Anda di halaman 1dari 176

KATA PENGANTAR

Akses penduduk terhadap prasarana dan sarana air


limbah permukiman dan persampahan pada dasarnya
erat kaitannya dengan aspek kesehatan, lingkungan
hidup, pendidikan, sosial budaya serta kemiskinan.
Hasil berbagai pengamatan dan penelitian membuktikan
bahwa semakin besar akses penduduk kepada fasilitas
sanitasi (air limbah permukiman, persampahan dan
drainase lingkungan) serta pemahaman tentang
hygiene, semakin kecil kemungkinan terjadinya kasus
penyebaran penyakit yang ditularkan melalui media air
dan tanah.

Beberapa upaya pengembangan sanitasi lingkungan berskala komunitas,


dapat dilakukan melalui pendekatan berbasis masyarakat. Hal ini
ditujukan untuk menjamin keberlanjutan pengelolaan, melalui penekanan
perubahan perilaku dan pola hidup masyarakat untuk dapat lebih bersih
dan sehat dengan melibatkan masyarakat secara utuh sejak tahap
perencanaan, pelaksanaan pembangunan sampai dengan pengelolaan
sarana agar terciptanya lingkungan permukiman berkelanjutan yang
sehat.

Salah satu sistem penganggaran untuk percepatan pelaksanaan


infrastruktur bidang sanitasi di daerah adalah bersumber dari Dana
Alokasi Khusus (DAK). Sesuai Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, DAK merupakan dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan
tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan
urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Dan sebagai tindak
lanjut dari UU No. 23 Tahun 2014 tersebut di atas, telah diterbitkan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
21/PRT/M/2017 tentang Petunjuk Operasional Penyelenggaraan Dana
Alokasi Khusus Infrastruktur yang merupakan perubahan dari Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 33/PRT/M/2016.

Namun dalam implementasi di lapangan, masih diperlukan petunjuk


pelaksanaan yang aplikatif berdasarkan pada standar dan syarat teknis
yang berlaku. Direktorat Jenderal Cipta Karya menyusun Petunjuk
Pelaksanaan DAK Infrastruktur Bidang Sanitasi Tahun 2018 yang
bertujuan sebagai pedoman bagi Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota, dan pelaksana lapangan pada setiap proses tahapan
pembangunan mulai dari tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan,
operasi dan pemeliharaan hingga pengendalian dan pemanfaatan

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI 2018


i
dalam rangka meningkatkan pelayanan sanitasi pada kawasan padat
penduduk dan rawan sanitasi di perkotaan.
Semoga dengan tersusunnya Petunjuk Pelaksanaan DAK ini semakin
mempercepat pemerintah daerah dalam membangun sarana dan
prasarana sanitasi yang tepat sasaran, tepat mutu, waktu dan biaya yang
telah menjadi urusan bersama (konkuren) dengan pemerintah pusat untuk
mendukung RPJMN 2015 - 2019, yaitu mencapai universal akses dalam
pemenuhan kebutuhan dasar sektor sanitasi hingga tahun 2019.

Jakarta, Januari 2018


Direktur Jenderal Cipta Karya

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI


ii
PETUNJUK PELAKSANAAN DAK INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI, TABEL, GAMBAR

PENDAHULUAN ................................................................................. 1
BAGIAN 1
KETENTUAN PELAKSANAAN ............................................................. 6
1. PERSIAPAN ............................................................................... 6
1.1 Penggorganisasian Pelaksanaan Kegiatan DAK Bidang
Sanitasi .............................................................................. 6
1.2 Sosialisasi Program DAK Bidang Sanitasi ........................... 7
1.2.1 Rapat Konsultasi Teknis Regional .......................... 8
1.2.2 Usulan Rencana Kegiatan (URK) ............................. 8
1.2.3 Pengesahan Usulan Rencana Kegiatan (URK) .......... 8
1.2.4 Pengisian Aplikasi e-Monitoring ............................... 8

1.3 Penyusunan dan Penetapan Usulan Rencana Kegiatan


(URK) ................................................................................. 9
1.3.1 Penyusnan Penetapan URK Kegiatan Swakelola dan
Kontraktual ............................................................. 9
1.3.1.1 Rencana Pembiayaan Kegiatan Swakelola
(RPKS) ........................................................ 9
1.3.1.2 Rencana Pembiayaan Kegiatan Kontraktual
(RPKK) ...................................................... 10
1.4 Penetapan Rencana Kegiatan (RK) oleh Kepala Daerah ....... 11
1.5 Penetapan Melalui Keputusan Menteri PUPR ...................... 12
1.6 Perubahan atas Penetapan Rencana Kegiatan .................... 12
1.7 Menu Kegiatan Berdasarkan Jenis DAK Bidang Sanitasi ...... 12
1.7.1 DAK Reguler Bidang Sanitasi .................................. 12
1.7.2 DAK Afirmasi Bidang Sanitasi ................................. 13
1.7.3 DAK Penugasan Bidang Sanitasi ............................. 13

1.8 Pilihan Teknologi untuk Kegiatan Swakelola ...................... 14


1.9 Pilihan Teknologi untuk Kegiatan Kontraktual .................. 15
1.9.1 Berdasarkan Jenis DAK .......................................... 15
1.9.2 Berdasarkan Pilihan Teknologi ............................... 16

1.10 Pilihan Teknologi yang Berlaku Standar Persyaratan ......... 16

2. PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN .......................................... 17


2.1 Pelaksanaan Kegiatan Swakelola ........................................ 17
2.1.1 Persiapan Kegiatan Swakelola ................................. 18
PETUNJUK PELAKSANAAN DAK INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI
3
2.1.1.1 Penyiapan Tenaga Fasilitator Lapangan
(TFL) ......................................................... 18
2.1.1.2 Tugas dan Fungsi Tenaga Fasilitator
Lapangan (TFL) .......................................... 20
2.1.1.3 Pemilihan Lokasi Kegiatan ........................ 23
2.1.1.4 Penetapan Lokasi Kegiatan ....................... 25
2.1.1.5 Pemicuan Warga Masyarakat Calon
Pemanfaat ................................................. 26
2.1.1.6 Pembentukan dan Penetapan Pelaksanan
Swakelola (KSM) ........................................ 27
2.1.1.7 Syarat Penerima Hibah dalam Pelaksanaan
Swakelola .................................................. 28
2.1.1.8 Tatacara Penetapan Penerima Hibah (KSM) . 29

2.1.2 Perencanaan Kegiatan Swakelola ............................. 33


2.1.2.1 Proporsi Penggunaan Dana DAK Bidang
Sanitasi ..................................................... 33
2.1.2.2 Penyusunan Dokumen Rencana Kerja
Masyarakat (RKM) ..................................... 34
2.1.2.3 Tujuan Penyusunan Dokumen RKM ........... 36
2.1.2.4 Persiapan Pelaksanaan Penyusunan
Dokumen RKM .......................................... 37
2.1.2.5 Tahapan Penyusunan Dokumen RKM ........ 38
2.1.2.6 Pihak-pihak yang Terlibat Menyusun
Dokumen RKM .......................................... 38
2.1.2.7 Waktu dan Tempat Pertemuan Penyusunan
Dokumen RKM .......................................... 38
2.1.2.8 Verifikasi Dokumen RKM .......................... 39
2.1.2.9 Perjanjian Kerjasama (PKS) Antara KSM
Dengan OPD .............................................. 39

2.1.3 Pelaksanaan Kegiatan Swakelola .................................... 39


2.1.3.1 Pelaksanaan Rencana Kerja ....................... 39
2.1.3.2 Mekanisme Pembayaran Pekerjaan
Swakelola .................................................. 40
2.1.3.3 Pengadaan Barang/Jasa ............................ 41
2.1.3.4 Pembangunan Konstruksi Kegiatan
Swakelola ................................................... 44
2.1.3.5 Pelaporan Kemajuan Pekerjaan dan
Dokumentasi ............................................. 45
2.1.3.6 Pelaporan Realisasi Pekerjaan ................... 46

2.1.4 Operasi dan Pemeliharaan.............................................. 47

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI


4
2.1.4.1 Pembentukan Kelompok Pemanfaat dan
Pemeliharaan (KPP) ................................... 47
2.1.4.2 Tugas Kelompok Pemanfaat dan
Pemeliharaan (KPP) ................................... 50
2.1.4.3 Penyerahan Hasil Pekerjaan ...................... 51
2.1.4.4 Tujuan Operasi dan Pemeliharaan ............. 53

2.2 Pelaksanaan Kegiatan Kontraktual ..................................... 53


2.2.1 Persiapan dan Perencanaan .................................... 54
2.2.1.1 Identifikasi dan Analisis Kebutuhan .......... 54
2.2.1.2 Penyusunan dan Penetapan Rencana
Anggaran ................................................... 54
2.2.1.3 Penetapan Kebijakan Umum ...................... 55
2.2.1.4 Kebijakan Umum tentang Organisasi
Pengadaan Barang/Jasa ............................ 56
2.2.1.5 Tatacara Pengadaan Barang/Jasa ............... 57
2.2.1.6 Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK) .. 59
2.2.1.7 Pengumuman Rencana Umum Pengadaan ... 59
2.2.1.8 Penyedia Barang/Jasa ............................... 60
2.2.1.9 Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan .. 61
2.2.1.10 Prinsip-Prinsip Pengadaan Barang/Jasa ...... 62
2.2.1.11 Etika Pengadaan Barang/Jasa ................... 63

2.2.2 Pelaksanaan Kegiatan Kontraktual ......................... 64


2.2.3 Pelaksanaan Kegiatan Kontraktual Padat Karya ....... 65
2.2.4 Operasi dan Pemeliharaan ...................................... 66

2.3 Pelaporan Oleh OPD ................................................................. 67

3. PENGAWASAN ............................................................................. 68
4. PEMANTAUAN DAN EVALUASI ................................................... 68

BAGIAN 2
KETENTUAN TEKNIS ........................................................................ 69
2.1 KRITERIA TEKNIS .................................................................... 69
2.1.1 Lokasi Prioritas Kegiatan DAK Reguler ......................... 69
2.1.2 Lokasi Prioritas DAK Afirmasi ...................................... 69
2.1.3 Lokasi Prioritas DAK Penugasan ................................... 70
2.1.4 Kriteria Kegiatan Bidang Air Limbah ............................. 71

2.2 SPESIFIKASI TEKNIS ............................................................... 72


2.2.1 Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Setempat

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI


5
(SPALD-S) ..................................................................... 73
2.2.2 Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Terpusat
(SPALD-T) ..................................................................... 74
2.2.3 Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik Setempat
(SPALD-S) ..................................................................... 75
2.2.3.1 SPALD-T (Sistem Pengolahan Air Limbah
Domestik Terpusat) ......................................... 76
2.2.3.2 SPALD-S (Sistem Pengolahan Air Limbah
Domestik Stempat) ......................................... 78
2.2.3.3 Pengertian dan Ilustrasi Gambar Prasarana
Sanitasi .......................................................... 79

2.2.4 Perencanaan Teknik Rinci (RTR) Pengelolaan Air


Limbah Domestik Rumah Tangga ......................................... 88
2.2.4.1 Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik
Setempat (SPALD-S) .............................................. 88
2.2.4.2 Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik
Terpusat (SPALD-T) ........................................ 90
2.2.4.3 Perencanaan Sub Sistem Pengumpulan .......... 96
2.2.4.4 Perencanaan Sub Sistem Pelayanan ...................... 100
2.2.4.5 Perencanaan Sub Sistem Pengolahan .................... 102
2.2.4.6 Parameter Desian dalam Penyusunan RTR
IPAL Domestik ...................................................... 103
2.2.4.7 Konstruksi Bangunan pada Sistem Pengolahan
Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T) ............. 105
2.2.4.8 MateriaL Konstruksi Bangunan IPAL .................... 107
2.2.4.9 Pemasangan Perpipaan ......................................... 109
2.2.4.10 Tata Letak Pipa Srvis (Pipa Tertier) ...................... 112
2.2.4.11 Parameter dan Prinsip dalam Penyusunan
Teknik Rinci Sistem Pengolahan Air Limbah
Domestik ........................................................ 113
2.2.4.12 Rencana Anggaran Biaya ................................. 121

2.2.5 Ketentuan Teknis Operasi dan Pemeliharaan ............... 122


2.2.6 Ketentuan Teknis dalam Seleksi Lokasi ...................... 131
2.2.6.1 Seleksi Kelurahan ........................................... 131
2.2.6.2 Seleksi Titik Lokasi Menggunakan Metode
Selotip (Seleksi Lokasi Partisipatif) ................. 131
2.2.6.3 Partisipan Selotip ........................................... 133
2.2.6.4 Penetapan Skor dan Pembobotan (Nilai) .......... 133
2.2.6.5 Penentuan Waktu dan Tempat ........................ 134
2.2.6.6 Alat dan Bahan yang Perlu Disiapkan .............. 135
2.2.6.7 Transek Walk (Keiapan Teknis) ....................... 136

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI


6
2.3 SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA (SMK3) ........................................................................ 143
2.3.1 Penerapan SMK3 Kegiatan Swakelola ........................... 143
2.3.2 Penerapan SMK3 Kegiatan Kontraktual ........................ 143

LAMPIRAN
Format-Format :
Format 1.1 SK. OPD/PPK Tentang Penetapan Penerima
Manfaat .................................................................... 144
Format 1.2 Surat Kepala OPD/Pejabat Pembuat Komitmen
Tentang Penetapan Penerima Manfaat ...................... 152
Format 1.3 Lampiran Surat Kepala OPD/PPK Tentang
Penetapan Penerima Manfaat .................................... 154
Format 1.4 Berita Acara Seleksi Titik Lokasi ............................... 155
Format 1.5 Standar Kontrak KSM dengan PPK/OPD................... 156
Format 1.6 Surat Perintah Mulai Kerja ....................................... 159
Format 1.7 Buku Bank ................................................................ 160
Format 1.8 Buku Kas .................................................................. 160
Format 1.9 Rekap Bulanan Keuangan KSM ..................................161
Format 1.10 Buku Swadaya Masyarakat ....................................... 163
Format 1.11 Catatan Harian Kegiatan ........................................... 164
Format 1.12 Catatan Harian Penggunaan Material ........................ 165
Format 1.13 Daftar Hadir Pekerja Harian dan Penerimaan
Upah ....................................................................... 166
Format 1.14 Realisasi Kemajuan Pelaksanaan Mingguan .............. 167
Format 1.15 Realisasi Kemajuan Pelaksanaan Bulanan ................ 168
Format 1-16 Laporan Masalah Tingkat Kelurahan/Desa ............... 169
Format 1.17 Surat Permintaan Pembayaran Tahapan ................... 170
Format 1.18 Berita Acara Pembayaran .......................................... 171
Format 1.19 Berita Acara Serah Terima Pekerjaan ........................ 172
Format 1.20 Penilaian Kinerja ...................................................... 173
Format 1.21 Manfaat Pembangunan Infrastruktur ........................ 174
Format 1.22 Form Data Umum Kabupaten/Kota .......................... 175
Format 1.23 Data Sumber Pendanaan .......................................... 176
Format 1.24 Data Dasar Tingkat Pelayanan Sanitasi
Kabupaten/Kota ........................................................ 177
Format 1.25 Pantauan Kesesuaian Kegiatan ................................. 178

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI


vii
Format 1.26 Pantauan Pelaksanaan Kegiatan ............................... 179
Format 1.27 Monitoring dan Evaluasi DAK Infrastruktur
Bidang Sanitasi ........................................................ 180
Format 1.28 Data Pendanaan Kegiatan DAK Infrastruktur
Bidang Sanitasi ........................................................ 182
Format 1.29 Data Kelengkapan Pelaporan Kegiatan
Sanitasi ..................................................................... 183
Format 1.30 Data Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) .................... 184
Format 1.31 Permasalahan Dalam Pelaksanaan Kegiatan
DAK Bidang Sanitasi ................................................. 185

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI


8
LAMPIRAN II
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA
NOMOR : / SE/DC/2018
TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DANA
ALOKASI KHUSUS BIDANG AIR MINUM DAN SANITASI

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI


9
DAFTAR SINGKATAN

ABR : Anaerobic Baffled Reactor


AUF : Anaerobic Upflow Filter/Proses Pengolahan Air
Limbah dengan Metode Pengaliran Air Limbah
keatas Melalui Media Filter Anaerobic
AF : Filter
AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
ANDAL : Analisis Dampak Lingkungan
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BABS : Buang Air Besar Sembarangan
BANGDA : Pembangunan Daerah
BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BOD : Biological Oxygen Demand
BOP : Biaya Operasional Proyek
BORDA : Bremen Overseas Research&Development Associate
CAP/RKM : Community Action Plan/Rencana Kegiatan
Masyarakat
COD : Chemical Oxygen Demand
CSS : Central Sanitation Centers
DAK : Dana Alokasi Khusus
DED : Detail Engineering Design
DinKes : Dinas Kesehatan
DIP : Daftar Isian Proyek
DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Dit. PPLP : Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan
Permukiman
DJCK PUPR : Direktorat Jendral Cipta Karya – Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DRA : Demand Responsive Approach/Pendekatan
Tanggap Kebutuhan
ICC : Informed Choice Catalogue/Katalog Pilihan
Informasi Teknologi
IPAL : Instalasi Pengolahan Air Limbah
IPLT : Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
JUKLAK : Petunjuk Pelaksanaan

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI


10
KAK : Kerangka Acuan Kerja
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
KEPMEN : Keputusan Menteri
KEPPRES : Keputusan Presiden
KF : Kapasitas Fiskal
KPA : Kuasa Pengguna Anggaran
KPP : Kelompok Pemanfaatan Pemeliharaan
KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat
KSO : Kerjasama Operasional, meliputi upah kerja
borongan dan/atau kontraktor specialist
Long List : Daftar Panjang
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
MCK : Mandi, Cuci dan Kakus
MDG’s : Milenium Development Goal’s
MONEV : Monitoring and Evaluasi
MOU : Memorandum of Understanding/Nota Kesepakatan
Kerjasama
MPA : Method for Participatory Assesment/Metode
Pengkajian
O&P : Operasi dan Pemeliharaan
PA : Pengguna Anggaran
PAD : Project Appraisal Document
Panitia Pengadaan : Tim Pelaksana pengadaan barang/jasa di KSM
PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum
PERPRES : Peraturan Presiden
PHAST : Participatory Hygiene and Sanitation Transformation
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PLP : Penyehatan Lingkungan Permukiman
PPK : Pejabat Pembuat Komitmen
Rakorbang : Rapat Koordinasi Pembangunan
RUTRK : Rencana Umum Tata Ruang Kota
SATKER PSPLP : Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyehatan
Lingkungan Permukiman
SELOTIF : Selekasi Lokasi Partisipatif
Short List : Daftar Pendek
SK : Surat Keputusan
OPD : Organisasi Perangkat Daerah
SLBM : Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat
SPALD-T : Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Terpusat
SPALD-S : Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Setempat
STBM : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI


11
PETUNJUK PELAKSANAAN DAK INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI
12
PENDAHULUAN

PENDAHULUAN
Akses penduduk terhadap prasarana dan sarana air limbah permukiman
pada dasarnya erat kaitannya dengan aspek kesehatan, lingkungan
hidup, pendidikan, sosial, budaya serta kemiskinan. Hasil berbagai
pengamatan dan penelitian telah membuktikan bahwa semakin besar
akses penduduk terhadap fasilitas prasarana dan sarana air limbah
permukiman, persampahan dan drainase serta pemahaman tentang
hygiene, semakin kecil kemungkinan terjadinya kasus penyebaran
penyakit yang ditularkan melalui media air (waterborne diseases).

Mengingat keterbatasan kemampuan yang dimiliki pemerintah, baik


pusat maupun daerah, diperlukan upaya-upaya terobosan yang bersifat
mengubah paradigma dalam pengembangan sanitasi lingkungan.
Beberapa upaya bisa dilakukan terhadap pengembangan sanitasi
lingkungan berskala komunitas berbasis masyarakat melalui kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk menjamin keberlanjutan
pengelolaan.

Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah, dimana Pemerintah lebih berperan sebagai
regulator dan fasilitator terkait dengan tugas-tugasnya dalam pengaturan,
pembinaan dan pengawasan pengembangan sanitasi lingkungan. Dana
Alokasi Khusus Sanitasi (DAK Bidang Sanitasi) merupakan salah satu
program pemerintah untuk meningkatkan akses sanitasi, yang
bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan
tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan
urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. DAK Bidang
Sanitasi ini khususnya diperuntukkan untuk membiayai kebutuhan
prasarana dan sarana sanitasi masyarakat yang belum mencapai standar
tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah.

Besaran alokasi DAK Bidang Sanitasi masing-masing daerah ditentukan


dengan perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus
dan kriteria teknis. Kriteria umum dirumuskan berdasarkan
kemampuan keuangan daerah, yang dicerminkan dari penerimaan

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


1
PENDAHULUAN

umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setelah


dikurangi belanja Pegawai Negeri Sipil Daerah. Kriteria khusus
dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
mengatur penyelenggaraan otonomi khusus dan karakteristik daerah.
Kriteria teknis disusun berdasarkan kegiatan khusus yang dirumuskan
oleh kementerian/lembaga.

Pedoman Teknis DAK Bidang Sanitasi dimaksudkan sebagai pedoman


bagi Pemerintah Kabupaten/Kota, dan pelaksana lapangan dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, penilaian kinerja,
pemanfaatan. Pedoman ini merupakan media pembinaan pelaksanaan
DAK Bidang Sanitasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat dengan Pemerintah Provinsi. Pelaksana kegiatan DAK
Bidang Sanitasi adalah Organisasi Perangkat Daerah Dana Alokasi
Khusus yang selanjutnya disebut OPD DAK, yaitu organisasi/lembaga
pada Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota
yang menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dari Dana Alokasi Khusus
Bidang Sanitasi.

Tujuan disusunnya Pedoman Teknis DAK Bidang Sanitasi ini, adalah :


a. Menjamin tertib pemanfaatan pelaksanaan dan pengelolaan DAK
Bidang Sanitasiyang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
b. Menjamin terlaksananya koordinasi antara kementerian terkait, dinas
teknis di Provinsi, dan dinas teknis di Kabupaten/Kota, dalam:
pelaksanaan, pengelolaan, pemantauan, dan pembinaan teknis
kegiatan yang dibiayai dengan DAK Bidang Sanitasi.
c. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan DAK Bidang
Sanitasi, serta mensinergikan kegiatan yang dibiayai dengan DAK
Bidang Sanitasi dengan kegiatan prioritas nasional; dan
d. Meningkatkan kinerja prasarana dan sarana bidang sanitasi, dan
meningkatkan cakupan pelayanan sanitasi untuk meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakat.

Dasar hukum yang digunakan dalam pengaturan, pembinaan dan


pengawasan kegiatan DAK Bidang Sanitasi adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi
Kemasyarakatan

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


2
PENDAHULUAN

3. Undang–undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan


Daerah.
4. Undang–Undang Nomor 15 tahun 2017 tentang APBN tahun anggaran
2018.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
8. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 dan perubahannya Perpres
No. 70 Tahun 2012, tentang Pengadaan Barang /Jasa Pemerintah.
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Perubahan atas Perpres no.123 Tahun 2016 Tentang Petunjuk Teknis
Dana Alokasi Khusus Fisik.
10. Peraturan Menteri Keuangan tentang Pedoman Umum dan Alokasi
Dana Alokasi Khusus (ditetapkan setiap tahun).
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 112/PMK.07/2017 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana
Desa.
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04/PRT/M/2017 tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah.
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
21/PRT/M/2017, tentang Petunjuk Operasional Dana Alokasi
Khusus Infrastruktur Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.
14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 628);
15. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
241/PMK.07/2014 Tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban
Anggaran Transfer ke Daerah.
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Dana Alokasi Khusus di Daerah.
17. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor KEP.174/MEN/1986 dan Nomor
104/KPTS/1986 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada
Tempat Kegiatan Konstruksi.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


3
PENDAHULUAN
Pedoman Teknis DAK Bidang Sanitasi ini, terbagi menjadi 3 (tiga)
bagian, yaitu:
a. Pendahuluan;
b. Ketentuan Pelaksanaan;
c. Ketentuan Teknis.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


4
PENDAHULUAN

SISTEMATIKA PEDOMAN
TEKNIS DAK BIDANG SANITASI TA. 2018

KETENTUAN
PELAKSANAAN
DAK BIDANG
SANITASI 2018
TAHAPAN
1. Persiapan
2. Perencanaan
3. Pelaksanaan
4. Pengawasan
5. Pemantauan dan
Evaluasi
TEKNIS

• Kriteria Teknis
• Spesifikasi Teknis
• Sistem
Manajemen
Kesehatan dan
Keselamatan
Kerja (SMK3)

Gambar Sistematika
PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


5
Ketentuan Pelaksanaan

BAGIAN 1
KETENTUAN PELAKSANAAN
1. PERSIAPAN PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI
1.1 Trilateral Meeting
Dalam rangka mewujudkan akses universal sanitasi melalui peningkatan
cakupan pelayanan sarana pengelolaan air limbah, maka ditetapkan arah
kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang sanitasi dalam setiap tahun
anggaran berjalan, yaitu berupa:
1. Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T)
berupa penambahan Sambungan Rumah (SR) terhadap Kabupaten/Kota
yang sudah memiliki sistem terpusat skala Kota dan/atau skala
permukiman dan pembangunan baru SPALD-T skala permukiman;
2. Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Satempat (SPALD-
S), berupa pembangunan tangki septik skala individual di perkotaan,
pembangunan tangki septik skala komunal, pengadaan truk tinja dan
peningkatan kualitas sarana sanitasi invidual perdesaan dari akses dasar
menjadi akses layak di Desa/Kelurahan yang sudah terverifikasi Open
Defecation Free (ODF) selama minimal 2 tahun.

Pembangunan sanitasi dilakukan dengan berdasarkan pada lokasi prioritas


dan rencana aksi pengembangan sistem sanitasi dalam Strategi Sanitasi
Kota/Kabupaten (SSK).

1.2 Sinkronisasi dan Harmonisasi DAK Bidang Sanitasi


Sesuai dengan amanat Peraturan Presiden No 5 Tahun 2018 Tentang Perubahan
atas Perpres No.123 Tahun 2016 Tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus
Fisik. Bahwa peran Unit Organisasi Teknis di lingkup Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat terkait dengan perencanaan program antara lain
melakukan pembahasan dan penetapan rencana kegiatan yang diusulkan
daerah agar sesuai dengan prioritas nasional.

Kegiatan sinkronisasi dan harmonisasi dilaksanakan dalam rangka menerima


daerah untuk berkonsultasi terkait hasil penilaian sementara dari Pemerintah
Pusat (Bappenas dan Kementerian PUPR) dan hasil konfirmasi dari Pemerintah
Daerah baik yang telah di imput dalam aplikasi Sinkron DAK maupun melalui
Kertas Kerja yang telah disiapkan. Dengan demikian Pemerintah Daerah dapat
menyampaikan tanggapan terhadap hasil penilaian sementara yang sudah
masuk ke dalam aplikasi Sinkron DAK.

Kriteria penilaian terhadap usulan kegiatan dari Pemerintah Daerah antara lain
sebagai berikut :
1. Kesesuaian dengan longlist data base e-Plaining;
2. Keseusaian dengan menu kegiatan di dalam Permen PUPR No
33/PRT/M/2016;
3. Status sumber pendanaan belum didanai oleh sumber pendanaan yang lain;
4. Kesanggupan melengkapi Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM);
5. Kewajaran harga satuan.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


6
Ketentuan Pelaksanaan

Bisnis Proses Kegiatan Sinkronisasi dan Harmonisasi DAK Fisik Tahun angaran 2018.

PEMDA DJPK K/L & BAPPENAS

1 1. Data Usulan
2 dari E-
Input Data Planning
di Aplikasi 2. Data Hasil
Penilaian

4
Melalui Aplikasi, KL
3 APLIKASI dan Bappenas
Melalui Aplikasi Pemda SINKRON mereview Data
dapat: Konfirmasi Pemda
DAK FISIK
Lihat Usulan DAK (E- (data terkunci jika
Planning) sudah direview)
Lihat Hasil Penilaian; dan
Input Data Konfirmasi

5A Diskusi
Didiskusikan

5B Disepakati
dan masuk
Hasil
Sinkronisasi Konfirm
FORUM
SINRKOSASI DAN
HARMONISASI DI
PROVINSI

1.3 Pengorganisasian Pelaksanaan Kegiatan DAK Bidang Sanitasi


Dalam rangka mempercepat proses pelaksanaan Program DAK Bidang Sanitasi
diperlukan pengorganisasian pada berbagai tingkatan, antara lain sebagai
berikut :

1. Tingkat Pusat
Untuk tingkat pusat: Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan
Permukiman menunjuk Sub Direktorat Perencanaan Teknis dan Sub
Direktorat Pengolahan Air Limbah serta Satker Penyehatan Lingkungan
Permukiman Berbasis Masyarakat (PLPBM) sebagai unit pengelola kegiatan
Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Sanitasi.

2. Tingkat Provinsi
Untuk Tingkat Provinsi, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan
Permukiman menugaskan Satker PSPLP Provinsi sebagai Koordinator
penyelenggaraan dan pemantauan DAK Bidang Sanitasi. Dalam rangka
monitoring capaian progres pelaksanaan kegiatan di masing-masing Provinsi,
Direktorat Keterpaduan Infrastruktur Permukiman menugaskan PPK
Perencanaan dan Pengendalian Program Infrastruktur Permukiman (PIP)

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


7
Ketentuan Pelaksanaan

Satuan Kerja Randal sebagai penanggungjawab data laporan emonnya.

3. Tingkat Kabupaten/Kota
1. Kegiatan swakelola
Kepala OPD Kabupaten/Kota membentuk unit pengelola DAK Bidang
Sanitasi, melakukan seleksi terhadap Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)
dan memobilisasi TFL ke wilayah dampingan sesuai dengan Surat
Keputusan dari Pengguna Anggaran (PA) atau Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA);

2. Kegiatan kontraktual/Kntraktual Padat Karya


Penguasa Anggaran (PA) Kabupaten/Kota menetapkan Rencana Umum
Pengadaan (RUP), mengumumkan secara luas Rencana Umum
Pengadaan, Menetapkan PPK, Menetapkan Panitia/Pejabat Penerima
Hasil Pekerjaan.

Unit pengelola DAK Bidang Sanitasi haruslah OPD yang secara hukum
(Perda/Perbup/Perwali) mengemban tugas pokok dan fungsi bidang
sanitasi.

4. Tingkat Desa/Kelurahan
1. Pekerjaan Swakelola
Di tingkat Desa/Kelurahan, Kades/Lurah atas sepengetahuan Camat
melaksanakan sosialisasi awal penyelenggaraan program Dana Alokasi
Khusus (DAK) Bidang Sanitasi di wilayah kerjanya. Selanjutnya bersama
dengan TFL Pemerintah Desa/Kelurahan memfasilitasi proses
pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan menyampaikan
Berita Acara hasil pembentukan lembaga tersebut kepada OPD Dinas
terkait untuk ditetapkan sebagai kelompok pelaksana kegiatan
swakelola Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Sanitasi.

Setelah pelaksanaan kegiatan SELOTIP dan ditetapkan lokasi penerima


manfaat, Pemerintah Desa/Kelurahan bersama dengan TFL memfasilitasi
proses pembentukan Kelompok Pemanfaat dan Pemeliharaan (KPP).
Selanjutnya ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Desa/Kelurahan
sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam proses Operasi dan
Pemeliharaan serta pengembangan jaringan pelayanan sanitasi agar
dapat berkelanjutan (sustainable programme).

2. Pekerjaan Kontraktual/Kontraktual Padat Karya


Di tingkat Desa/Kelurahan Pemerintah Daerah didampingi dari
konsultan pengawas dan kontraktor pemenang melakukan sosialisasi
kepada seluruh lapisan masyarakat sebagai bentuk pemberitahuan
terkait proses pelaksanaan dan manfaat dari program Dana Alokasi
Khusus Bidang Sanitasi. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan
dukungan dari Pemerintah Desa/Kelurahan serta masyarakat sebagai
calon penerima manfaat. Sekaligus kontraktor pelaksana untuk dapat
menjaring tenaga kerja dari warga pemanfaat agar pelaksanaan kegiatan
dapat berjalan sesuai dengan harapan pemerintah.

1.4 Sosialisasi Program DAK Bidang Sanitasi


Sosialisasi DAK Bidang Sanitasi diselenggarakan kepada seluruh pemerintah
Kabupaten/Kota pada akhir tahun anggaran sebelumnya yang diselenggarakan
oleh Biro Perencanaan Anggaran dan KLN, Sekretariat Jenderal, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


8
Ketentuan Pelaksanaan

Pemerintah Kabupaten/Kota penerima Dana Alokasi Khusus Infrastruktur


Bidang Sanitasi harus mengikuti sosialisasi Petunjuk Operasional
Penyelenggaraan DAK dan Pra-Konsultasi serta Konsultasi Program dalam
rangka pembahasan Usulan Rencana Kegiatan yang diselenggarakan oleh
Kementerian PUPR.

Sosialisasi ini bertujuan agar Pemerintah Kabupaten/Kota dapat memahami


ruang lingkup kegiatan, mengalokasikan dana penunjang yang bersumber dari
DAK Bidang Sanitasi dan dana penunjang kegiatan yang bersumber dari APBD
serta mempersiapkan lokasi yang memenuhi syarat dan kriteria teknis.

Sosialisasi dilaksanakan juga oleh OPD teknis/Pokja Sanitasi di tingkat


Kabupaten/Kota, dengan mengundang Camat, Kodim (TNI), Lurah/Kades
daerah rawan sanitasi.

1.4.1 Rapat Konsultasi Teknis Regional


Rapat konsultasi teknis regional dilaksanakan oleh Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat termasuk didalamnya kegiatan
konsultasi teknis untuk bidang sanitasi.

Berdasarkan penetapan alokasi Dana Alokasi Khusus Bidang Sanitasi


Pemerintah Daerah melalui OPD terkait penerima DAK menyusun Usulan
Rencana Kegiatan (URK) berdasarkan hasil konsultasi dengan Unit
Organisasi Teknis (UNOR).

Penyusunan Usulan Rencana Kegiatan (URK) mengacu pada proposal


yang diusulkan Pemerintah Daerah kepada Bappenas dan Kementerian
Keuangan serta hasil sinkronisasi dan harmonisasi usulan DAK.

Pemerintah Daerah wajib menganggarkan dana transfer ke daerah yang


penggunaannya sudah ditentukan dengan petunjuk teknis sesuai
peraturan perundang-undangan.

1.4.2 Pengisian Aplikasi e-Monitoring


Pengisian aplikasi elektronik monitoring khusus DAK Bidang Sanitasi
dapat dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dan tanda tangan dari
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota,
selanjutnya diverifikasi oleh Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Pusat
dalam sistem e-Monitoring DAK PUPR.

1.5 Penyusunan dan Penetapan Usulan Rencana Kegiatan (URK)


1.5.1 Penyusunan dan Penetapan URK Kegiatan Swakelola dan Kontraktual
Berdasarkan penetapan alokasi Dana Alokasi Khusus dari Pemerintah,
Bupati/Walikota penerima DAK Bidang Sanitasi menyusun Usulan
Rencana Kegiatan (URK) berdasarkan konsultasi dengan berbagai
pemangku kepentingan yang memenuhi kriteria prioritas nasional.
Dana Alokasi Khusus dianggarkan sesuai Peraturan Presiden tentang
Rincian Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun anggaran
berjalan atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasi Dana
Alokasi Khusus Tahun Anggaran berjalan.

1.5.1.1 Rencana Pembiayaan Kegiatan Swakelola (RPKS)


Pembiayaan kegiatan DAK Bidang Sanitasi ini dapat berasal
dari beberapa sumber pembiayaan, antara lain: Pemerintah
PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI
9
Ketentuan Pelaksanaan

Pusat (APBN) dan DAK, Pemerintah Kabupaten/Kota (APBD),


swadaya masyarakat, swasta dan LSM. Untuk setiap lokasi
diperlukan kontribusi pendanaan dari masing-masing
pemangku kepentingan sebagai berikut:

1. Pemerintah Daerah dapat menggunakan paling banyak 5%


(lima persen) dari alokasi DAK Fisik Bidang Sanitasi untuk
mendanai kegiatan penunjang yang berhubungan langsung
dengan kegiatan DAK Fisik antara lain sebagai berikut:
a. Honorarium Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL);
b. Honorarium Petugas e-Monitoring DAK Bidang Sanitasi;
c. Penyelenggaraan rapat-rapat koordinasi antara lain:
❖ Penyiapan tahapan implementasi program dan
penguatan kapasitas Tenaga Fasilitator Lapangan
(TFL) serta sosialisasi program kepada masyarakat;
❖ Kampanye sanitasi kepada calon pemanfaat;
❖ Pengendalian pelaksanaan Konstruksi;
❖ Pasca konstruksi; peguatan kapasitas Kelompok
Pemanfaat dan Pemeliharaan (KPP) tentang
Operasional dan Pemeliharaan serta pengembangan
pelayanan.

d. Perjalanan dinas dari ke dan dari lokasi kegiatan untuk


perencanaan, pengendalian dan pengawasan konstruksi.

2. Pelaksanaan konstruksi dibiayai oleh:


a. Dana DAK Bidang Sanitasi untuk kegiatan swakelola dan
kontraktual;
b. Kontribusi dari masyarakat dapat berupa dana tunai (in
cash) dan kontribusi dalam bentuk barang (in kind)
berupa hibah lahan, tenaga kerja, material dan lain-lain
untuk kegiatan swakelola;
c. Dana pihak swasta lainnya dapat dikumpulkan melalui
berbagai upaya sejauh hal tersebut saling
menguntungkan dan tidak mengikat. Biaya Operasi dan
Pemeliharaan dibiayai dan dikelola langsung oleh
masyarakat untuk kegiatan swakelola.

1.5.1.2 Rencana Pembiayaan Kegiatan Kontraktual


1. Pemerintah daerah melalui Penguasa Anggaran (PA)
menyusun dan menetapkan rencana penganggaran
pengadaan barang/jasa yang bersumber dari Dana Alokasi
Khusus (DAK), terdiri atas biaya barang/jasa itu sendiri, biaya
pendukung dan biaya administrasi yang diperlukan untuk
proses pengadaan, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Pemerintah Daerah dapat menggunakan paling banyak 5%


(lima persen) dari alokasi DAK Fisik Bidang Sanitasi untuk
mendanai kegiatan penunjang yang berhubungan langsung
dengan kegiatan DAK Fisik antara lain sebagai berikut:
a. Desain perencanaan untuk pelaksanaan kegiatan dan
penunjukan konsultan individual perencana;
b. Biaya Tender (pengumuman pengadaan);
c. Honorarium Petugas e-Monitoring DAK Bidang Sanitasi;
d. Penunjukan konsultan pengawas;

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


10
Ketentuan Pelaksanaan

e. Perjalanan dinas dari ke dan dari lokasi kegiatan untuk


perencanaan, pengendalian dan pengawasan konstruksi.

2. Pelaksanaan konstruksi dibiayai oleh Dana Alokasi Khusus


(DAK) pada tahun anggaran berjalan sesuai dengan nilai pagu
per paket kegiatan.

1.6 Penetapan Rencana Kegiatan (RK) oleh Kepala Daerah


Hasil pembahasan Usulan Rencana Kegiatan (URK) bersama Unit Organisasi
Teknis (UNOR) ditetapkan oleh Kepala Daerah menjadi Rencana Kegiatan (RK)
berupa rincian kegiatan, lokasi kegiatan dan target output kegiatan. Selanjutnya
disampaikan kepada Direktur Jenderal Cipta Karya sebagai Unit Organisasi
Teknis paling lambat minggu terakhir (M-4) bulan Januari Tahun Anggaran
berkenaan.

Direktur Jenderal Cipta Karya sebagai Unit Organisasi Teknis (UNOR) Bidang
Sanitasi menyampaikan rekap hasil penetapan Rencana Kegiatan (RK) yang
telah ditetapkan oleh Kepala Daerah kepada Sekretaris Jenderal Kementerian
PUPR paling lambat minggu pertama (M-1) bulan Februari Tahun Anggaran
berkenaan.

Sekretaris Jenderal melakukan penelitian dan penyusunan konsep penetapan


hasil rekapitulasi dan selanjutnya disampaikan kepada Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat.

1.7 Penetapan Melalui Keputusan Menteri PUPR


Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menetapkan hasil rekapitulasi
Rencana Kegiatan (RK) Bidang Sanitasi untuk disampaikan kepada Menteri
Keuangan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/ Kepala Bappenas paling lambat minggu ketiga (M-3) bulan Maret
Tahun Anggaran berkenaan.

1.8 Perubahan atas Penetapan Rencana Kegiatan (RK)


Perubahan terhadap Rencana Kegiatan (RK) yang telah ditetapkan oleh Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dapat dilakukan setelah Kepala
Daerah terkait mengajukan usulan perubahan Rencana Kegiatan (RK) kepada
Unit Organisasi Teknis (UNOR) dan mendapatkan persetujuan dari Unit
Organisasi Teknis, Direktorat Pengembangan PLP, Direktorat Jenderal Cipta
Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Perubahan terhadap Rencana Kegiatan (RK) tersebut hanya diperkenankan satu


kali dalam satu tahun anggaran dan perubahan dapat dilakukan paling lambat
minggu pertama (M-1) bulan Maret Tahun Anggaran berkenaan.

Dalam hal penganggaran dana transfer ke daerah jika penggunaannya tidak


sesuai dengan petunjuk teknis tahun berkenaan, Pemerintah Daerah
melakukan penyesuaian atas penggunaan dana transfer dimaksud dengan cara
menganggarkan kembali mendahului perubahan APBD tahun anggaran berjalan
dengan terlebih dahulu mengubah peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran
APBD dan diberitahukan kepada pimpinan DPRD untuk selanjutnya diusulkan
dan ditampung dalam perubahan APBD Tahun anggaran berkenaan.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


11
Ketentuan Pelaksanaan

1.9 Menu Kegiatan Berdasarkan Jenis DAK Bidang Sanitasi


1.9.1 DAK Reguler Bidang Sanitasi
1. Pembangunan baru SPALD-T Skala Permukiman yang terdiri dari
Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) Skala Permukiman,
jaringan pengumpul dan SR dengan jumlah layanan minimal 50 KK.
2. Pembangunan baru SPALD Terpusat skala permukiman yang terdiri
dari IPALD skala permukiman, jaringan pengumpul dan SR dengan
jumlah layanan minimal 50 KK serta prasarana Mandi Cuci Kakus
(MCK).
3. Pembangunan tangki septik skala komunal (5-10 KK).

1.9.2 DAK Afirmasi Bidang Sanitasi


1. Pembangunan baru SPALD Terpusat skala permukiman yang terdiri
dari IPALD skala permukiman, jaringan pengumpul dan SR dengan
jumlah layanan minimal 25 KK serta parasarana Mandi Cuci Kakus
(MCK);
2. Pembangunan tangki septik skala komunal (5-10 KK);
3. Pembangunan tangki septik skala individual perdesaan dari akses
dasar menjadi akses layak pada lokasi yang telah dinyatakan sebagai
kawasan Open Defecation Free (ODF) selama minimal 2 tahun,
berdasarkan data Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), satu
titik lokasi atau satu KSM minimal 50 unit.

1.9.3 DAK Penugasan Bidang Sanitasi


1. Pengembangan Pelayanan Penyedotan Lumpur Tinja melalui:
❖ Pembangunan tangki septik skala individu di perkotaan dengan
kepadatan penduduk ≤ 150 jiwa/Ha, satu titik lokasi/satu KSM
minimal 50 unit, khusus untuk kabupaten/kota yang sudah
memiliki IPLT dan sedang menyusun/ sudah mempunyai sistem
pengelolaan lumpur tinja (reguler/on-call basis);
❖ Pengadaan truk tinja maksimal 1 unit truk untuk kabupaten/kota
yang sudah memiliki IPLT dan sedang menyusun/ sudah
mempunyai sistem pengelolaan lumpur tinja (reguler/on-call basis);
2. Pembangunan MCK ++ dan jaringan perpipaan bagi lembaga
pendidikan agama minimal 300 siswa menetap;
3. Penambahan pipa pengumpul dan SR untuk kabupaten/kota yang
telah memiliki IPALD terpusat (skala kota dan permukiman) dengan
jumlah penambahan minimal 50 SR;
4. Pembangunan tangki septik skala individual perdesaan dari akses
dasar menjadi akses layak pada lokasi yang telah dinyatakan sebagai
kawasan Open Defecation Free (ODF) selama minimal 2 tahun,
berdasarkan data STBM, satu titik lokasi atau satu KSM minimal 50
unit;
5. Pembangunan baru SPALD Terpusat Skala Permukiman yang terdiri
dari Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) Skala
Permukiman, jaringan pengumpul dan SR dengan jumlah layanan
minimal 50 KK di kawasan permukiman kumuh;
6. Pembangunan baru SPALD Terpusat skala permukiman yang terdiri
dari IPALD permukiman skala komunal, jaringan pengumpul dan SR

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


12
Ketentuan Pelaksanaan

dengan jumlah layanan minimal 50 KK serta parasarana Mandi Cuci


Kakus (MCK) di kawasan permukiman kumuh;
7. Pembangunan tangki septik skala komunal (5-10 KK) di kawasan
permukiman kumuh.

1.10 Pilihan Teknologi untuk Kegiatan Swakelola


Seluruh air yang dihasilkan oleh aktivitas rumah tangga (Mandi, Cuci, Kakus,
Dapur) dan limbah dari industri rumah tangga yang bersifat organik, dialirkan
dengan jaringan perpipaan menuju Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
untuk diolah secara aerobik dan atau anaerobik sehingga hasil pengolahan
memenuhi baku mutu terhadap lingkungan permukiman.
1. Pembangunan baru SPALD-T Skala Permukiman yang terdiri dari Instalasi
Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) Skala Permukiman, jaringan
pengumpul dan SR yang tersambung ke minimal 50 KK;
2. Pembangunan baru SPALD Terpusat skala permukiman yang terdiri dari
IPALD skala permukiman, jaringan pengumpul yang tersambung ke
minimal 50 KK serta prasarana Mandi Cuci Kakus (MCK);
3. Pembangunan baru SPALD Terpusat skala permukiman yang terdiri dari
IPALD skala permukiman, jaringan pengumpul dan SR yang tersambung ke
minimal 25 KK serta parasarana Mandi Cuci Kakus (MCK);
4. Pembangunan MCK ++ dan jaringan perpipaan bagi lembaga pendidikan
agama minimal 300 siswa menetap;
5. Pembangunan baru SPALD Terpusat Skala Permukiman yang terdiri dari
Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) Skala Permukiman,
jaringan pengumpul dan SR dengan jumlah layanan minimal 50 KK di
kawasan permukiman kumuh;
6. Pembangunan baru SPALD Terpusat skala permukiman yang terdiri dari
IPALD permukiman skala komunal, jaringan pengumpul dan SR yang
tersambung ke minimal 50 KK serta parasarana Mandi Cuci Kakus (MCK)
di kawasan permukiman kumuh;
7. Pembangunan tangki septik skala individu di perkotaan dengan kepadatan
penduduk ≤ 150 jiwa/Ha, satu titik lokasi/satu KSM minimal 50 unit,
khusus untuk kabupaten/kota yang sudah memiliki IPLT dan sedang
menyusun/ sudah mempunyai sistem pengelolaan lumpur tinja (reguler/on-
call basis);
8. Pembangunan tangki septik skala komunal (5-10 KK);
9. Pembangunan tangki septik skala individual perdesaan dari akses dasar
menjadi akses layak pada lokasi yang telah dinyatakan sebagai kawasan
Open Defecation Free (ODF) selama minimal 2 tahun, berdasarkan data
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), satu titik lokasi atau satu KSM
minimal 50 unit;

1.11 Pilihan Teknologi untuk Kegiatan Kontraktual


1.11.1 Berdasarkan Jenis DAK
Pilihan teknologi yang di prioritaskan pada jenis DAK Afirmasi dapat
dilaksanakan dengan pola kegiatan kontraktual padat karya, yaitu
dengan mengoptimalkan tenaga kerja (HOK) dari warga lokal setempat
sebagai calon pemanfaat, pilihan teknologi yang dimaksud antara lain
sebagai berikut:
1. Pembangunan baru SPALD Terpusat skala permukiman yang
terdiri dari IPALD skala permukiman, jaringan pengumpul dan SR
dengan jumlah layanan minimal 25 KK serta parasarana Mandi
Cuci Kakus (MCK);
2. Pembangunan tangki septik skala komunal (5-10 KK);

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


13
Ketentuan Pelaksanaan

3. Pembangunan tangki septik skala individual perdesaan dari akses


dasar menjadi akses layak pada lokasi yang telah dinyatakan
sebagai kawasan Open Defecation Free (ODF) selama minimal 2
tahun, berdasarkan data Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM), satu titik lokasi atau satu KSM minimal 50 unit.

1.11.2 Berdasarkan Pilihan Teknologi


1. Penambahan pipa pengumpul dan SR untuk kabupaten/kota yang
telah memiliki IPALD Terpusat (skala kota dan permukiman)
dengan jumlah penambahan minimal 50 SR;
2. Pengadaan truk tinja maksimal 1 unit truk untuk kabupaten/kota
yang sudah memiliki IPLT dan sedang menyusun/ sudah
mempunyai sistem pengelolaan lumpur tinja (reguler/on-call
basis).

1.12 Pilihan Teknologi yang Berlaku Standar Persyaratan


Teknologi ini dapat dipilih oleh Kabupaten/Kota apabila sudah memiliki sarana
dan prasarana Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPLT) dalam rangka
pengembangan penyedotan dan pengolahan lumpur tinja, antara lain sebagai
berikut:
1. Pengadaan truk tinja maksimal 1 unit truk untuk kabupaten/kota yang
sudah memiliki IPLT dan sedang menyusun/ sudah mempunyai sistem
pengelolaan lumpur tinja (reguler/on-call basis);
2. Pembangunan tangki septik skala individu di perkotaan dengan kepadatan
penduduk ≤ 150 jiwa/Ha, satu titik lokasi/satu KSM minimal 50 unit,
khusus untuk kabupaten/kota yang sudah memiliki IPLT dan sedang
menyusun/ sudah mempunyai sistem pengelolaan lumpur tinja (reguler/on-
call basis);
3. Pembangunan tangki septik skala individual perdesaan dari akses dasar
menjadi akses layak pada lokasi yang telah dinyatakan sebagai kawasan
Open Defecation Free (ODF) selama minimal 2 tahun, berdasarkan data
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), satu titik lokasi atau satu KSM
minimal 50 unit.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


14
Ketentuan Pelaksanaan

2. PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN


2.1 Pelaksanaan Kegiatan Swakelola
Dalam pelaksanaan kegiatan DAK Bidang Sanitasi, pengorganisasian
pelaksanaan kegiatan meliputi;

Bagan Alir Pelaksanaan DAK Bidang Sanitasi


2.1.1 Persiapan Kegiatan Swakelola
Sebelum pekerjaan swakelola dilaksanakan, perlu dilakukan persiapan-
persiapan sebagai berikut:

2.1.1.1 Penyiapan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)


Tenaga Fasilitator Lapangan merupakan salah satu faktor
penting dalam pelaksanaan DAK Bidang Sanitasi , oleh karena
itu keberadaannya perlu diatur dan diperkuat kapasitasnya agar
personil yang menjadi Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)
merupakan orang yang tepat dan berkualitas serta memiliki
komitmen yang tinggi dalam mendampingi program kepada
masyarakat.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


6
Ketentuan Pelaksanaan

a. Perekrutan TFL
Adapun urutan prosedur perekrutan dan penugasan TFL
adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah Kabupaten/Kota melalui OPD Dinas terkait
mengumumkan secara terbuka tentang pembukaan
lowongan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) tahun
anggaran berjalan, baik melaui media massa/cetak,
elektronik dan papan pengumuman;
2. OPD Dinas terkait melakukan seleksi administrasi
sesuai dengan kriteria persyaratan yang telah di tetapkan
dan mengumumkan hasil kepada calon pelamar yang
lolos seleksi administrasi;
3. OPD Dinas terkait mengundang calon TFL yang lolos
seleksi administrasi untuk mengikuti ujian tertulis dan
wawancara;
4. OPD Dinas terkait mengumumkan hasil ujian tertulis
dan wawancara serta melakukan pemanggilan calon TFL
yang lolos untuk dilakukan penguatan kapasitas terkait
penyelenggaraan program DAK Bidang Sanitasi.

b. Seleksi TFL
Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) terdiri dari TFL teknik
dan TFL pemberdayaan yang ditugaskan oleh Pemda
Kabupaten/Kota melalui OPD Dinas terkait. TFL tersebut
diseleksi sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
1. Pendidikan minimal D3/sederajat;
2. Penduduk asli/setempat atau mampu berkomunikasi
dan menguasai bahasa daerah serta adat istiadat
setempat;
3. Memiliki komitmen dan integritas yang tinggi terhadap
pekerjaan yang ditugaskan kepadanya;
4. Sehat jasmani dan rohani;
5. Mengenal kondisi lingkungan calon lokasi penugasan;
6. Bukan anggota BKM/LKM, KSM dan calon anggota
legislatif;
7. Memiliki pengetahuan/pengalaman dasar tentang air
limbah domestik (sanitasi);
8. Bukan anggota partai politik;
9. Bersedia bekerja penuh waktu sebagai Tenaga Fasilitator
Lapangan (TFL);
10. Bersedia tinggal di lokasi dampingan dan mampu
melakukan pendampingan dengan mobilitas yang tinggi
sesuai dengan tahapan kegiatan program DAK Bidang
Sanitasi;
11. TFL bukan PNS/pegawai swasta dan bukan pegawai
honorer Kabupaten/Kota (tidak memiliki ikatan
perjanjian kerja ditempat yang lain).

c. Penguatan Kapasitas Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)


Tujuan diselenggarakan penguatan kapasitas adalah untuk
menyiapkan TFL agar :
1. Memberi bekal pengetahuan tentang kegiatan dan
tahapan DAK Bidang Sanitasi kepada Fasilitator.
2. Dapat membantu masyarakat dalam mengidentifikasi
masalah, merencanakan, melaksanakan, memutuskan
dan mengelola Kegiatan DAK Bidang Sanitasi .

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


7
Ketentuan Pelaksanaan

3. Memiliki pengetahuan dasar teknologi dan teknis selain


sisi pemberdayaan masyarakat.
4. Mampu menyusun Volume Pekerjaan dan DED/RAB
(Rencana Anggaran Biaya).
5. Membimbing KSM dalam menyusun Kriteria Teknis
Pemanfaatan DAK, dan RK (Rencana Kegiatan)
pembangunan sarana.
6. Membimbing KSM menyusun jadwal pendanaan, baik
yang berasal dari APBD, swasta, masyarakat. Termasuk
juga jadwal pasokan material dan tenaga mandor, dll.
7. Melatih KSM agar mampu melakukan pembukuan
keuangan.
8. Mengevaluasi dan sinkronisasi terhadap perubahan yang
mungkin ada, terkait kesesuaiannya dengan prioritas
Nasional.
9. Pendampingan terhadap KPP untuk keberlanjutan
pelayanan.

d. Tugas dan Tanggung Jawab TFL


Setiap TFL (Teknik & Pemberdayaan) dalam melaksanakan
tahapan proses pendampingan DAK Sanitasi mempunyai
tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

2.1.1.2 Tugas dan Fungsi Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) Teknik


dan Pemberdayaan.
1. Tahap Seleksi Titik Lokasi:
• Mengadakan rapat koordinasi dengan instansi terkait
untuk mendapatkan daftar kampung dari dinas-dinas
bersangkutan;
• Mengundang stakeholder masyarakat (dalam shortlist)
untuk menyelenggarakan pertemuan/sosialisasi
Kegiatan DAK Bidang Sanitasi ;
• Mengisi form shortlist kampung berdasarkan hasil
pengecekan lapangan dan minta pengesahan dari Kepala
Dinas;
• Mendampingi masyarakat dalam menentukan titik lokasi
dengan metode SELOTIP (Seleksi Lokasi Partisipatif) atau
penilaian cepat secara partisipatif di lokasi;
• Melakukan pengecekan lapangan sesuai persyaratan
teknis minimal bersama TFL;
• Mendampingi Tim SELOTIP dalam membuat Berita Acara
seleksi lokasi.

2. Tahap Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat (RKM)


• Mendampingi pertemuan awal tokoh masyarakat dengan
calon pemanfaat;
• Mengkomunikasikan kepada Pimpinan Kegiatan/Dinas
terkait tentang jadwal dan agenda pertemuan untuk
penyusunan RKM;
• Mendampingi rembug warga untuk penentuan calon
penerima manfaat kegiatan, pemilihan sarana teknologi
sanitasi, mendampingi KSM dalam menyusun
perencanaan teknis bangunan (DED), pembentukan dan
pengesahan KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat),
penyusunan rencana kontribusi, dan kegiatan lain sampai
tersusunnya RKM;

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


8
Ketentuan Pelaksanaan

• Mendampingi masyarakat melakukan survey harga-


harga material yang dibutuhkan; harga satuan upah,
RAB (Rencana Anggaran Biaya), RP (Rencana
Pendanaan), Rencana pengadaan, finalisasi pengadaan
lahan sesuai jadwal pelaksanaan;
• Mendampingi pembuatan dokumen RKM;
• Mendampingi kegiatan sosialisasi Draft RKM yang
tersusun oleh KSM kepada masyarakat;
• Mendampingi pengesahan/legalisasi RKM oleh OPD;
• Mendampingi pertemuan koordinasi dengan dinas-dinas
terkait untuk melaporkan perkembangan kegiatan
Kegiatan DAK Bidang Sanitasi ;
• Mendampingi pembuatan Berita Acara kegiatan sesuai
kebutuhan dan menyusun laporan secara berkala ke
dinas penanggung jawab di Kabupaten/Kota.

3. Tahap Konstruksi dan Capacity Building


• Melakukan persiapan (survey dan pengukuran) dengan
masyakarat untuk pembangunan sarana;
• Melakukan On the Job Training (OJT) KSM, kepala
tukang, tukang dan pekerja sesuai perencanaan;
• Mendampingi KSM dalam melakukan supervisi dan
pengarahan pada saat konstruksi;
• Mendampingi KSM dalam proses pencairan dana DAK
Bidang Sanitasi ;
• Mendampingi KSM dalam penyusunan laporan
pertanggungjawaban;
• Memverifikasi laporan pertanggungjawaban KSM;
• Memastikan semua rencana berjalan sesuai RKM,
termasuk kontribusi dari berbagai pihak, tenaga kerja,
tukang, material dan gudang, alat-alat pengawasan
material, dsb;
• Mendampingi pertemuan rutin masyarakat;
• Melakukan pendampingan terhadap pekerjaan fisik dan
tenaga kerja
• Mendampingi pembuatan Berita Acara pengecekan final
teknis, kelembagaan, dan keuangan;
• Melaporkan seluruh perkembangan kegiatan dan
kemajuan pekerjaan kepada Dinas penanggung jawab di
kabupaten/kota.
4. Tahap Evaluasi dan dukungan Operasional dan
Pemeliharaan
• Mendampingi KSM dalam kegiatan serah terima sarana;
• Memberikan penguatan kapasitas kepada KPP;
• Mendampingi KPP dalam menyusun optimasi
pengembangan pelayanan;
• Menyelenggarakan evaluasi kegiatan bersama dengan
dinas-dinas terkait.

2.1.1.3 Pemilihan Lokasi Kegiatan


Penetapan calon lokasi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
dilakukan melalui dua tahap seleksi, antara lain sebagai
berikut:

1. Daftar panjang /Longlist


Pemilihan Lokasi dimulai dengan penetapan calon lokasi
PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI
9
Ketentuan Pelaksanaan

penerima DAK Bidang Sanitasi oleh Pemerintah


Kabupaten/Kota dalam bentuk daftar panjang (longlist)
Desa/Kelurahan. Sumber data longlist dapat diambil dari
hasil SSK atau memorandum kegiatan bagi
Kabupaten/Kota yang telah ikut Kegiatan Percepatan
Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP).

Bagi Kabupaten/Kota yang belum mengikuti PPSP daftar


longlist ditetapkan oleh OPD pelaksana DAK Bidang Sanitasi
. Penetapan daftar panjang (minimal 7 lokasi) didasarkan
pada wilayah yang merupakan urutan prioritas
pengembangan prasarana dan sarana air limbah. Oleh
karena itu, perlu disusun pemetaan prasarana dan sarana
sanitasi lingkungan, sehingga penanganan sanitasi
lingkungan akan lebih tepat sasaran dan sesuai dengan skala
prioritas.

2. Daftar Pendek/Shortlist
Daftar Pendek merupakan data primer yang ditentukan
berdasarkan hasil survei dan identifikasi daftar panjang
(longlist) yang dilakukan oleh TFL dan dinas penanggung
jawab kegiatan DAK Bidang Sanitasi berdasarkan kriteria
kelayakan maksimal.

Daftar pendek disusun sesuai dengan persyaratan teknis


minimal yang ditetapkan dan melalui pengecekan lapangan.
Penentuan lokasi terpilih dilakukan dengan metode seleksi-
sendiri atau oleh perwakilan masyarakat dengan sistem
kompetisi terbuka. Pemilihan maksimal 3 (tiga) kampung
yang masuk dalam Daftar Pendek (shortlist) yang dilakukan
oleh TFL, Pemda dan Masyarakat (tim SELOTIP) dan
disahkan oleh Kepala Dinas penanggung jawab, dengan
ketentuan memiliki kriteria kelayakan sebagai berikut:

a. Kriteria Umum Pembobotan Pemilihan Titik Lokasi


(SELOTIP):
1. Kepadatan penduduk (bobot 30 %);
2. Kondisi rawan sanitasi (bobot 20 %);
3. Tingkat partisipasi dan kontribusi warga masyarakat
(bobot 50 %).

b. Kriteria Lokasi Prasarana Air Limbah


Pemilihan lokasi yang tepat adalah kunci keberhasilan
kegiatan ini. Secara umum di luar ketentuan
administratif dan teknis, lokasi terbaik adalah:
1. Kepadatan penduduk di atas >100 jiwa/ha (pemakai
tetap);
2. Tersedia sumber air (PDAM/sumur/mata air/air
tanah);
3. Kawasan pemukiman rawan sanitasi mengacu
kepada data BPS, Buku Putih-SSK, dan kawasan
permukiman yang masuk ke dalam Rencana
Pembangunan Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM);
4. Tersedia lahan IPAL Komunal maupun Tangki Septik
Skala Komunal dengan Media Bakteri dan IPAL

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


10
Ketentuan Pelaksanaan

Komunal Kombinasi MCK. Lahan tersebut dapat


memanfaatkan lahan fasum fasos atau lahan hibah
warga, hibah swasta dan lahan aset Pemerintah
Kabupaten/Kota;
5. Tersedia sumber listrik dan danya saluran
drainase/sungai/badan air untuk
mengalirkan/menampung effluen pengolahan air
limbah;
6. Memiliki permasalahan sanitasi yang mendesak
untuk segera ditangani seperti pencemaran limbah,
banyaknya sampah tidak terangkut, sebagaimana
data hasil Program Percepatan Pembangunan
Sanitasi Permukiman (PPSP);
7. Masyarakat di lokasi bersangkutan menyatakan
tertarik dan bersedia untuk berpartisipasi melalui
kontribusi, baik dalam bentuk uang, barang maupun
tenaga.

2.1.1.4 Penetapan Lokasi Kegiatan


Penetapan lokasi DAK Bidang Sanitasi ditentukan oleh Kepala
OPD berdasarkan pada tahapan sebagai berikut;
a. Beberapa calon lokasi menyampaikan surat minat melalui
pejabat setingkat RW kepada OPD terkait dengan tembusan
Lurah dan Camat. Kumpulan surat minat yang memenuhi
kriteria minimal dari calon lokasi sesuai Pedoman Teknis
DAK Bidang Sanitasi dapat diajukan sebagai lokasi shortlist.

b. Penetapan lokasi dilaksanakan melalui tahap sosialisasi


berdasarkan shortlist yang dilaksanakan oleh OPD
Kabupaten/Kota pelaksana kegiatan DAK Bidang Sanitasi
bersama dengan TFL. Sosialisasi ini berupa penjelasan
kegiatan DAK Bidang Sanitasi kepada perwakilan dari
masing-masing stakeholder lokasi (3-5 orang). Bagi lokasi
shortlist yang berminat dapat mengikuti tahap seleksi
lokasi, dengan tahapan sebagai berikut :
❖ Menyampaikan surat minat dari stakeholder kepada TFL
dan dinas penanggung jawab kegiatan untuk dilakukan
survey cepat partisipatif (Seleksi Lokasi
Partisipatif/SELOTIP);
❖ Bersama dengan TFL melakukan SELOTIP (Seleksi Lokasi
Partisipatif). SELOTIP merupakan metode pemetaan
kondisi sanitasi masyarakat, masalah yang mereka
hadapi serta kebutuhan untuk memecahkan masalah
sanitasi secara cepat dan dilakukan secara
partisipatif/bersama masyarakat.
❖ Masyarakat, TFL dan OPD bersama-sama melakukan
perhitungan hasil skoring SELOTIP (Seleksi Lokasi
Partisipatif) tiap lokasi secara terbuka seperti Tabel
Konsolidasi Skor SELOTIP (Seleksi Lokasi Partisipatif)
(terlampir);
❖ Setelah terpilihnya lokasi yang disepakati
bersama,disusun materi berita acara seleksi lokasi terkait
tenggat waktu tertentu untuk konfirmasi lahan dan
sebagainya kepada pemenang ke-1. Bila pemenang ke-1
tidak memenuhi syarat, dapat digantikan oleh pemenang
berikutnya.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


11
Ketentuan Pelaksanaan

TINGKAT DESA/ KELURAHAN

SELOTIP FISIK
KEPADATAN PEDUDUK DIATAS 150
JIWA/Ha (30 %)
RAWAN SANITASI SESUAI SSK (20 %)

SHORTLIST
MINIMAL 3
CALON LOKASI

NON FISIK

3. TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT


(SEMANGAT WARGA) 50 %

NILAI FINAL
JUARA (TITIK
BERITA ACARA LOKASI) TERPILIH

SURAT
PERNYATAAN

2.1.1.5 Pemicuan Warga Masyarakat Calon Pemanfaat


1. Calon lokasi terpilih diutamakan yang sudah mendapatkan
pemicuan dari Kegiatan STBM oleh Kementrian Kesehatan;
2. Apabila calon lokasi terpilih belum mendapatkan Kegiatan
STBM, maka PPK Bidang Sanitasi berkewajiban
melaksanakan pemicuan masyarakat bekerja sama dengan
unsur sanitarian dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota;
3. Pemicuan tidak wajib dilakukan untuk kegiatan kontraktual.

2.1.1.6 Pembentukan dan Penetapan Pelaksana Swakelola (KSM)


Berdasarkan Peraturan Presiden No. 54 tahun 2010 beserta
perubahannya tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
sebelum pekerjaan dilaksanakan, dilakukan persiapan-
persiapan antara lain pembentukan Tim Swakelola dengan
ketentuan Tim Swakelola diangkat oleh penanggung jawab
kelompok pelaksana swakelola (KSM) sesuai dengan struktur
organisasi swakelola. Tim Swakelola terdiri dari Tim Perencana,
Tim Pelaksana dan Tim Pengawas serta dapat ditambah dengan
Panitia Pengadaan.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


12
Ketentuan Pelaksanaan

Pelaksana Swakelola adalah Kelompok Swadaya Masyarakat


(KSM) merupakan kumpulan orang atau masyarakat yang
menyatukan diri secara sukarela dalam kelompok dikarenakan
adanya kepentingan dan kebutuhan yang sama, sehingga dalam
kelompok tersebut memiliki kesamaan tujuan yang ingin dicapai.

Tim pelaksana swakelola (KSM) merupakan wakil masyarakat


penerima manfaat bantuan sosial adalah masyarakat calon
pengguna fasilitas pelayanan dasar bidang sanitasi. Dasar
penetapan penerima manfaat mengacu kepada:

1. Surat minat keikutsertaan dalam program pelayanan dasar


bidang sanitasi dari Pemerintah Daerah dengan sumber
pembiayaan dari Dana Alokasi Khusus. Surat minat tersebut
disampaikan oleh Kepala Desa/Kelurahan setempat;
2. Dokumen Berita Acara hasil musyawarah warga dalam
pembentukan pelaksana swakelola (KSM);
3. Surat Keputusan (SK) Kepala Desa/Kelurahan tentang
pembentukan Pelaksana Swakelola (KSM);
4. Dokumen Berita Acara hasil pelaksanaan Seleksi Lokasi
Partisipatif (SELOTIP);
5. Pelaksana swakelola (KSM) menyampaikan dokumen
Rencana Kerja Masyarakat (RKM) beserta DED dan RAB
yang sudah diverifikasi Oleh Tenaga Fasilitator Lapangan
(TFL).

Alur Proses Pemilihan secara lansung pengurus pelaksana swakelola (KSM)


oleh warga masyarakat di titik lokasi pelaksanaan konstruksi
KELOMPOK MASYARAKAT:

4. Ibu-ibu Kader Posyandu


1. PENGAJIAN(Lk & Pr)

3. Ibu-ibu Pengurus PKK


2. ARISAN (Lk & Pr)

Proses Pemilihan Ketua,Sekretaris dan Bendahara KSM,


Bertujuan Memilih Orang Baik dan Peduli Sanitasi

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


13
Ketentuan Pelaksanaan

2.1.1.7 Syarat Penerima kegiatan dalam Pelaksanaan Swakelola.


Kegiatan yang diserahkan kepada badan dan lembaga pelaksana
swakelola (KSM) dapat diberikan dengan persyaratan antara lain
sebagai berikut:
a. Memiliki kepengurusan Tim Pelaksana Swakelola yang jelas
berdasarkan hasil musyawarah warga pada proses
pembentukan lembaga (KSM), Berita Acara hasil
pembentukan Tim Pelaksana Swakelola (KSM);
b. Berkedudukan dalam wilayah administrasi Pemerintah Desa
berdasarkan Surat Ketetapan Kepala Daerah tentang lokasi
Usulan Rencana Kegiatan (URK) menjadi Rencana Kegiatan
(RK);
c. Memiliki dokumen Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dan
DED RAB;
d. Surat Keputusan (SK) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
tentang penetapan Tim Pelaksana Swakelola (KSM) untuk
melaksanakan program pelayanan dasar bidang sanitasi;
e. Foto copy buku Rekening Bank atas nama
lembaga/organisasi Tim Pelaksana Swakelola Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM). Pemegang specimen rekening
Bank KSM berjumlah 3 (tiga) orang yaitu Ketua,
Bendahara dan Tim Pelaksana Swakelola (KSM);
f. Surat Perjanjian Kerjasama antara PPK Dinas terkait
dengan Ketua Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM).

2.1.1.8 Tatacara Penetapan Penerima Kegiatan (KSM)


1. Sasaran ditentukan oleh Kementerian/Lembaga
penanggungjawab anggaran;
2. Direncanakan, dilaksanakan dan diawasi oleh tim pelaksana
swakelola (KSM);
3. Pekerjaan utama dilarang dialihkan kepada pihak lain (sub-
kontrak).

KSM sebagai Tim Pelaksana Swakelola dibentuk melalui proses


pemilihan lansung (tanpa aklamasi) dengan mengedepankan
kriteria bakal calon yang dikampanyekan kepada warga
masyarakat calon penerima manfaat di titik lokasi kegiatan.
dengan bentuk dan susunan tim pelaksana ditetapkan melalui
Surat Keputusan (SK) Kepala Organisasi Perangkat
Daerah/Penguasa Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.

KSM dibentuk setelah pelaksanaan kegiatan Seleksi Lokasi


Partisipatif (SELOTIP) dan di titik lokasi kegiatan. Jika titik lokasi
kegiatan dalam satu Desa/Kelurahan melebihi satu unit seperti
pembangunan tangki septik skala komunal (5 – 10 KK), maka
KSM nya cukup satu saja.

Secara umum tugas KSM sebagai pelaksana swakelola adalah


melakukan sosialisasi program kepada warga masyarakat,
menyusun perencanaan, melaksanakan fisik,
mengawasi/memonitor, supervisi, mengelola kegiatan
pembangunan dan membuat laporan pertanggungjawaban.

Pada tahap awal kegiatan KSM pelaksana swakelola mengangkat


tim swakelola untuk melaksanakan pekerjaan swakelola sesuai

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


14
Ketentuan Pelaksanaan

dengan kontrak antara PPK dan penanggungjawab swakelola


yang terdiri dari; tim perencana, tim pelaksana, tim pengawas
dan panitia pengadaan.

Membentuk dan mengangkat panitia pengadaan untuk


melakukan pengadaan barang/jasa yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan swakelola. Susunan dan Tugas KSM sebagai
pelaksana swakelola antara lain sebagai berikut:

1. Ketua:
• Mengkoordinasikan perencanaan kegiatan pembangunan.
• Memimpin pelaksanaan tugas tim yang telah dibentuk dan
kegiatan rapat-rapat.

2. Sekretaris:
• Menyusun rencana kebutuhan dan melaksanakan kegiatan
tata usaha dan dokumentasi;
• Melaksanakan surat-menyurat;
• Melaksanakan pelaporan kegiatan pembangunan secara
bertahap.
• Mendokumentasikan seluruh laporan kegiatan
• Membantu dalam penyuluhan kesehatan masyarakat.

3. Bendahara:
• Menerima dan menyimpan uang
• Mengeluarkan/membayar sesuai dengan realisasi sesuai
nota/kuitansi;
• Melakukan pengelolaan administrasi keuangan
• Melakukan penarikan kontribusi dari masyarakat berupa
uang
• Menyusun realisasi pembukuan serta laporan
pertanggungjawaban keuangan pada tahapan konstruksi,
yaitu:
✓ Progres keuangan mingguan ditempel di papan
ruangan Sekretariat KSM dan tempat strategis
sehingga dapat dilihat dengan mudah oleh masyarakat;
✓ Laporan keuangan bulanan yaitu laporan penggunaan
dana dan laporan harian sesuai format yang
ditentukan untuk kemudian disampaikan kepada PPK
sanitasi.

4. Tim Perencana:
Tim perencana mempunyai tugas dan bertanggung jawab
dalam menyusun dokumen Rencana Kerja Masyarakat (RKM),
membuat gambar rencana kerja, spesifikasi teknis, rincian
biaya pekerjaan, jadwal rencana pelaksanaan pekerjaan.
Secara rinci tugas tim perencana adalah:

a. Mensosialisasikan pilihan teknologi sanitasi kepada


masyarakat;
b. Mengevaluasi dan menentukan pilihan teknologi sanitasi
yang akan dibangun, sesuai dengan pilihan, kemampuan
masyarakat serta kondisi lingkungan;

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


15
Ketentuan Pelaksanaan

c. Menyusun analisa teknis, membuat DED lengkap dengan


potongan, RAB dan menyusun analisa struktural,
elektrikal, arsitektural dengan didampingi oleh TFL
d. Menyusun jadwal rencana kegiatan konstruksi
e. Melakukan inventarisasi tenaga kerja;

5. Tim Pelaksana:
Tim pelaksana mempunyai tugas dan bertanggung jawab
dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan yang
direncanakan, membuat gambar pelaksanaan serta membuat
laporan pelaksanaan pekerjaan. Secara rinci tugas tim
pelaksana adalah:
a. Melakukan rekrutmen tenaga kerja;
b. Mengatur tenaga kerja di lapangan;
c. Mengatur dan mengkoordinir material yang diperlukan;
d. Menerima dan menyetujui material/barang masuk;
e. Bertanggung jawab terhadap keamanan material selama
pembangunan;
f. Membuat laporan tentang keadaan material;
g. Mengalokasikan material sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan konstruksi;
h. Mengorganisir kegiatan kampanye kesehatan di
masyarakat;
i. Melakukan monitoring terhadap upaya penyehatan
lingkungan;
j. Membuat As built drawing setelah pekerjaan konstruksi
selesai.

6. Tim Pengawas:
Tim pengawas mempunyai tugas dan bertanggung jawab
dalam melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan dan
pelaporan, baik fisik maupun administrasi pekerjaan
swakelola. Secara rinci tugas tim pengawas adalah:
a. Pengawasan kepada pekerja dengan didampingi oleh TFL;
b. Bertanggung jawab terhadap pengawasan administrasi,
teknis dan keuangan;
c. Didampingi oleh TFL bertanggungjawab/menilai atas
kualitas dan progres pekerjaan fisik;
d. Berkoordinasi dengan TFL menyusun laporan pekerjaan
untuk diteruskan dan/atau ditindaklanjuti ke PPK.

7. Panitia Pengadaan:
Rencana pengadaan harus mempertimbangkan syarat teknis
dan metode pelaksanaan pekerjaan yang tercantum dalam
dokumen pengadaan.

Tim Pengadaan diangkat oleh penanggungjawab kelompok


masyarakat (KSM) sebagai pelaksana swakelola untuk
melakukan pengadaan barang/jasa yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan swakelola, dan anggota tim Pengadaan
diperbolehkan bukan PNS.
a. Bertanggung jawab dalam melaksanakan survey dan
mengundang supplier dan/atau kontraktor untuk
pengadaan material;
b. Melaksanakan kegiatan proses pengadaan barang atau
pekerjaan konstruksi.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


16
Ketentuan Pelaksanaan

PA / KPA Rapat Anggota

KONTRAK
PENGURUS
PPK
Pelaksana Swakelola (KSM)

Ketua
Badan
Sekretaris
Penasehat
Bendahara

PELAKSANA SWAKELOLA KSM


TIM TIM TIM PANITIA
PERENCANA PELAKSANA PENGAWAS PENGADAAN

Garis Pengawasan
........ Garis Wewenang ANGGOTA

Bagan Organisasi Pelaksana Swakelola oleh KSM

2.1.2 Perencanaan Kegiatan Swakelola


Setelah melewati proses awal pelaksanaan program dan dinyatakan
masyarakat telah siap untuk menerima program Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Sanitasi maka dapat dilanjutkan dengan kegiatan
perencanaan oleh warga masyarakat dengan pendampingan dari Tenaga
Fasilitator Lapangan (TFL), antara lain:

2.1.2.1 Proporsi Penggunaan Dana DAK Bidang Sanitasi


Proporsi tersebut akan dialokasikan oleh Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) sebagai pelaksana program DAK ketika
memasuki tahap konstruksi. Rincian detail penggunaannya
dituangkan dalam Rincian Anggaran Biaya (RAB) antara lain
sebagai berikut:

1. Minimal 60% untuk pengadaan bahan dan sewa alat;


2. Maksimal 35% untuk upah pekerja;
3. Maksimal 5% untuk kegiatan non fisik selama masa
pembangunan;

Maksimal 10% dari penjumlahan poin 1 dan 2 dapat


digunakan untuk pembangunan prasarana penunjang agar
menjamin maksimalisasi dari keberlanjutan dan
pengembangan pelayanan (contoh : talud pengaman IPAL, jalan
setapak menuju IPAL, drainase areal IPAL, Pagar, Gudang,
lanscaping IPAL, Cuci Motor, Kolam Ikan, ruang pertemuan
warga, Rehab bangunan warga yang pekarangannya dijadikan
lokasi IPAL, dll). Jumlah dan jenis prasarana penunjang
ditentukan oleh rembug calon pemanfaat. Dana penunjang
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jumlah proporsi
dana poin 1 dan 2.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


17
Ketentuan Pelaksanaan

2.1.2.2 Penyusunan Dokumen Rencana Kerja Masyarakat (RKM)


Penyusunan RKM dilakukan dengan pendekatan partisipatif,
artinya semaksimal mungkin melibatkan masyarakat dalam
semua kegiatan penyusunannya, baik manajemen maupun
teknis. Pekerjaan yang membutuhkan keahlian teknis dibantu
oleh TFL Teknis sebagai pendamping, dengan tetap melibatkan
masyarakat.

Dokumen RKM, merupakan dokumen resmi perencanaan DAK


Bidang Sanitasi yang disusun oleh Tim Perencana kelompok
swakelola (KSM) difasilitasi oleh TFL, diusulkan dan disahkan
dalam forum musyawarah di lokasi pelaksanaan, yang
merupakan salah satu syarat untuk pencairan dana tahap awal.
Dokumen RKM harus disetujui oleh OPD (unsur pemerintah
daerah terkait).

Dokumen Rencana Kerja Masyarakat (RKM) meliputi uraian


kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai berikut:

1. Pendahuluan
1.1. Latar belakang (kondisi prasarana sanitasi yang ada
dan dukungan pemda);
1.2. Maksud, tujuan dan sasaran;
1.3. Rincian kegiatan (jenis kegiatan, lokasi kegiatan dan
waktu pelaksanaan).

2. Profil Lokasi (kondisi umum lokasi kegiatan seperti; fisik,


letak geografis, topografi, kondisi geohidrologi, batas-batas
administrasi, demografi dan proyeksi penduduk). Kondisi
prasarana dan sarana sanitasi (kondisi sarana air bersih,
kondisi sarana sanitasi, kondisi pengelolaan sampah dan
kondisi kesehatan);

3. Ketersediaan lahan dan bahan (luas lahan, kondisi lahan,


kepemilikan lahan, jenis dan jumlah bahan/material dan
ketersediaan bahan/material);

4. Penentuan Calon Pengguna (jumlah calon pengguna,


kondisi sosial ekonomi calon pengguna);

5. Rencana Kerja Masyarakat (Rencana konstruksi; spesifik


bahan/material yang akan digunakan, tahap persiapan dan
supervisi pelaksanaan konstruksi. Rencana kontribusi
masyarakat; in cash dan in kind. Rencana operasi dan
pemeliharaan; tujuan operasi dan pemeliharaan, hasil yg
diharapkan, pengorganisasian o&p, pendanaan, bentuk
kegiatan dan langkah-langkah o&p. Rencana pelatihan;
penguatan tukang, mandor dan tim pelaksana Swakelola
(KSM);

6. Detailed Engineering Design (DED), Rencana Anggaran


Biaya (RAB);

7. Jadwal Pelaksanaan Konstruksi;

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


18
Ketentuan Pelaksanaan

8. Mekanisme Pencairan Dana (tahapan pencairan dana,


prosedur pencairan dana dan proses pencairan dana);

9. Rencana Pengelolaan Dana dan Pelaporan (rencana


penggunaan dana tahap 1, 2 dan 3 sesuai dengan item
pekerjaan yang ada di RAB, rencana pengelolaan keuangan
dan mekanisme pelaporan keuangan);

10. Rencana Pengoperasian dan Pemeliharaan Fasilitas


Sanitasi Lingkungan yang dibangun;

11. Lampiran-lampiran.

2.1.2.3 Tujuan Penyusunan Dokumen RKM


1. Untuk membuktikan bahwa Tim Pelaksana Swakelola
(KSM) telah siap menerima perintah kerja dari OPD dan
sebagai persyaratan pengajuan pencairan dana DAK
Bidang Sanitasi tahun anggaran berjalan;
2. Mengumpulkan informasi sanitasi secara kuantitatif dan
kualitatif diantaranya jumlah rumah/KK yang memiliki
dan/atau tidak memiliki fasiltas MCK pribadi, kepemilikan
maupun kondisi septictank, tempat pembuangan limbah
domestik); tempat pembuangan sampah, dan kebersihan
lingkungan sekitarnya;
3. Mengumpulkan informasi tentang kondisi kesehatan dan
angka penyakit terkait dengan water born deseases (diare,
kulit, kolera);
4. Mengidentifikasi indikator dan/atau mekanisme dalam hal
keberlanjutan oprasional dan pemeliharaan prasarana dan
sarana DAK Bidang Sanitasi melalui proses partisipasi
masyarakat. Indikator berupa pengurasan bak mandi,
pengambilan lumpur di manhole, kesediaan alat,
pembersihan lantai, manfaat dan nilai guna iuran yang
dirasakan oleh masyarakat dalam kegiatan operasional dan
pemeliharaan prasarana DAK Bidang Sanitasi , keinginan
masyarakat untuk mengunakan prasaran DAK Bidang
Sanitasi, dan lain–lain;
5. Mengidentifikasi informasi tentang kesetaraan akses (laki-
laki/perempuan, anak-anak, manula/tuna daksa) pada
pelayanan yang ada, partisipasi dalam pengambilan
keputusan, kebutuhan dan kepuasan pengguna, kualitas
pelayanan dan pengelolaan oleh masyarakat;
6. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan mandor, tukang,
operator, pengguna, dan kewirausahaan untuk
mengembangkan kemampuan agar pelayanan dapat
berkesinambungan;
7. Mengidentifikasi kebutuhan dan rencana masyarakat
untuk memecahkan masalah sanitasi.

2.1.2.4 Persiapan Pelaksanaan Penyusunan Dokumen RKM


Persiapan Tim TFL (Teknis dan Pemberdayaan/Sosial) dalam
pembagian tugas :
• Pembagian peran dan tugas masing-masing tim;
• Penyiapan logistik, materi dan alat-alat untuk RKM;
• Kontak person di masyarakat;
• Menentukan waktu dan tempat;
PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI
19
Ketentuan Pelaksanaan

• Melaksanakan pertemuan sesuai jadwal dan kesepakatan;


• Komunikasi dan koordinasi dengan semua stakeholders.

2.1.2.5 Tahapan Penyusunan Dokumen RKM


1. Klasifikasi Kesejahteraan, yaitu mengklasifikasi jumlah
penduduk kampung ke dalam kategori tingkat
kesejahteraan (kaya, menengah, miskin) dan manula/tuna
daksa menurut kriteria khusus dan istilah setempat;
2. Pemetaan Sanitasi Kampung oleh Masyarakat, yaitu
mempelajari keadaan masyarakat menyangkut sarana air
bersih dan sanitasi;
3. Transect Walk, yaitu mempelajari akses masyarakat
terhadap sarana sanitasi yang ada;
4. Partisipasi dan Kontribusi, yaitu menilai dan menganalisa
kesetaraan dan transparansi pengguna saat dan pasca
pembangunan sarana (pembangunan, operasional dan
pemeliharaan);
5. Siapa Melakukan Apa, yaitu mengetahui peranan laki-laki
dan perempuan pada tahap perencanaan, pembangunan,
oparasional dan pemeliharaan sarana;
6. Pembagian Kerja berdasarkan Peran Gender dan kelompok
rentan sanitasi, yaitu menilai dan menganalisa pembagian
kerja, jenis pekerjaan, dan pekerjaan yang dibayar atau
tidak.

2.1.2.6 Pihak pihak yang Terlibat Menyusun Dokumen RKM


Para pihak yang terlibat dalam penyusunan RKM, terdiri dari
masyarakat yang berdomisili di Dusun/RT/RW/Kampung yang
bersangkutan, baik perempuan atau laki-laki, tokoh
masyarakat baik formal maupun informal.

2.1.2.7 Waktu dan Tempat Pertemuan Penyusunan Dokumen RKM


Penyusunan RKM ini dapat diselesaikan maksimal 3 bulan,
sebaiknya dilaksanakan 2 - 3 jam dalam satu hari sebelum jam
18,00 sehingga keterlibatan kaum perempuan dapat maksimal.
Dalam menetapkan tempat pertemuan, yang perlu diperhatikan
adalah tempat tersebut cukup luas, bersifat netral, dan mudah
diakses oleh masyarakat.
2.1.2.8 Verifikasi Dokumen RKM
Tim Pelaksana Swakelola (KSM) melakukan sosialisasi dokumen
RKM kepada seluruh calon pemanfaat dan selanjutnya
mengusulkan Dokumen RKM tersebut kepada PPK Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk mendapatkan persetujuan
dan pengesahan.

2.1.2.9 Perjanjian Kerjasama (PKS) Antara KSM dengan OPD


Perjanjian Kerjasama (PKS) ditandatangani oleh PPK (Pejabat
Pembuat Komitmen dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
Kabupaten/Kota sebagai penanggungjawab anggaran, dengan
Ketua Tim Pelaksana Swakelola (KSM) (lihat contoh Perjanjian
kerja (Kontrak) pada ketentuan teknis). Perjanjian Kerjasama ini
dapat diadakan, setelah KSM menunjukkan persiapan kegiatan
berupa dokumen RKM yang sudah dilengkapi dengan DED dan
RAB dan sudah mendapatkan persetujuan dari Tim Teknis OPD
terkait.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


20
Ketentuan Pelaksanaan

2.1.3 Pelaksanaan Kegiatan Swakelola


2.1.3.1 Pelaksanaan Rencana Kerja
Tim pelaksana swakelola (KSM) melaksanakan pekerjaan yang
perencanaannya telah disusun dalam dokumen Rencana Kerja
Masyarakat (RKM), yaitu:
a. Melakukan kaji ulang dan pengukuran pada lokasi
pekerjaan berdasarkan gambar rencana kerja;
b. Mengkaji ulang jadwal pelaksanaan kerja (s-curve) serta
jadwal kebutuhan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku
cadang dan/atau tenaga ahli perseorangan;
c. Mengajukan kebutuhan bahan, Jasa Lainnya,
peralatan/suku cadang dan/atau tenaga ahli perseorangan
kepada Penanggung Jawab Kelompok Masyarakat untuk
diproses oleh Tim Pengadaan dari Kelompok Masyarakat
Pelaksana Swakelola (apabila ada) dengan memperhatikan
prinsip-prinsip pengadaan dan etika pengadaan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden ini;
d. Mendatangkan dan mengatur tenaga
kerja/tenaga ahli perseorangan untuk melaksanakan
kegiatan/pekerjaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan;
e. Menyusun laporan tentang penerimaan dan penggunaan
bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang dan
tenaga ahli perseorangan; dan
f. Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (realisasi fisik dan
keuangan).

2.1.3.2 Mekanisme Pembayaran Pekerjaan Swakelola


1. Pembayaran upah tenaga kerja yang diperlukan dilakukan
secara harian berdasarkan daftar hadir pekerja atau
dengan cara upah borong;
2. Pembayaran gaji tenaga ahli perseorangan (apabila
diperlukan) dilakukan berdasarkan kontrak konsultan
perseorangan atau tanda bukti pembayaran;
3. Pembayaran bahan dan/atau peralatan/suku cadang
dilakukan berdasarkan Kontrak pengadaan barang;
4. Mengingat dengan terbitnya PMK 112 tahun 2017 tentang
mekanisme transfer ke daerah dan Dana Desa agar
percepatan penyerapan dana maksimal, maka penyaluran
dana kepada pelaksana swakelola (KSM) dapat dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Mengikuti Perpres 54 tahun 2010 dan perubahannya,
proses pencairan kepada KSM dapat dilakukan sebagai
berikut:
❖ Diberikan 40% (empat puluh perseratus) dari
keseluruhan dana apabila pelaksana swakelola (KSM)
telah siap melaksanakan swakelola;
❖ Diberikan 30% (tiga puluh perseratus) dari
keseluruhan dana apabila pekerjaan telah mencapai
30% (tiga puluh perseratus); dan
❖ Diberikan 30% (tiga puluh perseratus) dari
keseluruhan dana apabila pekerjaan telah mencapai
60% (enam puluh perseratus).

Dengan demikian PPK dapat mengatur pencairan tiap


PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI
21
Ketentuan Pelaksanaan

lokasi (paket kegiatan) secara bergantian.

b. Berdasarkan PMK 112 tahun 2017 tentang Mekanisme


Transfer ke Daerah dan Dana Desa, proses pencairan
dana ke KSM dengan tahapan antara lain :
❖ Termin I dapat dicairkan sebesar 25 % apabila
dokumen perencanaan (RKM) dan kontrak kerja
sama dilaksanakan;
❖ Termin II dapat dicairkan sebesar 45 % apabila
progres fisik mencapai minimal 20 % disertai dengan
LPD termin I;
❖ Termin III dapat dicairkan sebesar 30 % apabila
progres fisik telah mencapai minimal 60 % disertai
dengan LPD termin II.

PPK dengan Tim Pelaksana Swakelola (KSM) wajib


melakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali addendum dan
atau amandemen kontrak, dilakukan sebelum termin III.

2.1.3.3 Pengadaan Barang/Jasa


a. Pengadaan bahan, Jasa Lainnya, peralatan dan/atau tenaga
ahli perseorangan dilakukan oleh Tim Pengadaan dari
Pelaksana Swakelola (KSM) dengan menggunakan metode
pengadaan yang sesuai dan memperhatikan prinsip-prinsip
pengadaan dan etika pengadaan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 dan
perubahannya;
b. Pengiriman bahan dapat dilakukan secara bertahap atau
keseluruhan, sesuai dengan kebutuhan, lokasi pekerjaan
dan kapasitas penyimpanan;
c. Pembelian barang di bawah Rp. 50 juta dilakukan oleh KSM,
pembelian barang di atas Rp. 50 juta dengan spesifikasi teknis
khusus dapat dilakukan oleh PPK sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
d. Untuk daerah perbatasan, pulau terluar dan daerah pesisir,
pengadaan barang dapat dilakukan oleh PPK atas
permintaan KSM;
e. Mekanisme pengadaan barang dan jasa mengacu pada
Peraturan Presiden No. 54 tahun 2010, dan Peraturan
Presiden 70 tahun 2012 serta PMK Nomor 168 tahun 2015.
Tanda bukti perikatan dapat berupa, Nota, Kuitansi, Surat
Perintah Kerja (SPK), dan surat perjanjian sebagai berikut:
1. Bukti Pembelian berupa Nota, digunakan untuk
pengadaan barang atau jasa yang nilainya sampai dengan
Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)
2. Kuitansi, digunakan untuk pengadaan barang dan jasa
yang nilainya Rp. 10.000.000,00 s/d Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah)
3. Surat Perintah kerja (SPK) digunakan untuk pengadaan
barang atau pekerjaan konstruksi atau jasa lainnya
dengan nilai Rp. 50.000.000,00 s/d Rp. 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah).
4. Surat Perjanjian digunakan untuk pengadaan barang
atau pekerjaan konstruksi atau jasa lainnya dengan nilai
diatas Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


22
Ketentuan Pelaksanaan

f. Untuk pengadaan barang, Tim Pelaksana Swakelola (KSM)


harus membentuk panitia Pengadaan barang/jasa yang
diangkat oleh penanggung jawab pelaksana swakelola (KSM)
untuk melakukan pengadaan barang/jasa yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan swakelola;
g. Tim Pengadaan berjumlah 3 orang (masyarakat pemanfaat)
terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota, yang dipilih
melalui rembug warga. Tim Pengadaan terdiri dari satu orang
anggota KSM dan 2 (dua) orang dari masyarakat setempat.

Garis Besar Pengadaan Barang/Jasa

Catatan:
Lebih lanjut secara Teknis dan Rinci terkait ketentuan
Pengadaan Barang/Jasa dapat mengikuti Peraturan Kepala
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Peraturan
Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan kedua
atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
2.1.3.4 Pembangunan Konstruksi Kegiatan Swakelola
Pembangunan kontruksi melalui kegiatan swakelola secara garis
besar adalah:
1. Penjelasan teknis konstruksi dilakukan oleh PPK Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) terkait, oleh TFL Teknik kepada tim
pelaksana swakelola, kepala tukang, tukang, pekerja, dan
masyarakat pengguna;
2. Pekerjaan konstruksi dilakukan oleh tukang dan atau
masyarakat yang dipekerjakan oleh tim pelaksana swakelola
(KSM), didampingi oleh TFL, dengan tahapan sebagai berikut;
• Rembug warga: tim pelaksana swakelola (KSM)
melakukan pemaparan terhadap rencana pelaksanaan
pembangunan, penjelasan RKM, jadwal pelaksana
pekerjaan, kontrak, sumber-sumber pembiayaan lainnya,
rekruitmen dan jumlah tenaga kerja yang diperlukan,
mekanisme pembayaran, penjelasan gambar desain dan

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


23
Ketentuan Pelaksanaan

jalur perpipaan, titik lokasi IPAL terpilih, menyepakati


rencana operasi dan pemeliharaan, pembentukan
lembaga pengelola dan jadwal evaluasi pekerjaan.
• Survey dan pemetaan : survey dilakukan untuk
mendapatkan jumlah pemanfaat sesuai dengan RKM dan
rencana pengembangannya. Pemetaan dilakukan untuk
mengukur ulang jalur pipa rencana, keberadaan utilitas,
pemasangan patok (benchmark).
• Pembersihan dan penyiapan lahan IPAL Komunal, Tangki
Septik Komunal, Tangki Septik Individual serta MCK
Kombinasi IPAL Komunal dan MCK ++;
• Penyiapan peralatan K3, rambu-rambu dan turap
pengaman galian;
• Penyiapan direksi Kit, gudang, area kerja (misalnya untuk
pembuatan precast bak control, dan lain-lain);
• Pengadaan dan pembelian barang oleh panitia
pengadaan;
• Pembagian grup dan area kerja;
• Pelaksanaan pekerjaan;
• Monitoring dan evaluasi.

Pelaksanaan untuk pekerjaan yang dikerjakan sendiri oleh


tim pelaksana swakelola (KSM) adalah:
• Sekurang-kurangnya terdapat Satu Kepala Pelaksana
Kepala Pelaksana mewakili Ketua tim swakelola (KSM)
dalam memberikan arahan serta mengawasi jalannya
pelaksanaan di lapangan, baik dari segi teknik maupun
administrasi kegiatan, dan sebagai penghubung dengan
pihak luar sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.
Kepala Pelaksana adalah Ketua Unit Teknis pelaksana
swakelola (KSM) atau anggota tim pelaksana swakelola
(KSM) lain yang mampu untuk mengemban tugas
tersebut.

• Satu orang Kepala Tukang


Kepala Tukang adalah orang yang menguasai pekerjaan
lapangan sesuai dengan jenis pekerjaannya, dan
berfungsi membantu Tim Pelaksana dalam menangani
satu bidang pekerjaan atau lebih. Kepala Tukang
sebaiknya adalah anggota Unit Kerja Teknis atau orang
lain yang terampil/menguasai jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan.

2.1.3.5 Pelaporan Kemajuan Pekerjaan dan Dokumentasi


a. Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan
keuangan dilaporkan oleh pelaksana swakelola (KSM) kepada
PPK secara berkala;
b. Laporan kemajuan realisasi fisik dan keuangan dilaporkan
oleh PPK kepada PA/KPA setiap bulan;
c. Pencapaian target fisik dicatat setiap hari, dievaluasi setiap
minggu serta dibuat laporan mingguan agar dapat diketahui
apakah dana yang dikeluarkan sesuai dengan target fisik
yang dicapai;
d. Pencapaian target non-fisik dicatat dan dievaluasi setiap
bulan;

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


24
Ketentuan Pelaksanaan

e. Penggunaan bahan, jasa lainnya, peralatan dan atau tenaga


ahli perseorangan dicatat setiap hari dalam laporan harian;
f. Laporan bulanan dibuat berdasarkan laporan mingguan;
g. Dokumentasi pekerjaan meliputi administrasi dan foto
pelaksanaan pekerjaan. Foto dari arah yang sama diambil
pada saat sebelum, sedang, dan sesudah diselesaikannya
pekerjaan.

2.1.3.6 Pelaporan Realisasi Pekerjaan


Pelaporan realisasi pekerjaan dibuat oleh tim pelaksana
swakelola (KSM) dan dilaporkan kepada PPK teknis OPD terkait
yang berisi antara lain:
1. Struktur organisasi pekerjaan swakelola yang terdiri dari
pembagian tugas, pendelegasian wewenang dan tanggung
jawab serta pengkoordinasian pelaksanaan pekerjaan;
2. Persiapan pekerjaan Swakelola yang meliputi kesesuaian
gambar pelaksanaan dengan gambar rencana kerja serta
kebutuhan bahan, jasa lainnya, peralatan dan atau tenaga
ahli perseorangan;
3. Pelaksanaan pekerjaan swakelola yang meliputi kesesuaian
jadwal pelaksanaanpekerjaan terhadap jadwal rencana
pelaksanaan pekerjaan, penyerapan keuangan, penyerahan
pekerjaan sampai dengan selesai 100% (sasaran akhir
pekerjaan telah tercapai) dan foto-foto dokumentasi; dan
4. Penggunaan bahan, jasa lainnya, peralatan dan atau tenaga
ahli perseorangan.

2.1.4 Operasi dan Pemeliharaan


Optimalisasi pemanfaatan hasil pelaksanaan prasana konstruksi bidang
sanitasi dapat dilakukan oleh warga masyarakat secara bersama – sama
dengan menggalang kekuatan partisipasi masyarakat pemanfaat.

2.1.4.1 Pembentukan Kelompok Pemanfaat dan Pemeliharaan (KPP)


KPP dibentuk pada saat rembug warga dalam rangka
menjelaskan kontrak yang sudah dilakukan antara KSM dengan
PPK Teknis OPD terkait. Adapun tugas KPP adalah :
a. Mengoperasikan dan memelihara sarana sanitasi yang telah
dibangun;
b. Bertanggung jawab terhadap hal-hal teknis;
c. Mengumpulkan iuran warga;
d. Melestarikan sarana sanitasi yang telah dibangun;
e. Membuat rencana pengembangan pelayanan sarana sanitasi.

KPP diwajibkan memiliki AD/ART dan dibuatkan Akte Notaris.


Selanjutnya sesuai dengan pengembangan pelayanan/usaha
lainnya, maka KPP disarankan berbadan hukum dari SK yang
diterbitkan Kemenkumham.

Operasi dan Pemeliharaan dilakukan oleh KPP yang dibentuk


dalam kegiatan Rembug warga di tingkat Masyarakat sebelum
pencairan dana tahap I.
a. Prinsip pengelolaan pada tahap pemanfaatan :
1. Musyawarah.
2. Transparansi.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


25
Ketentuan Pelaksanaan

3. Akuntabilitas publik dan kontrol sosial.

b. KPP sebagai pengelola sarana harus memiliki:


1. Aturan-aturan organisasi dan operasional prasarana dan
sarana, yang disusun dan diputuskan bersama-sama
secara musyawarah antar anggota KPP.
2. KPP disarankan berbadan hukum tetap (punya NPWP dan
SIUP) atau minimal ber akte notaris.
3. Aturan sesuai dengan kondisi setempat, yang mengatur
siapa penerima manfaat, besarnya iuran yang harus
dibayar, waktu pembayaran iuran, serta siapa petugas yang
melakukan pemeriksaan dan perbaikan kalau terjadi
kerusakan dan menentukan besarnya biaya operasi rutin
seperti honor petugas, biaya listrik, dll.
4. Standar Operation Procedure/SOP pemakaian dan
pemeliharaan sarana, yang harus dipatuhi oleh operator
yang ditunjuk KPP.

c. Prosedur Operasi dan Pemeliharaan (standard operating


procedure/SOP).
SOP yang telah tertuang dalam RKM dapat disesuaikan
dengan kebutuhan operator dan pengguna. Pedoman ini
disusun oleh pengurus bersama kelompok pemanfaat,
dimusyawarahkan bersama dalam forum musyawarah desa,
dan setelah dicapai mufakat disahkan oleh Kepala
Desa/Lurah. Setiap lokasi dapat mengembangkan pedoman
kerjanya sendiri, sesuai dengan kondisi, kemampuan dan
budaya yang ada di daerahnya masing-masing.
Dalam upaya mencapai keberhasilan pengelolaan perlu
didukung tim pengelola KPP yang handal:
1. Mampu mengorganisasikan anggotanya untuk
mendukung kegiatan kerja yang telah dibuat;
2. Dapat menjamin kepentingan pemanfaat dan mencarikan
alternatif pemecahan permasalahan yang dihadapi;
3. Mampu melakukan hubungan kerja dengan lembaga lain
di luar KPP;
4. Mampu menerapkan sanksi organisasi bagi anggota yang
melanggar peraturan.

d. Pendanaan Operasi dan Pemeliharaan


Sumber dana berasal dari masyarakat, berupa iuran atau
dana lain yang dikembangkan di lokasi, yang dihitung
berdasarkan kesepakatan bersama akan kebutuhan
operasional dan pemeliharaan serta rencana pengembangan
sarana di masa datang.

Pendanaan diperuntukkan bagi operasional dan pemeliharaan


ditambah honorarium pengelola untuk melakukan
operasional dan pemeliharaan serta orang yang bertugas
untuk melakukan perbaikan jika terjadi kerusakan.

Komponen yang perlu dipertimbangkan dalam menghitung


biaya pengoperasian dan pemeliharaan meliputi:
1. Biaya perbaikan dan penggantian komponen yang rusak
sesuai dengan sistem sarana yang dibangun;
2. Biaya pengembangan sarana;

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


26
Ketentuan Pelaksanaan

3. Biaya Operasional (solar, listrik, dll)


4. Honorarium pengelola.

b. Dukungan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk Operasi dan


Pemeliharaan. Pemerintah daerah menugaskan OPD teknis
pengelola DAK untuk melakukan pembinaan secara teknis
operasional serta keuangan kepada KPP/pengelola.
Dukungan Pemda juga termasuk untuk melakukan
rehabilitasi sarana yang mengalami kerusakan berat (tidak
dapat beroperasional).

2.1.4.2 Tugas Kelompok Pemanfaat dan Pemeliharaan (KPP)


1. Seksi Iuran Pengguna :
❖ Membicarakan tentang besarnya iuran pemanfaatan
sarana.
❖ Mengumpulkan iuran, membuat perencanaan belanja,
membukukan dan melaporkan secara rutin.

2. Seksi Pengoperasian & Pemeliharaan


❖ Mengoperasikan dan memelihara sarana fisik sanitasi
lingkungannya.
❖ Mengembangkan mutu pelayanan & jumlah sarana
pengguna.

3. Seksi Penyuluhan Kesehatan


❖ Melakukan kampanye tentang kesehatan rumah tangga
dan lingkungan.

Ketua Pelindung
Lurah/Kades

Sekretaris & bendahara

Seksi Iuran Pengguna Seksi O & P Seksi Penyuluhan


Iuran Pengguna Kesehatan

Contoh Bagan Struktur Organisasi KPP

Pengelola prasarana dan sarana dilakukan oleh operator yang


telah dilatih dengan memperhatikan beberapa hal:
• Kinerja prasarana yang dikelola;
• Jumlah prasarana dan sarana yang tersedia;
• Jumlah prasarana dan sarana yang digunakan;
• Target/sasaran perencanaan;
• Standar prosedur operasional dan pemeliharaan;
• Standar kriteria teknis prasarana dan sarana;
• Rencana pengembangan sarana di masa datang.

Untuk mencapai keberhasilan pengelolaan, operator harus


melakukan langkah-langkah berikut:
• Melakukan pemantauan rutin untuk mengetahui kondisi
prasarana dan sarana;
• Mengetahui kerusakan sedini mungkin agar dapat disusun

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


27
Ketentuan Pelaksanaan

rencana perawatan dan pemeliharaan yang baik;


• Melakukan rehabilitasi tepat waktu;
• Melakukan evaluasi kinerja pelayanan secara berkala;
• Melakukan pengelolaan sesuai standar operasional prosedur.

Dalam pelaksanaan pelestarian sarana sanitasi, diharapkan


pemerintah Kabupaten/Kota dapat berperan aktif memberikan
dukungan teknis kepada masyarakat (penyuluhan) agar mereka
mampu mengoperasikan dan memanfaatkan sarana yang ada.

2.1.4.3 Penyerahan Hasil Pekerjaan


1. Setelah pelaksanaan pekerjaan swakelola selesai 100%
(sasaran akhir pekerjaan telah tercapai) penanggung jawab
pelaksana swakelola (KSM) menyerahkan pekerjaan kepada
PPK;
2. PPK menyerahkan pekerjaan dan laporan pekerjaan yang
telah selesai kepada PA/KPA melalui Berita Acara Serah
Terima Hasil Pekerjaan;
3. Setelah dilakukan penyerahan pekerjaan, dilanjutkan
dengan proses penyerahan aset sesuai dengan peraturan
perundang - undangan.
4. Selanjutnya Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) menyerhakan pengelolaan sarana dan
prasarana sanitasi tersebut kepada Kelompok Pemanfaat
dan Pemeliharaan (KPP).

Beberapa kegiatan pokok yang semestinya dilakukan dalam


proses penyerahan hasil pekerjaan antara lain sebagai berikut:
a. Rembug Warga bertujuan untuk memberikan informasi hasil
pelaksanaan kegiatan dan hasil pengelolaan dana kepada
warga lokasi sasaran. Rembug dilaksanakan setelah
pelaksanaan fisik selesai 100% atau pada saat batas waktu
penyelesaian pekerjaan habis;
b. Forum ini dipimpin oleh Kepala Desa/Lurah dengan
mengundang PPK Sanitasi Kabupaten/Kota, Pemerintah
Kecamatan, KSM, Kader Masyarakat (KM), PKK, LSM, Tokoh
masyarakat Desa/Kelurahan, dan warga di lokasi kegiatan
dengan perwakilan Pengurus RT/RW;
c. Dalam Rembug ini, KSM menjelaskan secara rinci dan
transparan laporan pertanggungjawaban. Materinya antara
lain Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K),
Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB) disertai dengan foto-foto
pelaksanaan. Hasil Rembug Warga ini disampaikan kepada
PPK Sanitasi kabupaten/kota. Hasil rembug warga
dituangkan dalam berita acara.

Isi laporan pertanggungjawaban terdiri dari:


1. Apabila pekerjaan fisik sudah selesai (mencapai 100%),
laporan pertanggungjawaban KSM berisi Laporan
Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K), Realisasi Kegiatan
dan Biaya (RKB) dan pembuatan Surat Pernyataan
Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (SP3K);
2. Apabila pelaksanaan kegiatan fisik tidak selesai pada
waktunya (pada akhir tahun anggaran belum mencapai
100%) maka laporan pertanggungjawaban KSM berisi
Laporan Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB), Pembuatan
PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI
28
Ketentuan Pelaksanaan

Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (BASPK), dan


Surat Pernyataan Penyelesaian Kegiatan (SP2K).

2.1.4.4 Tujuan Operasi dan Pemeliharaan


Kegiatan ini dimaksudkan untuk memastikan keberlanjutan
pelayanan aset yang sudah dibangun melalui upaya
pemeliharaan yang tepat. KPP pengelola yang telah dibentuk akan
melaksanakan kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana-
sarana sanitasi yang telah dibangun.

Tujuan kegiatan Operasi dan Pemeliharaan adalah sebagai


berikut:
1. Terkumpulnya iuran dari masyarakat untuk pembiayaan
operasional dan pemeliharaan sarana sanitasi yang
terbangun;
2. Dapat berfungsinya sarana sanitasi sesuai dengan
peruntukannya;
3. Adanya tambahan jumlah masyarakat penerima manfaat;
4. Adanya perubahan sikap dan PHBS di masyarakat;
5. Tumbuhnya partisipasi masyarakat untuk ikut memelihara
sarana;
6. Memberikan peluang kepada masyarakat/kelompok
masyarakat/lembaga masyarakat untuk mengoperasikan dan
mengoptimalkan sarana sanitasi yang ada sebagai sumber
daya serta meningkatkan kapasitas masyarakat dengan
penciptaan peluang pelatihan teknis maupun non teknis;
7. Keberlanjutan sesuai dengan prinsip DAK Bidang Sanitasi.

2.2 Pelaksanaan Kegiatan Kontraktual


Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh
Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan
sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.

Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah instansi/institusi yang menggunakan


Dana Alokasi Khusus dalam mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD). Sedangkan Pengguna Anggaran (PA) adalah Pejabat pemegang
kewenangan pengguna anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Pejabat
yang disamakan pada institusi lain pengguna APBD.

2.2.1 Persiapan dan Perencanaan


Sebelum menetapkan hasil pelaksana terpilih untuk kegiatan pengadaan
barang/jasa diperlukan proses persiapan dan perencanaan agar proses
pelaksanaan konstruksi secara kontraktual dapat berjalan sesuai dengan
peraturan perundang undangan yang berlaku.

Perencanaan kegiatan kontraktual untuk dana yang bersumber dari Dana


Alokasi Khusus bidang sanitasi melalui proses antara lain sebagai
berikut:

2.2.1.1 Identifikasi dan Analisis Kebutuhan


1. Penguasa Anggaran (PA) mengidentifikasi kebutuhan
barang/jasa yang diperlukan untuk instansinya sesuai
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD);
2. Dalam mengidentifikasi kebutuhan barang/jasa pada
angka 1, PA terlebih dahulu menelaah kelayakan
PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI
29
Ketentuan Pelaksanaan

barang/jasa, PA terlebih dahulu menelaah kelayakan


barang/jasa yang telah ada/dimiliki/dikuasai, atau riwayat
kebutuhan barang/jasa dari kegiatan yang sama, untuk
memperoleh kebutuhan riil;
3. Hasil identifikasi kebutuhan riil barang/jasa pada angka 2
dituangkan dalam Rencana Kerja Anggaran institusi untuk
pembahasan dan penetapan di DPRD;
4. Selanjutnya PA melakukan analisis untuk menetapkan cara
pelaksanaan.

2.2.1.2 Penyusunan dan Penetapan Rencana Anggaran


1. PA menyusun dan menetapkan rencana penganggaran
pengadaan barang/jasa, terdiri atas: biaya barang/jasa itu
sendiri, biaya pendukung dan biaya administrasi yang
diperlukan untuk proses pengadaan, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
2. Biaya pendukung dapat mencakup: biaya pemasangan, biaya
pengangkutan, biaya pelatihan, dan lain-lain;
3. Biaya administrasi dapat terdiri dari:
a. Biaya pengumuman pengadaan;
b. Honorarium pejabat pelaksana pengadaan misalnya:
PA/KPA, PPK, ULP/Pejabat Pengadaan, Panitia/Pejabat
Penerima Hasil Pekerjaan, dan pejabat/tim lain yang
diperlukan;
c. Biaya survei lapangan/pasar;
d. Biaya penggandaan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa;
dan
e. biaya lainnya yang diperlukan untuk
mendukung pelaksanaan pengadaan barang/jasa,
antara lain: biaya pendapat ahli hukum kontrak,
biaya uji coba pada saat proses evaluasi dilakukan
dan/atau biaya uji coba sebelum dilakukan
penerimaan hasil pekerjaan.

4. Biaya administrasi untuk kegiatan/pekerjaan yang


akan dilaksanakan pada tahun anggaran yang akan
datang namun pengadaannya dilaksanakan pada tahun
anggaran berjalan harus disediakan pada tahun
anggaran berjalan.

2.2.1.3 Penetapan Kebijakan Umum


Penetapan kebijakan umum meliputi; pemaketan pekerjaan,
cara pengadaan barang/jasa dan penggorganisasian pengadaan
barang/jasa. Dalam penetapan kebijakan umum tentang
pemaketan, Penguasa Anggaran (PA) wajib memperhatikan
ketentuan sebagai berikut:

a. Menetapkan paket pengadaan barang/jasa yang hanya


ditujukan untuk produksi dalam negeri dengan mengacu
kepada daftar inventarisasi barang/jasa produksi dalam
negeri yang telah di sertifikasi oleh Puslitbangkim
Kementerian PUPR;
b. Penggabungan dan pemecahan paket harus memperhatikan
efisiensi, efektifitas, dan persaingan sehat dengan ketentuan
adalah sebagai berikut:

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


30
Ketentuan Pelaksanaan

1. Dilarang menyatukan atau memusatkan beberapa


kegiatan yang tersebar di beberapa daerah/lokasi yang
menurut sifat pekerjaan dan tingkat efesiensi yang
seharusnya dilakukan di daerah/lokasi masing-masing;
2. Dilarang menyatukan/menggabungkan beberapa paket
pengadaan menurut sifat dan jenisnya;
3. Dilarang memecah paket pengadaan barang/jasa yang
memiliki sifat dan ruang lingkup pekerjaan yang sama
menjadi beberapa paket, baik pada saat penyusunan
anggaran, penyusunan rencana umum pengadaan,
maupun pada saat persiapan pemilihan penyedia dengan
maksud untuk menghindari pelelangan;
4. Dilarang menentukan kriteria, persyaratan atau prosedur
pengadaan yang diskriminatif dan / atau dengan
pertimbangan yang tidak objektif.

2.2.1.4 Kebijakan Umum tentang Organisasi Pengadaan


Barang/Jasa
a. Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Institusi
membentuk organisasi pengadaan barang/jasa yang terdiri
dari:
1. PA/KPA;
2. PPK;
3. ULP/Pejabat Pengadaan;
4. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP); dan

b. Anggota kelompok kerja (Pokja) ULP berjumlah sekurang –


kurangnya 3 (tiga) orang tergantung kebutuhan;
c. Anggota ULP/Pejabat pengadaan yang ditunjuk harus
memahami tata cara pengadaan, substansi
pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan, dan hukum
perjanjian kontrak.

2.2.1.5 Tatacara Pengadaan Barang/Jasa


Penguasa Anggaran (PA) menetapkan cara pengadaan
barang/jasa dengan memperhatikan tugas pokok dan fungsi
lembaga dan sifat kegiatan yang akan dilaksanakan, antara lain
sebagai berikut:
a. Melalui kegiatan swakelola yang merupakan kegiatan
pengadaan barang/jasa yang direncanakan, dikerjakan
dan/atau diawasi sendiri oleh lembaga sebagai penanggung
jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau
kelompok masyarakat pelaksana swakelola dengan
menggunakan tenaga sendiri dan/atau tenaga dari luar; dan
b. Melalui penyedia barang/jasa baik sebagai badan usaha
maupun perorangan.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


31
Ketentuan Pelaksanaan

Bagan Alur Proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


2.2.1.6 Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Penguasa Anggaran (PA) menyusun KAK yang mendukung
pelaksanaan kegiatan/pekerjaan paling sedikit memuat:
1. Uraian kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi latar
belakang, maksud, dan tujuan, lokasi kegiatan, sumber
pendanaan, serta jumlah tenaga yang diperlukan;
2. Waktu yang diperlukan dalam melaksanakan
kegiatan/pekerjaan tersebut mulai dari pengumuman,
rencana pengadaan sampai dengan penyerahan barang/jasa;
3. Spesifikasi teknis barang/jasa yang akan diadakan; dan
4. Besarnya total perkiraan biaya pekerjaan termasuk kewajiban
pajak yang harus dibebankan pada kegiatan tersebut.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


32
Ketentuan Pelaksanaan

2.2.1.7 Pengumuman Rencana Umum Pengadaan


1. Penanggungjawab Anggaran (PA) mengumumkan rencana
umum pengadaan barang/jasa di masing-masing
lembaga/instansi secara terbuka kepada masyarakat luas
setelah Rencaa Kegiatan (RK) disetujui Unit Organisasi
(UNOR) Kementerian Teknis dan anggaran yang bersumber
dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Sanitasi disetujui
oleh DPRD sebelum pelaksanaan pengadaan barang/jasa oleh
ULP;
2. Lembaga/Instansi mengumumkan rencana umum
pengadaan barang/jasa pada tahun anggaran berjalan;
3. Pengumuman pengadaan barang/jasa dilakukan di website
Lembaga/Instansi masing-masing dan papan pengumuman
resmi serta portal pengadaan Nasional melalui LPSE, dan
mengundang/memberitahukan kepada penyedia yang
diyakini mampu mengerjakannya.
4. Pengumuman tersebut paling kurang berisi:
a. Nama dan alamat Pengguna Anggaran (PA);
b. Paket pekerjaan yang akan dilaksanakan;
c. Lokasi pekerjaan;
d. Perkiraan besara biaya.

2.2.1.8 Penyedia Barang/Jasa


Penyedia barang/jasa dalam pelaksanaan pengadaan
barang/jasa wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan
untuk menjalankan kegiatan/usaha;
2. Memiliki keahlian, pengalaman dalam bidang sanitasi,
kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan
barang/jasa;
3. Memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai
penyedia barang/jasa dalam kurun waktu 4 (empat) tahun
terkahir baik di lingkungan pemerintah maupun swasta,
termasuk pengalaman sub-kontrak;
4. Ketentuan pada poin 3 (tiga) diatas dikecualikan bagi
penyedia barang/jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga)
tahun;
5. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan
fasilitas lain yang diperlukan dalam Pengadaan Barang/
Jasa;
6. Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya, harus
memperhitungkan Sisa Kemampuan Paket (SKP) sebagai
berikut:

SKP = KP – P

KP = nilai Kemampuan Paket, dengan ketentuan:

a. Untuk Usaha Kecil, nilai Kemampuan Paket (KP)


ditentukan sebanyak 5 (lima) paket pekerjaan; dan
b. Untuk usaha non kecil, nilai Kemampuan Paket (KP)
ditentukan sebanyak 6 (enam) atau 1,2 (satu koma
dua) N.

P = jumlah paket yang sedang dikerjakan.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


33
Ketentuan Pelaksanaan

N = jumlah paket pekerjaan terbanyak yang dapat


ditangani pada saat bersamaan selama kurun
waktu 5 (lima) tahun terakhir.

7. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan


usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau direksi yang
bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang
dalam menjalani sanksi pidana, yang dibuktikan dengan
surat pernyataan yang ditandatangani Penyedia
Barang/Jasa;
8. Sebagai wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) dan telah memenuhi kewajiban perpajakan
tahun terakhir (SPT Tahunan) serta memiliki laporan
bulanan PPh Pasal 21, PPh Pasal 23 (bila ada transaksi),
PPh Pasal 25/Pasal 29 dan PPN (bagi Pengusaha Kena
Pajak) paling kurang 3 (tiga) bulan terakhir dalam tahun
berjalan;
9. Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan
diri pada Kontrak;
10. Tidak masuk dalam Daftar Hitam;
11. Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau
dengan jasa pengiriman; dan Menandatangani Pakta
Integritas.

2.2.1.9 Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan


PA/KPA menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan,
anggota Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan berasal dari
pegawai negeri, baik dari instansi sendiri maupun instansi
lainnya. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan wajib
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki integritas, disiplin dan tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas;
b. Memahami isi Kontrak;
c. Memiliki kualifikasi teknis;
d. Menandatangani Pakta Integritas; dan
e. Tidak menjabat sebagai pengelola keuangan.

Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan sebagaimana


dimaksud adalah mempunyai tugas pokok dan kewenangan
untuk hal-hal sebagai berikut:
a. Melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan Pengadaan
Barang/Jasa sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam Kontrak;
b. Menerima hasil Pengadaan Barang/Jasa setelah melalui
pemeriksaan/pengujian; dan
c. Membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima
Hasil Pekerjaan.

Dalam hal pemeriksaan Barang/Jasa memerlukan keahlian


teknis khusus, dapat dibentuk tim/tenaga ahli untuk
membantu pelaksanaan tugas Panitia/Pejabat Penerima Hasil
Pekerjaan. Tim/tenaga ahli sebagaimana dimaksud
ditetapkan oleh PA/KPA.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


34
Ketentuan Pelaksanaan

2.2.1.10 Prinsip – Prinsip Pengadaan Barang/Jasa


Pengadaan barang/jasa menerapkan prinsip – prinsip sebagai
berikut :
a. Efesien;
b. Efektif;
c. Transparan;
d. Terbuka;
e. Bersaing;
f. Adil/tidak diskriminatif; dan
Akuntabel.

2.2.1.11 Etika Pengadaan Barang/Jasa


Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa harus mematuhi etika sebagai berikut:
a. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung
jawab untuk mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan
tercapainya tujuan Pengadaan Barang/Jasa;
b. Bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga
kerahasiaan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa yang
menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah
terjadinya penyimpangan dalam Pengadaan Barang/Jasa;
c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak
langsung yang berakibat terjadinya persaingan tidak sehat;
d. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan
yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan tertulis para
pihak;
e. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan
kepentingan para pihak yang terkait, baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam proses Pengadaan
Barang/Jasa;
f. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan
kebocoran keuangan negara dalam Pengadaan Barang/Jasa;
g. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang
dan/atau kolusi dengan tujuan untuk keuntungan pribadi,
golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak
langsung merugikan negara; dan tidak menerima, tidak
menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau
menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat dan berupa apa
saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut
diduga berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa.

2.2.2 Pelaksanaan Kegiatan Kontraktual


PPK menyusun rancangan kontrak antara lain meliputi; Syarat – Syarat
Umum Kontrak (SSUK), pelaksanaan Kontrak, penyelesaian kontrak,
addendum kontrak, pemutusan kontrak, hak dan kewajiban pra pihak,
personil dan/atau peralatan penyedia, pembayaran kepada penyedia,
pengawasan mutu, serta Syarat Syarat Khusus kontrak. Pelaksanaan
kontrak kerja tersebut melalui tahapan sebagai berikut:

a. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK);


b. Penyusunan Program Mutu;
c. Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak;
d. Mobilisasi;

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


35
Ketentuan Pelaksanaan

e. Pemeriksaan Bersama;
f. Pembayaran Uang Muka:
1. Nilai bersaran uang muka paling tinggi sesuai dengan yang
ditetapkan;
2. Besarnya jaminan uang muka adalah senilai uang muka yang
diterima penyedia;
3. Jaminan uang muka diterbitkan oleh Bank Umum, perusahaan
penjamin atau perusahaan asuransi;
4. Penyedia dapat mengajukan permohonan pengambila uang muka
secara tertulis kepada PPK disertai dengan rancana penggunaan
uang muka untuk melaksanakan pekerjaan sesuai kontrak;
5. PPK mengajukan surat permintaan pembayaran untuk permohonan
tersebut setelah uang muka diterima dari penyedia;
6. Pengembalian uang muka diperhitungkan berangsur angsur secara
proposional pada setiap pembayaran prestasi pekerjaan dan paling
lambat harus lunas pada pekerjaan mencapai prestasi 100 %
7. Untuk kontrak tahun jamak, nilai jaminan uang muka secara
bertahap dapat dikurangi sesuai dengan pencapaian prestasi kerja.

g. Perubahan kegiatan pekerjaan;


h. Laporan hasil pekerjaan antara lain sebagai berikut:
1. Pemeriksaan pekerjaan dilakukan selama pelaksanaan kontrak
untuk menetapkan volume pekerjaan atau kegiatan yang telah
dilaksanakan guna pembayaran hasil pekerjaan;
2. Untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan
pekerjaan, seluruh aktivitas kegiatan pekerjaan dilokasi pekerjaan
dicatat dalam buku harian sebagai bahan laporan harian pekerjaan
yang berisi rencana dan realisasi pekerjaan harian;
3. Laporan harian berisi antara lain:
a. Jenis dan kuantitas bahan yang berada dilokasi pekerjaan;
b. Penempatan tenaga kerja untuk tiap macam tugasnya;
c. Jenis, jumlah dan kondisi peralatan;
d. Jenis dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan;
e. Keadaan cuaca termasuk hujan, banjir dan peristiwa alam
lainnya yang berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan.

4. Laporan harian dibuat oleh penyedia diperiksa oleh konsultan


individual pengawas dan disetujui oleh PPK;
5. Laporan mingguan terdiri dari rangkuman laporan harian dan berisi
hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu minggu;
6. Laporan bulanan terdiri dari rangkuman laporan mingguan dan berisi
hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu bulan;
7. Untuk merekam kegiatan pelaksanaan kegiatan DAK Bidang Sanitasi
PPK membuat foto-foto dokumentasi pelaksanaan pekerjaan.

i. Pembayaran Prestasi Kerja;


j. Denda dan ganti rugi;
k. Penyesuaian harga;
l. Keadaan kahar;
m. Perpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan;
n. Kerjasama antara penyedia dan sub penyedia.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


36
Ketentuan Pelaksanaan

2.2.3 Pelaksanaan Kegiatan Kontraktual Padat Karya


Pelaksanaan kegiatan DAK Bidang Sanitasi pada jenis DAK Afirmasi,
dilakukan melalui pengadaan barang/jasa, dengan ketentuan sebagai
berikut :
1. Penyedia barang/jasa yang menjadi pemenang dalam lelang ULP, dalam
pelaksanaan kegiatan diharuskan untuk menetapkan penerima upah
HOK, dengan tatacara sebagai berikut:
a. Penyedia barang/jasa dapat menyediakan tenaga ahli bidang
infrastruktur seperti; tukang, kepala tukang dan mandor bukan
dari warga calon pemanfaat;
b. Memberikan pengumuman terkait perekrutan tenaga kerja dari
masyarakat calon penerima manfaat;
c. Memberikan kesempatan selama dua minggu kepada warga
masyarakat untuk mendaftarkan diri sebagai tenaga kerja harian;
d. Jika setelah dua minggu tidak ada yang mendaftar, diijinkan pada
penyedia barang/jasa untuk membawa tenaga kerja dari luar lokasi
kegiatan.
2. Penyedia barang/jasa melakukan sosialisasi awal kepada masyarakat
calon pemanfaat di titik lokasi kegiatan sebelum konstruksi dimulai;
3. Penyedia barang/jasa diharuskan melakukan pemicuan/promosi
kesehatan terlebih dahulu dan melakukan pendataan jumlah calon
pemanfaat yang akan melakukan Sambungan Rumah (SR).

2.2.4 Operasi dan Pemeliharaan


1. Serah Terima Hasil Pekerjaan
o. Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus per seratus), penyedia
barang/jasa mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK
untuk penyerahan pekerjaan;
p. Dalam rangka penilaian hasil pekerjaan, PPK menugaskan
panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP);
q. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) melakukan
penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan oleh
penyedia;
r. PPK menerima penyerahan pertama hasil pekerjaan setalah seluruh
hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan kontrak dan
diterima oleh Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan;
s. Dalam hal masa pemeliharaan tidak melewati akhir tahun anggaran,
maka pembayaran dilakukan sebesar 95% (sembilan puluh lima
perseratus) dari total nilai kontrak, sedangkan 5% (lima perseratus)
merupakan retensi selama masa pemeliharaan atau pembayaran
dilakukan 100% (seratus per seratus) dari nilai kontrak dan
penyedia harus menyerahkan jaminan pemeliharaan sebesar 5% (lima
perseratus) dari nilai kontrak;
t. Penyedia wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa
pemeliharaan sehingga kondisi tetap seperti pada saat penyerahan
pertama pekerjaan;
u. Setelah masa pemeliharaan berakhir, penyedia mengajukan
permintaan secara tertulis kepada PPK untuk penyerahan akhir
pekerjaan;
v. PPK menerima penyerahan akhir pekerjaan setelah penyedia jasa
penyedia melaksanakan semua kewajibannya selama masa
pemeliharaan dengan baik. PPK wajib membayar sisa nilai kontrak
yang belum dibayar atau mengembalikan jaminan pemeliharaan;
w. Apabila penyedia tidak melaksanakan kewajiban pemeliharaan
sebagaimana mestinya, maka PPK berhak menggunakan uang

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


37
Ketentuan Pelaksanaan

retensi untuk membiayai perbaikan/pemeliharaan atau mencairkan


jaminan pemeliharaan.

2. Pemeliharaan
Agar prasarana infrastruktur terbangun dapat bermanfaat dan
berkelanjutan maka kegiatan pemeliharaan dapat dilakukan oleh
Pemerintah Daerah dalam hal ini Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
Dinas/Instansi terkait.

2.3 Pelaporan oleh OPD Terkait


Berdasarkan Permen PUPR No 21/PRT/M/2017 kegiatan pelaporan oleh OPD
Kabupaten/Kota dilakukan dalam jangka waktu triwulanan seperti; triwulan
pertama : 31 Maret, triwulan kedua : 30 Juni, triwulan ketiga 30 September dan
triwulan keempat 31 Desember. Pelaporan tersebut dilakukan secara manual
dan elektronik (e-Monitoring DAK Kementerian PUPR).

Sedangkan laporan yang dibuat oleh Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) antara
lain sebagai berikut :
a. Laporan rencana tindak lanjut dan realisasi hasil pendampingan lapangan
secara berkala setiap dwi mingguan;
b. Rekapitulasi realisasi hasil pendampingan lapangan periode satu bulan,
yang berisi capaian pelaksanaan kegiatan di lapangan, rencana kerja tindak
lanjut periode satu bulan kedepan.

10 hari
10
kerja
ke

BUPATI/WALIKOTA
cq Kepala Bappeda

Laporan Progres Mingguan dan


Triwulanan
KSM dan TFL

Gambar Mekanisme Pelaporan

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


38
Ketentuan Pelaksanaan

3. KEMITRAAN DENGAN TNI DALAM PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


OPD pengelola DAK Bidang Sanitasi dapat menjalin kemitraan dengan unit kesatuan
TNI terkecil setingkat Koramil dan Kodim dalam hal pelaksanaan prasarana
konstruksi.
a. Kegiatan kontraktual/Kontraktual Padat Karya:
OPD dapat meminta dukungan tenaga kerja kepada unit Koramil/Kodim
terdekat dengan alokasi biaya maksimal sejumlah porsi upah tenaga kerja dalam
kontrak (tidak termasuk upah kepala tukang, tukang ahli dan sewa alat).

b. Kegiatan swakelola/ pemberdayaan:


OPD dapat meminta dukungan tenaga kerja kepada Koramil/Kodim dalam hal
kurang ketersediaan tenaga kerja dari masyarakat calon pemanfaat. Jumlah
tenaga kerja dari TNI ditentukan dalam rembug warga dengan TNI.

c. Lokasi kegiatan didalam lingkungan Asrama dan fasilitas TNI:


Komandan Koramil/Kodim dapat mengajukan usulan calon lokasi kepada OPD
pengelola DAK Bidang Sanitasi. Apabila terpilih sebagai lokasi pelaksanaan DAK
Bidang Sanitasi, maka ketentuan pelaksanaan mengikuti pola pemberdayaan
(swakelola) dimana anggota TNI menjadi calon pemanfaat, sehingga warga di
lingkungan asrama/fasilitas TNI membentuk KSM dan KPP.

Prasarana sanitasi yang terbangun sedapat mungkin menyertakan pelayanan


kepada masyarakat disekitarnya.

4. PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG)


Dalam setiap tahapan proses pelaksanaan DAK Bidang Sanitasi, OPD/PPK pengelola
dana DAK Bidang Sanitasi memaksimalkan peran dan keterlibatan gender: kaum
perempuan, masyarakat dengan keterbatasan fisik, kaum lansia, dan masyarakat
marginal sebanyak minimal 30 persen.

Sebagai agen perubahan yang bisa memicu keluarga dan lingkungan dalam hal
perubahan perilaku hidup bersih sehat pada sub bidang sanitasi, maka keterlibatan
kaum perempuan dalam proses khususnya perencanaan di upayakan semaksimal
mungkin, mengingat dalam kehidupan sehari hari kaum perempuan lah yang selalu
bersentuhan dengan air dan sanitasi. Kaum perempuan dapat bekerja sama dengan
Puskesmas/Posyandu terdekat, PKK dan kelompok arisan dalam kampanye sanitasi.

Keterlibatan kaum perempuan dalam pelaksanaan konstruksi lebih diarahkan pada


pencatatan laporan, pengupahan tenaga kerja, pembelanjaan, dan penagihan
swadaya masyarakat (In Cash). Keterlibatan kaum perempuan dalam pasca
konstruksi dan keberlanjutan pengembangan pelayanan adalah sebagai anggota/
pengurus KPP.

5. PENGAWASAN
Kegiatan DAK Bidang Sanitasi memerlukan adanya pengawasan oleh seluruh
komponen masyarakat dan tim pengawas (OPD Kabupaten/Kota). Pengawasan mulai
dari persiapan sampai akhir pelaksanaan pekerjaan demi untuk menjaga
konsistensi penerapan prinsip-prinsip dasar Program DAK Bidang Sanitasi.
Pengawasan yang dimaksud meliputi :
1. Pengawasan administrasi yang dilakukan terhadap dokumentasi pelaksanaan
kegiatan dan pelaporan;
2. Pengawasan teknis terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan untuk mengetahui
realisasi fisik pekerjaan lapangan meliputi:
❖ Pengawasan terhadap bahan meliputi pengadaan, pemakaian dan sisa
bahan;

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


39
Ketentuan Pelaksanaan

❖ Pengawasan terhadap penggunaan peralatan untuk menghindari tumpang


tindih pemakaian di lapangan;
❖ Pengawasan terhadap penggunaan tenaga kerja/ahli agar pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan.
3. Pengawasan keuangan yang mencakup cara pembayaran serta efesiensi dan
efektifitas penggunaan keuangan; dan
4. Apabila dari hasil pengawasan ditemukan penyimpangan, maka PPK harus
segera mengambil tindakan.

6. PEMANTAUAN DAN EVALUASI


a. Pemantauan
Indikator dalam pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan
berdasarkan Permen PUPR No. 21/PRT/M/2017, antara lain meliputi ;
1. Kesesuaian pelaksanaan Rencana Kegiatan (RK) dengan program prioritas
nasional;
2. Kesesuaian Rencana Kegiatan (RK) dengan pelaksanaan Rencana Kegiatan
(RK);
3. Kesesuaian Rencana Kegiatan (RK) dengan Daftar Pelaksanaan Anggaran
(DPA) Daerah;
4. Proses pelaksanaan pengadaan barang dan jasa;
5. Kesesuaian hasil pelaksanaan kegiatan dengan dokumen kontrak yang telah
ditetapkan;
6. Kesesuaian pencapaian output hasil pelaksanaan kegiatan dengan target
Rencana Kegiatan (RK);
7. Kesesuaian pencapaian outcome hasil pelaksanaan kegiatan dengan target
Rencana Kegiatan (RK); dan
8. Kepatuhan dan ketertiban pelaporan.

b. Evaluasi
Tim pengawas (OPD Kabupaten/Kota) beserta seluruh komponen masyarakat
dibantu oleh Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) melakukan evaluasi mingguan
terhadap pelaksanaan pekerjaan yang meliputi :
1. Pengadaan dan penggunaan material/bahan;
2. Pengadaan dan penggunaan tenaga kerja/ahli;
3. Pengadaan dan penggunaan peralatan/suku cadang;
4. Realisasi keuangan dan biaya yang diperlukan;
5. Pelaksanaan fisik (konstruksi) prasarana dan sarana air limbah serta
jaringan perpipaan;
6. Hasil kerja dari setiap jenis pekerjaan.

Dari hasil evaluasi tersebut, penanggungjawab memberikan masukan dan


rekomendasi untuk memperbaiki dan meningkatkan pelaksanaan pekerjaan
swakelola di masa yang akan datang.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


40
Ketentuan Pelaksanaan

H Pemantauan
dan aluasi Kinerja
mesteran)

GUBERNUR

Tim Koordinasi Provinsi

Balai/Satker
Bappeda Dinas Teknis
Pusat

SKPD
SKPD sub
sub bidang
bidang

Tim Koordinasi Kab/Kota

Bappeda Dinas Teknis

SKPD
SKPDsub
subbidang
bidang

Gambar Mekanisme Pengawasan Dan Evaluasi

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


41
Ketentuan Teknis

BAGIAN 2
KETENTUAN TEKNIS
2.1 KRITERIA TEKNIS
Lokasi prioritas kegiatan Dana Alokasi Khusus bidang
sanitasi antara lain sebagai berikut :

2.1.1 Lokasi Prioritas Kegiatan DAK Reguler


Dana Alokasi Khusus reguler bidang sanitasi ditujukan
bagi Kabupaten/Kota yang memiliki kriteria sebagai
berikut:
1. Sudah atau sedang menyusun dokumen Strategi
Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK). Kegiatan DAK
yang diusulkan oleh kabupaten/kota harus sudah
masuk dalam dokumen SSK;
2. Kegiatan DAK Reguler Sanitasi Tahun 2018
dilakukan di luar lokasi
(kecamatan/kelurahan/desa) kegiatan DAK
Afirmasi dan DAK Penugasan.

2.1.2 Lokasi Prioritas DAK Afirmasi


Dana Alokasi Khusus afirmasi bidang sanitasi
ditujukan bagi Kabupaten/Kota yang memiliki kriteria
sebagai berikut :
1. Daerah Tertinggal
Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden
Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah
Tertinggal tahun 2015-2019, terdapat 122 daerah
tertinggal (kabupaten).

2. Daerah Perbatasan
Berdasarkan Peraturan Kepala BNPP No.1 Tahun
2015 tentang Rencana Induk Pengelolaan
Perbatasan Negara 2015-2019 yang terdiri dari 10
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) dan 187
kecamatan yang merupakan lokasi prioritas
perbatasan di 43 kabupaten/kota.

3. Transmigrasi
Berdasarkan Surat Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor :
S.426/M-DPDTT/07/2016 perihal Kawasan

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

56
Ketentuan Teknis

Mandiri (KTM) terdapat di 26 Provinsi dan tersebar


di 37 Kabupaten dan 104 Satuan Permukiman (SP)
sesuai surat menteri yang menangani urusan desa,
dan daerah tertinggal. Selain itu ditujukan untuk
144 kawasan transmigrasi sesuai dengan target
RPJMN 2015-2019.

4. Daerah yang memiliki dokumen SSK/MPS


Sudah atau sedang menyusun dokumen Strategi
Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK). Kegiatan DAK
yang diusulkan oleh kabupaten/kota harus sudah
masuk dalam dokumen SSK.

2.2.3 Lokasi Prioritas DAK Penugasan


Dana Alokasi Khusus penugasan bidang sanitasi
ditujukan bagi Kabupaten/Kota yang memiliki kriteria
sebagai berikut :
1. Diprioritaskan bagi Kabupaten/kota yang
memiliki akses sanitasi di bawah rata-rata akses
nasional (<67,2%);
2. Kabupaten/kota yang sudah atau sedang
menyusun dokumen Strategi Sanitasi
Kabupaten/Kota (SSK). Kegiatan DAK yang
diusulkan oleh kabupaten/kota harus sudah
masuk dalam dokumen SSK;
3. Penyediaan tangki septik individu perkotaan dan
pengadaan truk tinja dilakukan pada
kabupaten/kota yang sudah mempunyai IPLT dan
sedang membentuk atau sudah mempunyai
sistem pengelolaan lumpur tinja (reguler/on-call
basis);
4. Penambahan pipa pengumpul dan SR dilakukan
pada kabupaten/kota yang telah memiliki IPALD
terpusat (skala kota dan permukiman);
5. Pembangunan tangki septik skala individual
perdesaan dari akses dasar menjadi akses layak
dilakukan pada lokasi yang telah dinyatakan
sebagai kawasan Open Defecation Free (ODF)
selama minimal 2 tahun, berdasarkan data STBM;
6. Pembangunan MCK ++ dan jaringan perpipaan
dilakukan pada pesantren/lembaga pendidikan
agama minimal 300 siswa menetap;

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

57
Ketentuan Teknis

7. Kegiatan penyediaan tangki septik komunal dan


pembangunan baru IPALD skala permukiman
diprioritaskan pada kawasan kumuh
(desa/kelurahan) sesuai dengan Surat Keputusan
Penetapan Kawasan Kumuh yang diterbitkan oleh
Bupati/Walikota atau baseline pemetaan kawasan
kumuh Ditjen Cipta Karya. Kegiatan ini diarahkan
untuk mendukung penanganan permukiman
kumuh perkotaan terutama pada lokasi/kawasan
kegiatan KOTAKU/National Slum Upgrading
Project (NSUP) dan Neighborhood Upgrading and
Shelter Sector Project Phase-2 (NUSP-2);
8. Kabupaten/kota yang sudah atau sedang
menyusun dokumen Strategi Sanitasi
Kabupaten/Kota (SSK).

2.2.4 Kriteria Kegiatan Bidang Air Limbah


Seluruh air yang dihasilkan oleh aktivitas rumah
tangga (Mandi, Cuci, Kakus, Dapur) dan limbah dari
industri rumah tangga yang bersifat organik, dialirkan
dengan jaringan perpipaan menuju Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk diolah secara
aerobik dan atau anaerobik sehingga hasil pengolahan
memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK). Kegiatan penanganan tersebut
diperioritaskan pada:
1. Lokasi yang telah dinyatakan sebagai kawasan
Open Defecation Free (ODF) selama minimal 2
tahun, berdasarkan data Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) dibuktikan dengan Sertifikat
ODF dari Kementerian Kesehatan/ Dinkes;
2. Khusus untuk Kabupaten/Kota yang sudah
memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
dan sedang menyusun/ sudah mempunyai sistem
pengelolaan lumpur tinja (reguler/on-call basis);
3. Lembaga pendidikan agama minimal 300 siswa
menetap;
4. Kabupaten/Kota yang telah memiliki Instalasi
Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) terpusat
skala kota, kawasan dan/atau permukiman;

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

58
Ketentuan Teknis

5. Kawasan Permukiman Kumuh dibuktikan dengan


Surat Keputusan (SK) kawasan kumuh dari
Bupati/Walikota.

2.2 PILIHAN PRASARANA DAN SARANA SANITASI


Pemilihan opsi prasarana dan sarana sistem pengolahan air
limbah sangat tergantung kepada kebutuhan atau kapasitas
pengolahan, kondisi lingkungan kepadatan penduduk,
ketersediaan lahan, ketinggian muka air tanah, Aspirasi non
teknis yang terkait dengan perencanaan dan pemilihan sistem
serta kemudahan dalam pengoperasian dan
pemeliharaannya.

Prasarana dan sarana sanitasi dalam Program Dana Alokasi


Khusus (DAK) dipilih sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dan kondisi lingkungan setempat berdasarkan asas
keberlanjutan. Jenis sarana sanitasi terpilih ini akan menjadi
dasar dalam penyusunan Rencana Kerja Masyarakat (RKM)
yang dilakukan oleh KSM sebagai tim pelaksana swakelola.
Untuk daerah spesifik seperti daerah pantai, daerah rumah
panggung, daerah wilayah sungai, daerah rawa dan muka air
tanah tinggi serta daerah banjir, alternatif pilihan teknologi
pengolahan dan jenis SPALD-S atau SPALD-T skala
permukiman dengan sistem perpipaan harus ada
rekomendasi dari Direktorat Pengembangan PLP.

Proses utama pengolahan air limbah domestik dalam


prasarana dan sarana bidang sanitasi adalah proses secara
biologi, untuk teknologi pengolahannya terdiri dari beberapa
pilihan/opsi yaitu:
a. Proses secara Anaerobik;
b. Proses secara Aerobik;
c. Kombinasi Proses Anaerobik dan Aerobik.

Untuk membantu masyarakat dalam memahami


teknologi/prasarana sanitasi dilaksanakan sosialisasi,
penjelasan dan diskusi-diskusi dalam rembug warga yang
diselenggarakan oleh OPD sebagai pengelola kegiatan
swakelola bidang sanitasi. Alternatif pilihan teknologi
berdasarkan pertimbangan :
❖ Hasil pemetaan (transect walk), observasi detail awal oleh
OPD bersama dengan masyarakat pada tahun
sebelumnya;

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

59
Ketentuan Teknis

❖ Hasil pemetaan masyarakat, klasifikasi, kondisi sumber


air, existing sanitasi, identifikasi calon pengguna dan
akses terhadap sarana sanitasi yang direncanakan.

Alternatif pilihan sarana dan prasarana sanitasi dalam


Program Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang sanitasi terdiri
dari;
2.2.1 Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Setempat
(SPALD-S)
Komponen SPALD-S Terdiri Dari;
1. Sub-sistem Pengolahan Setempat
Sub_sistem Pengolahan setempat berfungsi untuk
mengumpulkan dan mengolah air limbah domestik
(black water dan Grey Water) dilokasi sumber.

Kapasitas pengolahan terdiri atas;


1. Skala Individual dapat berupa cubluk
kembar,Tangki Septik dengan bidang
resapan,biofilter dan khusus pada daerah
spesifik/tertentu seperti pasang
surut,kepulauan ,pantai, dll dapat
menggunakan tangki septik fabrikasi yang
sudah SNI dari Puslitbangkim Kementrian
PUPR;
2. Skala komunal diperuntukan:
a. 2 (dua) sampai dengan 10 (Sepuluh) unit
rumah tinggal;
b. Mandi Cuci Kakus (MCK).

2. Sub-sistem Pengangkutan
Sub-sistem pengangkutan merupakan sarana
untuk memindahkan lumpur tinja dari Sub-sistem
pengolahan lumpur tinja.

3. Sub-sistem Pengolahan Lumpur Tinja


Sub-sistem Pengolahan Lumpur Tinja berfungsi
untuk mengolah lumpur tinja yang masuk dalam
IPLT. Sub-sistem pengolahan lumpur tinja terdiri
dari pengolahn fisik,pengolahan biologis, dan/atau
pengolahan kimia.

Pilihan Sarana dan Prasarana dalam SPALD-S

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

60
Ketentuan Teknis

1. Pengembangan Pelayanan Penyedotan Lumpur


Tinja melalui:
a. Pembangunan tangki septik skala individu di
perkotaan dengan kepadatan penduduk ≤ 150
jiwa/Ha, satu titik lokasi/satu KSM minimal 50
unit, khusus untuk kabupaten/kota yang
sudah memiliki IPLT dan sedang menyusun/
sudah mempunyai sistem pengelolaan lumpur
tinja (reguler/on-call basis);
b. Pengadaan truk tinja maksimal 1 unit truk
untuk kabupaten/kota yang sudah memiliki
IPLT dan sedang menyusun/ sudah
mempunyai sistem pengelolaan lumpur tinja
(reguler/on-call basis).
2. Pembangunan tangki septik skala komunal (5-10
KK);
3. Pembangunan tangki septik skala individual
perdesaan dari akses dasar menjadi akses layak
pada lokasi yang telah dinyatakan sebagai kawasan
Open Defecation Free (ODF) selama minimal 2
tahun, berdasarkan data Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM), satu titik lokasi atau satu KSM
minimal 50 unit.
4. Pembangunan tangki septik skala komunal (5-10
KK) di kawasan permukiman kumuh.

Pilihan teknologi prasarana air limbah 1 dan 3


diperuntukkan bagi Kabupaten/Kota yang sudah
memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan
Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT).

2.2.2 Pengertian dan Ilustrasi Gambar Sarana dan


Prasarana Sanitasi :
1. Air limbah domestik rumah tangga adalah semua
jenis air buangan rumah tangga yang berasal dari
mandi, dapur, cuci dan kakus.
2. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) adalah
instalasi pengolahan air limbah yang di desain hanya
menerima lumpur tinja melalui mobil atau gerobak
tinja (tanpa perpipaan);
3. Truk Tinja/Mobil Tinja adalah mobil tangki yang
digunakan untuk menguras lumpur tinja dari

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

61
Ketentuan Teknis

bangunan pengolahan air limbah rumah tangga yang


membawanya ke IPLT untuk diolah;
4. Open Defecation Free (ODF) adalah kondisi ketika
setiap individu dalam komunitas tidak Buang Air
Besar Sembarangan (BABS), dengan kriteria sebagai
berikut :
a. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban;
b. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar;
c. Tidak ada bau tidak sedap akibat pembuangan
tinja/kotoran manusia;
d. Jamban yang ada secara kualitas terjamin
kesehatan dan tidak mencemari lingkungan;
e. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain
oleh masyarakat untuk mencegah kejadian BAB di
sembarang tempat.

5. Opsi buatan pabrik dipilih dengan kondisi muka air


tanah kurang dari 1,5 meter. Buatkan cassing dari
bahan pasangan bata atau beton;
6. Sistem Gabungan MCK Kombinasi IPAL Komunal
dan Sistem Perpipaan Sederhana. Sistem ini
mengakomodasi masyarakat yang tidak memiliki
maupun yang memiliki jamban pribadi. IPAL yang
digunakan disambungkan dengan outlet MCK plus
dan sistem perpipaan. Direkomendasikan agar MCK
Kombinasi IPAL Komunal ditempatkan dekat dengan
fasum-fasos maupun jalan lintas utama masyarakat;
7. Mengacu dari SNI 03-2398-2002 tentang
perencanaan tangki septik dengan sistem resapan,
maka pengertian tangki septik adalah suatu ruangan
yang berfungsi untuk menampung dan mengolah air
limbah domestik rumah tangga dengan kecepatan
air yang lambat, sehingga memberi kesempatan
untuk terjadi pengendapan terhadap suspensi
benda-benda padat, dan kesempatan untuk
penguraian penguraian bahan-bahan organik oleh
Mikroorganisme/bakteri anaerobik atau aerobik.

Pilihan teknologi yang ada untuk tangki septik


sangat beragam. Salah satunya dapat berdasarkan
pada material pembuatnya seperti dari beton atau
fabrikasi yang sudah tersertifikasi SNI. Walau
bentuk dan material pembuatnya berbagai macam

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

62
Ketentuan Teknis

namun prinsip utama dari tangki septik harus


diutamakan yaitu :
a. Bangunan harus kedap air;
b. Mempunyai pipa udara (hawa);
c. Mempunyai lubang kontrol untuk proses
penyedotan akumulasi lumpur tinja yang
terbentuk;
d. Mempunyai ruangan yang cukup untuk terjadi
proses pengendapan dan pengolahan.

8. Tangki Septik Sakala Individual di Perkotaan dan


Perdesaan (minimal satu lokasi ada 50 unit). Usulan
prasarana ini khusus bagi Kabupaten/Kota yang
sudah memiliki IPLT dan sudah beroperasi, serta
berkomitmen mengeluarkan Perda/Perbup/Perwali
tentang program Layanan Lumpur Tinja Terjadwal
(LLTT) pada tahun berjalan. Khususnya Tangki
Septik Skala Individual di Perdesaan selain
persayaratan tersebut juga sudah harus ODF
minimal 2 tahun;
9. Tangki Septik skala Individual di Perkotaan pada
lokasi kepadatan penduduk ≤ 150 jiwa/Ha adalah
suatu kolam atau bak bersekat-sekat sehingga
terbagi dalam beberapa ruang dan merupakan
tempat pembuangan yang dibuat dengan bahan
kedap air, sehingga air dalam tangki septik tidak
dapat meresap ke tanah. Tangki septik ini digunakan
untuk mengolah limbah cair rumah tangga skala
individual terdiri dari bak pengendap, ditambah
dengan suatu filter yang diisi kerikil atau pecahan
batu untuk mengurai limbah;
10. Tangki Septik Skala Individual Perdesaan untuk
perbaikan unit pengolahan setempat dari akses
dasar menjadi akses layak pada lokasi yang telah
dinyatakan sebagai kawasan Open Defecation Free
(ODF) selama minimal 2 tahun berdasarkan data
STBM, perencanaan dalam satu lokasi minimal 50
unit. Usulan prasarana ini khusus bagi
Kabupaten/Kota yang sudah memiliki IPLT yang
sudah beroperasi, dan berkomitmen mengeluarkan
Perda/Peraturan Bupati/Peraturan Walikota
tentang program Layanan Lumpur Tinja Terjadwal
(LLTT) pada tahun berjalan;

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

63
Ketentuan Teknis

11. Tangki Septik Dengan Media Bakteri. Sarana ini


terdiri dari bak kontrol yang berfungsi sebagai inlet
dan pembagi aliran, bak pengendap dan tiga
kompartemen biofilter. Rincian dimensi sesuai
dengan tabel di bawah.
12. Tangki septik komunal media bakteri buatan pabrik
dapat dipilih apabila dengan kondisi muka air tanah
kurang dari 1,5 meter. Buatkan cassing dari bahan
pasangan bata atau beton;
13. Tangki Septik Komunal dengan Media Bakteri adalah
pembangunan jaringan perpipaan, Sambungan
Rumah (SR) dan IPAL bagi daerah semi perkotaan
dengan pelayanan 5–10 KK;
14. Bentuk design dapat disesuaikan dengan kondisi
lahan, asalkan volume efektif. Kedalaman efektif bak
kurang dari 2 meter tidak disarankan agar suasana
anaerobik tetap terjaga. Seluruh air limbah kakus,
mandi dan cuci dapat diolah. melalui Tangki Septik
dengan Media Filter.

Gambar 2.2 Contoh Ilustrasi Tangki Septik Individu

15. Tangki Septik Skala Komunal (5-10 Kk)


Opsi teknologi tangki septik skala komunal dapat
dilaksanakan bagi lokasi yang memiliki kriteria
sebagai berikut :
a. Bagi warga yang belum memiliki jamban
dan/atau tangki septik sesuai SNI;
b. Jarak antar rumah maksimal 50 Meter;
c. Kepadatan penduduk 50-150 jiwa/Ha;

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

64
Ketentuan Teknis

d. Setiap unit tangki septik skala komunal minimal


melayani 5-10 KK.

Gambar 2.3 Tangki Septik Komunal dengan Media Bakteri


5-10 KK (botol air mineral)

Gambar 2.4 Ilustrasi Tangki Septik Komunal (5-10 KK)

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

65
Ketentuan Teknis

2.2.3 Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Terpusat


(SPALD-T)
Menetapkan proses pengolahan IPAL dalam SPALD-T
Gambar 2.5diterapkan
yang akan Design Tangki Septik Komunal
dilengkapi (5-10 KK)
dengan diagram alir.
Proses pengolahan yang akan diterapkan dalam sebuah
IPAL ditentukan dengan langkah berikut ini:
a. Mengumpulkan data mengenai air limbah domestik
yang akan diolah, meliputi kualitas dan
kuantitas air limbah domestik serta beban organik
air limbah domestic;
b. Menentukan proses pengolahan yang dibutuhkan
berdasarkan;
c. Aspek teknis yaitu kemudahan pengoperasian,
ketersediaan SDM, jumlah lumpur yang
dihasilkan, kualitas efluen;
d. Aspek non teknis yaitu ketersediaan lahan dan
ketersediaan biaya investasi dan pengoperasian.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

66
Ketentuan Teknis

Bagan Alir Pemilihan Unit Pengolahan pada IPAL

Komponen SPALD-T terdiri dari:


1. Sub-sistem Pelayanan
Sub-Sistem Pelayanan merupakan prasarana dan
sarana untuk menyalurkan air limbah domestik dari
sumber melalui perpipaan ke Sub-sistem
Pengumpulan.
Sub-sistem Pelayanan terdiri dari:
a. Pipa tinja;
b. Pipa non tinja;
c. Bak perangkap lemak dan minyak dari dapur;
d. Pipa persil;
e. Bak kontrol.
f. Sumur resapan air hujan

2. Sub-sistem Pengumpulan
Sub-Sistem pengumpulan merupakan prasarana
dan sarana untuk menyalurkan air limbah domestik
dari Sub-sistem Pelayanan ke Sub-sistem
Pengolahan Terpusat.
Sub-sistem Pengumpulan terdiri dari :
a. Pipa Retikulasi yang terdiri dari pipa lateral dan
pipa servis
b. Pipa Induk
c. Prasarana dan sarana pelengkap (bangunan
pendukung).

3. Sub-Sistem Pengolahan Terpusat


Merupakan prasarana dan sarana berupa Instalasi
pengolahan air limbah domestik (IPAL) untuk

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

67
Ketentuan Teknis

mengolah air limbah domestik yang dialirkan dari


rumah-rumah melalui Sub-sistem Palayanan dan
Sub-Sistem Pengumpulan,untuk diolah agar
menghasilkan air hasil olahan (Effluent) yang aman
bagi lingkungan. Adapun prasarana dan sarana IPAL
terdiri atas :
a. Prasarana Utama
➢ Pre Treatment / Pengolahan Awal
▪ Proses Fisik
a. Screen;
b. Grit Chamber;
c. Equalisasi;
d. Settler/Sedimentasi awal.
➢ Primary Treatment / Pengolahan Utama
• Proses Biologi
a. Anaerobik;
b. Aerobik;
c. Kombinasi Anaerobik dan Aerobik.

➢ Post_Treatment / Pengolahan Lanjut


• Proses Fisik
a. Karbon Aktif;
b. Saringan pasir lambat;
c. Sedimentasi akhir;
d. Horizontal Gravel Filter / Wetland;
e. Proses kimia;
f. Desinfeksi dengan klorin.

b. Prasarana dan sarana pendukung meliputi :


➢ Infrastruktur jalan berupa jalan masuk, jalan
operasional dan jalan inspeksi;
➢ Sumur pantau;
➢ Alat pemeliharaan;
➢ Pagar pembatas;
➢ Pipa pembuangan;
➢ Tanaman penyangga dan/atau;
➢ Sumber energi listrik.

2.2.4 Perencanaan Sub_Sistem Pengumpulan


Perencanaan Sub_sistem pengumpulan dalam program
SANIMAS DAK terdiri dari jaringan pipa induk yang
berfungsi untuk membawa air limbah domestik dari
beberapa rumah menuju Instalasi Pengolahan Air

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

68
Ketentuan Teknis

Limbah Domestik agar tidak terjadi pencemaran pada


lingkungan sekitarnya.
Sumber air limbah domestik dari rumah tangga adalah
sebagai berikut:
1. WC/kakus/jamban. Air limbah domestik yang
berasal dari sumber ini sering disebut dengan istilah
black water.
2. Kamar mandi, tempat cuci, dan tempat memasak
(dapur). Air limbah domestik yang berasal dari
sumber ini sering disebut dengan istilah grey water.

Pada tiap pertemuan atau belokan harus menggunakan


bak kontrol, jarak antara bak kontrol pada jaringan
pipa induk maksimal 20 meter bertujuan untuk
mengurangi akumulasi gas dan memudahkan
pemeliharaan saluran.
Syarat-syarat pengaliran air limbah yang harus
diperhatikan, dalam perencanaan jaringan saluran air
limbah adalah :
1. Pengaliran secara gravitasi
2. Batasan kecepatan minimum dan maksimum
harus diperhatikan. Kecepatan minimum untuk
memungkinkan terjadinya proses self-
cleansing,sehingga bahan padat yang terdapat
didalam saluran tidak mengendap di dasar
pipa,agar tidak mengakibatkan penyumbatan,
sedangkan kecepatan maksimum mencegah
pengikisan pipa oleh bahan-bahan padat yang
terdapat didalam saluran.
Persyaratan teknis perencanaan pipa pengumpulan air
limbah domestik dapat di lihat pada tabel dibawah ini.

No Kategori Keterangan
Tersedia Air Bersih Untuk
1 Suplai Air Bersih
Keperluan Gelontor
Minimal 100 mm,Karena
2 Diameter Pipa
Membawa Padatan
3 Aliran Dalam Pipa Aliran Seragam
Kecepatan Pengaliran
4 0,6 Meter/Detik
Minimal
Kecepatan Aliran
5 3 Meter/Detik
Maximal

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

69
Ketentuan Teknis

1. Dimensi dan Kemiringan Pipa


➢ Dimensi Pipa
Dimensi pipa untuk Sanimas adalah sebagai
berikut:
✓ Dimensi pipa untuk sambungan rumah
/persil adalah 3” – 4”.
✓ Dimensi pipa untuk pipa induk adalah 4” –
6”.
➢ Kemiringan Pipa
Kemiringan pipa minimal diperlukan agar di
dalam pengoperasiannya diperoleh kecepatan
pengaliran minimal dengan daya pembilasan
sendiri (self cleansing) guna mengurangi gangguan
endapan di dasar pipa.
Kemiringan muka tanah yang lebih curam
daripada kemiringan pipa minimal bisa dipakai
sebagai kemiringan desain selama kecepatannya
masih di bawah kecepatan maksimal.
Kemiringan pipa untuk SANIMAS adalah
sebagai berikut :
a. Kemiringan pipa untuk sambungan rumah
(pipa persil) adalah 1% - 2%.
b. Kemiringan pipa untuk pipa induk adalah
0.4% - 1%.

2. Bahan Perpipaan
Pemilihan bahan pipa harus betul-betul
dipertimbangkan mengingat air limbah banyak
mengandung bahan padat yang mengganggu atau
menurunkan kekuatan pipa. Demikian pula
selama pengangkutan dan pemasangannya,
diperlukan kemudahan serta kekuatan fisik yang
memadai. Pipa yang biasa dipakai untuk
penyaluran air limbah komunal adalah:
1. Pipa SNI khusus air limbah yang mengacu
pada SNI 06-0178-1987, dalam kondisi
khusus dapat digunakan pipa klas AW. Pipa
klas D hanya boleh digunakan untuk pipa
persil (SR).
2. PE (polyethylene) untuk daerah rawa atau
persilangan di bawah air.
3. Pipa galvanis untuk kondisi jaringan pipa
yang terekspos.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

70
Ketentuan Teknis

3. Sambungan Perpipaan
1. Untuk PVC:
a. Solvent (lem): untuk diameter kecil;
b. Cincin karet: untuk diameter lebih besar.
2. Untuk Galvanis:
a. Flange atau las

4. Kedalaman Perpipaan
1. Kedalaman perletakan pipa minimal
diperlukan untuk perlindungan pipa dari
beban di atasnya dan gangguan lain;
2. Kedalaman galian pipa Persil > 0,2 m,
selanjutnya mengikuti gradien hidrolik.
Dalam situasi tertentu memperhitungkan
beban luar.

5. Bangunan Pelengkap Pada Sub_sistem


Pengumpulan
Prasarana dan sarana pelengkap (bangunan
pendukung) berupa unit bak kontrol yang berfungsi
sebagai awal dari satu kesatuan Sistem Pengolahan
Air limbah Domestik Terpusat (SPALD-T) unit
pengolahan ini terdiri dari;
Bangunan pelengkap pada Sub_sistem
pengumpulan terdiri dari;
1. Unit Manhole dengan Spesifikasi
a. Bentuk ;
Bulat dengan diameter 60 cm
b. Bahan;
Precast/pracetak dengan campuran komposisi beton
1;2;3 atau dengan besi tuang
c. Tutup;
Prinsipnya rapat, kedap air dan udara, ringan dan
mudah dibuka untuk perawatan rutin dan dikunci
Bak Manhole digunakan untuk memudahkan
pemeliharaan pada saluran perpipaan apabila terjadi
penyumbatan.

2. Unit Drop Manhole


Drop Manhole digunakan apabila beda elevasi pertemuan
cabang saluran datang (Inlet) dan saluran yang
meninggalkan (Outlet) > 50 cm.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

71
Ketentuan Teknis

2.2.5 Perencanaan Sub_Sistem Pelayanan


Sub-sistem Pelayanan merupakan prasarana dan
sarana untuk menyalurkan air limbah domestik dari
sumber melalui perpipaan ke Sub-sistem
Pengumpulan yang terdiri dari beberapa unit proses
pengolahan yaitu;

1. Grease Trap / Penangkap Lemak.


Unit perangkap lemak adalah bak kontrol yang
dilengkapi dengan pipa masuk (inlet) dan keluar
(outlet) yang berfungsi memisahkan lemak dan
padatan dari dapur. Unit ini dimaksudkan untuk
mencegah penyumbatan akibat masuknya lemak
ke dalam pipa. Disarankan dipasang diluar dapur
dan daerah dengan pemakaian air rendah, dan
lokasinya sedekat mungkin dengan sumbernya.

Spesifikasi Unit penangkap lemak sebagai berikut;


a. Bentuk;
- Bulat dengan diameter 40 cm
b. Bahan;
- Precast/pracetak dengan campuran beton
komposisi 1:2:3
- Besi tuang
c. Lokasi;
Penempatan sedekat mungkin dengan
dapur,Kedalaman dari muka tanah maximal 50
cm
d. Tutup;
Prinsipnya adalah Rapat,kedap air dan
udara,ringan dan mudah di buka untuk
perawatan rutin dan di kunci, jika terletak pada
badan jalan,wajib menggunakan bahan dari
PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

72
Ketentuan Teknis

besi tuang, jika tidak terletak tidak dibadan


jalan boleh menggunakan bahan campuran
beton dengan komposisi 1:2:3 atau dari plastik.

2. Bak Kontrol Sambungan Rumah


Berfungsi untuk mengalirkan air limbah yang
bersumber dari WC/kakus/jamban,cuci dan
mandi.

Unit Bak Kontrol dari kamar mandi/WC dengan


spesifikasi;
a. Bentuk;
Bulat dengan diameter 40 cm
b. Bahan;
Precast/pracetak dengan campuran komposisi
beton 1;2;3 atau dengan besi tuang
c. Tutup;
Prinsipnya rapat, kedap air dan udara, ringan dan
mudah dibuka untuk perawatan rutin dan
dikunci.

3. Bak Kontrol Utama


Berfungsi untuk mengalirkan seluruh air limbah
pada Sub_sistem pengumpulan menuju ke
sub_sistem pengolahan.

4. Sumur Resapan Air Hujan


Bertujuan untuk mengantisipasi air hujan dari
lingkungan warga masuk ke sub-sistem
pengolahan yang dapat mengganggu kinerja IPAL
secara keseluruhan. Sumur resapan ini berfungsi
untuk meresapkan air hujan khususnya pada
lokasi dimana warga yang mempunyai sumur
terbuka.

2.2.6 Perencanaan Sub - Sistem Pengolahan


Rencana Teknik Rinci (RTR) Sub_sistem Pengolahan
berupa Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik
(IPAL) dibuat oleh masyarakat dan didampingi oleh
tenaga fasilitator lapangan setelah jenis sarana sanitasi
dan teknologi pengolahan air limbah domestik dipilih
oleh masyarakat dalam rembuk warga.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

73
Ketentuan Teknis

Opsi teknologi dalam perencanaan Instalasi


Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL) dalam
SANIMAS DAK minimal terdiri dari;

1. Unit Grit Chamber & Screen/ Penangkap


padatan.
Sebelum masuk ke unit pengolahan, dibangun
konstruksi Grit chamber dan screen yang berfungsi
untuk menangkap padatan besar dan padatan
inorganic seperti pasir, plastik, logam, kaca, dlsb.
Sehingga tidak mengganggu sistim pengolahan
selanjutnya.

2. Unit Equalisasi /Bak Perata Aliran


Berfungsi untuk meratakan/ menyamakan beban
aliran yang masuk agar menjadi laminer/rata
sehingga tidak mengganggu sistem pengolahan
selanjutnya.

3. Unit Settler/Sedimentasi Awal


Berfungsi untuk mengendapkan padatan organic
dalam limbah sehingga Total padatan tersuspensi
dalam air limbah akan mengendap dan dilanjutkan
dengan stabilisasi dari bahan yang diendapkan
tersebut melalui proses anaerobic.

4. Unit Pengolahan Secara Biologi


Pengolahan biologis adalah penguraian bahan
organik yang terkandung dalam air limbah
oleh mikroorganisme/bakteri sehingga menjadi
bahan kimia sederhana berupa unsur-unsur dan
mineral yang siap dan aman dibuang ke
lingkungan. Dalam pengolahan ini, polutan yang
degradable (mudah diuraikan) dapat segera
dihilangkan. Polutan tersebut merupakan
makanan bagi bakteri, sehingga dalam waktu yang
singkat bakteri akan berkembang biak
menghabiskan polutan yang ada dalam air limbah
dan menghasilkan lumpur biologis sebagai
endapan. Pengolahan secara biologi terbagi menjadi
2 bagian yaitu;
a. Proses Anaerobik adalah proses pengolahan air
limbah secara biologi dengan dibantu

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

74
Ketentuan Teknis

menggunakan mikroorganisme jenis anaerob


dalam mendegradasi parameter pencemar
(BOD,COD) yang terkandung dalam air limbah.
Dalam aplikasinya terdapat 2 (dua) model/jenis
tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme/bakeri yaitu secara melayang
dan melekat pada suatu media yang di pasang
dalam kompartemen pengolahan.

Skema pengoalahan air limbah dengan proses


Anaerobik dapat di lihat seperti gambar
berikut;

b. Proses Aerobik adalah proses pengolahan air


limbah secara biologi dengan dibantu
menggunakan mikroorganisme jenis aerobik
dalam mendegradasi parameter pencemar
(BOD,COD ) yang terkandung dalam air limbah.
Dalam aplikasinya terdapat 2 ( dua )
model/jenis tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme/bakeri yaitu secara melayang
dan melekat pada suatu media yang di pasang
dalam kompartemen pengolahan.

Skema pengolahan air limbah dengan proses


Aerobik dapat di lihat seperti gambar berikut;

c. Kombinasi proses Anaerobik dan Aerobik


Proses kombinasi anaerobik dan aerobik adalah
proses pengolahan air limbah secara biologi
dengan menggabungkan proses Anaerobik dan
proses Aerobik.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


75
Ketentuan Teknis

Skema pengolahan air limbah dengan proses


kombinasi dapat di lihat seperti gambar
berikut;

Proses Proses
Anaerobik Aerobik
outle

5. Prasarana dan Sarana pendukung meliputi :


1. Infrastruktur jalan berupa jalan masuk, jalan
operasional dan jalan inspeksi;
2. Sumur pantau berfungsi untuk memonitoring
kualitas hasil olahan dan pengambilan sampel
air limbah.

2.2.7 Parameter Desain dalam Penyusunan RTR IPAL


Parameter Desain dalam Penyusunan RTR IPAL sebagai
berikut;

1. Debit Limbah
Debit Limbah dalam Rencana Teknik Rinci
pembangunan IPAL di tentukan berdasarkan
Perhitungan dan atau asumsi pemakaian air setiap
jiwa dari calon pengguna dan pemanfaat IPAL,
contoh asumsi kebutuhan air bersih per jiwa
perhari.

a. Kota Kecil dengan kebutuhan 60-100


liter/orang/hari.
b. Kota Sedang dengan kebutuhan 90-100
liter/orang/hari.
c. Kota Besar dengan kebutuhan 100-150
liter/orang/hari.
* sumber pedoman konstruksi dan
bangunan, Dep. PU.

2. Karakteristik Limbah
Karakteristik air limbah adalah parameter yang
terdapat dalam air limbah secara fisik, biologi dan
kimia.
3. Baku Mutu Air Limbah
Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau
kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

76
Ketentuan Teknis

pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam


air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke
dalam sumber air dari suatu usaha dan atau
kegiatan.

Dalam merencanakan unit instalasi pengolahan air


limbah,kualitas effluent pengolahan air limbah
mengacu pada baku mutu effluent yang berlaku.

4. Hydrolic Retention Time (HRT)/Waktu Tinggal


Makin lama waktu tinggal air limbah makin baik,
tapi di perhatikan juga dengan anggaran yang
tersedia. Dalam IPAL SANIMAS waktu tinggal yang
digunakan adalah minimum 24 Jam dengan
pendekatan aliran rata-rata air limbah dalam 24
jam atau 1 hari.

5. Organic Loading Rate /Laju Beban Organik


Kandungan organik air limbah yang biasa
dinyatakan dalam kgBOD/m3.

6. Hydrolic Loading / Beban Hidrolis


Dinyatakan sebagai volume air buangan yang dapat
diolah per satuan waktu persatuan luas
permukaan media.

7. Media Filter
Sangat penting memahami kriteria media filter yang
akan digunakan/dipilih, beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam memilih media filter;

1. Mempunyai luas permukaan spesifik besar;


2. Mempunyai fraksi volume rongga tinggi;
3. Dibuat dari bahan yang tidak mudah rusak
terendam dalam air;
4. Mempunyai kekuatan mekaniknya yang baik;
5. Ringan;
6. Fleksibilitas;
7. Pemeliharaan mudah;
8. Reduksi cahaya;
9. Sifat kebasahan (wettability).

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

77
Ketentuan Teknis

8. Ketersediaan Lahan
Lahan yang akan dimanfaatkan untuk bangunan
IPAL merupakan lahan yang memiliki letak yang
lebih rendah dari permukiman dan dekat dengan
badan air penerima yang aktif/mengalir sepanjang
tahun, memiliki luas yang memadai untuk
dibangun IPAL, status lahan harus pasti dan tidak
dalam konflik.

2.2.8 Contoh Perhitungan Rencana Teknik Rinci IPAL


Berikut adalah salah satu contoh perhitungan desain
IPAL secara sederhana yang digunakan dalam program
SANIMAS dengan kapasitas pengolahan 50 KK setara
dengan 250 jiwa dengan lebar lahan yang tersedia 3
meter. Sebagai contoh dalam buku pedoman ini adalah
sistem pengolahan air limbah domestik secara biologi
dengan proses anaerobik sebagai proses utamanya,
menggunakan media filter sebagai tempat
menempelnya microbiologi/bakteri yang dikenal
dengan Anaerobik filter/biofilter.

Pendekatan yang digunakan dalam sistem pengolahan


air limbah domestik dalam contoh ini adalah sebagai
berikut:
1. Makin merata aliran, makin baik;
2. Makin lama waktu tinggal dalam bak settler, makin
baik;
3. Makin banyak mikroorganisme/bakteri makin
baik;
4. Memperpanjang waktu kontak supernatan dalam
air limbah dengan media filter sebagai tempat
tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme/bakteri dengan cara membagi
beberapa kompartemen/ruang/bak anaerobic;
5. Makin luas permukaan media filter, makin baik;
6. Makin besar rongga dalam media filter (void ratio)
makin baik.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

78
Ketentuan Teknis

Unit-unit pengolahan yang terdapat dalam IPAL adalah


sebagai berikut;

1. Pengolahan Awal / Pre_Treatment


▪ Grit Chamber,Screen dan Equalisasi
Fungsi utama bukan untuk bak
pengolahan,tapi hanya untuk penampung awal
agar aliran air limbah ke ipal lebih
laminer/rata,serta menangkap padatan yang
tidak dapat terurai seperti pasir dll, harus
dibersihkan maksimal 2 minggu sekali

▪ Sekat Gantung :
Berfungsi sebagai perangkap scum yang
terbentuk pada bak settler/sedimentasi awal.

▪ Settler/ Sedimentasi :
Proses sedimentasi/pengendapan dan
dilanjutkan dengan stabilisasi dari bahan yang
diendapkan tersebut melalui proses anaerobik.
Tujuannya adalah untuk mengendapkan dan
menstabilkan lumpur sebelum masuk ke
pengolahan selanjutnya (sebagai pengolahan
awal).

▪ Ruang Lumpur
Berfungsi untuk menampung akumulasi
mikroorganisme/bakteri yang sudah menjadi
lumpur dari proses sedimentasi dalam bak
settler/sedimentasi.

▪ Gutter
Sebagai pengarah aliran dan menstabilkan
kecepatan aliran dari bak settler/sedimentasi
menuju ke Proses pengolahan utama.

2. Pengolahan Utama / Primary_Treatment


▪ Anaerobic Filter/Biofilter
Sistem ini untuk memproses bahan-bahan
yang tidak terendapkan dan bahan padat
terlarut (dissolved solid) dengan cara
mengkontakan dengan surplus
mikroorganisme anaerobik pada media filter

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

79
Ketentuan Teknis

dengan tujuan akan terjadi penguraian bahan


organik terlarut (dissolved organic) dan bahan
organik yang terspresi (dispersed organic) yang
ada dalam air limbah dalam kondisi Anaerobik
atau tanpa menggunakan oksigen.
3. Sumur Pantau
Berfungsi untuk memonitoring kualitas air
hasil olahan dan pengambilan sampel air
buangan.

Contoh Perhitungan IPAL dalam program SANIMAS


untuk 50 KK dengan ketersediaan lebar lahan 3 m

JUMLA
PARAMETER SATUAN KETERANGAN
H
Jumlah
250 Jiwa (disesuaikan)
Pengguna
Penggunaan Air
90 liter/hari (disesuaikan)
Bersih
Timbulan Air % dari air (standar 0,7 -
0,8
Limbah bersih 0,8 %)
Endapan
15 liter/tahun (baku)
Lumpur Limbah
Kooefisien Saat (pilih 1,1 -
1,2
Jam Sibuk 1,2)
Waktu Tinggal
24 jam (disesuaikan)
di IPAL
1 hari

A. Kapasitas Volume IPAL


- Penggunaan Air Bersih 50 KK (250) jiwa = Jumlah
Pengguna x Jumlah Penggunaan Air Bersih
= 250 jiwa x 90 liter/hari
= 22.500 liter/hari
= 22,5 m3/hari
- Volume Limbah = Timbulan Air Limbah x Penggunaan Air
Bersih
= 0,8 x 22,5 m3/hari
= 18 m3/hari
- Volume saat Jam Puncak = Koefisien Jam Sibuk x Volume
Limbah

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

80
Ketentuan Teknis

= 1,2 x 18 m3/hari
= 21,6 m3/hari
-Q = Volume Jam Puncak : 1 hari
= 21,6 m3/hari : 24 jam
= 0,9 m3/jam
- Volume Lumpur = Endapan Lumpur Limbah x Jumlah
Pengguna x 1 hari
= 15 liter/tahun x250 jiwa x 1 Hari
= 3.750 liter/tahun
= 3,75 m3/tahun.

B. Kapasitas Unit Settler


- Waktu Tinggal di Settler = 12 jam
- Volume Bak Settler = Debit Air Limbah x Waktu Tinggal di
Settler
= 0,9 m3/jam x 12 jam
= 10,8 m3/hari
- Volume Bak Lumpur = 3,75 m3/jam
- Dimensi Bak IPAL =
- Lebar = 2,7 m (ditentukan)
- Tinggi = 2 m (ditentukan)
- Panjang = Volume Bak Settler : (Lebar x Tinggi)
= 10,8 m3/hari : (2,7 m x 2 m)
=2m
C. Cek Kecepatan Aliran di Unit Settler
- V max = 0,5 m3/jam
- Luas Penampang = Panjang Settler x Lebar Settler
= 2 m x 2,7 m
= 5,4 m2
- V (Kecepatan Aliran di Settler)= Debit Air Limbah : Luas
Penampang Settler
= 0,9 m3/jam : 5,4 m2
= 0,17 m3/jam
- V < V max => aman.

D. Kapasitas Unit Anaerobic Filter (AF)


- Jumlah Bak AF = 9 buah (direncanakan)
- Waktu Tinggal di AF = 12 jam (direncanakan)
- Volume Bak AF = Volume Bak Settler
= 10,8 m3/hari
- Volume 1 Bak AF = Volume Bak AF : Jumlah Bak AF
= 10,8 m3/hari : 9
= 1,2 m3/hari

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

81
Ketentuan Teknis

- Dimensi 1 Bak AF =
- Tinggi = 2 m (ditentukan)
- Lebar = (Lebar settler – (2 x lebar dinding
sekat)) : 3
= (2,7 m – (2 x 0,15) : 3
= 0,8 m
- Panjang = Volume AF : (Lebar AF X
Tinggi AF)
= 1,2 : (0,8 X 2)
= 0,75 m
=> dibuat 0,9 m agar mudah dalam pelaksanaan konstruksi.

E. Cek Kecepatan Aliran di Unit Anaerobic Filter (AF)


- V max = 1 – 2 m3/jam
- Luas Penampang AF = Panjang AF X Lebar AF
= 0,75 m x 0,8 m
= 0,6 m2
- Kecepatan Aliran di AF = Debit Air Limbah : Luas
Penampang AF
= 0,9 m3/jam : 0,6 m2
= 1,5 m3/jam
- V max bawah < V < Vmax atas => aman

Contoh Gambar RTR Perhitungan IPAL 50 KK Dengan


Ketersediaan Lahan Lebar 3 meter

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

82
Ketentuan Teknis

c D
·/ 1: , • ,· ' . ......:.. l / ' /

A
_J 2

-"

2 u
B B
&l

"
c D E

.. l10l 00 l11I ol !9 1..


1 Q!) 11'1 90 l11J .. 1.,1 .. 1111

D ENAH IPAL
$KAI.A 1:100

PEDDMANTEKNIS PEIAKSANAAN OAK BlDANG SANITASI 2018

83
Ketentuan Teknis

. '- ·. '• ,_ ., ' ,_ •/ ,


" ;
- r, a ID <l

-
ID

"''
. · L.li
1;;: Ir. ( .i:p
, .,
, ' . .. .., .f.} - ///. •
.
/ .

·
. .
-;.;·i.. '·
-- :

,.: .
'7
' , ,
.
... .
"1 I u
- · ti
' lO
" in

_,
"' .' .. 2
L_
/
· ·
'"""'
. . : ' .- • . _<;
-.-: ll

- ·"il: ... //
....
'O
/ 0
·'
/; ' .. . . /
I 1
. ..
///ll
..
1::J
"" .n ·..,.
n - ID

;;= /
,_
:. ID
...
..
I
n

/ ..,
• •'o•

PEDDMANTEKNIS PEIAKSANAAN OAK BlDANG SANITASI 2018

56
Ketentuan Teknis
-· .._._
. . . · ' ..
' J
. .
"
-
<J JU

'/
. . ' _._, , lU ·---=-
, . '

11 Ill! bal 11!1 l11I 5111 11 ill 11 f.l!t l1al 1111 l1al illil bal i!Q

I 11.' f..£! II SET'l\.al 11 AF


74

11 .. IJ /\F II wn.l!T I

DENAH BALOK PENYANGGA FILTER


SKALA 1 100

PEDDMANTEKNIS PEIAKSANAAN OAK BlDANG SANITASI 2018

57
Ketentuan Teknis

----Pkl1 eeion 1:2:31 • 10 urn


---
Piplc PVC 3'"
Pl"! lon 1:2::3I = 10en1 Te" P"IC &'
Til.1.fJ M •'lt'lt!W Ditj11 Car
01rif.11no P11!1"'11f111 }tli;itt1
Medill FHW!r
Pfp.i PVC Z'
rf!Ja vernllesl r:ovc a·
• . w w ··1..i.J

'f
.
;...< '""
"' "
-
i
... 0
P\pf:I $Ir"''
-
.- '. -01mj111_! gtin 19elll

'
Gvi;rp,'.7,
Ofita "' 7,
' ·

--S:;ldk Rirg .
, ..
• -A.t!b&19tti

L Pq1r Un41
\ %
" . ... '--
I • 6 C'ltl
...Pli.i•PVC6 l 15ll. 15um I•$1l11l
L•ni.i
P rvor··
Dlnd:r.J ... .
e..1(111 1:2:3 . ... . ' Btt!Cll1 1!2.

Oindlng ,
I•Ht«il I"' 1$011
Okldltig
8eto11 1:a:

PEDDMANTEKNIS PEIAKSANAAN OAK BlDANG SANITASI 2018


P11- Anl)!ln
J E!Rlfl • ' ' .. - I= 15011

58
Ketentuan Teknis
I P ll'Uruf'c.l'" lO om
R .U B \ l tO tltl
:. z
' ' l•1U.I B&!o11 1.Z:3115011

. . •• Dh1di1 PM#l(lflll J O&tll

r
.._ t
'·· . Bal<* Pen<tl>Elf'O A."1Pet'l)'811'!W:I
f:'.lltt1r t6x 161

- Plai Deticln P 111y111\ a Filte!' I "' 6Cl\I

"l · l·l L-ll>'ll--'•·-u...J,,,l .,l··l w ln.l --·--li l·_.l1•.1


00
J!l!i
1

J_ J
I_--'W
EO:W
!<
"'-- 11 M II M ( ,I_ !lf I .I1--'""m':wn.-11
1""'- POTONGANA·I\
81<Ji.LA ! 100

PEDDMANTEKNIS PEIAKSANAAN OAK BlDANG SANITASI 2018

59
Ketentuan Teknis

---------------Prat Bntc.>n t:2:3 t = ·1& :m


-
-
-
--
-
--
-
-
--Pfpa PVC 3"
l.iit Boton J:2:3 t -= IOom ---------,
P --
---
---
---
---Too PVC 3•
Tvto..t4) Manhole B8i8 CCw
Oi.ncuno P !
Battt--------,

-··-
---------Moaia fllW'

··.
PaslrUivQ
t = c:m 5i
-----P
pa PVC 2
i Rabat B(S!k)ft
t = crn
+--------Dnd
l no
l Lw1tal
Berton 1:2:3 Bo'°n 1:2:"3
t • 1SC#T• I ttS cni.
DlodlnQ
Paanngnn J Basa

1..1 .. 1..
1

<-----••ETIYffl

PEDDMANTEKNIS PEIAKSANAAN OAK BlDANG SANITASI 2018

56
Ketentuan Teknis

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


Ketentuan Teknis

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

57
Ketentuan Teknis

Gambar 4
Contoh layout dan Bangunan IPAL KOMPAK beserta unit-unit IPAL
dalam program SANIMAS DAK

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

58
Ketentuan Teknis

2.2.4.1 Rencana Anggaran Biaya (RAB)


Skema pelaksanaan perhitungan anggaran
biaya adalah ;

Analisa Harga
Upah Tenaga Kerja
Satuan Pekerjaan
RAB
Volume
Harga Bahan/Material
Pekerjaan

RAB = Volume Pekerjaan x Harga Satuan


Keterangan :
1. Upah Tenaga Kerja tergantung dari
masing-masing keahlian, dan dihitung
perhari kerja yaitu 8 jam per hari;
Upah tenaga kerja didapat dilokasi,
dikumpulkan dan dicatat dalam satu
daftar yang dinamakan daftar Harga
Satuan Upah;
2. Harga bahan/material untuk
pelaksanaan fisik didasarkan pada
setiap daerah/lokasi masing-masing
(berdasarkan hasil survey di lokasi
masing-masing);
3. Harga satuan upah dan bahan/material
untuk dasar perhitungan Biaya
Perencanaan didasarkan Harga Satuan
Setempat;
4. Analisa harga satuan pekerjaan adalah
perhitungan analisa untuk
mendapatkan harga satuan pekerjaan
dengan menggunakan analisa SNI;
5. Harga satuan pekerjaan adalah jumlah
harga bahan dan upah yang
dihitung/berdasarkan analisa SNI;

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

59
Ketentuan Teknis

6. Volume pekerjaan adalah besar volume


atau kubikasi suatu pekerjaan yang
dihitung berdasarkan gambar bestek
dan gambar detail;
7. Rencana anggaran biaya suatu
bangunan adalah perhitungan
banyaknya biaya yang diperlukan
(bahan dan upah) untuk menyelesaikan
bangunan tersebut.

2.2.4.2 Konstruksi Bangunan pada Sistem


Pengolahan Air Limbah Domestik
Terpusat (SPAD-T).
Persyaratan Bangunan IPAL tidak
memperbolehkan adanya kebocoran
sehingga diharuskan memakai struktur
beton bertulang yang kuat dan kedap air.

1. Pondasi
a. Menggunakan batu pecah di tanam
dengan kedalaman galian 60 cm atau
sesuai dengan gambar perencanaan/
spesifikasi teknis.
b. Sisa tanah sisa galian dibuang ke
tempat yang telah disediakan atau
dipindahkan ke lokasi yang telah
direncanakan.
c. Untuk lantai kerja pembuatan
platform dengan konstruksi beton
tumbuk sesuai
perencanaan/spesifikasi teknis.
d. Pemadatan dan pengurugan kembali
bekas galian di sekitar lokasi yang
telah dibuat.

2. Lantai kerja
a. Dibuat lantai kerja minimal setebal 5
cm (beton tumbuk kelas tiga) diatas
tanah sebelum tulangan beton
ditempatkan/dipasang.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

60
Ketentuan Teknis

3. Konstruksi Bangunan IPAL


Pemasangan platform dengan
konstruksi beton bertulang sesuai
gambar rencana/spesifikasi teknis.
a. Lantai bangunan IPAL dengan
konstruksi beton betulang
b. Dinding luar bangunan IPAL dengan
konstruksi beton bertulang
c. Sekat antar ruang dengan konsruksi
beton bertulang atau menggunakan
pasangan bata
d. Penghubung antar kompartemen
dalam bangunan menggunakan pipa
PVC berikut aksesorisnya berupa T
dengan diameter 2-4 inches

Saat pekerjaan bangunan IPAL harus


diperhatikan dan diawasi dengan teliti
karena kesalahan pekerjaan dapat
menyebabkan terjadinya kebocoran
pada bangunan pengolahan. Setelah
unit pekerjaan selesai dibangun harus
dilakukan pengetesan kebocoran dari
unit.

Pemasangan Plat Atas Tutup IPAL


dan Tutup Menhole

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

61
Ketentuan Teknis

2.2.4.3 Material Konstruksi Bangunan IPAL


1. Semen
Jenis dan tipe semen adalah jenis
semen yang ber SNI penggunaan umum
(pasaran).

2. Agregat Halus (pasir)


Agregat halus yang akan digunakan
harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Terdiri dari butir-butir yang keras
dan kekal;
b. Tidak boleh mengandung lumpur
lebih dari 5%, yang ditentukan
terhadap berat kering;
c. Tidak boleh mengandung bahan-
bahan organis terlalu banyak;
d. Pasir dari laut tidak boleh
digunakan;

3. Agregat Kasar
a. Agregat Kasar harus terdiri dari
butir-butir keras atau tidak berpori
dan kekal;
b. Kandungan lumpur tidak boleh lebih
dari 1%, yang ditentukan terhadap
berat kering.

4. Air
Air yang akan dipakai untuk
pembuatan beton tidak boleh
mengadung minyak, garam, bahan-
bahan organis atau bahan-bahan lain
yang dapat merusak beton/baja
tulangan.

5. Baja tulangan
a. Baja tulangan yang akan dipakai
adalah yang ada dipasaran;
b. Bentuk baja tulangan dapat berupa
tulangan polos atau tulangan
diprofilkan.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

62
Ketentuan Teknis

6. Pengujian kebocoran unit IPAL


a. Untuk membuktikan bahwa IPAL
yang sudah selesai dikerjakan tidak
bocor, maka pengujian struktur
hidrolis harus dilakukan sebelum
dilakukan pengecoran plat bagian
atas;
b. Setelah bekisting dilepas, semua
dinding IPAL harus bersih dari
timbunan, supaya kebocoran pada
dinding dapat diketahui dengan jelas;
c. Sebelum pelaksanaan pengujian ini,
tidak boleh dilakukan pengecatan;
d. Tiap Unit Kompartemen yang akan
diperiksa diisi dengan air sampai
dengan setinggi outletnya;
e. Lakukan penutupan dan biarkan
terisi sekurang-kurangnya 24 jam;
f. Pengujian ini dilakukan per dua
kompartemen secara berurutan;
g. Ketinggian air selama waktu
pengujian harus diamati dan tidak
boleh terjadi penurunan muka air.;
h. Penurunan maksimum yang diijinkan
selama 24 jam adalah 1 cm. Bila
penurunan permukaan air lebih dari 1
cm dalam waktu 24 jam berarti IPAL
tersebut bocor dan harus dicari
tempat dimana yang bocor dan
kemudian dilakukan perbaikan.

Contoh Media Filter yang sudah di rakit

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

63
Ketentuan Teknis

2.2.5 Ketentuan Teknis Operasi dan Pemeliharaan

Contoh iIustrasi Perkiraan Biaya Pengoperasian dan Pemeliharaan


Sistem MCK untuk 250 Jiwa
Kebutuhan Keterangan Rp /Bulan
Pekerjaan yang tidak
Operator & Penjaga 200,000,-
1. tetap
250 Watt (Pompa air
Listrik 100,000,-
2. dan lampu)
Rp. 250,000,-/ 2
Pengurasan IPAL 1,000,-
3. tahun
Peralatan Sabun dan pembersih
20,000,-
4. Pembersih lantai, dll
Rp. 100,000,- /
Perbaikan Pompa 9,000,-
5. Tahun
Serok, lampu, kran,
Lain-lain 20,000,-
6. cat dinding, dll
Total biaya pengoperasian dan pemeliharaan 350,000,-
II. BIAYA PENDAPATAN
Rata2 per
Fasilitas Rp. / Pakai
KK/hari
Rp. 2000,- s/d
1. Kamar Mandi 200 – 1000
Rp. 10000,-
Rp. 2000,- s/d
2. WC/Jamban 200 – 1000
Rp. 10000,-
Rp. 2000,- s/d
3. Mencuci & ambil air 200 – 1000
10000,-
* 1 KK = 5 ORANG

Petunjuk Pelaksanaaan Bagi Pengguna MCK

Jangan memasukkan benda


padat karena akan menyumbat Buang sampah di tempat
saluran sampah yang disediakan

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

64
Ketentuan Teknis

Hindari air sabun dari air Jangan membuang bahan


mandi maupun cuci masuk ke kimia karena akan mematikan
dalam kloset bakteri

Gunakan sabun cuci sehemat Jangan corat-coret di dinding


mungkin kamar mandi, WC maupun
tempat cuci

Petunjuk Pelaksanaan Bagi Pengelola MCK/Operator

2 kali per hari gunakan pel Setiap hari bersihkan gayung


untuk membersihkan teras luar dengan sikat atau sabut
(gunakan bahan pembersih jika
sangat kotor saja)

Setiap hari bersihkan saringan Setiap hari buang sampah


di lantai KM/WC dari kotoran dalam KM/WC dan bersihkan
padat/sampah tempat sampah

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

65
Ketentuan Teknis

Setiap hari kuras bak dengan Setiap hari bersihkan/sapu


sikat (gunakan bahan taman
pembersih jika sangat kotor 1 kali per minggu rapikan
saja) taman (tanaman dan rumput)

1 kali per minggu kuras dan 1 kali per bulan bersihkan


bersihkan tangki/tandon air langit-langit KM/WC dari
dari lumut dan kotoran lain sarang laba-laba

1 kali per minggu periksa bak 1 kali per 6 bulan buang


kontrol, jika terdapat kotoran kotoran padat dan kotoran yang
padat/sampah, keluarkan mengapung tepat di bawah
kemudian buang ke tempat manhole
sampah

Mulai dari bak inlet, dilanjutkan Ambil kotoran tepat di bawah


ke bak-bak berikutnya manhole

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

66
Ketentuan Teknis

Gunakan alat T untuk Keluarkan semua kotoran yang


mengumpulkan kotoran tepat di terkumpul sampai tidak ada
bawah manhole yang tersisa

Mintalah tukang untuk memperbaiki semua kebocoran secepat


mungkin dan lihat sebabnya
1 kali per 6 bulan, Test Kualitas Air Limbah

Ambil 2 sample air limbah dari


Telpon dinas terkait bak inlet dan bak outlet, masing-
masing 2 liter dalam botol
terpisah

Bawa 2 botol sampel ke laboratorium yang dirujuk.


Minta pemeriksaan untuk:
pH, BOD5, COD, TSS, lemak

Petunjuk Pelaksanaan Pengurasan IPAL dan MCK


1 kali per 2 tahun, pengurasan dengan truk tinja

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

67
Ketentuan Teknis

Telpon perusahaan jasa Buka semua tutup manhole


pengurasan tinja pada IPAL

Angkat kotoran mengapung dan Masukkan pipa sedot dari truk


buang ke tempat sampah tinja sampai ke dasar bak, sedot
mulai dari bak pertama

Lumpur yang disedot adalah Hentikan pengurasan jika


lumpur yang berwarna hitam lumpur sudah berwarna coklat

Sistem Komunal

Contoh ilustrasi Perkiraan Biaya Pengoperasian dan Pemeliharaan


Sistem Komunal untuk 300 Jiwa
Biaya Pengoperasian dan
Rp./Bulan
Pemeliharaan
I. Jamban Biaya pengoperasian dan
II. Sambungan dari Rumah perawatan menjadi tanggung
jawab setiap pengguna (KK)
III. Pipa Utama dan IPAL
1. Operator Inspeksi 4x/bulan di
100,000.00
IPAL, Pipa Utama, Pipa Sekunder @
Rp. 25.000,- / Inspeksi
2. Pengurasan setiap 2 tahun Rp.
21,000.00
500.000,-
3. Lain-lain: Perbaikan pipa, bak
kontrol, IPAL.
50,000.00
Asumsi: perbaikan pipa 40 m'
setiap 2 tahun
Total Biaya Pengoperasian dan
171,000.00
Pemeliharaan

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

68
Ketentuan Teknis

Biaya Pengoperasian dan


Rp./Bulan
Pemeliharaan
Biaya Pengoperasian dan
2,280.00
Pemeliharaan /KK/Bulan
Dibulatkan 2,500.00

Petunjuk Pelaksanaan Bagi Pengguna Sistem Komunal


IPAL akan berfungsi dengan baik jika Anda memasukkan limbah
yang benar, IPAL bukan tempat pembuangan semua jenis sampah!

Jangan membuang minyak


Jangan memasukkan limbah bekas ke saluran pembuangan
padat ke jamban karena akan dapur karena ketika mengering,
menyumbat saluran. lemaknya dapat menyumbat
pipa

Jangan membuang bahan kimia Jangan menanam pohon di


ke saluran karena akan dekat saluran perpipaan dan
mematikan bakteri di IPAL IPAL karena bisa merusak pipa

Gunakan secukupnya sabun Buanglah hanya limbah cair


cuci dan pembersih, baik untuk dari kamar mandi dan dapur
sistem pengolahan dan dan beri saringan untuk
menghemat memisahkan limbah padat

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

69
Ketentuan Teknis

Ambil kotoran mengapung dari


bak penangkap lemak setiap 3
hari sekali
Periksa bak kontrol di rumah
setiap 3 hari sekali.
Buang limbah padat,
pasir/lumpur,
dengansekop/serok,
kumpulkan dalam tas plastik.
Bawa ke tempat pembuangan
sampah

Bawa ke tempat pembuangan sampah

Petunjuk Pelaksanaaan Bagi Operator Sistem Komunal


Lakukan 1 Kali per minggu

Periksa setiap bak kontrol pada Buang limbah padat dan


sistem perpipaan kotoran mengapung

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

70
Ketentuan Teknis

Jika tidak ada aliran air dalam Jika ada luapan air dari bak
bak kontrol, mungkin pipa kontrol, mungkin pipa
tersumbat atau rusakHentikan tersumbat.Hentikan kegiatan di
kegiatan di rumahBuka rumah, segera perbaiki jika ada
pemipaan, minta tukang untuk kerusakan pipa .Sogok dari bak
memperbaiki kerusakan kontrol ke bak kontrol lain

Minta tukang untuk Buang limbah padat dan


memperbaiki kerusakan kotoran mengapung dari bak
secepatnya inlet dengan sekop

Semua tutup bak kontrol dan Kumpulkan semua kotoran,


manhole IPAL harus bisa dibuka masukkan dalam tas plastik.
untuk mempermudah Buang ke tempat sampah
pengoperasian dan
pemeliharaan.
1 kali per 2 minggu:
buang kotoran padat dan kotoran yang mengapung tepat di bawah
manhole

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

71
Ketentuan Teknis

Mulai dari bak inlet, dilanjutkan


ke bak-bak berikutnya Ambil kotoran tepat di bawah
manhole

Gunakan alat T untuk Keluarkan semua kotoran yang


mengumpulkan kotoran tepat di terkumpul sampai tidak ada
bawah manhole yang tersisa

Petunjuk Pelaksanaan Pengurasan IPAL Komunal


1 kali per 2 tahun, pengurasan dengan truk tinja

Telpon perusahaan jasa


pengurasan tinja Buka semua tutup manhole
pada IPAL

Angkat kotoran mengapung dan Masukkan pipa sedot dari truk


buang ke tempat sampah tinja sampai ke dasar bak, sedot
mulai dari bak pertama

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

72
Ketentuan Teknis

Lumpur yang disedot adalah Hentikan pengurasan jika


lumpur yang berwarna hitam lumpur sudah berwarna coklat

2.2.6 Ketentuan Teknis dalam Seleksi Lokasi

2.2.6.1 Seleksi Kelurahan


OPD menentukan calon Kelurahan/Desa yang
akan mendapat alokasi kegiatan DAK Bidang
Sanitasi dengan memilih beberapa
Kelurahan/Desa rawan sanitasi sesuai
dokumen SSK.

Kelurahan/Desa tersebut diundang dalam


forum sosialisasi tingkat Kabupaten/Kota
untuk memastikan kesiapan beberapa calon
titik lokasi yang memenuhi persyaratan teknis
dan keberlanjutan. Setiap Kelurahan/Desa
mengajukan beberapa calon titik lokasi
(usulan pejabat setingkat RT/RW).

2.2.6.2 Seleksi Titik Lokasi Menggunakan Metode


SELOTIP (Seleksi Lokasi Partisipatif)
Metode SELOTIP merupakan penyempurnaan
dari metode RPA dengan menggunakan tiga
variabel pokok, khusus untuk memilih lokasi
pada kegiatan pemberdayaan Bidang Sanitasi
di lingkungan Direktorat PPLP Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

a. Tujuan Metode SELOTIP :


Untuk memilih lokasi sanimas yang paling
memenuhi kaidah petunjuk umum dan
keberlanjutan melalui penilaian secara
cepat dan terstruktur oleh sekelompok
wakil calon pemanfaat dari 2-4 calon titik
lokasi di setiap Kelurahan, ”mendapatkan
lokasi yang pasti sukses”

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

73
Ketentuan Teknis

b. Variabel dan Bobot Penilaian SELOTIP :


1. Tingkat Partisipasi warga masyarakat
(bobot 50 %);
2. Tingkat kepadatan penduduk (bobot 30
%);
3. Kondisi rawan sanitasi (bobot 20 %);

Jenis Informasi dan Alat SELOTIP yang digunakan di titik


lokasi

No Variabel SELOTIP Tools Bukti Dokumen


Penilaian titik
Berita Acara Rembug
1 Tingkat Partisipasi FGD dan Rembug Tentang Kesiapan
masyarakat Kontribusi

Tingkat kepadatan
2 Transect Walk Data Sekunder
penduduk

Kondisi rawan Transect Walk dan Peta Jaringan Sanitasi


3
sanitasi wawancara Permukiman

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

74
Ketentuan Teknis

Untuk lebih jelas, skema dari prosedur pelaksanaan


SELOTIP dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Pembekalan Metode SELOTIP


Di Fasilitasi TFL
(Sosialisasi Kelurahan)

✓ Persiapan Lokasi 1
Data Sanitasi,
Peta Lokasi; Lokasi 2
✓ Penunjukan
Anggota Tim. Lokasi 3
Lokasi 4

✓ Dilaksanakan di setiap
calon lokasi Pelaksanaan Metode SELOTIP
✓ Penilaian titik lokasi;

✓ Berita Acara Penilaian


Lokasi; Penetapan Lokasi Terpilih
✓ Anggota Tim SELOTIP,
TFL, Kepala Desa/ Lurah

2.2.6.3 Partisipan SELOTIP


Setiap calon titik lokasi mengirimkan satu
orang wakil sebagai anggota tim SELOTIP yang
ditunjuk melalui forum rembug warga.

Tim SELOTIP yang terbentuk wajib


mendapatkan pelatihan cara pelaksanaan
SELOTIP oleh TFL.
Tugas anggota tim SELOTIP :
1. Mengikuti kegiatan SELOTIP di setiap titik
lokasi;
2. Menyiapkan data sekunder berupa Peta
calon lokasi, data sekunder kependudukan
dan data kepemilikan septik tank yang
memenuhi syarat (struktur kedap air);

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

75
Ketentuan Teknis

3. Melakukan skoring dan penilaian tiap


calon titik lokasi;
4. Menetapkan dan mengumumkan lokasi
pemenang (Berita Acara);
5. Berita Acara penetapan lokasi pemenang
diverifikasi oleh TFL untuk disampaikan
kepada Lurah dan PPK/OPD.

2.2.6.4 Penetapan Skor dan Pembobotan (Nilai)


Dalam SELOTIP, setiap indikator dalam
variabel akan diberi skor. Kemudian skor
tersebut akan dikonversikan ke dalam nilai.
Skor berkisar antara 1, 2, 3, dan 4; sedangkan
Nilai berkisar antara 25, 50, 75, dan 100. Nilai
tersebut merupakan kuantifikasi dari setiap
pernyataan yang bersifat kualitatif.
Penetapan skor dan pembobotan (nilai) ini
penting dalam rangka penyederhanaan dalam
memberikan penilaian tentang kondisi
masyarakat secara obyektif. Skor ini sangat
penting digunakan untuk penilaian titik
lokasi dengan formula sebagai berikut:

Formula Perhitungan Nilai Titik Lokasi:

N
NV = x B
T

Keterangan:
NV = Nilai Variabel
N = Jumlah Kumulatif Skor Indikator;
T = Jumlah Kumulatif Skor
Maksimum Indikator
B = Bobot Variabel

NT = V1+V2+V3

Keterangan:
NT = Nilai Total
V1 = Variabel kesatu : Tingkat Partisipasi
masyarakat
V2 = Variabel kedua : Tingkat Kepadatan

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

76
Ketentuan Teknis

Penduduk
V3 = Variabel Ketiga : Kondisi Rawan Sanitasi

Penjelasan:
a. NT tertinggi otomatis menjadi pilihan titik
lokasi penerima kegiatan;
b. Apabila terdapat Nilai NT yang sama, maka
NV1 tertinggi menjadi lokasi terpilih.

2.2.6.5 Penentuan Waktu dan Tempat


Waktu pelaksanaan SELOTIP perlu disepakati
bersama antara dengan masyarakat
(misalnya ketua RT/RW dan tokoh
masyarakat) sehingga lokasi pemenang dapat
ditetapkan selambat-lambatnya dalam waktu
satu minggu.
Untuk memaksimalkan peran dan
keterlibatan kaum perempuan, maka
pertemuan rembug warga sebelum
pelaksanaan metode SELOTIP dilaksanakan
antara jam 14,00 – 18,00 waktu setempat.

2.2.6.6 Alat dan Bahan yang Perlu Disiapkan


Alat dan bahan yang diperlukan untuk
kegiatan SELOTIP terdiri dari: Kertas lebar
(plano), Kain lebar, Spidol besar aneka warna,
Spidol kecil aneka warna, Lem/perekat,
Selotip, Gunting, Alat tulis, Bahan-bahan
lokal seperti biji-bijian atau kacang-
kacangan, lampu (jika ada kegiatan di malam
hari). Akan sangat baik jika ada rekaman
video/kamera yang dapat dipergunakan
untuk melengkapi laporan.

a. Tools 1 (Variabel Tingkat Partisipasi


Masyarakat)
Kesediaan berkontribusi bertujuan untuk
melihat kesediaan warga dalam
berkontribusi dalam hal:
1. Swadaya Sambungan Rumah (SR);
2. Besarnya jumlah iuran bulanan per
KK;
3. Bersedia kontribusi lahan untuk

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

77
Ketentuan Teknis

prasarana sanitasi;

Proses Tools-1 adalah


1. Kegiatan dilakukan oleh tim SELOTIP
di setiap calon titik lokasi;
2. TFL menjelaskan tujuan, maksud, dan
cara penerapan teknik ini;
3. Mulai berdiskusi untuk menggali
kesiapan warga dalam berkontribusi
pada kegiatan DAK Bidang Sanitasi;
4. Skor untuk tools-1 dijumlahkan dan
diisikan ke kolom total.

1. Tingkat Partisipasi Masyarakat

a. Swadaya Sambungan Rumah (SR)


Pilihan Skor Konversi ke

Swadaya seluruh biaya SR 4 100


Swadaya hanya Pipa 3 75
Swadaya hanya tenaga 2 50

Tidak bersedia untuk swadaya 1 25

b. Iuran Bulanan per KK


Pilihan Skor Konversi ke

Rp. 20.000,- ke atas 4 100

Rp. 10.000,- s/d Rp. 19,000,- 3 75

Rp. 5,000,- s/d Rp. 9,000,- 2 50

Kurang dari Rp. 5000,- 1 25

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

78
Ketentuan Teknis

c. Kontribusi Lahan
Pilihan Skor Konversi ke

Hak milik pribadi/ donatur swasta 4 100

Hibah Desa/ Kelurahan/ Pemda 3 75

Lahan fasum/ fasos 2 50

Tidak bersedia menghibahkan lahan 1 25

2.2.6.7 Transect Walk (Kesiapan Teknis)


Transect walk bertujuan untuk mengenali
dan mengkaji kondisi sarana sanitasi Titik
Lokasi yang sudah ada, untuk menilai
tingkat kepuasan masyarakat terhadap
fasilitas sanitasi yang ada, dan menilai
tingkat kelayakan teknis sebagai prasyarat
pembangunan infrastruktur sanitasi yang
direncanakan dengan cara melakukan
observasi langsung oleh bersama-sama
dengan masyarakat.
Tugas TFL dan masyarakat di kegiatan
transect walk adalah :

1. Menentukan, mengobservasi serta


melakukan diskusi ( F G D ) dengan
masyarakat, antara lain :
o Lokasi yang dicalonkan masyarakat
untuk bangunan Sanitasi Berbasis
Masyarakat;
o Tingkat kepadatan penduduk
(masyarakat) yang tinggal di lokasi;
o Sarana sanitasi yang digunakan
masyarakat saat ini : jamban, sungai,
kolam, dsb;
o Pola penggunaan sarana sanitasi;
o Ketersediaan lahan;
o Muka air tanah;
o Material lokal;
o Saluran drainase.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

79
Ketentuan Teknis

2. Mencatat semua sanitasi yang dibangun


oleh proyek sebelumnya atau oleh pribadi.
Secara acak pilihlah titik dengan
proporsional (10% dari total) dari masing-
masing kategori.

3. Melakukan observasi dan pencatatan


kualitas konstruksi dengan menggunakan
Format observasi jamban/sanitasi,
kemudian mendiskusikan dengan
masyarakat yang ada di sekitar lokasi
sarana sanitasi/jamban tentang
pemeliharaan (keberadaan dan
keteraturannya), lingkup dan pemakaian,
serta konflik kepentingannya Kemudian
catat hasil temuannya. Untuk lokasi yang
pernah mendapat proyek jamban/sarana
sanitasi, perlu dipilih secara acak
jamban/sarana sanitasi yang dibangun
sebelum, selama, dan setelah intervensi
proyek dengan cara menjumlahkan
semua jamban/sarana sanitasi pada
ketiga kategori tersebut dan
digambarkan persentase dan
pemeliharaan serta menggunakan jamban
keluarga.

4. Menilai kepuasan layanan yang diterima


(demand responsiveness), dengan
menggunakan skala penilaian dari tiap
rumah tangga yang dikunjungi selama
transect. Masyarakat dapat membantu
memilih aspek penilaian kepuasan
layanan.
5. Menilai kepuasan penggunaan sarana
meliputi tingkat akses layanan, desain,
penggunaan untuk (kelompok/warga
rentan terhadap akses sanitasi),
kualitas konstruksi, kemudahan
penggunaan dan pemeliharaan, nilai
manfaat yang dirasakan dari kontribusi
untuk memperoleh layanan tersebut,
laporan mengenai layanan kepada

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

80
Ketentuan Teknis

pengguna dengan catatan terpisah untuk


pria dan wanita.

Indikakator dan Variabel penilaian Transect Walk dan FGD


5. Tingkat kepadatan penduduk Jiwa Per
Hektar

Pilihan Skor Konversi ke

Lebih dari 200 Jiwa/ Ha 4 100

Antara 176 – 200 Jiwa/ Ha 3 75

Antara 151 - 175 Jiwa/ Ha 2 50

Kurang dari 150/ Ha 1 25

6. Kondisi Rawan Sanitasi


a. Kepemilikan Tangki Septik Individu
Konversi
Pilihan Skor
ke

0 - 25 % dari jumlah KK 4 100

26 % - 50 % dari jumlah KK 3 75

51 % - 75 % dari jumlah KK 2 50

Lebih dari 75 % dari jumlah KK 1 25

b. Kwalitas air Sumur Dangkal


Konversi
Pilihan Skor
ke

Tercemar tidak bisa dimanfaatkan 4 100

Hanya untuk cuci 3 75

Hanya untuk cuci dan mandi 2 50

Cuci mandi dan konsumsi sehari hari 1 25

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

81
Ketentuan Teknis

c. Pembuangan Air Limbah Dapur


Konversi
Pilihan Skor
ke

75 % ke atas Dibuang di lingkungan/


4 100
drainase/badan air

2.2.851 % - 74 % Dibuang di lingkungan/


3 75
drainase/ badan air

26 % - 50 % Dibuang di lingkungan/ drainase/


2 50
badan air

0 % - 25 % Dibuang di lingkungan/ drainase/


1 25
badan air

d. Pembuangan Air Limbah Kamar Mandi


Konversi
Pilihan Skor
ke

75 % ke atas Dibuang di lingkungan/


4 100
drainase/badan air
2.2.951 % - 74 % Dibuang di lingkungan/
3 75
drainase/ badan air

26 % - 50 % Dibuang di lingkungan/ drainase/


2 50
badan air

0 % - 25 % Dibuang di lingkungan/ drainase/


1 25
badan air

Konsolidasi Skor SELOTIP Pemilihan Titik Lokasi


RT/ RW – I RT/RW – II
No Indikator Teknik
Skor Bobot Nilai Skor Bobot Nilai
Tingkat
Partisipasi FGD dan 1 (a-
1 1 (a-c) 50% 50%
Warga Rembug c)
Masyarakat
Wawancara
Tingkat
(FGD) dan
2 Kepadatan 2 (a) 20% 2 (a) 20%
Transect
Penduduk
Walk

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

82
Ketentuan Teknis

RT/ RW – I RT/RW – II
No Indikator Teknik
Skor Bobot Nilai Skor Bobot Nilai

Wawancara
Kondisi Rawan (FGD) dan 3 (a- 3 (a-
3 30% 30%
Sanitasi Transect d) d)
Walk

Jumlah Nilai

Juara (peringkat)

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

83
Ketentuan Teknis

BERITA ACARA
PELAKSANAAN SELEKSI TITIK LOKASI
KEGIATAN DAK BIDANG SANITASI KELURAHAN/DESA............
KECAMATAN ................... KABUPATEN/KOTA
…………………………

Pada hari ..... tanggal .... bulan ........ tahun ....... bertempat di
………………......... Kelurahan/Desa ............... Kecamatan ............
Kabupaten/Kota ………….. yang beralamat di jalan …………… telah
dilaksanakan Seleksi Lokasi Partisipatif (SELETIF) dalam rangka
implementasi Program DAK Bidang Sanitasi. Seleksi tersebut telah
dilaksanakan berdasarkan hasil Pemetaan Kebutuhan Sanitasi
dengan metode SELOTIP. Seluruh proses seleksi telah dilaksanakan
secara fair, transparan dan demokratis oleh masyarakat sendiri.
Seleksi Titik Lokasi tersebut telah diikuti oleh .........
kampung/RT/RW/Dusun dll, yaitu:
1 Kampung/RT/RW/Dusun ................ skor .........
2 Kampung/RT/RW/Dusun ................ skor .........
3 Kampung/RT/RW/Dusun ……....…… skor ……...
4 .......................dst

Sesuai dengan hasil skor yang dikumpulkan oleh masing‐masing


kampung/RT/RW/Dusun, maka telah disepakati bersama bahwa
kampung/RT/RW/Dusun yang paling siap untuk pelaksanaan
Program DAK Bidang Sanitasi adalah :

Kampung/RT/RW/Dusun ………………………
Demikian berita acara ini dibuat agar dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
……………….……................20............
Berita acara ini ditandatangani oleh :
1. Lurah/Kades ...........................
2. Ketua RT .................................
3. Ketua RW ................................
4. Ketua Dusun ...........................
5. lainnya ....................................
6. Wakil Masyarakat ....................

Noot :
1. Memberi tenggat waktu tertentu untuk konfirmasi lahan dan
sebagainya kepada pemenang ke-1;
2. Bila pemenang ke-1 bermasalah, beri kesempatan kepada
pemenang berikutnya.

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

84
Ketentuan Teknis

2.3 SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN


KERJA (SMK3)
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
konstruksi bidang Pekerjaan Umum yang selanjutnya
disingkat SMK3 konstruksi bidang Pekerjaan Umum adalah
bagian dari sistem manajemen organisasi pelaksanaan
pekerjaan konstruksi dalam rangka pengendalian risiko K3
pada setiap pekerjaan konstruksi bidang Pekerjaan Umum.
2.3.1 Penerapan SMK3 Kegiatan Swakelola
Pejabat Pembuat Komitmen OPD Kabupaten/Kota
menyusun dan menetapkan dokumen kontrak dengan
Tim Pelaksana Swakelola (KSM) yang didalamnya
memuat ketentuan penerapan SMK3 kontruksi bidang
Pekerjaan Umum.
Untuk pekerjaan konstruksi yang bersifat swakelola,
pihak yang berperan sebagai penyelenggara wajib
membuat RK3K kegiatan Swakelola.

Biaya penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang


Pekerjaan Umum dialokasikan dalam biaya umum
yang mencakup :
a. Penyiapan Rencana Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (RK3K);
b. Sosialisasi dan promosi K3;
c. Alat pelindung kerja;
d. Alat pelindung diri;
e. Asuransi pekerja;
f. Fasilitas sarana kesehatan;
g. Rambu – rambu dan terkait pengendalian resiko
lainnya.

Rencana biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi


Bidang Pekerjaan Umum menjadi bagian dari Rencana
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (RK3K), yang
disepakati dan disetujui pada saat rapat persiapan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi (Pre Construction
Meeting).

2.3.2 Penerapan SMK3 Kegiatan Kontraktual


Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

85
Ketentuan Teknis

Konstruksi bidang Pekerjaan Umum adalah Rencana


K3 kontrak yang selanjutnya disingkat RK3K adalah
dokumen lengkap rencana penyelenggaraan SMK3
konstruksi bidang Pekerjaan Umum dan merupakan
satu kesatuan dengan dokumen kontrak suatu
pekerjaan konstruksi, yang dibuat oleh penyedia jasa
dan disetujui oleh pengguna jasa, untuk selanjutnya
dijadikan sebagai sarana interaksi antara penyedia jasa
dengan pengguna jasa dalam penyelenggaraan SMK3
konstruksi bidang Pekerjaan Umum.
Risiko k3 konstruksi adalah ukuran kemungkinan
kerugian terhadap keselamatan umum, harta benda,
jiwa manusia dan lingkungan yang dapat timbul dari
sumber bahaya tertentu yang terjadi pada pekerjaan
konstruksi.
Biaya SMK3 konstruksi bidang Pekerjaan Umum
adalah biaya yang diperlukan untuk menerapkan
SMK3 dalam setiap pekerjaan konstruksi yang harus
diperhitungkan dan dialokasikan oleh penyedia jasa
dan pengguna jasa.
1. Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3)
Setiap penyelenggaraan pekerjaan konstruksi
bidang Pekerjaan Umum wajib menerapkan Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(SMK3) konstruksi bidang Pekerjaan Umum. SMK3
konstruksi bidang Pekerjaan Umum meliputi :
a. Kebijakan K3;
b. Perencanaan K3;
c. Pengendalian operasional;
d. Pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3; dan
e. Tinjauan ulang kinerja K3.

Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan


Kerja (SMK3) konstruksi bidang Pekerjaan Umum
diterapkan pada tahapan antara lain sebagai
berikut :
a. Tahap pra konstruksi, meliputi Rancangan
Konseptual, meliputi studi kelayakan
(feasibility study), survey dan investigasi,
Detailed Enginering Design (DED), Dokumen
Pemilihan Penyedia Barang/Jasa;

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

86
Ketentuan Teknis

b. Tahap Pemilihan Penyedia Barang/Jasa


(Procurement);
c. Tahap Pelaksanaan Konstruksi; dan
d. Tahap Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan.

Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU ditetapkan


berdasarkan potensi bahaya.
a. Potensi bahaya tinggi, apabila pekerjaan
bersifat berbahaya dan/atau mempekerjakan
tenaga kerja paling sedikit 100 orang dan/atau
nilai kontrak diatas Rp. 100.000.000.000,-
(seratus milyar rupiah);
b. Potensi bahaya rendah, apabila pekerjaan
bersifat tidak berbahaya dan/atau
mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 100
orang dan/atau nilai kontrak dibawah Rp.
100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah).

c. Penyusunan Detailed Engineering Desain


(DED) wajib :
1. Mengidentifikasi bahaya, menilai Risiko
K3 serta pengendaliannya pada
penetapan kriteria perancangan dan
pemilihan material, pelaksanaan
konstruksi, serta Operasi dan
Pemeliharaan;

2. Mengidentifikasi dan menganalisis


Tingkat Risiko K3 dari kegiatan/proyek
yang akan dilaksanakan, sesuai dengan
Tata Cara Penetapan Tingkat Risiko K3
Konstruksi;

3. Penyusunan Dokumen Pemilihan


Penyedia Barang/Jasa wajib memuat:
a. Potensi bahaya, jenis bahaya dan
identifikasi bahaya K3 Konstruksi
yang ditetapkan oleh PPK
berdasarkan Dokumen Perencanaan
atau dari sumber lainnya;
b. Kriteria evaluasi untuk menilai
pemenuhan persyaratan K3

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

87
Ketentuan Teknis

Konstruksi termasuk kriteria


penilaian dokumen RK3K;

4. Penerapan SMK3 pada Tahap Pemilihan


Penyedia Barang/Jasa:
a. Dokumen Pemilihan Penyedia
Barang/Jasa harus memuat
persyaratan K3 Konstruksi yang
merupakan bagian dari ketentuan
persyaratan teknis;
b. Dokumen Pemilihan Penyedia
Barang/Jasa harus memuat
ketentuan tentang kriteria evaluasi
RK3K;
c. Untuk pekerjaan dengan potensi
bahaya tinggi, wajib dipersyaratkan
rekrutmen Ahli K3 Konstruksi dan
dapat dipersyaratkan sertifikat
SMK3 perusahaan.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Wewenang Kepala


Satuan Kerja dan Pejabat Pembuat Komitmen :
sebagaimana yang tertuang didalam peraturan
menteri pekerjaan umum nomor
05/prt/m/2014 tentang pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3).

3. Biaya penyelenggaraan
Biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum dialokasikan dalam biaya
umum yang mencakup:
a. Penyiapan RK3K;
b. Sosialisasi dan promosi K3;
c. Alat pelindung kerja;
d. Alat pelindung diri;
e. Asuransi dan perijinan;
f. Personil K3;
g. Fasilitas sarana kesehatan;
h. Rambu-rambu; dan
i. Lain-lain terkait pengendalian risiko K3. (2)
Rencana biaya penyelenggaraan SMK3
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum menjadi

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

88
Ketentuan Teknis

bagian dari RK3K, yang disepakati dan


disetujui pada saat rapat persiapan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi (Pre
Construction Meeting).

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI

89
Ketentuan Teknis

Lampiran 1.
Format 1.1
SK. OPD/PPK Tentang Penetapan Tim Pelaksana Swakelola (KSM)

LOGO
DAERAH
PEMERINTAH KABUPATEN
DINAS

........... .............................................................................................

KEPUTUSAN KEPALA DINAS ...................................................,


....................KABUAPTEN ....................
NOMOR : ...../ ..... /...... /2018
TENTANG

PEMBENTUKAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM)


...........................
KELURAHAN ........................ KECAMATAN .....................

KEPALA DINAS ...................................................................


KABUPATEN ........................... ,

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka peningkatan Sanitasi dan


peran aktif masyarakat maka sangat dipandang
perlu untuk dibentuk Tim Pelaksana Swakelola
(KSM) yang merupakan wakil masyarakat
penerima manfaat bantuan sosial disebut KSM
(Kelompok Swadaya Masyarakat) yang
berdasarkan hasil kesepakatan warga Tim
Pelaksana Swakelola/KSM tersebut diberi
nama KSM
........................ yang berkedudukan di Desa
....................... Kecamatan .................
Kabupaten .........................;
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf
a di atas perlu ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Dinas
..............................................................

142
Ketentuan Teknis
PEDOMAN TEKNIS DAK BIDANG SANITASI

142
Ketentuan Teknis

Kabupaten ...................

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014


tentang Pemerintahan Daerah;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013
tentang Organisasi Kemasyarakatan
3. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
sebagaimana telah dilakukan perubahan
terakhir Peraturan Presiden dengan Nomor 4
Tahun 2015 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah;
4. Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2018
Tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi
Khusus Fisik;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem
Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP
– SPALP);
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 21/PRT/M/2017
Tentang Petunjuk Operasional
Penyelenggaraan DAK Infrastruktur
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33
tahun 2017 tentang Pedoman Penyusunan
APBD Tahun Anggaran 2018;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20
Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Dana Alokasi Khusus di Daerah.
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39
Tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32
Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian
Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
10. Surat Permohonan Kepala Desa/Lurah
.................. Nomor ....../....... /......./2018
Tanggal ............. ............. 2018 Perihal
Permohonan untuk mengeluarkan Surat

PEDOMAN TEKNIS DAK BIDANG SANITASI

143
FORMAT – FORMAT

Keputusan (SK) pembentukan Tim Pelaksana


Swakelola/Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM) ...........................;

Memperhatikan : Hasil musyawarah warga Pembentukan Tim


Pelaksana Swakelola/KSM (Kelompok Swadaya
Masyarakat) di Desa ........... Kecamatan ............
tentang Penunjukkan Pengurus KSM
.......................

MEMUTUSKAN :
KESATU : Menetapkan Tim Pelaksana Swakelola (KSM)
.................... di lingkungan........... Kecamatan
............ Kabupaten ........... dengan susunan
personalia sebagaimana tercantum dalam
lampiran yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Keputusan ini.

Kedua . . .

Adapun susunan dan tugas KSM sebagai Tim


KEDUA : Pelaksana Swakelola sebagaimana dimaksud
dalam point Kesatu Keputusan ini adalah
sebagai berikut:
Ketua :
• Mengkoordinasikan perencanaan kegiatan
pembangunan;
• Memimpin pelaksanaan tugas tim yang
telah dibentuk dan kegiatan rapat - rapat;

Sekretaris :
• Menyusun rencana kebutuhan dan
melaksanakan kegiatan tata usaha dan
dokumentasi;
• Melaksanakan surat menyurat;
• Melaksanakan pelaporan kegiatan
pembangunan secara bertahap;
• Mendokumentasikan seluruh laporan
kegiatan;
• Membantu dalam penyuluhan kesehatan
masyarakat.

PEDOMAN TEKNIS DAK BIDANG SANITASI

144
FORMAT – FORMAT

Bendahara :
• Menerima dan menyimpan uang;
• Mengeluarkan/ membayar sesuai dengan
realisasi, sesuai nota/kuitansi;
• Melakukan pengelolaan administrasi
keuangan;
• Melakukan penarikan kontribusi dari
masyarakat berupa uang;
• Menyusun realisasi pembukuan serta
laporan pertangungjawaban keuangan;
• Menyusun realisasi pembukuan serta
laporan pertanggungjawaban keuangan
pada tahapan konstruksi, yaitu :
• Progres keuangan mingguan ditempel di
papan ruangan Sekretariat KSM dan
tempat strategis sehingga dapat dilihat
dengan mudah oleh masyarakat;
• Laporan keuangan bulanan yaitu laporan
penggunaan dana dan laporan harian
sesuai format yang ditentukan untuk
kemudian disampaikan kepada PPK
sanitasi.

Koordinator Tim :
1. Tim Perencana :
Tim perencana mempunyai tugas dan
bertanggung jawab dalam menyusun
dokumen Rencana Kerja Masyarakat
(RKM), membuat gambar rencana kerja,
spesifikasi teknis, rincian biaya pekerjaan,
jadwal rencana pelaksanaan pekerjaan.
Secara rinci tugas tim perencana adalah:

• Mensosialisasikan pilihan teknologi


sanitasi kepada masyarakat;
• Mengevaluasi dan menentukan
pilihan teknologi sanitasi yang akan
dibangun, sesuai dengan pilihan,
kemampuan masyarakat serta kondisi
lingkungan;

PEDOMAN TEKNIS DAK BIDANG SANITASI

145
FORMAT – FORMAT

• Menyusun analisa teknis, membuat


DED lengkap dengan potongan, RAB
dan menyusun analisa struktural,
elektrikal, arsitektural dengan
didampingi oleh TFL
• Menyusun jadwal rencana kegiatan
konstruksi
• Melakukan inventarisasi tenaga kerja;

2. Tim Pelaksana :
Tim pelaksana mempunyai tugas dan
bertanggung jawab dalam melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan yang
direncanakan, membuat gambar
pelaksanaan serta membuat laporan
pelaksanaan pekerjaan. Secara rinci
tugas tim pelaksana adalah:
• Melakukan rekrutmen tenaga kerja;
• Mengatur tenaga kerja di lapangan;
• Mengatur dan mengkoordinir material
yang diperlukan;
• Menerima dan menyetujui
material/barang masuk;
• Bertanggung jawab terhadap
keamanan material selama
pembangunan;

• Membuat laporan tentang keadaan


material;

• Mengalokasikan material sesuai


dengan kebutuhan pekerjaan
konstruksi;
• Mengorganisir kegiatan kampanye
kesehatan di masyarakat;
• Melakukan monitoring terhadap
upaya penyehatan lingkungan;
• Membuat As built drawing setelah
pekerjaan konstruksi selesai.

3. Tim Pengawas :
Tim pengawas mempunyai tugas dan
bertanggung jawab dalam melaksanakan

PEDOMAN TEKNIS DAK BIDANG SANITASI

146
FORMAT – FORMAT

pengawasan terhadap pelaksanaan dan


pelaporan, baik fisik maupun administrasi
pekerjaan swakelola. Secara rinci tugas
tim pengawas adalah:
• Pengawasan kepada pekerja dengan
didampingi oleh TFL;
• Bertanggung jawab terhadap
pengawasan administrasi, teknis dan
keuangan;
• Didampingi oleh TFL
bertanggungjawab/menilai atas
kualitas dan progres pekerjaan fisik;
• Berkoordinasi dengan TFL menyusun
laporan pekerjaan untuk diteruskan
dan/atau ditindaklanjuti ke PPK.

4. Panitia Pengadaan
Tim Pengadaan diangkat oleh
penanggungjawab Tim Pelaksana
Swakelola/ kelompok masyarakat (KSM)
sebagai pelaksana swakelola untuk
melakukan pengadaan barang/jasa yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan
swakelola, dan anggota tim Pengadaan
diperbolehkan bukan PNS.
• Bertanggung jawab dalam
melaksanakan survey dan
mengundang supplier dan/atau
kontraktor untuk pengadaan
material;
• Melaksanakan kegiatan proses
pengadaan barang atau pekerjaan
konstruksi.

KETIGA : Segala sesuatu yang belum diatur dalam surat


ini akan diatur kemudian.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.

PEDOMAN TEKNIS DAK BIDANG SANITASI

147
FORMAT – FORMAT

Ditetapkan di : ..................................,
Pada tanggal : 2018

KEPALA DINAS/KUASA PENGGUNA ANGGARAN


DINAS ...........................
KABUPATEN .....................

..............................................
NIP. ......................

Tembusan Yth :

1. Camat .....................
2. Kepala Desa/Lurah .................. Kecamatan ..................
3. Arsip.

PEDOMAN TEKNIS DAK BIDANG SANITASI

148
FORMAT – FORMAT

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA


DINAS ..............................
KABUPATEN .....................
NOMOR : ......./ ... /....../2018
TANGGAL 2018

SUSUNAN PENGURUS TIM PELAKSANA SWAKELOLA (KSM)


..............................
KELURAHAN ................ KECAMATAN .....................
KABUPATEN ....................

1. Ketua : .......................
2. Sekretaris : ......................
3. Bendahara : ..........................
4. Koordinator Tim : ............................
• Tim Perencana : ..................
• Tim Pelaksana : ..........................
: .........................
• Tim Pengawas
• Panitia Pengadaan

Ditetapkan di : ......................,
Pada tanggal : 2018
KEPALA DINAS/KUASA PENGGUNA ANGGARAN
DINAS ................................
KABUPATEN ..............

............................................

NIP. ...........................

PEDOMAN TEKNIS DAK BIDANG SANITASI

149
FORMAT – FORMAT

Format 1.2
SK. OPD/PPK Tentang Penetapan Penerima Manfaat

KOP SURAT

KEPUTUSAN KEPALA OPD/ PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN


PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
PERMUKIMAN KABUPATEN/KOTA ………………………………..
NOMOR :…………………………….
TENTANG

PENETAPAN PENERIMA MANFAAT KEGIATAN SANIMAS 201….

Menimbang : a .……………………………………...........
b ..……………………………………….......
Mengingat : a………………………………………………….
b ………………………………………………
c ………………………………………………
d ………………………………………………

Memperhatikan:

Daftar Isian Penggunaan Anggaran ………. Tahun


Anggaran…………………….

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Pertama : Kelompok Swadaya Masyarakat ……………….


berkedudukan di Kelurahan/Desa ...............
Kecamatan .......... Kota/Kabupaten…...........,
seperti terdapat dalam lampiran keputusan ini
merupakan kelompok penerima manfaat Kegiatan
DAK Bidang Sanitasi TA. 201…

Kedua : Kelompok Swadaya Masyarakat ………………….


selaku kelompok penerima manfaat bertugas
membelanjakan dana yang dialokasikan sesuai

PEDOMAN TEKNIS DAK BIDANG SANITASI

150
FORMAT – FORMAT

dengan peruntukan serta


mempertanggungjawabkan atas
penggunaannya kepada Kuasa Pengguna
Anggaran melalui Kepala OPD/PPK Provinsi
……….....………… dan menyampaikan laporan
pelaksanaan secara berkala.

Ketiga : Biaya yang diakibatkan atas kegiatan


DAK Bidang Sanitasi ini
dibebakan pada DIPA
......................... sesuai dengan yang tercantum
dalam DIPA Nomor:………................
tanggal……………….Tahun Anggaran 201….

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal penetapan


sampai dengan berakhirnya Tahun Anggaran
201…. dengan ketentuan akan diperbaiki
sebagaimana mestinya apabila terdapat
kekeliruan dalam Surat Keputusan ini.

Kelima : Surat Keputusan ini disampaikan kepada yang


bersangkutan, untuk dilaksanakan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : ………………………………………….……………………
Pada tanggal : ………………………………………….………………..….

KEPALA OPD/PPK Kabupaten/ Kota ………………………..…....

Stempel Basah

(………………………………………..)
NIP.

PEDOMAN TEKNIS DAK BIDANG SANITASI

151
FORMAT – FORMAT

Format 1 . 3

Surat Kepala OPD/ Pejabat Pembuat Komitmen


Tentang Penetapan Penerima Manfaat

Kop Surat

DAFTAR PENERIMA MANFAAT

Nama Jumlah Rata-rata


Luas
No Kepala Anggota Pekerjaan Penghasilan/ Alamat
Pekarangan
Keluarga Keluarga Bulan

Data bersumber dari lampiran Berita Acara Penetapan Penerima Manfaat


dari KSM

Ditetapkan di : ………………………………………….……………………
Pada tanggal : ………………………………………….………………..….

KEPALA OPD/PPK
PROVINSI ………………………..…....
Stempel basah

(………………………………………..)
NIP. ………………………………….

PEDOMAN TEKNIS DAK BIDANG SANITASI

152
FORMAT – FORMAT

Format 1.4
Berita Acara Seleksi Titik Lokasi

BERITA ACARA

Pelaksanaan Proses Seleksi Titik Lokasi


Kegiatan DAK Bidang Sanitasi Kelurahan/
Desa ………………………………

Pada hari .....tanggal .... bulan ........ tahun ....... bertempat di Ruang
Rapat Kantor ………………. Kelurahan/Desa………….. yang beralamat
di jalan …………… telah dilaksanakan Seleksi titik lokasi dalam
rangka implementasi kegiatan DAK Bidang Sanitasi . Seleksi tersebut
telah dilaksanakan dengan menggunakan metode SELOTIP. Seluruh
proses seleksi telah dilaksanakan secara fair, transparan dan demokratis
oleh masyarakat sendiri.

Seleksi titik lokasi tersebut telah diikuti oleh …….. titik lokasi, yaitu:

1. Titik Lokasi ................ nilai .........


2. Titik Lokasi ................ nilai .........
3. Titik Lokasi ................ nilai .........
4. Dst ……..

Sesuai dengan hasil nilai yang dikumpulkan oleh Tim SELOTIP, maka
telah disepakati bersama bahwa titik lokasi yang paling siap untuk
melakasanakan kegiatan DAK Bidang Sanitasi adalah titik lokasi
………………………

Demikian berita acara ini dibuat agar dapat digunakan sebagaimana


mestinya.
………………. , ……..
Ketua Tim SELOTIP Kelurahan/ Desa ………

(....................................................)

Mengetahui :
Lurah/Kepala Desa Tenaga Fasilitator Lapangan
Stempel basah

PEDOMAN TEKNIS DAK BIDANG SANITASI

153
FORMAT – FORMAT

(...................................................) (.................................................)

Surat Penetapan Titik Lokasi dari Kepala OPD/ PPK


Kabupaten/Kota

Berita Acara lokasi terpili oleh Tim SELOTIP tingkat Kelurahan


diverifikasi oleh TFL, diketahui Kepala Kelurahan/Desa, selanjutnya
diajukan kepada Kepala OPD/PPK Kabupaten/Kota untuk dibuatkan
Surat Penetapan Lokasi (SPL).

Format 1.5
Standar Kontrak KSM dengan PPK/OPD

Surat Perjanjian Kerjasama


Untuk Melaksanakan Pekerjaan DAK Bidang Sanitasi

Lokasi : ……………………..
Jenis Pekerjaan : ………………………………..
Nomor Kontrak : ……………………………..
Tanggal : ……………………

Surat perjanjian kerjasama ini berikut lampirannya (selanjutnya disebut


“kontrak”) dibuat dan ditanda-tangani di …………….. pada hari …………,
tanggal ………………… bulan ……………… tahun …………………antara
Pejabat Pembuat Komitmen OPD, yang bertindak untuk dan atas nama
……………………………………………… berkedudukan di
……………………………….., berdasarkan Surat Keputusan ………….. No.
………………………… (selanjutnya disebut PPK), dan
……………………………….bertindak sebagai ketua Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) yang berkedudukan di
………………………………………..berdasarkan (Akta Notaris/ SK Camat/
SK Lurah/ SK Kades) No……..tangal……………… yang dikeluarkan oleh
Notaris/ Camat/ Lurah/ Kades ……………………. Di………………………
(yang selanjutnya disebut “ KSM”)

Mengingat Bahwa :

PEDOMAN TEKNIS DAK BIDANG SANITASI

154
FORMAT – FORMAT

a) PPK telah meminta KSM untuk melakukan pembangunan sarana


DAK Bidang Sanitasi , sebagaimana diterangkan dalam Syarat –
Syarat Umum Kontrak yang terlampir dalam kontrak ini;
b) KSM, sebagaimana dinyatakan kepada PPK, sudah menyusun RKM
(Rencana Kerja Masyarakat) yang telah disusun dan disetujui oleh
masyarakat pengguna sarana;
c) PPK dan KSM menyatakan memiliki kewenangan untuk menanda-
tangani Kontrak ini, dan yang menanda-tangani memilii
kewenangan untuk mengikat pihak yang diwakili;
d) PPK dan KSM mengakui dan menyatakan bahwa sehubungan
dengan penanda-tanganan Kontrak ini masing-masing pihak:
1. Telah senantiasa diberikan kesempatan untuk didampingi
oleh advokat;
2. Menanda-tangani Kontrak ini setelah meneliti secara patut;
3. Telah membaca dan memahami secara penuh ketentuan
Kontrak ini;
4. Telah mendapatkan kesempatan yang memadai untuk
memeriksa dan mengkonfirmasikan semua ketentuan dalam
Kontrak ini, beserta semua fakta dan kondisi yang terkait.

Maka oleh karena itu, Kepala OPD/PPK dan KSM dengan ini
bersepakat dan menyetujui hal-hal sebagai berikut ini :
1) Total harga Kontrak atau Nilai Kontrak adalah sebesar Rp
…………………
(………………………………………………………………..);
2) Istilah dan ungkapan dalam Surat Perjanjian ini, memiliki arti
dan makna yang sama seperti yang tercantum dalam lampiran
Surat Perjanjian ini;
3) Dokumen – dokumen berikut ini merupakan satu-kesatuan
dan bagian yang tidak terpisahkan dari Kontrak, yaitu:

a. Addendum Kontrak (bila ada);


b. Pokok Perjanjian;
c. Surat Penawaran berikut Data Penawaran Biaya;
d. Syarat-Syarat Khusus Kontrak;
e. Syarat-Syarat Umum Kontrak;
f. RKM (Rencana Kegiatan Masyarakat) dan KAK
(Kerangka Acuan Kerja);
g. Data Teknis selain KAK;
h. Dokumen Kelengkapan seleksi, Surat Penunjukan, Berita
Acara.

PEDOMAN TEKNIS DAK BIDANG SANITASI

155
FORMAT – FORMAT

4) Dokumen Kontrak dibuat untuk saling menjelaskan satu sama


lain, dan jika terjadi pertentangan antara ketentuan dalam
suatu dokumen dengan kentuan dalam dokumen lainnya,
maka yang berlaku adalah ketentuan dalam dokumen yang
lebih tinggi berdasarkan urutan hierarki pada angka 3 di atas;

5) Hak dan kewajiban timbal-balik PPK dan KSM dalam Kontrak


meliputi khususnya:
a) KSM berkewajiban untuk melaksanakan pekerja Sanitasi
ini sesuai dengan RKM dan KAK;
b) PPK berkewajiban untuk melakukan pembayaran kepada
KSM sesuai dengan ketentuan Kontrak.

6) Kontrak ini mulai berlaku efektif terhitung sejak tanggal yang


ditetapkan dengan tanggal mulai dan penyelesaian keseluruhan
pekerjaan sebagaimana diatur dalam Syarat- Syarat Umum /
Khusus Kontrak.

Dengan demikian, PPK dan KSM bersepakat untuk menanda-tangani


kontrak ini, pada tanggal tersebut diatas dan melaksanakan Kontrak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
di Republik Indonesia.

Untuk dan atas nama PPK Kabupaten/ Kota

Nama :……………….
NIP :……………….
Kelompok Swadaya
Masyarakat …….
Mengetahui :
Kepala OPD Kab Kota :
Nama :……………….
Ketua
Nama:………………….
NIP :. . . . . . . . . .

PEDOMAN TEKNIS DAK BIDANG SANITASI

156
FORMAT – FORMAT

Format 1.6
Surat Perintah Mulai Kerja
No. : . . . . . . . . . . . . . . . . . Tanggal, . . . . . . . . ..
Pekerjaan DAK Bidang Infrastruktur Bidang Sanitasi
Kelurahan,…………… Kota …………. Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :.......................
Jabatan : Kepala OPD/ PPK ………..
Alamat : ..........................
Selanjutnya disebut sebagai Kepala OPD/ Pejabat Pembuat Komitmen.

Berdasarkan Kontrak No.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .,


tanggal . . .
Bersama ini memerintahkan kepada:

Nama :.................
Jabatan : Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat.
Alamat : .................
Selanjutnya disebut sebagai Penyedia Jasa Pembangunan.

Untuk segera memulai pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan


ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Macam pekerjaan : Pembangunan Sanitasi Kelurahan : . . . . . .
Kab/ Kota: ………..
2. Tanggal Mulai Kerja : . . . . . . . . . . . . . .
3. Syarat-syarat pekerjaan : sesuai dengan persyaratan dan kentuan
Kontrak.
4. Waktu penyelesaian: selama . . . (. . . . . ) bulan dan pekerjaan
harus sudah selesai pada tanggal: . . . . . . . …………….
5. Hasil Pekerjaan : . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . .
6. Sanksi : Terhadap keterlambatan penyerahan hasil kerja, maka
kontrak pembangunan Sanitasi dan pembayarannya kepada
Penyedia Jasa Pembangunan ini dapat dihentikan sesuai dengan
ketentuan dalam Syarat-syarat Umum Kontrak.

Kepala OPD/ PPK ……… Kelompok Swadaya


Satuan Kerja Pembangunan Daerah Masyarakat
………………………………
Nama : . . . . . . . . . . . . . .
NIP : . . . . . . . .. . . . . . .. Nama:…………………..
Ketua

PEDOMAN TEKNIS DAK BIDANG SANITASI

157
FORMAT – FORMAT

Format 1.7
KSM : ……………………….
Halaman : ……………………….
Kelurahan : ……………………….

BUKU BANK
Kode KSM : ………………………….
Kota / Kab : …………………………
Kode Proyek : …………………………
Bulan . . . . .. . . . . . Tahun . . . . . . . . . . .
Nama Bank : . . . . . . . . . . . .
No Rek. :......................

Jumlah Kode
Tgl. URAIAN
(Rp)
2/1/12 Setoran 79.675.000 021
12/1/12 Debit 019
15/2/12 Bunga 014

Format 1.8
KSM : ……………………………
Halaman : ……………………………
Keluarahan : …………………………..

BUKU KAS
Kode KSM : ……………………………
Kota/Kab : …………………………..
Kode Proyek : ……………………………
Bulan . . . . .. . . . . . Tahun . . . . . . . . . . . .

Account Voucher Masuk Keluar


Tgl. URAIAN
No. No. (Rp) (Rp)
2/1/12 Beli Alat Tulis 345 1567 125.950,-
Alat gali
12/1/12 (cangkul, sekop, 348 1568 256.750,-
dll)

PEDOMAN TEKNIS DAK BIDANG SANITASI

158
FORMAT – FORMAT

Format 1.9
REKAP BULANAN KEUANGAN KSM
DAK Bidang Sanitasi
Bulan : 20_ _

Nama KSM : Bersih Kec. : …………


Lokasi :………… Kab/Kota :…………
Kel./Desa : …………. Provinsi : ………….

SALDO
1 AWAL
Rp
a. Kas -
Rp
b. Bank -
Jumlah Rp
saldo awal -
2 PEMASUKAN
Penarikan Dana Rp
a. Bantuan Sosial -
Rp
b. Swadaya Tunai -
Rp
c. Iuran Warga -
Rp
d. Bunga Bank -
Rp
Total Pemasukan -

3 PENGELUARAN
Rp
a. Material/Bahan -
Rp
b. Sewa Alat -
c. Upah Rp

PEDOMAN TEKNIS DAK BIDANG SANITASI

159
FORMAT – FORMAT

-
Rp
d. Operasional -
Rp
e. Adm Bank -
Rp
f. Pajak Bank -
Rp
Total Pengeluaran -

Rp
4 SALDO AKHIR -
Bank (31 Oktober Rp
a. 2015) -
Rp
b. Kas (31 Oktober 2015) -
Rp
Jumlah - -

…………………….,………./…../………

Diperiksa, Mengetahui, Disusun oleh,


TFL Ketua KSM Bendahara

(………………………) (………………………) (………………………)

PEDOMAN TEKNIS DAK BIDANG SANITASI

160
FORMAT – FORMAT

Format 1.10
BUKU SWADAYA MASYARAKAT

BUKU SWADAYA
DAK Bidang Sanitasi
Bulan : 20_ _
Nama KSM : ………… Kec. : ………….
Lokasi :………… Kab/Kota : ………….
Kel./Desa : …………. Provinsi : ………….

No TANGGAL URAIAN UNIT HARGA JUMLAH

JUMLAH -

…………………….,………./…../………
Diperiksa, Mengetahui, Dibuat oleh,
TFL Ketua KSM Bendahara KSM

(………………………) (………………………) (………………………)

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI 153


FORMAT – FORMAT

Format 1.11
CATATAN HARIAN KEGIATAN
RT/RW /
:
Kelurahan/Desa
Kecamatan / Tanggal
: :
Kab./Kota Kerja

Jenis Kegiatan : Pelaksana :


Masa Kerja : Pendamping :

Realisasi
Uraian Rencana Realisasi Hari ini Jumlah HOK
No. Kumulatif Cuaca Catatan
Pekerjaan
Volume Satuan Volume Satuan Volume Satuan Pekerja Tukang Mdr/Kk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Diperiksa Dibuat
Oleh : Oleh:

TFL KSM

( ............................... ) ( ............................... )

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI 154


FORMAT – FORMAT

Format 1.12
CATATAN HARIAN PENGGUNAAN MATERIAL
Desa/Kelurahan :
Nama KSM : Lokasi Kerja :
Jenis Kegiatan : Pelaksana :
No. Kontrak : Masa Kerja :

Sumber Dana (Rp) Material Masuk Material Keluar Stok Material Paraf
No. Tanggal Uraian Material Catatan
Pengambil Penanggung
DAK Swadaya Volume Satuan Volume Satuan Volume Satuan
Material Jawab Stock

Dibuat
Diperiksa Oleh :
Oleh:
TFL Teknik KSM

( ......................... ) ( ............................... )

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI 155


FORMAT – FORMAT

Format 1.13
DAFTAR HADIR PEKERJA HARIAN DAN PENERIMAAN UPAH
Pembayaran Upah : Periode s/d

RT / RW / Kel. /
:
Desa Upah Mandor/Hari Rp. ...........................
Kec. /Kab. /Kota : Upah Kepala Tukang/Hari Rp. ...........................
Jenis Pekerjaan : Upah TK/Hari Rp. ...........................
Lokasi Kegiatan : Upah PK/Hari Rp. ...........................

Jenis Jumlah Jumlah Tanda

No. Nama
L P KT TK PK

Rp.
Rp.
TOTAL
Tanggal Pembayaran : ...................,
Keterangan : .....................................

KT : Kepala Tukang Mengetahui


TK : Tukang KSM Kepala Tukang
PK : Pekerja
L : Laki-Laki
:
P Perempuan
( ............................... ) ( ................... )

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI 156


FORMAT – FORMAT

Format 1.14
REALISASI KEMAJUAN PELAKSANAAN MINGGUAN
Program DAK Tahun :
RT / RW /
: Jenis Kegiatan
Kel. / Desa :
Kec. /Kab. /Kota : Masa Kerja :

Prosentase
Bobot Kemajuan
No. Uraian Kegiatan Volume Satuan Satuan Harga Terhadap
(%) Minggu Minggu Tiap
(Rp.) (Rp.) Jumlah Sisa Seluruh
Lalu Ini Pekerjaan
Pekerjaan

Jumlah
Prestasi
Rencana :
Deviasi
Prestasi :

........................................., ....................................
Diperiksa Oleh : Dibuat Oleh:
TFL KSM

( ............................... ) ( ............................... )

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI 157


FORMAT – FORMAT

Format 1.15
REALISASI KEMAJUAN PELAKSANAAN BULANAN
Program DAK Tahun :
RT / RW /
: Jenis Kegiatan
Kel. / Desa :
Kec. /Kab. /Kota : Masa Kerja :

Prosentase
Bobot Kemajuan
No. Uraian Kegiatan Volume Satuan Satuan Harga Terhadap
(%) Bulan Bulan Tiap
(Rp.) (Rp.) Jumlah Sisa Seluruh
Lalu Ini Pekerjaan
Pekerjaan

Jumlah
Prestasi
Rencana :
Deviasi
Prestasi :

........................................., ....................................
Diperiksa Oleh : Dibuat Oleh:
TFL KSM

( ............................... ) ( ............................... )

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI 158


FORMAT – FORMAT

Format 1.16
LAPORAN MASALAH TINGKAT DESA/ KELURAHAN
Program DAK Tahun : Bulan :
Desa / Kel : Kab./Kota :
Kecamatan : Provinsi :

Upaya yang Dilakukan Untuk Bantuan yang diharapkan


No. Tanggal Kendala dan Masalah
Menyelesaikan Masalah Dalam Penyelesaian Masalah

........................................., .................................
Dibuat Oleh:
KSM

( ............................... )

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI 159


FORMAT – FORMAT

Format 1.17
Surat Permintaan Pembayaran Tahapan

Nomor : ……………………………
File : …………………………...
Perihal : Pekerjaan Sanitasi, Kelurahan : . . . . . . . . . . .
Permohonan Pembayaran Tahap ke . . . . ( . . .%)

Kepada Yth.
Kepala OPD/ Pejabat Pembuat Komitmen
Kegiatan DAK Bidang Sanitasi
(Alamat). . . . . . . . . . . . . . . . . .

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan Pekerjaan DAK Bidang Infrastruktur Sub Bidang Sanitasi,
Kelurahan . . . . . . . . . . . . . sesuai Kontrak No. . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . .
tanggal . . . . . . . . . .
Bersama ini, kami mengajukan permintaan Pembayaran Tahap . . . . . ( . . . . %)
dari nilai Kontrak
Atas jumlah tersebut, mohon dapat ditransfer ke rekening kami atas nama KSM
……………………………………. Pada :
Bank: . . . . . . .. . . . . . .. . .. . . . . .
Jl. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Rekening No. : . . . . . . . . . .
Demikian permohonan kami, dan atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan
terima kasih.

Mengetahui Hormat Kami,


TFL KSM ……………………

Nama : …………… Nama : ………………


Ketua.

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


160
FORMAT – FORMAT

Format 1.18

Berita Acara Pembayaran

No : …………………………………………………
Pada hari ini tanggal . . . . . Bulan . . . . . . tahun Dua ribu . . . . . . . ., kami yang
bertanda-tangan dibawah ini :
1. Nama : . . . . . . . . . . . .. .. . . . . . . .
Pejabat Pembuat Komitmen, yang bertindak untuk dan atas nama Pejabat
Pembuat Komitmen Satuan Kerja Pembangunan Daerah (OPD),
berkedudukan di ………………………………………………………. Selanjutnya
disebut PIHAK KESATU.

2. Nama : ............... .....


Jabatan : Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) ……………
Alamat : Jl ……………………………………………………………….
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

a. Berdasarkan:
Nomor dan Tanggal DIPA / Dokumen: Dipersamakan
Nomor dan Tanggal Kontrak : …………………………….
Nilai Kontrak : …………………………………………….
Uraian Pekerjaan : Pembangunan Sanitasi di kelurahan/desa …………….

b. Maka PIHAK KEDUA berhak menerima Pembayaran Tahap ….. ( …. %) dari


PIHAK KESATU untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut, sebesar
……………………………..
Total Pembayaran
Dengan demikian, maka pembayaran sampai dengan sekarang :
- Nilai Kontrak : Rp ………
- Tagihan yang lalu : Rp … …..
- Sisa Kontrak : Rp ………
Jumlah yang dibayarkan : Rp ………………………………..
Terbilang : ( ……………………………………….. )

c. PIHAK KEDUA sepakat atas pembayaran tersebut diatas dibayarkan ke


rekening nomor : …………….. Bank ……………………….. atas nama KSM
………………………………..

Demikian Berita Acara ini dibuat, agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

PIHAK KEDUA PIHAK KESATU


Kelompok Swadaya Masyarakat Pejabat Pembuat Komitmen

Nama……………… Nama ….…………………..


Ketua NIP : ………….…………..

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


161
FORMAT – FORMAT

Format 1.19

Berita Acara Serah Terima Pekerjaan

Nomor : …………………………………….
Pada hari ini tanggal …………. Bulan ………….. tahun Dua ribu ………., kami yang
bertanda-tangan dibawah ini :
1. Nama : …………………………….
Pejabat Pembuat Komitmen, yang bertindak untuk dan atas nama Pejabat
Pembuat Komitment Satuan Kerja Pembangunan Daerah (OPD),
berkedudukan di ……………………………
Selanjutnya disebut PIHAK KESATU.

2. Nama : ………………………………
Jabatan : Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) ……………
Alamat : Jl ……………………………………………………………….
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

Berita Acara ini dibuat oleh kedua belah pihak, berdasarkan:


A . 1. DPA untuk DAK – APBD TA 2012 : .............................................
Revisi DPA ke 1 : .............................................
Revisi DPA ke 2 : …………………………………......
Surat Perjanjian / Kontrak : ……………………………………...
Uraian Pekerjaan : Pembangunan Sanitasi
Nilai Kontrak : Rp.............
Amandemen ke – 1 : Rp ..…………………………….....
Amandemen ke – 2 : Rp ………………………………….
Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan : ………………………………………
Tanggal …………………………………….

Dengan ini menyatakan mengadakan serah terima pekerjaan pembangunan


Sanitasi , dengan ketentuan sebagai berikut :

PASAL - 1
PIHAK KEDUA menyerahkan kepada PIHAK PERTAMA dan PIHAK
PERTAMA menyatakan menerima dari PIHAK KEDUA berupa Bangunan
Sanitasi. Hasil pekerjaan tersebut berlokasi di :
Kelurahan/Desa : .………………………………..
Kab/Kota : …………………………………

PASAL - 2
Dengan adanya serah terima ini, maka selanjutnya tanggung jawab atas
hasil pekerjaan tersebut beralih dari PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA.


Kelompok Swadaya Masyarakat Pejabat Pembuat Komitmen
Kelurahan/Desa : ……..
Kab/Kota : …….. Satuan Kerja Pembangunan Daerah

Nama : ……………. Nama : ………………………..


Ketua NIP : ………………………..

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


162
FORMAT – FORMAT

FORMAT 1.20

Penilaian Kinerja
Aspek Penilaian Kinerja Pemanfaatan DAK Bidang Sanitasi
Nilai
Aspek Penilaian Bobot Penilaian
No. Angka Huruf
%
Dukungan kegiatan > 80 % kegiatan 10 Baik
A terhadap Kegiatan 20 60 % - 80 % kegiatan 6-8 Cukup
Prioritas Nasional > 60 % kegiatan <6 Buruk
Kesesuaian Rencana > 80 % sesuai 10 Baik
Kegiatan dengan 60 % - 80 % sesuai 6-8 Cukup
B 20
pelaksanaan Rencana > 60 % sesuai <6 Buruk
Kegiatan
Kesesuaian hasil > 80 % sesuai 10 Baik
pelaksanaan fisik dengan 60 % - 80 % sesuai 6-8 Cukup
C 15
kontrak/spesifikasi > 60 % sesuai
<6 Buruk
teknis yang ditetapkan
Pencapaian Sasaran Progres fisik > 80 % 10 Baik
hasil, keluaran, dampak Progres fisik 60% -80% 6-8 Cukup
D dan kemanfaatan 15 Progres fisik < 60 %
kegiatan yang <6 Buruk
dilaksanakan
Dampak dan Manfaat > 80 % 10 Baik
E (Merata a – d) 15 60 % - 80 % 6-8 Cukup
> 60 % <6 Buruk
Kepatuhan dan 4 Triwulan dan
10 Baik
Ketertiban Pelaporan lengkap
(empat triwulan) 2 – 3 Triwulan dan
F 15 6-8 Cukup
lengkap
0 – 1 Triwulan dan
<6 Buruk
lengkap
TOTAL 100

Catatan :
❖ Nilai Total = [ 20 % + Nilai (a) + 20 % + Nilai (b) + 15 % + Nilai (c) + 15 % + Nilai (d) + 15 %
+ Nilai (c) + 15 % + Nilai (f) + 10;
❖ Klasifikasi Penilaian Akhir : Nilai > 80 = Baik, Nilai 60 = 80 = Cukup, Nilai < 60 =

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


163
FORMAT – FORMAT

Format 1.21
Manfaat Pembangunan Infrastruktur

Provinsi : …………………
Kabupaten/Kota : …………………
Tingkat
Kesesuaian Tingkat
Nama Manfaat
Pelaksanaan Pencapaian
No Paket Ditanganinya Ket.
Fisik dengan Tujuan/Sasaran
Pekerjaan Kegiatan
Spesifikasi (%)
Teknis (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

………….…, tanggal……..…20…

(………………………….……….)

Catatan :
Data diisi secara lengkap dan dilaporkan pada triwulan ke IV.
1. = Nomor urut;
2. = Diisi nama paket pekerjaan;
3. = Diisi tingkat kesesuaian pelaksanaan fisik dengan spesifikasi teknis (%);
4. = Diisi tingkat pencapaian tujuan/sasaran;
5. = Diisi manfaat ditanganinya Kegiatan /Kegiatan;
6. = Keterangan.

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


164
FORMAT – FORMAT

FORMAT 1.22

Form Data Umum Kabupaten/Kota

Provinsi : …………………
Kabupaten : …………………
Kecamatan : …………………
Tahun : …………………
Luas Jumlah
Kontur
No Kelurahan/Desa Wilayah Penduduk Potensi
Tanah
(m2) (Jiwa)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Jumlah

Catatan :
Diisi hanya sekali saja, kecuali kalau ada perubahan

Keterangan :
1. = Nomor urut;
2. = Diisi nama Kecamatan;
3. = Diisi luas wilayah;
4. = Diisi jumlah penduduk;
5. = Diisi kontur tanah yang dominan di Kecamatan (pantai, pegunungan dan
dataran;
6. = Diisi potensi daerah Kecamatan (perkebunan, pertanian dan
pertambangan).

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


165
FORMAT – FORMAT

Format 1.23

Data Sumber Pendanaan

Provinsi : …………………….
Kabupaten : …………………….
Tahun : …………………….
Sumber Pendanaan
Kegiatan Sektor
No APBD DAK Pinjaman/ Jumlah
Penanganan (Pusat)
(Rp) (Rp) Hibah (Rp) (Rp)
(Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Sub bidang
Sanitasi
a Pemeliharaan
fasilitas sanitasi

Sub Jumlah
Jumlah

Catatan :

Data diisi secara lengkap sekali saja (triwulan I), kecuali ada perubahan
1. = Nomor urut;
2. = Diisi nama kegiatan / kegiatan penanganan setiap sub bidang;
3. = Diisi alokasi APBD untuk tiap sub bidang;
4. = Diisi alokasi DAK untuk setiap sub bidang;
5. = Diisi alokasi dari Pemerintah Pusat (sektor) untuk setiap sub bidang.

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


166
FORMAT – FORMAT

Format 1.24

Data Dasar Tingkat Pelayanan Sanitasi Kabupaten/Kota

Provinsi : …………….
Kabupaten/ Kota : …………….
Kecamatan : …………….
Tahun : …………….
Tingkat
Jumlah Jumlah
No Pelayanan
No Kelurahan/Desa Penduduk Penduduk Ket.
Sanitasi Sanitasi
(Jiwa) Miskin (KK)
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (5) (6)

Catatan :
Diisi hanya sekali saja pada triwulan I, kecuali kalau ada perubahan

Keterangan :
1. = Nomor urut;
2. = Diisi kode air minum dan sanitasi;
3. = Diisi nama Desa/ Kelurahan ybs;
4. = Diisi jumlah penduduk miskin di Desa/Kelurahan ybs;
5. = Diisi jumlah penduduk miskin di Desa/Kelurahan ybs;
6. = Diisi cakupan layanan PDAM (%);
7. = Diisi cakupan layanan sanitasi (%).

Pemantauan Dak Bidang Infrastruktur Bidang


Sanitasi Tahun ……………………………
Provinsi Dan Kabupaten/Kota Bidang
……………….
Peta Provinsi/Kabupaten/Kota Dan Lokasi
Proyek

PETUNJUK PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI


167
FORMAT – FORMAT

Format 1.25

Pantauan Kesesuaian Kegiatan

Kegiatan Priortitas Kesesuaian RK Kelengkapan Dokumen


Nama Paket Alasan
No Lokasi Nasional yang dengan Juknis (Ada/Tidak) Ket.
Pekerjaan Ketidaksesuaian
Didukung (Ya/Tidak) Gambar Spesifikasi RAB
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Catatan :
Diisi hanya sekali saja pada triwulan I, dengan mengacu pada paket sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Kegiatan (RK).

Keterangan :
1. = Diisi nomor urut;
2. = Diisi nama paket/nama pekerjaan yang sedang ditangani;
3. = Diisi nama Kelurahan/Kecamatan/Desa lokasi proyek;
4. = Diisi kesesuaian kegiatan /kegiatan dengan prioritas nasional;
5. = Diisi kesesuaian RK dengan Juknis;
6. = Diisi alasan ketidaksesuaian yang ada;
7. = Diisi kelengkapan dokumen yang ada;
8. = Diisi kelengkapan dokumen yang ada;
9. = Diisi kelengkapan dokumen yang ada;
10.= Diisi dengan hal-hal yang perlu ditambahkan.

168
PETUNJUK PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI
FORMAT – FORMAT

Format 1.26

Pantauan Pelaksanaan Kegiatan

Provinsi : ……………………
Kabupaten/Kota : ……………………
Nama Paket Sasaran Biaya Cara Realisasi Masalah Upaya Pemecahan
No Rencana (%)
Pekerjaan Vol. Unit (Rp) Pengadaan (Rp) (%) Pelaksanaan Masalah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

169
PETUNJUK PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI
FORMAT – FORMAT

Format 1.27

Monitoring Dan Evaluasi DAK Bidang Sanitasi


Tabel a. Data Pentahapan Kegiatan DAK Bidang Sanitasi

Penyiapan
Pekerjaan
Jenis Sarana masyarakat Penyerapan Dana O&P
Fisik
oleh TFL
Lokasi Sasaran (Kelurahan)
Provinsi/Kab

30% (Pekerjaan Fisik

30% (Pekerjaan Fisik


Nama KSM

Sosialisasi Pengguna
40% (RKM Selesai)
Rencana Realisasi

Pel.atihan Operator

Serah Terima Aset


/Kota

Mencapai 30%)

Mencapai 60%)
OPD

Pengoperasian
Pel. Tukang

Kontruksi
Mandor
KSM
Lainnya

Lainnya
MCK++

MCK++
Umum

Umum
Tangki
Septik

Septik
Toilet
IPAL

IPAL
10
1 2 3 4 5a 5b 5c 5d 5e 6a 6b 6c 6d 6e 7a 7b 7c 8a 8b 8c 9a 9b 9c 10b
a

Keterangan:
1. = (1) Nama provinsi dan kabupaten/ kota pelaksana DAK Bidang Sanitasi ;
2. = (2) Nama OPD terkait penerima DAK Bidang Sanitasi ;
3. = (3) Lokasi tempat pelaksanaan DAK Bidang Sanitasi ;
4. = (4) Nama KSM tiap lokasi pelaksana DAK Bidang Sanitasi ;

170
PETUNJUK PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI
FORMAT – FORMAT

5. = (5a – 5e) Pilih (cek list) jenis sarana sanitasi yang akan dibangun sesuai dengan RK dan cek list kegiatan lainnya
berikut tulis nama kegiatan di kolom lainnya;
6. = (6a – 6e) Pilih (cek list) jenis sarana sanitasi yang dibangun (realisasinya);
7. = (7a) Waktu pelaksanaan pelatihan KSM;
8. = (7b) Waktu pelaksanaan pelatihan mandor;
9. = (7c) Waktu pelaksanaan pelatihan tukang;
10.= (8a) Penyerapan dana sebesar 40% (Jika RKM sudah selesai/ disiapkan);
11.= (8b) Penyerapan dana sebesar 30% (Jika pekerjaan fisik sudah mencapai 30%);
12.= (8c) Penyerapan dana sebesar 30% (Jika pekerjaan fisik sudah mencapai 60%);
13.= (9a) Waktu pelaksanaan pelatihan operator;
14.= (9b) Waktu sosialisasi pengguna;
15.= (9c) Prosentase progres fisik;
16.= (10a) Waktu pelaksanaan serah terima aset;
17.= (10b) Waktu mulai pengoperasian.

171
PETUNJUK PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI
FORMAT – FORMAT

Format 1.28

Data Pendanaan Kegiatan DAK Bidang Sanitasi

Sumber Pembiayaan
Lokasi Sasaran
Provinsi/Kab/Kota Swadaya Masyarakat
(Kelurahan) DAK APBD Kab./Kota
In Cash In Kind
(1) (2) (3a) (3b) (4a) (4b)

172
PETUNJUK PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI
FORMAT – FORMAT

Format 1.29

Data Kelengkapan Pelaporan Kegiatan Sanitasi

Progres Pelaksanaan
Substansi Pelaporan Triwulan
Kegiatan (%)
Pelaporan Data Dasar
Provinsi/Kab./Kota Data Umum
DAK Online Prasarana Kesesuaian Progres dan
Kelurahan Fisik Keuangan
Sanitasi Kegiatan Pelaksanaan
dan Desa
Kelurahan/Desa
(1) (2) (3a) (3b) (3c) (3d) (3e) (3f)

Keterangan :
1. = (1) = Nama provinsi/kota/kab pelaksana DAK Sanitasi;
2. = (2) = checklist (√) jika sudah melaksanakan pelaporan secara on line (E-monitoring);
3. = (3a) = checklist (√) jika dalam laporan sudah mencantumkan data umum (Nama Kelurahan / Desa, luas wilayah
(m2), Jumlah penduduk (jiwa), kontur tanah dominan di kelurahan/Desa tersebut (pantai/pegunungan/dataran),
potensi kelurahan/desa (perkebunan/pertanian/pertambangan), sumber pendanaan untuk sub-bidang Sanitasi);
4. = (3b) = checklist (√) jika dalam laporan sudah mencantumkan data dasar yaitu data dasar seluruh prasarana sanitasi
kelurahan/desa di kab/kota;
5. = (3c) = checklist (√) jika dalam laporan sudah mencantumkan kesesuaian kegiatan / kegiatan;
6. = (3d) = checklist (√) jika dalam laporan sudah mencantumkan proses dan pelaksanaan;
7. = (3e) = dalam laporan sudah mencantumkan progres fisik;
8. = (3f) = dalam laporan sudah mencantumkan progres keuangan.

173
PETUNJUK PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI
FORMAT – FORMAT

Format 1.30

Data Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)

Mengikuti Pelatihan TFL dari


Status Periode Alokasi Alokasi
Kementerian PUPR
No Nama TFL Kontrak Dana DAK Dana
(bulan) (Rp) APBD (Rp) Tanggal
PNS Non PNS Sudah Belum
Pelatihan
(1) (2) (3a) (3b) (4) (5a) (5b) (6a) (6b) (6c)

Keterangan :
1. = (1) Nomor;
2. = (2) = nama tenaga fasilitator lapangan (TFL);
3. = (3a)= checklist (√) jika status kepegawaiannya adalah PNS;
4. = (3b)= checklist (√) jika status kepegawaiannya adalah non PNS;
5. = (4) = periode bulan kontrak;
6. = (5) = alokasi dana APBD pada tahun 2013 (Rp);
7. = (6a)= checklist (√) jika sudah mengikuti pelatihan TFL dari PUPR;
8. = (6b)= tanggal pelaksanaan pelatihan TFL (jika sudah mengikuti);
9. = (6b)= checklist (√) jika belum mengikuti pelatihan TFL dari PUPR.

174
PETUNJUK PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI
FORMAT – FORMAT

Format 1.31

Permasalahan dalam Pelaksanaan Kegiatan DAK Bidang Sanitasi

Permaslaahan yang ada Usulan/Masukan


solusi atas
No Provinsi/Kab./Kota
SDM/Kelembagaan Keuangan Teknis Permasalahan
yang ada
(1) (2) (3a) (3b) (3c) (4)

Note ;
Kolom permasalahan diisi dengan uraian masalah

175
PETUNJUK PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal Agustus 2018

DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA

Dr. Ir. Danis H. Sumadilaga, M.Eng. Sc


NIP. 196010281986031003
SANI
UNTUK KEHID . ..........
YANG LE BIH

Anda mungkin juga menyukai