Anda di halaman 1dari 307

PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN DANA

ALOKASI KHUSUS INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI


TAHUN 2020

Jakarta, Juli 2020

Tim Penyusun

M. Rizat Abidin, ST, MT, M.Sc

Rinaldy Pradana, ST, M.Sc

Rahmi Jumiarti, ST

M. Alif Hidayat, ST
KATA PENGANTAR

Akses penduduk terhadap prasarana sanitasi pada


dasarnya erat kaitannya dengan aspek kesehatan,
lingkungan hidup, pendidikan, sosial budaya serta
kemiskinan. Hasil berbagai pengamatan dan
penelitian membuktikan bahwa semakin besar
akses penduduk kepada fasilitas sanitasi (air
limbah permukiman, persampahan dan drainase
lingkungan) serta pemahaman tentang hygiene,
semakin kecil kemungkinan terjadinya kasus penyebaran penyakit yang
ditularkan melalui media air dan tanah. Beberapa upaya pengembangan
sanitasi lingkungan berskala komunitas, dapat dilakukan melalui
pendekatan berbasis masyarakat. Hal ini ditujukan untuk menjamin
keberlanjutan pengelolaan, melalui penekanan perubahan perilaku dan
pola hidup masyarakat untuk dapat lebih bersih dan sehat dengan
melibatkan masyarakat secara utuh sejak tahap perencanaan, pelaksanaan
pembangunan sampai dengan pengelolaan sarana agar terciptanya
lingkungan permukiman berkelanjutan yang sehat.

Salah satu sistem penganggaran untuk percepatan pelaksanaan


infrastruktur bidang sanitasi di daerah adalah bersumber dari Dana
Alokasi Khusus (DAK). Sesuai Undang-Undang No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, DAK merupakan dana yang bersumber
dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan
tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan
urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Dan sebagai tindak
lanjut dari UU No. 23 Tahun 2014 tersebut di atas, telah diterbitkan
Peraturan Presiden No. 88 Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis
Dana Alokasi Khusus Fisik dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat No. 8/PRT/M/2020 tentang Petunjuk Operasional

1
Penyelenggaraan Dana Alokasi Khusus Infrastruktur.

Namun dalam implementasi di lapangan, masih diperlukan petunjuk


pelaksanaan yang aplikatif berdasarkan pada standar dan syarat teknis
yang berlaku. Direktorat Jenderal Cipta Karya menyusun Petunjuk
Pelaksanaan DAK Infrastruktur Bidang Sanitasi Tahun 2020 yang
bertujuan sebagai pedoman bagi Pemerintah Kabupaten/Kota, dan
pelaksana lapangan pada setiap proses tahapan pembangunan mulai dari
tahap persiapan, perencanaan pelaksanaan, operasi dan pemeliharaan
hingga pengendalian dan pemanfaatan dalam rangka meningkatkan
pelayanan sanitasi pada kawasan padat penduduk dan rawan sanitasi di
permukiman.

Semoga dengan tersusunnya Petunjuk Pelaksanaan DAK ini semakin


mempercepat pemerintah daerah dalam membangun sarana dan
prasarana sanitasi yang tepat sasaran, tepat mutu, waktu dan biaya yang
telah menjadi urusan bersama (konkuren) dengan pemerintah pusat untuk
mendukung pencapaian RPJMN 2020 – 2024.

Jakarta, Juli 2020


Direktur Sanitasi

Ir. Prasetyo, M.Eng


NIP. 196801291996031002

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... 1
DAFTAR ISI ................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ........................................................................................... 8
1. BIDANG SANITASI .............................................................................. 13
1.1. Pelaksanaan ....................................................................................... 13
1.1.1 Tahapan Persiapan Program Tingkat Pemda Kab/Kota
Sebelum Tahun Anggaran/N-1 ..................................................... 13
1.1.2 Tahap Persiapan Program Pada Saat Tahun Anggaran .............. 17
1.1.3 Pelaksanaan Kegiatan Lelang (Kontraktual) ................................ 41
1.1.4 Pelaksanaan Kegiatan Kontraktual Padat Karya .......................... 42
1.2. Operasi dan Pemeliharaan ................................................................... 43
1.2.1 Tujuan Operasi dan Pemeliharaan ................................................ 43
1.2.2 Serah Terima Hasil Pekerjaan ....................................................... 43
1.2.3 Skema Pengelolaan Biaya Operasional Dan Pemeliharaan ......... 45
1.3. Pemantauan Evaluasi & Pelaporan ..................................................... 47
1.3.1 Peran Tim Koordinasi dalam Tahapan Pemantauan Evaluasi
Pelaporan:...................................................................................... 48
1.4. Materi Pemantauan, Evaluasi Dan Penilaian Kinerja .......................... 50
1.5. Penilaian Kinerja ................................................................................... 53
PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN DANA ALOKASI
KHUSUS INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI ..................................... 55
BAGIAN I PERENCANAAN PROGRAM ..................................................... 56
1.1 Pelaksanaan Tahapan Program DAK Bidang Sanitasi Sub Bidang Air
iiLimbah Domestik Tingkat Desa/Kelurahan .......................................... 56
1.1.1 Tahap I. Sosialisasi Awal Program DAK Bidang Sanitasi Sub
Bidang Air Limbah Domestik Tingkat Desa/Kelurahan dan Rembuk
Kesiapan Masyarakat : .................................................................. 56
1.1.2 Tahap II. Pemetaan Sanitasi Tingkat Desa/ Kelurahan ............... 56
1.1.3 Tahap III. Proses Pelaksanaan SELOTIP Tk. Desa/ Kelurahan . 59
1.1.4 Tahap IV. Rembuk Kesiapan Masyarakat Tingkat RT/RW/
Dusun/Kampung/Jorong dan atau Sebutan Lainnya .................... 80
1.1.5 Tahap V. Proses Pembentukan Tim Pelaksana Swakelola (TPS –
KSM) .............................................................................................. 82
1.2. Perencanaan Kegiatan Swakelola/Pemberdayaan Masyarakat ....... 91
1.2.1 Perencanaan Kegiatan Swakelola oleh Tim Pelaksana Swakelola
(TPS–KSM) .................................................................................... 91
1.2.2 Proporsi Penggunaan Dana DAK Bidang Sanitasi untuk Kegiatan
Swakelola oleh TPS–KSM ............................................................ 91
1.2.3 Penyusunan Dokumen Rencana Kerja Masyarakat oleh TPS–KSM92

3
1.2.4 Tujuan Penyusunan Dokumen RKM ..............................................94
1.2.5 Persiapan Penyusunan Dokumen RKM ........................................95
1.2.6 Tahapan Penyusunan Dokumen RKM ..........................................95
1.2.7 Pihak – Pihak yang Terlibat dalam Penyusunan Dokumen
Rencana Kerja Masyarakat (RKM) ................................................96
1.2.8 Waktu dan Tempat Pertemuan Penyusunan Dokumen Rencana
Kerja Masyarakat (RKM) ................................................................96
1.2.9 Verifikasi Dokumen Rencana Kerja Masyarakat (RKM) ................96
1.2.10 Perjanjian Kerjasama (PKS) Antara KSM dengan PPK Sanitasi
Dinas Terkait...................................................................................96
BAGIAN II PILIHAN PRASARANA DAN SARANA SANITASI ...................98
2.1. Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Setempat (SPALD-S) ......99
2.1.1 Sub Sistem Pengolahan Setempat ................................................99
2.1.2 Sub Sistem Pengangkutan .......................................................... 100
2.1.3 Sub Sistem Pengolahan Lumpur Tinja ....................................... 100
2.2. Pilihan Sarana dan Prasarana dalam SPALD-S ............................. 100
2.3. Sarana & Prasarana yang Dapat Dikembangkan ........................... 101
2.4 Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T) ..... 107
2.5. Komponen SPALD-T........................................................................ 108
2.5.1 Sub Sistem Pelayanan ................................................................ 108
2.5.2 Sub Sistem Pengumpulan .......................................................... 108
2.5.3 Sub Sistem Pengolahan Terpusat .............................................. 108
2.6. Perencanaan Subsistem Pengumpulan .......................................... 110
2.6.1 Dimensi dan Kemiringan Pipa ..................................................... 111
2.6.2 Bahan Perpipaan ......................................................................... 112
2.6.3 Sambungan Perpipaan................................................................ 112
2.6.4 Kedalaman Perpipaan ................................................................. 112
2.6.5 Bangunan Pelengkap Pada Sub_sistem Pengumpulan ............. 112
2.7. Perencanaan Subsistem Pelayanan ................................................ 113
2.7.1 Grease Trap / Penangkap Lemak. .............................................. 114
2.7.2 Bak Kontrol Sambungan Rumah................................................. 114
2.7.3 Bak Kontrol Utama ...................................................................... 114
2.7.4 Sumur Resapan Air Hujan........................................................... 115
2.8. Perencanaan Subsistem Pengolahan ............................................. 115
2.8.1 Unit Grit Chamber & Screen/ Penangkap padatan..................... 115
2.8.2 Unit Equalisasi /Bak Perata Aliran .............................................. 115
2.8.3 Unit Settler/Sedimentasi Awal ..................................................... 116
2.8.4 Unit Pengolahan Secara Biologi ................................................. 116
2.8.5 Prasarana dan Sarana Pendukung ............................................. 117
2.9. Parameter Desain dalam Penyusunan RTR IPAL .......................... 118

4
2.10. Contoh Perhitungan Rencana Teknik Rinci IPAL ............................ 119
2.11. Rencana Anggaran Biaya (RAB) ..................................................... 134
2.12. Konstruksi Bangunan pada Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik
Terpusat (SPAD-T)........................................................................... 135
2.12.1 Pondasi ........................................................................................ 135
2.12.2 Lantai Kerja .................................................................................. 136
2.12.3 Konstruksi Bangunan IPAL .......................................................... 136
2.13. Material Konstruksi Bangunan IPAL ................................................ 137
2.14. Pembangunan TPS 3R .................................................................... 139
2.15. Kriteria Tempat Pengelolaan Sampah TPS3R ................................ 142
2.16. Spesifikasi Teknis Bangunan ........................................................... 152
2.17. PENGOLAHAN SAMPAH 3R .......................................................... 155
2.17.1 Pewadahan Sampah ................................................................... 155
2.17.2 Perlengkapan ............................................................................... 156
2.17.3 Operasi dan Pemeliharaan .......................................................... 156
2.18. Pengumpulan Sampah ..................................................................... 157
2.18.1 Metode ......................................................................................... 157
2.18.2 Peralatan...................................................................................... 157
2.18.3 Frekuensi Pengumpulan.............................................................. 158
2.18.4 Cara Pemilahan ........................................................................... 158
2.19. Kriteria yang Perlu Diperhatikan dalam Pengumpulan.................... 158
2.20. Pengolahan/Pemanfaatan Sampah ................................................. 159
2.21. Daur Ulang Sampah Non-Organik ................................................... 162
2.22. Proses Pengomposan ...................................................................... 163
2.23. Pengomposan dengan Metode Cetakan ......................................... 163
2.24. Pembentukan Tumpukan ................................................................. 164
2.25. Pengomposan dengan Sistem Bak Terbuka (Open Bin) ................ 165
2.26. Tangki Biofilter Pengolah Leachate ................................................. 166
2.27. Ketentuan Teknis Operasi dan Pemeliharaan ................................. 167
2.27.1 Perkiraan Biaya Operasional & Pemeliharaan MCK .................. 167
2.27.2 Petunjuk Pelaksanaaan Bagi Pengguna MCK ........................... 168
2.27.3 Perkiraan Biaya Operasional & Pemeliharaan Sistem Komunal 172
2.27.4 Petunjuk Pelaksanaan Bagi Pengguna Sistem Komunal ........... 173
2.27.5 Operasi dan Pemeliharaan Sarana Pengelolaan Sampah TPS 3R176
Bagian III Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)179
3.1. Penerapan SMK3 Kegiatan Swakelola ............................................ 179
3.2. Penerapan SMK3 Kegiatan Kontraktual .......................................... 180
3.3. Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(SMK3).............................................................................................. 180
3.4. Biaya Penyelenggaraan ................................................................... 182

5
LAMPIRAN 1.............................................................................................. 187
Format 1.1.................................................................................................. 188
Format 1.2.................................................................................................. 207
Format 1 . 3 ................................................................................................ 210
Format 1.4.................................................................................................. 211
Format 1.5.................................................................................................. 213
Format 1.6.................................................................................................. 217
Format 1.7.................................................................................................. 219
Format 1.8.................................................................................................. 220
Format 1.9.................................................................................................. 221
Format 1.10................................................................................................ 223
Format 1.11................................................................................................ 225
Format 1.12................................................................................................ 225
Format 1.13................................................................................................ 226
Format 1.14................................................................................................ 227
Format 1.15................................................................................................ 229
Format 1.16................................................................................................ 230
Format 1.17................................................................................................ 231
Format 1.18................................................................................................ 233
Format 1.19................................................................................................ 235
Format 1.20................................................................................................ 237
Format 1.21................................................................................................ 239
Format 1.22................................................................................................ 240
Format 1.23................................................................................................ 241
Format 1.24................................................................................................ 243
Format 1.25................................................................................................ 245
Format 1.26................................................................................................ 246
Format 1.27................................................................................................ 247
Format 1.28................................................................................................ 249
Format 1.29................................................................................................ 250
Format 1.30................................................................................................ 252
Format 1.31................................................................................................ 253
LAMPIRAN 2.............................................................................................. 254
Bagian 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 255
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................... 255
1.2 TUJUAN ...................................................................................... 256
1.3 PENGERTIAN ............................................................................. 256
1.4 PRINSIP DASAR PENGADAAN ................................................ 257
1.5 ETIKA PENGADAAN .................................................................. 259
6
1.6 PENGGUNA PETUNJUK TEKNIS ............................................. 260
Bagian 2 TIM PENGADAAN BARANG/JASA ........................................... 261
2.1 KETENTUAN UMUM TIM PENGADAAN ................................... 261
2.2 KETENTUAN UMUM TIM PENGADAAN ................................... 262
2.3 TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB TIM PENGADAAN ............ 263
Bagian 3 PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA ...................... 265
3.1 TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB TIM PENGADAAN ............ 265
3.2 TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB TIM PENGADAAN ............ 267
3.3 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN BARANG/JASA ........................... 267
3.4 PEMILIHAN METODE PENGADAAN ........................................ 268
3.5 REMBUG WARGA PRA PENGADAAN BARANG/JASA ........... 268
3.6 PENGADAAN BARANG/JASA ................................................... 269
3.6.1 Pengadaan Barang/Jasa Oleh Masyarakat ........................ 269
3.6.2 Pengadaan Oleh Penyedia Barang/Jasa ............................ 270
3.7 PROSEDUR PELELANGAN SEDERHANA ............................... 272
Bagian 4 SURAT PERJANJIAN KERJA (SPK)......................................... 275
4.1 KETENTUAN UMUM .................................................................. 275
4.2 TATA CARA PEMBAYARAN ...................................................... 276
Bagian 5 PENUTUP .................................................................................. 277

7
8
PENDAHULUAN

Akses penduduk terhadap prasarana dan sarana sanitasi pada dasarnya


erat kaitannya dengan aspek kesehatan, lingkungan hidup, pendidikan,
sosial, budaya serta kemiskinan. Hasil berbagai pengamatan dan penelitian
telah membuktikan bahwa semakin besar akses penduduk terhadap
fasilitas prasarana dan sarana air limbah domestik dan persampahan serta
pemahaman tentang hygiene, semakin kecil kemungkinan terjadinya kasus
penyebaran penyakit yang ditularkan melalui media air (waterborne
diseases).

Mengingat keterbatasan kemampuan yang dimiliki pemerintah, baik


pusat maupun daerah, diperlukan upaya-upaya terobosan yang bersifat
mengubah paradigma dalam pengembangan sanitasi lingkungan.
Beberapa upaya bisa dilakukan terhadap pengembangan sanitasi
lingkungan berskala komunitas berbasis masyarakat melalui kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk menjamin keberlanjutan
pengelolaan.

Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah, dimana Pemerintah lebih berperan sebagai
regulator dan fasilitator terkait dengan tugas-tugasnya dalam
pengaturan, pembinaan dan pengawasan pengembangan sanitasi
lingkungan. Dana Alokasi Khusus Sanitasi (DAK Bidang Sanitasi)
merupakan salah satu program pemerintah untuk meningkatkan akses
sanitasi, yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah
tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. DAK
Bidang Sanitasi ini khususnya diperuntukkan untuk membiayai
kebutuhan prasarana dan sarana sanitasi masyarakat yang belum
mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan

9
pembangunan daerah.

Besaran alokasi DAK Bidang Sanitasi masing-masing daerah ditentukan


dengan perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus dan
kriteria teknis. Kriteria umum dirumuskan berdasarkan kemampuan
keuangan daerah, yang dicerminkan dari penerimaan umum
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setelah dikurangi
belanja Pegawai Negeri Sipil Daerah. Kriteria khusus dirumuskan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur
penyelenggaraan otonomi khusus dan karakteristik daerah. Kriteria teknis
disusun berdasarkan kegiatan khusus yang dirumuskan oleh
kementerian/lembaga.

Pedoman Teknis DAK Bidang Sanitasi dimaksudkan sebagai pedoman


bagi Pemerintah Kabupaten/Kota, dan pelaksana lapangan dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, penilaian kinerja,
pemanfaatan. Pedoman ini merupakan media pembinaan pelaksanaan
DAK Bidang Sanitasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat dengan Pemerintah Provinsi. Pelaksana kegiatan
DAK Bidang Sanitasi adalah Organisasi Perangkat Daerah Dana Alokasi
Khusus yang selanjutnya disebut OPD DAK, yaitu organisasi/lembaga pada
Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota yang
menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dari Dana Alokasi Khusus
Bidang Sanitasi.

Tujuan disusunnya Pedoman Teknis DAK Bidang Sanitasi ini, adalah :


a. Menjamin tertib pemanfaatan pelaksanaan dan pengelolaan DAK
Bidang Sanitasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota;
b. Menjamin terlaksananya koordinasi antara kementerian terkait, dinas
teknis di Provinsi, dan dinas teknis di Kabupaten/Kota, dalam:
pelaksanaan, pengelolaan, pemantauan, dan pembinaan teknis

10
kegiatan yang dibiayai dengan DAK Bidang Sanitasi;
c. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan DAK Bidang
Sanitasi, serta mensinergikan kegiatan yang dibiayai dengan DAK
Bidang Sanitasi dengan kegiatan prioritas nasional; dan
d. Meningkatkan kinerja prasarana dan sarana bidang sanitasi, dan
meningkatkan cakupan pelayanan sanitasi untuk meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakat.

Dasar hukum yang digunakan dalam pengaturan, pembinaan dan


pengawasan kegiatan DAK Bidang Sanitasi adalah sebagai berikut :
1. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi
Kemasyarakatan;
3. Undang–undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah;
4. Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2018 tentang APBN tahun
anggaran 2019;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
8. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 dan perubahannya Perpres
No. 16 Tahun 2018, tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2019
tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus Fisik ;
10. Peraturan Menteri Keuangan tentang Pedoman Umum dan Alokasi
Dana Alokasi Khusus (ditetapkan setiap tahun);
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 121/PMK.07/2018

11
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana
Desa;
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 tentang
Penyelanggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam
Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga;
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
04/PRT/M/2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air
Limbah Domestik;
14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
8/PRT/M/2020, tentang Petunjuk Operasional Dana Alokasi
Khusus Infrastruktur Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat;
15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 628);
16. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
241/PMK.07/2014 Tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban
Anggaran Transfer ke Daerah;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Dana Alokasi Khusus di Daerah;
18. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan Kerja Lingkungan Kerja.

Pedoman Teknis DAK Bidang Sanitasi ini, terbagi menjadi 3 (tiga)


bagian, yaitu:
a. Pendahuluan;
b. Ketentuan Pelaksanaan;
c. Ketentuan Teknis.

12
SISTEMATIKA PETUNJUK
PELAKSANAAN DAK FISIK BIDANG SANITASI TA. 2020

KETENTUAN
PELAKSANAAN DAK
BIDANG SANITASI
2020

TAHAPAN PENDAHULUAN
▪ Persiapan
▪ Perencanaan
▪ Pelaksanaan
▪ Pengawasan
▪ Pemantauan dan KETENTUAN
Evaluasi TEKNIS
▪ Pelaporan
▪ Kriteria Teknis
▪ Spesifikasi Teknis
▪ Sistem Manajemen
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
(SMK)

Gambar Sistematika Petunjuk Pelaksanaan DAK Fisik Bidang Sanitasi


2020

13
1. BIDANG SANITASI

1.1. PELAKSANAAN

1.1.1 Tahapan Persiapan Program Tingkat Pemda Kab/Kota


Sebelum Tahun Anggaran/N-1

1. Penyusunan Renstra DAK Kabupaten/kota


2. Pemilihan Lokasi Kegiatan Persampahan

Penetapan calon lokasi untuk kegiatan air limbah domestik oleh


pemerintah kabupaten/kota dilakukan melalui dua tahap seleksi, antara lain
sebagai berikut:

1. Daftar Panjang
Pemilihan lokasi dimulai dengan penetapan calon lokasi
desa/kelurahan penerima DAK Bidang Sanitasi oleh pemerintah daerah
dalam hal ini SKPD terkait di kabupaten/kota dalam bentuk daftar panjang.
Sumber data daftar panjang dapat diambil dari hasil dokumen SSK atau
memorandum kegiatan bagi kabupaten/kota yang telah ikut kegiatan
Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Bagi
Kabupaten/kota yang belum mengikuti PPSP daftar panjang ditetapkan
oleh SKPD terkait/pelaksana DAK Bidang Sanitasi. Penetapan daftar
panjang (minimal 7 lokasi) didasarkan pada wilayah yang merupakan
urutan prioritas pengembangan prasarana dan sarana sanitasi. Oleh
karena itu, perlu disusun pemetaan prasarana dan sarana sanitasi
lingkungan, sehingga penanganan sanitasi lingkungan akan lebih tepat
sasaran dan sesuai dengan skala prioritas.

2. Daftar Pendek
Daftar pendek merupakan data primer yang ditentukan berdasarkan hasil
survei dan identifikasi daftar panjang yang dilakukan oleh Tenaga
Fasilitator Lapangan (TFL) dan SKPD terkait/dinas penanggung jawab
kegiatan DAK Bidang Sanitasi berdasarkan kriteria kelayakan maksimal.
14
Daftar pendek disusun sesuai dengan persyaratan teknis minimal yang
ditetapkan dan melalui pengecekan lapangan. Penentuan lokasi terpilih
dilakukan dengan metode seleksi sendiri atau oleh perwakilan masyarakat
dengan sistem kompetisi terbuka. Pemilihan maksimal 3 (tiga)
kampung yang masuk dalam daftar pendek yang dilakukan oleh TFL,
Pemda dan Masyarakat (tim Seleksi Lokasi Partisipatif/SELOTIP) dan
disahkan oleh Kepala Dinas penanggung jawab dengan ketentuan memiliki
kriteria kelayakan sebagai berikut :

a. Kriteria Umum Pembobotan Pemilihan Titik Lokasi SELOTIF)


1) Kepadatan penduduk (bobot 30 %);
2) Kondisi rawan sanitasi (bobot 20 %);
3) Tingkat partisipasi dan kontribusi warga masyarakat (bobot 50 %).
SKPD kabupaten/kota menentukan calon desa/kelurahan yang
akan mendapatkan alokasi dana kegiatan DAK Bidang
Saniatsi dengan memilih beberapa desa/kelurahan rawan
sanitasi dan padat penduduk (>150 Jiwa/Ha untuk SPALD-T,
dan <150 Jiwa/Ha untuk SPALD-S dan >100 Jiwa/Ha untuk
persampahan) serta disesuaikan dengan zona merah yang
terdapat dalam dokumen SSK.

b. Kriteria Lokasi Prasarana Air Limbah Domestik


Seluruh air yang dihasilkan oleh aktivitas rumah tangga (Mandi,
Cuci, Kakus, Dapur) dan limbah dari industri rumah tangga
yang bersifat organik, dapat diolah menggunakan sistem
setempat atau dialirkan dengan jaringan perpipaan menuju
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk diolah secara aerobik
dan atau anaerobik sehingga hasil pengolahan memenuhi baku
mutu yang dipersyaratkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. Pemilihan lokasi yang tepat adalah kunci keberhasilan
kegiatan ini. Secara umum di luar ketentuan administratif dan teknis,
kriteria lokasi terbaik adalah sebagai berikut:
15
1) kepadatan penduduk maksimal 150 jiwa/Ha (pemakai tetap)
untuk pembangunan SPALD-S;
2) kepadatan penduduk minimal 150 jiwa/Ha (pemakai tetap)
untuk pembangunan SPALD-T;
3) tersedia sumber air (PDAM/sumur/mata air/air tanah);
4) kawasan pemukiman rawan sanitasi mengacu kepada data SSK,
BPS, Buku Putih Sanitasi dan kawasan permukiman yang
masuk ke dalam Rencana Pembangunan Investasi Infrastruktur
Jangka Menengah (RPI2JM);
5) tersedia lahan IPAL Komunal maupun Tangki Septik Skala
Komunal (5-10 KK) dan IPAL Komunal Kombinasi MCK. Lahan
tersebut dapat memanfaatkan lahan fasum fasos atau lahan
hibah warga, hibah swasta dan lahan aset pemerintah
desa/kelurahan;
6) tersedia sumber listrik dan adanya badan air penerima
untuk menerima hasil olahan air limbah domestik (efluen air
limbah domestik);
7) memiliki permasalahan sanitasi yang mendesak untuk segera
ditangani seperti pencemaran limbah, banyaknya sampah tidak
terangkut, sebagaimana data hasil Program Percepatan
Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP);
8) masyarakat di lokasi bersangkutan menyatakan tertarik dan
bersedia untuk berpartisipasi melalui kontribusi, baik dalam
bentuk uang, barang maupun tenaga.

c. Pemilihan Lokasi Penyediaan Sarana dan Prasarana Persampahan


1) Pemilihan lokasi oleh SKPD kabupaten/kota
Proses pemilihan lokasi desa/kelurahan dilakukan melalui
proses penyusunan proposal yaitu sebagai berikut:

16
i. seleksi desa/kelurahan yang berminat mengikuti Program
Penyediaan Sarana dan Prasarana Persampahan
(Pembangunan TPS-3R);
ii. surat minat dari kepala desa/kelurahan untuk mengikuti
Program Penyediaan Sarana dan Prasaranan Persampahan
(Pembangunan TPS-3R) dilengkapi dengan daftar
desa/kelurahan yang memenuhi kriteria TPS-3R, dimana
harus di lokasi yang rawan sampah (Studi EHRA dan SSK
yang menunjukkan kawasan rawan sampah);
iii. surat pernyataan dari kepala desa/kelurahan dengan
menyebutkan kesanggupan membina KSM Operasional dari
iuran pengguna untuk alokasi biaya operasional dan
pemeliharaan.

2) Kriteria Lokasi Penyediaan Sarana dan Prasarana Persampahan


Lokasi untuk penyediaan sarana dan prasarana persampahan
untuk pembangunan infrastruktur TPS 3R ditentukan berdasarkan
kriteria antara lain sebagai berikut:
i. mampu melayani 1.000 jiwa atau setara dengan 200 KK atau
setara dengan 3-6 m3 per hari;

ii. luas lahan yang diperlukan 200 m2 untuk keperluan lahan


pengomposan, kantor pengendalian dan gudang
penyimpanan;
iii. komponen SELOTIF paling penting adalah kepastian tentang
tersedianya jejaring bisnis sampah sebagai pembeli produk
TPS-3R;
iv. tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R dengan luas

minimal 200 m2 sebaiknya hanya menampung sampah


tercampur 20%, sedangkan sampah yang sudah terpilah 80%.

17
1.1.2 Tahap Persiapan Program Pada Saat Tahun Anggaran

1. Kegiatan Swakelola

a. Tahapan Persiapan Tingkat SKPD

1) Rekrutmen Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)


TFL merupakan salah satu faktor penting dalam pelaksanaan
DAK Bidang Sanitasi, oleh karena itu keberadaannya perlu diatur
dan diperkuat kapasitasnya agar personil yang menjadi TFL
merupakan orang yang tepat dan berkualitas serta memiliki
komitmen yang tinggi dalam mendampingi program kepada
masyarakat.

2) Peningkatan Kapasitas bagi Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)


Tujuan diselenggarakan peningkatan kapasitas yaitu sebagai
berikut:

i. memberi bekal pengetahuan tentang kegiatan dan tahapan


DAK Bidang Sanitasi kepada fasilitator;
ii. dapat membantu masyarakat dalam mengidentifikasi masalah,
merencanakan, melaksanakan, memutuskan dan mengelola
kegiatan DAK Bidang Sanitasi;
iii. memiliki pengetahuan dasar teknologi dan teknis selain sisi
pemberdayaan masyarakat;
iv. mampu menyusun volume pekerjaan dan DED/RAB;
v. membimbing Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dalam
menyusun kriteria teknis Pemanfaatan DAK, dan RKM
(Rencana Kerja Masyarakat) pembangunan sarana sanitasi;
vi. membimbing KSM menyusun jadwal pendanaan, baik yang
berasal dari APBD, swasta, masyarakat. Termasuk juga
jadwal pasokan material dan tenaga kerja, dll;

18
vii. melatih KSM agar mampu melakukan pelaporan keuangan
(LPJ);
viii. pendampingan terhadap KPP untuk keberlanjutan pelayanan
dan operasional serta pemeliharaan.

3) Kontrak Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)


TFL yang telah melewati proses seleksi dan dinyatakan dapat
diterima sebagai tenaga pendamping Program Dana Alokasi
Khusus Bidang Sanitasi dapat dilanjutkan proses kontrak
Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara PPK sanitasi kabupaten/kota
dengan para TFL (Teknik dan Pemberdayaan). Kontrak kerja
sama dilakukan dengan berpedoman kepada RK yang telah
disetujui oleh Unit Orgnisasi Teknis Bidang Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Permukiman Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat, pedoman yang dimaksud
adalah terkait jumlah TFL yang harus dikontrak dan jangka waktu
kontrak.

4) Sosialisasi Awal Program DAK Bidang Sanitasi oleh SKPD


Kota/ Kabupaten dan Promosi Kesehatan
Sosialisasi dilaksanakan oleh SKPD DAK Bidang Sanitasi
kabupaten/kota dengan mengundang unsur pemerintah
desa/kelurahan, perwakilan tokoh-tokoh kunci seperti tokoh
masyarakat, tokoh agama, kelompok pemuda, kader posyandu
dan kader PKK. Kegiatan ini dimaksudkan agar adanya
pemahaman yang sama antara arahan kebijakan dalam Pedoman
Teknis Kegiatan Bidang Sanitasi dengan pemerintah
desa/kelurahan penerima manfaat dari Program DAK Bidang
Sanitasi.

5) Serah Tugas TFL kepada Pemerintah Desa/ Kelurahan dari PPK


SKPD DAK Bidang Sanitasi

19
Selesai pelaksanaan kegiatan sosialisasi Program DAK Bidang
Sanitasi di tingkat kabupaten/kota, pada rangkaian kegiatan yang
sama dilanjutkan dengan proses serah terima TFL dari PPK
SKPD bidang sanitasi kepada pemerintah desa/kelurahan dalam
rangka konsolidasi awal pra pendampingan lapangan antara TFL
dengan pemerintah desa/kelurahan masing-masing sesuai
dengan lokasi penempatan TFL paska tanda tangan kontrak kerja.
TFL dan pemerintah desa/kelurahan yang hadir pada kegiatan
sosialisasi secara bersama-sama diminta untuk membuat
Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) pelaksanaan tahapan
kegiatan di wilayah desa/kelurahannya masing-masing.

b. Tahapan Perencanaan Tingkat Desa/ Kelurahan

1) Sosialisasi Awal Program DAK Bidang Sanitasi Tingkat


Desa/Kelurahan dan Rembuk Kesiapan Masyarakat
Sosialisasi awal DAK Bidang Sanitasi diselenggarakan dalam
rangka memberikan pemahaman kepada seluruh lapisan
masyarakat desa/kelurahan sebagai bentuk penyebaran informasi
awal tentang proses dan tahapan pelaksanaan DAK Bidang
Sanitasi berbasis partisipasi masyarakat. Partisipasi yang
diharapkan mulai dari proses dan tahap persiapan, tahap
perencanaan, pelaksanaan konstruksi dan setelah pelaksanaan.

2) Pemetaan Sanitasi Tingkat Desa/ Kelurahan


Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan pada saat proses
pemetaan sanitasi tingkat desa/kelurahan diantaranya adalah
kondisi kerawanan sanitasi dan kepadatan penduduk di masing-
masing RW/dusun dalam desa/kelurahan. Kerawanan sanitasi
dapat dilihat dari sisi kondisi air limbah, kondisi air bersih, kondisi
persampahan dan kondisi drainase lingkungan sekitar
permukiman masing-masing RW/dusun. Pemetaan sanitasi

20
tingkat desa/kelurahan wajib dipetakan secara menyeluruh ke
semua lingkungan terkecil setingkat RW/dusun sesuai dengan
jumlah RW/dusun yang ada di masing- masing desa/kelurahan
sasaran. Sebelum pemetaan sanitasi di tingkat kelurahan, TFL
memfasilitasi terlebih dahulu untuk pembentukan Tim Pemetaan
Sanitasi di tingkat kelurahan dan membekali tatacara proses
pemetaan. Pembentukan Tim Pemetaan Sanitasi dan
pembekalan dilakukan setelah selesai pelaksanaan sosialisasi
awal tingkat desa/kelurahan.

i. Tingkat/ Kondisi Kerawanan Sanitasi di masing–masing


RT/RW/Dusun/ Kampung/Jorong dan atau sebutan Lainnya
ii. Pemetaan tingkat kerawanan sanitasi di tingkat
desa/kelurahan dilakukan di setiap lingkungan terkecil
RT/RW/Dusun/Kampung oleh Tim Pemetaan Sanitasi tingkat
Desa/kelurahan dibawah pendampingan TFL Teknik dan
Pemberdayaan.
iii. Pemetaan tingkat kepadatan penduduk dilakukan di setiap
lingkungan terkecil RT/RW/Dusun/Kampung oleh Tim
Pemetaan Sanitasi tingkat desa/kelurahan. Untuk
kegiatan SPALD-T, kepadatan penduduk minimal 150 jiwa/Ha,
sedangkan untuk kegiatan SPALD-S, kepadatan penduduk
maksimal 150 jiwa/Ha. Adapun teknik pemetaan dilakukan
dengan metode survey ke lingkungan permukiman
masyarakat.

3) Tahap Proses Pelaksanaan Selotip Tingkat Desa/ Kelurahan


Metode SELOTIF merupakan penyempurnaan dari metode Rapid
Partisipatory Assesment (RPA) dengan menggunakan tiga
variabel pokok, khusus untuk memilih/seleksi titik lokasi pada
kegiatan Pemberdayaan Bidang Sanitasi di lingkungan Direktorat
Sanitasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
21
4) Rembuk Kesiapan Masyarakat Tingkat RT/ RW/ Dusun/
Kampung/ Jorong dan Atau Sebutan Lainnya Proses
dilaksanakan dalam rangka membangun kesepakatan/komitmen
antara warga masyarakat titik lokasi terpilih (sesuai hasil
rangking Selotip) dengan arahan kebijakan DAK Bidang
Sanitasi pada tahun angaran berjalan. Diperlukan kesepakatan
dalam mengikuti proses dan tahapan secara partisipatif mulai
dari tahap proses Pembentukan Tim Pelaksana Swakelola (TPS-
KSM) sebelum program DAK Bidang Sanitasi dilaksanakan di
RT/RW/Dusun/Kampung tersebut.

5) Proses Pembentukan TPS-KSM


Proses pemilihan Pengurus TPS-KSM di tingkat desa/kelurahan
untuk SPALD-S dan di tingkat titik lokasi (RT/ RW/ Dusun)
untuk kegiatan SPALD-T dan TPS–3R. Proses pemilihan
selanjutnya dilaksanakan pada dua tingkatan dalam rangka
menjamin kualitas pemilihan dan nama-nama yang muncul adalah
orang-orang terbaik di desa/kelurahan atau titik lokasi
RT/RW/Dusun.

6) Syarat Penerima Kegiatan dalam Pelaksanaan Swakelola/


Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan yang diserahkan kepada TPS–KSM dapat diberikan
dengan persyaratan antara lain sebagai berikut:

i. memiliki kepengurusan TPS-KSM yang jelas berdasarkan


hasil musyawarah warga pada proses pembentukan KSM,
berdasarkan Berita Acara hasil pembentukan TPS-KSM;
ii. berkedudukan dalam wilayah administrasi pemerintah
desa/kelurahan berdasarkan Surat Ketetapan Kepala Daerah
tentang lokasi URK menjadi RK;
iii. memiliki dokumen RKM dan DED/RAB;

22
iv. Surat Keputusan (SK) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
dan atau Penguasa Anggaran (PA) tentang penetapan TPS-
KSM untuk melaksanakan program pelayanan dasar bidang
sanitasi;
v. fotocopy buku rekening bank atas nama lembaga/organisasi
TPS- KSM. Pemegang spesimen rekening bank KSM
berjumlah 3 (tiga) orang yaitu ketua, bendahara dan tim
pelaksana;
vi. Surat Perjanjian Kerjasama antara PPK sanitasi Dinas
terkait dengan Ketua Tim Pelaksana Swakelola
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).

7) Tatacara Penetapan Penerima Kegiatan Kepada TPS-KSM


Dalam proses penetapan penerima kegiatan kepada TPS-
KSM dapat ditempuh melalui mekanisme antara lain sebagai
berikut:

i. sasaran ditentukan oleh Kementerian/ Lembaga


penanggungjawab anggaran;
ii. direncanakan dan dilaksanakan serta diawasi oleh TPS-KSM;
iii. pekerjaan dilarang dialihkan kepada pihak lain (sub-kontrak).

8) Penugasan TFL
Setiap TFL dalam melaksanakan tahapan proses DAK Bidang
Sanitasi mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam
beberapa tahap antara lain sebagai berikut:

i. sosialisasi DAK Bidang Sanitasi Tingkat desa/kelurahan dan


rembuk penyiapan sasyarakat
ii. pemetaan sanitasi tingkat desa/ kelurahan
iii. proses pelaksanaan selotip tingkat desa/kelurahan
iv. proses pembentukan TPS-KSM
v. proses penyusunan dokumen RKM
23
9) Penyusunan Dokumen RKM oleh TPS–KSM
Penyusunan dokumen RKM dilakukan dengan pendekatan
partisipatif, artinya semaksimal mungkin melibatkan masyarakat
dalam semua kegiatan penyusunannya, baik manajemen
maupun teknis. Pekerjaan yang membutuhkan keahlian teknis
dibantu oleh TFL Teknis sebagai pendamping, dengan tetap
melibatkan masyarakat. Dokumen RKM merupakan dokumen
resmi perencanaan DAK Bidang Sanitasi yang disusun oleh KSM
dan difasilitasi oleh TFL, serta diusulkan dan disahkan dalam
forum musyawarah di lokasi pelaksanaan yang merupakan salah
satu syarat untuk pencairan dana tahap awal. Dokumen RKM
harus disetujui oleh SKPD.

10) Proporsi Penggunaan Dana DAK Bidang Sanitasi untuk Kegiatan


Swakelola oleh TPS–KSM
Proporsi tersebut akan dialokasikan oleh KSM sebagai
pelaksana DAK ketika memasuki tahap konstruksi. Rincian detail
penggunaannya dituangkan dalam RAB antara lain sebagai
berikut:

i. Minimal 60% untuk pengadaan bahan dan sewa alat;


ii. Maksimal 35% untuk upah pekerja;
iii. Maksimal 5% untuk kegiatan non fisik selama masa
pembangunan.

Adapun peruntukan dana penunjang non fisik sebesar 5% yang


diperbolehkan antara lain:

i. rembuk di tingkat masyarakat dalam tahap pelaksanaan


konstruksi;
ii. Alat Tulis Kantor (ATK);
iii. penyusunan dokumen Laporan Pertanggungjawaban (LPJ)
TPS– KSM (jilid dan fotocopy);
24
iv. asuransi kecelakaan untuk pekerja konstruksi, maksimal
selama 4 bulan (asuransi pemerintah);
v. perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD) berikut
Keselamatan danKesehatan Kerja (K3);
vi. kegiatan edukasi dan pemicuan kepada calon pemanfaat,
sekolah, kelompok kelembagaan di masyarakat;
vii. sosialisasi sanitasi pada saat peletakan batu pertama;
viii. konsumsi pelatihan pekerja dan tukang di tingkat masyarakat;
ix. papan informasi pelaksanaan kegiatan;
x. spanduk, poster untuk edukasi masyarakat;
xi. transport pengurus TPS–KSM untuk pencairan dana ke
bank,belanja material, rapat koordinasi ke kabupaten/kota;
xii. pengurusan Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan (SPPL) dari DLHK;
xiii. pembuatan legalitas KPP pengelola operasional dan
pemeliharaan (akte notaris).

Dana non fisik hanya untuk membiayai kegiatan yang dilakukan


setelah penandatangan PKS antar PPK SKPD Dinas terkait
dengan Ketua TPS–KSM (selama masa konstruksi). Maksimal
10% dari penjumlahan poin 1 dan 2 dapat digunakan untuk
pembangunan prasarana penunjang agar menjamin
maksimalisasi dari keberlanjutan dan pengembangan pelayanan
(contoh: talud pengaman IPAL, jalan setapak menuju IPAL,
drainase areal IPAL, pagar, gudang, landscaping IPAL, tempat
cuci motor, kolam ikan, ruang pertemuan warga, rehab bangunan
warga yang pekarangannya dijadikan lokasi IPAL, dll). Jumlah
dan jenis prasarana penunjang ditentukan oleh rembug calon
pemanfaat. Dana penunjang menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari jumlah proporsi dana poin 1 dan 2.

25
2. Kegiatan Pelaksanaan
Persiapan kegiatan pelaksanaan untuk dana yang bersumber dari Dana
Alokasi Khusus bidang sanitasi mengacu kepada perundang undangan
yang berlaku.

Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

a. Pelaksanaan Kegiatan Swakelola


Proses tahap persiapan dan perencanaan kegiatan
swakelola/pemberdayaan masyarakat DAK Bidang Sanitasi Sub
Bidang Air Limbah Domestik seperti tergambar dalam flowchart
berikut ini:

26
27
1) Pelaksanaan Fisik Kegiatan Swakelola/Pemberdayaan
Masyarakat oleh TPS–KSM
TPS-KSM melaksanakan perencanaan kegiatan yang telah
disusun dalam dokumen RKM, yaitu:

i. mengkaji ulang dan melakukan pengukuran pada lokasi


pekerjaanberdasarkan gambar rencana kerja;
ii. mengkaji ulang jadwal pelaksanaan kerja (kurva-S) serta
jadwalkebutuhan bahan, jasa lainnya, peralatan/suku cadang
dan/atau tenaga ahli perseorangan;
iii. mengajukan kebutuhan bahan, jasa lainnya,
peralatan/suku cadang dan/atau tenaga ahli perseorangan
kepada penanggung jawab kelompok masyarakat untuk
diproses oleh tim pengadaan dari kelompok masyarakat
pelaksana swakelola (apabila ada) dengan memperhatikan
prinsip-prinsip pengadaan dan etika pengadaan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden;
iv. mendatangkan dan mengatur tenaga kerja/tenaga ahli
perseorangan untuk melaksanakan kegiatan/pekerjaan sesuai
dengan jadwal pelaksanaan;
v. menyusun laporan tentang penerimaan dan penggunaan
bahan, jasalainnya, peralatan/suku cadang dan tenaga ahli
perseorangan; dan
vi. menyusun laporan kemajuan pekerjaan (realisasi fisik dan
keuangan).

