Mara Untung Ritonga1 , Elly Prihasti Wuriyani2* dan Rizki Fadila Nasution3
Kontribusi penulis
Pekerjaan ini dilakukan atas kerja sama antara semua penulis. Semua penulis membaca dan menyetujui
naskah akhir.
Informasi Artikel
DOI: 10.9734/AJESS/2021/v21i430516
Editor:
(1) Dr. Bashar H. Malkawi, Universitas Arizona, AS.
Peninjau:
(1) Rou-Jui Sophia Hu, Universitas Cheng Shiu, Taiwan.
(2) Jhon Alfer Rúa Vergara, Universitas Antioquia, Kolombia.
(3) Nurulnadwan Aziz, Universitas Teknologi Mara, Malaysia.
Riwayat Tinjauan Sejawat Lengkap: https://www.sdiarticle4.com/review-history/73310
ABSTRAK
Pendidikan merupakan wadah dimana manusia dibentuk untuk mencari dan mengumpulkan berbagai
informasi yang tentunya berguna untuk membentuk dan mengembangkan kecerdasan kognitif manusia
tentang banyak hal, salah satunya tentang ekologi (lingkungan/alam). Dalam mempelajari bahasa Indonesia,
materi wacana ekologi (teks) merupakan salah satu strategi untuk mengintegrasikan pendidikan lingkungan
hidup dan interaksi sosial, serta adat istiadat budaya masyarakat khususnya Melayu-Langkat yang bertujuan
untuk membentuk dan mengembangkan pola pikir dan pola tindakan, serta kesehatan. perilaku baik fisik
maupun mental dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pembelajaran sastra, pendidik dituntut untuk lebih
kreatif dan peka dalam memilih materi yang menarik dan cocok untuk disampaikan daripada hanya terpaku
pada sasaran yang ingin disampaikan dan RPP yang ada, tanpa memikirkan lebih jauh hal-hal lain yang
dapat dijadikan sumber. pembelajaran. Namun ketersediaan teks berbasis ekologi lokal masih sangat
sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan materi teks fiksi berbasis literasi Melayu-Langkat yang
layak dan efektif digunakan pada tingkat sekolah menengah atas. Maka penelitian ini akan lebih fokus pada
pengembangan budaya literasi untuk menghasilkan generasi yang melek huruf, yaitu generasi yang
memahami apa yang dibaca dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahamannya terhadap isi bacaan. Generasi yang melek h
______________________________________________________________________________________________________
generasi yang cerdas, berkemampuan, berkarakter, dan berdaya saing. Penelitian ini merupakan penelitian
pengembangan yang mengadaptasi model Pengembangan 4-D. Langkah penelitian dan pengembangan dilakukan
dengan menggunakan modifikasi dan model pengembangan Thiagarajan yaitu 4-D. Model pengembangan ini
menggunakan 4 tahapan yang terdiri dari pendefinisian, perancangan, pengembangan dan diseminasi.
Kata Kunci: Bahan Ajar; teks fiksi; literasi ekologi (Melayu Langkat); generasi melek huruf.
45
Machine Translated by Google
dimana karya sastra dapat dibangun dengan bentuk yang yang dilakukan oleh guru Indonesia harus mampu
menarik perhatian pembacanya. Perkembangan sastra membangun kesadaran kritis transitif yang ditandai
yang pesat membuat kekuatan tari menjadi mandiri bagi dengan kedalaman dalam menafsirkan berbagai
pembaca dan peneliti untuk mengetahui lebih jauh makna permasalahan, membangun kepercayaan diri dalam
yang terkandung di dalamnya. Keberagaman sosial berdiskusi, dan membangun kemampuan untuk mampu
budaya di Indonesia sangat mempengaruhi terciptanya menerima dan menolak.
karya-karya baru di bidang sastra. Lebih lanjut Widianti
(2016) mengatakan bahwa pengajaran sastra mempunyai Pengembangan Bahan Ajar Sastra Indonesia Berbasis
peran untuk menyuburkan kecerdasan siswa dalam Ecological Literacy merupakan upaya menghadirkan
segala aspek, termasuk moral. bahan ajar yang menyelaraskan apresiasi sastra,
Melalui apresiasi sastra misalnya kecerdasan intelektual, pemahaman budaya, adat istiadat Melayu, lingkungan
emosional, dan spiritual siswa dapat dilatih dan dan lingkungan sosial dengan kecerdasan ekologis pada
dikembangkan. Siswa tidak hanya dilatih membaca saja, anak [28-32]. Lokasi yang dijadikan objek penelitian
namun harus mampu menemukan makna dan nilai dalam adalah di Kabupaten Langkat tepatnya SMK Sri Wampu
sebuah karya sastra. Cakupan ekologi tentunya sangat Pertumbukan yang 80% siswanya adalah orang Melayu-
luas sebagaimana dikatakan Muin (2011) bahwa alam Langkat dan 20% sisanya merupakan etnis campuran
telah menjadi bagian dari sastra. yang paham bahasa Melayu namun sedikit mengetahui
Hal ini dibuktikan tidak terkecuali oleh para sastrawan, cerita rakyat Melayu.
terutama di kalangan penyair, yang menggunakan diksi
hutan, laut, pepohonan, dan lain-lain dalam tokohnya. Kebutuhan bahan ajar berbasis ekologi bagi daerah
Namun seiring perkembangannya, sastra banyak adalah untuk mengimbangi budaya Jawa sentris yang
mengalami perubahan, begitu pula alam. Kedua unsur sudah mengakar di masyarakat, bahkan dalam proses
yang tidak dapat dipisahkan ini sepertinya selalu berjalan penyiapan bahan ajar. Dalam mata pelajaran bahasa
beriringan. Sastra adalah wajah masa lalu dan sastra kini Indonesia untuk SMA/SMK muncul wacana tentang
adalah wajah alam masa kini. pelestarian batik [48-56]. Hal ini tentu asing bagi
Sastra membutuhkan alam sebagai inspirasinya, masyarakat Melayu Asahan yang lebih mengenal Songket
sedangkan alam membutuhkan sastra sebagai sarana konservasi.
sebagai pakaian adatnya. Hal ini tentu sangat menyulitkan
Lebih lanjut Endraswara (2011) mengatakan bahwa guru dan siswa dalam pembelajaran
dengan kajian ekologi sastra akan terungkap bagaimana
peran sastra dalam memanusiakan lingkungan hidup.
proses.
Generasi muda khususnya pelajar dan mahasiswa akan
mengemban tanggung jawab dalam memajukan 2. BAHAN-BAHAN DAN METODE-METODE
peradaban dan menciptakan keunggulan bangsa
Indonesia. Perannya sebagai subjek sejarah, aktor kritis,
Pemanfaatan pengembangan buku ajar yang bertujuan
pencipta, dan inovator yang menentukan wajah masa
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik sastra
depan bangsa Indonesia harus dipersiapkan sejak dini
khususnya pada Kompetensi Dasar teks sastra Fiksi
dan dikembangkan secara berkelanjutan. Sebab
tingkat SMA/SMK sederajat dan kecerdasan ekologis
pengembangan budaya literasi bagi mereka merupakan
(Melayu-Langkat) untuk membentuk insan literasi terpilih
jembatan yang pasti.
dalam penelitian ini .
Pengembangan budaya literasi sebenarnya sudah
dilakukan sejak lama, antara lain melalui gerakan ayo
membaca yang dicanangkan pemerintah. Pengembangan
2.1 Bahan
budaya literasi pada pelajar juga menjadi perhatian
pemerintah [66-71].
2.1.1 Fakta bahan ajar
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, guru dituntut Menurut Pannen dalam Prastowo (2012:17) bahan ajar
untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik, adalah bahan atau materi pelajaran yang disusun secara
dan tidak sekedar memaksakan sejumlah rumusan sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam
kepada siswa untuk disimpan yang kemudian akan proses pembelajaran. Sanjaya (2011) mengartikan materi
dikeluarkan dalam bentuk yang sama jika diperlukan. pelajaran adalah segala sesuatu yang menjadi isi
Peserta didik harus dilihat sebagai individu aktif yang kurikulum yang harus dikuasai oleh peserta didik dengan
dapat membuat pilihan atas tanggung jawab pribadi kompetensi dasar agar dapat mencapai standar
mengenai pendidikan mereka sendiri. Mereka perlu kompetensi setiap mata pelajaran pada satuan pendidikan
didorong dan difasilitasi untuk berkembang menjadi tertentu.
pribadi yang lahir dari dirinya sendiri. Pembelajaran dilaksanakan
46
Machine Translated by Google
Secara garis besar bahan ajar atau meteran pengajaran kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik.
terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa
harus dipelajari peserta didik agar dapat mencapai ada empat macam, maka bahan ajar yang harus
standar kompetensi yang telah ditentukan. Hal senada diajarkan juga harus mencakup empat jenis.
juga disampaikan Prastowo [12]
yang menyimpulkan bahwa bahan ajar adalah segala
bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun 3. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan harus
secara sistematis, yang menampilkan gambaran utuh cukup dalam membantu peserta didik menguasai
kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan kompetensi dasar yang diajarkan.
digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan Bahannya tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh
merencanakan dan mengkaji pelaksanaannya. terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu
pembelajaran. Misalnya buku teks, modul, handout, dalam pencapaian kompetensi inti dan kompetensi
LKS, model maket, bahan ajar audio, bahan ajar dasar. Sebaliknya jika terlalu banyak akan membuang-
integratif, dan lain sebagainya. buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
1. Asas relevansi, artinya materi pembelajaran harus Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
relevan mempunyai hubungan dengan pencapaian bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini
kompetensi inti dan kompetensi dasar. Misalnya jika menjelaskan prinsip relevansi atau ada kaitannya
kompetensi dasar yang diharapkan dikuasai siswa dengan pencapaian kompetensi dasar dan standar
berupa menghafal fakta, seperti mengingat nama suatu kompetensi. Dengan mengemas kembali seluruh
benda, waktu, tempat suatu peristiwa, nama tokoh/ informasi materi teks fiksi secara urut mulai dari petunjuk
pakar, maka materi pembelajaran yang diajarkan berupa penggunaan materi, latihan dan tugas yang perlu
fakta atau latar belakang pengetahuan. Kompetensi diselesaikan siswa, umpan balik.
dasar yang diharapkan dikuasai peserta didik adalah
kemampuan mengungkapkan pemahaman, Materi tambahan berupa pedoman pembelajaran bagi
mengidentifikasi ciri-ciri sesuatu, mengklasifikasikan,
Jika
peserta didik berdasarkan sasaran/standar kompetensi,
misalnya mendefinisikan apa itu demokrasi, apa ciri-ciri indikator kompetensi, dan silabus [72-79].
utama pemerintahan demokratis, apa perbedaan
demokrasi langsung dan tidak langsung? demokrasi/
perwakilan, maka materi yang harus diajarkan berupa 2.1.3 Pembelajaran sastra di SMA
materi konsep.
