Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

K3 KEPERAWATAN
PENGELOLAAN B3 DI RUMAH SAKIT

DOSEN : SRI NURINDASARI, S.Kep.,M.Kes

DI SUSUN OLEH :
ABDUL JABAR (223010060)
MUTTAQIN (223010062)
FATMAWATI(223010061)

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS PATRIA ARTHA GOWA


2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan utama penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah K3
Keperawatan dengan tema “PENGELOLAAN B3 DI RUMAH SAKIT”.

Saya ucapkan terima kasih kepada ibu Sri Nurindasari, S.Kep.,M.Kes selaku dosen,
dan kepada semua pihak yang membantu dalam penulisan makalah ini dari awal hingga selesai.

Saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah, dan saya juga
mengharapkan kritik serta saran yang dapat membangun untuk perbaikan makalah.

Gowa, 11 Juli 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................ 1
B. TUJUAN ..........................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 3
A. PENGERTIAN LIMBAH B3 ............................................................................................ 3
B. KEBIJAKAN LIMBAH B3 ................................................................................................ 3
C. JENIS-JENIS LIMBAH B3 .............................................................................................. 4
D. KARAKTERISTIK LIMBAH B3 .......................................................................................5
E. DAMPAK ATAU BAHAYA LIMBAH B3 ..........................................................................6
BAB III PENGELOLAAN LIMBAH B3 DI RUMAH SAKIT ....................................................8
A. KATEGORI LIMBAH B3 DI RS ......................................................................................8
B. PENGELOLAAN LIMBAH B3 DI RS............................................................................9
BAB IV KESIMPULAN ......................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan sarana utama untuk menunjang dan meningkatkan Kesehatan
masyarakat. Hal ini sesuai dengan pasal 34 ayat (3) UUD 1945 bahwa “Negara bertan ggung
jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan Kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”.
Sebagai sarana peningkatan kesehatan rumah sakit terdiri dari beberapa bagian yang saling
berinteraksi dan berintegrasi. Bagian tersebut adalah balai pengobatan, tempat dapur, laundry,
pengolahan sampah dan limbah, serta penyelenggaraan Pendidikan dan pelatihan.
Dalam pelaksanaannya semua elemen yang ada di rumah sakit, berperan sebagai sumber
penghasil limbah. Limbah yang dihasilkan digolongkan ke dalam limbah medis. Dilihat dari
keberadaannya limbah rumah sakit dapat memberi dampak negative dan mendatangkan
pencemaran dari suatu proses kegiatan. Hal ini akan terjadi apabila limbah yang dihasilkan tidak
dikelola dengan baik. Di negara berkembang seperti Indonesia limbah medis belum mendapat
perhatian yang cukup. Limbah medis masih ditangani dan dibuang Bersama dengan limbah
domestic atau dengan menggunakan insenerator dalam skala kecil. Karena rendahnya
pengetahuan dan tata cara pengelolaan limbah medis, maka dibutuhkan suatu pembinaan,
pengawasan dan pengendalian dari pengelola rumah sakit. Hal ini bertujuan untuk dapat
menjabarkan berbagai efek merugikan dari limbah medis. Di samping itu juga diperlukan
pedoman tentang tata cara pengelolaan limbah medis agar dapat mengurangi efek yang
merugikan terhadap lingkungan.
Di dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
didefinisikan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan Kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jala, dan gawat darurat. Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan Kesehatan yang
melaksanakan pelayanan Kesehatan, sekaligus sebagai Lembaga Pendidikan tenaga Kesehatan
dan penelitian, ternyata memiliki dampak positif dan negative terhadap lingkungan di sekitarnya.
Dampak yang dimaksud diantaranya penggunaan bahan berbahaya dan beracun (B3),
ditemukannya limbah bahan kimia kadaluwarsa yang semakin meningkat dan tersebar luas.
Apabila hal tersebut tidak dikelola dengan baik, maka dapat menimbulkankerugian terhadap
Kesehatan manusia, makhluk hidup, dan lingkungan hidup. Kerugian tersebut dapat berupa
pencemaran udara,tanah, air dan laut. Oleh karenanya perlu upaya penyehatan lingkungan
rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dan petugas rumah sakit akan bahaya
pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit. Salah satu bentuk penyehatan
yang bisa dilakukan adalah dengan mengelola dan mengawasi limbah medis yang dihasilkan
disetiap rumah sakit.

