Anda di halaman 1dari 18

ABSTRAK

RANCANGAN TAHAPAN (PUSHBACK) PENAMBANGAN


BIJIH NIKEL LATERIT PADA PT. TIRAN INDONESIA
KECAMATAN LANGGIKIMA KABUPATEN
KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI
TENGGARA

OLEH :
DAFID SITAMPAN
170920172
PEMBIMBING 1: RINA REMBAH, S.T.,M.T. CPHCM
PEMBIMBING 2: NURFASIHA, S.T.,M.T.
(PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

PT. Tiran Indonesia Indonesia merupakan merupakan anak perusahaan dari Tiran Group yang
bergerak dibidang pertambangan nikel yang berlokasi di Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe
Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. PT. Tiran Indonesia berencana akan membuka blok penambangan
baru untuk memenuhi target produksi sebesar 80.000 WMT Ore/bulannya. Dan diharapkan dari rencana
pit yang akan dibuka, dapat memberikan kontribusi sebesar 40.000 WMT ore/bulannya. Untuk memenuhi
target produksi tersebut, diperlukan rancangan tahapan (Pushback) penambangan sebelum dilakukan
kegiatan penambangan pada rencana bukaan baru tersebut.
Lokasi penelitian berada pada Blok 2 PT. Tiran Indonesia dengan luas blok 2 ± 287 Ha. Untuk
area pengamatan telah dilakukan eksplorasi pengeboran dengan jumlah titik bor sebanyak 76 titik bor
sebagai basis input data dalam melakukan pemodelan geologi, estimasi sumberdaya maupun estimasi
cadangan. Selanjutnya dilakukan perancangan batas akhir penambangan (Ultimate Pit Limit)
menggunakan metode Algoritma Lerchs-Grossmann dengan Cut Off Grade (COG) 1,5 % Ni, dan
diperoleh 2 bukaan pit dengan luas masing-masing Pit Y 2,42 Ha dan Pit X 5,33 Ha sehingga total bukaan
tambang seluas 7,75 Ha.
Parameter geoteknik yang digunakan mengikuti rekomendasi geoteknik yang direkomendasikan
oleh perusahaan, yaitu tinggi bench 4 m, lebar berm 2 m dan bench face angle 60o. Berdasarkan hasil
rancangan batas akhir penambangan diperoleh cadangan tertambang bijih nikel sebesar 148.500 ton
dengan kadar rata-rata Ni 1,95 % dan Fe 10,61 %, serta terdapatnya material bukan bijih (waste) sebesar
268.000 ton sehingga menghasilkan Stripping Ratio sebesar 1,8 ton waste/ ton ore. Dari hasil rancangan
tersebut diperoleh 2 Tahapan (Pushback) penambangan dan 5 kemajuan penambangan yang dirancang
berdasarkan ketercapaian target produksi perusahaan.

Kata Kunci : Ore, Target Produksi, Rancangan, Pushback dan Pit.


ABSTRACT

DESIGN STAGES OF LATERITE NICKEL ORE MINING AT PT. TIRAN INDONESIA


LANGGIKIMA DISTRICT, NORTH KONAWE REGENCY, SOUTHEAST SULAWESI PROVINCE
BY :
DAFID SITAMPAN
170920172
(MINING ENGINEERING DEPARTMENT)

PT. Tiran Indonesia is a subsidiary of Tiran Group which is engaged in nickel mining, located in
Langgikima District, North Konawe Regency, Southeast Sulawesi Province. PT. Tiran Indonesia plans to
open a new mining block to meet the production target of 80.000 WMT Ore/month. And it is expected that
from the planned pit to be opened, it can contribute 40.000 WMT ores/month. To meet the production
target, required design stages (Pushback) prior to mining activities is carried out on the new opening
plan.
The research location is in Block 2 PT. Tiran Indonesia with extensive ± 287 Ha. In the research’s
location have done exploration drilling, with a total of 76 drillholes, which will be used as database
input to perform geological modeling, resources estimation and reserve estimation. Furthermore, the
design of the final pit limit (Ultimate Pit Limit) using the Lerchs-Grossmann Algorithm with a Cut Off
Grade (COG) of 1,5% Ni, and obtained 2 pits with an area of each Pit Y 2,42 Ha and Pit X 5 ,33 Ha so
that the total mine opening area is 7.75 Ha.
The geotechnical parameters used follow the geotechnical recommendations by the company, with
bench of height 4 m, width of berm 2 m and bench face angle 60 o. Based on the ultimate pit limit, mined
reserves of nickel ore are 148.500 tons with an average of Ni 1,95% and Fe 10,61%, and the presence of
non-ore material (waste) of 268.000 tons, resulting in a Stripping Ratio of 1,8 tons of waste. /ton of ore.
From the results of the design obtained 2 stages (Pushback) mining and 5 progress designed based on the
achievement of the company's production targets.

Keywords: Ore, Production Target, Design, Pushback and Pit.


1. PENDAHULUAN itu penelitian ini dilakukan untuk membuat
1.1 LATAR BELAKANG rancangan tahapan (Pushback) penambangan
PT. Tiran Indonesia merupakan anak bijih nikel laterit pada blok 2 PT. Tiran
perusahaan dari Tiran Group yang bergerak Indonesia mulai dari penentuan batas akhir
dibidang pertambangan nikel yang berlokasi di penambangan hingga perancangan pushback
Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Penambangan untuk memudahkan proses
Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara dengan luas penambangan dan memaksimalkan perolehan
IUP 1411 Ha. PT. Tiran Indonesia menerapkan bijih yang akan ditambang
sistem tambang terbuka dengan metode Open 1.2 RUMUSAN MASALAH
Cast dan Open Pit dengan beberapa lokasi Ada beberapa rumusan masalah yang
operasi penambangan. diangkat dalam penelitian yang dilakukan
. Menurut Hustrulid (2013), salah satu penulis, yaitu sebagai berikut :
hasil rancangan pada perencanaan tambang 1. Bagaimana bentuk rancangan batas akhir
adalah batas akhir penambangan (pit limit). Pit penambangan (Ultimate Pit Limit) pada Blok
limit yang dirancang selanjutnya akan dibagi ke 2 PT. Tiran Indonesia?
dalam unit-unit yang lebih kecil (pushback). 2. Bagaimana bentuk tahapan penambangan
Pengertian lain juga disebutkan oleh (pushback) pada Blok 2 PT. Tiran Indonesia?
Revuelta (2018), dimana pushback sering 3. Bagaimana Peta Kemajuan Penambangan
disebut juga sebagai sequences, expansions, berdasarkan target produksi disetiap
phases, working pit, slices ataupun stage, yang Pushback penambangannya?
merupakan tahapan awal perencanaan tambang 1.3 Tujuan Penelitian
dengan membagi pit menjadi sub-unit yang lebih Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai
kecil dengan tujuan untuk mempermudah berikut:
pengaturan penambangan. Kalimat yang berbeda 1. Membuat rancangan batas akhir
dapat juga diartikan sebagai bentuk-bentuk penambangan (ultimate pit limit) pada Blok 2
penambangan yang menunjukkan bagaimana PT. Tiran Indonesia.
suatu pit akan ditambang, dari bentuk awal 2. Membuat rancangan tahapan (pushback)
hingga akhir pit. Perancangan tahapan penambangan pada Blok 2 PT. Tiran
(pushback) penambangan didasarkan pada target Indonesia.
produksi perusahaan sehingga dapat memberikan 3. Membuat peta kemajuan tambang
gambaran kemajuan tambang sesuai dengan berdasarkan target produksi bulanan pada
urutan waktu. setiap pushback penambangannya pada Blok
PT. Tiran Indonesia merupakan salah 2 PT. Tiran Indonesia
satu perusahaan tambang nikel yang sedang 1.4Batasan Masalah
berproduksi dan memiliki target produksi Dalam penelitian ini, penulis membatasi
sebesar 80.000 WMT ore/ Bulannya. Saat ini, masalah sebagai berikut:
salah satu pit penambangan pada PT. Tiran 1. Rancangan batas akhir penambangan
Indonesia akan memasuki tahapan penutupan menggunakan metode algoritma Lerchs-
tambang (mine out) karna cadangannya telah Grossman melalui software surpac 6.5.1.
habis, sehingga untuk menutupi kebutuhan target 2. Estimasi sumberdaya maupun estimasi
produksi setiap bulannya perusahaan berencana cadangan menggunakan metode Inverse
membuka pit penambangan baru dan diharapkan Distance Weighting (IDW) melalui software
untuk rencana pit yang akan dibuka dapat surpac 6.5.1.
memberikan kontribusi sebesar 40.000 WMT 3. Tidak membuat sistem penyaliran.
ore/bulannya dari beberapa pit yang telah ada 4. Tidak membahas aspek ekonomi secara
sebelumnya. rinci, hanya menggunakan pendekatan
Lokasi pit yang rencana akan dibuka Striping Ratio (SR). Untuk SR >3 sudah
berada pada blok 2 PT. Tiran Indonesia dengan tidak ekonomis untuk ditambang.
luas blok ± 287 Ha. Kegiatan eksplorasi telah 5. Tidak melakukan pengujian geoteknik
dilakukan dan dari hasil eksplorasi tersebut akan secara langsung, hanya melakukan
dilakukan pemodelan geologi dan estimasi permodelan geometri lereng menggunakan
sumberdaya sebagai acuan terpercaya dalam software slide v.6.0 dengan menggunakan
melakukan kegiatan penambangan. Oleh karna data material propertis daerah terdekat.
2. LANDASAN TEORI dengan masalah-masalah geometrik yang
2.1 Nikel Laterit meliputi perancangan batas akhir penambangan (
Nikel laterit adalah produk residual ultimate pit limit ), tahapan penambangan (push
pelapukan kimia pada batuan ultramafik. Proses back), urutan penambangan tahunan atau
lateritisasi berlangsung selama jutaan tahun bulanan, penjadwalan produksi, dan perancangan
dimulai ketika batuan ultramafik tersingkap di waste dump.
permukaan bumi sampai menghasilkan berupa 2.2.1 Perancangan Batas Akhir
residu nikel yang diakibatkan oleh faktor laju
pelapukan, struktur geologi, iklim, topografi, Penambangan ( Ultimate Pit Limit )
reagen-reagen kimia, vegetasi, dan waktu. Pit limit merupakan batasan akhir dari
Pengaruh iklim tropis di Indonesia suatu kegiatan penambangan. Perancangan pit
mengakibatkan proses pelapukan yang intensif di limit penambangan menggunakan data
dukung oleh pecahan bentukan geologi sumberdaya terukur dan parameter- parameter
methamorphic belt di Timur dan Tenggara. geoteknik yang ditetapkan oleh perusahaan.
Selain itu kondisi ini juga tidak terlepas oleh Perancangan pit limit juga harus memperhatikan
iklim, reaksi kimia, struktur, dan topografi nilai nisbah pengupasan (stripping ratio) yang
Sulawesi yang cocok terhadap pembentukan ditetapkan. Stripping Ratio adalah perbandingan
nikel laterit. Pelapukan pada batuan dunit dan antara volume massa batuan yang dibongkar
peridotit menyebabkan unsur-unsur bermobilitas (lapisan tanah penutup) dengan bijih (ore) yang
rendah sampai immobile seperti Ni, Fe dan Cr di ambil atau bisa juga disebut dengan besarnya
mengalami pengayaan secara residu dan volume tanah lapisan penutup yang harus
sekunder (Burger, 1996). Berdasarkan proses dibongkar untuk mendapatkan 1 ton bijih (ore).
pembentukannya endapan nikel laterit terbagi Adapun rumus yang digunakan untuk
menjadi beberapa zona dengan ketebalan dan menghitung Stripping Ratio (SR) adalah sebagai
kadar yang bervariasi. Daerah yang mempunyai berikut :
intensitas pengkekaran yang intensif akan
mempunyai profil lebih tebal dibandingkan Tonase Waste(ton)
dengan yang pengkekarannya kurang begitu SR=
TonaseOre (ton)
intensif. Batuan ultramafik yang berada di Batas akhir penambangan (pit limit) merupakan
wilayah bercurah hujan tinggi, bersuhu hangat, batas wilayah layak tambang dari cadangan. Pit
topografi yang landai, banyak vegetasi limit penambangan menentukan berapa besar
(melimpahnya humus), akan mengalami cadangan yang akan di tambang yang
pelapukan membentuk endapan laterit nikel. memaksimalkan nilai bersih total dari bijih
Unsur nikel tersebut terdapat dalam kisi-kisi tersebut. Nilai waktu dari uang belum di
kristal mineral olivin dan piroksen, sebagai hasil perhitungkan dalam penentuan batas akhir dari
substitusi terhadap atom Fe dan Mg. Proses pit. Dimana tidak diperhitungkannya nilai waktu
terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat dari uang akan menghasilkan bentuk pit yang
diterangkan karena radius ion dan muatan ion paling besar untuk suatu set parameter ekonomik
yang hampir bersamaan di antara unsur-unsur tertentu. Dan dengan menambahkan faktor
tersebut. Proses serpentinisasi yang terjadi pada bunga (intersest) besar pit akan berkurang
batuan peridotit akibat pengaruh larutan
hydrothermal, akan merubah batuan peridotit Adapun metode yang biasa gunakan dalam
menjadi batuan serpentinit atau batuan penentuan batas akhir penambangan adalah:
serpentinit peridotit. Sedangkan proses kimia
dan fisika dari udara, air serta pergantian panas 1. Metode Algoritma Lerchs-Grossmann
dingin yang bekerja kontinu, menyebabkan 2. Floating Cone
disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk.
Logam nikel banyak dimanfaatkan untuk 2.2.1 Pushback Penambangan
pembuatan baja tahan karat (stainless steel). Tahapan penambangan merupakan
bentuk-bentuk penambangan (mineable
2.2 Rancangan Penambangan geometris) yang menunjukkan bagaimana suatu
Perancangan tambang merupakan bagian pit akan ditambang dari titik awal masuk hingga
dari proses perencanaan tambang yang berkaitan bentuk akhir pit. Pentahapan penambangan
disebut juga dengan sequence, push back, phase, Strip 1 adalah S1, Strip 2 adalah seterusnya
slice, dan stage. pada masing-masing panel.
Tujuan dari tahapan penambangan d. Block merupakan perpotongan antara panel
adalah untuk menyederhanakan seluruh volume dan strip. Bentuk akhir dari block adalah
yang ada dalam overall pit ke dalam unit-unit pit bujursangkar dengan ukuran 100 m × 100 m
penambangan yang lebih kecil, sehingga ataupun 100 m × 50 m. penomoran untuk
memudahkan penanganan. Dalam merancang block adalahgabungan dari panel dan strip.
tahapan penambangan, parameter waktu harus (Waterman, 2018).
diperhitungkan, karena waktu merupakan 2.2.2 Geometri Jenjang
parameter yang sangat berpengaruh dalam suatu
penjadwalan tambang (mine scheduling) untuk Jenjang (bench) didefinisikan sebagai
dapat mengoptimalkan target produksi. undakan diantara level tunggal dimana bahan
galian dan pengotornya ditambang pada muka
jenjang (bench face). Beberapa jenjang dapat
dikerjakan secara bersamaan pada elevasi
berbeda. Tinggi jenjang adalah jarak vertikal
antara titik tertinggi (crest) dan terendah (toe).
Tinggi jenjang biasanya menyesuaikan dengan
spesifikasi alat yang beroperasi, misalnya alat
bor dan alat gali-muat. Kemiringan jenjang
(bench slope) adalah sudut antara garis
horizontal dan garis muka jenjang, biasanya
dinyatakan dalam derajat.
Untuk menambah kestabilan lereng pit
dan dengan alasan keselamatan, dibuat berms.
Berm adalah lebar horizontal dibatas lereng
akhir. Interval, sudut lereng, dan lebar berm
ditentukan berdasarkan aturan geoteknik. Berm
disebut pula dengan jenjang penangkap. Overall
Sumber: Hustrulid and Kutcha, 2013 pit slope angle (sudut kemiringan lereng
keseluruhan) adalah sudut dimana lereng
Gambar 2.1 Skenario Kemajuan Tambang tambang terbuka dapat bertahan, diukur antara
garis horizontal dengan garis imajiner yang
Adapun metode yang biasa digunakan menghubungkan crest teratas dan toe terbawah.
dalam penentuan pushback penambangan Angle of repose atau angle of rest adalah
adalah : kemiringan maksimum dimana material lepas
a. Pit, penambangan dibagi menjadi beberapa tetap bertahan tanpa mengalami longsoran. Sub
pit untuk memudahkan pelaksanaan operasi out crop depth adalah kedalaman material
penambangan. Pembagian pit (tambang) pengotor yang harus dipindahkan sebelum bahan
terutama didasarkan pada pencapaian target galian tersingkap ke permukaan atau dikenal
produksi dari bahan galian yang akan dengan istilah pengupasan praproduksi (Fourie
ditambang. and Dohm, 2001 : 1274-1275).
b. Panel, masing-masing pit dibagi menjadi
panel-panel yang melintang misalnya dari
arah barat ke timur. Lebar tiap panel
umumnya adalah 100 m. Penomoran untuk
panel 1 adalah P1, panel 2 adalah P2, dan
seterusnya.
c. Strip, setiap panel dibagi lagi menjadi srip-
strip yang dibuat tegak lurus garis panel.
Lebar setiap strip adalah 100 m atau
setengahnya dengan jarak melintang dari
Sumber : Fourie and Dohm, 1992
arah selatan ke utara. Penomoran untuk
Gambar 2.1 Bagian-bagian Jenjang
2.2.3 Analisis Kestabilan Lereng 3.2 DATA HASIL LAPANGAN
Keruntuhan pada lereng bisa terjadi
akibat gaya dorong yang timbul karena beban Adapun data yang diperlukan pada penelitian ini
pada tanah. Lereng secara alami memiliki antara lain :
kekuatan geser tanah dan akar tumbuhan yang a. Data primer merupakan data yang diperoleh
digunakan sebagai gaya penahan. Apabila dari pengambilan data secara langsung
gaya penahan lebih kecil dibandingkan gaya dilapangan. Data primer tersebut yaitu data
pendorong maka akan timbul keruntuhan geometri jalan angkut yang terdiri dari lebar
pada lereng. jalan pada jalan lurus, lebar jalan pada
Analisis kestabilan lereng dilakukan belokan, radius tikungan, superelevasi dan
untuk menentukan faktor aman dari bidang kemiringan jalan, serta dokumentasi.
longsor yang potensial, yaitu dengan b. Data sekunder adalah data yang diperoleh
menghitung besarnya kekuatan geser untuk dari perusahaan yaitu data log bor lokasi
mempertahankan kestabilan lereng dan penelitian, batas IUP, data topografi lokasi
menghitung kekuatan geser yang menyebabkan penelitian, data Cut Of Grade (COG), target
kelongsoran kemudian keduanya dibandingkan. produksi, data rekomendasi geoteknik,
density material, data mining recovery, data
Kriteria desain dari potongan lereng ore class, data batasan Stripping Ratio (SR)
yang stabil harus dicapai melalui simulasi dan yang diperbolehkan dan data spesifikasi alat
iterasi dalam proses stabilitas lereng analisis. angkut terbesar
Sebagai pedoman lereng dalam keadaan .
mantap diambil angka FS minimum 3.3 HASIL PENELITIAN
berdasarkan kriteria KEPMEN No. 1827 3.3.1 Keadaan Lapangan
K/30/MEM/2018 tentang “Pedoman Lokasi penelitian berada pada ketinggian
Pengelolaan Teknis Pertambangan”. Probabilitas antara 167-408 meter diatas permukaan laut
Longsor (Probability of Failure) adalah tingkat (MDPL) yang didapatkan dari hasil survey atau
kemungkinan suatu lereng berpotensi longsor pengukuran langsung dilapangan oleh pihak
akibat nilai dari satu atau lebih parameter perusahaan. Data topografi ini, nantinya akan
geoteknik yang menyimpang dari perhitungan digunakan sebagai rona awal penambangan dan
faktor keamanan lereng (FK≤1). digunakan sebagai acuan pembatas dalam
pemodelan ataupun perancangan tahapan
Tabel 3.3 Kriteria Kestabilan Lereng Tambang penambangan.
Lokasi penelitian terdapat di Blok 2 PT.
Tiran Indonesia dengan luas blok ± 287 Ha dan
telah dilakukan kegiatan eksplorasi berupa
pengeboran eksplorasi untuk mendapatkan
sampel material pada lokasi penelitian dengan
jarak spasi pemboran rata-rata 50 m yang
tersebar dari arah barat ke timur blok 2 PT. Tiran
Indonesia. Adapun peta sebaran titik bor pada
blok 2 PT. Tiran Indonesia dapat dilihat pada
Gambar 4.1.

