Anda di halaman 1dari 132

PANDUAN CANAAN

UNGAN DRUGAN

VOLUME I
( SURVAI DAN INVESTIGASI)

JutI, 1999

DEP ARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL PENGAlRAN
BINA TEKNIK
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
OIREKTORAT JENOERAL PENGAlRAN

SA

Pembangunan Irigasi di Indonesia sudah berjalan lebih dari satu abad, dengan
demikian kita telah dapat mengumpulkan penga!aman-pengalaman berharga yang sangat
bermanfaat bagi pengembangan irigasi di masa yang akan datang. Pengalaman-
pengalaman tersebut didapat baik pada tahap Studi, Perencanaan maupun pada tahap
Pelaksanaan serta Operasi & Pemeliharaan (O&P).

Panduan Perencanaan SID Bendungan Urugan yang disusun oleh Direktorat Bina
Teknik ini sesuai dengan tugasnya, disiapkan melalui proses yang cukup panjang serta
telah dilakukan pengumpuJan dan pengkajian terhadap desain-desain yang dipergunakan
di proyek-proyek, serta referensi dari luar Indonesia. Banyak pendapat dan saran para ahli
sesuai bidang terkait pada Pedoman ini telah ditampung melalui acara diskusi periodik,
seminar nasional dan lokakarya, yang kemudian dimasukkan dalam Pedoman ini.

Panduan Perencanaan SID Bendungan Urugan ini tidak bersifat statist dan di
masa yang akan datang masih terbuka untuk dikembangkan dan disempurnakan sesuai
dengan kondisi yang ada

Dengan terbitnya Panduan Perencanaan SID Bendungan Urugan ini diharapkan


para petugas Dinas PengairanjProyek dan PerencanajPerancang di daerah dan pihak
terkait lainnya dapat menggunakannya sebagai acuan dalam kecepatan penyelesaian
tugas-tugas Perentariaan SID 8endungan Urugan .

Akhirnya, kaml mengucapkan selamat atas terbitnya Panduan Perencanaan SID


8endungan Urugan ini, dan sepantasnyalah kiranya kita semua memberikan apresiasi
yang setinggi-tingginya kepada semua pihak atas sumbangan yang sangat besar bagi
pengembangan Panduan ini.

karta, Julf 1999


DIRE R JENDERAl PENGAIRAN
Dalam rangka pelaksanaan kerja sama teknik dengan Pemerintah Jepang/JlCA
untuk proyek BTA-195 Bagian Proyek Pengembangan dan Pengelolaan Pengairan, Proyek
Perencanaan Teknis Pengairan/IESC Project, Direktorat Bina Teknik, Direktorat Jenderal
Pengairan, pada Tahun Anggaran 1998/1999, Unit Survai, Investigasi, dan Desain (SID)
mendapat tugas untuk menyusun Buku Pedoman SID Bendungan Tlpe Urugan.

Berdasarkan hasil diskusi per:nbahasan, telah disepakati bahwa judul buku berubah
menjadi "PANDUAN PERENCANAAN SID BEN DUNGAN URUGAN". Buku Panduan ini
terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :

Volume! Survai dan Investigasi


Analisis Hidrologi
Volume Desain Pondasi dan Tubuh Bendungan
Volume IV Desain Bangunan Pelengkap
Volume V Pekerjaan Hidromekanik, Instrumentasi dan Bangunan
Pengelak

Maksud penyusunan buku ini adalah mempersiapkan bahan standar di lingkungan


Direktorat Jenderal Pengairan, dengan tujuan untuk memberikan panduan dalam
mengadakan survai, investigasi, dan perencanaan bendungan tipe urugan.
Panduan Perencanaan ini terutama untuk dipakai sebagai panduan dJlam praktek-
praktek perencanaan bendungan yang amant bagi mereka yang berkecimpung dalam
perencanaan bendungan urugan di Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan
Umum.
Panduan ini hanya membahas metoda-metoda perencaan bendungan yang umum
dipakai di Indonesia. Tekanan diberikan pada perencanaan bendungan tipe urugan karena
merupakan tipe yang paling umum digunakan, untuk mendapatkan tingkat keamanan
bendungan yang cukup dan ekonomis.
Bahasan dalam buku ini diharapkan cukup memadai, faktor-faktor keamanan yang
dipakai di dalam metoda perencanaa)1, namun di dalam pemakaiannya tetap diperlukan
keahlian dan pengalaman di bidang perencanaan bendungan.
Mudah-mudahan Panduan Perencanaan Bendungan Urugan ini dapat
menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat bagi mereka yang berkecimpung dalam bidang
perencanaan bendungan. Akan tetapi, bagaimanapun juga tidak membebaskan pemrakarsa
atau pengguna dari tanggung jawab dalam membuat perencanaan bendungan yang aman
dan memadai.
Bersama ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan buku ini. Dan dengan segala kerendahan hati kami menerima
saran dari semua pihak Y"lng bersifat membangun untuk leblh sempurnanya buku panduan
ini dikemudian hari.

Jakarta, Juli 1999


Direktorat Bina Teknik

r. M. Napitupulu, DiPIoHEJ/
DAFTAR lSI

Halaman

Kata Pengantar ...................................................................................................... .


Daftar lsi .................................................................................................................. 11

BAB L Ul\1UM

1.1 .l'viaksud Panduan 1

1.2 Lingkup Panduan 1

1.3 Definisi, Pengertian dan Batasan ................................................ 1


1.4 Tipe Bendungan Urugan ............................................................. 5
1.5 Desain dan Pelaksanaan Konstruksi ........................................... 5
1.5.1 Dasar Pertimbangan dalam Pembuatan Desain ............. :>

1.5.2 Dasar Pertimbangan dalam Pelaksanaan Konstruksi ...... 6

BAB II. SURV AI DAN INVESTIGASI


2.1 Rencana Survai dan Investigasi 8
2.1.1 U n1 u n1 ............................................................................... 8
2.1.2 Tahapan Survai dan Investigasi ....................................... 8
2.1.3 Pedoman Survai dan Investigasi ........................................ 10
2.1.4 Lingkup Survai dan Investigasi untuk Perencanaan
Un1um (PlanIl.ing) ............................................................... 10
2.1.5 Lingkup Survai dan Investigasi untuk Desain ............... 10
2.1.6 Lingkup Survai dan Investigasi untuk Pelaksanaan
Konstruksi ........................................................................... 11
2.1.7 Lingkup Investigasi untuk Operasi dan Pemeliharaan .. 11
2.1.8 Lingkup Survai untuk Ganti Rugi ................................... 11
2.1.9 Lingkup Investigasi untuk Lingkungan Hidup ............ 12
2.2 Jenis-jenis Survai dan Investigasi ............................................... 13
2.2.1 Survai Meteorologi dan Hidrologi .................................... 13
2.2.1.1 Pengumpulan Data Meteorologi dan Hidrologi' 13

11
2.2.1.2 Pengamatan Meteorologi dan Hidrologi ............ 15
2.2.1.3 Pengumpulan dan Penyimpanan Data .............. 18
2.2.2 Investigasi Keadaan Sungai .............................................. 19
2.2.2.1 Lingkup dan Manfaat Investigasi keadaan
Sungai ..................................................................... 19

2.2.2.2 Penelitian Kualitas air .......................................... 20


2.2.2.3 Suhu Air ................................................................ 21
2.2.2.4 Investigasi keadaan dasar sungai ....................... 21
2.2.3 Survai dan Investigasi Topografi ..................................... 21
2.2.3.1 Lingkup serta rencana Survai dan Investigasi
Topografi ............................................................... 21
2.2.3.2 Survai Topografi ................... " .............................. .

2.2.3.:3 Investigasi klasifikasi ben tang alam (land form). 32


2.2.4 Investigasi Geologi ............................................................. 37
2.2.4.1 Lingkup dan prosedur Investigasi Geologi 37
2.2.4.2 Prosedur Investigasi Geologi dan Uji
Geoteknik ...................... .......................................... 49
2.2.4.3 Uji Laboratorium .................................................... 78

2.2.4.4 Pengolahan Hasil Investigasi ............................... 83


2.2.5 Investigasi Bahan Bangunan .................... ;......................... 95
2.2.5.1 Macam Pekerjaan dan Rencana Investigasi ....... 95
2.2.5.2 Investigasi Material Bendungan Tipe Urugaan . 102
2.2.5.3 Uji Material ............................................ " ............... . 110

III
BAB 1. UMUM

1.1 Maksud panduan.


Buku ini merupakan Panduan umum bagi perencana didalam penyiapan dan
pelaksanaan Survai, Investigasi den1 Desain bendungan dengan tujuan untuk
penyediaan air guna berbagai keperluan,

1.2 Lingkup panduan.


Panduan ini dipakai untuk penYlapan perencanaan dan pelaksanaan
bendungan dengan ketinggian lebih dari 15 m atau bendu-;gan yang
mempunyai ketinggian kurang dari 15 m yang volume waduknya lebih besar
dari 500.000 m 3•
Panduan ini tidak berlaku, apabila terdapatperbedaan dengan ketentuan
peraturan perundangan yang Iebih tinggi.

1.3 Pengertian dan batasan.


Pengertian dan batasan dari istilah yang dimaksud dalam panduan ini adalah
sebagai berikut:
1) Bendungan adalah setiap penahan air buatan, jenis urugan atau jenis
lamnya, yang menampung air, atau dapat menampung air, baik secara
alamiah maupun buatan, termasuk pondasi, bukit, tebing tumpuan serta
bangunan pelengkap dan peralatannya, yang dalam pengertian ini
termasuk juga bendungan limbah galian tetapi tidak tem1asuk bendung
dan tanggul (SNJ NO.1731- 1989-F)

2) Tubuh bendungan adalah bagian bendungan yang dibangun di ~tas

pondasi bendungan.

3) Pondasi bendungan adalah batuan dasar yang langsung menyangga


tu buh bend ungan.

4) Waduk adalah wadah yang dapat menampung air akibat dibangunnya


bendungan. (SNI NO.1731- 1989-F)
5) Pelimpah adalah bangunan untuk mengalirkan kelebihan air waduk
untuk menjamin keamanan bendungan dan waduk pada waktu terjadi
banjir.

6) Saluran pengelak adalah saluran yang dibuat untuk mengalihkan aliran


air selama pelaksanaan pekerjaan bendungan.

7) Bangunan elak (coffer darn) adalah bangunan sementara digunakan


untuk mencegah masuknya air dan tanah pad a galian yang diperlukan
untuk pembuatan bangunan-bangunan permanen.

8) Galeri adalah Iorong yang dibuat pada bendungan untuk tuj~an

inspeksi bendungan, injeksi semen, drainase, operasi dan peralatan


kontrot pemOmpaall dan pemantauan perilaku tubuh bendungan.

9) Ballan urugan adalah istilah umum untuk material timbunan dari tanah
dan atau batuall.

10) Bahan kedap air adalah istilah umum untuk material timbunan dengan
koefisien permeabilitas setelah dipadatkan secara teknis, huang dari
lxl0- 5·em/ det.

11) Bahan semi 1010s air adaIah istilah umum untuk material timbunan
dengan koefisien permeabilitas setelah pemadatan terletak antara lxl0- 5
em/ det dan 1x10-3 cm/ det.

12) Bahan 1010s air adalah istilah umum untuk material tiIllbunan dengan
koefisien permeabilitas setelah pemadatan lebih dad 1 x 10-3 eIT1/ det

-
13) Bahan penyekat air (water sealing material) adalah istilah umum untuk
material seperti : tallah, beton, aspaI dan sebagainya merupakan "zoJ1e"
(dinding) yang berfungsi sebagai perapat air.

2
14) Puncak bendungan adalah permukaan paling atas dad tubuh
bendungan, tidak termasuk pagar pengaman, tembok pasangan, lapis
perkerasan jalan.

15) Tinggi bendungan adalah jarak vertikal dad permukaan tanah galian
pondasi sampai puncak bendungan.

16) Debit banjir rencana adalah debit air yang digunakan unhlk menghitung
rencana muka air banjir dan menentukan kapasitas alir bangunan
pelimpah.

17) Muka air tinggi adalah muka air yang dipakai sebagai dasar untuk
perencanaan pengendalian banjir.

18) Debit rencana untuk air tinggi adalah debit yang harus dialirkan ke
sungai, oleh bendungan pengendali banjir dan sebagainya digunakan
sebagai dasar untuk perencanaan pengamanan banjir di daerah hilir.

19) l'vfuka aair banjir Rencana adalah air maksimum dibagian hulu tubuh
bendungan, pada keadaan debit banjir rencana mengalir melalui
pelimpah bedungan

20) Surcharge \'Vater Level adaJah muka air yang diperhitungkan untuk
menampung debit banjir sementara pad a bendungan yang berfungsi
sebagai pengendali banjir.

21) Muka air normal adalah muka air tertinggi selama masa tidak banjir.
. (SNI No. 1731- 1989-F)

22) Muka air terendah adalah batas rnuka air waduk teredah yang dapClt
dirnanfaatkan secara efektif.

3
23) Kapasitas total waduk adalah tampungan waduk antara dasar sungai
dan muka air normal atau muka air "surcharge".

24) Tampungan efektif adalah tampungan antara muka air terendah dengnn
muka air normal atau muka air "surcharge".

25) Kapasitas tersedia adalah volume yang dicadangkan untuk penggunaan


air pertanian, industri, tenaga listrik dan pengguanaan domestik dan
sebagainya.

26) Tampungan untuk pengendalian banjir adalah tampungan yang


diperlukan untuk penampungan sementara debit banjir dalam rangka
pengendalian banjir dan pencegahan bencana.

27) Tampungan mati adalah kapasitas waduk dimana pada kondisi ini air
tidak dapat dimanfaatkan secant grafitasi.

I -..;J.Y~-/-,.-/
Tingsi bendungan

Lebar puncak

Puncak bendl.mgan

..... _--,

Das?I por.dasi.

GEl rn bar 1.3-1 Tinggi bendungan (unhlk keperluan desain)

4
"1.4 Tipe Bendungan Urugan.

Type: Skcma Umum Ketcrang.Jn

Apabila 80 %dari seluruh bahan pemben(uk lubul~


bendungan terdiri dari bahan yang bcrgradas!
hampir sarna.
Drc.inage

Apabi!a bahan pc::1bcntuk .lubun .bcndu'.;3~ II


terdiri dari bahan ya;... g l.ulus 3!r, tetapt dtlcngkap!
dCflgan (irai kcd2.jJ aIr dl ud!kny;;.

Apabi!:l bahan p<:r.~:-c"tuk tu.ouh bcn.dunpn,lcf:


diri d:ui bahan yang lulus air, tctap! dllcr.g."~iJ! I
dengan inti kedap air yang bcrkedudukan mmng l'
ke hilir.

II
Zone inti kedap
/ .
air
,Zone lulus Apabila banan pembcn(uk !ubun bcn.dungan lef:
diri dari bahan yar.g lulus air, tctap! d!lcngkJ~l
dengan inti kcda~ air yang b:fkcdudukan Wfllka!.

Apabila bahan pembentuk lubun ben.dunganlo(cr:


Bendun diri dari bahan yang lulus air, tetap! dtleng"ap!
gan dengan dinding tidal< lulus airdi lereng ~dlknya,
yang biasanya tcrbua! dari lembaran baja lahan
Sekat karat lembaran belon bertulang, aspal beton,
lcmb~ran plastik. dll. nya.

Gambar 1.4 - 1 Klasifikasi Umum Bendungan Urugan

1.5 Desain dan pelaksanaan kOTIstruksi.

1.5.1 Dasar pertimbangan dalam pembuatan desain.


Desain bendungan harus dibuat dengan mengikuti prosedur yang berlaku
dengan memperhatikan faktor keamanan, pemenuhan fungsi, pemanfaatan
sarana dan prasarana dan material tersedia yang secara ekonomis, biaya
pembangunan, operasi dan pemeliharaan, ekonomis serta selaras dengan
lingkungan. Kaitannya dengan lingkungan, desain perlu dipertimbangkan
untuk dapat memenuhi tiga hal sebagai berikut:

1.5.1.1 Keindahan a1am di sekelilingnya agar tetap dapat dipertahankan.

1.5.1.2 Menciptakan struktur bendungan dan bangunan pelengka,pnya serta tata


ruang yang memperhatikan unsur estetika.

5
1.5.1.3 Seminimal mungkin perusakan terhadap lingkungan di sekitamya.

Perencana harus dapat mengupayakan semaksimal mungkin pemenuhan


kenga hal di atas dengan pertimbangan ekonomis

1.5.2 Dasar pertimbangan dalam pelaksanaan konstruksi.


Pekerjaan konstruksi harus dilaksanakan secara hah-han berdasarkan
ketentuan desain dan mempertimbangkan keadaan lapangan.
Untuk itu perlu dibuat rencana pelaksanaan (Cconstruction Planing) dan
manajemen konstruksi yang memadai, rasional, ekonomis dan aman.

6
Tabe! : 1.5.1-1 LINGKUP KEGIATAN PERENCANAAN DALAM PEMI3ANGUNAN I3ENDUNGAN

-.--.-.---------~ ... --

TAHAI' ASPEK ASPEK ASPEK ASPEK ASI'EK ASPEK ASI'EK


PEMBANGUNAN PLANNING SURVAI& L1NGKUNGAN DESAIN KONSTRUKSI I'EI~KI r\AAN BlA Y A OPERAS] DAN
INVESTIGASI PEMELlIIARAAN
-
r>erencanaan Formulilsi it Rencnnn Idenlifikasi Ililsnlilh • Cal1\baran Ulil1l1a
Umurn (I'lilnJ1in~) Planning Koordinasi lingkungan jiln/; Wilduk
- Tujuan l'royck - Meteorologi dan nHlnf,kin ilkiln - Kc1aynkan (viabilily)
- f\~lni\n(nl'di\f\ Air H;drolor~i limb"l KOIIslruks;
- I'encc~nltnn - Topogrn(i DesHin:
'. I3encal1a - Ceologi - Lokasi l3end ungiln
- Tipe l3endungill1

PC'TenCilJlHnll
I'endil!luluiln
· Forll1 II Insi
Planning
II RencHul\ Su rViI i~
[n vest igns i
Ilarlis
menindilkla\ljllii
· Des"in:
Lok,ts; I3endungill1
.t f\l~nCnI\H I't~I,\k~;,\n,lill\
kOllslfu ksi
• 1'<·rkifr\.lJ\ bi"y,! l'foyek • Usullll\
l'cdornan Operasi dan
(l3asic Design) · Kebutuhan Air it Survni .. saran dnl[t1l1 Stlldi - Tipt~ IJ.cnd ungaJ1 (const. planning)
..
Perneliharnnn
· Volume ltlVcslir,lIsi \\1\1 u k AND;\L/f,Kl.di1n · Til'iklllpololll',lln - l\1"nnf,"I\\('IIl I
l)cJ\1~eJ\di\linl\ DeS/lin I,I'L mdillllll\g llluulI • !v1nl\l1fl1 Operasi "<Ill
Galljir • Meteorolo!);, belldlln!)an PCD1cIiharaan
• Hal lain yang Hidrologi · Gnnf,,,nan-banglillan
Icrknit • Rejim S'"1I',II[ utalll.\
I\~Jlgopt'n\siall ~ Topot~rnfi
[J.cndullgall • Geologi
• Malerinl
• Kendnnll Lokasi

/)erencllnnall Plnllning " H-encallc\ SurvHi- MelanjlllJ..1\1\ Itndak D\·~;.,in : " I{encana peltll--snn~lal1 " Perkirt\"" bin),,, • ['edo01an. Operasi dan
Detail/Deti! Desiijn InvesliBilsi Innj\.lt snrnl1 d.,laH' ~ CHlllbarnn UtnnH\ konstruksi konstruksi (delail) Pemeliharaan
Q Survai- RKL dan Rf'l. wild II).; (const. planning) • Pengukuf"n
!nvestir;"si DetHil As bt'lul tll\gnll • H.('IlClHli\ Pl·lnkslll111nll /IlWSlircllwn!
• Mel"orolol~i, Potolll~n1\ tv1clilltnnD • lI.lelode I'daksanaal\ • Observ!lsi
J-lidrologi t"u,,11 bendllngall - Supervisi konslr"ksi • KOll1unikasi
• Rejirn SlIllij"i Balll'.unanintake • Program uji coba/ les - Peraturan-peraturan
• Topo!)rnfi 131\ n),,11 11"'1 Outlet • Sl'esifiknsi konslrll).;si Operasi
- Geolo!)i Fa~iildws Oper,\si dall · Pengend a liall
- Material I'emelih"man keatHanan
- Keadailn Lokasi - Wlld"k l", Kl'liling
lmt'\''''r''
-
Konslruksi • Survni -Investi!)asi Melanjlltkall lindak Perlltl(\h.\J1Desain • Supervisi Kotlslruksi
Tnmbahan lanjut saran d"la{l\ G Tes sclillna
- Ceolo!)i !~KL diln Rl'l. pe!akSllJlnan
- Mnteri,,1 konstru ksi

7
BAB II. SURV AI DAN INVESTIGASI

2.1 Rencana survai dan investigasi


Investigasi harus didasarkan pad a reneana yang mantap sesuai dengan tahap
pelaksanaan pembangunan bendungan.

2.1.1 Umum
Pelaksanaan pembangunan bendungan dilaksanakan seeara bertahap, yaitu: tahap
perencanaan umum, tahap investigasi, tahap desain, tahap pelaksanaan konstTuksi
dan tahap operasi dan pemeliharaan. Cakupan dan ketelitian pekerjaan survai dan
investigasi tergantung pad a tahap pelaksanaan pembangunan bendungan.
Metode survai dan investigasi dapat bersifat umum sampai spesifik, bersifat kasar
hingga rinei dan cakupannya dapat terbatas hingga sangat Iuas.

Metode survai dan investigasi dapat berupa :


1) Pengumpulan data dan survai wa\vaneara (questioner).
2) Penjajagan lapangan.
3) Survai lapangan, observasi lapangan dan pengujian lapangan.
4) Pengujian laboratorium.
5) Pemantauan pad a pasea konstruksi.
6) Investigasi tambahan.

2.1.2 Tahapan survai dan investigasi


Tahapan survai dan investigasi dalam pembangunan bendungan bisa
diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Survai dan investigasi pada tahap pereneanaan umum (Plarming).


Pereneanaan umum biasanya dilaksanakan pada tahap studi pengenalan,
namLin kadang-kadang dapat dibuat kombinasi antara beberapa tahap studi di
dalam satu tahap pelaksanaan. Demikian pula halnya dengan tahap
pereneanaan umum, preneanaan pendahuluan dan pereneanaan detail/ desain
Rind, tergantung kepada besar keeilnya bendungan yang akan dibangun.

8
Kegiatan survai dan investigasi pada tahap perencanaan umum terutama
berupa pengumpulan data untuk mengevaluasi kelayakan pembangunan
bendungan dan pemilihan beberapa alternatif lokasi bendungan. Termasuk di
dalanmya adalah studi komprehensif terhadap data yang sudah ada rnencakup
data meteorologi, hidrologi, topografi, geologi, kondisi sosio-ekonomi, sosial
budaya, dampak lingkungan yang digtmakan bersama-sama dengan data hasil
penJaJagan lapangan (field recognaissance) dan investigasi lain yang
diperlukan.

2) Survai dan investigasi pada tahap perencanaan pendahuluan.


Perencanaan pendahulua:n merupcikan bagian dari studi kelayakan. Jika tidak
dilakukan studi kelayakan, maka tahap perencanaan pendahuluan harus
dilakukan sebelurn tahap perencanaan detail (detail design).
Kegiatan survai dan investigasi pada tahap ini terutama berupa pengumpulan
data yang diperlukan untuk mengkaji lebih mendalarn kondisi cal on lokasi-
lokasi bendungan serta untuk menunjang perencanaan pendahuluan, pekerjaan
konstruksi dan perk iraan kasar mengenai anggaran biaya. Pada umumnya
penetapan rnengenai rencana pernbangunan bendungan diformulasikan pada
tahap ini, oleh karenanya investigasi harus dilakukan secara seksama agar kelak
tidak mengalami perubahan mencolo~ pada tahap perencanaan detail.

3) Survai dan investigasi pada tahap perencanaan detail (detail design)


Investigasi i..'1i terutarna berupa pengumpliJan dan pengkajian data secara lebih
rinci dan teEti guna mernpertajam tingkat ketelitian hasil perencanaan
pendahuluan dan perkiraan biayanya, sehingga akan diperoleh perencanaan
detail yang mantap dan perhitungan biaya pelaksanaan konstruksi yang lebih
rinei dan teliti.

4) Survai dan investigasi iambahan


Investigasi tambahan diperlukan guna melengkapi data pada setiap jenis
investigasi yang mernerlukanstudi lebih lanjut dalarn rangka pemantapan
rancangan ak~lir dan penetapan rnetode pelaksanaan pekerjaan yang paling

9
cocok. Oleh karenanya hal ini sangat penting guna mengantisipasi
kemungkinan terjadinya peru bahan desain.

2.1.3 Pedoman survai dan investigasi.


Survai dan investigasi terutama ditujukan untuk keperluan perencanaan umum,
perencanaan detail, pelaksanaan kontruksi serta operasi dan pemeliharaan.
Lingkup survai dan investigasi untuk pembangunan bendungan harus
diprogramkan terlebih dahulu, dan peJaksanaalUlya harus rnengikuti tata cara
metode, pedoman dan ::,candar Nasiondl Indonesia (SNI) yang sudah ditentukan.
Selama belum ada ketentuan baru, baik yang ada di dalam buku panduan ini
maupun pada ketentuan-ketentuan lain yang terpisah, pelaksanaan pekerjaan survai
dan investigasi topografi serta geoteknik, pelaksanaannya harus berpedoman pada
"Standar Perencanaan Irigasi 1986" bagian PT - 02 mengenai Pengukuran Topografi
dan PT - 03 mengenai PenyeIidikan Geoteknik.
Lingkup suvai dan investigasi khusus yang perlu dilakukan pada setiap tahap
pelaksanaan pembangunan bendungan diuraikan di bawah, namun harus dipilih
secara rasional dan effisien.

2.1.4 Lingkup survai dan investigasi untuk perencanaan umum (planning)


a) Lingkup pengendalian sungai dan rencana pengembangan
1) Kondisi dan status bendungan -. bendungan yang ada di daerah proyek.
2) Kondisi rejim aliran (debit musim kemarau, debit pada stasiun utama).
3) Potensmya terhadap pembangunan bendungart - bendungan baru.
b) Lingkup kebutuhan air
1) Kondisi yang ada berkenaan dengan penggunaan aIr untuk pertanian
(kondisi yang ada m.engenai kekurangan air)
2) Prospek jangka panjang mengenai tuntutan kebutuhan air
3) Kemungkinan rasionalisasi penggunaan air untuk pertanian.

2.1.5 Lingkup survai dan investigasi untuk desain.


1) Meteorologi, hidi"ologi (suhu, arah dan kecepatan angin, curah hujan dan aliran
permukaan)

10
2) Kondisi sungai (debit, suhu air, kualitas air termasuk kandungan sedimen dan
kondisi dasar sungai)
3) Topografi
4) Geologi teknik dan mekanika tanah
5) Bahan bangunan

2.1.6 Lingkup survai dan investigasi tmtuk pelaksanaan konstruksi.


1) Meteorologi, hidrologi (suhu, hari-hari hujan, curah hujan dan aliran
permuknan).
2) Lokasi dan jumlah bahan-bahan timbunan.
3) Penyediaan tenaga kerja.
4) Pembebasan tanah.
5) Kondisi suplai tenaga listrik.
6) Faktor - faktor sos1a1 secara umum.
7) Kondisi jalan.

2.1.7 Lingkup investigasi untuk operasi dan perneliharaan


1) Meteorologi, hidrologi.
2) Kondisi sungai.
3) Data mengenai pengaturan pengel01aan dan pemanfaatan air waduk yang telah
ada.
4) Sistem Operasi dan Perheliharaan dari bendungan yang telah ada.
5) Data mengenai supervisi keamanan terhadap bendungan yang telah ada.

2.1.8 Lingkup survai untuk ganti rugi


a) Jenis- jenis investigasi sehubungan dengan ganti rugi berkenaan dengan
fasilitas umum dan sosia1 di daerah genangan antara lain:
1) Bangunan-bangunan yang akc.n tenggelam seperti rumah-rumah penduduk,
gedung-gedung sekolah, tempat peribadatan, kantor, jalan, peninggalan-
peninggalan purbakala dan lain-lain.
2) Sumber mata pencaharian penduduk kepemilikan tanah dll.
3) Keinginan penduduk yang dipindahkan ke tempat baru (relokasi) termasuk
perubahan mata pencahariannya.

II
4) Kondisi tempat tinggal serta rencana perbaikan kondisi dan tingkat
kehidupan di daerah sekitar waduk/ bendungan .
5) Pemilihan lokasi-lokasi baru untuk relokasi penduduk.

b) Lingkup survai sehubungan dengan ganti rugi atas tanah yang tenggelam.
1) Tanah perkarangan, lahan perkebunan dan pertanian, hutan, dll.

2) Pepohonan, h.uLan produksi dan hasil produksi lainnya.


3) Keperluan lahan untuk relokasi dan penggantian prasarana mgasl dan
fasili tas d rainasi, jalan d II.
4) KeLnginan penduduk sehubungan dengan pemindahan lahan pertanian, dl!.

2.1.9 Lingkup investigasi untuk lingkungan hidup


a) Geofisik kimia :
1) Kondisi meteorologi dan hidrologi
2) Topografi dan geologi
3) Sedimen yang masuk, pengendapan dan evolusi lembah.-lembah. saluran
alam
4) Daerah yang berpotensi longsor dan tebing-tebing kritis (usaha-usaha
pencegahan bencana)
5) Muka air tanah disekitar bendungan
6) Kualitas dan kuantitas air sungai
7) Pemanfaatan air saat inil dibagian hilir rencana bendungan
8) Polusi udara/ suara dan getaran

b) Hayati:
1) Terestrial flora dan fauna
2) Flora dan fauna aquatic (nekton/ ikan-ikan, planton, ganggang-ganggang)
3) Flora dan fauna binaan
4) Flora dan fauna non binaan.

c) Sosial:
1) Sosial ekonomi

12
2) Sosial budaya
3) Kesehatan masyarakat
4) Kesehatan lingkungan

d) Sarana dan Prasarana Umum :


1) Jalan
?)
_ Janngan
T' l'IS tr'k
1

3) Jaringan telepun
4) Rumah sakit
5) dan lain-lain

2.2. Jenis-jenis survai dan investigasi


2.2.1 Survai meteorologi dan hidrologi
Kondisi meteorologi dan hidrologi pada daerah aliran sungai di Iokasi bend ungan
harus diselidiki melalui pengumpulan data dan observasi dengan tahapan sebagai
berikut:

2.2.1.1 Pengumpulan data meteorologi dan hidrologi


Jenis pekerjaan pengumpulan data meteorologi dan hidrologi mencakup suhu,
eurah hujan, evaporasi (penguapan), arah an gin, kecepatan angin, dan debit banjir.
Data tersebut digunakan untuk menetapkan kapasitas wad uk, debit banjir rencana,
tinggi dan volume tubuh bcndungan, fasilitas bangunan pengeluaran (outlet) dan
pengambilan (intake), rencana salman pengelak, desain bangunan pelimpah, serta
formulasi reneana konstruksinya.
Pada umumnya, catatan jangka panjang dan lengkap mengenai data meteorologi
& hidrologi tidak tersedia di lokasi reneana bendungan.

Oleh karena ihl observasi meteorologi dan hidrologi sebaiknya segera dilaksanakan
pada permulaan survai dan investigasi dan sedapat mungkin dilakukan pada
lokasi-lokasi yang diperlukan.
Apabila waktu yang tersedia untuk survai lapangan relahf pendek sehingga data
yang diperoleh pada jangka ·waktu. tersebut tidak eukup memadai untuk analisis,
maka harus dikumpulkan data unhlk jangka waktu yang memadai yang tersedia

J3
disekitar lokasi rencana bendungan. Korelasi antara data observasi di lokasi
bendungan dengan data yang ada di sekitar Iokasi bendungan harus dikaji secara
seksama.
Untuk memperkirakan debit banjir rencana harus di kumpulkan pula, data curah
hujan dan data debit sungai di Iuar daerah pengaliran sungai di mana bendungan
tersebut akan di bangun.
Pengamatan pada stasiun-stasiun yang baru dibangun harus terus menerus
dilakukan sampai dengan tahap operasi dan pemeliharaan. Jenis-jf>nis pekerjaan
studi yang diperlukan untuk perencanaan umum (planning), desain dan
pelaksanaan pekerjaan konsh'uksi bendungan serta hal-hal yang berkaitan dengan
meteorologi dan hidrologi lihat tabe12.2.1-1 dan untuk analisis debit banjir rencana
harus mengacu kepada SK SN1 M-18-1989-F mengenai "Metode Perhitungan Debit
Banjir" dan SNI 03-3432-1994, mengenai "Tata Cara Penetapan Banjir Desain".

14
Tabel 2.2.1 - 1 Data meteorologi dan hidologi yang di perlukan

Tujuan Data yang diperlukan Keterangan

Penetapan banjir desain. 1. Curah hujan harian - Analisis aUran


maksimum pad a tiap- permukaan (runoff)
tiap tahun. dengan hidrograph( data
2. Curah hujan maksimum ?: 30th).
l,2A,8 pm pada tiap - Bila data yang tersedia
tahun. di reneana lokasi
3. Pola ditribusi hujan bendungan,pendek(20-
lebat. 30 th) dapat digunakan
analisis regional yang
merupakan gabungan,
data dari berbagai DPS
disekitamya.

Perkiraan debit jangka Hujan harian, debit rata- Bila data harian di Iokasi
panjang untuk Operasi rata harian dan evaporasi. bendungan, datanya tidak
dan Pemeliharaan eukup panjang, perlu
Bendungan. dikumpulkan data hujan
harian dati DPS di
sekitarnya.

Perkiraan tin g g i Arah angm dominan Dapat digunakan data dari


gelombang. tahunan dan keeepatan daerah di sekitarnya.
tahunan maksimum.

Perkiraan jumlah hari Jumlah hari dengan Dapat digunakan data dari
kerja untuk Pelaksanaan keadaan hujan lebih keeil daerah di sekitarnya.
Konstruksi setiap tahun. dari hujan tertentu yang
ditetapkan.

2.2.1.2 Pengamatan meteorologi dan hidrologi


a) Curah hujan
Untuk mendapatkan hasil an211isis yang akurat, pada daerah yang berbukit arau
daerah pegunungan, sebaiknya dipasang satu stasiun pengamatan eurah hujan
per 50 km 2 dan satu stasiun pengamatan eurah hujan per 100 km 2untuk daerah
dataran rendah atau pantai.
Instrumen yang seyogyanya dipasang adalah pencatat eurah hujan harian atau
bulanan dengan keeepatan putaran kertas 12 mm/jam. Untuk DPS 50 km 2,
peneatat curah hujan tiga bulanan dengan keeepatan kertas 6 mm/jam.
Paling sedikit satu alat peneatat hujan harian dan sahl peneatat hujan bulanan

15
harus dipasang di daerah penga:liran sungai yang diamati.
Dari tiga tipe alat pencatat hujan yaitu tipe "tipping bucket", tipe" storage" dan
tipe "weighting", maka alat pencatat tipe "tipping bucket" 0,5 mm di
rekomendasikan untuk digunakan.

b) Aliran sungai
1) Penetapan stasiun pengamat muka air
Stasiun pengarnat muka air sebaiknya dipasang pada lokasi sbb :
(1) Di hilir lokasi bClldungan yang bebas d2ri pengaruh perubahan kondisi
topografi akibat konstruksi bendungan dan perubahan rejim sungai.
(2) Di bagian sungai yang lurus pada jarak tertentu dengan kemiringan dan
potongan meIintang sungai tetap.
(3) Ditempat dimana muka air hilir yang diperoleh digunakan 1lntuk desain
peredam energi bangunan pelimpah.

2) Instrumen pengamat muka air dan metode pengamatan


Instrumen yang digunakan sebaiknya Automatic Water Level Recorder
(AWLR) atau pencatat muka air otomatis yang sederhana dan handal.
Terdapat dua tipe pencatat muka air otomatis yaitu tipe tekanan dan tipe
apung. Alat yang digunakan adalah pencatat dengan kertas dengan
kecepatan 10-18 mm/jam dan skala 1 : 5.
Di pos pencatat, harus dipasang juga papan skala.
Debit sungai dihitung berdasarkan berbagai kecepatan aliran yang diukur
daTi beberapa titik pengamatan pad a penampang melintang sungai.
Pengukuran kecepatan aliran sungai merupakan dasar yang harus
dilaksanakan untuk menghitung debit sungai.
Dengan menggunakan Iengkung debit ("~ating Curve") yang
mencerminkan hubungan antara debit (Q) dan tinggi muka air (h), debit
sungai pada waktu tertentu dapat diperkirakan dari tinggi muka air yang
diukur oleh pencatat.
Ada beberapa metode pengukuran kecepatan aliran yaitu dengan
menggunakan pengukur arus (current meter), alat pelampung (float), dan
lain-lain.

16
Dad berbagcli metode tersebut, pengukuran dengan pengukur arus (current
meter) lebih umum digunakan dan hasilnya dapat diandalkan. Pada metode
dengan pelampung, digunakan pengapung pem1ukaan, batang pengapung
dan lain-laLT1. Namun metoda ini kurang umum digunakan karena
ketelitiannya rendah, disebabkan oleh angin dan arus, kecuali dalam kasus
banjir besar dimana tidak dapat digunakan metode yang lain.
Untuk membunt lengkung debit (ri'l.ting curve) mengacu pada SNI No. 03 -
2822 -1992.

3) Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengamatan muka air


Perubahan potongan melintang pada lokasi pencatat muka air sungai harus
dicatat, karena lengkung debit yang dibuat hanya dapat diterapkan pad a
potongan melintang tertentu.
Dengan demikian, kurva tersebut tidak dapat diterapkan pada potongan
melintang lain yang berbeda cukup besar dari potongan awal yang
digunakan sebagai dasar.
Pengukuran topografi melintang dan memanjang sungai serta pengukuran
debit umumnya dibuat berulang-ulang, disebabkan karena potongan
melintang sungai cenderung mengalami perubahan yang cukup besar setiap
datangnya banjir.
Apabila terjadi perubahan yang cukup besar pada potongan melintang
sungai maka diperlukan revisi dari "Rating Curve".
Pada umumnya kesempatan untuk mengukur debit banjir besar sangat
terbatas dan pengukuran kecepatan pada \vaktu-waktu tersebut dapat
terjadi kesalahan yang cukup besar, sehingga rating curve yang diperoleh
kurang dapat diandalkan.
Pengukuran ketinggian dan debit, tidak hanya dilaksanakan pada debit
kecil saja, namun pengumpulan data pada debit banjir Juga harus·
dikerjakan. .
J?engan demikian instrumen atau fasilitas yang cukup harus siap tersedia
untuk mengukur debit banjir secara aman dan tepat pada lokasi yang
ditentukan.

17
2.2.1.3 Pengumpulan dan penyimpanan data
1) Curah hujan
Data curah hujan yang tercatat dari masing-masing alat penakar hujan,
diku111pulkan semuanya, ditabelkan dan dimasukkan ke dalam data induk. Ada
dua macam. tabel yang perlu dibuat, yaitu tabel cmah hujan sehap jam. dan tabel
cmah hujan spesifik yang berisi catatan hujan-hujan besar. Semakin panjang
data curah hujan yang berhasil dikum.pulkan, berarh akan semakin baik pula
hasil analisis probabilitasnya.
Data dengan periode pencatatan sckurang-kurangnya 30 tahun, merupakan
data yang diinginkan, karena dari data tersebut dapat diperoleh angka-angka
probabilitas yang dapat diandalkan.
Untuk keperluan analisis aliran air permuka2m (runoff) untuk DPS yang
luasnya kurang dari 5 km 2 diperlukan data curah hujan sehap setengah jam,
sedangkan untuk DPS lebih dari 5 km 2 diperlukan data curah hujan sehap jam.
Tabel dad hujan-hujan spesifik diperlukan untuk anaIisis karakter debit
puncak.
Harus dikumpulkan juga data hujan lebat diatas normal misalnya yang lebih
besar dari 100 mm/24 jam, serta catatan untuk hujan jangka pendek 6 sanlpai
12 jam termasuk sebelum dan sesudah puncak hujan.
Dalam hal satuan waktu kejadiannya, hujan 10 menit digunakan untuk DPS
kurang dari 5 km2 dan 20 menit untuk DPS lebih dari 5 km 2•
Pada waktu yang bersamaan harus dikumpulkan pula hujan maksimum 1/2/
1, 2/ 4, 8 dan 24 jam.
Data induk ini harus disimpan hingga tahap operas 1 dan pemeliharaan
bendungan.
:tv1engingat data yang diperoleh dari stasiun curah hujan yang baru dipasang
pad a saat investigasi durasinya sangat terbatas, maka periu dikumpulkan data
curah hujan catatan jangka panjang dari stasiun DPS lain yang berdekatan
dengan rencana lokasi bendungan. Data curah hujan yang dikumpulkan dari
stasiun DPS lain/ harus disusun dan di siapkan/ diolah seperti penjelasan
terse but diatas.

18
2) Data aHran
; Data hasH observasi muka air dan perkiraan debit harus disimpan dalam dua
tabeL yaitu :
Tabel pertama hubungan muka air dan debit setiap jam, dan
Tabel kedua catatan debit-debit spesifik

Tabel pertama, cligunakan sebagai dasar analisis aHran permukaan (runoff


analysis). Untuk DPS < 5 km 2, pencatatan muka air debit dilaksanakan setiap
setengah jam, sedang untuk DPS > 5 km 2 pencatatan dilakukan setiap jam.
Kecuali pacla keadaan banjir, pencatatan dapat dilakukan setiap 2 - 6 jam.
Tabel kedua, yaitu tabel catatan debit spesifik, digunakan untuk menguji
karakter debit puncak. Kejadian-kejadian hujan besar yang erat kaitannya
dengan terjadinya debit spesifik, dicatat dan dikumpulkan didalam tabel hujan
spesifik, dan pada saat yang sarna, sebaiknya dibuat pula tabel debit 10 menitan
untuk DPS < 5 km 2, dan tabel debit 20 menitan untuk DPS > 5 km 2 .
Perlu dicatat pula, waktu terjadinya debit puncak.
Data dan informasi banjir terbesar yang tercatat di rencana Iokasi bendungan
perlu dikumpulkan sebanyak mungkin dari pengamatan tanda-tanda banjir,
dokumentasi yang pernah dibuat, serta kesaksian dari penduduk setempat.
Data banjir maksimum tahunan dari sungai-sungai di daerah sekitarnya yang
mempunyai kesamaan aspek meteorologi, topografi dan permukaan tanah
dengan sungai dimana akan dibangun bendungan perlu dikumpulkan pula.

2.2.2 Investigasi keadaan sungai (Investigation for River Conditions).


Gambaran mengenai keadaan sungai harus diketahui lebih dahulu sebelum
. pembangunan bendungan, melalui pengumpuJan data, observasi dan pengujian.

2.2.2.1 Lingkup dan m<titiaat investigasi keadaan sungai


Investigasi ini dilakukan untuk mengetahui keadaan sungai pad a saat sebelum
pelaksanaan konstruksi bend ungan.
Lingkup investigasi uli meliputi debit sungai, suhu air, kualitas air, keadaan dasar
sungai dan lain-lairmya.

J9
Data tersebut merupakan dasar investigasi untuk mengetahui hal-hal sebagai
berikut:
1) Volume dan susunan sediman (debit dan keadaan dasar sungai);
2) Air balik (back water) di hulu waduk dan sedimen (keadaan dasar sungai);
3) Pemilihan bangunan pengantbilan/ intake (debit; kualitas air, suhu air dan
keadaan dasar sungai);
4) Pemeliharaan terhadap fungsi normal sungai (kualitas air, suhu air, debit).

Data yang diproleh dari investigasij penelitian keadaan sungai akan digunakan
untuk perencanaan bendungan antara lain untuk analisis sedimentasi, perubahan
kualitas dan suhu dan perkiraan kondisi lingkungan sesudah pembangunan
bendungan, oleh karena itu gambaran mengenai keadaan sungai sebelum
pelaksanaan pembangunan bendungan benar-benar harus dipahanli.

2.2.2.2 Penelitian kualitas air


a) Penelitian kualitas air meliputi :
1) Tes kualitas air.
2) Studi mengenai sumber polusi air dan beban polusi.
3) Studi perkiraan mengenai pencemaran air akibat pembangu. nan bendungan.
4) Studi mengatasi pencemaran.

b) Penyebab utama dari pencemaran air terdiri dari :


1) Air keruh yang dibawa banjir.
2) Limbah penduduk.
3) Limbah industri.
4) Bahan tambang dan sumber air panas (termasuk limbah alamiah) dan
5) Gulma air

Metode investigasi dan upaya-upaya pencegahan pencemaran, berbeda-beda


untuk setiap jenis pencemaran tergantung kepada zat-zat pembentuk
pencemaran (polluting substanses) dan sifat khususnya.

20
2.2.2.3 Suhu air
Suhu air sungai harus diamati bersama-sama pada saat peneiitian debit sungai dan
penelitian kualitas air sungai, pada saat itu perIu diamati pula keadaan cuacanya.

2.2.2.4 Investigasi keadaan dasar sungai


Termasuk lingkup Investigasi keadaan dasar sungai adalah : pengukuran profil
memanjang sungai, profil melintang serra penelitian materidl dasar sungai.

2.2.3 Survai dan investigasi topografi.


Keadaan topografi di darah aliran sungai, waduk dan rencana lokasi bendungan
harus diketahui lebih dahulu melalui pengumpulan data serta pengukuran dan
pemetaan topografi.

2.2.3.1 Lingkup serra rencana survai dan investigasi topografi


Pekerjaan investigasi topografi diperlukan antara lain untuk :
1) Memperkirakan volume calon waduk.
2) Menentukan tipe dan kedudukan calon bendungan serta bangunan-bangunan
pelengkap dan penunjang seperti ban gun an pelimpah, bangunan pengambilan,
jalan kerja juga untuk rnernperkirakan stabilitas lereng.
3) Menentukan luas daerah yang perIu dibebaskan.
4) Memperkirakan kendala-kendala yang akan tirnbul berkaitan dengan pondasi
bendungan.

Rona topografi rnerupakan hasil dari kegiatan geodinarnic masa lalu seperti
pergerakan tanah, kegiatan volkanic, dan geomorfologi (pelapukan dan erosi). Hal
ini berarti rona topografi rnencerrninkan rona geologi, kekerasan batuan, struktur
geologi seperti pelapukan dan fraksi-fraksi yang dapat diinterpretasikan melalui
photo udara, peta kontur, dan pengamatan topograh di lapangan.
Narnun pola topografi hanya rnernperlihatkan rona geologi secara adak Jangsung,
rnaka sangat diperlukan pengetahuan untuk rnengidentifikasi hubungan antara
geologi dan rona topografi.
Investigasi geologi harus dikerjakan secara intensif sejak awal studi pemilihnn lokasi

21
dan tipe bendungan.
Pada awal studi faktor-faktor renting seperti patahan, penggeseran tanah, depresi
pada cekungan waduk dan bocoran harus betul-betul sudah diketahui lebih dahulu
untuk menghindarkan terjadinya perubahan mendasar pada rencana pelaksanaan.
Selama investigasi geologi, perlu dilakukan pengukuran dan pemetaan untuk setiap
tahapan, misal tahap Perencnaan Pendahuluan (basic design), datail desain dan
pelaksanaan konstTuksi.
Investigasi seperti tersebut di atas dapat diklasifikasikan menjadi dua katagori,
yaitu survai topografi dan investigasi klasifikasi ben tang alam (land form).
Ketelitian dan cakupan dar~ masing - masing investigasi diperlihatkan pada tabel
2.5-1

22
Tabcl 2.2.3-1 Jcnis dan rencana invcstigasi topografi pada tia p taha p investigasi bcndungan.

TABAr' IUNGKASAN SURVAI TOl'OGHAFI INVESTIGASJ KLASIFIKASI llENTANGAN ALAlv!

INVESTIGASI

Inv('stil;nsi untuk Dil'ilih 2 iltilll 3 I II It' r I' rd a s i 1\'la tOl'or,rafi OJ'S Invesligasi I<liI!dfikasi !lentiln!; Alalll
I{ c' 1\ C II 1\ II usulill\ lukllsi PC!.I It'I)'' (I :50.000 - I : 25.000)
Menyeluruh bendllngilll dill) loto Pengumpulan petn 101'0 Pela klasifikasi bentill1g alam 1 : 50.000 - 1 : 25.000 (nwlKilku p selu rub Df'S
(Ovenall Olan) 11 d r i\ (1:5.000 -1: 10.000) ll1i1sin!~-masinl~ \ls\ll"n lokasi bendul\f,iln dcnr;an indibsi pCrlnils.l!"han
{I \.' 11 i) 4111 Mencnkup renCilna loka,i bendungall, 1l1ilSilll~-lllilSil1[; lokasi).
sll,.!reosi...'ope daerah 0cnangan (disfHftnkan
menenkup selllrllh Of'S) Pela klasifiknsi bental1g ,daIn 1 : 5.000 - 1 : 10.000 (mencak\ll' usuIan lokasi
bendungal1, tampungan, lokasi bahal1 limbllnan dan xkelilin!~nya; interpretasi
[010 lIdara dcngan stereoscope unluk !l\engidcnlifikasi Inasalah) ..
Investig"si unluk Surv"i pendailuluan Pcn~llkuran • Pcta topografi lokasi eli bendungall .
perencanaan llnrllk Reneana pol i g 0 1\, 1 : 500 - 1 : 1000 inlerval kontur 1 - Invesligasi gcologi.
pendahuluan Men y e I II r u h , tria ng ulils i 2m
(llasic Design) diJaksanakan pada dnn sipat Dari hasil klnsifiknsi bcntnl1u alnll1, npnbiln lokasi cajon belldun{~all ternyata
loknsi yang dil'ilih dntj\r. dinil"i tid"k Inyilk diballgtln kllrell" kead"aIl geolof,i yang lidak b"ik, sepcrli
• Sipat datar mcmanjang pM!" lokasi longsoran , sesar aktif alau apabiJa daerah genaJ\gi\!\ terbenluk dari baluan
Diputuskan tipe bendungan 1: 200 - 1: 500 yang !l1udah lantt, atilu tanah dasilr yang bocor, atau menunjukkan zona
bcndungan; gillnbar • Sipat datar mclintanr, pada lokasi polensi longsor, lokasi calon bcndungall agar dilinggalkan dan pindah kelokasi
UllHIIH ; tntu Jetllk bend U111;.\I\ 1 : 200 - 1 : 50() lain.
ban b llnill1
dibllat dllil

Pcrcncal1nan Apabila biny" penggaliilll malerial "tau pcrvaiknll kl"tsUS lebih alllan dan
Pelldnhuillilll. Pet" lOpo dnernIt genHilgnn "kOIH)!"i.- dllri I'adn pindllh kelokllsi baril, maka perlll dilakll!..illl I'cnydidikull
1 : SOO - 1 : 5.000, inlerval konlur Jill gcologi seeMa rinci untuk llleldorlllulasikan pcni\p/;ulangallIlYil.
untuk daerah datar, 2 - 5m daerab
lainnya Sclanjutnya, perItt dipasang tilik konlrol untuk mclanjulkan invesligasi pada
lal",!)all konstrllksi dan sUl'ervisi. Pnda Inbal' inveslig"si illi, pela lopogm{i
Investigasi uIItuk SUrYid t,unudliat\ yanf, digunakan biasanya dipaklli skala 1 : 500
percncanaan Delail dilaks<lnilkiln unluk • ProCiI memanjang IVilduk
(Detail Design) melengkapi dala 1 : 200 - 1 : 500
yung Id.d\ IId.1 pildil
tilhilfMll Pcrenci\naan Peta topo lokasi pengaI11bilan bahal1
l'end"huluan. limbunan 1 : 500 - 1 : 1000

23
Pelaksanann dnn Pemnsan!)nn profil Pen!)ukurnn I~II\ lelnk I"hill
Pent;awnsan. berbn!)lli bIlIl!)lIilllll. lx~lldllnf,nn dOl" f~!lclll·.\-.·'Plly"
I : 100 - I : 200 (1''':Il'Il~Il''I''''1l 1',,01.1)
Pemasnn!)an titik
kontrol unt"k Pengukuran topogrnfi IlIltllk l'olld,,,j
pengnl1liltiln tllbuh bcndul1!)fln dellgall !: 100 - I : :?OO
bcndunr,fln. (den!)nn intervril konlur ulltll\-.
inspeksi dusar pondnsi)

t'l,.~I\~;lI~\lrHI\ 1x"IHlull1',I\" dHIl


bllnf,lIl1nl\ pd1.'llgknl'ny" ),""1; ~\ld.lh
dilaksunukun den1)i\n SKa 1,1 1 : 200

Penl~lIk\lrnn ,il'lIl dntnr T111'llllllljlllll'.


bcndull/;1l1\ <1.111 bl\I\[;UI\IIII
pclcngknpnyn sclaJl1fl percob,,"n
pcngisinl1 wnduk

.-~--,------.,--~ ..- -~---~.-.---.------

24
2.2.3.2 Survai topografi
a) Penyiapan ;:lata pada Daerah Aliran Sungai
Peta daerah aliran sungai, peta jaringan sungai dan peta garis (lineament) harus
disiapkan dengan menggunakan peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000.
Peta Daerah Aliran Sungai harus digunakan sebagai data dasar untuk survai
meteorologL hidrologi dan survai sedimentasi.
Peta jaringan sungai dapat diguTlakan untuk meng-identifikasi kondisi geologi
dan daerah-daerah longsoran.
Peta garis yang mencakup daerah yang Iuas termasuk cekungan waduk, bisa
digunakan untuk meng-interpretasikan struktur sesar dan garis tektonik.

b) Waduk dan sekitarnya


Pada tahap awal investigasi, diperlukan pengukuran dan pemetaan yang
mencakup areal cukup Iuas untuk menetapkan kapasitas waduk, pengaturan
tata letak bangunan penunjang, rencana pemindahan jalan dan pembuatan jalan
kerja, perkiraan Iuas pembebasan tanah dan ganti ruginya, pemetaan geologi
di wad uk dan sekitarnya, investigasi bah an tinlbunan ditempat pengambilan.
Oleh karena itu peta topografi untuk keperluan desain, diperlukan ketelitian
yang tinggi.
Pelaksanaan pengukuran dan pemetaan harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Daerah yang harus diukur
Daerah yang di ukur harus cukup Iuas, mencakup semua alternatif lokasi
bendungan dan paling tidak harus mencakup sampai :
(1) Daerah di atas elevasi mercu bendungan setinggi 20 % tinggi
bendungan.
(2) Daerah sejauh 50 m di kananj kiri tebing tumpuan ( abutment) dan
kurang lebih sejauh 100m di hulu dan hiEr tumit (toe) bendungan.
Untuk daerah 1andai diperlukan pengukuran lebih jauh lagi kearah hiliy.
(3) Daerah yang diperkirakan masuk di dalam lereng galian yang panjang.

25
2) Skala
Skala yang digunakan tergantun~ pad a luas cekungan waduk. Stan dar skala
yang bias3. di pakai bisa di lihat pada tabel 2.2.3-2, dengan interval garis
tinggi (contour) berkisar antara 1m, 2m, dan Sm

TabeI2.2.3-2 Luas daerah gcnangan waduk dan skala peta yang lazinl digunakan.

Luas daerah Skala


genangan waduk
Untuk rencana Untuk Rencana
keseluruhan Pendahuluanfbasic design

lebih 100 ha 1 : 2.000 - 1 : 5.000 1 : 1.000 - 1 : 2.000


50 - 100 ha ·1 : 1.000 - 1 : 5.000 1 : 1.000 - 1 : 2.000
di bawah 50 ha 1 : 1.000 - 1 : 2.000 1.: sao -1: 1.000

Tab212.2.3-3 Skala penguku::an detail dan interval kontur.

Interval Konhlr kontur kontur tambahan kontur


kontur menengah indeks setengah interval tambahan
Skala (m) (m) kontur (m)
(m)
1: 5.000 5 25 2.5 1,25
1: 2.000 2 10 1.0 a,s
1: 1.000 1 5 0,5 0,25
1: 500 1 5 0,5 0,25

3) Lengkung hubungan kapasitas tampung dan luas genangan


Dad peta daerah genangan yang dilengkapi kontur, luas genangan pada
setiap elevasi dapat diketahui dengan cara mengukur luasan tersebut pada
peta dengan planimeter, selanjutnya dapat diplot hubungan antara elevasi
dengan luas daerah genangan.
Kapasitas tampung dapat diketahui dengan m'enjumlahkan luasan setiap

26
kontur dengan rumus trapesoidaL Sesuai dengan rumus trapesoidal volume
"V" diantara dua kontur pada interval"h" yang mempunyai luas Av dan
A2 dapat diperoleh dad persamaan

...... (2.5 - 1)

Volume dapat pula dihitu..'1g dengan rumus SLJ:1pSon. Sesuai dengan rumus
Simpson bila jumlah kontur ganjil (misal n) volume dapat diperoleh dari
persamaan:

== luas kontlIr ganjil


= Iuas kontur genap
Dalam hal jumlah kontur genap (misal m), volume dapat diperoleh dari
persamaan:

v = 2~ I(A~ +A. + ...... A ,) + 2(A + ,\. +


J L '+ fl. 1 r 3 .......
+A m-l )/ ....................... (2.5 - 3)

Kapasitas tampung waduk pada setiap elevasi dan luas genangan pada
setiap elevasi diplot bersama-sama di dalam sebuah grafik seperti
diperlihatkan pada gambar diba\:vah.

27
Grafik ini sangat berguna pad a perencanaan umum sebuah wad uk.

R.£5. U:VU- -
:v.:f<'A;(.
t--_
---.. -----T-- r ! -
. k----l
--~,,« I
~'
oJ
c:: 500
....
ql- ..... ,~('
":;: (.t" ..... <(

f- - Y ~_~o §!.9S~§~ li-.'!:.U. T~-'ft-. .


o .1,.(>0 / I '~i
!= - /
-<
G
oJ
/ "1'\
l/
w
'\
JOO \
o o-so - I-a \-5 1-0
40 JO :0 to a t".y\
- < - WATER 5PRE.A..D 1000 h-cd.

Gambar. 2.2.3 -1 Hp.bungan lengkung kapasitas tampung dan luas


genangcm.

c) Lokasi bendungan dan sekitamya


Pengukuran di lokasi bendungan hanls di laksanakan dengan ketelitian yang
tinggi untuk mendapatkan desain yang mantap dari bangunan pelimpah,
bangunan pengambilan serta bangunan penunjang sementara, juga untuk
menghitung \'olume timbunan, galian pondasi dan timbunan kembali.
Pengukuran yang dilaksanakan ternlasuk pengukuran potongan memanjang,
melintang as bendungan dan pemetaan Iokasi bendungan.
1) Pemetaan lokasi bendungan
Pengukuran dalam rangka perencarlaan struktur seperti bangunan
pelimpah, bangunan pengambilan, bendungan pengelak, saluran pembuang
sementara, kantor pengendali, konstruksi jalan dan lain-lain, tidak hanya
dilakukan di lokasi bendungan tetapi juga harus mencakup daerah yang
cukup luas di sebelah hulu dan hilir lokasi bendungan.
Demikian pula pada kedua tebing tumpuan, pengukuran harus cukup luas
di atas mercu bendungan termasuk Iokasi rencana bangunan pelimpah dan
bangunan penunjang lainnya.
Pada umurnnya pengukuran dengan skala 1 : 500 sampai 1 1000,
digunakan interval kontur 1 meter dan tidak lebih dad 2 meter.
Batas - batas pengukuran ditetapkan sepanjang kurang lebih 4 kali tinggi
bendwlgan ke arah hulu dan hilir dad as bendungan dengan lebar kurang
lebih 3 kali jarak tebing tumpuan atas (panjang bendungan) atau dua kali
tinggi bend ungan.

28
Pada dasarnya pengukuran harus dilakukan secara teristris .
Peta lokasi bendungan (plan) harus mencakup dan menunjukkan:

(1) Tata letak tubuh bendungan, beserta bangunan - bangunan utama,


menunjukan hubungan bangunan-bangunan utama antara lain: as
bendungan, tata letak tubuh bendungan, terowongan, saluran, bangunan
pengambilan, bangunan pelimpah dan bangunan pelengkap lainnya.

(2) Lokasi survai seismic penyeIidikan gempa, lobang bor, terowongan


penyelidikan (adil), garis patahan dan lain sebagainya.

(3) Judul, azimuth, skala, nomor lembar dan tanda tangan penanggung
jawab.

2) Sipat datar / "vater pas potongan memanjang tubuh bendungan


Patok-patok pengukuran sipat datar memanjang tubuh bendungan
dipasang setiap jarak 10 sampai 20 meter terganhmg keadaan medan, untuk
medan yang bergelombang atau permukaan yang bdak rata, diperlukan
patok-patek tambahan.
Pada kedua titik ujung poros tubuh bendungan harus dipasang, patok-
patek tetap. Patok-patok tetap tersebut dipasang dengan ketelitian tinggi
ditempat yang aman dari gangguan selama
, pelaksanaan konstruksi.
Untuk menjaga kemungkinan kesalahan dalam pekerjaan pengukuran
pelaksanaan konstruksi, perlu dipasang patok - patok referensi lain
ditempat yang lebih aman.
Untuk potongan memanjang tubuh bendungan, arah tegak dan mendatar
digambar dengan skala yang sarna, biasanya berkisar 1:200 sampai 1:500
tergantung pada bentuk cekungan waduk, perbaikan pondasi dan roman
(features) bendungan.
Pada gam bar peta, bagian sebelah kiri dari profil memanjang menunjukkan
tebing kiri.

29
Potongan memanjang harus melintasi bangunan pelimpah, dan atau
bangunan-bangunan struktural lain, atau sepanjang mercu tubuh
bendungan.
Potongan memanjang tubuh bendungan harus mencakup dan
menunjukkan:
(1) Nomor stasiun, yang penomoran dan pengukuran jaraknya di mulai
dari tebing kiri.
(2) Jarak Interval
(3) Jarak tambahan
(4) Ketinggian tanah
(5) Kedalaman galian pondasi
(6) Ketinggian pemotongan/ ketinggian tebing
(7) Rencana ketinggian timbunan
(8) Elevasi bagian yang tidak dilimpahi air waduk dan elevasi puncak
bendungan
(9) Elevasi banjir rencana, elevasi muka air tambah (surcharge water level)
(10) Elevasi muka air penuh, batas muka air selama musim banjir, muka air
terendah.
(10) Lokasi dan potongan melintang terowongan pengambilan, saluran
pembuang sementara dan bangunan pelimpah.
(11) Lokasi sumur uji" dan titik pengeboran termasuk bore hole logs bila
1/

diperlukan.
(12) Penyebaran batuan pondasi, perbaikan pondasi dengan injeksi semen.
(13) Judul, skala, nomor gambar dan tanda tangan penanggung jawab.

3) Sipat datar potongan melintang


Sipat datar potongan melintang mempunyai penman penting dalam
perhitungan volume timbunan dan gaIian serta diperlukan untuk
mengevaluasi perbaikan pondasi.
Pengukuran dilakukan pada setiap patok dan patok tambahan yang
dipasang selama pengukuran potongan memanjang, dan paling sedikit

30
sampai 20 meter diluar tumit (toe) bendungan huIu dan hilir,
Apabila diperlukan adanya perbaikan pondasi, sepe,rti selimut (blanket),
sumur peresapan (relief wall) atau perbaikan pada patahan, keadaan
geologi dan bag ian yang harus diperbaiki "harus di plot pada gambar
potongan melintang.
Pengukuran sipat datar potongan melintang juga harus mencakup patahan
dan daerah di luar si..l1gkapan 1010s air.
Bagian kiri dari po tong an melintang menunjukkan bagian hulu.
Potongan melintang harus mencakup dan menunjukkan :
Permukaan tanah dan elevasinya pada setiap stasiun
Potongan melintang tubuh bendungan dan elevasinya
Bagian yang harus digali dan ditimbun pad a setiap stasiun
Judul, skala, nomor gambar dan tanda tangan penanggungjawab

d) Tempat penggalian bahan timbunan


Investigasi bahan timbunan harus diIaksanakan bersamaan dengan investigasi
pondasi.
Untuk pengukuran awal kegiatan tersebut diatas diperlukan peta topografi
skala 1 : 5000 ~ 1 : 2000. Apabila lokasi sudah pasti, diperlukan pengukuran
detil dengan skala 1 : 500 - 1 :1000.
Daerah yang diukur harus cukup Iuas untuk mempelajari stabilitas lereng alam
dan dampak lingkungan setelah selesainya penggalian.
,

e) Pekerjaan pengukuran lain


Pekerjaan pengukuran lain yang diperlukan, di susun pada tabel 2.2.3-4

31
Tabel 2.2.3 - 4 Jenis pekerjaan pengukuran

No. Pekerjaan Pengukuran Jenis Tujuan

1. Sipat datar (leveling) • Sipat datar Pemasangan titik kontrol yang


diperlukan untuk pengukuran
bendungan

2. Pengukuran perrmukaan • Sipat datar Penentuan luas pembebasan tanah,


waduk • Pengukuran as waduk pemasangan patok batas
permukaan waduk

3. Penguk~ran jalan • Sipat datar potongan Pengalihan jalan dan pembua~n


memanjang dan jalan masuk/jalan kerja.
melinta.ng
• Pemetaan situasi

4. Pengukuran Pengukuran titik kontrol Pembebasan tanah.


pembebasan tanah dan pemetaan
topografi/ pemetaan

:J. Pengukuran selama Sipat datar potongan Kontrol dimensi.


pelaksanaan kontruksi memanjang dan
melintang

6. Pengukuran sipat datar Sipat datar potongan Perhitungan kapasitas wad uk.
potongan memanjang memanja."1g dan
dan melintang waduk melintang

7. Pengukuran sipat datar Sipat datar potongan Perhitungan volume sedimen.


potongan melintang melintang (Pendugaan
secara berkala kedalaman air)

2.2.3.3 Investigasi klasifikasi bentang alam (land form).


Rona topografi diklasifikasikan dengan peta topografi skala 1 : 25.000 atau peta garis
tinggi yang lebih teliti. Pengamatan topografi di lapangan, dan interpretasi photo
udara dapat digunakan untuk memperkirakan masalah yang akan terjadi di lokasi
bendungan pada saat pelaksanaan konstruksi.
Untuk interpretasi peta topografi ini sebaiknya dilakukan oleh seorang ahli geologi
yang berpengalaman.
Hal-hal umum yang berkaitan dengan pengklasifikasian bentang alam dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Perlunya investigasi
Semakin lama, semakin sulit mendapatkan lokasi bendungan yang memiliki
topografi dan geografis ideal. Oleh karena itu perlu ada upaya untuk mengatasi
J

masalah ini.
Peningkatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi sipil dengan cara mekanisasi
besar-besaran,dapat berakibat terganggunya stabilitas lereng" karena
berubahnya beban secara tiba-tiba akibat penggaHan yang sangat pesat.
Perlu diketahui faktor-faktor utama yang sangat berpengaruh pada pelaksanaan
konstruksi seperti keadaan topografi dan geologi di lokasi bendungan,
terbatasnya waktu peIaksanaan konstruksi serta semakin meningkatnya
penggunaan alat-alat berat dalam skala besar.
Usaha-usaha untuk mengatasi hal tersebut, harus diformulasikan berdasarkan
investigasi geo!og1 detail, simulasi analisis dan perkiraa.l1 gempa jangka panjang.
Pada umumnya investigasi detail pada areal yang Iuas dan memerlukan waktu
yang panjang, tidak ekonomis. 01eh karena itu untuk mendapatkan data
lapangan secara cepat dan dapat dipertanggung ja1,vabkan, investigasi klasifikasi
ben tang a1am perlu dilaksanakan.

2) Metode investigasi
Klasifikasi ben tang a1am akan digunakan untuk menentukan karakteristik
topografi yang diperoleh dengan melakukan anaIisis bentuk (geomorphometrie)
bumi dengan menggunakan peta kontur yang akurat, interpretasi foto udara
menggunakan stereoscope dan pengamatan geologi di lapangan.
Investigasi klasifikasi ben tang alam sebaiknya dilakukan pada tahap
perencanaan awal tata letak bendungan.
Secara umum klasifikasi bentang a1am diperlihatkan pada tabel 2.2.3-5.
I

33
Tabel 202.3-5 Klasifikasi bentang alam

Klasifikasi Sub Klasifikasi Definisi Pertimbangan untuk desain Bendungan

Pegunungan (M) Puncak Tumpul Relief dan dataran landai Pelapukannya tebal umumnya cocok
dan (mt) diantara puncak-puncak untuk sumber bahan urugan.
Perbukitan (H) bukit dengan lereng terjal
disekitamya

Lereng landai DikJasifikasikan menjadi 3 Scring terjadi longsoran pada batas


(mf) jenis sebagai berikut: antara bagian cembungan dan

I. Cembung landai (q) :


Potongan melintangnya
membentuk kurva
cekungan, perhatia."1 diutamakan pad a
potensiallongsoran yang terjadi pada
lereng isoklinal yang kemiringannya
cembung sejajar dengan kemiringan batuan (dip
• Cekungan iandai (g') slope)
Potongan melintangnya
membentuk kurva
cekung.
• Lereng isoclinal (g") :
Potongan melintangnya
membentuk garis lurus.

Lei-eng terjal Erosi sering terjadi pada Oi daerah vulkanis sering dijumpai
"moderite piedmont" atau masalah pondasi untuk bendungan. Oi
(ms) pada lava dan debu daerah non vulkanis perlu diperhatikan
volkanis di daerah vulkanis. zona peJapukannya

Lereng terjal Permukaan topopgrafi di- Terdiri atas bennacam-macam batuan dan
tunjukbm oJeh ke:r.iringan perhati:m terutama di tujukan pad a
(ms) le-reng Jebih besar 35° kemungkinan run:uhan batuan.

Lembah (md) Lembah di antMa Perhati.,n teruta:na ditujuk.m kepada


pegunungan dan kemw1gkinan struktur patahan pada
perbukitan. bentuk-bentuk Iembah yang lurus, air
terjun, at2u jeram.

Batuan Jepas atau HasH runtuhan zona batuan Tidak stabil sebagai pondasi bend ungan
talus (Ta) lapuk pada lereng yang karena terbentuk oleh fragmen-fragmen
terjal atau pada kaki tebing batuan lepas dari berbagai batuan.
(Cliff toe)

34
Bentuk khusus • Luncuran tanah Tidak cocok untuk pondasi bendungan.
(s) (land slip) Jika bentuk-bentuk tadi dijumpai
• Longsoran tanah disekitar waduk, perlu diperhatikan
(land slide) ukurannya dan kecepatan longsoran
• Pi edmond merupakan
hasil pengendapan
dari pe!apukan
permukaan yang
terbawa daTi lereng-
lereng pegunungan
muda sampai
pegunungan tua.

Dataran (T) Permukaan teras Dataran hasH erosi Fada Perhatian ditujukan pada celah-celah di
(t, t" t"', t"') tempat-tempat yang tinggi, dataran lava, dataran peroclastis, dataran
dan terbentuk oJeh lapisan- batu gamping. dan rongga-rongga yang
la-pisan batuan yang terisi, khususnya jurang-jurang y«r.g
horizontal atau hampir terisi bahan rombakan pacia endapan
horizontal. teras.

Dataran yang terbentuk


oIeh eros! berulang Perlu diperhatikan juga mengenai
diklasifikasikan sebagai t, (, kedalaman pelapukan di dataran teras.
t", t'" sesuai untuk tingkat
urutan kejadiannya.

Jurang/cliff Lereng terjal atau dataran


pinggir jurang atau teras

Dataran rendah Alluvium (a) Permukaan datar yang Biasanya tidak cocok untuk pondasi
(L) terbentuk oleh sungai bendungan.
endapa.'1 sungai.

Dataran pada Berupa dataran rendah Perhatian pada kenampakan bentuk


dasar lembah (v) yang mernanjang dan topografi yang tertutup
terbentuk oleh lembah yang
ter~si oleh hasil rombakan

Kipas aJuvium (f) Topografi berupa kipas dan Bila terdiri atas sejumlah besar endapan
terbentuk oleh pasir dan yang lulus air maka akan dijumpai
kerikil di daerah perbatasap berbagai masalah bila digunakan
antara pegunungan dan sebagai pondasi bendungan.
dataran rendah.

Topografi bergelombang Pertimbangan gempa diperlukan


dari pasir-pasir terutarna terhadap diformasi dan peluluhan
terbentuk pengendapan (lignefiction).
oleh angin.

3) Problema rona topografi dan geologi untuk pembangunan bendungan

Secara umum, lembah yang akan dimanfaatkan sebagai waduk terbentuk oleh
erosi pada masa kini menurut istilah umur geologi.
Erosi dapat menyebabkan pecahnya batuan karen a tegangan ke atas akibat
hilangn.ya beban.

35
Biasanya rekahan-rekahan terbuka, dan struktur kekar, yang tertutup,
terbentuk karena proses tersebut di atas.
Penyebaran pelapukan batuan lewat rekahan-rekahan dapat menyebabkan
terganggunya kestabilan lereng. Pada Iokasi bendungan yang terbenhlk dengan
tebing batuan yang keras, dan sempit proses tersebut sering terjadi.
Namun lereng-Iereng landai yang terletak di atas lereng-lereng curam di lokasi
bendungan maupun disekitar waduk, sangat ·.mudah terpengaruh oleh
pelapukan, karena itu biasanya ada areal tidak stabil yang cukup luas.
Penghilangan beban secara tiba-tiba dengan alat berat di areal yang tidak stabil,
dapat mengakibatkan timbulnya tegangan pada batuan yang bisa
menyebabkan pecah. Demikian pula pada beberapa kasus, Iereng curam yang
mendapat beban tambaha'n, tahanan gesernya bisa menurun dan
mengakibatkan longsoran.
Kondisi topografi dan geologi di lokasi bendungan yang perlu mendapat
perhatian karena memerlukan perbaikan serta pertimbangan biayanya adalah:

(1) Pondasi bendungan dan cekungan waduk yang terbentuk dari lapisan
pondasi yang 1010s air seperti batu kapur berongga atau batuan vulkanis
muda, endapan piroklastik atau batuan vulkanik vesikuler, lapisan kerikil
dan pasir.
(2) Lokasi bendungan dan cekungan waduk yang terbentuk oleh pondasi
yang mudah larut (batuan karbonat seperti kalsium karbonat, sulfida besi
dan material yang kaya kandungan besi).
(3) Longsoran dalam skala besar yang terjadi pad a tanah dasar pondasi
bendungan atau daerah genangan yang rentan terhadap longsoran.
(4) Struktur sesar dalam skala besar atau pertemuan lipatan di cekungan
waduk.
(5) Adanya sejumlah besar sumber material yang berbahaya seperti abu
vulkanik atau Iogam be rat dialiran sungai dan sekitarnya (bah an
vulkanik aktive, bahan tambang).

36
(6) Pondasi bendungan yang terdiri dad alluvium, endapan lumpur atau
lapisan pasir lepas yang gampang mencair luluh (liquefactive) oleh
getaran.
Hampir semua rona geologi yang diuraikan di atas mempunyal
hubungan yang erat dengan karakteristik topografi dan dapat
diidentifikasi lebih jauh dengan menggunakan peta kontur dan
intervretasi foto udara .
.l

2.2.4 Investigasi geologi


Kondisi geologi yang perIu diketahui pada tempat rencana Iokasi waduk dan
sekitarnya, adalah di lokasi bendungan dan Iokasi bahdn timbunan melalui
pengumpulan data, survai lapangan dan pengujian-pengujian yang diperlukan.

2.2.4.1 Lingkup dan prosedur investigasi geologi


Lingkup, metode dan tingkat akurasi investigasi geologi ditentukan sesuai tahapan
pelaksanaannya, seperti ditunjukan tabel 2.2.4-1
a) Pengumpulan data dan Studi
Tahap aWe'l survai dan investigasi geologi bertujuan untuk mengumpulkan dan
mempelajari data yang sudah ada.
Data yang diperlukan antara lain adalah sebagai berikut :

1) Peta topografi dan foto udara


Digunakan untuk studi pendahuluan yang berkaitan dengan kapasitas
waduk dan dimensi bendungan, lokasi-Iokasi yang berpotensi longsoran
serta perkiraan formasi geologi dan struktur geologinya.
2) Peta geologi
Digunakan untuk mempelajari kekuatan dan tingkat permeabilitas batuan
pondasi bendungan, penyebaran dan siiat bahan-bahan konstruksi, dengan
cara menginterpretasikan sifat batuan dan struktur geologinya.
3) Peta tekstur tanah dan jenis tanah
Untuk mengetahui ketebalan tanah permukaan dan sifat-siiatnya.

37
4) Lain-lain
Mempelajari tentang ada tidaknya sesar aktif dengan menggunakan peta
pola dan penyebaran sesar .

b) Investigasi pada lokasi bendungan


1) Tahap perencanaan dan desain awal
Maksud investigasi geologi pada tahap ini adalah untuk menJ3jJgi
kemungkinan dibangunnya bendungan serta perkiraan kasar besamya biaya
yang dibutuhkan.
Untuk maksud tersebut perIu dikaji lebih lanjut mengenai :
Daya dukung pondasi, apakah cukup kuat untuk menyangga tubuh
bendungan dan untuk mengetahui sit?t kelulusan airnya.
Penetapan batas-batas galian pondasi untuk tubuh bendungan dan
bangunan pelimpah.
Rencana awal pekerjaan perbaikan pondasi.

Pad a tahap ini hendaknya diusahakan agar dengan investigasi yang


minimum dapat diperoleh gambaran mengenai kelanjutan Proyek.
TabeI2.2.4-1 Lingkup dan prosedur investigasi geologi.

Tahap Perencanaan Desain Awal Desain Rind Tambahan


Periha! Umum ( "Suplemen")

~lak5ud l\!empelajari data .. Kajian terhadap kekuatan .. Pengurnpulan data .. mengatasi masaJah
untuk perencanaan batuan pondasi, batas-batas geologi yang geologi yang timbul
dan pemilihan lokasi galian pondasi dan dibutuhkan untuk setelah pelaksanaan
bendungan perbaikan pondasi, membuat rallcangan konstruksi.
perkiraan kasar biaya rinci dan Rencana
kOllStruksi. Anggaran Biaya.
.. Kajian terhadap sumber .. Seleksi akhir mer:ger>ai
banan u.ugan, lokasinya, sumber bah an urugan,
cadangannya (2-3 kali yang ten tang : lokasi,
dibut... hkan), kualitasnya. k u an ti las,ca ra -ca ra
penggaliarmya
.. Kajian terhadap kestabilan e Penetapan cara-cara .. Pengamatan dalam
lereng dan kemungkinan perbaikan, rangka pen gam an an
pengamanan/konstruksiny perlindungan dan disekitar cekungan
a. pengamanan cekungan waduk.
waduk.

Lokasi Peta topografi dan Geologi permukaan Geologi bawah SebeJum penggalian
benc!t1ngan folo udara Studi mengenai topografi permukaan. pondasi
• Penetapan ukuTan stratigrafi. struktur geologi, Uji seismik : pada jalur- menghimpun semua data
bendungan. sifat-sfat batuan, endapan jaJur tertentu yang masih geoJogi yang diperoleh
• Perkiraan mineral dan hidrogeologi. diperlukan_
kestabilan lereng. Setebh
• perkiraan GeoJog:i bawah permukaan Pemboran : senap jarak ponda5j
mengenai Uji seismik : 3 jaJur horisontal 20-3001, Peta pondasi (1:100-1:200)
penyebaran disepanjang poros bendungan, disepanjang poros dan catatan pengamatan dan
formasi batuan dan 3 jalur melintang diporos sckitarnYd dan dl kmbdh pengujlan terhadap pandasi
struktur geologi. bendungan, 1 jalur di sepanj,mg sungai. termasuk jenis perbaikan
bangunan pelimpah_ - 1 atau 2 F"sang MT pandasi.
Pemboran dan uji miring kedT"h sung"i.
Peta geologi, peta Permeabi.:itas : Pada bukit - Beberapa lubang bor di
tekstur tomah. tumpuan kin dan kanan zona transisi/ filter dan
• Perkiraan masing-masing dua lubang bor, di bangunan pelimpah
mengenai 2-3 lubang di dasar sungai, di
kekuatan, puncak bangunan pelimpah Term"'ong uji: pada senap
ketahanan dan satu lubang bor. ketinggian 20-30 m.
permeabilitas Terowong Uji (adit) Untuk bendungan < 30 m
batuan pondasi 1 sampai 2 buah di bukit terowong uji tidak
berdasarkan atas sandaran k.iri dan atau kanan. diperlukan.
sifat-sifat batuan Uji pond.1si:
serta distribusi dan Uji Pondasi Uji geser dan uji deformasi,
penyebaran 'Uji geser dan uji 3 , set atau lebih untuk
material. deformasi:1-2 set masing-masi.ng fom1asi
• Uji pembebanan bawah b,ltuan pondasi. Pengujian
tanah : Pada bendungan i.ni mungkin ndak perlu bila
Lain-Jain tinggi dilakukan senap H <30m
Studi mengenai ada kedalaman 3 m pada Uji. hat desak diJakukan
tidaknya struktur masing-masing lobang bor. pada senap jenis batuan
sesar aktif dengan ~, pondasi.
menggunakan peta V~ta Geologi rinci dan
penyebaran dan pola penampang melintang (1 : 500 Hasil
struktur sesar. sampai 1 : 1000) tingkat Peta geologi dan
pem1eabilitas, cepa! ramba! penampang melintang, peta
gempa dan rencana batas-batas kontur batuan dasar, peta
galian pondasi. penarnpang permeabilitas.
Sumr.er bahan Geologi permukaan Geologi permukaan
Urugan daerah penyel.idikan hams Peta geologi rind (1 : 500 -
mencakup areal r.er.erapa 1: WOO)
kilometer dad lokas;
bendungan, jenis material dan GeoJogl bawah permukaan
penyebarannya hams jelas. Sumber bahan urugan :
" Pemboran atau sunluran
Geologi bawah permukaan sistem grid dengan
Sumber bahan urugan : interval 50 m.
.. Pemboran lebih dad 3 Sumber balu :
lokasi, 34 sumuran untuk .. Pemboran dan uji
material tanah, pemboran seismik. Kalau perlu
tangan dengan interval 50 ditambah terowong uji.
m.
Sumber batu : Hasil
.. uji seismik 2-3 jaJur, paling Peta geologi serta
sedikit 3 lubang roT, dan penampallg memanjang
kalau perlu 1-2 leroh'ong dan me lin tang dengan skaJa
uji. yang cukup untuk
menghitung kuantitas
Hasil setiap materiaL
Pet;; geologi beserta
penampang mclintangnya
(1:1000 - 1:2000).
Uraian mengenai jenis dan
klasifikasi material. kual.itas,
dan kuantitas Secara g,His r.esar

Cekungan Analisa bocoran Analis .. bocoran Pengamatan air tanah dan


wad uk dan Peta penyebaran formasi Bila bocoran adak bisa pergerakan {omlasi batuan.
sekitamya batuan lulus air, pada peta dihindarkan, ~rlu did"',1in
geologi skala (1 :5000), dibantu cara mengatasinya.
dengan in\'estigasi geologi
permukaan serta perkiraan Stabilit,... lereng .. lami
debit bocoran. Pada daerah yang tidak
slabil perlu dilakukan
St .. bilitas Jeren>; alami sun:ai topografi dan
Klasifikasi rina bentang alam geologi secara rinci untuk
pad a peta skala (1 ; 5000). ~.nalisa stabilitas Jereng dan
Klasiftkasi stabilitas lereng de:>ain perbaik<UU1ya.
alami diperlukan untuk desain
awal dengan
mempertimbangkan dampak
pembangunan bendungan.

Dalam rangka menjajagi kemungkinan pelaksanaan proyek, jenis


investigasi terutama mencakup :
(1) Survai geoIogi permukaan
Survai geologi permukaan pada calon lokasi bendungan
dilakukan melalui cara-cara seperti yang diuraikan pad a sub bab
2.6.2 (a). Survai ini merupakan dasar untuk melakukan investigasi
geologi rinei.
Dilokasi ealon bendungan, survai dilaksanakan meneakup areal
yang dibatasi oleh garis-garis sebagai berikut :

40
Pada bukit tumpuan kiri dan kanan oIeh garis tegak lurus poros
bendungan yang ditarik melalui titik yang berjarak 2H (H =
tinggi bendungan) kearah luar dari titik perpotongan antara
puncak bendungan bukit tumpuan kiri maUpli.T1 kanan.
Pada sebelah hulu dan hilir bendungan, masmg-masmg oleh garis
yang berjarak 4H dad dan sejajar poros bendungan.
Data yang diperoleh dari survai geologi permukaan memberikan
informasi tentang stratigrafi, jenis dan sifat-sifat batuan, struktur
geologi, hidrologi, orientasi bidang-bidang diskontinyuitas
seperti struktur sesar, struktur kekar dll, daerah longsoran, serta
lokasi-Iokasi sumber material atau bahan konstruksi.
Untuk selanjutnya mengenai lokasi, jumlah, jenis, serta metode
investigasi yang perIu dilakukan dalam survai geologi bawah
permukaan bisa direncanakan.

(2) Survai geologi bawah permukaan.


Metode yang umum digunakan adalah seismik, pemboran dan
pembuatan terowong uji.
1.-- Survai seismik: terutama untuk memperkirakan secara cepat
ketebalan danl<edalaman lapisan tanah dan batuan, lokasi-
lokasi rekahan, struktur sesar serta kondisi dan ketebalan
pelapukan batuan.
Pada lokasi calon bendungan sedikitnya diperlukan 7 jalur
survai yakni : 1 jalur disepanjang poros bendungan, 2 jalur
sejajar poros bendungan masmg-masmg disebelah hulu dan
hilir bendungan, 1 jalur disepanjang sungai tegak lurus poros
bendungan, 2 jalur masmg-masmg dibukit sandaran kiri dan
sandaran kanan, 1 jalur lagi disepanjang bangunan pelimpah.
11. Pem boran
Pemboran merupakan cara yang efektif untuk mengetahui
secara langsung kondisi geologi di calon lokasi bendungan.

41
Pada tahap ini biasanya diperlukan 21ubang bor pad a poros
bendungan, masing-masing di tumpuan kiri dan tumpuan
kanan, 2 atau 3 lubang bor ditempatkan di lembah sungai,
kecuali jika pada dasar sungai tersingkap batuan segar jumlah
pemboran ini bisa dikurangi. Jika lembah sungai sempit dan
diduga merupakan jaluf struktur sesar, maka pemboran
miring perlu dilakukan, masing-masing terletak pada kedua
sisi tebing sungai dan menembus formasi batuan di bawah
sungai.
Sebagai tambahan, pemboran perlu dilakukan juga pada calon
puncak bangunan pelimpah dan di tempat-tempat lain yang
dianggap perlu.
iii. Terowong uji : adalah yang paling mahal dibandingkan
dengan metoda-metoda yang telah disebutkan di atas. Oleh
karena itu harus betul-betul dipertirnbangkan sesuai
kepentingan dan biayanya.
Survai ini umumnya dilakukan pada investigasi geologi untuk
bendungan besar (tinggi > 30 meter), dimana kekuatan
(strength) batuan pondasi sangat penting untuk diketahui.
Pada tahap desain av·,ra!, biasanya dibuat 1 atau 2 terowong uji
masing-masing pada tumpuan kiri dan atau di tumpuan
kanan bila perlu.
Tergantung kondisi geologi setempat, di dalam terowong uji
biasanya dilakukan pengujian insitu terhadap ketahanan
geser, pengujian deformasi dan lain-lain.

(3) Uji insitu geoteknik.


Antara lain terdiri atas pengujian pembebanan di dalam galian
uji (test pit) dan atau di dalam lubang pemboran, pengujian
ketahan geser di dalam terowong uji. Data yang diperoleh dari
survai di atas kemudian dituangkan di dalam peta Geologi
Teknik skala 1:500 beserta penampang melintangnya. (Gambar
2.6-10 & 11) ..

42
2) Investigasi pada tahapan desain rinei
Terutama dimaksudkan untuk mencarij melengkapi data-data
geologi yang diperlukan di dalam membuat desain rind dan
perkiraan mengenai besarnya biaya yang dibutuhkan. Untuk inj
diperlukan data yang cukup dan lengkap, baik kualitas maupun
kuantitas.
Survai yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah :
(1) Survai geologi bawah permukaan.
Tahap ini dimaksudkan untuk mengklasifikasikan batuan
pondasi berdasarkan sifat-sifat teknisnya, antara lain kondisi
geologi mencakup jenis dan sifat-sifat batuan, baik fisik, maupun
mekanik serta sifat hidraulik dan data yang lengkap guna
menentukan jenis bendungan serta perbaikan pondasinya.
Kondisi geologi di atas antara lain bisa diperoleh dengan cara
pemboran inti .
. Pada batuan yang lapis an penutupnya tipis dipergunakan
metode parit uji. Sebagai tambahan dilakukan juga survai
seismik, guna melengkapi data yang diperoleh pad a tahap desain
awa1.
Lokasi pemboran biasanya ditetapkan dengan
mempertimbangkan titik-titik pemboran yang telah dilaksanakan
pada tahap desain awal agar mencakup areal yang belum pemah
I

dilakukan pemboran.
Akan tetapi jumJah dan lokasinya semuanya tergantung kepada
kondisi geologi seJempat. Walaupun tidak ada ketentuan yang
pash mengenai jumlah dan Iokasi pemboran, namun untuk.
bend ungan yang tingginya 20 m - 50 m, disarankan agar lokasi
dan jumlah pemboran setidak-tidaknya mengikuti ketentuan
sebagai berikut :
Di sepanjang poras bendungan ; pada lereng tumpuan kiri
maupun kanan, jarak lubang pemboran antara 20m - 30m. Satu

43
atau dua buah terowong uji, di tumpuan kiri danl atau kanan.
Untuk bendungan urugan dengan tinggi kurang dari 30 m
biasanya terowong uji untuk kajian geoteknik tidak diperlukan.
Di lembah sungai ; pemboran dengan jarak 20m-30m serta satu
atau dua pasang pemboran miring ke arah sungai, yakni apabila
Iembah sungainya sempit atau diduga dilalui struktur sesar.
Dari data-data di atas kemudian dibuat peta geologi teknik rind
termasuk peta kontur batuan dasar, penampang geologi, serta
peta Iugeon untuk menentukan kedalaman dan kerapatan injeksi
tiral.
ProfiI batuan dasar selain berguna untuk menentukan lok-asi dan
kedalaman yang memerlukan perbaikan pondasi, juga untuk
menganalisis tekanan serta res pons seismik.

(2) Uji geoteknik.


Karena pondasi bendungan secara terus menerus akan
menyangga beban dengan tekanan yang besar, baik yang berasal
dari tubuh bendungan maupun dari air wad uk, maka akan terjadi
proses perusakan yang laju-kerusakannya tergantung kepada
sifat-sifat dan ketahanan batuan pondasi itu sendiri, antara lain:
Kuat desakl kuat tarik yakni ketahanan batuan pondasi terhadap
beban desak atau tarik. .
Kuat geser yakni ketahanan batuan pondasi terhadap beban geser
yang terjadi di sepanjang bidang diskontinyuitas (bidang sesar,
bidang kekar dB).

Uji kuat desak dan kuat geser bisa dilakukan terhadap contoh inti
pernboran (core) dan pada galian uji (periksa sub bab Uji
Iaboratorium hal 73 point (1) Metode uji batuan di laboratorium)
Ketahanan batuan pondasi terhadap proses pelapukan juga perlu
dikaji unttlk mengetahui stabilitasnya dalam jangka panjang,

44
batuan sedimen bertekstur halus (misalnya batu lempung, tufa,
dB) dan batuan yang mengandung bidang-bidang diskontinyuitas
pada umumnya lebih rentan terhadap proses pelapukan.
Stabilitas batuan bisa diketahui dengEtn melakukan uji stabilitas
(periksa sub bab Uji Laboratorium hal 73 pont (1) Metode uji
batuan di laboratorium) akan tetapi hasilnya tidak mencerminkan
stabilitas batuan pondasi secara keseluruhan, karena uji tersebut
dilaksanakan pada sepotong batuan di laboratorium.
Dari berbagai uji kekuatan batuan pondasi di atas, perilaku
mekanis batuan pondasi setelah konstruksi bendungan dapat
diperkirakan sebelumnya.

3) Investigasi pelengkap
Mengingat adanya kemungkinan munculnya permasalahan baru yang
tidak diduga sebelumnya maka pengamatan kondisi geologi di lokasi
bendungan selama dan setelah pelaksanaan konstruksi perlu
dilakukan terus menerus.

c) Investigasi lokasi sumber materialj bahan urugan


1) Tahap perencanaan umum dan desain awal
Bendungan tipe urugan memerlukan bahanj material dalam jumlah
besar, an tara lain untuk urugan batu, batu pelindung (rip-rap), tanah
I

untuk inti bendungan, pasir dan kerikil untuk filter dan drainase.
Survai bahanj material untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :
Kualitas material, apakah sesuai dengari standar yang dibutuhkan
dalam desain dan konstruksi.
Ketersediaan material, apakah cukup sesuai dengan kebutuhan.
Kondisi Iokasi sumber material, antara lain jarak dari lokasi
bendungan, jalan masuk, statusnya, perlu tidaknya konservasi,
dan lain-lain.

.j 5
Kualitas material diuraikan secara rinei dalam sub bab 2.2.5
(Investigasi bahan tir. lbunan) dan ketersediaan material diuraikan
secara rinei dalam sub bab 2.2.3 (suravai dan investigasi topografi).
Pada tahap ini seyogyanya telah ditentukan atau dipilih beberapa
alternatif lokasi sumber material, perkiraan kasar mengenai
volumenya serta penyebaran dan . kemungkinan-kemungkinan
penggaliannya.
Investigasi yang perIu dilakukan untuk keperIuan tersebut di atas
adalah:
(1) Investigasi g.eologi permukaan.
Kualitas dan jumlah cadangan bahan urugan terutama
ditentukan/ tergantung kepada topografi dan kondisi
geologinya. Jenis dan penyebarannya ditentukan melalui survai
geologi permukaan termasuk eara penggaliannya.
Pada a\valnya dipilih beberapa lokasi usulan untuk dikaji lebih
lanjut mana yang paling menguntungkan/ ekonomis, selanjutnya
dikaji jenis dan sifat batuan, derajat pelapukannya, poJa dan
orientasi, kerapatan dan penyebaran bidang diskontinuitas
(bidang perlapisan, struktur kekar, sesar, dan retakan-retakan
lamnya), ketebalan dad tanah penurup dan endapan rombakan,
pepohonan serta tata guna tanah.
Kondisi geologi, persyaratan dan faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam investigasi endapan lepas untuk bahan
konstruksi disajikan dalam tabel 2.2.4-2
(2) Investigasi geologi bawah permukaan.
Dari 2 atau 3 us ulan sumber material yang dipilih lewat
Investigasi Geologi Permukaan, perIu diIakukan Investigasi
Geologi Bawah Permukaan guna mengetahui jumlah cadangan
serta metode penggaliannya. Kemudian lokasi sumber material
dapat ditetapkan berdasarkan hasil material yang dilakukan.
Investigasi pad a lokasi sumber material konstruksi terutama
dilakukan dengan eara pemboran inti atau sumuran uji sekurang-

46
kurangnya 3 titik untuk setiap lokasi yang diusulkan.
Untuk investigasi sumber material batu, survai seismik dinilai
eukup efektif dan pada umumnya diperlukan dua jalur survai.
Bila dipandang perIu, dapat digali 1 atau 2 lubang sumuran uji
(test pit) guna pengambilan sample untuk pengujian di
laboratorium.
Untuk mengevaluasi lokasi sumber material tanah, terutama
untuk pengambilan sample dilakukan dengan menggali 31ubang
sumuran uji. Sedangkan untuk memperkirakan volume
eadangannya, perlu dilakukan pemboran tanga,!1 dengan
intervalj grid 50 meter.
Dari semua data yang diperoleh, selanjutnya digambarkan atau
dibuat peta geologi beserta penampang melintangnya. Dari sini,
kemudian dapat diperkirakan jumlah eadangan material
termasuk metoda penggaliannya dan lain sebagainya.
Pada tahap ini hendaknya telah dapat dipastikan sekurang-
kurangnya tersedia cadangan meterial sejumlah 2 sampai 3 kali
volume yang dibutuhkan.

2) . Tahap desain rinei


Investigasi Geologi pada tahap ini terutama dimaksudkan untuk
menetapkan seeara pasti lokasi cadangan material yang dipilih,
metoda penggaliannya serta perkiraan volume yang tersedia pada
masing-masing lokasi.
(1) Survai geologi permukaan.
Penyebaran dan ketebalan endapan permukaan, jenis dan sifat
bahan, derajat pelapukan, pol a dan penyebaran bidang-bidang
diskontinuitas, kesemuanya dikaji lewat pengamatan terhadap
sikapan-sikapan yang ada dan dengan bantu an peta topografi
dengan skala 1 : 500 sl d 1 : 1000. Kalau perlu dibantu dengan
pembuatan peritan uji. (Sub/Bab 2.2.4-2a)

47
(2) Investigasi geologi bawah permukaan.
1. Pemboran.
Lokasi pemboran secara efektif ditentukan dengan sistem grid
dengan interval ± 50 meter. Pemboran pada tahap ini
dimaksudkan untuk lebih meyakinkan tentang kondisi
geologi dan derajat keseragaman serta ketebalan Iapisan
batuan yang ada, tanah penutup dll. (Sub bab 2.2.4.2-b), 2)
11. Terowong uji dan sumur uji.
Selain untuk melengkapi data mengenai kondisi geologi, dan
pengambilan contoh uji (sampel) sekaligus untuk mengkaji
tentang metoda penggaliannya. Jumlah dan lokasi sumur uji
tergantung kepada hasH survai geologi permukaan dan
jumlah contoh yang akan diuji.
iii. Pendugaan geofisik.
Pendugaan geofisik ini diIakukan gun a melengkapi data
pemboran. Survai seismik efektif untuk mengkaji kondisi
geologi diantara titik-titik pemboran dengan
mempertimbangkan hasH pemboran. Sedangkan pend ugaan
electric dinilai cukup efektif untuk mendapatkan data ri.nci
mengenai ketebalan Iapisan batuan diantara titik-titik
pemboran.

Berdasarkan hasil survai yang telah dilakukan di atas, kemudian


dibuat peta geologi, sayatan dan potongan melintang serta profil
dalam skala 1 : 200 sampai 1 : 1000.
Peta geologi perlu dilengkapi dengan lokasi-lokasi investigasi
yang telah dilaksanakan mulai dari tahap awal sampai tahap
akhir.
Demikian juga penampang geologi dan profil sepanjang grid.
Peta-peta ini digunakan untuk mengevaluasi dan memperkirakan
jumlah cadangan volume material konstruksi yang dapat

48
dimanfaatkan dengan mempertirnbangkan sifat fisik rnasing-
masing ma terial.

d) Survai disekitar cekungan waduk


Pada perencanaan bendungan, aspek-aspek geologi yang perlu dikaji
disekitar cekungan waduk adalah adanya kernungkinan terjadinya
longsoran, pergerakan massa batu.an/ tanah, serta kebocoran yang terjadi
setelah waduk terisi air. Hal ini akan dikupas secara rind pada bab III.

2.2.4.2 Prosedur untuk investigasi geoIogi dan uji geoteknik


a) Prosedur investigasi geologi permukaan
Maksud investigasi geologi permukaan adalah rnelakukan pengenalan
lapangan serta pengamatan terhadap singkapan-singkapan yang ada
untuk menyiapkan peta geologi dengan cara rnenganalisis kondisi
geologi bawah perrnukaan yang tertutup oleh tanah dan endapan abu
vulkanik.
Metode ini rnerupakan dasar dari sernua investigasi geologi dan
merupakan prasyarat untuk analisis dan evaluasi terhadap hasil
investigasi geologi bawah permukaan antara lain : survai seismik,
pemboran dan uji geoteknik.
Prosedur umum penyelidikan geologi permukaan untuk tujuan
pembangunan bendungan adalah sebagai berikut :
MempeJajari datal dan tulisan yang ada.
Pengamatan dan perincian terhadap singkapan-singkapan dan
topografi.
Mempersiapkan peta jalur.
.. Membuat klasifikasi geologi.
Menyiapkan legend a untuk peta geologi.

Urutan pekerjaan di atas harus dikerjakan oleh ahIi atau beberapa ahE
geologi yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam bidang
teknik sipil.

49
Apabila investigasi geologi permukaan dipercayakan kepada pihak lain,
maka syarat-syarat inve_stigasi harus secara jelas telah ditentukan
sebelumnya. Seperti telah diuraikan pada sub bab 2.2.4.1 b) dan c),
bah,va untuk mengkaji pondasi bendungan klasifikasi geologi terutama
didasarkan kepada kekuatan serta permeabilitas batuan pondasi.
Sebaliknya apabila tujuan investigasi adalah untuk mengetahui dan
mengkaji cadangan bahan urugan, maka investigasi lebih diutamakan
kepada faktor-faktor seperli gradasi (besar butir) serta hal-hal yang
berpengaruh terhadap penggaliannya. 01eh karena itu, tergantung
kepada tujuan investigasinya maka peta geologi yang dihasilkan akan
berbeda.
Hal-hal utama yang perlu dikaji dalam investigasi geologi permukaan
seperti dicantumkan pada tabe12.2.4-3.
Peta rute yang menunjukan jalur survai harus dipersiapkan dengan
menggunakan peta topografi. Demikian juga hasH observasi lapangan
harus dicatat dan diplot pada peta yang sarna. Skala Peta Rute pada
umumnya beberapa kali lebih besar dibandingkan dengan skala peta
geologi yang dipersiapkan.
Pada Peta Rute ciiplot secara tepat lokasi-lokasi singkap.:m yang telah
diobservasi disepanjang jalur survai. Periu dicatat pula data-data
mengenai jerus-jerus batuan, jurus dan kemiringan lapisan batuan, arah,
lebar dan kerapatan bidang-bidang retakan dan struktur kekar, demikian
juga lebar dan arah sruktur sesar, dan lain-lain .. Dengan demikian
kerapatan dan ketelitian investigasi lapangan bisa dilihat dari Peta Rute.
Peta geologi menggambarkan hasil investigasi geologi permukaan dan
dibuat berdasarkan klasifikasi geologi sesuai dengan tujuan investigasi.
Di dalam peta, lokasi-lokasi singkapan yang merupakan dasar pemetaan
. harns ditunjukan secara jelas. Demikian juga batas-batas formasi batuan
dan lokasi-Iokasi struktur sesar.
Batas ini digambarkan dengan garis putus-putus apabila sesamya hanya
perkiraan atau penafsiran saja, sebaliknya dengan garis penuh bila telah
diketahui secara pasti. Untuk singkapan-singkapan henclaknya
digambarkan dengan foto dan atau sketsa.

50
Tabel 2.2.4-2 Material dan geologi untuk bendungan
Ciri-ciri umum Cocok untuk bahan Penyesuaian untuk Catalan
Klasifikasi geologi pada lokasi bahan
urugan urugan agregal belon

Endapan Sungai Jenis hatuan, gradasi Balk untuk material Cocok untuk Sebagian menga-
dan bentuk bunran lulus air. Jika agregat haJus dan ndung sisipan
dipengaruhi oleh lem pungan cocok lmtuk kasar. lapisan lunak
topografi, geologi dan bahan inti bendungan.
kondisi meteorologi.
- Material-material
lunak terpecah
Endapan lepas aklbat benturan
(5eclimcn lepas) selarna pengdiran,
dan karenanya
banyak tersedia
pasir dan kerikil

Endapan undak Dihasilkan melalui Cocok untuk bahan Eisa disesuaikan


sungai (Teras) proses seperti di alas, timbunan aeak jika tcrdiri dari
kualitas pasir dan (random) sampai inn material berumur
kerikil juga sarna bendungan. muda
dengan di alas
Ma terial tela h
mengalarni pelapukan
dan bersifat
lempungan.

Dad proses Baik untuk material Eaik untuk agregat


pembentukannya, lulus air. halus dan agregat
diharapkan banyak kasar.
mengandung endapan
pasir dan kerikil.
Namun daJam
Endapan kipas beberapa hal arealnya
sudah digunakan
sebagai lahan
pertanian.

End a pan Terbentuk oleh karena Dapat dipakai untuk Eisa disesuaikan Diragugan dapat
onggokan. (batu) matriknya haneur bahan timbunan aeak dengan agregat dijumpai dalam
jumlah yang besar,
secara mekanis CD atau (random) CDdan ® dalam hal kasus CD
k are n a
oleh proses pelapukan
@ . arealj penyebaranny
a terbatas.

I
Batuan beku
dalarn
Pada umumnya besar
dengan sedikit kekar
Yang berumur muda,
baik untuk timbunan
Pecahan batu bisa
disesuaikan untuk
Pelapukan yang teba]
dijumpai di
Sering dijumpai batu dan rip-rap. agregat kasar. permukaan.
pecahan batu yang
keras dan homogen.
Batu yang bersifat
asam (misalnya
grani!) lebih mudah
lapuk, sedangkan
yang basa (gabbro)
kadang-kadang
mengalami
serpentinasi.

Bahlan Korok Umumnya berumur Eisa disesuaikan Batuan yang ringan


muda, batuaIUlya untuk batu pecah itntara lain Thyolite.
keras dengan sedikit dan agrega! beton.
retakan. Perlu hati-hati
terhadap batuan
yang berwama
cerah.

51
Bah.an padal Baluan Letusan Yang berumur muda Cocok untuk urugan Sarna dengan di Kadang-kadang
bersifat keras dan balu dan bahan alas akan letapi terbentuk zona
padal. Tetapi batuan timbunan acak. jumlalmya aeterasi yang
yang besar dan terbatas. mengandung
menerus. mineral-mineral yang
mengembang.

5aluan Sedimen Bat piroklatis (luE, Cocok untuk urugan Tidak beradaptasi &lu garnping tersier
breksi luE, dil) baluan dan timbullan dan kwarter pada
CDUmumnya acak (random). umumnya tidak
ber! u bang-I u ba ng cocok untuk material
berat jerus kedl, tidak Cocok untuk bahan bendungan. karena
sarna rala.(heterogan) timbunan acak tidak padat dan
g·unpang larut.

@ Sedimen Air (balu


lapis atau shale, b"lu
pasir, konglomerat).
Yang besar dan
homogen jarang
dijumpai sebab
formasinya berlapis.
Balu lapis (shale)
rentan terhadap
pecah-recah
membenluk potongan
pipih.
o Baluan sedimen
kimiawi ( batu
gampinb- balu rijang
atau chert padat dan
keras)

6... t U 41l ~! "Jill 411 l Batu sabak,sekis Perlu hati-hati bila Eisa digullakan Batuan malihan
(\ktd!l1Ott) kristaJin ; datar digunakan untuk kecuali unluk
1 Gneiss, homfels, bendungan yang sekis kris talin.

I
o r.H'tne r ; kerd5 pada!
da."1 masif
tinggi. Cocok untuk
bahan urugan batu dan
rip-rap.

52
Tabel 2.2.4 - 3 Observasi utama dalam investigasi geologi permukaan.

Jenis dan sifat- jenis batuan, warna, kekerasan, tingkat


sifat dari lapisan dan kedalaman pelapukan, arah, sifat-
dan batuan sifat dan kerapatan rekahan, arah dan
penyebaran truktur sesar dan zona
Singkapan retakan, Iurus dan kemiringan lapisan
batuan dan lain-lain.
pola perlapisan pola (keselarasan, ketidak selarasan,
dan hal-hal yang struktur sesar, peralihan) arah dan
berkaitan kenampakan bidang batas dan lain-lain
Lain-lain jenis dan ketebalan lapisan penutup;
jumlah, mutu dan suhu. mata air; ada
tidaknya fosH dan lain-lain
Bentuk sungai lebar lembah, kemiringan dasar,
dan lembahnya kemiringan tebing.

T opogra f 1
Dataran dataran banjir; pelataran vulkanik,
A

teras / undak sungai

II bentuk yang
spesifik
"karst" longsoran, gelinciran, gawlT
I

sesar, lembah sesar, lain-lain

Peta rute merupakan catatan pengamatan terhadap singkapan-


singkapan yang digambarkan dengan garis putus-putus dan garis
penuh. Untuk mempersiapkan pe,ta geologi, harus dibuat klasifikasi
geologi yang menjelaskan ten tang sifat dan kondisi geologi daerah yang
diselidiki. Maksud utama dari peta umum geologi adalah untuk
menginterpretasikan sejarah geologi dari suatu daerah/kawasan.
Dengan demikian, klasifikasi geologi ditekankan pada pemberian batas
yang jelas dari pada formasi-formasi batuan yang terbentuk pada saat
dan kondisi lingkungan yang sarna.
01eh karenanya, walaupun formasi batuannya sarna namun apabila
waktu dan kondisi pembentukannya berbeda maka berbeda pula
klasifikasinya dan ditunjukkan dengan wanta yang lain.

53
Akan tetapi dalam hal peta geologi untuk lokasi bendungan dan lokasi
cadangan material, pada umumnya lebih baik apabila formasi-formasi
batuan diklasifikasikan berdase.rkan sifat-sifat mekaniknya dan didalam
satu kategori dengan mengkesampingkan lingkungan dan masa
pembentukannya.
Namun demikian perIu diantisipasi bahwa . perbedaan kondisi
lingkungan dem masa pembentukan, berarti berbeda pula sejarah
pembentukannya sehingga formasi-formasi batuan akan mempunyai
perbedaan sifat-sifat mekanis dan kimiawi.
Gambaran geologi d~ri suatu daerah akan menjadi jelas, apabila formasi
batuan yang sama ditunjukan dengan warna yang sama pula pada peta
rute.
Untuk melengkapi peta geologi, pad a daerah yang tidak ada singkapan
dan atau tertutup oleh tumbuhan, penggambarannya dilakukan dengan
menggunakan metoda standar pemetaan geologi. Namun demikian
untuk merungkatkan keandalan dari peta geologi, ruang-ruang kosong
pada peta rute terse but sebanyak mungkin dikurangi. Untuk itu
kerapatan peninjauan Iapangan harus ditingkatkan, mencakup lembah-
lembah sempit dan kalau perlu membuka tanah penutup guna
melakukan pengamatan terhadap batuan bawah permukaan.
Secara umum keandalan peta geologi tergantung kepada banyaknya
singkapan yang diamati, keahlian dalam melakukan analisa secara visual
terhadap singkapan-singkapan dan keahlian memetakarmya.

b) Prosedur investigasi geologi bawah permukaan


1) Pendugaan geofisik .
Pendugaan geofisik dimaksudkan untuk mengklasifikasikan forma'si
batuan dengan cara mengukur perbedaan sifat-sifat fisik dari masing-
masing bagian formasi, antara lain cepat rambat dari gelombang
elastis, tahanan listrikrlya, kepadatannya, sifat-sifat geo magnetik dan
radioaktif serta struktur geologi bawah permukan.

54
5esuai dengan sifat-sifat yang diukur, pendugaan dapat
diklasifikasikan menjadi survai seismik, pendugaan listrik, pendugaan
gravitasi, pendugaan magnetik dan pendugaan radioaktif. Dalam
panduan mil survai seismik yang biasa diterapkan dan efcktif untuk
investigasi geologi dalam pembangunan bendungan, lebih
diutamakan.
Penjelasan berikut ditekankan pada hal-hal yang perlu untuk rencana
investigasi beserta evaluasinya dalam investigasi geologi untuk
perencanaan bendungan.
(1) Survai seismik
Ada dua metoda yang sering digunakan pada survai seismik
yaitu:
1. Metode pembiasan (Refraksi)
5ifat-safat elastisitas dinamis ditentukan oleh kondisi geologi
dan tingkat pelapukannya, yang menyebabkan adanya variasi
cepat rambat gelombang elastis. Dengan demikian, struktur
geologi bawah permukaan yang mengakibatkan adanya
perbedaan laju cepat ram bat gelombang elastis dapat
diinterpretasikan melalui pemantauan terhadap tenggang
waktu (interval) dimana< gelombang elastis mencapai titik
tertenru setelah peledakan atau cara Iainnya.
Uraian di atas adalah prinsip dari survai seismic. Gelombang
elastis terdiri dari gelombang,memanjang (P) dan gelombang
melintang (5) dan gelombang permukaan. Metode pembiasan
dengan gelombang (P) umumnya lebih banyak diterapkan
dalam investigasi geoteknik.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan
investigasi dengan metode pembiasan adalah sebagai berikut:
CD Lokasi-Iokasi garis jalur pendugaan hams ditetapkan
sebagaimana dijelaskan pada sub bab 2.2.4.1 b). Penetapan
dilakukan'pada daerah datar dimana pendugaan dapat
dilaksanakan dengan mudah.

55
@ Kedalaman eksplorasi hendaknya lebih besar dari satu
sampai dua kali f-inggi bendungan. Panjang garis
pendugaan harus lebih besar dari tiga sampai empat kali
kedalaman eksplorasi dart diperpanjang sampai keluar
batas daerah penyelidikan sejauh dua atau tiga kali
kedalaman penyelidikan.
Q) Jarak standar antar geofon pada Iokasi bendungan adalah
5 meter.
® Untuk mengurangi semburan pasir dan kerikiIr sebaiknya

peledak~n dilakukan di dalam lobang yang digali secara


manual atau dengan bor-tangan.
® Jalur duga da~ lokasi pemboran hendaknya diatur

sedemikian, dirnana pemboran dilakukan pada titik-titik


perpotongan antara garis-garis pendugaan. Oalur duga)

Hal-hal yang perIu mendapat perhatian da.lam mcnga.nalisis


dan mengevaluasi hasiI pendugaan dengan metode pembiasan
adalah sebagai berikut :
CD Laju cepat rambat gelombang elastis pada lapisan yang
dalam pad a umurnnya sulit diukur dan dianalisis sehingga
kadang-kadang tidak mung kin untuk daerah yang sangat
bergelombang topografinya seperti adanya lembah
berbentuk-V. Dalam hal ini koreksi data perlu dilakukan
dengan melaksanakan "well logging" di dalam lubang bor
di dasar sungai dan atau mengukur gelombang langsung
diantara lobang-lobang bor.
@ Penetapan batas antara dua lapisan yang berbeda tetapi
memiliki cepatrambat gelombang elastis yang sarna adalah
sukar sehingga sulit ditentukan secara tepat. Demikian juga
bila kecepatan gelombang memanjang (P) dari lapisan atas
lebih lambat dibandingkan dengan Iapisan bawahnya,

56
maka pendugaan terhadap lapisan bawah adalah tidak
mungkin. Hal yang sarna adalah ,bila lapisan yang
berkecepatan rendah berada diantaradua lapisan dengan
kecepatan yang lebih tinggi maka pendugaan juga suEt
dilakukan. Kondisi demikian sering dijumpai pada batuan
vulkanis.
@ Batuan dasar dengan kecepatan rendah biasanya
diinterpretasikan sebagai zona retakan. Namun perlu
dicatat bahwa hal tersebut tidak selalu demikian, karena
kecepatan rendah dapat juga diakibatkan oleh pengaruh
topografi batuan dasamya.
Oleh karena itu, zona dengan kecepatan rendah seringkali
lebih banyak terdeteksi dari pada jumlah zona retakan yang
sebenarnya.
® Bila garis-garis pendugaan relatif pendek, hasil analisa
cenderung menunjukan posisi batuan dasar yang lebih
dalam dan berkecepatan Iebih rendah dibanding dengan
kenya taannya.

11. Metode gelombang-langsung.


Didalam metode ini, laju cepat rambat gelombang memanjang
(P) pada batuan pondasi diamati dengan memantau getaran
I

didalam dan diantara terowong-terowong uji dan lobang-


lobang bor. Tujuan utama dari metoda ini adalah untuk
memperoleh harga modulus elastisitas dari batuan dasar yang
dibutuhkan untuk keperluan desain. Metode ini biasa
dilakukan dalam tahap desain. Untuk keperluan perencanaan
pendugaan, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
CD Jarak antar geophone adalah 2 sampai 5 m
@ Kerapatan antar terowong-terowong uji dan lobang-lobang
bor antrJ.ra 15 - 50 m.

57
@ Terowong uji dan lobang-lobang bor, seyogyanya
ditempatkan pada interval ketinggian yang sama dan
lokasinya telah disurvai secara tepat.

(2) Pendugaan geolistrik


Metode geolistrik berdasarkan pad a prinsip bahwa tahanan listrik
tergantung pad a sifat-2 batuan, jumlah pori dan kelembabannya.
Bila kondisinya memungkinkan, tahanan listrik dapat diukur
sampai kedalaman 200 m dan kondisi geologi pada kedalaman
tersebut dapat diperkirakan.
Metode geolistrik ini biayanya jauh Iebih murah dibandingkan
dengan survai seismik dan pernboran.
Pada investigasi geologi untuk pernbangunan bendungan, metode
ini efektif untuk rnernperkirakan ketebalan aluvial pada dasar
sungai, endapan permukaan dan ketebalan zona pelapukan pada
lokasi pengambilan bahan tirnbunan tanah dan batuan.
\-1etode ini akan efektif bila persyaratan berikut terpenuhi:
l. Terdapat perbedaan relatif rnengenai harga tahanan listrik
antara lapisan-Iapisan yang akan diuji.
11. Topografi disepanjang garis pendugaan adalah datar.
iii. Batas dari lapisan-lapisan rnerupakan bidang yang tegas.
iv. Struktur geologinya sederhana dan jurnlah bidang-bidang
perlapisannya terbatas
v. Stratigrafi batuan didaerah sekitamya diketahui denga..rt baik.
Apabila kondisi-kondisi di atas tidak dipenuhi, analisis data
menjadi sulit sehingga kesalahan intepretasi cenderung
meningkat.

(3) Pendugaan radioaktif


Metode ini efektif untuk menentukan struktur sesar dan zona
retakan yang tertutup oleh tanah perrnukaan dan tumbuhan
berdasarkan kenyataan bahwa radioaktif alami yang kuat
urnurnnya terpantau pada patahan dan zona retakan.
Metode ini telah digunakan bertahun-tahun untuk survai zona .

58
longsoran, narnun kebenarannya rnasih dipertanyakan. Pada
tahun-tahun belakangan mi, perala tan pernantau radi~aktifitas

telah ditingkatkan, dernikian juga rnengenai reabilitas dan


efektifitasnya.

2) Pemboran
Pemboran merupakan metoda yang sangat efektif dalarn rangka
investigasi geologi bawah perrnukaan untuk pernbangunan
bendungan, karena memungkinkan untuk rnernperoleh contoh-
contoh batuan pada ternpat-ternpat yang dalarn serta berbagai
pengujian dapat dilakukan pad a lobang pernboran.
Banyak inforrnasi geologi bawah perrnukaan yang bisa diperoleh
dengan cara pernboran, antara lam adalah data-data utarna seperti
tertera pada tabel 2.2.4-4.

TabeI 2.2..1 - 4 Data pokok yang dapat diperoleh dari pengeboran.

Operasi bagian-bagian yang mengandung air tanah, kehilangan sirkulasi, longsoran dan
pemboran kondisinya, kekerasan batuan (dad penggunaan bit dan laju pemboran), elevasi air
tanah, dan lain-lain

Pengamatan ketebalan dan sifat-sifat endapan permukaan (tanah penutup. onggokan batu, talus,
Jobang bor debu vulkanik), jenis, warna dan kekerasan batuan, derajat pelapukannya, kondisi
retakan, kemiringan lapisan, gambaran dari struktur sesar, zona remukan dll.

pengujian kekuatan batuan, sifat-sifat fisik daya serap air, Kadar air, dan lain-lain
inti
pemboran ,

pengujian harga-N (uji penetrasi standar), kelulusan air (permeabilitas, Lugeon), tahanan dan self-
padalobang potensial (logging elektris), modulus deformasi, (uji be ban lobang bor), cepat rambat
bor dan gelombang eJastis (logging kecepatan), kekerasan batuan (logging pembiasan),
"logging " kerapatan, derajat konsolidasi dan porositas (logging radioaktifitas), pengamatan
langsung lobang bor dengan kamera dan TV, dan lain-lain

59
Hal-hal penting berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan
pemboran di Iokasi bendungan adalah sebagai berikut:

(1) Diameter standar dad mata bor harus lebih besar dad 56 mm. Bila
digunakan untuk lobang bor pengujian, dia,meternya harus lebih
besar dad 66 mm. Sebagai tambahan, bila laju perolehan inti
pemboran dari bagian-bagian yang jelek dan bagian-bagian
batuan dasar yang tidak padu (urai) perlu peningkatan, maka
diameter di atas masih harus lebih besar lagi.

(2) Kedalaman standar pemboran di atas lokasi bendungan adalah


2/3 kali tinggi bendungan serta diperoleh kejelasan mengenai
elevasi atau letak muka air tanah.
Prinsip umum kedalaman pemboran seyogyanya sampal
menembus batuan dasar lebih dad 5 meter, walaupun penentuan
akhirnya tergantung kepada hasil pendugaan uji seismik dan
kondisi geologi setempat.
Kedalaman pemboran pada lokasi sumber material terutama
ditentukan berdasarkan faktor-faktor ekonomi berkenaan dengan
penggaliannya.
Secara umum, menurut persamaan Boussinesq, besarnya tekanan
yang bekerja pad a permukaan pondasi secara berangsur-angsur
akan berkurang sesuai dengan kuadrat dari kedalamannya.
OIeh karenaitu, secara teoritis sifat-sifat mekanis dad lapisan
(bagian) atas pondasi akan jauh Iebih penting dibandingkan
dengan lapisan-lapisan di bawahnya. Demikian juga mengenai
permeabilitasnya, karena laju per kolasi ke arah vertikal jauh lebih
kecil dibandingkan dengan arah horizontal.
Namun hasil uji model (model test) menunjukkan bahwa
kosentrasi tekanan dapat terjadi lapisan atau bagian yang dalam
dad pondasi. Hal 1111 dikarenakan antara lain oleh

60
ketidakseragaman litologi, struktur geologi, bidang-bidang
ketidaksinambungan, dan lain-lainnya.
Disamping itu, perIu dipertimbangkan pula adanya kemungkinan
terjadinya perkolasi air tanah pada bagian-bagian dalam dari
batuan pondasi Iewat celah-celah atau zona-zona retakan. Oleh
karen a itu, walaupun standar kedalaman sudah dicapai, namun
kondisi batuan pondasi masih mengandung banyak retakan atau
jika masih dijumpai bidang-bidang diskontinyuitas lainnya seperti
bidang-bidang per lapisan dan sesar yang diperkirakan dari kajian
stratigrafiI maka kedalaman pemboran perlu ditambah guna
memastikan kondisi yang sebenarnya dari bagian pondasi yang
dalam ..

(3) Hal-hal yang perlu diamati pad a pengambilan inti pemboran.


1. Diupayakan agar perolehan inti (core recovery) mencapai
100 %
11. Perolehan inti hams meningkat, apabila digunakan tabung inti
ganda (dua atau tiga) atau dengan pemboran kering
seandainya core recoverry pada pemboran basah tidak
memuaskan.
iii. Arah pemboran yang memotong tegak lurus struktur geologi
lebih menguntungkan, karen a perolehan informasinya akan
,
lebih banyak. Disamping itu arah pemboran yang semakin
sejajar dengan arah bidang-bidang diskontinuitas atau semakin
kurang pula perolehan intinya.
Semua masalah I data yang dijumpai selama pemboran harus
dicatat secara tepat, termasuk kehilangan air pembilas (water
loss), elevasi muka air tanah, rongga-rongga, adanya gas, dan
lain-lain.

61
3) Lubang pengujian (Test Pit)
(1) Sumuran uji (Test sh'!ft)
Sumuran Uji atau lubang pengujian tegak digunakan daIam
investigasi bahan/material untuk bahan urugan bendungan,
endapan sungai pada alas bendungan dan lain-lain. Lubang-uji-
tegak untuk penyelidikan bahan urugan bendungan, terutama
untuk mengumpulkan contoh tanah (sampel) untuk uji luborat
disamping untuk memastikan setiap lapisan secara visual. Pada
umumnya sumur ini digali secara manual, diameter dan
kedalamanny? masing-masing antara 1.0 sampai 1.5 m dan 1.0
sampai 5.0 m.
Sedangkan, sumur uji untuk investigasi endapan dasar sungai
dimaksudkan untuk menentukan ketebalan endapan serta
distribusi bumannya. Juga untuk pengujian kelulusan air serta uji
pembebanan di dalam sumur tersebut.

(2) Terowong uji (Test Adit)


Terowong uji atau sumur uji horisontaL terutama digunakan
untuk menyelidiki tanah pondasi pada lokasi bend ungan guna
memastikan kondisi geologmya, dirnana pemboran menghasilkan
data yang kurang memadai akibat perolehan inti (core recovery)
yang tida~ baik. Selanjutnya, di dalam terowong uji dapat
dilakukan pula pengukuran cepat rambat gel om bang elastis di
dalarn atau di antara lobang-Iobang pengujian,uji dongkrak untuk
uji deformasi batuan atau uji geser (dijelaskan lebih lanjut pada
sub bab 2.2.4.2 b) 5) Metodeuji in-situ geoteknik).
Oleh karena itu terowong uji hams cukup lebar untuk melakukan
pengamatan dan berbagai pengujian, dengan dimensi minimum
sekurang-kurangnya 1.8 m ; 1.5 m dan 1.3 m masing-masing
untuk tinggi, lebar dasar dan lebar puncak terowongan.

62
4) Uji insitu permeabilitas

'"c..
E
o
c..

T-:sl bilWah pem1ukaan air tanah


I' II I f- Ickanan pompa - kehilangar. tinggi energi

-h:s! !Ii alas perl1luka:ln air tallah


I' 112 I lckanan pompa - kehilangan tinggi energi

(a) metoda packer tunggal

Gambar.2.2.4-1 LUGEON Test (metode Packer).

Uji insitu permeabilitas, dilakukan untuk berbagai keperluan seperti


evaluasi permeabilitas pond as! bendungan; untuk perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi hasil pekerjaan penyekatan (terutama
pekerjaan injeksi semen/ grouting) dan lain-lain.
Dati berbagai metode yang ada, pengujian Lugeon digunakan secara
meluas untuk menguji sifat kelulusan batuan yang retak-retak dengan
mengukur besarnya bocoran setelahmenginjeksikan air bertekanan
kedalam Iobang pemboran.
Dipihak lain, batuan yang merata (homogen) dan dianggap sebagai
media yang lulus air, seperti endapan urai, granit yang sangat lapuk
dan lain-lain, pengujian dilakukan dengan menggunakan Hukum
Darcy yang memperhitungkan hubul1gan yang setara (proporsional)
antara beda tekanan dengan kebocoran (seepage). Packer, ujung
terbuka, sumur uji dan metode tracer (parit) adalah metode yang

63
umum dilakukan untuk pengujian permeabilitas dilapangan dan
dijelaskan sebagai berikut:
(1) Uji lugeon Genis packer).
Air bertekanan sebesar 10 kg/ cm 2 diinjeksikan kedalam formasi
batuan melalui kolom tertentu dari lobang-bor (dikatakan tahap
pertam.a)~
Volume bocoran per meter setiap menitnya (Jjmin/m) disebut
harga Lugeon dengan satuan Lu.
Bagan mengenai pelaksanaan metode ini beserta peralatannya
dittmjukkan pad a gambar 2.2.4-1. Gambar (a) adaiah jenis packer-
tunggal, dima~a tahap injeksinya terletak di antara packer dan
dasar lobang, demikian seterusnya bersamaan dengan kemajuan
pengeboran. Sedangkan (b) aclalah tipe packer -ganda dimana ke-
dua packer dipasang pada bagian atas dan bawah disetiap tahap
injeksi, dan pengujian dilakukan setelah seluruh pengeboran
selesai. Tipe packer-ganda walaupun lebih efisien tetapi
kemungkinan kesaiahannya tinggi akibat adanya kemungkinan
kebocoran pada packer-nya, sehingga penggunaan tipe tunggC11
pada prinsipnya lebih disarankan.

I , .,
..., / /{ I I I
// 7/v I I
v 7 / /(/~/- ~;
... '//ht;.:-/i I

A L:.c:tHl.lng:m te.brun dipcr'limblosbn (Q) Junlf;ah lit ):mg ml~ul...:


a t...dul.:ngln tcbnl.n di.;bl.ikl.n
I ~. KC'h....."Tl UJI 10 rn. nri:a~i tinier d;tunJuL:::2.tl Jnt2.l3 P' d;ln Q dJn hl(~J: lus,c:on \)0& s.C:1ul.i
J'In.:d.. IIJ.i.:.J.o ~.S •
.J. ~"~~~:..,UJI S·I!) nt Jib \cbnJ,n rcnchh (J'l<I.S lycm2). ~.lfg) I.. seon < I. ICLlpi PJd.J P > 1.5
l..~ ..... _ b'H m('n~chlbl.;an \.;cOOCo(~n sc:lun~a;.l hJf&l LA ntcr'hng.l.:Jt
;';".1 'Ch,l.\ll!!!,.l11 Id.. Jo)n ddlltun~. n1J:"l "'2h.rln dJUf )"Jng o'uji ;,J.l l...COIUtlt;\.;lnJI1 bes.1I
1...,:'(\1\.;11..::l.n p.Jlh td:;tnJo :;)It H < '10 m
,: .... ~ ;~I;.lln\

CdmbiH. 2.2.4-2 (a). Hasil Uji Lugeon (diameter labang bar 66 mm. dengan kalom uji
sepanjang 5 m)

64
_r-'(_ - ,-
;o:-n
.
~-'r-~

40 I I / : / L I
II V ~Xl
- - - ,- - r, '-- /., / : / /
7/ I' 1:--
i/-. - -;1- ,L .:..17-
i~ -;-' -
:YJ -
x
- - I-- / II I: II / V ,/w
1/11 V
iL .! / V V
..1 A/~
if 11 /: I
f-.
'
,"':-
17 4 -'-,.
'-

I I I /. V k':: J
II/ : :V .' V ..J
r/, / /. I .'·V ./
I 'j /./ V " V , .... 4o

)()
-
11 '/ , , V /./ ,

//1 'L /., V ''V - . / ---, Xl


'1/, '/ :/ L: ' ' V ,
--
,
~--
P/; V /. :1-::= " ~ " "
-. ,

l~ ~ '-:: '::.::;-- f::- ,-


"
"
-
.f&. e:::: f-: ,nltty or ... ~ttr 1~/tl~)
~ rl" - t'l)e<tr4 (j: ...

~"\0horl'v.:1 __
(lfldudll\.( ;:ov?l!nr)

Gambar 2.2.4-2 (b). Nomograph kehiiangan tekanan pada Uji Lugeon

Sebagaimana terlihat dengan jelas pada gambar 2.2.4-1 (b),


kehilangan tekanan semakin bertambah sesual dengan
bertambahnya injeksi air dan jumIah kehilangan-tekanan ini eukup
besar untuk diabaikan. Koefisien kelulusan air diperoleh dari
jumlah volume air yang masuk dari setiap tahap pengujian
berdasarkan hubungan antara volume dan tekanan air yang di-
injeksikan pada uji Lugeon dan dihitung dari rumus berikut ini:
- I

Q I
k In - ............ untuk l >10 r ........... (2.2.4-1)
2TI1H r

k = ~ sin-! I ............. untuk lOr >l:2:r ......... (2.2.4-2)


2TIIH r

dinlana:
k koefisien permeabilitas [emf det]
1 panjang kolom'pengujian [em]
H beda tinggi tekanan {em]

65
Q jumlah air di injeksi [cm3/det]
r jari-jari lobang bor [em]

Koefisien permeabilitas yang diperoleh dengan rumus ini


menunjukkan bahwa permeabilitas sebagai kecepatan rata-rata
aliran pada kemiringan hidrolis sama dengan satu dan
diperkirakan bahvva terdapat hubungan yang setara antara
besamya tekanan dengan jumlah air yang diinjeksikan. Dengan
demikian rumus ini tidak bisa diterapkan pada kondisi dimana
hukum Darcy tidak berlaku, misalnya aliran yang mele\vati celah-
celah retakan pada batuan (pada kondisi demikian digunakan
metoda pengujian lain seperti diuraikan di bawah ini). Namun
demikian, harga permeabilitas yang diperoleh dengan cara dan
kondisi seperti diuraikan di atas, pada tingkat tertentu masih
dapat digunakan dalam mengevaluasi permeabilitas.
HasH uji Lugeon selanjutnya diplot pada grafik seperti pada
gambar 2.2.4-2 (a) dan dipersiapkan sebagai peta Lugeon untuk
proW pondasi bendungan.
Data-data dasar ini bila dikorelasikan dengan peta geologi
(klasuikasi batuan) dimanfaatkan untuk perencanaan perbaikan
pondasi.

(2) Uji ujung terbuka.


Pipa casing dipasang sepanjang lubang sail1pai kedasar pemboran
seperti terlihat pada Gambar 2.2.4-3, kemudian air yang bersih
diijeksikan / dituangkan kedalamnya seraya mempertahankan
kedudukan muka air tanah di dalam casing. Setelah aliran air
kelihatan konstan, kemudian volume air yang diinjeksikan
dihitung. Koefisien permeabilitas formasi yang diuji bisa dihitung
dengan menggunakan rumus :

k = _Q-,-- ......................... (2.2.4-3)


S.S r H

66
dimana:
Q = jumJah air yang diinjeksikan/ dituangkan [em3/ det]
r = jari-jari dalam pipa casing [em]
H = beda tinggi tekanan air [em]
k = koefisien permeabilitas [emf detJ

Metode pengujian ini coeok untuk digunakan pada formasi lepas


dimana lobang pemboran mudah runtuh apabiJa tidak dipasang
casing, misalnya pada pasir lepas atau kerikil, debu vulkanis,
batuan yang sangat lapuk, dan lain-lain.

"" H = Hg (tcbn,n hidrost"is) + IIp (lebo,n «""bi)


! ..... ~:m:m hidrost3tis tci(;"l:'"!:'l" ~'r.":'o:)1

Gambar 2.2.4 -3 Uji permeabilitas dengan metoda ujung terbuka.

Hal-hal yang perIu dipertimbangkan dalam pelaksanaan


pengujian:
1. Harus dijaga agar tidak terjadi kebocoran melalui ruang antara
dinding lubang bor dengan casing.
11. Pengukuran dimulai segera setelah dicapai debit aliran air
injeksi yang konstan (tetap) dan dilakukan sekurang-
kurangnya selama 30 menit untuk yang permeabilitasnya
rendah dan sekurang-kurangnya 60 menit untuk yang lebih
besar.
iii. Bila diinjeksikan dengan air bertekanan, harus dijaga agar

besarnya tekanan konstan.


iv. Mengingat tekanan berlebihan bisa merusak formasi yang
diuji, maka tekanan yang cocok adalah bila tinggi tekanan air.

67
kurang lebih sarna dengan 1,5 kali kedalaman beban tanah
penurup di atas fDrmasi yang diuji.

(3) 1'v1etode sumur uji.


Pada prinsipnya pengujian ini adalah sarna dengan metode
packer, dan dilaksanakan khususnya untuk memperoleh koefisien
permeabilitas formasi di atas permukaan air tanah" Pertama-tama
digali sumur uji dengan kedalaman antara 10 sampai 50 kali jari-
jari sumur. Gambar 2.2.4-4
Setelah dibersihkan kemudian diisi dengan pasir kurang lebih
sampai dengan 15 em di bawah permukaan air sumur.
Kemudian dipasang pipa casing vertikal di atas pasir agar
pengoperasiannya bebas tanpa menyenruh dinding sumur. Air
bersih yangsebelumnya telah dipersiapkan di dalam tangki
(tandon) kemudian diinjeksikan ke dalam sunur lewat pipa lenrur
(slang) berdiameter 0,5 inci, sedemikian hinf,ga jumlah air yang
meresap kedalam formasi meneapai konstc1n liM), ke!11udian
diukur. Kocfisien pcrmeabilitas diperoleh dari rUl1iUS :

' . -I (h)_I]
O.•if SInn - -Q
Kondisi I :
k20= h/ 211 (::a) . . (Tg >3h) .... (2.2.4-4)

0.1 In(~)X
r 2IT
Kondisi II: - - - - -........ (h:o;T dh) ........... (2.2.4-5
1 1 J1 -I g
h2[_+":"C_ ) ]
6 3 Tu

O.lln( !!.)_Q-
Kondisi III: r 2IT
- - - - - - - ..... (Tg <11) ....... (2.2.4 -6)
h ~[( ~ )-1 -J.( ~) -~]
Tu 2 Tu

dimana: k20 = . koefisien permeabilitas (em/ det)


h = kedalaman air sumur, dihitung dari dasar sumur
··(m)
r jari-jari sumur (m)
Q = debit air ~ang meresap (1/ det)

68
llr = koefisien kekentalan air pada suhu =T
u 20 = koefisien kekentalan air pada suhu 20° C
Tg = ketebalan lapisan tak jenuh air diantara muka air
di dalam sumur dengan muka air tanah didalam
formasi atau dengan lapisan kedap air di
bawahnya (m).

kcadnn Ii: h~Tg~h ke.:>dlJn m: Tg<h


T, =. bpl:-.:m I;;\... Jcnuh

dl.S2f lir wuh atlu iJpisJ.n kcd:lp air

kc,daan J: Tg<= 3h

Gambar 2.2.4-4 Hubungcin jarak antara kedalaman air di dalam


sumur uji dengan muka air tanah di dalam uji
permeabilitas.

(4) Metode pemompaan


Harga koefisien permeabilitas juga dapat diperoleh dari
penurunan atau pemulihan kembali muka air tanah selamaj
setelah pemompaan.
Pengujian dilakukan dengan suatu kombinasi pemompaan pada
sumur yang berdiameter besar serta sumur pengamatan yang
diameternya lebih keci!. (lihat gambar 2.2.4-5). Fada umumnya,
diperIukan beberapa sumur pengamatan dengan jarak masing-
masing kurang lebih 10 meter sampai beberapa puluh meter dari
sumur pemompaan.

69
Pada saat sumur dipompa, maka akan terjadi penurwlan muka air
tanah yang sebanding dengan debit pemompaannyao
Ada dua kondisi yang mungkin timbul saat pengujian. Pertama
yang disebut dengan kondisi keseimbangan, dimana penurunan
muka air tanah tidak berjalan kontinyu walaupun dipompa secara
menerus dengan debit yang tetap. Sedimgkan yang kedua disebut
kondisi ketidak-seimbangan, dimana penurunan muka air tanah
terus berlangsung selama pemompaan.
UnD.1k menghitung besarnya koefisien permeabilitas kedua
kondisi tersebu~ di atas, digunakan beberapa persamaan yang
disebut persamaan keseimbangan dan ketidakseimbangan.
Persamaan yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
i. Persamaan keseimbangan atau persamaan Thiem.

untuk akuifer tertekan.


(2.2.4 - 7)
dimana:
k koefisien permeabilitas (ml detik)
Q debit pemompaan (m 31detik)
m ketebalan akuifer (m)
r1,r2 jarak an tara sumur pemompaan dengan 5umur
pengamat (m)
51,s2 penurunan muka air tanah di dalam sumur
pengamat (m)
kedalaman lapisan kedap air dihitung dari
permukaan air didalam sumur-sumur pengamatan
"': ....,.\.. .. :..,....-._ ..

(m)

70
Gambar 2.2.4-5. Tipikal Pemompaan Uji

11. Persamaan ketidak seimbangan atau persamaan Theis.

T = ~ W(u), S = 4 Tu _1_
j ,
k =
1
........... 2.2.4-8
4 TIS r-h ill

dimana:
T koefisien rembesan (m 2 j detik) = Koefisien
permeabilitas xketebalan akuifer
Q debit pemompaan (m3 j detik)
s penurunan muka air didalam sumur pengamat (m)
s koefisien tandon dari akuifer
VV(u) persimpangan sumur (well junction)

Pada umumnya konstanta hidraulik yang diperoleh dengan


metode pemompaan uji pada akifer yang relatif merata, secara
teori menggambarkan kelulusan tanah secara luas. Oleh karena
itu, di dalam memperkirakan sifat-sifat rembesan pada
bend ungan serta perilaku air tanah pada dan sekitar
bendungan yang disebabkan oleh penggenangan dianjurkan
untuk menggunakan konstanta akuifer yang diperoleh dengan
metode pemompaan uji. ,

71
(5) Metode penelusuran.(Tracer Method)
Metode ini digunakan untuk mengetahui kecepatan nyata aliran
air tanah dan jalur rembesannya dengan menggunakan bahan
celup organik seperti fluorescein sodium, uranin, fluchsine, dIl, ion-
ion klorida seperti garam, amonium klorida, dU, dan radioisotop
seperti kobalt 60, fosfor 32, yodium 131, dll.
Bahan-bahan ini disuntikan pada lubang bor (atau sumur),
kemudian ditelusuri lev,rat lubang bor Iainnya, sumur, termvongan
atau mata air.

5) Metode uji in-situ geoteknik


(1) Vji Pembebanan
1. Metode
Vji dongkrak (atau plate loading test") didalam galian uji, uji
/I

pembebanan dalam lubang pemboran, uji in-situ geseran di


dalam termvong uji, dlt adalah metode-metode uji yang lazim
digunakan untuk mengetahui sifat-sifat defonl1asi, seperti
modulus deformasi dari bahan. Setiap metoda menerapkan
solusi elastis· untuk batuan yang homogen dan isotropis,
sehingga hasil yang diperoleh bersifat kompoehensif dan tidak
hanya mewakili bagian batuan yang terbatas.

72
Tabe12.2.4-5 Meloclc chin 111aksucl pengujian batuan
a. Pengujian sifat-sifat fisik

jENIS PENGUjlAN IvlETODA f'ENGUjIAN KOEFISIEN YANG DIDAI'AT FREKUENSI PENGGUNAAN TUjUANj ~lt\KSUD

Penr;ujinn unluk si[a! fisiko [>ernl Jenis, Daya seraI', l.lcral Jenis, Poros;!as, Koeiisi('n Sclalu KJasifil-asi baluilll, Evalu!lsi
l'ermeabiJilds, lx:rnl ,,,lunn. pNllleabililas, benll snlllan. KlI,liilas baluan.
-
Tidak merusak Gelomb,\l11; ullrasonik Modulus claslisilils dinilmis Scringkilli KlasifiJ..asi 13atuilll
"POlsson's ration diniunis.

StabiEtas PClnbckuc\Jl dan Sl"bililas lerhadap pembekual1 dan Scring Evaluasi kualilas baluan
Pencair"n/I'elelehan pencairan/ pelelehal1

Pl~l\ycrapall Air Stabilit"s terhildap pembasahan dan Scring Ev.11uasi kualitas batunn
penyerapan air

f'en!;emba"g.\J\ lJcsilrnya pen!)embilny,an dan Scrin!) Evaluasi kun!itas batllan


lckl\l\i\1l Hkilwt pen'lHllIllHll\

b) P -- -0-- -- . fEl t-sif<l


- - _._ ..t -
- -k
---~ ---

['cmam pa tan (kom presi) T"kanan pemampatan beb,\s Kekuatal1nya terhadnp Sciulli Klasifikasi batuan, penggalian,
pCllIampatal1 l>cbas, modulus evaluasi kualitas batuun. I
'- deformilsi (elilsti,). "I'oisoll' s
Rnliolt.

Tekallan 1><'fl\illl\patatl trisumbu KOtlstilllta kekuatall biltu, (c,,!» Scringkilli Klasifikasi battlall
lIIodllllls defor.llasi elastis. Nilai
.1'0iSOll.(l'oiss(1l\'S IZ"lio)

Tel~alll;an Tarikall (snlu dimellsi) Kcklliltan terhndnl' lC!)illll;nn tnrik bila dipcrluknl\ Klasifiknsi batllall

Tegangan Tarik 13rasilinn Kekllatall terhada\' tegall1)an tarik Seringkali Klasifiknsi b.lluilll

I3cngkokan Kekuatan terhadnp te!)nngan tarik bila dipcrlukan Klasifikasi batuan

Gesenln Gescnln lilllgSlillB Kckuntllll geser, kOllstilllta bilt\lal\ ScrinBkali Klasifikilsi balunn

Restitusi Dayn d ukun!) kekemsan Daya dukllll!) kekernsan bila dipcrlukilll Klilsifikilsi batunn

Kekerasiln P,liu 5<:himdt Koefisiell rcstitusi biln dipcrlllknn Klasifikasi batllan

73
11. Jenis-jenis uji pembebanan

Q) Pengujian Dongkrak CJacking Test")


Pengujian dongkrak adalah uji pembebanan dimana
permukaan tanah pad a galian uji dibebani melalui sebuah
piringan. Pengujian ini dibedakan antara metode tekanan
konstan dan metod a peru bahan konstan, tergantung
kepada metode pembebanannya. Yang pertama, beban
yang dihasilkan dad dongkrak hidrolis dibagikan secara
merata oIeh diafragma bundar berkelenturan tinggi dan
disalurkan ke permukaan batuan melalui lapisan semen
(mortar) di atasnya. Yang kedua, deformasi dari dongkrak
hidrolis disalurkan secara merata kepermukaan batuan
melalui piringan bundar yang kuat dan sangat kaku.

@ Uji beban pada lubang bor.


Sebuah alat bertekanan dimasukkan kedalam lubang
pemboran, kemudian tekanan yang merata dikenakan pada
dinding lubang bor. Pada saat yang bersamaan harga
modulus deformasi D diukur berdasarkan pada laju
peregangan daripada dinding lubang bor dengan asumsi
bahwa tanah (batuan) merupakan tubuh yang setengah
elastis. Bila diameter lubang bor semula adalah d
sedangkan perubahan diameter akibat tekanan (P) adalah
Lld, maka harga modulus deformasi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

Lld = d(l + v).P


D ...................... (2.2.4-9)

dimana : v adalah nilai Poissons ("Poisson's ratio")

74
Pada dasarnya metoda ini dibagi dalam 2 (dua) jenis
berdasarkan atas alat yang digunakan serta
instrumentasinya seperti dijelaskan pada Gambar 2.2.4-6
Jenis ekstensometer, atau jenis pembebanan merata,
dimana tekanan yang merata dikenakan pada seluruh
dinding lubang bor dengan menggunakan cairan atau
gas bertekanan yang berada pad a kantong elastis.
Jenis dongkrak, atau jenis pegeseran dimana sebagian
dari lubang bor ditekan dengan dongkrak melalui alat
berbentuk setengah tabung yang kaku dan kuat.
Pengujian ini dilaksanakan dengan metode laju
pen1bebanan seragam yang mengontrol faktor waktu
dan pembebanan. Pemebebanan dilaksanakan secara
bertahap dengan penambahan beban setiap tahap kira-
kira 1/20 beban maksimum yang diperkirakan. Laju
deformasi (deformasi rayapan) didapatkan dari
pengukuran deformasi pada interval waktu yang
cukup, sedangkan pada setiap tahapan dipertahankan
konstan selama kira-kira2 menit.

Pengukuran dan penambahan tekanan terus dilakukan


hingga menunjukkan terjad¥Iya deformasi. Hasil pengujian
kemudian diplot untuk memperoleh grafik hubungan
antara tekanan versus deformasi komulatif dan tekanan
versus deformasi rayapan. Dari sini, modulus deformasi
dapat dihitung :

75
Air bert ci:2l12l1
g3S bctci:2l1an oil bertci:o::nll

Ir
r ~ ____ Tcbnan pb!

,---.--0

tire dmgkrak

Gambar 2.2.4-6. Beban pada lubang bor

r,1etode ini pad a a\valnya dimaksudkan untuk mengukur


deformasi dan karakteristika kekuatan tanah lunak terhadap
beban mendatar. Belakangan ini metoda tersebut diterapkan
jug.:: pada batuan.
\feskipun metoda llll dinaJai sangat baik didalam
memperkirakan sifat-sifat deformasi tanah ditinjau dari segi
biaya yang relatif murah serta cara yang sederhana, namun
dianggap kurang teliti, terutarna bila deterapkan pada batuan.

(2) Uji insitu geseran


Kekuatan batuan terutama dipengaruhi oleh orentasi dan
kerapatan dari struktur-struktur kekar dan retakan. Karena harga
yang diperoleh dari pengujian terhadap sepotong contoh batuan
mungkin tidak secara Iangsung mewakili sifat-sifat massa batuan
secara keseluruhan, maka pengujian insitu geseran perlu
dilakukan. Akan tetapi, metoda ill! dianggap kurang
menguntungkan karena selain relatif mahal dan perlu tenaga yang
intensll, juga dibutuhkan obyek pengujian yang relatif besar agar
diperoleh harga yang representatif. Teori keruntuhan mengenai

76
fenomena pemecahan batuan yang mengandung retakan saat ini
telah cukup dikembangkan. Sekarang, kekuatan puncak dari
batuan dapat diperoleh dari diagram keruntuhan Mohr's yang
menggambarkan tekanan-tekanan utama pada saat keruntuhan.
(Gam bar 2.2.4-7).

Gambar 2.2.4-7 Pola keruntuhan geser menurut Mohr dan teori


Coulomb

Metode langsung untuk memperoleh diagram Mohr adalah


dengan melakukan uji penghancuran dengan menggunakan alat
uji tri-sumbu terhadap sampelj potongan massa batuan, namun
metode ini dinilai kurang menguntungkan mengingat diperlukan .
peralatan yang relaru besar. Oleh karena itu uji geser langsung di
dalam terowong uji (Adit) telah dikembangkan sebagai metode
yang sederhana. Di dalam metoda ini, yang dicari adalah besamya
beban runtuhan geser pada kondisi be ban vertikal yang dibuat
konstan dan dihasilkan oleh dua buah dongkrak hidrolis yang
disangga oleh dinding-dinding terowongan (adit) yang masing-
masing dipasang vertikal dan horisonta1.
Dalam hal mi, kondisi keruntuhan ditentukan dengan mengukur
pergeseran pada arah geseran atau beban vertikal. Uji in-situ
geseran ini diklasifikasikan menjadi uji geseran blok dan uji
geseran batuan. (Lihat gam bar 2.2.4-8)
Uji geseran biok bertujuan untuk mengetahui keruntuhan geser
batUan didekat bidang kontak dengan blok beton yang dibangun
. .
di atas permukaan batuan. 01eh karen a itu, pengujian ini dapat

77
diterapkan apabila kekuatan geser pada bidang kontak lebih besar
dibandingkan dengan kekuatan geser batuan itu sendiri.
Sedangkan pada uji geser batuan seperti digambarkan pada
gambar 2.2.4-8 (b), batuan yang akan diuji pertama-tama dibentuk
bIok/ balok, kemudian digeser secara langsung. Apabila batuan
sulit dibentuk sesuai dengan ukuran 'dan bentuk yang diinginkan,
maka biok ditutup dengan beton.

IrC'n su;>;>or:

Concrete block
Uji geser :,10k (b) Uji gcscr baman
(a)

Concrete block Balok beton


RoUer Penggelincir
Dial Gange Jarurn pengukur
Crest Puncak
~!ortar Adonan semen
Circular loading Plate Pda! pernbebanan
Iron Support Penyangga dan besi
Reaction Supporting concrete = Beton Pereaksi
Jack Dongkrak

Gambar 2.2.4 Metoda uji geser

Dad ke dua metode di atas, sulit dinyatakan mana yang lebih baik
sehubungan dengan variasi litologi dan kondisi pengujiannya.
Namun perlu dipertimbangkan terutama pad a batuan lunak

bahwa harga tekanan geser en yang diperoleh dari Uji Geser


Batuan pada umumnya lebih kecil dari nilai rata-ratanya karena
adanya kemungkinan terjadinya pergeseran parsial.
Oleh karena itu ada pandartgan bahwa uji geseran blok lebih
praktis dalam menentukan besamya tekanan geser yang
mendekati nilai rata-ratanya.

78
2.2.4.3 Vji Iaboratorium
a) Metoda Vji Batuan di Laboratorium
La boratorium uji batuan dalam rangka investigasi geologi untuk
bendungan dilakukan terutama untuk dua tujuan, yaitu (Tabe12.2.4-5):
Menganalogi sifat-sifat teknis massa batuan dari bagian kedl
pecahannya, juga sebagai pelengkap data dalam rangka
mengklasifikasikan batuan dengan membandingkan sifat fisik dan
kimiawi dari pecahan-pecahannya.
Untuk mengetahui sifat-sifat teknis massa batuan atau pecahannya
sebagai bahan batu untuk konstruksi bendungan, bahan agregat beton
dan lain-lainnya, dan untuk mengevaluasi kualitas bahan.

b) Uji Sifat-sifat fisik dan kimiawi.


1) Uji Fisik.

Pengujian ini meliputi penentuan berat jenis, porositas, daya serap,


koefisien permeabilitas, satuan berat, dan lain-Iainnya dari pada
batuan dan termasuk dalam standar uji agregat beton pada }1S. Nilai-
nilai ini menunjukan sifat-sifat dasar batuan, dan merupakan unsur
mutlak sebagai data dasar untuk mengklasifikasikan batuan dan
evaluasi kualitatif dari pada bahan batuan.

2) Uji gelombang ultrasonik.


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui harga modulus elastisitas
dinamis batuan dengan mengukur cepat rambat gelombang
ultrasoniknya (pada batuan). Karena sifat-sifat elastisitas disini bisa
diperoleh pada contoh bahlan tanpa perusakan, maka pengujian ini
disebut metoda Non-destruktif.
Perusakan batuan, seperti terbentuknya retakan-retakan dan
peningkatan pelapukan, dapat diperkirakan mencakup areal yang
luas dengan cara membandingkan cepat rarnbat antara gelombang
ultrasonik dengan gelombang seismik dari pada batuan. Dengan

79
demikian metoda ini dapat dikatakan sebagai metoda yang efektif
untuk mengklasifikasikan batuan.

3) Uji beku-cair (Freezing & Thawing Test)


Batuan akan mengalami proses pelapukan dan perusakan akibat
hujan, sinar matahari, pembekuan, pencairan dan sebagainya.
Khususnya pada batuan lunak misalnya, batu pasir, batu lempung,
sekis, dan lain-lain menunjukkan tanda-tanda perubahan rada
volume serta penurunan kekuatannya.
Maksud dari pengujian ini adalah untuk mengetahui daya tahan
batuan terhadap fenomena pembekuan dan pencairan.
Ada dua macam metoda; pertama ialah dengan mengulang proses
pcmbekuan dan pencairan terhadap contoh batuan di dalam tangki
air; yang ke dua adalah dengan mengulang proses, dimana contoh
batuan direndam di dalam sodium sulfat dan kemudian dipanaskan
di dalarn oven, (Lihat lIS A1122). Kedua metoda bertujuan untuk
mengetahui ketahanan batuan dengan cara menghancurkan kristal-
kristal yang menyusun batuan. Metode ini nampaknya lebih diartikan
sebagai harga relatif karena masih diperlukan evaluasi sejauh mana
kondisi pengujian dibandingkan dengan kondisi alami sebenarnya.

4) Uji serap air (Water Absovbtion Test)


Maksud pengujian ini untuk mengetahui ketahanan batuan terhadap
air, khususnya untuk beberapa batuan Iunak, lapuk atau selang-
seling. Metoda ini bertujuan untuk mengetahui pengurangan berat
contoh batuan (yang dipersiapkan seperti pada uji beku cair) sebagai
akibat dari proses penghancuran atau perusakan dengan cara
direndam dan dipanaskan secara berulang-ulang. Meskipun masih
.- ada beberapa masalah mengenai cara mengevaluasi hasil! uji/ pada
saat ini hasil pengujian pada· umumnya dianalisa dengan cara
membandingkannya dengan sampel standar yang telah ditetapkan.

80
Perlapisan batuan yang mengandung mineral lempung yang
mengembang seperti montoriHonite dan lain-lain, keadaan aslinya
ml1ngkin sangat keras, akan tetapi seringkali mudah haneur setelah
menyerap air dan kemudian dedikit dikeringkan.

5) Uji muai (Swelling Test)


Pengujian it'll dimaksudkan untuk mengetahui besarnya pemuaian
massa batuan yang digali, kemudian terendam air.
Jenis pengujian ini eoeok untuk diterapkan pada batuan lapuk, batuan
lunak, tanah dan lain-lain.

6) Sifat-sifat kimiawi batuan


Beberapa mineral pada batuan dapat menjadi penyebab kerusakan
pada beton sehubungan dengan reaksi dengan alkali. Misalnya batuan
yang mengandung opal, holohyline, apatite, allite, dan lain-lainnya .
. Batuan yang mengandung sul£ida besi, pyrite, dan lain-lain sangat
mudah teroksidasi dan bahan-bahan hasH oksidasi ini serta asam
belerang sering merusak daya rekat beton atau meneemari air sungai.
Oleh karena itu kandungan mineral-mineral pada batuan yang
merugikan ini pada batuan harus diselidiki secara cermat.

c) Pengujian sifat-sifat mekanik


1) Uji Desak-bebas (Unconfined Compression Test)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan batuan terhadap
tekanan desak. Besarnya tekanan maksirnum pad a saat contoh batuan
pecah disebut kuat desak-bebas (Unconfined Compressive Strength)
atau kapasitas ketahanan desak dan merupakan harga kekuatan
batuan. Walaupun pelaksanaan pengujian ini sangat sederhana,
namun harus dikerjakan secara hati-hati mengingat variasi perolehan
harga sangat mudah terjadi .hanya karena perbedaan kondisi
pengupan.

81
Perubahan nilai ini terutama disebabkan oleh berbagai faktor seperti
ukuran, bentuk, Iaju pembebanan, kadar air, dan lain-lain. JIS M 0302
menjelaskan kondisi-kondisi ini.
Harga kuat desak bebas tidak hanya mewakili nilai kekuatan batuan
saja tetapi dapat digunakan juga untuk berbagai keperluan, dapat
diterapkan pada beberapa penggunaan seperti klasifikasi batuan,
perencanaan penggalian batu, penilaian kualitas material dan lain
sebagainya.

2) Uji Brasilian (Braz.Hian Test)


Pengujian ini merupakan perbaikan dari kekurangan-kekurangan
yang terdapat pada uji tegangan satu dimensidan cara-caranya sangat
mudah baik prosedurnya maupun persiapan contoh uji (sampel) .
Contoh uji dibentuk silinder atau kolom segi empat, kemudian
ditekan secara mendatar dari kedua sisirlya sampai hancur. Besarnya
beban (tekanan) inilah yang dian.gggap sebagai kuat-tarik dari batuan.
Terdapat beberapa kriteria untuk ukuran dan bentuk dari contoh uji.
Di dalam JIS telah ditentukan bentuk kolom sHinder berdiameter 20
sampai 100 mm.
Estimasi besarnya kekuatan-tarik yang didapatkan dari pengujian
Brasilian menunjukan kesesuaian yang baik dengan yang diperoleh
dati pengujian tegangan satu-dimensi, oleh karena itu pengujia.!
Brasilian digunakan secara luas.

3) Uji geser langsung.


Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan geser batuan
dengan cara menekannya hingga pecahj bergeser pada bidang yang
telah ditentukan. Perala tan yang digunakan pada umumnya terdiri
daTi dua kotak yang terpisah, kotak bagian bawah dan kotak bagian
atas yang masing-masing untuk menempatkan contoh uji serta
sebagai tumpuan tekanan vertikal dan tekanan mend'atar. Untuk
pengujian contoh batuan, sering digunakan uji geser standar yang.

82
diusulkan oleh Protojakonof. Peralatan unblk pengujian ml
menggunakan peralatan st~ndar untuk uji-desak yang
memungkinkan terjadinya penggeseran eontoh uji disepanjang bidang
geser yang telah ditentukan serta pada setiap sudut arah pembebanan
yang diinginkan. Namun metoda pengujian ini mempunyai
kelemahan-kelemahan, diantaranya bidang geser yang telah
ditentukan sebelumnya mungkin berbeda dengan kenyataan
sesungguhnya di lapangan.
Disamping itu arah tekanan pad a bidang geser mungkin tidak merata
atau arah tekanan geser dan arah bidang geseran boleh jadi tidak
selamanya searah.

4) Uji kekerasan restitusi


Kekerasan batuan pada umumnya ditentukan oleh daya tahannya
terhadap deformasi yang diakibatkan oleh gay a terlentu pada
pernlUkaannya. Dengan demikian kekuatan batuan kira-kira dapat
ditaksir daTi restitusi kekerasannya. Beberapa contoh pengujian
dengan metoda restitusi adalah "Shore Hardness Test" dan uji restitusi
"Schmidt Hammer Test". Shore Hardness Test dimaksudkan untuk
mendapatkan kekerasan restitusi batuan berdasarkan besamya tinggi
.."

pantulan dari sebutir berlian atau bola baja bila dijatuhkan daTi
ketinggian 25 em. Kekerasan restitusi diperoleh dengan
membandingkannya dengan nilai standar, dimana nilai 100 identik
dengan pantulan setinggi 15 em.
Uji restitusi Schmidt Hammer secara prinsip teorinya sarna dengan
Shore Hardness Test, tetapi digunakan seeara luas, karena
peralatannya relatif kecil dan ringan, dan prosedur pengujiannyapun
sederhana.
Seperti diketahui bahwa kekerasan restitusi mempunyai korelasi yang
baik dengan kuat desak bebas, kuat tarik, laju eepat ram bat
gelombang seismik dan lain-lain. Oleh karena im, hasH yang
diperoleh dapat digunakan untuk mengklasuikasikan batuan,

83
pemilihan mesin bor yang coeok untuk penggaliannya, program kerja
pengg~ Han batu dan lain-lain.

2.2.4.4 Pengolahan hasH investigasi


a) Klasifikasi teknis batuan dasar
1) Faktor-faktor klasifikasi
Batuan dasar hendaknya diklasifikasikan dan dikaji berdasarkan sifat-
sifat keteknikannya agar bisa dievaluasi mengenai eoeok tidaknya
sebagai pondasi be~dungan serta dapat diperkirakan bagaimana sifat-
sifatnya mekaniknya atau kelakuannya setelah konstruksi selesai.
Karakteristika-karakteristika batuan berikut ini bisa dipertimbangkan
sebagai faktor-faktor yang penting dalam rangka mengklasifikasikan
batuan dasar.
(1) Karakteristika geologi.
Spesies batuan seeara garis besar dikelompokan berdasarkan asal
usulnya serta kapan pembentukannya. Kemudian bisa dibagi-bagi
lagi menjadi sub-sub kelompok berdasarkan mineraloginya dan
susunan kimiawinya, distribusi butirannya dan lain-lain.
Pada umumnya sifat-sifat teknik massa batuan lebih banyak
ditentukan oIeh asal-usul terjadinya atau origin-nya.
Sedangkan nama stratigrafi merupakan unsur utama di dalam
klasifikasi batuan.
Proses pelapukan akan diikuti dengan proses kemerosotan mutu
atau kemerosotan sifat-sifat teknik batuan. OIeh karena itu, tingkat
pelapukan merupakan salah satu faktor utama didalam
menentukan sifat-sifat keteknikan batuan.
Mengingat pelapukan ditinjau dari aspek teknik merupakan
kenampakan langsung jumlah perubahan kimiawi dari pada
komponen-komponen mineral yang ada, maka derajat pelapukan
bisa ditentukan dari pengamatan terhadap mineral-mineral yang
mudah Iapuk.

84
Selanjutnya, retakan-retakan atau rekahan-rekahan pada massa
batuan juga merupakan faktor yang penting untuk menentukan
!

sitat-sifar batuan. Retakan-retakan merupakan wujud ketidak-


sinambungan dari massa batuan yang utuh, oleh kerenanya tidak
hanya berpengaruh terhadap kekuatannya saja, tetapi juga
anisotropis dan heterogenitasnya. Rekahan pada umurnnya
terbuka, atau terisi oleh lempung atau pasir halus dan lain-lain,
yang berpengaruh terhadap stabilitas serta permeabilitas massa
batuan. Besar kecilnya pengaruh tersebut tergantung kepada
bukaannya, material pengisinya, kerapatan atau kekerapannya
serta orientasinya. Sejauh ini metoda klasifikasi standar menge;nai
kerapatan rekahan/retakan pad a massa batuan baru ada seperti
yang diuraikan pada sub bab 2.2.4.3 b), namun masih diragukan
apakah metoda tersebut dapat diaplikasikan pada setiap kondisi
lapangan. Oleh karena itu, kondisi lapangan harus
dipertimbangkan dalam memformulasikan uraian rekahan.
Sehubungan dengan arah dan orientasi rekahan, maka arah-arah
yang dominan harus ditentukan berdasarkan pengelompokan data
statistik terhadap pengukuran jurus dan kemiringan rekahan-
rekahan tersebut.

(2) Sifat-sifat mekanik jenis batuan.


Batuan dasar bisa berupa campuran massa batuan danl atau
pecahan-pecahan batu. Sifat-sifat mekanik massa terutama
ditentukan oleh jenis batuan itu sendiri dan merupakan unsur
terpenting dalam mengklasifikasikan massa batuan.
Kuat desak bebas, cepat rambat gelombang seismik, kekerasan
restitusi, kuat tarik, dan lain-lain adalah cara yang umum untuk
mengevaluasi sifat-sifat mekanis batuan dalam rangka
mengklasifikasikan massa batuan.
Uji kwzt desak bebas yang pelaksanaannya relatif mudah dengan
prosedur yang sederhana dianggap cukup representatif dan oleh
karenanya Jigunakan secara ·luas untuk mengklasifikasikan
batuan. Harga kuat desak yang diperoleh berkisar sampai.

85
beberapa ribu kg/ cm2 dan sering diklasifikasikan kedalarn 3
sarnpai 5 tahap kekuatan (periksa JIS A 500-31963, material batu,
dan lain-lain).
lviodulus Elastisitas dapat diperoleh dengan mengukur perubahan
bentuk searah sumbu selama berlangsungnya pengujian desak.
Modulus Elastisitas ini dikombinasikan dengan harga kuat desak
bebas telah digunakan untuk klasifikasi batuan (Deere dan Miller,
1966). Sifat-suat mekanis yang diperoleh dari pengujian lain
seperti Schmidt Hammer dan Kuat Tarik juga I:1cmpunyai korelasi
yang baik dengan kuat desak bebas serta modulus elastisitas dan
kesemuanya juga digunakan secara luas sebagai unsur yang
menunjukkan kekuatan batuan.

(3) Sifat-sifat mekanis massa batuan.


Sifat-sifat mekanis yang Iangsung dapat dipakai untuk
mengevaluasi kekuatan pondasi bendungan adalah modulus
elastis (sub bab 2.2.4.2 b) 5) (1) Uji pembebanan) dan Kekuatan
Geser (2.2.4.2 b) 5) (2) Uji in situ geseran). Keduanya merupakan
faktor utama yang penting untuk mengevaluasi dan
mengklasifikasikan pondasi bendungan ..

(4) Faktor-faktor lain.


Pengamatan terhadap perolehan inti pemboran (core recovery)
dan investigasi dengan Schmidt Hammer juga penting untuk
klasifikasi. Kenampakan serta keadaan inti pemboran seperti laju
perolehan inti, panjang inti pemboran dan lain-lain, sangat
ditentukan oleh heterogenitas massa batuan, meskipun
profesionalisme operator pemboran juga ikut menentukan. Selama
ini laju perolehan inti pemboran telah digunakan sebagai indeks
untuk mengkaji kondisi massa batuan. Deere (1964) mengusulkan
RQD (Rock Quality Designation) sebagai indeks untuk kondisi
perolehan inti pemboran, dengan pertimbangan bahwa penggal
atau potongan/ panjang inti pemboran yang diperoleh .

86
menunjukkanf mewakili kerapatan (interval) daripada kekar-
kekar yang ada. RQD didefinisikan sebagai prosentase qaripada
inti pemboran yang panjangnya minimal 10 em, yakni bila
diameter inti pemboran 66 mm. Selama RQD dianggap mewakili
kondisi kekar f retakan, telah dibuat suatu indeks untuk
menetapkan derajat batuan (reLTabe12.2.4 - 6).

Tabel 2.2.4 - 6 RQD dan derajat batuan


(Deere et at 1967)

RQD Derajat Batuan

0-25 . sangat jelek

25 -50 jelek

50 -75 sedang

75 - 90 baik
90 -100 bagus sekali

2) Contoh klasifikasi pondasi batuan untuk bendungan


Banyak ahli yang telah mengusulkan metoda klasifikasi teknis untuk
massa batuan, namun °masih selalu dibutuhkan penyempurnaan-
penyempurnaan agar dapat diterapkan untuk semua kondisi lokasi
bendungan.
Sebagai eontoh adalah klasifikasi mengenai jarak kerapatan dari
kekarfretakan yang masih tergantung kepada selera masmg-masmg.
Hal ini terutama disebabkan oIeh perbedaan jenis batuan sebagai
obyek atau perbedaan asal-usuI dan sejarah geologinya, meskipun
untuk jenis batuan yang sarna sekalipun, tergantung Iokasmya. Yang
jelas adalah sukar untuk membuat standarisasi mengenai batas-batas
klasifikasi mekanis batuan, karena banyak selsali faktor yang terkait.
Oleh karena itu/ faktor-faktor klasifikasi terutama hanya layak atau
tergantung kepada lokasi bendungan yang bersangkutan, sehingga
disarankan agar klasifikasi disesuaikan dan mempertimbangkan
desain serta konstruksinya.

87
Metode klasifikasi Tanaka untuk pondasi bendungan merupakan
metode tertua yang pernah diterapkan di Jepang dan merupakan
dasar pengembangan metode selanjutnya. Didalam metode klasifikasi
ini, faktor-faktor yang digunakan adalah: 1) Kekerasannya, yakni
sevvaktu dipalu dengan palu geologi, 2) tingkat pelapukan
mineral/batuan, dan 3) karakteristika kekar. Katagori batuan beserta
kara kteristikanya berdasarkan metode Tanaka tersebut disajikan pada
Tabel 2.2.4 - 7. Metode ini telah digunakan secara Iuas karen a sangat
sederhana ditinjau dad dasar klasifikasi yang hanya menggunakan
"Hammering" dan pengamatan lapangan, dan sampai sekarang masih
berlaku . .valaupun harus didukung oleh parameter sifat-sifat mekanik
batuan.

TabeI2.2.4 - 7 Klasifikasi kriteria batuan untuk pondasi bendungnan.


(Menurut Tanaka)

! Katagori Karakteristika

A Batuan sangat segar, tanpa pelapukan atau tidak nampak adanya perubahan pada mineral-
mineralnya, Rekahan dan kekar-kekar yang tertutup rapat dan bidangnya tidak mengalami
pelapukan. Pada waktu "hammering" suaranya matalik (nyaring).

B Batuan sangat keras, retakan dan kekar tertutup rapat (walaupun hanya 1 nun). Namun
sebagaian telah men gal ami pelapukan ringan, juga perubahan pada mineral-mineralnya.
Suaranya pada waktu "hammering" metalik (nyaring).

CH Relatif keras walaupun mineral-mineral dan partikelnya men gal ami pelapukaIl, kecuali
mineral kwarsa. Pada umumnya secara kimiawi mengandung limonit, dan lain-lain. Kuat tarik
pada bidang kekar dan retakan sedikit berkurang. Pecahan-pecahan batu dijumpai pada
bidang kekar sewaktu "hammering" dan materiallempung kadang-kadang nampak pad a
permukaannya. Suara yang ditimbulkan pada saat "hanm1ering" adalah sedikit gedug (dull).

CM Baik batuan, mineral-mineral dan pertikeI-partikelnya, kecuali mineral bvarsa sedikit melunak
akibat pelapukan. Kuat tarik pada bidang-bidang kekar sedikit berkurang. Dengan pukulan
biasa sewaktu "hammering" menimbulkan pecallan-pecahan batu pada bidang-bidang
kekarnya, material Iempung nampak pada bidang-bidang kekar. Suara yang timbul sewaktu
"hammering" sedikit gedug (dull).

CL Batuan, mineral-mineral dan pertikel-partikel melunak. Kuat tarik pad a kekar berkurang.
Pecahan-pecallan batu timbul pada bidang-bidang kekar walaupun hanya sedikit pukulan
ringan sewaktu "hammering", juga materiallempung dijumpai pada bidang-bidang kekar.
Sewaktu dipukul suaranya gedug (dull).

D Batuan, mineral-mineral dan pertikel-partikel lunak karena lapuk. Tidak ada kuat tank
dian tara bidang-bidang kekar. Batuan mudah pecall bila dipukul dengan palu sedikit saja
serta dijumpai materiallempung pada bidang-bidang kekarnya. Suarap.ya sewaktu dipalu
adalah gedug (dull).

88
b) Penyajian hasil mvestigasi
HasH investigasi geologi biasa digarnbarkan dengan warna dan sirnbol-
sirnbol, disajikan dalarn bentuk Geologi beserta penarnpang-penampang
melintangnya.
1) Peta geologi pada cekungan wad uk daI1 sekitarnya
Peta geologi pada cekungan waduk dan sekitarnya, persiapan dan
cakuparmya meliputi butir-butir sebagai berikut :
(1) Areal pemptaan rnencakup cekungan waduk dan sekitarnya.
(2) Skala Peta 1 : 500 51 d 1 : 5000
(3) Peta Geologi harus menunjukkan pula lokasi-lokasi tubuh
bendungan beserta bangunan-bangunan pelengkapnya. Dernikian
juea batas muka air waduk dalam keadaa penuh (FSL) yang
digambarkan dengan garis biru.
(-1) Peta Geologi juga harus dilengkapi dengan klasifikasi bentang
alam, antara lain klasifikasi topografi, Iongsoran-longsoran,
runhdlan batu, gelinciran, dan lain-lain.
(5) Lokasi-Iokasi cadangan batu dan material bahan urugan, meliputi
nama, areal, investigasi yang telahl akan dilaksanakan seperti
pemboran, paritan dan galian uji dan lain-lain.
(6) Lokasi-Iokasi pengamatan singkapan yang biasa digambarkan
dengan warna yang agak sedikit gelap.

2) Peta geologi pada lokasi bendungan


Peta geologi pada lokasi bendungan dipersiapkan sebagai berikut
(periksa Gbr 2.2.4-9)
(1) Cakupan areal pemetaarmya seperti diuraikan pada sub bab
2.2.4.1-b mengenai Investigasi pada Lokasi Bendungan.
(2) Skala Peta 1 : 500 sl d 1 : 1000
(3) Dalam peta ditunjukkan pula batas-batas tubuh bendungan,
bangunan peIirnpah, terowongan pengelak terowongan
pengambilan, serta bangunan-bangunan pelengkap lainnya.

89
(4) Jenis-jenis investigasi yang pernahjtelah dilaksanakan
ditunjukkan dengan -aimbol-simbol dan serangkaian nomor pada
lokasi yang bersangkutan yang antara lain menunjukkan pula
kapan investigasi dilakukan. Lihat pula Gbr. 2.2.4-9,10.
(5) Lokasi-Iokasi pengamatan singkapan diberi warna yang sarna
namun sedikit agak gelap,untuk menunjukkan adanya formasi
batuan di lokasi terse but.

3) Penampang melintang pada Iokasi bc:ndungan


Penampang melintang pada lokasi bendungan paling sedikit
mencakup hal-hal sebagai berikut :
(1) Penampang melintang dan. profil geologi seyogyanya
digambarkan pada peta geologi atau terpisah namun dengan
sepotong peta geologi disepanjang gar is penampang. Profil
disepanjang poros bendungan handaknya dipandangj
digambarkan dari arah hulu bendungan.
(2) Skala Peta 1 : 500 sj d 1 : 1000 (skala normal).
(3) Profil memanjang sekurang-kurangnya mencakup sampai batas-
batas galian pada Bukit Tumpuan (termasuk Bangunan Pelimpah
pada Bendungan Urugan), juga pad a Terowongan Pengelak,
terowongan Pengambilan serta kedalaman injeksi semen yang
direncanakan.
(4) Untuk eksplorasi seismik, perlu dicantumkan klasifikasi kecepatan
masing-masing lapisan, pada Peta Penampang.
(5) Demikian juga klasifikasi batuan berdasarkan hasH pemboran,
harga Lu atau koefisien permeabilitas beserta kedudukan muka air
tanah.
(6) Peta juga harus menunjukkan bats-batas galian pondasi yang
direncanakan berdasarkan studi yang menyeluruh terhadap hasil
survai geologi, jenis bendungan yang akan dibangun, dan lain-
lain.

90
4) Log pemboran
Log pemboran hendaknya disajikan dalam bentuk seperti pad a
Gambar. 2.2.4-11, dengan penjelasan sebagai berikut:

(1) Ruang "Lokasi Pemboran" diisi berdasarkan posisinya terhadap


struktur atau lair..nya yang sesuai, seperti tebing kiri/kanan
sungai, poros ben dungan, iumit bendungan; dan lain-lain
termasuk nomor stasiun yang dilengkapi dengan jarak interval
survai, dan lain-lain.
(2) Ruang "Lapisan dan Umur" diisi dengan jenis batuan/lapisan
beserta umur geologinya.
(3) Pada kolom "Log Pemboran" batas· lapisan yang jelas (pasti)
digambarkan dengan garis penuh, sedangkan batas peralihan
dengan garis pums-pums.
(4) Kolom "Lokasi dan kemiringan kekar" diisi dengan letak dan
posisi kekar-kekar yang dominan serta digambarkan dengan garis
tegas.
(5) Kedalaman muka air tanah yang diukur setiap kali sebelurn
pemboran dimulai setiap harinya, diisikan pada kolom "Muka Air
Tanah sebehim Pemboran".
(6) Kotak "Lain-lain" diisi misalnya dengan hasH pengujian khusus
atau catatan-catatan yang dianggap penting sesuai dengan
I

kedalamannya.

5) Penggambaran peta untuk terowongan uji dan sumuran


Peta Geologi untuk terowongan uji dan sumuran digambarkan
sebagai berikut:
(1) Untuk Term\'ongan Uji, mencakup atap terowongan beserta ke
dua dindingnya. Sedangkan pada Sumuran, diambil sembarang
tiga dinding yang berurutan/ saling memotong atau seluruh
dinding apabila berpenampang bulat atau lingkaran.

91
(2) Skala Peta 1 : 50 5/ d 1 : 100
(3) Didalam Peta harus ditunjukkan pula secara tepat lokasi-Iokasi
dilakukannya uji-insitu serta pengambilan sampel. Demikian juga
infomlasi-informasi mengenai elevasi mulut terowong, kemajuan
penggalian, arah terowongan, dan lain-lain.

ugcnda

r>.j Bahan rombak2.:l

!.... 'J P.lsir f.:. !..enkl!

hlur uji sci~r::ik

20, ::D
,
110m
.J

Gambar. 2.2.4 - 9 Peta Geologi Lokasi Bendungan

92
".......,,, .... Loe,Oo.,

I ...... 100( 140.


j [3,(6 - 2 FlllfJ>$u.f
k,I".,
do ... 'I ... ~.Ii
."'b .. "lftO ..... ,
.... tplll""
..... 1 ttl 1... 1,.
Ahu ".,4 01 4111•• elM"
)o-.....-"'-'al ....... 1 U.W •. Ht'. ~'_""'.h·o'",""",

l"'ph:,.UI.llol\
.... 1... '4.1"111. 2 3.0 .... pHIO<t ;:':II;~III

t-H ..... "


aoriAl _UhlA,
1.4 .... 1 .' 66 "" PS
I .... 1· ..... _. \',11"'61 P,,"'p /,/""\ PS ',-

t-..
-1-.-t- Ipupurtl £oy
CIO!;fJ
~1l'fI~("""U\.'

~-,.--r--r·-r7.':"::---,--. t! ~\/t~I:~n~'~t:·r -'---I-,-..--.-~-",-,.-••-"r-"-':-!~-:'-"l~.l-':::-O'''''''-~


&"").011 lui

1\ \
1A
1 :
.~...'~e 1• :
i··"·....f j~ I-;;-
iI i I i !!'rY i~ t j!~. : ""~ g0t
~. : ' Jt / .f. ~ ~ j 'H ~ -: ) 7
.: 1 ... !" ... <i .. 0:'" 't:

""'I
:~ l F{J2)02.)V; 'l,: ~.::'trl:
_., .... --..u.1.,::. ~ .. ...:
:'
Elm M U"
-:-e
~n
-:- 4.·... III

~
170

\60 221/\. .~J


; <nI ~
I -: .. ,"UH
:i
C'~Jhll :
~ =.i~'c.llal
2S
JI
42

L50 '2..9
,t i;: ;'~
:,',' ~ :
!:·~"1
. ~
:l 1M: ~
2j

~:.; 7 ~ ~ ~ 't

-£'qm"
. ..
/If
31
.UQ l H :::~ 32

8
Ii
_ !1 i!i
c '

J..3Q l- .
v
! 51 i.::'
v ,1- ~
e J OJ 27 12S 9t
r- ~Vt", . . . ~/ w~
£ t.le
o
a
l.2Q f .; 2. ~ -- •w 14.01Oi

tV!!
A '.L~
QQ. r- II V • e .... "
1 v
~
,.. ""r.-,11 l-i-t-t-t ....
~ ~ 56 67 I~S 116
llil l..~_ .. V ~ .~':~i/ -- - - u:
100
LQ.9
.9;;>
M
& .~ ~ '" .'!,:: /
~.......~.:: .':'.' i BjII1& ~:J
22 6.1 Wi ~,

~ ;~ ~i ~
-iQ S9. 42 7.2 ~.~

JIO _.Go.. l3.i~l \/ _..::.. ~i I, 1.!.2.


,
::"i'::l~ a;
I Xl

II i

!{J~
.]0.. • 6 s... L./_, IJj 2'J
l7 6 .~~::f:~I::'~'
kr.rt.11 c.: .,I,,.L~IIII \4!'.'1"

~";-
60 _0.Q
'..

/.
G ..

; ~ " ... ~ 'I ~ " •- II Jdn J J1-

~~~ __
70 _, ~ ~ ~ .: -; i J,l. CL I- ~__
50
-. -~Q
t %
/:: ~ ;. ,; ~ ~: .~ ,~
:%' . ~'. ,~

I . -- ...
3.0 3.9 Z')

nQ 0 \0 70 4-..J t.O -. l:~;j


h ";.

t~ .. _ : ,,- 0
50 4.6 J5

loll
!han rom bakan DalUlc!1lpW\!:1 Balupasir
Klasifibsi ualuall
i'7'l
~ [ ~l Pa,ir. f7~;:;1
L ,. L ' • kcnk.il l,,"_.L..i [ -"'J
.. ....
" [.-:',:lTurr [7]IIIHiC!;itl'[)'CI1-R lIaq;a Lubcon

\ ~ ~ ~;J -b I 82B"~!~'
~.,

8 -1 '1'-1 .. Garis balas \;cccpalan Fnult \_./ R~llcana hatas g,alian


L0bsi Bor Survai
Tcrowon~
(AWl)
'
ljclombang, c\",1,s
q
!
t::i:l·t~ •..L·'
;:. ..- - 1-
,-
II I
I
\lO);j'
~o I Zl 112
RO I:J.) Ili
'L'
~--:=·=-'_ttJJ \- 1-, f':':"::"'---
Gambar. 2.2.4 - 10 Penampang Geologi Lokasi Bendungan Garnbar 2,2.4. -11

93
Lokasl : Lereng timbunOln sebclah kanan dari As Dam !
1--- Lokasl . Dasar slIl1gai pad a As Dam
I erowung No . 53·T·l (till1bllnan ~iri) ElcvOlsi p~tok ukur
Lob<lng No. : 53·5·115 E1evasi patok ukur
Pcnampang Terowong :15mxl8mxl3m Pcreode Slivai
PCIlOll1lpallg Lobang : 1.5 III x 1.5 III Pcrcode S uvai
Panjang Tcrowong : 25.00 m Nama group blok
~cdalanlall Lob,lIl!; . 10.00 III NOlI1H1 group
Elevasi muiut Tcrowong : 145 III . Pcnguji
EIe"asl Illlllut· Lobang 121.00 III Penguji

NI

n
~!
\fl0' Seal 1/000 Snll/OOO

l'
.. (UtO rock
clnHlfic.1 ion) r - - - - - - - - · - - - - - ,
D C

T
.;;} in
. fl Wcd rock

~mopUriliCS
{]Ii.
I +
l' I"" Ji
t
...
Om D A 8 C DcI"-ISI~on) Lq;end 1
I • ~Surf~C( ~
.. ~.().. ,~ . -..':...lC.~~. ~ . ~:~,,,..
~Cr soH, tnlus core D
170 In crack E3 " D D C.
-j_ ~ $Urfl'lC'f soil, tnl,\H cort'

\
F";"J lIea v lly wealhered
.?~Iv'." :,\,0,:1::', 0'-:'1 ,'.v;;;'~: c [gJ'.
". ando,te. I
L.:...J [ranll e
1
[lrrccl. HeAvily we.thered

~
CH ......... ',X,:' V"
V '.. ."!JV ',v: (ond l
~ Weathered \;Tanlle ,.\'. t2) ,0", Q It) of I §",,·V.

-1-eM ~ fresh .ranHe


'\t":,
'.. -"
·V·v.: .. v.; .. Vv.· t1 e
.: ·..;,w·.· ...... _ ....... "' .. "..... mf\x.. - v
'" v" Wel\thcrcd nndt.'tltc
1

'1
V IOcm G]SIIChtl y (resh [ranite
Fault wlOlh
~ Fa'JII (racture zone 5 v IndUOeO
eM \
"'I
r
10 Cr
+ ....
--:.'T :J-. ··noffi,Ult
.,.... of 1m. nd - <:> Spring
Crack

~
5 ~\:': ',:.:-:,: <:.f. ~;~en~1
-{.:- GroundwAter ',evel

l,l
Cr Crack - Sample extraction point

~:~',:; :~L s{ -t -..... {or In-situ permeability test


!II Sample extraction point
Cor block shear test t Sample extraction point
Om D c. ~ ~~;:~::~~s~ction v CH + for ,<oil mechanlceJ test
D point

I
A A A

A. B
tJC
C. . .......!.-
- - Propo3~d excavation line JDm I V {vi V '1 v vi V V
v
J 1 10£
II Sample <xtr.cted point
[or rock les\
Strike, dip

- - - - Proposed excavation line


A B

Gambar 2.2.4 -12 Ganlbar 2.2.4 -13


"
94
2.2.5 Investigasi bahan timbunan

2.2.5.1 Macam pekerjaan investigasi dan rencana investigasi


Dalam rangka mengoptimalkan manfaat bendungan yang dipilih, baik
desain maupun konstruksinya dipandang dari segi teknis ekonomi, maka
material urugan harus diinvestigasi secara seksama. Hal ini disebabkan
kiuena desain dan konstroksi bendungan sangat dipengaruhi/ ditentukan
oleh tersedianya material. Untuk ini, investigasi hendaknya diIakukan bukan
semata-mata berdasarkan pendekatan yang baku, akan tetapi lebih
berpedoman kepada desain dan konstruksi itu sendiri serta berdasarkan
kepada perencanaan investigasi yang masuk aka! dan ekonomis.
Iiwestigasi material terutama bertujuan untuk menentukan hal-hal sebagai
berikut

.. Kemungkinan-kemungkinan teknis dalam rangka memanfaatkan


cadangan material di sekitar bendungan.
.. Kondisi serta jumlah cadangan material, klasifikasi teknis, sifat-sifat fisik
dan mekanikmaterial yang diinginkan.
e Kondisi sehubungan dengan penimbunan material dan transportasinya,
juga berkenaan dengan desain serta konstruksi tubuh bendungan

Mengingat bahwa kebutuhan akan bahan timbunan reIatif banyak, terutama


I

untuk bendungan besar, maka secara alami sangat dipengaruhi oIeh kondisi
geologi dan sifatnya Iebih bervariasi dibandingkan dengan material baman.
Oleh karenanya, karakteristik material-material ini secara alami sangat
mempengaruhi pembuatan desain maupun konstruksi dari bendungan.
Kerena itu investigasi harus direncanakan secara matang dengan
mempertimbangkan faktor-faktor di atas serta dihindarkan pendekatan yang
bersifat baku atau standar. Perencanaan juga harus memperhatikan masalah-
masalah sosial dan ekonomi.

9S
Pada umumnya, penyelidikan bahan urugan bendungan dilakukan dengan
urutan sebagai berikut : (i) Rencana keseluru_han, (ii) Desain dasar, (iii)
Desain rinci, (iv) Investigasi tambahan.
HasH dari penyelidikan dari setiap tahap mungkin digunakan untuk
pembuatan desain dan rencana pelaksanaan konstruksi, atau sebaliknya,
kebutuhan untuk desain dan konstruksi dipakai sebagai dasar untuk survai
berikutnya. -
Yang pasti adalah bahwa terdapat hubungan yang erat antara investigasi
dengan desain dan pelaksanaan konstruksi bend ungan.
Cara-cara dasar dan hal-hal utama dalam rangka investigasi material urugan
diperlihatkan pada Gambar 2.2.5-1 dan Tabe12.2.5-1 dan Tabe12.2.5-2

96
Cbr.2.2.5-1 Hubungan antara investigasi material urugan dengan desain dan
pelaksanaan konstruksi

(Tahapan survai) (Kegunaan dan tujuan) (Metode)

Tahap Perencanaan I
Kajian lokasi bendungan
-f--- - Kajian mengenai kelayakan
Umum perencanaan bendungan dari pada peta topografi skala
sudut topografi dan geologi 1 : 50.000 atau 1 : 20.000
pemboran
Pemilihan lokasi bendungan
Kejelasan mengenai struktur
geologi diseluruh lingkup
proyek dan penetapan batas-
batas litologi berdasar karak- - Mengumpulkan dan
Mempelajari data-data
teristikannya, dll yang tersedia.
*' lokasi bendungan - penjajagan lapangan
* longsoran dan bocoran di (peta topografi dengan
cekungan waduk dan seki- skala 1 : 50.000).
tamya. - penjajagan geologi per-
permukaan.

;, Pemilihan altematif lokasi


lokasi cadangan material
Urugan tanah dan batu.

- Penetapan poros bendungan


yang relatif pasti, jenis ben-
Dungan serta klasifikasi geo-
I Tahap Desain Logi untuk desail) awaI, serta
perkiraan sementara mengenai
biayanya.
;, Kejelasan secara umum ten tang
struktur geologi, karakteristika
batuan serta kondisi pelapukan
di seluruh areal bendungan.
* Longsoran dan bocoran di ceku-
ngan waduk dan sekitamya.

* Kejian terhadap tersedianya


material bahan urugan serta
penarikan batas sifat-sifat ma-
terial pada lokasi usulan cada-
ngan material setelah diketahui
Kondisi geologinya secara umum

* Investigasi terhadap lokasi-lokasi


Iongsoran potensi dan bocoran-
bocoran pada Iereng waduk.

97
Tahap desain rind - Pengumpulan data-data geo- - penjajagan geologi
logi yang diperlukan tmtuk - eksplorasi geofisik
pembuatan desain rinei dan - pemboran
perkiraan beaya yang dibu-
tuhkan
.. Klarifikasi mengenai perla- - uji permeabilitas
pisan batuan di seluruh fon- - uji injeksi semen
dasi bendungan, kondisi pel- (grouting)
lapukannya, serta jenis, sifat-
sifat dan retakan-retakan - galian uji
.. Klasifikasi batuan serta pene- - pengambilan sampel
ta pan ba tas-ba tas galian ba - - uji material
tuan dasar dan metoda perba- - survai topografi
ikan fondasi
,. Kajian fondasi terhadap ba-
ngunan pelengkapt stabilitas
lereng galiant geologi dise-
panjallg usulan jalan kons-
Truksi t dll

,. Konfirmasi mengenai jumlah uji sampel untuk ma-


cadangan material, kejelasan terial urugan
l'v1engenai sifat-sifat fisik dan - uji timbunan
mekanik penentuan menge-
nai tetapan-tetapan desain

lm-estigasi tambahanf--_ _ lnvestif,asi terhadap ha!~haI yang


masih dianggap perlu
Pokok-pokok untuk
investigasi material

98
Tabe12.2.5-1 Investigasi uji material untuk bendungan tipe urugan

Pemilihan lokasi Investigasi yang Investigasi rinei Konfirmasi persia pan Persiapan I'anduan Operasi Catalan
cadangan material diusulkan pada lokasi penentuan tatapan desain pemeriksaan desain dan I'emeliharaan
cadangan material

1 2 3 4 5 6

Material Kedap .lir

- Studi ditempat
menggunakan peta - 1 galian uji/interval - 1 lubang \Iji (bor mesin - Ujl nmbunan, 1 pengujian - Uji fisik di Iokasi cadangan
topografi grid 150 - 200 rn at:lU bor tangnn) - Uji fisik, nxbxcx3 smnpel dan timbunan
Su rvai penjajagan - Uji fisik, 1 sa m !'<-. I liap interval grid 50 -100 m Ujl dlnamlk, axbxcx3 sampcl: • Ujl dinamik padn loknsi
mengenai penyebaritl1 25.000 m3 - Uji fisik, 1 srunpel tiap 10 a. Mesin Pemadat 2-3 jenis seperli diatas
dan jumlah deposit. - Uji dinamik, 1 s.\lnpel - 25.000 m3 b. Jumlnh pemndntan 2-3
CH!angalll, Uji tiap 50.0001113 - Uji dinarnik, 1 sampel metoda
l'cmbllatan galian Uji tiap 10 - 25.000 m3 c. Tebal penghamprmm 2-3
Uji fisik 1 sampel untuk macam
setiap 100.000 m3

Material semi lulus air

Penet...pan 'sementara - Uji fisik, 1-2 sam pel - Uji phisik '), 1-2 sampe! I - Uji m bun a ') akan elitentukan
lobsi cadangan material - Uji dinamik, 1-2 -_Uji dinamik, 1-2 sampe! Ujl fisik berdasarkan gradasi
sam p e ! material kedap air
Uji dinamik

Materiallultls air

- Stu d i ~m e j a - Pemboran apabila - Pemboran lIntuk - Uji peledakan - Uji batuan


menggunaka peta perJu konfirmasi kualit.,s dan - Uji fisik, 3 sampeJ - Uji geser
topografi ela peta - Uji batuan (kecuali uji kUfmtit.,s, 1111bang nap - Uji dinamik, 1 sam pel
geologi, dl! ~. geser) 10 sampcl tiap 200.0001113
Survai penjajagan jenis - Uji bahlan, 5 sampel
mengenai - Uji gradasi untuk liap jenis
penyebarannya material enclapan - Uji geser, 5 sam pel liap
sungai jenis

99
TabeI2.2.5 . '2 Jenis uji 111.ateriaI bendungan tipe Ll. :lgan

Mated,,1, Tahapan studi M.ltcri.ll Kedap air Mnleri"l xll1i lulus air Mnicrinl Lulus air
Standar Acuan Cat" tan

Jenis Uji Des i1 i n Pdaksnnann Des l\ ill Pd.,ksnnt1an D L' 5 a i n Pel"kS<lrl.1'Hl


kesel u rtl 1141 n pckerjaan ke~el U fU h<1 n Pchcri·,·n Kcscluruhal1 Pekcrjniln

Uji sifat Metodc Pcngujian Ilcrat Jenis Tanah o o o o () () SNI.03·1%4.1990(SNI 1<)('~.1'I9{)·F) llku,an hullran < 4 760101 I)
fisil<
Ml't~Jc Pc~'gujinn KauiH Air TiH101h () o o o I) u SNI.03·1 965·1 <)l)O(SNI 1'165·1 '1'10·1')
Metodc Pcngujian Tcntang Analisa
saring,!" Agregat halus & okasar o o o o f!. o SNI.03·1968.j 990(SNI 1968.1l)l)0·1')

Metode Pcngujian Oatas Cair


() o A o t:. t:.: SNI.OJ.I968·1l)'i0(SNI 1'1'17·1 'l'I().i') lJnllll m.lerial lulus air. IU'll\;"
baluan bcrbullr h.1lus yang cenderung
r<lak dan urai harus digunabn
Metod" l'cnguji.m O.lt.,S Plastis
o o A f!. t:. A, SNI.03.1966·19'1O(SNI 1996·1990.1') sehagai (onloh I)

Metod" l'cngujian Kadar bahan


A A A SNI.03·2832·19'12(SK SNI M·17·1'i'lI·
organik dalam tanah dcngan
pemb"karan 03)

Mdooe Pcnl~uji41n untuk mCndl1p41lKilil A A A A I) Ctll1tohtcrm:1.'iuk tannh bcrbutlC


kcpadat.,n tanah Olaksimum dcngan
SNI.03·2832·I'i'I"(SK SNI M·18·1'I<)1· holus dan dluji paJa kondisi
kadar air optimum f!. f!. A f!. A A OJ) tidak kcring untuk pengujian
Itlin·lnin o o A o
/\pabda mold (cctakan) . ng
U j i o d'.S'Ulakanj·enis
d ) "d ar
no·Slan
Dispersion liSA 1210,<111 'gunakan ukuran maksimum
Konu, por1:1hd bUlI,an yang diijinkan < 115 d
liS A 121& d,amcler lobang mold an
Uji sifat Pc Ula<.!aL.l11 A A
~,a:;clcr lubang cclakan (mold)
Teknis lIll pemadal:ln harus > 10 em
lndcks Konus SNI.OJ·2435·19'l1 (SK SNI /-.I·n 19<1\).1') Inocks pcmad.tan l1.1(u';

.) ~",;"'"
d.lcnlukan unluk Md < 10
max , MdilO . d
o o o o A A SNI.0}·281 3·1 'i'12(SK SNI M·108·1 '!'IO. unlll\( Md > 10
MctoJe pengtljian laboratorium
03) , MdlIO.5 3) • tim", ,
tcntang kelulusan air untuk contoh
Japanese Sociely r .

, ~, :
lanah o o A A t:. t:. SNI.0}.2815·1'J92(SK SNI M·110·1990·
03)
Mctodc p<!ngujian konsolidasi talMh o o o o o o
satu, dimensi
p","
i,,,' T, ,. '" ,.ID d ,,"''"''"".

?:~'"' "_.mo,"b~",," m.
M"oJ, >oJ Po:"d
tJ tJ
'"" '" , h.'", d d dA dA d " )) Md - ".m""

L ,,,,.,,,, d ,.,' ,,,,.,,=, '

100
Material, Tahap.n studi /..1aterial KeJap air Material Semi lulus air Malerial Lulu; air •
S\:.muar ACllan Calalan

Jenis Uji Desai" Pct.lksnl\i\nn Dcsnin PclnksaI1I\4\n Des it i n Pclaksi1r"'~'n


kcscluruhan pckerjaan kescluruhan Pckcrjaan Kl:'scluruhan Pckerjaan .

Uji b;ltUMl Metodc Pcngujlan berat jcnis


dan Pcnycrapan air Abregat h h h 0 0 0 SNI.O)·I 'J70·19'!O(SNI 1870·1 '!9()·F)
halus
3 jel1ls tinggi, mencngah.
Kuat tckan 0 0 JIS M 0302 rendah 2·3 kali
(Compression Stren!)ht)
t.. h JISi\lIn
Stabilitas J jeni; ting.gl, mcncngah.
r.:ndah
Metod" pengujlan keaLlsan
0 0 SNI O)·2417·199I(SK SNI M·02·1991.F)
Agrcgat dt·ngan Mcsin Ahrasi
Los Angeles
h h
Kadar kcl3Tutan total A t:, t:, t:,
t:, t:,
PH
N, A
[.,in·l.in

Catatan o == harus dilaksanakan


6, == dilaksanakan bila perlu

101
Pemilihan jenis investigasi yang diperlukan serta metodanya ditenlukan
dengan pendekatan sebagai berikut :
• dad daerah yang bersifat umum ke daerah spesifik;
• dad ketelitian kasar sampai ketelitian tinggi;
dad investigasi untuk mengetahui kecenderungan secara menyeluruh
sampai ke pemahaman kondisi spesifik.

Jenis dan metode serta ketelitian investigasi pad a setiap tahap tertentu yang
lebih sesuai dengan tujuannya, kondisi topografi dan geologi, kualitas dan
kuantitas material akan ditentukan. Khusus untuk material tanah, kekeliruan
pemilihan metoda penyelidikan dapat menyebabkan tidak hanya
ketelitlannya yang kurang atau hasil yang sebetulnya tidak diperlukan
namun juga dapat mengakibatkan kesalahan serius pada investigasi dan
desain selanjutnya. Petugas yang bertanggung jawab atas i.nvestigasi
diharapkan mempunyai dasar dan pengetahuan praktis mengenai geologi,
tanah, serta metoda pengujian dan lain-lain.

2.2.5.2 Investigasi material bendungan tipe urugan

a) Daerah investigasi
Pada tahap pertama, daerah investigasi meliputi daerah dengan radius
500 m sampai 1 km di sekitar lokasi rencana bendungan.
Apabila pada daerah dengan radius tersebut material yang diperlukan
kurang, maka radius penyelidikan secara bertahap, diperluasuntuk
memperoleh sekitar 2 sampai 3 kali jumlah yang diusulkan, tergantung
dad ketelitian penyelidikan. Pada umumnya jangkauan 2 sampai 5 km
merupakan batas ekonomis yang tergantung pula pada kondisi topografi
dan situasi setempat. Dasar pembangunan suatu bendungan urugan yang
ekonomis adalah penggunaan material alami yang tersedia di sekitar
lokasi bendungan; dengan demikian perolehan material urugan dalam
jumlah yang cukup banyak pada Iokasi yang paling menguntungkan dari

102
segi transportasinya marupakan hal yang sangat penting. Namun tetap
disarankan untuk mengutamakan lokasi cadangan untuk filter dan rip-
rap yang berkualitas tinggi meskipun jarak tempuhnya cukup jauh dari
lokasi bendungan.

b) Ivfetode investigasi material bendungan tipe urugan


1) Penjajagan
Penjajagan untuk material bendungan tipe urugan dilaksanakan
berdasarkan hasil yang diperoleh dari penyelidikan geologi
permukaan tahap sebelurnnya serta penggunaan peta topografi
dengan ketelitian yang .memadai untuk investigasi.
Di dalam investigasi untuk rencana keseluruhan, kondisi lapangan
dan lingkungannya harus dipahami secara ekstensip, pengarnatan pada
tanah, batuan, klasilikasi perlapisan, topografi disekitamya, bangunan
yang ada dan tata guna lahan. Pengamatan dilakukan pula pada
singkapan-singkapan di sungai, lembah dan galian tebing jalan, jalan
kereta api, dan sebagainya. Apabila jarang dijumpai adanya
singkapan IPaka kualitas material diperiksa dengan pengarnbilan
contoh menggunakan bor tangan.
Khusus untuk meterial tanah, maka perlu diketahui mengenai
distribusi bu tiran dan kadar air alaminya. Pada investigasi untuk
desain dasar, diperlukan penelitian lebih rind mengenai topografi,
geologi, tata guna lahan, tanaman dan lain sebagainya, harus
I

ditentukan pula deposit material bendungan serta jumlah yang


tersedia dan Iokasi untuk penyelidikan bawah tanah. Pada lokasi
quary harus diselidiki terinci mungkin mengenai distribusi dan
karakter deposit permukaan tanah penurup dan talud, jenis batuan,
karakter lothologi, peru bahan, kerapatan retakan, sebaran daerah
remukan dan sesar.
Pada studi awal untuk penyelidikan tahap desain rmci, diperlukan
koruirmasi hasil pt'nyelidikan sebelumnya, terutama di dalam
memilih lokasi-lokasi penyelidikan bawah tanah dan pengambilan
contohnya.

103
TabeI 2.2.5-3 menunjukkan keterkaitan yang umum antara topografi
dan hubungaI1Dya dengan material bendungan tipe urugan, dan tabel
2.2.5 - 4 memperlihatkan jerus-jerus peralatan yang diperlukan untuk
survai material bendungan tipe urugan.

2) Pend ugaan geofisik


Survai seismik yang mengukur laju percepatan gelombang elastik
merupakan salah satu metode tipikal untuk pendugaan geofisik.
Namun penggunaan teknik ini bagi keperluan penyelidikan
memerlukan pengalaman. Sehingga hasil interpretasi dan analisanya
dapat berbeda keandalannya tergantung dari personil penggunanya.
Akhir-akhir ini, telah dikembangkan alat yang ringan dengaa prinsip
penggunaan yang sarna dengan cara yang lama. Alat ini terdiri dad
dua tipe yaitu metoda "Wiggle Trace" dan metode "Digital Count".
Metode penyelidikan geofisik ini merupakan metode tidak Iangsung
pada penyelidikan geologi. Beberapa contoh hasil pendugaan geologi
dengan percepatan gelombang elastik dapat dilihat pada gam bar
2.2.5 - 2.

104
Garnbar 2.2.5-2 Laju Gelombang P untuk batuan

Ihluan No. Luju kny'dct [I.ltllan No. Laju kny'det


-::::"-'~~:-"/' ,-;- :i~."'"";"~lJ'.i~t.l)Ji~ 'V' ... :
Dat.! Data 1 .:2 3·,· 4 :'"'''' 5 P.':i. t5Y·"t·

Batuan Plutonik Baluan Sedimen Meso-zoik


Total
Peridotite
Gabbro
Diorite
Granite
'::-
256
-
,~- J_ L....1.. I
Total
Konr,lomerat
Schalstein
Batu pasir
Shale
Pergantial\ lapisan
2H
1
6
33
46
167
leBE
T--I
. ,
:~t
..-- .. I· -~

:1;_ :lIAiifl
Batuan Hypabyssal Palaeor,en
Total Total
Diabase Batll Pasir
Gabbro Shale
Porphyry I'~mhahal\ Slral'l
-~ .,'
Baluan \'olkanik Batllan sedimen Eo dan
Total mcso mediteranian
Baluan Volkanik Total
lImUn1 Konglomeral
Sublotalllntllk h.11ll 1'<I.~ir
dibawlh shale
Basalt tufa
Ar;desil hrekli tula
Rhyolit I'ef!~anliiln lapisan

Bailian meta marl Baluan $edimcn Nco


rcr,ion,d Illll ditoranian
Tolal Total 128
Gneiss Batu Pasir 10
Cr\'stallinc Shale 17
Ph'yllte Tul" 27
Breksi lui" 15
Perubahan Simla 60

Baillan SedinH'n

'ill ,III
PaliH'ozoik
Tolal
Balu Gamping
Schalslein
Cheri
Batu pasir
P('rubahan Strata 170

105
3) Pemboran
Pemboran adalah pembuatan lubang kedalam tanah guna
memperoleh sampel tanah dan / atau batuan untuk keperluan
observasi dan uji material. Oleh karena itu, pemilihan metode dan
jenis pemboran harus hati-hati guna menghindari terjadinya retakan
dan perubahan sampel selama proses pemboran, terutama yang
disebabkan oIeh air pembilas. Metode yang biasa digunakan adalah
metode bor uhr (auger) dan metode bor putar (rotary)o
(1) Bor ulir (auger)
Ada dua jenis bor ulir, yaitu : bor ulir tangan dan bor ulir mesin.
Bor uHr tangan cocok untuk kedalaman sampai dengan kurang
lebih 7 meter. Sampel yang diperoleh meskipun dalam kondisi
terganggu, namun dapat diambil secara menerus. Jenis ini
mempunyai mekanisme yang sederhana, ringan dan relatif murah,
akan tetapi tidak dapat diterapkan pada tanah berkerikil dan
tanah berpasir yang terletak di bawah muka air tanah. Material
hasil pemboran diletakkan secara berurutan sesuai dengan
kedalaman guna memudahkan penelitiano Sampel untuk
pengukuran kadar air disimpan pada kantung plastik guna
menghindari penguapan. Sampel-sampel khusus yang berasal
dad lapisan yang tebal, harus diambil dalam jumlah yang cukup
untuk keperluan pengujian. Pada bor uHr mesin, vvalaupun
pengambilan sampelnya dilakukan serentak dengan
pemborannya, namun sam pel yang diperoleh dapat dianggap atau
cukup mewakili. Metode ini dapat dlterapkan pada tanah keras,
tanah berkerikil, dan lapisan pasir berkerikil sampai dengan
kedalaman 15 meter. Penggunaan bor ulir mesin untuk keperluan
investigasi, pelaksanaannya lebih cepat bila dibandingkan dengan
bor ulir tangan.
Sampel yang diperoleh diperlukan atau disimpan seperti halnya
pad a sam pel dari bor uHr tangan, sesuai dengan keperluannya.

106
(2) Bor putar (rotary)
Mt1tode ini dapat diterapkan pada hampir semua jenis tanah
sampai batuan.
Pemboran dapat diIakukan ke berbagai arah dan kedalaman yang
diinginkan, sedangkan pengambilan sampelnya dapat dilakukan
dengan menggunakan tabung inti atau "tube core barrel". Namun
metode ini kurang sesuai untuk formasi yang terdiri atas kerikil,
kerakal serta bongkah-bongkah da]am jumlah yang besar, atau
pada batuan fondasi yang rctak-retak dan berongga atau pada
Iapisan yang kelulus-airannya tinggi disertai dengan aliran bawah
tanah. Untuk formasi yang ukuran butirnya Iebih besar dari 20
mm, diameter lubang bor sekurang-kurangnya 100 mm.
Sedangkan untuk buman yang ukurannya lebih kecil dari 20 mm,
penggunaan diameter yang besar sangat dianjurkan. Pada
umumnya, diameter Iubang bor tidak boleh kurang dari 46 mm.
Hal ini guna menghindari kerusakan akibat sirkulasi air pembilas.
Klasifikasi pemboran dan jenis-jenis pemboran inti dapat dilihat
pada tabel 2.2.5 -3 dan 2.2.5 - 4

107
Tabel 2.2.5 - 5. Klasifikasi pemboran berdasarkan maksud dan pengambilan sampel
(Jenis-jenis pemboran sebagai metode investigasi)
~ .. -.-------.-.--

Klasifikasi Maksud Alat Pengalllbiiall I'cllJ.:J.:uoaan dan Kualitas Metode I'flllboran


S3111pei salllpei

Bor Ulir Untllk fomlasi scdimcn yang urai {Icpas, pcrkiraan Ulir berbcn(uk spiral, dll Sam pel yang dipcrolch dalam Bor ulir tangan awu bor ulir
kadar air, Illuka air tanah, dan klasifikasi (anah kondisi tcrgallggll. mcsin.
Untuk klasifikasi tanah

Bor Tekan Untllk pcngambilan contoh kcring, invcstigasi formasi. Alat pcngal1lbil contoh dcngan cam Sampcl yang dipcrolch dalam Bor ulir mesin
kctebalan , kedalal11an dan Stratigrali scluruh jcnis tanah ditckan sepcrti "split spoon", kondisi tcrganggll. Bor putar
kccuali kerikil dan bongkah. sena karaktcristika tanah tabling tekan dan lain-lain untuk Untuk klasifikasi tanah, pcngukuran Pcmboran basah
lIntllk fondasi at au cadangan mutcrial. pcngal11bilall contoh kcring. kadar air dan sall1pcluntuk cOlltoh. Bor paneang

Dor ulltllk sampcl tak I'cngarnbilan sampcl tallah IClllplingan <lgar Illcndckati Tabling salllpcl bcrdinding tipis, Sampcl agak tcrganggu dcngan Bor \II ir mcsin. bor putar.
tcrgaflggu. kondisi alami atnu aslinya. dan lain-lain. Untllk contoh (anah karaktcristika halllpir mcndckati
InvcSIIgasi mCllgcllai sifat-sif'at mckanik dari pad a tanah tidak tcrgallgt;ll. nsJil1ya,
Icmpungan. Untuk klasilikasi {anah, pcngukuran
Kadar air. uji gescr, uji konsolidasi
'.
dan salllrcl untllk conloh.

Dor inti Pcngambilall salllpcl bcrbcntllk inti batuan yang I11cncrus. Tabling inti at au "core tube barrcl". Sal1lpd inti batllan tidak alau scdikit !Jor putM
Invcstigasi baluan. dan Illata bot intan dari COllllpUnln tcr-g.lIlgg\l.
metal. Untuk uji komprcsi. uji larik dan uji
kckcrac;an,sarnpd untuk contoh.

Penggalian l'1ngsung Pcngul1lpulan sampcl scdiktt tcrganggu sena pcngamatan I'cngambilan sampcl blok sccara Samp,:l St."dikit tCf/janggu, Untuk Galian iltau paritan uji, Kaisson
langsung Icrhadap tanah I batuan sctcmpat. manual, pcngmnbilan sampcl-kowk klasifikasi tanah, pcngukurnn bcrtekanan, bor ulir diameter
Invcstigasi khusus unluk KOlldisi-kondisi yang scrills ntnu pnllllll,lI\ dan pCIlt;ambilall kildM ,lir, uji g<:5<:r, uji mnt<:rinl !>esnr fttau bor inti din!11der
mengcllai stabilitas dnn kclulus-airan dari pad a batuan I S.1f1l1x:1 bcntukan atnu dcngan sckop IIrtlen" dnn uji konsolidnsi, bcsar.
tanah fondasi atau cadangan material, schingga dibllluhkan
sampcl dalal11 jUl11lah banyak.

108
TEt bel 2.2.5 - 6 Klasifikasi bor inti.
I Tipe Alat Peng.,mbil Sam pel Geologi y~ng diterapkan Kondisi Sampel
-
T Inti tanah T"bunl, 10l;IIm al~u j<!l1is tabung !\andll,Tabull/; l"(~lnp\lllg kl"rnS, lanah Ine"~~l',lIl11pnl, pnsir pndnt UI1\\llnnya k\,rnllt. tt'rglll\~rlg\J hil.1 d iblllld inl\k.lII

II Inti G"nda Denison. iltilU sedimen Y''''I; sebagian lerkonsolidasi. den/jan caril dipukul / ditck.1I1.

b Untllk l>ill\,an yang segar, sam pel yang diperoleh


Bor inti sernprot (Shot Core T .. bung lungljul yang dilengkapi dengun Semua jel1is bat'''''1 kecuali yang sangat lunak
u p
boring) lubill1g penyemprot. illau retak-retnk. tidak terglI11r,r,U, sedanl;kan ul1tuk bntuan yun!)
n u heterogen seringkaJi p~'{'ah / h,lI1cur.
Mata bor Inlan Tabun!; hlllggal atau !)anda. SeulIln jenis batuiln kecllilli pelapukiln-nya;
g t
01ll;i1l11 sam pel yun!; lunllk IItllU hl\l1cu( mUI1!)kin
(erttlnlllH !Iitem!,knll unluk batullll denr,""
a
tercuci / terbawa oleh sirkulasi air atau air pembilas.
kekernsiln sedan!) sampai keras
I r

11 a Mata bor metal TalHIIl!) hlll!)!)al atau ganda. B,,(ual1 11111ak samp.1i agllk kerns, tallah kents. I ~

t 11

i 8cmbornn bcrsllslln Tid)ullg illti yang 1,,'r51151111, tabling bnr,ian n"tl1l1n IlIllnk saml'lli kerns.
d.d.lIll bisil dilepilS / dicilout.

Pemooran inti tumbuk, Tabung Inti Pip" l~ilnda, yang bagian luarnya jenis tekan. l3atHan IUllak snmpai agak kerns Perolehnn bti cukup bilik, nall1l1n sering pecah-
'!:lerkabcl. peenh.
L-.... _ _ _ _ _ ~ _ _ _ _ _ _ _ ._. ___ .
~

~---.--------
, .

J09
4) Galian uji
GaIii~m uji merupakan metode paling dapat dipercaya untuk
investigasi di bawah tanah. Struktur geologi dan keragaman dari
formasi dapat disurvai secara mudah, sementara sam pel dapat diambil
dalam jumlah yang cukup banyak sesuai kebutuhan. Ada dua tipe
galian uji, yaitu sumuran dan terowong (adit), yang keduanya dapat
d ibua t dengan ukuran minimal yang bisa dimasuki pekerja. Dalam hal
sumuran berbentuk lingkaran, ukuran diameter minimal adalah 1,2
meter, sedangkan untuk termvong ukuran minimalnya adalah 0,9 x 1,5
meter, baik dikerjakan secara manual atau dengan alat berat seperti
backhoe, dragline atau clamshells. Penggunaan alat berat harus
dilakukan dengan hati-hati agar diperoleh iruormasi geologi yang
tepat serta sam pel yang betuI-betul mew~kili. Kedalaman galianuji
tergantung kepada stTuktur geologi dan kondisi materialnya. Batas
kedalaman sumuran uji adalah 1 meter di bawah muka air tanah.
Dalam rangka pengamanan perlu dipasang penyokong/ penahan
secukupnya sesuai dengan kondisi geologinya. Untuk sumuran yang
dalam dibuhlhkan ventilasi, disamping sarana pengaman seperti
pagar dIl, agar manusia dan hewan tidak terperosok ke dalam
sumuran uji, baik selama penggalian maupun sesudahnya.
5) Pari tan uji
Paritan dengan Iebar 60 sampai 90 cm digali pada singkapan atau
Iereng, sehingga struktur geologi dan kualitas matrial dapat diamati
secara langsung serta sam pel dapat diambil dalam jumlah yang cukup.
Pada umumnya, digunakan peralatan seperti backhoe, power shovel,
bulldozer dan lain-Iannya, namun sering juga dilakukan sec!1ra manual
apabila tidak tersedia peralatan di atas.

2.2.5.3 Uji material


a) Pengambilan sampel
1) PengambiIan sampel dari GaHan Uji atau Muka GaHan
Perlengkapan untuk pengambilan sampel antara lain: kapak- beliung,
sekop, kain kanvas, ember, kantung plastik, pita ukur, buku catatan,
labet alat tulis dll.

110
(1) Singkirkan tanah penutup atau tanah yang mengandung benda-
benda asing lamnya. ,.
(2) . Amati muka galian, catat perIapisannya, ketebalannya dan jenis
serta klasifikasi tanah.
(3) Catat kedalaman lokasi pengambilan sampel.
(4) Bagian yang seragam/ sejenis kemudian digaE dan dikumpulkan
di atas kanvas yang dihamparka.l1 pada atau di sebela.~ galian uji.
Lebar minimum dari galian uji adalah empat kali lebih besar dari
ukuran kerikilj kerakal terbesar yang djjumpai di dalam tanah.
(5) Ada dua cara pengambilan sampel, pertama adalah yang
dikumpulkan dati satu lapisan tanah dan yang ke dua
merupakan kumpulan atau campuran tanah dari keseluruhan
interval dati suatu penampang.
Bila mengambil sampel dad satu lapisan tanah hendaknya dijaga
agar tidak tercampur dengan tanah lain di sekitarnya.
(6) Apabila lebih dari 25 persen contoh tanah terdiri dati butiran
yang ukurannya lebih besar dari 70 mm, maka pengambilan
sampelnya jangan dilakukan pada dinding galian atau pari tan
tetapi dari tanah hasil galian dalam jumlah secukupnya melalui
cara pengelompokan empat bagian (quartering).
(7) Sampel yang dikumpulkan dimasukkan ke dalam kantong
tertutup dan dibubuhi label dengan informasi yang diperlukan.
,

2) Bar uIir atau pengambilan sam pel mekanis lainnya


Peralatan yang perlu disiapkan adalah bar ulir tangan, bor.ulir mesin,
bor tumbuk, tabung inti dan peralatan lainnya. Prosedur
pelaksanaannya berbeda tergantung dari perala tan yang digunakan.
Kecuali bar uHr tangan, semua perala tan di atas dapat digunakan
untuk mengambil sampel dati lapisan-Iapisan yang dalam.
Sedangkan prosedur pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

III
(1) Pengambilan sam pel dad lubang bor
!vfengingat pengambilan sam pel pad a lapisan tertentu tidak bisa
dilakukan seeara tepat, maka material yang diperoleh dad hasil
pemboran dikumpulkan seeara terpisah sesuai dengan
kedalamannya.
ApabiIa temyata tidak dijumpai adanya Iapisan yang jelas, maka
sampel diambil dari campuran material yang telah diperoleh dari
interval kedalaman tertentu dengan menggunakan metode
pengelompokan empat bagian (quartering).
Sam pel yang;diperoleh dimasukkan ke dalam kantong tertutup
dan di dalam wadah yang tidak tembus udara, serta diberi label
'.'

denean catatan yang dicinggap perlu.


(2) Pengambilan sam pel dengan bor tumbuk
Sam pel yang diperoleh adalah jenis yang terganggu dan
tereampur, karena pengumpulannya dengan ear a ditimba setelah
ditumbuk /. dipeeah dengan mata bor.
Peneampuran mungkin dapat dihindari dengan menggunakan
tabung inti ganda, walaupun kehaneuran sampel sulit dihindari.
Jumlah material yang terkumpul relatif sedikit mengingat
diameter lubang yang keeil. Oleh karena itu perlu digunakan
tabung yang diameternya lebih besar dad 10 em guna
mendapatkan sampel dalam jumlah yang eukup untuk uji
material.
Mengingat batuan dan Iapisan yang padu akan peeah / haneur,
maka susunan atau struktur aslinya suEt digambarkan.
Sam pel yang diperoleh dikeluarkan dad tabung kemudian
dimasukan ke dalam kantong plastik tertutup dipisah atau
dicampur, kemudian dibubuhi label dengan eatatan seperlunya.
(3) Pengambilan sam pel dengan Tabung Inti
Sam pel yang diperoleh merupakan eontoh yang terganggu,
karena tercuci oleh sirkulasi air pembilas.

112
Apabila Iapisannya mengandung kerakal/ batuan, maka
keseluruhan sampel termasuk jenis yang terganggu, karena
kerakalj batuan tersebut terlebih dulu mengalami penghancuran
atau pecah-pecah sebelum masuk ke dalam tabung inti.
Sampel yang padu yang terkumpul di dalam tabung inti pada
umumnya berubah karena rotasi atau oleh air pembilas. 01eh
karen a itu sam pel harus dikumpulkan dengan mencampurkan
seluruh material hasH pemboran pada setiap interval pemboran
tertentu, atau tanpa dicampur yakni apabila diperoleh sampel
dari lapisan yang sama secara menerus.
Sampel yang telah dikumpulkan dimasukan ke dalam kantung
plastik tertutup dan diberi label dengan catatan atau informasi
yang perlu.

b) Uji material
Beberapa jenis pengujian disajikan dalam tabe12.2.5-2 termasuk jenis-jenis
pengujian Jainnya yang mungkin diperIukan. Namun demikian, sam pel
yang diuji hams benar-benar mewakiIi serta didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan antara lain mengenai tujuan/ maksud
investigasi, pertimbangan .biaya, skala bendungan dan faktor-faktor
lainnya yang penting.
Jenis-jenis pengujian pada tabel 2.2.5-3 adalah standar Jepang. Beberapa
:

hal yang perIu dipertimbangkan didalam uji material untuk bendungan


urugan diuraikan pada bagian 2.2.5-3 e) "Metode Uji Material".
Hasil dad pengujian dikumpulkan dalam tabel ringkasan hasil up
material untuk bendungan urugan.
Ada beberapa pengujian yang tidak distandarkan, antara lain adalah
kepadatan relatif, uji beku dan cair untuk batuan lunak, uji dampak
pengeringan dan pembasahan serta dampak jatuhan, uji sifat-sifat
kimiawi batuan, uji sifat-sifat dinamis dari tanah dan batuan dan lain-
lannya. Metode estimasi sifat-sifat mekanis dad pada material yang akan

113
digunakan untuk analisis stress-strain dari pada bendungan-bendungan
sampai sekarang belum distandarkan dan selama ini penetapannya
diIakukan dengan menggunakan metode analisis yang ada.
Metode uji dinamis masih dalam tahap penyempurnaan, karena kesulitan
di dalam mensimulasikan keadaan sebenarnya dengan kondisi pengujian
sehingga hasilnya masih sangat diragukan. Oleh karena itu pengujian
yang belum distandarkan harus mendapat persetujuan dari tenaga ahli
dalam bidangnya.

c) Klasifikasi tanah
Tanah mempunyai suat fisik yang sangat kompleks. Sedangkan desain
dan pekerjaan konstruksi seringkali dilaksanakan berdasarkan sifat-sifat
tanah yang sangat kompleks tersebut. Oleh karena itu klasifikasi tanah
berdasarkan sifat-suat fisiknya sangat bermanfaat. Klasifikasi tanah
dapat digunakan antara lain untuk hal-hal berikut ini :
(1) Evaluasi awal dari material tanah.
(2) Penetapan batas-batas untuk survai Iapangan yang diperlukan baik
untuk investigasi awal maupun investigasi pada tahap desain.
(3) Perencanaan untuk survai lapangan yang ekonomis berikut
pengujiannya serta uji laboratorium.
(4) Investigasi penunjang.

d) Klasifikasi batuan
Kalsifikasi batuan harus sesuai dengan metode klasifikasi yang
digunakan untuk batuan dasar bendungan.

e) Metode uji material


1) Umum
(1) Pengujian harus berdasarkan pada standar pengujian yang telah
ada. Namun demikian standar yang ada tidak selalu cocok,
tergantung kepada kondisi material dan kondisi pengujiannya.

114
Oleh karena itu harus dipilih metode dan kondisi yang tepat
sesuai dengan sifat material yang diuji serta tujuan ,dari pengujian
yang diIakukan.
(2) Metode dan kondisi pengujian harus dijelaskan secara rinei di
dalam laporan hasil pengujian.
(3) Dalam hal contoh tanah terutama terdiri dari butiran hal us, maka
persia pan sam pel UJltuk pengujiaIl sifat fisik dilaksankkan tanpa
pengeringan di udara.

2) Uji pemadatan
Vji pemadatan dimaksudkan tidak hanya untuk mengetahui karakter
material tanah bila dipadatkan, tetapi juga untuk kriteria persiapan
sam pel yang digunakan untuk uji fisik lainnya.
Uji-pemadatan SNI-1742-1989-F adalah metode uji untuk
mendapatkan hubungan antara kadar air (w) dengan kepadatan (yd)
pada kondisi energi pemadatan yang konstan.
Hubungan antara w dengan yd sekalipun dari contoh tanah yang
sarna adalah berbeda tergantune dari kadar airnya dan energi
pemadatannya.
Vntuk itu pengujian harus diupayakan agar mendekati keadaan·
aslinya di Iapangan.
Untuk material yang lulus air, pemadatan lebih banyak dikontrol oleh
energi pemadatan (Ec) dibandingk~n oleh kadar air tanahnya. Oreh
karena itu disarankan untuk mencari hubungan antara Ec-yd dari
sampel tanah yang kering udara. Metode pemadatan dengan getaran
mungkin lebih baik dibandingkan dengan SNI-1742-1989-F
(1) Untuk material semi lulus air sampai kedap.air, sam pel jangan
dikeringkan serta gunakan prosedur tidak berulang (non-cyclic),
mengingat pemadatannya dipengaruhi oleh kadar air aslinya dan
penggunaan material yang berulang.

(2) Dalam hal materia! lulus air, digunakan prosedur non-cyclic,


karena terjadi pemecahan partikel pada saat pemadatan.

J 15
(3) Besarnya energi pemadatan berdasarkan SNI-1742-1989-F.
Pada umumnya semakin bertambah energi pemadatarl.nya,
semakin bertambah pula kepadatan kering maksimumnya,
sedangkan kadar air optimumnya berkurang. Dalam rangka
meningkatkan efisiensi pekerjaan, beberapa tahun terakhir ini
sering dilakukan uji pemadatan dengan energi pemadatan yang
Iebih besar dengan kondisi yang mendekati keadaan lapangannya
terutan'la pada material berbutir kasar. Dalam hal ini mungkin
dapat digunakan 200 sampai 500 % da.ri energi standar,
tergantung kepada kondisi material dan kondisi konstuksinya.
Namun demikian, untuk material kedap air dengan kadar air
yang tinggi sering kali kepadatannya tidak bertambah walaupun
energi pemadatannya dinaikkan, hal ini disebabkan oleh
pengaruh adonan (kneading effect).
(4) Walaupun sam pel uji dengan ukuran butir maksimum sesuai
aslinya lebih disukai, akan tetapi hasilnya sering tidak
memuaskan, sehingga ukuran butir maksimum yang diijinkan
untuk sam pel uji pada prinsipnya tidak melebihi 115 dari
diameter cetakan (mold) yang digunakan.
Kepadatan material yang mengandung butiran lebih besar dari
yang diijinkan dapat diperoleh dari uji kepadatan dengan
menggunakan rum us Walker-Holts.
(5) Apabila mold yang digunakan diluar standar JIS, maka tinggi
sampel-uji minimal harus sama atau lebih besar dari diameter
mold.
(6) Energi pemadatan (Ee) dapat dihitung dengan rumus :

Ec = W .li.N.1 (kg eml cm3) ................................ (2.7-1)


V

Dimana; W: Berat Rammer (kg)


H Tinggi jatuh Rammer (em)
N Jumlah jatuhan (tumbukan) setiap lapisan
V Volume contoh (em3)
L Jumlah lapisan

116
3) Uji kelulus-aliran (Permeabilitas)
Didalam uji permeabilitas, akan dikaji bagaimana hubungan anta~a

kelulus-airan, kadar air dan kepadatannya, terutama untuk material


kedap air, sifat penyesuaian (adaptasi) material, penentuan
parameter-parameter desain serta indeks standar pada manajemen
konstruksi ditentukan melalui pengujian inl.
(1) Khususnya untuk sam pel yang mengandung material berbutir
kasar, adalah sangat perIu untuk memperoleh contoh yang
homogen (merata).
Pengaturan terhadap tekanan air sangat diperlukan untuk
menghindari terjadinya gejala piping (erosi buluh) di dalam
eontoh.
(2) Apabila ukuran maksimum butiran lebih besar dari yang
diijinkan dalam standar mold, disarankan untuk melakukan uji
kelulusan air dengan skala yang lebih besar (dengan ukuran mold
lebih besar dari diameter 30 em). Untuk kasus ini ukuran butiran
maksimum yang diijinkan dapat ditingkatkan menjadi 1/5 dari
diameter specimen.

4) Uji tahanan ges'er (Shearing Test)


Uji tahanan geser seyogyanya dilakukan dengan menggunakan uji
konsolidasi test tri-sumbu (triaxial), walaupun uji tahanan geser
j

langsung dapat juga dilakukan yakni apabila hasilnya hanya


digunakan sebagai referensi di dalam menetapkan kondisi-kondisi
desain.
Uji tahanan geser harus dilakukan di dalam kondisi sesuai yang
dengan kondisi yang dimaksudkan, mengmgat kekuatan geser
daripada bahan urugan bendungan bervariasi tergangtung kepada :
(1) Kondisi-kondisi uji tahanan geser.
Ada riga kondisi yang variasinya tergantung kepada keadaan
drainasi contoh sebelum dan selama pengujian.

J 17
(i) Unconsolidated-undrained Test (UU Test atau Undrained
Test)
Di dalam pengujian ini tidak diperkenankan terjadinya
drainasi (termasuk udara) serta kehilangan tekanan air pori
selama pengujian.
(ii) Unconsolidated-undrained test (CU Test)
5etelah tekanan pori hilang selama konsolidasi pada tekanan
tertentu, kemudian contoh yang dalam keadaan jenuh air
atau tidak jenuh dimanlpatkan di bawah kondisi undrained.
(iii) Pengukuran tekanan pori dalam kondisi consolidated-
undreined (CU Test).
Dimaksudkan untuk mengukur tekanan air pori pada saat
. ,
terjadi pergeseran pada:' contoh yang jenuh air setelah
terkonsolidasi pad a kondisi seperti kasus (ii) di atas.
(iv) Consolidated-Drained Test (CD test atau "drained test)
Dalam hal ini contoh diuji dalam keadaan terdrainasi penuh
serta tekanan pori dibuang pada setiap tahap pembebanan.

Pemilihan kondisi pengujian diatas didasarkan pacia metoda


analisis stabilitas bendungan, permeabilitas material yang diujC
dan lain-lain (periksa Tabe12.2.5-7)

118
Tabe12.2.5-7 Aplikasi dari hasil pengujian tegangan geser untuk analisis stabilitas.

Metode Simbol Aplikasi


Pengujian Tegangan Geser
]enis ~I/laterial
Kohesi Sudut Metode Analisis Kasus subyek untuk
geser ana lis is

UjiUU cu ¢u lI.letode Tekanan Selama pelaksanaan Terutama untuk


total konstruksi, dan segera material kedap air
setelah konstruksi selesai

UjiCU ceu ¢Cu Metode Tekanan


total
Seteiah konstruksi selesai I
TeruLuna untuk
material kedap air

UjiCU c' ¢' tvfetode tekanan Selama pelaksanaan Terutama unt-uk


efektif konstruksi, segera setelah material kedap air
I konstruksi selesai dan
beherapa saat kemudian
sampai semi lulus
air
sete,lah penyelesaian
""

UjiCD cd ¢d Metode tekanan Selama peJaksanaan Terutama untuk


efektif konstruksi, segera setelah rna rerial keda pair
konstruksi selesai dan sampai semi luI us
beberapa saat kemudian air
seteJah penyelesaian

119

Anda mungkin juga menyukai