DI SUSUN OLEH:
2
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keselamatan Kerja dan Patient
Safety. Adapun makalah ini mengenai Metode Pembelajaran di Laboratorium.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan
memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan karena faktor keterbatasan pengetahuan dari penyusun, maka kami
dengan senang hati menerima kritikan serta saran-saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Dan harapan kami sebagai penyusun adalah semoga hasil dari penyusunan makalah
ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang. Akhir kata, melalui kesempatan ini kami
penyusun makalah mengucapkan banyak terima kasih.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................. 3
A. Pengertian Bahan Beracun dan Berbahaya.............................................................. 3
B. Sumber, Jenis, Kategorisasi dan Tanda Bahan Beracun dan Berbahaya................. 3
C. Strategi Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)........................ 8
D. Pengelolaan dan Pengolahan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya................... 8
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 13
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKAN
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah limbah menjadi perhatian serius dari masyarakat dan pemerintah Indonesia,
khususnya sejak dekade terakhir ini, terutama akibat perkembangan industri yang
merupakan tulang punggung peningkatan perekonomian Indonesia. Penanganan limbah
merupakan suatu keharusan guna terjaganya kesehatan manusia serta lingkungan pada
umumnya. Namun pengadaan dan pengoperasian sarana pengolah limbah ternyata masih
dianggap memberatkan bagi industry (Djatmiko, 2016).
Keanekaragaman jenis limbah akan tergantung pada aktivitas industri serta penghasil
limbah lainnya mulai dari penggunaan bahan baku, pemilihan proses produksi, pemilihan
jenis mesin dan sebagainya, akan mempengaruhi karakter limbah yang tidak terlepas dari
proses industri itu sendiri. Sebagian dari limbah industri tersebut berkategori hazardous
waste yang di Indonesia diatur oleh PP No. 18 Tahun 1999 jo PP No. 85 Tahun 1999.
Padanan kata untuk hazardous waste yang digunakan di Indonesia adalah limbah
berbahaya dan beracun disingkat menjadi limbah B3 (Djatmiko, 2016).
Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan berkembangnya perindustrian akan
meningkatkan jumlah dan jenis bahan kimia yang beredar dilapangan, kebanyakan dari
bahan kimia baru tersebut seringkali tidak teruji dan memiliki kemungkinan berkategori
B3 sehingga diperlukanlah suatu peraturan yang mengatur peredaran bahan kimia tersebut
sehingga tidak mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan hidup (Djatmiko, 2016).
Berdasarkan PP No. 18 Tahun 1999, limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau
beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan ataujumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan
hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta mahluk hidup lain. Pada prinsipnya B3 adalah setiap materi yang karena
konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya mengandung B3 dan membahayakan
manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun jenis sisa bahannya (Djatmiko, 2016).
Pengelolaan Limbah B3 ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 19
Tahun 1994 yang dibaharui dengan PP No. 12 Tahun 1995 dan diperbaharui kembali
dengan PP No. 18 Tahun 1999 tanggal 27 Februari 1999 yang dikuatkan lagi melalui
1
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tanggal 26 November 2001 tentang
Pengelolaan Limbah B3 (Djatmiko, 2016).
Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau
kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan
kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali. Dari
hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3, baik penghasil,
pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus memperhatikan
aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula. Apabila
terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan limbah B3, harus dilakukan
upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi semula (Djatmiko, 2016).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)?
2. Apa saja kategori, jenis, sifat dan tanda (label) Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)?
3. Bagaimana Strategi Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
4. Bagaimana Pengelolaan dan Penanggulangan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
2. Untuk mengetahui kategori, jenis, sifat dan tanda (label) Bahan Beracun dan
Berbahaya (B3)
3. Untuk mengetahui Strategi Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
4. Untuk mengetahui Pengelolaan dan Penanggulangan Bahan Beracun dan Berbahaya
(B3)
2
BAB II
TINJAUAN TOERI
3
2. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik. Limbah ini berasal bukan dari proses utama
suatu kegiatan industri. Misalnya dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, korosi,
pelarut perak, dan pengemasan.
3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan
produk yang tidak memenuhi spesifikasi (Widayana 2014)
Tabel 2.1
Sumber Produk Yang Berpotensi Menjadi Limbah B3
4
3. Bersifat reaktif (misal: bahan-bahan oksidator)
4. Berbahaya/harmful (misal: logam berat)
5. Menyebabkan infeksi (misal: limbah medis rumah sakit)
6. Bersifat korosif (asam kuat)
7. Bersifat irritatif (basa kuat)
8. Beracun (produk uji toksikologi)
9. Karsinogenik, Mutagenik dan Teratogenik (merkuri, turunan benzena, beberapa zat
warna)
10. Bahan Radioaktif (Uranium, plutonium) (Widayana 2014).
5
Sedangkan pengelompokan limbah B3 berdasarkan sifat dari limbahnya terdiri atas:
6
Berdasarkan PP No. 18 Tahun 1999 jo PP No. 85 Tahun 1999, limbah yang termasuk
limbah B3 adalah limbah yang memenuhi salah satu atau lebih karakteristik berikut:
a. mudah meledak;
b. mudah terbakar,
c. bersifat reaktif;
d. beracun;
e. menyebabkan infeksi;
f. bersifat korosif,
g. limbah lain yang apabila diuji dengan metode toksikologi dapat diketahui
termasuk dalam jenis limbah B3 (Widayana 2014).
8
Setiap kegiatan pengelolaan limbah B3 harus mendapatkan perizinan dari Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH) dan setiap aktivitas tahapan pengelolaan limbah B3 harus
dilaporkan ke KLH secara berkala setiap 3 bulan sekali.
Untuk aktivitas pengelolaan limbah B3 di daerah, aktivitas kegiatan pengelolaan
selain dilaporkan ke KLH juga ditembuskan ke Bapedalda setempat. Dasar hukum
pengolahan limbah B3 adalah Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (Bapedal) Nomor Kep-03/BAPEDAL/09/1995 tertanggal 5 September 1995
tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), adalah proses untuk mengubah
jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya dan/atau tidak beracun
dan/atau immobilisasi limbah B3 sebelum ditimbun dan/atau memungkinkan agar limbah
B3 dimanfaatkan kembali (daur ulang).
Ada berbagai cara/sistem yang dapat dipilih untuk mengolah limbah B3, baik secara
fisika, kimia, biologi atau kombinasi dari itu. Pemilihan sistem yang akan digunakan
untuk mengolah suatu limbah B3 disesuaikan dengan karakteristik dan sifat-sifat limbah
tersebut, yang mana prosesnya harus aman dan tidak menimbulkan bahaya bagi
pekerjanya, diusahakan dengan biaya yang seefisien mungkin dan dapat memberikan
hasil olahan yang aman bagi manusia di sekitarnya maupun lingkungan, tidak hanya
memindahkan limbah dari satu tempat/bentuk ke tempat/bentuk yang lain saja tetapi
dapat mencapai kesestabilan materi.
Proses pengolahan secara fisika dan kimia bertujuan untuk mengurangi daya racun
limbah B3 dan/atau menghilangkan sifat/karakteristik limbah B3 dari berbahaya menjadi
tidak berbahaya. Cara ini biasanya menghasilkan produk olahan berupa cairan, gas, debu
atau padatan. Produk-produk hasil olahan tersebut harus memenuhi baku mutu yang
berlaku tentang pengendalian pencemaran sesuai dengan kelasnya (Jerusalem, 2010)
1. Jenis-jenis proses pengolahan secara fisika dan kimia antara lain:
a. Proses pengolahan secara kimia:
1) Reduksi-Oksidasi,
2) Elektrolisa,
3) Netralisasi,
4) Presipitasi/Pengendapan,
5) Solididifikasi/Stabilisasi,
6) Absorpsi,
7) Penukar lon,
9
8) Pirolisa.
b. Proses pengolahan secara fisika:
1) Pembersihan gas:
a) Elektrostatik presipitator,
b) Penyaringan partikel,
c) Wet scrubbing,
d) Adsorpsi dengan karbon aktif.
2) Pemisahan cairan dan padatan:
a) Sentrifugasi,
b) Klarifikasi,
c) Koagulasi,
d) Filtrasi,
e) Flokulasi,
f) Flotasi,
g) Sedimentasi,
h) Thickening.
3) Penyisihan komponen-komponen yang spesifik:
a) Adsorpsi,
b) Kristalisasi,
c) Dialisa,
d) Electrodialisa,
e) Evaporasi,
f) Leaching,
g) Reverse osmosis,
h) Solvent extraction,
i) Stripping (Jerusalem, 2010)
Selain itu dalam pengolahan limbah B3 terdapat beberapa hal yang harus dipenuhi
persyaratannya sesuai ketentuan peraturan. Beberapa hal tersebut adalah lokasi pengolahan,
fasilitas pengolahan, penanganan limbah B3 sebelum diolah, pengolahan limbah B3, dan
hasil pengolahan limbah B3 (Jerusalem, 2010)
1. Lokasi Pengolahan
Lokasi yang akan digunakan untuk pengolahan limbah dapat dilakukan di dalam
lokasi penghasil limbah atau dapat juga di luar lokasi penghasil limbah. Syarat yang harus
10
dipenuhi untuk lokasi pengolahan limbah didalam lokasi penghasil limbah adalah sebagai
berikut:
a. lokasi merupakan daerah bebas banjir
b. jarak dengan fasilitas umum minimal 50 meter.
Sedangkan syarat yang harus dipenuhi untuk lokasi pengolahan limbah di luar
lokasi penghasil limbah adalah sebagai berikut:
a. lokasi merupakan daerah bebas banjir
b. jarak dengan jalan utama/tol minimum 150 meter atau 50 meter untuk jalan
lainnya,
c. jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas umum minimum 300
meter,
d. jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk minimum 300 meter,
e. jarak dengan wilayah terlindungi seperti cagar alam, hutan lindung minimum 300
meter.
2. Fasilitas Pengolahan
Mengingat limbah B3 dalam jumlah sedikitpun mempunyai dampak yang besar
pada lingkungan maka fasilitas pengolahan harus mempunyai sistem operasi. Sistem
operasi tersebut harusterintegrasi dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam
penolahan limbah B3. Sistem operasidalam fasilitas pengolahan limbah B3 harus
meliputi:
a. sistem keamanan fasilitas;
b. sistem pencegahan terhadap kebakaran;
c. sistem penanggulangan keadaan darurat;
d. sistem pengujian peralatan;
e. pelatihan karyawan.
3. Penanganan Limbah Sebelum Diolah
Setiap limbah B3 harus diidentifikasi untuk kemudian dianalisis kandungan
guna menetapkan prosedur yang tepat dalam pengolahan limbah tersebut. Setelah uji
analisis kandungan dilakukan kemudian ditentukan metode yang tepat dalam
pengolahan limbah sesuai dengan karakteristik dan kandungan limbah.
4. Pengolahan Limbah B3
Metode pengolahan limbah B3 yang dipilih didasarkan atas karakteristik dan
kandungan limbah. Metode pengolahan limbah B3 dapat terdiri atas proses berikut:
11
a. Proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi, pengendapan,
stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.
b. Proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan penyisihan
komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi, dialisa, osmosis balik,
dll.
c. Proses stabilisasi/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun dan
kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran, dan daya
racun sebelum limbah dibuang ke tempat penimbunan akhir.
d. Proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah
menggunakan alat khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran harus
mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin dibakar
(insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa pembakaran tidak boleh melebihi
0,01 kg atau 10 gr. Proses-proses tersebut tidak harus dilakukan semua dalam
pengolahan satu jenis limbah B3. Dalam pengolahan suatu jenis limbah B3, proses
dipilih berdasarkan cara terbaik dalam melakukan pengolahan sesuai dengan jenis
dan materi limbah.
5. Hasil Pengolahan Limbah B3
Hasil pengolahan limbah ditempatkan secara khusus di tempat pembuangan
akhir limbah B3, oleh karenanya harus mempunyai tempat khusus hasil pengolahan
limbah. Pemilihan teknologi alternatif proses pengolahan limbah B3 dapat dilihat
pada Gambar 3 (Jerusalem, 2010)
12
Gambar 3. Diagram Alir Alternatif
BABPemilihan
III Proses Pengolahan Limbah B3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan PP No. 18 Tahun 1999, limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau
beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan
hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta mahluk hidup lain.
Limbah B3 dapat dikategorikan dalam 2 (dua) kelompok yaitu yang berdasarkan
sumber dan yang berdasarkan karakteristik. Kategori limbah B3 berdasarkan sumber
terdiri atas limbah B3 dari sumber spesifik; limbah B3 dari sumber tidak spesifik; dan
limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk
yang tidak memenuhi spesifikasi. Sedangkan kategori limbah B3 yang berdasarkan
karakteristik ditentukan dengan mudah meledak; pengoksidasi; sangat mudah sekali
menyala; sangat mudah menyala; amat sangat beracun; sangat beracun; beracun;
berbahaya; korosif; bersifat iritasi; berbahaya bagi lingkungan; karsinogenik; teratogenik;
dan mutagenic.
Pada proses pengelolaan limbah B3 akan terdiri atas tahapan kegiatan pengumpulan,
pengangkutan, pemanfatan, pengolahan dan penimbunan. Dalam pengolahan limbah B3
terdapat beberapa hal yang harus dipenuhi persyaratannya sesuai ketentuan peraturan.
Beberapa hal tersebut adalah lokasi pengolahan fasilitas pengolahan, penanganan limbah
B3 sebelum diolah, pengolahan limbah B3, dan hasil pengolahan limbah B3.
13
DAFTAR PUSTAKA
14