Anda di halaman 1dari 11

TUGAS I BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN

GREEN BUILDING
Studi Kasus : Spazio Office, Surabaya dan Menara BCA, Jakarta

KELOMPOK 2 :

Andika Dwi Prasetyo (180523630066)

Azizah Nur Diani Putri (190523648134)

Detta Pristanti (180523630149)

Tegar Abdillah Ramadhan (180523630185)

Yoga Bangun Nugroho (180523630144)

2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................. i

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. iv

I. PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

C. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

II. PEMBAHASAN ...................................................................................................... 2

A. Spazio Office Surabaya ....................................................................................... 2

1. Kesesuaian tata guna lahan ............................................................................ 2

2. Efisiensi dan konversi energi ........................................................................ 3

3. Konservasi air ................................................................................................ 3

4. Sumber dan siklus air .................................................................................... 3

5. Kesehatan dan kenyamanan ruang ................................................................. 4

6. Manajemen Lingkungan Bangunan .............................................................. 4

B. Menara BCA Jakarta ........................................................................................... 4

1. Kesesuaian tata guna lahan .................................................................................. 4

2. Efisiensi dan konversi energi .............................................................................. 5

3. Konservasi air ...................................................................................................... 5

4. Sumber dan siklus air .......................................................................................... 5

5. Kesehatan dan kenyamanan ruang ....................................................................... 5

6. Manajemen Lingkungan Bangunan .................................................................... 5

III. KESIMPULAN ......................................................................................................... 6

IV. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 6

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Manajemen Lingkungan Bangunan ........................................................................ 3

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Spazio Office Surabaya ........................................................................................... 2

Gambar 2 Menara BCA Grand Indonesia Shopping Tower .................................................... 4

Gambar 2 Kaca Penyerap Energi Pada Menara BCA.............................................................. 5

iv
GREEN BUILDING (BANGUNAN HIJAU)
Studi Kasus : Spazio Office, Surabaya dan Menara BCA, Jakarta

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Konsep pembangunan berkelanjutan telah menjadi konsep yang popular dan focus dunia internasional saat ini,
hamper seluruh Negara menggunakan pembangunan berkelanjutan. Konsep pembangunan ini semakin menjadi
terkemuka sejak dikeluarkannya Sustainable Development Goals (SDGs) (Fauzi A, 2014).Sustainable Development
Goals adalah sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah acuan dalam kerangka pembangunan dan perundingan
Negara-negara di dunia. Konsep ini diperlukan sebagai kerangka pembangunan baru yang dapat mengakomodasi
semua perubahan terutama berkaitan dengan isu deplation sumber daya alam, kerusakan lingkungan, perubahan
iklim semakin krusial, perlindungan social, food and energy security, dan pembangunan yang lebih berpihak pada
kaum miskin. Adapun 3 pilar yang menjadi indikator dalam konsep pengembangan Sustainable Development Goals
yaitu Human Development (Pendidikan dan Kesehatan), Social Economic Development (seperti ketersediaan sarana
dan prasarana lingkungan), dan Environmental Development (Lingkungan). Pada intinya, pembangunan
berkelanjutan ini adalah suatu proses perubahan yang didalamnya, seluruh akhtivitas seperti eksploitasi
sumberdaya, arah investasi, orientasi pengembangan teknologi, dan perubahan kelembagaan berada dalam
keadaan yang selaras serta meningkatkan potensi masa kini dan masa depan untuk memenuhi kebutuhan dan
aspirasi manusia.

Pembangunan perkotaan merupakan integrasi berbagai pemenuhan kebutuhan hidup di kota, baik fisik,
ekonomi maupun sosial. Pembangunan fisik berkaitan dengan tata ruang dan arsitektur kota, yang tidak jarang
merubah morfologi kota secara besar besaran. Kemajuan kota besar apalagi ibukota sering identik dengan
tumbuhnya hutan gedung tinggi sebagai identitas kota. Berkurangnya ruang terbuka hijau, meningkatnya polusi
udara, air dan tanah merupakan dampak yang timbul dari pembangunan jika tidak memperhatikan faktor lingkungan.
Hal ini secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Saat ini pemikiran serba
hijau seperti green building, green architecture, green infrastruktur, green lifestyle, merupakan wujud kepedulian
terhadap kelestarian alam (Widyawati, 2018).Green building adalah bangunan di mana sejak dimulai dalam tahap
perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasianal pemeliharaannya memperhatikan aspek-
aspek dalam melindungi, menghemat, mengurangi pengunaan sumber daya alam, menjaga mutu dari kualitas udara
di dalam ruangan dan memperhatikan kesehatan penghuninya. Istilah green building merupakan upaya untuk
menghasilkan bangunan dengan menggunakan proses-proses yang ramah lingkungan, penggunaan sumber daya
secara efisien selama proses pembuatannya hingga pembongkarannya. Konsep green building yang lazim diangkat
adalah optimalisasi tingkat konsumsi energi yang mewujud dalam tata kelola energi listrik, sistem penghawaan,
sistem tata cahaya, pengelolaan sumber daya air, pemilihan material daur ulang yang ramah lingkungan, serta
sinergi antara metode pasif dan aktif pada aplikasi instrument hemat energi. Konsep green building dianggap
sebagai salah satu solusi untuk mengurangi kerusakan lingkungan, meminimalkan emisi karbon sebagai penyebab
utama global warming, dan meminimalkan serta mengatasi krisis energi yang muncul sebagai dampak dari pesatnya
industrialisasi pada berbagai bidang, termasuk pada sektor konstruksi (Yuliatna, 2015). Penerapan aspek green
building dari segi desain bangunan ada 4 diantaranya bentuk bangunan, shading & reflector, sistem penerangan,
water recycling system. Adapun beberapa aspek utama dalam Green Building yaitu Material, Energi, Air, Kesehatan.
Beberapa manfaat dalam green building adalah manfaat lingkungan, ekonomi dan sosial. Green building adalah
bangunan yang berkelanjutan. Masalah yang terdapat dalam proses pengembangan green building adalah
kesadaran tentang green building, komitmen perusahaan dalam green building, tingkat pengembangan green
building, manfaat keuangan green building dan peran utama dalam mengembangkan green building.

Indonesia termasuk sebagai Negara dengan padat penduduk yang mana dari tahun ke tahun jumlah penduduk
akan terus bertambah. Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Indonesia mencapai 273 juta jiwa. Pertumbuhan
penduduk, pertumbuhan pembangunan gedung-gedung tinggi jika tidak dikelola secara seksama dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan sangat memungkinkan terjadi degradasi lingkungan. Sebagaimana green
building mulai dijalankan oleh masyarakat, di Indonesia sendiri juga terdapat bangunan ramah lingkungan yang
sudah dibangun dengan memperhatikan aspek-aspek green building. Melalui Green Building Council Indonesia
(GBCI) sebagai lembaga mandiri dan nirlaba yang berkomitmen terhadap pendidikan masyarakat dalam

1
mengaplikasikan praktek-praktek terbaik lingkungan dan salah satunya adalah melakukan sertifikasi Bangunan Hijau
di Indonesia berdasarkan perangkat penilaian yang disebut greenship, terdapat beberapa gedung yang sudah
menerima sertifikat tersebut. Dalam hal ini, studi kasus yang menjadi fokusnya adalah Spazio Office Surabaya dan
Menara BCA PT Gran Indonesia, Jakarta.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan konsep green buildingpada Spazio Office Surabaya dan Menara BCA Jakarta?
2. Bagaimana konsep terapan green building/architecture dapat mendukung konsep berkelanjutan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui penerapan konsep green building pada Spazio Office Surabaya dan Menara BCA Jakarta.
2. Mengetahui konsep terapan green building yang mendukung konsep berkelanjutan.

II. PEMBAHASAN
A. SPAZIO OFFICE, SURABAYA
Surabaya merupakan salah satu kota yang ditunjuk oleh pemerintah pusat sebagai kota percontohan dalam
menggalakan konsep kota hijau. Bahkan kota surabaya telah mendapatkan penghargaan di tingkat nasional,
salah satunya Indonesia Green Awards 2016. Salah satu bangunan bertingkat di Surabaya yang sedang
menggalakan konsep green building adalah Spazio. Spazio merupakan bengunan dengan fungsi perkantoran
dengan jumlah lantai sebanyak sembilan, berlokasi di Jalan Mayjend Yono Soewoyo Kav.3, Graha Famili
Surabaya, Indonesia. Diperlukan adanya evaluasi serta kajian berkaitan dengan penerapan konsep bangunan
hijau, bertujuan agar tema green ini tidak hanya dijadikan sebagai label dari bangunan saja namun terdapat
wujud nyata yang diterapkan di bangunan itu sendiri. Selain itu diperlukan analisa penerapan green building
yang telah sesuai dengan Green Building Council Indonesia (GBCI).

Gambar 1. Spazio Office, Surabaya


(Sumber :https://www.tatamulia.co.id/)

Spazio memiliki fungsi ebagai gedung perkantoran yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas serta terintegerasi
dengan area kuliner, apartemen, dan hotel. Spazio menyediakan beberapa fasilitas, seperti resto, food court,
retail dan Spazio terrace. Spazio memiliki luas lahan sebesar 8.087 m 2 dengan luas bangunan 38.000 m2 yang
terdiri dari 9 lantai dengan 2 lantai basement. Lantai dasar dan lantai satu difungsikan sebagai pusat retail dan
kuliner. Setiap lantai terdiri dari 22 unit ruang yang disewakan dengan luasan ruang yang berbedabeda. Masing-
masing unit memiliki luas antara 26 m2 sampai dengan 306 m2. Aspek-aspek penerapan dari green building yang
bisa diamati dari Spazio Ofiice ini adalah sebagai berikut.
1) Kesesuaian Tata Guna Lahan
Terdapat 11 fasilitas umum dalam jarak pencapaian jalan utama sejauh 500 m dari tapak. Belum ada
fasilitas halte/stasiun transportasi umum. Halte terdekat dengan Gedung Spazio yakni halte Darmo. Selain
itu, Spazio memberlakukan diskriminasi tarif parkir bagi pengguna kendaraan bermotor sebagai bentuk
pengurangan jumlah kendaraan bermotor dan telah memiliki fasilitas parkir sepeda yang diletakan di area
Spazio Terrace lantai ground floor sebanyak 10 parkir sepeda, namun jumlahnya belum memenuhi standar
kebutuhan yang telah ditentukan. luas area softscape dalam tapak sebesar 1154 m2 yang terdiri dari taman,
vertical garden, wall garden yang berada di bagian belakang bangunan dan roof garden yang berada di
lantai dua. Luas area hardscape dalam tapak sebesar 2381,3 m2 berupa sirkulasi kendaraan yang
mengelilingi bangunan dalam tapak, parkir outdoor, dan inner courtyard. Sehingga luas area lanskap 40%
2
dari total lahan yang ada yaitu sebesar 3535,3 m2. Untuk landscaping Gedung Spazio menggunakan
tanaman lokal.Perhitungan nilai albedo Gedung Spazio pada area atap gedung yang tertutup perkerasan
yakni 0.55 dan area non atap yakni material lanskap sebesar 0.379. Gedung Spazio menyediakan beberapa
unit toilet umum yang tersebar di lantai ground floor dan lantai satu, selain itu terdapat mushola di lantai
basement dan halaman belakang bangunan dekat dengan parkir mobil outdoor. Pada lantai tersebut
merupakan area publik sehingga dapat di akses oleh masyarakat umum. Namun, Gedung Spazio ini belum
ada penggunaan teknologi yang dapat mengurangi beban debit limpasan air hujan ke drainase.
2) Efisiensi dan Konservasi Energi
Menurut penelitian yang dilakukan Tasya dan Putranto, 2017 didapatkan datamengenai penggunaan energi
di Gedung Spazio, khususnya konsumsi energi listrik. Dari data pemakaian energi listrik pada Gedung
Spazio Office, maka dapat dihitung jumlah kWh total yang dikonsumsi pada tahun 2016-2017.
Tabel 1. Data Konsumsi Energi Listrik Spazio 2016-2017
Bulan LWBP (kWh) WBP (kWh) Total (kWh)
Juni 2016 215550 50910 266460
Juli 2016 200490 46350 246840
Agustus 2016 183030 44400 227430
September 2016 208140 46890 254550
Oktober 2016 208650 46410 255060
November 2016 212460 48840 261300
Desember 2016 198720 42990 241710
Januari 2017 180960 39510 220470
Februari 2017 178350 37830 216180
Maret 2017 161490 35040 196530
Total 2386530

Dari data diatas apabila dilakukan perhitungan IKE (Intensitas Konsumsi Energi) Gedung Spazio sudah
memenuhi standar IKE listrik.
Daya listrik maksimum untuk pencahayaan pada ruang kantor berdasarkan SNI adalah 15 W/m2.
Berdasarkan perhitungan konsumsi energi pada daya pencahayaan Spazio mendekati angka standar daya
listik maksimum untuk pencahayaan pada ruang kantor yaitu 14.95 W/m2. . Jenis lampu yang digunakan
pada Gedung Spazio yaitu LED Bulp Philips 9W untuk area koridor bangunan, sedangkan pada unit retail
atau office menggunakan lampu jenis TL T5 Philips 14W dan PL-C Philips 18W. Gedung Spazio juga
memiliki KWh meter yang dipasang di tiap unit ruang untuk mengontrol jumlah pemakaian listrik setiap
unitnya. Pihak Engineering Spazio melakukan pencatatan rutin bulanan hasil pantau dan koleksi data pada
kWh meter dan telah memperlihatkan laporan konsumsi energi listrik tersebut selama minimum 6 bulan
terakhir. Belum ada display energy penggunaan energi yang ditempatkan di area publik, sebagai bentuk
apresiasi penghematan energi yang telah dilakukan. Maintenance perangkat utilitas AC pada Gedung
Spazio dilakukan setiap tiga bulan sekali menggunakan vendor Daikin. Berdasarkan laporan engineering,
Gedung Spazio memiliki prosedur cek rutin terhadap semua utilitas bangunan, mulai dari mekanikal,
elektrikal, dan plumbing.
3) Konservasi Air
Menurut penelitian yang dilakukan Tasya dan Putranto, 2017 didapatkan bahwa standar pemakaian air
dingin minimum pada gedung kantor adalah 50 liter/pegawai/hari. Jumlah pegawai yang ada pada Gedung
Spazio ±1000 orang dengan jumlah tenant 127. Total konsumsi air Gedung Spazio sebesar 50 m3/hari.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, Gedung Spazio belum melakukan penurunan berdasarkan standar
acuan SNI 03‐7065‐2005 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sistem Plambing.Manajemen Gedung Spazio
belum melakukan cek laboratorium air sumber primer yang sesuai dengan kriteria air bersih. Kapasitas
volume STP pada Spazio yakni 60 m3/hari, hasil dari pengolahan air limbah melalui proses STP sebanyak
50 m3/hari. Kemudian air olahan tersebut 12 m3/hari digunakan untuk menyiram tanaman dan 38 m3/hari
dibuang ke roil kota. Untuk irigasi taman Gedung Spazio bersumber dari air hasil pengolahan STP dan tidak
memakai sumber air primer dari PDAM atau air tanah. Gedung Spazio belum menggunakan sistem filtrasi
yang menghasilkan air minum dan tidak mengkonsumsi air deep well untuk konsumsi air secara
keseluruhan.Gedung Spazio belum menggunakan perangkat sanitair yang memiliki fitur auto stop.
4) Sumber dan Siklus Material
Berdasarkan spesifikasi teknis sistem tata udara Gedung Spazio, menggunakan beban pendinginan yang
memakai tipe refrigerant R410A, R32, dengan merk Daikin, Panasonic, dan Trane. Gedung Spazio sudah
memenuhi daftar material ramah lingkungan diantaranya produksi regional, bersertifikat SNI/ISO/Ecolabel,
3
material yang dapat didaur ulang, lampu yang tidak mengandung merkuri, plafond/dinding partisi yang tidak
mengandung asbestos, produk cat & karpet yang beremisi VOC rendah. Untuk standar prosedur operasi,
pelatihan mengenai pengelolaan limbah B3, Spazio mengikuti peraturan PLH setempat.Tidak ada
penyaluran barang bekas berupa furniture, elektronik dan suku cadang melalui donasi atau pasar barang
bekas oleh pihak Spazio.
5) Kesehatan dan Kenyamanan Ruang
Gedung Spazio telah menerapkan larangan merokok di dalam bangunan dengan memberikan peringatan
serta pemasangan kampanye tertulis berupa stiker dan edukasi kepada pengguna bangunan. Ruang
ballroom, ruang rapat umum serta ruangan‐ruangan dengan kepadatan tinggi dilengkapi instalasi sensor
CO2. Gedung Spazio belum mencapai standar kenyamanan termal. Suhu pada unit retail dan office rata-
rata berkisar antara 27°C-29°C, untuk daerah koridor suhu berkisar 29°C-31°C tergantung pada kecepatan
angin yang masuk ke dalam bangunan.Hasil pengukuran tingkat pencahayaan pada Gedung Spazio, sudah
sesuai dengan tingkat pencahayaan rata-rata, renderansi, dan temperatur warna yang direkomendasikan
berdasarkan SNI.Hasil pengukuran menunjukkan bahwa area koridor dan unit ruang belum memenuhi
standar tigkat kebisingan pada SNI 03‐6386‐2000
6) Manajemen Lingkungan Bangunan
Pihak manajemen Gedung Spazio memiliki dokumen Design Intent dan Owner's Project Requirement
berikut perubahan‐perubahannya yang terjadi selama masa revitalisasi dan operasional serta dokumen As
Built Drawing mengenai spesifikasi teknis dan manual untuk operasional dan pemeliharaan peralatan
(genset, transportasi dalam gedung, AC dan cooling tower).

B. MENARA BCA, JAKARTA


Menara BCA adalah gedung pertama di Indonesia yang meraih sertifikat Greenship EB Platinum pada tahun
2012. Melalui proses sertifikasi tentang kesesuaian tata guna lahan, efisiensi dan konservasi energi, konservasi
air, sumber dan siklus material, kualitas udara dan kenyamanan ruang, dengan penilaian tertinggi pada efisiensi
dan konservasi energi. Menara BCA ini merupakan bagian dari Grand Indonesia Shopping Town sebagai the
shopping landmark of Indonesia.

Gambar 2. Menara BCA Grand Indonesia Shopping Tower


(Sumber : Widyawati, 2018)

Bangunan ini memberikan sejumlah fasilitas pendukung gaya hidup ramah lingkungan seperti penambahan
parkir sepeda, shower bagi pesepeda untuk membersihkan badan, penambahan aerator pada wastafel, alat
pengukur kualitas udara, pelatihan internal bagi penghuni gedung, pengukuran real performance chiller,
pengolahan air bekas wudhu sebagai bahan outdoor AC. Aspek-aspek penerapan dari green building yang bisa
diamati dari Menara BCA ini adalah sebagai berikut.
1) Kesesuaian Tata Guna Lahan
Bangunan ini memenuhi kriteria green building karena ada site manajemen policy dan motor vehicle policy,
seperti :
 Menyediakan Shuttle bus untuk jangkauan BSD
 Menyediakan fasilitas pejalan kaki, parkir dan jalur sepeda, shower untuk bikers.
 Finishing lansekap bukan warna hitam
 Terdapat serapan air hujan yang ditampung dalam sumur dan langsung dialirkan ke sungai.

4
2) Efisiensi dan Konservasi Energi
 Terdapat usaha efisiensi energi baik untuk pencahayaan, AC, maupun elevator dan escalator.
 Efisiensi AC dengan sistem pengelolaan cooling tower yang dimonitor secara periodik (energy
monitoring system)
 Efisiensi tenaga listrik untuk penerangan (lampu) dengan ballast frequency
 Penggunaan kaca penyerap radiasi panas sampai 30% mengurangi beban AC dan heater
(pemanas)

Gambar 3. Kaca Penyerap energi pada Menara BCA


(Sumber :Widyawati, 2018)

3) Konservasi Air
 Tidak menggunakan deep well, untuk mencegah penyusutan bumi
 Sistem monitoring water untuk menjamin kualitas air, yang diuji secara periodik
 Penggunaan kran air auto stop untuk menghemat pemakaian air
 Make up water untuk cooling tower bisa menghemat 4500 m3/bulan
 Water recycling dari tempat wudhu di musholla langsung dimanfaatkan untuk penyiraman taman
dan cuci mobil.
4) Sumber dan Siklus Material
 Penggunaan material non-R22 untuk mengurangi efek gas rumah kaca.
 Material purchasing practice: penjualan olie aki bekas, di luar equipment
 Waste management: pemisahan sampah organic dan dimasukkan dalamruang bersuhu 15oC
sebelum dibuang pada malam hari untuk mencegah baudan perkembangan bakteri yang
merugikan kesehatan.
5) Kualitas Udara dan Kenyamanan Ruang
 Pengukuran kualitas udara dalam ruang setiap 3 bulan
 CO2 monitoring
 Visual comfort
 Acoustic level noise dengan batas 65Db

6) Manejemen Lingkungan Bangunan


 Green Occupacy
 Training karyawam
 Menerapkan perilaku membuang sampah sendiri pada kantin.

Konsep Efisiensi energi pada gedung sebagai bagian dari operasi dan pemeliharaan (Operation &
Maintenance-O&M) belum populer di Indonesia karena beberapa hal, antara lain karena keengganan dari
pemilik gedung untuk berinvestasi dan sulitnya pengucuran dana melalui skema pembiayaan yang ada. Salah
satu faktor mengapa penghalang ini belum didobrak adalah belum adanya bukti nyata keberhasilan
mendapatkan keuntungan dalam melakukan tindakan EE pada gedung di Indonesia (Widyawati, 2018). Menara
BCA (GI) , mulai beroperasi sejak 2009, merupakan perkantoran bergengsi bagian dari Mega Proyek Grand
Indonesia yang berupa kesatuan perkantoran, mal perbelanjaan, apartemen dan hotel bintang lima. Gedung 54
lantai dengan luas area sekitar 250.000 m2 dan okupansi 85%, memiliki angka Indeks Konsumsi Energi (IKE)
sebesar 250 kWh/m2 per tahun (2010). Angka ini berada dalam rata-rata IKE gedung perkantoran di DKI Jakarta
(sumber: data lapangan, informasi bp Ristono, 2017). Desain gedung yang modern ini memang sudah baik,
5
seperti fasadenya menggunakan double glazing low-e, serta berbagai fiturmechanical electrical yang mendukung
seperti adanya Building Management System (BMS) dan Lift dengan smart control system, menjanjikan untuk
mendulang poin di kategori Energy Efficiency and Conservation (EEC) GREENSHIP. Selanjutnya Menara BCA
melakukan beberapa usaha pada sistem mechanical ventilation and air conditiong (MVAC) dengan pengaturan
ulang pompa kondensor dan katup-katupnya di daur ulang, Menaikkan setting kondisi udara rata-rata menjadi
suhu 25OC kelembaban 60%, Mengganti sebagian besar lampu menjadi T5 dan LED sehingga menurunkan
konsumsi energi untuk penerangan dan cooling load. Tindakan tersebut menghasilkan penurunan IKE sehingga
mencapai 174,4 kWH/m2 per tahun (2011) atau sebesar 30,24%.

Fenomena pemanasan global dan beragam isu kerusakan lingkungan yang beraneka ragam semakin marak
dikaji dan dipelajari. Salah satu efek dari global warming adalah peningkatan suhu rata-rata harian, setidaknya
0,74°C. Berdasarkan data dari World Green Building Council diketahui bahwa bangunan gedung setidaknya
menyumbangkan 33% emisi CO2, mengkonsumsi 17% air bersih, 25% produk kayu, 30-40% penggunaan bahan
mentah dan 40-50% penggunaan energi untuk pembangunan dan operasionalnya. Prosentase terbesar
pemanfaatan energi pada bangunan adalah pada sektor operasional, yang secara spesifik digunakan untuk
pemanasan, pendinginan maupun pencahayaan bangunan. Konsep efisiensi energi pada bangunan mewujud
dalam proses konstruksi yang disebut green construction dengan produk utamanya yang disebut dengan green
building. Konsep green building dianggap sebagai salah satu solusi untuk mengurangi kerusakan lingkungan,
meminimalkan emisi karbon sebagai penyebab utama global warming, dan mengatasi krisis energi yang muncul
sebagai dampak dari pesatnya industrialisasi pada berbagai bidang, terlebih pada sektor konstruksi.

III. KESIMPULAN DAN SARAN

Konsep green building merupakan konsep yang sangat dibutuhkan bagi bangunan tinggi di Indonesia
untuk mengurangi degradasi kualitas lingkungan akibat pembangunan yang tidak memperhatikan kelestarian
lingkungan. Dengan cara ini pembangunan gedung tinggi akan mendukung pembangunan berkelanjutan. Konsep
green building harus memenuhi 6 kriteria, yaitu : kesesuaian tata guna lahan (ASD), Efisiensi dan Konservasi
energi ( EEC), Konservasi Air (WAC), Sumber dan Siklus Material (MRC), Kualitas Udara dan Kenyamanan
Ruang (IHC), dan Manajemen Lingkungan Bangunan (BEM). Agar konsep green building bisa diterapkan untuk
seluruh bangunan tinggi di Jakarta diperlukan regulasi yang kuat dari pemerintah sehingga setiap pengembang
harus menerapkan aspek aspek persyaratan green building.

Dari penjelasan diatas, menunjukkan bahwa Gedung Spazio sebagai objek studi merupakan salah
satu bangunan yang telah menerapkan sebagian prinsip keberlanjutan, namun memiliki potensi untuk
dikembangkan. Sedangkan untuk Menara BCA Grand Indonesia sudah menerapkan konsep green building ke
dalam perancangan maupun renovasinya. Konsep green building yang diterapkan bisa menghemat konsumsi
energi listrik sebesar 35% dari pemakaian pada gedung sejenis, atau setara penurunan emisi gas karbon dioksida
(CO2) sebesar 6.360 ton per tahun. Pengaturan utilitas gedung seperti: pengaturan ulang pompa VSD dan katup-
katup pada sistem MVAC, melakukan scheduling pada pengoperasian unit Chiller. mengganti pompa kondensor
yang oversize, menambah Cooling Tower, serta program ulang Building Management System, menyesuaikan
dengan perubahan yang dilakukan. Dari 6 kriteria greenship yang ditetapkan, Menara BCA cukup inovatif dalam
pemenuhannya. Meskipun belum mendapatkan keuntungan financial yang signifikan, tetapi mendapatkan
keuntungan “prestige” dan mendapatkan tenant internasional.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Yuliatna, F. 2015. Analisis Perbandingan Konsumsi Energi pada Kegiatan Operasional dan Pemeliharaan Bangunan
Gedung Dengan Konsep Green Building dan Bangunan Konvensional.Dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Badan Pusat Statistik Indonesia Tahun 2017 tentang Statistik Transportasi Darat 2017. Badan Pusat Statistik Republik
Indonesia.

Widyawati, Laksmi RA. 2018. Green Building Dalam Pembangunan Berkelanjutan Konsep Hemat Energi Menuju Green
Building di Jakarta. Jurnal Kalibrasi Vol 13, 44–59. Darihttp://ejournal.borobudur.ac.id/index.php/teknik/article/
view/463

6
Surjana, S.T, Ardiansyah.2013.Perancangan Arsitektur Ramah Lingkungan : Pencapaian Rating Greenship GBCI.
Jurnal JA! UBL 3(2). Dari http://jurnal.ubl.ac.id/index.php/ ja/article /view/27/23.

Tasya, A.N. Putrantom A.D. 2017. Konsep Green Building Pada Bangunan Kantor (Studi Kasus : Spazio Office,
Surabaya). Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur.Dari http://arsitektur.studentjournal.ub.ac.id/index.Php/jma/article
/view/418

Anda mungkin juga menyukai