang mengemban
tergambar pada kalimat Ayah hanya bisa impresi daripada imaji. Hal lain yang ingin
memberiku sehelai sarung dan pada kalimat ditunjukkan Joko Pinurbo melalui puisi-puisi
tidurku yang simpel dan murah, penyair ingin tersebut adalah mengajak pembaca untuk
mengabarkan bahwa masih banyak yang hidup merenungkan kedalaman makna dalam setiap
di bawah garis kenyamanan. Diksi abstrak yang puisinya. Puisi-puisi dalam kumpulan puisi Surat
ditemukan yaitu /gemuk/ dan /lucu/. Kedua diksi Kopi juga menggunakan diksi dari banyak objek
tersebut memiliki gagasan yang berbeda-beda yang dapat ditangkap oleh indrapembaca.
pada setiap orang. Diksi /gemuk/ dan /lucu/ erat Tujuannya adalah agar pembaca mudah
dengan perasaan yang subjektif, bisa senang bisa membayangkan lalu menangkap pesan yang
tidak, berbeda dengan diksi konkret yang secara hendak disampaikan penyair, dalam hal ini kritik
indrawi dapat terlihat dan dapat dijelaskan secara sosial. Penggunaan diksi denotasi/konotasi
harfiah, simpel dan murah. Diksi abstrak dalam sangat efektif dipakai untuk menyampaikan
kalimat tersebut berfungsi memberikan dampak kritik sosial secara santun dan tepat. Penggunaan
bagi pembentukan citra atau imaji untuk para diksi yang meminimalisasikan konotasi dan
pembaca. Diksi abstrak yang memberikan keabstrakan ini berdampak pembentukan
dampak pembentukan citra atau imaji juga bayangan bagi pembaca. Kecenderungan ini
terdapat dalam nukilan puisi Surat Sarung secara tidak langsung telah memberikan asumsi
berikut. bahwa puisi-puisi Joko Pinurbo cenderung
Tuhan mau numpang tidur
menampilkan kesederhaan, sehingga pembaca
dalam sarungmu, menikmati tidak terlalu kesulitan memaknai puisi. Puisi
betapa lenturnya jingkrungmu. terasa sangat ringan dan terang sehingga tidak
memungkinkan pembaca memberikan tafsir lain
Menjingkrunglah.
dan lagi diksi abstrak yang digunakan tidak
Aku bantu menjingkrung dari jauh.
terlalu membingungkan karena referen yang
Tuhan mau numpang demam diacu sebelumnya sudah cukup jelas.
dalam jingkrunganmu, merasakan
betapa gigihnya gigilmu. Penutup
Makna yang dapat ditangkap dari puisi Dari hasil analisis, dapat disimpulkan
ini adalah sebuah kedekatan antara Tuhan dan bahwa kritik sosial dapat dilakukan secara
hamba. Orang yang dekat dengan Tuhan dapat santun melalui puisi. Dalam sepuluh puisi Surat
bercengkerama dengan mesra. Di sini masih ada Kopi karya Joko Pinurbo,kritik sosial tersaji
pesan kemiskinan yang ingin disampaikan dengan indah, sangat efektif, dan elegan, serta
penyair, yakni dalam kalimat betapa gigihnya disampaikan dengan empat diksi, yakni denotasi,
gigilmu. Menggigil pun gigih, ada usaha keras konotasi, konkret, dan abstrak. Puisi Joko
dalam setiap langkah hidupnya. Diksi /Tuhan/, Pinurbo mampu mencerminkan kondisi sosial
/gigihnya/, dan /gigilmu/ merupakan citra atau masyarakat sekaligus menangkap berbagai masalah
imaji yang ingin dibentuk oleh penyairnya. Dari yang ada di sekitarnya, terutama menyangkut
diksi tersebut pembaca dapat memperoleh aspek kemiskinan dan kebodohan, dengan
gambaran tentang betapa menderitanya tokoh kesederhanaan bentuk tetapi kaya makna. Diksi
kamu dalam lirik puisi tersebut sekalipun tokoh denotasi dan konkret menjadi diksi yang paling
kamu lirik tersebut hanya merasakan sakit banyak digunakan dalam sepuluh puisi bertema
demam. Mungkin juga karena ia penderita BPJS surat tersebut. Hal ini menimbulkan efek positif
yang tidak mau berdesakan di rumah sakit tipe C dalam tangkapan makna pembaca karena
untuk sebuah pelayanan demam (hasil survei). pembaca dapat langsung memahami kritik sosial
Secara keseluruhan puisi-puisi yang yang disampaikan penyair lewat puisinya. Pesan
terdapat dalam buku kumpulan puisi Surat Kopi puisi dapat ditangkap pembaca dengan jelas
karya Joko Pinurbo memiliki diksi dengan terang dan tidak menimbulkan banyak tafsir
kelugasan makna yang sengaja ditampakkan. Hal namun tetap menjanjikan kedalaman makna.
ini dapat dilihat dari banyaknya diksi konkret Kritik sosial disampaikan tanpa menimbulkan
dibandingakan diksi abstrak. Diksi denotasi dan kebencian dan sakit hati bagi objek yang dikritik.
diksi konkret yang mendominasi dalam puisi- Penggunaan diksi denotasi membuat pesan
puisi Joko Pinurbo ini secara tidak langsung puisi tentang kritik sosial menjadi terang karena
memberi asumsi bahwa puisi-puisi Joko tidak banyak menggunakan bahasa kias. Puisi

86 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 1 Tahun 2019


tampak sederhana tetapi tetap menjanjikan Laila, Aruna. (2016). Gaya Bahasa Perbandingan
kedalaman makna yang membuat pembaca pada dalam Kumpulan Puisi “Melihat Api
akhirnya diajak untuk merenungi atau Bekerja” Karya M. Aan Mansyur
memikirkan kembali tentang peristiwa-peristiwa (Tinjauan Stilistika). Jurnal Gramatika.
hidup yang dibangun dalam puisi-puisi tersebut.
Vol. 2, No. 2 Juli-Desember 2016
Hal ini didukung oleh banyaknya diksi konkret
yang membuat pembaca ikut mengamati imaji halaman 146-163.
yang disampaikan penyair. Diksi abstrakerat Lailah, Nasyiatul. (2017). Diksi dan Gaya
hubungannya dengan perasaan subjektif, berbeda Bahasa Pada Status Tere Liye di
dengan diksi-diksi konkret yang secara indrawi Facebook. Stilistika. Vol. 10, No. 2 Juli-
dapat terlihat dan dapat dijelaskan secara harfiah. Desember 2017, halaman 85-100.
Diksi abstrak berfungsi memberikan efek bagi Leech, Geoffrey dan Mick Short. (2007). Stilenin
pembentukan citra atau imaji bagi pembaca, Fiction, a Linguistic Introduction to
sedangkan diksi konotasi memberikan variasi English Fictional Prose. London:
diksi lain dalam pembentukan kalimat. Diksi
Longman.
konotasi memiliki arti yang tidak dapat dipahami
secara langsung oleh pembaca karena adanya Musayyedah. (2012). Gaya Bahasa Metafora
bahasa kias (figurative language) yang dalam Puisi Bulan Luka Parah Karya
digunakan untuk menyatakan sesuatu secara Husni Djamaluddin. Jurnal Sawerigading.
tidak langsung. Namun, hal ini tidak sulit Vol. 18, No. 3, Desember 2012, halaman
dilakukan karena pembaca sudah terbantu 485-495.
dengan konteks yang digunakan oleh diksi Nurgiyantoro, Burhan. (2014). Penggunaan
sebelumnya. Ungkapan Jawa dalam Kumpulan Puisi
Tirta Kamandanu Karya Linus Suryadi
Daftar Pustaka (Pendekatan Stilistika Kultural). Litera,
Arifianto, S. (2013). Literasi Media dan
Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan
Pemberdayaan Peran Kearifan Lokal
Pengajarannya. Vol. 13, No. 2, Oktober
Masyarakat. Jakarta: Puslitbang Aptika,
2014, halaman 201-214.
& IKP Balitbang SDM Kementerian
Nurgiyantoro, Burhan. (2015). Stilistika Kultural.
Komunikasi dan Informatika.
Jurnal Widyaparwa. Vol. 43, No. 1, Juni
Chaer, Abdul. (2017). Kajian Bahasa Struktur
2015, halaman 1-13.
Internal, Pemakaian dan Pembelajaran.
Pinurbo, Joko. (2001). Di Bawah Kibaran
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sarung. Magelang: Indonesiatera.
Damono, Sapardi Djoko. (2002). Sosiologi
Pinurbo, Joko. (2005). Pacar Senja. Jakarta:
Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa.
Grasindo.
Ismawati, Esti (2014). Kritik Sastra. Yogyakarta:
Pinurbo, Joko. (2007). Celana Pacar Kecilku.
Ombak.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ismawati, Esti (2018). Pemetaan Status dan
Pinurbo, Joko. (2014). Surat Kopi. Tasikmalaya:
Peran Perempuan Jawa dalam Teks
Motion Publishing.
Sastra Indonesia. Jurnal Masyarakat dan
Pradopo, Rachmat Djoko. (2000). Pengkajian
Budaya Volume 20 No. 2, 2018.
Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Indriyana, Hasta. (2015). Seni Menulis Puisi.
Press.
Yogyakarta: Gambang Buku Budaya.
Riffaterre, Michael. (1978). Semiotics of Poetry.
Junus, Umar. (1985). Dari Peristiwa ke Imajinasi.
London: Routledge & Kegan Paul.
Jakarta: PT Gramedia
Santoso, Riyadi. (2014). Metode Penelitian
Keraf, Gorys. (2010). Diksi dan Gaya Bahasa.
Kualitatif Kebahasaan. Solo: Universitas
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sebelas Maret Fakultas Sastra dan Seni
Kurniawan, Muhammad Ardi. (2015). Kritik
Rupa.
Sosial dalam Novel “Menunggu Matahari
Melbourne” Karya Remy Sylado Tinjauan Sayuti, Suminto A. (2008). Berkenalan dengan
Sosiologi Sastra. Jurnal Bahastra Vol Puisi. Yogyakarta: Gama Media.
26 (1).

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 1 Tahun 2019 87


Satoto, Sudiro. (2012). Stilistika. Yogyakarta: Soekanto, Soerjono. (2012). Sosiologi Suatu
Ombak. Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Scott, A.F. (1980). Current Literary Term. A Susanto, Astrid. (1997). Komunikasi Massa.
Concise Dictionary. London: The Jakarta: Binacipta.
Macmilland Press.
Wellek, Rene. Warren, Austin. (1989). Teori
Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.

88 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 1 Tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai