UNGAN DRUGAN
VOLUME I
( SURVAI DAN INVESTIGASI)
JutI, 1999
SA
Pembangunan Irigasi di Indonesia sudah berjalan lebih dari satu abad, dengan
demikian kita telah dapat mengumpulkan penga!aman-pengalaman berharga yang sangat
bermanfaat bagi pengembangan irigasi di masa yang akan datang. Pengalaman-
pengalaman tersebut didapat baik pada tahap Studi, Perencanaan maupun pada tahap
Pelaksanaan serta Operasi & Pemeliharaan (O&P).
Panduan Perencanaan SID Bendungan Urugan yang disusun oleh Direktorat Bina
Teknik ini sesuai dengan tugasnya, disiapkan melalui proses yang cukup panjang serta
telah dilakukan pengumpuJan dan pengkajian terhadap desain-desain yang dipergunakan
di proyek-proyek, serta referensi dari luar Indonesia. Banyak pendapat dan saran para ahli
sesuai bidang terkait pada Pedoman ini telah ditampung melalui acara diskusi periodik,
seminar nasional dan lokakarya, yang kemudian dimasukkan dalam Pedoman ini.
Panduan Perencanaan SID Bendungan Urugan ini tidak bersifat statist dan di
masa yang akan datang masih terbuka untuk dikembangkan dan disempurnakan sesuai
dengan kondisi yang ada
Berdasarkan hasil diskusi per:nbahasan, telah disepakati bahwa judul buku berubah
menjadi "PANDUAN PERENCANAAN SID BEN DUNGAN URUGAN". Buku Panduan ini
terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :
r. M. Napitupulu, DiPIoHEJ/
DAFTAR lSI
Halaman
BAB L Ul\1UM
11
2.2.1.2 Pengamatan Meteorologi dan Hidrologi ............ 15
2.2.1.3 Pengumpulan dan Penyimpanan Data .............. 18
2.2.2 Investigasi Keadaan Sungai .............................................. 19
2.2.2.1 Lingkup dan Manfaat Investigasi keadaan
Sungai ..................................................................... 19
III
BAB 1. UMUM
pondasi bendungan.
9) Ballan urugan adalah istilah umum untuk material timbunan dari tanah
dan atau batuall.
10) Bahan kedap air adalah istilah umum untuk material timbunan dengan
koefisien permeabilitas setelah dipadatkan secara teknis, huang dari
lxl0- 5·em/ det.
11) Bahan semi 1010s air adaIah istilah umum untuk material timbunan
dengan koefisien permeabilitas setelah pemadatan terletak antara lxl0- 5
em/ det dan 1x10-3 cm/ det.
12) Bahan 1010s air adalah istilah umum untuk material tiIllbunan dengan
koefisien permeabilitas setelah pemadatan lebih dad 1 x 10-3 eIT1/ det
-
13) Bahan penyekat air (water sealing material) adalah istilah umum untuk
material seperti : tallah, beton, aspaI dan sebagainya merupakan "zoJ1e"
(dinding) yang berfungsi sebagai perapat air.
2
14) Puncak bendungan adalah permukaan paling atas dad tubuh
bendungan, tidak termasuk pagar pengaman, tembok pasangan, lapis
perkerasan jalan.
15) Tinggi bendungan adalah jarak vertikal dad permukaan tanah galian
pondasi sampai puncak bendungan.
16) Debit banjir rencana adalah debit air yang digunakan unhlk menghitung
rencana muka air banjir dan menentukan kapasitas alir bangunan
pelimpah.
17) Muka air tinggi adalah muka air yang dipakai sebagai dasar untuk
perencanaan pengendalian banjir.
18) Debit rencana untuk air tinggi adalah debit yang harus dialirkan ke
sungai, oleh bendungan pengendali banjir dan sebagainya digunakan
sebagai dasar untuk perencanaan pengamanan banjir di daerah hilir.
19) l'vfuka aair banjir Rencana adalah air maksimum dibagian hulu tubuh
bendungan, pada keadaan debit banjir rencana mengalir melalui
pelimpah bedungan
20) Surcharge \'Vater Level adaJah muka air yang diperhitungkan untuk
menampung debit banjir sementara pad a bendungan yang berfungsi
sebagai pengendali banjir.
21) Muka air normal adalah muka air tertinggi selama masa tidak banjir.
. (SNI No. 1731- 1989-F)
22) Muka air terendah adalah batas rnuka air waduk teredah yang dapClt
dirnanfaatkan secara efektif.
3
23) Kapasitas total waduk adalah tampungan waduk antara dasar sungai
dan muka air normal atau muka air "surcharge".
24) Tampungan efektif adalah tampungan antara muka air terendah dengnn
muka air normal atau muka air "surcharge".
27) Tampungan mati adalah kapasitas waduk dimana pada kondisi ini air
tidak dapat dimanfaatkan secant grafitasi.
I -..;J.Y~-/-,.-/
Tingsi bendungan
Lebar puncak
Puncak bendl.mgan
..... _--,
Das?I por.dasi.
4
"1.4 Tipe Bendungan Urugan.
II
Zone inti kedap
/ .
air
,Zone lulus Apabila banan pembcn(uk !ubun bcn.dungan lef:
diri dari bahan yar.g lulus air, tctap! d!lcngkJ~l
dengan inti kcda~ air yang b:fkcdudukan Wfllka!.
5
1.5.1.3 Seminimal mungkin perusakan terhadap lingkungan di sekitamya.
6
Tabe! : 1.5.1-1 LINGKUP KEGIATAN PERENCANAAN DALAM PEMI3ANGUNAN I3ENDUNGAN
-.--.-.---------~ ... --
PC'TenCilJlHnll
I'endil!luluiln
· Forll1 II Insi
Planning
II RencHul\ Su rViI i~
[n vest igns i
Ilarlis
menindilkla\ljllii
· Des"in:
Lok,ts; I3endungill1
.t f\l~nCnI\H I't~I,\k~;,\n,lill\
kOllslfu ksi
• 1'<·rkifr\.lJ\ bi"y,! l'foyek • Usullll\
l'cdornan Operasi dan
(l3asic Design) · Kebutuhan Air it Survni .. saran dnl[t1l1 Stlldi - Tipt~ IJ.cnd ungaJ1 (const. planning)
..
Perneliharnnn
· Volume ltlVcslir,lIsi \\1\1 u k AND;\L/f,Kl.di1n · Til'iklllpololll',lln - l\1"nnf,"I\\('IIl I
l)cJ\1~eJ\di\linl\ DeS/lin I,I'L mdillllll\g llluulI • !v1nl\l1fl1 Operasi "<Ill
Galljir • Meteorolo!);, belldlln!)an PCD1cIiharaan
• Hal lain yang Hidrologi · Gnnf,,,nan-banglillan
Icrknit • Rejim S'"1I',II[ utalll.\
I\~Jlgopt'n\siall ~ Topot~rnfi
[J.cndullgall • Geologi
• Malerinl
• Kendnnll Lokasi
/)erencllnnall Plnllning " H-encallc\ SurvHi- MelanjlllJ..1\1\ Itndak D\·~;.,in : " I{encana peltll--snn~lal1 " Perkirt\"" bin),,, • ['edo01an. Operasi dan
Detail/Deti! Desiijn InvesliBilsi Innj\.lt snrnl1 d.,laH' ~ CHlllbarnn UtnnH\ konstruksi konstruksi (delail) Pemeliharaan
Q Survai- RKL dan Rf'l. wild II).; (const. planning) • Pengukuf"n
!nvestir;"si DetHil As bt'lul tll\gnll • H.('IlClHli\ Pl·lnkslll111nll /IlWSlircllwn!
• Mel"orolol~i, Potolll~n1\ tv1clilltnnD • lI.lelode I'daksanaal\ • Observ!lsi
J-lidrologi t"u,,11 bendllngall - Supervisi konslr"ksi • KOll1unikasi
• Rejirn SlIllij"i Balll'.unanintake • Program uji coba/ les - Peraturan-peraturan
• Topo!)rnfi 131\ n),,11 11"'1 Outlet • Sl'esifiknsi konslrll).;si Operasi
- Geolo!)i Fa~iildws Oper,\si dall · Pengend a liall
- Material I'emelih"man keatHanan
- Keadailn Lokasi - Wlld"k l", Kl'liling
lmt'\''''r''
-
Konslruksi • Survni -Investi!)asi Melanjlltkall lindak Perlltl(\h.\J1Desain • Supervisi Kotlslruksi
Tnmbahan lanjut saran d"la{l\ G Tes sclillna
- Ceolo!)i !~KL diln Rl'l. pe!akSllJlnan
- Mnteri,,1 konstru ksi
7
BAB II. SURV AI DAN INVESTIGASI
2.1.1 Umum
Pelaksanaan pembangunan bendungan dilaksanakan seeara bertahap, yaitu: tahap
perencanaan umum, tahap investigasi, tahap desain, tahap pelaksanaan konstTuksi
dan tahap operasi dan pemeliharaan. Cakupan dan ketelitian pekerjaan survai dan
investigasi tergantung pad a tahap pelaksanaan pembangunan bendungan.
Metode survai dan investigasi dapat bersifat umum sampai spesifik, bersifat kasar
hingga rinei dan cakupannya dapat terbatas hingga sangat Iuas.
8
Kegiatan survai dan investigasi pada tahap perencanaan umum terutama
berupa pengumpulan data untuk mengevaluasi kelayakan pembangunan
bendungan dan pemilihan beberapa alternatif lokasi bendungan. Termasuk di
dalanmya adalah studi komprehensif terhadap data yang sudah ada rnencakup
data meteorologi, hidrologi, topografi, geologi, kondisi sosio-ekonomi, sosial
budaya, dampak lingkungan yang digtmakan bersama-sama dengan data hasil
penJaJagan lapangan (field recognaissance) dan investigasi lain yang
diperlukan.
9
cocok. Oleh karenanya hal ini sangat penting guna mengantisipasi
kemungkinan terjadinya peru bahan desain.
10
2) Kondisi sungai (debit, suhu air, kualitas air termasuk kandungan sedimen dan
kondisi dasar sungai)
3) Topografi
4) Geologi teknik dan mekanika tanah
5) Bahan bangunan
II
4) Kondisi tempat tinggal serta rencana perbaikan kondisi dan tingkat
kehidupan di daerah sekitar waduk/ bendungan .
5) Pemilihan lokasi-lokasi baru untuk relokasi penduduk.
b) Lingkup survai sehubungan dengan ganti rugi atas tanah yang tenggelam.
1) Tanah perkarangan, lahan perkebunan dan pertanian, hutan, dll.
b) Hayati:
1) Terestrial flora dan fauna
2) Flora dan fauna aquatic (nekton/ ikan-ikan, planton, ganggang-ganggang)
3) Flora dan fauna binaan
4) Flora dan fauna non binaan.
c) Sosial:
1) Sosial ekonomi
12
2) Sosial budaya
3) Kesehatan masyarakat
4) Kesehatan lingkungan
3) Jaringan telepun
4) Rumah sakit
5) dan lain-lain
Oleh karena ihl observasi meteorologi dan hidrologi sebaiknya segera dilaksanakan
pada permulaan survai dan investigasi dan sedapat mungkin dilakukan pada
lokasi-lokasi yang diperlukan.
Apabila waktu yang tersedia untuk survai lapangan relahf pendek sehingga data
yang diperoleh pada jangka ·waktu. tersebut tidak eukup memadai untuk analisis,
maka harus dikumpulkan data unhlk jangka waktu yang memadai yang tersedia
J3
disekitar lokasi rencana bendungan. Korelasi antara data observasi di lokasi
bendungan dengan data yang ada di sekitar Iokasi bendungan harus dikaji secara
seksama.
Untuk memperkirakan debit banjir rencana harus di kumpulkan pula, data curah
hujan dan data debit sungai di Iuar daerah pengaliran sungai di mana bendungan
tersebut akan di bangun.
Pengamatan pada stasiun-stasiun yang baru dibangun harus terus menerus
dilakukan sampai dengan tahap operasi dan pemeliharaan. Jenis-jf>nis pekerjaan
studi yang diperlukan untuk perencanaan umum (planning), desain dan
pelaksanaan pekerjaan konsh'uksi bendungan serta hal-hal yang berkaitan dengan
meteorologi dan hidrologi lihat tabe12.2.1-1 dan untuk analisis debit banjir rencana
harus mengacu kepada SK SN1 M-18-1989-F mengenai "Metode Perhitungan Debit
Banjir" dan SNI 03-3432-1994, mengenai "Tata Cara Penetapan Banjir Desain".
14
Tabel 2.2.1 - 1 Data meteorologi dan hidologi yang di perlukan
Perkiraan debit jangka Hujan harian, debit rata- Bila data harian di Iokasi
panjang untuk Operasi rata harian dan evaporasi. bendungan, datanya tidak
dan Pemeliharaan eukup panjang, perlu
Bendungan. dikumpulkan data hujan
harian dati DPS di
sekitarnya.
Perkiraan jumlah hari Jumlah hari dengan Dapat digunakan data dari
kerja untuk Pelaksanaan keadaan hujan lebih keeil daerah di sekitarnya.
Konstruksi setiap tahun. dari hujan tertentu yang
ditetapkan.
15
harus dipasang di daerah penga:liran sungai yang diamati.
Dari tiga tipe alat pencatat hujan yaitu tipe "tipping bucket", tipe" storage" dan
tipe "weighting", maka alat pencatat tipe "tipping bucket" 0,5 mm di
rekomendasikan untuk digunakan.
b) Aliran sungai
1) Penetapan stasiun pengamat muka air
Stasiun pengarnat muka air sebaiknya dipasang pada lokasi sbb :
(1) Di hilir lokasi bClldungan yang bebas d2ri pengaruh perubahan kondisi
topografi akibat konstruksi bendungan dan perubahan rejim sungai.
(2) Di bagian sungai yang lurus pada jarak tertentu dengan kemiringan dan
potongan meIintang sungai tetap.
(3) Ditempat dimana muka air hilir yang diperoleh digunakan 1lntuk desain
peredam energi bangunan pelimpah.
16
Dad berbagcli metode tersebut, pengukuran dengan pengukur arus (current
meter) lebih umum digunakan dan hasilnya dapat diandalkan. Pada metode
dengan pelampung, digunakan pengapung pem1ukaan, batang pengapung
dan lain-laLT1. Namun metoda ini kurang umum digunakan karena
ketelitiannya rendah, disebabkan oleh angin dan arus, kecuali dalam kasus
banjir besar dimana tidak dapat digunakan metode yang lain.
Untuk membunt lengkung debit (ri'l.ting curve) mengacu pada SNI No. 03 -
2822 -1992.
17
2.2.1.3 Pengumpulan dan penyimpanan data
1) Curah hujan
Data curah hujan yang tercatat dari masing-masing alat penakar hujan,
diku111pulkan semuanya, ditabelkan dan dimasukkan ke dalam data induk. Ada
dua macam. tabel yang perlu dibuat, yaitu tabel cmah hujan sehap jam. dan tabel
cmah hujan spesifik yang berisi catatan hujan-hujan besar. Semakin panjang
data curah hujan yang berhasil dikum.pulkan, berarh akan semakin baik pula
hasil analisis probabilitasnya.
Data dengan periode pencatatan sckurang-kurangnya 30 tahun, merupakan
data yang diinginkan, karena dari data tersebut dapat diperoleh angka-angka
probabilitas yang dapat diandalkan.
Untuk keperluan analisis aliran air permuka2m (runoff) untuk DPS yang
luasnya kurang dari 5 km 2 diperlukan data curah hujan sehap setengah jam,
sedangkan untuk DPS lebih dari 5 km 2 diperlukan data curah hujan sehap jam.
Tabel dad hujan-hujan spesifik diperlukan untuk anaIisis karakter debit
puncak.
Harus dikumpulkan juga data hujan lebat diatas normal misalnya yang lebih
besar dari 100 mm/24 jam, serta catatan untuk hujan jangka pendek 6 sanlpai
12 jam termasuk sebelum dan sesudah puncak hujan.
Dalam hal satuan waktu kejadiannya, hujan 10 menit digunakan untuk DPS
kurang dari 5 km2 dan 20 menit untuk DPS lebih dari 5 km 2•
Pada waktu yang bersamaan harus dikumpulkan pula hujan maksimum 1/2/
1, 2/ 4, 8 dan 24 jam.
Data induk ini harus disimpan hingga tahap operas 1 dan pemeliharaan
bendungan.
:tv1engingat data yang diperoleh dari stasiun curah hujan yang baru dipasang
pad a saat investigasi durasinya sangat terbatas, maka periu dikumpulkan data
curah hujan catatan jangka panjang dari stasiun DPS lain yang berdekatan
dengan rencana lokasi bendungan. Data curah hujan yang dikumpulkan dari
stasiun DPS lain/ harus disusun dan di siapkan/ diolah seperti penjelasan
terse but diatas.
18
2) Data aHran
; Data hasH observasi muka air dan perkiraan debit harus disimpan dalam dua
tabeL yaitu :
Tabel pertama hubungan muka air dan debit setiap jam, dan
Tabel kedua catatan debit-debit spesifik
J9
Data tersebut merupakan dasar investigasi untuk mengetahui hal-hal sebagai
berikut:
1) Volume dan susunan sediman (debit dan keadaan dasar sungai);
2) Air balik (back water) di hulu waduk dan sedimen (keadaan dasar sungai);
3) Pemilihan bangunan pengantbilan/ intake (debit; kualitas air, suhu air dan
keadaan dasar sungai);
4) Pemeliharaan terhadap fungsi normal sungai (kualitas air, suhu air, debit).
Data yang diproleh dari investigasij penelitian keadaan sungai akan digunakan
untuk perencanaan bendungan antara lain untuk analisis sedimentasi, perubahan
kualitas dan suhu dan perkiraan kondisi lingkungan sesudah pembangunan
bendungan, oleh karena itu gambaran mengenai keadaan sungai sebelum
pelaksanaan pembangunan bendungan benar-benar harus dipahanli.
20
2.2.2.3 Suhu air
Suhu air sungai harus diamati bersama-sama pada saat peneiitian debit sungai dan
penelitian kualitas air sungai, pada saat itu perIu diamati pula keadaan cuacanya.
Rona topografi rnerupakan hasil dari kegiatan geodinarnic masa lalu seperti
pergerakan tanah, kegiatan volkanic, dan geomorfologi (pelapukan dan erosi). Hal
ini berarti rona topografi rnencerrninkan rona geologi, kekerasan batuan, struktur
geologi seperti pelapukan dan fraksi-fraksi yang dapat diinterpretasikan melalui
photo udara, peta kontur, dan pengamatan topograh di lapangan.
Narnun pola topografi hanya rnernperlihatkan rona geologi secara adak Jangsung,
rnaka sangat diperlukan pengetahuan untuk rnengidentifikasi hubungan antara
geologi dan rona topografi.
Investigasi geologi harus dikerjakan secara intensif sejak awal studi pemilihnn lokasi
21
dan tipe bendungan.
Pada awal studi faktor-faktor renting seperti patahan, penggeseran tanah, depresi
pada cekungan waduk dan bocoran harus betul-betul sudah diketahui lebih dahulu
untuk menghindarkan terjadinya perubahan mendasar pada rencana pelaksanaan.
Selama investigasi geologi, perlu dilakukan pengukuran dan pemetaan untuk setiap
tahapan, misal tahap Perencnaan Pendahuluan (basic design), datail desain dan
pelaksanaan konstTuksi.
Investigasi seperti tersebut di atas dapat diklasifikasikan menjadi dua katagori,
yaitu survai topografi dan investigasi klasifikasi ben tang alam (land form).
Ketelitian dan cakupan dar~ masing - masing investigasi diperlihatkan pada tabel
2.5-1
22
Tabcl 2.2.3-1 Jcnis dan rencana invcstigasi topografi pada tia p taha p investigasi bcndungan.
INVESTIGASI
Inv('stil;nsi untuk Dil'ilih 2 iltilll 3 I II It' r I' rd a s i 1\'la tOl'or,rafi OJ'S Invesligasi I<liI!dfikasi !lentiln!; Alalll
I{ c' 1\ C II 1\ II usulill\ lukllsi PC!.I It'I)'' (I :50.000 - I : 25.000)
Menyeluruh bendllngilll dill) loto Pengumpulan petn 101'0 Pela klasifikasi bentill1g alam 1 : 50.000 - 1 : 25.000 (nwlKilku p selu rub Df'S
(Ovenall Olan) 11 d r i\ (1:5.000 -1: 10.000) ll1i1sin!~-masinl~ \ls\ll"n lokasi bendul\f,iln dcnr;an indibsi pCrlnils.l!"han
{I \.' 11 i) 4111 Mencnkup renCilna loka,i bendungall, 1l1ilSilll~-lllilSil1[; lokasi).
sll,.!reosi...'ope daerah 0cnangan (disfHftnkan
menenkup selllrllh Of'S) Pela klasifiknsi bental1g ,daIn 1 : 5.000 - 1 : 10.000 (mencak\ll' usuIan lokasi
bendungal1, tampungan, lokasi bahal1 limbllnan dan xkelilin!~nya; interpretasi
[010 lIdara dcngan stereoscope unluk !l\engidcnlifikasi Inasalah) ..
Investig"si unluk Surv"i pendailuluan Pcn~llkuran • Pcta topografi lokasi eli bendungall .
perencanaan llnrllk Reneana pol i g 0 1\, 1 : 500 - 1 : 1000 inlerval kontur 1 - Invesligasi gcologi.
pendahuluan Men y e I II r u h , tria ng ulils i 2m
(llasic Design) diJaksanakan pada dnn sipat Dari hasil klnsifiknsi bcntnl1u alnll1, npnbiln lokasi cajon belldun{~all ternyata
loknsi yang dil'ilih dntj\r. dinil"i tid"k Inyilk diballgtln kllrell" kead"aIl geolof,i yang lidak b"ik, sepcrli
• Sipat datar mcmanjang pM!" lokasi longsoran , sesar aktif alau apabiJa daerah genaJ\gi\!\ terbenluk dari baluan
Diputuskan tipe bendungan 1: 200 - 1: 500 yang !l1udah lantt, atilu tanah dasilr yang bocor, atau menunjukkan zona
bcndungan; gillnbar • Sipat datar mclintanr, pada lokasi polensi longsor, lokasi calon bcndungall agar dilinggalkan dan pindah kelokasi
UllHIIH ; tntu Jetllk bend U111;.\I\ 1 : 200 - 1 : 50() lain.
ban b llnill1
dibllat dllil
Pcrcncal1nan Apabila biny" penggaliilll malerial "tau pcrvaiknll kl"tsUS lebih alllan dan
Pelldnhuillilll. Pet" lOpo dnernIt genHilgnn "kOIH)!"i.- dllri I'adn pindllh kelokllsi baril, maka perlll dilakll!..illl I'cnydidikull
1 : SOO - 1 : 5.000, inlerval konlur Jill gcologi seeMa rinci untuk llleldorlllulasikan pcni\p/;ulangallIlYil.
untuk daerah datar, 2 - 5m daerab
lainnya Sclanjutnya, perItt dipasang tilik konlrol untuk mclanjulkan invesligasi pada
lal",!)all konstrllksi dan sUl'ervisi. Pnda Inbal' inveslig"si illi, pela lopogm{i
Investigasi uIItuk SUrYid t,unudliat\ yanf, digunakan biasanya dipaklli skala 1 : 500
percncanaan Delail dilaks<lnilkiln unluk • ProCiI memanjang IVilduk
(Detail Design) melengkapi dala 1 : 200 - 1 : 500
yung Id.d\ IId.1 pildil
tilhilfMll Pcrenci\naan Peta topo lokasi pengaI11bilan bahal1
l'end"huluan. limbunan 1 : 500 - 1 : 1000
23
Pelaksanann dnn Pemnsan!)nn profil Pen!)ukurnn I~II\ lelnk I"hill
Pent;awnsan. berbn!)lli bIlIl!)lIilllll. lx~lldllnf,nn dOl" f~!lclll·.\-.·'Plly"
I : 100 - I : 200 (1''':Il'Il~Il''I''''1l 1',,01.1)
Pemasnn!)an titik
kontrol unt"k Pengukuran topogrnfi IlIltllk l'olld,,,j
pengnl1liltiln tllbuh bcndul1!)fln dellgall !: 100 - I : :?OO
bcndunr,fln. (den!)nn intervril konlur ulltll\-.
inspeksi dusar pondnsi)
24
2.2.3.2 Survai topografi
a) Penyiapan ;:lata pada Daerah Aliran Sungai
Peta daerah aliran sungai, peta jaringan sungai dan peta garis (lineament) harus
disiapkan dengan menggunakan peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000.
Peta Daerah Aliran Sungai harus digunakan sebagai data dasar untuk survai
meteorologL hidrologi dan survai sedimentasi.
Peta jaringan sungai dapat diguTlakan untuk meng-identifikasi kondisi geologi
dan daerah-daerah longsoran.
Peta garis yang mencakup daerah yang Iuas termasuk cekungan waduk, bisa
digunakan untuk meng-interpretasikan struktur sesar dan garis tektonik.
25
2) Skala
Skala yang digunakan tergantun~ pad a luas cekungan waduk. Stan dar skala
yang bias3. di pakai bisa di lihat pada tabel 2.2.3-2, dengan interval garis
tinggi (contour) berkisar antara 1m, 2m, dan Sm
TabeI2.2.3-2 Luas daerah gcnangan waduk dan skala peta yang lazinl digunakan.
26
kontur dengan rumus trapesoidaL Sesuai dengan rumus trapesoidal volume
"V" diantara dua kontur pada interval"h" yang mempunyai luas Av dan
A2 dapat diperoleh dad persamaan
...... (2.5 - 1)
Volume dapat pula dihitu..'1g dengan rumus SLJ:1pSon. Sesuai dengan rumus
Simpson bila jumlah kontur ganjil (misal n) volume dapat diperoleh dari
persamaan:
Kapasitas tampung waduk pada setiap elevasi dan luas genangan pada
setiap elevasi diplot bersama-sama di dalam sebuah grafik seperti
diperlihatkan pada gambar diba\:vah.
27
Grafik ini sangat berguna pad a perencanaan umum sebuah wad uk.
R.£5. U:VU- -
:v.:f<'A;(.
t--_
---.. -----T-- r ! -
. k----l
--~,,« I
~'
oJ
c:: 500
....
ql- ..... ,~('
":;: (.t" ..... <(
28
Pada dasarnya pengukuran harus dilakukan secara teristris .
Peta lokasi bendungan (plan) harus mencakup dan menunjukkan:
(3) Judul, azimuth, skala, nomor lembar dan tanda tangan penanggung
jawab.
29
Potongan memanjang harus melintasi bangunan pelimpah, dan atau
bangunan-bangunan struktural lain, atau sepanjang mercu tubuh
bendungan.
Potongan memanjang tubuh bendungan harus mencakup dan
menunjukkan:
(1) Nomor stasiun, yang penomoran dan pengukuran jaraknya di mulai
dari tebing kiri.
(2) Jarak Interval
(3) Jarak tambahan
(4) Ketinggian tanah
(5) Kedalaman galian pondasi
(6) Ketinggian pemotongan/ ketinggian tebing
(7) Rencana ketinggian timbunan
(8) Elevasi bagian yang tidak dilimpahi air waduk dan elevasi puncak
bendungan
(9) Elevasi banjir rencana, elevasi muka air tambah (surcharge water level)
(10) Elevasi muka air penuh, batas muka air selama musim banjir, muka air
terendah.
(10) Lokasi dan potongan melintang terowongan pengambilan, saluran
pembuang sementara dan bangunan pelimpah.
(11) Lokasi sumur uji" dan titik pengeboran termasuk bore hole logs bila
1/
diperlukan.
(12) Penyebaran batuan pondasi, perbaikan pondasi dengan injeksi semen.
(13) Judul, skala, nomor gambar dan tanda tangan penanggung jawab.
30
sampai 20 meter diluar tumit (toe) bendungan huIu dan hilir,
Apabila diperlukan adanya perbaikan pondasi, sepe,rti selimut (blanket),
sumur peresapan (relief wall) atau perbaikan pada patahan, keadaan
geologi dan bag ian yang harus diperbaiki "harus di plot pada gambar
potongan melintang.
Pengukuran sipat datar potongan melintang juga harus mencakup patahan
dan daerah di luar si..l1gkapan 1010s air.
Bagian kiri dari po tong an melintang menunjukkan bagian hulu.
Potongan melintang harus mencakup dan menunjukkan :
Permukaan tanah dan elevasinya pada setiap stasiun
Potongan melintang tubuh bendungan dan elevasinya
Bagian yang harus digali dan ditimbun pad a setiap stasiun
Judul, skala, nomor gambar dan tanda tangan penanggungjawab
31
Tabel 2.2.3 - 4 Jenis pekerjaan pengukuran
6. Pengukuran sipat datar Sipat datar potongan Perhitungan kapasitas wad uk.
potongan memanjang memanja."1g dan
dan melintang waduk melintang
masalah ini.
Peningkatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi sipil dengan cara mekanisasi
besar-besaran,dapat berakibat terganggunya stabilitas lereng" karena
berubahnya beban secara tiba-tiba akibat penggaHan yang sangat pesat.
Perlu diketahui faktor-faktor utama yang sangat berpengaruh pada pelaksanaan
konstruksi seperti keadaan topografi dan geologi di lokasi bendungan,
terbatasnya waktu peIaksanaan konstruksi serta semakin meningkatnya
penggunaan alat-alat berat dalam skala besar.
Usaha-usaha untuk mengatasi hal tersebut, harus diformulasikan berdasarkan
investigasi geo!og1 detail, simulasi analisis dan perkiraa.l1 gempa jangka panjang.
Pada umumnya investigasi detail pada areal yang Iuas dan memerlukan waktu
yang panjang, tidak ekonomis. 01eh karena itu untuk mendapatkan data
lapangan secara cepat dan dapat dipertanggung ja1,vabkan, investigasi klasifikasi
ben tang a1am perlu dilaksanakan.
2) Metode investigasi
Klasifikasi ben tang a1am akan digunakan untuk menentukan karakteristik
topografi yang diperoleh dengan melakukan anaIisis bentuk (geomorphometrie)
bumi dengan menggunakan peta kontur yang akurat, interpretasi foto udara
menggunakan stereoscope dan pengamatan geologi di lapangan.
Investigasi klasifikasi ben tang alam sebaiknya dilakukan pada tahap
perencanaan awal tata letak bendungan.
Secara umum klasifikasi bentang a1am diperlihatkan pada tabel 2.2.3-5.
I
33
Tabel 202.3-5 Klasifikasi bentang alam
Pegunungan (M) Puncak Tumpul Relief dan dataran landai Pelapukannya tebal umumnya cocok
dan (mt) diantara puncak-puncak untuk sumber bahan urugan.
Perbukitan (H) bukit dengan lereng terjal
disekitamya
Lei-eng terjal Erosi sering terjadi pada Oi daerah vulkanis sering dijumpai
"moderite piedmont" atau masalah pondasi untuk bendungan. Oi
(ms) pada lava dan debu daerah non vulkanis perlu diperhatikan
volkanis di daerah vulkanis. zona peJapukannya
Lereng terjal Permukaan topopgrafi di- Terdiri atas bennacam-macam batuan dan
tunjukbm oJeh ke:r.iringan perhati:m terutama di tujukan pad a
(ms) le-reng Jebih besar 35° kemungkinan run:uhan batuan.
Batuan Jepas atau HasH runtuhan zona batuan Tidak stabil sebagai pondasi bend ungan
talus (Ta) lapuk pada lereng yang karena terbentuk oleh fragmen-fragmen
terjal atau pada kaki tebing batuan lepas dari berbagai batuan.
(Cliff toe)
34
Bentuk khusus • Luncuran tanah Tidak cocok untuk pondasi bendungan.
(s) (land slip) Jika bentuk-bentuk tadi dijumpai
• Longsoran tanah disekitar waduk, perlu diperhatikan
(land slide) ukurannya dan kecepatan longsoran
• Pi edmond merupakan
hasil pengendapan
dari pe!apukan
permukaan yang
terbawa daTi lereng-
lereng pegunungan
muda sampai
pegunungan tua.
Dataran (T) Permukaan teras Dataran hasH erosi Fada Perhatian ditujukan pada celah-celah di
(t, t" t"', t"') tempat-tempat yang tinggi, dataran lava, dataran peroclastis, dataran
dan terbentuk oJeh lapisan- batu gamping. dan rongga-rongga yang
la-pisan batuan yang terisi, khususnya jurang-jurang y«r.g
horizontal atau hampir terisi bahan rombakan pacia endapan
horizontal. teras.
Dataran rendah Alluvium (a) Permukaan datar yang Biasanya tidak cocok untuk pondasi
(L) terbentuk oleh sungai bendungan.
endapa.'1 sungai.
Kipas aJuvium (f) Topografi berupa kipas dan Bila terdiri atas sejumlah besar endapan
terbentuk oleh pasir dan yang lulus air maka akan dijumpai
kerikil di daerah perbatasap berbagai masalah bila digunakan
antara pegunungan dan sebagai pondasi bendungan.
dataran rendah.
Secara umum, lembah yang akan dimanfaatkan sebagai waduk terbentuk oleh
erosi pada masa kini menurut istilah umur geologi.
Erosi dapat menyebabkan pecahnya batuan karen a tegangan ke atas akibat
hilangn.ya beban.
35
Biasanya rekahan-rekahan terbuka, dan struktur kekar, yang tertutup,
terbentuk karena proses tersebut di atas.
Penyebaran pelapukan batuan lewat rekahan-rekahan dapat menyebabkan
terganggunya kestabilan lereng. Pada Iokasi bendungan yang terbenhlk dengan
tebing batuan yang keras, dan sempit proses tersebut sering terjadi.
Namun lereng-Iereng landai yang terletak di atas lereng-lereng curam di lokasi
bendungan maupun disekitar waduk, sangat ·.mudah terpengaruh oleh
pelapukan, karena itu biasanya ada areal tidak stabil yang cukup luas.
Penghilangan beban secara tiba-tiba dengan alat berat di areal yang tidak stabil,
dapat mengakibatkan timbulnya tegangan pada batuan yang bisa
menyebabkan pecah. Demikian pula pada beberapa kasus, Iereng curam yang
mendapat beban tambaha'n, tahanan gesernya bisa menurun dan
mengakibatkan longsoran.
Kondisi topografi dan geologi di lokasi bendungan yang perlu mendapat
perhatian karena memerlukan perbaikan serta pertimbangan biayanya adalah:
(1) Pondasi bendungan dan cekungan waduk yang terbentuk dari lapisan
pondasi yang 1010s air seperti batu kapur berongga atau batuan vulkanis
muda, endapan piroklastik atau batuan vulkanik vesikuler, lapisan kerikil
dan pasir.
(2) Lokasi bendungan dan cekungan waduk yang terbentuk oleh pondasi
yang mudah larut (batuan karbonat seperti kalsium karbonat, sulfida besi
dan material yang kaya kandungan besi).
(3) Longsoran dalam skala besar yang terjadi pad a tanah dasar pondasi
bendungan atau daerah genangan yang rentan terhadap longsoran.
(4) Struktur sesar dalam skala besar atau pertemuan lipatan di cekungan
waduk.
(5) Adanya sejumlah besar sumber material yang berbahaya seperti abu
vulkanik atau Iogam be rat dialiran sungai dan sekitarnya (bah an
vulkanik aktive, bahan tambang).
36
(6) Pondasi bendungan yang terdiri dad alluvium, endapan lumpur atau
lapisan pasir lepas yang gampang mencair luluh (liquefactive) oleh
getaran.
Hampir semua rona geologi yang diuraikan di atas mempunyal
hubungan yang erat dengan karakteristik topografi dan dapat
diidentifikasi lebih jauh dengan menggunakan peta kontur dan
intervretasi foto udara .
.l
37
4) Lain-lain
Mempelajari tentang ada tidaknya sesar aktif dengan menggunakan peta
pola dan penyebaran sesar .
~lak5ud l\!empelajari data .. Kajian terhadap kekuatan .. Pengurnpulan data .. mengatasi masaJah
untuk perencanaan batuan pondasi, batas-batas geologi yang geologi yang timbul
dan pemilihan lokasi galian pondasi dan dibutuhkan untuk setelah pelaksanaan
bendungan perbaikan pondasi, membuat rallcangan konstruksi.
perkiraan kasar biaya rinci dan Rencana
kOllStruksi. Anggaran Biaya.
.. Kajian terhadap sumber .. Seleksi akhir mer:ger>ai
banan u.ugan, lokasinya, sumber bah an urugan,
cadangannya (2-3 kali yang ten tang : lokasi,
dibut... hkan), kualitasnya. k u an ti las,ca ra -ca ra
penggaliarmya
.. Kajian terhadap kestabilan e Penetapan cara-cara .. Pengamatan dalam
lereng dan kemungkinan perbaikan, rangka pen gam an an
pengamanan/konstruksiny perlindungan dan disekitar cekungan
a. pengamanan cekungan waduk.
waduk.
Lokasi Peta topografi dan Geologi permukaan Geologi bawah SebeJum penggalian
benc!t1ngan folo udara Studi mengenai topografi permukaan. pondasi
• Penetapan ukuTan stratigrafi. struktur geologi, Uji seismik : pada jalur- menghimpun semua data
bendungan. sifat-sfat batuan, endapan jaJur tertentu yang masih geoJogi yang diperoleh
• Perkiraan mineral dan hidrogeologi. diperlukan_
kestabilan lereng. Setebh
• perkiraan GeoJog:i bawah permukaan Pemboran : senap jarak ponda5j
mengenai Uji seismik : 3 jaJur horisontal 20-3001, Peta pondasi (1:100-1:200)
penyebaran disepanjang poros bendungan, disepanjang poros dan catatan pengamatan dan
formasi batuan dan 3 jalur melintang diporos sckitarnYd dan dl kmbdh pengujlan terhadap pandasi
struktur geologi. bendungan, 1 jalur di sepanj,mg sungai. termasuk jenis perbaikan
bangunan pelimpah_ - 1 atau 2 F"sang MT pandasi.
Pemboran dan uji miring kedT"h sung"i.
Peta geologi, peta Permeabi.:itas : Pada bukit - Beberapa lubang bor di
tekstur tomah. tumpuan kin dan kanan zona transisi/ filter dan
• Perkiraan masing-masing dua lubang bor, di bangunan pelimpah
mengenai 2-3 lubang di dasar sungai, di
kekuatan, puncak bangunan pelimpah Term"'ong uji: pada senap
ketahanan dan satu lubang bor. ketinggian 20-30 m.
permeabilitas Terowong Uji (adit) Untuk bendungan < 30 m
batuan pondasi 1 sampai 2 buah di bukit terowong uji tidak
berdasarkan atas sandaran k.iri dan atau kanan. diperlukan.
sifat-sifat batuan Uji pond.1si:
serta distribusi dan Uji Pondasi Uji geser dan uji deformasi,
penyebaran 'Uji geser dan uji 3 , set atau lebih untuk
material. deformasi:1-2 set masing-masi.ng fom1asi
• Uji pembebanan bawah b,ltuan pondasi. Pengujian
tanah : Pada bendungan i.ni mungkin ndak perlu bila
Lain-Jain tinggi dilakukan senap H <30m
Studi mengenai ada kedalaman 3 m pada Uji. hat desak diJakukan
tidaknya struktur masing-masing lobang bor. pada senap jenis batuan
sesar aktif dengan ~, pondasi.
menggunakan peta V~ta Geologi rinci dan
penyebaran dan pola penampang melintang (1 : 500 Hasil
struktur sesar. sampai 1 : 1000) tingkat Peta geologi dan
pem1eabilitas, cepa! ramba! penampang melintang, peta
gempa dan rencana batas-batas kontur batuan dasar, peta
galian pondasi. penarnpang permeabilitas.
Sumr.er bahan Geologi permukaan Geologi permukaan
Urugan daerah penyel.idikan hams Peta geologi rind (1 : 500 -
mencakup areal r.er.erapa 1: WOO)
kilometer dad lokas;
bendungan, jenis material dan GeoJogl bawah permukaan
penyebarannya hams jelas. Sumber bahan urugan :
" Pemboran atau sunluran
Geologi bawah permukaan sistem grid dengan
Sumber bahan urugan : interval 50 m.
.. Pemboran lebih dad 3 Sumber balu :
lokasi, 34 sumuran untuk .. Pemboran dan uji
material tanah, pemboran seismik. Kalau perlu
tangan dengan interval 50 ditambah terowong uji.
m.
Sumber batu : Hasil
.. uji seismik 2-3 jaJur, paling Peta geologi serta
sedikit 3 lubang roT, dan penampallg memanjang
kalau perlu 1-2 leroh'ong dan me lin tang dengan skaJa
uji. yang cukup untuk
menghitung kuantitas
Hasil setiap materiaL
Pet;; geologi beserta
penampang mclintangnya
(1:1000 - 1:2000).
Uraian mengenai jenis dan
klasifikasi material. kual.itas,
dan kuantitas Secara g,His r.esar
40
Pada bukit tumpuan kiri dan kanan oIeh garis tegak lurus poros
bendungan yang ditarik melalui titik yang berjarak 2H (H =
tinggi bendungan) kearah luar dari titik perpotongan antara
puncak bendungan bukit tumpuan kiri maUpli.T1 kanan.
Pada sebelah hulu dan hilir bendungan, masmg-masmg oleh garis
yang berjarak 4H dad dan sejajar poros bendungan.
Data yang diperoleh dari survai geologi permukaan memberikan
informasi tentang stratigrafi, jenis dan sifat-sifat batuan, struktur
geologi, hidrologi, orientasi bidang-bidang diskontinyuitas
seperti struktur sesar, struktur kekar dll, daerah longsoran, serta
lokasi-Iokasi sumber material atau bahan konstruksi.
Untuk selanjutnya mengenai lokasi, jumlah, jenis, serta metode
investigasi yang perIu dilakukan dalam survai geologi bawah
permukaan bisa direncanakan.
41
Pada tahap ini biasanya diperlukan 21ubang bor pad a poros
bendungan, masing-masing di tumpuan kiri dan tumpuan
kanan, 2 atau 3 lubang bor ditempatkan di lembah sungai,
kecuali jika pada dasar sungai tersingkap batuan segar jumlah
pemboran ini bisa dikurangi. Jika lembah sungai sempit dan
diduga merupakan jaluf struktur sesar, maka pemboran
miring perlu dilakukan, masing-masing terletak pada kedua
sisi tebing sungai dan menembus formasi batuan di bawah
sungai.
Sebagai tambahan, pemboran perlu dilakukan juga pada calon
puncak bangunan pelimpah dan di tempat-tempat lain yang
dianggap perlu.
iii. Terowong uji : adalah yang paling mahal dibandingkan
dengan metoda-metoda yang telah disebutkan di atas. Oleh
karena itu harus betul-betul dipertirnbangkan sesuai
kepentingan dan biayanya.
Survai ini umumnya dilakukan pada investigasi geologi untuk
bendungan besar (tinggi > 30 meter), dimana kekuatan
(strength) batuan pondasi sangat penting untuk diketahui.
Pada tahap desain av·,ra!, biasanya dibuat 1 atau 2 terowong uji
masing-masing pada tumpuan kiri dan atau di tumpuan
kanan bila perlu.
Tergantung kondisi geologi setempat, di dalam terowong uji
biasanya dilakukan pengujian insitu terhadap ketahanan
geser, pengujian deformasi dan lain-lain.
42
2) Investigasi pada tahapan desain rinei
Terutama dimaksudkan untuk mencarij melengkapi data-data
geologi yang diperlukan di dalam membuat desain rind dan
perkiraan mengenai besarnya biaya yang dibutuhkan. Untuk inj
diperlukan data yang cukup dan lengkap, baik kualitas maupun
kuantitas.
Survai yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah :
(1) Survai geologi bawah permukaan.
Tahap ini dimaksudkan untuk mengklasifikasikan batuan
pondasi berdasarkan sifat-sifat teknisnya, antara lain kondisi
geologi mencakup jenis dan sifat-sifat batuan, baik fisik, maupun
mekanik serta sifat hidraulik dan data yang lengkap guna
menentukan jenis bendungan serta perbaikan pondasinya.
Kondisi geologi di atas antara lain bisa diperoleh dengan cara
pemboran inti .
. Pada batuan yang lapis an penutupnya tipis dipergunakan
metode parit uji. Sebagai tambahan dilakukan juga survai
seismik, guna melengkapi data yang diperoleh pad a tahap desain
awa1.
Lokasi pemboran biasanya ditetapkan dengan
mempertimbangkan titik-titik pemboran yang telah dilaksanakan
pada tahap desain awal agar mencakup areal yang belum pemah
I
dilakukan pemboran.
Akan tetapi jumJah dan lokasinya semuanya tergantung kepada
kondisi geologi seJempat. Walaupun tidak ada ketentuan yang
pash mengenai jumlah dan Iokasi pemboran, namun untuk.
bend ungan yang tingginya 20 m - 50 m, disarankan agar lokasi
dan jumlah pemboran setidak-tidaknya mengikuti ketentuan
sebagai berikut :
Di sepanjang poras bendungan ; pada lereng tumpuan kiri
maupun kanan, jarak lubang pemboran antara 20m - 30m. Satu
43
atau dua buah terowong uji, di tumpuan kiri danl atau kanan.
Untuk bendungan urugan dengan tinggi kurang dari 30 m
biasanya terowong uji untuk kajian geoteknik tidak diperlukan.
Di lembah sungai ; pemboran dengan jarak 20m-30m serta satu
atau dua pasang pemboran miring ke arah sungai, yakni apabila
Iembah sungainya sempit atau diduga dilalui struktur sesar.
Dari data-data di atas kemudian dibuat peta geologi teknik rind
termasuk peta kontur batuan dasar, penampang geologi, serta
peta Iugeon untuk menentukan kedalaman dan kerapatan injeksi
tiral.
ProfiI batuan dasar selain berguna untuk menentukan lok-asi dan
kedalaman yang memerlukan perbaikan pondasi, juga untuk
menganalisis tekanan serta res pons seismik.
Uji kuat desak dan kuat geser bisa dilakukan terhadap contoh inti
pernboran (core) dan pada galian uji (periksa sub bab Uji
Iaboratorium hal 73 point (1) Metode uji batuan di laboratorium)
Ketahanan batuan pondasi terhadap proses pelapukan juga perlu
dikaji unttlk mengetahui stabilitasnya dalam jangka panjang,
44
batuan sedimen bertekstur halus (misalnya batu lempung, tufa,
dB) dan batuan yang mengandung bidang-bidang diskontinyuitas
pada umumnya lebih rentan terhadap proses pelapukan.
Stabilitas batuan bisa diketahui dengEtn melakukan uji stabilitas
(periksa sub bab Uji Laboratorium hal 73 pont (1) Metode uji
batuan di laboratorium) akan tetapi hasilnya tidak mencerminkan
stabilitas batuan pondasi secara keseluruhan, karena uji tersebut
dilaksanakan pada sepotong batuan di laboratorium.
Dari berbagai uji kekuatan batuan pondasi di atas, perilaku
mekanis batuan pondasi setelah konstruksi bendungan dapat
diperkirakan sebelumnya.
3) Investigasi pelengkap
Mengingat adanya kemungkinan munculnya permasalahan baru yang
tidak diduga sebelumnya maka pengamatan kondisi geologi di lokasi
bendungan selama dan setelah pelaksanaan konstruksi perlu
dilakukan terus menerus.
untuk inti bendungan, pasir dan kerikil untuk filter dan drainase.
Survai bahanj material untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :
Kualitas material, apakah sesuai dengari standar yang dibutuhkan
dalam desain dan konstruksi.
Ketersediaan material, apakah cukup sesuai dengan kebutuhan.
Kondisi Iokasi sumber material, antara lain jarak dari lokasi
bendungan, jalan masuk, statusnya, perlu tidaknya konservasi,
dan lain-lain.
.j 5
Kualitas material diuraikan secara rinei dalam sub bab 2.2.5
(Investigasi bahan tir. lbunan) dan ketersediaan material diuraikan
secara rinei dalam sub bab 2.2.3 (suravai dan investigasi topografi).
Pada tahap ini seyogyanya telah ditentukan atau dipilih beberapa
alternatif lokasi sumber material, perkiraan kasar mengenai
volumenya serta penyebaran dan . kemungkinan-kemungkinan
penggaliannya.
Investigasi yang perIu dilakukan untuk keperIuan tersebut di atas
adalah:
(1) Investigasi g.eologi permukaan.
Kualitas dan jumlah cadangan bahan urugan terutama
ditentukan/ tergantung kepada topografi dan kondisi
geologinya. Jenis dan penyebarannya ditentukan melalui survai
geologi permukaan termasuk eara penggaliannya.
Pada a\valnya dipilih beberapa lokasi usulan untuk dikaji lebih
lanjut mana yang paling menguntungkan/ ekonomis, selanjutnya
dikaji jenis dan sifat batuan, derajat pelapukannya, poJa dan
orientasi, kerapatan dan penyebaran bidang diskontinuitas
(bidang perlapisan, struktur kekar, sesar, dan retakan-retakan
lamnya), ketebalan dad tanah penurup dan endapan rombakan,
pepohonan serta tata guna tanah.
Kondisi geologi, persyaratan dan faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam investigasi endapan lepas untuk bahan
konstruksi disajikan dalam tabel 2.2.4-2
(2) Investigasi geologi bawah permukaan.
Dari 2 atau 3 us ulan sumber material yang dipilih lewat
Investigasi Geologi Permukaan, perIu diIakukan Investigasi
Geologi Bawah Permukaan guna mengetahui jumlah cadangan
serta metode penggaliannya. Kemudian lokasi sumber material
dapat ditetapkan berdasarkan hasil material yang dilakukan.
Investigasi pad a lokasi sumber material konstruksi terutama
dilakukan dengan eara pemboran inti atau sumuran uji sekurang-
46
kurangnya 3 titik untuk setiap lokasi yang diusulkan.
Untuk investigasi sumber material batu, survai seismik dinilai
eukup efektif dan pada umumnya diperlukan dua jalur survai.
Bila dipandang perIu, dapat digali 1 atau 2 lubang sumuran uji
(test pit) guna pengambilan sample untuk pengujian di
laboratorium.
Untuk mengevaluasi lokasi sumber material tanah, terutama
untuk pengambilan sample dilakukan dengan menggali 31ubang
sumuran uji. Sedangkan untuk memperkirakan volume
eadangannya, perlu dilakukan pemboran tanga,!1 dengan
intervalj grid 50 meter.
Dari semua data yang diperoleh, selanjutnya digambarkan atau
dibuat peta geologi beserta penampang melintangnya. Dari sini,
kemudian dapat diperkirakan jumlah eadangan material
termasuk metoda penggaliannya dan lain sebagainya.
Pada tahap ini hendaknya telah dapat dipastikan sekurang-
kurangnya tersedia cadangan meterial sejumlah 2 sampai 3 kali
volume yang dibutuhkan.
47
(2) Investigasi geologi bawah permukaan.
1. Pemboran.
Lokasi pemboran secara efektif ditentukan dengan sistem grid
dengan interval ± 50 meter. Pemboran pada tahap ini
dimaksudkan untuk lebih meyakinkan tentang kondisi
geologi dan derajat keseragaman serta ketebalan Iapisan
batuan yang ada, tanah penutup dll. (Sub bab 2.2.4.2-b), 2)
11. Terowong uji dan sumur uji.
Selain untuk melengkapi data mengenai kondisi geologi, dan
pengambilan contoh uji (sampel) sekaligus untuk mengkaji
tentang metoda penggaliannya. Jumlah dan lokasi sumur uji
tergantung kepada hasH survai geologi permukaan dan
jumlah contoh yang akan diuji.
iii. Pendugaan geofisik.
Pendugaan geofisik ini diIakukan gun a melengkapi data
pemboran. Survai seismik efektif untuk mengkaji kondisi
geologi diantara titik-titik pemboran dengan
mempertimbangkan hasH pemboran. Sedangkan pend ugaan
electric dinilai cukup efektif untuk mendapatkan data ri.nci
mengenai ketebalan Iapisan batuan diantara titik-titik
pemboran.
48
dimanfaatkan dengan mempertirnbangkan sifat fisik rnasing-
masing ma terial.
Urutan pekerjaan di atas harus dikerjakan oleh ahIi atau beberapa ahE
geologi yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam bidang
teknik sipil.
49
Apabila investigasi geologi permukaan dipercayakan kepada pihak lain,
maka syarat-syarat inve_stigasi harus secara jelas telah ditentukan
sebelumnya. Seperti telah diuraikan pada sub bab 2.2.4.1 b) dan c),
bah,va untuk mengkaji pondasi bendungan klasifikasi geologi terutama
didasarkan kepada kekuatan serta permeabilitas batuan pondasi.
Sebaliknya apabila tujuan investigasi adalah untuk mengetahui dan
mengkaji cadangan bahan urugan, maka investigasi lebih diutamakan
kepada faktor-faktor seperli gradasi (besar butir) serta hal-hal yang
berpengaruh terhadap penggaliannya. 01eh karena itu, tergantung
kepada tujuan investigasinya maka peta geologi yang dihasilkan akan
berbeda.
Hal-hal utama yang perlu dikaji dalam investigasi geologi permukaan
seperti dicantumkan pada tabe12.2.4-3.
Peta rute yang menunjukan jalur survai harus dipersiapkan dengan
menggunakan peta topografi. Demikian juga hasH observasi lapangan
harus dicatat dan diplot pada peta yang sarna. Skala Peta Rute pada
umumnya beberapa kali lebih besar dibandingkan dengan skala peta
geologi yang dipersiapkan.
Pada Peta Rute ciiplot secara tepat lokasi-lokasi singkap.:m yang telah
diobservasi disepanjang jalur survai. Periu dicatat pula data-data
mengenai jerus-jerus batuan, jurus dan kemiringan lapisan batuan, arah,
lebar dan kerapatan bidang-bidang retakan dan struktur kekar, demikian
juga lebar dan arah sruktur sesar, dan lain-lain .. Dengan demikian
kerapatan dan ketelitian investigasi lapangan bisa dilihat dari Peta Rute.
Peta geologi menggambarkan hasil investigasi geologi permukaan dan
dibuat berdasarkan klasifikasi geologi sesuai dengan tujuan investigasi.
Di dalam peta, lokasi-lokasi singkapan yang merupakan dasar pemetaan
. harns ditunjukan secara jelas. Demikian juga batas-batas formasi batuan
dan lokasi-Iokasi struktur sesar.
Batas ini digambarkan dengan garis putus-putus apabila sesamya hanya
perkiraan atau penafsiran saja, sebaliknya dengan garis penuh bila telah
diketahui secara pasti. Untuk singkapan-singkapan henclaknya
digambarkan dengan foto dan atau sketsa.
50
Tabel 2.2.4-2 Material dan geologi untuk bendungan
Ciri-ciri umum Cocok untuk bahan Penyesuaian untuk Catalan
Klasifikasi geologi pada lokasi bahan
urugan urugan agregal belon
Endapan Sungai Jenis hatuan, gradasi Balk untuk material Cocok untuk Sebagian menga-
dan bentuk bunran lulus air. Jika agregat haJus dan ndung sisipan
dipengaruhi oleh lem pungan cocok lmtuk kasar. lapisan lunak
topografi, geologi dan bahan inti bendungan.
kondisi meteorologi.
- Material-material
lunak terpecah
Endapan lepas aklbat benturan
(5eclimcn lepas) selarna pengdiran,
dan karenanya
banyak tersedia
pasir dan kerikil
End a pan Terbentuk oleh karena Dapat dipakai untuk Eisa disesuaikan Diragugan dapat
onggokan. (batu) matriknya haneur bahan timbunan aeak dengan agregat dijumpai dalam
jumlah yang besar,
secara mekanis CD atau (random) CDdan ® dalam hal kasus CD
k are n a
oleh proses pelapukan
@ . arealj penyebaranny
a terbatas.
I
Batuan beku
dalarn
Pada umumnya besar
dengan sedikit kekar
Yang berumur muda,
baik untuk timbunan
Pecahan batu bisa
disesuaikan untuk
Pelapukan yang teba]
dijumpai di
Sering dijumpai batu dan rip-rap. agregat kasar. permukaan.
pecahan batu yang
keras dan homogen.
Batu yang bersifat
asam (misalnya
grani!) lebih mudah
lapuk, sedangkan
yang basa (gabbro)
kadang-kadang
mengalami
serpentinasi.
51
Bah.an padal Baluan Letusan Yang berumur muda Cocok untuk urugan Sarna dengan di Kadang-kadang
bersifat keras dan balu dan bahan alas akan letapi terbentuk zona
padal. Tetapi batuan timbunan acak. jumlalmya aeterasi yang
yang besar dan terbatas. mengandung
menerus. mineral-mineral yang
mengembang.
5aluan Sedimen Bat piroklatis (luE, Cocok untuk urugan Tidak beradaptasi &lu garnping tersier
breksi luE, dil) baluan dan timbullan dan kwarter pada
CDUmumnya acak (random). umumnya tidak
ber! u bang-I u ba ng cocok untuk material
berat jerus kedl, tidak Cocok untuk bahan bendungan. karena
sarna rala.(heterogan) timbunan acak tidak padat dan
g·unpang larut.
6... t U 41l ~! "Jill 411 l Batu sabak,sekis Perlu hati-hati bila Eisa digullakan Batuan malihan
(\ktd!l1Ott) kristaJin ; datar digunakan untuk kecuali unluk
1 Gneiss, homfels, bendungan yang sekis kris talin.
I
o r.H'tne r ; kerd5 pada!
da."1 masif
tinggi. Cocok untuk
bahan urugan batu dan
rip-rap.
52
Tabel 2.2.4 - 3 Observasi utama dalam investigasi geologi permukaan.
T opogra f 1
Dataran dataran banjir; pelataran vulkanik,
A
II bentuk yang
spesifik
"karst" longsoran, gelinciran, gawlT
I
53
Akan tetapi dalam hal peta geologi untuk lokasi bendungan dan lokasi
cadangan material, pada umumnya lebih baik apabila formasi-formasi
batuan diklasifikasikan berdase.rkan sifat-sifat mekaniknya dan didalam
satu kategori dengan mengkesampingkan lingkungan dan masa
pembentukannya.
Namun demikian perIu diantisipasi bahwa . perbedaan kondisi
lingkungan dem masa pembentukan, berarti berbeda pula sejarah
pembentukannya sehingga formasi-formasi batuan akan mempunyai
perbedaan sifat-sifat mekanis dan kimiawi.
Gambaran geologi d~ri suatu daerah akan menjadi jelas, apabila formasi
batuan yang sama ditunjukan dengan warna yang sama pula pada peta
rute.
Untuk melengkapi peta geologi, pad a daerah yang tidak ada singkapan
dan atau tertutup oleh tumbuhan, penggambarannya dilakukan dengan
menggunakan metoda standar pemetaan geologi. Namun demikian
untuk merungkatkan keandalan dari peta geologi, ruang-ruang kosong
pada peta rute terse but sebanyak mungkin dikurangi. Untuk itu
kerapatan peninjauan Iapangan harus ditingkatkan, mencakup lembah-
lembah sempit dan kalau perlu membuka tanah penutup guna
melakukan pengamatan terhadap batuan bawah permukaan.
Secara umum keandalan peta geologi tergantung kepada banyaknya
singkapan yang diamati, keahlian dalam melakukan analisa secara visual
terhadap singkapan-singkapan dan keahlian memetakarmya.
54
5esuai dengan sifat-sifat yang diukur, pendugaan dapat
diklasifikasikan menjadi survai seismik, pendugaan listrik, pendugaan
gravitasi, pendugaan magnetik dan pendugaan radioaktif. Dalam
panduan mil survai seismik yang biasa diterapkan dan efcktif untuk
investigasi geologi dalam pembangunan bendungan, lebih
diutamakan.
Penjelasan berikut ditekankan pada hal-hal yang perlu untuk rencana
investigasi beserta evaluasinya dalam investigasi geologi untuk
perencanaan bendungan.
(1) Survai seismik
Ada dua metoda yang sering digunakan pada survai seismik
yaitu:
1. Metode pembiasan (Refraksi)
5ifat-safat elastisitas dinamis ditentukan oleh kondisi geologi
dan tingkat pelapukannya, yang menyebabkan adanya variasi
cepat rambat gelombang elastis. Dengan demikian, struktur
geologi bawah permukaan yang mengakibatkan adanya
perbedaan laju cepat ram bat gelombang elastis dapat
diinterpretasikan melalui pemantauan terhadap tenggang
waktu (interval) dimana< gelombang elastis mencapai titik
tertenru setelah peledakan atau cara Iainnya.
Uraian di atas adalah prinsip dari survai seismic. Gelombang
elastis terdiri dari gelombang,memanjang (P) dan gelombang
melintang (5) dan gelombang permukaan. Metode pembiasan
dengan gelombang (P) umumnya lebih banyak diterapkan
dalam investigasi geoteknik.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan
investigasi dengan metode pembiasan adalah sebagai berikut:
CD Lokasi-Iokasi garis jalur pendugaan hams ditetapkan
sebagaimana dijelaskan pada sub bab 2.2.4.1 b). Penetapan
dilakukan'pada daerah datar dimana pendugaan dapat
dilaksanakan dengan mudah.
55
@ Kedalaman eksplorasi hendaknya lebih besar dari satu
sampai dua kali f-inggi bendungan. Panjang garis
pendugaan harus lebih besar dari tiga sampai empat kali
kedalaman eksplorasi dart diperpanjang sampai keluar
batas daerah penyelidikan sejauh dua atau tiga kali
kedalaman penyelidikan.
Q) Jarak standar antar geofon pada Iokasi bendungan adalah
5 meter.
® Untuk mengurangi semburan pasir dan kerikiIr sebaiknya
56
maka pendugaan terhadap lapisan bawah adalah tidak
mungkin. Hal yang sarna adalah ,bila lapisan yang
berkecepatan rendah berada diantaradua lapisan dengan
kecepatan yang lebih tinggi maka pendugaan juga suEt
dilakukan. Kondisi demikian sering dijumpai pada batuan
vulkanis.
@ Batuan dasar dengan kecepatan rendah biasanya
diinterpretasikan sebagai zona retakan. Namun perlu
dicatat bahwa hal tersebut tidak selalu demikian, karena
kecepatan rendah dapat juga diakibatkan oleh pengaruh
topografi batuan dasamya.
Oleh karena itu, zona dengan kecepatan rendah seringkali
lebih banyak terdeteksi dari pada jumlah zona retakan yang
sebenarnya.
® Bila garis-garis pendugaan relatif pendek, hasil analisa
cenderung menunjukan posisi batuan dasar yang lebih
dalam dan berkecepatan Iebih rendah dibanding dengan
kenya taannya.
57
@ Terowong uji dan lobang-lobang bor, seyogyanya
ditempatkan pada interval ketinggian yang sama dan
lokasinya telah disurvai secara tepat.
58
longsoran, narnun kebenarannya rnasih dipertanyakan. Pada
tahun-tahun belakangan mi, perala tan pernantau radi~aktifitas
2) Pemboran
Pemboran merupakan metoda yang sangat efektif dalarn rangka
investigasi geologi bawah perrnukaan untuk pernbangunan
bendungan, karena memungkinkan untuk rnernperoleh contoh-
contoh batuan pada ternpat-ternpat yang dalarn serta berbagai
pengujian dapat dilakukan pad a lobang pernboran.
Banyak inforrnasi geologi bawah perrnukaan yang bisa diperoleh
dengan cara pernboran, antara lam adalah data-data utarna seperti
tertera pada tabel 2.2.4-4.
Operasi bagian-bagian yang mengandung air tanah, kehilangan sirkulasi, longsoran dan
pemboran kondisinya, kekerasan batuan (dad penggunaan bit dan laju pemboran), elevasi air
tanah, dan lain-lain
Pengamatan ketebalan dan sifat-sifat endapan permukaan (tanah penutup. onggokan batu, talus,
Jobang bor debu vulkanik), jenis, warna dan kekerasan batuan, derajat pelapukannya, kondisi
retakan, kemiringan lapisan, gambaran dari struktur sesar, zona remukan dll.
pengujian kekuatan batuan, sifat-sifat fisik daya serap air, Kadar air, dan lain-lain
inti
pemboran ,
pengujian harga-N (uji penetrasi standar), kelulusan air (permeabilitas, Lugeon), tahanan dan self-
padalobang potensial (logging elektris), modulus deformasi, (uji be ban lobang bor), cepat rambat
bor dan gelombang eJastis (logging kecepatan), kekerasan batuan (logging pembiasan),
"logging " kerapatan, derajat konsolidasi dan porositas (logging radioaktifitas), pengamatan
langsung lobang bor dengan kamera dan TV, dan lain-lain
59
Hal-hal penting berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan
pemboran di Iokasi bendungan adalah sebagai berikut:
(1) Diameter standar dad mata bor harus lebih besar dad 56 mm. Bila
digunakan untuk lobang bor pengujian, dia,meternya harus lebih
besar dad 66 mm. Sebagai tambahan, bila laju perolehan inti
pemboran dari bagian-bagian yang jelek dan bagian-bagian
batuan dasar yang tidak padu (urai) perlu peningkatan, maka
diameter di atas masih harus lebih besar lagi.
60
ketidakseragaman litologi, struktur geologi, bidang-bidang
ketidaksinambungan, dan lain-lainnya.
Disamping itu, perIu dipertimbangkan pula adanya kemungkinan
terjadinya perkolasi air tanah pada bagian-bagian dalam dari
batuan pondasi Iewat celah-celah atau zona-zona retakan. Oleh
karen a itu, walaupun standar kedalaman sudah dicapai, namun
kondisi batuan pondasi masih mengandung banyak retakan atau
jika masih dijumpai bidang-bidang diskontinyuitas lainnya seperti
bidang-bidang per lapisan dan sesar yang diperkirakan dari kajian
stratigrafiI maka kedalaman pemboran perlu ditambah guna
memastikan kondisi yang sebenarnya dari bagian pondasi yang
dalam ..
61
3) Lubang pengujian (Test Pit)
(1) Sumuran uji (Test sh'!ft)
Sumuran Uji atau lubang pengujian tegak digunakan daIam
investigasi bahan/material untuk bahan urugan bendungan,
endapan sungai pada alas bendungan dan lain-lain. Lubang-uji-
tegak untuk penyelidikan bahan urugan bendungan, terutama
untuk mengumpulkan contoh tanah (sampel) untuk uji luborat
disamping untuk memastikan setiap lapisan secara visual. Pada
umumnya sumur ini digali secara manual, diameter dan
kedalamanny? masing-masing antara 1.0 sampai 1.5 m dan 1.0
sampai 5.0 m.
Sedangkan, sumur uji untuk investigasi endapan dasar sungai
dimaksudkan untuk menentukan ketebalan endapan serta
distribusi bumannya. Juga untuk pengujian kelulusan air serta uji
pembebanan di dalam sumur tersebut.
62
4) Uji insitu permeabilitas
'"c..
E
o
c..
63
umum dilakukan untuk pengujian permeabilitas dilapangan dan
dijelaskan sebagai berikut:
(1) Uji lugeon Genis packer).
Air bertekanan sebesar 10 kg/ cm 2 diinjeksikan kedalam formasi
batuan melalui kolom tertentu dari lobang-bor (dikatakan tahap
pertam.a)~
Volume bocoran per meter setiap menitnya (Jjmin/m) disebut
harga Lugeon dengan satuan Lu.
Bagan mengenai pelaksanaan metode ini beserta peralatannya
dittmjukkan pad a gambar 2.2.4-1. Gambar (a) adaiah jenis packer-
tunggal, dima~a tahap injeksinya terletak di antara packer dan
dasar lobang, demikian seterusnya bersamaan dengan kemajuan
pengeboran. Sedangkan (b) aclalah tipe packer -ganda dimana ke-
dua packer dipasang pada bagian atas dan bawah disetiap tahap
injeksi, dan pengujian dilakukan setelah seluruh pengeboran
selesai. Tipe packer-ganda walaupun lebih efisien tetapi
kemungkinan kesaiahannya tinggi akibat adanya kemungkinan
kebocoran pada packer-nya, sehingga penggunaan tipe tunggC11
pada prinsipnya lebih disarankan.
I , .,
..., / /{ I I I
// 7/v I I
v 7 / /(/~/- ~;
... '//ht;.:-/i I
CdmbiH. 2.2.4-2 (a). Hasil Uji Lugeon (diameter labang bar 66 mm. dengan kalom uji
sepanjang 5 m)
64
_r-'(_ - ,-
;o:-n
.
~-'r-~
40 I I / : / L I
II V ~Xl
- - - ,- - r, '-- /., / : / /
7/ I' 1:--
i/-. - -;1- ,L .:..17-
i~ -;-' -
:YJ -
x
- - I-- / II I: II / V ,/w
1/11 V
iL .! / V V
..1 A/~
if 11 /: I
f-.
'
,"':-
17 4 -'-,.
'-
I I I /. V k':: J
II/ : :V .' V ..J
r/, / /. I .'·V ./
I 'j /./ V " V , .... 4o
)()
-
11 '/ , , V /./ ,
~"\0horl'v.:1 __
(lfldudll\.( ;:ov?l!nr)
Q I
k In - ............ untuk l >10 r ........... (2.2.4-1)
2TI1H r
dinlana:
k koefisien permeabilitas [emf det]
1 panjang kolom'pengujian [em]
H beda tinggi tekanan {em]
65
Q jumlah air di injeksi [cm3/det]
r jari-jari lobang bor [em]
66
dimana:
Q = jumJah air yang diinjeksikan/ dituangkan [em3/ det]
r = jari-jari dalam pipa casing [em]
H = beda tinggi tekanan air [em]
k = koefisien permeabilitas [emf detJ
67
kurang lebih sarna dengan 1,5 kali kedalaman beban tanah
penurup di atas fDrmasi yang diuji.
' . -I (h)_I]
O.•if SInn - -Q
Kondisi I :
k20= h/ 211 (::a) . . (Tg >3h) .... (2.2.4-4)
0.1 In(~)X
r 2IT
Kondisi II: - - - - -........ (h:o;T dh) ........... (2.2.4-5
1 1 J1 -I g
h2[_+":"C_ ) ]
6 3 Tu
O.lln( !!.)_Q-
Kondisi III: r 2IT
- - - - - - - ..... (Tg <11) ....... (2.2.4 -6)
h ~[( ~ )-1 -J.( ~) -~]
Tu 2 Tu
68
llr = koefisien kekentalan air pada suhu =T
u 20 = koefisien kekentalan air pada suhu 20° C
Tg = ketebalan lapisan tak jenuh air diantara muka air
di dalam sumur dengan muka air tanah didalam
formasi atau dengan lapisan kedap air di
bawahnya (m).
kc,daan J: Tg<= 3h
69
Pada saat sumur dipompa, maka akan terjadi penurwlan muka air
tanah yang sebanding dengan debit pemompaannyao
Ada dua kondisi yang mungkin timbul saat pengujian. Pertama
yang disebut dengan kondisi keseimbangan, dimana penurunan
muka air tanah tidak berjalan kontinyu walaupun dipompa secara
menerus dengan debit yang tetap. Sedimgkan yang kedua disebut
kondisi ketidak-seimbangan, dimana penurunan muka air tanah
terus berlangsung selama pemompaan.
UnD.1k menghitung besarnya koefisien permeabilitas kedua
kondisi tersebu~ di atas, digunakan beberapa persamaan yang
disebut persamaan keseimbangan dan ketidakseimbangan.
Persamaan yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
i. Persamaan keseimbangan atau persamaan Thiem.
(m)
70
Gambar 2.2.4-5. Tipikal Pemompaan Uji
T = ~ W(u), S = 4 Tu _1_
j ,
k =
1
........... 2.2.4-8
4 TIS r-h ill
dimana:
T koefisien rembesan (m 2 j detik) = Koefisien
permeabilitas xketebalan akuifer
Q debit pemompaan (m3 j detik)
s penurunan muka air didalam sumur pengamat (m)
s koefisien tandon dari akuifer
VV(u) persimpangan sumur (well junction)
71
(5) Metode penelusuran.(Tracer Method)
Metode ini digunakan untuk mengetahui kecepatan nyata aliran
air tanah dan jalur rembesannya dengan menggunakan bahan
celup organik seperti fluorescein sodium, uranin, fluchsine, dIl, ion-
ion klorida seperti garam, amonium klorida, dU, dan radioisotop
seperti kobalt 60, fosfor 32, yodium 131, dll.
Bahan-bahan ini disuntikan pada lubang bor (atau sumur),
kemudian ditelusuri lev,rat lubang bor Iainnya, sumur, termvongan
atau mata air.
72
Tabe12.2.4-5 Meloclc chin 111aksucl pengujian batuan
a. Pengujian sifat-sifat fisik
jENIS PENGUjlAN IvlETODA f'ENGUjIAN KOEFISIEN YANG DIDAI'AT FREKUENSI PENGGUNAAN TUjUANj ~lt\KSUD
Penr;ujinn unluk si[a! fisiko [>ernl Jenis, Daya seraI', l.lcral Jenis, Poros;!as, Koeiisi('n Sclalu KJasifil-asi baluilll, Evalu!lsi
l'ermeabiJilds, lx:rnl ,,,lunn. pNllleabililas, benll snlllan. KlI,liilas baluan.
-
Tidak merusak Gelomb,\l11; ullrasonik Modulus claslisilils dinilmis Scringkilli KlasifiJ..asi 13atuilll
"POlsson's ration diniunis.
StabiEtas PClnbckuc\Jl dan Sl"bililas lerhadap pembekual1 dan Scring Evaluasi kualilas baluan
Pencair"n/I'elelehan pencairan/ pelelehal1
Pl~l\ycrapall Air Stabilit"s terhildap pembasahan dan Scring Ev.11uasi kualitas batunn
penyerapan air
['cmam pa tan (kom presi) T"kanan pemampatan beb,\s Kekuatal1nya terhadnp Sciulli Klasifikasi batuan, penggalian,
pCllIampatal1 l>cbas, modulus evaluasi kualitas batuun. I
'- deformilsi (elilsti,). "I'oisoll' s
Rnliolt.
Tekallan 1><'fl\illl\patatl trisumbu KOtlstilllta kekuatall biltu, (c,,!» Scringkilli Klasifikasi battlall
lIIodllllls defor.llasi elastis. Nilai
.1'0iSOll.(l'oiss(1l\'S IZ"lio)
Tel~alll;an Tarikall (snlu dimellsi) Kcklliltan terhndnl' lC!)illll;nn tnrik bila dipcrluknl\ Klasifiknsi batllall
Tegangan Tarik 13rasilinn Kekllatall terhada\' tegall1)an tarik Seringkali Klasifiknsi b.lluilll
Gesenln Gescnln lilllgSlillB Kckuntllll geser, kOllstilllta bilt\lal\ ScrinBkali Klasifikilsi balunn
Restitusi Dayn d ukun!) kekemsan Daya dukllll!) kekernsan bila dipcrlukilll Klilsifikilsi batunn
73
11. Jenis-jenis uji pembebanan
74
Pada dasarnya metoda ini dibagi dalam 2 (dua) jenis
berdasarkan atas alat yang digunakan serta
instrumentasinya seperti dijelaskan pada Gambar 2.2.4-6
Jenis ekstensometer, atau jenis pembebanan merata,
dimana tekanan yang merata dikenakan pada seluruh
dinding lubang bor dengan menggunakan cairan atau
gas bertekanan yang berada pad a kantong elastis.
Jenis dongkrak, atau jenis pegeseran dimana sebagian
dari lubang bor ditekan dengan dongkrak melalui alat
berbentuk setengah tabung yang kaku dan kuat.
Pengujian ini dilaksanakan dengan metode laju
pen1bebanan seragam yang mengontrol faktor waktu
dan pembebanan. Pemebebanan dilaksanakan secara
bertahap dengan penambahan beban setiap tahap kira-
kira 1/20 beban maksimum yang diperkirakan. Laju
deformasi (deformasi rayapan) didapatkan dari
pengukuran deformasi pada interval waktu yang
cukup, sedangkan pada setiap tahapan dipertahankan
konstan selama kira-kira2 menit.
75
Air bert ci:2l12l1
g3S bctci:2l1an oil bertci:o::nll
Ir
r ~ ____ Tcbnan pb!
,---.--0
tire dmgkrak
76
fenomena pemecahan batuan yang mengandung retakan saat ini
telah cukup dikembangkan. Sekarang, kekuatan puncak dari
batuan dapat diperoleh dari diagram keruntuhan Mohr's yang
menggambarkan tekanan-tekanan utama pada saat keruntuhan.
(Gam bar 2.2.4-7).
77
diterapkan apabila kekuatan geser pada bidang kontak lebih besar
dibandingkan dengan kekuatan geser batuan itu sendiri.
Sedangkan pada uji geser batuan seperti digambarkan pada
gambar 2.2.4-8 (b), batuan yang akan diuji pertama-tama dibentuk
bIok/ balok, kemudian digeser secara langsung. Apabila batuan
sulit dibentuk sesuai dengan ukuran 'dan bentuk yang diinginkan,
maka biok ditutup dengan beton.
IrC'n su;>;>or:
Concrete block
Uji geser :,10k (b) Uji gcscr baman
(a)
Dad ke dua metode di atas, sulit dinyatakan mana yang lebih baik
sehubungan dengan variasi litologi dan kondisi pengujiannya.
Namun perlu dipertimbangkan terutama pad a batuan lunak
78
2.2.4.3 Vji Iaboratorium
a) Metoda Vji Batuan di Laboratorium
La boratorium uji batuan dalam rangka investigasi geologi untuk
bendungan dilakukan terutama untuk dua tujuan, yaitu (Tabe12.2.4-5):
Menganalogi sifat-sifat teknis massa batuan dari bagian kedl
pecahannya, juga sebagai pelengkap data dalam rangka
mengklasifikasikan batuan dengan membandingkan sifat fisik dan
kimiawi dari pecahan-pecahannya.
Untuk mengetahui sifat-sifat teknis massa batuan atau pecahannya
sebagai bahan batu untuk konstruksi bendungan, bahan agregat beton
dan lain-lainnya, dan untuk mengevaluasi kualitas bahan.
79
demikian metoda ini dapat dikatakan sebagai metoda yang efektif
untuk mengklasifikasikan batuan.
80
Perlapisan batuan yang mengandung mineral lempung yang
mengembang seperti montoriHonite dan lain-lain, keadaan aslinya
ml1ngkin sangat keras, akan tetapi seringkali mudah haneur setelah
menyerap air dan kemudian dedikit dikeringkan.
81
Perubahan nilai ini terutama disebabkan oleh berbagai faktor seperti
ukuran, bentuk, Iaju pembebanan, kadar air, dan lain-lain. JIS M 0302
menjelaskan kondisi-kondisi ini.
Harga kuat desak bebas tidak hanya mewakili nilai kekuatan batuan
saja tetapi dapat digunakan juga untuk berbagai keperluan, dapat
diterapkan pada beberapa penggunaan seperti klasifikasi batuan,
perencanaan penggalian batu, penilaian kualitas material dan lain
sebagainya.
82
diusulkan oleh Protojakonof. Peralatan unblk pengujian ml
menggunakan peralatan st~ndar untuk uji-desak yang
memungkinkan terjadinya penggeseran eontoh uji disepanjang bidang
geser yang telah ditentukan serta pada setiap sudut arah pembebanan
yang diinginkan. Namun metoda pengujian ini mempunyai
kelemahan-kelemahan, diantaranya bidang geser yang telah
ditentukan sebelumnya mungkin berbeda dengan kenyataan
sesungguhnya di lapangan.
Disamping itu arah tekanan pad a bidang geser mungkin tidak merata
atau arah tekanan geser dan arah bidang geseran boleh jadi tidak
selamanya searah.
pantulan dari sebutir berlian atau bola baja bila dijatuhkan daTi
ketinggian 25 em. Kekerasan restitusi diperoleh dengan
membandingkannya dengan nilai standar, dimana nilai 100 identik
dengan pantulan setinggi 15 em.
Uji restitusi Schmidt Hammer secara prinsip teorinya sarna dengan
Shore Hardness Test, tetapi digunakan seeara luas, karena
peralatannya relatif kecil dan ringan, dan prosedur pengujiannyapun
sederhana.
Seperti diketahui bahwa kekerasan restitusi mempunyai korelasi yang
baik dengan kuat desak bebas, kuat tarik, laju eepat ram bat
gelombang seismik dan lain-lain. Oleh karena im, hasH yang
diperoleh dapat digunakan untuk mengklasuikasikan batuan,
83
pemilihan mesin bor yang coeok untuk penggaliannya, program kerja
pengg~ Han batu dan lain-lain.
84
Selanjutnya, retakan-retakan atau rekahan-rekahan pada massa
batuan juga merupakan faktor yang penting untuk menentukan
!
85
beberapa ribu kg/ cm2 dan sering diklasifikasikan kedalarn 3
sarnpai 5 tahap kekuatan (periksa JIS A 500-31963, material batu,
dan lain-lain).
lviodulus Elastisitas dapat diperoleh dengan mengukur perubahan
bentuk searah sumbu selama berlangsungnya pengujian desak.
Modulus Elastisitas ini dikombinasikan dengan harga kuat desak
bebas telah digunakan untuk klasifikasi batuan (Deere dan Miller,
1966). Sifat-suat mekanis yang diperoleh dari pengujian lain
seperti Schmidt Hammer dan Kuat Tarik juga I:1cmpunyai korelasi
yang baik dengan kuat desak bebas serta modulus elastisitas dan
kesemuanya juga digunakan secara luas sebagai unsur yang
menunjukkan kekuatan batuan.
86
menunjukkanf mewakili kerapatan (interval) daripada kekar-
kekar yang ada. RQD didefinisikan sebagai prosentase qaripada
inti pemboran yang panjangnya minimal 10 em, yakni bila
diameter inti pemboran 66 mm. Selama RQD dianggap mewakili
kondisi kekar f retakan, telah dibuat suatu indeks untuk
menetapkan derajat batuan (reLTabe12.2.4 - 6).
25 -50 jelek
50 -75 sedang
75 - 90 baik
90 -100 bagus sekali
87
Metode klasifikasi Tanaka untuk pondasi bendungan merupakan
metode tertua yang pernah diterapkan di Jepang dan merupakan
dasar pengembangan metode selanjutnya. Didalam metode klasifikasi
ini, faktor-faktor yang digunakan adalah: 1) Kekerasannya, yakni
sevvaktu dipalu dengan palu geologi, 2) tingkat pelapukan
mineral/batuan, dan 3) karakteristika kekar. Katagori batuan beserta
kara kteristikanya berdasarkan metode Tanaka tersebut disajikan pada
Tabel 2.2.4 - 7. Metode ini telah digunakan secara Iuas karen a sangat
sederhana ditinjau dad dasar klasifikasi yang hanya menggunakan
"Hammering" dan pengamatan lapangan, dan sampai sekarang masih
berlaku . .valaupun harus didukung oleh parameter sifat-sifat mekanik
batuan.
! Katagori Karakteristika
A Batuan sangat segar, tanpa pelapukan atau tidak nampak adanya perubahan pada mineral-
mineralnya, Rekahan dan kekar-kekar yang tertutup rapat dan bidangnya tidak mengalami
pelapukan. Pada waktu "hammering" suaranya matalik (nyaring).
B Batuan sangat keras, retakan dan kekar tertutup rapat (walaupun hanya 1 nun). Namun
sebagaian telah men gal ami pelapukan ringan, juga perubahan pada mineral-mineralnya.
Suaranya pada waktu "hammering" metalik (nyaring).
CH Relatif keras walaupun mineral-mineral dan partikelnya men gal ami pelapukaIl, kecuali
mineral kwarsa. Pada umumnya secara kimiawi mengandung limonit, dan lain-lain. Kuat tarik
pada bidang kekar dan retakan sedikit berkurang. Pecahan-pecahan batu dijumpai pada
bidang kekar sewaktu "hammering" dan materiallempung kadang-kadang nampak pad a
permukaannya. Suara yang ditimbulkan pada saat "hanm1ering" adalah sedikit gedug (dull).
CM Baik batuan, mineral-mineral dan pertikeI-partikelnya, kecuali mineral bvarsa sedikit melunak
akibat pelapukan. Kuat tarik pada bidang-bidang kekar sedikit berkurang. Dengan pukulan
biasa sewaktu "hammering" menimbulkan pecallan-pecahan batu pada bidang-bidang
kekarnya, material Iempung nampak pada bidang-bidang kekar. Suara yang timbul sewaktu
"hammering" sedikit gedug (dull).
CL Batuan, mineral-mineral dan pertikel-partikel melunak. Kuat tarik pad a kekar berkurang.
Pecahan-pecallan batu timbul pada bidang-bidang kekar walaupun hanya sedikit pukulan
ringan sewaktu "hammering", juga materiallempung dijumpai pada bidang-bidang kekar.
Sewaktu dipukul suaranya gedug (dull).
D Batuan, mineral-mineral dan pertikel-partikel lunak karena lapuk. Tidak ada kuat tank
dian tara bidang-bidang kekar. Batuan mudah pecall bila dipukul dengan palu sedikit saja
serta dijumpai materiallempung pada bidang-bidang kekarnya. Suarap.ya sewaktu dipalu
adalah gedug (dull).
88
b) Penyajian hasil mvestigasi
HasH investigasi geologi biasa digarnbarkan dengan warna dan sirnbol-
sirnbol, disajikan dalarn bentuk Geologi beserta penarnpang-penampang
melintangnya.
1) Peta geologi pada cekungan wad uk daI1 sekitarnya
Peta geologi pada cekungan waduk dan sekitarnya, persiapan dan
cakuparmya meliputi butir-butir sebagai berikut :
(1) Areal pemptaan rnencakup cekungan waduk dan sekitarnya.
(2) Skala Peta 1 : 500 51 d 1 : 5000
(3) Peta Geologi harus menunjukkan pula lokasi-lokasi tubuh
bendungan beserta bangunan-bangunan pelengkapnya. Dernikian
juea batas muka air waduk dalam keadaa penuh (FSL) yang
digambarkan dengan garis biru.
(-1) Peta Geologi juga harus dilengkapi dengan klasifikasi bentang
alam, antara lain klasifikasi topografi, Iongsoran-longsoran,
runhdlan batu, gelinciran, dan lain-lain.
(5) Lokasi-Iokasi cadangan batu dan material bahan urugan, meliputi
nama, areal, investigasi yang telahl akan dilaksanakan seperti
pemboran, paritan dan galian uji dan lain-lain.
(6) Lokasi-Iokasi pengamatan singkapan yang biasa digambarkan
dengan warna yang agak sedikit gelap.
89
(4) Jenis-jenis investigasi yang pernahjtelah dilaksanakan
ditunjukkan dengan -aimbol-simbol dan serangkaian nomor pada
lokasi yang bersangkutan yang antara lain menunjukkan pula
kapan investigasi dilakukan. Lihat pula Gbr. 2.2.4-9,10.
(5) Lokasi-Iokasi pengamatan singkapan diberi warna yang sarna
namun sedikit agak gelap,untuk menunjukkan adanya formasi
batuan di lokasi terse but.
90
4) Log pemboran
Log pemboran hendaknya disajikan dalam bentuk seperti pad a
Gambar. 2.2.4-11, dengan penjelasan sebagai berikut:
kedalamannya.
91
(2) Skala Peta 1 : 50 5/ d 1 : 100
(3) Didalam Peta harus ditunjukkan pula secara tepat lokasi-Iokasi
dilakukannya uji-insitu serta pengambilan sampel. Demikian juga
infomlasi-informasi mengenai elevasi mulut terowong, kemajuan
penggalian, arah terowongan, dan lain-lain.
ugcnda
20, ::D
,
110m
.J
92
".......,,, .... Loe,Oo.,
l"'ph:,.UI.llol\
.... 1... '4.1"111. 2 3.0 .... pHIO<t ;:':II;~III
t-..
-1-.-t- Ipupurtl £oy
CIO!;fJ
~1l'fI~("""U\.'
1\ \
1A
1 :
.~...'~e 1• :
i··"·....f j~ I-;;-
iI i I i !!'rY i~ t j!~. : ""~ g0t
~. : ' Jt / .f. ~ ~ j 'H ~ -: ) 7
.: 1 ... !" ... <i .. 0:'" 't:
""'I
:~ l F{J2)02.)V; 'l,: ~.::'trl:
_., .... --..u.1.,::. ~ .. ...:
:'
Elm M U"
-:-e
~n
-:- 4.·... III
~
170
L50 '2..9
,t i;: ;'~
:,',' ~ :
!:·~"1
. ~
:l 1M: ~
2j
~:.; 7 ~ ~ ~ 't
-£'qm"
. ..
/If
31
.UQ l H :::~ 32
8
Ii
_ !1 i!i
c '
J..3Q l- .
v
! 51 i.::'
v ,1- ~
e J OJ 27 12S 9t
r- ~Vt", . . . ~/ w~
£ t.le
o
a
l.2Q f .; 2. ~ -- •w 14.01Oi
•
tV!!
A '.L~
QQ. r- II V • e .... "
1 v
~
,.. ""r.-,11 l-i-t-t-t ....
~ ~ 56 67 I~S 116
llil l..~_ .. V ~ .~':~i/ -- - - u:
100
LQ.9
.9;;>
M
& .~ ~ '" .'!,:: /
~.......~.:: .':'.' i BjII1& ~:J
22 6.1 Wi ~,
~ ;~ ~i ~
-iQ S9. 42 7.2 ~.~
II i
!{J~
.]0.. • 6 s... L./_, IJj 2'J
l7 6 .~~::f:~I::'~'
kr.rt.11 c.: .,I,,.L~IIII \4!'.'1"
~";-
60 _0.Q
'..
/.
G ..
~~~ __
70 _, ~ ~ ~ .: -; i J,l. CL I- ~__
50
-. -~Q
t %
/:: ~ ;. ,; ~ ~: .~ ,~
:%' . ~'. ,~
I . -- ...
3.0 3.9 Z')
t~ .. _ : ,,- 0
50 4.6 J5
loll
!han rom bakan DalUlc!1lpW\!:1 Balupasir
Klasifibsi ualuall
i'7'l
~ [ ~l Pa,ir. f7~;:;1
L ,. L ' • kcnk.il l,,"_.L..i [ -"'J
.. ....
" [.-:',:lTurr [7]IIIHiC!;itl'[)'CI1-R lIaq;a Lubcon
\ ~ ~ ~;J -b I 82B"~!~'
~.,
93
Lokasl : Lereng timbunOln sebclah kanan dari As Dam !
1--- Lokasl . Dasar slIl1gai pad a As Dam
I erowung No . 53·T·l (till1bllnan ~iri) ElcvOlsi p~tok ukur
Lob<lng No. : 53·5·115 E1evasi patok ukur
Pcnampang Terowong :15mxl8mxl3m Pcreode Slivai
PCIlOll1lpallg Lobang : 1.5 III x 1.5 III Pcrcode S uvai
Panjang Tcrowong : 25.00 m Nama group blok
~cdalanlall Lob,lIl!; . 10.00 III NOlI1H1 group
Elevasi muiut Tcrowong : 145 III . Pcnguji
EIe"asl Illlllut· Lobang 121.00 III Penguji
NI
n
~!
\fl0' Seal 1/000 Snll/OOO
l'
.. (UtO rock
clnHlfic.1 ion) r - - - - - - - - · - - - - - ,
D C
T
.;;} in
. fl Wcd rock
~mopUriliCS
{]Ii.
I +
l' I"" Ji
t
...
Om D A 8 C DcI"-ISI~on) Lq;end 1
I • ~Surf~C( ~
.. ~.().. ,~ . -..':...lC.~~. ~ . ~:~,,,..
~Cr soH, tnlus core D
170 In crack E3 " D D C.
-j_ ~ $Urfl'lC'f soil, tnl,\H cort'
\
F";"J lIea v lly wealhered
.?~Iv'." :,\,0,:1::', 0'-:'1 ,'.v;;;'~: c [gJ'.
". ando,te. I
L.:...J [ranll e
1
[lrrccl. HeAvily we.thered
~
CH ......... ',X,:' V"
V '.. ."!JV ',v: (ond l
~ Weathered \;Tanlle ,.\'. t2) ,0", Q It) of I §",,·V.
'1
V IOcm G]SIIChtl y (resh [ranite
Fault wlOlh
~ Fa'JII (racture zone 5 v IndUOeO
eM \
"'I
r
10 Cr
+ ....
--:.'T :J-. ··noffi,Ult
.,.... of 1m. nd - <:> Spring
Crack
~
5 ~\:': ',:.:-:,: <:.f. ~;~en~1
-{.:- GroundwAter ',evel
l,l
Cr Crack - Sample extraction point
I
A A A
A. B
tJC
C. . .......!.-
- - Propo3~d excavation line JDm I V {vi V '1 v vi V V
v
J 1 10£
II Sample <xtr.cted point
[or rock les\
Strike, dip
untuk bendungan besar, maka secara alami sangat dipengaruhi oIeh kondisi
geologi dan sifatnya Iebih bervariasi dibandingkan dengan material baman.
Oleh karenanya, karakteristik material-material ini secara alami sangat
mempengaruhi pembuatan desain maupun konstruksi dari bendungan.
Kerena itu investigasi harus direncanakan secara matang dengan
mempertimbangkan faktor-faktor di atas serta dihindarkan pendekatan yang
bersifat baku atau standar. Perencanaan juga harus memperhatikan masalah-
masalah sosial dan ekonomi.
9S
Pada umumnya, penyelidikan bahan urugan bendungan dilakukan dengan
urutan sebagai berikut : (i) Rencana keseluru_han, (ii) Desain dasar, (iii)
Desain rinci, (iv) Investigasi tambahan.
HasH dari penyelidikan dari setiap tahap mungkin digunakan untuk
pembuatan desain dan rencana pelaksanaan konstruksi, atau sebaliknya,
kebutuhan untuk desain dan konstruksi dipakai sebagai dasar untuk survai
berikutnya. -
Yang pasti adalah bahwa terdapat hubungan yang erat antara investigasi
dengan desain dan pelaksanaan konstruksi bend ungan.
Cara-cara dasar dan hal-hal utama dalam rangka investigasi material urugan
diperlihatkan pada Gambar 2.2.5-1 dan Tabe12.2.5-1 dan Tabe12.2.5-2
96
Cbr.2.2.5-1 Hubungan antara investigasi material urugan dengan desain dan
pelaksanaan konstruksi
Tahap Perencanaan I
Kajian lokasi bendungan
-f--- - Kajian mengenai kelayakan
Umum perencanaan bendungan dari pada peta topografi skala
sudut topografi dan geologi 1 : 50.000 atau 1 : 20.000
pemboran
Pemilihan lokasi bendungan
Kejelasan mengenai struktur
geologi diseluruh lingkup
proyek dan penetapan batas-
batas litologi berdasar karak- - Mengumpulkan dan
Mempelajari data-data
teristikannya, dll yang tersedia.
*' lokasi bendungan - penjajagan lapangan
* longsoran dan bocoran di (peta topografi dengan
cekungan waduk dan seki- skala 1 : 50.000).
tamya. - penjajagan geologi per-
permukaan.
97
Tahap desain rind - Pengumpulan data-data geo- - penjajagan geologi
logi yang diperlukan tmtuk - eksplorasi geofisik
pembuatan desain rinei dan - pemboran
perkiraan beaya yang dibu-
tuhkan
.. Klarifikasi mengenai perla- - uji permeabilitas
pisan batuan di seluruh fon- - uji injeksi semen
dasi bendungan, kondisi pel- (grouting)
lapukannya, serta jenis, sifat-
sifat dan retakan-retakan - galian uji
.. Klasifikasi batuan serta pene- - pengambilan sampel
ta pan ba tas-ba tas galian ba - - uji material
tuan dasar dan metoda perba- - survai topografi
ikan fondasi
,. Kajian fondasi terhadap ba-
ngunan pelengkapt stabilitas
lereng galiant geologi dise-
panjallg usulan jalan kons-
Truksi t dll
98
Tabe12.2.5-1 Investigasi uji material untuk bendungan tipe urugan
Pemilihan lokasi Investigasi yang Investigasi rinei Konfirmasi persia pan Persiapan I'anduan Operasi Catalan
cadangan material diusulkan pada lokasi penentuan tatapan desain pemeriksaan desain dan I'emeliharaan
cadangan material
1 2 3 4 5 6
- Studi ditempat
menggunakan peta - 1 galian uji/interval - 1 lubang \Iji (bor mesin - Ujl nmbunan, 1 pengujian - Uji fisik di Iokasi cadangan
topografi grid 150 - 200 rn at:lU bor tangnn) - Uji fisik, nxbxcx3 smnpel dan timbunan
Su rvai penjajagan - Uji fisik, 1 sa m !'<-. I liap interval grid 50 -100 m Ujl dlnamlk, axbxcx3 sampcl: • Ujl dinamik padn loknsi
mengenai penyebaritl1 25.000 m3 - Uji fisik, 1 srunpel tiap 10 a. Mesin Pemadat 2-3 jenis seperli diatas
dan jumlah deposit. - Uji dinamik, 1 s.\lnpel - 25.000 m3 b. Jumlnh pemndntan 2-3
CH!angalll, Uji tiap 50.0001113 - Uji dinarnik, 1 sampel metoda
l'cmbllatan galian Uji tiap 10 - 25.000 m3 c. Tebal penghamprmm 2-3
Uji fisik 1 sampel untuk macam
setiap 100.000 m3
Penet...pan 'sementara - Uji fisik, 1-2 sam pel - Uji phisik '), 1-2 sampe! I - Uji m bun a ') akan elitentukan
lobsi cadangan material - Uji dinamik, 1-2 -_Uji dinamik, 1-2 sampe! Ujl fisik berdasarkan gradasi
sam p e ! material kedap air
Uji dinamik
Materiallultls air
99
TabeI2.2.5 . '2 Jenis uji 111.ateriaI bendungan tipe Ll. :lgan
Mated,,1, Tahapan studi M.ltcri.ll Kedap air Mnleri"l xll1i lulus air Mnicrinl Lulus air
Standar Acuan Cat" tan
Uji sifat Metodc Pcngujian Ilcrat Jenis Tanah o o o o () () SNI.03·1%4.1990(SNI 1<)('~.1'I9{)·F) llku,an hullran < 4 760101 I)
fisil<
Ml't~Jc Pc~'gujinn KauiH Air TiH101h () o o o I) u SNI.03·1 965·1 <)l)O(SNI 1'165·1 '1'10·1')
Metodc Pcngujian Tcntang Analisa
saring,!" Agregat halus & okasar o o o o f!. o SNI.03·1968.j 990(SNI 1968.1l)l)0·1')
.) ~",;"'"
d.lcnlukan unluk Md < 10
max , MdilO . d
o o o o A A SNI.0}·281 3·1 'i'12(SK SNI M·108·1 '!'IO. unlll\( Md > 10
MctoJe pengtljian laboratorium
03) , MdlIO.5 3) • tim", ,
tcntang kelulusan air untuk contoh
Japanese Sociely r .
, ~, :
lanah o o A A t:. t:. SNI.0}.2815·1'J92(SK SNI M·110·1990·
03)
Mctodc p<!ngujian konsolidasi talMh o o o o o o
satu, dimensi
p","
i,,,' T, ,. '" ,.ID d ,,"''"''"".
?:~'"' "_.mo,"b~",," m.
M"oJ, >oJ Po:"d
tJ tJ
'"" '" , h.'", d d dA dA d " )) Md - ".m""
100
Material, Tahap.n studi /..1aterial KeJap air Material Semi lulus air Malerial Lulu; air •
S\:.muar ACllan Calalan
101
Pemilihan jenis investigasi yang diperlukan serta metodanya ditenlukan
dengan pendekatan sebagai berikut :
• dad daerah yang bersifat umum ke daerah spesifik;
• dad ketelitian kasar sampai ketelitian tinggi;
dad investigasi untuk mengetahui kecenderungan secara menyeluruh
sampai ke pemahaman kondisi spesifik.
Jenis dan metode serta ketelitian investigasi pad a setiap tahap tertentu yang
lebih sesuai dengan tujuannya, kondisi topografi dan geologi, kualitas dan
kuantitas material akan ditentukan. Khusus untuk material tanah, kekeliruan
pemilihan metoda penyelidikan dapat menyebabkan tidak hanya
ketelitlannya yang kurang atau hasil yang sebetulnya tidak diperlukan
namun juga dapat mengakibatkan kesalahan serius pada investigasi dan
desain selanjutnya. Petugas yang bertanggung jawab atas i.nvestigasi
diharapkan mempunyai dasar dan pengetahuan praktis mengenai geologi,
tanah, serta metoda pengujian dan lain-lain.
a) Daerah investigasi
Pada tahap pertama, daerah investigasi meliputi daerah dengan radius
500 m sampai 1 km di sekitar lokasi rencana bendungan.
Apabila pada daerah dengan radius tersebut material yang diperlukan
kurang, maka radius penyelidikan secara bertahap, diperluasuntuk
memperoleh sekitar 2 sampai 3 kali jumlah yang diusulkan, tergantung
dad ketelitian penyelidikan. Pada umumnya jangkauan 2 sampai 5 km
merupakan batas ekonomis yang tergantung pula pada kondisi topografi
dan situasi setempat. Dasar pembangunan suatu bendungan urugan yang
ekonomis adalah penggunaan material alami yang tersedia di sekitar
lokasi bendungan; dengan demikian perolehan material urugan dalam
jumlah yang cukup banyak pada Iokasi yang paling menguntungkan dari
102
segi transportasinya marupakan hal yang sangat penting. Namun tetap
disarankan untuk mengutamakan lokasi cadangan untuk filter dan rip-
rap yang berkualitas tinggi meskipun jarak tempuhnya cukup jauh dari
lokasi bendungan.
103
TabeI 2.2.5-3 menunjukkan keterkaitan yang umum antara topografi
dan hubungaI1Dya dengan material bendungan tipe urugan, dan tabel
2.2.5 - 4 memperlihatkan jerus-jerus peralatan yang diperlukan untuk
survai material bendungan tipe urugan.
104
Garnbar 2.2.5-2 Laju Gelombang P untuk batuan
:1;_ :lIAiifl
Batuan Hypabyssal Palaeor,en
Total Total
Diabase Batll Pasir
Gabbro Shale
Porphyry I'~mhahal\ Slral'l
-~ .,'
Baluan \'olkanik Batllan sedimen Eo dan
Total mcso mediteranian
Baluan Volkanik Total
lImUn1 Konglomeral
Sublotalllntllk h.11ll 1'<I.~ir
dibawlh shale
Basalt tufa
Ar;desil hrekli tula
Rhyolit I'ef!~anliiln lapisan
Baillan SedinH'n
'ill ,III
PaliH'ozoik
Tolal
Balu Gamping
Schalslein
Cheri
Batu pasir
P('rubahan Strata 170
105
3) Pemboran
Pemboran adalah pembuatan lubang kedalam tanah guna
memperoleh sampel tanah dan / atau batuan untuk keperluan
observasi dan uji material. Oleh karena itu, pemilihan metode dan
jenis pemboran harus hati-hati guna menghindari terjadinya retakan
dan perubahan sampel selama proses pemboran, terutama yang
disebabkan oIeh air pembilas. Metode yang biasa digunakan adalah
metode bor uhr (auger) dan metode bor putar (rotary)o
(1) Bor ulir (auger)
Ada dua jenis bor ulir, yaitu : bor ulir tangan dan bor ulir mesin.
Bor uHr tangan cocok untuk kedalaman sampai dengan kurang
lebih 7 meter. Sampel yang diperoleh meskipun dalam kondisi
terganggu, namun dapat diambil secara menerus. Jenis ini
mempunyai mekanisme yang sederhana, ringan dan relatif murah,
akan tetapi tidak dapat diterapkan pada tanah berkerikil dan
tanah berpasir yang terletak di bawah muka air tanah. Material
hasil pemboran diletakkan secara berurutan sesuai dengan
kedalaman guna memudahkan penelitiano Sampel untuk
pengukuran kadar air disimpan pada kantung plastik guna
menghindari penguapan. Sampel-sampel khusus yang berasal
dad lapisan yang tebal, harus diambil dalam jumlah yang cukup
untuk keperluan pengujian. Pada bor uHr mesin, vvalaupun
pengambilan sampelnya dilakukan serentak dengan
pemborannya, namun sam pel yang diperoleh dapat dianggap atau
cukup mewakili. Metode ini dapat dlterapkan pada tanah keras,
tanah berkerikil, dan lapisan pasir berkerikil sampai dengan
kedalaman 15 meter. Penggunaan bor ulir mesin untuk keperluan
investigasi, pelaksanaannya lebih cepat bila dibandingkan dengan
bor ulir tangan.
Sampel yang diperoleh diperlukan atau disimpan seperti halnya
pad a sam pel dari bor uHr tangan, sesuai dengan keperluannya.
106
(2) Bor putar (rotary)
Mt1tode ini dapat diterapkan pada hampir semua jenis tanah
sampai batuan.
Pemboran dapat diIakukan ke berbagai arah dan kedalaman yang
diinginkan, sedangkan pengambilan sampelnya dapat dilakukan
dengan menggunakan tabung inti atau "tube core barrel". Namun
metode ini kurang sesuai untuk formasi yang terdiri atas kerikil,
kerakal serta bongkah-bongkah da]am jumlah yang besar, atau
pada batuan fondasi yang rctak-retak dan berongga atau pada
Iapisan yang kelulus-airannya tinggi disertai dengan aliran bawah
tanah. Untuk formasi yang ukuran butirnya Iebih besar dari 20
mm, diameter lubang bor sekurang-kurangnya 100 mm.
Sedangkan untuk buman yang ukurannya lebih kecil dari 20 mm,
penggunaan diameter yang besar sangat dianjurkan. Pada
umumnya, diameter Iubang bor tidak boleh kurang dari 46 mm.
Hal ini guna menghindari kerusakan akibat sirkulasi air pembilas.
Klasifikasi pemboran dan jenis-jenis pemboran inti dapat dilihat
pada tabel 2.2.5 -3 dan 2.2.5 - 4
107
Tabel 2.2.5 - 5. Klasifikasi pemboran berdasarkan maksud dan pengambilan sampel
(Jenis-jenis pemboran sebagai metode investigasi)
~ .. -.-------.-.--
Bor Ulir Untllk fomlasi scdimcn yang urai {Icpas, pcrkiraan Ulir berbcn(uk spiral, dll Sam pel yang dipcrolch dalam Bor ulir tangan awu bor ulir
kadar air, Illuka air tanah, dan klasifikasi (anah kondisi tcrgallggll. mcsin.
Untuk klasifikasi tanah
Bor Tekan Untllk pcngambilan contoh kcring, invcstigasi formasi. Alat pcngal1lbil contoh dcngan cam Sampcl yang dipcrolch dalam Bor ulir mesin
kctebalan , kedalal11an dan Stratigrali scluruh jcnis tanah ditckan sepcrti "split spoon", kondisi tcrganggll. Bor putar
kccuali kerikil dan bongkah. sena karaktcristika tanah tabling tekan dan lain-lain untuk Untuk klasifikasi tanah, pcngukuran Pcmboran basah
lIntllk fondasi at au cadangan mutcrial. pcngal11bilall contoh kcring. kadar air dan sall1pcluntuk cOlltoh. Bor paneang
Dor ulltllk sampcl tak I'cngarnbilan sampcl tallah IClllplingan <lgar Illcndckati Tabling salllpcl bcrdinding tipis, Sampcl agak tcrganggu dcngan Bor \II ir mcsin. bor putar.
tcrgaflggu. kondisi alami atnu aslinya. dan lain-lain. Untllk contoh (anah karaktcristika halllpir mcndckati
InvcSIIgasi mCllgcllai sifat-sif'at mckanik dari pad a tanah tidak tcrgallgt;ll. nsJil1ya,
Icmpungan. Untuk klasilikasi {anah, pcngukuran
Kadar air. uji gescr, uji konsolidasi
'.
dan salllrcl untllk conloh.
Dor inti Pcngambilall salllpcl bcrbcntllk inti batuan yang I11cncrus. Tabling inti at au "core tube barrcl". Sal1lpd inti batllan tidak alau scdikit !Jor putM
Invcstigasi baluan. dan Illata bot intan dari COllllpUnln tcr-g.lIlgg\l.
metal. Untuk uji komprcsi. uji larik dan uji
kckcrac;an,sarnpd untuk contoh.
Penggalian l'1ngsung Pcngul1lpulan sampcl scdiktt tcrganggu sena pcngamatan I'cngambilan sampcl blok sccara Samp,:l St."dikit tCf/janggu, Untuk Galian iltau paritan uji, Kaisson
langsung Icrhadap tanah I batuan sctcmpat. manual, pcngmnbilan sampcl-kowk klasifikasi tanah, pcngukurnn bcrtekanan, bor ulir diameter
Invcstigasi khusus unluk KOlldisi-kondisi yang scrills ntnu pnllllll,lI\ dan pCIlt;ambilall kildM ,lir, uji g<:5<:r, uji mnt<:rinl !>esnr fttau bor inti din!11der
mengcllai stabilitas dnn kclulus-airan dari pad a batuan I S.1f1l1x:1 bcntukan atnu dcngan sckop IIrtlen" dnn uji konsolidnsi, bcsar.
tanah fondasi atau cadangan material, schingga dibllluhkan
sampcl dalal11 jUl11lah banyak.
108
TEt bel 2.2.5 - 6 Klasifikasi bor inti.
I Tipe Alat Peng.,mbil Sam pel Geologi y~ng diterapkan Kondisi Sampel
-
T Inti tanah T"bunl, 10l;IIm al~u j<!l1is tabung !\andll,Tabull/; l"(~lnp\lllg kl"rnS, lanah Ine"~~l',lIl11pnl, pnsir pndnt UI1\\llnnya k\,rnllt. tt'rglll\~rlg\J hil.1 d iblllld inl\k.lII
II Inti G"nda Denison. iltilU sedimen Y''''I; sebagian lerkonsolidasi. den/jan caril dipukul / ditck.1I1.
11 a Mata bor metal TalHIIl!) hlll!)!)al atau ganda. B,,(ual1 11111ak samp.1i agllk kerns, tallah kents. I ~
t 11
i 8cmbornn bcrsllslln Tid)ullg illti yang 1,,'r51151111, tabling bnr,ian n"tl1l1n IlIllnk saml'lli kerns.
d.d.lIll bisil dilepilS / dicilout.
Pemooran inti tumbuk, Tabung Inti Pip" l~ilnda, yang bagian luarnya jenis tekan. l3atHan IUllak snmpai agak kerns Perolehnn bti cukup bilik, nall1l1n sering pecah-
'!:lerkabcl. peenh.
L-.... _ _ _ _ _ ~ _ _ _ _ _ _ _ ._. ___ .
~
~---.--------
, .
J09
4) Galian uji
GaIii~m uji merupakan metode paling dapat dipercaya untuk
investigasi di bawah tanah. Struktur geologi dan keragaman dari
formasi dapat disurvai secara mudah, sementara sam pel dapat diambil
dalam jumlah yang cukup banyak sesuai kebutuhan. Ada dua tipe
galian uji, yaitu sumuran dan terowong (adit), yang keduanya dapat
d ibua t dengan ukuran minimal yang bisa dimasuki pekerja. Dalam hal
sumuran berbentuk lingkaran, ukuran diameter minimal adalah 1,2
meter, sedangkan untuk termvong ukuran minimalnya adalah 0,9 x 1,5
meter, baik dikerjakan secara manual atau dengan alat berat seperti
backhoe, dragline atau clamshells. Penggunaan alat berat harus
dilakukan dengan hati-hati agar diperoleh iruormasi geologi yang
tepat serta sam pel yang betuI-betul mew~kili. Kedalaman galianuji
tergantung kepada stTuktur geologi dan kondisi materialnya. Batas
kedalaman sumuran uji adalah 1 meter di bawah muka air tanah.
Dalam rangka pengamanan perlu dipasang penyokong/ penahan
secukupnya sesuai dengan kondisi geologinya. Untuk sumuran yang
dalam dibuhlhkan ventilasi, disamping sarana pengaman seperti
pagar dIl, agar manusia dan hewan tidak terperosok ke dalam
sumuran uji, baik selama penggalian maupun sesudahnya.
5) Pari tan uji
Paritan dengan Iebar 60 sampai 90 cm digali pada singkapan atau
Iereng, sehingga struktur geologi dan kualitas matrial dapat diamati
secara langsung serta sam pel dapat diambil dalam jumlah yang cukup.
Pada umumnya, digunakan peralatan seperti backhoe, power shovel,
bulldozer dan lain-Iannya, namun sering juga dilakukan sec!1ra manual
apabila tidak tersedia peralatan di atas.
110
(1) Singkirkan tanah penutup atau tanah yang mengandung benda-
benda asing lamnya. ,.
(2) . Amati muka galian, catat perIapisannya, ketebalannya dan jenis
serta klasifikasi tanah.
(3) Catat kedalaman lokasi pengambilan sampel.
(4) Bagian yang seragam/ sejenis kemudian digaE dan dikumpulkan
di atas kanvas yang dihamparka.l1 pada atau di sebela.~ galian uji.
Lebar minimum dari galian uji adalah empat kali lebih besar dari
ukuran kerikilj kerakal terbesar yang djjumpai di dalam tanah.
(5) Ada dua cara pengambilan sampel, pertama adalah yang
dikumpulkan dati satu lapisan tanah dan yang ke dua
merupakan kumpulan atau campuran tanah dari keseluruhan
interval dati suatu penampang.
Bila mengambil sampel dad satu lapisan tanah hendaknya dijaga
agar tidak tercampur dengan tanah lain di sekitarnya.
(6) Apabila lebih dari 25 persen contoh tanah terdiri dati butiran
yang ukurannya lebih besar dari 70 mm, maka pengambilan
sampelnya jangan dilakukan pada dinding galian atau pari tan
tetapi dari tanah hasil galian dalam jumlah secukupnya melalui
cara pengelompokan empat bagian (quartering).
(7) Sampel yang dikumpulkan dimasukkan ke dalam kantong
tertutup dan dibubuhi label dengan informasi yang diperlukan.
,
III
(1) Pengambilan sam pel dad lubang bor
!vfengingat pengambilan sam pel pad a lapisan tertentu tidak bisa
dilakukan seeara tepat, maka material yang diperoleh dad hasil
pemboran dikumpulkan seeara terpisah sesuai dengan
kedalamannya.
ApabiIa temyata tidak dijumpai adanya Iapisan yang jelas, maka
sampel diambil dari campuran material yang telah diperoleh dari
interval kedalaman tertentu dengan menggunakan metode
pengelompokan empat bagian (quartering).
Sam pel yang;diperoleh dimasukkan ke dalam kantong tertutup
dan di dalam wadah yang tidak tembus udara, serta diberi label
'.'
112
Apabila Iapisannya mengandung kerakal/ batuan, maka
keseluruhan sampel termasuk jenis yang terganggu, karena
kerakalj batuan tersebut terlebih dulu mengalami penghancuran
atau pecah-pecah sebelum masuk ke dalam tabung inti.
Sampel yang padu yang terkumpul di dalam tabung inti pada
umumnya berubah karena rotasi atau oleh air pembilas. 01eh
karen a itu sam pel harus dikumpulkan dengan mencampurkan
seluruh material hasH pemboran pada setiap interval pemboran
tertentu, atau tanpa dicampur yakni apabila diperoleh sampel
dari lapisan yang sama secara menerus.
Sampel yang telah dikumpulkan dimasukan ke dalam kantung
plastik tertutup dan diberi label dengan catatan atau informasi
yang perlu.
b) Uji material
Beberapa jenis pengujian disajikan dalam tabe12.2.5-2 termasuk jenis-jenis
pengujian Jainnya yang mungkin diperIukan. Namun demikian, sam pel
yang diuji hams benar-benar mewakiIi serta didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan antara lain mengenai tujuan/ maksud
investigasi, pertimbangan .biaya, skala bendungan dan faktor-faktor
lainnya yang penting.
Jenis-jenis pengujian pada tabel 2.2.5-3 adalah standar Jepang. Beberapa
:
113
digunakan untuk analisis stress-strain dari pada bendungan-bendungan
sampai sekarang belum distandarkan dan selama ini penetapannya
diIakukan dengan menggunakan metode analisis yang ada.
Metode uji dinamis masih dalam tahap penyempurnaan, karena kesulitan
di dalam mensimulasikan keadaan sebenarnya dengan kondisi pengujian
sehingga hasilnya masih sangat diragukan. Oleh karena itu pengujian
yang belum distandarkan harus mendapat persetujuan dari tenaga ahli
dalam bidangnya.
c) Klasifikasi tanah
Tanah mempunyai suat fisik yang sangat kompleks. Sedangkan desain
dan pekerjaan konstruksi seringkali dilaksanakan berdasarkan sifat-sifat
tanah yang sangat kompleks tersebut. Oleh karena itu klasifikasi tanah
berdasarkan sifat-suat fisiknya sangat bermanfaat. Klasifikasi tanah
dapat digunakan antara lain untuk hal-hal berikut ini :
(1) Evaluasi awal dari material tanah.
(2) Penetapan batas-batas untuk survai Iapangan yang diperlukan baik
untuk investigasi awal maupun investigasi pada tahap desain.
(3) Perencanaan untuk survai lapangan yang ekonomis berikut
pengujiannya serta uji laboratorium.
(4) Investigasi penunjang.
d) Klasifikasi batuan
Kalsifikasi batuan harus sesuai dengan metode klasifikasi yang
digunakan untuk batuan dasar bendungan.
114
Oleh karena itu harus dipilih metode dan kondisi yang tepat
sesuai dengan sifat material yang diuji serta tujuan ,dari pengujian
yang diIakukan.
(2) Metode dan kondisi pengujian harus dijelaskan secara rinei di
dalam laporan hasil pengujian.
(3) Dalam hal contoh tanah terutama terdiri dari butiran hal us, maka
persia pan sam pel UJltuk pengujiaIl sifat fisik dilaksankkan tanpa
pengeringan di udara.
2) Uji pemadatan
Vji pemadatan dimaksudkan tidak hanya untuk mengetahui karakter
material tanah bila dipadatkan, tetapi juga untuk kriteria persiapan
sam pel yang digunakan untuk uji fisik lainnya.
Uji-pemadatan SNI-1742-1989-F adalah metode uji untuk
mendapatkan hubungan antara kadar air (w) dengan kepadatan (yd)
pada kondisi energi pemadatan yang konstan.
Hubungan antara w dengan yd sekalipun dari contoh tanah yang
sarna adalah berbeda tergantune dari kadar airnya dan energi
pemadatannya.
Vntuk itu pengujian harus diupayakan agar mendekati keadaan·
aslinya di Iapangan.
Untuk material yang lulus air, pemadatan lebih banyak dikontrol oleh
energi pemadatan (Ec) dibandingk~n oleh kadar air tanahnya. Oreh
karena itu disarankan untuk mencari hubungan antara Ec-yd dari
sampel tanah yang kering udara. Metode pemadatan dengan getaran
mungkin lebih baik dibandingkan dengan SNI-1742-1989-F
(1) Untuk material semi lulus air sampai kedap.air, sam pel jangan
dikeringkan serta gunakan prosedur tidak berulang (non-cyclic),
mengingat pemadatannya dipengaruhi oleh kadar air aslinya dan
penggunaan material yang berulang.
J 15
(3) Besarnya energi pemadatan berdasarkan SNI-1742-1989-F.
Pada umumnya semakin bertambah energi pemadatarl.nya,
semakin bertambah pula kepadatan kering maksimumnya,
sedangkan kadar air optimumnya berkurang. Dalam rangka
meningkatkan efisiensi pekerjaan, beberapa tahun terakhir ini
sering dilakukan uji pemadatan dengan energi pemadatan yang
Iebih besar dengan kondisi yang mendekati keadaan lapangannya
terutan'la pada material berbutir kasar. Dalam hal ini mungkin
dapat digunakan 200 sampai 500 % da.ri energi standar,
tergantung kepada kondisi material dan kondisi konstuksinya.
Namun demikian, untuk material kedap air dengan kadar air
yang tinggi sering kali kepadatannya tidak bertambah walaupun
energi pemadatannya dinaikkan, hal ini disebabkan oleh
pengaruh adonan (kneading effect).
(4) Walaupun sam pel uji dengan ukuran butir maksimum sesuai
aslinya lebih disukai, akan tetapi hasilnya sering tidak
memuaskan, sehingga ukuran butir maksimum yang diijinkan
untuk sam pel uji pada prinsipnya tidak melebihi 115 dari
diameter cetakan (mold) yang digunakan.
Kepadatan material yang mengandung butiran lebih besar dari
yang diijinkan dapat diperoleh dari uji kepadatan dengan
menggunakan rum us Walker-Holts.
(5) Apabila mold yang digunakan diluar standar JIS, maka tinggi
sampel-uji minimal harus sama atau lebih besar dari diameter
mold.
(6) Energi pemadatan (Ee) dapat dihitung dengan rumus :
116
3) Uji kelulus-aliran (Permeabilitas)
Didalam uji permeabilitas, akan dikaji bagaimana hubungan anta~a
J 17
(i) Unconsolidated-undrained Test (UU Test atau Undrained
Test)
Di dalam pengujian ini tidak diperkenankan terjadinya
drainasi (termasuk udara) serta kehilangan tekanan air pori
selama pengujian.
(ii) Unconsolidated-undrained test (CU Test)
5etelah tekanan pori hilang selama konsolidasi pada tekanan
tertentu, kemudian contoh yang dalam keadaan jenuh air
atau tidak jenuh dimanlpatkan di bawah kondisi undrained.
(iii) Pengukuran tekanan pori dalam kondisi consolidated-
undreined (CU Test).
Dimaksudkan untuk mengukur tekanan air pori pada saat
. ,
terjadi pergeseran pada:' contoh yang jenuh air setelah
terkonsolidasi pad a kondisi seperti kasus (ii) di atas.
(iv) Consolidated-Drained Test (CD test atau "drained test)
Dalam hal ini contoh diuji dalam keadaan terdrainasi penuh
serta tekanan pori dibuang pada setiap tahap pembebanan.
118
Tabe12.2.5-7 Aplikasi dari hasil pengujian tegangan geser untuk analisis stabilitas.
119