Anda di halaman 1dari 14

1

REALITAS SOSIAL DALAM KUMPULAN PUISI


W.S. RENDRA KAJIAN HERMENEUTIKA

AHMAD ZAIN
ahmadzainsumaga@gmail.com
Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta KM. 9 Kampus Bumi Tadulako Telp.(0451) 429743, 422611
Email: untad@.ac.id

ABSTRAK Ahmad Zain 2017. Realitas Sosial Dalam Kumpulan Puisi W.S. Rendra.
Skripsi, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako. Pembimbing:
(1) Drs. Pratama Bayu Santosa, M.Si (II) Ulfah S.Pd M.Pd

ABSTRAK

Permasalahan pokok dalam penelitian ini, yaitu: 1) Bagaimana deskripsi realitas


sosial dalam kumpulan puisi W.S. Rendra?; 2) Realitas sosial apa saja yang ada
dalam kumpulan puisi W.S. Rendra melalui kajian hermeneutika? Tujuan dari
penelitian ini adalah mendeskripsikan Realitas Sosial dalam kumpulan puisi W.S.
Rendara melalui kajian hermeneutika. Sumber data dalam penelitian ini diambil
dari 3 (tiga) puisi W.S Rendra yang berjudul Sajak Sebatang Lisong, Gadis dan
Majikan dan Orang-orang Miskin,. Adapun dari ketiga puisi tersebut terdapat
beberapa realitas sosial yang terdiri dari tujuh aspek pembahasan, yakni: Aspek
Kemiskinan, Protes Sosial, Pendidikan, Pelecehan, Penindasan, Kemunafikan,
dan Ketidakadilan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah peneliti melakukan
penelusuran pustaka, melakukan telaah naskah, mendeskripsikan, dan melakukan
verifikasi. Data diolah dengan menggunakan kode huruf (B) kapital untuk bait
dan huruf (b) kecil untuk baris. Selanjutnya data di analisis berdasarkan
pendekatan yang telah ditentukan yakni pendekatan hermeneutika. Hasil
penelitian ini adalah realitas sosial dalam puisi W.S Rendra menggambarkan
adanya tekanan batin dan penindasan yang dialami oleh Hasil penelitian ini
adalah realitas sosial dalam puisi W.S Rendra menggambarkan adanya
penindasan terhadap orang-orang miskin, ketidakadilan, kemiskinan, kesenjangan
pendidikan, kemunafikan, tekanan batin dan adanya pelecehan terhadap
perempuan, serta protes sosial akibat ulah para penguasa yang bertindak semena-
mena dan tidak bertanggung jawab.

Kata Kunci: Realitas Sosial, Puisi W.S. Rendra, Kajian Hermenutika


2

1. PENDAHULUAN sosial dan pengalaman pengarang. Hal ini


sejalan dengan pemikiran Pradopo (2003:59)
Karya sastra pada dasarnya berisi yang mengemukakan bahwa karya sastra
tentang permasalahan yang melingkupi secara langsung atau tidak langsung
kehidupan sosial. Setiap bangsa atau suku dipengaruhi oleh pengalaman dari lingkungan
bangsa memiliki kehidupan sosial yang pengarang. Sastrawan sebagai anggota
berbeda dengan bangsa lain. Karya sastra masyarakat tidak akan lepas dari tatanan
selalu menemukan dimensi-dimensi masyarakat dan kebudayaan. Semua itu
tersembunyi dalam kehidupan manusia, berpengaruh dalam proses penciptaan karya
dimensi-dimensi yang tidak terjangkau oleh sastra.
kualitas evidensi empiris, bahkan juga oleh Penciptaan karya sastra tidak dapat dipisahkan
instrumen laboratorium (Ratna, 2003:214). dengan proses imajinasi pengarang dalam
Karya sastra merupakan bagian dari kehidupan melakukan proses kreatifnya. Hal ini sejalan
manusia dalam memahami dunia ini. Kualitas dengan pendapat Pradopo (2003:61) yang
evidensi empiris dapat berupa pengalaman dan mengemukakan bahwa karya sastra lahir di
pengetahuan yang dimiliki manusia. tengah-tengah masyarakat sebagai hasil
Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap
realitas sosial bagi masyarakat sekaligus gejala-gejala sosial yang ada di sekitarnya.
sebagai pembaca dapat memberikan Akan tetapi karya sastra tidak hadir dalam
tanggapannya dalam membangun karya sastra. kekosongan budaya. Herder (dalam Atmazaki,
Menurut Endraswara (2003:119) reaksi atau 1990:44) menjelaskan bahwa karya sastra
tanggapan dapat bersifat positif atau negatif. dipengaruhi oleh lingkungannya maka karya
Reaksi akan bersifat positif apabila pembaca sastra merupakan ekspresi zamannya sendiri
memberikan tindakan dan sikap pada karya sehingga ada hubungan sebab akibat antara
sastra dengan perasaan senang, bangga, dan karya sastra dengan situasi sosial tempat
sebagainya. Reaksi yang bersifat negatif tidak dilahirkannya.
akan mendapatkan tanggapan sikap yang Sebuah karya sastra juga dapat disimpulkan
membangun bagi perkembangan karya sastra. lahir dari latar belakang dan dorongan dasar
Sastra merupakan ekspresi kehidupan manusia manusia untuk mengungkapkan eksistensi
(Fananie, 2000:132). Menurut Fananie dirinya. Sebuah karya sastra dipersepsikan
(2000:194) terdapat tiga perspektif berkaitan sebagai ungkapan realitas kehidupan dan
dengan keberadaan karya sastra. Pertama, konteks penyajiannya disusun secara
perspektif yang memandang sastra sebagai terstruktur, menarik, serta menggunakan media
dokumen sosial yang di dalamnya merupakan bahasa berupa teks yang disusun melalui
refleksi situasi pada masa sastra tersebut refleksi pengalaman dan pengetahuan secara
diciptakan, kedua, perspektif yang potensial memiliki berbagai macam bentuk
mencerminkan situasi sosial penulisnya, dan representasi kehidupan. Ditinjau dari segi
ketiga, model yang dipakai karya tersebut pembacanya karya sastra merupakan bayang-
sebagai manifestasi dari kondisi sosial. Sebuah bayang realitas yang dapat menghadirkan
karya sastra dapat berupa informasi mengenai gambaran dan refleksi berbagai permasalahan
kondisi sosial, ekonomi, politik, pendidikan dalam kehidupan.
dan budaya. Kesusastraan Indonesia banyak Memahami atau menganalisis puisi
melahirkan karya sastra yang bersifat memberi pada hakikatnya adalah membaca kehidupan.
gambaran tentang kehidupan realitas sosial Karena puisi dapat mencerminkan suatu corak
masyarakat. kehidupan masyarakat pada suatu masa, dan
Karya sastra memiliki objek yang berdiri mampu menjelaskan harkat dan martabat
sendiri, terikat oleh dunia dalam kata yang manusia secara utuh, serta berisikan masalah
diciptakan pengarang berdasarkan realitas kehidupan yang universal. Dalam kumpulan
3

puisi W.S. Rendra, dimana dari beberapa puisi Beberapa para ahli menyatakan
yang berjudul sajak sebatang lisong, gadis dan bahwa puisi merupakan pengalaman seperti
majikan dan orang-orang miskin menjadi dikemukakan oleh Perrine (Badrun, 1989:5)
objek penelitian bila dipandang dari unsur bahwa puisi berhubungan dengan pengalaman.
hermeneutik, penulis akan mencoba mengkaji Keindahan dan kebenaran adalah bagian dari
puisi tersebut dilihat dari unsur pengalaman. Sebagai keseluruhan puisi
hermeneutiknya. Bahwasanya sangatlah perlu berhubungan dengan berbagai pengalaman.
untuk mengkaji sebuah puisi dengan unsur Pernyataan ini kemudian dilanjutkan oleh
hermeneutika. Meyer (Badrun, 1989:5) puisi bukanlah
Hermeneutika Secara etimologis metode komunikasi yang sederhana tetapi
hermeneutika berasal dari bahasa merupakan pengalaman yang unik.
hermeneuein, bahasa Yunani, yang berarti Menurut Herman J. Waluyo
menafsirkan atau menginterpretasikan. Secara (1995:23) Puisi merupakan bentuk
mitologi (ibid.) hermeneutika dikaitkan kesusastraan yang menggunakan pengulangan
dengan Hermes nama Dewa Yunani yang suara sebagai ciri khasnya. Pengulangan kata
menyampaikan pesan illahi. Pada dasarnya tersebut menghasilkan rima, irama atau ritme.
medium pesan adalah bahasa, baik bahasa Menurut Tarigan (1984:4) kata puisi berasal
lisan maupun bahasa tulisan, jadi, penafsiran dari bahasa Yunani “poeisis” yang berarti
disampaikan lewat bahasa, bukan bahasa itu penyair. Sedangkan dalam bahasa Inggris,
sendiri. Karya sastra perlu ditafsirkan sebab di puisi disebut dengan istilah poem yang berarti
satu pihak karya sastra terdiri atas bahasa, di syair atau sajak. Arti ini lama-kelamaan
pihak lain, di dalam bahasa sangat banyak dipersempit ruang lingkupnya menjadi “hasil
makna yang tersembunyi, atau dengan sengaja sastra yang kata-katanya disusun menurut
disembunyikan. Nyoman Kutha Ratna syarat-syarat tertentu dengan menggunakan
(2012:45). irama, sajak, dan kata-kata kiasan”. Watts
Dunton (dalam Tarigan, 1984:5). Puisi adalah
ekspresi yang konkret dan bersifat artistik dan
2. KAJIAN PUSTAKA pikiran manusia secara emosional dan
berirama. S. Suharyanto (1981:12) pendapat
Pada bagian ini diuraikan teori yang Watts Dunton dan Lascalles Abercramble itu
diambil sebagai landasan dalam melakukan sejalan dengan pendapat, yang menyatakan
penelitian berikut ini, penulis membahas bahwa puisi tidak lain merupakan
beberapa aspek teori yang berkaitan dengan pengungkapan kembali segala peristiwa atau
penelitian ini. kejadian yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari. Puisi adalah karangan bahasa yang
2.2.1 Pengertian Puisi khas memuat pengalaman yang khas pula
(Sumardi, 1997:7) lain halnya defenisi puisi
Puisi merupakan karya sastra yang yang diberikan oleh Waluyo (1987:25 ) bahwa
tertulis yang paling awal ditulis manusia. Puisi adalah bentuk karya sastra yang
Untuk memberikan definisi tentang puisi, mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair
memang agak sulit, olehnya itu untuk secara imajinatif dan disusun dengan
memahami lebih dalam tentang puisi biasanya menkonsentrasikan semua kekuatan bahasa
diberikan ciri-ciri atau karakteristik puisi dan dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan
unsur-unsur yang membedakannya dengan struktur batinnya. Danie (1990:15)
karya sastra lainnya, seperti metrum, rima, dan mengemukakan bahwa puisi merupakan
yang lebih menyolok lagi ialah penampilan pancaran kehidupan sosial, kejolak kejiwaan
tipografi. dan segala aspek yang ditimbulkan oleh
adanya interaksi baik secara langsung maupun
4

tidak langsung, sadar atau tidak yang larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah
mengandung nilai-nilai estetis. pergantian tingih rendah, panjang pendek, dan
Dari beberapa pendapat diatas keras lembutnya ucapan bunyi. Timbulnya
penulis dapat menyimpulkan bahwa: irama disebabkan oleh perulangan bunyi
Puisi adalah karya sastra imajinatif secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya
yang mampu menggambarkan kenyataan karena adanya rima, perulangan kata,
maupun pengalaman yang bernilai estetis dan perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang
kehadirannya dapat memberikan kesenangan bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat
pada manusia.Saat ini puisi tidak lagi terikat konsonan dan vokal, atau panjang pendek
oleh baris dalam bait, rima dan irama seperti kata). Dari sini dapat dipahami bahwa rima
yang dikemukakan oleh Wirjosoedarmo adalah salah satu unsur pembentuk irama,
(1984:51) bahwa puisi adalah karangan yang namun irama tidak banyak dibentuk oleh rima.
terikat oleh : (1) Banyaknya baris tiap bait, (2) Baik rima maupun irama inilah yang
banyaknya kata dalam tiap baris, (3) menciptakan efek musikalisasi pada puisi,
banyaknya suku kata dalam tiap baris, (4) rima yang membuat puisi menjadi indah dan enak
dan, (5) irama, pendapat Wirjosoedarmo didengar meskipun tanpa dilagukan.
tersebut umumnya dapat ditemukan dalam Makna merupakan wilayah isi
bentuk puisi lama seperti gurindam, pantun, sebuah puisi. Setiap puisi pasti mengandung
syair, mantra, bidal, talibun, karmina dan makna. Makna adalah unsur tujuan dari
seloka. pemilihan kata, pembentukan larik dan bait.
Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi
2.2.2 Struktur Batin dan Struktur Lahir tersebut. Melalui makna inilah misi penulis
Puisi atau penyair puisi disampaikan. Baik yang
disampaikan secara langsung maupun tidak
Secara sederhana, batang tubuh puisi langsung, implisit atau simbolis. Hal tersebut
terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, berkenaan dengan pendapat sayuti (2002:348)
larik, bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini yang mengatakan bahwa makna berkenaan
saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. dengan hal yang secara aktual atau secara
Secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut. nyata dibicarakan dengan puisi. Kehadiran
Kata adalah unsur utama makna tidak bersifat terbuka dalam arti kata
terbentuknya puisi. Pemilihan kata yang tepat itu, tetapi berupa suatu hal sebagai implikasi
sangat menentukan kesatuan dan keutuhan tersembunyi dari sesuatu. Karenanya, makna
unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih dibedakan dengan arti yang sifatnya terbuka.
diformalisasi menjadi sebuah larik. Larik (atau Adapun secara lebih detail, unsur-
baris) mempunyai pengertian yang berbeda unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua
dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik.
satu kata saja, bisa frase, bisa pula sebuah Struktur batin puisi atau sering pula disebut
kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai
sebuah larik biasanya empat buah, tetapi pada berikut:
puisi baru tidak ada batasan. a. Tema adalah gagasan pokok atau
Bait merupakan kumpulan larik yang (subject-matter) yang dikemukakan
tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya penyair melalui puisinya. Tema
ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah mengacu pada penyair. Pembaca
larik dalam sebuah bait biasanya empat buah, sedikit banyak harus mengetahui latar
tetapi pada puisi baru tidak dibatasi. belakang penyair mengetahui latar
Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. belakang penyair agar tidak salah
Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang menafsirkan tema puisi tersebut,
ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam karena itu, tema bersifat khusus,
5

objektif dan lugas, hal itu b. Diksi atau dikenal dengan istilah
dikemukakan oleh waluyo (2002:17). pemilihan kata merupakan salah satu
Pernyataan tersebut didukung oleh gambaran kreatifitas penyair untuk
pendapat (Nauman 2000:9) bahwa menyampaikan pesan. Diksi dapat
tema secara umum berarti berupa makna kias berupa majas,
permasalahan yang dijadikan bahan lambang atau simbol, persamaan
tulisan. bunyi atau rima berupa sajak.
b. Amanat adalah pesan atau nasehat c. Pengimajian atau citraan adalah kata
merupakan kesan yang ditangkap oleh atau susunan kata-kata yang dapat
pembaca setelah membaca puisi. memperjelas atau memperkonkret apa
Amanat dirumuskan sendiri oleh yang dinyatakan oleh penyair. Melalui
pembaca dan tidak lepas dari tema pengimajian apa yang digambarkan
yang dikemukakan penyair Waluyo seolah-oleh dapat dilihat (imaji
(2002:40). visual), didengar (imaji auditif), atau
c. Perasaan/feeling merupakan unsur dirasakan (imaji taktil) hal tersebut
penting yang mengungkapkan dikemukakan Waluyo (2002:10).
perasaan penyair. Nada dan perasaan d. Gaya bahasa atau bahasa figuratif
penyair dapat kita tangkap kalau puisi yang lebih dikenal dengan sarana
itu dibaca dengan kerasdalam poetry retorika pada dasarnya merupakan tipu
reading atau deklamasi. Membaca muslihat pikiran yang menggunakan
puisi dengan nada keras akan lebih sususnan bahasa yang khas sehingga
membantu kita menemukan perasaan pembaca atau pendengar merasa
penyair yang melatarbelakangi dituntut untuk berpikir. Dengan
terciptanya puisi tersebut Waluyo demikian pembaca atau pendengar
(2002:39). puisi dapat lebih menghayati gagasan
d. Nada dan suasana puisi merupakan yang diekspresikan, atau perasaan
gambaran kejiwaan penyair, sesuai dengan yang ingin ditumbuhkan penyairnya
pendapat waluyo (2002:37) bahwa nada dapat lewat puisi, sehingga penggunaan
mengungkapkan sikap penyairterhadap majas dalam puisi sering ditemukan.
pembaca. Dari sikap itu terciptalah suasana Adapun macam-macam majasantara
puisi. Ada puisi bernada sinis, protes, lain metafora, simile, personifikasi,
menggurui, memberontak, main-main, serius, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme,
patriotik, belas kasih, takut, mencekam, santai, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis,
masa bodoh, pesimis, humor, mencemoh, alusio, klimaks, antiklimaks, satire,
kharismatik, filosofis, khusyuk, dan pars prototo, totemproparte, hingga
sebagainya. paradoks.
Sedangkan struktur fisik puisi adalah e. Versifikasi, yaitu menyangkut rima,
sarana-sarana yang digunakan oleh penyair ritme, dan metrum. Rima adalah
untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur persamaan bunyi pada puisi, baik di
fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut: awal, tengah, dan akhir baris puisi.
a. Bentuk visual puisi merupakan salah Rima mencakup (1) onomatope (tiruan
satu unsur puisi yang paling mudah terhadap bunyi, misal /ng/ yang
dikenal. Bentuk visual meliputi memberikan efek magis pada puisi
penggunaan tipografi dan susunan Sutardji C.B.), (2) bentuk intern pola
baris. Bentuk visual pada umumnya bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan
mensugesti hubungan dengan makna akhir, persamaan awal, sajak
puisi. berselang, sajak berparuh, sajak
penuh, repetisi bunyi, (kata), dan
6

sebagainya Waluyo (1987:92), dan (3) Setiap karya sastra, terutama puisi
pengulangan kata/ungkapan. Salah pasti memiliki makna yang terkandung di balik
satu jenis retorika yang mempunyai simbol-simbol (kata-kata) yang digunakan
frekuensi tinggi adalah repetisi atau pada puisi tersebut. Dan dari setiap simbol-
pengulangan Sayuti (2002:253-254). simbol yang terdapat pada setiap puisi pasti
Ritma adalah tinggi rendah, panjang memiliki kejadian atau hal-hal yang
pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma melatarbelakangi sehingga karya sastra
sangat menonjol dalam pembacaan tersebut dapat tercipta. Hal-hal atau kejadian
puisi. tersebut biasanya berasal dari luar sastra,
f. Kata konkret, yaitu kata yang dapat seperti sejarah, kenyataan dan sebagainya.
ditangkap dengan indera yang Begitu pun yang terjadi pada puisi yang
memungkinkan munculnya imaji. berjudul “sajak sebatang lisong, sajak gadis
Kata-kata ini berhubungan dengan dan majikan dan orang-orang miskin karya
kiasan atau lambang. Misalnya: kata W.S. Rendra.
konkret “tandus: melambangkan
kekeringan”. 2.2.5 Realitas Sosial
Menurut Heru Kurniawan (2012:16)
2.2.3 Pengertian  Hermeneutika Fakta sosial adalah suatu kenyataan yang
memiliki karakteristik khusus, yakni
Secara etimologis hermeneutika mengandung tata cara bertindak, berpikir, dan
berasal dari bahasa hermeneuein, bahasa merasakan yang bersifat dari luar individu,
Yunani, yang berarti menafsirkan atau yang ditanamkan dengan kekuatan koersif.
menginterpretasikan. Secara mitologi (ibid.) Menurut Durkheim (Dalam buku
hermeneutika dikaitkan dengan Hermes nama Rules of Sociological Method) Fakta sosial
Dewa Yunani yang menyampaikan pesan adalah cara bertindak, apakah tetap atau tidak,
illahi. Pada dasarnya medium pesan adalah yang bisa menjadi pengaruh atau hambatan
bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa eksternal bagi seorang individu. “Dan itu bisa
tulisan, jadi, penafsiran disampaikan lewat berarti bahwa fakta sosial adalah cara
bahasa, bukan bahasa itu sendiri. Karya sastra bertindak, berpikir, dan perasaan yang berada
perlu ditafsirkan sebab di satu pihak karya di luar individu dan koersif dan dibentuk
sastra terdiri atas bahasa, di pihak lain, di sebagai pola dalam masyarakat.
dalam bahasa sangat banyak makna yang
tersembunyi, atau dengan sengaja 2.2.6 Realitas
disembunyikan. Nyoman Kutha Ratna
(2012:45). Pengertian serupa juga Realitas menurut Idrus Shahab
dikemukakan oleh Rafiek (2010:2) yang adalah segala sesuatu yang rill keberadaannya
mengatakan hermeneutika adalah teori tentang (2007 Online). Realitas (reality) adalah
bekerjanya pemahaman dalam menafsirkan pembicaraan tentang cabang filsafat ontologi.
teks. Adapun fungsi hermeneutika adalah Secara ringkas realitas itu bisa dianggap
megembangkan metode menganalisis arti sebagai ide, materi, api, tanah, udara, angin,
ekspresi kehidupan batin “yang secara objektif dan sebagainya (Bagong Suyanto, 2010:8).
sah” titik tolak dan titik akhirnya adalah Realitas adalah kenyataan, KBBI revisi ketiga
pengalaman konkret. Fungsi lainnya adalah (2007:936).
memahami orang atau pelaku yang menjadi Selanjutnya Soetandyo Wignjosoebroto (2001)
sejarah. menyatakan bahwa “realitas” dalam artinya
sebagai ‘sesuatu yang menampak’ sebenarnya
2.2.4 Analisis Hermeneutika adalah ‘fakta’, namun dalam maknanya yang
tidak hanya sebagai sesuatu (being) yang
7

disadari, diketahui, atau bahkan yang dipahami mendapat perhatian dan berbagai macam
dan diyakini (realized) boleh dan ada di dalam penilaian.
alam pemikiran manusia. Maka yang namanya Meskipun nilai sosial itu mendasari
‘realitas’ itu tak mesti berhenti pada konsep tata sosial, akan tetapi para warga masyarakat
realitas sebagai realitas individual, melainkan yang bersangkutan biasanya tidak menyadari
realitas yang menjadi bagian dari kesadaran, adanya nilai tersebut. Hanya dalam situasi
pengetahuan, dan/atau keyakinan suatu dimana nilai sosial itu terancam, maka orang
kelompok sosio-kultural. Yang tersebut akhir segera menyadari pentingnya nilai itu bagi
inilah yang dalam kepustakaan ilmu-ilmu kesejahteraan masyarakat.
sosial disebut ‘realitas sosial’, sekalipun yang
dimaksud dan ditunjuk sebagai ‘kelompok 3.1 Jenis Penelitian
sosiokultural’ disini hanya kelompok kecil Jenis penelitian ini adalah penelitian
saja, malah mungkin hanya terdiri dari dua kualitatif. Menurut Muri Yusuf (2014:328),
individu yang tengah berintegrasi saja. “Penelitian kualitatif mencari makna
Dari beberapa pengertian realitas di pemahaman, pengertian tentang suatu
atas dapat disimpulkan bahwa realitas adalah fenomena, kejadian, maupun kehidupan
sesuatu yang benar-benar terjadi, kenyataan, manusia dengan terlibat langsung atau tidak
apa yang kita lihat, dengar dan rasakan dalam langsung dalam setting yang diteliti,
kehidupan kita. kontekstual, dan menyeluruh”. Sehubungan
dengan hal itu Moleong (dalam Pradopo,
2.2.7 Sosial 2001:25) mengemukakan bahwa penelitian
kualitatif sering diartikan sebagai penelitian
Abdul Syani (dalam Kuncoro Hadi, yang tidak mengadakan “perhitungan” atau
2009:434) menjelaskan bahwa istilah sosial dengan angka-angka. Jadi, penelitian kualitatif
dapat diartikan sebagai hubungan manusia di adalah penelitian yang mencari makna tentang
dalam masyarakat, yaitu berbagai masalah fenomena kehidupan tanpa melibatkan
yang sedang dihadapi oleh masyarakat perhitungan.
terutama dalam bidang kesejahteraan. Alasan penulis menggunakan metode
Sedangkan menurut Daldjoeni tersebut, karena dalam penelitian ini penulis
(1997:6) ilmu sosial merupakan ilmu yang ingin mengungkapkan reaitas sosial yang
menelaah masyarakat manusia, baik yang teramati dalam konteks penelitian. Dalam hal
terdapat di sekelilingnya maupun yang ada di ini, konteks penelitian adalah naskah puisi
daerah lain, baik yang ada dimasa sekarang sajak sebatang lisong dan sajak gadis dan
maupun dimasa lampau. majikan dan orang-orang miskin, yang
Dari beberapa pengertian sosial di atas menjadi fokus seputar raelitas sosial yang
dapat disimpulkan bahwa sosial merupakan terkandung di dalamnya melalui pendekatan
segala sesuatu yang berhubungan dengan hermeneutika.
masyarakat.
Nilai sosial adalah menyangkut hal-hal 3.2 Jenis Dan Sumber Data
yang diidam-idamkan oleh masyarakat, baik
yang berupa uang, persaingan bebas, maupun Jenis data dalam penelitian ini adalah
persamaan kesempatan (Daldjoeni, 1997:181). data berupa naskah puisi sajak sebatang
Sedangkan menurut Notonagoro (dalam lisong, sajak gadis dan majikan dan orang-
Samosir, 2013: Online) nilai sosial adalah orang miskin karya W.S. Rendra. Sumber data
sesuatu yang sudah melekat di masyarakat yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini
yang berhubungan dengan sikap dan tindakan adalah naskah puisi W.S. Rendra yang
manusia. Contohnya, setiap tindakan dan berjudul sajak lebatang lisong, sajak gadis
perilaku individu di masyarakat, selalu
8

dan majikan dan orang-orang miskin melalui a. Dalam penelitian deskriptif kualitatif,
kajian hermeneutika. yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri.
3.3 Teknik Pengumpulan Data Manusia sebagai instrumen utama
dalam penelitian kualitatif dipandang
Data dalam penelitian ini lebih serasi, pernyataan ini diperkuat
menggunakan data deskriptif kualitatif. Data oleh Nasution, yaitu:
deskriptif kualitatif ialah data yang “Dalam penelitian kualitatif, tidak ada
memberikan gambaran berupa kata-kata atau pilihan lain daripada menjadikan manusia
gambar dan tidak dalam bentuk angka-angka. sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya
Dalam hal ini adalah pandangan realitas sosial ialah bahwa segala sesuatunya belum
pada puisi sajak sebatang lisong, sajak gadis mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus
dan majikan dan orang-orang miskin karya penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang
W.S. Rendra kemudian dianalisis melalui digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu
pendekatan hermeneutika. semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan
Setelah kita mengetahui sumber-sumber jelas sebelumnya. Segala sesuatu masi perlu
bahan bacaan, kita pun perlu mengetahui dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam
langkah-langkah dalam pengumpulan data, keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas,
dalam pengumpulan data peneliti tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu
menggunakan teknik sebagai berikut : sendiri sebagai alat satu-satunya dapat
a. Peneliti melakukan penelusuran mencapainya” (Sugiyono, 2010:223).
pustaka, sehingga memperoleh sumber
data berupa naskah puisi W.S. Rendra Dengan kata lain, dalam penelitian ini
yang berjudul: sajak sebatang lisong, peneliti berperan sebagai instrumen utama
sajak gadis dan majikan dan orang- dalam menjaring data dan informasi yang
orang miskin. diperlukan. Namun untuk menganalisis data,
b. Melakukan telaah naskah dengan cara penulis menggunakan pendekatan
membaca naskah puisi di atas secara hermeneutika.
berulang-ulang untuk menemukan dan b. Teks sebagai intrumen dalam
mengidentifikasi data berupa realitas penelitian ini, karena peneliti
sosial dalam puisi tersebut dengan menggunakan naskah puisi selain
mengaitkan diluar sastra. sebagai sumber data juga berperan
c. Melakukan pencatatan dan mencatat sebagai alat pengumpul data.
satu persatu data tersebut dan Dalam penelitian ini peneliti juga
memberikan kode yang digunakan bertindak sebagai intrumen sekaligus
sebagai bahan kajian. pengumpul data. Posisi sebagai instrumen
d. Mendeskripsikan hasil penelaan tidak dapat dihindari sebab kegiatan
berdasarkan analisis melalui kajian pengumpulan data tidak dapat dilakukan
hermeneutika dengan bantuan dengan perantara atau sarana lain. Peneliti
referensi yang relevan dengan objek berhubungan langsung dengan teks sebagai
yang dikaji. sumber data.
e. Melakukan verifikasi yakni
melakukan tindakan pembahasan 3.5 Teknik Analisis Data
terhadap temuan data.
Setelah mengumpulkan data, proses
3.4 Intrumen Penelitian selanjutnya adalah menganalisa data. Analisa
data adalah proses mengatururutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,
9

kategori dan suatu urain dasar. Berdasarkan data empiris mana yang sesuai dengan konsep
pendapat Miles dan Huberman (Siswantoro, yang peneliti fokuskan.Setelah mencatat data
2005:67) menyodorkan rumusan analisis tertentu yang seperti peneliti inginkan, belum
dalam rangkaian seperti berikut: tentu data tersebutbenar-benar akurat merujuk
pada kriteria untuk memperoleh kepastian
a. Pengumpulan Data (Data Collection) tentang akurat atau tidaknya data, tindakan
Selama kurun pengambilan data, mengecek perlu diupayakan. Dengan
peneliti mencurahkan energi serta pikiran mengecek kembali data yang diperoleh agar
untuk mengambil data yang dibutuhkan lebih terjamin dari sudut kualitas dan akan
dengan berbasis pada seperangkat konsep yang terhindar dari dimensi bias.
telah peneliti kuasai. Keakuratan perolehan
data bergantun gsepenuhnya pada peneliti, d. Pengabsahan (Verification)
sehingga proses pengambilan data tidak Penarikan kesimpulan hanyalah
berlangsung sekali. Tetapi terjadi proses tindakan menentukan keakuratan atau
pengulangan dalam usaha pencapaian akurasia ketepatan data primer dengan rujukan kepada
atau kualitas data yang semakin baik. Dalam konsep tertentu sebagai parameter atau dengan
proses pengambilan data ini peneliti membaca mencocokan kesesuaian antara temuan data
naskah puisi berulang-ulang untuk empiris didalamsebuah naskah puisi dengan
mendapatkan data yang berupa realitas sosial konsep tertentu. Tindakan pengujian atau
pada naskah puisi W.S. Rendra. pengecekan itu disebut dengan istilah
“Verifikasi”. Oleh milles dan Huberman,
b. Seleksi Data (Data Reduction) istilah tersebut diartikan sebagai berikut: arti
Peneliti mengidentifikasi, yang munculdari data harus diuji untuk
mengklasifikasi, mencermati, memahami memperoleh kepastian, kekuatan,
seluruh data dengan panduan parameter atau keterpercayaan, itulah validitas Siswantoro
kriteria, kategori yang telah ditetapkan (2005:75).
sebelumnya pada saat pengembilan data.
Dengan reduksi, data yang dikumpulkan e. Pemaparan (Data Display)
terseleksi, terfokus, dan akurat sebab data yang Langkah berikut ditempuh peneliti
tidak relevan dengan parameter dibuan setelah menyelasaikan tahap pengumpulan
gdengan data baru yang dipercaya lebih akurat data, reduksi data, dan pengecekan serta
sehingga diperoleh data yang makin pengabsahan data adalah tahap pemaparan.
berkualitas. Dengan reduksi pula peneliti lebih Pemaparan data diartikan sebagai penyajian
berfokus pada masalah yang sebenarnya analisis data dengan format pengumpulan data.
terjadi. Format penyajiannya dalam bentuk naratif
yakni bentuk komposisi yang berbentuk kata-
c. Penarikan Kesimpulan (Conclusion) kata atau paparan cerita secara runtun.
Dalam usaha memperoleh kepastian Misalnya dalam pengumpulan data peneliti
tentang kebenaran data primer. Kegiatan awalnya mengidentifikasi kenyataan dalam
penarikan kesimpulan ini dilakukan bersamaan puisi terhadap masyrakat indonesia dan
waktu dengan pengumpulan data reduksi data. membaca berulang-ulang naskah puisi W.S.
Ketiganya membentuk satu paket yang tidak Rendra, secara bertahap peneliti melaksanakan
terpisahkan. Pada saat pengumpulan data pengumpulan dan analisis data sesuai dengan
berlangsung, peneliti melakukan reduksi dari fokus penelitian, yakni gambaran keadaan
data yang tersebar disepanjang larik dan bait rakyat pada puisi sajak sebatang lisong, sajak
pada naskah puisi W.S. Rendra dengan gadis dan majikan dan orang-orang miskin
ditambah seperangkat konsep sebagai oleh W.S. Rendra pada masa itu.
parameter atau kriteria. Peneliti menyeleksi
10

Dengan kelima langkah analisis data Realitas sosial aspek kesenjangan pendidikan,
yang diuraikan di atas, diharapkan diperoleh (4). Realitas sosial aspek pelecehan, (5).
kesimpulan akhir yakni deskripsi realitas soial Realitas sosial aspek penindasan, (6). Realitas
pada puisi W.S. Rendra berdasarkan kajian sosial aspek kemunafikan, (7). Realitas sosial
hermeneutika. aspek ketidakadilan. Setiap puisi memiliki
realitas sosial lebih dari satu, dan akan
4.1 Hasil dan Pembahasan dikemukakan beberapa data yang telah
diperoleh peneliti sebagai bukti dari hasil
Dalam hasil penelitian ini, akan penelitian.
dikemukakan beberapa data yang telah Berikut ini adalah data berupa tabel spesifikasi
diperoleh peneliti sebagai bukti dari penelitian. realitas sosial dalam tiga puisi W.S. Rendra.
Seperti yang telah dijelaskan pada batasan Tabel pertama merupakan realitas sosial aspek
istilah, Realitas sosial adalah suatu peristiwa kemiskinan, tabel kedua merupakan realitas
yang benar-benar terjadi di tengah masyarakat. sosial aspek protes sosial, tabel ketiga
Istilah ini digunakan untuk menunjukkan suatu merupakan realitas sosial aspek kesenjangan
gejala yang tidak biasa ditengah masyarakat. pendidikan, tabel keempat merupakan realitas
Hal ini lahir dari perilaku manusia dalam sosial aspek pelecehan, tabel kelima
kehidupan sosialnya dan membentuk suatu merupakan realitas sosial aspek penindasan,
gejala-gejala sosial menjadi sebuah fakta atau tabel keenam merupakan realitas sosial aspek
kondisi tertentu (Gunadarma, 2009:12). kemunafikan, tabel ketujuh merupakan realitas
Dengan demikian, realitas sosial merupakan sosial aspek ketidakadilan, dalam tiga puisi
peristiwa yang benar-benar terjadi di tengah- sajak sebatang lisong, sajak gadis dan
tengah masyarakat. Dalam penelitian ini, majikan, dan orang-orang miskin Setelah
peneliti menggunakan pendekatan peneliti mengidentifikasi realitas sosial peneliti
hermeneutika. Penelitian ini merupakan menggunakan alat pemandu berupa tabel
realitas sosial yang terdapat dalam kumpulan spesifikasi untuk menjaring data dan membuat
puisi W.S. Rendra kemudian disimpulkan kode huruf (B) kapital menunjukan bait dan
dalam bentuk penafsiran teks. Hermeneutika huruf (b) kecil untuk menunjukan baris puisi.
merupakan cabang ilmu yang membahas
tentang cara penafsiran atau menganalisis teks. Tabel 4.1.1
Pengertian serupa juga dikemukakan oleh Data 1 Realitas Sosial Aspek Kemiskinan
Rafiek (2010:2) yang mengatakan
hermeneutika adalah teori tentang bekerjanya Kode
N
Data (B=Bait) Ket.
pemahaman dalam menafsirkan teks. o
(b=baris)
Berdasarkan pendekatan dan cara pandang 1. 1. Orang-orang miskin Bait1/b1- Kemiski
yang digunakan penulis dalam mengkaji dijalan b2 nan
2. Yang tinggal di dalam
realitas soial dalam kumpulan puisi W.S. selokan
Rendra yakni dengan menggunakan kajian 2. 6. Angin membawa bau Bait2/b6- Kemiski
baju mereka b8 nan
hermeneutika, tentunya penulis terlibat aktif 7. Rambut mereka di
dalam menelaah teks puisi dan bulan purnama
mendeskripsikannya sesuai dengan teknik 8. Wanita-wanita
bunting berbaris di
analisis data. Dalam hasil penelitian ini, cakrawala,
peneliti mendapatkan tujuh aspek realitas 9. mengandung buah
jalan raya.
sisoal dalam kumpulan puisi W.S. Rendra, 3. 10. Orang-orang mskin. Bait3/b10 Kemiski
yang berjudul sajak sebatang lisong, sajak Orang-orang berdosa -b11 nan
gadis dan majikan, dan orang-orang miskin 11. Bayi gelap dalam
batin. Rumput dan
yaitu (1). Realitas soaial aspek kemiskinan, lumut jalan Raya
(2). Realitas sosial aspek protes sosial, (3). 4. 25. Orang-orang miskin Bait6/b25 Kemiski
11

di jalan ,b29,b30 nan yang berhasil ditemukan dalam 3 puisi karya


29. Tangan-tangan kotor
dari jalanan
W.S. Rendra yang berjudul, “Sajak Sebatang
30. Meraba-raba kaca Lisong, Gadis dan Majikan dan Orang-orang
jendelamu miskin.
5. 32. Jumlah mereka tak Bait7/b32 Kemiski
bisa kamu mistik ,b38,b38 nan
menjadi nol Data 1 1. Orang-orang miskin dijalan
37. Kuman-kuman
sipilis dan tbc dari
2. Yang tinggal di dalam
gang-gang gelap selokan
38. Akan hinggap di Data diatas mempunyai unsur kunci
gorden presidenan
6. 40. Orang-orang miskin Bait8/b40 Kemiski pada diksi orang-orang miskin. kata orang-
berbaris sepanjang ,b43,b44, nan orang miskin berarti orang-orang yang tidak
sejarah b47,b48
mempunyai harta benda yang hidupnya
43. Orang-orang miskin
mengangkat pisau-pisau luntang-lantung di jalanan. Diksi yang
44. tertuju ke dada kita mengiringi kata kunci tersebut adalah di jalan.
47. Orang-orang miskin
48. juga berasal dari Kata di jalan bermakna tempt tinggal mereka,
kemah Ibrahim tempat hidup dan tempat mereka mengais
rezeki. Kata di jalan ini berhimpitan dengan
kata di dalam selokan, ini menegaskan bahwa
4.2 Pembahasan mereka hidup di tempat yang tidak layak, tidak
pernah diperhatikan oleh pemerintah, jauh dari
Kemiskinan adalah suatu kondisi segala fasilitas layak yang biasanya dinikmati
ketidakmampuan secara ekonomi untuk oleh orang orang kelas menengah ke atas.
memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat
di suatu daerah. Kondisi ketidakmampuan ini Data 2 6. Angin membawa bau baju
ditandai dengan rendahnya kemampuan mereka
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok 7. Rambut mereka di bulan
baik berupa pangan, sandang, maupun papan. purnama
Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga 8. Wanita-wanita bunting
akan berdampak berkurangnya kemampuan berbaris di cakrawala
untuk memenuhi standar hidup rata-rata Data diatas menceritakan tentang
seperti standar kesehatan masyarakat dan keadaan dan penampilan orang-orang miskin,
standar pendidikan. kata angin membawa baju mereka sangat jelas
menggambarkan bahwa mereka untuk masalah
Pada prinsipnya, standar hidup di
pakaian saja mereka tak mampu membelinya
suatu masyarakat tidak sekedar tercukupinya
bahkan mereka harus memakai pakaian
kebutuhan akan pangan, akantetapi juga
mereka berhari-hari sampai pakaian mereka
tercukupinya kebutuhan akan kesehatan
bau. Begitu pula dengan penampilan mereka,
maupun pendidikan. Tempat tinggal ataupun
rambut mereka di bulan purnama menjelaskan
pemukiman yang layak merupakan salah satu
bahwa penampilan mereka sangat acak-
dari standar hidup atau standar kesejahteraan
acakan, rambut tak tersisir rapi dan
masyarakat di suatudaerah. Berdasarkan
berantakan. Kemudian para wanita yang hamil
kondisi ini, suatu masyarakat disebut miskin
pun harus merasakan kepedihan menjadi orang
apabila memiliki pendapatan jauh lebih rendah
miskin, para calon ibu yang begitu banyak
dari rata-rata pendapatan sehingga tidak
berjejeran dipinggir jalan yang akan
banyak memiliki kesempatan untuk
melahirkan generasi penerus yang hidup
mensejahterakan dirinya. (Suryawati, 2004).
didalam kemiskinan.
Mengenai hal tersebut, dibawah ini ialah
beberapa data realitas sosial aspek kemiskinan
12

Data 3 10. Orang-orang miskin. Orang- 48. juga berasal dari kemah
orang berdosa Ibrahim
11. Bayi gelap dalam batin. Data di atas menjelaskan bahwa adanya
Rumput dan lumut jalan orang misikin sepanjang sejarah, makna kata
Raya sepanjang sejarah adalah selalu adanya orang-
orang miskin di setiap masa. Kalimat orang-
Data diatas menjelaskan bahwa menjadi orang miskin mengangkat pisau-pisau tertuju
orang miskin adalah sebuah kesalahan. Kata ke dada kita yang memiliki makna bahwa
Orang-orang berdosa adalah vonis yang mereka juga mengajukan pertanyaan-
didapatkan oleh mereka yang kurang mampu pertanyaan kepada pemerintah dan mereka
dan tak mempunyai harta. Kemudian pula berasal dari kemah Ibrahim yang artinya
dilanjutkan dengan kalimat Bayi gelap dalam mereka juga adalah manusia yang berasal dari
batin. Rumput dan lumut jalan Raya memberi nabi Ibrahim AS.
makna bahwa bayi para orang miskin bagaikan
rumput dan lumut dijalan raya yang mengotori 5.1. Kesimpulan
keindahan jalan yang bersih.
Berdasakan hasil penelitian ketiga
Data 4 25. Orang-orang miskin di jalan
puisi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa
29. Tangan-tangan kotor dari
makna puisi W.S. Rendra berdasarkan
jalanan
pendekatan hermeneutika mengangkat
30. Meraba-raba kaca
persoalan kehidupan masyarakat yaitu adanya
jendelamu
realitas sosial, penindasan terhadap orang-
Data diatas mempunyai makna bahwa
orang miskin, ketidakadilan, kemiskinan,
orang-orang miskin yang berada dijalanan
ksenjangn pendidikan, kemunafikan tekanan
sangat kotor dan mereka hanya bisa datang
batin, dan adanya pelecehan terhadap
meraba-raba kaca jendela orang kaya untuk
perempuan, serta protes sosial. Dalam karya
meminta-minta.
sastra khususnya ketiga puisi W.S Rendra
yang berjudul Sajak Sebatang Lisong, Gadis
Data 5 32. Jumlah mereka tak bisa
dan Majikan dan Orang-orang Miskin,
kamu mistik menjadi nol
sehingga muncul keinginan untuk melawan
37. Kuman-kuman sipilis dan
dan menolak segala bentuk perlakuan yang
tbc dari gang-gang gelap
tidak adil tersebut oleh masyarakat. Hal inilah
38. Akan hinggap di gorden
yang yang disebut relitas soial sangat jelas
presidenan
digambarkan W.S. Rendra dalam ketiga
Data di atas menjelaskan bahwa orang-
puisinya dengan diksi yang cukup sederhana
orang miskin itu tidak sedikit jumlahnya,
dan mudah dipahami,
mereka sangat banyak. Mereka yang dianggap
Dengan demikian benar bahwa
dipenuhi banyak kuman penyakit itu tidak
ketiga puisi W.S. Rendra tersebut
akan tinggal diam saja. Mereka akan datang
menggambarkan adanya unsur realitas sosial,
untuk berseru kepada pemerintah.
dan realitas sosial dalam karya sastra sangat
perlu, sebagai bentuk kepedulian terhadap
Data 6 40. Orang-orang miskin
nasib kaum lemah, hal itulah yang dilakukan
berbaris sepanjang sejarah
oleh W.S. Rendra dalam menciptakan puisinya
43. Orang-orang miskin
tersebut.
mengangkat pisau-pisau
44. tertuju ke dada kita
5.2 Saran
47. Orang-orang miskin
13

1. Kepada para pembaca puisi karya Gusmarni. (2013). Analisis Nilai-Nilai


W.S. Rendra diharapkan mampu menyerap Realitas dan Fiksionalitas dalam Kumpulan
nilai-nilai yang terkandung di dalam ketiga Cerpen Dari Salawat Dedaunan sampai
puisi W.S. Rendra dan menerapkan Kunang-Kunang di Langit Jakarta, Cerpen
dikehidupan nyata. Pilihan Kompas. Skripsi Universitas Maritim
2. Diharapkan mahasiswa khususnya Raja Ali Haji Tanjungpinang.
jurusan Bahasa dan Seni untuk mencitai sastra,
karena sasrtra termasuk salah satu media untu http://blogproletar.blogspot.co.id/2010/06/apa
membentuk karakter bangsa. -itu-sosial-sosialisasi-sosialis.html [10 Maret
3. Sehubungan dengan terciptanya 2016].
ketiga puisi W.S. Rendra tersebut diharapkan
masyarakat Indonesia khususnya pemerintah http://F:/kajian%20hermeneutika/ERNA
sebisa mungkin untuk memperjuangkan hak- %20%20Analisis%20puisi%20dengan
hak kaum lemah yang tertindas, jangan lagi %20kajian
ada eksploitasi yang berkedok emansipasi, dan %20hermeneotik_files/navbar.htm[30 Maret
ciptakanlah lapangan kerja yang layak untuk 2016].
kaum lemah.
Kurniawan, Heru. (2012). Teori, Metode, dan
Aplikasi Sosiologi Sastra.
DAFTAR PUSTAKA
Lofland, 2003. Protes, Studi Tentang Gerakan
Arifin, E. Zaenal. (2003). Dasar-dasar
Sosial. Insist Pres. Yogyakarta.
penulisan karangan Ilmiah. Jakarta: grasindo.
Nofrianti, (2013). Realitas Sosial dalam Novel
Asniar. (2012). Analisis Diksi Puisi W.S.
Pintu Karya Fira Basuki. Skripsi Sekolah
Rendra Melalui Pendekatan Feminisme.
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Skripsi Sarjana Pada Fkip Untad Palu: tidak
(STKIP) PGRI Sumatera Barat Padang.
diterbitkan.
Poerwadarminta. W.J.S. 2003. Kamus Umum
Damayanti D. (2013). Buku Pintar Sastra
Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Indonesia. Yogyakarta: Araska.
Pradopo, Rahmat Djoko, dkk. (2001).
Daldjoeni, N (1997). Dasar-dasar dan Ilmu
Metodologi penelitian sastra. Yogyakarta: PT.
Pengetahuan Sosial, untuk Mahasiswa (IKIP)
Hanindita Graha Widia.
dan Guru Sekolah Lanjutan (Cet 4). Bandung
Alumni Rafiek M. (2010). Teori Sastra, Kajian Teori
dan Praktik. Bandung: PT Refika Utama.
Depdikbud, 1990. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Balai Pustaka Depdikbud. Jakarta. Ratna, Kutha Nyoman (2012). Teori, Metode,
dan Teknik Penelitian Sastra. Pustaka Belajar
Dewantara, K. H. 1977. Karya Ki Hajar
Dewantara. Yogyakarta: Majelis Luhur Reisal. (2009). Analisis Makna Puisi Doa,
Persatuan Taman Siswa. Sajak Putih, dan Peminta-minta Karya Chairil
Anwar. Skripsi Sarjana Pada Fkip Untad Palu:
Eka, D.R. (2008). Realitas dan Imajinasi
tidak diterbitkan.
dalam Kumpulan Cerpen Iblis Tidak Pernah
Mati Karya Seno Gumira Ajidarma. Skripsi Rendra, W.S. (1993). Protet Pembangunan
Universitas Sumaterautara Medan. dalam Puisi. Jakarta: Pustaka Jaya.
14

Sayuti, Sumianto A. (2002). Berkenalan


dengan Puisi. Yogyakarta: Gamma Media.

Siswantoro. (2005). Metode Penelitian Sastra


Analisis Psikologis. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.

Soetandyo Wignjosoebroto. (2001). Fenomena


Realitas Sosial sebagai Obyek Kajian Ilmu
(Sains) Sosial. Dalam Burhan Bungin (ed).
Metode Penelitian Kualitatif. Aktualisasi
Metodologi ke arah Ragam Varian
Kontemporer. Divisi Buku Perguruan Tinggi.
PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Suryawati. 2004. Teori Ekonomi Mikro. UPP.


AMP YKPN. Yogyakarta.

Waluyo, Herman J. (2002). Apresiasi Puisi.


Gramedia Pustaka Utama.

Waluyo, Herman. J.(1987). Teori dan


Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Yusuf, M. (2014). Metode Penelitian. Jakarta:


Prenadamedia Group.

Anda mungkin juga menyukai