Struktur fisik puisi terdiri atas diksi, pengimajian, kata kongkret, majas
bahasa figuratif, dan tipografi. Struktur fisik tersebut akan diuraikan sebagai
beriku
1. Diksi
Ada dua simpulan penting dalam diksi. Pertama, diksi atau pilihan kata adalah
situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Kedua, diksi
atau pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan
mendapat kesenangan dengan sarana puitis yang lain (Anternbernd dalam Pradopo
kepuitisan juga untuk mendapatkan nilai estetik. Melalui diksi yang baik penyair
dapat mencurahkan perasaan dan isi pikiran dan ekspresi yang dapat menjelaskan
diksi adalah pilihan kata yang digunakan penyair untuk menyampaikan gagasan.
Diksi atau pilihan kata mempunyai peranan yang sangat penting dan utama untuk
mencapai keefektifan dalam penulisan puisi. Agar diksi itu dapat dicapai seorang
penulis puisi dengan baik, maka ia harus bisa memilih kata-kata yang tepat dan
imajinasi estetik.
2. Pengimajian
pendengaran dan perasaan. Pengimajian dibagi menjadi tiga hal yakni: imaji
visual atau yang diwujudkan melalui pengalaman penglihatan, imaji auditif yang
seorang penyair yang bagus, imaji itu segar dan hidup, berada dalam puncak
yang berhasil menolong orang merasakan pengalaman menulis terhadap objek dan
ekonomis, dan segera dapat kita rasakan dan dekat dengan hidup kita sendiri.
yang berhubungan dengan indera penglihatan yang disebut citra netra atau citra
disebut citra talinga atau citra rinungu (sound image, auditory image), citraan
dengan indera penciuman disebut citra ginanda (nosey image), dan citraan yang
berhubungan dengan indera rasa lidah disebut citra dinilat atau citra lidah.
menampilkan suasana atau keadaan agar lebih konkret apa yang dirasakan oleh
penulis agar pembaca dapat memahami dan menikmati hasil tulisan mereka.
Seorang penulis harus mampu menampilkan sebuah keadaan dalam puisi agar
pembaca mampu menangkap isi dari puisi tersebut. Pengimajian atau citraan dapat
citraan penciuman, citraan pencecapan, citraan rabaan, citraan pikiran, dan citraan
3. Kata Kongkret
kepada arti yang menyeluruh. Jika imaji pembaca merupakan akibat, dari
pngimajian yang dikatakan penyair, maka kata kongkret ini merupakan syarat atau
kata konkret merupakan kata-kata yang digunakan dalam puisi yang dapat
membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair.
makna secara langsung (Waluyo 1991:83). Bahasa figuratif ini dipandang lebih
efektif untuk menyampaikan apa yang dimaksud oleh penyair. Perrine (dalam
Waluyo 1991:83) menyatakan bahwa bahasa figuratif penting karena (1) bahasa
cara untuk menghasilkan tambahan dalam puisi, sehingga yang abstrak jadi
konkret dan menjadi puisi lebih nikmat dibaca, (3) bahasa figuratif adalah cara
penyair, (4) bahasa figuratif adalah cara untuk mengkonsentrasikan makna yang
menyamakan satu hal dengan hal yang lain dengan mempergunakan kata-
yang sama atau sebagai hal lain, yng sesungguhnya tidak sama.
c. Alegori ialah cerita kiasan ataupun lukisan kiasan. Cerita kiasan atau
penting dari suatu benda (hal) untuk benda atau hal itu sendiri (Altenbernd
bahasa figuratif atau majas adalah bahasa yang menyebabkan sajak menjadi
menarik yang digunakan untuk mengungkapkan makna suatu kata yang sengaja
puisi yang dihasilkan lebih menarik dan lebih indah. Penggunaan bahasa figuratif
ini sebaiknya tidak terlalu berlebihan agar makna dalam puisi yang dibuat tidak
hilang ataupun makna tersebut menjadi sulit untuk dipahami oleh pembaca.
2
3
Rima berasal dari bahasa Inggris yaitu rhyme, yakni perulangan bunyi di
dalam baris atau larik puisi, pada akhir baris puisi, atau bahkan juga pada
keseluruhan baris dan bait puisi (Jabrohim, dkk 2003:54). Adapun Aminuddin
(2004: 137) mendefinisikan rima sebagai bunyi yang berselang atau berulang,
baik di dalam larik puisi maupun pada akhir larik-larik puisi. Menurut Aminuddin
(2004:138) rima dibedakan menjadi beberapa aspek yaitu yaitu asonansi atau
runtun vokal, aliterasi atau purwakanti, rima akhir, rima dalam, rima rupa, rima
statis. Metrum sama dengan maat. Karena tekanan kata bahasa Indonesia tidak
membedakan arti dan belum dibakukan maka sangat sulit menemukan jenis-jenis
metrum dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia tekanan suku kata tidak
6. Tipografi
sebuah puisi atau sajak. Puisi karena sifatnya istimewa yang berbeda dengan sifat
keindahan indrawi, maksudnya sekadar agar susunan puisi tersebut nampak indah
dipandang, (b) untuk membantu lebih mengintensifkan makna dan rasa atau
(dalam Waluyo 1991:106) menyebutkan makna atau struktur batin itu dengan
istilah hakikat puisi. Ada empat unsur hakikat puisi, yakni tema (sense), perasaan
(feeling), nada atau sikap terhadap pembaca (tone), dan amanat (intention).
1. Tema
gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok
persoalan yang kuat akan mendesak jiwa penyair, sehingga menjadi landasan
utama pengucapannya. Jika desakan yang kuat itu berupa hubungan antara penyair
2. Perasaan
Nada adalah sikap penyair kepada pembaca. Ada kalanya penyair ingin
Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi atau akibat
psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada duka yang
1991:125)
Suasana puisi adalah suasana yang ingin digambarkan oleh penyair ialah
suasana benda-benda, keadaan dan sebagainya yang ditangkap oleh indra penyair
(Suharianto 1981:58-61)
suasana yang muncul setelah pembaca membaca karya sastra yang bersangkutan.
atau perasaan atau tujuan yang hendak disampaikan penyair. Amanat dapat kita
temukan setelah kita mengetahui tema, perasaan, nada dan suasana puisi itu.
Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun, dan ada juga yang dibalik tema
adalah pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca. Amanat dapat