1
PENDAHULUAN dipenuhi dengan khayalan serta
imajinaasi yang sifatnya untuk hiburan
Karya sastra merupakan hasil dan menghidupkan cerita.
imajinasi manusia yang bersifat indah Dari ketiga jenis genre sastra
dan dapat menimbulkan kesan yang tersebut penulis hanya memfokuskan
indah pada jiwa pembaca. Karya sastra kajiannya pada prosafiksi. Salah satu
merupakan refkeksi atau cerminan contoh prosa fiksi tersebut adalah
kondisi sosial masyarakat yang terjadi novel. Untuk menghasilkan
di dunia (Juanda, 2018: 478). Melalui keberhasilan suatu karya sastra
karya sastra pembaca akan mampu diperlukan keterlibatan antara penulis
mempelajari berbagai nilai yang dengan para tokoh, serta konflik atau
bersifat kemanusian sebab sastra permasalahan yang dialami para tokoh
identik dengan suatu yang indah dan (Tarigan, 1984:122).
kreatif (Juanda, 2018: 12). Kecemasan yaitu kenyataan yang
Imaji adalah daya pikir untuk muncul dari dalam diri atau nyata
membayangkan atau menciptakan dirasakan dari pengalaman, peristiwa,
gambaran-gambaran kejadian serta rasa takut yang dihubungkan dari
berdasarkan kenyataan atau sumber yang tidak dikenal dari bahaya
pengalaman seseorang. Menurut yang diantisipasinya. Kecemasan juga
genrenya karya sastra dapat dibagi berarti isyarat adanya ancaman
menjadi tiga, yaitu: puisi, drama dan terhadap nilai-nilai yang juga dipegang
prosafiksi. Puisi adalah struktur yang atau berasal dari individu sebagai
tersusun dari bermacam-macam unsur eksistensi diri dan kepribadiannya.
dan sarana-sarana kepuitisan (Teeuw, Dimana eksistensi ini merupakan
1980: 12). Disiplin ilmu sastra turut isyarat aktual atau symbol adanya
adil dalam menyikapi problematika ini. bahaya terhadap harga diri orang yang
Berdasarkan sudut pandang sastra, berarti.
alam menjadi sumber imajinasi dan Kebanyakan orang dalam
para pengarang mampu mereflesikan masyarakat saat ini menggunakan
ke sebuah kisah dalam bentuk puisi, fenomena-fenomena kejiwaan sebagai
prosa, maupun drama (Juanda & Azis, inspirasi untuk menciptakan suatu
2018: 72). karya sastra khususnya kalangan
Drama adalah komposisi syair seniman, termasuk sastrawan. Inspirasi
atau prosa yang diharapkan dapat yang timbul dari sastrawan dengan
menggambarkan kehidupan dan watak melihat fenomena-fenomena kejiwaan
manusia melalui tingkah laku (akting) yang ada dalam masyarakat
atau dialog yang dipentaskan. Dalam diungkapkan dalam bentuk karya
sebuah teks sastra kita berjumpa sastra. Bentuk-bentuk karya sastra itu
dengan sederetan arti yang dalam seperti cerpen, drama, dan novel.
bahasa sehari-hari tak dapat Novel adalah salah satu karya
diungkapkan (Juanda, 2012:108). sastra yang merupakan prosa yang
Prosa fiksi merupakan cerita rekaan panjang mengandung rangkaian cerita
atau khayalan dari penulis yang tidak kehidupan seseorang dengan orang-
didasarkan pada kebenaran sejarah, orang disekelilingnya dengan
tapi melainkan cerita di dalamnya menonjolkan watak dan sifat setiap
2
3
antara tokoh dengan tokoh lain sastra dengan ajaran-ajaran Freud yang
maupun tokoh dan lingkungan. mulai diterbitkan dalam bahasa
Penelitian ini difokuskan pada Inggris. Pembahasan sastra dilakukan
aspek kecemasan yang dialami tokoh sebagai eksperimen tekhnik
utama dalam novel Napas Mayat karya simbolisme mimpi, pengungkapan
Bagus Dwi Hananto. Dari berbagai aliran kesadaran jiwa, dan pengertian
konflik yang dirasakan tokoh utama, libido ala Freud menjadi semacam
peneliti menemukan hal-hal yang sumber dukungan terhadap
menyebabkan kejiwaan tokoh utama pemberontakan sosial melawan
terguncang, sehingga melakukan Puritanisme (kerohanian ketat) dan tata
uapaya dalam bentuk sikap dan cara viktorianoisme atau pergaulan
perbuatan sebagai cerminan diri dan kaku (J. P. Chaplin : 2014).
wujud perlindungan diri dari hal yang Psikologi secara sempit dapat
mengusik dan yang dibenci akibat dari diartikan sebagai ilmu tentang jiwa.
rasa dendam, takut, kegagalan, serta Sedangkan sastra adalah ilmu tentang
rasa kecewa yang dipendamnya. Maka karya seni dengan tulis-menulis. Jika
dari kasus tersebut peneliti diartikan secara keseluruhan, psikologi
menggunakan pendekatan sastra merupakan ilmu yang mengkaji
psikoanalisis difokuskan pada teori karya sastra dari sudut kejiwaannya
Sigmund Freud dengan adanya (Freud : 1984). Menurut Wellek dan
pertimbangan bahwa pendekatan Austin (1989:90), istilah psikologi
tersebut cocok untuk dikaji sastra mempunyai empat kemungkinan
menggunakan aspek kecemasan yang pengertian yaitu studi psikologi
dialami toko utama. pengarang sebagai tipe atau sebagai
Berdasarkan latar belakang pribadi, studi proses kreatif, studi tipe
masalah, dapat dirumuskan masalah dan hukum-hukum psikologi yang
yaitu: diterapkan pada karya sastra, dan
1. Bagaimanakah bentuk kecemasan mempelajari dampak sastra pada
realitik yang dialami tokoh utama pembaca (psikologi pembaca).
dalam novel Napas Mayat karya Pendapat Wellek dan Austin
Bagus Dwi Hananto berdasarkan tersebut memberikan pemahaman akan
teori psikoanalisis Sigmund Freud? begitu luasnya cakupan ilmu psikologi
2. Bagaimanakah bentuk kecemasan sastra. Psikologi sastra tidak hanya
neoritik yang dialami tokoh utama berperan dalam satu unsur saja yang
dalam novel Napas Mayat karya membangun sebuah karya sastra.
Bagus Dwi Hananto berdasarkan Mereka juga menyebutkan, “dalam
teori psikoanalisis Sigmund Freud? sebuah karya sastra yang berhasil,
3. Bagaimana bentuk kecemasan psikologi sudah menyatu menjadi
moral yang dialami tokoh utama karya seni. Oleh karena itu, tugas
dalam novel Napas Mayat karya peneliti adalah menguraikannya
Bagus Dwi Hananto berdasarkan kembali sehingga menjadi jelas dan
teori psikoanalisis Sigmund Freud? nyata apa yang dilakukan oleh karya
Psikologi Sastra tersebut”.
Munculnya pendekatan psikologi Menurut Ratna (2004:350),
dalam sastra disebabkan oleh “psikologi sastra adalah analisis teks
meluasnya perkenalan sarjana-sarjana dengan mempertimbangkan relevansi
5
Kecemasan ini adalah suatu rasa cerita disebut tokoh, sedangkan cara
ketakutan tentang apa yang pengarang menampilkan tokoh atau
mungkin terjadi, sekiranya anti- pelaku disebut dengan penokohan.
cathexis dari ego gagal untuk Jadi, pada dasarnya tokoh merupakan
mencegah cathexis-objek dari pelaku suatu cerita, sedangkan
naluri-naluri meredakan dirinya penokohan merupakan segala hal yang
dalam suatu tindakan yang impulsif. melekat pada diri tokoh sebagai bentuk
Kecemasan jenis ini dapat dikaitkan penggambaran, sehingga ketika
sebagai rasa takut terhadap id-nya membaca sebuah cerita pembaca dapat
sendiri yang suatu ketika dapat mengetahui bagaimana karakter yang
menguasai ego dan membuatnya tak ada pada diri tokoh melalui kata dan
berdaya (Hall, 2000:74). tindakan yang digambarkan oleh
3) Kecemasan Moral pengarang melalui tokoh.
Kecemasan moral merupakan (Sayuti, 2000: 72) secara teoritis
perasaan bersalah bagi ego terhadap pengarang dapat mengatur atau
standar kebaikan menurut orang tua mencipta; dari suatu tipe yang murni,
karena suatu tindakan atau pikiran mewakili suatu kualitas universal,
yang bertentangan dengan tujuan sehingga ke individu-individu yang
utama dari ego-ideal. Ketakutan paling eksentrik. Dalam konteks ini,
yang asli, dari mana kecemasan pengarang hanya diikat oleh tuntutan
moral itu ditariknya adalah yang mungkin muncul dikalangan
kecemasan objektif; ketakutan itu pembaca bahwa tokoh-tokoh dala fiksi
adalah ketakutan terhadap orang tua ciptaannya hanya relevan dalam
yang menghukum. Sebagaimana beberapa hal dengan pengalaman
halnya dengan kecemasan neurotis, kehidupan yang sebenarnya, baik yang
sumber dari kecemasan moral mungkin dialami oleh pengarang
terletak dalam struktur kepribadian, maupun yang mungkin dialami oleh
dan sebagaimana halnya dengan pembaca.
kecemasan neurotis, orang tidak Jadi menurut penjelasan tersebut,
dapat melepaskan diri dari perasaan tokoh-tokoh pada fiksi dikembangkan
bersalah semata-mata bersifat intra oleh seorang pengarang secara bebas
psikis (pertentangan dalam jiwa), namun tidak terlepas dari bentuk
yang berarti bahwa ia adalah suatu kreatifitas yang ditawarkan. Sebagai
pertentangan struktural dan tidak penentu isi cerita dalam novel,
menyangkut-paut hubungan antara seringkali seorang pengarang
orang itu dengan dunia, kecuali mengaitkan kehidupan yang nyata
suatu pertumbuhan dari ketakutan itulah yang nantinya dicangkokkan
yang objektif terhadap orang tua oleh seorang pengarang melalui
(Hall, 2000:78-79). kehidupan nyata. Mengharuskan tokoh
TOKOH UTAMA didalamnya hidup secara wajar seperti
Tokoh dan penokohan dalam pada kehidupan manusia pada
fiksi memilki artian sendiri. umumnya, namun tidak keluar dari
(Aminuddin, 2009: 79) menjelaskan konteks kerelavanan dengan kehidupan
bahwa pelaku yang mengemban yang sebenarnya antara pembaca dan
peristiwa dalam cerita fiksi sehingga penulisnya.
peristiwa itu mampu menjalin suatu
9
mengarah pada arti rasa takut terhadap Aku yang membalas dendam terhadap
sesuatu hal di dunia luar. Padahal perlakuan buruk orang-orang
menurut Freud, seseorang dapat terhadapnya. Ia membunuh orang-
merasa takut tidak hanya disebabkan orang yang menghinanya, bahkan tidak
oleh bahaya dari luar tapi juga dari tanggung-tanggung ia memakan tubuh
dalam (Hall, 2000:69-70). Menurut korbannya. Hal yang menarik pada
Freud (2000:432), kecemasan novel tersebut bahwa ada pertarungan
berhubungan dengan kondisi dan psikologis antara korban,bayangan
mengabaikan objek, sedangkan dalam (jahat), serta kebaik-kebaikan yang
ketakutan, perhatian diberikan masih dapat ia temui dari hati kecilnya.
terhadap objek. Artinya bahwa Setelah melalui analisis secara
ketakutan berkaitan dengan keadaan mendalam, ditemukan sebuah titik
yang ketika bahaya muncul tanpa terang bahwa kondisi psikologis tokoh
adanya kesiapan terhadap rasa Aku didominasi oleh kecemasan
takut.Jadi dapat dikatakan bahwa neoritik atau kecemasan yang
kecemasan merupakan perlindungan bersumber dari dalam diri akibat
terhadap ketakutan. trauma, phobia, atau keresahan tanpa
Di dalam pandangan Freud, sebab yang jelas. Akan tepapi,
kecemasan kemudian dibagi menjadi kecemasan-kecemasan dalam bentuk
tiga jenis.Ketiga jenis kecemasan kecemasan realitik dan kecemasan
tersebut yaitu kecemasan realitik, moral juga menjadi bagian penting di
kecemasan neoritik dan kecemasan dalam kehidupan tokoh Aku. Hal ini
moral. Pertama, kecemasan realitik terlihat dengan apa yang terjadi di awal
adalah kecemasan akan sesuatu yang dan akhir cerita dalam novel Napas
bersumber dari eksternal atau ancaman Mayat.
dari luar tubuh. Pengetahuan Kecemasan realitik yang dialami
akandunia ekseternal merupakan faktor oleh tokoh Aku lebih banyak
yang mempengaruhi kecemasan ini. disebabkan oleh gaya hidupnya
Kedua, kecemasan neoritik merupakan sebagai seseorang yang dilahirkan dari
kecemasan yang lahir dalam diri. keluarga kaya raya. Di masa kecilnya
Biasanya ia berupa phobia, traumatik, hingga masa mudanya, saat ia
atau kecemasan yang tiba-tiba tumbuh menghadapi persoalan di masa kanak-
di dalam diri berupa keresahan. Ketiga, kanak yang penuh ejekan karena
kecemasan moral, kecemasan ini kondisi tubuh yang tidak terlalu
bersumber dari hukum-hukum moral normal, dengan kekuatan uang ia
yang berlaku di masayarakat. mampu menutupi itu semua.
Kelakukan yang menyimpang dari Sebagaimana dalam data (1.1), ia
aturan moral yang berlaku, biasanya menyerang orang-orang yang
akn menimbulkan kecemasan moral menghinanya. Ia juga berteman dengan
karena merasa bersalah akan kejadian orang-orang dengan cara membuat
itu. orang-orang tersebut tunduk karena
Melalui penelitian ini, tiga aspek kekuatan finansialnya.
kecemasan tersebut dianalisis pada Didikan dari orang tua kaya raya
tokoh Aku di dalam novel Napas membuat tokoh Aku menjadi anak
Mayat karya Bagus Dwi Hananto. manja dan segala sesuatu yang dia
Novel yang berkisah tentang tokoh inginkan terpenuhi. Ia memiliki teman
11
karena uang. Bahkan beberapa kekasih ini terlihat di dalam data (1.3). Ia
yang mampu ia miliki karena uang. merasa terhina dengan ucapan dua
Hal ini berefek buruk dengan kondisi orang yang telah merendahkan dirinya
psikologis tokoh utama. Segala macam dengan menghina kepalanya seperti
“id” atau keinginan yang ada di dalam kacang tanah karena rambut yang
pikirannya, harus terpenuhi, jika tidak, semakin hari semakin berguguran
maka akan muncul kemurkahan di sehingga mengyebabkan kebotakan. Ia
dalam dirinya. kemudian membunuh dan menyantap
Hidup tokoh Aku mulai menjadi daging kedua orang itu. Kecemasan itu
kacau ketika ibunya meninggala dunia. ditutipi dengan sebuah ego yang
Ia mulai kekurangan kasih sayang dan menjadikannya seorang pemakan
menjadi semaki berutal. Ia berpesta daging manusia (kanibal).
dan terus berpesta. Hingga suatu hari, Hal-hal lain yang menjadi
ayahnya mendapatkan musibah penyebab utama munculnya
kebangkrutan. Hal ini semakin kecemasan realitik karena keadaan
membuat tokoh Aku terpukul. Pribadi yang tidak sejalan dengan keinginan
dan karakter yang dibentuk dari hidup tokoh utama. Misalnya, ia cemas
yang bergelimang harta, membuatnya dengan turunnya hujan karena takut
sulit menghadapi hidup. Hal itu jika rambutnya semakin berguguran
menjadi penyebab utama masalah- jika terkena hujan. Ia juga sangat
masalah yang dihadapi oleh tokoh cemas dengan matahari pagi, sebab
Aku. matahari pagi merupakan pertanda ia
Di masa kecilnya, tokoh Aku harus segera bekerja, berbaur dengan
memukuli orang-orang yang orang-orang yang di jalan dan tempat
menghinanya. Ia dengan enteng kerja, dan kemungkinan terburuk saat
terbebas dari hukuman karena berasal berada di tengah-tengah orang adalah
dari keluarga kaya. Kecemasannya adanya tatapan bahkan ujaran-ujaran
karena hinaan dapat tertutupi dengan yang merendahkan dirinya karena
aksi brutal. Kemudian, saat jatuh kondisi tubuh yang tidak normal.
miskin, ia masih menyimpan dendam Dapat disimpulkan bahwa
itu. Contoh kecil saat lonceng kecemasan realitik yang dialami oleh
berbunyi, yang dia ingat adalah tokoh aku pada umumnya disebabkan
penghinaan yang dihadapinya saat oleh faktor dan faktor dari dalam diri.
waktu istirahat di sekolah. Ia juga Kebiasaan tokoh Aku yang hidup di
ketakutan menghadapi keramaian dalam kemewahan kemudian tiba-tiba
karena takut dengan cerita-cerita mengalami keterpurukan diri dan
miring dari orang-orang yang finansial menyebabkan ada kecemasan
ditemuinya. Sumber utama kecemasan berlebihan di dalam diri toko. Id tokoh
itu semua karena merasa tidak percaya kemudian coba untuk ditekan melalui
diri dengan kondisi tubuh yang tidak super ego, tetapi efek yang kemudian
normal: tubuh kuntet, rambut muncul adalah kecemasan terhadap
berguguran, dan mengalami penuaan diri sendiri karena merasa berbeda dan
dini. terasing dari lingkuangannya. Selain
Puncak kecemasan realitik itu, adanya “bayangan” yang terus
terjadi saat ia mendapatkan hinaan dari mengikuti tokoh Aku menjadi salah
Mama Besar dan teman kantornya, hal satu penyebab munculnya keberanian
12
untuk melakukan kejahatan meski pada putus asah di dalam diri tokoh Aku.
akhirnya harus merasakan kecemasan Putus asa merupakan salah satu bagain
akibat kesalahan-kesalahan yang kecemasan neoritik yang bersumber
dilakukannya. dari dalam diri. Perubahan takdir hidup
Kemudian, kecemasan realitik yang tidak dapat diterimanya dengan
terakhir yang dialami oleh tokoh Aku lapang dada membuatnya merasakan
adalah ketakutan untuk segera kecemasan secara terus menerus. Ia
dieksekusi mati. Setiap menjelang tidak tenang, bahkan cenderung
fajar, ia merasakan kecemasan karena berpikir bahwa apa yang telah
takut dijemput oleh petugas untuk dilakukannya adalah kesalah besar. Di
dieksekusi. Ia tahu betul bahwa fajar sisi lain, perpisahan dengan orang-
adalah waktu dimana orang-orang orang terdekatnnya juga menjadi
terpidana mati menunggu giliran untuk sumber utama kecemasan yang dialami
digelandang keluar lapangan eksekusi. oleh tokoh Aku.
Meski sudah mengakui seluruh Kecemasan selanjutnya terkait
keselahan, tetapi maut tetap saja dengan kondisi tubuh dan pengalaman
sesuatu yang menjadi sumber buruk saat di sekolah. Sebagaimana
ketakutan. dalam data (2.1) ia menyadari bahwa
Aspek kecemasan selanjutya pertumbuhan yang terjadi pada dirinya
adalah kecemasan neoritik. Kecemasan ada semacam ketidaknormalan. Ia
neoritik ini terkait dengan hal-hal yang mulai meras risih dan tidak percaya
muncul di dalam diri kita yang diri untuk tampil di hadapan orang
biasanya tidak sesuai dengan banyak. Ia tumbuh dengan tubuh yang
keinginan. Hal ini bisa berupa phobia, kuntet (istilah di dalam novel), rambut
trauma, dan ketakutan yang tiba-tiba yang mengalami keguguran, serta
muncul di dalam diri. Kecemasan terjadinya penuaan dini. Trauma ini
neoritik ini merupakan kecemasan merupakan hal-hal yang terus
yang mendominasi hidup tokoh utama menghantui hari-hari tokoh Aku.
di dalam cerita Napas Mayat. Akibat pertumbuhan yang tidak
Beradasarkan hasil penelitian, normal, kecemasan lain muncul di
ditemukan sebuah fakta bahwa sumber dalam diri tokoh Aku. Ia mencemaskan
utama kecemasan neoritik ini dirinya tidak bisa diterima di tengah-
bersumber dari dua hal. Pertama, dari tengah masyarakat. Hal ini juga
pengalaman buruk di masa kecil. berakibat buruk terhadap perilaku
Kemudian yang kedua bersumber dari tokoh Aku. Buktinya, ia membunuh
phobia dan traumatik terhadap kondisi dua orang yang menghina rambut dan
fisik yang tidak bertumbuh kepalanya yang mulai membotak. Ia
sebagaimana orang-orang pada suka berada di apartemen. Hal ini
umumnya. disebabkan kecemasannya terhadap
Awal mula kecemasan neoritik khalayak ramai yang bisa
yang dirasakan tokoh utama saat ini memandangnya dengan pandangan
kehilangan segalanya, termasuk yang merendahkan. Hal ini merupakan
keluarga, teman, dan hartanya. Ia hal-hal yang dihindari oleh tokoh aku
kehilangan segala sesuatu yang pernah sehingga menjadi seorang introvert.
ia rasakan dari lahir hingga masa Karena kondisi fisik yang tidak
mudanya. Hal ini menimbulkan rasa normal, tokoh Aku kemudian
13