Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS PUISI “SIAPA YANG SEMBUNYI” KARYA SAPARDI DJOKO

DAMONO DENGAN PENDEKATAN STRUKTURAL


Rangga Septio Wardana, Ibrahim Mustofal Akhyar
Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Jakarta

ABSTRAK
Puisi “Siapa yang sembunyi” karya Sapardi Djoko Damono merupakan salah satu puisi yang
dimuat dalam kitab puisi yang berjudul “perihal gendis”. Metode yang digunakan dalam
analisis ini adalah metode kualitatif. dengan metode ini penulis bermaksud untuk meneliti
pada kondisi objek dan membedah puisi hingga unsur-unsur terkecil. Alamiah dimana
peneliti merupakan instrumen kunci. Maka dari itu peneliti akan memberikan tafsiran dari
puisi yang akan dikaji. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan struktural. Pendekatan
struktural mengkaji struktur-struktur pembangun yang ada dalam puisi. Unsur-unsur dalam
puisi saling berhubungan dan memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Pada
puisi “siapa yang sembunyi” karya Sapardi Djoko Damono ini dapat terasa kesunyian yang
dialami oleh tokoh yang ada dalam puisi.

I. PENDAHULUAN
Sastra merupakan salah satu gambaran dari kehidupan masyarakat. Sastra merupakan
sarana yang digunakan pengarang untuk menyampaikan ide dan gagasannya. Sesuai dengan
hakikat sastra yaitu indah dan berguna. Pengarang mengekspresikan dirinya melalui karya
sastra yang mereka ciptakan, karya-karya sastra itu diantaranya berupa puisi. Puisi
merupakan salah satu bentuk karya sastra yang tersusun dari rangkaian kata penuh makna
yang dibuat oleh penyair sebagai hasil penghayatan terhadap kehidupan dengan
menggunakan media pengungkapan yaitu berupa bahasa. Puisi merupakan interpretasi
penyair terhadap kehidupan. Interpretasi tersebut merefleksikan pandangan penyair terhadap
realitas di sekitarnya. Untuk itu, puisi merupakan bentuk curahan pikiran dan perasaan
penyair terhadap realitas kehidupan.
Pendekatan struktural merupakan suatu pendekatan yang objeknya merupakan kumpulan
unsur yang memiliki keterikatan antara unsur satu dengan unsur yang lain. Pendekatan
struktural ini merupakan alat untuk mengkaji puisi berdasarkan struktur yang membangun
puisi. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra tentunya memiliki struktur pembangun
yang secara bersama-sama membentuk satu-kesatuan juga rangkaian yang memiliki unsur
estetik dan dapat dinikmati oleh pembaca puisi tersebut. Sebuah puisi merupakan satu-
kesatuan yang saling terikat antar unsur-unsur pembentuknya. Karya sastra (puisi) merupakan
sebuah struktur. Karya sastra merupakan rangkaian unsur-unsur yang terikat antara satu
dengan yang lainnya, terjadi keterikatan yang saling menentukan antar unsur-unsur tersebut.
Kesatuan unsur-unsur dalam sastra tidak bisa dipandang hanya dari salah satu unsur
pembangunnya saja, melainkan harus dikaitkan antara satu unsur dengan unsur yang lainnya
karena hal-hal itu saling terikat, saling berkaitan, dan saling menentukan antara satu dengan
yang lainnya. pendekatan struktural di dalam puisi merupakan pendekatan yang secara
sistematis objektif mengkaji puisi berdasarkan unsur-unsurnya serta fungsinya di dalam puisi.
Unsur-unsur didalam struktur fisik dan struktur batin puisi ditelaah dan kedua unsur
tersebut harus mempunyai kepaduan dalam mendukung keseluruhan bentuk puisi. Kajian ini
berusaha menganalisis unsur-unsur puisi sampai ke unsur-unsur yang terkecil. Ditelaah
tentang bagaimana digunakannya struktur fisik untuk mengungkapkan struktur batin yang
terdapat dalam puisi. kajian yang demikian menghasilkan pembahasan puisi secara lebih
mendalam
Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (1940-sekarang) merupakan penyair yang mulai
menulis pada sekitar tahun 1960. Sapardi mengumpulkan sajaknya dalam buku yang berjudul
Duka-Mu Abadi (1969), Mata Pisau (1974), Akuarium (1974), Perahu Kertas (1983), Sihir
Hujan (1984), Hujan Bulan Juni (1994), Arloji (1998), Ayat-Ayat Api (2000), Mata Jendela
(2000), dan Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro (2003). Dalam tahun 2001 terbit kumpulan
cerpennya berjudul Pengarang Telah Mati. Tahun 2009 terbit kumpulan sajaknya yang
berjudul Kolam. Tahun 2018 Sapardi Djoko Damono menerbitkan buku antologi puisi yang
berjudul Perihal Gendis.
Kitab puisi Perihal gendis merupakan buku puisi karya Sapardi Djoko Damono yang
diterbitkan oleh PT.Gramedia Pustaka Utama tahun 2018. Puisi-puisi dalam antologi puisi
ini berbeda dengan sepilihan sajak yang penyair diterbitkan penyair karena antologi puisi ini
memiliki satu fokus utama. Buku ini berisikan 15 puisi yang banyak menampilkan dialog di
dalamnya. Kitab puisi Perihal Gendis diceritakan lewat sudut pandang anak perempuan
berusia 12 tahun. Ia di rumah sendirian, ayahnya pamit pergi ke selatan dan ibunya bilang
menyusul ke utara.
Penelitian ini hanya difokuskan kepada satu judul puisi dalam kitab puisi “Perihal
Gendis” yang berjudul Siapa Yang Sembunyi. Penelitian ini juga difokuskan pada masalah
struktur fisik puisi dan struktur batin puisi.
Diksi adalah pemilihan kata-kata, memiliki kedudukan yang sangat penting dalam
puisi. Diksi merupakan segala hal yang berkaitan dengan pemilihan kata yang dilakukan oleh
penyair dalam menyajikan puisinya. Barfield (1952:41) mengemukakan bahwa bila
kaata-kata dipilih dan disusun dengan cara yangsedemikian rupa hingga artinya menimbulkan
atau dimaksudkan untuk menimbulkan imajinasi estetik, maka hasilnya disebut dengan diksi
puitis. Diksi digunakan untuk mendapatkan kepuitisan, untuk mendapat nilai estetik. Untuk
mendapat kepuitisan diperlukan pemilihan kata yang tepat.
Kata konkret adalah kata-kata yang mampu digambarkan secara konkret oleh
pembaca. Kata-kata yang diperjelas secara konkret dimaksudkan penyair agar kata-kata itu
dapat dibaca dengan arti yang menyeluruh. Kata konkret memungkinkan pembaca untuk
menghidupkan panca indera nya, sehingga ketika membaca puisi pembaca seakan-akan dapat
melihat, mendengar, meraba, dan mencium gagasan dalam puisi.
Gaya bahasa digunakan untuk menciptakan efek yang lebih kaya, lebih efektif dan
sugestif dalam bahasa puisi. Keraf (1987: 116) menyatakan empat jenis penggunaan gaya
bahasa, yaitu, gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa berdasarkan nada yang
terkandung dalam wacana, gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, dan gaya bahasa
berdasarkan langsung tidaknya makna. Pradopo (2009: 93) menyebut gaya bahasa sebagai
sarana retorika Sarana retorika merupakan ekspresi pengarang yang bersifat individual.
Pradopo (2009:62) membagi gaya bahasa menjadi tujuh, yaitu (1)perbandingan, (2)metafora,
(3)perumpamaan epos, (4)alegori, (5)personifikasi, (6)metonimia, dan (7)sinekdoki.
Perbandingan adalah gaya bahasa yang membandingan antara satu dengan yang
lainnya dengan menggunakan kata-kata pembanding. Kata-kata pembanding tersebut
contohnya adalah: serupa, seumpama, selayaknya dan kata pembanding lainnya.
Metafora adalah jenis gaya bahasa yang membandingkan antara satu hal dengan
lainnya namun tanpa menggunakan kata-kata pemanding. Metafora mirip dengan gaya
bahasa perbandingan namun yang membedakannya adalah metafora tanpa menggunakan
kata-kata pembanding tersebut.
Perumpamaan epos merupakan jenis perumpamaan yang melakukan perbandingan
dengan pendeskripsian atau menarasikan dengan lebih detail. Detail yang disampaikan dapat
berupa kalimat atau frasa yang menunjukan sifat, ciri, atau ciri khas lainnya yang
memperkuat gagasan yang dibandingkannya.
Alegori merupakan gaya bahasa yang berbentuk cerita kiasan. Cerita kiasan ini
menarasikan sesuatu untuk membandingkan dengan kejadian yang lain.
Personifikasi merupakan gaya bahasa yang membandingkan benda-benda mati
seolah-olah memilik daya hidup selayaknya manusia.
Metonimia merupakan jenis gaya bahasa yang menggunakan ciri atau hal yang
ditautkan dengan orang, benda, atau hal lain sebagai gantinya.
Sinekdoki merupakan gaya bahasa yang menyampaikan suatu bagian yang dianggap penciri
dari bagian tersebut untuk menyatakan suatu hal atau benda tersebut. Sinekdoki ini terbagi
menjadi dua, yaitu pars pro toto dan totum pro parte. Pars pro toto digunakan untuk
menyatakan sebagian yang bermakna keseluruhan. Sebaliknya, totum pro parte digunakan
untuk menyatakan keseluruhan yang bermakna sebagian.
Citraan atau pengimajian Waluyo (2005:10) menyatakan bahwa citraan atau
pengimajian adalah susunan kata-kata yang memperkonkret puisi yang ditulis penyair.
Hikmat Dkk (2016:37) menyatakan bahwa citraan erat kaitannya dengan pancaindera yang
terdiri dari penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pencecapan. Kemudian
pradopo (2009:87) menambahkan dengan citraan gerak. Berdasarkan pemaparan tersebut
maka citraan terbagi menjadi 6, yaitu (1)citraan pengelihatan, (2)citraan penciuman,
(3)citraan perabaan, (4)citraan pendengaran, (5)citraan pengecapan, dan (6)citraan gerak.
Versifikasi terdiri dari rima, ritma dan metrum. Luxemburg (1986) mendefinisikan
rima sebagai kemiripan bunyi antara suku-suku kata. Waluyo (1991) mengatakan bahwa rima
merupakan pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi.
Ritma sangat berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan dengan pengulangan bunyi,
kata, frasa, dan kalimat.
tipografi puisi adalah penyusunan baris dan bait puisi. Tipografi juga sering disebut ukiran
bentuk, yang didalamnya terdapat kata, frase, baris, bait, dan akhirnya menjadi sebuah puisi.
Struktur batin puisi terdiri atas tema, nada, rasa, dan amanat. Tema merupakan
gagasan pokok yang disampaikan penyair melalui puisi. Sehingga tema merupakan gagasan
utama dan menjadi kerangka puisi.
Rasa merupakan sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya. Sedangkan nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca puisinya. Nada juga
berhubungan langsung dengan tema dan rasa, penyair dapat menyampaikan gagasannya
dengan nada mendikte, menggurui ataupun bekerja sama dengan pembaca dalam
memecahkan permasalahan yang diangkan dalam puisinya. Amanat yang disampaikan
penyair dalam puisinya dapat didapatkan ketika kita sudah melakukan telaah puisi dan
memahami tema dan nada puisi. Amanat merupakan sesuatu hal yang mendorong penyair
ketika menciptakan puisinya.

II. METODE
Kajian ini berusaha menganalisis unsur-unsur puisi dan berusaha membedah puisi itu
sampai ke unsur-unsur terkecil. Maka, metode yang digunakan adalah metode kualitatif.
Metode kualitatif merupakan metode yang sesuai dalam meneliti sastra, hal tersebut
dikarenakan sastra merupakan bentuk karya yang berubah-ubah bentuknya sesuai dengan
kemauan atau imajinasi pembuat karya tersebut dan harus diberi penafsiran. Menurut
Sugiono (2005), Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi
yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami
fenomena-fenomena sosial dari sudut padang partisipan. Dengan demikian arti atau
pengertian penelitian kualitatif tersebut merupakan penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek. Alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci. Maka dari itu
peneliti akan memberikan tafsiran dari puisi yang akan dikaji.
Dalam mengkaji puisi, peneliti menggunakan pendekatan struktural. Pendekatan
struktural merupakan suatu metode atau cara pencarian terhadap suatu fakta yang sasarannya
tidak hanya ditujukan kepada salah satu unsur sebagai individu yang berdiri sendiri di luar
kesatuannya, melainkan ditujukan pula kepada hubungan antar unsurnya.
Sumber data dalam penelitian ini adalah puisi karya Sapardi Djoko Damono yang
berjudul Siapa Yang Sembunyi dalam antologi puisi Perihal Gendis. Buku ini diterbitkan
pada tahun 2018. Namun, peneliti hanya memfokuskan pada satu judul puisi saja.

