Anda di halaman 1dari 9

DESAIN PIT PENAMBANGAN NIKEL BLOK A PIT A3 PADA PT.

JAGAD
RAYATAMA SITE PALANGGA DAN PALANGGA SELATAN KABUPATEN
KONAWE SELATAN

Muhammad Israjuddin, Deniyatno, Marwan Zam Mili

Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian,


Universitas Halu Oleo
Kampus Hijau Bumi Tridarma Anduonohu, Kendari, Indonesia
muhammadisrajddn24@gmail.com

Abstrak
PT. Jagad Rayatama adalah salah satu perusahaan yang bergerak pada sektor pertambangan bijih nikel yang
berlokasi di Kecamatan Palangga dan Palangga Selatan, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Metode penambangan yang dilakukan adalah sistem tambang terbuka dengan metode penambangan open pit. PT. Jagad
Rayatama akan melakukan penambangan pada beberapa blok dan pit baru yang akan dibuka di blok A, salah satunya
pada pit A3. Desain pit penambangan dibuat sesuai dengan parameter geoteknik, bentuk endapan dan nilai Cut off
Grade, diperoleh bukaan pit dengan elevasi tertinggi yaitu 180 mdpl dan elevasi terendah 141 mdpl. Geometri jenjang
yang digunakan memiliki nilai FK 1,79. CoG yang ditetapkan adalah 1,4 % Ni. Jumlah cadangan nikel berdasarkan pit
limit yang dirancang adalah 572.632 ton dengan kadar 1,66% Ni dan overburden sebesar 1.033.025 ton, menghasilkan
nilai striping ratio yaitu 1,8:1. Sequence penambangan dibagi berdasarkan target produksi perbulan yaitu 70.000
ton/bulan dan menghasilkan 8 sequence penambangan. Sequence pertama diperoleh ore sebesar 74.447 ton dengan
kadar 1,84% Ni, sequence kedua diperoleh ore sebesar 76.209 ton dengan kadar 1,88% Ni, sequence ketiga diperoleh
ore sebesar 76.309 ton dengan kadar 1,53% Ni, sequence keempat diperoleh ore sebesar 75.378 ton kadar 1,54% Ni,
sequence kelima diperoleh ore sebesar 73.416 ton dengan kadar 1,65% Ni, sequence keenam diperoleh ore sebesar
75.112 ton dengan kadar 1,59% Ni, sequence ketujuh diperoleh ore sebesar 74.413 ton dengan kadar 1,61% Ni, dan
sequence kedelapan diperoleh ore sebesar 47.348 ton dengan kadar 1,68% Ni.
Kata Kunci: Desain Pit, Perancangan Tambang, Sequence Penambangan.

Abstract
PT. Jagad Rayatama is a company engaged in the nickel ore mining sector, located in Palangga and South
Palangga Districts, Konawe Selatan Regency, Southeast Sulawesi Province. The mining method used is an open pit
mining system with the open pit mining method. PT. Jagad Rayatama will conduct mining on several blocks and new
pits will be opened in block A, one of which is pit A3. The mining pit design is made according to geotech parameters,
deposit shape and Cut off Grade value. The geometric level used has a FK value of 1,79. CoG defined is 1,4% Ni. The
amount of nickel reserves based on the designed pit limit was 602.770 tons with a grade of 1,66% Ni and overburden
of 1.033.025 tons, resulting in a striping ratio value of 1,71:1. The mining sequence is divided based on a monthly
production target of 70.000 tons / month and produces 8 mining sequences. The first sequence obtained 78.365 tonnes
of ore with a content of 1,84% Ni, the second sequence obtained 80.220 tonnes of ore with a content of 1,88% Ni, the
third sequence obtained 80.325 tonnes of ore with a content of 1,53% Ni, the fourth sequence obtained ore of 79.345
tons with a content of 1,54% Ni, the fifth sequence obtained 77.280 tons of ore with a content of 1,65% Ni, the sixth
sequence obtained 79,065 tons of ore with a content of 1,59% Ni, the seventh sequence obtained 78.330 tons of ore
with a grade of 1,61% Ni, and the eighth sequence obtained 49.840 tonnes of ore with a content of 1,68% Ni.
Keywords: Pit Design, Mine Design, Mining Sequence.
I. PENDAHULUAN pertambangan juga dikenal perancangan tambang (mine
Metode tambang terbuka merupakan kegiatan design) yang mencakup pula kegiatan-kegiatan seperti
penambangan yang dilakukan pada endapan yang yang ada pada perencanaan tambang, tetapi semua data
terletak dekat dengan permukaan. Selain cadangan, dan informasinya sudah rinci (pemodelan geologi, pit
faktor lain yang juga menjadi pertimbangan adalah potensial, pit limit, geoteknik, stripping ratio, dan data
masalah ekonomi, lingkungan, keamanan serta teknik pendukung lainnya). Pada umumnya ada dua tingkat
penambangan yang di dalamnya termasuk desain pit rancangan, yaitu:
juga menjadi faktor yang penting dalam kegiatan 1. Rancangan konsep (conceptual design), yaitu suatu
perencanaan tambang terbuka. rancangan awal atau titik tolak rancangan yang
Salah satu perusahaan yang menggunakan metode dibuat atas dasar analisis dan perhitungan secara
tambang terbuka adalah PT. Jagad Rayatama. PT. Jagad garis besar dan baru dipandang dari beberapa segi
Rayatama adalah salah satu perusahaan yang bergerak yang terpenting, kemudian akan dikembangkan agar
pada sektor pertambangan bijih nikel yang berlokasi di sesuai dengan keadaan (condition) nyata
Kecamatan Palangga dan Palangga Selatan, Kabupaten dilapangan.
Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. PT. 2. Rancangan rekayasa atau rekacipta (engineering
Jagad Rayatama akan melakukan penambangan pada design), adalah suatu rancangan lanjutan dari
beberapa blok dan pit baru yang akan dibuka di blok, rancangan konsep yang disusun dengan rinci dan
salah satunya pada pit A3 yang merupakan pit baru dan lengkap berdasarkan data dan informasi hasil
akan ditambang. laboratoria serta literature dilengkapi dengan hasil-
Untuk melakukan proses penambangan itu sendiri, hasil pemeriksaan keadaan lapangan.
terlebih dahulu harus dilakukan perencanaan tambang William Hustrulid dalam Yarhamka (2016), Suatu
agar dapat dipertimbangkan sisi teknis, ekonomi dan perancangan tambang mengacu pada beberapa
lingkungan untuk menghindari kerugian sampai pada parameter desain sebagai berikut:
proses berlangsungnya penambangan itu sendiri, 1. Penentuan Pit Potensial.
karena sifat dari penyebaran kadar ore yang relatif 2. Konsep Nisbah Kupas (Stripping Ratio).
tidak merata. Salah satunya adalah membuat desain pit 3. Geometri Lereng Penambangan.
penambangan sesuai dengan bentuk endapan dan nilai 4. Geometri Jalan Tambang (Ramp).
Cut off Grade sebagai acuan sebelum terjadinya proses
penambangan. Hal tersebut tentu memerlukan B. Profil Endapan Laterit
rancangan serta kajian teknis yang baik untuk dapat Nikel laterit adalah mineral logam hasil dari
mencapai target sesuai yang diinginkan. Namun pada proses pelapukan dan pengayaan mineral pada
PT. Jagad Rayatama, biasanya hanya menggunakan batuan ultramafik. Geologi di daerah Palangga, Provinsi
peta batas lokasi dan data bor yang akan dilakukan Sulawesi Tenggara, disusun oleh batugamping dari
penambangan sebagai acuan, tanpa adanya rancangan Formasi Eimoko dan Formasi Langkolawa yang
desain pit penambangan. memiliki hubungan ketidakselarasan dengan batuan
Sesuai dengan pemaparan di atas, penulis ultramafik di bawahnya sebagai pembawa endapan
bermaksud mengambil judul tugas akhir tentang nikel laterit. Proses pelapukan pada batuan ultramafik
“Desain Pit Penambangan Nikel Blok A Pit A3 Pada menghasilkan karakter dan profil nikel laterit yang
PT. Jagad Rayatama, Site Palangga Dan Palangga berbeda (Lintjewas dkk., 2019).
Selatan, Kabupaten Konawe Selatan”. Penelitian ini Profil nikel laterit pada umumnya adalah terdiri dari
dibatasi dalam perancangan pit dan pembuatan 4 zona gradasi sebagai berikut (Kurniadi dkk.,2017):
sequence penambangan, tanpa memperhitungkan 1. Top soil
kajian ekonomis penambangan dan biaya produksi. Tanah residu berwarna merah tua yang merupakan
Adapun tujuan dari pelaksanaan Penelitian Tugas hasil oksidasi yang terdiri dari masa hematit, geothit
akhir ini adalah untuk mengetahui : serta limonit. Kadar besi yang terkandung sangat tinggi
1. Menentukan desain pit penambangan pada pit A3 dengan kelimpahan unsur Ni yang sangat rendah.
PT. Jagad Rayatama. 2. Zona limonit
2. Menentukan rancangan sequence penambangan pit Zona Limonit Berwarna merah coklat atau kuning,
A3 berdasarkan target produksi PT. Jagad berukuran butir halus hingga lempungan, lapisan kaya
Rayatama. besi dari limonit soil yang menyelimuti seluruh area.
Manfaat yang diharapkan pada hasil penelitian ini 3. Zona lapisan antara atau “Silica Boxwork”
adalah dapat memberikan pengetahuan tentang Zona ini jarang terdapat pada batuan dasar
rancangan pit penambangan sehingga model (bedrock) yang serpentinisasi. Berwarna putih –
penambangan dapat dilakukan sesuai rancangan urutan orangechert, quartz, mengisi sepanjang rekahan dan
penambangan dengan mempertimbangan segi sebagian menggantikan zona terluar dari unserpentine
teknisnya. fragmen peridotit, sebagian mengawetkan struktur dan
tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral
II. TINJAUAN PUSTAKA opal, magnesit. Akumulasi dari garnierit-pimelit di
A. Perancangan Tambang (Mine Design) dalam boxwork mungkin berasal dari nikel ore yang
Rancangan (design) adalah penentuan persyaratan, kaya akan silika..
spesifikasi dan kriteria teknik yang rinci dan pasti 4. Zona saprolit
untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan serta Zona Saprolit Merupakan campuran dari sisa–sisa
urutan teknis pelaksanaannya. Di industri batuan, bersifat pasiran, saprolitic rims, vein dari
garnierite, nickeliferous quartz, mangan dan pada 2. Sudut lereng jenjang: penggalian oleh alat mekanis
beberapa kasus terdapat silika boxwork, bentukan dari seperti loader atau shovel dipermuka jenjang pada
suatu zona transisi dari limonit ke bedrock. Terkadang umumnya akan menghasilkan sudut lereng 60-65
terdapat mineral quartz yang mengisi rekahan, mineral derajat. Sudut lereng yang lebih curam biasanya
mineral primer yang terlapukan, chlorit. Garnierite di memerlukan peledakan pre-splitting.
lapangan biasanya diidentifikasi sebagai “colloidal 3. Lebar jenjang penangkap: ditentukan oleh
talk” dengan lebih atau kurang nickeliferous pertimbangan keamanan. Tujuannya adalah
serpentine. Struktur dan tekstur batuan asal masih menangkap batu-batuan yang jatuh, perlu bulldozer
terlihat. kecil atau grader untuk membersihkan catch bench
5. Zona bedrock ini secara berkala. Jenjang penangkap ini biasanya
Batuan dasar (Bedrock) Tersusun atas bongkahan dibuat lebih lebar dibandingkan jenjang tunggal.
atau blok dari batuan induk yang secara umum sudah
tidak mengandung mineral ekonomis (kadarnya sudah E. Jalan Tambang
mendekati atau sama dengan batuan dasar). Bagian ini 1. Letak jalan keluar tambang
merupakan bagian terbawah dari profil laterit. Untuk suatu tambang yang baru, penting
diperhitungkan dimana letak jalan-jalan keluar dari
C. Sumber Daya dan Cadangan tambang. Biasanya diinginkan akses yang baik kelokasi
Sumberdaya mineral dan cadangan dalam SNI pembuangan tanah penutup (waste dump) dan peremuk
tentang Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan bijih (crusher). Topografi merupakan faktor yang
dibagi menjadi beberapa bagian, sebagai berikut: penting, sulit skali bagi truk untuk keluar dari pit ke
medan yang curam (Bargawa, 2018).
1. Sumberdaya
2. Lebar jalan
a. Sumberdaya mineral tereka (inferred mineral Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan lajur
resource) adalah sumberdaya mineral yang tonase, ganda atau lebih, menurut The American Association
kadar, dan kandungan mineral dapat diestimasi Of Stage Highway And Transportation Official
dengan tingkat-keyakinan geologi (geological (AASHTO) Manual High Way Design 1973, harus
assurance) rendah. ditambah dengan setengan lebar alat angkut pada
b. Sumberdaya mineral tertunjuk (indicated mineral bagian tepi kanan dan kiri jalan. Lebar jalan minimum
pada jalan lurus dihitung dengan menggunakan rumus
resource) adalah sumberdaya mineral yang tonase,
(Azwari, 2015):
densitas,bentuk, dimensi, kimia, kadar dan L(m) = n×Wt + ( n + 1 ) ( 1/2×Wt ) .................. ( 1)
kandungan mineral dapat diestimasi dengan Keterangan :
tingkat-keyakian geologi (geological assurance) L(m) = Lebar jalan angkut minimum (m)
medium. n = Jumlah jalur
c. Sumberdaya mineral terukur (measured mineral Wt = Lebar alat angkut (m)
resource) adalah sumberdaya mineral yang tonase, 3. Kemiringan jalan
Kemiringan jalan umumnya dinyatakan dalam
densitas,bentuk, dimensi, kimia, kadar dan
persen (%). Kemiringan jalan maksimum yang dapat
kandungan mineral dapat diestimasi dengan dilalui dengan baik oleh alat angkut truck berkisar
tingkat-keyakian geologi (geological assurance) antara 10% - 15% atau sekitar 6° – 8,50°. Akan tetapi
tinggi. untuk jalan naik atau turun pada lereng bukit lebih
2. Cadangan aman bila kemiringan jalan maksimum sekitar 8%
a. Cadangan bijih terkira (probable ore reserve) adalah (=4,50o) (Azwari, 2015).
sumberdaya mineral tertunjuk yang ekonomis untuk
F. Pentahapan Penambangan (Sequence)
ditambang, dan dalam beberapa kondisi, juga
Sequence penambangan merupakan bentuk-bentuk
merupakan bagian dari sumberdaya terukur. penambangan yang menunjukkan bagaimana suatu pit
b. Cadangan bijih terbukti (proved ore recerve) akan ditambang dari tahap awal hingga tahap akhir
adalah bagian dari sumberdaya terukur yang rancangan tambang (pit limit). Tujuan dari pembuatan
ekonomis untuk ditambang. sequence yaitu untuk membagi seluruh volume yang
ada dalam pit limit ke dalam unit-unit perencanaan
D. Geometri Jenjang yang lebih kecil sehingga lebih mudah ditangani
Geometri jenjang terdiri dari tinggi jenjang, sudut (Aryanda dkk., 2014).
lereng jenjang tunggal, dan lebar dari jenjang Geometri dari pushback sangat bergantung dari
penangkap (catch bench). Rancangan geoteknik keadaan lokasi tambang dan faktor-faktor lain termasuk
jenjang biasanya dinyatakan dalam bentuk parameter- geometri tubuh bijih, target finansial, pertimbangan
parameter untuk ketiga aspek tersebut (Bargawa, geoteknik, peralatan tambang, target produksi, dan
