Anda di halaman 1dari 11

130 INOVASI, Volume XX, Nomor 2, Juli 2018

Nasionalisme dalam Puisi-Puisi Indonesia Pascareformasi

Rini Damayanti
Email : just_arinda@yahoo.com

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,Fakultas Bahasa dan Sains


Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Abstrak
Penelitian ini mendeskripsikan wujud dan makna semangat nasionalisme yang
diungkapkan oleh penyair dalam sajak-sajaknya dan wacana yang digunakan
oleh penyair dalam mewujudkan semangat nasionalismenya itu. Sajak-sajak yang
diteliti difokuskan pada sajak-sajak pascareformasi, yaitu antara tahun 1998
sampai 2016. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif akan diketahui wujud nasionalisme
dalam puisi-puisi pascareformasi. Data dalam penelitian ini berwujud kata,
kalimat, dan wacana yang berkaitan dengan masalah penelitian. Sumber data
dari kumpulan puisi angkatan 2000. Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan teknik dokumentasi dan catat. Hasil penelitian ini dapat
disimpulkan wujud nasionalisme penyair diperlihatkan dalam wujud bentuk
pilihan kata kerakyatjelataan, revolusi tipografi bebas aturan, estetika baru
antroporisme, penciptaan interaksi masal, puisi profetik dengan pengembaraan,
nirbait dan penggunaan citraan alam. Makna nasionalisme diwujudkan dalam
pernyataan cinta tanah air, pemujaan terhadap pahlawan, harapan
kemerdekaan, dan pengenangan kejayaan masa lalu.

Kata Kunci : nasionalisme, puisi, pascareformasi

Pendahuluan pemerintah mengendalikan krisis di tengah


Dampak krisis ekonomi tahun 1998 harga-harga yang terus melonjak dan
dirasakan oleh seluruh sendi-sendi bangsa. gelombang PHK, segera berubah menjadi aksi
Anjloknya rupiah menyebabkan pasar uang protes, kerusuhan dan bentrokan berdarah di
dan pasar modal juga runtuh, bank-bank ibukota dan berbagai wilayah lain, yang
nasional dalam kesulitan besar dan peringkat menuntut tumbangnya Presiden Soeharto pada
internasional bank-bank besar bahkan juga 21 Mei 1998.
surat utang pemerintah terus merosot ke level Tahun 1998 terjadi pemberontakan yang
terbawah. Puluhan, bahkan ratusan cukup besar dalam memperjuangkan reformasi
perusahaan, mulai dari skala kecil hingga negara Indonesia. Terlepas dari perbedaan dan
konglomerat, bertumbangan. ideologi, bahwa sejarah tersebut pernah
Sektor yang paling terpukul terutama terjadi. Bahwa catatan sejarah bisa berwujud
adalah sektor konstruksi, manufaktur, dan macam-macam. Salah satunya adalah karya
perbankan, sehingga melahirkan gelombang sastra. Karya sastra sejarah semacam ini bisa
besar pemutusan hubungan kerja (PHK). dijadikan rujukan bagi para sejarawan untuk
Krisis kepercayaan yang terjadi menciptakan kembali menengok catatan sejarah yang
kondisi anomali dan membuat instrumen pernah terjadi.
moneter tidak mampu bekerja untuk Karya sastra banyak diciptakan tidak
menstabilkan rupiah dan perekonomian. hanya dari lamunan semata. Namun dalam
Situasi yang terus memburuk dengan cepat proses kreatifnya, penciptaan karya sastra
membuat pemerintah seperti kehilangan arah sangat dimungkinkan berasal dari perenungan
dan orientasi dalam menangani krisis. akan fenomena-fenomena yang terjadi di
Kemarahan rakyat atas ketidakberdayaan masyarakat waktu itu, pengalaman-
Rini, Nasionalisme dalam Puisi-Puisi Indonesia Pascareformasi 131

pengalaman pribadi penulis, bahkan penelitian penyair dengan eksperiman kata, seakan puisi
mendalam yang pernah dilakukan. Segala merupakan dunia tersendiri bagi penyair,
bentuk perasaan, pikiran, dan kegelisahan itu dengan leluasa penyair menuangkan apa yang
kemudian dituangkan dalam karya sastra, baik menjadi kegelisaan, ketakutan dan renungan
prosa maupun puisi. Tentunya hal itu ke dalamnya. Menulis puisi dapat dipahami
dilakukan setelah mengalami proses sebagai upaya untuk mengutuhkan,
internalisasi atau pengolahan dan melengkapkan atau menyempurnakan
pengendapan. Hasil perenungan dan kemanusiaan. Sebuah upaya dengan
penuangan yang terdapat dalam karya sastra pencapaian bahasa dalam merespon sebuah
tersebut, dapat menjadi pintu masuk bagi para realita kehidupan yang terpampang di sekitar.
sejarawan untuk menengok kembali sejarah Sebuah karya sastra ditulis
yang telah ditulis. menggunakan bahasa, karena bahasa sebagai
Puisi merupakan karya sastra yang medium yang yang digunakan untuk
sering dibicarakan berbagai kalangan baik menuangkan pengalaman estesis maupun
mahasiswa, para penyair, bahkan realistis. Hal ini disebabkan karya sastra
pengamat atau kritikus. Puisi memiliki merupakan struktur yang bermakna (Pradopo,
beragam tema, gaya pengucapan, tipografi 2007:120-121). Kehidupan manusia dalam
yang berbeda dari penyair satu dengan masyarakat dibangun melalui konvensi bahasa,
yang lain, dari periode satu ke periode sedangkan bahasa sudah termasuk sistem
lain mengakibatkan puisi mengalami tanda. Menurut Nort (dalam Ratna, 2007:111)
perkembangan bentuk, perubahan dan tanda bukanlah kelas objek, namun tanda-
peralihan. Puisi merupakan hasil tanda hadir dalam penafsiran. Jadi, puisi
pengendapan segala bentuk perasaan, merupakan jenis karya sastra yang diramu
pikiran, dan kegelisahan pada suatu masa. penyair menggunakan bahasa yang khas.
Apresiasi masyarakat terhadap Dengan demikian karya sastra yang diciptakan
karya sastra khususnya puisi berkembang oleh satrawan bukan untuk dibaca sendiri,
dengan pesat. Hal ini terindikasi dengan tetapi ada ide, gagasan, pengalaman, dan
makin menjamurnya buku-buku antologi amanat yang ingin disampaikan kepada
puisi. Kendatipun demikian, bahasa puisi pembaca. Sehingga, pembaca dapat
tetap saja membutuhkan ruang mengambil simpulan yang berguna bagi
pembahasan tertentu agar mudah hidupnya.
dipahami dan dicerna oleh siapa pun yang Teori yang dipergunakan untuk
membacanya. Ini disebabkan oleh membahas puisi ini adalah teori semiotik
kompleksitas dan kepadatan kata yang Pierce. Pradopo (2007:118) menyatakan
digunakan. Pradopo (2007:91) pun bahwa analisis struktural adalah analisis yang
menyatakan bahwa puisi merupakan melihat bahwa unsur-unsur struktur puisi
kristalisasi pengalaman, maka hanya inti saling berhubungan secara erat, saling
masalah yang dikemukakan; untuk menentukan artinya. Sebuah unsur tidak
mencapai hal itu perlu pemadatan. mempunyai makna dengan sendirinya terlepas
Pernyataan yang implisit, sugestif, dan dari struktur tanda-tanda yang bermakna dan
ambiguitas inilah yang menyebabkan bersistem, maka analisis juga disatukan
puisi sukar dipahami. dengan analisis semiotik. Bahasa sebagai
Keadaan perekonomian yang sistem semiotik tingkat pertama
menyebabkan kesengsaraan rakyat tersebut diorganisasikan sesuai dengan konvensi-
terekam dalam beberapa puisi Taufiq Ismail, konvensi tambahan yang memberikan makna
diantaranya Bayi Lahir Bulan Mei 1998, dan efek-efek lain dari arti yang diberikan oleh
Ketika Sebagai Kakek Di Tahun 2040 Kau penggunaan biasa.
Menjawab Pertanyaan Cucumu. Pada puisi- Puisi-puisi angkatan 2000 merekam
puisi tersebut telah tergambarkan keadaan sejarah bangsa. Nasionalisme luntur begitu
perekonomian dan kecarutmarutan sistem cepatnya dalam kurun hitungan 10 tahun
sosial di masyarakat pasca reformasi. terakhir. Terlalu lama terkungkung dalam
Dengan kekuatannya penyair mengolah wadah tekanan kepemimpinan, maka
dan mengerami kata, sehingga mampu pascareformasi tahun 1998 seolah ragam
menyulap menjadi puisi yang nyata. Setelah elemen warna masyarakat yang dulu serentak
132 INOVASI, Volume XX, Nomor 2, Juli 2018

menyatakan sikap yang sama dalam cinta erupakanlambang yang mempunyaiarti yang
kebangsaan perlahan melunturkan sedikit ditentukanolehperjanjianmasyarakat (bahasa)
warna merah dan putihnya. Entah nyaman atau atauditentukanolehkonvensimasyarakat.Lamba
tidak entah itu karena kebosanan atau ng-lambangatautanda-
kepentingan pribadi saja, namun kondisi ini tandakebahasaanituberupasatuan-satuanbunyi
benar-benar terjadi dan menjadi pola dan gaya yang
hidup baru. mempunyaiartiolehkonvensimasyarakat.Bahas
Tidak peduli apapun yang menjadi dasar aitumerupakansistemketandaan yang
dan pemantik timbulnya rasa nasionalisme berdasarkanatauditentukanolehkonvensi
yang memang biasanya muncul secara (perjanjian)
spontanitas. Dengan hal tersebut mungkin masyarakat.Sistemketandaanitudisebutsemiotik
nasionalisme yang muncul memang cenderung atausemiologi
hanya nasionalisme yang terbangun dengan Semiotik Charles Sanders Pierce
sesaat namun dengan harapan dari rasa yang Menurut Pierce, penalaran dilakukan
kecil itu akan menumbuhkan benih yang melalui tanda. Tanda memungkinkan untuk
sebenarnya tidak sepenuhnya luntur dan hilang berfikir, berhubungan dengan orang lain, dan
namun cenderung hanya terpendam dan butuh memberikan makna pada apa saja yang
pemantik yang menguatkan. ditampilkan alam semesta. Pierce
Berdasarpadauraian di menambahkan bahwa yang disebut tanda
atas,mengenailunturnyanasionalismepascarefo adalah sesuatu yang mewakili seseorang atau
rmasi, makaperludilakukanpenelitian bentuk sesuatu yang lain dalam hal dan kapasitas
danmaknanasionalisme yang tertuang dalam tertentu (Zaimar, 2008:2)
puisi Indonesia Menurut Pierce ada tiga faktor yang
pascareformasi.Penelitiantentangnasionalisme menentukan adanya sebuah tanda, yaitu tanda
dalampuisi-puisi Indonesia itu sendiri, hal yang ditandai dan sebuah tanda
pascareformasimemilikibeberapatujuanyaitum baru yang terjadi dalam batin si penerima.
endeskripsikanwujud dan makna nasionalisme Tanda itu merupakan suatu gejala yang dapat
dalam puisi-puisi Indonesia pasca dicerap atau pun suatu gejala yang lewat
reformasi.Penelitianinitermasukpenelitianbida penafsiran dapat dicerap (Hartoko, 2009:46).
ngsastrakhususnyasemiotik yang Konsep Nasionalisme
memanfaatkandokumenkaryasastraberupapuisi Mencerna nasionalisme sama dengan
periodepascareformasi. tuntutan untuk memahami sepotong kata yang
dianggap sakral bagi setiap warga negara.
Kajian Teori Nasionalisme merupakan paradigma dan
Teori Semiotik konsep awal dalam setiap orang yang
Menganalisis puisi itu bertujuan berkewarganegaraan untuk melandasi apa
memahami makna puisi. Menganalisis puisi yang dilakukan, diberikan dan
adalah usaha menangkap dan memberi makna dipertanggungjawabkan untuk negaranya.
kepada teks puisi. Karya sastra itu merupakan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
struktur yang bermakna. Hal ini mengingat nasionalisme diartikan sebagai paham (ajaran)
bahwa karya sastra itu merupakan sistem tanda untuk mencintai negara sendiri. Namun
yang mempunyai makna yang demikian dari arti tersebut juga terdapat
mempergunakan medium bahasa. penjelasan bahwa dalam nasionalisme terdapat
Bahasasebagai medium kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa
karyasastrasudahmerupakansistemsemiotikata yang secara potensial atau aktual bersama-
uketandaan, yaitusistemketandaan yang sama mencapai, mempertahankan, dan
mempunyaiarti.Medium mengabadikan identitas, integritas,
karyasastrabukanlahbahan yang bebas (netral) kemakmuran dan kekuatan semangat suatu
sepertibunyipadasenimusikataupunwarnapadal bangsa (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
ukisan.Warna cat Nasional, 2008).
sebelumdigunakandalamlukisanmasihbersifatn
etral, belummempunyaiartiapa-apa, sedangkan Metode Penelitian
kata-kata (bahasa) Penelitianinimenggunakanpendekatanku
sebelumdipergunakandalamkaryasastrasudahm alitatif.Penelitian ini menggunakan metode
Rini, Nasionalisme dalam Puisi-Puisi Indonesia Pascareformasi 133

deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif perasaan-perasaan yang bergejolak dan


merupakan suatu penelitian dengan menggejala dalam dirinya (Sayuti, 2002).
penggambaran melalui kata-kata atau kalimat Menurut Wiyatmi (2006) diksi adalah
untuk memperoleh suatu kesimpulan. ketepatan pemilihan dan penggunaan kata.
Penelitian wujud nasionalisme dalam puisi- Pradopo (2007) menegaskan bahwa kata-kata
puisi Indonesia pasca reformasi. Data dalam dalam puisi hendaknya disusun sedemikian
penelitian ini adalah puisi-puisi pasca rupa sehingga dapat menyalurkan pikiran dan
reformasi. perasaan penulis dengan baik. Oleh karena itu,
Teknik penyampelan dalam penelitian diksi sangat berperan penting dalam puisi.
ini menggunakan teknik penyampelan Puisi-puisi angkatan 2000 banyak
berdasarkan tujuan (purposive sampling) atau menggunakan kata-kata maupun frasa yang
penyampelan internal yang berdasarkan bermakna konotatif. Bentuk nasionalisme yang
kriteria, yaitu penyampelan yang tertuang dalam puisi angkatan 2000 tertulis
mengutamakan pada terwakilinya informasi dalam pemilihan diksi kerakyatjelataan.
secara mendalam, menyeluruh, dan memadai Pilihan kata diambil dari bahasa sehari-hari.
(Sugiyono, 2012: 12). Periode tahun 2000 pada umumnya penyair
Data dalam penelitian ini yaitu berupa masih muda sehingga keberanian dan
kata-kata dan kalimat-kalimat yang dikutip kebebasan menggunakan kata-kata sangat
dalam puisi-puisi Indonesia, yang terasa. Bahasa yang digunakan biasanya
menunjukkan nasionalisme pascareformasi bahasa sehari-hari sehingga disebut bahasa
yang sesuai dengan rumusan masalah. Sumber kerakyatjelataan. Isinya berupa kritik sosial
data penelitian berupa puisi-puisi Indonesia terhadap kekuasaan orde baru dan
pascareformasi dalam kumpulan puisi ketidakmenentuan situasi pada tahun 2000-an.
angkatan 2000. Contoh puisi:
Sesuai dengan penelitian kualitatif,
teknik pengumpulan data dalam penelitian ini BERTELUR
adalah analisis dokumentasi. Analisis Dengan perjuangan berat, alhamdulillah
dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan akhirnya aku
data yang bersumber dari arsip dan dokumen Bisa bertelur. Telurku lahir dengan selamat
yang ada hubungannya dengan dokumen. Warnanya hitam pekat
Dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan Aku ini seorang peternak, saban hari
untuk menguji, menafsirkan, serta Mengembangbiakkan kata, dan belum
meramalkan. Dalam penelitian ini kudapatkan kata
menggunakan analisis dokumentasi dari puisi- Yang bisa mengucapkan kita
puisi pasca reformasi. ....
Setelah data terkumpul dalam kartu data Ah, telur kata, telur derita, akhirnya kau
maka teknik yang digunakan adalah metode menetas juga
observasi. Arikunto (2010: 272) menyatakan Kau menggelembung, memecah dan
bahwa observasi (pengamatan) meliputi memuncratkan darah
kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu ―itu bukan telurku!‖ mereka berseru
objek dengan menggunakan seluruh alat (Joko Pinurbo, celana, 2000)
indera.
Puisi hasil karya Joko Pinurbo tersebut
Analisis Data dan Pembahasan memiliki ciri-ciri umum yang terdapat pada
Bentuk Nasionalisme dalam Puisi puisi periode tahun 2000. Dalam puisi itu, ia
Pascareformasi bermain dengan kata telur dan bertelur. Kata
a. Diksi kerakyatjelataandalam puisi telur mengacu pada buah kreativitas penyair
pascareformasi. berupa kata-kata atau hasil imajinasinya dari
Pilihan kata diambil dari bahasa sehari- larik aku ini seorang peternak saban hari/
hari yang disebut bahasa kerakyatjelataan. mengembangbiakkan kata, dan belum
Diksi merupakan salah satu unsur yang cukup kudapatkan kata/ yang belum bisa
menentukan dalam penulisan puisi. Diksi mengucapkan kita. Di dalam telur kreativitas
berarti pemilihan kata yang dilakukan oleh itulah akan didapati kata-kata yang tepat.
penyair untuk mengekspresikan gagasan dan
134 INOVASI, Volume XX, Nomor 2, Juli 2018

Hasil imajinasi penyair merupakan telur jumpai beberapa penyair yang menggunakan
kata, telur derita/ kau menggelembung, gaya tipografi seperti puisi-puisi kontemporer
memecahkan, memuncratkan darah artinya yang menonjolkan bentuk, namun hal itu
imajinasi yang merupakan bibit kreativitas sangat sedikit. Dari kumpulan puisi angkatan
perlu pengolahan. Untuk mengolahnya perlu 2000 yang ditemukan, memang sangat sedikit
bekerja bersusah payah, penderitaan, seolah- permainan bentuk baris, ada tetapi tidak
olah sampai memuncratkan darah. Sebagai dominan. Puisi angkatan 2000 masih
bekal kreativitas telur itu ternyata masih berkembang, dan sejauh ini bentuk yang
membutuhkan penderitaan. Untuk memanen paling dominan adalah prosais.
hasilnya, maka orang banyak mengingkari Selaras dengan bentuk tipografi baru,
telur itu dengan menyatakan itu bukan telurku! banyak diciptakan puisi dengan corak bait atau
b. Revolusi tipografi nirbait dan cenderung ‗nirbait‘ (tidak menggunakan sistem
ke puisi konkret. pembuatan bait-bait).
Puisi angkatan 2000 mengandung
revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas DI BAWAH KIBARAN SARUNG
aturan dan cenderung ke puisi konret. Bentuk Di bawah kibaran sarung anak-anak
puisi pada angkatan 2000 lebih mengarah pada berangkat tidur
bentuk bebas. Menurut Budianta (2003) puisi Ke haribaan malam. Tidur mereka seperti
bebas/konkret merupakan salah satu ciri puisi tidur yang baka.
modern yang menekankan pada efisiensi kata Tidur yang dijaga dan disambangi seorang
dan menghindari abstraksi. Pada puisi bebas, lelaki kurus
bunyi dan suasana masih dominan sedangkan Dengan punggung melengkung, mata yang
rima kadang tidak lagi menjadi prasyarat. dalam dan cekung
Puisi-puisi angkatan 2000 umumnya ―Hidup orang miskin!‖ pekiknya sambil
merupakan puisi panjang yang bernuansa membentangkan sarung
prosais. Karya Joko Pinurbo (1999)

PUISI PERJALANAN Joko Pinurbo menuliskan puisi dalam


Hendaklah puisiku lahir dari jalanan larik yang sama fungsi dan kedudukannya
Dari desah nafas para pengemis dengan bait. Dengan revolusi tipografi
gelandangan tersebut, Joko Pinurbo mengubah arus dasar
Jangan dari gedung-gedung besar plot pikiran dan tema yang mengalir dari awal
Dan lampu gemerlapan larik hingga akhir bait ke arah komunikasi kata
per kata di dalam sajak.
Para pengemis yang lapar c. Penggunaan estetika baru yang disebut
Langsung menjadi milik Tuhan “antroporisme”
sebab rintihan mereka Antroporisme merupakan gaya bahasa
tak lagi bisa mengharukan berupa penggantian tokoh manusia sebagai
Emha Ainun Najib ―aku lirik‖ dengan benda-benda. Puisi
angkatan 2000 cenderung menggunakan kata-
Emha Ainun Najib menyairkan puisinya kata maupun frase yang bermakna
dalam larik yang menjorok ke dalam bertujuan konotatif.Banyak menyindir keadaan sekitar
memberi jawaban kepada larik sebelumnya baik sosial, budaya, politik, atau
dan membentuk hubungan kausal seperti kisah lingkungan.Revolusi tipografi atau tata wajah
dua orang sedang melakukan tanya jawab. yang bebas aturan dan kecenderungan ke puisi
Namun, pada contoh puisi angkatan 2000 di kongkret yang disebut antroporisme, antropori
atas, pengaturan baris tersebut bukan sme dapat diartikan pengenaan ciri-
dimaksudkan untuk memberikan simbol ciri manusia pada binatang, tumbuh-tumbuh-
bahwa yang menjorok atau yang tidak adalah an, atau benda mati.
semacam teta-teki atau jawaban atas
pertanyaan, namun lebih kepada bukti tetap LIPU
adanya pengaruh penciptaan puisi baru dengan Ketika kereta satu-satunya telah bergerak
puisi angkatan sebelumnya. Pengaturan bentuk Pergi, engkaupun sepi. Marilah
baris sudah berkurang, walau masih bisa kita
Rini, Nasionalisme dalam Puisi-Puisi Indonesia Pascareformasi 135

Dengan gemetar: menunggu nasib hari


demi hari Ahmadun Y. Herfanda dalam puisinya
yang berjudul ―Ciuman Pertama untuk Tuhan‖
Ruang tambah sukar dimengerti menyiratkan dalam tahajudnya bertemu Tuhan
Kereta telah dipilihkan bagimu setelah gagal dalam ribuan rakaat. Puisi ini
Kereta semu sarat dengan religiusitas baik dalam diksi
Karya Emha Ainun Najib (dalam maupun pemaknaannya.
kumpulan Puisi Sesobek Buku Harian Makna Nasionalisme dalam Puisi
Indonesia) memiliki bentuk lirik dengan Pascareformasi
persona kedua engkau, mu tetapi dapat a. Cinta tanah air dan kesatuan bangsa
dipastikan persona kedua itu merupakan Rasa cinta tanah air dan kesatuan bangsa
refleksi persona pertama : aku lirik. digambarkan Sutardji dalam puisinya yang
Pada contoh di atas terdapat gambaran- berjudul Jembatan. Penyair ingin
gambaran yang jelas tentang apa yang ingin mengingatkan bagaimana pun rupa persoalan
disajikan oleh aku liris. Kata-kata sederhana negeri ini pemecahannya adalah cinta tanah air
mengungkapkan bayangan yang seolah dapat dan kesatuan dari bangsa Indonesia. Dalam
dilihat oleh pembaca.Imaji auditif adalah hidup terdapat banyak sekali permasalahan,
penciptaan ungkapan oleh penyair sehingga perbedaan menjadi landasan bagaimana
pembaca seolah-olah mendengarkan suara kehidupan bisa berjalan dengan penuh makna.
seperti yang digambarkan oleh penyair Hal ini adalah bagian paling sederhana, karena
(Waluyo, 2005). Imaji ini berpusat pada Indonesia adalah negara kesatuan. Yang kaya
pendengaran. mengulurkan tangannya pada yang miskin,
d. Puisi-puisi profetik (keagamaan/religius) yang kuat membahu yang lemah. Adapun
Puisi-puisi profetik memiliki makna semboyan Bhineka Tunggal Ika adalah
kecenderungan menciptakan pengembaraan berbeda-beda tetapi tetap satu, seharusnya
yang lebih konkret. Puisi keagamaan atau menjadi cerminan atas segala permasalahan.
religiusitas muncul dalam puisi angkatan 2000. Negeri ini lahir dengan semangat gotong
royong, dan seharusnya terus bergotong
CIUMAN PERTAMA UNTUK TUHAN royong dalam menghadapi segala masalah
Merendahkan diri di bawah telapak kaki yang dihadapi.
Dalam tahajud paling putih dan sunyi,
akhirnya JEMBATAN
Sampai juga aku mencium Tuhan. Mungkin Oleh : Sutardji Calzoum Bachri
kaki atau telapak
Tangannya – tapi aku lebih ingin mengecup Sedalam-dalam sajak takkan mampu
dahinya menampungairmata bangsa. Kata-kata telah
Duhai, hangatnya sampai ke ulu jiwa. lama terperangkap dalam basa-basi
dalam ewuh pekewuh dalam isyarat dan
Inilah ciuman pertamaku, setelah berabad- kilah tanpa makna.
abad
Gagal meraihnya dengan beribu rakaat dan Maka aku pun pergi menatap pada wajah
dahaga berjuta.Wajahorangjalanan yang berdiri
Tiada kecerdasan kata-kata yang bisa satu kaki dalam penuh sesakbis kota.
menjangkaunya Wajah orang tergusur. Wajah yang ditilang
Tak juga doa dalam tipu daya air mata — malang.Wajahlegam para pemulung yang
Duhai Kekasih, memungut remah-remah pembangunan.
Raihlah jiwaku dalam hangatnya Cinta Wajah yang hanya mampu menjadi
sekedarpenontonetalase indah di berbagai
Bertahun-tahun aku merindu, bagai Rabiah palaza. Wajah yang diam-diam menjerit
Tiada lain kecuali merindu Engkau. Duhai mengucap
Kekasih, tanah air kita satu
Tenggelamkan kini aku ke dalam bangsa kita satu
cahayamu bahasa kita satu
Jakarta, Agustus 2003 bendera kita satu !
136 INOVASI, Volume XX, Nomor 2, Juli 2018

Dongeng Marsinah
Tapi wahai saudara satu bendera kenapa /2/
kini ada sesuatu Marsinah, kita tahu, tak bersenjata,
yang terasa jauh diantara kita? Sementara ia hanya suka merebus kata
jalanjalan mekar di mana-mana sampai mendidih,
menghubungkan kota-kota, jembatan- lalu meluap ke mana-mana.
jembatan tumbuh kokoh merentangi semua ―Ia suka berpikir,‖ kata Siapa,
sungaidanlembah yang ada, tapi siapakah ―itu sangat berbahaya.‖
yang akan mampu menjembatani jurang di
antara kita ? Marsinah tak ingin menyulut api,
ia hanya memutar jarum arloji
Di lembah-lembah kusam pada pucuk agar sesuai dengan matahari.
tulangkersangdanotot linu mengerang ―Ia tahu hakikat waktu,‖ kata Siapa,
mereka pancangkan koyak-moyak bendera ―dan harus dikembalikan
hatidipijak ketidakpedulian pada saudara. ke asalnya, debu.‖
Gerimistakmampu mengucapkan
kibarnnya. Marsinah merupakan pahlawan para
Lalu tanpa tangis mereka menyanyi buruh Indonesia. Ia seorang pejuang hak asasi
manusia yang juga penggerak buruh Indonesia.
Padamunegeri Marsinah merupakan buruh pabrik arloji yang
airmata kami. ditemukan tewas akibat aksi kenaikan gaji.
c. Harapan kemerdekaan,
Kata-kata yang dipilih dalam puisi- Puisi angkatan 2000 menyiratkan
puisi angkatan 2000 banyak menyindir lirik mengenai harapan kemerdekaan. jika
keadaan sekitar baik sosial, budaya, pada masa sekitar perang kemerdekaan
lingkungan, globalisasi, dan lain- nasionalisme hadir dengan mengangkat
lain. Kata-kata sederhana yang digunakan senjata untuk melawan penjajahan asing,
justru menambah kedalaman makna puisi- nasionalisme masa kini adalah
puisi tersebut. Pengandaian-pengandaian nasionalisme yang mampu ―melawan‖
yang tampak menampilkan sesuatu yang dominasi neokapitalisme/neoimperialis-
baru dan menambah khazanah kiasan me, korupsi, kemiskinan, kesenjangan
bahasa Indonesia. sosial, dan sebagainya.
Puisi jembatan dibuat pada tahun
1998. Jembatan adalah salah satu alat Sajak Sebotol Bir
bantu atau sarana untuk menghubungkan Karya : W.S Rendra
satu bagian ke bagian lainnya. Jembatan Menenggak bir sebotol,
biasanya digunakan dalam kehidupan menatap dunia,
masyarakat kita sebagai penghubung jalan dan melihat orang-orang kelaparan.
satu dengan jalan yang lainnya. Tetapi Membakar dupa,
pada puisi ―Jembatan‖ memiliki makna mencium bumi,
penghubung perasaan satu bangsa pada dan mendengar derap huru-hara.
masyarakat Indonesia.
b. Pemujaan terhadap pahlawan, Kota metropolitan di sini tidak tumbuh dari
Tahun 2000 terdapat pemujaan pahlaan industri,
yang baru. Pergeseran corak dan sentimen Tapi tumbuh dari kebutuhan negara industri
nasionalisme juga berimplikasi ke sosok asing
pahlawan yang muncul. Jika di masa silam akan pasaran dan sumber pengadaan bahan
sosok pahlawan adalah ―Pahlawan Tak alam
Dikenal‖ (sajak Toto Sudarto Bachtiar), Kota metropolitan di sini,
pahlawan kontemporer adalah Marsinah dalam adalah sarana penumpukan bagi Eropa,
sajak ―Dongeng Marsinah‖ Sapardi Djoko Jepang, Cina, Amerika,
Damono. Australia, dan negara industri lainnya.

Kita telah dikuasai satu mimpi


Rini, Nasionalisme dalam Puisi-Puisi Indonesia Pascareformasi 137

untuk menjadi orang lain. Sementara di negeriku


Kita telah menjadi asing Ia berikan belenggu-belenggu
di tanah leluhur sendiri. Maka bangkitlah Sutomo
Orang-orang desa blingsatan, mengejar Bangkitlah Wahidin Sudirohusodo
mimpi, Bangkitlah Ki Hajar Dewantoro
dan menghamba ke Jakarta. Bangkitlah semua dada yang terluka
Orang-orang Jakarta blingsatan, mengejar ―Bergenggam tanganlah dengan saudaramu
mimpi Eratkan genggaman itu atas namaku
dan menghamba kepada Jepang, Kekuatanku akan memancar dari
Eropa, atau Amerika. genggaman itu.‖

Jika pada masa perjuangan kemerdekaan Hanya kau yang kupilih, kemerdekaan
kita berhadapan dengan musuh konkret yang Di antara pahit-manisnya isi dunia!
hadir secara politik dan militeristik, yakni (Matahari yang kita tunggu
penjajah Belanda dan Jepang, sekarang ini kita Akankah bersinar juga
berhadapan dengan musuh yang hadir dalam Di langit kita?).
wujud bayang-bayang Mei 1985/2008
neokapitalisme/neoimperialisme yang
menjadikan Indonesia sekadar pasar, korupsi, Dalam puisi pascareformasi,
kemiskinan, kesenjangan sosial, dan pengenangan terhadap kejayaan masa lampau
sebagainya. menjadi sumber inspirasi untuk mempererat
Perubahan situasi tersebut berimplikasi rasa nasionalisme. Orang asing itu berabad-
pada corak nasionalisme kita: jika pada masa abad/ Memujamu di negerinya/ Sementara di
sekitar perang kemerdekaan nasionalisme negeriku/ Ia berikan belenggu-belenggu/ Maka
hadir dengan mengangkat senjata untuk bangkitlah Sutomo/ Bangkitlah Wahidin
melawan penjajahan asing, nasionalisme masa Sudirohusodo/ Bangkitlah Ki Hajar
kini adalah nasionalisme yang mampu Dewantoro/ Bangkitlah semua dada yang
―melawan‖ dominasi terluka.
neokapitalisme/neoimperialisme, korupsi,
kemiskinan, kesenjangan sosial, dan Pembahasan
sebagainya Puisi-puisi yang dibahas
d. Pengenangan kejayaan masa lalu. merupakan sampel dari kumpulan puisi
Puisi tahun 2000 sarat keinginan angkatan 2000. Dalam sebuah karya
kebangkitan dan pengenangan kejayaan masa sastra dapat ditemukan sistem tanda
lalu. Seperti tertuang pada puisi Ahmadun bahasa. Oleh karena itu, setiap karya
Yosi Herfanda dalam Nyanyian Kebangkitan. sastra dapat ditinjau secara semiotik dan
yang perlu diperhatikan adalah sistem
NYANYIAN KEBANGKITAN tanda yang terdapat dalam karya sastra
tersebut untuk dikaji.
Hanya kau yang kupilih, kemerdekaan Menganalisis karya sastra adalah
Di antara pahit-manisnya isi dunia usaha menangkap dan memberi makna
Akankah kau biarkan aku duduk berduka kepada teks sastra tersebut. Karya sastra
Memandang saudaraku, bunda pertiwiku merupakan sistem tanda yang mempunyai
Dipasung orang asing itu? makna yang mempengaruhi medium
Mulutnya yang kelu bahasa. Bahasa sebagai medium karya
Tak mampu lagi menyebut namamu sastra sudah merupakan sistem semiotika
atau ketandaan, yaitu sistem ketandaan
Berikan suaramu, kemerdekaan yang mempunyai arti tertentu. Dalam
Darah dan degup jantungmu lapangan yang penting yaitu sistem
Hanya kau yang kupilih tanda, adalah pengertian tanda dalam
Di antara pahit-manisnya isi dunia pengertian tanda ada dua prinsip, yaitu
penanda (signifier) atau yang menandai,
Orang asing itu berabad-abad yang merupakan bentuk tanda, dan
Memujamu di negerinya
138 INOVASI, Volume XX, Nomor 2, Juli 2018

petanda (signified) atau yang ditandai pertahankan?//Mengapa kita membangun kota


yang merupakan arti tanda. metropolitan,/dan alpa terhadap peradaban di
Ada anggapan bahwa nasionalisme kita desa?/Kenapa pembangunan menjurus kepada
saat ini tengah menyusut. Terkait dengan penumpukan,/dan tidak kepada pengedaran?).
perkembangan zaman anggapan tersebut tidak Larik sajak Rendra tersebut sesungguhnya
sepenuhnya benar. Jika pada masa perjuangan merefleksikan realitas dan situasi Indonesia:
kemerdekaan kita berhadapan dengan musuh Indonesia membentang dari Sabang sampai
konkret yang hadir secara politik dan Merauke; tetapi, segala sesuatunya
militeristik, yakni penjajah Belanda dan terkonsentrasi di Jakarta dan Pulau Jawa,
Jepang, sekarang ini kita berhadapan dengan termasuk─konon─uang yang beredar di
musuh yang hadir dalam wujud bayang- republik ini 80%-nya menumpuk di Jakarta.
bayang neokapitalisme/neoimperialisme yang ―Sajak Sebotol Bir‖ juga menggugat
menjadikan Indonesia sekadar pasar, korupsi, keberpihakan pembangunan: pembangunan
kemiskinan, kesenjangan sosial, dan hanya berpihak pada modal asing dan oleh
sebagainya. pemodal asing negeri ini hanya dijadikan
Perubahan situasi tersebut berimplikasi sekadar pasar sehingga kita pun cenderung
pada corak nasionalisme kita: jika pada masa menjadi bangsa yang konsumtif.
sekitar perang kemerdekaan nasionalisme (Kita hanyut di dalam arus peradaban
hadir dengan mengangkat senjata untuk yang tidak kita kuasai./Di mana kita hanya
melawan penjajahan asing, nasionalisme masa mampu berak dan makan,/tanpa ada daya
kini adalah nasionalisme yang mampu untuk menciptakan./Apakah kita akan berhenti
―melawan‖ dominasi sampai di sini?).
neokapitalisme/neoimperialisme, korupsi, (Kita telah dikuasai satu mimpi/untuk
kemiskinan, kesenjangan sosial, dan menjadi orang lain./Kita telah menjadi asing/di
sebagainya. Pergeseran corak dan sentimen tanah leluhur sendiri./Orang-orang desa
nasionalisme juga berimplikasi ke sosok hero blingsatan, mengejar mimpi,/dan menghamba
yang muncul. Jika di masa silam sosok hero ke Jakarta./Orang-orang Jakarta blingsatan,
adalah ―Pahlawan Tak Dikenal‖ (sajak Toto mengejar mimpi/dan menghamba kepada
Sudarto Bachtiar), hero kontemporer adalah Jepang,/Eropa, atau Amerika.)
Marsinah dalam sajak ―Dongeng Marsinah‖ Bait terakhir sajak Rendra ini paling
Sapardi Djoko Damono. tidak mengimplikasikan beberapa hal.
Dalam sejumlah puisi mutakhir kita Pertama, obsesi dan mimpi besar
kecemasan akan nasib dan corak nasionalisme pembangunan ternyata tidak berpijak pada
yang kabur, yang seakan-akan tanpa identitas, tradisi dan akar kultural kita sendiri, juga tidak
terartikulasikan pada sajak Rendra, Sutardji berpijak pada kekuatan ekonomi kita sendiri
Calzoum Bachri. Kecemasan para penyair karena ditopang utang dari luar negeri yang
tersebut pada umumnya berkaitan dengan melampaui batas (sehingga saat krisis ekonomi
masalah keberpihakan pembangunan, tahun 1997 negeri ini termasuk yang paling
kesenjangan dan ketimpangan sosial, parah menerima dampaknya). Karena tidak
perusakan lingkungan alam atas nama berpijak pada tradisi dan akar kultural, secara
pembangunan, korupsi, dan sebagainya. Jadi, perlahan identitas nasional sebenarnya juga
di pengujung abad ke-20 dan abad ke-21 ini tergerus: kita telah menjadi asing/di tanah
musuh nasionalisme kita yang senantiasa leluhur sendiri. Implikasi berikutnya adalah
membayangi adalah keserakahan (korupsi), berkurangnya rasa memiliki atas apa yang ada
―penggadaian‖ negara (melalui kebijakan di negeri ini: terdapat perasaan dan gap.
pemerintah yang lebih berpihak pada kekuatan Kesenjangan dan ketimpangan sosial
global/asing), penegakan hukum yang gagal sebagai akibat pembangunan, yang meskipun
(karena hukum diperjualbelikan), dan tidak pernah diakui, tetapi pada dasarnya
sebagainya. berideologi kapitalistis dan imperialistis
Rendra dengan ―Sajak Sebotol Bir‖ sehingga melahirkan perasaan dan gap dengan
mempersoalkan ketimpangan sosial yang sangat bagus terbayang dalam larik sajak
fantastis (Hiburan kota besar dalam ―Jembatan‖ Sutardji Calzoum Bachri:
semalam,/sama dengan biaya pembangunan Sedalam-dalam sajak takkan mampu
sepuluh desa!/Peradaban apakah yang kita menampung/airmata bangsa. ..../Maka aku pun
Rini, Nasionalisme dalam Puisi-Puisi Indonesia Pascareformasi 139

