Anda di halaman 1dari 141

HALAMAN JUDUL

EVALUASI JARINGAN PIPA DISTRIBUSI


DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM EPANET 2.2
DI PERUMAHAN KORPRI
KECAMATAN MAGELANG UTARA
PERUMDA AIR MINUM KOTA MAGELANG

LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi
Teknik Lingkungan Akademi Teknik Tirta Wiyata Magelang

Oleh :
MUHAMMAD RIZKI
N.P.M. 201901086

PROGRAM STUDI TEKNIK LNGKUNGAN


AKADEMI TEKNIK TIRTA WIYATA
MAGELANG
2022
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

NAMA PENYUSUN : MUHAMMAD RIZKI


N.P.M. : 201901086
JENJANG PENDIDIKAN : DIPLOMA III
PROGRAM STUDI : TEKNIK LINGKUNGAN
JUDUL LAPORAN PKL : EVALUASI JARINGAN PIPA DISTRIBUSI
DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM
EPANET 2.2 DI PERUMAHAN KORPRI
KECAMATAN MAGELANG UTARA
PERUSAHAAN UMUM DAERAH AIR MINUM
KOTA MAGELANG
DOSEN PEMBIMBING : 1. R. GAGAK EKO BHASKORO, S. T., M.Sc.
2. MUHAMMAD BADARUDDIN, S.Pd.,M.Sc.

Magelang, 25 Juli 2022


Disetujui oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

R. GAGAK EKO BHASKORO, S. T., M.Sc. MUHAMMAD BADARUDDIN, S.Pd.,M.Sc.


N.I.D.N. 0616017501 N.I.D.N. 0619089301

i
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
EVALUASI JARINGAN PIPA DISTRIBUSI DENGAN PEMANFAATAN
PROGRAM EPANET 2.2 DI PERUMAHAN KORPRI KECAMATAN
MAGELANG UTARA PERUMDA AIR MINUM KOTAMAGELANG
Dipersiapkan dan disusun oleh :
MUHAMMAD RIZKI
N.P.M 201901086
Telah dipertahankan di depan tim penguji
pada hari Kamis, tanggal 22 September 2022

Pembimbing I Pembimbing II

R. GAGAK EKO BHASKORO, S. T., M.Sc. MUHAMMAD BADARUDDIN, S.Pd.,M.Sc.


N.I.D.N. 0616017501 N.I.D.N. 0619089301
Penguji I Penguji II

SUPARTO EDI SUCAHYO, S.E.,S. T., M.T. REOSA ANDIKA FIRMANSYAH , S.Si.,M.Sc.
N.I.D.N. 0630126001 N.I.D.N. 0613069103

Mengetahui
Wakil Direktur I Bidang Akademik

R. GAGAK EKO BHASKORO, S.T., M.Sc.


N.I.K E.01.07.014

ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Muhammad Rizki
Tempat, Tanggal lahir : Merauke, 25 April 2001
Alamat Rumah : Jl. Raya Mandala, Merauke Papua Gg Hindun.
Nomor HP : 081340920532
Alamat Email : muhammadrizki201901086@gmail.com
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan Tugas
Akhir yang berjudul “Evaluasi Jaringan Pipa Distribusi Dengan
Pemanfaatan Program Epanet 2.2 di Perumahan Korpri Kecamatan
Magelang Utara Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota Magelang”,
bebas dari plagiarisme dan bukan hasil karya orang lain. Apabila
dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian dari laporan penelitian
dan karya ilmiah dari hasil-hasil riset tersebut terdapat indikasi
plagiarisme, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan
perundangundangan yang berlaku. Demikian surat pernyataan ini saya
buat dengan sesungguhnya tanpa ada paksaan dari siapapun juga, untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Dibuat di : Magelang
Pada tanggal : 06 Oktober 2022

Mengetahui,
Direktur AKATIRTA Yang membuat pernyataan

SUPARTO EDI SUCAHYO, S.E., S.T., M.T MUHAMMAD RIZKI


N.I.K. E.17.11.031 N.P.M 201901086

iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Pertama, puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberi kekuatan saya
dalam menjalani Praktik Kerja Lapangan ini sehingga saya bisa melakukan Praktik
Kerja Lapangan dengan aman dan selamat. Dan pembuatan buku laporan tugas
akhir ini bisa terselesaikan dengan baik dan benar.
Kedua, terima kasih sebanyak – banyaknya kepada kedua orang tua saya
yaitu Bapak Amarudin Lagane dan Ibu Rini Wahyuni yang selalu mendukung saya
dalam segala hal dengan doa dan usaha mereka. Serta selalu mendukung segala
kegiatan baik yang saya lakukan. Semoga bisa menjadi amal ibadah dan pahala
yang banyak bagi kedua orang tua saya.
Ketiga, terima kasih kepada para dosen akatirta khususnya Bapak Bapak R.
Gagak Eko Bhaskoro, S.T., M.Sc. dan Bapak Bapak Muhammad Badarrudin, S.Pd.,
M.Sc. selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan pengarahan dan
bimbingan kepada saya, Semoga Ilmu yang diberikan bermanfaat untuk saya. Dan
semua dosen yang telah membimbing saya selama ini yang telah mengajarkan
tentang berbagai ilmu di kuliah dan membimbing saya dalam melakukan Praktik
Kerja Lapangan serta pembuatan Tugas Akhir ini dengan sangat baik. Terima kasih
juga kepada semua aktivis akatirta yang telah menunjang kegiatan kuliah di
akatirta.
Keempat, terima kasih kepada pegawai Perumda Kota Magelang Mas
Hendri, Mba Intan, Mba Cendana, Pak Nurdin, dan Mas Nurohmat yang telah
membantu saya dalam menyiapkan segala sesuatu melakukan survey lapangan di
Perumda Air Minum Kota Magelang
Kelima, terima kasih kepada teman – teman saya yaitu Intan, Elang, Seva,
Econ, Ato, Oland, Bahtiar, Kevin, Vino, Yoga, Zoelfi, Misel, Nanda, Andre, Irvan,
Bintang, dan Rudi yang telah membantu saya dalam melakukan kegiatan lapangan
di Perumahan Korpri Kecamatan Magelang Utara

iv
PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang
berjudul “Evaluasi Jaringan Pipa Distribusi Dengan Pemanfaatan Program
Epanet 2.2 di Perumahan Korpri Kecamatan Magelang Utara Perusahaan
Daerah Air Minum Kota Magelang”. Laporan ini disusun sebagai salah satu
syarat kelulusan di Akademi Teknik Tirta Wiyata Magelang.
Penyusunan laporan ini tidak dapat terealisasi tanpa adanya bantuan,
dukungan serta kebijakan dari pihak-pihak yang berwenang. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Suparto Edy Sucahyo, S.E.,S.T.,M.T. selaku Direktur Akademi
Teknik Tirta Wiyata Magelang
2. Bapak R. Gagak Eko Bhaskoro, S.T., M.Sc. selaku Pembimbing I
3. Bapak Muhammad Badarrudin, S.Pd., M.Sc. selaku Pembimbing II
4. Bapak Suparto Edy Sucahyo, S.E., S.T., M.T Selaku Dosen Penguji I
5. Bapak Reosa Andika Firmansyah, S.Si.,M.Sc. Selaku Penguji 2
6. Direktur Perumdam Kota Magelang yang memberikan ijin untuk pelaksanaan
PKL.
7. Manajer Teknik, Asisten Manajer, dan Staff bagian teknik Perumdam Kota
Magelang yang telah membimbing selama pelaksanaan PKL.
8. Keluarga, rekan - rekan, dan seluruh pihak yang telah membantu sehingga
laporan PKL ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa laporan PKL ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki isi Laporan PKL.
Semoga laporan PKL ini bermanfaat bagi yang membaca.
Magelang, 06 Oktober 2022

Penulis

v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ......................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................... iv
PRAKATA ............................................................................................................. v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
INTISARI…………………………………………………………………..........xv
ABSTRACT ........................................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2

1.4 Ruang Lingkup ......................................................................................... 2

1.5 Manfaat PKL ............................................................................................ 3

1.5.1 Bagi Penulis ............................................................................... 3

1.5.2 Bagi Perumda Kota Magelang ................................................... 3

1.5.3 Bagi Akademi Tektik Tirta Wiyata Magelang .......................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ............................ 4


2.1 Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 4

2.1.1 Penelitian Terdahulu .................................................................. 5

2.1.2 Deskripsi .................................................................................... 6

2.2 Landasan Teori ......................................................................................... 8

2.2.1 Sistem Penyediaan Air Minum .................................................. 8

vi
2.2.3 Distribusi Air Minum............................................................... 11

2.2.4 Sistem Distribusi Air Minum................................................... 13

2.2.5 Hidrolika Jaringan Pipa ........................................................... 21

2.2.6 Simulasi Hidrolika Epanet....................................................... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 35


3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan ................................................................... 35

3.1.1 Tempat ..................................................................................... 35

3.1.2 Waktu ....................................................................................... 35

3.2 Sumber Data ........................................................................................... 35

3.2.1 Data Sekunder .......................................................................... 35

3.2.2 Data Primer .............................................................................. 35

3.3 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 36

3.4 Kerangka Pemikiran dan Alur Analisis Data ......................................... 37

3.4.1 Kerangka Pemikiran ................................................................ 37

3.4.2 Alur Analisis Data ................................................................... 38

3.5 Metode Analisis Data ............................................................................. 39

3.5.1 Analisis Ketercukupan Debit ................................................... 39

3.5.2 Analisis Ketercukupan Tekanan .............................................. 39

3.5.3 Analisis Optimalisasi Jaringan Pipa Distribusi ........................ 39

3.6 Rencana Jadwal Kegiatan ....................................................................... 40

3.7 Diagram Network Planning .................................................................... 42

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH ...................................................................... 43


4.1 Deskripsi Umum..................................................................................... 43

4.1.1 Deskripsi Kota Magelang ........................................................ 43

4.1.2 Deskripsi PERUMDAM Kota Magelang ................................ 51

vii
4.2 Deskripsi Khusus .................................................................................... 59

4.2.1 Perumahan Korpri .................................................................... 59

4.2.2 Kondisi Geografis dan Administratif....................................... 60

4.2.3 Kondisi Topografi .................................................................... 61

BAB V PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN ....................................... 62


5.1 Analisis Debit yang Dibutuhkan ............................................................ 62

5.1.1 Data Debit dan Fluktuasi Pemakaian Air ................................ 62

5.1.2 Data Rekening Ditagih............................................................. 64

5.1.3 Persentase Kebocoran .............................................................. 65

5.1.4 Hasil Simulasi Epanet 2.2........................................................ 66

5.1.5 Pembahasan Debit yang Dibutuhkan ....................................... 67

5.2 Analisis Tekanan Air Pada Jaringan Pipa Distribusi .............................. 69

5.2.1 Pengisian Elevasi Tiap Node ................................................... 70

5.2.2 Fluktuasi Tekanan Air ............................................................. 72

5.2.3 Pengukuran Tekanan Exsisting................................................ 73

5.2.4 Kalibrasi Data .......................................................................... 77

5.2.5 Hasil Simulasi Epanet 2.2........................................................ 80

5.2.6 PembahasanTekanan Air Pada Jaringan Pipa Distribusi ......... 83

5.3 Anlisisis Permasalahan dan Optimalisasi Jaringan Pipa Distribusi ....... 84

5.3.1 Hasil Simulasi Epanet 2.2........................................................ 84

5.3.2 Alternatif Penyelesaian Masalah Umum ................................. 84

5.3.3 Alternatif Penyelesaian Masalah Khusus ................................ 96

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 109


6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 109

6.2 Saran ..................................................................................................... 110

viii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 112
LAMPIRAN ....................................................................................................... 114

ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 5
Tabel 2.3 Kebutuhan Air Non Domestik Kategori I,II,III,dan IV ........................ 10
Tabel 2.4 Kebutuhan Air Non Domestik Kategori V ........................................... 11
Tabel 2.5 Syarat dan Kriteria Distribusi .............................................................. 13
Tabel 2.6 Hazen William ...................................................................................... 25
Tabel 2.7 contoh perhitungan flow faktor ............................................................. 30
Tabel 2.8 Contoh Perhitungan Head Factor ......................................................... 31
Tabel 3.1 Data Sekunder ....................................................................................... 35
Tabel 3.2 Data Primer ........................................................................................... 35
Tabel 4.1 Jumlah Kelurahan/Desa dan Luas Wilayah Kota Magelang ................ 46
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk ........................................ 47
Tabel 4.3 Cakupan Wilayah Pelayanan Perumdam Kota Magelang .................... 57
Tabel 4.4 Jumlah Pelanggan Berdasarkan Kelompok........................................... 58
Tabel 4.5 Jumlah Pelanggan Berdasarkan Golongan ............................................ 59
Tabel 5.1 Hasil Pembacaan Meter Induk .............................................................. 62
Tabel 5.2 Data Rekning Ditagih............................................................................ 64
Tabel 5.3 Report Table Pipa Saat Jam Puncak ..................................................... 66
Tabel 5.4 Data Elevasi Tiap Node ........................................................................ 71
Tabel 5.5 Fluktuasi Tekanan Air ........................................................................... 72
Tabel 5.6 Pengukuran Tekanan Dilapangan ......................................................... 75
Tabel 5.7 Kriteria Korelasi.................................................................................... 78
Tabel 5.8 Report table node saat jam puncak ....................................................... 80
Tabel 5.9 Report Table Pipa Saat Jam Puncak ..................................................... 84
Tabel 5.10 Report Table Nodes Optimalisasi Saat Jam Puncak ........................... 93
Tabel 5.11 Report Table Node 24 selama 24 jam ................................................. 98
Tabel 5.12 Report Table Nodes 24 selama 24 jam ............................................. 103
Tabel 5.13 Report Table Link 82 selama 24 jam ................................................ 105
Tabel 5.14 Report Table Nodes 24 selama 24 jam ............................................. 106

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh Sistem Pengaliran Gravitasi ................................................. 14


Gambar 2.2 Contoh Sistem Pengaliran Pompa ..................................................... 15
Gambar 2.3 Contoh Sistem Gabungan .................................................................. 16
Gambar 2.4 Contoh Sistem Cabang (Branch System) .......................................... 17
Gambar 2.5 Contoh Sistem Melingkar (Loop System) ......................................... 18
Gambar 2.6 Contoh Sistem Gridiron .................................................................... 19
Gambar 2.7 Contoh Sistem Radial ........................................................................ 19
Gambar 2.8 Contoh Diagram Energi Pada Dua Tempat ....................................... 22
Gambar 2.9 Contoh Profil Hidrolis ....................................................................... 23
Gambar 2.10 Contoh Persmaan Kontinuitas ......................................................... 26
Gambar 2.11 Contoh Grafik Flow Factor ............................................................. 31
Gambar 2.12 Contoh Grafik Flow Factor ............................................................. 32
Gambar 2.13 Contoh Grafik Kalibrasi .................................................................. 33
Gambar 2.14 Contoh Diagram Kalibrasi .............................................................. 33
Gambar 2.15 Contoh Statistik Kalibrasi ............................................................... 34
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran…………………………………………... ……37
Gambar 3.2 Contoh Alur Analisis Data ................................................................ 38
Gambar 3.3 Contoh Diagram Network Planning .................................................. 42
Gambar 4.1 Peta Administratif Kota Magelang…………………………………44
Gambar 4.2 Peta Kelerengan Kota Magelang ....................................................... 48
Gambar 4.3 Grafik Rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan.................................. 50
Gambar 4. 4 Perumdam Kota Magelang ............................................................... 51
Gambar 4.5 Struktur Organisasi Perumdam Kota Magelang................................ 54
Gambar 4.6 Lokasi Pelayanan Perumahan Korpri ................................................ 60
Gambar 4.7 Peta Batas Kelurahan Kramat Selatan............................................... 61
Gambar 5.1 Grafik Pola Pemakaian Air Perumahan Korpri……………………..63
Gambar 5.2 Grafik Flow Tertinggi dan Terendah ................................................ 69
Gambar 5.3 Jaringan Exsisting Perumahan Korpri ............................................... 70
Gambar 5.4 Data Elevasi Model Elevasi, 2022 .................................................... 71

xi
Gambar 5.5 Pengisian Elevasi Otomatis Menggunakan Data DEM, 2022........... 71
Gambar 5.6 Manometer ........................................................................................ 74
Gambar 5.7 Pemasangan Manometer di titik Sampel ........................................... 74
Gambar 5.8 Grafik Tekanan Exsisting .................................................................. 76
Gambar 5.9 Titik Pengambilan Tekanan .............................................................. 77
Gambar 5.10 Statistik Kalibrasi Tekanan dibeberapa Titik Sampel ..................... 78
Gambar 5. 11 Correlation plot .............................................................................. 79
Gambar 5.12 Diagram Kalibarsi Tekanan dibeberapa Titik sampel ..................... 79
Gambar 5.13 Contour Plot Tekanan pada Jam Puncak ......................................... 82
Gambar 5.14 Contour Plot Elevasi........................................................................ 82
Gambar 5.15 Contour Plot Base Demand ............................................................. 83
Gambar 5.16 Gambar Tekanan yang tidak sesuai kriteria ada 21 node ................ 88
Gambar 5. 17 Grafik Tekanan Tertinggi dan Terendah ........................................ 88
Gambar 5.18 Profil Hidrolis Tekanan Tertinggi dan Terendah ............................ 89
Gambar 5.19 Profil Hidrolis Node 32,12,dan 7 .................................................... 89
Gambar 5.20 Profil Hidrolis Node 41,49 dan 24 .................................................. 90
Gambar 5. 21 Pengantian Demand Multiplayer di Epanet 2.2 ............................. 92
Gambar 5.22 Hasil Optimalisai Penurunan NRW 30% ........................................ 95
Gambar 5.23 Contour Plot Tekanan Hasil Optimalisasi Penurunan NRW 30 % . 96
Gambar 5. 24 Base Demand Awal ........................................................................ 97
Gambar 5. 25 Base Demand Untuk Simulasi Kebocoran ..................................... 97
Gambar 5. 26 Hasil Simulasi Kebocoran .............................................................. 99
Gambar 5.27 Contour Plot hasil Simulasi Kebocoran pada jam puncak .............. 99
Gambar 5. 28 Statistik Kalibrasi Tekanan hasil Simulasi Kebocoran ................ 100
Gambar 5.29 Correlation plot hasil Simulasi Kebocoran................................... 101
Gambar 5. 30 Diagram Kalibarsi Tekanan hasil Simulasi Kebocoran .............. 101
Gambar 5. 31 Pengantian Demand Multiplayer di Epanet 2.2 ........................... 102
Gambar 5. 32 Hasil Simulasi Penurunan NRW 30 % di Node 24 pada Jam Puncak
............................................................................................................................. 104
Gambar 5.33 Contour Plot Hasil Penurunan NRW 30% pada jam puncak ........ 104
Gambar 5. 34 Cara Menaikan (Rounghness) pada pipa L82 .............................. 105

xii
Gambar 5.35 Hasil Optimalisasi Flushing Pipa pada jam puncak ...................... 107
Gambar 5.36 Contour Plot Hasil Flushing Pipa L82 Pada Jam Puncak ............. 108

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Diameter Pipa, Jenis Pipa, dan Chw…………………………114


Lampiran 2 : Surat Izin Praktik Kerja Lapangan………………………….…….116
Lampiran 3 : Surat Tugas Praktik Kerja Lapangan…………………………..…117
Lampiran 4 : Uraian Kegiatan PKL………………………….………………….118
Lampiran 5 : Surat Keterangan Selesai PKL (Perumda Kota Magelang)………119
Lampiran 6 : Surat Keterangan Selesai PKL (Kampus)…………………………120
Lampiran 7 : Dokumentasi Praktik Kerja Lapangan…………………………….121

xiv
INTISARI

Perusahaan Umum Daerah Air Minum Kota Magelang memiliki persentase


kehilangan air cukup tinggi, khususnya di Perumahan Korpri yang memiliki
persentase kehilangan air sekitar 47 % dan memiliki jumlah pelanggan sebanyak
303 SR. Jaringan pipa distribusi Perumahan Korpri memiliki masalah yaitu aliran
air dibeberapa pelanggan kecil dan belum pernah dilakukan optimalisasi jaringan
sejak pertama beroperasi pada tahun 1983. Dari permasalahan tersebut perlu
dilakukan evaluasi jaringan pipa distribusi agar pelayanan terpenuhi dengan baik.
Tujuan dilakukan evaluasi ini yaitu untuk menganalisis kebutuhan debit pada
jaringan pipa distribusi, menganalisis tekanan, serta memberikan alternatif
perbaikan pada jaringan pipa distribusi.

Tahap evaluasi jaringan pipa distribusi dilakukan dengan mengukur debit


selama 24 jam dengan menggunakan Water Meter Induk untuk mengetahui
kebutuhan standar dan membandingkan Data Rekaning Ditagih (DRD) untuk
mengetahui kebutuhan rata-rata. Data tekanan didapatkan dari hasil pengukuran di
10 titik pengambilan sampel. Setelah data pola pemakaian pelanggan dan tekanan
didapatkan kemudian dimasukkan ke simulasi program Epanet 2.2 untuk
optimalisasi jaringan tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian, debit input sudah cukup untuk memenuhi


kebutuhan Perumahan Korpri. Kemudian pengukuran tekanan di lapangan dan hasil
simulasi Epanet 2.2 terdapat beberapa node dan sampel yang tidak mencukupi
tekanan 5 - 10 meter kolom air di mana tekanan tersebut tidak memenuhi syarat dan
kriteria distribusi (Permen PUPR No 27, Tahun 2016). Ada sekitar 13 node yang
tekanannya tidak sesuai kriteria hasil simulasi Epanet 2.2, sedangkan ada 1 node
yang tekanannya tidak sesuai kriteria hasil pengukuran di lapangan. Upaya
optimalisasi yang harus dilakukan pada jaringan pipa distribusi Perumahan Korpri
yaitu Penurunan NRW dari 47 % menjadi 30 % dan Flushing pipa agar
pendistribusiannya memenuhi kebutuhan pelanggan dan aliran merata.

Kata kunci : Evaluasi, Epanet 2.2, Tekanan

xv
ABSTRACT

The Regional Public Water Company of Magelang City has a fairly high percentage
of water loss, especially in Korpri Housing which has a percentage of water loss of
around 47% and has a total of 303 SR customers. The distribution pipeline network
of Korpri Housing has a problem, namely the flow of water in several small
customers and network optimization has never been carried out since it first
operated in 1983. From these problems it is necessary to evaluate the distribution
pipeline network so that services are fulfilled properly. The purpose of this
evaluation is to analyze the discharge requirements of the distribution pipeline
network, analyze the pressure, and provide alternative improvements to the
distribution pipeline network.

The evaluation phase of the distribution pipeline network is carried out by


measuring the discharge for 24 hours using the Main Water Meter to determine the
standard requirement and comparing the Billed Account Data (DRD) to determine
the average requirement. Pressure data is obtained from the measurement results
at 10 sampling points. After the data on customer usage patterns and pressure are
obtained, they are then entered into the Epanet 2.2 to optimize the network.

Based on the results of the study, the input debit is sufficient to meet the needs of
Korpri Housing. Then the pressure measurement in the field and the results of the
Epanet 2.2 simulation there are several nodes and samples that do not meet the 5 -
10 meter water column pressure where the pressure does not meet the distribution
requirements and criteria (Permen PUPR No 27, 2016). There are about 13 nodes
whose pressure does not match the criteria for the Epanet 2.2 simulation results,
while there is 1 node whose pressure does not match the criteria of the measurement
results in the field. Optimization efforts that must be carried out on the Korpri
Housing distribution pipeline network are reducing NRW from 47% to 30% and
Flushing pipes so that the distribution meets customer needs and flows evenly.

Keywords: Evaluation, Epanet 2.2, Pressure

xvi
xiii
xiii
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perusahaan Daerah Air Minum (PERUMDA) Kota Magelang berdiri pada
tanggal 9 November 1978 merupakan sebuah perusahaan air peniggalan
Belanda yang masih beroperasi hingga sekarang. Perumda Kota Magelang
beroperasi dalam tiga kecamatan yaitu kecamatan Magelang Utara, Magelang
Tengah dan Magelang Selatan. Guna memenuhi kebutuhan air minum
konsumen, Perumda Kota Magelang memanfaatkan lima sumber mata air yang
digunakan dengan baik. Adapun sumber air tersebut adalah Wulung,Kalegen,
Kanoman, Kalimas, dan Tuk Pecah. Terdapat dua macam sistem aliran dalam
setiap sumber air yaitu sistem Perpompaan dan sistem Gravitasi. (Perumda Kota
Magelang 2022)
Perumda Air Minum Kota Magelang saat ini telah melayani 32.000
pelanggan dengan cakupan pelayanan sekitar 87 % dari jumlah penduduk
sekitar 121.610 jiwa. Perumda Air Minum Kota Magelang telah melakukan
upaya optimalisasi pelayanan pendistribusian air agar pelanggan terlayani
dengan baik, tetapi masih ada beberapa Permasalahan yang terjadi. Salah satu
masalah yang terjadi adalah aliran air dibeberapa pelanggan kecil khususnya di
Perumahan Korpri yang memiliki 303 pelanggan yang disuplai dari sumber
mata air Kalimas I berkapasitas 143 liter/detik. Jaringan pipa distribusi di
Perumahan Korpri pertama kali beroperasi pada tahun 1983 terhitung sudah
sekitar 39 tahun bekas peninggalan Belanda. Dari tahun beropersi tersebut,
jaringan pipa distribusi di Perumahan Korpri menggunakan pipa PVC,
sedangkan untuk sambungan ke rumah pelanggan masih menggunakan pipa
Galvanis. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya tekanan, karena umur pipa
Galvanis relative pendek antara 7-10 tahun.
Berdasarkan persoalan Jaringan pipa di atas, maka perlu dilakukan evaluasi
jaringan pipa distribusi agar bisa digunakan sebagai dasar dari tindakan-tidakan
penangan permasalahan yang harus dilakukan. Proses evaluasi jaringan tersebut

1
3

dilakukan guna mendapatkan hasil yang baik dan efisien, sehingga perlu
pemanfaatan teknologi komputerisasi yaitu program aplikasi Epanet 2.2.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengambil judul “EVALUASI
JARINGAN PIPA DISTRIBUSI DENGAN PEMANFAATAN
PROGRAM EPANET 2.2 DI PERUMAHAN KORPRI KECAMATAN
MAGELANG UTARA PERUMDA AIR MINUM KOTA MAGELANG”

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah debit yang masuk sudah mencukupi kebutuhan air di Perumahan
Korpri ?
2. Apakah tekanan air pada jaringan sesuai dengan kriteria Permen PUPR
No 27, Tahun 2016 Tekanan minimum (0,5 – 1,0) atm.
3. Bagaimana upaya optimalisasi jaringan distribusi di Perumahan Kopri ?

1.3 Tujuan
1. Menganalisis debit yang masuk pada jaringan distribusi.
2. Menganalisis tekanan air pada jaringan pipa distribusi apakah sesuai
dengan kriteria tekanan.
3. Menentukan langkah optimalisasi jaringan pipa distribusi Perumahan
Korpri.

1.4 Ruang Lingkup


Agar dalam pembahasan nantinya tidak menyimpang dari judul yang
diambil maka permasalahan dibatasi pada hal-hal sebagai berikut :
1. Lokasi yang diambil Penulis untuk PKL di Perumahan Korpri Kecamatan
Magelang Utara.
2. Parameter tekanan air mengacu pada Permen PUPR No 27, Tahun 2016
3

1.5 Manfaat PKL


1.5.1 Bagi Penulis
1. Dapat memahami dan mampu menganalisis kebutuhan debit air pada
jaringan pipa distribusi.
2. Dapat memahami dan mampu menganalisis tekanan air pada jaringan
pipa distribusi.
3. Dapat memahami dan mampu mengoptimalisasi pendistribusian air
pada jaringan perpipaan.
1.5.2 Bagi Perumda Kota Magelang
1. Dapat menjadi bahan referensi dalam menganalisis kebutuhan debit air
pada jaringan pipa distribusi.
2. Dapat menjadi bahan referefsi dalam menganalisis tekanan pada
jaringan pipa distribusi.
3. Dapat menjadi bahan kajian Perusahaan dalam mengoptimalisasi
pendistribusian air pada jaringan perpipaan.
1.5.3 Bagi Akademi Tektik Tirta Wiyata Magelang
1. Sebagai bahan referensi dalam menganalisis kebutuhan debit air
jaringan pipa distribusi bagi mahasiswa di AKATIRTA.
2. Sebagai bahan referensi dalam menganalisis tekanan pada jaringan
pipa distribusi bagi mahasiwa di AKATRITA.
3. Dapat menambah jumlah pustaka yang sudah ada khususnya dibidang
evaluasi jaringan pipa distribusi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKAN DAN LANDASAN TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka


Evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai. Mengukur ialah
kegiatan membandingkan sesuatu dengan ukuran standar, sedangkan
menilai ialah mengambil sebuah keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran
baik atau buruk (Arikunto, 1993). Dua hal penting yang harus diperhatikan
pada sistem distribusi yaitu tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan
yang memenuhi (kontinuitas pelayanan), serta menjaga keamanan kualitas
yang berasal dari instalasi pengolahan (Joko, 2010).
Jaringan perpipaan merupakan suatu rangkaian pipa yang saling
terhubung satu sama lain secara hidrolis, sehingga apabila di satu pipa
mengalami perubahan debit aliran maka akan terjadi penyebaran pengaruh
ke pipa pipa yang lain. Pengaruh ini dapat di deteksi dari segi perubahan
tekanan yang ada di pipa (Dharmasetiawan, 2004). Jaringan distribusi di
dalam pipa merupakan jaringan bercabang dan jaringan yang saling
terhubung (Triatmodjo, 2009). Setelah dilakuakan evaluasi pada jaringan
distribusi, masukkan data yang ada di lapangan kedalam Epanet 2.2.
Epanet adalah program komputer yang mengambarkan simulasi
hidrolis dan kecendrungan kualitas air yang mengalir di dalam jaringan
pipa. Jaringan itu sendiri dari pipa, node (titik koneksi pipa), pompa, katub,
dan tangki air atau reservoir. Epanet menjajaki aliran air di tiap pipa,
kondisi tekanan air di tiap titik dan kondisi konsentrasi bahan kimia yang
mengalir di dalam pipa selama dalam periode pengaliran. Selain itu, usia air
(water age) dan pelacakan sumber dapat juga disimulasikan. (Rossman,
2000).

4
5

2.1.1 Penelitian Terdahulu


Penelitian mengenai evaluasi yang pernah dilakukan dan dijadikan
acuan untuk penelitian ini antara lain :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti, Tahun,
Tujuan Utama Metode Hasil
Judul
1 Zulkifli Ridho Untuk Jenis penelitian Hasil penelitian
Amrullah 2021, menganalisis yang Debit air yang
Evaluasi jaringan pipa digunakan masuk ke inlet
Jaringan Pipa distribusi yang adalah sebesar 5.86 l/dt
Didtribusi di telah memenuhi penelitian sehingga total
Perumahan kriteria atau Kuantitatif kebutuhan air
Pilang Perdana harus dengan 3,25 l/dt dapat
Perumda Air ditingkatkan. menggunakan terpenuhi
Minum Tirta program
Giri Nata Kota sumulasi
Cirebon Epanet 2.2
Menggunakan
Simulasi Epanet
2.2
2 La Ode Untuk Jenis penelitian Hasil penelitian
Suhardin, 2021, mengetahui yang Debit air yang
Evaluasi jumlah digunakan masuk ke
Jaringan Pipa kebutuhan air adalah jaringan sebesar
Distribusi pelanggan penelitian 4,2l/dt sehingga
Dengan Perumda Tirta Kuantitatif belum cukup
Pemanfaatan Dharma Ayu di dengan untuk memenuhi
Program Epanet unit Losarang menganalisa kebutuhan Unit
2.2 di Unit menggunakan Losarang yang
Losarang program sebesar 3,92
Perumda Air EPANET 2.2 liter/detik
Minum Tirta dikernakan debit
Darma Ayu input dan debit
Kabupaten output selisihnya
Indramayu sangat kecil yaitu
0,28 liter/detik
6

No Peneliti, Tahun,
Tujuan Utama Metode Hasil
Judul
3 Agustina Untuk Jenis penelitian Hasil penelitian
Hotmarito mengetahui yang ini
Napitu (2019) jumlah digunakan menyimpulkan
Kajian Tentang kebutuhan air adalah bahwa sistem
Evaluasi pelanggan penelitian distribusi air
Jaringan Pipa PDAM Kuantitatif bersih di PDAM
Distribusi Air Tirtanadi dengan Tirtanadi
Bersih PDAM Cabang Toba menggunakan cabang Toba
Tirtanadi Samosir unit model Samosir unit
Cabang Toba Porsea matematis Porsea kurang
Samosir Unit lengkap, karena
Porsea harus
Menggunakan menambahkan
Aplikasi reservoir lagi.
EPANET 2.0.

2.1.2 Deskripsi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amrullah (2021),
dengan menggunakan program Epanet 2.2 bertujuan Untuk menganalisis
jaringan pipa distribusi yang telah memenuhi kriteria atau harus
ditingkatkan. Pada simulasi distribusi air bersih menggunakan Epanet 2.2
didapatkan bahwa kualitas, kuantitas dan kontinuitas air bersih yang
dialirkan memenuhi persyaratan. Untuk tekanan, didapatkan 4 titik node
yang memiliki tekanan dibawah 10 mka.
Berdasarkan hasil penelitian Suhardin (2021), evaluasi sistem
distribusi air bersih menggunakan epanet 2.2 bertujuan Untuk mengetahui
jumlah kebutuhan air pelanggan Perumda Tirta Dharma Ayu di unit
Losarang maka didapat hasil pembacaan Water Meter Induk, debit rata-rata
yang masuk di Jaringan Pipa Distribusi Unit Losarang sebesar 4,2
liter/detik, belum cukup untuk memenuhi kebutuhan Unit Losarang yang
sebesar 3,92 liter/detik dikernakan debit input dan debit output selisihnya
sangat kecil yaitu 0,28 liter/detik kemudian jika dipertimbangkan dengan
angka kehilangan air (NRW) maka selisih ini akan memungkin di unit
tersebut kebutuhan airnya tidak cukup. Berdasarkan dari Data Rekening
7

Ditagih (DRD) dapat diketahui pemakaian air sebesar 93,312


liter/orang/hari.
Berdasarkan hasil penelitian Napitu (2019), Kajian Tentang
Evaluasi Jaringan Pipa Distribusi Air Bersih PDAM Tirtanadi Cabang Toba
Samosir Unit Porsea Menggunakan Aplikasi Epanet 2.0. Penelitian ini
Kecamatan Porsea Sumatra Utara. Metode yang digunakan dengan
menganalisa menggunakan Aplikasi Epanet 2.0, berdasarkan hasil
perhitungan didapat rata-rata pemakaian pelanggan perbulan di PDAM
Tirtanadi Cabang Toba Samosir unit Porsea adalah 118 liter/orang/hari
dengan persentase kehilangan air sebesar 32,5% yaitu 57 liter/orang/hari.
Kapasitas kebutuhan air di unit Porsea adalah 788.000 liter/hari. Kebutuhan
air pada saat jam puncak pada unit Porsea di masing – masing wilayah
adalah 105.875 liter/hari untuk wilayah I, 162.750 di wilayah II, sebesar
757.750 liter/hari pada wilayah III, dan 352.625 liter/hari untuk wilayah IV.
Pipa distribusi PDAM Tirtanadi Cabang Toba Samosir unit Porsea
menggunakan jenis pipa HPDE dengan diameter 2 inchi (50 mm), 3 inchi
(75 mm), 4 inchi (10 mm), 6 inchi (150 mm). Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa sistem distribusi air bersih di PDAM Tirtanadi
cabang Toba Samosir unit Porsea kurang bak, dimana sistem distribusi air
bersih belum dapat melayani pelanggan unit Porsea secara menyeluruh.
Untuk Penelitian yang peneliti ambil yaitu pemanfaatan program
Epanet 2.2 yang bertujuan untuk mengevaluasi jaringan pipa distribusi.
Perbedaan penelitian terdahulu adalah pemanfaatan program Qepanet
untuk digitasi jaringan pipa exsisting dan pengukuran data elevasi untuk di
input ke Epanet 2.2. serta penggunakan data DEM (Digital Elevation
Model) untuk penentuan elevasi. Dalam penelitian yang akan peneliti
lakukan, peneliti akan menghitung kebutuhan air pelanggan dan
mengetahui persentase kehilangan air serta menghitung debit dan tekanan
untuk data pattern di Epanet 2.2. Penelitian yang akan peneliti lakukan
adalah pengukuran debit selama 24 jam, pengukur tekanan 24 jam, dan
pengukuran tekanan di beberapa node hulu, tengah dan hilir agar merata
8

sebagai input data kalibrasi/perbandingan antara pengukuran di lapangan


dengan yang hasil olah data di Epanet 2.2.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Sistem Penyediaan Air Minum
Sistem Penyediaan Air Minum adalah kegiatan menyediakan air
minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan
kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif. Sistem Penyediaan Air
Minum yang selanjutnya disingkat SPAM merupakan satu kesatuan sarana
dan prasarana penyediaan air minum. SPAM terdiri dari dua jenis yaitu,
SPAM jaringan perpipaan dan SPAM bukan jaringan perpipaan. SPAM
jaringan perpipaan meliputi, unit air baku, unit produksi, unit distibusi dan
unit pelayanan; sedangkan SPAM bukan jaringan perpipaan meliputi, sumur
dangkal, sumur pompa, bak penampung air hujan, terminal air dan bangunan
penangkap mata air. (PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM
PENYEDIAAN AIR MINUM).
Pelayanan SPAM dapat dilaksanakan oleh, BUMN/BUMD,
UPT/UPTD, Kelompok Masyrakat dan Badan Usaha. Namun dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan SPAM memiliki syarat pelayanan, bahwa
semua badan usaha berkewajiban untuk menjamin pelayanan air minum
yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan.
Selain itu badan usaha berperan serta pada upaya perlindungan dan
pelestarian sumber daya air dalam rangka konsevasi lingkungan hidup.
(PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122
TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM).
2.2.2 Kebutuhan Air
Air merupakan karunia Tuhan yang secara alami ada diseluruh muka
bumi. Manusia sebagai salah satu makluk yang ada di bumi juga sangat
tergantung terhadap air dan untuk kelangsungan hidupnya memerlukan air
dengan kuantitas dan kualitas tertentu. (Dharmasetiawan, 2004). Kebutuhan
9

Yang dimaksud adalah kebutuhan air yang digunakan untuk menunjang


segala kegiatan manusia, meliputi air bersih domestik, air irigasi baik
pertanian maupun perikanan, dan air untuk penggelontoran kota. Air bersih
digunakan untuk memenuhi kebutuhan :
a. Kebutuhan Air Domestik : keperluan rumah tangga.
b. Kebutuhan Air Non Domestik : untuk industri, pariwisata, tempat
ibadah, tempat sosial, serta tempat-tempat umum lainnya.
A. Kebutuhan Domestik
Kebutuhan air domestik adalah air yang digunakan untuk keperluan
rumah tangga. Kebutuhan air domestik suatu daerah layanan dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya adalah jumlah penduduk, pemakaian air,
keadaan sosial, ekonomi, dan budaya di daerah pelayananya. Standar
kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air bersih yang digunakan pada
tempat-tempat hunian pribadi untuk memenuhi hajat hidup sehari-
hari,seperti 11 pemakaian air untuk minum, mandi, dan mencuci. Satuan
yang dipakai adalah liter/orang/hari.
Tabel 2.2 Kriteria Kebutuhan Air Domestik
Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk Jiwa
500.000 – 100.000 – 20.000 –
No URAIAN > 1.000.000 < 20.000
1.000.000 500.000 100.000
METRO DESA
BESAR SEDANG KECIL
Konsumsi Unit
Sambungan
1. 190 170 150 130 100
Rumah
(L/org/hari)
Konsumsi Unit
2. Hidara Umum 30 30 30 30 30
(L/org/hari)
Konsumsi Unit
3. Non Domestik 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30 10 -20
(%)
Kehilangan Air
4. 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20
(%)
Faktor hari
5. 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1
Maksimum
Faktor Jam
6. 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
Puncak
7. Jumlah jiwa/SR 5 5 6 6 6
10

Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk Jiwa


500.000 – 100.000 – 20.000 –
No URAIAN > 1.000.000 < 20.000
1.000.000 500.000 100.000
METRO DESA
BESAR SEDANG KECIL
8. Jumlah Jiwa/HU 100 100 100 100 - 200 200
Sisa TekanDi
9. Jaringan 10 10 10 10 10
Distribusi
Jumlah Operasi
10. 24 24 24 24 24
(jam/hari)
50 : 50 s.d. 50 : 50 s.d.
11. SR : HU (%) 80 : 20 70 : 30 70 : 30
80 : 20 80 : 20
Cakupan
12. 90 90 90 90 70
Pelayanan (%)
(Sumber: Dirjen Cipta Karya Dep PU 2016)
Berdasarkan jumlah penduduknya, Kota Magelang termasuk
kategori Kota Sedang dengan jumlah penduduk sebanyak 121.610 jiwa
(data BPS 2021). Pemakaian air minum rata-rata per orang dalam sehari
berdasarkan Departemen Pekerjaan Umum RI Ditjen Cipta Karya tahun
2016 untuk Kota Sedang sebesar 150 liter/orang/hari.
B. Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air untuk memenuhi sarana-
sarana kota, seperti sarana sosial, sarana ibadah, industri, niaga dan sarana
umum lainnya. Kebutuhan air domestik untuk suatu daerah cenderung
meningkat sejalan dengan peningkatan penduduk dan perubahan tataguna
lahan.
Tabel 2.3 Kebutuhan Air Non Domestik Kategori I,II,III,dan IV
Sektor Nilai Satuan
Sekolah 10 Liter/murid/hari
Rumah sakit 200 Liter/bed/hari
Puskesmas 2000 Liter/hari
Masjid 3000 Liter/hari
Kantor 10 Liter/pegawai/hari
Pasar 12000 Liter/hektar/hari
Hotel 150 Liter/bed/hari
11

Sektor Nilai Satuan


Rumah makan 100 Liter/tempat duduk/hari
Komplek militer 60 Liter/orang/hari
Kawasan industri 0,2-0,8 Liter/detik/hektar
Kawasan pariwisata 0,1-0,3 Liter/detik/hektar
(Sumber: Dirjen Cipta Karya Dep PU 2000)
Tabel 2.4 Kebutuhan Air Non Domestik Kategori V
Sektor Nilai Satuan
Latngan terbang 10 Liter/det
Pelabuhan 50 Liter/det
Stasiun KA- Terminal Bus 1200 Liter/det
Kawasan Industri 0,75 Liter/det
(Sumber: Dirjen Cipta Karya Dep PU 2000)
2.2.3 Distribusi Air Minum
Distribusi berfungsi untuk mengalirkan air dari unit produksi ke
pelanggan. Untuk itu perlu memperhatikan kuantitas, kualitas, kontinuitas
dan keterjangkauan harga air minum, maka dalam penyediaan air bersih
harus memenuhi konsep 4K yaitu:
A. Kualitas air bersih
Kualitas atau mutu air yang mengalir dalam suatu jaringan pipa
distribusi air sangat penting, tujuan utama distribusi air bersih yaitu
agar para konsumen pengguna distribusi air bersih terhindar dari
berbagai macam penyakit. Perjalanan air langsung berhubungan
dengan dinding pipa yang mempengaruhi kebersihan air. Parameter
wajib persyaratan kualitas air minum berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010
tentang persyaratan kualiatas air minum.
B. Kuantitas (Debit)
Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau
dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan
12

kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani.


Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih
yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air
bersih. Kebutuhan air bersih masyarakat bervariasi, tergantung pada
letak geografis, kebudayaan, tingkat ekonomi, dan skala perkotaan
tempat tinggalnya.
C. Kontinuitas
Dalam penyediaan air bersih tidak hanya berhubungan dengan
kualitas dan kuantitas air saja, tetapi dari segi kontinuitas juga harus
mendukung. Kontinuitas adalah di mana air harus bisa tersedia
secara terus-menerus meskipun dimusim kemarau selama umur
rencana. Karena tujuan utama dari perencanaan jaringan distribusi
air adalah agar kebutuhan masyarakat akan terpenuhi secara terus-
menerus walaupun musim kemarau. Salah satu cara menjaga agar
kontinuitas air tetap tersedia adalah dengan membuat tempat
penampungan air (reservoir) untuk menyimpan air sebagai
persediaan air musim kemarau.
D. Keterjangkauan (Harga)
Tarif harus terjangkau oleh pelanggan rumah tangga untuk
memenuhi standar kebutuhan pokok air minum sehari-hari. Untuk
membantu pelanggan yang tidak mampu membayar tarif air minum
guna memenuhi standar kebutuhan pokok mereka, PDAM
menetapkan tarif rendah atau tarif bersubsidi pada kelompok
pelanggan tertentu dan/atau kelompok sosial (termasuk hydran
umum). Tarif dikatakan terjangkau apabila pengeluaran rumah
tangga per bulan untuk pemenuhan standar kebutuhan pokok akan
air minum tidak melebihi 4% (empat perseratus) dari rata-rata
pendapatan rumah tangga untuk kelompok pelanggan yang
bersangkutan, atau 4% (empat perseratus) dari Upah Minimum
Provinsi. Pendapatan rumah tangga yang dijadikan patokan untuk
menentukan keterjangkauan tarif adalah Upah Minimum Provinsi
13

(UMP) yang ditetapkan Pemerintah, atau pendapatan rata-rata


rumah tangga pelanggan PDAM. Untuk menciptakan keadilan dan
menutup beban subsidi kepada pelanggan yang tidak mampu,
PDAM menetapkan tarif yang lebih tinggi bagi kelompok pelanggan
yang lebih mampu dan bagi pelanggan yang menggunakan air di atas
standar kebutuhan pokok dengan perhitungan dan penerapan subsidi
silang. (Permen No.23 Tahun 2006.)
Dalam sistem jaringan distribusi juga harus memperhatikan kriteria
jaringan distribusi. Adapun kriteria yang harus diperhatikan sebagai berikut:
Tabel 2.5 Syarat dan Kriteria Distribusi

NO URAIAN NOTASI KRITERIA


1. Debit rencana Qpeak Kebutuhan air jam puncak
2. Faktor jam puncak Fpeak 1,15 – 3
3. Kecapatan aliran dalam pipa :
a. Kecepatan minimum V Min 0,3 – 0,6 m/dtk
b. Kecepatan maksimum
- Pipa PVC V Maks 3,0 – 4,5 m/dtk
- Pipa DCIP V Maks 6,0 m/dtk
4. Tekanan air dalam pipa :
a. Tekanan minimum H Min (0,5 – 1,0) atm pada titik
jangkauan terjauh
b. Tekanan maksimum H Maks
- Pipa PVC 6–8
- Pipa DCIP 10 atm
- Pipa PE 100 12,4 Mpa
- Pipa PE 80 9,0 Mpa
(Permen PUPR No 27 Tahun 2016)
2.2.4 Sistem Distribusi Air Minum
Sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan
konsumen, yang mempunyai fungsi pokok pendistribusian air yang telah
memenuhi syarat ke seluruh daerah pelayanan. Sistem Distribusi Air
Minum yang digunakan di menjadi beberapa sistem sebagai berikut:
A. Sistem Hidrolis (Sistem Pengaliran)
1. Sistem Gravitasi
Sistem gravitasi dapat diterapkan apabila sumber air atau reservoir
mempunyai ketinggian yang cukup di atas daerah pelayanan, sehingga
14

air mempunyai tekanan yang cukup (dengan beratnya sendiri) sampai


kepada konsumen maupun keperluan lainnya seperti hidran umum
(HU).

Gambar 2.1 Contoh Sistem Pengaliran Gravitasi


(Prijono, 2021)
 Rumus umum Hazen – Williams
Q = 0,2785. 𝐶𝐻𝑊 . 𝐷 2,63. 𝑆 0,54 .…(1)
Keterangan:
Q = Debit aliran (mᶟ/dt)
CHw = Koefisien kekasaran pipa Hazen – Williams
D = Diameter penampang pipa (m)
S = Slope = h/L
L = Panjang pipa (m)
(Dharmasetiawan, 2004)
2. Sistem Pompa
Sistem pompa ditetapkan pada keadaan :
1. Kedudukan titik awal pipa distribusi lebih rendah dari titik akhir pipa
distribusi atau hampir mendatar.
2. Bila kedudukan awal pipa distribusi lebih tinggi dari titik akhir pipa
distribusi, tetapi beda tinggi tekanan statis yang tersedia lebih kecil
dari kehilangan tekanan air sepanjang pipa distribusi.
3. Bila kedudukan awal pipa distribusi lebih tinggi dari titik akhir pipa
distribusi, tetapi pada jalur pipa distribusi tersebut terdapat lokasi
atau titik yang mempunyai sisa tekanan air lebih kecil dari syarat
minimum dalam kriteria perencanaan.
(Joko, 2010)
15

Gambar 2.2 Contoh Sistem Pengaliran Pompa


(Prijono, 2021)
Keterangan :
Hs = Head statis (m)
P = Tekanan (N/m2)
Hf = Head loss major (m)
hm = Head loss minor (m)
H = Head total (m)
γ = Berat jenis zat cair (T/m3)
Daya Pompa :
𝑄𝑋𝛾𝑋𝐻
P = .…(2)
75 𝑥 Ƞ

Dimana :
P = Daya pompa (Hp)
Q = Debit (m3/dt)
Γ = Berat jenis zat cair (kg/m3)
Ƞ = Efisiensi pompa (%)
H = Head loss major (m)
= Hs + hf (major losses) + hf (minor losses)
3. Sistem Gabungan
Sistem gabungan dilakukan jika fluktuasi debit dan tekanan pada
jaringan distribusi sangat besar bedanya pada saat jam puncak dan jam
16

minimum. Sehingga dibutuhkan gabungan energi dari sistem pompa dan


gravitasi (reservoir).

Gambar 2.3 Contoh Sistem Gabungan


(Prijono, 2021)
Berdasarkan kondisi hidrolis jaringan distribusi di Perumahan Korpri
menggunakan sistem pengaliran Gravitasi karena sumber air atau reservoir
mempunyai ketinggian yang cukup di atas daerah pelayanan, sehingga air
mempunyai tekanan yang cukup (dengan beratnya sendiri) sampai kepada
konsumen.
B. Sistem Jaringan
Sistem jaringan pipa yang digunakan untuk mendistribusikan air ke
pelanggan dilihat dari model jaringan pipa induk atau primer, sistem
jaringan pipa dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Sistem Cabang (Branch System)
Merupakan sistem jaringan perpipaan dimana pengaliran air hanya
menuju ke satu arah saja dan terdapat titik akhir (dead end) yang
merupakan ujung jaringan pipa. Pada pipa induk utama (primary
feeders), tersambung pipa induk (secondary feeders), dan pada pipa
induk sekunder tersambung pipa pelayanan utama (small
distribution mains).
➢ Kelebihan :
1. Sistem ini sederhana dan desain jaringan perpipaannya juga
sederhana.
17

2. Cocok untuk daerah yang sedang berkembang.


3. Pengambilan dan tekanan pada titik manapun dapat
dihitung dengan mudah.
4. Dimensi pipa lebih kecil karena hanya melayani populasi
yang terbatas.
5. Membutuhkan hanya beberapa katup untuk
mengoperasikan sistem.
➢ Kekurangan :
1. Saat terjadi kerusakan, air tidak tersedia untuk sementara
waktu.
2. Tidak cukup air untuk memadamkan kebakaran karena
suplai hanya dari pipa tunggal.
3. Pada jalur buntu, mungkin terjadi pencemaran dan
sedimentasi jika tidak ada penggelontoran.
4. Tekanan tidak mencukupi ketika di lakukan penambahan
areal kedalam system penyediaan air minum.
(Joko, 2010)

Gambar 2.4 Contoh Sistem Cabang (Branch System)


(Prijono, 2021)
2) Sistem Melingkar (Loop System)
Pada system melingkar, jaringan pipa induk saling berhubungan
satu dengan yang lain membentuk jaringan melingkar (loop)
sehingga pada pipa induk tidak ada titik akhir (dead end).
18

➢ Kelebihan :
1. Setiap titik mendapat suplai dari dua arah.
2. Saat terjadi kerusakan pipa, air dapat disediakan dari arah lain.
3. Untuk memadamkan kebakaran, air tersedia dari segala arah.
4. Desain pipa mudah.
➢ Kekurangan :
1. Membutuhkan lebih banyak pipa
(Joko, 2010)

Gambar 2.5 Contoh Sistem Melingkar (Loop System)


(Prijono, 2021)
3) Sistem Gridiron
Pada metode ini semua pipa tersambung dan tidak ada yang terputus
pada ujungnya. Air dapat menjangkau lebih seluruh tempat.
➢ Kelebihan :
1. Air dalam sistem mengalir bebas ke beberapa arah dan tidak
terjadi stagnasi seoerti cabang.
2. Ketika ada perbaikan pipa, air yang tersambung dengan pipa
tersebut tetap mendapatkan air dari bagian yang lain.
3. Ketika terjadi kebakaran, air tersedia di semua arah.
4. Kehilangan tekanan pada semua titik dalam sistem minimum.
➢ Kekurangan :
1. Perhitungan pipa lebih rumit
19

2. Membutuhkan lebih banyak pipa dan sambungan pipa sehingga


lebih mahal.

Gambar 2.6 Contoh Sistem Gridiron


(Prijono, 2021)
(Joko T, Unit Air Baku Dalam Sistem Penyediaan Air Minum, 2010)
4) Sistem Radial
Pada sistem ini dibagi zona yang berbeda. Air dipompa kedalam
distribusi yang disimpan di tengan pada setiap zona dan pipa
pasokan diletakkan secara radikal.

Gambar 2.7 Contoh Sistem Radial


(Prijono, 2021)
➢ Kelebihan
1. Sistem ini memberikan suplai yang cepat dan memuaskan
2. Merencanakan ukuran pipa amatlah mudah
(Mohanty, 2012)
20

C. Sistem Waktu Pengaliran


1) Sistem Berkelanjutan (Continuous System)
Yaitu sistem berkelanjutan atau berkesinambungan, dalam arti
sistem distribusi air dimana air minum yang ada akan disuplay dan
didistribusikan secara terus menerus selama 24 jam. Sistem ini
biasanya diterapkan jika pada setiap waktu kuantitas air minum yang
ada dapat memenuhi seluruh kebutuhan konsumen di daerah
pelayanan tersebut.
➢ Keuntungan Sistem Continuous :
1. Konsumen akan mendapatkan air bersih setiap saat.
2. Air minum yang diambil dari titik pengambilan di dalam
jaringan pipa distribusi selalu dalam keadaan segar.
➢ Kerugian dari sistem continuous, antara lain :
1. Pemakaian air cenderung lebih boros.
2. Bila ada sedikit kebocoran saja, maka jumlah air yang terbuang
relatif besar.
2) Sistem Intermiten (Intermiten System)
Merupakan sistem dimana air minum yang ada akan disuplai dan
didistribusikan kepada konsumen hanya selama beberapa jam dalam
satu hari. Biasanya 2 sampai 4 jam pada pagi hari dan 2 sampai 4
jam pada sore hari. Sistem distribusi terutama bila kuantitas dan
tekanan air tidak cukup tersedia dalam sistem.
➢ Keuntungan dari sistem intermitten, antara lain :
1. Pemakaian air cenderung lebih hemat atau sedikit.
2. Bila ada kebocoran maka jumlah air yang terbuang relatif
sedikit.
➢ Kerugian dari sistem antara lain :
1. Bila terjadi kebakaran pada saat sistem ini tidak beroperasi
maka tidak tersedia air untuk memadamkannya.
21

2. Setiap rumah perlu menyediakan tempat penyimpanan atau


penampungan air (tandon air) yang cukup agar kebutuhan air
dapat terpenuhi setiap hari.
3. Dimensi pipa yang dipakai akan lebih besar karena kebutuhan
air yang akan disuplai dan didistribusikan dalam sehari hanya
ditempuh dalam jangka waktu yang pendek.
2.2.5 Hidrolika Jaringan Pipa (Joko, 2010)
Hidrolika jaringan yaitu ilmu yang mempelajari perilaku air secara
fisik melalui jenis sistem distribusi dan waktu distribusi. Perilaku yang
dipelajari meliputi hubungan antara debit air yang mengalir dalam pipa
sehingga dapat diketahui reaksi yang timbul seperti tekanan, kehilangan
energi, dan lainnya.
A. Debit Aliran
Debit air adalah jumlah fluida (zat cair) yang mengalir melalui suatu
penampang pipa. Jumlah debit bisa di dapat dari luas penampang pipa
dikalikan dengan kecepatan. Debit air yang masuk kedalam pipa
mempunyai kecepatan aliran yang berbeda-beda tergantung dari diameter
pipanya. Debit air dapat dihitung dengan rumus :
𝑄 = 𝐴. v ....(3)
4.𝑄
𝑣= ....(4)
𝜋.𝐷2

4.𝑄
𝐷= √ ....(5)
𝜋.𝑣

Keterangan :
Q = debit aliran ( 𝑚3/𝑑𝑡)
v = kecepatan aliran pipa (m/dt)
A = luas penampang pipa ( 𝑚2)
D = diameter pipa (m)
𝜋 = konstanta (22/7=3.14)
(Dharmasetiawan, 2004 : hal II-4)
22

B. Head Bernoulli
Sesuai dengan prinsip Bernoulli, Tinggi energi total pada sebuah
penampang pada elemen pipa adalah jumlah dari energi kecepatan energi
tekanan dan energi elevasi. Garis yang menghubungkan titik tersebut
dinamakan garis energi, yang tampak digambarkan sebagai garis
memanjang seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.9.

Gambar 2.8 Contoh Diagram Energi Pada Dua Tempat


(Triadmodjo, 1995)
Persamaan Bernoulli dari gambar diatas dapat ditulis sebagai berikut :
(Triadmodjo,1995 :26)
𝐸𝑖 = 𝐸𝑗 + ℎf atau lebih rinci;
𝑣2 𝑃𝑖 𝑣𝑗2 𝑃𝑗
𝑍𝑖 + 2𝑔𝑖 + = 𝑍𝑗 + + + ℎ𝑓 .…(6)
𝛾 2𝑔 𝛾

Dimana :
Ei = Tinggi energi pada simpul i (m)
Ej = Tinggi energi pada simpul j (m)
hf = Kehilangan energi sepanjang elemen pipa (m)
zi = tinggi elevasi simpul i (m)
zj = tinggi elevasi simpul j (m)
Pi/ 𝛾 = tekanan di simpul i (m)
Pj/ 𝛾 = tekanan di simpul j (m)
v = kecepatan aliran (m/detik)
23

g = percepatan gravitasi (m/detik2)


hf = kehilangan tinggi energi mayor losses (m)
C. Head (HGL ,EGL)
Suatu zat cair yang mengalir dalam suatu bidang batas seperti
melalui pipa akan mengalami tegangan geser dan kemiringan kecepatan
(gradien kecepatan) pada seluruh medan aliran akibat kekekantalan.
Tegangan geser tersebut akan mengakibatkan kehilangan energi selama
pengaliran. Kehilangan energi ini disebut dengan kehilangan energi primer
yang ditulis dengan hf.

Gambar 2.9 Contoh Profil Hidrolis


(Sularso & Tahara, 1983)
Keterangan :
EGL : Total energi di sepanjang pipa (m)
HGL : Tinggi (tekanan) yang tersdia untuk tiap titik di sepanjang
pipa (m)
hmd : Kerugian head pada aksesoris yang terdapat di
sepanjang pipa tekan (m)
hfd : Kerugian head akibat gesekan di sepanjang pipa tekan (m)
hms : Kerugian head pada aksesoris di sepanjang pip isap (m)
hfs : Kerugian head akibat gesekan di sepanjang pipa isap (m)
Hp : Head total pompa (m)
24

Hd : Jarak antra titik pusat impeller pompa hingga titik tertinggi


buangan akhir pipa sisa tekan (m)
hs : level air di tadah isap titik pusat impeller pompa (m)
ht : Ketinggia total statis, yang merupakan penjumlahan dari
head suction dan head discharge (m)
𝑣2
: Energi Kecepatan (m)
2𝑔

Rumus perhitungan head pompa :


𝑣2
𝐻𝑒𝑎𝑑 𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎 = ℎ𝑡 + ℎ𝑙𝑠 + ℎ𝑙𝑑 + .…(7)
2𝑔

Dimana :
ht : Head Total Statis (m)
hls : Headloss Suction (m)
hld : Headloss Discharge (m)
𝑣2
: Energi Kecepatan (m)
2𝑔

(Sularso & Tahara, 1983)


D. Headloss Dan Sisa Tekan
A. Headloss
Dalam sistem jaringan pendistribusian air, kehilangan tekan
merupakan hal yang biasanya terjadi karena disebabkan oleh gesekan air
antara media degan pipa, sambungan, aksesoris. Adpun jenis kehingan
tekanan dibagi menjadi dua yaitu :
1. Minor Losses adalah kehilangan tekanan yang terjadi pada tempat
yang memungkinkan adanya karakteristik aliran, misalnya pada
valve, belokan, sambungan dan aksessoris pipa lainnya.
(Triatmodjo, 2003)
Rumus :
𝑣2
ℎ𝑚 = 𝐾 𝑥 ....(8)
2.𝑔

Keterangan :
hm = Kehilangan tekanan minor losses (m)
K = Koefisien nilai gangguan
25

V = Kecepatan aliran (m/det)


G = Percepatan gravitasi (m/det2)
2. Major Losses
Major Losses adalah kehilangan tekanan yang terjadi pada
sepanjang pipa lurus. Ini dapat diketahui dengan perhitungan
menggunakan persamaan Hazen-William.
Rumus :
𝑄 = 0,2785 . 𝐶ℎ𝑤. 𝐷 263 . 𝑆 0,54 ....(9)
Persamaan Haszem William secara empiris menyatakan bahwa debit
yang mengalir didalam pipa adalah sebanding dengan diameter pipa
dan kemiringan hidrolis (S) yang dinyatakan sebagai kehilangan
tekanan (hL) dibagi dengan panjang pipa (L) atau (S) = (hL/L)
Apabila kehilangan tekanan atau (hL) yang akan dihitung, maka :
𝑄 1,85
ℎ𝐿 = (0,2785 𝑥𝐶ℎ𝑤𝑥𝐷2,68) 𝑥𝐿 ....(10)

Keterangan :
Q = Debit Aliran (m3/detik)
Chw = Koefisien Kekasaran Pipa Hazem William
D = Diameter Pipa (m)
S = Kemiringan Hidrolis (m/m)
Hf = Kehilangan Tekanan Major air di Sepanjang
Pipa (m)
Tabel 2.6 Hazen William
Nilai C
No Jenis (Material) Pipa
Perencanaan
1 Asbestos Cement 120
2 Poly Vinil Chloride (PVC) 120-140
3 High Density Poly Ethylene 130
(HDPE)
4 Medium Density Poly Enthylene 130
(MDPE)
5 Dectile Cast Iron Pipe (DCIP) 110
6 Galvinized Iron Pipe (GIP) 110
7 Steel Pipe (Pipa baja) 110
26

(Dharmasetiawan, 2004)
B. Sisa Tekan
Sisa tekan yang tersedia besarnya bervariasi menurut klasifikasi
jaringan perpipaan dan daerah pelayanan, serta jenis pipanya. Kriteria
sisa tekan menurut Draft Guidelines for Design and Construction of
Publik Water Supply System in Indonesia , 1980 sisa tekan minimum
yang harus disediakan adalah :
Supply System in Indonesia, 1980 sisa tekan minimum yang harus
disediakan adalah:
1. Untuk pipa Distribusi Utama, sisa tekan minimum pada daerah kritis
sekitar 15 meter kolom air.
2. Untuk pipa pelayanan ditentukan menurut daerah layanannya
terendah, yaitu 10 meter kolom air.
Nilai Chw (koefisien Hazen William) pada pipa dapat dilihat
sebagai berikut :
E. Kontinuitas Dan Velocity
Kontinuitas adalah persamaan yang menghubungkan kecepatan
fluida dari satu tempat ketempat lain. Q1 + Q2 = Q3
Dari persamaan di atas, jika ZA, ZB, dan sifat-sifat pipa diketahui maka
hT, Q1, Q2 dan Q3 dapat di hitung sesuai pada Gambar berikut ini :

Gambar 2.10 Contoh Persmaan Kontinuitas


(Triatmojo, 2003)
𝐴1 𝑥 𝑉1 =𝐴2 𝑥 𝑉2 →𝑄1 =𝑄2 .…(11)

Keterangan :
A = Luas penampang (m2)
V = Kecepatan aliran (m/detik)
Q = Debit aliran (m3/detik)
27

(Triatmojo.2003)
2.2.6 Simulasi Hidrolika Epanet
Dalam operasi atau simulasi Epanet dibutuhkan data masukan (input
data) yang digunakan untuk simulasi jaringan air bersih. Data ini sangat
penting artinya dalam memulai analisa jaringan air bersih dan mendapatkan
output data yang diinginkan. Adapun input data yang dibutuhkan adalah
peta jaringan, node / junction / titik dari komponen distribusi, elevasi,
panjang pipa, diameter pipa, jenis pipa yang digunakan, umur pipa, jenis
sumber (mata air, sumur bor, IPA, dan lain – lain), spesifikasi pompa (bila
menggunakan pompa), bentuk dan ukuran reservoir, beban masing – masing
node (besarnya tapping), faktor fluktuasi pemakaian air, dan konsentrasi
khlor pada sumber. Sedangkan output data yang dihasilkan adalah hidrolik
head masing-masing titik, tekanan dan kualitas air.
A. Keunggulan Dan Kelemahan
a. Keunggulan
Fasilitas yang lengkap serta pemodelan hidrolis yang akurat adalah
salah satu langkah yang efektif dalam membuat model tentang
pengaliran serta kualitas air. EPANET adalah alat bantu analisis hidrolis
yang didalamnya terkandung kemampuan seperti :
1. Kemampuan analisa yang tidak terbatas pada penempatan jaringan.
2. Perhitungan harga kekasaran pipa menggunakan persamaan
Hazen-Williams, Darcy Weisbach, atau Chezy-Manning.
3. Temasuk juga minor head losses untuk bend, fitting, dsb.
4. Pemodelan terhadap kecepatan pompa yang konstant maupun
variable.
5. Menghitung energi pompa dan biaya (cost).
6. Pemodelan terhadap variasi tipe dari valve termasuk shitoff, check,
pressure regulating, dan flow control valve.
7. Tesedia tangki penyimpan dengan berbagai bentuk (seperti
diameter yang bervariasi terhadap tingginya).
28

8. Memungkinkan dimasukkannya kategori kebutuhan (demand)


ganda pada node, masing-masing dengan pola tersendiri yang
bergantung pada variasi waktu.
9. Model pressure yang bergantung pada pengeluaran aliran dari
emitter (Sprinkler head).
10. Dapat dioperasikan dengan system dasar pada tangki sederhana
atau kontrol waktu, dan pada kontrol waktu yang lebih kompleks.
Selain itu Kegunaan program Epanet dalam simulasi sistem
penyediaan air bersih antara lain :
1. Didesain sebagai alat untuk mengetahui perkembangan dan
pergerakan air serta degradasi unsur kimia yang ada dalam air
pipa distribusi.
2. Dapat digunakan sebagai dasar analisa dan berbagai macam
sistem distribusi, detail desain, model kalibrasi hidrolik,
analisa sisa khlor dan berbagai unsur lainnya.
3. Dapat membantu menentukan alternatif strategis manajemen
dan sistem jaringan pipa distribusi air bersih seperti :
a. Sebagai penentuan alternatif sumber / instalasi, apabila
terdapat banyak sumber / instalasi.
b. Sebagai simulasi dalam menentukan alternatif
pengoperasian pompa dalam melakukan pengisian
reservoir maupun injeksi ke sistem distribusi.
c. Digunakan sebagai pusat treatment seperti dalam hal
melakukan proses khlorinasi, baik di instalasi maupun
dalam sistem jaringan.
d. Dapat digunakan sebagai penentuan prioritas terhadap
pipa yang akan dibersihkan / diganti.
(Modul 9 Pengenalan Program Epanet)
b. Kekurangan
Kelemahan Epanet hanya terdapat dari segi tampilan dikarenakan
dari segi virtual tampilanya kurang menarik.
29

B. Base Demand
Base Demand adalah kebutuhan dasar untuk tiap sambungan,
untuk menghitung Base Demand dapat menggunakan DRD (Data
Rekening Ditagih) , yaitu daftar realisasi penjualan air tiap bulan. Base
Demand adalah kebutuhan dasar untuk tiap sambungan, diperoleh dari :
Data Rekening Ditagih (DRD), yaitu daftar rencana/realisasi penjualan air
tiap bulan. Base Demand dapat diperoleh dari DRD dengan rumus :
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟/𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
𝐵𝑎𝑠𝑒 𝐷𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 = ....(12)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛

Contoh :
Jumlah penggunaan air/bulan di Kecamatan Magelang Utara = 7.500
m3/bln.
Jumlah pelanggan di Kecamatan Magelang Utara = 400 SR
Misal, penggunaan tidak wajar (0 m3/bulan - 5 m3/bulan) adalah 200
m2/bulan = 60 SR dan dari 300 SR dengan penggunaan air/bulan = 7.500
m3/bulan, jadi Base Demand :
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟/𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
𝐵𝑎𝑠𝑒 𝐷𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛
𝑚3
7.500 − 200
𝐵𝑎𝑠𝑒 𝐷𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 = 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
400 − 60 𝑆𝑅

27,777
=
400 − 60 𝑆𝑅
𝐼
= 0,008169 /𝑆𝑅
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
C. Demand Multiplier
Demand Multiplier adalah angka penambahan atau penggandaan
kebutuhan pada system jaringan secara menyeluruh (berlaku pada seluruh
demand system, termasuk angka kebocoran air). Demand Multiplier
adalah angka peambahan atau penggandaan kebutuhan pada sistem
jaringan secara menyeluruh (berlaku pada seluruh demand system,
termasuk angka kebocoran air)
30

Rumus :
100 %
𝐷𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 𝑀𝑢𝑙𝑡𝑖𝑝𝑙𝑖𝑒𝑟 = 100 %−𝑁𝑅𝑊 ....(13)

D. Flow Pattern (Flow Factor)


Flow Pattern adalah pola penggunaan air pelanggan.
Faktor jam pncak (flow factor) = Nilai faktor yang tertinggi
Rumus :
𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑎𝑡
𝐹𝑙𝑜𝑤 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 = ....(14)
𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎

Tabel 2.7 contoh perhitungan flow faktor


Debit Rata-
No Jam Debit Debit Rata Flow
(m3/jam) (lt/dtk) (lt/dtk) Facktor
1 1.00 22,8 6,3 5,9 1,1
2 2.00 18,5 5,1 5,9 0,9
3 3.00 20,6 5,7 5,9 1,0
4 4.00 25,5 7,1 5,9 1,2
5 5.00 15 4,2 5,9 0,7
6 6.00 35,5 9,9 5,9 1,7
7 7.00 13,3 3,7 5,9 0,6
8 8.00 26,1 7,3 5,9 1,2
9 9.00 8,85 2,5 5,9 0,4
10 10.00 17,8 4,9 5,9 0,8
11 11.00 18,6 5,2 5,9 0,9
12 12.00 18,1 5,0 5,9 0,9
13 13.00 27,9 7,8 5,9 1,3
14 14.00 18,5 5,1 5,9 0,9
15 15.00 21 5,8 5,9 1,0
16 16.00 12,9 3,6 5,9 0,6
17 17.00 35,5 9,9 5,9 1,7
18 18.00 15,2 4,2 5,9 0,7
19 19.00 34,6 9,6 5,9 1,6
20 20.00 22,6 6,3 5,9 1,1
21 21.00 15 4,2 5,9 0,7
22 22.00 19,8 5,5 5,9 0,9
23 23.00 21,8 6,1 5,9 1,0
24 24.00 21,9 6,1 5,9 1,0
Jumlah 507,35 140,9
31

Gambar 2.11 Contoh Grafik Flow Factor

E. Head Pattern ( Head Factor )


Head pattern adalah pola tekanan pada titik tapping.
Rumus :
𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖+𝑝
𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑎𝑡 = ....(15)
𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖

Keterangan :
P = Pressure/tekanan (atm)
Tabel 2.8 Contoh Perhitungan Head Factor
elevasi tapping 114 m
waktu tekanan head head faktor
1 25 139 1,22
2 25 139 1,22
3 25 139 1,22
4 24 138 1,21
5 23 137 1,20
6 20 134 1,18
7 19 133 1,17
8 20 134 1,18
9 20 134 1,18
10 21 135 1,18
11 22 136 1,19
12 23 137 1,20
13 22 136 1,19
14 21 135 1,18
15 19 133 1,17
32

elevasi tapping 114 m


waktu tekanan head head faktor
16 19 133 1,17
17 18 132 1,16
18 18 132 1,16
19 19 133 1,17
20 21 135 1,18
21 22 136 1,19
22 23 137 1,20
23 24 138 1,21
24 25 139 1,22

Gambar 2.12 Contoh Grafik Flow Factor


F. Kalibrasi
Kalibrasi data merupakan sebuah file teks yang mengandung data
hasil pengukuran kuantitas secara terpisah pada periode yang terpisah pula
di dalam sistem distribusi. Kalibrasi dilakukan untuk membandingkan data
hasil simulasi dengan kondisi yang ada dilapangan dilihat dari dari nilai
korelasi hasil perhitungan dengan program Epanet 2.2. Dari hasil korelasi
tersebut dapat diketahui apakah hasil kalibrasi sudah mendekati atau
belum dengan kondisi dilapangan karena nilai yang ideal adalah mendekati
angka 1. Berikut contoh hasil simulasi dan pengukuran lapangan yang nilai
korelasinya 1 :
33

Gambar 2.13 Contoh Grafik Kalibrasi

Gambar 2.14 Contoh Diagram Kalibrasi


34

Gambar 2.15 Contoh Statistik Kalibrasi


BAB III METODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan


3.1.1 Tempat
Praktik kerja lapangan dilaksanakan di Perumahan Korpri
Kecamatan Magelang Utara.
3.1.2 Waktu
Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan dimulai pada tanggal 30
Mei 2022 - 29 Juli 2022.
3.2 Sumber Data
3.2.1 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi tempat
Praktik Kerja Lapangan meliputi :
Tabel 3.1 Data Sekunder
Fungsi
No Data Sumber Data
Data
1 Peta Lokasi Bagian Input Epanet 2.2
Evaluasi Perencanaan dan
Distribusi
2 As Built Drawing Bagian Input Epanet 2.2
Perencanaan
3 Data Rekening Hubungan Menghitung Base
Ditagih Pelanggan Demand

3.2.2 Data Primer


Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari kegiatan
Praktik kerja Lapangan meliputi :
Tabel 3.2 Data Primer

No Data Metode Pengumpulan Fungsi Data


1 Tekanan Pengukuran tekanan Kalibrasi Epanet 2.2
air menggunakan
manometer di titik
sampel (hulu, tengah,
hilir).

35
36

No Data Metode Pengumpulan Fungsi Data


2 Debit air Pengukuran debit 1x24 Input Epanet 2.2
dan jam menggunakan Water
fluktuasi Meter Induk.
3 Panjang Pengukuran Panjang pipa Input Epanet 2.2
pipa dilakukan dengan cara
digitasi menggunakan
Qepanet.
4 Elevasi Memperoleh Data elevasi Input Epanet 2.2
menggunakan Data
DEM (Digital Elevation
Model).

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang akan digunakan
untuk mengumpulkan data, baik data primer maupun data sekunder.
Adapun survey yang dilakukan untuk memperoleh data yang di butuhkan
tersubut yaitu :
a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara pengamatan langsung di lapangan.
b. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara diskusi atau mengajukan pertanyaan dengan pihak terkait.
c. Studi Literatur
Studi Literatur merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan mempelajari teori, literatur, atau referensi buku.
d. Praktik Lapangan.
Praktik lapangan merupakan teknik pengumpulan data dengan
melakukan kegiatan secara langsung di lokasi Praktik Kerja Lapangan.
Dokumentasi. Mencari dan mengumpulkan dokumentasi dari berbagai
kegiatan yang mendukung dalam penyusunana laporan.
37

3.4 Kerangka Pemikiran dan Alur Analisis Data


3.4.1 Kerangka Pemikiran

Jaringan Pipa
PERUMDA AIR MINUM Distribusi di Perum
Kota Magelang Korpri

Umur Jaringan Pipa sudah


Tua

Evaluasi Jaringan Pipa


Distribusi

Simulasi Hidrolis
Jaringan Perpipaan

Aliran Air
Tekanan Berkurang
Terhambat

Memperkecil
Flushing Pipa Pergantian Pipa Memperkecil Energi
Headloss

Hasil yang di
harapkan

Kebutuhan
Tekanan Sesuai
masyarakat Aliran Merata Kriteria
tercukupi

Evaluasi Jaringan Pipa Distribusi Dengan Pemanfaatan Program Epanet


2.2 Di Perumahan Korpri Kecamatan Magelang Utara Perusahaan
Umum Daerah Air Minum Kota Magelang

Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran


38

3.4.2 Alur Analisis Data


PEMANFAATAN PROGRAM EPANET 2.2 DALAM EVALUASI JARINGAN PIPA
DISTRIBUSI DI PERUMAHAN KORPRI PERUMDA KOTA MAGELANG

MULAI Sudi Literatur

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


1. Debit Sumber Air 1. Peta Wilayah
2. Tekanan Dibeberapa Titik 2. As Built Drawing
3. Elevasi Tiap Node 3. Data Rekening Ditagih

Pengelolahan Data

INPUT

Analisa Demand – Supply


Analisis Tekanan
Ratio

Analisa kebutuhan Mengkaji Mengukur Simulasi Epanet


pelanggan Ketersediaan Air Tekanan Exsisting 2.2

Ketercukupan Kalibrasi

OUTPUT

Mencari Alternatif Simulasi Epanet


Permasalahan Penyelesaian 2.2
IYA

TIDAK

Kesimpulan Dan
Pembahasan
Saran

SELESAI

Gambar 3.2 Contoh Alur Analisis Data


39

3.5 Metode Analisis Data


Metode analisis data adalah tahapan proses penelitian dimana data
yang telah dikumpulkan untuk diolah dalam menjawab rumusan masalah.
Secara garis besar tahapan penelitian yang dilakukan sebagai berikut :
3.5.1 Analisis Ketercukupan Debit
Analisis ketercukupan debit untuk memenuhi kebutuhan pelanggan
di wilayah exsisting dilakukan dengan pengukuran debit 24 jam
menggunakan Water Meter Induk. Dalam pencatatan debit perlu
memperhatikan debit jam puncak dan debit jam minimum dan dilanjutkan
perhitungan debit rata-rata untuk membuat data Flow Factor di Epanet 2.2.
untuk menghitung Flow Factor menggunakan persamaan (14).
Menghitung kebutuhan air per SR yang didapatkan dari rata-rata
Data Rekening Ditagih (DRD) 3 bulan terakhir dibagi Jumlah sambungan
rumah di Perumahan Korpri. Setelah debit pelayanan diketahui, kemudian
dilakukan analisis. Apakah fluktuasi pemakaian air selama 24 jam sudah
sesuai kebutuhan atau belum dengan membandingkan dengan kebutuhan air
menurut Dirjen Cipta Karya Dep PU 2016. Jika sudah sesuai dengan
kebutuhan, maka dilakukan peningkatan pelayanan dan apabila belum
sesuai dengan kebutuhan maka dilakukan optimalisasi agar kebutuhan dapat
tercukupi.
3.5.2 Analisis Ketercukupan Tekanan
Untuk mengetahui tekanan pada jaringan exsisting di Perumahan
Korpi dilakukan dengan cara permasangan manometer di beberapa node
(hulu,tengah,hilir) agar merata. Pemasangan tersebut dilakukan dengan
waktu yang bersamaan. Pengambilan sampel tekanan di beberapa node
tersebut digunakan untuk perbandingan kalibrasi. Jika ada beberapa node
yang tekanannya < 0,5-1 atm, maka perlu adanya optimalisasi agar sesuai
dengan kriteria Permen PUPR No 27 Tahun 2016 tentang tekanan.
3.5.3 Analisis Optimalisasi Jaringan Pipa Distribusi
Saat menganalisis jaringan pipa distribusi akan menggunakan
simulasi EPANET 2.2. Data diperoleh dari data sekunder (bagian Perumda)
40

dan data primer (hasil pengukuran lapangan). Setelah kedua data ini
terkumpul, kemudian melakukan kalibrasi pada sistem jaringan pipa
distribusi dan menganalisa hasil yang diperoleh. Apabila tedapat
permasalahan seperti debit belum tercukupi, kekurangnya tekanan,
kelebihan tekanan, dan aliran yang terhambat. Adapun cara
penyelesaiannya yaiu :
a) Permasalahan Debit (Belum memenuhi kebutuhan pelanggan)
➢ Menurunkan Kehilangan air
➢ Penambahan Kapasitas Produksi
b) Permasalahan Tekanan (Belum memenuhi kriteria < 0,5-1 atm)
➢ Memperbesar diameter pipa
➢ Penambahan pompa
c) Permasalahan Tekanan (Tekanan Berlebih)
➢ Trial and error diameter pipa
➢ Permasangan PRV (Pressure Reducing Valve)
d) Permasalahan Aliran Terhambat
➢ Pergantian pipa
➢ Melakukan Flushing pipa secara berkala
Apabila hasil evaluasi sudah sesuai dengan kriteria Permen PUPR No. 27
Tahun 2016, maka bisa digunakan untuk menerapkan langkah efektif dan
efisien.
3.6 Rencana Jadwal Kegiatan
Rencana Jadwal Kegiatan digunakan sebagai patokan waktu penelitian
agar waktu penelitian selesai tepat waktu meliputi :
1. Minggu I : Persiapan
2. Minggu II-III : Pengumpulan Data
3. Minggu II-IX : Studi Literatur
4. Minggu II-VI : Praktik Kerja Lapangan
5. Minggu IV -V : Inventaris dan Pengolahan Data
6. Minggu VI-VII : Analisis Pembahasan Data
7. Minggu VII-X : Penyusunan Laporan PKL
41

8. Minggu XI-XII : Seminar dan Revisi


Tabel 3.3 Rencana Jadwa Kegiatan
Rencana Minggu
No
Kegiatan I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

1 Persiapan

Pengumpulan
2
Data

3 Studi Literatur

Praktik Kerja
4
Lapangan
Pengolahan
5
Data
Pembahasan
6
Data
Penyusunan
7
Laporan
Seminar &
8
Revisi

Keterangan:
= Rencana Kegiatan

= Realisasi
3.7 Diagram Network Planning

6
2
6

0 Studi Literatur 2 Minggu


Persiapan 1 10 12
0 1 5 6
1 Minggu 10 Seminar & 12
0 1 8 Minggu
Revisi

3 2 Minggu
5
3 4
6 Inventaris & 8
Pengolahan Data

EET Keterangan :
n n = Nomor kejadian
LET EET = Earliest Event Time
LET = Latest Event Time
= Lintas Kritis

Gambar 3.3 Contoh Diagram Network Planning

42
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH

4.1 Deskripsi Umum


Dalam deskripsi umum ini meliputi gambaran umum wilayah studi
sebagai berikut :
4.1.1 Deskripsi Kota Magelang
Kota Magelang terletak pada posisi 7026’18”-7030’9” Lintang
Selatan dan 110o12’30”-110o12’52” Bujur Timur. Posisi Kota Magelang
terletak di tengah-tengah wilayah administratif Kabupaten Magelang dan
hampir di tengah-tengah pulau Jawa. Posisi tersebut menjadikan daya tarik
geografis alami Kota Magelang karena berada pada persilangan simpul
ekonomi, transportasi dan pariwisata antara wilayah Semarang-Magelang-
Yogyakarta dan Perworejo-Temanggung.
Posisi strategis ini didukung dengan penetapan Kota Magelang
sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) kawasan PURWOMANGGUNG
(Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kota Magelang, Kabupaten
Magelang dan Kabupaten Temanggung) Adapun deskripsi wilayah
Kota Magelang dapat dilihat dari beberapa aspek beikut :

43
44

A. Administratif

Gambar 4.1 Peta Administratif Kota Magelang


1) sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Secang Kabupaten
Magelang.
2) sebelah timur berbatasan dengan Sungai Elo/Kecamatan Tegalrejo
Kabupaten Magelang.
3) sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Mertoyudan Kabupaten
Magelang
4) sebelah barat berbatasan dengan Sungai Progo/Kecamatan Bandongan
Kabupaten Magelang.
45

B. Luas Wilayah
Kota Magelang memiliki luas 18,12 km2 atau sebesar 0,06%
dari total luas provinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kota
Magelang terbagi atas 3 (tiga) wilayah Kecamatan dan 17
Kelurahan, yaitu:

1) Kecamatan Magelang Utara, terdiri dari 5 kelurahan, yaitu:


Kelurahan Kramat Utara, Kramat Selatan, Kedungsari,
Potrobangsan dan Wates.
2) Kecamatan Magelang Tengah, terdiri dari 6 kelurahan, yaitu:
Kelurahan Magelang, Gelangan, Panjang, Cacaban,
Kemirirejo dan Rejowinangun Utara.
3) Kecamatan Magelang Selatan, terdiri dari 6 kelurahan, yaitu:
Kelurahan Tidar Utara, Tidar Selatan, Jurangombo Utara,
Jurangombo Selatan, Rejowinangun Selatan dan Magersari.
46

Tabel 4.1 Jumlah Kelurahan/Desa dan Luas Wilayah Kota Magelang


Luas Wilayah menurut Kelurahan di Kota Magelang
Kecamatan Luas (km2) Persentase
Magelang Selatan 7,13 38,47
Magersari 0,37 2,00
Rejowinangun Selatan 1,57 8,47
Jurangombo Utara 0,66 3,56
Jurangombo Selatan 2,13 11,49
Tidar Utara 1,09 5,88
Tidar Selatan 1,31 7,07
Magelang Tengah 5,12 27,62
Rejowinangun Utara 0,86 4,64
Kemirirejo 0,86 4,64
Cacaban 0,90 4,85
Magelang 1,25 6,74
Panjang 0,36 1,94
Gelangan 0,89 4,80
Magelang Utara 6,29 33,93
Wates 1,17 6,31
Potrobangsan 1,35 7,28
Kedungsari 1,32 7,12
Kramat Utara 1,00 5,39
Kramat Selatan 1,45 7,82
Kota Magelang 18,54 100,00
Sumber : BPS Kota Magelang 2021
C. Demografi
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa
jumlah penduduk di Kota Magelang tahun 2021 berjumlah 121.610
jiwa yang terdiri atas 60.264 jiwa penduduk laki-laki dan 61.346
jiwa penduduk perempuan. Kepadatan penduduk di Kota Magelang
berbeda-beda untuk setiap kecamatan. Kepadatan penduduk rata-
47

rata di Kota Magelang pada tahun 2021 berkisar 16.908,03


jiwa/km2. Kecamatan Magelang Utara memiliki kepadatan 5.636,02
jiwa/km2 dan merupakan kecamatan dengan kepadatan tertinggi di
Kota Magelang. Sedangkan Kecamatan Magelang selatan memiliki
kepadatan penduduk 5.636 jiwa/km2 dan merupakan kecamatan
dengan kepadatan terendah.
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Kepadatan Penduduk per


Wilayah Kecamatan Penduduk (jiwa)
km2
Magelang Selatan 40.188 5.636
Magelang Tengah 44.253 5.636,01
Magelang Utara 37.169 5.636,02
Kota Magelang 121.610 5.636,03
Sumber : BPS Kota Magelang 2021
D. Topografi
Kota Magelang merupakan wilayah dataran yang dikelilingi
oleh Gunung Merapi, Merbabu, Sundoro dan Sumbing, Pegunungan
Gianti, Menoreh, Andong dan Telomoyo. Kota Magelang termasuk
dataran rendah dengan sudut kemiringan relatif bervariasi.
Morfologi pendataran antar gunung api, medan landai dan berelief
sedang-halus.
Di bagian selatan wilayah terdapat Gunung Tidar yang
merupakan hutan lindung dengan kemiringan hingga 30-40%.
Bentuk fisik Kota Magelang saat ini relatif memanjang mengikuti
jaringan jalan arteri dengan kecenderungan pertumbuhan alamiah ke
arah utara dan selatan yang didominasi area terbangun pada daerah
dengan topografi datar. Dilihat dari ketinggiannya, Kota Magelang
berada di ketinggian 375–500 mdpl dengan titik ketinggian tertinggi
pada Gunung Tidar yaitu 503 mdpl. Keberadaan Gunung Tidar
sebagai paru-paru kota menjadikan iklim Kota Magelang berhawa
sejuk.
48

Gambar 4.2 Peta Kelerengan Kota Magelang


E. Geologi
Kontur geologi Kota Magelang berupa dataran alluvium
yang tersebar sampai di bagian selatan dan tempat-tempat di pinggir
Sungai Progo dan Sungai Elo. Dataran ini tersusun oleh batuan hasil
rombakan bebatuan yang lebih tua, yang bersifat lepas. Umumnya
berada pada ketinggian antara 250–350 m, berelief halus dengan
kemiringan antara 3-8%. Daerah ini dialiri oleh Sungai Progo dan
Sungai Elo yang mengalir dengan pola sum meander. Potensi
kandungan tanah Kota Magelang sebagian besar berupa batu pasir
lepas dan konglomerat. Hasil produksi gunung berapi yang
49

merupakan endapan kwarter. Sifat batuan pasir dan


breksi/konglomerat sangat poreous (kelulusan air tinggi), serta
penurunan terhadap beban kecil, mendekati 0 (nol). Daya dukung
terhadap bangunan berkisar antara 5 kg/cm2–19 kg/cm2.
F. Hidrologi
Kota Magelang memiliki 2 (dua) sungai yang cukup besar
yaitu Sungai Elo di sebelah timur dan Sungai Progo di sebelah barat
yang juga merupakan batas alamiah yang menentukan letak
adminstrasi Kota Magelang. Kota Magelang termasuk ke dalam
Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo-Opak-Serang. Sumber air di
Kota Magelang digolongkan dari air pemukaan dan air tanah. Air
permukaan berupa sungai dan saluran irigasi. Sedangkan potensi air
tanahnya relatif bervariasi dengan kedalaman antara 5 m sampai
dengan lebih dari 20 m. Untuk kebutuhan air bersih Kota Magelang
sampai saat ini bergantung pada mata air yang berada di wilayah
Kabupaten Magelang dan satu-satunya mata air yang berada di
kawasan Kota Magelang, yaitu mata air Tuk Pecah. Di kawasan
Kota Magelang juga terdapat 3 (tiga) saluran air, yaitu Kali Bening,
Kali Kota dan Kali Manggis. Saluran tersebut juga dapat berfungsi
sebagai saluran irigasi teknis.
G. Kondisi Iklim
Kota Magelang mempunyai temperatur 20-32˚C dengan
kelembaban sekitar 88,8%, sehingga termasuk wilayah beriklim
sejuk. Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air
dan Penataan Ruang Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, diketahui
rata-rata jumlah curah hujan di Kota Magelang sepanjang tahun
2020 sebesar 286 mm/tahun. Curah hujan ini lebih tinggi dari tahun
2019 yang hanya sebesar 216,08 mm/tahun. Curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan Desember selama 24 hari dengan jumlah curah
hujan 515 mm. Sampai dengan akhir tahun tahun Kota Magelang
mengalami 177 hari hujan. Curah hujan dan hari hujan di Kota
50

Magelang sepanjang tahun 2020 tergambar pada Gambar 4.3


berikut.

Gambar 4.3 Grafik Rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan


51

4.1.2 Deskripsi PERUMDAM Kota Magelang


A. Sejarah Berdirinya PERUMDAM Kota Magelang

Gambar 4. 4 Perumdam Kota Magelang


Kota Magelang lahir pada zaman Hindia Belanda dengan nama
Gementee Magelang. Logo Pembentukan Gementee Magelang bersumber
pada Installing Ordonantie tanggal 1 Februari 1906, seperti yang
dimaksudkan pada staatsblad tahun 1906 nomor 125 tanggal 1 Maret 1906
dan dinyatakan berlaku pada tanggal 1 April 1906. Mengingat air
merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi seluruh warga masyarakat
Gamentee Magelang umumnya dan warga negara Belanda yang ada di
Gementee Magelang khususnya, maka pemerintah saat itu mendirikan
proyek air minum di Kota Magelang.
Berdasarkan peraturan pemerintah daerah yang dikenal sebagai
“Verordening Voorde Gementelijke Drinkwater Leideng” Magelang
tanggal 9 Oktober 1923/13 Desember 1923 yang diundangkan dalam
Javsche Courant tanggal 11 Januari 1924 nomor 4, maka pengolahan air
minum Gementee Magelang merupakan bagian dari program pemerintah
setempat. Dengan beralihnya hak pemerintah Belanda ke Indonesia, maka
badanMenara-Tua pengelola ini berganti nama menjadi Dinas Air Minum.
Jadi kedinasan Air Minum Magelang merupakan kelanjutan dari apa yang
telah dilakukan pada Zaman Hindia Belanda. Selanjutnya dengan adanya
perkembangan-perkembangan pengelolaan Air Minum di Kota Magelang,
52

maka berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 270 tahun 1978 dan


diperbaharui dengan Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 1989, kedinasan Air
Minum Kota Magelang berubah statusnya menjadi Perusahaan Daerah Air
Minum.menara-baru Kota Magelang.
Sebagai Perusahaan Milik Daerah, maka Perusahaan Daerah Air
Minum Daerah Tingkat II Magelang diberi wewenang untuk mengelola dan
mengusahakan sember-sumber air minum yang ada, dengan tujuan adalah
untuk meningkatkan daya guna dan daya kerja perusahaan daerah yang
bergerak dibidang penyediaan air minum sebagai satu unit kegiatan
ekonomi yang berfungsi untuk menyelenggarakan kemanfaatan umum.
Adapun landasan hukum dalam peningkatan status dari Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) menjadi Perusahaan Umum Daerah Air
Minum (PERUMDAM) Kota Magelang adalah sebagai berikut :
1. Perda No. 270 Tahun 1978 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air
Minum Kota Madya Dati II Magelang.
2. Perda No. 2 Tahun 1989 tentang Perubahan Pertama Perda No. 270 th 1978.
3. Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II
Magelang, No. 270 tahun 1978 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air
Minum Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang.
4. Perda No. 11 Th 2009 tentang Organisasi dan Kepegawaian Perusahaan
Daerah Air Minum Kota Magelang.

B. Visi dan Misi PERUMDAM Kota Magelang


➢ VISI :
- Terwujudnya profesionalisme pelayanan menuju 100% akses
aman air minum
➢ MISI :
- Menyediakan air bersih yang berkualitas, kuantitas dan
kontinuitas kepada seluruh lapisan masyarakat.
- Profesionalisme dalam pengelolaan pelayanan air bersih
kepada masyarakat.
53

- Meningkatkan SDM yang berkompeten dan berdaya saing


tinggi
- Meningkatkan Kesejahteraan karyawan
C. Stuktur Organisasi PERUMDAM Kota Magelang

Gambar 4.5 Struktur Organisasi Perumdam Kota Magelang

54
55

D. Maksud dan Tujuan Pendirian Perusahaan


Maksud dan Tujuan Pendirian Perusahaan Umum Daerah Air
Minum Kota Magelang adalah untuk meningkatkan daya guna dan daya
kerja perusahaan daerah yang bergerak dibidang penyediaan air minum
sebagai satu unit kegiatan ekonomi yang berfungsi untuk
menyelenggarakan kemanfaatan umum (public utility).
E. Sumber Air Baku PERUMDA Air Minum Kota Magelang
Perusahaan Umum Daerah Air Kota Magelang memiliki 7 Sumber
Air untuk Sistem Penyediaan Air Minum, dimana sumber Air baku yang
digunakan adalah Sumber Mata Air. Berikut Data Kapasitas Sumber Mata
Air pada tahun 2022 :
1. Sumber Mata Air Kalegen
Bangunan penangkap Mata Air (Broncaptering) Kalegen dibangun
pada tahun 1920. Sumber Mata Air Kalegen terletak di ketinggian +656
m diatas permukaan laut, sumber tersebut terdapat di Dusun Kaliangkrik,
Desa Kebonagung, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang.
Kapasitas sumber mata air Kelagen tahun 2022 adalah 89,547 lt/dtk,
sedangkan kapasitas produksi saat ini adalah sebesar 44,908 lt/dtk, dan
sisanya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pertanian.
2. Sumber Mata Air Wulung
Bangunan penangkap Mata Air (Broncaptering) Wulung dibangun
pada tahun 1920, Sumber mata air Wulung terletak di ketinggian +661 m
diatas permukaan laut , wulungsumber tersebut terdapat di Dusun
Wulung, Desa Banjarsari, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten
Magelang. Kapasitas sumber dari mata air Wulung saat ini adalah 80,380
lt/dtk, sedangkan kapasitas produksi saat ini adalah sebesar 75,834 lt/dtk,
dan sisanya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pertanian.
3. Sumber Mata Air Kalimas I
Bronkaptering Kalimas 1 dibangun pada tahun 1971, pertama kali
dialirkan tanggal 14 Mei 1974. Sumber Mata Air Kalimas I terletak di
ketinggian +474 m diatas permukaan laut, sumber tersebut terdapat di
56

Dusun Da’awu, Desa Lebak, Kecamatan Grabak, Kabupaten Magelang.


Kapasitas sumber Mata Air Kalimas tahun 2022 adalah 143,267 lt/det,
sedangkan sedangkan kapasitas Produksii 143,267 lt/det.
4. Sumber Kalimas II
Bronkaptering Kalimas II dibangun pada tahun 1980,diresmikan
pada tanggal 16 Januari 1981. Sumber mata air kalimas II letaknya sama
dengan sumber kalimas I yaitu terletak di ketinggian +474 m diatas
permukaan laut , sumber tersebut terdapat di Dusun Da’awu, Desa
Lebak, Kecamatan Grabak, Kabupaten Magelang. Kapasitas sumber
mata air Kalimas II tahun 2022 adalah 165,076 lt/det, sedangkan
kapasitas produksi saat ini telah mencapai 143,376 lt/det sehingga
apabila dilihat dari kapasitas sumber dan kapasitas produksi masih ada
kapasitas yang masih belum termanfaatkan sebesar 21,7 lt/det.
5. Sumber Kanoman I
Sumber Mata Air ini terletak di Dusun Sudimoro, Desa Sidomulyo,
Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang. Pada lokasi sumber mata
air Kanoman terdapat dua bangunan penangkap mata air, yaitu Kanoman
I dan Kanoman II. Total kapasitas sumber Kanoman I saat ini sebesar
472,818 lt/dtk. Bangunan penangkap Mata Air (Broncaptering)
Kanoman 1 dibangun pada tahun 1996, Sumber mata air Kanoman 1
terletak di ketinggian +304 m diatas permukaan laut. Kapasitas
produksinya saat ini adalah sebesar 68.169 lt/dtk. Pengambilan sumber
dari Mata Air Kanoman 1 menggunakan sistem perpompaan.
6. Sumber Kanoman II
Bangunan penangkap mata air/Broncaptering Kanoman II dibangun
pada tahun 1996, letaknya bersebelahan dengan broncaptering Kanoman
I. Kapasitas sumber mata air Kanoman II tahun 2022 adalah 75,966
lt/dtk. Pengambilan sumber dari Mata Air Kanoman II menggunakan
sistem perpompaan.
57

7. Sumber Tuk Pecah


Bangunan penangkap mata air / broncaptering Tuk Pecah dibangun
pada tahun 2005, Sumber mata air Tuk Pecah terletak di ketinggian +314
m diatas permukaan laut, sumber tersebut terdapat di Kelurahan Wates,
Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang dan merupakan satu-
satunya sumber mata air yang terletak di Kota Magelang. Kapasitas
sumber dari sumber mata air Tuk Pecah tahun 2022 adalah 240 lt/dtk,
sedangkan kapasitas produksi saat ini adalah 102 lt/dtk, pengambilan
sumber dari Mata Air Tuk Pecah menggunakan sistem perpompaan
F. Cakupan Wilayah Pelayanan
Sejak Peraturan Daerah Nomor 270 tahun 1978 diperbaharui dengan
Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 1989, kedinasan Air Minum Kota
Magelang berubah statusnya menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Kota
Magelang. Sebagai Perusahaan Milik Daerah, maka Perusahaan Daerah Air
Minum Daerah Tingkat II Magelang diberi wewenang untuk mengelola dan
mengusahakan sember-sumber air minum yang ada.
Dilihat dari wilayah pelayanan Perumda Kota Magelang terdiri dari
3 Kecamatan yang terdiri dari 17 Kelurahan, dimana wilayah pelayanan
tersebut sudah terlayani semua, tetapi memiliki ketergantungan antar
sumber atau interkoneksi. Adapun wilayah zona pelayanan dibagi menurut
sumber mata air yaitu ada 7 pembagian sumber. Berikut adalah cakupan
pelayanan di Perumda Kota Magelang sebagai berikut :
Tabel 4.3 Cakupan Wilayah Pelayanan Perumdam Kota Magelang
Wilayah
No Sumber Nama Kelurahan
Kecamatan
Kramat utara
Kramat selatan
1 Kalimas 1 Magelang Utara Kedungsari
Potrobangsan (sebagian)
wates (sebagian)
Magelang
wates (sebagian)
Tengah
2 Kalimas 2 Magelang Selatan Gelangan
Kemirirejo
58

Wilayah
No Sumber Nama Kelurahan
Kecamatan
Panjang
Jurang Ombo Utara
Jurang Ombo Selatan
Cacaban Sebagian
Tuk Magelang
3 Magelang
Pecah1 Tengah
Potrobangsan (sebagian)
Tuk Pecah Magelang Rejowinangun Utara
4
2 Tengah Rejowinangun Selatan
Jurang Ombo Utara
Jurang Ombo Selatan
Kanoman
5 Magelang Selatan Tidar Utara
1
Tidar Selatan
Magersari
Bandongan Banyuwangi
Magelang
Bandongan
Tengah
6 Kalegan Magelang Selatan Jurang Ombo Utara
Jurang Ombo Selatan
Lembah Hijau
Akmil (sebagian)
Kanoman
7 Akmil (Khusus Akmil)
2

Jumlah pelanggan air bersih Perumda Air Minun Kota Magelang


yang terlayani pada tahun 2019 dan 2020 masing-masing sebanyak 27.665
Sambungan Langganan (SL) dan 27.738 SL, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 4.4 Jumlah Pelanggan Berdasarkan Kelompok
2019 2020
Kecamatan Golongan Pelanggan Jumlah Golongan Pelanggan Jumlah
I II III IV I II III IV
Magelang Selatan 146 8866 723 11 9.746 148 8.869 727 11 9.755
Magelang Tengah 170 9286 885 6 10.347 165 9.318 864 6 10.353
Magelang Utara 131 7151 288 2 7.572 126 7.210 292 2 7.630
Kota Magelang 447 25.303 1.896 19 27.665 439 25.397 1.883 19 27.738
(Sumber Perumda Kota Magelang)
59

Keterangan :
• Golongan I : Sosial
• Golongan II : Non Niaga
• Golongan III : Niaga
• Golongan IV : Khusus

4.2 Deskripsi Khusus


4.2.1 Perumahan Korpri
A. Pelayanan
Sistem perpipaan wilayah Perumahan Korpri saat ini memiliki
jumlah pelanggan sebanyak 303 Sambungan Rumah (SR) dengan jumlah
pengguna sekitar 909 Jiwa, dan jumlah rata-rata anggota Keluarga 3 jiwa.
Adapun jumlah SR di Perumahan Korpri Berdasarkan Golongan dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.5 Jumlah Pelanggan Berdasarkan Golongan
Golongan Pelanggan
No Wilayah Jumlah SR
Kode Jenis
1 I B Sosial 2
2 I B 2 Masjid 1
3 II A 1 Rmh, Tangga Rendah 6
PERUMAHAN
4 II A 2 Rmh, Tangga Sedang 280
KORPRI
5 II A 3 Rmh, Tangga Mampu 8
ABRI
6 II B 1 Sekolah 3
7 II B 2 Instansi Pemerintah 2
8 III A Niaga Kecil 1
Jumlah 303

Untuk Lokasi Pelayanan Perumahan Korpri dapat dilihat pada


gambar 4.5 berikut ini :
60

Gambar 4.6 Lokasi Pelayanan Perumahan Korpri

B. Unit Air Baku dan Produksi


Air Baku yang dimanfaatkan pada sistem perpipaan Perumahan
Korpri menggunakan sumber mata air Kalimas I.
C. Unit Transmisi dan Distribusi
Pada sistem pendistribusian air untuk sampai ke wilayah pelayanan
Perumahan Korpri memanfaatkan grafitasi dari sumber mata air Kalimas I
yang memiliki ketinggian +474 m diatas permukaan laut.
4.2.2 Kondisi Geografis dan Administratif
Perumahan Korpri adalah salah satu perumahan yang terletak di
Kecamatan Magelang Utara dan termasuk dalam Kelurahan Kramat Selatan
yang memiliki luas 8.793 m2. Perumahan Korpri juga memiliki jumlah
penduduk sekitar 939 jiwa dengan rata-rata anggota keluarga 3 jiwa dan
jumah KK sekitar 313 KK.
Secara Geografi Wilayah Perumahan Korpri terletak antara
110o13’7” - 110o13’39” Bujur Timur dan antara 7o27’12”–7o28’12” Lintang
Selatan, dengan batas wilayah pada gambar berikut :
61

Perumahan Korpri

Gambar 4.7 Peta Batas Kelurahan Kramat Selatan


• Utara : Kampung Ngembik Kidul
• Timur : Kali Bening
• Selatan : Kantor Kelurahan Kramat Selatan
• Barat : Kali Progo
4.2.3 Kondisi Topografi
Secara topografi Perumahan Korpi merupakan dataran tinggi yang
berada kurang lebih 366 m diatas permukaan laut, dengan kemiringan antara
50 – 450, sehingga Perumahan Korpri merupakan wilayah yang bebas banjir
dengan ditunjang keberadaan sungai Progo di sisi barat dan sungai Elo di
sisi timur.
BAB V
PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Debit yang Dibutuhkan


5.1.1 Data Debit dan Fluktuasi Pemakaian Air
Pengukuran debit dilakukan untuk mengetahui apakah debit yang
masuk sudah mencukupi kebutuhan air di Perumahan atau belum dengan
melihat dari data debit rata-rata hasil pengukuran di lapangan dan dapat
mengetahui pola pemakaian air di Perumahan Korpri. Data pola pemakaian
air di setiap wilayah berbeda-beda yang dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti kondisi wilayah, kondisi jaringan, sosial budaya, serta tingkat
perekonomian masyarakat. Data pola pemakaian di Perumahan Korpri
diperoleh dari pencatatan debit dengan pembacaan water meter induk
selama 24 jam yang bertujuan untuk mengetahui fluktuasi pemakaian air
pelanggan di Jaringan Pipa Distribusi Perumahan Korpri. Pengukuran debit
dilakukan pada tanggal Kamis 2 juni 2022 jam 08.45 – Jumat 3 Juni 2022
jam 08.45 WIB. Untuk hasil Fluktuasi pemakaian air di Perumahan Korpri
dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 5.1 Hasil Pembacaan Meter Induk
Rata-
Stan Meter Debit Debit Rata Flow
No Jam Aliran Factor
Akhir Awal (m3/jam) (L/D) L/detik
1 08.45 - 9.45 874371,31 874354,74 16,57 4,60 3,95 1,16
2 09.45 - 10.45 874386,58 874371,31 15,271 4,24 3,95 1,07
3 10.45 - 11.45 874401,58 874386,58 15 4,16 3,95 1,05
4 11.45 - 12.45 874417,82 874401,58 16,238 4,51 3,95 1,14
5 12.45 - 13.45 874431,12 874417,82 13,302 3,69 3,95 0,93
6 13.45 - 14.45 874445,03 874431,12 13,91 3,86 3,95 0,97
7 14.45 - 15.45 874459,58 874445,03 14,55 4,04 3,95 1,02
8 15.45 - 16.45 874475,05 874459,58 15,47 4,29 3,95 1,08
9 16.45 - 17.45 874491,87 874475,05 16,816 4,67 3,95 1,18
10 17.45 - 18.45 874506,15 874491,87 14,284 3,96 3,95 1,00
11 18.45 - 19.45 874521,16 874506,15 15,012 4,17 3,95 1,05
12 19.45 - 20.45 874532,14 874521,16 10,98 3,05 3,95 0,77

62
63

Rata-
Stan Meter Debit Debit Rata Flow
No Jam Aliran Factor
Akhir Awal (m3/jam) (L/D) L/detik
13 20.45 - 21.45 874545,28 874532,14 13,138 3,64 3,95 0,92
14 21.45 - 22.45 874557,23 874545,28 11,952 3,32 3,95 0,84
15 22.45 - 23.45 874569,31 874557,23 12,078 3,35 3,95 0,85
16 23.45 - 00.45 874579,7 874569,31 10,392 2,88 3,95 0,73
17 00.45 - 01.45 874589,75 874579,7 10,048 2,79 3,95 0,70
18 01.45 - 02.45 874600,78 874589,75 11,025 3,06 3,95 0,77
19 02.45 - 03.45 874613,07 874600,78 12,29 3,41 3,95 0,86
20 03.45 - 04.45 874626,37 874613,07 13,307 3,69 3,95 0,93
21 04.45 - 05.45 874641,69 874626,37 15,317 4,25 3,95 1,07
22 05.45 - 06.45 874659,16 874641,69 17,47 4,85 3,95 1,23
23 06.45 - 07.45 874677,28 874659,16 18,116 5,032 3,95 1,27
24 07.45 - 08.45 874695,68 874677,28 18,4 5,11 3,95 1,29
Jumlah Pemakaian 340,93 94,70
24
Q Rata-rata 14,20 3,94
Hasil Analisis, 2022
Keterangan :

Jam Puncak Jam Minimum

Rekapitulasi Debit :
• Total Debit masuk 341 m3/hari
• Rata-rata Debit adalah 3,94 liter/detik
• Maksimal 5,11 liter/detik terjadi pada jam 07.45
• Minimum 2,79 liter/detik terjadi pada jam 00.45
Pola Pemakaian Air
1,5
1,295
1,275
1,23
1,3 1,166 1,143 1,184
1,078 1,075
1,056 1,089 1,057
1,024
0,979 1,006
1,1 0,937 0,936 0,925
0,865 0,85
0,841
0,9 0,776 0,773 0,732
0,707
0,7

0,5
09.45…

11.45…

13.45…

15.45…
24.45…
01.45…
02.45…
03.45…
04.45…
05.45…
06.45…
07.45…
08.45…

10.45…

12.45…

14.45…

16.45…
17.45…
18.45…
19.45…
20.45…
21.45…
22.45…
23.45…

Gambar 5.1 Grafik Pola Pemakaian Air Perumahan Korpri


64

Keterangan :

= Q Rata-rata

= Flow factor

Dari tabel 5.1 dapat dilihat faktor pemakaian air dengan waktu
pemakaian air yang tergambar pada grafik, bahwa jam puncak (Q peak)
terjadi pada jam 07:45 dengan faktor pemakaian 1,29 artinya dalam satu hari
terdapat jam puncak dimana pelanggan menggunakan air terbanyak, dimana
pada jam tersebut merupakan jam pemakaian air terbanyak pelanggan dalam
satu hari. Sedangkan untuk pemakaian terendah terjadi pada jam 00:45
dengan faktor 0,70. Jam minimum merupakan jam pemakaian air terkecil
pelanggan dalam satu hari. Artinya di jam minimum tersebut pemakaian
airnya lebih sedikit dibandingkan jam puncak.
5.1.2 Data Rekening Ditagih
Data Rekening Ditagih diperoleh dari bagian Hubungan
Langganan Perumdam Kota Magelang pada 5 bulan (Januari, Februari,
Maret, April, Mei) sebagai berikut :
Tabel 5.2 Data Rekning Ditagih

Jumlah Pemakaian Pemakaian Pemakaian


No Tahun Bulan
SR (m3/bulan) (m3/hari) (l/detik)
1 Januari 303 5435 175,32 2,029
2 Februari 303 5446 194,5 2,25
3 2022 Maret 303 5297 170,87 1,97
4 April 303 5631 187,7 2,17
5 Mei 303 5293 170,74 1,97
303 27102 899,13 10,40
Jumlah
303 5420,4 179,82 2,08
Rata - Rata
Sumber : DRD Perumdam Kota Magelang,2022
Dari Data Rekening Ditagih tersebut kita dapat menghitung
kebutuhan air di jaringan distribusi Perumahan Korpri. Adapun
perhitungannya sebagai berikut :
• Jumlah Sambungan Rumah (SR) = 303 SR
65

• Contoh mencari Base Deman di node 3


= Base Demand x jumlah SR tiap node
= 0.0068 liter/dt x 3 SR = 0,0204 liter/dt/SR
5.1.3 Persentase Kebocoran
Menghitung persentase Kebocoran yaitu dengan cara sebagai berikut :
• Data Pemakaian Air Pelanggan
Data pemakaian air pelanggan di dapat dari DRD, Adapun cara
menghitung Kehilangan Air dengan rumus berikut :
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 (𝑄 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)−𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑅𝑒𝑘𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔
𝐾𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑖𝑟 = ( ) x 100
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 (𝑄 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)
3,94−2,08
=( ) x 100
3,94

= 0,472 x 100
= 47 %
Dari hasil perhitungan di atas tingkat kebocoran untuk jaringan
distribusi di Perumahan Korpri 47 %.
Dalam masukan data kebocoran air ke dalam Program Epanet 2.2
dapat dimasukkan ke Demand Multiplier. Demand Multiplier merupakan
faktor global diaplikasikan untuk semua demand, untuk membuat sistem
konsumsi keseluruhan yang bervariasi. Cara perhitungannya sebagai
berikut:
100%
𝐷𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 𝑀𝑢𝑙𝑡𝑖𝑝𝑙𝑖𝑒𝑟 =
(100% − 47%)
= 1,89
Nilai kehilangan air pada jaringan pipa distribusi Perumahan Korpri
berdasarkan perhitungan lumayan tinggi. Jika dilihat dari data fluktuasi
pemakaian air termasuk normal, kemungkinan tersebut disebabkan
beberapa faktor sebagai berikut :
• Jaringan pipa distribusi Perumahan Korpri melayani wilayah lain
pada Kecamatan Magelang Utara.
• Kebocoran pipa yang terlihat maupun yang tidak terlihat.
66

5.1.4 Hasil Simulasi Epanet 2.2


Berikut ini adalah report tabel hasil simulasi Epanet 2.2 untuk pipa
pada pemakaian jam puncak (eksisiting).
Tabel 5.3 Report Table Pipa Saat Jam Puncak
Network Table - Links at 8:00 Hrs
Length Diameter Flow Velocity
Link ID Roughness
m mm LPS m/s
Pipe L71 52,73 50 100 0,66 0,34
Pipe L72 58,29 50 100 0,50 0,25
Pipe L73 54,04 50 100 0,66 0,33
Pipe L74 57,26 50 100 0,47 0,24
Pipe L75 56,05 50 100 0,65 0,33
Pipe L76 55,59 50 100 0,45 0,23
Pipe L77 54,98 50 100 0,64 0,32
Pipe L78 55,29 50 100 0,49 0,25
Pipe L79 54,31 50 100 0,71 0,36
Pipe L80 57,49 50 100 0,52 0,27
Pipe L81 43,61 50 100 0,28 0,14
Pipe L82 51,04 50 100 0,05 0,03
Pipe L83 48,13 50 100 0,42 0,21
Pipe L84 60,20 50 100 0,25 0,13
Pipe L85 62,72 50 100 1,10 0,56
Pipe L86 68,92 50 100 0,92 0,47
Pipe L68 60,07 50 100 0,87 0,44
Pipe L69 2,04 50 100 0,46 0,23
Pipe L70 28,03 50 100 0,34 0,17
Pipe L2 29,47 75 100 1,15 0,26
Pipe L3 8,64 75 100 5,11 1,16
Pipe L7 34,05 50 100 0,37 0,19
Pipe L8 41,26 50 100 0,13 0,07
Pipe L9 41,99 50 100 0,02 0,01
Pipe L10 78,00 50 100 0,13 0,07
Pipe L12 99,58 50 100 0,13 0,07
Pipe L13 4,55 50 100 0,05 0,02
Pipe L15 75,30 50 100 0,10 0,05
Pipe L16 32,42 50 100 0,17 0,09
Pipe L17 1,26 50 100 0,35 0,18
Pipe L18 33,67 50 100 0,05 0,03
Pipe L19 3,13 50 100 0,42 0,21
Pipe L20 32,10 50 100 0,05 0,03
67

Network Table - Links at 8:00 Hrs


Length Diameter Flow Velocity
Link ID Roughness
m mm LPS m/s
Pipe L22 63,59 50 100 0,05 0,03
Pipe L24 32,39 50 100 0,61 0,31
Pipe L27 2,81 50 100 1,08 0,55
Pipe L28 52,39 50 100 0,72 0,36
Pipe L31 24.82 50 100 0,00 0,00
Pipe L32 0,98 50 100 0,23 0,12
Pipe L33 29,26 50 100 0,20 0,10
Pipe L36 88,08 50 100 1,01 0,51
Pipe L39 36,45 50 100 0,07 0,04
Pipe L40 1,99 50 100 0,69 0,35
Pipe L42 31,95 50 100 0,24 0,12
Pipe L48 2,48 50 100 0,74 0,38
Pipe L53 26,13 50 100 0,32 0,16
Pipe L55 32,69 50 100 0,23 0,12
Pipe L56 46,73 75 100 2,85 0,65
Pipe L57 28,79 75 100 1,85 0,42
Pipe L58 25,86 75 100 0,96 0,22
Pipe L60 4,49 50 100 0,99 0,50
Pipe L61 58,25 50 100 0,78 0,40
Pipe L62 58,67 50 100 0,78 0,40
Pipe L63 3,15 50 100 0,38 0,19
Pipe L64 26,56 50 100 0,31 0,16
Pipe L66 27,66 75 100 3,94 0,89
Sumber : Hasil Simulasi Epanet 2.2, 2022
5.1.5 Pembahasan Debit yang Dibutuhkan
Dari hasil pengukuran debit di lapangan dengan pembacaan water
meter induk diketahui debit total selama 24 jam yang masuk di jaringan
distribusi Perumahan Korpri sebesar 341 m3/hari dan debit rata-rata 3,94
l/detik. Adapun perhitungan pemakaian air rata-rata/SR dapat dihitung
sebagai berikut :
68

• Kebutuhan air di Perumahan Korpri


Jumlah SR = 303
Jumlah Jiwa/SR = 3 Jiwa

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 5 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛


Kebutuhan air 1 SR = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑅
2,08
= 303

= 0,0068 l/detik/SR
= 587,406 l/hari/SR
𝑙
𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑅( )

Pemakaian orang/hari = 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ
𝑆𝑅

587,406
= 3

= 196 ltr/orang/hari
= 2,06 l/detik

Jadi dengan debit masuk rata-rata 3,94 l/detik, dengan hasil


Kebutuhan orang/hari sebesar 196 ltr/org/hr atau sekitar 2,06 ltr/dtk sudah
memenuhi kebutuhan air Perumahan Korpri. Jika dibandingkan menurut
tabel kebutuhan air domestik menurut Dirjen Cipta Karya Dep 2016, Kota
Magelang termasuk Kota sedang dengan asumsi unit sambungan rumah 150
ltr/orang/hari itu pun sudah sangat memenuhi kebutuhan air di Perumahan
Korpri yang memilik pelanggan sekitar 303 SR.
Dari hasil simulasi di Epanet 2.2 debit tertinggi pada saat jam
puncak yaitu debit 5,11 l/detik pada pipa L3. Sedangkan debit terendah saat
jam puncak yaitu 0,02 l/detik pada pipa L9 pada jam 07.45. Hal ini
menunjukkan bahwa aliran pada debit tertinggi air yang keluar sangat deras
sedangkan debit terendah aliran air yang keluar sedikit yang disebabkan
oleh faktor dan faktor pelanggan terjauh di jaringan pipa dan perbedaan
elevasi.
69

Gambar 5.2 Grafik Flow Tertinggi dan Terendah


5.2 Analisis Tekanan Air Pada Jaringan Pipa Distribusi
Pengukuran tekanan akan dilakukan dibeberapa titik yang telah
ditentukan untuk mengetahui apakah tekanan sudah sesuai atau belum
dengan kriteria Permen PUPR N0. 27 Tahun 2016. Hasil pengukuran
tekanan tesebut juga untuk parameter kalibrasi di Epanet 2.2 untuk
mengetahui kesaamaan antara hasil pengukuran dilapangan dan hasil
simulasi Epanet 2.2.
Praktik di lapangan menggunakan metode pengambilan sampel yang
wilayah penelitian terbagi menjadi 3 zonasi yaitu hulu, tengah, dan hilir.
Titik sampling yang di ambil mewakili secara karakteristik wilayahnya,
adapun karakteristik yang dimaksud adalah elevasi wilayah, jarak antar tiap
titik sampling dan kondisi wilayah. Pengukuran tekanan menggunakan alat
yaitu Manometer. Adapun gambar jaringan exsisting sebagai berikut :
70

Gambar 5.3 Jaringan Exsisting Perumahan Korpri


5.2.1 Pengisian Elevasi Tiap Node
Pegisian Elevasi otomatis tiap node didapat dari data DEM (Digital
Elevasi Model). Cara mendapatkan data DEM yaitu :
A. Login ke Indonesia Geospasial Portal
B. Masukkan akun Indonesia Geospasial Portal yang telah di daftar
C. Setelah itu klik Donwload DEM
D. Mencari lokasi yang akan di evaluasi
E. Klik dan download Lokasi yang akan dievalusi
F. Setelah itu Input data DEM kedalam Qepanet.
71

Hasil pengisian elevasi setelah di input ke Qepanet dilanjutkan


menganalisis di Epanet 2.2 sebagai berikut :

Gambar 5.4 Data Elevasi Model Elevasi, 2022

Elevasi

Gambar 5.5 Pengisian Elevasi Otomatis Menggunakan Data DEM, 2022


Gambar 5.5 diatas menunjukan cara pengisian Elevasi Otomatis
setelah data DEM di masukkan ke dalam layer Qgis, otomatis elevasi setiap
node di Daerah Pelayanan Perumahan Korpi dapat di ketahui. Untuk
selengkapnya pada tabel data elevasi masing-masing node sebagai berikut :
Tabel 5.4 Data Elevasi Tiap Node
No Node ID M No Node ID M
1 Resvr R1 362,45 26 Junc J29 359,98
2 Junc J2 361,98 27 Junc J30 363,11
3 Junc J3 362,25 28 Junc J31 362,8
4 Junc J5 362,46 29 Junc J32 363,12
72

No Node ID M No Node ID M
5 Junc J6 363,08 30 Junc J33 362,8
6 Junc J7 361,72 31 Junc J34 362,16
7 Junc J8 366,76 32 Junc J35 361,82
8 Junc J9 363,96 33 Junc J36 362,88
9 Junc J10 361,87 34 Junc J37 362,7
10 Junc J11 362,09 35 Junc J38 361,7
11 Junc J12 361 36 Junc J39 363,73
12 Junc J13 361,87 37 Junc J40 362,9
13 Junc J14 360,11 38 Junc J41 363,51
14 Junc J15 362,07 39 Junc J42 362,12
15 Junc J17 362,07 40 Junc J43 362,88
16 Junc J18 361,11 41 Junc J44 362,03
17 Junc J19 361,45 42 Junc J45 362,66
18 Junc J20 362,7 43 Junc J46 360,41
19 Junc J21 358,08 44 Junc J47 360,52
20 Junc J22 359,27 45 Junc J48 360,13
21 Junc J23 360,81 46 Junc J49 358,74
22 Junc J24 357,88 47 Junc J50 361,19
23 Junc J26 360,39 48 Junc J51 359,34
24 Junc J27 359,47 49 Junc J52 361,53
25 Junc J28 358,07
Dari tabel 5.4 menunjukkan Elevasi tertinggi dengan ketinggian
366,76 mdpl, sedangkan yang terendah dengan ketinggian 357,88 mdpl.
Sehingga beda tingginya adalah 8,88 m.
5.2.2 Fluktuasi Tekanan Air
Untuk mengetahui fluktuasi tekanan air minimum dan maksimum di
Perumahan Korpri dilakukan pengukuran di lapangan dekat tappingan (pipa
awal) dan dapat dihitung pada tabel 5.5 sebagai berikut :
Tabel 5.5 Fluktuasi Tekanan Air

Tekanan
No Jam Elevasi Faktor
Atm Mka Head
1 08.45 362,25 0,65 6,5 368,75 1,02
2 09.45 362,25 0,7 7 369,25 1,02
3 10.45 362,25 0,8 8 369,25 1,02
4 11.45 362,25 0,8 8 369,25 1,02
5 12.45 362,25 0,9 9 372,25 1,03
6 13.45 362,25 1 10 372,25 1,03
73

Tekanan
No Jam Elevasi Faktor
Atm Mka Head
7 14.45 362,25 1,1 11 373,25 1,03
8 15.45 362,25 0,95 9,5 371,75 1,03
9 16.45 362,25 0,8 8 370,25 1,02
10 17.45 362,25 0,8 8 370,25 1,02
11 18.45 362,25 0,9 9 371,25 1,02
12 19.45 362,25 1 10 372,25 1,03
13 20.45 362,25 1,2 12 374,25 1,03
14 21.45 362,25 1,3 13 375,25 1,04
15 22.45 362,25 1,4 14 376,25 1,04
16 23.45 362,25 1,4 14 376,25 1,04
17 00.45 362,25 1,4 14 376,25 1,04
18 01.45 362,25 1,5 15 377,25 1,04
19 02.45 362,25 1,5 15 377,25 1,04
20 03.45 362,25 1,3 13 375,25 1,04
21 04.45 362,25 1 10 372,25 1,03
22 05.45 362,25 0,9 9 369,25 1,02
23 06.45 362,25 0,8 8 368,55 1,02
24 07.45 362,25 0,6 6 368,25 1,02
Hasil Analisis, 2022
Berdasarkan tabel 5.5 data pola tekanan terkecil ada di jam 07.45
yaitu 6 mka sedangkan tekanan terbesar ada di jam 01.45 yaitu sekitar 15
mka.
5.2.3 Pengukuran Tekanan Exsisting
Data tekanan diambil di beberapa titik seperti bagian hulu, tengah,
hilir, dan titik elevasi terendah dan tertinggi dengan menggunakan alat
Manometer. Pengukuran tekanan dilakukan untuk mengetahui tekanan pada
daerah yang diamati, selain itu dapat juga dijadikan sebagai bahan
pembanding/ketidaksesuaian antara hasil lapangan dan hasil simulasi
kalibrasi Epanet 2.2.
74

Gambar 5.6 Manometer

Gambar 5.7 Pemasangan Manometer di titik Sampel


Penentuan titik tekanan yang diukur merupakan daerah yang
dianggap mewakili untuk jaringan pipa distribusi, yaitu hulu, tengah dan
hilir. Pengukuran tekanan tersebut dilakukan untuk mengkalibrasikan
tekanan ke dalam apikasi Epanet 2.2. Berikut data pengukuran tekanan di
lapangan :
75

Tabel 5.6 Pengukuran Tekanan Dilapangan


Nomor Waktu Tekanan
Node
Kode sampel Pembacaan Atm M
07.00 0,8 8
08.00 0,6 6
1 J3
01.00 1,4 14
02.00 1,5 15
07.00 0,4 4
08.00 0,3 3
2 J32
01.00 1,2 12
02.00 1,2 12
07.00 0,4 4
08.00 0,4 4
3 J7
01.00 1,2 12
02.00 1,2 12
07.00 0,6 6
08.00 0,5 5
4 J12
01.00 1,5 15
02.00 1,5 15
07.00 0,65 6,5
08.00 0,6 6
5 J47
01.00 1,45 14,5
02.00 1,45 14,5
07.00 0,35 3,5
08.00 0,4 4
6 J10
01.00 1,15 11,5
02.00 1,2 12
07.00 0,55 5,5
08.00 0,49 4,9
7 J41
01.00 1,3 13
02.00 1,3 13
07.00 0,4 4
08.00 0,4 4
8 J24
01.00 1,3 13
02.00 1,3 13
07.00 0,6 6
08.00 0,6 6
9 J29
01.00 1,45 14,5
02.00 1,5 15
07.00 0,7 7
10 J22
08.00 0,7 7
76

Nomor Waktu Tekanan


Node
Kode sampel Pembacaan Atm M
01.00 1,5 15
02.00 1,6 16
Hasil Analisis, 2022
Dari Tabel 5.6, pengukuran tekanan pada 10 titik pengambilan
sampel di lapangan yaitu node 3, 32, 7, 12, 47, 10, 41, 24, 29 dan 22. Hasil
Pengukuran tekanan dari beberapa node tersebut, ada 4 node yang belum
memenuhi stadar kriteria tekanan distribusi 0,5 – 1 atm. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.8.
Adapun grafik Pola Tekanan Air hasil pengukuran tekanan exsisting
sebagai berikut :

Gambar 5.8 Grafik Tekanan Exsisting


Dari Gambar 5.8, dapat dilihat node yang tekanannya belum
memenuhi syarat dan kriteria yaitu node 32,7,10, dan 24. Khusunya pada
node 24 yang harusnya tekanannya tinggi karena elevasinya rendah yaitu
357,88 mdpl, tetapi hasil pengukuran di lapangan tekanannya hanya 4 mka
pada jam puncak dan 13 mka pada jam minimum. Berikut titik sampel
tekanan yang diambil dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
77

Gambar 5.9 Titik Pengambilan Tekanan


5.2.4 Kalibrasi Data
Hasil pengukuran di lapangan dengan perhitungan Epanet 2.2 perlu
dibandingkan dengan cara mengkalibrasi data hasil perhitungan di lapangan
dengan perhitungan Epanet 2.2, hal ni dimaksudkan agar diperoleh hasil
perhitungan yang mendekati keadaan sebenarnya di lapangan. Data
kalibrasi yang dimasukan adalah data tekanan. Dalam proses kalibrasi ini
peneliti mensimulasikan Roughness untuk medapatkan nilai korelasi
mendekati 1, hingga di dapat Rouhgness 100 untuk pipa PVC yang umurnya
sekitar 39 tahun dari tahun 1983. Adapun kalibrasi data tekanan dapat dilihat
dalam tabel dan grafik hasil kalibrasi data tekanan pada beberapa lokasi
titik pengukuran di lapangan dengan hasil perhitungan Epanet 2.2.
78

Gambar 5.10 Statistik Kalibrasi Tekanan dibeberapa Titik Sampel


Tabel 5.7 Kriteria Korelasi
Nilai Korelasi Sampel Interprestasinya
0,00 - 0,25 Hubungan Korelasinya Sangat Lemah
0,25 - 0,5 Hubungan Korelasinya Cukup
0,5 - 0,75 Hubungan Korelasinya Kuat
0,75 – 0,99 Hubungan Korelasinya Sangat Kuat
1 Hubungan Korelasinya Sempurna
(Sarwono,2006)
Dilihat dari gambar 5.10 hasil kalibrasi tekanan dengan 10 titik
sampel di wilayah Perumahan Korpri yaitu node 3, 32, 22, 12, 47, 29, 7, 10,
dan 24 diperoleh nilai stasistik pada Corrlation Between Means adalah
0,427. Menurut tabel 5.7 Kriteria Korelasi, hasil Correlation Between
Means 0,427 teramasuk Hubungan Korelasinya Cukup. Berati pengukuran
di lapangan dengan simulasi Epanet 2.2 cukup mirip.
79

Gambar 5. 11 Correlation plot


Dapat dilihat pada gambar 5.11 hasil Correlation plot bervariasi
dengan tekanan yang ada di lapangan. Letak titik sampel pada node 3, 12,
32, 41, 7, 29, 10, 47 dan 52 mendekati garis diagonal, ini menunjukan bahwa
pengukuran di lapangan dengan simulasi Epanet 2.2 cukup mirip.

Gambar 5.12 Diagram Kalibarsi Tekanan dibeberapa Titik sampel


80

Dapat diilihat juga pada gambar 5.12 hasil pengukuran dilapangan


dengan hasil simulasi Epanet 2.2 Cukup sama, namun ada node yang
memiliki perbedaan hasil pengukuran di lapangan dan hasil simulasi sangat
jauh yaitu node 24. Perbedaan ini disebabkan karena adanya kebocoran pipa
yang terjadi di dekat titik sampel pengambilan tekanan.
5.2.5 Hasil Simulasi Epanet 2.2
Berikut ini adalah report tabel hasil simulasi Epanet 2.2 untuk node
pada pemakaian jam puncak.
Tabel 5.8 Report table node saat jam puncak
Network Table - Nodes at 8:00 Hrs
Base
Elevation Demand Head Pressure
Node ID Demand
m LPS LPS m m
Junc J45 362,66 0,068 0,17 366,8 4,64
Junc J46 360,41 0,0748 0,18 366,8 6,89
Junc J47 360,52 0,0816 0,2 366,79 6,75
Junc J48 360,13 0,0612 0,15 366,78 7,12
Junc J49 358,74 0,0748 0,18 366,58 8,36
Junc J50 361,19 0,0952 0,23 366,08 5,6
Junc J51 359,34 0,068 0,17 365,44 7,02
Junc J52 361,43 0,0748 0,18 368,07 6,93
Junc J44 362,03 0,0272 0,07 367,29 5,57
Junc J2 361,98 0,0068 0,02 369,23 7,41
Junc J3 362,25 0,0204 0,05 369,19 7,07
Junc J5 362,46 0,034 0,08 366,51 4,64
Junc J6 363,08 0,0408 0,1 366,41 3,95
Junc J7 361,72 0,0476 0,12 366,39 5,3
Junc J8 366,76 0,0068 0,02 366,39 0,26
Junc J9 363,96 0,0544 0,13 366,37 3,32
Junc J10 361,87 0,0272 0,07 366,54 5,24
Junc J11 362,09 0,034 0,08 366,51 5,01
Junc J12 361 0,0544 0,13 366,47 6,07
Junc J13 361,87 0,034 0,08 366,54 5,24
Junc J14 360,11 0,0408 0,1 366,52 6,99
Junc J15 362,07 0,034 0,08 366,54 5,04
Junc J17 362,07 0,0204 0,05 366,53 5,03
Junc J18 361,11 0,0204 0,05 366,53 5,99
Junc J19 361,45 0,0204 0,05 366,22 5,43
81

Network Table - Nodes at 8:00 Hrs


Base
Elevation Demand Head Pressure
Node ID Demand
m LPS LPS m m
Junc J20 362,7 0,034 0,08 366,46 4,35
Junc J21 358,08 0,0204 0,05 366,45 8,96
Junc J22 359,27 0,0272 0,07 365,62 7,21
Junc J23 360,81 0,034 0,08 366,16 6,03
Junc J24 357,88 0,0204 0,05 366,08 8,9
Junc J26 360,39 0,0816 0,20 365,59 6,07
Junc J27 359,47 0,0136 0,03 365,62 7,01
Junc J28 358,07 0 0,00 365,62 8,41
Junc J29 359,98 0,102 0,25 365,35 6,32
Junc J30 363,11 0,034 0,08 368,75 5,65
Junc J31 362,8 0,034 0,08 367,28 4,82
Junc J32 363,12 0,0748 0,18 367,25 4,5
Junc J33 362,8 0,0408 0,10 367,25 4,81
Junc J34 362,16 0,0204 0,05 367,28 5,44
Junc J35 361,82 0,0204 0,05 367,16 5,65
Junc J36 362,88 0,034 0,08 367,27 4,67
Junc J37 362,7 0,0272 0,07 366,48 4,36
Junc J38 361,7 0,0952 0,23 367,12 5,74
Junc J39 363,73 0,0544 0,13 368,28 4,46
Junc J40 362,9 0,0476 0,12 368,14 5,13
Junc J41 362,51 0,0748 0,18 368,1 5,48
Junc J42 362,12 0,0408 0,10 367,25 5,4
Junc J43 362,88 0,034 0,08 367,29 4,68
Resvr R1 362,45 #N/A -5,11 369,7 7,25
Sumber : Hasil Simulasi Epanet 2.2, 2022
82

Gambar 5.13 Contour Plot Tekanan pada Jam Puncak

Gambar 5.14 Contour Plot Elevasi


83

Gambar 5.15 Contour Plot Base Demand


5.2.6 PembahasanTekanan Air Pada Jaringan Pipa Distribusi
Dari hasil pengukuran tekanan di lapangan menggunakan
manometer pada 10 titik sampel yaitu hulu, tengah, dan hilir. Setiap zona
di ambil hulu 3 titik, tengah 3 titik, hilir 4 titik sampel yang mewakili secara
karakteristik wilayahnya, adapun karakteristik yang dimaksud adalah
elevasi wilayah, jarak antar tiap titik sampling dan kondisi wilayah. Dari
hasil pengukuran tersebut selama 24 jam diambil 4 jam yang mewakili jam
puncak dan jam minumum yaitu jam 07.00 - 08.00 dan 01.00 - 02.00
menunjukan bahwa ada tekanan yang kurang memenuhi kriteria Permen
No. 27 tahun 2016 PUPR yaitu tekanan minimum 5 -10 mka dan tekanan
maksimum 80 mka. Dari hasil pengukuran di 10 titik sampel tekanan ada 4
node yang tidak memenuhi syarat Permen No. 27 tahun 2016 PUPR yaitu
node 32,7,10 dan 24, khususnya pada node 24 menunjukan perbedaan
tekanan yang sangat jauh antara hasil lapangan dan hasil simulasi Epanet
2.2. Jika dilihat dari elevasi dan Base Demand pada node 24 harusnya
tekanan bisa mendekati atau setara dengan hasil simulasi, tetapi hasilnya di
lapangan berbeda jauh. Perbedaan ini disebabkan karena adanya kebocoran
pipa dan kemungkinan pipanya tersumbat yang mengakibatkan tekanannya
menjadi kecil.
84

5.3 Anlisisis Permasalahan dan Optimalisasi Jaringan Pipa Distribusi


Analisis pengoptimalisasi jaringan dilakukan dengan simulasi pada
program Epanet 2.2 untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di jaringan
pipa distribusi seperti kebocoran pipa dan kemungkinan pipa tersumbat
yang mengakibatkan aliran yang keluar pada pelanggan tidak memenuhi
kebutuhan dan berpengaruh ke kurangnya tekanan, tingginya tingkat
kehilangan air, dan tekanan tidak memenuhi syarat kriteria distribus dimana
yang dicantumkan dalam Permen PUPR Nomor 27 Tahun 2016 Tekanan 5-
10 mka.
5.3.1 Hasil Simulasi Epanet 2.2
Berikut ini adalah report tabel hasil simulasi Epanet 2.2 untuk node
dan pipa pada pemakaian jam puncak :
1. Report table pipa saat jam puncak
Tabel 5.9 Report Table Pipa Saat Jam Puncak
Network Table - Links at 8:00 Hrs
Length Diameter Flow Velocity
Link ID Roughness
m mm LPS m/s
Pipe L71 52,73 50 100 0,66 0,34
Pipe L72 58,29 50 100 0,50 0,25
Pipe L73 54,04 50 100 0,66 0,33
Pipe L74 57,26 50 100 0,47 0,24
Pipe L75 56,05 50 100 0,65 0,33
Pipe L76 55,59 50 100 0,45 0,23
Pipe L77 54,98 50 100 0,64 0,32
Pipe L78 55,29 50 100 0,49 0,25
Pipe L79 54,31 50 100 0,71 0,36
Pipe L80 57,49 50 100 0,52 0,27
Pipe L81 43,61 50 100 0,28 0,14
Pipe L82 51,04 50 100 0,05 0,03
Pipe L83 48,13 50 100 0,42 0,21
Pipe L84 60,20 50 100 0,25 0,13
Pipe L85 62,72 50 100 1,10 0,56
Pipe L86 68,92 50 100 0,92 0,47
Pipe L68 60,07 50 100 0,87 0,44
Pipe L69 2,04 50 100 0,46 0,23
Pipe L70 28,03 50 100 0,34 0,17
85

Network Table - Links at 8:00 Hrs


Length Diameter Flow Velocity
Link ID Roughness
m mm LPS m/s
Pipe L2 29,47 75 100 1,15 0,26
Pipe L3 8,64 75 100 5,11 1,16
Pipe L7 34,05 50 100 0,37 0,19
Pipe L8 41,26 50 100 0,13 0,07
Pipe L9 41,99 50 100 0,02 0,01
Pipe L10 78,00 50 100 0,13 0,07
Pipe L12 99,58 50 100 0,13 0,07
Pipe L13 4,55 50 100 0,05 0,02
Pipe L15 75,30 50 100 0,10 0,05
Pipe L16 32,42 50 100 0,17 0,09
Pipe L17 1,26 50 100 0,35 0,18
Pipe L18 33,67 50 100 0,05 0,03
Pipe L19 3,13 50 100 0,42 0,21
Pipe L20 32,10 50 100 0,05 0,03
Pipe L22 63,59 50 100 0,05 0,03
Pipe L24 32,39 50 100 0,61 0,31
Pipe L27 2,81 50 100 1,08 0,55
Pipe L28 52,39 50 100 0,72 0,36
Pipe L31 24.82 50 100 0,00 0,00
Pipe L32 0,98 50 100 0,23 0,12
Pipe L33 29,26 50 100 0,20 0,10
Pipe L36 88,08 50 100 1,01 0,51
Pipe L39 36,45 50 100 0,07 0,04
Pipe L40 1,99 50 100 0,69 0,35
Pipe L42 31,95 50 100 0,24 0,12
Pipe L48 2,48 50 100 0,74 0,38
Pipe L53 26,13 50 100 0,32 0,16
Pipe L55 32,69 50 100 0,23 0,12
Pipe L56 46,73 75 100 2,85 0,65
Pipe L57 28,79 75 100 1,85 0,42
Pipe L58 25,86 75 100 0,96 0,22
Pipe L60 4,49 50 100 0,99 0,50
Pipe L61 58,25 50 100 0,78 0,40
Pipe L62 58,67 50 100 0,78 0,40
Pipe L63 3,15 50 100 0,38 0,19
Pipe L64 26,56 50 100 0,31 0,16
Pipe L66 27,66 75 100 3,94 0,89
Sumber : Hasil Simulasi Epanet 2.2, 2022
86

2. Report Table Node Saat Jam Puncak


Network Table - Nodes at 8:00 Hrs
Base
Elevation
Node ID Demand Demand Head Pressure
m LPS LPS m m
Junc J45 362,66 0,068 0,17 366,8 4,64
Junc J46 360,41 0,0748 0,18 366,8 6,89
Junc J47 360,52 0,0816 0,2 366,79 6,75
Junc J48 360,13 0,0612 0,15 366,78 7,12
Junc J49 358,74 0,0748 0,18 366,58 8,36
Junc J50 361,19 0,0952 0,23 366,08 5,6
Junc J51 359,34 0,068 0,17 365,44 7,02
Junc J52 361,43 0,0748 0,18 368,07 6,93
Junc J44 362,03 0,0272 0,07 367,29 5,57
Junc J2 361,98 0,0068 0,02 369,23 7,41
Junc J3 362,25 0,0204 0,05 369,19 7,07
Junc J5 362,46 0,034 0,08 366,51 4,64
Junc J6 363,08 0,0408 0,1 366,41 3,95
Junc J7 361,72 0,0476 0,12 366,39 5,3
Junc J8 366,76 0,0068 0,02 366,39 0,26
Junc J9 363,96 0,0544 0,13 366,37 3,32
Junc J10 361,87 0,0272 0,07 366,54 5,24
Junc J11 362,09 0,034 0,08 366,51 5,01
Junc J12 361 0,0544 0,13 366,47 6,07
Junc J13 361,87 0,034 0,08 366,54 5,24
Junc J14 360,11 0,0408 0,1 366,52 6,99
Junc J15 362,07 0,034 0,08 366,54 5,04
Junc J17 362,07 0,0204 0,05 366,53 5,03
Junc J18 361,11 0,0204 0,05 366,53 5,99
Junc J19 361,45 0,0204 0,05 366,22 5,43
Junc J20 362,7 0,034 0,08 366,46 4,35
Junc J21 358,08 0,0204 0,05 366,45 8,96
Junc J22 359,27 0,0272 0,07 365,62 7,21
Junc J23 360,81 0,034 0,08 366,16 6,03
Junc J24 357,88 0,0204 0,05 366,08 8,9
Junc J26 360,39 0,0816 0,20 365,59 6,07
Junc J27 359,47 0,0136 0,03 365,62 7,01
Junc J28 358,07 0 0,00 365,62 8,41
Junc J29 359,98 0,102 0,25 365,35 6,32
Junc J30 363,11 0,034 0,08 368,75 5,65
Junc J31 362,8 0,034 0,08 367,28 4,82
87

Network Table - Nodes at 8:00 Hrs


Base
Elevation
Node ID Demand Demand Head Pressure
m LPS LPS m m
Junc J32 363,12 0,0748 0,18 367,25 4,5
Junc J33 362,8 0,0408 0,10 367,25 4,81
Junc J34 362,16 0,0204 0,05 367,28 5,44
Junc J35 361,82 0,0204 0,05 367,16 5,65
Junc J36 362,88 0,034 0,08 367,27 4,67
Junc J37 362,7 0,0272 0,07 366,48 4,36
Junc J38 361,7 0,0952 0,23 367,12 5,74
Junc J39 363,73 0,0544 0,13 368,28 4,46
Junc J40 362,9 0,0476 0,12 368,14 5,13
Junc J41 362,51 0,0748 0,18 368,1 5,48
Junc J42 362,12 0,0408 0,10 367,25 5,4
Junc J43 362,88 0,034 0,08 367,29 4,68
Resvr R1 362,45 #N/A -5,11 369,7 7,25
Sumber : Hasil Simulasi Epanet 2.2, 2022
Keterangan :
• Sesuai Kriteria ≥ 5-10 mka
• Tidak Sesuai Kriteria 0– 4 mka
Dari hasil simulasi Epanet 2.2 pada saat jam puncak, tekanan di
Perumahan Kopri masih terdapat tekanan yang belum memenuhi kriteria.
Adapun jumlah tekanan yang tidak memenuhi syarat dan kriteria distrtibusi
sebanyak 13 node yang ditandai warna merah. Dari 13 node tersebut
tekanan yang terkecil terdapat pada node 8 sebesar 0,26 mka ditandai
dengan warna merah sedangkan tekanan tertinggi terdapat pada node 21
sebesar 8,96 mka ditandai dengan warna hijau. Perbedaan tekanan juga
disebabkan karenan tinggi rendahnya elevasi tiap node dan banyak atau
sedikitnya Base Demand. Berikut gambar hasil simulasi Epanet 2.2 yang
tekanan kurang dari 5 -10 mka sebagai berikut :
88

Gambar 5.16 Gambar Tekanan yang tidak sesuai kriteria ada 21 node
Dari hasil simulasi Epanet 2.2 ada 13 node yang tidak sesuai kriteria
yaitu 5-10 mka. Adapun tekanan yang paling besar ada di node 21 yaitu
sekitar 8,96 mka dan tekanan paling kecil ada di node 8 yaitu 0,26 dan dapat
dilhat pada gambar grafik sebagai berikut :

Gambar 5. 17 Grafik Tekanan Tertinggi dan Terendah


Perbedaan tekanan juga disebabkan oleh tinggi rendahnya elevasi
tiap node. Berikut perbedaan elevasi pada node 21 dan 8 dan dapat dilihat
dalam bentuk profil Hidrolis :
89

J8 Hst

HGL
Sisa Tekan
H8 = 0,26 m
H8 = 8,9 m
Elevasi : 366,76 m
Elevasi : 358,08 m

J21

Gambar 5.18 Profil Hidrolis Tekanan Tertinggi dan Terendah


Dapat dilihat semakin rendah elevasi tekanan semakin besar terlihat
pada node 21 yang memiliki elevasi 358,08 m dan tekananya sekitar 8,96
m, berbanding terbalik dengan node 8 yang elevasinya 366,76 m dengan
tekanan hanya 0,26 m.
Adapun profil hidrolis dari beberapa node yang diambil untuk mengetahui
garis ketinggian muka air dan untuk analisis permasalahan tekanan. Ada dua profil
hidrolis yang diambil dari beberapa node yang dianggap mewakili jaringan di
perumahan Korpri. Berikut Profil Hidrolis untuk node 32,12 dan 7 sebagai berikut:

HL32 = 3,58 m
HL12 = 3,7 m HL7 = 3,98 m

HGL

Sisa Tekan
h32 = 3 m
Elevasi : 363,12 m
h12 = 5 m h7 = 4 m
h1 = 7,25 m
J32 Elevasi : 361 m Elevasi : 361,72 m
R1 J12
Elevasi : 362,45 m J7

Gambar 5.19 Profil Hidrolis Node 32,12,dan 7


90

Dapat dilihat profil hidrolis diatas menunjukan tinggi rendah elevasi


sangat berpengaruh terhadap tekanan semakin rendah elevasi tekanan
semakin besar terlihat pada node 32 mengalami penurunan tekanan yang
cukup tinggi, disebabkan karena tingginya Base demand pada node 32.
Berikut Profil Hidrolis untuk node 41,49 dan 24 sebagai berikut :

HL1 = 2,29 m
HL2 = 2,6 m
HL3 = 7,82 m
HGL
Sisa Tekan
h41 = 4,9 m
Elevasi : 362,51m h49 = 8,36 m
Elevasi : 358,74 m
R1 J41
h1 = 7,25 m H24 = 4 m
Elevasi : 362,45 m Elevasi : 357,88 m
J49 J24

Gambar 5.20 Profil Hidrolis Node 41,49 dan 24


Berdasarkan gambar profil hidrolis diatas khususnya pada node 24
tekananya hanya 4 m, jika dipertimbangkan dengan elevasinya yang rendah
harusnya tekananya lebih besar dari node 41 dan 49. Dapat dilihat pada node
49 elevasinya lebih tinggi dari pada node 24 dengan tekanan sekitar 8,36 m.
Permasalahan yang terjadi pada node 24 ini disebabkan oleh tingginya
headloss karena umur pipa yang cukup tua sekitar 39 tahun dari tahun 1983
yang membuat kekasaran pipa menurun disebabkan adanya endapan yang
membuat aliran air kecil atau tersumbat.
5.3.2 Alternatif Penyelesaian Masalah Umum
Berdasarkan hasil pengukuran langsung dilapangan maupun
simulasi Epanet 2.2, permasalahan yang terjadi di jaringan pipa distribusi
Perumahan Korpri adalah tekanan yang rendah di bawah 5 – 10 mka
disebabkan karena perbedaan elevasi dan kebocoran pipa. Setelah
melakukan perhitunga pesentase kebocoran, maka didapat nilai persentasi
kehilangan air sebesar 47 %. Tekanan yang tinggi bisa menjadi pemicu
91

tinginya nilai persentasi kehilangan air. Adapun Optimalisasi jaringan pipa


distribusi di perumahan Korpri sebagai berikut :
1. Kebutuhan Debit
Dari hasil pengukuran debit di lapangan dengan pembacaan water
meter induk diketahui debit total selama 24 jam yang masuk di jaringan
distribusi Perumahan Korpri sebesar 341 m3/hari dan debit rata-rata 3,94
l/detik sedangkan pemakaian rata-rata/SR sekitar 2,08 l/detik selisihnya
sekitar 1,86 l/detik. Dari tabel kebutuhan domestik pun debit yang masuk
masih mengcukupi kebutuhan air di Perumahan Korpri. Jadi dengan selisih
debit ini berupa Idle Capacity dapat dilakukan optimalisasi penambahan
pelanggan.
2. Alternatif Tekanan Agar Memenuhi Kriteria 5-10 mka Saat Jam Puncak
Dalam simulasi Epanet 2.2 terdapat 13 node yang tekanan
kurang memenuhi kriteria 5 – 10 mka saat jam puncak dan dari 13 node
tersebut tekanan yang paling rendah berada di node 8 sebesar 0,26 mka.
Adapun alternatifnya sebagai berikut :
a. Alternatif Penurunan NRW 30 %
Alternatif Penurunan NRW 47 % menjadi 30 % dapat disimulasikan
dengan mengunnakan Epanet 2.2. Dengan cara mengubah Demand
Multiplayer hasil pengukuran lapangan yaitu 1,89 menjadi 1,42 dengan
rumus :
100%
𝐷𝑒𝑚𝑎𝑛 𝑀𝑢𝑙𝑡𝑖𝑝𝑙𝑖𝑒𝑟 = (100%−30%)

= 1,42
Setelah menurunkan NRW menjadi 30% dengan hasil Demand
Multipalyer 1,42 lalu di input kedalam Epanet 2.2 .
92

Gambar 5. 21 Pengantian Demand Multiplayer di Epanet 2.2


❖ Untuk implementasi di lapangan dapat dilakukan beberapa langkah kerja
dalam melakukan penurunan tingkat kehilangan air, yaitu :
1) Pembacaan Debit dan Volume Input Sistem.
Data debit dan volume input sistem dilakukan selama 1 x 24 jam
kegiatan tersebut dilakukan untuk mengetahui fluktuasi pemakaian
air pelanggan dan mengetahui kubikasi air yang didistribusikan
untuk wilayah yang di ukur selama 24 jam. Pembacaan dilakukan
menggunakan Water Mater Induk.
2) Pembacaan Tekanan
Data tekanan diambil di beberapa titik sampel seperti bagian hulu,
tengah, dan hilir menggunakan Manometer. Pengukuran tekanan
dilakukan untuk mengetahui pola tekanan yangada di pelanggan
selama 24 jam. Dengan cara pengukuran,pasangkan manometer ke
dalam kran pelanggan lalu baca jarum pada grafik dilayar
manometer.
3) Akurasi Water Meter Pelanggan
Data akurasi diambil dengan cara membandingkan volume meter
yang tercatat dengan air tertampung di gelas ukur. Pengukuran
akurasi meter pelanggan dilakukan untuk mengetahui tingkat
keakuratan meter pelanggan. Dengan cara pengukuran yaitu :
a) Sediakan alat Beaker Glass dan gelas ukur 1000 ml.
93

b) Baca putaran stan meter pelanggan dengan volume 0,0001


apabila dimulai dari angka 1 maka selesai diangka 1
kegiatan tersebut dilakukan secara bersaman dengan
membuka kran pelanggan dan air ditampung didalam
beaker glass.
c) Lalu masukan air ke dalam gelas ukur.
d) Bandingkan air yang tercatat pada water meter dengan air
yang tercatat di gelas ukur untuk mengetahui tingkat
keakuratan water meter tersebut.
4) Ruas Kebocoran Pipa (Step Test)
Mecari ruas kebocoran pipa (Step Test) dilakukan dengan cara
Mempersempit jaringan dengan valve. Bertujuan untuk
mempermudah mecari titik kebocoran pipa.
5) Titik Kebocoran
Mecari titik kebocoran dilakukan dengan cara menyusuri jaringan
pipa yang terindikasi kebocorang tinggi dengan menggunakan alat
water leak detector.
• Hasil Optimalisasi Epanet 2.2
Berikut ini adalah report tabel hasil penurunan Nrw 30%
simulasi Epanet 2.2 untuk node pada pemakaian jam puncak :
Tabel 5.10 Report Table Nodes Optimalisasi Saat Jam Puncak
Network Table - Nodes at 8:00 Hrs
Elevation Base Demand Demand Head Pressure
Node ID
m LPS LPS m m
Junc J45 362,66 0,068 0,13 366,8 5,63
Junc J46 360,41 0,0748 0,14 366,8 7,87
Junc J47 360,52 0,0816 0,15 366,79 7,75
Junc J48 360,13 0,0612 0,11 366,78 8,13
Junc J49 358,74 0,0748 0,14 366,58 9,43
Junc J50 361,19 0,0952 0,18 366,08 6,79
Junc J51 359,34 0,068 0,13 365,44 8,39
Junc J52 361,43 0,0748 0,14 368,07 7,48
Junc J44 362,03 0,0272 0,05 367,29 6,43
Junc J2 361,98 0,0068 0,01 369,23 7,53
94

Network Table - Nodes at 8:00 Hrs


Elevation Base Demand Demand Head Pressure
Node ID
m LPS LPS m m
Junc J3 362,25 0,0204 0,04 369,19 7,22
Junc J5 362,46 0,034 0,06 366,51 5,71
Junc J6 363,08 0,0408 0,08 366,41 5,05
Junc J7 361,72 0,0476 0,09 366,39 6,4
Junc J8 366,76 0,0068 0,01 366,39 1,36
Junc J9 363,96 0,0544 0,1 366,37 4,42
Junc J10 361,87 0,0272 0,05 366,54 6,31
Junc J11 362,09 0,034 0,06 366,51 6,08
Junc J12 361 0,0544 0,1 366,47 7,15
Junc J13 361,87 0,034 0,06 366,54 6,31
Junc J14 360,11 0,0408 0,08 366,52 8,06
Junc J15 362,07 0,034 0,06 366,54 6,11
Junc J17 362,07 0,0204 0,04 366,53 6,1
Junc J18 361,11 0,0204 0,04 366,53 7,06
Junc J19 361,45 0,0204 0,04 366,22 6,59
Junc J20 362,7 0,034 0,06 366,46 5,44
Junc J21 358,08 0,0204 0,04 366,45 10,05
Junc J22 359,27 0,0272 0,05 365,62 8,53
Junc J23 360,81 0,034 0,06 366,16 7,21
Junc J24 357,88 0,0204 0,04 366,08 10,1
Junc J26 360,39 0,0816 0,15 365,59 7,4
Junc J27 359,47 0,0136 0,03 365,62 8,33
Junc J28 358,07 0 0,00 365,62 9,73
Junc J29 359,98 0,102 0,19 365,35 7,72
Junc J30 363,11 0,034 0,06 368,75 6,04
Junc J31 362,8 0,034 0,06 367,28 5,68
Junc J32 363,12 0,0748 0,14 367,25 5,35
Junc J33 362,8 0,0408 0,08 367,25 5,67
Junc J34 362,16 0,0204 0,04 367,28 6,3
Junc J35 361,82 0,0204 0,04 367,16 6,56
Junc J36 362,88 0,034 0,06 367,27 5,56
Junc J37 362,7 0,0272 0,05 366,48 5,45
Junc J38 361,7 0,0952 0,18 367,12 6,67
Junc J39 363,73 0,0544 0,10 368,28 5,08
Junc J40 362,9 0,0476 0,09 368,14 5,82
Junc J41 362,51 0,0748 0,14 368,1 6,8
Junc J42 362,12 0,0408 0,08 367,25 6,3
Junc J43 362,88 0,034 0,06 367,29 5,56
95

Network Table - Nodes at 8:00 Hrs


Elevation Base Demand Demand Head Pressure
Node ID
m LPS LPS m m
Resvr R1 362,45 #N/A -3,84 369,7 7,25
Sumber : Hasil Simulasi Epanet 2.2, 2022
Dari hasil Simulasi analisis permasalahan umum yang awalnya ada
13 node yang tekanannya dibawah 5 -10 mka, tetapi setelah dilakukan
optimalisasi penurunan NRW sebesar 30 % hanya ada 2 node yang belum
memenuhi kriteria.

Gambar 5.22 Hasil Optimalisai Penurunan NRW 30%


Dapat dilihat setelah dilakukan optimalisasi penurunan NRW 30 %
dari 13 node yang tekanannya tidak sesuai kriteria menjadi 2 node yaitu node
9 dan 8. Untuk node 8 tekanannya hanya 1,36 mka disebabkan karena
perbedaan elevasi sekitar 4,31 m dari pipa inlet.
96

Gambar 5.23 Contour Plot Tekanan Hasil Optimalisasi Penurunan NRW 30 %


5.3.3 Alternatif Penyelesaian Masalah Khusus
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan exsisting dan analisis
permasalahan tekanan, permasalahan yang terjadi ada pada node 24 yaitu
tekanannya tidak sesuai dengan hasil simulasi Epanet 2.2. Jika
dipertimbangkan dengan elevasi dan Base Demand Pada node 24 harusnya
tekanannya bisa sesuai dengan kriteria atau mendekati hasil simulasi, namun
karena adanya kebocoran pipa di dekat node 24 dan tingginya headloss yang
membuat tekanannya menjadi kecil. Adapun Optimalisasi node 24 agar
tekanannya sesuai Kriteria 5-10 mka Saat Jam Puncak sebagai berikut :
1. Mensimulasikan Tekanan di node 24 Agar Sesuai Dengan Kondisi Exsisting
Dari hasil pengukuran tekanan exsisting didapatkan tekanan di node
24 pada jam puncak yaitu 4 mka, sedangkan hasil simulasi Epanet 2.2
pada jam puncak yaitu 8,9 mka. Perbedaan ini disebabkan karena adanya
kebocoran dan kemungkinan pipanya tersumbat. Jadi agar tekanan sesuai
dengan kondisi eksisting peneliti mensimulasikan kebocoran di lapangan ke
dalam simualsi Epanet 2.2 dengan cara menambah Base Demand. Adapun
alternatifnya sebagai berikut :
97

a) Mensimulasikan Kebocoran di Node 24


Mensimulasikan kebocoran di lapangan kedalam Epanet 2.2 dapat
dilakukan dengan cara menambah Base Demand hingga tekanannya
sesuai dengan kondisi exsisting. Setelah dilakukan beberapa percobaan
simulasi menambah Base Demand, akhirnya didapatkan Base Demand
di node 24 yaitu 0,546 l/dtk dari jumlah Base Demand awal yaitu 0,0204
l/dtk. Berikut cara mengubah Base Demand

Gambar 5. 24 Base Demand Awal


Setelah mendapatkan Base Demand untuk simulasi kebocoran yaitu
0,546 l/dtk lalu di input kedalam Epanet 2.2.

Gambar 5. 25 Base Demand Untuk Simulasi Kebocoran


98

Setelah di input, Base Demand yang sudah sesuai dengan kondisi


kebocoran dilanjutkan dengan Kalibrasi Tekanan untuk mengetahui
kesesuaian simulasi kebocoran dengan hasil di lapangan. Berikut hasil
simulasi Kebocoran sebagai berikut :
Tabel 5.11 Report Table Node 24 selama 24 jam
Time Series Table - Node J24
Time Elevation Base Demand Demand Head Pressure
Hours m LPS LPS m m
00:00 357,88 0,546 0,75 374,24 16,36
01:00 357,88 0,546 0,73 374,4 16,52
02:00 357,88 0,546 0,8 373,92 16,04
03:00 357,88 0,546 0,89 373,25 15,37
04:00 357,88 0,546 0,97 372,66 14,78
05:00 357,88 0,546 1,11 367,76 9,88
06:00 357,88 0,546 1,27 362,6 4,72
07:00 357,88 0,546 1,32 362,11 4,23
08:00 357,88 0,546 1,34 361,88 4
09:00 357,88 0,546 1,2 363,26 5,38
10:00 357,88 0,546 1,11 364,17 6,29
11:00 357,88 0,546 1,09 364,35 6,47
12:00 357,88 0,546 1,18 363,5 5,62
13:00 357,88 0,546 0,97 369,04 11,16
14:00 357,88 0,546 1,01 368,67 10,79
15:00 357,88 0,546 1,06 368,26 10,38
16:00 357,88 0,546 1,12 367,66 9,78
17:00 357,88 0,546 1,22 363,08 5,2
18:00 357,88 0,546 1,04 364,81 6,93
19:00 357,88 0,546 1,09 364,34 6,46
20:00 357,88 0,546 0,8 370,32 12,44
21:00 357,88 0,546 0,95 369,14 11,26
22:00 357,88 0,546 0,87 373,43 15,55
23:00 357,88 0,546 0,88 373,36 15,48
24:00:00 357,88 0,546 0,75 374,24 16,36
Sumber : Hasil Simulasi Epanet 2.2, 2022
99

Dari tabel 5.11 dapat dilihat tekanan hasil simulasi kebocoran di jam
puncak sudah sama dengan tekanan hasil pengukuran di lapangan yaitu 4
mka dan di tandai dengan warna merah. Jika hasil pengukuran dilapangan
dengan hasil simulasi kobocoran sudah sesuai, dapat dilakukan optimalisasi
agar tekanannya sesuai dengan kriteria. Berikut adalah gambar hasil
simulasi Kebocoran dapat dilihat pada gambar 5.27 :

Gambar 5. 26 Hasil Simulasi Kebocoran


Dari hasil simulasi kebocoran terlihat tekanan di node 24 sudah
sesuai dengan hasil pengukuran dilapangan yaitu 4 m. Berikut adalah
contour plot tekanan pada jam puncak hasil simulasi kebocoran :

Gambar 5.27 Contour Plot hasil Simulasi Kebocoran pada jam puncak
100

b) Kalibrasi Data Tekanan (Hasil Simulasi Kebocoran)


Kalibrasi Data dilakukan untuk membandingkan hasil pengukuran
di lapangan dengan hasil simulasi kebocoran apakah sudah sesuai atau
belum dengan keadaan exsisting hasil pengukuran di lapangan, sebagai
dasar untuk mengoptimalisasi node 24. Berikut ini hasil kalibrasi tekanan
hasil simulasi kebocoran pada node 24 :

Gambar 5. 28 Statistik Kalibrasi Tekanan hasil Simulasi Kebocoran


Dilihat dari gambar 5.24, hasil kalibrasi menunjukan hasil
Correlation Between Means 0,752 termasuk Hubungan Korelasinya
kuat. Berati pengukuran di lapangan dengan hasil simulasi kebocoran
hubungannya kuat atau mirip.
101

Gambar 5.29 Correlation plot hasil Simulasi Kebocoran


Dilihat dari gambar 5.29, pada node 24 hasil lapangan dengan hasil
simulasi kebocoran hampir mendekati garis diagonal, hal ini menunjukan
hasil simulasi kebocoran dengan hasil di lapangan sama/mirip.

Gambar 5. 30 Diagram Kalibarsi Tekanan hasil Simulasi Kebocoran


Dilihat dari gambar 5.30, pada node 24 hasil lapangan dengan hasil
simulasi kebocoran hampir sama. Berbeda dengan hasil kalibrasi Data
diawal sebelum dilakukan simulasi kebocoran pada gambar 5.12, dapat
dilihat perbedaan yang sangat jauh antara hasil lapangan dengan hasil
simulasi Epanet 2.2.
102

2. Optimalisasi Penurunan NRW 47 % ke 30 %


Optimaslisasi penurunan NRW dilakukan lagi untuk mengetahui
apakah tekanan pada node 24 bisa naik atau tidak, karena hasil simulasi
pada tabel 5.8 menunjukan tekanan di node 24 sebesar 8,9 mka, sedangkan
hasil pengukuran dilapangan hanya 4 mka. Jadi perlu dilakukan simulasi
kebocoran agar tekanannya sama, lalu dilakukan simulasi penurunan
NRW sebesar 30 %. Adapun cara Penurunan NRW dari 47% - 30%
sebagai berikut.
Alternatif Penurunan NRW 47 % menjadi 30 % dapat disimulasikan
dengan mengunnakan Epanet 2.2. Dengan cara mengubah Demand
Multiplayer hasil pengukuran lapangan yaitu 1,89 menjadi 1,42 dengan
rumus :
100%
𝐷𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 𝑀𝑢𝑙𝑡𝑖𝑝𝑙𝑖𝑒𝑟 = (100%−30%)

= 1,42
Setelah menurunkan NRW menjadi 30% dengan hasil Demand
Multipalyer 1,42 lalu di input kedalam Epanet 2.2 .

Gambar 5. 31 Pengantian Demand Multiplayer di Epanet 2.2


• Hasil Optimalisasi Epanet 2.2
Berikut ini adalah report tabel hasil penurunan Nrw 30%
simulasi Epanet 2.2 untuk node 24 :
103

Tabel 5.12 Report Table Nodes 24 selama 24 jam


Time Series Table - Node J24
Time Elevation Base Demand Demand Head Pressure
Hours m LPS LPS m m
00:00 357,88 0,546 0,75 375,35 17,47
01:00 357,88 0,546 0,73 375,45 17,57
02:00 357,88 0,546 0,8 375,17 17,29
03:00 357,88 0,546 0,89 374,77 16,89
04:00 357,88 0,546 0,97 374,42 16,54
05:00 357,88 0,546 1,11 370,05 12,17
06:00 357,88 0,546 1,27 365,52 7,64
07:00 357,88 0,546 1,32 365,23 7,35
08:00 357,88 0,546 1,34 365,1 7,22
09:00 357,88 0,546 1,2 365,91 8,03
10:00 357,88 0,546 1,11 366,44 8,56
11:00 357,88 0,546 1,09 366,55 8,67
12:00 357,88 0,546 1,18 366,05 8,17
13:00 357,88 0,546 0,97 370,8 12,92
14:00 357,88 0,546 1,01 370,58 12,7
15:00 357,88 0,546 1,06 370,34 12,46
16:00 357,88 0,546 1,12 369,99 12,11
17:00 357,88 0,546 1,22 365,8 7,92
18:00 357,88 0,546 1,04 366,82 8,94
19:00 357,88 0,546 1,09 366,54 8,66
20:00 357,88 0,546 0,8 371,55 13,67
21:00 357,88 0,546 0,95 370,86 12,98
22:00 357,88 0,546 0,87 374,88 17
23:00 357,88 0,546 0,88 374,84 16,96
24:00:00 357,88 0,546 0,75 375,35 17,47
Sumber : Hasil Simulasi Epanet 2.2, 2022
Dari tabel 5.12 dapat dilihat hasil simulasi kebocoran yang awalnya
tekanan hanya 4 mka, tetapi setelah dilakukan simulasi penurunan NRW
sebesar 30% tekanan pada node 24 naik sebesar 7,22 mka dan ditandai
dengan warna Hijau.
104

Gambar 5. 32 Hasil Simulasi Penurunan NRW 30 % di Node 24 pada Jam Puncak


Dapat dilihat hasil penurunan NRW dari 47 % menjadi 30 % tekanan
di node 24 mengalami kenaikan tekanan, yang awalnya tekanan exsisting
hanya sekitar 4 m naik menjadi 7,22 m. Berikut Contour Plot hasil
penurunan NRW sebesar 30 % :

Gambar 5.33 Contour Plot Hasil Penurunan NRW 30% pada jam puncak
105

3. Flushing Pipa
Alternatif Flushing pipa dapat disimulasikan di Epanet2.2 dengan
cara menaikan koefisien kekasaran (Rounghness) pipa PVC pada pipa 82
yang kemungkinan pipanya tersumbat mengingat umur pipa distribusi
Perumahan Korpri sekitar 39 tahun dari 100 menjadi 110. Flushing pipa ini
bertujuan untuk memperkecil Headloss akibat umur pipa yang sudah tua
dan adanya endapan pada pipa distribusi yang menyebabkan tekanan di
Perumahan Korpri kecil. Berikut cara menaikan menaikan koefisien
kekasaran (Rounghness).

Gambar 5. 34 Cara Menaikan (Rounghness) pada pipa L82


• Hasil Optimalisasi Epanet 2.2
Berikut ini adalah report tabel hasil perubahan Roungness untuk
pipa 82 pada pemakaian 24 jam :
1. Report table pipa L82 selama 24 jam.
Tabel 5.13 Report Table Link 82 selama 24 jam
Time Series Table - Link L82
Length Diameter Flow Velocity
Time Roughness
m mm LPS m/s
00:00 51,04 50 110 0,57 0,29
01:00 51,04 50 110 0,55 0,28
02:00 51,04 50 110 0,6 0,31
03:00 51,04 50 110 0,67 0,34
04:00 51,04 50 110 0,73 0,37
05:00 51,04 50 110 0,84 0,43
06:00 51,04 50 110 0,95 0,49
07:00 51,04 50 110 0,99 0,5
08:00 51,04 50 110 1 0,51
106

Time Series Table - Link L82


Length Diameter Flow Velocity
Time Roughness
m mm LPS m/s
09:00 51,04 50 110 0,9 0,46
10:00 51,04 50 110 0,83 0,42
11:00 51,04 50 110 0,82 0,42
12:00 51,04 50 110 0,89 0,45
13:00 51,04 50 110 0,73 0,37
14:00 51,04 50 110 0,76 0,39
15:00 51,04 50 110 0,79 0,4
16:00 51,04 50 110 0,84 0,43
17:00 51,04 50 110 0,92 0,47
18:00 51,04 50 110 0,78 0,4
19:00 51,04 50 110 0,82 0,42
20:00 51,04 50 110 0,6 0,31
21:00 51,04 50 110 0,72 0,37
22:00 51,04 50 110 0,65 0,33
23:00 51,04 50 110 0,66 0,34
24:00:00 51,04 50 110 0,57 0,29
Sumber : Hasil Simulasi Epanet 2.2, 2022
2. Report Table Node 24 selama 24 jam.
Tabel 5.14 Report Table Nodes 24 selama 24 jam
Time Series Table - Node J24
Elevation Base Demand Demand Pressure
Time Hours Head
m LPS LPS m m
00:00 357,88 0,546 0,57 375,39 17,51
01:00 357,88 0,546 0,55 375,48 17,6
02:00 357,88 0,546 0,6 375,21 17,33
03:00 357,88 0,546 0,67 374,82 16,94
04:00 357,88 0,546 0,73 374,48 16,6
05:00 357,88 0,546 0,84 370,12 12,24
06:00 357,88 0,546 0,95 365,62 7,74
07:00 357,88 0,546 0,99 365,33 7,45
08:00 357,88 0,546 1 365,2 7,32
09:00 357,88 0,546 0,9 366 8,12
10:00 357,88 0,546 0,83 366,52 8,64
11:00 357,88 0,546 0,82 366,62 8,74
12:00 357,88 0,546 0,89 366,13 8,25
13:00 357,88 0,546 0,73 370,86 12,98
107

Time Series Table - Node J24


Elevation Base Demand Demand Pressure
Time Hours Head
m LPS LPS m m
14:00 357,88 0,546 0,76 370,65 12,77
15:00 357,88 0,546 0,79 370,41 12,53
16:00 357,88 0,546 0,84 370,06 12,18
17:00 357,88 0,546 0,92 365,89 8,01
18:00 357,88 0,546 0,78 366,89 9,01
19:00 357,88 0,546 0,82 366,62 8,74
20:00 357,88 0,546 0,6 371,6 13,72
21:00 357,88 0,546 0,72 370,91 13,03
22:00 357,88 0,546 0,65 374,93 17,05
23:00 357,88 0,546 0,66 374,89 17,01
24:00:00 357,88 0,546 0,57 375,39 17,51
Sumber : Hasil Simulasi Epanet 2.2, 2022
Dari tabel 5.13 dapat dilihat hasil simulasi flushing pipa tekanan
pada node 24 saat jam puncak naik sebesar 7,32 mka dan ditandai dengan
warna hijau.

Gambar 5. 35 Hasil Optimalisasi Flushing Pipa pada jam puncak


Dapat dilihat hasil optimalisasi Flushing Pipa tekanan di node 24
mengalami kenaikan tekanan, dari 7,22 m hasil hasil penurunan NRW 30 %
naik menjadi 7,32 m. Berikut Contout Plot hasil Flushing pipa di L82 :
108

Gambar 5.36 Contour Plot Hasil Flushing Pipa L82 Pada Jam Puncak
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Total debit rata-rata hasil pengukuran selama 24 jam yang masuk di
Jaringan Pipa Distribusi Perumahan Korpri sebesar 3,94 liter/detik,
sementara kebutuhan pemakian air rata-rata hasil perhitungan dengan
DRD pemakian air di Perumahan Korpri sebesar 2,08 liter/detik. Dari
jumlah debit yang masuk dan jumlah kebutuhan pemakaian air dapat
disimpulkan debit yang masuk sudah mengcukupi kebutuhan air di
Perumahan Korpri karena selisih antar debit input dan debit outputnya
cukup besar yaitu 1,86 liter/detik. Jika dipertimbangkan dengan angka
kehilangan air (NRW) maka selisih ini akan sangat cukup atau bahkan
lebih untuk kebutuhan air di Perumahan Korpri. Berdasarkan dari Data
Rekening Ditagih (DRD) dapat diketahui pemakaian air sebesar 197
liter/orang/hari.
2. Permasalahan Tekanan di bagi menjadi dua permasalahan yaitu :
a. Permasalah Umum
Kondisi tekanan hasil simulasi Epanet 2.2 pada jam 07.45 (Jam
Puncak) di Perumahan Korpri terdapat 13 node yang tekanannya kurang
dari 5-10 mka, dimana tekanan tersebut tidak memenuhi syarat dan
kriteria distribusi (Permen PUPR No 27, Tahun 2016). Tekanan terkecil
ada di node 8 yaitu 0,276 mka sedangkan tekanan terbesar ada di node
21 yaitu sekitar 8,96 mka.
b. Permasalahan Khusus
Kondisi tekanan di node 24 yang mana hasil simulasi Epanet 2.2
dengan hasi pengukuran di lapangan berbeda sangat jauh dilihat dari
hasil Kalibrasi Data dan tekanannya kurang dari 5-10 mka, dimana
tekanan tersebut tidak memenuhi syarat dan kriteria distribusi (Permen

109
110

PUPR No 27, Tahun 2016). Tekanan hasil pengukuran di lapangan hanya


4 mka, sedangkan tekanan hasil simulasi Epanet 2.2 sebesar 8,9 mka.
3. Upaya optimalisasi yang dapat dilakukan pada jaringan pipa distribusi
Perumahan Korpri yaitu :
a. Permasalahan Umum
➢ Penurunan NRW dari 47 % ke 30 %
b. Permasalahan Khusus
➢ Simulasi kebocoran pada node 24
➢ Penurunan NRW dari 47 % ke 30 %
➢ Flushing Pipa di L82
6.2 Saran
1. Perumdam Kota Magelang dapat menurunkan NRW dari 48 % - 30%,
agar tekanan memenuhi syarat kriteria distiribusi yaitu 5-10 mka.
Dikarenakan NRW berpengaruh kepada tekanan yang harusnya cukup
menjadi tidak cukup karena adanya kebocoran pipa yang menyebabkan
tekanan berkurang.
2. Perumdam Kota Magelang perlu melakukan Flushing (pencucian pipa)
di pipa L82 agar tekanan memenuhi syarat kriteria distiribusi.
Dikarenakan tekanan dibawah 5-10 mka sangat berpengaruh terhadap
pengendapan kotoran/korosi didalam pipa mengingat umur pipa sekitar
39 tahun terhitung dari tahun 1983-2022 sehingga mengakibatkan sistem
pangaliran terganggu.
3. Perumdam Kota Magelang perlu menerapkan Standar Operating
Procedures (SOP) tentang pemeliharaan jaringan distribusi.
4. Untuk menjaga tekanan pada jaringan tetap ideal, diharapkan Perumda
Kota Magelang mengadakan pemantauan tingkat kehilangan air Non
Revenue Water (NRW) secara rutin dan teratur.
5. Penulis menyadari bahwa dalam penelitian belum sempurna,dan ada
beberapa faktor yang mempengaruhi hasil evaluasi sehingga tidak akurat
antara lain :
111

Kehilangan Air (NRW)


Kehilangan air yang disimulasikan penulis pada program Epanet 2.2
adalah kebocoran yang didapatkan dari perhitungan kebocoran
menggunakan Data Rekening Ditagih (DRD), sedangkaan untuk
kondisi nyata di lapangan penulis belum mengetahui secara pasti
bagaimana kondisi dan hilangnya/kebocoran air sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (1993). Dasar Dasar Evaluasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Badan Pusat Statistik. (2021). Kota Magelang Dalam Angka 2021.

Dharmasetiawan, M. (2004). Sistem Penyediaan Distribusi Air Minum. Jakarta:


Ekamitra Nusantara.

Joko, T. (2010). Unit Air Baku Dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Kementerian PUPR (2006). Peraturan Mentari Dalam Negeri Nomor : 23 Tahun


2006 Tentang Pedoman Teknis Dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum
Pada Perusahaan Daerah Air Minum.

Kementerian PUPR (2007). Peraturan Menteri Perkerjaan Umum Nomor:


18/PRT/M/2007 Tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum.

Kementerian PUPR (2015). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122


Tahun 2015 Tentang Sistem Penyediaan Air Minum.

Napitu, A. H. (2019). Kajian Tentang Evaluasi Jaringan Pipa Distribusi Air Bersih.
Toba Samosir.

Rossman, L. A. (2000). Manual User Sofware EPANET 2.0 (Versi Bahasa


Indonesia). Jakarta: Ekamitra Engineering.

Riduan, R., Firmansyah dan Fadhilah. (2017). Evaluasi Tekanan Jaringan


Distribusi Zona Air Minum Prima (ZAMP) PDAM Intan Banjar
Menggunakan Epanet 2.0. Jurnal Teknik Lingkungan, 3 (1): 12-20,2017

112
113

Suhardin, L. (2021). Evaluasi Jaringan Pipa Distribusi Dengan Pemanfaatan


Program Epanet 2.2 Di Unit Losarang Perusahaan Umum Daerah Air
Minum Tirta Dharma Ayu Kabupaten Idramayu. Magelang: Akademi
Teknik Tirta Wiyata.

Triatmodjo, B. (2009). Hidraulika Sistem Jaringan Perpipaan Air Minum.


Yogyakarta: Beta offside.

Zuhair, F. (2022). Evaluasi Jaringan Pipa Distribusi Dengan Program Epanet 2.0 Di
Perumahan Karangsari Permai Kecamatan Siantar Martoba Kota
Pematangsiantar. ULIL ALBAB: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 1(5), 997-
1002.
114

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Diameter Pipa, Jenis Pipa, dan Chw


Panjang Diameter
Nama Pipa Jenis Pipa Chw
(m) (mm)
Pipe L71 52,73 50 PVC 100
Pipe L72 58,29 50 PVC 100
Pipe L73 54,04 50 PVC 100
Pipe L74 57,26 50 PVC 100
Pipe L75 56,05 50 PVC 100
Pipe L76 55,59 50 PVC 100
Pipe L77 54,98 50 PVC 100
Pipe L78 55,29 50 PVC 100
Pipe L79 54,31 50 PVC 100
Pipe L80 57,49 50 PVC 100
Pipe L81 43,61 50 PVC 100
Pipe L82 51,04 50 PVC 100
Pipe L83 48,13 50 PVC 100
Pipe L84 60,2 50 PVC 100
Pipe L85 62,72 50 PVC 100
Pipe L86 68,92 50 PVC 100
Pipe L68 60,07 50 PVC 100
Pipe L69 2,04 50 PVC 100
Pipe L70 28,03 50 PVC 100
Pipe L2 29,47 75 PVC 100
Pipe L3 8,64 75 PVC 100
Pipe L7 34,05 50 PVC 100
Pipe L8 41,26 50 PVC 100
Pipe L9 41,99 50 PVC 100
Pipe L10 78 50 PVC 100
Pipe L12 99,58 50 PVC 100
Pipe L13 4,55 50 PVC 100
Pipe L15 75,3 50 PVC 100
Pipe L16 32,42 50 PVC 100
Pipe L17 1,26 50 PVC 100
Pipe L18 33,67 50 PVC 100
Pipe L19 3,13 50 PVC 100
Pipe L20 32,1 50 PVC 100
Pipe L22 63,59 50 PVC 100
Pipe L24 32,39 50 PVC 100
115

Panjang Diameter
Nama Pipa Jenis Pipa Chw
(m) (mm)
Pipe L27 2,81 50 PVC 100
Pipe L28 52,39 50 PVC 100
Pipe L31 24,82 50 PVC 100
Pipe L32 0,98 50 PVC 100
Pipe L33 29,26 50 PVC 100
Pipe L36 88,08 50 PVC 100
Pipe L39 36,45 50 PVC 100
Pipe L40 1,99 50 PVC 100
Pipe L42 31,95 50 PVC 100
Pipe L48 2,48 50 PVC 100
Pipe L53 26,13 50 PVC 100
Pipe L55 32,69 50 PVC 100
Pipe L56 46,73 75 PVC 100
Pipe L57 28,79 75 PVC 100
Pipe L58 25,86 75 PVC 100
Pipe L60 4,49 50 PVC 100
Pipe L61 58,25 50 PVC 100
Pipe L62 58,67 50 PVC 100
Pipe L63 3,15 50 PVC 100
Pipe L64 26,56 50 PVC 100
Pipe L66 27,66 75 PVC 100
116

Lampiran 2 : Surat Izin Praktik Kerja Lapangan


117

Lampiran 3 : Surat Tugas Praktik Kerja Lapangan


118

Lampiran 4 : Uraian Kegiatan PKL


119

Lampiran 5 : Surat Keterangan Selesai PKL (Perumda Kota Magelang)


120

Lampiran 6 : Surat Keterangan Selesai PKL (Kampus)


121

Lampiran 7 : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Pembacaan debit di water Meter Induk

Pengambilan Titik Sampel Tekanan Di Rumah Pelanggan


122

Foto Bersama Jajaran Pegawai Perusahaan Umum Daerah Air Minum


Kota Magelang

Anda mungkin juga menyukai