PENDAHULUAN
Medan Institute Of Technology I‐1
1.2. Rumusan Masalah
Pada kerja praktek ini terdapat rumusan masalah yang harus dipecahkan
yaitu:
Bagaimana mencari dan menentukan nilai waktu edar (cycle time) pada alat
muat dan alat angkut dalam kegiatan penambangan Nikel Laterit di PT
MLP.
Bagaimana menentukan dan mendapatkan nilai produktivitas pada alat
muat dan alat angkut dalam kegiatan penambangan Nikel Laterit di PT
MLP.
Apakah serasi atau tidak nilai match factor antara alat muat dan alat angkut
dalam kegiatan penambangan Nikel Laterit di PT MLP.
1.4. Maksud
Adapun maksud dilakukannya kegiatan kerja praktek di PT. MLP ini adalah :
Untuk mengetahui dan memahami nilai produktivitas pada alat muat dan
angkut pada kegiatan pengupasan overburden serta penggalian dan
pengangkutan bijih (ore)
Medan Institute Of Technology I‐2
Untuk mengetahui dan memahami nilai cycle time pada alat muat dan
angkut pada kegiatan pengupasan overburden serta penggalian dan
pengangkutan bijih (ore)
Untuk mengetahui tingkat keserasian alat (Match Factor) pada alat muat
dan angkut pada kegiatan pengupasan overburden serta penggalian dan
pengangkutan bijih (ore)
1.5. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya kerja praktek di PT. MLP adalah :
Agar mengetahui target produktivitas per-jam/per-hari dari alat gali muat
dan alat angkut
Supaya dapat mengetahui berapa banyak Dump Truck dan Excavator yang
akan bekerja di lokasi penambangan dengan perhitungan Match factor
Medan Institute Of Technology I‐3
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari hasil
pengamatan dilapangan berupa data Cycle Time dan Produktivitas alat
gali muat dan alat angkut, jarak angkut, jam kerja dan lain sebagainya.
Cycle Time alat muat dan alat angkut adalah waktu yang
diperlukan oleh alat untuk menghasilkan daur kerja dimana
semakin kecil waktu edar suatu alat maka produktivitasnya makin
tinggi (Eugene P. Pfleider, 1972)
Produktivitas alat muat dan alat angkut adalah Kemampuan
produksi alat muat dan alat angkut yang dapat digunakan untuk
menilai kemampuan kerja dari suatu alat. Semakin besar hasil
produksi suatu alat dalam waktu yang singkat berarti produktifitas
alat tersebut juga akan semakin baik. (Indonesianto, 2013)
Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data pendukung seperti data produksi, data
geologi, data curah hujan, data ketersediaan alat, serta data – data yang
berasal dari literatur yang berhubungan dengan pengamatan hasil
observasi orang lain, laporan – laporan teknis maupun publikasi
terdahulu.
5. Pengolahan Data, mengolah data hasil observasi lapangan kedalam bentuk
yang lebih berarti menjadi suatu informasi yang didapat dari hasil
penelitian dilapangan.
6. Kesimpulan.
Medan Institute Of Technology I‐4
1.8 Diagram Alir Kegiatan
Studi Pendahuluan
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Kesimpulan
Pembuatan Laporan
Medan Institute Of Technology I‐5
BAB II
TINJAUAN UMUM
Medan Institute Of Technology II‐1
2.2. Struktur Organisasi Perusahaan
Sehubungan dengan rencana penambangan bijih nikel maka diharapkan
organisasi pertambangan nikel mampu mengoperasikan tambang dengan skala
produksi sampai dengan 1.000.000 WMT bijih pertahun, mampu mangatur
perencanaan tambang yang efisien dan mempertimbangkan variasi kualitasnya,
mampu menangani masalah penambangan dan pengiriman ore ke pabrik dan
mampu menjamin keselamatan kerja serta melaksanakan tugas lingkungan dengan
baik, termasuk terciptanya keharmonisan dengan masyarakan dan daerah.
Organisasi yang direncanakan PT MLP adalah model klasik, dimana pundak
pemimpin bersifat tunggal (direktur) dan mempunyai garis komando langsung
dalam membuat keputusan final. Dalam mengendalikan operasi penambangan
dikepalai oleh seorang kepala teknik tambang dibantu oleh wakil kepala teknik
(sesuai Kepmen ESDM No. 1086.K/40/MEM/2003 tentang Standardisasi
Kompetensi Tenaga Teknik Khusus Bidang Geologi dan Pertambangan). Secara
hirarki kepala teknik bertanggung jawab langsung kepada direktur secara vertikal,
dan secara horizontal berhubungan langsung dengan elemen pemerintahan,
masyarakat tempatan, dan lain-lain.
Pada kegiatan penambangan di PT MLP atau pada setiap pekerjaan, terdapat
tiga unsur pelaku utama yang memiliki peran masing-masing dengan unsur serta
hubungannya digambarkan pada bagan dibawah ini :
Pemilik Pekerjaan
PT MAKMUR LESTARI
PRIMATAMA (MLP)
Medan Institute Of Technology II‐2
2.3. Lokasi dan Luas Wilayah Izin Usaha Pertambangan
Lokasi Penambangan PT Makmur Lestari Primatama (MLP) terletak pada
wilayah Kabupaten Konawe Utara yaitu termasuk dalam Desa Lameruru dan Desa
Molore Kecamatan Langgikima. Lokasi ini berada pada wilayah bagian utara
Provinsi Sulawesi Tenggara, ± 150 km di sebelah barat laut kota Kendari, Ibukota
provinsi Sulawesi Tenggara (Gambar 2.1).
Wilayah KP
PT. MLP
Medan Institute Of Technology II‐3
(Sumber: PT. MLP)
Gambar 2.2. Batas Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) PT. Makmur Lestari Primatama
Medan Institute Of Technology II‐4
2.4. Geologi Daerah Penelitian
2.4.1 Geologi Regional
Menurut peta geologi regional lembar Lasusua, Lembar Bungku dan Lembar
Malili bahwa daerah operasi produksi didominasi oleh kelompok Batuan Ultramafik
yang terdiri dari Dunit, Peridotit, Harzbugit, Werllit dan Serpentinite yang disertai
retas gabro dan diduga berumur kapur. Kelompok Batuan Ultramafik (KU) tersebut
tertidih secara tidak selaras oleh sendimen kalsilusit dan bersisipan dengan nepal
serpih, rijang dari formasi selaras oleh sedimen kalsilutit dan bersisipan dengan napal
serpih, rijang dari formasi selaras di endapan batuan sedimen laut berupa batu
gamping kalsilutit dan colute formasi selodik (Temps) yang berumur Eosen. Diatas
formasi salodik secara tidak selaras diendapkan batuan sedimen yang terdiri dari
konglomerat batu pasir lempung Formasi Pandua (Tmpp) yang berumur Pliosen.
Pada saat pleistosen diendapkan batuan sendimen yang terdiri dari batuan pasirdan
batu lempung Formsi Alangga (Qpa) selanjutnya yang paling akhir di endapkan
Aluvial (Qa).
Struktur yang berkembang di Langgikima adalah sangat kompleks diantaranya
sesar sorong, sesar kolaka, sesar lawanaga (TO, Simanjuntak, 1986) yang telah
mengalami pengangkatan keseluruhan kompleks batuan ultramafik dan semakin
keatas batuannya berumur lebih muda seperti yang terlihat hingga sekarang.
Beradasarkan lingkungan tektonik regional pada bagian timur sulawesi terdiri dua
melange subdiksi (sybdiction melange) yang masing-masing terangkat pada kala
sebelum dan sesudah miosen. Melange sebelum miosen berada dibagian selatan dan
barat sulawesi yang terdiri dari batuan sekis dan bongkah-bongkah batuan ultramafik.
Batuan ini telah mengalami pelapukan kuat berupa laterit dan membentuk morfologi
plateu. Endapan bijih nikel lateril terbentuk tersebar terutama di sepanjang pinggiran
pantai sepertiyang terdapat didaerah pomalaa. Dibagian selatan, melange lebih
mengalami pengangkatan seperti di daerah Bahudopi dan Soroako berada pada
elevasi lebih dari 600 m dari permukaan laut. Didaerah lainnya yang mengalami
depresi membentuk morfologi plateu mengandung endapan laterit dan sebagian lagi
Medan Institute Of Technology II‐5
membentuk iron cap khususnya didaerah sekitar danau Towuti, danau Matano dan
Danau Mahloma.
Endapan nikel laterit sulawesi lain yang berkembang dengan baik yaitu di
semananjung tenggara yang berasal dari hasil pelapukan batuan ultramafik peridotit.
Endapan laterit nikel eonomi berasal dari batuan induk yang kaya akan kandungan
mineral olivune dan orto piroxen. Faktor lain yang berpengaruh adalah adanya
kontrol aktifitas pensesaran dan pengkekaran yang cukup intensif dan bentuk bentang
dengan morfologi yang relatif landai dengan kemiringan lereng cukup rendah.
Menurut peta geologi yang diterbitkan oleh P3G Bandung dipaparkan bahwa batuan-
batuan yang berumur Paleogon dan Mesozoikum lebih berkekarkan kuat yang secara
teoritis akan menyebabkan terjadinya penetrasi air hujan lebih insentif ke dalam
batuan sehingga akan menyebabkan pelapukan kimia lebih intensif.
Medan Institute Of Technology II‐6
Gambar 2.3. Peta Geologi Regional Area PT. Makmur Lestari Primatama
(Sumber: PT. MLP)
Medan Institute Of Technology II‐7
2.4.2 Geologi Lokal
2.4.2.1 Morfologi
Morfologi daerah Kabupaten Konawe Utara merupakan daerah terdiri atas 4
satuan morfologi yaitu Pegunungan, Perbukitan, Karts dan Dataran Rendah.
a) Satuan pegunungan antara lain Pegunungan Hialu (896 m), Pegunungan
Morombo (1054 m), Bulu Ranawuwu (851 m) yang batuan penyusunnya
terdiri dari batuan ultramafik yang umumnya bertonjolan kasar dan
berlereng tidak begitu curam.
b) Satuan perbukitan dengan ketinggian 75-750 m dpl berada pada Pulau
Labengke (697 m), dan Mandiodo (736 m), satuan ini membentuk
perbukitan bergelombang yang ditumbuhi semak dan alang-alang.
c) Satuan Morfologi Karst ditemukan di Pulau Labangke yang dicirikan
dengan sungai bawah tanah dan Gua batu gamping
d) Satuan dataran rendah pada sepanjang aliran dan muara sungai Lasolo.
Ketinggiannya berkisar 75 m dpl. Satuan ini tersusun atas alluvium yang
merupakan sedimentasi dari pegunungan yang dibawah oleh aliran sungai
Langgikima.
Medan Institute Of Technology II‐8
)
Medan Institute Of Technology II‐9
2.4.2.2 Litologi
Berdasarkan hasil pemetaan geologi permukaan, WIUP PT MLP disusun oleh
batuan ultrabasa jenis peridotit dengan tingkat serpentinisasi rendah hingga sedang,
namun pada bebearapa tempat pada bagian timur merupakan batuan harzburgit
dengan tingkat serpentinisasi tinggi.
Secara makroskopis jenis batuan peridotit terserpentinisasi rendah hingga
sedang berwarna abu-abu hingga hijau kekuningan, dengan kandungan mineral utama
berupa olivin, piroksin, serpentin dan sedikit silika dan garnerit. Kehadiran mineral
silika dan serpentin terutama pada zona urat-urat batuan dan zona gerusan. Harzburgit
dengan tingkat serpentinisasi tinggi berwarna hijau-hijau keabu-abuan, dengan
kandungan mineral utama berupa serpentin (jenis antigorit dan krisotil), piroksin,
olivin dan sedikit silika, umumnya pada batuan ini dijumpai dalam bentuk struktur
terbreaksi. Umumnya batuan penyusun pada wilayah Langgkima telah mengalami
proses pelapukan kimia tingkat rendah-sedang dan tingkat oksidasi yang tinggi.
Namun pada beberapa bagian terutama pada daerah tebing/lerang punggungan, proses
pelapukan dan oksidasi tidak berlangsung lebih cepat. Berdasrkan geologi regional
unit litologi ini berumur Kapur hingga Oligosen (Rumsana, dkk, 1993).
Medan Institute Of Technology II‐10
(Sumber : Dokumentasi kp)
Gambar 2.5 Profile Nikel Laterit
Medan Institute Of Technology II‐11
2.4.2.3 Struktur Geologi
Struktur geologi di daerah Langgikima berhubungan daerah tektonik regional
Pulau Sulawesi yang menunjukan fenomena struktural insentif yang baik untuk
mengembangkan tanah laterit. Di lapangan, batuan menunjukkan rekah insentif dan
terbreaksikan, dan beberapa dari rekahan diisi oleh vein silika.
