Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN PRATIKUM

PENGENDALIAN VEKTOR DAN TIKUS

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1

1. Sekar Sari (1813451053)


2. Xenna Chatrien F. (1813451064)
3. Dewi Aprilia A. (1813451067)
4. Elsa Erita Putri (1813451079)
5. Rahmah Yuniarti (1813451085)
6. Nurul Rahmayanti (1813451087)
7. Siti Masyitoh (1813451088)
8. Hulieta Nalia (1813451093)
9. Aema Redinatasya (1813451092)
10. Yoel Julianto (1813451065)
11. Gunawan Wibisono (1813451074)
12. Rahmantio Fadil S. (18134510100)

DIII SANITASI
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Pratikum
Pengendalian Vektor dan Tikus, Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
laporan ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun
kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
bersifat membangun guna perbaikan bagi kami dalam membuat laporan
selanjutnya, akan kami terima dengan senang hati.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Akhirnya, tiada gading yang
tak retak, meskipun dalam penyusunan laporan ini kami telah mencurahkan
kemampuan, namun kami sangat menyadari bahwa hasil penyusunan
laporan ini jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan data dan referensi
maupun kemampuan kami. Semoga laporan ini dapat memberikaan manfaat
dan pengetahuan kepada pembaca.

Bandar Lampung, 25 Februari 2020

Penyusun Kelompok 1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pratikum Pengendalian Vektor Dan Tikus Ini Ditujukkan


Sebagai Persyaratan Mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) Program Studi
DIII Sanitasi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Tahun Akademik
2019/2020.

Bandar Lampung, 25 Februari 2020

Penaggung Jawab Penanggung Jawab


Mata Kuliah Ka. Sub Unit Penunjang
Pengendalian Vektor dan Tikus

Wibowo Ady Sapta, ST,M.Kes Ferizal Masra, SKM, M.Kes


NIP.196212071985031000 NIP. 196412071987031001

LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Pratikum Pengendalian Vektor Dan Tikus Ini Ditujukkan
Sebagai Persyaratan Mengikuti Ujian Akhir Semester (Uas), Program Studi
Diii Sanitasi, Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.

Bandar Lampung, 25 Februari 2020

Pembimbng Praktikum Pembimbing Praktikum

Prihantoro, SKM Bayu Permadi Utomo, Amd. KL


DAFTAR ISI

COVER............................................................................................ i

KATA PENGANTAR…………….……………………………… ii

LEMBAR PENGESAHAN……………………………...……….. iii

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................ iv

DAFTAR ISI…………………………………………….....…….. v

PRATIKUM I PENGAMATAN JENTIK ……………….............. 1

PRAKTIKUM II PENGUKURAN KEPADATAN LALAT.......... 26

PRAKTIKUM III PENGUKURAN KEPADATAN NYAMUK.... 42

PRAKTIKUM IV PENYEMPROTAN VEKTOR …………….… 54

PRAKTIKUM V FOGGING ………………………….................. 49

DAFTAR PUSTAKA……………………………………….…….

LAMPIRAN………………………………………………………
LAPORAN PRAKTIKUM I

PENGENDALIAN VEKTOR DAN TIKUS

PENGAMATAN JENTIK NYAMUK DI RUMAH WARGA

Hari/Tanggal : Selasa, 14 Januari 2020

Waktu : 13.50 – 16.40

Tempat : Desa Haduyang Padmosari di-Kecamatan Natar .

Tujuan : 1. Untuk Mengetahui Tingkat Kepadatan Jentik Nyamuk

2. Untuk Dapat Mengetahui Tempat Berkembang Biaknya


Nyamuk

I. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Nyamuk ialah salah satu jenis serangga dari kerajaan animalia, filum
arthropoda, yang masuk ke dalam kelas insect dan berordo diptera serta berfamili
culicidae. Spesies nyamuk yang ada di dunia saat ini adalah mencapai 2.700
spesies. Bentuk nyamuk panjang dan memiliki sayap bersisik serta mempunyai
kaki panjang dan moncong panjang. ukurannya biasanya tidak mencapai 15 cm.
Bentuk mulut nyamuk betina menyerupai jarum suntik akibat panjang dan runcing
yang berfungsi untuk menusukan pada mamalia baik manusia maupun binatang
bak penghisap darah. Hal ini berbeda atas nyamuk jantan yang bentuk mulutnya
lebar atas nyamuk jantan tidak menghisap darah namun memangsa larva nyamuk.
Sebenarnya nyamuk tidak cuma makan darah saja melainkan sari buah dan sayur.

Pertama kali yang akan dibahas ialah proses kawin dari nyamuk ini. proses
kawin dilakukan atas tanda nyamuk jantan masuk ke dalam sarang baru diikuti
oleh nyamuk betina. selesai nyamuk betina keluar dari sarang dan barulah sang
jantan akan mengawini betina sebelum si betina pergi menghisap darah.Nyamuk
betina hanya kawin satu kali semasa hidupnya. Hidup nyamuk bisa tergantung
atas air, jika tidak ada air maka nyamuk bisa mati. Setelah proses kawin
sesudahnya nyamuk betina akan bertelur di dalam air.

1. Telur nyamuk
Nyamuk bertelur sama hal nya atas daur hidup kupu-kupu yaitu atas
meletakan telurnya di dalam air, jika telur berada di luar air maka bisa dipastikan
telur akan rusak / mati. Cara nyamuk bertelur di atas air berbeda tergantung atas
jenisnya masing-masing. misalnya saja nyamuk culex yang meletakan telurnya
sebagai bersama dan bergerombol atas telurnya ini nanti bisa mengapung di atas
air. Namun untuk jenis nyamuk anopheles bakal meletakan telurnya satu-satu dan
tidak bergerombol. Daerah mereka bertelur bisa di kolam, rawa / tempat berair
lainnya. Jika kolam cukup kering maka induk nyamuk bisa memakai bagian
bawah perutnya bak reseptor dan akan mencari tempat yang paling lembab
kebanyakan berada di tumbuhan yang basah. Isi sekali bertelur, nyamuk dapat
melepaskan sekitar 300 telur nyamuk. Panjang dari telur nyamuk amat kecil
kurang dari 1 mm oleh karena itu biasanya tidak bisa terlihat oleh manusia.
Selepas itu nyamuk akan dierami dan akan menetas pada hari ke 1 / 2 kemudian.

2. Jentik nyamuk
Selepas telur nyamuk menetas akan sebagai jentik nyamuk yang sama hal
nya seperti daur hidup kecoa yang menghasilkan nimfa seperti jentik nyamuk
juga. Bentuk dari jentik nyamuk panjang seperti benang melalui warna hitam.
Proses bak jentik yang dilakukan hanya selama 8 samaoi 10 hari tergantung dari
suhu, udara, temperature dan banyaknya predator yang ada. Jentik nyamuk
bernafas memakai bagian ujung ekornya. Mereka ini memakan berbagai organism
/ sebagian dari beberapa jenis jentik nyamuk justru memangsa jentik lainnya.
Jentik nyamuk harus hidup diatas air, bahkan di dalam air dimanapun tempatnya.
Jentik (atau jentik-jentik) adalah tahap larva dari nyamuk. Jentik hidup di air dan
memiliki perilaku mendekat atau "menggantung" pada permukaan air untuk
bernapas. Nama "jentik" berasal dari gerakannya ketika bergerak di air. Ia dikenal
pula dalam bahasa lokal sebagai (en)cuk atau uget-uget (Jw.) Jentik menjadi
sasaran dalam pengendalian populasi nyamuk yang berperan sebagai vektor
penyakit menular melalui nyamuk, seperti malaria dan demam berdarah dengue.
Di beberapa tempat, jentik-jentik juga dikumpulkan orang dan dimanfaatkan
sebagai pakan ikan hias.
3. Pupa
Fase selanjutnya setelah jentik nyamuk ialah pupa atau kepompong, pada
fase ini membutuhkan waktu sekitar 1 hingga 2 hari saja. fase ini merupakan fase
terakhir nyamuk berada di dalam air, mereka bernafas membentuk tanduk thorakis
yang berada di dalam gelung thorakis. Selepas sayapnya terbentuk dan kemudian
pupa nyamuk akan di keluarkan dari air dan mulai berusaha terbang. Nyamuk
akan belajar terbang atas cepat dan saat itulah juga nyamuk sudah dapat dikenali
jenis kelaminnya apakah betina / jantan. Saat nyamuk keluar dari dalam
kepompong dirinya harus bergerak belajar terbang tanpa harus menyentuh air
artinya hanya kakinya saja dapat bisa menyentuh air.

4. Nyamuk
Fase ini melambangkan fase terakhir dari nyamuk. Ketika nyamuk telah
sempurna dia akan langsung siap mengelilingi dunia atas sayapnya. Biasanya
nyamuk akan melakukan perkawinan dalam jangka waktu 1 sampai 2 hari dan
setelah dirinya keluar dari kepompong. Proses yang sangat cocok sama seperti
daur hidup katak .

B. Cara Berkembang Biak Nyamuk


Nyamuk betina bakal meletakan telurnya pada tempat yang berbeda-beda
sesuai atas jenis nyamuk itu sendiri. Ada beberapa spesies nyamuk yang
mempunyai tempat teduh dan berair namun ada juga yang menyukai alam yang
terkena sinar matahari langsung. Ada jenis nyamuk yang bisa bertelur di air payau
dan ada juga di air tawar, ada nyamuk yang lebih suka hidup di air kotor namun
dapat juga yang lebih menyuaki air yang bersih. Karena jenisnya dan alam
tinggalnya ini berbeda-beda maka memperlukan cara yang berbeda pula.
C. Wabah Penyakit Nyamuk yang Menyebabkan Gatal
Nyamuk ialah hewan nomer satu penyebab manusia sakit. Ada beberapa
jenis nyamuk seperti aedes /aegepty yang menyebabkan penyakit demam
berdarah. Penyakit demam berdarah justru seringkali menjadi kejadian luar biasa
(KLB) di jumlah daerah di Indonesia. Nyamuk demam berdarah ini akan
melakukan semacam bakteri ke isi darah manusia saat nyamuk menghisap darah.
Jika demam berdarah bukan segera memperoleh pertolongan akan bisa
menyebabkan kematian. Ada juga nyamuk penyebab penyakit malaria, apalagi
saat ini ada beberapa daerah yang masih terdapat penyakit malaria terdapat di
nusa tenggara, papua, buton, endeh dan pulau Indonesia bagian timur lainnya.

D. Jenis-Jenis Nyamuk
1. Aedes aegypti
Nyamuk ini dikenal juga sebagai nyamuk demam berdarah, karena membawa
virus dengue yang dapat mengakibatkan demam berdarah . Nyamuk ini memiliki
warna yang khas, yaitu warna loreng pada tubuhnya. Nyamuk ini bertelur pada
genangan air yang bersih. Telur nyamuk inilah yang berkembang menjadi “anak-
anak nyamuk”. Nyamuk demam berdarah aktif pada pagi hingga siang hari dan
menyukai tempat-tempat gelap.
Ciri-ciri jentik nyamuk aedes
a. Keberadaan jentik nyamuk aedes sama dengan keberadaan telurnya yaituPada
air jernih dan air tersebut tidak kontak langsug dengan tanah.
b. Pada bagian toraks atau dada terdapat taji /tanduk yang panjang dan runcing
(aedes aegypti), sedangkan taji/tanduk yang tumpul dan pendek (aedes
albopictus).
c. Pada bagian abdomen segmen terakhir terdapat com/ sisir yang letaknya
beraturan (aedes aegypti), sedangkan com/ sisir yang tidak beraturan( aedes
albopictus).
d. Pada bagian abdomen segmen terakhir terda[pat shipon yanf besar dan gemuk
e. Posisi istirahat di air membentuk sudut 45°
2. Anopheles sp.
Nyamuk ini dikenal juga sebagai nyamuk malaria, karena gigitannya dapat
menyebabkan penyakit malaria. Nyamuk ini berwarna cokelat pucat dan tidak
memiliki loreng pada kakinya. Nyamuk ini juga meletakkan telurnya di air bersih
dan menyukai tempat gelap. Namun, nyamuk ini lebih suka berkeliaran di malam
hari.
Ciri-ciri Jentik Nyamuk Anopheles
a. Posisi istirahat jentik nyamuk anopheles sejajar dengan permukaan air
b.  Keberadaan jentik nyamuk anopheles sama dengan keberadaan telurnya,
yaitu pada air yang kontal langsung denga n tanah, seperti: air payau, sawah
dan rawa
c. Pada abdomen setiap segmen terdapat bulu kipas kiri dan kanan dan
mempunyai utar-utar yang berwarna kuning kecoklatan.
d. Pada bagian abdomen segmen terakhir terdapat spiracle ( lubang udara) fan
tidak mempunyai shipon.

3. Culex sp.
Nyamuk inilah yang mengakibatkan penyakit japanese enchephalitis dan penyakit
kaki gajah. Nyamuk ini berwarna kusam dan memiliki loreng berwarna cokelat
pada bagian perutnya. Nyamuk ini suka meletakkan telurnya di air kotor atau air
yang tercemar, misalnya di got-got yang kotor. Nyamuk ini mengincar manusia
pada malam hari dan biasanya membuat sarang di dalam ruangan sebelum dan
setelah menggigit manusia.
Ciri –ciri jentik nyamuk culex
a. Keberadaan jentik nyamuk culex sama dengan keberadaan telurnya yaitu:
pada air yang kontak langsung dengan tanah ( got  tatu saluran pembuangan
limbah)
b.  Pada abdomen segmen terakhir mempunyai shipon panjaang smetris
c.  Posisi istirahat di air membentuk                                               
Ciri-ciri jentik nyamuk mansoni
a. Keberadaan jentik nyamuk mansoni sama dengan keberadan telurnya yaitu:
pada air yang kontak langsung dengan tanah. Dan air tersebut di tumbuhi
tumbuhan air.
b. Posisi  istirahat membentuk sudut dan menempel pada daun-daun tumbuhan
air.
c. Pada abdomen segmen terakhir terdapar shipon yang panjang dan simetris,
akan tetapi di bagian ujung shipon di lengkapi kait sebagai alat untuk
menggantungkan diri di dau tumbuhan air.

