SKRIPSI
DIAJUKAN OLEH:
MUHAMMAD ISRAJUDDIN
R1D115127
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya yang begitu besar kepada penulis sehingga skripsi ini
yang berjudul “Desain Pit Penambangan Nikel Blok A Pit A3 Pada PT. Jagad
Rayatama Site Palangga dan Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan” dapat
diselesaikan dengan baik. Melalui skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih
I dan Bapak Marwan Zam Mili, ST., M.T., selaku pembimbing II yang telah
Ter-Istimewa penulis ucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan tak
terhingga kepada Ayahanda H. Bustang, S.Pd., dan Ibunda Alm. Hj. Baderia,
S.Pd., atas limpahan cinta, kasih sayang, doa restu serta dukungan moril dan
skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang
2) Bapak Mulidin, S.Si., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi
yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis, mulai dari
5) Bapak Drs. Firdaus, M.Si., Bapak Erwin Anshari, S.Si., M.Eng., dan Ibu Wd.
Rizky Awaliah Nafiu ST., M.T., selaku dosen-dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukan untuk penulis mulai dari ujian proposal,
7) Bapak Kresna Perwira Yudha selaku Kepala Teknik Tambang PT. Jagad
Rayatama, Bapak Muhammad Ridho Ardian selaku Site Manager, dan kak
kepada penulis.
10) Sahabat penulis yaitu Muh. Agung Mulianto dan Arif Tryono, S.A.P., yang
11) Elma Yani, Amd.Gz yang selalu mendoakan dan menemani dengan penuh
kesabaran.
12) Sahabat-sahabat grup Pejuang ST yaitu Achmad Zulhijjah, ST., Asman, Muh.
Ferdian Amzain, Muhammad Haris, ST., Zainul Fitri, ST., Andi Deddy
Setiawan, Ilham Jaya Saputra, Syarif, Muh. Isnan, dan Adriansah yang selalu
13) Nurfaizah Haling, Raihan Batara Haling, dan Rifal Mappa Haling.
Warniti, Fatmawati, Indra Ajab, Muh. Adji Ramadhan, ST., Supriadi Dinata,
ST., Intan Wahyudi, ST., dan masih banyak yang tidak bisa disebutkan.
15) Senior dan Junior HMTP UHO yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
16) Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan yang telah banyak
Muhammad Israjuddin
DESAIN PIT PENAMBANGAN NIKEL BLOK A PIT A3 PADA
PT. JAGAD RAYATAMA SITE PALANGGA DAN PALANGGA
SELATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN
Muhammad Israjuddin
muhammadisrajddn24@gmail.com
ABSTRAK
PT. Jagad Rayatama adalah salah satu perusahaan yang bergerak pada
sektor pertambangan bijih nikel yang berlokasi di Kecamatan Palangga dan
Palangga Selatan, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Metode penambangan yang dilakukan adalah sistem tambang terbuka dengan
metode penambangan open pit. PT. Jagad Rayatama akan melakukan
penambangan pada beberapa blok dan pit baru yang akan dibuka di blok A, salah
satunya pada pit A3. Desain pit penambangan dibuat sesuai dengan parameter
geoteknik, bentuk endapan dan nilai Cut off Grade, diperoleh bukaan pit dengan
elevasi tertinggi yaitu 180 mdpl dan elevasi terendah 141 mdpl. Geometri jenjang
yang digunakan memiliki nilai FK 1,79. CoG yang ditetapkan adalah 1,4 % Ni.
Jumlah cadangan nikel berdasarkan pit limit yang dirancang adalah 572.632 ton
dengan kadar 1,66% Ni dan overburden sebesar 1.033.025 ton, menghasilkan nilai
stripping ratio yaitu 1,8:1. Sequence penambangan dibagi berdasarkan target
produksi perbulan yaitu 70.000 ton/bulan dan menghasilkan 8 sequence
penambangan. Sequence pertama diperoleh ore sebesar 74.447 ton dengan kadar
1,84% Ni, sequence kedua diperoleh ore sebesar 76.209 ton dengan kadar 1,88%
Ni, sequence ketiga diperoleh ore sebesar 76.309 ton dengan kadar 1,53% Ni,
sequence keempat diperoleh ore sebesar 75.378 ton kadar 1,54% Ni, sequence
kelima diperoleh ore sebesar 73.416 ton dengan kadar 1,65% Ni, sequence
keenam diperoleh ore sebesar 75.112 ton dengan kadar 1,59% Ni, sequence
ketujuh diperoleh ore sebesar 74.413 ton dengan kadar 1,61% Ni, dan sequence
kedelapan diperoleh ore sebesar 47.348 ton dengan kadar 1,68% Ni.
Muhammad Israjuddin
muhammadisrajddn24@gmail.com
ABSTRACT
PT. Jagad Rayatama is a company engaged in the nickel ore mining sector,
located in Palangga and South Palangga Districts, South Konawe Regency,
Southeast Sulawesi Province. The mining method used is an open pit mining
system with the open pit mining method. PT. Jagad Rayatama will conduct mining
in several blocks and new pits will be opened in block A, one of which is pit A3.
The design of the mining pit is made in accordance with geotechnical parameters,
sediment shape and cut off grade values, obtained by the pit openings with the
highest elevation of 180 masl and the lowest elevation of 141 masl. The geometric
level used has a FK value of 1.79. The defined CoG is 1.4% Ni. The amount of
nickel reserves based on the designed pit limit was 572,632 tons with a grade of
1.66% Ni and overburden of 1,033,025 tons, resulting in a stripping ratio value of
1.8:1. The mining sequence is divided based on the monthly production target of
70,000 tons / month and produces 8 mining sequences. The first sequence
obtained 74,447 tonnes of ore with a content of 1.84% Ni, the second sequence
obtained 76,209 tonnes of ore with a content of 1.88% Ni, the third sequence
obtained 76,309 tonnes of ore with a content of 1.53% Ni, the fourth sequence
obtained ore of 75,378 tonnes with a content of 1.54% Ni, the fifth sequence
obtained 73,416 tonnes of ore with a content of 1.65% Ni, the sixth sequence
obtained 75,112 tonnes of ore with a content of 1.59% Ni, the seventh sequence
obtained 74,413 tonnes of ore with a grade of 1, 61% Ni, and the eighth sequence
obtained 47,348 tons of ore with a content of 1.68% Ni.
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
V. PENUTUP 62
A. Kesimpulan 62
B. Saran 62
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 66
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Profil Endapan Nikel Laterit 7
Gambar 2. Bagian-Bagian Jenjang 15
Gambar 3. Working Bench dan Safety Bench 16
Gambar 4. Jenjang Penangkap 17
Gambar 5. Tampilan 3D Blok Matriks 22
Gambar 6. Pushback Penambangan 24
Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian 27
Gambar 8. Bagan Alir Penelitian 33
Gambar 9. Sebaran Titik Bor Pit A3 35
Gambar 10. Model Endapan Bahan Galian Nikel Laterit Pit A3 36
Gambar 11. Grafik Histogram Sebaran Ni 38
Gambar 12. Block Model 40
Gambar 13. Geometri Jenjang 42
Gambar 14. Batas Penambangan Pit A3 44
Gambar 15. Sequence Penambangan Bulan Pertama 47
Gambar 16. Penampang Sequence Penambangan Bulan Pertama 47
Gambar 17. Sequence Penambangan Bulan Kedua 49
Gambar 18. Penampang Sequence Penambangan Bulan Kedua 49
Gambar 19. Sequence Penambangan Bulan Ketiga 51
Gambar 20. Penampang Sequence Penambangan Bulan Ketiga 51
Gambar 21. Sequence Penambangan Bulan Keempat 53
Gambar 22. Penampang Sequence Penambangan Bulan Keempat 53
Gambar 23. Sequence Penambangan Bulan Kelima 55
Gambar 24. Penampang Sequence Penambangan Bulan Kelima 55
Gambar 25. Sequence Penambangan Bulan Keenam 57
Gambar 26. Penampang Sequence Penambangan Bulan Keenam 57
Gambar 27. Sequence Penambangan Bulan Ketujuh 59
Gambar 28. Penampang Sequence Penambangan Bulan Ketujuh 59
Gambar 29. Sequence Penambangan Bulan Kedelapan 61
Gambar 30. Penampang Sequence Penambangan Bulan Kedelapan 61
Gambar 31. Variogram Horizontal 95
Gambar 32. Variogram Vertikal 96
Gambar 33. Variogram Sumbu Anisotropi 97
Gambar 34. Sketsa Irisan Jenjang 98
Gambar 35. Dump Truck Hino 260 105
Gambar 36. Keadaan Lapangan Dekat Pit A3 108
Gambar 37. Kegiatan Survey Topografi 108
Gambar 38. Alat Muat 109
Gambar 39. Pengambilan Sampel Tanah 109
Gambar 40. Pengujian Direct Shear 110
Gambar 41. Pengujian Berat Jenis 110
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Tabel Dasar Pemilihan Metode Estimasi 9
Tabel 2. Tingkat Nilai FK dalam Praktek 14
Tabel 3. Instrumen Penelitian 28
Tabel 4. Analisis Statistik Dasar 37
Tabel 5. Nilai Variogram 39
Tabel 6. Warna Atribut Block Model Berdasarkan Kadar Ni 41
Tabel 7. Sumber Daya Pit A3 41
Tabel 8. Komponen Dasar Geometri Jenjang 43
Tabel 9. Hasil Perhitungan Cadangan Berdasarkan Pit Limit 45
Tabel 10. Sequence Penambangan Bulan Pertama 46
Tabel 11. Sequence Penambangan Bulan Kedua 48
Tabel 12. Sequence Penambangan Bulan Ketiga 50
Tabel 13. Sequence Penambangan Bulan Keempat 52
Tabel 14. Sequence Penambangan Bulan Kelima 54
Tabel 15. Sequence Penambangan Bulan Keenam 56
Tabel 16. Sequence Penambangan Bulan Ketujuh 58
Tabel 17. Sequence Penambangan Bulan Kedelapan 60
Tabel 18. Nilai Variogram 97
Tabel 19. Faktor Keamanan Lapisan Limonite 99
Tabel 20. Faktor Keamanan Lapisan Saprolite 100
Tabel 21. Spesifikasi Dump Truck Hino 260 106
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya mineral dan batubara.
Salah satu sumber daya mineral yang terdapat di Indonesia adalah komoditas
nikel. Berdasarkan data dari Kementerian ESDM pada Juli 2019, sisa cadangan
komoditas nikel di Indonesia adalah sebanyak 3,57 miliar ton. Potensi cadangan
penambangannya.
pada endapan yang terletak dekat dengan permukaan. Selain cadangan, faktor lain
serta teknik penambangan yang di dalamnya termasuk desain pit juga menjadi
PT. Jagad Rayatama. PT. Jagad Rayatama adalah salah satu perusahaan yang
Tenggara. PT. Jagad Rayatama akan melakukan penambangan pada beberapa blok
dan pit baru yang akan dibuka, salah satunya pada pit A3 yang merupakan pit baru
1
2
penambangan itu sendiri, karena sifat dari penyebaran kadar ore yang relatif tidak
merata. Salah satunya adalah membuat desain pit penambangan sesuai dengan
bentuk endapan dan nilai cut off grade sebagai acuan sebelum terjadinya proses
penambangan. Hal tersebut tentu memerlukan rancangan serta kajian teknis yang
baik untuk dapat mencapai target sesuai yang diinginkan. Namun pada PT. Jagad
Rayatama, biasanya hanya menggunakan peta batas lokasi dan data bor yang akan
penambangan.
akhir tentang “Desain Pit Penambangan Nikel Blok A Pit A3 Pada PT. Jagad
produksi.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan Penelitian Tugas akhir ini adalah untuk
mengetahui :
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan pada hasil penelitian ini adalah dapat memberikan
segi teknisnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
teknik yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan serta
tambang (mine design) yang mencakup pula kegiatan-kegiatan seperti yang ada
pada perencanaan tambang, tetapi semua data dan informasinya sudah rinci
(pemodelan geologi, pit potensial, pit limit, geoteknik, stripping ratio, dan data
1. Rancangan konsep (conceptual design), yaitu suatu rancangan awal atau titik
tolak rancangan yang dibuat atas dasar analisis dan perhitungan secara garis
besar dan baru dipandang dari beberapa segi yang terpenting, kemudian akan
rancangan lanjutan dari rancangan konsep yang disusun dengan rinci dan
sedangkan rancangan rekayasa dipakai sebagai dasar acuan atau pegangan dari
4
5
(Prinandi, 2015).
Nikel laterit adalah mineral logam hasil dari proses pelapukan dan
Sulawesi Tenggara, disusun oleh batugamping dari Formasi Eimoko dan Formasi
batuan ultramafik menghasilkan karakter dan profil nikel laterit yang berbeda
Profil nikel laterit pada umumnya adalah terdiri dari 4 zona gradasi sebagai
berikut:
1. Top soil
Tanah residu berwarna merah tua yang merupakan hasil oksidasi yang
terdiri dari masa hematite, geothit serta limonit. Kadar besi yang terkandung
2. Zona limonit
Zona limonit berwarna merah coklat atau kuning, berukuran butir halus
hingga lempungan, lapisan kaya besi dari limonit soil yang menyelimuti seluruh
area.
Zona ini jarang terdapat pada batuan dasar (bedrock) yang serpentinisasi.
mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral
4. Zona saprolit
saprolitic rims, vein dari garnierite, nickeliferous quartz, mangan dan pada
beberapa kasus terdapat silika boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari
5. Zona bedrock
Batuan dasar (Bedrock) Tersusun atas bongkahan atau blok dari batuan
induk yang secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis (kadarnya
7
sudah mendekati atau sama dengan batuan dasar). Bagian ini merupakan bagian
terbawah dari profil laterit. Profil endapan laterit dapat dilihat pada Gambar 1.
analisis pertama yang dilakukan untuk mendapatkan laporan sebaran data, dimana
analisis yang dilakukan berupa menghitung nilai kadar rata-rata, varians, standar
dari kadar nikel. Hasil analisis sebaran data akan menentukan tingkat analisis
statistik, jika sebaran data terdistribusi dengan normal maka analisis statistik yang
dilakukan adalah analisis statistik parametrik, begitu juga sebaliknya jika data
tidak terdistribusi dengan normal maka pendekatan statistik yang dilakukan adalah
Statistik dasar harus dihitung untuk sampel dan / atau nilai komposit di
setiap domain geologi yang dicurigai memiliki karakteristik yang berbeda. Ini
kelas, atau pengelompokan data lain yang telah dikenali (atau dicurigai) memiliki
Keterangan:
x = Nilai Rata-Rata
Xi = Nilai sampel ke-i
S2 = Varians
S = Standar Deviasi
N = Jumlah Sampel
CV = Coeffesient of Varience
lain akan dilakukanya metode top cut atau tidak, dimana top cut akan dilakukan
jadikan acuan perkiraan penentuan metode estimasi awal yang kemudian akan di
Geometri Sederhana
Deskripsi Kadar dan ketebalan Tabular, ukuran Tabular, bijih
Endapan yang menerus. Dip bijih besar. Kadar kecil. Highly
stabil atau konstan tersebar sedang variable grade
Tabel 1. (lanjutan)
CV Rendah CV Sedang CV Tinggi
(COV < 0.25) (COV 0.25-075) (CV ˃ 0.75)
Geometri Sedang
ketebalan yang dapat digunakan
mungkin sulit di namun memerlukan
prediksi koreksi koreksi
volume dan dilusi
Geometri Rumit
Deskripsi Endapan yang Endapan yang Endapan dengan
Endapan memiliki lipatan dan memiliki lipatan dan varians tinggi,
patahan yang sangat patahan yang sangat memiliki bentuk
tidak beraturan tidak beraturan serta ore yang rumit.
dikontrol dengan
mineralisasi.
Contoh Talc Tungsten skarns Archean Gold
Endapan Gypsum (folding/faulting) deposits
(terdeformasi) Base metal skarns Roll-front
(erratic shape) uraniu
Copper porphyry
combined with
local skarns or
replacement.
Metode Metode cross- Metode Estimasi sangat
Estimasi sectional dengan crosssectional sulit. Ukuran,
mendeskripsikan dengan inputan rinci bentuk dan grade
secara detail struktur untuk tidak bisa
geologi menggambarkan diprediksi .
struktur geologi dan Metode cross-
zona bijih. Metode sectional, area out
geostatistika line, indikator
mungkin tepat tapi kriging berlaku.
sulit Kesalahan 50%
diimplementasikan sampai 100%
dengan geometris tidak biasa.
secara kompleks. Tonase sering over
estimated karena
model geologi
yang salah
11
(mineral resource) adalah suatu konsentrasi atau keterjadian dari material yang
memiliki nilai ekonomis pada atau di atas kerak bumi, dengan bentuk, kualitas
dan kuantitas tertentu yang memiliki keprospekan yang beralasan untuk pada
(mineral reserve) adalah cebakan bahan galian yang telah diketahui ukuran,
bentuk, sebaran, kualitas dan kuantitasnya dan secara ekonomi, teknik, hukum,
berikut:
1. Sumberdaya
mineral yang tonase, kadar, dan kandungan mineral dapat diestimasi dengan
mineral yang tonase, densitas, bentuk, dimensi, kimia, kadar dan kandungan
assurance) medium.
mineral yang tonase, densitas, bentuk, dimensi, kimia, kadar dan kandungan
12
assurance) tinggi.
2. Cadangan
tertunjuk yang ekonomis untuk ditambang, dan dalam beberapa kondisi, juga
b. Cadangan bijih terbukti (proved ore recerve) adalah bagian dari sumberdaya
kombinasi linear atau harga rata-rata pembobotan (weighting average) dari titk-
c. Data litologi adalah data litologi profil nikel laterit titik bor.
blok. Prinsip dasar metode ini adalah menentukan bobot conto (Wi) sebagai
fungsi dari jarak conto terhadap blok yang ditaksir (Bargawa, 2015) :
13
n
Z = ∑ Wi Zi
*
(5)
i=1
Keterangan:
E. Geometri Jenjang
Geometri jenjang terdiri dari tinggi jenjang, sudut lereng jenjang tunggal,
dan lebar dari jenjang penangkap (catch bench). Rancangan geoteknik jenjang
1. Tinggi jenjang: biasanya alat muat yang digunakan harus mampu pula
mencapai pucuk atau bagian atas jenjang. Tingkat produksi atau faktor lain
menyesuaikan.
2. Sudut lereng jenjang: penggalian oleh alat mekanis seperti loader atau shovel
derajat. Sudut lereng yang lebih curam biasanya memerlukan peledakan pre-
splitting.
adalah menangkap batu-batuan yang jatuh, perlu bulldozer kecil atau grader
untuk membersihkan catch bench ini secara berkala. Jenjang penangkap ini
faktor kestabilan lereng juga menjadi faktor penting yang harus diperhatikan
kekuatan geser maksimum yang dimiliki tanah di bidang longsor yang diandaikan
(s) dengan tahanan geser yang diperlukan untuk keseimbangan (𝜏), atau FK .
Penentuan tingkat nilai faktor keamanan secara praktek dapat dilihat pada Tabel
2.
Crest dan toe merupakan salah satu komponen geometri jenjang dalam
pembuatan desain pit penambangan. Crest adalah titik tertinggi pada suatu jenjang
horizontal. Sedangkan toe adalah batas bagian bawah / kaki / dasar suatu jenjang
2013).
15
2. Jenjang Kerja
(catch bench), lebarnya adalah jarak antara crest dan toe yang diukur sepanjang
permukaan jenjang bagian atas. Lebar jenjang adalah proyeksi horizontal dari
muka kerja. Jenjang kerja adalah suatu jenjang dimana dilakukan proses
penambangan. Lebar yang digali dari jenjang kerja disebut cut (Hustrulid dkk.,
2013).
tempat bekerja bagi peralatan tambang seperti: power shovel, back hoe, dan
sebagainya.
16
Safety bench
yang dibuat guna menangkap material yang jatuh atau runtuh dari jenjang
sebelumnya. Ukuran dari jenjang ini biasanya relatif kecil dari jenjang utamanya.
Secara umum lebar jenjang penangkap adalah 2/3 tinggi jenjang sedangkan
pada akhir umur tambang lebar jenjang penangkap dikurangi sampai 1/3 tinggi
dkk., (2013):
a. Untuk mengumpulkan material yang runtuh dari jenjang yang ada di atasnya
dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum” Pasal 241 tentang Tinggi Permuka
1. Kemiringan, tinggi dan lebar teras harus dibuat dengan baik dan aman untuk
keselamatan para pekerja agar terhindar dari material atau benda jatuh.
