CAKRA WARTA-1
DISUSUN OLEH
SINGGIH SATRIO WIBOWO (13698012)
CAKRAWARTA-1
DISUSUN OLEH
SINGGIH SATRIO WIBOWO (13698012)
CAKRAWARTA-1
Dilaksanakan
Dari Tanggal 2 Juli 2001 S/D 28 Januari 2002
OLEH
Mengetahui
Ku:r.~no
Pembimbing
/ \ I '1''1
/ .. I
SyamsunJa
! D£PART£MEN
JURUSANTEKNIKPENERBANGAN
PENDIDIKAN
JI. Ganesha No. 10 Bandung 40132 Telp. (022) 2504529 Fax. (022) 2534164
(
~sy 1wisv~11A-L
........................... )
~ ~::k diisi ofeh penilai dari J 11r11sa1: ~ ~t.;t'.'. r~-~'.'.~~''... . .....•:c .. ·"; ·. ;r·\-............. .
Penilai (Nama dan Tandatangan)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puJ1 bagi Allah Yang Maha Agung dan Maha
Takterbayangkan. Dialah yang telah menciptakan alam ini, mengaturnya,
menjaganya, dan senantiasa mengawasinya. Dialah zat yang menguasai segala
sesuatu dari mengetahui segala hal. Semua makhluk di penjuru alam semesta
tunduk patuh pada-Nya. Bintang-bintang, planet-planet, satelit, asteroid dan
semua benda langit ciptaan-Nya tunduk pada-Nya dengan bergerak teratur pada
orbitnya masing-masing.
Segala puji bagi Allah atas kekuatan yang diberikan kepada penulis sehingga
d.apat menyelesaikan Kerja Praktek di PT Media Citra Indostar, yang merupakan
salah satu mata kuliah yang harus diambil di Departemen Teknik Penerbangan
ITB, yang disertai dengan penyusunan laporan ini. Kerja Praktek ini dilaksanakan
selama bulan Juli 2001, sedangkan penyusunan laporan dilakukan selama periode
Agustus 2001 - Januari 2002.
Dalam pelaksanaan Kerj a Praktek ini, penulis memilih bi dang pengendalian
dan pengoperasian satelit yang berada dalam divisi Satellite Operation and
Engineering (SOE). Terna laporan Kerja Praktek ini adalah proses deorbit satelit
pada akhir operasinya, dan penulis memberi judul laporan ini Desain Awai Proses
Deorbit Satelit Cakrawarta-1.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belumlah sempurna. Masih banyak hal
yang masih diabaikan dan belum dikaji. Namun, penulis berharap bahwa hasil
kerja ke~31-s penulis ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis sendiri, perusahaan
tempat penulis melaksanakan Kerja Praktek, dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan dengan bidang pengendalian dan pengoperasian satelit.
Tak lupa, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu pen1.1lis dalam pelaksanaan Kerja praktek dan penyusunan
laporan ini, khususnya kepada :
1. Orang tua penulis yang senantiasa mendoakan, menyayang1 dan
memberikan bantuan moril kepada penulis.
2. Keluarga Ibu Nurlelli, orang tua dari Nazarullah Ibny - teman penulis,
yang telah berkenan menerima dan menyediakan tempat tinggal selama
penulis melaksanakan Kerja Praktek.
3. Mas Kunto Wibisono, Satellite Engineering Supervisor SOE PT Media
Citra Indostar, yang telah memberikan kesempatan dan ijin kepada penulis
untuk melaksanakan Kerja Praktek ini, sekaligus menjadi pembimbing
dalam Kerja Praktek ini.
4. Mas Rijal, pembimbing Kerja Praktek atas bantuannya dalam memberikan
pengarahan dan saran selama pelaksanaan Kerja Praktek.
5. Mas Jajat, yang berkenan menyediakan waktu untuk berdiskusi dan
membantu penulis saat mengalami kesulitan.
Penulis
KATAPENGANTAR l
DARTARISI iii
BABl PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 3
1.3 Ruang Lingkup 4
1.4 Metodologi Penyusunan 4
1.5 Sistematika Penulisan 5
iii
LAPORAN KERJ A PRAKTEK
DAFTAR ISI iv
BAB 5 KESIMPULAN 47
5 .1 Ringkasan 47
5.2 Pengembangan Hasil Perhitungan 47
REFERENSI 49
APPENDIX A 50
APPENDIXB 52
Proses deorbit ini harus dilakukan agar satelit yang sudah tidak beroperasi
lagi tidak mengganggu satelit-satelit lain yang masih beroperasi. Proses .ini
dilakukan derigan tujuan sebagai berikut:
1. Merighabiskan sisa bahan bakar, agar bila te1:jadi tabrakan dengan benda
langit lain (misalnya satelit lain) tidak menimbulkan leda:kan yang
berbahaya.
2; Mematikan baterai dan semua frekuensi radio untuk mencegah adanya
. interferensi dengan satelit lain.
3. Menempatkan satelit ke orbit akhir yang lebih tinggi, atau disebut juga
Graveyard Orbit (GYO) untuk mencegah tabrakan dengan wahana lain.
Proses deorbit ini menjadi masalah yang penting seiring dengan semakin
banyaknya satelit yang beroperasi sehingga diperlukan aturan-aturan menyangkut
hal tersebut. Aturan-aturan ini dibuat dengan maksud proses deorbit da:pat
berjalan dengan baik sesuai dengan tujuannya semula.
Proses deorbit ini pun akan dilakukan pada satelit Cakrawarta-1 milik PT
Media Citra Indostar pada masa akhir operasinya. Dengan perencanaan yang
matang dan perhitungan yang teliti, diharapkan proses ini berjalan dengan baik.
1.2 Tujuan
Kerja praktek (KP) yang disertai penyusunan laporan ini merupakan salah
satu mata kuliah wajib Jurusan Teknik Penerbangan Institut Teknologi Bandung
pada semester 8. KP adalah salah satu wadah pengembangan pribadi mahasiswa
dalam menerapkan ilmu pengetahuan secara teknis yang diperoleh di tempat KP
yang diwujudkan dalam laporan ini.
Tujuan penulisan laporan ini adalah membangun atau mendesain suatu
rencana awal proses deorbit satelit Cakrawarta-1 dari orbitnya sernula, yaitu
Geostationary Earth Orbit (GEO) sampai pada orbit pembuangan (GYO) yang
berada pada ketinggian ± 300 km di atas GEO.
Barangkali, sudah bukan rahasia lagi bahwa televisi adalah bagian dari
kehidupan kita saat ini. Tabung 'ajaib' yang dapat mengeluarkan gambar hidup
dan bersuara ini hampir kitajumpai di setiap rumah dan toko elektronik.
Televisi adalah salah satu sarana hiburan yang sangat memasyarakat, hampir
di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dengannya kita dapat menonton berbagai
tayangan; olah raga, berita, film, musik, dan sebagainya dari berbagai stasiun
televisi dengan gratis. Namun, tidak semua stasiun televisi dapat kita lihat
tayangannya dengan cuma-cuma. Beberapa stasiun televisi hanya menyediakan
tayangannya kepada para pelanggannya.
Produk ini disebut dengan Indovision. Dengan produk ini, pelanggan dapat
menyaksikan program-program siaran dari berbagai stasiun televisi hanya dengan
sebuah dekoder sehingga menjadi lebih mudah.
PT Matahari Lintas Cakrawala selanjutnya melakukan pengembangan
dengan mendirikan sebuah perusahaan barn yang diberi nama PT Media Citra
Indostar. Perusahaan ini bergerak di bidang pengoperasian satelit, yang secara
khusus ditangani oleh divisi Satellite Operation and Engineering (SOE). Satelit
yang di111iliki perusahaan ini adalah satelit Cakrawarta-1. Satelit ini merupakan
satelit komunikasi DBS (Direct Broadcasting Satellite), yaitu satelit yang
menyiarkan secara langsung program-program acara dari stasiun televisi.
~~
~ -....11711111
Cj Cakrawarta-1
\ Uplli1k
Dov,mlli1k \
2.2.1 Umum
Satelit Cakrawarta-1/Indostar-1 merupakan satelit geostasioner, yaitu
satelit yang posisinya selalu tetap terhadap permukaan bumi. Satelit ini
diluncurkan dari Kourou, Guiana Perancis pada tanggal 12 November 1997
dengan spesifikasi sebagaimana terlampir pada appendix A.
Misi Cakrawarta-1 adalah melakukan siaran televisi di seluruh wilayah
Indonesia. Agar misi ini tercapai, satelit ini harus selalu berada di atas geografi
Indonesia dengan batasan-batasan tertentu. Untuk dapat melakukan hal ini, satelit
harus dioperasikan pada orbit dengan ketinggian tertentu yang memiliki periode
sama dengan periode rotasi bumi, yang disebut orbit geosinkron. Wahana
antariksa yang berada pada orbit ini akan selalu tetap posisinya terhadap
permukaan bumi. Karena itu, orbit ini disebut juga orbit geostasioner atau
Geostationary Earth Orbit (GEO).
Satelit Cakrawarta-1 beroperasi pada posisi 107.7° BT. Untuk mendukung
kelangsungan operasinya, satelit ini memiliki beberapa sistem, yang terdiri atas
sistem propulsi, sistem "kendali, sitem komputer, serta sistem komunikasi
(payload).
16 15
13
+Z
5
4
8
-
'.!
+X
6 Roll
3
Marth
+Y
Pitch
tL
Gambar 2.2 Lokasi Thruster Cakrawarta-1
2.2.5 Payload
Satelit Cakrawarta-1 membawa payload yang digunakan untuk
mendukung proses siaran. Modus normal operasi sistem ini adalah Single Channel
per Carrier (SCPC) dengan transponder bekerja pada saat saturasi. Payload ini
berupa 7 transponder, antena penerima uplink, dan antena broadcast. Dari ke-7
transponder tersebut, 5 diantaranya dioperasikan dan 2 lagi dijadikan backup, dan
dapat beroperasi penuh pada saat eclipse.
Setiap manuver yang akan dilakukan oleh satelit Cakrawarta-1 dalam proses
deorbit ini melibatkan perhitungan dan analisis dinamika orbit, penentuan
kebutuhan propellan, dan pengendalian dari stasiun bumi. Untuk itu diperlukan
pengetahuan dasar dinamika orbit, sistem propulsi, dan penentuan posisi satelit.
Dalam bab ini akan dijelaskan dasar-dasar dinamika orbit, sistem propulsi,
. .
penentuan posisi satelit, dan perbandingan dua kasus alih orbit. Pada bagian
dinamika orbit akan dijelaskan orbit Kepplerian, meliputi penurunan persamaan
gerak dan penjelasan mengenai elemen-elemen orbit. Pada bagian sistem propulsi
akan dijelaskan mengenai teori roket dan hubungan massa propellan dengan
penambahan kecepatan wahana. Sedangkan pada bagian penentuan posisi satelit
akan dijelaskan cara untuk menentukan posisi satelit menggunakan tata acuan
koordinat toposentrik. Selanjutnya, pada bagian akhir dari bab 1m akan
dibandingkan dua proses alih orbit, yaitu alih orbit Hohmann dan alih orbit
ellips-ellips, untuk mengetahui proses yang paling baik yang akan digunakan
dalam desain deorbit Calaawarta-1.
3.1 Astrodinamika
r 0+ 2 ~ 0 = l.r !!_
dt
(r e) =
2 0 (3.1.1.1 b)
r 2 0 = h = canst. (3.1.1.2)
dimana h disebut sebagai momentum sudut per satuan massa, atau disebut juga
momentum sudut spesifik.
Bmni
; = ~; = ~; ~~ = r~ : 0 (- h :; ) = -h u' ::~
2 (3 .1.1.4)
d2u fl
--+u=- (3.1.1.5)
d02 h2
(3.1.1.6)
dimana c dart Bo adalah suatu konstanta. Konstanta Bo dapat dibuat nol dengan
mengukur B dari arah yang ditentukan. Sedangkan konstanta c dapat dinyatakan
dalam bentuk energi total sistem E, yang berharga konstan mengingat bahwa
sistem ini konservatif. Energi total sistem adalah,
1 2 /l 1 . 2 2
2
/l
E=T+U=-V - - = - ( r +r B
2 r 2 r
(3 .1.1. 7)
dimana T dan U adalah energi kinetik dan potensial per satuan massa. Sedangkan
V adalah besar kecepatan satelit.
Dengan membandingkan persamaan (3 .1.1. 6) dengan (3 .1.1; 7) diperoleh,
h2 I
r=----- (3.1.1.9)
µ 1 + e cos0
dimana
Lingkaran : e =0
Ellips :O<e<l
Parabola :e= I (E = 0)
Hiperbola : e> 1 (E > 0)
Khusus untuk gerak satelit ~nengitari planet yang menariknya, bentuk
orbitnya dapat berupa lingkaran atau ellips. Tetapi, pada prakteknya, orbit satelit
ini hampir selalu berupa ellips.
Untuk mendefinisikan posisi satelit dengan orbit elliptik, digunakan enam
elemen orbit, seperti pada gambar 3.2, sebagai berikut
a semimajor axis
e = eksentrisitas
inklinasi, yaitu sudut antara bidang orbit dengan bidang ekuator
0 asensio rekta dari titik naik (ascending node)
co sudut antara ascending node dengan perigee
T waktu saat satelit melintasi perigee
Perigee
Biclang Elmator
//
/.,/'
---
··....,.,
Ascending nocle
konstan, maka harga energi total di setiap titik pada orbit akan sama dengan
harganya pada titik apogee.
(3.1.2.1)
µ
(3.1.2.4)
2a
(3.1.2.5)
11m-. M dA . 1 t.0 I · h
= - = lun-r 2 - = -r 2 0 = - = canst. (3.1.2.7)
1',.t ➔ O M dt i.',t ➔ O 2 M 2 2
Dengan demikian, periode orbit P adalah
P= A _ _27Zi_a_b (3.1.2.8)
dAI dt h
dimana a dan b adalah semimajor dan semiminor axis, yang dapat dinyatakan
sebagai berikut,
r0 + rP 1 h2 ( 1 1 ) h2 1
(3.1.2.9)
a=. 2 =2µ l+e +1-e =µ1-e 2
b=a~ (3.1.2.10)
Subtitusi h pada pers. (3.1.2.8) dengan pers. (3.1.2.9) dan subtitusi pers.
(3.1.2.10) ke pers. (3.1.2.8) menghasilkan
P-2~/f (3.1.2.11)
sedangkan
(3 .1.3 .1.2)
(3.1.3.1.3)
(3.1.3.1.4)
(3.1.3.1.5)
t-. V,
12
= Ve2 - Vel = ,lt[2_
r
p2
_I]- µ(_3__ -
-a
·2 ral
_l
al
J (3.1.3.2.1)
sedangkan
rpl + ra1
a=--- (3 .1.3 .2.2)
1 2
(3.1.3.2.3)
(3 .1.3 .2.4)
::: 1a2
(3 .1.3 .2.5)
~{ 1- ra2 r2
t!.V23 = f;;2 ra2 + ra3 - 1- ra2: rp2
} (3.1.3.2.6)
Tiu--oat
(3.2.1.4)
Dimana w = laju berat massa gas keluar, N/s. Dan gc adalah konstanta
gravitasi dengan harga 9.8067 m/s 2 dan invarian (tak berubah) terhadap jarak
terhadap pusat bumi.
Gaya dorong yang ditimbulkan oleh adanya perbedaan tekanan di daerah
keluaran nozzle. Jika nozzle disemburkan dalam vakum, maka gaya yang
ditimbulkan ini adalah
(3.2.1.5)
(3.2.1.6)
(3 .2.1. 7)
dimana
Fp = Gaya dorong karena perubahan momentum, N
Pe = Tekanan statik aliran gas keluar, N/m 2
Ae = Luas area keluaran nozzle, ni
Pa = Tekanan statik aliran gas keluar, N/m 2
Dengan demikian gaya dorong total yang dihasilkan menjadi,
(3.2.1.8)
Untuk kasus khusus, yaitu kasus ekspansi optimum dimana nozzle
didesain sehingga Pe= Pa, gaya dorong total yang dihasilkan menjadi,
(3 .2.1. 9)
fF(t)dt
1.\p = -I- = --,---
o
(3.2.2.1)
Mpg c f
gc m(t)dt
0
bila gaya dorong dan laju aliran massa konstan, maka persamaan di atas menjadi
F
I""=-.- (3.2.2.2)
mgc
dengan membandingkan pers.(3.2.2.2) dengan pers.(3.2.1.9) diperoleh hubungan
berikut
(3.2.2.3)
F = 6m V (3.2.3.1)
6f e
sehingga
6m
6t =F gcf,p (3.2.3.3)
t_1___ t
...
Garn bar 3.6 Grafilc gaya dorong ideal
(3.3.1)
(3.3.2)
(3.3.3)
dimana,
m, massa inisial (awal) wahana, Kg
m1 massa final wahana, Kg
mp = massa propellan yang dibutuhkan, Kg
fl V = perubahan kecepatan wahana, mis
gc = konstanta gravitasi, 9.8067 rn/s 2
satellite
E (North)
/---._
.
/ ---
Gambar 3.7 Tata acuan koordinat toposentrik
Penentuan posisi satelit ini dapat dijelaskan melalui gambar 3.8 di bawah.
Dengan menggunakan aturan spherical triangle dan asumsi bahwa bumi
merupakan bola sempurna diperoleh hubungan berikut,
sin h = sin 5 sin¢ + cos 5 cos¢ cos 6/4
00 (3.4.1)
sedangkan azimuth A dapat dihitung dengan persamaan,
sin 6/4
tan A. = - - - - - - - - - (3 .4.2)
cos¢ tan 5 - sin¢ cos 6/4
dengan menggunakan gambar 3.9, elevasi satelit h dinyatakan oleh:
sin h - RI r
tanh= h00
(3.4.3)
cos ex,
r - R sin h 00
p- (3.4.4)
- cos(hO) - h)
North Pole
Dimana,
A = Azimuth satelit
h,, = Elevasi satelit diukur dari pusat bumi
h = Elevasi satelit
5 = Latituda satelit
¢ = Latituda pengamat / statsiun bumi
~A = selisih longituda pengamat dengan satelit
R = jari-jari bumi
r = jarak satelit dari pusat bumi
Zenith
r sin 11«, - R
\ l
\ Bu.mi /
..________..,.~..../
'·......__
3.5.1 Analisis
Dalarn dua kasus ini akan dibahas alih orbit satelit dari suatu orbit
lingkaran dengan radius r1 rnenuju orbit akhir dengan radius rr yang berada pada
ketinggian 6H km di atas orbit awal. Proses alih orbit ini dilakukan secara
bertahap melalui beberapa orbit alih.
Skerna alih orbit pertarna dapat dilihat pada gambar 3 .10. Dari gambar
3 .10 terlihat bahwa dalam proses ini dilakukan empat kali penambahan kecepatan,
yang berarti dilakukan ernpat kali penyalaan thruster. Sedangkan jarak antara
setiap orbit lingkaran di atas adalah 6H/2 km. Lintasan yang diternpuh satelit
adalah A-B-C-D.
Sedangkan
I
skema alih orbit kedua dapat
.
dilihat pada gambar
.
3 .11. Dari
gambar ini terlihat bahwa pada alih orbit kedua dilakukan tiga kali penambahan
kecepatan atau berarti dilakukan tiga kali penyalaan thruster. Lintasan yang
dilalaui satelit adalah A-B-C.
_.--------------------..--.... _
__.-· --......
► ri = 100 km
► llH 100 km
► r1 = r; + tiH 200km
► rpl ri = 100km
► rm = ri + 1'1Hl2 = 150 km = ra1 = rµ2
► ra2 = r1 200km
Selain besaran-besaran di atas, besaran-besaran lain yang akan digunakan adalah
µ = 398 601.2 km 3ls 2 , g = 9.8 mis dan lsp = 212 s, yang masing-masing berharga
konstan.
3.5.2 Perhitungan ti V
398601.2{ 2xl50
100 100 + 150 -
i}
tiVi = 6.0259 mis
dengan cara yang sama diperoleh
1'1Vi = 3.5592 mis
Sedangkan untuk alih orbit dari orbit ellips ke orbit lingkaran dihitung dengan
persamaan (3 .1. 3 .1. 5) sebagai berikut :
398601.2[ 1 2x150 l
== 200 1- l ✓ 200-~Tso J
f-. Vi = 3.3116 mis
m P = mi [1- exp(--6VJ]
- = 100[1- exp (-6
gJ,p
· ·x0259)]
9.8 212
mp = 0.2896 kg
massa satelit setelah proses ini menjadi
mi = 100-0.2896 = 99.7104 kg
Selanjutnya, dengan cara seperti di atas diperoleh
• Untuk penambahan kecepatan 6Vi, mp = 0.2608 kg
• Untuk penambahan kecepatan 6Vi, mp = 0.1702 kg
• Untukpenambahan kecepatan 6Vi, mp= 0.1582 kg
Dengan demikian, jumlah propellan keseluruhan yang dibutuhkan dalam
proses ini adalah mp = 0.8788 kg
mP = mi [1- 6 VI l =
exp(--
gJ,p)j
100[1- e x p6 ·(0259
9.8x212
- - )]
mp = 0.2896 kg
massa satelit setelah proses ini menjadi
m; = 100- 0.2896 = 99.7104 kg
Selanjutnya, dengan cara seperti di atas diperoleh,
• Untuk penambahan kecepatan 6 Vi , mp = 0.4311 kg
• Untuk penambahan kecepatan 6 Vi , mp = 0.1581 kg
Dengan derriikian, jumlah propellan keseluruhan yang dibutuhkan dalam
proses ini adalah mp = 0.8788 kg
/a3 100 3
P; = 27Z'~7t = 27Z' 398601.2
Pi= 9.95 detik.
Periode orbit lingkaran berikutnya, diperoleh dengan cara yang sama, adalah :
Pm= 18.28 detik.
P1 = 28.15 detik.
Pel -
_ fi3 _
2;r - - 2;r
1
(2 k,1 +ra1})
3
1-l ,ll
(½{100 + 150}r
p = 2;r
el 398601.2
Pei = 13.91 detik
3.5.5 Ringkasan
Hasil dari perhitungan untuk perbandingan alih orbit ini ditampilkan secara
ringkas dalam tabel 3.1. Dari tabel 3.1 dapat dilihat bahwa alih orbit langsung,
ellips-ellips lebih efisien dibanding dengan alih orbit Hohmann, ditinjau dari
. periode orbit dan banyaknya orbit alih. Dengan sedikitnya periode orbit ini maka
. kegiatan monitoring dan pengendalian selama proses alih orbit menjadi sedikit
pula, atau dengan kata lain, prosesnya menjadi singkat.
Sedangkan dari sisi penggunaan propellan, tiap proses alih orbit di atas
menggunalrnn propellan dalam jumlah yang sama. Hal ini terjadi karena asumsi
yang digunakan, yaitu orbit yang ditinjau adalah Kepplerian dan thruster bekerja
ideal.
Jadi, secara keseluruhan proses alih orbit ellips-ellips lebih baik dibanding
proses alih orbit Hohmann, mengingat penggunaan waktu dalam proses alih orbit
ellips-ellips ini lebih singkat.
__ .-------------~-------·--....___
4.3.1 Perhitungan lV
Seperti telah dijelaskan dalam bab 3, perhitungan penambahan kecepatan
dilakukan dengan menggunakan persamaan (3.1.3.1.4), (3.1.3.1.5), dan (3.1.3.2.5)
atau (3.1.3.2.6). Untuk alih orbit pertama, yaitu dari orbit lingkaran menjadi ellips
dihitung sebagai berikut :
lVi=l.5173 m/s
sedangkan untuk alih orbit terakhir, yaitu dari orbit ellips menjadi lingkaran
adalab
398601,2 {l 2 X 42330.49 }
42414.16 42414.16 + 42330.49
sedangkan
- .
mP =mi [ 1-exp( - V ]] =636.43 [ 1-exp(- 1·51. 73 )]
Li -
gJ,p 9.8 X 210
mp = 0.4690 kg
massa satelit setelah proses ini menjadi
mi = 636.43 - 0.4690 = 635.9610 kg
• Untuk penambahan kecepatan AV2
Massa propellan yang dibutuhkan adalah
[
mP=m;l-exp-.- (-f.:.VJ]
gJ,p
[ (-3
=635.9611-exp ~0233)]
9.8 210
.
111P = 0.9336 kg
massa satelit setelah proses ini menjadi
m; = 635.961 - 0.9336 = 635.0274 kg
• Untuk penambahan kecepatan f.:. Vi
Massa propellan yang dibutuhkan adalah
[
mP =m; I-exp-.- [-f.:.VJ]
gJ,p
[ (-3
=635.02741-exp 9.. 8 ·x0205):
210
mp = 0.9313 kg
massa satelit setelah proses ini menjadi
m; = 635.0274-0.9313= 634.0961 kg
• Untuk penambahan kecepatan f.:.Vi
Massa propellan yang dibutuhkan adalah
[
mP =m; I-exp - - [-f.:.Vj]
gJ,p
[ (-15137)]
=634.09611-exp ·x
9.8 210
mp = 0.4662 kg
massa satelit setelah proses ini menjadi
m; = 634.0961 - 0.4662 = 633.6299 kg
6m
6t=7gJ,p (3.2.3.3)
dalam persamaan (3.2.3.3) terdapat faktor gaya dorong F yang merupakan besaran
yang diketahui. Besar gaya dorong ini berkaitan dengan banyaknya roket/thruster
yang digunakan, mengingat setiap thruster mempunyai gaya dorong tertent~L
Dalam proses deorbit ini akan digunakan empat thruster REA yaitu
thruster dengan nomor 5, 6, 7, dan 8. Setiap thruster ini menghasilkan gaya
dorong sebesar 0.89 N sehingga gaya dorong total yang dihasilkan,
F = 4 x 0.89 = 3.56 N. Dengan data-data ini, selang waktu penyalaan roket
dihitung sebagai berikut.
• Selang waktu untuk t,, Vi
0.4662 .
6t 4 = · x 9.8 x 210 = 269.5055 det1k = 4 menit 29.51 detik
3.56
{:? 42164.16 3
PGEO = 2n-r; = 2n- 398601.2
42205.83 3
PEI= 2tr = 2tr
398601.2
PE 1 = 86 291.74 detik = 23 jam 58 menit 11.74 detik.
• . Periode orbit ellips 2
{:? 42414.16 3
Pc;YO = 27r ~µ = 27r 398601.2
periode orbit ellips 2, yaitu 12 jam 1 menit 13.72 detik setelah melalui titik B,
atau pada D+ 1 pukul 00:02:35.15. Jadi penyalaan thruster dilakukan pada D+O
pukul 23 :58:05.96. Selanjutnya, roket dimatikan setelah menyala selama t3
sejak dinyalakan, yaitu pada D+ 1 pukul 00:07:04.34.
sin 6/4
tan A = - - - - - (4.3.6.2)
sin¢ cos 6/4
Selisih longituda, f'..,1, pada titik-titik yang dilalui satelit dihitung dengan mengacu
pada Tata Acuan Koordinat (TAK) Inersial, sebagai berikut
• Pada titik A, f'..,1, = 107.7° - 106.7639° = 0.9361 °
• · Pada titik B, satelit telah mengitari bumi 180° (= 43145.87 s) sedangkan
5.1 Ringkasan
Desain awal proses deorbit satelit Calaawarta-1 ini terdiri atas empat tahap
dengan tiga kali penambahan kecepatan dengan ketinggian orbit akhir (GYO)
yang dituju adalah 250 km di atas GEO. Proses ini direncanakan dimulai pada
D+0 pukul 00:00:00.00 yaitu saat pertama kali roket dinyalakan. Proses deorbit
ini menggunakan alih orbit ellips-ellips dengan orbit awal dan akhir berupa
lingkaran. Skema proses deorbit ini dapat dilihat pada gambar 4.1.
Satelit Calaawarta-1 didesain akan melintasi titik-titik A-B-C-D (gambar
4.1) selama proses deorbit ini. Selama proses ini satelit akan selalu dikendalikan
dari stasiun bumi. · Seluruh kegiatan dalam proses deorbit ini membutuhkan waktu
sekitar satu setengah hari. Proses deorbit ini dan berakhir pada D+ 1 pada pukul
12:08:11.59, yaitu saat roket dimatikan setelah melakukan penambahan kecepatan
yang terakhir . Time schedule semua proses ini dan posisi satelit untuk tiap titik
disajikan dalam tabel 4.3.
perhitungan dalam laporan ini belum akurat. Tetapi, untuk sebuah desain awal
perhitungan ini dapat diterima.
Gangguan-gangguan yang menyebabkan orbit satelit tidak Kepplerian antara
lain adalah (i) Ketidaksempurnaan bulatan bumi, (2) Gaya tarik gravitasi bulan,
matahari dan benda langit lain, dan (3) Tekanan radiasi matahari.
Gangguan-gangguan ini rnenyebabkan adanya perubahan pada elemen-elemen
orbit satelit, seperti semirnajor axis, inklinasi, eksentrisitas, dan elernen lainnya.
Agar diperoleh hasil yang teliti, maka semua gangguan di atas harus
dilibatkan dalam perhitungan yang dilakukan. Namun, kendala yang dihadapi jika
hal ini dilakukan adalah proses perhitungan menjadi sangat rumit, dan untuk
mernperoleh hasil yang baik diperlukan perhitungan numerik menggunakan
kornputer.
Hasil dari perhitungan pada laporan ini, meskipun masih sederhana, dapat
dikembangkan lebih lanjut dengan memasukkan unsur-unsur gangguan. Dengan
perhitungan yang lebih teliti, proses deorbit Cakrawarta-1 dapat dibangun dengan
lebih baik dan (diharapkan) berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Solar Array Two deployable wings, each with three split panels, with a
total surface area over wing of approximately 102 sq.ft. (9.45
Array Power m2)
BOL
7 years 2020 W@ 36 V (Equinox), 2054 W@ 36 V (Aphelion
12 years Solstice)
Batteries 1675 W@ 36 V (Equinox), 1704 W@ 36 V (Aphelion
Solstice)
1480 W@36 V (Equinox), 1505 W@ 36 V (Aphelion
Solstice)
Two 52 A-H capacity, NiH2 batteries, 22 cell each, batteries
do not bypass diodes
ATTITUDE CONTROL
Type Three-axis, pitch bias momentum system (on station), Spin
stabilized about S/C Z-axis (mayor axis spinner) during GTO
< 0.2° circular beam pointing error
Capability Offset pointing: MWA for pitch bias, up to 0.1 degree in
Sensors pitch
Redundant Sun Sensors and Horizon Crossing Indicator's
(used for GTO)
Redundant Static Earth Sensor for On Station
Actuators Single axis (yaw) Gyro for N/S Stationkeeping
Redundant Momentum Wheel Assemblies
Redundant Magnetic Torque Assemblies along roll and yaw
axes
COMMAND & DATA
HANDLING MIL-STD 1553 Data Bus (redundant)
Data Bus Honeywell Space Computer (1750 Processor), fully
Flight Computer redundant
Unique Remote Terminals (RT) for each subsystem, which
interface with specific equipment and the 1553 bus