Oleh:
Dosen Pembimbing:
Rinda Andhita Regia, MT
Disetujui oleh:
Pembimbing,
Disahkan oleh:
Ketua Jurusan,
ii
KATA PENGANTAR
Laporan kerja praktik ini dibuat sebagai salah satu syarat lulus setelah
melaksanakan kerja praktik. Selama pembuatan laporan kerja praktik ini penulis
banyak dibantu oleh berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Orang tua tersayang atas dukungan moril maupun materil yang telah diberikan
kepada penulis;
2. Bapak Dr. Eng. Ir. Slamet Raharjo selaku Ketua Jurusan Teknik Lingkungan
Universitas Andalas;
3. Ibu Rinda Andhita Regia, MT selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan ilmu dan bimbingan kepada Penulis;
4. Kakak Desmiati, S.Pd, selaku pembimbing kerja kraktik di PT. Batanghari
Barisan yang telah memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis;
5. Rekan-rekan “Aerogenix” yang memberikan semangat dan berbagi ilmu serta
pengalaman tentang kerja praktik.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan kedepannya. Akhir kata dengan segala kerendahan hati, Penulis
berharap agar segala kekurangan laporan ini tidak mengurangi arti dari laporan
kerja praktik ini. Semoga laporan kerja praktik ini dapat memberikan manfaat.
Aamiin.
Padang, Maret 2020
Penulis
i
Ringkasan
Kerja Praktik ini bertujuan untuk mengevaluasi proses pengelolaan limbah padat
di PT. Batanghari Barisan Kota Padang. Limbah padat ini berasal dari kantor
lantai 1 dan 2, koperasi buruh, ruang produksi kering, mess 1 dan 2,
laboratorium umum, dan ruang produksi basah. Limbah dikelola mulai dari
pewadahan, penampungan sementara, pengumpulan, pengangkutan serta
pembuangan ke TPA. Pengelolaan limbah padat dievaluasi berdasarkan SNI 19-
2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Perkotaan. Hasil evaluasi dari kerja praktik pengelolaan limbah padat yang
diterapkan oleh PT. Batanghari Barisan Kota Padang secara umum sudah sesuai
dengan peraturan yang berlaku, mulai dari, pewadahan, pengumpulan,
pengangkutan, namun dalam beberapa hal masih belum sesuai dengan peraturan
yang berlaku seperti belum dilakukannya pemilahan di sumber, dan pengolahan
juga belum dilakukan langsung di sumber. Berdasarkan evaluasi
direkomendasikan agar melakukan pemilahan langsung di sumber sehingga
limbah padat tersebut tidak tercampur waktu dibuang ke TPA, dan dilakukan
pengolahan sendiri untuk limbah padat dengan menyediakan fasilitas dan alat
composting yang sebaiknya diterapkan PT. Batanghari Barisan Kota Padang
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing
Kata Pengantar ........................................................................................ i
Ringkasan ............................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................. iii
Daftar Tabel ............................................................................................ vi
Daftar Gambar ........................................................................................ vii
Daftar Lampiran ...................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. ...........................................................................I-1
1.2 Maksud dan Tujuan. ....................................................................I-2
1.2.1 Maksud. ..............................................................................I-2
1.2.2 Tujuan. ...............................................................................I-2
1.2.2.1 Tujuan Umum. .......................................................I-2
1.2.2.2 Tujuan Khusus. ......................................................I-3
1.3 Ruang Lingkup. ...........................................................................I-3
1.4 Sistematika Pembahasan..............................................................I-3
iii
2.6 Sistem Pengelolaan Limbah Padat. ........................................... II-14
2.6.1 Aspek Teknik Operasional. ............................................. II-14
iv
BAB VI TUGAS KHUSUS
6.1 Gambaran Umum ...................................................................... VI-1
6.1.1 Pemanfaatan Limbah Lumpur Industri Karet
Sebagai Adsorben .......................................................... VI-1
6.1.2 Pemanfaatan Limbah Padat Industri Karet Remah
Untuk Pembuatan Kompos ............................................. VI-2
6.1.3 Pemanfaatan Limbah Padat Industri Pengolahan Karet
Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Pada
Tanah Berpasir. ............................................................... VI-6
6.1.4 Potensi Pemanfaatan Limbah Crumb Rubber
Sebagai Biomassa. .......................................................... VI-7
6.2 Rekapitulasi Alternatif Pengolahan Limbah Padat
Industri Karet. .......................................................................... VI-7
6.3 Rekomendasi Alternatif Pengolahan Pada Industri Karet
PT. Batanghari Barisan. ............................................................ VI-8
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
Gambar 4.2 Sistem Pengelolaan Limbah Padat Domestik PT. Batanghari
Barisan Kota Padang ...........................................................IV-3
Gambar 4.3 Sistem Pengelolaan Limbah Padat Industri PT. Batanghari
Barisan Kota Padang.........................................................IV-3
Gambar 4.4 Skema Pengelolaan Limbah Padat Industri PT. Batanghari
Barisan Padang .................................................................IV-4
Gambar 4.5 Kondisi Eksisting Tempat Penampung Sementara Limbah
Padat Tatal.........................................................................IV-5
Gambar 4.6 Alat Pengangkutan Limbah Padat Industri...........................IV-6
Gambar 4.7 Skema Pengelolaan Limbah Padat Domestik PT. Batanghari
Barisan Kota Padang.........................................................IV-7
Gambar 4.8 Jenis Pewadahan Limbah Padat Domestik PT. Batanghari
Barisan Kota Padang.........................................................IV-8
Gambar 4.9 Alat Pengumpul Limbah Padat Domestik ...........................IV-9
Gambar 4.10 Penampungan Sementara Limbah Padat Domestik ............IV-9
Gambar 4.11 Alat Pengangkutan Limbah Padat.................................... IV-10
Gambar 6.1 Pengaruh Penambahan Adsorben Terhadap Persentase
Reduksi Cr .........................................................................VI-1
Gambar 6.2 Hasil Uji Rasio C/N Pada Proses Pengomposan Dengan
Variasi Rasio Limbah Crumb Rubber/Bekatul ...................VI-3
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Surat Tugas Kerja Praktik dan Surat Penerimaan Kerja Praktik
Lampiran D Dokumentasi
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara dengan lahan perkebunan karet terbesar di
dunia yaitu 3,67 juta hectare area (Ha) yang sebagian besar adalah perkebunan
milik rakyat dengan produksi Indonesia mencapai 3,63 juta ton per tahun. Namun
bila ditinjau dari segi produktivitas, Indonesia berada urutan ke-4 dan masih
berada dibawah Thailand, Malaysia dan Vietnam (Dirjen Perkebunan, 2018).
Karet mulai digemari sebagai bahan dasar dalam pembuatan berbagai macam alat
untuk keperluan dalam rumah ataupun pemakaian di luar rumah seperti sol sepatu
dan ban kendaraan. Bahkan kini sepatu semuanya terbuat dari bahan karet, karena
karet memiliki sifat elastis, tidak tembus air, dan kuat. Hal ini yang mendorong
kegiatan industri karet semakin tinggi. Adanya industri-industri yang bergerak di
bidang hilir ini tentu memiliki keuntungan yang besar bagi perekonomian
Indonesia. Namun disisi lain dengan adanya industri ini juga dapat menimbulkan
dampak negatif karena dapat menghasilkan limbah, baik dalam bentuk padat, cair
maupun gas, baik bersifat toksik maupun non toksik yang dapat menyebabkan
penurunan kualitas lingkungan dan juga berbahaya bagi kesehatan manusia.
Limbah padat yang dihasilkan dari industri ini adalah limbah dari proses produksi,
dan limbah padat domestik. Salah satu limbah padat industri ini adalah tatal karet.
Limbah tatal karet merupakan limbah padat organik hasil pembuangan dari
industri pengolahan karet yang mengandung sebagian besar pasir, serpihan kayu
karet, daun-daun karet dan karet. Dalam setiap proses produksi, industri ini
melakukan pengawasan seleksi kontaminan dari bahan baku, hal ini terkait
dengan kualitas bahan olahan karet tersebut. Jenis kontaminan yang sering
didapatkan yaitu serpihan kayu, potongan sendal bekas, plastik, dan potongan
karet vulkanisir. Limbah domestik berasal dari aktivitas pegawai dimana limbah
tersebut selama ini belum ditangani secara efektif. Limbah padat tersebut hanya
ditumpuk di lokasi pabrik dan untuk limbah tatal terkadang diminta oleh
penduduk sebagai pupuk tanaman. Hal ini jika tidak dikelola dengan baik akan
berdampak negatif terhadap lingkungan yaitu dapat menimbulkan bau dan
mencemari tanah. Berdasarkan penjelasan diatas untuk menghindari dampak dari
limbah padat bagi lingkungan, kerja praktik ini diperlukan untuk mengetahui
pengelolaan limbah padat lebih lanjut di PT. Batanghari Barisan serta meninjau
penerapan pengelolaan limbah padat yang mengacu pada UU No 18 Tahun 2008,
SNI 19- 2454-2002, dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia
No 03 Tahun 2013.
1.2.1 Maksud
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari kerja praktik ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus,
penjabaran dari tujuan tersebut, yaitu:
Adapun sistematika pembahasan laporan kerja praktik ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang, maksud dan tujuan dilaksanakannya kerja
praktik, ruang lingkup kerja praktik, serta sistematika pembahasan.
2.1 Umum
Limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang
berasal dari sisa pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan menjadi dua bagian
yaitu limbah padat yang dapat didaur ulang, seperti plastik, tekstil, potongan
logam dan kedua limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis. Bagi limbah
padat yang tidak punya nilai ekonomis dapat ditangani dengan berbagai cara
antara lain ditimbun di suatu tempat, diolah kembali kemudian dibuang dan
dibakar. Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah
domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat
kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta tempat-tempat
umum. Jenis-jenis limbah padat yaitu kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik,
metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll (Damanhuri, 2004).
5. lumpur;
9. bongkaran bangunan.
Karet alam adalah jenis karet pertama yang dibuat sepatu. Sesudah penemuan
proses vulkanisasi yang membuat karet menjadi tahan terhadap cuaca dan tidak
larut dalam minyak, maka karet mulai digemari sebagai bahan dasar dalam
pembuatan berbagai macam alat untuk keperluan dalam rumah ataupun
pemakaian di luar rumah seperti sol sepatu dan bahkan sepatu yang semuanya
terbuat dari bahan karet (Prastiwi, 2010).
Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan
olahan. Dimana bahan olahan ada yang setengah jadi maupun yang telah jadi, ada
juga karet yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang telah jadi. Jenis-
jenis karet alam yang ada pada umumnya sering dikenal dan dijumpai adalah
(Warintek-Progressio, 2000) :
1. bahan olah karet (lateks kebun, sheet angina, slab tipis dan lump segar);
3. lateks pekat ;
4. karet bongkah atau blok rubber (SIR 5, SIR 10, dan SIR 20 );
Kegiatan pengolahan karet remah dimulai dengan penyadapan getah karet dari
pohon hingga pengepakan. Leum adalah getah karet yang telah membeku dan
tidak dapat diolah pada proses pengolahan getah karet cair. Leum masih dapat
diolah menjadi bahan karet dengan teknologi yang memadai, seperti karet remah.
Namun yang menjadi masalah adalah tidak semua pabrik atau industri karet
mempunyai teknologi tersebut, sehingga leum harus dikirim ke pabrik lain untuk
dilakukan pengolahan. Secara ekonomis pengiriman leum ke pabrik lain tidak
dapat dilakukan setiap hari karena biaya transportasi yang tinggi. Dengan
demikian leum yang dihasilkan setiap hari, dikumpulkan dalam suatu gudang
hingga mencapai jumlah tertentu sebelum dikirim ke tempat lain untuk diolah
(Warintek-Progressio, 2000).
Di Indonesia standar mutu karet tercantum pada SIR. SIR adalah karet bongkah
yang telah dikeringkan dan dikilang menjadi bandela-bandela dengan ukuran yang
telah ditentukan. Karet alam SIR-20 berasal dari koagulum (lateks yang sudah
digumpal) atau hasil olahan yang diperoleh dari perkebunan rakyat dengan bahan
baku yang sama dengan koagulum.
Prinsip yang digunakan untuk tahapan proses pengolahan karet alam SIR-20 yaitu
:
1. Sortasi bahan baku;
2. Pembersihan dan pencampuran makro;
3. Peremah;
4. Pengeringan;
5. Pengempaan bandela;
6. Pengemasan.
Perbedaan SIR-5, SIR-10, SIR-20 adalah dilihat dari standar spesifikasi mutu
kadar kotoran, kadar abu, dan kadar zat yang menguap sesuai dengan SIR.
Langkah proses pengolahan karet alam SIR-20 bahan baku koagulum (lum
mangkok, sleb, sit angina, getah sisa). Disortasi dan dilakukan pembersihan dan
pencampuran mikro, pengeringan gantung dilakukan selama 10 hari sampai 20
hari, peremahan, pengeringan, pengempaan bandela (setiap bandela 33 Kg atau 35
Kg), pengemasan dan karet alam SIR-20 siap untuk diekspor (SNI 06-1903-2000).
Prinsip yang digunakan untuk tahapan proses pengolahan karet alam SIR-10,
SIR-20 yaitu (Wahyudi,2008) :
4. Pengeringan Udara
Kegiatan penggantungan udara adalah proses penirisan air yang terdapat pada
lembaran karet yang telah digiling, yaitu dengan cara menggantungkan
lembaran karet tersebut di dalam kamar gantung. Lembaran karet yang telah
digiling dilipat atau digulung, dibawa ke kamar jemur/ gantung untuk proses
peranginan sekitar 10-18 hari, tergantung kepada kondisi cuaca.
5. Penurunan Blanket
Kegiatan penurunan merupakan proses menurunkan blanket yang telah
kering untuk diproses lebih lanjut (proses peremahan). Lembaran blanket
dalam proses ini digulung dan ditampung dalam gerobak untuk diturunkan
melalui lift ke tempat peremahan.
6. Peremahan
Proses peremahan merupakan proses pemotongan lembaran karet menjadi
potongan-potongan kecil (granula) untuk seterusnya dibersihkan serta
diseragamkan dalam bak pencampuran sebelum dimasukkan ke dalam trolley.
Proses pengisian karet ke dalam trolley merupakan kegiatan yang sangat
penting terhadap butiran karet agar merata pada seluruh permukaan, sehingga
proses pengeringan tidak menimbulkan white spot, virgin rubber.
7. Pengeringan/ dryer
Proses pengeringan/ dryer adalah kegiatan mengeringkan butiran karet remah
yang telah diisi didalam trolley. Proses ini dilakukan dengan memasukkan
trolley yang berisi karet remah basah ke dalam ruangan (oven) berudara panas
selama beberapa menit kemudian didinginkan. Selanjutnya dilakukan proses
bongkar trolley dengan mengeluarkan karet remah yang telah masak/ kering
dari dalam trolley, untuk ditransfer ketempat penimbangan.
pallet kayu dan/atau metal box yang telah disediakan sebelumnya, untuk
seterusnya kemasan pallet kayu/ metal box tersebut ditutup dan diberi merek
(marking) sesuai dengan kontrak penjualan.
Limbah merupakan hasil sisa dari sebuah proses yang tidak dapat digunakan
kembali, apabila limbah ini terlalu banyak di lingkungan maka akan berdampak
pada pencemaran lingkungan dan kesehatan bagi masyarakat sekitar. Limbah ada
dua bagian sumber yaitu limbah yang bersumber domestik (limbah rumah tangga)
dan limbah yang berasal dari non-domestik (pabrik, industri dan limbah
pertanian). Karakteristik bahan-bahan yang termasuk limbah adalah mudah
meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat
korosif dan lain-lain. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak
negatif terhadap sumber daya air, antara lain menurunkan kualitas air.
Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara
seksama. Oleh karena itu, dalam pembuangan limbah baik yang domestik maupun
yang non-domestik di daerah pemukiman sebaiknya dilakukan penataan ulang
lokasi pembuangan limbah, agar aliran limbah dari masing-masing pemukiman
penduduk dapat terkoordinasi dengan baik, dan tidak menimbulkan penyakit yang
meresahkan kehidupan penduduk sekitar. Salah satu industri yang erat
hubungannya dengan masalah lingkungan adalah industri karet. Dari proses
pengolahan karet akan menghasilkan limbah cair yang mengandung senyawa
organik. Hal ini memerlukan penanganan yang terpadu antara pihak pemerintah,
industri dan masyarakat, juga diperlukan teknologi pengolahan limbah karet yang
murah dan mudah dalam penanganannya, seperti melalui proses aerasi dan
koagulasi.
Saat ini kondisi industri karet sebagian besar berada di daerah yang cukup padat
pemukimannya, kapasitas produksinya semakin hari semakin besar, lahan yang
tersedia untuk mengelola limbah rata –rata tidak mencukupi karena volume air
yang digunakan semakin besar dan kualitas limbah semakin kotor dan upaya
pabrik secara sendiri – sendiri melakukan pemilihan bahan baku yang bersih
untuk memperbaiki mutu, meningkatkan efesiensi, dan pencemaran yang kurang
berhasil (Prastiwi N, 2010).
Sumber limbah industri karet apabila dilihat dari tahapan poduksi baik dari bahan
baku berasal dari lateks dan bahan olahan karet rakyat (bokar), maka limbah yang
terbentuk pada industri karet dapat berupa limbah padat (Limbah Crumb Rubber),
limbah cair, dan limbah gas. Kualitas bahan baku berpengaruh terhadap tingkat
kuantitas dan kualitas limbah yang akan terjadi dengan rincian sebagai berikut:
1. Limbah Cair
Limbah cair dari proses pencucian (baik proses basah maupun kering) dan dari
media penghantar bahan olah dari satu proses ke proses selanjutnya.
Karakteristik limbah cair yang dihasilkan dari industri karet adalah pH, TSS,
BOD, COD, NH3-N dan T-N. Selain limbah cair yang berasal dari proses
produksi di atas terdapat juga limbah cair berupa oli yang digunakan sebagai
bahan pelumas untuk mesin-mesin di industri ini yang selanjutnya
pengelohannya dibedakan dengan limbah cair lainnya karena termasuk
kedalam limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
2. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan terdapat dalam dua bentuk yaitu, sampah, tatal
(pasir/ kotoran) dan lumpur (sludge). Limbah padat yang berupa sampah
berasal dari sortasi bahan baku dan sisa pembuatan peti SIR, yang terdiri dari
potongan-potongan kayu, kantong atau karung plastik, potongan kawat, dan
plastik pembungkus. Sedangkan limbah padat yang berupa tatal berasal dari
IPAL.
4. Kebisingan
Kebisingan ditimbulkan dari mesin-mesin yang digunakan untuk kegiatan
produksi dan diesel. Selain itu, kebisingan juga dihasilkan dari alat yang
digunakan untuk mengangkat bahan baku yang akan diproses. Pengukuran
terhadap kebisingan dilakukan di dalam pabrik dan di luar pabrik (50 m dari
penggilingan dan 100 m dari penggilingan).
5. Limbah B3
Limbah B3 yang dihasilkan yaitu dari penggantian oli mesin, aki dan lampu
neon. Limbah B3 yang dihasilkan oleh pihak perusahaan tidak selalu dalam
jumlah yang banyak berbeda dengan jumlah limbah lainnya.
Crumb rubber dibuat agar dapat bersaing dengan karet sintetis yang biasanya
menyertakan sifat teknis serta keistimewaan untuk jaminan mutu tiap bandelanya.
Crumb rubber dipak dalam bongkah-bongkah kecil, berat dan ukuran seragam,
dan ada sertifikast uji laboratorium (Handayani Y, 2009). Setiap pengolahan 100
kg lateks yang akan dibuat crumb rubber umumnya akan menghasilkan lebih
kurang 85% karet bersih, 10% air dan 3%-5% tatal. Dari hasil uji laboratorium
didapatkan bahwa tatal mempunyai kalori yang besar yaitu sekitar 3600 kal/gr
(Efendri E, 2013).
Limbah industri karet saat ini belum dimanfaatkan dengan optimal bahkan
cenderung memberikan efek negatif ke lingkungan yaitu bau busuk yang
menyengat dikarenakan proses pembusukan pada kandungan nitrogen.
Kandungan isoprennya cukup potensial untuk dimanfaatkan dalam menjawab
tantangan masalah energi, bahan bakar cair yang selama ini dikeluhkan oleh
masyarakat (Bahri S, 2013). Limbah padat industri karet pada umumnya ditumpuk
saja, sehingga dalam waktu lama akan bertambah banyak jumlahnya dan menjadi
masalah dalam hal penanggulangannya.
Limbah padat ini masih mengandung bahan berupa tatal yang berasal dari
komponen karet dengan jumlah yang cukup besar, sehingga dapat di manfaatkan
menjadi barang jadi karet. Jumlah limbah padat yang dihasilkan per ton karet
kering sebesar 0,05 – 0,20 m3. Jumlah yang dihasilkan limbah padat ini cukup
banyak dan masih terdapatnya butiran karet (tatal). Maka dilakukan percobaan
pemanfaatan limbah ini untuk diolah kembali (Daud D. 2012). Selain limbah
padat tatal terdapat sampah-sampah dari proses permilahan kontaminan dari setiap
proses produksi yaitu serpihan kayu, plastik, potongan sandal bekas, tali.
Limbah padat yang dihasilkan terdapat dalam dua bentuk yaitu, sampah, tatal
(pasir/ kotoran) dan lumpur (sludge). Limbah padat yang berupa sampah berasal
dari sortasi bahan baku dan sisa pembuatan peti SIR, yang terdiri dari potongan-
potongan kayu, kantong atau karung plastik, potongan kawat, dan plastik
pembungkus. Sedangkan limbah padat yang berupa tatal berasal dari IPAL.
Beberapa bahan organik mengandung logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nikel, Cr
yang merupakan bahan berbahaya bagi kehidupan mikroba (Handayani, 2009).
Organisme yang banyak dipergunakan adalah mikroba, baik bakteri,
aktinomisetes, maupun kapang/cendawan. Karakteristik Limbah tatal crumb
rubber dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Karakteristik Limbah Crumb Rubber
No. Parameter Uji Hasil (%)
1. Kalium (K) 0,29
2. Fosfor (P) 0,18
3. Bahan Organik 72,22
4. Karbon (C) 41,88
5. Nitrogen (N) 1,28
6. Rasio C/N 32,72
Sumber : Supraptiningsih, Nursamsi, 2014
Secara umum limbah padat yang terbentuk pada pengolahan karet tidak tergolong
limbah beracun. Limbah biasanya hanya berupa tatal, lumpur, pasir rotan, kayu,
daun, dan plastik bekas kemasan. Bokar yang kotor merupakan sumber
utama pembawa limbah padat. Beberapa jenis padatan dalam jumlah yang sudah
sedemikian besar akan mengganggu keseimbangan ekosistem. Limbah
tersebut jika dibuang ke sungai, dalam jangka waktu tertentu akan
menyebabkan pendangkalan badan air. Limbah padat akan dikirim ke TPA dalam
keadaan sudah cukup kering, lebih baik lagi jika sudah bersifat kompos, sehingga
di TPA tinggal proses pelapukan akhir.
Limbah padat ini karena tidak dapat didaur-ulang, maka biasanya dibiarkan
menumpuk begitu saja, ditimbun atau dibakar. Hal ini disebabkan karena karet
alam merupakan bahan polimer yang bersifat termoset atau bahan polimer yang
tidak dapat diolah kembali dengan cara pemanasan dan pengepresan. Selain itu
karet alam juga merupakan bahan polimer yang sulit terdegradasi di alam,
sehingga limbah karet alam tersebut akan menumpuk di permukaan bumi
(Supraptiningsih, Nursamsi, 2014)
Limbah pasti akan berdampak negatif pada lingkungan hidup jika tidak ada
pengolahan yang baik dan benar, dengan adanya limbah padat di dalam
lingkungan hidup maka dapat menimbulkan pencemaran seperti (Damanhuri,
2004):
1. Timbulnya gas beracun, seperti asam sulfida (H2S), amoniak (NH3), methan
(CH4), CO2 dan sebagainya. Gas ini akan timbul jika limbah padat ditimbun
dan membusuk dikarena adanya mikroorganisme. Adanya musim hujan dan
kemarau, terjadi proses pemecahan bahan organik oleh bakteri penghancur
dalam suasana aerob/anaerob.
3. Penurunan kualitas air, karena limbah padat biasanya langsung dibuang dalam
perairan atau bersama-sama air limbah. Maka akan dapat menyebabkan air
menjadi keruh dan rasa dari air pun berubah.
Dampak limbah secara umum ditinjau dari dampak terhadap kesehatan adalah
sebagai berikut (Damanhuri, 2004):
sumber limbah padat, tidak mengganggu pemakai jalan atau sarana umum
lainnya, di luar jalur lalu lintas, di ujung gang kecil, di sekitar taman, dan pusat
keramaian. Persyaratan untuk bahan pewadahan, sebagai berikut:
Tabel 2.3. Karakteristik Wadah Limbah Padat
Pola Pewadahan
No Karakteristik Individual Komunal
1 Bentuk Kotak, silinder, kontainer, dan tong. Kotak, silinder, kontainer,
Dimana semua wadah ini bertutup dan dan tong. Dimana semua
berkantong plastik. wadah ini bertutup.
2 Sifat Ringan, mudah dipindahkan, dan mudah Ringan, mudah dipindahkan,
dikosongkan. dan mudah
dikosongkan.
3 Jenis Logam, plastik, fiberglass, kayu, Logam, plastik,
bambu, dan rotan. fiberglass, kayu, bambu, dan
rotan.
4 Pengadaan Pribadi, instansi, pengelola. Instansi dan pengelola.
Sumber: SNI 19-2454-2002, tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan
2. Pengumpulan
Pengumpulan sampah merupakan subsistem setelah pewadahan. Pengumpulan
sampah dapat dilakukan langsung oleh kendaraan pengangkut sampah atau
tidak langsung melalui penggunaan gerobak atau motor sampah. Sistem
pengelolaan sampah 3R maka pengumpulan dilakukan melalui penggunaan
gerobak atau motor sampah. Perencanaan teknologi pengumpulan maka
digunakan beberapa kriteria sebagai berikut (Permen PU No. 03, 2013):
Pola pengumpulan sampah terdiri atas 5 pola sebagai berikut (Permen PU No. 03,
2013):
1. Pola individu langsung oleh truk pengangkut ke pemprosesan. Syaratnya
adalah sebagai berikut:
a. Bila kondisi topografi bergelombang (rata-rata >5%), hanya alat pengumpul
mesin yang dapat beroperasi, sedang alat pengumpul non-mesin akan sulit
beroperasi;
b. Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan
lainnya;
c. Kondisi dan jumlah alat memadai;
d. Jumlah timbulan sampah >0,3 m3/hari;
e. Biasanya daerah layanan adalah pertokoan, kawasan pemukiman yang
tersusun rapi, dan jalan protokol;
f. Layanan dapat pula diterapkan pada daerah gang. Petugas mengangkut tidak
masuk ke gang, hanya akan memberi tanda bila sarana pengangkut ini
datang, misal dengan bunyi-bunyian.
2. Pola individu tidak langsung, yakni dengan menggunakan pengumpul sejenis
gerobak sampah. Syaratnya adalah sebagai berikut:
a. Juru sapu harus mengetahui cara penyapuan untuk setiap daerah pelayanan
(tanah, lapangan rumput dan lain-lain);
b. Penanganan penyapuan jalan untuk setiap daerah berbeda tergantung pada
fungsi dan nilai daerah yang dilayani;
c. Pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan diangkut ke lokasi pemindahan
untuk kemudian diangkut ke pemerosesan akhir;
d. Pengendalian personel dan peralatan harus baik.
Keterangan:
: Sumber timbulan sampah pewadahan individual : Gerakan alat pengumpul
: Pewadahan komunal : Gerakan alat pengangkut
: Gerakan penduduk ke wadah
: Lokasi pemindahan komunal
kali
- Untuk limbah padat B3 disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku
- Mempunyai daerah pelayanan tertentu dan tetap
- Mempunyai petugas pelaksana yang tetap dan dipindahkan secara
periodik
- Pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan kriteria jumlah limbah
padat terangkut, jarak tempuh, dan kondisi daerah
Jenis limbah padat yang terpilah dan bernilai ekonomi dapat
dikumpulkan oleh pihak yang berwenang pada waktu yang telah
disepakati bersama antara petugas pengumpul dan masyarakat penghasil
limbah padat.
3. Pemindahan
Pemindahan adalah kegiatan memindahkan limbah padat hasil pengumpulan ke
dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. Pemilahan
di lokasi pemindahan dapat dilakukan dengan cara manual oleh petugas
kebersihan dan/atau masyarakat yang berminat, sebelum dipindahkan ke alat
pengangkut limbah padat. Cara pemindahan dapat dilakukan sebagai berikut
(Permen PU No. 03, 2013):
a. Manual
b. Mekanis
c. Gabungan manual dan mekanis, pengisian kontainer dilakukan secara
manual oleh petugas pengumpul, sedangkan pengangkutan kontainer ke atas
truk dilakukan secara mekanis.
4. Pengangkutan
Pola pengangkutan sampah dapat dilakukan berdasarkan sistem pengumpulan
sampah. Jika pengumpulan dan pengangkutan sampah menggunakan sistem
pemindahan (TPS/TPS 3R) atau sistem tidak langsung, proses
pengangkutannya dapat menggunakan sistem kontainer angkat (Hauled
Container System = HCS) ataupun sistem kontainer tetap (Stationary
Container System = SCS). Sistem kontainer tetap dapat dilakukan secara
Pola pengangkutan sampah dapat dibedakan menjadi (Permen PU No. 03, 2013):
1. Pengangkutan sampah tanpa menggunakan kontainer (non container)
Pola pengangkutan sampah non container biasanya menggunakan sistem
pengumpulan individual langsung (door to door). Truk pengangkut sampah
berangkat dari pool menuju titk sumber sampah pertama untuk mengambil
sampah, selanjutnya truk tersebut mengambil sampah berikutnya sampai truk
penuh sesuai dengan kapasitasnya. Sampah diangkut ke lokasi TPA dan setelah
pengosongan sampah di lokasi tersebut, truk menuju kembali ke lokasi sumber
sampah berikutnya sampai rute yang telah ditetapkan terpenuhi. Selain itu,
sampah juga dapat ditransfer ke lokasi Tempat Pembuangan Sementara (TPS)
yang bagannya dapat dilihat pada Gambar 2.3.
TPS TPA
Pool
Kendaraan
Gambar 2.3 Pengangkutan Sampah Non Container
Sumber: Permen PU No. 03, 2013
2. Pengangkutan sampah dengan menggunakan kontainer
Untuk pengumpulan sampah dengan sistem kontainer, terdapat beberapa pola
pengangkutan sebagai berikut:
a. Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer Cara 1 (Gambar
2.4)
1) Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut
sampah ke TPA;
2) Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula;
3) Menuju ke kontainer isi berikutnya untuk diangkut ke TPA;
4) Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula;
4 7
a a b b c c
1 3 5 8
2 6 10 9
TPA
Poolke pool
a b c d e
1 2 3 4 5 6
pool
7 ke lokasi
TPA
kontainer
a b c d e f
5
2 3 4 6
1
TPA
pool 7 ke pool
Keterangan:
a, b, c,d,e, f = nama kontainer
1-7 = rute pertama dan seterusnya
= kontainer isi
= kontainer kosong
4 5
a b c d e f
1 2 3 6
pool Truk pemadat TPA
dari pool
Gambar 2.7 Pola Pengangkutan dengan Sistem Pengosongan Kontainer Cara 4
Sumber: Permen PU No. 03, 2013
Keterangan:
a, b, c,d,e, f = nama kontainer
1-6 = rute pertama dan seterusnya
= kontainer isi
= kontainer kosong
5. Pengolahan
Pengolahan adalah suatu proses untuk mengurangi volume/limbah padat
dan/atau mengubah bentuk limbah padat menjadi yang bermanfaat. Teknik-
teknik pengolahan limbah padat dapat berupa (Permen PU No.03, 2013) :
a. Pengomposan
b. Insinerasi yang berwawasan lingkungan
c. Daur ulang
d. Pengurangan volume limbah padat dengan pencacahan atau pemadatan
e. Biogasifikasi (pemanfaatan energi hasil pengolahan limbah padat).
6. Pembuangan akhir
Pembuangan akhir adalah tempat dimana dilakukan kegiatan untuk
mengisolasi limbah padat sehingga aman bagi lingkungan. Persyaratan umum
dan teknis lokasi pembuangan akhir limbah padat sesuai dengan SNI 03-3241-
1994 .
Berikut skema teknik operasional pengelolaan limbah padat dapat dilihat pada
Gambar 2.8 Timbulan Sampah
Pengumpulan
Pengangkutan
Pembuangan Akhir
Agar lebih jelas tampak depan dan denah lokasi PT Batanghari Barisan dapat
dilihat pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2.
Perusahaan memiliki peralatan produksi yang memadai dan cukup baik dilengkapi
dengan peralatan inspeksi dan pengujian sebagai sarana kontrol produksi dan
didukung oleh sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan sesuai di bidang tugasnya.
Hasil produksi tersebut nantinya akan digunakan sebagai bahan baku untuk ban
dan non ban, yang banyak dipesan oleh perusahaan dalam maupun luar negeri.
Adapun konsumen tetap dari hasil produksi PT Batanghari Barisan antara lain:
1. Pemakai langsung
a. Good Year
b. Bridgestone
c. Societe Des Matieres Premieres Tropical (S.M.P.T)
d. Continental
e. Cooper Tire
2. Broker
a. Alcan
b. Lewis & Piet
c. Centro Trade
d. Cargill
Komisaris
Direktur
Kepala Pabrik
perasan air dari air bahan olah karet dialirkan ke drainase dalam pabrik untuk
diteruskan ke dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
4. Pengeringan Udara
Kegiatan penggantungan udara adalah proses penirisan air yang terdapat pada
lembaran karet yang telah digiling, yaitu dengan cara menggantungkan
lembaran karet tersebut di dalam kamar gantung. Hasil lembaran blanket
kemudian digantung atau dianginkan. Penggantungan ini dilakukan dengan
serapi mungkin, tidak berdempet dan sama panjang. Lamanya pengeringan/
pendinginan adalah tergantung dari permintaan pelanggan, ada penggantungan
dengan lama 10-12 hari dan 14-18 hari
5. Penurunan Blanket
Kegiatan penurunan merupakan proses menurunkan blanket yang telah
kering untuk diproses lebih lanjut (proses peremahan). Lembaran blanket
dalam proses ini digulung dan ditampung dalam gerobak untuk diturunkan
melalui lift ke tempat peremahan.
6. Peremahan
Proses peremahan merupakan proses pemotongan lembaran karet menjadi
potongan-potongan kecil (granula) untuk seterusnya dibersihkan serta
diseragamkan dalam bak pencampuran sebelum dimasukkan ke dalam trolley.
Lembaran blanket yang telah selesai dianginkan kemudian dihancurkan
(diremah) melalui cutter dengan water spray untuk mendorong hasil remahan.
Hasil remahan di transfer pada trolley melalui bak air dan keranjang transfer.
7. Pengeringan/ dryer
Proses pengeringan/ dryer adalah kegiatan mengeringkan butiran karet remah
yang telah diisi didalam trolley. Lamanya masa pengeringan tergantung dari
nilai PO (pre order)-nya. Pengeringan untuk PO rendah dalam dryer 15 menit
dengan suhu 140oC, sedangkan untuk PO tinggi pengeringan dalam dryer
selama 12 menit dengan suhu 135 oC .
PT Batang Hari Barisan menghasilkan berbagai jenis limbah berupa limbah padat,
cair, gas. Berikut penjelasan limbah dari PT Batanghari Barisan, yaitu :
6. Limbah Cair
Limbah cair dari proses pencucian (baik proses basah maupun kering) dan dari
media penghantar bahan olah dari satu proses ke proses selanjutnya. Jumlah
limbah cair yang dihasilkan berkisar sekitar 2.683 m3 setiap bulannya. Selain
limbah cair yang berasal dari proses produksi di atas terdapat juga limbah cair
berupa oli yang digunakan sebagai bahan pelumas untuk mesin-mesin di PT
Batanghari Barisan yang selanjutnya pengelohannya dibedakan dengan limbah
cair lainnya karena termasuk kedalam limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3). Karakteristik limbah cair yang dihasilkan berupa pH, TSS, BOD, COD,
NH3,-N dan T-N.
7. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan di PT Batang Hari Barisan berupa sampah
domestik, limbah padat tatal dan lumpur (sludge). Limbah padat yang berupa
sampah berasal dari sortasi bahan baku dan sisa pembuatan peti SIR, yang
terdiri dari potongan-potongan kayu, kantong atau karung plastik, potongan
kawat, dan plastik pembungkus. Sedangkan limbah padat yang berupa tatal
berasal dari IPAL. Jumlah limbah padat yang dihasilkan PT Batang Hari
Barisan untuk sampah sekitar 21-25 kg/hari, sedangkan tatal berkisar antara
10-14 m3/hari.
9. Kebisingan
Kebisingan ditimbulkan dari mesin-mesin yang digunakan untuk kegiatan
produksi dan diesel. Selain itu, kebisingan juga dihasilkan dari alat yang
digunakan untuk mengangkat bahan baku yang akan diproses. Pengukuran
terhadap kebisingan dilakukan di dalam pabrik dan di luar pabrik (50 m dari
penggilingan dan 100 m dari penggilingan). Berdasarkan hasil pengukuran 15
Oktober 2019, tingkat kebisingan di dalam pabrik memenuhi standar yang
ditetapkan yaitu 81,4 dB (A), dimana standarnya adalah maksimal 85 dB (A),
sedangkan kebisingan di luar pabrik memenuhi standar yang ditetapkan.
10. Limbah B3
Limbah B3 yang dihasilkan yaitu dari penggantian oli mesin, aki dan lampu
neon. Limbah B3 yang dihasilkan oleh pihak perusahaan tidak selalu dalam
jumlah yang banyak berbeda dengan jumlah limbah lainnya.
partikel-partikel yang terdapat pada gas buang dengan menginjesikan uap air
ke dalam cerobong. Selain itu usaha yang dilakukan adalah dengan
meningkatkan kebersihan saluran air buangan.
4. Pengendalian bising yang dihasilkan berasal dari mesin-mesin proses produksi
yaitu dengan penyedian Alat Pelindung Diri (APD) berupa earmuff dan
earplug.
5. Perusahaan yang menghasilkan limbah B3 harus melakukan pengelolaan
sendiri terhadap limbah B3 yang dihasilkan. Pengelolaan yang dilakukan
terhadap limbah B3 yaitu dengan cara mengikuti prosedur dari peraturan yang
telah ada mengenai pengelolaan limbah B3, yaitu dengan cara menyimpan,
dimana PT Batang Hari Barisan telah memiliki izin sesuai dengan persyaratan
untuk tempat penyimpanan limbah B3. Setiap limbah yang telah dikumpulkan
selanjutkan diberikan kepada pihak ketiga untuk selanjutnya dilakukan
pengelolaan lanjutan. Pengiriman yang dilakukan kepada pihak ketiga yaitu
PT Lembah Krya.
Limbah padat di PT. Batanghari Barisan Kota Padang terbagi atas dua jenis, yaitu
limbah padat domestik dan limbah padat industri. Limbah padat domestik
dihasilkan oleh semua ruangan dari aktivitas pegawai di PT. Batanghari Barisan
sedangkan limbah padat industri dihasilkan dari seluruh kegiatan produksi.
Limbah padat industri terbagi atas dua, yaitu limbah hasil kontaminan dan limbah
berbentuk padatan lumpur hasil produksi yang disebut tatal. Berikut merupakan
daftar ruangan penghasil limbah padat dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.2 Data Timbulan Limbah Padat Industri PT. Batanghari Barisan
Jumlah
No Bulan Tahun Jenis Limbah Padat
(m3)
1 Januari 2019 308
2 Februari 2019 276
3 Maret 2019 304
4 April 2019 236
5 Mei 2019 280
6 Juni 2019 Tatal dan Sludge 228
7 Juli 2019 296
8 Agustus 2019 232
9 September 2019 208
10 Oktober 2019 316
11 November 2019 316
12 Desember 2019 152
Total 3.152
Sumber: PT. Batanghari Barisan Kota Padang, 2019
Gambar 4.1 Grafik Timbulan Limbah Padat PT. Batanghari Barisan Kota Padang
Dari grafik di atas, dapat dilihat fluktuasi limbah padat tatal dari Bulan Januari
2019 sampai Bulan Desember 2019 dengan rata-rata per bulannya sebesar 262,67
m3/ bulan. Volume limbah padat paling tinggi yaitu pada Bulan Oktober dan
November 2019 yaitu 316 m3 sedangkan yang paling rendah yaitu pada bulan
Desember 2019. Pengukuran limbah padat tatal ini bertujuan untuk mengetahui
kuantitas timbulan limbah padat tatal hasil industri setiap hari. Hasil pengukuran
pada akhirnya akan direkap dan dilaporkan ke DLH Kota Padang untuk laporan
sanitasi triwulan dan laporan sanitasi semester PT. Batanghari Barisan .
Skema kondisi eksisting pengelolaan limbah padat domesik dan industri pada PT.
Batanghari Barisan dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3 berikut.
Gambar 4.2 Sistem Pengelolaan Limbah Padat Domestik PT. Batanghari Barisan Kota
Padang
Sumber : PT. Batanghari Barisan Kota Padang, 2019
Gambar 4.3 Sistem Pengelolaan Limbah Padat Kontaminan Industri PT. Batanghari
Barisan Kota Padang
Sumber : PT. Batanghari Barisan Kota Padang, 2019
Limbah padat industri terbagi atas dua jenis yaitu limbah padat kontaminan dan
limbah padat tatal. Alur pengelolaan limbah padat kontaminan sama dengan
pengelolaan limbah domestik sedangkan alur pengelolaan limbah tatal yang ada di
PT. Batanghari Barisan Kota Padang dari sumber hingga ke TPA dapat dilihat
pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Skema Pengelolaan Limbah Padat Industri PT. Batanghari Barisan Padang
Sumber: PT. Batanghari Barisan Kota Padang, 2019
2. Penampungan sementara
Limbah padat industri yang ditampung sementara adalah limbah tatal. Limbah
tatal adalah limbah padat yang dihasilkan dari penyaringan IPAL dimana
limbah yang masih mengandung butiran karet, pasir atau kotoran. Limbah tatal
Gambar 4.5 Kondisi Eksisting Tempat Penampung Sementara Limbah Padat Tatal
Sumber : PT. Batanghari Barisan Kota Padang, 2019
3. Pengumpulan
Pengumpulan limbah padat di PT. Batanghari Barisan dilakukan oleh petugas
kebersihan dari PT. Batanghari Barisan sebanyak 1 kali sehari yaitu pada pukul
09.00 WIB. Petugas mengumpulkan limbah padat hasil kontaminan dari wadah
yang terdapat pada ruang produksi dengan menggunakan gerobak sampah
menuju tempat penampungan sementara limbah padat. Tempat penampungan
limbah kontaminan ini digabung dengan tempat penampungan sementara
limbah padat domestik.
4. Pengolahan
PT. Batanghari Barisan belum melakukan proses pengolahan pada limbah
padat. limbah padat industri hanya ditampung sementara, kemudian limbah
tersebut diangkut menggunakan truk ke TPA Air Dingin.
5. Pengangkutan
Pengangkutan limbah padat industri dilakukan oleh PT. Batanghari Barisan ke
TPA Air Dingin. Pengangkutan biasanya dilakukan secara berkala yaitu 2 kali
seminggu yaitu pada hari selasa dan sabtu dengan Dump Truck yang berukuran
4 m3 sebanyak 3 buah. Pemindahan limbah padat dari tempat penampungan
sementara ke truk dilakukan secara mekanis yaitu dengan alat forkflift khusus.
Gambar alat pengangkutan dapat dilhat pada Gambar 4.6 berikut.
6. Pemrosesan Akhir
Limbah padat industri dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah yaitu di
TPA Air Dingin Lubuk Minturun Kota Padang.
a. Bin Plastik 25 L
2. Pengumpulan
Pengumpulan limbah padat domestik di PT. Batanghari Barisan dilakukan oleh
petugas kebersihan dari PT. Batanghari Barisan sebanyak 1 kali sehari yaitu
pada pukul 09.00 WIB. Petugas mengumpulkan limbah padat dari wadah yang
terdapat pada masing-masing ruangan penghasil limbah dengan gerobak
sampah menuju tempat penampungan sementara yang letaknya di samping bak
penampung tatal. Tempat penampungan sementara ini hanya berupa lahan
terbuka. Berikut merupakan alat pengumpul sampah dan tempat penampungan
sementara dapat dilihat padat Gambar 4.9 dan Gambar 4.10.
3. Pengolahan
Berdasarkan kondisi eksisting pihak PT. Batanghari Barisan belum melakukan
pengolahan terhadap limbah padat domestik yang dihasilkan. Limbah domestik
hasil aktivitas pegawai ini belum dilakukan pengolahan apapun seperti reduce,
reuse, recycle (3R). Hal ini dikarenakan volume limbah yang sedikit sehingga
pengolahan yang dilakukan tidak efektif dan efisien.
4. Pengangkutan
Pengangkutan limbah padat domestik dilakukan oleh PT. Batanghari Barisan
ke TPA Air Dingin. Pengangkutan biasanya dilakukan secara berkala yaitu 2
kali seminggu yaitu pada hari Selasa dan Sabtu dengan Dump Truck yang
berukuran 4 m3 sebanyak 3 buah dengan sekali ritasi. Pemindahan Limbah
padat dari tempat penampungan sementara ke truk dilakukan secara mekanis
yaitu dengan alat forkflift khusus. Gambar alat pengangkutan dapat dilhat pada
Gambar 4.11 berikut.
5. Pemrosesan Akhir
Limbah padat domestik hasil Aktivitas pegawai di buang ke tempat
pemrosesan akhir sampah yaitu di TPA Air Dingin Lubuk Minturun Kota
Padang.
5.1 Umum
Bab ini menjelaskan tentang evaluasi sistem pengelolaan limbah padat di PT.
Batanghari Barisan Kota Padang dengan membandingkan hasil pengamatan yang
telah dilakukan dengan peraturan yang berlaku.
PT. Batanghari Barisan dalam pewadahan limbahnya cukup baik namun perlu
dilakukan peningkatan. Peningkatan yang harus dilakukan yaitu pemilahan
terlebih dahulu limbah domestik dan kontaminan dari sumbernya, sehingga
limbah tersebut tidak tercampur waktu akan dibuang ke TPA. Pemilahan di
sumber sesuai dengan karakteristik limbah akan membantu meningkatkan
efisiensi dalam pengeolaan sampah.
Total pewadahan pada masing-masing sumber limbah padat domestik dan limbah
padat kontaminan berjumlah 25 buah terdiri dari 19 wadah limbah padat domestik
dan 6 wadah di dalam ruang produksi untuk limbah kontaminan. Pada setiap
sumber disediakan satu wadah dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi untuk
menampung limbah domestik seperti bin plastik ukuran 25 liter dan drum bekas
dengan ukuran 50 liter.
Limbah Padat
Domestik : Tidak
Belum dilakukan sesuai
Hijau : Sampah organik 5 jenis pewadahan
Pewadahan : Kuning : Sampah daur ulang Limbah Padat
Biru : Sampah daur ulang Industri
2. Merah : Sampah b3 Tidak
kontaminan :
Abu-abu : Sampah Residu * sesuai
a. Wadah Belum dilakukan
5 jenis pewadahan
Limbah Padat
Sampah organik : warna gelap
Domestik : Tidak
Sampah anorganik : warna terang
Belum dilakukan sesuai
Sampah b3 : diberi tanda **
3 jenis pewadahan
Parameter
Kondisi
No yang Peraturan yang berlaku Ket.
Eksisting
dianalisa
Limbah Padat
Industri
kontaminan :
Belum dilakukan
3 jenis pewadahan
Limbah Padat
Domestik :
a. sesuai
a. Bin 25 L
tertutup
b. tidak
b. Drum bekas
Kotak, silinder, kontainer, bin (tong), sesuai
b. Bentuk terbuka
semua bertutup dan kantong plastik **
Limbah Padat
Industri
a. sesuai
kontaminan :
a. Bin 25 L
tertutup
Limbah Padat
Domestik :
a. Ringan, mudah
dipindahkan, dan a. Sesuai
mudah
dikosongkan b. tidak
b. Berat, mudah sesuai
dipindahkan, dan
Ringan,mudah dipindahkan, dan mudah
c. Sifat mudah
dikosongkan **
dikosongkan
Limbah Padat
Industri
kontaminan :
a. Ringan, mudah a. Sesuai
dipindahkan, dan
mudah
dikosongkan.
Limbah Padat
Domestik a. Sesuai
a. Plastik b.
b. Logam Sesuai
Logam, plastik, fiberglass, kayu, bambu,
d. Jenis Limbah Padat
rotan **
Industri
kontaminan: a. Sesuai
a. Plastik
Limbah Padat
Domestik : Sesuai
Instansi
e. Pengadaan Pribadi, instansi, pengelola ** Limbah Padat
Industri
Sesuai
kontaminan :
Instansi
* Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No 03 Tahun 2013
** SNI 19- 2454 -2002
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sistem pemilahan dan pewadahan limbah
padat PT. Batanghari Barisan belum memenuhi dari peraturan yang berlaku serta
untuk wadah drum bekas juga belum memenuhi peraturan karena tidak sesuai
dengan parameter bentuk dan sifat dari pewadahan.
5.2.2 Pengumpulan Limbah Padat
PT. Batanghari Barisan belum mengolah limbah padat secara mandiri. Hal ini
dikarenakan limbah tersebut tidak mengandung unsur kimia yang beracun dan
berbahaya, namun untuk limbah tatal cukup berbahaya karena baunya yang tajam.
Limbah padat tatal bisa dimanfaatkan kembali sebagai bahan campuran dalam
pengomposan sehinga limbah padat tatal tidak dibuang ke lingkungan.
5.3 Evaluasi Aspek Non Teknis Operasional Limbah Padat PT. Batanghari
Barisan Kota Padang
Hasil evaluasi aspek non teknis limbah padat di PT. Batanghari Barisan Kota
Padang dibandingkan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik
Indonesia No 03 Tahun 2013 mendapatkan hasil seperti pada Tabel 5.4.
Berdasarkan hasil evaluasi aspek non teknis didapatkan semua parameter telah
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Seksi Kebersihan
Bentuk Institusi
bertanggung jawab dalam
Pengelolaan Seperti Seksi
memonitoring kegiatan
Kebersihan, Unit
kebersihan lingkungan PT. Sesuai
2. Institusi Pelaksana Teknik Dinas
Batanghari Barisan
(UPTD), Dinas Kebersihan
Dan Perusahaan Daerah
(PD) Kebersihan
• Berasal dari Pembiayaan dianggarkan
pemerintah daerah dari dana tahunan PT.
• Retribusi masyarakat Batanghari Barisan dan
pelayanan ada biaya tersendiri untuk
Aspek
3. • Pihak swasta retribusi kepada pihak Sesuai
Pembiayaan
• Organisasi yang peduli DLH
terhadap pengelolaan
sampah
5.4 Rekomendasi
biogasifikasi. Untuk itu PT. Batanghari Barisan harus memiliki izin untuk
pengolahan limbah padat tatal dari Pemerintah Kota Padang.
5. Pengangkutan
Dump truck sebaiknya dilengkapi dengan penutup terpal supaya tidak
mengganggu lingkungan selama perjalanan ke TPA.
Berikut ini adalah rekapitulasi dari evaluasi dan rekomendasi teknik operasional
pada pengelolaan limbah padat di PT Batanghari Barisan dapat dilihat pada
Tabel 5.5.
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai alternatif pengolahan limbah padat yang
dihasilkan selama produksi karet. Alternatif pengolahan ini dilakukan dengan cara
penggunaan kembali limbah padat dengan berbagai macam pengolahan dan hasil.
Bahan penolong yang digunakan untuk proses pengolahan limbah menjadi kompos
adalah EM4 sebagai aktivator, bekatul dan gula pasir (tetes) sebagai sumber energi
bagi mikrobia, serta air untuk menjaga kelembaban kompos. EM 4 mengandung
berbagai jenis mikroba, namun yang menonjol yaitu bakteri lactobacille sp,
streptomyces sp, ragi, actinomycetes dan bakteri fotosintetik. EM4 diberikan secara
langsung untuk menambah hara rendah. Hasil fermentasi dengan EM 4 disebut
bokashi (Mayer et al., 2010).
Selama proses pengomposan diamati uji rasio C/N pada minggu ke-2 dan minggu
ke-4 untuk melihat aktivitas mikrobia. Hasil pengamatan rasio C/N dapat dilihat
pada Gambar 6.2.
Gambar 6.2. Hasil Uji Rasio C/N Pada Proses Pengomposan Dengan Variasi Rasio Limbah
Crumb Rubber/Bekatul
Hasil uji rasio C/N menunjukkan kisaran 16,85-36,43 untuk semua formulasi
kompos yang dibuat. Pada SNI 2803:2010 Pupuk NPK Padat tidak ada
persyaratan untuk angka rasio C/N, sedangkan pada Peraturan Menteri Pertanian
No 70/Permentan/SR 140/10/2011 tanggal 25 Oktober 2011 untuk pupuk organik
padat mensyaratkan angka 15-25. Hasil uji rasio C/N yang terkecil pada minggu
ke-4 dicapai oleh kompos dengan bekatul 10 bagian dan limbah padat 90 bagian,
yaitu sebesar 16,85 sedangkan hasil uji rasio C/N terbesar dicapai oleh kompos
dengan bekatul 40 bagian dan limbah padat 60 bagian. Hasil uji menunjukkan
kecenderungan makin banyak limbah padat crumb rubber yang digunakan, makin
tinggi angka rasionya. Rasio C/N yang sesuai persyaratan menunjukkan proses
pengomposan berjalan baik. Rasio C/N blanko menunjukkan angka 25,89 pada
minggu ke 4.
Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30:1 hingga
40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N
untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan
cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu
tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi
berjalan lambat. Hasil penelitian menunjukkan rasio C/N berkisar antara 16,85-
36,48. Kompos yang menunjukkan rasio C/N efektif adalah kompos dengan
pemakaian bekatul 20 bagian dan limbah padat crumb rubber 100, 90, dan 80
bagian.
Hasil uji N,P,K dan kadar air dibandingkan dengan SNI 2803:2010 tentang Pupuk
NPK Padat. Formulasi yang memenuhi persyaratan standar tersebut (kecuali
kalium) adalah kompos yang dibuat dengan bekatul 20 bagian, dan limbah 100
bagian, 90 bagian, serta 80 bagian. Ada hubungan langsung antara peningkatan
suhu dengan konsumsi oksigen. Makin tinggi temperatur makin banyak konsumsi
oksigen dan akan makin mempercepat proses dekomposisi. Suhu yang berkisar
antara 30-60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih
tinggi dari 50oC akan membunuh mikroba mesofilik dan hanya mikroba termofilik
saja yang akan tetap hidup (Li et al., 2013).
Berikut hasil penelitian kompos yang diuji sesuai SNI 2803:2010 Pupuk NPK
Padat dapat dilihat pada Tabel 6.2.
Tabel 6.2 Hasil Penelitian Parameter Uji Menurut SNI 2803:2010 Pupuk NPK
Padat
No. Hasil Uji Persyaratan SNI
Parameter Uji
100/20 90/20 80/20 2803 : 2010
1. Nitrogen, %b/b 9,8 13,7 12,0 Min 8
2. Fosfor, %b/b 4,1 11,1 8,0 Min 8
3. Kalium, %b/b 2,7 3,1 3,8 Min 8
4. Jumlah kadar NPK, %b/b 16,6 27,9 23,8 Min 8
5. Kadar air, %b/b 5,04 4,1 3,75 Maks 3
Berikut hasil penelitian kompos yang diuji sesuai Peraturan Menteri Pertanian No:
70/Permentan/SR-140/10/2011 tentang Pupuk Organik dapat dilihat pada Tabel
6.3.
Tabel 6.3 Hasil Uji Kompos Hasil Penelitian Menurut Peraturan Menteri Pertanian
No. 70/Permentan/SR-140/10/2011 Tentang Pupuk Organik
No. Hasil Uji Persyaratan
Permentan No:
Parameter Uji
100/20 90/20 80/20 70/Permentan/SR-
140/10/2011
1. Nitrogen, %b/b kering 9,8 13,7 12,0 Tidak dipersyaratkan
2. Fosfor, %b/b kering 4,1 11,1 8,0 Tidak dipersyaratkan
3. Kalium, %b/b kering 2,7 3,1 3,8 Tidak dipersyaratkan
4. Jumlah kadar NPK (hara
16,6 27,9 23,8 Min 4
makro), %b/b kering
5. Kadar air, %b/b 5,04 4,1 3,75 15-25
6. Cemaran logam
Raksa (Hg), ppm <0,002 <0,002 <0,002 Maks 1
Kadmium (Cd), ppm <0,01 <0,01 <0,01 Maks 2
Timbal (Pb), ppm -- -- -- Maks 50
7. Arsen, ppm <0,005 <0,005 <0,005 Maks 10
8. C-Organik, %b/b kering 27,58 24,95 26,25 Min 15
9. Rasio C/N 25,30 23,10 24,31 15-25
10. Bahan ikutan (plastik, kaca,
-- -- -- Maks 2
kerikil )
11. pH 7 7 7 4-9
Sumber: Supraptiningsih dan Nursamsi, 2014
Tabel 6.3 menunjukkan sifat atau kualitas kompos yang dihasilkan. Ditinjau dari
sifat kimia, kompos ini mempunyai kondisi pH 7. Pada umumnya unsur hara
mudah diserap akar tanaman pada pH netral, karena pada pH tersebut kebanyakan
unsur hara mudah larut dalam air dan Rasio C/N 23,10-25,3 dimana termasuk
memenuhi persyaratan Permentan No: 70/Permentan/SR-140/10/2011. Hasil
perhitungan statistik menggunakan ANOVA menunjukkan bahwa penambahan
jumlah limbah padat berpengaruh nyata terhadap nilai rasio C/N. Makin banyak
limbah yang ditambahkan, maka nilai rasio C/N meningkat.
Hal ini dapat disimpulkan kompos terbaik dan memenuhi persyaratan SNI
2803:2010 (kecuali Kalium) dan yang memenuhi Peraturan Menteri Pertanian No:
70/Permentan/SR-140/10/2011 adalah kompos dengan formulasi bekatul 20 bagian
dan limbah padat crumb rubber 100 bagian, 90 bagian dan 80 bagian. Kompos
tersebut memiliki ciri antara lain, berwarna coklat tua agak hitam mirip dengan
warna tanah, tidak larut dalam air, rasio C/N sebesar 25,30; 23,10; dan 24,31, suhu
kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan tidak berbau.
Perlakuan terbaik pada LIA2 (L adalah dosis limbah padat industri karet dan A
adalah dosis kotoran ayam ) dengan berat basah tajuknya sebesar 155,8, berat
kering tajuk sebesar 48,7, berat basah akar sebesar 92,4 dan berat kering akarnya
sebesar 30,6. Pada L0A0 merupakan rata-rata yang angkanya paling rendah yaitu
sebesar 48,5 untuk berat basah tajuk, 19,9 untuk berat kering tajuk, 32,5 untuk
berat basah akar, dan 15,1 untuk berat kering akar. Pemberian limbah padat
industri karet dengan dosis 75 kg/ha (500 gram/ limbah padat pada bibit ) dan
pupuk kandang kotoran ayam dengan dosis 75 kg/ha (500 gram/ kotoran ayam
bibit ) merupakan perlakuan terbaik bagi tanaman sawit. Pengaruh penambahan
potongan karet dan kotoran ayam sebagai pupuk seperti pada Tabel 6.4.
Rata-rata berat basah, kering tajuk dan akar bibit pre nursery
pada 14 mst
No. Perlakuan L x A
Berat basah Berat kering Berat basah Berat kering
tajuk tajuk akar akar
4. L1A0 115,7 39,1 46,8 18,2
5. L1A1 119,5 39 50,2 16,6
6. L1A2 155,8 48,7 92,4 30,6
7. L2A0 121,5 40,2 85,3 24
8. L2A1 90 33,2 51,1 18,9
9. L2A2 98,2 35,2 49,1 19,8
Sumber : Sustiyah, Zubaidah, 2013
Berdasarkan hasil temuan oleh Mutiara dan Hakimi (2012) didapatkan jumlah
produksi karet di Sumatera Barat sebesar 115.837,6 ton/tahun pada 2009 dengan
total limbah crumb rubber 4.425/ton. Rata-rata 71,7% limbah crumb rubber tidak
digunakan, sisanya dijadikan penimbun. Dari kalori kalor yang cukup tinggi yaitu
sekitar 3600 kal/gram pada tatal, maka tatal berpotensi untuk dimanfaatkan
sebagai sumber energi alternatif yang bisa digunakan sendiri oleh industri itu
sendiri maupun industri lainnya yang ada di Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai teknologi yang mungkin dilakukan untuk
pemanfaatan tatal sebagai sumber energi alternatif sehingga selanjutnya dapat
dihitung nilai ekonomi tatal.
Dari berbagai alternatif yang ada maka dapat ditarik kesimpulan bahwa limbah
padat dari industri karet ini dapat dilakukan berbagai cara, selain dimanfaatkan
kembali sebagai bahan baku juga dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanah
berpasir, penyerap tumpahan minyak, dan lain-lain.
Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa orang peneliti,
terdapat 4 jenis alternatif pengolahan limbah padat pada industri karet ini.
Alternatif pengolahannya yaitu sebagai adsorben untuk logam Cr, sebagai pupuk
kompos, sebagai pupuk tanah berpasir, dan sebagai biomassa. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.5.
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
Bahri S.2013. Pemanfaatan Limbah Padat Pabrik Crumb Rubber (Tatal) Pada
Pembuatan Bahan Bakar Cair . Palembang : Baristand
Damanhuri, Erni dan Tri Padmi. 2004. Pengelolaan Sampah Terpadu. Bandung :
ITB
Daud D.2012. Pemanfaatan Limbah Padat Industri Karet Remah Sebagai Bahan
Tambahan Pada Pembuatan Kompon Karet. (diakses pada 25 November 2019)
Mutiara, V.I dan Hakimi, R.2012. Potensi pemanfaatan limbah crumb rubber
sebagai biomassa di Sumatera Barat, Simposium Nasional Ekonomi karet.
Fakultas Pertanian Universitas Jambi bekerjasama dengan Perhimpunan
Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI).
Tarachiwin, L., Sakdapipanich, J., Ute, K., Kitayama, T., Tanaka,Y. (2005).
Structural characterization of terminal group of natural rubber 2 :
Decompotition of branch-points by phospholipase and chemical treatments,
Biomacro-molecules, 6, 1858-1863.
Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum
Republik Indonesia No
03 Tahun 2013
LAMPIRAN D
DOKUMENTASI
DOKUMENTASI