Anda di halaman 1dari 16

KECEMASAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL NAPAS MAYAT

KARYA BAGUS DWI HANANTO (PENDEKATAN PSIKOANALISIS


SIGMUND FREUD)

A. Batari Ola, Juanda, Hajrah

Fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Makassar, Makassar


batariolha11@gmail.com

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk kecemasan realitik,


kecemasan neoritik dan kecemasan moral yang dialami tokoh utama dalam novel
Napas Mayat karya Bagus Dwi Hananto. Penelitian ini bersifat deskriptif
kualitatif . Data penelitian ini berupa kalimat atau paragraph yang ada di
dalamnya terdapat dalam ketiga bentuk kecemasan tokoh utama dalam novel
Napas Mayat karya Bagus Dwi Hananto. Sumber data penelitian ini adalah novel
Napas Mayat karya Bagus Dwi Hananto yang diterbitkan oleh penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama. Terbit di Jakarta pada bulan Mei tahun 2015, 185
halaman. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan teknik
catat. Data penelitian diidentifikasi, diklasifikasikan, dianalisis, serta disimpulkan.
Data penelitian dianalisis dengan pendekatan psikoanalisis Sigmund Freud.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwankecemasan realitik pada tokoh Aku
berupa kecemasan akan diejek di sekolah, dihina oleh teman-temannya,
kecemasan menghadapi keramaian, cemas karena takut aksi pembunuhannya
ketahuan, dan kecemasan akan eksekusi mati. Kecemasan neoritik pada tokoh
Aku berupa keputusasaan, trauma dengan tubuh yang tidak normal, trauma
terhadap penghinaan saat di sekolah, trauma hujan dan matahari karena rambut
yang semakin berguguran, trauma terhadap penolakan dan kerinduan akan mantan
kekasih, dan yang terakhir adalah kecemasan menghadapi kematian. Dan
kecemasan moral pada tokoh Aku berupa kecemasan atas kejahatan yang
dilakukannya, kecemasan akan takdir Tuhan, dan yang terakhir kecemasan untuk
menghadap ke Sang Ilahi. Saran pada penelitian ini yaitu agar tetap melakukan
penelitian secara mendalam karya-karya Bagus Dwi Hananto dan karya sastra
lainnya yang bergenre psikologis, pembaca mampu memahami tindakan-tindaka
tokoh utama di dalam novel Napas Mayat karya Bagus Dwi Hananto, melakukan
pembacaan dan penelitian yang mendalam terhadap novel Napas Mayat dengan
menggunakan pendekatan yang lebih bervariatif, dan para pembaca agar
menjadikan karya Bagus Dwi Hananto menjadi inspirasai dalam berkarya.
Kata kunci: Psikoanalisis, kecemasan, tokoh utama

1
PENDAHULUAN dipenuhi dengan khayalan serta
imajinaasi yang sifatnya untuk hiburan
Karya sastra merupakan hasil dan menghidupkan cerita.
imajinasi manusia yang bersifat indah Dari ketiga jenis genre sastra
dan dapat menimbulkan kesan yang tersebut penulis hanya memfokuskan
indah pada jiwa pembaca. Karya sastra kajiannya pada prosafiksi. Salah satu
merupakan refkeksi atau cerminan contoh prosa fiksi tersebut adalah
kondisi sosial masyarakat yang terjadi novel. Untuk menghasilkan
di dunia (Juanda, 2018: 478). Melalui keberhasilan suatu karya sastra
karya sastra pembaca akan mampu diperlukan keterlibatan antara penulis
mempelajari berbagai nilai yang dengan para tokoh, serta konflik atau
bersifat kemanusian sebab sastra permasalahan yang dialami para tokoh
identik dengan suatu yang indah dan (Tarigan, 1984:122).
kreatif (Juanda, 2018: 12). Kecemasan yaitu kenyataan yang
Imaji adalah daya pikir untuk muncul dari dalam diri atau nyata
membayangkan atau menciptakan dirasakan dari pengalaman, peristiwa,
gambaran-gambaran kejadian serta rasa takut yang dihubungkan dari
berdasarkan kenyataan atau sumber yang tidak dikenal dari bahaya
pengalaman seseorang. Menurut yang diantisipasinya. Kecemasan juga
genrenya karya sastra dapat dibagi berarti isyarat adanya ancaman
menjadi tiga, yaitu: puisi, drama dan terhadap nilai-nilai yang juga dipegang
prosafiksi. Puisi adalah struktur yang atau berasal dari individu sebagai
tersusun dari bermacam-macam unsur eksistensi diri dan kepribadiannya.
dan sarana-sarana kepuitisan (Teeuw, Dimana eksistensi ini merupakan
1980: 12). Disiplin ilmu sastra turut isyarat aktual atau symbol adanya
adil dalam menyikapi problematika ini. bahaya terhadap harga diri orang yang
Berdasarkan sudut pandang sastra, berarti.
alam menjadi sumber imajinasi dan Kebanyakan orang dalam
para pengarang mampu mereflesikan masyarakat saat ini menggunakan
ke sebuah kisah dalam bentuk puisi, fenomena-fenomena kejiwaan sebagai
prosa, maupun drama (Juanda & Azis, inspirasi untuk menciptakan suatu
2018: 72). karya sastra khususnya kalangan
Drama adalah komposisi syair seniman, termasuk sastrawan. Inspirasi
atau prosa yang diharapkan dapat yang timbul dari sastrawan dengan
menggambarkan kehidupan dan watak melihat fenomena-fenomena kejiwaan
manusia melalui tingkah laku (akting) yang ada dalam masyarakat
atau dialog yang dipentaskan. Dalam diungkapkan dalam bentuk karya
sebuah teks sastra kita berjumpa sastra. Bentuk-bentuk karya sastra itu
dengan sederetan arti yang dalam seperti cerpen, drama, dan novel.
bahasa sehari-hari tak dapat Novel adalah salah satu karya
diungkapkan (Juanda, 2012:108). sastra yang merupakan prosa yang
Prosa fiksi merupakan cerita rekaan panjang mengandung rangkaian cerita
atau khayalan dari penulis yang tidak kehidupan seseorang dengan orang-
didasarkan pada kebenaran sejarah, orang disekelilingnya dengan
tapi melainkan cerita di dalamnya menonjolkan watak dan sifat setiap
2
3

pelaku. Konflik dalam alur ceritanya menjalani hidupnya dengan


dijelaskan mengenai kehidupan menyimpan rasa dendam, takut,
manusia dalam berinteraksi dengan kecewa, dan kegagalan dari
lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, kehidupannya yang hancur. Terlebih
dalam penelitian ini yang menjadi karena novel ini juga terhitung baru
obyek materialnya yaitu novel Napas dan menarik untuk dikaji karena
Mayat karya Bagus Dwi Hananto yang ceritanya yang kompleks, brutal,
dikaji dengan melihat aspek menyimpan dendam, dan terlepas dari
kecemasan tokoh utama. penulisnya yang masih termasuk
Novel Napas Mayat yang penulis yang baru didunia
menceritakan tentang seorang laki-laki kesusastraan.
yang mengalami penuaan dini dan Penelitian terdahulu yang
hidup sebatang kara. Mulanya, dia menggunakan objek material yaitu
hidup bergelimang harta, seorang yang Muh. Afghan Arigin (2016)
dihormati dan menjalani kesenangan Universitas Negeri Makassar dengan
masa muda, namun kemudian jatuh judul peneltian “Analisis Pemikiran
miskin karena usaha bapaknya yang Tokoh Utama Dalam Novel Napas
bangkrut, dia pun hidup dalam Mayat Karya Bagus Dwi hananto :
kemiskinan dan membuatnya sengsara. Suatu Tinjauan Dekonstruksi Jacques.
Akibat dari semua rasa takut, Hasil penelitian ini mendeskripsikan
kekecewaan, kegagalan, serta rasa bentuk-bentuk pemikiran tokoh utama
dendam yang mendalam dalam novel Napas Mayat karya Bagus
menjadikannya tidak percaya lagi akan Dwi Hananto dan mendeskripsikan
hidup, baginya yang ada hanyalah bentuk pembalikan hierarki oposisi
kekosongan belaka merasuki tubuhnya, biner yang terdapat dalam novel Napas
dengan bantuan dari si Hitam yang Mayat karya Bagus Dwi Hananto.
merupakan pencerminan dari sifat Hasil penelitian yang relevan
jahat manusia membuatnya menjadi dengan teori yang digunakan dalam
seorang pembunuh, kanibal dan ateis penelitian ini yaitu penelitian yang
atau tidak mempercayai adanya Tuhan. dilakukan oleh MR Yulia di Jurnal
Perilaku tokoh utama Si Aku Pasca Universitas Lampung (2015)
dalam novel Napas Mayat karya Bagus dengan skripsi yang berjudul “Aspek
Dwi hananto karena menyimpan rasa kecemasan tokoh utama dalam novel
dendam, takut, kecewa, dan kegagalan Layla Majnun karya Syekh Nizami
akibat jatuh miskin dan dijauhi orang Ganjavi”. Selanjutnya, penelitian yang
sekitarnya, yang membuatnya salah dilakukan oleh Sitti Musaroh (2010)
jalan dengan menutup diri dan tidak Universitas Muhammadiyah Surakarta
mempercayai adanya cinta, keluarga dengan skripsi yang berjudul “Aspek
dan Tuhan membuatnya harus hidup kecemasan tokoh utama dalam novel
dengan celaan, hinaan, cacian dari Pintu Terlarang karya Sekar Ayu
orang sekitarnya. Alasan dipilihnya Asmara ;Tinjauan Psikologi Sastra.
novel Napas mayat karya Bagus Dwi Penelitian yang akan dilakukan sama-
hananto sebagai objek material karena sama meneliti tentang Kecemasan
dalam novel ini kompleks memberi tokoh utama. Perbedaannya mengacu
gambaran tentang kehidupan tokoh Si kepada perbedaan objek material dan
Aku atau sang tokoh utama yang ketajaman nilai psikologis konflik
4

antara tokoh dengan tokoh lain sastra dengan ajaran-ajaran Freud yang
maupun tokoh dan lingkungan. mulai diterbitkan dalam bahasa
Penelitian ini difokuskan pada Inggris. Pembahasan sastra dilakukan
aspek kecemasan yang dialami tokoh sebagai eksperimen tekhnik
utama dalam novel Napas Mayat karya simbolisme mimpi, pengungkapan
Bagus Dwi Hananto. Dari berbagai aliran kesadaran jiwa, dan pengertian
konflik yang dirasakan tokoh utama, libido ala Freud menjadi semacam
peneliti menemukan hal-hal yang sumber dukungan terhadap
menyebabkan kejiwaan tokoh utama pemberontakan sosial melawan
terguncang, sehingga melakukan Puritanisme (kerohanian ketat) dan tata
uapaya dalam bentuk sikap dan cara viktorianoisme atau pergaulan
perbuatan sebagai cerminan diri dan kaku (J. P. Chaplin : 2014).
wujud perlindungan diri dari hal yang Psikologi secara sempit dapat
mengusik dan yang dibenci akibat dari diartikan sebagai ilmu tentang jiwa.
rasa dendam, takut, kegagalan, serta Sedangkan sastra adalah ilmu tentang
rasa kecewa yang dipendamnya. Maka karya seni dengan tulis-menulis. Jika
dari kasus tersebut peneliti diartikan secara keseluruhan, psikologi
menggunakan pendekatan sastra merupakan ilmu yang mengkaji
psikoanalisis difokuskan pada teori karya sastra dari sudut kejiwaannya
Sigmund Freud dengan adanya (Freud : 1984). Menurut Wellek dan
pertimbangan bahwa pendekatan Austin (1989:90), istilah psikologi
tersebut cocok untuk dikaji sastra mempunyai empat kemungkinan
menggunakan aspek kecemasan yang pengertian yaitu studi psikologi
dialami toko utama. pengarang sebagai tipe atau sebagai
Berdasarkan latar belakang pribadi, studi proses kreatif, studi tipe
masalah, dapat dirumuskan masalah dan hukum-hukum psikologi yang
yaitu: diterapkan pada karya sastra, dan
1. Bagaimanakah bentuk kecemasan mempelajari dampak sastra pada
realitik yang dialami tokoh utama pembaca (psikologi pembaca).
dalam novel Napas Mayat karya Pendapat Wellek dan Austin
Bagus Dwi Hananto berdasarkan tersebut memberikan pemahaman akan
teori psikoanalisis Sigmund Freud? begitu luasnya cakupan ilmu psikologi
2. Bagaimanakah bentuk kecemasan sastra. Psikologi sastra tidak hanya
neoritik yang dialami tokoh utama berperan dalam satu unsur saja yang
dalam novel Napas Mayat karya membangun sebuah karya sastra.
Bagus Dwi Hananto berdasarkan Mereka juga menyebutkan, “dalam
teori psikoanalisis Sigmund Freud? sebuah karya sastra yang berhasil,
3. Bagaimana bentuk kecemasan psikologi sudah menyatu menjadi
moral yang dialami tokoh utama karya seni. Oleh karena itu, tugas
dalam novel Napas Mayat karya peneliti adalah menguraikannya
Bagus Dwi Hananto berdasarkan kembali sehingga menjadi jelas dan
teori psikoanalisis Sigmund Freud? nyata apa yang dilakukan oleh karya
Psikologi Sastra tersebut”.
Munculnya pendekatan psikologi Menurut Ratna (2004:350),
dalam sastra disebabkan oleh “psikologi sastra adalah analisis teks
meluasnya perkenalan sarjana-sarjana dengan mempertimbangkan relevansi
5

dan peranan studi psikologis”. Artinya, Sebenarnya didalam karya sastra


psikologi turut berperan penting dalam memiliki aspek-aspek kejiwaan yang
penganalisisan sebuah karya sastra sangat kaya, maka analisis psikologi
dengan bekerja dari sudut kejiwaan harus dimotifasi dan dikembangkan
karya sastra tersebut baik dari unsur secara lebih serius lagi. Tujuan
pengarang, tokoh, maupun psikologi sastra adalah memahami
pembacanya. Dengan dipusatkannya aspek-aspek kejiwaan yang terkandung
perhatian pada tokoh-tokoh, maka dalam suatu karya sastra. Meskipun
akan dapat dianalisis konflik batin demikian, bukan berarti bahwa analisis
yang terkandung dalam karya sastra. psikologi sastra sama sekali terlepas
Secara umum dapat disimpulkan dengan kebutuhan masyarakat (Freud :
bahwa hubungan antara sastra dan 1984). Sesuai dengan hakikatnya,
psikologi sangat erat hingga melebur karya sastra memberikan pemahaman
dan melahirkan ilmu baru yang disebut terhadap masyarakat secara tidak
dengan “Psikologi Sastra”.Artinya, langsung. Misalnya melalu
dengan meneliti sebuah karya sastra pemahaman terhadap tokoh-tokoh
melalui pendekatan Psikologi Sastra, misalnya, masyarakat dapat memahami
secara tidak langsung kita telah perubahan, kontradiksi, dan
membicarakan psikologi karena dunia penyimpangan-pemyimpangan lain
sastra tidak dapat dipisahkan dengan yang terjadi didalam masyarakat,
nilai kejiwaan yang mungkin tersirat khususnya dalam kaitannya dengan
dalam karya sastra tersebut (Albertine : psike (Freud : 1984).
2010). Menurut Wellek dan Warren
Harus kita akui, bahwa di (1962: 81) membedakan analisis
Indonesia analisis tentang psikologi psikologis menjadi dua macam yaitu
sastra sangat lambat perkembangannya studi psikologi yang semata-mata
hal ini disebabkan karena : a) Psikologi berkaitan dengan pengarang.
sastra seolah-olah hanya berkaitan Sedangkan studi yang kedua
dengan manusia sebagai individu, berhubungan dengan inspirasi, ilham,
kurang memberikan peranan terhadap dan kekuatan-kekuatan supranatural
subjek transindividual, sehingga lainnya. Pada dasarnya psikologi sastra
analisis dianggap sempit, b) Dikaitkan memberikan perhatian pada masalah
dengan tradisi intelektual, teori-teori yang kedua, yaitu pembicaraan dalam
psikologis sangat terbatas, sehingga kaitannya dengan unsur kejiwaan
para sarjana sastra kurang kurang tokoh-tokoh fiksional yang terkandung
memiliki pemahaman terhadap bidang didalam karya sastra.
psikologin sastra, c) Berkaitan dengan Pada umumnya aspek-aspek
masalah yang pertama dan kedua, kemanusiaan yang merupakan objek
relevansi analisis psikologi pada utama didalam psikologi sastra, sebab
gilirannya kurang menarik minat, semata-mata dalam diri manusia itulah,
khususnya dikalangan mahasiswa, sebagai tokoh-tokoh, aspek kejiwaan
yang dapat dibuktikan dengan dicangkokkan dan diinvestasikan.
sedikitnya skripsi dan karya tulis yang Dengan penjelasan diatas maka
lain yang memanfaatkan pendekatan penelitian psikologi sastra dapat
psikologi sastra (Purba : 2010). dilakukan dengan dua cara, yaitu
pertama, melalui pemahaman teori-
6

teori psikologi kemudian dilakukan sebagai dokter dengan yudisium


analisis terhadap suatu karya sastra. ”excellent”.
Kedua, dengan terlebih dahulu Freud adalah seorang ahli
menentukan sebuah karya sastra neurologi, dia mulai mempraktek
sebagai objek penelitian, kemudian media di Wina sampai akhir abad 19.
ditentukan teori-teori psikologi yang Seperti halnya para ahli neurologi
dianggap relevan untuk melakukan lainnya pada masa itu, dia sering
analisis. Pada umumnya metodologi membantu orang-orang yang
penelitian yang pertama memiliki mengalami masalah-masalah nerveous,
kecenderungan untuk menempatkan seperti: rasa takut yang irrasional,
karya satra sebagai gejala sekunder obsesi, dan rasa cemas. Dalam
sebab cara-cara penelitian yang membantu penyembuhan masalah-
dimaksudkan menganggap karya sastra masalah gangguan mental (mental
sebagai gejala yang pasif, atau semata- disorders) tersebut, dia
mata sebgai objek untuk mengembangkan prosedur yang
mengaplikasikan teori (Albertine : inovatif yang dinamai Psikoanalisis.
2010). Tahun 1882 ia berkenalan dengan dr.
Psikologi sastra sebagaimana Josef Breuer ia belajar menyadari
dimaksudkan dalam pembicaraan ini teknik penyembuhan gangguan
adalah cara-cara penelitian yang kejiwaan dengan meminta pasien
dilakukan dengan menempatkan karya menceritakan sebanyak mungkin hal
sastra sebagai gejala yang dinamis. tentang gangguannya dan awal
Karya sastralah yang menentukan terjadinya gangguan. Tahun 1885 di
teori, bukan sebaliknya.Dengan Paris ia belajar hipnosa dari Dr. Jean-
mengambil analogi hubungan antara Martin Charcot dan melihat bahwa
psikolog dengan pasien diatas pada gangguan histeria terjadi akibat
dasarnya sudah menjadi keseimbangan permasalahan psikis (Andira,
antara karya sastra dengan teori 2012:19).
(Albertine : 2010). Freud memandang manusia
Psikologi Kepribadian sebagai suatu sistem energi yang rumit
Sigmund Freud karena pengaruh deterministik dan
Sigmund Freud lahir pada positivistik yang marak di abad ke-19.
tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg, Menurut pendapatnya, energi manusia
Morvia yang sekarang menjadi bagian dapat dibedakan dari penggunaannya,
dari republik Cekoslowakia (Semiun, yaitu aktivitas fisik yang disebut energi
2006:44). Koeswara, (1991:29) fisik dan aktivitas psikis disebut energi
mengatakan Freud seorang pemuda psikis. Berdasarkan teori ini, freud
yang mau bekerja keras, senang menyatakan, energi fisik dapat diubah
membaca dan belajar, serta menjadi energi psikis dengan naluri-
menunjukkan kemampuan intelektual nalurinya merupakan media atau
yang cukup brilian Freud bermimpi jembatan dari energi fisik dengan
untuk mencapai kemasyuran melalui kepribadian (Walgito, 2010:22)
berbagai penemuan atau penelitian. Menurut Freud, perilaku
Sehingga pada tahun 1873, Freud seseorang sekedar wajah permukaan
masuk fakultas kedokteran Universitas karakteristiknya, sehingga untuk
Wina, dan pada tahun 1981 dia lulus memahami secara mendalam
7

kepribadian seseorang, harus diamati bukan bagian demi bagian (Walgito,


gelagat simbolis dan pikiran yang 2010:13).
paling mendalam dari orang tersebut. Bentuk-bentuk Kecemasan
Pengalaman masa kecil individu menurut Freud yaitu dalam dinamika
bersama orang tua telah membentuk kepribadian, telah disebutkan bahwa
kepribadian. Perilaku seseorang kerap kecemasan berfungsi sebagai
dipengaruhi oleh alam bawah sadar peringatan kepada ego akan adanya
yang memunculkan diri dan tingkah suatu bahaya agar dapat mengambil
laku itu tampil tanpa disadari tindakan yang tepat untuk menghadapi
(Minderop, 2010:13). bahaya, seperti menolak atau
Perilaku manusia dapat diartikan menghindar. Menurut Freud (2002:
sebagai ciri-ciri karakteristik yang 431), suatu reaksi terhadap bahaya
dapat dibedakan dengan manusia merupakan kombinasi dari dua hal:
lainnya. Pada dasarnya perilaku rasa takut dan tindakan defensif
manusia dapat terbentuk akibat adanya (bertahan). Dengan cara tersebut,
rangsangan yang diberikan. seseorang memiliki jalan alternatif
Rangsangan yang datang akan untuk menghindarkan diri dari hal-hal
direspon dalam bentuk perilaku yang yang menyakitkan, fisik maupun
ditunjukkan, perilaku itu sendiri dapat psikis. Untuk itu, Freud membedakan
berbentuk positif atau negatif bentuk-bentuk kecemasan sebagai
tergantung pada rangsangan (stimulus) berikut:
yang datang. Dengan kata lain perilaku 1) Kecemasan realitik
adalah segala sesuatu yang kita Menurut Freud (2002:431),
lakukan yang dapat diamati secara kecemasan realitik merupakan suatu
langsung (Walgito, 2010:8). kondisi perasaan yang sangat
Perilaku refleksif perilaku yang rasional dan alami sebagai reaksi
terjadi dengan sendirinya secara terhadap persepsi bahaya eksternal.
otomatis. Perilaku refleksif pada Freud mengatakan bahwa
dasarnya tidak dapat dikendalikan, kecemasan yang berdasarkan
karena perilaku refleksif merupakan kenyataan ini terkait dengan refleks
perilaku yang alami, bukan perilaku gerakan sebagai wujud dari insting
yang dibentuk. Perilaku non refleksif, perlindungan diri. Kemunculan-
perilaku ini dikendalikan atau diatur kemunculan suatu objek atau situasi
oleh pusat kesadaran atau otak. di mana kecemasan dirasakan akan
Perilaku non refleksif merupakan sangat tergantung pada seberapa
perilaku yang dibentuk, dapat besar pengetahuan seseorang
dikendalikan karena itu dapat berubah terhadap dunia luar. Artinya tiap
dari waktu kewaktu, sebagai hasil individu memiliki tingkat
proses belajar. Perilaku manusia dapat kecemasan tersendiri terhadap
dikendalikan dan terkendali, itu berarti sesuatu di dunia nyata yang tidak
bahwa perilaku dapat diatur oleh selalu merata dan sama terhadap
individu yang bersangkutan. Perilaku objek atau kondisi tertentu.
manusia juga merupakan perilaku yang 2) Kecemasan Neurotik
terintegrasi, artinya keseluruhan Kecemasan neurosis
keadaan individu atau manusia terlibat ditimbulkan oleh suatu pengamatan
dalam perilaku yang bersangkutan, tentang bahaya dari naluri-naluri.
8

Kecemasan ini adalah suatu rasa cerita disebut tokoh, sedangkan cara
ketakutan tentang apa yang pengarang menampilkan tokoh atau
mungkin terjadi, sekiranya anti- pelaku disebut dengan penokohan.
cathexis dari ego gagal untuk Jadi, pada dasarnya tokoh merupakan
mencegah cathexis-objek dari pelaku suatu cerita, sedangkan
naluri-naluri meredakan dirinya penokohan merupakan segala hal yang
dalam suatu tindakan yang impulsif. melekat pada diri tokoh sebagai bentuk
Kecemasan jenis ini dapat dikaitkan penggambaran, sehingga ketika
sebagai rasa takut terhadap id-nya membaca sebuah cerita pembaca dapat
sendiri yang suatu ketika dapat mengetahui bagaimana karakter yang
menguasai ego dan membuatnya tak ada pada diri tokoh melalui kata dan
berdaya (Hall, 2000:74). tindakan yang digambarkan oleh
3) Kecemasan Moral pengarang melalui tokoh.
Kecemasan moral merupakan (Sayuti, 2000: 72) secara teoritis
perasaan bersalah bagi ego terhadap pengarang dapat mengatur atau
standar kebaikan menurut orang tua mencipta; dari suatu tipe yang murni,
karena suatu tindakan atau pikiran mewakili suatu kualitas universal,
yang bertentangan dengan tujuan sehingga ke individu-individu yang
utama dari ego-ideal. Ketakutan paling eksentrik. Dalam konteks ini,
yang asli, dari mana kecemasan pengarang hanya diikat oleh tuntutan
moral itu ditariknya adalah yang mungkin muncul dikalangan
kecemasan objektif; ketakutan itu pembaca bahwa tokoh-tokoh dala fiksi
adalah ketakutan terhadap orang tua ciptaannya hanya relevan dalam
yang menghukum. Sebagaimana beberapa hal dengan pengalaman
halnya dengan kecemasan neurotis, kehidupan yang sebenarnya, baik yang
sumber dari kecemasan moral mungkin dialami oleh pengarang
terletak dalam struktur kepribadian, maupun yang mungkin dialami oleh
dan sebagaimana halnya dengan pembaca.
kecemasan neurotis, orang tidak Jadi menurut penjelasan tersebut,
dapat melepaskan diri dari perasaan tokoh-tokoh pada fiksi dikembangkan
bersalah semata-mata bersifat intra oleh seorang pengarang secara bebas
psikis (pertentangan dalam jiwa), namun tidak terlepas dari bentuk
yang berarti bahwa ia adalah suatu kreatifitas yang ditawarkan. Sebagai
pertentangan struktural dan tidak penentu isi cerita dalam novel,
menyangkut-paut hubungan antara seringkali seorang pengarang
orang itu dengan dunia, kecuali mengaitkan kehidupan yang nyata
suatu pertumbuhan dari ketakutan itulah yang nantinya dicangkokkan
yang objektif terhadap orang tua oleh seorang pengarang melalui
(Hall, 2000:78-79). kehidupan nyata. Mengharuskan tokoh
TOKOH UTAMA didalamnya hidup secara wajar seperti
Tokoh dan penokohan dalam pada kehidupan manusia pada
fiksi memilki artian sendiri. umumnya, namun tidak keluar dari
(Aminuddin, 2009: 79) menjelaskan konteks kerelavanan dengan kehidupan
bahwa pelaku yang mengemban yang sebenarnya antara pembaca dan
peristiwa dalam cerita fiksi sehingga penulisnya.
peristiwa itu mampu menjalin suatu
9

Lebih lanjut, tokoh-tokoh dalam neoritik dan kecemasan moral tokoh


cerita fiksi dibedakan menjadi dua, utama yang menggunakan pendekatan
yaitu tokoh utama atau tokoh inti atau psikoanalisis Sigmund freud. Sumber
tokoh sentral dan tokoh tambahan atau data yang digunakan dalam penelitian
tokoh pariferal. Penjelasan tentang ini adalah teks dari novel Napas Mayat
tokoh utama dan tokoh tambahan karya Bagus Dwi Hananto diterbitkan
disampaikan oleh (Aminuddin, 2009: pada tahun 2015 oleh badan penerbit
79). Seorang tokoh yang memiliki PT. Gramedia Pustaka Utama,
peranan penting dalam suatu cerita Anggota IKAPI, Jakarta, yang
disebut dengan tokoh utama, berjumlah 185 halaman. Metode
sedangkan tokoh tambahan merupakan pengumpulan data yang digunakan
tokoh yang memilki peranan tidak dalam penelitian ini adalah metode
penting karena pemunculannya hanya dokumentasi dengan pembacaan secara
melengkapi, melayani, dan mendukung berulang dokumen yang menunjang
pelaku.Tokoh utama dalam suatu cerita penelitian, serta mencatat kutipan-
dapat diketahui dengan ciri-ciri sebagai kutipan yang terdapat dalam novel
berikut. (1) Tokoh utama memiliki Napas Mayat yang menunjukkan
banyak waktu dan penceritaanya, (2) bentuk kecemasan realitik, kecemasan
Paling banyak berhubungan dengan neoritik dan kecemasan moral.
tokoh lain dan (3) Tokoh utama paling Data yang sudah terkumpul
terlibat dengan makna dan tema dalam korpus data kemudian dianalisis
(Sayuti, 2000: 74). dengan teori psikoanalisis Sigmund
Cara mengenali tokoh utama Freud. Hasil analisis data disajikan
yaitu dengan cara mengetahui petunjuk dengan teknik triangulasi.
oleh pengarang. (1) Tokoh utama
umumnya merupakan tokoh yang Pembahasan Hasil Penelitian
sering diberi komentar dan dibicarakan Freud (2002:428) mengatakan
oleh pengarangnya, sedangkan bahwa kecemasan tidak perlu untuk
tokohtambahan hanya dibicarakan ala dideskripsikan karena setiap orang
kadarnya, (2) Dapat diketahui melalui pernah mengalami perasaan tersebut,
judul yang diangkat dalam suatu cerita. atau bahkan pernah membicarakan
Jadi, cara mengenali tokoh utama kondisi kecemasan ini secara tepat
dengan cara lain dapat ditentukan pada suatu waktu. Namun, menurut
melalui dua hal, yaitu mengetahui Freud, belum ada pemikiran yang
tokoh banyak diceritakan dan melalui cukup serius yang menjelaskan tentang
judul yang diangkat oleh pengarang mengapa orang-orang yang sering
dalam novel tersebut (Aminuddin, gelisah lebih cenderung memiliki
2009:80). perasaan cemas yang lebih besar dan
METODE lebih sering dibandingkan orang lain.
Penelitian ini dilaksanakan
dengan menggunakan jenis penelitian Kecemasan biasanya diartikan
kualitatif dan menghasilkan data yang juga sebagai perasaan takut. Namun,
bersifat deskriptif. Adapun data dalam Freud lebih menyukai mempergunakan
penelitian ini berupa kalimat dan istilah kecemasan daripada ketakutan.
paragraph yang didalamnya terdapat Hal ini disebabkan karena ketakutan
bentuk kecemasan realitik, kecemasan biasanya dianggap lebih cenderung
10

mengarah pada arti rasa takut terhadap Aku yang membalas dendam terhadap
sesuatu hal di dunia luar. Padahal perlakuan buruk orang-orang
menurut Freud, seseorang dapat terhadapnya. Ia membunuh orang-
merasa takut tidak hanya disebabkan orang yang menghinanya, bahkan tidak
oleh bahaya dari luar tapi juga dari tanggung-tanggung ia memakan tubuh
dalam (Hall, 2000:69-70). Menurut korbannya. Hal yang menarik pada
Freud (2000:432), kecemasan novel tersebut bahwa ada pertarungan
berhubungan dengan kondisi dan psikologis antara korban,bayangan
mengabaikan objek, sedangkan dalam (jahat), serta kebaik-kebaikan yang
ketakutan, perhatian diberikan masih dapat ia temui dari hati kecilnya.
terhadap objek. Artinya bahwa Setelah melalui analisis secara
ketakutan berkaitan dengan keadaan mendalam, ditemukan sebuah titik
yang ketika bahaya muncul tanpa terang bahwa kondisi psikologis tokoh
adanya kesiapan terhadap rasa Aku didominasi oleh kecemasan
takut.Jadi dapat dikatakan bahwa neoritik atau kecemasan yang
kecemasan merupakan perlindungan bersumber dari dalam diri akibat
terhadap ketakutan. trauma, phobia, atau keresahan tanpa
Di dalam pandangan Freud, sebab yang jelas. Akan tepapi,
kecemasan kemudian dibagi menjadi kecemasan-kecemasan dalam bentuk
tiga jenis.Ketiga jenis kecemasan kecemasan realitik dan kecemasan
tersebut yaitu kecemasan realitik, moral juga menjadi bagian penting di
kecemasan neoritik dan kecemasan dalam kehidupan tokoh Aku. Hal ini
moral. Pertama, kecemasan realitik terlihat dengan apa yang terjadi di awal
adalah kecemasan akan sesuatu yang dan akhir cerita dalam novel Napas
bersumber dari eksternal atau ancaman Mayat.
dari luar tubuh. Pengetahuan Kecemasan realitik yang dialami
akandunia ekseternal merupakan faktor oleh tokoh Aku lebih banyak
yang mempengaruhi kecemasan ini. disebabkan oleh gaya hidupnya
Kedua, kecemasan neoritik merupakan sebagai seseorang yang dilahirkan dari
kecemasan yang lahir dalam diri. keluarga kaya raya. Di masa kecilnya
Biasanya ia berupa phobia, traumatik, hingga masa mudanya, saat ia
atau kecemasan yang tiba-tiba tumbuh menghadapi persoalan di masa kanak-
di dalam diri berupa keresahan. Ketiga, kanak yang penuh ejekan karena
kecemasan moral, kecemasan ini kondisi tubuh yang tidak terlalu
bersumber dari hukum-hukum moral normal, dengan kekuatan uang ia
yang berlaku di masayarakat. mampu menutupi itu semua.
Kelakukan yang menyimpang dari Sebagaimana dalam data (1.1), ia
aturan moral yang berlaku, biasanya menyerang orang-orang yang
akn menimbulkan kecemasan moral menghinanya. Ia juga berteman dengan
karena merasa bersalah akan kejadian orang-orang dengan cara membuat
itu. orang-orang tersebut tunduk karena
Melalui penelitian ini, tiga aspek kekuatan finansialnya.
kecemasan tersebut dianalisis pada Didikan dari orang tua kaya raya
tokoh Aku di dalam novel Napas membuat tokoh Aku menjadi anak
Mayat karya Bagus Dwi Hananto. manja dan segala sesuatu yang dia
Novel yang berkisah tentang tokoh inginkan terpenuhi. Ia memiliki teman
11

karena uang. Bahkan beberapa kekasih ini terlihat di dalam data (1.3). Ia
yang mampu ia miliki karena uang. merasa terhina dengan ucapan dua
Hal ini berefek buruk dengan kondisi orang yang telah merendahkan dirinya
psikologis tokoh utama. Segala macam dengan menghina kepalanya seperti
“id” atau keinginan yang ada di dalam kacang tanah karena rambut yang
pikirannya, harus terpenuhi, jika tidak, semakin hari semakin berguguran
maka akan muncul kemurkahan di sehingga mengyebabkan kebotakan. Ia
dalam dirinya. kemudian membunuh dan menyantap
Hidup tokoh Aku mulai menjadi daging kedua orang itu. Kecemasan itu
kacau ketika ibunya meninggala dunia. ditutipi dengan sebuah ego yang
Ia mulai kekurangan kasih sayang dan menjadikannya seorang pemakan
menjadi semaki berutal. Ia berpesta daging manusia (kanibal).
dan terus berpesta. Hingga suatu hari, Hal-hal lain yang menjadi
ayahnya mendapatkan musibah penyebab utama munculnya
kebangkrutan. Hal ini semakin kecemasan realitik karena keadaan
membuat tokoh Aku terpukul. Pribadi yang tidak sejalan dengan keinginan
dan karakter yang dibentuk dari hidup tokoh utama. Misalnya, ia cemas
yang bergelimang harta, membuatnya dengan turunnya hujan karena takut
sulit menghadapi hidup. Hal itu jika rambutnya semakin berguguran
menjadi penyebab utama masalah- jika terkena hujan. Ia juga sangat
masalah yang dihadapi oleh tokoh cemas dengan matahari pagi, sebab
Aku. matahari pagi merupakan pertanda ia
Di masa kecilnya, tokoh Aku harus segera bekerja, berbaur dengan
memukuli orang-orang yang orang-orang yang di jalan dan tempat
menghinanya. Ia dengan enteng kerja, dan kemungkinan terburuk saat
terbebas dari hukuman karena berasal berada di tengah-tengah orang adalah
dari keluarga kaya. Kecemasannya adanya tatapan bahkan ujaran-ujaran
karena hinaan dapat tertutupi dengan yang merendahkan dirinya karena
aksi brutal. Kemudian, saat jatuh kondisi tubuh yang tidak normal.
miskin, ia masih menyimpan dendam Dapat disimpulkan bahwa
itu. Contoh kecil saat lonceng kecemasan realitik yang dialami oleh
berbunyi, yang dia ingat adalah tokoh aku pada umumnya disebabkan
penghinaan yang dihadapinya saat oleh faktor dan faktor dari dalam diri.
waktu istirahat di sekolah. Ia juga Kebiasaan tokoh Aku yang hidup di
ketakutan menghadapi keramaian dalam kemewahan kemudian tiba-tiba
karena takut dengan cerita-cerita mengalami keterpurukan diri dan
miring dari orang-orang yang finansial menyebabkan ada kecemasan
ditemuinya. Sumber utama kecemasan berlebihan di dalam diri toko. Id tokoh
itu semua karena merasa tidak percaya kemudian coba untuk ditekan melalui
diri dengan kondisi tubuh yang tidak super ego, tetapi efek yang kemudian
normal: tubuh kuntet, rambut muncul adalah kecemasan terhadap
berguguran, dan mengalami penuaan diri sendiri karena merasa berbeda dan
dini. terasing dari lingkuangannya. Selain
Puncak kecemasan realitik itu, adanya “bayangan” yang terus
terjadi saat ia mendapatkan hinaan dari mengikuti tokoh Aku menjadi salah
Mama Besar dan teman kantornya, hal satu penyebab munculnya keberanian
12

untuk melakukan kejahatan meski pada putus asah di dalam diri tokoh Aku.
akhirnya harus merasakan kecemasan Putus asa merupakan salah satu bagain
akibat kesalahan-kesalahan yang kecemasan neoritik yang bersumber
dilakukannya. dari dalam diri. Perubahan takdir hidup
Kemudian, kecemasan realitik yang tidak dapat diterimanya dengan
terakhir yang dialami oleh tokoh Aku lapang dada membuatnya merasakan
adalah ketakutan untuk segera kecemasan secara terus menerus. Ia
dieksekusi mati. Setiap menjelang tidak tenang, bahkan cenderung
fajar, ia merasakan kecemasan karena berpikir bahwa apa yang telah
takut dijemput oleh petugas untuk dilakukannya adalah kesalah besar. Di
dieksekusi. Ia tahu betul bahwa fajar sisi lain, perpisahan dengan orang-
adalah waktu dimana orang-orang orang terdekatnnya juga menjadi
terpidana mati menunggu giliran untuk sumber utama kecemasan yang dialami
digelandang keluar lapangan eksekusi. oleh tokoh Aku.
Meski sudah mengakui seluruh Kecemasan selanjutnya terkait
keselahan, tetapi maut tetap saja dengan kondisi tubuh dan pengalaman
sesuatu yang menjadi sumber buruk saat di sekolah. Sebagaimana
ketakutan. dalam data (2.1) ia menyadari bahwa
Aspek kecemasan selanjutya pertumbuhan yang terjadi pada dirinya
adalah kecemasan neoritik. Kecemasan ada semacam ketidaknormalan. Ia
neoritik ini terkait dengan hal-hal yang mulai meras risih dan tidak percaya
muncul di dalam diri kita yang diri untuk tampil di hadapan orang
biasanya tidak sesuai dengan banyak. Ia tumbuh dengan tubuh yang
keinginan. Hal ini bisa berupa phobia, kuntet (istilah di dalam novel), rambut
trauma, dan ketakutan yang tiba-tiba yang mengalami keguguran, serta
muncul di dalam diri. Kecemasan terjadinya penuaan dini. Trauma ini
neoritik ini merupakan kecemasan merupakan hal-hal yang terus
yang mendominasi hidup tokoh utama menghantui hari-hari tokoh Aku.
di dalam cerita Napas Mayat. Akibat pertumbuhan yang tidak
Beradasarkan hasil penelitian, normal, kecemasan lain muncul di
ditemukan sebuah fakta bahwa sumber dalam diri tokoh Aku. Ia mencemaskan
utama kecemasan neoritik ini dirinya tidak bisa diterima di tengah-
bersumber dari dua hal. Pertama, dari tengah masyarakat. Hal ini juga
pengalaman buruk di masa kecil. berakibat buruk terhadap perilaku
Kemudian yang kedua bersumber dari tokoh Aku. Buktinya, ia membunuh
phobia dan traumatik terhadap kondisi dua orang yang menghina rambut dan
fisik yang tidak bertumbuh kepalanya yang mulai membotak. Ia
sebagaimana orang-orang pada suka berada di apartemen. Hal ini
umumnya. disebabkan kecemasannya terhadap
Awal mula kecemasan neoritik khalayak ramai yang bisa
yang dirasakan tokoh utama saat ini memandangnya dengan pandangan
kehilangan segalanya, termasuk yang merendahkan. Hal ini merupakan
keluarga, teman, dan hartanya. Ia hal-hal yang dihindari oleh tokoh aku
kehilangan segala sesuatu yang pernah sehingga menjadi seorang introvert.
ia rasakan dari lahir hingga masa Karena kondisi fisik yang tidak
mudanya. Hal ini menimbulkan rasa normal, tokoh Aku kemudian
13

mengalami kecemasan dalam bentuk tetap menjadi hal yang menakutkan


phobia dan traumatik.Ia sangat tidak bagi tokoh Aku. Ia selalu merasa was-
menyukai hujan dan sinar matahari. was saat fajar tiba. Hal ini disebabkan
Hujan memberikannya pengalaman fajar merupakan waktu dimana
yang buruk. Hujan menjadi momok terpidana mati akan dijemput untuk
yang menakutkan bagi tokoh Aku dieksekusi. Hal menarik dari akhir
sebab hujan mampu menggurkan kisah yang terjadi pada tokoh Aku
rambut dan menjadikan seseorang adalah kecemasannya sebelum
yang botak. Ia tidak percaya diri dieksekusi mati. Meski telah siap
dengan keadaan itu. Sementara itu, menerima hukuman, tetapi ada yang
sinar matahari memberikan cahaya tidak tuntas di dalam dirinya. Ia masih
terang dan pertanda bahwa ia harus ingin hidup untuk bersama dengan
segera bekerja dan berbaur dengan Novia. Demikian kecemasan neoritik
orang banyak. Dengan kondisi fisik yang terjadi pada tokoh Aku dari masa
yang tidak normal, sinar matahari muda hingga akhir hayatnya.
menjadi sesuatu yang menakutkan Tahap terakhir dalam analisis
bagis psikolgis tokoh Aku. kecemasan tokoh utama dalam novel
Kecemasan neoritik yang paling Napas Mayat adalah kecemasan moral
menyedihkan yang dirasakan oleh yang dialami tokoh utama. Kecemasan
tokoh Aku adalah rindu. Kerinduan moral merupakan kecemasan yang
akan kebersamaan dengan Novia muncul akibat merasa bersalah karena
menjadi momok yang terus menyimpang dari norma-norma yang
menggrogoti tubuhnya. Saat pertama beralaku di masyarakat. Norma-norma
kali ia bertemu dengan mantan ini biasanya bersumber dari ilahi yang
kekasihnya itu, ada perasaan yang tiba- diwariskan melalui pengalaman hidup
tiba meluap dari dalam diri tokoh aku. dan agama.
Perasaan itu adalah perasaan cinta. Kecemasan moral yang dialami
Saat Novia mengunjunginya di tokoh secara sederhana dibagi menjadi
apartemen, ia mencoba meraih tangan empat jenis. Kecemasan pertama saat
Novia, tetapi Novia justru pergi ia merasa bahwa Tuhan tidak adil
meninggalkan tokoh Aku. Penolakan terhadap hidupnya. Ia jatuh miskin,
itu menjadi sumber utama kecemasan kehilangan keluarga dan mengalami
tokoh Aku. Tiba-tiba muncul perasaan kondisi tubuh yang tidak normal. Ia
tak berdaya atas penolakan itu. Setelah merasa bahwa Tuhan tidak adil dalam
kejadian itu, berulang kali ia memperlakukan dirinya. Hal ini
mengatakan bahwa ia merindukan tergambar dalam data (3.1). Ia
Novia. Ia ingin bertemu dengannya, mencemaskan kuasa Tuhan dengan
tetapi apa daya, pertemuan mereka cara berteman denga bayangan hitam
terjadi ketika tokoh Aku telah yang penuh denga kejahatan.
menyadari kesalahannya dan sudah Bayangan tersebut ia jadikan sebagai
berada diambang maut. teman berbagai cerita.
Kecemasan neoritik terakhir Kedua, kecemasan moral itu
yang dialami oleh tokoh Aku adalah muncul usai mebunuh orang-orang
kecemasan akan maut menjemput. yang menghinanya. Mulai ada
Meski sudah menerima hukuman atas kecemasan pembunuhan itu akan
kesalahan yang diperbuatnya, maut diketahui oleh masyarakat. Ia
14

menyadari bahwa apa yang kehidupan sekitar kita. Akan tetapi,


diperbuatnya tidak sesuai dengan satu hal yang pasti bahwa novel
norma-norma yang dianut oleh menperlihatkan sisi terburuk sekaligus
masyarakat. Meski menyadari hal sisi terbaik manusia sebagai mahluk
tersebut, akan tetapi kecemasan itu ciptaan Tuhan.
mampu ia tutupi dengan mempercayai
kata-kata Hitam. DAFTAR PUSTAKA
Ketiga, usai berjalan di dunia Aminuddin. 2009. Pengantar
limbo (dunia alam bawah sadar, seperti Apresiasi Karya Sastra.
sebuah mimpi) ia tiba-tiba menyadari Bandung: Sinar Baru
bahwa ia telah melakukan kesalahan. Algesindo.
Ia menginggkari kata hatinya.
Kecemasan itu menjadi titik balik Arighi, Muh. Afgan. 2016. Analisis
kehidupan tokoh Aku. Ia menyadari Pemikiran Tokoh Utama
bahwa apa yang telah diperbuatnya Dalam Novel Napas Mayat
adalah salah dan ia harus bertanggung Karya Bagus Dwi Hananto:
jawab atas kesalahan itu. Maka dari Suatu Tinjauan Dekonstruksi
itu, mencari kepala-kepala orang yang Jacques. Makassar. Universitas
telah dibunuhnya dan mengembalikan Negeri Makassar.
sebagaimana mestinya. Ia
Faruk. 2010. Pengantar Sosiologi
menyerahkan diri ke polisi dan
Sastra: Dari Strukturalisme
mengakui kesalahnnya.
Genetik Sampai Post-
Terakhir adalah kecemasan akan
Modernisme. Yogyakarta:
maut yang semakin dekat. Awalnya,
Pustaka Pelajar.
sebagai seseorang yang tidak percaya
dengan Tuhan, ia mencoba Freud, Sigmud. 1984. A general
mengabaikan takdir. Akan tetapi, hal Introduction ofpsichoanalysis.
itu tak bisa ia ingkari. Ada kecemasan New York: Pocket Books.
yang bermuara kepada kepercayaan
bahwa ia harus mengikuti takdir yang Freud, Sigmund. 2000. Psikoanalisis
ditentukan oleh Tuhan. Salah satu hal Sigmund Freud. Diterjemahkan
yang menakutkan bagi tokoh Aku oleh Ira Puspitorini.
adalah kenyataan bahwa ia harus Yogyakarta: Ikon Terelitera.
segera menghadapi maut. Hal ini dapat
ditemukan pada data (3.4) dan (3.5). Freud, Sigmund. 2002. Psikoanalisis
Demikian, pembahasan Sigmund Freud.
mengenai aspek-aspek kecemasan Diterjemahkanoleh Ira
yang dihadapi tokoh utama dalam Puspitorini. Yogyakarta: Ikon
novel Napas Mayat, karya Bagus Dwi Terelitera.
Hananto. Sebuah kisah pembunuhan Hall, S. Calvin. 2000. Libido
yang dibalut kisah cinta. Ada begitu Kekuasaan Sigmund Freud.
banyak persoalan psikologis yang Diterjemahkan oleh S. Tasrif.
dihadirkan novel ini. Sebagaimana Yogyakarta: Tarawang
pembahasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa novel dibangun oleh narasi-
narasi psikologis yang terinspirasi dari
15

Hananto, Bagus Dwi. 2015. Napas Remaja Rosda Karya, 2007),


Mayat. Jakarta : PT Gramedia hlm. 330
Pustaka Utama.
Luxemburg, dkk. 1982. Pengantar
Juanda, J. (2012) BAHASA PROKEM Ilmu Sastra. Jakarta: PT
DAN PEMBELAJARAN Gramedia.
BAHASA INDONESIA.
RETORIKA: Jurnal Bahasa, Mariani, Mona. 2012. “ Arti Novel”
Sastra, dan pengajarannya, 8 https://monamariani.wordpress.
(1). Hal. 108. com,diakses pada 20
September 2015.
Juanda, J (2018). Revitalisasi Nilai
dalam Dongeng Sebagai
Minderop, Albertine. 2010. Psikologi
Wahana Pembentukan Karakter
Sastra (Karya Sastra, Metode,
Usia Dini. Jurnal Pustaka
Teori dan Contoh Kasus).
Budaya. 5(2): 11-18.
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Juanda, J. (2018). Eksplorasi Nilai Indonesia.
Pendidikan Lingkungan Cerpen
Musaroh, Sitti, 2010. Aspek
Daring Republika: Kajian
Kecemasan Tokoh Utama
Ekokritik. Jurnal Sosial
dalam Novel Pintu Terlarang
Humaniora. 11(2). 67-81.
Karya Sekar Ayu Asmara:
Juanda, J., & Azis, A. (2018). Tinjauan Psikologi Sastra.
Penyingkapan Citra Perempuan Skripsi S1. Universitas
Cerpen Media Indonesia: Muhammadiyah Surakarta.
Kajian Feminisme. LINGUA.
Jurnal Of Languag, Luterture Purba, Antilan. 2010. Pengantar Ilmu
and Teaching, 15(2), 71-82. Sastra. Medan: USU Press.

Juanda, J. (2019). Gender Phenomena Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Metode


in Short by Fanny J. Poyk in Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Media On Line, Indonesia. Pustaka Pelajar.
Kafaah: Jurnal Gender Studies,
8(2), 135-148 Sayuti, Suminto A.2000. Berkenalan
dengan Prosa Fiksi.
J.P Chaplin. 2014. Kamus Lengkap Yogyakarta: Gama Media.
Psikologi, Jakarta: Rajawali
Pers. Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi
Robert Stanton. Yogyakarta:
Lexy, Moleong, Metode Penelitian Pustaka Pelajar.
Kualitatif. (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2002), Tarigan, Henry Guntur.1984. Prinsip-
hlm. 248 prinsip Dasar Sastra. Bandung:
Penerbit Angkasa.
Lexy, Moleong, Metode Penelitian
Kualitatif. (Bandung: PT.
16

Teeuw, A. 1980. Tergantung pada


Kata. Pustaka Jaya. Jakarta.

Walgito, Bimo. 1989. Pengantar


Psikologi Umum, Yogyakarta:
Andi.

Wellek, Rene dan Austin Waren. 1962.


Teori Kesusatraan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Wellek, Rene dan Austin Waren. 1988.


Teori Kesusatraan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Wellek, Rene dan Austin Waren. 1989.


Teori Kesusatraan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai