Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Riset Teknologi Pertambangan (J-Ristam)

Vol. 1 No. 2 2021 - ISSN 2621-3869

ANALISIS KECEPATAN PENGEBORAN EKSPLORASI


PADA ZONASI NIKEL LATERIT PT. VALE INDONESIA TBK BLOK 1
UNIT POMALAA KABUPATEN KOLAKA
PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Haliq Tri Andono, Deniyatno, Erwin Anshari


Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian,
Universitas Halu Oleo
Kampus Bumi Hijau Tri Dharma Anduonohu, Kendari, Indonesia
Trihaliq@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di PT. Vale Indonesia Tbk Blok 1 unit Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi
Sulawesi Tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis profil nikel laterit, menentukan kecepatan
pengeboran disetiap lapisan profil nikel laterit dan menentukan hubungan antara kecepatan pengeboran dan
karakteristik tanah. Metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah dengan perhitungan matematis dari data
primer. Dari hasil analisis pengolahan data ketebalan lapisan laterit bervariasi yang terdiri dari lapisan top soil,
limonite, saprolite, dan bedrock. Kecepatan pengeboran zonasi nikel laterit pada titik bor C261713: Top soil
ketebalan 2 meter 0,018 (m/s), Limonite ketebalan 3 meter 0,007 (m/s) Saprolite ketebalan 5 meter 0,001 (m/s).
Semakin dalam memasuki zona laterit, maka kecepatan pengeboran mengalami penurunan. Hubungan kecepatan
pengeboran zonasi nikel laterit dan karakteristik tanah pada titik bor C261713: Top soil yaitu 0,018 (m/s) dengan
karakteristik tanah kuat tekan bebas 0,033 (kg/cm2). Limonite yaitu 0,007 (m/s) dengan karakteristik tanah kuat
tekan bebas 0,035 (kg/cm2). Saprolite yaitu 0,001 (m/s) dengan karakteristik tanah kuat tekan bebas 0,041 (kg/cm2).
Semakin keras lapisan tanah laterit, maka kecepatan pengeboran akan cenderung menurun disetiap lapisannya.

Kata Kunci: nikel laterit, kecepatan pengeboran, karakteristik tanah

ABSTRACT

This research was conducted at PT. Vale Indonesia Tbk Block 1 unit Pomalaa, Kolaka Regency, Southeast
Sulawesi Province. This study aims to analyze the nickel laterite profile, determine the drilling speed in each layer
of the laterite nickel profile and determine the relationship between drilling speed and soil characteristics. The
method used in data processing is the mathematical calculation of the primary data. From the results of layer
analysis, the laterite layer data varies, which consists of topsoil, limonite, saprolite, and bedrock. Nickel laterite
zonation drilling speed at drill point C261713: Top soil thickness 2 meters 0.018 (m/s), limonite thickness 3 meters
0.007 (m/s) Saprolite thickness 5 meters 0.001 (m/s). The deeper into the laterite zone, the speed will decrease.
namely the zoning velocity of laterite nickel and soil characteristics at drill point C261713: Top soil 0.018 (m/s)
with soil characteristics of free compressive strength of 0.033 (kg/cm2). Limonite is 0.007 (m/s) with soil
characteristics of free compressive strength of 0.035 (kg/cm2). Saprolite is 0.001 (m/s) with soil characteristics of
free compressive strength of 0.041 (kg/cm2). The harder the lateritic soil layer, the faster the velocity tends to
decrease in each layer.

Keywords: nickel laterite, drilling speed, soil characteristics.


2

I. Pendahuluan Ni, Fe, Mn, dan Co secara residual dan sekunder.


Kegiatan eksplorasi dilakukan untuk Nikel laterit dicirikan oleh adanya logam oksida yang
mengetahui adanya suatu bahan galian yang bernilai berwarna coklat kemerahan mengandung Ni dan Fe.
ekonomis. Kegiatan eksplorasi umumnya dikenal ada (Lintjewas dkk, 2019).
2 metode yaitu metode eksplorasi langsung dan
metode eksplorasi tidak langsung, namun pada
penelitian ini menggunakan metode eksplorasi
langsung yaitu dengan cara melakukan pengeboran
pada perut bumi. Kegiatan eksplorasi yang dimaksud
dalam hal ini yaitu eksplorasi nikel laterit yang
berada pada PT. Vale Indonesia Tbk unit Pomalaa.
Dalam kegiatan pengeboran eksplorasi nikel
laterit PT. Vale Indonesia Tbk unit Pomalaa,
memiliki kecepatan pengeboran yang berbeda-beda
disetiap zona laterit. Perbedaan yang terjadi karena
disebabkan salah satu faktor yang mempengaruhi
kecepatan pengeboran adalah kondisi geologi dan
ketebalan lapisan nikel laterit yang bervariasi di
Gambar 1. Profil endapan nikel laterit (Dian dan
setiap titik bor. Maka dari itu, penulis berasumsi
Prabowo, 2019)
bahwa dari kegiatan pengeboran tersebut akan
mengalami perubahan kecepatan pengeboran di setiap 1. Lapisan tanah penutup
zona nikel laterit. Pengeboran eksplorasi nikel laterit Lapisan tanah penutup biasa disebut iron
PT. Vale Indonesia Tbk unit Pomalaa menggunakan capping. Material lapisan berukuran lempung,
mesin bor hidrolik jacro 200 dengan jarak titik bor berwarna coklat kemerahan dan biasanya terdapat
100 meter dan menggunakan pola bujursangkar. juga sisa-sisa tumbuhan. Pengkayaan Fe terjadi
Oleh sebab itu, dari pembahasan di atas pada zona ini karena terdiri dari konkresi Fe-Oksida
penulis mengangkat judul “Analisis Kecepatan yaitu mineral hematite dan goethite dengan
Pengeboran Eksplorasi Pada Zonasi Nikel Laterit PT. kandungan nikel relatif rendah. Tebal lapisan
Vale Indonesia Tbk Blok 1 Unit Pomalaa Kabupaten bervariasi antara 0 – 2 m. Tekstur batuan asal sudah
Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara”. tidak dapat dikenali lagi. Iron capping merupakan
bagian yang paling atas dari suatu penampang
II. Tinjauan Pustaka
laterit. Komposisinya adalah akar tumbuhan,
A. Pengertian Eksplorasi
humus, oksida besi dan sisa-sisa organik lainnya.
Eksplorasi yaitu suatu kegiatan untuk mencari,
Warna khas adalah coklat tua kehitaman dan bersifat
menemukan dan mendapatkan suatu endapan bahan
gembur. Kadar nikelnya sangat rendah sehingga
tambang (bahan galian) yang kemudian secara
tidak diambil dalam penambangan. Ketebalan lapisan
ekonomi dapat dikembangkan untuk diusahakan.
tanah penutup rata- rata 0,3 m - 6 m berwarna merah
Dalam lingkup industri pertambangan, eksplorasi
tua, merupakan kumpulan massa goethite dan
dinyatakan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang
limonite. Iron capping mempunyai kadar besi yang
karena faktor resiko, dilakukan secara bertahap dan
tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang
sistematik untuk mendapatkan suatu areal yang
terdapat mineral - mineral hematite, chromiferous.
representative untuk dapat dikembangkan lebih lanjut
2. Lapisan limonite
sebagai areal penambangan. Untuk mendapatkan
Merupakan lapisan berwarna coklat muda,
conto eksplorasi, maka terlebih dahulu harus
ukuran butir lempung sampai pasir, tekstur batuan
melakukan kegiatan pengeboran, kegiatan
asal mulai dapat diamati walaupun masih sangat
pengeboran ini akan memberikan gambaran langsung
sulit, dengan tebal lapisan berkisar antara 1–10 m.
mengenai kondisi endapan bahan galian secara teliti,
Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal dan sempat
sehingga dapat diketahui penyebaran endapan
hilang karena erosi. Pada zona limonite hampir
tersebut secara vertikal. Sedangkan penyebaran
seluruh unsur yang mudah larut hilang terlindi, kadar
endapan secara horizontal dapat diketahui dengan
MgO hanya tinggal kurang dari 2% berat dan kadar
menghubungkan data antar titik bor. (Masuara,
SiO2 berkisar 2 – 5% berat. Sebaliknya kadar Fe2O3
2018).
menjadi sekitar 60 – 80% berat dan kadar Al2O3
B. Pengertian Nikel Laterit
maksimum 7% berat. Zona ini didominasi oleh
Nikel laterit merupakan salah satu mineral
mineral goethite, disamping itu juga terdapat
logam hasil dari proses pelapukan kimia batuan
magnetite, hematite, chorm, serta kuarsa sekunder.
ultramafik yang mengakibatkan pengkayaan unsur
Pada goethite terikat nikel, chrom, cobalt, vanadium,
3

dan aluminium. Merupakan hasil pelapukan lanjut merupakan lapisan yang bernilai ekonomis untuk
dari batuan beku ultrabasa. Komposisinya meliputi ditambang sebagai bijih.
oksida besi yang dominan, goethite dan magnetit. 5. Lapisan batu dasar (bedrock)
Ketebalan lapisan ini rata-rata 8 m-15 m. Dalam Merupakan bagian terbawah dari profil nikel laterit,
limonite dapat dijumpai adanya akar tumbuhan, berwarna hitam kehijauan, terdiri dari bongkah –
meskipun dalam persentase yang sangat kecil. bongkah batuan dasar dengan ukuran > 75 cm, dan
Kemunculan bongkah-bongkah batuan beku ultrabasa secara umum sudah tidak mengandung mineral
pada zona ini tidak dominan atau hampir tidak ada, ekonomis. Kadar mineral mendekati atau sama
umumnya mineral-mineral di batuan beku basa dengan batuan asal, yaitu dengan kadar Fe ± 5% serta
ultrabasa telah terubah menjadi serpentin akibat hasil Ni dan Co antara 0,01 – 0,30%. Bagian terbawah
dari pelapukan yang belum tuntas. Limonite dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang lebih
dibedakan menjadi 2, yaitu red limonite yang biasa besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar)
disebut hematite dan yellow limonite yang disebut dan secara umum sudah tidak mengandung mineral
goethite. Biasanya pada Nmenggantikan Fe ekonomis (kadar logam sudah mendekati atau sama
sehinggga zona limonite terjadi pengkayaan unsur Ni. dengan batuan dasar). Batuan dasar merupakan
3. Transisi batuan asal dari nikel laterit yang umumnya
Lapisan ini merupakan zona peralihan merupakan batuan beku ultrabasa yaitu harzburgit
antara limonite bagian bawah dan saprolite bagian dan dunit yang pada rekahannya telah terisi oleh
atas. Mengandung mineral smectit (nontronite). oksida besi 5 – 10%, garnierite minor dan silika >
Tekstur batuan induk (protolith) masih terlihat. 35%. Permeabilitas batuan dasar meningkat
Ukuran butir cenderung lempung dan impermeable. sebanding dengan intensitas serpentinisasi. Zona ini
4. Lapisan saprolite terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh
Merupakan lapisan dari batuan dasar yang mineral garnierite dan silika. Frakturisasi ini
sudah lapuk, berupa bongkah-bongkah lunak diperkirakan menjadi penyebab adanya zona
berwarna coklat kekuningan sampai kehijauan. pengakaran yaitu zona high grade Ni, akan tetapi
Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat. posisinya tersembunyi.
Perubahan geokimia zona saprolite yang terletak di C. Pengeboran Putar (Rotary Drilling)
atas batuan asal ini tidak banyak, H2O dan nikel Pengeboran putar adalah semua bentuk
bertambah, dengan kadar Ni keseluruhan lapisan pengeboran dimana pembuatan lubang dilakukan
antara 2% – 4%, sedangkan magnesium dan dengan memutar mata bor di dasar lubang bor. Mata
silikon hanya sedikit yang hilang terlindih. Zona ini bor pada rangkaian bor putar biasanya mempunyai
terdiri dari vein-vein garnierite, mangan, serpentin, diameter yang lebih besar dari stang bor. Pada sistem
kuarsa sekunder bertekstur boxwork, Ni-Kalsedon pengeboran ini digunakan sirkulasi fluida untuk
dan di beberapa tempat sudah terbentuk limonite mengangkat/membersihkan cutting.
yang mengandung Fe-hidroksida. Zona ini 1. Proses pengeboran
merupakan zona pengayaan unsur Ni. Komposisinya Proses pengeboran eksplorasi pada industri
berupa oksida besi, serpentin sekitar <0,4% kuarsa, pertambangan terdiri dari beberapa metode salah
magnetite dan tekstur batuan asal yang masih satunya adalah diamond core drilling. Pengeboran
terlihat. Ketebalan lapisan ini berkisar 5 m - 18 m. dengan metode ini berbeda dari metode pengeboran
Kemunculan bongkah-bongkah sangat sering dan lain yang digunakan dalam eksplorasi mineral lainnya
pada rekahan - rekahan batuan asal dijumpai yang digunakan pada batuan padat, pada umumnya
magnesit, serpentin, kristopras dan garnierite. berdiameter 27-85 mm bahkan dapat mencapai 200
Bongkah batuan asal yang muncul pada umumnya mm. Mata bor diamond terdiri dari batang baja
memiliki kadar SiO2 dan MgO yang tinggi serta Ni pendek dengan kepala pemotong menggunakan
dan Fe yang rendah. Campuran dari sisa - sisa berlian alami (surface set) atau buatan manusia
batuan, butiran halus limonite, saprolitic rims, vein (impregnated) sebagai media pemotongan. Dalam
dari endapan garnierite, nickeliferous kuarsa, mangan formasi sedimen atau batuan yang lebih lunak
dan pada beberapa kasus terdapat silika boxwork, (misalnya investigasi geoteknis atau eksplorasi
bentukan dari suatu zona transisi dari limonite ke batubara), elemen cutting lainnya dapat digunakan,
bedrock. Terkadang terdapat mineral kuarsa yang seperti tungsten-karbid dan polycrystalline diamond
mengisi rekahan, mineral-mineral primer yang compacts (PCD). Bit yang menggunakan berlian
terlapukkan, chlorite, garnierite di lapangan buatan manusia lebih disukai untuk digunakan pada
biasanya diidentifikasi sebagai kolloidal talk dengan jenis batuan keras (hard rock) karena dapat
lebih atau kurang nickeliferous serpentin. Struktur digunakan untuk pengeboran dengan berbagai
dan tekstur batuan asal masih terlihat. Kadar Ni formasi batuan.
0,975%, Fe 16%, MgO 25%, SiO2 35%. Lapisan ini
4

2. Pola pengeboran Dimana :


Menurut Pasang (2013), pola pengeboran V : Kecepatan pengeboran (meter/menit)
merupakan suatu pola pada kegiatan pengeboran H : Kedalaman (meter)
dengan mendapatkan lubang-lubang tembak secara Ct : Cycle time (menit)
sistematis. Pola pengeboran yang bisa diterapkan
pada tambang terbuka biasanya ada tiga macam pola Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeboran
pengeboran, yaitu: adalah tipe dan ukuran mata bor, kekerasan tanah,
a. Pola bujursangkar (square pattern) yaitu jarak kedalaman lubang bor, pola pengeboran, kelerengan,
burden dan spasi sama. produktivitas pengeboran dan waktu hilang akibat
b. Pola persegipanjang (rectangular pattern), menunggu operasi pengeboran lainnya (Dian dan
yaitu jarak spasi dalam satu baris lebih besar Prabowo, 2019).
dibanding burden. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya
c. Pola zigzag bu jur sangkar (staggered mengenai pengujian laboratorium kuat tekan bebas
pattern), yaitu antar lubang bor dibuat tanah, bahwa semakin tinggi nilai kuat tekan bebas
zigzag yang berasal dari pola bujursangkar tanah, maka sifat tanahnya semakin kaku, sebaliknya
maupun persegi panjang. semakin rendah nilai kuat tekan bebas tanah, maka
d. Pola zigzag persegipanjang, yaitu antar lubang sifat tanah semakin lunak (Darmawandi dkk, 2020).
bor dibuat zigzag yang berasal dari pola 3. Core recovery
bujursangkar maupun persegi panjang. Core recovery merupakan perbandingan
antara panjang core yang didapatkan dengan panjang
kemajuan pengeboran yang dicapai (Dian dan Heri,
2019).
Perhitungan core recovery dapat dihitung
dengan persamaan (2) sebagai berikut:

Panjang 𝐶𝑜𝑟𝑒
𝐶𝑜𝑟𝑒 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = Kemajuan Bor × 100 .......... (2)

III. METODE PENELITIAN


A. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian diperkirakan selama ±1
bulan. Tempat penelitian dilakukan di PT. Vale
Indonesia Tbk unit Pomalaa yang secara administratif
terletak di Desa Huko-Huko, Kecamatan Pomalaa,
Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Gambar 2. Sketsa pengeboran pada tambang terbuka Lokasi penelitian dapat ditempuh lewat darat dengan
(Pasang, 2013) menggunakan kendaraan dengan waktu tempuh ±4
jam dari kota kendari. Lokasi penelitian dapat dilihat
D. Perhitungan pengeboran pada Gambar 3.
1. Waktu daur bor (Cycle Time)
Waktu daur bor merupakan waktu yang
dibutuhkan dalam satu siklus pengeboran yang
meliputi waktu pemasangan batang bor, waktu
running, waktu cabut, dan waktu menumbuk.
Perhitungan waktu daur pengeboran dapat dihitung
dengan rumus:
CT = Waktu Pasang + Waktu Running + Waktu
Cabut + Waktu Tumbuk
2. Kecepatan pengeboran
Kecepatan pengeboran yakni perbandingan \
kedalaman setiap lapisan dengan waktu pengeboran
perlapisan dalam satu lubang bor.
Perhitungan kecepatan pengeboran dapat
dihitung dengan persamaan (1) sebagai berikut:
H
V = Ct ........................................................... (1) Gambar 3. Peta lokasi penelitian
5

B. Jenis Penelitian a. Data primer


Jenis penelitian ini dilakukan dengan Data primer merupakan hasil pengamatan
menganalisis hasil dari pengolahan data primer dan langsung di lapangan yang berupa pengambilan
sekunder. Hasil analisis diperoleh dari kecepatan waktu kecepatan pengeboran, logging sample (zona
pengeboran disetiap zona laterit dan pengujian laterit dan ketebalan), dan sample tanah (kekerasan
laboratorium kekerasan tanah untuk melihat tanah).
hubungan serta perubahan kecepatan pengeboran b. Data sekunder
yang terjadi. Data sekunder merupakan data yang diperoleh
Metode yang digunakan dalam penelitian ini dari sumber yang sudah ada sebelumnya yaitu
yaitu metode observasi lapangan, dimana peneliti bersumber dari jurnal ilmiah ataupun buku.
melakukan observasi lapangan untuk mencari 4. Pengolahan data
permasalahan yang tepat untuk judul yang akan Pengolahan data dilakukan setelah data yang
diangkat sebagai penelitian. berkaitan terkumpul, kemudian dilakukan
C. Instrumen Penelitian perhitungan kecepatan pengeboran dan core recovery
Instrument penelitian yang digunakan sebagai dengan menggunakan program Microsoft Excel 2010
penunjang yang dapat membantu penelitian dalam untuk membantu pengolahan data sekaligus dalam
pengambilan data dan pengolahan data. Instrumen proses pembuatan hasil penelitian.
yang digunakan dapat dilihat pada tabel 2 sebagai 5. Analisis data
berikut. Analisis data adalah bagian dari tahapan
Tabel 1. Instrumen penelitian pengamatan yang bertujuan untuk menganalisa data
No Nama Alat Kegunaan yang telah terhimpun. Dalam tahap ini, menganalisa
Mesin bor jacro Sebagai alat bor hubungan antara kecepatan pengeboran dan
1 karakteristik tanah.
seri 200 eksplorasi
Mengukur waktu
2 Stopwatch IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
pengeboran
GPS (Global Untuk mengambil A. Mesin Bor Jacro 200
3 Positioning koordinat lokasi Mesin bor jacro 200 yang digunakan PT. Vale
Sytem) penelitian Indonesia Tbk unit pomalaa adalah jenis bor yang
Adapun alat penunjang dari penelitian ini menggunakan sistem hidrolik.. Umur mesin bor yang
meliputi alat tulis dan kamera handphone. digunakan pada lokasi pengamatan yaitu berumur ±4
tahun.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian memiliki beberapa
tahapan meliputi observasi, studi literatur,
pengambilan data, pengolahan data dan analisis data.
Dari prosedur tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Observasi
Tahapan ini dilakukan untuk meninjau terlebih
dahulu lokasi penelitian sebelum masuk untuk
melakukan penelitian dan memberitahukan kepada
pihak perusahaan judul yang akan diangkat sebagai
penelitian di perusahan terebut. Dari tahapan ini akan
dilakukan wawancara kepada pihak perusahan
mengenai permasalahan-permasalahan yang terdapat
di lapangan yang berkaitan dengan judul penelitian Gambar 5. Mesin bor jacro 200 (Dokumentasi,
yang akan diangkat. 2020)
2. Studi literatur
Tahapan ini meliputi kegiatan pengumpulan Berdasarkan gambar di atas, terdapat beberapa
sumber atau referensi dari jurnal ilmiah dan buku bagian mesin bor jacro 200 yaitu menara, wireline,
yang berhubungan dengan pengeboran eksplorasi gear box, control panel, rangkaian mesin hidrolik,
nikel laterit. dan pompa air. Mesin bor jacro 200 biasa digunakan
3. Pengumpulan data pada pengeboran tambang terbuka, khususnya pada
Dalam pengumpulan data dapat dilihat sebagai kegiatan pengeboran eksplorasi nikel laterit.
berikut: Adapun pengambilan titik bor pengamatan
dapat dilihat pada tabel 10 sebagai berikut.
6

Tabel 2. Titik bor pengamatan selesai dan dimulai dari meteran pertama sampai
akhir pada core box.

Gambar 7. Sample coring meteran 1-9 titik bor


C261714 (Dokumentasi, 2020)

Gambar di atas merupakan sample coring dari


Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah data meteran 1-9 pada titik bor C261715, di mana dapat
pengamatan titik bor sebanyak 14 titik bor dengan dilihat perbedaan perubahan warna lapisan top soil
total kedalaman yang berbeda-beda dengan yang berwarna coklat kemerahan dan lapisan
kedalaman terendah 13 meter pada titik bor C261712 saprolite yang berwarna coklat kekuningan sampai
dan C261715. Kedalaman yang tertingggi 51 meter coklat kehijauan. Lapisan saprolite biasanya
pada titik bor C261717. Pengmabilan 14 titik bor ditemukan boulder-boulder yang bersifat lunak
pengamatan ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan. sampai keras.
Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada gambar peta
titik bor pengamatan pada gambar 6.

Gambar 8. Sample coring meteran 10-18 titik bor


C261714 (Dokumentasi, 2020)

Gambar di atas merupakan sample coring


dari meteran 10-18 pada titik bor C261714, di mana
dapat dilihat pada gambar di atas merupakan lapisan
Gambar 6. Titik bor penelitian
saprolit dan banyaknya ditemukan boulder yang
bersifat lunak sampai keras.
Berdasarkan gambar 6 titik bor penelitian,
terdapat titik bor perencanaan yaitu 41 titik bor yang
berwarna merah. Sedangkan pada titik bor
pengamatan terdapat 14 titik bor yang berwana hijau.
Pengambilan titik bor pengamatan tersebut dilakukan
sesuai dengan kebutuhan dan karena waktu yang
terbatas.
B. Interprestasi Coring
Interpestasi coring dilakukan untuk
mengetahui jenis lapisan laterit dengan cara
pendeskripsi secara megaskopis oleh seorang ahli
geologist dengan melihat warna dan mineral yang Gambar 9. Sample coring meteran 19-26 titik bor
terkandung dalam lapisan tersebut, sehingga dapat C261714 (Dokumentasi, 2020)
ditentukan bahawa lapisan tersebut adalah top soil,
Gambar di atas merupakan sample coring dari
limonite, saprolite, dan bedrock (batuan dasar).
meteran 10-18 pada titik bor C261715. Pada lapisan
Pendeskripsian dilakukan setelah titik bor telah
7

ini telah memasuki lapisan bedrock (batuan dasar) jacro 200 pada titik bor C261713 dapat dilihat pada
yang artinya pengeboran telah selesai, sehingga ada tabel berikut.
core box yang kososng. Tabel 3. Waktu dan kecepatan pengebora pada
C. Profil Nikel Laterit titik bor C261713
Profil nikel laterit di daerah pengamatan
secara umum tersusun dari lapisan top soil, limonite,
saprolite, dan bedrock (batuan dasar). Berdasarkan
hasil pengamatan di lapangan, batuan penyusun di
daerah pengamatan adalah batuan ultramafik jenis
serpentinit. Hasil interpestasi coring, maka dapat
dibuat profil nikel laterit, seperti gambar di bawah
ini.

Kecepatan pengeboran perlapisan dapat


ditentukan dengan persamaan (1). Hasil perhitungan
kecepatan pengeboran perlapisan pada titik bor
C261713 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Kecepatan pengeboran pada titik bor
C261713

Berdasarkan tabel di atas terdapat titik bor


C261713 yang memiliki lapisan top soil dengan
Gambar 10. Profil nikel laterit (Data Pengamatan, ketebalan 2 meter dan waktu untuk mengebor 112,00
2020) (s), sehingga memperoleh kecepatan pengeboran
1,018 (m/s). Lapisan limonite memiliki ketebalan 5
Profil nikel laterit di daerah penelitian
meter dan waktu untuk mengebor 682,00 (s),
memiliki ketebalan yang bervariasi. Variasi ketebalan
sehingga memperoleh kecepatan pengeboran 0,007
ini disebabkan oleh kondisi topografi yang berbeda-
(m/s). Lapisan saprolite memiliki ketebalan 3 meter
beda pada lokasi titik bor. Rata-rata ketebalan lapisan
dan waktu untuk mengebor 2.174,00 (s), sehingga
top soil pada titik bor pengamatan yaitu 2 meter. Pada
memperoleh kecepatan pengeboran 0,001 (m/s).
lapisan limonite memiliki ketebalan yang bervariasi
Tabel 5. Kecepatan pengeboran pada titik bor
dan lapisan ini cenderung tipis dan kadang tidak
C261715
ditemukan pada topografi yang curam, sedangkan
pada topografi yang landai lapisan ini cenderung
tebal.
D. Kecepatan Pengeboran
Sebelum menghitung kecepatan penegboran,
terlebih dahulu melihat waktu cycle time untuk
mengambil waktu running (waktu penetrasi
Berdasarkan tabel di atas terdapat titik bor
pengeboran) disetiap lapisan laterit. Waktu running
C261715 yang memiliki lapisan top soil dengan
terhitung pada saat penetrasi pengeboran dimulai
ketebalan 1 meter dan waktu untuk mengebor 83,00
untuk mengambil sample coring dan pada
(s), sehingga memperoleh kecepatan pengeboran
pengambilan waktu running tidak ada mengalami
0,012 (m/s). Lapisan limonite memiliki ketebalan 1
masalah.
meter dan waktu untuk mengebor 146,00 (s),
Waktu pengeboran eksplorasi yang diperoleh
sehingga memperoleh kecepatan pengeboran 0,007
pada lokasi penelitian merupakan total waktu yang
(m/s). Lapisan saprolite memiliki ketebalan 5 meter
dihasilkan dari setiap pengeboran zona laterit. Data
dan waktu untuk mengebor 1.442,00 (s), sehingga
waktu pengeboran dengan menggunakan mesin bor
memperoleh kecepatan pengeboran 0,003 (m/s).
8

Tabel 6. Kecepatan pengeboran pada titik bor lapisan limonite 146,00 (m/s), dan pada lapisan
C261716 saprolite/boulder 1,442.00 (m/s).

Berdasarkan tabel di atas terdapat titik bor


C261716 yang memiliki lapisan top soil dengan
ketebalan 4 meter dan waktu untuk mengebor 216,00
(s), sehingga memperoleh kecepatan pengeboran
0,019 (m/s). Lapisan limonite memiliki ketebalan 3
meter dan waktu untuk mengebor 689.,00 (s), Gambar 13. Grafik kecepatan pengeboran pada titik
sehingga memperoleh kecepatan pengeboran 0,004 bor C261716 (Pengolahan Data, 2020)
(m/s). Lapisan saprolite memiliki ketebalan 8 meter
dan waktu untuk mengebor 3.255,00 (s), sehingga Gambar di atas merupakan grafik kecepatan
memperoleh kecepatan pengeboran 0,002 (m/s). pengeboran pada kegiatan pengeboran eksplorasi.
Dari percobaan penelitian ini didapati kecepatan
pengeboran perlapisan yang berbeda-beda.
Pengeboran pada lapisan top soil memiliki kecepatan
0,019 (m/s), pada lapisan limonite 0,004 (m/s), dan
pada lapisan saprolite 0,002 (m/s).

E. Hubungan Antara Kecepatan Pengeboran


dan Karakteristik Tanah
Menganalisis hubungan anatara kecepatan
pengeboran dan karakteristik tanah dibutuhkan hasil
Gambar 11. Grafik kecepatan pengeboran pada titik kecepatan pengeboran dan hasil uji laboratorium
bor C261713 (Pengolahan Data, 2020) mekanika tanah (uji kekerasan tanah). Dari kedua
variabel tersebut akan menghasilakan sebuah data
Gambar di atas merupakan grafik kecepatan statistik yang kemudian akan dianalisa hubungannya.
pengeboran pada kegiatan pengeboran eksplorasi. Pada pengujian laboratorium ini hanya mengambil 3
Dari percobaan penelitian ini diperoleh kecepatan contoh sample titik bor pengamatan sebagai
pengeboran yang berbeda-beda. Pengeboran pada Mencari hubungan kecepatan pengeboran dan
lapisan top soil memiliki kecepatan 0,018 (m/s), pada karakteristik tanah, dibutuhkan 2 variabel data yaitu
lapisan limonite 0,007 (m/s), dan pada lapisan kecepatan pengeboran dan hasil pengujian
saprolite 0,001 (m/s). laboratorium mekanika tanah (uji kekerasan tanah).
Dari kedua variabel tersebut akan menghasilakan
sebuah data statistik yang kemudian akan dianalisa
hubungannya. Sehingga, dari percobaan penelitian ini
dapat dilihat perubahan kecepatan pengeboran di
setiap lapisan laterit, ketika alat bor memasuki zona
top soil, limonite, dan saprolite dengan pengujian
masing-masing sample tanah tersebut.

Gambar 12. Grafik kecepatan pengeboran pada titik


bor C261715 (Pengolahan Data, 2020)

Gambar di atas merupakan grafik kecepatan


pengeboran pada kegiatan pengeboran eksplorasi.
Dari percobaan penelitian ini didapati kecepatan
pengeboran yang berbeda-beda. Pengeboran pada
lapisan top soil memiliki kecepatan 82,00 (s), pada Gambar 14. Grafik kecepatan pengeboran dan
karakteristik tanah pada titik bor C261713
9

Gambar di atas merupakan grafik kecepatan (m/s) dengan karakteristik tanah kuat tekan bebas
pengeboran dan karakteristik tanah pada lapisan top 0,047 (kg/cm2).
soil pada kegiatan pengeboran eksplorasi. Dari Dari pembahasan di atas, dapat dilihat pada
percobaan penelitian ini didapati kecepatan titik bor C261713, C261715, dan C261716 memiliki
pengeboran pada titik bor C261713 lapisan top soil kecepatan pengeboran yang semakin menurun ketika
yaitu 0,033 (m/s) dengan karakteristik tanah kuat alat bor telah masuk pada kedalaman tertentu dan
tekan bebas 0,035 (kg/cm2). Pada lapisan limonite dilihat dari hasil pengujian kuat tekan bebas (uji
0,007 (m/s) dengan karakteristik tanah kuat tekan kekerasan tanah). Dari masing-masing pengujian
bebas 0,041 (kg/cm2). Pada lapisan saprolite 0,001 sample tanah setiap lapisan, didapati hasil uji
(m/s) dengan karakteristik tanah kuat tekan bebas kekerasan tanah semakin naik dari zona top soil,
0,041 (kg/cm2). limonite, dan saprolite. Sehingga, semakin dalam alat
bor memasuki zona laterit, maka kecepatan
pengeboran akan semakain menurun dan kekerasan
tanah cenderung meningkat.

F. Core Recovery Pengeboran


Core recovery merupakan perbandingan
antara panjang core yang didapatkan (actual core)
dengan panjang kemajuan (run) pengeboran yang
dicapai, kemudian dikali 100%. Jika panjang core 1
meter dan kemajuan bor 1 meter, kemudian dikali
Gambar 15. Grafik kecepatan pengeboran dan 100%, maka core recovery yang diperoleh adalah
karakteristik tanah pada titik bor C261715 100%. Untuk pengisian actual core ada beberpa hal
yang perlu diketahui yaitu, ketika ada swell dalam
Gambar di atas merupakan grafik kecepatan sample coring, maka ditambah dari run awal. Namun,
pengeboran dan karakteristik tanah pada lapisan top ketika sample coring ada yang loss, maka dikurang
soil pada kegiatan pengeboran eksplorasi. Dari dari run awal. Data core recovery dapat dilihat pada
percobaan penelitian ini didapati kecepatan tabel berikut.
pengeboran pada titik bor C261715 lapisan top soil
yaitu 0,012 (m/s) dengan karakteristik tanah kuat
tekan bebas 0,032 (kg/cm2). Pada lapisan limonite
0,007 (m/s) dengan karakteristik tanah kuat tekan
bebas 0,034 (kg/cm2). Pada lapisan saprolite 0,003
(m/s) dengan karakteristik tanah kuat tekan bebas
0,043 (kg/cm2).

V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini yang berjudul
“Analisis Kecepatan Pengeboran Eksplorasi Pada
Zonasi Nikel Laterit PT. Vale Indonesia Tbk Blok 1
Gambar 16. Grafik kecepatan pengeboran dan
Unit Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi
karakteristik tanah pada titik bor C261716
Tenggara” dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Profil nikel laterit pada daerah penelitian
Gambar di atas merupakan grafik kecepatan
memiliki ketebalan lapisan laterit yang
pengeboran dan karakteristik tanah pada lapisan top
bervariasi yang terdiri dari lapisan top soil,
soil pada kegiatan pengeboran eksplorasi. Dari
limonite, saprolite, dan bedrock. Variasi
percobaan penelitian ini didapati kecepatan
ketebalan berkaitan dengan topografi yang
pengeboran pada titik bor C261716 lapisan top soil
landai dan terjal pada lokasi titik bor. Ketika
yaitu 0,019 (m/s) dengan karakteristik tanah kuat
topografi landai, maka kedalaman lapisan
tekan bebas 0,031 (kg/cm2). Pada lapisan limonite
laterit akan cenderung dalam, begitu juga
0,004 (m/s) dengan karakteristik tanah kuat tekan
sebaliknya.
bebas 0,036 (kg/cm2). Pada lapisan saprolite 0,002
10

2. Kecepatan pengeboran zonasi nikel laterit Sistem Dinamik. IEJST (Industrial


pada titik bor C261713: Top soil ketebalan 2 Engineering Journal of The University of
meter 0,018 (m/s), Limonite ketebalan 3 meter Sarjanawiyata Tamansiswa) Vol. 3 No.1,
0,007 (m/s) Saprolite ketebalan 5 meter 0,001 Juni 2019. Hal: 13-14.
(m/s). Semakin dalam memasuki zona laterit, [6] Lintjewas, L, Setiawan, I., dan Kausar, A.A.,
maka kecepatan pengeboran akan menurun. 2019. Profil Endapan Nikel Laterit Di
3. Hubungan kecepatan pengeboran zonasi nikel Daerah Palangga, Provinsi Sulawesi
laterit dan karakteristik tanah pada titik bor Tenggara. ISSN 0125-9849, e-ISSN
C261713: Top soil yaitu 0,018 (m/s) dengan 2354-6638 Ris.Geo.Tam Vol. 29, No.1,
karakteristik tanah kuat tekan bebas 0,033 Juni 2019 (91-104) DOI:
(kg/cm2). Limonite yaitu 0,007 (m/s) dengan 10.14203/risetgeotam2019.v29.970. Hal:
karakteristik tanah kuat tekan bebas 0,035 92.
(kg/cm2). Saprolite yaitu 0,001 (m/s) dengan [7] Masuara, A.H., 2018. Evaluasi Kadar Produksi
karakteristik tanah kuat tekan bebas 0,041 Nikel Laterit Di PT. Antam Tbk. Jurnal
(kg/cm2). Semakin keras lapisan tanah laterit, Dintek. Vol 11 . Nomor 2 September
maka kecepatan pengeboran akan cenderung 2018. P-ISSN 1979-3855; E ISSN 2508-
menurun disetiap lapisannya. 8891. Hal: 35.
B. Saran
Megenai titik bor yang berada di daerah yang [8] Maulana, F.F., Ashari, Y., dan Fauzi, N., 2019.
terjal sebelum melakukan pengeboran, sebaiknya Analisis Drilling Performance pada
diperhatikan lagi saat melakukan pengukuran untuk Pengeboran Lubang Ledak (Blast Hole) di
menentukan/meletakan patok titik bor agar diberi PT Silva Andia Utama di Desa Giriasih
patok di daerah yang lebih landai, sehingga saat Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung
melakukan pengeboran tidak lagi dilakukan Barat Provinsi Jawa Barat. Prosiding
pencarian dan pergeseran titik bor. Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499.
Hal: 143.
DAFTAR PUSTAKA [9] Parulian, R.A., Hamid, A., dan Rosyidan, C.,
[1] Anggayana, K., 2005. Pengeboran Eksplorasi dan 2017. Penanggulangan Lost Circulation
Penampang Lubang Bor. Bandung. Dengan Menggunakan Metode Under
Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Balanced Drilling. Volume VI No. 3,
Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral Oktober 2017 P-ISSN : 1907-0438 E-ISSN
ITB. Bab III Pengeboran Dengan Fluida. : 2614-7297. Hal: 108.
Hal: 11. [10] Pasang, J., 2013. Analisis Pengaruh Pola
[2] Darmawandi, A., Waruwu, A., Halawa, T., Rangkaian Peledakan Terhadap Tingkat
Harianto, D., dan Muammar., 2020. Getaran Tanah (Ground Vibration Level)
Karakteristik Tanah Lunak Sumatera Utara Pada PT. Cipta Kridatama Jobsite PT.
Berdasarkan Pengujian Kuat Tekan Bebas. Multi Harapan Utama, Kabupaten Kutai
ISBN : 978-623-7297-16-1. Hal: 19. Kartanegara, Kalimantan Timur.
[3] Dian, M dan Prabowo, H. 2019. Produktivitas Samarinda: Fakultas Teknik Universitas
Pengeboran Inpit pada Bukit Everest Wulawarman. Hal: 17.
9N2/TB.19005, 9N2/TB.19001, [11] Prasetyo, P., 2016. Sumberdaya Mineral Di
9N2/TB.19002 dan 9N2/TB.19004 di PT. Indonesia Khususnya Bijih Nikel Laterit
Antam Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara. Dan Masalah Pengolahannya Sehubungan
Jurnal Bina Tambang, Vol. 5, No. 2. ISSN: Dengan UU Minerba 2009. Fakultas
2302-3333. Hal: 59-6. Teknik Universitas Muhammadiyah
[4] Hamid, A dan Wastu, A.R.R., 2017. Evaluasi Jakarta. p-ISSN : 2407–1846 e-ISSN :
Penggunaan Sistem Lumpur Synthetic Oil 2460 – 8416. Hal: 2.
Base Mud Dan KCL Polymer Pada [11] Suryawan, E.H., Hilyah, A., Fajar, M.H.M., dan
Pengeboran Sumur X Lapanagan Y. Pajrin, A., 2019. Pemodelan 3D Endapan
Volume VI, No 1, April 2017 p-ISSN: Nikel Laterit Berdasarkan Data Geolistrik
1907-0438. Hal: 2-3. Metode Sounding Studi Kasus Lapangan
“D.I.B”. Jurnal Geosaintek, Vol. 5 No. 2
[5]Kurniawanti dan Hapsari, Y.T., 2019. Tahun 2019. 52-59. p-ISSN: 2460-9072, e-
Optimalisasi Operasi Pengeboran ISSN: 2502-3659. Hal: 53.
Eksplorasi Nikel Pada Ketidakpastian [12] Suyartono., 2003. Good Mining Practice. Studi
Teknis Dan Ekonomi Meggunakan Metode Nusa., Jakarta. Hal 40-44.

Anda mungkin juga menyukai