Anda di halaman 1dari 48

RESUME MATERI

BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah


Bangunan Ramah Lingkungan
Yang Dibimbing oleh
Cynthia Permata Dewi, S.T., M.T., M.Sc.

Oleh :
Alifah Widya Rochmah
190523648149

PROGRAM S1 TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DESEMBER 2019
SUSTAINABLE CITY (1 & 5)
1. Definition of Sustainable City
 Keberlanjutan (sustainability) berarti kemampuan untuk menjaga dan
mempertahankan keseimbangan proses atau kondisi suatu system(sistem
hayati dan binaan)
 Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota,
bisnis, masyarakat, dan sebagainya) yang berprinsip “memenuhi
kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan
generasi masa depan” Menurut Brundtland Report dari PBB, 1987.
 Budimanta (2005) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan
adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam
kerangka peningkatan kesejahteraan, kualitas kehidupan dan lingkungan
umat manusia tanpa mengurangi akses dan kesempatan kepada generasi
yang akan datang untuk menikmati dan memanfaatkannya.
 Menurut Marlina (2009) mengatakan pembangunan berkelanjutan
mencakup tiga lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan
sosial dan perlindungan lingkungan (3 Pilar Pembangunan
berkelanjutan)

2. Konsep of Sustainble City


Aspek – aspek yang diperhatikan untuk sebuah kota yang berkelanjutan:
1. Kualitas udara, air dan iklim
2. Energi
3. Makanan, dan pertanian
4. Ekonomi, dan pengembangan ekonomi
5. Lingkungan dan Ruang terbuka publik
6. Kesehatan dan kebersihan
7. Transportasi publik
8. Penggunaan material, berbahaya, pengolahan limbah padat
dan cair
9. Pendidikan
Dalam mewujudkan kota berkelanjutan diperlukan beberapa prinsip dasar
yaitu Panca E (Environment (Ecology), Economy (Employment), Eqiuty,
Engagement dan Energy)

3. Prinsip
1. Keberlanjutan Lingkungan
Harus mampu memelihara sumber daya yang stabil, menghindari
eksploitasi sumber daya alam dan fungsi penyerapan lingkungan
termasuk pemeliharaan keanekaraman hayati, stabilitas ruang udara,
ekonomi dan fungsi ekosistem.
Harus diupayakan hal-hal sebagai berikut :
 Pemakaian sumber daya tidak melebihi kemampuan regenerasi
sumber daya tersebut
 Emisi untuk lingkungan tidak melebihi kapasitas ekosistem-
ekosistem individu
 Kurun waktu dampak antropogenik untuk lingkungan harus
seimbang dengan waktu kemampuan proses alami dalam
lingkungan untuk bereaksi
 Minimalisasi resiko dan bahaya yang disebabkan oleh aktivitas
antropogenik
2. Keberlanjutan Ekonomi
Pembangunan yang mampu menghasilkan barang dan jasa secara
kontinu untuk memelihara keberlajutan pemerintahan dan menghindari
terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produksi
pertanian dan industri. Tiga elemen utama untuk keberlanjutan ekonomi
makro yaitu
 Efisiensi ekonomi
 Kesejahteraan ekonomi yang berkesinambungan
 Meningkatkan pemerataan dan distribusi kemakmuran
3. Keberlanjutan Sosial
Keberlanjutan secara sosial diartikan sebagai sistem yang mampu
mencapai kesetaraan, penyediaan layanan sosial termasuk kesehatan,
pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik. Keberlanjutan sosial
mempunyai sasaran antara lain :
 Negara sebagai badan sosial konstitusional menetapkan dan
menjunjung tinggi derajat dan perkembangan karakter manusia
secara bebas.
 Setiap anggota masyarakat mendapat manfaat dari masyarakat
sesuai dengan kontribusinya untuk sistem jaminan sosial dan
juga jika kurang mampu.
 jaminan sosial (social security system) hanya bisa tumbuh
bergantung pada standar ekonomi.
 Potensi produktivitas seluruh masyarakat dan cabangnya
seharusnya tetap dilangsungkan untuk generasi masa depan.
4. Langkah-Langkah Mencapai Sustainable City
Langkah yang harus dilakukan untuk mewujudkan sustainable city sebagai
berikut :
Mengembangkan kota mampat (compact city)
Mengembangkan tata guna lahan kombinasi (mixed land use)
Penekanan transportasi tidak bermotoratau disebut juga
neighborhood development
Mengembangkan sistem transportasi umum yang memadai
Pengembangan perumahan sesuai dengan budaya lokal
Memperbesar RTH(Ruang Terbuka Hijau)
Pencanangan indentitas kota yang kuat.
5. Study Kasus Sustainable City
5.1 Surabaya
Upaya pemerintahan Surabaya dalam mencapai kota berkelanjutan yang
ramah lingkungan dengan project yang dinamakan project on Low-
Carbon. Project ini bertujuan untuk mengurangi emisi CO2 dan dapat
membawa banyak keuntungan sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam
jangka waktu panjang.

Hal ini menargetkan 4 sektor utama diantaranya


1. Management Energy
Mengadakan system pembangkit listrik tenaga sampah.
2. Pengelolaan Transportasi Dan Lalu Lintas
3. Pengelolaan Limbah
4. Pengelolaan Pembuangan Air
5.2 Masdar
Alasan kota Masdar termasuk ke dalam kriteria sustainable city (kota
berkelanjutan), sebagai berikut:
Kota Masdar 100% menggunakan panel surya untuk memenuhi
kebutuhan energi di kotaya. Kota ini memiliki kumpulan panel
surya seluas 200 hektar dan menghasilkan listrik 150 megawatt
(MW).
Bangunan di kota masdar memiliki cerobong angin besar, untuk
menangkap angin dan menghembuskannya di bawah, sehingga
cuaca terus sejuk.
Bangunan di kota ini dibuat berdekatan, bangunan yang dibuat
berdekatan membentuk shadow untuk melindungi pejalan kaki
dari matahari langsung
Adanya menara angin setinggi 45 meter (148 kaki) mendorong
angin menyusuri jalan-jalan kota masdar lebih sejuk.
Pengolahan air limbah di Masdar City disediakan oleh bioreactor
membran (MBR). Proses MBR melibatkan sistem endapan
lumpur aktif yang ditangguhkan yang menggunakan membran
mikropori untuk pemisahan padat / cair sebagai pengganti
klarifikasi sekunder. untuk pengompositan dan di setiap pabrik
limbah-ke-energi di masa depan.
Moda transportasi yang ada di Masdar juga dibuat 100% ramah
lingkungan, yang disebut Personal Rapid Transit atau PRT.
Langakah mencapai Sustainable City, antara lain :
1. Energy Management
Menerapkan teknik hemat energi internasional terbaik yang tersedia
secara komersial seperti isolasi, spesifikasi pencahayaan rendah
energi, persentase kaca (mis., Jendela), mengoptimalkan cahaya
alami, dan memasang peralatan pintar, sistem manajemen bangunan
cerdas.
Banyak teknik inovatif yang berbeda digunakan untuk mendapatkan
energi maksimum. Antara lain :
 Panel Surya
 Pembangkit Listrik Tenaga Surya
 Proyek Beam Down
Menggunakan cermin untuk mengarahkan sinar matahari ke
penerima di bagian atas menara pusat, memanaskan cairan
transfer panas (garam cair, minyak atau air), yang kemudian
digunakan untuk menghasilkan uap untuk turbin uap.

2. Pengelolaan Air
Menggunakan peralatan berefisiensi tinggi, pancuran aliran rendah,
sistem binatu yang sangat efisien, daur ulang air limbah, dan irigasi
efisiensi tinggi dan lansekap penggunaan air rendah, terutama
melalui penggunaan flora gurun asli. Sistem air limbah saat ini
menggabungkan air abu-abu dan air hitam untuk diproses dan diolah
di pabrik bioreaktor membran kota (MBR).

3. Pengelolaan Limbah
4. Pusat Daur Ulang Bahan
Pusat Daur Ulang Material (MRC)
 Kayu dipisahkan dan disimpan untuk digunakan ulang
mebangun kota atau diproses untuk menjadi kayu yang baru.
 Baja, logam dan plastik dikumpulkan dan dikirim untuk
didaur ulang.
 Limbah beton dihancurkan menggunakan crusher, material
ini digunakan sebagai bahan pengisi atau pemadat untuk
tanah mengingat kondisi tanah yang gembur di Masdar City.
5. Transportasi
Menguji coba sebuah Personal Rapid Transit (PRT) dengan sistem
kekuatan listrik, otomatis, kendaraan dengan single-cabin yang dapat
diandalkan serta berkelanjutan dari sistem transportasi umum
SUSTAINABLE CONSTRUCTION (3 & 7)
1. Definition of Sustainable Contruction
 Konstruksi berkelanjutan adalah rangkaian kegiatan yang
diperlukan untuk menciptakan suatu fasilitas fisik yang memenuhi
tujuan ekonomi, sosial, dan lingkungan pada saat ini dan masa yang
akan dating.
 Ervianto (2012) menyatakan bahwa sustainable construction adalah
konstruksi yang memperhatikan aspek keberlanjutan, yaitu
penggunaan sumberdaya alam yang memperhatikan daya dukung
lingkungan untuk menghindari terjadinya penurunan kualitas
lingkungan.

2. Konsep of Sustainable Contruction


Konstruksi berkelanjutan tidak dapat terlepas pada aspek lingkungan
dikarenakan keberlanjutan yang dimaksud berkaitan dengan sumberdaya
alam yang digunakan dalam proses membangun.

Untuk mendukung sustainable construction, rycycle dan reuse merupakan


kontributor khususnya dalam aspek aktivitas daur ulang bahan bekas pakai.
Mencakup seluruh aspek pembangunan mulai dari perancangan, pemakaian
sampai daur ulang. Sustainable construction bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hunian manusia pada masa kini, termasuk jaringan
infrastrukturnya, tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang
untuk terus dapat membangun. Dalam pelaksanaanya, sustainable
construction menerapkan “5P” sebagai target issues for sustainable
construction meliputi:
1. Progress
Innovation and Transferability
Konsep yang innovatif dalam rancangan, integrasi bahan dan
produk, struktur bangunan, kulit bangunan dan instalasi dalam
gedung
Pendekatan terhadap teknologi konstruksi dan prosesnya,
operasi serta pemeliharaan
Kontribusi terhadap disiplin ilmu dalam bidang konstruksi
Evaluasi terhadap tujuan awal lewat peninjauan jangka Panjang
Penyebar-luasan ilmu pengetahuan
2. People
Ethical standards and social equity
Patuh terhadap patokan etika dalam setiap fase pada siklus hidup
proyek
Kontribusi terhadap pembentukan lingkungan dan nilai-nilai
dalam masyarakat
Kualitas lingkungan kerja
Transparansi politik dan kebenaran
3. Planet
Environmental quality and resource efficiency
Meminimalkan dampak buruk terhadap lingkungan selama
siklus hidup proyek
Efisiensi dalam energi dan material
Lebih memanfaatkan renewable energy daripada fossil energy
Penggunaan lahan yang efisien
Produk dan teknologi yang kokoh
4. Prosperity
Economic performance and compatibility
Proyek harus feasibel dan mendatangkan kedaya-gunaan
ekonomi jangka Panjang
Model innovatif untuk pembiayaan
Sumber daya finansial dalam seluruh siklus hidup proyek dan
impak regionalnya
Fleksibilitas terhadap perubahan di masa depan
Ketahanan terhadap kondisi ekonomi
Ekonomi sumberdaya yang diterapkan dalam konstruksi
5. Proficiency
Contextual and aesthetic impact
Perbaikan kondisi yang ada dalam konteks alam dan buatan
manusia
Keterkaitan lanskap, infrastruktur, jaringan urban dan arsitektur
Restorasi dan perubahan yang hati-hati terhadap lingkungan
terbangun
Strategi program penggunaan
Kualitas arsitektur dan impak estetika-nya
3. Asas atau Prinsip Sustainable Contruction
Pembangunan yang berkelanjutan memuat empat asas pembangunan
berkelanjutan yang ekologis, yaitu:
 Menggunakan bahan baku alam tidak lebih cepat daripada alam
mampu membentuk penggantinya;
 Menciptakan sistem yang menggunakan sebanyak mungkin energi
terbarukan;
 Mengijinkan hasil sambilan (potongan, sampah) untuk produksi
bahan lain;
 Meningkatkan penyesuaian fungsional dan keanekaragaman
biologis
Pada akhirnya semua bangunan pada saatnya nanti dapat dimanfaatkan
kembali semaksimal mungkin, dan sesedikit mungkin dibuang ke alam.

Untuk mengukur seberapa green sebuah bangunan Green Building Council


Indonesia (GBCI) menetapkan parameternya sebagai berikut:
1. Tepat guna lahan, efisiensi energi dan refrigerant
2. Konservasi air, kualitas udara dan kenyamanan ruangan
3. Manajemen lingkungan bangunan, sumber dan siklus material
4. Pengaplikasian Sustainable Contruction
4.1 Manajemen Limbah Konstruksi

Hierarki pengelolaan limbah menurut Chun-li Peng (1994) dalam


Suprapto dan Wulandari (2009), hal penting dalam manajemen limbah
konstruksi, diantaranya:
1. Reduction
Meminimalisasi pemakaian material yang akan menghasilkan
limbah.
2. Reuse
Penggunaan kembali material sisa konstruksi yang kondisinya
masih memungkinkan.
3. Recycling
Penggunaan kembali sisa material yang ada dengan mengolah
menjadi suatu barang yang dapat digunakan kembali.
4. Protect Nature
Upaya melindungi rusaknya ekosistem alam akibat aktifitas
kontruksi.
5. Eliminate toxic atau Landfilling
Pengelolaan limbah yakni membuang ketempat pembuangan
akhir.
6. Life Cycle Cost (LCC)
adalah metode yang digunakan untuk menghitung berbagai
macam alternatif suatu sistem konstruksi yang akan digunakan
sebelum tahap pembangunan.
7. Quality Management
adalah suatu metode yang harus dilakukan dengan tujuan
mencapai persyaratan mutu proyek pada pekerjaan pertama
tanpa adanya limbah yang merugikan.
4.2 Reuse Material
Ervianto (2012) membagi reuse menjadi tiga:
1. Building reuse
Saat seluruh bangunan dapat diselamatkan tanpa proses
penghancuran melainkan melalui proses relokasi dan renovasi.
2. Component reuse
Diutamakan untuk non struktur : dinding, pintu, lantai, plafon
yang akan digunakan untuk hal yang sama atau untuk hal lain
sampai habis umur pakai komponen tersebut.
3. Material reuse
Pemanfaatan bahan bangunan hasil dekonstruksi atau demolisi
yang dilanjutkan dengan daur ulang. Pemanfaatan kembali
material komponen bangunan dibedakan menjadi dua, yaitu:
 Komponen struktur
 Komponen arsitektural.
komponen arsitektural lebih berpotens, hal ini
dikarenakan kemudahan memisahkan komponen
arsitektural dari bagian bangunan, yaitu kusen pintu dan
jendela beserta daunnya, rangka plafon dan penutupnya.
Abdulrahman (2012) menyatakan bahwa reuse berarti menggunakan
kembali bahan bangunan yang masih layak pakai, yang masih dapat
digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Reuse dalam
berbagai disiplin ilmu dipahami dalam paket 3R atau 5R, yaitu:
1. Reduce (mengurangi)
2. Reuse (menggunakan kembali)
3. Recycle (mendaur ulang),
4. Replace (mengganti),
5. Replant (menanam kembali).
Reuse bahan bangunan adalah penggunaan kembali komponen atau
bahan dari suatu bangunan baik Consumable maupun Non-consumable
yang masih layak pakai.

5. Study Kasus Sustainable Contruction


5.1 Dusun Gunung Kelir, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten
Bantul, sebagai Daerah yang Terdampak Gempa pada Tahun 2006
1. Inventarisasi Bahan Bangunan Reruntuhan Pasca Gempa
Milah dan milih adalah merupakan kesatuan cara berkegiatan dalam
proses inventarisasi. Melakukan kegiatan invetarisasi bahan
bangunan reruntuhan untuk mendapatkan bahan bangunan yang bisa
digunakan sebagai komponen pembentuk struktur bangunan dan
pembentuk penampilan bangunan. Komponen pembentuk kekuatan
bangunan meliputi bahan bangunan kayu dan batubata.
2. Penggunaan Bahan Bangunan Reruntuhan Pasca Gempa

Hasil pengamatan terhadap penggunaan-kembali (reuse) bahan


bangunan reruntuhan menunjukkan adanya beberapa tipologi.
 Penggunaan bahan bangunan dari jenis bangunan dan jenis
bahan bangunan yang berbeda tetapi digunakan pada fungsi
yang sama.
 Penggunaan bahan bangunan dari jenis bangunan dan jenis
bahan bangunan yang sama tetapi pada fungsi yang berbeda.
 Penggunaan bahan bangunan dari jenis bangunan, jenis
bahan bangunan dan fungsi yang sama.
GREEN BUILDING (4 & 2)
1. Definition of Green Building
Bangunan hijau (Green Building) adalah bangunan berkelanjutan yang
mengarah pada struktur dan pemakaian proses yang bertanggung jawab
terhadap lingkungan dan hemat sumber daya sepanjang siklus hidup
bangunan tersebut.
Masyarakat memahami green building yang dijelaskan dalam Bulan Mutu
Nasional dan Hari Standar Dunia (2008) sebagai bangunan yang:
1. Terintegrasi dengan alam
2. Memperhatikan ekosistem lokal dengan perencanaan jangka
Panjang
3. Produk dari tindakan manusia dengan mempertimbangkan kualitas
lingkungan baik fisik maupun sosial
Green building dirancang secara keseluruhan untuk mengurangi dampak
lingkungan pada kesehatan manusia yaitu dengan:
1. Efisien menggunakan energi, air, dan sumber daya lainnya
2. Melindungi kesehatan karyawan dan meningkatkan produktivitas
kerja
3. Mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan
2. Manfaat Green Building
Beberapa manfaat dari green building yaitu manfaat lingkungan, ekonomi
dan sosial.
1. Manfaat Lingkungan
Meningkatkan kualitas udara
Memperbaiki kualitas udara
Memperbaiki kualitas air
Mereduksi limbah
Konservasi sumber daya alam
2. Manfaat ekonomi
Mereduksi biaya opersional
Menciptakan dan memperluas pasar bagi produk dan jasa
hijau
Meningkatkan produktivitas penghuni
Mengoptomalkan kinerja daur hidup ekonomi
3. Manfaat social
Meningkatkan kesehatan dan kenyamanan penghuni
Meningkatkan kualitas estetika
Mereduksi masalah dengan infrastruktur local
3. Konsep of Green Building
Ada beberapa aspek utama yang perlu diperhatikan dari konsep green
building yaitu:
1. Pemilihan Material
Bahan pembangunan harus diperoleh dari alam, dan merupakan
sumber energi terbarukan yang dikelola secara berkelanjutan.
2. Penggunaan Energi
3. Penggunaan Air
Berhemat dengan menginstal sistem tangkapan air hujan, peralatan
hemat air, seperti pancuran air beraliran rendah, dan memasang
sistem pemanas air tanpa listrik.
4. Kesehatan, Keamanan dan Kenyamanan Pengguna
4. Syarat Green Building
Suatu bangunan sudah menerapkan konsep bangunan hijau apabila berhasil
melalui suatu proses evaluasi. Ada 6 aspek yang menjadi pedoman dalam
evaluasi penilaian green building GREENSHIP GBCI (Green Building
Council Indonesia) yang terdiri dari:
1. Tepat guna lahan (Approtiate site development/ ASD)
2. Efesiensi dan konservasi energi (Energy efficiency and
conservation / EEC)
3. Konservasi air (Water conservation / WAC)
Mengembangkan sistem pengurangan pemakaian air (reduce),
penggunaan kembali air untuk banyak hal (reuse), mendaur ulang
buangan air bersih (recycle), dan pengisian kembali air tanah
(recharge).
4. Sumber dan siklus material (Material resource and cycle / MRC)
5. Kualitas udara dan kenyamanan ruang (Indoor air health and
comfort /IHC)
6. Manajemen lingkungan bangunan (Building and environment
management / BEM)
5. Study Kasus
5.1 Sekolah alam Green School Bali
Sekolah ini dibangun pada lahan seluas 20 Hektar dengan menggunakan
sistem permakultur organik dan dirancang untuk bekerja dalam kohesi
yang sempurna dengan ekologi tanah. Pada tahun 2010, Green School
Bali berhasil mendapatkan Aga Khan Award untuk kategori Recycle.

Konsep Green Building Pada Bangunan Green School Bali


1. Tepat Tata Guna Lahan
Green School Bali berdiri diatas lahan seluas 4,55 hektar. Luasan
ruang terbuka hijau mencapai lebih dari 60% dibanding luas lahan
terbangun.
2. Efisiensi dan Konservasi Energi
 Struktur terbuka pada bangunan mengakomodir sistem
pencahayaan dan penghawaan alami yang dibantu oleh kipas
pada langit-langit dan penyejuk udara dengan sistem gelembung
yang inovatif.
 Pemenuhan kebutuhan energi listrik pada bangunan Green
School Bali didapatkan dari tiga sumber, yaitu biogas yang
berasal dari kotoran hewan, generator turbin air, serta proyek
surya.
3. Konservasi Air
4. Sumber & Siklus Material
5. Kualitas Udara dan Kenyamanan Udara Dalam Ruang
6. Manajemen Lingkungan Bangunan
5.2 Menara BCA Jakarta
Aspek-aspek penerapan dari green building yang bisa diamati dari
Menara BCA ini adalah sebagai berikut
1. Kesesuaian Tata Guna Lahan
Memenuhi kriteria green building karena ada site manajemen
policy dan motor vehicle policy, seperti :
Menyediakan Shuttle bus untuk jangkauan BSD
Menyediakan fasilitas pejalan kaki, parkir dan jalur sepeda,
shower untuk bikers
Finishing lansekap bukan warna hitam
Terdapat serapan air hujan yang ditampung dalam sumur
dan langsung dialirkan ke sungai.
2. Efisiensi dan Konservasi Energi
Terdapat usaha efisiensi energi baik untuk pencahayaan,
AC, maupun elevator dan escalator
Efisiensi AC dengan sistem pengelolaan cooling tower
yang dimonitor secara periodik (energy monitoring system)
Efisiensi tenaga listrik untuk penerangan (lampu) dengan
ballast frequency
Penggunaan kaca penyerap radiasi panas sampai 30%
mengurangi beban AC dan heater (pemanas)
3. Konservasi Air
Tidak menggunakan deep well, untuk mencegah
penyusutan bumi
Sistem monitoring water untuk menjamin kualitas air, yang
diuji secara periodik
Penggunaan kran air auto stop untuk menghemat
pemakaian air
Make up water untuk cooling tower bisa menghemat 4500
m3/bulan
Water recycling dari tempat wudhu di musholla langsung
dimanfaatkan untuk penyiraman taman dan cuci mobil.
4. Sumber dan Siklus Material
Penggunaan material non-R22 untuk mengurangi efek gas
rumah kaca.
Material purchasing practice: penjualan olie aki bekas, di
luar equipment
Waste management: pemisahan sampah organic dan
dimasukkan dalamruang bersuhu 15oC sebelum dibuang
pada malam hari untuk mencegah baudan perkembangan
bakteri yang merugikan kesehatan.
5. Kualitas Udara dan Kenyamanan Ruang
Pengukuran kualitas udara dalam ruang setiap 3 bulan
CO2 monitoring
Visual comfort
Acoustic level noise dengan batas 65Db
6. Manejemen Lingkungan Bangunan
Green Occupacy
Training karyawam
Menerapkan perilaku membuang sampah sendiri pada
kantin
GREEN ARCHITECTURE (6)
1. Definition of Green Arch
 Konsep ‘Green Architecture’ adalah kebutuhan untuk memberdayakan
potensi site dan menghemat sumber daya alam akibat menipisnya
sumber energi tak terbarukan.
 Green Architecture ialah konsep meminimalkan pengaruh buruk
terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat
hidup yang lebih baik dan lebih sehat, dengan cara memanfaatkan
sumber energi dan SDA secara efisien dan optimal.
2. Konsep of Green Arch

3. Penerapan Green Arch


1. Memiliki Konsep High Performance Building & Earth Friendly
Dinding bangunan kaca di beberapa bagiannya. Berfungsi
menghemat penggunaan elektrisiti untuk bangunan terutama
dari segi pencahayaan.
Menggunakan energi alam seperti angin, sebagai penyejuk
lingkungan.
Bahan-bahan bangunan yang digunakan cenderung ramah pada
lingkungan
Kolam air disekitar Bangunan berfungsi memantulkan sinar
lampu, & mereduksi panas matahari sehingga udara tampak
sejuk dan lembab.
2. Memiliki Konsep Sustainable
3. Memiliki Konsep Future Healthly
Menanam tanaman rindang yang mengelilingi bangunan
Dinding bangunan curtain wall dilapisi alumunium dapat
berguna untuk UV protector untuk bangunan itu sendiri
Penggunaan green roof
4. Memiliki Konsep Climate Supportly
Pada saat penghujan, dapat sebagai resapan air, dan pada saat kemarau,
dapat sebagai penyejuk udara.
5. Memiliki Konsep Esthetic Usefully
4. Study Kasus
4.1 Gedung Spazio
Enam kriteria utama yang akan dibahas yakni:
1. Tepat Guna Lahan
Community Accessibility
Motor Vehicle Reduction
Site Landscaping
Gedung Spazio terdiri dari taman, vertical garden, wall
garden yang berada di bagian belakang bangunan dan roof
garden yang berada di lantai dua.
Heat Island Effect
Storm Water Management
Site Management
Memiliki kebijakan tersendiri (SPO) dalam melakukan
perawatan lingkungan tapak
Building Neighbourhood

2. Efisiensi dan Konservasi Energi


Optimized Efficiency Building Energy Performance
Testing, Recommisioning or Retrocommisioning
System Energy Performance
Energy Monitoring & Control
Operation and Maintenance Maintenance
Gedung Spazio memiliki prosedur cek rutin terhadap semua
utilitas bangunan, mulai dari mekanikal, elektrikal, dan
plumbing.
3. Konservasi Air
Fresh Water Efficiency
Water Quality Manajemen
Recycled and Alternative Water
Untuk irigasi taman Gedung Spazio bersumber dari air hasil
pengolahan STP
Potable Water Gedung
Deep Well Reduction
Water Tap Efficiency
4. Sumber Material dan Daur Ulang
Non ODS Usage
Menggunakan beban pendinginan yang memakai tipe
refrigerant R410A, R32, dengan merk Daikin, Panasonic,
dan Trane
Material Purchasing Practice
Produksi regional, bersertifikat SNI/ISO/Ecolabel, material
yang dapat didaur ulang, lampu yang tidak mengandung
merkuri, plafond/dinding partisi yang tidak mengandung
asbestos, produk cat & karpet yang beremisi VOC rendah
Waste Management Practice
Memilah sampah berdasarkan jenis organik dan anorganik
Hazardous Waste Management
Management of Used Good Tidak ada penyaluran barang
5. Kesehatan dan Kenyamanan Ruang
Environmental Tobacco Smoke Control
CO2 and CO Monitoring Ruang ballroom
Mamiliki instalasi sensor CO2
Thermal Comfort
Visual Comfort
Acoustic Level
6. Manajemen Lingkungan Bangunan
Design Intent & Owner's Project Requirement
SOLAR ENERGY

1. Pengertian Solar Energy


 Energi solar surya (Solar Cell) adalah salah satu jenis sensor cahaya
photovoltaic, yaitu sensor yang dapat mengubah intensitas cahaya
menjadi perubahan tegangan pada outputnya. Dalam aplikasinya solar
cell lebih sering digunakan sebagai pembangkit listrik DC tenaga
surya (matahari).
 Penggunaan energi ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada
sumber daya bahan bakar fosil tetapi juga meminimalkan emisi rumah
kaca seperti CO 2 , SO 2 , NO x.
2. Prinsip Energi Matahari

3. Aplikasi Energi Matahari


Aplikasi paling umum untuk energi panas matahari yang digunakan dalam
industry adalah sebagai berikut
1. Solar Water Heating (SWH)
SWH biasanya terdiri dari pengumpul dan penyimpanan surya ruang.
SWH bekerja atas dasar kerapatan ketimpangan panas dan air dingin
atau syphon thermo.
2. Solar drying and degydration system
Berdasarkan perbedaan metode aliran udara, matahari pengering
dibagi menjadi dua kelompok utama,
Alami sirkulasi (pasif)
Menggunakan solar energi banyak tersedia di lingkungan
Aliran konveksi (aktif)
Sistem pengeringan matahari aktif menggunakan energi surya
dikombinasi dengan listrik atau bahan bakar fosil untuk
menghasilkan listrik untuk menyediakan sirkulasi udara
3. Solar thermal in food industry
4. Studi Kasus
Teknologi solar terkait sudah dikembangkan di Indonesia seperti kompor
surya, pengering surya, dan lain-lain juga telah diproduksi secara lokal.
5. Keuntungan Menggunakan Energi Matahari
Merupakan energy terbarukan yang tidak pernah habis
Menghemat listrik dalam jangka Panjang
Mengurangi pemanasan global
Bersih dan ramah lingkungan
Tidak memerlukan perawatan
Umur panel surya yang Panjang
Tidak bergantung pada PLN
WIND ENERGY (2 & 3)

1. Definisi Wind Energy


Energi angin adalah konversi dari kecepatan angin menjadi bentuk energi
yang lebih berguna seperti generator listrik,
2. Turbin Angin
o Turbin angin menghasilkan listrik dengan menggunakan kekuatan
angin untuk menggerakkan generator.
o Tidak menciptakan emisi dan tidak akan pernah habis karena terus-
menerus diisi ulang energi dari matahari dan angin
Dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
1. Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT)
Turbin angin yang berputar pada poros horisontal disebut dengan turbin
angin poros horisontal
2. Vertical Axis Wind Turbine (VAWT)
Turbing angin yang berputar pada poros vertikal disebut dengan turbin
angin poros vertical.
Kelebihannya adalah
 Dapat mengekstraksi energi angin dari hampir setiap arah
 Perawatan yang lebih mudah
 Memiliki dampak visual yang lebih sedikit
 Menghasilkan emisi kebisingan yang rendah
 Dapat bekerja dengan peningkatan kinerja dalam kondisi aliran
angin miring
Kekurangannya adalah
 segi efisiensi dalam mengekstraksi daya dari angin relative
rendah
 kondisi operasi turbin yang tidak stabil pada semua kecepatan
angin
3. Keuntungan Wind Energy
Manfaat Lingkungan keuntungan menggunakan energi angin adalah
sebagai berikut :
1. Energi angin tidak menyebabkan emisi.
2. Tidak akan menyebabkan kerusakan lingkungan
3. Penggunaan energi angin tidak menghasilkan polutan udara atau gas
rumah kaca
4. Energi angin adalah energi terbarukan yang ideal karena :
 Bebas polusi dan tanpa batas energi
 Tidak memerlukan bahan bakar
 Tidak menciptakan gas rumah kaca
 Tidak menghasilkan limbah beracun atau radioaktif
4. Kekurangan Wind Energi
1. Ketergantungan dengan bahan bakunya atau angin
2. Kecepatan angin tidak selalu tertiup menghasilkan energi listrik
3. Emisi suara yang dihasilkan oleh bilah rotor
4. Energi angin tidak bisa disimpan
5. Perkembangan turbin Angin

6. Potensi Energi Angin


 Implementasi teknologi energi angin di Indonesia masih rendah.
Total pembangkit tenaga angin terpasang di Indonesia sekitar 1,6
MW dalam skala non-komersial.
 PT Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di
Sukabumi-Jawa Barat dan Selayar-Sulawesi Selatan.
 Klungkung, Bali, ESDM dan PT. PLN Bali, dengan total kapasitas
735 kW.
 Total kapasitas adalah 240kW di Sangihe-Sulawesi Utara oleh
ESDM dan PT. PLN
7. Peluang dan Tantangan Pengembangan Energi Angin di Indonesia
7.1 Energi Angin Offshore
 Adalah turbin angin lepas pantai air dangkal.
 Badan Informasi Energi Departemen Energi AS menunjukkan
bahwa 28 negara bagian di 48 negara bagian yang berbatasan
dengan pesisir menggunakan 78% dari listrik negara.

7.2 Pembangkit listrik Hibrida Angin


 Pembangkit Listrik Hybrid sebenarnya merupakan gabungan
dari energi alternatif angin dan surya.
 Pandan Simo, Yogyakarta, total dari 17.5 kW pembangkit
listrik tenaga surya (PV) telah hibridisasi dengan total turbin
angin 60 kW.
GEOTHERMAL ENERGY (4 & 5)

1. Definition of Gheothermal
 Gheotermal berasal dari 2 suku kata, “geo” artinya bumi dan
“thermal” artinya panas, sehingga Geothermal energi adalah energi
panas bumi.
 Energi panas bumi dibagi menjadi dua yaitu
1. Energi panas bumi magnetic
Sumber energi yang diproduksi ketika hujan atau air jatuh dan
bertemu dengan magma (batuan cair yang panas di kerak bumi)
mencapai panas yang luar biasa dalam mangkuk bumi.)
2. Energi panas bumi amagagmetik
Energi yang diekstraksi dari panas yang tersimpan di dalam
bumi. Energi panas bumi ini berasal dari aktivitas tektonik di
dalam bumi yang terjadi sejak planet ini diciptakan.
Hochstein (1990) membedakan geothermal system menjadi tiga, antara lain:
1. Sistem Geothermal Menggunakan Temperatur Rendah
sebuah system dengan wadah yang berisi cairan bersuhu kurang dari
125֯C
2. Sistem Geothermal Menggunakan Temperatur Menengah
sebuah system dengan wadah yang berisi cairan bersuhu 125֯C
hingga 225֯C
3. Sistem Geothermal Menggunakan Temperatur Tinggi
sebuah system dengan wadah yang berisi cairan bersuhu yaitu lebih
dari 225֯
Geothermal system juga sering diklasifikasikan berdasarkan entalpi
cairannya, antara lain
1. System entalpi rendah
Cairan panas bumi dengan suhu < 100֯C, biasanya dimanfaatkan
untuk pemandian, pemanas ruangan, proses ore pertambangan, dan
greenhouses gas.
2. System dengan entalpi sedang
Cairan panas bumi secara dengan suhu 100֯C-175֯C, biasanya
dimanfaatkan untuk penhasil atau pembangkit listrik kelas binary.
3. System dengan entalpi tinggi
Cairan panas bumi secara dengan suhu >175֯C, biasanya
dimanfaatkan sebagai pemutar turbin generator, dan penghasil listrik
sekala besar dengan suhu >200֯C
3. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi PLTP
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) adalah salah satu
pembangkit tenaga listrik yang ramah lingkungan dengan energi
panas bumi. Dibawah ada beberapa deskripsi dari sistem pembangkit
listrik tenaga panas bumi:

1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap Kering


2. Pembangkit Listrik Tenaga Cahaya
3. Binary Cycle Power Plant
4. Keunggulan PLTP
Termasuk energi hijau karena emisi CO2 yang minimal.
Keandalan tenaga listrik yang dihasilkan dari energi
panas bumi dapat dipertahankan dalam jangka panjang
(bisa lebih dari 30 tahun)
Energi panas bumi tersedia secara berkelanjutan
sepanjang tahun
Pemanfaatan energi panas bumi tidak membutuhkan
lahan yang luas
Harga listrik yang berasal dari panas bumi cukup murah
Tenaga panas bumi tidak berisik dan tidak dapat
diandalkan
Pembangkit listrik panas bumi menghasilkan listrik
sekitar 90%
5. The Potential of Geothermal Areas
5.1 Geothermal Energy Utilization in the Kamojang Nature
Reserve, West Java, Indonesia
5.2 Geothermal Potential Analysis Using Landsat 8 and
Sentinel 2 (Case Study: Mount Ijen)
6. Sustainable Geothermal Utilization in Indonesia
Indonesia terletak di salah satu kerangka tektonik yang
paling aktif di dunia (perbatasan Indo-Australia, Pasifik,
Filipina dan lempeng tektonik Eurasia) , energi panas
bumi yang tersebar di 285 titik daerah sepanjang busur
vulkanik dengan total potensi sebesar 29.215 GWe
(Badan Geologi Kementerian ESDM, 2011).
Menurut Laporan yang dikeluarkan oleh WWF pada
tahun 2012 dengan judul “Igniting the Ring of Fire: A
Vision for Developing Indonesia’s Geothermal Power”
Indonesia memiliki potensi energi panas bumi terbesar di
dunia sebesar 29 Giga Watt.
7. Kesulitan Geotermal Diterapkan
1. Resiko biaya dan resiko kegagalan yang tinggi
2. Hukum di Indonesia
3. Keadaan infrastruktur yang buruk di wilayah-wilayah
terpencil
4. Perlawanan masyarakat lokal pada proyek-proyek ini
5. Birokrasi yang buruk (prosedur perizinan yang panjang
dan mahal yang melibatkan pemerintah pusat provinsi,
dan kabupaten).
8. The Advantages of Gheothermal Energy
1. Penggunaan energi panas bumi mampu menghematan
penggunaan bahan bakar
2. Relatif lebih ramah lingkungan karena mereka tidak
menghasilkan banyak gas berbahaya
3. Energi panas bumi memilik biaya yang rendah
TIDAL ENERGY (6 & 7)

1. Pengertian Tidal Energy


Energi pasang surut (Tidal Energy) adalah energi yang dihasilkan dari
pasang surut air laut dengan menjadikannya energi dalam bentuk lain,
terutama listrik. Tenaga dapat diperoleh dengan memasang turbin dari
aliran air masuk-keluar dam.

Ada dua jenis metodologi antara lain :


1. Sistem Pembangkit Tenaga Pasang Surut Satu Arah
2. Sistem Pembangkit Listrik Pasang Surut Dua Arah

2. Study Kasus
2.1 Jindo Uldolmok Tidal Power Plant di Korea Selatan didirikan
dengan kapasitas 90 MW.
2.2 Sihwa Lake Tidal Power Plant di Korea Selatan, merupakan
instalasi tidal power terbesar di dunia dengan kapasitas 254MW.
2.3 Bureau of Ocean Energy Management (BOEM), didirikan di
Amerika Serikat
3. Keuntungan Menggunakan Tidal Energy
1. Bersih dan Efisien
2. Energi Berkelanjutan dan dapat Diprediksi
Karena pasang naik dan surut adalah siklus, lebih mudah untuk
merancang sistem yang efisien.
3. Usia Layan Peralatan yang Cukup Panjang
4. Kerugian Penggunaan Tidal Energy
1. Kurangnya Penelitian
2. Dampak Emisi EMF
Emisi elektromagnetik juga dapat mengganggu kehidupan laut yang
sensitive.
3. Biaya Konstruksi yang Tinggi
OTTV

1. Nilai perpindahan termal menyeluruh OTTV-Dinding luar-

Nilai perpindahan termal menyeluruh (Overall Thermal Transfer Value =


OTTV) suatu yang ditetapkan sebagai kriteria perancangan untuk dinding dan
kaca bagian luar bangunan Gedung
1. Nilai Perpindahan Termal Menyeluruh OOTV Tiap Dinding

Keterangan :
OTTV = nilai perpindahan. termal menyeluruh pada dinding luar
yang memiliki arah atau orientasi tertentu (Watt/m2).
a = absorbtansi radiasi matahari. (tabel 1 dan 2).
UW = transmitansi termal dinding tak tembus cahaya
(Watt/m2.K).
WWR = perbandingan luas jendela dengan luas seluruh dinding
luar pada orientasi yang ditentukan.
TDEk = beda temperatur ekuivalen (K).(lihat tabel 8)
SC = koeffisien peneduh dari sistem fenestrasi.
SF = faktor radiasi matahari (W/m2).
Uf = transmitansi termal fenestrasi (W/m2.K).
OT = beda temperatur perencanaan antara bagian luar dan
bagian dalam (diambil 5K)
2. Nilai OTTV Seluruh Dinding Luar

Keterangan :
Ao = luas dinding pada bagian dinding luar i (m2).
Luas ini termasuk semua permukaan dinding tak tembus cahaya
dan luas permukaan jendela yang terdapat pada bagian dinding
tersabut.
OTTV = nilai perpindahan termal menyeluruh pada bagian dinding i
sebagai hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan
(4.2.1.1)
2. Absorbtansi Termal (a) -Dinding luar-
3. Transmitansi termal (U) -Dinding luar-

Resistansi termal, terdiri dari:


Resistansi lapisan udara Iuar (Rug)

Keterangan :
1. Emisifitas tinggi adalah permukaan halus yang tidak mengkilap
(non reflektif)
2. Emisifitas rendah adalah permukaan dalam yang sangat
reflektif, seperti alumunium foil.
Resistansi termal bahan (RK)

dimana :
t = tebal bahan (m ).
k = nilai konduktifitas termal bahan (Watt/m.K)
Resistansi termal rongga udara (RRu)

Resistansi termal lapisan udara permukaan (Rup)


Nilainya seperti ditunjukkan pada tabel 3
4. Beda temperatur ekuivalen-Dinding luar-
Beda temperatur ekuivalen (TDEk) dipengaruhi oleh :
 Tipe, massa dan densitas konstruksi.
 Intensitas radiasi dan iamanya penyinaran.
 Lokasi dan orientasi bangunan.
 Kondisi perancangan.

5. Faktor rerata radiasi matahari-Dinding luar-


6. Koeffisien peneduh (SC) -Dinding luar-

dimana :
SC = koeffisien peneduh sistem fenestrasi.
SCk = koeffisien peneduh kaca.
SCEf = koeffisien peneduh effektif alat peneduh.
7. Nilai perpindahan termal atap RTTV-Penutup atap-

1. Nilai Perpindahan Termal Dari Penutup Atap Bangunan Gedung


Dengan Orientasi Tertentu
2. Iebih Dari Satu Jenis Bahan Penutup Atap

3. Iebih Dari Satu Jenis Bahan Penutup Atap

8. Transmitansi termal atap (Ur) -Penutup atap-

9. Beda temperatur ekuivalen atap (TDEk) -Penutup atap-

10. Faktor radiasi matahari atap (SF) -Penutup atap-


Nilai faktor radiasi matahari untuk bidang horisontal yang dihitung antara jam
07.00 sampai dengan 18.00 adalah : SF = 316 Watt/m2.
11. Koeffisien peneduh atap (SC) -Penutup atap-
REDESAIGN GEDUNG LOW RISE
Gedung Auditorium FEM IPB

Berdasarkan hasil analisis dari aplikasi ecotect, pencahayaan pada Gedung


Auditorium FEM IPB pada lantai 1 dominan gelap sedangkan pada lantai 2
dominan terang. Perlu dilakukan modeling pada overhang bangunan Gedung agar
mendapat pencahayaan optimum sesuai standart SNI 03-6197-2000. Permodelan
dilakukan dengan mencoba 10 jenis model overhang, antara lain :
1. Horizontal Concrete Material Model
2. Horizontal Metal Material Model
3. Horizontal Playwood Material Model
4. Vertikal Concrete Material Model
5. Vertikal Metal Material Model
6. Vertikal Playwood Material Model
7. Eggurate Concrete Material Model
8. Eggurate Metal Material Model
9. Eggurate Playwood Material Model
10. Double Glass Material Model
Standart Lux yang ditetapkan pada Gedung auditorium adalah 300-350 lux
berdasarkan SNI 03-6575-2001 “Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan
pada bangunan Gedung”.
1. Rumus :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑤𝑎𝑟𝑛𝑎 𝑔𝑟𝑖𝑑 𝑡𝑒𝑟𝑛𝑡𝑢
Presentase Lux %= × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑔𝑟𝑖𝑑
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑙𝑢𝑥 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑤𝑎𝑟𝑛𝑎 𝑔𝑟𝑖𝑑 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
Nilai Lux= × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑔𝑟𝑖𝑑
2. Summary Redesaign
2.1 Overhang Horizontal
Basic Horizontal Concrete Horizontal Metal Horizontal Playwood
1. Tingakat lux terbesar 1. Tingkat lux terbesar 1. Tingkat lux terbesar 1. Tingkat lux terbesar
sebesar 5040 lux sebanyak sebesar 4320 lux sebanyak sebesar 4320 lux sebanyak sebesar 4320 lux
2,46 % pada area sekitar 3,45 % pada area sekitar 3,45 % pada area sekitar sebanyak 3,45 % pada
jendela dan void lobby. jendela jendela area sekitar jendela
2. Standart lux sebesar 300- 2. Standart lux sebesar 300- 2. Standart lux sebesar 300- 2. Standart lux sebesar 300-
L1
350 lux, nilai lux tersebut 350 lux, nilai lux tersebut 350 lux, nilai lux tersebut 350 lux, nilai lux tersebut
masuk rentang nilai lux masuk rentang nilai lux masuk rentang nilai lux, masuk rentang nilai lux
antara 0-700 lux pada table antara 0-700 lux sebanyak antara 0-700 lux sebanyak antara 0-700 lux
analisis sebanyak 63,05 % 74,38 % di area tengah 67 % di area tengah sebanyak 71,43 % di area
di area tengah ruangan. ruangan. ruangan. tengah ruangan
Hasil
Simulasi 1. Tingakta lux terbesar 1. Tingkat lux terbesar 1. Tingkat lux terbesar 1. Tingkat lux terbesar
sebesar 4320 lux sebanyak sebesar 3600 sebanyak sebesar 5040 sebanyak sebesar 4320 sebanyak
27,09 % pada area tengah 5,42 % pada area sekitar 0,49 % pada area sekitar 0,99 % pada area sekitar
ruangan jendela jendela jendela
2. Standart lux sebesar 300- 2. Standart lux sebesar 300- 2. Standart lux sebesar 300- 2. Standart lux sebesar 300-
L2&3
350 lux, nilai lux tersebut 350 lux, nilai lux tersebut 350 lux, nilai lux tersebut 350 lux, nilai lux tersebut
masuk rentang nilai lux masuk rentang nilai lux masuk rentang nilai lux masuk rentang nilai lux
antara 0-700 lux sebanyak antara 0-700 lux sebanyak antara 0-700 lux sebanyak antara 0-700 lux
15,76 % di area sekitar 72,41 % di area tengah 67 % di area tengah sebanyak 67,49 % di area
jendela. ruangan. ruangan. tengah ruangan.
2.2 Overhang Vertical
Basic Vertical Concrete Vertical Metal Vertical Playwood
1. Tingakat lux terbesar
sebesar 5040 lux 1. Tingkat lux terbesar 1. Tingkat lux terbesar
1. Tingkat lux sebesar 4320
sebanyak 2,46 % pada sebesar 4320 lux sebanyak sebesar 5040 lux sebanyak
lux sebanyak 3 % pada
area sekitar jendela dan 3 % pada area sekitar 3 % pada area sekitar
area sekitar jendela
void lobby. jendela jendela
2. Standart lux sebesar 300-
2. Standart lux sebesar 300- 2. Standart lux sebesar 300- 2. Standart lux sebesar 300-
L1 350 lux, nilai lux tersebut
350 lux, nilai lux tersebut 350 lux, nilai lux tersebut 350 lux, nilai lux tersebut
masuk rentang nilai lux
masuk rentang nilai lux masuk rentang nilai lux masuk rentang nilai lux
antara 0-700 lux
antara 0-700 lux pada antara 0-700 lux sebanyak antara 0-700 lux sebanyak
sebanyak 58 % di area
table analisis sebanyak 58 % di area tengah 67 % di area tengah
tengah ruangan.
Hasil
63,05 % di area tengah ruangan. ruangan.
ruangan.
Simulasi
1. Tingakta lux terbesar 1. Tingkat lux terbesar
sebesar 4320 lux 1. Tingkat lux terbesar 1. Tingkat lux sebesar 6480 sebesar 6480 sebanyak
sebanyak 27,09 % pada sebesar 7200 sebanyak 14 sebanyak 5 % pada area 13 % pada area sekitar
area tengah ruangan % pada area sekitar jendela sekitar jendela jendela
2. Standart lux sebesar 300- 2. Standart lux sebesar 300- 2. Standart lux sebesar 300- 2. Standart lux sebesar 300-
L2&3
350 lux, nilai lux tersebut 350 lux, nilai lux tersebut 350 lux, nilai lux tersebut 350 lux, nilai lux tersebut
masuk rentang nilai lux masuk rentang nilai lux masuk rentang nilai lux masuk rentang nilai lux
antara 0-700 lux antara 0-700 lux sebanyak antara 0-700 lux sebanyak antara 0-700 lux
sebanyak 15,76 % di area 2 % di area sekitat jendela. 2 % di area sekitat jendela. sebanyak 2 % di area
sekitar jendela. sekitat jendela.
2.3 Overhang Euggurate
Basic Eggurate Concrete Eggurate Metal Eggurat Playwood
1. Tingakat lux terbesar
sebesar 5040 lux 1. Tingkat lux terbesar 1. Tingkat lux terbesar 1. Tingkat lux terbesar
sebanyak 2,46 % pada sebesar 3600 lux sebanyak sebesar 5040 lux sebanyak sebesar 3600 lux
area sekitar jendela dan 3 % pada area sekitar 3 % pada area sekitar sebanyak 3 % pada area
void lobby. jendela jendela sekitar jendela
2. Standart lux sebesar 300- 2. Standart lux sebesar 300- 2. Standart lux sebesar 300- 2. Standart lux sebesar 300-
L1
350 lux, nilai lux tersebut 350 lux, nilai lux tersebut 350 lux, nilai lux tersebut 350 lux, nilai lux tersebut
masuk rentang nilai lux masuk rentang nilai lux masuk rentang nilai lux masuk rentang nilai lux
antara 0-700 lux pada antara 0-700 lux sebanyak antara 0-700 lux sebanyak antara 0-700 lux
table analisis sebanyak 67 % di area tengah 68 % di area tengah sebanyak 65 % di area
63,05 % di area tengah ruangan. ruangan. tengah ruangan.
Hasil
ruangan.
Simulasi
1. Tingakta lux terbesar 1. Tingkat lux terbesar
1. Tingkat lux terbesar
sebesar 4320 lux 1. Tingkat lux terbesar sebesar 7200 sebanyak 7
sebesar 5760 sebanyak 1 %
sebanyak 27,09 % pada sebesar 6480 sebanyak 12 % pada area sekitar
pada area sekitar jendela
area tengah ruangan % pada area sekitar jendela jendela
2. Standart lux sebesar 300-
2. Standart lux sebesar 300- 2. Standart lux sebesar 300- 2. Standart lux sebesar 300-
L2&3 350 lux, nilai lux tersebut
350 lux, nilai lux tersebut 350 lux, nilai lux tersebut 350 lux, nilai lux tersebut
masuk rentang nilai lux
masuk rentang nilai lux masuk rentang nilai lux masuk rentang nilai lux
antara 0-700 lux sebanyak
antara 0-700 lux antara 0-700 lux sebanyak antara 0-700 lux
63 % di area tengah
sebanyak 15,76 % di area 2 % di area sekitar jendela. sebanyak 2 % di area
ruangan.
sekitar jendela. sekitar jendela.
2.4 Overhang Double Glass
Basic Double Glass
1. Tingakat lux terbesar
sebesar 5040 lux
1. Tingkat lux tersebesar
sebanyak 2,46 % pada
5040 lux sebanyak 2,46 %
area sekitar jendela dan
pada area sekitar jendela
void lobby.
2. Standart lux sebesar 300-
2. Standart lux sebesar 300-
L1 350 lux, nilai lux tersebut
350 lux, nilai lux tersebut
masuk rentang nilai lux
masuk rentang nilai lux
antara 0-700 lux sebanyak
antara 0-700 lux pada
73,89 % di area tengah
table analisis sebanyak
ruangan.
63,05 % di area tengah
Hasil
ruangan.
Simulasi
1. Tingakta lux terbesar 1. Tingkat lux terbesar
sebesar 4320 lux sebesar 5040 sebanyak
sebanyak 27,09 % pada 0,99 % pada area sekitar
area tengah ruangan jendela
2. Standart lux sebesar 300- 2. Standart lux sebesar 300-
L2&3
350 lux, nilai lux tersebut 350 lux, nilai lux tersebut
masuk rentang nilai lux masuk rentang nilai lux
antara 0-700 lux antara 0-700 lux sebanyak
sebanyak 15,76 % di area 74,88 % di area sekitar
sekitar jendela. jendela.
3. Kesimpulan
Dari hasil pemodelan yang dilakukan diperoleh hasil yang paling maksimal pada lantai 1 dan lantai 2 Gedung Auditorium FEM
IPB yaitu menggunakan pemodelan Double Glass hal ini ditunjukan dengan nilai presentase pada table analisis. Berikut hasil
analisis ditunjukan dengan presentase indicator lux yang memenuhi standart SNI 03-6575-2001 yang telah ditentukan berwarna
biru yaitu 0-700+ lux sebesar 73,89% pada lantai 1 dan 74,88% pada lantai 2.

Anda mungkin juga menyukai