PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
DISUSUN OLEH:
Muhammad Faris (2204204010023)
Peran Penduduk atau masyarakat merupakan bagian penting atau titik sentral dalam
pembangunan berkelanjutan, karena peran penduduk sejatinya adalah sebagai subjek dan objek
dari pembangunan berkelanjutan. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang
cepat, namun memiliki kualitas yang rendah, akan memperlambat tercapainya kondisi yang
ideal antara kuantitas dan kualitas penduduk dengan daya dukung alam dan daya tampung
lingkungan yang semakin terbatas, Untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan di suatu
negara, diperlukan komponen penduduk yang berkualitas. Karena dari penduduk berkualitas
itulah memungkinkan untuk bisa mengolah dan mengelola potensi sumber daya alam dengan
baik, tepat, efisien, dan maksimal, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Dalam disiplin arsitektur, sebuah pernyataan yang mengakui bahwa desainer bangunan
professional harus merumuskan pekerjaan mereka dalam hal desain yang berkelanjutan dibuat
pada pertemuan Union of International Architects (UIA) World Congress of Architects di kota
Chicago Juni 1993. Mereka menyampaikan dalam Deklarasi Copenhagen, bangunan dan
industri konstruksi berdampak pada perubahan iklim yang terjadi saat ini. Dampak-dampak ini
dapat dikurangi dengan menentukan bentuk sistem lingkungan binaan (built environment).
UIA berkomitmen mengurangi dampak ini melalui Sustainable by Design Strategy progam
atau strategi desain berkelanjutan yang dapat didefinisikan lebih detail dalam 9 bagian:
- Sustainable by Design (SbD) dimulai pada tahapan awal proyek dan melibatkan
komitmen seluruh pihak: klien, desainer, insinyur, pemerintah, kontraktor, pemilik,
pengguna, dan komunitas;
- SbD harus mengintegrasikan semua aspek dalam konstruksi dan penggunaannya di
masa depan berdasarkan Full Life Cycle Analysis and Management (Analisa dan
Manajemen sepenuhnya dari Daur Hidup Bangunan);
- SbD harus mengoptimalkan efisiensi melalui desain. Penggunaan energi terbarukan,
teknologi modern dan ramah lingkungan harus diintegrasikan dalam praktek
penyusunan konsep proyek tersebut;
- SbD harus menyadari bahwa proyek – proyek arsitektur dan perencanaan merupakan
sistem interaktif yang kompleks dan terkait pada lingkungan sekitarnya yang lebih luas,
mencakup warisan sejarah, kebudayaan dan nilai – nilai sosial masyarakatnya;
- SbD harus mencari healthy materials (material bangunan yang sehat) untuk
menciptakan bangunan yang sehat, tata guna lahan yang terhormat secara ekologis dan
sisual, dan kesan estetik yang menginspirasi, meyakinkan dan memuliakan;
- SbD harus bertujuan untuk mengurangi carbon imprints, mengurangi penggunaan
material berbahaya, dan dampak kegiatan manusia, khususnya dalam lingkup
lingkungan binaan, terhadap lingkungan;
- SbD terus mengusahakan untuk meningkatkan kualitas hidup, mempromosikan
kesetaraan baik lokal maupun global, memajukan kesejahteraan ekonomi, serta
menyediakan kesempatan – kesempatan untuk kegiatan bersama masyarakat dan
pemberdayaan masyarakat;
- SbD mengenal juga keterkaitan lokal dan sistem plane bumi yang mempengaruhi
segenap umat manusia. SbD juga mengakui bahwa populasi urban tergantung pada
sistem desa-kota yang terintegrasi, saling terkait untuk keberlangsungan hidupnya (air
bersih, udara, makanan, tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan, kesehatan, kebudayaan
dan lain – lain);
- Terakhir, SbD juga mendukung pernyataan UNESCO mengenai keberagaman budaya
sebagai sumber pertukaran, penemuan, kreativitas sangat diperlukan oleh umat
manusia.
UIA juga mengingatkan perlunya integrasi antara mikro – meso – makro untuk mencapai
“Sustainable Architecture.” Konsep ini dapat tergambar dalam gambar sbb:
2. Green City
- Yaitu Membangun kota yang ramah lingkungan dan efisien karbon.
- Cara merencanakan dan mendesain kota akan mempunyai implikasi yang signifikan
terhadap seberapa jauh akan berketahanan, efisien sumber daya, dan pro-lingkungan.
- RTH 30% harus dicapai, selain atribut kota hijau lainnya.
4. Inclusive City
- Kota dimana semua masyarakat mampu hidup bersama-sama dengan aman dan
nyaman, serta mempuntai kesempatan yang sama untuk berpartisipasi penuh dalam
dimensi spasial, sosial dan ekonomi tanpa adanya diskriminasi
- Membangun kawasan permukiman/kota yang inklusif secara sosial, aksesibel, pro-
poor, dan sensitif gender.
- Pembangunan yang berkeadilan sosial penting untuk menciptakan masa depan
perkotaan yang berkelanjutan.
5. Planned City
- Kota harus direncanakan dengan baik, dan dirancang dengan kreatif untuk manfaat
keberlanjutan.
- Urbanisasi dan pembangunan berkelanjutan memerlukan proses perencanaan dan
kerangka politik yang partisipatif dan penekanan khusus pada keseimbangan kebutuhan
sosial, lingkungan, dan ekonomi.
- Kota direncanakan dan juga dirancang
6. Productive City
- Mewujudkan kawasan permukiman/kota yang efisien dan tempat yang layak untuk
berusaha produktif.
- Perencanaan kota yang dapat mempromosikan dan mendorong kehidupan bagi semua
warganya yang dapat memiliki peluang ekonomi baik pada skala lokal maupun
regional.
7. An Imageable City
- Mewujudkan kawasan permukiman/kota yang memiliki jati diri serta berkearifan lokal.
- Pembangunan kawasan permukiman/kota yang menghargai nilai2 aset budaya bangsa,
aspek kesejarahan atau pusaka (heritage), baik yang terukur maupun yang tidak terukur,
seperti kawasan kota lama, permukiman tradisional, dan banguna/ kawasan bersejarah.
Masa kini dan ke depan, issues partisipasi dan kolaborasi serta kemitraan dalam
pengembangan permukiman dan perkotaan harus direspon secara efektif, dengan memberi
solusi bagi percepatan pembangunan, mobilisasi sumberdaya, 10 (sepuluh) alasan
mengapa perlu kolaborasi:
Salah satu contoh kota yang sudah menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan di
asia adalah Singapura.
Proses Inovasi dan Desain (Innovation and Design Process/ ID) akan membahas
tentang metode desain, kandungan pengaruh kawasan (regional) dalam system
penilaian dan contoh level performa;
Lokasi dan Tautan (Location and Linkages/ LL) membicarakan penempatan dari
rumah secara sosial dan lingkungan yang berdampaj pada komunitas yang lebih luas;
Pengelolaan Tapak yang Berkelanjutan (Sustainable Sites/ SS) membahas penggunaan
lahan dengan memperhatikan pencegahan dampak kepada tapak.
Efisiensi Air (Water Efficiency/ WE) membahas praktek untuk menggunakan air
secara efisien baik di dalam atau di luar rumah.
Energi dan Atmosfir (Energy and Atmosphere) membahas efisiensi energi dari segi
desain selubung bangunan serta sistem pemanasan dan pendinginan.
Material dan Sumber Daya (Materials and Resources/ MR) membicarakan efisiensi
penggunaan material, pemilihan material ramah lingkungan serta pengurangan limbah
pada saat konstruksi.
Kualitas Udara Dalam Ruangan (Indoor Environmental Quality/ EQ) membicarakan
peningkatan kualitas udara dengan mengurangi polusi dan kesempatan paparan
dengan polutan.
Kesadaran dan Pendidikan (Awareness & Education/ AE) membahas pendidikan
pemilik, penyewa dan manajer bangunan mengenai operasi dan pemeliharaan dari
elemen bangunan ramah lingkungan dari rumah yang bersertifikat LEED.
Untuk mengetahui apakah sebuah bangunan sudah termasuk berkelanjutan atau belum,
sudah ada beberapa sistem penilaian telah dikembangkan untuk mengukur tingkat
keberlanjutan sebuah bangunan dengan kriteria penilaian dan sertifikasi. Dengan tolak ukur
yang diberikan, desain, konstruksi, dan pengoperasian bangunan berkelanjutan akan
disertifikasi. Dengan menggunakan beberapa kriteria yang disusun dalam pedoman dan daftar
pemeriksaan, pemilik dan operator gedung diberikan hasil terukur yang komprehensif terhadap
kinerja gedung mereka. Kriteria hanya mencakup aspek pendekatan bangunan terhadap
keberlanjutan, seperti efisiensi energi, atau mencakup pendekatan pembangunan lubang
dengan mengidentifikasi kinerja di bidang utama seperti pengembangan situs berkelanjutan,
kesehatan manusia dan lingkungan, penghematan air, pemilihan bahan, kualitas lingkungan
dalam ruangan, aspek sosial dan kualitas ekonomi.
Selain itu, tujuan sistem peringkat adalah untuk menjamin aspek-aspek pembangunan
berkelanjutan selama tahap perencanaan dan konstruksi. Berbagai aspek tersebut diurutkan
dalam kategori keseluruhan, seperti tuntutan energi atau kelompok kualitas ekologi, ekonomi
dan sosial. Untuk setiap aspek, ada satu atau lebih tolak ukur, yang perlu diverifikasi untuk
memenuhi persyaratan atau mendapatkan poin.
Tabel Perbandingan Sistem Peringkat yang berbeda untuk Bangunan Berkelanjutan
Proses sertifikasi berarti jaminan kualitas bagi pemilik dan pengguna gedung. Kriteria
penting dalam penilaian yang baik atau berhasil adalah kenyamanan, kegunaan, dan upaya
yang memadai selama berbagai tahap proses desain.
Dapat disimpulkan bahwa pendekatan arsitektur berkelanjutan perlu diterapkan secara
menyeluruh dengan melihat segala daur hidup dari bangunan tersebut. Konsep ini tidak cukup
jika hanya diterapkan pada elemen-elemen bangunan secara terpisah. Konsep ini seharusnya
dapat membantu menjawab tantangan masalah lingkungan seperti pemanasan global. Di sisi
lain pemenuhan kebutuhan rumah yang terjangkau juga perlu menjadi perhatian Pemerintah
dan Pengembang secara serius. Maka diperlukan kolaborasi dalam pelaksanaannya, tidak
hanya mengandalkan satu pihak. Agar proses penerapan lancar juga diperlukan kolaborasi serta
kemitraan dalam pengembangan permukiman dan perkotaan
Diperlukan juga solusi dalam penerapan konsep rumah berkelanjutan yang Low Cost, Low
Tech, Low Negative Impact Development. Hal ini disebabkan karena masalah ekonomi dan
menjadi pertimbangan utama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Agar bisa
diimplementasi maka dibutuhkan adaptasi dan penyempurnaan konsep arsitektur berkelanjutan
sesuai dengan kondisi Indonesia. Pandangan para Arsitek, Masyarakat, Para Pengembang serta
Pemerintah tentang arsitektur berkelanjutan juga perlu disempurnakan dengan sosialisasi dan
advokasi agar proses menuju pembangunan berkelanjutan terwujudkan berkat kerjasama
disemua pihak dan semua sektor
DAFTAR PUSTAKA:
Bauer, Michael. Mösle, Peter. Schwarz, Michael. (2007). Green Building – Guidebook for
Sustainable Architecture. Springer.
Hegger. Fuchs. Stark. Zeumer (2008). Energy Manual, Sustainable Architecture. Birkhäuser.
https://www.republika.co.id/berita/rhs46x423/bsi-bangun-kantor-cabang-berkonsep-hijau-
dan-berkelanjutan-di-aceh
Williamson, Terry. Radford, Antony. Bennets, Helen. (2003). Understanding Sustainable
Architecture. Spon Press.
Doerr Architecture, Definition of Sustainability and the Impacts of Buildings
sumber: http://www.doerr.org/services/sustainability.html