Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL

ANALISIS PENGARUH LIMBAH BATIK TERHADAP LINGKUNGAN


DAN SOSIAL DI DAERAH CIGEUREUNG KOTA TASIKMALAYA

Diusulkan oleh:

Eka Silvia 162154072 2016


Ika Febri Kusumaningtyas 152154051 2015
Lintang 162154097 2016
Muhammad Ridwan 162154129 2016
Salma Mega Oktaviani 162154 2016
Yunita Sopiyanti 162154054 2016

UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil pengamatan
yang berjudul “ANALISIS PENGARUH LIMBAH BATIK TERHADAP
LINGKUNGAN DAN SOSIAL DI DAERAH CIGEUREUNG KOTA
TASIKMALAYA”. Laporan ini disusun dengan tujuan untuk memberikan
informasi tentang pengaruh limbah batik di daerah Cigeureung kota Tasikmalaya
terhadap lingkungan dan kehidupan sosial warga sekitar sungai tersebut.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Mufti Ali., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Pencemaran Lingkungan
2. orang tua yang selalu memberikan do’a dan dukungan kepada penulis
dalam menyusun laporan ini;
3. rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan motivasi dalam
menyelesaikan menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Penulis
berharap semoga gagasan pada laporan ini dapat bermanfaat bagi lingkungan dan
masyarakat.
.
Tasikmalaya, 09 November 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................i


DAFTAR ISI ..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang ...........................................................................1
1.2Rumusan Masalah ......................................................................2
1.3Tujuan ........................................................................................2
1.4Manfaat ......................................................................................2
1.5Luaran yang Diharapkan.............................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pencemaran Air...........................................................................3
2.2Indikator Pencemaran Air...........................................................4
BAB III METODE
3.1Wawancara .................................................................................9
3.2Analisis Lingkungan ..................................................................9
3.3Pengisian Angket........................................................................9
BAB IV HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil ...........................................................................................10
4.2Pembahasan ................................................................................10
BAB V PENUTUP
5.1Simpulan ....................................................................................12
5.2Saran ...........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan komponen terpenting bagi lingkungan kehidupan.
Semua makhluk hidup di bumi tak dapat lepas dari kebutuhsnnya akan air,
sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Meskipun air
merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui oleh alam sendiri, tapi
kenyataannya menunjukkan bahwa ketersediaan air tanah tidak dapat
bertambah, bahkan air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak
tersedia dalam kondisi yang benar.
Di Indonesia, akses terhadap air bersih masih menjadi masalah.
Sebagian besar air tawar yang digunakan berasal dari sungai, danau, waduk,
dan sumur. Pesatnya pembangunan wilayah indonesia dan laju pertumbuhan
penduduk yang tinggi membutuhkan air dalam jumlah yang banyak yang
sering kali tidak tersedia. Ketidaktersediaan air bersih secara umum
disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia. faktor alam
disebabkan secara alamiah bentukan (kondisi) wilayahnya yang memang sulit
untuk mendapatkan air sehingga tidak tersedianya air. Faktor manusia yaitu
dikarenakan tercemarnya air bersih akibat aktivitas manusia. Faktor
penyebabnya tidak sedikit limbah rumah tangga dan limbah pabrik yang
langsung dibuang begitu saja ke perairan seperti sungai. Hal ini yang menjadi
salah satu faktor terjadinya pencemaran air, sehingga mengakibatkan kondisi
perairan berubah secara fisika, kimia, maupun biologis.
Jika indikator pencemar melebihi batas maksimum, maka sudah
seharusnya adanya pemulihan daerah air tercemar. Di sentra batik Kota
Tasikmalaya, air yang tercemar oleh limbah tekstil terjadi perubahan.
Perubahan yang terjadi dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu warna,
bau, rasa, dan timbulnya endapan. Dilihat dari warnanya, air tercemar akan
keruh oleh pewarna tekstil. Dari baunya, air yang tercemar akan tercium bau
yang cukup mengganggu. Rasanya mungkin akan terasa pahit dari logam.
Jika limbah tersebar di perairan, maka akan ada endapan yang terlihat. Hal ini
terjadi akibat kurangnya kepekaan masyarakat akan pelestarian lingkungan
dan pada akhirnya akan merugikan masyarakat itu sendiri seperti tercemarnya
suatu ekosistem perairan
Dari kondisi tersebut, kita memerlukan solusi yang dapat
menanggulanginya yaitu bisa dengan sosialisasi kepada masyarakat sekitar
tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan akibat dari bahaya

1
2

yang di timbulkan. Seperti halnya bahaya limbah pabrik batik yang


mengandung logam berat, selain dari mencemari lingkungan, limbah logam
berat tersebut juga menkontaminasi ekosistem perairan di dalamnya seperti
ikan yang mana apabila ikan tersebut dikonsumsi oleh manusia maka akan
berdampak terhadap kesehatan salah satunya adalah akan menimbulkan
kanker. Sehingga kesadaran kesadaran akan lingkungan sangat diperlukan
dalam hal ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat rumusan masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana cara pengendalian limbah batik di sungai Cigeureuh Kota
Tasikmalaya?
2. Bagaimana pengaruh limbah batik terhadap ekosistem perairan sungai
Cigeureuh Kota Tasikmalaya?

1.3 Tujuan
Tujuan diadakan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui cara pengendalian limbah batik di sungai Cigeureuh
Kota Tasikmalaya
2. Untuk mengetahui pengaruh limbah batik terhadap ekosistem perairan
sungai Cigeureuh Kota Tasikmalaya

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat dari hasil penelitian
2. Memberikan informasi mengenai pengaruh limbah batik terhadap
ekosistem perairan di sungai Cigeureuh Kota Tasikmalaya
3. Dapat menjadi bahan referensi tambahan dalam melakukan pengembangan
selanjutnya dari penelitian ini

1.5 Luaran yang diharapkan


Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah publikasi pada seminar
nasional dan artikel ilmiah yang dipublikasikan pada jurnal nasional serta
pengaplikasian di masyarakat yaitu dengan cara meningkatkan kesadaran
penduduk sekitar akan pentingnya air, mengurangi pembuangan limbah
berbahaya maupun rumah tangga dan memanfaatkan sumber daya alam untuk
mengurangi dan memulihkan pencemaran air.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Air


Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga
kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya. (PP RI No.82 tahun 2001 pasal 1 ayat
(11)).
Pencemaran adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal.
(Kristanto, 2002).
Air dapat tercemar oleh komponen-komponen, diantaranya berbagai
logam yang berbahaya. Komponen logam-logam berat ini berasal dari kegiatan
industri yang melibatkan penggunaan logam berat antara lain industri tekstil,
pelapisan logam, cat/tinta warna, percetakan, bahan agrokimia dll. Beberapa
logam berat ternyata telah mencemari air, melebihi batas berbahaya bagi
kehidupan. (Wisnu, 1995).
Pencemaran air dapat merupakan masalah, regional maupun lingkungan
global, dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan
lahan tanah atau daratan. Walaupun air merupakan sumber daya alam yang
dapat diperbaharui, tetapi air dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas
manusia untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat
tercemar. (Darmono, 1995).
2.1.1 Jenis-Jenis Pencemaran Air
Menurut Darmono (1995), pencemaran air terdiri dari bermacam-
macam jenis, antara lain:
a) Pencemaran Mikroorganisme dalam Air
Berbagai kuman penyakit pada makhluk hidup seperti bakteri, virus,
protozoa, dan parasit sering mencemari air. Kuman yang masuk ke
dalam air tersebut berasal dari buangan limbah rumah tangga maupun
buangan dari industri peternakan, rumah sakit, tanah pertanian, dan
lain sebagainya. Pencemaran dari kuman penyakit ini merupakan
penyebab utama terjadinya penyakit pada orang yang terinfeksi.
Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran air ini disebut water-
borne disease dan sering ditemukan pada penyakit tifus, kolera, dan
disentri.
b) Pencemaran Air oleh Bahan Anorganik Nutrisi Tanaman

3
4

Penggunaan pupuk nitrogen dan fosfat dalam bidang pertanian telah


dilakukan sejak lama secara meluas. Pupuk kimia ini dapat
menghasilkan produksi tanaman yang tinggi sehingga menguntungkan
petani. Tetapi di lain pihak, nitrat dan fosfat dapat mencemari sungai,
dan lautan. Sebetulnya sumber pencemaran nitrat ini hanya berasal
dari pupuk pertanian saja, karena di atmosfer bumi mengandung 78%
gas nitrogen. Pada waktu hujan dan terjadi kilat dan petir, di udara
akan terbentuk amoniak dan nitrogen terbawa air hujan menuju
permukaan tanah. Nitrogen akan bersenyawa dengan komponen yang
kompleks lainnya.
c) Pencemar Bahan Kimia Anorganik
Bahan kimia anorganik seperti asam, garam, dan bahan toksik logam
lainnya seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), merkuri (Hg) dalam kadar
yang tinggi dapat menyebabkan air tidak enak untuk diminum. Di
samping dapat menyebabkan matinya kehidupan air seperti ikan dan
organisme lainnya, pencemaran bahan tersebut juga dapat
menurunkan produksi tanaman pangan dan merusak peralatan yang
dilalui air tersebut (karena korosif).
d) Pencemar Bahan Kimia Organik
Bahan kimia organik seperti minyak, plastic, pestisida, larutan
pembersih, detergen, dan masih banyak lagi bahan organik terlarut
yang digunakan oleh manusia dapat menyebabkan kematian pada ikan
maupun organisme air lainnya. Lebih dari 700 bahan kimia organik
sintesis ditemukan dalam jumlah relative sedikit pada permukaan air
tanah untuk diminum di Amerika, dan dapat menyebabkan gangguan
pada ginjal, gangguan kelahiran, dan beberapa bentuk kanker pada
hewan percobaan di laboratorium. Tetapi sampai sekarang belum
diketahui apa akibatnya pada orang yang mengkonsumsi air tersebut
sehingga dapat menyebabkan keracunan kronis.

2.2 Indikator Pencemar Air


Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya
perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi:
a) Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna, dan adanya
perubahan bau, dan rasa.
b) Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan zat kimia yang terlarut, perubahan pH.
5
2

c) Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air


berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya
bakteri pathogen.
Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah
pH atau konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (Disolved Oxygen,
DO), kebutuhan oksigen biokimia (Biochemical Oxygen Demand, BOD),
serta kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand, COD).
2.3 Upaya Penanggulangan Pencemaran Air
Sebab terjadinya pencemaran air di sungai Cigeureung Tasikmalaya.
Berikut upaya untuk menanggulanginya:
a) Penerapan Teknologi dan Produk Bersih
Penerapan teknologi bersih yang bertujuan untuk menghasilkan
produk-produk yang bersih dan ramah terhadap lingkungan dalam
aktivitas industri tekstil, sesungguhnya upaya aktualisasi
pencegahan pencemaran limbah industri tersebut, sehingga
dampak negatifnya dapat terelimnasi dan produk bersih yang
dihasilkan pun akan lebih bersaing dalam merebut pasar, baik
pasar dalam negeri maupun luar negeri dalam era globalisasi ini.
Perwujudan produk bersih tersebut dalam perspektif teoritis
menurut R.E. Soeriatmadja, didasarkan pada 4 strategi berikut:
Pertama, merupakan upaya penerapan strategi pencegahan yang
berkelanjutan terhadap proses dan produk untuk mengurangi
resiko terhadap manusia dan lingkungan hidup serta sumber daya
alam.
Kedua, merupakan upaya untuk menggarap proses produksi
dengan strategis yang meliputi pelestarian bahan mentah, energi,
menghilangkan pemakaian bahan berbahaya dan beracun (B3),
dan pengurangan kadar racun dari semua bentuk buangan dan
limbah sebelum meninggalkan proses produksi.
Ketiga, dalam proses menghasilkan produksi, strategi produk
bersih memusatkan perhatian pada upaya pengurangan dampak
lingkungan di seluruh daur suatu produk, mulai dari ekstraksi
bahan mentah sampai ke pembuangan limbah produk tersebut.
Keempat, meliputi penguasaan teknik pelaksanaan,
penyempurnaan teknik yang telah ada, perubahan sikap,
pandangan, dan perilaku produsen.
Manfaat yang utama adalah perbaikan mutu lingkungan hidup
sebagai akibat berkurangnya limbah dan bahan berbahaya dan
6

beracun yang dibuang oleh perusahaan-perusahaan  industri


tersebut antara lain:
Pertama, manfaat ekonomi.
Kedua, mengurangi potensi tanggung jawab masa depan.
Ketiga, peningkatan kemampuan daya saing.
Keempat, menghasilkan citra positif di masyarakat.

b . Pengolahan Limbah Cair Industri Tekstil


Kebutuhan industri tekstil akan air sangat tinggi. Oleh karena itu,
untuk mengurangi kadar zat pencemar (polutan) pada air limbah
industri tekstil menurut Noerati Kemal, secara garis besar dapat
dilakukan dengan dua cara, antara lain :
Pertama, mengurangi zat pencemar (polutan) yang dihasilkan.
Upaya ini dapat dilakukan dengan mengurangi volume air proses,
berarti mengurangi volume air limbah, penggunaan sisa zat-zat
kimia, dan penggunaan zat kimia yang memberikan kadar
pencemaran rendah.
Kedua, mengolah air limbah sebelum dibuang ke badan air
penerimaan. Karena beragamnya jenis dan ukuran polutan,
pengolahan limbah cair industri tekstil memerlukan tahapan proses
pengolahan, yaitu pengolahan primer, berupa ekualisasi dan
netralisasi dan pengolahan sekunder untuk menghilangkan padatan
dengan proses kimia atau biologi.
Konsep pengolahan limbah air industri tekstil yang ditunjukan
untuk menghilangkan atau menurunkan bahan pencemar dalam air
limbah secara kimia, biologi dan fisika.  
1.      Konsep pengolahan secara kimia, yaitu proses pengendapan
partikel kecil yang tercampur, termasuk logam-logam berat yang
terkandung dalam air limbah.
2.      Konsep pengolahan secara biologi, yaitu proses untuk
mengurangi bahan-bahan organik yang berkembang didalam
limbah cair dengan menggunakan lumpur aktif yang mengandung
mikroorganisme didalamnya.
3.      Konsep pengolahan secara fisika, yaitu dengan cara absorpsi
bahan pencemar dengan karbon aktif.
c)      Minimisasi Limbah Cair Industri Tekstil
Upaya mengurangi limbah dari sumbernya menurut skema yang
bisa dipraktikkan mencakup penghematan pemakaian air,
penghematan pemakaian zat kimia, modifikasi proses dan menjaga
kebersihan pabrik. Berikut adalah uraian singkatnya, antara lain :
7

1.      Penghematan pemakaian air. Pada proses penyempurnaan


tekstil, air banyak digunakan banyak proses pencucian setalah
proses-proses persiapan, pencelupan, pencucian, dan
peneympurnaan itu sendiri.
2.      Penghematan pemakaian zat kimia. Penghematan pemakaian
zat kimia ini dapat dilakuukan dengan meninjau kembali resep
persiapan penyempurnaan tekstil.
3.      Modifikasi proses. Modifikasi proses ini dilakukan dengan
tetap menggunakan mesin yang sudah ada tetapi dengan perubahan
di bagian, seperti proses serentak untuk persiapan penghilangan
kanji (dezing), pemasakan (scouring), dan penggelantang
(beaching) menjadi satu proses sehingga mengurangi pemakaian
air dan bahan kimia pembantu.
4.      Kebersihan pabrik. Kebersihan pabrik ini dapat ditingkatkan
dengan melakukan pengawasan terhadap setiap proses pengerjaan
agar tidak terjadi penumpahan zat-zat kimia dan pembuatan larutan
yang berlebihan.
Upaya minimisasi limbah cair industri tekstil dapat dilakukan pula
dengan cara proses daur ulang(recycling). Konsep daur ulang ini
pada prinsipnya mencakup upaya memanfaatkan, menggunakan
serta mengambil kembali bahan-bahan kimia dan energi yang
terdapat dalam limbah cair untuk keperluan proses produksi.
Berdasarkan konsep daur ulang tersebut, menurut Elina Hasyim,
pemanfaatan limbah cair proses penyempurnaan tekstil dapat
dilakukan melalui, antara lain:
1.      Penggunaan kembali (reuse) air pencuci, terutama sisa air
pencuci setelah proses persiapan penyempurnaan karena sisa itu
tidak mengandung warna.
2.      Pengambilan kembali (recovery) dapat dilakukan dengan heat
recovery limbah cair sisa proses pencelupan dan pengambilan
kembali polivinil alkohol.
Keberhasilan upaya minimisasi limbah cair industri tekstil tersebut
menurut Isminingsih Gitoparmodjo dan Wiwin Winiati, sebenarnya
erat hubungannya dengan penguasaan teknologi, proses, struktur,
dan sifat bahan, baik dilihat dari mutu hasil produksi dan tinjauan
ekonomi maupun karakteristik limbah selama dan sesudah proses
produksi, tetapi dengan perencanaan yang baik dapat diukur
keberhasilannya, antara lain:
1.      Peminimalan dan pengendalian limbah dan penghematan
penggunaan medium (air dan bahan pelarut).
8

2.      Penghindaran pemakaian bahan berbahaya dan beracun (B3)


3.      Penghematan energi (uap, bahan bakar, dan listrik)
4.      Pemilihan teknologi proses dengan pemilihan mesin-mesin
yang tepat guna dan upaya lainnya.
Upaya internal yang dapat dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
industri tekstil sesuai dengan kondisi kemampuannya, adalah
perencanaan proses produksi yang baik, akurat dan cermat
mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia pembantu yang rendah
beban pencemaran, pengontrolan pemakaian air yang hemat dan
efisien, memanfaatkan dan menggunakan kembali (reuse) bahan-
bahan kimia yang terdapat pada limbah cair untuk keperluan
produksi. Semua upaya internal ini secara substantifmemiliki
sinergitas dalam meminimisasi limbah, sehingga semestinya
menjadi landasan konseptual dan diaktualisasikannya dalam
aktivitas industri.
Sebaliknya, upaya eksternal dalam minimisasi limbah yang dapat
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan industri tekstil, adalah
upaya memantau limbah hasil pasca proses kegiatan minimisasi
limbah. Upaya pemantauan limbah secara rutin dalam kegiatan
industri akan membantu aktivitas pencegahan pencemaran limbah,
sehingga kualitas dan kuantitas pemantauan patut diperhatikan
dengan cermat sebagai sarana aktualisasi pencegahan pencemaran
limbah industri tekstil.
Masyarakat luas pun dapat melakukan upaya pemantauan untuk
membantu pihak industri tekstil dalam mencegah pencemaran
limbah industrinya, meski dalam skala yang terbatas seperti hanya
memberikan masukan (input) tanpa berperan aktif merumuskaan
kebijakan-kebijakan teknis operasional untuk kegiatan dilapangan.
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Wawancara
Metode yang kami gunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
metode deskriptif juga dengan pendekatan kualitatif berupa wawancara
mendalam dengan warga sekitar yang dilakukan dalam menganalisis
pencemaran air, akibat dari limbah batik yang terjadi di sungai Cigeureng
tepatnya di Jl. Cigeureng No. 44 Nagarasari, Cipedes-Tasikmalaya, Jawa
Barat 46132 adalah dengan cara melakukan wawancara melalui warga
sekitar yang berada di kawasan produksi batik, yang telah dilaksanakan
pada tanggal 27 oktober 2018 pukul 10:52 s.d 12.30.Selain tim observasi
mewawancarai warga sekitar sungai cigeureng, tim observasi juga
melakukan wawancara secara langsung kepada salah satu pihak industri
pengrajin batik di kawasan tersebut.

3.2 Analisis Lingkungan


Selain melakukan wawancara terhadap warga sekitar mengenai
dampak atau pengaruh yang ditimbulkan dari limbah batik tersebut tim
observasi juga menganalisis kondisi lingkungan sekitar. Penganalisisan
yang dilakukan adalah dengan cara melihat kondisi fisik, kimia maupun
biologis yang terjadi di sekitar sungai cigeureng. Secara fisik tim observasi
melihat dari bentuk luar yang terjadi akibat kontaminasi dari limbah batik
yaitu berupa perubahan warna pada air, bau dan juga keadaan sekitar yang
dapat merubah tatanan air bersih. Selain fisik, kami juga melihat dari
kondisi kimiawi yang terjadi pada air yang terkena kontaminasi batik
tersebut yaitu dengan cara melihat perubahan Ph yang terjadi pada air.

3.3 Pengisian Angket


Metode selanjutnya yang dilakukan tim observasi adalah
membagikan angket terhadap warga sekitar sungai cigeureng yang
dilakukan pada tanggal 08 November 2018 pukul 14:26 s.d 16.00. terdapat
lebih dari 10 warga yang telah memberikan tanggapannya melalui
pengisian angket disertai dengan tanda tangga pengisi sebagai bukti ke
absahan dari data yang telah kami peroleh.

9
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dari hasil wawancara dan juga memberikan kuisioner kepada
warga sekitar ditemukan jika warga sekitar daerah ciroyom yang lebih
dengan pabrik batik besar yang ada disana tidak mengungkapkan pendapat
lebih jujur karena mereka terlihat ketakutan. Namun untuk desa yang ada
di sebelahnya yaitu desa Cicariu mereka mengatakan ada beberapa
masalah yang ditimbulkan akibat dari pencemaran limbah batik yang ada
di igeureung.
Mayoritas warga mengatakan jika memang sungai di daerah
tersebut tidak bersih, dan juga selain itu ada beberapa warga yang masih
memanfaatkan sungai yang tercemar tersebut, juga kami mendengar dari
warga jika sempat terjadi konflik akibat dengan adanya limbah cair batik
di daerah tersebut.
Kondisi sungai didaerah tersebut di perparah karena para warga
juga membuang limbah limbah rumah tangga langsung ke sungai.

4.2 Pembahasan
Dalam melakukan penelitian di daerah se p anjang sungai
cigeureung, di se panjang sungai dari 2 desa yaitu Cicariu hingga
Ciroyom. Dari kedua desa tersebut kami melakukan wawancara dan

10
11

memberikan kuisioner mengenai pencemaran air yang ada di sungai


sekitar desa tersebut.
Dalam wawancara kami kami menemukan jika bebera pa warga
ada yang tidak menjawab dengan jujur pertanyaan kami jug mereka
terlihat seperti ketakutan dengan pertanyaan mengenai dampak dari limbah
pabrik batik karena para pemilik batik tersebut merupakan warga asli, dan
pabrik tersebut sudah ada sejak lama. Sedangkan para warga yang
kebetulan kami wawancarai mayoritas merupakan warga pendatang.
Selain itu juga anak-anak mereka bekerja di pabrik batik tersebut, terutama
didaerah ciroyom yang memiliki banyak pabrik batik besar dibandingkan
dengan desa Cicariu.
Berbeda hal nya dengan desa Cicariu, mereka menyebutkan jika
memang pernah terjadi konflik antara warga dengan pemilik pabrik batik
karena saat itu limbah cair yang di hasilkan oleh pabrik batik masuk ke
parit warga hingga masuk ke kolam ikan warga dan menyebabkan ikan
ikan yang ada di kolam menjadi mati. Selain itu juga ada beberapa warga
yang masih memanfaatkan air sungai padahal kondisi air sangat sangatlah
tidak bersih.
Dengan adanya pencemaran limbah batik yang langsung
dialirkan ke sungai menyebabkan perubahan warna dan juga mengganggu
warga sekitar, bahkan sempat terjadi konflik didaerah tersebut. Guna
menanggulanginya kami berharap para pemilik batik lebih bijaksana
dengan membuat kolam khusus untuk menampung limbah batik dan juga
di berikan fitoremediasi oleh beberapa tanaman dikolam tersebut, misal
oleh eceng gondok. Selain itu juga para pejabat yang ada di daerah
tersebut dapat kami ajak kerjasama untuk melakukan sosialisasi
memberikan edukasi mengenai limbah cair batik ini berbahaya bagi
kesehatan dan bagi warga yang masih memannfaatkan air tersebut untuk
tidak melakukannya lagi. Selain edukasi mengenai limbah cair batik juga
edukasi mengenai membuang sampah domestik ke tempat sampah bukan
ke sungai.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil observasi yang dilakukan di daerah cigeureung, terutama
sepanjang aliran sungai dari desa Cicariu hingga Ciroyom yang memiliki
banyak pabrik batik di sekitar sana ditemukan jika kondisi sungai di
daerah tersebut sangatlah tercemar, tidak hanya warna air sungai yang
tercemar akibat limbah cair dari pabrik batik tetapi juga banyak sekali
sampah domestik yang bertebaran di aliran sungai tersebut hingga
menghambat aliran sungai.
Kebanyakan warga sekitar merasakan akibat dari pencemaran air
sungai, mereka merasakan jika air sungai tersebut sudah tidak dapat
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari juga ada beberapa warga yang
mengatakan jika air sumur mereka menjadi keruh akibat dari pengaruh
pencemaran sungai ini. Namun masih ada beberapa warga yang
memanfaatkan sungai yang tercemar ini.
5.2 Saran
Dengan pencemaran sungai ini dengan dibangunnya kolam penampung
limbah dengan melakukan fitoremediasi sehingga air limbah tidak langsung
dibuang ke sungai dan mencemari sungai yang ada di sekitar pabrik batik
tersebut. Selain itu juga pihak pihak terkait dapat memberikan edukasi dibantu
dengan tokoh masyarakat di desa tersebut agar pabrik pabrik kecil juga dapat
melakukan hal yang sama dan warga sekitar juga tidak membuang sampah
langsung ke sungai yang dapat mencemari sungai tersebut

12
DAFTAR PUSTAKA
M. Djoko Hartono.PENENTUAN INDIKATOR PENCEMARAN AIR.
[dalam] www.lingkungan-tropis.org
Mahfudloh, Lestari. H. STRATEGI PENANGANAN LIMBAH
INDUSTRI BATIK DI KOTA PEKALONGAN. Universitas Diponegoro
LAMPIRAN

 Artikel mengenai konflik akibat limbah batik di Cigeureung

https://www.tribratanewspolrestasikkota.com/polsek-indihiang-hadiri-
musyawarah-permasalahan-limbah-industri/

https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-1454224/limbah-cair-batik-cemari-
lingkungan-sistem-ipal-segera-dibuat
 Dokumentasi disekitar sungai dekat pabrik batik

Anda mungkin juga menyukai