Anda di halaman 1dari 8

Nama : Resti Febrisanti

NPM : 212121045

Kelas : 2B

Mata Kuliah : Kajian Prosa Fiksi

ANALISIS CERPEN “CINTA TAK ADA MATI” KARYA EKA


KURNIAWAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA
STRUKTURALISME GENETIK

SINOPSIS

Cinta Tak Ada Mati merupakan salah satu cerpen dari kumpulan cerpen
dengan judul yang sama yaitu Cinta Tak Ada Mati karya Eka Kurniawan. Cerpen
ini menceritakan tentang seorang bujangan tua bernama Mardio yang masih
percaya bahwa pujaan hatinya akan menerima cintanya. Ia mencintai gadis bernama
Melatie sejak usia empat belas tahun. Melatie selalu menolak pernyataan cinta dari
Mardio hingga ia menikah dengan seorang dokter setelah perang berakhir. Melatie
hidup bahagia sedangkan Mardio setia menunggunya sampai si dokter itu mati.
Namun bukan dokter itu yang mati, melainkan Melatie yang mati dahulu. Setelah
Melatie meninggal, cinta Mardio semakin dalam hingga pada suatu malam ia
melakukan hal yang selama ini ia tahan demi melakukan itu dengan Melatie, yaitu
mencium si dokter yang tertidur di kamar yang disiapkan khusus untuk Melatie di
rumah Mardio.

PENDAHULUAN

Karya sastra adalah hasil ekspresi sikap hidup pengarangnya. Sastra ditulis
sebagai bentuk imajinasi pengarang yang berusaha mengungkap kehidupan.
Lazimnya karya sastra itu sendiri menggambarkan keadaan sosial, politik, ekonomi,
maupun hal-hal kecil yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Bentuknya bisa
berupa sajak-sajak puisi, karangan bebas seperti cerpen atau novel, maupun naskah
yang diperankan dalam sebuah teater. Seperti yang dikatakan Sumardjo dan Saini
(melalui Rokhmansyah, 2014: 2), sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang
berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat keyakinan dalam suatu

1
bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa
(Chairunisa dkk., 2022).

Cerpen yang menjadi salah satu karya sastra seringkali menjadi media
penulis untuk mengungkapkan suatu gambaran tertentu. Pengarang menciptakan
dunia beserta tokohnya dengan menggunakan imajinasinya. Walaupun sebagai
suatu karya yang imajiner, dalam cerpen terdapat fakta-fakta kemanusiaan yang
dibawa oleh pengarang dalam karyanya untuk mendialektikakan pikiran dan
perasaannya terkait dengan lingkungannya. Cerpen juga memiliki karakteristik
yang berbeda dengan prosa lainnya yaitu penyajian pokok permasalahan dengan
bahasa yang lebih pendek menjadi lebih efektif sebagai penyampaian pandangan
dunia pengarang dengan pesan yang ada di dalamnya.

LANDASAN TEORI

1. Cerpen
Cerpen merupakan singkatan dari cerita pendek, suatu karya sastra
berbentuk tulisan dengan mengisahkan sebuah cerita fiksi yang dikemas
secara pendek, jelas, dan ringkas. Cerpen biasanya mengisahkan tentang
permasalahan yang dialami satu tokoh saja.
Cerpen disebut fiksi prosa karena ceritanya berfokus pada satu
konflik dan terdiri tidak lebih dari 10.000 kata. Cerpen ketika dibaca akan
cepat selesai dan mudah dipahami karena ceritanya yang relative pendek.
Oleh karena itu, banyak sekali pembaca yang suka membaca cerita singkat
dan tidak rumit seperti cerpen.
2. Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat
reflektif atau bisa dikatakan sebuah perspektif pemahaman sastra dari aspek
sosial. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra
sebagai cermin kehidupan masyarakat. Seperti yang dikatakan Swingewood
(melalui Faruk, 1994: 1), sosiologi sastra sebagai studi yang ilmiah dan
objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-
lembaga dan proses-proses sosial (Chairunisa dkk., 2022).