2018). perencanaan jangka panjang. Perencanaan pushback
1. Tinggi jenjang: biasanya alat muat yang digunakan dapat berupa conventional atau sequential (McCarter,
harus mampu pula mencapai pucuk atau bagian atas 1992). Kedua metode pushback ini membagi final pit
jenjang. Tingkat produksi atau faktor lain sering dengan jarak horisontal yang sama. Sequential
mengharuskan ketinggian jenjang tertentu, sehingga pushback membagi blok penambangan dengan ukuran
alat muat harus menyesuaikan. yang relatif lebih kecil dan operasi penambangan
dilakukan secara bersamaan pada beberapa jenjang topografi, kondisi struktur geologi, lokasi batas IUP
(level) yang berbeda. Pada conventional pushback PT. Jagad Rayatama dan data pemboran pada pit A3.
penambangan dilakukan pada sebuah jenjang secara 4. Pengolahan dan Analisa Data
horisontal sebelum berpindah pada jenjang (level) Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan desain
selanjutnya (Darling, 2011). pit pada penambangan bijih nikel pit A3 PT. Jagad
Rayatama dengan mempertimbangkan bentuk endapan,
dan nilai cut off grade serta geometri jenjang yang telah
III. METODE PENELITIAN ditentukan terlebih dahulu untuk menjadi parameter
A. Waktu dan Lokasi Penelitian perancangan desain pit penambangan.
Secara administrative, IUP PT. Jagad Rayatama Pengolahan dan analisa data ini menggunakan
terletak di Kecamatan Palangga dan Palangga Selatan, bantuan software pemodelan untuk perencanaan desain
Kabupaten Konawe Selatan yang berjarak ± 90 km dari pit penambangan bijih nikel blok selatan PT. Jagad
kota Kendari yang dapat ditempuh melalui jalur darat Rayatama. Serta Microsoft office untuk membantu
baik itu menggunakan roda dua maupun roda empat. proses pengolahan data serta pembuatan laporan hasil
Perjalanan dari kota Kendari menuju lokasi penelitian.
penambangan ditempuh dalam waktu ± 2 jam. Adapun tahap pengolahan dan analisa data dari
Penelitian akan dilakukan pada blok A pit A3 daerah penelitian adalah :
dalam kurun waktu ± 2 bulan. Adapun lokasi penelitian 1. Data bor yang sudah ada dipisahkan menjadi 4,
yang di maksud dapat dilihat pada gambar 1. yang terdiri dari data collar, data survey, data
geologi, dan data assay. Hal ini dilakukan untuk
membuat database lubang bor.
2. Mengolah data bor dan data topografi pit A3
menggunakan bantuan software pemodelan. Tahap
ini bertujuan untuk mengetahui block model
endapan dan menghitung sumber daya pada pit A3.
3. Menentukan Geometri jalan tambang dan geometri
jenjang yang akan digunakan dalam perancangan
(desain) pit penambangan pada pit A3. Sampel
tanah yang diambil dari daerah penelitian akan
dilakukan pengujian Direct shear dan berat isi taah
untuk mengetahui geometri jenjang yang aman
untuk digunakan pada daerah penelitian dengan
menggunakan perhitungan FK (Faktor Keamanan).
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian 4. Pembuatan desain pit penambangan pada pit A3
menggunakan software pemodelan dilakukan
B. Tahapan Kegiatan Penelitian dengan mempertimbangkan parameter geometri
Penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu jenjang yang telah ditentukan berdasarkan hasl
tahap studi literatur, pengamatan lapangan, tahap perhitungan faktor keamanan (FK) jenjang.
pengambilan dan pengumpulan data serta tahap Kemudian untuk membuat desain pit dimulai dari
pengolahan dan analisa data. Berikut adalah tahapan sebaran bijih terendah yang akan menjadi pit limit
kegiatan penelitian yang di maksud : nya. Pembuatan desain dimulai dari batas
1. Studi literatur kedalaman maksimum sampai batas atas maksimum
Pada tahap studi literatur dilakukan pembelajaran mengikuti bentuk endapan.
dan pendalaman literatur terkait kondisi geologi lokal 5. Menghitung jumlah cadangan tertambang di dalam
daerah penelitian serta hal-hal yang terkait dengan pit penambangan.
nikel laterit. Pada tahap ini juga dilakukan pendalaman 6. Pembuatan sequence penambangan, dilakukan
materi mengenai desain pit penambangan serta faktor- setelah diketahui pit limit nya kemudian membagi
faktor yang menjadi parameter perancangan baik dari pit tersebut menjadi beberapa sequence
segi teknis dan ekonomis. penambangan berdasarkan target produksi.
2. Pengamatan lapangan
Pengamatan lapangan pada tahap ini dilakukan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan melakukan observasi daerah penelitian A. Sebaran dan Model Endapan Bijih Nikel Laterit
terhadap kondisi geologi lokal lokasi penelitian serta Sumberdaya terukur merupakan sumberdaya
melakukan pengumpulan data yang menunjang dengan tingkat keyakinan geologi yang tinggi
kegiatan penelitian. berdasarkan kajian eksplorasi yang dilakukan.
3. Pengambilan dan Pengumpulan Data Penentuan sumberdaya terukur dilakukan dengan
Dalam penelitian ini, data-data yang dibutuhkan maksud untuk lebih meningkatkan prospek terhadap
berupa data primer dan data sekunder. Data primer bahan galian yang akan diupayakan.
yang dibutuhkan adalah nilai kohesi, sudut geser Perhitungan sumberdaya nikel pada daerah
dalam, dan bobot isi dari sampel tanah daerah penelitian dilakukan berdasarkan data hasil pengeboran
penelitian. Data sekunder yang dibutuhkan berupa eksplorasi rinci yang telah dilakukan oleh PT. Jagad
gambaran umum daerah penelitian seperti data kondisi Rayatama. Pengeboran dilakukan dengan jumlah titik
bor sebanyak 34 titik dengan spasi 50 m yang tersebar
di seluruh area pit A3. Hasil pengeboran yang telah Cut Off Grade (COG) adalah kadar rata-rata
dilakukan menunjukan bahwa pit A3 memiliki prospek terendah Ni yang masih menguntungkan apabila
dengan kadar yang sesuai standar perusahaan untuk ditambang. Cut Off Grade (COG) yang ditetapkan oleh
ditindak lanjuti. Berikut peta penyebaran titik bor pit perusahaan adalah 1,4%. Gambar 12 merupakan block
A3. model dengan ukuran 5 x 5 x 1. Densitas nikel di daerah
penelitian yang digunakan yaitu 1,4%.

Gambar 2. Sebaran titik bor pit A3 dengan spasi 50


meter Gambar 4. Block model ore
Bentuk sebaran endapan bijih nikel memberikan Gambar 5 di atas merupakan penampakan distribusi
informasi mengenai kondisi bentuk badan bijih nikel ore jika telah dilakukan kegiatan pengupasan
pada batasan-batasan tertentu terkait sebaran secara overburden secara keseluruhan. Pemberian warna blok
horizontal maupun secara vertikal, sehingga dapat pada gambar berdasarkan pengkelasan ore.
memberikan informasi batasan kedalaman maksimum Pengkelasan ore terdiri dari BLUEZONE, LGS1,
bijih nikel yang terendapkan pada suatu daerah. LGS2, HGS1, HGS2. BLUEZONE yaitu kadar
dibawah cut off grade (COG) 1,4% dan diberi warna
biru, LGS2 yaitu kadar 1,40%-1,69% dan diberi warna
merah, LGS1 yaitu kadar 1,70%-1,79% diberi warna
kuning, untuk HGS2 yaitu kadar 1,80%-1,99%, dan
diberi warna hijau, dan HGS2 yaitu kadar diatas 1.99%
diberi warna biru muda..
Berdasarkan hasil estimasi sumber daya terukur
pada block model dengan menggunakan metode
Inverse Distance Weighted (IDW) menghasilkan
jumlah sumber daya sebesar 603.400 ton dengan kadar
rata-rata Ni 1,66 %.
Tabel 1. Sumber daya pit A3

Gambar 3. Model endapan bahan galian nikel laterit


Model endapan nikel laterit di daerah pit A3
tersebar dari arah Barat Laut mengarah ke Tenggara.
Lapisan tersebut terdiri atas overburden, limonit, dan
saprolit yang berada pada elevasi tertinggi yaitu 180
mdpl dan elevasi terendah 140 mdpl. Secara umum,
model dan sebaran badan bijih menyebar secara tidak
merata mengikuti morfologi perbukitan yang ada pada
daerah tersebut.
C. Desain Pit Penambangan Pit A3
B. Model blok Desain pit yang aman serta efisien dalam segi teknis
Block model bertujuan untuk mengestimasi dan ekonomis sangat penting. Oleh karena itu, dalam
sumberdaya yang selanjutnya akan menjadi dasar untuk membuat geometri pit penambangan haruslah
melakukan desain pit. Sumberdaya dimodelkan menjadi memperhatikan beberapa hal berikut :
kumpulan blok-blok yang memiliki ukuran dan nilai
1. Geometri Jenjang dan jalan
atribut tertentu. Ukuran blok yang diterapkan oleh
Komponen geometri jenjang yang digunakan untuk
perusahaan ditempat penelitian yaitu 5 x 5 x 1 m.
rancangan pit penambangan pada pit A3 dapat dilihat
Atribut tiap blok diisi berdasarkan data hasil pemboran
pada tabel 2.
dan proses estimasi. Metode estimasi yang digunakan
adalah metode Inverse Distance Weighted (IDW),
Karena nilai Coefficient of variation 0,37 dan termasuk
kedalam geometri sedang (Kadar seragam tapi
ketebalannya tidak menentu).
Tabel 2. Komponen Dasar Geometri Jenjang 1. Sequence Pertama
Sequence penambangan pada bulan pertama dimulai
dari elevasi 179 mdpl hingga elevasi 144 mdpl dengan
luas area ±2 ha. Rincian jumlah material ore dan
overburden yang tertambang dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Sequence penambangan bulan pertama
2. Pit Limit
Pit limit merupakan batas akhir penambangan yang
dirancang berdasarkan acuan sumberdaya terukur
dengan cut off grade (CoG) yang telah ditetapkan
berdasarkan nilai kelayakan ekonomis suatu bahan
galian, 1,4% merupakan nilai CoG yang ditetapkan
oleh perusahaan dalam memperoleh bahan galian Ni.
Pit limit yang dibuat dengan acuan bentuk endapan
serta geometri jenjang, diperoleh bukaan pit dengan
elevasi tertinggi yaitu 180 mdpl dan elevasi terendah
141 mdpl. Adapun bentuk akhir pit A3 dapat dilihat
pada gambar 5. Berdasarkan tabel 4 di atas, material overburden
yang akan dipindahkan sebesar 272.230 ton dan ore
yang akan diambil sebesar 74.447 ton dengan
mengasumsikan mining recovery (perolehan
penambangan) ketika di lapangan hanya 95 % untuk
mengantisipasi loose material (material yang hilang)
pada proses penambangan. Nilai stripping ratio pada
sequence pertama yaitu 3,4 : 1 dengan kadar rata-rata
Ni yaitu 1,84%

Gambar 5. Batas penambangan pit A3


Pit A3 akan dibuka mulai dari arah tenggara kearah
barat laut. Berdasarkan model pit limit penambangan
yang dirancang, diperoleh jumlah material tertambang
sebesar 1.635.795 ton, yang terbagi atas cadangan bijih
nikel sebesar 602.770 ton dan material waste sebesar Gambar 6. Penampang sequence bulan pertama
1.033.025 ton sehingga diperoleh nilai stripping ratio 2. Sequence Kedua
dari pemodelan pit limit ini yaitu 1,71 : 1 dengan kadar Pada sequence penambangan kedua luas bukaan
rata-rata Ni 1,66% dan Fe 27,07%. Luas daerah pit tambang adalah ±1 hektar, dimulai dari elevasi 167
limit adalah 9 H. mdpl hingga elevasi 141 mdpl. Rincian jumlah material
Tabel 3. Hasil perhitungan cadangan berdasarkan pit ore dan overburden yang tertambang dapat dilihat pada
limit tabel 5.
Tabel 5. Sequence penambangan bulan kedua

D. Sequence Penambangan
Sequence penambangan pada pit A3 dibagi dalam
kegiatan perbulannya, dikarenakan umur tambang yang
di estimasikan berjangka pendek. Rancangan sequence Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa
penambangan dibagi menjadi 8 sequence material overburden yang akan dipindahkan pada
penambangan. Kegiatan penambangan dilakukan sequence kedua yaitu sebesar 102.690 ton dan material
dengan menggunakan sistem bench atau mengikuti ore yang diperoleh sebesar 76.209 ton dengan
level penambangan berdasarkan target produksi mengasumsikan mining recovery (perolehan
perbulannya. penambangan) ketika di lapangan hanya 95 %. Nilai
stripping ratio yang diperoleh yaitu 1,2 : 1 dengan Tabel 7. Sequence penambangan bulan keempat
kadar rata-rata 1,88%.

Dari tabel rincian penambangan pada sequence


Gambar 7. Penampang sequence bulan kedua keempat, diperoleh material overburden sebesar
3. Sequence ketiga 126.560 ton dan tonase ore 75.378 ton dengan
Pada sequence penambangan ketiga luas bukaan mengasumsikan mining recovery (perolehan
tambang adalah ±1 hektar, dimulai dari elevasi 180 penambangan) ketika di lapangan hanya 95 %. Nilai
mdpl hingga elevasi 141 mdpl. stripping ratio pada sequence ini adalah 1,59 : 1 dengan
Tabel 6. Sequence penambangan bulan ketiga kadar rata-rata Ni 1,54%.

Gambar 9. Penampang sequence bulan keempat


5. Sequence kelima
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Proses penambangan pada bulan kelima akan
material overburden yang akan dipindahkan pada dilakukan dengan memperluas area dari sequence
sequence ketiga yaitu sebesar 74.375 ton dan material sebelumnya dengan total luas ±1 ha untuk mencapai
ore yang diperoleh sebesar 76.309 ton dengan target produksi bulanan.
mengasumsikan mining recovery (perolehan Tabel 8. Sequence penambangan bulan kelima
penambangan) ketika di lapangan hanya 95 %. Nilai
stripping ratio yang diperoleh yaitu 0,92: 1 dengan
kadar rata-rata 1,53%.

Sequence kelima dimulai dari elevasi tertinggi yaitu


174 mdpl hingga elevasi 141 mdp. Material overburden
Gambar 8. Penampang sequence bulan ketiga yang harus dipindahkan sebesar 139.265 ton dan
4. Sequence keempat material ore yang diperoleh sebesar 73.416 ton dengan
Sequence penambangan keempat diperoleh luas mengasumsikan mining recovery (perolehan
bukaan tambang ±1 hektar, dengan elevasi tertinggi penambangan) ketika di lapangan hanya 95 %. Nilai
yaitu 180 mdpl hingga elevasi 141 mdpl. stripping ratio yang dihasilkan yaitu 1,80:1 dengan
kadar rata-rata 1,60%.
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa
Sequence ketujuh memiliki elevasi tertinggi yaitu 165
mdpl dan elevasi terendah 141 mdpl. Material
overburden yang harus dipindahkan sebesar 85.610 ton
dan material ore yang diperoleh sebesar 74.413 ton
dengan mengasumsikan mining recovery (perolehan
penambangan) ketika di lapangan hanya 95 %. Nilai
stripping ratio yang dihasilkan yaitu 1,09:1 dengan
kadar rata-rata Ni 1,61%.

Gambar 10. Penampang sequence bulan kelima


6. Sequence keenam
Proses penambangan pada sequence keenam akan
dilakukan dengan memperluas area pada sequence
sebelumnya dengan total penambahan luasan ±1 hektar
dimulai dari elevasi 174 mdpl hingga elevasi 141 mdpl.
Tabel 9. Sequence penambangan bulan keenam

Gambar 12. Penampang sequence bulan ketujuh


8. Sequence kedelapan
Proses penambangan pada sequence kedelapan akan
dilakukan dengan memperluas area pada sequence
sebelumnya dengan total penambahan luasan ±1 hektar.
Tabel 11. Sequence penambangan bulan kedelapan

Pada Sequence keenam Material overburden yang


harus dipindahkan sebesar 139.265 ton dan material
ore yang diperoleh sebesar 75.112 ton dengan
mengasumsikan mining recovery (perolehan
penambangan) ketika di lapangan hanya 95 %. Nilai
stripping ratio yang dihasilkan yaitu 1,76 : 1 dengan
kadar rata-rata Ni 1,59%.
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa
Sequence kedelapan dimulai dari elevasi tertinggi yaitu
172 mdpl hingga elevasi 141 mdpl. Material
overburden yang harus dipindahkan sebesar 127.575
ton dan material ore yang diperoleh sebesar 47.348 ton
dengan mengasumsikan mining recovery (perolehan
penambangan) ketika di lapangan hanya 95 %. Nilai
stripping ratio yang dihasilkan yaitu 2,56:1 dengan
kadar rata-rata Ni 1,68%.

Gambar 11. Penampang sequence bulan keenam


7. Sequence ketujuh
Proses penambangan pada sequence ketujuh akan
dilakukan dengan memperluas area pada sequence
sebelumnya dengan total penambahan luasan ±1
hektar.
Tabel 10. Sequence penambangan bulan ketujuh

Gambar 13. Penampang sequence bulan kedelapan

V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang telah di bahas
sebelumnya mengenai desain pit penambangan bijih
nikel laterit blok A pit A3 pada PT. Jagad Rayatama, Provinsi Sulawesi Tenggar, Riset Geologi
berikut adalah kesimpulan dari hasil kegiatan dan Pertambangan, 29, ISSN 0125-9849, e-
penelitian : ISSN 2354-6638.
1. Desain pit penambangan blok A pit A3 pada PT.
Jagad Rayatama berdasarkan pertimbangan teknis Standar Nasional Indonesia, 2011, Pedoman
dengan geometri tinggi jenjang maksimal sebesar 6 Pelaporan, Sumberdaya, dan Cadangan
meter dan lebar jenjang minimal 2 meter dengan Mineral. SNI 4726:2011, Badan Standarisasi
kemiringan 60o menghasilkan luas bukaan sebesar 9 Nasional, Jakarta.
Ha dengan total cadangan yang ditambang sebesar
572.632 ton dengan kadar rata-rata nikel 1,66% dan Yarhamka, I., Maryanto, dan Pramusanto, 2016,
overburden sebesar 1.033.025 ton. Sehingga Perancangan (Design) Pit dan Pentahapan
Stripping Ratio yang dihasilkan adalah 1,8 : 1. Tambang pada Penambangan Batubara di PT
2. Berdasarkan desain pit yang telah dibuat Lithoindo Site PT. Trimata Benua, Kec.
menghasilkan 8 sequence penambangan. Sequence Tungkal Ilir, Kab. Banyuasin Provinsi
1 akan dikerjakan pada bulan pertama dengan total Sumatera Selatan, Prosiding Teknik
cadangan sebesar 74.447 ton, sequence ke 2 dengan Pertambangan, 2(1), p.124, ISSN: 2460-
total cadangan sebesar 76.209 ton, sequence ke 3 6499.
dengan total cadangan sebesar 76.309 ton, sequence
ke 4 dengan total cadangan sebesar 75.378 ton,
sequence ke 5 dengan total cadangan sebesar
73.416 ton, sequence ke 6 dengan total cadangan
sebesar 75.112 ton, sequence ke 7 dengan total
cadangan sebesar 74.413 ton, dan sequence ke 8
dengan total cadangan sebesar 47.348 ton.
B. Saran
Penelitian ini hanya membahas tentang desain pit
penambangan dan sequence penambangan pada pit A3,
sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai kebutuhan alat yang akan digunakan dan
mengestimasi biaya penambangan di pit A3 PT. Jagad
Rayatama.

DAFTAR PUSTAKA
Adnannst, Maryanto, dan Guntoro, D., 2015, Rencana
Rancangan Tahapan Penambangan Untuk
Menentukan Jadwal Produksi PT. Cipta
Kridatama Meureubo Kabupaten Aceh Barat
Provinsi Aceh, Prosiding Teknik
Pertambangan, p.89. ISSN: 2460-6499.

Aryanda, D., Ramli, M., dan Djamaluddin, H., 2014,


Perancangan Sequence Penambangan
Batubara Untuk Memenuhi Target Produksi
Bulanan (Studi Kasus: Bara 14 Seam C PT.
Fajar Bumi Sakti, Kalimantan Timur),
Geosains, 10(2), p.77.

Bargawa, W.S., 2018, Perencanaan Tambang Edisi


Kedelapan, Kilau Book, Yogyakarta.

Darling, P., 2011, SME Mining Egineering Hanbook.


Third Edition, Society for Mining,
Metallurgy, and Exploration. Inc, p.216.

Kurniadi, A., Rosana, M.F., Yuningsih, E.T., Pambudi,


L., 2017, Karakteristik Batuan Asal
Pembentukan Endapan Nikel Laterit Di
Daerah Madang Dan Serakaman Tengah,
Padjadjaran Geoscience Journal, 1(2), i-
ISSN: 2597-4033.

Lintjewas, L., Setiawan, I., Kausar, A.A., 2019. Profil


Endapan Nikel Laterit Di Daerah Palangga,

Anda mungkin juga menyukai