Medan Institute Of Technology II‐12
Tabel 2.1 Curah Hujan Rata-rata pada Stasiun Asera Kab. Konawe Utara (2005-2014)
Medan Institute Of Technology II‐13
Tabel 2.2 Suhu dan kelembapan Udara Rata-rata Kab. Konawe Utara (2001-2010)
Medan Institute Of Technology II‐14
Umumnya didalam wilayah IUP zona-zona pengayaan unsure nikel dijumpai
pad zona limonit dan saprolit, dimana secara normal pengayaan unsure nikel dari
zona limonit akan semakin bertambah besar hingga ke zona saprolite dan akan
perlahan menurun pada zona batuan dasar (bedrock). Penyebaran endapan nikel
laterit yang berkembang di dalam wilayah IUP menempati beberapa bagian, yaitu
memanjang dari arah timur ke barat. Umumnya penyebaran endapan nikel laterit ini
dijumpai mengikuti daerah-daerah pegunungan bukit dengan bentuk topografi yang
tidak terlalu terjal.
Distribusi Fe
Dengan menggunakan CoG 1.4 Ni, kadar Fe yang berkembang pada umumnya
lebih besar dari 30%. Lokasi ini didominasi oleh limonit ore yang ditandai oleh
warna merah dan biru (Fe tinggi)
Medan Institute Of Technology II‐15
(Sumber: PT. MLP)
Gambar 2.6 Peta distribusi penyebaran ore pada lokasi PT MLP
Medan Institute Of Technology II‐16
2.6.2 Profil Geokimia Laterit
Profil laterit menunjukan perilaku unsure-unsur dari atas secara bertahap
berdasarkan kedalaman. Profil laterit ini menjelaskan karakteristik bijih dan potensi
pengayaan. Grafik dibuat dengan kumulatif elemen yang umum dijumpai pada zona
laterit atau merupakan elemen makro yang memiliki nilai persentase besar. Unsur-
unsur ini diuji dengan analisa laboratorium menggunkan alat XRF. Grafik ini hanya
ditampilkan untuk unsure Ni, Co, Ca, Fe, MgO, dan SiO2.
Pada lokasi IUP PT MLP menunjukan profil laterit yang normal dengan elemen
utama Ni dan Fe. Profil di bawah ini menunjukan grafik profil laterit. Peningkatan
yang unsur Ni seiring dengan bertambahnya kedalaman. Nilai Ni terlihat mengalami
pengayaan (enrichment) pada zona transisi dan puncaknya pada zona saprolit, dan
pada mengalami penurunan pada zona batuan dasar (bedrock). Grafik ini juga
menunjukkan adanya unsure-unsur minor sperti Co dan Ca. Unsur minor Co memiliki
defleksi normal, tinggi pada zona limonit dan mengalami penurunan di zona saprolit,
sedangkan unsure Ca memiliki nilai tinggi pada zona saprolit.
Pada grafik profil leterit untuk SiO2, MgO dan Fe menunjukan defleksi
menunjukkan defleksi tinggi di zona limonit dan terdefleksi tajam pada batas zona
saprolit.
Medan Institute Of Technology II‐17
2.7 Cadangan Dan Kualitas Bijih (Nikel)
Jumlah cadangan nikel yang terdapat pada lokasi PT. MLP dapat dilihat pada tabel sebagai betikut :
Medan Institute Of Technology II‐18
2.8 Sistem Penambangan
Sistem penambangan yang diterapkan oleh PT. Makmur Lestari Primatama
adalah sistem tambang terbuka (open pit mining), dengan metode backfilling dan
selective mining yang diterapkan per blok penambangan. Alat yang diperlukan
untuk di front tambang adalah alat gali muat, yaitu Excavator sekelas PC200,
sedangkan alat angkut yang digunakan menggunakan Dump truck Hino 500
dengan daya angkut sebesar 20 ton. Kegiatan pendorongan dan penumpukan
laterit di stockpile menggunakan bulldozer. Teknik penggalian bijih nikel
bertahap dari elevasi yang paling tinggi ke elevasi yang rendah sampai kedalaman
batas tambang yang telah ditentukan (pit limit). Arah kemajuan penambangan
akan mengikuti pola sebaran lapisan nikel pada setiap lokasi yang akan
ditambang.
Setelah pengupasan overburden selesai, bijih nikel yang telah tersingkap
disampling kembali dengan grid sampling sekitar 5 meter. Excavator PC200 dan
bulldozer ukuran kecil digunakan untuk menggali atau membersihkan sisa
material overburden dan waste agar tidak terjadi dilusi pada ore (selective
mining). Bijih yang sudah bersih dari pengotor (overburden/waste) akan
ditambang dan diangkut langsung dan ditumpuk di stockpile ( EFO ).
Medan Institute Of Technology II‐19
(Sumber: PT. MLP)
Gambar 2.7 Bentuk Akhir Pit Bintaro
Medan Institute Of Technology II‐20
BAB III
DASAR TEORI
• Excavating
Waste removal
• Loading and Transportation (Land clearing & Stripping)
• Waste Disposal
• Excavating
• Loading and Ore Transportation Ore Extraction
• Stockpiling
• Pit Dewatering
Others Activities
• Back Filling
Overburden merupakan lapisan tanah penutup yang terdapat diantara Top Soil
dan Endapan Bijihh yang akan digali. Lapisan yang masuk pada kategori
Overburden adalah lapisan Limonit dengan kadar Ni rendah dimana dianggap
kurang ekonomis untuk ditambang. Material Overburden juga ditampung pada
3. Ore Extraction
Ore Extraction merupakan kegiatan penambangan terhadap endapan mineral
dengan melakukan penggalian, pemuatan, dan pengangkutan.
4. Stockpilling
Stockpilling merupakan kegiatan pengumpulan / penumpukan endapan bahan
galian yang telah digali pada suatu area yang tidak jauh dari area
penambangan, tempat ini disebut dengan stockpile area.
5. Mine Dewatering
Mine Dewatering merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengeluarkan air
yang masuk pada area penambangan. Pengeluaran air dari dasar pit (area
terendah dalam pit) dilakukan dengan menggunakan pompa. Air akan
dipompa menuju sump, Check Dam, settling pond supaya terjadi pengendapan
mineral berat secara efektif dan siap untuk dialirkan ke badan air (laut /
sungai) yang sesuai dengan baku mutu lingkungan.
6. Backfilling
Backfilling merupakan kegiatan penutupan / penimbunan area bekas tambang
(cekungan) dengan material Overburden yang sebelumnya disimpan pada
disposal area, selain dengan material OB, backfilling juga dilakukan dengan
material sisa pengolahan pabrik (Slag).
•Excavating
•Loading and Transportation Waste removal
(Land clearing & Stripping)
•Waste Disposal
•Rock Breaker
•Excavating
Ore Extraction
•Loading and Ore Transportation
•Stockpiling
•Pit Drainage
Others Activities
•Mine Out
Untuk metode Open Cast, dalam kegiatan ore extraction, sebelum penggalian
bijihh (ore getting), terlebih dahulu dilakukan kegiatan pemberaian pada lapisan
yang terkompaksi secara padat / keras menggunakan alat Hydraulic Rock Breaker.
Pengangkutan Overburden
Pada setiap kegiatan penambangan overburden yang akan digali berupa
material tanah atau batuan dengan kadar nikel dibawah rata-rata yang akan di
tambang. Overburden tersebut sebagian akan ditempatkan di lokasi penimbunan
yang ditentukan degan jarak tidak lebih dari 4 km dari lokasi pit.
Sebagian lagi akan digunakan untuk penimbunan kembali pada pit-pit yang
sudah selesai proses peambangannya dan tidak ada lagi bijih dengan kadar tinggi
yang tersisa dalam rangka reklamasi lahan bekas tambang. Jalan angkut menuju
lokasi penimbunan overburden merupakan jalan yang diperkeras dengan material
quarry, lebar jalan angkut direncanakan adalah total 12 meter yang terabgi atas
badan jalan seluas 10 meter, tanggul dan parit di sisi kiri kanan jalan msing-
masing selebar 1 meter. Alat angkut yang akan digunakan untuk mengangkut
material overburden tersebut adalah Dumptruck Hino 500 kapasitas 20 ton.
Pengangkutan Bijih
Bijih nikel hasil penambangan akan diangkut dengan tahapan pengangkutan
sebagai berikut :
3.5.3.3 Compactor
Untuk melakukan perawatan jalan tambang dan memadatkan material
penutup yang ada dilokasi pembuangan material (disposal dump), perusahaan
membutuhkan 1 unit compactor vibrator yang memiliki satu buah drum dengan
kapasitas mesin 120 HP.
Keterangan :
Ctm : Total waktu edar alat muat, detik
Tm1 : Waktu untuk menggali muatan, detik
Tm2 : Waktu swing bermuatan, detik
Tm3 : Waktu untuk menumpahkan muatan, detik
Tm4 : Waktu swing tidak bermuatan, detik
Waktu Edar Alat Angkut
Waktu edar alat angkut pada umumnya terdiri dari waktu menunggu alat
untuk dimuat, waktu mengatur posisi untuk dimuati, waktu diisi muatan,
Keterangan :
Cta : Waktu edar alat angkut, menit
Ta1 : Waktu mengambil posisi siap dimuati, menit
Ta2 : Waktu diisi muatan, menit
Ta3 : Waktu mengangkut muatan, menit
Ta4 : Waktu mengambil posisi untuk penumpahan, menit
Ta5 : Waktu muatan ditumpahkan, menit
Ta6 : Waktu kembai kosong, menit
Keterangan :
Wke = Waktu kerja efektif, (menit)
Wkt = Waktu yang tersedia, (menit)
Wht = Waktu hambatan total, menit (Whd + Whtd)
Whd = Total waktu hambatan yang dapat dihindari, (menit)
Whtd = Total waktu hambatan yang tidak dapat dihindari, (menit)
Dengan mengetahui waktu kerja efektif, maka dapat diketahui efisiensi kerjaalat
mekanis, (Ir. Partanto Prodjosumarto, 2000) yaitu :
E = ( Waktu Kerja Efektif / Waktu Kerja Tersedia ) x 100 %
Kb Ff Sf Eff 3600
Q
Ct
Keterangan:
Q = Produktivitas alat muat, bcm/jam atau ton/jam
Kb = Kapasitas bucket spec alat
Ff = Fill factor (faktor koreksi pengisian bucket)
Sf = Swell factor
Eff = Effisiensi kerja alat
Ct = Waktu edar alat muat (excavator), detik
SF q Eff 60
Q
Ct
Keterangan:
Q = Produktivitas alat angkut, bcm/jam atau ton/jam
q = Kapasitas vessel (banyak pengisian)
SF = Sweel Factor (Faktor Pengembangan Material)
Eff = Effisiensi kerja alat
Ct = Waktu edar alat angkut (dump truck) (menit
𝑛𝐻𝑥𝑓𝑥𝐶𝑡𝐿
𝑀𝐹
𝑛𝐿𝑥𝐶𝑡𝐻
Keterangan:
MF = Match factor
nH = Jumlah truk
nL = Jumlah alat muat
CtH = Waktu edar alat angkut (menit)
CtL = Waktu edar alat muat (menit)
f = Frekuensi pengisian truk
Keserasian kerja antara alat muat dan alat angkut berpengaruh terhadap faktor
kerja. Hubungan yang tidak serasi antara alat muat dan alat angkut akan
menurunkan faktor kerja. Faktor kerja alat muat dan alat angkut akan mencapai
100% jika MF = 1, sedangkan bila MF < 1 maka faktor kerja alat angkut = 100%
Waste dump yang terletak di area pit ini adalah waste dump DJL, waste dump
ex ETO Alaska dan waste dump area mine out blok utara pit alaska. Untuk jarak
waste dump dengan loading point di area pit Alaska maksimum 400 meter.
Geometri lereng pada Pit ini terdiri dari tinggi jenjang 5 meter, lebar berm 2 meter
dan sudut slope sebesar 600.
Waste dump yang terletak di area pit ini adalah waste dump Sequen II, waste
dump Denver dan waste dump Colorado bawah. Untuk jarak waste dump dengan
loading point di area pit Hawai-Denver maksimum 500 meter. Geometri lereng
pada Pit ini terdiri dari tinggi jenjang 5 meter, lebar berm 2 meter dan sudut slope
sebesar 600.
SW SE
DIRECTION DIRECTION
Berikut ini luas catchment area dimana pola aliran air yang menuju daerah bukaan lahan
penambangan.
Catchment area South West direction, merupakan daerah tangkapan air hujan untuk
bukaan Pit Alaska, Pit Kansas, Pit Texas, dan Pit Vegas.
Catchment area South West direction, merupakan daerah tangkapan air hujan Area
untuk bukaan Pit Hawai dan Denver.
4.3.2
Lokasi : PIT ALASKA
Kegiatan : Over Burden Removal
Unit Loader : EXCAVATOR CAT 320
Swing Empty Cycle
Digging Dump
Load Swing Time
No (TM‐
(TM‐1) (TM‐2) (TM‐4) (CTM)
3)
Detik Detik Detik Detik Detik
1 5 4 3 3 15
2 6 4 3 4 17
3 7 4 3 4 18
4 5 4 3 3 15
5 6 4 3 4 17
6 6 5 4 4 19
7 6 4 4 4 18
8 6 4 4 4 18
9 5 5 3 4 17
10 6 5 3 4 18
11 5 4 3 4 16
12 5 5 3 4 17
Rata‐Rata 5,67 4,33 3,25 3,83 17,08
(Menit) 0,28
4.3.3
Lokasi : ETO HAWAI
Kegiatan : BARGING
Unit Loader : EXCAVATOR CAT 320
Swing Empty Cycle
Digging Dump
Load Swing Time
No (TM‐
(TM‐1) (TM‐2) (TM‐4) (CTM)
3)
Detik Detik Detik Detik Detik
1 4 4 3 4 15
2 5 5 4 3 17
3 3 4 3 3 13
4 3 5 4 4 16
5 6 4 3 3 16
6 3 4 4 3 14
7 4 4 3 4 15
8 3 3 2 2 10
9 4 3 3 4 14
10 3 3 3 3 12
11 6 5 3 4 18
12 5 5 3 4 17
13 6 4 3 4 17
Rata‐Rata 4,23 4,08 3,15 3,46 14,92
(Menit) 0,25
4.3.4
Lokasi : QUARRY COLORADO
Kegiatan : LOADING QUARRY
Unit Loader : EXCAVATOR CAT 320
Swing Empty Cycle
Digging Dump
Load Swing Time
No (TM‐
(TM‐1) (TM‐2) (TM‐4) (CTM)
3)
Detik Detik Detik Detik Detik
1 7 4 4 4 19
2 8 4 3 4 19
3 7 4 2 3 16
4 6 4 4 4 18
5 6 4 3 5 18
6 8 3 4 4 19
7 9 3 3 3 18
8 10 4 4 4 22
9 6 3 3 4 16
10 6 5 3 4 18
Rata‐Rata 7,30 3,80 3,30 3,90 18,30
(Menit) 0,31
= 186,2 Bcm/Jam
= 186,2 Bcm/Jam × Density Ore
= 186,2 Bcm/Jam × 1,21 Ton/Bcm
= 225,30 Ton/Jam
= 164,37 Bcm/Jam
= 164,37 Bcm/Jam × Density Ob
= 164,37 Bcm/Jam × 1,29 Ton/Bcm
= 212,04 Ton/Jam
= 188,16 Bcm/Jam
= 188,16 Bcm/Jam × Density Ore
= 188,16 Bcm/Jam × 1,21 Ton/Bcm
= 225,67 Ton/Jam
= 153,40 Bcm/Jam
= 153,40 Bcm/Jam × Density Quarry
= 153,40 Bcm/Jam × 1,5 Ton/Bcm
= 230,1 Ton/Jam
Produktivitas Dumptruck (DT) Hino 500 pada lokasi Pit Denver-Efo (Jetty)
yang berjarak 3 km yaitu :
Eff = 0,6
SF = 1,3
Ct = 21,5 Menit
n = 12 Bucket
q = 20 Ton
Density Ore = 1,21 Ton/Bcm
1,3 x 0,6 x 20 x 60
Q =
21,5
=
21,5
= 43,53 Bcm/Jam.
= 43,53 Bcm/Jam × Density Ore
= 43,53 Bcm/Jam × 1,21 Ton/Bcm
= 52,67 Ton/Jam
=
9,74
= 96,1 Bcm/Jam.
= 96,1 Bcm/Jam × Density Ob
= 96,1 Bcm/Jam × 1,29 Ton/Bcm
= 123,97 Ton/Jam
=
25,06
= 37,35 Bcm/Jam.
= 37,35 Bcm/Jam × Density Ore
= 37,35 Bcm/Jam × 1,21 Ton/Bcm
= 45,19 Ton/Jam
=
22,6
= 41,42 Bcm/Jam
= 41,42 Bcm/Jam × Density Quarry
= 41,42 Bcm/Jam × 1,5 Ton/Bcm
= 62,13 Ton/Jam
Match Factor Excavator CAT 320 Setara PC 200 untuk melayani Dumptruck
Hino 500 pada lokasi Pit Denver-Efo (Jetty) yang berjarak 2,7 km :
f : 12 Bucket
nH : 5 Dumptruck Hino 500
Ctm : 15,08 Detik
nL : 1 Excavator
Cta : 1.290 Detik
5 ×12 × 15,08
MF =
1 x 1.290
𝟗𝟎𝟒,𝟖
MF =
𝟏𝟐𝟗𝟎
= 0,7
MF < 1, artinya alat muat bekerja kurang dari 100 % sedang alat
angkut bekerja 100 %, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat. Jadi
diperlukan tambahan alat angkut pada lokasi Pit Denver guna meningkatkan
target produksi.
𝟐 𝟏𝟒 𝟏𝟕,𝟎𝟖
MF =
𝟏 𝟓𝟖𝟒,𝟒
𝟒𝟕𝟖,𝟐𝟒
=
𝟓𝟖𝟒,𝟒
= 0,8
MF < 1, artinya alat muat bekerja kurang dari 100 % sedang alat
angkut bekerja 100 %, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat. Jadi
diperlukan tambahan alat angkut pada lokasi Alaska Utara-WD Mine Out
Alaska Utara sehingga penimbunan overburden dapat dipercepat.
Match Factor Excavator CAT 320 Setara PC 200 untuk melayani Dumptruck
Hino 500 pada lokasi Eto Hawai-Efo (Jetty) yang berjarak 2,6 km yaitu :
f : 12 Bucket
Na : 8 Dumptruck Hino 500
Ctm : 14,92 Detik
Nm : 1 Excavator
Cta : 1.504 Detik
8 x 12 × 14,92
MF =
1 x 1.504
𝟏.𝟒𝟑𝟐,𝟑𝟐
MF =
𝟏.𝟓𝟎𝟒
= 0,95
MF < 1, artinya alat muat bekerja kurang dari 100 % sedang alat
angkut bekerja 100 %, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat. Jadi
diperlukan tambahan alat angkut pada lokasi Eto Texas guna meningkatkan
target produksi.
Match Factor Excavator CAT 320 Setara PC 200 untuk melayani Dumptruck
Hino 500 pada lokasi Quarry-MHR Jetty yang berjarak 3 Km yaitu :
f : 9 Bucket
Na : 5 Dumptruck Hino 500
Ctm : 18,92 detik
Nm : 1 Excavator
Cta : 1.330 Detik
5 x 9 × 18,92
MF =
1 x 1330
𝟖𝟓𝟏,𝟒
MF =
𝟏𝟑𝟑𝟎
= 0,6
MF < 1, artinya alat muat bekerja kurang dari 100 % sedang alat
angkut bekerja 100 %, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat. Jadi
diperlukan tambahan alat angkut pada lokasi Quarry sehingga batuan Quarry
dapat di gunakan cepat dengan kebutuhan penimbunan jalan angkut.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan uraian kerja praktek kami, dapat
disimpulkan beberapa hal yaitu:
A. Waktu edar (cycle time) alat gali muat Excavator CAT 320 Setara PC –200 dan
Dumptruck Hino 500 pada 4 lokasi berbeda adalah:
Alat Gali Muat Excavator CAT 320 Setara PC 200 :
1. Pada lokasi Pit Denver = 15,08 Detik
2. Pada Lokasi Alaska Utara = 17,08 Detik
3. Pada Lokasi Eto Hawai = 14,92 Detik
4. Pada Lokasi Quarry Colorado = 18,30 Detik
Alat Angkut Dumptruck Hino 500 :
1. Pada Lokasi Pit Denver = 21,5 Menit = 1.2190 Detik
2. Pada Lokasi Alaska Utara = 9,74 Menit = 584, 4 Detik
3. Pada Lokasi Eto Hawai = 25,06 Menit = 1.504 Detik
4. Pada Lokasi Quarry Colorado = 22,6 Menit = 1.330 Detik
B. Produktivitas alat gali muat Excavator CAT 320 Setara PC –200 dan
Dumptruck Hino 500 pada 4 lokasi berbeda adalah:
Alat Gali Muat Excavator CAT 320 Setara PC 200 :
1. Pada lokasi Pit Denver = 186,2 Bcm/Jam = 225,30 Ton/Jam
2. Pada Lokasi Alaska Utara = 164,37 Bcm/Jam = 212,04 Ton/Jam
3. Pada Lokasi Eto Hawai = 188,16 Bcm/Jam = 225,67 Ton/Jam
4. Pada Lokasi Quarry Colorado = 153,40 Bcm/Jam = 230,1 Ton/Jam