pergi menatap pada wajah/orang pengembaraan, nirbait dan penggunaan


berjuta./Wajah orang jalanan yang berdiri satu citraan alam.
kaki/dalam penuh sesak bis kota./Wajah orang 2. Makna nasionalisme dalam puisi
tergusur./..../Wajah para muda yang matanya pascareformasi diwujudkan dalam
letih menyimak/daftar lowongan pernyataan cinta tanah air, pemujaan
kerja./..../Wajah legam para pemulung yang terhadap pahlawan, harapan kemerdekaan,
memungut/remah-remah pembangunan./Wajah dan pengenangan kejayaan masa lalu.
yang hanya mampu menjadi sekadar/penonton Daftar Pustaka
etalase indah di berbagai plaza./Wajah yang Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur
diam-diam menjerit melengking/melolong dan Penelitian (suatu pendekatan praktik).
mengucap:/tanah air kita satu/bangsa kita Jakarta: PT Rineka Cipta.
satu/bahasa kita satu/bendera kita satu!/Tapi Bachri, Sutardji Coloum. 2001. O Amuk
wahai saudara satu bendera, kenapa/kini ada Kapak. Jakarta : Sinar Harapan.
sesuatu yang terasa jauh beda di antara Budianta, Melani. 2003. Membaca
kita?/Sementara jalan-jalan mekar di mana- Sastra:Pengantar Memahami Sastra
mana/menghubungkan kota-kota, jembatan- untuk Perguruan Tinggi. Jakarta :
jembatan/tumbuh kokoh merentangi semua Gramedia.
sungai dan lembah yang/ada, tapi siapakah Hartoko, Dick & B. Rahmanto. 2009.
yang akan mampu menjembatani/jurang di Pemandu di Dunia Sastra.
antara kita? Yogyakarta : Kanisius.
Sajak ―Jembatan‖ Sutardji Calzoum Herfanda, Ahmadun Yosi. 2006.
Bachri tersebut mengungkapkan kesenjangan Sembahyang Rerumputan.
sosial yang terjadi setelah laju pembangunan Yogyakarta : Yayasan Bentang
yang pesat berhasil menancapkan ikon Budaya
modernitas di negeri ini: bermunculannya Ismail, Taufik. 1998. Malu (Aku) Jadi
berbagai plaza dan pembangunan infrastruktur, Orang Indonesia. Jakarta : Yayasan
seperti jalan dan jembatan. Namun sementara Indonesia.
itu, jutaan orang hidup dalam pengangguran, Nadjip, Emha Ainun. 1998. Sesobek Buku
harus berjejal dalam bus kota yang penuh Harian Indonesia. Yogyakarta : Pustaka
sesak, hanya dapat sekadar menjadi penonton Pelajar.
gemerlap berbagai plaza, dan hanya mampu Pinurbo, Joko. 2001. Di Bawah Kibaran
memunguti remah-remah pembangunan. Sarung. Jakarta : Gramedia Pustaka
Situasi sebagaimana terbayang dalam Utama.
larik sajak ―Jembatan‖ Sutardji tersebut Pradopo, Rachmat Djoko.
mengisyaratkan nasionalisme yang mulai 2007. PengkajianPuisi. Yogyakarta:
terkoyak oleh jurang ketimpangan sosial, GadjahMada UniversityPress
jurang yang pada akhirnya akan melahirkan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
persepsi bahwa negeri ini bukan untuk orang Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa
yang terpinggirkan dan termarjinalkan, tetapi Indonesia. Jakarta :Gramedia Pustaka
untuk orang yang berduit dan berkuasa saja. Indonesia.
Dengan kata lain, ketimpangan dan Rampan, Korrie Layun. 2000. Angkatan
kesenjangan sosial sebenarnya merupakan 2000 dalam Sastra Indonesia.
ancaman serius untuk rasa nasionalisme kita. Jakarta : Grasindo
Ratna, Nyoman Kutha.2007. Teori,
Penutup Metode, dan Teknik Penelitian
Berdasarkan pembahasan hasil sastra. Yogyakarta: pustaka Pelajar.
penelitian, peneliti dapat mengambil simpulan Rendra, WS. 2013. Potret Pembangunan
yang dipaparkan di bawah ini. dalam Puisi. Jakarta : Pustaka Jaya.
1. Bentuk nasionalisme penyair puisi Sayuti, S.A. 2002. Sastra dalam Perspektif
pascareformasi diperlihatkan dalam wujud Pembelajaran. Jakarta: Indonesiatera.
bentuk pilihan kata kerakyatjelataan, Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif
revolusi tipografi bebas aturan, estetika Kualitatif dan R&D. Bandung: CV
baru antroporisme, penciptaan interaksi Alfabeta.
masal, puisi profetik dengan
140 INOVASI, Volume XX, Nomor 2, Juli 2018

Waluyo, Herman J. 2005. ApresiasiSastra.


Jakarta: GramediaPustakaUtama.
Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra.
Yogyakarta : Pustaka
Zaimar, Okke K.S. 2008. Semiotik dan
penerapan dalam karya sastra.
Jakarta: Pusat Bahasa departemen
Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai