Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga laporan ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi laporan ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Laporan ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini.
Penyusun
Page | i
DAFTAR ISI
Page | ii
BAB I
PENDAHULUAN
Limbah merupakan buangan atau sisa yang dihasilkan dari suatu proses atau
kegiatan dari industri maupun domestik (rumah tangga). Menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 101 tahun 2014, limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Berdasarkan
dari wujud limbah yang dihasilkan, limbah dibagi menjadi tiga yaitu limbah padat,
limbah cair dan gas. (Damanhuri, 2008)
Limbah adalah hal yang paling umum kita hasilkan sebagai makhuk hidup. Tak
hanya pabrik dan kendaraan bermotor saja yang dapat menghasilkan limbah, tetapi kita
sebagai makhluk hidup juga merupakan penghasil limbah yang sangat produktif.
Limbah atau hasil akhir suatu proses ternyata tidak hanya terkelompokan dalam satu
macam saja. Melainkan ada banyak jenis limbah yang telah dikalsifikasikan dan diatur
oleh pemerintah, dimana salah satunya adalah limbah B3. (Damanhuri, 2008)
Menurut PP RI No. 101 Tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beraacun, yang dimaksud dengan B3 adalah zat, energi, dan/atau
komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup,
dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lain. Sedangkan Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan
atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifatnya
dan atau knsetrasinya maupun jumlahnya, secara langsung maupun tidak langsung hidup
manusia dan makluk lain (PP No. 18 Tahun 1999 dan PP No. 85 Tahun 1999 Tentang
Pengelolaan Limbah B3).
Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran
atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan
pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya
kembali. Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3,
baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus
memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi
semula. Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan limbah
B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi
semula.
Page | 1
Salah satu industri yang menghasilkan limbah B3 adalah industri pelapisan
listrik. Hal ini karena industri pelapisan listrik yang menggunakan beraneka ragam
bahan kimia untuk prosesnya antara lain berbagai asam, basa an senyawa-senyawa
kimia seperti khromat, sianida, khlorida, posfat, dan lain-lain, yang menghasilkan bahan
buangan berupa padatan, cairan maupun gas yang berbahaya. Walaupun jumlah bahan
limbah dari industri pelapisan listrik ini tidak sebanyak yang dihasilkan industry lain,
namun karena sifatnya yang sangat beracun maka bahan buangan yang sedikit ini sangat
berbahaya bagi manusia serta dapat mengancam kelestarian kehidupan alam
sekelilingnya, oleh karena itu sebelum di buang keluar pabrik harus diolah terlebih
dahulu.
1.2 Tujuan
Page | 2
1.3 Manfaat
Agar mahasiswa dan masyarakat mampu mengetahui dan memahami tentang apa yang
dimaksud dengan limbah B3 dan tentang pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan
penimbunan limbah B3 yan baik dan benar sesuai dengan peraturan yang ada.
Page | 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung zat,
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain ( PP No. 101, 2014 (Pasal 1).
Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau jumlahnya
mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun
jenis sisa bahannya.
Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan B3,
baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaatan, pengolah dan penimbun B3,
harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada
kondisi semula.Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan
limbah B3, harus dilakukan upaya optimalagar kualitas lingkungan kembali kepada
fungsi semula.
1. Limbah dari sumber spesifik. Limbah B3 ini merupakan sisa proses suatu
industri kegiatan tertentu.
Page | 4
2. Limbah dari sumber yang tidak spesifik. Untuk limbah B3 ini berasal bukan
dari proesutamanya, misalnya dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian,
inhibitor, korosi, pelarut perak, pengemasan dan lain-lain.
3. Limbah B3 dari bahan kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau buangan
produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Limbah jenis ini tidak memenuhi
spesifikasi yang ditentukan atau tidak dapat dimanfaatkan kembali, sehingga
memerlukan pengelolaan seperti limbah B3 lainnya.
Page | 5
dengan sifat ini adalah asetil peroksida, benzoil peroksida, dan jenis
monomer yang mempunyai berpolimerisasi secara spontan sambil
melepaskan gas bertekanan tinggi (seperti butadien dan metakrilat).
Page | 6
c. Reaktif
1. Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan
perubahan tanpa peledakan;
2. Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air;
3. Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan
ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan;
Page | 7
4. Merupakan limbah sianida, sulfida atau amoniak yang pada kondisi pH
antara 2 dan 12,5 dapat menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam
jumlah yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan;
5. Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan
standar (25oC, 760 mmHg); dan
6. Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima
oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu
tinggi. Contoh limbah dengan sifat ini adalah asam sulfat bereaksi
dengan air spontan menghasilkan panas tinggi, magnesium, perklorat,
dan metil etil keton peroksida. Limbah lain yang berbentuk debu sangat
halus dari bahan logam, katalis atau batubara reaktif terhadap udara dan
berpotensi untuk terbakar atau meledak.
Buangan yang pH nya sangat rendah (pH 12,5) karena dapat bereaksi
dengan buangan lain, dapatmenyebabkan karat besi dengan adanya buangan
lain, dapat menyebabkan karatbaja/besi. Contoh: sisa asam terutama asam
sulfat, limbah asam dan baterai.
Page | 8
1. Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit;
2. Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020 dengan
laju korosi > 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 550C; atau
3. Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam dan
sama atau lebih besar dari 12,5 untuk B3 yang bersifat basa.
Sifat ini merupakan limbah dengan pH < 2 atau pH > 12,5 karena
dapat bereaksi dengan buangan lain, dapat menyebabkan karat baja/besi dan
menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit. Bahan korosif dipahami sebagai
bahan yang dapat melarutkan logam atau menyebabkan oksidasi material
pada bagian permukaan logam, misalnya karat besi.Pengertian korosif yang
lebih luas adalah sifat bahan yang dapat menyebabkan kerusakan bahan,
termasuk jaringan hidup yang kontak dengan zat tersebut atau terpapari
uapnya.Pada umumnya bahan korosif berupa asam kuat, basa kuat, pahan
pengoksidasi, dan bahan bersifat penarik air (dehydrating agents).
Page | 9
Gambar :Simbol B3 Bersifat Menimbulkan Penyakit (Infectious Waste)
g. Beracun (Toxic)
Page | 10
Berdasarkan penjelasan PP No.85 Tahun 1999 Tentang Perubahan PP
No.18 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun, penentuan sifat racun dalam identifikasi limbah ini dapat
menggunakan baku mutu konsentrasi Toxicity Characteristic Leaching
Procedure, TCLP pencemar organik dan anorganik. Apabila konsentrasi
limbah kurang dari nilai ambang batas maka dilakukan uji
toksikologi.Toksisitas adalah hal utama yang diperhatikan menyangkut
bahan barbahaya.Hal ini mencakup efek kronis jangka panjang akibat
pemaparan kontinyu atau periodik dari bahan toksik konsentrasi rendah dan
efek akut dari pemaparan sesaat konsentrasi tinggi. Untuk keperluan
pengawasan dan remediasi dibutuhkan suatu uji standar yang dapat
mengukur seperti apa suatu bahan toksik sampai ke lingkungan dan
menyebabkan bahaya bagi makhluk hidup. Salah satu uji yang
dipersyaratkan adalah TCLP.Uji ini dirancang untuk menentukan mobilitas
kontaminan organik maupun anorganik yang terdapat dalam cairan, padatan
dan limbah multifasa.
Page | 11
pada ikan atau organisme aquatik lainnya atau bahaya lain yang dapat
ditimbulkan, seperti merusak lapisan ozon (misalnya CFC =
Chlorofluorocarbon), persistent di lingkungan (misalnya PCBs =
Polychlorinated Biphenyls).
Page | 12
Gambar : Simbol B3 Bersifat Karsinogenik, Teratogenik dan Mutagenik
Page | 13
menyebabkan kematian 50 % populasi makhluk hidup yang dijadikan
percobaan.
a. Limbah B3 kategori 1
b. Limbah B3 kategori 2
Page | 14
c. Limbah Non-B3
2. Limbah Pertanian
Page | 15
3. Limbah Industri
Page | 16
yang berhubungan dengan B3, baik penghasil, pengumpul, pengangkut,
pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus memperhatikan aspek lingkungan
dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula. Dan apabila terjadi
pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan limbah B3, harus
dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi
semula.
a. Reduksi limbah
b. Pengemasan
Page | 17
limbah B3 dilakukan di tempat penyimpanan yang sesuai dengan persyaratan
sebagai berikut:
1. Lokasi tempat penyimpanan yang bebas banjir, tidak rawan bencana dan
diluar kawasan lindung serta sesuai dengan rencana tata ruang,
2. Rancangan bangunan disesuaikan dengan jumlah, karakteristik limbah
B3, dan upaya pengendalian pencemaran lingkungan,
3. Desain dan konstruksi yang mampu Desain dan konstruksi yang mampu
melindungi Limbah B3 dari hujan dan melindungi Limbah B3 dari hujan
dansinar matahari,
4. Memiliki peneranganpenerangan dan ventilasi, dan
5. Memiliki saluran drainase dan bak penampung.
Page | 18
e. Pengangkutan bahan berbahaya dan beracun
Page | 19
BAB III
Page | 20
6 Metilen 1 Berbahaya Mengandung
Klorida bahan yang
(Harmful Waste) berbahaya
Buangan yang
menimbulkan
penyakit (Harmful
Waste)
7 Asetamida 1 Bahaya Bahan berifat
Korosif
Korosif
(Corrosive)
(Corrosive)
Page | 21
12 Asam 1 Toksik/beracun Mengandung
Karbamat bahan yang
Dapat
beracun
menyebabkan
kematian
13 Vanadium 1 Dangerous for Berbahaya bagi
Pentoksida environment lingkungan
(Berbahaya Bagi
Lingkungan)
Page | 22
18 Etanol 1 Mudah terbakar Mengandung
bahan yang
mudah
terbakar
Page | 23
24 Dithizon 1 Berbahaya Mengandung
bahan yang
(Harmful Waste) berbahaya
Buangan yang
menimbulkan
penyakit
(Harmful Waste)
Produksi Expired
1. Zinc 21-05-2002 20-05-2006 1
Page | 24
10. Asetil Klorida 1
19. Aceton 1
24. Dithizon 1
Page | 25
Sistem Tanggap Darurat (STD) Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Sebagaimana tercantum dalam PP 74 pasal 24, 25, 26, 27, bahwa ketiga
stakeholder tersebut berperan dalam sistem tanggap darurat, sesuai dengan peran dan
tanggungjawab masing- masing. Garis komando harus jelas untuk menghindari
kesimpangsiuran pelaksanaan tanggungjawab dan peran.
Dalam sistem tanggap darurat tidak membedakan antara B3 dan limbah B3.
Sistem tanggap darurat yang dibangun adalah sama. Dikarenakan secara teknis dampak
B3 dan Limbah B3 adalah sama. Disamping itu juga apabila mengacu kepada aturan
nasional di bidang pengangkutan B3 ataupun Limbah B3 yang dikeluarkan Kemenhub
adalah sama, dimana Kemenhub mengacu kepada MDGs Code (Material dangerous
Goods Code) yang mengacu kepada IMO (International Maritim Organization) dan
UNEP. Di bidang pengangkutan nasional maupun internasional, B3 dan Limbah B3
dikategorikan sebagai Dangerous Goods. Tanggap darurat di pabrik (in plant)/mandiri
dapat mengacu kepada Occupational Safety and Health Administration (OSHA) atau
Kemenaker.
Pada dasarnya industri yang mengolah dan menangani bahan yang mudah
meledak, mudah terbakar seperti minyak bumi dan gas alam, bahan-bahan kimia B3
yang reaktif atau tidak stabil atau produk antara, memiliki resiko yang tinggi terhadap
suatu bencana industri. Untuk menghadapi hal tersebut, Kantor Industri dan
Lingkungan (IEO) Amerika Serikat dan Program Lingkungan PBB (UNEP) berdasarkan
pengalaman yang diperoleh dari CMA (Asosiasi Industri Kimia Amerika Serikat)
telah mengembangkan suatu program yang disebut Awareness and Prepadness for
Emergency at Local Level (APELL). Program ini merupakan kesadaran dan kesiapan
menanggulangi keadaan darurat pada tingkat lokal. APELL terutama ditujukan bagi
bahaya yang terjadi di dalam kawasan industri dan pada bergeraknya bahan berbahaya
di lingkungan sekitar kawasan industri tersebut dan ini tidak membedakan B3 ataupun
Limbah B3, tetapi yang dilihat adalah bahayanya.
Page | 26
tidak membatasi partisipasi semua unsur yang terkait di dalam proses APELL,
sebaliknya menggarisbawahi kebutuhan proses APELL dalam mengembangkan
rancangan penanggulangan keadaan darurat yang terkoordinasi. Dalam konteks
kesadaran dan tanggap darurat, harus dipusatkan pada kecelakaan utama, yaitu
kecelakaan yang menghasilkan efek-efek hingga di luar batas-batas wilayah perusahaan.
Fokus ini hanya didasarkan pada asumsi bahwa efek-efek yang tidak meluas ke luar
batasanbatasan lokasi perusahaan tersebut, maka berarti tidak perlu diaktifkan suatu
rencana tanggap darurat bagi masyarakat.
Mekanisme ini sudah diakomodir oleh PP 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan B3 pasal
24-27 serta PP 101/2014 tentang pengelolaan Limbah B3 pasal 217 – pasal 236.
Page | 27
11. Sarana dan prasarana STD
12. Training 28
Page | 28
3.3 Tahapan Proses Pelapisan Logam
prinsip dasar dari pelapisan logam secara listrik adalah penempatan ion logam yang
ditambah electron pada logam yang dilapisi, yang mana ion-ion logam tersebut didapat
dari noda dan eletrolit yang digunakan. Secara eletro kimia prosesnya dapat dilihat pada
gambar berikut :
Dengan adanya arus yang mengalir dari sumber maka electron “dipompa” melalui
eletrodaa positif (anoda) menuju eletroda negative (katoda) dan dengan adanya ion-ion
logam yang di dapat dari eletrolit maka menghasilkan logam yang melapisi permukaan
logam lain. Proses pelapisan logam secara listrik (Electroplating) terdiri dari beberapa
urutan proses anatara lain persiapan bahan yang akan dilapis, pelapisan dan
penyelesaian akhir.
Proses ini banyak digunakan anatar lain untuk memperoleh lapisan pada
permukaan logam dengan tujuan sebagai lapisan pelindung,, meningkatkan
penampilan, sebagai lapisan dasar untuk pelapisan selanjutnya, memperoleh
lapisan dengan hantar panas dan arus listik yang baik dan kadang proses ini
digunakan juga dala, proses elektro forming.
Page | 29
Gambar 2. Proses Pelapisan Tembaga Serta Unsur Pencemar Yang
Dikeluarkan
Disini benda yang akan diproses cukup dicelup dalam suatu larutan zat-zat
organic misalnya Trikhloretilrn, alcohol, bensin, detergen, da sebagainya,
yang bertujuan untuk menghilangkan lemak (organic). Pekerjaan ini
dilakukan dalam bak yang terbuat dari baja tahan karat. Lemak ini sangat
mengganggu pada proses pelapisan karena mengurangi daya hantar listrik
atau mengurangi kontak antara lapisan dengan logam dasarnya. Pebersihan
dengan cara ini dapat digolongkan dalam 2 kategori yaitu pembersihan yang
dilakukan pada keadaan panas dengan pelarut organic yang tidak mudah
terbakar dan pembersihan yang dilakukan dalam suhu kamar.
Page | 30
biasanya terbuat dari plat baja tahan karat atau plat baja yang dilapis dengan
PVC, polipropelene, plastic atau karet.
c. Proses Pembilasan
Biasanya dilakukan dengan air di dalam satu atau beberapa bak yang terbuat
dari baja tahan karat. Sistem pembilasan dalam beberapa bak pada umumnya
bisa merupakan arah berawanan antara benda kerja dengan aliran air dari bak
satu ke bak lainnya. Pada proses bertahap melalui beberapa bak pada
dasarnnya dimaksudkan untuk memperoleh pembersihan efektif atau untuk
memperoleh keadaan yang sama dapat juga menggunakan sistem semprot.
Baik di dalam proses satu bak atau beberapa bak pada prinsipnya memakai
aliran air yang mengalir dan menghasilkan air buangan yang terbanyak.
Page | 31
pada bentuk dan permukaan tertentu sehingga mendapat kesulitan untuk
permukaan bagian dalam atau pada ukuran-ukuran yang sangat kecil.
e. Proses Pelapisan
Dengan demikian di sini terjadi reaksi reduksi ion logam menjadi logam :
Cu2+ + 2 e → Cu
2H+ + 2 e → H2
Reaksi pada anoda tergantung daripada material yang dipakai sebagai anoda,
dapat menggunakan tembaga atau logam lain yang tidak larut. Bila anoda
terbuat dari tembaga maka reaksinya merupakan reaksi pelarutan atau
kebalikan daripada reaksi diatas (oksidasi) yakni dapat dilihat seperti pada di
bawah ini.
Page | 32
3.3.2 Proses Pelapisan Nikel Dan Khrom
Tujuan proses pelapisan ini adalah untuk memperoleh lapisan pelindung pada
pemukaan logam yang tahan terhadap lingkungan. Selain itu lapisan ini
meningkatkan tampak rupa, menambah kekerasan dan sebagainya. Pada
umumnya lapisan nikel merupakan lapisan dasar yang kemudian harus dilapisi
lebih tinggi daripada lapisan nikel. Bagan alir dari proses secara keseluruhan
dapat dilihat pada Gambar 4. Langkah-langkah proses seperti pada gambar
tersebut mencakup tahapan-tahapan pembersihan, pembilasan air, pemolesan,
pembersihan lemak (organik) pembilasan air, pelapisan khrom, pembilasan air
dan pengeringan.
Gambar 4. Proses pelapisan nikel dan Khrom dan unsur pencemar yang
dikeluarkan.
Page | 33
Seperti pada umumnya proses pelapisan listrik tahapan tersebut dapat berubah
tergantung dari keadaan dan tingkat kebersihan dari benda yang akan diproses.
Tahapan tersebut dapat dimulai sejak dari proses pemotongan atau proses-proses
pembentukan lainnya, tetapi kadang-kadang juga langsung dengan degreasing
kemudian dibilas sebelum proses pelapisan Nikel jika keadaan benda tersebut
memungkinkan demikian. Apabila lapisan dasarnya adalah lapisan tembaga
maka prosesnya dapat langsung dilapisi nikel melalui pembilasan atau
penetralan. Benda yang sudah berkarat harus dibersihkan lebih dahulu melalui
proses pembersihan dengan asam.
a. Pelapisan Nikel
pH : 5.6
Suhu : 25.5 C
Rapat Arus : ± 2 Amp/dm2
Waktu : 2 menit
Anoda : Nikel
Perbandingan luas permukaan Katoda : Anoda :1 dibanding 2
Page | 34
Yang penting digunakan dari proses-proses di atas adalah dengan proses
Watts karena dengan adanya pertimbangan-pertimbangan bahwa
elektrolitnya dibuat dari bahan-bahan yang mudah didapat, ekonomis dan
aman. Di dalam proses pelapisan Nikel bak yang digunakan adalah plat baja
yang dilapisi fiber glass reinforced plastik, plastik karet atau lainnya.
b. Pelapisan Khrom
Asam khromat
Asam sulfat
Potassium chloride
Selain ini ada beberapa jenis elektrolit lain untuk tujuan dekoratif dan ada
juga untuk tujuan pelapisan keras (pelapisan khrom keras).
Page | 35
ekosistem air. ekskresi tubuh
Pendangkalan
sungai/badan
air
4. Pelapisan Sianida Sianida : Sianida :
Tembaga Asam Deforestasi, Menyebabkan
pospat pencemaran air kematian sel.
tanah,kerusakan Sangat beracun dan
ekosistem mematikan apabila
masuk dalam tubuh
Page | 36
ekosistem,
4. Pencucian - Lemak - Lemak dan minyak: Trikloroetilen:
dengan bahan dan Bau tidak sedap, Dermatitis, apabila
organic minyak, apabila mencemari terhirup terus
(benzene) bensin, badan air ikan dan menerus
Trikloro plankton mati, menyebabkan
etilen mengganggu proses sakit kepala dan
fotosintesis pada liver
tumbuhan air.
Bensin :
Mudah menguap
dan terbakar
Trikloroetilen:
Mudah menguap
dan terbakar serta
menimbulkan gas
(fosgen) yang
mencemari udara.
5. Pelapisan Krom - H2Cr2O2 - Kromat dan Kromat dan
H2Cr2O4 Bikromat : bikromat:
H2SO4 Mudah terbakar, Iritasi pada bagian
mencemari udara tubuh yang
terpapar,
dermatitis
(Chrome Noles),
masuk melalui
pernapasan dan
mulut sangat
beracun,
karsinogen pada
paru-paru
H2SO4: H2SO4:
Bila terkena panas Iritasi pada saluran
akan menghasilkan pernapasan, kulit,
asam posfory yang dan bagian tubuh
beracun yang dapat yang terpapar.
mencemari udara
sekitar, korosif
Page | 37
3.5 Pengumpulan Limbah B3
Dasar Hukum
Page | 38
Ruang Lingkup
Page | 39
PERSYARATAN IZIN PENGUMPULAN LIMBAH B3
2. Izin Lingkungan dan Dokumen Berupa salinan izin lingkungan dan dokumen
Lingkungan lingkungan yang dimiliki perusahaan sesuai
kegiatan yang diajukan permohonannya.
Izin Lingkungan dimaksud merujuk kepada PP 27
tahun 2012 dan Permen LH Nomor 05 tahun 2012.
Dokumen lingkungan yang telah mendapat
persetujuan sebelum berlakunya PP 27 tahun 2012,
dinyatakan tetap berlaku dan dipersamakan sebagai
izin lingkungan.
Page | 40
Pertambangan, DLKr/DLKp pelabuhan dan Daerah
Lingkungan Kerja Badan Udara. Dibuktikan
dengan surat keterangan dari pengelola kawasan.
8. Polis Asuransi Pencemaran Asuransi wajib atas nama perusahaan pemohon izin
Lingkungan Hidup Asuransi merupakan asuransi pencemaran
lingkungan
Asuransi masih berlaku
Pertanggungan asuransi minimal 5 (lima) milyar
rupiah.
Asuransi wajib berbahasa Indonesia (atau dalam
bahasa Indonesia dan bahasa asing) sesuai dengan
UU 24 /2009 tentang bendera, bahasa, dan lambang
negara serta lagu kebangsaan.
Dokumen asuransi sudah disampaikan di awal
permohonan.
Page | 41
yang akan dikumpulkan.
10. Memiliki Tenaga Terdidik Bidang Tenaga terdidik bidang analisis dan/atau
Analisis dan/atau Pengelolaan pengelolaan limbah B3.
Limbah B3 Bukti berupa sertifikat pelatihan di bidang
pengelolaan limbah B3, atau pengendalian
pencemaran lingkungan.
Bukti ijazah sarjana/D3/politeknik kimia/teknik
kimia/teknik lingkungan.
Tenaga terdidik di bidang analisa merupakan
pegawai pada perusahaan pemohon izin berupa
kontrak kerja atau pernyataan dari perusahaan
pemohon
12. Kontrak kerjasama dengan pihak Dokumen salinan kontrak kerjasama sesuai jenis
pemanfaat atau pengolah limbah limbah B3 yang dikumpulkan dengan perusahaan
B3 pengolah dan/atau pemanfaat dan/atau
penimbun/landfill LB3.
13. Rancang bangun tempat Dokumen berupa gambar rancang bangun fasilitas
pengumpulan limbah B3 pengumpulan yang akan dibangun.
Rancang bangun paling sedikit harus menjelaskan
tentang:
dimensi tempat pengumpulan (panjang, lebar,
tinggi; luas/kapasitas; volume).
Material yang digunakan untuk membangun
fasilitas tempat pengumpulan disesuaikan dengan
karakteristik limbah B3 yang akan dikumpulkan.
kondisi lantai kedap air dan kemiringan lantai.
Page | 42
ventilasi dan fasilitas penerangan.
saluran air yang menuju bak pengumpul.
dimensi bak pengumpul limbah B3 sehingga dapat
menampung ceceran dan/atau air bekas
pembersihan dan/atau air hujan yang bersentuhan
dengan limbah B3.
saluran air hujan yang terpisah.
kondisi atap tempat pengumpulan.
penggunaan papan nama, simbol & label limbah
B3.
14. Uraian tentang tata cara Berupa dokumen SOP tanggap darurat yang telah
pengumpulan limbah B3 dan memenuhi sistem mutu (dicantumkan tanggal
proses perpindahan limbah B3 pengesahan dan ditandatangani oleh
(penerimaan dan pengiriman) penanggungjawab kegiatan).
Berisi tata cara pengumpulan limbah B3 yang akan
dilakukan misal penggunaan pallet, jarak antar
kemasan, dll.
16. Perlengkapan sistem tanggap dokumen SOP tanggap darurat yang telah
darurat memenuhi sistem mutu (dicantumkan tanggal
pengesahan dan ditandatangani oleh
penanggungjawab kegiatan), dan
dokumentasi dari jenis-jenis peralatan tanggap
darurat di lokasi kegiatan.
17. Tata letak saluran drainase untuk Gambar layout serta penjelasan mengenai tata letak
penyimpanan limbah B3 fasa cair saluran drainase untuk penyimpanan limbah B3
fasa cair di lokasi kegiatan.
Page | 43
melampiran SK sebelumnya Dokumen terdiri dari:
untuk permohonan perpanjangan
1. rekapitulasi limbah B3 yang dikelola
izin
2. neraca limbah B3 selama masa izin berlaku (5
tahun)
3. bukti pelaporan ke KLH
4. SK MENLH yang lama
Page | 44
KOP SURAT PERUSAHAAN
Nomor : ………………….
Lampiran : ………………….
Perihal : ………………….
Kepada Yth.
Di-
Jakarta
Page | 45
Formulir 2. Keterangan Tentang Perusahaan
1. Nama Perusahaan :
2. Alamat Perusahaan : Nama Jalan/Gedung:
Desa/Kelurahan:
Kecamatan:
Kabupaten/Kota:
Provinsi:
Kode Pos:
3. Alamat Lokasi : Nama Jalan/Gedung:
Desa/Kelurahan:
Kegiatan
Kecamatan:
Kabupaten/Kota:
Provinsi:
Kode Pos:
4. Nomor Telp/ :
Faksimili
5. Alamat e-mail :
6. Bidang/ Usaha :
Kegiatan
7. Akta Pendirian :
Perusahaan
dan/ atau Akta
Perubahan Terakhir
8. NPWP :
9. Nama dan Nomor :
Telepon yang Bisa
Dihubungi (sesuai
dengan surat
kuasa)
Page | 46
Formulir 3. Persyaratan Administrasi
b. Lembar Pernyataan :
Keabsahan Dokumen
c. Akta Pendirian :
Perusahaan dan/atau
Akta Perubahan
Terakhir
d. Izin Lokasi :
e. SIUP/IUT/IUI :
f. NPWP :
g. IMB :
2. Polis Asuransi Pencemaran :
Lingkungan Hidup
3. Memiliki Laboratorium :
Analisis dan/ atau Alat
Analisis Limbah B3
4. Memiliki Tenaga Terdidik :
Bidang Analisis dan/atau
Pengelolaan Limbah B3
5. Rekomendasi Gubernur :
untuk Pengumpulan limbah
B3 skala nasional
6. Kontrak kerjasama dengan :
pihak pemanfaat atau
pengolah limbah B3
Page | 47
7. Surat pencabutan SK :
Pengumpulan Limbah
B3 dari Provinsi/
Kabupaten/ Kota yang
telah dimiliki
Page | 48
8. Uraian jenis dan :
spesifikasi teknis
pengumpulan limbah B3
dan peralatan yang
digunakan
9. Perlengkapan sistem :
tanggap darurat
Page | 49
Formulir 5. Identitas Pengurus Permohonan Izin Pengumpulan Limbah B3
1. Nama :
2. Jabatan :
3. Surat Kuasa :
4. Alamat dan/ atau Domisili : Nama Jalan/Gedung:
Desa/Kelurahan:
Kecamatan:
Kabupaten/Kota:
Provinsi:
Kode Pos:
5. Nomor Telp/ Faksimili :
6. Alamat e-mail :
Semua dokumen yang saya sampaikan adalah benar, apabila dikemudian hari
terdapat kesalahan atau palsu saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan hukum
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tanda tangan
pemohon dan cap
perusahaan
Bermaterai 6000
Nama Pemohon
Page | 50
INSTRUMEN PENILAIAN PENGUMPULAN LIMBAH B3
INDUSTRI ELECROPLATING
Petunjuk pengisian :
Page | 51
3. Lokasi pengumpulan limbah B3 20 0
memiliki jarak 150 meter dari
jalan utama atau jalan tol
Jumlah
1020
2. Bangunan 1. Penataan bangunan pengumpul 4
Page | 52
c. Bangunan pengumpulan limbah 30 120
B3dilengkapi dengan bak
penampung tumpahan/ceceran
limbah yang dirancang
sedemikian rupa sehingga
memudahkan dalam
pengangkatannya
Jumlah 400
2. Fasilitas pengumpulan 4
Jumlah 400
Page | 53
b. Dinding bangunan terbuat dari 10 50
tembok tahan api
Page | 54
k. Pada bagian luar bangunan 10 50
harus dipasang tanda
(simbol) limbah B3 mudah
terbakar, sesuai dengan
peraturan penandaan yang
berlaku.
Jumlah 300
0
i. Pada bagian luar bangunan harus 10 0
dipasang tanda (simbol) limbah
B3 mudah terbakar, sesuai
dengan peraturan penandaan
yang berlaku.
Jumlah 280
3. Fasilitas 1. Laboratorium 4
tambahan
a. Memiliki fasilitas laboratorium 50 200
yang lengkap untuk pengujian
jenis dan karakteristik dari
limbah B3 padat dan cair
Jumlah 200
2. Fasilitas pencucian 3
Page | 56
c. Cairan dari bak pencucian yang 20 60
dibuang di lingkungan
memenuhi persyaratan sesuai
baku mutu
Jumlah 400
Jumlah 400
Page | 57
a. Pemilik atau operator 50 150
memiliki dan
mengoperasikan alatalat atau
bahan-bahan yang digunakan
untuk mengumpulkan dan
membersihkan ceceran atau
tumpahan limbah B3
B3
Jumlah 150
Page | 58
e. Kemasan yang telah rusak 10 0
(bocor atau berkarat) dan
kemasan yang tidak
digunakan kembali sebagai
kemasan limbah B3
diperlakukan sebagai limbah
B3
f. Kemasan yang digunakan 10 40
untuk pengemasan limbah
dapat berupa drum/tong
dengan volume 50 liter, 100
liter atau 200 liter, atau dapat
pula berupa bak kontainer
berpenutup dengan kapasitas
2
M3 , 4 M3 atau 8 M3
g. Limbah B3 yang disimpan 10 40
Jumlah 360
2. Kemasan 3
Page | 59
b. Selalu dalam keadaan tertutup 20 0
rapat dan hanya dapat dibuka
jika akan dilakukan
penambahan atau
pengambilan limbah dari
dalamnya
c. Disimpan di tempat yang 20 60
memenuhi persyaratan
untuk penyimpanan
limbah B3
d. Kemasan bekas mengemas 20 60
limbah B3 yang digunakan
kembali untuk mengemas
limbah B3 sesuai dengan
karakteristik sama dengan
limbah B3 sebelumnya atau
saling cocok dengan limbah
B3 yang dikemas sebelumnya
Jumlah 180
Page | 60
c. Adanya pembersihan 20 80
terhadap ceceran atau
bocoran limbah dan
disimpan dalam kemasan
limbah B3 terpisah
Jumlah 280
e. Kemasan-kemasan berisi 20 0
limbah B3 yang tidak saling
cocok harus disimpan secara
terpisah, tidak dalam satu
blok,
dan tidak dalam bagian
penyimpanan yang sama.
Jumlah 240
Page | 61
a. Terdapat laporan permohonan 20 80
rekomendasi kepada Kepala
Bapedal dengan melampirkan
laporan hasil evaluasi terhadap
rancang bangun dari sistem
tangki yang akan dipasang
Page | 62
f. Tangki dibuat atau dilapisi 5 20
dengan bahan yang saling
cocok dengan limbah B3 yang
disimpan serta memiliki
ketebalan dan kekuatan
memadai untuk mencegah
kerusakan akibat pengaruh
tekanan
melakukan pemeriksaan
sekurang-kurangnya 1
(satu) kali sehari selama
sistem tangki
dioperasikan.
Page | 63
k. Terdapat pemeriksaan 5 0
sistem perlindungan
katodik (jika ada), untuk
memastikan bahwa
peralatan tersebut bekerja
sempurna oleh pemilik
l. Terdapat sistem tanggap 5 0
darurat pada tangki atau
sistem pengumpul
sekunder yang mengalami
kebocoran atau gangguan
yang menyebabkan
limbah B3 yang
disimpannya
terlepas
Jumlah 320
6. Penempatan Tangki 5
Jumlah 350
Page | 64
2. Terdapat laporan 20 480
pengumpulan limbah
3. Memiliki penetapan 30 0
penghentian pengumpulan
limbah yang dilakukan sesuai
persyaratan
4. Memiliki form pengumpulan 30 0
limbah B3
Total keseluruhan
1. Lokasi
Page | 65
Lokasi pengumpulan limbah B3 tidak memiliki jarak 150 m dari jalan utama atau
jalan tol, hal ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan gangguan
kesehatan terhadap masyarakat sekitar. Maka dari itu, lokasi menjadi perhatian
paling penting saat hendak mendirikan suatu industry yang berhubungan dengan
B3.
Lokasi tidak berjarak 300 m dari fasilitas umum seperti daerah pemukiman,
perdagangan, rumah sakit, pelayanan kesehatan, atau kegiatan social seperti hotel,
restoran, fasilitas keagamaan, fasilitas pendidikan, dll.
Contoh:
a. Sianida : HCN jika masuk kedalam tubuh mansia melalui lambung, paru-paru,
atau kulit yang basah oleh keringat dapat menyebabkan keracunan hingga
mematikan.
b. Tembaga: iritasi pada kulit, korosif , dan dapat mematikan manusia pada
dosis/ppm tertentu
c. Debu-debu logam: berupa padatan yang sangat halus. Dapat menyebabkan
iritasi, sesak napas sampai pneumoconiosis mungkin silicosis, dan mengotori
ruangan
d. Dan bahan beracun lainnya
2. Bangunan
Rangka pendukung atap tidak terbuat dari tembok yang tahan api. Sehingga akan
menyebabkan kebakaran yang cepat jika terdapat sulutan api.
Atap tanpa plafon, tidak terbuat dari bahan yang ringan dan mudah hancur jika
terbakar
Tidak memiliki system penerangan yang memadai untuk operasional pergudangan
atau inspeksi rutin. Hal ini dapat mengganggu kenyamanan saat bekerja.
Lantai bagian dalam tidak dibuat melandai turun kearah bak penampungan dengan
kemiringan max 1%
Pada bagian luar tidak dipasang symbol limbah B3 mudah terbakar, sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Point ini adalah point yang penting, karena menunjukkan
kategori limbah B3, sehingga pekerja dapat berhati-hati.
3. Fasilitas Tambahan
Page | 66
Di industry ini tidak terdapat pengujian kualitas terhadap timbulan dari kegiatan
pengelolaan limbah yang dilakukan. Padahal fungsi dari pengujian ini yaitu untuk
mengetahui kualitas limbah yang telah dikelola sebelum dibuang ke lingkungan.
Tidak adanya kegiatan pembersihan atau pencucian kendaraan pengangkut yang
akan meninggalkan lokasi pengumpulan.
Tidak adanya kategori bekas alat atau bahan pembersih yang tidak digunakan lagi
sebagai limbah.
Tidak diperlakukan sebagai limbah B3 bagi kemasan yang telah rusak (bocor atau
berkarat) dan yang tidak digunakan kembali.
Tempat pengumpulan tidak selalu dalam keadaan tertutup rapat
Tidak adanya pembersihan terlebih dahulu pada pengemasan limbah B3 yang
tidak saling cocok.
Tidak cepat tanggap ketika drum atau tong baru mengalami kerusakan (karat atau
bocor)
Penyimpanan kemasan tidak dibuat dengan system blok (2x2)
Kemasan-kemasan berisi limbah B3 yang tidak saling cocok disimpan bersamaan /
dalam satu wilayah.
Tangka terletak dibawah sinar matahar langsung dan memungkunkan masuknya
air hujan secara langsung
5. Dokumentasi
Page | 67
3.6 Pengangkutan Limbah B3
..........................................
Nomor :
Lampiran :
Perihal :
Kepada Yth,
Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan hidup. Direktur
Jenderal Pengelolaan Sampah
Limbah dan Bahan Beracun
Berbahaya
di
Jakarta
Dengan ini kami mengajukan permohonan izin / rekomendasi pengangkutan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3) – angkutan darat dengan data-data sebagai berikut :
1. Nama Pemohon :
2. Jabatan :
3. Alamat :
5. Alamat email :
Page | 68
II KETERANGAN TENTANG PERUSAHAAN
1. Nama Perusahaan :
2. Alamat :
6. Jenis Usaha :
9. Kode Manifes :
10. Jenis izin LB3 yang telah dimiliki : Jenis Izin Nomor Izin
Page | 69
III PERSYARATAN ADMINISTRASI
REKOMENDASI
2. Akte Pendirian :
3. NPWP :
Page | 70
8. SOP tata cara bongkar sesuai dengan
jenis dan karakteristik limbah B3
yang akan diangkut
Page | 71
pengelola limbah B3
Page | 72
V PERSYARATAN TEKNIS KHUSUS PENGANGKUTAN LIMBAH B3
Page | 73
2. Keterangan Tentang Jenis Limbah B3
Page | 74
No Kode Jenis Karakteristik Kemasan Kategori Asal Tujuan
Limbah Limbah Limbah B3 Bahaya Limbah Akhir
B3 B3 Limbah B3
B3
Page | 75
3. Perjalanan Limbah B3
Page | 76
Kota tujuan pengangkutan limbah B3 :
1. Nama Pemohon :
2. Jabatan :
3. Surat kuasa :
4. Alamat :
6. Alamat email :
Semua dokumen yang saya sampaikan adalah benar dan sah. apabila di kemudian hari
terdapat kesalahan atau palsu, saya bersedia menerima sanksi sesuai sesuai denga peraturan
perundang-undangan.
......................, ........................
Page | 77
FORMULIR PENGANGKUTAN LIMBAH B3
Waktu :
Lokasi :
1. Nama Perusahaan :
2. Alamat :
6. Jenis Usaha :
Page | 78
7. No. Tanggal Akte Pendirian :
8. Kode Manifes :
9. Jenis izin LB3 yang telah dimiliki : Jenis Izin Nomor Izin
1. Nama Perusahaan :
2. Alamat :
5. Jenis Usaha :
Page | 79
6. No. Tanggal Akte Pendirian :
7. Jenis izin LB3 yang telah dimiliki : Jenis Izin Nomor Izin
Page | 80
IV KETERANGAN JENIS LIMBAH B3
Page | 81
Page | 82
V PERJALANAN LIMBAH B3
......................,
........................
Page | 83
INSTRUMEN PENILAIAN PENGANGKUTAN LIMBAH B3
INDUSTRI PELAPISAN LOGAM
Petunjuk pengisian :
Perhitungan :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
a. Persentase Skor = 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
Page | 84
No Aspek Penilaian
Page | 85
2. Perlengkapan keadaan darurat 3
f. Terdapat dongkrak 7 21
l. Terdapat Pedoman 10 30
pengoperasian kendaraan yang
baik untuk keadaan normal dan
darurat
3. Kendaraan khusus 3
Page | 86
a. Setiap kendaraan pengangkut 10 30
limbah B3 yang mudah
meledak, gas mampat, gas cair,
gas terlarut pada tekanan atau
pendinginan tertentu, dan
cairan mudah menyala
memenuhi persyaratan khusus
sesuai dengan keputusan dirjen
hub darat NOMOR :
SK.725/AJ.302/DRJD/2004
Jumlah 90 90 Baik
Page | 87
b. memiliki pengetahuan 5 10
mengenai jaringan jalan dan
kelas jalan, kelaikan kendaraan
bermotor, tata cara mengangkut
barang.
c. memiliki pengetahuan 5 0
mengenai bahan berbahaya
yang diangkutnya, seperti
klasifikasi, sifat dan
karakteristik bahan berbahaya
d. memiliki pengetahuan 5 0
mengenai bagaimana mengatasi
keadaan jika terjadi suatu
kondisi darurat, seperti cara
menanggulangi kecelakaan
f. memiliki pengetahuan 5 0
mengenai ketentuan
pengangkutan bahan berbahaya,
seperti penggunaan plakat,
label dan simbol bahan
berbahaya
Page | 88
g. memiliki kemampuan psikologi 5 0
yang lebih tinggi daripada
pengangkut bahan / komoditi
yang tidak berbahaya, seperti
tidak mudah panik, sabar,
bertanggung jawab, tidak
mudah jenuh menghadapi
pekerjaan dan situasi yang
monoton
h. memiliki pengetahuan 5 0
mengenai bahan berbahaya
yang diangkutnya, seperti
klasifikasi, sifat dan
karakteristik bahan berbahaya
i. memiliki pengetahuan 5 10
mengenai bagaimana
mengatasi keadaan jika terjadi
suatu kondisi darurat, seperti
cara menanggulangi
kecelakaan
j. memiliki pengetahuan 5 0
mengenai ketentuan
pengangkutan bahan
berbahaya, seperti penggunaan
plakat, label dan simbol bahan
berbahaya
k. memiliki fisik yang sehat dan 5 10
tangguh
Page | 89
5. K3 pengemudi dan pembantu 2
pengemudi
Jumlah 70 40 Cukup
b. Terdapat pengawalan 5 0
pengawalan oleh petugas yang
bertanggung jawab dibidang
lalu lintas dan angkutan atau
polisi lalu lintas apabila
pengangkutan limbah bahan
berbahaya dan beracun dapat
melalui daerah padat penduduk
Page | 90
2. Tempat asal dan tujuan 7
Jumlah 70 35 Cukup
b. Pengangkutan limbah B3
curah dilakukan dengan
kemasan besar, seperti tangki 5 0
portabel atau truk tangki,
kendaraan yang dirancang dan
dibuat dengan persyaratan
khusus.
c. Pengangkutan limbah B3 5 0
curah dilakukan dengan
kemasan dalam (inside
container) yang digabung
dengan kemasan luar (outside
container), kemasan dengan
berbagai bentuk, seperti botol,
drum, jerigen, tong, kantong,
kotak / peti dan kemasan
gabungan dan menggunakan
kendaraan pengangkut biasa
yang aman
d. Pengangkutan bahan 5 20
berbahaya dan beracun
(B3)memenuhi ketentuan
aspek keselamatan dan
keamanan pada saat bongkar-
muat
Page | 91
e. pemisahan bahan berbahaya 3 0
yang tidak diangkut atau
disimpan bersama
f. Kegiatan pengangkutan 5 0
dihentikan apabila dalam
pelaksanaan diketahui ada
wadah atau kemasan yang
rusak
2. Kemasan 3
a. Kemasan memenuhi 5 15
persyaratan kekuatan bahan
berdasarkan serangkaian
pengujian terhadap bahan
kemasan sesuai peraturan yang
berlaku
Page | 92
c. Setiap kemasan bahan
berbahaya dan beracun (B3)
dilengkapi marking dan label
yang sesuai dengan jenis
bahan berbahaya yang
diangkut.
Jumlah 45 30 Cukup
3. Kendaraan pengangkut 3
c. Pengemudi mengawasi 10 30
kendaraan pengangkut bahan
berbahaya dan beracun (B3)
setiap saat dengan
pengecualian sesuai peraturan
yang berlaku
d. Terdapat pedoman 10 30
pengoperasian kendaraanbaik
untuk keadaan normal maupun
darurat
e. Terdapat pedoman 10 30
pengoperasian kendaraan
sekurang-kurangnya memuat
salinan peraturan yang terkait,
instruksi dan prosedur yang
harus dikerjakan apabila terjadi
kecelakaan atau keterlambatan
pengiriman.
Page | 93
f. Kendaraan pengangkut limbah 10 30
B3 tidak berhenti di sembarang
tempat
Page | 94
b. Pengemudi mematikan 10 20
kendaraan pengangkut pada
saat mengisi bahan bakar
Jumlah 60 20 Kurang
3. Melaksanakan pengangkutan 1 14
bahan berbahaya dan beracun (B3)
dengan memenuhi ketentuan
sesuai peraturan yang berlaku
5. Memberikan pertanggungjawaban 1 0
apabila terjadi kerusakan jalan,
jembatan dan gangguan
lingkungan di sekitarnya yang
diakibatkan pengoperasian
kendaraan pengangkut limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3)
Page | 95
7. Memperbaharui Surat Persetujuan 1 14
setiap 6 (enam) bulan, apabila
pengoperasian pengangkutan B3
berlanjut.
Jumlah 42 14 Kurang
Page | 96
3. Terdapat surat keterangan dokter 1 0
bagi pengemudi
4. Pelaksanaan pengangkutan 1 16
dilengkapi dokumen pengiriman
7. Terdapat rekomendasi 1 16
pengangkutan limbah B3 dari
KLH
Page | 97
Rekapitulasi Instrumen Penilaian Pengangkutan Limbah b3 Industri Pelapisan Logam
5 Kewajiban 39 0 0% Kurang
Pemilik atau
Penanggungjawab
Limbah B3
Page | 98
1. Kendaraan Pengangkut Limbah B3
Page | 99
4. Kewajiban Pengangkut Limbah B3
6. Pengawasan Limbah B3
Page | 100
7. Dokumentasi
Page | 101
3.7 Upaya Pengelolahan Limbah B3 di Pabrik Electroplating
Limbah yang akan dihasilkan pada proses ini sebenarnya ada dua macam
senyawa atau zat, yaitu zat organik dan zat inorganik selain juga sisa dari cairan
proses elektroplating ini. Cairan sisa hasil proses ini mungkin bisa dicegah masuk ke
saluran umum dengan cara menampung sisa prosesnya, tapi pada proses pencucian
bahan hasil proses elektroplating kita tidak bisa menghindarkan cairan ini untuk
masuk ke saluran pembuangan. Sebelum cairan ini masuk ke saluran umum sebaiknya
cairan ini diolah terlebih dahulu dalam penampungan khusus.
Page | 102
Ditambahkan bahan kimia misalnya metabisulfat / hidrosulfat/
ferrosulfat, sebagai bahan produksi yang mereduksi Cr6+
menjadi Cr3+
Ditambahkan bahan kimia misalnya metabisulfat / hidrosulfat/
ferrosulfat, sebagai bahan produksi yang mereduksi Cr6+
menjadi Cr3+
Page | 103
a) Cara mengendapkan sebagai hidroksida atau sulfide.
b) Menangkap ion Cu dengan resin tertentu dalam proses penukar ion
atau ion exchange, dengan proses ini kadar Cu dari 1 ppm dapat
diturunkan sampai 0,03 ppm.
c) Cara penguapan dan elektrolisa, cara ini lebih sesuai untuk air buangan
dengan kadar Cu rendah.
Page | 104
sianida CNO dan akhirnya menjadi CO2 dan N2. Proses-proses lainnya
adalah perusakan sianida secara elektrolisa, dan dapat pula dilakukan
pengolahan secara penguapan. Pengolahan dengan khlor aktif dilakuakan
dengan menaikan pH larutan terlebih dahulu antara lain dengan
penambahan NaOH, kemudian diberi khlor aktif/ kaporit.
Air buangan yang mengandung asam, antara lain H2So4, HCl, H2CrO4,
H2Cr2O7, NiSO4, CuP2O7, NiCl2, dengan kepekatan berbeda-beda.
Air buangan yang mengandung NaCN, CuCN, Ca(OH)2, NaOH, dan lai-
lain dengan konsentrasi yang berbeda-beda.
Air buangan yang mengandung NaCN, CuCN, Ca(OH)2, NaOH, dan lai-
lain dengan konsentrasi yang berbeda-beda.
Jenis-jenis air buangan tersebut harus dipisahkan sejak awal antara lain
dengan menampung dalam bak terlebih dahulu atau dapat pula langsung ke
Page | 105
tempat pengolahan. Di sini perlu diperhatikan bahwa air buangan alkalis sama
sekali tidak boleh dicampur dengan air buangan yang asam. Air buangan yang
mengandung sianida sama sekali tidak boleh ditampung dahulu dalam satu
bak, sedang air buangan yang mengandung khrom ditampung dalam bak yang
berbeda.
Pada proses ini pH diatur sekitar 8-9, bila perlu dengan ambahn air
kapur. Disamping khrom,juga logam-logam lain turut mengendap sehingga air
yang melimpah keluar dari bak bebas dari khrom, nikel, tembaga maupun
sianida. Skema proses pengolahan air limbah pelapisan logam secara terpadu
dapat dilihat pada Gambar berikut.
Page | 106
Gambar 5. Pengolahan Air Limbah Pelapisan Logam Terpadu
Solidifikasi
Page | 107
antara limbah dengan bahan pembentuk padatan, isolasi mekanis di dalam suatu
matriks pengikat yang melindungi limbah dari pengaruh luar atau dengan suatu
kombinasi proses-proses fisika dan kimiawi. Teknik ini dapat dilakukan dengan
menguapkan air dari limbah berair atau lumpur limbah (sludge), penyerapan
limbah pada suatu padatan, reaksi dengan semen, reaksi dengan senyawa-senyawa
silikat, enkapsulasi atau penyisipan di dalam bahan polimer atau termoplastik
(Manahan, 2000). Pada proses solidifikasi kemungkinan terjadi stabilisasi yang
secara umum dapat didefinisikan sebagai proses pencampuran limbah dengan
bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar
dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut.
Dan prinsip kerja solidifikasi adalah pengubahan watak fisik dan kimiawi
limbah B3 dengan cara penambahan senyawa pengikat sehingga pergerakan
senyawa-senyawa B3 dapat dihambat atau terbatasi dan membentuk ikatan
Page | 108
massa monolith dengan struktur yang kekar (massive) (KEP-03
/BAPEDAL/09/1995) .
Page | 109
mempunyai nilai tekanan minimum sebesar 10 ton/m2 dan lolos uji "Paint
Filter Test";
d. Limbah B3 olahan yang memenuhi persyaratan kadar TCLP, nilai uji kuat
tekan dan lolos paint filter test; selanjutnya harus ditimbun di tempat
penimbunan (landfill) yang ditetapkan pemerintah atau yang memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
Page | 110
3.8 Desain Penimbunan dan Persyaratan Penimbunan Limbah B3 Industri
Elektroplating
Penimbunan limbah B3 harus dilakukan pada lokasi tepat dan benar yang
memenuhi persyaratan lingkungan. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam
peemilihan lokasi adalah :
a. Lokasi yang akan dipilih harus merupakan daerah yang bebas dari banjir
b. Geologi lingkungan
1) Daerah dengan litologi batuan besar adalah batuan sedimen berbutir sangat
halus (seperti serpih, batu lampung), batuan beku, atau batuan malihan
yang bersifat kedap air (k< 10-9 m/s), tidak berongga, tidak bercelah dan
tidak berkekar intensif.
2) Tidak merupakan daerah berpotensi bencana alam : longsoran, bahaya
gunung api, gempa bumi dan patahan aktif.
c. Hidrogeologi
1) Bukan merupakan daerah resapan bagi air tanah tidak tertekan yang
penting dan air tanah tertekan.
2) Bukan merupakan daerah resapan bagi air tanah tidak tertekan yang
penting dan air tanah tertekan.
d. Hidrologi permukaan
Page | 111
e. Iklim dan curah hujan
f. Lokasi penimbunan harus sesuai dengan rencana tata ruang yang merupakan
tanha kosong tidak subur, tanah pertanian ynag kurang subur, atau lokasi
bekas pertambangan ynag telah tidak berpotensi dan sesuai dengan rencana
tata ruang baik untuk peruntukan industri atau tempat tempat penimbunan
limbah. Selain itu harus memperhatikan flora dan fauna :
Page | 112
3) Untuk limbah B3 belum terolah dan yang total kadar maksimum bahan
pencemarnya lebih kecil dari nilai kolom A, maka limbah B3
penimbunannya harus di landfill kategori II.
4) Untuk limbah B3 yang belum terolah dan yang total kadar maksimum
bahan pencemarnya lebih kecil atau sama dengan nilai kolom B, maka
limbah B3 penimbunannya harus di landfill kategori III.
5) Apabila ada satu atau lebih parameter yang total kadar maksimum bahan
pencemarnya melebihi nilai pada kolom A, maka limbah B3 tempat
penimbunannya harus di landfill kategori I.
6) Apabila ada satu atau lebih parameter yang total kadar maksimum bahan
pencemarnya melebihi nilai pada kolom B, maka limbah b3 tempat
penimbunannya harus di landfill kategorii II.
Page | 113
Tabel 2. Total kadar maksimum limbah B3 yang belum terolah dan
tempat penimbunnya (PP RI No 101 tahun 2014)
Page | 114
b. Rancang bangun/Desain masing-masing kategori Landfill
Sistem pelapisan dasar landfill dari bawah ke atas terdiri dari komponen-
komponen berikut :
Page | 115
2. Lapisan Geomembran Kedua (Secondary Geomembrane)
Page | 116
5. Lapisan Geomembran Pertama (Primary Geomembrane)
Page | 117
Gambar 7. Sistem Landfill Limbah B3
Sumber : kemenLH tentang perizinan dan penimbunan limbah b3. Pln tanjung
jati, jepara, provinsi jawa tengah tahun 2011
Sumber : kemenLH tentang perizinan dan penimbunan limbah b3. Pln tanjung
jati, jepara, provinsi jawa tengah tahun 2011 dan (KEP-
04/BAPEDAL/09/1995)
Page | 118
Gambar 9. Lapisan Penutup Akhir (Final Cover)
Sumber : kemenLH tentang perizinan dan penimbunan limbah b3. Pln tanjung
jati, jepara, provinsi jawa tengah tahun 2011 dan (KEP-
04/BAPEDAL/09/1995)
(KEP-04/BAPEDAL/09/1995)
Setelah landfill diisi penuh dengan limbah, landfill harus ditutup dengan
pelapis penutup akhir (PPA). PPA tersebut harus dirancang sedemikian rupa
sehingga mampu :
Page | 119
Pelapis penutup akhir landfill limbah B3 Gambar 3, mulai dari bawah ke atas,
terdiri dari :
Page | 120
e) Pelapisan Tanah untuk Tumbuhan (Vegetative Layer)
Pelapisan tanah untuk tumbuhan (PTT) berupa tanah setempat atau tanah
dari tempat lain dengan sifat fisik perbedaan kembang kerut kecil.
Ketebalan minimum 60 cm. PTT harus mampu mendukung tumbuhnya
tumbuhan di atasnya;
f) Tumbuh-tumbuhan (Vegetation)
Sumber : kemenLH tentang perizinan dan penimbunan limbah b3. Pln tanjung
jati, jepara, provinsi jawa tengah tahun 2011
Page | 121
Gambar 11. Desain Lapisan Landfill
Sumber : http://churchincharlotte.info/sanitary-landfill-design.html
Page | 122
e. Persyaratan Konstruksi dan Instalasi Komponen-Komponen Landfill
1) kantor administrasi;
2) gudang peralatan;
3) fasilitas pencucian kendaraan dan perlengkapan;
4) tempat parkir;
5) peralatan dan perlengkapan untuk mengatasi keadaan darurat;
6) peralatan "emergency shower";
7) peralatan penimbunan limbah di lokasi landfill (contoh: buldoser)
8) perlengkapan pengaman pribadi pekerja;
9) perlengkapan PPPK (pertolongan pertama pada kecelakaan).
Page | 123
g. Perlakuan Limbah Sebelum ditimbun
Page | 124
3. air lindi dalam lapisan pengumpulan lindi dan lapisan pendeteksi
kebocoran harus dipindahkan ke tempat penampungan air lindi melalui
sistem pengumpulan dan pemindahan lindi.
Air lindi yang ditampung di tempat penampungan air lindi sebelum dibuang
ke media lingkungan wajib memenuhi baku mutu air lindi Pemenuhan baku
mutu air lindi dilakukan berdasarkan hasil uji di laboratorium yang
terakreditasi paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan dan dilaporkan
kepada Menteri Lingkungan Hidup.
Adapun beberapa proses pengolahan yang dapat dilakukan agar lindi sesuai
dengan baku mutu adalah :
Page | 125
i. Sistem pengendalian gas
Ventilasi dapat dilakukan secara pasif ataupun secara aktif dan secara aktif.
Ventilasi secara aktif terdiri dari pipa berlubang dalam sumuran berisi kerikil,
atau pipa berlubang yang diletakkan secara horizontal dalam saluran berisi
kerikil. Saluran atau sumuran ini dihubungkan dengan pipa utama ke suatu
exhaust blower yang menciptakan keadaan vakum. Pada sistem ini pergerakan
gas lebih terkontrol tetapi lebih mahal. Lebih lazim digunakan pada sistem
yang bermasud akan memanfaatkan gas metan. Sedang pada ventilasi secara
pasif hanya mengandalkan pada materi permeabel yang ditempatkan pada
jalan aliran gas. Agar efektif, pasir harus mempunyai gradien tekanan alami.
Saluran atau sumuran yang permeabel bertindak sebagai daerah dengan
tekanan lebih rendah sehingga akan terjadi aliran konveksi. Pengendalian dari
sekeliling lahan tidak dapat mengendalikan pergerakan gas keudara tetapi
hanya pergerakan dalam tanah (lateral).
Page | 126
dimanfaatkan, maka sangat dianjurkan agar gas bio yang terbentuk dibakar
melalui flare
1) TCLP
2) Batasan limbah B3 yang ditimbun (POHCs, PCBs, Dioksin, dan Furan)
3) Uji paint filter test
4) Uji kuat tekan (enkapsulasi dan solidifikasi)
5) Radioaktivitas (TENORM, technologically enhanced naturally occuring
radioactive material)
Page | 127
BAB IV
PUNUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 101 tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) bahan berbahaya
dan beracun dikategorikan menjadi 2 kategori.
Ketentuan yang harus diperhatikan pada saat pengumpulan limbah B3
diantaranya adalah memperhatikan karkteristik limbah B3, mempunyai laboratorium
yang dapat mendeteksi karakteristik limbah B3 kecuali untuk toksikologi, memiliki
perlengkapan untuk penanggulangan terjadinya kecelakaan, memiliki konstruksi
bangunan kedap air dan bahan bangunan disesuaikan dengan karakteristik limbah B3,
dan lokasi pengumpulan limbah B3 harus bebas banjir.
Untuk pengangkutan limbah B3 hal yang harus di perhatikan diantaranya
kendaraan pengangkut limbah B3, lintas angkutan limbah B3, pengoperasian
kendaraan pengangkut limbah B3, kewajiban pengangkutan limbah B3, kewajiban
pemilik dan atau penanggung jawab limbah B3, dan pengawasan.
Upaya pengolahan limbah B3 di industri electroplating ada 2, yang pertama
yaitu pengolahan terhadap air limbah, dan yang kedua adalah pengolahan terhadap
limbah padat.
4.2 Saran
1. Kepada pihak produksi
Sebaiknya pada kemasan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dicamtumkan
tanggal produksi dan tanggal kadaluarsa.
2. Kepada pengelola laboratorium
Sebaiknya selalu mengecek tanggal kadaluarsa Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) yang ada di laboratorium.
Sebaiknya penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) diletakkan sesuai
dengan karakteristiknnya.
3. Kepada konsumen
Sebaiknya berhati-hati saat penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
dan dilakukan sesuai prosedur.
Page | 128
DAFTAR PUSTAKA
Gupta, S. K. and M. T. Surwade. 2007. Immobilization of Heavy Metals from Steel Plating
Industry Sludge Using Cement at Different pH
Kemenlh 2011 Tentang Perizinan Dan Penimbunan Limbah B3. Pln Tanjung Jati, Jepara,
Provinsi Jawa Tengah
Kepbapedal No: kep-04/bapedal/09/1995 tentang tata cara dan persyaratan penimbunan hasil
pengolahan, dan lokasi bekas penimbunan limbah bahan berbahaya dan beracun
Manahan, Stanley E. 2000. Environmental Science, Technology and Chemistry. Boca Raton:
CRC Press LLC.
Page | 129
Palar, H. (2008). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999. Tentang Pengelolaan
Limbah Berbahaya dan Beracun. Jakarta.
Page | 130
United Nationts Environment Progremme, APELL Handbook 2nd edition – 2015, Awareness
and Preparedness for Emergencies at Local Leve;, “Aprocess for improving
community awareness and preparedness for technological hazard sand environmental
emergencies”
Page | 131
DAFTAR LAMPIRAN
Page | 132
2. Lampiran Instrument Penyimpanan B3
Page | 133
3. Lampiran Instrument Penilaian Pengumpulan Limbah B3
INDUSTRI ELECROPLATING
Nama Industri :
Alamat :
Tanggal Pemeriksaan :
Petugas Pemeriksaan :
Petunjuk pengisian :
Page | 134
4. Lokasi pengumpulan limbah B3 20
memiliki jarak 50 meter dari jalan
selain jalan utama dan jalan tol
Jumlah
Page | 135
memudahkan dalam
pengangkatannya
Jumlah
2. Fasilitas pengumpulan 4
Jumlah
Page | 136
d. Atap tanpa plafon, terbuat 10
dari bahan yangringan dan
mudah hancur jika terbakar
Page | 137
bersifat korosif, reaktif, dan
beracun
Page | 138
i. Pada bagian luar bangunan harus 10
dipasang tanda (simbol) limbah
B3 mudah terbakar, sesuai
dengan peraturan penandaan
yang berlaku.
Jumlah
3. Fasilitas 1. Laboratorium 4
tambahan
a. Memiliki fasilitas laboratorium 50
yang lengkap untuk pengujian
jenis dan karakteristik dari
limbah B3 padat dan cair
2. Fasilitas pencucian 3
Page | 139
3. Fasilitas bongkar muat 4
a. Terdapat tata ruang yang tepat 50
untuk bongkar muat sehingga
memudahkan kegiatan
pemindahan limbah dari dan
ke kendaraan pengangkut
b. Lantai untuk kegiatan 50
bongkarmuat harus kuat dan
kedap air serta dilengkapi
dengan saluran pembuangan
menuju bak penampung untuk
menjamin tidak ada tumpahan
atau ceceran limbah B3 yang
lepas ke lingkungan
Jumlah
Jumlah
Page | 140
B3
Jumlah
Page | 141
dalam satu kemasan adalah
limbah yang sama, atau dapat
pula disimpan bersama-sama
dengan limbah lain yang
memiliki karakteristik yang
sama, atau dengan limbah
lain yang karakteristiknya
saling cocok
Jumlah
2. Kemasan 3
Page | 142
Jumlah
Jumlah
Page | 143
kurang dari 1 (satu) meter
Jumlah
Page | 144
tangki.
Page | 145
melakukan pemeriksaan
sekurang-kurangnya 1
(satu) kali sehari selama
sistem tangki
dioperasikan.
k. Terdapat pemeriksaan 5
sistem perlindungan
katodik (jika ada), untuk
memastikan bahwa
peralatan tersebut bekerja
sempurna oleh pemilik
l. Terdapat sistem tanggap 5
darurat pada tangki atau
sistem pengumpul
sekunder yang mengalami
kebocoran atau gangguan
yang menyebabkan
limbah B3 yang
disimpannya
terlepas
Jumlah
6. Penempatan Tangki 5
Page | 146
Jumlah
3. Memiliki penetapan 30
penghentian pengumpulan
limbah yang dilakukan sesuai
persyaratan
4. Memiliki form pengumpulan 30
limbah B3
Jumlah 100
Total keseluruhan
Page | 147
4. Lampiran Instrument Penilaian Pengangkutan Limbah B3
Nama Industri :
Alamat :
Tanggal Pemeriksaan :
Petugas Pemeriksaan :
Petunjuk pengisian :
Perhitungan :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
a. Persentase Skor = 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
≤33,32% = Kurang
33,33% – 66,65% = Cukup
66,66% – 100% = Baik
Page | 148
No Aspek Penilaian
Jumlah
Page | 149
2. Perlengkapan keadaan darurat 3
f. Terdapat dongkrak
l. Terdapat Pedoman
pengoperasian kendaraan yang
baik untuk keadaan normal dan
darurat
Jumlah
3. Kendaraan khusus 3
Page | 150
a. Setiap kendaraan pengangkut
limbah B3 yang mudah
meledak, gas mampat, gas cair,
gas terlarut pada tekanan atau
pendinginan tertentu, dan
cairan mudah menyala
memenuhi persyaratan khusus
sesuai dengan keputusan dirjen
hub darat NOMOR :
SK.725/AJ.302/DRJD/2004
Jumlah
Page | 151
b. memiliki pengetahuan
mengenai jaringan jalan dan
kelas jalan, kelaikan kendaraan
bermotor, tata cara mengangkut
barang.
c. memiliki pengetahuan
mengenai bahan berbahaya
yang diangkutnya, seperti
klasifikasi, sifat dan
karakteristik bahan berbahaya
d. memiliki pengetahuan
mengenai bagaimana mengatasi
keadaan jika terjadi suatu
kondisi darurat, seperti cara
menanggulangi kecelakaan
f. memiliki pengetahuan
mengenai ketentuan
pengangkutan bahan berbahaya,
seperti penggunaan plakat,
label dan simbol bahan
berbahaya
Page | 152
g. memiliki kemampuan psikologi
yang lebih tinggi daripada
pengangkut bahan / komoditi
yang tidak berbahaya, seperti
tidak mudah panik, sabar,
bertanggung jawab, tidak
mudah jenuh menghadapi
pekerjaan dan situasi yang
monoton
h. memiliki pengetahuan
mengenai bahan berbahaya
yang diangkutnya, seperti
klasifikasi, sifat dan
karakteristik bahan berbahaya
m. memiliki pengetahuan
mengenai bagaimana
mengatasi keadaan jika terjadi
suatu kondisi darurat, seperti
cara menanggulangi
kecelakaan
n. memiliki pengetahuan
mengenai ketentuan
pengangkutan bahan
berbahaya, seperti penggunaan
plakat, label dan simbol bahan
berbahaya
o. memiliki fisik yang sehat dan
tangguh
Jumlah
Page | 153
5. K3 pengemudi dan pembantu 2
pengemudi
Jumlah
b. Terdapat pengawalan
pengawalan oleh petugas yang
bertanggung jawab dibidang
lalu lintas dan angkutan atau
polisi lalu lintas apabila
pengangkutan limbah bahan
berbahaya dan beracun dapat
melalui daerah padat penduduk
Jumlah
Page | 154
2. Tempat asal dan tujuan 7
Jumlah
b. Pengangkutan limbah B3
curah dilakukan dengan
kemasan besar, seperti tangki
portabel atau truk tangki,
kendaraan yang dirancang dan
dibuat dengan persyaratan
khusus.
c. Pengangkutan limbah B3
curah dilakukan dengan
kemasan dalam (inside
container) yang digabung
dengan kemasan luar (outside
container), kemasan dengan
berbagai bentuk, seperti botol,
drum, jerigen, tong, kantong,
kotak / peti dan kemasan
gabungan dan menggunakan
kendaraan pengangkut biasa
yang aman
d. Pengangkutan bahan
berbahaya dan beracun
(B3)memenuhi ketentuan
aspek keselamatan dan
keamanan pada saat bongkar-
muat
Page | 155
e. pemisahan bahan berbahaya
yang tidak diangkut atau
disimpan bersama
f. Kegiatan pengangkutan
dihentikan apabila dalam
pelaksanaan diketahui ada
wadah atau kemasan yang
rusak
Jumlah
2. Kemasan 3
a. Kemasan memenuhi
persyaratan kekuatan bahan
berdasarkan serangkaian
pengujian terhadap bahan
kemasan sesuai peraturan yang
berlaku
Page | 156
c. Setiap kemasan bahan
berbahaya dan beracun (B3)
dilengkapi marking dan label
yang sesuai dengan jenis
bahan berbahaya yang
diangkut.
Jumlah
3. Kendaraan pengangkut 3
c. Pengemudi mengawasi
kendaraan pengangkut bahan
berbahaya dan beracun (B3)
setiap saat dengan
pengecualian sesuai peraturan
yang berlaku
d. Terdapat pedoman
pengoperasian kendaraanbaik
untuk keadaan normal maupun
darurat
e. Terdapat pedoman
pengoperasian kendaraan
sekurang-kurangnya memuat
salinan peraturan yang terkait,
instruksi dan prosedur yang
harus dikerjakan apabila terjadi
kecelakaan atau keterlambatan
pengiriman.
Page | 157
f. Kendaraan pengangkut limbah
B3 tidak berhenti di sembarang
tempat
Jumlah
Page | 158
b. Pengemudi mematikan
kendaraan pengangkut pada
saat mengisi bahan bakar
Jumlah
3. Melaksanakan pengangkutan
bahan berbahaya dan beracun (B3)
dengan memenuhi ketentuan
sesuai peraturan yang berlaku
5. Memberikan pertanggungjawaban
apabila terjadi kerusakan jalan,
jembatan dan gangguan
lingkungan di sekitarnya yang
diakibatkan pengoperasian
kendaraan pengangkut limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3)
Page | 159
7. Memperbaharui Surat Persetujuan
setiap 6 (enam) bulan, apabila
pengoperasian pengangkutan B3
berlanjut.
Jumlah
Jumlah
Page | 160
3. Terdapat surat keterangan dokter
bagi pengemudi
4. Pelaksanaan pengangkutan
dilengkapi dokumen pengiriman
7. Terdapat rekomendasi
pengangkutan limbah B3 dari
KLH
Jumlah
Total Keseluruhan
Page | 161