Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai kelompok terpelajar, tidaklah cukup jika mahasiswa hanya


menerima pendidikan di bangku kuliah saja. Program Kerja Praktek (KP)
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas SDM dalam perguruan
tinggi. Melalui program Kerja Praktek (KP), diharapkan mahasiswa akan
memperoleh pengalaman kerja di perusahaan atau instansi baik pemerintah
maupun swasta sehingga mahasiswa akan lebih siap menyesuaikan dirinya dengan
tuntutan dunia kerja setelah lulus nantinya.

Perusahaan adalah suatu unit kegiatan produksi yang mengolah sumber-


sumber ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Dari
kepemilikan perusahaan dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Swasta. Selain badan usaha
tesebut, pemerintah daerah juga memiliki Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
BUMN dan BUMD merupakan badan usaha yang seluruh atau separuh sahamnya
dimiliki oleh pemerintah daerah. Salah satu BUMD ini adalah Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM).

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtamarta Yogyakarta


menggunakan mesin pompa yang cukup banyak, salah satunya adalah pompa
submersible. Pompa submersible adalah pompa yang dioperasikan didalam air dan
akan mengalami kerusakan jika dioperasikan dalam keadaan tidak terendam air.
Hal ini sangat berpengaruh dalam proses produksi air untuk keperluan air minum
yang didistribusikan ke konsumen atau masyarakat yang akan membutuhkannya.
Kegagalan suatu komponen pompa, akan berakibat pada berhentinya suatu proses
dan kinerja. Untuk menghindari hal tersebut, maka diperlukan pemeliharaan dan
pengamanan pompa submersible supaya proses suatu produksi tetap berjalan
dengan baik.
Dari pemahaman tersebut, sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, mengambil judul
“Pemeliharaan dan Pengamanan Pompa Submersible (Electric Submersible Pump)
di Perusahaan Daerah Air Minum Tirtamarta Yogyakarta” melalui program kerja
praktek.

1.2. Batasan Masalah

Permasalahan yang diamati dalam kerja praktek adalah pompa


submersible dan hanya ditekankan pada sistem pengamanan dan pemeliharaan
pompa submersible tersebut.

1.3. Rumusan Masalah

a. Bagaimana sistem pengolahan air di PDAM Tirtamarta Yogyakarta?

b. Bagaimana cara pemeliharaan pompa submersible di PDAM Tirtamarta


Yogyakarta?

c. Bagaimana sistem pengamanan pompa submersible di PDAM Tirtamarta


Yogyakarta?

1.4. Tujuan

a. Mengetahui sistem pengolahan air minum di PDAM Tirtamarta


Yogyakarta?

b. Mengetahui cara pemeliharaan pompa submersible di PDAM Tirtamarta


Yogyakarta.

c. Mengetahui sistem pengamanan pompa submersible di PDAM Tirtamarta


Yogyakarta.

1.5. Waktu dan Tempat Kerja Praktek

Kerja praktik ini dilaksanakan selama 30 hari dimulai dari tanggal 2


Februari 2015 sampai dengan 2 Maret 2015. Kegiatan kerja praktik ini
dilaksanakan di PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta yang berlokasi di Jl. W.
Monginsidi, No. 3, Yogyakarta.

1.6. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Interview

Metode pengumpulan data melalui wawancara dengan petugas yang telah

ditunjuk untuk memberikan data mengenai obyek yang diamati.

b. Metode Observasi

Metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara

langsung pada obyek.

c. Metode Partisipasi

Metode pengumpulan data dan informasi yang melibatkan praktikan

secara langsung dalam aktivitas tertentu.

d. Metode Kepustakaan

Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca dan

mempelajari buku-buku referensi.


BAB II

PROFIL PERUSAHAAN PDAM TIRTAMARTA

2.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan

2.1.1. Periode Jaman Belanda Tahun 1918 – 1942


Dibangun sumber air minum yang pertama yaitu
Tahun 1918
sumber Karanggayam dengan debit 20lt/dt.

Dibangun sumber air minum Umbul Lanang di kali


Kuning dengan debit 100lt/dt, kemudian didirikan
Tahun 1923 – 1925
perusahaan air minum dengan nama HOOGDRINK
WATER LEIDING BEDRIJF.

Sumber Umbul Lanang terkena bencana alam gunung


Tahun 1930
Merapi meletus.

Sumber Umbul Lanang selesai direhabilitasi,


Tahun 1936
sehingga dapat beroperasi kembali.

Dibangun sumur-sumur Besi I dan II dengan debit


Tahun 1939 – 1941
55lt/dt.

2.1.2. Periode Jaman Jepang Tahun 1942 – 1945


Perusahaan air minum berganti Nama menjadi TEPAS TIRTO MARTO
dengan pimpinan Bapak KRT. Ir. Mertonegoro.
2.1.3. Periode Jaman Pemerintahan Republik Indonesia Tahun 1945 sampai
Sekarang
A. Tahun 1969 – 1982
1) Berdasarkan peraturan daerah nomor 6 tahun 1970, Nama TEPAS
TIRTO MARTO diganti menjadi Perusahaan Jawatan Air Minum
Tirtamarta.
2) Melalui pemerintah pusat, dibangun sumber air berupa sumur dangkal di
Jongkang dan Karang Wuni, sumur gravitasi di Karangggayam serta
instalasi pengolahan air di Padasan untuk menggantikan Umbul Lanang
yang rusak terkena banjir lahar dingin gunung Merapi.
3) Berdasarkan peraturan daerah kotamadya daerah tingkat II Yogyakarta
nomor 3 tahun 1976, Perusahaan Jawatan Air Minum Tirta marta
berganti nama menjadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
TIRTAMARTA KOTA YOGYAKARTA.
4) Melalui proyek pelita II, diakhir tahun 1977 dibangun sumber air sumur
artesis di Blambangan dan sumur dangkal di Winongo.
5) Dengan perjanjian penerusan pinjaman tanggal 22 maret 1978 antara
pemerintah Swiss dengan pemerintah Indonesia, PDAM TIRTAMARTA
KOTA YOGYAKARTA dan Ditjen Cipta Karya Departemen PUTL
melalui proyek Phase l tahap l dibangun beberapa sumber air dan
instalasi pengolahan, yaitu sumur artesis di Bedog sebanyak 12 buah ,
sumur artesis di Karanggayam sebanyak 5 buah, reservoin Bedog
berkapasitas 2.500 m3 dan reservoir Karanggayam berkapasitas 1.000 m3,
dengan selesainya proyek tersebut, maka jumlah air yang diproduksi
berjumlah 400 lt/dt.
B. Tahun 1982 – 1986
Sisa pinjaman pemerintah Indonesia dari pemerintah Swiss dilanjutkan
pembangunannya dengan proyek phase l tahap 2 yang berupa sumur artesis
Ngaglik sebanyak 8 buah, bak pengumpul Ngaglik 80 m3, redrilling sumur
artesis Bedog dan Karanggayam sebanyak 9 buah, instalasi aerasi bawah tanah
di Ngaglik 1 buah dan Karanggayam 1 buah, sehingga total jumlah air yang
diproduksi 530lt/dt.
C. Tahun 1986 – 1990
1) Dari dana pemerintah pusat melalui PPSAB dibangun bangunan
penangkap air di Umbul Wadon, pemasangan pipa DM 250” sepanjang
6.131 m dari Umbul Wadon sampai BPT Bedoyo.
2) Tahun 1989 melalui proyek APBD mengembangkan jaringan pipa
distribusi sepanjang 2.400 m.
D. Tahun 1990 – 1996
1) Melalui proyek APBD pemerintah daerah kotamadya daerah tingkat II
Yogyakarta telah mengembangkan jaringan pipa distribusi sepanjang
94.000 m, dan melakukan rehabilitasi lingkungan Kantor PDAM
TIRTAMARTA KOTA YOGYAKARTA.
2) Instalasi produksi di Kotagede diserahkan kepada PDAM
TIRTAMARTA KOTA YOGYAKARTA dari departemen pekerjaan
umum dengan debit 20lt/dt.
E. Tahun 1996 – 2001
Dengan menggunakan Dana PDAM TIRTAMARTA KOTA
YOGYAKARTA telah mampu:
a) Merehabilitasi gedung PDAM,
b) Pembuatan instalasi pengolahan air pengganti aerasi bawah tanah, dan
c) Redrilling sumur artesis sebanyak 8 buah dana pembuatan sumur
artesis baru sejumlah 8 buah serta pembuatan tele control untuk
sumur artesis area Bedog, Karanggayam dan Ngaglik.
F. Tahun 2001 – sekarang
1) Tahun 2002 pembuatan instalasi pengolahan air Bedog dengan kapasitas
200lt/dt.
2) Tahun 2005 pembuatan instalasi pengolahan air Karanggayam dengan
kapasitas 150lt/dt.
3) Tahun 2005 pembuatan gedung pertemuan PDAM TIRTAMARTA
KOTA YOGYAKARTA.
4) Tahun 2006 tanggap darurat adanya gempa bumi tanggal 26 mei 2006 di
DIY dan Jawa Tengah dengan memberi bantuan.
5) Tahun 2007 pembuatan instalasi pengolahan air di Pengok
Gondokusuman dangan kapasitas 40lt/dt.
6) Tahun 2008 pembuatan instalasi pengolahan air Gemanwang dengan
kapasitas 200lt/dt.
7) Tahun 2010 pembuatan instalasi pengolahan air di Bener dengan
kapasitas 30lt/dt.
2.2. Sumber Air Baku

Sumber air PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta berupa air permukaan


(sungai) dan air tanah meliputi mata air, sumur dangkal dan sumur artesis
sebanyak 57 buah.

Untuk memenuhi kualitas air bersih maka PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta
mempunyai 8 Instalasi Pengolahan Air (IPA), yaitu:

1) Kedung Sriti,
2) Padasan,
3) Gemawang,
4) Bedog,
5) Karanggayam,
6) Bener,
7) Kotagede, dan
8) Pengok.
2.3. Cakupan Pelayanan dan Distribusi Air
2.3.1. Distribusi Air

Wilayah distribusi air PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta adalah seluruh


wilayah kota Yogyakarta dan sekitarnya.

2.3.2. Cakupan Pelayanan

Cakupan pelayanan PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta saat ini baru


mencapai 46,41% dengan asumsi satu pelanggan melayai 6 jiwa

2.4. Visi dan Misi


PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta bertujuan untuk memberi pelayanan
jasa air minum dan melaksanakan pembangunan daerah serta meningkatkan
pendapatan asli daerah untuk kesejahteraan masyarakat. Dari tujuan tersebut
PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta memiliki motto yaitu, “Pelayanan Semakin
Baik”. Untuk mencapai tujuan tersebut adapun visi dan misi PDAM Tirtamarta
Kota Yogyakarta, yaitu:

Visi : Menjadikan PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta yang unggul,


profesional, dan mandiri.

Misi :

 Meningkatkan kemampuan, keterampilan sumber daya manusia melalui


pendidikan dan latihan secara professional,
 Menyediakan air minum yang bermutu,
 Memberikan pelayanan kepada pelanggan dan calon pelanggan secara
professional,
 Menambah jumlah pelanggan sesuai dengan kemampuan produksi air
baku, dan
 Pengelolaan perusahaan secara efektif dan efisien.
2.5. Lokasi Perusahaan
PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta berlokasi di Jl. W. Monginsidi, No. 3,
Yogyakarta.
Gambar 2.1. Lokasi Kantor PDAM TIRTAMARTA KOTA YOGYAKARTA

2.6. Struktur Organisasi

PDAM Tirtamarta sebagai salah satu Badan Usaha Milik Daerah, maka
struktur organisasi yang telah diatur berdasarkan keputusan walikota yogyakarta
nomor 162/KD/Th 1987, dengan susunan sebagai berikut:
1. Dewan Pengawas.
Susunan Dewan Pengawas terdiri dari:
a. Unsur Pemerintah Daerah,
b. Unsur Pelanggan, dan
c. Unsur akademis atau profesional.
2. Direksi.
Susunan Direksi terdiri dari:
a. Direktur Utama,
b. Direktur Bidang Teknik, dan
c. Direktur bidang umum.
Direksi menjalanka tugas dibantu oleh staf yang terdiri dari bagian-
bagian sebagai berikut:
a. Kepala Satuan Pengawas Intern,
b. Bagian Produksi,
c. Bagian Transmisi dan Distribusi,
d. Bagian Perancangan Teknik,
e. Bagian Umum,
f. Bagian Keuangan, dan
g. Bagian Langganan.
3. Dalam menjalankan tugasnya, setiap bagian-bagian dibantu oleh staf
yang terdiri dari:
a. Bagian Produksi,
 Seksi Produksi I
 Seksi Produksi II
 Seksi produksi III
 Seksi pemeliharaan instalasi produksi dan laboraturium
b. Bagian Perancangan Teknik,
 Seksi Penelitian dan Pengembangan
 Seksi Perancangan Teknik
 Seksi Data dan Evaluasi
c. Bagian Keuangan,
 Seksi Perancangan Keuangan
 Seksi Pembukuan
 Seksi Kas
d. Bagian Umum,
 Seksi Umum
 Seksi Personalia
 Seksi Pembekalan
e. Bagian distribusi, dan
 Seksi Transmisi dan Distribusi
 Seksi Pemeliharaan Instalasi Transmisi dan Distribusi
 Seksi Peralatan Teknik
f. Seksi Pelanggan.
 Seksi Pelanggan
 Seksi Pembacaan Meteran
 Seksi Penagihan
Tugas dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
1. Direktur Utama
a. Melaksanakan urusan dan perijinan perusahaan sesuai dengan
kebijaksanaan kepala daerah,
b. Mempersiapkan dan menetapkan rencana kegiatan perusahaan untuk
dimintakan pengesahan kepada kepala daerah, dan
c. Mengangkat dan memberhentikan pegawai perusahaan sesuai dengan
peraturan kepegawaian yang berlaku.

2. Direktur Bidang Teknik


a. Melaksanakan pengurusan dan pembinaan bidang teknik sesuai dengan
kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh Direktur Utama,
b. Mengawasi semua kegiatan perencanaan teknik, produksi, dan distribusi,
dan
c. Menyiapkan rencana perusahaan dibidang teknik untuk mencapai
efisiensi dan efektivitas kerja serta pengadaan perbaikan dan
penyempurnaan.
3. Direktur Bidang Umum
a. Mempersiapkan perencanaan perusahaan dibidang umum, keuangan, dan
langganan, dan
b. Mengawasi semua pegawai umum, keuangan, dan langganan.
4. Bagian Perancangan Teknik
a. Mengadakan bagian penelitian dan mengembangkan dalam penyediaan
air minum, guna keperluan distribusi, dan
b. Mengkoordinasikan kegiatan perencanaan teknik untuk pemasangan pipa
transmisi, distribusi sambungan dan persil, serta instalasi air minum lain.
5. Bagian Produksi
a. Menyelenggarakan pengolahan air dan laboratorium untuk menghasilkan
air minum standar yang telah ditentukan,
b. Menyusun jadwal produksi untuk mencapai efesiensi dan efektivitas
produksi air, dan
c. Mengkoordinasikan penyusunan dan penyajian data produksi air.
6. Bagian Distribusi
a. Mengatur dan menjamim pendistribusian air minum kepada pelanggan
serta menjamin air sampai ke pelanggan,
b. Pemeliharaan dan penggantian pipa jaringan air minum serta
pemeliharaan sambungan baru,
c. Mengganti, memindahkan, mencabut, dan memperbaiki meteran air, dan
d. Menyelenggarakan pengawasan dalam rangka pengamanan terhadap
semua jaringan pipa transmisi dan distribusi.
7. Bagian Umum
Mengadakan pengadaan, penerimaan, dan penyimpanan barang-barang, baik
peralatan kantor maupun teknik.
8. Bagian Keuangan
Melaksanakan pembukuan perusahaan sesuai dengan pembukuan serta
penyajian laporan sistematis.
9. Bagian Langganan
a. Menyelenggarakan pemasaran, pelayanan langganan, dan mengurus
penagihan rekening, dan
b. Menyelenggarakan tugas-tugas pelayanan pelanggan, pengolahan
rekening, dan pengolahan data pelanggan.
10. Satuan Pengawasan Intern
Mencatat apabila terjadi penyimpanan atau kemacetan-kemacetan untuk
dilaporkan kepada Direktur Utama.
11. Pengawasan Intern Bidang Teknik
a. Melaksanakan pengawasan kualitas, harga, standar, dan kontruksi atas
barang-barang teknik yang dibeli perusahaan, dan
b. Melaksanakan pengawasan konstruksi atas pekerjaan-pekerjaan dalam
bidang teknik.
12. Pengawasan Intern Bidang Umum
Melaksanakan pengawasan atas harga, kualitas, standar, dan persyaratan
teknik lain atas barang-barang atau peralatan kantor yang dibeli perusahaan.

BIDANG UMUM
PENG. INTERN

LANGGANAN
SATUAN PENGAWASAN

BAGIAN
INTERN
PENGAWAS
BADAN

BIDANG TEKNIK
PENG. INTERN

KEUANGAN
BAGIAN

Gambar 2.2. Struktur Perusahaan


BIDANG UMUM

(Sumber: PDAM, 2012)


DIREKTUR

BAGIAN
UMUM
WALIKOTAMADYA

UTAMA

)
DIREKTUR

DISTRIBUSI
BAGIAN
DIREKSI
BAB III

SISTEM PENGOLAHAN AIR

3.1. Instalasi Pengolahan Air

Instalasi pengolahan air (IPA) Gemawang salah satu unit pengolah air milik
PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta dengan kapasitas reservoir terbesar yaitu
berkapasitas 4000 m3.
Gambar 3.1. Skema Sumber Air dan Aliran Distribusi
(sumber : PDAM, 2012)

IPA Gemawang melayani penyediaan air untuk wilayah kota Yogyakarta


tengah, meliputi Jalan Monjali, Jalan Malioboro, hingga komplek Kraton
Yogyakarta yang membuat IPA Gemawang sebagai unit pengolahan air yang
sangat penting di Kota Yogyakarta. Pada proses produksi air bersih di IPA
Gemawang melalui beberapa tahapan proses mulai dari proses penyadapan air
baku, proses aerasi, proses pengendapan, proses penyaringan dan klorinasi.
Setelah diproses air yang sudah sesuai standar persyaratan langsung di
distribusikan.

3.2. Proses Produksi

Proses produksi pada IPA Gemawang secara umum dibagi menjadi 3


bagian penting dalam sistem pengolahannya, yaitu:

1. Bangunan Penyadap (intake),


2. Water Treatment Plant, dan
3. Reservoir .

Skema pengolahan air di IPA Gemawang dapat lihat pada gambar dibawah.

Gambar 3.2. Skema Diagram Alir Pengolahan Air di IPA Gemawang


(sumber: PDAM, 2012)

3.2.1. Bangunan Intake/Penyadap


Bangunan intake ini berfungsi sebagai bangunan pertama untuk
masuknya air dari sumber air. Bangunan intake pada IPA Gemawang
terdapat di Umbul Wadon, Kali Kuning. Bangunan penyadap berfungsi
memompa air dari sumur artesis dan dipompakan ke chamber sebagai
penampung air. Bangunan penyadap sumur artesis ini tersebar didaerah
Ngaglik dan akan dikunpulkan di Chamber Ngaglik. Selanjutnya air baku
yang sudah tertampung pada bangunan intake Umbul Wadon dan Chamber
Ngaglik akan dialirkan ke IPA Gemawang dengan sistem gravitasi.

Gambar 3.3. Intake/Bangunan Penyadap Air di Umbul Wadon

3.2.2. Water Treatment Plant


Water Treatment Plant adalah bangunan utama pengolahan air besih
yang mengolah air baku menjadi air bersih dan siap distribusi. Bangunan
water treatment plant IPA Gemawang terdiri dari Unit Aerator yang berada
di Chamber Ngaglik, Unit Sedimentasi, Unit Filtrasi, dan Unit Desinfeksi
yang berada dilingkungan IPA Gemawang.

a) Unit Aerator
Unit Aerator merupakan sebuah bangunan menara yang berfungsi
sebagai tempat terjadinya proses aerasi. Air baku yang di aerasi yaitu
air baku yang berasal dari sumur artesis. Proses aerasi merupakan
proses transfer oksigen dari udara ke dalam air dengan cara
mengontakan air dengan udara. Meningkatnya kadar oksigen dalam air
dapat melepaskan gas-gas terlarut dalam air, mengoksidasi kandungan
besi dan mangan, meningkatkan pH sampai 8,5 supaya air terasa lebih
segar.
Prinsip kerja menara aerator ini yaitu air baku dari sumur artesis
dipompakan ke atas menara yang bertingkat dan memiliki celah udara
disetiap sisi dindingnya. Air yang telah dipompakan keatas menara
dibiarkan jatuh kebawah mengikuti gaya gravitasi, kemudian saat air
jatuh udara akan menabrak dari sisi samping sehingga akan terjadi
tranfer oksigen.

Gambar 3.4. Unit Aerator

b) Unit Sedimentasi
Unit sedimentasi sebuah bangun yang berbentuk bak dengan
dimensi P x L x T = 20 x 9 x 4 m. Unit sedimentasi berfungsi untuk
mengendapkan kotoran-kotoran berupa lumpur dan pasir. Air baku
yang telah di aerasi akan dialirkan kedalam bak sedimentasi untuk
melakukan proses pengendapan, dimana pengendapannya terjadi akibat
gaya gravitasi, partikel yang mempunyai berat jenis lebih besar dari
berat jenis air akan mengendap ke bawah dan yang lebih kecil berat
jenisnya akan mengapung. Unit sedimentasi dikuras untuk pembersihan
endapan didasar bak sebanyak 2 kali dalam setahun.

Gambar 3.5. Unit Sedimentasi


c) Unit Filtrasi
Bangunan filtrasi ini menggunakan pasir kuarsa, krikil (gravel) dan
zeolit sebagai media penyaringnya dengan ketebalan 80-100 cm. Unit
filtrasi ini berfungsi sebagai tempat proses penyaringan partikel-
partikel yang tidak ikut terendap pada bak sedimentasi. Proses filtrasi
juga berfungsi sebagai penurunan kadar kontaminasi bakteri, warna,
rasa, bau, dan Fe sehingga diperoleh air yang bersih memenuhi
standar kualitas air minum. Prinsip kerja unit filtarsi yaitu air mengalir
tertarik gaya gravitasi kebawah bak melalui media filter, kemudian
zat-zat padat tidak terlarut akan melekat pada media filter, sedangkan
air yang jernih akan terkumpul di bagian dasar dan mengalir keluar
melalui filter nozzle sebagai saluran pipa menuju reservoir.
Pada IPA Gemawang terdapat 6 unit filtrasi yang dioperasikan
secara bersama-sama. Setiap filtrasi akan dibersihkan dengan metode
pencucian dengan menggunakan blower yang akan menghasilkan
udara bertekanan yang ditekan dari arah bawah yang berfungsi
sebagai pencuci media filter secara merata yang pada akhirnya
kotoran dan partikel yang menempel dimedia filter akan terangkat,
proses ini dilakukan selama 5menit. Setelah ditekan menggunakan
udara bertekanan kemudian dilakukan pembilasan dengan air bersih
yang dipompa dengan menggunakan pompa backwash dengan debit
yang lebih besar dari debit produksi setiap filter sampai air dalam
filter menjadi jernih proses ini berlangsung selama 15 menit. Dalam
sehari hanya dilakukan pencucian 2 unit filtrasi.

Gambar 3.6. Unit Filtrasi

d) Unit Desinfeksi
Unit desinfeksi yaitu instalasi penginjeksian gas Klor. Gas Klor
diinjeksikan pada saluran pipa menuju reservoir menggunakan selang
injeksi atau penginjeksian gas Klor dilakukan secara berkelanjutan
setelah air tertampung dalam reservoir. Proses ini bertujuan untuk
membunuh bakteri, mematikan alga, mengoksidasi Fe dan Mn. Pada
IPA Gemawang penginjeksian gas Klor sebanyak 0,9 kg/jam.

e) Reservoir
Reservoir merupakan bangunan penampung air minum sebelum
dilakukan pendistribusian ke pelanggan/masyarakat, yang dapat
ditempatkan diatas permukaan tanah maupun dibawah permukaan
tanah. Fungsi reservoir adalah penampung terakhir air yang telah
diolah dan memenuhi syarat kualitas air minum, sebagai tempat
penyimpanan cadangan air saat keadaan darurat, tempat penyimpan
air saat desinfektan dan lain-lain. Reservoir pada IPA Gemawang
berkapasitas 4000 m3.

3.3. Unit Distribusi

Unit distribusi adalah sarana dan prasarana penyaluran/pengaliran air minum


dari unit produksi ke unit pelayanan meliputi sistem pengaliran, jaringan
perpipaan, alat pengukuran, dan peralatan pemantauan sistem pemompaan.

3.3.1. Sistem Pendistribusian


Sistem yang langsung berhubungan dengan konsumen, yang
mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi
syarat ke seluruh daerah pelayanan. Hal yang harus dijaga selama
pendistribusian adalah continuity pelayanan dan kualitas air. Pembagian
air dilakukan melalui pipa-pipa disribusi, seperti:
a) Pipa primer, tidak diperkenankan untuk dilakukan tapping.
b) Pipa sekunder, diperkenankan tapping untuk keperluan tertentu,
seperti: fire hidran, bandara, pelabuhan dan lain-lain.
c) Pipa tersier, diperkenankan tapping untuk kepentingan pendistribusian
air ke masyarakat melalui pipa sekunder.

3.3.2. Sistem Pengaliran


a) Cara Gravitasi
Cara gravitasi dapat digunakan apabila elevasi sumber air mempunyai
perbedaan cukup besar dengan elevasi pelayanan, sehingga tekanan yang
diperlukan dapat dipertahankan. Cara ini lebih ekonomis karena
memanfaatkan beda tinggi.

b) Cara Pemompaan
Cara ini digunakan jika daerah pelayanan merupakan daerah yang datar
dan tidak ada daerah yang berbukit.

c) Cara Gabungan
Pada cara gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan tekanan
yang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi
darurat. Selama periode pemakaian rendah, sisa air dipompakan dan
disimpan dalam reservoir distribusi.

BAB IV

PERAWATAN DAN SISTEM PENGAMANAN POMPA SUBMERSIBLE

4.1. Pompa Submersible


Pompa Submersible (pompa benam) adalah pompa yang dioperasikan
didalam air dan mengalami kerusakan jika dioperasikan dalam keadaan tidak
terdapat air terus-menerus. Jenis pompa ini mempunyai tinggi minimal air yang
dapat dipompa dan harus dipenuhi ketika bekerja agar life time pompa tersebut
lama. Pompa jenis ini bertipe pompa sentrifugal. Pompa sentrifugal sendiri prinsip
kerjanya mengubah energi kinetis (kecepatan) cairan menjadi energi potensial
(dinamis) melalui suatu impeller yang berputar dalam casing. Pompa submersible
disebut juga dengan electric submersible pump (ESP).

Gamabar 4.1. Unit Electric Submersible Pump (ESP)

4.2. Prinsip Kerja

Pompa-pompa submersible yang digunakan dalam instalasi Electric


Submersible Pump (ESP) adalah pompa sentrifugal multistage yang dioperasikan
dalam posisi vertical. Meskipun dari tahun ke tahun kontruksi pompa submersible
semakin berkembang dan memiliki banyak fitur, namun sebenarnya memiliki
prinsip kerja dasarnya sama. Cairan diputar oleh impeller dengan kecepatan rotasi
yang tinggi sehingga mengalami gaya sentrifugal, kemudian cairan tersebut
kehilangan energi kinetik di dalam diffuser di mana konversi energi kinetik
menjadi energi tekanan berlangsung. Pompa ini adalah jenis rotodynamic, dengan
gerak sentrifugal, radial flow dan mixed flow. Rotodynamic pump mengunakan
rotor untuk menghasilkan energy kinetic, dalam proses ini dapat digambarkan
sebagai perubahan shaft horse power menjadi fluid horse power. Centrifugal
pump terdiri dari bagian yang bergerak, biasa disebut impeller dan bagian yang
tetap disebut diffuse. Impeller bergerak berputar dan terkunci pada shaft dan
bergerak bersama shaft. Diffuser terpaku/ lengket pada housing sehingga tidak
bergerak. Setiap impeller dan diffuser disebut satu stage dan biasanya ESP terdiri
dari beberapa stage /multi stage. Pekerjaan impeller adalah untuk memutar secara
centrifugal fluida secara horizontal kemudian oleh diffuser diputar arahkan gerak
horizontal menjadi vertical searah shaft-nya diatas bagian impeler. Proses ini
diulang beberapa kali tergantung kepada jumlah stage yang terpasang. Centifugal
pump dibagi dua type stage, yaitu radial flow dan mixed flow.

Radial flow dimana impeller mengerakan fluida pada sudut 90 derajat dari
shaftnya, sedangkan mixed flow sudut impeller adalah mendekati 45 derajat dari
shaftnya. Stage yang datar dan putaran yang tajam membuat batasan dari
kemampuan pemompaan. Untuk menanggulangi masalah rate yang tinggi
mengunakan mixed flow. Setiap stage mempunyai kemapuan energy yang
berbeda untuk memindahkan fluida. Energy tersebut biasanya ditunjukan didalam
tekanan (PSI) atau head feet (ketinggian dalam satuan feet).

4.3. Peralatan Pompa Submersible

Secara umum peralatan pompa submersible dapat dibagi menjadi dua


bagian, yaitu:

1. Peralatan diatas permukaan

2. Peralatan dibawah permukaan


Gambar 4.2. Susunan Electric Submersible Pump

Pada Gambar 4.2. memperlihatkan secara lengkap peralatan diatas dan dibawah
permukaan dari pompa ESP.

4.3.1. Peralatan Diatas Permukaan

A. Kepala Sumur (well-head)

Well-head merupakan peralatan kontrol sumur di permukaan yang terbuat


dari besi baja membentuk suatu sistem seal/penyekat untuk menahan semburan
atau kebocoran cairan sumur ke permukaan yang tersusun atas casing head
(casing hanger) dan tubing head (tubing hanger).
1. Casing Hanger

Merupakan fitting (sambungan) tempat menggantungkan casing.


Diantara casing string pada casing head terdapat seal untuk menahan aliran
fluida keluar. Pada casing head terdapat pula gas outlet yang berfungsi
untuk:

a. Meredusi tekanan gas yang mungkin timbul diantara casing string dan

b. Mengalirkan fluida diproduksi.

2. Tubing Head

Alat ini terletak dibawah x-mastree untuk menggantungkan tubing


dengan sistem keranan (x-mastree). Funsi utama dari tubing head, adalah:

a. Sebagai penyokong rangkaian tubing,

b. Menutup ruangan antara casing-tubing pada waktu pemasangan x-


mastree atau perbaikan kerangan/valve, dan

c. Fluida yang mengalir dapat dikontrol dengan adanya connection


diatasnya.

B. Silang Sembur (x-mastree)

Alat ini mrupakan susunan kerangan (valve) yang berfungsi sebagai


pengamanan dan pengatur aliran produksi di permukaan yang dicirikan oleh
jumlah sayap/lengan (wing) dimana choke atau bean atau jepitan berada.
Peralatan pada x-mastree terdiri:

1. Manometer tekanan dan temperatur, ditempatkan pada tubing line dan


casing line.

2. Master valve/gate, berfungsi untuk membuka atau menutup sumur,


jumlahnya satu atau tergantung pada kapasitas dan tekanan kerja sumur.
3. Wing valve/gate, terletak di wing/lengan dan jumlahnya tergantung
kapasitas dan tekanan kerja sumur yang berfungsi untuk mengarahkan
aliran produksi sumur.

4. Choke/bean/jepitan, merupakan valve yang berfungsi sebagai penahan dan


pengatur aliran produksi sumur, melalui lubang (orifice) yang ada.

5. Check valve, merupakan valve yang hanya dapat mengalirkan fluida pada
satu arah tertentu yang berfungsi untuk menahan aliran dan tekanan balik
dari separator. Pada x-mastree, check valve ini ditempatkan setelah choke
sebelum masuk flow-line.

C. Junction Box

Junction Box merupakan suatu tempat yang terletak antara switchboard


dan wellhead yang berfungsi untuk tempat sambungan kabel atau
penghubung kabel yang berasal dari dalam sumur dengan kabel yang berasal
dari switchboard. Junction Box juga digunakan untuk melepaskan gas yang
ikut dalam kabel agar tidak menimbulkan kebakaran di switchboard.

Fungsi dari junction box antara lain:

1. Sebagai ventilasi terhadap adanya gas yang mungkin bermigrasi


kepermukaan melalui kabel agar terbuang ke atmosfer.

2. Sebagai terminal penyambungan kabel dari dalam sumur dengan kabel


dari switchboard.
Gambar 4.3. Junction box

D. Switchboard

Switchboard adalah panel kontrol kerja dipermukaan saat pompa bekerja


yang dilengkapi dengan motor controller, overload dan underload protection
serta alat pencatat (recording instrument) yang bisa bekerja secara manual
ataupun otomatis apabila terjadi penyimpangan. Switchboard ini dapat
digunakan untuk tegangan dari 440 volt sampai 4800 volt. Fungsi utama dari
switchboard adalah:

1. Untuk mengontrol kemungkinan terjadinya downhole problem seperti :


overload atau underload current,

2. Auto restart setelah underload pada kondisi intermittent well, dan

3. Mendeteksi unbalance voltage.

Pada switchboard biasanya dilengkapi dengan ampermeter chart yang


berfungsi untuk mencatat arus dan waktu ketika motor bekerja.
E. Transformer

Merupakan alat untuk mengubah tegangan listrik, bisa untuk


menaikan atau menurunkan tegangan. Alat ini terdiri dari core (inti) yang
dikelilingi oleh coil dan lilitan kawat tembaga. Keduanya, baik core maupun
coil direndam dengan minyak trafo sebagai pendingin dan isolasi.
Perubahan tegangan sebanding dengan jumlah lilitan kawatnya. Biasanya
tegangan input transformer diberikan tinggi agar didapat ampere yang
rendah pada jalur transmisi, sehingga tidak dibutuhkan kabel (penghantar)
yang besar. Tegangan input yang tinggi diturunkan dengan menggunakan
step-down tranformer sampai dengan tegangan yang dibutuhkan oleh motor.

4.3.2. Peralatan Dibawah Permukaan

Peralatan dibawah permukaan dari Pompa ESP terdiri atas pressure sensing
instruments, electric motor, protector, intake, pump unit dan electric cable.

A. PSI Unit

PSI atau Pressure Sensing Instrument adalah suatu alat yang mencatat tekanan
dan temperatur dalam sumur. Secara umum PSI Unit mempunyai 2 komponen
pokok, yaitu:

1. PSI Down Hole Unit

Dipasang di bawah motor Type Upper atau Center Tandem, karena alat ini
dihubungkan pada wye dari Electric Motor yang seolah-olah merupakan
bagian dari motor tesebut

2. PSI Surface Readout

Merupakan bagian dari system yang mengontrol kerja Down Hole Unit serta
menampakkan (Display) informasi yang diambil dari Down Hole Unit.
Gambar 4.4. Pressure Sensing Instrument

B. Motor (Electric Motor)

Jenis motor ESP adalah motor listrik induksi 2 kutub 3 fasa yang diisi dengan
minyak pelumas khusus yang mempunyai tahanan listrik (dielectric strength)
tinggi.

Gambar 4.5. motor listrik induksi 2 kutub 3 fasa


Tenaga listrik untuk motor diberikan dari permukaan mulai kabel listrik
sebagai penghantar ke motor. Putaran Motor tergantung besarnya frekuensi yang
diberikan serta beban yang diberikan oleh pompa saat mengangkat fluida.

Spesifikasi motor listrik yang digunakan pada electric submersible pump sebagai
berikut:

Tabel 4.1. Spesifikasi motor pompa submersible

URAIAN SPESIFIKASI

SUBMERSIBLE - Merk GRUNDFOS


MOTOR
- Type MS 6000

- Herz 50/60 Hz

- Cos phi 0,83

- Voltage 3 x 380-400-415

- Starter Start Delta

- Type of rotor 2840-2860-2880 RPM

- Daya 11 KW / 15 HP

- Rated current 24,8-25,5 A

- Dimension:

Diameter of pump 146 mm

Diameter of motor 95 mm

Leng of pump unit 1508 mm

Discharge diameter 4 inch

Flange diameter of pump 4 inch


Secara garis besar motor ESP seperti juga motor listrik yang lain mempunyai dua
bagian pokok, yaitu:

1. Rotor (bagian yang berputar) dan

2. Stator (bagian yang diam).

Stator menginduksi aliran listrik dan mengubah menjadi tenaga putaran


pada rotor, dengan berputarnya rotor maka poros (shaft) yang berada ditengahnya
ikut berputar, sehingga poros yang saling berhubungan ikut berputar pula (poros
pompa, intake dan protector). Panas yang ditimbulkan oleh putaran rotor
dipindahkan ke housing motor melalui media minyak motor, untuk selanjutnya
dibawa ke permukaan oleh fluida sumur. Karena sesuatu pertimbangan, dapat
dipasang dibawah perforasi dengan memakai casing shroud (selubung pelindung)
yang digantungkan dibagian atas intake sampai ke bagian bawah motor. Untuk
mendapatkan pendingin yang baik, pihak pabrik sudah menentukan bahwa
kecepatan fluida yang melewati motor (Velocity) harus > 1 ft/sec. Kurang dari itu
motor akan menjadi panas dan kemungkinan bisa terbakar.

Gambar 4.6. Motor Pompa Submersible


C. Protector (Seal Section)

Alat ini berfungsi untuk menahan masuknya fluida sumur kedalam motor,
menahan thrust load yang ditimbulkan oleh pompa pada saat pompa mengangkat
fluida, juga untuk menyeimbangkan tekanan yang ada didalam motor dengan
tekanan didalam annulus. Secara prinsip protector mempunyai 4 fungsi utama
yaitu:

1. Untuk mengimbangi tekanan dalam motor dengan tekanan diannulus,

2. Tempat duduknya thrust bearing untuk meredam gaya axial yang


ditimbulkan oleh pompa,

3. Menyekat masuknya fluida sumur kedalam motor, dan

4. Memberikan ruang untuk pengembangan dan penyusutan minyak motor


akibat perubahan temperatur dalam motor pada saat bekerja dan pada saat
dimatikan.

Secara umum protector mempunyai dua macam type, yaitu Positive Seal
(Modular Type Protector) dan Labyrinth Type Protector. Untuk sumur-sumur
miring dengan temperatur > 3000 F disarankan menggunakan protector dari jenis
seal atau modular type protector.

D. Intake (Gas Separator)

Intake atau Gas separator dipasangkan dibawah pompa dengan


menyambungkan sumbunya (shaft) memakai coupling. Intake ada yang dirancang
untuk mengurangi volume gas yang masuk ke dalam pompa, disebut dengan gas
separator, tetapi ada yang tidak menggunakan. Ada beberapa intake yang
diproduksikan dan populer dipakai, yaitu:

1. Standart intake, dipakai untuk sumur dengan GLR rendah. Jumlah gas
yang masuk pada intake harus kurang dari 10% sampai dengan 15 % dari
total volume fluida. Intake mempunyai lubang untuk masuknya fluida ke
pompa, dan dibagian luar dipasang selubung (screen) yang gunanya untuk
menyaring partikel masuk ke intake sebelum masuk kedalam pompa,

2. Rotary Gas Separator dapat memisahkan gas sampai dengan 90%, dan
biasanya dipasang untuk sumur-sumur dengan GLR tinggi. Gas separator
jenis ini tidak direkomendasikan untuk dipasang pada sumur-sumur yang
abrasive, dan

3. Static Gas Separator atau sering disebut reverse gas separator, yang
dipakai untuk memisahkan gas hingga 20% dari fluidanya.

E. Unit Pompa

Unit pompa merupakan Multistage Centrifugal Pump, yang terdiri dari


impeller, diffuser, shaft (tangkai) dan housing (rumah pompa). Di dalam housing
pompa terdapat sejumlah stage, dimana tiap stage terdiri dari satu impeller dan
satu diffuser. Jumlah stage yang dipasang pada setiap pompa dikorelasi langsung
dengan Head Capacity dari pompa tersebut.

Gambar 4.7. Unit Electric Submersible Pump


Tabel 4.2 Spesifikasi Electric Submersible Pump

URAIAN SPESIFIKASI
SUMMERSIBLE
PUMP Merk pompa GRUNDFOS
Type of pump. SP 60-6
Kapasitas 60 M3/H
Total Head 30 - 80 M
Power 11 KW
Type of pump. deep Well Pump
Number of stage 6 (enam) Stg.
Standard ISO 2548 Class B
Efficiency 78,00%
MATERIAL
Valve Casing Stainless Steel
Valve flap Stainless Steel
Valve seat Stainless Steel
Top Intermediate Stainless Steel
Intermediate Chamber Stainless Steel
Impeller Stainless Steel
Neck Ring NBR / PPS
Intermediate Bearing NBR
Suction Interconector Stainless Steel
Shaft Stainless Steel
Strap Stainless Steel
Nut Stainless Steel
Coupling Stainless Steel
Wearing Impeller Stainless Steel
Washer Stainless Steel

Dalam pemasangan biasanya menggunakan lebih dari satu (tandem)


tergantung dari Head Capacity yang dibutuhkan untuk menaikkan fluida dari
lubang sumur ke permukaan. Impeller merupakan bagian yang bergerak,
sedangkan diffuser adalah bagian yang diam. Seluruh stage disusun secara
vertikal, dimana masing-masing stage dipasang tegak lurus pada poros pompa
yang berputar pada housing.

F. Electric Cable

Tenaga listrik untuk menggerakan motor yang berada didasar sumur disuplai
oleh kabel yang khusus digunakan untuk pompa ESP. Kabel yang dipakai adalah
3 jenis konduktor. Dilihat dari bentuknya ada dua jenis, yaitu flat cable type dan
round cable type. Fungsi kabel tersebut adalah sebagai media penghantar arus
listrik dari switchboard sampai ke motor di dalam sumur. Secara umum ada 2
jenis /kelas kabel yang lazim digunakan di lapangan, yaitu :

1. Low temperatur cable, yang biasanya dengan material isolasi nya terdiri
dari jenis polypropylene ethylene (PPE) atau nitrile. Direkomendasikan
untuk pemasangan pada sumur-sumur dengan temperatur maximum
205oF.

2. High temperatur cable, banyak dibuat dengan jenis ethylene prophylene


diene methylene (EPDM). Direkomendasikan untuk pemasangan pada
sumur-sumur dengan temperatur yang cukup tinggi sampai 400oF.

Kerusakan pada round cable merupakan hal yang sering kali terjadi pada saat
menurunkan dan mencabut rangkaian ESP. Untuk menghindari atau memperkecil
kemungkinan itu, maka kecepatan string pada saat menurunkan rangkaian tidak
boleh melebihi dari 1500 ft / jam dan harus lebih pelan lagi ketika melewati
deviated zone atau dog leg. Kabel harus tahan terhadap tegangan tinggi,
temperatur, dan tahan terhadap resapan cairan dari sumur maka kabel harus
mempunyai isolasi dan sarung yang baik. Bagian dari kabel biasanya terdiri dari
konduktor (conductor ), isolasi (insulation), dan Sarung (sheath) Jaket.

Gambar 4.8. Electric Cable


G. Check Valve

Check valve dipasang pada tubing (2-3 joint) diatas pompa. Bertujuan untuk
menjaga fluida tetap berada di atas pompa. Apabila check valve tidak dipasang,
maka kebocoran fluida dari tubing (kehilangan fluida) melalui pompa yang dapat
menyebabkan aliran balik dari fluida yang naik ke atas, sebab aliran balik (back
flow) tersebut membuat putaran impeller berbalik arah, dan dapat menyebabkan
motor terbakar atau rusak. Check valve umumnya digunakan supaya tubing tetap
terisi penuh dengan fluida sewaktu pompa mati dan mencegah fluida tidak turun
kebawah.

H. Centralizer

Berfungsi untuk menjaga kedudukan pompa agar tidak bergeser atau selalu
ditengah-tengah pada saat pompa beroperasi, sehingga kerusakan kabel karena
gesekan dapat dicegah.

4.4. Pemeliharaan Electric Submersible Pump

Pemeliharaan electric submersible pump di PDAM Tirtamarta


dilaksanakan secara berkala, supaya kinerja pompa dapat bekerja secara
maksimal. Kinerja pompa dapat dilihat dari besarnya debit yang dihasilkan ketika
produksi. Debit air yang lebih kecil merupakan tanda-tanda pompa mengalami
masalah.

Untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi, berikut langkah yang dilakukan


oleh mekanik PDAM Tirtamarta:

1. Melakukan pengecekan pada kapasitor ketika pompa mati. Apabila


komponen ini rusak, maka perlu dilakukan penggantian karena sudah tidak
berfungsi.

2. Melakukan pengecekan Ampere kabel power saat pompa running. Apabila


cukup tinggi (>10A) ada beberapa kemungkinan, yaitu motor
mendapatkan beban cukup berat (Benda asing seperti endapan Fe, Mn,
pasir, dan lain-lain), volume air sudah berkurang, pompa bekerja dalam air
dengan batas sangat minimum/kering dalam waktu yang lama, dan lilitan
kumparan stator bermasalah.

3. Instalasi pompa submersible standard dilengkapi safety untuk mendeteksi


kedalaman air berupa sensor electroda. Jika sensor ini dalam kondisi baik,
turunnya kedalaman air dalam batas minimum terdeteksi, dan automatis
memutus power ke motor.

Gambar 4.9. Sensor Elektroda

4. Memperhatikan debit air, jika semburan awal tinggi kemudian melemah,


kemungkinan besar volume air dalam sumur berkurang. Jika semburannya
lemah mulai dari awal motor running, ini tanda-tanda problem dari motor.

5. Melakukan pengangkatan pompa submersible ke permukaan. Kemudian


memeriksa kondisi fisik, adakah benda asing yang menghambat putaran
shaft atau impeller. Benda asing yang sering menghambat yaitu kandungan
Fe dan Mn, serta batu krikil yang menempel di-screen.
Gambar 4.10. Impeller tersumbat kandungan Fe dan Mn

Gambar 4.11. Screen tersumbat kandungan Fe dan Mn

Tersumbatnya impeller dan screen, dapat mengakibatkan turunnya debit


air yang diproduksi. Untuk membersihkan kandungan Fe dan Mn ringan,
cukup dengan menyemprotkan air bersih dengan menggunakan selang dan
disikat. Apabila kandungan Fe dan Mn berat, perlu dikeringkan terlebih
dahulu dengan dipanaskan hingga kering, supaya mudah untuk dibersikan.
Gambar 4.12. Impeller dan Screen sudah dibersihkan

6. Melakukan pengecekan level kedalaman air dengan menggunakan tali


meteran. Mengukur kedalaman air dan jarak dari permukaan ke dasar.
Apabila tidak ada masalah dengan volume air dalam sumur, maka
memfokuskan untuk perbaikan pompa.

7. Melakukan pemeriksaan terhadap kondisi impeller dan shaft. Apabila


sudah aus atau cacat, maka dilakukan penggantian impeller atau shaft.

Gambar 4.13. Kondisi Impeller Aus atau Cacat


8. Mengecek tahanan lilitan kumparan pada rotor, jika tahanan menunjukkan
nilai yang rendah, menunjukkan kumparan bermasalah.

9. Apabila pembersihan sudah selesai, pompa dirakit kembali. Test terlebih


dahulu ampere motor dan debit air keluar didalam bak air.

4.4.1 Permasalahan Electric Submerible Pump

Banyak permasalahan-permasalahan sumur yang terjadi setelah diproduksi


dan ini mempengaruhi kinerja dari ESP. Permasalahan-permasalahan yang terjadi
dapat disebabkan oleh:

a. Masalah dari Kelistrikan,

b. Masalah dari mekanik, dan

c. Masalah dari reservoirnya sendiri.

Adapaun beberapa masalah yang disebabkan oleh masalah kelistrikan adalah:

1. Overload

Motor mengalami kelebihan beban, hal ini biasanya disebabkan oleh


kepasiran, scale, kabel rusak, ataupun masalah kelistrikan. Secara umum,
untuk mempermudah pendeteksian, overload diset dengan keadaan 120% dari
nameplate pada keltronik. Apabila bacaan kelistrikan melebihi atau
samadengan kondisi ini, maka sumur secara otomatis mati.

Yang menyebabkan terjadinya overload antara lain:

a. Flow rate terlalu tinggi

Penanggulangannya adalah Flow rate diturunkan dengan mengatur choke,


bila menunjukan stabil, dapat distart kembali.

b. Pasir atau scale

Penanggulangannya adalah melakukan reverse rotation lebih dahulu,


kemudian mengamati temperature downhole jangan lebih 200oF pada saat
reverse selama 15-30 menit. Dapat juga diinjek dengan fluida melalui tubing
kemudian di start kembali.

c. Kabel rusak

Penanggulangannya adalah membaca kabel terlebih dahulu di pig tail atau


transformer atau Junction Box, mengidentifikasi kerusakan ada di
permukaaan atau bawah permukaan, kemudian memperbaiki kabel tersebut.
Apabila dalam kondisi baik, maka dapat distart kembali.

2. Underload

Kasus ini terjadi dimana unit memompa sumur sampai dimana tidak ada
fluid yang terproduksi, sehingga unit berjalan tanpa beban sampai terjadi
panas yang menyebabkan motor terbakar. Jika motor terbakar, underload
setting di set terlalu rendah dan underload setting butuh dinaikan. Salah satu
yang menyebabkan underload adalah flow rate terlalu rendah.
Penanggulangannya adalah membuka choke dengan mengatur choke pada
kondisi yang optimum.

3. Stall

Pompa macet yang biasanya disebabkan oleh motor yang macet. Untuk
pendeteksiannya, stall diset dengan keadaan 3 kali dari nameplate. Hal ini
biasanya disebabkan oleh problem kepasiran yang sangat parah.

Beberapa permasalahan yang diakibatkan dari masalah mekanik antara lain:

1. Shaft Patah

Biasanya terjadi karena pompa medapatkan beban yang terlalu besar, hal
ini dapat terdeteksi dengan me-setting ampcharts dengan nilai 40% dari
nameplate.

2. Tubing leaking

Disebabkan karena kebocoran pada tubing, sehingga fluida hanya berputar


disekitar tubing yang bocor turun kembali ke perforation area.
Permasalahan yang diakibatkan dari masalah reservoirnya sendiri antara lain:

1. Scale

Scale biasanya terjadi pada sumur dengan jenis reservoir karbonat (CaCO3),
scale dengan jumlah yang banyak dapat menyebabkan kerusakan yang parah
pada pompa. Beberapa masalah yang terjadi akibat scale antara lain overload
ini disebabkan karena scale tersebut menyumbat pompa sehinga pompa
memiliki beban yang berat, bahkan jika pompa tetap dipaksa beroperasi
dengan kondisi ini berakibat shaftnya patah.

2. Kepasiran

Ini disebabkan pasir yang dihasilkan reservoir sandstone ini biasanya berupa
fine grain yang bih halus dibandingkan pasir biasa, dalam jumlah banyak pasir
dapat mengakibatkan korosi dan menyumbat pompa sehingga memberikan
beban yang besar untuk pompa.

3. Gassy

Free gas mulai memasuki pompa dan terproduksi bersama dengan liquid
ataupun juga bisa disebabkan oleh adanya emulsi.

4. Gas Lock

Adanya akumulasi gas yang ada pada bagian atas production casing sehingga
menekan liquid yang masuk ke pump intake. Hal ini dapat terditeksi adanya
kenaikan tekanan pada tubing head.

4.5. Pengamanan Electric Submersible Pump

Electric Submersible Pump merupakan pompa benam yang dipasang


didalam sumur dalam. Oleh karena itu, perlu adanya sistem pengamanan pompa,
supaya lebih mudah mendeteksi terjadinya kerusakan. Hal ini sangat penting
dilakukan, karena dapat menghindari kerusakan berat yang dapat mengakibatkan
terganggunya proses produksi.
1. Protective Relay

Protective Relay adalah sebuah peralatan listrik yang dirancang untuk


mendeteksi bila terjadi gangguan atau sistem tenaga listrik tidak normal. Relay
pengaman merupakan kunci kelangsungan kerja dari suatu sistem tenaga
listrik, dimana gangguan segera dapat dilokalisir dan dihilangkan sebelum
menimbulkan akibat yang lebih luas. Protective relay digunakan dalam
rangkaian control kelistrikan sebagai pengaman pompa apabila ada gangguan
pada listrik. Salah satunya untuk mendeteksi tegangan listrik dari sumber
(PLN). Protective Relay ini secara otomatis memutus arus ketika terjadi over
voltage atau under voltage dan salah satu fasa mati.

Gambar 4.14. Protective Relay

2. Overload Relay

Thermal relay atau overload relay adalah peralatan switching yang peka
terhadap suhu dan akan membuka atau menutup kontaktor pada saat suhu
yang terjadi melebihi batas yang ditentukan atau peralatan kontrol listrik yang
berfungsi untuk memutuskan jaringan listrik jika terjadi beban lebih. Overload
relay dipasang pada motor listrik pompa untuk menditeksi gangguan, seperti
temperature tinggi. Overload relay memutus arus listrik apabila arus melebihi
dari yang diizinkan, karena besar kecilnya temperature berbanding lurus
dengan arus listrik.

Gambar 4.15. Overload Relay

3. Level Control

Electrik Submersible Pump merupakan pompa yang dioperasikan didalam


air dan mengalami kerusakan apabila tidak terbenam oleh air. Hal ini
mempengaruhi umur pompa. Oleh sebab itu, dibutuhkan level control untuk
menditeksi tinggi rendahnya air didalam sumur. Apabila tinggi air kurang dari
tinggi posisi pompa, maka level control secara otomatis menonaktifkan pompa
ketika sedang running.
Gambar 4.16. Level Control

4. Level Switch

Pemasangan level switch bertujuan untuk menditeksi apabila tidak ada


aliran fluida pada saat pompa running. Level switch memerintahkan mesin
pompa supaya berhenti dengan memutuskan aliran arus yang menuju ke
motor pompa.

Gambar 4.17. Level Switch

Anda mungkin juga menyukai