2. Tinggi jenjang (bench) untuk pekerjaan yang dilakukan pada lapisan yang
mengandung pasir, tanah liat, krikil, dan material lepas lainnya harus:
a. Tidak boleh lebih dari 2,5 meter apabila dilakukan secara manual.
clamshell, dragline, bucket wheel excavator atau alat sejenis kecuali mendapat
3. Tinggi jenjang untuk pekerjaan yang dilakukan pada material kompak tidak
dilengkapi dengan kabin pengaman yang kuat, maka tinggi jenjang maksimum
meter, dan
6. Lebar lantai kerja sekurang-kurangnya 1,5 kali tinggi jenjang atau disesuaikan
dengan alat-alat yang digunakan sehingga dapat bekerja dengan aman dan
harus dilengkapi dengan tanggul pengaman (safety berm) pada tebing yang
terbuka dan diperiksa pada setiap gilir kerja dari kemungkinan adanya rekahan
2. Dalam hal lereng akhir penambangan tidak sesuai dengan rencana, dilakukan
berdasarkan hasil kajian teknis untuk memastikan kestabilan lereng dan batas
akhir penambangan.
19
dari rencana lereng akhir penambangan atau berdasarkan hasil kajian teknis.
6. Dalam hal untuk tujuan tertentu kendaraan digunakan disediakan akses paling
8. Ada crest lereng diberikan tanggul pengaman yang berfungsi untuk menahan
batuan yang jatuh dengan tinggi paling kurang 1 (satu) meter ditambah 4%
9. Lebar bukaan tambang paling kurang 1 (satu) kali total tebal lapisan termasuk
10. Dalam hal kedalaman akhir penambangan lebih dari 45 (empat puluh lima)
meter maka tersedia dua akses untuk jalan masuk dan jalan keluar.
11. Dalam hal nilai faktor keamanan dan probabilitas longsor lereng akhir
tambang tidak memenuhi nilai dalam studi kelayakan maka berdasarkan hasil
penguatan lereng akhir tambang, rencana pemantauan dan tindak lanjut, serta
analisis risiko.
12. Kajian teknis berkaitan dengan lereng akhir penambangan disampaikan dalam
G. Jalan Tambang
Untuk suatu tambang yang baru, penting diperhitungkan dimana letak jalan-
jalan keluar dari tambang. Biasanya diinginkan akses yang baik kelokasi
pembuangan tanah penutup (waste dump) dan peremuk bijih (crusher). Topografi
merupakan faktor yang penting, sulit sekali bagi truk untuk keluar dari pit ke
2. Lebar jalan
Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan lajur ganda atau lebih,
Official (AASHTO) Manual High Way Design 1973, harus ditambah dengan
setengan lebar alat angkut pada bagian tepi kanan dan kiri jalan. Lebar jalan
minimum pada jalan lurus dihitung dengan menggunakan rumus (Azwari, 2015):
Keterangan :
3. Kemiringan jalan
maksimum yang dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut truck berkisar antara
10% - 15% atau sekitar 6°–8,50°. Akan tetapi untuk jalan naik atau turun pada
lereng bukit lebih aman bila kemiringan jalan maksimum sekitar 8% (4,50 o)
(Azwari, 2015).
H. Block Model
(topo), informasi geologi, kadar mineral, jenis batuan (rock), masa jenis (density),
persentase blok sebagai bagian bijih (%ore), dan tonase setiap blok.
properti yang akan dimodelkan. Properti atau atribut mungkin berisi nilai string
numerik atau karakter. Blok dari berbagai ukuran ditentukan oleh pengguna
Model blok adalah model komputer yang membagi cebakan bijih menjadi
blok-blok yang seragam. Pemodelan dan penaksiran sumber daya mineral secara
komputer didasarkan pada kerangka model blok. Model berbentuk balok dengan
dimensi tertentu yang diperoleh dari data lubang bor. Blok memberi informasi
yang diperoleh dari data lubang bor, seperti kadar logam, tipe batuan, densitas dan
nilai blok. Blok umumnya berbentuk balok dengan panjang sisi +1/2-1/3 jarak
lubang bor. Blok dapat berukuran 25x25x15m (15m umumnya tinggi jenjang
persyaratan, spesifikasi, dan kriteria teknik untuk mencapai sasaran serta urutan
adalah batas akhir penambangan (pit limit). Pit limit yang dirancang selanjutnya
menunjukkan bagaimana suatu pit akan ditambang dari tahap awal hingga tahap
akhir rancangan tambang (pit limit). Tujuan dari pembuatan sequence yaitu
untuk membagi seluruh volume yang ada dalam pit limit ke dalam unit-unit
sequence penambangan mengacu pada model pit limit yang telah dirancang. Dasar
Geometri dari pushback sangat bergantung dari keadaan lokasi tambang dan
1992). Kedua metode pushback ini membagi final pit dengan jarak horisontal
yang relatif lebih kecil dan operasi penambangan dilakukan secara bersamaan
menunjukkan bagaimana suatu tambang akan ditambang, dari titik awal hingga
akan memberikan akses ke semua daerah kerja yang cukup untuk operasi
dimensi yang amat kompleks ini dapat disederhanakan. Selain itu, elemen waktu
1. Harus cukup lebar agar peralatan tambang dapat bekerja dengan baik. Lebar
3. Penambahan jalan pada suatu tahapan akan mengurangi lebar daerah kerja.
Palangga dan Palangga Selatan, Kabupaten Konawe Selatan yang berjarak ±90
km dari Kota Kendari yang dapat ditempuh melalui jalur darat baik itu
menggunakan roda dua maupun roda empat. Perjalanan dari Kota Kendari menuju
3. Sebelah barat berbatasan dengan lokasi penambangn nikel PT. Macika Mada
Madana.
Penelitian telah dilakukan pada blok A pit A3 dalam kurun waktu ±2 bulan.
26
27
B. Instrumen Penelitian
Adapun instrument atau alat yang akan digunakan penulis dalam penelitian,
Penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu tahap studi literatur,
pengolahan dan analisa data. Berikut adalah tahapan kegiatan penelitian yang di
maksud :
1. Studi literatur
terkait kondisi geologi lokal daerah penelitian serta hal-hal yang terkait dengan
nikel laterit. Pada tahap ini juga dilakukan pendalaman materi mengenai desain pit
kelengkapan yang dibutuhkan terkait dengan proses yang akan dilakukan selama
penelitian berlangsung.
2. Pengamatan lapangan
daerah penelitian terhadap kondisi geologi lokal lokasi penelitian serta melakukan
Dalam penelitian ini, data-data yang dibutuhkan berupa data primer dan data
sekunder. Data primer yang dibutuhkan adalah nilai kohesi, sudut geser dalam,
dan bobot isi dari sampel tanah daerah penelitian. Data sekunder yang dibutuhkan
berupa gambaran umum daerah penelitian seperti data kondisi topografi, kondisi
struktur geologi, lokasi batas IUP PT. Jagad Rayatama dan data pemboran pada
pit A3.
endapan, dan nilai cut off grade serta geometri jenjang yang telah ditentukan
untuk perencanaan desain pit penambangan bijih nikel blok A pit A3 PT. Jagad
Rayatama. Serta Microsoft office untuk membantu proses pengolahan data serta
Adapun tahap pengolahan dan analisa data dari daerah penelitian adalah :
1. Data bor yang sudah ada dipisahkan menjadi 4, yang terdiri dari data collar,
data survey, data geologi, dan data assay. Hal ini dilakukan untuk membuat
2. Mengolah data bor dan data topografi pit A3 menggunakan bantuan software
Weighting.
Persamaan 6.
(desain) pit penambangan pada pit A3. Sampel tanah yang diambil dari daerah
penelitian akan dilakukan pengujian Direct Shear dan berat isi tanah untuk
jenjang. Kemudian untuk membuat desain pit dimulai dari sebaran bijih
terendah yang akan menjadi pit limitnya. Pembuatan desain dimulai dari batas
endapan.
31
penambangan.
Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
1. Menginput data topografi dan data pemboran
ke dalam software pemodelan
2. Membuat block model
3. Mengestimasi sumber daya bijih nikel.
4. Menentukan geometri jalan pada pit
5. Menentukan geometri jenjang
6. Merancang pit penambangan berdasarkan
bentuk endapan dan geometri jenjang
7. Mengestimasi cadangan tertambang
i
33
Mine Design
1. Pembuatan desain pit penambangan
2. Pembuatan sequence penambangan
Hasil
1. Desain pit penambangan pit A3
2. Sequence penambangan pit A3
Selesai
sumber daya terukur dilakukan dengan maksud untuk lebih meningkatkan prospek
morfologi dan struktur geologi pada daerah penelitian tidak memiliki tingkat
pengaruh yang tinggi dalam penyebaran kadar nikel laterit sehingga dalam
berdasarkan data hasil pengeboran eksplorasi rinci yang telah dilakukan oleh PT.
Jagad Rayatama. Pengeboran dilakukan dengan jumlah titik bor sebanyak 34 titik
dengan spasi 50 meter yang tersebar di seluruh area pit A3. Hasil pengeboran
yang telah dilakukan menunjukan bahwa pit A3 memiliki prospek dengan kadar
yang sesuai standar perusahaan untuk ditindak lanjuti. Berikut peta penyebaran
34
35
kondisi bentuk badan bijih nikel pada batasan-batasan tertentu terkait sebaran
batasan kedalaman maksimum bijih nikel yang terendapkan pada suatu daerah.
dari keadaan morfologi pada pit A3 yaitu memiliki geomorfologi yang cenderung
landai dan bukit bergelombang lemah. Lapisan badan bijih nikel laterit di daerah
U OB Limonit
Saprolit
(a)
BL
(b)
T
Model endapan nikel laterit di daerah pit A3 tersebar dari arah Barat Laut
saprolit yang berada pada elevasi tertinggi yaitu 180 mdpl dan elevasi terendah
140 mdpl. Secara umum, model dan sebaran badan bijih menyebar secara tidak
Data yang dianalisis adalah data kadar nikel untuk setiap data bor yang
dilakukan dengan bantuan software pemodelan. Hasil analisis statistik dasar pada
jumlah sampel terdiri atas 384, dengan nilai kadar Ni terendah 0,08 serta nilai
kadar Ni tertinggi adalah 4,07. Dari analisis data statistik dasar tersebut
menunjukkan nilai rata- rata 1,40 dengan median atau data tengah 1,42 memiliki
nilai variance 0,27 dengan nilai standar deviasi 0,52 serta memiliki nilai
berikut:
38
normal, hal tersebut ditunjukan dengan garis distribusi yang membentuk satu
juga dicirikan oleh nilai puncak kurva yang hampir sama dengan nilai mean
(mean = 1,4).
2. Analisis Geostatistik
Elipsoid anisotropisme memiliki tiga sumbu yang saling tegak lurus, yaitu sumbu
mayor, semi-mayor, dan minor. Sumbu mayor memiliki jangkauan pengaruh yang
paling besar, diikuti oleh sumbu semi-mayor dan minor. Ketiga sumbu tersebut
membentuk sebuah elipsoid anisotropisme yang memiliki arah bearing, dip, dan
dan variogram eksperimental. Untuk analisis geostatistik pada penelitian ini dapat
C. Model blok
akan menjadi dasar untuk melakukan desain pit. Sumber daya dimodelkan
menjadi kumpulan blok-blok yang memiliki ukuran dan nilai atribut tertentu.
m. Atribut tiap blok diisi berdasarkan data hasil pemboran dan proses estimasi.
(IDW), Karena nilai coefficient of variation 0,37 dan termasuk kedalam geometri
Cut off Grade (COG) adalah kadar rata-rata atau kadar terendah Ni yang
masih menguntungkan apabila ditambang. Cut off Grade (COG) yang ditetapkan
oleh perusahaan adalah 1,4%. Gambar 12 merupakan block model dengan ukuran
(b)
blok pada gambar berdasarkan pengkelasan ore. Pengkelasan ore terdiri dari
BLUEZONE, LGS1, LGS2, HGS1, HGS2. BLUEZONE yaitu kadar dibawah cut
off grade (COG) 1,4% dan diberi warna biru, LGS2 yaitu kadar 1,40%-1,69% dan
diberi warna merah, LGS1 yaitu kadar 1,70%-1,79% diberi warna kuning, untuk
HGS2 yaitu kadar 1,80%-1,99%, dan diberi warna hijau, dan HGS2 yaitu kadar di
Berdasarkan hasil estimasi sumber daya terukur pada block model dengan
baik dari segi teknis maupun ekonomis, berdasarkan data yang telah diperoleh
serta melakukan kompilasi dari beberapa data terkait kondisi daerah penelitian,
endapan bijih nikel yang berada pada pit A3 PT. Jagad Rayatama akan dilakukan
Desain pit yang aman serta efisien dalam segi teknis dan ekonomis sangat
penting. Oleh karena itu, dalam membuat geometri pit penambangan haruslah
Perhitungan geometri desain pit terkait komponen dasar jenjang yaitu tinggi
jenjang, crest dan toe, geometri kemiringan lereng, serta jalan (acces mining road)
Crest Berm
Ramp
Toe
maksimal yang dapat digunakan dalam perancangan pit A3 yaitu sebesar 60⁰
digunakan yaitu sebesar 6 meter. Nilai faktor keamanan terendah dari geometri
jenjang yang telah ditentukan yaitu 1,79. Untuk hasil perhitungan faktor
Untuk lebar jalan yang digunakan pada pit A3 yaitu 8,6 meter. Hal ini
dipengaruhi oleh jenis alat angkut yang digunakan dan jumlah jalur. Alat angkut
yang digunakan adalah Dump Truck Hino 260 yang memiliki lebar total 2,45
meter. Jumlah jalur yang akan digunakan yaitu 2 jalur. Perhitungan lebar jalan
2. Pit Limit
acuan sumber daya terukur dengan cut off grade (CoG) yang telah ditetapkan
berdasarkan nilai kelayakan ekonomis suatu bahan galian, nilai CoG yang
Pit limit yang dibuat dengan acuan bentuk endapan serta geometri jenjang,
diperoleh bukaan pit dengan elevasi tertinggi yaitu 180 mdpl dan elevasi terendah
141 mdpl. Adapun bentuk akhir pit A3 dapat dilihat pada Gambar 14.
U
BL
(a)
A’
A A’
(b)
Gambar 14. Batas penambangan pit A3
Gambar 14 di atas merupakan batas penambangan pit A3. Untuk pit limit
dapat dilihat pada gambar bagian (a), sedangkan untuk penampang 2 dimensinya
dapat dilihat pada bagian (b). Pit A3 akan dibuka mulai dari arah tenggara kearah
barat laut. Berdasarkan model pit limit penambangan yang dirancang, diperoleh
jumlah material tertambang sebesar 1.635.795 ton, yang terbagi atas cadangan
bijih nikel sebesar 602.770 ton dan material waste sebesar 1.033.025 ton sehingga
diperoleh nilai stripping ratio dari pemodelan pit limit ini yaitu 1,71 : 1 dengan
kadar rata-rata Ni 1,66% dan Fe 27,07%. Luas daerah pit limit adalah 9 ha.
45
E. Sequence Penambangan
menunjukkan bagaimana suatu pit akan ditambang dari tahap awal hingga tahap
perancangan dalam menentukan arah, serta titik lokasi penambangan yang akan
metode Trial and Error (metode coba-coba) dengan cara menampilkan jumlah
1. Sequence Pertama
Sequence penambangan pada bulan pertama dimulai dari elevasi 179 mdpl
hingga elevasi 144 mdpl dengan luas area ±2 ha. Rincian jumlah material ore dan
sebesar 272.230 ton dan ore yang akan diambil sebesar 74.447 ton dengan
proses penambangan. Nilai stripping ratio pada sequence pertama yaitu 3,4 : 1
= 1,4 - 1,69 % Ni
= 1,70 - 1,79 % Ni
= 1,8 – 1,99 % Ni
= ≥ 2,00 % Ni
(a)
A A’
(b)
produksi yaitu 70.000 ton. Setiap jenjang memiliki tinggi 6 meter, lebar minimal 2
akses jalan tambang dalam pit. Penampang sequence pertama dapat dilihat pada
Gambar 16.
Jenjang
A Jalan
144 mdpl
2. Sequence Kedua
dimulai dari elevasi 167 mdpl hingga elevasi 141 mdpl. Rincian jumlah material
ore dan overburden yang tertambang dapat dilihat pada Tabel 11.
yang akan dipindahkan pada sequence kedua yaitu sebesar 102.690 ton dan
material ore yang diperoleh sebesar 76.209 ton dengan mengasumsikan mining
ratio yang diperoleh yaitu 1,2 : 1 dengan kadar rata-rata 1,88%. Desain
= 1,4 - 1,69 % Ni
= 1,70 - 1,79 % Ni
= 1,8 – 1,99 % Ni
= ≥ 2,00 % Ni
(a)
(b)
A A’
ha. Sequence kedua juga terdiri dari 5 level jenjang untuk memenuhi target
produksi, yaitu dari elevasi tertinggi 167 mdpl hingga elevasi 141 mdpl. Jenjang
yang digunakan memiliki tinggi maksimum 6 meter, lebar minimal 2 meter dan
18.
167 mdpl
Topografi
A’
A
Jalan
141 mdpl
Jenjang
3. Sequence Ketiga
dimulai dari elevasi 180 mdpl hingga elevasi 141 mdpl. Rincian jumlah
overburden dan material ore yang dapat diperoleh dari sequence penambangan
akan dipindahkan pada sequence ketiga yaitu sebesar 74.375 ton dan material ore
yang diperoleh yaitu 0,92: 1 dengan kadar rata-rata 1,53%. Desain penambangan
= 1,4 - 1,69 % Ni
(a) = 1,70 - 1,79 % Ni
= 1,8 – 1,99 % Ni
= ≥ 2,00 % Ni
(b)
tertinggi 180 mdpl hingga elevasi 141 mdpl. Sequence ini terdiri dari 8 level
jenjang, tinggi maksimal setiap jenjang yaitu 6 meter, lebar minimal 2 meter, dan
180 mdpl
A’
Topografi
A
Jenjang
141 mdpl
4. Sequence Keempat
dengan elevasi tertinggi yaitu 180 mdpl hingga elevasi 141 mdpl. Rincian
overburden sebesar 126.560 ton dan tonase ore 75.378 ton dengan
hanya 95 %. Nilai stripping ratio pada sequence ini adalah 1,59 : 1 dengan kadar
Gambar 21.
53
= 1,4 - 1,69 % Ni
A’ = 1,70 - 1,79 % Ni
= 1,8 – 1,99 % Ni
= ≥ 2,00 % Ni
(a)
(b)
produksi bulanan. Komponen jenjang yang digunakan antara lain, tinggi jenjang
maksimal sebesar 6 meter, lebar jenjang minimal 2 meter, dan kemiringan jenjang
sebesar 60o.
180 mdpl
A’
Topografi
A
Jenjang
141 mdpl
5. Sequence Kelima
area dari sequence sebelumnya dengan total luas ±1 ha untuk mencapai target
produksi bulanan. Rincian penambangan pada sequence kelima dapat dilihat dari
Tabel 14 berikut.
Sequence kelima dimulai dari elevasi tertinggi yaitu 174 mdpl hingga
elevasi 141 mdp. Material overburden yang harus dipindahkan sebesar 139.265
ton dan material ore yang diperoleh sebesar 73.416 ton dengan mengasumsikan
stripping ratio yang dihasilkan yaitu 1,80:1 dengan kadar rata-rata 1,60%. Desain
= 1,4 - 1,69 % Ni
= 1,70 - 1,79 % Ni
(a) A’ = 1,8 – 1,99 % Ni
= ≥ 2,00 % Ni
(b)
pada sequence sebelumnya dengan total luas area ±1 ha untuk memenuhi target
produksi bulanan. Komponen jenjang yang digunakan antara lain, tinggi jenjang
maksimal sebesar 6 meter, lebar jenjang minimal 2 meter, dan kemiringan jenjang
sebesar 60o.
A’
Topografi
Jenjang
6. Sequence Keenam
ha dimulai dari elevasi 174 mdpl hingga elevasi 141 mdpl. Rincian perolehan
material ore dan material overburden pada sequence keenam dapat dilihat dari
Tabel 15.
139.265 ton dan material ore yang diperoleh sebesar 75.112 ton dengan
hanya 95 %. Nilai stripping ratio yang dihasilkan yaitu 1,76 : 1 dengan kadar
Gambar 25.
57
= 1,4 - 1,69 % Ni
= 1,70 - 1,79 % Ni
(a) A’ = 1,8 – 1,99 % Ni
= ≥ 2,00 % Ni
A (b)
produksi bulanan. Komponen jenjang yang digunakan antara lain, tinggi jenjang
maksimal sebesar 6 meter, lebar jenjang minimal 2 meter, dan kemiringan jenjang
sebesar 60o.
Jenjang
141 mdpl
Jalan
7. Sequence Ketujuh
ha. Rincian jumlah material Ore dan Overburden yang tertambang dapat dilihat
elevasi tertinggi yaitu 165 mdpl dan elevasi terendah 141 mdpl. Material
overburden yang harus dipindahkan sebesar 85.610 ton dan material ore yang
= 1,4 - 1,69 % Ni
= 1,70 - 1,79 % Ni
A’
= 1,8 – 1,99 % Ni
= ≥ 2,00 % Ni
(a)
A (b)
produksi bulanan. Komponen jenjang yang digunakan antara lain, tinggi jenjang
maksimal sebesar 6 meter, lebar jenjang minimal 2 meter, dan kemiringan jenjang
sebesar 60o.
Topografi A’
A 165 mdpl
Jenjang
141 mdpl
8. Sequence Kedelapan
ha. Rincian jumlah material ore dan overburden yang tertambang dapat dilihat
dimulai dari elevasi tertinggi yaitu 172 mdpl hingga elevasi 141 mdpl. Material
overburden yang harus dipindahkan sebesar 127.575 ton dan material ore yang
A’ = 1,4 - 1,69 % Ni
= 1,70 - 1,79 % Ni
= 1,8 – 1,99 % Ni
= ≥ 2,00 % Ni
produksi bulanan. Komponen jenjang yang digunakan antara lain, tinggi jenjang
maksimal sebesar 6 meter, lebar jenjang minimal 2 meter, dan kemiringan jenjang
sebesar 60o.
Topografi
A’
A 172 mdpl
A. Kesimpulan
penambangan bijih nikel laterit blok A pit A3 pada PT. Jagad Rayatama, berikut
1. Desain pit penambangan blok A pit A3 pada PT. Jagad Rayatama berdasarkan
ton dengan kadar rata-rata nikel 1,66% dan overburden sebesar 1.033.025 ton.
penambangan. Sequence ke-1 akan dikerjakan pada bulan pertama dengan total
cadangan sebesar 74.447 ton, sequence ke-2 dengan total cadangan sebesar
76.209 ton, sequence ke-3 dengan total cadangan sebesar 76.309 ton, sequence
ke-4 dengan total cadangan sebesar 75.378 ton, sequence ke-5 dengan total
cadangan sebesar 73.416 ton, sequence ke-6 dengan total cadangan sebesar
75.112 ton, sequence ke-7 dengan total cadangan sebesar 74.413 ton, dan
B. Saran
sequence penambangan pada pit A3, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih
62
63
lanjut mengenai kebutuhan alat yang akan digunakan dan mengestimasi biaya
64
65
Lintjewas, L., Setiawan, I., Kausar, A.A., 2019. Profil Endapan Nikel Laterit Di
Daerah Palangga, Provinsi Sulawesi Tenggar, Riset Geologi dan
Pertambangan, 29, ISSN 0125-9849, e-ISSN 2354-6638.
Standar Nasional Indonesia, 2011, Pedoman Pelaporan, Sumberdaya, dan
Cadangan Mineral. SNI 4726:2011, Badan Standarisasi Nasional,
Jakarta.
Putra, S., Heriyadi, B., 2019, Analisis Balik Kestabilan Lereng Penampang A Dan
Penampang B Area Lowwall Tambang Batubara Pada Pit X PT. Kideco
Jaya Agung Kecamatan Batu Sopang Kabupaten Paser Provinsi
Kalimantan Timur, Jurnal Bina Tambang, 4(1), p.59-70, ISSN: 2302-
3333.
Prinandi, A.K., 2015, Perancangan (Desain) Pit Ef Pada Penambangan Batubara
PT. Milagro Indonesia Mining Desa Sungai Merdeka, Kecamatan
Samboja, Kabupaten Kutai Kertanegara, Provinsi Kalimantan Timur,
Prosiding Teknik Pertambangan, ISSN: 2460-6499.
Rajagukguk, O.C.P., Turangan, A.E., dan Monintja, S., 2014, Analisis Kestabilan
Lereng Dengan Metode Bishop, Jurnal Sipil Statistic, 2(3), p.1-8, ISSN:
2337-6732.
Widodo, S., Anshariah, Masulili, F.A., 2015, Studi Perbandingan Antara Metode
Poligon Dan Inverse Distance Pada Perhitungan Cadangan Ni PT. Cipta
Mandiri Putra Perkasa Kabupaten Morowali, Jurnal Geomine, 03, ISSN:
2443-2083.
Yarhamka, I., Maryanto, dan Pramusanto, 2016, Perancangan (Design) Pit dan
Pentahapan Tambang pada Penambangan Batubara di PT Lithoindo Site
PT. Trimata Benua, Kec. Tungkal Ilir, Kab. Banyuasin Provinsi
Sumatera Selatan, Prosiding Teknik Pertambangan, 2(1), p.124, ISSN:
2460-6499.
LAMPIRAN
LAMPIRAN I
DATA BOR PIT A3
67
68
AR.A_0027 4 5 0 0 OB
AR.A_0027 5 6 0 0 OB
AR.A_0027 6 7 1,21 45,289 Limonite
AR.A_0027 7 8 1,37 48,182 Limonite
AR.A_0027 8 9 1,08 48,128 Limonite
AR.A_0027 9 10 1,45 46,333 Limonite
AR.A_0027 10 11 1,61 37,91 Saprolite
AR.A_0027 11 12 1,55 12,223 Saprolite
AR.A_0027 12 13 1,24 9,93 Saprolite
AR.A_0027 13 14 1,41 9,746 Saprolite
AR.A_0027 14 15 1,11 8,283 BRK
AR.A_0027 15 16 1,19 8,61 BRK
AR.A_0027 16 17 1,04 8,56 BRK
AR.A_0027 17 18 0,02 5,85 BRK
3 AR.A_0127 0 1 16 9515561,44 428,959,962 156,027 0,17 14,257 Limonite
AR.A_0127 1 2 0,16 14,344 Limonite
AR.A_0127 2 3 0,08 3,877 Limonite
AR.A_0127 3 4 0,85 14,166 Limonite
AR.A_0127 4 5 1,22 45,173 Limonite
AR.A_0127 5 6 1,42 46,714 Limonite
AR.A_0127 6 7 1,4 47,213 Limonite
69
AR.AA_0033 4 5 0 0 OB
AR.AA_0033 5 6 0 0 OB
AR.AA_0033 6 7 1,42 19,213 Saprolite
AR.AA_0033 7 8 1,43 20,123 Saprolite
AR.AA_0033 8 9 1,54 18,121 Saprolite
AR.AA_0033 9 10 1,44 16,223 Saprolite
AR.AA_0033 10 11 0,98 8,324 BRK
AR.AA_0033 11 12 0,44 9,542 BRK
AR.AA_0033 12 13 0,17 6,24 BRK
8 AR.AA_2725 0 1 17 9515661,44 429,059,962 162,94 0 0 OB
AR.AA_2725 1 2 0 0 OB
AR.AA_2725 2 3 0 0 OB
AR.AA_2725 3 4 0 0 OB
AR.AA_2725 4 5 0 0 OB
AR.AA_2725 5 6 0 0 OB
AR.AA_2725 6 7 1,42 16,068 Saprolite
AR.AA_2725 7 8 1,6 11,076 Saprolite
AR.AA_2725 8 9 1,53 11,178 Saprolite
AR.AA_2725 9 10 1,2 15,919 Saprolite
AR.AA_2725 10 11 1,51 5,951 Saprolite
AR.AA_2725 11 12 1,35 5,537 Saprolite
73
AR.AA_2730 2 3 0 0 OB
AR.AA_2730 3 4 0 0 OB
AR.AA_2730 4 5 1,24 20,918 Saprolite
AR.AA_2730 5 6 1,24 26,113 Saprolite
AR.AA_2730 6 7 1,31 21,234 Saprolite
AR.AA_2730 7 8 1,33 31,213 Saprolite
AR.AA_2730 8 9 1,13 15,134 Saprolite
AR.AA_2730 9 10 1,34 19,132 Saprolite
AR.AA_2730 10 11 1,36 17,213 Saprolite
AR.AA_2730 11 12 0,68 7,123 BRK
AR.AA_2730 12 13 0,61 6,23 BRK
AR.AA_2730 13 14 0,77 5,244 BRK
AR.AA_2730 14 15 0,98 8,324 BRK
AR.AA_2730 15 16 0,44 9,542 BRK
AR.AA_2730 16 17 0,17 6,24 BRK
11 AR.AA_2826 0 1 16 9515661,44 429,109,962 163,498 0 0 OB
AR.AA_2826 1 2 0 0 OB
AR.AA_2826 2 3 0 0 OB
AR.AA_2826 3 4 0 0 OB
AR.AA_2826 4 5 1,52 42,94 Saprolite
AR.AA_2826 5 6 1,48 13,286 Saprolite
75
AR.AA_3026 2 3 0 0 OB
AR.AA_3026 3 4 0 0 OB
AR.AA_3026 4 5 0 0 OB
AR.AA_3026 5 6 0 0 OB
AR.AA_3026 6 7 1,76 41,552 Limonite
AR.AA_3026 7 8 1,91 45,619 Limonite
AR.AA_3026 8 9 1,04 46,494 Limonite
AR.AA_3026 9 10 1,9 44,968 Limonite
AR.AA_3026 10 11 1,73 43,745 Limonite
AR.AA_3026 11 12 2,22 26,394 Saprolite
AR.AA_3026 12 13 1,36 27,645 Saprolite
AR.AA_3026 13 14 1,53 22,903 Saprolite
AR.AA_3026 14 15 1,72 14,346 Saprolite
AR.AA_3026 15 16 1,92 12,163 Saprolite
AR.AA_3026 16 17 1,19 9,363 BRK
AR.AA_3026 17 18 0,76 8,049 BRK
18 AR.AA_3027 0 1 13 9515561,44 429,159,962 169,746 0 0 OB
AR.AA_3027 1 2 0 0 OB
AR.AA_3027 2 3 0 0 OB
AR.AA_3027 3 4 0 0 OB
AR.AA_3027 4 5 0 0 OB
80
AR.AA_3328 4 5 0 0 OB
AR.AA_3328 5 6 1,31 25,213 Saprolite
AR.AA_3328 6 7 1,26 27,513 Saprolite
AR.AA_3328 7 8 0,81 15,825 Saprolite
AR.AA_3328 8 9 1,52 42,94 Saprolite
AR.AA_3328 9 10 1,38 13,286 Saprolite
AR.AA_3328 10 11 1,65 10,563 Saprolite
AR.AA_3328 11 12 1,42 8,875 Saprolite
AR.AA_3328 12 13 1,13 12,381 Saprolite
AR.AA_3328 13 14 0,34 7,629 BRK
AR.AA_3328 14 15 0,46 7,989 BRK
AR.AA_3328 15 16 1,05 9,997 BRK
AR.AA_3328 16 17 0,3 6,066 BRK
29 AR.AA_3330 0 1 22 9515411,44 429,259,962 166,586 1,02 43,4 Limonite
AR.AA_3330 1 2 1,37 44,09 Limonite
AR.AA_3330 2 3 1,48 45,44 Limonite
AR.AA_3330 3 4 0,83 39,84 Limonite
AR.AA_3330 4 5 0,85 40,72 Limonite
AR.AA_3330 5 6 1,03 46,69 Limonite
AR.AA_3330 6 7 1,18 48,46 Limonite
AR.AA_3330 7 8 1,21 48,52 Limonite
90
Analisis Geostatistik
pemodelan. Suatu endapan memiliki arah penyebaran yang terdiri arah bearing,
Pemilihan variogram ini dilakukan dengan melihat sill yang terpendek dan
range terpanjang yaitu dengan melihat variogram model pada posisi nilai berapa
95
96
Variogram vertikal yang telah dibuat juga dilakukan dengan cara melihat
model variogram untuk sumbu mayor, semi-mayor, dan minor. Model variogram
sebagai berikut:
Berm 2m
1
2
3
4
5
6
7
Tinggi 6m
8
9
10
11
12
13
156. Sampel ini diinterpretasikan sebagai lapisan limonit atas arahan dari wellsite
PT. Jagad Ratatama. Berikut hasil perhitungan faktor keamanan pada lapisan
limonit.
98
99
161. Sampel ini diinterpretasikan sebagai lapisan saprolit atas arahan dari wellsite
PT. Jagad Ratatama. Berikut hasil perhitungan faktor keamanan pada lapisan
saprolit.
= 4,90 + 3,675
= 8,575
= 8,6 meter.
Keterangan:
L(m) = Lebar jalan angkut minimum (m).
n = Jumlah jalur.
Wt = Lebar alat angkut (m).
105
106
Tabel 21. Spesifikasi Dump Truck Hino 260 (Sumber: Workshop PT. Jagad
Rayatama)
PERFORMA
Kecepatan Maksimum 86 (KM/H)
Daya Tanjak 469
MODEL
Model j08e uf 2
Model Tipe Mesin Diesel 4 Langkah Segaris
Tenaga Maksimum 260 / 2500 (PS/rpm)
Torsi Maksimum 76 / 1500 (Kgm/rpm)
Jumlah Silinder 6
Diameter x Langkah Piston 112 x 130 (mm)
Isi Silinder 7684 (cc)
TRANSMISI
Tipe zf 9s 1110td
Perbandingan Gigi -
C 12,728
Ke-1 8,289
Ke-2 6,281
Ke-3 4,644
Ke-4 3,478
Ke-5 2,538
Ke-6 1,806
Ke-7 1,335
Ke-8 1,000
Mundur 12,040
Kapasitas tangki BBM 200 lt
DIMENSI
Jarak sumbu roda 4130 + 1300
Panjang bak 6420
Total panjang 8480
Total lebar 2450
Total tinggi 2700
Lebar Jejak Depan FR Tr 1930
Lebar Jejak Belakang RR Tr STD: 1855 ( JIS-8 )
Julur depan FPH 1255
Julur Belakang ROH 1795
107
Dokumentasi
1. Dokumentasi Lapangan
108
109
2. Dokumentasi Laboratorium