III. PEMBAHASAN
Hasil analisis mengenai struktur fisik puisi dan struktur batin puisi Siapa yang sembunyi
karya Sapardi Djoko Damono adalah sebagai berikut.
1. Diksi
a. Makna Konotatif dan Denotatif
Dalam puisi ini penyair menggunakan makna denotatif dan konotatif. Diksi yang
mengandung makna denotatif adalah “Siapa” yang mengandung arti seseorang
yang tidak tentu atau kata untuk menanyakan wujud sesuatu. “gerincing”
menunjukan tiruan bunyi kepingan logam tipis yang beradu atau jatuh.
“merapatlah” menunjukan perintah untuk mendekat atau menjadikan tidak
renggang. “timur”, “barat”, “tenggara”, dan “barat laut” menunjukan arah mata
angin. Kemudian makna konotatif yang terdapat pada puisi ini adalah “bunga
sepatu” yang berarti seorang wanita. Dalam beberapa budaya daerah bunga sepatu
kerap digunakan oleh wanita di telinga kiri apabila wanita tersebut sudah
menikah.
b. Kata Kongkret
Kata-kata dalam puisi ini diperjelas oleh penyair dengan maksud agar kata-kata
tersebut dapat merujuk kepada arti yang menyeluruh. Dalam puisi ini terdapat kata
“aku ingin pergi tamasya” berikut kutipannya

...
aku ingin pegi tamasya
ke Timur
ke Barat
ke Tenggara
ke Barat Laut
mencari jejak
bianglala ganda

kata “aku ingin pergi tamasya” dalam puisi tersebut semakin memperkuat
penggambaran kondisi seorang gadis berumur 12 tahun yang sangat kesepian
diungkapkan dengan keinginannya untuk pergi namun tanpa arah mata angin yang
jelas, hal itu digambarkan oleh penyebutan empat mata angin yang berlawanan.
Pada bait tersebut juga menggambarkan keinginan gadis berusia 12 tahun untuk
menggembara mencari kehidupan yang lebih baik.

...
Gerangan siapa yang mengalir
di pipa darah
yang menderaskan warna merah
dan kilatah putih
yang timbul dan tenggelam
yang terdengar seperti gerincing
borgol tengah malam?
...

Dalam kutipan tersebut terdapat kata “tengah malam” yang menunjukan


kesunyian dan kesepian yang dialami oleh gadis berusia 12 tahun tersebut.

2. Citraan
Pada puisi siapa yang sembunyi karya Sapardi Djoko Damono ini menggunakan
dua citraan
a. Imaji Auditif
dalam puisi ini peneliti menemukan 2 imaji auditif, berikut kutipannya:
Siapa yang sembunyi
di sela-sela oceh burung kakatua
....
yang terdengar seperti gerincing
borgol tengah malam
pada kutipan puisi ini pembaca seolah-olah mendengar suara ocehan burung
kakatua dan suara gerincing borgol. Namun, itu hanyalah kiasan untuk
menggambarkan seorang gadis 12 tahun atau aku-lirik yang sembunyi atau
mengumpat dari ocehan atau omongan orang dan juga menggambarkan
tentang kesepian yang mengikat.
b. Imaji Visual
Dalam puisi ini juga terdapat imaji visual yang disajikan oleh penulis. Berikut
kutipannya:
Buka pintu, Langit,
Merapatlah, Cakrawala,
aku ingin pergi tamasya,
….
mencari jejak
bianglala ganda
pada kutipan puisi ini pembaca seolah dihadapkan pada langit, cakrawala, dan
bianglala. Penulis menggambarkan si aku-lirik yang ingin pergi, langit disini
mengartikan dunia yang luas dan aku-lirik ingin cakrawala yang ramai untuk
merapat atau mendekat ke hidupnya agar terbebas dari rasa sepi, aku-lirik juga
ingin melapas sepi itu dengan bertamasya.

3. Metafora
Pada puisi ini penulis menggunakan metafora yang terdapat pada kutipan puisi
berikut
di sela-sela oceh burung kakatua
dan bunga sepatu?
metafora tampak pada burung kakatua dan bunga sepatu penyair disini menyamakan
bunga sepatu dengan ibu dari aku-lirik. Dalam beberapa budaya daerah bunga sepatu
kerap digunakan oleh wanita yang apabila digunakan di telinga kiri, yang berarti
wanita tersebut sudah menikah. Sedangkan kakatua adalah burung yang kerap
berbunyi tidak jelas. Apabila kalimat diatas diartikan menjadi oceh atau omongan ibu
aku-lirik yang tidak jelas.

4. Personifikasi
Personifikasi merupakan gaya bahasa yang mempersamakan benda dengan
manusia, benda-benda mati dapat berbuat, berpikir seperti manusia.
Di sela-sela oceh burung kakatua
Merapatlah, Cakrawala.

5. Hiperbola
Hiperbola merupakan majas untuk mengungkapkan sesuatu secara
berlebihan.dalam puisi ini terdapat majas hiperbola
Gerangan siapa yang mengalir
di pipa darah
yang menderaskan warna merah
dan kilatan putih

6. Sinekdoke
a. Part pro toto
Majas sinekdoke pars pro toto adalah majas yang menyatakan maksud dengan
mengungkapkan sebagian dari objek untuk mewakili keseluruhan objek.
Di antara mimpiku

7. Perlambangan
Penyair membuat perlambangan “bunga sepatu” untuk menunjukan sosok
seorang wanita yang sedang mengoceh. Simak kutipan berikut
Siapa yang sembunyi
di sela-sela oceh burung kakatua
dan bunga sepatu
...
Kemudian penyair menggunakan perlambangan “mimpi” dan “mata pisau”. Mimpi
merupakan angan-angan, sedangkan mata pisau merupakan bagian yang tajam pada
pisau. Kata “mimpi” dan “mata pisau” saling berhubungan yang memiliki makna jika
seseorang memiliki kenginan atau angan-angan, maka harus bersiap dengan kesulitan
tantangan dan rintangan yang dihadapi. Simak kutipan berikut
...
Hai, siapa yang sembunyi
di antara mimpiku
dan mata pisau
yang berkarat di dapur?
...

8. Tipologi
Dalam puisi Siapa yang Sembunyi karya Sapardi djoko damono menggunakan
tipografi dengan bentuk rata di bagian kiri. Dan menggunakan sebagian huruf kapital
dan sebagian huruf kecil pada awal baris.

9. Rima
Di dalam puisi ini terdapat rima pada bait ke-tiga. Rima ini merupakan jenis
rima patah yang memiliki persamaan akhir (a-b-b-b)
Gerangan siapa yang mengalir
di pipa darah
yang menderaskan warna merah
dan kilatan putih

10. Ritma
Perhatikan kutipan berikut
Siapa yang sembunyi
disela-sela burung kakatua
dan bunga sepatu?
Hai, siapa yang sembunyi
di antara mimpiku
dan mata pisau
yang berkarat di dapur?
...
Penyair menciptakan efek penekanan dengan mengulang kata-kata yang juga
merupakan judul puisi sehingga menciptakan kesan keingintahuan si Aku-lirik
terhadap wujud apa yang sedang ia katakan berulang-ulang tersebut.

11. Tema
Tema utama dalam puisi Siapa yang sembunyi karya Sapardi Djoko Damono
adalah kehidupan dan kebebasan, serta kegelisahan terhadap pencarian jati diri. Tokoh
Aku-lirik yang bernama gendis merupakan seorang gadis berusia 12 tahun yang
sedang mencari jati diri dan berkeinginan menggembara untuk menemukan kehidupan
yang lebih baik. Hal itu digambarkan oleh kutipan berikut
...
aku ingin pergi tamasya
ke Timur
ke Barat
ke Tenggara
ke Barat Laut
mencari jejak
bianglala ganda.

12. Rasa
Rasa (Feeling) merupakan sikap penyair terhadap pokok permasalahan dalam
puisinya. Pada puisi Siapa yang sembunyi terdapat perasaan kesunyian dan
keheningan penyair yang diungkapkan oleh tokoh dalam puisi tersebut. Terdapat pada
kutipan
Gerangan siapa yang mengalir
di pipa darah
yang menderaskan warna merah
dan kilatan putih
yang tombul tenggelam
yang terdengar seperti gerincing
borgol tengah malam?
Keheningan diungkapkan oleh suara gerincing borgol di tengah malam yang sunyi.
Penyair memiliki perasaan dan keinginan mendapatkan kehidupan yang lebih hidup
dengan pengungkapan Gerangan siapa yang mengalir bertanya-tanya apakah ada
suatu wujud yang dapat menghilangan hening yang terjadi dalam dirinya.
13. Nada dan Suasana
Nada (tone) merupakan sikap penyair terhadap pembaca puisinya. Pada puisi
Siapa yang sembunyi suasana yang terdapat pada puisi ini yaitu suasana yang sunyi di
malam hari. Kegelisahan yang dirasakan oleh tokoh Aku-lirik sangat terasa dalam
puisi tersebut. Keinginan tokoh Aku-lirik untuk melakukan pencarian terhadap dirinya
untuk mendapat kehidupan yang lebih baik sangat terasa dalam kutipan berikut
...
Buka pintu, langit.
Merapatlah, Cakrawala,
aku ingin pergi tamasya
ke Timur
ke Barat
ke Tenggara
ke Barat Laut
mencari jejak
bianglala ganda.

14. Amanat
Amanat yang bisa kita ambil dari puisi ini adalah untuk jangan menyerah pada
mimpi dan teruslah untuk mengembara mencari pengalaman dan harus menyadari
tentang untuk mencapai apa yang kita inginkan maka harus bersiap dengan rintangan
dan halangan yang harus dihadapi. Jangan takut untuk melangkah meskipun kita
mengetahui bahwa segala hal tidak selalu mudah.

IV. SIMPULAN
Berdasarkan analisis struktur fisik dan batin yang telah diselesaikan dapat disumpulkan
terdapat struktur fisik dan struktur batin puisi Siapa yang sembunyi yang saling berhubungan
antara satu dengan yang lainnya. Struktur fisik puisi meliputi, (a) diksi, meliputi makna
denotatif dan makna konotatif, (b) citraan meliputi citraan auditif dan citraan visual, (c) majas
meliputi majas metafora, majas personifikasi, majas hiperbola, majas sinekdoke dan
perlambangan, (d) tipologi dalam puisi ini menggunakan tipologi dengan bentuk rata kiri, (e)
rima merupakan jenis rima patah yang memiliki persamaan akhir a-b-b-b, dan (f) ritma,
adanya pengulangan kata dengan maksud menciptakan efek penekanan. Struktur fisik yang
terdapat pada puisi Siapa yang sembunyi karya Sapardi Djoko Damono saling berhubungan
tiap barisnya dan saling membangun keutuhan puisi tersebut. Terdapat beberapa
perlambangan dalam puisi ini untuk menunjukan maksud lain yang ingin dimunculkan oleh
penyair. Seperti yang kita ketahui bahwa puisi dari Sapardi Djoko Damono tidak pernah
menggunakan kata dengan makna yang sebenarnya secara langsung, dalam puisi ini penyair
menggunakan perlambangan berupa unsur-unsur alam seperti langit, bunga, dan burung.
Struktur batin puisi Siapa yang sembunyi meliputi tema puisi yaitu tentang kehidupan dan
kebebasan, serta kegelisahan terhadap pencarian jati diri. Perasaan dalam puisi ini adalah
keheningan dan kegelisahan, suasana puisi ini adalah kesunyian dan amanat puisi ini
mengajak pembaca untuk jangan takut untuk menggapai mimpi serta keinginan kemudian
menyadari bahwa untuk mencapai apa yang kita impikan maka harus siap dengan rintangan
dan halangan yang akan dihadapi. Struktur batin dalam puisi Siapa yang sembunyi karya
Sapardi Djoko Damono merupakan ungkapan batin penyair lewat seorang tokoh gadis
berusia 12 tahun terhadap keresahan dan kegelisahan yang sedang ia alami dan tentang
pencarian jati diri seorang anak yang beranjak dewasa. Puisi ini mengungkapan kegelisahan
seseorang yang beranjak dewasa yang sedang melakukan pencarian jati dirinya. Hal tersebut
merupakan hal yang mungkin dialami oleh setiap orang. Dalam hal ini kemungkinan
kegelisahan itupun pernah dialami oleh penyair ketika usia penyair sedang beranjak dewasa.
V. DAFTAR PUSTAKA
Luxemburg, J.V., Bal Mike, & G. Weststeijn. 1982. Pengantar Ilmu Sastra.
Terjemahan oleh Dick Hartoko. 1986. Jakarta: Gramedia.

Pradopo, Rachmad Djoko. 2009. Pengkajian Puisi: Analisis Strata Norma dan
Analisis Struktur dan Semiotik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wirawan, Gunta. 2016. “Analisis Struktural Antologi Puisi Hujan Lolos di Sela Jari
Karya Yudhiswara” dalam jurnal pendidikan bahasa dan sastra Indonesia volume
1(hlm.39-44). Singkwang: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP.

Damono, Sapardi Djoko. 2018. Perihal Gendis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Suryani, Siti. 2020. “Duka Dalam Kitab Puisi Perihal Gendis karya Sapardi Djoko
Damono” dalam jurnal Diglosia. Majalengka: Universitas Majalengka.

Hikmat, Ade. Nur Aini P., dan Syarif H. 2017. Kajian puisi. Jakarta: Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka(UHAMKA).

Anda mungkin juga menyukai