Anda di halaman 1dari 9

1

KETIDAKLANGSUNGAN EKSPRESI PUISI-PUISI


UTOMO SOCONINGRAT DALAM BUKU
TUHAN MENEGUR KITA

Bella Yurice 1,Meylani Cindy Ardana2, Qhoriana Kikiariski3,


PutriHusnul Khotimah4

(Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Jambi, Indonesia)


1

2
(SarjanaPendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Jambi, Indonesia)

Abstrak
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana ketidaklangsungan ekspresi
puisi dalam bukuTuhanMenegur Kita karya Utomo Soconingrat. Adapun
tujuanpenelitian adalah untuk mendiskripsikan ketidaklangsungan ekpresi dalam hal
penggantian arti (displacing of meaning), penyimpangan arti (distorting of meaning),
dan penciptaan arti (creating of meaning). Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metodedeskriptifkualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatanstilistika. Data yang diambilberupa data verbal yang berupa kata-kata, frasa
dan bahasakias dalam bukuTuhanMenegur Kita. Teknikpengumpulan data dilakukan
dengan tekniksimak dan catat. Hasilpenelitian ini mendeskripsikan : (1) penggantian arti
mencakup : personifikasi, simile, dan metafora, (2) penyimpangan arti mencakup :
hiperbola, paradoks dan nonsense, (3) penciptaan arti mencakup : tipografi.

Kata Kunci: Ketidaklangsungan ekspresi, kumpulan puisi TuhanMenegur Kita

INDIRECT EXPRESSION OF POETES


UTOMO SOCONINGRAT IN THE BOOK
GOD REJECTS US

Abstract
The problem examined in this research is how the poetry expression does not occur in the
book God Mending Us by Utomo Soconingrat. The purpose of this research is to describe
2

the indirectness of expression in terms of displacing of meaning, distorting of meaning,


and creating of meaning. The method used in this study is a qualitative descriptive
method. The approach used is a stylistic approach. The data taken in the form of verbal
data in the form of words, phrases and figurative language in the book God Rebukes Us.
The data collection technique was carried out by listening and note-taking techniques.
The results of this study describe: (1) meaning replacement includes: personification,
simile, and metaphor, (2) meaning deviation includes: hyperbole, paradox and nonsense,
(3) meaning creation includes: typography.

Keywords :Discontinuity of expression, a collection of poems God Rebukes Us

Pendahuluan
Bahasa puisi berbeda dengan umum dapat menimbulkan
bahasasehari-hari. Bahasa puisi keharuan”.
mengekspresikan sesuatu secara Kepuitisan puisi dibangun
khas. Bahasa puisi singkat, padat dan dengan bahasa sebagai medianya.
kaya makna. Selain itu, menurut Bahasa dipilih dan dipakaipenyair
Siswantoro (2005: 3) “bahasa puisi agar menimbulkan kesanpuitis.
bersifat plastis, namun mampu Riffaterre (dalam Santosa dan
mengakomodasi berbagai Suroso, 2009:69) menyatakan:
dimensimakna di balikapa yang Bahwa puisi adalah sebagai salah
tersurat”. Puisi penuhmakna. Makna satu wujudaktivitasbahasa. Sebagai
dalam puisi dihasilkan oleh salah satu wujudaktivitasbahasa,
ungkapan tidaklangsung yang ditulis puisi berbicaramengenai sesuatu hal
oleh penyair. Ungkapan dengan maksud yang lain. Artinya,
tidaklangsung menimbulkan puisi berbicara secara tidak langsung
efekpuitis lewat diksi, bahasakias, sehingga bahasa yang digunakan pun
rima, tipografi dan enjambement. berbeda dari bahasasehari-hari.
Kepuitisan puisi bergantung dari Larasbahasa puisi tersebut
penyairnya dalam disebabkan oleh penggubahan
mengolahunsurbahasa dan unsur lain (displacing of meaning) makna,
di luaraspek kebahasaan. Pradopo penciptaan (creating) maknabaru,
(dalam Hasanudin,2002:10) dan perusakan (distorsing of
berpendapat “kepuitisan itu adalah meaning) makna kebahasaan sehari-
sesuatu yang dapat hari.
membangkitkanperasaan, Setiap penyair memiliki cirikhas
menarikperhatian, menimbulkan atau gayasendiri-sendiri dalam
tanggapan yang jelas, atau secara menggunakan ungkapan
3

tidaklangsung pada puisinya untuk berpolapantun. Tidak banyak


mencapaikepuitisan itu. Hasanudin anakseusia Utomo Soconingrat yang
(2002:18) berpendapatbahwa “dalam mampu menulis puisi dan
usahamencapaikepuitisansajaknya puisinyaditerbitkan pula oleh
itu, penyair menggunakan banyak penerbit berskala nasional. Bahkan
carasekaligus, bahkan secara orang dewasa pun tidak
bersamaan, untuk semuanyabisa puisi-
mendapatkanefekpuitis yang sebesar- puisinyaditerbitkan oleh penerbit
besarnya”. Ungkapan tidaklangsung berskala nasional seperti yang
biasa disebut ketidaklangsungan dilakukan Utomo Soconingrat dalam
ekspresi. Salah satu penyair yang menghiasiduniasastra Indonesia.
menggunakan ketidaklangsungan Maka tidaklahberlebihanbila
ekspresi pada puisinya adalah Utomo puisi-puisi Utomo Soconingrat dalam
Soconingrat. Puisi Utomo Buku “TuhanMenegur Kita” yang
Soconingrat (kelahiran 13 Oktober diterbitkan oleh
1999) sudah banyak dimuat di media penerbitnasionalbukupopdengan 42
cetakmaupunelektronik. puisi ini dijadikanobjek dalam
Walaupunumur Utomo penelitianstilistika. Hal ini
Soconingrat masihtergolonganak- beralasanbahwagayabahasapersonifik
anak, namun puisi - asi, metafora dan simile paling
puisinyabukansaja menjadi dominan. Belum lagi usiapenyair
konsumsianak-anakseusianya. Hal yang
ini terlihat dari penggolonganbuku tergolongmasihmudadikancahperpuis
puisi TuhanMenegur Kita yang ian Indonesia dan Jambi khususnya,
digolongkan kedalam buku Umum menjadi dayatariktersendiri untuk
Sastra di Gramedia. Pilihan kata atau mengupassejauhmanapenyair ini
diksinya pun bukan seperti mampu mencari bentuk dan
anakkebanyakan. Misalnya, formulasisendiri dalam menulis puisi
diksiMantik dalam puisinya yang yang berguna untuk
berjudul “Mantik” (Soconingrat, perkembangansejarahsastra
2012: 2). Lebih lanjut, Indonesia juga dalam menentukan
bukuTuhanMenegur Kita juga sebuah angkatan. Usia yang
mendapatperhatian dari penyair masihmuda membuat hasilkaryanya
Jambi sekaligus Dosen di Program lebih orisinil dari
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra hasilintuisinyasendiri. Artinya hasil
Indonesia, Universitas Jambi, Dimas karya sastra (puisi) dianggap belum
ArikaMihardja. terpengaruh dengan puisi-puisi karya
Utomo Soconingrat hidup di penyair besar lain. Seperti
zaman dimana aturan dalam menulis gayaChairil, gayaTakdir,
puisi telah di longgarkan tidak gayaSutardji, dan sebagainya.
seketat pada puisi lama yang
4

Dalam penelitian ini peneliti ekspresi puisi tanpa menggunakan


menggunakan pendekatanstilistika. angka- angka. Dalam hal ini metode
Karenapenelitimenganalisis deskriptif kualitatif lebih
ketidaklangsungan ekspresi yang cocokdigunakan.
khasbagipengarang. Sesuai dengan tujuan
Pendekatanstilistikaberartimencari penelitian, maka pendekatan yang
stile atau gaya. Semi (2012: 104) digunakan dalam penelitian ini adalah
menjelaskan pendekatan stilistika. Pendekatan
“pendekatanstilistikaberanggapanbah stilistika bertolak dari asumsi bahwa
wakemampuansastrawanmengekploit bahasa mempunyai tugas dan peranan
asibahasa dalam segaladimensi yang penting dalam kehadiran karya
merupakan suatupuncakkreativitas sastra (puisi). Masalah stile adalah
yang dinilai sebagai bakat”. Analisis masalah pilihan cara pengungkapan.
ini digunakan untuk Dalam penelitian ini stilistika
melihatseberapajauh dan dalam digunakan untuk menganalisis
bahasa yang digunakan penyair ketidaklangsungan ekspresi puisi
dalam hal ketidaklangsungan lewat bahasa sebagai medianya.
ekspresi. Melihat kekuatan sebuah Menganalisis ketidaklangsungan
karya dari segibahasa, gagasan atau ekspresi dalam hal penggantian arti
perpaduan keduanya dalam hal (displacing of meaning), penciptaan
ketidaklangsungan ekspresi puisi arti (creating of meaning), dan
dengan bahasa sebagai medianya. penyimpangan arti (distorsing of
meaning).
Metode Teknik analisis data dilakukan
setelah data terkumpul dengan model
Dalam penelitian ini alir (Miles dan Hubberman) melalui
menggunakan metode deskriptif langkah-langkah sebagai berikut:
kualitatif karena penelitian ini 1. reduksi data meliputi identifikasi,
mengungkapkan fakta-fakta atau seleksi, dan klasifikasi tentang
data dari kata-kata yang berupa Ketidaklangsungan ekspresi puisi
Ketidaklangsungan ekspresi puisi dalam hal penggantian arti,
dengan cara memberi deskripsi. penyimpangan arti, dan penciptaan
Menurut Siswantoro (2010:57) arti,
“dengan metode deskriptif, seorang 2. sajian data yang meliputi penataan,
peneliti sastra dituntut mengungkap pengkodean, dan analisis data tentang
fakta-fakta yang tampak atau data Ketidaklangsungan ekspresi puisi
dengan cara memberi deskripsi”. dalam hal penggantian arti,
Kemudian metode kualitatif dipilih penyimpangan arti, dan penciptaan
karena sesuai dengan tujuan arti.
penelitian yaitu untuk 3. inferensi yaitu penarikan
mendeskripsikan ketidaklangsungan
5

kesimpulan sementara sesuai dengan kutipan (1) – (24) dalam pemaparan


hasil analisis yang berupa berikut.Dalam puisi “Memainkan
penggantian arti, penyimpangan arti, Waktu (MW)” majas personifikasi
dan penciptaan arti dalam buku puisi dapat dilihat pada kutipan (1)
“Tuhan Menegur Kita”. Setelah (perhatikan bagian sajak yang sengaja
memiliki kesimpulan sementara maka dicetak tebal dan miring berikut
peneliti menarik kesimpulan akhir. merupakan majas personifikasi):
4. Apabila kesimpulan mengenai
Ketidaklangsungan ekspresi telah (1) Jika Darah dan air matanya
cukup, maka peneliti menyusun hasil gelisah
akhir yang berupa pendeskripsian Jangan larang ia bermain di rumahku
Ketidaklangsungan ekspresi yang Sebab ia tak lagi berhati
meliputi penyimpangan arti, (MW, Bait 1, hal 1)
penggantian arti dan penciptaan arti
dalam buku puisi “Tuhan Menegur Pada kutipan (1) sajak MW, diksi
Kita” karya Utomo Soconingrat. gelisah merupakan sifat manusia
adalah personifikasi dari darah dan
HASIL PENELITIAN air mata. Darah dan air mata
Dalam bab ini dideskripsikan merupakan benda mati yang berasal
ketidaklangsungan ekspresi puisi dari dalam tubuh manusia. Pada puisi
Utomo Soconingrat (USN). ini, darah dan air mata dibuat seolah
Ketidaklangsungan ekspresi adalah hidup seperti manusiayang sering
penggunaan bahasa yang terdapat dirundung kegelisahan di
dalam karya sastra (puisi) yang kehidupannya. Kegelisahan itu bisa
menyatakan hal-hal secara tidak saja terjadi karena hal yang baik atau
langsung atau sesuatu hal yang pun hal yang buruk. Hal baik
mempunyai arti yang lain. misalnya, gelisah karena memikirkan
Ketidaklangsungan ekspresi itu tetangga yang kelaparan. Sedangkan
merupakan gaya atau style dari hal yang buruk, gelisah karena sirik
pengarangnya yang tujuannya untuk terhadap orang lain. Penggunaan
menimbulkan efek estetis. personifikasi tersebut menimbulkan
efek yang jelas terhadap pembaca.
Hasil Penelitian Ketidaklangsungan
Ekspresi Puisi dalam Buku Tuhan (2) Jika darah dan air matanya tak
Menegur Kita merebut kota
Jangan larang ia bermainan di
Dalam kumpulan sajak “Tuhan rumahku
Menegur Kita” ditemukan Sebab ia telah sia-sia menanam bara
personifikasi pada setiap diksinya. (MW, Bait 4, hal 1)
Hal tersebut dapat dilihat pada
6

Pada kutipan (2) diksi pada puisi Telaga hijau menangis (HK, Bait 2,
MW seakan-akan menghidupkan Hal 5)
benda mati dan menciptakan efek
yang kuat. Darah dan air mata yang Pada kutipan (4) puisi HK, diksi
merupakan benda mati dibuat hidup telaga hijau menangis memberikan
seolah bisa merebut seperti manusia. gambaran yang jelas kepada
Jika darah dan mata yang merupakan pembaca. Pembaca diajak seolah
benda mati saja dapat merebut, telaga hijau dapat menangis seperti
kenapa manusia tidak mau merebut sifat manusia. Telaga hijau tempat
masa depannya hanya karena menampung air hujan dan seluruh
kemalasan. Penggunaan majas biotanya seolah menahan kepedihan
personifikasi menimbulkan asosiasi yang mendalam lewat tangisannya
yang bermacam terhadap pembaca, itu. Telaga yang mestinya menjadi
tergantung pemahaman si pembaca. tempat berlindung kini tidak
dilindungi manusia. Manusia modern
(3) Mantik memanggil dalam aksara acuh dengan tempat seperti telaga.
– suaranya berat
menggerat, seperti terbebani luka. Pembahasan Ketidaklangsungan
(M, Bait 4, hal 2) Ekspresi Puisi dalam Buku Tuhan
Menegur Kita
Pada kutipan (3) pada puisi M diksi 1. Penggantian Arti
Mantik memanggil dalam aksara
mampu menghidupkan benda mati Puisi - puisi Utomo Soconingrat
seakan memanggil dengan mulut (USN) tidak lepas dari ungkapan
seperti yang biasa dilakukan manusia. tidaklangsung. Salah satu
Memanggil merupakan sifat manusia. ketidaklangsungan ekspresi itu ialah
Mantik dibuat hidup oleh diksi penggantian arti. Penggantian arti
memanggil. Mantik adalah akal yang merupakan penggunaan kata yang
letaknya didalam kepala manusia. menggantikan arti sebenarnya.
Mantik adalah benda matitetapi Menurut Riffaterre (dalam Pradopo.
seolah hidup. Mantik seolah dapat 1987: 212) dalam hal ini
mengeluarkan suara untuk “penggantian arti menggunakan
memanggil sesuatu seperti halnya bahasa kiasan yang berarti tidak
manusia. Panggilan mantik tersebut menurut arti sesungguhnya”. Bahasa
menggambarkan betapa akal dan kiasan itu diantaranya menggunakan
pikiran pun ingin bersuara majas-majas seperti personifikasi,
menyuarakan pendapatnya dalam simile dan metafora.Penggantian arti
bentuk huruf. yang pertama, berupa majas
personifikasi. Majas personifikasi
(1) Memasuki hutan kota menurut Keraf (2010,140) adalah
7

“semacam gaya bahasa kiasan yang dalam memanfaatkan majas simile.


menggambarkan benda-benda mati Hal ini sesuai dengan pengertian
atau barang-barang yang tidak majas simile dalam Kamus Istilah
bernyawa seolah- olah memiliki sifat- Sastra bahwa “simile merupakan
sifat kemanusiaan”. Pemanfaatan majas perbandingan yang
benda mati dibuat seolah hidup terasa menggunakan kata perbandingan,
jelas dari puisi-puisi yang ditulis antara lain umpama, seperti,
USN. Dalam hasil penelitian terhadap bagaikan”.
42 puisinya, peneliti menemukan Dari 42 puisi dalam buku “Tuhan
sebanyak 24 majas personifikasi. Menegur Kita”, USN memanfaatkan
Dari 42 puisi, terdapat 13 puisi yang majas simile terhadap 7 judul
memanfaatkan majas personifikasi. puisinya.Penggantian arti yang
Pemanfaatan majas personifikasi ketiga, adalah metafora. Metafora
untuk menciptakan efek dan kesan menurut Keraf (2010, 139) adalah
yang jelas kepada pembaca. “semacam analogi yang
Hasil penelitian tentang majas membandingkan dua hal secara
personifikasi terhadap puisi-puisi langsung, tetapi dalam bentuk yang
USN telah sesuai dengan teori yang singkat”. Metafora tidak
dikemukakan para pakar. USN menggunakan kata seperti, bak,
memanfaatkan unsur alam atau bagai, dan ibarat. Dalam penelitian
benda-benda di sekitar untuk ini, peneliti menemukan 56 majas
dihidupkannya seolah bisa metafora dari 42 puisi yang ada
berkelakuan, berbuat, berbicara dalam buku puisi “Tuhan Menegur
seperti layaknya Kita”.Ungkapan seperti kicau
manusia.Pengetahuan serta keemasan, duka pohon, berbunga
pengalaman USN terhadap alam dan bahasa, burung Merak, berlaut
lingkungan membuat puisinya bahasa, duka laut merupakan
banyak berbicara tentang alam. Alam perbandingan dua hal secara implisit.
dan benda-benda mati di sekitar
digambarkan USN dapat merindu, 2. Penyimpangan Arti
menggigil, mengepung, bernyanyi, Dalam penelitian yang dilakukan
bermain, menegur, menyapa, setia terhadap 42 judul puisi yang ada
dll. dalam buku “Tuhan Menegur Kita”
Dalam buku puisi “Tuhan Menegur karya USN, penyimpangan arti yang
Kita” peneliti menemukan dua puluh diperoleh yaitu kontradiksi yang
majas simile dari 42 puisi yang ada. disebabkan oleh hiperbola dan
USN menggunakan pembanding paradoks. Menurut Keraf (2010, 135)
yang bersifateksplisit dengan hiperbola adalah “semacam gaya
memanfaatkan diksi serupa, seperti, bahasa yang mengandung suatu
bagai, bak, ibarat, dan seakan. Diksi pernyataan yang berlebihan, dengan
seperti lebih banyak digunakan USN membesar-besarkan sesuatu hal”.
8

Ditemukan sebelas majas hiperbola tidak menemukan jenis tipografi yang


yang ke semuanya melebih-lebihkan baru dalam buku puisi USN.
sesuatu yang ingin diungkapkan
USN. Ke semuanya itu memberikan
Simpulan
kesan imajinasi yang berlebihan
kepada pembaca untuk Analisis Ketidaklangsungan
menggambarkan kejadian dan ekspresi puisi Utomo Soconingrat
suasana didalam puisi (USN) dalam buku puisi “Tuhan
tersebut.Adapun pengertian hiperbola Menegur Kita” yang dikaji dengan
menurut Kamus Istilah Sastra (2007, menggunakan pendekatan stilistika
84) adalah “majas yang menyatakan membuahkan hasil: Pertama, dalam
suatu dengan melebih-lebihkan dari hal penggantian arti (displacing of
kenyataan yang sebenarnya untuk meaning) ditemukan majas
menonjolkan gagasan yang personifikasi, simile, dan metafora.
dimaksudkan”. Dari hasil temuan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
peneliti, hiperbola yang dimanfaatkan majas metafora lebih sering
penyair telah sesuai dengan digunakan, kemudian diikuti dengan
pengertian majashiperbola itu sendiri. personifikasi dan simile. Hal ini
Itu berarti USN memanfaatkan majas menunjukkan bahwa USN berbeda
hiperbola ini untuk menciptakan efek dengan puisi anak seumurannya.
yang bertentangan dengan keadaan Biasanya puisi anak seumuran USN
yang sebenarnya. Pertentangan itu lebih dominan memakai majas simile
menimbulkan kesan yang kuat ataupersonifikasi.
sehingga pesan yang ingin Kedua, dalam hal
disampaikan penyair dapat diterima penyimpangan arti (distorting of
pembaca. meaning) ditemukan majas hiperbola,
paradoks dan nonsense. Hasil
3. Penciptaan Arti penelitian menunjukkan bahwa
Dalam penelitian terhadap 42 puisi penggunaan majas hiperbola lebih
dalam buku “Tuhan Menegur Kita”, banyak dari pada paradoks dan
penciptaan arti yang ditemukan nonsense. Ketiga, dalam hal
adalah tipografi. Menurut Hasanudin penciptaan arti (creating of meaning)
(2002, 150) “tipografi tidaklah ditemukan tipografi yang berbeda.
tercipta dengan asal-asalan, tetapi Tipografi yang ditemukan yaitu
diciptakan dengan maksud tertentu”. tipografi seperti bentuk gelas.
Dalam buku “Tuhan Menegur Kita” Tipografi semacam ini menunjukkan
terdapat tipografi yang ditemukan suatu intensifikasi menuju suatu
seperti bentuk gelas. Tipografi klimaks, namun juga memberikan
semacam ini biasanya menunjukkan suasana terbentur pada suatu dunia
suatu intensifikasi menuju suatu yang terkungkung.
klimaks kepada Tuhan YME. Peneliti
9

DAFTAR PUSTAKA Pradopo, R.D.1995. Beberapa Teori


Aminudin, 1990. Sekitar Masalah Sastra, Metode Kritik, dan
Sastra. Malang: Yayasan Asih Asah Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka
Asuh Malang. Pelajar.
Aminudin, 2011. Pengantar Apresiasi Pradopo, R.D. 1997. Pengkajian
Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
Algensindo. University Press.
Budianta, Melani, dkk, 2006. Pradopo, R.D. 1987. Pengkajian
Membaca Sastra. Magelang: Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
Indonesia Tera. University Press.
Hani ’ah, Rustapa, Zaidan, 2007. Ratna, Nyoman Kutha. 2004.
Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Penelitian Sastra: Teori, Metode, dan
Pustaka. Teknik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hasan, Alwi. 2001. Kamus Besar Ricoeur, Paul, 2012. Teori
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Interpretasi. Yogyakarta: IRCiSoD
Pustaka
Hasanudin, 2002. Membaca dan
Menilai Sajak. Bandung: Angkasa.
Jabrohim (editor), 2012. Teori
Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Keraf, G. 2010. Diksi dan Gaya
Bahasa. Jakarta: Gramedia
Kridalaksana, Harimukti. 1982.
Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia
Luxembourg, J. V. Dkk. 1986.
Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta:
Gramedia.
Moeliono, 1997. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Moleong, L. J. 2005. Metode
Penelitian Kualitatif. Bandung.
Remaja Rosda Karya.
Natawidjaja, P. S. 1986. Apresiasi
Stilistika. Bandung. PT. Intermesa
Pradopo,R.D.2005. Beberapa Teori
Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai