Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL

PRAKTIK KERJA PROFESI

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN


BERACUN (B3) DI PABRIK KELAPA SAWIT TANJUNG
KELILING PT. LANGKAT NUSANTARA KEPONG

Disusun Oleh:
Anggih Futri
082001900006

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS ARSITEKTUR LANSKAP DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang atas rahmat-
Nya dan segala karunianya maka saya sebagai penulis dapat menyelesaikan
penyusunan proposal Praktik Kerja Profesi (PKP) ini. Penyusunan laporan ini
merupakan syarat untuk mengikuti kegiatan Praktik Kerja Profesi(PKP) yang akan
dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus dengan judul “Evaluasi Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Pada PT. Langkat Nusantara Kepong”.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Riana
Ayu Kusumadewi ST, MT selaku koordinator pelaksanaan Praktik Kerja Profesi
(PKP) Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Trisakti dan PT. Langkat Nusantara
Kepong selaku perusahaan pelaksanaan Praktik Kerja Profesi (PKP).
Dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kesalahan-kesalahan dalam
penulisannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Demikian Proposal Praktik Kerja Profesi (PKP) yang telah saya buat.
Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak.

Jakarta, 21 Juni 2021

Anggih Futri

(082001900006)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ............................................................................ 2
BAB II LINGKUP KEGIATAN ........................................................................ 4
2.1 Uraian Rencana Kegiatan Minimal dalam Pelaksanaan Kerja
Lapangan ........................................................................................................ 4
2.2 Kedudukan Mahasiswa PKP............................................................... 5
BAB III JADWAL PELAKSANAAN PKP ...................................................... 6
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 7
4.1 Pengertian Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun .......................... 8
4.2 Identifikasi Limbah B3 ........................................................................ 8
4.3 Karakteristik Limbah B3 .................................................................. 10
4.4 Sifat dan Simbol B3 ........................................................................... 12
4.5 Pengelolaan Limbah B3 ..................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 24

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Uraian Rencana Kegiatan PKP ........................................................ 4


Tabel 3. 1 Jadwal Rencana Kegiatan Pelaksanaan PKP .................................. 6

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4. 1 Gambaran Lokasi PKP ................................................................ 8


Gambar 5. 1 Simbol Mudah Meledak ............................................................. 13
Gambar 5. 2 Simbol Cairan Mudah Terbakar ............................................... 14
Gambar 5. 3 Simbol Padatan Mudah Terbakar ............................................. 14
Gambar 5. 4 Simbol Reaktif ............................................................................ 15
Gambar 5. 5 Simbol Beracun .......................................................................... 16
Gambar 5. 6 Simbol Infeksius ......................................................................... 16
Gambar 5. 7 Simbol Korosi ............................................................................. 16
Gambar 5. 8 Simbol Campuran ...................................................................... 17

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam era globalisasi yang semakin berkembang ini membuat kebutuhan
masyarakat semakin banyak dan beragam. Kebutuhan manusia yang semakin
banyak dan beragam ini memicu pertumbuhan kegiatan industri untuk
memproduksi suatu barang yang dibutuhkan masyarakat, sayangnya tidak banyak
masyarakat yang memperhatikan aspek lain dalam kegiatan industri tersebut,
seperti aspek lingkungan hidup. Lingkungan hidup menjadi suatu permasalahan
yang sulit untuk ditangani di Indonesia. Selama beberapa tahun terakhir ini,
pembangunan kegiatan industri di Indonesia semakin mengingkat. Peningkatan
kegiatan industri ini selain menambah hasil produksi tetepi juga dapat menimbulkan
dampak terhadap lingkungan yaitu terjadi pencemaran air, tanah, dan udara dari
limbah bahan, berabahaya, dan beracun (B3) yang dihasilkan.
Gejala umum pencemaran lingkungan akibat limbah B3 dari industri adalah
berubahnya kualitas maupun peruntukan suatu lingkungan menjadi lebih buruk.
Limbah cair B3 yang masuk ke perairan akan mengotori air yang digunakan
masyarakat untuk berbagai keperluan serta mengganggu kehidupan biota air, pada
limbah B3 padat akan mencemari tanah dan sumber air tanah, dan pada Limbah gas
yang dibuang ke udara pada umumnya mengandung senyawa kimia berupa SO x,
NOx, CO, dan gas-gas lain yang dapat mengganggu sistem pernapasan. Semua
limbah B3 ini berdampak pada kesehatan masyarakat yang berada disekitar
kawasan suatu industri, oleh sebab itu diperlukan pengelolaan B3 agarB3 yang
timbul dari suatu industri tidak mencemari lingkungan sehingga kesehatan
masyarakat tetap baik.
Prinsip pengelolaan limbah B3 belakangan ini semakin membaik yang
sebelumnya memiliki prisip pengolahan limbah B3 berada diujung pipa (end of
pipe) menjadi pengelolaan B3 dari dihasilkan sampai penimbunan (from cradle to
grave). Dalam pengelolaan limbah B3 tersebut dapat dilakukan dengan cara
mereduksi limbah B3, mengolah limbah B3 dan/atau menimbun limbah B3.

1
Industri yang menimbulkan limbah (B3) wajib melakukan pengolahan terhadap
limbah B3 tersebut. Seringkali banyak industri yang tidak melakukan pengolahan
limbah B3 dan membuang langsung ke lingkungan karena biaya yang tinggi
tersebut. Hal inilah yang harus dicegah agar tidak terjadi. Pengolahan limbah B3
oleh industri dapat dilakukan sendiri oleh penghasil limbah B3 atau dapat
menyerahkan pengolahan dan/atau penimbunan limbah B3 yang dihasilkannya itu
kepada pengolah dan/atau penimbun limbah B3. Saat ini di Indonesia banyak
perusahaan jasa pengolah dan/atau penimbun limbah B3.
PT.Langkat Nusantara Kepong merupakan salah satu industri yang
menimbulkan limbah B3. B3 yang ditimbulkan berasal dari proses produksi granit
yang dihasilkan maupun dari proses perawatan alat-alat produksinya. Oleh karena
itu, penulis akan melakukan evaluasi mengenai sistem pengelolaan limbah B3 di
PT.Langkat Nusantara Kepong apakah B3 yang ditimbulkan oleh PT.Langkat
Nusantara Kepong ini mencemari lingkungan atau tidak.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dari pelaksanaan Praktik Kerja Profesi (PKP) ini adalah untuk
mengevaluasi pengelolaan limbah B3 di PT.Langkat Nusantara Kepong
sehingga dapat memberikan saran terhadap sistem pengelolaan limbah B3
PT.Langkat Nusantara Kepong.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari Praktik Kerja Profesi ini (PKP) adalah:
1. Mengetahui sumber penghasil limbah B3 di PT.Langkat Nusantara
Kepong.
2. Mengetahui jenis-jenis limbah B3 yang dihasilkan oleh
PT.Langkat Nusantara Kepong.
3. Mengetahui karakteristik limbah B3 yang dihasilkan oleh
PT.Langkat Nusantara Kepong.

2
4. Mengetahui cara penanganan/pengelolaan limbah B3 yang telah
dilakukan oleh PT.Langkat Nusantara Kepong.

1.3 Manfaat
1. Manfaat bagi mahasiswa
1) Mendapatkan gambaran nyata mengenai aplikasi ilmu pengelolaan B3di
suatu industri.
2) Dapat menerapkan ilmu pengelolaan B3 yang diperoleh di perkuliahan
dalam praktik pada kondisi yang sebenarnya.
3) Menambah pengetahuan mengenai ilmu pengelolaan limbah B3 yang
tidak didapatkan di perkuliahan.
4) Mendapatkan pengalaman bekerja sesuai dengan topik yang akan
diteliti di suatu industri.
2. Manfaat bagi institusi lahan kerja praktik
1) Perusahaan dapat melibatkan mahasiswa kerja praktik dalampelaksanaan
pengelolaan B3.
2) Perusahaan dapat melakukan koreksi terhadap lingkungan kerja yang
telah dimiliki berdasarkan gambaran dan data yang diolah oleh
mahasiswa.
3) Hasil dari kerja praktik yang dilakukan mahasiswa dapat dijadikan
referensi masukan yang bermanfaat tentang kajian dalam pengelolaan B3
pada perusahaan.
3. Manfaat bagi Jurusan
1) Menjadi sarana untuk menjalin kerjasama antar Institusi Pendidikan dan
Perusahaan.
2) Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan melibatkan
tenaga terampil dari lapangan kegiatan Praktik Kerja Profesi (PKP).

3
BAB II
LINGKUP KEGIATAN

2.1 Uraian Rencana Kegiatan Minimal dalam Pelaksanaan Kerja Lapangan


Rencana kegiatan PKP yang akan dilaksanakan di suatu perusahaan industri
adalah sebagai berikut:
Tabel 2. 1 Uraian Rencana Kegiatan PKP

No. Kegiatan Praktik Minimal Jam

1 Gambaran umum pengelolaan B3 pada industri

a) Gambaran umum industri penghasil B3 (manajemen


4
perusahaan, struktur organisasi, deskripsi tugas unit
terkait)
b) Gambaran umum pengelolaan B3 5

2 Sumber dan jenis B3: proses produksi awal sampai akhir 13

3 Peraturan perundang – undangan 10

4 Minimalisasi limbah B3 0 – 20

5 Pergudangan (persyaratan penyimpanan 10

6 Prinsip pengelolaan limbah B3: Konsep Cradle to Grave (dari


55
sumber sampai dengan pembuangan akhir):

a) Penanganan limbah B3 dari sumber, penyimpanan

b) Pengumpulan, pewadahan

c) Pengangkutan/ transportasi

7 Pilihan : 45 – 55

7.a Pengelolaan limbah B3 secara fisik, kimia, biologi

7.b Insinerasi B3: jenis dan tipe; reaksi kimiawi dan prinsip
pembakaran; thermodinamika dalam insinerasi; efisiensi

4
insinerator; parameter operasional; pengendalian
pencemaran insinerator; penyingkiran akhir sisa
pembakaran/debu
8 Ada pengelolaan lanjutan: daur ulang, recycle, reused 0–2

2.2 Gambaran Umum Lokasi PKP


2.2.1 Profil Perusahaan

Gambar 2. 1 Logo PT. Langkat Nusantara Kepong

Pada tahun 1953 berdiri sebuah peiusahaan PTP.Nusantara Il di Bukit Lawang


Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat. Namun lambat laun perusahaan ini
rnengalami kondisi perekonomian yang tidak stabil,karyawan banyak yang tidak
menerima gaji hingga pada akhirny'a pada tahun 2009 perusahaan melakukan
kerjasama dengan perusahaan kuala lumpur kepong (KLK) yang merupakan
perusahaan milik Negara tetangga yaitu Malaysia.

Kerja sama dilakukan agar dapat mengatasi permasalahan yang teryadi


diperusahaan. Kerjasama dilakukan pada tahun 2009 sehingga melahirkan sebuah
perusahaan baru yaitu PT.Langkat Nusantara Kepong (l-NK) kebun bukit lawang
yang merupakan anak dariperusahaan PTPN II.Nama PT LNK diarnbil dari Langkat
Kepong,dimana Langkat merupakan naina kabtrpaten tempat perusahaan berdiri dari
Nusantara diarnbil karena merupakan nama dari perusahaan Malaysia tersebut.

Secara administrated, lokasi PT. Langkat Nusantara Kepong terletak di


Kecamatan Kutambaru, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara . Batas-batas area di PT.
Langkat Nusantara Kepong meliputi :

- Sebelah Utara : berbatasan dengan dusun Arah Tunggal dan Sukorejo


Kecamatan Selesai
5
- Sebelah Selatan : berbatasan dengan Idaman Hati Kecamatan Selesai
dan dusun Basuki Kecamatan Kuala

6
- Sebelah Timur : berbatasan dengan dusun Tanjung Marahe dan dusun
Jengki Kemawar Kecamatan Selesai
- Sebelah Barat : Sebelah Barat berbatasan dengan dusun Betengar dan
Paya Jambu Kecamatan Selesai

Gambar 2. 2 Lokasi PKP di PT. Langkat Nusantara Kepong

PT. Langkat Nusantara Kepong merupakan perusahaan yang bergerak di bidang


pengelolaan perkebunan Kelapa Sawit dan Karet. PT. Langkat Nusantara Kepong
dalam proses pemilihan Bibit tanam Kelapa Sawit yang berkualitas baik masih
menggunakan cara manual dengan melihat beberapa sampel dilapangan saja sehingga
masih membutukan waktu yang cukup lama untuk mengetahui kulalitas Bibit yang
baik.

7
BAB III
JADWAL PELAKSANAAN PKP

Praktik Kerja Profesi (PKP) pada bidang pengelolaan limbah B3 industri ini
akan dilaksanakan selama kurang lebih 152 jam kerja dan dilaksanakan pada waktu
liburan semester genap (semester VI). Rencana kegiatan pada tahap pelaksanaan
akan dilampirkan setelah mendapatkan konfirmasi dari PT.Wira Penta Kencana
Kabupaten Karimun Kepulauan Riau Jadwal rencana pelaksanaan PKP dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. 1 Jadwal Rencana Kegiatan Pelaksanaan PKP

Bulan (Minggu ke-


No. Tahap
Mei Juni Juli Ags Sep
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pembuatan
1
Proposal
Pengumuman
2
Pembimbing KP
3 Pelaksanaan PKP
Evaluasi dan
4
Pelaporan PKP

8
BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Pengertian Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat,
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
jumlahnya,baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan,serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3 (PP RI No.
101 Tahun 2014).
Pengertian Bahan Berbahaya dan Beracun adalah zat, energi dan atau
komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak /
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan serta kelangsungan hidup dan
mahlukhidup lainnya.

4.2 Identifikasi Limbah B3


Menurut Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 limbah B3 dapat
diidentifikasi menurut sumber dan uji karakteristik atau uji toksikologi, berikut ini
merupakan karakteristik limbah B3 berdasarkan sumbernya menurut PP no 18 tahun
1999:
a. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah limbah yang berasal bukan dari
proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian,
pencegahan korosi, pelarut kerak, pengemasan, dan lain-lain. Contohnya
adalah sebagai berikut:
 Pelarut terhalogenisasi:
- Tetrakloroetilen
- Klorobenzen
- Karbon tetraklorida

9
 Pelarut yang tidak terhalogenisasi:
- Dimetilbenzen
- Aseton
- Metanol
 Asam/basa
 Limbah yang tidak spesifik lainnya:
- PCB’s
- Limbah minyak diesel
- Pelumas bekas
b. Bahan kimia kadarluarsa, tumpahan, sisa kemasan atau buangan produkyang
tidak memenuhi spesifik. Contohnya adalah:
 Asetal Dehida (D3001)
 Asetamida (D3002)
 Asam Asetat, garam-garamnya dan ester-esternya (D3003)
 Aseton (D3004)
 Asetonitril (D3005)
c. Limbah B3 dari sumber spesifik
Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa proses suatu industri atau
kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan. Contohnya adalah sebagai berikut:
 Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada
pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang
stabil dan mudah menguap.
 Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan
flokulasi.
 Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari prosespengolahan
dengan lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa
lumpur dari hasil proses tersebut.
 Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologidengan
digested aerobic maupun anaerobic dimana padatan/lumpuryang dihasilkan
cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.

10
4.3 Karakteristik Limbah B3
Menurut Trihadiningrum (2000), menyatakan bahwa limbah yangdikategorikan
sebagai limbah B3 adalah limbah yang telah melalui uji karakteristik atau uji
toksikologi kemudian memiliki salah satu atau lebih sifatsebagai berikut:
1. Mudah meledak
Arti dari mudah meledak yaitu materi yang dapat meledak karena adanya
panas atau mekanisme lain, misalnya dinamit.
2. Mudah terbakar
Berikut ini adalah ciri-ciri limbah B3 yang tergolong mudah terbakar:
- Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24%
volume.
- Pada titik nyala tidak lebih dari 60 oC (140oF) akan menyala apabila
terjadi kontak dengan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760
mmHg.
- Limbah yang bukan berupa cairan pada temperatur dan tekanan standar
(25oC,760 mmHg) mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan,
penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan.
- Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar.
- Merupakan limbah pengoksidasi.
3. Reaktif
Berikut ini adalah ciri-ciri limbah B3 yang tergolong sifat reaktif:
- Limbah yang tidak stabil.
- Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air.
- Limbah yang apabila bercampur dengan air akan menimbulkan ledakan,
uap, gas, dan asap beracun.
- Sianida, Sulfida atau Amoniak yang pada kondisi pH antara 2 dan 12,5
akan menyebabkan ledakan, uap, gas, dan asap beracun.
- Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan
standar (25oC, 760 mmHg).
- Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima
oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu
tinggi.

11
4. Beracun

Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat


racun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau
sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit
atau mulut.
5. Infeksius
Limbah yang menyebabkan infeksi yaitu bagian tubuh manusia yang
diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari
laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakityang dapat
menular. Limbah ini berbahaya karena mengandung kuman penyakit yang
ditularkan pada masyarakat.
6. Korosif
Berikut ini adalah ciri-ciri limbah B3 yang tergolong sifat korosif:
- Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.
- Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020)
dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur
pengujian 55oC.
- Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan
sama atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.

12
4.4 Sifat dan Simbol B3
Menurut Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Pasal 8 Ayat 1,
sifat-sifat limbah B3 adalah sebagai berikut:
1. Mudah meledak
Pada suhu dan tekanan standar (25 oC, 760 mmHg) dapat meledak atau
melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu
dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan di
sekitarnya. Berikut adalah simbol dari bahan yang mudah meledak:

Gambar 4. 1 Simbol Mudah Meledak


Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 14 Tahun 2013

2. Mudah terbakar
Limbah dikatakan mudah meledak apabila limbah mempunyai salah satu
sifat sebagai berikut:
 Berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan
atau pada titik nyala tidak lebih dari 60oC akan menyala apabila terjadi
kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan
udara 760 mmHg.
 Bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standardapat
mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air,
atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat
menyebabkan kebakaran yang terus menerus.
 Limbah yang bertekanan yang mudah terbakar.
 Merupakan limbah pengoksidasi.

13
Gambar 4.2 Simbol Cairan Mudah Terbakar

Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 14 Tahun 2013

Gambar 4.3 Simbol Padatan Mudah Terbakar

Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 14 Tahun 2013

3. Reaktif
Yang dimaksud dengan reaktif adalah:
 Pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkab perubahan
tanpa peledakan.
 Dapat bereaksi hebat dengan air, apabila bercampur air berpotensi
menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun
dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan
lingkungan.
 Limbah Sianida, Sulfida, atau Amoniak yang pada kondisi pH antara
2 dan 12,5 dapat menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam
jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
 Bahan yang mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan
standar (25oC, 760 mmHg).
 Menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen atau
limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.

14
Gambar 4.4 Simbol Reaktif

Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 14 Tahun 2013

4. Beracun
Limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi manusia
atau lingkungan dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius
apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit, atau mulut

Gambar 4.5 Simbol Beracun

Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 14 Tahun 2013


5. Infeksius
Limbah bersifat infeksius adalah limbah laboratorium medis, atau limbah
lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular.

Gambar 4.6 Simbol Infeksius

Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 14 Tahun 2013


15
6. Korosif
Limbah dikatakan korosif jika limbah memiliki salah satu sifat berupa:
 Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.
 Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja.
 Mempunyai pH sama atau kurang dari sama dengan 2 untuk
limbahbersifat asam dan atau lebih besar dari 12,5 untuk yang

bersifat basa.

Gambar 4.7 Simbol Korosi

Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 14 Tahun 2013

Gambar 5. 8 Simbol Campuran

Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 14 Tahun 2013

16
4.5 Pengelolaan Limbah B3
Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan
penimbunan B3 (Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999).
4.5.1 Reduksi
Menurut Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999, reduksi limbah B3 adalah
suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan mengurangi sifat
bahaya dan racun limbah B3, sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan.
4.5.2 Penyimpanan
Penyimpanan limbah B3 menurut Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999
adalah kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil dan atau
pengump ul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3
dengan maksud menyimpan sementara. Tata cara penyimpanan limbah B3
menurut Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 adalah sebagai berikut:
 Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri
atas 2 (dua) x 2 (dua) sehingga dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh
terhadap setiap kemasan sehingga jika terdapat kerusakan kecelakaan dapat
segera ditangani.

 Lebar gang antarblok harus memenuhi persyaratan peruntukannya. Lebar


gang untuk lalu lintas manusia minimal 60 cm dan lebar gang untuk lalu lintas
kendaraan pengangkut (forklift) disesuaikan dengan kelayakan
pengoperasiannya.
 Penumpukan kemasan limbah B3 harus mempertimbangkan kestabilan
tumpukan kemasan. Jika kemasan berupa drum logam (isi 200 liter), maka
tumpukan maksimum adalah 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis dialasi palet
(setiap palet mengalasi 4 drum). Jika tumpukan lebih dan 3 (tiga) lapis atau
kemasan terbuat dari plastik, maka harus dipergunakan rak.
 Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap
atap dan dinding bangunan penyimpanan tidak boleh kurang dari 1 (satu)
meter.
 Kemasan-kemasan berisi limbah B3 yang tidak saling cocok harus disimpan
secara terpisah, tidak dalam satu blok dan tidak dalam bagian penyimpanan
yang sama. Penempatan kemasan harus dengan syarat bahwa tidak ada
kemungkinan bagi limbah- limbah yang tersebut jika terguling/tumpah akan
17
tercampur/masuk ke dalam bak penampungan bagian penyimpanan lain.
4.5.3 Pengumpulan
Menurut Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999, pengumpulan limbah
B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil limbah B3 dengan
maksud menyimpan sementara sebelum diserahkan kepada pemanfaat
dan/ataupengolah dan/atau penimbun limbah B3. Persyaratan bangunan
pengumpulan limbah B3 menurut Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995
adalah sebagai berikut:
 Fasilitas pengumpulan merupakan fasilitas khusus yang harus dilengkapi
dengan berbagai sarana untuk penunjang dan tata ruang yang tepat sehingga
kegiatan pengumpulan dapat berlangsung dengan baik dan aman bagi
lingkungan.
 Setiap bangunan pengumpulan limbah B3 dirancang khusus hanya untuk
menyimpan 1 (satu) karakteristik limbah, dan dilengkapi dengan bak

penampung tumpahan/ceceran limbah yang dirancang sedemikian rupa


sehingga memudahkan dalam pengangkatannya.
 Fasilitas pengumpulan harus dilengkapi dengan:
a. Peralatan dan sistem pemadam kebakaran;
b. Pembangkit listrik cadangan;
c. Fasilitas pertolongan pertama;
d. Peralatan komunikasi;
e. Gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan;
f. Pintu darurat dan alarm.

18
4.5.4 Pengangkutan
Menurut Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999, pengangkutan limbah
B3 adalah suatu kegiatan pemindahan limbah B3 dari penghasil dan/atau dari
pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/atau dari pengolah ke pengumpul dan/atau
ke pemanfaat dan/atau ke pengolah dan/atau ke penimbun limbah B3. Prosedur
pengangkutan limbah B3 dijelaskan dalam pasal 15, 16, dan 17 sebagai berikut:
Pasal 15

 Pengangkut limbah B3 dilakukan oleh badan usaha yang melakukan


kegiatan pengangkutan limbah B3.
 Pengangkutan limbah B3 dapat dilakukan oleh penghasil limbah B3 untuk
limbah yang dihasilkannya sendiri.
 Apabila penghasil limbah B3 bertindak sebagai pengangkut limbah B3,
maka wajib memenuhi ketentuan yang berlaku bagi pengangkut limbah B3.

Pasal 16

 Setiap pengangkutan limbah B3 oleh pengangkut limbah B3 wajib disertai


dokumen limbah B3.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dokumen limbah B3 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh kepala instansi yang bertanggung
jawab.

Pasal 17
Pengangkut limbah B3 wajib menyerahkan limbah B3 dan dokumen limbah B3
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) kepada pengumpul dan/atau pemanfaat
dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3 yang ditunjuk oleh penghasil limbah
B3.
SK Dirjen Perhubungan Darat (2004) menyebutkan bahwa kendaraan
pengangkut bahan berbahaya adalah kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta
tempelan yang secara khusus dirancang dan dilengkapi peralatan untuk
pengangkutan bahan berbahaya. Tangki pada kendaraan pengangkut merupakan
bejana tekan dengan kapasitas air lebih dari 250 liter yang digunakan untuk
pengangkutan atau penyimpanan sementara bahan berbahaya, terdiri dari tangki tetap
dan tangki portabel.

Wadah adalah suatu benda atau barang yang digunakan untuk


19
tempat/pelindung yang berhubungan langsung dengan bahan berbahaya dan
beracun (B3). Kemasan adalah tempat/pelindung yang berada lebih luar dari wadah
dan tidak berhubungan langsung dengan bahan berbahaya dan beracun (B3).
Pengirim limbah B3 adalah setiap orang atau badan yang menjalankan fungsi
pengiriman dan/atau yang menyebabkan terkirimnya bahan berbahaya dari satu
tempat ke tempat lain. Termasuk dalam pengertian ini adalah pengawas gudang,
ekspedisi muatan dan penghubung.
Pengangkut limbah B3 adalah setiap orang atau badan yang melakukan fungsi
pengangkutan yang diatur oleh peraturan perundang-undangan, termasuk pemilik,
pemborong, agen, pengemudi dan/atau setiap orang yang bertanggung jawab atas
kendaraan pengangkut serta pekerja angkutan terkait lainnya. Plakat adalah tanda
yang harus dipasang pada bagian luar kendaraan pengangkut yang menunjukkan
tingkat bahaya dari bahan yang diangkut sesuai dengan ketentuan perundangan
yang berlaku. Marking adalah tulisan atau lambang yang ditempel di bagian luar
kemasan bahan berbahaya yang menunjukkan jenis bahan berbahaya yang ada di
dalam kemasan. Label adalah penandaan dengan kode warna berbentuk belah
ketupat dengan ukuran sekurang-kurangnya 10 cm x 10 cm, dipasang di bagian luar
kemasan bahan berbahaya untuk menunjukkan tingkat bahayanya.

Automotive engineer terdaftar adalah ahli di bidang teknologi otomotif dan


pengangkutan bahan kimia berbahaya, yang dinyatakan dengan sertifikat. Awak
kendaraan adalah pengemudi dan pembantu pengemudi.

4.5.5 Pemanfaatan
Menurut Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999, pemanfaatan limbah B3
adalah suatu kegiatan perolehan kembali (recovery) dan/atau penggunaan kembali
(reuse) dan/atau daur ulang (recycle) yang bertujuan untuk mengubah limbah B3
menjadi suatu produk yang dapat digunakan dan juga harus aman bagi lingkungan
dan kesehatan manusia.

20
4.5.6 Pengolahan
Menurut Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999, pengolahan limbah B3
adalah proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3 untuk
menghilangkan dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau beracun sifat racun.
Trihadiningrum (2000) menyebutkan bahwa proses pengolahan limbah B3 dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Netralisasi
Proses ini diperuntukkan limbah B3 yang bersifat ekstrim asam atau basa.
Proses netralisasi dilakukan dengan penambahan bubur kapur atau bubur
dolomit, soda kaustik (soda-ash).
b. Presipitasi/pengendapan
Proses ini diperuntukkan untuk limbah B3 yang memiliki kandungan logam
berat yang tinggi.
c. Solidifikasi
Proses ini dilakukan dengan penambahan bahan aditif tertentu yang
bertujuan untuk mengurangi sifat racun dan berbahaya limbah B3 itu
sendiri.
d. Adsorpsi
Proses ini umumnya digunakan dalam penanganan limbah B3 yang bersifat
cair seperti tumpahan oli bekas.
e. Pertukaran ion
f. Proses biologis
g. Insenerasi B3
Metode lain yang digunakan untuk mengolah limbah B3 adalah sebagai
berikut:

21
1. Chemical conditioning
Tujuan utama dari chemical conditioning adalah:
- Menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalamlumpur.
- Mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur.
- Mendestruksi organisme patogen.
- Memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih
memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses
digestion.
- Mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan
aman dan dapat diterima lingkungan.
2. Solidification/Stabilization
Stabilisasi didefinisikan sebagai proses pencampuran limbah dengan bahan
tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari
limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan
solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya
dengan penambahan aditif. Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya
menggunakan semen, kapur (Ca(OH)2), dan bahan termoplastik. Metode yang
diterapkan di lapangan ialah metode in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant
mixing.
3. Incineration
Pembakaran atau insinerasi ini bertujuan untuk mengurangi volume dan
massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Proses insinerasi
menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki
beberapa kelebihan dimana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat
dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi
memerlukan lahan yang relatif kecil (Soenarno, 2011).

22
DAFTAR PUSTAKA

https://www.wpk.co.id/gallery-69 (diakses pada 13 April 2021, pukul 20.15)

Listiani, Ayu. 2014. Laporan Kerja Praktik TL – 4098 Evaluasi Pengelolaan


Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) PT. Pertamina (Persero) RU
– IV Cilacap. Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil
dan Lingkungan – ITB : Bandung.

Apriyanto. 2016. Kajian Teknis Produktivitas Unit Crusher Batu Granit Di PT.
Wira Penta Kencana, Kabupaten Karimun Kepulauan Riau.

Peraturan Pemerintan Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah


Berbahaya dan Beracun.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Repubik Indonesia Nomor 14 Tahun 2013


Tentang Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun.

Silitonga, Magdalena. 2008. Tugas Akhir Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya


dan Beracun PT. Pertamina UP IV Cilacap Jawa Tengah Sebagai Bata
Tahan Api (Teknik Solidifikasi). Jurusan Teknik Lingkungan FTSP –
UII: Yogyakarta

Soenarno, S. M., 2011. Pengelolaan Limbah. Yayasan Pelestarian Alam dan


Kehidupan Manusia. Bayuwangi.

Trihadiningrum, Y. 2000. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun


(B3). Jurusan Teknik Lingkungan FTSP – ITS: Surabaya

Yulianti, Endah. 2011. Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun (B3) di PT.
Bayer Indonesia. Jurusan Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK – UNS:
Surakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai