Anda di halaman 1dari 60

Kelompok 10

HALAMAN JUDUL

UNIVERSITAS INDONESIA

PERENCANAAN KESELAMATAN KONSTRUKSI PROYEK


KONSTRUKSI BINTARO JAYA XCHANGE TAHAP 2

LAPORAN AKHIR

TUGAS BESAR

MATA KULIAH PENGANTAR SMK3L

FEBY LIDYA SIMATUPANG 1906435366

MUFLIHA QONITA 1806203061

RIZKA HARASTUTI OKTAVIANI 1806149980

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2021

i
KATA PENGANTAR

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v

DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii

1 BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Batasan Masalah ....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2

1.4 Batasan Masalah ....................................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3

2 BAB II DATA UMUM PROYEK .................................................................. 5

2.1 Latar Belakang Proyek ............................................................................. 5

2.2 Lokasi Proyek ........................................................................................... 6

2.3 Tujuan Pembangunan Proyek ................................................................... 7

2.4 Data Umum Proyek .................................................................................. 7

2.5 Stakeholder Proyek ................................................................................... 8

2.6 Data Teknis Proyek .................................................................................. 9

2.6.1 Fungsi dan Gambaran Bangunan ...................................................... 9

2.6.2 Dimensi Bangunan .......................................................................... 12

3 BAB III KEBIJAKAN KESELAMATAN ................................................... 13

3.1 Sistem Manajemen K3 ........................................................................... 13

3.2 Pemantauan dan Evaluasi K3 ................................................................. 22

iii
3.3 Audit K3 ................................................................................................. 23

3.4 Investigasi Insiden, Tindakan Perbaikan, dan Tindakan Pencegahan .... 24

3.5 Tinjauan Manajemen K3 ........................................................................ 25

4 BAB IV LINGKUP PEKERJAAN PROYEK .............................................. 28

4.1 Ruang Lingkup Proyek ........................................................................... 28

4.2 Work Breakdown Structure (WBS) ........................................................ 30

4.3 Metode Pelaksanaan ............................................................................... 41

5 BAB V POTENSI BAHAYA DAN RISIKO ................................................. 1

6 BAB VI DAMPAK DARI RISIKO ................................................................ 2

7 BAB VII PENILAIAN RISIKO ..................................................................... 3

8 BAB VIII PENGENDALIAN RISIKO .......................................................... 4

9 BAB IX SASARAN DAN PROGRAM SMKK............................................. 5

10 BAB X PEMBAHASAN ................................................................................ 6

11 BAB XI KESIMPULAN ................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 8

LAMPIRAN ............................................................................................................ 9

iv
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 IMPRESI BINTARO JAYA XCHANGE TAHAP 2 ...................................... 6


GAMBAR 2.2 LOKASI PEKERJAAN PROYEK BINTARO XCHANGE MALL TAHAP 2 ... 7
GAMBAR 4.1 WORK BREAKDOWN STRUCTURE PROYEK (TREE STRUCTURE) ............ 40

v
DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 STAKEHOLDER DALAM PROYEK .............................................................. 8


TABEL 2.2 DETAIL FUNGSI BANGUNAN ................................................................... 9
TABEL 2.3 UKURAN BANGUNAN ............................................................................ 12
TABEL 4.1 WORK BREAKDOWN STRUCTURE PROYEK (TABULAR VIEW) .................... 39

vi
DAFTAR LAMPIRAN

vii
1 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Batasan Masalah


Kondisi infrastruktur Indonesia saat ini diklasifikasikan sebagai kondisi
yang belum tercukupi dan tertinggal dari negara lain. Fakta yang ditemukan ialah
kondisi jalan nasional yang kurang layak sebesar 10,64%, akses masyarakat
terhadap air bersih 18,31%, rasio elektrifikasi 88,30%. Kondisi ini semakin
dipertegas dalam Global Competitiveness Index (GCI) yang menempatkan
Indonesia pada rangking ke-61 mengenai infrastrukturnya. Sebagai tulang
punggung peradaban suatunegara, infrastruktur akan terus dibutuhkan dalam tiap
fasenya. Indonesia masih dalam proses pemenuhan ketersediaan infrastrukturnya.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3L)
merupakan sistem manajemen yang meliputi struktur organisasi, kegiatan
perencanaan, tanggung jawab, praktek, prosedur, proses, dan sumber daya untuk
mengembangkan, menerapkan, mencapai, mengkaji, serta memelihara kebijakan
K3L dalam rangka mencegah terjadinya kecelakaan kerja, khususnya pada suatu
proyek pembangunan.
Bintaro Jaya adalah salah satu kawasan di Tangerang Selatan yang memiliki
pembangunan infrastruktur yang berkembang dengan pesat, dimulai dari
perkembangan di bidang kuliner, hunian, rumah sakit, hingga distro pakaian.
Mudahnya akses transportasi menjadikan Kawasan Bintaro Jaya sebagai salah satu
destinasi baru yang ramai pengunjung. Hal ini juga berdampak pada laju
pertumbungan penduduk yang relatif menuntut berbagai fasilitas demi
mempermudah kehidupan. Untuk melengkapi kebutuhan masyarakat dan
menunjang gaya hidup modern, maka dibangunlah pusat perbelanjaan Bintaro Jaya
Xchange tahap 2 yang didalamnya juga dilengkapi beberapa fasilitas hiburan dan
prasarana seperti oceanarium dan hotel.
Sebelumnya telah dibangun pusat perbelanjaan serupa yang bernama
Bintaro Xchange Mall dan sudah beroperasi mulai tanggal 18 Desember 2013
silam. Semenjak peresmiannya, Bintaro Xchange Mall ini menjadi salah satu pusat

1
lifestyle dan belanja baru di kawasan selatan Jakarta. Melihat besarnya antusiasme
masyarakat terhadap kehadiran Bintaro Xchange Mall ini, PT. Jaya Real Property
sebagai owner berencana untuk menghadirkan Bintaro Xchange Mall tahap 2
dengan berbagai inovasi. Bintaro Jaya Xchange tahap 2 ini berlokasi di Boulevard
Bintaro Jaya dengan lahan seluas 50.298 m2. Proyek Bintaro Xchange Mall tahap 2
adalah proyek mixed used yang terdiri dari 3 fasilitas utama, yaitu mall, hotel, dan
Oceanarium. Hal ini merupakan sebuah inovasi karena saat ini perkembangan mall
pada saat ini tak hanya sekedar untuk berbelanja atau makan, oleh karena itu pada
proyek Bintaro Xchange Mall tahap 2 ini dibangun oceanarium berupa aquarium
besar yang menyerupai biota laut dan sekitarnya untuk menambah minat
pengunjung seperti dengan Ice Rink yang terdapat pada Bintaro Xchange Mall 1.
Tujuan dan sasaran dari SMK3L adalah terciptanya sistem K3L di tempat
kerja yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat risiko-risiko yang ada, serta untuk dapat terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dari penulisan laporan ini, maka rumusan
masalah yang akan dibahas meliputi:
• Bagaimana gambaran umum dari penerapan SMK3L pada proyek
pembangunan Bintaro Xchange Mall tahap 2?
• Bagaimana proses dari pemantauan, monitoring, dan evaluasi SMK3L
yang diterapkan pada proyek pembangunan Bintaro Xchange Mall tahap
2?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari laporan tugas besar ini sebagai berikut:

• Mengidentifikasi kegiatan yang dilakukan pada lingkup pekerjaan Proyek


Bintaro Xchange Mall Tahap 2
• Menyusun dan mendokumentasikan kegiatan pelaksanaan K3, monitoring
evaluasi K3, dan audit SMK3 Proyek Bintaro Xchange Mall Tahap 2
2
• Mengidentifikasi tindak lanjut yang dilakukan dari proses audit SMK3
yang dilaksanakan pada Proyek Bintaro Xchange Mall Tahap 2
• Memahami dan menjelaskan proses investigasi kecelakaan dan proses
penyusunan laporan investigasi yang diterapkan pada Proyek Bintaro
Xchange Mall Tahap 2
• Menyusun laporan audit dan laporan monitoring yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku

1.4 Batasan Masalah


Dalam penulisan laporan tugas besar ini perlu diberikan batasan-batasan
mengingat luasnya cakupan materi apabila dijelaskan seluruh aspek-aspeknya.
Batasan masalah pada laporan tugas besar ini adalah sebagai berikut:

1. Proyek yang diamati adalah Proyek Bintaro Xchange Mall Tahap 2


2. Penggunaan data berasal dari data umum dan HSE Plan proyek
3. Aspek K3 dan Lingkungan yang diteliti diperoleh berdasarkan dokumen
Rencana K3 Proyek

1.5 Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan penulisan yang telah dibuat, hasil dari penulisan tugas
besar ini diharapkan dapat membantu memberikan manfaat serta konstribusi bagi
pihak-pihak terkait, diantaranya:

1. Bagi penulis, laporan ini dapat dijadikan sebagai sumber edukasi dan
pengalaman terkait dengan konsep SMK3L dan penerapannya di
lapangan
2. Untuk aspek ilmu pengetahuan, diharapkan penelitian ini dapat
memberikan informasi dan data baru terkait Pemantauan, Monitoring, dan
Evaluasi SMK3L pada Proyek Bintaro Xchange Mall Tahap 2
3. Bagi Universitas Indonesia secara umum serta bagi bidang keilmuan
Teknik Sipil secara khusus, dapat menjadi acuan maupun referensi

3
dengan topik yang berhubungan dengan penerapan program SMK3 dalam
proyek konstruksi.

4
2 BAB II
DATA UMUM PROYEK

2.1 Latar Belakang Proyek


Bintaro Jaya adalah salah satu kawasan di Tangerang Selatan yang memiliki
pembangunan infrastruktur yang berkembang dengan pesat, dimulai dari
perkembangan di bidang kuliner, hunian, rumah sakit, hingga distro pakaian.
Mudahnya akses transportasi menjadikan Kawasan Bintaro Jaya sebagai salah satu
destinasi baru yang ramai pengunjung. Hal ini juga berdampak pada laju
pertumbungan penduduk yang relatif menuntut berbagai fasilitas demi
mempermudah kehidupan. Untuk melengkapi kebutuhan masyarakat dan
menunjang gaya hidup modern, maka dibangunlah pusat perbelanjaan Bintaro Jaya
Xchange tahap 2 yang didalamnya juga dilengkapi beberapa fasilitas hiburan dan
prasarana seperti oceanarium dan hotel.
Sebelumnya telah dibangun pusat perbelanjaan serupa yang bernama
Bintaro Xchange Mall dan sudah beroperasi mulai tanggal 18 Desember 2013
silam. Semenjak peresmiannya, Bintaro Xchange Mall ini menjadi salah satu pusat
lifestyle dan belanja baru di kawasan selatan Jakarta. Melihat besarnya antusiasme
masyarakat terhadap kehadiran Bintaro Xchange Mall ini, PT. Jaya Real Property
sebagai owner berencana untuk menghadirkan Bintaro Xchange Mall tahap 2
dengan berbagai inovasi. Bintaro Jaya Xchange tahap 2 ini berlokasi di Boulevard
Bintaro Jaya dengan lahan seluas 50.298 m2. Proyek Bintaro Xchange Mall tahap 2
adalah proyek mixed used yang terdiri dari 3 fasilitas utama, yaitu mall, hotel, dan
Oceanarium. Hal ini merupakan sebuah inovasi karena saat ini perkembangan mall
pada saat ini tak hanya sekedar untuk berbelanja atau makan, oleh karena itu pada
proyek Bintaro Xchange Mall tahap 2 ini dibangun oceanarium berupa aquarium

5
besar yang menyerupai biota laut dan sekitarnya untuk menambah minat
pengunjung seperti dengan Ice Rink yang terdapat pada Bintaro Xchange Mall 1.

Gambar 2.1 Impresi Bintaro Jaya Xchange Tahap 2

2.2 Lokasi Proyek


Proyek Pembangunan Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 ini beralamat di
Boulevard Bintaro Jaya Blok O-2 Sektor VII Pondok Aren, Tangerang Selatan,
Banten 15220, Indonesia. Lokasi proyek Bintaro Jaya Xchange Tahap 2 ini berada
di center Boulevard Bintaro Jaya tepat dibagian Timur Bintaro Jaya Xchange Mall
1, keduanya disambungkan dengan sky bridge yang berada di lantai 4. Antara kedua
proyek tersebut, terdapat landscape yang memiliki jogging track, tempat santai,
booth makanan, dan taman. Pintu selatan proyek bersebrangan dengan Stasiun
Jurang Mangu dan simpang jalan ke Jalan Tegal Rotan Raya. Rencananya, dibawah
bagian selatan ini akan dibangun tunnel yang menghubungkan antara stasiun dan
landscape mall. Bagian Timur proyek adalah Jalan Lingkar Bintaro Jaya dengan
persimpangan ke arah Jalan Tengku Umar atau perumahan Menteng Bintaro.

6
Bagian Utaranya adalah taman bermain besar dan parkiran motor Bintaro XChange
Mall 1.

Gambar 2.2 Lokasi Pekerjaan Proyek Bintaro XChange Mall Tahap 2

2.3 Tujuan Pembangunan Proyek


Bintaro Xchange Mall Tahap 2ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan PT.
Jaya Real Property, Tbk dalam bidang bisnis. Adapun beberapa tujuan dan manfaat
dari pembangunan proyek Bintaro Xchange Mall Tahap 2:
• Membuka peluang bisnis serta mendukung keberlangsungan ekonomi
masyarakat bagi tenaga kerja.
• Menunjang fasilitas dalam mendukung sektor pariwisata.
• Menyediakan sarana edukasi, penelitian, pelestarian, dan
pengembangan kelautan pada bagian Oceanarium dalam bentuk
rekreasi.
• Meningkatkan pendapatan warga sekitar daerah Kota Tangerang
Selatan.

2.4 Data Umum Proyek


Berikut adalah detail profil dan data umum proyek pembangunan Bintaro
Xchange Mall Tahap 2:
1. Nama Proyek : Bintaro Xchange Mall Tahap 2
2. Luas Tanah : 25.845 m2
7
3. Batas Wilayah
a. Batas Utara : Jalan Lingkar Jaya
b. Batas Timur : Jalan Lingkar Jaya
c. Batas Selatan : South Gate BXC Mall 1
d. Batas Barat : Landscape BXC Mall 1
4. Principal Architect : Lead 8 Architecture & Planning
5. Lingkup Pekerjaan : Struktur, Arsitektur, Plumbing
6. Nomor SPK :145/JRP/PRY/BXC/MALL/SPKXI/2019
146/JRP/PRY/BXC/HOTEL/SPKXI/2019
147/JRP/PRY/BXC/OCEANARIUM
7. Jenis Kontrak : Fixed Lump Sum Price
8. Waktu Pelaksanaan (Rencana) : 881 Hari Kerja Kalender
9. Awal Pengerjaan Proyek : 15 November 2019
10. Fungi Proyek : Pusat Perbelanjaan, Rekreasi,
Akomodasi

2.5 Stakeholder Proyek


Tabel 2.1 Stakeholder dalam Proyek

Peranan Nama Perusahaan


Pemilik / Owner PT Jaya Real Properti Tbk
Kontraktor
Kontraktor Utama (Struktur, Arsitektur, PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama
dan Plumbing) Tbk
Sub Kontraktor
Kontraktor Bored Pile & Soldier Pile PT Caisson Dimensi
Kontraktor Galian & Dewatering PT Talenta Putra Utama
Kontraktor Mekanikal, Elektrikal, dan PT Jaya Teknik Indonesia
Elektronik
Kontraktor Genset PT Berkat Manunggal Energi
Kontraktor Eskalator dan Elevator PT Mitsubishi Jaya Elevator and Escalator
Kontraktor Cooling Tower Elevator PT Indobara Bahana

8
Kontraktor STP PT Fransari Tirta
Konsultan
Konsultan Manajemen Konstruksi PT Jaya Construction Management
Konsultan Perencana Struktur PT Wiratman
Konsultan Perencana Arsitek Mall PT Arkonin
Konsultan Perencana M/E/P PT Arkonin
Konsultan Perencana Hotel Blue Antz Architect
Konsultan Struktur Tunnel Ir. Firman
Sub Konsultan
Konsultan Quantity Surveyor PT Jaya Construction Management
Konsultan Interior Hotel Mhoel ID Sarana Estetika
Konsultan Landscape PT Sheilsflym Asia
Konsultan Arsitek & MEP Tunnel PT Matrik Tata Sarana
Konsultan Interior Mall Prada Tata Internasional
Konsultan Interior Kitchen Penta Resources International
Konsultan Lighting ARTmosphere Lighting Consultant
Konsultan Special Lighting Atelier Desain Iluminasi
Konsultan Gedung Parkir Ir. Arsyad Matjik
Konsultan Arsitek Oceanarium Biru Mas Asri
Konsultan Arsitek Hotel Blue Antz
Konsultan Signage PT Bentuk Metakreasi

2.6 Data Teknis Proyek


Data teknis proyek dijelaskan lebih rinci berdasarkan tiap fungsi bangunan.
2.6.1 Fungsi dan Gambaran Bangunan
Tabel 2.2 Detail Fungsi Bangunan

No. Nama Bangunan Fungsi Bangunan


1 Mall Proyek ini terletak pada Kawasan Central
Business Disrict (CBD) Bintaro sebagai
pusat perbelanjaan yang nantinya akan
diisi oleh beberapa tenant untuk membuka

9
usahanya seperti jaringan bioskop,
pakaian, perlengkapan rumah, arena
kreasi, dan lainnya. Di lantai 2 dan 4
bagian Barat proyek ini juga akan
dibangun sky bridge yang menghubungkan
langsung ke Bintaro Jaya Xchange Mall 1.
Didalamnya juga terdapat lift pribadi yang
khusus digunakan untuk akses ke hotel.
2 Hotel Sebagai sarana akomodiasi atau tempat
tinggal sementara (penginapan) dengan
berbagai fasilitas yang dibutuhkan seperti
kamar tidur, restaurant, kolam renang pada
lantai 5 bagian pinggir hotel dengan
pemandangan indah dan dikelilingi kaca
akrilik. hotel berbintang 4 yang akan
dibuat pada proyek ini memiliki kapasitas
185 kamar dengan ballroom atau banquet
berkapasitas >1000 pengunjung, meeting
room, rooftop wedding venue, dan taman
interaktif yang dilengkapi dengan stage
performance, video tron, amphitheater,
mistri, fountain, dan jogging track. Pada
mall ini juga akan dibangun chapel untuk
tempat ibadah.
3 Oceanarium Sebagai aquarium yang juga dijadikan
pusat rekreasi, edukasi, dan konservasi
dengan bentuk yang menyerupai laut demi
menjaga biota laut di dalamnya.
Oceanarium yang memiliki kapasitas 4,5
juta liter air dengan 36 display biota air laut
dan air tawar seperti kolam pinguin,

10
bintang laut, akuarium ikan-ikan laut, dan
lainnya.
4 Landscape Landscape ini berfungsi untuk
mempercantik keindahan lingkungan
sekitar mall dan hotel, dapat dijadikan
lokasi olahraga ringan seperti jogging atau
jalan-jalan untuk mengatur mood lebih
baik dengan paduan tanaman yang indah.
5 Tunnel Tunnel atau terowongan ini berguna
sebagai sarana pejalan kaki untuk akses
yang menghubungkan antara stasiun
commuter line Jurang Mangu dengan halte
antar moda dan taman bagian selatan mall.
Tunnel ini dibuat agar tidak mengganggu
lalu lintas di lingkar proyek dan
menghindari kecelakaan.
6 Ground Water Tank Fungsi GWT adalah sebagai penampung
air, pengolah air bersih dan dapat dijadikan
hydrant. Disebut juga clean water tank
yang airnya digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari dan siap dikonsumsi seperti
pada kamar mandi.
7 Sewage Treatment Plant STP dijadikan sebagai system pengelolaan
air limbah pada seluruh bangunan di
proyek ini, dengan mengelola air kotor
menjadi air yang layak digunakan seperti
untuk menyiram tanaman bagian
landscape. STP bangunan ini terletak di
bagian selatan basement 1 gedung parkir.

11
2.6.2 Dimensi Bangunan
Tabel 2.3 Ukuran Bangunan

Luas Bangunan Jumlah Lantai

Carpark Mall dan Mall 81.083 m2 4 lantai

Gedung Parkir 8.800 m2 2 level basements

Hotel, Chapel & Banquet 15.699 m2 15 lantai

Oceanarium 7.680 m2 1 lantai


Total Proyek 113.262 m2 17 lantai

12
3 BAB III
KEBIJAKAN KESELAMATAN

3.1 Sistem Manajemen K3


PT. Jaya Konstruksi MP memiliki komitmen menjadi perusahaan unggul
dengan menerapkan sistem manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Lingkungan secara konsisten dan berkesinambungan di setiap proses kerja untuk
menjamin lingkungan kerja yang aman dan sehat untuk seluruh pekerja, tanpa
merusak lingkungan serta mematuhi perundangan terkait. Berikut merupakan
beberapa kebijakan dan standar regulasi yang diterapkan pada proyek
pembangunan Bintaro Jaya Xchange tahap 2:

3.1.1 Kebijakan Keselamatan Makro

• PP 50 Tahun 2012

Penerapan SMK3 menurut PP No. 50 Tahun 2012 tentang penerapan SMK3


bertujuan untuk:

a. Meningkatkan efektifitas perlindungan dan keselmatan kesehatan kerja


yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi.
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/ atau pekerja/ serikat
buruh
c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk
mendorong aktivitas.

Penerapan SMK3 menurut PP No. 50 Tahun 2012 meliputi:

a. Penetapan kebijakan K3
b. Perencanaan K3
c. Pelaksanaan rencana K3
d. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3
e. Peninjauan dan peningkatan kerja SMK3

13
• Safety Management System dalam ISO 45001

Menetapkan persyaratan untuk sistem manajemen Kesehatan dan


Keselamatan Kerja (SMK3) yang berlaku secara standar internasional. Standar
yang dimaksud untuk diterapkan pada organisasi apapun tanpa batasan ukuran,
jenis dan sifatnya, serta dengan sasaran pemahaman yang lebih baik terhadap
standard dan penerapan sistem manajemen terpadu yang lebih efisien.

Konten-konten yang terdapat dalam ISO 45001:

a. Berbasis: Model Plan-Do-Check-Act


b. Struktur Tingkat Tinggi (High Level Structure)
c. Konteks organisasi
d. Pendekatan berdasarkan pada risiko (Risk-based approach)
e. Informasi terdokumentasi (Documented information) “menggantikan
„Dokumen“
f. Kompetensi Manejemen tingkatan top managers terhadap Keselamaan dan
Kesehatan Kerja
g. Kompetensi karyawan terhadap Keselamaan dan Kesehatan Kerja
h. Menyertakan pemasok dan kontraktor – outsourced processes
• PP No. 14 Tahun 2021

Tentang Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi. Elemen-elemen


SMKK yang terdapat dalam PP No. 14 Tahun 2021:

a. Kepemimpinan dan partisipasi pekerja dalam keselamatan konstruksi


b. Perencanaan keselamatan konstruksi
c. Dukungan keselamatan konstruksi
d. Operasi keselamatan konstruksi
e. Evaluasi kinerja penerapan SMKK

• Permen PUPR No. 10 Tahun 2021

Tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi. Penerapan


SMKK yang terdapat dalam Permen PUPR No. 10 Tahun 2021:
14
a. Setiap pengguna jasa dan penyedia jasa konstruksi harus menerapkan
SMKK
b. Penerapan SMKK dilaksanakan berdasarkan tugas, tanggung jawab, dan
wewenang
c. Penyedia jasa memberikan layanan konsultasi manajemen konstruksi,
konsultasi konstruksi pengawasan, pekerjaan konstruksi, dan pekerjaan
kontruksi terintegritas
d. Penyedia jasa menerapkan SMKK pada pengkajian, perencanaan, dan
perancangan
e. Penerapan SMKK harus memenuhi standar kemanan, keselamatan,
Kesehatan, dan keberlanjutan
f. Penerapan standar diatas harus menjamin keselamatan keteknikan, publik,
dan lingkungan pada konstruksi
g. Objek keselatan ialah bangunan atau asset property, dan peralatan, material,
pemilik, tenaga kerja konstruksi, pemasok, msyarakat, serta lingkungan
kerja
h. Penerapan SMKK dimuat dalam dokumen yang terdiri atas Rancangan
konseptual SMKK, RKK, RMPK, Program mutu, RKPPL, dan RMLLP

3.1.2 Kebijakan Keselamatan Perusahaan

• Permenaker No. 9 Tahun 2016

Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam Pekerjaan Pada


Ketinggian. Bekerja pada ketinggian menurut pasal 2 wajin memenuhi persyaratan
K3 yang meliputi:

a. Perencanaan
b. Prosedur kerja
c. Teknik bekerja aman
d. APD, Perangkatt pelindung jatuh, dan Angkur
e. Tenaga kerja

15
• Keputusan Bersama Menaker dan Men. PU No. KEP.174/MEN/1986
Nomor 104/KPTS/1986

Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan


Konstruksi. Persyarat umum yang terdapat dalam Keputusan Bersama Menaker dan
Men. PU No. KEP.174/MEN/1986 Nomor 104/KPTS/1986 meliputi:

a. Kewajiban kontraktor
b. Organisasi keselamatan dan Kesehatan kerja
c. Ketentuan kesehatan kerja dan pertolongan pada kecelakaan

• UU No. 1 Tahun 1970

Tentang Keselamatan kerja. Syarat-syarat keselamatan kerja yang terdapat


dalam UU No. 1 Tahun 1970 mencakup:

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;


b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara dan getaran;
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik
maupun non fisik, keracunan, infeksi dan penularan;
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya;
16
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang;
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi

• KEP/187/MEN/1999

Tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja. Ketentuan


umum yang terdapat dalam KEP/187/MEN/1999 meliputi:

a. Bahan Kimia Berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau
campuran yang berdasarkan sifat kimia atau fisika dan atau toksikologi
berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan
b. Pengusaha atau pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai,
memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib
mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
c. Pengendalian bahan kimia berbahaya sebagaimana menurut pasal 2
meliputi: Penyediaan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) dan label,
serta Penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia.

• Permenaker No. 33 Tahun 2015

Tentang Perubahan atas Peraturan Mentri Ketenagakerjaan No. 12 Tahun


2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja.

Perubahan yang terjadi dalam ketentuan pasal 10 dalam Peraturan Mentri


Ketenagakerjaan No. 12 Tahun 2015 yaitu:

17
a. Pemeriksaan dan pengujian pengawas ketenagakerjaan spesialis K3 listrik,
ahli K3 bidang listrik pada perusahaan, ahli K3 bidang listrik pada PJK3,
sebelum penyerahan kepada pemilik, setelah ada perubahan, dan perbaikan
secara berkala
b. Hasil pemeriksaan dan pengujian digunakan sebagai bahan pertimbangan
pembinaan atau tindakan hukum oleh pengawas ketenagakerjaan
c. Hasil pemeriksaan dan pengujian oleh ahli K3 bidang listrik digunakan
sebagai bahan pertimbangan pembinaan atau tindakan hukum oleh
pengawas ketenagakerjaan (Dihapus)
d. Pengesahan diterbitakn oleh Kepala Dinas Provinsi (Dihapus)

• Permenaker dan Transmigrasi No. PER.13/MEN/X/2011

Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat
Kerja. Adapun ketentuan umum yang dimuat dalam Permenaker dan Transmigrasi
No. PER.13/MEN/X/2011 meliputi:

a. Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor
bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu
(time weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-
hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
b. Pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan pengendalian faktor fisika
dan faktor kimia di tempat kerja sehingga di bawah NAB
c. NAB faktor fisika dalam Pasal 2, meliputi iklim kerja, kebisingan, getaran,
gelombang mikro, sinar ultra ungu, dan medan magnet
d. NAB faktor kimia meliputi bentuk padatan (partikel), cair, gas, kabut,
aerosol dan uap yang berasal dari bahan-bahan kimia.

18
• UU No. 32 Tahun 2009

Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Adapun asas,


tujuan, dan ruang lingkup yang terdapat dalam UU No. 32 Tahun 2009 meliputi
perlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup dilaksanakan berdasarkan asas:

a. Tanggung jawab negara;


b. Kelestarian dan keberlanjutan;
c. Keserasian dan keseimbangan;
d. Keterpaduan;
e. Manfaat;
f. Kehati-hatian;
g. Keadilan;
h. Ekoregion;
i. Keanekaragaman hayati;
j. Pencemar membayar;
k. Partisipatif;
l. Kearifan lokal;
m. Tata Kelola pemerintahan yang baik;
n. Otonomi daerah

Dengan tujaun untuk:

a. Melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran


dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
b. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian
ekosistem;

Ruang Lingkup:

a. Perencanaan;
b. Pemanfaatan;
c. Pengendalian;
d. Pemeliharaan;
e. Pengawasan; dan

19
f. Penegakan hukum.

• PP No. 74 Tahun 2001

Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. Adapun ketentuan


umum yang terdapat dalam PP No. 74 Tahun 2001 meliputi:

a. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3


adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau
merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup
lainnya;
b. Pengaturan pengelolaan B3 bertujuan untuk mencegah dan atau mengurangi
risiko dampak B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan
makhluk hidup lainnya.
c. Pengelolaan B3 yang tidak termasuk dalam lingkup Peraturan Pemerintah
ini adalah pengelolaan bahan radioaktif, bahan peledak, hasil produksi
tambang serta minyak dan gas bumi dan hasil olahannya, makanan dan
minuman serta bahan tambahan makanan lainnya, perbekalan kesehatan
rumah tangga dan kosmetika, bahan sediaan farmasi, narkotika,
psikotropika, dan prekursornya serta zat adiktif lainnya, senjata kimia dan
senjata biologi.
d. Setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib mencegah
terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup.

• Permen LH No. 3 Tahun 2008

Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan
Beracun. Adapun ketentuan umum yang terdapat dalam Permen LH No. 3 Tahun
2008 meliputi:

a. Simbol B3 adalah gambar yang menunjukkan klasifikasi B3.

20
b. Label adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi dan
jenis B3.
c. Kemasan adalah wadah atau tempat yang bagian dalamnya terdapat B3 dan
dilengkapi penutup.
d. Tempat penyimpanan kemasan B3 adalah bangunan atau dalam bentuk lain
yang digunakan untuk menyimpan kemasan B3.

• Peraturan Mentri Kesehatan No. 48 Tahun 2016

Tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran. Adapun


ketentuan umum yang terdapat dalam Peraturan Mentri Kesehatan No. 48 Tahun
2016 meliputi:

a. Perkantoran adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat karyawan


melakukan kegiatan perkantoran baik yang bertingkat maupun tidak
bertingkat
b. Pengaturan Standar K3 Perkantoran ditujukan sebagai acuan bagi Pimpinan
Kantor dan/atau Pengelola Gedung dalam menerapkan pelaksanaan K3 di
Perkantoran untuk mewujudkan kantor yang sehat, aman, dan nyaman serta
karyawan yang sehat, selamat, bugar, berkinerja dan produktif.

• PP No. 81 Tahun 2012

Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah


Rumah Tangga. Adapun ketentuan umum yang dimuat dalam PP No. 81 Tahun
2012 meliputi:

a. Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari
dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik
b. Pengaturan pengelolaan sampah ini bertujuan untuk menjaga kelestarian
fungsi lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat, dan menjadikan
sampah sebagai sumber daya.
c. Peraturan Pemerintah ini meliputi pengaturan tentang kebijakan dan strategi
pengelolaan sampah, penyelenggaraan pengelolaan sampah, kompensasi,
21
pengembangan dan penerapan teknologi, sistem informasi, peran
masyarakat, serta pembinaan.

3.2 Pemantauan dan Evaluasi K3


Pemantauan atau Monitoring merupakan salah satu cara pengawasan yang
dapat menggambarkan kondisi berjalannya suatu sistem manajemen K3 pada waktu
tertentu. Sedangkan evaluasi adalah melakukan pengukuran terhadap aktivitas,
yang akan digunakan untuk tindak lanjut berikutnya. Sehingga pemantauan dan
evaluasi K3 merupakan kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja
penyelenggaraan K3 konstruksi, yang meliputi pengumpulan data, analisa, dan
kesimpulan, serta rekomendasi perbaikan penerapan K3 konstruksi (PERMEN PU
No. 05/PRT/M-2014).
Menurut PP No. 50 Tahun 2012 pemantaian dan evaluasi kinerja k3

meliputi:

a. Pengusaha wajib melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3.


b. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3
dilakukan oleh sumber daya manusia yang kompeten.
c. Dalam hal perusahaan tidak memiliki sumber daya untuk melakukan
pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat menggunakan jasa pihak lain.
d. Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilaporkan kepada pengusaha.
e. Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat
digunakan untuk melakukan tindakan perbaikan.
f. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan/atau standar.

22
Langkah-langkah dalam melakukan pemantauan/monitoring meliputi:

a. Kriteria perusahaan
b. Jenis proyek
c. Memastikan tanggal pemantauan/monitor
d. Mencatat kondisi proyek
e. Mengurutkan berdasarkan scope of pekerjaan
f. Buat checklist sesuai dengan urutan SMK3 konstruksi, sesuai 5 pilar
g. Menyiapkan alat kerja
h. Mengkonfirmasikan kepada penyedia jasa yang akan dilakukan monitor.

3.3 Audit K3
Menurut PP No.50 Tahun 2012, audit SMK3 adalah pemeriksaan secara
sistematis dan independen terhadap pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk
mengukur suatu hasil kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam
penerapan SMK3 di perusahaan. Manfaat dari dilaksanakannya proses audiit SMK3
diantaranya adalah:

1. Pihak manajemen dapat mengetahui kelemahan-kelemahan unsur sistem


operasional sebelum timbul gangguan operasional, kecelakaan, insiden dan
kerugian-kerugian lainnya.
2. Dapat diketahui gambaran secara jelas dan lengkap tentang kinerja K3 di
perusahaan.
3. Dapat meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan perundangan bidang K3.
4. Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran tentang K3,
khususnya bagi karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan audit.
5. Dapat meningkatkan produktivitas kerja.

Berbeda dengan inspeksi, audit SMK3 dilakukan untuk mengukur efektifitas


dari pelaksanaan suatu sistem untuk jangka panjang sedangkan inspeksi K3
merupakan upaya untuk menemukan kesesuaian dari suatu objek untuk jangka
pendek. Audit SMK3 lebih menekankan proses sedangkan inspeksi K3
menekankan pada hasil akhir. Metode pelaksanaan audit SMK3 dilakukan dengan
23
meninjau, verifikasi dan observasi sedangkan inspeksi K3 dilakukan dengan
pengujian secara teknis dan mendetail.

Adapun kriteria penilaian SMK3 yang tercantum dalam PP No. 50 Tahun


2012 pada pasal 6, meliputi:

1. Pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen


2. Pembuatan dan pendokumentasian rencana K3
3. Pengendalian perancangan dan peninjauan kontrak
4. Pengendalian dokumen
5. Pembelian dan pengendalian produk
6. Keamanan bekerja berdasarkan SMK3
7. Standar pemantauan
8. Pelaporan dan perbaikan kekurangan
9. Pengelolaan material dan perpindahannya
10. Pengumpulan dan penggunaan data
11. Pemeriksaan SMK3
12. Pengembangan keterampilan dan kemampuan.

Sesuai Permenaker No.26 Tahun 2014 Pasal 21, lembaga audit wajib
membuat perencanaan pelaksanaan audit SMK3 dan menyampaikan kepada
Menteri atau Direktur Jenderal dengan salinan disampaikan kepada Dinas Provinsi.
Pelaksanaan audit SMK3 paling sedikit dilakukan melalui tahapan:

1. Pertemuan pembuka
2. Proses audit SMK3
3. Pertemuan tim auditor SMK3
4. Pertemuan penutup
5. Penyusunan laporan Audit SMK3

3.4 Investigasi Insiden, Tindakan Perbaikan, dan Tindakan Pencegahan


Organisasi harus menetapkan, menjalankan dan memelihara prosedur untuk
menangani ketidaksesuaian, atau potensi ketidaksesuaian yang ditemukan dan
mengambil tindakan koreksi dan perbaikan. Semua hasil temuan dari pelaksanaan

24
inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja, didokumentasikan dan digunakan untuk
mengidentifikasi ketidaksesuaian, tindakan perbaikan/koreksi dan pencegahan
yang harus segera dilakukan serta pihak manajemen menjamin pelaksanaanya
secara sistematik dan efektif.

Untuk mengadakan penanganan terhadap ketidaksesuaian, tindakan


perbaikan serta pencegahan harus mengikuti prosedur yang disediakan perusahaan
yaitu Prosedur Penanganan Ketidaksesuaian, Tindakan Koreksi dan Pencegahan.
Prosedur harus menjelaskan persyaratan berikut:

a. Identifikasi dan koreksi ketidaksesuaian dan tindakan untuk mengurangi


konsekuensi K3.
b. Menyelidiki ketidaksesuaian, menemukan penyebab dan mengambil
tindakan untuk mencegah agar tidak terulang kembali.
c. Mengevaluasi tindakan yang diperlukan untuk mencegah ketidaksesuaian
dan menjalankan tindakan yang perlu untuk mencegah, agar tidak terulang.
d. Merekam dan mengkomunikasikan hasil tindakan-tindakan koreksi dan
tindakan pencegahan yang diambil.
e. Mengkaji efektivitas tindakan koreksi dan pencegahan yang telah diambil.

Tindakan koreksi dan pencegahan mengidentifikasi adanya bahaya baru dan


perubahan bahaya yang perlunya pengendalian baru, atau perubahan prosedur harus
mempersyaratkan bahwa tindakan diambil melalui suatu analisa risiko sebelum
dilaksanakan.

Setiap tindakan koreksi pencegahan yang diambil untuk menghilangkan


penyebab ketidaksesuaian yang aktual atau potensial harus sesuai dengan besarnya
permasalahan dan seimbang dengan risiko K3 yang ditimbulkan. Untuk itu
organisasi harus memastikan bahwa setiap perubahan yang timbul dari tindakan
koreksi dan pencegahan dibuat pada sistem dokumentasi K3.

3.5 Tinjauan Manajemen K3


Tinjauan ulang secara teratur pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) secara berkesinambungan dengan tujuan untuk
25
meningkatkan efektivitas keselamatan dan kesehatan kerja, maka dalam peninjauan
ulang dilakukan evaluasi bidang keselamatan dan kesehatan kerja yang meliputi:

1. Evaluasi terhadap penerapan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja


2. Tujuan, sasaran, dan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja
3. Hasil temuan audit SMK3
4. Evaluasi efektifitas penerapan SMK3
5. Pengaruh penerapan SMK3

Manajemen puncak harus meninjau SMK3 pada interval yang terencana,


untuk menjamin kecocokan sistem, kelayakan dan efektifitas. Peninjauan harus
mencakup penilaian peluang untuk peningkatan dan kebutuhan perubahan system
manajemen K3, termasuk kebijakan K3 dan sasaran K3. Catatan tinjauan
manajemen harus dipelihara.

Masukan tinjauan manajemen harus mencakup:

a. Hasil audit internal dan hasil dari evaluasi kesesuaian dengan persyaratan
legal dan persyaratan lain yang berlaku
b. Hasil dari partisipasi dan konsultasi
c. Komunikasi relevan dengan pihak luar yang berkepentingan, termasuk
keluhan
d. Kinerja K3 organisasi
e. Tingkat pencapaian sasaran
f. Status investigasi insiden, tindakan koreksi dan tindakan pencegahan
g. Tindak lanjut dari tinjauan manajemen sebelumnya
h. Hal-hal yang berubah, termasuk perkembangan persyaratan legal dan
persyaratan lain terkait K3
i. Usulan-usulan untuk peningkatan

Hasil dari tinjauan manajemen harus konsisten dengan komitmen organisasi


untuk peningkatan berkelanjutan dan harus mencakup keputusan-keputusan dan
tindakan-tindakan terkait kemungkinan perubahan dalam hal berikut:

a. Kinerja K3
b. Sasaran dan kebijakan K3
26
c. Sumber daya
d. Unsur-unsur lain dari sistem manajemen K3

Hasil yang relevan dari tinjauan manajemen harus tersedian (dapat diakses)
untuk proses komunikasi dan konsultasi.

27
4 BAB IV
LINGKUP PEKERJAAN PROYEK

4.1 Ruang Lingkup Proyek


Lingkup pekerjaan proyek mall ini dibuat berdasarkan kebutuhan pekerjaan
yang harus dilakukan dan fungsi proyek. Lingkup pekerjaan ini berguna untuk
menentukan WBS yang akan dibuat dan metode serta teknologi yang akan
digunakan pada proyek pembangunan mall. Lingkup pekerjan proyek dibagi
menjadi beberapa bagian untuk mempermudah alur pengerjaan proyek.
1. Pekerjaan Persiapan
a. Pekerjaan awal adalah perencanaan site plan sebagai penambahan
fasilitas sementara untuk kebutuhan sumber daya proyek.
b. Administrasi proyek dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perizinan
dan segala hal yang berkaitan dengan surat dan database proyek.
c. Perhitungan kebutuhan sumber daya proyek terbagi menjadi
kebutuhan listrik dan air kerja yang berguna selama proses
pembangunan proyek, untuk menunjang pekerjaan ini dibuat instalasi
listrik dan air.
d. Pembuatan Shop Drawing
e. Tahap pembangunan proyek dimulai dari pembersihan lahan sekitar
proyek lalu pengukuran lahan proyek untuk selanjutnya disesuaikan
oleh shop drawing dan marking area, uitzet pada tahap ini dilakukan
untuk pengukuran ulang yang lebih teliti untuk memastikan
pengukuran sebelumnya. Setelah ukuran telah sesuai, lakukan
pemasangan bowplank sebagai patok pada lokasi proyek dan dibuat
papan nama proyek sebagai petunjuk diadakannya pembangunan.
f. Pekerjaan persiapan alat dilakukan dengan menentukan dan
memperhitungkan kebutuhan alat dan material untuk selanjutnya
dilakukan mobilisasi alat berat konstruksi serta material yang
dibutuhkan proyek.

28
g. Pengadaan K3LH terdiri dari penyelenggaraan K3 yang terdapat 9
aktivitas wajib dalam pelaksanaan K3 dalam menunjang keselamatan
dan kebersihan kerja dalam proyek.
2. Pekerjaan Struktur Bawah
Pekerjaan struktur bawah ini meliputi pekerjaan tanah, pondasi, pekerjaan
basement atau gedung parkir bangunan, dan pekerjaan bagian oceanarium yang
berada di bawah landscape mall.
a. Pekerjaan tanah terdiri dari pekerjaan pembersihan lahan dengan
melakukan stripping atau pengupasan tanah dan pengangkatan
sampah disekitarnya, lalu pekerjaan galian tanah untuk pondasi,
basement, dan tie beam. Selanjutnya dilakukan pengurugan tanah
dengan mengurug tanah pondasi hingga basement, pasir untuk bawah
tanah, dan memobilisasi tanah urugan tersebut. Terakhir, dilakukan
pekerjaan pemadatan dan perataan tanah.
b. Pekerjaan pondasi pada pembangunan proyek ini terbagi 2, yaitu
pekerjaan pondai raft pada bagian hotel, dan pondasi bor pile pada
bangunan mall dan oceanarium. Keduanya merupakan pondasi
menerus dengan pile cap yang disambungkan ke tie beam kemudian
ditimbun lantai kerja. Disekitar pondasi dikelilingi oleh dinding
penahan tanah soldier pile dan sheet pile.
c. Pekerjaan basement pada proyek pembangunan mall ini dibagi
menjadi 2 lantai dengan lingkup pekerjaan yang sama yaitu dimulai
dari pekerjaan kolom, pekerjaan balok, pekerjaan plat lantai,
pekerjaan tangga, dan pekerjaan ramp.
d. Pekerjaan oceanarium serupa dengan basement, hanya berbeda di
material arsitektur dan ketebalan slab nya.
3. Pekerjaan Struktur Atas
a. Pekerjaan struktur atas ini terbagi menjadi pekerjaan lantai 1-4 untuk
bagian mall dan pekerjaan lantai 5-16 untuk bagian hotel. Pekerjaan
ini meliputi pekerjaan kolom, balok, dan pelat yang menggunakan
metode cast in situ dan prestressed, ditambah dengan pekerjaan
struktur tangga dan ramp.
29
b. Pekerjaan sky bridge ini dilakukan pada bagian Timur mall lantai 2
dan 4 untuk menghubungkan antara Mall Bintaro Jaya XChange 1 dan
2.
c. Pekerjaan atap pada proyek dibedakan menjadi atap mall dan atap
hotel dengan material dan metode yang berbeda.
4. Pekerjaan MEP
Pekerjaan mekanikal, elektrikal, dan plumbing pada proyek ini dikerjakan
dari awal pekerjaan struktur karena pada proyek ini terdapat beberapa alat
mekanikal dan elektrikal yang tertanam di dalam struktur bangunan seperti
pipa PVC dan gutter.

4.2 Work Breakdown Structure (WBS)


Work Breakdown Structure (WBS) adalah suatu hierarki dari susunan
komponen proyek/total lingkup proyek yang dipecah dengan mengelompokkan
menjadi lebih kecil yang menggambarkan suatu hasil serahan/deliverables proyek
yang dilaksanakan oleh tim proyek. Komponen yang terdapat dalam WBS juga
berfungsi untuk membantu pemangku kepentingan/stakeholder di dalam
mengamati hasil serahan proyek. WBS dari proyek ini dapat dilihat pada tabel
berikut:

30
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Nama Rumpun
Zona Pekerjaan Jenis Pekerjaan Paket Pekerjaan
Proyek Pekerjaan
Project Name Work Section Work Package Type of Work Work Package

Ruang direksi

Gudang Material dan


Peralatan /stock yard
Perencaan Site Plan
Ruang K3
Pos Jaga
Bedeng Pekerja
Jalan Kerja
Pagar Proyek
Adiministrasi Proyek
Perhitungan Kebutuhan Kebutuhan Listrik Kerja
Sumber Daya Kebutuhan Air Kerja
Proyek
Pembangunan Pembuatan Shop Drawing
Pekerjaan Passanger Hoist, TC 1, TC Pembersihan Lahan
Bintaro Jaya
Persiapan 2, TC 3, TC 4, TC 5, TC 6 Pengukuran dan uitzet
XChange Pembersihan dan
Tahap 2 Pemasangan bowplank
pengukuran lahan
Pembuatan papan nama
proyek
Pengadaan dan mobilisasi
Pengadaan dan Mobilisasi material
Kebutuhan Proyek Pengadaan dan mobilisasi
peralatan
Pelaksanaan Survey Lokasi

K3 Konstruksi dan BPJS


Pengadaan K3LH
Ketenagakerjaan

31
Zona 1, Zona 2A, Zona 2B,
Zona 2C, Zona 2D, Zona Pekerjaan Penggalian Galian Tanah
2E, Zona 2F, Zona 2G,
Zona 3A, Zona 3B, Zona
3C, Zona 4A, Zona 4B, Pekerjaan Pembuangan Pekerjaan Stripping
Zona 4C, Zona 4D, Zona
Pekerjaan Tanah 4E, Zona 4F, Zona 4G,
Zona 4H, Zona 5A, Zona Pekerjaan Pengurugan Urugan Tanah Kembali
5B, Zona 5C, Zona 5D,
Zona 5E, Zona 5F, Zona
5G, Zona 6A, Zona 6B,
Pemadatan dan
Zona 6C, Zona 6D, Zona Pekerjaan Pemadatan
PerataanTanah
6E, Zona 7A, Zona 7B,
Zona 7C, Zona 8A, Zona
8B, Zona 9A, Zona 9B,
Zona 9C, Zona 9D, Zona 10 Pekerjaan Pondasi Borpile
A, Zona 10 B, Zona 10 C,
Zona 10 D, Zona 10 E,
Pekerjaan Zona 10 F, Zona 10 G,
Pekerjaan Pondasi
Struktur Bawah Zona 11 A, Zona 12 A,
Zona 13 A, Zona 14 A,
Zona 14 B, Zona 14 C, Pekerjaan Pondasi Raft
Zona 14 D, Zona 14 E,
Zona 14 F , Zona 14 G,

32
Zona 15 A, Zona 16 A,
Zona 16 B , Zona 16 C Pekerjaan Tie Beam

Pekerjaan Dinding
Penahan Tanah

Pekerjaan Facing Wall

Pekerjaan Kolom

Pekerjaan Balok

Pekerjaan Basement Level 1


(P2)
Pekerjaan Pelat Lantai

Pekerjaan Tangga

Pekerjaan Ramp

33
Pekerjaan Kolom

Pekerjaan Balok

Pekerjaan Basement Level 2


(P1) Pekerjaan Pelat Lantai

Pekerjaan Tangga

Pekerjaan Ramp

Lantai B2, Lantai B1,


Pekerjaan Lantai 1, Lantai 2, Lantai 3,
Pekerjaan Lantai 1 Pekerjaan Kolom
Struktur Atas Lantai 4, Lantai 5, Lantai 6,
Lantai 7, Lantai 8, Lantai 9,

34
Lantai 10, Lantai 11, Lantai
12, Lantai 13, Lantai 14,
Lantai 15, Lantai 16, Lantai Pekerjaan Balok
Atap, Zona Sky Bridge
Tiang 1, Zona Sky Bridge
Tiang 2, Zona Sky Bridge
Tiang 3, Area Tangga Lt.
Pekerjaan Pelat
B2 ke Lt. B1, Area Tangga
Lt. B1 ke Lt. 1, Area
Tangga Lt. 1 ke Lt. 2, Area
Tangga Lt. 2 ke Lt. 3, Area
Tangga Lt. 3 ke Lt. 4, Area Pekerjaan Tangga
Tangga Lt. 4 ke Lt. 5, Area
Tangga Lt. 7 ke Lt. 8, Area
Tangga Lt. 8 ke Lt. 9, Area
Tangga Lt. 9 ke Lt. 10, Area Pekerjaan Kolom
Tangga Lt. 10 ke Lt. 11,
Area Tangga Lt. 11 ke Lt.
12, Area Tangga Lt. 12 ke
Lt. 13, Area Tangga Lt. 13 Pekerjaan Balok
ke Lt. 14, Area Tangga Lt. Pekerjaan Lantai 2
14 ke Lt. 15, Area Tangga
Lt. 15 ke Lt. 16, Area
Tangga Lt. 16 ke Lt. Atap
Pekerjaan Pelat

35
Pekerjaan Kolom

Pekerjaan Balok
Pekerjaan Lantai 3

Pekerjaan Pelat

Pekerjaan Rangka Atap


Pekerjaan Atap
Pekerjaan Kap Atap
Persiapan Perkerasan
Jalan

Zona parkir kendaraan roda Pekerjaan Lapis Pondasi


Pekerjaan Jalan Pekerjaan Struktur
4 outdoor, parkir kendaraan Bawah (Sub Base)
dan Parkir Perkerasan Jalan
roda 2
Pekerjaan Lapis Pondasi
Atas (Base Course)

36
Pekerjaan Permukaan
Jalan
Mobilisasi Apal
Pekerjaan Pengaspalan Penghamparan aspal
Pekerjaan Finishing Aspal

Pekerjaan Drainase
Pekerjaan Finishing Jalan
Pekerjaan Trotoar
Pemberian marka jalan
dan lahan parkir
Pekerjaan Pasangan Bata
Pekerjaan Pasangan dan
Pekerjaan Plesteran
Lantai B2, Lantai B1, Plesteran
Lantai 1, Lantai 2, Lantai 3, Pekerjaan Acian
Lantai 4, Lantai 5, Lantai 6,
Pekerjaan
Lantai 7, Lantai 8, Lantai 9,
Arsitektur Pekerjaan Pasang Keramik
Lantai 10, Lantai 11, Lantai
12, Lantai 13, Lantai 14, Marmer
Lantai 15, Lantai 16 Pekerjaan Penutup lantai
Granite tile

37
Pekerjaan Pembesian
Tangga
Pekerjaan Logam Arsitektur
Pekerjaan Hand Railing

Pengecatan dinding

Pekerjaan pengecatan
Pekerjaan waterproofing 1
PC : 3 PSR
Pengecatan Plafond

Pekerjaan Plafond
Pekerjaan Langit-Langit
Pekerjaan List Plafond
Pekerjaan MVAC
Mechanical Pemadam Kebakaran
Elektrikal
Elektronik
Intercom
Pekerjaan
Escalator
Elektrikal dan
Lift
Elektronik
Genset
Gondola Tower
Penangkal Petir
38
Test Commisioning
Façade
Pekerjaan
Pembersihan Seluruh zona proyek
Tabel
Area Proyek
4.1
Work Breakdown Structure Proyek (Tabular View)

39
Gambar 4.1 Work Breakdown Structure Proyek (Tree Structure)
40
4.3 Metode Pelaksanaan
Metode pekerjaan yang dilakukan dalam proyek dijelaskan pada tabel dibawah.

DAFTAR METODE KONSTRUKSI PROYEK PEMBANGUNAN BINTARO XCHANGE TAHAP 2

Nama Metode
No Material Deskripsi Tahapan Pelaksanaan Konstruksi
Pekerjaan Konstruksi
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pekerjaan Pondasi TC
2. Penanaman angkur TC dan base section ke
Tower crane berfungsi sebagai alat dalam pondasi, dilanjutkan pengecoran
Pemasangan
angkat barang dan bahan meterial 3. Pemasangan mast section
1 Tower - Tower Crane
konstruksi seperti besi dan 4. Pemasangan climbing crane
Crane(TC)
bekisting. 5. Pemasangan kabin
6. Pemasangan boom dan counter jib
7. Pemasangan counterweight
1. Pekerjaan Persiapan
Lantai kerja dibuat untuk 2. Penghamparan plastic cor
Pembuatan Perkerasan Beton fc' 30 memudahkan mobilisasi alat berat, 3. Pembesian
2
Jalan Kerja Beton Mpa dan memastikan area kerja terlihat 4. Pengecoran dengan mutu beton fc' 30 Mpa
bersih ketebalan 15-18 cm dengan lebar 2m
5. Finishing dengan grooving

Pekerjaan galian tanah dilakukan 1. Pekerjaan Persiapan (lingkup kerja, persyaratan


Pekerjaan kerja, shopdrawing)
dengan alat bantu excavator. Tanah
3 Galian Cut and Fill - 2. Pelaksanaan
digali hingga mancapai elevasi cut
Tanah 3. Pengamatan pekerjaan (alat, tenaga kerja dan
off level yang telah ditetapkan
material, lingkungan

41
1. Marking elevasi top lean concrete
Lean concrete merupakan lantai
2. Zoning lean concrete pada area yang luas (1.5-
Pekerjaan Lean Beton fc' 10 kerja yang digunakan untuk
4 2m)
lantai kerja concrete Mpa mempermudah pekerjaan di
3. Pengecoran
lapangan
4. Pemerataan permukaan beton
Pekerjaan urugan dan pemadatan 1. Pengeringan Area Kerja
Urugan dan tanah bertujuan untuk 2. Pengurugan lapis demi lapis
Convensional
5 pemadatan Tanah urug menyesuaikan property dari tanah 3. Pemadatan dengan nilai optimum 20-30%
Compaction
tanah agar sesuai dengan standart yang menggunakan vibro roller
dibutuhkan untuk proses konstruksi 4. Check genangan air dan kepadatan optimum
B. PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH
1. Pekerjaan Persiapan (survey lahan, setting titik
Borepile adalah salah satu jenis bor, setting posisi alat bor)
fondasi dalam yang memiliki bentuk 2. Pekerjaan pengeboran awal
seperti tabung dan terbuat dari 3. Pemasangan casing borepile
Besi BJTS
Pekerjaan campuran beton bertulang dengan 4. Pengeboran hingga kedalaman rencana
1 Borepile 420, Beton 5. Pembersihan dan pembuangan lumpur
Pondasi ukuran diameter tertentu. Dalam
fc' 35 Mpa 6. Pembesian borepile
tahap pelaksanannya borepile
dipasang ke dalam tanah dengan 7. Airlift dan pemasangan pipa tremie
cara mengebor terlebih dahulu. 8. Pengecoran borepile
9. Pekerjaan finishing (Pengangkatan pipa tremie
dan pemasangan borepile hole protection)

42
1. Pekerjaan persiapan (Survey, galian tanah,
Fondasi rakit (Raft Foundation) pekerjaan K3, dewatering)
adalah bagian bawah struktur yang 2. Pemotongan kepala tiang borepile
berbentuk rakit melebar keseluruh 3. Pembuatan lantai kerja
Besi BJTS 4. Pemasangan bekisting precast
Pekerjaan Raft bagian dasar bangunan. Fondasi
2 420, Beton 5. Pembesian raft
Pondasi foundation rakit merupakan jenis fondasi
fc' 35 Mpa 6. Pemasangan stop cor
dangkal yang menyatukan bukan
hanya beberapa borepile, tetapi 7. Pemasangan thermocouple
keseluruhan area bangunan 8. Pemasangan tenda
9. Pengecoran
10. Finishing (monitoring suhu dan curing beton)
Pada sistem konstruksi top down,
1. Pekerjaan secant pile
struktur basement dilaksanakan
2. Pekerjaan kingpost
bersamaan dengan pekerjaan galian
3. Pekerjaan caping beam balok dan plat lantai 1
basement, dengan urutan
4. Pekerjaan struktur atas (pembesian kolom,
Pekerjaan Top-Down Baja penyelesaian balok dan pelat
3 pembesian balok dan plat, pengecoran lantai 1 dan
Basement Construction kingpost lantainya dimulai dari atas kebawah.
2)
Selama proses pelaksanaan
5. Pekerjaan struktur bawah (pembesian raft
konstruksi top down, struktur pelat
basement, pengecoran raft, pembesian kolom
dan balok didukung oleh tiang baja
basement, pengecoran kolom basement)
yang disebut King Post.
C. PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
Bekisting adalah konstruksi
pembantu untuk cetakan beton pada
Pekerjaan Bekisting 1. Pemasangan bekisting2. Pemasangan support3.
1 Kayu saat dilakukan pengecoran. Fungsi
Bekisting Konvensional Pengecoran4. Pembongkaran Bekisting
bekisting untuk menjaga bentuk,
ukuran, dan rupa dari beton

43
Kolom adalah batang tekan vertikal
dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok. Kolom merupakan
suatu elemen struktur tekan yang
memegang peranan penting dari
Pekerjaan Reinforced Beton fc' 40 suatu bangunan, sehingga 1. Pekerjaan persiapan
2
Kolom Concrete Mpa keruntuhan dari suatu kolom yang 2. Fabrikasi Pembesian kolom
merupakan lokasi kritis dapat 3. Pemasangan tulangan dan beton decking
menyebabkan runtuhnya struktur 4. Pemasangan bekisting
lantai yang bersangkutan ataupun 5. Pengecoran kolom
runtuh total (total collapse) seluruh 6. Pembongkaran bekisting kolom
struktur 7. Pekerjaan Finishing
1. Pekerjaan persiapan
Plat lantai dan balok merupakan 2. Pemasangan bekisting
Pekerjaan bagian dari struktur inti suatu 3. Pemasangan besi tulangan
Reinforced Beton fc'25 4. Pengecoran
3 Balok dan bangunan. Fungsi dari plat lantai
Concrete Mpa 5. Pemadatan
Plat dan balok adalah meneruskan beban
ke kolom dan pondasi 6. Pemerataan permukaan
7. Curing
8. Pembongkaran bekisting
1. Pekerjaan persiapan
Pada proyek pembangunan bintaro 2. Penentuan elevasi
Pekerjaan
xchange tahap 2 dilakukan 3. Ereksi kolom baja
4 Struktur Struktur baja Baja
pekerjaan struktur baja pada kolom 4. Grouting base plate
Baja
dan pemasangan truss 5. Pemasangan rangka baja (truss)
6. Pengencangan baut dan final check

44
5 BAB V
POTENSI BAHAYA DAN RISIKO

1
6 BAB VI
DAMPAK DARI RISIKO

2
7 BAB VII
PENILAIAN RISIKO

3
8 BAB VIII
PENGENDALIAN RISIKO

4
9 BAB IX
SASARAN DAN PROGRAM SMKK

5
10 BAB X
PEMBAHASAN

6
11 BAB XI
KESIMPULAN

7
DAFTAR PUSTAKA

8
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai