InTRIK
Karya : ADANG ISMET
“Dikabarkan oleh surat kabar, surat kabar yang mengabarkan kabar, kabarnya hari ini kabar
kehilangan kabar. Kabar ini dikabarkan oleh surat kabar, surat kabar yang masih
mendapatkan kabar dari kabar-kabar lainnya. Kalau kabar yang terkabar melalui kabar-kabar
ini benar kabarnya, kita berharap agar kabar ini seperti yang terkabarkan itu hanyalah kabar
semata.”
AKU
Selalu seperti ini.
KAU
Hampir selalu seperti ini.
AKU
Tak ada hentinya.
KAU
Berulang, berkali-kali.
AKU
Basi!
KAU
Seperti nasi.
AKU
Nasi?! Apakah kau sudah makan?!
KAU
Sudah makankah aku?!
AKU
Oh, oh, oh, oh.
KAU
Belum, oh, belum, oh.
KAU
Hampir selalu begini.
AKU
Tak hentinya selalu begini.
KAU
Selalu seperti ini.
KAU
Seperti birahi.
KAU
Aku?! Bersetubuh?! Belum, oh, belum.
AKU
Aku juga belum.
KAU
Marilah bersetubuh!
AKU
Marilah bersetubuh!
KAU ( MARAH )
Seperti ini selalu.
AKU ( SEDIH )
Selalu seperti ini.
KAU
Coba periksa kedokter.
AKU
KAU
Nah, ayo, teruskan.
AKU
Tidak, masa depan tidak pernah terpikirkan, juga masa silam, bagiku telah lampau. Siapa
yang terobsesi akan dua hal itu?! Masa silam merupakan milik orang berpunya, bukan
milikku, tapi bagiku …..
AKU ( MENYELA )
Mati! Aku tidak pernah takut akan kematian. Karena aku lahir memang untuk mati.
Sudah lama aku tahu rahasia ini dan aku sudah siap menghadapi kematianku. Mati
merupakan bagian dari berbagai persoalan. Jadi bagiku mati tidaklah memiliki makna apa-
apa, selain sekedar tanggung jawab kita terhadap hidup. Titik.
AKU
Jika kau takut mati, kenapa kau hidup?! Karena kau hidup maka wajib mati. Pegang tanganku
( MENGELUARKAN PISANG ).
Marilah kita bersetubuh lagi. Aku yakin sekarang bisa mengatasinya.
( PISANG ITU DIKULUM DENGAN NIKMATNYA ).
KAU
Ternyata kau benar.
AKU
Aku sudah mengatakan bahwa aku yakin.
KAU
Aku tadinya meragukan perkataanmu
AKU
Mestinya kau percaya. Dulu kau pernah percaya adaku.
KAU
Dulu?! Tadi kau katakan tidak pernah peduli dengan masa silam.
AKU
Aku tidak pernah berkata begitu.
KAU
Kau berkata.
AKU
Tidak.
KAU
Aku yakin tadi kau berkata.
AKU
Aku yakin tadi aku tidak berkata.
KAU
Berkata.
AKU
Tidak berkata.
KAU
Berkata.
AKU
Tidak berkata.
KAU
AKU ( MEMOTONG )
Tidak ber ……..
KAU
Ti ……..
AKU ( MANGKIT )
Mari kita makan.
( TANPA SALING BERKATA AKU DAN KAU SIBUK MENYIAPKAN MAKANAN.
MENYALAKAN LILIN. MEMBUNYIKAN MUSIK YANG TIDAK ENAK
DIDENGARKAN.
DENGAN HUSU’ MEREKA BERDOA’, LAMA SEKALI.
DAN SETELAH BERDOA DENGAN GERAKAN CEPAT MEREKA MAKAN SEPERTI
ORANG YANG KELAPARAN ).
KAU
Jangan mengulang-ulang kalimat. Aku pun capai sekali. Begitu banyak pertanyaan yang
diam-diam menggrogoti seluruh kesadaranku. Apa yang kau dan aku harapkan?! Mau
kemana kau dan aku ini?! Apakah kau dan aku ini bisa menahan diri?! Apakah kau dan aku
ini …………
KAU
Kanapa baru sekarang kau mersa capek?! Padahal aku sudah lama sekali merasa capek. Sejak
kau dan aku menjalani hidup bersama.
AKU ( MARAH )
Apa katamu?! Apa artinya semua ini?! Apa artinya kehadiranku bagimu?! Apa artinya
kehadiranmu bagiku?! Apa semuanya itu tidak memiliki makna apa-apa bagimu?! Ada
kesepakatan antara kau dan aku, saat aku bersedia hidup bersamamu. Apakah kau sudah tidak
ingat lagi?! Lantas kenapa kau baru katakan semua ini sekarang?! Kenapa tidak kau katakan
bahwa kau capek waktu kau bertemu denganku pertama kali?!
KAU ( DIAM. LALU MENDORONG KURSI ATAU BENDA APA SAJA YANG ADA
DIRUANGAN ).
Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu. Aku ingin bicara apa adanya.
AKU
Tidak. Aku tidak mau membacanya.
( KAU MENAMPAKKAN WAJAH KECEWA )
Baik, aku akan membacanya. Ini kabar basi. Surat kabar-surat kabar selalu mengabarkan
kabar disetiap hari. Kabar yang aku dan kau baca hari ini pada pertanyaannya sudah lewat
entah berapa detik, menit, jam, hari, minggu, bulan bahkan tahun, dari sumbernya.
Surat kabar pun hanya mengutip saja, dan mengabarkan kabar yang belum tentu sesuai
dengan kenyataannya. Aku selalu bertanya mengapa orang-orang percaya dengan surat kabar,
radio, televisi, dan omongan-omongan orang. Kenapa aku dan kau sibuk membaca kata-
kata?! Padahal aku dan kau bisa menciptakan kata-kata itu sendiri. Bahkan aku dan kau
adalah kata-kata itu sendiri.
KAU
AKU
Aku merasa segar sekarang.
KAU
Aku capek sekali.
AKU
Kesegaran ini perlu dirayakan. Mari kita bernyanyi lagi, marilah bersamaku.
KAU ( MARAH )
Hentikan! Kasihanilah aku. Batas kesabaranku bisa ambrol.
( DENGAN SIKAP GARANG AKU MENYERET KAU KE ARAH SEBUAH PASU DAN
TANPA KASIHAN AKU MENENGGELAMKAN KAU KE DALAM PASU YANG BERISI
AIR ).
KAU
Tidak.
( MENDENGARKAN JAWABAN ITU AKU KEMBALI MENENGGELAMKAN
KEPALA KAU KE DALAM PASU YANG BERISIKAN AIR ).
Tidak pernah.
AKU
Aku yakin kau pernah menemukan bukuku. Atau setidaknya kau pernah menyimpannya.
KAU
Aku tidak pernah menemukannya dan tidak pernah menyimpannya.
KAU
Sudah ku katakan sejak dulu kalau kau itu sakit. Maka periksalah kesehatanmu itu ke dokter.
Selalu saja kau menolak.
Selalu saja kau berkata semua rasa sakit sudah kubuang habis sampai tandas. Selalu
demikian, tak hentinya selalu demikian.
( SAMBIL MENGUCAPKAN DIALOG TERSEBUT KAU MENYERET AKU DAN
MENENGGELAMKANYA KE DALAM PASU. AKU BERUSAHA UNTUK MELAWAN.
TERJADILAH PERKELAHIAN DIANTARA KEDUANYA. MEREKA SALING
MENJAMBAK, MENGERAM SEPERTI KUCING YANG SEDANG NAIK BIRAHI.
GADUH SEKALI. DISELA-SELA PERKELAHIAN, TERDENGAR WARTA BERITA
DARI RADIO. BERSAMA DENGAN ITU PERTENGKARAN DAN PERKELAHIAN
AKU
Maafkan aku.
KAU
Jangan ucapkan kata maaf. Kata-kata itu menyakitkan saja. Orang yang dimintai maafnya
secara terpaksa harus memaafkan orang, walau pun perasaannya sudah disakiti. Jadi aku
minta jangan minta maaf kepadaku.
AKU
Sebenarnya maksudku untuk …….
KAU
Menghibur dirimu, begitu. Agar kau bisa terlepas dari rasa bersalah?! Sehingga kau memiliki
hak untuk melakukan kesalahan yang serupa, baik ke orang yang serupa atau pun pada orang
lain, begitu maksudmu?!
AKU
Aku tidak bermaksud begitu.
Yang kumaksud adalah …. Adalah …. ( MARAH )
Apa kau mau memaafkan aku apa tidak?!
AKU
Terima kasih.
KAU
Sama-sama.
AKU
Keras kepala.
KAU
Terima kasih.
AKU
Tidak mau mengerti perasaanku.
KAU
Terima kasih.
AKU
Tidak mau memahamiku.
AKU
Tidak.
KAU
Terima kasih.
( SAMBIL MENGUCAPKAN KALIMAT ITU KAU KELUAR. AKU TIDAK
MEMPERDULIKAN KEPERGIAN KAU. AKU COBA MENYIBUKAN DIRINYA
DENGAN BERBAGAI AKTIVITAS. TANPA DIDUGA SEBELUMNYA KAU DATANG
KEMBALI SAMBIL BERLARI-LARI MENGELILINGI RUANGAN DAN BERTERIAK-
TERIAK ).
Tolong! Tolong! Tadi aku pergi tanpa mengucapkan salam padamu. Maksudku aku akan
mencari bukuku dan bukumu yang hilang. Disana gelap sekali. Disana tidak ada siapa-siapa,
disana tidak ada apa-apa.
( AKU BERNYANYI )
Diamlah. Aku minta tolong padamu. Aku akan bercerita. Diamlah, diamlah!
( AKU TERUS SIBUK MENGERJAKAN SESUATU )
Aku mencari makanan dan minuman. Dan juga bukuku dan bukumu, yang tadi aku
pertanyakan. Dan yang tidak pernah mendapat jawaban. Disana gelap sekali. Disini hangat,
teran, ada bunyi dan ada kau. Diamlah. Dengarkan aku. Aku maafkan kesalahanmu. Aku
maafkan kesalahanmu. Aku janji akan memaafkan kesalahanmu.
AKU
Jangan. Jangan maafkan aku. Konsistenlah dengan sikapmu. Aku senang jika kau bisa
konsisten. Aku ada disini, dan kau juga ada disini dengan satu tekad sikap yang tegas. Ingat
itu. Jangan sekali-kali berubah pikiran.
AKU
Lupakan saja buku itu.
KAU
Tidak. Aku ingin menghiburmu. Aku tahu kau capek. Aku ingin menghiburmu.
AKU
Aku tidak butuh hiburan apa-apa.
KAU
Aku sering mengecewakanmu. Aku ingin menghiburmu.
AKU
Bacalah surat kabar.
AKU
Apa katamu?! Kau memata-matai aku?!
(AKU MELEMPARKAN BERBAGAI BENDA )
Kenapa kau lakukan itu?! Apa alasannya?! Atas dasar apa kau melakukan hal serupa itu?!
Pasti ada pihak lain dibalik perbuatanmumu.
KAU
Selalu seperti itu. Kau kekanak-kanakan. Persetan dengan segala kecurigaanmu.
AKU
Kau telah melanggar kebebasan pribadiku. Aku tida suka. Ada batasan norma-norma yang
harus dihormati. Aku dan kau tinggal disini, ditempat yang memberikan kebebasan bagi
setiap induvidu. Ditempat ini tidak boleh ada penindasan. Aku bisa menuntutmu ke
pengadilan.
KAU
Kau tidak pernah berubah. Sejak dulu sikapmu acap seperti itu.
AKU
Oh, oh, itu hanya sebuah kesimpulan. Apa urusannya kelakuanku dengan dirimu?! Kau mau
mengintervensi diriku. Itu merupakan pelanggaran hak asasi.
KAU
Aku tidak bermaksud mencampuri urusan pribadimu. Aku ingin hubungan kau dan aku tetap
utuh. Ingat janji yang pernah kau ucapkan dulu.
AKU
Berhenti berdalih. Aku tuntu kau ke pengadilan.
KAU
Silahkan, tuntutlah aku, jika kau merasa apa yang aku lakukan ini salah.
AKU
Baik. Aku akan akhiri kebersamaan yang selamai ini kau dan aku jalani.
( SAMBIL MENGUCAPKAN KATA-KATA ITU AKU PERGI SAMBIL TETAP
NYEROCOS ).
KAU ( MENGGERUTU )
Kau kira pengadilan itu apa. Disana kau akan berhadapan dengan suatu lingkaran yang tidak
akan pernah ada ujungnya. Kau akan berputar-putar tiada hentinya. Waktu akan berputar
seperti tidak ada ujungnya pula. Kauakan menunggu sekian lama sebelum perkara yang kau
ajukan ditangani. Kau akan melewati meja demi maja, orang demi orang. Waktu hilang, duit
pun tandas.Silahkan tuntut aku, dikiranya aku takut. Tidak. Tidak.
ADEGAN 2.
Sudah berapa lama kita hidup bersama?! Lihat matahari itu. Apakah masih yang dulu?!
Waktu kita datang ke tempat ini, matahari masih diatas sana. Sudah berapa lama kita
bersama?! Ingatkah kau?! Apakah kau marasa terpereangkap?!
KAU
Tidak. Aku tidak merasa terperangkap. Aku ingat dan menyadari sepenuhnya pilihanku untuk
mengikutimu ke sini.
AKU
Aku pikir kita telah terperangkap oleh mimpi kita sendiri.
KAU
Kau menyesal atas pilihanmu sendiri?!
AKU
Kita hanya melakukan hal-hal itu saja. Rutinitas ini menjerat sukmaku.
KAU
Aku tidak menyesali semua itu. Waktu kau mengajak pergi kau katakan disini akan
ditemukan ketenangan, kasih sayang dan kepercayaan. Aku mempercayai semuanya dan aku
ikut denganmu.
AKU
Pikiran dan perasaanku buntu. Tidak tahu apa yang harus aku lakukan lagi. Aku merasa
kosong. Semuanya tidak seperti yang aku bayangkan. Aku rindu kehadiran orang lain.
KAU
Jangan bangkitkan kenanagan masa lalu. Kau tetap memiliki arti bagiku, karena ada aku di
sini.
AKU
Dimana orang-orang?! Sedang apa mereka sekarang?! Aku waktu kita pergi meninggalkan
mereka, kita tidak pernah merasa kehilangan apa-apa, kita tidak pernah merasa ada yang
kurang.
KAU
Sudalah. Jangan membuat kita bersedih. Disini kita tidak kekurangan apa-apa. Ditambah lagi
tidak ada siapa pun yang tak sepaham disini.
KAU
Stop bicara tentang kematian. Lebih baik kita bicara tentang yang lain saja. Tentang laut,
lampu, lalat, lawa-lawa, atau kalau kau tidak suka bagaimana kalau aku siapkan makanan
atau barangkali kau mau bersetubuh lagi.
AKU
Ma-ti, ak-hir da-ri hi-dup. Ji-ka, a-ku ti-dak hi-dup ti-dak pu-la bi-sa ma-ti.
Ki-ta bi-sa ma-ti ka-re-na ki-ta hi-dup.
KAU
Ta-pi a-ku ta-kut ma-ti. A-ku ta-kut ma-ti. A-ku ta-kut ma-ti.
AKU
Aku sudah tidak tahan lagi.
KAU
Kita lawan, jangan menyerah.
AKU
Aku ingat mereka, saudara-saudara kita, kawan-kawan kita, anak dan isteri kita. Masih
adakah mereka?! Ingatkah mereka pada kita?! Masih bisakah kita kembali kepada mereka?!
KAU
Jangan ingat-ingat lagi masa lampau. Itu semua sudah terkubur dengan kepergian kita ke sini.
Dulu sudah aku katakan jangan tinggalkan tempat itu, kita lawan semua tangtangan. Tapi kau
ngotot untuk tetap pergi.
AKU
KAU
Kurang bagaimana aku menyarankan dan memberikan dorongan agar kau berani melawan
arus. Hanya orang-orang seperti itulah yang mampu berdiri tegak nantinya.
KAU
Kenapa tidak.
AKU
Aku gamang.
KAU
Sudahlah. Kau nampak letih sekali. Duduklah disini. Lebih baik kau istirahat. Tenangkan
pikiranmu.
AKU
Tidak. Aku tidak ingin istirahat. Waktu berlari dengan cepatnya.
KAU
Aku tahu. Tapi lebih baik mengasolah dulu sebentar.
AKU
Aku tidak ingin mengaso. Aku butuh bantuanmu agar keberanianku bisa tumbuh.
KAU ( BERNYANYI )
AKU
Tanpa saya kehendaki tiba-tiba saya terlahirkan ke dunia ini, dan mesti menjalani kehidupan
seperti yang sedang saya jalani sekarang ini. Dan yang paling menyakitkan saya tidak mampu
menolak atas kelahiran saya ini. Saya tidak mempunyai ruangan untuk mengeluh segala
Dia mengatakan, kalau kami tidak menyingkir, kai pun akan terperosok dalam kebudayaan
yang tidak jelas asal-usulnya. Waktu itu aku berkata pada dia, kita akan melawan mereka.
Hadapi semua tangtangan. Singkirkan semua rintangan. Tapi dia menolak dan mengatakan,
kekuatan yang selama ini kami yakini telah lama meninggalkan kami. Kami telah menjadi
yatin piatu tanpa kami sadari. Ada kekuatan yang tidak saya sadari, yang diam-diam
menyelinap dalam diri saya. Aku suka dia. Aku mencintainya. Kami sadar kalau kami ini
sejenis. Tapi salahkah kalau kami saling mencintai?! Saya pun mengikuti keinginan dia untuk
meninggalkan tempat itu. Apa yang terjadi sekarang setelah banyak waktu berlarian, setelah
banyak keluhan terlontarkan, setelah banyak waktu berlarian, setelah banyak keluhan
terlontarkan, setelah sekian banyak penyesalan mengendap dalam hati. Tiba-tiba saja dia
tidak lagi meyakini pilihannya itu. Dia gamang, dia kecewa.
Hidup macam apa yang sebenarnya sedang kita tempuh?! Semua orang menggunakan
topengnya masing-masing, kita pun sebenarnya memiliki topeng yan sama. Mereka orang-
orang rakus tak lagi mengenal hak dan kewajiban. Satu sama lain saling mengintip
kelemahannya. Mereka melahap apa saja yang mereka temukan. Tanah, air, udara, api, besi,
baja, semen, kayu, hutan, bulan, matahari, dan bintang. Mereka menghisap semuanya seperti
lintah yang menyedot darah dari tubuh kita. Mereka rampas hak orang lain, mereka rejam diri
mereka sendiri dan tanpa mereka sadari merekan memakan daging mereka sendiri.
KAU
Jika aku bersikeras menolaknya waktu dia mengajakku pergi, mungkin kejadian ini tidak
akan pernah terjadi. Mungkin saat ini saya sedang menghadiri kelahiran dari anak cucu saya
yang kesekian. Ingin aku menyanyi.
Dia tidak pernah merasakan semua itu, dia hanya menghikmati kesunyiannya sendiri. Lagu
yang barusan saya nyanyikan tak bermakna baginya.
SEMUA DIALOG DAN NYANYIAN YANG DEUCAPKAN OLEH KAU DAN AKU
SALING BERTUMPUK DAN SIMPANG SIUR.TIDAK USAH TAKUT JIKA TIDAK
BISA DIDENGARKAN DENGAN JELAS MAKNA KATA-KATA ATAU KALIMAT
YANG DIUCAPKAN OLEH MEREKA. YANG HARUS DIPERHATIKAN ADALAH
NADA DAN INTONASINYA. SETELAH KEGADUHAN, MUNCULKAN SUASANA
HENINGAN YANG TOTAL. TIDAK ADA GERAKAN DARI KEDUANYA. SEMUANYA
MEMBATU. KEHENINGAN ITU DIBUYARKAN OLEH TERIAKAN.
AKU
Ibu.
KAU
Ibu.
AKU
Ibu.
KAU
Ibu.
AKU
Tuhan.
KAU
Tuhan.
AKU
Tuhan.
KAU
Tuhan.
AKU
Ku eja nama-Mu.
KAU
AKU
Ku eja nama-Mu.
KAU
Ku eja nama-Mu.
AKU
Siapakah namamu?!
KAU
Siapakah namamu?!
AKU
Siapakah namamu?!
KAU
Siapakah namamu?!
AKU
Pertanyaan itu kembali bergema.
KAU
Pertanyaan itu kembali bergaung.
AKU
Selalu seperti ini.
KAU
Berulang-ulang tanpa hentinya.
AKU
Penyesalan nampaknya berbaris mengikuti langkahku.
KAU
Bukan, tidak. Itu sekedar ketakutanmu saja.
AKU
Bukan, tidak kenyataan seperti itu. Lihat ke belakangmu, berjuta-juta kata penyesalan saling
berhimpitan mendorongmu.
KAU
Kau Cuma bermimpi.
AKU
Aku tidak pernah mememahami kemana kita akan menuju. Kompas pedoman kita telah lama
pecah sewaktu aku menaiki bukit itu.
KAU
AKU
Aku menyeret batu ke atas bukit itu, dan setelah sampai kepuncak bukit beban yang kuseret
menggelinding kebawah. Aku merasakan sejuta halilintar menyambar kepala, memerintahkan
agar aku membawa kembali beban itu ke atas bukit.
KAU
Kau bermimpi menjadi Sisipus. Kau terpengaruh bacaanmu sendiri. Isinya sekarang mulai
menggerogoti benakmu.
AKU
Sisipus?! Kau menyebut nama. Kau sebutkan sebuah nama. Jadi aku bernama Sisipus?!
Namakukah itu?!
KAU
Bukan. Itu mitos dibalik cakrawala. Kita tidak pernah menginjak tanah itu. Kita punya
cakrawala sendiri.
AKU
Aku yakin nama yang kau sebutkan tadi adalah namaku.
KAU
Bukan. Namamu adalah ……… namamu adalah ……….
AKU
Inilah mimpi buruk itu.
( MEREKA KEMUDIAN MENGERJAKAN SESUATU )
KAU
Kuambilkan selimut.
( SELIMUT YANG DIAMBIL KAU BERUPA TIKAR ATAU WADE ).
KAU
Tidurlah. Istirahatlah.
AKU
Kau memang baik sekali.
KAU
Sudahlah, tak perlu kau ulang-ulang lagi perkataanmu. Lebih baik tidurlah.
AKU
KAU
Sudahlah. Hentikan pergulatan pikiranmu itu. Semuanya tidak akan merubah keadaan.
AKU
Aku tidak ingin menghentikan semua ini. Selama ini aku terus menggulati pertanyaan purba
dan ingin kudapatkan jawabanya.
KAU
Kau tidak akan mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang kau ajukan itu.
AKU
Pertanyaanku menyimpan beribu-ribu kegelisahan jiwa manusia.
KAU
Siapa?! Tidak ada seseorang yang menyimpan pertanyaan seperti kau.
AKU
Apa yang harus aku perbuat agar kau bisa mempercayai semua perkataanku?! Pertanyaan
yang ku ajukan ini penting bagi kelangsungan hidup manusia.
KAU
Kau letih. Kau bukan siapa-siapa. Kita bukan apa-apa.
KAU
Siapa yang mengharuskan?!
AKU
Nurani. Aku ingin menjadi seniman. Akan aku ungkapkan kegetiran dan kepedihan orang-
orang tertindas. Akanku gerakan masyarakt melalui karyaku agar mereka menyadari hak dan
kewajiban sebagai manusia. Akan kuciptakan sejarah bagi peradaban.
KAU
Seniman tidak bisa menciptakan sejarah. Sejarah hanya diciptakan oleh orang-orang kuat,
orang-orang yang memiliki uang dan senjata. Peranglah yang menciptakan sejarah.
AKU
Aku tidak suka peperangan.
KAU
Kalau begitu hentikan mimpimu untuk menciptakan sejarah.
AKU
Aku tidak bermimpi. Aku bercita-cita.
KAU
Aku tidak mempermainkan kau. Kita sedang berdiskusi.
AKU
Diskusi?! Apa yang kau maksud diskusi?! Omong kosong semuanya itu.
KAU
Terserah.
AKU
Apa kita harus bertengkar lagi?!
KAU
Terserah.
AKU
Keparat. Diam-daim kau ingin menusukku dari belakang. Dasar kutu busuk. Siapa yang ada
dibelakangmu?! Jawab!
KAU
Pikiranmu penuh dengan prasangka saja. Buang penyakit itu.
AKU
Jangan coba menghindar dari tanggung jawab. Kau mau menghancurkan dan membunuhku?!
Aku tidak takut mati. Aku tidak akan pernah takut mati. Kau sendiri yang akan mati.
KAU
Hentikan kegilaanmu. Aku mencintaimu. Kau mengajaku ke sini untuk menghindari mereka
disana. Setelah kita disini kau terus membicarakan persoalan yang sudah lewat.
AKU
Jangan mengalihkan pembicaraan. Apa maksud perkataanmu yang sebenarnya. Benarkah kau
akan membunuhku?!
KAU
Pikiranmu telah menjadi racun bagi dirimu sendiri. Untuk apa aku membunuhmu?! Apa
keuntunganya bagiku?! Aku mencintaimu.
AKU
Omong kosong. Jangan mengajukan pertanyaan balik. Aku yang mengajukan pertanyaan
bagimu.
KAU
AKU
Jangan kasihani aku. Pergi kau. Kalau ingin pergi, pergilah. Aku tidak mau melihatmu lagi.
Dasar setan. Anjing. Keparat. Bangsat.
KAU PERGI. AKU NGOMEL SENDIRIAN. MEMUKULI BENDA APA SAJA YANG
DITEMUKANNYA. MELEMPARKAN BENDA-BENDA YANG ADA. BERTERIAK
HISTERIS. MEMAKI SEMUA YANG DINGGAP MENJADI PENYEBAB KESULITAN
HIDUPNYA. DIAM-DIAM KAU KEMBALI LAGI. MEMPERHATIKAN ULAH AKU.
DENGAN PANDANGAN MATA YANG TAJAM AKU MEMANDANG KAU.
KAU
Maafkan aku.
AKU
Kumaafkan segala kesalahanmu. Maafkanku juga.
( DIAM )
Rasanya kita seperti anak kecil saja. Ngambek kalau tidak dituruti kemauannya.
KAU
Tidak salahkan pendengaranku?! Kau meminta maaf padaku?! Benarkah?!
AKU
Kau tidak salah. Aku meminta maaf padamu.
KAU
Terima kasih. Mari kita duduk dan menikmati kebahagiaan ini.
AKU
Kau bahagia?! Aneh sekali. Aku tidak mengenal kata-kata itu. Sekarangpun aku tidak
merasakan apa-apa, selain kekosongan. Aku menyadari pengakuanku ini sedikit
menumbuhkan perubahan pada diriku. Tapi tetap saja aku merasakan kehampaan.
KAU
Tapi aku bahagia. Sekarang kau mau memikirkan hal itu?!
AKU
Ingatkah kau perkataan teman kita dulu?!
AKU
Dia mengatakan orang yang bunuh diri sebetulnya bukanlah pengecut, seperti yang sering
dikatakan, melainkan mereka adalah orang yang berani mati.
KAU
Aku lupa teman kita yang mana.
AKU
Hanya orang yang memiliki nyali yang berani mengambil keputusan untuk bunuh diri. Coba
bayangkan olehmu, kata teman kita, orang yang bunuh diri, mesti menyiapkan segalanya
dengan matang. Alat apa yang akan dipergunakan, tempatnya dimana, bagaimana cara
melakukannya. Dengan rinci mereka harus merencanakannya. Dan dia sadar bahwa saat dia
melakukan semua itu kematian ada didepan matanya.
KAU
Kau mau bunuh diri?!
AKU
Ya.
KAU
Hentikan ocehanmu. Kau mulai lagi.
AKU
Aku ingin menjadi orang yang berani. Seseorang yang nyalinya kecil mana mungkin berani
melakukan itu.
KAU
Cukup. Hentikan omong kosongmu itu.
KAU
Semua yang kau katakan hanya khayalan semata. Keberanian yang dinyatakan oleh temanmu
itu omong kosong semata. Siapa sih, temanmu itu?! Bunuh diri bukanlah jalan keluar yang
terbaik. Bunuh diri hanya dilakukan oleh orang-orang pengecut.
AKU
Tidak. Temanku bilang bunuh diri adalah perbuatan berani. Karena tidak semua orang berani
melakukannya. Dan aku ingin melakukannya.
KAU
Kau mulai tidak waras.
AKU
KAU
Jangan lakukan itu. Hentikan khayalanmu.
KAU
Jangan. Hentikan semuanya.
( KAU BERHASIL MENGAMBIL BOTOL ITU DARI TANGAN AKU DAN
MEMBUANGNYA DENGAN MARAH. AKU MENGEJAR KAU. MEREKA
BERKELAHI. DAN TANPA DISADARI DITANGAN MEREKA MASING-MASING
MENGGENGAM SENJATA. AKU BERHASIL MENANGKAP KAU DAN
MENIKAMNYA DITUBUH KAU. KAU PUN MELAWAN, MEMUKULKAN BESI KE
KEPALA AKU. KEDUANYA TERKAPAR ).
AKU
Selalu seperti ini.
KAU
Berulang tak henti-hentinya.
AKU
Selalu seperti ini.
KAU
Tak henti-hentinya.