Anda di halaman 1dari 29

PENGARUH AKTIVITAS PENAMBANGAN BATUBARA TERHADAP

LINGKUNGAN PADA PT. MIFA BERSAUDARA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Akbar Praja Yuda (1504108010066)
Afifah Sahara (1604108010010)
Zulkamal Rizki (1604108010021)
Jessica Anggraini (1704108010005)
M. Affhan Zuhri (1704108010018)
Febryna Yusri (1704108010019)
M. Dava Ar-Rauf (1704108010035)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN - FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam memahami dan dapat menjelaskan Pengaruh Aktivitas Penambangan Batubara
Terhadap Lingkungan Pada PT. Mifa Bersaudara dalam matakuliah Lingkungan
Tambang pada Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Syiah Kuala.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan bagi


para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena landasan ilmu
pengetahuan yang kami miliki masih sangat kurang dalam hal pemahaman lingkungan
tambang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 23 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Profil Perusahaan ......................................................................................... 3
2.2 Tahapan Kegiatan Penambangan ................................................................. 4
2.2.1 Pembersihan Lahan (Land Clearing) ............................................... 4
2.2.2 Pengupasan Tanah Penutup (Overburden Removal) ....................... 5
2.2.3 Pengambilan Batubara (Coal Getting) ............................................. 6
2.2.4 Penghancuran Batubara (Coal Crushing) ........................................ 6
2.2.5 Pengangkutan Batubara (Coal Hauling) .......................................... 7
2.2.6 Pengapalan Batubara (Coal Barging) .............................................. 8
2.3 Dampak Negatif Terhadap Lingkungan ....................................................... 8
2.3.1 Dampak Negatif Terhadap Lingkungan ........................................... 8
2.3.2 Terbentuknya Air Asam Tambang ................................................... 9
2.3.3 Munculnya Debu .............................................................................. 9
2.3.4 Terjadinya Swabakar ........................................................................ 10
2.3.5 Timbulnya Limbah Non B3 dan Limbah B3 ................................... 10
2.4 Penanganan Lingkungan .............................................................................. 11
2.4.1 Reklamasi ......................................................................................... 11
2.4.2 Pembangunan Settling Pond ............................................................ 12
2.4.3 Penanganan Debu............................................................................. 15
2.4.4 Penanganan Swabakar ..................................................................... 16
2.4.5 Penanganan Limbah Non B3 ........................................................... 17

ii
2.4.6 Pengelolaan Limbah B3 ................................................................... 17
2.5 Dampak Positif PT. Mifa Bersaudara .......................................................... 22
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 24
3.2 Saran ............................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perusahaan dan masyarakat yang bermukim di sekitarnya merupakan dua
komponen yang saling mempengaruhi. Aktivitas produksi yang dilakukan oleh
perusahaan memiliki dampak terhadap masyarakat di sekitarnya, baik positif maupun
negatif. Begitupun sebaliknya, pandangan atau tindakan masyarakat sekitar perusahaan
dapat mempengaruhi keberlanjutan keberadaan sebuah perusahaan di wilayah tertentu.
Interaksi di antara keduanya merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan karena
mereka berada dalam lingkungan yang sama.
Aktivitas perusahaan memiliki dampak terhadap masyarakat sekitarnya.
Dampak tersebut dapat berupa dampak positif seperti antara lain penciptaan lapangan
pekerjaan dan peningkatan ekonomi, maupun dampak negative seperti antara lain
penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat. Namun, bagian mana yang
lebih menonjol dari kedua dampak tersebut tergantung dari sudut mana masyarakat
memandangnya.
PT. Mifa Bersaudara merupakan perusahaan pertambangan di bawah Media
Group yang melakukan kegiatan penambangan di Aceh Barat yang lokasinya di
Gampong Buloh Kecamatan Meureubo kabupaten Aceh Barat.Keberadaan perusahaan
tambang tersebut timbul berbagai macam persepsi dari masyarakat dan juga timbulnya
permasalahan bagi masyarakat sekitar tambang khususnya masyarakat Gampong Balee
yang lokasinya tidak jauh dengan area pertambangan. Permasalahan yang pernah
muncul dari masyarakat sekitar tambang ialah melakukan unjuk rasa kepada PT. Mifa
Bersaudara guna merekrut tenaga kerja dari desa mereka dan banyak permasalahan lain
yang timbul dari masyarakat terhadap aktivitas perusahaan tersebut.
PT Mifa Bersaudara juga menghasilkan limbah yang berasal dari kegiatan
penambangan batubara (limbah B3 dan non B3) dan air limpasan dan buangan dari
kegiatan penambangan dan pengolahan batubara. Air limbah tersebut juga harus

1
diperhatikan baku mutu nya sebelum dilepas atau dibuang ke air permukaan. Selain itu,
tahapan atau kegiatan penambangan lainnya juga memicu terjadi nya dampak
lingkungan seperti adanya debu berterbangan yang membahayakan kesehatan.
Untuk mengendalikan dampak negatif kegiatan penambangan, sekaligus
mengupayakan pembangunan sektor pertambangan berwawasan lingkungan, maka
penambangan yang berdampak besar dan wajib penting membuat studi AMDAL
(Analisa mengenai dampak lingkungan), UKL (upaya pengelolahan lingkungan dan
UPL (upaya pemantauan lingkungan) serta RKTTL (Rencana Kerja Tahunan Teknis
Lingkungan). Oleh karena itu, makalah ini akan menjelaskan sejauh mana tanggung
jawab PT Mifa Bersaudara dalam penanganan lingkungan dan bagaimana cara
penanganan yang dilakukan untuk meminimalisir dampak lingkungan yang akan
terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja dampak positif dan negatif lingkungan yang dihasilkan oleh PT Mifa
Bersaudara?
2. Bagaimana pengelolaan dan penanganan lingkungan di PT. Mifa Bersaudara?
3. Bagaimana cara mengidentifkasi jenis pencemaran lingkungan yang di
hasilkan oleh PT.Mifa Bersaudara.
4. Apakah Implementasi penanganan lingkungan PT. Mifa bersaudara telah
sesuai perundang undangan lingkungan hidup di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi jenis pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh PT. Mifa
Bersaudara.
2. Mengetahui mekanisme pengelolaan limbah dan penanganan lingkungan di
PT. Mifa Bersaudara.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Profil Perusahaan

PT. Mifa Bersaudara, didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas


No. 69 tanggal 14 Januari 2002 dan telah disahkan dengan Surat Keputusan Menteri
Hukum dan HAM RI No.C-03647.HT.01.01.TH.2002 tentang Pengesahan Akta
Pendirian Perseroan Terbatas.

Perusahaan merupakan salah satu anak Perusahaan dari PT. Media Djaya
Bersama, yang beroperasi di Aceh Barat, Provinsi Aceh. Perusahaan bergerak dalam
bidang pertambangan batubara.

Gambar 2.1 Struktur Kepemilikan Perusahaan

Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi (IUP-OP) No.117b/2011 atas nama


PT. Mifa Bersaudara memiliki luasan wilayah konsesi seluas 3.134 Hektar (Ha) di
wilayah Aceh Barat yang telah mendapatkan Sertifikat Clean and Clear (CnC) Nomor:

3
234/Bb/03/2014. Berdasarkan laporan cadangan dan sumber daya batubara sesuai
standard JORC yang dikeluarkan oleh PT. Runge Indonesia pada Juli 2011, Perusahaan
memiliki potensi cadangan batubara sebesar 383 juta mt. Kualitas batubara yang
dikenal dengan "Solution Coal".

Perusahaan telah melakukan penambangan percobaan (pilot mining) sejak


Januari 2012 dan telah mengapalkan batubara ke Lhok Nga, Aceh Besar sejak Oktober
2012. Dengan demikian, PT. Mifa Bersaudara merupakan pioneer industri batubara di
Aceh dengan pengiriman tongkang perdananya. Perusahaan telah mendapatkan
pengakuan Eksportir Terdaftar (ET Batubara) No. 03.ET 04.14.0072 dan telah
memulai ekspor sejak Januari 2015.

2.2 Tahapan Kegiatan Penambangan

Metode penambangan pada PT. Mifa Bersaudara merupakan sistem tambang


terbuka dengan metode Open Pit. Sistem tambang terbuka yaitu segala kegiatan
penambangannya dilakukan diatas atau dekat dengan permukaan bumi dan tempat
kerjanya berhubungan langsung dengan udara luar (Hartman, 1987). Sistem
penambangan yang dilakukan adalah sistem konvensional menggunakan peralatan
kombinasi Excavator dan Truck. Adapun aktivitas penambangan yang dilakukan di PT.
Mifa Bersaudara, antara lain sebagai berikut:

2.2.1 Pembersihan Lahan (Land Clearing)

Pembersihan lahan (land clearing) adalah kegiatan yang dilakukan untuk


membersihkan front kerja dari semak belukar, pepohonan, dan tumbuhan lain yang
dapat mengganggu proses penambangan. Kegiatan untuk membersihkan front kerja
dari semak belukar dan pepohonan yang berukuran besar biasanya menggunakan alat
mekanis seperti Excavator Caterpillar CE 174 tipe 320 D, sedangkan Dozer CD 165
sebagai alat pendukung untuk membersihkan tumbuhan yang telah di tebang.

4
Gambar 2.2 Proses Land Clearing

2.2.2 Pengupasan Tanah Penutup (Overburden Removal)

Pengupasan overburden merupakan proses pengupasan lapisan tanah penutup


untuk menyingkap lapisan batubara yang ada di bawahnya. Proses pengupasan dan
penggalian di pit B dilakukan dengan alat-alat mekanis seperti excavator dan bulldozer
yang selanjutnya akan diangkut ke area disposal oleh articulated dump truck dan off
highway truck.

Gambar 2.3 Pengupasan Tanah Penutup (Overburden Removal)

5
2.2.3 Pengambilan Batubara (Coal Getting)

Setelah dilakukan proses pengupasan tanah penutup. Selanjutnya dilakukan


dahulu kegiatan coal cleaning. Kegiatan coal cleaning ini adalah membersihkan
pengotor yang berasal dari permukaan batubara yang berupa material sisa tanah
penutup yang masih tertinggal sedikit, serta pengotor lain yang berupa agen
pengendapan Setelah dilakukan coal cleaning, maka selanjutnya dilakukan proses coal
getting. Proses pengambilan dan pemuatan material batubara dilakukan dengan metode
digging dan ripping dengan menggunakan alat muat seperti excavator dan kemudian
diangkut menggunakan truck IVECO atau off highway truck, ke area CCP (Coal
Crushing Plant).

Gambar 2.4 Pengambilan Batubara (Coal Getting)

2.2.4 Penghancuran Batubara (Coal Crushing)

Setelah sampai ke area CCP, batubara yang diangkut tersebut ditumpahkan


(dumping) dengan dua kondisi, kondisi pertama yaitu apabila fix crusher 1 dan 2
berfungsi dengan normal atau tidak terjadi blocking pada unit hopper maka proses
dumping dapat dilakukan langsung ke unit hopper. Sedangkan pada kondisi kedua
apabila di unit hopper terjadi blocking maka proses dumping tidak bisa dilakukan
langsung ke unit hopper, tetapi proses dumping dilakukan di area ROM Stockpile.

6
Gambar 2.5 Fix Crusher 02

2.2.5 Pengangkutan Batubara (Coal Hauling)

Batubara yang telah diperkecil ukurannnya kemudian dibawa menuju area


turning point yang berjarak ± 12.8 km melewati jalan 5 dengan menggunakan
Dumptruck Iveco dengan kapasitas 70 ton sejauh ± 12 km. Kemudian batubara tersebut
di tuang di dump station dengan bantuan excavator sebelum batubara ditransfer ke
stockpile at port menggunakan OLC. Di sekitar KM 6 Jalan 5, dumptruck terlebih
dahulu ditimbang untuk pendataan.

Gambar 2.6 Pengangkutan Batubara (Coal Hauling)

7
2.2.6 Pengapalan Batubara (Coal Barging)

Material batubara yang diangkut dari turning point ke stockpile at port nantinya
akan di alihkan ke barge untuk diperdagangkan. Batubara tersebut di angkut
menggunakan belt conveyor ke barge nya. Selanjutnya batubara siap dijual dengan
menggunakan alat angkut kapal tongkang.

Gambar 2.7 Barge loading Conveyor (BLC)

2.3 Dampak Negatif Terhadap Lingkungan

Kegiatan penambangan akan menimbulkan dampak negatif terhadap


lingkungan dan sekitarnya. Ada beberapa dampak negatif yang timbul akibat
penambangan batubara di PT. Mifa Bersaudara, yaitu:

2.3.1 Hilangnya Vegetasi Alami

Pada saat proses pembersihan lahan (land clearing) dimulai menghasilkan


dampak lingkungan yang sangat signifikan yaitu hilangnya vegetasi alami. Hilangnya
vegetasi akan berdampak pada perubahan iklim mikro, keanekaragaman hayati
(biodiversity) dan habitat satwa menjadi berkurang. Banyak fauna dan flora yang
hilang bahkan mati akibat rusaknya habitat tempat tinggal mereka. Tanpa vegetasi,
lahan akan menjadi terbuka dan akan memperbesar erosi dan sedimentasi pada saat
musim hujan. Dan pada saat kegiatan pengapalan batubara (Coal Barging) dengan
jatuhnya material batubara ke laut sehingga dapat mengganggu ekosistem laut.

8
2.3.2 Terbentuknya Air Asam Tambang

Pada kegiatan pengupasan overburden, disposal (lokasi


pembuangan/penimbunan tanah penutup) yang berada di area penambangan dapat
memicu terjadinya pencemaran air yang disebabkan oleh material disposal ini dapat
diindikasikan mengandung mineral sulfida (pirit). Apabila hujan, maka aliran air di
area disposal akan mengalir ke perairan. Hal ini menyebabkan kandungan asam
meningkat sehingga perairan di sekitar lokasi penambangan mengandung air asam
tambang.
Pada kegiatan pengambilan batubara (coal getting), permukaan batubara yang
mengandung pirit (besi sulfide) berinteraksi dengan air (baik air hujan maupun air
tanah) akan menghasilkan asam sulfat yang tinggi. Apabila air nya dilairkan ke perairan
sekitar tambang, maka dapat membunuh ikan-ikan di sungai, tumbuhan, dan biota air
yang sensitive terhadap perubahan pH yang drastis.

2.3.3 Munculnya Debu

Pada kegiatan pengupasan overburden mengakibtkan material overburden


yang ditimbun di disposal merupakan tanah yang mengandung banyak debu, maka
tanah tersebut akan mudah tererosi (Suripin, 2004). Material hasil erosi akan terbawa
oleh proses run off, material tersebut terdiri dari partikel-partikel padatan yang sangat
halus dan merupakan koloid yang sangat stabil, sehingga sulit sekali untuk diendapkan.
Hal ini dapat mengakibatkan adanya konsentrasi total padatan tersuspensi (TSS) yang
sangat tinggi.
Pada aktifitas pengambilan batubara mengakibatkan debu berterbangan akibat
adanya proses penggalian dan pemuatan batubara. Pada kegiatan Penghancuran
Batubara (Coal Crushing), Apabila cuaca panas, maka intensitas debu yang
berterbangan di area crusher sangatlah banyak sampai mengganggu aktifitas
pengangkutan dan dumping.

9
Dampak lingkungan juga terjadi pada kegiatan pengangkutan batubara (Coal
Hauling) yaitu debu yang berterbangan, baik debu jalan maupun debu batubara yang
diangkut oleh dumptruck. Debu ini dapat menghambat kegiatan pengangkutan dan
transportasi karyawan dari port atau dari jalan raya menuju lokasi tambang.

2.3.4 Terjadinya Swabakar

Pada kegiatan Penghancuran Batubara (Coal Crushing), Apabila adanya cuaca


yang ekstrim, maka batubara yang berada di area stockpile mengalami swabakar.
Swabakar ini menghasilkan asap putih pekat dan berbau yang juga berbahaya bagi
kesehatan dan dapat mengganggu aktifitas pengangkutan dan dumping. Swabakar juga
dapat terjadi apabila penyimpanan batubara terlalu lama di ROM Stockpile terbuka
tanpa ada pemadatan sehingga adanya potensi resiko degradation dan pemanasan
batubara.

2.3.5 Timbulnya Limbah Non B3 dan Limbah B3

Untuk mendukung kegiatan operasional diarea tambang maka dibangun


workshop sebagai sarana untuk bengkel perbaikan alat atau equipment selama masa
operasional perusahaan. Selain itu dibangun pula warehouse seluas 0.032 Ha sebagai
tempat penyimpanan material yang akan digunakan pada kegiatan operasional di
tambang. Workshop pada perusahaan tambang dapat menghasilkan limbah B3 (baik
dalam bentuk cair, padat dan gas) sebagai berikut:

 Oli bekas (limbah cair), dapat mengakibatkan rusaknya ekosistem tanah dan
dapat merusak kemurnian air tanah.
 Sekrap besi, filter solar, majun bekas, baterai/Accu bekas, hose bekas dan
padatan sampah terkontaminasi lainnya yang dikategorikan sebagai padatan
yang mudah menyala yang dan juga padatan yang memeiliki sifat korosif.

10
 Karbon monoksida (CO) berupa limbah gas yang dapat memperbesar
kebocoran lapisan ozon (O3), gangguan pernafasan, keracunan dan
kematian.

2.4 Penanganan Lingkungan

PT. Mifa Bersaudara selalu berupaya untuk memenuhi 3 hal utama. Pertama,
kualitas dan kuantitas batubara. Kedua, kecepatan dan ketepatan pengiriman produk.
Dan ketiga, melakukan penambangan dengan tata kelola tambang yang baik.
Perusahaan sangat mementingkan dilaksanakannya tata kelola tambang yang baik atau
"good mining practice" sesuai dengan peraturan dan standarisasi yang berlaku.
Perusahaan meyakini, kepedulian terhadap lingkungan pada hakikatnya melampaui
tujuan komersial belaka, dan hal ini inheren tertanam dalam budaya perusahaan sesuai
dengan mottonya, "Menambang dengan Kepedulian Alam". Penanganan-penanganan
lingkungan yang dilakukan oleh PT. Mifa Bersaudara yaitu:

2.4.1 Reklamasi

Penanganan yang dilakukan untuk dampak lingkungan dari proses pembersihan


lahan (land clearing) yaitu reklamasi. Tanah pucuk (top soil) yang masih mengandung
vegetasi alami tidak boleh dibuang, tanah pucuk tersebut di pindahkan ke area disposal
atau daerah yang akan dilakukan reklamasi. Reklamasi di PT. Mifa Bersaudara
dilakukan selama proses penambangan itu berlangsung. Lokasi penambangan Pit B,
walaupun masih berlangsung kegiatan penambangan batubara tapi sebagian front nya
sudah ada yang di reklamasi, dan ada juga yang baru di reklamasi. Di PT. Mifa
Bersaudara ada tempat penamanaman bibit tumbuhan yang akan digunakan untuk
reklamasi yang disebut “Nursery”. Jenis-jenis tanamannya itu berupa tanaman kayu,
pohon sengon, sengon laut, sengon butto, mangga jeruk, pucuk merah, tanaman jambu,
trum besi, durian dan lain sebagainya.

11
2.4.2 Pembangunan Settling Pond

Fasilitasi ini dibangun sebagai sarana untuk pengelolaan limbah air yang ada di
area pit, area crusher, dan area stockpile di turning area (Tersus). Sehingga masalah
air asam tambang dan masalah konsentrasi total padatan tersuspensi (TSS) yang sangat
tinggi di penyaliran sekitar tambang dapat ditangani dengan baik dan memenuhi baku
mutu yang ditetapkan pemerintah. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengelolaan
limbah air pada settling pond (kolam pengendapan) di area Pit B yaitu:

 Air yang akan dilairkan ke settling pond berasal dari disposal dan front kerja
penambangan.
 Disposal terdiri dari dua jenis, Out Pit Dump (OPD) dan In Pit Dump (IPD)
disposal. Apabila air hujan jatuh di daerah OPD, maka air hujan tersebut akan
dialirkan ke paritan yang telah di rancang di sekitar OPD, Lalu alirannya
diteruskan ke settling pond. Sementara air hujan yang jatuh di IPD, airnya akan
jatuh ke catchment area dan airnya mengalir menuju ke sump, sump biasanya
dibuat atau dirancang di elevasi terendah supaya air dapat terakumulasi dengan
baik. Lalu dari sump, air akan dipompa menuju settling pond.
 Lalu ada juga air yang terdapat pada front kerja penambangan batubara (coal
getting), air ini berasal dari air tanah atau air hujan yang terakumulasi di daerah
front kerja membentuk suatu genangan, maka air tersebut juga dipompakan ke
sump baru kemudian di pompa menuju kolam pengendapan (settling pond)
dengan menggunakan 1 sampai 3 pompa tergantung debit air limbah yang
dihasilkan.
 Tipe pompa yang digunakan pada PT. Mifa Bersaudara ada 2, yaitu pompa tipe
Sykes HH 150 dengan debit airnya 150 liter/s dan pompa tipe Multiflo 380
dengan debit air yang dihasilkan 155 liter/s.

12
Gambar 2.8 Pompa Multiflo 380 Pada Sump Utara Pit B

 Settling pond terdiri dari beberapa kompartemen, Pada settling pond di Water
Monitoring Point (WMP) 12 dan 13 terdapat 6 buah kolam (kompartemen).
Kompartemen tersebut dirancang berdasarkan beberapa perhitungan yang telah
ditentukan.

Gambar 2.9 Water Monitoring Point (WMP)

 Pada settling pond, pengolahan limbah batubara dilakukan menggunakan


teknologi pengolahan aktif yaitu dengan menambahkan bahan kimia koagulan
Al2(SO4)3 atau yang disebut Aluminium Sulfat (tawas) untuk mengendapkan
sedimen terlarut.
 Pada kolam pertama, dimasukkan Aluminium Sulfat (tawas) untuk
mengendapkan TSS pada air limbah yang berada di kolam tersebut.
Penggunaan dosis Aluminium Sulfat didasarkan pada jumlah debit air dari

13
pompa yang dihidupkan dan juga tingkat kekeruhan air limbah yang terlihat di
kolam pengendapan. Dosis penggunaan Aluminium Sulfat dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel. 2.1 Dosis Penggunaan Aluminium Sulfat pada Settling Pond

Jumlah Dosis Aluminium


No Tipe Pompa
Pompa Sulfat

1 Satu Sykes HH 150 2 karung (100 kg)


2 Satu Multiflo 380 3 karung (150 kg)
3 Dua Sykes HH 150 4 karung (200 kg)
4 Dua Sykes HH 150 & Multiflo 380 5-6 karung (250-300 kg)

 Penambahan bahan koagulan seperti Aluminium Sulfat ini dapat menyebabkan


pH air menjadi turun. Oleh karena itu pada kolam ke 5 atau ke 4 disediakan
tangki untuk memasukkan kapur. Penambahan kapur ini bertujuan untuk
menetralisasi pH air asam tambang sampai ke outlite.
 Lalu perusahaan melakukan pengukuran pada inlet dan outlite kolam settling
pond selama 4 jam setiap harinya. Paremaeter yang di cek dan ukur adalah TSS
dan pH saja. Sedangkan untuk pengecekan parameter keseluruhan termasuk
pengecekan kosentrasi Mn dan Fe dilakukan oleh pihak BARISTAND Industri
Banda Aceh setiap 3 bulan sekali.
 Alat yang digunakan perusahaan untuk pemeriksaan konsentrasi TSS yaitu alat
Colorimeter tipe DR 900. Sedangkan pengukuran pH menggunakan pH meter
dan kertas lakmus.

14
Gambar 2.10 Colorimeter tipe DR 900 Gambar 2.11 pH Meter

Dari kegiatan dan tahapan diatas, maka dapat diperoleh hasil dari air limbah di
outlet settling pond pada perusahaan PT. Mifa Bersaudara memiliki nilai rata-rata
parameter TSS sebesar 146.1 ppm dan nilai rata-rata parameter pH sebesar 6 yang telah
memenuhi baku mutu kepmen LH No. 113 Tahun 2003. Dari kegiatan dan tahapan
diatas, maka dapat diperoleh hasil dari air limbah di outlet settling pond pada
perusahaan PT. Mifa Bersudara memiliki nilai rata-rata parameter TSS sebesar 146.1
ppm dan nilai rata-rata parameter pH sebesar 6 yang telah memenuhi baku mutu
kepmen LH No. 113 Tahun 2003.

2.4.3 Penanganan Debu

Penanganan debu di berbagai lokasi seperti pada jalan angkut tambang, area pit
dan crusher dapat diatasi dengan penyiraman air menggunakan water truck. Air
tersebut diisi dilokasi yang dinamakan water filling. Air yang telah diisi kedalam tanki
water truck ditambahkan dengan dust suppressant. Dust suppressant merupakan suatu
material yang biasanya berbentuk cairan yang berfungsi untuk mengurangi emisi debu
atau menekan pembentukan debu dari permukaan tanah dan mengikat partikel partikel
debu menjadi partikel yang lebih besar.

Perusahaan PT. Mifa Bersaudara menggunakan 2 tipe water truck, yaitu water
truck kapasitas 10 kl dan water truck (CT177) kapasitas 20 kl. Pada jalan 5 PT. Mifa

15
Bersaudara, menggunakan 3 water truck dengan kapasitas 10 kl. Setiap water truck
mempunyai lokasi atau area kerja masing-masing. Area kerja untuk water truck
pertama yaitu dari KM 0 sampai KM 4. Water truck kedua dari KM 4 sampai simpang
wiratako. Dan area kerja untuk water truck yang ketiga yaitu dari simpang wiratako
sampai ke simpang Coal Preparating Plant (CPP) yang berada di KM 12. Sementara
untuk lokasi pit atau front penambangan menggunakan water truck CT177 yang
berkapasitas 20 kl. Penyiraman air dilakukan sekali dalam sehari pada setiap lokasi.
Sementara untuk area crusher, penggunaan water truck lebih fleksibel, tidak ada
penetapan. Water truck dapat melakukan penyiraman kapan pun dibutuhkan.

Gambar 2.12 Kegiatan Penyiraman Jalan oleh Water Truck

2.4.4 Penanganan Swabakar

PT. Mifa Bersaudara telah melakukan manajemen stockpile dengan cukup baik
sehingga dapat dapat menghindari batubara yang terbakar dengan sendirinya
(swabakar). Namun ada beberapa kondisi yang tidak dapat diantisipasi seperti cuaca
yang ekstrim dan nilai kadar kalori batubara di PT. Mifa yang tergolong rendah
sehingga berpotensi terjadinya swabakar. Oleh karena itu, Bentuk penanganan yang
dilakukan oleh PT. Mifa Bersaudara dalam hal menanggulangi batubara yang terbakar
di stockpile adalah sebagai berikut:

16
 Melakukan spreading / penyebaran untuk mendinginkan batubara. Bila kondisi
cukup parah, maka bagian batubara yang terbakar dapat dibuang dengan
menggunakan excavator.
 Memadatkan (kompaksi) batubara yang mengalami self heating dengan
bantuan excavator.
 Menimbun batubara dengan material sejenis pasir agar batubara yang terbakar
menjadi padam.

2.4.5 Penanganan Limbah Non B3

Limbah non B3 yang dihasilkan meliputi sampah umum yang tidak bisa
dimanfaatkan dan yang bisa dimanfaatkan. Seperti kertas bekas, ban bekas, plastik,
kardus bekas dan palet kayu. Perusahaan PT. Mifa Bersaudara telah menempatkan 3
tempat/tong sampah di setiap lokasi. Tempat sampah tersebut dibedakan berdasarkan
kelompok dan jenis sampahnya. Sampah umum yang dikelola oleh PT. Mifa
Bersaudara adalah sampah umum yang berasal dari areal mess karyawan PT. Mifa
Bersaudara, areal kantor bengkel dan juga kantin. Sampah umum yang tidak bisa
dimanfaatkan ditimbun dan dibakar di tempat pembuangan akhir (TPA).

2.4.6 Pengelolaan Limbah B3

Pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) PT. Mifa Bersaudara
dilakukan pada dua lokasi, yaitu area mine dan area port. Dalam Peraturan Pemerintah
No. 101 tahun 2014 pasal 3 (1), disebutkan bahwa “Setiap orang yang menghasilkan
Limbah B3 wajib melakukanengelolaan terhadap limbah B3 yang dihasilkannya”.

Pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh PT. Mifa Bersaudara diantaranya


adalah: mengidentifikasi Limbah B3, Pengurangan Limbah B3, menyimpan sementara
Limbah B3, pengangkutan Limbah B3 yang dilakukan oleh pihak ketiga, dan pelaporan
Limbah B3.

17
a. Identifikasi Limbah B3
Aktifitas pertambangan di PT. Mifa Bersaudara menggunakan berbagai alat
berat yang menghasilkan limbah B3. Sebagian besar limbah B3 yang dihasilkan oleh
PT. Mifa Bersaudara berupa oli bekas. Jenis limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) yang simpan di tempat penyimpanan sementara limbah B3 oleh PT. Mifa
bersaudara dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2 Identifiksi Limbah B3 di PT. Mifa Bersaudara
Sumber Kategori Lokasi (Titik
No. Jenis Limbah B3 Karakteristik Limbah B3 Pengelola
Limbah Bahaya Koordinat)
1. Oli Kotor Cairan mudah menyala 2
Filter Bekas Padatan mudah menyala 2
Alat berat LU : 04◦ 12' 53,57" PT. Cipta
Majun Bekas Padatan mudah menyala 2
dan genset BT : 96◦ 15' 40,47" Kridatama
Baterai / Accu Bekas Korosi 2
Hose Bekas Padatan mudah menyala 2

2. Oli Bekas Cairan mudah menyala 2


Filter Bekas Padatan mudah menyala 2
Majun Bekas Alat berat Padatan mudah menyala 2 LU : 04◦ 06' 40,01" PT. Mifa
Accu Bekas dan genset Korosi 2 BT : 96◦ 11' 18,74" Bersaudara
Padatan/
Padatan mudah menyala 2
sampahTerkontaminasi

Semua jenis limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Mifa Bersaudara merupakan
limbah B3 dengan kategori bahaya 2, artinya limbah B3 tersebut tidak berdampak
negatif secara langsung terhadap manusia dan lingkungan hidup tetapi ada waktu tunda
(delayed effect).

b. Pengurangan Limbah B3
Pengurangan limbah bahan berbahaya dan beracun yang dilakukan oleh PT.
Mifa Bersaudara dalam pengelolaan limbah B3 berupa mengurangi jumlah limbah B3
yang dihasilkan, seperti menggunakan lampu neon yang lebih tahan lama,
menggunakan mesin fotocopy multifungsi untuk mengurangi jumlah cartridge,
mengganti kain kasa dengan majun.

18
c. Penyimpanan Limbah B3
Tempat penyimpanan sementara limbah B3 di PT. Mifa Bersaudara sebelum
diserahkan kepada vendor (pihak ketiga) ada dua lokasi yaitu TPS limbah B3 area mine
dan area port.

 Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Area Mine


Penyimpanan limbah B3 harus memenuhi kriteria dan standar penyimpanan
dengan memisahkan limbah B3 sesuai karakteristik dan jenis limbah yang berbeda
atau idak saling cocok. Tempat penyimpanan limbah B3 area mine terletak
dikoordinat N : 96o 15’ 40, 67'’ dan E : 53o12’ 53, 16” yang dikelola oleh PT. Cipta
Kridatama.

Tempat penyimpanan limbah B3 area mine tidak menyimpan limbah B3


yang bersifat mudah meledak. Tempat penyimpanan limbah B3 area mine memiliki
panjang 6 meter dengan luas 51 meter. Penyimpanan limbah B3 paling lama 90
hari sejak limbah B3 yang dihasilkan disimpan di tempat penyimpanan.
Berdasarkan hasil wawancara, limbah B3 yang dilhasilkan oleh PT. Mifa
bersaudara di area mine disimpan dan diangkut minimal 2 kali dalam sebulan.
Namun, karena ada kendala dalam pengangkutan, pengangkutan hanya dilakukan
sekali dalam sebulan.

Gambar 2.13 Tempat Penyimpanan Limbah B3 Area Mine

19
 Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Area Port
Tempat penyimpanan sementara (TPS) Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) PT. Mifa bersaudara di area port terletak pada garis lintang 04◦ 06'
40,01" LU dan gasis bujur 96◦ 11' 18,74" BT dengan luas bangunan TPS yaitu 81
meter. Limbah B3 di area port dikelola sendiri oleh PT. Mifa bersaudara dan sudah
memiliki izin lingkungan Keputusan Bupati Aceh Barat No. 77 Tahun 2013.
Sehingga tempat penyimpanan limbah B3 area port dapat beroperasi untuk
menyimpan limbah B3 yang ada.

Sumber limbah B3 area port berasal dari alat berat dan genset yang
beroperasi di area port. Tempat penyimpanan limbah B3 area port menyimpan
limbah B3 dengan karakteristik padatan mudah menyala, cairan mudah menyala,
korosif dan beracun. Kontruksi dinding tempat penyimpanan limbah B3 area port
terbuat dari setengan beton yang kuat dan tahan api. Pada bagian atas dinding
terbuat dari papan sehingga ventilasi udara yang masuk ke ruang penyimpanan
cukup memadai.

Gambar 2.14 Ruang Penyimpanan Limbah B3 Area Port

d. Simbol dan Label Limbah B3


Pemberian simbol dan label pada kemasan limbah B3 di PT. Mifa bersaudara
baik di area mine maupun area port berdasarkan Permen No. 14 tahun 2013 dan

20
Keputusan 05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun. Berdasarkan regulasi yang telah ditetapkan, pelabelan dan
simbol limbah B3 telah sesuai dengan ketentuan tersebut.
Berdasarkan observasi lapangan, simbol pada kemasan limbah B3 dipasang
sesuai dengan karakteristik limbah B3 yang disimpan. Simbol tersebut ditempel
dibawah label kemasan limbah B3. Label untuk identitas limbah berisikan data tentang
identitas limbah, seperti: penghasil limbah, alamat penghasil, nomot telfon, fax, nomor
penghasil, tanggal pengemasan, jenis limbah, jumlah limbah, kode limbah, sifat limbah
dan nomor urut pengemasan. Sedangkan label petunjuk tutup kemasan dipasang
dengan arah panah menunjuk tutup kemasan. Simbol dan label harus dipasang dibagian
sisi kemasan limbah B3 yang tidak terhalang oleh apapun. Sehingga saat inspeksi yang
dilakukan oleh petugas pengelolaan limbah B3 simbol dan label dapat terlihat, hal ini
juga bertujuan agar ketika proses pengangkutan menjadi mudah.

e. Manifest Limbah B3
Manifest limbah B3 merupakan dokumen-dokumen yang berisikan tentang
legalitas dari kegiatan mata rantai perpindahan limbah B3 atau disebut juga surat jalan
limbah B3. Setiap satu jenis limbah B3 memiliki satu dokumen manifest. Manifest
limbah B3 di PT. Mifa Bersaudara terdiri dari 7 rangkap karena pengangkutan disetiap
tempat penyimpanan hanya dilakukan sekali.
Adapun mekanisme perjalanan manifest limbah B3 di PT. Mifa bersaudara
adalah sebagai berikut:
 Lembar ke-1 yang berwarna putih di isi oleh pengangkut limbah B3 dan
disimpan oleh pengangkut tersebut.
 Lembar ke-2 berwarna kuning disimpan oleh PT. Mifa Bersaudara untuk
dikirim ke Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) sebagai laporan mata rantai
limbah B3 yang dihasil.

21
 Lembar ke-3 berwarna hijau disimpan oleh PT. Mifa Bersaudara sebagai
penghasil limbah B3.
 Lembar ke-4 berwarna merah muda disimpan pengolah limbah B3 yang
menerima limbah B3 dari pengangkut.
 Lembar ke-5 berwarna biru dikirim ke Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (Bapedal) oleh pengolah limbah B3.
 Lembar ke-6 berwarna krem dikirim ke Gubernur, setelah ditandatangani oleh
pengumpul limbah B3.
 Lembar ke-7 berwarna hijau dikirim balik ke PT. Mifa Bersaudara setelah
ditandatangani oleh pengolah limbah B3.
Jadi, berdasarkan observasi lapangan manifest limbah B3 di PT. Mifa
Bersaudara telah memenuhi Keputusan Kepala Bapedal No. 2 Tahun 1995 Tentang
Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

2.5 Dampak Positif PT. Mifa Bersaudara

Perusahaan tambang PT. Mifa Bersaudara ditanggapi secara positif oleh


masyarakat sekitar tambang, walaupun ada kegiatan perusahaan yang
menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat akan tetapi dampak tersebut tidak
telalu merugikan masyarakat. Kehadiran perusahaan tambang di daerah tersebut
telah memberikan dampak baik bagi masyarakat sekitar tambang, karena banyak
memberikan mafaat bagi perusahaan di antaranya berupa peningkatan
kesejahteraan masyarakat di sekitar tambang oleh perusahaan.

Kegiatan PT.Mifa Bersaudara yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar:

No. Kegiatan Keterangan


1. Penambagan batu bara Lokasi tambang jauh dari desa, dari hasil
tambang juga digunakan untuk
kesejetaraan social masyarakat.

22
2. Kegiatan sosial atau program CSR Menyantuni anak yatim, memberikan
(Corporate Social Responsibility) sumbangan kepada masyarakat atau
gampong ketika ada acara. Pihak PT.
Mifa juga melaksakan qurban pada hari
raya kurban.
3. Penghijauan Menanam 1000 pohon di lokasi tambang
dan di sekitar jalan desa, sehingga
memberikan manfaat bagi masyarakat.
4. Pelatihan aparatur gampong Melaksanakan pelatihan kepada aparatur
gampong masalah administrasi gampong.
Kegiatan ini dilaksanakan agar aparat
gampong mengerti cara melaksanakan
kegiatan pemerintahan gampong.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

24
DAFTAR PUSTAKA

Web resmi PT. Mifa Bersaudara, http://www.Mifacoal.co.id

https://www.researchgate.net/publication/325310462_Dampak_Penambangan_Terha
dap_Lingkungan

Juliansyah Harahap : Efektivitas Penggunaan Aluminium Sulfat Dalam Menurunkan


kadar Tss (Total Suspended Solid) Air Limbah Penambangan Batubara di PT.X

25

Anda mungkin juga menyukai