DIII SANITASI
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Pratikum
Pengendalian Vektor dan Tikus, Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
laporan ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun
kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
bersifat membangun guna perbaikan bagi kami dalam membuat laporan
selanjutnya, akan kami terima dengan senang hati.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Akhirnya, tiada gading yang
tak retak, meskipun dalam penyusunan laporan ini kami telah mencurahkan
kemampuan, namun kami sangat menyadari bahwa hasil penyusunan
laporan ini jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan data dan referensi
maupun kemampuan kami. Semoga laporan ini dapat memberikaan manfaat
dan pengetahuan kepada pembaca.
Penyusun Kelompok 1
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Pratikum Pengendalian Vektor Dan Tikus Ini Ditujukkan
Sebagai Persyaratan Mengikuti Ujian Akhir Semester (Uas), Program Studi
Diii Sanitasi, Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
COVER............................................................................................ i
KATA PENGANTAR…………….……………………………… ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................ iv
DAFTAR ISI…………………………………………….....…….. v
DAFTAR PUSTAKA……………………………………….…….
LAMPIRAN………………………………………………………
LAPORAN PRAKTIKUM I
I. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Nyamuk ialah salah satu jenis serangga dari kerajaan animalia, filum
arthropoda, yang masuk ke dalam kelas insect dan berordo diptera serta berfamili
culicidae. Spesies nyamuk yang ada di dunia saat ini adalah mencapai 2.700
spesies. Bentuk nyamuk panjang dan memiliki sayap bersisik serta mempunyai
kaki panjang dan moncong panjang. ukurannya biasanya tidak mencapai 15 cm.
Bentuk mulut nyamuk betina menyerupai jarum suntik akibat panjang dan runcing
yang berfungsi untuk menusukan pada mamalia baik manusia maupun binatang
bak penghisap darah. Hal ini berbeda atas nyamuk jantan yang bentuk mulutnya
lebar atas nyamuk jantan tidak menghisap darah namun memangsa larva nyamuk.
Sebenarnya nyamuk tidak cuma makan darah saja melainkan sari buah dan sayur.
Pertama kali yang akan dibahas ialah proses kawin dari nyamuk ini. proses
kawin dilakukan atas tanda nyamuk jantan masuk ke dalam sarang baru diikuti
oleh nyamuk betina. selesai nyamuk betina keluar dari sarang dan barulah sang
jantan akan mengawini betina sebelum si betina pergi menghisap darah.Nyamuk
betina hanya kawin satu kali semasa hidupnya. Hidup nyamuk bisa tergantung
atas air, jika tidak ada air maka nyamuk bisa mati. Setelah proses kawin
sesudahnya nyamuk betina akan bertelur di dalam air.
1. Telur nyamuk
Nyamuk bertelur sama hal nya atas daur hidup kupu-kupu yaitu atas
meletakan telurnya di dalam air, jika telur berada di luar air maka bisa dipastikan
telur akan rusak / mati. Cara nyamuk bertelur di atas air berbeda tergantung atas
jenisnya masing-masing. misalnya saja nyamuk culex yang meletakan telurnya
sebagai bersama dan bergerombol atas telurnya ini nanti bisa mengapung di atas
air. Namun untuk jenis nyamuk anopheles bakal meletakan telurnya satu-satu dan
tidak bergerombol. Daerah mereka bertelur bisa di kolam, rawa / tempat berair
lainnya. Jika kolam cukup kering maka induk nyamuk bisa memakai bagian
bawah perutnya bak reseptor dan akan mencari tempat yang paling lembab
kebanyakan berada di tumbuhan yang basah. Isi sekali bertelur, nyamuk dapat
melepaskan sekitar 300 telur nyamuk. Panjang dari telur nyamuk amat kecil
kurang dari 1 mm oleh karena itu biasanya tidak bisa terlihat oleh manusia.
Selepas itu nyamuk akan dierami dan akan menetas pada hari ke 1 / 2 kemudian.
2. Jentik nyamuk
Selepas telur nyamuk menetas akan sebagai jentik nyamuk yang sama hal
nya seperti daur hidup kecoa yang menghasilkan nimfa seperti jentik nyamuk
juga. Bentuk dari jentik nyamuk panjang seperti benang melalui warna hitam.
Proses bak jentik yang dilakukan hanya selama 8 samaoi 10 hari tergantung dari
suhu, udara, temperature dan banyaknya predator yang ada. Jentik nyamuk
bernafas memakai bagian ujung ekornya. Mereka ini memakan berbagai organism
/ sebagian dari beberapa jenis jentik nyamuk justru memangsa jentik lainnya.
Jentik nyamuk harus hidup diatas air, bahkan di dalam air dimanapun tempatnya.
Jentik (atau jentik-jentik) adalah tahap larva dari nyamuk. Jentik hidup di air dan
memiliki perilaku mendekat atau "menggantung" pada permukaan air untuk
bernapas. Nama "jentik" berasal dari gerakannya ketika bergerak di air. Ia dikenal
pula dalam bahasa lokal sebagai (en)cuk atau uget-uget (Jw.) Jentik menjadi
sasaran dalam pengendalian populasi nyamuk yang berperan sebagai vektor
penyakit menular melalui nyamuk, seperti malaria dan demam berdarah dengue.
Di beberapa tempat, jentik-jentik juga dikumpulkan orang dan dimanfaatkan
sebagai pakan ikan hias.
3. Pupa
Fase selanjutnya setelah jentik nyamuk ialah pupa atau kepompong, pada
fase ini membutuhkan waktu sekitar 1 hingga 2 hari saja. fase ini merupakan fase
terakhir nyamuk berada di dalam air, mereka bernafas membentuk tanduk thorakis
yang berada di dalam gelung thorakis. Selepas sayapnya terbentuk dan kemudian
pupa nyamuk akan di keluarkan dari air dan mulai berusaha terbang. Nyamuk
akan belajar terbang atas cepat dan saat itulah juga nyamuk sudah dapat dikenali
jenis kelaminnya apakah betina / jantan. Saat nyamuk keluar dari dalam
kepompong dirinya harus bergerak belajar terbang tanpa harus menyentuh air
artinya hanya kakinya saja dapat bisa menyentuh air.
4. Nyamuk
Fase ini melambangkan fase terakhir dari nyamuk. Ketika nyamuk telah
sempurna dia akan langsung siap mengelilingi dunia atas sayapnya. Biasanya
nyamuk akan melakukan perkawinan dalam jangka waktu 1 sampai 2 hari dan
setelah dirinya keluar dari kepompong. Proses yang sangat cocok sama seperti
daur hidup katak .
D. Jenis-Jenis Nyamuk
1. Aedes aegypti
Nyamuk ini dikenal juga sebagai nyamuk demam berdarah, karena membawa
virus dengue yang dapat mengakibatkan demam berdarah . Nyamuk ini memiliki
warna yang khas, yaitu warna loreng pada tubuhnya. Nyamuk ini bertelur pada
genangan air yang bersih. Telur nyamuk inilah yang berkembang menjadi “anak-
anak nyamuk”. Nyamuk demam berdarah aktif pada pagi hingga siang hari dan
menyukai tempat-tempat gelap.
Ciri-ciri jentik nyamuk aedes
a. Keberadaan jentik nyamuk aedes sama dengan keberadaan telurnya yaituPada
air jernih dan air tersebut tidak kontak langsug dengan tanah.
b. Pada bagian toraks atau dada terdapat taji /tanduk yang panjang dan runcing
(aedes aegypti), sedangkan taji/tanduk yang tumpul dan pendek (aedes
albopictus).
c. Pada bagian abdomen segmen terakhir terdapat com/ sisir yang letaknya
beraturan (aedes aegypti), sedangkan com/ sisir yang tidak beraturan( aedes
albopictus).
d. Pada bagian abdomen segmen terakhir terda[pat shipon yanf besar dan gemuk
e. Posisi istirahat di air membentuk sudut 45°
2. Anopheles sp.
Nyamuk ini dikenal juga sebagai nyamuk malaria, karena gigitannya dapat
menyebabkan penyakit malaria. Nyamuk ini berwarna cokelat pucat dan tidak
memiliki loreng pada kakinya. Nyamuk ini juga meletakkan telurnya di air bersih
dan menyukai tempat gelap. Namun, nyamuk ini lebih suka berkeliaran di malam
hari.
Ciri-ciri Jentik Nyamuk Anopheles
a. Posisi istirahat jentik nyamuk anopheles sejajar dengan permukaan air
b. Keberadaan jentik nyamuk anopheles sama dengan keberadaan telurnya,
yaitu pada air yang kontal langsung denga n tanah, seperti: air payau, sawah
dan rawa
c. Pada abdomen setiap segmen terdapat bulu kipas kiri dan kanan dan
mempunyai utar-utar yang berwarna kuning kecoklatan.
d. Pada bagian abdomen segmen terakhir terdapat spiracle ( lubang udara) fan
tidak mempunyai shipon.
3. Culex sp.
Nyamuk inilah yang mengakibatkan penyakit japanese enchephalitis dan penyakit
kaki gajah. Nyamuk ini berwarna kusam dan memiliki loreng berwarna cokelat
pada bagian perutnya. Nyamuk ini suka meletakkan telurnya di air kotor atau air
yang tercemar, misalnya di got-got yang kotor. Nyamuk ini mengincar manusia
pada malam hari dan biasanya membuat sarang di dalam ruangan sebelum dan
setelah menggigit manusia.
Ciri –ciri jentik nyamuk culex
a. Keberadaan jentik nyamuk culex sama dengan keberadaan telurnya yaitu:
pada air yang kontak langsung dengan tanah ( got tatu saluran pembuangan
limbah)
b. Pada abdomen segmen terakhir mempunyai shipon panjaang smetris
c. Posisi istirahat di air membentuk
Ciri-ciri jentik nyamuk mansoni
a. Keberadaan jentik nyamuk mansoni sama dengan keberadan telurnya yaitu:
pada air yang kontak langsung dengan tanah. Dan air tersebut di tumbuhi
tumbuhan air.
b. Posisi istirahat membentuk sudut dan menempel pada daun-daun tumbuhan
air.
c. Pada abdomen segmen terakhir terdapar shipon yang panjang dan simetris,
akan tetapi di bagian ujung shipon di lengkapi kait sebagai alat untuk
menggantungkan diri di dau tumbuhan air.
a. House Index
(HI) adalah jumlah rumah positif jentik dari seluruh rumah yang diperiksa.
Jumlah Rumah Dengan Jentik
HI = x 100%
Jumlah Rumah yang Diperiksa
b. Container Index
(CI) adalah jumlah kontainer yang ditemukan larva dari seluruh kontainer
yang diperiksa.
Jumlah Countainer Dengan Jentik
CI = x 100%
Jumlah Countainer yang Diperiksa
c. Breteu Index
(BI) adalah jumlah kontainer dengan larva dalam seratus rumah. HI lebih
menggambarkan penyebaran nyamuk di suatu wilayah.
Jumlah Countainer Dengan Jentik
BI =
Jumlah Rumah yang Diperiksa
d. Density figure
(DF) adalah kepadatan jentik Aedes aegypti yang merupakan gabungan dari
HI, CI dan BI yang dinyatakan dengan skala 1-9 seperti tabel menurut WHO
Tahun 1972 di bawah ini :
Tabel Larva Index,(DF) ,House Index (HI), Container Index (CI) dan Breteau Index (BI)
Sumber: WHO (1972)
Density Figure (DF) House Index Container Index Breteau Index
(HI) (CI) (BI)
1 1-3 1-2 1-4
2 4-7 3-5 5-9
3 8-17 6-9 10-19
4 18-28 10-14 20-34
5 29-37 15-20 35-49
6 38-49 21-27 50-74
7 50-59 28-31 75-99
8 60-76 32-40 100-199
9 >77 >41 >200
Keterangan Tabel :
DF = 1 = kepadatan rendah
DF = 2-5 = kepadatan sedang
DF = 6-9 = kepadatan tinggi.
Density Figure
ditentukan setelah menghitung hasil HI, CI, BI kemudian dibandingkan dengan
tabel Larva Index. Apabila angka DF kurang dari 1 menunjukan risiko penularan
rendah, 1-5 resiko penularan sedang dan diatas 5 risiko penularan tinggi.
B. Bahan
Kontainer air
Dari tabel 4.1 diketahui jumlah seluruh kontainer baik TPA, non TPA dan
TPA alamiah yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk sebanyak 190
kontainer. Dengan jumlah kontainer sama di masing-masing rumah yang diperiksa
sebanyak 10 kontainer.
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi jenis dan jumlah kontainer yang positif
jentik
No Jenis Kontainer Jumlah %
1 TPA :
a. Bak mandi 2 1.05
b. Fiber air 1 0.52
c. Drum 0 0
d. Ember 2 1.05
e. Derigen air 0 0
Jumlah 5 2.62
2 Bukan TPA :
a. Vas bunga 0 0
b. Wadah kulkas 0 0
c. Dispenser 1 0.52
Jumlah 1 0.52
3 TPA Alamiah :
a. Tempayan 1 0.52
b. Ember semen 1 0.52
Jumlah 2 1.05
Jumlah seluruh kontainer 190 100
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi rumah yang positif jentik (House Index)
Tabel 4.4 Distribusi kepadatan jentik nyamuk (Angka Bebas Jentik dan
Breteau Index)
No Jumlah Kontainer CI Jumlah Rumah HI(%) BI ABJ(%)
Diperiksa (+) Diperiksa (+)
(%)
jentik Jentik
1 190 8 9.52 19 7 36.84 42 63.15
Dari tabel distribusi kepadatan jentik nyamuk di dapat hasil dari jumlah
rumah yang diperiksa yaitu sebanyak 19 rumah dan yang positif ada 7 rumah ,
kontainer yang diperiksa yaitu sebanyak 190 kontainer terdapat 8 kontainer yang
positif terdapat jentik nyamuk, sehingga di dapat angka persentase CI sebesar
9.52%, HI sebesar 36.84%, BI sebesar 0.42% serta ABJ sebesar 63.15%.
Tabel 4.5 Density Figure (DF), House Index (HI), Container Index (CI) dan
Breteau Index (BI).
Density Figure (DF) House Index Container Index Breteau Index
(HI) (CI) (BI)
1 1-3 1-2 1-4
2 4-7 3-5 5-9
3 8-17 6-9 10-19
4 18-28 10-14 20-34
5 29-37 15-20 35-49
6 38-49 21-27 50-74
7 50-59 28-31 75-99
8 60-76 32-40 100-199
9 >77 >41 >200
Berdasarkan tabel 4.4 perhitungan CI, HI, BI didapatkan Density Figure.
Untuk nilai CI 9,52 % maka angka density figure nya adalah 3 , sedangkan nilai
HI 36,84 % maka angka density figure nya adalah 5 , dan nilai BI 42% maka
angka density figure nya adalah 5 . Maka nilai density figurnya sebagai berikut
3+5+5 13
Density figure = = =4,33
3 3
Dari perhitungan DF didapatkan hasil density figure nya sebesar 4,33.
B. Pembahasan
Mahasiswa harus menentukan lokasi survei terlebih dahulu untuk
mengidentifikasi jentik nyamuk. Dalam hal ini mahasiswa hanya mengidentifikasi
ada atau tidaknya jentik nyamuk di rumah warga, kemudian setelah mengamati
mahasiswa membuat sebuah tabel untuk mendata jumlah rumah yang diperiksa ,
jumlah rumah yang positif dan negatif jentik nyamuk, dan jumlah kontainer yang
positif dan negatif jentik nyamuk.
House Index (HI) adalah jumlah rumah positif jentik nyamuk dari seluruh
rumah yang diperiksa. Container index (CI) adalah jumlah kontiner positif jentik
nyamuk dari seluruh kontiner yang di periksa. Breteu index (BI) adalah jumlah
kontainer positif jentik nyamuk dalam seratus rumah. Dan Angka Bebas Jentik
adalah rumah yang tidak ditemukan jentik pada pemeriksaan jentik.
Dari tabel 4.1 di dapatkan kontainer atau tempat penampungan air yang
dapat menjadi tempat perindukan nyamuk sebanyak 190 kontainer . dengan
jumlah kontainer yang sama di 19 rumah yang diperiksa sebanyak 10 kontainer.
Dari tabel 4.2 diketahui jumlah keseluruhan kontainer yang diperiksa
sebanyak 190 buah dan didapatkan kontainer positif yang terdapat jentik nyamuk.
Pada kontainer TPA diketahui bahwa yang positif terdapat jentik sebanyak 5 buah
kontainer yaitu pada (bak mandi,fiber air dan ember) , sedangkan pada non TPA
yang positif terdapat jentik sebanyak 1 buah kontainer , serta pada TPA alamiah
yang positif terdapat jentik nyamuk sebanyak 2 buah kontainer pada (tempayan
dan bak semen).
Dari tabel 4.3 Setelah mendata mahasiswa menghitung kepadatan jentik
tersebut dengan menggunakan rumus parameter HI (house index), CI (countainer
index), BI (breteau index) dan ABJ (angka bebas jentik) perhitungan ini untuk
mengetahui persentasi dan perbandingan yang di dapat dari data survei tersebut.
Dari data pengamatan yang di lakukan di dengan mengamati 19 rumah di
dapatkan hasil perhitungan dan (persentase) sebagai berikut :
1. House Index ( 36.84 %)
2. Countainer Index ( 9.52 %)
3. Breteau Index (42%)
4. Angka Bebas Jentik ( 63.15 %)
Menurut jurnal pengendalian vektor indikator kepadatan vektor dalam
bentuk House Index dan Breteau Index digunakan untuk menentukan daerah
prioritas pengendalian , apabila jumlah BI ≥ 20% dan HI ≥5% maka daerah
tersebut di kategorikan peka terhadap DBD dan terdapat jentik nyamuk dalam
jumlah cukup tinggi.
Menurut Jurnal Vektor Penyakit, vol 11 No.1, 2017 : 33-42
Telur nyamuk dewasa betina yang ditemukan di kontainer semakin banyak
maka kemungkinan jentik yang menetas akan semakin banyak , sehingga nilai
breteau index (BI) juga akan semakin tinggi. Hal tersebut berpengaruh terhadap
meningkatnya kejadian DBD . BI merupakan predikator KLB, jika BI ≥ 50 maka
daerah tersebut berpotensi untuk mengalami KLB. Dan dari hasil perhitungan BI
pada daerah tersebut di dapat sebesar 42% maka dapat dinyatakan bahwa daerah
tersebut sudah masuk zona waspada.
Pada tabel 4.4 dan 4.5 dijelaskan menurut WHO Tahun 1972 diketahui
bahwa tingkat density berdasarkan density figure (df) sebesar 4,33 yang tergolong
urutan ke 2 yaitu density nya berkisar antara 4-5 atau disebut daerah kuning,
berarti derajat penularan penyakit oleh larva sedang atau perlu waspada.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil survei dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Mahasiswa mengetahui bahwa terdapat perbedaan dari rata-rata hasil
perhitungan HI,CI,BI dan ABJ pemantauan jentik nyamuk di suatu daerah.
2. Mahasiswa mengetahui dari 19 rumah yang diperiksa terdapat 7 rumah
yang positif jentik dan dari 190 kontainer yang diperiksa ada 8 buah
kontainer yang positif.
3. Diketahui bahwa tingkat density berdasarkan density figure (df) yang
tergolong urutan ke 2 yaitu density nya berkisar antara 4-5 atau disebut
daerah kuning, berarti derajat penularan penyakit oleh larva sedang atau
perlu waspada.
B. Saran
Sebagai seorang sanitarian apabila menemukan suatu daerah yang
tempat penampungan air nya terdapat banyak jentik nyamuk hal yang harus
di lakukan yaitu memberikan sosialisasi kepada warga desa mengenai
bahaya nya jentik nyamuk itu sendiri, dan menghimbau kepada seluruh
warga untuk melakukan metode 3M (mengubur, menguras dan menutup)
tempat genangan-genangan air atau tempat penampungan air dan PSN
(menggunakan bubuk abate dan membersihkan tempat perindukan nyamuk)
untuk mengurangi populasi jentik di daerah tersebut dan apabila di suatu
daerah sudah ada yang terkena DBD dapat dilakukan fogging di daerah
tersebut.
LAMPIRAN
Kontainer (Dispenser) Yang Kontainer (Bak Kamar Mandi)
Positif Terdapat Jentik Nyamuk Yang Positif Terdapat Jentik
Nyamuk
DAFTAR PUSTAKA
http://Ycireyellow.blogsopt.com.
I. TINJAUAN PUSTAKA
Insecta (serangga) merupakan anggota dari filum Arthropoda yang memiliki
jumlah spesies terbanyak. Insecta bisa ditemukan di berbagai habitat baik di darat
maupun di laut. Ada banyak jenis hewan yang masuk ke dalam kelas ini, salah
satunya adalah lalat. Lalat merupakan salah satu serangga yang termasuk ke
dalam ordo Diptera. Beberapa spesies lalat merupakan spesies yang paling
berperan dalam masalah kesehatan masyarakat, yaitu sebagai vektor penularan
ppenyakit. Peranan lalat dalam meyebarkan penyakit adalah sebagai vektor
mekanik dan vektor biologis. Sebagai vektor mekanis lalat membawa bibit-bibit
penyakit melalui anggota tubuhnya. Tubuh lalat mempunyai banyak bulu-bulu
terutama pada kakinya. Bulu-bulu yang terdapat pada kaki mengandung semacam
cairan perekat sehingga benda-benda yang kecil mudah melekat (Suraini, 2011).
Lalat adalah insekta yang lebih banyak bergerak dengan mempergunakan
sayap (terbang). Hanya sesekali bergerak dengan kakinya. Ada berbagai jenis lalat
yang berada di sekitar kita. Cara membedakannya dapat dilihat dari morfologi
yang dimiliki lalat tersebut. Salah satu contoh lalat yang sering kita temukan
adalah lalat rumah (Musca domestica). Lalat ini tersebar merata di berbagai
daerah. Kebiasaan lalat ini adalah berpindah-pindah tempat dari tempat-tempat
yang kotor seperti tempat pembuangan sampah, bangkai, bahkan kotoran. Tidak
heran apabila pada tubuh lalat ini menempel banyak mikroba yang dapat
menyebabkan penyakit.
Lalat termasuk dalamfilum Arthropoda, kelas Hexapodadan ordo
Diptera.Serangga dalam ordoDipteramemiliki dua sayap danpada bagian belakang
terdapat sepasang halter yang digunakan sebagai alat keseimbang. Lalat
mempunyai sepasasang antena dan mata majemuk, dengan mata lalat jantan lebih
besar dan sangat berdekatan satu sama lain. Tubuh lalat terbagi dalam 3 bagian,
yaitu kepaladengan sepasang antena, toraks, dan abdomen. Lalat mempunyai
metamorfosis yang sempurna, yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa
(Mosokuli,2001).
Penyakit tular vektor (Arthropod-borne diseases) adalah penyakit yang
disebabkan oleh patogen (mikroorganisme infeksius) pada manusia, dan
ditularkan melalui gigitan arthropoda seperti nyamuk, lalat, kutu, lipas, pinjal,
tungau dan caplak. Diantaranya malaria, demam berdarah dengue (DBD),
filariasis, chikungunyadan japanese encephalitis (Hadi, 2016).
Dalam upaya pengendalian penyakit menular tidak terlepas dari
usaha peningkatan kesehatan lingkungan, salah satu kegiatannya adalah
pengendalian vektor penyakit. Pengendalian vektor penyakit merupakan tindakan
pengendalian untuk mengurangi atau melenyapkan gangguan yang ditimbulkan
oleh binatang pembawa penyakit, seperti lalat. Lalat adalah hewan yang dapat
dijumpai dimana saja, hampir dapat di temukan di semua tempat. Lalat dapat
mengancam kesehatan manusia dengan cara memindahkan penyakit sehingga lalat
sebagai perantara penyakit. Lalat terbang dan hinggap diberbagai tempat,
termasuk ke tempat-tempat yang kotor dan membawa patogen dari tempat
tersebut, yang kemudian hinggap di makanan manusia (penyebaran mekanis).
Dengan adanya lalat sebagai pembawa dan penyebar penyakit pada manusia,
melalui penularan secara mekanis menyebabkan myasis sangat dipengaruhi oleh
lingkungan yang mendukung penyediaan tempat perkembangbiakannya. Penyakit
yang dapat ditularkan oleh lalat beberapa diantaranya adalah jenis
food/waterborne seperti kolera, tipes, dan disentri. Indonesia memiliki dua iklim
yang merupakan daerah tropis sehingga lalat untuk dapat berkembangbiak dengan
baik. Dalam melakukan pengendalian perlu juga dilakukan pengukuran tingkat
kepadatannya dimana data ini dapat dipakai untuk merencanakan upaya
pengendalian yaitu tentang kapan, dimana, dan bagaimana pengendalian akan
dilakukan. Perhitungan kepadatan lalat pada suatu tempat merupakan hal yang
penting karena lalat sebagai salah satu indikator sebuah tempat bersih atau tidak.
Dalam menentukan kepadatan lalat, pengukuran terhadap populasi lalat dewasa
tepat dan biasa diandalkan daripada pengukuran populasi larva lalat. Untuk itu
diperlukan praktikum pengukuran kepadatan lalat disuatu tempat untuk
menentukan apakah daerah tersebut potensial untuk terjadinya fly borne diseases
atau tidak. Metode pengukuran kepadatan lalat yang sederhana adalah dengan
menggunakan alat flygrill. Prinsip kerja dari alat ini didasarkan pada sifat lalat
yang menyukai hinggap pada permukaan benda yang bersudut tajam vertikal.
Lokasi yang perlu dilakukan pengukuran kepadatan lalat adalah a berkembang
baik pada suhu 30-350C dengan tempat yang berpindah-pindah, contohnya pada
sampah organik. Stadium larvamempunyai3 tingkatan, yaitu larva instar 1, larva
instar 2, dan larva instar 3. Tingkat 1 berukuran 2mm berwarna putih dan
membutuhkan waktu 1-4 hari untuk menjadSetelah menjadi larva instar 2,
berukuran 2 kali dari larva instar 1 dan setelah satu sampai beberapa hari menjadi
larva instar 3. Pada tingkat yang terakhir ini berukuran 12mm/lebih dengan waktu
3-9 hari untuk menjadi pupa. Pupa pada stadium ini berkembang baik pada suhu
lebih kurang 350C dengan watu 3-9 hari. Lalat dewasaLalat dewasa mempunyai
umur 2-4 minggu (Husain, 2014).
Tempat pembuangan sampah dan peternakan.Upaya untuk menurunkan
populasi lalat adalah sangat penting, mengingat dampak yang ditimbulkan yaitu
sebagai vektor pembawa penyakit. Untuk itu sebagai salah satu cara penilaian
baik buruknya suatu lokasi adalah dilihat dari angka kepadatan lalatnya. (Ringga
ayu,2015)
Ordo Dipteramempunyai genus dan spesies yang sangat besar, yaitu
berdasarkan katalog Diptera Australiana/Oceaniaada 3.880 spesies lalat yang
ditemukan berdasarkan sebaran zoogeografisnya. Lalat bersifat sinantropik karena
sebagian besar makanan lalat berasal dari makanan manusia dan penyebaranya
secara kosmopolit atau tersebar secara keseluruhan di berbagai tempat (Wahyudi
et al. 2015).
Dengan begitu banyaknya spesies lalat, tidak semuanya berbahaya dan
memerlukan pengawasan yang khusus. Beberapa spesies lalat yang sering
mempunyai kontak dengan manusia adalah famili Calliphoridaeyang terutama
jenis lalat hijau atau Chrysomia megacephaladan family Muscidaedengan jenis
Musca domestica Linneaus atau lalat rumah.
Calliphora vomituriaatau lalat biru, dan Fannia canicularisatau lalat rumah
kecil (Suraini,2013).
Lalat dapat menularkan berbagai macam penyakit. Beberapa spesies lalat
rumah telahdapat berperan membawa telur cacing Ascaris lumbericoides,
Trichuris trichiura, Enterobious vermicularis, Toxocara canis, dankista
Strongyloides stercoralis (Onyenwe et al. 2016)
Lalat secara natural tertarik pada tempat yang mempunyai bau busuk dan
berkembangbiakpada bahan organik yamg membusuk seperti tinja, sampah,
karkas, dan bangkai (Adenusi & Adegowa,2013)
Kemampuan lalat dalam jarak terbang sejauh kira-kira 1-2 mil (Darmawati
et al. 2005) dan dalam 24 jam lalat mampu terbang sampai 3 km. (Lima et al.
2014).
Makanan lalat adalah zat gula yang ada pada makanan manusia (Darmawati
et al. 2005). Pada saat hinggap lalat mempunyai mekanisme mengeluarkan air liur
dan melakukan defekasi (Onyenwe et al. 2016).
tanpa air lalat tidak bisa hidup, dan hanya bisa bertahan tidak lebih dari 46
jam. Lamahidup lalat tergantung pada faktor lingkungan. Pada musim panas
mampu berumur 2-4 minggu, sedangkan pada musimdingin berumur 70 hari
(Husain, 2014).
Kehidupan lalat tergantung pada kondisi lingkungan sekitar. Lalat
beaktivitas secara penuh pada suhu 20-250C dan pada suhu 35-400C/ 15-200C
aktivitas lalat mulai berkurang. Sedangkan lalat mulai hilang dan tidak terdeteksi
pada suhu di bawah 100C dan di atas 400C. (Sayono et al.2005). Waktu
metamorfosis lalat rumah pada suhu 200membutuhkan 26,2 hari sedangkan pada
suhu 350 membutuhkan 9,6 hari (Hastutiek & Fitri 2007).
Lalat dapat menjadi vektor berbagai macam organismepatogen seperti kista
protozoa, telur cacing, bakteria, danenterovirus. Apabila manusia memakan
makanan yang telah terkontaminasi organisme patogen yang dibawa oleh lalat
maka dapat menyebabkan sakit (El-Sherbini & El-Sherbini,2011).
Saat hinggap di makanan, lalat melakukan defekasi dan mengeluarkan air
liurnya yang mengandung berbagai macam organismepatogen dan hal ini dapat
mengkontaminasi makanan yang dihinggapinya tadi (Hastutiek & Fitri 2007).
Selain itu, pada tubuh lalat terutama kaki terdapat bulu-bulu halus yang
mengandung semacam perekat sehingga benda kecil seperti telur cacing dapat
melekat (Suraini 2013)
Klasifikasi lalat Kingdom: AnimaliaPhylum: ArthrropodaClass:
HexapodaOrdo: DipteraFamili: Muscidae, Sarcophagidae, ChalliporidaeGenus:
Musca,Stomoxys, Phenisia,Sarchopaga,FanniaSpesies: Musca sp, Stomoxys sp,
Phenesia sp, Fannia sp, Sarchopaga sphttp://repository.unimus.ac.id Siklus
HidupLalat mempunyai siklus hidup yang sempurna, yaitu dengan stadium telur,
larva, pupa, dan dewasa dengan rata-rata waktu perkembangbiakan antara 7-22
hari tergantung dari faktor lingkungan. TelurTelur lalat mempunyai warna putih
dan diletakkan pada tempat lembab yang mengandung bahan organik membusuk
yang tidak terkena sinar matahari langsung. Lalat betina mampu menghasilkan
telur sekitar 2000 butir dalam sepanjang hidupnyadan menetas setelah 8-30 jam,
tergantung dari faktor lingkungannya(Hastutiek & Fitri 2007).
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Fly grill
2. Stopwatch
3. Blanko survey
4. Alat tulis
C. Bahan
1. Lalat
B. Pembahasan
Mahasiswa harus menentukan lokasi terlebih dahulu untuk menghitung
kepadatan lalat yaitu lokasi pertama pada rumah pak syarifkemudian rumah pak
amrul, rumah pak bowo, rumah pak ferizal, dan rumah bu linda dengan
meletakkan flygrill di halaman rumah. Fly grill merupakan alat yang digunakan
untuk mengukur kepadatan lalat di suatu tempat. Fly grill dapat dibuat dari bilah-
bilah kayu yang lebarnya 1,9 cm dan tebalnya 1,5 cm dengan panjang masing
masing 82 cm sebanyak 21 dan dicat dengan warna kuning, putih ataupun merah.
Bilah-bilah yang telah disiapkan dibentuk berjajar dengan jarak 2,2 cm pada
kerangka kayu yang telah disiapkan dan pemasangan bilah kayu pada
kerangkanya yang dapat dibongkar pasang. Fly grill dipakai untuk mengukur
tingkat kepadatan lalat dengan cara meletakkan Fly grill pada tempat yang akan
diukur kepadatan lalatnya. Kemudian dihitung jumlah lalat yang hinggap di atas
Fly grill dengan menggunakan alat penghitung (stopwatch) selama 30 detik.
Sedikitnya, pada setiap lokasi dilakukan 10 kali perhitungan kemudian dari 5 kali
hasil perhitungan lalat yang tertinggi dibuat rata ratanya dan dicatat dalam kartu
hasil perhitungan.
Pengendalian vektor penyakit merupakan tindakan pengendalian untuk
mengurangi atau melenyapkan gangguan yang ditimbulkan oleh binatang
pembawa penyakit, seperti lalat. Saat ini banyak sekali metode pengendalian lalat
yang telah dikenal dan dimanfaat kan oleh manusia. Prinsip dari metode
pengendalian lalat adalah pengendalian itu dapat mencegah perindukan lalat yang
dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan manusia. Penularan penyakit
dapat terjadi melalui semua bagian dari tubuh lalat seperti: bulu badan, bulu pada
anggota gerak, muntahan serta faecesnya. Dalam upaya pengendalian penyakit
menular tidak terlepas dari usaha peningkatan kesehatan lingkungan, salah satu
kegiatannya adalah pengendalian vektor penyakit.
Lalat adalah salah satu insekta ordo diptera yang mempunyai sepasang
sayap berbentuk membran. Saat ini telah ditemukan tidak kurang dari 60.000
sampai 100.000 spesies lalat. Namun tidak semua spesies ini perlu diawasi, karena
beberapa diantaranya tidak berbahaya bagi manusia ditinjau dari segi kesehatan.
Lalat umumnya mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil
yang digunakan untuk menjaga stabilitas saat terbang.Lalat sering hidup diantara
manusia dan sebagian jenis dapat menyebabkan penyakit yang serius.Lalat disebut
penyebar penyakit yang sangat serius karena setiap saat hinggap di suatu tempat,
kurang dari lebih 125.000 kuman yang jatuh ke tempat tersebut.Lalat sangat
mengandalkan penglihatan untuk bertahan hidup.Mata majemuk lalat terdiri atas
ribuanlensa dan sangat peka terhadap gerakan.Beberapa jenis lalat memiliki
penglihatan tiga dimensi yang akurat. Lalat banyak jenisnya, tetapi paling banyak
merugikan manusia adalah jenis lalat rumah Musca domestica. Lalat ini biasanya
hidup disekitar manusia dan aktivitas-aktivitas manusia. Jenis lalat penting dilihat
dari kesehatan masyarakat, karena dapat menularkan 100 jenis patogen yang dapat
mengakibatkan penyakit pada manusia. Beberapa penyakit akibat lalat antara lain
diarrhea, dysenterie basillaris, typhus abdominalis, amoebiasis, cholera, ascaris,
dan ancylostomiasis. Cara hidup, biologi, dan tingkah laku setiap spesies lalat
pada dasarnya antara satu dengan lainnya adalah sama. Tempat
perkembangbiakan lalat adalah tempat kotor. Pengetahuan tentang biologi,
tingkah laku dan jenis lalat akan membantu usaha pengendalian dan
penanggulangannya. Pemberantasan lalat melibatkan masyarakat secara
keseluruhan. Sampah sangat erat hubungannya dengan timbul dan
berkembangnya lalat itu sendiri. Oleh karena itu pemberantasan lalat akan
melibatkan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan sampah maka masalah lalat
juga merupakan masalah sosial. Karena itu dalam penanganannya perlu
melibatkan masyarakat secara bersama-sama. Sampah yang mudah membusuk
(garbage) merupakan media tempat berkembang biaknya lalat. Bahan-bahan
organic yang membusuk, baunya merangsang lalat untuk datang mengerumuni
karena bahan-bahan yang membusuk tersebut merupakan makanan mereka.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari praktikum pengendalian vektor dan tikus yaitu mengukur tingkat
kepadatan lalat ini mahasiswa sudah mampu mengetahui cara pengukuran tingkat
kepadatan lalat dan melakuakan praktek penghitungan,dapat di simpulkan dari
hasil praktikum adalah lokasi pertama halaman rumah pak syarif dengan
perhitungan indeks kepadatan lalat dihitung dari rata rata 5 perhitungan tertinggi
yaitu 0,8. Lokasi kedua halaman rumah pak amrul dengan perhitungan indeks
kepadatan lalat dihitung dari rata rata 5 perhitungan tertinggi yaitu 0,6. Lokasi ke
tiga halaman rumah pak bowo dengan perhitungan indeks kepadatan lalat dihitung
dari rata rata 5 perhitungan tertinggi yaitu 1,6. Lokasi ke empat halaman rumah
pak ferizal dengan perhitungan indeks kepadatan lalat dihitung dari rata rata 5
perhitungan tertinggi yaitu 0,6. Lokasi ke lima halaman rumah bu linda dengan
perhitungan indeks kepadatan lalat dihitung dari rata rata 5 perhitungan tertinggi
yaitu 6,8.
Sesaui SK Dirjen PPM & PLP No. 281-II/PD.03.04.LP.Ph 1989. Bila
kepadatan lalat di sekitar TPS melebihi 2 ekor perblok grils, perlu di lakukan
pemberantasan dan pengelolaan sampah. Di TPS/TPA bila kepadatan lalat
melebihi 20 ekor perblok harus dilakukan pemberantasan dan perbaikan cara-cara
pengelolaan sampah. Sedangkan pada tempat-tempat khusus seperti hotel, rumah
sakit, rumah makan, restauran, dan lain-lain di sarankan tidak ada lalat.
B. Saran
Jika di lakuakan pengamatan atau praktikum penghitungan lalat mahasiswa
tidak perlu terlalu dekat dekat fly girll karena jika mahasiswa berada dekat dengan
fly girll lalat tidak akan mau berhinggap pada sekitaran fly girll.
LAMPIRAN
I. TINJAUAN PUSTAKA
Ukuran nyamuk ini kecil sekali dan halus 4-13 mm. Pada kepala terdapat
probosis halus dan panjang yang melebihi panjang kepala. Pada nyamuk betina
probosis dipakai pada alat tusuk dan pengisap darah, sedang pada yang jantang
dipakai pada pengisap cairan tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan keringat. Dikiri
dan kanan probosis terdapat palpus yang terdiri dari 5 ruas dan sepasang antena
yang terdiri dari 15 segmen. Antena pada nyamuk jantang berambut lebat disebut
plumose dan pada betina rambutnya jarang disebut pilose. Bagian thoraks yang
kelihatan yaitu mesonotum sebagian besar ditutup dengan bulu halus. Bulu ini
mungkin berwarna putih atau kuning dan membentuk gambaran yang khas untuk
masing-masing feses.
Bagian posterior dari mesonotum terdapat skutelum yang berbentuk pada:
Setelah mengalami beberapa selang waktu itu antara 2-4 hari telur
menetas menjadi larva yang selalu hidup di dalam air. Tempat perindukkan
(Breeding place) untuk masing-masing spesies berlainan sebagai contoh seperti
pada beberapa tempat misalnya, rawa, kolam, sungai, sawah, komberan, dan
tempat yang di genangi air. Tempat yang sering sebagai tempat untuk masing-
masing spesies adalah seperti: got, saluran air bekas jejak kaki hewan, lubang-
lubang di pohon dan kaleng-kaleng. Larva terdiri dari 4 stadium dan untuk
memenuhi kebutuhannya spesies ini mengambil makanan dari tempat
perindukannya. Pertumbuhan larva dari stadium 1 sampai stadium 4 berlangsung
membutuhkan jangka waktu yaitu dalam waktu 6-8 hari pada Culex dan Aedes,
lain halnya pada mansonia pertumbuhan ini memerlukan waktu yang dibutuhkan
lamanya kira-kira 3 minggu. Larva ini, setelah mengalami waktu yang
dibutuhkan, kemudian menjadi stadium pupa. Stadium ini tidak makan, tapi
memerlukan oksigen yang di ambil melalui tabung pernafasan (breathing
trumpet). Untuk tumbuh menjadi dewasa diperlukan waktu 1-3 hari sampai
beberapa minggu. Sedangkan pupa jantan akan menetas lebih cepat daripada yang
betina, dan nyamuk yang jantan ini biasanya tidak perlu pergi jauh dari tempat
perindukan menunggu nyamuk betina untuk berpopulasi. Nyamuk betina akan
mengisap darah yang di perlukan untuk pembentukan telur ada berapa spesies
nyamuk yang tidak memerlukan darah untuk pembentukan telurnya. Hal ini
disebut autogen misalnya pada tokzominmymchits amboinensis.
A. Alat
1. Aspirator
2. Stopwatch
3. Alat tulis
5. Blanko survey
B. Bahan
1. Nyamuk
III. PROSEDUR KERJA
A. Hasil
Dari hasil yang didapatkan kita dapat menghitung kepadatan nyamuk di dalam
rumah, di luar rumah dan (MHD) Man Hour Density.
Perhitunganya :
= ______15_______
12 x 4 jam x 15/60 menit/detik
= 1.25
B. Pembahasan
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Musim hujan telah tiba dan perlu diwaspadai adanya genangan – genangan
air yang terjadi pada selokan yang buntu, gorong – gorong yang tidak lancar serta
adanya banjir yang berkepanjangan, perlu diwaspadai adanya tempat reproduksi
atau berkembangbiaknya nyamuk pada genangan – genangan tersebut sehingga
dapat mengakibatkan musim nyamuk telah tiba pula, itulah kata-kata yang
melakat pada saat ini. saatnya kita melakukan antisipasi adanya musim nyamuk
dengan cara pengendalian nyamuk dengan pendekatan perlakukan sanitasi
lingkungan atau non kimiawi yang tepat sangat diutamakan sebelum dilakukannya
pengendalian secara kimiawi. Ada beberapa tips tentang pengendalian nyamuk,
yaitu bisa dilakukan dengan pada saat pra dewasa (larva / jentik) dan pada saat
nyamuk dewasa.
I. Pengendalian Non Kimiawi :
a. Pada Larva / Jentik Nyamuk:
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aspirator
Pengambilan Nyamuk Dengan
Umpan Badan Menggunakan
Aspirator
LAPORAN PRAKTIKUM IV
PENYEMPROTAN VEKTOR
I. TINJAUAN PUSTAKA
A. Alat
1. Spraycan
B. Bahan
1. Larutan pestisida
2. Stopwatch
3. Alat tulis
III PROSEDUR KERJA
A. Hasil
Maka hasil dari praktikum penyemprotan vektor :
No Nama Waktu
B. Pembahasan
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh
Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk
aseksual di dalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam,
menggigil, anemia, dan splenomegali. Dapat berlangsung akut ataupun kronik.
Vektor dari penyakit ini adalah nyamuk Anopheles sp.
Untuk mencegah terjadinya peningkatan angka morbiditas terhadap
penyakit tersebut maka perlu dilakukannya upaya pengendalian pada vektor
tersebut. Salah satu pengendalian yang biasa digunakan adalah Spraycan.
Spraycan atau Hand Sprayer merupakan alat semprot larutan insektisida
pengendali vektor nyamuk Anophles penyebab penyakit Malaria. Pengaplikasian
Spraycan digunakan pada permukaan dinding, baik dinding yang terbuat dari bata,
anyaman bambu, kayu/triplek, maupun bahan dasar lainnya.
Sebelum menggunakan Spraycan, hendaknya perlu dilakukan kalibrasi pada
alat tersebut guna mencegah kerusakan pada saat pemakaian berlangsung. Bahan
kimia yang biasa digunakan adalah pestisida yang nantinya akan dilarutkan
dengan air sebanyak 8,5 liter.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arsin. Andi Arsunan. 2012. Malaria di Indonesia Tinjauan Aspek
Epidemiologi. Masagena Press. Makassar.
FOGGING
I. TINJAUAN PUSTAKA
A. Alat
a. Alat Pelindung
b. Fogging
B. Bahan
1. Pestisida cair
A. Hasil
QC = SA
Q. 50 g/l = 7 x 2,5 %
Q. 50 g/l = 17,5 %
0,175
Q = 50
¿
¿
Q = 0,0035 ml
= 10 ml
B. Pembahasan
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Judarwanto,Widodo.2007. foggingvektor. http://indonesiaindonesia.com/f/2
010/01/21/ciri-ciri-nyamuk-aedes pembasmiannya/. Diakses pada
Kamis, 30 Januari 2020, Pukul 14.00 WIB
LAMPIRAN