2, (2017), 208-223
ISSN Cetak : 2356 - 2080
ISSN Online : 2356 - 2072
DOI: https://doi.org/ 10.26638/jp.448.2080
Abstract
Poetry is the oldest literary form. It emerges with the presence of man. The study of
poetry focused on the physical structure and inner structures of poetry. This study used
a descriptive qualitative method. Stylistic analysis approach: (1) systematic analysis of
linguistic system of literary works, and continued to the interpretation of literary
characteristics, interpretation directed to the total meaning; (2) studying a number of
distinctive features that distinguish one system from another. The poem "Tuhan"Aku
Cinta Padamu” sounds / a / who dominates, the atmosphere of longing, emotion,
surrender, willingness and peace. Repetition of rhymes in words in poems, visual
images, movements, feelings, metaphors, and repositories. The theme of God, the
mandate for self-introspection in order to improve themselves for reaching the God’s
willing.
Keywords: literary, poetry, stylistic
Abstrak
Puisi adalah bentuk kesusastraan tertua. Ia lahir bersama dengan keberadaan manusia.
Kajian puisi difokuskan pada struktur fisik dan struktur batin puisi. Metode penelitian
adalah metode kualitatif deskriptif. Pendekatan analisis stilistika: (1) analisis
sistematis tentang sistem linguistik karya sastra, dan dilanjutkan ke interpretasi
tentang ciri-ciri sastra, interpretasi diarahkan ke makna secara total; (2) mempelajari
sejumlah ciri khas yang membedakan satu sistem dengan sistem lain. Puisi “Tuhan,
Aku Cinta Pada-Mu” bunyi /a/ yang mendominasi, suasana rindu, haru, pasrah, rela
dan damai. Pengulangan rima pada kata dalam larik-larik puisi, citraan pada visual,
gerak, rasaan, majas metafora dan repitisi. Tema ketuhanan, Amanat agar intropeksi
diri dapat memperbaiki diri guna mencapai rido Allah.
Kata Kunci: sastra, puisi, stilistika
208
Struktur Fisik dan Struktur Batin …
209
Struktur Fisik dan Struktur Batin …
210
Struktur Fisik dan Struktur Batin …
atau sekelompok karya. Pendekatan yang lebih dari satu macam). Menganalisis
kedua yaitu mempelajari sejumlah ciri puisi berarti berusaha mengambil atau
khas membedakan sistem satu dengan menemukan arti biasa maupun arti
yang lainnya. Analisis stilistika adalah "tambahan" yang dikandung puisi
dengan mengamati deviasi-deviasi seperti tersebut. Disamping memahami arti atau
pengulangan bunyi, inversi susunan kata, makna puisi, kegiatan analisis juga
susunan hierarki klausa yang semuanya berusaha untuk melihat struktur/ unsur-
mempunyai fungsi estetis penekanan, atau unsur puisi.
membuat kejelasan, atau justru Dalam kajian ini, peneliti akan
kebalikannya yang membuat makna menganalisis lebih spesifik atau mendetail
menjadi tidak jelas. lagi mengenai puisi yang berjudul
Membaca puisi pada dasarnya “Tuhan, Aku Cinta Pada-Mu” karya WS
merupakan usaha melakukan kontak lahir Rendra. Dimana, puisi ini memiliki
batin dengan puisi tersebut. Pembaca sebuah pesan yang akan disampaikan oleh
puisi perlu bergulat dengan segala seorang penyair kepada pembaca atau
kemampuan, pikiran, pengalaman dan pendengarnya.
perasaan terhadap puisi yang dibaca agar Herman J. Waluyo 1996 (dalam
dapat menangkap segala makna dalam Muntazir: 2016:32) menjelaskan ruang
puisi. Mengapa hal tersebut diperlukan? lingkup puisi sebagai berikut, bahwa puisi
Karena banyak puisi yang bersifat adalah bentuk karya sastra yang
"menyembunyikan makna" dibalik baris- mengungkapkan pikiran dan perasaan
baris kata dan bait. Dari sudut pandang penyair secara imajinatif dan disusun
bahasa, secara konvensional bahasa dengan mengonsentrasikan semua
memiliki konsep dwi-tunggal, bentuk, dan kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian
arti. Kata tertentu memiliki arti tertentu struktur fisik dan struktur batinnya.
secara harfiah. Namun kata-kata yang Membaca puisi pada dasarnya
digunakan pada puisi mengandung arti merupakan usaha melakukan kontak lahir
"tambahan" dengan memanipulasi bahasa batin dengan puisi tersebut. Pembaca
dan memanfaatkan potensi yang ada pada puisi perlu bergulat dengan segala
bahasa. Kata-kata didalam puisi dapat kemampuan, pikiran, pengalaman dan
membawa arti yang "ambiguous" dan perasaan terhadap puisi yang dibaca agar
dapat terjadi multiinterpretasi pada puisi dapat menangkap segala makna dalam
yang sama (puisi dapat diinterpretasikan puisi. Mengapa hal tersebut diperlukan?
211
Struktur Fisik dan Struktur Batin …
Karena banyak puisi yang bersifat Adapun secara lebih detail, unsur-
"menyembunyikan makna" dibalik baris- unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua
baris kata dan bait. struktur, yaitu struktur batin dan struktur
Dari sudut pandang bahasa, secara fisik. Struktur batin puisi, atau sering pula
konvensional bahasa memiliki konsep disebut sebagai hakikat puisi, meliputi:
dwi-tunggal: bentuk dan arti. Kata (1) Tema/makna (sense); (2) Rasa
tertentu memiliki arti tertentu secara (feeling); (3) Nada (tone); (4)
harfiah. Namun kata-kata yang digunakan Amanat/tujuan/maksud (itention).
pada puisi mengandung arti "tambahan" Struktur fisik puisi atau terkadang
dengan memanipulasi bahasa dan disebut pula metode puisi merupakan
memanfaatkan potensi yang ada pada sarana-sarana yang digunakan oleh
bahasa. Kata-kata di dalam puisi dapat penyair untuk mengungkapkan hakikat
membawa arti yang "ambiguous" dan puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal
dapat terjadi multiinterpretasi pada puisi sebagai berikut.
yang sama (puisi dapat diinterpretasikan (1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu
lebih dari satu macam). Menganalisis bentuk puisi seperti halaman yang tidak
puisi berarti berusaha mengambil atau dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri,
menemukan arti biasa maupun arti pengaturan barisnya, hingga baris puisi
"tambahan" yang dikandung puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf
tersebut. Disamping memahami arti atau kapital dan diakhiri dengan tanda titik.
makna puisi, kegiatan analisis juga Hal-hal tersebut sangat menentukan
berusaha untuk melihat struktur/ unsur- pemaknaan terhadap puisi.
unsur puisi.
Menurut Rachmad Djoko Pradopo (2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang
(2009), Struktur fisik puisi meliputi(1) dilakukan oleh penyair dalam puisinya.
Diksi, (2) Pencitraan, (3) Kata konkret, Karena puisi adalah bentuk karya sastra
(4) Majas, (5) Bunyi yang menghasilkan yang sedikit kata-kata dapat
rima dan ritma. Struktur batin puisi mengungkapkan banyak hal, maka kata-
meliputi:(1) Tema, (2) Perasaan, (3) katanya harus dipilih secermat mungkin.
Nada, dan (4) Amanat. Struktur puisi di Pemilihan kata-kata dalam puisi erat
atas akan dikaji secara lebih lanjut dalam kaitannya dengan makna, keselarasan
penelitian ini. bunyi, dan urutan kata.
212
Struktur Fisik dan Struktur Batin …
(3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata- repetisi, anafora, pleonasme, antitesis,
kata yang dapat mengungkapkan alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars
pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pro toto, totem pro parte, hingga
pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat paradoks.
dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara
(auditif), imaji penglihatan (visual), dan (6) Versifikasi, yaitu menyangkut rima,
imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji ritme, dan metrum. Rima adalah
dapat mengakibatkan pembaca seakan- persamaan bunyi pada puisi, baik di awal,
akan melihat, mendengar, dan merasakan tengah, dan akhir baris puisi. Rima
seperti apa yang dialami penyair. mencakup (1) onomatope (tiruan
terhadap bunyi, misal /ng/ yang
(4) Kata konkret, yaitu kata yang dapat memberikan efek magis pada puisi
ditangkap dengan indera yang Sutadji C.B., (2) bentuk intern pola bunyi
memungkinkan munculnya imaji. Kata- (aliterasi, asonansi, persamaan akhir,
kata ini berhubungan dengan kiasan atau persamaan awal, sajak berselang, sajak
lambang. Misal kata kongkret “salju: berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi
melambangkan kebekuan cinta, (kata), dan sebagainya (Herman J
kehampaan hidup, dll, sedangkan kata Waluyo, 1987:92), dan (3) pengulangan
kongkret “rawa-rawa” dapat kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi
melambangkan tempat kotor, tempat rendah, panjang pendek, keras lemahnya
hidup, bumi, kehidupan, dll. bunyi. Ritma sangat menonjol dalam
pembacaan puisi.
(5) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias Penelitian ini bertujuan untuk
yang dapat menghidupkan/meningkatkan mendeskripsikan struktur fisik dan
efek dan menimbulkan konotasi tertentu struktur batin dalam puisi Tuhan, Aku
(Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif Cinta Pada-Mu. Hasil penelitian mestilah
menyebabkan puisi menjadi prismatis, sejalan dengan tujuan yang akan dicapai.
artinya memancarkan banyak makna atau Adapan hasil penelitian puisi “Tuhan,
kaya akan makna (Herman J Waluyo, Aku Cinta Pada-Mu” ini diharapkan dapat
1987:83). Bahasa figuratif disebut juga memberikan manfaat bagi para penikmat
majas. Adapaun macam-amcam majas sastra, yakni untuk mengetahui struktur
antara lain metafora, simile, personifikasi, fisik dalam puisi Tuhan, Aku Cinta Pada-
litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme,
213
Struktur Fisik dan Struktur Batin …
sampai pada pemaknaan. Selain itu juga empat 1 baris. Peran penting bunyi dalam
akan dianalisis dari segi tema, perasaan, puisi tidak dapat dipungkiri, karena bunyi
nada dan suasana, serta amanat. akan menimbulkan efek dan kesan
tertentu. Selain keindahan bunyi dapat
Tuhan, Aku Cinta Padamu menekankan arti kata, mengintensifkan
Karya: WS Rendra makna kata dan kalimat, bahkan dapat
Aku lemas mendukung pencipta suasana tertentu
Tapi berdaya dalam puisi. Gaya bunyi dalam puisi itu
Aku tidak sambat rasa sakit secara keseluruhan adanya bunyi /a/ yang
atau gatal mendominasi keseluruhan puisi. Suasana
yang ditimbulkan oleh dominasi bunyi ini
Aku pengin makan tajin adalah suasana pasrah, rela, sedih, haru,
Aku tidak pernah sesak nafas damai, dan hidmat. Bunyi /a/ terasa yang
Tapi tubuhku tidak memuaskan mewarnai keseluruhan puisi, sengaja
untuk punya posisi yang ideal dan dimanfaatkan oleh penyair untuk
wajar mencapai efek makna sekaligus juga
untuk mencapai efek estetik.
Aku pengin membersihkan tubuhku Pengulangan kata “aku” pada puisi
dari racun kimiawi ini mencapai delapan kali pada baris yang
Aku ingin kembali pada jalan alam berlainan dari empat belas baris seluruh
Aku ingin meningkatkan pengabdian puisi yang ada. Penyair (aku), dengan
kepada Allah sadar dan sungguh-sungguh
Tuhan, aku cinta padamu mengungkapkan keinginannya untuk
menjadi hamba Allah yang cinta terhadap
1) Analisis struktur fisik puisi penciptanya yang kekal, bukan ciptaannya
a. Gaya Bunyi yang fana. Aku, ingin melaksakan segala
Puisi “Tuhan Aku Cinta Pada-Mu” perintahnya secara totalitas meskipun
merupakan salah satu puisi yang tertuang dalam kondisi sesulit apapun itu.
dalam kumpulan puisi yang berjudul Pengulangan kata tertuang pada baris
“Dou untuk Anak Cucu” terdiri atas kesatu, ketiga, kelima, keenam,
empat bait. Bait pertama dan kedua kesembilan kesebelas, kedua belas, dan
masing-masing terdiri atas 4 baris, bait keempat belas. Rima tengah dengan
ketiga terdiri atas 5 baris dan bait ke
215
Struktur Fisik dan Struktur Batin …
dengan diminasi bunyi /a/ terdapat pada menunjukkan bahwa dalam struktur
seluruh baris puisi. intrinsik gaya memgang peranan penting.
Pengulangan kata “aku” Lebih-lebih dalam puisi gaya merupakan
dituangkan penyair pada setiap bait puisi unsur utama, puisi adalah gaya bahasa itu
baris 1 dan 3. Dalam hal ini terdapat sendiri sebagai sistem yang dioperasikan
pengulangan rima akhir. Pengulangan di dalamnya.
rima tengan bunyi /a/ pada keempat bait Puisi “Tuhan, Aku Cinta Pada-
itu membentuk pola yang sama sehingga Mu” menggunakan atau mengandung
menimbulkan kekhusu’an, kedekatan dan gaya bahasa paralelisme. Paralelisme
tulusan penyair sebagai makhluk dengan dapat diartikan sebagai pengulangan
Tuhan. ungkapan yang sama dengan tujuan
memperkuat nuansa makna. gaya bahasa
b. Gaya Kata (Diksi)
paralelisme yaitu berupa perulangan kata
Kata konotasi dalam puisi “Tuhan,
pertama pada setiap baris atau setiap
Aku Cinta Pada-Mu” banyak digunakan
kalimat yaitu pengulangan kata “aku”
penyair untuk menghidupkan lukisan dan
hingga delapan di awal baris.
memberikan gambaran yang jelas sesuai
Bait 1 dimanfaatkan bahasa kias
dengan gagasan yang ingin dikemukakan
berupa paradoks adalah semacam gaya
oleh penyair disamping kata kongret. Kata
bahasa yang mengandung pertentangan
konotatif mempunyai arti ganda, tak
yang ada dengan fakta-fakta yang ada.
langsung dan dapat menimbulkan asosiasi
untuk melukiskan kesadaran berupa
tertentu. Selain menimbulkan aspek
pengakuan terhadap tuhan betapa
estetis kata konotatif dipilih untuk
lemahnya “aku” namun “aku” tetap
menciptakan bahasa kias. Pemanfaatan
berupaya kuat dengan tekatnya untuk taat.
kata-kata yang berbahasa kias rasa yang
Pada baris pertama /Aku lemah/
lebih imajinatif dan sesuatu yang
merupakan kesadaran akan kekurangan
dinyatakan itu tak langsung sehingga
seorang mahluk. Baris ke dua /Tapi
lebih menarik dan perlu perenungan untuk
berdaya/ baris ini merupakan kontradiksi
memahaminya.
dengan baris pertama.
Sebagaimana ditegaskan oleh
Bait 2 majas asosiasi adalah gaya
Ratna (2009:90) bahwa kekuatan gaya
bahasa perbandingan yang bersifat
untuk mendorong proses kreatif di satu
memperbandingkan sesuatu dengan
pihak, dan kualitas estetis di lain pihak,
keadaan lain yang sesuai dengan keadaan
216
Struktur Fisik dan Struktur Batin …
217
Struktur Fisik dan Struktur Batin …
Aku tidak (akan) sambat (dan mengeluh pada puisi, selain kalimat menjadi ringkas
meskipun) rasa sakit (menerpa ragaku) dan efektif juga mampu menciptakan
atau (timbul rasa) gatal-(gatal yang suasana tersendiri sesuai keinginan
mengganggu kekhusukan ibadahku). penyair. Keinginan mendekatkan diri
Aku (ke)pengin (seperti orang) dengan Allah dengan mendalami
makan tajin (yang mengandung sari pati ajarannya atau ilmu Allah, sehingga hasil
kehidupan). Aku tidak (akan) pernah belajar itu akan terfleksi dalam seluruh
(surut mengabdikan hidupku, meskipun ucapan dan tindakan, sebab tampa
tantangan hidup ini akan membuat) sesak pemahaman yang benar mustahil dapat
(jalan) nafas (kehidupanku) mewujudkan kebenaran.
(te)Tapi (keadaan) tubuhku (kini sudah)
d. Citraan
tidak (mampu lagi mendapatkan hasil
Citraan atau pengimajian kerkait
yang) memuaskan (Walaupun demikian
erat dengan diksi. Artinya pemilihan
mimpiku) untuk punya posisi yang ideal
terhadap kata tedrtentu akan
dan wajar (disisi-Mu tidak pernah
menyebabkan timbulnya daya saran
mengendur).
tertentu yang menyebabkan daya bayang
Aku (ke)pengin membersihkan
pembaca terhadap sesuatu hal.
(jiwa dan) tubuhku (ini) dari racun
Hasanuddin (2002:110) menegaskan
kimiawi (yakni dosa-dosa yang
bahwa di samping mengkongkretkan ide
meredupkan keimananku). Aku ingin
abstrak, penyair memanfaatkan citraan
kembali (ke)pada jalan (yang lurus yaitu
untuk yang khusus, yang membuat lebih
ajaran Allah pencipta) alam (semesta).
hidup gambaran-gambaran dalam dalam
Aku ingin (dalam sisa hidupku ini, setiap
pikiran dan pengindraan dan juga untuk
saat) meningkatkan (kualitas) pengabdian
menarik perhatian. Akibat pemanfatan
(ku) (hanya) kepada (Mu jualah ya) Allah
citraan, kepuitisan dapat pula diciptakan.
(aku berserah diri). (Ya Allah ya Robbi)
Jadi, dapat dikemukakan bahwa
Tuhan (semesta alam),(tuntunlah) aku
sastrawan yang piawai dalam
(agar dapat selalu) cinta pada (ajaran-
menggunakan citraan atau imaji karyanya
ajaran rasul)mu.
akan segar dan hidup. Untuk
Pemadatan kalimat dalam puisi,
mengintensifkan, menjernihkan,
tentu saja dengan sengaja dilakukan oleh
memperkaya, sebuah imaji yang berhasil
penyair. Caranya adalah dengan
membentuk pengalaman menulis terhadap
mengimplisitkan bagian kalimat tertentu
218
Struktur Fisik dan Struktur Batin …
objek atau situasi yang dialaminya, Ia pernah sesak navas/, hal ini
mampu memberi gambaran yang memperlihatnya bahwa perjuangan
setepatnya, hidup, kuat, ekonomis, dan mencapai kebenaran harud dilakukan
hal itu tentu dapat dirasakan penyair dan dengan / makan tajin/ yaitu kebersihan
penikmatnya. hati dalam mencapai redo Allah dan /tidak
Dalam puisi “Tuhan, Aku Cinta pernah sesak nafas/ menghadapai segala
Pada-Mu” penyair memanfaatkan citraan ujian dari-Nya.
untuk menghidupkan imaji pembaca
melalui ungkapan yang tidak langsung. Aku pengin makan tajin
Aku tidak pernah sesak nafas
Pada bait 1 penyair memanfaatkan citraan
Tapi tubuhku tidak memuaskan
visual dengan memanfaatkan bahasa kias untuk punya posisi yang ideal dan
wajar
paradok, untuk menggambarkan upaya
mendekatkan diri antara penyair dengan
Pada bait 3 penyair juga memanfaatkan
Tuhan, sehingga timbul kesan semangat
citraan gerak seperti yang terdapat
yang membara yang diekspresikan
pada baris /Aku pengen membersihkan
penyair, Kesungguhan itu ia nyatakan
tubuhku/. Penyair memanfaatkan citra
dengan /Aku lemas/Tapi berdaya/
gerak untuk megambarkan upayanya
mekipun secara visual terlihat lemas,
kembali kejalan yangi benar dengan
namun semangat tidak pernah surut. Hal
membersikan diri dari segala macam
ini terlihat pada bari ke tiga dan keempat
dosa. Masih dalam citra gerak, dalam
yaitu /Aku tidak sambat rasa sakit/ atau
baris /Aku ingin kembali pada jalan
gatal/. Dengan citra rasaan penyair
Allah/ menunjukkan aktitas seperti
mengambarkannya.
orang bergerak atau proses
mendekatkan diri kepada Tuhan. Pada
Aku lemas
Tapi berdaya baris ketiga ini citra visul kembali
Aku tidak sambat rasa sakit
digunakan /Aku ingin meningkatkan
atau gatal
pengabdian/ kepada Allah/. Gerak
Pada bait 2 penyair masih memanfaatkan kehidupan menuju peningkatan diri
citraan visual dengan memanfaatkan menjadi manusia muttaqin (orang yang
bahasa kias /Aku ingin makan tajin/ Aku taqwa) harus berproses bukan instan
tidak pernah sesak nafas/, untuk atau bin salabin.
megambarkan upaya maksimal yang
dapat dilakukan digunakan /aku tidak
219
Struktur Fisik dan Struktur Batin …
220
Struktur Fisik dan Struktur Batin …
221
Struktur Fisik dan Struktur Batin …
mengapa manusia sombong, tidak mau Wellek, R dan Warren, A. (1993). Teori
Kesusastraan. Jakarta: PT.
berubah memperbaiki diri. Tema
Gramedia Pustaka Utama.
ketuhanan puisi ini, dapat kita buktikan WS Rendra. (2014), Doa untuk Anak
Cucu. Yogyakarta: Bentang
melalui data yang terdapat dalam puisi.
Pustaka
Pertama, diksi yang digunakan sangat
kental dengan kata-kata ketuhanan. Kata
“Tuhan, Aku Cinta Pada-Mu” yang
digunakan sebagai judul menggambarkan
sebuah permohonan atau komunikasi
seorang penyair dengan tuhan atau Sang
Pencipta alam dan seisinya.
5. DAFTAR PUSTAKA
223