2) Mekanisme Pembayaran Pekerjaan Swakelola


Pembayaran pekerjaan swakelola kepada TPS-KSM dapat
dilakukan antara lain sebagai berikut:

28
i. pembayaran upah tenaga kerja yang diperlukan dilakukan
secaraharian/mingguan berdasarkan kesepakatan dan
daftar hadir pekerja/ HOK;
ii. pembayaran gaji tenaga ahli perseorangan (apabila
diperlukan) dilakukan berdasarkan kontrak konsultan
perseorangan atau tanda bukti pembayaran;
iii. pembayaran bahan dan/atau peralatan/suku cadang
dilakukanberdasarkan Kontrak pengadaan barang;
iv. mengingat dengan terbitnya Peraturan Menteri Keuangan
Nomor: PMK/130.07/2019 tentang Pengelolaan Dana Alokasi
Khusus Fisik, maka penyaluran dana kepada TPS-KSM
dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
(a) SKPD yang memperoleh alokasi pagu anggaran DAK
Bidang Sanitasi tahun anggaran berkenaan dibawah 1
milyar rupiah dapat mengacu kepada Peraturan
Presiden Nomor 16 tahun 2018 dengan proses
pencairan kepada TPS-KSM dapat dilakukan sebagai
berikut:
• Tahap I diberikan 40% (empat puluh perseratus) dari
keseluruhan dana apabila TPS-KSM telah siap
melaksanakan swakelola yang dibuktikan dengan
terverifikasi dokumen RKM;
• Tahap II diberikan 30% (tiga puluh perseratus) dari
keseluruhan dana apabila pekerjaan fisik telah mencapai
30% (tiga puluh perseratus) dan disertai dengan Laporan
Penggunaan Dana (LPD) tahap I; dan
• Tahap III diberikan 30% (tiga puluh perseratus) dari
keseluruhan dana apabila pekerjaan fisik telah mencapai
60% (enam puluh perseratus) dan disertai dengan
Laporan Penggunaan Dana (LPD) tahap II.

29
(b) SKPD yang memperoleh alokasi pagu anggaran DAK
Bidang Sanitasi pada tahun anggaran berkenaan diatas 1
milliar rupiah dapat menyesuaikan dengan mekanisme
transfer yang diatur dalam PMK/130.07/2019 dengan
proses pencairan dana ke rekening TPS-KSM dengan
tahapan antara lain sebagai berikut:
• Tahap I dapat dicairkan sebesar 25% apabila
dokumen RKM dan kontrak kerja sama dilaksanakan;
• Tahap II dapat dicairkan sebesar 45% apabila progress
fisik mencapai minimal 20 % disertai dengan LPD Tahap
I;
• Tahap III dapat dicairkan sebesar 30% apabila
progres fisik telah mencapai minimal 60 % disertai
dengan LPD Tahap II.PPK dengan TPS-KSM wajib
melakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali addendum
dan/atau amandemen kontrak, dilakukan sebelum Tahap
III. Ini wajib dilakukan dalam rangka menyesuaikan
kondisi lapangan berdasarkan perubahan-perubahan
yang terjadi, seperti perubahan volume (panjang pipa,
jumlah manhole, jumlah sambungan rumah, dll).

v. sehubungan dengan terbitnya Peraturan Menteri Keuangan


Nomor: 76/PMK.07/2020 tentang Pengelolaan Cadangan
Dana Alokasi Khusus Fisik Tahun Anggaran 2020 yang
dialokasikan sebagai bagian dari Program Pemulihan
Ekonomi Nasional akibat dampak pandemi Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19), berikut disampaikan rincian detail
penyaluran cadangan DAK tersebut yang dilakukan per jenis
dalam 2 tahap:
(a) Tahap I
(i) Syarat:

30
• RK telah disetujui K/L
• Daftar Kontrak Kegiatan (memuat data perkiraan
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
penyelesaian kegiatan)
• Surat Pernyataan Kesanggupan Daerah untuk
menyelesaikan kegiatan sampai dengan akhir TA.
2020
(ii) Dokumen persyaratan paling lambat disampaikan
tanggal 31 Agustus 2020
(iii) Dilaksanakan paling cepat bulan Juli dan paling lambat
minggu kedua bulan September sebesar 50% pagu.
(b) Tahap II
(i) Syarat:
• Laporan realisasi penyerapan dana paling sedikit
75% capaian output paling sedikit 50% sampai
dengan tahap I (memuat pemutakhiran jumlah
tenaga kerja yang digunakan sampai dengan
penyelesaian kegiatan)
• Laporan nilai rencana kebutuhan dana untuk
penyelesaian kegiatan (NRPK)
• Foto dengan titik koordinat
(ii) Dokumen persyaratan paling lambat disampaikan
tanggal 7 Desember 2020
(iii) Dilaksanakan paling cepat minggu ketiga bulan
September dan paling lambat bulan Desember
sebesar selisih antara jumlah dana salur sampai tahap
I dengan NRPK.
3) Pengadaan Barang/Jasa oleh TPS-KSM
Pelaksanaan kegiatan DAK Bidang Sanitasi merupakan kegiatan
swakelola oleh kelompok masyarakat, dimana TPS-KSM dipilih

31
selaku pelaksana dan penanggungjawab pelaksanaan
kegiatan di tingkat masyarakat. Oleh karena itu pengadaan
barang/jasa di tingkat masyarakat dalam DAK Bidang Sanitasi
berdekatan pada prinsip-prinsip penyelenggaraan program dan
prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa yang ditetapkan.

i. pengadaan bahan, jasa lainnya, peralatan dan/atau tenaga


ahli perseorangan dilakukan oleh TPS-KSM dengan
menggunakan metode pengadaan yang sesuai dan
memperhatikan prinsip- prinsip pengadaan dan etika
pengadaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden
nomor 16 tahun 2018;
ii. pengiriman bahan dapat dilakukan sesuai bertahap atau
keseluruhan, sesuai dengan kebutuhan, lokasi pekerjaan
dan kapasitas penyimpanan;
iii. pembelian barang di bawah Rp. 50 juta dilakukan oleh
KSM, pembelian barang di atas Rp. 50 juta dengan spesifikasi
teknis khusus dapat dilakukan oleh PPK sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
iv. untuk daerah perbatasan, pulau terluar dan daerah
pesisir, pengadaan barang dapat dilakukan oleh PPK atas
permintaan TPS-KSM;
v. mekanisme pengadaan barang dan jasa mengacu pada
Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2018 serta PMK
Nomor 168 tahun 2015. Tanda bukti perikatan dapat
berupa, nota, kuitansi, Surat Perintah Kerja (SPK), dan surat
perjanjian sebagai berikut:
(a) bukti pembelian berupa nota digunakan untuk
pengadaan barang atau jasa yang nilainya
sampai dengan Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah);

32
(b) kuitansi digunakan untuk pengadaan barang dan jasa
yang nilainya Rp. 10.000.000,00 s/d Rp.50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah);
(c) Surat Perintah kerja (SPK) digunakan untuk pengadaan
barang atau pekerjaan konstruksi atau jasa lainnya
dengan nilai Rp. 50.000.000,00 s/d Rp. 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah);
(d) surat perjanjian digunakan untuk pengadaan barang
atau pekerjaan konstruksi atau jasa lainnya dengan
nilai diatas Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
vi. Untuk pengadaan barang TPS-KSM harus membentuk
panitia pengadaan barang/jasa yang diangkat oleh
penanggung jawab pelaksana swakelola untuk melakukan
pengadaan barang/jasa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
swakelola;
vii. Panitia Pengadaan berjumlah 3 orang (masyarakat
pemanfaat) terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota, yang
dipilih melalui rembug warga. Panitia Pengadaan terdiri dari
satu orang anggota KSM dan 2 (dua) orang dari masyarakat
setempat.

33
Gambar Garis Besar Pengadaan Barang/Jasa

Catatan:

Lebih lanjut secara Teknis dan Rinci terkait ketentuan Pengadaan


Barang/Jasa dapat mengikuti Peraturan Presiden Nomor 16
tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.

4) Pembangunan Konstruksi Kegiatan Swakelola


Pembangunan kontruksi melalui kegiatan
s w a k e l o l a s e c a r a g a r i s besar adalah:

i. penjelasan teknis konstruksi dilakukan oleh PPK SKPD


bersama TFL Teknik kepada tim pelaksana swakelola, kepala
tukang, tukang, pekerja, dan masyarakat pengguna;

34
ii. pekerjaan konstruksi dilakukan oleh tukang dan atau
masyarakat yang dipekerjakan oleh TPS-KSM didampingi
oleh TFL dengan tahapan sebagai berikut:
(a) rembug warga: TPS-KSM melakukan pemaparan terhadap
rencana pelaksanaan pembangunan, penjelasan RKM,
jadwal pelaksana pekerjaan, kontrak, sumber-sumber
pembiayaan lainnya, rekrutmen dan jumlah tenaga kerja
yang diperlukan, mekanisme pembayaran, penjelasan
gambar desain dan jalur perpipaan, titik lokasi IPAL
terpilih, menyepakati rencana operasi dan pemeliharaan,
pembentukan lembaga pengelola dan jadwal evaluasi
pekerjaan;
(b) survey dan pemetaan: survey dilakukan untuk
mendapatkan jumlah pemanfaat sesuai dengan
RKM dan rencana pengembangannya. Pemetaan
dilakukan untuk mengukur ulang jalur pipa rencana,
keberadaan utilitas, pemasangan patok (benchmark);
(c) pembersihan dan penyiapan lahan IPAL Komunal, Tangki
Septik Komunal, Tangki Septik Individual serta MCK
Kombinasi IPAL Komunal dan MCK ++;
(d) penyiapan peralatan K3, rambu-rambu dan turap
pengaman galian;
(e) penyiapan direksi kit, gudang, area kerja (misalnya
untuk pembuatan precast bak control, dan lain-lain);
(f) pengadaan dan pembelian barang oleh panitia
pengadaan;
(g) pembagian grup dan area kerja;
(h) pelaksanaan pekerjaan;
(i) monitoring dan evaluasi.

iii. Pelaporan Kemajuan Pekerjaan dan Dokumentasi

35
Kemajuan pekerjaan dan dokumentasi kegiatan dilaporkan
secara berkala terhadap penggunaan keuangan dan realisasi
progres fisik antara lain sebagai berikut:

(a) laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan


keuangan dilaporkan oleh TPS-KSM kepada PPK
secara berkala;
(b) laporan kemajuan realisasi fisik dan keuangan dilaporkan
oleh PPK kepada PA/KPA setiap bulan;
(c) pencapaian target fisik dicatat setiap hari, dievaluasi
setiap minggu serta dibuat laporan mingguan agar dapat
diketahui apakah dana yang dikeluarkan sesuai dengan
target fisik yang dicapai;
(d) pencapaian target non-fisik dicatat dan dievaluasi setiap
bulan;
(e) penggunaan bahan, jasa lainnya, peralatan dan atau
tenaga ahli perseorangan dicatat setiap hari dalam
laporan harian;
(f) laporan bulanan dibuat berdasarkan laporan mingguan.
Dokumentasi pekerjaan meliputi administrasi dan foto
pelaksanaan pekerjaan. Foto dari arah yang sama diambil
pada saat sebelum, sedang, dan sesudah diselesaikannya
pekerjaan.

iv. Pelaporan Realisasi Pekerjaan


Pelaporan realisasi pekerjaan dibuat oleh tim pelaksana
swakelola (KSM) dan dilaporkan kepada PPK teknis SKPD
terkait yang berisi antara lain:

(a) struktur organisasi pekerjaan swakelola yang terdiri dari


pembagian tugas, pendelegasian wewenang dan

36
tanggung jawab serta pengkoordinasian pelaksanaan
pekerjaan;
(b) persiapan pekerjaan Swakelola yang meliputi kesesuaian
gambar pelaksanaan dengan gambar rencana kerja serta
kebutuhan bahan, jasa lainnya, peralatan dan atau
tenaga ahli perseorangan;
(c) pelaksanaan pekerjaan swakelola yang meliputi kesesuaian
jadwal pelaksanaan pekerjaan terhadap jadwal rencana
pelaksanaan pekerjaan, penyerapan keuangan,
penyerahan pekerjaan sampai dengan selesai 100%
(sasaran akhir pekerjaan telah tercapai) dan foto-foto
dokumentasi; serta
(d) penggunaan bahan, jasa lainnya, peralatan dan atau
tenaga ahli perseorangan.

v. Pembentukan Kelompok Pemanfaat dan Pemeliharaan (KPP)


KPP dibentuk pada saat rembug warga dalam rangka
menjelaskan kontrak yang sudah dilakukan antara TPS-KSM
dengan PPK Teknis SKPD terkait. Adapun tugas KPP antara
lain :

(a) mengoperasikan dan memelihara sarana sanitasi yang


telah dibangun;
(b) bertanggung jawab terhadap hal-hal teknis;
(c) mengumpulkan iuran warga;
(d) melestarikan sarana sanitasi yang telah dibangun;
(e) membuat rencana pengembangan pelayanan sarana
sanitasi.

KPP diwajibkan memiliki AD/ART dan dibuatkan akte notaris.


Selanjutnya sesuai dengan pengembangan pelayanan/usaha

37
lainnya, maka KPP disarankan berbadan hukum dari SK yang
diterbitkan oleh Kemenkumham.

Operasi dan pemeliharaan dilakukan oleh KPP yang


dibentuk dalam kegiatan rembug warga di tingkat masyarakat
sebelum pencairan dana tahap I.Prinsip pengelolaan pada
tahap pemanfaatan antara lain musyawarah, transparansi dan
akuntabilitas publik dan control sosial. KPP sebagai pengelola
sarana harus memiliki beberapa hal yaitu:

(a) aturan-aturan organisasi dan operasional prasarana


dan sarana, yang disusun dan diputuskan bersama-
sama secara musyawarah antar anggota KPP;
(b) KPP disarankan berbadan hukum tetap (punya
NPWP dan SIUP) atau minimal ber akte notaris;
(c) aturan sesuai dengan kondisi setempat yang mengatur
siapa penerima manfaat, besarnya iuran yang harus
dibayar, waktu pembayaran iuran, serta siapa petugas
yang melakukan pemeriksaan dan perbaikan kalau terjadi
kerusakan dan menentukan besarnya biaya operasi rutin
seperti honor petugas, biaya listrik, dll;
(d) Standar Operation Procedure (SOP) pemakaian dan
pemeliharaan sarana, yang harus dipatuhi oleh operator
yang ditunjuk KPP. SOP yang telah tertuang dalam RKM
dapat disesuaikan dengan kebutuhan operator dan
pengguna. Pedoman ini disusun oleh pengurus
bersama kelompok pemanfaat, dimusyawarahkan
bersama dalam forum musyawarah desa, dan setelah
dicapai mufakat disahkan oleh kepala desa/lurah. Setiap
lokasi dapat mengembangkan pedoman kerjanya sendiri,

38
sesuai dengan kondisi, kemampuan dan budaya yang ada
di daerahnya masing-masing.

vi. Tugas KPP


Rincian tugas dari pengurus KPP sejak di SK-kan oleh
kepala desa/kelurahan antara lain sebagai berikut:

(a) seksi iuran pengguna


• membicarakan tentang besarnya iuran pemanfaatan
sarana.
• mengumpulkan iuran, membuat perencanaan belanja,
membukukan dan melaporkan secara rutin.
(b) seksi pengoperasian & pemeliharaan
• mengoperasikan dan memelihara sarana fisik sanitasi
lingkungannya.
• mengembangkan mutu pelayanan & jumlah sarana
pengguna.
(c) seksi penyuluhan kesehatan
• melakukan kampanye tentang kesehatan rumah tangga
dan lingkungan.

Pengelola prasarana dan sarana dilakukan oleh operator


yang telah dilatih dengan memperhatikan beberapa hal:

• kinerja prasarana yang dikelola;


• jumlah prasarana dan sarana yang tersedia;
• jumlah prasarana dan sarana yang digunakan;
• target/sasaran perencanaan;
• standar prosedur operasional dan pemeliharaan;
• standar kriteria teknis prasarana dan sarana;
• rencana pengembangan sarana di masa datang.

39
Untuk mencapai keberhasilan pengelolaan, operator harus
melakukan langkah-langkah berikut:

(a) melakukan pemantauan rutin untuk mengetahui


kondisi prasarana dan sarana;
(b) mengetahui kerusakan sedini mungkin agar dapat
disusun rencana perawatan dan pemeliharaan yang baik;
(c) melakukan rehabilitasi tepat waktu;
(d) melakukan evaluasi kinerja pelayanan secara berkala;
(e) melakukan pengelolaan sesuai standar operasional
prosedur.

Dalam pelaksanaan pelestarian sarana sanitasi, diharapkan


pemerintah kabupaten/kota dapat berperan aktif memberikan
dukungan teknis kepada masyarakat (penyuluhan) agar
mereka mampu mengoperasikan dan memanfaatkan sarana
yang ada.

vii. Penyerahan Hasil Pekerjaan


Hasil pekerjaan (infrastruktur terbangun) dapat
diserahkan apabila;

(a) setelah pelaksanaan pekerjaan swakelola selesai 100%


(sasaran akhir pekerjaan telah tercapai) KSM
menyerahkan pekerjaan kepada PPK;
(b) PPK menyerahkan pekerjaan dan laporan pekerjaan
yang telah selesai kepada PA/KPA melalui Berita
Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan;
(c) setelah dilakukan penyerahan pekerjaan, dilanjutkan
dengan proses penyerahan aset sesuai dengan peraturan
perundang–undangan;
(d) selanjutnya PA/KPA menyerahkan pengelolaan sarana
dan prasarana sanitasi tersebut kepada KPP.
40
Beberapa kegiatan pokok yang semestinya dilakukan
dalam proses penyerahan hasil pekerjaan antara lain sebagai
berikut:

(a) rembug Warga bertujuan untuk memberikan informasi


hasil Pelaksanaan kegiatan dan hasil pengelolaan dana
kepada warga lokasi sasaran. Rembug dilaksanakan
setelah pelaksanaan fisik selesai 100% atau pada
saat batas waktu penyelesaian pekerjaan habis;
(b) forum ini dipimpin oleh kepala desa/lurah dengan
mengundang PPK Sanitasi kabupaten/kota, pemerintah
kecamatan, KSM, Kader Masyarakat (KM), PKK, LSM,
Tokoh masyarakat desa/kelurahan, dan warga di lokasi
kegiatan dengan perwakilan pengurus RT/RW;
(c) dalam rembug ini, KSM menjelaskan secara rinci dan
transparan laporan pertanggungjawaban. Materinya
antara lain Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan
(LP2K), Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB) disertai
dengan foto-foto pelaksanaan. Hasil Rembug Warga ini
disampaikan kepada PPK Sanitasi kabupaten/kota. Hasil
rembug warga dituangkan dalam berita acara.

Isi laporan pertanggungjawaban terdiri dari:

(a) laporan pertanggungjawaban KSM berisi Laporan


Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K), Realisasi
Kegiatan dan Biaya (RKB) dan pembuatan Surat
Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (SP3K)
apabila pekerjaan fisik sudah selesai (mencapai 100%);

41
(b) laporan pertanggungjawaban KSM berisi Laporan
Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB), Pembuatan Berita
Acara Status;
(c) Pelaksanaan Kegiatan (BASPK), dan Surat
Pernyataan Penyelesaian Kegiatan (SP2K) apabila
pelaksanaan kegiatan fisik tidak selesai pada waktunya
(pada akhir tahun anggaran belum mencapai 100%).

1.1.3 Pelaksanaan Kegiatan Lelang (Kontraktual)


Pelaksanaan kegiatan Dana Alokasi Khusus Bidang Sanitasi selain
swakelola/ berbasis masyarakat dimana melibatkan partisipasi masyarakat
pemanfaat dan calon pemanfaat, dapat juga dilaksanakan secara Lelang/
Kontraktual. Hanya saja pelaksanaan yang wajib dilaksanakan dengan
metode Lelang/ Kontraktual terbatas pada jenis Dana Alokasi Khusus serta
menu dan rincian kegiatan antara lain:

1. penambahan pipa pengumpul dan Sambungan Rumah (SR) untuk


IPAL Skala Kabupaten/Kota yang sudah memiliki Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD);
2. pengadaan Truk Tinja.

Sedangkan menu dan rincian menu kegiatan yang dapat


dilaksanakan dengan metode kontraktual dan boleh juga jika mau
dilaksanakan berbasis masyarakat (swakelola) antara lain adalah untuk
semua menu kegiatan dengan jenis DAK Afirmasi dapat dilaksanakan
dengan metode Kontraktual Padat Karya. Pelaksanaan kegiatan DAK Fisik
Bidang Sanitasi yang dilakukan secara kontraktual diawali melalui
Pemilihan dan Penetapan Lokasi Kegiatan, Penyusunan Detail
Engineering Design (DED) serta Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dan
membentuk panitia pengadaan. Pelaksanaan kontraktual sesuai dengan
ketentuan pelaksanaan pekerjaan konstruksi sebagaimana di atur dalam
perundang-undangan, khusus untuk Kontraktual Padat karya pelaksanaan

42
kontraktual memaksimalkan pemanfaat tenaga kerja setempat. Dalam
hal pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa di tingkat SKPD
kabupaten/kota dapat mengacu kepada Peraturan Presiden Nomor 16
tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Peraturan
Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 9
tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Melalui Penyedia.

1.1.4 Pelaksanaan Kegiatan Kontraktual Padat Karya

Pelaksanaan kegiatan DAK Bidang Sanitasi pada Dana Alokasi Khusus


jenis Afirmasi, dilakukan melalui pengadaan barang/ jasa, dengan
ketentuan sebagai berikut :

1. penyedia barang/jasa yang menjadi pemenang dalam lelang ULP,


dalam pelaksanaan kegiatan diharuskan untuk menetapkan penerima
upah HOK, dengan tatacara sebagai berikut:
a. penyedia barang/jasa dapat menyediakan tenaga ahli bidang
infrastruktur seperti; tukang, kepala tukang dan mandor bukan dari
warga calon pemanfaat;
b. memberikan pengumuman terkait perekrutan tenaga kerja dari
masyarakat calon penerima manfaat;
c. memberikan kesempatan selama dua minggu kepada warga
masyarakat untuk mendaftarkan diri sebagai tenaga kerja harian;
d. jika setelah dua minggu tidak ada yang mendaftar, diijinkan
pada penyedia barang/jasa untuk membawa tenaga kerja dari
luar lokasi kegiatan.
2. penyedia barang/jasa melakukan sosialisasi awal kepada
masyarakat calon pemanfaat di titik lokasi kegiatan sebelum konstruksi
dimulai;

43
3. penyedia barang/jasa diharuskan melakukan pemicuan/promosi
kesehatan terlebih dahulu dan melakukan pendataan jumlah calon
pemanfaat yang akan melakukan Sambungan Rumah (SR).

1.2. Operasi dan Pemeliharaan

1.2.1 Tujuan Operasi dan Pemeliharaan


Kegiatan ini dimaksudkan untuk memastikan keberlanjutan pelayanan
asset yang sudah dibangun melalui upaya pemeliharaan yang tepat.
KPP pengelola yang telah dibentuk akan melaksanakan kegiatan
operasi dan pemeliharaan prasarana-sarana sanitasi yang telah dibangun.

Tujuan kegiatan Operasi dan Pemeliharaan adalah sebagai berikut:

1. terkumpulnya iuran dari masyarakat untuk pembiayaan operasional


dan pemeliharaan sarana sanitasi yang terbangun;
2. dapat berfungsinya sarana sanitasi sesuai dengan peruntukannya;
3. adanya tambahan jumlah masyarakat penerima manfaat;
4. adanya perubahan sikap dan PHBS di masyarakat;
5. tumbuhnya partisipasi masyarakat untuk ikut memelihara sarana;
6. memberikan peluang kepada masyarakat/kelompok
masyarakat/lembaga masyarakat untuk mengoperasikan dan
mengoptimalkan sarana sanitasi yang ada sebagai sumber daya
serta meningkatkan kapasitas masyarakat dengan penciptaan peluang
pelatihan teknis maupun non teknis;
7. keberlanjutan sesuai dengan prinsip DAK Bidang Sanitasi.

1.2.2 Serah Terima Hasil Pekerjaan


1. setelah pekerjaan selesai 100% (serratus per seratus), penyedia
barang/jasa mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK
untuk penyerahan pekerjaan;

44
2. dalam rangka penilaian hasil pekerjaan PPK menugaskan
panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP);
3. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) melakukan
p enilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan oleh
penyedia;
4. PPK menerima penyerahan pertama hasil pekerjaan setalah seluruh
hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan kontrak dan
diterima oleh Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan;
5. dalam hal masa pemeliharaan tidak melewati akhir tahun anggaran,
maka pembayaran dilakukan sebesar 95% (sembilan puluh lima
perseratus) dari total nilai kontrak, sedangkan 5% (lima perseratus)
merupakan retensi selama masa pemeliharaan atau pembayaran
dilakukan 100% (seratus per seratus) dari nilai kontrak dan penyedia
harus menyerahkan jaminan pemeliharaan sebesar 5% (lima
perseratus) dari nilai kontrak;
6. penyedia wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan
sehingga kondisi tetap seperti pada saat penyerahan pertama
pekerjaan;
7. setelah masa pemeliharaan berakhir, penyedia mengajukan
permintaan secara tertulis kepada PPK untuk penyerahan akhir
pekerjaan;
8. PPK menerima penyerahan akhir pekerjaan setelah penyedia jasa
penyedia melaksanakan semua kewajibannya selama masa
pemeliharaan dengan baik. PPK wajib membayar sisa nilai kontrak
yang belum dibayar atau mengembalikan jaminan pemeliharaan;
9. apabila penyedia tidak melaksanakan kewajiban pemeliharaan
sebagaimana mestinya, maka PPK berhak menggunakan uang
retensi untuk membiayai perbaikan/ pemeliharaan atau mencairkan
jaminan pemeliharaan.

45
1.2.3 Skema Pengelolaan Biaya Operasional Dan Pemeliharaan

Pengelolaan dan pengembangan prasarana dan sarana yang telah


dibangun oleh Dana Alokasi Khusus tidak lepas dari tanggungjawab
masyarakat. Pengelolaan prasarana dan sarana dapat berjalan
dengan baik jika diwujudkan dengan rencana kerja yang nyata dan iuran
(pendanaan) dari pemanfaat sebagai swadaya untuk keberlanjutannya. Hal
ini dilakukan untuk menumbuhkan rasa memiliki serta dimungkinkan akan
adanya fasilitasi dari pemerintah baik pusat maupun daerah ataupun dari
pihak swasta (masyarakat, LSM dan perusahaan) dan ikut membantu
dalam pendanaan pemeliharaan sarana, bahkan pengembangan
prasarana dan sarana sanitasi sub bidang persampahan terbangun.
Besaran iuran dari masyarakat dihitung berdasarkan kesepakatan
bersama sesuai kebutuhan operasional dan pemeliharaan, serta
rencana pengembangan sarana di masa yang akan datang. Pendanaan
dipergunakan untuk kebutuhan seperti honorarium petugas pemelihara
sarana, perbaikan komponen sarana yang rusak dan biaya operasional
lainnya yang sesuai dengan sistem sarana terbangun.

KETERANGAN

Berikut ini adalah beberapa keterangan terkait dengan sarana dan


prasarana bidang air limbah domestik antara lain:

1. Air limbah domestik rumah tangga adalah semua jenis air buangan
rumah tangga yang berasal dari mandi, dapur, cuci dan kakus.
2. Truk Tinja/Mobil Tinja adalah mobil tangki yang digunakan untuk
menguras lumpur tinja dari bangunan pengolahan air limbah
rumah tangga yang membawanya ke IPLT untuk diolah;
3. Open Defecation Free (ODF) adalah kondisi ketika setiap individu
dalam komunitas tidak Buang Air Besar Sembarangan (BABS), dengan
kriteria sebagai berikut :
a. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban;
46
b. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar;
c. Tidak ada bau tidak sedap akibat pembuangan tinja/kotoran manusia;
d. Jamban yang ada secara kualitas terjamin kesehatan dan
tidak mencemari lingkungan;
e. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh
masyarakat untuk mencegah kejadian BAB di sembarang tempat;
4. Tim Pelaksanaan Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat
(TPS-KSM)
Merupakan perwakilan calon pemanfaat untuk melaksanakan
pembangunan prasarana sanitasi secara swakelola. Kelompok ini
dibentuk melalui proses pemilihan langsung (tanpa aklamasi dan
penunjukan) dengan mengedepankan kriteria bakal calon yang
diinformasikan kepada warga masyarakat calon penerima manfaat di
titik lokasi kegiatan, dengan bentuk dan susunan tim pelaksana
ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Kepala SKPD/ Penguasa
Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran;
5. Kelompok Pemelihara dan Pemanfaat (KPP) merupakan perwakilan
Pemanfaat untuk melakukan operasi dan pemeliharaan maupun
pengembangan pelayanan prasarana sanitasi;
6. Rencana Kerja Masyarakat yang selanjutnya disebut RKM dibuat oleh
Tim Pelaksana Swakelola-KSM dibawah koordinasi Tim Perencanaan
dan dibantu/ didampingi oleh Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) Teknik
dan Pemberdayaan.
7. Kegiatan Swakelola/Pemberdayaan Masyarakat adalah kegiatan DAK
Bidang Sanitasi menyertakan partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pada setiap tahapan proses persiapan, perencanaan,
pelaksanaan dan operasional pemeliharaan serta pengembangan
layanan prasarana sanitasi terbangun;

47
8. Kegiatan kontraktual adalah ikatan kontrak yang dilakukan antara
pengelola DAK Bidang Sanitasi Kabupaten/kota dengan penyedia
barang/jasa untuk membangun prasarana sanitasi;
9. Kegiatan Kontraktual Padat Karya adalah ikatan kontrak yang dilakukan
antara pengelola DAK Bidang Sanitasi Kabupaten/kota dengan
penyedia barang/jasa untuk membangun prasarana sanitasi. Dalam
pelaksanaan kegiatan ini pihak penyedia barang/jasa wajib
mengikutsertakan masyarakat sebagai tenaga kerja harian dengan
memberikan kesempatan kepada calon tenaga kerja untuk
mendaftarkan diri.

1.3. Pemantauan Evaluasi & Pelaporan

Mekanisme Pelaporan disampaikan berjenjang dari tingkat Pemerintah


Kabupaten/Kota disampaikan kepada Pemerintah Provinsi dan selanjutnya
diteruskan ke Kementerian. Pelaporan dan Pemantauan DAK Online
melalui http://emonitoring.pu.go.id.

48
1.3.1 Peran Tim Koordinasi dalam Tahapan Pemantauan Evaluasi
Pelaporan:
1. Tim Koordinasi Pusat (Pusat FID, Direktorat PSPAM, Direktorat PPLP)
a. melakukan pemantauan pelaksanaan DAK bidang air minum, sanitasi
melalui sistem e-monitoring DAK dan koordinasi ke daerah.
b. melakukan koordinasi penyelesaian permasalahan dan percepatan
pencapaian progress fisik dan keuangan DAK bidang air minum,
sanitasi di daerah.
c. melaksanakan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan kepada
daerah yang mendapatkan DAK.
d. melaksanakan rapat kerja DAK untuk mengoptimalisasi
penyelenggaraan DAK.
2. Balai Prasarana Permukiman Wilayah Provinsi:
a. melaksanakan pemantauan dalam tahap konstruksi.
b. memastikan pekerjaan berlangsung sesuai dengan jadwal kerja yang
telah disusun.
c. memantau kualitas pekerjaan dari infrastruktur air minum, sanitasi
yang sedang dibangun.
d. memantau realisasi pendanaan penggunaan DAK bidang air minum
dan sanitasi untuk pekerjaan yang telah dan sedang dilaksanakan.
3. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota:
a. melakukan kegiatan pengadaan barang dan jasa.
b. melakukan pelaksanaan kegiatan konstruksi infrastruktur DAK bidang
air minum dan sanitasi
c. melaporkan progress kegiatan dan keuangan kepada Pemerintah
Pusat.
Pemantauan pelaksanaan kegiatan DAK adalah pengumpulan informasi
pelaksanaan kegiatan DAK secara rutin untuk mengukur progres
pelaksanaan kegiatan DAK, mengidentifikasi dan menyelesaikan
permasalahan, serta memastikan realisasi pelaksanaan kegiatan DAK di

49
daerah tepat waktu dan tepat sasaran sesuai dengan petunjuk teknis dan
Rencana Kegiatan (RK) DAK.

Evaluasi pelaksanaan kegiatan DAK adalah penilaian kesesuaian


pelaksanaan kegiatan DAK dengan RK DAK. Pemantauan pelaksanaan
kegiatan DAK oleh OPD Teknis penanggung jawab DAK di kabupaten/kota
penerima DAK mengacu pada tabel 3.1 dan dilaporkan melalui aplikasi
pelaporan minimal 3 kali pada setiap tahapan penyaluran dalam satu tahun
anggaran untuk kemudian dievaluasi oleh Kementerian.

50
1.4. Materi Pemantauan, Evaluasi Dan Penilaian Kinerja

1. Pemantauan Pelaksanaan DAK


Pemantauan Pelaksanaan DAK bertujuan untuk memastikan
pelaksanaan DAK di daerah tepat waktu dan tepat sasaran sesuai
dengan penetapan alokasi DAK dan petunjuk teknis serta
mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan
kegiatan dalam rangka perbaikan pelaksanaan DAK tahun berjalan.
Pemantauan progress kegiatan DAK untuk Pemerintah Daerah Provinsi
dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota.

2. Evaluasi Pemanfaatan DAK


Evaluasi pemanfaatan DAK bertujuan agar terjadi kesesuaian antara
masukan (input), proses, keluaran (output), hasil (outcome) dan
kemanfaatan (benefit) kegiatan yang dibiayai DAK.

51
Evaluasi pemanfaatan DAK untuk Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus memperhatikan kriteria dan
indikator yang tertuang dalam Tabel berikut ini:

52
53
1.5. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja pelaksanaan DAK bertujuan untuk mengukur hasil kerja
pelaksanaan DAK dan selanjutnya dapat diusulkan untuk pengalokasian
DAK pada tahun berikutnya.

Penilaian kinerja pelaksanaan DAK mengacu pada Form PEV-1 dan Form
PEV-2.

54
55
PETUNJUK PELAKSANAAN
PENYELENGGARAAN DANA ALOKASI
KHUSUS INFRASTRUKTUR BIDANG
SANITASI

56
BAGIAN I PERENCANAAN PROGRAM

1.1 Pelaksanaan Tahapan Program DAK Bidang Sanitasi Sub Bidang


Air Limbah Domestik Tingkat Desa/Kelurahan

1.1.1 Tahap I. Sosialisasi Awal Program DAK Bidang Sanitasi Sub


Bidang Air Limbah Domestik Tingkat Desa/Kelurahan dan Rembuk
Kesiapan Masyarakat :
Sosialisasi program DAK Bidang Sanitasi diselenggarakan dalam
rangka memberikan pemahaman kepada seluruh lapisan masyarakat
Desa/Kelurahan sebagai bentuk penyebaran informasi awal tentang
proses dan tahapan pelaksanaan Program DAK Bidang Sanitasi
berbasis partisipasi masyarakat. Partisipasi yang diharapkan mulai dari
proses dan tahap persiapan, tahap perencanaan, pelaksanaan
konstruksi dan paska pelaksanaan.

Sosialisasi merupakan proses desiminasi informasi tentang proses


tahapan dan mekanisme pelaksanaan Program DAK Bidang Sanitasi
secara utuh perlu dilakukan oleh Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)
dan menjadi penting (esential) pada tahap Prpersiapan masyarakat
sasaran dalam rangka membangun komitmen antara warga
masyarakat Desa/Kelurahan dengan arahan kebijakan Program DAK
Bidang Sanitasi.

1.1.2 Tahap II. Pemetaan Sanitasi Tingkat Desa/ Kelurahan :


Pemetaan sanitasi tingkat Desa/Kelurahan ada dua hal yang perlu
dilakukan diantaranya adalah; kondisi kerawanan sanitasi dan
kepadatan penduduk di masing-masing RW/Dusun dalam
Desa/Kelurahan. Kerawanan sanitasi dapat dilihat dari sisi kondisi air
limbah, kondisi air bersih, kondisi persampahan dan kondisi drainase
lingkungan sekitar permukiman masing-masing RW/Dusun. Pemetaan
sanitasi tingkat Desa/Kelurahan wajib dipetakan secara menyeluruh ke

57
semua lingkungan terkecil setingkat RW/Dusun sesuai dengan jumlah
RW/Dusun yang ada di masing-masing Desa/Kelurahan sasaran.
Sebelum pemetaan sanitasi di tingkat kelurahan, TFL memfasilitasi
terlebih dahulu untuk pembentukan Tim Pemetaan Sanitasi di tingkat
Kelurahan dan membekali tatacara proses pemetaan. Pembentukan
Tim Pemetaan Sanitasi dan pembekalan dilakukan setelah selesai
pelaksanaan sosialisasi awal tingkat Desa/Kelurahan.

a. Tingkat/Kondisi Rawan Sanitasi di Masing–Masing


RT/RW/Dusun/Kampung/Jorong dan atau Sebutan Lainnya
Pemetaan tingkat kerawanan sanitasi di tingkat Desa/Kelurahan
dilakukan di setiap lingkungan terkecil RT/RW/Dusun/Kampung
oleh Tim Pemetaan Sanitasi tingkat Desa/Kelurahan dibawah
pendampingan TFL Teknik dan Pemberdayaan.
❖ Kondisi Air Limbah
Perhatikan dan periksa sistem sanitasi air limbah domestik
terkait limbah padat/tinja (black) dan limbah cair (grew water)
mulai dari jenis air limbah domestik yang dibuang baik limbah
padat/tinja dan limbah cair (Input Product), perhatikan sarana
pembuangan/closet yang digunakan (User Interface), tempat
pengumpulan dan penampungan/pengolahan awal (tangki
Septik), pengaliran/pengangkutan (drainase lingkungan atau
perpipaan/truk tinja), pengolahan akhir terpusat (SPALD-T),
daur ulang dan/atau pembuangan akhir/efluent (sungai).
Pemetaan kondisi air limbah ini dilakukan agar memperoleh
data berapa rumah yang memiliki kloset pribadi dirumah namun
tidak memiliki septik tank/buang ke saluran air/sungai/kali,
berapa rumah yang memiliki kloset dan septik tank namun
belum pernah dikuras, berapa rumah memiliki kloset namun
buang ke lobang terbuka/koyak/kolam lele, berapa rumah punya
kloset dan septik tank layak, berapa rumah tidak punya kloset,
dan lain-lain.

58
❖ Kondisi Air Bersih
Perhatikan kondisi sumber air bersih yang dimanfaatkan oleh
masyarakat, sumur dangkal atau sumur dalam, sungai atau
sumber mata air pergunungan, menggunakan sumber air dari
luar (beli) dikarenakan air sumur di lingkungan permukiman
tidak dapat digunakan untuk konsumsi. Pemetaan kondisi air
bersih agar memperoleh data berapa rumah memiliki sumur
dangkal/dalam masih dapat digunakan untuk sumber air
konsumsi sehari-hari, berapa rumah memiliki sumur
dangka/dalam hanya dapat digunakan untuk cuci dan mandi
tidak untuk konsumsi, berapa rumah memiliki sumur
dangkal/dalam namun tidak dapat dimanfaatkan lagi air
sumurnya, dan berapa rumah menggunakan sumber air bersih
dari PDAM.

❖ Kondisi Persampahan
Perhatikan tempat masyarakat membuang sampah dari rumah
tangga, home industri, industri, apakah sampah dibuang di TPS
dan ada pengelolaan pengangkutan secara berkala dan
terjadwal untuk dibuang di TPA yang ada di Kabupaten/Kota.
Atau sampah dari rumah tangga dibuang begitu saja di lahan-
lahan kosong, dibuang di area kosong dan dibakar di sekitar
lingkungan permukiman masyarakat. Pemetaan kondisi
persampahan ini dilakukan pada setiap rumah tangga dan di
lingkungan permukiman agar menghasilkan data jumlah rumah
tangga yang memiliki tempat sampah di rumah, rumah tangga
yang membuang sampah di kebun lalu dibakar dan rumah
tangga yang membuang di TPS lalu diangkut ke TPA dengan
membayar iuran.

59
❖ Kondisi Drainase Lingkungan
Perlu dipastikan bahwa pengaliran limpasan genangan air hujan
pada saluran tersier pada kawasan permukiman sudah tersedia
dan tersambung dengan sistem drainase.

b. Tingkat Kepadatan Penduduk


Pemetaan tingkat kepadatan penduduk dilakukan di setiap
lingkungan terkecil RT/RW/Dusun/Kampung oleh Tim Pemetaan
Sanitasi tingkat Desa/Kelurahan. Uuntuk kegiatan SPALD-T
kepadatan penduduk minimal 150 jiwa/Ha, sedangkan untuk
kegiatan SPALD-S kepadatan penduduk maksimal 150 jiwa/Ha,
teknik pemetaan dilakukan dengan metode survey ke lingkungan
permukiman masyarakat.

1.1.3 Tahap III. Proses Pelaksanaan SELOTIP Tingkat Desa/


Kelurahan :
Metode SELOTIP merupakan penyempurnaan dari metode Rapid
Partisipatory Assesment (RPA) dengan menggunakan tiga variabel
pokok, khusus untuk memilih/seleksi titik lokasi pada kegiatan
pemberdayaan Bidang Sanitasi di lingkungan Direktorat
Pengembangan PLP, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.

a. Tujuan Metode SELOTIP


Untuk memilih titik lokasi sanitasi berbasis masyarakat yang paling
memenuhi kaidah petunjuk umum dan keberlanjutan melalui
penilaian secara cepat dan terstruktur oleh sekelompok wakil calon
pemanfaat dari 2-3 calon titik lokasi di setiap Desa/Kelurahan,
”dalam rangka mendapatkan lokasi yang pasti sukses”.

Untuk lebih jelas, skema dari prosedur pelaksanaan SELOTIP


dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

60
Di Fasilitasi Pembekalan Metode SELOTIP
(Tk. Desa/Kelurahan)
TFL
✓ Persiapan
Data Lokasi RW/Dusun
Sanitasi, 1
Peta Lokasi; Lokasi RW/Dusun
✓ Penunjukan 2
Anggota Lokasi RW/Dusun
Tim. 3

✓ Dilaksanakan di
setiap calon lokasi Pelaksanaan Metode SELOTIP
✓ Penilaian titik lokasi;

✓ Berita Acara Penilaian


Lokasi;
✓ Anggota Tim Penetapan Lokasi Terpilih
SELOTIP, TFL, Kepala
Desa/ Lurah

b. Variabel dan Bobot Penilaian dalam SELOTIP


❖ Tingkat partisipasi warga masyarakat (bobot 50 %);
❖ Tingkat kepadatan penduduk (bobot 30 %);
❖ Tingkat/Kondisi rawan sanitasi (bobot 20 %).

c. Proses Pelaksanaan SELOTIP


Pelaksanaan SELOTIP Air Limbah
Proses pelaksanaan seleksi lokasi partisipatif (selotip) dilaksanakan
setelah tahapan Pemetaan Sanitasi tingkat Desa/Kelurahan selesai,
dimana hasil pemetaan sanitasi tingkat Desa/Kelurahan
memperoleh hasil mulai dari peringkat 1 (satu) hingga seterusnya
sesuai dengan jumlah lokasi RW/Dusun yang di petakan dalam
Desa/Kelurahan. Lingkungan RW/Dusun yang memperoleh nilai
peringkat tertinggi terkait kerawanan sanitasi dan kepadatan

61
penduduk serta lingkungan yang memperoleh rangking 1 (satu)
hingga rangking 3 (tiga) dan atau 4 (empat) ditetapkan sebagai
lokasi yang akan di Selotip, untuk selanjutnya dibentuk Tim Selotip
dengan anggota tim minimal 3 (tiga) orang perwakilan lingkungan
RW/Dusun masing-masing.
Jenis Informasi dan Alat SELOTIP yang digunakan dalam proses
Seleksi Titik Lokasi.
Variabel SELOTIP
No Bukti Dokumen
Penilaian titik Tools
Tingkat Lokasi
Partisipasi FGD dan Berita Acara
1
masyarakat Rembug Rembug Tentang
Tingkat kepadatan Kesiapan
2 Transect Walk Data Sekunder
penduduk Kontribusi
Transect Walk Peta Jaringan
3 Kondisi rawan sanitasi
dan wawancara Sanitasi
Permukiman
Bagi lokasi RW/Dusun yang telah ditetapkan peringkatnya dalam
Berita Acara Pemetaan Sanitasi tingkat Desa/Kelurahan, minimal
peringkat 1 sampai 3 dan atau 4 dapat diikutkan dalam tahap
Seleksi Titik Lokasi, dengan proses tahapan sebagai berikut :
❖ Bersama dengan TFL melakukan SELOTIP (Seleksi Lokasi
Partisipatif). SELOTIP merupakan metode pemetaan kondisi
sanitasi masyarakat, masalah yang mereka hadapi serta
kebutuhan untuk memecahkan masalah sanitasi secara cepat
dan dilakukan secara partisipatif/bersama masyarakat;
❖ Masyarakat, Tim Selotip dan TFL bersama-sama melakukan
perhitungan hasil skoring SELOTIP (Seleksi Lokasi Partisipatif)
tiap lokasi secara terbuka seperti Tabel Konsolidasi Skor
SELOTIP (Seleksi Lokasi Partisipatif) (terlampir);
❖ Setelah terpilihnya lokasi yang disepakati bersama, dibuat
materi Berita Acara seleksi lokasi terkait tenggat waktu tertentu

62
untuk konfirmasi lahan dan sebagainya kepada pemenang ke-1.
Bila pemenang ke -1 tidak memenuhi syarat, dapat digantikan
oleh pemenang berikutnya.
TINGKAT DESA/ KELURAHAN
SELOTIP FISIK
Rekap Hasil Pemetaan Sanitasi

1. KEPADATAN PEDUDUK DIATAS 100 JIWA/Ha UNTUK SPALD-S


DAN 150 JIWA/Ha UNTUK SPALD-T (30 %)
Tingkat Desa/Kelurahan

2. RAWAN SANITASI SESUAI SSK (20 %)

HASIL PEMETAAN
SHORTLIST MINIMAL 3 - 4 CALON LOKASI REMBUG PEMUKA
SANITASI TK.
RW/DUSUN YG MEMPEROLEH PERINKAT 1-
DESA/KEL.
4 RAWAN DAN PADAT

NON FISIK

3. TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT


OK
(SEMANGAT WARGA) 50 %

REMBUG WARGA

REKAP NILAI FINAL

BERITA ACARA HASIL JUARA (TITIK LOKASI)


TERPILIH
SURAT PERNYATAAN KESIAPAN
WARGA

Proses Pelaksanaan Selotip Tingkat Desa/Kelurahan

d. Partisipan dalam Proses Pelaksanaan Selotip


Setiap calon titik lokasi mengirimkan satu orang wakil sebagai
anggota tim SELOTIP yang ditunjuk melalui forum rembug warga.

Tim SELOTIP yang terbentuk wajib mendapatkan pelatihan cara


pelaksanaan SELOTIP oleh TFL.

Tugas anggota tim SELOTIP :


1. Mengikuti kegiatan SELOTIP di setiap titik lokasi;
2. Menyiapkan data sekunder berupa Peta calon lokasi, data
sekunder kependudukan dan data kepemilikan septik tank yang

63
memenuhi syarat (struktur kedap air);
3. Melakukan skoring dan penilaian tiap calon titik lokasi;
4. Menetapkan dan mengumumkan lokasi pemenang (Berita
Acara);
5. Berita Acara penetapan lokasi pemenang diverifikasi oleh TFL
untuk disampaikan kepada Lurah dan PPK SKPD
Kabupaten/Kota.

e. Penetapan Skor dan Pembobotan (Nilai)


Setiap indikator dalam variabel akan diberi skor, skor berkisar
antara 1, 2, 3, dan 4. Nilai tersebut merupakan kuantifikasi dari
setiap pernyataan yang bersifat kualitatif. Penetapan skor dan
pembobotan (nilai) ini penting dalam rangka penyederhanaan
dalam memberikan penilaian tentang kondisi masyarakat secara
obyektif. Skor ini sangat penting digunakan untuk penilaian titik
lokasi dengan formula sebagai berikut:
Formula Perhitungan Nilai Titik Lokasi:

N
NV = x B
T

Keterangan:
NV= Nilai Variabel
N = Jumlah Kumulatif Skor Indikator;
T = Jumlah Kumulatif Skor Maksimum Indikator
B = Bobot Variabel

NT = V1+V2+V3

Keterangan:
NT = Nilai Total

64
V1 = Variabel kesatu : Tingkat Partisipasi masyarakat
V2 = Variabel kedua : Tingkat Kepadatan Penduduk
V3 = Variabel Ketiga : Kondisi Rawan Sanitasi

Penjelasan:
a. NT tertinggi otomatis menjadi pilihan titik lokasi penerima
kegiatan;
b. Apabila terdapat Nilai NT yang sama, maka NV1 tertinggi
menjadi lokasi terpilih.

f. Penentuan Waktu dan Tempat Selotip


Waktu pelaksanaan SELOTIP perlu disepakati bersama antara
dengan masyarakat (misalnya ketua RT/RW dan tokoh masyarakat)
sehingga lokasi pemenang dapat ditetapkan selambat-lambatnya
dalam waktu satu minggu. Untuk memaksimalkan peran dan
keterlibatan kaum perempuan, maka pertemuan rembug warga
sebelum pelaksanaan metode SELOTIP dilaksanakan antara jam
14,00 – 18,00 waktu setempat.

g. Alat dan Bahan yang Perlu Dipersiapkan


Alat dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan SELOTIP terdiri
dari: Kertas lebar (plano), Kain lebar, Spidol besar aneka warna,
Spidol kecil aneka warna, Lem/perekat, Selotip, Gunting, Alat tulis,
Bahan-bahan lokal seperti biji-bijian atau kacang-kacangan,
lampu (jika ada kegiatan di malam hari). Akan sangat baik jika ada
rekaman video/kamera yang dapat dipergunakan untuk melengkapi
laporan.

h. Tools 1 (Variabel Tingkat Partisipasi Masyarakat)


Kesediaan berkontribusi bertujuan untuk melihat kesediaan warga
dalam berkontribusi dalam hal:

65
❖ Swadaya Sambungan Rumah (SR);
❖ Besarnya jumlah iuran bulanan per KK;
❖ Bersedia kontribusi lahan untuk prasarana sanitasi;

Proses Tools -1 adalah


❖ Kegiatan dilakukan oleh tim SELOTIP di setiap calon titik
lokasi;
❖ TFL menjelaskan tujuan, maksud, dan cara penerapan teknik ini;
❖ Mulai berdiskusi untuk menggali kesiapan warga dalam
berkontribusi pada kegiatan DAK Bidang Sanitasi;
❖ Skor untuk tools-1 dijumlahkan dan diisikan ke kolom total.

1) Tabel Tingkat Partisipasi Masyarakat


a. Swadaya Sambungan Rumah (SR)

Pilihan Skor

Swadaya seluruh biaya SR 4


Swadaya hanya Pipa 3

Swadaya hanya tenaga 2

Tidak bersedia untuk swadaya 1

b. Iuran Bulanan per KK


Pilihan Skor
c.
Rp. 20.000,- ke atas 4
Rp. 10.000,- s/d Rp. 19,000,- 3

Rp. 5,000,- s/d Rp. 9,000,- 2

Kurang dari Rp. 5000,- 1

d. Kontribusi Lahan
Pilihan Skor

Hak milik pribadi/ donatur swasta 4

66
Hibah Desa/ Kelurahan/ Pemda 3

Lahan fasum/ fasos 2


Tidak bersedia menghibahkan lahan 1

i. Tools 2. Transect Walk (Variabel Kepadatan Penduduk/


Kesiapan Teknis)
Transect walk bertujuan untuk mengenali dan mengkaji kondisi
sarana sanitasi Titik Lokasi yang sudah ada, untuk menilai tingkat
kepuasan masyarakat terhadap fasilitas sanitasi yang ada, dan
menilai tingkat kelayakan teknis sebagai prasyarat pembangunan
infrastruktur sanitasi yang direncanakan dengan cara melakukan
observasi langsung oleh bersama-sama dengan masyarakat.

Tugas TFL dan masyarakat di kegiatan transect walk adalah :


1. Menentukan, mengobservasi serta melakukan Diskusi
Kelompok Terarah ( F G D ) dengan masyarakat, antara lain :
o Lokasi yang dicalonkan masyarakat untuk bangunan Sanitasi
Berbasis Masyarakat;
o Tingkat kepadatan penduduk (masyarakat) yang tinggal di
lokasi;
o Sarana sanitasi yang digunakan masyarakat saat ini :
jamban, sungai, kolam, dsb;
o Pola penggunaan sarana sanitasi;
o Ketersediaan lahan;
o Muka air tanah;
o Material lokal;
o Saluran drainase.
2. Mencatat semua sanitasi yang dibangun oleh program
sebelumnya atau oleh pribadi. Secara acak pilihlah titik dengan
proporsional (10% dari total) dari masing-masing kategori.
3. Melakukan observasi dan pencatatan kualitas konstruksi dengan

67
menggunakan Format observasi jamban/sanitasi, kemudian
mendiskusikan dengan masyarakat yang ada di sekitar lokasi
sarana sanitasi/jamban tentang pemeliharaan (keberadaan dan
keteraturannya), lingkup dan pemakaian, serta konflik
kepentingannya Kemudian catat hasil temuannya. Untuk lokasi
yang pernah mendapat program jamban/sarana sanitasi, perlu
dipilih secara acak jamban/sarana sanitasi yang dibangun
sebelum, selama, dan setelah intervensi program dengan cara
menjumlahkan semua jamban/sarana sanitasi pada ketiga
kategori tersebut dan digambarkan persentase dan
pemeliharaan serta menggunakan jamban keluarga.
4. Menilai kepuasan layanan yang diterima (demand
responsiveness), dengan menggunakan skala penilaian dari
tiap rumah tangga yang dikunjungi selama transect.
Masyarakat dapat membantu memilih aspek penilaian
kepuasan layanan.
5. Menilai kepuasan penggunaan sarana meliputi tingkat akses
layanan, desain, penggunaan untuk (kelompok/warga rentan
terhadap akses sanitasi), kualitas konstruksi, kemudahan
penggunaan dan pemeliharaan, nilai manfaat yang dirasakan
dari kontribusi untuk memperoleh layanan tersebut, laporan
mengenai layanan kepada pengguna dengan catatan terpisah
untuk pria dan wanita. Indikakator dan Variabel penilaian
Transect Walk dan FGD

1) Tabel Tingkat Kepadatan Penduduk Jiwa/ Hektar

Pilihan Skor

Lebih dari 200 Jiwa/ Ha 4

Antara 176 – 200 Jiwa/ Ha 3


Antara 151 - 175 Jiwa/ Ha 2

68
Kurang dari 150/ Ha 1

2) Tabel Kondisi Rawan Sanitasi


a. Kepemilikan Tangki Septik Individu

Pilihan Skor

0 - 25 % dari jumlah KK 4

26 % - 50 % dari jumlah KK 3

51 % - 75 % dari jumlah KK 2

Lebih dari 75 % dari jumlah KK 1

b. Kualitas air Sumur Dangkal

Pilihan Skor

Tercemar tidak bisa dimanfaatkan 4

Hanya untuk cuci 3

Hanya untuk cuci dan mandi 2

Cuci mandi dan konsumsi sehari hari 1

c. Pembuangan Air Limbah Dapur

Pilihan Skor

75 % ke atas Dibuang di lingkungan/


4
drainase/badan air
51 % - 74 % Dibuang di lingkungan/ 3
drainase/ badan air

26 % - 50 % Dibuang di lingkungan/
2
drainase/ badan air

69
0 % - 25 % Dibuang di lingkungan/
1
drainase/ badan air

d. Pembuangan Air Limbah Kamar Mandi

Pilihan Skor

75 % ke atas Dibuang di lingkungan/


4
drainase/badan air
51 % - 74 % Dibuang di lingkungan/ 3
drainase/ badan air

26 % - 50 % Dibuang di lingkungan/
2
drainase/ badan air
0 % - 25 % Dibuang di lingkungan/
1
drainase/ badan air

Konsolidasi Skor Hasil SELOTIP Pemilihan Titik Lokasi


Rt/ Rw – I Rt/Rw – II dan Rt/Rw III
Skor Bobot Nilai Skor Bobot Nilai
N 
Indikator Teknik
o
(
NV  () NV

)
Tingkat (
Partisipas a
FGD dan
1 i Warga - 50% (a-c) 50%
Rembug
Masyarak c
at )
Wawanc
Tingkat ara
(
Kepadata (FGD)
2 a 20% (a) 20%
n dan
)
Penduduk Transect
Walk
Wawanc
(
ara
Kondisi a
(FGD)
3 Rawan - 30% (a-d) 30%
dan
Sanitasi d
Transect
)
Walk
Jumlah Nilai 100% 100%
Juara (Peringkat)

70
Pelaksanaan SELOTIP Persampahan
a. Variabel dan Indikator Penilaian
Adapun variabel dan bobot penilaian yang digunakan untuk
penilaian calon lokasi Desa/Kelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut :

Jenis Informasi Variabel dan Indikator Selotip


NIL JUMLAH BOB TOTAL
VARIABEL INDIKATOR AI NILAI OT NILAI
(N) (∑N) (B) (TN)
A LAHAN Status
. Kepemilikan
1 Lahan 4
2 Luas Lahan 4
Kondisi Fisik
3 Lahan 4 20 30 600
Aksesibilitas
4 Jalan 4
Aksesibilitas
Sarana
5 Pendukung 4
B PELAYANAN Lokasi
. DAN daerah
PENGELOLAAN 1 layanan 4
SAMPAH Karakteristik
daerah
2 layanan 4
16 40 640
Potensi
jumlah
3 layanan 4
Kondisi
pelayanan
4 sampah 4
C PARTISIPASI Bentuk
. MASYARAKAT partisipasi
1 masyarakat 4
Kesiapan
membayar 12 30 360
2 iuran 4
Dukungan
desa/kelurah
3 an 4
TOTAL NILAI 3 VARIABEL (NV) 1600

(a) Variabel Lahan (Bobot = 30)


1) INDIKATOR: STATUS KEPEMILIKAN LAHAN

71
4 Lahan milik Pemda
3 Lahan milik Desa
2 Lahan fasos/fasum
1 Lahan perorangan yang siap dihibahkan

2) INDIKATOR: LUAS LAHAN


4 LUAS ≥ 500 m2
3 400 m2  LUAS < 500 m2
2 300 m2  LUAS < 400 m2
1 200 m2  LUAS < 200 m2

3) INDIKATOR: KONDISI FISIK LAHAN


4 Lahan rata tidak terdapat bangunan
3 Lahan rata terdapat bangunan yang harus
dibongkar
2 Lahan memerlukan galian atau timbunan
1 Lahan memerlukan galian atau timbunan
serta dinding penahan

4) INDIKATOR: AKSESIBILITAS JALAN


4 Jalan perkerasan dapat dilewati truk
3 Jalan perkerasan dapat dilewati pick up
2 Jalan perkerasan dapat dilewati gerobak
motor
1 Jalan belum diperkeras

5) INDIKATOR: AKSES SARANA PENDUKUNG


4 Akses terhadap listrik, air bersih dan
drainase sangat baik
3 Akses terhadap listrik, air bersih dan
drainase cukup baik
2 Akses terhadap listrik, air bersih dan
drainase kurang
1 Akses terhadap listrik, air bersih dan
drainase buruk

(b) Variabel: Kondisi Pelayanan dan Pengolahan Sampah


(Bobot=40)

72
1) INDIKATOR: LOKASI DAERAH LAYANAN
4 Berada dalam layanan dan Sudah
dilayani layanan sampah kota
3 Berada dalam layanan dan belum dilayani
layanan sampah kota
2 Berada dekat area layanan sampah kota
dan belum terlayani
1 Berada jauh dari layanan sampah kota

2) INDIKATOR: KARAKTERISTIK AREA LAYANAN


4 Perkotaan dengan kepadatan bangunan
tinggi
3 Perkotaan dengan kepadatan bangunan
sedang
2 Perdesaan dengan kepadatan bangunan
sedang
1 Perdesaan dengan kepadatan bangunan
rendah

3) INDIKATOR: POTENSI JUMLAH LAYANAN


4 Layanan ≥ 600 KK
3 500 KK ≤ Layanan < 600 KK
2 200 KK ≤ Layanan < 500 KK
1 Layanan < 200 KK

4) INDIKATOR: KONDISI PELAYANAN SAMPAH


4 Sebagian masyarakat membuang sampah
sembarangan
3 Sampah dikumpulkan di TPS, tidak ada
pewadahan di rumah
2 Sampah diwadahi di rumah dan diangkut
ke TPS
1 Sampah diangkut dan diolah di TPS

(c) VARIABEL : PARTISIPASI (BOBOT = 30)


1) INDIKATOR : BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT
4 Bersedia mewadahi, memilah sampah,
menabung sampah dan membayar iuran
3 Bersedia mewadahi, memilah sampah dan

73
membayar iuran
2 Bersedia mewadahi sampah dan
membayar iuran
1 Bersedia mewadahi sampah

2) INDIKATOR: KESIAPAN MEMBAYAR IURAN


4 Iuran ≥ Rp 20.000,-/bulan
3 Rp 10.000,-/bulan ≤ Iuran < Rp 20.000,-
/bulan
2 Rp 5.000,-/bulan ≤ Iuran < Rp 10.000,-
/bulan
1 Iuran < Rp 5.000,-/bulan

3) INDIKATOR: DUKUNGAN DESA/KELURAHAN


Bersedia menyiapkan peraturan,
Desa: pembinaan, dukungan sarana dan biaya
OP
Bersedia memberikan dukungan
4
kelembagaan (Surat Pengantar dari
Kelurahan: Kades/Lurah), Himbauan penegakan
peraturan ke warga, dan pembinaan
kepada KSM
Bersedia menyiapkan peraturan,
Desa: pembinaan dan dukungan sarana atau
biaya OP
3 Bersedia memberikan dukungan
kelembagaan (Surat Pengantar dari
Kelurahan:
Kades/Lurah) dan Pembinaan kepada
warga dan KSM
Bersedia menyiapan peraturan dan
Desa:
melaksanaan pembinaan
Bersedia memberikan dukungan
2
kelembagaan (Surat Pengantar dari
Kelurahan:
Kades/Lurah), dan Himbauan penegakan
peraturan ke warga
Desa: Bersedia menyiapkan peraturan pendukung
Bersedia memberikan dukugan
1
Kelurahan: kelambagaan (Surat Pengantar dari
Kades/Lurah)

74
b. Metode Penilaian
Kegiatan penskoran, pembobotan dan penilaian lokasi dilakukan
bersama-sama tim Selotip didampingi oleh TFL dan dilakukan
secara serentak (dalam 1 waktu hasil kesepakatan semua calon
lokasi). Dengan didampingi TFL, Tim Selotip perlu menyusun
strategi bersama dalam pelaksanaan Selotip.

1. Kegiatan Skoring
Kegiatan skoring merupakan penilaian berdasarkan ketentuan
indikator dengan rentang nilai (N) antara 1 – 4. Penilaian dilakukan
dengan metode yang dilakukan sesuai pada Tabel 3.3. Total Nilai
tiap variable dijumlahkan sehingga menghasilkan 3 nilai ∑N.

2. Perhitungan Total Nilai (TN)


Perhitungan TN tiap variable dilakukan dengan mengalikan antara
∑N dengan Nilai Bobot (B).

TN = ∑N x B

TN = Total Nilai Tiap Variabel


∑N = Jumlah Nilai Tiap Indikator
B = Pembobotan (Variabel 1= 30,Variabel 2= 40,Variabel 3 = 30)

3. Perhitungan Total Nilai Variabel (NV)


Perhitungan Total Nilai dari ke-3 Variabel (NV) dilakukan dengan
menjumlahkan seluruh TN.

NV = ∑TN

75
4. Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi dilakukan dengan membandingkan NV tertinggi
dari calon lokasi yang di seleksi. Berikut merupakan contoh Tabel
hasil penilaian dari 3 wilayah yang mengikuti Selotip.

Tabel Contoh Penghitungan Skor di Kelurahan-2

CARA
INDIKATOR ALAT OUTPUT
PENGUMPULAN
A1 Verifikasi data Kamera dan Surat status lahan
aktual alat tulis
A2 Observasi kondisi Meteran, Ukuran luas,
lapangan Kamera, Koordinat, Foto
GPS dokumentasi
A3 Observasi kondisi Kamera dan Foto kondisi lahan
lapangan alat tulis
A4 Observasi kondisi Kamera dan Foto kondisi akses
lapangan alat tulis
A5 Observasi kondisi Kamera dan Foto dan form hasil
lapangan dan alat tulis wawancara
wawancara
B1 Observasi Kamera dan Foto dan form hasil
lapangan dan alat tulis wawancara
wawancara
B2 Observasi Kamera dan Foto dan bukti hasil
lapangan dan alat tulis pengukuran tingkat
pengukuran tingkat kepadatan
kepadatan
B3 Wawancara Kamera dan Form Wawancara

76
CARA
INDIKATOR ALAT OUTPUT
PENGUMPULAN
Sample alat tulis dan Surat Minat
Masyarakat dan Layanan TPS 3R
Penandatangan
Surat Minat
Layanan
B4 Observasi Kamera dan Foto kondisi
lapangan dan alat tulis lapangan dan form
wawancara hasil wawancara
C1 Wawancara dan Kamera dan Form wawancara dan
pengisian surat alat tulis surat pernyataan
pernyataan warga warga
C2 Wawancara dan Kamera dan Form wawancara dan
pengisian surat alat tulis surat pernyataan
pernyataan warga warga
C3 Wawancara dan Kamera dan Form wawancara dan
pengisian surat alat tulis surat pernyataan
pernyataan Desa/Kelurahan
Desa/Kelurahan

c. Penentuan Waktu dan Tempat


Waktu pelaksanaan dilakukan Tim Selotip bersama TFL dengan
waktu dan tempat yang disepakati bersama. Penentuan waktu
pelaksanaan melalui kesepakatan rembuk warga ditingkat
Desa/Kelurahan. dimana wakil dari setiap lokasi hadir dalam
kegiatan rembuk. Waktu pertemuan warga diatur sehingga
memungkinkan seluruh masyarakat atau kertewakilan masyarakat
di calon dapat menghadiri kegiatan tersebut, keterwakilan calon
pengguna laki-laki, perempuan, masyarakat berpengasilan rendah

77
dan kaya, tokoh masyarakat di lingkungan, kader Desa/Kelurahan,
tokoh RT/RW, dll. Contoh waktu pelaksanaan kegiatan antara jam
14.00 – 18.00, sedangkan kegiatan kunjungan lapangan (Transect
Walk) untuk mengkaji kondisi fisik calon titik lokasi dapat dilakukan
di pagi hari.

d. Alat dan Bahan yang Perlu Disiapkan


Alat dan bahan / media yang digunakan untuk kegiatan Selotip
selain peta kondisi eksisting terkait sanitasi di lokasi, perlu disiapkan
daftar pertanyaan, dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan, seperti
kertas lebar (plano), metaplan, spidol besar/kecil aneka warna,
lem/perekat, lakban, gunting, alat tulis, dan lain lain. Kegiatan yang
dilakukan dapat direkam (foto, audio, visual) sedemikian rupa
sebagai bukti dokumentasi kegiatan yang dapat dipergunakan untuk
melengkapi laporan.

e. Penentuan Calon Lokasi Pembangunan TPS 3R


Hasil Selotip ini dipresentasikan pada sesi seleksi lokasi oleh
masyarakat, bersama dengan hasil Selotip dari Lokasi lain dalam 1
(satu) Kecamatan. Sesi ini dinamakan Self-Selection Stakeholders
Meeting, yang bertujuan untuk menentukan lokasi masyarakat yang
paling siap untuk implementasi TPS 3R. adapun langkah yang
ditempuh adalah:
1. Dinas/SKPD bersama dengan TFL menyelenggarakan
pertemuan pleno akhir dalam rangka menentukan lokasi
pembangunan TPS 3R;
2. Pertemuan ini difasilitasi oleh SKPD Dinas terkait dan TFL;
3. Desa/Kelurahan yang telah melakukan Selotip diundang dalam
pertemuan yang dihadiri oleh wakil masyarakat dan wakil
pengurus RT dan RW/lingkungan, Desa/kelurahan, disaksikan
oleh camat dan Dinas/SKPD terkait;

78
4. Pemangku kepentingan yang hadir diberikan penjelasan tentang
hasil pelaksanaan Selotip;
5. Desa/Kelurahan dengan skoring tertinggi dinilai sebagai
Desa/Kelurahan yang paling siap untuk menerima program TPS
3R;
6. Setelah proses seleksi tersebut selesai, kemudian dilakukan
penandatanganan Berita Acara Seleksi Desa/Kelurahan sebagai
lokasi terpilih dalam pelaksanaan Program DAK Bidang Sanitasi
Sub Bidang Persampahan TPS 3R dan ditandatangani oleh
semua unsur yang hadir dalam pertemuan tersebut.

f. Penetapan Titik Lokasi Kegiatan Sesuai Hasil Selotip


Penetapan titik lokasi kegiatan DAK Bidang Sanitasi ditentukan oleh
hasil dari SELOTIP tingkat Desa/Kelurahan yang dilakukan secara
partisipatif oleh Tim Selotip. Penetapan tersebut dituangkan dalam
Berita Acara.

BERITA ACARA
PELAKSANAAN SELEKSI TITIK LOKASI
KEGIATAN DAK BIDANG SANITASI KELURAHAN/DESA............
KECAMATAN ................... KABUPATEN/KOTA …………………………

Pada hari ..... tanggal .... bulan ........ tahun ....... bertempat di
………………......... Kelurahan/Desa ............... Kecamatan ............
Kabupaten/Kota ………….. yang beralamat di jalan …………… telah
dilaksanakan Seleksi Lokasi Partisipatif (SELOTIP) dalam rangka
implementasi Program DAK Bidang Sanitasi. Seleksi tersebut telah
dilaksanakan berdasarkan hasil Pemetaan Kebutuhan Sanitasi dengan
metode SELOTIP. Seluruh proses seleksi telah dilaksanakan secara fair,
transparan dan demokratis oleh masyarakat sendiri.

79
Seleksi Titik Lokasi tersebut telah diikuti oleh .........
kampung/RT/RW/Dusun dll, yaitu:
1 Kampung/RT/RW/Dusun ................ skor .........
2 Kampung/RT/RW/Dusun ................ skor .........
3 Kampung/RT/RW/Dusun ……....…… skor ……...
4 .......................dst

Sesuai dengan hasil skor yang dikumpulkan oleh masing‐masing


kampung/RT/RW/Dusun, maka telah disepakati bersama bahwa
kampung/RT/RW/Dusun yang paling siap untuk pelaksanaan Program DAK
Bidang Sanitasi adalah :

Kampung/RT/RW/Dusun ………………………
Demikian berita acara ini dibuat agar dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
……………….……................20............
Berita acara ini ditandatangani oleh :
1. Lurah/Kades ...........................
2. Ketua RT .................................
3. Ketua RW ................................
4. Ketua Dusun ...........................
5. lainnya ....................................
6. Wakil Masyarakat ....................

Note :
1. Memberi tenggat waktu tertentu untuk konfirmasi lahan dan
sebagainya kepada pemenang ke-1;
2. Bila pemenang ke-1 bermasalah, beri kesempatan kepada
pemenang berikutnya.

80
1.1.4 Tahap IV. Rembuk Kesiapan Masyarakat Tingkat RT/RW/
Dusun/Kampung/Jorong dan atau Sebutan Lainnya
Proses dilaksanakan dalam rangka membangun
kesepakatan/komitmen antara warga masyarakat titik lokasi terpilih
(sesuai hasil rangking Selotip) dengan arahan kebijakan Program DAK
Bidang Sanitasi pada tahun angaran berkenaan. Diperlukan
kesepakatan dalam mengikuti proses dan tahapan secara partisipatif
mulai dari tahap proses Pembentukan Tim Pelaksana Swakelola (TPS-
KSM) sebelum program DAK Bidang Sanitasi dilaksanakan di
Rt/Rw/Dusun/Kampung tersebut, point-point kesepakatan yang
semestinya dibangun melalui fasilitasi Tenaga Fasilitator Lapangan
(TFL) antara lain sebagai berikut :
1. Masyarakat titik lokasi terpilih menerima Program DAK Bidang
Sanitasi di wilayah Rt/Rw/Dusun/Kampung dengan konsekwensi
antara lain sebagai berikut :
❖ Siap melaksanakan dan mengikuti proses tahapan sesuai
arahan kebijakan Pedoman Teknis Pelaksanaan DAK Bidang
Sanitasi dibawah fasilitasi/pendampingan TFL dan Pemerintah
Desa/Kelurahan;
❖ Siap membantu proses Pemilihan Pengurus Tim Pelaksana
Swakelola (TPS-KSM) di titik lokasi terpilih
Rt/Rw/Dusun/Kampung dan berpartisipasi aktif dalam
Penyusunan Dokumen Perencanaan (RKM) tanpa adanya upah
dalam bentuk apapun;
❖ Siap melibatkan diri dalam pelaksanaan konstruksi sesuai
dengan hasil keputusan rembuk warga tentang kebutuhan dan
ketetapan Tenaga Kerja yang ditetapkan/diputuskan oleh
Pengurus Tim Pelaksana Swakelola (TPS-KSM);
❖ Siap berswadaya dalam bentuk barang maupun dalam bentuk
uang demi bersama-sama melakukan perbaikan sanitasi di

81
lingkungan permukiman kami sendiri pada setiap proses
tahapan Program DAK Bidang Sanitasi;
❖ Siap dan sukarela memanfaatkan infrastruktur terbangun,
termasuk operasional dan pemeliharaaan secara partisipatif
dibawah koordinasi pengurus lembaga Kelompok Pemanfaat
dan Pemeliharaan (KPP);
❖ Jika nanti infrastruktur sudah terbangun, maka calon pemanfaat
siap mengumpulkan iuran rutin bulanan Rp ………. secara
bersama-sama dalam rangka pengembangan operasional dan
pemeliharaan agar dapat berkelanjutan;
❖ Calon pemanfaat siap dan tunduk kepada arahan Tim
Pelaksana Swakelola (TPS-KSM) terpilih pada tahap
perencanaan dan konstruksi dan kepada Pengurus KPP terpilih
pada masa operasi dan pemeliharaan.

2. Masyarakat di tingkat RT/RW/Dusun/Kampung menolak


pelaksanaan Program DAK Bidang Sanitasi di lingkungan
permukimannya, dengan alasan sebagai berikut :
❖ Program DAK Bidang Sanitasi tidak bermanfaat bagi warga
masyarakat lokasi terpilih untuk perbaikan sanitasi kearah yang
lebih baik;
❖ Masyarakat lokasi terpilih tidak bersedia mengikuti proses
tahapan secara partisipatif sesuai arahan kebijakan dari
Pedoman Teknis Pelaksanaan DAK Bidang Sanitasi;
❖ Masyarakat tidak bersedia mengumpulkan iuran dan swadaya
baik dalam bentuk barang maupun uang pada setiap proses
tahapan serta operasional dan pemeliharaan;
❖ Dan alasan lainnya, jika ada.

82
1.1.5 Tahap V. Proses Pembentukan Tim Pelaksana Swakelola (TPS –
KSM)

a) Proses Pemilihan Pengurus Tim Pelaksana Swakelola (TPS –


KSM)
Proses pemilihan Pengurus Tim Pelaksana Swakelola (TPS-KSM)
di tingkat Desa/Kelurahan untuk SPALD-S dan Tim Pelaksana
Swakelola (TPS-KSM) tingkat titik lokasi (RT/RW/Dusun) untuk
kegiatan SPALD-T dan TPS – 3R. Proses pemilihan pengurus Tim
Pelaksana Swakelola (TPS-KSM) diawali proses persiapan awal
antara lain sebagai berikut :
❖ Pembentukan Panitia Pemilihan Tim Pelaksana Swakelola
(TPS-KSM);
❖ Kajian/ Diskusi tentang kriteria/ciri-ciri seorang pengurus Tim
Pelaksana Swakelola (TPS-KSM) yang diharapkan oleh warga
calon pemanfaat di titik lokasi;
❖ Lokakarya kriteria/ciri-ciri seorang Pengurus Tim Pelaksana
Swakelola (TPS-KSM) sesuai dengan harapan calon
pemanfaat;
❖ Kampanye kriteria/ciri-ciri seorang Pengurus Tim Pelaksana
Swakelola (TPS-KSM) hasil lokakarya tingkat
Kelurahan/Desa/tingkat RW/Dusun;
❖ Penyusunan Tata tertib proses pemilihan Pengurus Tim
Pelaksana Swakelola (TPS-KSM) baik di tingkat
Desa/Kelurahan maupun di tingkat RT/RW/Dusun;
❖ Sosialisasi tata tertib kepada seluruh warga masyarakat sebagai
calon penerima manfaat di titik lokasi
RT/RW/Dusun/Kelurahan/Desa.
Proses pemilihan selanjutnya dilaksanakan pada dua tingkatan
dalam rangka menjamin kualitas pemilihan dan nama-nama yang

83
muncul adalah orang-orang terbaik di Desa/Kelurahan atau titik
lokasi RT/RW/Dusun. Kegiatan tersebut antara lain sebagai berikut:

i. Dilaksanakan di Tingkat Basis Terendah Setara RT/


RW/ Dusun
Pemilihan pada level ini hanya melakukan proses
pemilihan bakal calon atau utusan perwakilan tingkat
RT/RW dengan mengacu kepada kriteria/ciri-ciri
Pengurus Tim Pelaksana Swakelola (TPS-KSM) dengan
mengedepankan pencarian orang baik.

ii. Dilaksanakan di Tingkat RW/ Dusun/ Desa/


Kelurahan
❖ Pemilihan bakal calon pengurus Tim Pelaksana
Swakelola (TPS-KSM) di tingkat basis RT/RW/Dusun
untuk mejaring bakal calon (balon) sebagai utusan
untuk pemilihan tingkat selanjutnya;
❖ Pemilihan pengurus Tim Pelaksana Swakelola (TPS-
KSM) yang dilakukan di tingkat Desa/Kelurahan untuk
SPALD-S dan tingkat RW/Dusun untuk SPALD-T,
pemilihan pengurus pada level ini diantara sesama
bakal calon/utusan masing-masing basis RT dengan
saling memilih;
❖ Penetapan hasil pemilihan dengan rangking suara
terbanyak dan pembuatan Berita Acara.

Untuk lebih memperjelas terkait proses pelaksanaan


pemilihan Pengurus Tim Pelaksana Swakelola (TPS-KSM)
di titik lokasi terpilih sesuai hasil Selotip, maka bisnis proses
pemilihan secara lansung pengurus pelaksana swakelola

84
(KSM) oleh warga masyarakat dapat dilihat dalam bagan
berikut.

Dusun / RW / RT
1. JUJUR /
AMANAH ; DIKAMPANYEKAN
2. PEDULI ; KPD MASYARAKAT
3. IKHLAS ;
IDENTIFIKASI KRITERIA 4. RELAWAN SEJATI
BALON KSM PEMIMPIN

PERHITUNGAN
PROSES
NAMA NAMA
-
PEMILIHAN
KAJIAN YG ADA DI
PENGURUS KSM KERTAS SUARA
KEPEMIMPINAN DAN
KELEMBAGAAN DI
TULIS 3 NAMA BALON YG
MASYARAKAT MEMENUHI KRITERIA
PEMIMPIN 2 Lk-Lk & 1 Pr
KELOMPOK MASYARAKAT:

4. Ibu-ibu Kader Posyandu


1. PENGAJIAN (Lk & Pr)

3. Ibu-ibu Pengurus PKK


2. ARISAN (Lk & Pr)

HASIL REMBUG
(TERBENTUK KSM)

MENCARI FEED BACK


PEMIMPIN IDEAL

Catatan: • Dilarang Memilih Secara Aklamasi


• Dilarang Penunjukan Oleh Pejabat Daerah , Lurah / Kades

Proses Pemilihan Ketua,Sekretaris dan Bendahara KSM ,


Bertujuan Memilih Orang Baik dan Peduli Sanitasi

b) Syarat Penerima Kegiatan dalam Pelaksanaan Swakelola/


Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan yang diserahkan kepada Tim Pelaksana Swakelola (TPS
– KSM) dapat diberikan dengan persyaratan antara lain sebagai
berikut :
a. Memiliki kepengurusan Tim Pelaksana Swakelola (TPS-KSM)
yang jelas berdasarkan hasil musyawarah warga pada proses
pembentukan lembaga (KSM), berdasarkan Berita Acara hasil
pembentukan Tim Pelaksana Swakelola (TPS-KSM);
b. Berkedudukan dalam wilayah administrasi Pemerintah Desa
berdasarkan Surat Ketetapan Kepala Daerah tentang lokasi
Usulan Rencana Kegiatan (URK) menjadi Rencana Kegiatan
(RK);

85
c. Memiliki dokumen Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dan DED
RAB;
d. Surat Keputusan (SK) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan
atau Penguasa Anggaran (PA) tentang penetapan Tim
Pelaksana Swakelola (TPS-KSM) untuk melaksanakan program
pelayanan dasar bidang sanitasi;
e. Foto copy buku Rekening Bank atas nama lembaga/organisasi
Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM). Pemegang specimen rekening Bank KSM berjumlah
3 (tiga) orang yaitu Ketua, Bendahara dan Tim Pelaksana;
f. Surat Perjanjian Kerjasama antara PPK sanitasi Dinas terkait
dengan Ketua Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM).

c) Tatacara Penetapan Penerima Kegiatan Kepada Tim Pelaksana


Swakelola (TPS-KSM)
Dalam proses penetapan penerima kegiatan kepada Tim Pelaksana
Swakelola (TPS-KSM) dapat ditempuh melalui mekanisme antara
lain sebagai berikut :
1. Sasaran ditentukan oleh Kementerian/Lembaga
penanggungjawab anggaran;
2. Direncanakan dan dilaksanakan serta diawasi oleh Tim
Pelaksana Swakelola (TPS-KSM);
3. Pekerjaan dilarang dialihkan kepada pihak lain (sub-kontrak).

KSM sebagai Tim Pelaksana Swakelola dibentuk melalui proses


pemilihan lansung (tanpa aklamasi dan penunjukan) dengan
mengedepankan kriteria bakal calon yang dikampanyekan kepada
warga masyarakat calon penerima manfaat di titik lokasi kegiatan,
dengan bentuk dan susunan tim pelaksana ditetapkan melalui

86
Surat Keputusan (SK) Kepala Organisasi Perangkat
Daerah/Penguasa Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.

Pelaksana Swakelola adalah Kelompok Swadaya Masyarakat


(KSM) merupakan kumpulan orang atau masyarakat yang
menyatukan diri secara sukarela dalam kelompok dikarenakan
adanya kepentingan dan kebutuhan yang sama, sehingga dalam
kelompok tersebut memiliki kesamaan tujuan yang ingin dicapai.

Tim Pelaksana Swakelola (TPS-KSM) merupakan wakil masyarakat


penerima manfaat bantuan sosial adalah masyarakat calon
pengguna fasilitas pelayanan dasar bidang sanitasi. Dasar
penetapan penerima manfaat mengacu kepada:

1. Surat minat keikutsertaan dalam program pelayanan dasar


bidang sanitasi dari Pemerintah Daerah dengan sumber
pembiayaan dari Dana Alokasi Khusus. Surat minat tersebut
disampaikan oleh Kepala Desa/Kelurahan setempat;
2. Dokumen Berita Acara hasil musyawarah warga dalam
pembentukan pelaksana swakelola (KSM);
3. Surat Pengantar dari Kepala Desa/Lurah tentang hasil
pembentukan Tim Pelaksana Swakelola (TPS-KSM) di titik
lokasi terpilih dengan melampirkan Berita Acara Hasil
Pemilihan;
4. Dokumen Berita Acara hasil pelaksanaan Seleksi Lokasi
Partisipatif (SELOTIP);

KSM dibentuk setelah pelaksanaan kegiatan Seleksi Lokasi


Partisipatif (SELOTIP) tingkat Desa/Kelurahan selesai dan wajib di
titik lokasi kegiatan terpilih. Jika titik lokasi kegiatan dalam satu
Desa/Kelurahan melebihi satu unit seperti pembangunan tangki

87
septik skala komunal (5 – 10 KK) dan Tangki Septik Individual,
maka KSM nya cukup satu saja.

Secara umum tugas KSM sebagai pelaksana swakelola adalah


melakukan sosialisasi program kepada warga masyarakat,
menyusun perencanaan, melaksanakan fisik,
mengawasi/memonitor, supervisi, mengelola kegiatan
pembangunan dan membuat laporan pertanggungjawaban.

Pada tahap awal kegiatan KSM pelaksana swakelola mengangkat


tim swakelola untuk melaksanakan pekerjaan swakelola sesuai
dengan kontrak antara PPK sanitasi dan penanggungjawab
swakelola yang terdiri dari; tim perencana, tim pelaksana, tim
pengawas dan panitia pengadaan.

Susunan dan Tugas KSM sebagai pelaksana swakelola antara lain


sebagai berikut:

1. Ketua:
• Mengkoordinasikan perencanaan kegiatan pembangunan.
• Memimpin pelaksanaan tugas tim yang telah dibentuk dan
kegiatan rapat-rapat.

2. Sekretaris:
• Menyusun rencana kebutuhan dan melaksanakan kegiatan
tata usaha dan dokumentasi;
• Melaksanakan surat-menyurat;
• Melaksanakan pelaporan kegiatan pembangunan secara
bertahap.
• Mendokumentasikan seluruh laporan kegiatan
• Membantu dalam penyuluhan kesehatan masyarakat.

88
3. Bendahara:
• Menerima dan menyimpan uang
• Mengeluarkan/membayar sesuai dengan realisasi sesuai
nota/kuitansi;
• Melakukan pengelolaan administrasi keuangan
• Melakukan penarikan kontribusi dari masyarakat berupa uang
• Menyusun realisasi pembukuan serta laporan
pertanggungjawaban keuangan pada tahapan konstruksi,
yaitu:
✓ Progres keuangan mingguan ditempel di papan ruangan
Sekretariat KSM dan tempat strategis sehingga dapat
dilihat dengan mudah oleh masyarakat;
✓ Laporan keuangan bulanan yaitu laporan penggunaan
dana dan laporan harian sesuai format yang ditentukan
untuk kemudian disampaikan kepada PPK sanitasi.

4. Tim Perencana:
Tim perencana mempunyai tugas dan bertanggung jawab dalam
menyusun dokumen Rencana Kerja Masyarakat (RKM),
membuat gambar rencana kerja, spesifikasi teknis, rincian biaya
pekerjaan, jadwal rencana pelaksanaan pekerjaan. Secara rinci
tugas tim perencana adalah:
a. Mensosialisasikan pilihan teknologi sanitasi kepada
masyarakat;
b. Mengevaluasi dan menentukan pilihan teknologi sanitasi
yang akan dibangun, sesuai dengan pilihan, kemampuan
masyarakat serta kondisi lingkungan;
c. Menyusun analisa teknis, membuat DED lengkap dengan
potongan, RAB dan menyusun analisa struktural, elektrikal,
arsitektural dengan didampingi oleh TFL

89
d. Menyusun jadwal rencana kegiatan konstruksi
e. Melakukan inventarisasi tenaga kerja.

5. Tim Pelaksana:
Tim pelaksana mempunyai tugas dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan,
membuat gambar pelaksanaan serta membuat laporan
pelaksanaan pekerjaan. Secara rinci tugas tim pelaksana
adalah:
a. Melakukan rekrutmen tenaga kerja;
b. Mengatur tenaga kerja di lapangan;
c. Mengatur dan mengkoordinir material yang diperlukan;
d. Menerima dan menyetujui material/barang masuk;
e. Bertanggung jawab terhadap keamanan material selama
pembangunan;
f. Membuat laporan tentang keadaan material;
g. Mengalokasikan material sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan konstruksi;
h. Mengorganisir kegiatan kampanye kesehatan di
masyarakat;
i. Melakukan monitoring terhadap upaya penyehatan
lingkungan;
j. Membuat As built drawing setelah pekerjaan konstruksi
selesai.

6. Tim Pengawas:
Tim pengawas mempunyai tugas dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan dan
pelaporan, baik fisik maupun administrasi pekerjaan swakelola.
Secara rinci tugas tim pengawas adalah:
a. Pengawasan kepada pekerja dengan didampingi oleh TFL;

90
b. Bertanggung jawab terhadap pengawasan administrasi,
teknis dan keuangan;
c. Didampingi oleh TFL bertanggungjawab/menilai atas
kualitas dan progres pekerjaan fisik;
d. Berkoordinasi dengan TFL menyusun laporan pekerjaan
untuk diteruskan dan/atau ditindaklanjuti ke PPK.

7. Panitia Pengadaan:
Rencana pengadaan harus mempertimbangkan syarat teknis
dan metode pelaksanaan pekerjaan yang tercantum dalam
dokumen pengadaan.

Tim Pengadaan diangkat oleh penanggungjawab kelompok


masyarakat (KSM) sebagai pelaksana swakelola untuk
melakukan pengadaan barang/jasa yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan swakelola, dan anggota tim Pengadaan
diperbolehkan bukan PNS.
a. Bertanggung jawab dalam melaksanakan survey dan
mengundang supplier dan/atau kontraktor untuk pengadaan
material;
b. Melaksanakan kegiatan proses pengadaan barang atau
pekerjaan konstruksi.

Untuk lebih jelas terkait struktur organisasi Tim Pelaksana


Swakelola (TPS-KSM) dapat dilihat dalam bagan berikut;

91
PA / KPA Rapat Anggota

KONTRAK
PENGURUS
PPK
Tim Pelaksana Swakelola (TPS-
KSM)

Ketua
Sekretaris Badan
Bendahara Penasehat

TIM TIM TIM PANITIA


PERENCANA PELAKSANA PENGAWAS PENGADAAN

ANGGOTA

Bagan Organisasi Tim Pelaksana Swakelola (TPS-KSM)

1.2. Perencanaan Kegiatan Swakelola/Pemberdayaan Masyarakat


1.2.1 Perencanaan Kegiatan Swakelola oleh Tim Pelaksana
Swakelola (TPS–KSM)
Setelah melewati proses awal pelaksanaan program dan dinyatakan
masyarakat telah siap untuk menerima program Dana Alokasi Khusus
(DAK) Bidang Sanitasi maka dapat dilanjutkan dengan kegiatan
perencanaan oleh warga masyarakat dengan pendampingan dari Tenaga
Fasilitator Lapangan (TFL), antara lain:

1.2.2 Proporsi Penggunaan Dana DAK Bidang Sanitasi untuk


Kegiatan Swakelola oleh TPS–KSM
Proporsi tersebut akan dialokasikan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM) sebagai pelaksana program DAK ketika memasuki tahap konstruksi.
Rincian detail penggunaannya dituangkan dalam Rincian Anggaran Biaya
(RAB) antara lain sebagai berikut:
1. Minimal 60% untuk pengadaan bahan dan sewa alat;

92
2. Maksimal 35% untuk upah pekerja;
3. Maksimal 5% untuk kegiatan non fisik selama masa pembangunan.

Maksimal 10% dari penjumlahan poin 1 dan 2 dapat digunakan untuk


pembangunan prasarana penunjang agar menjamin maksimalisasi dari
keberlanjutan dan pengembangan pelayanan (contoh : talud pengaman
IPAL, jalan setapak menuju IPAL, drainase areal IPAL, Pagar, Gudang,
lanscaping IPAL, Cuci Motor, Kolam Ikan, ruang pertemuan warga, Rehab
bangunan warga yang pekarangannya dijadikan lokasi IPAL, dll). Jumlah
dan jenis prasarana penunjang ditentukan oleh rembug calon pemanfaat.
Dana penunjang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jumlah
proporsi dana poin 1 dan 2.

1.2.3 Penyusunan Dokumen Rencana Kerja Masyarakat oleh TPS–


KSM
Penyusunan RKM dilakukan dengan pendekatan partisipatif, artinya
semaksimal mungkin melibatkan masyarakat dalam semua kegiatan
penyusunannya, baik manajemen maupun teknis. Pekerjaan yang
membutuhkan keahlian teknis dibantu oleh TFL Teknis sebagai
pendamping, dengan tetap melibatkan masyarakat.
Dokumen RKM merupakan dokumen resmi perencanaan DAK Bidang
Sanitasi yang disusun oleh Tim Perencana kelompok swakelola (KSM)
difasilitasi oleh TFL, diusulkan dan disahkan dalam forum musyawarah di
lokasi pelaksanaan, yang merupakan salah satu syarat untuk pencairan
dana tahap awal. Dokumen RKM harus disetujui oleh SKPD (unsur
pemerintah daerah terkait).

Dokumen Rencana Kerja Masyarakat (RKM) meliputi uraian kegiatan yang


akan dilaksanakan sebagai berikut :

93
1. Pendahuluan
1.1. Latar belakang (kondisi prasarana sanitasi yang ada dan
dukungan pemda);
1.2. Maksud, tujuan dan sasaran;
1.3. Rincian kegiatan (jenis kegiatan, lokasi kegiatan dan waktu
pelaksanaan).
2. Profil Lokasi (kondisi umum lokasi kegiatan seperti; fisik, letak
geografis, topografi, kondisi geohidrologi, batas-batas administrasi,
demografi dan programsi penduduk). Kondisi prasarana dan sarana
sanitasi (kondisi sarana air bersih, kondisi sarana sanitasi, kondisi
pengelolaan sampah dan kondisi kesehatan);
3. Ketersediaan lahan dan bahan (luas lahan, kondisi lahan, kepemilikan
lahan, jenis dan jumlah bahan/material dan ketersediaan
bahan/material);
4. Penentuan Calon Pengguna (jumlah calon pengguna, kondisi sosial
ekonomi calon pengguna);
5. Rencana Kerja Masyarakat (Rencana konstruksi; spesifik
bahan/material yang akan digunakan, tahap persiapan dan supervisi
pelaksanaan konstruksi. Rencana kontribusi masyarakat; in cash dan in
kind. Rencana operasi dan pemeliharaan; tujuan operasi dan
pemeliharaan, hasil yg diharapkan, pengorganisasian o&p, pendanaan,
bentuk kegiatan dan langkah-langkah o&p. Rencana pelatihan;
penguatan tukang, mandor dan tim pelaksana Swakelola (KSM);
6. Detailed Engineering Design (DED), Rencana Anggaran Biaya
(RAB);
7. Jadwal Pelaksanaan Konstruksi;
8. Mekanisme Pencairan Dana (tahapan pencairan dana, prosedur
pencairan dana dan proses pencairan dana);
9. Rencana Pengelolaan Dana dan Pelaporan (rencana penggunaan
dana tahap 1, 2 dan 3 sesuai dengan item pekerjaan yang ada di RAB,
rencana pengelolaan keuangan dan mekanisme pelaporan keuangan);

94
10. Rencana Pengoperasian dan Pemeliharaan Fasilitas Sanitasi
Lingkungan yang dibangun;
11. Lampiran-lampiran.

1.2.4 Tujuan Penyusunan Dokumen RKM


Tujuan penyusunan dokumen Rencana Kerja Masyarakat (RKM) antara
lain sebagai berikut :
1. Untuk membuktikan bahwa Tim Pelaksana Swakelola (KSM) telah
siap menerima perintah kerja dari SKPD dan sebagai persyaratan
pengajuan pencairan dana DAK Bidang Sanitasi tahun anggaran
berjalan;
2. Mengumpulkan informasi sanitasi secara kuantitatif dan kualitatif
diantaranya jumlah rumah/KK yang memiliki dan/atau tidak memiliki
fasiltas MCK pribadi, kepemilikan maupun kondisi septictank, tempat
pembuangan limbah domestik); tempat pembuangan sampah, dan
kebersihan lingkungan sekitarnya;
3. Mengumpulkan informasi tentang kondisi kesehatan dan angka
penyakit terkait dengan water born deseases (diare, kulit, kolera);
4. Mengidentifikasi indikator dan/atau mekanisme dalam hal
keberlanjutan oprasional dan pemeliharaan prasarana dan sarana
DAK Bidang Sanitasi melalui proses partisipasi masyarakat. Indikator
berupa pengurasan bak mandi, pengambilan lumpur di manhole,
kesediaan alat, pembersihan lantai, manfaat dan nilai guna iuran yang
dirasakan oleh masyarakat dalam kegiatan operasional dan
pemeliharaan prasarana DAK Bidang Sanitasi , keinginan masyarakat
untuk mengunakan prasaran DAK Bidang Sanitasi, dan lain–lain;
5. Mengidentifikasi informasi tentang kesetaraan akses (laki-
laki/perempuan, anak-anak, manula/tuna daksa) pada pelayanan yang
ada, partisipasi dalam pengambilan keputusan, kebutuhan dan
kepuasan pengguna, kualitas pelayanan dan pengelolaan oleh
masyarakat;

95
6. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan mandor, tukang, operator,
pengguna, dan kewirausahaan untuk mengembangkan kemampuan
agar pelayanan dapat berkesinambungan;
7. Mengidentifikasi kebutuhan dan rencana masyarakat untuk
memecahkan masalah sanitasi.

1.2.5 Persiapan Penyusunan Dokumen RKM


Persiapan Tim TFL (Teknis dan Pemberdayaan/Sosial) dalam pembagian
tugas :
• Pembagian peran dan tugas masing-masing tim;
• Penyiapan logistik, materi dan alat-alat untuk RKM;
• Kontak person di masyarakat;
• Menentukan waktu dan tempat;
• Melaksanakan pertemuan sesuai jadwal dan kesepakatan;
• Komunikasi dan koordinasi dengan semua stakeholders.

1.2.6 Tahapan Penyusunan Dokumen RKM


Penyusunan dokumen Rencana Kerja Masyarakat (RKM) melalui beberapa
tahapan, antara lain sebagai berikut :
1. Klasifikasi Kesejahteraan, yaitu mengklasifikasi jumlah penduduk
kampung ke dalam kategori tingkat kesejahteraan (kaya, menengah,
miskin) dan manula/tuna daksa menurut kriteria khusus dan istilah
setempat;
2. Pemetaan Sanitasi Kampung oleh Masyarakat, yaitu mempelajari
keadaan masyarakat menyangkut sarana air bersih dan sanitasi;
3. Transect Walk, yaitu mempelajari akses masyarakat terhadap sarana
sanitasi yang ada;
4. Partisipasi dan Kontribusi, yaitu menilai dan menganalisa kesetaraan
dan transparansi pengguna saat dan pasca pembangunan sarana
(pembangunan, operasional dan pemeliharaan);

96
5. Siapa Melakukan Apa, yaitu mengetahui peranan laki-laki dan
perempuan pada tahap perencanaan, pembangunan, oparasional dan
pemeliharaan sarana;
6. Pembagian Kerja berdasarkan Peran Gender dan kelompok rentan
sanitasi, yaitu menilai dan menganalisa pembagian kerja, jenis
pekerjaan, dan pekerjaan yang dibayar atau tidak.

1.2.7 Pihak – Pihak yang Terlibat dalam Penyusunan Dokumen


Rencana Kerja Masyarakat (RKM)
Para pihak yang terlibat dalam penyusunan RKM, terdiri dari masyarakat
yang berdomisili di Dusun/RT/RW/Kampung yang bersangkutan, baik
perempuan atau laki-laki, tokoh masyarakat baik formal maupun informal.

1.2.8 Waktu dan Tempat Pertemuan Penyusunan Dokumen Rencana


Kerja Masyarakat (RKM)
Penyusunan RKM ini dapat diselesaikan maksimal 3 bulan, sebaiknya
dilaksanakan 2 - 3 jam dalam satu hari sebelum jam 18,00 sehingga
keterlibatan kaum perempuan dapat maksimal. Dalam menetapkan tempat
pertemuan, yang perlu diperhatikan adalah tempat tersebut cukup luas,
bersifat netral, dan mudah diakses oleh masyarakat.

1.2.9 Verifikasi Dokumen Rencana Kerja Masyarakat (RKM)


Tim Pelaksana Swakelola (KSM) melakukan sosialisasi dokumen RKM
kepada seluruh calon pemanfaat dan selanjutnya mengusulkan Dokumen
RKM tersebut kepada PPK Organisasi Perangkat Daerah (SKPD) terkait
untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan.

1.2.10 Perjanjian Kerjasama (PKS) Antara KSM dengan PPK Sanitasi


Dinas Terkait
Perjanjian Kerjasama (PKS) ditandatangani oleh PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen Sanitasi dari Organisasi Perangkat Daerah (SKPD)

97
Kabupaten/Kota sebagai penanggungjawab anggaran dengan Ketua Tim
Pelaksana Swakelola (KSM) (lihat contoh Perjanjian kerja (Kontrak) pada
ketentuan teknis).
Perjanjian Kerjasama ini dapat diadakan setelah KSM menunjukkan
persiapan kegiatan berupa dokumen RKM yang sudah dilengkapi dengan
DED dan RAB dan sudah mendapatkan persetujuan dari Tim Teknis SKPD
terkait.

98
BAGIAN II PILIHAN PRASARANA DAN SARANA SANITASI

Pemilihan opsi prasarana dan sarana sistem pengolahan air limbah sangat
tergantung kepada kebutuhan atau kapasitas pengolahan, kondisi
lingkungan kepadatan penduduk, ketersediaan lahan, ketinggian muka air
tanah, aspirasi non teknis yang terkait dengan perencanaan dan pemilihan
sistem serta kemudahan dalam pengoperasian dan pemeliharaannya.

Prasarana dan sarana sanitasi dalam Program Dana Alokasi Khusus (DAK)
Bidang Sanitasi dipilih sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kondisi
lingkungan setempat berdasarkan asas keberlanjutan. Jenis sarana
sanitasi terpilih ini akan menjadi dasar dalam penyusunan Rencana Kerja
Masyarakat (RKM) yang dilakukan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM) sebagai Tim Pelaksana Swakelola. Untuk daerah spesifik seperti
daerah pantai, daerah rumah panggung, daerah wilayah sungai, daerah
rawa dan muka air tanah tinggi serta daerah banjir, alternatif pilihan
teknologi pengolahan dan jenis SPALD-S atau SPALD-T skala permukiman
dengan sistem perpipaan harus ada rekomendasi dari Direktorat
Pengembangan PLP.

Proses utama pengolahan air limbah domestik dalam prasarana dan


sarana bidang sanitasi adalah proses secara biologi, untuk teknologi
pengolahannya terdiri dari beberapa pilihan/opsi yaitu:
a. Proses secara Anaerobik;
b. Proses secara Aerobik;
c. Kombinasi Proses Anaerobik dan Aerobik.

Untuk membantu masyarakat dalam memahami teknologi/prasarana


sanitasi dilaksanakan sosialisasi, penjelasan dan diskusi-diskusi dalam
rembug warga yang diselenggarakan oleh SKPD sebagai pengelola

99
kegiatan swakelola bidang sanitasi. Alternatif pilihan teknologi berdasarkan
pertimbangan :
❖ Hasil pemetaan (transect walk), observasi detail awal oleh SKPD
bersama dengan masyarakat pada tahun sebelumnya;
❖ Hasil pemetaan masyarakat, klasifikasi, kondisi sumber air, existing
sanitasi, identifikasi calon pengguna dan akses terhadap sarana
sanitasi yang direncanakan.

Alternatif pilihan sarana dan prasarana sanitasi dalam Program Dana


Alokasi Khusus (DAK) bidang sanitasi terdiri dari;

2.1. Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Setempat (SPALD-S)


Komponen Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Setempat (SPALD-S)
terdiri dari beberapa Sub Sistem pengolahan, antara lain sebagai berikut :

2.1.1 Sub Sistem Pengolahan Setempat


Sub sistem Pengolahan setempat berfungsi untuk mengumpulkan dan
mengolah air limbah domestik (black water dan Grey Water) dilokasi
sumber. Terkait Sub Sistem pengolahan tersebut, maka kapasitas
pengolahannya terdiri atas :
1. Skala Individual dapat berupa cubluk kembar, Tangki Septik dengan
bidang resapan, biofilter dan khusus pada daerah spesifik/tertentu
seperti pasang surut, kepulauan, pantai, dll dapat menggunakan tangki
septik pabrikasi yang sudah SNI dari Puslitbangkim Kementrian
PUPR;
2. Skala komunal diperuntukan:
a. 2 (dua) sampai dengan 10 (Sepuluh) unit rumah tinggal;
b. Mandi Cuci Kakus (MCK).

100
2.1.2 Sub Sistem Pengangkutan
Sub Sistem pengangkutan merupakan sarana untuk memindahkan lumpur
tinja dari Sub Sistem pengolahan lumpur tinja.

2.1.3 Sub Sistem Pengolahan Lumpur Tinja


Sub Sistem Pengolahan Lumpur Tinja berfungsi untuk mengolah lumpur
tinja yang masuk dalam IPLT. Sub Sistem pengolahan lumpur tinja terdiri
dari pengolahn fisik, pengolahan biologis, dan/atau pengolahan kimia.

2.2. Pilihan Sarana dan Prasarana dalam SPALD-S


Sarana dan prasarana yang dapat dikembangkan dalam pembangunan
Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Setempat (SPALD-S) antara lain :
1. Pengembangan Pelayanan Penyedotan Lumpur Tinja melalui:
a. Pembangunan tangki septik skala individu di perkotaan dengan
kepadatan penduduk ≤ 150 jiwa/Ha, satu titik lokasi/satu KSM
minimal 50 unit, khusus untuk kabupaten/kota yang sudah memiliki
IPLT dan sedang menyusun/ sudah mempunyai sistem
pengelolaan lumpur tinja (reguler/on-call basis);
b. Pengadaan truk tinja maksimal 1 unit truk untuk kabupaten/kota
yang sudah memiliki IPLT dan sedang menyusun/ sudah
mempunyai sistem pengelolaan lumpur tinja (reguler/on-call basis).
2. Pembangunan tangki septik skala komunal (5-10 KK);
3. Pembangunan tangki septik skala individual perdesaan dari akses
dasar menjadi akses layak pada lokasi yang telah dinyatakan sebagai
kawasan Open Defecation Free (ODF) selama minimal 2 tahun,
berdasarkan data Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), satu titik
lokasi atau satu KSM minimal 50 unit.
4. Pembangunan tangki septik skala komunal (5-10 KK) di kawasan
permukiman kumuh.

101
Pilihan teknologi prasarana air limbah 1 dan 3 diperuntukkan bagi
Kabupaten/Kota yang sudah memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT) dan Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT).

2.3. Sarana & Prasarana yang Dapat Dikembangkan


Berikut ini adalah sarana & Prasarana yang dapat dikembangkan dalam
perencanaan DAK:
1. Mengacu dari SNI 2398:2017 atau SNI 03-2398-2002 tentang
perencanaan tangki septik dengan sistem resapan, maka pengertian
tangki septik adalah suatu ruangan yang berfungsi untuk menampung
dan mengolah air limbah domestik rumah tangga dengan kecepatan air
yang lambat, sehingga memberi kesempatan untuk terjadi
pengendapan terhadap suspensi benda-benda padat, dan kesempatan
untuk penguraian penguraian bahan-bahan organik oleh
Mikroorganisme/bakteri anaerobik atau aerobik.
Pilihan teknologi yang ada untuk tangki septik sangat beragam. Salah
satunya dapat berdasarkan pada material pembuatnya seperti dari
beton atau pabrikasi yang sudah tersertifikasi SNI. Walau bentuk dan
material pembuatnya berbagai macam namun prinsip utama dari
tangki septik harus diutamakan yaitu :
a. Bangunan harus kedap air;
b. Mempunyai pipa udara (hawa);
c. Mempunyai lubang kontrol untuk proses penyedotan akumulasi
lumpur tinja yang terbentuk;
d. Mempunyai ruangan yang cukup untuk terjadi proses pengendapan
dan pengolahan.

2. Tangki Septik Sakala Individual di Perkotaan dan Perdesaan (minimal


satu lokasi ada 50 unit).Usulan prasarana ini khusus bagi
Kabupaten/Kota yang sudah memiliki IPLT dan sudah beroperasi, serta
berkomitmen mengeluarkan Perda/Perbup/Perwali tentang program

102
Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT) pada tahun berjalan.
Khususnya Tangki Septik Skala Individual di Perdesaan selain
persayaratan tersebut juga sudah harus ODF minimal 2 tahun;

3. Tangki Septik skala Individual di Perkotaan pada lokasi kepadatan


penduduk ≤ 150 jiwa/Ha adalah suatu kolam atau bak bersekat-sekat
sehingga terbagi dalam beberapa ruang dan merupakan tempat
pembuangan yang dibuat dengan bahan kedap air, sehingga air dalam
tangki septik tidak dapat meresap ke tanah. Tangki septik ini digunakan
untuk mengolah limbah cair rumah tangga skala individual terdiri dari
bak pengendap, ditambah dengan suatu filter yang diisi kerikil atau
pecahan batu untuk mengurai limbah;

4. Tangki Septik Skala Individual Perdesaan untuk perbaikan unit


pengolahan setempat dari akses dasar menjadi akses layak pada lokasi
yang telah dinyatakan sebagai kawasan Open Defecation Free (ODF)
selama minimal 2 tahun berdasarkan data STBM, perencanaan dalam
satu lokasi minimal 50 unit. Usulan prasarana ini khusus bagi
Kabupaten/Kota yang sudah memiliki IPLT yang sudah beroperasi, dan
berkomitmen mengeluarkan Perda/Peraturan Bupati/Peraturan
Walikota tentang program Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT)
pada tahun berjalan;

5. Tangki Septik Dengan Media Bakteri. Sarana ini terdiri dari bak kontrol
yang berfungsi sebagai inlet dan pembagi aliran, bak pengendap dan
tiga kompartemen biofilter. Rincian dimensi sesuai dengan tabel di
bawah.

6. Tangki septik komunal dengan media bakteri dapat dipilih dari beton
konvensional maupun tangki buatan pabrik apabila dengan kondisi
muka air tanah kurang dari 1,5 meter, tangki dapat dibuatkan precast
dari beton/kayu jika menggunakan tangki pabrikan.

103
7. Tangki Septik Komunal dengan Media Bakteri terdiri dari pembangunan
jaringan perpipaan, Sambungan Rumah (SR) dan IPAL bagi daerah
semi perkotaan dengan pelayanan 5–10 KK;

8. Bentuk desain dapat disesuaikan dengan kondisi lahan, asalkan


volume efektif. Kedalaman efektif bak kurang dari 2 meter tidak
disarankan agar suasana anaerobik tetap terjaga. Seluruh air limbah
kakus, mandi dan cuci dapat diolah. melalui Tangki Septik dengan
Media Filter.

9. Tangki Septik Skala Komunal (5-10 KK). Opsi teknologi tangki septik
skala komunal dapat dilaksanakan bagi lokasi yang memiliki kriteria
sebagai berikut :
a. Bagi warga yang belum memiliki jamban dan/atau tangki septik
sesuai SNI;
b. Jarak antar rumah maksimal 50 Meter;
c. Kepadatan penduduk 50-150 jiwa/Ha;
d. Setiap unit tangki septik skala komunal minimal melayani 5-10 KK.

10. Opsi buatan pabrik dipilih dengan kondisi muka air tanah kurang dari
1,5 meter. Buatkan cassing dari bahan pasangan bata atau beton;

Gambar Tangki Septik Komunal dengan Media Bakteri


5-10 KK (botol air mineral)

104
Gambar Ilustrasi Tangki Septik Komunal (5-10 KK)

Gambar Contoh Ilustrasi Tangki Septik Individu

105
Gambar Desain Tangki Septik Komunal (5-10 KK)

Gambar Desain Tangki Septik Individual

106
Gambar Desain Tangki Septik Komunal Pabrikan (5 – 10 KK)

107
2.4 Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T)
SPALD-T adalah Sistem Gabungan MCK Kombinasi IPAL Komunal dan
Sistem Perpipaan Sederhana. Sistem ini mengakomodasi masyarakat yang
tidak memiliki maupun yang memiliki jamban pribadi. IPAL yang digunakan
disambungkan dengan outlet MCK plus dan sistem perpipaan.
Direkomendasikan agar MCK Kombinasi IPAL Komunal ditempatkan dekat
dengan fasum-fasos maupun jalan lintas utama masyarakat.
Proses pengolahan yang akan diterapkan dalam sebuah IPAL ditentukan
dengan langkah berikut ini:
a. Mengumpulkan data mengenai air limbah domestik yangakan diolah,
meliputi kualitasdan kuantitas air limbah domestik serta beban organik
air limbah domestik;
b. Menentukan proses pengolahan yang dibutuhkan berdasarkan;
c. Aspek teknis yaitu kemudahan pengoperasian, ketersediaan SDM,
jumlah lumpur yang dihasilkan, kualitas efluen;
d. Aspek non teknis yaitu ketersediaan lahan dan ketersediaan biaya
investasi dan pengoperasian.

Bagan Alir Pemilihan Unit Pengolahan pada IPAL

108
2.5. Komponen SPALD-T
Komponen Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T)
terdiri dari beberapa Sub Sistem, antara lain sebagai berikut :

2.5.1 Sub Sistem Pelayanan


Sub Sistem Pelayanan merupakan prasarana dan sarana untuk
menyalurkan air limbah domestik dari sumber melalui perpipaan ke Sub
Sistem Pengumpulan, Sub Sistem pelayanan terdiri dari :
a. Pipa tinja;
b. Pipa non tinja;
c. Bak perangkap lemak dan minyak dari dapur;
d. Pipa persil;
e. Bak kontrol.
f. Sumur resapan air hujan

2.5.2 Sub Sistem Pengumpulan


Sub Sistem pengumpulan merupakan prasarana dan sarana untuk
menyalurkan air limbah domestik dari Sub Sistem Pelayanan ke Sub
Sistem Pengolahan Terpusat, Sub Sistem pengumpulan terdiri dari :
a. Pipa Retikulasi yang terdiri dari pipa lateral dan pipa servis
b. Pipa Induk
c. Prasarana dan sarana pelengkap (bangunan pendukung).

2.5.3 Sub Sistem Pengolahan Terpusat


Merupakan prasarana dan sarana berupa Instalasi pengolahan air limbah
domestik (IPAL) untuk mengolah air limbah domestik yang dialirkan dari
rumah-rumah melalui Sub Sistem Palayanan dan Sub Sistem
Pengumpulan,untuk diolah agar menghasilkan air hasil olahan (Effluent)
yang aman bagi lingkungan. Adapun prasarana dan sarana IPAL terdiri
atas :

109
a. Prasarana Utama
➢ Pre Treatment / Pengolahan Awal
❖ Proses Fisik
a. Screen;
b. Grit Chamber;
c. Equalisasi;
d. Settler/Sedimentasi awal.
➢ Primary Treatment / Pengolahan Utama
❖ Proses Biologi
a. Anaerobik;
b. Aerobik;
c. Kombinasi Anaerobik dan Aerobik.
➢ Post Treatment / Pengolahan Lanjut
❖ Proses Fisik
a. Karbon Aktif;
b. Saringan pasir lambat;
c. Sedimentasi akhir;
d. Horizontal Gravel Filter / Wetland;
e. Proses kimia;
f. Desinfeksi dengan klorin.

b. Prasarana dan sarana pendukung meliputi


❖ Infrastruktur jalan berupa jalan masuk, jalan operasional dan
jalan inspeksi;
❖ Sumur pantau;
❖ Alat pemeliharaan;
❖ Pagar pembatas;
❖ Pipa pembuangan;
❖ Tanaman penyangga dan/atau;
❖ Sumber energi listrik.

110
2.6. Perencanaan Subsistem Pengumpulan
Perencanaan Subsistem pengumpulan dalam Program DAK Bidang
Sanitasi terdiri dari jaringan pipa induk yang berfungsi untuk membawa air
limbah domestik dari beberapa rumah menuju Instalasi Pengolahan Air
Limbah Domestik agar tidak terjadi pencemaran pada lingkungan
sekitarnya. Sumber air limbah domestik dari rumah tangga adalah sebagai
berikut:
1. WC/kakus/jamban. Air limbah domestik yang berasal dari sumber ini
sering disebut dengan istilah black water.
2. Kamar mandi, tempat cuci,dan tempat memasak (dapur). Air limbah
domestik yang berasal dari sumber ini sering disebut dengan istilah
grey water.

Pada tiap pertemuan atau belokan harus menggunakan bak kontrol, jarak
antara bak kontrol pada jaringan pipa induk maksimal 20 meter bertujuan
untuk mengurangi akumulasi gas dan memudahkan pemeliharaan saluran.
Syarat-syarat pengaliran air limbah yang harus diperhatikan, dalam
perencanaan jaringan saluran air limbah adalah :
1. Pengaliran secara gravitasi
2. Batasan kecepatan minimum dan maksimum harus diperhatikan.
Kecepatan minimum untuk memungkinkan terjadinya proses self-
cleansing,sehingga bahan padat yang terdapat didalam saluran tidak
mengendap di dasar pipa,agar tidak mengakibatkan penyumbatan,
sedangkan kecepatan maksimum mencegah pengikisan pipa oleh
bahan-bahan padat yang terdapat didalam saluran.

Persyaratan teknis perencanaan pipa pengumpulan air limbah domestik


dapat di lihat pada tabel dibawah ini.

111
No Kategori Keterangan
Tersedia Air Bersih Untuk
1 Suplai Air Bersih
Keperluan Gelontor
Minimal 100 mm,Karena
2 Diameter Pipa
Membawa Padatan
3 Aliran Dalam Pipa Aliran Seragam
Kecepatan Pengaliran
4 0,6 Meter/Detik
Minimal
5 Kecepatan Aliran Maximal 3 Meter/Detik

2.6.1 Dimensi dan Kemiringan Pipa


➢ Dimensi Pipa, dimensi pipa untuk Sanimas DAK Bidang Sanitasi
DAK Bidang Sanitasi adalah sebagai berikut:
✓ Dimensi pipa untuk sambungan rumah/persil adalah 3”-4”.
✓ Dimensi pipa untuk pipa induk adalah 4” – 6”.

➢ Kemiringan Pipa
Kemiringan pipa minimal diperlukan agar di dalam
pengoperasiannya diperoleh kecepatan pengaliran minimal dengan
daya pembilasan sendiri (self cleansing) guna mengurangi gangguan
endapan di dasar pipa.
Kemiringan muka tanah yang lebih curam daripada kemiringan pipa
minimal bisa dipakai sebagai kemiringan desain selama kecepatannya
masih di bawah kecepatan maksimal.Kemiringan pipa untuk Snimas
DAK Bidang Sanitasi adalah sebagai berikut :
a. Kemiringan pipa untuk sambungan rumah (pipa persil) adalah
1% - 2%.
b. Kemiringan pipa untuk pipa induk adalah 0.4% - 1%.

112
2.6.2 Bahan Perpipaan
Pemilihan bahan pipa harus betul-betul dipertimbangkan mengingat air
limbah banyak mengandung bahan padat yang mengganggu atau
menurunkan kekuatan pipa. Demikian pula selama pengangkutan dan
pemasangannya, diperlukan kemudahan serta kekuatan fisik yang
memadai. Pipa yang biasa dipakai untuk penyaluran air limbah komunal
adalah:
1. Pipa SNI khusus air limbah yang mengacu pada SNI 06-0178-
1987, dalam kondisi khusus dapat digunakan pipa klas AW. Pipa
klas D hanya boleh digunakan untuk pipa persil (SR).
2. PE (polyethylene) untuk daerah rawa atau persilangan di bawah
air.
3. Pipa galvanis untuk kondisi jaringan pipa yang terekspos.

2.6.3 Sambungan Perpipaan


1. Untuk PVC:
a. Solvent(lem): untuk diameter kecil;
b. Cincin karet: untuk diameter lebih besar.
2. Untuk Galvanis:
a. Flange atau las

2.6.4 Kedalaman Perpipaan


1. Kedalaman perletakan pipa minimal diperlukan untuk perlindungan
pipa dari beban di atasnya dan gangguan lain;
2. Kedalaman galian pipa Persil > 0,2 m, selanjutnya mengikuti
gradien hidrolik. Dalam situasi tertentu memperhitungkan beban luar.

2.6.5 Bangunan Pelengkap Pada Sub_sistem Pengumpulan


Prasarana dan sarana pelengkap (bangunan pendukung) berupa unit
bak kontrol yang berfungsi sebagai awal dari satu kesatuan Sistem

113
Pengolahan Air limbah Domestik Terpusat (SPALD-T) unit pengolahan
ini terdiri dari;

Bangunan pelengkap pada sub_sistem pengumpulan terdiri dari;


1. Unit Manhole dengan Spesifikasi
a. Bentuk; Bulat dengan diameter 60 cm
b. Bahan; Precast/pracetak dengan campuran komposisi beton 1;2;3
atau dengan besi tuang
c. Tutup;Prinsipnya rapat, kedap air dan udara, ringan dan mudah
dibuka untuk perawatan rutin dan dikunci.
d. Bak Manhole digunakan untuk memudahkan pemeliharaan
pada saluran perpipaan apabila terjadi penyumbatan.

2. Unit Drop Manhole


Drop Manhole digunakan apabila beda elevasi pertemuan cabang
saluran datang (Inlet) dan saluran yang meninggalkan (Outlet) > 50
cm.

2.7. Perencanaan Subsistem Pelayanan


Sub Sistem Pelayanan merupakan prasarana dan sarana untuk
menyalurkan air limbah domestik dari sumber melalui perpipaan ke Sub
Sistem Pengumpulan yang terdiri dari beberapa unit proses pengolahan
yaitu;

114
2.7.1 Grease Trap / Penangkap Lemak.
Unit perangkap lemak adalah bak kontrol yang dilengkapi dengan pipa
masuk (inlet) dan keluar (outlet) yang berfungsi memisahkan lemak dan
padatan dari dapur.Unit ini dimaksudkan untuk mencegah penyumbatan
akibat masuknya lemak ke dalam pipa. Disarankan dipasang diluar dapur
dan daerah dengan pemakaian air rendah, dan lokasinya sedekat mungkin
dengan sumbernya. Spesifikasi Unit penangkap lemak sebagai berikut;
a. Bentuk; Bulat dengan diameter 40 cm;
b. Bahan; (1). Precast/pracetak dengan campuran beton komposisi 1:2:3
(2). Besi tuang;
c. Lokasi; Penempatan sedekat mungkin dengan dapur, kedalaman dari
muka tanah maximal 50 cm;
d. Tutup; Prinsipnya adalah rapat, kedap air dan udara, ringan dan mudah
di buka untuk perawatan rutin dan di kunci, jika terletak pada badan
jalan, wajib menggunakan bahan dari besi tuang, jika tidak terletak tidak
dibadan jalan boleh menggunakan bahan campuran beton dengan
komposisi 1:2:3 atau dari plastik.

2.7.2 Bak Kontrol Sambungan Rumah


Berfungsi untuk mengalirkan air limbah yang bersumber dari
WC/kakus/jamban, cuci dan mandi. Unit Bak Kontrol dari kamar mandi/WC
dengan spesifikasi;
a. Bentuk; Bulat dengan diameter 40 cm;
b. Bahan; Precast/pracetak dengan campuran komposisi beton 1;2;3 atau
dengan besi tuang;
c. Tutup; Prinsipnya rapat, kedap air dan udara, ringan dan mudah dibuka
untuk perawatan rutin dan dikunci.

2.7.3 Bak Kontrol Utama


Berfungsi untuk mengalirkan seluruh air limbah pada Sub sistem
pengumpulan menuju ke sub sistem pengolahan.

115
2.7.4 Sumur Resapan Air Hujan
Bertujuan untuk mengantisipasi air hujan dari lingkungan warga masuk ke
Sub Sistem pengolahan yang dapat mengganggu kinerja IPAL secara
keseluruhan. Sumur resapan ini berfungsi untuk meresapkan air hujan
khususnya pada lokasi dimana warga yang mempunyai sumur terbuka.

2.8. Perencanaan Subsistem Pengolahan


Rencana Teknik Rinci (RTR) Sub Sistem Pengolahan berupa Instalasi
Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL) dibuat oleh masyarakat dan
didampingi oleh Tenaga Fasilitator Lapangan setelah jenis sarana sanitasi
dan teknologi pengolahan air limbah domestik dipilih oleh masyarakat
dalam rembuk warga.

Opsi teknologi dalam perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah


Domestik (IPAL) dalam Program DAK Bidang Sanitasi minimal terdiri dari;

2.8.1 Unit Grit Chamber & Screen/ Penangkap padatan.


Sebelum masuk ke unit pengolahan, dibangun konstruksi Grit chamber dan
screen yang berfungsi untuk menangkap padatan besar dan padatan
inorganic seperti pasir, plastik, logam, kaca, dlsb. Sehingga tidak
mengganggu sistim pengolahan selanjutnya.

2.8.2 Unit Equalisasi /Bak Perata Aliran


Berfungsi untuk meratakan/ menyamakan beban aliran yang masuk agar
menjadi laminer/rata sehingga tidak mengganggu sistem pengolahan
selanjutnya.

2.8.3 Unit Settler/Sedimentasi Awal


Berfungsi untuk mengendapkan padatan organic dalam limbah sehingga
Total padatan tersuspensi dalam air limbah akan mengendap dan

116
dilanjutkan dengan stabilisasi dari bahan yang diendapkan tersebut melalui
proses anaerobic.

2.8.4 Unit Pengolahan Secara Biologi


Pengolahan biologis adalah penguraian bahan organik yang terkandung
dalam air limbah oleh mikroorganisme/bakteri sehingga menjadi bahan
kimia sederhana berupa unsur-unsur dan mineral yang siap dan aman
dibuang ke lingkungan. Dalam pengolahan ini, polutan yang degradable
(mudah diuraikan) dapat segera dihilangkan. Polutan tersebut merupakan
makanan bagi bakteri, sehingga dalam waktu yang singkat bakteri akan
berkembang biak menghabiskan polutan yang ada dalam air limbah dan
menghasilkan lumpur biologis sebagai endapan. Pengolahan secara biologi
terbagi menjadi 2 bagian yaitu;
a. Proses Anaerobik adalah proses pengolahan air limbah secara biologi
dengan dibantu menggunakan mikroorganisme jenis anaerob dalam
mendegradasi parameter pencemar (BOD,COD) yang terkandung
dalam air limbah. Dalam aplikasinya terdapat 2 (dua) model/jenis
tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme/bakeri yaitu secara
melayang dan melekat pada suatu media yang di pasang dalam
kompartemen pengolahan.

Skema pengoalahan air limbah dengan proses Anaerobik dapat di lihat


seperti gambar berikut;

Pengoalahan Pengoalahan
Proses Anaerobik
awal outlet Akhir
inlet

b. Proses Aerobik adalah proses pengolahan air limbah secara biologi


dengan dibantu menggunakan mikroorganisme jenis aerobik dalam
mendegradasi parameter pencemar (BOD,COD ) yang terkandung

117
dalam air limbah. Dalam aplikasinya terdapat 2 ( dua ) model/jenis
tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme/bakeri yaitu secara
melayang dan melekat pada suatu media yang di pasang dalam
kompartemen pengolahan.

Skema pengolahan air limbah dengan proses Aerobik dapat di lihat


seperti gambar berikut :

Pengoalahan Pengoalahan
Proses Aerobik
awal outlet Akhir
inlet

c. Kombinasi proses Anaerobik dan Aerobik


Proses kombinasi anaerobik dan aerobik adalah proses pengolahan
air limbah secara biologi dengan menggabungkan proses Anaerobik
dan proses Aerobik.

Skema pengolahan air limbah dengan proses kombinasi dapat di lihat


seperti gambar berikut :

Pengoalahan Proses Proses Pengoalahan


awal Anaerobik Aerobik Akhir
inlet outlet

2.8.5 Prasarana dan Sarana Pendukung


1. Infrastruktur jalan berupa jalan masuk, jalan operasional dan
jalan inspeksi;
2. Sumur pantau berfungsi untuk memonitoring kualitas hasil
olahan dan pengambilan sampel air limbah.

118
2.9. Parameter Desain dalam Penyusunan RTR IPAL
Parameter Desain dalam Penyusunan RTR IPAL sebagai berikut :
1. Debit Limbah; Debit Limbah dalam Rencana Teknik Rinci
pembangunan IPAL di tentukan berdasarkan Perhitungan dan atau
asumsi pemakaian air setiap jiwa dari calon pengguna dan pemanfaat
IPAL, contoh asumsi kebutuhan air bersih per jiwa perhari :
a. Kota Kecil dengan kebutuhan 60-100 liter/orang/hari.
b. Kota Sedang dengan kebutuhan 90-100 liter/orang/hari.
c. Kota Besar dengan kebutuhan 100-150 liter/orang/hari.
* Sumber pedoman konstruksi dan bangunan, Dep. PU.

2. Karakteristik Limbah; Karakteristik air limbah adalah parameter yang


terdapat dalam air limbah secara fisik, biologi dan kimia.

3. Baku Mutu Air Limbah; Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau
kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau
dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan atau kegiatan.
Dalam merencanakan unit instalasi pengolahan air limbah,kualitas
effluent pengolahan air limbah mengacu pada baku mutu effluent yang
berlaku.

4. Hydrolic Retention Time (HRT)/Waktu Tinggal; Makin lama waktu


tinggal air limbah makin baik, tapi di perhatikan juga dengan anggaran
yang tersedia. Dalam IPAL Sanimas DAK Bidang Sanitasi waktu
tinggal yang digunakan adalah minimum 24 Jam dengan pendekatan
aliran rata-rata air limbah dalam 24 jam atau 1 hari.

5. Organic Loading Rate /Laju Beban Organik; Kandungan organik air


limbah yang biasa dinyatakan dalam kg BOD/m3.

119
6. Hydrolic Loading / Beban Hidrolis; Dinyatakan sebagai volume air
buangan yang dapat diolah per satuan waktu persatuan luas
permukaan media.

7. Media Filter; Sangat penting memahami kriteria media filter yang akan
digunakan/dipilih, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih
media filter :
a. Mempunyai luas permukaan spesifik besar;
b. Mempunyai fraksi volume rongga tinggi;
c. Dibuat dari bahan yang tidak mudah rusak terendam dalam air;
d. Mempunyai kekuatan mekaniknya yang baik;
e. Ringan;
f. Fleksibilitas;
g. Pemeliharaan mudah;
h. Reduksi cahaya;
i. Sifat kebasahan (wettability).

8. Ketersediaan Lahan; Lahan yang akan dimanfaatkan untuk bangunan


IPAL merupakan lahan yang memiliki letak yang lebih rendah dari
permukiman dan dekat dengan badan air penerima yang aktif/mengalir
sepanjang tahun, memiliki luas yang memadai untuk dibangun IPAL,
status lahan harus pasti dan tidak dalam konflik.

2.10. Contoh Perhitungan Rencana Teknik Rinci IPAL

Berikut adalah salah satu contoh perhitungan desain IPAL secara


sederhana yang digunakan dalam program Sanimas DAK Bidang Sanitasi
dengan kapasitas pengolahan 50 KK setara dengan 250 jiwa dengan lebar
lahan yang tersedia 3 meter. Sebagai contoh dalam buku pedoman ini
adalah sistem pengolahan air limbah domestik secara biologi dengan
proses anaerobik sebagai proses utamanya, menggunakan media filter

120
sebagai tempat menempelnya microbiologi/bakteri yang dikenal dengan
Anaerobik filter/biofilter.

Pendekatan yang digunakan dalam sistem pengolahan air limbah domestik


dalam contoh ini adalah sebagai berikut:
1. Makin merata aliran, makin baik;
2. Makin lama waktu tinggal dalam bak settler, makin baik;
3. Makin banyak mikroorganisme/bakteri makin baik;
4. Memperpanjang waktu kontak supernatan dalam air limbah dengan
media filter sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme/bakteri dengan cara membagi beberapa
kompartemen/ruang/bak anaerobic;
5. Makin luas permukaan media filter, makin baik;
6. Makin besar rongga dalam media filter (void ratio) makin baik.

Unit-unit pengolahan yang terdapat dalam IPAL adalah sebagai berikut :


1. Pengolahan Awal / Pre_Treatment
❖ Grit Chamber,Screen dan Equalisasi; Fungsi utama bukan untuk
bak pengolahan,tapi hanya untuk penampung awal agar aliran air
limbah ke ipal lebih laminer/rata,serta menangkap padatan yang
tidak dapat terurai seperti pasir dll, harus dibersihkan maksimal 2
minggu sekali;
❖ Sekat Gantung; Berfungsi sebagai perangkap scum yang
terbentuk pada bak settler/sedimentasi awal;
❖ Settler/ Sedimentasi; Proses sedimentasi/pengendapan dan
dilanjutkan dengan stabilisasi dari bahan yang diendapkan tersebut
melalui proses anaerobik. Tujuannya adalah untuk mengendapkan
dan menstabilkan lumpur sebelum masuk ke pengolahan
selanjutnya (sebagai pengolahan awal);

121
❖ Ruang Lumpur; Berfungsi untuk menampung akumulasi
mikroorganisme/bakteri yang sudah menjadi lumpur dari proses
sedimentasi dalam bak settler/sedimentasi.
❖ Gutter; Sebagai pengarah aliran dan menstabilkan kecepatan
aliran dari bak settler/sedimentasi menuju ke Proses pengolahan
utama.

2. Pengolahan Utama / Primary_Treatment


❖ Anaerobic Filter/Biofilter; Sistem ini untuk memproses bahan-
bahan yang tidak terendapkan dan bahan padat terlarut (dissolved
solid) dengan cara mengkontakan dengan surplus mikroorganisme
anaerobik pada media filter dengan tujuan akan terjadi penguraian
bahan organik terlarut (dissolved organic) dan bahan organik yang
terspresi (dispersed organic) yang ada dalam air limbah dalam
kondisi Anaerobik atau tanpa menggunakan oksigen.

3. Sumur Pantau; Berfungsi untuk memonitoring kualitas air hasil


olahan dan pengambilan sampel air buangan.

PARAMETER JUMLAH SATUAN KETERANGAN


Jumlah Pengguna 250 Jiwa (disesuaikan)
Penggunaan Air
90 liter/hari (disesuaikan)
Bersih
% dari air (standar 0,7 -
Timbulan Air Limbah 0,8
bersih 0,8 %)
Endapan Lumpur
15 liter/tahun (baku)
Limbah
Kooefisien Saat Jam
1,2 (pilih 1,1 - 1,2)
Sibuk
Waktu Tinggal di
24 Jam (disesuaikan)
IPAL
1 Hari

122
Contoh Perhitungan IPAL dalam Program Sanimas DAK Bidang
Sanitasi untuk 50 KK dengan ketersediaan lebar lahan 3 m

➢ Kapasitas Volume IPAL


❖ Penggunaan Air Bersih 50 KK (250) jiwa
= Jumlah Pengguna x Jumlah Penggunaan Air Bersih
= 250 jiwa x 90 liter/hari
= 22.500 liter/hari
= 22,5 m3/hari

❖ Volume Limbah
= Timbulan Air Limbah x Penggunaan Air Bersih
= 0,8 x 22,5 m3/hari
= 18 m3/hari

❖ Volume saat Jam Puncak = Koefisien Jam Sibuk x Volume Limbah


= 1,2 x 18 m3/hari
= 21,6 m3/hari

❖ Q = Volume Jam Puncak : 1 hari


= 21,6 m3/hari : 24 jam
= 0,9 m3/jam

❖ Volume Lumpur = Endapan Lumpur Limbah x Jumlah Pengguna x 1


hari
= 15 liter/tahun x250 jiwa x 1 Hari
= 3.750 liter/tahun
= 3,75 m3/tahun.

123
➢ Kapasitas Unit Settler
❖ Waktu Tinggal di Settler = 12 jam
❖ Volume Bak Settler = Debit Air Limbah x Waktu Tinggal di Settler
= 0,9 m3/jam x 12 jam
= 10,8 m3/hari

❖ Volume Bak Lumpur = 3,75 m3/jam


❖ Dimensi Bak IPAL =
Lebar = 2,7 m (ditentukan)
Tinggi = 2 m (ditentukan)
Panjang = Volume Bak Settler : (Lebar x Tinggi)
= 10,8 m3/hari : (2,7 m x 2 m)
=2m

➢ Cek Kecepatan Aliran di Unit Settler


❖ V max = 0,5 m3/jam
❖ Luas Penampang = Panjang Settler x Lebar Settler
= 2 m x 2,7 m
= 5,4 m2

❖ V (Kecepatan Aliran di Settler)= Debit Air Limbah : Luas Penampang


Settler
= 0,9 m3/jam : 5,4 m2
= 0,17 m3/jam

❖ V < V max => aman.

➢ Kapasitas Unit Anaerobic Filter (AF)


❖ Jumlah Bak AF = 9 buah (direncanakan)
❖ Waktu Tinggal di AF = 12 jam (direncanakan)
❖ Volume Bak AF = Volume Bak Settler = 10,8 m3/hari

124
❖ Volume 1 Bak AF = Volume Bak AF : Jumlah Bak AF
= 10,8 m3/hari : 9
= 1,2 m3/hari

❖ Dimensi 1 Bak AF =
Tinggi = 2 m (ditentukan)
Lebar = (Lebar settler – (2 x lebar dinding sekat)) : 3
= (2,7 m – (2 x 0,15) : 3
= 0,8 m

Panjang = Volume AF : (Lebar AF X Tinggi AF)


= 1,2 : (0,8 X 2)
= 0,75 m
=> dibuat 0,9 m agar mudah dalam pelaksanaan konstruksi.

➢ Cek Kecepatan Aliran di Unit Anaerobic Filter (AF)


❖ V max = 1 – 2 m3/jam
❖ Luas Penampang AF = Panjang AF X Lebar AF
= 0,75 m x 0,8 m
= 0,6 m2

❖ Kecepatan Aliran di AF = Debit Air Limbah : Luas Penampang AF


= 0,9 m3/jam : 0,6 m2
= 1,5 m3/jam

❖ V max bawah < V < Vmax atas => aman

Contoh Gambar RTR Perhitungan IPAL 50 KK dengan Ketersediaan Lahan


Lebar 9,5x6 meter dengan Tangki Pabrikan

125
126
Contoh Gambar RTR Perhitungan IPAL 50 KK dengan Ketersediaan Lahan
Lebar 3 meter

127
128
129
130
131
132
133
134
Gambar Contoh layout dan Bangunan IPAL KOMPAK beserta unit-unit
IPAL dalam program Sanimas DAK Bidang Sanitasi

2.11. Rencana Anggaran Biaya (RAB)


Skema pelaksanaan perhitungan anggaran biaya adalah :

Analisa Harga
Upah Tenaga Kerja Satuan
Pekerjaan

RAB

Volume
Harga Pekerjaan
Bahan/Material

RAB = Volume Pekerjaan x Harga Satuan


Pekerjaan
Keterangan :
1. Upah Tenaga Kerja tergantung dari masing-masing keahlian, dan
dihitung perhari kerja yaitu 8 jam per hari;
Upah tenaga kerja didapat dilokasi, dikumpulkan dan dicatat dalam
satu daftar yang dinamakan daftar Harga Satuan Upah;
2. Harga bahan/material untuk pelaksanaan fisik didasarkan pada setiap
daerah/lokasi masing-masing (berdasarkan hasil survey di lokasi
masing-masing);

135
3. Harga satuan upah dan bahan/material untuk dasar perhitungan Biaya
Perencanaan didasarkan Harga Satuan Setempat;
4. Analisa harga satuan pekerjaan adalah perhitungan analisa untuk
mendapatkan harga satuan pekerjaan dengan menggunakan analisa
SNI;
5. Harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah yang
dihitung/berdasarkan analisa SNI;
6. Volume pekerjaan adalah besar volume atau kubikasi suatu pekerjaan
yang dihitung berdasarkan gambar bestek dan gambar detail;
7. Rencana anggaran biaya suatu bangunan adalah perhitungan
banyaknya biaya yang diperlukan (bahan dan upah) untuk
menyelesaikan bangunan tersebut.

2.12. Konstruksi Bangunan pada Sistem Pengolahan Air Limbah


Domestik Terpusat (SPAD-T).
Persyaratan Bangunan IPAL tidak memperbolehkan adanya kebocoran
sehingga diharuskan memakai struktur beton bertulang yang kuat dan
kedap air.

2.12.1 Pondasi
a. Menggunakan batu pecah di tanam dengan kedalaman galian 60 cm
atau sesuai dengan gambar perencanaan/ spesifikasi teknis.
b. Sisa tanah sisa galian dibuang ke tempat yang telah disediakan atau
dipindahkan ke lokasi yang telah direncanakan.
c. Untuk lantai kerja pembuatan platform dengan konstruksi beton
tumbuk sesuai perencanaan/spesifikasi teknis.
d. Pemadatan dan pengurugan kembali bekas galian di sekitar lokasi
yang telah dibuat.

136
2.12.2 Lantai Kerja
Dibuat lantai kerja minimal setebal 5 cm (beton tumbuk kelas tiga) diatas
tanah sebelum tulangan beton ditempatkan/dipasang.

2.12.3 Konstruksi Bangunan IPAL


Pemasangan platform dengan konstruksi beton bertulang sesuai gambar
rencana/spesifikasi teknis.
a. Lantai bangunan IPAL dengan konstruksi beton betulang
b. Dinding luar bangunan IPAL dengan konstruksi beton bertulang
c. Sekat antar ruang dengan konsruksi beton bertulang atau
menggunakan pasangan bata
d. Penghubung antar kompartemen dalam bangunan menggunakan pipa
PVC berikut aksesorisnya berupa T dengan diameter 2-4 inches.

Saat pekerjaan bangunan IPAL harus diperhatikan dan diawasi dengan


teliti karena kesalahan pekerjaan dapat menyebabkan terjadinya
kebocoran pada bangunan pengolahan. Setelah unit pekerjaan selesai
dibangun harus dilakukan pengetesan kebocoran dari unit.

Pemasangan Plat Atas Tutup IPAL dan Tutup Manhole

137
2.13. Material Konstruksi Bangunan IPAL
Bahan material yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pembangunan
konstruksi SPALD-T antara lain sebagai berikut :
1. Semen
Jenis dan tipe semen adalah jenis semen yang ber SNI penggunaan
umum (pasaran).

2. Agregat Halus (pasir)


Agregat halus yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. Terdiri dari butir-butir yang keras dan kekal;
b. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%, yang ditentukan
terhadap berat kering;
c. Tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak;
d. Pasir dari laut tidak boleh digunakan.

3. Agregat Kasar
a. Agregat Kasar harus terdiri dari butir-butir keras atau tidak berpori
dan kekal;
b. Kandungan lumpur tidak boleh lebih dari 1%, yang ditentukan
terhadap berat kering.

4. Air
Air yang akan dipakai untuk pembuatan beton tidak boleh mengadung
minyak, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang
dapat merusak beton/baja tulangan.

5. Baja tulangan
a. Baja tulangan yang akan dipakai adalah yang ada dipasaran;

138
b. Bentuk baja tulangan dapat berupa tulangan polos atau tulangan
diprofilkan.
6. Pengujian kebocoran unit IPAL
a. Untuk membuktikan bahwa IPAL yang sudah selesai dikerjakan
tidak bocor, maka pengujian struktur hidrolis harus dilakukan
sebelum dilakukan pengecoran plat bagian atas;
b. Setelah bekisting dilepas, semua dinding IPAL harus bersih dari
timbunan, supaya kebocoran pada dinding dapat diketahui
dengan jelas;
c. Sebelum pelaksanaan pengujian ini, tidak boleh dilakukan
pengecatan;
d. Tiap Unit Kompartemen yang akan diperiksa diisi dengan air
sampai dengan setinggi outletnya;
e. Lakukan penutupan dan biarkan terisi sekurang-kurangnya 24
jam;
f. Pengujian ini dilakukan per dua kompartemen secara berurutan;
g. Ketinggian air selama waktu pengujian harus diamati dan tidak
boleh terjadi penurunan muka air.;
h. Penurunan maksimum yang diijinkan selama 24 jam adalah 1 cm.
Bila penurunan permukaan air lebih dari 1 cm dalam waktu 24 jam
berarti IPAL tersebut bocor dan harus dicari tempat dimana yang
bocor dan kemudian dilakukan perbaikan.

Contoh Media Filter yang sudah dirakit

139
2.14. Pembangunan TPS 3R
Konsep 3R adalah paradigma baru dalam pola konsumsi dan produksi
disemua tingkatandengan memberikan prioritas tertinggi pada pengelolaan
limbah yang berorientasi padapencegahan timbulan sampah, minimisasi
limbah dengan mendorong barang yang dapatdigunakan lagi dan barang
yang dapat didekomposisi secara biologi (biodegradable) danpenerapan
pembuangan limbah yang ramah lingkungan. Pelaksanaan 3R tidak
hanyamenyangkut masalah sosial dalam rangka mendorong perubahan
sikap dan pola pikir menujuterwujudnya masyarakat yang ramah
lingkungan dan berkelanjutan tetapi juga menyangkut pengaturan
(manajemen) yang tepat dalam pelaksanaannya.

Prinsip pertama Reduceadalah segala aktivitas yang mampu mengurangi


dan mencegah timbulan sampah. Prinsip kedua Reuse adalah kegiatan
penggunaan kembali sampah yang layak pakai untuk fungsi yang sama
atau yang lain. Prinsip ketiga Recycle adalah kegiatan mengelola sampah
untuk dijadikan produk baru.Untuk mewujudkan konsep 3R salah satu cara
penerapannya adalah melalui pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis
masyarakat, yang diarahkan kepada daur ulang sampah (recycle).Hal ini
dipertimbangkan sebagai upaya mengurangi sampah sejak dari
sumbernya, karena adanya potensi pemanfaatan sampah organik sebagai
bahan baku kompos dan komponen non organik sebagai bahan sekunder
kegiatan industri seperti plastik, kertas, logam, gelas,dan lain-lain.

Sesuai dengan Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi


Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan, diperlukan
suatu perubahan paradigma yang lebih mengedepankan proses
pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, yaitu dengan melakukan
upaya pengurangan dan pemanfaatan sampah sebelum akhirnya sampah
dibuang keTPA (target 20% pada tahun 2014).

140
Pada perencanaan penerapan 3R skala rumah tangga hendaknya
memperhatikan hal-hal sebagaiberikut:
❖ Perlu dibedakan tipe kawasan seperti kawasan komplek perumahan
teratur (cakupan pelayanan 1000-2000 unit rumah), kawasan
perumahan semi teratur/non komplek (cakupan pelayanan 1 RW) dan
kawasan perumahan tidak teratur/kumuh atau perumahan dibantaran
sungai;
❖ Diperlukan keterlibatan aktif masyarakat dalam upaya pengurangan
volume dan pemilahan sampah;
❖ Diperlukan keterpaduan operasional pengelolaan sampah mulai dari
sumber, pengangkutan/pengumpulan, pemilah sampah, pihak
penerima bahan daur ulang (lapak) danpengangkutan residu ke TPA;
❖ Diperlukan area kerja pengelolaan sampah terpadu skala kawasan
yang disebut TPS3R(tempat pengolahan sampah terpadu), yaitu area
pembongkaran muatan gerobak, pemilahan,peranjangan sampah,
pengomposan, tempat/container sampah residu, penyimpanan
baranglapak, dan pencucian;
❖ Kegiatan pengelolaan sampah di TPS3R meliputi pemilahan sampah,
pembuatan kompos,pengepakan bahan daur ulang, dll;
❖ Pemisahan sampah di TPS3R dilakukan untuk beberapa jenis sampah
seperti sampah B3 rumah tangga (selanjutnya akan dikelola sesuai
dengan ketentuan), sampah kertas, plastik, logam/kaca (akan
digunakan sebagai bahan daur ulang) dan sampah organik (akan
digunakan sebagai bahan baku kompos);
❖ Pembuatan kompos di TPS3R dapat dilakukan dengan berbagai
metode, antara lain Open Windrow;
❖ Incinerator skala kecil tidak direkomendasikan karena incinerator kecil
hanya direkomendasikan untuk sampah rumah sakit dan sampah
khusus;

141
❖ Sampah residu dilarang untuk dibakar di tempat, tetapi dibuang ke
TPA.

Desain bangungan TPS 3R minimal memuat beberapa hal sebagai berikut:


1. Area Penerimaan/Dropping Area
2. Area Pemilahan/Separasi
3. Area Pencacahan dengan mesin pencacah
4. Area Komposting dengan metode yang dipilih
5. Area Pematangan Kompos/Angin
6. Mempunyai Gudang Kompos dan Lapak serta tempat Residu
7. Mempunyai minimum kantor
8. Mempunyai sarana air bersih dan sanitasi

Gambar Denah TPS 3R

142
2.15. Kriteria Tempat Pengelolaan Sampah TPS3R
a. Lokasi
❖ Mampu melayani 2.500 jiwa atau setara dengan 500 KK atau setara
dengan 7 M3 per hari;
❖ Luas lahan yang diperlukan 200 M2 untuk keperluan lahan
pengomposan, kantor pengendalian dan gudang penyimpanan;
❖ Usulan dibawah 5 M3 per hari sampah masuk dilengkapi dengan
surat pernyataan pimpinan daerah untuk menyediakan dana
pendamping operasional Rp. 3 juta per bulan selama dua (2) tahun;
❖ Komponen SELOTIF paling penting adalah kepastian tentang
tersedianya jejaring bisnis sampah sebagai pembeli produk TPS3R.
❖ Tempat Pengelolaan Sampah TPS3R dengan luas < 200 m2
sebaiknya hanya menampung sampah tercampur 20 %, sedangkan
sampah yang sudah terpilah 80 %.

b. Fasilitas Tempat Pengelolaan Sampah TPS3R


Fasilitas Tempat Pengelolaan Sampah TPS3R meliputi wadah komunal,
areal pemilahandan areal composting serta dilengkapi juga dengan fasilitas
penunjang lain seperti salurandrainase, tangki air bersih, septic tank, listrik,
barier (pagar tanaman hidup), gudangpenyimpan bahan daur ulang
maupun produk kompos, ruang kantor dan toilet.

c. Data yang Dibutuhkan


❖ Jumlah warga yang terlayani;
❖ Jumlah sampah yang akan diolah di TPS3R;
❖ Data komposisi sampah;
❖ Kompos : Dinas Pertanian, DKP, PT Pupuk Indonesia, Swasta;
❖ Sampah Anorganik : Industri kecil, menengah dan besar (koordinasi
dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan).

143
d. Daur Ulang
❖ Sampah yang didaur ulang minimal adalah kertas, plastik dan
logam yang memilikinilai ekonomi tinggi. Untuk mendapatkan
kualitas bahan daur ulang yang baik,pemilahan sebaiknya dilakukan
sejak di sumber.
❖ Pemasaran produk daur ulang dapat dilakukan melalui kerja sama
dengan pihak lapakatau langsung dengan industri pemakai.
❖ Sampah B3 Rumah tangga (terutama batu baterai dan lampu neon)
dikumpulkan untukdiproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan
perundangan yang berlaku (PP 18/1999tentang pengelolaan
sampah Bahan Berbahaya dan Beracun/B3).
❖ Daur ulang kemasan plastik (air mineral, minuman dalam kemasan,
mie instan dan lain-lain)sebaiknya dimanfaatkan untuk barang-
barang kerajinan atau bahan baku lain.

e. Pembuatan Kompos
❖ Sampah yang digunakan sebagai bahan baku kompos adalah
sampah dapur (terseleksi)dan daun-daun potongan tanaman.
❖ Metode pembuatan kompos dapat dilakukan dengan berbagai
cara antara lain denganopen windrow dan caspary.
❖ Proses pengomposan pada TPS3R dilakukan melalui tahapan
sebagai berikut:
1. Penerimaan dan pembongkaran sampah.
2. Pencacahan sampah organik.
3. Pengomposan:
a. Penyusunan tumpukan sampah organik pada lajur yang
telah ditentukan;
b. Pembalikan tumpukan satu kali seminggu;
c. Penyiraman dan pengukuran suhu tumpukan;
d. Pematangan kompos;

144
e. Pengeringan;
f. Pengayakan;
g. Pengemasan.

Ada banyak cara untuk mengolah sampah organik, diantaranya


adalah:

a. Dengan proses pengomposan sehingga menghasilkan kompos


(pupuk organik),
b. Biodigester yang menghasilkan produk gas metan untuk
keperluan memasak,
c. Pemanfaatan untuk pakan ternak (BSF) yang dihasilkan sampah
atau pengolahan langsung dari sampah organik menjadi pakan
ternak, dll.

Opsi teknologi pengolahan sampah organik tersebut sangat terbuka


untuk diterapkan di TPS 3R. Pada buku Pedoman Teknis
Pelaksanaan ini, hanya akan dilakukan pembahasan mengenai
proses pengomposan. Proses pengomposan adalah proses
dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme terhadap bahan
organik biodegradable. Tujuan pengomposan adalah untuk
mengubah bahan organik yang biodegradable menjadi bahan yang
secara biologi bersifat stabil, dengan demikian mengurangi volume
atau massanya. Proses alamiah ini menguraikan materi organik
menjadi humus dan bahan mineral. Karena proses pembuatannya
secara aerob, akan timbul panas, sehingga proses ini akan
membunuh bakteri patogen, telur serangga dan larva lalat, serta
mikroorganisme lain yang tidak tahan pada temperatur di atas
temperatur normal.

145
Proses pembuatan kompos teridiri dari 2 tahap, yaitu:
▪ Pembuatan kompos setengah matang membutuhkan waktu
sekitar 3 minggu;
▪ Pematangan (maturasi) kompos yang berlangsung sekitar 4–6
minggu.

Kompos yang dihasilkan dari proses degradasi yang diuraikan di


atas, baik pada pengomposan tradisional maupun pada
pengomposan modern (pengomposan dipercepat) disebut sebagai
kompos setengah matang yang belum stabil, dan tidak baik bila
digunakan langsung pada tanaman. Dibutuhkan proses pematangan
agar tanaman yang menggunakan tidak terganggu, misalnya akibat
panas reaksi yang ditimbulkan. Proses pematangan kompos sampai
saat ini biasanya dilakukan dalam bentuk diangin-angin di udara
terbuka. Pengomposan setengah matang dapat dipercepat dengan
mengatur faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga berada
dalam kondisi yang optimum. Rekayasa pengomposan lebih banyak
berkonsentrasi pada proses ini.

Gambar. Alternatif pengolahan sampah di TPS 3R

146
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan (Enri
Damanhuri, 2016):
- Bahan yang dikomposkan. Sebaiknya dipisah pengomposan
sampah daun dan kayu dengan sampah sisa makanan. Semakin
banyak kandungan kayu atau bahan yang mengandung lignin,
semakin sulit terurai.
- Ukuran bahan yang dikomposkan. Kontak bakteri akan semakin
baik jika ukuran sampah semakin kecil dan luas permukaan
besar. Diameter yang baik antara 25 – 75 mm. Namun apabila
terlalu kecil, dikhawatirkan kondisi akan menjadi anaerob karena
proses pemampatan.
- Kandungan karbon, nitrogen dan fosfor. Sumber karbon (C)
banyak dari jerami, sampah kota, daun-daunan. Sumber nitrogen
(N) berasal dari protein, misal kotoran hewan. Perbandingan C/N
yang baik dalam bahan yang dikomposkan adalah 25 – 30
(berat-kering), sedang C/N akhir proses adalah 12 – 15. Seperti
halnya nitrogen, fosfor merupakan nutrisi untuk pertumbuhan
mikroorganisme. Harga C/P untuk stabilisasi optimum adalah
100:1. Nilai C/N untuk beberapa bahan antara lain: Kayu (200 –
400), Jerami padi (50 – 70), Kertas (50), Kotoran Ternak (10-20),
Sampah kota (30).
- Mikroorganisme. Ada pendapat ahli yang menyatakan
penambahan EM4 tidak terlalu dibutuhkan. Mikroorganisme yang
dibutuhkan sudah sangat berlimpah pada sampah kota. Cara
yang efektif adalah mengembalikan lindi dan sebagain kompos
yang telah berhasil pada timbunan kompos yang baru, sebab
pada bahan itulah terkumpul mikroorganisme dan enzim yang
dibutuhkan.
- Temperatur. Temperatur terbaik pengomposan adalah 50 o – 55o
C. Suhu rendah menyebabkan pengomposan akan lama,

147
sementara suhu tinggi (60 – 70oC) menyebabkan pecahnya telur
insek, dan materinya bakteri-bakteri patogen. Berikut adalah pola
temperatur pada timbunan sampah dengan proses aerator
bambu (Gotaas, 1973).

Gambar Pola Temperatur pada Proses Aerator Bambu

- Kadar air. Kadar air sangat penting dalam proses aerobik. Kadar
air sampah sangat dipengaruhi oleh komposisi sampahnya.
Pembalikan diperlukan untuk menjaga kelembaban selama
proses pengomposan. Kadar air yang optimum sebaiknya berada
pada rentang 50 – 65%, kurang lebih selembab karet busa yang
diperas.
- Kondisi asam basa (pH). pH memegang peranan penting dalam
pengomposan. Bila pH terlalu rendah perlu penambahan kapur
atau abu. Di awal proses pengomposan, nilai pH pada umumnya
adalah antara 5 dan 7, dan beberapa hari kemudian pH akan
turun dan mencapai nilai 5 atau kurang akibat terbentuknya
asam organik dari akrivitas mikroorganisme dan temperatur akan
naik cepat. 3 hari kemudian pH akan mengalami kenaikan
menjadi 8 – 8,5 dan akhirnya stabil pada pH 7-8 hingga akhir
proses (kompos matang). Bila aerasi tidak cukup maka akan
terjadi kondisi anaerob, pH dapat turun hingga 4,5.

148
-
Berikut merupakan ilustrasi aktivitas pengomposan sampah
organik.

Sistem Open Aerator bambu Sistem Caspary


Gambar Pengomposan Sampah Organik

Terdapat standar nasional yang mengatur minimum kadar yang


dimiliki oleh kompos agar memenuhi standar kualitas yang dapat
dimanfaatkan dengan baik untuk nutrisi tanaman. Spesifikasi
Kompos dari Sampah Organik Domestik diatur pada SNI : 19-7030-
2004, yang terdapat pada Tabel 8. Spesifikasi ini menetapkan
kompos dari sampah organik domestik yang meliputi, persyaratan
kandungan kimia, fisik dan bakteri yang harus dicapai dari hasil
olahan sampah organik domestik menjadi kompos, karakteristik
dan spesifikasi kualitas kompos dari sampah organik domestic.

Tabel Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik


No Parameter Satuan Minim Maks. No Parameter Satuan Minim Maks.

0
1 Kadar Air % C 50 17 Cobalt (Co) mg/kg * 34

Suhu air Chromium


2 Temperatur 18 mg/kg * 210
tanah (Cr)

Tembaga
3 Warna Kehitaman 19 mg/kg * 100
(Cu)

Berbau Mercuri
4 Bau 20 mg/kg * 0,8
tanah (Hg)

5 mm 0,55 25 21 Nikel (Ni) mg/kg * 62


Ukuran

149
No Parameter Satuan Minim Maks. No Parameter Satuan Minim Maks.

partikel

Kemampuan
6 % 58 22 Timbal (Pb) mg/kg * 150
ikat air

Selenium
7 pH 6,80 7,49 23 mg/kg * 2
(Se0

8 Bahan asing % * 1,5 24 Seng (Zn) mg/kg * 500

Unsur
Unsur lain
makro

Bahan
9 % 27 58 25 Calsium % * 25.5
organik

Magnesium
10 Nitrogen % 0,4 26 % * 0.6
(Mg)

11 Karbon % 9,8 32 27 Besi (Fe) % * 2.0

Phosfor Aluminium
12 % 0,1 28 % 2.2
(P2O5) (Al)

Mangan
13 C/N rasion 10 20 29 % 0.1
(Mn)

Kalium
14 % 0,2 * Bakteri
(K2O)

Unsur mikro 30 Fecal Coli MPN/gr 1000

Salmonella MPN/4
15 Arsen mg/kg * 13 31 3
sp. gr

Cadmium
16 mg/kg * 3
(Cd)

Keterangan: *Nilainya lebih besar dari minimum atau lebih kecil dari
maksimum
(Sumber: SNI : 19-7030-2004)

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 70 Tahun 2011 tentang


Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah, terdapat persyaratan
teknis pupuk organik yang dapat dilihat pada Tabel 9. Pada peraturan ini
disebutkan beberapa parameter pupuk organik yang harus dipenuhi
standarnya seperti C/N rasio, kadar air, logam berat, pH, dan lain-lain.
Contoh pupuk organik yang disebutkan dalam peraturan ini salah satunya

150
adalah kompos dari berbagai jenis bahan dasar : jerami, sisa tanaman,
kotoran hewan, blotong, tandan kosong, media jamur, sampah organik,
sisa limbah industri berbahan baku organik.

Tabel Persyaratan Teknis Pupuk Organik


STANDAR MUTU
Granul/Pelet Remah/Curah
No PARAMETER SATUAN
Diperkaya Diperkaya
Murni Murni
mikroba mikroba
1 C – organik % Min 15 Min 15 Min 15 Min 15
2 C/N rasio 15-25 15-25 15-25 15-25
3 Bahan ikutan
(plastik, kaca, %
kerikil) Maks 2 Maks 2 Maks 2 Maks 2
4 Kadar Air *) % 8-20 10-25 15-25 15-25
5 Logam berat:
As ppm Maks 10 Maks 10 Maks 10 Maks 10
Hg ppm Maks 1 Maks 1 Maks 1 Maks 1
Pb ppm Maks 50 Maks 50 Maks 50 Maks 50
Cd ppm Maks 2 Maks 2 Maks 2 Maks 2
6 pH - 4-9 4-9 4-9 4-9
7 Hara makro
% Min 4
(N+P2O5+K2O)
8 Mikroba
kontaminan:
- E.coli MPN/gMPN/g
- Salmonella Maks 102 Maks 102 Maks 102 Maks 102
sp Maks 102 Maks 102 Maks 102 Maks 102
9 Mikroba
fungsional
- Penambat N cfu/g Min 103 Min 103
- Pelarut P cfu/g - Min 103 - Min 103
10 Ukuran butiran
%
2-5 mm Min 80 Min 80 - -
11 Hara mikro: Ppm Maks 9000 Maks Maks 9000 Maks

151
STANDAR MUTU
Granul/Pelet Remah/Curah
No PARAMETER SATUAN
Diperkaya Diperkaya
Murni Murni
mikroba mikroba
- Fe total atau ppm Maks 500 9000 Maks 500 9000
- Fe tersedia ppm Maks 5000 Maks 500 Maks 5000 Maks 500
- Mn ppm Maks 5000 Maks Maks 5000 Maks
- Zn 5000 5000
Maks Maks
5000 5000
12 Unsur lain:
Ppm
- La 0 0 0 0
Ppm
- Ce 0 0 0 0
*)
Kadar air di atas dasar berat basah
(Sumber: Peraturan Menteri Pertanian No. 70 Tahun 2011)

Tabel Contoh Kualitas Kompos Sampah Dapur


SNI 19-7030-2004
Substansi % Berat Kering
Min Maks
Materi Organik 25-50 27 58
Karbon (C) 8-50 9,80 32
Nitrogen(N) 0,4-3,5 0,40 -
Fosfor (P2O5) 0,3-3,5 0,10 -
Kalium (K2O) 0,5-1,8 0,20 -
Kalsium (Ca) 1,5-7 - 25,5
Abu 20-65

Hasil pengomposan dapat berupa kompos padat maupun lindi. Lindi


(leachate) adalah cairan yang merembes melalui tumpukan sampah
dengan membawa materi terlarut atau tersuspensi terutama hasil proses
dekomposisi materi sampah. Lindi yang dihasilkan dari proses
pengomposan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair atau diresirkulasi

152
dalam proses pengomposan karena dapat menjadi nutrisi yang baik bagi
bakteri pengurai dalam proses pengomposan
2.16. Spesifikasi Teknis Bangunan
Spesifikasi ini merupakan pelengkap dan harus dibaca bersama-sama
dengan gambar-gambar, yang keduanya secara bersama menguraikan
pekerjaan yang akan dilaksanakan. Penjelasan Istilah pekerjaan mencakup
suplai dan instalasi seluruh peralatan dan material yang harus dipadukan
dalam konstruksi-konstruksi yang dilakukanoleh TFL Teknik kepada KSM
atau Komite Pengadaan KSM harus di tandatangani bersama, sebagai
bukti kesepakatan jenis pekerjaan dan spek material yang telah di sepakati.

Dengan mempertimbangkan material lokal, spesifikasi untuk pekerjaan


yang harus dilaksanakan dan material yang harus dipakai, harus
diterapkan baik pada bagian dimana spesifikasi tersebut ditemukan
maupun bagian-bagian lain dari pekerjaan dimana pekerjaan atau material
tersebut dijumpai.
1. Spesifikasi Bangunan Struktural Utama
a. Pondasi :
❖ Diperhatikan kondisi tanah dan bangunan yang sudah ada
disekitarnya;
❖ Prioritaskan bahan adalah material lokal.
b. Dinding :
Prioritaskan bahan material lokal.
c. Rangka Utama :
❖ Prioritaskan bahan material lokal;
❖ Perhitungkan dengan rencana umur bangunan;
❖ Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi (pinggir
laut,kecepatan angin, dll).
d. Penutup Atap :
❖ Prioritaskan bahan material lokal;

153
❖ Tahan korosi, tahan benturan, mudah menggantinya.

2. Struktur Baja
a. Tiang Utama Bangunan
Dari baja profil IWF dengan dimensi Ukuran 250 x 75 x 5 x 7 mm,
baja Krakatau Steelatau setara. Tinggi 4 meter dihitung dari tempat
kedudukan kolom penyanggatiang utama dan di beri plat pengaku.
b. Kuda-kuda
Dari baja profil IWF dengan dimensi Ukuran 250 x 75 x 5 x 7 mm,
baja Krakatau Steelatau setara dengan sambungan las pada plat
pengaku serta sambungan bautpada konstruksinya. Antar kuda-
kuda diberi ikatan angin dengan besi ø16 mm.
c. Gording
Dari baja profil Kanal dengan dimensi 100 x 50 x 20 x 2 x 3 mm,
baja Krakatau Steelatau setara dengan sambungan las antara
gording dengan plat siku dan kudakuda,dimensi siku-siku 100 x 100
x 10 mm. Antar gording diberi penyetabil /Trecstang dari besi
dimensi 12 mm.
d. Pengaku
Mengikuti bagian pada joint dimasing-masing konstruksi.

Gambar Rancangan Layout

154
Gambar Desain Arsitektural Tampak Depan

Gambar Desain Arsitektural

155
Gambar Tampak Depan dan Tampak Samping Design Bangunan
TPS3R Sistem Lajur Terbuka (Open windrow)

2.17. PENGOLAHAN SAMPAH 3R


Pengolahan sampah 3R (Reduce, Reuse,Recycle), dalam pelaksanaannya
secara garis besar pengolahan sampah 3R merupakan kegiatan yang
terdiri dari pewadahan, penggumpulan, dan pengolahan/pemanfaatan
sampah.

2.17.1 Pewadahan Sampah


❖ Volume wadah dapat menampung sampah dari penghuni untuk
jangka waktu minimal 3 hari untuk sampah non organik dan 1 hari
untuk sampah organik;
❖ Terbuat dari bahan yang cukup kuat, tahan basah untuk sampah
organik, sehingga umur teknis dari pewadahan minimal dapat
mencapai 6 bulan;
❖ Bahan wadah paling baik dapat diperoleh secara lokal;
❖ Setiap wadah mampu menyimpan sesuai jenis sampah. Agar
perencanaan merujuk hasil penelitian lapangan komposisi sampah.

156
Gambar Contoh Kreasi Wadah Sampah Untuk Pemilahan

2.17.2 Perlengkapan
❖ Agar estetika yang lebih baik maka wadah dilengkapi dengan tutup;
❖ Warna wadah sebaiknya spesifik untuk setiap jenis sampah.

2.17.3 Operasi dan Pemeliharaan


❖ Mudah dalam operasi pemasukan sampah maupun pengosongan
sampah;
❖ Mudah dalam perawatan

157
Dari penelitian sosial,
Dari penelitian komposisi dan Volume wadah disesuaikan diperoleh :
timbulan sampah, maka dengan jenis sampah : [1]. Jumlah hunian rata-rata
diperoleh perkiraan timbulan [a]. Wadah sampah pada rumah tangga
sampah per orang per hari organik: (jumlah [2]. Kebiasaan
pada lokasiterpilih, (3 liter / hunian rata-rata) x masyarakatmembuang
orang / hari) timbulan sampah sampah.
organik/orang/hari x 1
hr
[b]. Wadah sampah non
organik: (jumlah
hunian rata-rata) x
timbulan sampan non
organik/orang/hari x 3
hr.
Pemilihan warna :
[a].Warna gelap untuk
sampah yang mudah
membusuk
[b].Warna terang untuk
sampah kering non
organik (dapat lebih
dari satu tergantung
jenis sampah yang
dipilah)
[c]. Warna merah untuk
Perencanaan bahan berbahaya
Penentuan Volume Wadah dan Sampah Di-Sumbernya
beracun.

2.18. Pengumpulan Sampah


2.18.1 Metode
❖ Petugas dari rumah kerumah;
❖ Masyarakat membawa sendiri sampahnya ke Wadah/Bin
Komunal/Kontainer yang sudah ditentukan.

2.18.2 Peralatan
Gerobak sampah, becak sampah, motor sampah atau alat angkut lain.

158
Gambar Contoh Alat Pengumpul Sampah

2.18.3 Frekuensi Pengumpulan


❖ Sampah non organik terpilah seperti kertas, plastik, logam/kaca
dilakukan seminggu sekali;
❖ Sampah yang masih tercampur harus dilakukan minimal seminggu
2 kali.

2.18.4 Cara Pemilahan


Gerobak sampah dimodifikasi dengan sekat atau dilengkapi karung-karung
besar (3 unit atau sesuai dengan jenis sampah).

2.19. Kriteria yang Perlu Diperhatikan dalam Pengumpulan


❖ Volume gerobak dengan ban angin, (umur tidak lebih dari 1 tahun)
atau motor sampah 1 m3 sehingga satu unit pengumpul dapat
melayani 300 jiwa atau sekitar 60 KK untuk timbulan sampah 3
liter/orang/hari.
❖ Kondisi topografi yang berbukit hanya dapat dilayani dengan motor

159
sampah
❖ Kondisi topografi yang datar menggunakan gerobak atau motor
sampah.
❖ Pengumpulan sampah terpilah dilakukan dengan :
✓ Gerobak atau motor 3R yang tersekat sesuai jenis sampah yang
terpilah digunakan sesuai hasil pemilahan.
✓ Gerobak tanpa sekat digunakan dengan jadwal tertentu.

1]. Pendataan jumlah warga pada


lokasi terpilih
[2]. Penentuan jumlah gerobak atau [1]. Penyusunan anggaran
motor 3R yang dibutuhkan dengan
investasi sesuai harga
cara : (jumlah warga x jumlah
timbunan sampah /orang /hari) satuan setempat
/1000 liter/rit per hari.
Penyusunan Jadwal
[3]. Pemilihan jenis pengumpul dilihat Pengumpulan.
dari topografi lokasi

Penyusunan anggaran operasi pengumpulan


yang terdiri :
[1]. Biaya tetap :
· a. Pegawai
b. Asuransi
c. Pemeliharaan
[2]. Biaya variabel :
Bahan bakar

Perencanaan pengumpulan sampah TPS3R Berbasis Masyarakat

2.20. Pengolahan/Pemanfaatan Sampah


Pengolahan/pemanfaatan sampah terbagi 2 :
❖ Pengolahan sampah organik: dengan cara pembuatan kompos;

160
❖ Pengolahan sampah non organik: dengan cara mendaur ulang atau
memanfaatkan kembali barang-barang yang bisa dimanfaatkan
kembali, misal membuat barang kerajinan dari sampah botol dan lain-
lain.

Sedangkan sampah jenis B3 (bahan buangan berbahaya dan beracun)


dikumpulkan untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan
perundangan yang berlaku (PP 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun).

Untuk proses pengomposan sampah TPS 3R dilakukan melalui tahapan


sebagai berikut :

161
Area Penerimaan

Sampah yang Tidak


Pencacahan
Pemilahan Manual Dikomposkan
untuk Sampah >
(Kertas, Kaleng,
4 CM
Plastik, Dll)

Pencampuran dan
Pembentukan
Tumpukan

Pembalikan

PROSES PENGOMPOSAN
AIR Penyiraman Kompos
Kasar
Pengendalian
Tumpukan Suhu,
Kelembaban, Dsb

Pematangan

Pengayakan Kompos

Kompos Halus

Pengemasan

Penyimpanan

Gambar Diagram Tahapan Proses Pengomposan

162
2.21. Daur Ulang Sampah Non-Organik
a. Pemilahan komponen non-organik sesuai permintaan lapak;
b. Pengemasan per komponen non-organik terpilah;
c. Bahan ke lapak.

Dasar daripada teknologi pengomposan adalah pengendalian pembusukan


sampah melalui kegiatan mikro-organisme/bakteri. Terdapat dua jenis
bakteri yang digunakan untuk proses pengomposan, yaitu;
❖ Bakteri yang untuk hidupnya membutuhkan oksigen (aerobik) dan;
❖ Bakteri yang dapat hidup tanpa oksigen (anaerobik).

Gambar Dimensi Tumpukan Lajur Terbuka

163
Melakukan penyiraman setiap mencapai ketebalan 30 cm, agar
kelembaban merata. Secara berkala, tumpukan sampah dibalik 1 atau 2
kali seminggu secara manual. Pembalikan tumpukan dapat dilakukan
dengan memindahkan tumpukan ke tempat berikutnya. Waktu pembalikan
dicatat dan tumpukan yang sudah dilakukan pembalikan diberi tanda
tanggal pembalikan.

2.22. Proses Pengomposan


Proses pengomposan skala kawasan dengan sistem bak terbuka
merupakan proses pengomposan dengan menggunakan bak-bak terbuka
dimana sampah tidak perlu dibentuk akan tetapi cukup dimasukkan
kedalam bak. Sampah organik dimasukkan pada bak terbuka sampai
penuh sambil dipadatkan dan disiram. Setelah bak terisi penuh, pengisian
dapat dilanjutkan ke bak berikut. Sistem ini sangat sederhana dan lokasi
dapat diatur lebih bersih karena proses pengomposan dilakukan di dalam
bak.

Pembalikan dapat dilakukan tetap didalam bak dengan alat pembalik atau
sampah dipindahkan ke bak berikutnya. Sistem pengudaraan pada bak
terbuka agak terbatas karena adanya dinding bak walaupun sudah
diberikan lubang ventilasi. Pengkomposan dengan bak terbuka ini
cenderung lebih lama, pada beberapa kasus, lama pengkomposan dapat
mencapai 2 bulan atau 8 minggu.

2.23. Pengomposan dengan Metode Cetakan


Proses pengomposan skala kawasan dengan metode Cetakan merupakan
proses pengomposan dengan menggunakan alat cetak untuk membantuk
sampah dalam bentuk kubus. Proses pengomposan sampah dengan
sistem cetakan ini digunakan jika lahan yang ada tidak terlalu luas. Proses

164
pengomposan dengan sistem cetak lebih agak rumit dibandingkan dengan
metoda lajur terbuka karena membutuhkan alat cetak. Sifat tumpukan
sampah juga lebih padat dibandingkan lajur terbuka sehingga udara yang
terperangkap pada tumpukan sampah agak lebih sedikit.

Gambar Pengomposan Sistem cetak

2.24. Pembentukan Tumpukan


Diagram proses pengomposan sampah skala kawasan dengan sistem
cetak tidak terlalu berbeda dengan sistem lajur terbuka (open windrows).
Hal yang secara prinsip berbeda adalah pada saat membentuk tumpukan
sampah untuk proses pengomposan selanjutnya. Diagram proses
pengomposan sistem cetak dapat dilihat pada Gambar 3.5. Sampah

165
organik yang sudah terpilah dibawa ke area pengomposan. Pada area
pengomposan disiapkan alat pencetak yang terbuat dari papan. Ukuran
baku memang belum ada akan tetapi sebagai dasar perhitungan dapat
digunakan dimensi alat cetak lebar 1 meter, panjang 2 meter dan tinggi 0,5
meter.

Pencetakan sampah dilakukan dengan memasukkan sampah organik


kedalam kotak cetakan. Secara manual sampah dalam cetakkan
dipadatkan, setelah itu kotak cetakan diangkat maka terbentuklah
tumpukan sampah yang sudah tercetak. Tumpukan yang sudah terbentuk
diberi tanda atau label yang berisi informasi mengenai waktu pembentukan
tumpukan.

Secara berkala, tumpukan sampah dibalik 1 atau 2 kali seminggu secara


manual. Pembalikan tumpukan dapat dilakukan dengan memindahkan
tumpukan yang sudah tercetak kedalam kotak cetakkan berikutnya dan
demikian seterusnya. Waktu pembalikan dicatat dan tumpukan yang sudah
dilakukan pembalikan diberi tanda tanggal pembalikan. Proses pembalikan
memang agak rumit dibandingkan sistem lajur terbuka.

2.25. Pengomposan dengan Sistem Bak Terbuka (Open Bin)


Selain di rumah, pengomposan sampah dapat juga dilakukan secara
terpusat pada satu kawasan kecil setingkat Rukun Warga sampai skala
kota. Pengomposan skala kawasan dilakukan terpusat pada skala
kapasitas antara 1–2 ton sampah sehari. Kawasan disini dapat berupa
kawasan permukiman, pasar, komersial, dsb Jika pada skala permukiman,
maka pengomposan skala kawasan diperuntukkan untuk mengelola
sampah organik dari sekitar 1.000 sampai 2000 jiwa.

166
Gambar Pengomposan Open Bin

2.26. Tangki Biofilter Pengolah Leachate


Air limbah sisa pengolahan sampah dialirkan ke tangki biofilter sebagai unit
pengolahan lindi sebelum dimanfaatkan atau dialirkan ke badan air
terdekat.
Tabel Kelebihan dan Kekurangan Pengomposan
METODA KELEBIHAN KEKURANGAN
Open Bin ❖ Sampah tidak terlihat dari luar ❖ Padat modal
❖ Areal pengomposan terlihat ❖ Tinggi kotak
rapih terbatas
❖ Volume sampah terolah sama ❖ Ruang gerak
pekerja terbatas
❖ Penggunaan
lahan terbatas

167
METODA KELEBIHAN KEKURANGAN
Open ❖ Modal lebih ringan dari metoda ❖ Volume sampah
Windrow ❖ Open bin tercetak tidak
❖ Tumpukan sampah bisa sama
mencapai tinggi optimal 1,5 ❖ Untuk setiap
❖ Penggunaan lahan fleksibel tumpukan
❖ Proses pembalikan lebih ❖ Tumpukan
mudah dibanding metoda open sampah rentan
bin dan caspary tiupan angin
Caspary ❖ Tumpukan sampah terlihat rapi ❖
❖ Padat Karya
Tumpukan
❖ Volume sampah tercetak lebih ❖ Proses
sampah mudah
banyak dan seragam pembalikan
roboh
❖ Tumpukan sampah tidak lebih rumit dari
mudah roboh dan tahan tiupan open-bin atau
angin open windrow
❖ Pengunaan lahan lebih hemat
dan
❖ Fleksibel
2.27. Ketentuan Teknis Operasi dan Pemeliharaan
2.27.1 Perkiraan Biaya Operasional & Pemeliharaan MCK
Contoh ilustrasi Perkiraan Biaya Pengoperasian dan Pemeliharaan
Sistem MCK untuk 250 Jiwa
Kebutuhan Keterangan Rp /Bulan
Pekerjaan yang tidak
1. Operator & Penjaga 200,000,-
tetap
250 Watt (Pompa air dan
2. Listrik 100,000,-
lampu)
3. Pengurasan IPAL Rp. 250,000,-/ 2 tahun 1,000,-
Sabun dan pembersih
4. Peralatan Pembersih 20,000,-
lantai, dll

168
5. Perbaikan Pompa Rp. 100,000,- / Tahun 9,000,-
Serok, lampu, kran, cat
6. Lain-lain 20,000,-
dinding, dll
Total biaya pengoperasian dan pemeliharaan 350,000,-
II. BIAYA PENDAPATAN
Rata2 per
Fasilitas Rp. / Pakai
KK/hari
Rp. 2000,- s/d
1. Kamar Mandi 200 – 1000
Rp. 10000,-
Rp. 2000,- s/d
2. WC/Jamban 200 – 1000
Rp. 10000,-
Rp. 2000,- s/d
3. Mencuci & ambil air 200 – 1000
10000,-
* 1 KK = 5 ORANG

2.27.2 Petunjuk Pelaksanaaan Bagi Pengguna MCK

Jangan memasukkan benda padat


Buang sampah di tempat sampah
karena akan menyumbat saluran
yang disediakan

Hindari air sabun dari air mandi Jangan membuang bahan kimia
maupun cuci masuk ke dalam karena akan mematikan bakteri
kloset

169
Gunakan sabun cuci sehemat Jangan corat-coret di dinding kamar
mungkin mandi, WC maupun tempat cuci

Petunjuk Pelaksanaan Bagi Pengelola MCK/Operator

2 kali per hari gunakan pel untuk Setiap hari bersihkan gayung
membersihkan teras luar (gunakan dengan sikat atau sabut
bahan pembersih jika sangat kotor
saja)

Setiap hari bersihkan saringan di Setiap hari buang sampah dalam


lantai KM/WC dari kotoran KM/WC dan bersihkan tempat
padat/sampah sampah

Setiap hari kuras bak dengan sikat Setiap hari bersihkan/sapu taman
(gunakan bahan pembersih jika 1 kali per minggu rapikan taman
sangat kotor saja) (tanaman dan rumput)

170
1 kali per minggu kuras dan 1 kali per bulan bersihkan langit-
bersihkan tangki/tandon air dari langit KM/WC dari sarang laba-laba
lumut dan kotoran lain

1 kali per minggu periksa bak 1 kali per 6 bulan buang kotoran
kontrol, jika terdapat kotoran padat dan kotoran yang mengapung
padat/sampah,keluarkan kemudian tepat di bawah manhole
buang ke tempat sampah

Mulai dari bak inlet, dilanjutkan ke Ambil kotoran tepat di bawah


bak-bak berikutnya manhole

Gunakan alat T untuk Keluarkan semua kotoran yang


mengumpulkan kotoran tepat di terkumpul sampai tidak ada yang
bawah manhole tersisa

171
Mintalah tukang untuk memperbaiki semua kebocoran secepat mungkin
dan lihat sebabnya
1 kali per 6 bulan, Test Kualitas Air Limbah

Ambil 2 sample air limbah dari bak


Telpon dinas terkait
inlet dan bak outlet, masing-masing
2 liter dalam botol terpisah

Bawa 2 botol sampel ke laboratorium yang dirujuk.


Minta pemeriksaan untuk:
pH, BOD5, COD, TSS, lemak

Petunjuk Pelaksanaan Pengurasan IPAL dan MCK


1 kali per 2 tahun, pengurasan dengan truk tinja

Telpon perusahaan jasa Buka semua tutup manhole pada


pengurasan tinja IPAL

Angkat kotoran mengapung dan Masukkan pipa sedot dari truk tinja
buang ke tempat sampah sampai ke dasar bak, sedot mulai
dari bak pertama

172
Lumpur yang disedot adalah lumpur Hentikan pengurasan jika lumpur
yang berwarna hitam sudah berwarna coklat

2.27.3 Perkiraan Biaya Operasional & Pemeliharaan Sistem Komunal


Contoh ilustrasi Perkiraan Biaya Pengoperasian dan Pemeliharaan
Sistem Komunal untuk 300 Jiwa
Biaya Pengoperasian dan
Rp./Bulan
Pemeliharaan
I. Jamban Biaya pengoperasian dan
II. Sambungan dari Rumah perawatan menjadi tanggung
jawab setiap pengguna (KK)
III. Pipa Utama dan IPAL
1. Operator Inspeksi 4x/bulan di IPAL,
100,000.00
Pipa Utama, Pipa Sekunder @ Rp.
25.000,- / Inspeksi
2. Pengurasan setiap 2 tahun Rp.
21,000.00
500.000,-
3. Lain-lain: Perbaikan pipa, bak kontrol,
IPAL.
50,000.00
Asumsi: perbaikan pipa 40 m' setiap 2
tahun
Total Biaya Pengoperasian dan
171,000.00
Pemeliharaan
Biaya Pengoperasian dan
2,280.00
Pemeliharaan /KK/Bulan
Dibulatkan 2,500.00

173
2.27.4 Petunjuk Pelaksanaan Bagi Pengguna Sistem Komunal
IPAL akan berfungsi dengan baik jika Anda memasukkan limbah yang
benar, IPAL bukan tempat pembuangan semua jenis sampah!

Jangan membuang minyak bekas ke


Jangan memasukkan limbah saluran pembuangan dapur karena
padat ke jamban karena akan ketika mengering, lemaknya dapat
menyumbat saluran. menyumbat pipa

Jangan membuang bahan kimia Jangan menanam pohon di dekat


ke saluran karena akan saluran perpipaan dan IPAL karena
mematikan bakteri di IPAL bisa merusak pipa

Gunakan secukupnya sabun cuci Buanglah hanya limbah cair dari kamar
dan pembersih, baik untuk mandi dan dapur dan beri saringan
sistem pengolahan dan untuk memisahkan limbah padat
menghemat

Periksa bak kontrol di rumah setiap 3


hari sekali.

174
Ambil kotoran mengapung dari Buang limbah padat, pasir/lumpur,
bak penangkap lemak setiap 3 dengansekop/serok, kumpulkan dalam
hari sekali tas plastik. Bawa ke tempat
pembuangan sampah

Bawa ke tempat pembuangan sampah

Petunjuk Pelaksanaaan Bagi Operator Sistem Komunal


Lakukan 1 Kali per minggu

Periksa setiap bak kontrol pada Buang limbah padat dan kotoran
sistem perpipaan mengapung

Jika tidak ada aliran air dalam bak Jika ada luapan air dari bak kontrol,
kontrol, mungkin pipa tersumbat mungkin pipa tersumbat.Hentikan
atau rusakHentikan kegiatan di kegiatan di rumah, segera perbaiki
rumahBuka pemipaan, minta tukang jika ada kerusakan pipa .Sogok dari
untuk memperbaiki kerusakan bak kontrol ke bak kontrol lain

175
Minta tukang untuk memperbaiki Buang limbah padat dan kotoran
kerusakan secepatnya mengapung dari bak inlet dengan
sekop

Semua tutup bak kontrol dan Kumpulkan semua kotoran,


manhole IPAL harus bisa dibuka masukkan dalam tas plastik. Buang
untuk mempermudah ke tempat sampah
pengoperasian dan pemeliharaan.
1 kali per 2 minggu:
buang kotoran padat dan kotoran yang mengapung tepat di bawah
manhole

Mulai dari bak inlet, dilanjutkan ke


bak-bak berikutnya Ambil kotoran tepat di bawah
manhole

Gunakan alat T untuk


Keluarkan semua kotoran yang
mengumpulkan kotoran tepat di
terkumpul sampai tidak ada yang
bawah manhole
tersisa

176
Petunjuk Pelaksanaan Pengurasan IPAL Komunal
1 kali per 2 tahun, pengurasan dengan truk tinja

Telpon perusahaan jasa


pengurasan tinja Buka semua tutup manhole pada
IPAL

Angkat kotoran mengapung dan Masukkan pipa sedot dari truk tinja
buang ke tempat sampah sampai ke dasar bak, sedot mulai
dari bak pertama

Lumpur yang disedot adalah lumpur Hentikan pengurasan jika lumpur


yang berwarna hitam sudah berwarna coklat

2.27.5 Operasi dan Pemeliharaan Sarana Pengelolaan Sampah TPS 3R


SKPD teknis pembina DAK Sub Bidang Sanitasi melakukan pembinaan
dalam pengelolaan infrastruktur 3R serta penyaluran hasil produksi ke
lapak/pabrik maupun kerjasama dengan instansi terkait lainnya. Kepala
Dinas Kebersihan – Pertamanan dapat memfasilitasi untuk pembelian hasil
produksi kompos TPS3R.

Proses pengangkutan dan pengelolaan sampah dengan menggunakan 3R


dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut:

177
GEROBAK
MOTOR
SENIN, RABU
DAN JUM’AT
SELAS
A DAN PENGOMPOSAN
KAMIS ULANG
GEROBAK MOTOR

RUANG PEMILHAN
BAHAN DAUR
ULANG

SAMPAH SAMPAH NON PENYARINGAN KOMPOS


ORGANIK ORGANIK
RUANG
PENGEMASAN
BAHAN DAUR
ULANG

RUANG KOMPOS
PENYIMPANAN
KASAR
BAHAN DAUR
ULANG

PENGUMPUL KOMPOS HALUS


BAHAN DAUR
ULANG

Gambar Skema Pengelolaan Sampah TPS 3R

Sedangkan beberapa pemeliharaan yang perlu dilakukan adalah :


1. Wadah Pengangkut
❖ Setelah digunakan, wadah/bin sampah dibersihkan secara teratur
setiap hari;
❖ Gerobak/becak sampah harus dibersihkan setiap minggu sekali;
❖ Jangan ada sampah yang menyangkut di roda gerobak/becak
sampah;
❖ Segera perbaikikerusakan;
❖ Gerobak/becak jangan berlubang sehingga tidak ada sampah yang
tercecer;

178
❖ Motor sampah dilengkapi dengan manual pengoperasian dan
pemeliharaan sesuai dengan manual dari fabrikan. Dan kenali
lokasi penjualan suku cadang terdekat.

2. Peralatan Proses Sampah


❖ Alat pencacah dilengkapi dengan manual;
❖ Penggantian oli dilakukan secara berkala sesuai dengan spesifikasi
teknis/manualnya;
❖ Pengelola mengetahui lokasi penjualan suku cadang terdekat;
❖ Pisau pencacah dijaga ketajamannya dengan cara diasah secara
berkala;
❖ Alat pengayak dilengkapi dengan manual;
❖ Kebersihan alat pengayak selalu dijaga.

3. Kebersihan Hanggar
❖ Kebersihan hanggar harus selalu dijaga;
❖ Proses pemilahan kompos daur ulang sesuai dengan SOP;
❖ Penyiraman debu dilakukan secara berkala;
❖ Saluran drainase dijaga kebersihannya, agar tidak ada sampah
yang mengganggu aliran air.

179
Bagian III Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(SMK3)
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja konstruksi bidang
Pekerjaan Umum yang selanjutnya disingkat SMK3 konstruksi bidang
Pekerjaan Umum adalah bagian dari sistem manajemen organisasi
pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam rangka pengendalian risiko K3
pada setiap pekerjaan konstruksi bidang Pekerjaan Umum.

3.1. Penerapan SMK3 Kegiatan Swakelola


Pejabat Pembuat Komitmen SKPD Kabupaten/Kota menyusun dan
menetapkan dokumen kontrak dengan Tim Pelaksana Swakelola (KSM)
yang didalamnya memuat ketentuan penerapan SMK3 kontruksi bidang
Pekerjaan Umum.

Untuk pekerjaan konstruksi yang bersifat swakelola, pihak yang berperan


sebagai penyelenggara wajib membuat RK3K kegiatan Swakelola.

Biaya penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang Pekerjaan Umum


dialokasikan dalam biaya umum yang mencakup :
a. Penyiapan Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (RK3K);
b. Sosialisasi dan promosi K3;
c. Alat pelindung kerja;
d. Alat pelindung diri;
e. Asuransi pekerja;
f. Fasilitas sarana kesehatan;
g. Rambu – rambu dan terkait pengendalian resiko lainnya.

Rencana biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan


Umum menjadi bagian dari Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja

180
(RK3K), yang disepakati dan disetujui pada saat rapat persiapan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi (Pre Construction Meeting).

3.2. Penerapan SMK3 Kegiatan Kontraktual


Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014
tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) konstruksi bidang pekerjaan umum adalah rencana K3 kontrak
yang selanjutnya disingkat RK3K adalah dokumen lengkap rencana
penyelenggaraan smk3 konstruksi bidang pekerjaan umum dan merupakan
satu kesatuan dengan dokumen kontrak suatu pekerjaan konstruksi, yang
dibuat oleh penyedia jasa dan disetujui oleh pengguna jasa, untuk
selanjutnya dijadikan sebagai sarana interaksi antara penyedia jasa
dengan pengguna jasa dalam penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang
pekerjaan umum.

Risiko K3 konstruksi adalah ukuran kemungkinan kerugian terhadap


keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia dan lingkungan yang dapat
timbul dari sumber bahaya tertentu yang terjadi pada pekerjaan konstruksi.

Biaya SMK3 konstruksi bidang pekerjaan umum adalah biaya yang


diperlukan untuk menerapkan SMK3 dalam setiap pekerjaan konstruksi
yang harus diperhitungkan dan dialokasikan oleh penyedia jasa dan
pengguna jasa.

3.3. Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan


Kerja (SMK3)
Setiap penyelenggaraan pekerjaan konstruksi bidang Pekerjaan Umum
wajib menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(SMK3) konstruksi bidang Pekerjaan Umum. SMK3 konstruksi bidang
Pekerjaan Umum meliputi :

181
a. Kebijakan K3;
b. Perencanaan K3;
c. Pengendalian operasional;
d. Pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3; dan
e. Tinjauan ulang kinerja K3.

Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) konstruksi


bidang Pekerjaan Umum diterapkan pada tahapan antara lain sebagai
berikut :
a. Tahap pra konstruksi, meliputi Rancangan Konseptual, meliputi studi
kelayakan (feasibility study), survey dan investigasi, Detailed
Enginering Design (DED), Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa;
b. Tahap Pemilihan Penyedia Barang/Jasa (Procurement);
c. Tahap Pelaksanaan Konstruksi; dan
d. Tahap Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan.

Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU ditetapkan berdasarkan potensi


bahaya.
a. Potensi bahaya tinggi, apabila pekerjaan bersifat berbahaya dan/atau
mempekerjakan tenaga kerja paling sedikit 100 orang dan/atau nilai
kontrak diatas Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah);
b. Potensi bahaya rendah, apabila pekerjaan bersifat tidak berbahaya
dan/atau mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 100 orang dan/atau
nilai kontrak dibawah Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah);
c. Penyusunan Detailed Engineering Desain (DED) wajib :
i. Mengidentifikasi bahaya, menilai Risiko K3 serta pengendaliannya
pada penetapan kriteria perancangan dan pemilihan material,
pelaksanaan konstruksi, serta Operasi dan Pemeliharaan;

182
ii. Mengidentifikasi dan menganalisis Tingkat Risiko K3 dari
kegiatan/proyek yang akan dilaksanakan, sesuai dengan Tata Cara
Penetapan Tingkat Risiko K3 Konstruksi;

iii. Penyusunan Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa wajib


memuat:
a. Potensi bahaya, jenis bahaya dan identifikasi bahaya K3
Konstruksi yang ditetapkan oleh PPK berdasarkan Dokumen
Perencanaan atau dari sumber lainnya;
b. Kriteria evaluasi untuk menilai pemenuhan persyaratan K3
Konstruksi termasuk kriteria penilaian dokumen RK3K;

iv. Penerapan SMK3 pada Tahap Pemilihan Penyedia Barang/Jasa:


a. Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa harus memuat
persyaratan K3 Konstruksi yang merupakan bagian dari
ketentuan persyaratan teknis;
b. Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa harus memuat
ketentuan tentang kriteria evaluasi RK3K;
c. Untuk pekerjaan dengan potensi bahaya tinggi, wajib
dipersyaratkan rekrutmen Ahli K3 Konstruksi dan dapat
dipersyaratkan sertifikat SMK3 perusahaan.

Tugas dan Tanggung Jawab Wewenang Kepala Satuan Kerja dan Pejabat
Pembuat Komitmen : sebagaimana yang tertuang didalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

3.4. Biaya Penyelenggaraan


Biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
dialokasikan dalam biaya umum yang mencakup:

183
a. Penyiapan RK3K;
b. Sosialisasi dan promosi K3;
c. Alat pelindung kerja;
d. Alat pelindung diri;
e. Asuransi dan perijinan;
f. Personil K3;
g. Fasilitas sarana kesehatan;
h. Rambu-rambu; dan
i. Lain-lain terkait pengendalian risiko K3. (2) Rencana biaya
penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum menjadi
bagian dari RK3K, yang disepakati dan disetujui pada saat rapat
persiapan pelaksanaan pekerjaan konstruksi (Pre Construction
Meeting).

184
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................... 185
LAMPIRAN 1 .............................................................................................. 187
Format 1.1 .................................................................................................. 188
Format 1.2 .................................................................................................. 207
Format 1 . 3 ................................................................................................ 210
Format 1.4 .................................................................................................. 211
Format 1.5 .................................................................................................. 213
Format 1.6 .................................................................................................. 217
Format 1.7 .................................................................................................. 219
Format 1.8 .................................................................................................. 220
Format 1.9 .................................................................................................. 221
Format 1.10 ................................................................................................ 223
Format 1.11 ................................................................................................ 225
Format 1.12 ................................................................................................ 226
Format 1.13 ................................................................................................ 227
Format 1.14................................................................................................ 228
Format 1.15................................................................................................ 229
Format 1.16................................................................................................ 230
Format 1.17 ................................................................................................ 231
Format 1.18 ................................................................................................ 233
Format 1.19 ................................................................................................ 235
Format 1.20................................................................................................ 237
Format 1.21 ................................................................................................ 239
Format 1.22................................................................................................ 240
Format 1.23 ................................................................................................ 241
Format 1.24 ................................................................................................ 243
Format 1.25 ................................................................................................ 245
Format 1.26 ................................................................................................ 246
Format 1.27................................................................................................ 247
Format 1.28 ................................................................................................ 249

185
Format 1.29................................................................................................ 250
Format 1.30................................................................................................ 252
Format 1.31................................................................................................ 253
LAMPIRAN 2.............................................................................................. 254
Bagian 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 255
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................... 255
1.2 TUJUAN ...................................................................................... 256
1.3 PENGERTIAN ............................................................................. 256
1.4 PRINSIP DASAR PENGADAAN ................................................ 257
1.5 ETIKA PENGADAAN .................................................................. 259
1.6 PENGGUNA PETUNJUK TEKNIS ............................................. 260
Bagian 2 TIM PENGADAAN BARANG/JASA ........................................... 261
2.1 KETENTUAN UMUM TIM PENGADAAN ................................... 261
2.2 KETENTUAN UMUM TIM PENGADAAN ................................... 262
2.3 TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB TIM PENGADAAN ............ 263
Bagian 3 PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA ...................... 265
3.1 TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB TIM PENGADAAN ............ 265
3.2 TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB TIM PENGADAAN ............ 267
3.3 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN BARANG/JASA ........................... 267
3.4 PEMILIHAN METODE PENGADAAN ........................................ 268
3.5 REMBUG WARGA PRA PENGADAAN BARANG/JASA .......... 268
3.6 PENGADAAN BARANG/JASA ................................................... 269
3.6.1 Pengadaan Barang/Jasa Oleh Masyarakat ........................ 269
3.6.2 Pengadaan Oleh Penyedia Barang/Jasa ............................ 270
3.7 PROSEDUR PELELANGAN SEDERHANA............................... 272
Bagian 4 SURAT PERJANJIAN KERJA (SPK) ........................................ 275
4.1 KETENTUAN UMUM .................................................................. 275
4.2 TATA CARA PEMBAYARAN...................................................... 276
Bagian 5 PENUTUP .................................................................................. 277

186
LAMPIRAN 1

187
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.1
BERITA ACARA
HASIL PEMETAAN SANITASI TINGKAT DESA/KELURAHAN DAN
PENETAPAN LOKASI RW/DUSUN YANG AKAN DI SELOTIP
PROGRAM DANA ALOKASI KHUSUS
BIDANG SANITASI TAHUN 2020

Pada hari ini tanggal …….. bulan …… tahun 2020, telah dilaksanakan
kegiatan Pemetaan Sanitasi tingkat Desa/Kelurahan Program Dana Alokasi
Khusus Bidang Sanitasi. Kegiatan tersebut dalam rangka melihat kantung-
kantung rawan sanitasi melalui transek dan wawancara semi terstruktur
mengenai kondisi nyata terkait air limbah domestik dari rumah tangga,
kondisi air bersih, kondisi persampahan, kondisi drainase lingkungan dan
kepadatan penduduk di masing-masing RW/Dusun.

Dari proses Pemetaan Sanitasi tersebut pada masing-masing RW/Dusun


telah menghasilkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Peta Tematik yang menggambarkan tentang sebaran kepadatan
penduduk dan kondisi kerawanan sanitasi di masing-masing
RW/Dusun;
2. Rekap urutan prioritas RW/Dusun untuk segera dilakukan penanganan
sanitasi secara cepat, efektif, efesien, tepat mutu dan biaya;

Demikianlah Berita Acara Pemetaan Sanitasi tingkat Desa/Kelurahan ini


dibuat, sebagai bentuk tanggung gugat kami secara bersama-sama di
tingkat Desa/Kelurahan Program Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang
Sanitasi.

188
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Yang Menyatakan
Perwakilan dari Masyarakat Desa/Kelurahan :

1. ………………………………….. (Tomas)
2. ………………………………….. (Tokoh Agama Laki-laki)
3. ………………………………..... (Tokoh Agama Perempuan)
4. ………………………………….. (Tokoh Pemuda)
5. ………………………………….. (Kader PKK)
6. ………………………………….. (Kader Posyandu)
7. ………………………………….. (Perwakilan Ketua Lingkungan
RT/RW/Dusun)

Mengetahui;
Kepala Desa/Kelurahan …..……………………

(……………………………………….)
Nip. …………………………………

189
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
BERITA ACARA
REMBUK KESIAPAN MASYARAKAT (KONTRAK SOSIAL)
TINGKAT DESA/KELURAHAN PROGRAM DANA ALOKASI KHUSUS
BIDANG SANITASI TAHUN 2020

Pada hari ini tanggal …….. bulan …… tahun 2020, telah dilaksanakan
kegiatan Rembuk Kesiapan Masyarakat (Kontrak Sosial) tingkat
Desa/Kelurahan antara SKPD Kabupaten/Kota ………………….. mewakili
Pemerintah sebagai pengelola Program Dana Alokasi Khusus Bidang
Sanitasi.

Berdasarkan informasi yang telah disampaikan oleh TFL dan kami terima
dalam Sosialisasi Awal Program tingkat Desa/Kelurahan, maka kegiatan
Rembuk Kesiapan Masyarakat (Kontrak Sosial) yang dibangun dengan
penuh kesadaran dari seluruh lapisan masyarakat Desa/Kelurahan telah
menghasilkan kesepakatan bersama, antara lain sebagai berikut :

3. Menerima Program Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Sanitasi


dilaksanakan di Desa/Kelurahan kami, dengan konsekwensi sebagai
berikut;
a. Siap melaksanakan dan mengikuti proses tahapan sesuai arahan
kebijakan Pedoman Pelaksanaan DAK Bidang Sanitasi dibawah
fasilitasi/pendampingan TFL dan Pemerintah Desa/Kelurahan;
b. Siap membantu proses tahapan Pemetaan Sanitasi tingkat
Desa/Kelurahan, proses SELOTIP, proses Pemilihan Pengurus
KSM tanpa adanya upah dalam bentuk apapun;
c. Siap berswadaya baik dalam bentuk barang maupun dalam bentuk
uang dalam rangka perbaikan sanitasi di Desa/Kelurahan kami
pada setiap proses tahapan Program DAK Bidang Sanitasi;
d. Siap dan sukarela memanfaatkan infrastruktur terbangun, termasuk
operasional dan pemeliharaaan secara partisipatif dibawah

190
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
koordinasi pengurus lembaga Kelompok Pemanfaat dan
Pemeliharaan (KPP);
e. Jika kelak kami sebagai pemanfaat dari prasarana sanitasi
terbangun, maka kami siap berpartisipasi dalam pengumpulan iuran
oleh pengurus Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP).

4. Menolak Program Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Sanitasi


dilaksanakan di Desa/Kelurahan kami, dikarenakan;
a. Program DAK Bidang Sanitasi tidak bermanfaat bagi warga
masyarakat untuk perbaikan sanitasi;
b. Masyarakat tidak bersedia mengikuti proses tahapan secara
partisipatif sesuai arahan kebijakan dari Pedoman Pelaksanaan
DAK Bidang Sanitasi;
c. Masyarakat tidak bersedia mengumpulkan iuran dan swadaya baik
dalam bentuk barang maupun uang pada setiap proses tahapan
dan operasional serta pemeliharaan;
d. Dan alasan lainnya, jika ada.

Demikianlah Berita Acara Rembuk Kesiapan Masyarakat (Kontrak Sosial)


ini dibuat, sebagai bentuk tanggung gugat kami secara bersama-sama dan
menjadi bentuk pakta integritas antara kami masyarakat Desa/Kelurahan
dengan Pemerintah dalam Penyelenggaraan Program Dana Alokasi
Khusus (DAK) Bidang Sanitasi.

191
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT

Yang Menyatakan
Perwakilan dari Masyarakat Desa/Kelurahan :

1. ………………………………….. (Tomas)
2. ………………………………….. (Tokoh Agama Laki-laki)
3. ………………………………….. (Tokoh Agama Perempuan)
4. ………………………………….. (Tokoh Pemuda)
5. ………………………………….. (Kader PKK)
6. ………………………………….. (Kader Posyandu)
7. ………………………………….. (Perwakilan Ketua Lingkungan
RT/RW/Dusun)

Mengetahui;
Kepala Desa/Kelurahan …..……………………

(……………………………………….)
Nip. …………………………………

192
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN
PENGURUS TIM PELAKSANA SWAKELOLA (KSM)
DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG SANITASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : ……………………………………………..
Tempat/Tanggal Lahir : ……………………………………………..
Pekerjaan : ……………………………………………..
Alamat : ……………………………………………..

Dengan ini menyatakan secara sungguh-sungguh tanpa paksaan dari


pihak manapun dan penuh rasa sukarelawan serta ikhlas mengemban
amanah dari warga masyarakat yang telah memilih saya sebagai pengurus
Tim Pelaksana Swakelola (KSM) dalam rangka perbaikan sanitasi dan
pengelolaan limbah domestik di lingkungan yang kami cintai ini. Selama
menjadi pengurus kami siap memanfaatkan waktu luang bahkan
meluangkan waktu untuk kegiatan dalam Program DAK Bidang Sanitasi
Tahun Anggaran ……………… dan tidak akan menuntut Hak apapun
terkait Upah/Gaji, terkeuali kami melibatkan diri sebagai tenaga kerja
harian sesuai dengan keahlian yang kami miliki. Kami siap mengabdi sejak
kami ditetapkan sebagai pengurus hingga serah terima hasil pekerjaan
infrastruktur terbangun.

Demikianlah surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya, apabila


dikemudian hari terdapat kekeliruan, kami siap diminta
pertanggungjawaban dihadapan hukum yang berlaku di Negara Republik
Indonesia.
…………………, …………………. 2020
Yang Menyatakan;
MATERAI Rp. 6000
( …………………………………….. )

193
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
CONTOH FORMAT KARTU SUARA
PEMILIHAN PENGURUS TIM PELAKSANA SWAKELOLA KSM

KARTU SUARA KARTU SUARA

TULISKAN 3 NAMA YG MENURUT BAPAK/IBU TULISKAN 3 NAMA YG MENURUT BAPAK/IBU


MEMILIKI KRITERIA SBG ORG BAIK (PEDULI, MEMILIKI KRITERIA SBG ORG BAIK (PEDULI,
IKHLAS, TULUS MEMBANTU, JUJUR, AMANAH IKHLAS, TULUS MEMBANTU, JUJUR, AMANAH
DAN RELA BERKORBAN PADA KEBAIKAN. DAN RELA BERKORBAN PADA KEBAIKAN.
NOTE: NOTE:
WAJIB MENULISKAN MINIMAL 1 NAMA WANITA, WAJIB MENULISKAN MINIMAL 1 NAMA WANITA,
AGAR SUARANYA SAH AGAR SUARANYA SAH
1. ………………………………………… 1. …………………………………………
2. ………………………………………… 2. …………………………………………
3. ………………………………………… 3. …………………………………………

194
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
BERITA ACARA
HASIL PEROLEHAN SUARA DAN PENETAPAN PENGURUS TIM
PELAKSANA SWAKELOLA (KSM) DI TITIK LOKASI PROGRAM DANA
ALOKASI KHUSUS BIDANG SANITASI TAHUN 2020

Pada hari ini tanggal …….. bulan …… tahun 2020, telah dilaksanakan
kegiatan Pemilihan Pengurus Tim Pelaksana Swakelola (KSM) di titik
lokasi RW/Dusun terpilih berdasarkan hasil SELOTIP. Dari sejumlah Bakal
Calon/Utusan RT ……, RT ….., RT ……, RT ……., RT ……., RT …….,
sebagai Bakal Calon yang saling memilih memperoleh hasil berdasarkan
urutan suara terbanyak antara lain sebagai berikut :

Jumlah
No Nama Calon Tanda Tangan Persetujuan
Suara
1
2
3
4
5
6
7
8
Dst..
Note :
Suara terbanyak 1 sampai dengan 3, atas persetujuan dan
kesediaan yang bersangkutan ditetapkan sebagai Pengurus Tim
Pelaksana Swakelola (KSM) pada titik lokasi RW/Dusun sesuai
Hasil SELOTIP.

195
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT

Demikianlah Berita Acara ini dibuat, sebagai bentuk tanggung gugat kami
secara bersama-sama dan menjadi bukti bahwa proses pemilihan
Pengurus Tim Pelaksana Swakelola (KSM) untuk Program DAK Bidang
Sanitasi telah dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Yang Menyatakan
Panitia Pemilihan Balon/Utusan tingkat RW/Dusun ………. :

1. ………………………………….. (Ketua Panitia)


2. ………………………………….. (Sekretaris)
3. ………………………………….. (Anggota)
4. ………………………………….. (Anggota)
5. ………………………………….. (Saksi_1)
6. ………………………………….. (Saksi_2)
7. ………………………………….. (Saksi_3 Perempuan)

Mengetahui;
Kepala Desa/Lurah/Ketua RW/Dusun
…..………

(…………………………………….)

196
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
SURAT KEPUTUSAN KEPALAOPD/PA/KPATENTANGPENETAPAN
TIM PELAKSANA SWAKELOLA (KSM)

LOGO
PEMERINTAH KABUPATEN
DAERAH DINAS
.................................................................................

KEPUTUSAN KEPALA DINAS ...................................................,


KABUPATEN ....................
NOMOR : ...../ ..... /...... /2020
TENTANG

PEMBENTUKAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM)


...........................
KELURAHAN ........................ KECAMATAN .....................

KEPALA DINAS ...................................................................


KABUPATEN ...........................,

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka peningkatan Sanitasi dan


peran aktif masyarakat maka sangat dipandang
perlu untuk dibentuk Tim Pelaksana Swakelola
(KSM) yang merupakan wakil masyarakat
penerima manfaat bantuan sosial disebut KSM
(Kelompok Swadaya Masyarakat) yang
berdasarkan hasil kesepakatan warga Tim
Pelaksana Swakelola/KSM tersebut diberi

197
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
nama KSM ........................ yang berkedudukan
di Desa ....................... Kecamatan .................
Kabupaten .........................;
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a
di atas perlu ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Dinas
..............................................................
Kabupaten ...................

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014


tentang Pemerintahan Daerah;
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi
Kemasyarakatan;
3. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018
tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
4. Peraturan Presiden Nomor 88 tahun 2019
Tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi
Khusus Fisik Tahun Anggaran 2020;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 4/PRT/M/2017
tentang Penyelenggaraan Sistem Air Limbah
Domestik;
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 8/PRT/M/2020
Tentang Petunjuk Operasional
Penyelenggaraan DAK Infrastruktur
Kementerian Pekerjaan Umum dan

198
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Perumahan Rakyat;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33
tahun 2019 tentang Pedoman Penyusunan
APBD 2020;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20
Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Dana Alokasi Khusus di Daerah.
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14
Tahun 2016 tentang Perubahan Keduan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan
Sosial yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
10. Surat Permohonan Kepala Desa/Lurah
.................. Nomor ....../....... /......./2020
Tanggal ............. ............. 2020 Perihal
Permohonan untuk mengeluarkan Surat
Keputusan (SK) pembentukan Tim
Pelaksana Swakelola/Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) ...........................;

Memperhatikan : Hasil musyawarah warga Pembentukan Tim


Pelaksana Swakelola/KSM (Kelompok Swadaya
Masyarakat) di Desa ........... Kecamatan ............
tentang Penunjukkan Pengurus KSM
.......................

MEMUTUSKAN :
KESATU : Menetapkan Tim Pelaksana Swakelola (KSM)

199
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
.................... di lingkungan........... Kecamatan
............ Kabupaten ........... dengan susunan
personalia sebagaimana tercantum dalam
lampiran yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Keputusan ini.

Kedua . . .

Adapun susunan dan tugas KSM sebagai Tim


KEDUA : Pelaksana Swakelola sebagaimana dimaksud
dalam point Kesatu Keputusan ini adalah
sebagai berikut:
Ketua :
• Mengkoordinasikan perencanaan kegiatan
pembangunan;
• Memimpin pelaksanaan tugas tim yang
telah dibentuk dan kegiatan rapat - rapat;

Sekretaris :
• Menyusun rencana kebutuhan dan
melaksanakan kegiatan tata usaha dan
dokumentasi;
• Melaksanakan surat menyurat;
• Melaksanakan pelaporan kegiatan
pembangunan secara bertahap;
• Mendokumentasikan seluruh laporan
kegiatan;
• Membantu dalam penyuluhan kesehatan
masyarakat.

200
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Bendahara :
• Menerima dan menyimpan uang;
• Mengeluarkan/ membayar sesuai dengan
realisasi, sesuai nota/kuitansi;
• Melakukan pengelolaan administrasi
keuangan;
• Melakukan penarikan kontribusi dari
masyarakat berupa uang;
• Menyusun realisasi pembukuan serta
laporan pertangungjawaban keuangan;
• Menyusun realisasi pembukuan serta
laporan pertanggungjawaban keuangan
pada tahapan konstruksi, yaitu :
• Progres keuangan mingguan ditempel di
papan ruangan Sekretariat KSM dan
tempat strategis sehingga dapat dilihat
dengan mudah oleh masyarakat;
• Laporan keuangan bulanan yaitu laporan
penggunaan dana dan laporan harian
sesuai format yang ditentukan untuk
kemudian disampaikan kepada PPK
sanitasi.

Koordinator Tim :
1. Tim Perencana :
Tim perencana mempunyai tugas dan
bertanggungjawabdalam menyusun
dokumen Rencana Kerja Masyarakat
(RKM),membuat gambar rencana kerja,
spesifikasi teknis, rincian biaya pekerjaan,

201
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
jadwal rencana pelaksanaan
pekerjaan.Secara rinci tugas tim
perencana adalah:

• Mensosialisasikan pilihan teknologi


sanitasi kepada masyarakat;
• Mengevaluasi dan menentukan
pilihan teknologi sanitasi yang akan
dibangun, sesuai dengan pilihan,
kemampuan masyarakat serta kondisi
lingkungan;
• Menyusun analisa teknis, membuat
DED lengkap dengan potongan, RAB
dan menyusun analisa struktural,
elektrikal, arsitektural dengan
didampingi oleh TFL
• Menyusun jadwal rencana kegiatan
konstruksi
• Melakukan inventarisasi tenaga kerja;

2. Tim Pelaksana :
Tim pelaksana mempunyai tugas dan
bertanggungjawab dalam melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan yang
direncanakan, membuat gambar
pelaksanaan serta membuat laporan
pelaksanaan pekerjaan. Secara rinci
tugas tim pelaksana adalah:
• Melakukan rekrutmen tenaga kerja;
• Mengatur tenaga kerja di lapangan;

202
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
• Mengatur dan mengkoordinir material
yang diperlukan;
• Menerima dan menyetujui
material/barang masuk;
• Bertanggung jawab terhadap
keamanan material selama
pembangunan;
• Membuat laporan tentang keadaan
material;
• Mengalokasikan material sesuai
dengan kebutuhan pekerjaan
konstruksi;
• Mengorganisir kegiatan kampanye
kesehatan di masyarakat;
• Melakukan monitoring terhadap
upaya penyehatan lingkungan;
• Membuat As built drawing setelah
pekerjaan konstruksi selesai.

3. Tim Pengawas :
Tim pengawas mempunyai tugas dan
bertanggungjawab dalam melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan dan
pelaporan, baik fisik maupun administrasi
pekerjaan swakelola. Secara rinci tugas
tim pengawas adalah:
• Pengawasan kepada pekerja dengan
didampingi oleh TFL;
• Bertanggung jawab terhadap
pengawasan administrasi, teknis dan

203
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
keuangan;
• Didampingi oleh TFL
bertanggungjawab/menilai atas
kualitas dan progres pekerjaan fisik;
• Berkoordinasi dengan TFL menyusun
laporan pekerjaan untuk diteruskan
dan/atau ditindaklanjuti ke PPK.

4. Panitia Pengadaan
Tim Pengadaan diangkat oleh
penanggungjawab Tim Pelaksana
Swakelola/ kelompok masyarakat (KSM)
sebagai pelaksana swakelola untuk
melakukan pengadaan barang/jasa yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan swakelola,
dan anggota tim Pengadaan
diperbolehkan bukan PNS.
• Bertanggung jawab dalam
melaksanakan survey dan
mengundang supplier dan/atau
kontraktor untuk pengadaan material;
• Melaksanakan kegiatan proses
pengadaan barang atau pekerjaan
konstruksi.

KETIGA : Segala sesuatu yang belum diatur dalam surat ini


akan diatur kemudian.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.

204
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT

Ditetapkan di : ..................................,
Pada tanggal : 2020

KEPALA DINAS/KUASA PENGGUNA ANGGARAN


DINAS ...........................
KABUPATEN .....................

..............................................
NIP. ......................

Tembusan Yth :
1. Camat .....................
2. Kepala Desa/Lurah .................. Kecamatan ..................
3. Arsip.

205
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA DINAS ..............................
KABUPATEN .....................
NOMOR: ......./ ... /....../2020
TANGGAL 2020

SUSUNAN PENGURUS TIM PELAKSANA SWAKELOLA (KSM)


..............................
KELURAHAN ................ KECAMATAN .....................
KABUPATEN ....................

1. Ketua : .......................
2. Sekretaris : ......................
3. Bendahara : ..........................
4. Koordinator Tim : ............................
• Tim Perencana : ..................
• Tim Pelaksana : ..........................
: .........................
• Tim Pengawas
• Panitia Pengadaan

Ditetapkan di : ..................................,
Pada tanggal : 2020

KEPALA DINAS/KUASA PENGGUNA ANGGARAN


DINAS ...........................
KABUPATEN .....................

..............................................
NIP. ......................

206
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.2
SK OPD/PPK Tentang Penetapan Penerima Manfaat

KOP SURAT

KEPUTUSAN KEPALA OPD/ PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN


PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
KABUPATEN/KOTA………………………………..
NOMOR:…………………………….
TENTANG

PENETAPAN PENERIMA MANFAAT KEGIATAN SANIMAS 20.….

Menimbang : a .……………………………………...........
b ..……………………………………….......
Mengingat : a………………………………………………….
b ………………………………………………
c ………………………………………………
d ………………………………………………

Memperhatikan:
Daftar Isian Penggunaan Anggaran……….Tahun Anggaran………….

MEMUTUSKAN

207
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT

Menetapkan:
Pertama : Kelompok Swadaya
Masyarakat……………….berkedudukan di Kelurahan/Desa...............
Kecamatan .......... Kota/Kabupaten…..........., seperti terdapat dalam
lampiran keputusan ini merupakan kelompok penerima manfaat
Kegiatan DAK Bidang Sanitasi TA.20.…

Kedua : Kelompok Swadaya Masyarakat………………….


Selaku kelompok penerima manfaat bertugas
membelanjakan dana yang dialokasikan sesuai
dengan peruntukan serta
mempertanggungjawabkan atas
penggunaannya kepada Kuasa Pengguna
Anggaran melalui Kepala OPD/PPK
Provinsi……….....………… dan menyampaikan
laporan pelaksanaan secara berkala.

Ketiga : Biaya yang diakibatkan atas kegiatan DAK


Bidang Sanitasi ini dibebakan pada
DIPA......................... sesuai dengan yang
tercantum dalam DIPA Nomor:………................
tanggal……………….Tahun Anggaran20.….

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal penetapan


sampai dengan berakhirnya Tahun Anggaran
20.…. dengan ketentuan akan diperbaiki
sebagaimana mestinya apabila terdapat
kekeliruan dalam Surat Keputusan ini.

Kelima : Surat Keputusan ini disampaikan kepada yang

208
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
bersangkutan,untuk dilaksanakan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di :………………………………………….……………………
Pada tanggal :………………………………………….………………..….

KEPALAOPD/PPK Kabupaten/ Kota………………………..…....

Stempel Basah

(………………………………………..)
NIP.

209
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1 . 3
Surat Kepala OPD/ Pejabat Pembuat Komitmen
Tentang Penetapan Penerima Manfaat

Kop Surat

DAFTAR PENERIMA MANFAAT

Nama Jumlah Rata-rata


Luas
No Kepala Anggota Pekerjaan Penghasilan/ Alamat
Pekarangan
Keluarga Keluarga Bulan

Data bersumber dari lampiran Berita Acara Penetapan Penerima Manfaat


dari KSM

Ditetapkan di :………………………………………….……………………
Pada tanggal :………………………………………….………………..….

KEPALA OPD/PPK PROVINSI………………..…....


Stempel basah

(………………………………………..)
NIP. ………………………………….

210
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.4
Berita Acara Seleksi Titik Lokasi

BERITA ACARA

Pelaksanaan Proses Seleksi Titik Lokasi


Kegiatan DAK Bidang Sanitasi
Kelurahan/ Desa………………………………

Pada hari.....tanggal....bulan........tahun.......bertempat di Ruang Rapat


Kantor ………………. Kelurahan/Desa………….. yang beralamat di
jalan…………… telah dilaksanakan Seleksi titik lokasi dalam rangka
implementasi kegiatan DAK Bidang Sanitasi . Seleksi tersebut telah
dilaksanakan dengan menggunakan metode SELOTIP. Seluruh proses
seleksi telah dilaksanakan secara fair, transparan dan demokratis oleh
masyarakat sendiri.

Seleksi titik lokasi tersebut telah diikuti oleh…….. titik lokasi,yaitu:

1. Titik Lokasi................ nilai.........


2. Titik Lokasi................ nilai.........
3. Titik Lokasi................ nilai.........
4. Dst ……..

Sesuai dengan hasil nilai yang dikumpulkanolehTim SELOTIP, maka telah


disepakati bersama bahwa titik lokasi yang paling siap untuk
melakasanakan kegiatan DAK Bidang Sanitasi adalah titik lokasi
………………………

211
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT

Demikian berita acara ini dibuat agar dapat digunakan sebagaimana


mestinya.
……………….,……..
Ketua Tim SELOTIP Kelurahan/ Desa ………

(....................................................)

Mengetahui:
Lurah/Kepala Desa Tenaga Fasilitator Lapangan
Stempel basah

(...................................................) (.................................................)

Surat Penetapan Titik Lokasi dari Kepala OPD/ PPK Kabupaten/Kota

Berita Acara lokasi terpili oleh Tim SELOTIP tingkat Kelurahan diverifikasi oleh
TFL, diketahui Kepala Kelurahan/Desa, selanjutnya diajukan kepada Kepala
OPD/PPK Kabupaten/Kota untuk dibuatkan Surat Penetapan Lokasi (SPL).

212
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.5
Standar Kontrak KSM dengan PPK/OPD

Surat Perjanjian Kerjasama


Untuk Melaksanakan Pekerjaan DAK Bidang Sanitasi

Lokasi : ……………………..
Jenis Pekerjaan : ………………………………..
Nomor Kontrak : ……………………………..
Tanggal : ……………………

Surat perjanjian kerjasama ini berikut lampirannya (selanjutnya disebut


“kontrak”) dibuat dan ditanda-tangani di …………….. pada hari …………,
tanggal ………………… bulan ……………… tahun …………………antara
Pejabat Pembuat Komitmen OPD, yang bertindak untuk dan atas nama
……………………………………………… berkedudukan di
……………………………….., berdasarkan Surat Keputusan ………….. No.
………………………… (selanjutnya disebut PPK), dan
……………………………….bertindak sebagai ketua Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) yang berkedudukan di
………………………………………..berdasarkan (Akta Notaris/ SK Camat/
SK Lurah/ SK Kades) No……..tangal……………… yang dikeluarkan oleh
Notaris/ Camat/ Lurah/ Kades ……………………. Di………………………
(yang selanjutnya disebut “KSM”)

Mengingat Bahwa :
a) PPK telah meminta KSM untuk melakukan pembangunan sarana
DAK Bidang Sanitasi , sebagaimana diterangkan dalam Syarat –
Syarat Umum Kontrak yang terlampir dalam kontrak ini;

213
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
b) KSM, sebagaimana dinyatakan kepada PPK, sudah menyusun
RKM (Rencana Kerja Masyarakat) yang telah disusun dan disetujui
oleh masyarakat pengguna sarana;
c) PPK dan KSM menyatakan memiliki kewenangan untuk menanda-
tangani Kontrak ini, dan yang menanda-tangani memilii
kewenangan untuk mengikat pihak yang diwakili;
d) PPK dan KSM mengakui dan menyatakan bahwa sehubungan
dengan penanda-tanganan Kontrak ini masing-masing pihak:
1. Telah senantiasa diberikan kesempatan untuk didampingi oleh
advokat;
2. Menanda-tangani Kontrak ini setelah meneliti secara patut;
3. Telah membaca dan memahami secara penuh ketentuan
Kontrak ini;
4. Telah mendapatkan kesempatan yang memadai untuk
memeriksa dan mengkonfirmasikan semua ketentuan dalam
Kontrak ini, beserta semua fakta dan kondisi yang terkait.
Maka oleh karena itu, KepalaOPD/PPK dan KSM dengan ini bersepakat
dan menyetujui hal-hal sebagai berikut ini :
1) Total harga Kontrak atau Nilai Kontrak adalah sebesar Rp
…………………
(………………………………………………………………..);
2) Istilah dan ungkapan dalam Surat Perjanjian ini, memiliki arti
dan makna yang sama seperti yang tercantum dalam lampiran
Surat Perjanjian ini;
3) Dokumen – dokumen berikut ini merupakan satu-kesatuan dan
bagian yang tidak terpisahkan dari Kontrak, yaitu:

a. Addendum Kontrak (bila ada);


b. Pokok Perjanjian;
c. Surat Penawaran berikut Data Penawaran Biaya;
d. Syarat-Syarat Khusus Kontrak;

214
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
e. Syarat-Syarat Umum Kontrak;
f. RKM (Rencana Kegiatan Masyarakat) dan KAK (Kerangka
Acuan Kerja);
g. Data Teknis selain KAK;
h. Dokumen Kelengkapan seleksi, Surat Penunjukan, Berita
Acara.

4) Dokumen Kontrak dibuat untuk saling menjelaskan satu sama


lain, dan jika terjadi pertentangan antara ketentuan dalam suatu
dokumen dengan kentuan dalam dokumen lainnya, maka yang
berlaku adalah ketentuan dalam dokumen yang lebih tinggi
berdasarkan urutan hierarki pada angka 3 di atas;

5) Hak dan kewajiban timbal-balik PPK dan KSM dalam Kontrak


meliputi khususnya:
a) KSM berkewajiban untuk melaksanakan pekerja Sanitasi
ini sesuai dengan RKM dan KAK;
b) PPK berkewajiban untuk melakukan pembayaran kepada
KSM sesuai dengan ketentuan Kontrak.

6) Kontrak ini mulai berlaku efektif terhitung sejak tanggal yang


ditetapkan dengan tanggal mulai dan penyelesaian keseluruhan
pekerjaan sebagaimana diatur dalam Syarat-Syarat Umum /
Khusus Kontrak.

Dengan demikian, PPK dan KSM bersepakat untuk menanda-tangani


kontrak ini, pada tanggal tersebut diatas dan melaksanakan Kontrak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Republik Indonesia.

215
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT

Untuk dan atas nama PPK Kabupaten/ Kota

Nama :……………….
NIP :……………….
Kelompok Swadaya
Masyarakat …….

Mengetahui :
Nama : ……………….
Kepala OPD Kab Kota : Ketua

Nama : ………………….
NIP :. . . . . . . . . .

216
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.6
Surat Perintah Mulai Kerja
No. : . . . . . . . . . . . . . . . . . Tanggal, . . . . . . . . ..
Pekerjaan DAK Bidang Infrastruktur Bidang Sanitasi Kelurahan,……………
Kota …………. Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :.......................
Jabatan : Kepala OPD/ PPK ………..
Alamat : ..........................
Selanjutnya disebut sebagai Kepala OPD/ Pejabat Pembuat Komitmen.

Berdasarkan Kontrak No.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ., tanggal . .


.
Bersama ini memerintahkan kepada:

Nama :.................
Jabatan : Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat.
Alamat : .................
Selanjutnya disebut sebagai Penyedia Jasa Pembangunan.

Untuk segera memulai pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan


ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Macam pekerjaan : Pembangunan Sanitasi Kelurahan : . . . . . . Kab/
Kota: ………..
2. Tanggal Mulai Kerja : . . . . . . . . . . . . . .
3. Syarat-syarat pekerjaan : sesuai dengan persyaratan dan kentuan
Kontrak.
4. Waktu penyelesaian: selama . . . (. . . . . ) bulan dan pekerjaan
harus sudah selesai pada tanggal: . . . . . . . …………….
5. Hasil Pekerjaan : . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . .

217
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
6. Sanksi : Terhadap keterlambatan penyerahan hasil kerja, maka
kontrak pembangunan Sanitasi dan pembayarannya kepada
Penyedia Jasa Pembangunan ini dapat dihentikan sesuai dengan
ketentuan dalam Syarat-syarat Umum Kontrak.

Kepala OPD/ PPK ……… Kelompok Swadaya


Satuan Kerja Pembangunan Daerah Masyarakat
………………………………

Nama : . . . . . . . . . . . . . . Nama : …………………..


NIP : . . . . . . . .. . . . . . ..
Ketua

218
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.7
BUKU BANK

KSM : ……………………….
Halaman : ……………………….
Kelurahan : ……………………….

Kode KSM : ………………………….


Kota / Kab : …………………………
Kode Proyek : …………………………
Bulan . . . . .. . . . . . Tahun . . . . . . . . . . .
Nama Bank : . . . . . . . . . . . .
No Rek. :......................

Jumlah Kode
Tgl. URAIAN
(Rp)
2/1/12 Setoran 79.675.000 021
12/1/12 Debit 019
15/2/12 Bunga 014

219
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.8
BUKU KAS

KSM : ……………………………
Halaman : ……………………………
Keluarahan : …………………………..

Kode KSM : ……………………………


Kota/Kab : …………………………..
Kode Proyek : ……………………………
Bulan . . . . .. . . . . . Tahun . . . . . . . . . . . .

Account Voucher Masuk Keluar


Tgl. URAIAN
No. No. (Rp) (Rp)
2/1/12 Beli Alat Tulis 345 1567 125.950,-
Alat gali
12/1/12 (cangkul, sekop, 348 1568 256.750,-
dll)

220
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.9
REKAP BULANAN KEUANGAN KSM
DAK Bidang Sanitasi
Bulan : _________ 20_ _

Nama KSM : Bersih Kec. : …………


Lokasi :………… Kab/Kota :…………
Kel./Desa : …………. Provinsi : ………….

1 SALDO AWAL
a. Kas Rp -
b. Bank Rp -

Jumlah saldo awal Rp -


2 PEMASUKAN
Penarikan Dana
a. Bantuan Sosial Rp -
b. Swadaya Tunai Rp -
c. Iuran Warga Rp -
d. Bunga Bank Rp -
Total Pemasukan Rp -

3 PENGELUARAN
a. Material/Bahan Rp -
b. Sewa Alat Rp -
c. Upah Rp -
d. Operasional Rp -
e. Adm Bank Rp -
f. Pajak Bank Rp -
Total Pengeluaran Rp -

4 SALDO AKHIR Rp -
Bank (31 Oktober
a. 2015) Rp -
Kas (31 Oktober
b. 2015) Rp -
Jumlah Rp - -

221
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT

…………………….,………./…../………

Diperiksa, Mengetahui, Disusun oleh,


TFL Ketua KSM Bendahara

(………………………) (………………………) (………………………)

222
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.10
BUKU SWADAYA MASYARAKAT

BUKU SWADAYA
DAK Bidang Sanitasi
Bulan : _________ 20_ _
Nama KSM : ………… Kec. : ………….
Lokasi :………… Kab/Kota : ………….
Kel./Desa : …………. Provinsi : ………….

No TANGGAL URAIAN UNIT HARGA JUMLAH

JUMLAH -

…………………….,………./…../………
Diperiksa, Mengetahui, Dibuat oleh,
TFL Ketua KSM Bendahara KSM

223
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT

(………………………) (………………………) (………………………)

224
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.11
CATATAN HARIAN KEGIATAN

RT/RW /
:
Kelurahan/Desa
Kecamatan / Kab./Kota : Tanggal Kerja:
Jenis Kegiatan : Pelaksana:
Masa Kerja : Pendamping:

Realisasi
Uraian Rencana Realisasi Hari ini Jumlah HOK Cuaca Catatan
No. Kumulatif
Pekerjaan
Volume Satuan Volume Satuan Volume Satuan Pekerja Tukang Mdr/Kk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Diperiksa Oleh : Dibuat Oleh:


TFL KSM

( ............................... ) ( ............................... )

225
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT

Format 1.12

CATATAN HARIAN PENGGUNAAN MATERIAL

Desa/Kel. :
Nama KSM : Lokasi Kerja :
Jenis Kegiatan : Pelaksana :
No. Kontrak : Masa Kerja :

Sumber Dana
Material Masuk Material Keluar Stok Material Paraf
(Rp)
Uraian
No. Tanggal Catatan
Material
Pengambil Penanggung
DAK Swadaya Volume Satuan Volume Satuan Volume Satuan
Material Jawab Stock

Diperiksa Oleh : Dibuat Oleh:


TFL Teknik KSM

( ............. ) ( .............. )

226
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.13

DAFTAR HADIR PEKERJA HARIAN DAN PENERIMAAN UPAH


Pembayaran Upah : Periode _________________ s/d _________________
RT / RW / Kel. / Desa : Upah Mandor/Hari Rp. ...........................
Kec. /Kab. /Kota : Upah Kepala Tukang/Hari Rp. ...........................
Jenis Pekerjaan : Upah TK/Hari Rp. ...........................
Lokasi Kegiatan : Upah PK/Hari Rp. ...........................

Jenis Jumlah Jumlah Tanda


Kategori Hari Orang Kerja
Kelamin HOK Upah Tangan
No. Nama
L P KT TK PK

Rp
Rp
TOTAL
Keterangan : Tanggal Pembayaran : ..........., ......................
KT : Kepala Tukang Mengetahui
TK : Tukang KSM Kepala Tukang
PK : Pekerja
L : Laki-Laki
P : Perempuan
( ............................... ) ( ................... )

227
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.14
Realisasi Kemajuan Pelaksanaan Mingguan

Program DAK Tahun :


RT / RW /
: Jenis Kegiatan
Kel. / Desa :
Kec. /Kab. /Kota : Masa Kerja :

Prosentase
Hasil Pekerjaan (%)
Harga Jumlah Prosentase Kemajuan
Bobot
Uraian Kegiatan Volume Satuan Satuan Harga
(%)
Kemajuan Tiap Terhadap
(Rp.) (Rp.) Minggu Minggu Pekerjaan Seluruh
Jumlah Sisa
Lalu Ini
Pekerjaan

Jumlah
Prestasi
Rencana :
Deviasi
Prestasi :

........................................., ....................................
Diperiksa Oleh : Dibuat Oleh:
TFL KSM

( ............................... ) ( ............................... )

228
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.15
Realisasi Kemajuan Pelaksanaan Bulanan

Program DAK Tahun :


RT / RW /
: Jenis Kegiatan
Kel. / Desa :
Kec. /Kab. /Kota : Masa Kerja :

Prosentase
Hasil Pekerjaan (%)
Harga Jumlah Prosentase Kemajuan
Bobot
No. Uraian Kegiatan Volume Satuan Satuan Harga
(%)
Kemajuan Tiap Terhadap
(Rp.) (Rp.) Bulan Bulan Pekerjaan Seluruh
Jumlah Sisa
Lalu Ini
Pekerjaan

Jumlah
Prestasi
Rencana :
Deviasi
Prestasi :

........................................., ....................................
Diperiksa Oleh : Dibuat Oleh:
TFL KSM

( ............................... ) ( ............................... )

229
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.16
Laporan Masalah Tingkat Desa/Kelurahan

Program DAK Tahun : Bulan :


Desa / Kel : Kab./Kota :
Kecamatan : Provinsi :

Upaya yang Dilakukan


Kendala dan Bantuan yang diharapkan
No. Tanggal Untuk Menyelesaikan
Masalah Dalam Penyelesaian Masalah
Masalah

.........................................,
.................................
Dibuat Oleh:
KSM

(........................ )

230
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.17
Surat Permintaan Pembayaran Tahapan

Nomor : ……………………………
Lampiran : …………………………...
Perihal : Pekerjaan Sanitasi, Kelurahan : . . . . . . . . . . .
Permohonan Pembayaran Tahap ke . . . . ( . . .%)

Kepada Yth.
Kepala OPD/ Pejabat Pembuat Komitmen
Kegiatan DAK Bidang Sanitasi
(Alamat). . . . . . . . . . . . . . . . . .

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan Pekerjaan DAK Bidang Infrastruktur Sub Bidang
Sanitasi, Kelurahan . . . . . . . . . . . . . sesuai Kontrak No. . . . . . . . . . . . . . .
.. . . . . . . tanggal . . . . . . . . . .

Bersama ini, kami mengajukan permintaan Pembayaran Tahap . . . . . ( . . .


. %) dari nilai Kontrak
Atas jumlah tersebut, mohon dapat ditransfer ke rekening kami atas nama
KSM ……………………………………. Pada :
Bank: . . . . . . .. . . . . . .. . .. . . . . .
Jl. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Rekening No. : . . . . . . . . . .

231
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT

Demikian permohonan kami, dan atas perhatian dan kerjasamanya kami


ucapkan terima kasih.

Mengetahui Hormat Kami,


TFL KSM ……………………

Nama : …………… Nama Ketua

232
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.18
Berita Acara Pembayaran

No : …………………………………………………
Pada hari ini tanggal . . . . . Bulan . . . . . . tahun Dua ribu . . . . . . . ., kami
yang bertanda-tangan dibawah ini :
1. Nama : . . . . . . . . . . . .. .. . . . . . . .
Pejabat Pembuat Komitmen, yang bertindak untuk dan atas nama
Pejabat Pembuat Komitmen Satuan Kerja Pembangunan Daerah
(OPD), berkedudukan di ……………………………………….
Selanjutnya disebut PIHAK KESATU.

2. Nama : ............... .....


Jabatan : Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) ……
Alamat : Jl …………………………………………………….
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

a. Berdasarkan:
Nomor dan Tanggal DIPA / Dokumen: Dipersamakan
Nomor dan Tanggal Kontrak : …………………………….
Nilai Kontrak : …………………………………………….
Uraian Pekerjaan : Pembangunan Sanitasi di kelurahan/desa
…………….

b. Maka PIHAK KEDUA berhak menerima Pembayaran Tahap ….. (


…. %) dari PIHAK KESATU untuk pelaksanaan pekerjaan
tersebut, sebesar ……………………………..
Total Pembayaran
Dengan demikian, maka pembayaran sampai dengan sekarang :
- Nilai Kontrak : Rp ………
- Tagihan yang lalu : Rp … …..

233
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
- Sisa Kontrak : Rp ………
Jumlah yang dibayarkan : Rp ………………..
Terbilang : ( ………………………….. )

c. PIHAK KEDUA sepakat atas pembayaran tersebut diatas


dibayarkan ke rekening nomor : …………….. Bank
……………………….. atas nama KSM
………………………………..

Demikian Berita Acara ini dibuat, agar dapat dipergunakan sebagaimana


mestinya.

PIHAK KEDUA PIHAK KESATU


Kelompok Swadaya Masyarakat Pejabat Pembuat Komitmen

Nama Ketua…… Nama ….…………………..


NIP : ………….…………..

234
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.19
Berita Acara Serah Terima Pekerjaan

Nomor : …………………………………….
Pada hari ini tanggal …………. Bulan ………….. tahun Dua ribu ……….,
kami yang bertanda-tangan dibawah ini :
1. Nama : …………………………….
Pejabat Pembuat Komitmen, yang bertindak untuk dan atas nama
Pejabat Pembuat Komitment Satuan Kerja Pembangunan Daerah
(OPD), berkedudukan di ……………………………
Selanjutnya disebut PIHAK KESATU.

2. Nama : ………………………………
Jabatan : Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) ……
Alamat : Jl …………………………………………………….
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

Berita Acara ini dibuat oleh kedua belah pihak, berdasarkan:


A . 1. DPA untuk DAK – APBD TA 2012 : ...................................
Revisi DPA ke 1 : ...................................
Revisi DPA ke 2 : ……………………......
Surat Perjanjian / Kontrak : ………………………...
Uraian Pekerjaan : Pembangunan Sanitasi
Nilai Kontrak :Rp.............
Amandemen ke – 1 : Rp ..……………….....
Amandemen ke – 2 : Rp …………………….
Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan : ………………………
Tanggal …………………………………….

Dengan ini menyatakan mengadakan serah terima pekerjaan


pembangunan Sanitasi , dengan ketentuan sebagai berikut :

235
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT

PASAL - 1
PIHAK KEDUA menyerahkan kepada PIHAK PERTAMA dan
PIHAK PERTAMA menyatakan menerima dari PIHAK KEDUA
berupa Bangunan Sanitasi. Hasil pekerjaan tersebut berlokasi di :
Kelurahan/Desa : .………………………………..
Kab/Kota : …………………………………

PASAL - 2
Dengan adanya serah terima ini, maka selanjutnya tanggung jawab
atas hasil pekerjaan tersebut beralih dari PIHAK KEDUA kepada
PIHAK PERTAMA.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA


Kelompok Swadaya Masyarakat Pejabat Pembuat Komitmen
Keluranan/Desa ….. Satuan Kerja Pembangunan
Kabupaten/Kota …. Daerah

(Nama) (Nama)
NIP:_________

236
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.20
Penilaian Kinerja
Aspek Penilaian Kinerja Pemanfaatan DAK Bidang Sanitasi
Nilai
Aspek Penilaian Bobot Penilaian
No. Angka Huruf
%
Dukungan kegiatan > 80 %
10 Baik
terhadap Kegiatan kegiatan
Prioritas Nasional 60 % - 80
A 20 % 6-8 Cukup
kegiatan
> 60 %
<6 Buruk
kegiatan
Kesesuaian Rencana > 80 %
10 Baik
Kegiatan dengan sesuai
pelaksanaan Rencana 60 % - 80
B 20 6-8 Cukup
Kegiatan % sesuai
> 60 %
<6 Buruk
sesuai
Kesesuaian hasil > 80 %
10 Baik
pelaksanaan fisik dengan sesuai
kontrak/spesifikasi teknis 60 % - 80
C 15 6-8 Cukup
yang ditetapkan % sesuai
> 60 %
<6 Buruk
sesuai
Pencapaian Sasaran Progres
hasil, keluaran, dampak fisik > 80 10 Baik
dan kemanfaatan kegiatan %
yang dilaksanakan Progres
D 15
fisik 60%- 6-8 Cukup
80%
Progres
<6 Buruk
fisik < 60

237
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
%
Dampak dan Manfaat > 80 % 10 Baik
(Merata a – d) 60 % - 80
E 15 6-8 Cukup
%
> 60 % <6 Buruk
Kepatuhan dan Ketertiban 4
Pelaporan (empat Triwulan
10 Baik
triwulan) dan
lengkap
2 – 3
Triwulan
F 15 6-8 Cukup
dan
lengkap
0 – 1
Triwulan
<6 Buruk
dan
lengkap
TOTAL 100

Catatan :
❖ Nilai Total = [ 20 % + Nilai (a) + 20 % + Nilai (b) + 15 % + Nilai (c) +
15 % + Nilai (d) + 15 % + Nilai (c) + 15 % + Nilai (f) + 10;
❖ Klasifikasi Penilaian Akhir : Nilai > 80 = Baik, Nilai 60 = 80 = Cukup,
Nilai < 60 =

238
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.21
Manfaat Pembangunan Infrastruktur

Provinsi : …………………
Kabupaten/Kota : …………………
Tingkat
Kesesuaian Tingkat
Nama Manfaat
Pelaksanaan Pencapaian
No Paket Ditanganinya Ket.
Fisik dengan Tujuan/Sasaran
Pekerjaan Kegiatan
Spesifikasi (%)
Teknis (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

………….…, tanggal……..…20…

(………………………….……….)

Catatan :
Data diisi secara lengkap dan dilaporkan pada triwulan ke IV.
1. = Nomor urut;
2. = Diisi nama paket pekerjaan;
3. = Diisi tingkat kesesuaian pelaksanaan fisik dengan spesifikasi
teknis (%);
4. = Diisi tingkat pencapaian tujuan/sasaran;
5. = Diisi manfaat ditanganinya Kegiatan /Kegiatan;
6. = Keterangan.

239
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.22
Form Data Umum Kabupaten/Kota

Provinsi : …………………
Kabupaten : …………………
Kecamatan : …………………
Tahun : …………………
Luas Jumlah
Kontur
No Kelurahan/Desa Wilayah Penduduk Potensi
Tanah
(m2) (Jiwa)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Jumlah

Catatan :
Diisi hanya sekali saja, kecuali kalau ada perubahan

Keterangan :
1. = Nomor urut;
2. = Diisi nama Kecamatan;
3. = Diisi luas wilayah;
4. = Diisi jumlah penduduk;
5. = Diisi kontur tanah yang dominan di Kecamatan (pantai,
pegunungan dan dataran;
6. = Diisi potensi daerah Kecamatan (perkebunan, pertanian dan
pertambangan).

240
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.23
Data Sumber Pendanaan

Provinsi : …………………….
Kabupaten : …………………….
Tahun : …………………….
Sumber Pendanaan
Kegiatan Sektor Pinjaman/
No APBD DAK Jumlah
Penanganan (Pusat) Hibah
(Rp) (Rp) (Rp)
(Rp) (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Sub bidang
Sanitasi
Pemeliharaan
fasilitas sanitasi

Sub Jumlah
Jumlah

Catatan :
Data diisi secara lengkap sekali saja (triwulan I), kecuali ada
perubahan
1. = Nomor urut;
2. = Diisi nama kegiatan / kegiatan penanganan setiap sub bidang;

241
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
3. = Diisi alokasi APBD untuk tiap sub bidang;
4. = Diisi alokasi DAK untuk setiap sub bidang;
5. = Diisi alokasi dari Pemerintah Pusat (sektor) untuk setiap sub
bidang.

242
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.24
Data Dasar Tingkat Pelayanan Sanitasi Kabupaten/Kota

Provinsi : …………….
Kabupaten/ Kota : …………….
Kecamatan : …………….
Tahun : …………….
Jumlah Tingkat
Jumlah
No Kelurahan/ Penduduk Pelayanan
No Penduduk Ket.
Sanitasi Desa Miskin Sanitasi
(Jiwa)
(KK) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (5) (6)

Catatan :
Diisi hanya sekali saja pada triwulan I, kecuali kalau ada perubahan

Keterangan :
1. = Nomor urut;
2. = Diisi kode air minum dan sanitasi;
3. = Diisi nama Desa/ Kelurahan ybs;
4. = Diisi jumlah penduduk miskin di Desa/Kelurahan ybs;
5. = Diisi jumlah penduduk miskin di Desa/Kelurahan ybs;
6. = Diisi cakupan layanan PDAM (%);
7. = Diisi cakupan layanan sanitasi (%).

243
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Pemantauan Dak Bidang Infrastruktur Bidang
Sanitasi Tahun ……………………………
Provinsi Dan Kabupaten/Kota Bidang
……………….
Peta Provinsi/Kabupaten/Kota Dan Lokasi Proyek

244
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.25
Pantauan Kesesuaian Kegiatan

Kegiatan Kesesuai Kelengkapan Dokumen


Alasan Ket.
Nama Priortitas an RK (Ada/Tidak)
Ketidak
No Paket Lokasi Nasional dengan
sesuaia Spesifi
Pekerjaan yang Juknis Gambar RAB
n kasi
Didukung (Ya/Tidak)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Catatan :
Diisi hanya sekali saja pada triwulan I, dengan mengacu pada paket
sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Kegiatan (RK).
Keterangan :
1. = Diisi nomor urut;
2. = Diisi nama paket/nama pekerjaan yang sedang ditangani;
3. = Diisi nama Kelurahan/Kecamatan/Desa lokasi proyek;
4. = Diisi kesesuaian kegiatan /kegiatan dengan prioritas nasional;
5. = Diisi kesesuaian RK dengan Juknis;
6. = Diisi alasan ketidaksesuaian yang ada;
7. = Diisi kelengkapan dokumen yang ada;
8. = Diisi kelengkapan dokumen yang ada;
9. = Diisi kelengkapan dokumen yang ada;
10. = Diisi dengan hal-hal yang perlu ditambahkan.

245
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.26
Pantauan Pelaksanaan Kegiatan

Provinsi : ……………………
Kabupaten/Kota : ……………………
Nama Paket Sasaran Cara Pengadaan Realisasi Masalah Upaya Pemecahan
No Biaya (Rp) Rencana (%)
Pekerjaan Vol. Unit (Rp) (%) Pelaksanaan Masalah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

246
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.27
Monitoring Dan Evaluasi DAK Bidang Sanitasi
Tabel a. Data Pentahapan Kegiatan DAK Bidang Sanitasi

Penyiapan
Jenis Sarana masyarakat oleh Penyerapan Dana Pekerjaan Fisik O&P
TFL
Lokasi Sasaran (Kelurahan)

30% (Pekerjaan Fisik

30% (Pekerjaan Fisik

Sosialisasi Pengguna
Provinsi/Kab

40% (RKM Selesai)

Pel.atihan Operator

Serah Terima Aset


Nama KSM

Rencana Realisasi

Mencapai 30%)

Mencapai 60%)

Pengoperasian
/Kota

OPD

Pel. Tukang

Kontruksi
Mandor
KSM
Pel.

Pel.
Lainnya

Lainnya
MCK++

MCK++
Tangki

Tangki
Umum

Umum
Septik

Septik
Toilet

Toilet
IPAL

IPAL
1 2 3 4 5a 5b 5c 5d 5e 6a 6b 6c 6d 6e 7a 7b 7c 8a 8b 8c 9a 9b 9c 10a 10b

Keterangan:
1. = (1) Nama provinsi dan kabupaten/ kota pelaksana DAK Bidang
Sanitasi ;
2. = (2) Nama OPD terkait penerima DAK Bidang Sanitasi ;
3. = (3) Lokasi tempat pelaksanaan DAK Bidang Sanitasi ;
4. = (4) Nama KSM tiap lokasi pelaksana DAK Bidang Sanitasi ;
5. = (5a – 5e) Pilih (cek list) jenis sarana sanitasi yang akan
dibangun sesuai dengan RK dan cek list kegiatan lainnya
berikut tulis nama kegiatan di kolom lainnya;
6. = (6a – 6e) Pilih (cek list) jenis sarana sanitasi yang dibangun
(realisasinya);
7. = (7a) Waktu pelaksanaan pelatihan KSM;
8. = (7b) Waktu pelaksanaan pelatihan mandor;
9. = (7c) Waktu pelaksanaan pelatihan tukang;
10. = (8a) Penyerapan dana sebesar 40% (Jika RKM sudah selesai/
disiapkan);
11. = (8b) Penyerapan dana sebesar 30% (Jika pekerjaan fisik sudah
mencapai 30%);

247
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
12. = (8c) Penyerapan dana sebesar 30% (Jika pekerjaan fisik sudah
mencapai 60%);
13. = (9a) Waktu pelaksanaan pelatihan operator;
14. = (9b) Waktu sosialisasi pengguna;
15. = (9c) Prosentase progres fisik;
16. = (10a) Waktu pelaksanaan serah terima aset;
17. = (10b) Waktu mulai pengoperasian.

248
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.28
Data Pendanaan Kegiatan DAK Bidang Sanitasi

Sumber Pembiayaan
Lokasi Swadaya
Provinsi/Kab/Kota Sasaran APBD Masyarakat
DAK
(Kelurahan) Kab./Kota In In
Cash Kind
(1) (2) (3a) (3b) (4a) (4b)

249
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.29
Data Kelengkapan Pelaporan Kegiatan Sanitasi

Progres
Substansi Pelaporan Triwulan Pelaksanaan
Kegiatan (%)
Pelapor
Provinsi/Kab./ Data Data Dasar
an DAK Progres
Kota Umum Prasarana Kesesuai
Online dan Fisi Keuang
Kelurah Sanitasi an
Pelaksana k an
an dan Kelurahan/D Kegiatan
an
Desa esa
(1) (2) (3a) (3b) (3c) (3d) (3e) (3f)

Keterangan :
1. = (1) = Nama provinsi/kota/kab pelaksana DAK Sanitasi;
2. = (2) = checklist (√) jika sudah melaksanakan pelaporan secara
on line (E-monitoring);
3. = (3a) = checklist (√) jika dalam laporan sudah mencantumkan
data umum (Nama Kelurahan / Desa, luas wilayah
(m2), Jumlah penduduk (jiwa), kontur tanah dominan di
kelurahan/Desa tersebut (pantai/pegunungan/dataran),
potensi kelurahan/desa
(perkebunan/pertanian/pertambangan), sumber pendanaan
untuk sub-bidang Sanitasi);
4. = (3b) = checklist (√) jika dalam laporan sudah mencantumkan
data dasar yaitu data dasar seluruh prasarana sanitasi
kelurahan/desa di kab/kota;
5. = (3c) = checklist (√) jika dalam laporan sudah mencantumkan
kesesuaian kegiatan / kegiatan;

250
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
6. = (3d) = checklist (√) jika dalam laporan sudah mencantumkan
proses dan pelaksanaan;
7. = (3e) = dalam laporan sudah mencantumkan progres fisik;
8. = (3f) = dalam laporan sudah mencantumkan progres keuangan.

251
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.30
Data Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)

Alokasi Alokasi Mengikuti Pelatihan TFL


Status Periode
Nama Dana Dana dari Kementerian PUPR
No Kontrak
TFL Non DAK APBD Tanggal
PNS (bulan) Sudah Belum
PNS (Rp) (Rp) Pelatihan
(1) (2) (3a) (3b) (4) (5a) (5b) (6a) (6b) (6c)

Keterangan :
1. = (1) Nomor;
2. = (2) = nama tenaga fasilitator lapangan (TFL);
3. = (3a)= checklist (√) jika status kepegawaiannya adalah PNS;
4. = (3b)= checklist (√) jika status kepegawaiannya adalah non PNS;
5. = (4) = periode bulan kontrak;
6. = (5) = alokasi dana APBD pada tahun 2013 (Rp);
7. = (6a)= checklist (√) jika sudah mengikuti pelatihan TFL dari PUPR;
8. = (6b)= tanggal pelaksanaan pelatihan TFL (jika sudah mengikuti);
9. = (6b)= checklist (√) jika belum mengikuti pelatihan TFL dari PUPR.

252
LAMPIRAN 1
FORMAT – FORMAT
Format 1.31
Permasalahan dalam Pelaksanaan Kegiatan DAK Bidang Sanitasi

Permaslaahan yang ada Usulan/Masukan


solusi atas
No Provinsi/Kab./Kota
SDM/Kelembagaan Keuangan Teknis Permasalahan
yang ada
(1) (2) (3a) (3b) (3c) (4)

Note ;
Kolom permasalahan diisi dengan uraian masalah

253
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

LAMPIRAN 2

254
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

Bagian 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


DAK Bidang Sanitasi merupakan program pembangunan
infrastruktur dan pengembangan masyarakat yang mengedepankan
pada pengembangan dan pemanfaatan sumber daya lokal. Program
ini bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap
infrastruktur, peningkatan pendapatan masyarakat dan penciptaan
lapangan kerja bagi masyarakat. Kegiatan Sanitasi ini memberikan
peran yang besar kepada masyarakat untuk merencanakan,
melaksanakan serta memanfaatkan dan memelihara sendiri.

Program DAK Bidang Sanitasi ini digunakan untuk membangun


infrastruktur sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang telah
direncanakan dalam Rencana Kerja Masyarakat (RKM).
Pemanfaatan DAK Bidang Sanitasi tersebut perlu didukung dengan
pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, transparan, dan
akuntabel. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan
dana DAK Bidang Sanitasi yang dibelanjakan melalui proses
Pengadaan Barang/Jasa, diperlukan proses Pengadaan
Barang/Jasa yang efesien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil
dan akuntabel dengan melibatkan masyarakat secara luas. Sehingga
diperoleh barang/jasa yang termurah dan berkualitas serta dapat
dipertanggung-jawabkan secara baik dari segi fisik, keuangan,
maupun manfaatnya bagi masyarakat.

255
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

1.2 TUJUAN
Petunjuk Teknis Pengadaan Barang/Jasa di tingkat masyarakat
bertujuan untuk menyediakan panduan bagi seluruh pelaku Sanitasi
dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan kegiatan pengadaan
barang/jasa terutama Tim Pengadaan Barang dan Jasa di KSM, agar
pemantauannya sesuai dengan persyaratan dan peraturan yang
ditetapkan dan memberikan nilai-nilai edukasi bagi masyarakat
sehingga memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat.

1.3 PENGERTIAN
Beberapa definisi dasar yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
1. Pengadaan adalah: proses untuk memperoleh barang dan jasa
berupa pengalihan dari pihak ketiga atau dari pihak yang
mengadakan. Proses pengalihan ini melalui proses yang diatur
sedemikian rupa sehingga barang dan jasa tersebut diperoleh
dengan kualitas yang tepat dan harga yang termurah.
2. Penyedia Barang/Jasa adalah: badan usaha atau orang
perseorangan yang menyediakan Barang/jasa.
3. Tata cara pengadaan di tingkat masyarakat adalah: tata cara
pengadaan barang/jasa dengan sederhana berbasis
masyarakat, berbasis potensi alam setempat dan prinsip prinsip
pemberdayaan.
4. Swakelola adalah: Pengadaan Barang/Jasa dimana
pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri
dan dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan.
5. Penunjukan Langsung adalah: metode pemilihan Penyedia
Barang/Jasa dengan cara menunjuk langsung ke 1 (satu)
Penyedia Barang/Jasa.

256
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

6. Pengadaan Langsung adalah: Pengadaan Barang/Jasa


langsung kepada Penyedia Barang/Jasa, tanpa melalui
Pelelangan Sederhana/ Seleksi/Penunjukan Langsung.
7. Pengadaan Barang/Jasa dengan Pelelangan Sederhana
adalah: Pengadaan Barang/Jasa yang jumlah pesertanya paling
sedikit 3 (tiga) toko/pemasok/penyedia jasa untuk menjamin
adanya kompetisi yang sesuai dengan prinsip-prinsip
pengadaan;

1.4 PRINSIP DASAR PENGADAAN


Pelaksanaan kegiatan DAK Bidang Sanitasi merupakan kegiatan
swakelola oleh masyarakat, dimana KSM dipilih selaku pelaksana
dan penanggungjawab pelaksanaan kegiatan di tingkat masyarakat.
Oleh karena itu, pengadaan barang/jasa di tingkat masyarakat dalam
DAK Bidang Sanitasi berpendekatan pada prinsip-prinsip
penyelenggaraan program dan prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa
yang ditetapkan.

Pengadaan barang/jasa pada DAK Bidang Sanitasi diselenggarakan


untuk menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan bagi pembangunan
infrastruktur sanitasi, dimana lokasi kelurahan/desa sasaran DAK
Bidang Sanitasi ditetapkan melalui SK Kepala Daerah penerima
program.

Pengadaan Barang/Jasa agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan


kepada masyarakat dari segi administrasi, teknis dan keuangan,
maka perlu menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan
dengan menggunakan dana dan daya yang minimum untuk

257
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan


atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai
hasil dan sasaran dengan kualitas yang maksimum.
2. Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan
kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya
3. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai
pengadaan barang/jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara
luas oleh Penyedia Barang/Jasa yang berminat serta oleh
masyarakat pada umumnya.
4. Terbuka, berarti pengadaan barang/jasa dapat diikuti oleh
semua Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi
persyaratan/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan
prosedur yang jelas.
5. Bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus dilakukan
melalui persaingan yang sehat diantara sebanyak mungkin
Penyedia Barang/Jasa yang setara dan memenuhi persyaratan,
sehingga dapat diperoleh Barang/Jasa yang ditawarkan secara
kompetitif dan tidak ada intervensi yang mengganggu terciptanya
mekanisme pasar dalam Pengadaan Barang/Jasa.
6. Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang
sama bagi semua calon Penyedia Barang/Jasa dan tidak
mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu,
dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
7. Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan
yang terkait dengan pengadaan barang/jasa sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.

258
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

1.5 ETIKA PENGADAAN


Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa
harus mematuhi etika sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab
untuk mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tercapainya
tujuan pengadaan barang/jasa;
2. Bekerja secara mandiri dan menjaga kerahasiaan dokumen
pengadaan barang/jasa yang menurut sifatnya harus
dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam
Pengadaan Barang/Jasa;
3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak
langsung yang berakibat terjadinya persaingan tidak sehat;
4. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang
ditetapkan sesuai dengan kesepakatan tertulis para pihak;
5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan
para pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam proses pengadaan barang/jasa;
6. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan
kebocoran keuangan negara dalam pengadaan barang/jasa;
7. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang
dan/atau kolusi dengan tujuan untuk keuntungan pribadi,
golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak
langsung merugikan negara; dan
8. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk
memberi atau menerima hadiah, imbalan, komisi dan berupa apa
saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga
berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa.

259
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

1.6 PENGGUNA PETUNJUK TEKNIS


Secara khusus petunjuk teknis ini diperuntukkan bagi KSM, Tim
Pengadaan ditingkat masyarakat, Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)
dan pelaku lainnya. Secara umum pengguna dan manfaat masing-
masing dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

PENGGUNA MANFAAT
Masyarakat • Memahami arti penting pengadaan barang/jasa di tingkat
(KSM) masyarakat
• Acuan untuk merencanakan, melaksanakan dan memantau
kegiatan pengadaan barang/jasa di tingkat masyarakat
Tenaga • Memfasilitasi masyarakat untuk menyusun rencana kerja
Fasilitator pelaksanaan kegiatan khususnya pelaksanaan pengadaan
Lapangan (TFL) barang/jasa di tingkat masyarakat
• Panduan kerja pendampingan masyarakat dan para
pemangku kepentingan di desa/kelurahan terkait
pengadaan barang/jasa di tingkat masyarakat
Unsur • Memahami secara menyeluruh konsep dan mekanisme
Pemerintah Pengadaan Barang/Jasa di Tingkat masyarakat
Daerah / OPD • Merencanakan pengelolaan program dengan memastikan
Kabupaten/ kebijakan pengadaan barang/jasa di tingkat masyarakat
Kota • Mengendalikan program termasuk penilaian kinerja
pelaksanaan proses pengadaan barang/jasa di tingkat
masyarakat
• Panduan kerja pengendalian mutu pelaksanaan pengadaan
barang/jasa di tingkat masyarakat
• Memantau dan evaluasi kemajuan program terkait dengan
pelaksanaan pengadaan barang/jasa di tingkat masyarakat

260
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

Bagian 2
TIM PENGADAAN BARANG/JASA

Pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang dibutuhkan dalam kegiatan


DAK Bidang Sanitasi menggunakan barang/jasa dari badan
usaha/leveransir/toko ataupun perorangan (masyarakat), yang pada
dasarnya dilakukan melalui pemilihan penyedia barang/jasa oleh Tim
Pengadaan.

2.1 KETENTUAN UMUM TIM PENGADAAN


Pengadaan barang/jasa pada kegiatan DAK Bidang Sanitasi di tingkat
masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Tim Pengadaan barang/jasa merupakan anggota KSM dan
perwakilan dari masyarakat penerima manfaat yang
pembentukanya di lakukan pada Rembug Warga.
2. Orang-orang yang duduk dalam tim pengadaan adalah anggota
masyarakat yang mempunyai integritas, jujur, tidak mempunyai
kepentingan pribadi serta dipilih secara demokratis oleh
masyarakat.
3. Jumlah tim pengadaan barang/jasa harus ganjil (ditetapkan 3
atau 5 orang), tergantung dari nilai barang/jasa yang akan di
lelangkan. Untuk yang nilainya antara Rp. 50 juta sampai
dengan Rp. 200 juta tim pengadaan 3 orang (1 orang dari 2
orang dari KSM), sedangkan untuk yang nilainya diatas Rp. 200
juta maka tim pengadaan ditetapkan 5 orang (3 orang dari KSM
dan 2 orang dari perwakilan masyarakat Kelurahan/ Desa). Hal
ini untuk memudahkan dalam pengambilan keputusan. Susunan
Tim pengadaan barang/jasa terdiri dari Ketua, Sekretaris dan

261
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

Anggota dipersyaratkan melibatkan minimal 1 (Satu) orang


perempuan.
4. OPD Kabupaten/Kota setempat, Tenaga Fasilitator Lapangan,
Kepala Kelurahan dan jajarannya, PPK Sanitasi dan jajarannya
tidak diperbolehkan untuk menjadi anggota Tim Pengadaan
ataupun campur tangan dalam pengambilan keputusan
pengadaan barang/jasa yang dapat mengganggu terlaksananya
pengadaan barang/jasa.
5. Barang/jasa yang akan diadakan untuk pembangunan fisik
harus memenuhi kebutuhan sesuai RKM (DED dan RAB) yang
telah verifikasi oleh TFL dan disetujui oleh OPD setempat, dan
memenuhi spesifikasi teknis yang telah dipersyaratkan dalam
petunjuk teknis infrastruktur yang diterbitkan oleh program DAK
Bidang Infrastruktur Sub Bidang Sanitasi maupun oleh
pemerintah daerah.
6. Pengadaan jasa sewa alat /alat berat harus memperhitungkan
tingkat efisiensi penggunaan Dana DAK Bidang Sanitasi dan
efektifitas pelaksanaan sehingga program ini benar-benar dapat
memberikan pendapatan dan manfaat yang optimal bagi
masyarakat. Serta di pastikan penggunaan alat yang disewa
dalam kegiatan fisik di lapangan memang benar-benar tidak
bisa di kerjakan oleh masyarakat setempat.

2.2 KETENTUAN UMUM TIM PENGADAAN


Tim Pengadaan merupakan anggota KSM yang penetapannya di
lakukan melalui surat keputusan Kepala Kelurahan pada Rembug
warga. Struktur Keanggotaan Tim Pengadaan adalah sebagai berikut
:

262
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

KETUA

SEKERTARIS

ANGGOTA

2.3 TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB TIM PENGADAAN


1. Menyiapkan daftar barang/jasa dan pekerjaan yang akan
diadakan dan sekaligus menyiapkan spesifikasi teknisnya;
2. Membuat rencana pembeliaan barang berdasarkan (Jenis
barang/jasa dan ketersediaan penyedia barang/jasa) dan jadwal
rencana pelaksanaan pengadaan untuk di bahas pada saat
Rembug Warga. Dalam pertemuan Rembug Warga, tim
membuka kesempatan apabila ada masyarakat yang ingin
menyumbangkan barang dan jasa secara sukarela untuk
kegiatan DAK Bidang Sanitasi;
3. Melakukan survey harga toko, minimal 3 toko material/supplier.
4. Untuk pengadaan diatas Rp. 50.000.000 sampai dengan Rp.
200.000.000 harus memasang pengumuman di tempat strategis
dalam lingkup kelurahan (kantor kelurahan, poskamling, tempat
ibadah, dan lain-lain) dan/atau mengirimkan undangan kepada
pemasok/penyedia jasa untuk melakukan pengadaan;
5. Menyiapkan daftar toko/pemasok/penyedia jasa yang sudah
dilakukan pengecekan untuk diundang mengikuti proses
pengadaan yang jumlahnya paling sedikit 3 (tiga)

263
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

toko/pemasok/penyedia jasa untuk menjamin adanya kompetisi


yang sesuai dengan prinsip-prinsip pengadaan;
6. Menerima surat penawaran, mengevaluasi dan menetapkan
calon pemenang pengadaan yang dilakukan dalam Rembug
Warga Penetepan Pemenang yang dihadiri oleh unsur tokoh
masyarakat, KSM, Kepala Kelurahan, KM, Tenaga Fasilitator
Lapangan dan kaum perempuan;
7. Memastikan harga barang/jasa mendapatkan harga yang
termurah;

Melakukan pertemuan dengan warga masyarakat (Rembug Warga


pra pelaksanaan) untuk memberitahukan rencana pembelian
barang/jasa termasuk rencana lokasi penyimpananya.

264
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

Bagian 3
PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA

3.1 TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB TIM PENGADAAN


1. Pengadaan barang/jasa adalah pengadaan barang/jasa yang
dibiayai melalui dana DAK Bidang Sanitasi.
2. Pengadaan barang untuk operasional KSM, dapat dibeli
langsung kepada penyedia barang dan bukti pengikatnya cukup
berupa bukti pembelian/nota pembelian.
3. Pengadaan barang/jasa untuk pembangunan fisik infrastruktur
dilakukan oleh dilaksanakan oleh Tim Pengadaan, dengan
mengikuti mekanisme yang di atur di dalam petunjuk teknis ini
pengadaan barang/jasa.

Secara umum pengadaan barang per jenis barang atau per-


ketersediaan barang oleh masyarakat/pemasok/toko/leveransir dan
sewa alat mengikuti ketentuan dalam pedoman umum DAK Bidang
Sanitasi, yaitu sebagai berikut :
1. Pengadaan barang yang bernilai kurang dari Rp. 10.000.000
(sepuluh juta) dapat dibeli langsung kepada penyedia barang
dan bukti pengikatnya cukup berupa bukti pembelian/nota
pembelian pembayaran dengan materai sesuai ketentuan.
2. Pengadaan barang yang bernilai diatas Rp. 10.000.000 (sepuluh
juta) sampai dengan Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah)
dapat dilakukan dengan penunjukan langsung kepada 1 (satu)
penyedia barang melalui penawaran tertulis dari penyedia
barang yang bersangkutan, dan bukti pengikatannya berupa
Kuitansi saja dengan materai sesuai ketentuan.

265
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

3. Pengadaan barang yang bernilai di atas Rp. 50.000.000 (lima


puluh juta) sampai dengan Rp. 200.000.000 (dua ratus juta)
dilakukan oleh tim pengadaan yang berjumlah 3 (tiga) orang
dengan cara meminta dan membandingkan sekurang-kurangnya
3 (tiga) penawaran dari 3 (tiga) penyedia barang yang berbeda
serta memilih penawaran dengan harga terendah, dan bukti
pengikatannya berupa Surat Perintah Kerja (SPK) dengan
materai sesuai ketentuan.
4. Pengadaan barang yang bernilai diatas Rp. 200.000.000 (dua
ratus juta) dilakukan oleh tim pengadaan yang berjumlah 5 orang
dengan cara meminta dan membandingkan sekurang-kurangnya
3 (tiga) penawaran dari 3 (tiga) penyedia dengan harga terendah,
dan bukti pengikatannya berupa Surat Perjanjian dengan sesuai
ketentuan.

Secara detail, tata cara pengadaan barang/jasa khususnya


barang/jasa untuk pemenuhan kebutuhan barang/jasa pembangunan
secara detail dijelaskan di bawah ini.

266
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

3.2 TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB TIM PENGADAAN


Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dan RAB menjadi acuan bagi tim
pengadaan untuk melakukan perencanaan pengadaan dan
pelaksanaan pengadaannya. Tim pengadaan yang sudah dibentuk
pada forum Rembug Warga, harus mempelajari permasalahan dan
potensi kelurahan dan di lingkungannya terutama dalam aspek
kebutuhan penyediaan barang/jasa (jenis barang, harga satuan dan
biaya) serta Rencana Pelaksanaan Kegiatan.

3.3 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN BARANG/JASA


Tim Pengadaan bersama KSM didampingi Tenaga Fasilitator
Lapangan (TFL) diwajibkan segera mengadakan rapat sekaligus
menjadi forum Rembug Warga setelah tim pengadaan disahkan.
Untuk menjelaskan rencana kegiatan pembangunan yang akan
dilaksanakan yang mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Penjelasan jadwal pelaksanaan pembangunan
Tim Pengadaan Menjelaskan jadwal pelaksanaan
pembangunan yang difokuskan pada target waktu pencairan
dana Sanitasi dalam setiap tahapnya dan pelaksanaan serta
penyelesaian fisik. Tim pengadaan harus menyusun jadwal
pengadaan dengan mengacu pada Rencana Tahapan
Pembangunan infrastruktur agar barang/jasa dapat disediakan
secara tepat waktu.
2. Penjelasan RAB dan Harga satuan
Menjelaskan teknis penyusunan RAB dan Harga Satuan yang
digunakan dimana RAB tersebut disusun berdasarkan analisa
yang ditetapkan dan disusun secara partisipatif. Harga satuan
yang digunakan adalah harga satuan setempat terendah
berdasarkan survey.

267
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

Melalui penjelasan ini diharapkan tim dapat memberikan


penjelasan kepada toko/pemasok/leveransir dan dapat
memberikan penilaian terhadap pengajuan penawaran;
3. Penjelasan kebutuhan barang/jasa dan spesifikasi teknis;
Kebutuhan barang/jasa yang akan digunakan dalam
pembangunan fisik meliputi kebutuhan material, bahan dan
sewa alat harus mengikuti spesifikasi teknis yang ditetapkan.
Kualitas barang/jasa harus diutamakan untuk menjaga
ketahanan dan kualitas infrastruktur yang dibangun.
Dari rapat tersebut, diharapkan tim pengadaan sudah memahami
ruang lingkup dan rencana kerja yang akan dilaksanakan dalam
kegiatan pembangunan fisik. Dalam rapat tersebut juga dihasilkan
identifikasi kebutuhan barang/jasa dan potensi penyediaannya.

3.4 PEMILIHAN METODE PENGADAAN


Mengacu pada prinsip, pendekatan dan tujuan DAK Bidang Sanitasi
serta hasil identifikasi potensi penyediaan barang/jasa maka metode
pengadaan barang/jasa dikelompokkan sebagai berikut :
1. Metode Pengadaan Oleh Masyarakat
2. Metode Pengadaan Oleh Penyedia Barang/Jasa
• Penunjukan Langsung
• Pelelangan Sederhana

3.5 REMBUG WARGA PRA PENGADAAN BARANG/JASA


Pelaksanaan proses pengadaan barang/jasa yang akan disediakan
baik oleh masyarakat secara perorangan atau kelompok, atau
disediakan oleh pemasok/toko/leveransir, harus terlebih dahulu
disepakati oleh masyarakat melalui forum Rembug warga Pra
Pengadaan Barang/Jasa.

268
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

Rembug Warga Pra Pengadaan Barang/Jasa ini dilakukan untuk


menjamin adanya transparansi/keterbukaan dalam pengadaan
barang/jasa dan menjaring partisipasi masyarakat untuk terlibat di
dalam pengadaan barang. Rembug warga ini dilakukan untuk
menginformasikan dan menjelaskan kepada masyarakat terkait:
1. Menjelaskan hasil Identifikasi potensi pengadaan barang/jasa
2. Prinsip Mekanisme dan ketentuan dalam pengadaan barang/jasa
3. Proses pengadaan barang dan jasa
4. Kesepakatan pemaketan barang/jasa

Rembug warga ini diselenggarakan oleh Tim Pengadaan dengan


pendampingan dari TFL. Peserta yang diundang dalam rembug
warga ini adalah Aparat Kelurahan, KSM, Ketua RT, masyarakat
umum, kaum perempuan, serta masyarakat yang mempunyai
pekerjaan/penyediaan barang yang sesuai dengan kebutuhan
pembangunan infrastruktur.

3.6 PENGADAAN BARANG/JASA


3.6.1 Pengadaan Barang/Jasa Oleh Masyarakat
Pengadaan barang/jasa oleh masyarakat adalah penyediaan
barang/jasa oleh masyarakat dimana masyarakat
(perseorangan atau kelompok) dalam hal ini bertindak atau
bekerja sebagai pengumpul barang/jasa dan bukan bertindak
sebagai pemasok/leveransir.
Syarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pengadaan
barang/jasa oleh masyarakat, adalah sebagai berikut :
1. Lokasi barang terletak di kelurahan sasaran bersangkutan.
2. Sumber material tidak dikuasai oleh pemasok atau
kelompok tertentu.

269
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

3. Masyarakat atau kelompok pengumpul bahan dapat


ditunjuk langsung melalui kesepakatan dalam Rembug
warga pra pengadaan barang.
4. Pengadaan barang/material yang berasal dari masyarakat
atau kelompok pengumpul dilakukan dengan cara :
a. Untuk barang yang bernilai kurang dari Rp.
10.000.000,- (sepuluh juta) dapat dibeli langsung
kepada penyedia barang dan bukti pengikatnya
cukup berupa bukti pembelian/nota pembelian
pembayaran dengan materai sesuai ketentuan.
b. Untuk barang yang bernilai diatas Rp. 10.000.000,-
sampai dengan Rp. 50.000.000,- dapat dilakukan
dengan penunjukan langsung kepada 1 (satu)
kelompok masyarakat sebagai penyedia barang
melalui penawaran tertulis dari penyedia barang yang
bersangkutan, dan bukti pengikatannya berupa
Kuitansi saja dengan materai sesuai ketentuan.
c. Harga yang ditawarkan telah disepakati bersama
dalam rembug pra pengadaan dan tidak melebihi dari
RAB.
d. Biaya sewa kendaraan untuk mengangkut material
tersebut dapat dibayar terpisah, dengan mengikuti
ketentuan pengadaan sewa alat.
e. Untuk Jasa atau Sewa Alat tetap memperhatikan
kebutuhan kegiatan dan harus melalui proses rembug
dengan masyarakat.

3.6.2 Pengadaan Oleh Penyedia Barang/Jasa


1. Pengadaan Barang/Jasa (Pelelangan Sederhana):

270
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

a. Pengadaan material/bahan tidak dapat dilakukan oleh


masyarakat.
b. Pengadaan barang/jasa mempunyai nilai di atas Rp.
50.000.0000,-
c. Pengadaan barang oleh penyedia jasa dilakukan dengan
cara :
d. Untuk paket barang/jasa yang bernilai di atas Rp.
50.000.000,- sampai dengan Rp. 200.000.000,- dilakukan
oleh tim pengadaan dengan cara meminta dan
membandingkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran
dari 3 (tiga) penyedia barang yang berbeda serta memilih
penawaran dengan harga terendah, dan bukti
pengikatannya berupa Surat Perintah Kerja (SPK) dengan
materai sesuai ketentuan.
e. Untuk paket barang/jasa yang bernilai di atas Rp.
200.000.000,- dilakukan oleh tim pengadaan yang
berjumlah 5 orang dengan cara meminta dan
membandingkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran
dari 3 (tiga) penyedia dengan harga terendah, dan bukti
pengikatannya berupa Surat Perjanjian dengan materai
sesuai ketentuan.
f. Nilai paket barang/jasa yang ditentukan per jenis bahan dan
per paket yang bisa disediakan oleh
pemasok/toko/leveransir, sebagai contoh sebagai berikut:

Contoh Batu dan pasir digabung menjadi satu paket karena


Gabungan-1 dapat disediakan oleh satu pemasok.
Contoh Semen dan Besi Beton tidak dapat digabung menjadi

271
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

Gabungan-2 satu paket karena tidak dapat disediakan oleh satu


pemasok.
Contoh Batu, pasir, semen dan besi beton digabung menjadi
Gabungan-3 satu paket karena dapat disediakan oleh satu pemasok.

g. Tidak diperbolehkan memecah paket pengadaan untuk


tujuan menghindari Pelelangan Sederhana.
h. Barang (material/alat) memiliki kualitas sesuai spesifikasi
i. Harga lebih rendah dari Harga Satuan dalam RAB. Harga
dari pemasok sudah termasuk pajak. Kewajiban menyetor
pajak menjadi tanggungjawab pemasok.

3.7 PROSEDUR PELELANGAN SEDERHANA


Dalam penentuan calon pemasok, langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Tim Pengadaan melakukan survey harga satuan serta calon
pemasok dengan referensi terhadap survey harga satuan yang
pernah dilakukan pada saat penyusunan RAB dan Harga
Satuan. Pemasok harus berbadan usaha. Jika calon pemasok
yang berbadan usaha tidak ada di kelurahan, maka dapat
menggunakan pemasok yang berasal dari kelurahan lainnya.
2. Calon pemasok diwajibkan mempunyai sumber daya manusia,
modal, peralatan dan alat angkut yang cukup sehingga tidak
akan mengganggu jadwal pengadaan.
3. Pada penyerahan penawaran, pemasok wajib membawa contoh
barang yang ditawarkan. Hal ini akan memberikan kemudahan
bagi Tim dalam melakukan penilaian kualitas, mutu bahan dan
akan membantu dalam penentuan pemenang.

272
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

a. Proses Pelelangan Sederhana


1. Tim Pengadaan telah menyiapkan dokumen yang berisi
daftar jenis, spesifikasi, volume, jadwal pengadaan
barang/alat/jasa sebagai tindaklanjut dari rembug warga.
2. Tim Pengadaan menyiapkan daftar toko/pemasok yang
jumlahnya cukup
3. Tim Pengadaan menyiapkan pengumuman pengadaan yang
akan dipasang di papan pengumuman Sekretariat KSM,
Kantor Kelurahan, dan lokasi-lokasi yang strategis lainnya.
Pengumuman Pelelangan Sederhana minimal berisi :
a. Nama dan alamat KSM;
b. Paket pekerjaan yang akan dilaksanakan;
c. Lokasi pekerjaan; dan
d. Perkiraan besaran biaya.
4. Tim Pengadaan menyiapkan undangan Pelelangan
Sederhana yang dilengkapi dengan Daftar Volume dan
Spesifikasi teknis barang serta penyampaian undangan
dilakukan dengan pola sebagai berikut :
a. Tim melakukan kunjungan ke toko/pemasok untuk
menyampaikan undangan karena tidak dimungkinkan
pemasok diundang ke kelurahan.
b. Pemasok datang ke kelurahan untuk mendapatkan
penjelasan lebih rinci dari tim.

b. Pembuatan Penawaran
1. Proses pengajuan penawaran oleh pemasok dilakukan dengan cara
tidak langsung dimana calon pemasok mengajukan penawaran
beberapa hari atau sesuai jadwal yang ditentukan setelah
mendapatkan penjelasan dari Tim Pengadaan.

273
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

2. Ketentuan lainnya adalah pemasok harus merahasiakan


penawarannya.
3. Semua dokumen penawaran harus ditandatangani oleh pimpinan
pemasok dan bermaterai.

c. Penetapan dan Pengumuman Pemenang


Penetapan calon pemenang Pelelangan Sederhana dilakukan dengan
pembukaan penawaran oleh tim yang dilakukan di tempat strategis
yang dihadiri oleh para tokoh masyarakat dan wakil masyarakat serta
kaum perempuan. Dalam pembukaan penawaran ini harus menjamin
bahwa prosesnya dilakukan secara jujur, transparan dan akuntabel.
Tata cara penetapan pemenang Pelelangan Sederhana ditentukan
melalui:
1. Tim menetapkan tempat acara pengumuman pemenang.
2. Tim membuat undangan, Kepala Kelurahan, KSM dan wakil
masyarakat lainnya termasuk kaum perempuan.
3. Tim membuka penawaran dengan disaksikan oleh para peserta
4. Tim menetapkan pemenang dengan kriteria penawaran terendah,
mutu barang yang sesuai spesifikasi teknis, identitas dan alamat
pemasok jelas.

Bila acara Pelelangan Sederhana telah selesai dan telah disepakati


oleh peserta yang hadir. Maka tim harus secepatnya mengumumkan
penetapan pemenang, berita acara penetapan pemenang, dan hasil
keseluruhan proses Pelelangan Sederhana dengan menempelkannya
pada papan informasi atau mengumumkannya melalui media lain yang
mudah diakses oleh masyarakat secara luas.

274
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

Bagian 4
SURAT PERJANJIAN KERJA (SPK)

4.1 KETENTUAN UMUM


1. Pemasok yang menjadi pemenang melakukan ikatan SPK
pengadaan barang dengan KSM. Contoh kontrak dapat dilihat
pada Lampiran PBJ 11
2. Penandatanganan kontrak dilakukan setelah dana DAK Bidang
Sanitasi masuk ke rekening Pengurus KSM. Hal ini untuk
menghindari adanya hutang kepada pemasok atau sumber
lainnya di luar perjanjian resmi.
3. Kontrak harus dilampiri jadwal pengiriman barang.
4. TFL berkewajiban untuk melakukan pendampingan dan
pengendalian dalam pengadaan barang/sewa alat;
5. Perwakilan OPD melakukan pemantauan dan monitoring/uji petik
melalui; (a) Supervisi Pelaksanaan Pengadaan Bahan/Peralatan;
(b) Persiapan Dokumen Pembayaran untuk Pengadaan
Bahan/Peralatan yang sudah diterima; (c) Penerimaan
Pengadaan Barang/Peralatan yang sudah diterima.
6. Tugas Supplier adalah mengadakan Bahan Baku atau Peralatan
sesuai dengan Spesifikasi yang telah disepakati dalam perjanjian
dan Petunjuk Teknis DAK Bidang Sanitasi .
7. Pengadaan ini tidak dapat dikontrakan kembali kepada pihak
lain.
8. Supplier harus mentaati segala perundang-undangan dan hukum
yang berlaku, serta memperhatikan adat istiadat setempat.

275
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

4.2 TATA CARA PEMBAYARAN


1. Pembayaran kepada Pemasok dilakukan secara bertahap sesuai
dengan jumlah atau besaran barang yang diterima di kelurahan
dan setelah mendapatkan pengecekan oleh tim pengadaan
barang/jasa.
2. Pembayaran dapat dilakukan melalui transfer ke rekening
penyedia barang/jasa sesuai dengan nomor rekening pada bank
yang ditunjuk yang tertera dalam SPK

276
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

Bagian 5
PENUTUP

Petunjuk Teknis Pengadaan Barang/Jasa ini diharapkan dapat menjadi


pegangan bagi seluruh pelaku yang terkait dalam pelaksanaan DAK
Bidang Sanitasi khususnya dalam pengadaan barang/jasa di tingkat
Kelurahan/desa. Petunjuk teknis ini disusun dengan memberikan peluang
yang besar kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam penyediaan
barang/jasa yang dibutuhkan.

Diharapkan dengan adanya petunjuk teknis ini, para pelaku dapat


memahami proses pengadaan barang/jasa Sanitasi dan dapat
mensosialisasikan secara luas, sehingga pelaksanaan Sanitasi dapat
dilaksanakan dengan lebih efektif, efisien, transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan. Dengan demikian DAK Bidang Sanitasi ini benar-
benar memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat.

277
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

BERITA ACARA PEMBENTUKAN TIM PENGADAAN


(Format PBJ 1)

Pada hari ini…………… tanggal…………… bulan………………


tahun………………… bertempat di…………………… KSM………yang
bertanda tangan di bawah ini, telah membentuk Tim Pengadaan yang
terdiri dari ………orang, dimana ……orang diantaranya adalah perempuan.
Tim Pengadaan ini dibentuk untuk melaksanakan tugas Pengadaan
Barang/Jasa di lingkungan KSM……….. Tim ini dalam melaksanakan
tugasnya harus selalu memperhatikan ketentuan-ketentuan dan kaidah-
kaidah Pengadaan Barang/Jasa yang jujur, transparan, adil dan akutabel.

Daftar Personil Tim Pengadaan adalah sebagai berikut :


No. Nama L/P Kedudukan Dalam Tim
1. ………………………………. Ketua
2. ………………………………. Sekretaris
3. ………………………………. Anggota
… ………………………………. ………………..
… ………………………………. ………………..

Mengetahui,
KSM ................... OPD TEKNIS

(…………………………) (…………………………)

278
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

BERITA ACARA SURVEY HARGA BAHAN, UPAH DAN SEWA ALAT


(Format PBJ 2)

Pada hari ini ……………tanggal


……………bulan…………………tahun………….., kami yang bertanda
tangan di bawah ini, Tim Pengadaan
KSM………………Kelurahan/Desa……………….,
Kecamatan……….Kabupaten……..Provinsi………telah melakukan Survey
Harga Bahan, Upah dan Sewa Alat pada …………………………………….
Harga Bahan, Upah dan Sewa Alat hasil survey ini akan dipergunakan
pada Pembangunan Program Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur
Sub Bidang Sanitasi di Desa /
Kelurahan………………….Kecamatan………………Kabupaten……………
…Propinsi………
Hasil Survey Harga Bahan, Upah dan Sewa Alat terlampir.
Demikian Berita Acara Survey Harga Bahan dan Material ini kami buat
dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Kami yang melakukan Survey :
N Nama Jabatan Tanda Tangan
o.
1. ……………………… …………………… …………………..
2. …………………….. ………………….. .…………………

3 ……………………. ………………….. ………………….

4 ……………………. …………………… ………………….


..
5 ……………………. ………………….. ………………….

279
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

DAFTAR SURVEY HARGA UPAH, BAHAN DAN ALAT


(Format PBJ 3)

KSM …………………………………..
Desa/Kelurahan : ………………………..
Kecamatan : ………………………..
Kabupaten : ………………………..
Provinsi : ………………………..

Harga
Nama
No. Satuan Satuan Spesifikasi Keterangan
Barang/Alat/Jasa
(Rp.)
A. Upah
1. Tukang Batu Hari
2. Tukang Kayu Hari
3. Tukang Pipa Hari
4. Pekerja …………
5. …………………. …………
B. Bahan Bangunan
1 Batu Kali Buah
2 Btau bata m3
3 Pasir pasang m3
4 Pasir beton Zak
5 Semen, zak = 50 Kg
kg
6 Besi beton ……
7 ……. ……
C Bahan Perpipaan

280
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

1 Pipa PVC dia. 100 m’ SNI


mm
2 Pipa PVC dia. 75 m’ SNI
mm
3 Pipa PVC dia. 50 m’ SNI
mm
4 Pipa PVC dia. 25 m’ SNI
mm
5 ……….. …….

Kami yang melakukan Survey Harga :


N
Nama Jabatan Tanda Tangan
o.
1. ……………………. ……………………… ……………………

2. …………….…….. ……………………. ……………………

3 ……………………. ……………………… ……………………

4 ……………………. ……………………… ……………………

5 ……………………. ……………………… ……………………

281
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

UNDANGAN UNTUK PENGADAAN BARANG (BAHAN/ALAT)


(Format PBJ 4)

Nama Kegiatan :___________________


Tanggal :_____________
Sumber Dana : ___________________
No Surat : ___________________
Kepada : ___________________
Pemasok yang terhormat,
1. Anda diundang untuk memasukkan penawaran harga untuk
memasok barang (bahan/alat) di bawah ini:
(i) ___________________________________________
(ii) ___________________________________________
(iii) ___________________________________________
(iv) ___________________________________________
Informasi untuk spesifikasi teknis dan volume yang dibutuhkan ada
dalam lampiran.
2. Anda dapat menawarkan satu atau lebih dari barang yang ada di
undangan ini.
Setiap barang akan dievaluasi terpisah berdasarkan harga terendah
ATAU penawaran dilakukan terhadap semua barang.Penawaran harga
akan dievaluasi untuk semua barang dan kontrak akan diberikan
kepada pemasok yang menawarkan harga terendah.
3. Anda harus memasukkan 1 format asli dan 1 copy dari penawaran
harga dan yang asli. Penawaran harus dimasukkan kedalam amplop
tertutup dan dialamatkan ke:
______________________________
______________________________
______________________________

282
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

4. Batas akhir pemasukan penawaran adalah: ________________


5. Penawaran harga yang dikirim melalui fax atau alat elektronik, dapat
diterima.
6. Penawaran harga harus dimasukkan dengan mengikuti aturan
yang berlaku, seperti dibawah ini
(i) Harga: Harga termasuk dengan ongkos pengangkutan barang.
(ii) Evaluasi penawaran: dilakukan terhadap penawaran yang
responsive terhadap spesifikasi teknis. Evaluasi juga harus
memasukkan ongkos di luar barang, misalnya ongkos
pengangkutan barang. Tim pengadaan dapat melakukan koreksi
terhadap kesalahan aritmetik.
(iii) Kontrak akan diberikan kepada penawar yang memberikan harga
terendah. Pemenang selanjutnya akan menandatangani kontrak.
(iv) Masa berlaku penawaran: Penawaran harga yang diajukan harus
berlaku selama 45 hari dari masa batas waktu penerimaan
penawaran.
7. Informasi selanjutnya dapat diperoleh dari:
_______________________________
Telephone : ___________________
Fax : ___________________
8. Penerimaan undangan penawaran harus dikonfirmasi sesegera
mungkin, apakah anda akan memasukkan penawaran atau tidak.

Hormat Kami

(Tim Pengadaan)

283
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

UNDANGAN UNTUK PENGADAAN BARANG/JASA


(Format PBJ 5)
Nama Kegiatan :___________________Tanggal :_____________
Sumber Dana :___________________
No Surat :___________________
Kepada :_______________________

Kontraktor yang terhormat,


1) Anda diundang untuk memasukkan penawaran harga untuk
pekerjaan di bawah ini :
_______________________________________________(deskripsi
pekerjaan)
2) Untuk membantu anda dalam mempersiapkan penawaran harga,
berikut dilampirkan spesifikasi, jumlah dan volume pekerjaan, dan
gambar, form untuk memasukkan penawaran dan draft kontrak.
Anda harus memasukkan 1 format asli dan 1 copy dari penawaran
harga dan yang asli. Penawaran harus dimasukkan kedalam amplop
tertutup dan dialamatkan ke:
______________________________
______________________________
______________________________
3) Anda harus mempunyai pengalaman sebagai kontraktor utama
dalam konstruksi yang setara tingkat kesulitannya dengan
pekerjaan yang ditawarkan ini, pada waktu tiga tahun terakhir dan
mempunyai bukti sumber dana untuk menyelesaikan pekerjaan ini.
4) Setiap kontraktor dapat memasukkan satu penawaran, dalam
bentuk individual atau partner joint venture. Untuk joint venture,
semuanya harus bertangungjawab secara bersama dalam

284
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

pelaksanaan kontrak.Lead partner dalam joint venture harus


menunjukkan kemampuan seperti pada paragrap 3 di atas.
5) Evaluasi penawaran: dilakukan terhadap penawaran yang responsive
terhadap spesifikasi teknik. Evaluasi juga harus memasukkan ongkos di
luar barang, misalnya ongkos pengangkutan barang.Tim pengadaan
dapat melakukan koreksi terhadap kesalahan aritmetik.
6) Masa Berlaku Penawaran: Penawaran harga yang anda ajukan harus
berlaku selama 45 hari dari masa batas waktu penerimaan penawaran.
7) Kontrak akan diberikan kepada penawar yang responsif terhadap
spesifikasi, dan memberikan harga terendah, dan selanjutnya akan
menandatangani kontrak.
8) Kontraktor yang mengundurkan diri dan menolak kontrak, akan
dikeluarkan dari list kontraktor dari proyek ini
9) Kontrak akan diatur dalam aturan di lampiran draft kontrak
10) Penawaran harus dimasukkan paling lambat……..
11) Informasi selanjutnya dapat diperoleh dari:
________________________________
________________________________
Telephone : ____________________
Fax : ____________________
12) Penerimaan undangan penawaran harus dikonfirmasi sesegera
mungkin, apakah anda akan memasukkan penawaran atau tidak.
Hormat Kami

(Tim Pengadaan)

285
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

DAFTAR VOLUME dan SPESIFIKASI PEKERJAAN

(Format PBJ 6)

No. Nama Jenis Barang/Jasa Satuan Volume Spesifikasi

286
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

SURAT PENAWARAN

(Format PBJ 7)

................., .................. 20...

Nomor : ................................................

Lampiran : 1 (satu) berkas

Perihal : Penawaran Harga Pekerjaan Pengadaan Barang (Bahan/Alat)


Konstruksi/Pekerjaan Berupa ........................................................

Kepada Yth.:

Ketua Tim Pengadaan Barang/Jasa

pada Satuan Pelaksana Program (Satlak) : ......................................

Di Tempat

Dengan hormat,

Sehubungan dengan pengumuman pengadaan dari Tim Pengadaan


Barang/Jasa pada KSM dengan Surat Undangan/Pengumuman Nomor :
....................... ....................................... tanggal ........................., maka kami
yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : ……………………………..………

Jabatan : ……………………………..………

Toko/Pemasok / Kontraktor : ……………………………..………

287
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

Tahun didirikan atau Nomor Ijin : ……………………………..………

Usaha (bila ada)

Alamat Toko/Pemasok / Kontraktor : ……………………………..………

Setelah mempelajari secara keseluruhan dokumen Pengadaan pekerjaan


……………...............…………………….., dengan ini kami mengajukan
penawaran harga sebesar Rp. .......................,-
(...........................................................................), rincian harga dan surat-surat
pernyataan sebagaimana terlampir, dengan waktu penyelesaian pekerjaan
selama ... (.........) hari kalender terhitung sejak ditandatanganinya Surat
Perjanjian Kerja.

Penawaran harga ini berlaku selama 45 (empat puluh lima) hari terhitung sejak
tanggal pembukaan dokumen penawaran.

Demikian surat penawaran ini kami buat dalam rangkap .......... (.............) dan
bermeterai cukup, untuk menjadikan periksa.

..................................... 20....

288
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

RINCIAN HARGA PENAWARAN

(Format PBJ 8)

PEKERJAAN : ...................................
Harga Jumlah
No Nama Jenis Satuan Volume
Satuan Harga Spesifikasi
Barang/Jasa*)
(Rp) (Rp)

Total (Rp)
Dibulatkan (Rp)
Terbilang :

........................., ..................... 20....

TOKO/PEMASOK

Nama Jelas, Tanda Tangan

Jabatan

289
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

SURAT PERNYATAAN KEBENARAN USAHA

(Format PBJ 9)

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : …………………………….

Tempat / tgl. Lahir : ……………………………..

Alamat Tempat Tinggal : …………………………….

Adalah benar-benar Pemilik Toko/Pemasok Bahan/Alat Konstruksi*) di


sekitar lokasi pekerjaan KSM : ..............................., yaitu :

N a m a (Toko/Pemasok/Kontraktor) : ………………………………..

Alamat : ………………………………..

Tahun didirikan atau Nomor Ijin : …………………..……………


Usaha (bila ada)

Surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan saya


sanggup dituntut dimuka pengadilan apabila keterangan-keterangan yang
diberikan tidak benar.

290
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

Demikian pernyataan ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana


mestinya.

........................., ..................... 20....

TOKO/PEMASOK/KONTRAKTOR

MATERAI

Rp 6.000,-

dan

Tanggal

Nama Jelas, Tanda Tangan

Jabatan

291
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

BERITA ACARA

PEMBUKAAN PENAWARAN, PENILAIAN, DAN PENETAPAN PEMENANG

(Format PBJ 10)

BERITA ACARA

PEMBUKAAN PENAWARAN, PENILAIAN, DAN PENETAPAN


PEMENANG

Nomor : ....................................

TENTANG :

PEKERJAAN : ..........................................

Pada hari ini ...........tanggal ................ bulan .....................tahun ................,


bertempat di ................................................................................................,
telah melaksanakan rapat.

Evaluasi Penawaran dan Penetapan Pemanang untuk pekerjaan


........................................................................................................................
......

Rapat dibuka pada pukul ..............., oleh Ketua/Sekretaris*) Tim


Pengadaan Barang/Jasa, yang dihadiri oleh :

• Ketua, Sekretaris dan para anggota Tim Pengadaan Barang/Jasa;

292
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

• Para peserta calon Pemasok Barang/Jasa*) yang telah diundang dan


mengambil dokumen Pengadaan, yaitu :
a. Toko/Pemasok/Kontraktor : ......................., Rp.......................................
b. Toko/Pemasok/Kontraktor: ........................, Rp.......................................
c. Toko/Pemasok/Kontraktor: ....................... , Rp.......................................,
dst
Adapun rangkaian acara adalah sebagai berikut :

No Agenda Kegiatan Hasil Kesepakatan

1 Penerimaan Penawaran Peserta Yang Memasukan Penawaran


sebanyak ...........

2 Pembukaan Penawaran Pembukaan Penawaran dilaksanakan mulai


pukul .....s/d.....

Jumlah Penawaran yang dibuka sebanyak


...................

3 Penilaian/Evaluasi Berdasarkan kriteria penilaian Penawaran,


Penawaran (Rangking maka diperoleh rangking hasil penilaian
Penawar) Penawaran sebagaimana terlampir.

4 Penetapan Pemenang Berdasarkan hasil evaluasi/penilaian


penawaran yang masuk maka ditetapkan
Pemenang Pengadaan ini adalah
Toko/Pemasok/Kontraktor :
.................................................... dengan
harga penawaran sebesar Rp.
...............................

Selanjutnya Pemenang segera melakukan

293
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

No Agenda Kegiatan Hasil Kesepakatan

perjanjian kerja dengan pihak KSM.

Pada akhir acara sekali lagi ketua tim menyampaikan nama dan jumlah
penawaran dari peserta yang dinyatakan sebagai Pemenang di hadapan seluruh
Peserta yang hadir.

Rapat ditutup oleh Ketua/Sekretaris*) Tim Pengadaan Barang


(Bahan/Alat/Pekerjaan) pada pukul ....................................

Demikian Berita Acara pembukaan, penilaian, dan penetapan pemenang ini


dibuat dalam rangkap 3 (tiga), ditandatangani oleh Tim Pengadaan dan 2 (dua)
wakil dari calon Pemasok untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

294
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

TIM PENGADAAN BARANG/JASA

KSM : .............................

Kedudukan
No N a m a Tanda Tangan
Dalam TIM

1. ................................. Ketua 1. ……………

2. ………………
2. ................................. Sekretaris

3. ................................. Anggota 3. ……………

4. ………………
4. ................................. Anggota

5. ................................. Anggota 5. ……………

WAKIL DARI CALON PEMASOK/KONTRAKTOR

1. Toko/Pemasok/Kontraktor : ......... 2. Toko/Pemasok/Kontraktor : .......

Nama : ............................ Nama : ............................

Jabatan : ............................ Jabatan : ............................

Tanda Tangan : ............................ Tanda Tangan : ............................

295
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

SURAT PERJANJIAN KERJASAMA (SPK)

PENGADAAN BARANG/JASA

(Format PBJ 11)

SURAT PERJANJIAN KERJASAMA (SPK)

PENGADAAN BARANG/JASA

Nomor : ...............................
Kegiatan : ___________________________________________

Tahun Anggaran 20..…

Paket Perjanjian Kerja : Pengadaan Barang/Jasa) berupa


....................

Berdasarkan Kontrak antara KSM dengan OPD


Kabupaten/Kota..................................:
Kontrak : Nomor ........................ tanggal
................................

Kami yang bertandatangan dibawah ini :


I. Nama : ............................................................................
Jabatan : Ketua KSM..................................
Desa/Kelurahan .........................................
Kecamatan....................................…,
Kab/Kota ....................................................................…......
Alamat : ........................................................................…
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA

296
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

II. Nama : ............................................................................


Jabatan : Pimpinan Pemasok/Toko/Kontraktor :
..........................................
Alamat : .......................................................................…
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
Maka dengan ini disetujui oleh dan diantara pihak pertama dan pihak
kedua tersebut, hal-hal sebagai berikut :

PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN
Pemasok harus melaksanakan dan menyelesaikan pengadaan barang
(bahan/alat) / dan jasa sesuai dengan spesifikasi dan volume yang
disyaratkan, berupa:
✓ Penyediaan dan pengangkutan bahan sampai dilokasi kegiatan;
✓ Penyediaan peralatan, mobilisasi/demobilisasi peralatan, penyediaan
tenaga operator peralatan di lapangan)
✓ Pengerjaan pemasangan pipa / sumur / sanitasi
✓ ..................................................................
untuk pelaksanaan pekerjaan :
a. Nama paket/jenis kegiatan : ..........................................................
b. Lokasi :...........................................................

PASAL 2
DOKUMEN PERJANJIAN KERJA
Dokumen perjanjian kerja sebagaimana ditentukan dibawah ini harus
dibaca serta merupakan bagian dari perjanjian kerja ini, yaitu :
(1) Petunjuk Pelaksanaan DAK Bidang Sanitasi Tahun 2016;
(2) Surat perjanjian kerjasama pengadaan barang (bahan / jasa)

297
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

(3) Syarat-syarat umum perjanjian kerjasama


(4) Spesifikasi teknik
(5) Dokumen penawaran dan lampiran-lampirannya, khususnya :
(i) Jadwal pelaksanaan pekerjaan
(ii) Kuantitas danpenawaran beaya
(iii) Spesifikasi pekerjaan
(iv) Gambar-gambar dan Adendum, (bila ada).

PASAL 3
MASA PERJANJIAN KERJA
Pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dinyatakan dalam perjanjian ini akan
dilaksanakan selama ………(.................................…… hari kalender
kerja), terhitung sejak tanggal surat perjanjian ini ditandatangani oleh
kedua belah pihak.

PASAL 4
JUMLAH NILAI PERJANJIAN KERJA
Nilai perjanjian kerja untuk pekerjaan yang tertuang didalam pasal (1) surat
perjanjian ini, bersifat lumpsum untuk seluruh pekerjaan sebagaimana
dicantumkan dalam dokumen penawaran pekerjaan Pemasok / Kontraktor
bersangkutan, sebesar : Rp.............................
(................................................. Rupiah)

PASAL 5
CARA PEMBAYARAN dan PENYERAHAN PEKERJAAN
5.1. Seluruh pelaksanaan pembayaran pekerjaan tersebut dalam pasal
(1) surat perjanjian ini bisa dilaksanakan melalui Bank Pemasok
oleh pihak Pertama dan dinyatakan dengan Berita Acara
Pembayaran;

298
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

5.2. Uang muka dapat diberikan kepada Pemasok setinggi-tingginya 20 %


(dua puluh persen) dari nilai kontrak dan pihak pemasok harus
menyerahkan jaminan uang muka dengan nilai minimal 100 %
(seratus persen) dari besarnya uang muka;
5.3. Pembayaran berikutnya akan dilaksanakan setelah
bahan/alat/pekerjaan*) diterima atau dilaksanakan oleh pihak
pertama dilokasi proyek;
5.4. Apabila pihak Pertama mengkehendaki penyerahan bahan/alat*) atau
pelaksanaan pekerjaan tidak dilaksanakan secara sekaligus tetapi
secara bertahap sesuai kebutuhan pekerjaan pihak pertama maka
cara pembayaran akan dilaksanakan secara bertahap sesuai nilai
tahapan penyerahan pekerjaan.
5.5. Rincian volume dan waktu penyerahan pekerjaan sebagaimana
dimaksud dalam tahap penyerahan pekerjaan pada pasal 5.4 diatas,
akan diberitahukan kemudian oleh pihak Pertama kepada pihak
Kedua secara tertulis, selambat-lambatnya 5 (lima) hari kalender
sebelum batas waktu penyerahan bahan/alat*) yang dikehendaki oleh
pihak Pertama.

PASAL 6
SANKSI
6.1. Apabila terjadi keterlambatan pekerjaan akibat dari kelalaian
Pemasok/Kontraktor, maka yang bersangkutan dikenakan denda
keterlambatan sekurang-kurangnya 1 /1000 (satu perseribu) per hari
dari nilai kontrak, dan akan diperhitungkan pada saat pembayaran
kepada Pemasok;
6.2. Keterlambatan yang diakibatkan karena adanya force majeure / kahar
maka pihak Pemasok/Kontraktor tidak dikenakan denda selama ada
pembuktian secara tertulis dan syah oleh pihak Pemasok. Kejadian

299
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

tersebut harus dilaporkan kepada KSM selambat-lambatnya 3 (tiga)


hari setelah adanya kejadian dimaksud.
6.3. Keadaan kahar/force majeure adalah suatu keadaan yang terjadi
diluar kehendak para pihak seperti : kerusuhan, bencana alam (banjir,
gempa bumi, badai, gunung meletus, tanah longsor, dan angin topan),
kebakaran, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam kontrak tidak
dapat dipenuhi.
6.4. Pihak Pertama berhak memutuskan/membatalkan kontrak kerja
dengan Pihak Kedua dan mengalihkan kepada Pihak lain tanpa
terlebih dahulu memberitahukan kepada Pihak Kedua, apabila
Pihak Kedua tidak melaksanakan pekerjaan dalam waktu ........
16)
(.............) hari kalender sejak ditandatanganinya perjanjian ini dan
atau sejak disampaikannya pemberitahuan tertulis sebagaimana
dimaksud pada pasal 5.5 diatas.
......................., ........- .................... 20 ...
PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA,
Ketua KSM Pimpinan Pemasok / Toko /
Kontraktor
Meterai

Rp 6000
...............……..........…… ...............……..........……

Mengetahui,
TFL Teknis

………………..................

300
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

SURAT PERNYATAAN
TIDAK MENUNTUT GANTI RUGI
(Format PBJ 12)

Yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : ………………………………………...
Jabatan : ………………………………………….....
Toko/Pemasok/Kontraktor : …………………………………………
Tahun didirikan atau Nomor Ijin Usaha (bila ada) : ……………………
Alamat Toko/Pemasok/Kontraktor : ……………………………..

Apabila toko/pemasok/kontraktor kami keluar sebagai


pemenang/pelaksana pekerjaan : …………………………………… pada
KSM : …………………………….., dengan ini menyatakan, bahwa apabila
terjadi perubahan gambar, spesifikasi teknis maupun volume yang
mengakibatkan perubahan harga dan atau karena adanya pembatalan
dana yang dilakukan oleh pihak program SPB, maka kami tidak akan
menuntut ganti rugi baik secara administrasi maupun materiil kepada
Tim Pengadaan maupun KSM selaku pemberi pekerjaan ini dan bersedia
untuk dilakukan perubahan / amandemen kontrak.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya untuk dapat


digunakan sebagaimana mestinya.
Toko/Pemasok/Kontraktor

MATERAI
Rp 6.000,-
dan

Tanggal
Nama Jelas, Tanda Tangan
Jabatan

301
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

SURAT PERNYATAAN
KESANGGUPAN MENYELESAIKAN PEKERJAAN
(Format PBJ 13)

Yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : ……………………………………
Jabatan : ………………………………………
Toko/Pemasok/Kontraktor : ……………………………………
Tahun didirikan atau Nomor Ijin Usaha (bila ada) : ……………………
Alamat Toko/Pemasok/Kontraktor : …………………………

Dengan ini menyatakan bahwa, apabila toko/pemasok/kontraktor kami


keluar sebagai pemenang/pelaksana pekerjaan :
………………………………………… pada KSM :
…………………………….., maka kami bersedia dan sanggup melaksanakan/
menyelesaikan seluruh pekerjaan dimaksud sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang ada, selama ……… (………) hari kalender, terhitung sejak
hari dan tanggal ditandatanganinya surat perjanjian kerja.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya untuk dapat


digunakan sebagaimana mestinya.
........................., ...............20....

Toko/Pemasok/Kontraktor

MATERAI
Rp 6.000,-
dan

Tanggal
Nama Jelas, Tanda Tangan
Jabatan

302
LAMPIRAN 2
PENGADAAN BARANG DAN JASA
DAK BIDANG SANITASI

BERITA ACARA PENGADAAN


(Format PBJ 14)

Pada hari ini………….tanggal……….bulan……..tahun…….Tim Pengadaan


Barang KSM…………………….….telah melaksanakan proses Pengadaan
Barang/Jasa……………....dengan metoda………………….dengan tahapan
sebagai berikut :

1) …………………………..
2) ………………………….
3) ………………………….
4) …………………………..
…………………………….

Demikian Berita Acara Pengadaan ini kami buat dengan sebenarnya, untuk
dapat dipergunakan sebagai mana mestinya.

KSM……………………………………

Tim Pengadaan

(………………………)
Ketua

303

Anda mungkin juga menyukai