Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PRAKTEK KERJA SANITASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

ENGKU HAJI DAUD

PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PENYUSUN :

ACYAR RUSADI NIM. PO7233317 574

BERTY APRILIANI NIM. PO7233317 577

EKA RANISAFITRI NIM. PO7233317 580

MUHARANDY PASORANDING NIM. PO7233317 590

NUVA RABBANIAH NIM. PO7233317 594

SAZKIA AIZTIFA NIM. PO7233317 601

ZILMARDAH TILLA NIM. PO7233317 608

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG

PRODI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN

2019
Halaman Pengesahan

LAPORAN PRAKTEK SANITASI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


ENGKU HAJI DAUD
PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PENYUSUN :
ACYAR RUSADI
BERTY APRILIANI NUVA RABBANIAH
EKA RANISAFITRI SAZKIA AIZTIFA
MUHARANDY ZILMARDAH TILLA
PASORANDING

Laporan Praktek Mata Kuliah Sanitasi Rumah Sakit ini


Telah diuji di hadapan tim penguji Laporan Praktek Sanitasi RumahS akit

Tanjungpinang, 24 Juli 2019


Mengetahui,
Pembimbing Lapangan/CI

Retno Sevtaviana, Amd. KL


NIP. 19950915 201903 2 003

Dosen/Instruktur Dosen/Instruktur
Pembimbing 1 Pembimbing 2

Indra Martias, MPH M. Fadhil Idris, SKM


NIP. ………………..

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan kasih-Nya Penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Sanitasi
Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Daerah Engku Haji Daud tepat pada waktunya.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil pengamatan dan pengumpulan data selama
mahasiswa melakukan kegiatan PKL di RSUD Engku Haji Daud.

Tujuan dari PKL ini adalah agar mahasiswa/i Prodi Kesehatan Lingkungan
Poltekkes Kemenkes Tanjung Pinang mampu menerapkan teori yang telah diperoleh
pada saat kuliah, sehingga diharapkan mahasiswa/I terampil dalam bidang Sanitasi
Rumah Sakit khususnya di RSUD Engku Haji Daud Tanjung Uban.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini dapat disusun dan diselesaikan


berdasarkan berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Novian Aldo, S.ST, MM selaku Direktur Poltekkes Kemenkes


Tanjung Pinang.
2. Bapak dr. Kurniakin W.S Girsang, Sp.PD selaku Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Engku Haji Daud.
3. Ibu Hevi Horiza, M.Si selaku Ketua Prodi Kesehatan Lingkungan yang telah
member izin untuk melaksanakan praktek ini.
4. Bapak Indra Martias, MPH dan tim selaku pembimbing dalam penyusunan
Laporan Hasil PKL di RSUD Engku Haji Daud.
5. Ibu Lili Yanti, S.S selaku pembimbing Rumah Sakit yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada Penyusun selama menjalani PKL.
6. Kak Retno Sevtaviana, Amd.KL selaku kakak bimbing yang bersedia
memberikan arahan dan mengoreksi setiap penulisan laporan serta
memberikan kritik dan saran juga dorongan kepada penulis.

ii
7. Teman-teman satu kelompok yang telah bekerja keras dalam kegiatan PKL
juga penyelesaian laporan.
8. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala
bantuan dan saran-sarannya.

Kami berharap laporan ini berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai bagaimana gambaran umum Sanitasi Rumah Sakit yang
memenuhi standar. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kami berharap adanya kritik, saran, dan
usulan yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Tanjungpinang, 16 Juli 2019

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan untuk umum, tempat


berkumpulnya orang sakit maupun,yang memungkinkan pencemaran lingkungan,
gangguan kesehatan dan atau dapat menjadi tempat penyebab penularan penyakit.

Pencemaran dapat terjadi karena dirumah sakit terdapat polutan baik dalam
bentuk fisik, kimia, maupun bakteriologis. Bentuk pencemaran fisik bersumber dari
tempat antara lain bau limbah yang dihasilkan dan dari hasil pembakaran limbah
medis dari insenerator. Pencemaran kimia bersumber dari laboratorium dan laundry.
Sedangkan pencemaran mikrobiologi bersumber dari mikroba pathogen seperti
salmonella, vibrio cholera, pneoumonia, dan lain-lain

Selain dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, rumah sakit dapat pula


menjadi tempat penularan penyakit. Penularan penyakit dapat terjadi apabila
pengunjung atau pasien yang masuk rumah sakit untuk pengobatan suatu penyakit
tertentu, terinfeksi oleh kuman yang terdapat dilingkungan rumah sakit.

Dalam praktiknya masih banyak rumah sakit yang tidak menyelenggarakan


sanitasi sebagai syarat kesehatan lingkungan, disebabkan oleh berbagai alasan, hal
yang tidak asing adalah perihal pendanaan yang tidak cukup sementara rumah sakit
hanya memfokuskan terhadap pelayanan kesehatan, jumlah dokter spesialis, atau
sarana lain penunjang kesehatan yang lebih di tingkatkan, sedangkan rumah sakit
tidak hanya cukup dengan hal tersebut saja, karenaadasisi lain yang harus mereka
perhatikan yaitu ’’sanitasi’’. Dalam lingkup rumah sakit, sanitasi berarti upaya
pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik,kimiawi dan biologi dirumah sakit yang
menimbulkan atau mungkin dapat mengakibatkan pengaruh buruk terhadap
kesehatan petugas, penderita, pengunjung maupun bagi masyarakat di sekitar rumah
sakit. ( Musadadd,1993 )

1
Oleh karena itu, maksud dari diselenggarakannya praktek Sanitasi Rumah
Sakit adalah untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan berfikir dan
bertindak secara komprehensif dalam mengelola kesehatan lingkungan, menerapkan
prinsip penyehatan bangunan dan ruang termasuk pencahayaan, penyehatan makanan
dan minuman, penyediaan air bersih, pengamanan limbah, pengendalian vektor,
penyelenggaraan K3 Rumah Sakit, pencegahan infeksius, dan pengelolaan linen
Rumah Sakit.

1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran sanitasi Rumah Sakit Umum Daerah


Engku Haji Daud Tanjung Uban

1.2.2. Tujuan Khusus


a. Untuk mengetahui Manajemen Rumah Sakit
b. Untuk mengetahui Kesehatan Air Rumah Sakit
c. Untuk mengetahui Kesehatan Udara Rumah Sakit
d. Untuk mengetahui Kesehatan Pangan Rumah Sakit
e. Untuk mengetahui Kesehatan Sarana dan Bangunan
Rumah Sakit
f. Untuk mengetahui Pengendalian Vektor Rumah Sakit
g. Untuk mengetahui Pengamanan Limbah Rumah Sakit
h. Untuk mengetahui Penyelenggaran Linen Rumah Sakit
i. Untuk mengetahui Kesehatan Keselamatan Kerja
Rumah Sakit
j. Untuk mengetahui Pencegahan Infeksius Rumah Sakit
1.3 Manfaat

“Agar memperoleh gambaran sanitasi Rumah Sakit Umum Daerah Engku


Haji Daud Tanjung Uban”

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Sanitasi Rumah Sakit

Rumah Sakit menurut Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/per/II/1992


yaitu "sarana upaya kesehatan dalam menyelanggarakan kegiatan pelayanan
kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan
penelitian". Dalam menyelenggarakan peran dan fungsi rumah sakit selain pelayanan
medis diperlukan pelayanan penunjang salah satunya pelayanan kesehatan
lingkungan atau Sanitasi Rumah Sakit.

Sanitasi rumah sakit adalah upaya kesehatan lingkungan rumah sakit.


Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular
dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha
kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada penguasaan terhadap berbagai
faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan (Arifin, 2009).

2.2 Kesehatan Air Rumah Sakit

Penyehatan air adalah upaya penanganan kualitas dan kuantitas air di rumah
sakit yang terdiri dari air untuk keperluan higiene sanitasi, air minum, dan air untuk
pemakaian khusus agar dapat menunjang kesinambungan pelayanan di rumah sakit.
Untuk mencapai pemenuhan standar baku mutu dan persyaratan kesehatan air dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit, maka harus dilakukan upaya
sebagai berikut:

1. Pipa air untuk keperluan higiene dan sanitasi dan fasilitas


pendukungnya harus menggunakan bahan yang tidak menimbulkan
bahaya korosif pada air dan tanpa timbal (ramah lingkungan).
2. Tangki penampungan air untuk keperluan higiene dan sanitasi baik
tangki bawah (ground tank) maupun tangki atas (upper/roof tank)

3
harus kedap air, terlindungi dari serangga dan binatang pembawa
penyakit dan dilengkapi dengan fasilitas pengaman/proteksi seperti
pagar pengaman, kunci dan lain-lain untuk mencegah upaya
kontaminasi dan lainnya secara sengaja oleh orang yang tidak
bertanggung jawab.
3. Melakukan pembersihan, pengurasan, pembilasan menggunakan
desinfektan dengan dosis yang disyaratkan pada tangki penampungan
air untuk keperluan higiene dan sanitasi dilakukan setiap 6 (enam)
bulan.
2.3 Kesehatan Udara Rumah Sakit
a. Pencahayaan

Pencahayaan, penerangan dan intensitasnya di ruang umum dan khusus


harus sesuai dengan peruntukannya Penghawaan. Persyaratan penghawaan
untuk masing-masing ruang atau unit seperti berikut:

1) Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi,


laboratorium, perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat
pekerjaan yang terjadi di ruang-ruang tersebut.
2) Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif
sedikit (minimum 0, 10 mbar) dibandingkan ruang-ruang lain di
rumah sakit.
3) Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa
sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban dan ruangan
yang tidak menggunakan AC, sistem sirkulasi udara segar dalam
ruangan harus cukup (mengikuti pedoman teknis yang berlaku).
b. Kebisingan

Persyaratan kebisingan untuk masing-masing ruangan atau unit Sumber-


sumber bising yang berasal dari rumah sakit dan sekitar nya agar diupayakan
untuk dikendalikan antara lain dengan cara:

4
1) Pada sumber bising dirumah sakit: peredaman, penyekatan,
pemindahan, pemeliharaan mesin-mesin yang menjadi sumber
bising.
2) Pada sumber bising dari luar rumah sakit: penyekatan atau
penyerapan bising dengan penanaman pohon (greenbelt),
meninggikan tembok, dan meninggikan tanah (bukit buatan).
2.4 Kesehatan Pangan Rumah Sakit

Penyehatan pangan siap saji adalah upaya pengawasan, pelindungan, dan


peningkatan kualitas higiene dan sanitasi pangan siap saji agar mewujudkan kualitas
pengelolaan pangan yang sehat, aman dan selamat. Untuk mencapai pemenuhan
standar baku mutu dan persyaratan penyehatan pangan siap saji dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit, maka harus memperhatikan dan
mengendalikan faktor risiko keamanan pangan siap saji yang sesuai dengan peraturn
yang berlaku.

Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman
yang disajikan dari dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan; makanan dan
minuman yang dijual di dalam lingkungan rumah sakit atau dibawa dari luar rumah
sakit.

2.5 Kesehatan Sarana dan Bangunan Rumah Sakit

Bangunan Rumah Sakit adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat dan kedudukannya, sebagian atau seluruhnya yang berada di
atas tanah/perairan, ataupun di bawah tanah/perairan yang digunakan untuk
penyelenggaraan Rumah Sakit.

Prasarana Rumah Sakit adalah utilitas yang terdiri atas alat, jaringan dan
sistem yang membuat suatu bangunan Rumah Sakit bisa berfungsi. Standar baku
mutu dan persyaratan kesehatan sarana dan bangunan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur mengenai persyaratan teknis bangunan

5
dan prasarana rumah sakit. Selain yang sudah diatur dari ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, terkait dengan toilet dan kamar mandi terdapat
persyaratan fasilitas toilet dan kamar mandi yaitu:

1. Harus tersedia dan selalu terpelihara serta dalam keadaan bersih;


2. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna
terang, mudah dibersihkan dan tidak boleh menyebabkan genangan;
3. Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet (jamban, peturasan dan
tempat cuci tangan) tersendiri. Khususnya untuk unit rawat inap dan
kamar karyawan harus tersedia kamar mandi;
4. Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengapi dengan
penahan bau (water seal);
5. Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan
dapur, kamar operasi, dan ruang khusus lainnya;
6. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar;
7. Toilet dan kamar mandi harus terpisah antara pria dan wanita, unit
rawat inap dan karyawan, karyawan dan toilet pengunjung;
8. Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah dijangkau dan
ada petunjuk arah, dan toilet untuk pengunjung dengan perbandingan 1
(satu) toilet untuk 1 - 20 pengunjung wanita, 1 (satu) toilet untuk 1 -
30 pengunjung pria;
9. Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara
kebersihan;
10. Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat
menjadi tempat perindukan/nyamuk
2.6 Pengendalian Vektor Rumah Sakit

Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit adalah upaya untuk


mencegah dan menegndalikan populasi serangga, tikus, dan binatang pembawa
penyakit lainnya sehingga keberadaannya tidak menjadi media penularan penyakit.

6
Untuk mencapai pemenuhan standar baku mutu dan persyaratan pengendalian vektor
dan binatang pembawa penyakit dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah
sakit, maka dilakukan upaya pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit
sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur mengenai
standar baku mutu dan persyaratan pengendalian vector dan binatang pembawa
penyakit.

2.7 Pengamanan Limbah Rumah Sakit

Penyelenggaraan Pengamanan Limbah di rumah sakit meliputi pengamanan


terhadap limbah padat domestik, limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), limbah
cair, dan limbah gas.

1. Penyelenggaraan Pengamanan Limbah Padat Domestik

Pengamanan limbah padat domestik adalah upaya penanganan limbah


padat domestik di rumah sakit yang memenuhi standar untuk mengurangi
risiko gangguan kesehatan, kenyamanan dan keindahan yang ditimbulkan.

2. Penyelenggaraan Pengamanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun


(B3).

Limbah B3 yang dihasilkan rumah sakit dapat menyebabkan gangguan


perlindungan kesehatan dan atau risiko pencemaran terhadap lingkungan
hidup. Mengingat besarnya dampak negatif limbah B3 yang
ditimbulkan, maka penanganan limbah B3 harus
dilaksanakan secara tepat, mulai dari tahap pewadahan, tahap
pengangkutan, tahap penyimpanan sementara sampai dengan
tahap pengolahan.

3. Penyelenggaraan Pengamanan Limbah Cair

Pengamanan limbah cair adalah upaya kegiatan penanganan limbah


cair yang terdiri dari penyaluran dan pengolahan dan pemeriksaan limbah

7
cair untuk mengurangi risiko gangguan kesehatan dan lingkungan hidup
yang ditimbulkan limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan kegiatan
rumah sakit memiliki beban cemaran yang dapat menyebabkan
pencemaran terhadap lingkungan hidup dan menyebabkan gangguan
kesehatan manusia. Untuk itu, air limbah perlu dilakukan pengolahan
sebelum dibuang ke lingkungan, agar kualitasnya memenuhi baku mutu
air limbah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Limbah Cair rumah sakit juga berpotensi untuk dilakukan daur
ulang untuk tujuan penghematan penggunaan air di rumah sakit.

2.8 Penyelenggaraan Linen Rumah Sakit

Pengawasan linen adalah upaya pengawasan terhadap tahapan-tahapan


pencucian linen di rumah sakit untuk mengurangi risiko gangguan kesehatan dan
lingkungan hidup yang ditimbulkan. Linen merupakan salah satu kebutuhan pasien
dirumah sakit yang dapat memberikan dampak kenyamanan dan jaminan kesehatan.
Pengelolaan linen yang buruk akan menyebabkan potensi penularan penyakit bagi
pasien, staf dan pengguna linen lainnya.

2.9 Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit

Keselamatan Kerja adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi


terjadinya kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk kerugian baik terhadap manusia,
maupun yang berhubungan dengan peralatan, obyek kerja, tempat bekerja, dan
lingkungan kerja, secara langsung dan tidak langsung.

Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat


kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan
penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan
pekerja dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan
pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang mengadaptasi antara
pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan jabatannya.

8
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat
K3RS adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya pencegahan kecelakan
kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit.

2.10 Pencegahan Infeksius Rumah Sakit

Pencegahan infeksius adalah cara atau tindakan guna memutuskan rantai


transmisi penyakit. Tujuan pencegahan infeksius pada pelayanan kesehatan yaitu
mencegah terjadinya komplikasi infeksi pasca tindakan (terutama tindakan atau
prosedur klinik menggunakan instrument) dan menghindari terjadinya penularan
penyakit infeksi berbahaya (HIV, Hepatitis B, TBC, dsb) tidak hanya pasien ke
pasien, tetapi juga dari pasien ke petugas kesehatan atau sebaliknya.

9
BAB III

METODE PELAKSANAAN PRAKTEK

3.1 Peserta

No Nama JK NIM

1 Muharandy Pasoranding Laki-laki PO7233317 590

2 Acyar Rusadi Laki-laki PO7233317 574

3 Eka Ranisafitri Perempuan PO7233317 580

4 Berty Apriliani Perempuan PO7233317 577

5 Zilmardah Tilla Perempuan PO7233317 608

6 Sazkia Aiztifa Perempuan PO7233317 601

7 Nuva Rabbaniah Perempuan PO7233317 594

3.2 Waktu, Lokasi, dan Jadwal Kegiatan


3.2.1. Waktu

Praktek Sanitasi Rumah Sakit dilaksanakan dari tanggal 15 Juli 2019


sampai dengan 26 Juli 2019 dengan waktu kerja dari pukul 08.00 WIB s/d
16.00 WIB.

3.2.2. Lokasi

Rumah Sakit Umum Daerah Engku Haji Daud yang beralamat di Jl.
Indun Suri – Simpang Busung No.1 Tanjung Uban – Bintan Utara Kabupaten
Bintan atau + 65 km dari Tanjungpinang (Ibukota Provinsi Kepulauan Riau).

10
3.2.3. Jadwal Kegiatan

No Tujuan Rincian Kegiatan 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26


Gambaran Umum Rumah
1 Sakit Profil Rumah Sakit
Proses penyediaan dan
2 pengelolaan air Observasi
Proses Pengelolaan Air
3 Limbah Observasi
Proses pengelolaan sampah
4 non medis Monev
Proses pengelolaan sampah
5 medis Monev
Pembakar Sampah
6 Makanan Minuman Gizi
7 Linen laundry
8 Sanitasi bangunan OK
HD
VK
IGD
Radiologi
Laboratorium
Apotek
Pemberantasan
9 Vektor dan tikus Kucing
Kepadatan Lalat
10 Pencegahan infeksius Lihat APD OK
Lihat APD CS
Ruang Isolasi
11 K3RS APD
Pintu Darurat
Ramp
Apar
Hydrant
Pembuatan Laporan Pembuatan laporan
Presentasi Laporam Presentasi

11
3.3 Daftar Kegiatan Praktek
3.3.1. Manajemen Rumah Sakit

Pengambilan data Rumah Sakit dilaksanakan pada hari Senin, 15 Juli


2019 setelah kegiatan pengenalan lingkungan Rumah Sakit. Data yang
diambil berupa gambaran umum dan struktur organisasi Rumah Sakit Engku
Haji Daud.

3.3.2. Kesehatan Air Rumah Sakit

Pengambilan data Rumah Sakit dilakanakan pada hari Senin, 15 Juli


2019 setelah kegiatan pengenalan lingkungan Rumah Sakit. Data yang
diambil berupa hasil wawancara dengan narasumber mengenai aliran air
bersih dan pengolahan yang ada di RSUD Engku Haji Daud. Selain itu kami
juga melakukan observasi pada alat filtrasi air pada hari yang sama.

3.3.3. Kesehatan Udara Rumah Sakit

Pengukuran kualitas udara Rumah Sakit dilaksanakan dari hari Senin


22 Juli 2019 sampai dengan Selasa 23 Juli 2019 dengan mengukur
pencahayaan, kebisingan, suhu dan kelembaban di beberapa ruangan/gedung
yang ada di Rumah Sakit.

3.3.4. Kesehatan Pangan Rumah Sakit

Pemeriksaan penyehatan pangan yang ada di Rumah Sakit dilakukan


pada hari Rabu, 17 Juli 2019 di area instalasi gizi dengan metode observasi
langsung mulai dari proses pemasakan hingga distribusi kepada pasien pada
setiap ruangan.

3.3.5. Kesehatan Sarana dan Bangunan Rumah Sakit

Pengamatan terhadap sarana bangunan yang ada di RSUD Engku Haji


Daud dilaksanakan pada waktu bersamaan dengan pengukuran kualitas udara
yaitu dari hari Senin, 22 Juli 2019 hingga Selasa, 23 Juli 2019. Pengamatan

12
dilakukan terhadap lantai, dinding, langit-langit, atap, pintu dan jedela yang
ada di Rumah Sakit.

3.3.6. Pengendalian Vektor Rumah Sakit

Pengendalian vector dilakukan 2 hari yaitu peletakkan larvitrap pada


hari Kamis, 18 Juli 2019 di halaman belakang gedung IPSRS. Kami juga
melakukan perhitungan kepadatan lalat pada area TPS yang dilakukan pada
hari Selasa, 23 Juli 2019. Selain itu kami juga melakukan pembasmian
binatang pengganggu yaitu kucing pada hari Rabu, 24 Juli 2019.

3.3.7. Pengamanan Limbah Rumah Sakit


a. Limbah Domestik

Pengamatan yang kami lakukan untuk limbah domestic dilakukan pada


hari Senin, 15 Juli 2019 dengan observasi langsung tempat
pembuangan sementara dan juga wawancara dengan narasumber
mengenai penanganan limbah domestic Rumah Sakit.

b. Limbah B3

Pemeriksaan proses pemusnahan limbah B3 atau pembakaran


dengan incinerator dilaksanakan pada hari Jum’at, 19 Juli 2019 dengan
metode observasi dan wawancara langsung dengan petugas.

c. Limbah Cair

Pemeriksaan proses pembuangan limbah cair dari area instalasi gizi


dilakukan pada hari Selasa, 16 Juli 2019 dengan metode observasi
langsung proses kerja pembuangan limbah yang dilakukan secara
sederhana oleh petugas.

3.3.8. Pengeloaan Linen Rumah Sakit

Pemeriksaan proses pengelolaan linen di RSUD dilakukan pada hari


Kamis, 18 Juli 2019 dengan metode observasi langsung dan wawancara

13
kepada petugas di mulai dari poses pengumpulan linen kotor hingga
pendistribusian linen bersih ke setiap ruangan/gedung Rumah Sakit

3.3.9. K3 Rumah Sakit

Pemeriksaan K3 di Rumah Sakit Engku Haji Daud dimulai dari


APAR, jalur evakuasi dan papan penanggungjawab kebakaran pada hari
Selasa, 16 Juli 2019. Pemeriksaan ini dilakukan dengan membagi 3 kelompok
yang akan memeriksa disetiap ruangan/gedung Rumah Sakit. Kegiatan
selanjutnya yang berupa pengecekan APD dengan mewawancarai dan
observasi secara langsung para petugas yang berada di ruangan dengan zona
tinggi pada hari Senin 22 Juli 2019. Pada hari Selasa, 23 Juli 2019 kami ikut
serta dalam simulasi kebakaran yang dilaksankana oleh RSUD Engku HAji
Daud sebagai upaya k# di rumah sakit.

3.3.10. Pencegahan Infeksius

Pemeriksaan pencegahan infeksius dilakukan pada hari Selasa, 16 Juli


2019 dengan memeriksa handrub dan juga wastafel yang ada disetiap
ruangan/gedung dengan mewawancari petugas jaga ataupun pengamatan
secara langsung.

3.4 Sumber Data


3.4.1. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan pada praktek Sanitasi Rumah Sakit di RSUD


Engku Haji Daud yaitu observasi, wawancara, pengukuran dan perlakuan
yang dilampirkan pada tabel berikut:

Observasi Wawancara Pengukuran Perlakuan

Gambaran umum, tugas



dan fungsi RS

14
Proses penyediaan dan
√ √ √
pengelolaan air RS

Proses pengelolaan air


√ √ √
limbah pada IPAL

Pengelolaan sampah di
√ √
RS

Pengelolaan limbah
√ √
klinis di

Penyehatan makanan
√ √
dan minuman RS

Pengelolaan linen di RS √ √

Pengelolaan sanitasi
ruangan bangunan √ √
medis dan non medis

Pengendalian vector dan


√ √ √
tikus RS

Pencegahan infeksius √ √

Kesehatan dan
√ √
keselamatan kerja RS

15
3.4.2. Instrument Pengumpulan Data

Dalam praktek ini kami menggunakan beberapa instrument sebagai


penunjang pelaksanaan praktek Sanitasi Rumah Sakit di RSUD Engku Haji
Daud antara lain:

1. Formulir inspeksi kesehatan lingkungan menurut Permenkes No 7 Tahun


2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
2. Formulir pemeriksaan penyehatan makanan dan minuman dari
Kepmenkes Nomor 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan;
3. Formulir monitoring personal hygiene sanitasi pengolahan makanan
instalasi gizi;
4. Humidity meter untuk pengukuran pencahayaan, suhu, kelembapan
ruangan zona tinggi di RSUD Engku Haji Daud;
5. Sound level meter untuk mengukur kebisingan pada daerah zona tinggi
RSUD Engku Haji Daud;
6. Termometer untuk pengukuran air bersih dan air limbah RSUD Engku
Haji Daud;
7. pH meter untuk mengukur kadar pH air bersih dan air limbah RSUD
Engku Haji Daud;
8. Flygrill untuk mengukur kepadatan lalat RSUD Engku Haji Daud;
9. Larvitrap untuk mengukur kepadatan jentik pada RSUD Engku Haji
Daud;
10. Formulir inspeksi sanitasi pengolahan linen di unit laundry RSUD
Provinsi Kepulauan Riau;
11. Formulir APAR
12. Kamera;
13. ATK;

16
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Praktek


4.1.1. Geografis

Provinsi Kepulauan Riau dibentuk pada tahun 2002 yang didasarkan


pada UU nomor 25 tahun 2002 dan secara defenitif berjalan sejak tahun 2004.
Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi yang ke – 32 di Indonesia. Pada
tahun 2006, provinsi Kepulauan Riau terdiri dari 4 kabupaten dan 2 kota, 274
desa/kelurahan, dan 45 kecamatan. Nama-nama kabupaten/kota tersebut yaitu:

1. Kabupaten Bintan, ibukotanya Bintan Bunyu.


2. Kabupaten Karimun, ibukotanya Tanjung Balai Karimun
3. Kabupaten Natuna, ibukotanya Ranai.
4. Kabupaten Lingga, ibukotanya Daik
5. Kota Tanjungpinang, ibukotanya Tanjungpinang
6. Kota Batam, ibukotanya Batam

Secara geografis Provinsi Kepulauan Riau terletak pada 04°15’ LU -


0°45’ LS dan 103°11’ - 109°10’ BT. Provinsi Kepulauan Riau merupakan
daerah kepulauan yang terdiri atas pulau besar dan kecil kurang lebih 2.408
buah dimana sebanyak 366 pulau telah berpenghuni dan 2.042 pulau belum
berpenghuni. Luas total wilayah Provinsi Kepulauan Riau adalah 253.420 km²
terdiri dari luas lautan 242.825 km² 42po57,n(96 %), dan luas daratan
10.595,41 km² (4 %).

Provinsi Kepulauan Riau memiliki batas wilayah, yaitu :

 Sebelah utara berbatasan dengan Negara Vietnam dan


Kamboja;

17
 Sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Bangka Belitung
dan Provinsi Jambi
 Sebelah barat berbatasan dengan Negara Singapura,
Malaysia, dan provinsi Kepulauan Riau
 Sebelah timur berbatasan dengan Negara Malaysia Timur
dan Provinsi Kalimantan Barat.

Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Kepulauan Riau terletak di


wilayah Kabupaten Bintan, adapun letak geografis kabupaten Bintan terletak
diantara 0°15’LU dan 104°10’ - 105°0’ BT, memiliki letak geografis yang
strategis, dan memiliki tingkat aksesibilitas yang tinggi serta mudah dicapai
baik melalui laut dengan memanfaatkan 2 (dua) pelabuhan international di
Tanjungpinang dan Lagoi maupun melalui udara yaitu bandara Raja Haji
Fisabilillah.

Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2003 tentang Pembentukan


Kecamatan Teluk Sebong, maka kabupaten Bintan secara administrasinya
terbagi menjadi 6 (enam) kecamatan yang meliputi kecamatan Bintan Utara,
Bintan Timur, Teluk Bintan, Teluk Sebong, Gunung Kijang dan Tambelan.

Tanjung Uban daerah dimana Rumah Sakit ini berada, yang


merupakan bagian dari wilayah kabupaten Bintan yang terletak di kecamatan
Bintan Utara yang mencapai luas sebesar 230 km² dan sebagian wilayahnya
merupakan kawasan wisata pantai mencapai 112,30 km² dan kawasan industri
sebesar 48,05 km². Lahan rumah sakit terletak pada ruas jalan utama yang
menghubungkan wilayah Busung dan Tanjung Uban. Penduduk di Tanjung
Uban adalah heterogen dengan jumlah sekitar ± 120.000 jiwa dan sebagian
besar mata pencahariannya buruh, pedagang, petani, peternak, perkebunan,
pekerja perusahaan, pekerja perhotelan dan pegawai negeri.

18
4.1.2. Struktur Organisasi
BAGAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ENGKU HAJI DAUD
DIREKTUR
dr. KURNIAKIN W.S. GIRSANG, Sp.PD

BAGIAN TATA USAHA


Kasdan, AKS, M.Si

SUB BAGIAN SUB BAGIAN


PERENCANAAN DAN UMUM, KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN
DAN HUMAS ADM REKAM MEDIK
EVALUASI PROGRAM
Ahmad Nasib Julienson Sipayung, SKM
Budianto, S.Kep

BIDANG PELAYANAN BIDANG KEPERAWATAN BIDANG KEUANGAN


Taufic Qurahman, S.F, M.Si, dr. H. Iswandi Ismael, MPH Emil, S.Sos
Apt

SEKSI SUB BAGIAN


PELAYANAN MEDIK SEKSI SEKSI ANGGARAN DAN
YANKEP & ASKEP
dr. DarfiusZuliswan PERBENDAHARAAN KEUANGAN
Deni Robby Manel, S.Kep, M.Si
Goning Novi Ristianti, S.Kep, M.Si

SEKSI SEKSI SUB BAGIAN


PENUNJANG MEDIK MUTU DAN ETIKA VERIFIKASI KEUANGAN
Yunita, Amd.Kep Pathurahman, S.Kep HerryHariansyah, SKM

19
INSTALASI KOMITE
4.1.3. Visi dan Misi Rumah Sakit

Visi

Mewujudkan Pelayanan Kesehatan Prima Menuju Kepulauan Riau Sehat

Misi

Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan biaya terjangkau


kepada semua lapisan masyarakat dan menerapkan manajemen profesional
berbasis kinerja serta ikut memberdayakan masyarakat Kepulauan Riau cara
hidup sehat.

Motto

Motto pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Kepulauan Riau


adalah : ” Kami peduli, profesional dan siap melayani “

Maklumat Pelayanan

Maklumat Pelayanan RSUD Engku Haji Daud adalah : Dengan ini, kami
menyatakan sanggup menyelenggarakan pelayanan sesuai standar pelayanan
yang telah ditetapkan dan apabila tidak menepati janji ini, Kami siap
menerima sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

4.2 Hasil

FORMULIR

INSPEKSI KESEHATAN LINGKUNGAN (IKL) RUMAH SAKIT

1. NAMA RUMAH SAKIT : RSUD Engku Haji Daud


2. ALAMAT RUMAH SAKIT : Jalan Indun Suri, Nomor 1
3. KELAS RUMAH SAKIT : C (RS Pemerintah)
4. JUMLAH TEMPAT TIDUR :-
5. TANGGAL PEMERIKSAAN : 15-26 JULI 2019

20
Variabel Standar dan Persyaratan
No. Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
Kesling

KESEHATAN AIR RUMAH


I 14
SAKIT

Memenuhi 5 Liter/TT/Hari 100

Kurang dari 5 Liter/TT/Hari 50


Kuantitas air minum 4
Tidak memenuhi persyaratan
0
kuantitas air minum

Memenuhi RS kelas C dan D di


ruang rawat inap 200-300 100
liter/TT/Hari

Kuantitas air keperluan hygiene dan Di unit rawat jalan semua kelas
4 100
sanitasi rumah sakit 5 L/orang/hari

Tidak memenuhi persyaratan


kuantitas air keperluan hygiene 25
dan sanitasi

Memenuhi persyaratan fisik,


mikrobiologi, kimia. 100
radioaktivitas

Sebagian memenuhi persyaratan


Kualitas air minum 3
fisik, mikrobiologi, kimia. 50
radioaktivitas

Tidak memenuhi persyaratan


0
kualitas

Memenuhi persyaratan fisik,


kimia, mikrobiologi, 100
radioaktivitas
Kualitas air untuk keperluan
3
hygiene dan sanitasi
Sebagian memenuhi
persyaratanf isik, mikrobiologi, 50
kimia. radioaktivitas

21
Tidak memenuhi persyaratan
0
kualitas

KESEHATAN UDARA RUMAH


II 10
SAKIT

Semua ruangan memenuhi


100
kelembaban (40-60)%
Memenuhi standar baku mutu fisik
2
untuk kelembaban udara
Sebagian ruangan memenuhi
50
kelembaban (40-60)%

Ruang pasien:
Saat tidak tidur 250 lux 10
Saat tidur 50 lux

Rawat jalan 200 lux 10

Unit Gawat Darurat 300 lux 10

Operasi Umum 300-500 lux 10

Memenuhi standar baku mutu untuk Meja Operasi 10.000-20.000 lux 10


pencahayaan, angka disesuaikan 2
dengan jenis ruangan Anestesi pemulihan 300-500 lux 10

Endoscopy, lab 75-100 lux 10

Sinar X minimal 60 lux 10

Koridor minimal 100 lux 10

Tangga minimal 100 lux 10

Administrasi/Kantor minimal
10
100 lux

Ruang pasien
Memenuhi standar baku mutu untuk
2 Saat tidak tidur 45 dBa 15
kebisingan, angka disesuaikan
Saat tidur 40 dBA

22
Operasi Umum 45 dBA 10

Ruang Umum 45 dBA 5

Anastesi Pemulihan 50 dBA 5

Endoscopy, lab 65 dBA 5

Sinar X 40 dBA 4

Koridor 45 dBa 5

Tangga 65 dBA 5

Kantor/lobby 65 Dba 5

Ruang alat/gudang 65 dBA 5

Farmasi 65 dBA 5

Ruang cuci 80 dBA 5

Ruang Isolasi 20 dBA 5

Ruang poligigi 65 dBA 5

Ambulans 40 Dba 5

KESEHATAN PANGAN SIAP


III 10
SAJI RUMAH SAKIT

Perbandingan 1 toilet untuk


pengunjung wanita 1:20 dan 100
1:30 untuk pengunjung pria
Toilet Pengunjung 2
Perbandingan toilet pengunjung
pria dan wanita tidak sesuai 50
dengan jumlahnya

Tersedia toilet untuk orang yang


keterbatasan fisik (disabilitas) di
Toilet disabilitas 2
ruang rawat jalan, penunjang
medic dan IGD

23
Ya 100

Tidak 0

Lantai terbuat dari bahan yang


kuat, kedap air, permukaan rata,
25
tidak licin, warna terang, dan
mudah dibersihkan.

Lantai yang selalu kontak


dengan air harus mempunyai
25
kemiringan yang cukup ke arah
saluran pembuangan air limbah.

Lantai rumah sakit 2 Pertemuan lantai dengan dinding


harus berbentuk Konus atau
25
lengkung agar mudah
dibersihkan

Permukaan dinding harus kuat


rata, berwarna terang dan
menggunakan cat yang tidak
25
luntur serta tidak menggunakan
cat yang mengandung logam
berat.

Pintu utama dan pintu-pintu


yang dilalui brankar/tempat tidur
pasien memiliki lebar bukaan
minimal 120 cm, dan pintu-pintu 20
yang tidak menjadi akses tempat
tidur pasien memiliki lebar
bukaan minimal 90 cm.
Pintu rumah sakit 2
Di daerah sekitar pintu masuk
tidak boleh ada perbedaan 20
ketinggian lantai

Pintu-pintu yang menjadi akses


tempat tidur pasien harus dilapisi 15
bahan anti benturan.

24
Ruang perawatan pasien harus
memiliki bukaan jendela yang
dapat terbuka secara maksimal 15
untuk kepentingan pertukaran
udara.

Pada bangunan rumah sakit


bertingkat, lebar bukaan jendela
harus aman dari kemungkinan 15
pasien dapat
melarikan/meloloskan diri.

Kuat, tidakbocor, tahan lama dan


tidak menjadi tempat perindukan
100
serangga, tikus, dan binatang
Atap rumah sakit pengganggu lainnya

Memenuhi sebagian persyaratan


50
di atas

Langit-langit kuat, berwarna


terang, dan mudah dibersihkan,
tidak mengandung unsur yang 20
dapat membahayakan pasien,
tidak berjamur.

Tinggi langit-langit di ruangan


minimal 2,80 m, dan tinggi di 20
selasar (koridor) minimal 2,40

Tinggi langit-langit di ruangan


Langit-langit rumah sakit 20
operasi minimal 3,00 m.

Pada ruang operasi dan ruang


perawatan intensif, bahan langit-
langit harus memiliki tingkat 20
ketahanan api (TKA) minimal 2
jam.

Pada tempat-tempat yang


membutuhkan tingkat 20
kebersihan ruangan tertentu,
maka lampu-lampu penerangan

25
ruangan dipasang dibenamkan
pada plafon (recessed).

V PENGAMANAN LIMBAH 16

Melakukan penanganan limbah


40
dengan 3R

Limbah Domestik 5 Memiliki TPS limbah domestic 30

Pengangkutan di TPS dilakukan


30
tidak boleh lebih dari 2 x 24 jam

Limbah padat B3

Ya 20
Melakukan pemilahan limbah non
medis
Tidak 0

Ya 20
Memenuhi ketentuan lamanya
penyimpanan limbah medis B3
Tidak 0
5 Ya 20
Memiliki TPS B3 yang berizin
Tidak 0

Memiliki pengolahan limbah B3 Ya 40


sendiri (incinerator/autoclave, dll)
yang berizin dan atau pihak ketiga 0
Tidak
yang berizin

Limbah Cair

Ya 50
Memiliki IPAL dengan izin
Tidak 0
4
Ya 50
Hasil pengolahan limbah cair
memenuhi baku mutu
Tidak 0

VII PENGAMANAN RADIASI 10

26
Rumah sakit mempunyai izin
penggunaan alat dari Badan
40
Pengawas Tenaga Nuklir
(BAPETEN).

Mempunyai peralatan proteksi


radiasi.

Melakukan pemantauan pekerja


radiasi menggunakan alat 30
proteksi diri.

VIII PENYELENGGARAAN LINEN 10

Terdapat keran air keperluan


hygiene dan sanitasi dengan
tekanan cukup dan kualitas air
yang memenuhi persyaratan 20
baku mutu, juga tersedia air
panas dengan tekanan dan suhu
yang memadai.

Penyelenggaraan linen internal Dilakukan pemilahan antara


20
(dalam rumah sakit), memenuhi 7 linen infeksius dan non infeksius
penyelenggaraan linen.
Dilakukan pencucian secara
terpisah antara linen infeksius 20
dan non infeksius

Tersedia ruang pemisah antara


20
linen bersih dan linen kotor

Memenuhi persyaratan
20
perlakuan terhadap linen

MANAJEMEN KESEHATAN
IX 10
LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

Ada unit/instalasi Sanitasi


25
Manajemen kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
4
Rumah Sakit
Memiliki dokumen administrasi 15
kesehatan lingkungan rumah

27
sakit yang meliputi
panduan/pedoman (SK/SOP)

Memiliki dokumen lingkungan


hidup yang telah disahkan oleh
instansi Pemerintah atau sesuai 20
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Memiliki rencana kerja bidang


20
kesehatan lingkungan

Melaksanakan monitoring dan


evaluasi kegiatan kesehatan 10
lingkungan rumah sakit

Membuat laporan rutin ke


direksi/pimpinan rumah sakit 10
dan instansi yang berwenang.

Memiliki semua peralatan


pemantauan kualitas lingkungan
minimal (thermometer air,
hygrometer, sound level meter,
lux meter, alat ukur swapantau
air bersih yakni khlor meter, pH
meter dan alat ukur swapantau 100
air limbah, yakni pH meter, dan
khlor meter, alat ukur kepadatan
vector pembawa penyakit, yakni
Peralatan kesehatan lingkungan 3 alat perangkap lalat (flytrap),
alat ukur kepadatan lalat
(flygrill)

Memiliki sebagian peralatan


pemantauan kualitas lingkungan 50
minimal

Tidak memiliki peralatan


pemantauan kualitas lingkungan 0
minimal

Tenaga kesehatan lingkungan 3 Penanggung jawab kesehatan 100

28
rumah sakit lingkungan rumah sakit kelas C
dan D (rumah sakit pemerintah
dan swasta) adalah memiliki
pendidikan bidang kesehatan
lingkungan/sanitasi/teknik
lingkungan/teknik penyehatan
minimal berijazah diploma D3

Penanggung jawab kesehatan


lingkungan rumah sakit tidak 25
sesuai dengan criteria di atas.

TOTAL SCORE 100

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN

(INSPEKSI SANITASI) RUMAH SAKIT

1. NAMA RUMAH SAKIT : RSUD Engku Haji Daud


2. ALAMAT RUMAH SAKIT :
3. KELAS RUMAH SAKIT : C (RS Pemerintah)
4. JUMLAH TEMPAT TIDUR :
5. TANGGAL PEMERIKSAAN : 15 – 26 JULI 2019

No. Variabel Upaya Kesling Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor

Kondisi bahan makanan dan


makanan jadi secara fisik 50 50
memenuhi syarat
1 Bahan makanan dan makanan jadi 2
Kondisi bahan makanan dan
makanan jadi secara 50
bakteriologis memenuhi syarat

Makanan yang mudah


Tempat penyimpanan bahan
2 3 membusuk disimpan pada suhu 30 30
makanan dan makanan jadi
>56,50C atau <40C

29
Makanan yang akan disajikan >6
jam disimpan pada suhu -50C s/d 30 30
-10C

Bersih 10 10

Terlindung dari debu 10 10

Bebas gangguan serangga dan


10 10
tikus

Bahan makanan dan makanan


10 10
jadi terpisah

Menggunakan kereta dorong


40 40
tertutup

Tidak menyajikan makanan jadi


3 Penyajian makanan 2 40 40
yang sudah menginap

Lalu lintas makanan jadi


20 0
menggunakan jalur khusus

Lantai dapur sebelum dan


sesudah kegiatan dibersihkan 50 50
dengan antiseptic
4 Tempat Pengolahan Makanan 4
Dilengkapi dengan sungkup dan
25 25
cerobong asap

Pencahayaan > 200 lux 25 0

Memiliki surat keterangan sehat


5 Penjamah makanan 2 40 0
yang berlaku

Tidak berkuku panjang, koreng,


30 30
dan sejenisnya

Menggunakan pakaian
10 10
pelindung pengolahan makanan

Selalu menggunakan peralatan


10 10
dalam menjamah makanan jadi

30
Berperilaku sehat selama bekerja 10 10

Sebelum digunakan dalam


40 40
kondisi bersih

Tahan karat dan tidak


30 30
mengandung bahan beracun
Peralatan 2
Utuh, tidak retak 15 15

Dicuci dengan desinfektan atau


dikeringkan dengan sinar
15 15
matahari/pemanas buatan dan
tidak dibersihkan dengan kain

Tabel nilai pengukuran intensitas udara di RSUD Engku Haji Daud

Pencahayaan (lux) Kebisingan (dBA) Kelembaban (%) Suhu (0C)


No. Ruangan Intensitas SBM Intensitas SBM Intensitas SBM Intensitas SBM
300 45 19
R. Bedah 126 - 57 45 50,9 - 26,9 -
1. 500 60 20
10.000
Meja Bedah 18980 - 60 56,2 25,6
20.000
45 24
4. R. Bersalin 104 60 52,8 - 23 -
60 26
UGD 45 19
5. 58 300 57 66 - 28,6 -
60 24
R. Radiologi 45 22
36 67,7 - 25,1 -
6.
60 26
(Sinar X) 28 60 64 40
75 35 22
7. Laboratorium 354 - 66 65 50,9 - 25,1 -
100 60 26
35 22
8. Gizi 100 200 68 78 66,3 - 32,2 -
60 30
9. Apotek 104 200 70 65 65,1 29,9
10. ICU 218 28 65 58,4 35 30,4 22

31
- -
60 23
11. Tangga 452 100 65 45 74,3 30,2
12. Poli Anak 53 200 58 45 62,6 28,9
R. Rawat Inap
13. Saat tidak tidur 98 250 45
55 58,7 28
Saat tidur 56 50 40

Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak ada SBM


4.3 Pembahasan
1. Pengelolaan dan Penyediaan Air Bersih Rumah Sakit

Sumber air bersih yang terdapat di RSUD Engk Haji Daud berasal dari
sumur yang berada di jurang belakang rumah sakit yang berjumlah 8 buah
dengan kedalaman ± 15-21 meter. Air bersih dari sumur dialirkan ke
groundtank yang berkapasitas ± 100.000 liter lalu kemudian melalu sistem
filtrasi dialirkan ke lantai 7 yang nantinya akan didistribusikan ke setiap
ruangan dengan sistem gravitasi. Pengurasan groundtank dilakukan setiap 1
tahun sekali dan untuk penggunaan air bersih dalam 12 jam berkisar 30.000
liter.

Kualitas fisik air bersh yang ada d RSUD sudah memenuhi syarat secara
fisik yaitu tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa. Tetapi untuk
pengujian kimia dan biologi air tidak kami lakukan karena keterbatasn alat,
namun menurut narasumber pengukuran kualitas air oleh BTKL pada tahun
2017 dan akan dilakukan pemeriksaan lagi pada tahun 2019.

2. Kesehatan Udara Rumah Sakit


a. Pencahayaan

Pengukuran penchayaan yang dilakukan di RSUD Engku Haji


Daud didapati beberapa ruangan yang masih belum memenuhi standar
baku mutu yang berlaku seperti ruangan bedah yang masih dibawah
standar baku mutu yaitu 126 lux, UGD dengan intensitas cahaya 58

32
lux dengan ambang batas 300, ruangan radiologi, tepatnya di area
sinar X yaitu 28 lux dengan ambang batas 60 lux, ruang laboratorium
yang melebihi ambang batas dengan nilai 354 lux dan ambang batas
75-100 lux, ruangan gizi yang belum memenuhi standar baku mutu
yaitu 100 dengan ambang batas 200 begitu juga dengan ruang farmasi,
tangga yang melebihi ambang batas yaitu 452 lux dari ambang batas
100 lux, poli anak yang belum memenuhi ambang batas yaitu 53 lux
dengan nilai ambang batas yag seharusnya yaitu 200 lux, dan ruang
rawat inap saat keadaan tidak tidur yang belum memenuhi ambang
batas yaitu 98 dengan nilai standar baku mutu yaitu 250 lux.

b. Kebisingan

Pengukuran kebisingan yang dilakukan di RSUD Engku Haji Daud


didapati beberapa ruangan yaitu ruang bedah dengan inetnsitas
pengukuran 57 dBA dengan standar baku mutu yaitu 45 dBA, ruang
radiologi yaitu area Sinar X yang melebih ambang batas yaitu 64 dBA
dengan ambang batas 40 dBA, ruang farmasi yang melebihi ambang
batas yaitu 70 dBA dengan nlai ambang batas 65 dBA, poli anak dan
rawat inap yang melebihi ambang batas dengan nilai masing-masing
yaitu 58 dan 55 dBA dengan nilai ambang batas yaitu 45 dBA.

c. Kelembaban

Pengukuran kelembaban yang ada di RSUD Engku Haji Daud


didapati beberapa ruangan yang melebihi ambang batas diantaranya
ruang UGD yaitu 66% dengan nilai ambang batas 45-60%, ruang
Radiologi yaitu 67,7% dengan nilai ambang batas yaitu 45-60%, ruang
gizi yaitu 66,3% dengan nilai ambang batas yaitu 35-60% dan juga ada
beberapa ruangan yang tidak didapati data standar baku mutunya.

33
d. Suhu

Pengukuran suhu ruangan yang ada di RSUD Engku Haji Daud


didapati beberapa ruangan yang melebihi ambang batas diantaranya
adalah ruang bedah dengan suhu 26,90C danstandar baku mutu antara
190C sampai dengan 200C, lalu ruang UGD dengan suhu 28,60C yang
seharusnya berkisar antara 19-240C, ruang gizi (dapur) dengan
suhu32,20C dan standar baku mutu yang seharusnya yaitu 220C
sampai dengan 300C, dan beberapa ruangan lainnya yang tidak
didapati data standar baku mutu lainnya.

3. Kesehatan Pangan Siap Saji Rumah Sakit

Berdasarkan formulir IKL Rumah Sakit untuk penilaian kesehatan pangan


hanya ada 2 poin dimana masing-masing memiliki 5 bobot. Poin pertama
yaitu memenuhi standar baku mutu pangan siap saji kami memberikan nilai 0
dikarenakan dari hasil wawancara dengan narasumber, RSUD Engku Haji
Daud tidak memiliki sertifikat jasa boga golongan B sebagaimana yang tertera
di Permenkes No. 7 tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah sakit
“untuk melakukan pengawasan penyehatan pangan baik internal maupun
eksternal dapat menggunakan instrument kesehatan lingkungan jasa boga
golongan B”

Pada poin kedua yaitu hasil IKL memenuhi syarat golongan B kami
memberikan nilai 100 yang di dukung oleh pemeriksaan penyehatan makanan
dan minuman dari Kepmenkes Nomor 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dimana dari segi penilaian terdiri dari:

1) Kondisi bahan makakan dan makanan jadi secara fisik dan


bakteriologis memenuhi syarat karena pada pemeriksaan fisik baik
bahan makanan dan makanan jadi memiliki tekstrur yang baik, warna

34
tidak berubah, dan tidak berbau busuk sedangkan untuk pemeriksaan
bakteriologisnya……………………….
2) Tempat penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi yang bersih,
terlindung dari debu, bebas gangguan serangga dan tikus karena
kondisi dapur yang selalu tertutup, memiliki blower dan diruangan
instalasi gizi selalu diaktifkan exhauster fan. Namun untuk beberapa
bahan makanan disimpan dikeranjang yang tidak tertutup dan
diletakkan langsung di lantai.
3) Antara bahan makanan dan makanan jadi terpisah, juga suhu tempat
penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi sudah sesuai dengan
Standar Baku Mutu yang berlaku. Hal ini dibktikan dengan suhu pada
penyimpanan bahan mentah seperti daging memiliki suhu 40C dan
untuk sayur disimpan di lemari pendingin yang bersuhu 80Csedangkan
untuk makanan jadi tidak ada penyimpanan melainkan langsung
didistribusikan kepada pasien dengan mengunakan kereta dorong
tertutup, namun jalur yang digunakan bukan merupakan jalur khusus.
4) Tempat pengolahan makanan/dapur selalu dibersihkan lantainya pada
saat sebelum dan sesudah kegiatan yang dibersihkan dengan
antiseptic. Kegiatan ini dilakukan oleh cleaning service
5) Penjamah makanan tidak memiliki surat keterangan sehat yang dicek
secara berkala setiap 6 bulan melainkan surat kesehatan ada saat awal
masuk kerja dan untuk pakaian pelindung penjamah makanan
menggunakan handscoon, celemek, dan jilbab sebagai penutup kepala,
namun ada beberapa petugas yang tidak menggunakan handscoon.
6) Peralatan yang digunakan selalu dalam kondisi bersih dan juga terbuat
dari bahan yang tahan karat, tidak mengandung bahan beracun,
utuh/tidak retak juga dicuci dengan desinfektan lalu dikeringkan
dengan bantuan sinar matahari. Pencucian peralatan masak dilakukan
setiap selesai produksi yang kemudian disimpan pada rak-rak yang

35
terbuka sehingga proses pengeringan dilakukan oleh bantuan sinar
matahari

Selain itu juga dilakukan pengecekan personal hygiene pda penjamah


makanan di instalasi gizi RSUD Engku Haji Daud, dimana dari 3 petugas
sudah memamkai penutup kepala dan celemek petugas juga tidak
memakai perhiasan, tidak berkuku panjang dan tidak berkoreng. Tetapi
dari 3 petugas hanya 2 yang memakai pelindung tangan. Dan menurut
hasil wawancara, petugas selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah
beraktifitas.

4. Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu

Pengendalian vektor dan binatang pengganggu yang dilakukan di RSUD


Engku HAji DAud adalah dengan menggunakan lem sebagai perangkap tikus
begitu juga dengan lalat. Namun untuk nyamuk, pihak rumah sakit dengan
penyemprotan insektisida. Selain itu juga dialkukan pemberantasan binatang
pengganggu, yaitu kucing secara manual yaitu ditangkap, dikumpulkan lalu
dipindahkan ke area sekitar. Pada saat pemasangan flygrill di TPS domestic
rumah sakit, didapati rata-rata dari kepadatan lalat yaitu ….. yang berarti
…….

Selain itu juga dilakukan pemusnahan binatang pengganggu, yaitu kucing


yang berada di area rumah sakit dengan memindahkan kucing tersebut ke
daerah yang dianggap sebagai tempat…..

5. Limbah Rumah Sakit


1) Limbah Padat Domestik

Penanganan limbah domestic di RSUD Engku Haji Daud hanya


dengan proses pengumpulan, penyimpanan dan pengangkutan oleh sebab
itu kami hanya memberikan nilai 300 dari 500. Untuk pengumpulan
sendiri tidak ada dibedakan antara sampah orgaik dan anorganik dengan

36
jumlah pengumpulan dalam satu hari yaitu 3 kali pada siang, sore dan
malam. Setelah dikumpulkan, sampah domestic disimpan di dalam
ruangan tertutup lalu diangkut ke TPA dengan pihak ketiga setiap 3 kali
dalam seminggu. Jumlah tempat sampah rumah tangga yang disediakan
berjumlah 104 buah yang dilengkapi dengan kantong hitam.

Untuk pengangkutan dari tempat sampah ke tempat penyimpanan


menggunakan gerobak yang dipisah antara limbah medis dan non medis,
yaitu kuning untuk dan hijau atau biru untuk non medis. Namun sempat
terlihat beberapa petugas tidak menggunakan gerobak untuk mengangkut
sampah melainkan dengan kursi roda ataupun diangkut langsung dengan
tangan.

2) Limbah B3

Penanganan limbah B3 dimulai dari pemilahan limbah medis dan non


medis pada sumber kemudian diangkut secara bersamaan, yang dibedakan
dengan warna kantong yaitu kantong hitam untuk non medis dan kantong
kuning untuk limbah medis namun ada beberapa kasus dijumpai
penggunaan kantong yang tidak sesuai peraturan. setelah itu dilakukan
pengangkutan dan penyimpanan dengan petugas ke area sekitar
incinerator yang terbuka dan bereserakan. Setelah itu dilakukan
pemusnahan limbah dengan incinerator yang tidak menentu waktu dalam
pembakarannya. Kapasitas yang maksimal incinerator sebanyak 100 kg,
namun pada perlakuannya hanya membakar sekitar 70 kg, incinerator
tersebut memiliki 2 ruang bakar. Ruang bakar yang pertama memiliki
suhu bakar 8000C dan ruang bakar kedua memiliki suhu 12000C dengan
tinggi cerobang sekitar 14 meter. Hasil dari pembakaran incineratordi
letakkan dalam tangki yang kemudian dikumulkan di TPS B3 yang
tertutup. Selanjutnya limbah medis yang disimpan tersebut di bawa oleh

37
pihak ketiga untuk dilakukan pemusnahan selanjutnya. Oleh karena itu
kami hanya memberikan nilai sebesar 400 dari 500.

3) Limbah Cair

Limbah cair yang dihasilkan dari RSUD Engku Haji Daud terbagi dari
beberapa sumber, diantaranya gedung cuci darah, gedung radiologi,
gedung isolasi, gedung instalasi jenazah, gedung instalasi jiwa,
laboratorium, ICU, dan ruang bedah akan dialirkan langsung ke IPAL
untuk proses IPAL terdiri dari sebagai berikut:

1) Bak kontrol
Bak kontrol merupakan aliran dari limbah domestic , limbah
tempat cucican dan limbah medis. Didalam bak kontrol terdapat tiga
bagian yaitu tempat air limbah, saringan kasar, dan air yang sudah
disaring.
2) Screen
Screen terdapat dua bagian yaitu bar screen dan fine screen. Bar
screen merupakan saringan kasar untuk menyaring sampah yang
berukuran besar. Fine screen merupakan saringan halus untuk sampah
yang berukuran kecil atau partikel-partikel halus.
Bak sedimentasi untuk mengalirkan
3) Bak sedimentasi
Didalam bak sedimentasi terdapat Inlet pump yang berfungsi untuk
mengalirkan limbah dari bak penampung ke reactor utama
4) IPAL
Pengolahan limbah cair menggunakan mesin MBRC yang
didalamnya terdapat bak kaporit dengan kapasitas 100 liter yang
diberikan sebanyak 1 tablet kaporit selama1-2 dalam seminggu.
Kemudian dialirkan kedalam bar screen, fine screen, bak sedimen
yang dicampurkan dengan bubuk bakteri, didalam bak sedimen

38
terdapat blower yang berfungsi untuk memebrikan udara (O2) pada
sistem bioreactor (proses aerob) selanjutnya bak filtrasi yang terdapat
membran yang berfungsi untuk memisahkan padatan dan cairan pada
teknologi konvensial.
5) Aerasi
Menggunakan pipa yang dilubangi selanjutnya dialirkan ke bak
biasanya yaitu kolam ikan.
6) Sinar UV
Limbah cair disterilisasi menggunakan sinar UV setelah itu limbah
cair dialirkan ke rawa-rawa.
Untuk instalasi gizi sebelum dialirkan ke IPAL diolah terlebih
dahulu dengan menyaring lemak menggunakan greasetrap tetapi
karena ada penyumbatan salah satu pipa maka pembuangan limbah
dilakukan dengan manual yaitu dikuras dan dibuang di sekitar area
tanaman. Oleh karena itu kami hanya memberikan nilai 200 dari 400.
6. Linen Rumah Sakit

Pengelolaan linen yang ada di RSUD engku haji daud menurut hasil
observasi yang kami lakukan linen di RSUD sudah memenuhi syarat sesuai
dengan peraturan permenkes 07 tahun 2019 dengan nilai yang di peroleh yaitu
700 dari 1000 hal ini dibuktikan dengan 70% dari persyaratan perlakuan
terhadap linen sudah dilakukan yang dinilai dari beberapa hal, sebagai
berikut:

1) Pengumpulan

Telah dilakukan pemilihan antara linen infeksius dinilai dari sumber


dengan menggunakan perbedaan kantong sesuai jenisnya yaitu kantong
hitam untuk linen non infeksius dan kantong kuning untuk linen infeksius
dan juga tidak terjadi perendaman linen kotor diruangan sumber.

39
2) Penerimaan

Melakukan pencatatan massa linen yang diterima dan yang telah di


pilah antara linen infeksius dan noninfeksius sebelum melakukan proses
pencucian.

a) Pencucian diawali dengan melakukan penimbangan berat linen


untuk menyesuaikan kapasitas mesin cuci dengan kebutuhan
diterjen yang dibutuhkan. Untuk 1kg linen dibutuhkan 100ml
deterjen dengan jenis yang berbeda seperti :
 BC 00 (emulsifier) untuk membersihkan linen yang
mengandung minyak/lemak
 BC 11 (bulder) sebagai deterjen
 BC 22 (soap) untuk membersihkan linen yang mengandung
darah/kotoran
 BC 44 (oxygen bleach) sebagai pemutih pakaian
 L SOUR sebagai penetral
 BC 66 (softener) sebagai pelembut pakaian
 VH sebagai Desinfektan
b) Pengeringan dilakukan dengan mesin dryer dengan suhu 800C-
900C dalam waktu lebih kurang 30 menit dan waktu pendinginan
selama 5 menit. Setelah itu dilakukan penyetrikaan dengan mesin
flat ironer dan ditata dengan sistem first in first out.
c) Pengangkutan linen RSUD Engku Haji Daud dilakukan dengan
membedakan kereta dorong antara linen kotor dan bersih, namun
penggunaan kantong hanya untuk perlakuan linen kotor sedangkan
linen bersih dimasukkan ke kereta dorong yang tertutup tanpa
penggunaan kantong ataupun plastik. Kereta dorong yang telah
digunakan untuk mengangkut linen kotor tidak langsung dicuci
dengan disinfektan melainkan dicuci ketika kereta sudah terlihat

40
kotor. Waktu pengangkutan antara linen bersih dan linen kotor
berbeda yaitu pukul 07.30 WIB dan 13.30 WIB untuk
pengangkutan linen kotor, pukul 10.30 WIB dan 16.30 WIB untuk
pendistribusian linen bersih.
7. Pencegahan Infeksius di Rumah Sakit

Pencegahan infeksius yang ada di RSUD Engku Haji Daud berupa


handrubdan wastafel. Handrub yang disediakan oleh pihak Rumah Sakit
terdapat di setiap ruangan. Ruangan rawat inap, handrub yang disediakan
selain di depan pintu kamar juga terdapat di setiap tempat tidur pasien, begitu
juga di ruang dengan zona tinggi. Untuk keberadaan wastafel sendiri berada
disetiap ruangan dan kamar pasien, namun ada beberapa wastafel yang tidak
tersedia desinfektan. Selain dari disediakannya handrub dan wastafel,
pencegahan infeksius juga dilakukan dengan mensterilisasi alat medis yang
telah digunakan di CSSD (Central Sterile Supply Department). Petugas yang
berjaga juga menggunakan alat pelindung diri guna mencegah potensi terkena
infeksi pada saat berinteraksi langsung dengan pasien.

8. K3 Rumah Sakit

Jumlah APAR yang terdapat di RSUD Engku Haji Daud berjumlah 21


buah dengan persentase …. % APAR yang dilengkapi dengan cara
penggunaan dan poster segitiga api. Selain APAR, untuk K3 RS juga dilhat
dari papan penanggung jawab petugas kebakaran dijumpai di beberapa tempat
namun tidak selalu di update oleh petugas ruangan setempat. Dan pada setiap
ruangan terdapat jalur evakuasi yang dapat dilihat dengan jelas. Untuk tangga
darurat juga tersedia di setiap ruangan, namun tidak adanya sarana untuk
evakuasi pasien yang tidak mampu berjalan saat terjadinya bencana. Simulasi
kebakaran juga termasuk salah satu upaya pencegahan Kecelakaan Kerja di
Rumah Sakit.

41
9. Sarana dan Bangunan Rumah Sakit
a. Toilet

Dari hasil observasi yang dilakukan, didapati jumlah toilet


sebanyak 72 titik dengan toilet yang terpisah antara pria dan wanita
berjumlah 5 pasang tetapi tidak ditemukannya toilet khusus penderita
disabilitas tetapi hanya terdapat gagang yang di pasang di dinding
toilet. Oleh sebab tu kami memberikan nilai 100 dari 200 untuk toilet
umum dan 0 dari 200 untuk toilet disabilitas.

b. Lantai dan dinding

Lantai RSUD berbahan keramik yang kuat, kedap air, permukaan


lantai yang rata, tidak licin, berwarna terang dan muda dibersihkan.
Tidak ada dijumpai genangan air pada saat hujan karena lantai yang
cukup landai kearah pembuangan. Namun pertemuan anatara lantai
dan dinding tidak berbentuk konus sehigga tidak mudah dibersihkan.
Untuk dinding di RSUD memiliki permukaan yang rata, berwarna
terang namun cat yang digunakan mudah luntur sehingga dapat
menimbulkan debu yang akan terhirup oleh pasien dan pengunjung
lainnya.

c. Pintu

Pintu-pintu utama yang dialuli brankar sudah memenuhi syarat


dikarenakan lebar rata-rata dari pintu tersebut ialah 1.60 meter dengan
tinggi rata-rata 2 meter. Di daerah sekitar pintu juga tidak memiliki
perbedaan ketinggian lantai. Ruang perawatan pasien memiliki bukaan
jendela yang dapat terbuka secara maksimal untuk pertukaran udara.
Tetapi untuk pintu kamar mandi di ruang perawatan pasien terbuka ke
dalam sedangkan menurut Permenkes No. 7 harus terbuka luar dan

42
pintu ruang perawatan terbuat dari bahan dan tidak dilapisi bahan anti
benturan.

d. Atap

Atap di RSUD Engku Haji Daud terbuat dari spandex yang kuat,
tidak bocor dan tidak menjadi tempat perindukan tikus dan serangga
lainnya hal ini dibuktikan tidak ditemukannya tanda-tanda kehidupan
binatang pengganggu.

e. Langit-langit

Langit-langit RSUD berwarna terang, kuat, dan mudah dibersihkan


tetapi ada beberapa titik yang terdapat jamur yaitu di IGD,
Laboratorium, ICU, IPSRS. Tinggi langit-langit ruangan berkisar 2,8
meter dan tinggi koridronya berkisar .. sesuai dengan Permenkes No. 7
yaitu minimal 2,40 meter.

43
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
1. Sebaiknya rumah sakit menyediakan pagar di sekeliling
kawasan rumah sakit RSUD Engku haji daud agar tidak
menggangu keadaan disekeliling rumah sakit
2. Sebaiknya rumah sakit melengkapi alat ukur sanitasi rumah
sakit
3. Sebaiknya pihak rumah sakit lebih menegaskan kepada
karyawan yang bertugas untuk membedakan kantong sampah
medis dan non medis
4. Sebaiknya karyawan yang bertugas menggunakan APD yang
sesuai dengan standart agar tidak terjadi penularan penyakit
5. Sebaiknya pengendalian vector seperti tikus dan lalat
menggunakan lifetrap dan flygrill
6. Sebaiknya rumah sakit menyediakan ram jalur evakuasi
untuk jalan darurat .
7. Sebaiknya pihak rumah sakit yang bertanggung jawab untuk
mengelola IPAL limbah domestic yang terdapat di instalasi
gizi.
8. Sebaiknya pihak rumah sakit menyediakan papan
pengumuman atau papan warning untuk tidak membuang
binatang peliharaan seperti kucing, anjing dan lain-lain
sebagainya.
9. Sebaiknya pihak rumah sakit menyediakan petugas untuk
mengawasi IPAL rumah sakit.

44
DAFTAR PUSTAKA

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/.2018/09/Sanitasi-
Rumah-Sakit_SC.pdf

PMK_No_7_Th_2019_ttg_Kesehatan_Lingkungan_Rumah_Sakit

45

Anda mungkin juga menyukai