Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS SISTEM EPR UNIQLO

SEBAGAI BENTUK PENGELOLAAN LIMBAH

LAPORAN TUGAS 1
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Limbah Padat
yang diampu oleh Dr. Benno Rahardyan, S.T., M.T.

oleh

SHIFA NADYA PUTRI 15321038

DAVID DARREN WIRAATMAJA 15321039

MARISSA HALIMATUS SA’DIYAH 15321040

SILVIA AISHA 15321042

MARIO FARREL WIBOWO 15321044

FRANZ NEVINNE NETHANIA 15321045

BRANDEN 15321046
MADELAINE GLORIA NAARGA 15321047

(Program Studi Sarjana Teknik Lingkungan)

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Februari 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................. i
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................iii
DAFTAR TABEL................................................................................................... iv
Bab I Pendahuluan................................................................................................... 1
I.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
I.2 Tujuan..........................................................................................................3
I.3 Ruang Lingkup............................................................................................ 3
Bab II EPR Di Indonesia.........................................................................................4
II.1Gambaran Umum Lokasi Studi...................................................................4
II.2Sistem EPR dan Sirkular Ekonomi di Indonesia.........................................6
II. 3Pengumpulan Data...................................................................................... 9
III. 1Best Practices.......................................................................................... 12
III.1.1 Aplikasi Sistem EPR UNIQLO Luar Negeri ke Indonesia........... 12
III.1.2 Aplikasi Sistem EPR Luar Negeri ke Indonesia........................... 16
III.2 Rekomendasi Sistem EPR di Indonesia..................................................21
Bab IV Penutup.....................................................................................................23
IV.1 Simpulan.................................................................................................23
IV.2 Saran.......................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
LAMPIRAN...........................................................................................................26
Lampiran A Lembar Kontribusi..................................................................... 26

i
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Lembar Kontribusi..................................................................... 26

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Remake Project...................................................................10


Gambar II.2 Step to Make Clothes from Recycled Polyester…………….10
Gambar III.1 Clothing to Materials.........................................................12
Gambar III.2 Clothing to Fuel.................................................................13
Gambar III.3 Re.UNIQLO Studio............................................................ 15

iii
DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Analisis Penerapan Sistem EPR UNIQLO dari Luar Negeri ke
Indonesia…………………………………………………………………...12
Tabel III.2 Analisis Penerapan Sistem EPR Luar Negeri ke
Indonesia...................................................................................................... 16

iv
Bab I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Berdasarkan data yang diperoleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada


pertengahan tahun 2022, jumlah penduduk di Indonesia sebanyak 275.77
juta jiwa. Jumlah tersebut naik 1,13% dibandingkan pada tahun lalu yang
sebanyak 272,68 juta jiwa. Seiring dengan pertambahan penduduk
tentunya tidak terlepas dari peningkatan produksi limbah yang dihasilkan
oleh masyarakat khususnya limbah tekstil yang terus meningkat setiap
tahunnya. Limbah tekstil yang dihasilkan dapat berupa air limbah (cairan),
limbah padat, dan limbah yang berbentuk gas. Limbah padat yang
dihasilkan oleh industri tekstil contohnya adalah kain dan aksesoris pada
pakaian. Pada tahun 2018, Zero Waste Indonesia menemukan fakta
mengenai jumlah limbah tekstil yang mendominasi polutan di lautan
bahkan lebih banyak dari sampah plastik. Limbah pakaian tersebut
dihasilkan dari aktivitas industri yang didapatkan dari gaya hidup
masyarakat yang membuang pakaian bekas. Seperti data dari riset milik
YouGov yang mencatat bahwa terdapat sekitar 66% masyarakat dewasa
membuang paling tidak satu buah pakaian mereka pertahun dan sekitar
25% membuang setidaknya lebih dari 10 pakaian per tahun.

Di samping itu, sebanyak 41% kalangan milenial di Indonesia juga


menjadi konsumen produk fast fashion yang menyumbangkan potensi
sampah pakaian lebih banyak lagi. Harga beli yang murah membuat
masyarakat cenderung mengikuti mode fashion terkini dengan membeli
baju-baju terbaru dari industri fast fashion. Rendahnya harga yang
ditawarkan para pelaku usaha fast fashion membuat masyarakat merasa
tidak sayang untuk membuang pakaian lama yang masih layak pakai.
Sehingga, lingkungan terus menerima sampah-sampah pakaian dalam
jumlah yang tidak sedikit yang dapat berdampak terhadap pencemaran air.
Studi yang dilakukan Pusat Riset Oseanografi Institut Pertanian Bogor

1
(IPB) pada bulan Februari 2022, menemukan sebanyak 70% bagian tengah
Sungai Citarum tercemar mikro plastik, berupa serat benang polyester. Hal
tersebut diperkuat dengan keberadaan industri tekstil di kawasan tersebut.
Kandungan mikroplastik dapat mengancam kehidupan biota di Daerah
Aliran Sungai Citarum. Kerusakan yang terjadi berupa kecacatan hingga
kematian ikan dan kerang di Sungai Citarum. Selain itu, penggunaan air
Sungai Citarum untuk mandi dan mencuci baju oleh warga sekitar juga
berpotensi memunculkan berbagai penyakit. Tidak hanya berhenti disitu,
kurangnya edukasi pada masyarakat terkait pemisahan jenis sampah juga
turut memperburuk keadaan. Contohnya, perilaku masyarakat yang tidak
membuang limbah pakaian pada tempatnya sehingga menyulitkan proses
pemilahan sampah yang berujung pada pencemaran lingkungan.

Sebagai salah satu solusi dari permasalahan limbah tekstil, berbagai


industri garmen ternama yang turut berkontribusi dalam tren fast fashion
ini telah melakukan upaya dalam menurunkan jumlah limbah pakaian.
Contohnya adalah UNIQLO yang menyediakan tempat daur ulang pakaian
bagi pelanggan yang ingin membuang pakaian yang tidak lagi digunakan
dan mengimplementasikan inisiatif mereka, yaitu Re.UNIQLO. Inisiatif
Re.UNIQLO digagas perusahaan sejak tahun 2020 dan berfokus pada tiga
aspek, yaitu recycle, reuse, dan reduce sebagai bentuk perwujudan dari
Extended Producer Responsibility (EPR). Terdapat bermacam metode
EPR yang efisiensinya tergantung oleh beberapa aspek, seperti bahan baku
yang digunakan pada produk, kemudahan pengolahan limbah produk
menjadi produk baru, karakteristik konsumen, dan lain-lain. Pada tugas ini,
kami akan memberi saran mengenai metode EPR yang relevan untuk
untuk digunakan oleh perindustrian tekstil seperti UNIQLO di Indonesia.
Tujuan dari penerapan EPR tersebut salah satunya untuk mempromosikan
upaya pembatasan dan pengurangan sampah melalui internalisasi biaya
lingkungan dan ekonomi ke dalam kegiatan daur ulang produk, artinya
dalam pembuatan suatu produk harus menyertakan biaya lingkungan agar
life-cycle produk tersebut dapat terjamin.

2
I.2 Tujuan

1. Menentukan mekanisme tanggung jawab produsen (PT. Fast Retailing


Indonesia atau UNIQLO) Indonesia untuk mengelola limbah pakaian
bekas pakai hasil produksi dengan menerapkan EPR.
2. Menentukan rekomendasi sistem EPR yang paling tepat untuk diterapkan
pada produsen tekstil di Indonesia.
3. Menentukan kaitan EPR dengan sirkular ekonomi.

I.3 Ruang Lingkup

Dalam laporan kali ini, ruang lingkup yang kami gunakan meliputi :
1. Analisis mekanisme penerapan Extended Producer Responsibility (EPR)
oleh produsen dalam mengelola limbah pakaian bekas pakai hasil produksi
di Indonesia.
2. Analisis pengaplikasian Extended Producer Responsibility (EPR) pada PT.
Fast Retailing Indonesia (UNIQLO).
3. Analisis perbandingan penerapan sistem EPR di luar Indonesia dengan di
Indonesia

3
Bab II EPR Di Indonesia

II.1 Gambaran Umum Lokasi Studi

PT. Fast Retailing Indonesia (UNIQLO) merupakan perusahaan retail


pakaian brand casual UNIQLO yang berlokasi di South Quarter Tower C,
17th Floor, Jl. R.A. Kartini Kav. 8 Cilandak, Jakarta Selatan. PT. Fast
Retailing Indonesia (UNIQLO) sudah berdiri sejak 16 Oktober 2012 dan
telah memiliki 56 gerai yang tersebar di seluruh Indonesia ( per Desember
2022). Awalnya, Grup Fast Retailing didirikan oleh Tadashi Yanai pada 1
Mei 1963 di Yamaguchi City, Jepang. Grup Fast Retailing membuka toko
pertama brand UNIQLO pada tahun 1984 di Fukuromachi store,
Hiroshima, Jepang. Setelah itu, UNIQLO berkembang pesat dengan
membuka sebanyak 2.252 store di 25 negara di seluruh dunia saat ini,
salah satunya membuka di Indonesia. Toko UNIQLO di Indonesia pertama
kali dibuka di Lotte Shopping Avenue pada Juni 2013.

Filosofi dari perusahaan Grup Fast Retailing adalah “Changing clothes.


Changing conventional wisdom. Changing the world.” Dari filosofi yang
terus dipegang teguh, saat ini Grup Fast Retailing menjadi perusahaan
produsen dan retail pakaian berlabel pribadi terbesar pertama di dunia
dalam hal penjualan. Grup Fast Retailing tidak hanya memiliki brand
pakaian UNIQLO, namun juga mengoperasikan beberapa merek pakaian
lainnya, seperti GU dan Theory. Berbeda dengan merek pakaian lain
dalam Grup Fast Retailing, UNIQLO menawarkan konsep LifeWear untuk
pakaian sehari-hari yang terbuat dari bahan berkualitas tinggi dan sangat
fungsional dengan harga yang wajar dengan mengelola segalanya mulai
dari pengadaan dan desain hingga produksi dan penjualan. Pertumbuhan
UNIQLO berkembang baik di luar Jepang ke Cina Raya, Asia Tenggara,
Eropa, dan Amerika. Grup Fast Retailing memiliki keinginan yang kuat
untuk memanfaatkan kekuatan pakaian dalam memperkaya kehidupan
orang-orang di seluruh dunia dan menciptakan masyarakat yang lebih
berkelanjutan.

4
Grup Fast Retailing (UNIQLO) sendiri sudah memiliki misi mengenai
filosofi yang ingin ditegaskan sebagai tujuan keberadaan Grup Fast
Retailing dan apa yang hendak diwujudkan melalui kegiatan bisnisnya.
Berikut merupakan misi dari Grup Fast Retailing Indonesia :
1. Menciptakan pakaian yang benar-benar berkualitas dengan nilai unik
dan baru, serta menawarkan kegembiraan, kebahagiaan dan kepuasan
mengenakan pakaian yang berkualitas bagi orang-orang di seluruh dunia.
2. Berkontribusi dalam memperkaya kehidupan masyarakat melalui
kegiatan-kegiatan unik perusahaan dengan tujuan mencapai pertumbuhan
perusahaan yang selaras dengan masyarakat.

Selain itu, Grup Fast Retailing juga sudah memiliki visi mengenai
sustainability produk UNIQLO. Grup Fast Retailing telah mengumumkan
komitmen dan target untuk enam masalah penting sebagai upaya
sustainability dan akan menerapkannya sebagai bagian dari strategi bisnis,
yaitu sebagai berikut :
1. Ciptakan Nilai Baru melalui Produk dan Layanan
2. Hormati Hak Asasi Manusia dalam Rantai Pasokan Kita
3. Hormati Lingkungan
4. Memperkuat Komunitas
5. Mendukung Pemenuhan Karyawan
6. Tata Kelola Perusahaan

Target pertama dari Grup Fast Retailing adalah menciptakan nilai baru
melalui produk dan layanan, yang artinya perusahaan memiliki niat dalam
membuat inovasi baru dalam bidang produk dan layanan contohnya seperti
membuat layanan alterasi untuk pemotongan produk celana agar sesuai
ukurannya kepada konsumen. Lalu target kedua yaitu hormati Hak Asasi
Manusia dalam rantai pasokan perusahaan bertujuan untuk menghargai
dan menjunjung tinggi hak setiap karyawan yang bekerja di dalam
perusahaan apapun posisi jabatan mereka. Kemudian target ketiga adalah
menghormati lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari salah satu kebijakan

5
UNIQLO yaitu Re.UNIQLO, yang bertujuan dalam tiga hal yaitu Recycle,
Reuse, dan Reduce agar dapat berkontribusi dalam menjaga lingkungan.

Komitmen target keempat adalah memperkuat komunitas, Grup Fast


Retailing memiliki keinginan dalam mempererat hubungan pekerja dan
juga konsumen UNIQLO sehingga komunikasi dapat lebih mudah.
Komunikasi yang baik ini dapat membantu perusahaan dalam menjalankan
kebijakannya seperti Re.UNIQLO yang membutuhkan kedua pihak,
pekerja dan konsumen. Target kelima adalah mendukung pemenuhan
karyawan, yang artinya perusahaan masih mengetahui kurangnya lapangan
kerja di Indonesia dan bersedia menerima karyawan walaupun berada pada
zaman berkembangnya teknologi ini. Lalu target keenam adalah tata kelola
perusahaan, yang artinya Grup Fast Retailing memiliki komitmen dalam
membuat struktur dalam perusahaan yang efektif. Dengan adanya tata
kelola perusahaan yang baik, maka kinerja setiap bagian perusahaan juga
dapat berfungsi dengan baik seperti bidang sustainability dalam
mengerjakan tugasnya ataupun bidang pemantauan yang memastikan
setiap bidang bekerja dengan baik.

II.2 Sistem EPR dan Sirkular Ekonomi di Indonesia

Extended Producer Responsibility (EPR) merupakan prinsip kebijakan


perlindungan lingkungan dengan tujuan mengurangi dampak lingkungan
yang berasal dari siklus hidup produk dengan cara memperluas tanggung
jawab produsen atas siklus hidup produk yang dibuatnya dengan penarikan
kembali dan pemusnahan akhir dari sisa produk setelah penjualan. Siklus
hidup produk tersebut termasuk dampak hulu (pemilihan bahan baku),
dampak dari proses produksi dari produk, dan dampak hili dari pemakaian
dan pembuangan produk. Tanggung jawab yang dipegang oleh produsen
dari sebuah produk meliputi pengurangan limbah, pemulihan, daur ulang,
dan penggunaan kembali. Sistem EPR dilaksanakan oleh produsen dengan
merancang dan mengembangkan produk yang ramah lingkungan agar bisa
mengurangi limbah, dapat didaur ulang, dan dapat digunakan kembali.

6
Extended Producer Responsibility (EPR) di Indonesia telah diatur dalam
pasal 15 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah. Tetapi pengaturan Extended Producer Responsibility (EPR) yang
diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang Pengelolaan Sampah masih
memiliki beberapa kekurangan, salah satunya belum diatur mengenai
sanksi yuridis yang akan diterima oleh produsen apabila tidak
melaksanakan EPR terkait pengelolaan kembali sampah kemasan yang
dihasilkan. Hal ini memunculkan permasalahan kekosongan dan
kekaburan hukum, karena sekalipun pengaturan Extended Producer
Responsibility (EPR) telah diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang
Pengelolaan Sampah, tetapi Pasal 15 Undang-Undang Pengelolaan
Sampah belum cukup komprehensif baik secara substansi, struktur dan
kultur hukum (Tristiana, 2018).

Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan sampah


membahas tentang bagaimana produsen harus bisa bertanggung jawab atas
produk dan kemasan yang dibuatnya sehingga potensi limbah dapat
berkurang. Pasal 15 Undang-Undang Pengelolaan Sampah mengatur
tentang produsen mempunyai kewajiban untuk mengelola barang dan
kemasan yang telah dibuat dan sulit/tidak dapat terurai oleh proses alam.
Dengan demikian produsen harus memilih antara melakukan daur ulang
atas limbah yang tidak dapat terurai, atau menggunakan bahan baku yang
dapat diurai oleh alam. Namun, pada Undang-Undang tersebut belum ada
penjelasan tentang apa arti ini bagi produsen dan bagaimana perusahaan
harus mematuhi peraturan tersebut. Peraturan yang telah ada tidak
menjelaskan tentang hukuman ataupun persyaratan pelaporan yang
membuat peraturan tersebut tidak berdampak. Selain itu, sampai saat ini
belum adanya kebijakan menarik kembali sampah barang atau kemasan
yang ada pada konsumen, target daur ulang bagi produsen pun belum
ditetapkan.

7
Di Indonesia pengembangan kerangka hukum EPR telah diberlakukannya
Peraturan Menteri 75/2019 “Peta Jalan Pengurangan Sampah” yang
menentukan implementasi target Jakstranas untuk industri barang
konsumsi, sektor ritel, dan industri hotel dan restoran. Pada tahun 2029
produsen kosmetik, makanan, dan barang-barang lainnya harus
mengurangi limbah yang dihasilkan oleh mereka sendiri sebesar 30 persen
dengan cara penggunaan kembali dan daur ulang produk. Kantong plastik
sekali pakai dilarang digunakan untuk sektor ritel. Sedangkan untuk
restoran dan hotel target penghematan dan daur ulang yang telah
ditetapkan sebanding dengan industri. Peraturan menyatakan bahwa
fasilitas penyimpanan limbah harus terlindung dari panas dan hujan,
disimpan dalam tempat tertutup, dan harus dikelompokkan berdasarkan
bahan dan bentuk.

Sistem EPR dapat dilaksanakan berdasarkan sistem tanggung jawab


individu maupun sistem tanggung jawab kolektif. Dengan sistem tanggung
jawab individu produsen harus bertanggung jawab secara mandiri untuk
mengumpulkan limbah sendiri atau mengontrak perusahaan pengelolaan
limbah. Dalam skema tanggung jawab kolektif, perusahaan mengharuskan
perusahaan bekerja sama untuk mendaur ulang limbah. Organisasi
Tanggung Jawab Produsen (PRO) atau operator sistem mengambil alih
tanggung jawab masing-masing produsen sehingga perusahaan dapat
menghemat waktu dan biaya.

Untuk saat ini pengelolaan limbah di Indonesia masih dianggap sebagai


ekonomi linier, yaitu produk yang telah dibuat dan digunakan akan
dibuang tanpa pengolahan lebih lanjut. Namun, Indonesia mulai
melakukan perubahan menuju ekonomi sirkular. Dalam ekonomi sirkular,
siklus hidup produk yang telah diproduksi akan diperpanjang dengan
menggunakan kembali dan mendaur ulang bahan. Extended Producer
Responsibility (EPR) dengan landasan hukum yang kuat merupakan kunci
dalam pembentukan ekonomi sirkular. Sistem EPR yang berjalan dengan

8
baik akan membuat produsen bertanggung jawab atas seluruh siklus
produk dan bahan kemasannya.

II.3 Pengumpulan Data

Pada analisis ini, teknik yang digunakan penulis dalam mengumpulkan


data adalah dekstop research . Dilakukan dengan mencari data pada
sumber-sumber yang terpercaya seperti jurnal, artikel ilmiah,surat kabar,
dan karya ilmiah dengan topik yang berkaitan dengan sistem EPR
khususnya EPR di bidang limbah tekstil.

Dari penelusuran kami terkait EPR di UNIQLO, ditemukan bahwa


UNIQLO menerapkan beberapa program EPR, yang pertama yaitu
Re.UNIQLO, sebuah program yang tak lain adalah sebuah sustainability
movement yang ingin mendorong keikutsertaan pelanggan dalam
mewujudkan bumi hijau lewat donasi pakaian UNIQLO. Dalam rangka
mengaktifkan semangat menghijaukan bumi dari pelanggan, UNIQLO
Indonesia menyempurnakan program donasi Re.UNIQLO dengan
menghadirkan eco bag Doraemon Sustainability Mode ekslusif yang
ramah lingkungan sebagai apresiasi bagi setiap pelanggan yang telah
mendonasikan pakaian UNIQLO mereka. Mekanisme untuk
memperolehnya cukup dengan menyumbangkan minimal lima pakaian
UNIQLO yang diserahkan kepada kasir di seluruh toko UNIQLO
Indonesia. Pakaian yang disumbangkan oleh pelanggan kemudian akan
dikelola melalui berbagai program yaitu , clothing to fuel, clothing to
materials, clothing to clothing , dan Re.UNIQLO studio namun di
UNIQLO Indonesia baru menerapkan program clothing to clothing.

Program clothing to clothing dimulai dengan pengumpulan pakaian


UNIQLO yang sudah tidak digunakan melalui Re.UNIQLO Box yang
disediakan di toko UNIQLO di seluruh Indonesia, lalu bersama desainer
Adrie Basuki, keduanya menciptakan pakaian dari bahan daur ulang yang
bisa digunakan dalam jangka waktu panjang. Terdapat 40 desain pakaian

9
upcycle bertema ‘Godai’ yang merepresentasikan lima elemen dalam
budaya Jepang, yakni Bumi,Air, Api, Angin serta Langit. Keseluruhan
pakaian tersebut dihasilkan dari proses daur ulang dengan teknik recycle
dan upcycle yang materialnya menggunakan sekitar 70% pakaian dari
Re.UNIQLO Box tersebut.

Gambar II.1 Remake Project (Sugar and Cream,2022)

Program selanjutnya selain Re.UNIQLO yaitu clothes made from recycled


polyester from pet bootles . Program ini merupakan program dimana
UNIQLO mengubah benang yang digunakan dalam pembuatan pakaian
mereka , yang semulanya berasal dari minyak bumi menjadi dari botol
PET bekas. Kain yang terbuat dari polyester daur ulang akan menjadi kain
yang lembut namun kuat. Kain ini juga tidak mudah kusut dan bertahan
lama meski dicuci menggunakan mesin, dry cleaning atau menggunakan
detergen dengan tingkat kimiawi yang tinggi. Program ini bertujuan untuk
membuat pakaian UNIQLO menjadi lebih tahan lama sehingga pelanggan
tidak harus membeli pakaian yang baru tiap waktu dan meminimalisir
limbah pakaian dari pelanggan. Selain itu juga dengan adanya program ini,
dapat menghemat penggunaan minyak bumi yang hampir habis dan dapat
meminimalisir sampah plastik khususnya botol PET.

10
Gambar II.2 Steps to Make Clothes
from Recycled Polyster ( UNIQLO,2022)

Program terakhir dari penerapan EPR di UNIQLO yaitu Blue Cycle Jeans.
Blue Cycle Jeans merupakan program dimana merubah sistem produksi
jeans menjadi lebih ramah lingkungan. Produksi Blue Cycle Jeans mampu
menghilangkan kebutuhan air dalam jumlah besar dan juga tenaga kerja
manual yang digunakan yang biasanya diperlukan untuk menghasilkan
tampilan jeans yang pudar dan usang. Blue Cycle Jeans secara signifikan
mengurangi jumlah air yang digunakan dalam proses finishing jeans,
hingga 99%. Selain itu, penggunaan Laser Distressing menggantikan
amplas mampu mengurangi beban pekerjaan yang dilakukan oleh tangan
manusia dan secara umum memperbaiki lingkungan kerja. Oleh karena itu,
Blue Cycle Jeans ini ramah terhadap manusia dan lingkungan.

11
Bab III Usulan Sistem EPR di Indonesia

III.1 Best Practices

Pelaksanaan EPR telah diterapkan oleh beberapa perusahaan dan negara.


Indonesia menjadi salah satu negara yang telah menerapkan EPR namun,
masih ada beberapa aspek yang dapat ditingkatkan untuk bisa
memaksimalkan manfaat dari EPR itu sendiri. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah mempelajari dan mencontoh kebijakan EPR dari negara
atau perusahaan asing yang telah memberikan hasil positif selama
keberlangsungan kebijakan tersebut.

III.1.1 Aplikasi Sistem EPR UNIQLO Luar Negeri ke Indonesia

Tabel III.1 Analisis Penerapan Sistem EPR UNIQLO dari Luar Negeri ke
Indonesia

No Sistem EPR UNIQLO di Analisis Penerapan di


Luar Negeri Indonesia

1 Clothing to Materials Salah satu penyebab


pencemaran udara adalah
meningkatnya jumlah
kendaraan di Indonesia. Jumlah
kendaraan di Indonesia tahun
2016 mencapai 124.215 juta
Gambar III.1 Clothing to unit, naik 10-15 %. World
Material Health Organization (WHO)
(UNIQLO,2022) menyatakan bahwa pencemaran
udara merupakan faktor risiko
Program yang bertujuan untuk gangguan kesehatan terbesar di
mengurangi kebisingan dari dunia, diperkirakan data tahun
mesin pembakaran internal dan 2016 sekitar 6,5 juta orang

12
dari frekuensi tinggi kendaraan meninggal tiap tahun akibat
listrik. Sekitar 20% sumbangan paparan polusi udara. Faktor
pakaian yang tidak dapat yang berhubungan dengan
digunakan kembali diubah konsentrasi pencemar udara
menjadi bahan kedap suara adalah jumlah kendaraan, suhu
untuk mobil atau bahan bakar udara, kelembaban udara,
padat berkalori tinggi (RPF). kecepatan angin, hujan, dan
Sekitar 22 T-shirt (dengan topografi.
asumsi berat pakaian 4,3kg), Sampai sekarang, masih belum
dipotong, diubah kembali ada penerapan program ini di
menjadi serat, dan didaur ulang Indonesia. Program ini
menjadi bahan kedap suara membutuhkan teknologi yang
yang cukup untuk satu mobil canggih dan pengetahuan
sehingga dapat mengurangi khusus untuk proses daur ulang,
kebisingan mesin pada mobil serta ada potensi pelepasan
berbahan bakar bensin dan polutan ke lingkungan jika tidak
gelombang frekuensi tinggi dikelola dengan baik.
pada mobil listrik. Program ini
juga berlaku di UNIQLO
cabang Jepang.

2 Clothing to Fuel Program sandang menjadi


bahan bakar di Indonesia
bertujuan untuk mengubah
limbah tekstil menjadi bahan
bakar, biasanya melalui proses
yang disebut pirolisis. Proses ini
melibatkan pemanasan limbah
Gambar III.2 Clothing to Fuel tekstil tanpa adanya oksigen,
(UNIQLO,2022) memecah bahan organik
menjadi bentuk gas, yang

13
Program clothing to fuel kemudian dapat
merupakan program dimana dikondensasikan menjadi bahan
pakaian yang sudah bakar minyak.
dikumpulkan di dalam dropbox
dan telah dipilah menjadi Program clothing to fuel di
pakaian yang dianggap tidak Indonesia telah diperkenalkan
layak pakai (diperkirakan 20%) sebagai solusi untuk masalah
akan diubah menjadi energi limbah tekstil yang semakin
dalam bentuk bahan bakar meningkat, yang menjadi
padat padat kalori (RPF). perhatian utama lingkungan.
Bahan bakar padat Dengan mengubah limbah
menggantikan bahan bakar tekstil menjadi bahan bakar,
fosil dan digunakan untuk program ini bertujuan untuk
keperluan industri seperti untuk mengurangi jumlah limbah yang
boiler dalam pembuatan kertas. berakhir di tempat pembuangan
Namun program ini hanya sampah, yang dapat melepaskan
dilakukan di UNIQLO cabang bahan kimia berbahaya ke
Jepang. lingkungan, dan menyediakan
sumber energi terbarukan.

Meskipun program sandang


menjadi bahan bakar berpotensi
menjadi solusi berkelanjutan
untuk pengelolaan limbah
tekstil di Indonesia, penting
untuk mempertimbangkan
potensi kelemahannya, seperti
potensi emisi dari proses
pirolisis dan perlunya
penanganan dan penyimpanan
yang aman dan tepat. minyak

14
bakar.

3 Re.UNIQLO Studio Penerapan tempat memperbaiki,


mengubah, dan mendonasikan
pakaian sudah ada di beberapa
kota-kota besar di Indonesia.
Namun, masih jarang ada
tempat terpusat yang
Gambar III.3 Re.UNIQLO menyediakan jasa dalam
Studio (UNIQLO,2022) memperbaiki, mengubah, dan
menyalurkannya ke orang yang
Program terakhir dari membutuhkan. Dengan
Re.UNIQLO yaitu Re.UNIQLO dibangunnya Re.UNIQLO
Studio. Program ini studio di berbagai pusat wisata,
menyediakan sebuah studio pusat perbelanjaan, dan tempat-
atau space di store UNIQLO tempat lain yang banyak
dimana pelanggan bisa dikunjungi oleh masyarakat,
memperbaiki,mengubah, pasti dapat mendorong mereka
mendonasikan pakaian mereka untuk melakukan movement ini.
untuk orang yang
membutuhkan serta bisa juga
digunakan sebagai bahan
mentah atau didaur ulang
menjadi bahan pakaian atau
barang-barang berguna lainnya
seperti dompet atau totebag
dan sumber energi baru seperti
halnya program clothing to
fuel. Re.UNIQLO studio hanya
dibuka dengan periode terbatas
di toko Setagaya Chitoseidai di

15
Jepang sebagai bagian uji coba
mereka untuk memperluas
Re.UNIQLO Studio ke seluruh
dunia.

III.1.2 Aplikasi Sistem EPR Luar Negeri ke Indonesia

Tabel III.2 Analisis Penerapan Sistem EPR Luar Negeri ke Indonesia

No Sistem EPR Luar Negeri Analisis Penerapan di Indonesia

1. Regenerasi serat polyester NMMO (N-Methylmorpholine N-


menjadi biogas (metana) Oxide) adalah pelarut yang biasa
dengan menggunakan digunakan untuk regenerasi serat,
NMMO khususnya untuk regenerasi serat
selulosa. Keuntungan utama
menggunakan NMMO
dibandingkan pelarut lain adalah
kemampuannya untuk melarutkan
serat selulosa dalam larutan yang
sangat pekat, memungkinkan
regenerasi serat yang efisien dan
efektif. Selain itu, NMMO adalah
pelarut non-toksik, volatilitas
rendah, menjadikannya pilihan yang
lebih aman dan ramah lingkungan
dibandingkan dengan pelarut lain
yang digunakan dalam regenerasi
serat. NMMO bisa untuk dipakai
kembali. Penggunaan NMMO
dalam mengolah jeans yang

16
berbahan 100% katun,
menghasilkan 400ml metana/g zat
padat yang mudah menguap/hari.
Pengembangan NMMO masih di
tahap awal, namun berpotensi untuk
dikembangkan di Indonesia karena
industri tekstil di indonesia
merupakan penghasil devisa ekspor
yang kian meningkat jumlahnya.
Tekstil akan tetap menjadi industri
andalan di masa yang akan datang
dikarenakan mampu menyerap
tenaga kerja dalam jumlah besar
dibandingkan dengan industri
lainnya.

2. Pendidikan untuk Di Indonesia, pendidikan tentang


meningkatkan kesadaran pengelolaan limbah tekstil masih
masyarakat tentang terbatas, namun minat terhadapnya
pencegahan limbah tekstil semakin meningkat dalam beberapa
dan cara mengatasinya tahun terakhir. Pemerintah
Indonesia telah mengambil langkah-
langkah untuk mempromosikan
pendidikan pengelolaan sampah dan
mendorong pengurangan limbah
tekstil melalui berbagai inisiatif,
seperti kampanye kesadaran
masyarakat, program sosialisasi
masyarakat, dan penerapan fasilitas
daur ulang.

Dalam sistem pendidikan formal,

17
mata pelajaran yang berkaitan
dengan pengelolaan sampah,
termasuk limbah tekstil, diajarkan
di tingkat dasar, menengah, dan
perguruan tinggi. Namun,
kedalaman mata pelajaran ini dan
penerapan praktisnya dapat
bervariasi tergantung pada institusi.
Ada juga tren yang berkembang
untuk memasukkan pendidikan
lingkungan dan keberlanjutan ke
dalam kurikulum sekolah, termasuk
pendidikan tentang pengelolaan
limbah tekstil.

3. Peningkatan metode Untuk mencapai distribusi yang


marketing dan distribusi berkelanjutan dalam industri tekstil
yang ramah lingkungan di Indonesia, berbagai langkah telah
dan berkelanjutan dilakukan, seperti menerapkan
sistem transportasi yang lebih
efisien, menggunakan bahan
kemasan yang ramah lingkungan,
dan mendorong penggunaan bahan
yang berkelanjutan dalam produksi
tekstil.

Distribusi berkelanjutan menjadi


semakin penting di Indonesia dan
seluruh dunia, karena konsumen
semakin peduli dengan dampak
lingkungan dari pembelian mereka

18
dan menuntut produk yang lebih
berkelanjutan dan bertanggung
jawab secara sosial. Dengan
menerapkan praktik distribusi
berkelanjutan, industri tekstil di
Indonesia tidak hanya dapat
meningkatkan kelestarian
lingkungannya, tetapi juga
meningkatkan reputasi dan daya
saingnya di pasar global.

4. Kebijakan yang efektif Membandingkan kebijakan


untuk sistem pengelolaan Indonesia tentang pengelolaan
limbah tekstil limbah tekstil dengan kebijakan
negara maju lainnya, terdapat
persamaan dan perbedaan.

Kemiripan tersebut meliputi


pengakuan akan perlunya
pengelolaan sampah yang tepat
untuk melindungi lingkungan dan
kesehatan masyarakat. Di banyak
negara maju, terdapat kebijakan dan
undang-undang untuk mengatur
pengelolaan limbah tekstil,
termasuk persyaratan penyimpanan,
pengangkutan, dan pembuangan
limbah tekstil yang tepat.

Perbedaan Indonesia dengan negara


maju lainnya dapat dilihat pada

19
tingkat penegakan dan jangkauan
kebijakannya. Misalnya, beberapa
negara maju memiliki kebijakan
yang lebih komprehensif dan dapat
diterapkan, seperti larangan
penimbunan limbah jenis tertentu
atau program daur ulang wajib
untuk tekstil. Selain itu, beberapa
negara maju memiliki infrastruktur
pengelolaan sampah yang lebih
maju, seperti fasilitas daur ulang
dan sistem pengumpulan sampah
yang efisien, yang belum ada di
Indonesia.

Secara keseluruhan, meskipun


Indonesia telah mencapai kemajuan
dalam mengembangkan kebijakan
dan peraturan untuk meningkatkan
pengelolaan limbah tekstil, masih
ada ruang untuk perbaikan,
khususnya di bidang penegakan
hukum dan pembangunan
infrastruktur.

III.1.3 Aplikasi Sistem EPR Prancis

Prancis telah mendeklarasikan tentang manajemen limbah tekstil sejak


2007. Ada dua kebijakan yang diterapkan bagi perusahaan yang
menghasilkan limbah tekstil yaitu para entitas dapat berkontribusi dalam
bentuk finansial atau entitas mengambil kembali produk yang telah mereka

20
jual untuk diolah kembali. Entitas yang dimaksud termasuk produsen,
distributor, dan juga importir. Kontribusi dalam bentuk finansial akan
diberikan kepada Producers Responsibility Organization (PRO) sebagai
biaya untuk pengolahan limbah yang dihasilkan.

Kontribusi biaya dari setiap perusahaan bergantung pada jumlah penjualan,


jenis bahan dasar, dan ukuran produk yang dijual. Selain itu, terdapat
potongan harga yang diterapkan jika produk yang dibuat menggunakan
bahan-bahan yang didaur ulang. PRO yang telah disetujui pemerintah juga
akan menyediakan beberapa pos pengumpulan tekstil bekas untuk
mempermudah pengolahan limbah tekstil. Kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintahan Prancis bukan hanya berdampak positif bagi lingkungan,
akan tetapi kebijakan ini juga telah membuka lapangan kerja bagi banyak
masyarakatnya dalam bidang penyortiran atau daur ulang pakaian.

III.2 Rekomendasi Sistem EPR di Indonesia

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap EPR pada UNIQLO


serta melihat contoh kebijakan EPR dari beberapa negara dan perusahaan
lain, ada beberapa kebijakan EPR yang sangat berpotensi untuk bisa
diterapkan di Indonesia. Namun, beberapa metode dari Best Practices
masih belum relevan untuk digunakan di Indonesia karena keterbatasan
teknologi . Berikut metode yang cukup relevan untuk diterapkan .

Pertama, menerapkan biaya tambahan atau pajak dalam setiap penjualan


produk tekstil. Hasil dari pajak tersebut dapat dialihkan ke PRO atau
badan yang nantinya dibentuk oleh pemerintah. Seperti kebijakan yang
telah diterapkan oleh negara Prancis, pembentukan organisasi atau badan
yang mengatasi limbah tekstil juga akan membuka beberapa lowongan
pekerjaan tambahan untuk masyarakat.

Kedua, penyusunan undang-undang yang lebih jelas mengenai EPR bagi


setiap perusahaan yang menghasilkan limbah tekstil. Peraturan tersebut

21
dapat mencakup jumlah minimal produk yang harus diolah kembali,
pengawasan bahan-bahan dasar yang lebih ramah lingkungan atau
penggunaan bahan daur ulang, dan sanksi yang jelas ketika suatu badan
perusahaan tidak dapat bertanggung jawab atas produk yang mereka buat.
Tanggung jawab yang diberikan oleh perusahaan juga bisa dalam berbagai
bentuk, namun hal ini harus tertuang jelas dalam hukum dan harus ada
suatu laporan yang transparan dari setiap badan perusahaan.

Ketiga, sosialisasi kepada masyarakat mengenai limbah tekstil juga sangat


diperlukan. Masyarakat diminta untuk memahami bahaya dari limbah
tekstil dan bagaimana caranya untuk mencegah hal tersebut. Pemerintah
bersama pihak-pihak lainnya juga dapat menyediakan pos-pos
pengumpulan limbah tekstil. Pakaian yang terkumpul dapat disortir dan
ditentukan tahap selanjutnya yaitu donasi, dijual kembali, didaur ulang,
atau harus diuraikan.

Keempat, penerapan regenerasi serat polyester menjadi biogas (metana)


dengan menggunakan NMMO. Dengan kemudahan dalam penanganan,
gas tersebut banyak digunakan sebagai bahan bakar di rumah-rumah,
perusahaan, dan pabrik-pabrik. Metana merupakan sumber penting dari
hidrogen dan beberapa bahan kimia organik.

Kelima, meningkatkan metode marketing dan distribusi yang ramah


lingkungan dan berkelanjutan. Meningkatnya kepedulian masyarakat
terhadap lingkungan serta meningkatnya peraturan yang ditujukan untuk
mengurangi limbah dapat mendukung pengembangan usaha-usaha di
Indonesia dalam menciptakan inovasi baru dalam metode marketing dan
distribusi yang ramah lingkungan. Solusi kemasan berkelanjutan, seperti
kemasan yang dapat terurai secara alami dan dapat dibuat kompos, wadah
yang dapat digunakan kembali, dan kemasan yang dikurangi.

22
Bab IV Penutup

IV.1 Simpulan

Berdasarkan desktop research untuk mengumpulkan informasi mengenai


sistem EPR yang diterapkan di UNIQLO, didapatkan kesimpulan sebagai
berikut.
1. UNIQLO Indonesia telah menerapkan sistem EPR untuk mengatasi
limbah pakaian bekas melalui tiga program. Program pertama adalah
Re.UNIQLO, program donasi pakaian bekas dengan jumlah minimal
sebanyak 5 buah, yang nantinya akan didaur ulang menjadi pakaian
baru melalui metode clothing to clothing. Kedua, yaitu clothes made
from recycled polyester from pet bottles, dengan mengubah bahan
baku benang, dari minyak bumi menjadi botol PET bekas. Program
terakhir adalah blue cycle jeans, melalui perubahan sistem pembuatan
jeans yang lebih ramah lingkungan. Program tersebut dilakukan
dengan mengurangi jumlah pemakaian air selama proses produksi dan
mengganti pekerjaan berat manual menjadi otomatis menggunakan
laser.
2. Rekomendasi sistem EPR di Indonesia adalah pendekatan oleh
pemerintah selaku pemangku kebijakan terhadap produsen tekstil.
Pertama, dengan memberikan pajak tambahan terhadap industri tekstil,
yang nantinya akan disalurkan ke PRO. Sistem kedua adalah
penyusunan Undang-Undang yang lebih tegas terhadap produsen
tekstil dengan pemberian sanksi. Ketiga, melalui sosialisasi terhadap
masyarakat dan sarana pengumpulan limbah tekstil untuk pengolahan
lebih lanjut. Selain itu, sistem EPR juga dapat dilakukan oleh
produsen sendiri, seperti regenerasi serat polyester menjadi biogas
ataupun perencanaan metode marketing serta distribusi yang ramah
lingkungan dan berkelanjutan.
3. EPR di Indonesia diatur di dalam UU No. 18 Tahun 2008 Pasal 15
mengenai Pengelolaan Sampah. Sistem EPR mengharuskan produsen

23
untuk membantu menanggung biaya atau bekerja sama dengan PRO
untuk mengelola limbah produksi.. Dengan diterapkannya EPR di
Indonesia, akan memperpanjang siklus hidup produk, sehingga
tercipta mekanisme produksi yang lebih efektif dan efisien.
Keberjalanan EPR yang baik dan berlandaskan hukum, akan
memastikan pertanggungjawaban produsen terhadap limbah produksi
sehingga tujuan ekonomi sirkular yaitu zero waste dapat tercapai.

IV.2 Saran

UNIQLO sudah menerapkan sistem EPR lewat beberapa program, seperti


re.UNIQLO hingga blue cycle jeans, untuk mengelola limbah pakaian
bekas melalui pengumpulan kembali hingga daur ulang. Namun, tidak
semua produsen tekstil menerapkan sistem EPR yang sama atau lainnya,
meskipun sudah ada kebijakan dari pemerintah. Oleh karena itu,
pemerintah sebaiknya melakukan beberapa hal untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Pertama, dengan memberikan pajak tambahan
kepada produsen tekstil, yang disalurkan kepada PRO untuk mengelola
limbah produksi. Kedua, dengan mengevaluasi dan menegaskan kebijakan
serta Undang-Undang, melalui pemberian sanksi. Terakhir, melalui
sosialisasi terhadap masyarakat dan penyediaan lembaga pengawasan
keberjalanan EPR di Indonesia.

Sebagai tambahan, ada beberapa saran untuk penelitian selanjutnya,


sehingga topik ini dapat dikulik secara lebih mendalam. Sebaiknya
dilakukan wawancara dengan narasumber yang lebih mengerti sistem EPR
UNIQLO secara terperinci, misalnya dengan bagian Sustainability
Manager di UNIQLO Indonesia. Selain itu, untuk menunjang data yang
diperoleh, dapat juga dilakukan penyebaran kuesioner ataupun wawancara
kepada masyarakat, untuk mengetahui tindakan terhadap limbah pakaian,
terutama produk UNIQLO. Sehingga diperoleh hasil penelitian yang dapat
menggambarkan keadaan di lapangan dengan lebih baik.

24
DAFTAR PUSTAKA

Dari Ekonomi Linear Menuju Ekonomi Sirkular - extended producer ... EPR
Indonesia. (n.d.). Retrieved February 5, 2023, from https://epr-
indonesia.id/id/from-linear-economy-to-circular-economy
Kerangka Hukum di Indonesia - extended producer responsibility. EPR Indonesia.
(n.d.). Retrieved February 5, 2023, from https://epr-indonesia.id/id/the-
legal-framework-in-indonesia
Liu, X., & Zhao, Y. (2019). Sustainable Distribution in the Textile Industry : A
Review of The Literature. Sustainability, 11(22), 6194.
Re.UNIQLO : A New Life for UNIQLO Clothing dari UNIQLO Sustainability,
diperoleh melalui situs internet:
https://www.uniqlo.com/jp/en/contents/sustainability/planet/clothes_recycl
ing/re-uniqlo. Diunduh pada tanggal 5 Februari 2023
Sari, D. P., & Hanum, I. (2018). Waste Management Education for Textile
Industry in Indonesia. International Journal of Engineering & Technology,
7(3.23), 47-50.
Tren Pakaian Daur Ulang: Bagaimana Mereka Dibuat dan Mengapa begitu sulit
Membuatnya? Dari The Conversation, diperoleh melalui situs internet:
https://theconversation.com/tren-pakaian-daur-ulang-bagaimana-mereka-
dibuat-dan-mengapa-begitu-sulit-membuatnya-187564. Diunduh pada
tanggal 5 Februari 2023
Tristiana, Enis and Dr. Imam Koeswahyon, S.H., M.Hum., and Dr. Moh. Fadli,
S.H., M.Hum., (2018) Pengaturan Extended Producer Responsibility (EPR)
Dalam Mengatasi Sampah Plastik (Studi Analisis Pasal 15 Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah). Magister
thesis, Universitas Brawijaya.
Sampah Plastik.
UNIQLO Indonesia - Re.UNIQLO Remake Project dari Sugar & Cream,
diperoleh melalui situs internet: https://sugarandcream.co/uniqlo-
indonesia-re-uniqlo-remake-project-sarinah-menaraastra-adriebasuki-
uniqlo-indonesia-reuniqlo-remakeproject-onlinemagazine-sugar-
sugarandcream-interiormagazine. Diunduh pada tanggal 5 Februari 2023.
Wang, D., & Chen, J. (2021). A Comparative Study of Textile Waste Management
Policies in Developed Countries. Journal of Cleaner Production, 291,
124902.
What is Extended Producer Responsibility in Textiles - and What’s Missing from
Current Policies dari Conscious Life and Style, diperoleh melalui situs
internet: https://www.consciouslifeandstyle.com/extended-producer-
responsibility-textiles. Diunduh pada tanggal 5 Februari 2023
Zhou, X., Li, H., & Wu, Y. (2020). Clothing to Fuel : A Review of Textile Waste
Valorization by Thermal Processes. Renewable and Sustainable Energy
Reviews, 126, 110314.

25
LAMPIRAN

Lampiran A Lembar Kontribusi

Nama NIM Kontribusi*

Shifa Nadya Putri (15321038) Bab 2, PPT

David Darren (15321039) Bab 2, PPT


Wiraatmaja

Marissa Halimatus (15321040) Bab 2, PPT


Sa’diyah

Silvia Aisha (15321042) Bab 1, PPT

Mario Farrel Wibowo (15321044) Bab 4, PPT

Franz Nevinne Nethania (15321045) Bab 3, PPT

Branden (15321046) Bab 1, PPT

Madelaine Gloria (15321047) Bab 3, PPT


Naarga

*Setiap bab dikaji bersama-sama, maksud dari dibagi per bab untuk menjadi penanggung
jawab dalam menuliskan hasil yang telah dikaji.

26

Anda mungkin juga menyukai