Anda di halaman 1dari 16

MAJAS PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA DALAM

LIRIK LIRIK LAGU JIKUSTIK

TUGAS MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas ujia akhir semester


matakuliah Retorika

Oleh
Dhimas Asih Kusuma Persadha
NIM. 070210402077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2010

A.

Pendahuluan
Manusia sangat membutuhkan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan

gagasan atau pikiran dan ide-idenya dengan maksud ingin mengutarakannya


kepada pihak lain. Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat untuk
bekerja

sama atau

berkomunikasi

di

dalam

kehidupan

manusia.

Berkomunikasi dapat pula disampaikan dengan cara bernyanyi, menyanyikan


lagu sama halnya dengan menyampaikan
seseorang

berbicara

pesan

atau

informasi.

Ketika

atau bernyanyi, indera pendengaran kita mampu

membedakan ciri bunyi yang satu dengan yang lainnya.


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:766) dijelaskan bahwa
musik adalah (1) ilmu atau seni menyusun nada atau suara diurutkan,
kombinasi untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan
kesinambungan; (2) nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga
mengandung irama, lagu dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alatalat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu).
Berbicara masalah musik atau lagu maka kita juga akan berbicara
tentang puisi, dan puisi tidak dapat dilepaskan dari bahasa kias, pengimajinasian,
pengiasan, dan perlambangan atau majas. Penggunaan majas dalam

puisi

terutama puisi lirik lagu banyak digandrungi oleh penyair dalam hal ini
pencipta lirik lagu, salah satunya dengan menggunakan bahasa kias atau
majas. Bahasa kiasan berarti bahasa yang mempergunakan kata-kata yang susunan
dan artinya sengaja disimpangkan, dengan maksud agar memperoleh kesegaran
dan kekuasaan ekspresi.
Musik merupakan salah satu cabang hiburan yang hadir dan banyak
digemari oleh masyarakat terutama dikalangan anak-anak remaja. Hal ini
terjadi karena musik mengandung unsur estetik yang terbentuk dari karya
cipta oleh pengarang atau penulis melalui kreatifitas dalam mengekspresikan
suatu bahasa yang hidup dari benak penulis yang dituangkan dalam sebuah
lagu.
Majas termasuk salah satu unsur pembangunan nilai kepuitisan dalam
puisi, majas juga ikut menentukan keindahan puisi dalam segi makna maupun segi

keindahan bunyi. Majas mengandung arti perbandingan ibarat melebihkan dan


sebagainya. Penggunaan majas dalam puisi terutama puisi lirik lagu, karena
dapat menimbulkan kesan indah sekaligus banyk makna seperti karya-karya
Jikustik, disana banyak dijumpai penggunaan majas dan berbeda cara
pengungkapannya dengan penyair lain.
Dari uraian diatas, maka penulis mengambil objek kajian makalah
adalah Majas Personifikasi Dan Majas Hiperbola Pada Lirik Lagu Jikustik.
Penulis ingin mengetahui bentuk majas yang terdapat pada lirik lagu Jikustik
khususnya majas personifikasi dan majas hiperbola yang terdapat dalam teks
lagu Jikustik. Penulis memilih lagu Jikustik sebagai bahan makalah karena
dalam lirik-lirik lagu

Jikustik banyak terdapat majas. Makalah ini hanya

menitikberatkan pada majas personifikasi dan

majas hiperbola. Objek yang

dianalisis adalah lirik lagu Jikustik yang berjudul : Samudera Mengering, Setia,
Saat kau Tak Ada Disini, Tak Ada Yang Abadi, dan Seribu Tahun Lamanya.

B.

Pengertian, Fungsi dan Jenis Majas


Istilah gaya secara leksikal yang berpadanan dengan style berasal dari

bahasa Yunani stylos atau stilus dalam bahasa Latin. Secara umum makna stylos
adalah wujud sesuatu, misalnya bentuk arsitektur yang memiliki ciri sesuai
dengan karakteristik ruang dan waktu. Sedangkan stilus bermakna alat untuk
menulis sesuai dengan cara yang digunakan oleh penulisnya. Pengertian ini
memberikan dimensi bentuk dan cara yang menyebabkan istilah style
mengandung kategori nomina dan verba (Aminuddin, 1995: 1).

Keraf

(2000:113) memberi batasan bahawa style atau gaya bahasa adalah cara
mengungkapakan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan
jiwa dan kepribadian penulis.
Gaya bahasa adalah penggunaan

bahasa

yang

khas

dan

dapat

diidentifikasi melalui pemakaian bahasa yang menyimpang dari penggunaan


bahasa sehari-hari atau yang lebih dikenal sebagai bahasa khas dalam wacana
sastra dan dalam gaya bahasa terdapat majas. Majas adalah bahasa kiasan yang
dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi

tertentu. Majas dapat dimanfaatkan oleh para pembaca atau penulis untuk
menjelaskan gagasan mereka (Tarigan 1985:179). Nurgiyantoro (1998: 297)
menyatakan bahwa permajasan adalah (figure of thought) merupakan teknik
pengungkapan bahasa, penggaya bahasan yang maknanya tidak menujuk pada
makna harfiah kata-kata yang mendukung, melainkan pada makna yang ditambah,
makna yang tersirat. Jadi permajasan adalah gaya yang sengaja mendayagunakan
penuturan dengan memanfaatkan bahasa kias. Sedangkan Waluyo

(1995:83)

majas dengan figuran bahasa yaitu penyusunan bahasa yang bertingkattingkat atau berfiguran sehingga memperoleh makna yang kaya.
Jadi Majas adalah cara pengarang atau seseorang yang mempergunakan
bahasa sebagai alat mengekspresikan perasaan dan buah pikir yang terpendam
didalam jiwanya. Dengan demikian Gaya bahasa dapat membuat karya sastra
lebih hidup dan bervariasi serta dapat menghindari hal-hal yang bersifat monoton
yang dapat membuat pembaca bosan.
fungsi majas untuk menciptakan efek yang lebih kaya, lebih fektif, dan
lebih sugestif dalam karya sastra. Pradopo (2002:62) menjelaskan bahwa majas
meyebabkan karya sastra menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran,
lebih hidup, dan menimbulkan kejelasan gambaran angan.
Perrine dalam Waluyo (1995:83) menyebutkan bahwa majas digunakan
untuk (1) menghasilkan kesenangan imajinatif, (2) menghasilkan imaji tambahan
sehingga hal-hal yang abstrak menjadi kongrit dan menjadi dapat dinikmati
pembaca,

(3) menambah

menyampaikan

makna

intensitas

perasaan

pengarang

dalam

dan sikapnya, (4) mengkonsentrasikan makna yang

hendak di sampaikan dan cara-cara menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang


singkat.
Majas ada bermacam-macam jenisnya, namun meskipun bermacammacam, mempunyai sesuatu hal (sifat) yang umum, yaitu majas tersebut
mempertalikan sesuatu dengan cara menghubungkanya dengan sesuatu yang lain.
Majas dibedakan menjadi empat golongan yaitu majas pertentangan, majas
penegasan, majas sindiran, dan majas perbandingan (Syarifudin, 2006: 18-28).
Dari keempat golongan majas ini masih dibagi lagi dalam beberapa jenis. Dalam

majas pertentangan ada 5 jenis majas, seperti: paradoks, antithesis, dsb., majas
penegasan ada 25 jenis majas, seperti : pleonasme, repetisi, dsb., majas sindiran
ada 5 jenis majas, seperti : ironi, sarkasme, dsb., majas perbandingan ada 24 jenis
majas seperti: personifikasi, hoperbola, dsb.

C.

Majas Personifikasi dan Hiperbola dalam Lirik Lagu Jikustik


Pada makalah ini lebih dititik beratkan pada majas persoifikasi dan majas

hiperbola. Majas personifikasi adalah pengungkapan dengan menggunakan


perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia. Majas
hiperbola adalah Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga
kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal. Kedua majas ini masuk dalam jenis
majas perbandingan.
1. Mendeskripsikan lagu Jikustik Samudera Mengering:
Aku harus bisa mengalahkan
Malam malam kesepian
Yang menjadi musuh besarku
Akuharus bisa menaklukan
Hari hari sendirian
Yang menjadi lawan tangguhku

Reff
Tak ada yang akan bisa meruntuhkan niatku..
Tuk bertemu..memeluk..
Dan menyanding
Meski surya membenamkan tubuhku di lautan
Kutunggu sampai samudra mengering
Kutunggu sampai samudra mengering
(Jikustik, 2002 : 04.26)

Dari lirik lagu di atas dapat dianalisis, yaitu majas personifikasi terdapat
pada baris 2 malam-malam kesepian karena malam merupakan sesuatu yang
tidak bernyawa diibaratkan hidup dan harus dikalahkan serta malam bisa merasa
kesepian seperti manusia. Pada baris 5 hari-hari sendirian Karena hari

merupakan sesuatu yang tidak bernyawa seperti manusianamun diibaratkan bisa


merasakan kesendirian. Pada baris ke 9 surya membenamkan tubuhku sekanakan surya (matahari) bisa melakukan kegiatan seperti manusia yaitu
membenamkan

seseorang.

Kata

membenamkan

sendiri

merupakan

perumpamaan bahwa keadaan orang yang diceritakan penulis lagu mengalami


keresahan yang mendalam.
Pada baris 9, juga merupakan majas Hiperbola karena melebih-lebihkan
seakan-akan surya itu hidup. Apa dilanjutkan pada baris 10-11 samudra
mengering penulis lagu menyatakan sesuatu yang berlebihan yang sebenarnya
tidak akan terjadi untuk memberikan penguatan pada lirik lagu tersebut kata
samudera mengering diulang sampai dua kali untuk memberikan sebuah harapan
yang tidak akan terjadi namun bisa terjadi karena tekad.
Dapat disimpulkan dari beberapa data diatas dalam lirik lagu samudera
mengering terdapat majas personifikasi dan hiperbola yang meliputi: malammalam kesepian, hari-hari sendirian, surya membenamkan tubuhku, samudra
mengering. Penulis lagu menggunakan kata-kata yang bisa menunjukkan eksprei
tokoh aku yang sedang mengalami kegundahan.
2. Mendeskripsikan lagu Jikustik Setia
Deras hujan yang turun
Mengingatkanku pada dirimu
Aku masih disini untuk setia
Selang waktu berganti
Aku tak tahu engkau dimana
Tapi aku mencoba untuk setia
Sesaat malam datang
Menjemput kesendirianku
Dan bila pagi datang
Kutahu kau tak disampingku
Aku masih disini untuk setia
(Jikustik, 2000 : 03.44)

Dari lirik lagu diatas dapat dianalisis pada baris ke 1 deras hujan yang
turun merupakan majas hiperbola dengan mengungkapan secara berlebihan,
engan menggunakan kata meskipun derasnya air hujan yang turun tidak akan
meredupkan kesetiaannya pada sang kekasih. Majas Personifikasi terdapat pada
sesaat malam datang menjemput kesendirianku kata malam dianggap bernyawa
dan disamakan dengan manusia, yang pada lirik lagu ini adalah sang kekasihnya.
Pada bait pertama bisa juga dimasukkan dalam majas Personifikasi, karena
menganggap hujan adalah pengganti sang kekasih.
Dapat disimpulkan dalam lirik lagu setia terdapat majas personifikasi dan
hiperbola yang meliputi: deras hujan yang turun, sesaat malam datang menjemput
kesendirianku. Penulis lirik lagu ini mencoba memberikan sebuah deskripsi meski
apapun yang terjadi dia akan tetap setia.
3. Mendeskripsikan lagu Jikustik Saat Kau Tak Ada Disini
Seperti bintang-bintang
Hilang ditelan malam
Bagai harus melangkah
Tanpa kutahu arah
Lepaskan aku dari
Derita tak bertepi
Saat kau tak disini
Seperti dedaunan
Berjatuhan di taman
Bagaikan debur ombak
Mampu pecahkan karang
Lepaskan aku dari
Derita tak berakhir
Saat kau tak ada disini
Reff
Saat kau tak ada
Atau kau tak disini
Terpenjara sepi
Kunikmati sendiri
Tak terhitung waktu
Tuk melupakanmu
Aku tak pernah bisa
Aku tak pernah bisa

(Jikustik, 2000 : 04.26)

Pada lirik lagu ini terdapat majas personifikasi yaitu pada bait reff kata
terpenjara sepi kata sepi seakan-akan hidup dan bisa memenjarakan tokoh aku
dalam kesendiriannya. Majas Hiperbola dalam lirik lagu ini terdapat pada kata
lepaskan aku dari derita tak bertepi penulis lirik melebih-lebihkan kata derita
yang seakan-akan tidak ada ujungnya, pada kata lepaskan aku dari derita tak
berakhir dari kata tak bertepi berubah menajdi kata berakhir untuk memeberikan
penguatan bahwa kerinduannya sudah tidak bisa terobati.
Dapat disimpulkan dari beberapa data diatas terdapat majas personifikasi
dan hiperbola yaitu terpenjara sepi, lepaskan aku dari derita tak bertepi, lepaskan
aku dari derita tak berakhir. Penulis lirik lagu mencoba menggambarkan keadaan
tokoh aku yang mengalami sindrom kerinduan yang mendalam pada sang kekasih.
4. Mendeskripsikan lagu Jikustik Tak Ada Yang Abadi
Kau pernah menjadi detak dalam nadiku
Dalam hidupku
Dan kau pun pernah menyelamatkan
Seluruh hidupku
Kau pernah menghujaniku dengan butiran
Air matamu
Tapi kau juga pernah tertawa
Dalam pelukku
Perubahan ini meyakinkan aku
Bahwa tak ada yang abadi
Sejak kau putuskan
Untuk melepaskan hidup
Kau pernah menjadi terang dalam gelapku
Saat tersesat
tapi kau juga pernah menyentuh
Rasa sakitku
Kepergian itu mengajarkan aku
Bahwa tak ada yang abadi
Sejak kau putuskan
Untuk melepaskan hidup
(Jikustik, 2002 : 04.32)

Dari data diatas dapat dinalisis terdapat majas hiperbola, yaitu pada kata
Kau pernah menjadi detak dalam nadiku, kau pernah menghujaniku dengan
butiran
Air matamu, kau pernah menjadi terang dalam gelapku menyatakan sesuatu
secara berlebihan bahwa tokoh kau memiliki peran yang besar pada tokoh aku.
Majas personifikasi terdapat pada kata pernah menyentuh rasa sakitku sekan
akan rasa sakit itu hidup dan dapat disentuh. Dapat disimpulkan dalam lirik lagu
ini terdapat majas hiperbola dan personifikasi, Lirik lagu menggambarkan sebuah
kenangan seseorang terhadap kekasihnya yang diwarnai kesenagan dan kesedihan.
5. Mendeskripsikan lagu Jikustik Seribu tahun lamanya
Bila
Kau sanggup untuk melupakan dia
Biarkan aku hadir dan menata
Ruang hati yang telah tertutup lama
Jika
Kau masih ragu untuk menerima
biarkan hati kecil bicara
karena kutahu kan datang saatnya
Bridge:
Kau jadi bagian hidupku
Kau jadi bagian hidupku
Reff :
Takkan pernah berhenti
Untuk saling percaya
Walau harus menunggu
Seribu tahun lamanya
Biarkanlah terjadi wajar apa adanya
Walau harus menunggu
Seribu tahun lamanya
Selama apapun itu
Aku kan setia menunggu
(Jikustik, 2000 : 04.54)

Data diatas dapat dianalisis terdapat majas personifikasi yaitu pada baris 7
terdapat kata biarkan hati kecilmu bicara merupakan pengandaian bahwa hati

10

bisa berbicara seperti manusia. Majas hiperbola dalam lirik algu ini terdapat pada
reff pata kata

takkan pernah berhenti untuk saling percaya walau harus

menunggu, seribu tahun lamanya terdapat kata yang melebih-lebihkan dan


memberikan penguatan bahwa tokoh aku akan tetap menunggu seribu tahun
lamanya secara kenyataan itu tidak akan terjadi.
Dari beberapa data yang sudah dianalisis Majas yang banyak mendominasi
pada lirik-lirik lagu Jikustik adalah majas hiperbola dan personifikasi, penulis lirik
mencoba mengungkapkan isi hati dalam lirik secara implisit dengan kata-kata
yang berlebihan yang tidak masuk akal dan pengungkapan dengan penggunaan
perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia, seperti hati
kecilmu bicara, terpenjara sepi, dsb.
D.

Simpulan
Gaya bahasa menjadi suatu hal yang paling dibutuhkan oleh seorang

pengarang dalam memberiak suatu nuansa yang berbeda pada karya sastranya,
seperti halnya lirik lagu. Penggunaan gaya bahasa teruatama majas sangat
diperlukan untuk dapat memberikan nuansa yang berbeda supaya penikamat
musik dapat menerima musik tersebut dengan baik. Seperti halnya grup band
Jikustik pada 5 lagu yang dianalisis oleh penulis banyak sekali ditemukan
penggunaan gaya bahasa majas yaitu personifikasi dan hiperbola yang sangat
dominan dalam setiap bait-bait lirik lagunya.

11

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1995. Stilistika, Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra.


Semarang: IKIP Semarang Press.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Jikustik, 2000. Self Titled. Jakarta : Nagaswara
______. 2002. Perjalanan Panjang. Jakarta : Nagaswara
Keraf, Gorys. 2000. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Syarifudin, Imam. 2006. Diksi dan Majas serta Fungsinya dalam Novel Jangan
Beri Aku Narkoba Karya Alberthiene Endah. Skripsi. Semarang: Fakultas
Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
Waluyo, Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia.

12

Lampiran
JIKUSTIK SAAT KAU TAK ADA DI SINI
Seperti bintang-bintang
Hilang ditelan malam
Bagai harus melangkah
Tanpa kutahu arah
Lepaskan aku dari
Derita tak bertepi
Saat kau tak disini
Seperti dedaunan
Berjatuhan di taman
Bagaikan debur ombak
Mampu pecahkan karang
Lepaskan aku dari
Derita tak berakhir
Saat kau tak ada disini
Reff :
Saat kau tak ada
Atau kau tak disini
Terpenjara sepi
Kunikmati sendiri
Tak terhitung waktu
Tuk melupakanmu
Aku tak pernah bisa
Aku tak pernah bisa

13

JIKUSTIK SAMUDERA MENGERING


Aku harus bisa mengalahkan
Malam malam kesepian
Yang menjadi musuh besarku
Akuharus bisa menaklukan
Hari hari sendirian
Yang menjadi lawan tangguhku

Reff
Tak ada yang akan bisa meruntuhkan niatku..
Tuk bertemu..memeluk..
Dan menyanding
Meski surya membenamkan tubuhku di lautan
Kutunggu sampai samudra mengering
Kutunggu sampai samudra mengering

14

JIKUSTIK - SETIA
Deras hujan yang turun
Mengingatkanku pada dirimu
Aku masih disini untuk setia
Selang waktu berganti
Aku tak tahu engkau dimana
Tapi aku mencoba untuk setia
Sesaat malam datang
Menjemput kesendirianku
Dan bila pagi datang
Kutahu kau tak disampingku
Aku masih disini untuk setia

15

JIKUSTIK TAK ADA YANG ABADI


Kau pernah menjadi detak dalam nadiku
Dalam hidupku
Dan kau pun pernah menyelamatkan
Seluruh hidupku
Kau pernah menghujaniku dengan butiran
Air matamu
Tapi kau juga pernah tertawa
Dalam pelukku
Perubahan ini meyakinkan aku
Bahwa tak ada yang abadi
Sejak kau putuskan
Untuk melepaskan hidup
Kau pernah menjadi terang dalam gelapku
Saat tersesat
juga pernah menyentuh
Rasa sakitku
Kepergian itu mengajarkan aku
Bahwa tak ada yang abadi
Sejak kau putuskan
Untuk melepaskan hidup

16

JIKAUSTIK SERIBU TAHUN LAMANYA


Bila
Kau sanggup untuk melupakan dia
Biarkan aku hadir dan menata
Ruang hati yang telah tertutup lama
Jika
Kau masih ragu untuk menerima
biarkan hati kecil bicara
karena kutahu kan datang saatnya
Bridge:
Kau jadi bagian hidupku
Kau jadi bagian hidupku
Reff :
Takkan pernah berhenti
Untuk saling percaya
Walau harus menunggu
Seribu tahun lamanya
Biarkanlah terjadi wajar apa adanya
Walau harus menunggu
Seribu tahun lamanya
Selama apapun itu
Aku kan setia menunggu

Anda mungkin juga menyukai