3. METODOLOGI DAN HASIL


PENELITIAN
3.1 METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang diterapkan selama
di lapangan yaitu metode langsung
(observasional) dengan cara pengumpulan data
menggunakan teknik observasi (mengumpulkan
data hasil pengamatan secara langsung di lokasi
penelitian).
Sumber :Dafid Sitampan, 2021
Gambar 4.2 Blok model tampak samping

Adapun tabel hasil estimasi sumberdaya


nikel laterit pada daerah penelitian menggunakan
Sumber : Dafid Sitampan, 2021 bantuan software surpac 6.5.1 menggunakan
Gambar 3.1 Peta sebaran Lubang bor metode inverse distance weighting dapat dilihat
pada tabel 3.1.
3.3.2 Pembuatan Blok Model dan Estimasi Tabel 3.1 Hasil Estimasi Sumberdaya
Sumberdaya
Pemodelan sumberdaya bijih nikel laterit
menggunakan software Surpac 6.5 dengan
ukuran tiap blok, panjang 25 m, lebar 25 m dan
ketebalan 2 m. Artinya untuk tiap blok memiliki
volume 1.250 m3 dan tonase 2000 ton/bloknya.
Estimasi sumberdaya nikel laterit menggunakan Sumber :Dafid Sitampan, 2021
metode Inverse Distance Weight, sehingga
diperoleh kadar untuk tiap-tiap blok dan 3.3.2 Data Geoteknik
dibedakan berdasarkan warna tiap bloknya. Pada penelitian ini, data rekomendasi
Adapun model sebaran sumberdaya Ni pada geoteknik yang digunakan adalah data
daerah penelitian tampak atas dan tampak rekomendasi dari PT. Tiran Indonesia dengan
samping dapat dilihat pada gambar 4.2 dan 4.3 ketentuan sebagai berikut :
sebagai berikut  Tinggi Bench 4 m
 Lebar Berm 2 m
 Single slope 60o
Dari rekomendasi geoteknik diatas
kemudian dilakukan pengujian faktor keamanan
dengan bantuan software Slide V.6.0 dengan
menggunakan data material propertis pada
daerah terdekat pada lokasi penelitian
dikarnakan pada PT. Tiran Indonesia belum
dilakukan kajian geoteknik secara mendalam.
Adapun tabel material propertis yang digunakan
dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Data Material Propertis berdasarkan


Domain Batuan
Sumber :Dafid Sitampan, 2021
Gambar 4.2 Blok model tampak atas
Tonase Waste(ton)
SR=
TonaseOre (ton)
268.000(ton)
SR=
148.500(ton)

= 1,8

3.3.6 Rancangan Tahapan (Pushback)


Penambangan
Sumber : PT. Antam Tbk Unit Geomin,2019
3.3.3 Geometri Jalan Angkut 3.3.6.1 Pushback Penambangan Pertama
Adapun geometri jalan angkut yang Adapun volume dan tonase rancangan
direkomendasikan dalam penelitian ini adalah pushback pertama (Pit Y) dapat dilihat pada
sebagai berikut. tabel 3.5.
Tabel 3.3 Geometri Jalan Angkut Tabel 3.5 Volume dan Tonase pada Tahapan
Pertama

3.3.4 Rancangan Batas Akhir


Penambangan (Ultimate Pit Limit)
Berdasarkan rancangan batas akhir
penambangan , didapatkan 2 bukaan pit dengan 3.3.6.2 Pushback Kedua
total material tertambang pada pit Y dan pit X Adapun volume dan tonase pada tahapan
yang dapat dilihat pada tabel 3.4. Klasifikasi ore (pushback) penambangan kedua (Pit X) dapat
yang digunakan adalah klasifikasi ore yang telah dilihat pada tabel 4.6.
ditetapkan oleh perusahaan yang
mengklasifikasikan material berdasarkan kadar Tabel 3.6 Volume dan Tonase pada Tahapan
Ni dan Fe nya. Adapun hasil estimasi material Kedua
tertambang menggunakan bantuan software
Surpac 6.5.1 dapat dilihat pada table 3.4 sebagai
berikut.

3.3.7 Kemajuan Penambangan


3.3.7.1 Kemajuan Penambangan Pada
Sumber : Dafid Sitampan, 2021 Pushback Pertama
Setelah dilakukan estimasi material Hasil perancangan pushback pertama
tertambang menggunakan bantuan software kemudian dibagi menjadi beberapa tahapan
surpac 6.5.1, maka dilakukan perhitungan kemajuan penambangan berdasarkan target
stripping ratio untuk keseluruhan pit limit produksi perusahaan sebesar 40.000 wmt. Dari
menggunakan persamaan 3.1. hasil perhitungan yang dilakukan dengan
membagi keseluruhan tonase pit kemudian
diperoleh 2 kemajuan penambangan. Hasil
estimasi kemajuan penambangan tersebut dapat
dilihat pada tabel 3.7 dan tabel 3.8 sebagai
berikut.

Tabel 3.7 Volume dan Tonase Kemajuan


Penambangan Pertama pada
Pushback Pertama

Volume dan tonase pada kemajuan


penambangan ketiga pada Pushback kedua dapat
dilihat pada tabel 3.11 sebagai berikut.
Tabel 3.11 Volume dan Tonase Kemajuan
Penambangan ketiga
Tabel 3.8 Volume dan Tonase Kemajuan
Penambangan Kedua pada
Pushback Pertama

Sumber : Dafid Sitampan, 2021

4. PEMBAHASAN
3.3.7.2 Kemajuan Penambangan Pada 4.1 RANCANGAN BATAS AKHIR
Pushback Kedua PENAMBANGAN (ULTIMATE PIT LIMIT)
Hasil perancangan pushback kedua
kemudian dibagi menjadi beberapa tahapan Rancangan batas akhir penambangan
kemajuan penambangan berdasarkan target pada lokasi penelitian didasarkan pada kadar
produksi perusahaan sebesar 40.000 wmt. batas terendah (COG) yang ditetapkan
Adapun estimasi tonase ore dan waste disetiap perusahaan sebesar 1,5 % untuk memenuhi
kemajuan penambangan dapat dilihat pada tabel kebutuhan pasar (COG Rata-Rata) sebesar 1,7 %
3.9 sebagai berikut. dengan maksimal Striping Ratio yang
Tabel 3.9 Volume dan Tonase Kemajuan diperbolehkan < 3. Rancangan batas akhir
Penambangan Pertama pada penambangan dirancang menggunakan metode
Pushback Kedua Algoritma Lerchs-Grossman dan menghasilkan 2
pit penambangan dengan luas masing masing pit
2,42 Ha dan 5,33 Ha. Metode Algoritma Lerchs-
Grossman adalah metode yang membagi blok
bahan galian menjadi blok ore (layak) dan waste
(tidak layak) untuk ditambang, kemudian
mengkonversinya dalam bentuk uang/finansial.
Namun karna dalam penelitian ini penulis tidak
Volume dan tonase pada kemajuan membahas aspek ekonomi secara rinci, maka
penambangan kedua pada Pushback kedua dapat penulis hanya membagi blok bahan galian
dilihat pada tabel 3.10 dan volume dan tonase berdasarkan data klasifikasi ore yang telah
kemajuan penambangan ketiga pada pushback ditetapkan oleh perusahaan.
kedua dapat dilihat sebagai berikut. Hasil dari rancangan batas akhir
Tabel 3.10 Volume dan Tonase Kemajuan penambangan berupa 2 pit (Gambar 5.1), yaitu
Penambangan kedua pada pit Y dan pit X. Dengan total tonase pada pit Y
Pushback Kedua sebesar 126.000 mT yang terdiri dari 68.000 mT
ore dan 58.000 mT waste dengan SR 1,13
dengan rata-rata Ni 2,088 % (tabel 4.4)
sedangkan total tonase pada pit X sebesar
340.000 ton yang terdiri dari 130.000 mT ore
dan 210.000 mT waste dengan SR 2,15 dengan
rata rata Ni 1,886 % (tabel 4.5). Setelah keamanan pada desain pit limit yang telah
dilakukan perhitungan SR dan didapatkan SR dibuat. Dalam permodelan ini, data material
lebih kecil dari SR maksimal yang telah propertis yang digunakan adalah data material
ditetapkan oleh perusahaan dan rata-rata kadar propertis pada daerah terdekat berdasarkan
Ni melebihi COG Rata-Rata yaitu 1,7 % Ni domain batuan. Pada lokasi penelitian pada blok
sehingga secara ekonomis rancangan batas akhir 2 PT. Tiran Indonesia, domain batuan yang ada
penambangan ini ekonomis untuk ditambang. pada lokasi tersebut adalah batuan peridotit.
Adapun parameter geoteknik pada Sehingga data material propertis yang digunakan
perancangan batas akhir penambangan (Ultimate pada tiap litologi mengikuti data material
Pit Limit) mengikuti rekomendasi geoteknik propertis pada tabel 4.2. Dimana untuk zona
yang diberikan oleh perusahaan, yaitu tinggi limonit peridotit sudut gesek dalam ( o) yang
bench 4 m, lebar berm 2 m, bench face angle digunakan 34,87o, Kohesi 31,30 kN/m2, berat
60o. Untuk faktor teknis keamanan, harus jenis basah 11,81 kN/m2 dan nilai tekan UCS
dilakukan kajian geoteknik yang mendalam agar 0,11 Mpa. Sedangkan untuk saprolit peridotit
dapat mengetahui berapa faktor keamanan dari sudut gesek dalam (o) yang digunakan 34,71o,
rancangan pit yang telah dibuat. Kohesi 31,43 kN/m2, berat jenis basah 10.86
Rancangan batas akhir penambangan kN/m2 dan nilai tekan UCS 0,21 Mpa.
(ultimate pit limit) dapat dilihat pada gambar 4.1 Dari data material propertis tersebut
Peta batas akhir penambangan sebagai berikut. kemudian diolah menggunakan software slide
v.6.0 untuk mendapatkan nilai faktor keamanan
(FK) pada rancangan pit limit (Pit X dan Pit Y).
Adapun pemodelan untuk menghitung faktor
keamanan pada pit X dapat dilihat pada gambar
4.2.

Sumber : Dafid Sitampan, 2022


Gambar 4.2 Pemodelan FK pada Pit X

Dari hasil permodelan faktor keamanan


pada pit x, dengan overall slope 44o dan
kedalaman pit 32 m didapatkan Faktor
Keamanan sebesar 1,696. Berdasarkan Kepmen
ESDM No.1827 K/30/MEM/ 2018 untuk lereng
Sumber : Dafid Sitampan, 2021 keseluruhan, dikategorikan stabil.
Gambar 4.1 Peta Batas Akhir Penambangan Sedangkan permodelan untuk
mendapatkan nilai FK pada Pit Y dapat dilihat
Dari hasil rancangan pit limit pada pada gambar 4.2.
peneilitian ini kemudian dilakukan pemodelan
menggunakan bantuan software slide v.6.0 untuk
mendapatkan nilai faktor keamanan pada sudut
lereng keseluruhan (overall slope angle). Pada
permodelan ini, penulis mengambil sayatan pada
pit yang paling dalam pada kedua pit yang ada
(Pit X dan Pit Y) untuk merepresentasikan faktor
memperhitungkan alat angkut terbesar yang ada
diperusahaan yaitu Articulated Dump Truck
Caterpillar 745 C yang dapat dilihat pada
Lampiran 7 dan kemiringan maksimal 10%.
Material tanah penutup (Over Burden) pada
pushback pertama ini akan diangkut atau
dipindahkan ke pit yang telah mine out untuk
keperluan reklamasi.
Adapun hasil rancangan tahapan
(Pushback) penambangan pertama, disajikan
dalam bentuk peta tahapan penambangan
Sumber : Dafid Sitampan, 2022 pertama yang dapat dilihat pada gambar 4.3
Gambar 4.2 Pemodelan FK pada Pit Y sebagai berikut.
Dari hasil permodelan faktor keamanan
pada pit y, dengan overall slope 43o dan
kedalaman pit 27,6 m didapatkan Faktor
Keamanan sebesar 1,981 Berdasarkan Kepmen
ESDM No.1827 K/30/MEM/ 2018 untuk lereng
keseluruhan, dikategorikan stabil.

4.2 Tahapan (Pushback) Penambangan


Tahapan (Pushback) Penambangan
mengacu pada rancangan batas akhir
penambangan (Ultimate Pit Limit). Rancangan
pit limit kemudian dibagi menjadi unit-unit yang
lebih kecil agar lebih mudah untuk ditangani.
Dalam penelitian ini, rancangan pit limit dibagi
menjadi 2 Pushback atau sequence
penambangan, yaitu tahapan penambangan Sumber : Dafid Sitampan
pertama (Pit Y) dan tahapan penambangan Gambar 4.3 Peta Pushback Penambangan 1
kedua (Pit X). Pembagian pentahapan
penambangan ini didasarkan pada pit yang 4.2.2 Tahapan (Pushback) Penambangan
memiliki SR yang paling kecil. Hal ini bertujuan Kedua
agar pada awal penambangan perusahaan telah Tahapan penambangan kedua (Pit X)
dapat pemasukan ore dan biaya pengupasan OB memiliki luas 5,33 Ha dengan total tonase
dapat berkurang.
keseluruhan 340.000 mT yang terdiri dari
4.2.1 Tahapan Penambangan Pertama 130.000 mT ore dan 210.000 mT waste dengan
Tahapan penambangan pertama (Pit Y), SR 2,1. Yang artinya untuk mendapatkan 1 ton
memiliki luas 2,42 Ha dengan tonase ore sebesar ore kita harus mengupas 2,1 ton waste. Elevasi
68.000 mT dan waste sebesar 58.000 mT tertinggi pada tahapan ini berada 300 MDPL dan
dengan SR 1,13 dengan rata-rata Ni 2,0888 %. elevasi terendahnya berada pada ketinggian 236
SR 1,33 berarti untuk mendapatkan 1 ton ore, MDPL.
kita harus mengupas 1,13 ton waste. Elevasi Pada pushback kedua ini, terdapat 2
tertinggi pada tahapan pertama ini adalah 336 rencana jalan angkut dikarnakan bentuk
MDPL dan elevasi terendahnya berada pada topografi yang tidak rata sehingga dibuat
ketinggian 308 MDPL. rencana jalan angkut yang akan menyesuaikan
Adapun parameter geometris pada dengan kemajuan penambangannya agar dapat
tahapan ini mengikuti rekomendasi geoteknik lebih memaksimalkan produksi nantinya.
yang diberikan perusahaan dengan tinggi bench Berbeda pada Pushback pertama, material tanah
4 m, lebar berm 2 m dan bench face angle nya penutup pada tahapan kedua ini akan diback
60o . Akses untuk masuk kelokasi ini melewati filling untuk menutup bekas galian pit yang telah
jalan utama yang telah ada sebelumnya menuju mine out nantinya agar dikemudian hari
kerencana jalan angkut yang telah dibuat dengan
perusahaan tidak kesusahan dalam mencari tanah
penutup pada saat melakukan reklamasi.
Adapun hasil rancangan tahapan
(Pushback) penambangan kedua dapat dilihat
pada gambar 4.4 sebagai berikut.

Sumber : Dafid Sitampan, 2021


Gambar 4.5 Kemajuan penambangan pertama
pada pushback 1

Sumber : Dafid Sitampan, 2021 Sedangkan untuk kemajuan


Gambar 4.4 Peta Pushback penambangan 2 penambangan 2 seluas 0,98 Ha dengan total
material tertambang 50.464 mT, yang terdiri dari
total ore 22.464 mT dan waste 28.000 mT
4.3 Kemajuan Penambangan disajikan dalam bentuk peta yang dapat dilihat
4.3.1 Kemajuan Penambangan pada Tahapan pada gambar 4.6 sebagai berikut.
Pertama
Rancangan kemajuan penambangan didasarkan
pada pertimbangan tonase material bukan bijih,
keterdapatan tonase bijih yang memenuhi
kriteria penjualan (COG Rata-Rata 1.7 % Ni)
jarak disposal Area, Stockpile atau Jetty
Perusahaan. Berdasarkan Rancangan Pushback
penambangan yang dibuat berdasarkan nilai
stripping ratio dan ketercapain target produksi
maka rancangan kemajuan penambangan dapat
dibuat. Untuk pit Y, arah penambangan dimulai
dari elevasi tertinggi dari arah timur ke menuju
elevasi terendah diarah selatan. Pushback
penambangan pertama (Pit Y) akan dibagi
menjadi 2 kemajuan penambangan agar lebih
mudah untuk ditangani. Kemajuan penambangan
pertama seluas 1,48 Ha dengan total material
tertambang 75.536 mT, yang terdiri dari total ore
45.536 mT dan waste 30.000 mT. Adapun Sumber : Dafid Sitampan, 2021
rencana kemajuan penambangan pada Pushback Gambar 4.6 Kemajuan penambangan kedua pada
pertama, disajikan dalam bentuk peta kemajuan pushback 1
penambangan yang dapat dilihat pada gambar
4.5. sebagai berikut.
4.3.2 Kemajuan Penambangan Pada Tahapan Sedangkan untuk kemajuan penambangan 2
Kedua dengan luas bukaan 1,48 Ha memiliki total
ore 50.000 mT dan waste 28.000 mT
Pada kemajuan penambangan pada disajikan dalam bentuk peta yang dapat
tahapan kedua dengan total luas tahapan kedua
dilihat pada gambar 4.8 sebagai berikut
yaitu 5,33 Ha. Dengan arah penambangan
dimulai dari arah timur kebarat. Hal ini bertujuan
agar over burden pada pit kemajuan setelahnya
dapat di back filling ke pit yang pertama untuk
menghemat biaya pengangkutan over burden dan
untuk menutup pit yang telah dibuka agar tidak
menjadi sumber genangan air yang dapat
mengganggu dikemudian hari. Tahapan kedua
ini dibagi menjadi bebarapa tahapan kemajuan
penambangan untuk memudahkan
penanganannya. Pada kemajuan penambangan
pertama dengan luas bukaan 3,37 Ha, diperoleh
total ore 54.000 mT dan waste 138.000 mT
(tabel 4.8). Pada kemajuan pertama ini, ore yang
didapatkan melebihi target perusahaan sebesar
40.000 mT. Namun hal ini akan sangat baik
bilamana pada kemajuan kedua pada tahapan
pertama hanya diperoleh setengah dari target
produksi yang ingin dicapai. Sehingga sebagian
ore pada kemajuan pertama pada tahapan kedua Sumber : Dafid Sitampan, 2021
ini akan menutupi target produksi sebelumnya. Gambar 4.8 Kemajuan penambangan kedua pada
Parameter penentuan kemajuan pushback 2
penambangan didasarkan pada jarak terdekat
Untuk kemajuan penambangan 3
dengan jalan angkut, stockpile, disposal area dan
Jetty Perusahaan untuk memperkecil waktu edar
dengan luas 0,48 Ha, total ore 26.000 mT
alat angkut dan memperkecil biaya dan waste 44.000 mT disajikan dalam
pengangkutan OB. bentuk peta yang dapat dilihat pada gambar
Adapun rencana kemajuan penambangan 4.9 sebagai berikut.
pada tahapan kedua, disajikan dalam bentuk
kemajuan penambangan pertama yang dapat
dilihat pada gambar 4.7 sebagai berikut.

Sumber : Dafid Sitampan, 2021


Sumber : Dafid Sitampan, 2021
Gambar 4.7 Kemajuan penambangan pertama
Gambar 4.9 Kemajuan penambangan kedua pada
pada pushback 2
pushback 2
5. PENUTUP 0,98 Ha dengan total material
tertambang 50.464 mT yang terdiri
5.1 Kesimpulan dari total ore 22.464 mT dan waste
Adapun kesimpulan dalam penelitian 28.000 mT. Untuk kemajuan
ini adalah sebagai berikut : penambangan pada Pushback Kedua
1. Dari hasil rancangan pit limit pada dibagi menjadi 3 kemajuan
daerah penelitian diperoleh total penambangan. Pada kemajuan
cadangan tertambang keseluruhan penambangan 1 dengan luas bukaan
446.000 mT, yang terbagi atas 2 pit 3,37 Ha yang terdiri dari total ore
yaitu pit Y dan pit X. Dengan tonase 54.000 mT dan waste 138.000 mT,
ore sebesar 198.000 mT dan waste kemajuan penambangan 2 dengan
sebesar 268.000 mT. Dan didapatkan luas bukaan 1,48 Ha yang terdiri dari
SR sebesar 1,8. Berdasarkan total ore 50.000 mT dan waste
pertimbangan SR <3, maka hasil 28.000 mT dan kemajuan
rancangan pit limit dikatakan penambangan 3 dengan luas bukaan
ekonomis untuk ditambang. 0,48 Ha yang terdiri dari total ore
2. Rancangan pit limit pada daerah 26.000 mT dan waste 44.000 mT.
penelitian kemudian dibagi menjadi 2
Tahapan (Pushback) penambangan 5.2 Saran
berdasarkan ketercapaian target Adapun saran dalam penelitian ini
produksi perusahaan dan yaitu :
pertimbangan SR paling kecil. 1. Disarankan kepada pihak
Tahapan (Pushback) penambangan perusahaan untuk jarak spasi
pertama (Pit Y) dengan luas 2,42 Ha pemboran diperkecil menjadi 25 m
memiliki tonase keseluruhan sebesar dengan pola persegi agar pada saat
126.000 mT yang terbagi atas tonase dilakukan estimasi sumberdaya
ore sebesar 68.000 mT, tonase waste maupun cadangannya, tingkat
58.000 mT sehingga didapatkan SR keyakinan geologinya lebih tinggi.
sebesar 1,13. Sedangkan untuk 2. Disarankan kepada perusahaan
tahapan (Pushback) penambangan untuk melakukan kajian lebih dalam
kedua (pit X) dengan luas 5,33 Ha terkait dengan geometri jenjang
memiliki tonase keseluruhan 340.000 yang akan dipakai agar faktor
mT yang terbagi atas tonase ore keamanannya lebih terukur.
130.000 mT, tonase waste 210.000
mT. sehingga didapatkan nilai SR
sebesar 2,1. DAFTAR PUSTAKA
3. Kemajuan Penambangan pada daerah
penelitian dibuat berdasarkan American Association Of State Highway and
ketercapaian target produksi pada Transportation Of Ficials
setiap Pushback Penambangan. (AASHTO) Manual Rulal High
Kemajuan penambangan pada Way Design, 1993.
Pushback pertama, dibagi menjadi 2
Aprilia.R. 2013. Metode Penambangan
kemajuan penambangan, yaitu
kemajuan penambangan 1 seluas Arif, Irwandi. 2018. Buku Geoteknik
1,48 Ha dengan total material Tambang. Penerbit ITB.
tertambang 75.536 mT yang terdiri
dari total ore 45.536 mT dan waste BPS.2021. Kecamatan Langgikima Dalam
30.000 mT, sedangkan untuk angka. Badan Pusat Statistik.
kemajuan penambangan 2 seluas Konawe Utara.
BSN. 2011. SNI 4726:2011 Tentang Target Produksi Pada Tambang Utara
Pedoman Pelaporan sumberdaya, Bukit Wrangler PT. Antam UBPN
dan cadangan mineral. Badan Sulawesi Tenggara. Universitas
Standarisasi Nasional. Jakarta. Sembilanbelas November Kolaka.
Kolaka
Caterpillar. 2015. Caterpillar Performance
Handbook. Usa. Caterpillar. Mutiara dkk. 2019. Kajian Pengaruh
Material Propertis Domain Batuan
Elias, M. 2002. Nickel Laterite Deposits- Dasar Terhadap Kestabilan Lereng
Geological Overview, Resources Pada Nikel Laterit Di Site Pomalaa.
and Exploitation. University Of PT. Antam Tbk-Unit Geomin.
Tasmania. Tasmania. Sulawesi Tenggara.
Floating Cone Method, Data diperoleh Prayogo, Rudi. 2020. Rancangan
melalui situs internet: Penambangan di Pit Ferrari Pinang
https://www.researchgate.net/figur Balaba PT Vale Indonesia Blok
e/The-sequential-open-it-mining- Sorowako. Teknik Pertambangan
pushbacks-For-the-mine- ITATS. Surabaya
scheduling-and-open-
pit_fig2_329028912. Diunduh Prodjosumarto, Partanto, 2004, “Pengantar
pada tanggal 08 Oktober 2021. Perencanaan Tambang”, Bandung,
Universitas Islam Bandung
Fourie, G. A and Dohm, G.C., Surface
Mining Engineering Handbook : Sahrul dkk,2017. Rancangan Tahapan
Open Pit Planning and design, (PUSHBACK) Penambangan
Society for Mining, Metalurgy, and Endapan Bijih Nikel Pada PT.
Exploration, Inc, Colorado,p. 1274- Hengjaya Mineralindo (HM)
1275; 2001 Kecamatan Bungku Pesisir
Kabupaten Morowali Provinsi
Fourie, G.A., 1992, Open Pit Planning And Sulawesi Tengah. Jurnal. Teknik
Design-Basic Concepts, SME Mining Pertambangan. Universitas
Engineering Handbook 2nd edition SembilanBelas November Kolaka.
(H.L. Herman, editor) 1274-1278 Kolaka
Lithelton.
Sidiq, Hidayatullah. 2016. Penentuan pit
Hartman, H.L, 1987, Introductory Mining limit batubara menggunakan metode
Engineering Alabama, the University Lerchs-Grossmann. Institut
Of Alabama Tuscalosa. Teknologi Nasional Yogyakarta.
Yogyakarta
Hustrulid W. and Kutcha M., 2013. Open Pit
Mine Planning Design 3rd Edition. Suwandhi, Awang, 2004, “Perencanaan
CRC Press. Leiden. Jalan Tambang”. Universitas Islam
Bandung. Bandung
Kementrian ESDM. 2018. KEPMEN No.
1827 K/ 30/MEM/2018 Tentang Tribiani, Ergizha. 2021. Skripsi. Rancangan
Pedoman Kaidah Pertambangan Teknis Penambangan Bijih Nikel
Yang Baik. Kementrian ESDM. Laterit pada PT. Tiran Indonesia.
Jakarta. Universitas Islam Bandung. Bandung.
Lukman.2020. Skripsi. Rancangan Tahapan Waterman, S. 2018. Buku Perencanaan
Penambangan Untuk Memenuhi Tambang Edisi Kedelapan. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai