i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... i
BAB I .................................................................................................................................... 1
INDEKS KUALITAS AIR.................................................................................................. 1
1.1 Metode DOE-WQI (Department of Environtment – Water Quality Index) ........... 1
1.5.2 Contoh Perhitungan Metode DWQI (Dinius Water Quality Index) ...................... 24
1.6 Metode NSF-WQI (National Sanitation Foundation – Water Quality Index) ..... 26
i
1.8.1 Teori Metode OIP (Overall Index of Pollution) .................................................... 42
2.1.1 Daya Tampung Beban Pencemaran untuk Non Budidaya Perikanan (Non KJA) . 51
2.1.2 Daya Tampung Beban Pencemaran untuk Budidaya Perikanan (KJA) ................ 63
ii
BAB I
1
2
antara lain Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD),
Dissolved Oxygen (DO), Suspended Solid (SS), Amonia-Nitrogen (AN), dan pH. Konsep
dari metode ini didasarkan dari perhitungan tiap-tiap subindeks parameter air berdasarkan
persamaan yang telah ditentukan. Sistem penilaian metode DOE-WQI dinilai melalui
rentang skor antara 0 hingga 100. Langkah-langkah penentuan status mutu air dengan
menggunakan metode DOE-WQI sebagai berikut:
1. Mengurutkan data sampel kualitas air (SK) berdasarkan urutan waktu.
2. Menentukan subindeks tiap parameter berdasarkan syarat ketentuan persamaan berikut.
a. Subindeks untuk BOD:
SIBOD = 100,4 – 4,23BOD untuk BOD ≤ 5
SIBOD = 108e-0,055BOD – 0,1BOD untuk BOD > 5
Contoh perhitungan:
Stasiun Monitoring Waduk Sutami Hulu Kedalaman I (0,3 m) pada Bulan Mei 2015
Nilai BOD = 3,15 mg/L.
Karena 3,15 ≤ 5, maka menggunakan rumus:
SIBOD = 100,4 – 4,23BOD = 100,4 – 4,23 x 3,15 = 87,08
b. Subindeks untuk COD:
SICOD = -1.33COD + 99,1 untuk COD ≤ 20
SICOD = 103e-0,0157COD – 0,04COD untuk COD > 20
Contoh perhitungan:
Stasiun Monitoring Waduk Sutami Hulu Kedalaman I (0,3 m) pada Bulan Mei 2015
Nilai COD = 9,53 mg/L.
Karena 9,53 ≤ 20, maka menggunakan rumus:
SICOD = -1.33COD + 99,1 = (-1,33 x 9,53) + 99,1 = 86,43
c. Subindeks untuk DO:
SIDO =0 untuk DO ≤ 8
SIDO = 100 untuk DO ≥ 92
SIDO = -0,395 + 0,030DO2 – 0,00020DO3 untuk 8 < DO < 92
Contoh perhitungan:
Stasiun Monitoring Waduk Sutami Hulu Kedalaman I (0,3 m) di Bulan Mei 2015
Nilai DO = 9,10 mg/L.
Karena 8 < 9,10 < 92, maka menggunakan rumus:
SIDO = -0,395 + 0,030DO2 – 0,00020DO3
5
Contoh perhitungan:
Stasiun Monitoring Waduk Sutami Hulu Kedalaman I (0,3 m) pada Bulan Mei 2015
WQI = (0,22 × 1,94) + (0,19 × 87,08) + (0,16 × 86,43) + (0,15 × 93,89) +
(0,16 × 89,89) + (0,12 × 98,65)
= 71,10
4. Mengintrepetasikan klasifikasi air berdasarkan kelas
0 ≤ x < 40 = Kelas V (Tercemar Berat)
40 ≤ x < 60 = Kelas IV (Tercemar Sedang)
60 ≤ x < 80 = Kelas III (Tercemar Ringan)
80 ≤ x < 90 = Kelas II (Baik)
x > 90 = Kelas I (Sangat Baik)
Didapatkan hasil dari metode DOE-WQI untuk bulan Mei 2015 di Stasiun Monitoring
Waduk Sutami Hulu Kedalaman I (0,3 m) nilai DOE-WQI = 71,10, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada kedalaman I (0,3 m) airnya sedikit tercemar dan tergolong dalam
kelas III.
Tabel 1.1
Penentuan Status Mutu Air dengan Metode DOE-WQI Pada Stasiun Monitoring Hulu
Kedalaman I (0,3 m) Bulan Mei 2015
No Parameter Satuan SK Subindeks
1 BOD mg/L 3.15 87.08
2 COD mg/L 9.53 86.43
3 DO mg/L 9.10 1.94
4 NH3-N mg/L 0.063 93.89
5 TSS mg/L 13.10 89.89
6 PH mg/L 7.20 98.65
DOE-WQI 71.10
Keterangan Kelas III (Tercemar Sedang)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2020
OWQI ini memang di desain untuk perairan Oregon sehingga untuk pengaplikasian di luar
wilayah Amerika Serikat metode OWQI ini harus didukung oleh metode lainnya. Metode
ini tergolong metode yang sederhana karena tidak dapat menentukan kualitas air untuk
penggunaan yang spesifik dan metode ini tidak dapat memberi informasi yang detail tentang
kandungan fisika, kimia, dan biologi suatu sampel air. Untuk menghitung OWQI dapat
dilakukan dengan prosedur dibawah ini:
1. Menentukan parameter kunci yang berpengaruh, yaitu parameter yang dirumuskan
oleh Curtis G Cude pada tahun 2001. Parameter yang dimaksud yaitu Disssolved
Oxygen (DO), Biochemical Oxygen Demand (BOD), Ammonia+Nitrate Nitrogen,
Total Phosphorus (total fosfat), Fecal Coliform (bakteri), Temperature (suhu), Total
Solid (TSS), dan pH. Batasan parameter kunci yang diperhitungkan ialah sebanyak
8 parameter, akan tetapi dalam perhitungan kualitas air di suatu perairan tertentu,
jumlah parameter yang digunakan boleh dibawah 8 tergantung data kualitas yang
didapat. Parameter tersebut diperhitungkan berdasarkan kondisi lingkungan hasil
wawancara dan sensus, prioritas, dan pendanaan di area lingkungan. Setiap
parameter menggunakan fungsi parameter yang berbeda sesuai dengan dampak yang
dapat ditimbulkannya. Misalnya, dengan peningkatan konsentrasi nitrogen dan
pospor dapat meningkatkan pertumbuhan algae yang dapat memberi efek buruk pada
ekosistem perairan (Cude, 2001). Dari konsentrasi parameter-parameter tersebut
dapat diketahui sub-indeks masing-masing parameter dengan menggunakan rumus
yang ada di tabel 1.2
Tabel 1.2
Fungsi Persamaan OWQI (Si)
Parameter Interval Fungsi Subindeks (SIj)
Temperatur T ≤ 11 SiT = 100
11 < T ≤ 29 SiT = 76,54 + 4,172T – 0,1623T2 –
(2,0557×103) T3
T > 29 SiT = 10
Doc (mg/1) DOc< 3,3 SiDO = 10
3,3 < DOC < 10,5 SiDO = -80,29 + 31,88DOc – 1,401Doc2
DOC ≥ 10,5 SiDO = 100
DOs (% saturasi) 100% < DOS ≤ 275% SiDO = 100e((DOs - 100) × (- 1,197×10^-2))
DOS> 275% SiDO = 10
8
Keterangan:
Si : Subindeks
n : Jumlah parameter
4. Membandingkan nilai OWQI dengan tabel kriteria perairan OWQI pada tabel 1.3
Tabel 1.3
Kriteria perairan berdasarkan Indeks Kualitas Air Oregon
Nilai Indeks Kualitas Air Kriteria perairan
10-59 Tercemar Berat
60-79 Tercemar Sedang
80-84 Tercemar Ringan
85-89 Baik
90-100 Sangat Baik
Sumber: Cude, 2001
Contoh perhitungan:
Stasiun Monitoring Waduk Sutami Hulu Kedalaman I (0,3 m) pada Bulan Mei 2015
7
OWQI =√ 1 1 1 1 1 1 1
+ + + + + +
53,382 93,802 97,142 1002 1002 102 31,412
7
=√
2849,08+8798,66+9436,28+10.000+10.000+100+986,41
= 24,37
4. Menilai hasil status mutu air dengan kriteria indeks kualitas air Oregon
a) 10-59 = Tercemar Berat
b) 60-79 = Tercemar Sedang
c) 80-84 = Tercemar Ringan
d) 85-80 = Baik
e) 90-100 = Sangat Baik
Berdasarkan perhitungan skor Oregon-WQI pada Stasiun Monitoring Waduk Sutami
Hulu Kedalaman I (0,3 m) Bulan Mei 2015 didapatkan nilainya sebesar 24,37, maka mutu
air dikategorikan tercemar berat karena 24,37 masuk dalam rentang skor 10-59.
Tabel 1.4
Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Oregon-WQI Pada Stasiun Monitoring Waduk
Sutami Hulu Kedalaman I (0,3 m) Bulan Mei 2015
14
Data Mutu
No Parameter Satuan SI SI2
Air
1 BOD mg/L 3,15 53,38 2849,08
2 DO mg/L 9,10 93,80 8798,66
3 NH3-N mg/L 0,06 97,14 9436,28
4 TSS mg/L 13,10 100,00 10000,00
5 PH mg/L 7,20 100,00 10000,00
6 NO3 mg/L 4,70 10,00 100,00
7 PO4 mg/L 0,23 31,41 986,41
Skor 24,37
Keterangan Tercemar Berat
Sumber: Hasil Perhitungan, 2020
dengan baku mutu yang sesuai dengan pemanfaatan air. Cara menentukan status mutu air
digunakan sistem nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency) dengan
mengklasifikasi mutu air dalam empat kelas, yaitu:
a. Kelas A : baik sekali : skor = 0 (memenuhi baku mutu)
b. Kelas B : baik : skor = -1 s/d -10 (cemar ringan)
c. Kelas C : sedang : skor = -11 s/d – 30 (cemar sedang)
d. Kelas D : buruk : skor ≥ -31 (cemar berat)
Adapun langkah-langkah penentuan status mutu air dengan metode Storet sebagai berikut
(Lampiran I Kepmen LH No. 115 Tahun 2003):
1. Melakukan pengumpulan data kualitas dan debit air secara periodik sehingga
membentuk data dari waktu ke waktu (deret waktu atau time series data).
2. Bandingkan data hasil pengukuran dari setiap parameter air dengan nilai baku mutu
yang sesuai dengan kelas air.
3. Jika hasil pengukuran memenuhi baku mutu air (hasil pengukuran ≤ baku mutu)
maka diberi skor 0.
4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran > baku
mutu), maka diberi skor sesuai dengan tabel dibawah ini:
Tabel 1.5
Penentuan Sistem Nilai Untuk Menentukan Status Mutu Air
Parameter
Jumlah Contoh Nilai
Fisika Kimia Biologi
Maksimum -1 -2 -3
<10 Minimum -1 -2 -3
Rata-rata -3 -6 -9
Maksimum -2 -4 -6
≥10 Minimum -2 -4 -6
Rata-rata -6 -12 -18
Cttn : Pengukuran Sungai Gajah Wong pada bulan Agustus dan Oktober
17
Keterangan:
I = Indeks Prati
i = Subindeks tiap parameter
Tabel 1.7
Persamaan Subindeks Prati
Parameter Subindeks
pH Ii = -0,4x2 + 14 Untuk 0 ≤ x < 5
Ii = -2x + 14 Untuk 5 ≤ x < 7
Ii = x2 – 14x + 49 Untuk 7 ≤ x < 9
Ii = -0,4x2 + 11,2x - 64,4 Untuk 9 ≤ x < 14
DO (% sat) Ii = 0,00168x2–0,249x+12,25 Untuk 0 ≤ x < 50
Ii = -0,08x + 8 Untuk 50 ≤ x < 100
Ii = 0,08x - 8 Untuk 100 ≤ x
BOD Ii = 0,66666x (x dalam mg/L)
COD Ii = 0,1x (x dalam mg/L)
Permanganat (mg/L) Ii = 0,04x (x dalam mg/L)
SS (Suspended Solids) (ppm) Ii = 2[2,1log(0,1x−1)] (x dalam mg/L)
Ammonia (ppm) Ii = 2[2,1log(10x)] (x dalam mg/L)
Nitrat (ppm) Ii = 2[2,1log(0,25x)] (x dalam mg/L)
Klorida (ppm) Ii = 0,000228x2 + 0,0314x Untuk 0 ≤ x < 50
Ii = 0,0000132x2 + 0,0074x Untuk 50 ≤ x < 300
Ii = 3,75(0,02x – 5,2)0,5 Untuk 300 ≤ x
18
Parameter Subindeks
Besi (ppm) Ii = 2[2,1log(10x)] (x dalam mg/L)
Mangan (ppm) Ii = 2,5x + 3,9x0,5 Untuk 0 ≤ x < 0,5 (x dalam mg/L)
Ii = 5,25x2 + 2,75 Untuk 0,5 ≤ x (x dalam mg/L)
Alkil Benzena Sulfonat (ppm) Ii = -1,2x + 3,2x0,5 Untuk 0 ≤ x < 1 (x dalam mg/L)
Ii = 0,8x + 1,2 Untuk 1 ≤ x (x dalam mg/L)
Ekstrak Kloroform Karbon (ppm) Ii = x (x dalam mg/L)
Sumber: Ott, 1978
Tabel 1.8
Sistem Klasifikasi Prati Untuk Kualitas Air
Klasifikasi Kualitas Air
Parameter Dapat Tercemar Tercemar
Baik Tercemar
diterima Ringan Berat
Kualitas
≤1 1<x≤2 2<x≤4 4<x≤8 >8
Indeks
pH 6,5-8 6-8,4 5-9 3,9-10,1 <3,9->10,1
DO (% sat) 88-112 75-125 50-150 20-200 <20->200
BOD 1,5 3 6 12 >12
COD 10 20 40 80 >80
Permanganat
2,5 5 10 20 >20
(mg/L)
SS
(Suspended
20 40 100 278 >278
Solids)
(ppm)
Ammonia
0,1 0,3 0,9 2,7 >2,7
(ppm)
Nitrat (ppm) 4 12 36 108 >108
Klorida
50 150 300 620 >620
(ppm)
Besi (ppm) 0,1 0,3 0,9 2,7 >2,7
19
Stasiun Monitoring Waduk Sutami Hulu Kedalaman I (0,3 m) pada Bulan Mei 2015
Nilai pH = 7,20 mg/L.
Karena 7 ≤ 7,20 < 9, maka menggunakan rumus:
IpH = x2 – 14x + 49 = (7,202) – (14 x 7,20) + 49 = 0,04
n. Subindeks dari parameter NO3
Ii = 2[2,1log(0,25x)] (x dalam mg/L)
Contoh perhitungan:
Stasiun Monitoring Waduk Sutami Hulu Kedalaman I (0,3 m) pada Bulan Mei 2015
Nilai NO3 = 4,70 mg/L.
INO3 = 2[2,1log(0,25x)] = 2[2,1log(0,25 x 4,70)] = 1,11
3. Menjumlahkan total parameter subindeks yang telah dihitung.
Pada Stasiun Monitoring Waduk Sutami Hulu Kedalaman I (0,3 m) pada Bulan Mei 2015
Total Ii = 2,10 + 0,95 + 10,12 + 0,75 + 0,48 + 0,04 + 1,11 = 15,55
4. Menentukan perhitungan nilai I dari rerata jumlah keseluruhan subindeks parameter.
1
I = 𝑛 ∑ni=1 Ii
Contoh perhitungan Stasiun Monitoring Waduk Sutami Hulu Kedalaman I (0,3 m) pada
Bulan Mei 2016 :
2,10 + 0,95 + 10,12 + 0,75 + 0,48 + 0,04 + 1,11 15,55
I= = = 2,22
7 7
5. Mengkategorikan penilaian status mutu air berdasarkan persyaratan berikut.
a) I ≤ 1 = Sangat Baik
b) 1 < I ≤ 2 = Baik
c) 2 < I ≤ 4 = Tercemar Ringan
d) 4 < I ≤ 8 = Tercemar Sedang
e) I > 8 = Tercemar Berat
Pada Stasiun Monitoring Waduk Sutami Hulu Kedalaman I (0,3 m) bulan Mei 2015
didapatkan hasil I yaitu 2,22. Karena 2 < 2,22 ≤ 4, maka kondisi air dapat digolongkan
tercemar ringan.
22
Tabel 1.9
Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Prati Index Pada Stasiun Monitoring Waduk
Sutami Hulu Kedalaman I (0,3 m) Bulan Mei 2015
No Parameter Satuan Data Air Subindeks
1 BOD mg/L 3,15 2,10
2 COD mg/L 9,53 0,95
3 DO mg/L 9,10 10,12
4 NH3-N mg/L 0,06 0,75
5 TSS mg/L 13,10 0,48
6 PH mg/L 7,20 0,04
7 NO3 mg/L 4,70 1,11
Jumlah 15,55
I 2,22
Keterangan Tercemar Ringan
Sumber: Hasil Perhitungan, 2020
2) Mencari nilai sub indeks dari setiap parameter (li). Adapun rumus sub indeks dari
setiap parameter adalah sebagai berikut :
Tabel 1.10
Fungsi sub indeks dari Indeks Dinius
Parameter Weight Sub Indeks
Dissolved Oxygen (%) 0.109 0.82DO + 10.56
BOD (mg/L) 0.097 108((BOD) ^−0.3494)
Coliforms (MPN/100 ml) 0.090 136((COLI) ^−0.1311)
E.coli (E-coli/100 mL) 0.116 106((E − COLI) ^−0.1286)
Alkalinity (ppm CaCO3) 0.063 110((ALK) ^−0.1342)
Hardness (ppm CaCO3) 0.065 552((H) ^−04488)
Chloride (mg/L, fresh water) 0.074 391((CL) ^−0.3480)
Specific Conductance (µhos/cm at 20 ◦C) 0.079 506((SC) ^−0.3315)
10^(0.6803+0.1856pH)
pH (units) 0.77 1
10^(3.65−0.2216pH)
Nitrates (mg/L) 0.090 125((N) ^−0.2718)
Temperature/◦C) 0.077 10^(2.004−0.0382(ta−ts))
Colour 0.063 127((C) ^−0.2394)
Sumber : Kachroud et al. 2019
3) Mencari nilai (wi) satuan berat setiap parameter (berkisar 0-1).
4) Kemudian nilai (li) dan (wi) dikalikan untuk masing-masing parameter.
5) Hasil perkalian dari setiap parameter tersebut kemudian dijumlahkan dan dikalikan
(1/21) seperti pada persamaan (1).
6) Membandingkan nilai perhitungan DWQI dengan tabel klasifikasi mutu air
berdasarkan metode DWQI hingga diperoleh status mutu air.
Klasifikasi status mutu air berdasarkan metode DWQI (Dinius Water Quality Index)
menurut (Ott, 1978) adalah sebagai berikut :
Tabel 1.11
Klasifikasi mutu air berdasarkan DWQI (Dinius Water Quality Index)
Angka Kriteria Air
0 – 40 Kualitas air sangat buruk
40 – 50 Kualitas air buruk
50 – 80 Kulitas air sedang
80 – 90 Kualitas air baik
90 – 100 Kualitas air sangat baik
Sumber : Ott, 1978
24
3) Mencari bobot (wi) parameter kualitas air DO, BOD, Klorida, pH, dan Nitrat di
stasiun monitoring hulu Waduk Sutami kedalaman I (0,3 m) pada Bulan januari tahun
2020 :
Dissolved Oxygen (mg/L) = 0,109
BOD (mg/L) = 0,097
Klorida (mg/L) = 0,074
pH = 0,77
Nitrat (mg/L) = 0,090
4) Menghitung nilai (li x wi) masing-masing parameter di stasiun monitoring hulu
Waduk Sutami kedalaman I (0,3 m) pada Bulan januari tahun 2020 :
Dissolved Oxygen (mg/L) = li x wi
= 16,219 x 0,109
= 1,769
BOD (mg/L) = li x wi
= 51,068 x 0,097
= 0,097
Klorida (mg/L) = li x wi
= 0 x 0,074
=0
pH = li x wi
= 1 x 0,77
= 0,77
Nitrat (mg/L) = li x wi
= 101,922 x 0,090
= 9,173
5) Menghitung skor DWQI dengan cara menghitung jumlah nilai (li x wi) semua
parameter di stasiun monitoring hulu Waduk Sutami kedalaman I (0,3 m) pada Bulan
januari tahun 2020 :
DWQI = ∑𝑛𝑖=1 𝑙𝑖 𝑤𝑖
= 1,768 + 4,954 + 0,000 + 0,770 + 9,173
= 16,664
Membandingkan Skor DWQI dengan penggolongan status mutu air DWQI,
dikarenakan skor DWQI mendapatkan nilai sebesar 16,664 maka dapat disimpulkan bahwa
26
status mutu air di stasiun monitoring hulu Waduk Sutami kedalaman I (0,3 m) pada Bulan
Januari 2020 adalah kualitas air sangat buruk
3) Mencari nilai sub indeks untuk setiap parameter pada kurva sub indeks (qi) yang
diperoleh melalui kurva masing-masing parameter seperti pada gambar dibawah :
pH = 7,1
Sub Indeks (qi) = 91 (menggunakan interpolasi)
- Mencari nilai sub indeks (qi) dari BOD :
BOD = 8,53
Sub Indeks (qi) = 37,06 (menggunakan interpolasi)
33
Nitrat = 2,119
Sub Indeks (qi) = 91,060 (menggunakan interpolasi)
- Mencari nilai sub indeks (qi) dari Fosfat :
Nitrat = 0,0099
Sub Indeks (qi) = 90,099 (menggunakan interpolasi)
3) Mencari nilai kepentingan parameter (wi) untuk setiap parameter :
34
atau disisihkan, kalau badan air digunakan untuk peruntukan (j). Jika parameter ini
adalah parameter yang bermakna bagi peruntukan, maka pengolahan mutlak harus
dilakukan bagi air itu.
Pada model IP digunakan berbagai parameter kualitas air, maka pada
penggunaannya dibutuhkan nilai rata-rata dari keseluruhan nilai Ci/Lij sebagai tolok-ukur
pencemaran, tetapi nilai ini tidak akan bermakna jika salah satu nilai Ci/Lij bernilai lebih
besar dari 1. Jadi indeks ini harus mencakup nilai Ci/Lij yang maksimum
PIj = {(Ci/Lij)R,(Ci/Lij)M} …………………………………..…….…..(2-2)
Dengan (Ci/Lij)R : nilai ,Ci/Lij rata-rata
(Ci/Lij)M : nilai ,Ci/Lij maksimum
Jika (Ci/Lij)R merupakan ordinat dan (Ci/Lij)M merupakan absis maka PIj merupakan
titik potong dari (Ci/Lij)R dan (Ci/Lij)M dalam bidang yang dibatasi oleh kedua sumbu
tersebut.
(Ci/Lij)R
PIj
(Ci/Lij)M
Gambar 2.1. Pernyataan Indeks untuk suatu Peruntukan (j)
Perairan akan semakin tercemar untuk suatu peruntukan (j) jika nilai (Ci/Lij)R dan
atau (Ci/Lij)M adalah lebih besar dari 1,0.
Jika nilai maksimum Ci/Lij dan atau nilai rata-rata Ci/Lij makin besar, maka tingkat
pencemaran suatu badan air akan makin besar pula. Jadi panjang garis dari titik asal
hingga titik Pij diusulkan sebagai faktor yang memiliki makna untuk menyatakan tingkat
pencemaran.
Persamaan yang digunakan dalam metode Indeks Pencemaran (IP) ini adalah sebagai
berikut :
𝐶𝑖 2 𝐶𝑖 2
( ) 𝑀+ ( ) 𝑅
= √ 𝐿𝑖𝑗 𝐿𝑖𝑗
IPj 2
Dimana :
IPj = Indeks Pencemaran bagi peruntukan j
Ci = Konsentrasi hasil uji parameter
Lij = Konsentrasi parameter sesuai baku mutu peruntukan air j
(Ci/Lij)M = Nilai Ci/Lij maksimum
(Ci/Lij)R = Nilai Ci/Lij rata rata
Sebagai metode berbasis indeks, metode Indeks Pencemaran (IP) dibangun
berdasarkan dua indeks. Pertama yaitu indeks rata-rata (IR), indeks ini menunjukkan tingkat
pencemaran rata-rata dari seluruh parameter dalam satu kali pengamatan. Yang kedua yaitu
indeks maksimum (IM), indeks ini menunjukkan satu jenis parameter dominan yang
menyebabkan penurunan kualitas air pada satu kali pengamatan (Hermawan, 2017)..
Adapun urutan perhitungan dalam metode IP (Indeks Pencemaran) ini adalah sebagai
berikut :
1) Membuat tabel hasil pengukuran uji laboratorium (Ci).
2) Menentukan nilai Ci/Lij untuk tiap parameter.
3) Menentukan nilai Ci/Lij baru jika nilai Ci/Lij>0.
4) Menentukan nilai Ci/Lij maksimum ((Ci/Lij)M).
5) Menentukan nilai Ci/Lij rata-rata ((Ci/Lij)R).
6) Mencari nilai IPJ dengan persamaan yang digunakan dalam metode Indeks
Pencemaran pada persamaan (3).
7) Membandingan nilai hasil perhitungan Indeks Pencemaran (IP) dengan tabel
klasifikasi mutu air menurut metode Indeks Pencemaran (IP) hingga diperoleh status
mutu air.
Klasifikasi status mutu air berdasarkan metode Indeks Pencemaran (IP) berdasarkan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :
Tabel 1.14
38
COD (mg/L) = 25
TSS (mg/L) = 50
Klorida (mg/L) = 600
Fosfat (mg/L) = 0,2
3) Mencari nilai baku mutu air Ci/Lij kualitas air pH, DO (Dissolved Oxygen), BOD,
Nitrat, COD, TSS, Klorida,dan Fosfat di stasiun monitoring hulu Waduk Sutami
kedalaman I (0,3 m) pada Bulan januari tahun 2020 (Baku mutu air kelas 2 sesuai
Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001) :
- pH :
Karena pH mempunya rentang nilai baku mutu air (Lij), maka :
Untuk Ci < Lij rata-rata :
(𝐶𝑖−𝐿𝑖𝑗 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)
Ci/Lij baru = {(𝐿𝑖𝑗) min − (𝐿𝑖𝑗)𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎}
Baku mutu air (Lij) pH untuk kelas 2 yaitu 6-9 mg/L (sesuai dengan Peraturan
Pemerintah RI No.82 Tahun 2001).
Nilai mutu air (Ci) pH = 7,1
6+9
Lij rerata = 2
= 7,5
Karena nilai Ci < Lij rerata, maka menggunakan rumus :
(𝐶𝑖−𝐿𝑖𝑗 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)
Ci/Lij baru = {(𝐿𝑖𝑗) min − (𝐿𝑖𝑗)𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎}
7,1−7,5
= 6−7,5
= 0,267
- Dissolved Oxygen (DO) :
Jika nilai konsentrasi parameter yang menurun menyatakan tingkat pencemaran
yang meningkat seperti DO (Dissolved Oxygen).Dalam menentukan nilai teoritik
atau nilai maksimum Cm untuk DO (Dissolved Oxygen), maka Cm merupakan nilai
DO yang jenuh. Dalam peristiwa ini nilai hasil pengukuran digantikan oleh nilai
Ci/Lij hasil perhitungan, yaitu seperti dibawah ini :
(𝐶𝑚−𝐶𝑖 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛)
Ci/Lij baru =
{𝐶𝑚−𝐿𝑖𝑗)
40
Baku mutu air (Lij) DO (Dissolved Oxygen) untuk kelas 2 yaitu 4 mg/L (sesuai
dengan Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001).
Nilai mutu air (Ci) DO = 6,1 mg/L
Cm untuk DO jenuh = 6 (diambil dari nilai baku mutu air yang paling besar
sesuai PP RI No.82 tahun 2001)
(6−6,1)
Ci/Lij baru =
6−4)
= - 2,225
Karena nilai baku mutu air DO lebih besar dari baku mutu air 6,1>4 maka sudah
memenuhi baku mutu air untuk parameter DO, sehingga nilai Ci/Lij = -2,225 dan
nilai Ci/Lij baru = 0
- BOD :
Nilai mutu air (Ci) BOD = 8,53 mg/L
Baku mutu air (Lij) BOD untuk kelas 2 yaitu 3 mg/L (sesuai dengan Peraturan
Pemerintah RI No.82 Tahun 2001).
Ci/Lij = 8,53/3
= 2,843
Karena Ci/Lij>1, maka menggunakan nilai Ci/Lij baru :
CI/Lij baru = 1,0 + P . log(Ci/Lij) hasil pengukuran
= 1,0 + 5 . log (2,843)
= 3,269
- Nitrat :
Nilai mutu air (Ci) Nitrat = 2,119 mg/L
Baku mutu air (Lij) Nitrat untuk kelas 2 yaitu 10 mg/L (sesuai dengan Peraturan
Pemerintah RI No.82 Tahun 2001).
Ci/Lij = 2,119/10
= 0,212
Karena Ci/Lij<1, maka tidak perlu mencari nilai Ci/Lij baru.
- COD :
Nilai mutu air (Ci) COD = 22,19 mg/L
Baku mutu air (Lij) COD untuk kelas 2 yaitu 25 mg/L (sesuai dengan Peraturan
Pemerintah RI No.82 Tahun 2001).
41
Ci/Lij = 22,19/25
= 0,888
Karena Ci/Lij<1, maka tidak perlu mencari nilai Ci/Lij baru.
- TSS :
Nilai mutu air (Ci) TSS = 10,7 mg/L
Baku mutu air (Lij) TSS untuk kelas 2 yaitu 50 mg/L (sesuai dengan Peraturan
Pemerintah RI No.82 Tahun 2001).
Ci/Lij = 10,7/50
= 0,214
Karena Ci/Lij<1, maka tidak perlu mencari nilai Ci/Lij baru.
- Klorida :
Nilai mutu air (Ci) Klorida = 0 mg/L
Baku mutu air (Lij) Klorida untuk kelas 2 yaitu 600 mg/L (sesuai dengan
Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001).
Ci/Lij = 0/600
= 0,000
Karena Ci/Lij<1, maka tidak perlu mencari nilai Ci/Lij baru.
- Fosfat :
Nilai mutu air (Ci) Fosfat = 0,0099 mg/L
Baku mutu air (Lij) Fosfat untuk kelas 2 yaitu 0,2 mg/L (sesuai dengan Peraturan
Pemerintah RI No.82 Tahun 2001).
Ci/Lij = 0,0099/0,2
= 0,050
Karena Ci/Lij<1, maka tidak perlu mencari nilai Ci/Lij baru.
4) Mencari nilai Ci/Lij rerata dari seluruh nilai Ci/Lij baru :
Ci/Lij Rerata = 0,442
5) Mencari nilai Ci/Lij maksimum dari seluruh nilai Ci/Lij baru.
Ci/Lij Maksimum = 3,269
6) Menghitung nilai Pij :
𝐶𝑖 2 𝐶𝑖 2
( ) 𝑚𝑎𝑘𝑠+( ) 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎
= √ 𝐿𝑖𝑗 𝐿𝑖𝑗
Pij 2
(3,269)2 +(0,442)2
=√ 2
42
= 2,333
Membandingkan Skor IP dengan penggolongan status mutu air IP, dikarenakan skor IP
mendapatkan nilai sebesar 2,333 maka dapat disimpulkan bahwa status mutu air di stasiun
monitoring hulu Waduk Sutami kedalaman I (0,3 m) pada Bulan Januari 2020 adalah
kualitas air dalam kondisi cemar ringan.
Dimana :
OIP = Overall Index of Pollution
Pi = Indeks polusi parameter
n = Banyaknya paaarameter
i = 1,2,.....,n
Adapun urutan perhitungan dalam metode OIP (Overall Index of Pollution) ini adalah
sebagai berikut :
1) Mencari nilai indeks polusi (Pi) setiap parameter.
Tabel 1.15
Persamaan matematika untuk fungsi nilai
Parameter Angka Persamaan Matematika
Turbidity ≤5 x=1
5–10 x = (y/5)
10–500 x = (y + 43.9)/34.5
pH 7 x=1
>7 x = exp((y − 7.0)/1.082)
43
Klasifikasi status mutu air berdasarkan metode OIP (Overall Index of Pollution) adalah
sebagai berikut :
Tabel 1.16
Klasifikasi mutu air berdasarkan metode OIP (Overall Index of Pollution)
= exp((7,1-7,0)/1,082),
= 1,097
- Dissolved Oxygen (mg/L) = exp((7 − DO)/1,082), jika DO < 7
= (DO − 107,58)/14,667, jika DO 50-100
= (DO − 79,543)/19,054, jika DO ≥ 100
Karena DO = 6,1
= exp((7 − DO)/1,082)
= exp((7 – 6,1)/1,082)
= 12,899
- BOD (mg/L) = 1, jika BOD < 2
= DO/1,5 , jika DO 2-30
Karena BOD = 8,53
=1
- Klorida (mg/L) = 1, jika Klorida ≤ 150
= exp((Klorida/50) − 3)/1,4427), jika Klorida 150-250
= exp((Klorida/50) + 10,167)/10,82, jika Klorida >250
Karena Klorida =0
=1
- Nitrat (mg/L) = 1, jika Nitrat ≤ 20
= exp((Nitrat − 145,16)/76,28), jika Nitrat 20-50
= Nitrat/65, jika Nitrat 50 -200
Karena Nitrat = 2,119
=1
3) Menghitung skor Overall Index Off Pollution (OIP) dengan cara menghitung nilai
rerata dari seluruh jumlah Pi semua parameter di stasiun monitoring hulu Waduk
Sutami kedalaman I (0,3 m) pada Bulan januari tahun 2020 :
1
OIP = 𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝑃𝑖
1
= 5 (1,097 + 12,899 + 5,687 + 1,000 + 1,000)
= 4,337
46
Membandingkan Skor OIP dengan penggolongan status mutu air OIP, dikarenakan skor
OIP mendapatkan nilai sebesar 4,337, maka dapat disimpulkan bahwa status mutu air di
stasiun monitoring hulu pada Bulan Januari 2020 adalah kualitas air tercemar.
Tabel 1.17
Rekapitulasi Parameter Metode Kualitas Air
3. Metode Storet TDS, Suhu air, DHL, Kecerahan, Hg, As, Ba, F, Cd,
Cr(VI), Mn, Na, NO3-N, NO2-N, NH3-N, pH, Se, Zn, CN,
SO4, H2S, Cu, Pb, RSC, BOD5, COD, Minyak dan lemak,
PO4, Phenol, Cl2, B, COD, Ni, HCO3, CO2-bebas, Salinitas,
DO, Aldrin, Dieldrin, Chlordane, DDT, Detergent, Lindane,
PCB, Endrine, BHC, Coliform tinja, dan Total coliform
4. Metode Prati Index pH, DO, BOD, COD, Permanganat, SS, Ammonia, Nitrat,
Klorida, Besi, Mangan, Alkil Benzena Sulfonat, dan
Ekstrak Kloroform Karbon
5. Metode Dinius-WQI Oksigen terlarut (DO) , BOD, jumlah coliform, E coli, pH,
alkalinitas, kekerasan, klorida, konduktivitas spesifik, suhu,
warna dan nitrat
6. Metode NSF-WQI Kekeruhan, suhu, TSS, pH, BOD, DO, fosfat, nitrat, dan
fecal coliform
47
Metoda STORET merupakan salah satu metoda untuk menentukan status mutu air
yang umum digunakan. Dengan metoda STORET ini dapat diketahui parameter-
parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air.
Secara prinsip metoda STORET adalah membandingkan antara data kualitas air
dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status
mutu air.
Cara untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai
dari “US-EPA (Environmental Protection Agency)” dengan mengklasifikasikan mutu air
dalam empat kelas, yaitu :
(1) Kelas A : baik sekali, skor = 0 memenuhi baku mutu
(2) Kelas B : baik, skor = -1 s/d -10 cemar ringan
(3) Kelas C : sedang, skor = -11 s/d -30 cemar sedang
Prosedur Penggunaan
Penentuan status mutu air dengan menggunakan metoda STORET dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Lakukan pengumpulan data kualitas air dan debit air secara periodik sehingga
membentuk data dari waktu ke waktu (time series data).
2. Bandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan nilai
baku mutu yang sesuai dengan kelas air.
3. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran < baku mutu)
maka diberi skor 0.
4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran > baku
mutu), maka diberi skor :
48
Tabel 1.1. Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air
Jumlah Nilai Parameter
contoh1)
Fisika Kimia Biologi
< 10 Maksimum -1 -2 -3
Minimum -1 -2 -3
Rata-rata -3 -6 -9
≥ 10 Maksimum -2 -4 -6
Minimum -2 -4 -6
Rata-rata -6 -12 -18
Sumber : Canter (1977)
Catatan : 1) jumlah parameter yang digunakan untuk penentuan status mutu air.
5. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya dari
jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai.
Contoh Perhitungan
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada contoh berikut ini. Tabel 1.2. merupakan
contoh penerapan penentuan kualitas air menurut metoda STORET yang dilakukan oleh
Unpad, Bandung. Data diambil dari sungai Ciliwung pada stasiun 1. Pada tabel ini tidak
diberikan data lengkap hasil analisa di sungai Ciliwung, tetapi hanya diberikan nilai
maksimum, minimum, dan rata-rata dari data-data hasil.
Cara pemberian skor untuk tiap parameter adalah sebagai berikut (contoh, untuk
Hg):
a. Hg merupakan parameter kimia, maka gunakan skor untuk parameter kimia.
b. Kadar Hg yang diharapkan untuk air golongan C adalah 0.002 mg/l.
c. Kadar Hg maksimum hasil pengukuran adalah 0.0296 mg/l, ini berarti kadar Hg
melebihi baku mutunya. Maka skor untuk nilai maksimum adalah -2.
d. Kadar Hg minimum hasil pengukuran adalah 0.0006 mg/l, ini berarti kadar Hg
sesuai dengan baku mutunya. Maka skornya adalah 0.
e. Kadar Hg rata-rata hasil pengukuran adalah 0.0082 mg/l, ini berarti melebihi baku
mutunya. Maka skornya adalah –6.
f. Jumlahkan skor untuk nilai maksimum, minimum, dan rata-rata. Untuk Hg pada
contoh ini skor Hg adalah –8.
g. Lakukan hal yang sama untuk tiap parameter, apabila tidak ada baku mutunya
untuk parameter tertentu, maka tidak perlu dilakukan perhitungan.
49
h. Jumlahkan semua skor, ini menunjukan status mutu air. Pada contoh ini skor total
adalah –58, ini berarti sungai Ciliwung pada stasiun 1 mempunyai mutu yang
buruk untuk peruntukan golongan C.
Tabel 1.2. Status Mutu Kualitas Air Menurut Sistem Nilai STORET
di Stasiun 1 sungai Ciliwung bagi peruntukan Golongan C (PP 20/1990)
No. Parameter Satuan Baku Hasil Pengukuran Skor
Mutu
Maksimu Minimum Rata-rata
m
FISIKA
KIMIA
a. Anorganik
5 Cd mg/l nihil Tt Tt Tt 0
6 Cr (VI) mg/l 0,0036 Tt 0,0009 -8
7 Mn mg/l 0,033 Tt 0,083
8 Na mg/l 15,421 5,1672 11,0246
9 NO3-N mg/l 12,28 0,04 3,4675
10 NO2-N mg/l 0,06 1 0,0075 0,3996 -8
11 NH3-N mg/l 0,02 1,53 Tt 0,576 -8
12 pH 6-8.5 7,83 6,72 7,41 0
13 Se mg/l 0,05 Tt Tt Tt 0
14 Zn mg/l 0,02 0,0457 Tt 0,0114 -2
15 CN mg/l 0,01 Tt Tt Tt 0
50
MIKROBIOLO
GI
1 Coliform tinja Jml/100 15x10^6 2.5x10^6 7.125x10^6
ml
2 Total coliform Jml/100 15x10^6 2.5x10^6 8.375x10^6
ml
Jumlah Skor -58
BAB II
2.1.1 Daya Tampung Beban Pencemaran untuk Non Budidaya Perikanan (Non KJA)
2.1.1.1 Teori DTBA untuk Non Budidaya Perikanan (Non KJA)
Menurut PerMeNeg LH Nomor 28 Tahun 2009, daya tampung beban pencemaran air
adalah batas kemampuan sumber daya air untuk menerima masukan beban pencemaran yang
tidak melebihi batas syarat kualitas air untuk berbagai peruntukannya. Acuan perhitungan
daya tampung perairan waduk yaitu status trofik disamping status kualitas air pada umumnya
(PerMeNeg LH Nomor 28 Tahun 2009). Parameter kualitas air yang dipilih sebagai faktor
pembatas adalah fosfat dalam bentuk P total, mengingat dasar perhitungannya adalah status
trofik waduk (PerMeNeg LH Nomor 28 Tahun 2009). Menurut PerMeNeg LH Nomor 28
Tahun 2009, faktor-faktor yang mempengaruhi daya tampung beban pencemaran air waduk
adalah sebagai berikut:
51
52
Dengan:
Ž = kedalaman rata-rata waduk (m)
V = Volume air waduk (juta m3)
A = Luas perairan waduk (Ha)
b. Hidrologi danau dan/atau waduk, yaitu debit air keluar dari waduk (Qo), yang
diperoleh dari hasil pengukuran.
c. Laju penggantian air danau dan/atau waduk (ρ), yang diperoleh dari hasil
perhitungan Rumus 1-2.
Qo
ρ = ................................................................ (1-2)
V
Dengan:
ρ = Laju penggantian air waduk (per tahun)
Qo = Jumlah debit air keluar waduk (jut m3/tahun), pada tahun kering
2. Alokasi Beban Pencemaran Parameter Fosfor (P)
Alokasi beban pencemaran air yang dinyatakan dengan kadar parameter Pa adalah
sebagai berikut:
a. Syarat kadar parameter Pa maksimal sesuai ketentuan dalam Baku Mutu Air atau
Kelas Air yaitu [Pa]STD
b. Kadar parameter Pa hasil pemantauan danau dan/atau waduk yaitu [Pa]i
c. Jumlah alokasi beban kadar parameter Pa dari DAS atau DTA yaitu [Pa]DAS yang
diperoleh dari hasil penentuan atau kajian dan perhitungan Rumus (1-3)
[Pa]STD = [Pa]I + [Pa]DAS + [Pa]d .................................................... (1-3)
Dengan:
[Pa]d = alokasi beban Pa limbah kegiatan pada perairan waduk (mg P/m3)
[Pa]STD = syarat kadar parameter Pa maks sesuai Baku Mutu Air atau Kelas Air
(mg P/m3)
[Pa]DAS = jumlah alokasi beban P-total dari DAS atau DTA (mg P/m3)
[Pa]I = kadar parameter Pa hasil pemantauan waduk (mg/m3)
53
d. Alokasi beban kadar parameter Pa yang berasal dari limbah yang langsung masuk
danau dan/atau waduk berasal dari kegiatan yang berada pada perairan
danau/waduk yaitu [Pa]d , yang diperoleh dari hasil perhitungan Rumus (1-3) atau
Rumus (1-4).
[Pa]STD = [Pa]I + [Pa]DAS + [Pa]d .................................................... (1-3)
[Pa]d = [Pa]STD - [Pa]I - [Pa]DAS .................................................... (1-4)
Dengan:
[Pa]d = alokasi beban Pa limbah kegiatan pada perairan waduk (mg P/m3)
[Pa]STD = syarat kadar parameter Pa maks sesuai Baku Mutu Air atau Kelas Air
(mg P/m3)
[Pa]DAS = jumlah alokasi beban P-total dari DAS atau DTA (mg P/m3)
[Pa]I = kadar parameter Pa hasil pemantauan waduk (mg/m3)
1
R = .................................................... (1-6)
(1 + 0,747 ρ0,507 )
Dengan:
L = daya tampung limbah Pa per satuan luas waduk (mg Pa/m2.tahun)
R = total Pa yang tinggal bersama sedimen
b. Jumlah daya tampung parameter Pa pada perairan danau dan/atau waduk yaitu La,
yang merupakan fungsi L dan luas perairan danau atau A. La dihitung berdasarkan
Rumus (1-7).
[Pa]d = [Pa]STD - [Pa]I - [Pa]DAS .................................................... (1-4)
L×A
La =
100
Δ [Pa]d Ž ρ
= .................................................... (1-7)
100 × (1−R)
Dengan:
54
Gambar 2.1 Model dan Perhitungan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Waduk
Sumber: PerMeNeg LH No.28 Tahun 2009
2.1.1.2 Contoh Perhitungan DTBA untuk Non Budidaya Perikanan (Non KJA)
2.1.1.2.1 Daya Tampung Beban Pencemaran Eutrof Waduk Sutami Hulu
Berikut contoh perhitungan daya tampung beban pencemaran Total-P dengan status trofik
eutrof untuk Stasiun Monitoring Waduk Sutami Hulu tahun 2016.
A. Data Hidrologi dan Morfologi Waduk Sutami tahun 2016 (Perum Jasa Tirta I)
1. Volume Waduk Sutami = 145 juta.m3 (pada elevasi +263)
2. Luas Perairan Waduk Sutami = 13.906 juta.m2
= 1390.575 Ha
3. Jumlah Debit Outflow (Qo) = 794.890 m3/dt
= 10507809888 m3/musim kemarau
= 10507.810 juta.m3/musim kemarau
55
= 10.427 m
Keterangan :
Z = kedalaman rata-rata waduk (m)
V = volume air waduk (juta.m3)
A = luas perairan waduk (juta.m2)
Dari hasil perhitungan kedalaman rata-rata berdasarkan rumus daya tampung beban
pencemaran didapatkan nilai kedalaman rata-rata Waduk Sutami cukup dangkal yaitu
sebesar 10.427 m. Hal ini bisa disebabkan oleh penumpukan unsur hara pada dasar
waduk dan sedimentasi yang cukup tinggi.
D. Alokasi Beban Pencemaran Total-P dengan Status Trofik Eutrof St. Monitoring Waduk
Sutami Hulu
Δ [P]d = [P]STD - [Pa]i - [P]DAS
[P]STD = 100 mg/m3 (sesuai syarat kadar total-P maksimal sesuai baku mutu kelas air
untuk status trofik Eutrof)
[Pa]i = Kadar parameter Pa hasil pengukuran waduk
56
Tabel 2.1
Rata-rata Nilai Total P pada Stasiun Monitoring Waduk Sutami Hulu
Total -P Total -P
Bulan Ked 1 (0.3 m) Ked II (4 m)
(mg/m3) (mg/m3)
Juni 71 76
Juli 92 84
Agustus 76 72
September 116 105
Oktober 96 104
Rata - Rata 90.2 88.2
Rata - Rata total keseluruhan hasil pengukuran Total-P 89.200
Sumber: Hasil Perhitungan, 2021
[Pa]i = 89.200 mg/m3
[P]DAS = 0, karena perhitungan [Pa]i atau alokasi beban di waduk merupakan
akumulasi dari kadar total-P yang berasal dari daerah tangkapan air (DTA)
Waduk Sutami
Δ [P]d = [P]STD - [Pa]i - [P]DAS
= 100 – 89.200 – 0
= 10.800 mg/m3
Dari hasil perhitungan diatas, didapatkan alokasi beban pencemaran unsur P Waduk
Sutami sebesar 10.800 mg/m3.
E. Daya Tampung Beban Pencemaran Air dengan Status Eutrof St. Monitoring Waduk
Sutami Hulu
1
R = 1 + 0.747ρ0.507
1
= 1 + 0.747(72.468)0.507
= 0.132
Δ [P]d.Z.ρ
L =
(1−R)
10,800×10,427×72,468
=
(1−0,132)
= 10.427 m
Keterangan :
Z = kedalaman rata-rata waduk (m)
58
= 0.132
Δ [P]d.Z.ρ
L =
(1−R)
13,267×10,427×72,468
=
(1−0,13)
harus dilakukan pembatasan beban pencemaran fosfor yang masuk ke perairan waduk
agar permasalahan kesuburan perairan dapat diatasi. Hal ini dikarenakan pada analisa
status trofik sebelumnya, Waduk Sutami bagian Tengah berstatus Eutrof yang artinya
perairan Waduk Sutami mengalami tingkat kesuburan yang tinggi.
= 10.427 m
Keterangan :
Z = kedalaman rata-rata waduk (m)
V = volume air waduk (juta.m3)
A = luas perairan waduk (juta.m2)
Dari hasil perhitungan kedalaman rata-rata berdasarkan rumus daya tampung beban
pencemaran didapatkan nilai kedalaman rata-rata Waduk Sutami cukup dangkal yaitu
sebesar 10.427 m. Hal ini bisa disebabkan oleh penumpukan unsur hara pada dasar
waduk dan sedimentasi yang cukup tinggi.
C. Laju Penggantian Air Waduk
Qo
ρ = V
10507.810 juta.m3 /musim kemarau
= 13.906 juta.m3
D. Alokasi Beban Pencemaran Total-P dengan Status Trofik Eutrof St. Monitoring Waduk
Sutami Hilir
Δ [P]d = [P]STD - [Pa]i - [P]DAS
[P]STD = 100 mg/m3 (sesuai syarat kadar total-P maksimal sesuai baku mutu kelas air
untuk status trofik Eutrof)
[Pa]i = Kadar parameter Pa hasil pengukuran waduk
Tabel 2.3
Rata-rata Nilai Total P pada Stasiun Monitoring Waduk Sutami Hilir
Total -P Total -P Total -P
Ked II (5 Ked III (10
Bulan Ked 1 (0.3 m)
m) m)
(mg/m3) (mg/m3) (mg/m3)
Juni 69 83 83
Juli 85 88 65
Agustus 65 65 66
September 72 89 76
Oktober 104 75 65
Rata - Rata 79 80 71
Rata - Rata total keseluruhan hasil pengukuran total-
76.667
P
Sumber: Hasil Perhitungan, 2021
[Pa]i = 76.667 mg/m3
[P]DAS = 0, karena perhitungan [Pa]i atau alokasi beban di waduk merupakan
akumulasi dari kadar total-P yang berasal dari daerah tangkapan air (DTA)
Waduk Sutami
Δ [P]d = [P]STD - [Pa]i - [P]DAS
= 100 – 76.667 – 0
= 23.333 mg/m3
Dari hasil perhitungan diatas, didapatkan alokasi beban pencemaran unsur P Waduk
Sutami sebesar 23.333 mg/m3.
62
E. Daya Tampung Beban Pencemaran Air Limbah Budidaya Ikan dengan Status Eutrof St.
Monitoring Waduk Sutami Hilir
1
R = 1 + 0.747ρ0.507
1
= 1 + 0.747(72.468)0.507
= 0.132
Δ [P]d.Z.ρ
L =
(1−R)
23,333×10,427×72,468
=
(1−0,132)
Keterangan :
L = Daya tampung total-P limbah per satuan luas waduk (kgP/m2 musim
kering)
La = Jumlah daya tampung Total-P limbah pada perairan waduk (kgP/musim
kering)
R = P total yang tinggal bersama sedimen
Berdasarkan hasil perhitungan rumus daya tampung beban pencemaran fosfor maka
diketahui bahwa jumlah beban Total-P maksimum yang mampu ditampung oleh Waduk
Sutami bagian Hilir pada musim kering tahun 2016 adalah sebesar 282599,77
kgP/musim kering. Batasan jumlah beban pencemaran fosfor maksimal yang
diperbolehkan masuk ke Waduk Sutami bagian Hilir tersebut menjelaskan bahwa harus
dilakukan pembatasan beban pencemaran fosfor yang masuk ke perairan waduk agar
permasalahan kesuburan perairan dapat diatasi. Hal ini dikarenakan pada analisa status
trofik sebelumnya, Waduk Sutami bagian Hilir berstatus Eutrof yang artinya perairan
Waduk Sutami mengalami tingkat kesuburan yang tinggi.
Berikut akan disajikan tabel rekapitulasi daya tampung beban pencemaran Waduk
Sutami bagian hulu, tengah dan hilir pada masing-masing kedalaman tahun 2016 dengan
status trofik eutrof.
63
Tabel 2.4
Rekapitulasi Nilai Daya Tampung Beban Pencemaran Waduk Sutami
Daya Tampung Beban Pencemaran
No Lokasi (kgP/musim kering)
Eutrof
1 Waduk Sutami Hulu 130803,32
2 Waduk Sutami Tengah 160678,16
3 Waduk Sutami Hilir 282599,77
Sumber: Hasil Perhitungan, 2021
Berdasarkan hasil perhitungan daya tampung beban pencemaran Waduk Sutami
terhadap beban pencemar total-P didapat hasil besarnya kadar total-P yang berasal dari
aktivitas waduk maupun buangan dari daerah tangkapan air yang mampu ditampung Waduk
Sutami pada musim kering 2016 dengan status eutrof sebesar 130803,32 kgP/musim kering
pada Waduk Sutami Hulu, 160678,16 kgP/musim kering pada Waduk Sutami Tengah, dan
282599,77 kgP/musim kering pada Waduk Sutami Hilir.
Dengan:
64
[P]STD = syarat kadar P-total maksimal sesuai Baku Mutu Air atau Kelas Air
(mg P/m3)
[P]DAS = alokasi beban P-total dari DAS dan perairan danau selain budidaya
ikan (mg P/m3)
[P]I = kadar parameter P-total hasil pemantauan waduk (mg/m3)
Dengan:
Likan = daya tampung P-total limbah ikan per satuan luas waduk (gr P/m2.tahun)
R = P total yang tinggal bersama sedimen
Rikan = Proporsi P-total yang larut ke sedimen setelah ada KJA
X = Proporsi total P-total yang secara permanen masuk ke dasar, 45-55%
b. Jumlah daya tampung parameter P-Total pada perairan waduk yaitu Laikan yang
merupakan fungsi Likan dan luas perairan danau atau A. Laikan dihitung
berdasarkan rumus (2-8)
Laikan = Likan x A ................................................................ (2-8)
Dengan:
Likan = daya tampung P-total limbah ikan per satuan luas waduk (gr P/m2.tahun)
Laikan = jumlah daya tampung P-total limbah ikan perairan waduk (gr P/tahun)
A = Luas perairan waduk (Ha)
Jumlah limbah P-Total dari sisa pakan dan limbah metabolisme ikan yaitu PLP, adalah
jumlah kadar P-Total dalam pakan ikan selama ikan tersebut dibudidayakan sampai di
panen dikurangi jumlah P-Total dalam ikan yang dipanen. Perhitungannya tercantum
pada Rumus (2-9). Sedangkan jumlah pakan ikan dinyatakan dengan nilai FCR (Feed
Conversion Ratio), yaitu jumlah berat pakan ikan selama periode budidaya atau
pertumbuhan ikan dibagi dengan berat ikan saat dipanen. Nilai FCR sangat bervariasi
1,5 – 3,0 ton pakan/ton ikan, tergantung pada komposisi pakan, jenis ikan yang
dibudidayakan dan teknik budidaya (KJA 1 tingkat atau 2 tingkat). Kadar P total dalam
pakan ikan dan dalam produksi ikan diperoleh dari hasil analisis di laboratorium.
PLP = FCR x Ppakan - Pikan ................................................................ (2-9)
Dengan:
PLP = P-total yang masuk masuk dari limbah ikan (Kg P/ton ikan)
FCR = Feed Coversion Ratio (ton pakan/ton)
Ppakan = Kadar P-total dalam pakan (Kg P/ton pakan)
Pikan = Kadar P-total dalam ikan (Kg P/ton ikan)
PLP = P-total yang masuk masuk dari limbah ikan (Kg P/ton ikan)
Laikan = jumlah daya tampung P-total limbah ikan perairan waduk (gr P/tahun)
c. Jumlah Pakan Ikan KJA atau LP agar memenuhi daya tampung beban
pencemaran air adalah fungsi FCR dan LI, sesuai dengan perhitungsn pada Rumus
(2-11).
LP = LI x FCR ................................................................ (2-11)
Dengan:
LI = Jumlah Produksi Ikan KJA (ton ikan/tahun)
LP = Jumlah Pakan Ikan KJA (ton pakan/tahun)
Gambar 2.2 Perhitungan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Waduk dengan KJA
Sumber: PerMeNeg LH No.28 Tahun 2009
= 10.427 m
Keterangan :
Z = kedalaman rata-rata waduk (m)
V = volume air waduk (juta.m3)
A = luas perairan waduk (juta.m2)
Dari hasil perhitungan kedalaman rata-rata berdasarkan rumus daya tampung beban
pencemaran didapatkan nilai kedalaman rata-rata Waduk Sutami cukup dangkal yaitu
sebesar 10.427 m. Hal ini bisa disebabkan oleh penumpukan unsur hara pada dasar
waduk dan sedimentasi yang cukup tinggi.
D. Alokasi Beban Pencemaran Total-P dengan Status Trofik Eutrof St. Monitoring Waduk
Sutami Hulu
Δ [P]d = [P]STD - [Pa]i - [P]DAS
[P]STD = 100 mg/m3 (sesuai syarat kadar total-P maksimal sesuai baku mutu kelas air
untuk status trofik Eutrof)
[Pa]i = Kadar parameter Pa hasil pengukuran waduk
69
Tabel 2.5
Rata-rata Nilai Total P pada Stasiun Monitoring Waduk Sutami Hulu
Total -P Total -P
Bulan Ked 1 (0.3 m) Ked II (4 m)
(mg/m3) (mg/m3)
Juni 71 76
Juli 92 84
Agustus 76 72
September 116 105
Oktober 96 104
Rata - Rata 90.2 88.2
Rata - Rata total keseluruhan hasil pengukuran Total-P 89.200
Sumber: Hasil Perhitungan, 2021
[Pa]i = 89.200 mg/m3
[P]DAS = 0, karena perhitungan [Pa]i atau alokasi beban di waduk merupakan
akumulasi dari kadar total-P yang berasal dari daerah tangkapan air (DTA)
Waduk Sutami
Δ [P]d = [P]STD - [Pa]i - [P]DAS
= 100 – 89.200 – 0
= 10.800 mg/m3
Dari hasil perhitungan diatas, didapatkan alokasi beban pencemaran unsur P Waduk
Sutami sebesar 10.800 mg/m3.
E. Daya Tampung Beban Pencemaran Air Limbah Budidaya Ikan dengan Status Eutrof St.
Monitoring Waduk Sutami Hulu
1
R = 1 + 0.747ρ0.507
1
= 1 + 0.747(72.468)0.507
= 0.132
Rikan = x + ((1-x).R)
x = proporsi total-P yang secara permanen masuk ke dasar, 45-50%
= 50%
= 0.5
Rikan = x + ((1-x).R)
= 0.5 + ((1-0.5)×0.132)
= 0.566
70
Δ [P]d.Z.ρ
Likan = (1−Rikan)
10.800×10.427×72.468
= (1−0.566)
= 10.427 m
Keterangan :
Z = kedalaman rata-rata waduk (m)
V = volume air waduk (juta.m3)
A = luas perairan waduk (juta.m2)
Dari hasil perhitungan kedalaman rata-rata berdasarkan rumus daya tampung beban
pencemaran didapatkan nilai kedalaman rata-rata Waduk Sutami cukup dangkal yaitu
sebesar 10.427 m. Hal ini bisa disebabkan oleh penumpukan unsur hara pada dasar
waduk dan sedimentasi yang cukup tinggi.
D. Alokasi Beban Pencemaran Total-P dengan Status Trofik Eutrof St. Monitoring Waduk
Sutami Tengah
Δ [P]d = [P]STD - [Pa]i - [P]DAS
[P]STD = 100 mg/m3 (sesuai syarat kadar total-P maksimal sesuai baku mutu kelas air
untuk status trofik Eutrof)
[Pa]i = Kadar parameter Pa hasil pengukuran waduk
72
Tabel 2.6
Rata-rata Nilai Total P pada Stasiun Monitoring Waduk Sutami Tengah
Total -P Total -P Total -P
Ked II (5 Ked III (10
Bulan Ked 1 (0.3 m)
m) m)
3 3
(mg/m ) (mg/m ) (mg/m3)
Juni 69 83 76
Juli 74 92 83
Agustus 98 83 72
September 90 94 84
Oktober 108 98 97
Rata - Rata 87.8 90 82.4
Rata - Rata total keseluruhan hasil pengukuran total-
86.733
P
Sumber: Hasil Perhitungan, 2021
[Pa]i = 86.733 mg/m3
[P]DAS = 0, karena perhitungan [Pa]i atau alokasi beban di waduk merupakan
akumulasi dari kadar total-P yang berasal dari daerah tangkapan air (DTA)
Waduk Sutami
Δ [P]d = [P]STD - [Pa]i - [P]DAS
= 100 – 86.733 – 0
= 13.267 mg/m3
Dari hasil perhitungan diatas, didapatkan alokasi beban pencemaran unsur P Waduk
Sutami sebesar 13.267 mg/m3.
E. Daya Tampung Beban Pencemaran Air Limbah Budidaya Ikan dengan Status Eutrof St.
Monitoring Waduk Sutami Tengah
1
R = 1 + 0.747ρ0.507
1
= 1 + 0.747(72.468)0.507
= 0.132
Rikan = x + ((1-x).R)
x = proporsi total-P yang secara permanen masuk ke dasar, 45-50%
= 50%
= 0.5
Rikan = x + ((1-x).R)
= 0.5 + ((1-0.5)×0.132)
= 0.566
73
Δ [P]d.Z.ρ
Likan = (1−Rikan)
13.267×10.427×72.468
= (1−0.566)
Keterangan :
Likan = Daya tampung total-P limbah ikan per satuan luas waduk (kgP/m2 musim
kering)
Laikan = Jumlah daya tampung Total-P limbah ikan pada perairan waduk (kgP/musim
kering)
R = P total yang tinggal bersama sedimen
Rikan = Proporsi Total-P yang larut ke sedimen setelah ada KJA
x = Proporsi Total-P yang secara permanen masuk ke dasar, 45-55%
Berdasarkan hasil perhitungan rumus daya tampung beban pencemaran fosfor maka
diketahui bahwa jumlah beban Total-P maksimum yang mampu ditampung oleh Waduk
Sutami bagian Tengah pada musim kering tahun 2016 adalah sebesar 321,356.315
kgP/musim kering. Batasan jumlah beban pencemaran fosfor maksimal yang
diperbolehkan masuk ke Waduk Sutami bagian Tengah tersebut menjelaskan bahwa
harus dilakukan pembatasan beban pencemaran fosfor yang masuk ke perairan waduk
agar permasalahan kesuburan perairan dapat diatasi. Hal ini dikarenakan pada analisa
status trofik sebelumnya, Waduk Sutami bagian Tengah berstatus Eutrof yang artinya
perairan Waduk Sutami mengalami tingkat kesuburan yang tinggi.
= 10.427 m
Keterangan :
Z = kedalaman rata-rata waduk (m)
V = volume air waduk (juta.m3)
A = luas perairan waduk (juta.m2)
Dari hasil perhitungan kedalaman rata-rata berdasarkan rumus daya tampung beban
pencemaran didapatkan nilai kedalaman rata-rata Waduk Sutami cukup dangkal yaitu
sebesar 10.427 m. Hal ini bisa disebabkan oleh penumpukan unsur hara pada dasar
waduk dan sedimentasi yang cukup tinggi.
D. Alokasi Beban Pencemaran Total-P dengan Status Trofik Eutrof St. Monitoring Waduk
Sutami Hilir
Δ [P]d = [P]STD - [Pa]i - [P]DAS
[P]STD = 100 mg/m3 (sesuai syarat kadar total-P maksimal sesuai baku mutu kelas air
untuk status trofik Eutrof)
75
E. Daya Tampung Beban Pencemaran Air Limbah Budidaya Ikan dengan Status Eutrof St.
Monitoring Waduk Sutami Hilir
1
R = 1 + 0.747ρ0.507
1
= 1 + 0.747(72.468)0.507
= 0.132
Rikan = x + ((1-x).R)
x = proporsi total-P yang secara permanen masuk ke dasar, 45-50%
= 50%
= 0.5
Rikan = x + ((1-x).R)
= 0.5 + ((1-0.5)×0.132)
76
= 0.566
Δ [P]d.Z.ρ
Likan = (1−Rikan)
23.333×10.427×72.468
= (1−0.566)
Keterangan :
Likan = Daya tampung total-P limbah ikan per satuan luas waduk (kgP/m2 musim
kering)
Laikan = Jumlah daya tampung Total-P limbah ikan pada perairan waduk (kgP/musim
kering)
R = P total yang tinggal bersama sedimen
Rikan = Proporsi Total-P yang larut ke sedimen setelah ada KJA
x = Proporsi Total-P yang secara permanen masuk ke dasar, 45-55%
Berdasarkan hasil perhitungan rumus daya tampung beban pencemaran fosfor maka
diketahui bahwa jumlah beban Total-P maksimum yang mampu ditampung oleh Waduk
Sutami bagian Hilir pada musim kering tahun 2016 adalah sebesar 565,199.550
kgP/musim kering. Batasan jumlah beban pencemaran fosfor maksimal yang
diperbolehkan masuk ke Waduk Sutami bagian Hilir tersebut menjelaskan bahwa harus
dilakukan pembatasan beban pencemaran fosfor yang masuk ke perairan waduk agar
permasalahan kesuburan perairan dapat diatasi. Hal ini dikarenakan pada analisa status
trofik sebelumnya, Waduk Sutami bagian Hilir berstatus Eutrof yang artinya perairan
Waduk Sutami mengalami tingkat kesuburan yang tinggi.
Berikut akan disajikan tabel rekapitulasi daya tampung beban pencemaran Waduk
Sutami bagian hulu, tengah dan hilir pada masing-masing kedalaman tahun 2016 dengan
status trofik eutrof.
77
Tabel 2.8
Rekapitulasi Nilai Daya Tampung Beban Pencemaran Waduk Sutami
Daya Tampung Beban Pencemaran
No Lokasi (kgP/musim kering)
Eutrof
1 Waduk Sutami Hulu 261606.6486
2 Waduk Sutami Tengah 321356.3153
3 Waduk Sutami Hilir 565199.5495
Sumber: Hasil Perhitungan, 2021
Berdasarkan hasil perhitungan daya tampung beban pencemaran Waduk Sutami
terhadap beban pencemar total-P didapat hasil besarnya kadar total-P yang berasal dari
aktivitas waduk maupun buangan dari daerah tangkapan air yang mampu ditampung Waduk
Sutami pada musim kering 2016 dengan status eutrof sebesar 261606.6486 kgP/musim
kering pada Waduk Sutami Hulu, 321356.3153 kgP/musim kering pada Waduk Sutami
Tengah, dan 565199.5495 kgP/musim kering pada Waduk Sutami Hilir.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. STORET/ WQX Commonly Asked Questions, USEPA (United States
Environmental Protection Agency). Available at
(http://www.epa.gov/storet/faq.html#101)
Cude, C.G. 2001. Oregon water quality index: a tool for evaluating water quality
management effectiveness. Journal of the American Water Resources Association,
37(1): 125–137.
Djokosetiyanto dan B Hardjojo. 2005. Pengukuran dan Analisis Kualitas Air. Universitas
Terbuka: Jakarta.
DOE (Department of Environment Malaysia). 2001. Malaysia Environmental Quality
Report 2000. Department of Environment, Ministry of Science, Technology and
Environment Malaysia, pg 86.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2009. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 28 Tahun
2009 Tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan/ Waduk. Lembaran
Negara RI Tahun 2009. Sekretariat Negara: Jakarta.
Menteri Lingkungan Hidup. 2003. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Sekretariat. Jakarta.
78
Ott, W.R., 1978. Water Quality Indeces: A Survey of Indeces used in the United States.
Washington DC: US Environmental Agency.
Rahman, Z.A. 2001. Water Quality Management in Malaysia. Malaysia: Department of
Environment, Ministry of Science, Technology and Environment.
Sari, I. dan Omar, W. M. M. 2008. Assessing The Water Quality Index of Air Itam Dam,
Penang, Malaysia. Proceeding of International Conference on Environmental
Research and Technology (ICERT), 601-605.