E. Pemberantasan Jentik Nyamuk


Angka kejadian penyakit Demam Berdarah yang cenderung sulit turun
menyebabkan berbagai upaya pemberantasan terus dilakukan. Sebagaimana kita
kenal, metode pemberantasan habitat nyamuk ini, misalnya dengan upaya
pemberantasan sarang nyamuk (PSN), masih dianggap cara paling efektif.
Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah memiliki program kajian yaitu dengan
melakukan survei jentik pada rumah-rumah warga. Jumantik kepanjangan dari
Juru Pemantau Jentik merupakan seorang petugas khusus yang secara sukarela
mau bertanggung jawab untuk melakukan upaya pemantauan jentik nyamuk DBD
Aedes Aegypti di wilayah-wilayah dengan sebelumnya melakukan pelaporan ke
kelurahan atau puskesmas terdekat. Tugas dari Jumantik pada saat memantau
wilayah
 wilayah diantaranya :
1. Menyambangi rumah-rumah warga untuk cek jentik.
2. Mengecek tempat penampungan air dan tempat yang dapat tergenang
air bersih apakah ada jentik dan apakah sudah tertutup dengan rapat.
Untuk tempat air yang sulit dikuras diberi bubuk larvasida (abate).
3. Mengecek kolam renang serta kolam ikan agar bebas dari keberadaan
jentik nyamuk.
4. Membasmi keberadaan pakaian/kain yang tergantung di dalam rumah.
Pemantauan jentik nyamuk dilakukan satu kali dalam seminggu, pada
waktu pagi hari,apabila diketemukan jentik nyamuk maka jumantik
berhak untuk memberi  peringatan kepada pemilik rumah untuk
membersihkan atau menguras agar bersih dari jentik-jentik nyamuk.
5. Selanjutnya jumantik wajib membuat catatan atau laporan untuk
dilaporkan ke kelurahan atau puskesmas terdekat dan kemudian dari
Puskesmas atau kelurahan dilaporkan ke instansi terkait atau vertikal.
Selain petugas Juru Pemantau Jentik (Jumantik), tiap-tiap masyarakat
juga wajib melakukan pengawasan/pemantauan jentik di wilayahnya
(self Jumantik) dengan minimal tekhnik dasar 3M Plus, yaitu;
a. Menguras Menguras adalah membersihkan tempat-tempat yang sering
dijadikan tempat penampungan air seperti kolam renang, bak kamar
mandi, ember air, tempat air minum, penampungan air, lemari es, dll
b. Menutup Menutup adalah memberi tutup secara rapat pada tempat air
yang ditampung seperti bak mandi, botol air minum, kendi, dll
c. Mengubur Mengubur adalah menimbun dalam tanah bagi sampah-
sampah atau benda yang sudah tidak dipakai lagi yang berpotensi
untuk tempat perkembangbiakan dan bertelur nyamuk di dalam
rumah. Plus kegiatan-kegiatan pencegahan, seperti:
1) Membiasakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)  
2) Menaburkan bubuk Larvasida di tempat-tempat air yang sulit
dibersihkan
3) Tidak menggantung pakaian di dalam rumah serta tidak menggunakan
horden yang berpotensi menjadi sarang nyamuk
4) Menggunakan obat nyamuk / anti nyamuk.
5) Membersihkan lingkungan sekitar, terutama pada musim penghujan.
Dengan melakukan tindakan-tindakan positif seperti yang telah
disebutkan di atas akan dapat menekan atau mengurangi penyebaran
dan perkembangbiakan vektor nyamuk sehingga meminimalisasi
ancaman tertular penyakit DBD, Chikungunya, ataupun Malaria.
F. Pengertian Kontainer
Kontainer merupakan semua tempat/wadah yang dapat menampung air yang
mana air didalamnya tidak dapat mengalir ke tempat lain. Dalam
container seringkali ditemukan jentik-jentik nyamuk karena biasanya kontainer
digunakan nyamuk untuk  perindukan telurnya. Misalnya saja nyamuk Aedes
aegypti menyukai kontainer yang menampung air jernih yang tidak langsung
berhubungan langsung dengan tanah dan  berada di tempat gelapsebagai tempat
perindukan telurnya. (Dinkes DKI Jakarta, 2003)
Menurut Dinas Kesehatan DKI Jakarta (2003), tempat perindukan nyamuk
Aedes aegypti dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Tempat penampungan air (TPA), yaitu tempat untuk menampung air
guna keperluan sehari-hari seperti tempayan, bak mandi, bak WC, ember,
dan lain-lain.
2. Bukan TPA, seperti tempat minum hewan peliharaan, barang-barang
bekas (ban  bekas, kaleng bekas, botol, pecahan piring/gelas), vas bunga,
dll.
3. Tempat penampungan air alami (natural/alamiah) misalnya tempurung
kelapa, lubang di pohon, pelepah daun, lubang batu, potongan bambu,
kulit kerang dll. Kontainer ini pada umumnya ditemukan diluar rumah.

G. Angka Kepadatan Jentik


Untuk mengetahui kepadatan vektor nyamuk pada suatu tempat,
diperlukan survei yang meliputi survei nyamuk, survei jentik serta survei
perangkap telur (ovitrap). Data-data yang diperoleh, nantinya dapat
digunakan untuk menunjang  perencanaan program pemberantasan vektor.
Dalam pelaksanaannya, survei dapat dilakukan dengan menggunakan 2
metode (Depkes RI, 2005), yakni :
1. Metode Single
Larva Survei ini dilakukan dengan cara mengambil satu jentik disetiap
tempat-tempat yang menampung air yang ditemukan ada jentiknya untuk
selanjutnya dilakukan identifikasi lebih lanjut mengenai jenis jentiknya.
2. Metode Visual
Survei ini dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya larva di setiap
tempat genangan air tanpa mengambil larvanya. Setelah dilakukan survei
dengan metode diatas, pada survei jentik nyamuk Aedes aegypti
akan dilanjutkan dengan pemeriksaan kepadatan jentik dengan ukuran
sebagai berikut:

a. House Index
 (HI) adalah jumlah rumah positif jentik dari seluruh rumah yang diperiksa.
Jumlah Rumah Dengan Jentik
HI = x 100%
Jumlah Rumah yang Diperiksa
b. Container Index
(CI) adalah jumlah kontainer yang ditemukan larva dari seluruh kontainer
yang diperiksa.
Jumlah Countainer Dengan Jentik
CI = x 100%
Jumlah Countainer yang Diperiksa
c.  Breteu Index
(BI) adalah jumlah kontainer dengan larva dalam seratus rumah. HI lebih
menggambarkan penyebaran nyamuk di suatu wilayah.
Jumlah Countainer Dengan Jentik
BI =
Jumlah Rumah yang Diperiksa
d.  Density  figure
 (DF) adalah kepadatan jentik Aedes aegypti yang merupakan gabungan dari
HI, CI dan BI yang dinyatakan dengan skala 1-9 seperti tabel menurut WHO
Tahun 1972 di bawah ini :

Tabel Larva Index,(DF) ,House Index (HI), Container Index (CI) dan Breteau Index (BI)
Sumber: WHO (1972)
Density Figure (DF) House Index Container Index Breteau Index
(HI) (CI) (BI)
1 1-3 1-2 1-4
2 4-7 3-5 5-9
3 8-17 6-9 10-19
4 18-28 10-14 20-34
5 29-37 15-20 35-49
6 38-49 21-27 50-74
7 50-59 28-31 75-99
8 60-76 32-40 100-199
9 >77 >41 >200

Keterangan Tabel :
DF = 1 = kepadatan rendah
DF = 2-5 = kepadatan sedang
DF = 6-9 = kepadatan tinggi.

Tabel 1.2 Interpretasi hasil pengukuran


No Density Keterangan
.
1. 1-3 Daerah hijau, derajat penularan penyakit oleh larva rendah atau
tidak menularkan.
2. 4-5 Daerah kuning, derajat penularan penyakit oleh larva sedang
atau perlu waspada
3. >5 Daerah merah, derajat penularan penyakit oleh larva tinggi,
perlu pengendalian segera

 Density  Figure
 ditentukan setelah menghitung hasil HI, CI, BI kemudian dibandingkan dengan
tabel Larva Index. Apabila angka DF kurang dari 1 menunjukan risiko  penularan
rendah, 1-5 resiko penularan sedang dan diatas 5 risiko penularan tinggi.

II. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
Alat Tulis Senter Kamera HP

B. Bahan
Kontainer air

III. PROSEDUR KERJA


1. Siapkan alat dan bahan
2. Lakukan pengamatan secara sampling random di pemukiman warga
3. Bertanya kepada warga ( pemilik rumah) tentang tempat penampungan air
(kontainer)
4. Melakukan pengamatan pada tempat penampungan (kontainer) air baik di
dalam atau di luar rumah
5. Mengamati ada atau tidaknya jentik nyamuk pada kontainer
6. Lakukan disetiap titik lokasi (Rumah Warga)
7. Catat hasil pengamatan
8. Hitung kepadatan jentik dengan rumus : HI, BI, CI dan ABJ
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
No Nama Pemilik Jenis Kontainer Keterangan
Dalam Ruangan Luar Ruangan
Rumah
Ba Ember Drum Derige Vas Kulka Dispense Tempayan Fiber Bak semen
k n s r
1 Sutiyo - - - - - - - - - - -
2 Tumin + - - - - - - - + - +
3 Caca - - - - - - - + - - +
4 Tati - - - - - - - - - + +
5 Miswanto - + - - - - - - - - +
6 Edi + - - - - - - - - - +
7 Kusyoto - - - - - - - - - - -
8 Jasman - - - - - - + - - - +
9 Anton - - - - - - - - - - -
10 Aan - - - - - - - - - - -
11 Asep dodi - - - - - - - - - - -
12 Budi s - + - - - - - - - - +
13 Sunardi - - - - - - - - - - -
14 Supriyatno - - - - - - - - - - -
15 Sony - - - - - - - - - - -
16 Leo dirgantara - - - - - - - - - - -
17 Siti warsini - - - - - - - - - - -
18 Devi lajuba - - - - - - - - - - -
19 Hermanto - - - - - - - - - - -
Jumlah (+) 2 2 0 0 0 0 1 1 1 1 Total (+)
Total Kontainer (+) 2+2+0+0+0+0+1+1+1+1 = 8 (kontainer positif) 7
Perhitungan :

1. House Index (HI)


Jumlah Rumah Dengan Jentik
HI = x 100%
Jumlah Rumah yang Diperiksa
7
HI = x 100%
19
HI = 36.84 %

2. Countainer Index (CI)


Jumlah Countainer Dengan Jentik
CI = x 100%
Jumlah Countainer yang Diperiksa
8
CI = x 100%
84
CI = 9.52 %

3. Breteau Index (BI)


Jumlah Countainer Dengan Jentik
BI =
Jumlah Rumah yang Diperiksa
8
BI = x 100%
19
BI = 42%

4. Angka Bebas Jentik (ABJ)


Jumlah Rumah Tanpa Dengan Jentik
ABJ = x 100%
Jumlah Rumah yang Diperiksa
12
ABJ = x 100%
19
ABJ = 63.15 %
Dari data dan hasil perhitungan tersebut disajikan dalam tabel-tabel sebagai
berikut :
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi jenis dan jumlah kontainer
No Jenis Kontainer Jumlah %
1 TPA :
a. Bak mandi 19 10
b. Fiber air 19 10
c. Drum 19 10
d. Ember 19 10
e. Derigen air 19 10
Jumlah 95 50
2 Bukan TPA :
a. Vas bunga 19 10
b. Wadah kulkas 19 10
c. Dispenser 19 10
Jumlah 57 30
3 TPA Alamiah :
a. Tempayan 19 10
b. Ember semen 19 10
Jumlah 38 20
Jumlah seluruh kontainer 190 100

Dari tabel 4.1 diketahui jumlah seluruh kontainer baik TPA, non TPA dan
TPA alamiah yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk sebanyak 190
kontainer. Dengan jumlah kontainer sama di masing-masing rumah yang diperiksa
sebanyak 10 kontainer.

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi jenis dan jumlah kontainer yang positif
jentik
No Jenis Kontainer Jumlah %
1 TPA :
a. Bak mandi 2 1.05
b. Fiber air 1 0.52
c. Drum 0 0
d. Ember 2 1.05
e. Derigen air 0 0

Jumlah 5 2.62
2 Bukan TPA :
a. Vas bunga 0 0
b. Wadah kulkas 0 0
c. Dispenser 1 0.52
Jumlah 1 0.52
3 TPA Alamiah :
a. Tempayan 1 0.52
b. Ember semen 1 0.52
Jumlah 2 1.05
Jumlah seluruh kontainer 190 100

Dari tabel 4.2 diketahui jumlah keseluruhan kontainer yang diperiksa


didapatkan kontainer positif terdapat jentik nyamuk. Pada kontainer TPA
diketahui bahwa yang positif terdapat jentik sebanyak 5 buah kontainer yaitu pada
(bak mandi,fiber air dan ember) , sedangkan pada non TPA yang positif terdapat
jentik sebanyak 1 buah kontainer , serta pada TPA alamiah yang positif terdapat
jentik nyamuk sebanyak 2 buah kontainer pada (tempayan dan bak semen).

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi rumah yang positif jentik (House Index)

No Ada/tidak ada jentik nyamuk Jumlah %


1 Rumah yang positif jentik nyamuk 7 36.84
2 Rumah yang negatif jentik nyamuk 12 63.15
Jumlah 19 100
Dari tabel house index dari total rumah yang diperiksa sebanyak 19 rumah
diketahui bahwa rumah yang positif terdapat jentik nyamuk sebanyak 7 rumah
dengan persentase 36,84% dan yang negatif jentik nyamuk sebanyak 12 rumah
dengan persentase 63.15.

Tabel 4.4 Distribusi kepadatan jentik nyamuk (Angka Bebas Jentik dan
Breteau Index)
No Jumlah Kontainer CI Jumlah Rumah HI(%) BI ABJ(%)
Diperiksa (+) Diperiksa (+)
(%)
jentik Jentik
1 190 8 9.52 19 7 36.84 42 63.15

Dari tabel distribusi kepadatan jentik nyamuk di dapat hasil dari jumlah
rumah yang diperiksa yaitu sebanyak 19 rumah dan yang positif ada 7 rumah ,
kontainer yang diperiksa yaitu sebanyak 190 kontainer terdapat 8 kontainer yang
positif terdapat jentik nyamuk, sehingga di dapat angka persentase CI sebesar
9.52%, HI sebesar 36.84%, BI sebesar 0.42% serta ABJ sebesar 63.15%.

Tabel 4.5 Density Figure (DF), House Index (HI), Container Index (CI) dan
Breteau Index (BI).
Density Figure (DF) House Index Container Index Breteau Index
(HI) (CI) (BI)
1 1-3 1-2 1-4
2 4-7 3-5 5-9
3 8-17 6-9 10-19
4 18-28 10-14 20-34
5 29-37 15-20 35-49
6 38-49 21-27 50-74
7 50-59 28-31 75-99
8 60-76 32-40 100-199
9 >77 >41 >200
Berdasarkan tabel 4.4 perhitungan CI, HI, BI didapatkan Density Figure.
Untuk nilai CI 9,52 % maka angka density figure nya adalah 3 , sedangkan nilai
HI 36,84 % maka angka density figure nya adalah 5 , dan nilai BI 42% maka
angka density figure nya adalah 5 . Maka nilai density figurnya sebagai berikut
3+5+5 13
Density figure = = =4,33
3 3
Dari perhitungan DF didapatkan hasil density figure nya sebesar 4,33.

Tabel 4.6 Interpretasi hasil pengukuran


No Density Keterangan
.
1. 1-3 Daerah hijau, derajat penularan penyakit oleh larva rendah atau
tidak menularkan.
2. 4-5 Daerah kuning, derajat penularan penyakit oleh larva sedang
atau perlu waspada
3. >5 Daerah merah, derajat penularan penyakit oleh larva tinggi,
perlu pengendalian segera
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa tingkat density berdasarkan density
figure (df) sebesar 4,33 yang tergolong urutan ke 2 yaitu density nya berkisar
antara 4-5 atau disebut daerah kuning, berarti derajat penularan penyakit oleh
larva sedang atau perlu waspada.

B. Pembahasan
Mahasiswa harus menentukan lokasi survei terlebih dahulu untuk
mengidentifikasi jentik nyamuk. Dalam hal ini mahasiswa hanya mengidentifikasi
ada atau tidaknya jentik nyamuk di rumah warga, kemudian setelah mengamati
mahasiswa membuat sebuah tabel untuk mendata jumlah rumah yang diperiksa ,
jumlah rumah yang positif dan negatif jentik nyamuk, dan jumlah kontainer yang
positif dan negatif jentik nyamuk.
House Index (HI) adalah jumlah rumah positif jentik nyamuk dari seluruh
rumah yang diperiksa. Container index (CI) adalah jumlah kontiner positif jentik
nyamuk dari seluruh kontiner yang di periksa. Breteu index (BI) adalah jumlah
kontainer positif jentik nyamuk dalam seratus rumah. Dan Angka Bebas Jentik
adalah rumah yang tidak ditemukan jentik pada pemeriksaan jentik.
Dari tabel 4.1 di dapatkan kontainer atau tempat penampungan air yang
dapat menjadi tempat perindukan nyamuk sebanyak 190 kontainer . dengan
jumlah kontainer yang sama di 19 rumah yang diperiksa sebanyak 10 kontainer.
Dari tabel 4.2 diketahui jumlah keseluruhan kontainer yang diperiksa
sebanyak 190 buah dan didapatkan kontainer positif yang terdapat jentik nyamuk.
Pada kontainer TPA diketahui bahwa yang positif terdapat jentik sebanyak 5 buah
kontainer yaitu pada (bak mandi,fiber air dan ember) , sedangkan pada non TPA
yang positif terdapat jentik sebanyak 1 buah kontainer , serta pada TPA alamiah
yang positif terdapat jentik nyamuk sebanyak 2 buah kontainer pada (tempayan
dan bak semen).
Dari tabel 4.3 Setelah mendata mahasiswa menghitung kepadatan jentik
tersebut dengan menggunakan rumus parameter HI (house index), CI (countainer
index), BI (breteau index) dan ABJ (angka bebas jentik) perhitungan ini untuk
mengetahui persentasi dan perbandingan yang di dapat dari data survei tersebut.
Dari data pengamatan yang di lakukan di dengan mengamati 19 rumah di
dapatkan hasil perhitungan dan (persentase) sebagai berikut :
1. House Index ( 36.84 %)
2. Countainer Index ( 9.52 %)
3. Breteau Index (42%)
4. Angka Bebas Jentik ( 63.15 %)
Menurut jurnal pengendalian vektor indikator kepadatan vektor dalam
bentuk House Index dan Breteau Index digunakan untuk menentukan daerah
prioritas pengendalian , apabila jumlah BI ≥ 20% dan HI ≥5% maka daerah
tersebut di kategorikan peka terhadap DBD dan terdapat jentik nyamuk dalam
jumlah cukup tinggi.
Menurut Jurnal Vektor Penyakit, vol 11 No.1, 2017 : 33-42
Telur nyamuk dewasa betina yang ditemukan di kontainer semakin banyak
maka kemungkinan jentik yang menetas akan semakin banyak , sehingga nilai
breteau index (BI) juga akan semakin tinggi. Hal tersebut berpengaruh terhadap
meningkatnya kejadian DBD . BI merupakan predikator KLB, jika BI ≥ 50 maka
daerah tersebut berpotensi untuk mengalami KLB. Dan dari hasil perhitungan BI
pada daerah tersebut di dapat sebesar 42% maka dapat dinyatakan bahwa daerah
tersebut sudah masuk zona waspada.
Pada tabel 4.4 dan 4.5 dijelaskan menurut WHO Tahun 1972 diketahui
bahwa tingkat density berdasarkan density figure (df) sebesar 4,33 yang tergolong
urutan ke 2 yaitu density nya berkisar antara 4-5 atau disebut daerah kuning,
berarti derajat penularan penyakit oleh larva sedang atau perlu waspada.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil survei dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Mahasiswa mengetahui bahwa terdapat perbedaan dari rata-rata hasil
perhitungan HI,CI,BI dan ABJ pemantauan jentik nyamuk di suatu daerah.
2. Mahasiswa mengetahui dari 19 rumah yang diperiksa terdapat 7 rumah
yang positif jentik dan dari 190 kontainer yang diperiksa ada 8 buah
kontainer yang positif.
3. Diketahui bahwa tingkat density berdasarkan density figure (df) yang
tergolong urutan ke 2 yaitu density nya berkisar antara 4-5 atau disebut
daerah kuning, berarti derajat penularan penyakit oleh larva sedang atau
perlu waspada.

B. Saran
Sebagai seorang sanitarian apabila menemukan suatu daerah yang
tempat penampungan air nya terdapat banyak jentik nyamuk hal yang harus
di lakukan yaitu memberikan sosialisasi kepada warga desa mengenai
bahaya nya jentik nyamuk itu sendiri, dan menghimbau kepada seluruh
warga untuk melakukan metode 3M (mengubur, menguras dan menutup)
tempat genangan-genangan air atau tempat penampungan air dan PSN
(menggunakan bubuk abate dan membersihkan tempat perindukan nyamuk)
untuk mengurangi populasi jentik di daerah tersebut dan apabila di suatu
daerah sudah ada yang terkena DBD dapat dilakukan fogging di daerah
tersebut.
LAMPIRAN
Kontainer (Dispenser) Yang Kontainer (Bak Kamar Mandi)
Positif Terdapat Jentik Nyamuk Yang Positif Terdapat Jentik
Nyamuk

Kontainer (Fiber Air) Yang


Negatif Jentik Nyamuk

DAFTAR PUSTAKA

Academiaedu,2013: Identifikasi Nyamuk Aedes aegypti

Aedes Aegypti. http://www.wikipedia.org.

(Diakses Pada Tanggal 14 Januari 2020, Pukul 21.00 WIB)

Jakarta Uli,2010: ORAET LA BORA.

http://Ycireyellow.blogsopt.com.

(Diakses Pada Tanggal 14 Januari 2020, Pukul 21.00 WIB)

Hadi, 2016. :Penularan penyakit akibat vektor. Pustaka pelajar. Yogyakarta

(Diakses Pada Tanggal 14 Januari 2020, Pukul 21.30 WIB)


Ringga Ayu, 2015 : Pengendalian Vektor Dan Reservoir Penyakit.

(Diakses Pada Tanggal 14 Januari 2020, Pukul 21.30 WIB)

Susanti,Amalia., Perbedaan Indeks Entomologi Pemantauan Jumantik Dewasa


dan Jumantik Anak di Sleman Yogyakarta, Jurnal Vektor Penyakit Vol. 11
No. 1, April (2017) 33-42

(Diakses Pada Tanggal 14 Januari 2020, Pukul 21.40 WIB)


LAPORAN PRAKTIKUM II

PENGENDALIAN VEKTOR DAN TIKUS

PENGUKURAN TINGKAT KEPADATAN LALAT DI RUMAH MAKAN

Hari/Tanggal : Selasa, 21 Januari 2020

Waktu : 13.50 – 16.40

Tempat : Kompleks Dosen Jurusan Sanitasi Poltekkess Tjk

Tujuan : 1. Agar Mahasiswa Mengetahui Tingkat Kepadatan Lalat

2. Mahasiswa Dapat Mengetahui Sumber-Sumber Tempat


Perkembangbiaknya Lalat

I. TINJAUAN PUSTAKA
Insecta (serangga) merupakan anggota dari filum Arthropoda yang memiliki
jumlah spesies terbanyak. Insecta bisa ditemukan di berbagai habitat  baik di darat
maupun di laut. Ada banyak jenis hewan yang masuk ke dalam kelas ini, salah
satunya adalah lalat. Lalat merupakan salah satu serangga yang termasuk ke
dalam ordo Diptera. Beberapa spesies lalat merupakan spesies yang paling
berperan dalam masalah kesehatan masyarakat, yaitu sebagai vektor penularan
ppenyakit. Peranan lalat dalam meyebarkan penyakit adalah sebagai vektor
mekanik dan vektor  biologis. Sebagai vektor mekanis lalat membawa bibit-bibit
penyakit melalui anggota tubuhnya. Tubuh lalat mempunyai banyak bulu-bulu
terutama pada kakinya. Bulu-bulu yang terdapat pada kaki mengandung semacam
cairan  perekat sehingga benda-benda yang kecil mudah melekat (Suraini, 2011).
Lalat adalah insekta yang lebih banyak bergerak dengan mempergunakan
sayap (terbang). Hanya sesekali bergerak dengan kakinya. Ada berbagai jenis lalat
yang berada di sekitar kita. Cara membedakannya dapat dilihat dari morfologi
yang dimiliki lalat tersebut. Salah satu contoh lalat yang sering kita temukan
adalah lalat rumah (Musca domestica). Lalat ini tersebar merata di berbagai
daerah. Kebiasaan lalat ini adalah berpindah-pindah tempat dari tempat-tempat
yang kotor seperti tempat pembuangan sampah, bangkai, bahkan kotoran. Tidak
heran apabila pada tubuh lalat ini menempel banyak mikroba yang dapat
menyebabkan penyakit.
Lalat termasuk dalamfilum Arthropoda, kelas Hexapodadan ordo
Diptera.Serangga dalam ordoDipteramemiliki dua sayap danpada bagian belakang
terdapat sepasang halter yang digunakan sebagai alat keseimbang. Lalat
mempunyai sepasasang antena dan mata majemuk, dengan mata lalat jantan lebih
besar dan sangat berdekatan satu sama lain. Tubuh lalat terbagi dalam 3 bagian,
yaitu kepaladengan sepasang antena, toraks, dan abdomen. Lalat mempunyai
metamorfosis yang sempurna, yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa
(Mosokuli,2001).
Penyakit tular vektor (Arthropod-borne diseases) adalah penyakit yang
disebabkan oleh patogen (mikroorganisme infeksius) pada manusia, dan
ditularkan melalui gigitan arthropoda seperti nyamuk, lalat, kutu, lipas, pinjal,
tungau dan caplak. Diantaranya malaria, demam berdarah dengue (DBD),
filariasis, chikungunyadan japanese encephalitis (Hadi, 2016).
Dalam upaya pengendalian penyakit menular tidak terlepas dari
usaha peningkatan kesehatan lingkungan, salah satu kegiatannya adalah
pengendalian vektor penyakit. Pengendalian vektor penyakit merupakan tindakan
pengendalian untuk mengurangi atau melenyapkan gangguan yang ditimbulkan
oleh binatang pembawa penyakit, seperti lalat. Lalat adalah hewan yang dapat
dijumpai dimana saja, hampir dapat di temukan di semua tempat. Lalat dapat
mengancam kesehatan manusia dengan cara memindahkan penyakit sehingga lalat
sebagai perantara penyakit. Lalat terbang dan hinggap diberbagai tempat,
termasuk ke tempat-tempat yang kotor dan membawa patogen dari tempat
tersebut, yang kemudian hinggap di makanan manusia (penyebaran mekanis).
Dengan adanya lalat sebagai pembawa dan penyebar penyakit pada manusia,
melalui penularan secara mekanis menyebabkan myasis sangat dipengaruhi oleh
lingkungan yang mendukung penyediaan tempat perkembangbiakannya. Penyakit
yang dapat ditularkan oleh lalat beberapa diantaranya adalah jenis
food/waterborne seperti kolera, tipes, dan disentri. Indonesia memiliki dua iklim
yang merupakan daerah tropis sehingga lalat untuk dapat berkembangbiak dengan
baik. Dalam melakukan pengendalian perlu juga dilakukan pengukuran tingkat
kepadatannya dimana data ini dapat dipakai untuk merencanakan upaya
pengendalian yaitu tentang kapan, dimana, dan bagaimana pengendalian akan
dilakukan. Perhitungan kepadatan lalat pada suatu tempat merupakan hal yang
penting karena lalat sebagai salah satu indikator sebuah tempat bersih atau tidak.
Dalam menentukan kepadatan lalat, pengukuran terhadap populasi lalat dewasa
tepat dan biasa diandalkan daripada pengukuran populasi larva lalat. Untuk itu
diperlukan praktikum pengukuran kepadatan lalat disuatu tempat untuk
menentukan apakah daerah tersebut potensial untuk terjadinya fly borne diseases
atau tidak. Metode pengukuran kepadatan lalat yang sederhana adalah dengan
menggunakan alat flygrill. Prinsip kerja dari alat ini didasarkan pada sifat lalat
yang menyukai hinggap pada permukaan benda yang bersudut tajam vertikal.
Lokasi yang perlu dilakukan pengukuran kepadatan lalat adalah a berkembang
baik pada suhu 30-350C dengan tempat yang berpindah-pindah, contohnya pada
sampah organik. Stadium larvamempunyai3 tingkatan, yaitu larva instar 1, larva
instar 2, dan larva instar 3. Tingkat 1 berukuran 2mm berwarna putih dan
membutuhkan waktu 1-4 hari untuk menjadSetelah menjadi larva instar 2,
berukuran 2 kali dari larva instar 1 dan setelah satu sampai beberapa hari menjadi
larva instar 3. Pada tingkat yang terakhir ini berukuran 12mm/lebih dengan waktu
3-9 hari untuk menjadi pupa. Pupa pada stadium ini berkembang baik pada suhu
lebih kurang 350C dengan watu 3-9 hari. Lalat dewasaLalat dewasa mempunyai
umur 2-4 minggu (Husain, 2014).
Tempat pembuangan sampah dan peternakan.Upaya untuk menurunkan
populasi lalat adalah sangat penting, mengingat dampak yang ditimbulkan yaitu
sebagai vektor pembawa penyakit. Untuk itu sebagai salah satu cara penilaian
baik buruknya suatu lokasi adalah dilihat dari angka kepadatan lalatnya. (Ringga
ayu,2015)
Ordo Dipteramempunyai genus dan spesies yang sangat besar, yaitu
berdasarkan katalog Diptera Australiana/Oceaniaada 3.880 spesies lalat yang
ditemukan berdasarkan sebaran zoogeografisnya. Lalat bersifat sinantropik karena
sebagian besar makanan lalat berasal dari makanan manusia dan penyebaranya
secara kosmopolit atau tersebar secara keseluruhan di berbagai tempat (Wahyudi
et al. 2015).
Dengan begitu banyaknya spesies lalat, tidak semuanya berbahaya dan
memerlukan pengawasan yang khusus. Beberapa spesies lalat yang sering
mempunyai kontak dengan manusia adalah famili Calliphoridaeyang terutama
jenis lalat hijau atau Chrysomia megacephaladan family Muscidaedengan jenis
Musca domestica Linneaus atau lalat rumah.
Calliphora vomituriaatau lalat biru, dan Fannia canicularisatau lalat rumah
kecil (Suraini,2013).
Lalat dapat menularkan berbagai macam penyakit. Beberapa spesies lalat
rumah telahdapat berperan membawa telur cacing Ascaris lumbericoides,
Trichuris trichiura, Enterobious vermicularis, Toxocara canis, dankista
Strongyloides stercoralis (Onyenwe et al. 2016)
Lalat secara natural tertarik pada tempat yang mempunyai bau busuk dan
berkembangbiakpada bahan organik yamg membusuk seperti tinja, sampah,
karkas, dan bangkai (Adenusi & Adegowa,2013)
Kemampuan lalat dalam jarak terbang sejauh kira-kira 1-2 mil (Darmawati
et al. 2005) dan dalam 24 jam lalat mampu terbang sampai 3 km. (Lima et al.
2014).
Makanan lalat adalah zat gula yang ada pada makanan manusia (Darmawati
et al. 2005). Pada saat hinggap lalat mempunyai mekanisme mengeluarkan air liur
dan melakukan defekasi (Onyenwe et al. 2016).
tanpa air lalat tidak bisa hidup, dan hanya bisa bertahan tidak lebih dari 46
jam. Lamahidup lalat tergantung pada faktor lingkungan. Pada musim panas
mampu berumur 2-4 minggu, sedangkan pada musimdingin berumur 70 hari
(Husain, 2014).
Kehidupan lalat tergantung pada kondisi lingkungan sekitar. Lalat
beaktivitas secara penuh pada suhu 20-250C dan pada suhu 35-400C/ 15-200C
aktivitas lalat mulai berkurang. Sedangkan lalat mulai hilang dan tidak terdeteksi
pada suhu di bawah 100C dan di atas 400C. (Sayono et al.2005). Waktu
metamorfosis lalat rumah pada suhu 200membutuhkan 26,2 hari sedangkan pada
suhu 350 membutuhkan 9,6 hari (Hastutiek & Fitri 2007).
Lalat dapat menjadi vektor berbagai macam organismepatogen seperti kista
protozoa, telur cacing, bakteria, danenterovirus. Apabila manusia memakan
makanan yang telah terkontaminasi organisme patogen yang dibawa oleh lalat
maka dapat menyebabkan sakit (El-Sherbini & El-Sherbini,2011).
Saat hinggap di makanan, lalat melakukan defekasi dan mengeluarkan air
liurnya yang mengandung berbagai macam organismepatogen dan hal ini dapat
mengkontaminasi makanan yang dihinggapinya tadi (Hastutiek & Fitri 2007).
Selain itu, pada tubuh lalat terutama kaki terdapat bulu-bulu halus yang
mengandung semacam perekat sehingga benda kecil seperti telur cacing dapat
melekat (Suraini 2013)
Klasifikasi lalat Kingdom: AnimaliaPhylum: ArthrropodaClass:
HexapodaOrdo: DipteraFamili: Muscidae, Sarcophagidae, ChalliporidaeGenus:
Musca,Stomoxys, Phenisia,Sarchopaga,FanniaSpesies: Musca sp, Stomoxys sp,
Phenesia sp, Fannia sp, Sarchopaga sphttp://repository.unimus.ac.id Siklus
HidupLalat mempunyai siklus hidup yang sempurna, yaitu dengan stadium telur,
larva, pupa, dan dewasa dengan rata-rata waktu perkembangbiakan antara 7-22
hari tergantung dari faktor lingkungan. TelurTelur lalat mempunyai warna putih
dan diletakkan pada tempat lembab yang mengandung bahan organik membusuk
yang tidak terkena sinar matahari langsung. Lalat betina mampu menghasilkan
telur sekitar 2000 butir dalam sepanjang hidupnyadan menetas setelah 8-30 jam,
tergantung dari faktor lingkungannya(Hastutiek & Fitri 2007).
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Fly grill

2. Stopwatch

3. Blanko survey

4. Alat tulis
C. Bahan
1. Lalat

III. PROSEDUR KERJA


1. Siapkan alat dan bahan
2. Lakukan pengukuran secara sampling random di pemukiman
3. Lakukan sebanyak 10 kali/30 detik pada 5 titik lokasi yang berbeda
4. Hitung setiap lalat hinggap pada fly grill/30 detik
5. Lakukan disetiap titik lokasi
6. Catat hasil

IV. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
TANGGAL SURVEI : 21-JANUARI-2020

NO. LOKASI KONDISI PENGUKURAN/30 DTK


PENGUKURA LINGKUNGAN
N 1 2 3 4 5 6 7 8
9 10
1. Alfamart Bersih, Tidak 1 7 9 5 12 1 8 4 0 7
Kumuh 4 0
2. Warung Br Bersih, Tidak 7 3 0 1 8 6 4 6 2 1
Kumuh 2

3. Rumah Makan Bersih, Tidak 1 0 0 1 2 0 0 0 0 1


Silawati Kumuh

4. Warung Pecel Bersih, Tidak 7 7 5 6 3 0 2 3 0 3


Kumuh

5. Sate Pantes Bersih, Tidak 6 4 2 0 1 0 0 2 0 0


Kumuh
cara menghitung kepadatan lalat:
Perhitungan indeks kepadatan lalat dihitung dari rata rata 5 perhitungan tertinggi
1. Alfamart : 14+12=10+9+8= 10,6
5
2. Warung Br : 12+8+7+6+4 = 7,4
5
3. Rumah Makan Silawati : 2+1+1+1+0 = 1
5
4. Warung Pecel : 7+7+6+5+3 = 5,6
5
5. Sate Pantes : 6+4+2+2+1= 6,8
5
Rata – Rata Kepadatan Lalat Rumah Makan Dilingkungan Kesehatan
Lingkungan 31,4/ 5 = 6,28

Waktu Lokasi Kondisi Indeks kepadatan keterangan


pengukuran pengukuran lingkungan lalat
(hr/tgl/jam) (suhu,kelembaban,
kebersihan)
310 C, Bersih, 10,6 Diletakan di
Tidak Kumuh depan
Alfamart
/kepadatan
Tinggi
0
31 C, Bersih, 7,4 Diletakan di
Rabu,21-01- Lingkungan
Tidak Kumuh depan
2020 Rumah Makan
Warung
Pukul: Kesehatan
/kepadatan
13.00 wib Lingkungan
Tinggi
310 C, Bersih, 1 Diletakan di
Tidak Kumuh depan Rumah
Makan
Silawati/kepadat
an Rendah
310 C , Bersih, 5,6 Diletakan di
Tidak Kumuh depan Warung
Pecel
/kepadatan
sedang
0
31 C , Bersih, 6,8 Diletakan di
Tidak Kumuh depan Halaman
Sate Pantes
/kepadatan
sedang

DIAGRAM KEPADATAN LALAT DI RUMAH MAKAN

jumlah kepadatan lalat


12
10
8
6
4 jumlah kepadatan lalat
2
0
t r ti ak es
m
ar
ngb awa l m ant
a ru il ce p
alf wa .S pe te
RM g sa
un
ar
W
Angka indeks kepadatan lalat sesuia SK dirjen PPM&PLP no.281-
II/PD.03.04.LP.PH 1989.
Kepadatan Indeks
lalat
0-2 Rendah (tidak menjadi masalah)
3-5 Sedang (perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat tempat
berbiaknya lalat,seperti tumpukan sampah dll
6-20 Tinggi/padat (populasi nya padat dan perlu pengamatan terhadap
tempat tempat perbiakan nya dan segera direncanakan upaya
pengendalian nya.
21 ke atas Sangat tinggi/sangat padat (populasi sangat padat dan perplu
dilakukan pengamatan terhadap ytempat berbaiknya dan
tindakan pengendalian lalat)

B. Pembahasan
Mahasiswa harus menentukan lokasi terlebih dahulu untuk menghitung
kepadatan lalat yaitu lokasi pertama pada rumah pak syarifkemudian rumah pak
amrul, rumah pak bowo, rumah pak ferizal, dan rumah bu linda dengan
meletakkan flygrill di halaman rumah. Fly grill merupakan alat yang digunakan
untuk mengukur kepadatan lalat di suatu tempat. Fly grill dapat dibuat dari bilah-
bilah kayu yang lebarnya 1,9 cm dan tebalnya 1,5 cm dengan panjang masing
masing 82 cm sebanyak 21 dan dicat dengan warna kuning, putih ataupun merah.
Bilah-bilah yang telah disiapkan dibentuk berjajar dengan jarak 2,2 cm pada
kerangka kayu yang telah disiapkan dan pemasangan bilah kayu pada
kerangkanya yang dapat dibongkar pasang. Fly grill dipakai untuk mengukur
tingkat kepadatan lalat dengan cara meletakkan Fly grill pada tempat yang akan
diukur kepadatan lalatnya. Kemudian dihitung jumlah lalat yang hinggap di atas
Fly grill dengan menggunakan alat penghitung (stopwatch) selama 30 detik.
Sedikitnya, pada setiap lokasi dilakukan 10 kali perhitungan kemudian dari 5 kali
hasil perhitungan lalat yang tertinggi dibuat rata ratanya dan dicatat dalam kartu
hasil perhitungan.
Pengendalian vektor penyakit merupakan tindakan pengendalian untuk
mengurangi atau melenyapkan gangguan yang ditimbulkan oleh binatang
pembawa penyakit, seperti lalat. Saat ini banyak sekali metode pengendalian lalat
yang telah dikenal dan dimanfaat kan oleh manusia. Prinsip dari metode
pengendalian lalat adalah pengendalian itu dapat mencegah perindukan lalat yang
dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan manusia. Penularan penyakit
dapat terjadi melalui semua bagian dari tubuh lalat seperti: bulu badan, bulu pada
anggota gerak, muntahan serta faecesnya. Dalam upaya pengendalian penyakit
menular tidak terlepas dari usaha peningkatan kesehatan lingkungan, salah satu
kegiatannya adalah pengendalian vektor penyakit.
Lalat adalah salah satu insekta ordo diptera yang mempunyai sepasang
sayap berbentuk membran. Saat ini telah ditemukan tidak kurang dari 60.000
sampai 100.000 spesies lalat. Namun tidak semua spesies ini perlu diawasi, karena
beberapa diantaranya tidak berbahaya bagi manusia ditinjau dari segi kesehatan.
Lalat umumnya mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil
yang digunakan untuk menjaga stabilitas saat terbang.Lalat sering hidup diantara
manusia dan sebagian jenis dapat menyebabkan penyakit yang serius.Lalat disebut
penyebar penyakit yang sangat serius karena setiap saat hinggap di suatu tempat,
kurang dari lebih 125.000 kuman yang jatuh ke tempat tersebut.Lalat sangat
mengandalkan penglihatan untuk bertahan hidup.Mata majemuk lalat terdiri atas
ribuanlensa dan sangat peka terhadap gerakan.Beberapa jenis lalat memiliki
penglihatan tiga dimensi yang akurat. Lalat banyak jenisnya, tetapi paling banyak
merugikan manusia adalah jenis lalat rumah Musca domestica. Lalat ini biasanya
hidup disekitar manusia dan aktivitas-aktivitas manusia. Jenis lalat penting dilihat
dari kesehatan masyarakat, karena dapat menularkan 100 jenis patogen yang dapat
mengakibatkan penyakit pada manusia. Beberapa penyakit akibat lalat antara lain
diarrhea, dysenterie basillaris, typhus abdominalis, amoebiasis, cholera, ascaris,
dan ancylostomiasis. Cara hidup, biologi, dan tingkah laku setiap spesies lalat
pada dasarnya antara satu dengan lainnya adalah sama. Tempat
perkembangbiakan lalat adalah tempat kotor. Pengetahuan tentang biologi,
tingkah laku dan jenis lalat akan membantu usaha pengendalian dan
penanggulangannya. Pemberantasan lalat melibatkan masyarakat secara
keseluruhan. Sampah sangat erat hubungannya dengan timbul dan
berkembangnya lalat itu sendiri. Oleh karena itu pemberantasan lalat akan
melibatkan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan sampah maka masalah lalat
juga merupakan masalah sosial. Karena itu dalam penanganannya perlu
melibatkan masyarakat secara bersama-sama. Sampah yang mudah membusuk
(garbage) merupakan media tempat berkembang biaknya lalat. Bahan-bahan
organic yang membusuk, baunya merangsang lalat untuk datang mengerumuni
karena bahan-bahan yang membusuk tersebut merupakan makanan mereka.

V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari praktikum pengendalian vektor dan tikus yaitu mengukur tingkat
kepadatan lalat ini mahasiswa sudah mampu mengetahui cara pengukuran tingkat
kepadatan lalat dan melakuakan praktek penghitungan,dapat di simpulkan dari
hasil praktikum adalah lokasi pertama halaman rumah pak syarif dengan
perhitungan indeks kepadatan lalat dihitung dari rata rata 5 perhitungan tertinggi
yaitu 0,8. Lokasi kedua halaman rumah pak amrul dengan perhitungan indeks
kepadatan lalat dihitung dari rata rata 5 perhitungan tertinggi yaitu 0,6. Lokasi ke
tiga halaman rumah pak bowo dengan perhitungan indeks kepadatan lalat dihitung
dari rata rata 5 perhitungan tertinggi yaitu 1,6. Lokasi ke empat halaman rumah
pak ferizal dengan perhitungan indeks kepadatan lalat dihitung dari rata rata 5
perhitungan tertinggi yaitu 0,6. Lokasi ke lima halaman rumah bu linda dengan
perhitungan indeks kepadatan lalat dihitung dari rata rata 5 perhitungan tertinggi
yaitu 6,8.
Sesaui SK Dirjen PPM & PLP No. 281-II/PD.03.04.LP.Ph 1989. Bila
kepadatan lalat di sekitar TPS melebihi 2 ekor perblok grils, perlu di lakukan
pemberantasan dan pengelolaan sampah. Di TPS/TPA bila kepadatan lalat
melebihi 20 ekor perblok harus dilakukan pemberantasan dan perbaikan cara-cara
pengelolaan sampah. Sedangkan pada tempat-tempat khusus seperti hotel, rumah
sakit, rumah makan, restauran, dan lain-lain di sarankan tidak ada lalat.

B. Saran
Jika di lakuakan pengamatan atau praktikum penghitungan lalat mahasiswa
tidak perlu terlalu dekat dekat fly girll karena jika mahasiswa berada dekat dengan
fly girll lalat tidak akan mau berhinggap pada sekitaran fly girll.
LAMPIRAN

Pengambilan Data Kepadatan Pengambilan Data Kepadatan


Lalat Di Komplek Dosen Lalat Di Komplek Dosen
DAFTAR PUSTAKA

Hadi, 2016. Penularan penyakit akibat vektor. Pustaka pelajar. Yogyakarta


Ringga Ayu, 2015. Pengendalian Vektor Dan Reservoir Penyakit.
Univeritas muhammadiyah surakarta
Depkes RI, Petunjuk teknis tentang pemberantasan lalat, dirjen PPM&PLP,
Jakarta, 1992

Entinamartin,2013.pengertian lalat. Jakarta

Suraini, 2013. Perkembangbiakan lalat. surabaya

Husain, 2014. Makanan lalat. palembang


LAPORAN PRAKTIKUM III

PENGUKURAN TINGKAT KEPADATAN NYAMUK

( DI DALAM RUMAH DAN DILUAR RUMAH )

Hari/Tanggal : Selasa, 28 Januari 2020

Waktu : 13.50 – 16.40

Tempat : Jurusan Kesehatan Lingkungan

Tujuan : 1. Agar Mahasiswa Mengetahui Tingkat Kepadatan Nyamuk

2. Mahasiswa Dapat Mengetahui Sumber-Sumber Tempat


Perkembangbiaknya Nyamuk

I. TINJAUAN PUSTAKA

A.1 Pengertian nyamuk secara umum


     Nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera; genera
termasuk Anopheles, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes,
Wyeomyia, Culiseta, dan Haemagoggus untuk jumlah keseluruhan sekitar 35
genera yang merangkum 2700 spesies. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik,
tubuh yang langsing, dan enam kaki panjang; antarspesies berbeda-beda tetapi
jarang sekali melebihi 15 mm.     Kebiasaan nyamuk makan cukup unik karena
hanya nyamuk betina dewasa yang menusuk manusia dan hewan lainnya.
Sedangkan Nyamuk jantan hanya makan nektar tanaman. Beberapa nyamuk
betina memilih untuk makan hanya satu jenis binatang. Nyamuk betina mengigit
manusia, hewan peliharaan, seperti sapi, kuda, kambing, dan sebagainya; semua
jenis burung termasuk ayam; semua jenis binatang liar, termasuk rusa, kelinci, dan
mereka juga mengigit darah ular, kadal, katak, dll. Kebanyakan nyamuk betina
harus mendapatkan darah yang cukup untuk makan sebelum ia dapat
mengembangkan telur. Jika mereka tidak mendapatkan makanan darah ini, maka
mereka akan mati tanpa meletakkan telur. Pada nyamuk betina, bagian mulutnya
membentuk probosis panjang untuk, menembus kulit mamalia (atau dalam
sebagian kasus burung atau juga reptilia dan amfibi untuk menghisap
darah.Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur dan oleh
karena diet nyamuk terdiri dari madu dan jus buah, yang tidak mengandung
protein, kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan
protein yang diperlukan.Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan
bagian mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah.Agak rumit nyamuk betina
dari satu genus, Toxorhynchites, tidak pernah menghisap darah. Larva nyamuk
besar ini merupakan pemangsa jentik-jentik nyamuk yang lain. Nyamuk
mengalami empat tahap dalam siklus hidup: telur, larva, pupa, dan dewasa.
Tempo tiga peringkat pertama bergantung kepada spesies – dan suhu. Hanya
nyamuk betina saja yang menyedot darah mangsanya.dan itu sama sekali tidak
ada hubungannya dengan makan. Sebab, pada kenyataanya, baik jantan maupun
betina makan cairan nektar bunga. sebab nyamuk betina memberi nutrisi pada
telurnya.  telur-telur nyamuk membutuhkan protein yang terdapat dalam darah
untuk berkembang.
     Fase perkembangan nyamuk dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa
sangat menakjubkan. Telur nyamuk biasanya diletakkan pada daun lembab atau
kolam yang kering. Pemilihan tempat ini dilakukan oleh induk nyamuk dengan
menggunakan reseptor yang ada di bawah perutnya. Reseptor ini berfungsi
sebagai sensor suhu dan kelembaban. setelah tempat ditemukan, induk nyamuk
mulai mengerami telurnya. telur-telur itu panjangnya kurang dari 1 mm, disusun
secara bergaris, baik dalam kelompok maupun satu persatu. beberapa spesies
nyamuk meletakkan telur-telurnya saling menggabung membentuk suatu rakit
yang bisa terdiri dari 300 telur. Selesai itu, telur berada pada masa periode
inkubasi (pengeraman). Pada periode ini, inkubasi sempurna terjadi pada musim
dingin. Selesai setelah itu larva mulai keluar dari telurnya semua hampir dalam
waktu yang sama. sampai siklus pertumbuhan ini selesai secara keseluruhan, larva
nyamuk akan berubah kulitnya sebanyak 2 kali. Selesai berganti kulit, nyamuk
berada pada fase transisi. Fase ini dinamakan “fase pupa”. Pada fase ini, nyamuk
sangat rentan terhadap kebocoran pupa. Agar tetap bertahan, sebelum pupa siap
untuk perubahan kulit yang terakhir kalinya, 2 pipa nyamuk muncul ke atas air.
pipa itu digunakan untuk alat pernafasan. Nyamuk dalam kepompong pupa yang
cukup dewasa dan siap terbang dengan semua organnya seperti antenaa, belalai,
kaki, dada, sayap, perut, dan mata besar yang menutupi sebagian besar kepalanya.
lalu kepompong pupa disobek di atas. Tingkat ketika nyamuk yang telah lengkap
muncul ini adalah tingkat yang paling membahayakan. Nyamuk harus keluar dari
air tanpa kontak langsung dengan air, sehingga hanya kakinyalah menyentuh
permukaan air. Kecepatan ini sangatlah penting, meskipun angin tipispun dapat
menyebabkan kematiannya. Akhirnya, nyamuk tinggal landas untuk penerbangan
perdananya setelah istirahatsekitar setengah jam.
Beragam jenis nyamuk berfungsi sebagai vektor atau pembawa protozoa,
virus, dan tidak sedikit pula pembawa larva cacing yang dapat menimbulkan
bermacam-macam penyakit pada manusia. Cara hidup dan cara “menusuk”- nya
pun berbeda-beda. Beberapa genus nyamuk yang mungkin sudah tidak asing lagi
ditelinga kita adalah Anopheles, Aedes, dan Culex. Kebanyakan kelompok
nyamuk modern tidak lagi bergantung kepada racun serangga berbahaya tetapi
menjurus kepada organisme khusus yang memakan nyamuk, atau menjangkiti
mereka dengan penyakit yang membunuh mereka. Hal-hal seperti itu bisa terjadi
walaupun di Kawasan Perlindungan, seperti "Forsyth refuge" dan Seaview
Marriott Golf Resort, di mana sekawanan nyamuk utama dilaksanakan dan
dipantau menggunakan "killifish" dan belut muda. Kesannya di dokumen dengan
menggunakan mikroskop maju bawah air seperti ECOSCOPE. Bagaimanapun,
wabah penyakit bawaan nyamuk masih menyebabkan penyemburan dengan bahan
kimia yang kurang beracun dibandingkan yang digunakan pada masa lalu.
Sebagian nyamuk mampu menyebarkan penyakit protozoa seperti malaria,
penyakit filaria seperti kaki gajah, dan penyakit bawaan virus seperti demam
kuning, demam berdarah dengue, encephalitis, dan virus Nil Barat. Virus Nil
Barat disebarkan secara tidak sengaja ke Amerika Serikat pada tahun 1999 dan
pada tahun 2003 telah merebak ke seluruh negara bagian di Amerika Serikat.
Berat nyamuk hanya 2 hingga 2,5 mg. Nyamuk mampu terbang antara 1,5 hingga
2,5 km/jam. Pengusir nyamuk biasanya mempunyai kandungan aktif
berikut: DEET, sulingan minyak Catnip - Nepetalactone, Citronella atau sulingan
minyak eucalyptus.

A.2 Morfologi nyamuk secara umum

Ukuran nyamuk ini kecil sekali dan halus 4-13 mm. Pada kepala terdapat
probosis halus dan panjang yang melebihi panjang kepala. Pada nyamuk betina
probosis dipakai pada alat tusuk dan pengisap darah, sedang pada yang jantang
dipakai pada pengisap cairan tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan keringat. Dikiri
dan kanan probosis terdapat palpus yang terdiri dari 5 ruas dan sepasang antena
yang terdiri dari 15 segmen. Antena pada nyamuk jantang berambut lebat disebut
plumose dan pada betina rambutnya jarang disebut pilose. Bagian thoraks yang
kelihatan yaitu mesonotum sebagian besar ditutup dengan bulu halus. Bulu ini
mungkin berwarna putih atau kuning dan membentuk gambaran yang khas untuk
masing-masing feses.
Bagian posterior dari mesonotum terdapat skutelum yang berbentuk pada:

a)    Anophelini, melengkung (rounded)

b)    Culicini, mempunyai 3 lengkungan (trilobus)

Nyamuk mempunyai sayap yang panjang dan langsing mempunyai vena


yang permukaannya ditutupi dengan sisik sayap (wing scales) yang terletak
mengikuti vena.Pada pinggir sayap terdapat deretan rambut yang disebut fringe.
Abdomen berbentuk silinder yang terdiri dari 10 segmen. Dua segmen terakhir
berubah menjadi alat kelamin.

A.3 Siklus hidup nyamuk secra umum

Nyamuk mempunyai metamorphosis sempurna yaitu: telur-larva-pupa-


dewasa, Stadium telur, larva, dan pupa hidup didalam air dan stadium dewasa dan
stadium dewasa hidup berterbangan di udara. Nyamuk betina dewasa mengisap
darah manusia dan hewan. Telur yang baru diletakan warnanya putih, Sesudah 1-2
jam warnanya berubah menjadi hitam. pada genus anopheles telur diletakan di
perkukaan air satu persatu dan terpisah. Pada jenus aedes telur di letakka satu
persatu terpisah, telur ini di temukan di tepi permukaan air pada lubang poon,
container, dan dapat juga pada lubang tanah yang kering dan kemudian digenangi
air.  Pada genus culex dan mansonia telur diletakkan saling berlekatan sehingga
membentuk rakit (RAFT). Telur culex di letakkan di atas permukaan air,
sedangkan telur mansonia di letakkan di balik permukaan daun tumbuh-tumbuhan
air.

   Setelah mengalami beberapa selang waktu itu antara 2-4 hari telur
menetas menjadi larva yang selalu hidup di dalam air. Tempat perindukkan
(Breeding place) untuk masing-masing spesies berlainan sebagai contoh seperti
pada beberapa tempat misalnya, rawa, kolam, sungai, sawah, komberan, dan
tempat yang di genangi air. Tempat yang sering sebagai tempat untuk masing-
masing spesies adalah seperti: got, saluran air bekas jejak kaki hewan, lubang-
lubang di pohon dan kaleng-kaleng. Larva terdiri dari 4 stadium dan untuk
memenuhi kebutuhannya spesies ini mengambil makanan dari tempat
perindukannya. Pertumbuhan larva dari stadium 1 sampai stadium 4 berlangsung
membutuhkan jangka waktu yaitu dalam waktu 6-8 hari pada Culex dan Aedes,
lain halnya pada mansonia pertumbuhan ini memerlukan waktu yang dibutuhkan
lamanya kira-kira 3 minggu. Larva ini, setelah mengalami waktu yang
dibutuhkan, kemudian menjadi stadium pupa. Stadium ini tidak makan, tapi
memerlukan oksigen yang di ambil melalui tabung pernafasan (breathing
trumpet). Untuk tumbuh menjadi dewasa diperlukan waktu 1-3 hari sampai
beberapa minggu. Sedangkan pupa jantan akan menetas lebih cepat daripada yang
betina, dan nyamuk yang jantan ini biasanya tidak perlu pergi jauh dari tempat
perindukan menunggu nyamuk betina untuk berpopulasi. Nyamuk betina akan
mengisap darah yang di perlukan untuk pembentukan telur ada berapa spesies
nyamuk yang tidak memerlukan darah untuk pembentukan telurnya. Hal ini
disebut autogen misalnya pada tokzominmymchits amboinensis.

A.4 Perilaku nyamuk secara umum

    Pada umumnya dalam kehidupan spesiaes nyamukantara yang satu


denganyang lainya tidak sama .umumnya umur  nyamuk betina lebih panjang dari
nyamuk jantan .Biasanyan umur nyamuk kira kira 2 minggu ,tapi ada juga yang
hidup sampai 2-3  bulan sepert i anopheles  punctipenis di Amerika.Hospes yang
di sukainyapun berbeda beda  .Ada yang kebiasan mengisap darah manusia yang
di sebut antropofilik ,ada yang menyukai darah hewan disebut zoofilik ,dan ada
yang lebih suka mengisap darah hewan di bandingkan darah manusia di sebut
antropozzofilik .Setelah mengisap darah nyamuk pun mencari tempat untuk
istirahat sementara, selama menuggu proses perkembangan telur.Untuk yang
memilih tempat istirahat di dalam rumah disebut endofilik , sedang yang memilih
di luar rumah, kandang hewan, dan  tanah atau tempat tempat yang ketinggian di
sekitar rumah.

Dalam beraktivitas, kehidupan nyamuk mengisap darah pun amatlah


sangat berbeda beda, seperti halnya nyamuk mengisap darah pada waktu malam
hari disebut night at bitter dan mengisap darah di siang hari disebut day bitter,
sedang yang menggigit di luar rumah disebut eksofanik. Daya tahan nyamuk pun
berbeda-beda menurut spesiesnya. Nyamuk betina mempunyai jarak terbang lebih
jauh daripada nyamuk jantan. Aedes aegypti jarak terbangnya pendek,
kebanyakan nyamuk anopheles dapat terbang sampai 1,6 km, sedangkan
nyamuk Aedes vesanx dapat terbang cukup jauh, yaitu sampai jarak 30 km.

II. ALAT DAN BAHAN

A. Alat
1. Aspirator

2. Stopwatch
3. Alat tulis

4. Botol/ wadah cup

5. Blanko survey

B. Bahan
1. Nyamuk
III. PROSEDUR KERJA

1. Siapkan alat aspirator


2. Gunakan umpan badan untuk menarik perhatian nyamuk
3. Jika ada nyamuk hinggap, tangkap nyamuk menggunakan aspirator
4. Lakukan pengambilan kepadatan nyamuk di dalam rumah dan di luar
rumah sekitar pukul 18.00 – 22.00 wib, dan hitung setiap 15 menit sekali
5. Catat hasil nyamuk yang tertangkap dan masukan nyamuk kedalam
wadah/botol yang telah disiapkan.

IV. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Menghitung Kepadatan Nyamuk dari jam 18.00 - 22.00 Wib selama 15


menit sekali.

No Nama Pemilik Rumah Di Dalam Rumah Di Luar Rumah


Ada Tidak Ada Tidak
1 Sekar Sari - - - -
2 Xenna Chatrien F. 1 - - -
3 Yoel Julianto 1 - - -
4 Gunawan Wibisono - - 2 -
5 Dewi Aprilia A. - - - -
6 Elsa Erita P. 1 - - -
7 Rahmah Yuniarti 1 - 1 -
8 Nurul Rahmayanti 2 - 1 -
9 Siti Masyitoh 2 - 2 -
10 Hulieta Nalia 1 - - -
11 Aema Redinatasya - - - -
12 Rahmantio Fadil - - - -
Jumlah Total 9 - 6 -

Dari hasil yang didapatkan kita dapat menghitung kepadatan nyamuk di dalam
rumah, di luar rumah dan (MHD) Man Hour Density.

Perhitunganya :

1. Kepadatan Nyamuk Di Dalam Rumah


MHD = Jumlah Nyamuk Yang Tertangkap Didalam Rumah
Jumlah Rumah Tempat Penangkapan Nyamuk (Kolektor)
= 9/12
= 0,75

2. Kepadatan Nyamuk Di Luar Rumah


MHD = Jumlah Nyamuk Yang Tertangkap Diluar Rumah
Jumlah Rumah Tempat Penangkapan Nyamuk (Kolektor)
= 6/12
= 0,5

3. Man Hour Desnsity (MHD)


MHD = Jumlah Nyamuk Yang Tertangkap
Jumlah Penangkap X Waktu Penangkapan (Jam) X Waktu
Penangkapan (Menit)

= ______15_______
12 x 4 jam x 15/60 menit/detik
= 1.25

B. Pembahasan

Nyamuk selalu dapat menemukan sasarannya dengan tepat karena mereka


melihat dengan gerakan, panas tubuh, dan bau tubuh. Sewaktu nyamuk hinggap di
tubuh dia menempelkan mulutnya yang mirip sedotan disebut juga probosis. Lalu
terdapat pisau yang akan merobek kulit korban maju mundur hingga menemukan
urat darah, setelah itu baru darah yang ada diisap. Dalam prosesnya nyamuk juga
mengeluarkan air liur yang mengandung antikoagulan untuk mencegah darah
yang ia isap membeku. Proses ini berlangsung cepat dan seolah-olah proses yang
terjadi adalah nyamuk menusuk tubuh padahal tidak begitu, nyamuk membedah
kita seperti layaknya dokter bedah yang cepat dan akurat. Setalah nyamuk
kenyang dia akan mencabut probiosis dan terbang. Air liur nyamuk yang
tertinggal di kulit korban akan merangsang tubuh layaknya ada benda asing yang
mengganggu, terjadilah proses yang dikenal dengan alergi, dan yang terjadi
adalah bentol-bentol dan gatal. Nyamuk sendiri beraktifitas dimalam hari sekitar
jam 18.00 – 06.00 Wib.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Musim hujan telah tiba dan perlu diwaspadai adanya genangan – genangan
air yang terjadi pada selokan yang buntu, gorong – gorong yang tidak lancar serta
adanya banjir yang berkepanjangan, perlu diwaspadai adanya tempat reproduksi
atau berkembangbiaknya nyamuk pada genangan – genangan tersebut sehingga
dapat mengakibatkan musim nyamuk telah tiba pula, itulah kata-kata yang
melakat pada saat ini. saatnya kita melakukan antisipasi adanya musim nyamuk
dengan cara pengendalian nyamuk dengan pendekatan perlakukan sanitasi
lingkungan atau non kimiawi yang tepat sangat diutamakan sebelum dilakukannya
pengendalian secara kimiawi. Ada beberapa tips tentang pengendalian nyamuk,
yaitu bisa dilakukan dengan pada saat pra dewasa (larva / jentik) dan pada saat
nyamuk dewasa. 
I. Pengendalian Non Kimiawi :
a. Pada Larva / Jentik Nyamuk:

1. dilakukan dengan cara menjaga sanitasi / kebersihan lingkungan yaitu


pada umumnya 3M: Menguras dan menyikat dinding bak penampungan air
kamar mandi; karena jentik / larva nyamuk demam berdarah (Aedest Aegypti)
akan menempel pada dinding bak penampungan air setelah dikuras dengan ciri-
ciri berwarna kehitam-hitaman pada dinding, hanya dengan menguras tanpa
menyikat dinding maka jentik / larva nyamuk demam berdarah (Aedest
Aegypti) tidak akan mati karena mampu hidup dalam keadaan kering tanpa air
sampai dengan 6 (enam) bulan, jadi setelah dikuras diding tersebut harus
disikat. Menutup rapat – rapat bak – bak penampungan air; yaitu seperti
gentong untuk persediaan air minum, tandon air, sumur yang tidak terpakai
karena nyamuk demam berdarah (Aedest Aegypti) mempunyai ethology lebih
menyukai air yang jernih untuk reproduksinya, Mengubur barang-barang yang
tidak berguna tetapi dapat menyebabkan genangan air yang berlarut-larut ini
harus dihindari karena salah satu sasaran tempat nyamuk untuk bereproduksi.
2. dilakukan dengan cara pencegahan preventive yaitu memelihara ikan pada
tempat penampungan air 

b. Pada Nyamuk Dewasa :

1. Dengan memasang kasa nyamuk atau screening yang berfungsi untuk


pencegahan agar nyamuk dewasa tidak dapat mendekat pada linkungan sekitar
kita.

2. Dengan menggunkan Insect Light Killer yaitu perangkap untuk nyamuk


yang menggunakan lampu sebagai bahan penariknya (attractan) dan untuk
membunuhnya dengan mengunakan aliran listrik. Cara kerja tersebut sama
dengan Electric Raket.

B. Saran

Pada isi makalah diatas  penulis menghimbau kepada seluruh kalangan


masyarakat khususnya pada mahasiswa untuk  dapat menjaga kebersihan
lingkungan, karena kebershihan lingkungan merupakan salah satu cara untuk
menghindari adanya penyaki yang di sebabkan oleh beberapa Nyamuk salah
satunya DBD yang di tularkan oleh nyamuk kepada manusia, olehnya itu di
sarankan kepada seluruh masyarakat untuk mulai sekarang dapat menjaga
linkungan sekitar agar dapat terhindar dari wabah penyakit yang di sebabkan oleh
nyamuk.

DAFTAR PUSTAKA

Annonimus. 2010. Nyamuk Aedes aegypti. http://id.shvoong.com/medicine-


and health/epidemology-public-health/2066459-nyamuk-aedes-
aegypti. Diakses pada Kamis, 30 Januari 2020, Pukul 14.00 WIB
Judarwanto, Widodo. 2007. Profil Nyamuk Aedes
pembasmiannya.  http://indonesiaindonesia.com/f/2010/01/21/ciri-ciri-
nyamuk-aedes pembasmiannya/. Diakses pada Kamis, 30 Januari
2020, Pukul 14.00 WIB

Wirayoga, Raditya. 2010. Ciri-ciri Nyamuk Aedes aegypti. 


http://cluzterzz.wordpress.com/2010/01/21/ciri-ciri-nyamuk-aedes-aegypti/.
Diakses pada Jum’at, 31 Januari 2020 Pukul 15.45 WIB

Mongdoyunita .2016. Makalah vector nyamuk


http://yunitamongdo.blogspot.com/2016/11/makalah-vektor-
nyamuk.html. Diakses pada Jum’at, 31 Januari 2020, pukul 15.45
WIB
LAMPIRAN

Aspirator
Pengambilan Nyamuk Dengan
Umpan Badan Menggunakan
Aspirator
LAPORAN PRAKTIKUM IV

PENGENDALIAN VEKTOR DAN TIKUS

PENYEMPROTAN VEKTOR

Hari/Tanggal : Selasa, 11 februari 2020

Waktu : 13.50 – 16.40

Tempat : Jurusan Kesehatan Lingkungan

Tujuan : 1. Agar mahasiswa mengetahui cara penggunaan alat Spraycan.

2.Agar mahasiswa dapat mampu melakukan teknik


penyemprotan dengan benar.

I. TINJAUAN PUSTAKA

Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat


menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak
balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan
dapat menurunkan produktivitas kerja. Penyakit ini juga masih endemis di
sebagian besar wilayah Indonesia (Kemenkes RI, 2011).
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium
yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di
dalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil,
anemia, dan splenomegali. Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Vektor dari
penyakit ini adalah nyamuk Anopheles sp (Harijanto, 2000).
Vektor malaria adalah nyamuk Anopheles, dengan ciri khas menungging
saat hinggap atau menghisap darah. Nyamuk Anopheles mempunyai siklus hidup
sempurna terdiri dari telur (1-2 hari), jentik (6-8 hari), kepompong (1-2 hari) dan
nyamuk (2-3 bulan). Di dalam program pemberantasan malaria yang utama
dilakukan adalah pemberantasan vektor. Dalam hal ini supaya mendapatkan hasil
yang maksimal, perlu didukung oleh data penunjang yang menerangkan tentang
seluk-beluk vector yang berperan. Untuk menentukan metode pemberantasan
yang tepat guna, perlu diketahui dengan pasti musim penularan serta perilaku
vektor yg bersangkutan.
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat karena
mempengaruhi tingginya angka kesakitan dan angka kematian. Hingga kini,
malaria ditemukan tersebar luas di Indonesia dan bahkan dapat timbul secara tiba-
tiba di suatu daerah yang telah dinyatakan bebas malaria. Lebih dari 15 juta
penderita malaria klinis di Indonesia dengan 30.000 kematian di laporkan melalui
unit pelayanan kesehatan di Indonesia setiap tahun (SKRT, 1995). Umumnya
penderita malaria ditemukan di daerah-daerah terpencil, daerah pedesaan, daerah
transmigrasi, daerah pengungsian penduduk dan sebagian besar dari golongan
ekonomi lemah. Menurut data kesehatan tahun 2001 diperkirakan prevalensi
malaria di Indonesia adalah 850,2 per 100.000 penduduk dengan angka tertinggi
di Papua. Nyamuk dengan Plasmodium ini tersebar luas di belahan dunia
khususnya daerah tropis dan sub-tropis seperti sebagian besar daerah Asia
(khususnya Asia Tenggara), Amerika (khususnya Amerika Selatan) dan Sub-
Sahara Afrika.
Salah satu faktor penyebab penularan malaria adalah cuaca, iklim,
penggalian pasir, tambak tidak terurus, penebangan hutan. Keadaan lingkungan
yang saling berinteraksi akan dapat berpengaruh besar terhadap ada-tidaknya
malaria di suatu daerah. Ada empat jenis plasmodium yaitu plasmodium vivax,
plasmadium ovale, malariae plasmodium dan plasmodium falciparum yang
menyebabkan penyakit malaria. Khusus untuk plasmodium falciparum sering
menjurus kepada sakit malaria berat yang sangat sering menyebabkan kematian
(pada tahun 2010 diperkirakan 90% angka kematian akibat malaria terjadi di Sub-
Sahara Afrika dimana plasmodium falciparum bertanggung jawab atas sebagian
besar kasus malaria yang terjadi), sedangkan tiga jenis plasmodium lainnya adalah
penyakit ringan yang sangat jarang menjurus pada Penyakit Malaria akut. Selain
itu adapula plasmodium knowlesi yang umumnya menyebabkan malaria pada
spesies hewan kera tetapi dapat juga menginfeksi manusia walaupun sangat kecil
kemungkinannya.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.374 tahun 2010, Pengendalian
vektor dilakukan dengan memakai metode pengendalian vektor terpadu yang
merupakan suatu pendekatan yang menggunakan kombinasi beberapa metode
pengendalian vektor yang dilakukan berdasarkan azas keamanan, rasionalitas dan
efektifitas pelaksanaannya serta dengan mempertimbangkan kelestarian
keberhasilannya. Mengingat keberadaan vektor dipengaruhi oleh lingkungan fisik,
biologis dan sosial budaya, maka pengendaliannya tidak hanya menjadi tanggung
jawab sektor kesehatan saja tetapi memerlukan kerjasama lintas sektor dan
program.
Keunggulan Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) :
1.      Dapat meningkatkan keefektifan dan efisiensi sebagai metode atau cara
pengendalian.
2.       Dapat meningkatkan program pengendalian terhadap lebih dari satu
penyakit tular vector.
3.      Melalui kerjasama lintas sektor hasil yang dicapai lebih optimal dan
saling menguntungkan.
Pengendalian Vektor Terpadu merupakan pendekatan pengendalian vektor
menggunakan prinsip-prinsip dasar managemen dan pertimbangan terhadap
penularan dan pengendalian peyakit. Pengendalian Vektor Terpadu dirumuskan
melalui proses pengambilan keputusan yang rasional agar sumberdaya yang ada
digunakan secara optimal dan kelestarian lingkungan terjaga.
Prinsip-prinsip PVT meliputi:
a. Pengendalian vektor harus berdasarkan data tentang bioekologi vektor
setempat, dinamika penularan penyakit, ekosistem dan prilaku
masyarakat yang bersifat spesifik local (evidence based).
b. Pengendalian vektor dilakukan dengan partisipasi aktif berbagai sektor
dan program terkait, LSM, Organisasi profesi, dunia usaha /swasta
serta masyarakat.
c. Pengendalian vektor dilakukan dengan meningkatkan penggunaan
metoda non kimia dan menggunakan pestisida secara rasional serta
bijaksana
d. Pertimbangan vektor harus mempertimbangkan kaidah ekologi dan
prinsip ekonomi yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Pengendalian vektor terpadu dilaksanakan secara bersama dari beberapa
metode, meliputi pengendalian fisik, biologi, kimia dan pemberdayaan masyarakat
(Kementerian Kesehatan). Program pengendalian malaria secara terpadu yang
lebih rinci meliputi pengendalian secara biologi, fisika, kimia, dengan pengaturan
pola tanam, dengan perundang-undangan/kebijakan, dan pemberdayaan
masyarakat (Marbaniati, 2010).
Malaria merupakan penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama
prosesnya yang disebabkan oleh parasit malaria/protozoa genus Plasmodium
bentuk aseksual yang masuk ke dalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamuk
malaria Anopheles betina. Menurut Harijanto (2000), keterbatasan pengetahuan
tentang epidemiologi malaria yang terdiri dari biologi parasit, vektor, ekologi
manusia dan lingkungan menjadi hambatan dalam menanggulangi malaria.
(Harijanto, 2000).
Dari tahun 2006 sampai 2009 kejadian luar biasa (KLB) terhadap penyakit
malaria selalu terjadi di pulau Kalimantan walaupun kabupaten/ kota yang
terjangkit berbeda-beda tiap tahun. Pada tahun 2009, KLB dilaporkan terjadi di
pulau Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten), Kalimantan (Kalimantan
Selatan), Sulawesi (Sulawesi Barat), Nangroe Aceh Darussalam (NAD) dan
Sumatera (Sumatera Barat dan Lampung) dengan jumlah total penderita sebanyak
1.869 orang dengan jumlah kematian sebanyak 11 orang (Kemenkes
2011 dalam Arsin, 2012).
Pencegahan malaria salah satunya dilakukan melalui upaya Spraycan.
Spraycan atau Hand Sprayer merupakan alat semprot larutan insektisida
pengendali vektor nyamuk Anophles penyebab penyakit Malaria. Alat semprot ini
banyak digunakan dilingkungan Dinas Kesehatan sebagai alat penyemprot
pestisida untuk program penanggulangan penyakit Malaria yang disebabkan oleh
serangga nyamuk Anopheles sp. Alat ini sangat cocok diaplikasikan pada
lingkungan pemukiman masyarakat, rumah sakit, hotel, restoran, apartemen,
ruang perkantoran, kandang peternakan, dan sebagainya. Pengaplikasian Spraycan
digunakan pada permukaan dinding, baik dinding yang terbuat dari bata, anyaman
bambu, kayu/triplek, maupun bahan dasar lainnya.
Teknik Spraying atau penyemprotan dilakukan dengan sasaran khususnya
adalah nyamuk Anopheles sebagai vektor dari penyakit malaria. Nyamuk ini aktif
atau menggigit pada waktu malam hari. Pemerintah dalam hal ini lebih
menggalakkan teknik Spraying atau penyemprotan guna menekan seminimal
mungkin penyebaran nyamuk Anopheles, sehingga kesakaitan penyakit Malaria di
Indonesia dapat berkurang. Teknik Penyemprotan bukanlah satu-satunya cara
guna menekan penyebaran nyamuk Anopheles, selain itu juga harus ada kesadaran
dari masing-masing individu terhadap kondisi lingkungannya dengan tetap
melakukan upaya-upaya seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di tiap-tiap
rumah, melaksanakan program 3M, dan juga membiasakan Perilaku Hidup Bersih
Sehat (PHBS) di tiap keluarga, dengan ini diharapkan dapat mengurangi ancaman
terkena penyakit Malaria.
Adapun pemenuhan dosis bahan kimia yang digunakan adalah:
1. Bendiocarb (Ficam) 80 WP dosis 0,2 g/m2, atau berkisar 0,18 – 0,22 g/m2
2. Lamdasihalotrin (Icon) 80 WP dosis 0,025 g/m2, atau berkisar 0,0225-
0,0275 g/m2
3. Deltametrin (K-Othrine) 5 WP dosis 0,2 g/m 2, atau berkisar 0,18-0,22
g/m2
4. Etofenproks (Vectron) 20 WP dosis 0,1 g/m 2, atau berkisar 0,09-0,11
g/m2

II. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

1. Spraycan
B. Bahan
1. Larutan pestisida

2. Stopwatch

3. Alat tulis
III PROSEDUR KERJA

1. Siapkan alat spray can yang akan digunakan.


2. Periksalah tangkai atau selang jangan sampai bocor.
3. Siapkan pestisida yang berbentuk serbuk (jenis Wp) kemudian
homogenkan didalam wadah sebagai catatan pengenceran pestisida
menggunakan air dengan takaran tertentu.
4. Kapasitas tabung Spraycan adalah 11 liter, akan tetapi pemanfaatan
kapasitas hanya 8,5 liter.
5. Pengenceran pestisida pertama sebanyak 4 liter.
6. Masukkan ke dalam tabung Spraycan menggunakan corong agar larutan
pestisida tidak tumpah.
7. Pengenceran pestisida kedua sebanyak 4,5 liter. Hal ini dilakukan dua
kali agar pestisida yang belum terlarut pada pengenceran pertama bisa
terlarut dipengenceran kedua.
8. Masukkan ke dalam tabung Spraycan menggunakan corong agar larutan
pestisida tidak tumpah.
9. Pompa Spraycan sebanyak 55 kali hingga jarum tekanan menunjukkan
angka 55psi (satuan tekanan udara).
10. Semprot permukaan dinding dengan jarak sebesar 46 cm antara
permukaan dinding dengan nozzle tip (tempat pemancar larutan yang
berbentuk seperti kipas).
11.  Semprot selama 3 menit, larutan biasanya yang keluar sebanyak 2,3
liter.
12.  Pompa kembali Spraycan sebanyak 25 kali hingga jarum penunjuk
tekanan mendekati angka 55ps.
13.  Semprotkan terus hingga larutan pestisida dalam tabung habis.
14. Terakhir catat setiap mahasiswa melakukan penyemprotan selama 30
detik sekali.

IV. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Maka hasil dari praktikum penyemprotan vektor :

No Nama Waktu

1. Yoel yuliato 15 detik

2. Gunawan wibisono 17 detik

3. Rahmantio fadil 26 detik

4 Hulieta nalia 16 detik

5. Rahmah yuniarti 14 detik

6. Elsa erita putri 13 detik

7. Siti masyitoh 17 detik


8. Nurul rahmayanti 18 detik
9. Dewi aprilia astarini 15 detik
10. Sekar asari 15 detik
11. Aema redinatasha 16 detik
12. Xena chatrine f. 16 detik

B. Pembahasan

Pada praktikum kali ini yaitu mengenai spraying/penyemprotan. Yang


merupakan penyemprotan untuk membunuh nyamuk dewasa, lebih di khususkan
kepada nyamuk Anopheles sp. sebagai pencegahan penyakit malaria. Malaria
merupakan penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya yang
disebabkan oleh parasit malaria/protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual yang
masuk ke dalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamuk malaria Anopheles betina,
Keadaan seperti itu perlu menjadi perhatian dan dilakukan evaluasi agar dapat
diketahui penyebab meningkatnya angka kematian dan dilakukan upaya
pencegahannya. Pencegahan malaria salah satunya dilakukan melalui upaya
Spraycan. Spraycan atau Hand Sprayer merupakan alat semprot larutan
insektisida pengendali vektor nyamuk Anophles penyebab penyakit Malaria. Alat
semprot ini banyak digunakan dilingkungan Dinas Kesehatan sebagai alat
penyemprot pestisida untuk program penanggulangan penyakit Malaria yang
disebabkan oleh serangga nyamuk Anopheles sp. Alat ini sangat cocok
diaplikasikan pada lingkungan pemukiman masyarakat, rumah sakit, hotel,
restoran, apartemen, ruang perkantoran, kandang peternakan, dan sebagainya.
Pengaplikasian Spraycan digunakan pada permukaan dinding, baik dinding yang
terbuat dari bata, anyaman bambu, kayu/triplek, maupun bahan dasar lainnya.

Sebelum menggunakan alat Spraycan, setiap praktikan hendaknya


melakukan upaya kalibrasi pada alat. Yang dimaksud kalibrasi yaitu suatu upaya
untuk melakukan standarisasi pada alat. Tujuan dilakukannya kalibrasi
yaitu, untuk menentukan devisiasi dan kebenaran konvensional nilai penunjukan
alat ukur dan pengukuran hasil dijamin pencarian untuk Standar Nasional sebagai
standar juga dan international. Dengan demikian alat ukur kondisi dan bahan
dapat disimpan sesuai dengan spesifikasi.
konsentrasi suspensi:

1. Dosis yang diharapkan 2 gr/m2


2. Suspensi kepekatan racikan pestisida 5%
3. Volume Spraycan Hudson 8,5 liter
4. Maka diperlukan pestisida murni adalah 8,5 l x 1000 ml x 5% = 425 gr
5. Jika pestisida yang ada adalah 75%, maka pestisida yang diperlukan 425 x
100/75 = 566,6 gr

V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh
Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk
aseksual di dalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam,
menggigil, anemia, dan splenomegali. Dapat berlangsung akut ataupun kronik.
Vektor dari penyakit ini adalah nyamuk Anopheles sp.
Untuk mencegah terjadinya peningkatan angka morbiditas terhadap
penyakit tersebut maka perlu dilakukannya upaya pengendalian pada vektor
tersebut. Salah satu pengendalian yang biasa digunakan adalah Spraycan.
Spraycan atau Hand Sprayer merupakan alat semprot larutan insektisida
pengendali vektor nyamuk Anophles penyebab penyakit Malaria. Pengaplikasian
Spraycan digunakan pada permukaan dinding, baik dinding yang terbuat dari bata,
anyaman bambu, kayu/triplek, maupun bahan dasar lainnya.
Sebelum menggunakan Spraycan, hendaknya perlu dilakukan kalibrasi pada
alat tersebut guna mencegah kerusakan pada saat pemakaian berlangsung. Bahan
kimia yang biasa digunakan adalah pestisida yang nantinya akan dilarutkan
dengan air sebanyak 8,5 liter.

B. Saran

Melakukan penyemprotan hendaknya menggunakan alat pelindung diri


seperti masker dan sarung tangan, selain itu menggunakan formulasi atau takaran
yang sesuai dan efektif untuk vektor Anopheles sp.
Pada isi makalah diatas penulis menghimbau kepada seluruh kalangan
masyarakat khususnya pada mahasiswa untuk dapat menjaga kebersihan
lingkungan, karena kebershihan lingkungan merupakan salah satu cara untuk
menghindari adanya penyaki yang di sebabkan oleh beberapa Nyamuk Anopheles
sp. yang menyebabkan penyakit malaria. yang di tularkan oleh nyamuk kepada
manusia, dan jangan lupa menggunakan lotion anti nyamuk dimanapun berada.

DAFTAR PUSTAKA
Arsin. Andi Arsunan. 2012. Malaria di Indonesia Tinjauan Aspek
Epidemiologi. Masagena Press. Makassar.

Harijanto, P.N. 2000. Malaria. EGC. Jakarta.

Kementerian Kesehatan. 2011. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Buletin


Jendela

Data dan Informasi Kesehatan volume 1. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor


374/Mekes/PER/III/2010 tentang Pengendalian Vektor.

Anonim.2010. Mengenal Macam-Macam Alat Penyemprot


Nyamuk. http http://sobatsehat.com/2010/05/24/mengenal-macam-
macam-alat-penyemprot-nyamuk/. Di akses pada tanggal 13
februari 2020 pukul 17.00 wib.

Hermawan, Wawan. 2012.  Alat dan


Mesin. http://wawanhermawandr54.wordpress.com/2012/07/28/alsinta
n-xii1/. Di akses pada tanggal 13 februari 2020 pukul 17.00 wib.
LAMPIRAN

Proses Penyemprotan Vektor Proses Penyemprotan Vektor


LAPORAN PRAKTIKUM V

FOGGING

( DI DALAM RUMAH DAN DILUAR RUMAH )

Hari/Tanggal : Selasa, 04 februari 2020

Waktu : 13.50 – 16.40

Tempat : Jurusan Kesehatan Lingkungan

Tujuan : 1. Mengetahui cara penggunaan dari mesin fog (Swingfogg)

2. Mampu mengoperasionalkan mesin fog (Swingfogg) dengan


baik dan benar

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan Bentuk Fogging


Fogging merupakan salah satu kegiatan penanggulangan DBD (Demam
Berdarah Dengue) yang dilaksanakan pada saat terjadi penularan DBD melalui
penyemprotan insektisida daerah sekitar kasus DBD yang bertujuan memutus
rantai penularan penyakit. Sasaran fogging adalah rumah serta bangunan dipinggir
jalan yang dapat dilalui mobil di desa endemis tinggi. Cara ini dapat dilakukan
untuk membunuh nyamuk dewasa maupun larva. Pemberantasan nyamuk dewasa
tidak dengan menggunakan cara penyemprotan pada dinding (resisual spraying)
karena nyamuk Aedes aegypti tidak suka hinggap pada dinding, melainkan pada
benda-benda yang tergantung seperti kelambu pada kain tergantung.
Fogging dilaksanakan dalam bentuk yaitu :
a) Fogging Fokus Adalah pemberantasan nyamuk DBD dengan cara
pengasapan terfokus pada daerah tempat ditemukannya tersangka /
penderita DBD.
b) Fogging Massal Adalah kegiatan pengasapan secara serentak dan
menyeluruh pada saat terjadi KLB DBD.
B. Tata Laksana Fogging
Fogging dilaksanakan sebanyak 2 putaran dengan interval minggu oleh
petugas dalam radius 200 meter untuk penanggulangan fokus dan untuk
penanggulangan fokus untuk KLB meliputi wilayah yang dinyatakan sebahai
tempat KLB DBD. Fogging dilaksanakan oleh petugas kesehatan atai pihak
swasta yang telah menjadi anggota IPPHAMI (Ikatan Perusahaan Pengendalian
Hama Indonesia) dan harus mendapat rekomendasi dari Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota. Selain itu khusus untuk fogging fokus dapat dilakukan oleh
masyarakat dengan tenaga terlatih dibawah pengawasan Puskesmas yang telah
memperoleh izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. Prinsip Fogging
dilakukan didalam rumah dan diluar rumah, di dalam rumah dilakukan fogging di
titik paling dalam hingga keluar ruangan sedangkan diluar ruangan dilakukan
dengan memperhatikan arah angin apabila arah angin ada di posisi depan rumah
maka harus membelakangin arah angin.
C. Peralatan dan Bahan Fogging
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan fogging, yaitu :
1. Alat yang dipakai swing fog SN 1 untuk bangunan dan mesin ULV (Ultra
Low Volume) untuk perumahan.
2. Malathion dalam campuran solar dosis 438 g/ha. (500 ml malathion 96%
technical grade/ha). Malathion adalah bahan teknis pestisida yang dapat
diemulsikan untuk mengendalikan nyamuk Aedes Aegypti, culex, dan
anopheles di dalam dan diluar ruangan. Malathion termasuk golongan
organofosfat parasimpatometik, yang berkaitan irreversibel dengan enzim
kolinesterase pada sistem saraf serangga. Akibatnya otot tubuh serangga
mengalami kejang, kemudian lumpuh dan akhirnya mati. Malathion
digunakan dengan cara pengasapan.
3. Untuk pemakaian di rumah tangga dipergunakan berbagai jenis insektisida
yang disemprotkan kedalam kamar atau ruangan misalnya, golongan
Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida
lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan hanya
dalamjumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian, tetapi diperlukan
beberapa milligram untuk dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa.
Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan sel
darah merah dan pada sinapsisn.
D. Persyaratan Penggunaan Fogging
Adapun syarat-syarat untuk melakukan fogging, yaitu :
1. Adanya pasien yang meninggal disuatu daerah akibat DBD.
2. Tercatat dua orang yang positif yang terkena DBD di daerah tersebut. Lebih
dari tiga orang di daerah yang sama mengalami demam dan adanya jentik-
jentik nyamuk Aedes Aedes Apabila ada laporan DBD di rumah sakit atau
Puskesmas di suatu daerah, maka pihak rumah sakit harus segera
melaporkan dalam waktu 24 jam, setelah itu akan diadakan penyelidikan
epidemiologi kemudian baru fogging fokus.
Hal-hal Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Melakukan Fogging:
1. bahan fogging Konsentasi bahan yang digunakan harus mengacu pada label,
karena bila dosis yang digunakan tidak tepat akan menimbulkan kerugian,
tidak hanya dari segi biaya dan efikasi pengendalian tetapi juga berpengaruh
terhadap keamanan manusia itu sendiri serta lingkungannya.
2. Arah dan kecepatan angin Dalam melakukan fogging, arah angin harus
diperhatikan. Kecepatan akan berpengaruh terhadap pengasapan di luar
ruangan. Untuk diluar ruangan space spray berkisar 1-4 m/detik atau sekitar
3,6-15 km/jam. Angin diperlukan untuk membawa asap masuk kedalam
celah-celah bangunan, namun jika terlalu kencang maka asap akan cepat
hilang terbawa angin. Pengasapan harus berjalan mundur melawan arah
angin sehingga asap tidak menganai petugas fogging.
3. Suhu Suhu adalah keadaan udara yang akan mempengaruhi pengasapan.
Pengasapan diluar ruangan pada waktu tengah hari atau pada suhu tinggi
akan sia-sia karena asap akan menyebar keatas, bukan kesamping sehingga
pengasapan tidak maksimal. Oleh sebab itu fogging sebaiknya dilakukan
pada pagi hari atau sore hari.
4. Waktu Waktu fogging harus disesuaikan dengan puncak aktivitas nyamuk
Aedes aegypti yang aktif mencari mangsa pada pagi hari sekitar pukul
07.00-10.00, dan sore hari sekitar pukul 14.00-17.00.

Dampak Pelaksanaan Fogging Bahan yang digunakan dalam fogging


merupakan jenis insektisida untuk membunuh serangga dalam hal ini adalah
nyamuk. Insektisida tersebut merupakan racun yang dapat mematikan jasad hidup,
maka dalam penggunaannya harus lebih bersikap hati-hati. Fogging tidak hanya
memberikan dampak positif dalam pengandalian nyamuk Aedes aegypti namun
disisi lain juga menghasilkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan
masyarakat, misalnya pencemaran air, tanah, udara, terbunuhnya organisme non
target, dan resiko bagi orang, hewan dan tumbuhan

II. ALAT DAN BAHAN

A. Alat
a. Alat Pelindung

b. Fogging
B. Bahan

1. Pestisida cair

2. Bahan pelarut ( solar )

3. Bahan bakar (bensin )

III. PROSEDUR KERJA

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan


2. Lakukan perhitungan pestisida murni yang harus di ambil dari bentuk aslinya
dan bahan pelarut solar yang dibutuhkan
3. Setelah di dapat kebutuhan pestisida murni, campurkan dengan bahan pelarut
4. Masukkan campuran larutan ke dalam tangki larutan
5. Setelah itu buka kran bensinnya, lalu tekan tombol orange (starter) sampai
mesin hidup
6. Perhatikan arah mata angin, lalu lakukan pengasapan searah dengan arah mata
angin dalam pengertiannya bahwa kalau arah mata angin menuju timur berarti
nozzlenya(corong) menghadap kearah timur lalu lakukan pengasapan mulai
dari belakang sampai ke depan.
7. Lakukan pengasapan berulang sampai ke bagian paling depan dengan aturan
jangan lupa memakai masker dan peredam suara
8. Setelah selesai pengasapan, mesin dimatikan dengan cara menutup gas lalu
buka tangki larutan dan tangki bahan bakar dan biarkan sampai mesin dingin
baru diangkat dan di kalibrasi lagi setelah itu disimpan ditempat yang aman.

IV. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Perhitungan pembuatan larutan pestisida

QC = SA

Q. 50 g/l = 7 x 2,5 %

Q. 50 g/l = 17,5 %

0,175
Q = 50
¿
¿

Q = 0,0035 ml

2. Perhitungan luas lahan


Volume pestisida = konsentrasi larutan X luas lahan
VP = 100 ml/ha X (100 m x 100 m)
= 100 ml/ha X 0.10 ha
= 100 ml/ha X 0,10 m

= 10 ml
B. Pembahasan

Upaya pemberantasan dengan menggunakan fogging harus


dilakukan pada saat yang benar-benar sangat membahayakan masyarakat
karena mengingat efek dari fogging yang bersifat racun dan dapat
membunuh makhluk hidup. Pengendalian menggunakan fogging harus
dilaksanakan pada penaggulangan kejadian luar biasa (KLB) dimana
vektor di berantas untuk memutus rantai penularan penyakit. Selain itu
dalam melakukan fogging harus disesuaikan dengan saat dimana vektor
banyak dan suka menggigit seperti vektor DBD yang biasanya banyak
pada pagi sampai sore hari. Sehingga pagi sampai sore merupakan saat
yang baik untuk fogging. Dalam melakukan pengendalian menggunakan
fogging haruslah merupakan pilihan terakhir setelah PSN memang tidak
efektif.

Fogging hanya membunuh nyamuk dewasa saja, artinya larva dan


telur nyamuk masih dapat tumbuh menjadi vektor baru yang juga dapat
menularkan DBD dan malaria. Oleh sebab itu fogging harus dilengkapi
juga dengan beberapa usaha yaitu dengan PSN, 3M +, serta menggunakan
larvasida untuk membunuh jentik dan telur nyamuk. Fogging sebenarnya
kurang efektif apabila tidak ditindaklanjuti dengan gerakan 3M+. Fogging
yang efektif pagi hari sekitar pukul 07.00 sampai dengan 10.00 dan sore
hari pukul 15.00 sampai 17.00, bila dilakukan pada siang hari nyamuk
sudah tidak beraktiftas dan asap fogging mudah menguap karena udara
terlalu panas. Fogging sebaiknya jangan dilakukan pada keadaan hujan
karena sia-sia saja melakukan pengasapan.
Fogging dapat memutuskan rantai penularan DBD dengan
membunuh nyamuk dewasa yang mengandung virus. Namun, fogging
hanya efektif selama dua hari. Selain itu, jenis insektisida yang digunakan
untuk fogging ini juga harus ganti-ganti untuk menghindari resistensi dari
nyamuk. Nyamuk Aedes paling sering hinggap di baju-baju yang
menggantung dan berada di tempat-tempat gelap, seperti di bawah tempat
tidur. Selain juga suka bertelur di air yang bersih, seperti di tempayan, bak
mandi, vas bunga, dan lainnya. Telur atau jentik nyamuknya bisa bertahan
selama 2-3 bulan.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Fogging merupakan upaya terakhir untuk memberantas nyamuk jika


terjadi KLB dengan memutus rantai penularannya pada lokasi tersebut.
2. Fogging hanya untuk membunuh nyamuk dewasa saja dan tidak
membunuh larva dan telur nyamuk.
3. Untuk melakukan fogging maka harus pengguna alat fogging harus
mengetahui fungsi dari setiap bagian dari swing fog.
4. Untuk melakukan fogging agar efektif maka harus menyesuaikan
dengan waktu dimana vektor banyak beraktifitas untuk mencari
makan.
5. Fogging dalam masyarakat untuk menghindari kecelakaan maka harus
dilakukan oleh petugas yang sudah berpengalaman dan harus
dilakukan dengan 3 orang dimana 1 orang memegang alat fogging dan
2 lainnya untuk memastikan tidak ada mahluk hidup yang berada
didalam rumah saat dilakukannya fogging.
6. Untuk hasil yang lebih memuaskan maka fogging harus juga dibarengi
dengan PSN, 3M+ dan pola hidup masyarakat yang sehat.
B. Saran
1. Sebaiknya pelaksanaan foging dilakukan pada pagi hari.
2. Bagi Mahasiswa Kesehatan Lingkungan
3. Sebaiknya Mahasiswa Kesehatan Lingkungan mampu dan terampil
mengoperasikan fogger untuk menekan penyebaran nyamuk penyebab
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
4. Bagi masyarakat Sebaiknya menjaga kebersihan lingkungan dan
melakukan 3M+ untuk mencegah terjadinya penyebaran nyamuk
penyebab DBD.
DAFTAR PUSTAKA

Annonimus. 2010. Nyamuk Aedes aegypti. http://id.shvoong.com/medicine-


and health/epidemology-public-health/2066459-nyamuk-aedes-
aegypti. Diakses pada Kamis, 30 Januari 2020, Pukul 14.00 WIB

Judarwanto,Widodo.2007. foggingvektor. http://indonesiaindonesia.com/f/2
010/01/21/ciri-ciri-nyamuk-aedes pembasmiannya/. Diakses pada
Kamis, 30 Januari 2020, Pukul 14.00 WIB
LAMPIRAN

Proses Fogging Alat Fogging

Anda mungkin juga menyukai