Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN EKSKURSI

INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM


PETANU BALI

Disusun oleh :

Kelompok 1
Virginia Avrilla 1706042485
Gala Najmi Haradea 1706042333
Alodia Millenia Isla 1706042674
Annisa Septi Dwiyanti 1706986132
Clara Nugrahsia 1706986151
Dio Pratama Mu’asry 1706042756
Salma Immala 1706242655

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,. karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Laporan ini dibuat penulis
untuk memenuhi tugas ekskursi. Laporan ini, yang berjudul, “Laporan Ekskursi Instalasi
Pengolahan Air Minum Petanu, Bali”,disusun untuk sarana pembelajaran kami dalam
merancang perencanaan instalasi air minum.
Penulis berharap dengan dibuatnya laporan ini, dapat menjadi sarana pembelajran
dalam mengaplikasikan keilmuan teori yang dipelajari. Penulis ingin mengucpakan
terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas
dan penyusunan laporan ini sehingga dapat selesai dengan baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan maupun kesalahan yang terdapat di
dalam laporan ini. Oleh karena itu, penulis dengan kerendahan hati menerima kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca untuk evaluasi di masa mendatang. Penulis
berharap bahwa laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

Depok,

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... 2

Daftar Isi ............................................................................................................................. 3

Bab I. Pendahuluan

1.1 Gambaran IPA Petanu................................................................................................... 4


1.2 Pelayanan IPA Petanu ................................................................................................... 5
1.3 Diagram Alir Proses Pengolahan Air ............................................................................ 7
1.4 Deskripsi Fasilitas Operasional Pengumpul ................................................................. 7
1.5 Pengolahan Residu Lumpur .......................................................................................... 9

Bab II. Hasil Pengamatan

2.1 Air Baku ....................................................................................................................... 10


2.2 Intake............................................................................................................................. 11
2.3 Sumur Pengumpul ......................................................................................................... 11
2.4 Unit Aerasi .................................................................................................................... 12
2.5 Unit Pra-sedimentasi ..................................................................................................... 13
2.6 Unit Pre-klorinasi .......................................................................................................... 14
2.7 Unit Koagulasi .............................................................................................................. 15
2.8 Unit Flokulasi................................................................................................................ 16
2.9 Unit Sedimentasi ........................................................................................................... 17
2.10 Unit Klorinasi ………………………………………………………………………18
2.11 Unit Filtrasi…………………………………………………………………………19
2.12 Saluran Transmisi…………………………………………………………………..19
2.13 Alat Ukur Debit………………………………………………………………….....20

Bab III. Penutup

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 21


3.2 Saran .......................................................................................................................... 21

3
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Gambaran IPA Petanu


Instalasi Pengolahan Air Petanu, merupakan sarana infrastruktur air bersih dengan total
luas 1,2 Ha yang berada di Kabupaten Gianyar, Bali. IPA ini dibangun pada tahun 2012-
2013 tepatnya di Jl Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, Sukawati, Kecamatan Sukawati, kabupaten
Gianyar, Bali, Indonesia.
Instalasi ini merupakan bagian dari program Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
regional untuk memenuhi kebutuhan air minum di kawasan Bali bagian selatan yaitu, Kota
Denpasar, Kabupaten Badung, dan Kabupaten Gianyar. SPAM Petanu ini, memanfaatkan
air baku yang berasal dari Sungai Petanu, ini merupakan sinergi program pembangunan
pusat dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Kementrian PU melalui
Direktorat Jendral Dumber Daya Air (SDA) dan Direktorat Jendral Cipta Karya untuk
pembangunan jangka panjang.
Selama beberapa tahun IPA Petanu beroperasi, sejauh ini kualitas air yang dihasilkan
sangat baik, selain itu IPA ini tidak pernah mengalami kondisi kekeringan sejauh ini, hal
ini sangat baik karena ketika musim kemarau tiba dan beberapa daerah mengalami
kekeringan, IPA Petanu siap untuk mendistribusikan air ke wilayah sekitar untuk mencegah
terjadinya krisis air bersih.

Gambar 1.1.1 Tampak Atas Lokasi IPA Petanu


Sumber : google earth

4
1.2 Pelayanan IPA Petanu
IPA Petanu melayani 3 daerah di wilayah Selatan Bali, yaitu Kota Denpasar, Kabupaten
Gianyar, serta Kabupaten Badung. Instalasi Air Minum Petanu juga memasok air untuk
beberapa IPA di wilayah Sarbagita dengan pembagian :
 Kabupaten Badung  IPA Estuari
 Kabupaten Gianyar  IPA Sabah dan IPA Ketewel
 Kota Denpasar  IPA Waribang dan IPA Benoa

IPA Petanu memiliki kapasitas total produksi air minum sebesar 300 liter/ detik
bagi masyarakat di dalam daerah pelayanan. Sebelum terdapat IPA Petanu, kebutuhan
pelayanan air minum untuk kawasan Sarbagita sering mengalami deficit kapasitas,
khususnya di Kota Denpasar. Adanya IPA Petanu meningkatkan akses air minum melalui
sambungan rumah (SR) baru dari 1.600 SR menjadi 2.252 SR.

Dari Total produksi air IPA Petanu sebesar 300 liter/ detik dimanfaatkan oleh
Kota Denpasar sebesar 150 liter/ detik, Kabupaten Badung 100 liter/ detik, dan Kabupaten
Gianyar 50 liter/ detik. Dari 3 daerah pelayanan, Kota Denpasar mendapatkan kapasitas
yang paling besar yaitu mencapai setengah dari total produksi air IPA Petanu, hal ini
disebebkan karena Kota Denpasar yang merupakan pusat pemerintahan dari Pulau Bali,
sehingga dengan adanya berbagai aktivitas didalamnya maka kebutuhan air minum di
daerah tersebut juga tinggi.

5
Gambar 1.2.1 Daerah Pelayanan IPA Petanu
Sumber : Google Earth

6
1.3 Diagram Alir Proses Pengolahan Air

Intake

Unit Aerasi

Pra-Sedimentas

pre-Klorinasi

Koagulasi

Flokulasi

Sedimentasi

Filtrasi

Post-Klorinasi

Reservoar
Gambar 1.3.1 Diagram ALir Proses Pengolahan Air IPAM Petanu

1.4 Deskripsi fasilitas Operasional Pendukung


 Gudang Penyimpanan Tawas
Dalam proses koagulasi, di perlukan tawas berupa PAC. Karena digunakan terus
menerus maka IPAM Petanu memiliki gudang bahan kimia berisi tawas PAC. Di
dalam gudang tersebut juga terdapat beberapa bak berisi PAC yang sudah
dilarutkan. Nantinya, bak ini akan tehubung dengan saluran tempat untuk
memberikan tawas pada unit koagulasi.

7
Gambar 1.4.1 Gudang bahan kimia IPAM Petanu
Sumber : Dokumentasi Penulis 2019

Gambar 1.4.2 Proses pelarutan Kristal PAC IPAM Petanu


Sumber : Dokumentasi Penulis 2019

8
 Ruang Operator
Ruang Operator pada IPAM Petanu, dilengkapi beberapa alat yang digunakan untuk
memonitor beberapa parameter penting seperti pH, temperatur, kekeruhan, serta
debit. Sehingga seluruh proses yang terjadi di IPAM Petanu dapat selalu terpantau
dan dapat pengolahan air dapat berjalan secara baik serta maksimal.

 Laboratorium
Untuk perngukuran beberapa parameter, terdapat laboratorium. Di laboratorium
tersebut terdapat beberapa alat seperti jar test, turbidimeter. Pengecekan di
laboratorium dilakukan secara rutin, mengingat kondisi sungai yang dapat berubah-
ubah diperngaruhi banyak faktor seperti cuaca, pencemaran yang terjadi, dan
lainnya. Pengujian di Laboratorium akan memantau parameter-parameter yang ada
untuk selalu berada optimum dan sesuai dengan baku mutu.

1.5 Pengelolaan residu lumpur proses Pengolahan Air


Lumpur yang dihasilkan dari unit pre-sedimentasi dan juga unit sedimentasi kemudian
dialirkan ke suatu bak penampung lumpur. Didalam bak tersebut lumpur diendapkan dan
kelamaan akan menjadi kering. Bak yang digunakan terbuka dan posisinya outdoor
seringga dengan panas matahari dapat mempercepat pengeringan. Proses pengolahan
lumpur ini, dilakukan karena jika lumpur sisa kembali dibuang ke badan air secara
langsung, akan meningkatkan kekeruhan badan air.

9
BAB II. HASIL PENGAMATAN

2.1 Air Baku


Sumber air baku yang digunakan oleh IPA Petanu berasal dari Sungai Setanu.
Diketahui Volume air mencapai 3000 m3 hingga 5000 m3. Karakteristik dari air baku
sendiri sudah cukup baik. IPA Petanu memantau beberapa parameter penting setiap 3 jam
sekali. Parameter yang di cek diantaranya, temperatur, kekeruhan, serta pH. Pada tabel
dibawah akan dilampirkan hasil kisaran pengecekan pada sumber air baku.

Tabel 2.1.1 Pengecekan Parameter Air Baku


No Parameter Nilai
1 pH 7-8
2 Temperatur 29oC
3 Kekeruhan 7-8 NTU
Sumber : Petugas IPA Petanu

Gambar 2.1.1 Sumber Air IPAM Petanu


Sumber : Dokumentasi Penulis 2019

10
2.2 Intake
Intake merupakan bangunan penangkap air yaitu sebagai tempat air masuk dari sungai,
danau atau sumber air permukaan lainnya ke instalasi pengolahan. Dalam IPA Petanu, air
permukaan yang digunakan adalah Sungai Petanu.
Metode pengambilan air baku yang digunakan adalah direct intake atau air baku
diambil langsung dari sumbernya yaitu Sungai Petanu. Umumnya direct intake digunakan
untuk sumber air yang dalam seperti sungai atau danau dengan kedalaman tinggi. Namun,
kekurangan jenis intake ini adalah mungkinnya terjadi erosi pada dinding dan pengendapan
di bagian dasarnya. Berikut merupakan beberapa SOP, Maintenance, dan Monitoring yang
diterapkan pada tahap intake:
 Sebelum air baku memasuki bangunan intake, air baku dialirkan melalui bendungan
yang terbuat dari karet. Bendungan karet berfungsi untuk memastikan aliran air
baku tidak mengalami turbulensi dan untuk pengaturan debit. Saat debit tinggi,
maka bending dikempeskan. Alat ini di bawah pengawasan instansi yang berbeda
yaitu sumber daya air kementrian PUPR.
 Terdapat dua bar screen yang memiliki dimensi yang sama dan jarak antara kedua
bar screen adalah sekitar 2-3 meter.
 Dimensi bukaan intake didesain sesuai debit puncak.
 Untuk maintenance, terdapat pembersihan sampah daun dan lumpur, serta
pembersihan bar screen sekali setiap 3-6 bulan.
 Monitoring dilakukan tiap 4 jam sekali dengan SCADA.
2.3 Sumur Pengumpul

Sumur pengumpul yang baik membutuhkan desain luas area yang cukup untuk
pembersihan dan waktu detensi setidaknya 20 menit. Dasar sumur yang baik biasanya 1m
dibawah dasar sungai atau dapat menyesuaikan dengan kondisi geologis wilayah.
Kontruksi sumur seharusnya terbuat dari beton dengan ketebalan minimal 20 cm atau lebih
tebal.
Tipe pompa yang digunakan adalah sentrifugal. Prinsip kerja pompa sentrifugal adalah
mengubah energi kinetsi cairan menjadi energi potensial. Pompa ini digunakan karena
perwatan mudah karena letak pompa sejajar permukaan tanah. Jumlah pompa yang
digunakan adalah 3. Debit tiap pompa adalah kurang lebih 130liter/detik. Beda elevasi

11
antara sumur pengumpul dan unit selanjutnya adalah pompa intake lebih rendah dari bak
pra-sedimentasi dengan perbedaan ketinggia sekitar 2 meter.
Berikut merupakan beberapa SOP, Maintenance, dan Monitoring yang diterapkan pada
tahap sumur pengumpul:
1. Ruang pompa terletak di sebelah bangunan intake.
2. Terdapat bar screen dan untuk maintenance, terdapat pembersihan sampah daun dan
lumpur, serta pembersihan bar screen dilakukan sekali setiap 3-6 bulan.

2.4 Unit Aerasi


Unit Aerasi pada Instalasi Pengolahan Air Petanu berada tepat sebelum air memasuki
unit pra-sedimentasi. Unit ini befungsi untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut pada air
agar kualitas air menjadi lebih baik. Desain unit aerasi pada IPA ini sangat unik, karena
memanfaatkan aerasi alami dengan menggunakan perbedaan elevasi serta peletakan batu-
batu berbentuk balok yang ditata sedemikian rupa sehingga terjadi aerasi pada air.
Kelebihan unit aerasi ini adalah biaya operasionalnya yang tinggi karena tidak
menggunakan aerator.

Gambar 2.4.1 Unit aerasi IPAM Petanu Gambar 2.4.2 Unit aerasi IPAM Petanu
Sumber : Dokumentasi Penulis 2019 Sumber : Dokumentasi Penulis 2019

12
2.5 Unit Pra-sedimentasi
Unit pra-sedimentasi merupakan unit yang berfungsi untuk mengendapkan partikel
tersuspensi yang ada pada air, terdapat 2 unit pra-sedimentasi di IPA Petanu. Setiap Unit
memiliki debit sebesar 140 liter/ detik. Pada bagian inlet dari pra-sedimentasi dihubungkan
dengan pipa berukuran 80 cm. Dimensi dari satu unit pra-sedimentasi memiliki ukuran 12
meter untuk panjang dan lebar sebesar 2 meter. Untuk kedalaman bervariasi dengan elevasi
3meter hingga 1,8 meter. Kemiringan yang ada sengaja didesain untuk mengumpulkan
lumpur agar terendapkan dibagian dasar dari unit pra-sedimentasi.
Pada unit ini tentunya juga dilakukan pengukuran beberapa parameter seperti
kekeruhan dan temperatur. Kisaran hasil kekeruhan pada unit ini mencapai 2-3 NTU,
dimana nilai ini sudah memenuhi standar kekeruhan air bersih yang batas maksimumnya
sebesar 5 NTU. Untuk temperatur rata-rata di unit ini berkisar antara 27oC hingga 28oC.
Dalam menjaga kualitas air yang dihasilkan oleh unit pra-sedimentasi serta menjaga
umur dari unit tersebut maka dilakukan maintenance rutin yaitu berupa pengurasan bak
pra-sedimentasi setiap 4 bulan sekali.

Tabel 2.5.1 Dimensi Unit Pra-sedimentasi


Dimensi Unit
Debit 149 L/detik
Ukuran pipa 80 cm
Panjang 12 m
Lebar 2m
Elevasi 1,8 – 3 m

13
Gambar 2.1.1 Unit Pra-sedimentasi IPAM Petanu
Sumber : Dokumentasi Penulis 2019

2.6 Unit Pre-klorinasi


Unit Pre-klorinasi merupakan unit yang bertujuan untuk membunuh kuman serta lumut
yang terkadung di dalam air yang akan diolah. Mekanisme pada unit ini berupa injeksi
klorin dengan dosis tertentu yang dilakukan pada pipa saluran air yang menghubungkan
unit pra-sedimentasi dengan unit koagulasi.
Dosis yang diinjeksi ke dalam saluran adalah sebesar 0,2 kg/ jam. Diameter dari
pipanya sebesar 50 cm. Head dari unit ini adalah sebesar 9 meter. Diharapkan dengan
adanya unit ini, klorin yang tersisa adalah sebesar 0,8 mg/L. Batas minimal klorin adalah
sebesar 0,6 mg/L, terkadang klorin yang terkandung di dalam air cukup tinggi, hingga 1,5
mg/L. Hal ini juga bertujuan untuk mengantisipasi agar kualitas air yang dihasilkan
nantinya pada konsumen terjaga. Kandungan klorin yang terlalu mendekati batas minimum
sering dianggap kurang aman karena pada proses distribusi banyak faktor-faktor yang akan
menyebabkan kontaminasi pada air yang disalurkan, seperti kebocoran.

14
Tabel 2.6.1 Dimensi Unit Pre-Klorinasi
Dimensi Unit
Diameter pipa 50 cm
Head 9m

2.7 Unit Koagulasi


Unit Koagulasi merupakan unit yang menambakan zat kimia tertentu yang berperan
sebagai tawas untuk mengikat partikel koloid yang terdapat di dalam air. Unit koagulasi
yang digunakan adalah koagulasi hidrolis yang memanfaatkan efek gravitasi, sehingga
terjadi besaran tinggi terjun sebagai pengadukan cepat. Tawas yang digunakan pada IPAM
Petanu adalah PAC atau Poly Aluminium Chloride. Dosis yang digunakan berada pada
rentang 10 % hingga 20 %. Proses pemberian tawas mengandalkan nozzle yang akan
menyemprotkan tawas dengan dosis tertentu ke bak air. Unit ini berbentuk polygon yang
menyerupai lingkaran dengan diameter sebesar 4 meter. Debit pada unit koagulasi adalah
sebesar 140 liter/ detik.

Gambar 2.7.1 Unit Koagulasi IPAM Petanu

15
Sumber : Dokumentasi Penulis 2019

Gambar 2.7.2 Gudang Tawas IPAM Petanu Gambar 2.7.3 pelarutan Tawas
Sumber : Dokumentasi Penulis 2019 Sumber : Dokumentasi Penulis 2019

2.8 Unit Flokulasi


Tentunya setelah melalui unit koagulasi kemudian akan dilanjutkan dengan unit
flokulasi, yaitu unit yang berfungsi agar flok-flok yang terbentuk dapat menempel satu
sama lain dan membentuk flok yang lebih besar untuk kemudian diendapkan. Pada IPAM
Petanu, unit flokulasinya berupa hidrolis dengan jenis vertikal baffle channel. Terdapat dua
unit flokulasi, tiap unit terdiri dari 6 kompartemen yang berbentuk hexacoiddal. Aliran air
pada unit ini ditentukan dengan besaran bukaan pada pintu air yang menghubungkan antar
kompartemen. Pada unit ini dihasilkan pula busa yang mengapung di permukaan air, untuk
pembersihan busa dilakukan secara berkala yaitu 1 minggu 1 kali, hal ini dilakukan dengan
tujuan agar unit dapat berjalan secara efektif dan maksimal dalam meningkatkan kualitas
air. Unttuk setiap kompartemen memiliki kedalaman sebesar 7 meter dengan diameter
setiap kompartemen sebesar 1,5 meter.

16
Tabel 2.8.1 Dimensi Unit Flokulasi
Debit Unit
Kedalaman 7m
Diameter 1,5 m

Gambar 2.8.1 Unit Flokukulasi IPAM Petanu


Sumber : Dokumentasi Penulis 2019

2.9 Unit Sedimentasi


Sedimentasi merupakan proses pengolahan yang digunakan untuk mengendapkan flok-
flok yang terbentuk pada proses flokulasi. Sedimentasi merupakan unit operasi yang
mengandalkan sistem gravitasi untuk menghilangkan sebagian besar padatan di dalam air.
Tujuan unit ini adalah selain untuk mengendapkan flok tetapi juga untuk menghilangkan
kerikil, pasir halus, particulate matter, biological floc, chemical floc, serta untuk
memekatkan lumpur. Pada IPAM Petanu terdapat 3 unit sedimentasi.

17
Gambar 2.9.1 Unit Sedimentasi IPAM Petanu
Sumber : Dokumentasi Penulis 2019

2.10 Unit Filtrasi


Setelah melalui unit sedimentasi, air akan masuk ke dalam unit filtrasi. Pada unit ini
terjadi proses pengolahan dengan cara mengalirkan air melewati suatu media penyaring
yang disusun dari bahan-bahan butiran dengan diameter partikel serta ketebalan tertentu.
Proses ini dilakukan untuk menghilangkan bahan-bahan terlarut dan tak terlarut yang
masih tersisa setelah unit sedimentasi. Pada IPAM Petanu, filternya dengan media ganda
yaitu berupa pasir silica dan juga kerikil. Unit ini juga dilengkapi oleh nozzle, yang
berguna pada proses pembersihan filter atau backwash.
Pada IPAM PEtanu terdapat 12 unit filtrasi, dimana setiap unit filtrasi memiliki
ketinggian yang berbeda-beda, semakin rendah kedalaman air pada unit filtrasi
menandakan unit tersebut belum lama melakukan backwash. Banyaknya unit filtrasi yang

18
diperlukan juga berhubungan dengan kebutuhan untuk perawatan dan pembersihan, unit
akan secara bergilir melakukan backwash.

Gambar 2.10.1 Unit Sedimentasi IPAM Petanu


Sumber : Dokumentasi Penulis 2019

2.11 Unit Klorinasi


Pada IPAM Petanu, unit klorinasi pada tahap ini disebut sebagai post-klorinasi, karena
sebelumnya telah dilakukan pre-klorinasi setelah air melalui unit pra-sedimentasi. Unit
klorinasi atau desinfeksi merupakan proses pembubuhan bahan kimia yang bertujuan
untuk membunuh mikroorganisme patogen di dalam air.
Pada unit ini, klorin akan diinjeksi sebebelum mencapai reservoir. Dosis klorin yang
diinjeksi adalah sebesar …. Klorin yang diberikan juga harus mempertimbangkan sistem
distribusi, dimana sangatlah mungkin terjadi kebocoran pada pipa distribusi yang dapat
menyebabkan air terkontaminasi sebelum sampai kepada konsumen. Sehingga dosis klorin
pada air yang sampai pada konsumen minimal 0,2 mg/L untuk mencegah
terkontaminasinya air secara berlebihan ketika sampai di konsumen.

2.12 Saluran Transmisi


Saluran Transmisi yang menghubungkan anatara unit biasanya berupa pipa besi dengan
ukuran diameter yang cukup besar. Diameter yang digunakan bervariasi dari 40 cm hingga
80 cm. Untuk saluran yang menghubungkan setiap kompartemen pada unit flokulasi
dihubungkan dengan pintu air.
19
Pipa-pipa yang ada sebagai saluran transmisi memiliki katup atau valve di beberapa
titik tertentu yang dimanfaatkan untuk mengatur debit, serta untuk keperluan maintenance.

2.13 Alat Ukur Debit


Di IPAM Petanu, debit dari suatu unit dapat diatur menggunakan pompa ataupun
dengan pintu air. Pompa yang terdapat di IPAM Petanu terdapat 3 buat, dengan masing-
masing berdaya 45.000 watt. Ketiga pompa ini dioperasionalkan secara bergantian untuk
mengalirkan air dari suatu unit yang lebih rendah ke unit lain yang lebih tinggi.
Pada IPAM Petanu, seluruh unit tentunya harus selalu terpantau debitnya. Hal ini
berhubungan dengan debit air yang dibutuhkan konsumen. Terdapat suatu sistem yang
bernama SCADA yaitu System Control And Data Acquisition. SCADA merupakan sistem
software yang berfunsi untuk mengontrol proses baik yang jangkauannya dekat ataupun
jauh, selain itu dapat pula berinteraksi dengan sensor, katup, pompa melalui HMI/ Human
Machine Interface. SCADA yang terdapat di IPAM Petanu masih semiautomatic, yang
digunakan untuk memonitoring namun penggunaan mesin masih secara manual.

20
BAB III. KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Instalasi Pengolahan Air Minum Petanu merupakan sarana infrastruktur air bersih yang
melayani kebutuhan air di daerah Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten
Badung. Total produksi air IPA Petanu sebesar 300 liter/ detik dimanfaatkan oleh Kota
Denpasar sebesar 150 liter/ detik, Kabupaten Badung 100 liter/ detik, dan Kabupaten
Gianyar 50 liter/ detik. Dalam pengolahan air, dilakukan pengecekan parameter pH,
Temperatur, dan Kekeruhan setiap 3 jam sekali. Air baku akan diolah melalui unit aerasi,
pra-sedimntasi, pre-klorinasi, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan post-klorinasi.
Air yang dihasilkan mencapai kekeruhan yang sesuai dengan standar baku mutu yaitu
kurang dari 5 NTU menandakan pengolahan air di IPAM Petanu berjalan dengan baik.

3.2 Saran
IPAM Petanu memiliki sumber air baku yang berasal dari Sungai Setanu, selama ini IPAM
Petanu tidak pernah mengalami kekeringan, kedepannya akan lebih baik jika IPAM ini
memperluas daerah pelayanan serta menambah produksi air agar pelayanan air bersih dapat
merata.

21

Anda mungkin juga menyukai