ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di PT. Vale Indonesia Tbk Blok 1 unit Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi
Sulawesi Tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis profil nikel laterit, menentukan kecepatan
pengeboran disetiap lapisan profil nikel laterit dan menentukan hubungan antara kecepatan pengeboran dan
karakteristik tanah. Metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah dengan perhitungan matematis dari data
primer. Dari hasil analisis pengolahan data ketebalan lapisan laterit bervariasi yang terdiri dari lapisan top soil,
limonite, saprolite, dan bedrock. Kecepatan pengeboran zonasi nikel laterit pada titik bor C261713: Top soil
ketebalan 2 meter 0,018 (m/s), Limonite ketebalan 3 meter 0,007 (m/s) Saprolite ketebalan 5 meter 0,001 (m/s).
Semakin dalam memasuki zona laterit, maka kecepatan pengeboran mengalami penurunan. Hubungan kecepatan
pengeboran zonasi nikel laterit dan karakteristik tanah pada titik bor C261713: Top soil yaitu 0,018 (m/s) dengan
karakteristik tanah kuat tekan bebas 0,033 (kg/cm2). Limonite yaitu 0,007 (m/s) dengan karakteristik tanah kuat
tekan bebas 0,035 (kg/cm2). Saprolite yaitu 0,001 (m/s) dengan karakteristik tanah kuat tekan bebas 0,041 (kg/cm2).
Semakin keras lapisan tanah laterit, maka kecepatan pengeboran akan cenderung menurun disetiap lapisannya.
ABSTRACT
This research was conducted at PT. Vale Indonesia Tbk Block 1 unit Pomalaa, Kolaka Regency, Southeast
Sulawesi Province. This study aims to analyze the nickel laterite profile, determine the drilling speed in each layer
of the laterite nickel profile and determine the relationship between drilling speed and soil characteristics. The
method used in data processing is the mathematical calculation of the primary data. From the results of layer
analysis, the laterite layer data varies, which consists of topsoil, limonite, saprolite, and bedrock. Nickel laterite
zonation drilling speed at drill point C261713: Top soil thickness 2 meters 0.018 (m/s), limonite thickness 3 meters
0.007 (m/s) Saprolite thickness 5 meters 0.001 (m/s). The deeper into the laterite zone, the speed will decrease.
namely the zoning velocity of laterite nickel and soil characteristics at drill point C261713: Top soil 0.018 (m/s)
with soil characteristics of free compressive strength of 0.033 (kg/cm2). Limonite is 0.007 (m/s) with soil
characteristics of free compressive strength of 0.035 (kg/cm2). Saprolite is 0.001 (m/s) with soil characteristics of
free compressive strength of 0.041 (kg/cm2). The harder the lateritic soil layer, the faster the velocity tends to
decrease in each layer.
dan aluminium. Merupakan hasil pelapukan lanjut merupakan lapisan yang bernilai ekonomis untuk
dari batuan beku ultrabasa. Komposisinya meliputi ditambang sebagai bijih.
oksida besi yang dominan, goethite dan magnetit. 5. Lapisan batu dasar (bedrock)
Ketebalan lapisan ini rata-rata 8 m-15 m. Dalam Merupakan bagian terbawah dari profil nikel laterit,
limonite dapat dijumpai adanya akar tumbuhan, berwarna hitam kehijauan, terdiri dari bongkah –
meskipun dalam persentase yang sangat kecil. bongkah batuan dasar dengan ukuran > 75 cm, dan
Kemunculan bongkah-bongkah batuan beku ultrabasa secara umum sudah tidak mengandung mineral
pada zona ini tidak dominan atau hampir tidak ada, ekonomis. Kadar mineral mendekati atau sama
umumnya mineral-mineral di batuan beku basa dengan batuan asal, yaitu dengan kadar Fe ± 5% serta
ultrabasa telah terubah menjadi serpentin akibat hasil Ni dan Co antara 0,01 – 0,30%. Bagian terbawah
dari pelapukan yang belum tuntas. Limonite dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang lebih
dibedakan menjadi 2, yaitu red limonite yang biasa besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar)
disebut hematite dan yellow limonite yang disebut dan secara umum sudah tidak mengandung mineral
goethite. Biasanya pada Nmenggantikan Fe ekonomis (kadar logam sudah mendekati atau sama
sehinggga zona limonite terjadi pengkayaan unsur Ni. dengan batuan dasar). Batuan dasar merupakan
3. Transisi batuan asal dari nikel laterit yang umumnya
Lapisan ini merupakan zona peralihan merupakan batuan beku ultrabasa yaitu harzburgit
antara limonite bagian bawah dan saprolite bagian dan dunit yang pada rekahannya telah terisi oleh
atas. Mengandung mineral smectit (nontronite). oksida besi 5 – 10%, garnierite minor dan silika >
Tekstur batuan induk (protolith) masih terlihat. 35%. Permeabilitas batuan dasar meningkat
Ukuran butir cenderung lempung dan impermeable. sebanding dengan intensitas serpentinisasi. Zona ini
4. Lapisan saprolite terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh
Merupakan lapisan dari batuan dasar yang mineral garnierite dan silika. Frakturisasi ini
sudah lapuk, berupa bongkah-bongkah lunak diperkirakan menjadi penyebab adanya zona
berwarna coklat kekuningan sampai kehijauan. pengakaran yaitu zona high grade Ni, akan tetapi
Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat. posisinya tersembunyi.
Perubahan geokimia zona saprolite yang terletak di C. Pengeboran Putar (Rotary Drilling)
atas batuan asal ini tidak banyak, H2O dan nikel Pengeboran putar adalah semua bentuk
bertambah, dengan kadar Ni keseluruhan lapisan pengeboran dimana pembuatan lubang dilakukan
antara 2% – 4%, sedangkan magnesium dan dengan memutar mata bor di dasar lubang bor. Mata
silikon hanya sedikit yang hilang terlindih. Zona ini bor pada rangkaian bor putar biasanya mempunyai
terdiri dari vein-vein garnierite, mangan, serpentin, diameter yang lebih besar dari stang bor. Pada sistem
kuarsa sekunder bertekstur boxwork, Ni-Kalsedon pengeboran ini digunakan sirkulasi fluida untuk
dan di beberapa tempat sudah terbentuk limonite mengangkat/membersihkan cutting.
yang mengandung Fe-hidroksida. Zona ini 1. Proses pengeboran
merupakan zona pengayaan unsur Ni. Komposisinya Proses pengeboran eksplorasi pada industri
berupa oksida besi, serpentin sekitar <0,4% kuarsa, pertambangan terdiri dari beberapa metode salah
magnetite dan tekstur batuan asal yang masih satunya adalah diamond core drilling. Pengeboran
terlihat. Ketebalan lapisan ini berkisar 5 m - 18 m. dengan metode ini berbeda dari metode pengeboran
Kemunculan bongkah-bongkah sangat sering dan lain yang digunakan dalam eksplorasi mineral lainnya
pada rekahan - rekahan batuan asal dijumpai yang digunakan pada batuan padat, pada umumnya
magnesit, serpentin, kristopras dan garnierite. berdiameter 27-85 mm bahkan dapat mencapai 200
Bongkah batuan asal yang muncul pada umumnya mm. Mata bor diamond terdiri dari batang baja
memiliki kadar SiO2 dan MgO yang tinggi serta Ni pendek dengan kepala pemotong menggunakan
dan Fe yang rendah. Campuran dari sisa - sisa berlian alami (surface set) atau buatan manusia
batuan, butiran halus limonite, saprolitic rims, vein (impregnated) sebagai media pemotongan. Dalam
dari endapan garnierite, nickeliferous kuarsa, mangan formasi sedimen atau batuan yang lebih lunak
dan pada beberapa kasus terdapat silika boxwork, (misalnya investigasi geoteknis atau eksplorasi
bentukan dari suatu zona transisi dari limonite ke batubara), elemen cutting lainnya dapat digunakan,
bedrock. Terkadang terdapat mineral kuarsa yang seperti tungsten-karbid dan polycrystalline diamond
mengisi rekahan, mineral-mineral primer yang compacts (PCD). Bit yang menggunakan berlian
terlapukkan, chlorite, garnierite di lapangan buatan manusia lebih disukai untuk digunakan pada
biasanya diidentifikasi sebagai kolloidal talk dengan jenis batuan keras (hard rock) karena dapat
lebih atau kurang nickeliferous serpentin. Struktur digunakan untuk pengeboran dengan berbagai
dan tekstur batuan asal masih terlihat. Kadar Ni formasi batuan.
0,975%, Fe 16%, MgO 25%, SiO2 35%. Lapisan ini
4
Panjang 𝐶𝑜𝑟𝑒
𝐶𝑜𝑟𝑒 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = Kemajuan Bor × 100 .......... (2)
Tabel 2. Titik bor pengamatan selesai dan dimulai dari meteran pertama sampai
akhir pada core box.
ini telah memasuki lapisan bedrock (batuan dasar) jacro 200 pada titik bor C261713 dapat dilihat pada
yang artinya pengeboran telah selesai, sehingga ada tabel berikut.
core box yang kososng. Tabel 3. Waktu dan kecepatan pengebora pada
C. Profil Nikel Laterit titik bor C261713
Profil nikel laterit di daerah pengamatan
secara umum tersusun dari lapisan top soil, limonite,
saprolite, dan bedrock (batuan dasar). Berdasarkan
hasil pengamatan di lapangan, batuan penyusun di
daerah pengamatan adalah batuan ultramafik jenis
serpentinit. Hasil interpestasi coring, maka dapat
dibuat profil nikel laterit, seperti gambar di bawah
ini.
Tabel 6. Kecepatan pengeboran pada titik bor lapisan limonite 146,00 (m/s), dan pada lapisan
C261716 saprolite/boulder 1,442.00 (m/s).
Gambar di atas merupakan grafik kecepatan (m/s) dengan karakteristik tanah kuat tekan bebas
pengeboran dan karakteristik tanah pada lapisan top 0,047 (kg/cm2).
soil pada kegiatan pengeboran eksplorasi. Dari Dari pembahasan di atas, dapat dilihat pada
percobaan penelitian ini didapati kecepatan titik bor C261713, C261715, dan C261716 memiliki
pengeboran pada titik bor C261713 lapisan top soil kecepatan pengeboran yang semakin menurun ketika
yaitu 0,033 (m/s) dengan karakteristik tanah kuat alat bor telah masuk pada kedalaman tertentu dan
tekan bebas 0,035 (kg/cm2). Pada lapisan limonite dilihat dari hasil pengujian kuat tekan bebas (uji
0,007 (m/s) dengan karakteristik tanah kuat tekan kekerasan tanah). Dari masing-masing pengujian
bebas 0,041 (kg/cm2). Pada lapisan saprolite 0,001 sample tanah setiap lapisan, didapati hasil uji
(m/s) dengan karakteristik tanah kuat tekan bebas kekerasan tanah semakin naik dari zona top soil,
0,041 (kg/cm2). limonite, dan saprolite. Sehingga, semakin dalam alat
bor memasuki zona laterit, maka kecepatan
pengeboran akan semakain menurun dan kekerasan
tanah cenderung meningkat.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini yang berjudul
“Analisis Kecepatan Pengeboran Eksplorasi Pada
Zonasi Nikel Laterit PT. Vale Indonesia Tbk Blok 1
Gambar 16. Grafik kecepatan pengeboran dan
Unit Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi
karakteristik tanah pada titik bor C261716
Tenggara” dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Profil nikel laterit pada daerah penelitian
Gambar di atas merupakan grafik kecepatan
memiliki ketebalan lapisan laterit yang
pengeboran dan karakteristik tanah pada lapisan top
bervariasi yang terdiri dari lapisan top soil,
soil pada kegiatan pengeboran eksplorasi. Dari
limonite, saprolite, dan bedrock. Variasi
percobaan penelitian ini didapati kecepatan
ketebalan berkaitan dengan topografi yang
pengeboran pada titik bor C261716 lapisan top soil
landai dan terjal pada lokasi titik bor. Ketika
yaitu 0,019 (m/s) dengan karakteristik tanah kuat
topografi landai, maka kedalaman lapisan
tekan bebas 0,031 (kg/cm2). Pada lapisan limonite
laterit akan cenderung dalam, begitu juga
0,004 (m/s) dengan karakteristik tanah kuat tekan
sebaliknya.
bebas 0,036 (kg/cm2). Pada lapisan saprolite 0,002
10