Anda di halaman 1dari 267

PERENCANAAN PENAMBANGAN JANGKA PENDEK

(SHORT TERM) PADA PT ABADI NIKEL KECAMATAN


LANGGIKIMA KABUPATEN KONAWE UTARA PROVINSI
SULAWESI TENGGARA

LAPORAN LENGKAP

“DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MELULUSI


MATA KULIAH PERENCANAAN TAMBANG”

DIAJUKAN OLEH:
KELOMPOK 20

AHMAD RIZALDI R1D120029


FARDIAN R1D120079
MUH. ATHARAH RAFLI R1D120095
MULKHAN QARDAWI HAZIQ R1D120054
SUKMA AYU PRATIWI R1D120116

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
Halaman Persetujuan

Laporan Lengkap Perencanaan Tambang

Perencanaan Penambangan Jangka Pendek (Short Term) Pada PT. ABADI


NIKEL Kecamatan Langgikima Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi
Tenggara

Diajukan Oleh:
Kelompok 20

Telah Disetujui oleh:


Dosen Pengampuh Mata Kuliah

Dosen I, Dosen II,

Ir. Erwin Anshari. S.Si., M.Eng. Drs. Firdaus., M.Si


NIP. 19880628 201504 1 001 NIP. 19661231 199103 1 022

Dosen III, Dosen IV,

Marwan Zam Mili. S.T., M.T. Irfan Saputra. S.T., M.T.


NIP. 19880827 201903 1 009 NIP. 19911203 202203 1 007
Dosen V,

Ika Sartika Ambasari. S.T., M.T.


NIP. 19880908 202203 2 005

ii
PERENCANAAN PENAMBANGAN JANGKA PENDEK (SHORT TERM)
PADA PT. ABADI NIKEL KECAMATAN LANGGIKIMA KABUPATEN
KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Ahmad Rizaldi1, Fardian2, Muh Atharah Rafli3, Mulkhan Qardawi Haziq4,
Sukma Ayu Pratiwi5
Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Matematika Dan Ilmi Pengetahuan Alam
Universitas Halu Oleo
Email: rizaldiardi419@gmail.com1, fardiansmk82@gmail.com2,
muhatharahrafli@gmail.com3, mulkhanhaziq768@gmail.com4,
sukmaayu367@gmail.com5.

ABSTRAK
Perencanaan tambang jangka pendek merupakan salah satu aspek kunci dalam
industry pertambangan yang berperan penting dalam mengoptimalkan produksi dan
efisiensi operasional. Perencanaan tambang mencakup pemilihan peralatan, metode
ekstraksi, serta penjadwalan produksi yang efisien. PT. ABADI NIKEL secara
administrasi terletak pada Kecamatan Langgikima Kabupaten Konawe Utara
Provinsi Sulawesi Tenggara. Dalam perencanaan ini perlu dilakukan penelitian
yang meliputi kelayakan teknis, lingkungan dan kelayakan ekonomi yang sesuai
GMP (Good Mining Practice). Berdasarkan hasil estimasi, total cadangan yang
diperoleh sebesar 5,224,183 ton. Cadangan tertambang setelah recovery menjadi
7.731.668 ton dan tonase overburden 3.302.760 ton dengan nilai stripping rasio
sebessar 0.36. Alat yang yang digunakan pada Perusahaan ini sebanyak 25 Dump
Truck jenis Hino 260 JD, 5 Excavator jenis KOMATSU PC 200 dan KOMATSU
PC 300 dan 2 Bulldozer jenis KOMATSU D85. Untuk menunjang kelancaran
kegiatan penambangan, maka dilakukan analisis kelayakan ekonomi. Tingkat
kelayakan ekonomi penambangan (i*=20%) dengan nilai NPV sebesar
Rp.2.225.237.651.721, IRR 799% dan PBP selama tahun dengan perkiraan umur
tambang PT. ABADI NIKEL diperkirakan 4,3 tahun.

Kata Kunci: Nikel Laterit, Cadangan, NPV, IRR dan PBP

iii
SHORT TERM MINING PLANNING AT PT. ABADI NICKEL LANGGIKIMA
DISTRICT NORTH KONAWE REGENCY SOUTHEAST SULAWESI
PROVINCE
Ahmad Rizaldi1, Fardian2, Muh Atharah Rafli3, Mulkhan Qardawi Haziq4,
Sukma Ayu Pratiwi5
Department of Mining Engineering, Faculty of Mathematics and Natural
Sciences, Halu Oleo University
Email: : rizaldiardi419@gmail.com1, fardiansmk82@gmail.com2,
muhatharahrafli@gmail.com3, mulkhanhaziq768@gmail.com4,
sukmaayu367@gmail.com5.

ABSTRACT
Short-term mine planning is one of the key aspects of the mining industry that plays
an important role in optimizing production and operational efficiency. Mine
planning includes equipment selection, extraction methods, as well as efficient
production scheduling. PT. ABADI NIKEL is administratively located in
Langgikima District, North Konawe Regency, Southeast Sulawesi Province. In this
planning, it is necessary to conduct research which includes technical,
environmental and economic feasibility according to GMP (Good Mining Practice).
Based on the estimated results, the total reserves obtained amounted to 5,224,183
tons. Reserves mined after recovery became 7,731,668 tons and overburden
tonnage 3,302,760 tons with a stripping ratio of 0.36. The tools used in this
company are 25 Hino 260 JD dump trucks, 5 KOMATSU PC 200 and KOMATSU
PC 300 excavators and 2 KOMATSU D85 bulldozers. To support the smooth
running of mining activities, an economic feasibility analysis is carried out. Mining
economic feasibility level (i*=20%) with NPV value of Rp.2.225.237.651.721 , IRR
799% and PBP during the year with estimated mine life of PT. NICKEL
IMMORTAL is estimated at 4.3 years.

Keywords: Nickel Laterite, Reserve, NPV, IRR and PBP

iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, Rahmat dan
hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga bisa
menyelesaikan laporan lengkap “Perencanaan Penambangan Jangka Pendek (Short
Term) pada PT. ABADI NIKEL Kecamatan Langgikima Kabupaten Konawe Utara
Provinsi Sulawesi Tenggara”. Laporan ini sebagai salah satu syarat untuk melulusi
mata kuliah perencanaan tambang pada jurusan Teknik pertambangan, fakultas
matematika dan ilmu pengetahuan alam, universitas halu oleo.
Dalam kesempatan ini atas segala bantuan, bimbingan, fasilitas serta
kesempatan yang telah diberikan, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, nikmat dan karunia yang diberikan
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan lengkap ini.
2. Bapak Ir.Erwin Anshari, S.Si., M.Eng., Bapak Drs. Firdaus, M.Si., Bapak
Marwan Zam Mili, S.T., M.T. Bapak Irfan Saputra, S.T., M.T. dan Ibu Ika
Sartika Ambarsari, S.T., M.T., selaku dosen penanggung jawab mata kuliah
perencanaan tambang.
3. Kak Guslan , Kak Ita, Kak Nindi, Kak Yasin, Kak Intan dan Kak Yeyen selaku
asisten praktikum penanggung jawab mata kuliah Perencanaan Tambang.
4. Saudara dan saudari saya Mahasiswa Teknik Pertambangan Angkatan 2020
yang selalu menemani dalam proses penyelesaian laporan ini dari awal dan
sukses untuk kita semua.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
terdapat kekurangan, kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapakan kritik dan saran yang membangun dari seluruh pembaca. Semoga
laporan lengkap ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan semua pihak yang
membacanya. Semoga Allah selalu memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada
kita semua. Aaamin.

Kendari, November 2023

Penulis

v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR TABEL xvi

DAFTAR LAMPIRAN xvii

BAB I 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Batasan Masalah 1

1.3 Rumusan Masalah 2

1.4 Tujuan Penelitian 2

1.5 Manfaat Penelitian 3

BAB II 4

2.1 Nikel Laterit 4

2.1.1 Genesa Nikel Laterit 4

2.1.2 Profil Nikel Laterit 5

2.2 Sumberdaya dan Cadangan 25

2.2.1 Cadangan Mineral 26

2.3 Metode Estimasi Cadangan 28

2.3.1 Metode Inverse Distance Weighted ( IDW ) 28

2.3.2 Metode Nearest Neighbor Point ( NNP ) 29

2.3.3 Metode Ordinary Kriging ( OK ) 30

2.4 Kestabilan Lereng 30

2.4.1 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng 32

vii
2.5 Geoteknik 34

2.5.1 Metode Fellenius 35

2.5.3 Metode Bishop 35

2.6 Desain Pit 36

2.7 Stripping Ratio 36

2.8 Pit Limit 37

2.9 Desain Disposal 38

2.10 Jalan Tambang 38

2.11 Geometri Jalan 39

2.12 Lebar Jalan Angkut 40

2.12.1 Lebar Jalan Angkut Pada Kondisi Lurus 40

2.12.2 Lebar Jalan Angkut Pada Kondisi Tikungan 41

2.13 Kemiringan Jalan (Grade) 42

2.14 Superelevasi 42

2.15 Kemiringan Melintang (Cross Slope) 44

2.16 Sequence Penambangan (Mine Sequence) 44

2.17 Sistem Tambang Terbuka 45

2.18 Umur Tambang 46

2.19 Sistem Penyaliran 46

2.19.1 Mine Drainage System 46

2.19.2 Mine Dewatering 47

2.20 Analisis Data Curah Hujan 47

2.20.1 Periode Ulang Hujan 47

2.20.2 Curah Hujan Rata-Rata 48

2.20.3 Penentuan Distribusi 48

vii
2.20.3.1 Distribusi Normal 48

2.20.3.2 Distribusi Log Normal 49

2.20.3.3 Distribusi Gumbel 49

2.20.3.4 Distribusi Log Person III 49

2.21 Debit Air Limpasan 50

2.22 Intensitas Curah Hujan 50

2.22 Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area) 50

2.23 Perhitungan Debit Air 51

2.24 Koefisien Aliran Permukaan (C) 51

2.25 Sedimen Pond 52

2.26 Alat Gali-Muat dan Alat Angkut 53

2.26.1 Alat Berat 53

2.26.2 Produksi Alat 54

2.26.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Alat 55

2.26.5 Faktor Pengembangan 56

2.26.6 Waktu Edar 56

2.26.7 Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Alat Berat 57

2.26.8 Produktifitas Alat Berat Gali-Muat Dan Alat Angkut 59

2.26.9 Produktifitas Alat Hauling Menggunakan Perhitungan Cycle Time 59

2.26.10 Produktivitas Alat Pengangkutan Menggunakan Perhitungan Waktu


Siklus 60

2.27 Teori Antrian 60

2.27.1 Probabilitas Keadaan Antrian 60

2.27.2 Rata – Rata Waktu Tunggu Dump Truck 61

2.27.3 Grade 62

vii
2.27.4 Rimpull 62

2.27.5 Tahanan Gulir 63

2.27.6 Tahanan Kemiringan 63

2.28 Peramalan Harga 64

2.28.1 Metode Regresi Linear 64

2.28.2 Metode Exponential Smoothing 64

2.28.3 Metode Regresi Polinomial 66

2.29 Ketepatan Metode Peramalan 66

2.29.1 Mean Absolute Deviation (MAD) 66

2.29.2 Mean Squared Error (MSE) 66

2.29.3 Mean Absolute Percentage Error (MAPE) 67

2.30 Harga Patokan Nikel (HPM) 67

BAB III 68

3.1 Waktu dan Lokasi Studi Praktikum 68

3.2 Jenis Penelitian 68

3.3 Instrumen Penelitian 70

3.4 Prosedur Penelitian 70

3.5 Bahan atau Materi Penelitian 71

3.5.1 Data Sekunder 71

3.5.2 Pengolahan dan Analisis Data 71

3.6 Diagram Alir 73

3.7 Jadwal Penelitian 76

BAB IV 77

4.1 Lokasi Studi Praktikum 77

4.2 Database dan Sebaran Bor 83

vii
4.3 Pemodelan Geologi 84

4.4 Analisis Statistik Dasar 86

4.4.1 Histogram 87

4.4.1.1 Histogram Zona Limonit 87

4.4.1.2 Histogram Zona Saprolit 88

4.5 Penentuan Metode Estimasi 89

4.6 Penentuan Nilai Power dengan Analisis RMSE 90

4.7 Hasil Estimasi dan Cadangan 90

4.7.1 Hasil Estimasi Sumberdaya 91

4.7.2. Hasil Estimasi Cadangan 94

4.8 Analisis Geoteknik 96

4.8.1 Penentuan Geometri Jenjang 96

4.8.2 Analisis Kestabilan Lereng 97

4.8.3 Penentuan Geometri Jenjang 99

4.9 Desain Pit Limit 99

4.9.1 Pembuatan Base Pit 101

4.9.2 Pembuatan Ramp 101

4.9.3 Pit Intersection 101

4.9.4 Lereng Keseluruhan (Overall Slope) 102

4.10 Jumlah Cadangan Tertambang 103

4.11 Desain Disposal 104

4.11 Desain Geometri Jalan Pit ke Disaposal 106

4.11.1 Lebar Jalan Angkut dalam Keadaan Lurus 106

4.11.2 Lebar Jalan Angkut dalam Keadaan Tikungan 106

4.11.3 Kemiringan Jalan 106

vii
4.11.4 Jari Jari Tikungan 107

4.11.5 Superelevasi 107

4.11.6 Kemiringan Melintang (Cross Slope) 108

4.12 Jumlah Cadangan 108

4.13 Umur Tambang 110

4.14 Sequence Penambangan 110

4.15 Analisis Statistik Data Curah Hujan 112

4.15.1 Analisis Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Curah Hujan Gumbel
112

4.16 Daerah Tangkapan Hujan (cacthment area) 113

4.17 Koefisien Air Limpasan (Run Off) 114

4.18 Debit Air 114

4.19 Saluran Terbuka 114

4.20 Kolam Pengendapan (Sediment Pond) 115

4.20 Penentuan Waktu Kerja Efektif 116

4.21 Analisis Kebutuhan Alat Stripping dan Removal OB 117

4.22 Analisis Kebutuhan Alat Ore Getting 117

4.23 Analisis Kebutuhan Alat Pengangkutan OB/Waste dari Pit ke Disposal 118

4.23.1 Cycle Time dan Produktivitas Alat-Gali Muat 118

4.23.2 Kondisi Jalan Angkut 119

4.23.3 Analisis Rimpull Alat Angkut 120

4.23.4 Waktu Tempuh Alat Angkut 122

4.23.5 Cycle Time Alat Angkut 123

4.23.6 Kebutuhan dan produktivitas Peralatan Menggunakan teori Antrian


123

vii
4.24 Analisis Kebutuhan Alat Pengangkutan OB/Waste dari Disposal ke
Stockpile 126

4.24.1 Cycle Time dan Produktivitas Alat-Gali Muat 126

4.24.2 Waktu Tempuh Jalan Angkut 129

4.24.3 Kondisi Jalan Angkut 130

4.24.4 Analisis Rimpull Alat Angkut 132

4.24.5 Waktu Edar 132

4.25 Analisis Kebutuhan Alat Pengangkutan OB/Waste dari Stockfile ke Jetty


136

4.25.1 Alat Gali-Muat dan Alat Angkut yang Digunakan 136

4.25.2 Cycle Time dan Produktivitas Alat-Gali Muat 136

4.25.3 Kondisi Jalan Angkut 138

4.25.4 Analisis Rimpull Alat Angkut 141

4.25.5 Waktu Edar 141

4.26 Peramalan Nikel Menggunakan Metode Polinomial 143

4.27 Peramalan Nikel Menggunakan Metode Ex-Smothing 144

4.28 Peramalan Nikel Menggunakan Metode Linear 146

4.29 Keakurasian Prediksi Nikel 147

4.30 Dampak Kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja 147

4.31 Peralatan K3 149

4.32 Pengelolaan Lingkungan 150

4.32.1 Pengenlolaan Limbah 150

4.32.2 Pemantauan Lingkungan 151

4.33 Langkah – Langkah Penerapan K3 151

4.33.1 SMK3 151

vii
4.33.2 JSA 152

4.34 Biaya Investasi 152

4.35 Biaya Operasional 156

4.36 Analisis Sensitivitas 153

BAB V 154

5.1 Kesimpulan 154

DAFTAR PUSTAKA 156

LAMPIRAN 160

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Hubungan Antara Hasil Eksplorasi,Sumberdaya Dan Cadangan 27
Gambar 2. 2 Metode Nearest Neight Point 30
Gambar 2. 3 Lebar Jalan Angkut Lurus 41
Gambar 2. 4 Lebar Jalan Angkut Pada Tikungan 42

Gambar 3. 1 Peta Lokasi Studi Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. 1 Peta Kondisi Lahan 79


Gambar 4. 2 Peta Topografi Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 3 Peta Kemiringan Lereng Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 4 Peta Geologi Regional 82
Gambar 4. 5 Sebaran Drillhole 2D Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 6 Sebaran Drillhole 3D Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 7 Geological Modeling Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 8 Penampang Model Sumberdaya Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 9 Penampang Model Cadangan Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 10 Histogram Kadar ni Zona Limonit Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 11 Histogram Kadar fe Zona Limonit Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 12 Histogram ni Zona Saprolit Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 13 Histogram fe Zona Saprolit Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 14 Sebaran Kadar Ni pada Zona Limonit Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 15 Sebaran Kadar Ni pada Zona Saprolit Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 16 Sebaran Kadar Ni pada Zona Laterit Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 17 Sebaran Cadangan Ni Zona Limonit Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 18 Sebaran Cadangan Ni Zona Saprolit Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 19 Sebaran Cadangan Ni Zona Laterit Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 20 Analisis Faktor Keamanan Lereng Zona LimonitError! Bookmark not
defined.
Gambar 4. 21 Analisis Faktor Keamanan Lereng Zona SaprolitError! Bookmark not
defined.
Gambar 4. 22 Analisis Faktor Keamanan Lereng Overall Slope AngelError! Bookmark
not defined.
Gambar 4. 23 Desain Pit Tampak Atas Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 24 Desain Pit Tampak Samping Error! Bookmark not defined.

vii
Gambar 4. 25 Section Timur - Barat Pit Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 26 Section Utara Selatan Pit Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 27 Overall Slope Bench Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 28 Cadangan Tertambang Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 29 Desain Disposal Tampak Atas Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 30 Desain Disposal Tampak Samping Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 31 Section Timur - Barat Disposal Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 32 Section Utara - Selatan Disposal Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 33 Profil Jalan Angkut Pit ke Disposal Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 34 Profil Jalan Angkut Pit ke Stockpile Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 35 Profil Jalan Angkut Stockpile ke Jetty Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 36 Grafik Metode Polinomial Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 37 Grafik Metode Ex - Smoothing Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 38 Grafik Metode Linear Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 39 Grafik Cumulative Cash Flow Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 40 Grafik Sensitivitas Perubahan Biaya produksiError! Bookmark not
defined.
Gambar 4. 41 Grafik Sensitivitas Perubahan Harga PenjualanError! Bookmark not
defined.

vii
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Acuan Periode Ulang Hujan Rencana Error! Bookmark not defined.

Tabel 3. 1 Instrumen Studi Praktikum Error! Bookmark not defined.


Tabel 3. 2 Jadwal Studi Praktikum Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 1 Summary Drillholes Error! Bookmark not defined.


Tabel 4. 2 Hasil Statistik Dasar Ni dan Fe Zona Limonit Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 3 Hasil Statistik Dasar Ni dan Fe Zona Saprolit Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 4 Nilai Power dengan Analisis RMSE Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 5 Kadar Sumberdaya Ni Zona Limonit Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 6 Kadar Sumberdaya Ni Zona Saprolit Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 7 Kadar Sumberdaya Ni Zona Laterit Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 8 Kadar Cadangan Ni Zona Limonit Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 9 Kadar Cadangan Ni Zona Saprolit Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 10 Kadar Cadangan Ni Zona Laterit Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 11 Tabel Hasil Pengujian Sampel Tanah Pada Setiap LapisanError! Bookmark
not defined.
Tabel 4. 12 Geometri Jenjang Desain Pit Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 13 Material Tertambang 103
Tabel 4. 14 Geometri Jenjang Desain Pit Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 15 Lebar Jalan Angkut dalam Keadaan Tikungan Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 16 Tabel Hasil Perhitungan Jari - Jari Tikungan Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 17 Superelevasi Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 18 Cross Slope Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 19 Report Sebelum dan Sesudah Mining RecoveryError! Bookmark not
defined.
Tabel 4. 20 Rancangan Sequence Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 21 Analisis Data Curah Hujan Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 22 Distribusi Gumbel Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 23 Dimensi Saluran Terbuka Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 24 Dimensi Sediment Pond Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 25 Jumlah Hari Kerja Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 26 Jumlah Hari Kerja/Shift Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 27 Alat dalam Kegiatan Remowal OB Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 28 Jenis Alat Gali Ore Getting Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 29 Kapasitas Produksi Komatsu PC 300 Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 30 Kapasitas Produksi Komatsu PC 200 Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 31 Analisis Rimpull Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 32 Waktu Tempuh Alat Angkut Saat Hauling Pit ke DisposalError! Bookmark
not defined.
Tabel 4. 33 Waktu Tempuh Alat Angkut Saat Return Disposal ke PitError! Bookmark
not defined.
Tabel 4. 34 Cycle Time Dump Truck dari Pit ke Disposal Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 35 Parameter Keserasian Alat Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 36 Tingkat Pelayanan dari Pit ke Disposal Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 37 Probabilitas Antrian dari Pit ke Disposal Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 38 Waktu Edar Pit ke Disposal Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 39 Kapasitas Produksi Komatsu PC 300 Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 40 Kapasitas Produksi Komatsu PC 200 Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 41 Waktu Tempuh Alat Angkut Saat Hauling Pit ke StockpileError! Bookmark
not defined.
Tabel 4. 42 Waktu Tempuh Alat Angkut Saat Return Stockpile ke PitError! Bookmark
not defined.
Tabel 4. 43 Analisis Rimpull Alat Angkut dari Pit ke StockpileError! Bookmark not
defined.
Tabel 4. 44 Cycle Time Dump Truck Pit ke Stockpile Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 45 TIngkat Pelayanan Pit ke Stockpile Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 46 Probabilitas Antrian Alat Angkut dari Pit ke StockpileError! Bookmark not
defined.
Tabel 4. 47 Waktu Edar dari Pit ke Stockpile Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 48 Kapasitas Produksi Komatsu PC 300 Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 49 Waktu Tempuh Alat Angkut Saat Hauling Stockpile ke Jetty Error!
Bookmark not defined.
Tabel 4. 50 Waktu Tempuh Alat Angkut Saat Return Jetty ke StockpileError! Bookmark
not defined.
Tabel 4. 51 Analisis Rimpull Alat Angkut dari Stockpile ke JettyError! Bookmark not
defined.
Tabel 4. 52 Cycle Time Dump Truck dari Stockpile ke JettyError! Bookmark not
defined.
Tabel 4. 53 Tingkat Pelayanan Dump Truck Stockpile ke JettyError! Bookmark not
defined.
Tabel 4. 54 Probabilitas Antrian dari Stockpile ke Jetty Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 55 Waktu Edar Alat Angkut dari Stockpile ke JettyError! Bookmark not
defined.
Tabel 4. 56 Peramalan Harga Nikel Menggunakan metode PolinomialError! Bookmark
not defined.
Tabel 4. 57 Peramalan Harga Nikel Menggunakan Metode Ex-Smoothing Error!
Bookmark not defined.
Tabel 4. 58 Peramalan Harga Nikel menggunakan Metode LinearError! Bookmark not
defined.
Tabel 4. 59 Perbandingan Metode Hasil Prediksi Harga NikelError! Bookmark not
defined.
Tabel 4. 60 Dampak Penting Hipotetik Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 61 Daftar Peralatan K3-L Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 62 Biaya Investasi Saran Pendukung Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 63 Biaya Inventarisasi Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 64 Biaya Konstruksi Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 65 Biaya Sewa Alat Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 66 Biaya Operasional Alat Buldozer Komatsu D85Error! Bookmark not
defined.
Tabel 4. 67 Biaya Operasional Alat Excavator Komatsu PC 300Error! Bookmark not
defined.
Tabel 4. 68 Biaya Operasional Dump Truck Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 69 Biaya Operasional Alat Compactor Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 70 Biaya Operasional Alat Water Tank Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 71 Biaya Operasional Alat Motor Grader Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 72 Biaya Operasional Tenaga Kerja Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 73 Biaya Gaji dan Tunjangan Karyawan Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 74 Biaya Pendapatan Penjualan Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 75 Cash Flow Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 76 Analisis NPV, IRR dan PBP Error! Bookmark not defined.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka


pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan
umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengelolaan
dan/atau pemurnian atau pengembangan dan/atau pemanfaatan, pengangkutan dan
penjualan, serta kegiatan pasca tambang.
Perencanaan tambang adalah proses perencanaan, perancangan, dan
pengorganisasian seluruh aspek yang terkait dengan operasi penambangan sumber
daya alam seperti mineral, batubara, logam atau bahan tambang lainnya. Tujuan
dari perencanaan tambang adalah untuk memastikan ekstraksi sumber daya alam
yang efisien, ekonomis, berkelanjutan sambal meminimalkan dampak lingkungan
dan menjaga keselamatan pekerja.
PT. ABADI NIKEL merupakan salah satu Perusahaan pertambangan nikel
laterit di Kawasan Indonesia yang berlokasi di Kecamatan Langgikima Kabupaten
Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara dengan luas IUP ±145,3325 Ha yang
menerapkan sistem penambangan terbuka dengan metode open pit dengan
menerapkan GMP (Good Mining Practice).
Laporan ini akan membahas mengenai perencanaan tambang pada PT. ABADI
NIKEL yang berfokus pada penentuan eksplorasi sumberdaya dan cadangan,
penentuan geometri jalan dan desain pit, penentuan alat dan penanganan material,
analisis sistem penyaliran tambang sampai dengan analisis kelayakan ekonomi
tambang. Berdasarkan latarbelakang di atas maka perlu diadakannya analisis
perencanaan tambang dan studi kelayakan PT. ABADI NIKEL.

1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini hanya sebatas pada wilayah PT.ABADI
NIKEL segala hasil dan perhitungan dan analisis yang telah dilakukan hanya dapat
diterapkan pada PT. ABADI NIKEL.

1
2

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah laporan ini adalah sebagai berikut:


1. Berapa jumlah estimasi sumberdaya dan cadangan pada PT. ABADI NIKEL?
2. Bagaimana analisis geoteknik pada PT. ABADI NIKEL?
3. Bagaimana rancangan desain pit dan disposal penambangan pada PT. ABADI
NIKEL?
4. Bagaimana geometri jalan angkut pada PT. ABADI NIKEL?
5. Bagaimana rancangan sequence penambangan pada PT. ABADI NIKEL?
6. Bagaimana sistem penyaliran tambang pada PT. ABADI NIKEL?
7. Bagainama analisis kebutuhan peralatan tambang pada PT.ABADI NIKEL?
8. Bagaimana peramalan harga nikel pada PT. ABADI NIKEL?
9. Bagaimana K3 dan lingkungan pada PT, ABADI NIKEL?
10. Bagaimana analisis kelayakan ekonomi pada PT. ABADI NIKEL?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Menentukan jumlah estimasi sumberdaya dan cadangan pada PT. ABADI
NIKEL.
2. Menentukan analisis geoteknik pada PT. ABADI NIKEL.
3. Menentukan rancangan desain pit dan disposal penambangan pada PT. ABADI
NIKEL.
4. Menentukan geometri jalan angkut pada PT. ABADI NIKEL.
5. Menentukan rancangan sequence penambangan pada PT. ABADI NIKEL.
6. Menentukan sistem penyaliran tambang pada PT. ABADI NIKEL.
7. Menentukan analisis kebutuhan peralatan tambang pada PT.ABADI NIKEL.
8. Menentukan peramalan harga nikel pada PT. ABADI NIKEL.
9. Menentukan K3 dan lingkungan pada PT, ABADI NIKEL.
10. Menentukan analisis kelayakan ekonomi pada PT. ABADI NIKEL.
3

1.5 Manfaat Penelitian

Menfaat penelitian ini adalah untuk menambah ilmu pengetahuan serta


wawasan mengenai perencanaan tambang dan studi kelayakan tambang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nikel Laterit
2.1.1 Genesa Nikel Laterit
Endapan laterit terbentuk dari pelapukan batuan ultramafik seperti peridotit
yang disebabkan oleh pengaruh perubahan cuaca (iklim). Cuaca merubah
komposisi batuan dan melarutkan unsur-unsur Ni, Co, dan Fe. Air hujan yang
mengandung CO dari udara 2 meresap kebawah sampai ke permukaan air tanah
sambil melindih mineral primer yang tidak stabil seperti serpentin dan piroksin. Air
tanah meresap secara perlahan dari atas ke bawah sampai batas antara zona limonit
dan zona saprolit kemudian mengalir secara lateral dan selanjutnya didominasi oleh
transportasi larutan secara horizontal. Unsur-unsur yang terbawa bersama larutan
seperti magnesium dan silika akan mengalami pengendapan yang memungkinkan
terbentuknya mineral baru. Larutan yang mengandung nikel hasil dari pengendapan
unsur-unsur yang mudah larut akan masuk ke zona saprolit. Pada zona ini batuan
ultramafik akan berakumulasi dengan unsur-unsur yang mengandung nikel dan
akan mengendap kembali pada rekahan melalui transportasi air tanah yang
memasuki rekahan-rekahan tersebut sehingga zona saprolit ini akan menjadi jenuh
dengan unsur nikel. Unsur-unsur yang tertinggal di zona limonit seperti Fe, Mg, Co
dan Ni akan mengalami pelapukan lebih lambat yang disebabkan oleh kurangnya
konsentrasi air tanah pada zona ini sehingga kandungan nikel pada zona limonit
akan lebih sedikit dibandingkan kandungan nikel pada zona saprolite (Budy
Santoso dan Subagio, 2018).
Berdasarkan hasil analisis ketebalan, maka diperoleh bahwa pada daerah
yang curam atau tinggi tingkat persen kelerengannya maka ketebalan lateritnya
semakin tipis, sebaliknya semakin rendah tingkat persen kelerengan maka semakin
tebal tingkat ketebalan lateritnya. Hal ini dikarenakan pada daerah yang datar atau
landai maka akan mengakibatkan air yang berada di atas permukaan akan bergerak
perlahan – lahan sehingga akan mempunyai kesempatan penetrasi lebih dalam
hingga ke bawah permukaan. Pada daerah yang tingkat kelerangannya besar secara

4
5

teoritis jumlah air yang meluncur akan lebih banyak dibandingkan jumlah air yang
meresap sehingga dapat menyebabkan pelapukan yang kurang intensify. (Idrus et
al., 2018)
2.1.2 Profil Nikel Laterit
Topografi merupakan hal kritikal yang mengontrol terhadap pembentukan
profil laterit. Umumnya akumulasi endapan nikel berkembang pada topografi yang
relatif landai dan tidak berkembang baik pada topografi terjal. Akibat dari proses
geologi tersebut, produk geokimia endapan laterit tersebut secara vertikal memiliki
karakter kekhasan yang memisahkan sifat fisik zona laterisasi. Sehingga secara
umum terbagi menjadi 3 zona yaitu limonite, saprolite, dan bedrock.
1. Zona Limonit
Zona limonite biasanya berwarna coklat kekuningan hingga coklat kehitaman,
berbutir halus sampai dengan kasar, kekerasan lunak sampai sedang, dijumpai
adanya mineralisasi, dengan tingkat elastisitas yang lebih tinggi dibandingkann
dengan zona lainnya. Pada zona limonit sering dijumpai adanya fragmen batuan
asal dengan mineral utama berupa mineral gutit, mineral lempung magnetit, kromit,
dan hematite. Pada sub zona yellow limonite atau incremental limonite - saprolite
dengan tingkat porositas perlapisan buruk-sedang, sedangkan densitas material
relatif tinggi. Sementara pada bagian bawah sub zona yellow limonite atau
incremental limoniet-saprolite disebut sebagai sub zona intermediate (zona transisi)
atau dikatakan sebagai limonite ore zone. Pada bagian sub zona ini kandungan kadar
besi relative tinggi di bagian atas sedangkan pada bagian bawah relative lebih
rendah. Umumnya alumina ditandai dengan adanya mineral lempung (soft smecite
clays dan silika). Sementara Cr hadir dalam kadar yang relatif tinggi namun bisa
juga kandungannya relative sedikit. Sementara unsur Mn dan Co terlarut dan
diendapkan pada zona limonite bagian bawah (transition zone). Sedangkan
kandungan SiO2 dan MgO kadar rendah terbentuk. Porositas perlapisan pada sub
zona intermediate (zona transisi) atau dikatakan sebagai limonite ore zone relatif
rendah. Sisa tekstur batuan masih dapat teramati yang menunjukkan proses
pelapukan.(Lintjewas et al., 2019).
6

2. Zona Saprolite
Zona ini berada diatas batuan dasar (bedrock), umumnya boulder sebagai
hasil proses oksidasi dan merupakann tanah penutup (overburden). Pada zona iron
capping lapisan permukaan ini memiliki porositas buruk-sedang, sedangkan
densitas material sebagian atau seluruhnya telah mengalami pelapukan, dimana
proses pelapukan tersebut terjadi pada joint dan fracture boulder. Pada batuan
dengan tingkat terserpentinisasi yang tinggi proses pelapukan tidak hanya
berlangsung pada join dan fracture, tetapi terjadi pada masa batuan secara
keseluruhan yang disebabkan lunaknya batuan yang memungkinkan muka air tanah
terlibat sebagai agen pelapukan. Porositas perlapisan pada zona saprolite berada
pada tingkat sedang-baik, sedangkan densitas material relatif rendah. Proses
pelapukan pada boulder terus berlangsung meningkat dimulai dari bagian dalam
hingga batas terluar batuan. Sedangkan MgO, SiO2 Al2O3, Cr, dan Mn, profil
vertikal menunjukkan bahwa kandungan Fe pada bagian atas lebih tinggi
dibandingkan dengan bagian bawah yang cenderung memiliki kadar rata-rata Fe
yang rendah. Pada zona saprolite, Ni merupakan produk residual dan umumnya
merupakan hasil proses pengayaan yang kedua. Hal ini disebabkan oleh alkanitas
muka air tanah yang bersifat asam pada bagian atas tiba-tiba meningkat yang
menyebabkan terpisahnya olivine dan terlepasnya magnesium, sehingga Ni pada
bagian atas terlarutkan dan diendapkan pada zona saprolite. Keterdapatan mineral
garnierite umunya pada zona saprolit yang merupakan zona dimana silika sebagai
bijih vein atau boxwork terdapat. Bijih umumnya terdapat pada zona Saprolit dan
tidak semua profil secara vertikal memiliki kadar Ni yang relatif merata. Hasil
proses pengayaan Ni yang kedua pada bagian bawah zona saprolit bukan
merupakan bagian dari tubuh bijih dimana secara gradual menunjukkan kadar yang
lebih rendah (Deni Hernandi, 2017)
3. Zona Bedrock
Zona batuan dasar atau bedrock berada pada bagian bawah profil, merupakan
batuan ultramafic yang belum mengalami proses pelapukan. Komposisi kimia
batuan memiliki kemiripan terhadap komposisi kimia bedrock yang tidak
teralterasikan. Terdapat struktur joints dan fracture, sering terjadinya 8 tekanan
8

hydrostatik pada batuan. Sementara sirkulasi air permukaan meresap melalui joints
dan fracture.
2.1.3 Faktor Pembentuk Nikel Laterit
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih laterit nikel ini adalah
sebagai berikut :
1. Batuan asal, batuan asal untuk terbentuknya endapan nikel laterit adalah batuan
ultra basa. Terdapat elemen Ni pada olivin dan piroksen.
2. Struktur yang umum dijumpai pada zona laterit nikel adalah struktur kekar
(joint).
3. Iklim, pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi
kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan
terjadinya proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur.
4. Proses pelarutan kimia dan vegetasi, adalah unsur-unsur dan senyawasenyawa
yang membantu mempercepat proses pelapukan batuan menjadi soil. Air tanah
yang mengandung CO2 memegang peranan penting didalam proses pelapukan
kimia.
5. Topografi, yang landai, akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan
penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan.
6. Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif
karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi. Waktu lateritisasi tiap ketebalan 1
mm membutuhkan waktu sekitar 100 tahun (Adi Kurniadi, 2017)

2.2 Sumberdaya dan Cadangan

Berdasarkan kode Komite Cadangan Mineral Indonesia (KCMI) 2017,


Sumberdaya mineral adalah suatu konsentrasi atau keterjadian dari material yang
memiliki nilai ekonomi pada atau di atas kerak bumi, dengan bentuk, kualitas dan
kuantitas tertentu yang memiliki keprospekan yang beralasan untuk pada akhirnya
dapat diekstraksi secara ekonomi.
Berdasarkan kriteria tersebut maka sumberdaya mineral dibagi kedalam
tingkatan kelas yang terdiri dari :
9

1. Sumberdaya Mineral Tereka merupakan bagian dari sumberdaya mineral


dimana kuantitas dan kualitas kadarnya diestimasi berdasarkan bukti-bukti
geologi. Sumberdaya mineral tereka memiliki tingkat keyakinan lebih rendah
dalam penerapannya dibandingkan sumberdaya mineral tertunjuk dan tidak
dapat dikonversi ke cadangan mineral.
2. Sumberdaya Mineral Tertunjuk merupakan bagian dari sumberdaya mineral
dimana kuantitas, kadar atau kualitas, kerapatan, bentuk, dan karakteristik
fisiknya dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan yang cukup untuk
memungkinkan penerapan faktor-faktor pengubah secara memadai untuk
mendukung perencanaan tambang dan evaluasi kelayakan ekonomi cebakan
tersebut. Sumberdaya mineral tertunjuk memiliki tingkat keyakinan yang lebih
rendah penerapannya dibandingkan dengan sumberdaya mineral terukur dan
hanya dapat dikonversi ke cadangan mineral terkira.
3. Sumberdaya Mineral Terukur merupakan bagian dari sumberdaya mineral
dimana kuantitas, kadar atau kualitas, kerapatan, bentuk, karakteristik fisiknya
dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan yang memadai untuk
memungkinkan penerapan faktor-faktor pengubah untuk mendukung
perencanaan tambang detail dan evaluasi akhir dari kelayakan ekonomi
cebakan tersebut. Sumberdaya mineral terukur memiliki tingkat keyakinan
yang lebih tinggi penerapannya dibandingkan dengan sumberdaya mineral
tertunjuk ataupun sumberdaya mineral tereka. Sumberdaya mineral terukur
dapat dikonversi ke cadangan mineral terbukti atau cadangan mineral terkira.
2.2.1 Cadangan Mineral
Berdasarkan kode Komite Cadangan Mineral Indonesia (KCMI) 2017,
Cadangan mineral adalah bagian dari sumberdaya mineral terukur dan/atau
tertunjuk yang dapat ditambang secara ekonomi. Berdasarkan KCMI 2017 faktor
pengubah merupakan pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk
mengkonversi sumberdaya mineral ke cadangan mineral. Ini termasuk, dan tidak
terbatas pada, faktor-faktor penambangan, pengolahan, metalurgi, ekonomi,
9

pemasaran, hukum, lingkungan, infrastruktur, sosial, dan pemerintahan.


Pengaruh dari faktor pengubah dapat dijelaskan berdasarkan skema berikut.

Gambar 2. 1 Hubungan Antara Hasil Eksplorasi,Sumberdaya Dan Cadangan


(SNI 4726:2019, 2019)
Berdasarkan KCMI 2017 sumberdaya mineral dan cadangan mineral
dapat diklasifikasikan berdasarkan dua dasar klasifikasi, yaitu tingkat keyakinan
geologi dan faktor pengubah.
1. Aspek Geologi
Berdasarkan skema diatas jika pengklasifikasian semakin menuju kebawah
maka tingkat pengetahuan dan keyakinan geologi semakin meningkat.
Sumberdaya terukur harus mempunyai tingkat keyakinan yang lebih besar
dibandingkan dengan sumberdaya tertunjuk. Sumber daya tertunjuk harus
memiliki tingkat keyakinan yang lebih besar daripada sumberdaya tereka.
Sumberdaya tertunjuk dan terukur dapat diklasifikasikan menjadi cadangan
terkira dan cadangan terbukti jika memenuhi kajian kelayakan dari faktor
pengubah.
2. Faktor Pengubah
Pada skema diatas, dari arah kiri ke kanan terdapat faktor pengubah yaitu
faktor yang dipertimbangkan untuk mengkonversi sumber daya mineral menjadi
cadangan mineral, yaitu termasuk, dan tidak terbatas pada faktor penambangan,
11

pengolahan, pemurnian, ekonomi, pemasaran, legal, lingkungan, sarana dan


prasarana, sosial, dan peraturan perundang- undangan. Sumberdaya terukur bisa
ditingkatkan menjadi cadangan terbukti jika faktor pengubahnya sudah terpenuhi
dan bisa juga menjadi cadangan terkira jika faktor pengubahnya ternyata tidak
memenuhi.
Berdasarkan kriteria tersebut maka cadangan mineral dibagi kedalam tingkatan
kelas yang diatur dalam Komite Cadangan Mineral Indonesia (Komite KCMI,
2017).
1. Cadangan Mineral Terkira merupakan bagian dari sumberdaya mineral
tertunjuk yang ekonomis untuk ditambang, dan dalam beberapa kondisi juga
merupakan bagian dari sumberdaya mineral terukur. Tingkat kepercayaan
terhadap faktor pengubah pada cadangan terkira lebih rendah dibandingkan
tingkat kepercayaan pada cadangan terbukti.
2. Cadangan Mineral Terbukti merupakan bagian dari sumberdaya mineral
terukur yang ekonomis untuk ditambang. Cadangan mineral terbukti memiliki
tingkat keyakinan yang tinggi pada faktor pengubahnya.
2.3 Metode Estimasi Cadangan
2.3.1 Metode Inverse Distance Weighted ( IDW )
Metode ini memiliki asumsi bahwa setiap titik input mempunyai pengaruh
yang bersifat lokal yang berkurang terhadap jarak. Metode IDW umumnya
dipengaruhi oleh inverse jarak yang diperoleh dari persamaan matematika. Pada
metode interpolasi ini kita dapat menyesuaikan pengaruh relatif dari titik-titik
sampel Nilai power pada interpolasi IDW ini menentukan pengaruh terhadap titik-
titik masukan (input), dimana pengaruh akan lebih besar pada titik-titik yang lebih
dekat sehingga menghasilkan permukaan yang lebih detail. Pengaruh akan lebih
kecil dengan bertambahnya jarak dimana permukaan yang dihasilkan kurang detail
dan terlihat lebih halus. Jika nilai power diperbesar berarti nilai keluaran (output)
sel menjadi lebih terlokalisasi dan memiliki nilai rata-rata yang rendah. Penurunan
nilai power akan memberikan keluaran dengan rata-rata yang lebih besar karena
akan memberikan pengaruh untuk area yang lebih luas. Jika nilai power diperkecil,
maka dihasilkan pemukaan yang lebih halus. Bobot yang digunakan untuk rata-rata
12

adalah turunan fungsi jarak antara titik sampel dan titik yang diinterpolasi. Fungsi
umum pembobotan adalah inverse dari kuadra jarak, dan persamaan ini digunakan
pada metode Inverse Distance Weighted (Azpurua & Dos Ramos, 2010).
2.3.2 Metode Nearest Neighbor Point ( NNP )
Metode Nearest Neighbor Point atau biasa juga disebut dengan metode
polygon contoh terdekat, dimana pengambilan estimasi terhadap titik berdasarkan
pada pengaruh masing-masing titik mengikuti titik terdekat. Metode ini umumnya
digunakan pada endapan yang relatif homogen dan mempunyai geometri yang
sederhana. Daerah pengaruh dibuat dengan cara membagi dua jarak anatar dua titik
conto dengan satu garis sumbu (Kurnianto et al., 2019)
Menurut Jones dkk. (2019), Mekanisme metode ini dapat didefinisikan
sebagai berikut:
1. Letakkan polygon-polygon dengan menggambar garis-garis tegak lurus dari
garis-garis yang menghubungkan lubang bor. Polygon-polygon luar dibuat
dengan dimensi yang sama di sekeliling lubang bor.
2. Ukur luas setiap polygon dan kalikan dengan ketebalan bijih di lubang bor
untuk mendapatkan volume bijih di dalam polygon. Setelah itu, tonase bijih
dihitung dengan mengalikan volume blok polygonal dengan berat jenis bijih.
3. Total tonase bijih di dalam tubuh bijih diberikan oleh jumlah semua tonase
polygonal.
4. Letakkan polygon-polygon dengan menggambar garis-garis tegak lurus dari
garis-garis yang menghubungkan lubang bor. Polygon-polygon luar dibuat
dengan dimensi yang sama di sekeliling lubang bor.
5. Ukur luas setiap polygon dan kalikan dengan ketebalan bijih di lubang bor
untuk mendapatkan volume bijih di dalam polygon. Setelah itu, tonase bijih
dihitung dengan mengalikan volume blok polygonal dengan berat jenis bijih.
6. Total tonase bijih di dalam tubuh bijih diberikan oleh jumlah semua tonase
polygonal.
13

Gambar 2. 2 Metode Nearest Neight Point


2.3.3 Metode Ordinary Kriging ( OK )
Kriging adalah sekelompok teknik geostatistik untuk menginterpolasi nilai
bidang acak di lokasi yang tidak teramati dari pengamatan nilainya di lokasi
terdekat. Kriging termasuk dalam algoritma estimasi kuadrat linier terkecil yang
digunakan dalam beberapa aplikasi geostatistik. Linear kriging dibagi menjadi
simple kriging (mean yang diketahui), ordinary kriging (mean yang tidak diketahui
tetapi konstan) dan universal kriging (mean adalah kombinasi linear yang tidak
diketahui dari fungsi-fungsi yang diketahui), tergantung pada spesifikasi nilai
mean. Ordinary kriging banyak digunakan karena secara statistik merupakan
estimator linier tak bias terbaik. Ordinary kriging bersifat linier karena estimasinya
merupakan kombinasi linier dari data yang tersedia. Ordinary kriging tidak bias
karena berusaha menjaga rata-rata residual menjadi nol. Akhirnya, disebut terbaik
karena mencoba untuk meminimalkan varians residual (Adi Kurniadi, 2017).
Metode Ordinary Kriging (OK) merupakan metode estimasi suatu peubah
acak pada suatu titik (lokasi) tertentu dengan mengamati data yang sejenis dilokasi
lain dengan mean data diasumsikan konstan tetapi tidak diketahui nilainya. Pada
metode ordinary kriging, nilai-nilai sampel yang diketahui dijadikan kombinasi
linier untuk menaksir titik-titik disekitar daerah (lokasi) sampel (Kesuma et al.,
n.d.).
2.4 Kestabilan Lereng
Di dalam operasi penambangan, masalah kestabilan lereng akan ditemukan
pada penggalian tambang terbuka (open pit dan open cut), tempat penimbunan
material buangan (tailling disposal), penimbunan bijih (stockyard),
bendungan,infrastruktur lainya seperti jalan, fondasi jembatan, dan lereng sekitar
fasilitas seperti perumahan. Jika lereng yang terbentuk sebagai akibat dari proses
1

penambangan (pit slope) dan yang merupakan sarana penunjang operasi


penambangan (bendungan,jalan,dan lain-lain), itu tidak stabil, kegiatan produksi
akan terganggu dan mengakibatkan ketidaksinambungan produksi. Oleh karena itu,
analisis kemantapan lereng, baik pada tahap perancangan maupun penambangan
dan pasca tambang merupakan suatu bagian yang penting dan harus dilakukan
untuk mencegah terjadinya gangguan-gangguan terhadap kelancaran produksi serta
bencana fatal yang akan berakibat pada keselamatan pekerja dan peralatan.
Kestabilan lereng di pengaruhi oleh faktor geomtri lereng, karakteristik fisik
dan mekanik material pembentuk lereng, air, struktur bidang lemah batuan ,
tegangan alamiah dalam massa batuan, kosentrasi tegangan lokal, getaran, iklim,
hasil pekerja tambang, serta pengaruh termik. Dilihat dari jenis material
penyusunya, terdapat dua macam lereng, yaitu lereng tanah dan lereng batuan,
walaupun kenyataan yang di jumpai pada lereng tambang selalu merupakan
gabungan dari material tanah dan batuan (Arif,2016).
Analisis geoteknik diperlukan untuk menentukan desain geometri lereng
tambang yang mencakup tinggi dan sudut lereng yang dianggap aman. Secara
umum geometri lereng dinding bukaan tambang pasir terbagi dalam dua kategori,
yakni lereng keseluruhan atau total (overall slope) dan lereng jenjang atau individu
(bench individual slope). Selain menghitung dimensi kedua jenis lereng juga
disertakan perhitungan terhadap lereng timbunan (dumping area). Analisis dan
perhitungan kemantapan lereng dilakukan pada setiap lokasi titik pemboran yang
mewakili daerah sekitarnya dan dibatasi sampai kedalaman maksimum dari setiap
lubang bor. Untuk memperoleh geometri lereng total dan jenjang tambang yang
aman diperlukan analisis perhitungan kemantapan lereng (slope stability) secara
empirik. Dengan kata lain, analisis kemantapan lereng diperlukan untuk
menentukan suatu bangunan lereng agar cukup stabil sehingga tidak berbahaya
untuk keselamatan dan kehidupan. Hal yang terkait secara langsung dengan
kemantapan lereng adalah menentukan nilai faktor keamanan (Safety Factor).
Faktor Keamanan (FK) adalah nilai emprik yang diperoleh dari gaya penahan
dibagi oleh gaya pendorong. Dimana gaya pendorong maupun gaya penahan yang
bekerja pada sebuah lereng, setidaknya dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor utama yang
14

saling berkaitan, yaitu faktor dalam (internal) dan faktor luar atau external (Sari,
2020)
2.4.1 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng
1. Sifat Fisik dan Mekanik Batuan
Berdasarkan Kepmen ESDM 1827/K/30/MEM 2018, pengujian contoh
batuan dalam penyelidikan geoteknik meliputi uji sifat fisik dan sifat mekanik.
Secara khusus untuk analisis stabilitas lereng parameter sifat fisik dan mekanik
batuan yang diperlukan antara lain:
a. Kuat geser
Kuat geser batuan merupakan perlawanan internal batuan terhadap tegangan
yang bekerja sepanjang bidang geser dalam batuan tersebut, yang dipengaruhi oleh
karakteristik massa batuan dan faktor external. Kuat geser batuan sangat berguna
sebagai parameter rancangan kestabilan lereng. Kuat geser batuan dapat dicari
dengan parameter sudut geser dalam dan kohesi pada tegangan normal tertentu yang
didapatkan dari hasil uji kuat geser di laboratorium mekanika batuan. Kohesi adalah
gaya tarik menarik antara partikel dalam batuan, dinyatakan dalam satuan berat per
satuan luas. Kohesi batuan akan semakin besar jika kekuatan gesernya makin besar.
Nilai kohesi diperoleh dari pengujian laboratorium yaitu pengujian kuat geser
langsung (direct shear strength test) dan pengujian triaksial (triaxial test). Sudut
geser dalam merupakan sudut yang dibentuk dari hubungan antara tegangan normal
dan tegangan geser di dalam material tanah atau batuan. Sudut geser dalam adalah
sudut rekahan yang dibentuk jika suatu material dikenai tegangan atau gaya
terhadapnya yang melebihi tegangan gesernya. Semakin besar sudut geser dalam
suatu material maka material tersebut akan lebih tahan menerima tegangan luar
yang dikenakan terhadapnya.
b. Berat isi
Berat isi diperlukan untuk perhitungan beban guna analisis stabilitas lereng.
Berat isi dibedakan menjadi berat isi asli (natural), berat isi jenuh, dan berat isi
kering yang penggunaannya tergantung kondisi lapangan. Berat isi adalah rasio
massa batuan dengan volume total batuan. Batuan umumnya tersusun oleh massa
padat,air dan udara. Massa air dan udara umumnya mengisi ruang kosong yang ada
16

pada batuan yang berupa void dan rekahan. Pada kondisi natural spesimen batuan
yang padat biasanya mengandung air dan udara. Pada kondisi jenuh, udara pada
spesimen batuan dihilangkan dan ruang kosong diisi oleh air, sehingga specimen
batuan yang padat diharapkan hanya mengandung air. Apabila spesimen batuan
jenuh tersebut ditimbang di dalam air dalam keadaan tergantung maka akan didapat
nilai berat gantung dari spesimen batuan.
c. Nisbah Poisson
Nisbah Poisson adalah nilai mutlak dari perbandingan antara regangan lateral
dan regangan aksial. Jika suatu material diregangkan pada satu arah, maka material
tersebut cenderung mengkerut. Sebaliknya, jika suatu material ditekan, maka
material tersebut akan mengembang. Dalam deformasi elastik mekanik,
kecenderungan material untuk mengkerut atau mengembang dalam arah tegak lurus
terhadap arah pembebanan dikenal sebagai efek Poisson.
d. Modulus Young
Modulus young atau modulus elastisitas adalah kemampuan batuan untuk
mempertahankan kondisi elastisnya. Pada uji kuat tekan uniaksial, contoh batuan
yang diberi tekanan akan mengalami beberapa tahap deformasi yakni deformasi
elastik dan deformasi plastik. Nilai Modulus Young diturunkan dari kemiringan
kurva tegangan-regangan pada bagian yang linear karena pada saat inilah contoh
mengalami deformasi elastis.
2. Faktor External
Terdapat beberapa faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kestabilan
lereng, diantara faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi
akibat pelepasan energi dari bawah permukaan secara tiba-tiba yang menciptakan
gelombang seismik. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi
atau lempeng bumi. Selain itu gempa bumi juga bisa disebabkan oleh letusan
gunung api. Getaran gempa yang merambat di permukaan bumi dapat diukur dalam
skala ritcher. Namun pada saat terjadi gempa, dampak gempa yang terjadi disetiap
daerah berbeda-beda. Hal ini disebabkan getaran gempa merambat pada jenis
17

material yang berbeda-beda. (Abidin Zainal dkk., 2021)Amplitudo gelombang


diukur dengan peak ground acceleration (PGA). PGA bekerja dalam dua arah, yaitu
vertikal dan horizontal.
b. Kondisi Air Tanah
Air tanah merupakan salah satu faktor yang penting dalam kemantapan lereng.
Air tanah dapat mempengaruhi kemantapan lereng dengan cara mengurangi
kekuatan batuan atau tanah, mengubah unsur mineral dalam batuan melalui reaksi
kimia dan pelarutan, mengubah densitas batuan atau tanah, menyebabkan terjadinya
erosi. Keberadaan air tanah dalam suatu lereng akan menyebabkan adanya tekanan
air pori dalam massa batuan sehingga akan berpengaruh terhadap besarnya
kekuatan geser batuan (Abidin Zainal dkk., 2021)
2.5 Geoteknik
Dalam mempelajari geoteknik selalu akan berhubungan dengan material alam,
baik dari permukaan maupun dari dalam bumi, dalam bentuktanah dan batuan.
Dalam rekayasa geoteknik akan banyak berhubungan dengan hasil-hasil empiris,
yang disebabkan oleh perilaku alamiah dari material tanah dan batuan. Kedua
material tersebut mengandung banyak variable bahkan dalam jarak beberapa
milimeter dapat memiliki karakteristik material yang berbeda. Dapat dikatakan
tanah dan batuan merupakan material yang sangat heterogen. Sifat materialnya
sangat bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lain. Rekayasa geoteknik yang baik
bergantung pada keputusan dan pengalaman orang yang merancang. Selain itu
factor-faktor lain seperti keekonomian dan keselamatan merupakan hal yang sangat
penting dalam merancang lereng (Arif Irwandy, 2016).
Geoteknik berguna untuk kepentingan manusia dalam mencapai keberhasilan
pembangunan fisik infrastruktur yang kuat dan aman dari ancaman kerusakan.
Setiap perubahan roman muka bumi untuk keperluan infrastruktur, selalu
melibatkan kajian keamanan dan antisipasi agar infrastruktur tersebut kuat dan
aman. Untuk mendapatkan kondisi infrastruktur tersebut di atas, maka
pendekatannya dilakukan melalui geoteknik. Yang dimaksud dengan infrastruktur
adalah semua jenis dan konstruksi suatu bangunan (Zakaria Zufialdi & Jihadi
Luthfan Harisan, 2016).
18

2.5.1 Metode Fellenius


Metode Fellenius (Ordinary Method of Slice) diperkenalkan pertama oleh
Fellenius (1927,1936) berdasarkan bahwa gaya memiliki sudut kemiringan paralel
dengan dasar irisan FK dihitung dengan keseimbangan momen. Fellenius
mengemukakan metodenya dengan menyatakan asumsi bahwa keruntuhan terjadi
melalui rotasi dari suatu blok tanah pada permukaan longsor berbentuk lingkaran
(sirkuler) dengan titik O sebagai titik pusat rotasi. Metode ini juga menganggap
bahwa gaya normal P bekerja ditengah-tengah slice. Diasumsikan juga bahwa
resultan gaya-gaya antar irisan pada tiap irisan adalah sama dengan nol, atau dengan
kata lain bahwa resultan gaya-gaya antar irisan diabaikan (Turangan & Sompie,
2014).
Analisis stabilitas lereng cara Fellenius menganggap gaya-gaya yang
bekerja pada sisi kana-kiri dari sembarang irisan mempunyai resultan nol pada arah
tegak lurus bidang longsor. Data yang diperlukan dalam suatu perhitungan
sederhana untuk mencari nilai F (faktor keamanan lereng) adalah sebagai berikut:
a.Data lereng (terutama diperlukan untuk membuat penampang lereng) meliputi:
sudut lereng, tinggi lereng, atau panjang lereng dari kaki lereng ke puncak lereng.
b.Data mekanika tanah meliputi sudut geser dalam, bobot satuan isi tanah basah,
kohesi dan kadar air tanah (Panjaitan Armando dkk., 2020).
2.5.3 Metode Bishop
Bishop adalah Metode yang diperkenalkan oleh A.W. Bishop menggunakan
cara potongan dimana gaya-gaya yang bekerja pada tiap potongan ditunjukkan
seperti pada Metode Bishop dipakai untuk menganalisis permukaan gelincir (slip
surface) yang berbentuk lingkaran. Dalam metode ini diasumsikan bahwa gaya-
gaya normal total berada/bekerja dipusat alas potongan dan bisa ditentukan dengan
menguraikan gaya-gaya pada potongan secara vertikal atau normal. Persyaratan
keseimbangan dipakai pada potongan-potongan yang membentuk lereng tersebut.
Metode Bishop menganggap bahwa gaya-gaya yang bekerja pada irisan mempunyai
resultan nol pada arah vertikal (Turangan & Monintja, 2014).
Metode Bishop yang disederhanakan merupakan metode yang paling
populer dalam analisis kestabilan lereng. Asumsi yang digunakan dalam metode ini
19

yaitu besarnya gaya geser antar irisan sama dengan nol (X = 0) dan bidang runtuh
berbentuk sebuah busur lingkaran. Kondisi kesetimbangan yang dapat dipenuhi
oleh metode ini adalah kesetimbangan gaya dalam arah vertikal untuk setiap irisan
dan kesetimbangan momen pada pusat lingkaran runtuh untuk semua irisan.
Sedangkan kesetimbangan gaya dalam arah horisontal tidak dapat dipenuh
(Hasibuan & Heriyadi, 2020)
2.6 Desain Pit
Untuk mengetahui bentuk, besaran dan volume dari endapan mineral, langkah
awal yang dilakukan yaitu membuat sebuah desain pit penambangan yang didesain
berdasarkan bentuk dan sebaran dari ore body, serta berdasarkan petunjuk
pembuatan desain pit penambangan dari perusahaan sehingga menghasilkan sebuah
pit yang sesuai dengan standar operasional perusahaan. Luaran yang diharapkan
berupa volume sumberdaya atau cadangan mineral sebelum dilakukan kegiatan
penambangan dan untuk memastikan endapan mineral atau ore body yang akan
ditambang ekonomis atau akan memberikan kerugian bagi perusahaan (Taufik
Hidayat, dkk. 2018)
Desain pit menggambarkan secara teknis bagaimana penambangan
dilaksanakan. Untuk membuat sebuah desain yang baik dibutuhkan beberapa
parameter diantaranya stripping ratio, geoteknik tambang, pit limit, dan cadangan
tertambang (kansha, 2020)
2.7 Stripping Ratio
Stripping ratio adalah perbandingan antara jumlah material penutup
(overburden) yang harus dikupas terhadap jumlah bahan galian yang akan didapat
yang akan dapat ditambang (Martadinata dan Sepriadi. 2020).
Optimasi striping ratio sendiri merupakan usaha untuk menentukan batas
penambangan yanga akan memberikan cadanngan tertambang optimum. konservasi
cadangan pada intinya merupakan upaya mengoptimalkan keuntungan dan
cadangan dengan memilih stripping ratio yang optimum. Dalam pengembangan
piit diperlukan penetapan Break Even Stripping Ratio (BESR). BESR meerupakan
ratio increment tambang terakhir sepanjang pit wal, dapat diartikan bahwa jika
20

melewati batas BESR, maka tidak diperoleh keuntungan dalam usaha


pertambangan tersebut (Yulanda,dkk.2020)
Nisbah pengupasan merupakan perbandingan antara volume lapisan tanah
penutup yang harus dipindahkan untuk setiap 1 ton yang ditambang (Alkausar,
Teguh J.2019)
2.8 Pit Limit
pit limit adalah batas akhir atau paling luar dari suatu tambang terbuka yang
masih diperbolehkan dengan kemiringan lereng yang masih aman. Metode untuk
merancang sebuah batas tambang terbuka dibedakan oleh ukuran deposit, kuantitas
dan kualitas data, kemampuan analisis, dan asumsi dari seorang enginner tersebut.
Batas tersebut menunjukan jumlah bahan galian yang dapat ditambang dan jumlah
overburden yang harus dipindahkan selama operasi penambangan berlangsung.
Dengan demikian, maka faktor-faktor yang mempenngaruhi kemiringan lereng
suatu tambang adalah:
1. Struktur geologi yang meliputi kekar (joint), patahan (sesar), lipatan (fold) dan
lain-lain
2. Kadar air, merupakan kandungan air tanah di dalam lapisan-lapisan batuan
3. Unsur waktu (sripping ratio) adalah perbandingan antara jumlah material
penutup (overburden) yang harus dikupas terhadap jumlah bahan galian yang
akan ditambang (Martadinata & Sepriadi. 2020)
Batas akhir (ultimate pit limit) merupakan aspek paling penting dalam
penambangan terbuka. Garis besar akhir yang optimal menentukan tonase bijih
yangn dapat diekstraksi, volume limbah yang akan dibuang, lokasi fasilitas
tambahan, lokasi penimbunan bijih dan limbah, umur tambang, dan perkiraan nilai
sekaranng bersih (NPV) dari seluruh operasi penambangan. Secara tradisional, ada
dua pendekatan utama untuk mengoptimalkan batas pit limit. Yang satu berupa
menentukan lubang akhir dengan menggunakan maksimalisasi keuntunngan tak
terdiskonto (Discounted Cash Flow) dan yang lainnya dengan menentukan urutan
penambangan optimal semua blok dan mendiskontokan nilai blok. Garis besar
dengan NPV kumulatif tertinggi akan dipilih sebagai batas pit akhir ( Seleki, dkk.
2019)
20

Hasil suatu perancangan pit limit akan menentukan volume lapisan tanah
penutup dan tonase yang mengisi pit. Perbandingan antara lapisan penutup dan
material yang ditambang akan memberikan nisbah pengupasan rata-rata suatu pit
(Alkausar,Teguh J. 2019)
𝑂𝑣𝑒𝑟𝑏𝑢𝑟𝑑𝑒𝑛
𝑆𝑅 = (2.1)
𝑚3

2.9 Desain Disposal


Disposal atau Waste Dump adalah daerah pada suatu operasi tambang terbuka
yang dijadikan tempat membuang material kadar rendah atau material bukan bijih.
Adapun material penyusun disposal terdiri dari berbagai jenis, seperti tanah (soil),
siltstone, claystone, sandstone dan jenis batuan lainya. Adapun material yang telah
disebut diatas merupakan material dalam kondisi kembang (loose) oleh karena itu,
kepadatan material juga akan berkurang. Disposal tersebut nantinya akan
membentuk lereng-lereng yang berpotensi mengalami kelongsoran (Anita &
Bambang,2021)
Disposal area merupakan daerah pada lokasi tambang terbuka yang dijadikan
tempat untuk menimbun atau membuang material yang tidak berharga. Disposal
atau tempat pembuangan harus direncanakan dengnan baik untuk mengurangi
dampak buruk yang kemungkinan dapat terjadi akibat adanya faktor-faktor yang
mengganggu kestabilan lereng disposal. Adanya perubahan geometri lereng dapat
menimbulkan kekhawatiran mengenai kestabilan lereng baru yang terbentuk.
Kekhawatiran ini disebabkan karena area perluasan disposal akan menimbun kolam
lumpur dan settling pound dimana di dasar kolam tersebut terdapat material hasil
sedimentasi (sludge) yang memiliki kekuatan kohesi yang kecil, dimana sludge
berpotensi menjadi bidang gelincir dikaki lereng, yang mana dapat menyebabkan
lereng mengalami pergerakan (Azmi, dkk. 2019).
2.10 Jalan Tambang
Jalan Tambang merupakan jalan yang terdapat pada area pertambangan
dan/atau area proyek yang digunakan dan dilalui oleh alat pemindah tanah mekanis
dan unit penunjang lainnya dalam kegiatan pengangkutan tanah penutup, bahan
galian tambang, dan kegiatan penunjang pertambangan (Anonim, 2018).
21

Jalan tambang merupakan parameter penting untuk menunjang kinerja alat


angkut. Jalan angkut yang baik tentunya dapat mendukung kinerja alat angkut yang
melaluinya. Jika geometri jalannya sudah sesuai dengan persyaratan dan lebar jalan
pada jalan lurus dan tikungan sudah sesuai dimensi alat angkut yang digunakan, hal
ini tentu sudah dapat memberikan kontribusi yang besar untuk waktu tempuh dan
kecepatan alat angkut yang akan berdampak pada peningkatan produktivitas dari
alat angkut itu sendiri (Lambung dkk., 2017)
2.11 Geometri Jalan
Perancangan geometri jalan merupakan salah satu bagian dari perancangan
jalan yang dimana dititik beratkan pada perancangan bentuk fisik jalan, sehingga
dapat menghasilkan bentuk jalan yang dapat dimanfaatkan untuk operasi lalu lintas
dengan cepat, lancar, aman, nyaman, dan efisien. Dasar perancangan geometri
adalah sifat gerakan, ukuran kendaraan (dimensi dan berat), sifat pengemudi, dan
karakteristik arus (kecepatan, kerapatan dan volume) lalu lintas. Dalam
Perencanaan geometri ada tiga elemen penting yaitu alinyemen horizontal (trase
jalan), terutama dititik beratkan pada perancangan sumbu jalan; alinyemen vertikal
(penampang memanjang jalan); dan penampang melintang jalan. Dalam
perancangan alinyemen vertikal, pengambilan atau penentuan kelandaian memberi
pengaruh pada gerakan kendaraan terutama kendaraan berat (seperti truk dan bus).
Pengaruh dari kelandaian ini dapat dilihat dari berkurangnya kecepatan kendaraan
atau mulai dipergunakannya gigi rendah (Ibrahim dkk., 2022).
Salah satu hal yang menyebabkan tidak tercapainya target produksi adalah
kondisi jalan angkut. Beberapa faktor yang mempengaruhi alat angkut tidak dapat
beroperasi secara optimal antara lain kondisi jalan angkut yang sempit sehingga
ketika alat angkut berpapasan salah satu alat angkut harus berhenti, terdapat
tanjakan yang curam sehingga alat angkut harus mengurangi kecepatan untuk bisa
mengatasi tanjakan, kondisi jalan yang bergelombang sehingga pada saat
pengangkutan banyak material yang berserakan, perlu dilakukan evaluasi teknis
mengenai kondisi geometri jalan angkut yang tujuannya adalah untuk
memperlancar poses pengangkutan dan juga memberikan rasa aman bagi operator
alat angkut ketika melewati jalan tersebut. Baiknya kondisi jalan akan
23

mempertinggi nilai efisiensi kerja alat dan waktu siklus alat angkut lebih cepat serta
mempertinggi tingkat keamanan dari operator sehingga akan meningkatkan
produktivitas (Nanda dkk., 2021).
Pada kegiatan penambangan, terutama dalam pemilihan alat angkut ada
beberapa geometri jalan tambang yang harus diperhatikan dan dipenuhi, hal
tersebut berfungsi untuk mengurangi hambatan dan gangguan yang dapat
mempengaruhi kegiatan operasi pengangkutan. Kondisi jalan angkut yang baik
akan meningkatkan efiensi dan efektifitas kerja alat angkut dalam kondisi aman.
Alat angkut tambang tidak dapat beroperasi secara optimal pada kondisi jalan yang
sempit, tanjakan curam, permukaan jalan rusak (Rochim dkk., 2021).
2.12 Lebar Jalan Angkut
Lebar jalan angkut produksi sangat mempengaruhi kelancaran operasi
pengangkutan. Lebar jalan angkut dari pit menuju disposal memiliki lebar yang
bervariasi. Pengukuran lebar jalan menggunakan meteran yang diukur pada
masing-masing segmen. Perhitungan lebar jalan lurus berbeda dengan lebar jalan
tikungan karena jalan lebar tikungan lebih besar daripada lebar jalan lurus
(Multriwahyuni dkk., 2018).
2.12.1 Lebar Jalan Angkut Pada Kondisi Lurus
Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus didasarkan pada
Rule of Thumb yang dikemukakan Aasho Manual Rural High-way Design adalah:
𝐿𝑚𝑖𝑛 = 𝑛 × 𝑊𝑡 + (𝑛 + 1)(0,5 × 𝑊𝑡) (2.2)
Dengan :
𝐿𝑚𝑖𝑛 = Lebar jalan angkut minimum (m)
n = Jumlah alur
Wt = Lebar alat angkut total (m)
Perumusan diatas hanya digunakan untuk lebar jalan dua jalur (n), nilai 0,5
artinya adalah lebar terbesar dari alat angkut yang digunakan dari ukuran aman
masing-masing kendaraan di tepi kiri-kanan jalan (Bargawa W.S, 2018)
24

Gambar 2. 3 Lebar Jalan Angkut Lurus


2.12.2 Lebar Jalan Angkut Pada Kondisi Tikungan
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar dari pada lebar pada
jalan lurus. Untuk jalur ganda, lebar minimum pada tikungan dihitung berdasarkan
pada:
a. Lebar jejak ban alat angkut
b. Lebar juntau atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan belakang
pada saat membelok
c. Jarak antara alat angkut pada saat bersimpangan
d. Jarak (space) alat angkut dengan tepi jalan.
Lebar jalan angkut pada tikungan dapat dihitung menggunakan rumus:
𝑊 = 𝑛(𝑈 + 𝐹𝑎 + 𝐹𝑏 + 𝑍) + 𝐶 (2.3)
1
𝐶 = 𝑍 = 2 (𝑈 + 𝐹𝑎 + 𝐹𝑏) (2.4)

Dengan:
W = Lebar jalan angkut pada tikungan (m)
n = Jumlah jalur
U = Jarak jejak roda kendaraan (m)
Fa = Lebar juntai depan (m)
Fb = Lebar juntai belakang (m)
C = Jarak antara dua alat angkut yang akan bersimpangan (m)
Z = Jarak sisi luar alat angkut ke tepi jalan (m)
24

Gambar 2. 4 Lebar Jalan Angkut Pada Tikungan


2.13 Kemiringan Jalan (Grade)
Kemiringan jalan angkut (grade) merupakan tanjakan dari jalan angkut,
kelandaian ataupun kecuraman yang sangat mempengaruhi produksi alat angkut,
sebab adanya kemiringan jalan (grade) jalan angkut menimbulkan tahanan tanjakan
yang harus diatasi oleh mesin alat angkut (Saputra dkk., 2019).
Rumus yang digunakan untuk menghitung kemiringan jalan angkut sebagai berikut:
𝛥ℎ
𝐺𝑟𝑎𝑑𝑒 = 𝛥𝑥 × 100% (2.5)

Dimana:
Δh = Beda tinggi antara dua titik segmen yang diukur (m)
Δx = Jarak datar antara dua segmen yang diukur (m)
2.14 Superelevasi
Superelevasi merupakan kemiringan badan jalan (melintang) pada tikungan.
Superelevasi merupakan perbandingan antara beda tinggi dan jarak mendatar pada
tikungan. Superelevasi berfungsi untuk mengatasi air permukaan yang ada pada
tikungan dan juga bertujuan untuk membantu kendaraan mengatasi tikungan
sehingga alat angkut tidak tergelincir pada saat melewati tikungan dengan
kecepatan maksimum. Untuk mendapatkan nilai superelevasi, kecepatan yang
digunakan adalah kecepatan maksimum dari alat angkut saat melewati tikungan
(Maharani dan Sumarya, 2018).
24

Rumus yang digunakan untuk menghitung jari-jari tikungan sebagai


berikut:
𝑣2
𝑅𝑚𝑖𝑛 = 127×(𝑒+𝑓) (2.6)

Keterangan:
R = Jari-jari tikungan (m)
V = Kecepatan km/jam)
e = Nilai superelevasi (mm/m)
f = Koefisien gesek samping
26

2.15 Kemiringan Melintang (Cross Slope)


Kemiringan melintang digunakan untuk mengatasi masalah drainase di atas
permukaan jalan. Cross slope dibuat dengan tujuan apabila ketika turun hujan atau
sebab lain maka air yang ada pada permukaan jalan akan segera mengalir ke tepi
jalan angkut, tidak berhenti dan mengumpul pada permukaan jalan. Namun
kemiringan melintang yang terlalu besar juga tidak baik. Ada beberapa
kemungkinan yang dapat terjadi karena kemiringan melintang yang terlalu besar,
diantaranya adalah:
1. Memungkinkan terjadinya pengikisan material halus pada permukaan jalan
yang dapat mengakibatkan tertinggalnya batuan di permukaan jalan angkut.
2. Memungkinkan terjadinya pembebanan berlebihan pada ban bagian luar.
3. Kestabilan kendaraan akan berkurang ketika beroperasi pada jalan angkut
(Ramadhan dkk., 2022)
2.16 Sequence Penambangan (Mine Sequence)
Mine sequence merupakan bentuk-bentuk penambangan yang menunjukkan
bagaimana suatu pit akan ditambang dari titik awal masuk hingga bentuk akhir pit.
Mine sequence disebut juga phase, slice, stage, dan pushback.
Tujuan umum dari mining sequence adalah untuk membagi seluruh volume
yang ada dalam pit ke dalam unit-unit perencanaan yang lebih kecil sehingga
mudah ditangani. Adanya mine sequence yang direncanakan dengan baik akan
memudahkan perancangan tambang yang amat kompleks menjadi lebih sederhana.
Penentuan sequence atau urutan dalam penambangan ditentukan berdasarkan target
produksi yang ingin dicapai dalam waktu tertentu biasa tiap bulan. Hal yang
menjadi penentuan dalam menentukan sequence adalah kadar persen rata-rata Ni
berdasarakan total dari tonnase yang dinginkan untuk ditambang dengan
menggunakan metode block model.
Parameter waktu perlu untuk diperhitungkan dalam perancangan pushback
karena waktu merupakan parameter yang sangat berpengaruh. Tahapan-tahapan
penambangan yang dirancang secara baik akan memberikan akses ke semua daerah
27

kerja dan menyediakan ruang kerja yang cukup untuk operasi peralatan kerja
tambang. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam merencanakan suatu
pushback, seperti faktor geologi, geoteknik, desain jalan angkut, ekonomi,
pemilihan alat berat, hidrologi, target produksi, dan masalah lingkungan (Reza,
2018).
2.17 Sistem Tambang Terbuka
Sistem penambangan terbuka didefinisikan sebagai penggalian yang dimulai
dari seluruh permukaan awal alam dan tidak memerlukan pembangunan
terowongan (tunnel) atau shaft. Kebanyakan, model mineralisasi akan berdampak
pada metode penambangan permukaan, terutama karakter dan ketebalan lapisan
penutup/ overburden. Sistem tambang terbuka akan menyebabkan perubahan rona
atau bentuk topografi suatu daerah menjadi sebuah front penambangan.
Tambang terbuka menghasilkan ekstraksi mineralisasi yang dilakukan pada
dengan metode panambangan di permukaan tanah, dimana dapat dilakukan
ekstraksi mekanis ataupun secara aqueous extraction. Ada juga tipe detail yang
digunakan dalam tambang terbuka, namun hanya dilakukan dengan beberapa teknik
saja dan lebih mudah dipahami. Berdasarkan hal tersebut, ada empat ekstraksi
mekanis utama dalam metode penambangan untuk mendapatkan mineral pada
tambang terbuka:
a. Metode open-pit
b. Metode strip (open cast) mine
c. Metode quarry mine
d. Metode auger mine
Pembagian metode ekstraksi mekanik jelas memiliki keterkaitan dengan
komoditas yang ditambang. Metode open pit digunakan pada penambangan logam
dan intan. Quarry mine difokuskan pada insdutri mineral dan batuan, serta metode
strip mine dan auger mine adalah metode yang sering diterapkan pada endapan batu
bara. Metode open pit dan strip mine adalah dua metode penambangan permukaan
yang paling dominan di dunia, terhitung sekitar 90% dari total tonase mineral di
tambang terbuka. Keuntungan dan kerugian dari satu jenis penambangan
permukaan dibandingkan yang lain, sering terkait dengan peralatan yang digunakan
dan biaya serta manfaat terkait yang berasal dari penggunaannya (pranata).
28

2.18 Umur Tambang


Umur tambang (life of mine, mine life ) adalah waktu yang dihitung dari
jumlah cadangan dibagi dengan produksi tambang per tahun. Umur tambang sangat
dipengaruhi oleh jumlah cadangan yang bisa ditambang dan tingkat produksi per
tahun. Perhitungan umur tambang dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝑐𝑎𝑑𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝑡𝑜𝑛)
𝑈𝑚𝑢𝑟 𝑇𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 (𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛) = 𝑡𝑜𝑛 (2.7)
𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 ( )
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

Umur tambang dibuat tidak terlalu cepat ataupun terlalu lama, tergantung dari
kemampuan perusahaan dalam menentukan tingkat produksi. Terlalu rendah tingkat
produksi berarti keuntungan yang diperoleh akan lama (balik modalnya akan
terhitung lama), sedangkan terlalu tinggi tingkat produksinya maka biaya investasi
bisa terlalu besar sehingga kemungkinan kemampuan keuangan perusahaan tidak
akan sanggup mengatasi.
2.19 Sistem Penyaliran
Sistem penyaliran tambang berguna untuk mencegah, mengeringkan, atau
mengalirkan air yang masuk ke bukaan tambang yang mengganggu aktivitas
penambangan akibat adanya air dalam jumlah yang berlebihan terutama pada
musim hujan, serta untuk memperlambat kerusakan alat, sehingga alat-alat mekanis
yang digunakan pada daerah tersebut mempunyai umur yang lama. Selain itu,
sistem penyaliran tambang dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menjaga agar
tidak ada genangan air pada front penambanganan sehingga tidak mengganggu
proses penambangan. Dalam penanganan-penanganan masalah air dalam suatu
tambang terbuka dapat dibedakan menjadi dua yaitu mine drainage dan mine
dewatering.
2.19.1 Mine Drainage System
Mine Drainage System merupakan upaya untuk mencegah masuknya atau
mengalirnya air ke tempat penggalian. Hal ini umumnya dilakukan untuk
menangani air tanah dan air yang berasal dari sumber air permukaan (sungai, danau,
21 rawa, dan lain–lain).
29

2.19.2 Mine Dewatering


Mine dewatering system merupakan upaya untuk mengeluarkan air hujan,
air tanah dan air limpasan yang telah masuk ke lokasi penambangan. Upaya ini
terutama untuk menangani air yang berasal dari air hujan (Sayoga, 2022).
2.20 Analisis Data Curah Hujan
Curah hujan merupakan salah satu unsur cuaca yang datanya diperoleh dengan
cara mengukurnya dengan menggunakan alat penakar hujan, sehingga dapat
diketahui jumlahnya dalam satuan millimeter (mm). Curah hujan dibatasi sebagai
tinggi air hujan yang diterima di permukaan sebelum mengalami aliran permukaan,
evaporasi dan peresapan ke dalam tanah. Sedangkan Intensitas curah hujan
merupakan ukuran jumlah hujan per satuan waktu tertentu selama hujan
berlangsung (Rahmawati, 2022).
Analisis curah hujan memproses data curah hujan mentah, diolah menjadi
data yang siap dipakai untuk perhitungan debit aliran. Data curah hujan yang akan
dianalisis berupa kumpulan data selama 10 tahun pengamatan. Kejadian hujan
merupakan proses stokastik, sehingga untuk keperluan analisa dan menjelaskan
proses stokastik tersebut digunakan teori probabilitas dan analisa frekuensi.
Perhitungan curah hujan rencana menggunakan data curah hujan dengan periode
ulang tertentu yang dihitung dengan 4 metode distribusi frekuensi yaitu distribusi
normal, distribusi log normal, distribusi log pearson III, dan distribusi Gumbel
(Bahunta dan Waspodo, 2019).
2.20.1 Periode Ulang Hujan
Curah hujan biasanya terjadi menurut pola tertentu dimana curah hujan
biasanya akan berulang pada suatu periode tertentu, yang dikenal dengan periode
ulang hujan. Periode ulang hujan adalah periode (tahun) dimana suatu hujan dengan
tinggi intensitas yang sama kemungkinan bisa terjadi lagi. Kemungkinan terjadinya
adalah satukali dalam batas periode (tahun) ulang yang ditetapkan (putri, 2014).
Acuan untuk menentukan periode ulang (PUH) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. 1 Acuan Untuk Menentukan Periode Ulang Hujan Rencana
Keterangan Periode Ulang Hujan
Daerah terbuka 0,5
Sarana tambang 2-5
30

Lereng-lereng tambang 5-10


Sumuran utama 10-25
Penyaliran keliling tambang 25
Pemindahan aliran sungai 100

2.20.2 Curah Hujan Rata-Rata


Penentuan curah hujan rata-rata terdapat beberapa metode yang dapat
digunkan yaitu metode rata-rata aljabar (metode Arithmatic) dan metode polygon
thiessen. Metode rata-rata (metode Arithmatic) adalah metode yang paling
sederhana untuk menghitung hujan rata-rata pada suatu daerah. Pengukuran yang
dilakukan dibeberapa stasiun dalam waktu yang bersamaan dijumlahkan kemudian
dibagi dengan jumlah stasiun. Stasiun yang digunakan dalam hitungan biasanya
adalah yang berada dalam daerah tangkapan hujan. Akan tetapi stasiun diluar
daerah tangkapan hujan yang masih berderkatan juga bisa diperhitungakan.
Sedangkan metode polygon thiessen adalah metode ini memperhitungkan bobot
dari masing-masing stasiun yang mewakili luasan di sekitar. Metode ini tidak cocok
diterapkan pada daerah dengan kondisi topografi pegunungungan. Persamaan yang
digunakan: (Lashari dkk., 2017).
𝑋𝑖
𝑋 = ∑𝑛𝑖=1 𝑛 (2.8)
Dimana:
X = Nilai Rata-Rata Curah Hujan (mm)
Xi = Curah Hujan Maksimum Data Ke-i
n = Banyak Data
2.20.3 Penentuan Distribusi
Perhitungan besar curah hujan pada periode ulang tertentu berdasarkan
distribusi normal, log normal, Gumbel dan log Pearson tipe III adalah sebagai
berikut: (Widyawati dkk., 2020).

2.20.3.1 Distribusi Normal

Distribusi normal banyak digunakan dalam analisis hidrologi, misal dalam


analisis frekuensi curah hujan, perhitungan curah hujan menurut distribusi normal
dapat dilihat persamaan sebagai berikut:
𝑋𝑇 = 𝑋 + 𝐾. 𝑆 (2.8)
Dimana:
31

𝑋𝑇 = Curah Hujan Periode Ulang T Tahunan


X = Nilai Rata-Rata Variat
K = Faktor Frekuensi
S = Simpangan Baku Nilai Logaritma X Hasil Data Pengamatan
2.20.3.2 Distribusi Log Normal
Distribusi log normal merupakan hasil transformasi dari distribusi normal
yaitu dengan mengubah nilai X dengan nilai logaritmik X. Perhitungan curah hujan
menurut distribusi log normal dapat dilihat pada persamaan berikut:
𝑙𝑜𝑔𝑋𝑇 = log 𝑋 + 𝐾. 𝑆(log 𝑋) (2.9)
Dimana:
𝑋𝑇 = Curah Hujan Periode Ulang T Tahunan
Log X = Rata-Rata Nilai Logaritma X Hasil Pengamatan
K = Faktor Frekuensi
S = Simpangan Baku Nilai Logritma Data X Hasil Pengamatan
2.20.3.3 Distribusi Gumbel
Distribusi Gumbel atau disebut juga dengan distribusi ekstrem umumnya
digunakan untuk analisis data maksimum. Perhitungan curah hujan menurut
distribusi Gumbel ditentukan berdasarkan persamaan berikut:
𝑋𝑇 = 𝑋 + 𝐾. 𝑆 (2.10)
Dimana:
𝑋𝑇 = Curah Hujan Periode Ulang T Tahunan
X = Nilai Rata-Rata Variat
K = Faktor Frekuensi
S = Simpangan Baku Nilai Logaritma X Hasil Data Pengamatan
2.20.3.4 Distribusi Log Person III
Distribusi log Pearson tipe III banyak digunakan dalam analisis hidrologi
terutama dalam analisis data dengan nilai ekstrim. Bentuk distribusi log Pearson
tipe III merupakan hasil transformasi dari distribusi Pearson tipe III dengan
menggantikan variat menjadi nilai logaritmatik. Perhitungan curah hujan menurut
distribusi log Pearson tipe III dapat dihitung dengan persamaan berikut:
log 𝑋𝑇 = log 𝑋 + 𝐾. 𝑆(log 𝑋) (2.11)
Dimana:
𝑋𝑇 = Curah Hujan Periode Ulang T Tahunan
Log X = Rata-Rata Nilai Logaritma X Hasil Pengamatan
K = Faktor Frekuensi
32

S = Simpangan Baku Nilai Logritma Data X Hasil Pengamatan


2.21 Debit Air Limpasan
Air limpasan yaitu bagian dari curah hujan yang jatuh serta mengalir ke
permukaan tanah, sungai, danau, hingga laut. Aliran itu terjadi curah hujan yang
jatuh ke permukaan tidak terinfiltrasi semua karena disebabkan oleh intensitas
curah hujan atau faktor bentuk lereng dan kekompakan batuan serta vegetasi yang
ada didaerah tersebut (Cahyadi dkk., 2019).
Debit air limpasan adalah volume air hujan persatuan waktu yang tidak
mengalami infiltrasi sehingga harus dialirkan melalui saluran drainase. Faktor-
faktor yang berpengaruh dalam perhitungan debit air limpasan yaitu koefisien
limpasan ( C ), intensitas curah hujan ( I ) dan catchment area ( A ). Salah satu
metode yang digunakan untuk memperkirakan debit air limpasan yaitu metode
rasional. Metode unu digunakan untuk daerah yang luas pengalirannya kurang 300
ha (Jeki dkk., 2017). Sebelum dilakukannya perhitungan debit air limpasan
memiliki persamaan adalah sebagai berikut :
2.22 Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan adalah jumlah persatuan waktu yang relatif singkat,
biasanya satuan yang digunakan adalah mm/jam. Intensitas curah hujan biasanya
dinotasikan dengan huruf “I”. Perhitungan intensitas hujan ditentukan
menggunakan rumus Mononobe berdasarkan parameter frekuensi curah hujan dan
waktu konsentrasi dengan melihat lama terjadinya hujan. Persamaanya intensitas
curah hujan ( I ) anatara lain adalah sebagai berikut: (Cahyadi dkk., 2019).
𝑅24 24 2/3
𝐼= ( ) (2.12)
24 𝑡
Dimana:
I = Internsitas Curah Hujan (mm/Jam)
𝑅24 = Curah Hujan Rencana Perhari (mm)
T = Waktu Hujan
2.22 Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)
Catchment area merupakan suatu areal atau daerah tangkapan hujan dimana
batas wilayah tangkapannya ditentukan dari titik-titik elevasi tertinggi sehingga
berupa polygon tertutup dengan pola yang disesuaikan pada kondisi topografi yang
mengikuti arah gerak air (Nanda dkk., 2018).
32

Penentuan Luas daerah tangkapan hujun dilakukan dengan cara melakukan


pengamatan langsung dilapangan dan menganalisis peta topografi dengan
perangkat lunak (software). Pengamatan langsung dilapangan dan analisis peta
topografi bertujuan untuk mengetahui elevasi tertinggi hingga terendah,luas
catchment area, dan arah aliran air limpasan (run off). Catchment area biasanya
dibatasi berupa perbukitan, sebab daerah tersebut akan mengumpulkan serta
mengalirkan air hujan. Data yang dibutuhkan untuk analisis Daerah tangkapan
hujan adalah peta topografi serta penetuan luasan catchment area dengan cara
poligun tertutup sehingga didapatkan luas Daerah tangkapan hujan (Syarifuddin
dkk., 2017).
2.23 Perhitungan Debit Air
Untuk menentukan debit dari air limpasan ini dapat digunakan rumus atau
persamaan Rasional yang merupakan salah satu dari rumus empiris rumus ini
banyak digunakan untuk penyaliran daerah sungai yang luas, dan juga untuk
perencanaan drainase daerah pengaliran yang relatif sempit. Metode ini
memberikan batasan jumlah air masuk dapat dilihat dari limpasan permukaan
maksimum. Bentuk umum Rumus Rasional ini adalah sebagai berikut (Utamakno
dkk., 2020).
𝑄 = 0,00278 × 𝐶 × 𝐼 × 𝐴 (2.13)
Dimana:
Q = Debit Air Limpasan (m3/detik) C = Koefisien Limpasan
I = Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
A = Luas Daerah Tangkapan Hujan (Km2)
2.24 Koefisien Aliran Permukaan (C)
Koefisien C didefinisikan sebagai nisbah antara puncak aliran permukaan
terhadap intensitas hujan. Harga C ditentutakan dengan metode dari (Hassing 1995)
dalam (Wismarini dkk., 2011), persamaannya sebagai berikut:
𝐶 = 𝐶𝑡 + 𝐶𝑠 + 𝐶𝑣 (2.14)
Dimana:
C = Koefisien Aliran Permukaan
Ct = Nilai Koefisien Berdasarkan Topografi
Cs = Nilai Koefisien Berdasarkan Jenis Tanah
34

Cv = Nilai Koefisien Berdasarkan Jenis Vegetasi


2.25 Saluran (Drainase)
Saluran dalam areal penambangan berfungsi untuk mengeluarkan air
limpasan ke luar tambang, selain itu saluran juga terdapat di luar areal
penambangan.Saluran yang berada di luar areal penambanan ini dikatakan sebagai
saluran pengelak.Saluran pengelak merupakan saluran yang berfungsi untuk
mencegah masuknya air limpasan kedalam areal penambangan. Kapasitas suatu
saluran dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:
1 1
1
𝑄 = 𝑛 ⁄× 𝐴 × 𝑆 2 × 𝑅 2 (2.15)

Dimana:
Q = Debit pengaliran (m3 /detik)
A = Luas penampang (m2 )
S = Kemiringan dasar saluran (%)
R = Jari-jari hidrolis (meter)
n = Koefisien kekerasan manning
2.25 Sedimen Pond
Settling pond adalah suatu daerah yang dibuat khusus untuk menampung air
limpasan sebelum dibuang langsung menuju daerah pengaliran umum. Sedangan
kolam pengendapan untuk daerah penambangan adalah kolam yang dibuat unutk
menanpung dan mengendapkan air limpasan yang bersal dari daerah penambangan.
Dengan adanya kolam pengendapan diharapkan semua air yang keluar dari daerah
penambangan benar-benar air yang sudah memenuhi ambang bastes yang diijinkan
oleh perusahaan, sehingga nantinya dengan adanya penambangan ini, tidak ada
complain dari masyarakat dan juga mencegah terjadinya pencemaran lingkungan
(Andrianto dkk., 2019)
Air yang masuk ke dalam settling pond selanjutnya dilakukan treatment secara
khusus agar dapat dialirkan ke sungai atau saluran pembuangan. Setelah diproses
di settling pond diharapkan air yang sudah di treatment yang keluar dari lokasi
penambangan sudah bersih, tidak menyebabkan sungai atau laut menjadi keruh
sebagai tempat pembuangan akhir dan juga tidak menimbulkan pedangkalan pada
sungai karena partikel padatan yang terbawa bersama dengan air. Desain dari
settling pond biasanya digambarkan secara sederhana, yaitu berbentuk segiempat
34

panjang dan juga dapat berbentuk lain nya disesuaikan dengan kondisi lapangan
dan keperluannya, settling pond ini mempunyai 4 zona penting keempat zona
tersebut yaitu: (Setianingrum & Yulianti, 2020).
1. Sedimen Zone
Yaitu suatu tempat awalnya masuk air lumpur kedalam settling pond dan
dianggap campuran padatan dan cairan yang masuk distribusinya seragam pada
zona ini material berat akan mengendap ke bawah.
2. Safety Pond Zone
Pada zona ini akan di cek secara berskala kondisi kandungan air nya apakah
sudah sesuai dengan baku mutu lingkungan atau belum.
3. Treatment Facilities Zona
Pada zona kolam ini akan dilakukan treatment khusus dengan menggunakan
bahan kimia untuk menetralkan pH air sesuai baku mutu lingkungan.
4. Mud Zone
Pada zona ini padatan lumpur akan mengalami sedimentasi yang terkumpul
dibagian dasar kolam.
2.26 Alat Gali-Muat dan Alat Angkut
2.26.1 Alat Berat
Alat-alat berat yang sering dikenal di dalam ilmu Teknik Pertambangan
merupakan alat yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan
pekerjaan dalam suatu penambangan, Alat berat merupakan faktor penting di dalam
proyek, terutama pada proyek-proyek konstruksi maupun pertambangan dan
kegiatan lainnya dengan skala yang besar. Tujuan dari penggunaan alat-alat berat
tersebut adalah untuk memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaan,
sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah dengan waktu
yang relatif lebih singkat.
Menurut Simangunsong & sumihar. 2022. Ada tiga hal perlu diperhatikan
dalam manajemen alat-alat berat yaitu:
1. Kepemilikan alat merupakan investasi bagi suatu perusahaan baik dengan cara
menyewa atau membeli.
35

2. Kemampuan Kerja Alat adalah kemampuan alat dalam melakukan kegiatan


mengeruk menggusur, mengangkut, atau memindahkan tanah dari satu tempat
ke tempat lain yang diukur dengan satu satuan waktu (m3 /jam)
3. Kapasitas kerja alat : kemampuan kerja satu kali operasi
4. Produksi kerja alat : kemampuan kerja dalam satu jam
2.26.2 Produksi Alat
Produksi adalah besarnya jumlah material yang dihasilkan oleh alat mekanis
tersebut yang dioperasikan dalam suatu periode tertentu. Semakin besar produksi
yang dihasilkan suatu alat maka semakin baik tingkat penggunaan alat tersebut.
1. Produktifitas alat muat
Produktivitas dari alat muat dipengaruhi oleh waktu siklusnya. Untuk
perhitungan produksi per siklus alat muat dapat menggunakan persamaan dibawah
ini:
3600
𝑃=( ) 𝑥 𝐶𝑏𝑥𝐹𝑓𝑥𝐸𝑓𝑥𝑆 (2.16)
𝐶𝑇

Dimana :
P = Produksi alat muat
Ct = Waktu edar (detik)
Cb = Kapasitas bucket (m 3 )
Ff = Fill factor (%)
Ef = Effisiensi kerja (%)
Sf = Swell factor (%)
2. Produktifitas alat angkut
Produktivitas dari truk dipengaruhi oleh waktu siklusnya. Waktu siklus dump
truck terdiri dari waktu pemuatan, waktu pengangkutan, waktu pembongkaran
muatan, dan waktu perjalanan kembali. Untuk perhitungan produksi per siklus alat
angkut dapat menggunakan persamaan dibawah ini:
60
𝑃 = (𝐶𝑇) 𝑥 𝑁𝑎 𝑥 𝐶𝑎 𝑥 𝐸𝑓 𝑥 𝑆𝑓 (2.17)

Dimana :
P = Produksi alat angkut
Ct = Waktu edar,
Na =1
Ca = Kapasitas Bak (m 3 )
Ef = Effisiensi
36

Sf = Swell factor
2.26.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Alat
1. Pengaruh Cuaca
Dalam keadaan cuaca panas dan berdebu sangat mengganggu kerja operator,
sehingga akan mengurangi gerak operator. Begitu pula pada saat musim hujan,
kondisi tempat kerja dan jalan angkut yang tidak diperkeras akan menjadi licin,
sehingga peralatan mekanis yang digunakan tidak dapat bekerja secara maksimal
2. Volume Material
Dikenal ada tiga bentuk volume material yang mempengaruhi volume tanah
yang dijumpai dalam upaya pemindahannya yaitu :
a. Keadaan asli sebelum diadakan pengerjaan, ukuran tanah demikian biasanya
dinyatakan dalam ukuran, Bank Measure (BM).
b. Keadaan lepas yaitu keadaan tanah setelah diadakan pengerjaan, ukuran
volume dalam keadaan lepas biasanya dinyatakan dalam Loose Measure (LM).
c. Keadaan padat adalah keadaan tanah setelah ditimbun kembali kemudian
dipadatkan.
Volume tanah setelah diadakan pemadatan, mungkin lebih besar mungkin juga
lebih kecil dari volume dalam keadaan bank, hal ini tergantung usaha pemadatan
yang kita lakukan. Perubahan ini terjadi karena adanya perbedaan densitas akibat
penggalian atau pemadatan dari densitas aslinya. BM (Bank Measure) adalah
volume material pada kondisi asli ditempat (insitu) yang belum terganggu. LM
(Loose Measure) adalah volume material yang suda lepas akibat penggalian,
sehingga volumenya akan mengembang dengan berat tetap sama.
2.26.4 Metode Pemuatan
Metode pemuatan didasarkan pada posisi alat muat terhadap alat angkut.
a. Bottom loading
Ketinggian atau letak alat muat dan alat angkut jungkit adalah sama. Cara
ini dipakai pada semua jenis alat muat.
b. Top loading
Kedudukan alat muat lebih tinggi dari alat angkut jungkit (alat muat berada
di atas tumpukan material atau berada di atas jenjang). Cara ini dipakai pada semua
37

jenis alat muat. Selain itu operator lebih leluasa untuk melihat bak dan
menempatkan material.
2.26.5 Faktor Pengembangan
Swell Factor merupakan perbandingan antara material sebelum digali
(volume insitu) dengan material yang suda digali (volume losse). Material di dalam
keadaanya padat dan terkonsolidasi dengan baik dan hanya sedikit ruangan-ruangan
yang terisi udara diantara butir-butirnya. Bila material digali dari tempat yang asli
maka akan terjadi pengembangan atau pemuaian volume (swell). Faktor
pengembangan tersebut perlu diperhitungkan karena volume material pada waktu
penggalian tersebut “pay yard” atau “Bang Yard” atau volume aslinya didalam.
Sedangkan yang harus anjurkan adalah yang telah mengembang karena digali.
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑖𝑛𝑠𝑖𝑡𝑢
𝑆𝐹 = 𝑥 100% (2.19)
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒

Dimana :
SF : Swell factor (%)
VI : Volume material kompak (m3 )
VL : Volume material Lepas (m3)
2.26.6 Waktu Edar
Waktu edar atau cycle time adalah waku yang diperlukan alat mekanis dalam
melakukan aktifitas penambangan, misalnya : penggusuran, pemuata dan
pengangkutan bagian-bagian dari satu siklus kegiatan adalah berbeda-beda hal ini
sangat tergantung dari peralatan mekanis yang digunakan, misalnya kegiatan
penggalian menggunakan excavator, bagian-bagian dari waktu edar adalah waktu
menggali, waktu swing isi, waktu menumpah, waktu swing kosong.
Menurut Razak Karim dan Murdiono Temarwut, 2021. Untuk mengitung
cycle time peralatan yang beroperasi di lapangan, digunakan alat pencatat waktu
Stop Watch. Pengambilan data cycle time setiap peralatan mekanis dilakukan
sebanyak 30 kali pengamatan. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi metode
statistik agar data tersebut mendekati kebenaran untuk kemudian diperhitungkan
terhadap suatu masalah. Pengambilan data cycle time setiap jenis peralatan yang
dioperasikan, dilakukan pada setiap jenis material yang dikerjakan. Rumus
Perhitungan Cycle time sebagai berikut :
39

a. Waktu edar alat muat


b. CTm = Tm1 + Tm2 + Tm3 + Tm4
c. Waktu edar alat angkut . Cta = Ta1 + Ta2 + Ta3 + Ta4 + Ta5 + Ta6
Dari hasil pengamatan dan perhitugan masih terdapat keterlambatan dalam
penggunaan jam kerja yang tersedia, sehingga jam kerja efektif berkurang. dalam
perhitugan efisiensi kerja, terdapat komponen beberapa waktu yang harus
diperhatikan, yaitu :
1) Waktu kerja (W), yaitu waktu yang digunakan alat untuk produksi sampai akhir
operasi, dengan waktu produktif terdapat beberapa variable
2) Waktu efektif (We), yaitu waktu benar-benar digunakan alat untuk berproduksi
secara efektif.
3) Waktu hambatan (Wh), yaitu waktu yang terjadi akibat adanya hambatan-
hambatan seperti melumasi kendaraan, mengisi bahan bakar dan pelumas,
menunggu perbaikan jalan.
4) Waktu repair (R), yaitu waktu kerja yang tidak digunakan karena perbaikan alat,
menunggu alat beroprasi, pemanasan alat, pinda posisi alat, jalan licin setelah
hujan dan waktu pengisian bahan bakar.
5) Waktu Standby (S), yaitu waktu kerja yang tidak dipakai padahal tambang dalam
keadaan beroprasi. Ini dikarenakan terlambat bekerja, keperluan operator yang
lain, sebelum istirahat lebih awal man kembali bekerja terlambat, dan cepat
berakhir kerja sebalum jam kerja selesai.
𝑊
𝐸𝑓𝑓 = 𝑥 100% (2.19)
𝑇

Dimana :
W = Waktu kerja alat
T = Total waktu yang disediakan
Wh = Waktu hambatan
2.26.7 Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Alat Berat
a. Tahanan gelinding ( rolling resistance )
Tahanan gelinding (rolling resistance) adalah daya tahanan yang terjadi
akibat gesekan roda (crawler maupun roda ban) alat yang sedang bergerak dengan
permukaan tanah.
40

𝑅𝑅 = 𝑊 𝑥 𝑟 (2.20)
Dimana:
RR = Tahanan gelinding (kg)
W = Berat kendaraan (kg)
r = Koefisien tahanan gelinding
b. Pengaruh kelandaian medan kerja
Tahanan kelandaian adalah tahanan yang akan dialami oleh setiap alat yg
mendaki. Besarnya tahanan kelandaian ini dapat dihitung dengan persamaan.
𝐺𝑅 = 𝑊 𝑥 % (2.21)
Dimana:
GR = Tahanan kelandaian (grade resistance)
W = Berat kendaraan (kg)
%k = kelandaian (%)
c. Koefisien traksi
Traksi adalah daya cengkram suatu alat akibat adanya adhesi antara roda
penggerak dari alat tersebut dengan permukaan tanah. Batas kritis dari daya
cengkram ini disebut traksi kritis.
𝑇𝐾 = 𝑊 𝑥 𝑐𝑡 (2.22)
Dimana:
TK = Traksi kritis (kg)
W = Berat kendaraan/ alat pada rongga penggeraknya (kg)
ct = Koefisien traksi
d. Pengaruh ketinggian daerah kerja
Ketinggian adalah ketinggian suatu daerah diukur dari permukaan laut.
Perubahan kadar oksigen dalam udara akan berpengaruh terhadap horse power
engine dari alat yang beroperasi pada suatu daerah dengan ketinggian tertentu.
e. Tarikan penggandeng
Draw Bar Pull adalah tenaga tarik tersedia yang dapat digunakan oleh traktor
untuk menarik suatu muatan.
f. Gaya traksi ( rimpull )
Gaya traksi atau rimpull adalah tenaga yang disediakan mesian untuk
menggerakkan roda pada whell traktor. Untuk menghitung besarnya rimpull
digunakan persamaan.
40

375 𝑥 𝐻𝑃 𝑥 𝐸𝑓𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖
𝑅𝑖𝑚𝑝𝑢𝑙𝑙 = 𝑥 0,454 (2.23)
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛

2.26.8 Produktifitas Alat Berat Gali-Muat Dan Alat Angkut


1. Alat berat gali-muat excavator (backhoe)
Untuk menghitung produktivitas back hoe, pertama-tama kita harus membatasi
terhadap kondisi yang ada pada setiap keadaan pekerjaan. Back hoe sama seperti
power shovel dimana jenis material mempengaruhi didalam perhitungan
produktivitas. Penentuan waktu siklus backhoe didasarkan pada pemilihan
kapasitas bucket. Produtivitas alat berat gali muat dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan:
3600
𝑄= 𝑥 𝐵𝐶 𝑥 𝐵𝐹𝐹 𝑥 𝐸𝑓𝑓 𝑥 𝑆𝐹 (2.24)
𝐶𝑇

Dimana:
Q = Produktivitas alat berat gali muat (B m3 /jam).
BC = Bucket capacity (m3 )
BFF = Bucket fill factor
Eff = Efisiensi kerja (%)
SF = Swell factor
Sedangkan untuk menghitung produtivitas alat berat angkut dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan:
3600
𝑄= 𝑥 𝐵𝐶 𝑥 𝐵𝐹𝐹 𝑥 𝑛 𝑥 𝐸𝑓𝑓 𝑥 𝑆𝐹 (2.25)
𝐶𝑇

Dimana:
n = Jumlah passing rata-rata
2. Alat angkut (dumptruck)
Produktivitas dari truck dipengaruhi oleh waktu siklusnya. Waktu siklus dump
truck terdiri dari waktu pemuatan, waktu pengangkutan, waktu pembongkaran
muatan, waktu perjalanan kembali dan waktu antri ( Ari Umbara dan Yusup
Yulianto, 2020 )

2.26.9 Produktifitas Alat Hauling Menggunakan Perhitungan Cycle Time

Pengurangan waktu operasional dapat menghasilkan peningkatan dramatis


dalam biaya dan efisiensi. Waktu siklus adalah periode yang diperlukan untuk
menyelesaikan satu siklus operasi atau untuk menyelesaikan suatu fungsi,
42

pekerjaan, atau tugas dari awal hingga akhir. Waktu siklus digunakan untuk
membedakan durasi total suatu proses dari waktu berjalannya. Waktu siklus
ekskavator hidraulik dan biaya unit penggalian terkait untuk data estimasi masukan
yang diberikan, untuk alat berat yang beroperasi di industri konstruksi Inggris, telah
diprediksi. Dengan menggunakan analisis regresi berganda, tiga variabel
diidentifikasi sebagai prediktor akurat waktu siklus: berat alat berat, kedalaman
penggalian, dan sudut ayunan alat berat.
2.26.10 Produktivitas Alat Pengangkutan Menggunakan Perhitungan Waktu
Siklus
Menurut Abitha Varghese dan Annie Sonia Xavier, 2018. Waktu siklus
tergantung pada waktu untuk menyelesaikan satu siklus operasi yang terdiri dari
waktu pemuatan, waktu pengangkutan, waktu pembuangan, dan waktu kembali ke
titik muat. Waktu siklus ini juga terus berubah seiring kemajuan muka, karena
waktu pengangkutan dan pengembalian akan meningkat.
𝑚𝑒𝑚𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇𝑟𝑢𝑐𝑘 = 60𝑥 (2.26)
𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

2.27 Teori Antrian


Teori antrian adalah teori yang menyangkut studi matematis dari antrian atau
baris penungguan. Teori antrian berkenaan dengan seluruh aspek dari situasi
penambangan. Sistem antrian adalah suatu himpunan pelanggan, pelayanan,
dan aturan yang mengatur kedatangan para pelanggan. Keadaan sistem menunjuk
pada jumlah pelanggan yang berada dalam suatu fasilitas pelayanan, termasuk
dalam antriannya. Tujuan dari penggunaan teori antrian adalah untuk merancang
fasilitas pelayanan, dalam mengatasi permintaan pelayanan yang berflutuasi secara
random dan menjaga keseimbangan antara biaya (waktu menganggur) pelayanan
dan biaya (waktu) yang diperlukan selama antrian. Perhitungan teori antrian antara
lain, yaitu:
2.27.1 Probabilitas Keadaan Antrian
Probabilitas keadaan antrian ditentukan oleh jumlah alat angkut yang
digunakan dan keadaan antrian yang terdiri dari 4 tahap. 4 tahap tersebut adalah
sebagai berikut:
42

1. Tahap 1 (μ1) merupakan tahap pelayanan alat galimuat untuk memuat material
ke alat angkut hingga terisi penuh.
2. Tahap 2 (μ2) merupakan tahap pelayanan sendiri yaitu tahap dimana alat
angkut dalam perjalanan untuk mengangkut material menuju disposal.
3. Tahap 3 (μ3) merupakan tahap alat angkut menumpahkan material di disposal.
4. Tahap 4 (μ4) merupaksan tahap pelayanan sendiri, yaitu alat angkut tidak
bermuatan kembali ke front loading
Penentuan model antrian :
1. FCFS (First Come, First Served) Merupakan suatu peraturan dimana
pelanggan yang dilayani terlebih dahulu adalah pelanggan yang datang pertama
kali
2. LCFS (Last Come, First Served) Merupakan antrian dimana pelanggan yang
datang terakhirlah yang akan dilayani terlebih dahulu.
3. SIRO (Service in Random Number) Merupakan salah satu disiplin antrian
dimana pelayanan dilakukan dengan urutan acak (Random Order)
4. d. Priority Queue (Antrian Prioritas) Merupakan prioritas pelayanan yang
dilakukan khusus kepada pelanggan utama yang mempunyai prioritas tinggi
dibandingkan dengan pelanggan yang mempunyai prioritas rendah
2.27.2 Rata – Rata Waktu Tunggu Dump Truck
Tingkat kesibukan sebuah Komatsu PC 200 dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
1 = 1 − 𝑃 (0, 𝑛2, 𝑛3, 𝑛4 ) (2.27)
2.26.4 Total Waktu Edar dan Tingkat Kedatangan Dump Truck
Perhitungan waktu edar alat angkut tanpa waktu antri (tunggu) dapat
diperoleh sebagai berikut :
1 1 1 1
𝐶 = + + + (2.28)
𝜇1 𝜇2 𝜇3 𝜇4

Teori antrian (queueing theory) merupakan studi probabilistik kejadian


garis tunggu (waiting lines), yakni suatu garis tunggu dari objek yang memerlukan
layanan dari sistem yang ada. Antrian terjadi karena adanya keterbatasan sumber
pelayanan, yang umumnya berkaitan dengan terbatasnya server. Jika jumlah server
42

yang disediakan terbatas, memungkinkan terjadi antrian, sehingga objek


tersebut mengalami waktu tunggu. Hal ini merupakan suatu kerugian bagi pihak
perusahaan, karena kehilangan jam efektif kerja. Agar tidak kehilangan jam efektif
kerja, maka pihak perusahaan harus menyediakan server yang mencukupi, tetapi
dilain pihak perusahaan harus mengeluarkan biaya yang lebih besar atau dapat
dilakukan dengan cara pengurungan tingkat obejek yang akan dilayani(Greace Yuni
Octavia dkk, 2017).
2.27.3 Grade
Secara umum kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik
oleh alat angkut adalah 10-15% atau 4,5-6 o , hal ini didasarkan pada kekuatan
mesin alat angkut ketika membawa beban berat. Kemiringan jalan angkut biasanya
dinyatakan dalam persen (%) yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
∆ℎ
𝑔𝑟𝑎𝑑𝑒 = ∆𝑥 𝑥100% (2.29)

Keterangan:
Α = Kemiringan jalan (%)
Δh = Beda tinggi antara dua titik yang diukur (m)
Δx = Jarak antara dua titik yang diukur (m)
2.27.4 Rimpull
Rimpull yaitu besarnya kekuatan tarik (pulling force) yang dapat diberikan
oleh mesin kepada permukaan roda atau ban penggeraknya yang menyentuh
permukaan jalur jalan. Bila coefficient of traction cukup tinggi untuk menghindari
terjadinya selip, maka rimpull (RP) maksimum adalah fungsi dari tenaga mesin
(HP) dan gear ratio (versnelling) antara mesin dan roda-rodanya yang akan
menghasilkan kecepatan tertentu. Tetapi jika selip, maka rimpull maksimum akan
sama dengan besarnya tenaga pada roda penggerak dikalikan coefficient of traction.
Rimpul dinyatakan dalam pounds (lbs), dan dihitung dengan rumus
𝐻𝑃𝑥375𝑥𝐸𝑓𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛
𝑅𝑃 = (2.30)
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑚𝑝ℎ
43

2.27.5 Tahanan Gulir


Tahanan gulir atau tahanan gelinding (rolling resistance) disebut dengan
gesekan atau tahanan gulir, adalah resistansi yang terjadi ketika sebuah benda bulat
seperti gulungan bola atau ban pada permukaan yang datar. Rolling resistance
merupakan tahanan terhadap roda saat menggelinding akibat adanya gaya gesek
antara roda dengan permukaan jalan:
𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑅𝑅 = 𝑅𝑅𝑥𝑊 (2.31)
Keterangan:
RP = rimpull atau kekuatan versian mesin (lb)
HP = tenaga mesin
(HP) 375 = angka konversi
2.27.6 Tahanan Kemiringan
Menurut Agung & Muhammad.dkk.2020. Tahanan kemiringan (grade
resistance) merupakan besarnya gaya berat yang melawan atau membantu gerak
kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang dilaluinya. Besarnya tahanan
kemiringan dapat dihitung dengan rumus:
𝐺𝑅 = 𝑊𝑥𝛼 (100%) (2.32)
Keterangan:
GR = Tahanan Kemiringan (kg)
W = Berat kendaraan (kg)
α = Kemiringan jalan (%)
Besar kecilnya waktu yang dibutuhkan oleh suatu alat muat, tergantung pada
kapasitas bucket alat muat, keadaan material, pengambilan material, keserasian
kerja antara alat muat dan alat angkut, kondisi lapangan kerja dan sudut putar (swing
angle). Persamaan matematis yang digunakan untuk mengetahui besarnya produksi
alat muat adalah sebagai berikut:
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝐾𝑏𝑥𝑆𝑓𝑥𝐸𝑓𝑓𝑥60𝑥( )𝑥𝐷
𝑗𝑎𝑚
𝑃= (2.33)
𝐶𝑇

Keterangan:
Kb = Kapasitas bucket (m3 )
Sf = Swell Factor (%)
BFf = Bucket Fill factor (%)
Eff = Efesiensi kerja (%)
D = Density (ton/m3 )
44

Ct = Cycle time (menit)


2.28 Peramalan Harga
Peramalan (forecasting) adalah suatu teknik analisa perhitungan yang
dilakukan dengan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif untuk memperkirakan
kejadian dimasa depan dengan mengguankan referensi data-data di masa lalu untuk
meminimumkan pengaruh ketidakpastian. Peramalan adalah kegiatan
memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Sedangkan
ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan akan terjadi pada masa
yang akan datang, ramalan tersebut dapat didasarkan atas bermacam-macam cara
yang dikenal dengan metode peramalan (Robial, 2018)
2.28.1 Metode Regresi Linear
Regresi adalah suatu metode analisis statistic yang digunakan untuk melihat
pengaruh antara dua atau lebih variabel. Hubungan variabel tersebut bersifat
fungsional yang diwujudkan dalam suatu model matematis. Pada analisis regresi,
terbagi menjadi beberapa jenis yakni regresi sederhana (linear sederhana dan non
linear sederhana ) dan regresi berganda atau nonlinear berganda. Apabila dalam
persamaan regresi linear mencakup lebih dari dua predictor atau variabel bebas
maka regresi tersebut dinamakan regresi linear berganda (multiple linear
regression). Model regresi linear berganda memiliki persamaan regresi secara
umum berbentuk seperti persamaan berikut:
𝑌 = 𝛽𝑂 + 𝛽1 𝑋1 + 𝛽2 𝑋2 + 𝛽𝑛 𝑋𝑛 + 𝜀 (2.34)
Dimana Y adalah variabel terikat atau bergantung 𝑋1 , 𝑋2 , … … , 𝑋𝑛 adalah
veriabel-variabel bebas, dan 𝛽1 , 𝛽2 , … … . 𝛽𝑛 adalah parameter koefisien-koefisien
regresi (Uyun,dkk.2019).
2.28.2 Metode Exponential Smoothing
Metode Exponential Smoothing merupakan prosedur perbaikan terus
menerus pada peramalan terhadap objek pengamatan terbaru. Metode peramalan ini
menitikberatkan pada penerusan prioritas secara eksponensial pada objek
pengamatan yang lebih tua. Dalam exponential smoothing tetrtdapat satu atau lebih
parameter smoothing yang ditentukan secara eksplisit, dan hasil ini menentukan
45

bobot yang dikenakan pada nilai observasi. Metode exponential smoothing dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. single exponential smoothing
single exponential smoothing juga dikenal sebagai simple exponential
smoothing yang digunakan pada peramalan masa pendek, biasanya hanya 1 bulan
ke depan. Model mengasumsikan bahwa data berfluktuasi di sekitar nilai mean
yang tetap, tanpa trend atau pola pertumbuhan konsisten. Rumus untuk simple
exponential smoothing adalah:
𝐹𝑓 + 1 = 𝑎 × 𝑋𝑡 + (1 − 𝑎) × 𝐹𝑡 (2.35)
Dimana:
Ff = Peramalan Untuk Periode t
𝑋𝑡 + (1-a) = Nilai Actual Time Series
Ff +1 = Peramalan Pada Waktu +1
a = Konstanta Perataan Antara 0 dan 1
2. Double exponential smoothing
Metode ini digunakan ketika data menunjukan adanya trend exponential
smoothing dengan adanya trend seperti pemulusan sederhana kecuali dua bahwa
komponen harus diupdate setiap periode level dan trendnya. Level adalah estimasi
yang dimuluskan dari nilai data pada akhir masing-masing periode. Trend adalah
estimasi yang dihaluskan dari pertumbuhan rata-rata dapa akhir masing-masing
periode.
𝑆𝑡 = 𝑎 × 𝑌𝑡 + (1 − 𝑎) × (𝑆𝑡 − 1 + 𝑏𝑡 − 1) (2.36)
𝐵𝑡 = 𝑦 × (𝑆𝑡 − (𝑆𝑡 − 1) + (1 − 𝑦) × 𝑏𝑡 − 1 (2.37)
𝐹𝑡 + 𝑚 = 𝑆𝑡 + 𝑏𝑡𝑚 (2.38)
Dimana:
St = Peramalan Untuk Periode t
Yt+(1-a) = Nilai Aktual Time Series
bt = Trend Pada Periode ke-t
a = Parameter Pertama Perataran Antara 0 dan 1
1 = Untuk Pemulusan Nilai Observasi
Y = Parameter Kedua, Untuk Pemulusan Trend
Ft + m = Hasil Peramalan Ke – m
m = Jumlah Periode Ke Muka Yang Akan Diramalkan
46

2.28.3 Metode Regresi Polinomial


Regresi polinomial merupakan pengukur hubungan dua variabel atau lebih
yang dinyatakan dengan bentuk hubunganataufungsi. Regresi adalah bentuk
hubungan antara variabel bebas X dengan variabel tak bebas atau terikat Y, yang
dinyatakan dalam bentuk fungsi Y = f(X). Sehingga persamaan regresi atau bentuk
fungsi seseuai dengan variabel bebas X yang menyusunnya. Regresi polynomial
adalah regresi dengan sebuah variabel bebas X sebagai faktor dengan pangkat
terurut. Fungsi umum regresi polinomial seperti pada persamaan yaitu (Firdaus
dkk., 2020) :
𝑌𝑘 = 𝑎 + 𝑏𝑋 + 𝑐𝑋 2 (2.39)
2.29 Ketepatan Metode Peramalan
Ketepatan metode peramalan digunakan sebagai penunjukkan seberapa jauh
model peramalan tersebut memproduksi data yang telah diketahui. Bagi pemakai
ramalan, ketepatan ramalan yang akan datang adalah yang paling penting,
sedangkan bagi pembuat model, kebaikan sesuai model untuk fakta yang diketahui
yang diperhatikan adalah sebagai berikut:
2.29.1 Mean Absolute Deviation (MAD)
Mean Absolute Deviation (MAD) adalah metode untuk mengevaluasi
metode peramalan menggunakan jumlah dari kesalahan-kesalahan yang absolute.
Mean Absolute Deviation (MAD) mengukur ketepatan ramalan dengan merata-rata
kesalahan dugaan (nilai absolute masing-masing kesalahan). MAD berguna ketika
mengukur kesalahan ramalan dalam unit yang sama sebagai deret asli. Nilai MAD
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
[𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙−𝐹𝑜𝑟𝑒𝑐𝑎𝑠𝑡]
𝑀𝐴𝐷 = ∑ (2.40)
𝑛

2.29.2 Mean Squared Error (MSE)


Mean Squared Error (MSE) adalah metode lain untuk mengevaluasi metode
peramalan. Masing-masing kesalahan atau sisa dikuadratkan. Kemudian
dijumlahkan dan ditambahkan dengan dengan jumlah observasi. Pendekatan ini
mengatur kesalahan peramlan yang besar karena kesalahan-kesalahan itu
dikuadratkan. Metode itu menghasilkan kesalahan-kesalahan sedang yang
kemungkinan lebih baik untuk kesalahan kecil, tetapi kadang menghasilkan
47

perbedaan yang besar. Nilai MSE dapat di hitung dengan menggunakan peramaan
sebagai berikut:
[𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙−𝐹𝑜𝑟𝑒𝑐𝑎𝑠𝑡]2
𝑀𝑆𝐸 = ∑ (2.41)
𝑛

2.29.3 Mean Absolute Percentage Error (MAPE)


Mean Absolute Percentage Error (MAPE) dihitung dengan menggunkan
kesalahan absolute pada tiap periode dibagi dengan nilai observasi yang nyata untuk
periode itu. Kemudian merata-rata kesalahan persentase absolute tersebut.
Pendekatan ini berguna ketika ukuran atau besar variable ramalan itu penting dalam
mengevaluasi ketepatan ramalan. MAPE mengindikasi seberapa besar kesalahan
dalam meramal yang dibandingkan dengan nilai nyata. Nilai MAPE dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut (Ginantra dan Anandita, 2019) :
100
𝑀𝐴𝑃𝐸 = ( ∑ ≡ ([𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 − 𝐹𝑜𝑟𝑒𝑐𝑎𝑠𝑡]2 × 𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙)/𝑛

2.42
2.30 Harga Patokan Nikel (HPM)
HPM Logam adalah harga batas bawah dalam penghitungan kewajiban
pembayaran iuran produksi oleh pemegang IUP OP Mineral Logam dan IUPK OP
Mineral Logam. HPM Logam untuk masing - masing jenis komoditas mineral
logam secara berkala ditetapkan oleh Direktur Jenderal Mineral dan Batubara atas
nama Menteri ESDM. Penetapan HPM Logam dihitung berdasarkan mata uang
Rupiah (Rp) atau Dolar Amerika (US $). Konversi mata uang Rupiah ke Dolar
Amerika atau sebaliknya menggunakan nilai tengah kurs Bank Indonesia yang
berlaku pada tanggal dan periode yang disepakati bersama antara Pemerintah dan
badan usaha. HPM logam khusus untuk mineral nikel terdiri dari 8 jenis yaitu bijih
nikel, feronikel, mixed hidroxyde presipitate, nikel meral shot, nikel pig iron, ingot
nikel, dan nikel matte. HPM logam inilah yang digunakan dalam perhitungan
besaran royalti untuk komoditas nikel dan turunannya. HPM logam ini dapat
ditinjau secara berkala setiap 6 bulan sekali atau sewaktu - waktu apabila
diperlukan. Untuk menentukan nilai HPM tersebut dapat menggunakan persamaan
di bawah ini (Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Energi dan
Sumberdaya Mineral. 2017):
BAB III
METODE STUDI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Lokasi Studi Praktikum
Lokasi penelitian berada di wilayah izin usaha pertambangan PT. ABADI
NIKEL yang terdapat di Kecamatan Langgikima Kabupaten Konawe Utara
Provinsi Sulawesi Tenggara. PT. ABADI NIKEL merupakan salah satu Perusahaan
pertambangan nikel dengan luas IUP ±153 Ha.
Lokasi penelitian yang di maksud dapat dilihat pada Gambar 3.1 akses menuju
Perusahaan dapat ditempuh melalui jalur darat menggunakan sepeda motor atau
mobil berjarak ± 188 Kilometer dari Kota Kendari dengan waktu tempuh ± 4 jam
25 menit.
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini di lakukan dengan menggunakan metode atau jenis penelitian
kuantitatif. Penelitian ini lebih mengarah kesuatu penelitian terapan (applied
research), yaitu salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk memberikan suatu
solusi atau permasalahan tertentu secara praktis. Dalam pelaksanaan penelitian ini,
penulis menggabungkan teori dengan data-data dilapangan, sehingga keduanya
didapat pendekatan penyelesaian masalah.
50

Gambar 3. 1 Peta Lokasi Studi


51

3.3 Instrumen Studi Praktikum


Instrumen yang digunakan dalam penelitian merupakan instrumen yang
sifatnya membantu penulis dalam proses pengumpulan data dan pengolahan hasil
penelitian. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Instrumen Studi Praktikum
NO Instrumen Penelitian Kegunaan
1 Laptop Sebagai wadah dalam mengerjakan laporan
penelitian.
2 Microsoft Excel Untuk menganalisis data.
3 Microsoft Word Untuk mengolah laporan penelitian.
4 Software Arcgis Untuk membuat peta.
5 Software Global Mapper Untuk menganalisis daerah tangkapan
hujan.
6 Software Talpac Untuk membuat simulasi penggunaan alat.
7 Software Slide Untuk menganalisis kestabilan lereng.
8 Software Surpac Untuk menhasilkan hasil estimasi.

3.4 Prosedur Penelitian


Dalam melaksanakan penelitian ini, pengambilan dan pengumpulan data ini
dilakukan dengan mengumpulkan studi literatur dan data sekunder yang di peroleh
di perusahaan. Proses kegiatan yang di lakukan yaitu :
1. Studi Literatur Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengumpulkan
literatur-literatur terkait dengan perencanaan tambang untuk sistem tambang
terbuka (surface mine system) khususnya pada penambangan nikel. Literatur-
literatur tersebut dapat berupa buku-buku yang menyangkut judul penelitian,
jurnal-jurnal, laporan penelitian yang membahas masalah yang sama,
wawancara dan sumber lainnya.
2. Menentukan batas wilayah IUP kemudian menentukan titik bor. Setelah titik
bor telah ditentukan kemudian menentukan pemboran eksplorasi untuk
menentukan estimasi cadangan.
3. Kemudian menganalisis geometri lereng. Selanjutnya membuat desain pit
limit, desain disposal dan stockpile, pembuatan jalan tambang. Selanjutnya
menentukan penjadwalan produksi.
53

4. Menentukan alat gali muat angkut yang di akan di gunakan serta menghitung
poduktivitas dan siklus waktu alat gali muat dan alat angkut, kemudian
menganalisis simulasi pengangkutan dengan teori antrian dan sequence talpac.
5. Menentukan data curah hujan, analisi daerah tangkapan hujan, dan merancang
kolam pengendapan.
6. Menganalisis kelayakan ekonomi berupa penentuan modal kerja (gaji, bahan
bakar, maintanece, dan konsumsi), biaya land clearing, biaya pengupasan OB,
biaya penambangan dan pengangkutan. Menghitung pendapatan penjualan,
menghitung cashflow, menghitung IRR (Internal Rate of Return), menghitung
payback periode serta menghitung analisis kepekaan.
3.5 Bahan atau Materi Penelitian
3.5.1 Data Sekunder
Data yang di kumpulkan dari data yang sudah ada baik yang bersumber dari
studi literatur, hasil penelitian sebelumnya ataupun instansi yang memberikan
penjelasan atau gambaran umum mengenai lokasi penelitian dan informasi-
informasi yang terkait. Data sekunder yang diberikan yaitu database (assay, collar,
geology, dan survey). Data ketentuan harga nikel menurut LME.
3.5.2 Pengolahan dan Analisis Data
Adapun pengolahan data dan analisis data pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pengumpulan Data
a. Data Sekunder
1) Data spreed shet logging bor, data topografi lokasi studi, Density Material,
Cut Off Grade (COG)
2) Nilai Kohesi, Nilai Bobot isi, Nilai Sudut geser.
3) Data topografi, Data geoteknik, Data blok model, Data geometri jenjang,
Density material update, Batas IUP.
4) Data spesifikasi Dump Truck Hino FM 260 JD.
5) Data spesifikasi Excavator Komatsu PC 300.
6) Data perhitungan umur tambang, Data perhitungan kemajuan
penambangan.
54

7) Data Curah Hujan, Data Pit Limit, Data Peta Kemiringan Lereng, Data
Peta Geologi, Data Peta Citra Satelit.
8) Spesifikasi alat mekanis, Profil jalan angkut, Target produksi, Fill factor,
Swell factor, Waktu kerja efektif, Waktu edar alat gali muat, Waktu edar
alat angkut.
9) Data ketentuan harga nikel menurut LME.
10) Biaya sewa alat, Harga BBM, Nilai tukar rupiah, HPM nikel perbulan,
Biaya CSR, Royalti Ore, Iuran retribusi daerah.
b. Pengolahan Data
1) Mengestimasi jumlah cadangan menggunakan software surpac.
2) Analisis geoteknik pada lereng penambangan menggunakan software
slide.
3) Merancang desain pit dan disposal penambangan.
4) Penentuan geometri lereng penambangan.
5) Merancang desain sequence penambangan.
6) Perancangan sistem penyaliran tambang.
7) Perhitungan produktivitas alat muat dan alat angkut di Microsoft Excel.
8) Peramalan harga nikel.
9) K3 dan Lingkungan.
10) Perhitungan analisis kelayakan investasi tambang.
c. Hasil
1) Jumlah cadangan.
2) Nilai Faktof Keamanan (FK) lereng penambangan.
3) Desain pit limit, disposal dan stockpile.
4) Nilai geometri lereng penambangan.
5) Sequence penambangan.
6) Rancangan sistem penyaliran tambang.
7) Jumlah alat dan produktivitas alat muat dan alat angkut.
8) Harga Patokan Mineral (HPM) Nikel.
9) Cash Flow, NPV, IRR dan payback period.
54

3.6 Diagram Alir

Mulai

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data Sekunder
1. Data spreed sheet logging
bor, data topografi lokasi
studi, density material, cut
off grade (COG).
2. Nilai kohesi, nilai bobot isi,
nilai sudut geser.
3. Data topografi, data
geoteknik, data blok model,
data geometri jenjang,
density material update,
batas IUP.
4. Data spesifikasi dump
truck Hino FM 260 JD.
5. Data spesifikasi excavator
Komatsu PC 300.

A
55

6. data perhitungan umur


tambang, data perhitungan
kemajuan penambangan.
7. Data curah hujan, data pit
limit, data peta kemiringan
lereng, data peta geologi,
data peta citra satelit.
8. Spesifikasi alat mekanis,
profil jalan angkut, target
produksi, fill factor, swell
factor, waktu kerja efektif,
waktu edar alat muat gali,
waktu edar alat angkut.
9. Data ketentuan harga nikel
menurut LME.
10. Biaya sewa alat, harga BBM
nilai tukar rupiah, HPM
nikel pertahun, biaya CSR,
royalty ore, retribusi iuran
daerah.

Pengolahan Data
1. Mengestimasi jumlah cadangan menggunakan
software surpac.
2. Analisis geoteknik pada lereng penambangan
menggunakan software slide.
3. Merancang desain pit dan disposal penambangan.
4. Penentuan geometri lereng penambangan.
5. Merancang desain sequence penambangan.
6. Perancangan sistem penyaliran tambang.
7. Perhitungan produktivitas alat muat dan alat angkut
di Microsoft Excel.
8. Peramalan harga nikel.
9. K3 dan Lingkungan.
10. Perhitungan analisis kelayakan investasi tambang.

A
57

Analisis
1. Menganalisis penentuan metode estimasi.
2. Menganalisis desain tambang.
3. Menganalisis sistem penyaliran tambang.
4. Menganalisis produktifitas alat muat dan alat
angkut.
5. Menganalisis kelayakan ekonomi.
6. Menganalisis analisis kepekaan.

Hasil
1. Jumlah cadangan.
2. Nilai Faktof Keamanan (FK)
lereng penambangan.
3. Desain pit limit, disposal dan
stockpile.
4. Nilai geometri lereng
penambangan.
5. Sequence penambangan
6. Rancangan sistem penyaliran
tambang.
7. Jumlah alat dan produktivitas
alat muat dan alat angkut.
8. Harga Patokan Mineral
(HPM) Nikel.
9. Cash Flow, NPV, IRR dan
payback period.

SELESAI
3.7 Jadwal Praktikum

Pengolahan dan analisis data dilakukan pada hari senin sampai dengan minggu
bertempat di Laboratorium dan Ruang Perkuliahan Jurusan Teknik Pertambangan,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo
Tabel 3.2 Jadwal Studi Praktikum
Minggu Ke-
No Kegiatan
1 2 3
1 Pengolahan data estimasi sumberdaya dan cadangan
2 Pengolahan data geoteknik
3 Penyusunan laporan 1 dan 2
4 Pengolahan pit limit penambangan
5 Pengolahan geometri jalan
6 Penyusunan laporan 3 dan 4
7 Pengolahan sequence penambangan
8 Pengolahan penyaliran tambang
9 Penyusunan laporan 5 dan 6
10 Pengolahan peralatan tambang
11 Pengolahan peramalan harga nikel
12 Penyusunan laporan 7 dan 8
13 Pengolahan Kesehatan dan keselamatan kerja
14 Pengolahan rancangan anggaran biaya (RAB)
15 Penyusunan laporan 9 dan 10

58
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Lokasi Studi Praktikum
Secara administratif lokasi studi berada dii Kecamatan Langgikima, Kabupaten
Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggaradengan luas IUP 145,3325 Ha. Untuk
menuju lokasi studi dari kota kendarii diperlukan waktu tempuh ±4 jam perjalan
menggunakan kendaraan roda empat dengan jarak tempuh sejauh 180 km.
Kondisi lahan pada lokasi studi terdapat bukaan lahan dan Sebagian tata guna
lahan masih dikelilingi vegetasi seperti pepohonan dan alang-alang. Pada lokasi
titik bor Sebagian besar belum mengalami bukaan lahan dan masih dikelilingi
vegetasi. Untuk gambaran lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut.
Gambaran dari keadaan muka bumi meliputi permukaan tanah, seperti tinggi
rendah permukaan tanah. pembentukan nikel laterit sangat dipengaruhi oleh
keadaan topografi. Peta topografi merupakan peta yang menggambarkan tinggi
rndahnya bentuk permukaan bumi dengan menggunakan garis kontur elevasi.
Morfologi lokasi studi berada direntang ketinggian 45-60 Mdpl, sedangkan lokasi
titik bor berada pada daerah landai dengan ketinggian 45-55 Mdpl di area
perbukitan. Untuk gambaran lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut.
Kemiringan lereng (slope) adalah kenampakan permukaan alam yang
disebabkan oleh adanya perbedaan antar dua tempat. Kemiringan lereng
menunjukan besarnya sudut yang terbentuk dari perbedaan ketinggian sebuah
bentang alam, yang biasanya disajikan dalam satuan persentase atau derajat. Pada
lokasi studio berada pada kemiringan lereng landau sampai sangat curam dengan
kemiringan dari 0-45%, dengan lokasi titik bor berada dikemiringan lereng dari
datar sampai landau dengan kemiringan dari 0-25%/. Untuk gambar lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut.
Peta geologi merupakan gambaran untuk bentuk ungkapan data dan informasi
geologi yang memuat informasi jenis dan sifat batuan, umur, stratigrafi, struktur,
gejala kenampakan panas bumi, dan sumber daya mineral. Kondisi geologi
merupakan faktor lain yang juga menentukan laju pelapukan dan laterisasi pada

58
60

batuan ultrabasa membentuk endapan nikel laterit. Pada lokasi studi memiliki
kondisi geologi regional kompleks ultramafic yang merupakan bantuan pembentuk
endapan nikel laterit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut.
65

Gambar 4. 1 Peta Kondisi Lahan


65

Gambar 4.2 Peta Topografi


65

Gambar 4. 3 Peta Kemiringan Lereng


65

Gambar 4. 2 Peta Geologi Regional


67

4.2 Database dan Sebaran Bor


Dalam kegiatan estimasi sumberdaya dan perhitungan cadangan, database
adalah dasar dari perhitungan atau estimasi sumberdaya dan perhitungan cadangan.
Database berasal dari data logging bor yang merupakan hasil dari kegiatan
ekplorasi. Data logging bor menampilkan koordinat, kedalaman, zonasi, kadar
parameter, identitas lubang bor dan juga elevasi. Dari data-data yang berasal dari
logging bor terbagi menjadi 4 data yaitu data collar yang memuat identitas lubang
bora atau hole id, koordinat titik bor, serta kedalaman dati logging bor, data assay
yang memuat identitas sampel, kedalaman awal, kedalaman akhir, serta kadar
unsur ni dan fe, data survey yang berisikan identitas bor, kedalaman dari logging
bor, serta arah dari pengeboran (dip dan azimuth) dan data geologi yang
menampilkan identitas lubang bor, identitas sampel, kedalaman awal, kedalaman
akhir, serta zonasi nikel laterit yang berupa limonit, saprolit dan bedrock. Sebaran
titik bor dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Tabel 4.1 Summary Drillholes
Variabel Angka Satuan
Total Drillholes 96 Titik
Spasi Drillhole 50 Meter
Drillholes Terdalam 56 Meter
Drillholes Terdangkal 32 Meter
Total Kedalaman 4409,479 Meter
Rata-Rata Kedalaman Drillholes 45,93207 Meter
Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa total drillholes adalah 96 titik, spasi 50
meter, kedalaman terdalam drillholes 56 meter, kedalaman terdangkal drillholes 32
meter total kedalaman drillholes 4409,479 meter dan rata-rata kedalaman drillhole
sebesar 45,93207 meter.
68

Gambar 4.5 Sebaran Drillhole 2D

Gambar 4.6 Sebaran Drillhole 3D


4.3 Pemodelan Geologi
Pemodelan geologi bertujuan untuk mendapatkan data dalam penaksiran
sumberdaya terukur atau cadangan endapan bijih nikel. Pemodelan geologi ini juga
bertujuan untuk mengetahui bentuk penyebaran endapan bijih nikel, baik geometri
secara umum, letak/ posisi, kedalaman, kemiringan, serta penyebaran dari tanah
penutup. Proses pemodelan geologi ini didapatkan dari data lubang bor yang diinput
menggunakan bantuan software Surpac. Fokus daerah penambangan PT. ABADI
NIKEL memiliki luas area 153 Ha yang terdiri dari 96 lubang bor dan akan
digunakan untuk menganalisa bentuk penyebaran endapan bijih nikel, dengan
kedalaman lubang bor yang beragam yaitu dari kedalaman 32 meter hingga
kedalaman 56 meter. Pemodelan sebaran endapan nikel laterit dilakukan
70

berdasarkan hasil validasi pada geologi database yang terbagi menjadi dua zona/
layer yaitu zona limonit zona saprolit. Berdasarkan model tiga dimensi untuk tiap
domain, dimana warna hijau menunjukan zona limonit dan warna kuning
menujukan zona saprolit yang memiliki ketebalan yang berbeda-beda antar setiap
lapisan yang dipengaruhi oleh keadaan topografi sekitar lokasi lubang bor.
Geological modeling dapat dilihat dilihat pada Gambar 4.7 dibawah ini.

Gambar 4.7 Geological Modeling

Gambar 4.8 Penampang Model Sumberdaya


70

Gambar 4.9 Penampang Model Cadangan


4.4 Analisis Statistik Dasar
Analisis statistik dalam praktikum ini hanya dilakukan pada saprolit dan
limonit dari profil nikel laterit. Hal ini dikarenakan praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui sumberdaya nikel yang ada, dimana limonit saprolit dan bedrock
memiliki kandungan nikel yang berpotensi untuk dieksploitasi. Mengingat
karakteristik yang berbeda dari ketiganya, maka analisis statistik terhadap keduanya
kemudian dibagi lagi menjadi dua, yaitu analisis terhadap kadar Ni dan kadar Fe.
Hal ini dikarenakan kedua parameter inilah yang nantinya digunakan untuk
keperluan penaksiran dan perhitungan sumberdaya dan cadangan nikel laterit.
Analisis statistik yang dilakukan menggunakan data hasil composite setiap zona
yang telah di validasi berdasarkan setiap perubahan kadar Ni dan Fe.
Parameter – parameter statistik yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1 Jumlah data
2 Nilai maksimum dan minimum
3 Rata-rata, median dan modus
4 Standar deviasi
5 Variansi
6 Skewness
71

4.4.1 Histogram
4.4.1.1 Histogram Zona Limonit
Dari data komposit kadar Ni dan Fe Limonit yang ada, dibuat histogram
kadar Ni dan Fe Limonit yang dapat di lihat pada Gambar 4.10 dan Gambar 4.11.

Gambar 4.10 Histogram Kadar ni Zona Limonit

Gambar 4.11 Histogram Kadar fe Zona Limonit


Dari analisis terhadap 900 data komposit kadar Ni zona Limonit, didapatkan
beberapa parameter statistik dari kadar Ni limonit. Rata-rata kadar Ni limonit
adalah sebesar 1,34% dan median sebesar 1,55%. Sebaran data kadar Ni limonit
tidak terdistribusi normal dengan skewness negatif sebesar -0,44. Varians data
terhitung sebesar 0,14, standar deviasi sebesar 0,38 serta untuk mendapatkan nilai
Koefisien variansi diperoleh dari perbandingan nilai standar deviasi dan mean
sebesar 0,28. Dari analisis terhadap 900 data komposit kadar Fe zona Limonit,
didapatkan beberapa parameter statistik dari kadar Fe limonit. Rata-rata kadar Fei
limonit adalah sebesar 42,75% dan median sebesar 43,79%. Sebaran data kadar Ni
limonit terdistribusi normal dengan skewness negatif sebesar -0,75. Varians data
terhitung sebesar 52,70, standar deviasi sebesar 7,25 serta untuk mendapatkan nilai
koefisien variansi diperoleh dari perbandingan nilai standar deviasi dan mean
72

sebesar 0,16. Hasil analisis statistik dasar terhadap kadar Ni dan Fe zona limonit
dapat dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil Analisis Statistik Dasar Ni dan Fe Zona Limonit
Variabel Ni Fe
Number of Sampels 900 900
Mean 1,34 42,75
Median 1,55 43,79
Variance 0,14 52,70
Standard Deviation 0,28 7,25
Skewness -0,44 -0,75
Coefficient of Variation 0,28 0,16
4.4.1.2 Histogram Zona Saprolit
Dari data komposit kadar Ni dan Fe Limonit yang ada, dibuat histogram
kadar Ni dan Fe Limonit yang dapat di lihat pada Gambar 4.12 dan Gambar 4.13.

Gambar 4.12 Histogram ni Zona Saprolit

Gambar 4.13 Histogram fe Zona Saprolit


Dari analisis terhadap 1451 data komposit kadar Ni zona Saprolit,
didapatkan beberapa parameter statistik dari kadar Ni saprolit. Rata-rata kadar Ni
saprolit adalah sebesar 1,64% dan median sebesar 1,67%. Sebaran data kadar Ni
saprolit terdistribusi normal dengan skewness negatif sebesar -0,44. Varians data
73

terhitung sebesar 0,10, standar deviasi sebesar 0,32 serta untuk mendapatkan nilai
Koefisien variansi diperoleh dari perbandingan nilai standar deviasi dan mean
sebesar 0,19. Dari analisis terhadap 1451 data komposit kadar Fe zona Saprolit,
didapatkan beberapa parameter statistik dari kadar Fe saprolit. Rata-rata kadar Fei
saprolit adalah sebesar 13,67% dan median sebesar 11,7%. Sebaran data kadar Ni
saprolit terdistribusi normal dengan skewness positif sebesar 1,87 . Varians data
terhitung sebesar 45,83, standar deviasi sebesar 6,77 serta untuk mendapatkan nilai
koefisien variansi diperoleh dari perbandingan nilai standar deviasi dan mean
sebesar 0,49. Hasil analisis statistik dasar terhadap kadar Ni dan Fe zona saprolit
dapat dilihat pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Hasil Statistik Dasar Ni dan Fe Zona Saporolit
Variabel Ni Fe
Number of Sampels 1451 1451
Mean 1,64 13,67
Median 1,67 11,7
Variance 0,10 45,83
Standard Deviation 0,32 6,77
Skewness -0,44 1,87
Coefficient of Variation 0,19 0,49
4.5 Penentuan Metode Estimasi
Penentuan metode estimasi yang digunakan tergantung dari hasil analisis data
statistik, dimana metode estimasi yang digunakan yaitu Nearest Neighbour point
(NNP), Inverse Distance Weighting (IDW), dan Ordinary Krigging. Metode NNP
digunakan pada saat nilai varians tinggi karena hal ini menunjukan bahwa adanya
ketidakakuratan dalam penaksiran pada metode ini yang cukup besar, oleh karena
itu metode NNP jarang digunakan karena memiliki nilai eror atau ketidakakuratan
data yang tinggi. Metode IDW merupakan suatu cara penaksiran yang
menghitungkan adanya hubungan letak ruang (jarak), merupakan kombunasi linear
atau harga rata-rata pembobotan dari titik-titik data bor yang sudahh ada
disekitarnya. Metode OK adalah metode yang diasumsikan rata-rata dari populasi
yang tidak diketahui, dan pada data spasial tersebut tidak mengandung tren, data
yang digunakan juga tidak mengandung pencilan. Dimana untuk penentuannya
yaitu CV dibawah 0,25 menggunakan metode NNP, CV antara 0,25-0,75
74

menggunakan metode IDW, sedangkan metode OK digunakan Ketika adanya


ketidakakuratan struktur atau nilai CV nya diatas 0,75.
4.6 Penentuan Nilai Power dengan Analisis RMSE
Estimasi cadangan nikel laterit dengan menggunakan metode inverse distance
weighting harus mempertimbangkan parameter-parameter dalam metode inverse
distance weighting pangkat atau power. Nilai pangkat pada metode inverse distance
weighting akan di gunakan untuk membandingkan hasil estimasi, dimana pada
penelitian ini pangkat yang digunakan adalah pangkat 1, 2, 3, 4, 5. Pemilihan nilai
power terbaik yang digunakan pada metode IDW ditentukan berdasarkan nilai
RMSE terkecil. Nilai RMSE ini diperoleh dari proses cross validation yang
dilakukan pada masing-masing metode IDW dengan power 1 hingga power 5
dengan composite limonit dan saprolit. Tabel 4.4 menunjukan nilai RMSE hasil
penaksiran dengan nilai power 1 sampai power 5.
Tabel 4.4 Nilai Power Dengan Analisis RMSE
Power Nilai RMSE
1 0,010500
2 0,003120
3 0,003193
4 0,003571
5 0,003716

Dari data tersebut estimasi yang digunakan pada PT. ABADI NIKEL adalah
estimasi dengan menggunakan power 2 karena memiliki nilai error yang paling
kecil yaitu 0.003120.
4.7 Hasil Estimasi dan Cadangan
Estimasi sumberdaya adalah estimasi dari bijih endapan mineral yang mana
bagian dari perhitungan cadangan yang merupakan hal yang paling vital sebelum
dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu perhitungan cadangan yang mana akan
dievaluasi apakah endapan mineral tersebut layak untuk dilanjutkan ke tahap
eksplorasi selanjutnya (Widayat, 2005).
Metode Inverse Distance Weighted (IDW) adalah salah satu dari metode
penaksiran dengan pendekatan blok model yang sederhana dengan
mempertimbangkan titik disekitarnya. Asumsi dari metode ini adalah nilai
76

interpolasi akan lebih mirip pada data sampel yang dekat daripada yang lebih jauh.
Bobot (weight) akan berubah secara linier sesuai dengan jaraknya dengan data
sampel. Bobot ini tidak akan dipengaruhi oleh letak dari data sampel. Metode ini
biasanya digunakan dalam industri pertambangan karena mudah untuk digunakan.
Pemilihan nilai pada power sangat mempengaruhi hasil interpolasi. Nilai power
yang tinggi akan memberikan hasil seperti menggunakan interpolasi nearest
neighbor dimana nilai yang didapatkan merupakan nilai dari data point terdekat.
4.7.1 Hasil Estimasi Sumberdaya
Pada penelitian ini estimasi dilakukan menggunakan blok model 5 x 5 x 1
(panjang x lebar x tinggi) dengan menggunakan power 2. Dihasilkan dua model
blok zona laterisasi yaitu zona limonit dan zona saprolit yang telah diestimasi
kadarnya menggunakan metode IDW. Dalam mengestimasi sumberdaya dilakukan
dengan menggunakan bantuan software Surpac dalam bentuk block model tiga
dimensi yang mengikuti bentuk geometri sebaran endapan nikel laterit pada lokasi
studi. Proses estimasi dilakukan berdasarkan parameter dari hasil analisis statistik
yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam perhitungannya, density material
menggunakan nilai density untuk zona limonit sebesar 1,5 ton/m , nilai density
untuk zona saprolit sebesar 1,6 ton/m dan nilai density untuk zona lateri sebesar 1,6
ton/m. Penaksiran kadar bijih nikel pada setiap zona litologi terhadap blok model
yang dibuat menggunakan metode inverse distance weight memiliki keberagaman
kadar setelah dilakukan estimasi. Hasil estimasi untuk zona limonit dapat dilihat
pada Gambar 4.14.
76

Gambar 4.14 Sebaran Kadar Ni pada Zona Limonit


Kadar 0% – 0,5% berwarna biru lalu kadar 0,5% - 1% berwarna putih
sedangkan untuk kadar 1% - 1,5 % berwarna hijau kemudian kadar 1,5% - 2%
berwarna kuning, dan untuk kadar 2% - 2,5% berwarna merah.
Tabel 4.5 Kadar Ni Zona Limonit
Range Ni Volume (m3) Tonase (ton)
0,0 – 0,5 825 1.320
0,5 - 1,0 235.275 376.440
1,0 – 1,5 658.000 1.052.800
1,5 – 2,0 879.750 1.407.600
2,0 – 2,5 3.400 5.440

Dari hasil estimasi Ni pada zona limonit kadar nikel 0% – 0,5% memiliki
volume sebanyak 825 m3 dengan tonase sebanyak 1.320 ton sedangkan untuk kadar
0,5% - 1% memiliki volume sebanyak 235.257 m3 dengan tonase sebanyak
376.440 ton. Lalu pada kadar 1% - 1,5 % memiliki volume sebanyak 658.000 m3
dengan tonase sebanyak 1.052.800 ton. Kemudian kadar 1,5% - 2% memiliki
volumesebanyak 879.750 m3 dengan tonase sebanyak 1.407.600 ton. Untuk kadar
2% - 2,5% sebarannya memiliki volume sebanyak 3.400 m3 dengan tonase
sebanyak 5.440 ton. Jadi total volume estimasi Ni zona limonit sebanyak 1.777.250
m3 dan total tonase estimasi Ni zona limonit sebanyak 2.843.600 ton.

Gambar 4.15 Sebaran Kadar Ni pada Zona Saprolit


Kadar 0% – 0,5% berwarna biru lalu kadar 0,5% - 1% berwarna putih
sedangkan untuk kadar 1% - 1,5 % berwarna hijau kemudian kadar 1,5% - 2%
berwarna kuning, dan untuk kadar 2% - 2,5% berwarna merah.
77

Tabel 4.6 Kadar Ni Zona Saprolit


Range Ni Volume (m3) Tonase (ton)
0,0 – 0,5 12.975 20.111
0,5 - 1,0 43.750 67.812
1,0 – 1,5 553.600 858.080
1,5 – 2,0 2.040.775 3.163.201
2,0 – 2,5 63.525 98.463

Dari hasil estimasi Ni pada zona saprolit kadar nikel 0% – 0,5% memiliki
volume sebanyak 12.975 m3 dengan tonase sebanyak 20.111 ton sedangkan untuk
kadar 0,5% - 1% memiliki volume sebanyak 43.750 m3 dengan tonase sebanyak
67.812 ton. Lalu pada kadar 1% - 1,5 % memiliki volume sebanyak 553.600 m3
dengan tonase sebanyak 858.080 ton. Kemudian kadar 1,5% - 2% memiliki volume
sebanyak 2.040.775 m3 dengan tonase sebanyak 3.163.201 ton. Untuk kadar 2% -
2,5% sebarannya memiliki volume sebanyak 63.525 m3 dengan tonase sebanyak
98.463 ton. Jadi total volume estimasi Ni zona saprolit sebanyak 2.714.625 m3 dan
total tonase estimasi Ni zona limonit sebanyak 4.207.669 ton.

Gambar 4.16 Sebaran Kadar Ni pada Zona Laterit


Kadar 0% – 0,5% berwarna biru lalu kadar 0,5% - 1% berwarna putih
sedangkan untuk kadar 1% - 1,5 % berwarna hijau kemudian kadar 1,5% - 2%
berwarna kuning, dan untuk kadar 2% - 2,5% berwarna merah.
Tabel 4.7 Kadar Ni Zona Laterit
Range Ni Volume (m3) Tonase (ton)
0,0 – 0,5 350 543
0,5 - 1,0 13.325 21.058
1,0 – 1,5 770.775 1.213.590
1,5 – 2,0 2.894.100 4.529.734
2,0 – 2,5 65.800 102.160
78

Dari hasil estimasi Ni pada zona laterit kadar nikel 0% – 0,5% memiliki
volume sebanyak 350 m3 dengan tonase sebanyak 543 ton sedangkan untuk kadar
0,5% - 1% memiliki volume sebanyak 13.325 m3 dengan tonase sebanyak 21.058
ton. Lalu pada kadar 1% - 1,5 % memiliki volume sebanyak 770.775 m3 dengan
tonase sebanyak 1.213.590 ton. Kemudian kadar 1,5% - 2% memiliki volume
sebanyak 2.894.100 m3 dengan tonase sebanyak 4.529.734 ton. Untuk kadar 2% -
2,5% sebarannya memiliki volume sebanyak 65.800 m3 dengan tonase sebanyak
102.160 ton. Jadi total volume estimasi Ni zona laterit sebanyak 3.744.350 m3 dan
total tonase estimasi Ni zona limonit sebanyak 5.867.084 ton.
4.7.2. Hasil Estimasi Cadangan
Metode estimasi yang digunakan adalah inverse distance weigh (IDW).
Parameter yang digunakan dalam penentuan cadangan adalah nilai cut of grade
yang sudah ditetapkan oleh PT. ABADI NIKEL yaitu sebesar 1.4 untuk lebih
jelasnya dapat dilihat untuk tiap zona pada gambar berikut.

Gambar 4.17 Sebaran Cadangan Ni Zona Limonit


Kadar 1,4% – 1,7% warna biru, kadar 1,7% – 2,0% berwarna kuning dan
kadar 2,0% – 2,3% berwarna merah.
Tabel 4.8 Kadar Ni Zona Limonit
Range Ni Volume (m3) Tonase (ton)
1,4 – 1,7 895.675 1.433.080
1,7 – 2,0 143.375 229.400
2,0 – 2,3 3.400 5.440

Dari hasil estimasi cadangan Ni pada zona limonit kadar nikel 1,4% – 1,7%
terdapat sebanyak 895.675 m3 dengan tonase sebanyak 1.433.080 ton, untuk kadar
1,7% - 2,0% memiliki volume sebanyak 143.375 m3 dengan tonase sebanyak
79

229.400 ton. Kemudian kadar 2,0% - 2,3% memiliki volume sebanyak 3.400 m3
dengan tonase sebanyak 5.440 ton. untuk total volume cadangan zona limonit
sebanyak 1.042.450 m3 dan total tonase cadangan zona limonit sebanyak 1.667.920
ton. Hasil Estimasi Cadangan Zona Saprolit dapat dilihat pada Gambar 4.18:

Gambar 4.18 Sebaran Cadangan Ni Zona Saprolit


Kadar 1,4% – 1,8% warna biru, kadar 1,8% – 2,3% berwarna kuning dan
kadar 2,3% – 2,6% berwarna merah.
Tabel 4.9 Kadar Ni Zona Saprolit
Range Ni Volume (m3) Tonase (ton)
1,4 – 1,8 1.918.600 2.973.830
1,8 – 2,2 417.875 647.706
2,2 – 2,6 4.775 7.401

Dari hasil estimasi cadangan Ni pada zona saprolit kadar nikel 1,4% – 1,8%
terdapat sebanyak 1.918.600 m3 dengan tonase sebanyak 2.973.830 ton, untuk
kadar 1,8% - 2,2% memiliki volume sebanyak 417.875 m3 dengan tonase sebanyak
647.706 ton. Kemudian kadar 2,2% - 2,6% memiliki volume sebanyak 4.775 m3
dengan tonase sebanyak 7.401 ton. untuk total volume cadangan zona saprolit
sebanyak 2.341.250 m3 dan total tonase cadangan zona saprolit sebanyak 3.628.938
ton. Hasil Estimasi Cadangan Zona Laterit dapat dilihat pada Gambar 4.19:
83

Gambar 4.19 Sebaran Cadangan Ni Zona Laterit


Kadar 1,4% – 1,8% warna biru, kadar 1,8% – 2,3% berwarna kuning dan
kadar 2,3% – 2,6% berwarna merah.
Tabel 4.10 Kadar Ni Zona Laterit
Range Ni Volume (m3) Tonase (ton)
1,4 – 1,8 2.880.900 4.515.191
1,8 – 2,2 451.200 701.350
2,2 – 2,6 4.925 7.641

Dari hasil estimasi cadangan Ni pada zona laterit kadar nikel 1,4% – 1,8%
terdapat sebanyak 2.880.900 m3 dengan tonase sebanyak 4.515.191 ton, untuk
kadar 1,8% - 2,2% memiliki volume sebanyak 451.200 m3 dengan tonase sebanyak
701.350 ton. Kemudian kadar 2,2% - 2,6% memiliki volume sebanyak 4.925 m3
dengan tonase sebanyak 7.641 ton. untuk total volume cadangan zona laterit
sebanyak 3.337.025 m3 dan total tonase cadangan zona saprolit sebanyak 5.224.183
ton.
4.8 Analisis Geoteknik
4.8.1 Penentuan Geometri Jenjang
Analisis geoteknik digunakan untuk melakukan analisis desain pit
penambangan yang optimal dan aman untuk digunakan. Pengambilan data
geoteknik berupa sampel tanah dilakukan pada masing-masing litologi yang
terdapat di area blok B PT. ABADI NIKEL. Data - data yang dibutuhkan dalam
melakukan analisa faktor keamanan lereng acuan untuk analisis kestabilan lereng
menggunakan metode fellenius berupa data bobot isi tanah (ɣ), kohesi (c), dan sudut
geser dalam (Ø).
83

Tabel 4.11 Tabel Hasil Pengujian Sampel Tanah Pada Setiap Lapisan
Hasil Pengujian
Zona Bobot Isi (g/cm3) Kohesi (kg/cm2) Sudut Geser
Dalam (o)
Limonit 18.07 6.86 58
Saprolit 16.55 6.47 62

Berdasarkan analisis geoteknik diperoleh hasil pada zona limonit memiliki


bobot isi 18,07 kN/m³ , nilai kohesi 6,86 kN/m² dan sudut geser dalam sebesar 58º.
Sedangkan pada zona saprolit memiliki nilai bobot isi 16,55 kN/m³, nilai kohesi
6,47 kN/m² dan sudut geser dalam sebesar 62º.
4.8.2 Analisis Kestabilan Lereng
Analisis perhitungan faktor keamanan lereng bertujuan untuk mendapatkan
rekomendasi rancangan geometri lereng yang optimal sesuai dengan standar Faktor
Keamanan (FK) Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827/K/30/MEM-RI/2018,
yakni FK > 1,5. Percobaan perhitungan menggunakan faktor kemanan lereng
penambangan dilakukan menggunakan bantuan aplikasi Rockscience Slide dengan
menggambar lereng dan kemiringan lereng secara manual pada software dengan
sistem trial and error atau sistem coba-coba dengan mencapatkan rancangan
geometri lereng, lebar lereng dan kemiringan lereng yang sesuai. Analisis
perhitungan faktor keamanan lereng dilakukan dimasing-masing zona yaitu zona
limonit dan zona saprolit ditambah dengan analisa kemungkinan jika terjadi kontak
antar beberapa zona dalam satu lereng. Hasil analisis perhitungan faktor kemanan
lereng pada setiap zona dapat dilihat pada Gambar 4.20.

Gambar 4.20 Analisis Faktor Keamanan Lereng Pada Zona Limonit


83

Berdasarkan hasil analisis menggunakan software slide pada zona limonit


dengan sudut kemiringan 60º, tinggi jenjang 8 meter, lebar bench 2 meter, bobot isi
18.07 kN/m3, kohesi 6.86 kN/m2, dan sudut geser dalam sebesar 58º menggunakan
metode Bishop diperoleh nilai koreksi (FK) 1.812. Nilai tersebut dikatakan lereng
yang stabil karena nilai FK melebihi angka 1,1, sehingga kemungkinan terjadinya
longsor sangat kecil.

Gambar 4.21 Analisis Faktor Keamanan Lereng Pada Zona Saprolit

Berdasarkan hasil analisis menggunakan software slide pada zona limonit


dengan sudut kemiringan 60º, tinggi jenjang 8 meter, lebar bench 2 meter, bobot isi
18.07 kN/m3, kohesi 6.86 kN/m2, dan sudut geser dalam sebesar 58º menggunakan
metode Bishop diperoleh nilai koreksi (FK) 2.037. Nilai tersebut dikatakan lereng
yang stabil karena nilai FK melebihi angka 1,1, sehingga kemungkinan terjadinya
longsor sangat kecil.

Gambar 4.22 Analisis Faktor Keamanan Lereng Pada Overall Slope Angel
83

Berdasarkan hasil analisis menggunakan software slide diketahui faktor


keamanan lereng pada Overall Slope Angel dengan menggunakan metode Bishop
adalah 1.781 dengan sudut kemiringan 60º, tinggi jenjang 42 meter, lebar bench 2
meter menggunakan metode Fellenius. Nilai tersebut dikatakan lereng yang stabil
karena nilai FK melebihi angka 1,1, sehingga kemungkinan terjadinya longsor
sangat kecil.
4.8.3 Penentuan Geometri Jenjang
Setelah dilakukan anaisis faktor keamanan lereng pada setiap zona, maka
diperoleh geometri lereng yang optimal dan tetap aman pada semua zona yaitu
dengan desain tinggi jenjang 8 meter, lebar jenjang 7 meter dan sudut kemiringan
jenjang 60˚. Namun dari hasil analisis yang telah dilakukan, nilai FK masih
tergolong cukup besar pada setiap zona sehingga masih ada kemungkinan untuk
membentuk sudut kemiringan lereng yang lebih besar dengan nilai FK yang masih
kategori aman. Tetapi dengan mempertimbangkan faktor kestabilan lereng yang
juga diatur dalam Keputusan Menteri ESDM tentang kesehatan dan keselamatan
kerja yang membatasi tinggi jenjang tidak boleh lebih dari 8 meter dan sudut
kemiringan lereng tidak boleh lebih dari 60˚.
4.9 Desain Pit Limit
Desain pit limit merupakan suatu rancangan keseluruhan jenjang yang telah
dibuat dengan mempertimbangkan faktor keekonomian dimana keterdapatan
sebaran bijih (ore) yang masih layak di tambang atau ekonomis dengan
mempertimbangkan faktor keamanan sesuai Keputusan Menteri ESDM Nomor
1827 K/30/MEM-RI/2018.
Tabel 4.12 Geometri Jenjang Desain Pit
Parameter Nilai Satuan
Single slope 60 Derajat
Bench width 3 Meter
Bench height 6 Meter
Ramp width 2 Meter
Max grade 8 %

Parameter Geometri jenjang yang didesain terdiri dari Single Slope, Bench
Width, Bench Height, Ramp Width, dan Max Grade. Pertama Pada Single Slope
84

dengan besar kemiringan yakni 60°. Kemudian pada Bench Width yakni jarak
horizontal lantai tempat di mana seluruh aktifitas penggalian yang memiliki lebar
sebesar 3 m. Jarak Bench Height yakni vertikal diantara level horizontal pada pit
sebesar 6 m. Adapun besar Ramp Width yakni 10 m. Serta untuk max grade
memiliki presentase nilai sebesar 8 %, hal ini mengikut aturan KEPMEN 1827
Tahun 2018 yang menyatakan bahwa Grade Maximum Jalur tambang adalah tidak
lebih dari 12%.

Gambar 4.23 Desain Pit Tampak Atas

Gambar 4.24 Desain Pit Tampak Samping

Gambar 4.25 Section Timur-Barat Pit


86

Gambar 4.26 Section Utara-Selatan Pit


4.9.1 Pembuatan Base Pit
Pembuatan base pit (dasar bukaan tambang) yang dilakukan mengunaka
software permodelan. Pembuatan base pit bertujuan untuk menetukan elevasi
terdalam bukaan dari bukaan tambang sehingga nantinya dapat di perluas (expand)
hingga menuju topografi dengan elevasi yang paling tertinggi (surface). Proses
perluasan dari base pit dengan membuatan “String”. Base Pit ditentukan sesuai
dengan kedalaman setiap section dengan menggunakan tools digitise dalam
software permodelan (Surpac).
4.9.2 Pembuatan Ramp
Ramp merupakan jalur akses alat berat yang menghubungkan setiap jenjang
dan merupakan satu faktor penting yang perlu diperhatikan. Pembentukan ramp
dipilih seoptimal mungkin dimana dapat mempersingkat jarak dari tepi atas bukaan
tambang menuju batas base pit. Sesuai KEPMEN 1827 Tahun 2018 dalam
pembuatan ramp, persentase kemiringan jalan tidak lebih dari 12%. Dan dalam
penentuan grade yang berada pada pit PT. Abadi Nikel. Tools yang digunakan
dalam proses pemodalan ramp di software Surpac adalah “define new ramp” .
4.9.3 Pit Intersection
Setelah proses desain pit yang dihasilkan dalam bentuk “string”, selanjutnya
adalah pengubahan bentuk string desain pit menjadi bentuk “DTM” dan
disinggungkan dengan topografi aktual untuk memperoleh pit outline yang sesuai
dengan elevasi pada topografi. pit outline tersebut dalam bentuk “string” dimasukan
dalam desain bukaan tambang yang awal sehingga bentuk pit menyatu dengan
elevasi topografi.
87

4.9.4 Lereng Keseluruhan (Overall Slope)


Dalam menentukan kestabilan lereng, dikenal istilah faktor keamanan (Safety
Factor), yang merupakan perbandingan antara gaya-gaya yang menahan, terhadap
gaya-gaya yang menggerakan tanah tersebut. Bila faktor keamanan lebih tinggi dari
satu koma satu, umumnya lereng tersebut dianggap stabil. Faktor keamanan lereng
dianalisa dengan dengan menggunakan material properties dari sampel tanah hasil
analisa laboratorium berupa nilai sifat fisik dan sifat mekanik tanah untuk
mendapatkan nilai kritis longsoran yang kemungkinan terjadi di Pit pada PT. Abadi
Nikel. Sifat fisik dan sifat mekanik tanah tersebut berupa data bobot isi tanah (Υ),
kohesi (c), sudut geser dalam (ɸ). Setelah hasil analisa laboratorium didapatkan,
maka nilai-nilai tersebut perlu dilakukan konversi dalam satuan masing-masing
sesuai dengan kebutuhan software pendukung yaitu software Rockscience Slide.

Gambar 4.27 Overall Slope Bench

Berdasarkan rancangan desain pit yang dibuat diperoleh jumlah jenjang atau
bench sebanyak 9 dengan total jarak vertikal dan horizontal adalah 42 m dan 35 m
dengan bobot isi pada zona limonit adalah 18.07 kN/m³ dan saprolit 16.55 kN/m³,
nilai kohesi limonit dan saprolit berturut-turut adalah 6.86 kN/m² dan 6.47 kN/m²
dengan kuat geser limonit dan saprolit sebesar 58° dan 62°. Maka dengan
menggunakan metode fellenious serta bantuan trial and error pada software slide,
sehingga hasil analis faktor keamanan lereng maka didapatkan desain bench yang
aman adalah pada sudut 60° dengan nilai Faktor Keamanan (FK) adalah 1.781.
diambil faktor keamanan pada sudut 60° karena pada sudut ini memiliki Faktor
Keamanan (FK) lebih dari 1,1. Menurut Tabel Nilai Faktor Keamanan dan
88

Probabilitas Longsor Lereng Tambang pada KEPMEN ESDM 1827 tahun 2018
menyatakan bahwa nilai faktor keamanan (FK) pada lereng tambang adalah ≥ 1,1.
dari nilai Fk yang didapatkan, maka lereng dinyatakan aman pada sudut 60°.
4.10 Jumlah Cadangan Tertambang
Setelah dilakukan desain pit, selanjutnya adalah mengetahui jumlah material
yang tertambang yang terdiri dari cadangan tertambang dan waste yang akan
dikupas atau digali untuk mengetahui Stripping Ratio atau perbandingan waste dan
cadangan atau ore yang diperoleh. Hasil perhitungan Waste, Ore, dan Stripping
Ratio dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.13 Material Tertambang
Tabel 4. 1 Material Tertambang

Material Volume (m3) Tonase (WMT)


Ore 3.337.025 5.224.183
Waste 5.388.521 8.352.207
Stripping Rasio 1.61

Cadangan tertambang merupakan jumlah sumberdaya yang dibatasi oleh cut


off grade dan batas akhir penambangan (Ultimate pit limit). Batas dari pit yang
digunakan sebagai batas perhitungan yaitu topografi sebagai batas atas
penambangan (top surface) dan yang menjadi batas bawah penambangannya
(bottom surface) yaitu rancangan batas akhir penambangan (Ultimate pit limit),
maka didapatkan volume total bukaan yang dihasilkan dari pit tersebut sebanyak
8.725.546 BCM. Dimana total volume overburden dan material pengotor (Waste)
adalah 5.388.521 BCM dengan tonase 8.352.207 WMT (persentase kadar Ni<1.4),
dan untuk cadangan bijih nikel nikel memiliki total volume 3.337.025 BCM dengan
tonase 5.172.388 WMT (persentase kadar Ni ≥ 1,4%). Sehingga nilai Stripping
ratio berdasarkan hasil perhitungan dengan membandingkan volume material waste
dengan volume cadangan bijih nikel adalah 1.61.
88

Gambar 4.28 Cadangan Tertambang


4.11 Desain Disposal
Disposal area merupakan daerah pada lokasi tambang terbuka yang dijadikan
tempat untuk menimbun material yang tidak berharga, oleh karenanya dalam
perencanaan sequence penambangan harus diikuti dengan pembuatan disposal.
Untuk bisa mendapatkan cadangan sesuai dengan jumlah yang telah ditargetkan,
maka sebanyak 5.388.521 BCM overburden harus dikupas dan diangkut ke
disposal area. Overburden yang digali harus ditimbun diluar pit sehingga
dibutuhkan lokasi disposal yang mampu menampung keseluruhan overburden yang
digali. Rancangan Disposal area berada pada sisi selatan pada lereng dengan tinggi
bench 6 meter dan lebar dasar bench 3 meter.

Gambar 4.29 Desain Disposal Tampak Atas


90

Gambar 4.30 Desain Disposal Tampak Samping

Gambar 4.31 Section Timur-Barat Disposal

Gambar 4.32 Section Utara-Selatan Disposal

Jumlah cadangan tertambang yang di peroleh di penambangan PT. Abadi


Nikel yaitu didapatkan volume total bukaan yang dihasilkan dari pit tersebut
91

sebanyak 6.018.868 BCM. Dimana total volume overburden dan material pengotor
(Waste) adalah 5.388.521 BCM (presentase kadar ≥1,4%).
4.11 Desain Geometri Jalan Pit ke Disaposal
4.11.1 Lebar Jalan Angkut dalam Keadaan Lurus
Tabel 4.14 Geometri Jenjang Desain Pit
n Wt (m) (n+1) 0,5*Wt Lm (m)
2 2.49 3 1.245 9

Berdasarkan tabel di atas dilakukan perhitungan jalan angkut pada keadaan


lurus (Lm) dengan mengalikan jumlah jalur angkut (n) 2 meter dengan lebar alat
angkut sebesar (Wt) 2.49 meter ditambah dengan jumlah jalur angkut ditambah 1
(n+1) dikali dengan setengah lebar alat angkut terbesar (Wt) 1.245 meter sehingga
mendapatkan nilai lebar jalan angkut dalam keadaan lurus (Lm) adalah 9 meter.
4.11.2 Lebar Jalan Angkut dalam Keadaan Tikungan
Tabel 4.15 lebar jalan angkut dalam keadaan tikungan
U Fa Fb C Z Wmin
3.91 1.28 1.28 3.57 3.57 25

Berdasarkan tabel diatas dilakukan perhitungan Lebar jalan angkut pada


keadaan tikungan dengan mengalikan jumlah jalur angkut (n) 2 dengan lebar jejak
ban alat angkut (U) 3.91 meter ditambah Lebar juntai depan setelah dikoreksi sinus
sudut belok roda belakang (Fa) 1.28meter ditambah Lebar juntai belakang, setelah
dikoreksi dengan sinus sudut belok roda depan (Fb) 1.28 meter ditambah Jarak sisi
luar dump truk ke tepi jalan (Z) 3.57meter kemudian ditambahkan dengan Jarak
antara dua dump truck yang akan bersimpangan (C) 3.57 meter, sehingga
didapatkan nilai Lebar jalan angkut pada keadaan tikungan (Wmin) 25 meter.
4.11.3 Kemiringan Jalan
Berdasarkan KEPMEN ESDM No.1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik mengenai Kemiringan
(grade) jalan tambang/produksi dibuat tidak boleh lebih 12% (dua belas persen)
dengan memperhitungkan spesifikasi kemampuan alat angkut, jenis material jalan
dan fuel ratio penggunaan bahan bakar. Untuk tambang-tambang besar, kemiringan
jalan 8% paling umum.
92

4.11.4 Jari Jari Tikungan


Besarnya nilai jari-jari tikungan perlu di perhatikan sebab dalam melewati
jalan tikungan alat angkut mempunyai kemampuan yang terbatas. Dalam
menghitung jari-jari minimum yang perlu diketahui yaitu kecepatan rencana alat
angkut, koefisien gesek atau friction factor (F), dan nilai superelevasi yang
diizinkan berdasarkan kecepatan alat angkut.
Untuk perencanaan AASHTO menganjurkan pemakaian beberapa nilai
superelevasi yaitu 0,02, 0,04, 0,06, 0,08, 0,010 dan 0,012. Dimana nilai e (Tingkat
superlevasi) yang diizinkan berdasarkan kecepatan alat angkut yaitu sebesar 0,02
yang didapatkan dari ketetapan AASHTO yang dimana untuk daerah tambang yang
berupa pegunungan umumnya menggunakan nilai 0,02 karena kendaraan 119
bergerak relatif lambat.
Tabel 4.16 Tabel Hasil Perhitungan Jari - Jari Tikungan
Parameter Simbol Satuan Nilai
Kecepatan v km/jam 20
Superelevasi e mm/m 0.02
Koefisien gesek f - 0.205
Jari-jari tikungan R m 0.77

Dari tabel di atas dilakukan perhitungan jari-jari tikungan dengan membagi


kecepatan alat angkut (v) 20 km/jam dengan 127 dikali tingkat superelevasi (e) 0,02
mm ditambah koefisien gesek samping (f) dibawah 80 km/jam 0,205 sehingga
didapatkan jari-jari tikungan (R) 0.77 m.
4.11.5 Superelevasi
Besarnya nilai superelevasi perlu diperhatikan karena dalam melewati jalan
tikungan, alat angkut harus di buatkan kemiringan ke arah titik pusat jari-jari
tikungan (R). Nilai superelevasi minimum yang perlu diketahui yaitu kecepatan
rencana alat angkut, koefisien gesek atau friction factor (F), dan jari-jari tikungan.
Nilai kecepatan rencana alat angkut (V2 ) yaitu 400 km/jam, nilai koefisien gesek
(F) yaitu 0.205, dan nilai jari-jari tikungan yaitu 0.77 m. sehingga didapatkan nilai
super elevasi (e) sebesar 0.02.
Tabel 4.17 superelevasi
v v3 f R e+f e (m) e (mm)
20 400 0.205 0.77 0.245 0.02 20
93

4.11.6 Kemiringan Melintang (Cross Slope)


Kemiringan melintang jalan (cross slope) sangat dibutuhkan untuk mengatasi
masalah pengairan di permukaan jalan, terutama pada saat turun hujan. Jalan angkut
yang baik memiliki kemiringan melintang (cross slope) antara 1/50 sampai 1/25
atau 20 mm/m sampai 40 mm/m. Pembuatan kemiringan melintang berdasarkan
lebar jalan pada kondisi lurus dan dilakukan dengan cara membuat bagian tengah
jalan lebih tinggi dari tepi jalan.
Tabel 4.18 Cross Slope
Parameter Simbol Nilai Satuan
Lebar jalan ac 12,5 m
Setengah lebar
ab 1,35 m
jalan
Persentase sudut a 4 %
4.12 Jumlah Cadangan
Cadangan bijih merupakan bagian dari sumberdaya mineral terukur dan/ atau
tertunjuk yang dapat ditambang secara menguntungkan. Nilai cut off grade yang
ditetapkan oleh digunakan adalah 1,4 % Ni. Kadar tersebut masih mencapai kadar
rata-rata ekonomis untuk standar penjualan perusahaan yang berlaku. Estimasi
cadangan tertambang diperoleh berdasarkan kadar batas ekonomis atau kadar rata-
rata terendah yang masih ekonomis ketika ditambang (cut off grade) dari jumlah
sumberdaya terukur yang ada dan hasil rancangan pit limit yang dibuat. Adapun
material ore yang diperoleh volume sebesar 3.337.025 m3 dengan tonase 5.224.183
ton. Sedangkan material waste diperoleh volume sebesar 5.388.521 m3 dengan
tonase 8.352.207 ton.
Dalam kegiatan penambangan tentunya sering terjadi adanya perbedaan
antara perencanaan (plan) dengan aktual penambangan di lapangan, baik perbedaan
berdasarkan kualitas kadar maupun berdasarkan jumlah tonase. Perbedaan tersebut
terjadi disebabkan karena berbagai faktor, diantaranya :
a. Ketika dilakukan proses verifikasi data terdapat perbedaan spasi titik bor antara
satu titik bor dengan titik bor yang lain sehingga radius pencarian pada saat
proses estimasi tidak konsisten serta terjadi penurunan topografi pada saat
94

kegiatan eksplorasi sehingga terjadi perbedaan koordinat topografi antara data


dengan kondisi aktual dilapangan.
b. Ketika dilakukan proses rekonsiliasi antara data verifikasi dengan data
eksplorasi terdapat deviasi yang cukup signifikan.
c. Layer endapan nikel laterit yang tidak konsisten secara vertikal, dimana
terdapat sisipan material waste di antara ore zone sehingga mempengaruhi
efektivitas kegiatan ore getting pada saat penambangan.
d. Penyebaran endapan yang tidak merata dikarenakan tipe endapan yang
cenderung heterogen.
e. Topografi yang cenderung berlereng mengakibatkan proses pelapukan tidak
intensif pada batuan, sehingga memiliki dua jenis material yaitu hard material
dan soft material. Ini sangat berpengaruh terhadap perbedaan density bahan
galian.
f. Tipe endapan yang cenderung heterogen akibat perbedaan kadar, layer, maupun
karakter material sehingga kegiatan penambangan dilakukan dengan selective
mine untuk menjaga kualitas bijih nikel. Hal tersebut tentunya dapat
menyebabkan adanya material yang tidak tertambang karena memiliki kualitas
rendah dan tergolong waste.
g. Untuk batuan dasar peridotit, kualitas bijih nikel kadar tinggi berada pada
material yang cenderung soft (berbutir kecil), sedangkan untuk material hard
(berbutir besar) berupa boulder memiliki kulitas kadar nikel yang cenderung
lebih rendah, sehingga terdapat beberapa material yang harus terbuang.
h. Tingginya faktor dilusi yang dapat mempengaruhi kualitas kadar nikel,
sehingga kadar bijih nikel menjadi rendah.
i. Sering terjadi lose material (material yang hilang) akibat kesalahan yang
dilakukan operator atau kurangnya pengawasan dari pengawas teknis lapangan
pada saat pengambilan bahan galian (ore getting), pada saat proses
pengangkutan, dan pada saat dumping (menumpahkan material).
Berdasarkan parameter-parameter tersebut, pihak perusahaan berasumsi
untuk menentukan persentase mining recovery (perolehan penambangan), dimana
persentase mining recovery yang ditetapkan perusahaan berdasarkan faktor-faktor
95

tersebut di atas adalah 85%. Mining recovery perlu diasumsikan terlebih dahulu
agar target produksi yang ditetapkan perusahaan dapat tercukupi setiap bulannya
atau untuk mencegah overestimate terhadap perhitungan yang dilakukan karena
proses penambangan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang dapat
mengurangi produksi yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan
mempertimbangkan hal tersebut maka total material ore didapatkan volume sebesar
3.337.025 m3 dan tonase 5.224.183 ton. Berdasarkan perolehan material ore dan
waste yang telah didapatkan, selanjutnya dapat dihitung nilai stripping ratio dengan
membagi total material material ore dan material waste yang telah dimasukkan
parameter mining recovery, sehingga didapatkan nilai stripping ratio berdasarkan
cadangan tertambang yang diperoleh yaitu 1.61. Hasil report sebelum dan sesudah
mining recovery dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut.
Tabel 4.19 Report Sebelum dan Sesudah Mining Recovery
Material Volume (m3 ) Tonnase
Ore 3.337.025 5.224.183
Waste 5.388.521 8.352.207
Cadangan Tertambang 5.685.050 9.096.080
Stripping Rasio 1.61

4.13 Umur Tambang


Penentuan umur tambang bertujuan untuk mengetahui berapa lama suatu
kegiatan penambangan berlangsung. Berdasarkan jumlah cadangan sebesar
9.096.080 ton dengan mining recovery 85% dengan target produksi 150.000 ton
persemester-nya dan juga diperoleh target produksi/sequence 1.058.823.53 ton,
kemudian diperoleh umur tambang (minelife) selama 52 bulan. Untuk melanjutkan
ke tahap produksi, perusahaan merancang strategi penambangan (sequence) yang
mapan sehingga dapat mencapai target produksi dengan mengoptimalkan biaya
dalam angka yang kecil.
4.14 Sequence Penambangan
Desain sequence merupakan suatu rancangan teknis dalam menentukan
tahapan dan arah penambangan dengan membagi lokasi penambangan menjadi
bagian yang lebih kecil untuk memudahkan dalam menangani sejumlah material
yang akan ditambang dimana sequence akhir penambangan akan menjadi pit limit.
96

Rancangan desain sequence yang dibuat akan menggambarkan pula


kemajuan tambang untuk mengetahui perubahan penurunan level, tonase material
tertambang, posisi, dan batas penambangan dalam periode waktu tertentu. Adapun
faktor yang mendasari dalam menentukan arah sequence penambangan antara lain
keadaan morfologi pada lokasi tersebut dimana arah penambangan dimulai dari
arah barat – utara – timur – selatan (mengikuti keadaan topografi perbukitan dari
level tertinggi sampai topografi dengan daerah level terendah).
Perancangan sequence pada dirancang berdasarkan acuan dari jumlah target
produksi persemester yaitu 1.058.823.53 ton per semester. Rancangan sequence
tersebut diawali pada elevasi tertinggi 55.5 mdpl sampai elevasi terendah -0.5 mdpl.
Area penambangan memiliki cadangan tertambang berdasarkan pit limit yang
dibagi menjadi 9 tahapan (sequence) penambangan. Dari hasil rancangan sequence
penambangan yang dibuat maka dapat diketahui umur tambang yaitu selama ± 52
bulan dengan jumlah target produksi per bulan adalah 150.000 ton.
Rancangan desain sequence penambangan dibagi menjadi 9 tahapan
berdasarkan target produksi yang dilakukan dengan sistem level plan atau
mengikuti level penggalian.
Tabel 4.20 Rancangan Sequence
Volume Tonase Kadar Stripping
Periode Material
(BCM) (ton) Ni Rasio
OB/Waste 875.475 1.400.760
Semester ke-1 1.57 1.28
Ore 683.575 1.093.720
OB/Waste 187.925 300.680
Semester ke-2 1.67 0.24
Ore 758.375 1.213.400
OB/Waste 57.300 91.680
Semester ke-3 1.69 0.08
Ore 690.975 1.105.560
OB/Waste 30.350 48.560
Semester ke-4 1.70 0.04
Ore 733.600 1.173.760
OB/Waste 93.325 149.320
Semester ke-5 1.67 0.13
Ore 716.400 1.146.240
OB/Waste 82.975 132.760
Semester ke-6 1.67 0.13
Ore 636.550 1.018.480
OB/waste 107.000 171.200
Semester ke-7 1.64 0.15
Ore 685.775 1.097.240
OB/waste 556.775 890.840
Semester ke-8 1.60 0.82
Ore 672.325 1.075.720
97

Semester ke-9 OB/waste 73.100 116.960 1.68 0.54


Ore 135.035 216.040
4.15 Analisis Statistik Data Curah Hujan
Analisis statistik dalam pengolahan data curah hujan bertujuan untuk melihat
sifat data yang ada. Beberapa parameter statitistik yang digunakan antara lain: Nilai
mean, banyaknya data, standar deviasi, koefisien skewness, dan lain-lain. Analisis
statistik juga dapat menetukan jenis distibusi yang akan digunakan dalam
penentuan curah hujan rencana. Berikut hasil analisis statistik data curah hujan pada
wilayah daerah sekitaran IUP PT. ABADI NIKEL.
Tabel 4.21 Analisis Data Curah Hujan
CH Max (Xi-
No Tahun (Xi-Xrat) (Xi-Xrat) (Xi-Xrat)
(Xi) Xrat)
1 2013 150.00 34.62 1198.54 41493.61 1436508.68
2 2014 80.00 -35.38 1251.74 -44286.72 1566864.04
3 2015 165.00 49.62 2462.14 122171.61 6062155.05
4 2016 117.00 1.62 2.62 4.25 6.89
5 2017 137.10 21.72 471.76 10246.59 222555.99
6 2018 111.00 -4.38 19.18 -84.03 368.04
7 2019 90.00 -25.38 644.14 -16348.38 414922.01
8 2020 93.40 -21.98 483.12 -10618.99 233405.32
9 2021 93.80 -21.58 465.70 -10049.73 216873.14
10 2022 116.50 1.12 1.25 1.40 1.57
Jumlah 1155.80 0.0000000 7000.216 92529.61704 10153660.72
Banyak Data 10
CH Rata-rata 115.38
Standar deviasi 27..89
Koefisien Varians 0.24
Koefisien
0.592
Skewness
Koefisien Kurtois -0.68

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan data sebanyak 10 tahun terakhir.


Diperoleh standar deviasi sebesar 124.41 dengan koefisien skewness 2.90 yang
berarti bahwa sampel data curah hujan yang diperoleh tidak menyimpang jauh dari
rata-rata data dan data curah hujan tersebut cenderung tidak memiliki data anomali
yang berarti data sampel data curah hujan tersebut mewakili sebaran data curah
hujan.
4.15.1 Analisis Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Curah Hujan Gumbel
Dalam menentukan curah hujan rencana perlu di analisis terslebih dahulu
distibusi curah hujan yang telah dianalisis statistik. Berdasarkan syarat penentuan
98

sebaran curah hujan, dapat ditentukan proses analisis penentuan distribusi curah
hujan menggunakan metode gumbel, hal ini disebabkan koefisien skewness data
curah hujan yang diperoleh adalah 0.592 atau tidak melebihi dari 1.90 yang
merupakan batas koefisien kurtois dalam penggunaan metode gumbel. berikut hasil
analisis distibusi dengan metode gumbel.
Tabel 4.22 Distribusi Gumbel
PUH Ytr K Xt
2 0.366513 -0.1355 111.601
5 1.49994 2.057955 144.885
10 2.250367 1.848128 166.923
20 2.970195 2.606081 188.061
50 3.901939 3.587173 215.423
100 4.600149 4.322364 235.927

Curah hujan rencana diperlukan dalam mengetahui besarnya curah hujan


yang ada pada periode ulang hujan tersebut. Periode Ulang Hujan (PUH)
merupakan periode yang menggambarkan curah hujan yang dapat terjadi satu kali
atau bahkan lebih dalam peride tersebut. Periode ulang hujan yang digunakan
merupakan periode yang sesuai dengan umur tambang. Berdasarkan hasil
perencaanan sequence, kegiatan pertambangan PT. Abadi Nikel yang berlokasi di
Kecamatan Langgikima memiliki umur tambang 4.3 Tahun, sehingga PUH yang
digunakan adalah 5 Tahun. Berdasarkan hasil perhitungan curah hujan rencana pada
PUH yang 5 tahun menggunakan metode gumbel diperoleh nilai curah hujan
rencana (Xt) sebesar 144.885 mm/hari yang berarti bahwa dalam periode 5 tahun
tersebut dapat terjadi hujan sebesar 144.885 mm dalam waktu 1 kali ataupun lebih.
4.16 Daerah Tangkapan Hujan (cacthment area)
Dareah Tangkapan Hujan pada lokasi studi praktikum ditentukan berdasarkan
kondisi peta topografi kondisi pada Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT. Abadi
Nikel. Pengamatan pada tersebut dimaksudkan untuk melihat arah aliran air pada
lokasi studi. Dalam menentukan luas daerah tangkapan hujan yaitu dengan menarik
titik-titik tertinggi pada lokasi studi atau bukaan tambang hingga membentuk
poligon tertutup, namun tetap memperhatikan arah aliran yang menuju ke bukaan
tambang. Berdasarkan hasil penentuan daerah tangkapan hujan tersebut, terdapat 1
daerah tangkapan hujan pada PT. Abadi Nikel Luas daerah tangkapan hujan (DTH)
sebesar 40 Ha atau 0.40 km². Hal ini dikarenakan daerah area penambangan
99

merupakan daerah yang landau sehingga memungkin air yang terkumpul hanya
masuk kedalam pit.
4.17 Koefisien Air Limpasan (Run Off)
Koefisien Air Limpasan diperlukan untuk menghitung atau menetukan debit
air limpasan. Koefisien limpasan merupakan bilangan yang menunjukkan besarnya
limpasan permukaan dengan besarnya curah hujan. Nilai koefisien limpasan (C)
berkisar antara 0 hingga 1. Nilai 0 berarti semua air hujan terinfiltrasi ke dalam
tanah, sedangkan nilai 1 berarti semua air hujan mengalir di atas permukaan tanah
sebagai air limpasan. Koefisien limpasan (C) tergantung pada kondisi topografi,
kondisi vegetasi, dan kondisi tanah. Perhitungan koefisien limpasan menggunakan
3 stasiun pengamatan sehingga derah tangkapan hujan dibagi menjadi 3 poligon
area penentuan koefisien limpasaan. Hasil penentuan nilai koefisien air limpasan
pada Daerah Tangkapan Hujan sebesar 0.30.
4.18 Debit Air
Debit air permukaan berasal dari air hujan yang masuk ke areal tambagng
melalui Daerah Tangkapan Hujan. Debit Air Tambang merupakan salah satu faktor
penentu dalam perencanaan sistem penyaliran, sebab besar kecilnya debit akan
mempengaruhi penentuan dimensi saluran serta kolam pendapan. Debit air
limpasan dihitung dengan menggunakan rumus Rasional. Parameter untuk
menghitung debit air limpasan maksimum adalah intensitas curah hujan, koefisien
air limpasan dan luas daerah tangkapan hujan. Debit air tambang yang masuk
kedalam DTH adalah 1.10 m³ /detik.
4.19 Saluran Terbuka
Perancangan saluran terbuka pada system penyaliran ini ditujuakan agar air
limpasan atau hujan yang masuk ke area pertambangan dapat dialirkan agar tidak
masuk serta menggenangi area bukaan tambang. Perhitungan dimensi saluran
terbuka berdasarkan atas besarnya debit air tambang. Pada umumnya kemiringan
saluran agar air dapat mengalir secara alamiah adalah 0.25%-0.50% (P. Plfleider,
E.P). Bentuk saluran terbuka yang dipilih adalah bentuk trapesium dengan 60
derajat. Pemilihan bentuk trapesium sebagai bentuk saluran adalah sebagai berikut
:
101

1. Lebih mudah dalam pembuatan saluran


2. Dinding saluran tidak mudah longsor
3. Dapat mengalirkan debit air yang besar
4. Lebih mudah dalam melakukan perawatan
Letak saluran terbuka ditentukan berdasakan peta lokasi IUP PT. ABADI
NIKEL. letak saluran terbuka berada disekitar daerah penambangan, lokasi saluran
juga diletakkan pada area yang memungkinkan air yang berasal dari tambang keluar
ke lingkungan yang bebas hal ini dikarenkan air yang berasal dari tambang tentunya
memiliki kandungan kimia yang bisa merusak lingkungan. Air yang melewati
drainase kemudian dialirkan menuju kolam pengendapan. Perhitungan dimensi
saluran terbuka menggunakan rumus Manning. Berikut hasil perhitungan
penentuan dimensi saluran terbuka yang dihitung berdasarkan debit air tambang
yang perlu diatasi :
Tabel 4.23 Dimensi Saluran Terbuka
Luas Lebar Lebar Panjang Sisi
Kemiringan Kedalamaan
Permukaan Dasar Permukaan Saluran
α m2 h(m) b(m) B(m) a(m)
0.58 1.47 0.92 1.06 2.13 1.06

4.20 Kolam Pengendapan (Sediment Pond)


Air limpasan yang masuk kedalam area penambangan dan dialirkan melalui
saluran terbuka akan menuju kolam pengendapan yang berfungi sebagai tempat
atau media penegdapan partikel muatan air yang keluar dari lokasi penambangan,
sehingga air yang dialirkan ke sumber air permukaan seperti sungai dapat lebih
jernih. Pengamatan pada partikel pada air dilakukan dengan mengambil lima
sampel air limpasan berbeda. Besar persen padatan partikel muatan air adalah
1.108% dan persen air 95.93%. Air yang masuk ke dalam kolam pengendapan
berasal dari saluran terbuka yang akan dialirkan menuju ke sungai. Debit air yang
masuk ke dalam kolam pengendapan sebesar 1.10 m3 /detik dengan kecepatan
pengendapan 0,00095 m/detik. Penentuan dimensi kolam pengendapan didasarkan
pada alat gali yang digunakan yaitu Backhoe Komatsu PC 200LC. Berdasarkan
perhitungan, dimensi kolam yang diperoleh adalah sebagai berikut.
101

Tabel 4.24 Dimensi Sediment Pond


Dimensi Kolam Pengendapan
Satuan
(Sediment Pond)
Lebar Kolam/pond 18 m
Kedalaman kolam/pond 6 m
Volume kolam/pond 5678.62 m3
Luas kolam/pond 946.44 m2
Panjang kolam/pond 52.58 m
Lebar kompartmen 18 m
Volume kompartmen 1892.87 m3
Luas kompartmen 315.48 m2
Panjang kompartmen 17.53 m

4.20 Penentuan Waktu Kerja Efektif


Hari kerja per bulan dapat dilihat pada Tabel 4.1dan jumlah jam kerja per shift
dapat dilihat pada Tabel 4.23 berikut.
Tabel 4.25 Jumlah Hari Kerja
Hari kerja yang tersedia 30 hari/bulan
kehilangan hari kerja yang direncanakan
Hari libur 3 hari/bulan
Hari hujan 1 hari/bulan
Kehilangan hari kerja yang yang
direncanakan 1 hari/bulan
Total kehilangan hari kerja 5 hari
Hari kerja efektif 25 hari

Tabel 4.26 Jumlah Jam Kerja/Shift


Jumlah kerja
Lama kerja 8 Jam/Hari
Jumlah shift 2 Kali/Hari
Delay jam kerja 1 Jam/Hari
Efektif jam kerja 15 Jam/Hari
Efektif jam kerja 375 Jam/Bulan

Shift pertama Shift kedua Istirahat


Jam 07.00-17.00 Jam 17.00-24.00 Jam 12.00-13.00

Berdasarkan tabel di atas dengan hari libur 3 hari dalam satu bulan, dengan
mempertimbangkan hujan selama 1 hari dan kehilangan hari kerja yang tidak
direncanakan selama 1 hari maka hari kerja efektif selama 1 bulan yaitu 25 hari.
Untuk jam kerja per hari selama 8 jam dengan dibagi menjadi 2 shift , shift selama
8 jam dimulai dari pukul 07.00-17.00 untuk istirahat selama 1 jam dari pukul 12.00-
13.00. shift kedua selama 8 jam dimulai pukul 17.00 - 24.00.
103

4.21 Analisis Kebutuhan Alat Stripping dan Removal OB


Overburden adalah material penutup tanpa nilai ekonomis atau nilai
ekonomisnya kecil yang membungkus atau menutupi ore. Dalam pekerjaan
overburden removal dimulai dengan proses pengupasan (stripping) tanah pucuk
(top soil). Top Soil Removal dilakukan setelah area penambangan benar-benar
bersih dari pepohonan dan benda-benda yang mengganggu proses penambangan
atau biasa disebut dengan proses land clearing dengan menggunakan alat berat
seperti excavator. Top soil removal dilakukan pada lapisan tanah bagian atas
(humus)yang memiliki ketebalan 10-15 meter. Tanah humus dipindahkan ke area
disposal. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesuburan tanah yang pada akhirnya
digunakan kembali untuk tanah reklamasi dan revegetasi. Didalam pekerjaan
overburden removal terdapat banyak faktor dan potensi bahaya yang dapat
menyebabkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja. Jenis alat yang digunakan
dalam kegiatan ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.27 Alat dalam Kegiatan Remowal OB
Produktivitas Alat Produktivitas Alat
Jenis Alat Merek Alat (Ton/Bulan) (Ton/Tahun)
Alat Gali Muat PC 300 100780.23 1209362.76
Buldozer Komatsu
Alat Gusur (D85 ES) 61858.88 742306.56

Dalam kegiatan Stripping dan Removal OB menggunakan alat alat gali muat
dan alat gusur BuldozerKomatsu (D85ES). Pada sequence kesatu menggunakan 1
unit alat gali muat dan alat gusur 1 unit. Sequence kedua membutuhkan 1 unit
excavator dan 31alat gusur. Sequence ketiga membutuhkan 1 alat gali muat dan 1
alat gusur. Sequence keempat membutuhkan 1 alat gali muat dan 1 alat gusur.
Sequence kelima membutuhakan 1 alat gali muat dan 1 alat gusur.
4.22 Analisis Kebutuhan Alat Ore Getting
Ore getting atau penggalian ore merupakan rangkaiyan dari proses eksploitasi
bijih ore dari lokasi front penambangan dan diangkut menuju stockfile ETO
(exportable Transit Ore). Tahapannya dimulai dengan pengupasan top soil,
pengupasan overburden, dan selanjutnya penggalian ore. Jenis alat yang digunakan
dalam kegiatan ini dapat dilihat pada tabel berikut.
103

Tabel 4.28 Jenis Alat Gali Ore Getting


Produktivitas Produktivitas
Jenis Alat Merek Alat Alat Alat
(Ton/Bulan) (Ton/Tahun)
Alat Gali Muat PC 200 2153.42 25841.04
Buldozer 61858.88 742306.56
Alat Gusur Komatsu (D85
ES)
4.23 Analisis Kebutuhan Alat Pengangkutan OB/Waste dari Pit ke Disposal
Optimasi produksi akan tercapai bila kombinasi antara alat gali-muat dan alat
angkut serasi baik kapasitas maupun jumlah masing-masing. Tingkat ketersedian
alat gali-muat dan alat angkut dalam proses penambangan di lokasi penambangan
maupun yang menuju ke arah pembongkaran dapat mempengaruhi produktifitas
alat. Rencana Peralatan tambang utama yang digunakan untuk medukung kegiatan
operasional di lokasi penambangan dari pit ke stockpile pada PT. Abadi Nikel yaitu
alat gali-muat jenis excavator PC 300 untuk penggalian ore sedangkan alat angkut
yang digunakan yaitu dump truck HINO 260 FM JD. Spesifikasi alat gali-muat PC
300 serta alat angkut yang digunakan yaitu Dump Truck Hino FM 260 JD terdapat
pada lampiran.
4.23.1 Cycle Time dan Produktivitas Alat-Gali Muat
Perhitungan waktu edar terdiri dari waktu menggali, waktu ayun bermuatan,
waktu menumpah, dan waktu ayun kosong. Waktu menggali yaitu waktu bucket
EXA menyentuh permukaan tanah yang siap untuk menggali dan berakhir bila
bucket dari alat muat terisi penuh. Waktu ayun isi yaitu bucket EXA yaitu waktu
dari alat muat mulai menumpahkan muatannya kedalam dump truck. Waktu
penumpahan yaitu waktu saat EXA melakukan penumpaan material ke alat muat
hingga muatannya habis ditumpahkan. Sedangkan waktu ayun kosong yaitu waktu
bucket yang dihitung dalam 20 keadaan posisi bucket dari alat muat kembali dan
siap untuk melakukan pemuatan selanjutnya. Menentukan waktu siklus (cycle time)
alat-gali muat dengan menggunakan data spesifikasi dari excavator komatsu PC
300 yaitu 0,33 menit dan cyle time komatsu PC 200 yaitu 0,33 menit. Perhitungan
kapasitas produksi excavator Komatsu PC 300 dan PC 200 adalah kemampuan
untuk mendapatkan produksi dalam satuan waktu tertentu.
104

a. Komatsu PC 300
Tabel 4.29 Kapasitas Produksi Komatsu PC 300
No Uraian Nilai Satuan
1 kapasitas bucket excavator 1.8 m3
2 sweel faktor 0.85 %
3 Efisiensi 85 %
4 CT EXA 0.33 Menit
5 density 1.6 ton(m³)
6 waktu kerja 15 Jam
7 shift 1 Jam
Kapasitas Produksi 41057280 Ton/Tahun

b. Komatsu PC 200
Tabel 4.30 Kapasitas Produksi Komatsu PC 200
No Uraian Nilai Satuan
1 kapasitas bucket excavator 1.2 m3
2 sweel faktor 0.85 %
3 Efisiensi 85 %
4 CT EXA 0.33 Menit
5 density 1.6 ton(m³)
6 waktu kerja 8 Jam
7 shift 1 Jam
Kapasitas Produksi 21695040 Ton/Tahun

4.23.2 Kondisi Jalan Angkut


Jalan tambang yang akan digunakan dalam mobilisasi alat untuk
menggangkut nikel laterit dari pit to disposal dilakukan dengan pengamatan pada
topografi dan bendasarkan pada segmen- segmen kemiringan jalan. Hasil yang
kemudian didapatkan berupa 2 titik ketinggian yang berbeda yang dihubungakan
menjadi satu segmen dengan persentase grade tertrentu. Perhitungan selanjutnya
menggunakan program Microsoft Office Excel. Hasil data segmen Jalan dari pit
menuju disposal dapat dilihat pada lampiran . Profil jalan angkut dari pit ke disposal
pada lokasi penambangan PT. Abadi Nikel dapat dilihat pada gambar berikut.
105

Gambar 4.33 Profil Jalan Angkut dari Pit ke Disposal

4.23.3 Analisis Rimpull Alat Angkut

Rimpull (RP) adalah suatu gaya tarik maksimum yang dapat disediakan oleh
mesin. Besar kecilnya rimpull bergantung pada kecepatan dan gear yang dipakai.
Rimpul dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
106

Tabel 4.31 Analisis Rimpull


DIAMETER FINAL REDUCTION RIMPULL
GEAR TRANSMISI TORQUE EFESIENSI KECEPATAN HP
BAN RATIO (lb)

1 9.647 2006 10 6.428 0.85 9516 8.71 260


2 6.993 2006 10 6.428 0.85 6898 12.01 260
3 5.021 2006 10 6.428 0.85 4953 16.73 260
4 3.636 2006 10 6.428 0.85 3587 23.11 260
5 2.636 2006 10 6.428 0.85 2600 31.87 260
6 1.923 2006 10 6.428 0.85 1897 43.69 260
7 1.380 2006 10 6.428 0.85 1361 60.88 260
8 1.000 2006 10 6.428 0.85 986 84.01 260
108

4.23.4 Waktu Tempuh Alat Angkut

Jarak jalan angkut yang dilalui dari pit Ke Disposal atau dari segmen A
hingga sampai pada segmen K yaitu sepanjang 1308,68 Km. Untuk mengetahui
waktu tempuh yang diperlukan dump truck yaitu 3,07 menit. Waktu tempuh alat
angkut diperoleh dari total kecepatan tempuh masing-masing segmen. Kecepatan
tempuh diperoleh dari gear yang digunakan pada setiap segment. Dari hasil
perhitungan, waktu tempuh alat angkut pada saat hauling (kondisi bermuatan)
diperoleh selama 3,07 menit. Waktu tempuh alat angkut pada saat hauling dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.32 Waktu Tempuh Alat Angkut Pada Saat Hauling
Pit ke Disposal
tenaga yang
RR GR GVW
Segmen dibutuhkan
(lb/ton) (lb/ton) (ton)
(lb)
A-B 160 0 26 4160
B-C 160 -40 26 3120
C-D 160 0 26 4160
D-E 160 -87 26 1897
E-F 160 0 26 4160
F-G 160 36 26 5106
G-H 160 0 26 4160
H-I 160 -32 26 3334

Tabel 4.33 Waktu Tempuh Alat Angkut Pada Saat Return


Disposal ke Pit

RR GR GVW tenaga yang


Segmen
(lb/ton) (lb/ton) (ton) dibutuhkan (lb)

I-H 160 32 7.5 1440


H-G 160 0 7.5 1200
G-F 160 -36 7.5 930
F-E 160 0 7.5 1200
E-D 160 87 7.5 1852.5
D-C 160 0 7.5 1200
C-B 160 40 7.5 1500
B-A 160 0 7.5 1200
109

4.23.5 Cycle Time Alat Angkut


Waktu siklus (cycle time) merupakan waktu yang diperlukan suatu alat
melakukan kegiatan tertentu dari awal sampai akhir dan siap untuk memulai
kembali. Pada setiap kegiatan pemindahan tanah mekanis, alat- alat mekanis
bekerja menurut pola tertentu, yang pada prinsipnya terdiri dari beberapa komponen
waktu siklus, gerakan dalam satu siklus waktu siklus. Hasil cycle time alat angkut
dapat di lihat pada table di bawah ini.
Tabel 4.34 Cycle Time Dump Truck
Dari Pit ke Disposal
Tingkat pelayanan
µ1 0.51372973
µ2 1.256206
µ3 1.4285714
µ4 3.75189
Waktu Tunggu
Wq1 2.37623
Wq3 0.239564
CT 6.3249

4.23.6 Kebutuhan dan produktivitas Peralatan Menggunakan teori Antrian

Parameter perhitungan agar excavator tidak menunggu dump truk untuk


melakukan pengisian dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 4.35 Parameter Keserasian Alat
No Uraian Nilai Satuan
1 Kapasitas bucket 1.8 m^3
2 faktor pengisian (fill factor) 110 %
3 jumlah pengisian 6 kali
4 faktor koreksi 0.85 %
5 efisensi 85 %
6 CT EXA (waktu 1 X pemuatan 0.33 menit
7 waktu DT loading-tahap 1 (TP1) 1.946549 menit
8 waktu DT hauling-tahap 2 (TP2) 0.796048 menit
9 waktu DT DUMPING-tahap 3 (TP3) 0.7 menit
10 waktu DT return-tahap 4 (TP4) 0.266532 menit
11 jumlah DT (K) 3 truck

Berdasarkan table diatas waktu DT loading tahap 1 diketahui 1.9465 menit,


waktu DT hauling tahap 2 yakni 0.7960 menit, waktu DT dumping tahap 3 yakni
0.7 menit dan waktu DT return tahap 4 yakni 0.26653 menit.
110

a. Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan (µ) merupakan jumlah rata-rata dump truck yang dilayani
persatuan waktu. Pada antrian putaran dalam 1 siklus dibagi menjadi 4 tahap yang
masing-masing tahap punya tingkat pelayanan. Adapun hasil perhitungan tingkat
pelayanan dump truck dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.36 Tingkat Pelayanan Dump Truck
dari Pit ke Disposal
Tingkat
No Tahap pelayanan
1 µ1 0.51372973
2 µ2 0.205130069
3 µ3 1.428571429
4 µ4 0.223819592

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa tingkat pelayanan dump truck


tiap tahap berbeda – beda. Pada tahap 1 tingkat pelayanannya 0.51372973, pada
tahap 2 tingkat pelayanannya yaitu 0.205130069, pada tahap 3 tingkat
pelayanannya yaitu 1.4285571429 dan pada tahap 4 tingkat pelayanannya yaitu
0.223819592.
b. Probabilitas Antrian
Tabel 4.37 Probabilitas Antrian dari Pit ke Disposal
Tahap
ⴄ1 q1 Lq1 (unit) Wq1 (menit)
0.51372973 0.949557 0.487816 6.13229855
Tahap
ⴄ3 q3 Lq3 (unit) Wq3 (menit)
1.4286 0.341471 0.487816 0.327209

Berdasarkan tabel diatas, rata- rata tingkat kesibukan alat angkut pada tahap
1, yaitu 0.949557% dan rata-rata jumlah dump truck yang dapat terlayani pada tahap
1, yaitu 0.487816 unit/menit sehingga diperoleh rata-rata jumlah dump truck yang
menunggu untuk dimuati, yaitu 0.487816 unit dan rata-rata waktu tunggu masing
masing dump truck, yaitu selama 6.1322 menit.
110

Sedangkan, untuk tahap 3 rata-rata tingkat kesibukan alat angkut pada, yaitu
1.4286 % dan rata-rata jumlah dump truck yang dapat terlayani pada tahap 3, yaitu
0.341471 unit/menit sehingga diperoleh rata-rata jumlah dump truck yang
111

menunggu untuk dimuati, yaitu 0.487816 unit dan rata-rata waktu tunggu masing
masing dump truck, yaitu selama 0.327209 menit.
c. Waktu Edar
Hasil perhitungan nilai waktu edar dan tingkat kedatangan dump truck dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.38 Waktu Edar Pit ke Disposal
No Tahap Tingkat pelayanan
1 µ1 0.51372973
2 µ2 0.205130069
3 µ3 1.428571429
4 µ4 0.223819592
Waktu Tunggu
Wq1 6.132986 Menit
Wq3 0.327209 Menit

Berdasarkan teori antrian untuk dump truck Hino FM 260 JD dengan


kapasitas bucket excavator, yaitu 1,1 m3 dengan faktor pengisian 110 % dan
efisiensi 85%, berat jenis material 1,45 ton/m3 , jumlah 9 unit, diperoleh kapasitas
produksi untuk seluruh dump truck sebesar 2.128.016,831 ton/Tahun.
4.24 Analisis Kebutuhan Alat Pengangkutan OB/Waste dari Disposal ke
Stockpile
Optimasi produksi akan tercapai bila kombinasi antara alat gali-muat dan alat
angkut serasi baik kapasitas maupun jumlah masing-masing. Tingkat ketersedian
alat gali-muat dan alat angkut dalam proses penambangan di lokasi penambangan
maupun yang menuju ke arah pembongkaran dapat mempengaruhi produktifitas
alat. Rencana Peralatan tambang utama yang digunakan untuk medukung kegiatan
operasional di lokasi penambangan dari pit ke stockpile pada PT. Abadi Nikel yaitu
alat gali-muat jenis excavator PC 200 dan excavator PC 300 untuk penggalian ore
sedangkan alat angkut yang digunakan yaitu dump truck Hino FM 260 JD.
4.24.1 Cycle Time dan Produktivitas Alat-Gali Muat
Perhitungan waktu edar terdiri dari waktu menggali, waktu ayun bermuatan,
waktu menumpah, dan waktu ayun kosong. Waktu menggali yaitu waktu bucket
EXA menyentuh permukaan tanah yang siap untuk menggali dan berakhir bila
112

bucket dari alat muat terisi penuh. Waktu ayun isi yaitu bucket EXA yaitu waktu
dari alat muat mulai menumpahkan muatannya kedalam dump truck. Waktu
penumpahan yaitu waktu saat EXA melakukan penumpaan material ke alat muat
hingga muatannya habis ditumpahkan. Sedangkan waktu ayun kosong yaitu waktu
bucket yang dihitung dalam 20 keadaan posisi bucket dari alat muat kembali dan
siap untuk melakukan pemuatan selanjutnya. Menentukan waktu siklus (cycle time)
alat-gali muat dengan menggunakan data spesifikasi dari excavator komatsu PC
200 yaitu 0,3 menit. Perhitungan kapasitas produksi excavator Komatsu PC 300
dan PC 200 adalah kemampuan untuk mendapatkan produksi dalam satuan waktu
tertentu.
a. Komatsu PC 300
Hasil perhitungan kapasitas produsksi Excavator Komatsu PC 300 dapat dilihat
pada berikut.

Tabel 4.39 Kapasitas Produksi Komatsu PC 300


No Uraian No Uraian No Uraian No Uraian
Nilai Satuan Nilai Satuan Nilai Satuan Nilai Satuan
1 kapasitas 1.8 m³
bucket
excavator
2 sweel faktor 0.85 %
3 Efisiensi 85 %
4 CT EXA 0.5 menit
5 densty 1.6 ton(m3)
Kapasitas Produksi 5702.4 m³/Jam
112

b. Komatsu PC 200
Hasil perhitungan kapasitas produsksi Excavator Komatsu PC 200 dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.40 Kapasitas Produksi Komatsu PC 200
No Uraian No Uraian Nilai No Uraian No Uraian
Nilai Satuan Satuan Nilai Satuan Nilai Satuan

1 kapasitas bucket 1.2 m³


excavator
2 sweel faktor 0.85 %
3 Efisiensi 85 %
4 CT EXA 0.5 menit
5 density 1.55 ton(m3)
Kapasitas 3110.4 m³/Jam
Produksi
113

4.24.2 Waktu Tempuh Jalan Angkut


Jarak jalan angkut yang dilalui dari pit ke stockfile atau dari segmen A
hingga sampai pada segmen H yaitu sepanjang 400 meter. Untuk mengetahui waktu
tempuh yang diperlukan dump truck yaitu 3.0701 menit. Waktu tempuh alat angkut
diperoleh dari total kecepatan tempuh masing-masing segmen. Kecepatan tempuh
diperoleh dari gear yang digunakan pada setiap segment. Dari hasil perhitungan,
waktu tempuh alat angkut pada saat hauling (kondisi bermuatan) diperoleh selama
0.7960 menit. Waktu tempuh alat angkut pada saat hauling dapat dilihat pada tabel
berikut .
Tabel 4.41 Waktu Tempuh Alat Angkut Pada Saat Hauling Pit ke
Stockpile
tenaga yang
RR GR GVW
Segmen dibutuhkan Segmen
(lb/ton) (lb/ton) (ton)
(lb)
A-B 160 0 26 4160 A-B
B-C 160 36 26 5096 B-C
C-D 160 0 26 4160 C-D
D-E 160 43 26 5291 D-E
E-F 160 0 26 4160 E-F
F-G 160 24 26 4772 F-G
G-H 160 0 26 4160 G-H
H-I 160 -65 26 2482 H-I
I-J 160 0 26 4160 I-J
J-K 160 50 26 5460 J-K
K-L 160 0 26 4160 K-L
L-M 160 32 26 4999 L-M
M-N 160 0 26 4160 M-N
114

N-O 160 31 26 4973 N-O


O-P 160 0 26 4160 O-P
P-Q 160 32 26 4999 P-Q
Q-R 160 0 26 4160 Q-R

Tabel 4.42 Waktu Tempuh Alat Angkut Pada Saat Return Stockpile
ke Pit
tenaga yang
RR GR GVW
Segmen dibutuhkan Segmen
(lb/ton) (lb/ton) (ton)
(lb)
R-Q 160 0 7.5 1200 R-Q
Q-P 160 -32 7.5 960 Q-P
P-O 160 0 7.5 1200 P-O
O-N 160 -31 7.5 967.5 O-N
N-M 160 0 7.5 1200 N-M
M-L 160 -32 7.5 960 M-L
L-K 160 0 7.5 1200 L-K
K-J 160 50 7.5 1575 K-J
J-I 160 0 7.5 1200 J-I
I-H 160 65 7.5 1687.5 I-H
H-G 160 0 7.5 1200 H-G
G-F 160 -24 7.5 1020 G-F
F-E 160 0 7.5 1200 F-E
E-D 160 -43 7.5 877.5 E-D
D-C 160 0 7.5 1200 D-C
C-B 160 -36 7.5 930 C-B
B-A 160 0 7.5 1200 B-A

4.24.3 Kondisi Jalan Angkut


Jalan tambang yang akan digunakan dalam mobilisasi alat untuk
menggangkut nikel laterit dari PIT Ke stockfile dilakukan dengan pengamatan pada
topografi dan bendasarkan pada segmen- segmen kemiringan jalan. Hasil yang
kemudian didapatkan berupa 2 titik ketinggian yang berbeda yang dihubungakan
menjadi satu segmen dengan persentasee grade tertrentu. Perhitungan selanjutnya
114

menggunakan program Microsoft Office Excel. Hasil data segmen Jalan dari PIT
menuju stockfile dapat dilihat pada tabel dan tabel berikut.
115

Profil Jalan Angkut dari Pit ke Stocpile PT.


Abadi Nikel
70
60
50
40
30
20
10
0
0 1000 2000 3000 4000 5000

Gambar 4.34 Profile Jalan Angkut Pit ke Stockpile


4.24.4 Analisis Rimpull Alat Angkut
Rimpull (RP) adalah suatu gaya tarik maksimum yang dapat disediakan oleh
mesin.
Tabel 4.43 Analisis Rimpull Alat Angkut Pit ke Stockpile
Gear Transmisi Torque Diameter Final Efisiens Rimpull
Ban Reductio i
n
Ratio
1 9.647 2006 10 6.428 0.85 9516
2 6.993 2006 10 6.428 0.85 6898
3 5.021 2006 10 6.428 0.85 4953
4 3.636 2006 10 6.428 0.85 3587
5 2.636 2006 10 6.428 0.85 2600
6 1.923 2006 10 6.428 0.85 1897
7 1.380 2006 10 6.428 0.85 1361
8 1.000 2006 10 6.428 0.85 986

4.24.5 Waktu Edar


Waktu siklus (cycle time) merupakan waktu yang diperlukan suatu alat
melakukan kegiatan tertentu dari awal sampai akhir dan siap untuk memulai
116

kembali. Pada setiap kegiatan pemindahan tanah mekanis, alat- alat mekanis
bekerja menurut pola tertentu, yang pada prinsipnya terdiri dari beberapa komponen
waktu siklus, gerakan dalam satu siklus waktu siklus. Hasil perhitungan nilai waktu
edar dan tingkat kedatangan dump truck dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.44 Cycle Time Dump Truck
Pit ke Stockpile
Tingkat pelayanan
µ1 0.51372973
µ2 0.205130069
µ3 1.428571429
µ4 0.223819592
Waktu Tunggu
Wq1 3.68824
Wq3 1.45486
CT 13.7831

a. Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan (µ) merupakan jumlah rata-rata dump truck yang dilayani
persatuan waktu. Pada antrian putaran dalam 1 siklus dibagi menjadi 4 tahap yang
masing-masing tahap punya tingkat pelayanan. Adapun hasil perhitungan tingkat
pelayanan dump truck dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.45 Tingkat Pelayanan
Pit ke Stockpile
Tingkat
No Tahap pelayanan
1 µ1 0.51372973
2 µ2 0.205130069
3 µ3 1.428571429
4 µ4 0.223819592

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa tingkat pelayanan dump truck


tiap tahap berbeda – beda. Pada tahap 1 tingkat pelayanannya 0.51372973, pada
tahap 2 tingkat pelayanannya yaitu 0.205130069, pada tahap 3 tingkat
pelayanannya yaitu 1.4285571429 dan pada tahap 4 tingkat pelayanannya yaitu
0.223819592.
116

b. Probabilitas Antrian
Tabel 4.46 Probabilitas Antrian Pit ke Stockpile
Tahap
ⴄ1 q1 Lq1 (unit) Wq1 (menit)
0.885433 0.2857 0.933053 0.014022071
Tahap
ⴄ3 q3 Lq3 (unit) Wq3 (menit)
0.004819 2.0000 0.014022 1.454861111
Berdasarkan tabel diatas, rata- rata tingkat kesibukan alat angkut pada tahap 1, yaitu
0.885433% dan rata-rata jumlah dump truck yang dapat terlayani pada tahap 1, yaitu 0,2857
unit/menit sehingga diperoleh rata-rata jumlah dump truck yang menunggu untuk dimuati,
yaitu 0.933053 unit dan rata-rata waktu tunggu masingmasing dump truck, yaitu selama
0.01402 menit.
Sedangkan, untuk tahap 3 rata-rata tingkat kesibukan alat angkut pada, yaitu 0.004819 %
dan rata-rata jumlah dump truck yang dapat terlayani pada tahap 3, yaitu 2,0000 unit/menit
sehingga diperoleh rata-rata jumlah dump truck yang menunggu untuk dimuati, yaitu
0,014022 unit dan rata-rata waktu tunggu masing masing dump truck, yaitu selama 1,4548
menit.
117

c. Waktu Edar
Hasil perhitungan nilai waktu edar dan tingkat kedatangan dump truck dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.47 Waktu Edar Pit ke Stockpile
No Tahap Tingkat pelayanan
1 µ1 0.51372973
2 µ2 0.205130069
3 µ3 1.428571429
4 µ4 0.223819592
Waktu Tunggu
Wq1 3.68824 menit
Wq3 1.45486 menit

Berdasarkan teori antrian untuk dump truck Hino FM 260 JD dengan kapasitas
bucket excavator, yaitu 1,1 m³ dengan faktor pengisian 85 % dan efisiensi 91%,
berat jenis material 1,45 ton/m³ , jumlah 2 unit, diperoleh kapasitas produksi untuk
seluruh dump truck sebesar 831149.6 ton/Tahun.
118

4.25 Analisis Kebutuhan Alat Pengangkutan OB/Waste dari Stockfile ke Jetty

4.25.1 Alat Gali-Muat dan Alat Angkut yang Digunakan


Optimasi produksi akan tercapai bila kombinasi antara alat gali-muat dan
alat angkut serasi baik kapasitas maupun jumlah masing-masing. Tingkat
ketersedian alat gali-muat dan alat angkut dalam proses penambangan di lokasi
penambangan maupun yang menuju ke arah pembongkaran dapat mempengaruhi
produktifitas alat. Rencana Peralatan tambang utama yang digunakan untuk
medukung kegiatan operasional di lokasi penambangan dari pit ke stockpile pada
PT. Abadi Nikel yaitu alat gali-muat jenis excavator PC 300 untuk penggalian ore
sedangkan alat angkut yang digunakan yaitu dump truck HINO 260 FM JD.
Spesifikasi alat gali-muat PC 300 serta alat angkut yang digunakan yaitu dump
truck Hino FM 260 JD.
4.25.2 Cycle Time dan Produktivitas Alat-Gali Muat
Perhitungan waktu edar terdiri dari waktu menggali, waktu ayun bermuatan,
waktu menumpah, dan waktu ayun kosong. Waktu menggali yaitu waktu bucket
EXA menyentuh permukaan tanah yang siap untuk menggali dan berakhir bila
bucket dari alat muat terisi penuh. Waktu ayun isi yaitu bucket EXA yaitu waktu
dari alat muat mulai menumpahkan muatannya kedalam dump truck. Waktu
penumpahan yaitu waktu saat EXA melakukan penumpaan material ke alat muat
hingga muatannya habis ditumpahkan. Sedangkan waktu ayun kosong yaitu waktu
bucket yang dihitung dalam 20 keadaan posisi bucket dari alat muat kembali dan
siap untuk melakukan pemuatan selanjutnya. Menentukan waktu siklus (cycle time)
alat-gali muat dengan menggunakan data spesifikasi dari excavator komatsu PC
300 yaitu 0,33 menit dan cyle time komatsu PC 200 yaitu 0,33 menit. Perhitungan
kapasitas produksi excavator Komatsu PC 300 dan PC 200 adalah kemampuan
untuk mendapatkan produksi dalam satuan waktu tertentu.
118

Tabel 4.48 Kapasitas Produksi Komatsu PC 300


No Uraian Nilai No Uraian Nilai No Uraian Nilai No Uraian Nilai
Satuan Satuan Satuan Satuan
1 kapasitas 1.8 m³
bucket
excavator
2 sweel 0.85 %
faktor
3 Efisiensi 85 %
4 CT EXA 0.5 menit
5 Densty 1.6 ton(m3)
Kapasitas Produksi 5702.4 m³/Jam
119

4.25.3 Kondisi Jalan Angkut


Jalan tambang yang akan digunakan dalam mobilisasi alat untuk
menggangkut nikel laterit dari PIT Ke stockfile dilakukan dengan pengamatan pada
topografi dan bendasarkan pada segmen- segmen kemiringan jalan. Hasil yang
kemudian didapatkan berupa 2 titik ketinggian yang berbeda yang dihubungakan
menjadi satu segmen dengan persentasee grade tertrentu. Perhitungan selanjutnya
menggunakan program Microsoft Office Excel. Hasil data segmen Jalan dari PIT
menuju stockfile dapat dilihat pada tabel dan tabel berikut.

Profil Jalan Angkut dari Stockpile ke Jetty PT.


Abadi Nikel
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500

Gambar 4.35 Profil Jalan Angkut Stockpile ke Jetty PT. ABADI


NIKEL
Tabel 4.49 Waktu Tempuh Alat Angkut Pada Saat Hauling
Stockpile ke Jetty
tenaga yang
RR GR GVW
Segmen dibutuhkan Segmen
(lb/ton) (lb/ton) (ton)
(lb)
A-B 160 0 26 4160 160
120

B-C 160 -53 26 2791 160


C-D 160 0 26 4160 160
D-E 160 -72 26 2291 160
E-F 160 0 26 4160 160
F-G 160 -44 26 3004 160
G-H 160 0 26 4160 160
H-I 160 -50 26 2860 160
I-J 160 0 26 4160 160
J-K 160 -35 26 3256 160
K-L 160 0 26 4160 160
L-M 160 -36 26 3214 160
M-N 160 0 26 4160 160
N-O 160 -32 26 3321 160
O-P 160 0 26 4160 160
P-Q 160 -60 26 2607 160
Q-R 160 0 26 4160 160
R-S 160 -39 26 3153 160
S-T 160 0 26 4160 160
T-U 160 0 26 4160 160
U-V 160 -19 26 3666 160
V-W 160 0 26 4160 160

Tabel 4.50 Waktu Tempuh Alat Angkut Pada Saat Return


Jetty ke Stockpile
tenaga yang
RR GR GVW
Segmen dibutuhkan Segmen
(lb/ton) (lb/ton) (ton)
(lb)
Y-X 160 0 7.5 1200 Y-X
X-W 160 53 7.5 1597.5 X-W
W-V 160 0 7.5 1200 W-V
V-U 160 72 7.5 1740 V-U
U-T 160 0 7.5 1200 U-T
T-S 160 44 7.5 1530 T-S
S-R 160 0 7.5 1200 S-R
R-Q 160 50 7.5 1575 R-Q
Q-P 160 0 7.5 1200 Q-P
120

P-O 160 35 7.5 1462.5 P-O


O-N 160 0 7.5 1200 O-N
N-M 160 36 7.5 1470 N-M
M-L 160 0 7.5 1200 M-L
L-K 160 32 7.5 1440 L-K
K-J 160 0 7.5 1200 K-J
J-I 160 60 7.5 1650 J-I
I-H 160 0 7.5 1200 I-H
H-G 160 39 7.5 1492.5 H-G
G-F 160 0 7.5 1200 G-F
F-E 160 0 7.5 1200 F-E
E-D 160 19 7.5 1342.5 E-D
D-C 160 0 7.5 1200 D-C
121

4.25.4 Analisis Rimpull Alat Angkut


Rimpull (RP) adalah suatu gaya tarik maksimum yang dapat disediakan oleh
mesin.
Tabel 4.51 Analisis Rimpull Alat Angkut Stockpile ke Jetty
Gear Transmis Torque Diameter Final Efisiensi Rimpull
i Ban Reduction
Ratio
1 9.647 2006 10 6.428 0.85 9516
2 6.993 2006 10 6.428 0.85 6898
3 5.021 2006 10 6.428 0.85 4953
4 3.636 2006 10 6.428 0.85 3587
5 2.636 2006 10 6.428 0.85 2600
6 1.923 2006 10 6.428 0.85 1897
7 1.380 2006 10 6.428 0.85 1361
8 1.000 2006 10 6.428 0.85 986

4.25.5 Waktu Edar


Waktu siklus (cycle time) merupakan waktu yang diperlukan suatu alat
melakukan kegiatan tertentu dari awal sampai akhir dan siap untuk memulai
kembali. Pada setiap kegiatan pemindahan tanah mekanis, alat- alat mekanis
bekerja menurut pola tertentu, yang pada prinsipnya terdiri dari beberapa komponen
122

waktu siklus, gerakan dalam satu siklus waktu siklus. Hasil perhitungan nilai waktu
edar dan tingkat kedatangan dump truck dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.52 Cycle Time Dump Truck
Stockpile ke Jetty
Tingkat pelayanan
µ1 0.51372973
µ2 0.205130069
µ3 1.428571429
µ4 0.223819592
Waktu Tunggu
Wq1 3.68824
Wq3 1.45486
CT 13.7831
a. Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan (µ) merupakan jumlah rata-rata dump truck yang dilayani
persatuan waktu. Pada antrian putaran dalam 1 siklus dibagi menjadi 4 tahap yang
masing-masing tahap punya tingkat pelayanan. Adapun hasil perhitungan tingkat
pelayanan dump truck dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.53 Tingkat Pelayanan
Stockpile ke Jetty
Tingkat
No Tahap pelayanan
1 µ1 0.51372973
2 µ2 0.205130069
3 µ3 1.428571429
4 µ4 0.223819592
b. Probabilitas Antrian
Tabel 4.54 Probabilitas Antrian Stockpile ke Jetty
Tahap
ⴄ1 q1 Lq1 (unit) Wq1 (menit)
0.885433 0.2857 0.933053 0.014022071
Tahap
ⴄ3 q3 Lq3 (unit) Wq3 (menit)
0.004819 2.0000 0.014022 1.454861111
Berdasarkan tabel diatas, rata- rata tingkat kesibukan alat angkut pada
tahap 1, yaitu 0.885433% dan rata-rata jumlah dump truck yang dapat terlayani
pada tahap 1, yaitu 0,2857 unit/menit sehingga diperoleh rata-rata jumlah dump
123

truck yang menunggu untuk dimuati, yaitu 0.933053 unit dan rata-rata waktu
tunggu masing - masing dump truck, yaitu selama 0.01402 menit.
c. Waktu Edar
Hasil perhitungan nilai waktu edar dan tingkat kedatangan dump truck dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.55 Waktu Edar Stockpile ke Jetty
No Tahap Tingkat pelayanan
1 µ1 0.51372973
2 µ2 0.205130069
3 µ3 1.428571429
4 µ4 0.223819592
Waktu Tunggu
Wq1 3.68824 menit
Wq3 1.45486 menit

Berdasarkan teori antrian untuk dump truck Hino FM 260 JD dengan


kapasitas bucket excavator, yaitu 1,1 m³ dengan faktor pengisian 85 % dan efisiensi
91%, berat jenis material 1,45 ton/m³ , jumlah 2 unit, diperoleh kapasitas produksi
untuk seluruh dump truck sebesar 831149.6 ton/Tahun.
4.26 Peramalan Nikel Menggunakan Metode Polinomial
Tabel 4.56 Peramalan Harga Nikel Menggunakan Metode Polinomial

Harga
No Tahun Polinomial MAD MSE MAPE
(USD/Ton)

1 2018 13200.78 2327162


2 2019 13558.71 2390991
3 2020 13466.21 2376540
4 2021 18049.17 3182687 1883498 6376113 10520.26
5 2022 25386.88 4472615
6 2023 23766.8 4192414
7 2024 29271.88
8 2025 34583.68
9 2026 40603.72
10 2027 47332.00
Berdasarkan tabel hasil analisis peramalan harga dengan metode polinomial
dimana menggunakan data harga acuan nikel dari tahun 2018 sampai dengan tahun
125

2023. Dapat diramalkan untuk harga nikel 4 tahun kedepan ialah pada tahun 2024
yaitu 29271,88, tahun 2025 yaitu 34583,68, tahun 2026 sebesar 40603,72, dan
untuk tahun 2027 sebesar 47332,00. Selanjutnya menghitung nilai rata-rata
penyimpangan absolut ( Mean Absolute Deviation) didapatkan nilai MAD sebesar
1883498. Nilai Rata-Rata Kuadarat Kesalahan (Mean Square Error) didapatkan
nilai MSE sebesar 6376113. Nilai Rata-Rata Persentase Error (Mean Absolute
Percentace Error) didapatkan nilai MAPE sebesar 10520. Grafik metode
polynomial dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Chart Title
30000 y = 354.12x2 + 175.36x + 11920
R² = 0.847
25000

20000

15000

10000

5000

0
1 2 3 4 5 6

Gambar 4.36 Grafik Metode Polinomial


Dapat dilihat pada grafik diatas setelah menganalisis dengan trandline harga
acuan nikel pada 6 tahun terakhir didapatkan persamaaan y = 354.12x2 + 175.36x
+ 11920. Selanjutnya persamaan ini akan digunakan untuk meramalkan harga nikel
4 tahun kedepan.
4.27 Peramalan Nikel Menggunakan Metode Ex-Smothing
Tabel 4.57 Peramalan Harga Nikel Menggunakan Metode Ex-Smothing

Harga Ex-
No Tahun MAD MSE MAPE
(USD/Ton) Smothing

1 2018 13200.78 13200.8


2 2019 13558.71 13200.8 11.40586
3 2020 13466.21 13236.6
4 2021 18049.17 13259.5 2588.903 23736715
125

5 2022 25386.88 13738.5


6 2023 23766.8 14903.3
7 2024 15789.7
8 2025 14210.7
9 2026 12789.6
10 2027 11510.7

Berdasarkan tabel hasil analisis peramalan harga dengan metode ex-


smothing dimana menggunakan data harga acuan nikel dari tahun 2018 sampai
dengan tahun 2023. Dapat diramalkan untuk harga nikel 4 tahun kedepan ialah pada
tahun 2024 yaitu 15789.7, tahun 2025 yaitu 14210,7, tahun 2026 sebesar 12789,6,
dan untuk tahun 2027 sebesar 11510,7. Selanjutnya menghitung nilai rata-rata
penyimpangan absolut ( Mean Absolute Deviation) didapatkan nilai MAD sebesar
2588,903. Nilai Rata-Rata Kuadarat Kesalahan (Mean Square Error) didapatkan
nilai MSE sebesar 237367. Nilai Rata-Rata Persentase Error (Mean Absolute
Percentace Error) didapatkan nilai MAPE sebesar 11,405. Grafik metode ex-
smothing dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Chart Title
y = 10337e0.1461x
30000
R² = 0.8368

25000

20000

15000

10000

5000

0
1 2 3 4 5 6

Gambar 4.37 Grafik Metode Ex-Smothing


Dapat dilihat pada grafik diatas setelah menganalisis dengan trandline harga
acuan nikel pada 6 tahun terakhir didapatkan persamaaan y = 10337e0.1461x.
Selanjutnya persamaan ini akan digunakan untuk meramalkan harga nikel 4 tahun
kedepan
126

4.28 Peramalan Nikel Menggunakan Metode Linear


Tabel 4.58 Peramalan Harga Nikel Menggunakan Metode Linear

Harga
No Tahun Linear MAD MSE MAPE
(USD/Ton)

1 2018 13200.78 12449.49


2 2019 13558.71 13687.22
3 2020 13466.21 15633.19
4 2021 18049.17 18287.4 -0.10572 2311600 0.616754
5 2022 25386.88 21649.85
6 2023 23766.8 25720.54
7 2024 30499.47
8 2025 35986.64
9 2026 42182.05
10 2027 49085.6

Berdasarkan tabel hasil analisis peramalan harga dengan metode polinomial


dimana menggunakan data harga acuan nikel dari tahun 2018 sampai dengan tahun
2023. Dapat diramalkan untuk harga nikel 4 tahun kedepan ialah pada tahun 2024
yaitu 30499,47, tahun 2025 yaitu 35986,64, tahun 2026 sebesar 42182,05, dan
untuk tahun 2027 sebesar 49085.6. Selanjutnya menghitung nilai rata-rata
penyimpangan absolut ( Mean Absolute Deviation) didapatkan nilai MAD sebesar
-0.10572. Nilai Rata-Rata Kuadarat Kesalahan (Mean Square Error) didapatkan
nilai MSE sebesar 2311600. Nilai Rata-Rata Persentase Error (Mean Absolute
Percentace Error) didapatkan nilai MAPE sebesar 0.616. Grafik metode linear
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
127

Chart Title
30000

25000 y = 2654.2x + 8615


R² = 0.816
20000

15000

10000

5000

0
1 2 3 4 5 6

Gambar 4.38 Grafik Metode Linear


Dapat dilihat pada grafik diatas setelah menganalisis dengan trandline harga
acuan nikel pada 6 tahun terakhir didapatkan persamaaan y = 2654.2x + 8615.
Selanjutnya persamaan ini akan digunakan untuk meramalkan harga nikel 4 tahun
kedepan.
4.29 Keakurasian Prediksi Nikel
Tabel 4.59 Perbandingan Metode Hasil Prediksi Harga Nikel
Metode MAD MSE MAPE
Polynomial 1883498 637611 10520.26
Ex-Smothing 2588.903 237367 11.40586
Linear -0.1572 231160 0.616754

Berdasarkan hasil peramalan dengan mengguankan 3 metode, yaitu metode


Ex Smoothing, Regresi Linear, dan Metode Pollinomial. Dapat dilihat pada tebel
diatas nilai MAD dan MAPE pada metode regresi linear memiliki nilai yang lebih
kecil dari kedua metode lainya sehingga dapat disimpulkan bahwa metode Regresi
Linear adalah metode yang paling akurat untuk di gunakan (paling akurat).
4.30 Dampak Kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Tabel 4.60 Dampak Penting Hipotetik Akibat Kegiatan Pertambangan
Bijih Nikel Oleh PT. ABADI NIKEL
No Sumber Dampak Dampak Penting
A. Tahapan Pra Kontruksi
129

1. Sosial Proyek Sikap dan persepsi negatif dan positif


dari Masyarakat. Contoh persepsi
negative dari Masyarakat yaitu penolakan
terhadap adanya kegiatan penambangan.
Sedangkan dampak positif yaitu
banyaknya Masyarakat yang memiliki
lapangan kerja.
2. Pembebasan Lahan Terjadinya penggusuran lahan
masyarakat
B. Tahap Kontruksi
1. Penerimaan tenaga Banyaknya Masyarakat di daerah tersebut
kerja untuk kontruksi yang mendapatkan pekerjaan.
2. Mobilisasi peralatan Menyebabkan polusi udara dan kebisikan
dan material akibat kendaraan yang lewat.
3. Pembukaan lahan Terganggunya flora dan fauna serta
berdampak juga terhadap kesehatan
Masyarakat.
4. Pembangunan sarana Meningkatkan kualitas hidup dan
dan prasarana meningkatkan kesejahteraan Masyarakat
pendukung pada daerah tersebut.
C. Tahapan Operasi Produksi
1. Penerimaan tenaga Meningkatkan produktivitas kerja
kerja untuk
operasional
130

2. Operasi Penambangan Salah satu dampak negatif operasi


penambangan yaitu menyebabkan
penurunan penggunaan tambang.
Sedangkan dampak positif operasi
penambangan yaitu memberikan
kesempatan kerja kepada Masyarakat
pada daerah tersebut.

3. Pengangkutan dan
penumpukan bijih
nikel

D. Tahapan Pasca Operasi (Pasca tambang)


1. Pelaksanaan program
pasca tambang
2. Pemutusan hubungan Menimbulkan konflik antara masyarakat
kerja dan pihak Perusahaan tambang serta
banyak Masyarakat di daerah tersebut
yang tidak mempunyai pekerjaan.

4.31 Peralatan K3

Adapun peralatan yang digunakan untuk keselamatan dan kesehatan kerja


pertambangan bijih nikel, dapat dilihat pada tabel 4.49 di bawah ini :
Tabel 4.61 Daftar Peralatan K3-L Pertambangan PT. ABADI NIKEL
No Nama Peralatan Kegunaan
1 Helm Safety Untuk melindungi bagian kepala pekerja
dari bahaya
2 Safety Glass Untuk melindungi mata dari bahaya
kemungkinan jatuhnya benda tajam,
debu, partikel kecil serta terhindar
daripercikan bahan kimia
3 Masker respirator Untuk menjadi perlengkapan pelindung
pada bagian pernapasan seperti hidung
serta mulut
131

4 Safety Gloves Untuk melindungi tangan dari benda


yang panas, bahan kimia, benda tajam
dan lain – lain.
5 Safety Vest
6 Safety Shoes Untuk mencegah kecelakaan fatal yang
menimpa kaki seperti benda tajam,
benda panas, cairan kimia dan
sebagainya.
7 Ear Plugs Untuk melindungi telinga dari suara
bising
8 Jas Hujan Untuk melindungi pekerja saat kondisi
hujan
4.32 Pengelolaan Lingkungan
4.32.1 Pengelolaan Limbah
Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang menyatakan bahwa pengelolaan dan
perlindungan lingkungan hidup perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya
berdasarkan dengan manfaat yang diberikan oleh lingkungan hidup itu sendiri.
Fenomena pencemaran limbah industri di Bawen, Kabupaten Semarang
mengancam kelestarian fungsi lingkungan hidup. Pencemaran lingkungan hidup
pembuangan limbah industri, akan mengganggu kehidupan masyarakat dan dapat
menurunkan kualitas lingkungan hidup secara berkesinambungan. Adapun
permasalahan penelitian ini adalah bagaimana tata cara pengelolaan limbah di PT.
Abadi Nikel dan hambatan apa yang dialami dalam proses pengelolaan limbah di
PT. Abadi Nikel Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa PT. Abadi Nikel
menggunakan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012
Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun
2004 Tentang Baku Mutu Air Limbah sebagai pedoman untuk tata cara pengelolaan
air limbah.
Namun pada aktivitas penambangan pada PT. Abadi Nikel ini kami berfokus
pada pengelolaan limbah hasil dari sedimentasi hasil penambangan harus kita
tanggulangi sebelum kita lepaskan ke sungai atau dilaut.Adapun cara
penanggulangannya adalah sebagai berikut :
132

1. Pembuatan kolam pengendap sedimen (sediment pond) untuk penanganan


kekeruhan air permukaan.
2. Pemantapan lereng timbunan material waste dan overburden di area disposal,
untuk pencegahan longsoran, erosi dan sedimentasi.
3. Pembuatan sistem drainase untuk mencegah peningkatan aliran permukaan (run
off), erosi, dan sedimentasi.

4.32.2 Pemantauan Lingkungan


Pemantauan lingkungan yang PT. Abadi Nikel akan lakukan bertujuan
untuk mengontrol situasi dan kondisi lingkungan didaerah IUP, untuk memastikan
sejauh mana dampak tambang terhadap kehidupan masyarakat sekitar dan
kesehatan pekerja dan kegiatan pemantauan lingkungan ini akan dilaksanakan
selama satu bulan sekali. Adapun cara pemamtauannya adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan data dan informasi untuk bahan evaluasi secara periodik.
2. Menyediakan data dan informasi untuk mengetahui adanya perubahan di
lapangan.
3. Mengetahui besaran dampak yang terjadi dan membandingkan dengan perkiraan
dampak.
4. Meyakinkan bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan dilaksanakan
secara optimal pada seluruh lokasi kegiatan.

4.33 Langkah – Langkah Penerapan K3


4.33.1 SMK3
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah
bagian dari system manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan productid. Adapun tahapan menerapkan SMK3
sebagai berikut :
a. Penenetapan K3
b. Perencanaan K3
c. Pelaksanaan K3
d. Pemantauan dan evaluasi kinerja
133

e. Peninjau dan peningkatan kinerja SMK3

4.33.2 JSA
JSA (Job Safety Analysis) adalah teknik manajemen keselamatan yang
fokusnya pada identifikasi bahaya yang berhubungan dengan rangkaian pekerjaan
atau tugas yang dilakukan. JSA berfokus pada hubungan antar pekerja,
tugas/pekerjaan, lingkungan kerja dan peralatan. Adapun Langkah – Langkah
pembuatan JSA sebagai berikut :
a. Pemilihan pekerjaan
b. Penentuan urutan dan Langkah – Langkah pekerjaaan
c. Mengidentifikasi dan menganalisa bahay auntuk setiap Langkah pekerjaan
d. Menentukan usaha – usaha pencegahan dan pengendalian insiden

4.34 Biaya Investasi


Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh investor Ketika ingin
membeli atau menjual barang/alat. Biaya investasi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.62 Biaya Investasi Saran Pendukung
INVESTASI SARANA PENDUKUNG

Deskripsi Satuan Rp/Unit Total Biaya


A. Peralatan di Bengkel
Rp Rp
Dongkrak 6 15,000,000 90,000,000
Rp Rp
Alat las dan patri 4 6,500,000 26,000,000
Rp Rp
Alat bengkel 6 5,000,000 30,000,000
Rp Rp
Kompresor 2 8,250,000 16,500,000
Rp
Sub Total 162,500,000
B. Peralatan Pendukung Operasional
Rp Rp
Genset 6 4,312,000 25,872,000
Rp Rp
Bola Lampu Ruangan 25 35,000 5,250,000
Rp Rp
Lighting plant 10 15,000,000 150,000,000
Rp Rp
GPS 3 4,150,000 12,450,000
Rp Rp
Alat Listrik dan Mekanik 2 3,500,000 7,000,000
Rp Rp
HT 30 470,000 14,100,000
134

Rp
Sub Total 214,672,000
C. Peralatan K3
Helm pengaman Rp Rp
75 65,000 4,875,000
Sepatu pengaman Rp Rp
75 225,000 16,875,000
Kacamata pelindung Rp Rp
75 145,000 10,875,000
Sarung tangan Rp Rp
75 8,500 637,500
Ear Protector Rp Rp
75 30,000 2,250,000
Masker debu Rp Rp
75 25,000 1,875,000
Rompi ( safety vest ) Rp Rp
75 40,000 3,000,000
Jas hujan (rain coat) Rp Rp
75 10,000 750,000
Tabung pemadam kebakaran Rp Rp
5 530,000 2,650,000
Peralatan klinik Rp Rp
1 385,000 385,000
Mobil patrol (safety patrol) Rp Rp
1 426,000,000 426,000,000
Mobil penyiram debu Rp Rp
2 345,000,000 690,000,000
Pengeras suara (megaphone) Rp Rp
2 40,000 80,000
Rambu-rambu jalan Rp Rp
1 1,000,000 1,000,000
Papan Rp Rp
2
pengumuman/informasi 105,000 210,000
Pompa air Rp Rp
1 567,000 567,000
Rp
Sub Total 1,162,029,500
Rp
TOTAL BIAYA 1,539,201,500

Tabel 4.63 Biaya Inventarisasi


Deskripsi Jumlah Harga Satuan (Rp) Total (Rp )
1. Inventaris Kantor
Rp Rp
Meja 35 450,000 15,750,000
Rp Rp
Kursi 75 150,000 11,250,000
Rp Rp
Meja & kursi untuk rapat 2 3,500,000 7,000,000
Rp Rp
Lemari arsip 4 2,450,000 9,800,000
134

Rp Rp
Rak buku 10 2,300,000 23,000,000
Rp Rp
ATK 10 3,000,000 30,000,000
Rp Rp
Komputer 15 6,200,000 93,000,000
Rp Rp
Printer kecil 5 800,000 4,000,000
Rp Rp
Printer besar 3 2,500,000 7,500,000
Rp Rp
Mesin Fotokopi 1 3,500,000 3,500,000
Rp Rp
Dispenser 2 250,000 500,000
Rp Rp
White Board 2 300,000 600,000
Rp Rp
Telephone 6 270,000 1,620,000
Rp Rp
Proyektor 4 2,200,000 8,800,000
Rp Rp
CCTV 7 500,000 3,500,000
Rp Rp
Tempat Sampah 10 25,000 250,000
Rp Rp
WIFI 5 550,000 2,750,000
Rp Rp
AC 5 1,850,000 9,250,000
Rp
sub total 232,070,000
2. Inventaris Kantor Keamanan
Rp Rp
Meja 1 250,000 250,000
Rp Rp
Kursi 2 75,000 150,000
Rp Rp
Telephone 1 270,000 270,000
Rp Rp
Dispenser 1 250,000 250,000
Rp Rp
Tempat Sampah 1 25,000 25,000
Rp Rp
HT 6 470,000 2,820,000
Rp Rp
Televisi 1 500,000 500,000
Rp
subtotal 4,265,000
3. Inventaris Mess Karyawan
Rp Rp
Tempat tidur + kasur 75 2,200,000 165,000,000
Rp Rp
Televisi 5 600,000 3,000,000
Rp Rp
Lemari 20 500,000 10,000,000
136

Rp Rp
Kipas Angin 30 150,000 4,500,000
Rp Rp
Telephone 3 270,000 810,000
Rp Rp
Dispenser 10 250,000 2,500,000
Rp
subtotal 185,810,000
4. Inventaris Kantin
Rp Rp
Meja + Kursi 30 1,500,000 45,000,000
Rp Rp
Meja Prasmanan 2 2,000,000 4,000,000
Rp Rp
Peralatan Masak 1 3,500,000 3,500,000
Rp Rp
Peralatan Makan 7 125,000 875,000
Rp Rp
Dispenser 2 250,000 500,000
Rp Rp
Kulkas 1 1,400,000 1,400,000
Rp Rp
TV 4 500,000 2,000,000
Rp Rp
Tempat Sampah 5 10,000 50,000
Rp
subtotal 57,325,000
Rp
Total Biaya 479,470,000

Tabel 4.64 Biaya Konstruksi


No Jenis Konstruksi Harga Luas Satuan
1 Kantor Tambang Rp
76,000,000 250 m²
2 Mess Karyawan Rp
125,000,000 1,000 m²
3 Klinik Rp
10,000,000 40 m²
4 Mushollah Rp
10,000,000 38 m²
5 Kantin Rp
15,000,000 352 m²
6 Lapangan/Muster Point Rp
30,000,000 250 m²
7 Pos Security Rp
5,000,000 48 m²
8 Ruang Kerja Bengkel Rp
25,000,000 300 m²
137

9 Parkir Rp
1,000,000 150 m²
10 Gudang Rp
15,000,000 60 m²
11 Tangki Bahan Bakar Minyak Rp
20,000,000 1,000 m²
12 Area stockpile Rp
120,000,000 97,000 m²
13 Sedimend Pond Rp
240,000,000 6,000 m²
14 Lahan Pembibitan Rp
30,000,000 150 m²
15 Gudang Bahan / Peralatan Rp
25,000,000 50 m²
Total Biaya Rp
747,000,000 106,688 m²

4.35 Biaya Operasional


Biaya operasional merupakan biaya yang dibutuhkan suatu Perusahaan dalam
menjalankan aktivitas bisnis. Biaya operasional dapat dilihat pada tabel berikut.
141

Tabel 4.65 Biaya Sewa Alat

Biaya Sewa Alat/Hari

Alat Biaya 1 unit/jam (Rp) Jam Kerja/Hari Biaya 1 hari/unit (Rp)


1 UNIT KOMATSU (PC-300) Rp 400,000.00 8 Rp 3,200,000.00
1 UNIT BD (BULLDOZER) Rp 600,000.00 8 Rp 4,800,000.00
1 UNIT DUMP TRUCK Rp 400,000.00 8 Rp 3,200,000.00
Total Biaya Sewa Alat Rp 18,986,928.10

Tabel 4.66 Biaya Operasional Alat Buldozer Komatsu D85


Buldozer Komatsu D85
Lama
Penggunaan Harga/Liter Biaya/Hari Total Biaya
Komponen Jumlah Alat
(Liter/Jam)
Pemakaian
(Rp) (Rp)
Hari Kerja/Bulan
(Rp)
(Jam/Hari)
Bahan Bakar
(Solar) 1 12 8 24150 2,318,400.00 6 Rp13,036,628.96

Total Biaya operasional Bulldozer Komatsu D85 Rp13,036,628.96


141

Tabel 4.67 Biaya Operasional Alat Excavator Komatsu PC 300


Exavator Komatsu PC 300
Lama
Jumlah Penggunaan Harga/Liter Biaya/Hari Total Biaya
Komponen (Liter/Jam)
Pemakaian
(Rp) (Rp)
Hari Kerja/Bulan
(Rp)
Alat (Jam/Hari)
Bahan Bakar
(Solar) 1 19 8 24150 3,670,800.00 6 Rp20,641,329.19
Total Biaya Operasional Excavator Komatsu PC 300 Rp20,641,329.19

Tabel 4.68 Biaya Opersaional Alat Dump Truck


DUMP TRUCK
Lama
Jumlah Penggunaan Harga/Liter Biaya/Hari
Komponen (Liter/Jam)
Pemakaian
(Rp) (Rp)
Hari Kerja/Bulan Total Biaya (Rp)
Alat (Jam/Hari)
Bahan Bakar
(Solar) 1 13 8 24150 2,511,600.00 6 Rp14,123,014.71
Total Biaya Operasional Dump Truck HINO FM 260 JD Rp14,123,014.71

Total Biaya Operasional Rp47,800,972.85


141

Tabel 4.69 Biaya Operasional Alat Compactor


Compactor

Jumlah Penggunaan Lama Pemakaian Harga/Liter Biaya/Hari Hari Total Biaya


Komponen
Alat (Liter/Jam) (Jam/Hari) (Rp) (Rp) Kerja/Bulan (Rp)

Bahan Bakar Rp
(Solar) 1 10 8 23850 1,908,000.00 6 10,728,902.71
Rp
Total Biaya Compactor/Bulan
10,728,902.71

Tabel 4.70 Biaya Operasional Alat Water Tank


Water Tank
Lama
Penggunaan Harga/Liter Biaya/Hari Total Biaya
Komponen Jumlah Alat Pemakaian Hari Kerja/Bulan
(Liter/Jam) (Rp) (Rp) (Rp)
(Jam/Hari)

Bahan Bakar (Solar) 1 10 8 23850 1,908,000,00 6 Rp10,728,902.71


Total Biaya Water Truck/Bulan
Rp10,728,902.71
142

Tabel 4.71 Biaya Operasional Alat Motor Grader


Motor Grader
Lama
Penggunaan Harga/Liter Biaya/Hari Total Biaya
Komponen Jumlah Alat Pemakaian Hari Kerja/Bulan
(Liter/Jam) (Rp) (Rp) (Rp)
(Jam/Hari)
Bahan Bakar (Solar) 1 10 8 23850 1,908,000,00 6 Rp10,728,902.71
Total Biaya Motor Grader/Bulan Rp10,728,902.71

Total Biaya Operasional Rp32,186,708.14

Tabel 4.72 Biaya Operasional Tenaga Kerja


Volume Kegiatan
Harga Satuan Jumlah/Orang
NO Kegiatan Orang Waktu Total Gaji
Satuan (Rp) (Rp)
Kerja
I Tenaga Kerja Lapangan
1 Tim Lapangan
Rp Rp
Team Leader 1 25 Hari Rp 12,500,000.00
500,000.00 12,500,000.00
Rp Rp
Geologis 2 25 Hari Rp 22,500,000.00
450,000.00 11,250,000.00
Rp Rp
Geofisika 1 25 Hari Rp 10,000,000.00
400,000.00 10,000,000.00
Rp Rp
Keuangan 1 1 Bulan Rp 1,000,000.00
1,000,000.00 1,000,000.00
Rp Rp
Driver 1 1 Bulan Rp 2,000,000.00
2,000,000.00 2,000,000.00
2 Tenaga Harian Lepas
143

Rp Rp
Lapangan 4 25 Hari/Orang Rp 20,000,000.00
200,000.00 5,000,000.00
Rp Rp
Penjaga Camp 2 25 Hari/Orang Rp 5,000,000.00
100,000.00 2,500,000.00
Rp Rp
Penginapan 1 25 Hari Rp 11,250,000.00
450,000.00 11,250,000.00
Rp Rp
Kepala Desa 1 25 Hari Rp 2,500,000.00
100,000.00 2,500,000.00
Rp Rp
Kepala Dusun 2 25 Hari Rp 5,000,000.00
100,000.00 2,500,000.00
II Eksplorasi
Pemetaan Geologi
- - Lintasan - - -
Permukaan
Survey Geofisika - - Lintasan - - -
Rp Rp Rp
Pengeboran 5 793.1 Meter
300,000.00 237,930,000.00 237,930,000.00
III Jasa Pengerjaan
Analisis Sampel Rp Rp Rp
1 793 Sampel
Laboratorium 300,000.00 237,900,000.00 237,900,000.00
Pembuatan Laporan Rp Rp Rp
1 1 Laporan
Eksplorasi 100,000,000.00 100,000,000.00 100,000,000.00
Pembuatan Laporan Rp Rp Rp
1 Laporan
Estimasi Sumberdaya KCMI 1 300,000,000.00 300,000,000.00 300,000,000.00
Rp Rp Rp
IV Konsumsi 21 525 Hari/Orang
50,000.00 26,250,000.00 551,250,000.00
Rp
Total Biaya Ekplorasi Rinci
1,180,930,000.00
144

Volume Kegiatan
Harga Satuan Jumlah/Orang
NO Kegiatan Orang Waktu Total Gaji
Satuan (Rp) (Rp)
Kerja

I Tenaga Kerja Lapangan


1 Tim Lapangan
Rp Rp
Team Leader 1 25 Hari Rp 8,000,000.00
320,000.00 8,000,000.00
Rp Rp Rp
Geologis 2 25 Hari
270,000.00 6,750,000.00 13,500,000.00
Rp Rp
Geofisika 1 25 Hari Rp 6,250,000.00
250,000.00 6,250,000.00
Rp Rp
Keuangan 1 1 Bulan Rp 1,000,000.00
1,000,000.00 1,000,000.00
Rp Rp
Driver 1 1 Bulan Rp 1,500,000.00
1,500,000.00 1,500,000.00
2 Tenaga Harian Lepas
Rp Rp Rp
Lapangan 5 25 Hari/Orang
200,000.00 5,000,000.00 25,000,000.00
Rp Rp
Penjaga Camp 2 25 Hari/Orang Rp 5,000,000.00
100,000.00 2,500,000.00
Rp Rp
Penginapan 1 25 Hari Rp 8,750,000.00
350,000.00 8,750,000.00
Rp Rp
Kepala Desa 1 25 Hari Rp 2,500,000.00
100,000.00 2,500,000.00
Rp Rp
Kepala Dusun 3 25 Hari Rp 7,500,000.00
100,000.00 2,500,000.00
II Eksplorasi
Pemetaan Geologi
- - Lintasan - - -
Permukaan
Survey Geofisika - - Lintasan - - -
145

Rp Rp Rp
Pengeboran 5 793.1 Meter
250,000.00 198,275,000.00 198,275,000.00
III Jasa Pengerjaan
Analisis Sampel Rp Rp Rp
2 793 Sampel
Laboratorium 250,000.00 198,250,000.00 198,250,000.00
Pembuatan Laporan Rp Rp Rp
1 1 Laporan
Eksplorasi 30,000,000.00 30,000,000.00 30,000,000.00
Pembuatan Laporan Rp Rp Rp
1 Laporan
Estimasi Sumberdaya KCMI 1 150,000,000.00 150,000,000.00 150,000,000.00
Rp Rp Rp
IV Konsumsi 23 575 Hari/Orang
50,000.00 28,750,000.00 661,250,000.00
Rp
Total Biaya Ekplorasi Rinci
1,088,525,000.00

Tabel 4.73 Biaya Gaji & Tunjangan Karyawan


Gaji & Tunjangan Karyawan

Jumlah Tunjangan (Rp)


No Posisi Gaji PerBulan (Rp)
(Orang) Hari Raya (Rp)
1 Tenaga Admin 1 Rp 3,500,000 Rp 420,000
Site Manager /
2 1 Rp 20,000,000 Rp 2,400,000
Kepal Teknik Tambang
Superintendent
3 1 Rp 15,000,000 Rp 1,800,000
Produksi
4 Supervisor Produksi 1 Rp 10,000,000 Rp 1,200,000
5 Foreman Produksi 1 Rp 8,000,000 Rp 960,000
Superintendent 1 Rp 13,000,000 Rp 1,560,000
6
Eksplorasi & QC
Supervisor 1 Rp 10,000,000 Rp 1,200,000
7
Eksplorasi & QC
146

Foreman Eksplorasi 1 Rp 7,500,000 Rp 900,000


8
& QC
Analyst
9 1 Rp 7,800,000 Rp 936,000
Laboratorium
10 Superintendent K3L 1 Rp 10,000,000 Rp 1,200,000
11 Supervisor Safety 1 Rp 8,000,000 Rp 960,000
12 Foreman Safety 1 Rp 7,500,000 Rp 900,000
13 Dokter Klinik 1 Rp 8,000,000 Rp 960,000
14 Paramedis 1 Rp 5,000,000 Rp 600,000
15 Supervisor Enviro 1 Rp 8,000,000 Rp 960,000
16 Foreman Enviro 1 Rp 6,500,000 Rp 780,000
17 Tenaga checker 2 Rp 2,500,000 Rp 300,000
18 Tenaga sampler 2 Rp 2,500,000 Rp 300,000
Tenaga preparasi
19 2 Rp 2,500,000 Rp 300,000
sampel
20 Tenaga flagman 4 Rp 2,000,000 Rp 240,000
21 Tenaga Nursery 1 Rp 2,000,000 Rp 240,000
22 Office boy 2 Rp 2,000,000 Rp 240,000
23 Tenaga kantin/dapur 4 Rp 2,000,000 Rp 240,000
Tenaga laundry &
24 4 Rp 2,000,000 Rp 240,000
house keeping
25 Operator Bulldozer 1 Rp 3,000,000 Rp 360,000
26 Operator Excavator 2 Rp 3,000,000 Rp 360,000
27 Sopir Dump truck 2 Rp 4,000,000 Rp 480,000
28 Sopir LV 2 Rp 3,000,000 Rp 360,000
29 Sopir Manhaul 2 Rp 2,500,000 Rp 300,000
30 Operator Grader 1 Rp 3,000,000 Rp 360,000
147

Operator Wheel
31 1 Rp 3,000,000 Rp 360,000
Loader
32 Operator Compactor 1 Rp 3,000,000 Rp 360,000
Supervisor
33 1 Rp 8,000,000 Rp 960,000
Maintenance
Foreman
34 1 Rp 6,500,000 Rp 780,000
Maintenance
35 Supervisor Gudang 1 Rp 8,000,000 Rp 960,000
36 Foreman Gudang 2 Rp 6,500,000 Rp 780,000
37 Komandan security 1 Rp 5,000,000 Rp 600,000
Wakil Komandan
38 2 Rp 4,000,000 Rp 480,000
security
39 Tenaga security 4 Rp 3,000,000 Rp 360,000
Superintendent
40 1 Rp 12,000,000 Rp 1,440,000
GA/HR
41 Supervisor Humas 1 Rp 4,500,000 Rp 540,000
42 Tenaga Humas 1 Rp 2,500,000 Rp 300,000
43 Supervisor HR 1 Rp 4,500,000 Rp 540,000
44 Tenaga HR 1 Rp 3,000,000 Rp 360,000
45 Supervisor stockpile 1 Rp 4,500,000 Rp 540,000
46 Foreman stockpile 1 Rp 3,000,000 Rp 360,000
Tenaga stockpile / 1 Rp 2,500,000
47 Rp 300,000
terpaulman
48 Sopir Water truck 1 Rp 2,500,000 Rp 300,000
Jumlah 70 Rp269,800,000 Rp
32,376,000
Rp
Total Gaji & Tunjangan 302,176,000
148

Konsumsi Karyawan

Biaya makan/hari Biaya/bulan


No
Biaya Makan (Rp) Jumlah/hari (Rp) (Rp)
Rp
1
50,000.00 3 Rp 10,500,000 262,500,000

Tabel 4.74 Biaya Pendapatan Penjualan


Bulan November (2023) Mei (2024) November (2024) Mei (2025)
Sequence 1 2 3 4
Jumlah Produksi
(Ton/Bulan) 929662.00 1031390.00 939726.00 997696.00
Harga Jual (US$/Ton) 51.238 58.07 68.518 68.158
Rp Rp Rp
Nilai KURS Rupiah terhadap US $
15,350.00 Rp 15,350.00 15,350.00 15,350.00
Rp Rp Rp
Harga Jual (Rp/ton)
786,503.30 Rp 891,374.50 1,051,751.30 1,046,225.30
Rp Rp Rp
Pendapatan Per Bulan (Rp)
731,182,230,884.60 Rp988,358,042,143.80 988,358,042,143.80 1,043,814,796,908.80

Mei (2026) November (2026) Mei (2027) November (2027)


6 7 8 9
865708.00 932654.00 914362.00 183634
80.314 93.459 93.459 107.952
Rp 15,350.00 Rp 15,350.00 Rp 15,350.00 Rp 15,350.00
Rp
Rp 1,232,819.90 Rp 1,434,595.65 Rp 1,434,595.65 1,657,063.20
149

Rp
Rp 1,067,262,049,989.20 Rp 1,337,981,371,355.10 Rp 1,311,739,747,725.30 304,293,143,668.80

Jumlah
Harga Jual Nilai KURS Rupiah
Bulan Produksi Harga Jual (Rp/ton) Pendapatan Per Bulan (Rp)
(US$/Ton) terhadap US $
(Ton/Bulan)
Rp Rp Rp
November (2023) 929662.00 $ 51.24
15,350.00 786,503.30 731,182,230,884.60
Rp Rp Rp
Mei (2024) 1031390.00 $ 58.07
15,350.00 891,374.50 919,354,745,555.00
Rp Rp Rp
November (2024) 939726.00 $ 68.52
15,350.00 1,051,751.30 988,358,042,143.80
Rp Rp Rp
Mei (2025) 997696.00 $ 68.16
15,350.00 1,046,225.30 1,043,814,796,908.80
Rp Rp Rp
November (2025) 974304.00 $ 80.31
15,350.00 1,232,819.90 1,201,141,359,849.60
Rp Rp Rp
Mei (2026) 865708.00 $ 80.31
15,350.00 1,232,819.90 1,067,262,049,989.20
Rp Rp Rp
November (2026) 932654.00 $ 93.46
15,350.00 1,434,595.65 1,337,981,371,355.10
Rp Rp Rp
Mei (2027) 914362.00 $ 93.46
15,350.00 1,434,595.65 1,311,739,747,725.30
Rp Rp Rp
November (2027) 183634.00 $ 107.95
15,350.00 1,657,063.20 304,293,143,668.80
Rp 8,905,127,488,080.20
150

Tabel 4.75 Cash Flow


Hasil Penjualan Ore Rp 731,182,230,884.60 Rp 919,354,745,555.00 Rp 988,358,042,143.80
Biaya CSR (2 %) -Rp 14,623,644,617.69 -Rp 18,387,094,911.10 -Rp 19,767,160,842.88
Royalti Ore 10 % (PP No.9 Thn 2012) -Rp 73,118,223,088.46 -Rp 91,935,474,555.50 -Rp 98,835,804,214.38
Pajak Pendapatan (25%) UU No. 36/2008 -Rp 160,860,090,794.61 -Rp 202,258,044,022.10 -Rp 217,438,769,271.64
Iuran Retribusi Daerah (5%) -Rp 24,129,013,619.19 -Rp 30,338,706,603.32 -Rp 32,615,815,390.75
Pendapatan Bersih Rp 458,451,258,764.64 Rp 576,435,425,462.99 Rp 619,700,492,424.16
NET CASH FLOW (Rp) -54,658,343,144 Rp 423,210,771,467.58 Rp 541,380,914,165.93 Rp 586,410,230,727.10
CUMULATIVE CASH FLOW (Rp) -54,658,343,144 Rp 368,552,428,324.07 Rp 909,933,342,490.00 Rp 1,496,343,573,217.10

Rp 1,043,814,796,908.80 Rp 1,201,141,359,849.60 Rp 1,067,262,049,989.20 Rp 1,337,981,371,355.10


-Rp 20,876,295,938.18 -Rp 24,022,827,196.99 -Rp 21,345,240,999.78 -Rp 26,759,627,427.10
-Rp 104,381,479,690.88 -Rp 120,114,135,984.96 -Rp 106,726,204,998.92 -Rp 133,798,137,135.51
-Rp 229,639,255,319.94 -Rp 264,251,099,166.91 -Rp 234,797,650,997.62 -Rp 294,355,901,698.12
-Rp 34,445,888,297.99 -Rp 39,637,664,875.04 -Rp 35,219,647,649.64 -Rp 44,153,385,254.72
Rp 654,471,877,661.82 Rp 753,115,632,625.70 Rp 669,173,305,343.23 Rp 838,914,319,839.65
Rp 621,465,669,764.76 Rp 720,489,613,528.64 Rp 638,312,290,646.17 Rp 806,089,751,742.59
Rp 2,117,809,242,981.86 Rp 2,838,298,856,510.50 Rp 3,476,611,147,156.66 Rp 4,282,700,898,899.25
150

Rp 1,311,739,747,725.30 Rp 304,293,143,668.80
-Rp 26,234,794,954.51 -Rp 6,085,862,873.38
-Rp 131,173,974,772.53 -Rp 30,429,314,366.88
-Rp 288,582,744,499.57 -Rp 66,944,491,607.14
-Rp 43,287,411,674.93 -Rp 299,120,160,226.43
Rp 822,460,821,823.76 -Rp 98,286,685,405.02
Rp 790,809,036,526.70 -Rp 111,732,052,405.02
Rp 5,073,509,935,425.96 Rp 4,961,777,883,020.93

Tabel 4.76 Analisis NPV, IRR, PBP


i* 20%

NPV` Rp 2,225,237,651,721
IRR 799%
0.13
PBP
1.00
Rp6,000,000,000,000
CUMULATIVE CASH FLOW
Rp5,000,000,000,000
Rp4,000,000,000,000
Rp3,000,000,000,000
Rp2,000,000,000,000
Rp1,000,000,000,000
Rp-
-Rp1,000,000,000,000
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Bulan
Gambar 4.39 Grafik Cumulative Cash Flow
4.36 Analisis Sensitivitas
Anaisis sensitivitas merupakan pendekatan ang biasa dilakukan untuk
memilih alternatif dalam mengukur konsistensi dan stabilisasi hasil perhitungan,
seperti perubahan bobot atau urutan prioritas akibat adanya perubahan pengambilan
keputusan. Analisis sensitivitas dalam dilihat pada grafik berikut.

Grafik Sensitifitas Perubahan Biaya Produksi


Rp1,500,000,000,000
NPV Kumulatif

Rp1,000,000,000,000
Rp500,000,000,000
Rp-
-Rp500,000,000,000
720% 900% 1000% 1500%
Perubahan Biaya Produksi

NPV Kumulatif

Gambar 4.40 Grafik Sensitivitas Perubahan Biaya Produksi

Grafik Sensitifitas Perubahan Harga Penjualan


Rp3,000,000,000,000
NPV Kumulatif

Rp2,000,000,000,000
Rp1,000,000,000,000
Rp-
-Rp1,000,000,000,000
-10% -80% -90% -95%
Perubahan Harga Penjualan

NPV Kumulatif

Gambar 4.41 Grafik Sensitivitas Perubahan Harga Penjualan

153
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Estimasi cadangan terkira menggunakan software Surpac dengan metode
inverse distance weighted (IDW) didapatkan total jumlah volume cadangan
terkira sebesar 3.337.025 m3 dengan jumlah tonase sebesar 5.224.183 ton.
2. Rancangan geometri lereng seperti tinggi lereng, lebar lereng dan kemiringan
lereng yang sesuai yaitu FK > 1,5. Dari Simulasi tersebut di dapatkan
rekomendasi geometri lereng pada penambangan PT. ABADI NIKEL yaitu
sebagai berikut, tinggi jenjang 8 meter dengan penyesuaian spesifikasi alat gali
( Excavator PC 200 ), Sudut lereng (single slope angle) 60˚, lebar bench 2 meter.
3. Geometri jalan angkut di PT. ABADI NIKEL meliputi lebar jalan, jari-jari
tikungan, superelevasi, kemiringan jalan (grade), dan kemiringan melintang
(cross slope). Geometri jalan angkut tambang untuk jalan angkut pada keadaan
lurus diperoleh sebesar 9 meter sedangkan untuk jalan angkut pada keadaan
tikungan diperoleh 25 meter. Jari-jari tikungan yang diperoleh sebesar 12,86
meter. Superlevasi yang diperoleh sebesar 0.04 mm/m. Kemiringan melintang
yang diperoleh sebesar 174 mm atau 0,174 m.
4. Cadangan tertambang berdasarkan pit limit yaitu 5.224.183 ton sementara itu
tonase overburden 8.352.207 ton dengan nilai stripping ratio sebesar 1,61.
5. Berdasarkan estimasi jumlah cadangan tertambang dan memasukan parameter
mining recovery 85 % sebesar 7.316.688 ton dengan target produksi perusahaan
pada PT. Karya Nikel Sulawesi sebesar 166.000 ton setiap bulannya.
6. Rancangan saluran terbuka (drainase) untuk area penambangan PT. ABADI
NIKEL dibuat berbentuk trapezium dengan mengacu pada periode ulang dan
disesuaikan berdasarkan debit air limpasan. Kolam pengendapan (sediment
pond) yang dirancang adalah 1 kolam (pond). Kolam pengendap yang dirancang
akan memiliki 3 kompartemen dengan 3 penyekat untuk proses pengendapan

154
154

yang lebih efisien. Maka dari itu, dengan menggunakan data curah hujan 10
tahun terakhir dan metode gumbel.
7. Kebutuhan peralatan tambang PT. ABADI NIKEL berbeda-beda setiap
bulannya, alat yang digunakan adalah dump truck, excavator dan bulldozer.
Optimasi produksi akan tercapai bila kombinasi antara alat gali-muat, alat
angkut, alat support, dan alat dorong serasi baik kapasitas maupun jumlah
masing-masing.
8. Berdasarkan hasil dari ketiga metode yang telah dianalisa, metode dengan hasil
error atau nilai MAD (Mean Absolute Deviation) paling rendah adalah metode
Regresi Linear dengan nilai MAD sebesar -0.10572. MAD (Mean Absolute
Deviation) adalah rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu tanpa
memperhatikan apakah hasil peramalan lebih besar atau lebih kecil dibanding
kenyataannya. Sehingga dapat disimpulkan metode yang paling efektif
digunakan adalah metode Regresi Linear.
9. Masa pengembalian investasi atau Pay Back Period (PBP), yang dalam analisis
finansial proyek pertambangan ini diperoleh perkiraan masa pengembalian
investasi dari umur tambang yaitu 4,3 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Kurniadi, Mega Fatimah Rosana, Euis Tintin Yuningsih, Luhur Pambudi. 2017.
“KARAKTERISTIK BATUAN ASAL PEMBENTUKAN ENDAPAN NIKEL
LATERIT DI DAERAH MADANG DAN SERAKAMAN TENGAH.” Geoscince
Journal 1(2):149–63.
Agung Setiawan, M. Rezky, Sri Widodo, dan Nur Asmiani. 2018. “Analisis Capital
Budgeting Untuk Menilai Kelayakan Investasi Dalam Usaha Penambangan
Batubara Pada Pt. Tuah Globe Mining Provinsi Kalimantan Tengah.” Jurnal
Geomine 6(1):1–5. doi: 10.33536/jg.v6i1.176.
Anonim. 2018. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik
Indonesia Nomor 1827/K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah
Teknik Pertambangan yang Baik . Menteri Energi Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia.
Azlina, Sinta Nur, Juliana Nasution. 2021. “Analisis Sistem Akuntansi Penggajian
Dalam Rangka Meningkatkan Pengendalian Internal Pada Dinas Perhubungan Kota
Medan.” Jurnal Manajemen, Ekonomi, Keuangan dan Akuntansi (MEKA)
2(2):272–77.
Azpurua, M., dan K. Dos Ramos. 2010. A COMPARISON OF SPATIAL
INTERPOLATION METH-ODS FOR ESTIMATION OF AVERAGE
ELECTROMAG-NETIC FIELD MAGNITUDE. Vol. 14.
Bargawa W.S. 2018. Perencanaan Tambang. Edisi Kedelapan. Yogyakarta: Kilau Book.
Budy Santoso dan Subagio. 2018. “The Laterite Nickel Modelling Based On Resistivity
Data, In South Kabaena, Bombana District, Southeast Sulawesi Province l.” J u r
n al G e o l o gi d an S u m b e r d a ya M i n e r a l 19(3):148–61.
Deni Hernandi, Mega Fatimah Rosana, Agus Didit Haryanto. 1017. “DOMAIN
GEOLOGI SEBAGAI DASAR PEMODELAN ESTIMASI SUMBERDAYA
NIKEL LATERIT PERBUKITAN ZAHWAH, SOROWAKO, KABUPATEN
LUWU TIMUR, PROVINSI SULAWESI SELATAN .” Bulletin of Scientific
Contribution 15(2):111–22.
Drs. M. Giatman. 2006. Ir. Aliludin, DEA .

156
157

Education, Alcohol, dan Simple Advice. 2018. “赵敏 1 ,郝伟 2 ,李静 3* (1.”

4(14):63–65. doi: 10.15900/j.cnki.zylf1995.2018.02.001.


Firdaus, Mir’atul, Moh Hafiyusholeh, dan Setyawan Widodo. 2020. “Prediksi Nilai Jual
Objek Pajak (NJOP) Tanah di Kabupaten Gresik Menggunakan Regresi
Polinomial.” Jurnal Mahasiswa Matematika ALGEBRA 1(1):81–89.
Ibrahim, M. M., S. N. Jati, dan A. F. H. Surbakti. 2022. “PARAMETER KONDISI
AREA DISPOSAL SAAT UNIT ANGKUT DUMPING, JOBSITE KDC,
KALIMANTAN TIMUR.” Jurnal Pertambangan 6(1):19–24. doi:
10.36706/jp.v6i1.1000.
Idrus, Arifudin, I. Wayan Warmada, Jurusan Teknik Geologi, dan Universitas Halu Oleo.
2018. “Karakteristik Fluida Hidrotermal Endapan Emas Orogenik di Pegunungan
Rumbia, Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara Characteristics of
Hydrothermal Fluids Orogenic Gold Deposits in Rumbia Mountain, Bombana
Regency, South East Sulawesi Province 1 2 2.” Naskah. doi:
10.33332/jgsm.2019.v20.2.111-117p.
Kapeh, Kecamatan Batang, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat, Hadyan
Arif, dan Yoszi Mingsi Anaperta. t.t. “Analisis Kelayakan Ekonomi Tambang Batu
Andesit PT . Batu Nago Mandiri.” 2019 5(1):85–94.
Kesuma, Mitra, Kec Sungai Beremas, Kab Pasaman Barat, Sumatera Barat Rido,
Muhammad Afif, dan Adree Octova. t.t. “Estimasi Sumberdaya Bijih Besi
Menggunakan Metode Ordinary Krigging di PT. Gamindra.” Jurnal Bina Tambang
4(3).
Komite KCMI, IAGI, PERHAPI. 2017. KODE - KCMI.
Kurnianto, Ardi, Ajimas Pascaning Setiahadiwibowo, dan Wrego Seno Giamboro. 2019.
“ESTIMASI SUMBERDAYA BATUBARA MENGGUNAKAN METODE
NEAREST NEIGHBOUR POINT, INVERSE DISTANCE WEIGHTING, DAN
KRIGING PADA DAERAH MUARA BUNGO, SUMATERA SELATAN.”
JURNAL GEOCELEBES 3(2):75. doi: 10.20956/geocelebes.v3i2.7580.
Lambung, Tommy Youberth, Uyu Saismana, Romla Noor Hakim, dan M. Fakhturozi.
2017. “EVALUASI JALAN TAMBANG UNTUK MENINGKATKAN

157
158

PRODUKTIVITAS ALAT ANGKUT PADA AKTIVITAS PEMINDAHAN


OVERBURDEN.” Jurnal GEOSAPTA 2(2). doi: 10.20527/jg.v2i2.4217.
Lintjewas, Lediyantje, Iwan Setiawan, dan Andrie Al Kausar. 2019. “Profil Endapan
Nikel Laterit di Daerah Palangga, Provinsi Sulawesi Tenggara.” RISET Geologi dan
Pertambangan 29(1):91. doi: 10.14203/risetgeotam2019.v29.970.
Maharani F, dan Sumarya. 2018. “Evaluasi Pengaruh Geometri Jalan Angkut Terhadap
Produktivitas Dump Truck Mitsubishi Fuso 220 PS dari Front Penambangan
Menuju Unit Crusher pada Penambangan Batu Andesit PT Koto Alam Sejahtera.”
Jurnal Bina Tambang 3(4):1492–1501.
Megasukma, Y., B. Adhitya, J. Wiratama, MI. Lagowa, dan . Sartika. 2021. “Analisis
Investasi Penggantian Alat Mekanis Dalam Kegiatan Pengupasan Lapisan Tanah
Penutup.” Jurnal Pertambangan 5(2):54–61. doi: 10.36706/jp.v5i2.96.
Muhammad Dwi Nanda, Yuliadi, dan Zaenal. 2021. “Kajian Geometri Jalan Tambang
berdasarkan Aashto dan Kepmen No 1827/K/30/Mem/2018 pada Penambangan
Andesit di PT XYZ, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.”
Jurnal Riset Teknik Pertambangan 1(2):107–16. doi: 10.29313/jrtp.v1i2.403.
Multriwahyuni A, Gusman M, dan Anaperta M.Y. 2018. “Evaluasi Geometri Jalan
Tambang Menggunakan Teori AASHTO Untuk Peningkatan Produktivitas Alat
Angkut Dalam Proses Pengupasan Overburden Di PIT Timur PT. Artamulia
Tatapratama Desa Tanjung Belit, Kecamatan Jujuhan, Kabupaten Bungo Provinsi
Jambi.” Jurnal Bina Tambang 3(4):1513–22.
Putri Nawalani, Arinda, dan Wiwik Lestari. 2015. “Pengaruh modal kerja terhadap
profitabilitas pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia.”
Journal of Business & Banking 5(1):51. doi: 10.14414/jbb.v5i1.472.
Ramadhan, Sahrul, Gusti Ayu Esty Windhari, I. Gde Dharma Atmaja, dan Achmad
Syauqie. 2022. “Kajian Teknis Jalan Anggkut Tambang Pada Penambangan Batu
Andesit Di PT. Citra Nursa Persada.” Empiricism Journal 3(1):114–21. doi:
10.36312/ej.v3i1.900.
Risqiati, Risqiati. 2021. “Penerapan Metode Single Exponential Smoothing dalam
Peramalan Penjualan Benang.” Smart Comp: Jurnalnya Orang Pintar Komputer
10(3):154–59. doi: 10.30591/smartcomp.v10i3.2887.

158
159

Rochim, Nur, Agus Triantoro, dan Romla Noor Hakim. 2021. EVALUASI KONDISI
JALAN TAMBANG BERDASARKAN GEOMETRI UNTUK MENINGKATKAN
PRODUKTIFITAS ALAT ANGKUT PADA PT MADHANI TALATAH NUSANTARA.
Vol. 6.
Samosir, Ondo Immanuel, Tommy Trides, dan Farah Dinna. 2019. “Analisis Investasi
dan Kelayakan Ekonomi Pada Kegiatan Penambangan Batubara PT Pinggan
Wahana Pratama Job Site PT Singlurus Pratama, Kecamatan Samboja, Kabupaten
Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.” Jurnal Teknologi Mineral FT
UNMUL 7(1):39–49.
Saputra, Arip Wibowo, Uyu Saismana, Romla Noor Hakim, dan Christian Londong.
2019. “Evaluasi Jalan Angkut Tambang Berdasarkan Geometri Dan Daya Dukung
Pada Lapisan Tanah Dasar Pit Wara PT. Rahman Abdijaya Jobsite PT. Adaro
Indonesia, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.” Jurnal GEOSAPTA 5(1):13.
doi: 10.20527/jg.v5i1.5673.
Setiyo Utomo. 2019. “Analisis Pengaruh Gaji Dan Tunjangan Kesejahteraan Terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan Operation Department Pt. Export Leaf Indonesia.”
Parameter 4(1):41–56. doi: 10.37751/parameter.v4i1.27.
SNI 4726:2019. 2019. “Pedoman Pelaporan Hasil Eksplorasi, Sumber Daya, dan
Cadangan Mineral.” Badan Standar Nasional.
Valent, Titoe Dhoni, Ir Zaenal, dan Ir Sri Widayati. 2018. “Kajian Analisis Ekonomi
Tambang Menggunakan Metode Discounted Cash Flow pada Pertambangan
Batubara PT Pasir Prima Coal Indonesia, Desa Mentawir, Kecamatan Sepaku,
Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur.” 4(2):411–17.
Village, Pandansari, Kintap District, Tanah Laut Regency, South Kalimantan Province,
dan Sri Widayati. t.t. “Menggunakan Analisis Sensitivitas Di PT Wira Bara Sakti ,
Desa Pandansari , Kecamatan Kintap , Kabupaten Tanah Laut , Provinsi Kalimantan
Selatan.” Jurnal Teknik Pertambangan 632–40.

159
LAMPIRAN

160
161

Lampiran 1
HOLE ID FROM TO
AD01 0 1
AD01 1 2
AD01 2 3
AD01 3 4
…. …. ….
AD09 12 13
AD09 13 14

Lampiran 2
HOLE_ID Y X Z MAX_DEPTH PATH
AD01 9632728.359 419351.845 50.331 43 LINEAR
AD02 9632728.359 419401.845 50 35 LINEAR
AD03 9632728.359 419451.845 50.661 30 LINEAR
AD04 9632728.359 419501.845 52.669 21 LINEAR
…. …. …. …. …. ….
AD08 9632778.359 419451.845 46.586 32 LINEAR
AD09 9632778.359 419501.845 52.415 53 LINEAR

Lampiran 3
HOLE_ID MAX_DEPTH DIP AZIMUTH
AD01 43 -90 0
AD02 35 -90 0
AD03 30 -90 0
AD04 21 -90 0
…. …. …. ….
AD11 37 -90 0
AD12 24 -90 0

Lampiran 4
HOLE_ID FROM TO LITOLOGY
AD01 0 1 LIM
AD01 1 2 LIM
AD01 2 3 LIM
AD01 3 4 LIM
…. …. …. ….
AD01 38 39 BRK
AD01 39 40 BRK
Lampiran 5
Number of samples 900 900
Minimum value 0.5 25.06
Maximum value 2.39 55.18

Ungrouped Data Ungrouped Data


Mean 1.345035 42.750307
Median 1.555 43.795
Geometric Mean 1.280063 42.049998
Variance 0.148996 52.705448
Standard Deviation 0.386 7.259852
Coefficient of variation 0.286981 0.16982

Moment 1 About 0 0
Arithmetic Mean
Moment 2 About 0.148996 52.705448
Arithmetic Mean
Moment 3 About -0.02545 -289.776718
Arithmetic Mean
Moment 4 About 0.045655 8489.706285
Arithmetic Mean

Skewness -0.442508 -0.757321


Kurtosis 2.056565 3.056199

Natural Log Mean 0.246909 3.738859


Log Variance 0.109332 0.035593

10.0 Percentile 0.77 31.935


20.0 Percentile 0.908 37.39
30.0 Percentile 1.06 40.285
40.0 Percentile 1.285 42.07
50.0 Percentile (median) 1.555 43.795
60.0 Percentile 1.6 44.995
70.0 Percentile 1.62 47.285
80.0 Percentile 1.64 49.665
90.0 Percentile 1.68 51.385
95.0 Percentile 1.775 52.265
Lampiran 6
Number of samples 1451 1451
Minimum value 0.9 3.32
Maximum value 2.48 51.92

Ungrouped Data Ungrouped Data


Mean 1.643789 13.678312
Median 1.67 11.7
Geometric Mean 1.608564 12.399561
Variance 0.103061 45.835146
Standard Deviation 0.321031 6.770166
Coefficient of variation 0.195299 0.494956

Moment 1 About 0 0
Arithmetic Mean
Moment 2 About 0.103061 45.835146
Arithmetic Mean
Moment 3 About -0.014801 581.625358
Arithmetic Mean
Moment 4 About 0.034095 16512.59563
Arithmetic Mean

Skewness -0.447369 1.874327


Kurtosis 3.209998 7.85992

Natural Log Mean 0.475342 2.517661


Log Variance 0.046682 0.183318

10.0 Percentile 1.15 7.54


20.0 Percentile 1.42 8.63575
30.0 Percentile 1.57 9.67
40.0 Percentile 1.62 10.575
50.0 Percentile (median) 1.67 11.7
60.0 Percentile 1.72 13.0725
70.0 Percentile 1.8 14.941
80.0 Percentile 1.88 17.89
90.0 Percentile 2.017 22.165
95.0 Percentile 2.15 27.06

Lampiran 7
Number of samples 2342 2342
Minimum value 0.31 3.32
Maximum value 2.48 55.18

Ungrouped Data Ungrouped Data


Mean 1.523792 24.634461
Median 1.62 17.695
Geometric Mean 1.461326 19.586138
Variance 0.151866 250.189261
Standard Deviation 0.389699 15.817372
Coefficient of variation 0.255743 0.642083
Moment 1 About 0 0
Arithmetic Mean
Moment 2 About 0.151866 250.189261
Arithmetic Mean
Moment 3 About -0.039536 1842.338488
Arithmetic Mean
Moment 4 About 0.071886 100356.1072
Arithmetic Mean

Skewness -0.668039 0.46555


Kurtosis 3.116923 1.603269

Natural Log Mean 0.379344 2.974822


Log Variance 0.096749 0.483856

10.0 Percentile 0.9 8.075


20.0 Percentile 1.17 9.88
30.0 Percentile 1.46 11.495
40.0 Percentile 1.58 13.665
50.0 Percentile (median) 1.62 17.695
60.0 Percentile 1.65 26
70.0 Percentile 1.69 38.5
80.0 Percentile 1.81 43.475
90.0 Percentile 1.94 48.325
95.0 Percentile 2.09 50.73
97.5 Percentile 2.187 51.92

Lampiran 8
Lampiran 9

Lampiran 10

Lampiran 11
Lampiran 12

Lampiran 13

Lampiran 14
Lampiran 15
Tahun
Bulan
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Januari 56.60 47.50 22.50 19.50 55.70 90.00 80.00 70.00 80.00 36.00
Februari 69.00 48.70 126.00 51.30 81.80 70.00 81.20 29.80 60.00 55.40
Maret 76.70 76.70 143.00 83.00 75.50 30.00 41.20 93.40 70.00 46.40
April 112.00 50.20 165.00 117.00 70.00 43.10 75.90 50.20 32.70 58.00
Mei 90.00 57.60 20.00 104.00 137.10 3.00 27.50 60.00 70.00 80.00
Juni 129.00 80.00 75.00 62.10 97.50 80.30 90.00 90.00 59.00 45.80
Juli 29.00 75.00 112.00 90.20 83.60 66.10 26.00 0.00 93.80 20.00
Agustus 150.00 3.20 30.00 22.60 70.00 14.00 24.00 76.00 80.00 70.00
September 5.00 0.00 40.00 37.10 67.00 16.60 0.00 60.00 70.00 54.00
Oktober 4.00 0.00 20.00 72.00 30.00 0.80 14.00 38.00 21.60 39.00
November 40.00 0.00 26.00 27.00 63.30 111.00 5.00 35.60 37.30 60.00
Desember 118.00 38.00 77.60 13.00 33.50 73.00 15.50 50.00 40.00 116.50
CH Max Harian 150.00 80 165 117 137.1 111 90 93.4 93.8 116.5

Lampiran 16
NO Tahun Bulan CH CH
rata- Maksimu
rata
m
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des (Xrat) (Xi)
1 2013 56.60 69.00 76.70 112.00 90.00 129.00 29.00 150.00 5.00 4.00 40.00 118.00 73.28 150.00
2 2014 47.50 48.70 76.70 50.20 57.60 80.00 75.00 3.20 0.00 0.00 0.00 38.00 39.74 80.00
3 2015 22.50 126.00 143.00 165.00 20.00 75.00 112.00 30.00 40.00 20.00 26.00 77.60 71.43 165.00
4 2016 19.50 51.30 83.00 117.00 104.00 62.10 90.20 22.60 37.10 72.00 27.00 13.00 58.23 117.00
5 2017 55.70 81.80 75.50 70.00 137.10 97.50 83.60 70.00 67.00 30.00 63.30 33.50 72.08 137.10
6 2018 90.00 70.00 30.00 43.10 3.00 80.30 66.10 14.00 16.60 0.80 111.00 73.00 49.83 111.00
7 2019 80.00 81.20 41.20 75.90 27.50 90.00 26.00 24.00 0.00 14.00 5.00 15.50 40.03 90.00
8 2020 70.00 29.80 93.40 502.00 60.00 90.00 0.00 76.00 60.00 38.00 35.60 50.00 92.07 502.00
9 2021 80.00 60.00 70.00 32.70 70.00 59.00 93.80 80.00 70.00 21.60 37.30 40.00 59.53 93.80
10 2022 36.00 55.40 46.40 58.00 80.00 45.80 20.00 70.00 54.00 39.00 60.00 116.50 56.76 116.50

Lampiran 17
CH Maksimum
NO Tahun (Xi-Xrat) 𝑋𝑖−𝑋𝑟𝑎𝑡) 𝑋𝑖−𝑋𝑟𝑎𝑡 𝑋𝑖−𝑋𝑟𝑎𝑡
(Xi)
1 2013 150.00 34.62 1198.54 41493.61 1436508.68
2 2014 80.00 -35.38 1251.74 -44286.72 1566864.04
3 2015 165.00 49.62 2462.14 122171.61 6062155.05
4 2016 117.00 1.62 2.62 4.25 6.89
5 2017 137.10 21.72 471.76 10246.59 222555.99
6 2018 111.00 -4.38 19.18 -84.03 368.04
7 2019 90.00 -25.38 644.14 -16348.38 414922.01
8 2020 93.40 -21.98 483.12 -10618.99 233405.32
9 2021 93.80 -21.58 465.70 -10049.73 216873.14
10 2022 116.50 1.12 1.25 1.40 1.57
Jumlah 1153.80 0.0000000 7000.216 92529.61704 10153660.72
CH Rata Rata 115.38
Standar Deviasi (SD) 27.89
Koefisien Varians (CV) 0.24
Koefisien Skewness (CS) 0.592
Koefisien Kurtois (CK) -0.68
Lampiran 18
Nilai Batas Tiap (Of-
Kelas P TR KTr Xt Kelas Of Ef Of-Ef Ef)^2/Ef

1 0.2 5.00 0.842 260.9918 > 260.9918 1 2 -1 0.5


2 0.4 2.50 0.253 187.7153 187.7 - 260.9918 1 2 -1 0.5
3 0.6 1.67 -0.253 124.7647 124.8 - 187.7153 5 2 3 4.5
4 0.8 1.25 -0.842 51.48825 51.49 - 124.7647 1 2 -1 0.5
5 1 1.00 < 51.48825 2 2 0 0
JUMLAH 10 10 6

Lampiran 19
(Of-
Of Ef Of-Ef
kelas P TR Ytr KTr Xt Nilai Batas Tiap Kelas Ef)^2/Ef
0 2 -2 2
1 0.2 5 1.4999 1.0580 287.858 > 287.858351
2 0.4 2.5 0.6717 0.1859 179.365 179.3645814 - 287.858351 0 2 -2 2
-
6 2 4 8
3 0.6 1.67 0.0874 0.4294 102.822 102.822076 - 179.3645814
- -
4 2 2 2
4 0.8 1.25 0.4759 1.0225 29.030 29.03036622 - 102.822076
5 1 1 < 29.03036622 0 2 -2 2
JUMLAH 10 10 16
Lampiran 20
(Of-
Kelas P TR KTr Xt Nilai Batas Tiap Kelas Of Ef Of-Ef Ef)^2/Ef

1 0.2 5 0.842 206.0196354 > 206.0196354 1 2 -1 0.5


2 0.4 2.5 0.253 151.7437536 151.7437536 - 206.0196354 3 2 1 0.5
-
3 0.6 1.666666667 0.253 116.6880742 116.6880742 - 151.7437536 3 2 1 0.5
-
4 0.8 1.25 0.842 85.94659605 85.94659605 - 116.6880742 1 2 -1 0.5
5 1 1 < 85.94659605 2 2 0 0

JUMLAH 10 10 2

Lampiran 21
No TAHUN Xi Xi(Urut) Fs Z P' D Max
1 2013 150.00 165.00 0.091 0.399 0.019 0.072
2 2014 80.00 150.00 0.182 0.278 0.087 0.095
3 2015 165.00 137.10 0.273 0.175 0.394 0.121
4 2016 117.00 117.00 0.364 0.013 0.429 0.065
5 2017 137.10 116.50 0.455 0.009 0.394 0.061
6 2018 111.00 111.00 0.545 -0.035 0.541 0.005
7 2019 90.00 93.80 0.636 -0.173 0.674 0.037
8 2020 93.40 93.40 0.727 -0.177 0.674 0.054
9 2021 93.80 90.00 0.818 -0.204 0.791 0.027
10 2022 116.50 80.00 0.909 -0.284 0.881 0.028

Lampiran 22

Penampang Trapesium (Periode Ulang 5 Tahun)


Koef.
Saluran Debit Gradient A R
Wilayah Debit Kekasaran 1/n
Terbuka Pengaruh
Manning S (%) S^0,5 1,73 d^2 0.5 0,5d^2/3
Cacthment 1 CATCHMENT 1.10 0.030 33.33 0.003 0.055 1.73 0.5 0.630
area

d Z b (m)
Sin α W h (m)
d^3/8 α Radians Cot α 1,15*d
1.990 0.554 0.80 60 1.047 0.58 0.87 15% 0.12 0.92 1.15 1.06

B (m) a (m) A (m)

2.13 1.06 1.47


Lampiran 23

Dimensi Drainase
Luas Lebar Lebar Panjang
Saluran Kemiringan Kedalaman
Permukaan Dasar Permukaan Sisi Saluran
Terbuka
α m^2 h (m) b (m) B (m) a (m)
1 0.58 1.47 0.92 1.06 2.13 1.06

Lampiran 24
Q total Sampel TSS Residu terlarut Volume padatan % Solid
%Air
(m³/det) (cm³/det) Air mg/l gr/cm³ (gr/det) (Vt) m3/det (padatan)
1 18500 0.0185 20375.3 0.012 1.088% 98.912%
2 17980 0.01798 19802.6 0.012 1.058% 98.942%
1.10 1101366 3 17500 0.0175 19273.9 0.011 1.029% 98.971%
4 18250 0.01825 20099.9 0.012 1.074% 98.926%
5 18300 0.0183 20155.0 0.012 1.076% 98.924%
1.07% 0.98935
0.01065

Lampiran 25
5. MENENTUKAN LUAS SEDIMEN POND
Debit Total (Qtot) 1.101 m3/s
Kecepatan Jatuh Sedimen (Vs) 0.001163698 m/s
Luas Sedimen Pond 1 kolam 946.44 m2
3 kolam 315.48

6. MENENTUKAN DIMENSI SEDIMEN POND


Lebar 18 m
Kedalaman 6 m
1 kolam 52.58 m
Panjang
3 kolam 17.53 m
1 kolam 5678.62 m3
Volume
3 kolam 1892.87 m3

7. MENENTUKAN WAKTU YANG DIBUTUHKAN PARTIKEL UNTUK MENGENDAPKAN


Kedalaman Sedimen Pond 6 m
Kecepatan Jatuh Sedimen (Vs) 0.001163698 m/s
tv = h/v 5155.98 detik (s)
85.93 menit
1.43 jam
Lampiran 26
8. MENENTUKAN WAKTU YANG DIBUTUHKAN PARTIKEL UNTUK KELUAR
Lebar (L) 18 m
Panjang (P) 52.58 m
Luas Sedimen Pond 946.44 m2
Debit Total (Qtot) 1.101365723 m3/s
Avert = L x P 946.4359969 m2
vh = Qtot/Avert 0.001163698 m/detik
th = P/vh 53,776.65 detik
14.94 jam
9. MENENTUKAN PRESENTASE PENGENDAPAN
Presentase Pengendapan 91.3 %
0.91
10. MENENTUKAN VOLUME TERANDAPKAN
Volume yang terendapkan 0.050 m3/s
86.400 dari (24 Jam/Hari * 3600 Detik/Hari) 4,341.63 m3/hari
11. MENENTUKAN WAKTU PENGERUKAN
Waktu Penegerukan 1 Hari
Lampiran 27
Tahun Rencana Curah Hujan (mm/hari) t Intensitas
2 111.6009471 9.751131 8.476713
5 144.8854141 9.751131 11.00485
10 166.9226275 9.751131 12.6787
20 188.0612516 9.751131 14.2843
50 215.4230322 9.751131 16.36258
100 235.9268364 9.751131 17.91996

PANJANG ALIRAN DARAT L 1.27 KM


ELEVASI TERTINGGI BUKIT TLF 56 MDPL
ELEVASI TERENDAH BUKIT TLF 36 MDPL
PERBEDAAN ELEVASI H 20
WAKTU KONSENTRASI TC 9.751131 MENIT

Lampiran 28
Tabel Frekuensi Reduksi Metode

Normal dan Log Normal

P Tr KTr

1.00E-04 10000 3.719


5.00E-04 2000 3.291
0.001 1000 3.09
0.005 200 2.576
0.01 100 2.326
0.025 40 1.96
0.05 20 1.645
0.1 10 1.282
0.15 6.67 1.036
0.2 5 0.842
0.25 4 0.674
0.3 3.33 0.524
0.35 2.86 0.385
0.4 2.5 0.253
0.45 2.22 0.126
0.5 2 0
-
0.55 1.82
0.126
-
0.6 1.67
0.253
-
0.65 1.54
0.385
-
0.7 1.43
0.524
-
0.75 1.33
0.674
-
0.8 1.25
0.842
-
0.85 1.18
1.036
-
0.9 1.11
1.282
-
0.95 1.05
1.645
0.975 1.03 -1.96
-
0.99 1.01
2.326
-
0.995 1.005
2.576
0.999 1.001 -3.09
-
1 1.0005
3.291
Lampiran 29
Tabel Frekuensi Reduksi Metode
Gumbel
Harga Yn & Sn

n Yn Sn

8 0.4843 0.9043
9 0.4902 0.9288
10 0.4952 0.9497
11 0.4996 0.9676
12 0.5053 0.9833
13 0.507 0.9972
14 0.51 1.0095
15 0.5128 1.0206
16 0.5157 1.0316
17 0.5181 1.0411
18 0.5202 1.0493
19 0.522 1.0566
20 0.5235 1.0629
21 0.5252 1.0696
22 0.5268 1.0754
23 0.5283 1.0811
24 0.5296 1.0864
25 0.5309 1.0914
26 0.532 1.0961
27 0.5332 1.1004
28 0.5343 1.1047
29 0.5353 1.1086
30 0.5362 1.1124
Lampiran 30
Jarak Grade
No Segmen Ketinggian ∆h ∆x Keterangan Jalur
(m) (%)
1 A-B 45 36 0 45 0 Datar Lurus
2 B-C 50 35 1 50 2 Menurun Tikungan
3 C-D 36 35 0 36 0 Datar Tikungan
4 D-E 23 34 1 23 4 Datar Lurus
5 E-F 55 34 0 55 0 Datar Lurus
6 F-G 55 35 -1 55 -2 Menanjak Lurus
7 G-H 43 35 0 43 0 Datarr Lurus
8 H-I 63 34 1 63 2 Menurun Lurus

Lampiran 31
Lebar Tikungan
No Segmen Jarak (m) Keterangan
(m)
1 B-C 50 25 Tikungan
2 C-D 36 25 Tikungan

Lampiran 32
Jarak Lebar Jalan
No Segmen Keterangan
(m) Lurus (m)
1 A-B 45 9 Lurus
2 D-E 23 9 Lurus
3 E-F 55 9 Lurus
4 F-G 55 9 Lurus
5 G-H 43 9 Lurus
6 H-I 63 9 Lurus

Lampiran 33
Perhitungan Grade
Beda Beda
No Segmen Panjang Jarak(ΔX) Ketinggian Ketinggian Tinggi Tinggi
Jalan (m) awal akhir (Δ)(m) (Δ)(m)
1 A-B 45 45 36 36 0 0
2 B-C 50 50 36 35 1 1
3 C-D 36 36 35 35 0 0
4 D-E 23 23 35 34 1 1
5 E-F 55 55 34 34 0 0
6 F-G 55 55 34 35 1 1
7 G-H 43 43 35 35 0 0
8 H-I 63 63 35 34 1 1

Lampiran 34
JARI - JARI TIKUNGAN
Jari-jari Tikungan Kecepatan Tingkat superelevasi Koefisien Gesek
(m) (km/jam) (m/m) Samping (f)
12.86 20 0.02 0.205
12.86 20 0.02 0.205

Lampiran 35
Superelevasi
Kecepatan Koefisien Superelevasi Jari-jari
Segmen
(km/jam) Gesek (e) tikungan (m)
B-C 20 0.205 0.04 152.52
C-D 20 0.205 0.04 152.52

Lampiran 36
Lebar Panjang Panjang
Jarak
No Segmen Jalan Horizontal Vertikal q (cm)
(m)
Lurus (m) (mm/m) (m)
1 A-B 45 9 4.4 0.174 0.08715
2 D-E 23 9 4.4 0.174 0.08715
3 E-F 55 9 4.4 0.174 0.08715
4 F-G 55 9 4.4 0.174 0.08715
5 G-H 43 9 4.4 0.174 0.08715
6 H-I 63 9 4.4 0.174 0.08715

Lampiran 37
Lampiran 38
SPESIFIKASI KOMATSU PC 300
KAPASITAS
1.8 m³ 2.88 ton
BUCKET
BUCKET FILL
110 %
FACTOR
EFISIENSI
85 %
MESIN
DENSITY 1.6 kg/m³
CT (Cycle Time) 20 detik 0.33
BUCKET
90 % 0.9
FACTOR
FAKTOR
80 % 0.8
KOREKSI
WAKTU GALI 5 detik
WAKTU
5 detik
PUTAR
WAKTU
BUANG KE
5 detik
DALAM DUMP
TRUCK
KP 5702.4 m³/jam

Lampiran 39
SPESIFIKASI KOMATSU PC 200
KAPASITAS
1.2 m³ 1.92 ton
BUCKET
BUCKET FILL
90 %
FACTOR
EFISIENSI
85 %
MESIN
DENSITY 1.55 kg/m³
CT (Cycle Time) 20 detik 0.33
BUCKET
90 % 0.9
FACTOR
FAKTOR
80 % 0.8
KOREKSI
WAKTU GALI 5 detik
WAKTU
5 detik
PUTAR
WAKTU
BUANG KE
5 detik
DALAM DUMP
TRUCK
KP 3110.4 m³/jam

Lampiran 40
SPESIFIKASI HINO 260 JD
KAPASITAS BAK 18.5 ton
HP 315 hp
GMW 7.5 ton
GVW 26 ton
JUMLAH PENGISIAN 6 kali
EFISIENSI 85% %
DENSITY 1.6
LOADING TIME 1.946549
HAULING TIME
DUMPING TIME 0.7
RENTURN TIME
TENAGA MAKSIMUM 2500 RPM
260 PS
DAYA MAKSIMUM 1500 RPM
76 KG.M
TORQUE 1500 RPM
7030.48 IN.LB
DIAMETER BAN 10 MM

Lampiran 41
Kapasitas Produksi Bulldozer Komatsu D85 ES
Transmission Torqflow Satuan
Kec. Maju maks 10 Km/Jam
F/Kec. Maju = 0.75 Kec.
Maju maks 125 m/menit
Kec. Mundur maks 13 Km/Jam
R/Kec. Mundur = 0.75 Kec.
Mundur maks 163 m/menit
Z/Waktu ganti perseneling 0.05 menit
J/Jarak Gusur 90 m
L/Lebar Blade 3.62 m
H/Tinggi Blade 1.295 m
Kapasitas Blade 6.07 m3
Density 1.45 kg/m3
Blade Factor (Mudah
digusur) 1
Faktor koreksi (Normal) 0.95
Jam Kerja Sehari 16 Jam
Cycle Time (CT) 3.24 Menit
Kapasitas Produksi 154.65 Ton/Jam
Lampiran 42
KONDISI JALAN ANGKUT PIT KE DISPOSAL
KETINGGIAN GRADE GR JARAK CRR 20
ΔH (m) ΔX (m) SEGMEN KEADAAN RR(lb/ton)
AWAL AKHIR (%) (lb/ton) (m) (%) lb/ton
36 36 0 45 A-B DATAR 0.0 0 45 8 20 160
36 35 1 50 B-C MENURUN -2.0 -40 50 8 20 160
35 35 0 36 C-D DATAR 0.0 0 36 8 20 160
35 34 1 23 D-E MENURUN -4.4 -87 23 8 20 160
34 34 0 55 E-F DATAR 0.0 0 55 8 20 160
34 35 1 55 F-G MENDAKI 1.8 36 55 8 20 160
35 35 0 43 G-H DATAR 0.0 0 43 8 20 160
35 34 1 63 H-I MENURUN -1.6 -32 63 8 20 160
Lampiran 43
KONDISI JALAN ANGKUT PIT KE STOCKEFILE
KETINGGIAN GRADE GR JARAK CRR 20
ΔH (m) ΔX (m) SEGMEN KEADAAN RR(lb/ton)
AWAL AKHIR (%) (lb/ton) (m) (%) lb/ton
36 36 0 177 A-B DATAR 0 0 177 8 20 160
36 45 9 500 B-C MENDAKI 2 36 500 8 20 160
45 45 0 165 C-D DATAR 0 0 165 8 20 160
45 50 5 230 D-E MENDAKI 2 43 230 8 20 160
50 50 0 100 E-F DATAR 0 0 100 8 20 160
50 54 4 340 F-G MENDAKI 1 24 340 8 20 160
54 54 0 98 G-H DATAR 0 0 98 8 20 160
54 44 10 310 H-I MENURUN 3 -65 310 8 20 160
44 44 0 110 I-J DATAR 0 0 110 8 20 160
44 49 5 200 J-K MENDAKI 3 50 200 8 20 160
49 49 0 99 K-L DATAR 0 0 99 8 20 160
49 54 5 310 L-M MENDAKI 2 32 310 8 20 160
54 54 0 78 M-N DATAR 0 0 78 8 20 160
54 59 5 320 N-O MENDAKI 2 31 320 8 20 160
59 59 0 123 O-P DATAR 0 0 123 8 20 160
59 64 5 310 P-Q MENDAKI 2 32 310 8 20 160
64 64 0 88 Q-R DATAR 0 0 88 8 20 160
Lampiran 44
KONDISI JALAN ANGKUT STOCKFILE KE JETTY
KETINGGIAN GRADE GR JARAK 20
ΔH (m) ΔX (m) SEGMEN KEADAAN CRR (%) RR(lb/ton)
AWAL AKHIR (%) (lb/ton) (m) lb/ton
70 70 0 50 A-B DATAR 0.0 0 50 8 20 160
70 66 4 152 B-C MENURUN -2.6 -53 152 8 20 160
66 66 0 45 C-D DATAR 0.0 0 45 8 20 160
66 60 6 167 D-E MENURUN -3.6 -72 167 8 20 160
60 60 0 52 E-F DATAR 0.0 0 52 8 20 160
60 57 3 135 F-G MENURUN -2.2 -44 135 8 20 160
57 57 0 48 G-H DATAR 0.0 0 48 8 20 160
57 53 4 160 H-I MENURUN -2.5 -50 160 8 20 160
53 53 0 43 I-J DATAR 0.0 0 43 8 20 160
53 49 4 230 J-K MENURUN -1.7 -35 230 8 20 160
49 49 0 33 K-L DATAR 0.0 0 33 8 20 160
49 45 4 220 L-M MENURUN -1.8 -36 220 8 20 160
45 45 0 33 M-N DATAR 0.0 0 33 8 20 160
45 40 5 310 N-O MENURUN -1.6 -32 310 8 20 160
40 40 0 33 O-P DATAR 0.0 0 33 8 20 160
40 36 4 134 P-Q MENURUN -3.0 -60 134 8 20 160
36 36 0 29 Q-R DATAR 0.0 0 29 8 20 160
36 30 6 310 R-S MENURUN -1.9 -39 310 8 20 160
30 30 0 44 S-T DATAR 0.0 0 44 8 20 160
28 28 0 12 T-U DATAR 0.0 0 12 8 20 160
28 24 4 421 U-V MENURUN -1.0 -19 421 8 20 160
24 24 0 40 V-W DATAR 0.0 0 40 8 20 160
24 20 4 210 W-X MENURUN -1.9 -38 210 8 20 160
20 20 0 24 X-Y DATAR 0.0 0 24 8 20 160
Lampiran 45

DIAMETER FINAL REDUCTION RIMPULL


GEAR TRANSMISI TORQUE EFESIENSI KECEPATAN HP
BAN RATIO (lb)

1 9.647 2006 10 6.428 0.85 9516 8.71 260


2 6.993 2006 10 6.428 0.85 6898 12.01 260
3 5.021 2006 10 6.428 0.85 4953 16.73 260
4 3.636 2006 10 6.428 0.85 3587 23.11 260
5 2.636 2006 10 6.428 0.85 2600 31.87 260
6 1.923 2006 10 6.428 0.85 1897 43.69 260
7 1.380 2006 10 6.428 0.85 1361 60.88 260
8 1.000 2006 10 6.428 0.85 986 84.01 260
Lampiran 46
KEADAAN SISTEM probabilitas
NO koefisien
n1 n2 n3 n4 keadaan
1 9 0 0 0 1 0.005560938
2 8 1 0 0 3 0.013926867
3 8 0 1 0 0 0.001999773
4 8 0 0 1 2 0.012763937
5 7 2 0 0 3 0.01743929
6 7 1 1 0 1 0.005008252
7 7 1 0 1 6 0.031966127
8 7 0 2 0 0 0.00071914
9 7 0 1 1 1 0.00459005
10 7 0 0 2 3 0.014648436
11 6 3 0 0 3 0.014558376
12 6 2 1 0 1 0.006271357
13 6 2 0 1 7 0.040028139
14 6 1 2 0 0 0.001801022
15 6 1 1 1 2 0.011495365
16 6 1 0 2 7 0.036685684
17 6 0 3 0 0 0.000258611
18 6 0 2 1 0 0.001650631
19 6 0 1 2 1 0.005267736
20 6 0 0 3 2 0.011207445
21 5 4 0 0 2 0.009115034
22 5 3 1 0 1 0.005235349
23 5 3 0 1 6 0.03341562
24 5 2 2 0 0 0.002255248
25 5 2 1 1 3 0.014394552
26 5 2 0 2 8 0.045937992
27 5 1 3 0 0 0.000647667
28 5 1 2 1 1 0.004133857
29 5 1 1 2 2 0.013192569
30 5 1 0 3 5 0.028068033
31 5 0 4 0 0 9.29992E-05
32 5 0 3 1 0 0.000593585
33 5 0 2 2 0 0.001894335
34 5 0 1 3 1 0.004030318
35 5 0 0 4 1 0.00643107
36 4 5 0 0 1 0.004565556
37 4 4 1 0 1 0.003277865
38 4 4 0 1 4 0.0209216
39 4 3 2 0 0 0.001882688
40 4 3 1 1 2 0.012016618
41 4 3 0 2 7 0.038349184
42 4 2 3 0 0 0.000811012
43 4 2 2 1 1 0.005176436
44 4 2 1 2 3 0.016519798
45 4 2 0 3 6 0.035146926
46 4 1 4 0 0 0.000232908
47 4 1 3 1 0 0.00148658
48 4 1 2 2 1 0.00474419
49 4 1 1 3 2 0.010093568
50 4 1 0 4 3 0.016106033
51 4 0 5 0 0 3.34435E-05
52 4 0 4 1 0 0.00021346
53 4 0 3 2 0 0.000681223
54 4 0 2 3 0 0.001449346
55 4 0 1 4 0 0.002312682
56 4 0 0 5 1 0.002952227
57 3 6 0 0 0 0.00190567
58 3 5 1 0 0 0.001641823
59 3 5 0 1 2 0.010479252
60 3 4 2 0 0 0.001178756
61 3 4 1 1 1 0.007523634
62 3 4 0 2 4 0.024010517
63 3 3 3 0 0 0.000677035
64 3 3 2 1 1 0.004321306
65 3 3 1 2 2 0.013790781
66 3 3 0 3 5 0.029340767
67 3 2 4 0 0 0.000291649
68 3 2 3 1 0 0.001861502
69 3 2 2 2 1 0.005940698
70 3 2 1 3 2 0.012639215
71 3 2 0 4 4 0.020168052
72 3 1 5 0 0 8.37562E-05
73 3 1 4 1 0 0.00053459
74 3 1 3 2 0 0.001706062
75 3 1 2 3 1 0.003629756
76 3 1 1 4 1 0.005791904
77 3 1 0 5 1 0.007393587
78 3 0 6 0 0 1.20266E-05
79 3 0 5 1 0 7.67624E-05
80 3 0 4 2 0 0.000244975
81 3 0 3 3 0 0.0005212
82 3 0 2 4 0 0.000831665
83 3 0 1 5 0 0.001061653
84 3 0 0 6 0 0.001129367
85 2 7 0 0 0 0.000681797
86 2 6 1 0 0 0.0006853
87 2 6 0 1 1 0.004374057
88 2 5 2 0 0 0.000590417
89 2 5 1 1 1 0.003768452
90 2 5 0 2 2 0.012026434
91 2 4 3 0 0 0.000423893
92 2 4 2 1 0 0.00270558
93 2 4 1 2 2 0.008634441
94 2 4 0 3 3 0.018370325
95 2 3 4 0 0 0.000243469
96 2 3 3 1 0 0.001553988
97 2 3 2 2 1 0.004959314
98 2 3 1 3 2 0.010551257
99 2 3 0 4 3 0.016836355
100 2 2 5 0 0 0.00010488
101 2 2 4 1 0 0.000669416
102 2 2 3 2 0 0.002136339
103 2 2 2 3 1 0.004545198
104 2 2 1 4 1 0.00725265
105 2 2 0 5 2 0.009258285
106 2 1 6 0 0 3.01196E-05
107 2 1 5 1 0 0.000192244
108 2 1 4 2 0 0.000613518
109 2 1 3 3 0 0.0013053
110 2 1 2 4 0 0.002082831
111 2 1 1 5 0 0.002658814
112 2 1 0 6 1 0.002828398
113 2 0 7 0 0 4.32491E-06
114 2 0 6 1 0 2.76046E-05
115 2 0 5 2 0 8.80957E-05
116 2 0 4 3 0 0.000187429
117 2 0 3 4 0 0.000299076
118 2 0 2 5 0 0.000381782
119 2 0 1 6 0 0.000406133
120 2 0 0 7 0 0.000370317
121 1 8 0 0 0 0.000213437
122 1 7 1 0 0 0.000245182
123 1 7 0 1 0 0.001564919
124 1 6 2 0 0 0.000246441
125 1 6 1 1 0 0.001572958
126 1 6 0 2 1 0.005019853
127 1 5 3 0 0 0.00021232
128 1 5 2 1 0 0.001355176
129 1 5 1 2 1 0.004324836
130 1 5 0 3 2 0.009201364
131 1 4 4 0 0 0.000152437
132 1 4 3 1 0 0.000972956
133 1 4 2 2 1 0.003105038
134 1 4 1 3 1 0.006606168
135 1 4 0 4 2 0.010541283
136 1 3 5 0 0 8.75541E-05
137 1 3 4 1 0 0.000558831
138 1 3 3 2 0 0.001783423
139 1 3 2 3 1 0.003794346
140 1 3 1 4 1 0.006054535
141 1 3 0 5 1 0.007728846
142 1 2 6 0 0 3.7716E-05
143 1 2 5 1 0 0.000240729
144 1 2 4 2 0 0.000768251
145 1 2 3 3 0 0.001634502
146 1 2 2 4 0 0.002608131
147 1 2 1 5 1 0.003329379
148 1 2 0 6 1 0.003541734
149 1 1 7 0 0 1.08314E-05
150 1 1 6 1 0 6.91332E-05
151 1 1 5 2 0 0.000220628
152 1 1 4 3 0 0.0004694
153 1 1 3 4 0 0.000749009
154 1 1 2 5 0 0.000956138
155 1 1 1 6 0 0.001017123
156 1 1 0 7 0 0.000927426
157 1 0 8 0 0 1.55528E-06
158 1 0 7 1 0 9.9269E-06
159 1 0 6 2 0 3.16802E-05
160 1 0 5 3 0 6.74016E-05
161 1 0 4 4 0 0.000107551
162 1 0 3 5 0 0.000137293
163 1 0 2 6 0 0.00014605
164 1 0 1 7 0 0.00013317
165 1 0 0 8 0 0.000106248
166 0 9 0 0 0 5.93927E-05
167 0 8 1 0 0 7.67544E-05
168 0 8 0 1 0 0.0004899
169 0 7 2 0 0 8.817E-05
170 0 7 1 1 0 0.000562762
171 0 7 0 2 0 0.001795967
172 0 6 3 0 0 8.86229E-05
173 0 6 2 1 0 0.000565653
174 0 6 1 2 0 0.001805193
175 0 6 0 3 1 0.003840664
176 0 5 4 0 0 7.63527E-05
177 0 5 3 1 0 0.000487336
178 0 5 2 2 0 0.001555258
179 0 5 1 3 1 0.00330891
180 0 5 0 4 1 0.005279938
181 0 4 5 0 0 5.48179E-05
182 0 4 4 1 0 0.000349885
183 0 4 3 2 0 0.001116605
184 0 4 2 3 0 0.002375649
185 0 4 1 4 1 0.003790759
186 0 4 0 5 1 0.004839049
187 0 3 6 0 0 3.14854E-05
188 0 3 5 1 0 0.000200962
189 0 3 4 2 0 0.000641338
190 0 3 3 3 0 0.001364488
191 0 3 2 4 0 0.002177276
192 0 3 1 5 0 0.002779377
193 0 3 0 6 1 0.002956651
194 0 2 7 0 0 1.35631E-05
195 0 2 6 1 0 8.65689E-05
196 0 2 5 2 0 0.000276271
197 0 2 4 3 0 0.000587785
198 0 2 3 4 0 0.000937912
199 0 2 2 5 0 0.001197281
200 0 2 1 6 0 0.001273646
201 0 2 0 7 0 0.001161327
202 0 1 8 0 0 3.89507E-06
203 0 1 7 1 0 2.4861E-05
204 0 1 6 2 0 7.93402E-05
205 0 1 5 3 0 0.000168801
206 0 1 4 4 0 0.000269352
207 0 1 3 5 0 0.000343838
208 0 1 2 6 0 0.000365768
209 0 1 1 7 0 0.000333512
210 0 1 0 8 0 0.000266088
211 0 0 9 0 0 5.59297E-07
212 0 0 8 1 0 3.56982E-06
213 0 0 7 2 0 1.13925E-05
214 0 0 6 3 0 2.42383E-05
215 0 0 5 4 0 3.86765E-05
216 0 0 4 5 0 4.9372E-05
217 0 0 3 6 0 5.2521E-05
218 0 0 2 7 0 4.78894E-05
219 0 0 1 8 0 3.82079E-05
220 0 0 0 9 0 2.70966E-05
180 1

Lampiran 47
KEADAAN SISTEM probabilitas
NO koefisien
n1 n2 n3 n4 keadaan
1 9 0 0 0 1 0.005560938
2 8 1 0 0 3 0.013926867
3 8 0 1 0 0 0.001999773
4 8 0 0 1 2 0.012763937
5 7 2 0 0 3 0.01743929
6 7 1 1 0 1 0.005008252
7 7 1 0 1 6 0.031966127
8 7 0 2 0 0 0.00071914
9 7 0 1 1 1 0.00459005
10 7 0 0 2 3 0.014648436
11 6 3 0 0 3 0.014558376
12 6 2 1 0 1 0.006271357
13 6 2 0 1 7 0.040028139
14 6 1 2 0 0 0.001801022
15 6 1 1 1 2 0.011495365
16 6 1 0 2 7 0.036685684
17 6 0 3 0 0 0.000258611
18 6 0 2 1 0 0.001650631
19 6 0 1 2 1 0.005267736
20 6 0 0 3 2 0.011207445
21 5 4 0 0 2 0.009115034
22 5 3 1 0 1 0.005235349
23 5 3 0 1 6 0.03341562
24 5 2 2 0 0 0.002255248
25 5 2 1 1 3 0.014394552
26 5 2 0 2 8 0.045937992
27 5 1 3 0 0 0.000647667
28 5 1 2 1 1 0.004133857
29 5 1 1 2 2 0.013192569
30 5 1 0 3 5 0.028068033
31 5 0 4 0 0 9.29992E-05
32 5 0 3 1 0 0.000593585
33 5 0 2 2 0 0.001894335
34 5 0 1 3 1 0.004030318
35 5 0 0 4 1 0.00643107
36 4 5 0 0 1 0.004565556
37 4 4 1 0 1 0.003277865
38 4 4 0 1 4 0.0209216
39 4 3 2 0 0 0.001882688
40 4 3 1 1 2 0.012016618
41 4 3 0 2 7 0.038349184
42 4 2 3 0 0 0.000811012
43 4 2 2 1 1 0.005176436
44 4 2 1 2 3 0.016519798
45 4 2 0 3 6 0.035146926
46 4 1 4 0 0 0.000232908
47 4 1 3 1 0 0.00148658
48 4 1 2 2 1 0.00474419
49 4 1 1 3 2 0.010093568
50 4 1 0 4 3 0.016106033
51 4 0 5 0 0 3.34435E-05
52 4 0 4 1 0 0.00021346
53 4 0 3 2 0 0.000681223
54 4 0 2 3 0 0.001449346
55 4 0 1 4 0 0.002312682
56 4 0 0 5 1 0.002952227
57 3 6 0 0 0 0.00190567
58 3 5 1 0 0 0.001641823
59 3 5 0 1 2 0.010479252
60 3 4 2 0 0 0.001178756
61 3 4 1 1 1 0.007523634
62 3 4 0 2 4 0.024010517
63 3 3 3 0 0 0.000677035
64 3 3 2 1 1 0.004321306
65 3 3 1 2 2 0.013790781
66 3 3 0 3 5 0.029340767
67 3 2 4 0 0 0.000291649
68 3 2 3 1 0 0.001861502
69 3 2 2 2 1 0.005940698
70 3 2 1 3 2 0.012639215
71 3 2 0 4 4 0.020168052
72 3 1 5 0 0 8.37562E-05
73 3 1 4 1 0 0.00053459
74 3 1 3 2 0 0.001706062
75 3 1 2 3 1 0.003629756
76 3 1 1 4 1 0.005791904
77 3 1 0 5 1 0.007393587
78 3 0 6 0 0 1.20266E-05
79 3 0 5 1 0 7.67624E-05
80 3 0 4 2 0 0.000244975
81 3 0 3 3 0 0.0005212
82 3 0 2 4 0 0.000831665
83 3 0 1 5 0 0.001061653
84 3 0 0 6 0 0.001129367
85 2 7 0 0 0 0.000681797
86 2 6 1 0 0 0.0006853
87 2 6 0 1 1 0.004374057
88 2 5 2 0 0 0.000590417
89 2 5 1 1 1 0.003768452
90 2 5 0 2 2 0.012026434
91 2 4 3 0 0 0.000423893
92 2 4 2 1 0 0.00270558
93 2 4 1 2 2 0.008634441
94 2 4 0 3 3 0.018370325
95 2 3 4 0 0 0.000243469
96 2 3 3 1 0 0.001553988
97 2 3 2 2 1 0.004959314
98 2 3 1 3 2 0.010551257
99 2 3 0 4 3 0.016836355
100 2 2 5 0 0 0.00010488
101 2 2 4 1 0 0.000669416
102 2 2 3 2 0 0.002136339
103 2 2 2 3 1 0.004545198
104 2 2 1 4 1 0.00725265
105 2 2 0 5 2 0.009258285
106 2 1 6 0 0 3.01196E-05
107 2 1 5 1 0 0.000192244
108 2 1 4 2 0 0.000613518
109 2 1 3 3 0 0.0013053
110 2 1 2 4 0 0.002082831
111 2 1 1 5 0 0.002658814
112 2 1 0 6 1 0.002828398
113 2 0 7 0 0 4.32491E-06
114 2 0 6 1 0 2.76046E-05
115 2 0 5 2 0 8.80957E-05
116 2 0 4 3 0 0.000187429
117 2 0 3 4 0 0.000299076
118 2 0 2 5 0 0.000381782
119 2 0 1 6 0 0.000406133
120 2 0 0 7 0 0.000370317
121 1 8 0 0 0 0.000213437
122 1 7 1 0 0 0.000245182
123 1 7 0 1 0 0.001564919
124 1 6 2 0 0 0.000246441
125 1 6 1 1 0 0.001572958
126 1 6 0 2 1 0.005019853
127 1 5 3 0 0 0.00021232
128 1 5 2 1 0 0.001355176
129 1 5 1 2 1 0.004324836
130 1 5 0 3 2 0.009201364
131 1 4 4 0 0 0.000152437
132 1 4 3 1 0 0.000972956
133 1 4 2 2 1 0.003105038
134 1 4 1 3 1 0.006606168
135 1 4 0 4 2 0.010541283
136 1 3 5 0 0 8.75541E-05
137 1 3 4 1 0 0.000558831
138 1 3 3 2 0 0.001783423
139 1 3 2 3 1 0.003794346
140 1 3 1 4 1 0.006054535
141 1 3 0 5 1 0.007728846
142 1 2 6 0 0 3.7716E-05
143 1 2 5 1 0 0.000240729
144 1 2 4 2 0 0.000768251
145 1 2 3 3 0 0.001634502
146 1 2 2 4 0 0.002608131
147 1 2 1 5 1 0.003329379
148 1 2 0 6 1 0.003541734
149 1 1 7 0 0 1.08314E-05
150 1 1 6 1 0 6.91332E-05
151 1 1 5 2 0 0.000220628
152 1 1 4 3 0 0.0004694
153 1 1 3 4 0 0.000749009
154 1 1 2 5 0 0.000956138
155 1 1 1 6 0 0.001017123
156 1 1 0 7 0 0.000927426
157 1 0 8 0 0 1.55528E-06
158 1 0 7 1 0 9.9269E-06
159 1 0 6 2 0 3.16802E-05
160 1 0 5 3 0 6.74016E-05
161 1 0 4 4 0 0.000107551
162 1 0 3 5 0 0.000137293
163 1 0 2 6 0 0.00014605
164 1 0 1 7 0 0.00013317
165 1 0 0 8 0 0.000106248

Lampiran 48
Tingkat Pengunaan Truck Pada
Tahap 1
0.949557 94.95575 %

Jumlah Truck Yang


Terlayani
0.487816 Truck/Menit

Lampiran 49

KEADAAN SISTEM probabilitas


NO koefisien
keadaan
n1 n2 n3 n4
1 9 0 0 0 1 0.005560938
2 8 1 0 0 3 0.013926867
3 8 0 1 0 0 0.001999773
4 8 0 0 1 2 0.012763937
5 7 2 0 0 3 0.01743929
6 7 1 1 0 1 0.005008252
7 7 1 0 1 6 0.031966127
8 7 0 2 0 0 0.00071914
9 7 0 1 1 1 0.00459005
10 7 0 0 2 3 0.014648436
11 6 3 0 0 3 0.014558376
12 6 2 1 0 1 0.006271357
13 6 2 0 1 7 0.040028139
14 6 1 2 0 0 0.001801022
15 6 1 1 1 2 0.011495365
16 6 1 0 2 7 0.036685684
17 6 0 3 0 0 0.000258611
18 6 0 2 1 0 0.001650631
19 6 0 1 2 1 0.005267736
20 6 0 0 3 2 0.011207445
21 5 4 0 0 2 0.009115034
22 5 3 1 0 1 0.005235349
23 5 3 0 1 6 0.03341562
24 5 2 2 0 0 0.002255248
25 5 2 1 1 3 0.014394552
26 5 2 0 2 8 0.045937992
27 5 1 3 0 0 0.000647667
28 5 1 2 1 1 0.004133857
29 5 1 1 2 2 0.013192569
30 5 1 0 3 5 0.028068033
31 5 0 4 0 0 9.29992E-05
32 5 0 3 1 0 0.000593585
33 5 0 2 2 0 0.001894335
34 5 0 1 3 1 0.004030318
35 5 0 0 4 1 0.00643107
36 4 5 0 0 1 0.004565556
37 4 4 1 0 1 0.003277865
38 4 4 0 1 4 0.0209216
39 4 3 2 0 0 0.001882688
40 4 3 1 1 2 0.012016618
41 4 3 0 2 7 0.038349184
42 4 2 3 0 0 0.000811012
43 4 2 2 1 1 0.005176436
44 4 2 1 2 3 0.016519798
45 4 2 0 3 6 0.035146926
46 4 1 4 0 0 0.000232908
47 4 1 3 1 0 0.00148658
48 4 1 2 2 1 0.00474419
49 4 1 1 3 2 0.010093568
50 4 1 0 4 3 0.016106033
51 4 0 5 0 0 3.34435E-05
52 4 0 4 1 0 0.00021346
53 4 0 3 2 0 0.000681223
54 4 0 2 3 0 0.001449346
55 4 0 1 4 0 0.002312682
56 4 0 0 5 1 0.002952227
57 3 6 0 0 0 0.00190567
58 3 5 1 0 0 0.001641823
59 3 5 0 1 2 0.010479252
60 3 4 2 0 0 0.001178756
61 3 4 1 1 1 0.007523634
62 3 4 0 2 4 0.024010517
63 3 3 3 0 0 0.000677035
64 3 3 2 1 1 0.004321306
65 3 3 1 2 2 0.013790781
66 3 3 0 3 5 0.029340767
67 3 2 4 0 0 0.000291649
68 3 2 3 1 0 0.001861502
69 3 2 2 2 1 0.005940698
70 3 2 1 3 2 0.012639215
71 3 2 0 4 4 0.020168052
72 3 1 5 0 0 8.37562E-05
73 3 1 4 1 0 0.00053459
74 3 1 3 2 0 0.001706062
75 3 1 2 3 1 0.003629756
76 3 1 1 4 1 0.005791904
77 3 1 0 5 1 0.007393587
78 3 0 6 0 0 1.20266E-05
79 3 0 5 1 0 7.67624E-05
80 3 0 4 2 0 0.000244975
81 3 0 3 3 0 0.0005212
82 3 0 2 4 0 0.000831665
83 3 0 1 5 0 0.001061653
84 3 0 0 6 0 0.001129367
85 2 7 0 0 0 0.000681797
86 2 6 1 0 0 0.0006853
87 2 6 0 1 1 0.004374057
88 2 5 2 0 0 0.000590417
89 2 5 1 1 1 0.003768452
90 2 5 0 2 2 0.012026434
91 2 4 3 0 0 0.000423893
92 2 4 2 1 0 0.00270558
93 2 4 1 2 2 0.008634441
94 2 4 0 3 3 0.018370325
95 2 3 4 0 0 0.000243469
96 2 3 3 1 0 0.001553988
97 2 3 2 2 1 0.004959314
98 2 3 1 3 2 0.010551257
99 2 3 0 4 3 0.016836355
100 2 2 5 0 0 0.00010488
101 2 2 4 1 0 0.000669416
102 2 2 3 2 0 0.002136339
103 2 2 2 3 1 0.004545198
104 2 2 1 4 1 0.00725265
105 2 2 0 5 2 0.009258285
106 2 1 6 0 0 3.01196E-05
107 2 1 5 1 0 0.000192244
108 2 1 4 2 0 0.000613518
109 2 1 3 3 0 0.0013053
110 2 1 2 4 0 0.002082831
111 2 1 1 5 0 0.002658814
112 2 1 0 6 1 0.002828398
113 2 0 7 0 0 4.32491E-06
114 2 0 6 1 0 2.76046E-05
115 2 0 5 2 0 8.80957E-05
116 2 0 4 3 0 0.000187429
117 2 0 3 4 0 0.000299076
118 2 0 2 5 0 0.000381782
119 2 0 1 6 0 0.000406133
120 2 0 0 7 0 0.000370317

Lampiran 50
Waktu Tunggu Antri Pada
Tahap 1
wq1 6.132985582 Menit

Lampiran 51
KEADAAN probabilitas
NO koefisien
n1 n2 n3 n4 keadaan
211 0 0 9 0 0 5.59297E-07
157 1 0 8 0 0 1.55528E-06
202 0 1 8 0 0 3.89507E-06
212 0 0 8 1 0 3.56982E-06
113 2 0 7 0 0 4.32491E-06
149 1 1 7 0 0 1.08314E-05
158 1 0 7 1 0 9.9269E-06
194 0 2 7 0 0 1.35631E-05
203 0 1 7 1 0 2.4861E-05
213 0 0 7 2 0 1.13925E-05
78 3 0 6 0 0 1.20266E-05
106 2 1 6 0 0 3.01196E-05
114 2 0 6 1 0 2.76046E-05
142 1 2 6 0 0 3.7716E-05
150 1 1 6 1 0 6.91332E-05
159 1 0 6 2 0 3.16802E-05
187 0 3 6 0 0 3.14854E-05
195 0 2 6 1 0 8.65689E-05
204 0 1 6 2 0 7.93402E-05
214 0 0 6 3 0 2.42383E-05
51 4 0 5 0 0 3.34435E-05
72 3 1 5 0 0 8.37562E-05
79 3 0 5 1 0 7.67624E-05
100 2 2 5 0 0 0.00010488
107 2 1 5 1 0 0.000192244
115 2 0 5 2 0 8.80957E-05
136 1 3 5 0 0 8.75541E-05
143 1 2 5 1 0 0.000240729
151 1 1 5 2 0 0.000220628
160 1 0 5 3 0 6.74016E-05
181 0 4 5 0 0 5.48179E-05
188 0 3 5 1 0 0.000200962
196 0 2 5 2 0 0.000276271
205 0 1 5 3 0 0.000168801
215 0 0 5 4 0 3.86765E-05
31 5 0 4 0 0 9.29992E-05
46 4 1 4 0 0 0.000232908
52 4 0 4 1 0 0.00021346
67 3 2 4 0 0 0.000291649
73 3 1 4 1 0 0.00053459
80 3 0 4 2 0 0.000244975
95 2 3 4 0 0 0.000243469
101 2 2 4 1 0 0.000669416
108 2 1 4 2 0 0.000613518
116 2 0 4 3 0 0.000187429
131 1 4 4 0 0 0.000152437
137 1 3 4 1 0 0.000558831
144 1 2 4 2 0 0.000768251
152 1 1 4 3 0 0.0004694
161 1 0 4 4 0 0.000107551
176 0 5 4 0 0 7.63527E-05
182 0 4 4 1 0 0.000349885
189 0 3 4 2 0 0.000641338
197 0 2 4 3 0 0.000587785
206 0 1 4 4 0 0.000269352
216 0 0 4 5 0 4.9372E-05
17 6 0 3 0 0 0.000258611
27 5 1 3 0 0 0.000647667
32 5 0 3 1 0 0.000593585
42 4 2 3 0 0 0.000811012
47 4 1 3 1 0 0.00148658
53 4 0 3 2 0 0.000681223
63 3 3 3 0 0 0.000677035
68 3 2 3 1 0 0.001861502
74 3 1 3 2 0 0.001706062
81 3 0 3 3 0 0.0005212
91 2 4 3 0 0 0.000423893
96 2 3 3 1 0 0.001553988
102 2 2 3 2 0 0.002136339
109 2 1 3 3 0 0.0013053
117 2 0 3 4 0 0.000299076
127 1 5 3 0 0 0.00021232
132 1 4 3 1 0 0.000972956
138 1 3 3 2 0 0.001783423
145 1 2 3 3 0 0.001634502
153 1 1 3 4 0 0.000749009
162 1 0 3 5 0 0.000137293
172 0 6 3 0 0 8.86229E-05
177 0 5 3 1 0 0.000487336
183 0 4 3 2 0 0.001116605
190 0 3 3 3 0 0.001364488
198 0 2 3 4 0 0.000937912
207 0 1 3 5 0 0.000343838
217 0 0 3 6 0 5.2521E-05
8 7 0 2 0 0 0.00071914
14 6 1 2 0 0 0.001801022
18 6 0 2 1 0 0.001650631
24 5 2 2 0 0 0.002255248
28 5 1 2 1 1 0.004133857
33 5 0 2 2 0 0.001894335
39 4 3 2 0 0 0.001882688
43 4 2 2 1 1 0.005176436
48 4 1 2 2 1 0.00474419
54 4 0 2 3 0 0.001449346
60 3 4 2 0 0 0.001178756
64 3 3 2 1 1 0.004321306
69 3 2 2 2 1 0.005940698
75 3 1 2 3 1 0.003629756
82 3 0 2 4 0 0.000831665
88 2 5 2 0 0 0.000590417
92 2 4 2 1 0 0.00270558
97 2 3 2 2 1 0.004959314
103 2 2 2 3 1 0.004545198
110 2 1 2 4 0 0.002082831
118 2 0 2 5 0 0.000381782
124 1 6 2 0 0 0.000246441
128 1 5 2 1 0 0.001355176
133 1 4 2 2 1 0.003105038
139 1 3 2 3 1 0.003794346
146 1 2 2 4 0 0.002608131
154 1 1 2 5 0 0.000956138
163 1 0 2 6 0 0.00014605
169 0 7 2 0 0 8.817E-05
173 0 6 2 1 0 0.000565653
178 0 5 2 2 0 0.001555258
184 0 4 2 3 0 0.002375649
191 0 3 2 4 0 0.002177276
199 0 2 2 5 0 0.001197281
208 0 1 2 6 0 0.000365768
218 0 0 2 7 0 4.78894E-05
3 8 0 1 0 0 0.001999773
6 7 1 1 0 1 0.005008252
9 7 0 1 1 1 0.00459005
12 6 2 1 0 1 0.006271357
15 6 1 1 1 2 0.011495365
19 6 0 1 2 1 0.005267736
22 5 3 1 0 1 0.005235349
25 5 2 1 1 3 0.014394552
29 5 1 1 2 2 0.013192569
34 5 0 1 3 1 0.004030318
37 4 4 1 0 1 0.003277865
40 4 3 1 1 2 0.012016618
44 4 2 1 2 3 0.016519798
49 4 1 1 3 2 0.010093568
55 4 0 1 4 0 0.002312682
58 3 5 1 0 0 0.001641823
61 3 4 1 1 1 0.007523634
65 3 3 1 2 2 0.013790781
70 3 2 1 3 2 0.012639215
76 3 1 1 4 1 0.005791904
83 3 0 1 5 0 0.001061653
86 2 6 1 0 0 0.0006853
89 2 5 1 1 1 0.003768452
93 2 4 1 2 2 0.008634441
98 2 3 1 3 2 0.010551257
104 2 2 1 4 1 0.00725265
111 2 1 1 5 0 0.002658814
119 2 0 1 6 0 0.000406133
122 1 7 1 0 0 0.000245182
125 1 6 1 1 0 0.001572958
129 1 5 1 2 1 0.004324836
134 1 4 1 3 1 0.006606168
140 1 3 1 4 1 0.006054535
147 1 2 1 5 1 0.003329379
155 1 1 1 6 0 0.001017123
164 1 0 1 7 0 0.00013317
167 0 8 1 0 0 7.67544E-05
170 0 7 1 1 0 0.000562762
174 0 6 1 2 0 0.001805193
179 0 5 1 3 1 0.00330891
185 0 4 1 4 1 0.003790759
192 0 3 1 5 0 0.002779377
200 0 2 1 6 0 0.001273646
209 0 1 1 7 0 0.000333512
219 0 0 1 8 0 3.82079E-05

Lampiran 52
Tingkat Pengunaan Truck Pada
Tahap 3
0.341471 34.14711 %

Jumlah Truck Yang


Terlayani
0.487816 Truck/Menit

Lampiran 53

probabilitas
NO KEADAAN koefisien
keadaan
n1 n2 n3 n4
211 0 0 9 0 0 5.59297E-07
157 1 0 8 0 0 1.55528E-06
202 0 1 8 0 0 3.89507E-06
212 0 0 8 1 0 3.56982E-06
113 2 0 7 0 0 4.32491E-06
149 1 1 7 0 0 1.08314E-05
158 1 0 7 1 0 9.9269E-06
194 0 2 7 0 0 1.35631E-05
203 0 1 7 1 0 2.4861E-05
213 0 0 7 2 0 1.13925E-05
78 3 0 6 0 0 1.20266E-05
106 2 1 6 0 0 3.01196E-05
114 2 0 6 1 0 2.76046E-05
142 1 2 6 0 0 3.7716E-05
150 1 1 6 1 0 6.91332E-05
159 1 0 6 2 0 3.16802E-05
187 0 3 6 0 0 3.14854E-05
195 0 2 6 1 0 8.65689E-05
204 0 1 6 2 0 7.93402E-05
214 0 0 6 3 0 2.42383E-05
51 4 0 5 0 0 3.34435E-05
72 3 1 5 0 0 8.37562E-05
79 3 0 5 1 0 7.67624E-05
100 2 2 5 0 0 0.00010488
107 2 1 5 1 0 0.000192244
115 2 0 5 2 0 8.80957E-05
136 1 3 5 0 0 8.75541E-05
143 1 2 5 1 0 0.000240729
151 1 1 5 2 0 0.000220628
160 1 0 5 3 0 6.74016E-05
181 0 4 5 0 0 5.48179E-05
188 0 3 5 1 0 0.000200962
196 0 2 5 2 0 0.000276271
205 0 1 5 3 0 0.000168801
215 0 0 5 4 0 3.86765E-05
31 5 0 4 0 0 9.29992E-05
46 4 1 4 0 0 0.000232908
52 4 0 4 1 0 0.00021346
67 3 2 4 0 0 0.000291649
73 3 1 4 1 0 0.00053459
80 3 0 4 2 0 0.000244975
95 2 3 4 0 0 0.000243469
101 2 2 4 1 0 0.000669416
108 2 1 4 2 0 0.000613518
116 2 0 4 3 0 0.000187429
131 1 4 4 0 0 0.000152437
137 1 3 4 1 0 0.000558831
144 1 2 4 2 0 0.000768251
152 1 1 4 3 0 0.0004694
161 1 0 4 4 0 0.000107551
176 0 5 4 0 0 7.63527E-05
182 0 4 4 1 0 0.000349885
189 0 3 4 2 0 0.000641338
197 0 2 4 3 0 0.000587785
206 0 1 4 4 0 0.000269352
216 0 0 4 5 0 4.9372E-05
17 6 0 3 0 0 0.000258611
27 5 1 3 0 0 0.000647667
32 5 0 3 1 0 0.000593585
42 4 2 3 0 0 0.000811012
47 4 1 3 1 0 0.00148658
53 4 0 3 2 0 0.000681223
63 3 3 3 0 0 0.000677035
68 3 2 3 1 0 0.001861502
74 3 1 3 2 0 0.001706062
81 3 0 3 3 0 0.0005212
91 2 4 3 0 0 0.000423893
96 2 3 3 1 0 0.001553988
102 2 2 3 2 0 0.002136339
109 2 1 3 3 0 0.0013053
117 2 0 3 4 0 0.000299076
127 1 5 3 0 0 0.00021232
132 1 4 3 1 0 0.000972956
138 1 3 3 2 0 0.001783423
145 1 2 3 3 0 0.001634502
153 1 1 3 4 0 0.000749009
162 1 0 3 5 0 0.000137293
172 0 6 3 0 0 8.86229E-05
177 0 5 3 1 0 0.000487336
183 0 4 3 2 0 0.001116605
190 0 3 3 3 0 0.001364488
198 0 2 3 4 0 0.000937912
207 0 1 3 5 0 0.000343838
217 0 0 3 6 0 5.2521E-05
8 7 0 2 0 0 0.00071914
14 6 1 2 0 0 0.001801022
18 6 0 2 1 0 0.001650631
24 5 2 2 0 0 0.002255248
28 5 1 2 1 1 0.004133857
33 5 0 2 2 0 0.001894335
39 4 3 2 0 0 0.001882688
43 4 2 2 1 1 0.005176436
48 4 1 2 2 1 0.00474419
54 4 0 2 3 0 0.001449346
60 3 4 2 0 0 0.001178756
64 3 3 2 1 1 0.004321306
69 3 2 2 2 1 0.005940698
75 3 1 2 3 1 0.003629756
82 3 0 2 4 0 0.000831665
88 2 5 2 0 0 0.000590417
92 2 4 2 1 0 0.00270558
97 2 3 2 2 1 0.004959314
103 2 2 2 3 1 0.004545198
110 2 1 2 4 0 0.002082831
118 2 0 2 5 0 0.000381782
124 1 6 2 0 0 0.000246441
128 1 5 2 1 0 0.001355176
133 1 4 2 2 1 0.003105038
139 1 3 2 3 1 0.003794346
146 1 2 2 4 0 0.002608131
154 1 1 2 5 0 0.000956138
163 1 0 2 6 0 0.00014605
169 0 7 2 0 0 8.817E-05
173 0 6 2 1 0 0.000565653
178 0 5 2 2 0 0.001555258
184 0 4 2 3 0 0.002375649
191 0 3 2 4 0 0.002177276
199 0 2 2 5 0 0.001197281
208 0 1 2 6 0 0.000365768
218 0 0 2 7 0 4.78894E-05

Lampiran 54
Waktu Tunggu Antri Pada
Tahap 3
wq3 0.327209181 Menit

Lampiran 55
No Uraian Nilai Satuan
1 Kapasitas bucket 1.8 m3
2 Faktor pengisian 110 %
Jumlah pengisian
excavator 6 kali
3 ke dumptruck
4 Efisiensi 85 %
5 Jumlah Truck (K) 9 unit
6 Density 1.6 kg/m3
Produktivitas DT 52.54362545 Ton/jam
472.8926291 Ton/jam
7093.389436 ton/hari
Produktivitas seluruh DT ton/6
1064008.415 bulan
12768100.98 ton/tahun

Lampiran 56
Tingkat Pelayanan
1 0.5137 1.946549
2 0.2051 4.874956

3 1.4286 0.7

4 0.2238 4.467884
Waktu Tunggu
Tahap 1 6.132986
Tahap 3 0.327209
Total CT 18.4496

Lampiran 57
No Uraian Nilai Satuan
1 Kapasitas bucket 1.8 m3
2 Faktor pengisian 90 %
Jumlah pengisian
excavator 6 kali
3 ke dumptruck
4 Efisiensi 85 %
5 Jumlah Truck (K) 3 unit
6 Density 1.6 kg/m3
Produktivitas DT 125.4010548 Ton/jam
376.2031644 Ton/jam
5266.844302 ton/hari
Produktivitas seluruh DT ton/6
758,425.58 bulan

1,516,851.16 ton/tahun

Lampiran 58
Tingkat Pelayanan
1 0.5137 1.946549
2 1.2562 0.796048
3 1.4286 0.7

4 3.7519 0.266532
Waktu Tunggu
Tahap 1 2.37623
Tahap 3 0.239564
Total CT 6.3249

Lampiran 59
No Uraian Nilai Satuan
1 Kapasitas bucket 1.2 m3
2 Faktor pengisian 110 %
Jumlah pengisian
excavator 6 kali
3 ke dumptruck
4 Efisiensi 85 %
5 Jumlah Truck (K) 5 unit
6 Density 1.6 kg/m3
Produktivitas DT 49.54563753 Ton/jam
247.7281877 Ton/jam
3715.922815 ton/hari
Produktivitas seluruh DT
535,092.89 ton/sequens

1,070,185.77 ton/tahun

Lampiran 60
Tingkat Pelayanan
1 0.5137 1.946549
2 0.2353 4.249925

3 1.4286 0.7

4 0.2602 3.84261
Waktu Tunggu
Tahap 1 2.112346
Tahap 3 0.192544
Total CT 13.0440
Lampiran 61
KEADAAN SISTEM probabilitas
NO koefisien
n1 n2 n3 n4 keadaan
1 5 0 0 0 1 0.015063895
2 4 1 0 0 2.183313 0.032889195
3 4 0 1 0 0.359611 0.005417139
4 4 0 0 1 1.974063 0.029737078
5 3 2 0 0 2.383428 0.035903702
6 3 1 1 0 0.785143 0.01182731
7 3 1 0 1 4.309997 0.064925346
8 3 0 2 0 0.12932 0.001948062
9 3 0 1 1 0.709894 0.010693775
10 3 0 0 2 1.948463 0.029351434
11 2 3 0 0 1.734589 0.026129672
12 2 2 1 0 0.857106 0.012911359
13 2 2 0 1 4.705036 0.070876172
14 2 1 2 0 0.282346 0.004253229
15 2 1 1 1 1.549922 0.023347856
16 2 1 0 2 4.254103 0.064083364
17 2 0 3 0 0.046505 0.000700544
18 2 0 2 1 0.255286 0.003845597
19 2 0 1 2 0.700688 0.010555093
20 2 0 0 3 1.282129 0.019313861
21 1 4 0 0 0.946788 0.014262312
22 1 3 1 0 0.623777 0.009396512
23 1 3 0 1 3.424189 0.05158162
24 1 2 2 0 0.308225 0.004643064
25 1 2 1 1 1.691982 0.025487838
26 1 2 0 2 4.644019 0.069957017
27 1 1 3 0 0.101535 0.001529507
28 1 1 2 1 0.557369 0.008396141
29 1 1 1 2 1.529822 0.02304507
30 1 1 0 3 2.799289 0.042168201
31 1 0 4 0 0.016724 0.000251923
32 1 0 3 1 0.091804 0.001382918
33 1 0 2 2 0.251975 0.003795726
34 1 0 1 3 0.461068 0.006945473
35 1 0 0 4 0.632751 0.009531695
36 0 5 0 0 0.413427 0.006227818
37 0 4 1 0 0.340475 0.005128882
38 0 4 0 1 1.869019 0.028154704
39 0 3 2 0 0.224317 0.003379087
40 0 3 1 1 1.231375 0.018549308
41 0 3 0 2 3.379782 0.050912685
42 0 2 3 0 0.110841 0.001669696
43 0 2 2 1 0.608455 0.009165702
44 0 2 1 2 1.67004 0.0251573
45 0 2 0 3 3.055862 0.046033188
46 0 1 4 0 0.036513 0.000550027
47 0 1 3 1 0.200436 0.003019343
48 0 1 2 2 0.55014 0.008287256
49 0 1 1 3 1.006655 0.015164141
50 0 1 0 4 1.381493 0.020810672
51 0 0 5 0 0.006014 9.05943E-05
52 0 0 4 1 0.033014 0.000497312
53 0 0 3 2 0.090613 0.001364984
54 0 0 2 3 0.165805 0.002497667
55 0 0 1 4 0.227544 0.0034277
56 0 0 0 5 0.249818 0.003763233
JUMLAH 66.3839 1

Lampiran 62
KEADAAN SISTEM probabilitas
NO koefisien
n1 n2 n3 n4 keadaan
1 5 0 0 0 1 0.015063895
2 4 1 0 0 2 0.032889195
3 4 0 1 0 0 0.005417139
4 4 0 0 1 2 0.029737078
5 3 2 0 0 2 0.035903702
6 3 1 1 0 1 0.01182731
7 3 1 0 1 4 0.064925346
8 3 0 2 0 0 0.001948062
9 3 0 1 1 1 0.010693775
10 3 0 0 2 2 0.029351434
11 2 3 0 0 2 0.026129672
12 2 2 1 0 1 0.012911359
13 2 2 0 1 5 0.070876172
14 2 1 2 0 0 0.004253229
15 2 1 1 1 2 0.023347856
16 2 1 0 2 4 0.064083364
17 2 0 3 0 0 0.000700544
18 2 0 2 1 0 0.003845597
19 2 0 1 2 1 0.010555093
20 2 0 0 3 1 0.019313861
21 1 4 0 0 1 0.014262312
22 1 3 1 0 1 0.009396512
23 1 3 0 1 3 0.05158162
24 1 2 2 0 0 0.004643064
25 1 2 1 1 2 0.025487838
26 1 2 0 2 5 0.069957017
27 1 1 3 0 0 0.001529507
28 1 1 2 1 1 0.008396141
29 1 1 1 2 2 0.02304507
30 1 1 0 3 3 0.042168201
31 1 0 4 0 0 0.000251923
32 1 0 3 1 0 0.001382918
33 1 0 2 2 0 0.003795726
34 1 0 1 3 0 0.006945473
35 1 0 0 4 1 0.009531695
36 0 5 0 0 0 0.006227818
37 0 4 1 0 0 0.005128882
38 0 4 0 1 2 0.028154704
39 0 3 2 0 0 0.003379087
40 0 3 1 1 1 0.018549308
41 0 3 0 2 3 0.050912685
42 0 2 3 0 0 0.001669696
43 0 2 2 1 1 0.009165702
44 0 2 1 2 2 0.0251573
45 0 2 0 3 3 0.046033188
46 0 1 4 0 0 0.000550027
47 0 1 3 1 0 0.003019343
48 0 1 2 2 1 0.008287256
49 0 1 1 3 1 0.015164141
50 0 1 0 4 1 0.020810672
51 0 0 5 0 0 9.05943E-05
52 0 0 4 1 0 0.000497312
53 0 0 3 2 0 0.001364984
54 0 0 2 3 0 0.002497667
55 0 0 1 4 0 0.0034277
56 0 0 0 5 0 0.003763233
JUMLAH 66 1

Lampiran 63
KEADAAN SISTEM probabilitas
NO koefisien
n1 n2 n3 n4 keadaan
1 5 0 0 0 1 0.015063895
2 4 1 0 0 2 0.032889195
3 4 0 1 0 0 0.005417139
4 4 0 0 1 2 0.029737078
5 3 2 0 0 2 0.035903702
6 3 1 1 0 1 0.01182731
7 3 1 0 1 4 0.064925346
8 3 0 2 0 0 0.001948062
9 3 0 1 1 1 0.010693775
10 3 0 0 2 2 0.029351434
11 2 3 0 0 2 0.026129672
12 2 2 1 0 1 0.012911359
13 2 2 0 1 5 0.070876172
14 2 1 2 0 0 0.004253229
15 2 1 1 1 2 0.023347856
16 2 1 0 2 4 0.064083364
17 2 0 3 0 0 0.000700544
18 2 0 2 1 0 0.003845597
19 2 0 1 2 1 0.010555093
20 2 0 0 3 1 0.019313861
21 1 4 0 0 1 0.014262312
22 1 3 1 0 1 0.009396512
23 1 3 0 1 3 0.05158162
24 1 2 2 0 0 0.004643064
25 1 2 1 1 2 0.025487838
26 1 2 0 2 5 0.069957017
27 1 1 3 0 0 0.001529507
28 1 1 2 1 1 0.008396141
29 1 1 1 2 2 0.02304507
30 1 1 0 3 3 0.042168201
31 1 0 4 0 0 0.000251923
32 1 0 3 1 0 0.001382918
33 1 0 2 2 0 0.003795726
34 1 0 1 3 0 0.006945473
35 1 0 0 4 1 0.009531695
36 0 5 0 0 0 0.006227818
37 0 4 1 0 0 0.005128882
38 0 4 0 1 2 0.028154704
39 0 3 2 0 0 0.003379087
40 0 3 1 1 1 0.018549308
41 0 3 0 2 3 0.050912685
42 0 2 3 0 0 0.001669696
43 0 2 2 1 1 0.009165702
44 0 2 1 2 2 0.0251573
45 0 2 0 3 3 0.046033188
46 0 1 4 0 0 0.000550027
47 0 1 3 1 0 0.003019343
48 0 1 2 2 1 0.008287256
49 0 1 1 3 1 0.015164141
50 0 1 0 4 1 0.020810672
51 0 0 5 0 0 9.05943E-05
52 0 0 4 1 0 0.000497312
53 0 0 3 2 0 0.001364984
54 0 0 2 3 0 0.002497667
55 0 0 1 4 0 0.0034277
56 0 0 0 5 0 0.003763233
66 1
Lampirann 64
Tingkat Pengunaan Truck Pada
Tahap 1
0.746149 74.61487 %

Jumlah Truck Yang


Terlayani
0.383319 Truck/Menit

Lampiran 65

KEADAAN SISTEM probabilitas


NO koefisien
keadaan
n1 n2 n3 n4
1 5 0 0 0 1 0.015063895
2 4 1 0 0 2 0.032889195
3 4 0 1 0 0 0.005417139
4 4 0 0 1 2 0.029737078
5 3 2 0 0 2 0.035903702
6 3 1 1 0 1 0.01182731
7 3 1 0 1 4 0.064925346
8 3 0 2 0 0 0.001948062
9 3 0 1 1 1 0.010693775
10 3 0 0 2 2 0.029351434
11 2 3 0 0 2 0.026129672
12 2 2 1 0 1 0.012911359
13 2 2 0 1 5 0.070876172
14 2 1 2 0 0 0.004253229
15 2 1 1 1 2 0.023347856
16 2 1 0 2 4 0.064083364
17 2 0 3 0 0 0.000700544
18 2 0 2 1 0 0.003845597
19 2 0 1 2 1 0.010555093
20 2 0 0 3 1 0.019313861
21 1 4 0 0 1 0.014262312
22 1 3 1 0 1 0.009396512
23 1 3 0 1 3 0.05158162
24 1 2 2 0 0 0.004643064
25 1 2 1 1 2 0.025487838
26 1 2 0 2 5 0.069957017
27 1 1 3 0 0 0.001529507
28 1 1 2 1 1 0.008396141
29 1 1 1 2 2 0.02304507
30 1 1 0 3 3 0.042168201
31 1 0 4 0 0 0.000251923
32 1 0 3 1 0 0.001382918
33 1 0 2 2 0 0.003795726
34 1 0 1 3 0 0.006945473
35 1 0 0 4 1 0.009531695
36 0 5 0 0 0 0.006227818
37 0 4 1 0 0 0.005128882
38 0 4 0 1 2 0.028154704
39 0 3 2 0 0 0.003379087
40 0 3 1 1 1 0.018549308
41 0 3 0 2 3 0.050912685
42 0 2 3 0 0 0.001669696
43 0 2 2 1 1 0.009165702
44 0 2 1 2 2 0.0251573
45 0 2 0 3 3 0.046033188
46 0 1 4 0 0 0.000550027
47 0 1 3 1 0 0.003019343
48 0 1 2 2 1 0.008287256
49 0 1 1 3 1 0.015164141
50 0 1 0 4 1 0.020810672
51 0 0 5 0 0 9.05943E-05
52 0 0 4 1 0 0.000497312
53 0 0 3 2 0 0.001364984
54 0 0 2 3 0 0.002497667
55 0 0 1 4 0 0.0034277
56 0 0 0 5 0 0.003763233
66 1
Lampiran 66
Waktu Tunggu Antri Pada
Tahap 1
wq1 2.112345867 Menit

Lampiran 67
KEADAAN probabilitas
NO koefisien
n1 n2 n3 n4 keadaan
51 0 0 5 0 0 9.05943E-05
31 1 0 4 0 0 0.000251923
46 0 1 4 0 0 0.000550027
52 0 0 4 1 0 0.000497312
17 2 0 3 0 0 0.000700544
27 1 1 3 0 0 0.001529507
32 1 0 3 1 0 0.001382918
42 0 2 3 0 0 0.001669696
47 0 1 3 1 0 0.003019343
53 0 0 3 2 0 0.001364984
8 3 0 2 0 0 0.001948062
14 2 1 2 0 0 0.004253229
18 2 0 2 1 0 0.003845597
24 1 2 2 0 0 0.004643064
28 1 1 2 1 1 0.008396141
33 1 0 2 2 0 0.003795726
39 0 3 2 0 0 0.003379087
43 0 2 2 1 1 0.009165702
48 0 1 2 2 1 0.008287256
54 0 0 2 3 0 0.002497667
3 4 0 1 0 0 0.005417139
6 3 1 1 0 1 0.01182731
9 3 0 1 1 1 0.010693775
12 2 2 1 0 1 0.012911359
15 2 1 1 1 2 0.023347856
19 2 0 1 2 1 0.010555093
22 1 3 1 0 1 0.009396512
25 1 2 1 1 2 0.025487838
29 1 1 1 2 2 0.02304507
34 1 0 1 3 0 0.006945473
37 0 4 1 0 0 0.005128882
40 0 3 1 1 1 0.018549308
44 0 2 1 2 2 0.0251573
49 0 1 1 3 1 0.015164141
55 0 0 1 4 0 0.0034277
1 5 0 0 0 1 0.015063895
2 4 1 0 0 2 0.032889195
4 4 0 0 1 2 0.029737078
5 3 2 0 0 2 0.035903702
7 3 1 0 1 4 0.064925346
10 3 0 0 2 2 0.029351434
11 2 3 0 0 2 0.026129672
13 2 2 0 1 5 0.070876172
16 2 1 0 2 4 0.064083364
20 2 0 0 3 1 0.019313861
21 1 4 0 0 1 0.014262312
23 1 3 0 1 3 0.05158162
26 1 2 0 2 5 0.069957017
30 1 1 0 3 3 0.042168201
35 1 0 0 4 1 0.009531695
36 0 5 0 0 0 0.006227818
38 0 4 0 1 2 0.028154704
41 0 3 0 2 3 0.050912685
45 0 2 0 3 3 0.046033188
50 0 1 0 4 1 0.020810672
56 0 0 0 5 0 0.003763233
JUMLAH 66 1

Lampiran 68
Tingkat Pengunaan Truck Pada
Tahap 3
0.268323 26.83231 %

Jumlah Truck Yang Terlayani


0.383319 Truck/Menit

Lampiran 69

KEADAAN probabilitas
NO koefisien
keadaan
n1 n2 n3 n4
51 0 0 5 0 0 9.05943E-05
31 1 0 4 0 0 0.000251923
46 0 1 4 0 0 0.000550027
52 0 0 4 1 0 0.000497312
17 2 0 3 0 0 0.000700544
27 1 1 3 0 0 0.001529507
32 1 0 3 1 0 0.001382918
42 0 2 3 0 0 0.001669696
47 0 1 3 1 0 0.003019343
53 0 0 3 2 0 0.001364984
8 3 0 2 0 0 0.001948062
14 2 1 2 0 0 0.004253229
18 2 0 2 1 0 0.003845597
24 1 2 2 0 0 0.004643064
28 1 1 2 1 1 0.008396141
33 1 0 2 2 0 0.003795726
39 0 3 2 0 0 0.003379087
43 0 2 2 1 1 0.009165702
48 0 1 2 2 1 0.008287256
54 0 0 2 3 0 0.002497667
3 4 0 1 0 0 0.005417139
6 3 1 1 0 1 0.01182731
9 3 0 1 1 1 0.010693775
12 2 2 1 0 1 0.012911359
15 2 1 1 1 2 0.023347856
19 2 0 1 2 1 0.010555093
22 1 3 1 0 1 0.009396512
25 1 2 1 1 2 0.025487838
29 1 1 1 2 2 0.02304507
34 1 0 1 3 0 0.006945473
37 0 4 1 0 0 0.005128882
40 0 3 1 1 1 0.018549308
44 0 2 1 2 2 0.0251573
49 0 1 1 3 1 0.015164141
55 0 0 1 4 0 0.0034277
1 5 0 0 0 1 0.015063895
2 4 1 0 0 2 0.032889195
4 4 0 0 1 2 0.029737078
5 3 2 0 0 2 0.035903702
7 3 1 0 1 4 0.064925346
10 3 0 0 2 2 0.029351434
11 2 3 0 0 2 0.026129672
13 2 2 0 1 5 0.070876172
16 2 1 0 2 4 0.064083364
20 2 0 0 3 1 0.019313861
21 1 4 0 0 1 0.014262312
23 1 3 0 1 3 0.05158162
26 1 2 0 2 5 0.069957017
30 1 1 0 3 3 0.042168201
35 1 0 0 4 1 0.009531695
36 0 5 0 0 0 0.006227818
38 0 4 0 1 2 0.028154704
41 0 3 0 2 3 0.050912685
45 0 2 0 3 3 0.046033188
50 0 1 0 4 1 0.020810672
56 0 0 0 5 0 0.003763233
JUMLAH 66 1
Lampiran 70
Waktu Tunggu Antri Pada
Tahap 3
wq3 0.19254388 Menit

Lampiran 71
Linear
Tahun 2024 HMA 30499.4
%Ni CF HMP (USD/Ton)
1.4% 15% 44.834118
1.5% 16% 51.238992
1.6% 17% 58.0708576
1.7% 18% 65.3297148
Rata - Rata 54.868

Lampiran 72
Linear
Tahun 2025 HMA 35986.56
%Ni CF HMP (USD/Ton)
1.4% 15% 52.9002432
1.5% 16% 60.4574208
1.6% 17% 68.51841024
1.7% 18% 77.08321152
Rata - Rata 64.740

Lampiran 73
Linear
Tahun 2026 HMA 42181.96
%Ni CF HMP (USD/Ton)
1.4% 15% 62.0074812
1.5% 16% 70.8656928
1.6% 17% 80.31445184
1.7% 18% 90.35375832
Rata - Rata 75.885
Lampiran 74
Linear
Tahun 2027 HMA 49085.6
%Ni CF HMP (USD/Ton)
1.4% 15% 72.155832
1.5% 16% 82.464
1.6% 17% 93.459
1.7% 18% 105.141
Rata - Rata 88.305
Lampiran 75

Column Labels

ORE WASTE Total Average of ni


Average of Average of
Row Labels ni_idw Sum of volume ni_idw Sum of volume
55.5 0.426191904 16675 0.426191904
54.5 0.687083825 21175 0.687083825
53.5 0.797207345 32675 0.797207345
52.5 1.433265306 3675 0.954868421 34200 1.001287129
51.5 1.514990366 12975 0.884662824 43375 1.029800355
50.5 1.535127021 21650 1.051983696 46000 1.206603843
49.5 1.521827957 34875 0.961576414 62325 1.162592593
48.5 1.562770936 40600 0.97495551 73050 1.184945007
47.5 1.584642526 53850 0.970245859 96600 1.190154536
46.5 1.6092179 59775 1.005764108 103225 1.22706135
45.5 1.629188825 74275 1.030148912 109125 1.272753544
44.5 1.616281772 103275 1.067583448 90625 1.359831099
43.5 1.621565097 126350 1.109010956 82150 1.419616307
42.5 1.636020358 152275 1.115099183 64275 1.481403833
41.5 1.651429416 169125 1.099243802 60500 1.505943386
40.5 1.666419155 185850 1.077798546 48150 1.545299145
39.5 1.670545015 196325 1.11912413 43100 1.571281195
38.5 1.67189907 207075 1.148825155 36175 1.594109969
37.5 1.678973634 220925 1.220357815 26550 1.629771694
36.5 1.686744009 229500 1.244311224 19600 1.651931955
35.5 1.691341717 240550 1.223497758 11150 1.670616806
34.5 1.705768834 242250 1.237661972 8875 1.689225485
33.5 1.699409058 244525 1.232376238 10100 1.680883652
32.5 1.689532057 246825 1.220769231 11375 1.668880713
31.5 1.677286661 241400 1.157733906 29125 1.621351077
30.5 1.669904582 238425 1.163449643 31525 1.610760326
29.5 1.649543485 236575 1.231224178 32675 1.598778087
28.5 1.653987869 210200 1.270936255 37650 1.595799879
27.5 1.665701163 215000 1.224011976 25050 1.619609456
26.5 1.684147149 211350 0.953995068 20275 1.620234215
25.5 1.637134281 204050 0.914206349 18900 1.575849966

155
24.5 1.621146162 190200 0.96512931 23200 1.549826617
23.5 1.641346351 170275 1.122323529 34000 1.554959001
22.5 1.650501031 121250 1.237386731 30900 1.566602037
21.5 1.642801684 106900 1.226879955 44150 1.521233035
20.5 1.635554968 94600 1.053739209 55025 1.421590643
19.5 1.608296314 105800 0.949511905 42000 1.421091001
18.5 1.578998319 104075 0.870907473 42150 1.374888015
17.5 1.644757918 68675 0.872328269 75700 1.239750649
16.5 1.573308675 37175 1.218574695 32800 1.407031083
15.5 1.605417143 21875 1.133828167 45975 1.285869565
14.5 1.639924147 19775 1.066693811 46050 1.238902393
13.5 1.610275545 21775 1.134643705 42100 1.296786693
12.5 1.560175234 21400 1.089523515 40400 1.2525
11.5 1.556824324 18500 1.005788509 40900 1.177407407
10.5 1.544366042 22675 0.945760963 29075 1.208048309
9.5 1.539810997 29100 0.791185819 20450 1.230842583
8.5 1.593954451 24150 0.674245077 22850 1.146819149
7.5 1.609414101 25175 0.596764314 18775 1.17682025
6.5 1.581868812 20200 0.735618932 20600 1.154595588
5.5 1.661008523 17600 1.046607143 7000 1.486178862
4.5 1.706503667 10225 0.941650485 2575 1.552636719
3.5 1.791556064 10925 1.032307692 650 1.748920086
2.5 1.785786517 8900 1.012173913 575 1.73883905
1.5 1.803861386 7575 0 50 1.792032787
0.5 1.762881356 5900 0 25 1.755443038
-0.5 1.534571429 4375 1.534571429
Grand Total 1.654906873 5712600 1.033612978 2064225 1.489995049

Lampiran 76
ni rata rata volume tonage ni rata-rata volume tonage grand
elevasi
ORE WASTE total

156
55.5 0 0.426191904 16675 26680 16675
54.5 0 0.687083825 21175 33880 21175
53.5 0 0.797207345 32675 52280 32675
52.5 1.433265306 3675 5880 0.954868421 34200 54720 37875
51.5 1.514990366 12975 20760 0.884662824 43375 69400 56350
50.5 1.535127021 21650 34640 1.051983696 46000 73600 67650
49.5 1.521827957 34875 55800 0.961576414 62325 99720 97200
48.5 1.562770936 40600 64960 0.97495551 73050 116880 113650
47.5 1.584642526 53850 86160 0.970245859 96600 154560 150450
46.5 1.6092179 59775 95640 1.005764108 103225 165160 163000
45.5 1.629188825 74275 118840 1.030148912 109125 174600 183400
44.5 1.616281772 103275 165240 1.067583448 90625 145000 193900
43.5 1.621565097 126350 202160 1.109010956 82150 131440 208500
42.5 1.636020358 152275 243640 1.115099183 64275 102840 216550
41.5 1.651429416 169125 270600 1.099243802 60500 96800 229625
40.5 1.666419155 185850 297360 1.077798546 48150 77040 234000
39.5 1.670545015 196325 314120 1.11912413 43100 68960 239425
38.5 1.67189907 207075 331320 1.148825155 36175 57880 243250
37.5 1.678973634 220925 353480 1.220357815 26550 42480 247475
36.5 1.686744009 229500 367200 1.244311224 19600 31360 249100
35.5 1.691341717 240550 384880 1.223497758 11150 17840 251700
34.5 1.705768834 242250 387600 1.237661972 8875 14200 251125
33.5 1.699409058 244525 391240 1.232376238 10100 16160 254625
32.5 1.689532057 246825 394920 1.220769231 11375 18200 258200
31.5 1.677286661 241400 386240 1.157733906 29125 46600 270525
30.5 1.669904582 238425 381480 1.163449643 31525 50440 269950
29.5 1.649543485 236575 378520 1.231224178 32675 52280 269250
28.5 1.653987869 210200 336320 1.270936255 37650 60240 247850
27.5 1.665701163 215000 344000 1.224011976 25050 40080 240050
26.5 1.684147149 211350 338160 0.953995068 20275 32440 231625
25.5 1.637134281 204050 326480 0.914206349 18900 30240 222950
24.5 1.621146162 190200 304320 0.96512931 23200 37120 213400
23.5 1.641346351 170275 272440 1.122323529 34000 54400 204275
22.5 1.650501031 121250 194000 1.237386731 30900 49440 152150
21.5 1.642801684 106900 171040 1.226879955 44150 70640 151050
20.5 1.635554968 94600 151360 1.053739209 55025 88040 149625
19.5 1.608296314 105800 169280 0.949511905 42000 67200 147800
18.5 1.578998319 104075 166520 0.870907473 42150 67440 146225
17.5 1.644757918 68675 109880 0.872328269 75700 121120 144375
16.5 1.573308675 37175 59480 1.218574695 32800 52480 69975
15.5 1.605417143 21875 35000 1.133828167 45975 73560 67850
14.5 1.639924147 19775 31640 1.066693811 46050 73680 65825

157
13.5 1.610275545 21775 34840 1.134643705 42100 67360 63875
12.5 1.560175234 21400 34240 1.089523515 40400 64640 61800
11.5 1.556824324 18500 29600 1.005788509 40900 65440 59400
10.5 1.544366042 22675 36280 0.945760963 29075 46520 51750
9.5 1.539810997 29100 46560 0.791185819 20450 32720 49550
8.5 1.593954451 24150 38640 0.674245077 22850 36560 47000
7.5 1.609414101 25175 40280 0.596764314 18775 30040 43950
6.5 1.581868812 20200 32320 0.735618932 20600 32960 40800
5.5 1.661008523 17600 28160 1.046607143 7000 11200 24600
4.5 1.706503667 10225 16360 0.941650485 2575 4120 12800
3.5 1.791556064 10925 17480 1.032307692 650 1040 11575
2.5 1.785786517 8900 14240 1.012173913 575 920 9475
1.5 1.803861386 7575 12120 0 50 80 7625
0.5 1.762881356 5900 9440 0 25 40 5925
-0.5 1.534571429 4375 7000 0 4375
Grand
Total 1.654906873 5712600 9140160 1.033612978 2064225 3302760 7776825

158

Anda mungkin juga menyukai