2
Sedangkan menurut Wolff (melalui Faruk,1994:3) sosiologi sastra
merupakan disiplin yang tanpa bentuk, tidak terdefinisikan dengan baik,
terdiri dari sejumlah studi-studi empiris dana berbagai percobaan pada teori
yang lebih general, yang masing-masing mempunyai kesamaan dalam hal
bahwa semuanya berurusan dengan hubungan sastra dan masyarakat.
Sedangkan menurut Damono (2009:4) Wellek dan Warren membuat
klasifikasi yang singkatnya: pertama, sosiologi pengarang yang
memasalahkan status sosial, ideologi sosial, dan lain-lain yang menyangkut
pengarang sebagai penghasil karya sastra; kedua, sosiologi karya sastra
memasalahkan karya sastranya sendiri, yang menjadi pokok penelaahan
adalah apa yang menjadi tujuannya; dan ketiga, sosiologi sastra sosiologi
sastra yang memasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra.
3. Strukturalisme Genetik
Strukturalisme genetik merupakan salah satu cabang sosiologi sastra
yang memadukan struktur teks, konteks sosial, dan pandangan dunia
pengarang. Teori ini menekankan hubungan antara karya sastra dengan
lingkungan sosialnya. Strukturalisme genetik menurut Endraswara
(2003:55) adalah salah satu metode penelitian sastra yang bersifat tidak
murni yang merupakan bentuk penggabungan anatara struktural dengan
metode penelitian sebelumnya. Secara definitif, Ratna (2009: 123)
menjelaskan bahwa strukturalisme genetic adalah analisis struktur dengan
memberikan perhatian terhadap asal-usul teks sastra.
Strukturalisme genetik ditemukan oleh Lucien Goldmann, seorang
filsuf dan sosiolog Rumania-Perancis. Teori tersebut dikemukakan dalam
bukunya yang berjudul The Hidden God: A study of Tragic Vision in the
Penses of Pascal and the Tragedies of Racine, dalam bahasa Perancis terbit
pertama kali tahun 1956. Goldmann (melalui Rokhmansyah, 2014: 74)
percaya bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur karena ia tidak
berdiri sendiri, melainkan dengan banyak hal yang membangunnya.
Goldmann mengaitkan hal itu dengan kelas yang dominan yaitu antara
sastra, penulis, pembaca (dalam rangka komunikasi sastra), dan struktur
sosial. Kemudian Goldmann menjelaskan tiga posisi penting yang berperan

3
secara historis dalam karya sastra yaitu fakta kemanusiaan, subjek kolektif,
dan pandangan dunia.

KAJIAN RELEVAN

Setelah melalukan tinjauan pustaka, penulis menemukan beberapa


penelitian yang terkait dengan penelitian menggunakan analisis strukturalisme
genetik sebagai berikut.

1. ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK NOVEL RINDU YANG


MEMBAWAMU PULANG KARYA ARIO SASONGKO oleh Febby dkk.
(2022). Febby dkk. membuat analisis terkait novel tersebut dengan
menggunakan strukturalisme genentik. Tujuannya untuk mengetahui fakta
kemanusiaan, subjek kolektif, dan pandangan dunia dari novel tersebut.
2. Pandangan Dunia Pengarang pada Cerpen Robohnya Surau Kami Karya
A.A Navis oleh Muchlas, dkk. (2023). Muchlas dkk. membuat analisis
terkait cerpen tersebut dengan menggunakan strukturalisme genetik dimulai
dengan mengetahui struktur isi cerpen tersebut dan melakukan analisis
dengan strukturalisme genetik. Tujuannya untuk menemukan padanngan
dunia pengarang dalam cerpen tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Unsur Intrinsik

Unsur struktural dalam cerpen Cinta Tak Ada Mati karya Eka Kurniawan
terdiri atas unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik terdiri dari tema,
tokoh dan penokohan, alur atau plot, latar, sudut pandang, gaya bahasa dan amanat.
Hasil dari unsur intrinsik cerpen ini adalah sebagai berikut.

Tema Percintaan
Tokoh dan Penokohan Mardio : setia dan buta dengan cintanya kepada
Melatie
Melatie : materialis dan tidak memiliki perasaan
kepada Mardio
Dokter : baik dan disukai banyak orang

4
Alur Campuran, diawali dengan menceritakan masa kini
dan dipertengahan menceritakan masa lalu dan
diakhiri dengan masa kini kembali.
Latar Tempat : Bioskop, rumah Mardio, rumah Melatie
Waktu : masa lalu dan masa kini
Suasana : tenang, sedih, dsb.
Sudut Pandang Menggunakan sudut pandang orang ketiga, yaitu
dengan menggunakan nama-nama tokoh dalam cerpen
tersebut.
Gaya bahasa Bahasa yang lumayan dipahami dan beberapa kata
yang kurang dipahami.
Amanat Lupakan hal yang kita dambakan jika sudah diambil
dan bergeraklah mencari hal yang baru.

Unsur Ekstrinsik

Pengarang dari cerpen Cinta Tak Ada Mati bernama Eka Kurniawan. Ia lahir
di Tasikmalaya, Jawa Barat pada 28 November 1975. Ia adalah salah satu sastrawan
Indonesia yang menggemparkan kancah internasional oleh novel buatannya yang
berjudul Cantik Itu Luka. Eka Kurniawan menamatkan pendidikan terakhir di
Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada dengan skripsinya berjudul Pramedya
Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosial. Skripsi itu ia jadikan buku nonfiksi dan
diterbitkan oleh Yayasan Aksara Indonesia pada tahun 1999. Melalui latar
belakangnya itu, Eka Kurniawan mendapatkan banyak gagasan penceritaan dan
kritik-kritik sosial pun diutarakan dalam pengemasan ceritanya. Oleh karena itu
perjalanannya telah menghasilkan banyak karya, prestasi, dan penghargaan selama
menggeluti dunia kesusastraan.

1. Fakta Kemanusiaan
Menurut Goldmann, fakta kemanusiaan adalah segala bentuk
aktivitas dan perilaku kemaanusiaan baik yang bersifat politis, kultural,
filosofis, dan estetis. Fakta kemanusiaan ini terbagi menjadi dua jenis yaitu
fakta kemanusiaan yang bersifat individual dan yang bersifat sosial.

5
Fakta kemanusiaan bersifat individual yaitu fakta yang muncul
sebagai respon individual terhadap situasi dunianya. Sedangkan fakta
kemanusiaan yang bersifat sosial yaitu fakta yang dilakukan oleh seseorang
atas dasar posisinya sebagai bagian dari suatu masyarakat.
Fakta individual yang terkandung di dalam cerpen Cinta Tak Ada
Mati ini berupa wujud kesetiaan cinta Mardio kepada Melatie yang sudah
berpuluh-puluh tahun. Dalam cerpen ini dijelaskan bahwa ketika Melatie
sudah menikah pun cinta Mardio semakin kuat dan menunggunya sampai ia
menjadi janda. Sayangnya Melatie telah meninggal dan membuat cinta
Mardio semakin dalam bukan menjadi luntur. Kemudian menceritakan
kembali masa lalu Mardio yang bekerja di bioskop dan jatuh cinta pada
Melatie pada umur empat belas tahun yang kemudian cintanya it uterus ada
sampai Mardio menjadi bujangan tua.
Fakta sosial ditemukan dalam cerpen ini adalah ketika Mardio tua
selalu memperhatikan gadis-gadis di taman sebagai hiburan semata dan
bertemu dengan gadis berbaju biru yang awalnya gadis itu marah selalu
ditatap oleh Mardio. Sehingga pengarang menggambarkan Mardio sebagai
orang yang mesum..
2. Subjek Kolektif
Subjek kolektif yaitu sekumpulan individu yang masing-masing
dirinya adalah subjek yang bertindak dalam sebuah kesatuan selektif untuk
menciptakan sebuah realitas sosial. Dalam strukturalisme genetic, subjek
koletif merupakan energi untuk membangun pandangan dunia.
Dalam cerpen ini muncul perbedaan kehidupan Mardio dan Melatie.
Mardio hanya seorang penyobek tiket di bioskop dan Melatie adalah
seorang putri dari keluarga kaya raya. Dalam perjuangannya, Mardio
bahkan rela memberikan tiket kepada Melatie agar ia bisa menonton film
yang terbaru di bioskop. Mardio juga selalu mengirimkan puisi-puisi kepada
Melatie. Ketika Mardio tidak lagi mengirimkannya puisi, Melatie sedikit
merindukannya dan membuat orang tuanya berpikir bahwa anaknya sudah
jatuh hati pada Mardio. Ternyata tidak, Melatie malah jatuh hati dengan
seorang dokter dari kalangan yang lebih dari Mardio.

6
3. Pandangan Dunia
Menurut Goldmann, pandangan dunia adalah istilah yang sesuai
bagi kompleks menyeluruh dari gagasan, aspirasi, dan perasaan yang
menghubungkan secara bersama-sama anggota kelompok tertentu untuk
mempertentangkannya dengan kelompok sosial yang lainnya. Pandangan
dunia ini memicu subjek untuk mengarang dan berfungsi untuk
menunjukkan kecenderungan kolektivitas tertentu.
Pandangan dunia dilakukan melalui struktur teks dalam cerpen Cinta
Tak Ada Mati karena memuat pandangan dunia pengarang. Dalam cerpen
ini, pandangan dunia digambarkan dengan Mardio, seorang lelaki yang
tidak mencintai gadis lain selain Melatie sampai ia menjadi bujangan tua. Ia
digambarkan sebagai sosok yang rela menunggu pujaan hatinya itu
menerimanya. Ia bahkan rela menahan hasrat ingin membunuh suami
Melatie demi menunggu keluarga itu cerai dengan sendirinya. Namun
disayangkan keluarga itu tetap rukun meskipun Mardio menemukan bahwa
suami Melatie berselingkuh.
Eka Kurniawan menyampaikan imajinasi liar dalam cerpen ini.
Mardio yang bekerja sebagai penyobek tiket di bioskop jatuh hati kepada
Melatie, seorang putri keluarga kaya raya. Cinta Mardio sangat mendalam
sehingga dia tidak ingin mempunyai kekasih yang tidak ia cintai. Namun
karena takdir berkata lagi, sehingga memiliki nasib yang tragis dalam
percintaan bagi Mardio.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari cerpen Cinta Tak Ada Mati
karya Eka Kurniawan, maka dapat disimpulkan bahwa fakta kemanusiaan dalam
cerpen ini mencakup fakta indivual dan fakta sosial. Fakta individualnya yaitu
mencakup masa lalu, harapan, dan kesetiaan tokoh Mardio dalam mencintai
Melatie. Subjek kolektif dari cerpen ini adalah digambarkan dengan kondisi sosial
dan ekonomi. Pandangan dunia pengarang memberikan imajinasi liar dengan
hubungan percintaan tragis antara Mardio dan Melatie.

7
DAFTAR PUSTAKA

Abror, M., dkk. (2023). Pandangan Dunia Pengarang pada Cerpen Robohnya Surau
Kami Karya A.A. Navis. Journal on Education, 5(3),
https://jonedu.org/index.php/joe/article/view/1630/1325, diakses pada 24
Maret 2023
Chairunisa, F. F., dkk. (2022). ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK
NOVEL RINDU YANG MEMBAWAMU PULANG KARYA ARIO
SASONGKO. Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya, 6(2),
https://media.neliti.com/media/publications/415315-none-9ffee3dd.pdf,
diakses pada 24 Maret 2023
Sailar, Ilham. (2023). Eka Kurniawan (Online),
https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/tokoh-detail/3842/eka-kurniawan.
Diakses pada 24 Maret 2023
Ahsan, Ali. (2020). Resensi Kumpulan Cerita Pendek Cinta Tak Ada Mati Eka
Kurniawan (Online), https://aliahsan27.blogspot.com/2020/08/resensi-
kumpulan-cerita-pendek-cinta.html. Diakses pada 24 Maret 2023

Anda mungkin juga menyukai