1
B. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui tatacara pengelolaan dan
pengawasan limbah padat bahan berbahaya dan beracun (B3) di rumah sakit.
Untuk mengetahui prinsip pengolahan limbah B3 agar tidak ada kesalahan dalam
pengolahan limbah B3.
Untuk memahami dampak limbah B3 terhadap Kesehatan manusia serta lingkungan hidup.
Untuk memahami tata cara pengolahan limbah B3 yang baik dan benar sehingga tidak
berbahaya bagi Kesehatan manusia serta lingkungan hidup.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Limbah B3
Kata B3 merupakan akronim dari bahan beracun dan berbahaya. Oleh karena itu,
pengertian limbah B3 dapat diartikan sebagai suatu buangan atau limbah yang sifat dan
konsentrasinya mengandung zat yang beracun dan berbahaya sehingga secara langsung
maupun tidak langsung dapat merusak lingkungan, mengganggu kesehatan, dan mengancam
kelangsungan hidup manusia serta organisme lainya. Limbah B3 bukan hanya dapat dihasilkan
dari kegiatan industri. Kegiatan rumah tangga juga menghasilkan beberapa limbah jenis ini.
Beberapa contoh limbah
B3 yang dihasilkan rumah tangga domestik) di antaranya bekas pengharum ruangan,
pemutih pakaian, deterjen pakaian, pembersih kamar mandi, pembesih kaca/jendela, pembersih
lantai, pengkilat kayu, pembersih oven, pembasmi serangga, lem perekat, hair spray, dan batu
baterai.

B. Kebijakan Limbah B3
• Mencegah Indonesia sebagai negara tujuan tempat pembuangan limbah B3.
• Meningkatnya penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun pada kegiatan
perindustrian, pertambangan, kesehatan, rumah tangga dll;
• Meningkatnya pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan limbah B3 terhadap
lingkungan.
• Meningkatkan upaya pengendalian pencemaran lingkungan yang berpotensi
menghasilkan limbah B3.
Pasal 59 UU 32/2009 Ayat 1 - 4
1. Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3
yang dihasilkan.
2. Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan limbah B3,
pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain.
3. Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
4. Menteri, Gubernur, Atau Bupati/Walikota wajib mencantumkan persyaratan
lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban yang harus dipatuhi pengelola
limbah B3 dim izin.
Pasal 69 UU 32/2009 Ayat 1 Setiap orang dilarang:
1. Memasukkan B3 yang dilarang menurut per-UU ke dalam wilayah NKRI
2. Memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah NKRI ke media lingkungan hidup
NKRI (Pasal penjelasan : kecuali bagi yg diatur dalam peraturan per-uu)
3. Memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah NKRI
4. Membuang limbah ke media lingkungan hidup
5. Membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup

3
Peraturan dan Dasar Hukum Pengelolaan Limbah B3
PERATURAN TENTANG
UU 32/2009 (Pasal 58 – 61)
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup UU 23/2014
Pemerintahan Daerah PP 38/2007
Pembagian Urusan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kab/Kota
PP 27/2012
Izin Lingkungan PP 101/2014
Pengelolaan Limbah B3

Kep. Ka. Bapedal Nomor : Kep- 01/BAPEDAL/09/1995


Tata Cara & Persyaratan Teknis Penyimpanan & Pengumpulan Limbah B3 Kep. Ka.
Bapedal Nomor : Kep- 02/BAPEDAL/09/1995
Dokumen Limbah B3
Kep. Ka. Bapedal Nomor : Kep- 03/BAPEDAL/09/1995 Persyaratan Teknis Pengolahan
Limbah B3
Kep. Ka. Bapedal Nomor : Kep- 04/BAPEDAL/09/1995
Tata Cara Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan dan
Lokasi Penimbunan Limbah B3
Kep. Ka. Bapedal Nomor : Kep- 02/BAPEDAL/01/98 Tata Laksana Pengawasan
Pengelolaan Limbah B3

C. Jenis-jenis Limbah B3
Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :

1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik. Limbah ini tidak berasal dari proses utama,
melainkan dari kegiatan pemeliharaan alat, inhibitor korosi, pelarutan kerak,
pencucian, pengemasan dan lain-lain.
2. Limbah B3 dari sumber spesifik. Limbah ini berasal dari proses suatu industri
(kegiatan utama).
3. Limbah B3 dari sumber lain. Limbah ini berasal dari sumber yang tidak diduga,
misalnya prodak kedaluwarsa, sisa kemasan, tumpahan, dan buangan produk yang
tidak memenuhi spesifikasi.

D. Karakteristik Limbah B3

4
Suatu limbah tergolong sebagai bahan berbahaya dan beracun jika ia memiliki sifat-
sifat tertentu, di antaranya mudah meledak, mudah teroksidasi, mudah menyala,
mengandung racun, bersifat korosifmenyebabkan iritasi, atau menimbulkan gejala- gejala
kesehatan seperti karsinogenik, mutagenik, dan lain sebagainya.a. Mudah meledak
(explosive)
Limbah mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan tekanan standar dapat
meledak karena dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi lewat reaksi
fisika atau kimia sederhana. Limbah ini sangat berbahaya baik saat penanganannya,
pengangkutan, hingga pembuangannya karena bisa menyebabkan ledakan besar tanpa
diduga-duga. Adapun contoh limbah B3 dengan sifat mudah meledak misalnya limbah
bahan eksplosif dan limbah laboratorium seperti asam prikat.
1. Pengoksidasi (oxidizing)

Limbah pengoksidasi adalah limbah yang dapat melepaskan panas karena


teroksidasi sehingga menimbulkan api saat bereaksi dengan bahan lainnya. Limbah
ini jika tidak ditangani dengan serius dapat menyebabkan kebakaran besar pada
ekosistem.
Contoh limbah b3 dengan sifat pengoksidasi misalnya kaporit.
2. Mudah menyala (flammable)

Limbah yang memiliki sifat mudah sekali menyala adalah limbah yang dapat
terbakar karena kontak dengan udara, nyala api, air, atau bahan lainnya meski dalam
suhu dan tekanan standar. Contoh limbah B3 yang mudah menyala misalnya pelarut
benzena, pelarut toluena atau pelarut aseton yang berasal dari industri cat, tinta,
pembersihan logam, dan laboratorium kimia.
3. Beracun (moderately toxic)
Limbah beracun adalah limbah yang memiliki atau mengandung zat yang
bersifat racun bagi manusia atau hewan, sehingga menyebabkan keracunan, sakit,
atau kematian baik melalui kontak pernafasan, kulit, maupun mulut. Contoh limbah
b3 ini adalah limbah pertanian seperti buangan pestisida.
4. Berbahaya (harmful)

Limbah berbahaya adalah limbah yang baik dalam fase padat, cair maupun gas
yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu
melalui kontak inhalasi ataupun oral.
5. Korosif (corrosive)
Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang memiliki ciri dapat
menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan pengkaratan pada baja, mempunyai
pH ≥ 2 (bila bersifat asam) dan pH ≥ 12,5 (bila bersifat basa). Contoh limbah B3
dengan ciri korosif misalnya, sisa asam sulfat yang digunakan dalam industri baja,
limbah asam dari baterai dan accu, serta limbah pembersih sodium hidroksida pada
industri logam.

5
6. Bersifat iritasi (irritant)
Limbah yang dapat menyebabkan iritasi adalah limbah yang menimbulkan
sensitasi pada kulit, peradangan, maupun menyebabkan iritasi pernapasan, pusing,
dan mengantuk bila terhirup.
Contoh limbah ini adalah asam formiat yang dihasilkan dari industri karet.
7. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
Limbah dengan karakteristik ini adalah limbah yang dapat menyebabkan
kerusakan pada lingkungan dan ekosistem, misalnya limbah CFC atau
Chlorofluorocarbon yang dihasilkan dari mesin pendingin.
8. Karsinogenik (carcinogenic), Teratogenik (teratogenic), Mutagenik (mutagenic

Limbah karsinogenik adalah limbah yang dapat menyebabkan timbulnya sel


kanker, teratogenik adalah limbah yang mempengaruhi pembentukan embrio,
sedangkan limbah mutagenik adalah limbah yang dapat menyebabkan perubahan
kromosom.

E. Dampak atau Bahaya Limbah B3


Limbah B3 masuk kelingkungan melalui media air, tanah, udara, dan hewan/biota
yang mempengaruhi secara kontinyu dan tidak kontinyu, bertahap dan seketika, teratur dan
tidak teratur. Limbah B3 meracun imakhluk hidup melalui rantai makanan sehingga
menyebabkan organisme (tumbuhan, hewan dan manusia) terpapar oleh zat-zat beracun.
Pengaruh Limbah B3 terhadap Kesehatan dan Lingkungan dengan karakteistik yang
dimilikinya, B3 mempengaruhi kesehatan dengan mencelakakan manusia secara langsung
(akibat ledakan, kebakaran, reaktif dan korosif) dan maupun tidak langsung (toksi kakut dan
kronis) bagi manusia.Zat toksik yang dihasilkan oleh limbah B3 masuk ketubuh manusia
melalui:

• Oral yaitu melalui mulut dan kemudian saluran pencernaan, sulit mencapai peredaran
darah;
• Inhalasi yaitu melalui saluran pernapasan, bersifat cepat memasuki peredaran darah;
• Dermal yaitu melalui kulit sehingga mudah masuk ke dalam peredaran darah;
• Peritonial yaitu melalui suntikan, langsung memasuki peredaran
Ada 4 proses yang dialami bahan beracun di dalam organisme, yaitu absorbsi,
distribusi, metabolism dan sekresi. Untuk mengetahui efek negative bahan toksikan
tersebut di dalam tubuh, perlu diketahui perihal zat toksik dan system biologis manusia
serta interaksi antara keduanya. Zat toksik akan dibawa oleh darah dan di distribusikan
keseluruh tubuh dan kemudian mengganggu organ tubuh antara lain: keracunan
neurotaksik, zat toksik akan dibawa menuju otak,atau zat toksik akan ditimbun dan diproses
pada jaringan lemak, otot, tulang, syaraf, liver, pankreas, usus dan kemudian setelah
melalui proses- sisanya akan disekresikan keluar tubuh.

6
Pengaruh limbah B3 terhadap mahluk hidup, khususnya manusia terdiri atas 2
kategori yaitu: (1) efekakut, dan (2) efekkronis. Efekakut dapat menimbulkan akibat
berupakerusakan susunan syaraf, kerusakan system pencernaan, kerusakan system
kardiovasculer, kerusakan system pernafasan, kerusakan pada kulit, dan kematian.
Sementaraitu, efekkronis dapat menimbulkan efek karsinogenik (pendorong terjadinya
kanker), efekmutagenik (pendorong mutasi sel tubuh), efekteratogenik (pendorong
terjadinyacacat bawaan), dan kerusakan system reproduksi. Bagian organ tubuh yang
terkena pengaruh adalah: Ginjal (umumnya disebabkan zat toksik Cadmium); – Tulang
(umumnya disebabkan zat toksik Benzene); – Otak (umumnya disebabkan zat toksik Methyl
Mercury); – Liver (umumnya disebabkan zat toksik Carbon – Tetrachlorida); Paru-paru
(umumnya disebabkan zat toksik Paraquat); – Mata (umumnya disebabkan zat toksik
Khloroquin).

7
BAB III
PENGELOLAAN LIMBAH B3 DI RUMAH SAKIT

A. Kategori Limbah B3 di RS
Limbah medis yang dihasilkan ini juga merupakan limbah B3. Limbah B3 medis
dikategorikan menjadi :
1. Limbah infeksius,
Limbah infeksius adalah Limbah yang terkontaminasi organisme patogen yang
tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan
virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.
Termasuk dalam kelompok limbah infeksius yaitu:
a. darah dan cairan tubuh,
b. Limbah laboratorium yang bersifat infeksius,
c. Limbah yang berasal dari kegiatan isolasi, dan
d. Limbah yang berasal dari kegiatan yang menggunakan hewan uji. Limbah
infeksius berupa darah dan cairan tubuh meliputi:
1) Darah
2) Serum,
3) Plasma, dan
4) Komponen darah lainnya. Cairan tubuh:
a) Semen,
b) Sekresi vagina,
c) Cairan serebrospinal,
d) Cairan pleural,
e) Cairan peritoneal,
f) Cairan perikardial,
g) Cairan amniotik, dan
h) Cairan tubuh lainnya yang terkontaminasi darah.
Tidak termasuk dalam kelompok cairan tubuh yaitu:

a) Urin, kecuali terdapat darah,


b) Feses, Kecuali Terdapat Darah, Dan
c) Muntah, Kecuali Terdapat Darah
2. Limbah patologi,
Limbah patologis adalah Limbah berupa buangan selama kegiatan operasi,
otopsi, dan/atau prosedur medis lainnya termasuk jaringan, organ, bagian tubuh,
cairan tubuh, dan/atau spesimen beserta kemasannya.
3. Limbah benda tajam,
Limbah benda tajam merupakan Limbah yang dapat menusuk dan/atau
menimbulkan luka dan telah mengalami kontak dengan agen penyebab infeksi.

8
4. Limbah farmasi,
Limbah farmasi merupakan limbah yang dihasilkan dari instalasi farmasi
misalnya obat kadaluarsa, obat terkontaminasi.
5. Limbah sitotoksis,

Limbah sitotoksik adalah Limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan
dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai
kemampuan untuk membunuh dan/atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
Termasuk dalam kelompok Limbah sitotoksik yaitu Limbah genotoksik yang
merupakan Limbah bersifat sangat berbahaya, mutagenik (menyebabkan mutasi
genetik), teratogenik (menyebabkan kerusakan embrio atau fetus), dan/atau
karsinogenik (menyebabkan kanker). Genotoksik berarti toksik terhadap asam
deoksiribo nukleat (ADN), dan Sitotoksik berarti toksik terhadap sel.
6. Limbah kimiawi,
Limbah kimiawi adalah limbah B3 yang bersifat kimiawi misalnya larutan fixer,
limbah bahan kimia kadaluarsa.
7. Limbah radioaktif,
Limbah radioaktif merupakan limbah yang bersifat radioaktif yang biasanya
dihasilkan dari proses rontgen.
8. Limbah kontainer bertekanan, dan
Limbah kontainer bertekanan merupakan limbah dari kegiatan yang
menggunakan tabung bertekanan, contohnya limbah tabung gas.
9. Limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi

Limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi maksudnya adalah limbah
B3 yang memiliki atau emngandung logam berat contohnya termometer merkuri dan
Sphygmomanometer merkuri.

B. Pengelolaan Limbah B3 di RS
1. Pengurangan dan Pemilahan Limbah B3

Tata cara pengurangan dan pemilahan limbah tentang tata cara dan
persyaratan teknis pengelolaan limbah B3 dari fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu:
a. Sumber daya Pengelolaan
Petugas pengelolaan limbah B3 harus melakukan pelatihan khusus
mengenai pengelolaan limbah B3 yang aman dan benar sesuai dengan PP 101
Tahun 2014 yang baik untuk Puskesmas, serta Puskesmas menyediakan
sarana perlengkapan untuk keselamatan petugas yang berupa APD ( Alat
Pelindung Diri) di berikan yaitu : masker, rompi, sepatu boot dan sarung tangan.

9
b. Pemilahan
Pemilahan merupakan tahapan penting dalam pengelolaan limbah.
Berikut ini merupakan tujuan dari pemilahan, yaitu:

1) Pemilahan yang sesuai dengan karakteristik limbah agar tidak


tercampur.
2) Penempelan pada simbol dan label pada kemasaan di setiap jenis
limbah.
3) Memberikan lampiran jenis-jenis karakteristik limbah B3 pada setiap
tempat pemilahan limbah.
4) Pemilahan limbah wajib dilaksanakan setiap hari.

c. Penyimpanan
Penyimpanan limbah B3 yang dihasilkan dari fasilitas pelayanan
Kesehatan sebaiknya dilakukan pada bangunan terpisah dari bangunan utama.
Jika tidak tersedia bangunan terpisah, penyimpanan dapat dilakukan didalam
bangunan utama, apabila :
• Kondisi tidak memungkinkan untuk melakukan pembangunan terpisah
dari bagian utama.
• Akumulasi limbah yang dihasilkan relatif kecil.
d. Pengolahan

Jenis perlakuan terhadap limbah B3 bergantung dari karakteristik dan


kandungan limbah. Perlakuan Limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan
dengan proses, yaitu:
1) Proses desinfeksi proses pengolahan dengan tujuan membunuh kuman
atau bakteri yang ada dalam air.
2) Proses insinerasi, dengan cara pembakaran materi limbah
menggunakan alat khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran
harus mencapai 99,99%, atau lebih. Artinya, jika suatu materi limbah B3
ingin dibakar (insinerator) dengan berat 100kg, maka abu sisa
pembakaran tidak melebihi 0,01 kg atau 10 gram.

2. Penyimpanan Limbah B3
a. Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Penyimpanan
Limbah B3.
b. Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 dilarang melakukan pencampuran
Limbah B3 yang disimpannya.
c. Untuk dapat melakukan Penyimpanan Limbah B3, wajib memiliki izin
Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3.
d. Untuk dapat memperoleh izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Penyimpanan Limbah B3:
• wajib memiliki Izin Lingkungan; dan

10
• harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada bupati/wali kota
dan melampirkan persyaratan izin.

Syarat-syarat Tempat Penyimpanan Limbah B3


a. lokasi Penyimpanan Limbah B3:
• harus bebas banjir; dan
• tidak rawan bencana alam;
• harus berada di dalam penguasaan Setiap Orang yang menghasilkan
Limbah B3.
b. fasilitas Penyimpanan Limbah B3 yang sesuai dengan jumlah Limbah B3,
karakteristik Limbah B3, dan dilengkapi dengan upaya pengendalian
Pencemaran Lingkungan Hidup:
• bangunan:desain dan konstruksi yang mampu melindungi Limbah B3 dari
hujan dan sinar matahari; memiliki penerangan dan ventilasi; dan memiliki
saluran drainase dan bak penampung.
• tangki dan/atau kontainer;
• tangki dan/atau kontainer;
• tempat tumpukan limbah (waste pile);
• waste impoundment; dan/atau
• bentuk lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
c. peralatan penanggulangan keadaan darurat paling sedikit meliputi:
• alat pemadam api; dan
• alat penanggulangan keadaan darurat lain yang sesuai.

3. Pengangkutan Limbah B3
Pengangkutan yang tepat merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan
limbah dari kegiatan fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam pelaksanaannya dan
untuk mengurangi risiko terhadap personil pelaksana, maka diperlukan pelibatan
seluruh bagian meliputi bagian perawatan dan pemeliharaan fasilitas pengelolaan
limbah fasilitas pelayanan kesehatan, bagian house keeping, maupun kerjasama
antar personil pelaksana.
Pengangkutan Limbah B3 dilakukan oleh:
a. Penghasil Limbah B3 terhadap Limbah B3 yang dihasilkannya dari lokasi
Penghasil Limbah B3 ke:
• Tempat Penyimpanan Limbah B3 yang digunakan sebagai depo
pemindahan; atau
• Pengolah Limbah B3 yang memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk
kegiatan Pengolahan Limbah B3;
b. Pengangkut Limbah B3 yang memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk
Kegiatan Pengangkutan Limbah B3, jika Pengangkutan Limbah B3 dilakukan di
luar wilayah kerja fasilitas pelayanan kesehatan.

11
Pengangkutan Limbah B3 dilakukan dengan menggunakan kendaraan
bermotor roda 4 (empat) atau lebih; dan/atau roda 3 (tiga)
Pengangkutan Limbah B3 menggunakan kendaraan bermotor roda 3 (tiga)
hanya dapat dilakukan oleh Penghasil Limbah B3 terhadap Limbah B3 yang
dihasilkannya dari lokasi Penghasil Limbah B3 ke tempat Penyimpanan Limbah B3
yang digunakan sebagai depo pemindahan atau menuju pengolah Limbah B3 yang
memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3.
Pengangkutan Limbah B3 menggunakan kendaraan bermotor roda 3 (tiga)
harus memenuhi persyaratan meliputi :
a. Kendaraan bermotor milik sendiri atau barang milik negara;
b. Limbah B3 wajib ditempatkan dalam bak permanen dan tertutup di belakang
pengendara dengan ukuran:
• Lebar lebih kecil dari 120 (seratus dua puluh) sentimeter; dan
• Tinggi lebih kecil dari atau sama dengan 90 (sembilan puluh) sentimeter
terukur dari tempat duduk atau sadel pengemudi;
c. Wadah permanen limbah B3 sebagaimana dimaksud pada huruf b dilekati
simbol sesuai karakteristik limbah B3;
d. Limbah B3 wajib diberi kemasan sesuai persyaratan kemasan limbah B3; dan
e. Ketentuan mengenai kapasitas daya angkut limbah B3 dan spesifikasi alat
angkut limbah
B3 mengikuti peraturan perundang-undangan mengenai angkutan jalan.
Pengangkutan Limbah B3 harus mendapatkan persetujuan Pengangkutan Limbah B3
yang diterbitkan oleh Kepala Instansi Lingkungan Hidup provinsi, jika Pengangkutan
Limbah B3 dilakukan lintas kabupaten/kota dalam wilayah provinsi; atau
kabupaten/kota, jika Pengangkutan Limbah B3 dilakukan dalam wilayah
kabupaten/kota. Untuk mendapatkan persetujuan Pengangkutan Limbah B3,
Penghasil Limbah B3 menyampaikan permohonan secara tertulis kepada Kepala
Instansi Lingkungan Hidup dengan melampirkan:
a. Identitas pemohon;
b. Nama, sumber, karakteristik, dan jumlah limbah B3 yang akan diangkut;
c. Nama personel yang:
• Pernah mengikuti pelatihan pengelolaan limbah B3; atau
• Memiliki pengalaman dalam pengelolaan limbah B3.
d. Dokumen yang menjelaskan tentang alat angkut limbah B3; dan
e. Tujuan pengangkutan limbah B3 berupa dokumen kerjasama antara penghasil
limbah B3 dengan:
• Pemegang izin penyimpanan limbah B3 yang digunakan sebagai depo
pemindahan; dan/atau
• Pengolah limbah B3 yang memiliki izin pengelolaan limbah B3 untuk
kegiatan pengolahan limbah B3.
Apabila disetujui, Kepala Instansi Lingkungan Hidup menerbitkan surat
persetujuan Pengangkutan Limbah B3 dengan masa berlaku persetujuan selama 5
(lima) tahun dan dapat diperpanjang yang paling sedikit memuat:

12
a. Identitas Penghasil Limbah B3 yang melakukan Pengangkutan Limbah B3;
b. Nomor registrasi, nomor rangka, dan nomor mesin alat angkut Limbah B3;
c. Nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang akan diangkut;
d. Tujuan pengangkutan Limbah B3;
e. Kode manifes Limbah B3; dan
f. Masa berlaku persetujuan Pengangkutan Limbah B3. Pengangkutan Limbah B3
wajib:
• Menggunakan alat angkut Limbah B3 yang telah mendapatkan Izin
Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengangkutan Limbah B3
dan/atau persetujuan;
• Menggunakan simbol Limbah B3; dan Contoh Alat angkut untuk
pengumpulan Limbah B3 medis
• Dilengkapi manifes Limbah B3. Manifes Limbah B3 paling sedikit memuat
informasi mengenai:
o Kode manifes Limbah B3;
o Nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang akan
diangkut;
o Identitas Pengirim Limbah B3, Pengangkut Limbah B3, dan
Penerima Limbah B3; dan
o Alat angkut Limbah B3
Sebelum dilakukan pengangkutan, terlebih dahulu dilakukan pengumpulan
limbah di tempat kegiatan kegiatan yang merupakan bagian dari kegiatan
penyimpanan.
Pengumpulan Limbah, yang merupakan bagian dari kegiatan penyimpanan,
yang dilakukan oleh penghasil Limbah sebaiknya dilakukan dari ruangan ke ruangan
pada setiap pergantian petugas jaga, atau sesering mungkin. Waktu pengumpulan
untuk setiap kategori limbah harus dimulai pada setiap dimulainya tugas jaga yang
baru. Pengumpulan terbagi menjadi dua yaitu :
a. Pengumpulan Setempat (on-site).
Limbah harus dihindari terakumulasi pada tempat dihasilkannya. Kantong
limbah harus ditutup atau diikat secara kuat apabila telah terisi 3/4 (tiga per
empat) dari volume maksimalnya. Beberapa hal yang harus dilakukan oleh
personil yang secara langsung melakukan penangan Limbah antara lain:
• Limbah yang harus dikumpulkan minimum setiap hari atau sesuai
kebutuhan dan diangkut ke lokasi pengumpulan.
• Setiap kantong Limbah harus dilengkapi dengan simbol dan label sesuai
kategori Limbah, termasuk informasi mengenai sumber Limbah.
• Setiap pemindahan kantong atau wadah Limbah harus segera diganti
dengan kantong atau wadah Limbah baru yang sama jenisnya.
• Kantong atau wadah Limbah baru harus selalu tersedia pada setiap lokasi
dihasilkannya Limbah.
• Pengumpulan Limbah radioaktif harus dilakukan sesuai peraturan
perundang- undangan di bidang ketenaganukliran.
b. Pengangkutan insitu.

13
Pengangkutan Limbah pada lokasi fasilitas pelayanan kesehatan dapat
menggunakan troli atau wadah beroda. Alat pengangkutan Limbah harus
memenuhi spesifikasi:

• Mudah dilakukan bongkar-muat Limbah,


• Troli atau wadah yang digunakan tahap goresan limbah beda tajam, dan
• Mudah dibersihkan. Alat pengangkutan Limbah insitu harus dibersihkan
dan dilakukan desinfeksi setiap hari menggunakan desinfektan yang tepat
seperti senyawa klorin, formaldehida, fenolik, dan asam.
Personil yang melakukan pengangkutan Limbah harus dilengkapi dengan
pakaian yang memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja.
Pengumpulan dan pengangkutan Limbah insitu harus dilakukan secara efektif
dan efisien dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut:

• Jadwal pengumpulan dapat dilakukan sesuai rute atau zona.


• Penunjukan personil yang bertanggung jawab untuk setiap zona atau
area.
• Perencanaan rute yang logis, seperti menghindari area yang dilalui
banyak orang atau barang.
• Rute pengumpulan harus dimulai dari area yang paling jauh sampai
dengan yang paling dekat dengan lokasi pengumpulan limbah.

4. Pengelolaan Limbah B3 di Rumah Sakit


Pengelolaan limbah bahan berbahaya ini memang memiliki potensi besar
mencemari ekosistem. Namun dengan metode yang tepat, dampak negatif dari
limbah B3 bisa ditekan. Menurut penjelasan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Buleleng, berikut beberapa metode untuk mengelola limbah B3.
a. Pengelolaan dengan Cara Kimiawi
Pengelolaan limbah dengan cara kimiawi dilakukan untuk menghilangkan
partikel yang sulit mengendap, logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik
beracun. Cara ini dilakukan dengan bantuan bahan kimia tertentu tergantung
jenis dan kadar limbahnya.
Pengolahan limbah B3 dengan bahan kimia umumnya dilakukan
menggunakan metode stabilisasi/ solidifikasi. Metode ini adalah proses
mengubah bentuk fisik dan atau senyawa kimia dengan menambah bahan
pengikat atau zat pereaksi tertentu. Penambahan zat tersebut bertujuan untuk
memperkecil kelarutan, pergerakan, dan penyebaran racun limbah sebelum
dibuang.
Contoh bahan yang digunakan untuk proses stabilisasi/ solidifikasi yaitu
semen, kapur, dan bahan termoplastik. Beberapa kelebihan dari proses
pengelolaan secara kimiawi, antara lain; tidak terpengaruh polutan yang
beracun atau toksik dan tidak bergantung pada perubahan konsentrasi.

14
b. Pengelolaan dengan Cara Fisik
Pengelolaan limbah B3 dengan cara fisik ini dilakukan dengan penyisihan
bahan tersuspensi berukuran besar dan mudah mengendap atau mengapung.
Metode ini biasanya digunakan untuk menyisihkan bahan yang mengapung
seperti minyak dan lemak. Cara ini juga digunakan untuk menyisihkan bahan
tersuspensi atau pemekatan lumpur endapan dengan memberikan aliran udara
ke atas.
c. Pengelolaan dengan Cara Biologi
Cara pengelolaan limbah B3 lainnya yaitu menggunakan cara biologi.
Metode ini dikenal juga dengan istilah bioremediasi dan fitoremediasi.
Bioremediasi adalah pengelolaan limbah menggunakan bakteri atau
mikroorganisme lain untuk mengurai limbah B3. Sementara fitoremediasi
adalah pengelolaan limbah menggunakan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan
mengakumulasi bahan beracun dari tanah.
Kedua cara tersebut memiliki manfaat yang sama yakni untuk mengatasi
pencemaran lingkungan akibat limbah B3 dengan biaya yang relatif lebih murah
dibandingkan metode kimia dan fisik. Bamun cara ini memiliki kekurangan
karena membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membersihkan limbah
dalam jumlah besar.
Penggunaan metode biologi juga dikhawatirkan bisa membawa senyawa
beracun dalam rantai makanan di ekosistem tersebut.
Cara Pembuangan Limbah B3

Selain pengelolaan limbah B3, hal lain yang juga perlu diperhatikan yaitu terkait
pembuangan limbah berbahaya ini. Mengutip dari dlh.bulelengkab.go.id, berikut
beberapa cara pembuangan limbah B3.
a. Sumur Dalam atau Sumur Injeksi
Cara pertama yang bisa dilakukan untuk membuang limbah yaitu dengan
metode sumur dalam atau sumur injeksi. Cara ini dilakukan dengan memompa
limbah melalui pipa ke lapisan batuan yang dalam. Limbah tersebut nantinya
akan terperangkap di lapisan tersebut sehingga tidak mencemari tanah atau air.
Namun cara pembuangan ini masih menjadi kontroversi dan perlu pengkajian
lebih lanjut terkait dampak yang mungkin akan ditimbulkan. Hal penting yang
perlu diperhatikan jika ingin menggunakan metode ini yaitu terkait pemilihan
tempat. Pastikan memilih tempat yang mempunyai struktur dan kestabilan
geologi serta hidrogeologi yang sesuai.
b. Kolam Penyimpanan
Metode pembuangan limbah B3 lainnya yaitu menggunakan kolam
penyimpanan. Kolam tersebut dilapisi dengan lapisan pelindung untuk
mencegah perembesan. Saat air limbah menguap, maka senyawa yang
berbahaya akan terkonsentrasi dan mengendap di bagian dasar kolam.

15
Kelemahan dari metode ini yaitu memakan tempat sebab limbah akan tertimbun
dalam kolam. Selain itu, ada juga kemungkinan terjadinya kebocoran pada
lapisan pelindung atau terjadi penguapan senyawa berbahaya bersama air dan
akhirnya menyebabkan pencemaran udara.
c. 3. Landfill untuk Limbah B3

Limbah B3 juga bisa ditimbun pada landfill khusus dengan pengamanan


yang tinggi. Metode pembuangan ini biasanya dilakukan dengan cara
memasukan limbah dalam drum atau tempat khusus, kemudian dikubur dalam
landfill. Landfill ini harus dilengkapi dengan peralatan monitoring yang lengkap
untuk mengawasi kondisi limbah B3. Jika dilakukan dengan benar, maka cara
pengelolaan limbah B3 ini bisa efektif. Kekurangan dari metode ini yaitu
membutuhkan biaya operasional yang tinggi, memiliki potensi kebocoran, dan
tidak bisa memberikan solusi jangka panjang.

16
BAB IV
KESIMPULAN

Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulan sebagai berikut :

Dalam pengelolaan limbah B3, identifikasi dan karakteristik limbah B3 adalah hal yang penting
dan mendasar. Banyak hal yang yang sebelumnya perlu diketahui agar dalam penanggulangan
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut menjadi tepat dan bukannya malah
menambahkan masalah pada limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA
https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/article-pdf/LIMBAH%20B3%20DARI
%20FASILITAS%20PELAYANAN%20KESEHATAN.pdf
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/15339/08%20BAB%204.pdf?
sequence=8&isAllowed=y
https://belajark3.com/ruang-baca/penyimpanan-limbah-b3.html
https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/article-pdf/PENGANGKUTAN%20LIMBAH
%20B3%20MEDIS.pdf

https://katadata.co.id/amp/sitinuraeni/berita/61c44e45293ed/pengelolaan-limbah- b3-secara-
kimia-fisik-dan-biologi
https://bogorkab.go.id/post/detail/pengelolaan-limbah-bahan-berbahaya-dan- beracun-b3
https://mutuinstitute.com/post/pengolahan-limbah-b3/
https://effo-consulting.com/2020/09/03/pengelolaan-pengurangandan- pemanfaatan-limbah-b3/

https://bapelkesjabar.diklat.id/wp-content/uploads/2019/09/MD.3-Kebijakan-LB3- dan-Non-
LB3.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai