Anda di halaman 1dari 3

Buka menu utama

Cari

Sendang Tirto Kamandanu

Baca dalam bahasa lain

Unduh

Pantau

Sunting

Pelajari selengkapnya

Artikel ini perlu diberi pranala ke halaman lain untuk membantu pembentukan jaringan dalam
ensiklopedia. Anda bisa membantu mengembangkannya dengan menambahkan pranala yang sesuai
ke dalam kalimat yang ada.

Pelajari selengkapnya

Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini.

Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan
pencari pranala.

Tag ini diberikan pada Desember 2018.

Sendang Tirto Kamandanu merupakan salah satu tempat wisata edukasi dan merupakan warisan
budaya yang masih tetap dilestarikan yang berlokasi di Dusun Menang RT 03 RW 03 Desa Menang,
Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. Sendang Tirto Kamandanu ini terletak 200
meter dari petilasan atau tempat mokhsanya Raja Kediri Sri Aji Jayabaya.

Etimologi Sunting

Raja Kediri Sri Aji Jayabaya sering melakukan semedi atau bertapa di Sendang Buntung atau Kali
Buntung. Kemudian Sendang Buntung beralih nama menjadi Kolosonyo. Setalah dilakukan
pemugaran pada tahun 1980 oleh yayasan Hondodeto diberilah nama Sendang Tirto Kamandanu
dalam dialeg bahasa jawa Sendang berarti kolam alami, sedangkan Tirto Kamandanu memiliki makna
sumber mata air yang memberi kehidupan. Jadi sesuai namanya Sendang Tirto Kamandanu ini
merupakan kolam alami yang berisi sumber mata air yang memberi kegunaan beraneka ragam bagi
makhluk hidup[1].

Sejarah Sunting
Sedang Tirto Kamandanu merupakan situs peninggalan kerajaan di masa pemerintahan Raja Kediri
Sri Aji Jayabaya pada abad ke-12 silam, yang telah dipugar atas prakarsa yayasan Hondodeto
Yogyakarta, dan didukung oleh segenap lapisan masyarakat.

Tempat ini merupakan “Patirtan” (mata air yang dianggap suci) yang digunakan pada masa
pemerintahan sang prabu Sri Aji Jayabaya dan masih lestari sampai sekarang. Pada masanya
difungsikan sebagai kaputran atau tempat bermain putra – putri raja[2]. Selain sebagai tempat
pemandiaan, air Sendang Tirto Kamandanu ini banyak digunakan untuk berbagai keperluan
pengunjung sesuai dengan kseyakinan masing – masing. Hal ini seiring keyakinan masyarakat bahwa
Sendang Tirta Kamandanu ini digunakan untuk melukad (mandi dan bersuci) oleh sang prabu Sri Aji
Jayabaya sebelum melakukan “Prama Mokhsa” (kembali menghadap Tuhan beserta dengan
raganya)[3].

Tradisi Sunting

Setiap tanggal 1 pada bulan muharam (kalender hijriah) atau tanggal 1 sura (dalam bahasa jawa)
diadakan upacara adat oleh yayasan Hondodento Yogyakartan bersama dengan pemerintah
Kabupaten Kediri. Dimana dalam pelaksanaanya digelar berbagai prosesi ritual napak tilas. Acara ini
diadakan untuk menghormati Jayabaya dan sekaligus dijadikan agenda wisata budaya rutin tiap
tahun. Rangkaian proses tersebut diawali dengan doa bersama yang digelar di balai desa Menang.
Prosesi dilanjutkan dengan upacara adat yaitu kirab atau iring – iringan menuju petilasan (tempat
yang diyakini sebagai tempat mokhsanya Sri Aji Jayabaya). Dalam barisan kirap dengan mengenakan
busana jawa terdiri dari para sesepuh, pembawa payung pusaka, pembawa bunga, dan warga
sekitar. Beberapa prosesi upacara digelar di petilasan antara lain prosesi tabur bunga, prosesi utama
yakni penyemayaman pusaka Jayabaya di lokasi petilasan, dilanjutkan dengan doa yang dipimpin
oleh sesepuh. Segala prosesi ritual diakhiri di Sendang Tirto Kamandanu. Hal ini diyakini dapat
membuang sial dan pengaruh jahat. Selain pada tanggal 1 sura, Sendang Tirto Kamandanu ini banyak
dikunjungi oleh peziarah. Tercatat pernah dikunjungi orang – orang penting di negeri ini, yang
tujuannya beragam ada yang sekedar cuci tangan atau kaki, atau juga ada mandi, dan adapula yang
mengambil air didalamnya dan di bawa pulang [4].

Arsitek Sunting

Sendang Tirto Kamandanu ini merupakan bangunan perpaduan 3 agama yakni Hindu, Budha, dan
Islam. Pada bagian patung di Sendang Tirto Kamandanu merupakan patung Hindu yang bernama
patung Herihara, bagian depan patung yaitu Trimurti (Siwa, Brahma, Wisnu) dan bagian belakangnya
patung Ganesha. Sedangkan pada gapura menggunkan corak Budha, dan semua bangunan di
bangung oleh orang Islam[5].

Referensi Sunting

1. http://kekunaan.blogspot.com/2015/08/sendang-tirta-kamandanu.html. Diakses tanggal 20


Desember 2018. 2. Mufid, Husnu, dkk. 2017. Hubungan Prabu Sri Aji Joyoboyo dengan Syekh Wasil.
Surabaya: Penerbit Menara Madinah. 3. https://www.tripadvisor.com/LocationPhotoDirectLink-
g311297-d8670796-i154314185-Sendang_Tirta_Kamandanu-Kediri_East_Java_Java.html. Diakses
tanggal 19 Desember 2018. 4. Aditiya, Lena. 2014. Studi Tentang Petilasan Jayabaya di Desa
Pamenang Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri. Skripsi. Kediri: Universitas PGRI Kediri. 5. Suratin,
2018. Sejarah Sendang Tirto Kamandanu [Wawancara] (21 Desember 2018).

Pelajari selengkapnya

Artikel ini tidak memiliki kategori.

^ http://kekunaan.blogspot.com/2015/08/sendang-tirta-kamandanu.html

^ Mufid, Husnu, dkk. 2017. Hubungan Prabu Sri Aji Joyoboyo dengan Syekh Wasil. Surabaya:
Penerbit Menara Madinah.

^ https://www.tripadvisor.com/LocationPhotoDirectLink-g311297-d8670796-i154314185-
Sendang_Tirta_Kamandanu-Kediri_East_Java_Java.html

^ Aditiya, Lena. 2014. Studi Tentang Petilasan Jayabaya di Desa Pamenang Kecamatan Pagu
Kabupaten Kediri. Skripsi. Kediri: Universitas PGRI Kediri

^ Suratin, 2018. Sejarah Sendang Tirto Kamandanu [Wawancara] (21 Desember 2018).

Lihat riwayat suntingan halaman ini.

HALAMAN TERKAIT

Jayabaya

Arca Totok Kerot

Doko, Ngasem, Kediri

desa di Kabupaten Kediri

Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0 kecuali dinyatakan lain.

Kebijakan privasi Ketentuan PenggunaanTampilan PC

Anda mungkin juga menyukai