Menyikapi berbagai persoalan terkait menurunnya
kualitas pembelajaran sastra di sekolah, sudah
sepatutnya bangsa Indonesia kini sadar untuk segera
mengedepankan pembelajaran sastra, dan tidak lagi
berpuas diri pada hal-hal yang bersifat materi fisik, dan
hanya menginginkan hasil yang mudah terlihat. . Sudah
2. Asas konsistensi artinya adanya keselarasan antara saatnya juga kurikulum sekolah memberikan porsi lebih
materi pembelajaran dan pada bidang tersebut
47
Machine Translated by Google
sastra, sehingga siswa mempunyai kesempatan sejak dini Salah, karena dalam hal ini pendidikan telah gagal
untuk mengenal dan merangkul sastra. Sebagai pilar utama memenuhi keharusan mulianya, dan kehilangan hakikatnya
pembelajaran sastra, diharapkan guru mampu membawa sebagai suatu proses kebudayaan. Untuk mengatasi
siswanya membaca karya sastra dan tertarik untuk Dari berbagai permasalahan sebagaimana diuraikan di
berdiskusi bersama teman-temannya. Dengan membaca atas, perlu terjalin kerjasama yang baik dari berbagai pihak
karya sastra siswa mempunyai kesempatan untuk untuk saling memahami dan bertindak sesuai tugas dan
mengenal langsung karya sastra, sekaligus mengapresiasinya. wewenangnya masing-masing, sehingga pembelajaran
sastra dapat terlaksana sesuai dengan harapan.
Namun fakta di lapangan menunjukkan masih adanya 2.1.4 Malay-langkat ecological literacy
pembelajaran sastra yang dilaksanakan di sekolah tanpa
adanya kegiatan membaca teks sastra melalui bahan ajar Komunitas Melayu di Langkat dan di wilayah Sumatera
teks fiksi. Buku sastra tidak disajikan di kelas agar siswaTimur pada umumnya telah hadir sejak abad XI. Umumnya
dapat membaca secara keseluruhan. Siswa hanya diminta mereka tinggal di daerah pesisir dan dataran rendah.
membaca karya sastra atau bahkan sekedar sinopsis. Sarana transportasi utama adalah laut dan sungai. Karena
sungai merupakan sarana transportasi utama di daratan,
Menurut Taufiq Ismail (2004), pembelajaran seperti itu maka terbentuklah perkampungan di sekitar sungai.
sebenarnya tidak berkualitas dan hanya omong kosong belaka.
Sebab pembelajaran sastra tanpa adanya kegiatan Batas tertinggi wilayah tempat tinggal merupakan batas
membaca teks sastra secara keseluruhan, merupakan masyarakat yang tidak mampu lagi mengayuh perahunya
sebuah keniscayaan. Menurut Aminuddin (2014), idealnya ke hulu. Selain sebagai sumber penghidupan, sungai juga
pembelajaran sastra dapat memanfaatkan teks-teks sastra dijadikan sebagai penunjuk arah. Dalam kehidupan sehari-
sesuai dengan kekayaan isinya, karena pembelajaran hari masyarakat Melayu tidak berpedoman pada arah timur
sastra tidak berorientasi pada hasil semata. dan barat, atau utara dan selatan dalam menentukan
Lebih penting dari itu, dalam pembelajaran sastra guru alamat atau tujuan yang dituju, melainkan berdasarkan
juga melakukan pembinaan kegiatan membaca dan arah aliran sungai. Ada 4 arah yang dijadikan pedoman,
pembinaan apresiasi sastra. yaitu hulu, hilir, dan darat. Hulu adalah arah menuju hulu
sungai, hilir menuju sungai atau arah menuju laut,
sedangkan daratan adalah arah yang menunjukkan daerah
Persoalannya, untuk menyajikan sebuah teks sastra yang yang menjauhi sungai. Perkampungan Melayu Kuno pada
kaya akan isi dengan berbagai matranya tidaklah mudah. umumnya berpola terbuka, namun ada pula yang terpusat
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan dengan pola pemenjaraan [85-91]. Biasanya desa yang
kreativitas guru dalam memanfaatkan fasilitas pembelajaran berada di tepi sungai selalu mengarah ke sungai. Setiap
yang tersedia meskipun sangat terbatas. desa memiliki punggungnya (tempat perahu bersandar).
Bentuk rumahnya tinggi dan berlubang agar terhindar dari
Kurikulum pembelajaran sastra di sekolah menengah genangan air dan hewan pengganggu. Setiap desa
menyatakan bahwa tujuan pembelajaran sastra di sekolah mempunyai lahan pertanian tersendiri yang biasanya
antara lain adalah tercapainya pemahaman siswa terhadap berada di belakang rumah. Ada pula desa-desa kecil dan
wacana dan budaya, yang diharapkan dapat memberikan terpencil yang letaknya jauh dari wilayah desa, namun
manfaat bagi dirinya dalam menjalani kehidupan sosial di masih berada di dalam desa. Setiap desa dipimpin oleh
lingkungannya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kepala desa yang disebut Pengulu (Penghulu Kampung).
tujuan pembelajaran sastra tidak hanya menghasilkan Ini adalah wilayah teritorial terkecil suatu pemerintahan,
lulusan yang mampu mengerjakan soal-soal ujian saja, sekaligus wilayah hukum terkecil. Wilayah teritorial ini
namun yang lebih penting dari itu adalah menghasilkan mempunyai kesamaan hukum pemerintahan, persamaan
lulusan yang berakhlak sastra, mampu mengambil nilai-nilai budaya dan bahasa, persamaan adat istiadat, dan
kehidupan yang terkandung di dalamnya. itu, agar terbentuk persamaan cara hidup.
manusia yang berakhlak mulia dan berbudaya.
48
Machine Translated by Google
Islam. Identitas ini juga ditandai dengan didirikannya berfungsinya literasi dalam masyarakat secara efektif
surau, langgar (musholla), atau masjid, di setiap dan pengetahuan yang diperolehnya melalui membaca,
kampung Melayu. Fungsinya tidak hanya sebagai sarana menulis, dan berhitung memungkinkan untuk
beribadah, namun juga sebagai tempat beribadah dan dimanfaatkan bagi dirinya dan pembangunan masyarakat.
mufakat. Tidak hanya pada ideologi dan pergerakan Kemudian literasi dapat diartikan sebagai kemampuan
kehidupan masyarakat, nafas Islam juga selalu mewarnai seseorang dalam mengolah dan memahami informasi
setiap ragam budaya Melayu. Sebuah desa termasuk saat melakukan proses membaca dan menulis. Literasi
dalam wilayah Kecamatan atau Kejeruan. Daerah memerlukan seperangkat kemampuan kognitif,
Kecamatan dipimpin oleh seorang bupati dan daerah pengetahuan bahasa tertulis dan lisan, pengetahuan tentang genre dan bud
dipimpin oleh seorang datuk. Beberapa Kecamatan dan Literasi juga erat kaitannya dengan pola pembelajaran
Kecamatan tersebut berada dalam satu Luhak. Luhak di sekolah, yaitu ketersediaan bahan bacaan dan
dipimpin oleh seorang Pangeran yang tugas dan tumbuhnya masyarakat membaca. Dengan demikian,
peranannya merupakan perpanjangan tangan Sultan budaya literasi sebagai pembentuk generasi melek huruf
dan berkedudukan sebagai Raja Kecil. Wilayah dapat dikatakan sebagai akar peradaban yang mampu
Kesultanan Langkat terbagi menjadi 3 Luhak yaitu (1) mentransformasikan pola pikir dan perilaku.
Luhak Langkat Hulu, (2) Luhak Langkat Hilir, (3) Luhak
Teluk Haru, Sultan merupakan titik sentral sistem
pemerintahan dan pemegang kekuasaan berdasarkan Keterkaitan antara literasi dengan kemajuan generasi
hukum. tentang hukum yang tegas, hukum agama, dan jelas sangat erat karena budaya literasi yang melekat
hukum adat. Pusat kerajaan/kesultanan disebut Kota. akan menjadikan bangsa semakin kritis, semakin kaya
Prinsip pemerintahan sultan dan perluasan kerajaan akan wawasan, informasi dan tentunya akan melahirkan
adalah pertanggungjawaban kepada Allah. Artinya, berbagai ide, konsep serta mampu berkomunikasi
berdasarkan syariat Islam, setiap pemimpin akan dimintai secara efektif dan tentunya mempunyai berpikir luas dan
pertanggungjawaban oleh Allah Swt di akhirat. cerdas. Jadi, literasi atau literasi dapat diartikan sebagai
literasi teknologi, literasi informasi, berpikir kritis, peka
terhadap lingkungan, bahkan peka terhadap politik.
Seseorang dikatakan literat apabila ia sudah dapat
Secara hukum kekeluargaan, orang Melayu menganut memahami suatu hal karena ia membaca informasi yang
sistem orang tua. Sistem orang tua berarti kedudukan benar dan melakukan sesuatu berdasarkan
pihak ibu dan pihak ayah adalah sama. pemahamannya terhadap isi bacaan tersebut. Sensitivitas
Itulah sebabnya tidak ada marga (garis keturunan), baik atau literasi dalam diri seseorang tentu tidak muncul
dari pihak ayah maupun dari pihak ibu. Silsilah keluarga begitu saja. Tidak ada manusia yang melek huruf sejak
dapat diambil dari garis keturunan pihak ayah atau dari lahir. Mewujudkan generasi melek huruf memerlukan
garis keturunan pihak ibu. Sistem masyarakat yang proses panjang dan sarana yang kondusif. Proses ini
bersifat orangtua menyebabkan tidak adanya pilah dimulai dari lingkungan kecil dan keluarga, kemudian
kekuasaan dan solidaritas seperti pada adat Batak. didukung atau dikembangkan di sekolah, lingkungan
Namun dalam hal tertentu, misalnya dalam acara sosial, dan lingkungan kerja. Budaya literasi juga sangat
meminang, masyarakat Melayu masih menggunakan erat kaitannya dengan pola pembelajaran di sekolah
istilah anak beru, begitu pula dengan etnis Karo. dan ketersediaan bahan bacaan di perpustakaan [17-21].
Hanya saja, tugas dan jabatan tersebut tidak mutlak Namun kita juga menyadari bahwa literasi tidak harus
atau tidak terikat pada garis adat yang tegas. didapat dari sekolah atau pendidikan tinggi. Kemampuan
Sistem sosial dan sistem kekeluargaan dalam masyarakat akademis yang tinggi tidak menjamin seseorang akan
diungkapkan melalui kode-kode bahasa sehingga melek huruf. Pada dasarnya kepekaan dan daya kritis
menentukan interaksi komunikasi antar keduanya lingkungan sekitar diutamakan sebagai jembatan menuju
disebut sistem kekerabatan. generasi literate, yaitu generasi yang mempunyai
Sistem kekerabatan dapat dibedakan berdasarkan (1) kemampuan berpikir kritis terhadap segala informasi
lapisan sosial dan (2) lapisan keluarga. Pada masyarakat untuk mencegah terjadinya reaksi emosional.
Melayu, sistem kekerabatan berada pada lapisan sosial.
49
Machine Translated by Google
negara ini bisa bangkit dari keterpurukan. Dengan kata lain, 2.2 Metode
melahirkan generasi melek huruf merupakan jembatan awal
menuju bangsa yang sejahtera, peduli, dan kritis. Oleh karena Jenis penelitian ini adalah Research and Development (R&D)
itu, pengenalan budaya literasi pada generasi muda harus karena peneliti ingin memproduksi dan mengembangkan
ditanamkan sejak dini baik di lingkungan keluarga, sekolah, buku teks fiksi sebagai pelengkap pembelajaran bahasa
maupun masyarakat. Gerakan semangat membaca-menulis Indonesia di tingkat sekolah menengah atas. Penelitian
harus ditransformasikan ke dalam ruang pendidikan kita. pengembangan ini mengacu pada model 4D (four-D model)
Gerakan ini memerlukan seluruh elemen pendidikan di negeri yang dikemukakan oleh Thiagarajan (dalam Trianto [16]) yang
ini, bahkan jika diperlukan sistem pendidikan di negara terdiri dari 4 tahapan yaitu tahap pendefinisian (Define),
tersebut perlu direformasi agar mampu mengembangkan perancangan (Design), pengembangan (Develop), dan
kemampuan literasi sejak dini. Secara singkat dapat penyebaran. (Mendeskripsikan).
disimpulkan bahwa generasi literasi adalah generasi yang
senantiasa membudayakan membaca dan menulis. Budaya
Tahapan pengembangannya dijelaskan sebagai berikut.
membaca dan menulis yang lebih dikenal dengan gerakan
literasi tidak hanya sekedar literasi wawasan kognitif saja,
namun lebih mencakup penguasaan berbagai informasi serta Tahap 1: Tahap Define: Tahap ini bertujuan untuk
mampu mengolah informasi dan mengkomunikasikannya. menetapkan dan mendefinisikan kebutuhan pembelajaran
dengan menganalisis tujuan dan batasan materi. Ada 5
langkah dalam tahap ini:
50
Machine Translated by Google
Analisis Siswa: Analisis siswa mengenai karakteristik meningkatkan kecerdasan ekologis pada anak khususnya
siswa yang sesuai dengan rancangan dan pengembangan siswa SMA adalah dengan menyajikan bahan ajar yang
buku ajar ekologi Melayu-Langkat. mewadahi upaya peningkatan kecerdasan ekologis.
51
Machine Translated by Google
Penjualan
Gambar 2. Persentase Pemahaman Siswa terhadap materi teks fiksi berbasis ekologi Melayu Langkat
Untuk materi cerita pada Bab IV Melestarikan Nilai Kearifan dosen, penulis, penulis buku teks, sekolah, pemerintah,
Lokal Melalui Cerita Rakyat misalnya, sulit membayangkan dan masyarakat). Namun dalam konteks pendidikan, guru
seorang guru SMA di Langkat bernama Muzzakir 34 tahun atau pendidik mempunyai tanggung jawab yang lebih besar
kemudian harus mengaitkan Kisah Akal Sehat atau Bunga karena gurulah yang menjadi garda terdepan dalam
Kemuning dengan kearifan lokal. . mensukseskan pendidikan.
Guru diharapkan menjadi penggerak utama dalam
mencetak generasi literasi, yaitu generasi yang tidak hanya
Oleh karena itu, penyusunan bahan ajar yang disesuaikan mempunyai pemahaman terhadap apa yang dibaca, namun
dengan ekologi lokal sangat disambut baik oleh guru dan juga mampu menginternalisasikan nilai-nilai yang
siswa sebagai wahana pembelajaran bahasa Indonesia terkandung di dalamnya serta mampu mengaktualisasikannya
dengan bantuan teks-teks yang dekat dengan kehidupan dalam pertunjukan nyata dan bergengsi. bekerja. Generasi
mereka. Misalnya, untuk bahan ajar ekologi Melayu Langkat generasi literasi yang cerdas, berkompeten, berkarakter,
bahasa Indonesia, materi teks hikayat tersebut terdapat dan berdaya saing merupakan sebuah impian yang terus
dalam semboyan Melayu Bumi Bertuah Negeri Beradat. disebar untuk diwujudkan. Generasi melek huruf diyakini
mampu menghasilkan karya-karya besar dan bermakna
bagi harkat dan martabat bangsa.
Lebih jauh lagi dikatakan; Apa tanda orang melayu yang
beruntung. Ketika dia diberi amanah, dia bisa dipercaya.
Tidak mungkin konsep adat budaya, peribahasa, dan
semboyan melayu diucapkan begitu saja, istilahnya Jangan UCAPAN TERIMA KASIH
bernalar. Tentu saja ini merupakan puncak nalar para tokoh
dan pemikir Melayu. Lebih dari itu, materi teks cerita Mewujudkan generasi literasi memerlukan berbagai
menjadi mudah diterapkan dan mempunyai kegunaan bagi dukungan dari masyarakat. Oleh karena itu, sudah
kehidupan siswa secara nyata. selayaknya kita bisa memberikan kontribusi. Kebaikannya
sebenarnya adalah memberikan kontribusi terhadap
Hal ini tentunya akan mampu meningkatkan kecerdasan penerapan budaya literasi pada diri sendiri atau menciptakan
ekologis pada siswa dengan berimplikasi pada kemampuan generasi literasi di lingkungan rumah, masyarakat dan di
siswa dalam melakukan kontrol terhadap lingkungan. kelas, universitas dan lain-lain.
Mewujudkan generasi literasi diharapkan adanya kesadaran Para penulis telah menyatakan bahwa tidak ada kepentingan
kolektif (guru, yang bersaing.
52
Machine Translated by Google
3. [Kemendikbud] Kementrian Pendidikan dan 15. Suminto Sayuti A. Berkenalan dengan Prosa
Kebudayaan. 2013b. Pedoman Pelatihan Fiksi. Yogyakarta: Gama Media; 2000.
Implementasi Kurikulum 2013.
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan 16. Trianto, Model-model Pembelajaran iInovatif
Kebudayaan. berorientasi kontruktivistik.
4. [Kemendikbud] Kementrian Pendidikan dan Prestasi Pustaka: Jakarta; 2007.
Kebudayaan. 2013c. Pedoman Pemberian 17. Abud M. Indonesia: New digital nation.
bantuan Implementasi Kurikulum Tahun 2013. Pusat Inovasi dan Pembelajaran Internews;
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan 2012.
Kebudayaan. 18. Anshari M, Alas Y, Hardaker G, Jaidin JH,
5. Mahsun. Pembelajaran Bahasa Indonesia Smith M, Ahad AD. Kebiasaan dan perilaku
Menggunakan Pendekatan Teks. Kompas ponsel pintar di Brunei: Personalisasi, gender,
Edu.27 February 2013. Retrieved February 8, dan kesenjangan generasi. Komputer dalam
2012. Perilaku Manusia. 2016;64:719-727.
6. Widianti E, Keliat BA, Wardhani IY. DOI: 10.1016/j.chb.2016.07.063
Aplikasi Terapis Keperawatan Jiwa pada 19. Anshari M, Almunawar MN, Shahrill M, Wicaksono
Pasien Skizofrenia dengan Harga Diri Rendah DK, Huda M. Smartphones
Kronis di RSMM Jawa Barat. penggunaan di ruang kelas: Alat bantu atau
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia. gangguan belajar?. Teknologi Pendidikan dan
2017;3(1):83-89. Informasi. 2017;22(6):3063-3079.
7. Muin I. Sosiologi Kurikulum 2013. Jakarta: DOI: 10.1007/s10639-017-9572-7
Erlangga; 2013. 20. Arwizet K, Jalinus N, Rizal F. Pembangunan
8. Suwardi.
Endraswara, Metodologi Penelitian Ekologi dan Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif
Sastra Konsep, Langkah, dan Penerapan. Berbasis Proyek pada Sekolah Vokasi di
Yogyakarta: CAPS; 2016. Indonesia. Dalam Konferensi Internasional UPI
ke-5 tentang Teknik dan
9. Suwandi, Sarwiji. 2015a. “Pendidikan Karakter Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan
Sebagai Peneretas Jalan Mewujudkan Bangsa (ICTVET 2018). Atlantis Pers; 2019.
Indonesia yang Berjati Diri dan Bermarwah” DOI: 10.2991/ictvet-18.2019.12
Papers presented at the National Seminar on 21. Astuti I. Penerapan Model ADDIE dalam
Education organized STKIP Hamzanwadi Pengembangan Program Bimbingan Karir di
Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, SMA. JETL (Jurnal Pendidikan, Pengajaran
200 March 2021. dan Pembelajaran). 2019;4(1):174-179.
53
Machine Translated by Google
54
Machine Translated by Google
dan pendorong sosiologis penggunaan Internet pendorong, dan implikasi kebijakan. Routledge.
lintas negara. Kekuatan Sosial. 2005;84(2): ISBN: 1134670206. Mempengaruhi adopsi e-
681-708. learning di negara-negara berkembang – bukti
44. Glaser BG, Strauss AL. Penemuan teori dasar: empiris dari sektor pendidikan tinggi Pakistan;
Strategi penelitian kualitatif. rute; 2017. 2014.
Akses IEEE, 5, 10968-10978.DOI: 10.1109/
DOI: 10.4324/9780203793206 ACCESS.2017.2714379
45. Goleman, Daniel. Kecerdasan Ekologis: 56. Khalil MK, Elkhider IA. Menerapkan teori
Mengungkap Rahasia Dibalik Produk-produk pembelajaran dan model desain instruksional
yang Kita Beli. Gramedia: Jakarta; 2010. untuk pengajaran yang efektif. Kemajuan dalam
pendidikan fisiologi. 2016;40(2):147-156.
46. Grzybowski M. Teknologi pendidikan di Korea DOI: 10.1152/advan.00138.2015
Selatan. Pendidikan Umum dan Profesi.
57. Kruse K, 1 Januari, Pengantar Desain Instruksional
2013(1):3-9. ISSN 2084-1469 dan model ADDIE; 2009.
47. Gusmida R, Islami N. Pengembangan Media
Pembelajaran Teori Kinetik Gas Menggunakan Diakses pada 14 Maret 2015, http://
Model ADDIE dengan Augmented Reality.
www.transformativedesigns.com/id_
Jurnal Ilmu Pendidikan. 2017;1(1):1-10.
sistem.html Mang,
58. CF, Wardley LJ. Penerapan tablet yang efektif
DOI: 10.31258/jes.1.1.
pada pendidikan pasca-sekolah menengah:
48. Hanushek EA, Kimko DD. Pendidikan, kualitas
Rekomendasi berdasarkan uji coba iPad di
angkatan kerja, dan pertumbuhan suatu negara.
Tinjauan ekonomi Amerika. 2000;90(5):1184-1208. kelas universitas. Jurnal Pendidikan Teknologi
Informasi. 2012;11(1):301-317.
49. Hasibuan ZA, Santoso HB. Pemanfaatan e-
learning menuju paradigma pembelajaran baru: Tersedia: http://jite.org/documents/Vol11/JI
Studi kasus lingkungan e-learning yang berpusat TEv11IIPp301-317Mang1138.pdf
pada mahasiswa di Fakultas Ilmu Komputer- 59. Manning ML, Bucher KT. Manajemen kelas: Model,
Universitas Indonesia. Dalam Konferensi aplikasi, dan kasus. Pearson; 2013.
Internasional IEEE Kelima tentang Teknologi
Pembelajaran Tingkat Lanjut (ICALT05) IEEE. ISBN: 9780132693233
2005;1026-1030. 60. Martin S, López-Martín E, Lopez-Rey A, Cubillo J,
50. Hess AN, Greer K. Merancang keterlibatan: Moreno-Pulido A, Castro M.
Menggunakan model ADDIE untuk Analisis tren teknologi baru dalam pendidikan.
mengintegrasikan praktik berdampak tinggi ke 2018;2010–2015.
dalam kursus literasi informasi online. Akses IEEE, 36840-36848. 6,
Komunikasi dalam literasi informasi. 2016;10(2):6. DOI:10.1109/ACCESS.2018.2851748
61. Marx A, Backes C, Meese E, Lenhof HP, Keller A.
51. Hidayati N, Wuryandari AI. Perancangan media EDISON-WMW: solusi pemrograman dinamis
pembelajaran bahasa indonesia tingkat sekolah yang tepat dari Wilcoxon–
menengah pertama. Procedia-Ilmu Sosial dan Tes Mann–Whitney. Genomik,
Perilaku. 2012;67:490-499. proteomik & bioinformatika. 2016;14(1): 55-61.
DOI: 10.1016/j.sbspro.2012.11.354
52. Hsu TC, Lee-Hsieh J, Turton MA, Cheng SF. 62. McKenzie BK, Mims N, Bennett E, Waugh M.
Menggunakan model ADDIE untuk Kebutuhan, perhatian dan praktik instruktur
online. Jurnal Online Administrasi Jarak Jauh.
mengembangkan kursus pendidikan
2000;3(3). Sedang belajar
berkelanjutan online tentang perawatan perawat
di Taiwan. Jurnal Pendidikan Berkelanjutan
Keperawatan. 2014;45(3):124-131. 63. Mohammadyari S, Singh H.
DOI: 10.3928/00220124-20140219- 04 Memahami pengaruh e-learning terhadap kinerja
individu: Peran literasi digital. Komputer &
53. Ismail, Taufik, 2004. Tirani dan Benteng.
Pendidikan. 2015;82:
Jakarta: Yayasan Indonesia. 11-25.
54. Jones BA. Model ADDIE (Desain Instruksional);
DOI: 101016/j.compedu.2014.10.025
2014. 64. Mok KH. Reformasi pendidikan dan kebijakan
55. Kanbur R, Rhee C, Zhuang J. (Eds.) pendidikan di Asia Timur. rute; 2006.
Ketimpangan di Asia dan Pasifik: Tren,
55
Machine Translated by Google
65. Montrieux H, Vanderlinde R, Schellens T, De Marez 74. Orange G, Seitz V, Kor A. Kebutuhan sosialisasi
L. Pengajaran dan pembelajaran dengan pekerja rumah tangga migran Indonesia di
teknologi seluler: Sebuah studi eksploratif Malaysia.
kualitatif tentang pengenalan perangkat tablet di Jurnal Penelitian Asia Tenggara; 2012.
pendidikan menengah.
PloS Satu. 2015;10(12):e0144008. DOI: 10.5171/2012.492902
DOI: 10.1371/jurnal.pone.0144008 75. Osín L. Komputer dalam pendidikan di negara
66. Mulet J, Van de Leemput C, Amadieu FA Tinjauan berkembang: Mengapa dan bagaimana?.
Literatur Kritis Persepsi Tablet untuk Pembelajaran Tim Pendidikan dan Teknologi, Jaringan
di Sekolah Dasar dan Menengah. Pembangunan Manusia, Bank Dunia; 1998.
Pendidikan 76. Palaigeorgiou G, Papadopoulou A.
Ulasan Psikologi. 2019;1-32. Mempromosikan pembelajaran mandiri di kelas
DOI: 10.1007/s10648-019-09478-0 dasar dengan video interaktif, platform kursus
67. Muruganantham G. Pengembangan paket E- online, dan tablet. Teknologi Pendidikan dan
content dengan menggunakan model ADDIE. Informasi. 2019;24(1):805-823.
Jurnal Internasional Penelitian Terapan.
2015;1(3):52-54. DOI: 10.1007/s10639-018-9804-5
Tersedia:http://www.allresearchjournal.co 77. Panen, P., dan Purwanto. (2004).
m/vol1issue3/PartB/pdf/67.1.pdf Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Ditjen Dikti
68. Nazief B. Perkembangan Penelitian Linguistik Depdikbud.
Komputasi: Sebuah Tantangan bagi Indonesia. 78. Patel SR, Margolies PJ, Covell NH, Lipscomb C,
Dalam Prosiding Pertemuan Tahunan ke-38 Dixon LB. Menggunakan desain instruksional,
tentang Asosiasi Linguistik Komputasi. Asosiasi Analisis, Desain, Pengembangan, Implementasi,
Linguistik Komputasi. 2000;1-2. dan Evaluasi (ADDIE), untuk mengembangkan
modul e-Learning guna menyebarkan
69. Nedungadi P, Ramesh MV, Pradeep P, Raman R. Ketenagakerjaan yang Didukung untuk program
Dukungan Pedagogis untuk Pengembangan perawatan kesehatan perilaku komunitas di
Kolaboratif Lab Virtual dan Jarak Jauh: Amrita Negara Bagian New York. Perbatasan dalam
VLCAP. Laboratorium Cyber-Fisika dalam kesehatan masyarakat. 2018;6:113.
Pendidikan Teknik dan Sains. 2018;219-240. DOI: 10.3389/fpubh.2018.0011
79. Peterson C. Menghidupkan ADDIE: Desain
DOI: 10.1007/978-3-319-76935-6_9 instruksional yang terbaik. Jurnal Multimedia
70. Nevins J, Peluso NL. (Eds). Membawa Asia Pendidikan dan Hypermedia. 2013;12(3):227-241.
Tenggara ke pasar: Komoditas, alam, dan
manusia di era neoliberal. 80. Price JH, Murnan J. Keterbatasan penelitian dan
Pers Universitas Cornell; 2018. perlunya melaporkannya; 2004.
71. Nguyen L, Barton SM, Nguyen LT. Iklan IP di 81. Puspitasari L, Ishii K. Kesenjangan digital dan
pendidikan tinggi—Hype dan harapan. Internet seluler di Indonesia: Dampak ponsel
Jurnal Teknologi Pendidikan Inggris. pintar. Telematika dan Informatika.
2015;46(1):190-203. 2016;33(2):472-483.
DOI: 10.1111/bjet.12137 DOI: 10.1016/j.tele.2015.11.001
72. Nichols Hess, Greer K. Merancang keterlibatan: 82. Rodrigo MMT, Baker RSJD, Rossi L.
Menggunakan model ADDIE untuk Perilaku siswa di luar tugas dalam pembelajaran
mengintegrasikan praktik berdampak tinggi ke berbasis komputer di Filipina: perbandingan
dalam kursus literasi informasi online. dengan penelitian sebelumnya di AS.
Komunikasi dalam literasi informasi. 2016;10(2):6. Catatan Perguruan Tinggi Guru.
2013;115(10):1-27. ISSN-1467-9620
DOI: 10.15760/comminfolit.2016.10.2.27 83. Sabani A, Deng H, Thai V. Kerangka Konseptual
73. Nurhaeni IDA, Nugroho RA, Kusumawati Adopsi E-Government di Indonesia. Dalam
NS. Menyusun Rencana Strategis untuk Prosiding Konferensi Australasia tentang Sistem
Mendukung Internasionalisasi Pendidikan dan Informasi (ACIS) ke-29; 2018.
Pelatihan Teknik dan Kejuruan.
Pada Konferensi Internasional UPI
tentang Pendidikan dan Pelatihan Teknik dan Tersedia: http://www.acis2018.org/wp-content/
Kejuruan ke-5 (ICTVET 2018). uploads/2018/11/ACIS2018_paper
Atlantis Pers; 2019. _56.pdf
DOI: 10.2991/ictvet-18.2019.74
56
Machine Translated by Google
84. Sarwiji. Kecerdasan Ekologis Siswa SMP di Surakarta. Tinjauan Internasional Penelitian dalam
Jurnal Pendidikan. 2018;221- Pembelajaran Terbuka dan Terdistribusi. 2017;18(7).
22. DOI: 10.19173/irrodl.v18i7.2923
85. Sadiman AS. Tantangan pendidikan di Asia Tenggara. 92. Thornberg R. Teori dasar yang diinformasikan.
Dalam Seminar Internasional Menuju Kerja Sama Buku pegangan penelitian pendidikan BERA/
Lintas Batas antara Asia Selatan dan Tenggara: SAGE. 2017;1:355-375.
Pentingnya Peran Jembatan dan Penyangga
DOI: 10.1080/00313831.2011.581686
Timur Laut India, Kaziranga, India. 2004;16-19.
93. Urick M. Menyesuaikan pelatihan untuk memenuhi
gaya belajar pilihan generasi yang berbeda.
[ PubMed ] 86. Salloum SA, Al-Emran M, Shaalan K, Jurnal Internasional Pelatihan dan Pengembangan.
Tarhini A. Faktor-faktor yang mempengaruhi 2017;21(1):53-
59.
penerimaan E-learning: Sebuah studi kasus dari UEA.
Teknologi Pendidikan dan Informasi. DOI: 10.1111/ijtd.12093
2019;24(1):509-530. 94. Van Laar E, Van Deursen AJ, van Dijk JA, De Haan
87. Selwyn N. Entri data: Menuju studi kritis data digital J. Hubungan antara keterampilan abad ke-21
dan pendidikan. dan keterampilan digital: Tinjauan literatur
Pembelajaran, Media dan Teknologi. sistematis. Komputer dalam perilaku manusia.
2005;40(1):64-82. 2017;72:577-588.
DOI: 10.1080/17439884.2014.921628
DOI: 10.1016/j.chb.2017.03.010
88. Songhori MH. Pengantar analisis kebutuhan. Bahasa
95. Wang L, Liu C. Kelas bawah Internet seluler: Realitas
Inggris untuk tujuan tertentu dunia. 2008;4(20):1-25.
atau hiperbola?. Jurnal Ilmu Informasi.
2018;44(5):569-
89. Sujarwoto S, Tampubolon G. Ketimpangan spasial 579.
dan kesenjangan Internet di Indonesia 2010–
DOI: 10.1177/0165551517690083
2012. Kebijakan Telekomunikasi.
2016;40(7):602-616. 96. Wolf A, Jenkins A, Vignoles A. Mensertifikasi tenaga
kerja: keharusan ekonomi atau kebijakan sosial
DOI: 10.1016/j.telpol.2015.08.008
yang gagal?. Jurnal kebijakan pendidikan.
90. Tang CM, Chaw LY. Literasi Digital: Prasyarat
2006;21(5):535-565.
Pembelajaran Efektif dalam Lingkungan
97. Yim JSC, Moses P, Azalea A. Memprediksi kelanjutan
Pembelajaran Campuran?.
Jurnal Elektronik E-learning. guru dalam lingkungan belajar virtual dengan
kepemilikan psikologis dan TAM: perspektif dari
2016;14(1):54-65. ISSN: EISSN-1479-
4403. Malaysia.
Penelitian dan Pengembangan
91. Teras H, Kartoÿlu Ü. Teori dasar pembelajaran
Teknologi Pendidikan. 2019;1-19.
profesional dalam program pengembangan
profesional online yang otentik.
© 2021 Ritonga dkk.; Ini adalah artikel Akses Terbuka yang didistribusikan di bawah ketentuan Lisensi Atribusi Creative Commons
(http:// creativecommons.org/ licenses/ by/ 4.0), yang mengizinkan penggunaan, distribusi, dan reproduksi tanpa batas dalam media
apa pun, asalkan karya aslinya dikutip dengan benar.
57