Disusun Oleh:
Anggih Futri
082001900006
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang atas rahmat-
Nya dan segala karunianya maka saya sebagai penulis dapat menyelesaikan
penyusunan proposal Praktik Kerja Profesi (PKP) ini. Penyusunan laporan ini
merupakan syarat untuk mengikuti kegiatan Praktik Kerja Profesi(PKP) yang akan
dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus dengan judul “Evaluasi Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Pada PT. Langkat Nusantara Kepong”.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Riana
Ayu Kusumadewi ST, MT selaku koordinator pelaksanaan Praktik Kerja Profesi
(PKP) Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Trisakti dan PT. Langkat Nusantara
Kepong selaku perusahaan pelaksanaan Praktik Kerja Profesi (PKP).
Dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kesalahan-kesalahan dalam
penulisannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Demikian Proposal Praktik Kerja Profesi (PKP) yang telah saya buat.
Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak.
Anggih Futri
(082001900006)
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Industri yang menimbulkan limbah (B3) wajib melakukan pengolahan terhadap
limbah B3 tersebut. Seringkali banyak industri yang tidak melakukan pengolahan
limbah B3 dan membuang langsung ke lingkungan karena biaya yang tinggi
tersebut. Hal inilah yang harus dicegah agar tidak terjadi. Pengolahan limbah B3
oleh industri dapat dilakukan sendiri oleh penghasil limbah B3 atau dapat
menyerahkan pengolahan dan/atau penimbunan limbah B3 yang dihasilkannya itu
kepada pengolah dan/atau penimbun limbah B3. Saat ini di Indonesia banyak
perusahaan jasa pengolah dan/atau penimbun limbah B3.
PT.Langkat Nusantara Kepong merupakan salah satu industri yang
menimbulkan limbah B3. B3 yang ditimbulkan berasal dari proses produksi granit
yang dihasilkan maupun dari proses perawatan alat-alat produksinya. Oleh karena
itu, penulis akan melakukan evaluasi mengenai sistem pengelolaan limbah B3 di
PT.Langkat Nusantara Kepong apakah B3 yang ditimbulkan oleh PT.Langkat
Nusantara Kepong ini mencemari lingkungan atau tidak.
2
4. Mengetahui cara penanganan/pengelolaan limbah B3 yang telah
dilakukan oleh PT.Langkat Nusantara Kepong.
1.3 Manfaat
1. Manfaat bagi mahasiswa
1) Mendapatkan gambaran nyata mengenai aplikasi ilmu pengelolaan B3di
suatu industri.
2) Dapat menerapkan ilmu pengelolaan B3 yang diperoleh di perkuliahan
dalam praktik pada kondisi yang sebenarnya.
3) Menambah pengetahuan mengenai ilmu pengelolaan limbah B3 yang
tidak didapatkan di perkuliahan.
4) Mendapatkan pengalaman bekerja sesuai dengan topik yang akan
diteliti di suatu industri.
2. Manfaat bagi institusi lahan kerja praktik
1) Perusahaan dapat melibatkan mahasiswa kerja praktik dalampelaksanaan
pengelolaan B3.
2) Perusahaan dapat melakukan koreksi terhadap lingkungan kerja yang
telah dimiliki berdasarkan gambaran dan data yang diolah oleh
mahasiswa.
3) Hasil dari kerja praktik yang dilakukan mahasiswa dapat dijadikan
referensi masukan yang bermanfaat tentang kajian dalam pengelolaan B3
pada perusahaan.
3. Manfaat bagi Jurusan
1) Menjadi sarana untuk menjalin kerjasama antar Institusi Pendidikan dan
Perusahaan.
2) Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan melibatkan
tenaga terampil dari lapangan kegiatan Praktik Kerja Profesi (PKP).
3
BAB II
LINGKUP KEGIATAN
4 Minimalisasi limbah B3 0 – 20
b) Pengumpulan, pewadahan
c) Pengangkutan/ transportasi
7 Pilihan : 45 – 55
7.b Insinerasi B3: jenis dan tipe; reaksi kimiawi dan prinsip
pembakaran; thermodinamika dalam insinerasi; efisiensi
4
insinerator; parameter operasional; pengendalian
pencemaran insinerator; penyingkiran akhir sisa
pembakaran/debu
8 Ada pengelolaan lanjutan: daur ulang, recycle, reused 0–2
6
- Sebelah Timur : berbatasan dengan dusun Tanjung Marahe dan dusun
Jengki Kemawar Kecamatan Selesai
- Sebelah Barat : Sebelah Barat berbatasan dengan dusun Betengar dan
Paya Jambu Kecamatan Selesai
7
BAB III
JADWAL PELAKSANAAN PKP
Praktik Kerja Profesi (PKP) pada bidang pengelolaan limbah B3 industri ini
akan dilaksanakan selama kurang lebih 152 jam kerja dan dilaksanakan pada waktu
liburan semester genap (semester VI). Rencana kegiatan pada tahap pelaksanaan
akan dilampirkan setelah mendapatkan konfirmasi dari PT.Wira Penta Kencana
Kabupaten Karimun Kepulauan Riau Jadwal rencana pelaksanaan PKP dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. 1 Jadwal Rencana Kegiatan Pelaksanaan PKP
8
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Pengertian Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat,
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
jumlahnya,baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan,serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3 (PP RI No.
101 Tahun 2014).
Pengertian Bahan Berbahaya dan Beracun adalah zat, energi dan atau
komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak /
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan serta kelangsungan hidup dan
mahlukhidup lainnya.
9
Pelarut yang tidak terhalogenisasi:
- Dimetilbenzen
- Aseton
- Metanol
Asam/basa
Limbah yang tidak spesifik lainnya:
- PCB’s
- Limbah minyak diesel
- Pelumas bekas
b. Bahan kimia kadarluarsa, tumpahan, sisa kemasan atau buangan produkyang
tidak memenuhi spesifik. Contohnya adalah:
Asetal Dehida (D3001)
Asetamida (D3002)
Asam Asetat, garam-garamnya dan ester-esternya (D3003)
Aseton (D3004)
Asetonitril (D3005)
c. Limbah B3 dari sumber spesifik
Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa proses suatu industri atau
kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan. Contohnya adalah sebagai berikut:
Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada
pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang
stabil dan mudah menguap.
Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan
flokulasi.
Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari prosespengolahan
dengan lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa
lumpur dari hasil proses tersebut.
Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologidengan
digested aerobic maupun anaerobic dimana padatan/lumpuryang dihasilkan
cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.
10
4.3 Karakteristik Limbah B3
Menurut Trihadiningrum (2000), menyatakan bahwa limbah yangdikategorikan
sebagai limbah B3 adalah limbah yang telah melalui uji karakteristik atau uji
toksikologi kemudian memiliki salah satu atau lebih sifatsebagai berikut:
1. Mudah meledak
Arti dari mudah meledak yaitu materi yang dapat meledak karena adanya
panas atau mekanisme lain, misalnya dinamit.
2. Mudah terbakar
Berikut ini adalah ciri-ciri limbah B3 yang tergolong mudah terbakar:
- Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24%
volume.
- Pada titik nyala tidak lebih dari 60 oC (140oF) akan menyala apabila
terjadi kontak dengan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760
mmHg.
- Limbah yang bukan berupa cairan pada temperatur dan tekanan standar
(25oC,760 mmHg) mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan,
penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan.
- Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar.
- Merupakan limbah pengoksidasi.
3. Reaktif
Berikut ini adalah ciri-ciri limbah B3 yang tergolong sifat reaktif:
- Limbah yang tidak stabil.
- Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air.
- Limbah yang apabila bercampur dengan air akan menimbulkan ledakan,
uap, gas, dan asap beracun.
- Sianida, Sulfida atau Amoniak yang pada kondisi pH antara 2 dan 12,5
akan menyebabkan ledakan, uap, gas, dan asap beracun.
- Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan
standar (25oC, 760 mmHg).
- Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima
oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu
tinggi.
11
4. Beracun
12
4.4 Sifat dan Simbol B3
Menurut Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Pasal 8 Ayat 1,
sifat-sifat limbah B3 adalah sebagai berikut:
1. Mudah meledak
Pada suhu dan tekanan standar (25 oC, 760 mmHg) dapat meledak atau
melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu
dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan di
sekitarnya. Berikut adalah simbol dari bahan yang mudah meledak:
2. Mudah terbakar
Limbah dikatakan mudah meledak apabila limbah mempunyai salah satu
sifat sebagai berikut:
Berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan
atau pada titik nyala tidak lebih dari 60oC akan menyala apabila terjadi
kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan
udara 760 mmHg.
Bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standardapat
mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air,
atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat
menyebabkan kebakaran yang terus menerus.
Limbah yang bertekanan yang mudah terbakar.
Merupakan limbah pengoksidasi.
13
Gambar 4.2 Simbol Cairan Mudah Terbakar
3. Reaktif
Yang dimaksud dengan reaktif adalah:
Pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkab perubahan
tanpa peledakan.
Dapat bereaksi hebat dengan air, apabila bercampur air berpotensi
menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun
dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan
lingkungan.
Limbah Sianida, Sulfida, atau Amoniak yang pada kondisi pH antara
2 dan 12,5 dapat menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam
jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
Bahan yang mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan
standar (25oC, 760 mmHg).
Menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen atau
limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
14
Gambar 4.4 Simbol Reaktif
4. Beracun
Limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi manusia
atau lingkungan dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius
apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit, atau mulut
bersifat basa.
16
4.5 Pengelolaan Limbah B3
Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan
penimbunan B3 (Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999).
4.5.1 Reduksi
Menurut Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999, reduksi limbah B3 adalah
suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan mengurangi sifat
bahaya dan racun limbah B3, sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan.
4.5.2 Penyimpanan
Penyimpanan limbah B3 menurut Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999
adalah kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil dan atau
pengump ul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3
dengan maksud menyimpan sementara. Tata cara penyimpanan limbah B3
menurut Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 adalah sebagai berikut:
Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri
atas 2 (dua) x 2 (dua) sehingga dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh
terhadap setiap kemasan sehingga jika terdapat kerusakan kecelakaan dapat
segera ditangani.
18
4.5.4 Pengangkutan
Menurut Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999, pengangkutan limbah
B3 adalah suatu kegiatan pemindahan limbah B3 dari penghasil dan/atau dari
pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/atau dari pengolah ke pengumpul dan/atau
ke pemanfaat dan/atau ke pengolah dan/atau ke penimbun limbah B3. Prosedur
pengangkutan limbah B3 dijelaskan dalam pasal 15, 16, dan 17 sebagai berikut:
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
Pengangkut limbah B3 wajib menyerahkan limbah B3 dan dokumen limbah B3
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) kepada pengumpul dan/atau pemanfaat
dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3 yang ditunjuk oleh penghasil limbah
B3.
SK Dirjen Perhubungan Darat (2004) menyebutkan bahwa kendaraan
pengangkut bahan berbahaya adalah kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta
tempelan yang secara khusus dirancang dan dilengkapi peralatan untuk
pengangkutan bahan berbahaya. Tangki pada kendaraan pengangkut merupakan
bejana tekan dengan kapasitas air lebih dari 250 liter yang digunakan untuk
pengangkutan atau penyimpanan sementara bahan berbahaya, terdiri dari tangki tetap
dan tangki portabel.
4.5.5 Pemanfaatan
Menurut Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999, pemanfaatan limbah B3
adalah suatu kegiatan perolehan kembali (recovery) dan/atau penggunaan kembali
(reuse) dan/atau daur ulang (recycle) yang bertujuan untuk mengubah limbah B3
menjadi suatu produk yang dapat digunakan dan juga harus aman bagi lingkungan
dan kesehatan manusia.
20
4.5.6 Pengolahan
Menurut Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999, pengolahan limbah B3
adalah proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3 untuk
menghilangkan dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau beracun sifat racun.
Trihadiningrum (2000) menyebutkan bahwa proses pengolahan limbah B3 dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Netralisasi
Proses ini diperuntukkan limbah B3 yang bersifat ekstrim asam atau basa.
Proses netralisasi dilakukan dengan penambahan bubur kapur atau bubur
dolomit, soda kaustik (soda-ash).
b. Presipitasi/pengendapan
Proses ini diperuntukkan untuk limbah B3 yang memiliki kandungan logam
berat yang tinggi.
c. Solidifikasi
Proses ini dilakukan dengan penambahan bahan aditif tertentu yang
bertujuan untuk mengurangi sifat racun dan berbahaya limbah B3 itu
sendiri.
d. Adsorpsi
Proses ini umumnya digunakan dalam penanganan limbah B3 yang bersifat
cair seperti tumpahan oli bekas.
e. Pertukaran ion
f. Proses biologis
g. Insenerasi B3
Metode lain yang digunakan untuk mengolah limbah B3 adalah sebagai
berikut:
21
1. Chemical conditioning
Tujuan utama dari chemical conditioning adalah:
- Menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalamlumpur.
- Mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur.
- Mendestruksi organisme patogen.
- Memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih
memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses
digestion.
- Mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan
aman dan dapat diterima lingkungan.
2. Solidification/Stabilization
Stabilisasi didefinisikan sebagai proses pencampuran limbah dengan bahan
tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari
limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan
solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya
dengan penambahan aditif. Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya
menggunakan semen, kapur (Ca(OH)2), dan bahan termoplastik. Metode yang
diterapkan di lapangan ialah metode in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant
mixing.
3. Incineration
Pembakaran atau insinerasi ini bertujuan untuk mengurangi volume dan
massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Proses insinerasi
menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki
beberapa kelebihan dimana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat
dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi
memerlukan lahan yang relatif kecil (Soenarno, 2011).
22
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanto. 2016. Kajian Teknis Produktivitas Unit Crusher Batu Granit Di PT.
Wira Penta Kencana, Kabupaten Karimun Kepulauan Riau.
Yulianti, Endah. 2011. Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun (B3) di PT.
Bayer Indonesia. Jurusan Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK – UNS:
Surakarta.
23