Anda di halaman 1dari 346

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

DAN PERUMAHAN RAKYAT


Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Sanitasi

PETUNJUK PELAKSANAAN
PENGELOLAAN
DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)
FISIK INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI TA. 2023
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan
Dana Alokasi Khusus

(DAK)
Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
TA. 2023

DIREKTORAT SANITASI
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

ii
KATA PENGANTAR
Pemenuhan akses sanitasi layak perlu diprioritaskan
oleh pemerintah melalui berbagai kegiatan, dalam hal ini
Kementerian PUPR mendukung pemenuhan target
akses sanitasi dalam RPJMN 2020–2024 yang
mengamanatkan 90% akses sanitasi layak, termasuk di
dalamnya 15% akses sanitasi aman serta 0% BABs,
dan persampahan 80% penanganan dan 20%
pengurangan.
Akses penduduk terhadap prasarana sanitasi pada dasarnya erat kaitannya
dengan aspek kesehatan, lingkungan hidup, pendidikan, sosial budaya serta
kemiskinan. Hasil berbagai
pengamatan dan penelitian membuktikan bahwa semakin besar akses penduduk
kepada fasilitas sanitasi (air limbah permukiman, persampahan dan drainase
lingkungan) serta pemahaman tentang higiene, semakin kecil kemungkinan
terjadinya kasus penyebaran penyakit yang ditularkan melalui media air dan
tanah. Beberapa upaya pengembangan sanitasi lingkungan berskala komunitas,
dapat dilakukan melalui pendekatan berbasis masyarakat. Hal ini ditujukan untuk
menjamin keberlanjutan pengelolaan, melalui penekanan perubahan perilaku
dan pola hidup masyarakat untuk dapat lebih bersih dan sehat dengan
melibatkan masyarakat secara utuh sejak tahap perencanaan, pelaksanaan
pembangunan sampai dengan pengelolaan sarana agar terciptanya lingkungan
permukiman berkelanjutan yang sehat.
Sesuai dengan amanat UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
dimana Pemerintah lebih berperan sebagai regulator dan fasilitator terkait
dengan tugas-tugasnya dalam pengaturan, pembinaan dan pengawasan
pengembangan sanitasi lingkungan. Hal ini sejalan dengan Peraturan Presiden
Nomor 15 Tahun 2023 tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus Fisik
Tahun Anggaran 2023, dimana Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik adalah bagian
dari Transfer Ke Daerah yang dialokasikan untuk mendukung
pembangunan/pengadaan prasarana dan sarana layanan publik daerah dalam
rangka mencapai prioritas nasional, mempercepat pembangunan daerah,
mengurangi kesenjangan layanan publik, dan/atau mendorong pertumbuhan
perekonomian daerah. Bidang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang
mendapatkan DAK Fisik untuk mendukung pemulihan ekonomi dan

iii
pembangunan infrastruktur tematik pengentasan permukiman kumuh terpadu
dalam mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan penurunan
jumlah dan prevalensi balita stunting tertinggi.
Namun dalam implementasi di lapangan, sesuai pada poin 12.6 Standar Teknis
Target Keluaran pada lampiran 8 Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2023
tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus Fisik Tahun Anggaran 2023
masih diperlukan Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan DAK Fisik Bidang Sanitasi
sebagai NSPK, yang bertujuan untuk dijadikan sebagai pedoman bagi
Pemerintah Kabupaten/Kota.
Semoga dengan tersusunnya Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi TA. 2023 ini akan menjadi panduan bagi
pemerintah daerah guna mempermudah, mempercepat dalam membangun
sarana dan prasarana sanitasi yang tepat sasaran, tepat mutu, tepat waktu
sesuai biaya yang telah menjadi urusan bersama (konkuren) dengan pemerintah
pusat untuk mendukung pencapaian RPJMN 2020 – 2024.

Jakarta, April 2023


Direktur Sanitasi

Ir. Tanozisochi Lase, M.Sc


NIP. 196812091995031001

iv
TIM PENYUSUN

PEMBINA
Ir. Tanozisochi Lase, M.Sc.
PENGARAH
Marsaulina FM Pasaribu, S.T., M.E.
Sandhi Eko Bramono Poedjastanto, S.T., M.Env.EngSc., Ph.D
Ir. Anggia Satrini, M.Eng
Muhammad Rizat Abidin, S.T., M.T., M.Sc.
PENANGGUNG JAWAB
Muhammad Rizat Abidin, S.T., M.T., M.Sc.
PENYUSUN
M. Rizat Abidin, S.T., M.T., M.Sc
Himyar Sugiri, SH., M.Ap
Eko Prabowo, S.T., M.T.
Rahmi Jumiarti, S.T.
Dody Darsono, S.T.
Edy Sutrisno, S.T., M.T.
Muhamad Galih Eldyawan, S.T.
Stisya Iadha Sugma, S.T.
Sarah Irhamillah, S.T.
Avia Rizki Noordiany, S.T.
Henifah Fatmawati, S.T.
Dadang Suryana, S.T.
Udin Khaerudin, S.T.
KONTRIBUTOR
Rinaldy Pradana, S.T., M.Sc
Renalia Iwan, S.T., M.Dev.
Niken Sri Hartiwi, S.T., M.EMD.
TATA LETAK DAN DOKUMENTASI
Rahmi Jumiarti, S.T.
Muhamad Galih Eldyawan, S.T.
Henifah Fatmawati, S.T.

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii


TIM PENYUSUN.................................................................................................. v
DAFTAR ISI....................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xviii
DAFTAR SINGKATAN DAN DAFTAR KETERANGAN................................... xxi
PENDAHULUAN............................................................................................ xxix
BAB I KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN DAK FISIK
INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI............................................................................1
1.1 Sasaran dan Target Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi...............................................................................................................................1
1.1.1 Mendukung Pemulihan Ekonomi dan Pembangunan
Infrastruktur - Tematik Pengentasan Permukiman Kumuh
Terpadu................................................................................................................1
1.1.2 Mendukung Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) - Penurunan Jumlah dan Prevalensi Balita Stunting
Tertinggi................................................................................................................1
1.2 Ruang Lingkup Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi...................2
1.2.1 Sektor air limbah................................................................................................2
1.2.2 Sektor persampahan........................................................................................2
1.3 Output Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi...................................3
1.4 Pendanaan Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi..........................3
1.4.1 Sumber dan Alokasi Pendanaan..................................................................3
1.4.2 Rencana Pembiayaan......................................................................................5
1.5 Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Program DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi........................................................................................6
1.5.1 Pemantauan........................................................................................................6
1.5.2 Evaluasi................................................................................................................7
1.5.3 Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan................................................................7
vi
1.5.3.1 Pelaporan Kemajuan
Pelaksanaan Kegiatan 7
1.5.3.2 Penilaian Kinerja
Pelaksanaan Kegiatan 7
1.6 Tugas dan Tanggung jawab Tim Koordinasi........................................................10
1.6.1 Tugas dan Tanggung jawab Tim Koordinasi Pusat.............................10
1.6.1.1 Tugas dan Tanggung jawab Tim dalam Tahap
Perencanaan 10
1.6.1.2 Tugas dan Tanggung jawab Tim dalam Tahap
Pelaksanaan 11
1.6.1.3 Tugas dan Tanggung jawab Tim dalam Tahap
Pasca Pelaksanaan 11
1.6.2 Tugas dan Tanggung jawab Balai Prasarana Permukiman
Wilayah (BPPW) Provinsi 12
1.6.3 Tugas dan Tanggung jawab Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota 12
1.7 Capaian Jangka Pendek.............................................................................................20
BAB II KETENTUAN PROSES PELAKSANAAN DAK FISIK
INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI..........................................................................22
2.1 Tahap Persiapan Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
Sub Bidang Air Limbah Domestik dan Sub Bidang Persampahan...............22
2.1.1 Tahap Persiapan Program Tingkat Pemda Kab/Kota
Sebelum Tahun Anggaran/N-1 22
2.1.1.1 Penyusunan Renstra DAK Fisik Infrastruktur
Bidang Sanitasi Kabupaten/kota 22
2.1.1.2 Pemilihan Lokasi Prioritas Kegiatan Penanganan
Air Limbah Domestik dan Persampahan 22
2.1.1.3 Skala Prioritas Penilaian Lokasi Pelaksanaan
Kegiatan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi 24
2.1.1.4 Seleksi Lokasi Desa/Kelurahan Prioritas sesuai
Dokumen SSK 27
2.1.1.5 Seleksi Lokasi Berdasarkan Usulan Kebutuhan
dari Desa/Kelurahan 27
2.1.2 Tahap Persiapan Program pada Tahun Anggaran Berjalan/N........28
2.1.2.1 Proses Persiapan Program Tingkat
Kabupaten/Kota 28
2.1.2.1.1 Rekrutmen Tenaga Fasilitator
Lapangan (TFL) 29
vii
2.1.2.1.2 Peningkatan Kapasitas bagi Tenaga
Fasilitator Lapangan (TFL) ......................... 30
2.1.2.1.3 Kontrak Tenaga Fasilitator Lapangan
(TFL) .......................................................... 31
2.1.2.1.4 Tugas dan Fungsi Tenaga Fasilitator
Lapangan (TFL) Teknik dan
Pemberdayaan ........................................... 31
2.1.2.1.5 Sosialisasi Awal Program DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi dan
Promosi Kesehatan oleh OPD
Kabupaten/Kota .......................................... 37
2.1.2.1.6 Serah Tugas TFL kepada Pemerintah
Desa/Kelurahan dari PPK OPD
Program DAK Fisik Infrastruktur
Bidang Sanitasi .......................................... 37
2.1.2.2 Proses Persiapan Program Tingkat
Desa/Kelurahan ............................................................ 38
2.1.2.2.1 Sosialisasi Awal Program DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi Sub
Bidang Air Limbah Domestik oleh TFL........ 38
2.1.2.2.2 Sosialisasi Awal Program DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi Sub
Bidang Persampahan oleh TFL .................. 38
2.2 Tahap Perencanaan Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi Sub Bidang Air Limbah Domestik dan Sub Bidang
Persampahan .......................................................................................... 39
2.2.1 Perencanaan Sub Bidang Air Limbah Domestik (SPALD-T
dan SPALD-S) .............................................................................. 39
2.2.1.1 Pemetaan Sanitasi Tingkat Desa/Kelurahan ................. 39
2.2.1.2 Proses Pelaksanaan SELOTIF Tingkat
Desa/Kelurahan Sub Bidang Air Limbah Domestik ....... 41
2.2.1.3 Rembuk Kesiapan Masyarakat Tingkat Titik Lokasi
Terpilih..........................................................................
51
2.2.1.4 Proses Pembentukan Tim Pelaksana Swakelola
Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-KSM) ................ 52

viii
2.2.1.5 Penyusunan Dokumen RKM oleh Tim Pelaksana
Swakelola (TPS-KSM) Sub Bidang Air Limbah
Domestik ...................................................................... 59
2.2.1.6 Perjanjian Kerja sama (PKS) antara Ketua TPS-
KSM dengan PPK Sanitasi atau PPK yang
ditetapkan sebagai Pelaksana DAK Fisik Bidang
63
Sanitasi .........................................................................
2.2.2 Perencanaan Sub Bidang Persampahan (TPS-3R) ...................... 64
2.2.2.1 Pemetaan Sanitasi Tingkat Desa/Kelurahan Sub
Bidang Persampahan ................................................... 64
2.2.2.2 Proses Pelaksanaan SELOTIF Tingkat
Desa/Kelurahan Sub Bidang Persampahan ................. 66
2.2.2.3 Rembuk Kesiapan Masyarakat Tingkat Titik Lokasi
Terpilih Sub Bidang Persampahan ............................... 72
2.2.2.4 Proses Pemilihan Pengurus Tim Pelaksana
Swakelola (TPS-KSM) Sub Bidang Persampahan ........ 73
2.2.2.5 Proses Survei Timbunan dan Komposisi Sampah ........ 74
2.2.2.6 Penyusunan Dokumen RKM TPS-3R ........................... 81
2.2.2.7 Perjanjian Kerjasama antara Ketua TPS-KSM
dengan PPK Sanitasi OPD Dinas Terkait ..................... 83
2.3 Tahap Pelaksanaan Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi Sub Bidang Air Limbah Domestik dan Sub Bidang
Persampahan 83
..........................................................................................

2.3.1 Pengadaan Barang/Jasa oleh TPS-KSM ...................................... 83


2.3.1.1 Penyedia (Kontraktual) ................................................. 83
2.3.1.2 Swakelola ..................................................................... 84
2.3.2 Survei Upah Tukang, Tenaga Kerja, dan Rekrutmen oleh
TPS-KSM ..................................................................................... 90
2.3.3 Pembangunan Konstruksi Kegiatan Swakelola ............................. 91
2.3.4 Pelaporan Kemajuan Pekerjaan dan Dokumentasi ....................... 91
2.3.5 Pelaporan Realisasi Pekerjaan ..................................................... 92
2.3.6 Pembentukan Kelompok Pemanfaat dan Pemeliharaan
(KPP)............................................................................................
92
2.4 Proses Pelaksanaan Kontraktual Sub Bidang Air Limbah ........................ 94
2.5 Pelaksanaan Kegiatan Kontraktual Padat Karya ...................................... 95

ix
2.6 Tahap Pasca Pelaksanaan Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi Sub Bidang Air Limbah Domestik dan Sub Bidang
Persampahan .......................................................................................... 96
2.6.1 Tujuan Operasi dan Pemeliharaan. .............................................. 96
2.6.2 Serah Terima Hasil Pekerjaan Swakelola ..................................... 97
2.6.3 Laporan Pertanggung Jawaban Kegiatan DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi oleh TPS-KSM ................................ 98
2.6.4 Pengelolaan Biaya Operasional dan Pemeliharaan ...................... 99
2.6.4.1 Perkiraan Biaya Operasional & Pemeliharaan
MCK ........................................................................... 101
2.6.4.2 Petunjuk Pelaksanaan bagi Pengguna MCK .............. 102
2.6.4.3 Petunjuk Pelaksanaan bagi Pengelola
MCK/Operator ............................................................ 103
2.6.4.4 Petunjuk Pelaksanaan Pengurasan IPAL
Kombinasi MCK .......................................................... 105
2.6.4.5 Perkiraan Biaya Operasional dan Pemeliharaan
Sistem Komunal ......................................................... 106
2.6.4.6 Petunjuk Pelaksanaan bagi Pengguna Sistem
Komunal ..................................................................... 107
2.6.4.7 Petunjuk Pelaksanaan bagi Operator Sistem
Komunal ..................................................................... 108
2.6.4.8 Petunjuk Pelaksanaan Pengurasan IPAL Komunal..... 109
2.6.5 Operasi dan Pemeliharaan Sub Bidang Persampahan (TPS-
3R) ............................................................................................. 110
2.6.5.1 Wadah Pengangkut .................................................... 110
2.6.5.2 Peralatan Proses Sampah .......................................... 111
2.6.5.3 Kebersihan Hanggar ................................................... 111
BAB III KETENTUAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK FISIK
INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI ......................................................... 112
3.1 Ketentuan Teknis Pemilihan Teknologi Prasarana Sanitasi Sub
Bidang Air Limbah Domestik dan Persampahan .................................... 112
3.1.1 Alternatif Pilihan Teknologi Air Limbah Domestik SPALD-T
dan SPALD-S ............................................................................. 113
3.1.1.1 Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik
Setempat (SPALD-S) .................................................. 113
3.1.1.2 Sarana & Prasarana yang dapat Dikembangkan ........ 114
x
3.1.1.3 Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Terpusat
(SPALD-T) .................................................................. 135
3.1.1.4 Perencanaan Sub Sistem Pengumpulan .................... 137
3.1.1.5 Dimensi dan Kemiringan Pipa ..................................... 138
3.1.1.6 Bahan Perpipaan ........................................................ 138
3.1.1.7 Sambungan Perpipaan ............................................... 139
3.1.1.8 Kedalaman Perpipaan ................................................ 139
3.1.1.9 BangunanPelengkappadaSub Sistem
Pengumpulan ............................................................. 139
3.1.1.10 Perencanaan Sub Sistem Pelayanan ......................... 140
3.1.1.11 Perencanaan Sub Sistem Pengolahan ....................... 141
3.1.1.12 Opsi Teknologi dalam Perencanaan IPALD ................ 141
3.1.1.13 Parameter Desain dalam Penyusunan RTR/ DED
IPAL ........................................................................... 143
3.1.1.14 Contoh Perhitungan Rencana Teknik Rinci/ DED
IPAL ........................................................................... 144
3.1.1.15 Rencana Anggaran Biaya (RAB) ................................ 158
3.1.1.16 Konstruksi Bangunan pada Sistem Pengolahan Air
Limbah Domestik Terpusat (SPAD-T). ........................ 159
3.1.1.17 Material Konstruksi Bangunan IPAL ........................... 160
3.1.2 Kegiatan Pembangunan/Peningkatan/Rehabilitasi IPLT ............. 162
3.1.3 Penambahan Pipa Pengumpul dan Sambungan Rumah
163
(SR)............................................................................................

3.1.4 Pembangunan IPAL skala permukiman kombinasi MCK


minimal 50 KK ............................................................................ 163
3.1.5 Pilihan Teknologi Persampahan ................................................. 165
3.1.5.1 Kriteria Tempat Pengelolaan Sampah TPS-3R ........... 169
3.1.5.2 Spesifikasi Teknis Bangunan ...................................... 178
3.1.5.3 Pengolahan Sampah 3R ............................................. 181
3.1.5.4 Pewadahan Sampah .................................................. 181
3.1.5.5 Perlengkapan ............................................................. 182
3.1.5.6 Operasi dan Pemeliharaan ......................................... 182
3.1.5.6.1 Pengumpulan Sampah ............................. 182
3.1.5.6.2 Kriteria yang Perlu Diperhatikan dalam
Pengumpulan ........................................... 184
3.1.5.6.3 Pengolahan/Pemanfaatan Sampah .......... 184
xi
3.1.5.6.4 Daur Ulang Sampah Non Organik ............ 186
3.1.5.6.5 Proses Pengomposan .............................. 187
3.1.5.6.6 Pengomposan dengan Metode
Cetakan .................................................... 187
3.1.5.6.7 Pembentukan Tumpukan.......................... 188
3.1.5.6.8 Pengomposan dengan Sistem Bak
Terbuka (Open Bin) .................................. 188
3.1.5.6.9 Tangki Biofilter Pengolah Leachate .......... 189
3.2 Ketentuan Teknis Pengelolaan Keuangan oleh TPS-KSM ..................... 190
3.2.1 Administrasi dan Pelaporan ........................................................ 190
3.2.2 Mekanisme Pencairan Dana dari BPKAD ke Rekening TPS-
KSM ........................................................................................... 190
3.2.3 Mekanisme Penarikan Dana DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi oleh TPS-KSM .............................................................. 191
3.2.4 Laporan Penggunaan Dana (LPD) ............................................. 192
3.2.5 Buku Bank TPS-KSM ................................................................. 193
3.2.6 Buku Kas Umum TPS-KSM ........................................................ 194
3.2.7 Buku Bantu untuk Administrasi Lainnya ...................................... 195
3.2.8 Laporan Keuangan Periode Bulanan TPS-KSM ......................... 198
3.2.9 Laporan Pertanggungjawaban (LPj) TPS-KSM ........................... 199
3.2.10 Proporsi Penggunaan Dana DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi untuk Kegiatan Swakelola oleh TPS-KSM ..................... 204
3.2.11 Penggunaan Dana Operasional oleh TPS-KSM untuk
Kegiatan Non Fisik ..................................................................... 205
3.2.12 Mekanisme Pencairan Dana DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi oleh PPK Sanitasi atau PPK yang ditetapkan
sebagai pelaksana DAK Fisik Bidang Sanitasi ............................ 206
3.2.13 Rencana Penggunaan Dana (RPD-1, RPD-2 dan RPD-3) .......... 210
3.2.14 Bagan Alur Penyusunan Administrasi Keuangan oleh TPS-
KSM ........................................................................................... 210
3.3 Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ............ 211
3.3.1 Penerapan SMK3 Kegiatan Swakelola ....................................... 211
3.3.2 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
(SMKK) Kegiatan Kontraktual ..................................................... 211
3.4 Ketentuan Perpajakan dan Bea Materai ................................................. 212
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 213
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Sistematika Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi 2023..........................................xxxiii
Gambar 2 Bagan sumber pendanaan dalam Pelaksanaan DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi 5
Gambar 3 Skema Koordinasi Pengelolaan DAK Fisik Infrastruktur
Bidang Sanitasi (Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan) 10
Gambar 4 Bagan alir proses pelaksanaan DAK Fisik Infrastruktur
Bidang Sanitasi 28
Gambar 5 Skema Prosedur Pelaksaan SELOTIF..................................................42
Gambar 6 Proses Pelaksanaan SELOTIF Kegiatan Air Limbah
Tingkat Desa/Kelurahan 44
Gambar 7 Proses Pemilihan Pengurus KSM...........................................................54
Gambar 8 Bagan Struktur Organisasi TPS-KSM....................................................59
Gambar 9 Contoh Analisis Timbunan Sampah Skala Kawasan.......................78
Gambar 10 Contoh Analisis Komposisi Sampah Skala Kawasan.......................80
Gambar 11 Garis Besar Pengadaan barang/Jasa....................................................90
Gambar 12 Skema Pengelolaan Sampah TPS-3R................................................110
Gambar 13 Skema Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik 113
Gambar 14 Ilustrasi Tangki Septik Individual...........................................................117
Gambar 15 Contoh Desain Tangki Septik Dua Kompartemen..........................118
Gambar 16 Contoh Desain Pengolahan Lanjutan berupa Sumur
Resapan 119
Gambar 17 Contoh Desain Tangki Septik dengan Pengolahan Lanjutan
berupa Upflow Filter 120
Gambar 18 Contoh Bilik Jamban, Tangki Septik dan Resapan.........................121
Gambar 19 Contoh Denah dan Tampak 1 Bilik Jamban......................................121
Gambar 20 Contoh Denah dan Tampak 2 Bilik Jamban......................................122
Gambar 21 Gambar Detail Potongan Sloof, Kolom, Ringbalk, dan
Pondasi 122
Gambar 22 Ilustrasi Tangki Septik Komunal (5-10 KK)........................................123
Gambar 23 Contoh Desain Tangki Septik Komunal (5-10 KK)..........................124
Gambar 24 Contoh Desain Sumur Resapan...........................................................125
Gambar 25.a Contoh Desain Tangki Septik Individual Tipe Vertikal
Bahan Pabrikan 0,8 m3 126

xiii
Gambar 25.b Contoh Desain Tangki Septik Individual Tipe Vertikal
Bahan Pabrikan 0,8 m3 1267
Gambar 26.a Contoh Desain Tangki Septik Individual.............................................128
Gambar 26.b Contoh Desain Tangki Septik Individual Tipe Horisontal
Bahan Pabrikan 0,8 m3 1269
Gambar 26.c Contoh Desain Tangki Septik Individual Tipe Horisontal
Bahan Pabrikan 0,8 m3 126
Gambar 27 Contoh Desain Tangki Septik Daerah Pantai...................................130
Gambar 28 Contoh Potongan Tangki Septik Daerah Pantai..............................130
Gambar 29 Contoh Metode Pembangunan Bilik dan tangki Septik
Individual di daerah Rawa 131
Gambar 30 Contoh Desain Tangki Septik Individual Daerah Rawa.................132
Gambar 31 Contoh Metode Pembangunan Tangki Septik Individual
Daerah Pinggir Sungai 133
Gambar 32 Contoh Desain Tangki Septik Individual Daerah Pinggir
Sungai 134
Gambar 33 Bagan Alir Pemilihan Unit Pengolahan pada IPAL.........................135
Gambar 34 Unit Drop Manhole.....................................................................................140
Gambar 35 Skema Pengolahan Air Limbah dengan Proses Anaerobik.........142
Gambar 36 Skema Pengolahan Air Limbah dengan Proses Aerobik..............143
Gambar 37 Skema Pengolahan Air Limbah dengan Proses Kombinasi........143
Gambar 38 Contoh Desain IPAL Komunal 50 KK Berbahan Pabrikan...........148
Gambar 39 Contoh Desain IPAL Komunal 50 KK Berbahan Pabrikan...........149
Gambar 40 Contoh Desain IPAL Komunal 50 KK dengan Ketersediaan
Lahan Lebar 3 meter Berbahan Pabrikan 149
Gambar 41 Contoh Desain IPAL Komunal 50 KK Konvensional......................150
Gambar 42 Contoh Denah Balok IPAL Komunal 50 KK Konvensional...........151
Gambar 43 Contoh Potongan A-A Balok IPAL Komunal 50 KK
Konvensional 152
Gambar 44 Contoh Potongan B-B Balok IPAL Komunal 50 KK
Konvensional 153
Gambar 45 Contoh Potongan C-C Balok IPAL Komunal 50 KK
Konvensional 154
Gambar 46 Contoh Potongan D-D Balok IPAL Komunal 50 KK
Konvensional 154

xiv
Gambar 47 Contoh Potongan E-E Balok IPAL Komunal 50 KK
Konvensional 155
Gambar 48 Contoh layout dan Bangunan IPAL KOMPAK beserta unit-
unit IPAL dalam program Sanimas DAK Fisik Infrastruktur
Bidang Sanitasi 156
Gambar 49 Contoh Desain IPAL Komunal 50 KK Berbahan Beton di
Daerah Rawa 156
Gambar 50 Contoh Desain Penggunaan Tiang Pancang untuk IPAL
Komunal di daerah Rawa 157
Gambar 51 Pemasangan Plat Atas Tutup IPAL dan Tutup Manhole..............160
Gambar 52 Contoh Media Filter yang sudah dirakit..............................................161
Gambar 53 Skema Pengelolaan Sampah.................................................................166
Gambar 54 Contoh Denah TPS-3R............................................................................168
Gambar 55 Alternatif pengolahan sampah di TPS-3R..........................................172
Gambar 56 Pola Temperatur pada Proses Aerator Bambu................................173
Gambar 57 Pengomposan Sampah Organik...........................................................174
Gambar 58 Gambar Rancangan Layout Desain Bangunan TPS3R................179
Gambar 59 Tampak Depan dan Tampak Samping Design Bangunan
TPS3R Sistem Lajur Terbuka (Open windrow) 180
Gambar 60 Desain Arsitektur Tampak Depan.........................................................180
Gambar 61 Desain Arsitektural.....................................................................................181
Gambar 62 Contoh Kreasi Wadah Sampah Untuk Pemilahan..........................181
Gambar 63 Perencanaan Penentuan Volume Wadah Sampah di
Sumbernya 182
Gambar 64 Contoh Alat Pengumpul Sampah......................................................... 183
Gambar 65 Perencanaan pengumpulan sampah TPS-3R Berbasis
Masyarakat 184
Gambar 66 Diagram Tahapan Proses Pengomposan..........................................185
Gambar 67 Dimensi Tumpukan Lajur Terbuka.......................................................186
Gambar 68 Pengomposan Sistem Cetak..................................................................187
Gambar 69 Pengomposan Open Bin..........................................................................188
Gambar 70 Bagan alur penyusunan administrasi keuangan oleh TPS-
KSM 210

xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Indikator Hasil Pelaksanaan DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi.................................................................................................................8
Tabel 2 Pelaporan Pelaksanaan................................................................................13
Tabel 3 Pembangunan SPALD-T dan SPALD-S Komunal...............................14
Tabel 4 Pembangunan SPALD-S Individual..........................................................15
Tabel 5 Pengembangan SPALD-T............................................................................15
Tabel 6 Pengadaan Truk Tinja................................................................................... 16
Tabel 7 File Kuesioner yang Diunggah oleh Pemda...........................................16
Tabel 8 Pelaporan Pelaksanaan................................................................................18
Tabel 9 Pelaporan Output............................................................................................18
Tabel 10 File Kuesioner yang Diunggah oleh Pemda...........................................19
Tabel 11 Capaian Hasil jangka Pendek Kegiatan DAK Fisik
Infrastruktur Sanitasi......................................................................................20
Tabel 12 Jenis Informasi dan Alat SELOTIF yang Digunakan dalam
Proses Seleksi Titik Lokasi..........................................................................43
Tabel 13 Konsolidasi Skor Hasil SELOTIF Pemilihan Titik Lokasi....................50
Tabel 14 Variabel dan Indikator Penilaian Persampahan....................................68
Tabel 15 Contoh Hasil Pengukuran Timbunan Sampah Rumah
Tangga...............................................................................................................77
Tabel 16 Contoh Hasil Pengukuran Timbunan Sampah Non Rumah
Tangga...............................................................................................................78
Tabel 17 Contoh Hasil Pengukuran Komposisi Sampah.....................................79
Tabel 18.a Mekanisme Serah Terima Aset..................................................................97
Tabel 18.b Terima Hasil Pekerjaan Swakelola ………………………………….97
Tabel 19 Ilustrasi Perhitungan Kebutuhan Biaya Operasi dan
Pemeliharaan Sarana Air Limbah...........................................................100
Tabel 20 Contoh ilustrasi perkiraan biaya pengoperasian dan
pemeliharaan sistem MCK untuk 250 jiwa...........................................101
Tabel 21 Contoh ilustrasi Perkiraan Biaya Pengoperasian dan
Pemeliharaan Sistem Komunal untuk 300 Jiwa.................................106
Tabel 22 Ukuran Tangki Septik dengan Periode Pengurasan 3 Tahun........116
Tabel 23 Persyaratan Teknis Perencanaan Pipa Pengumpulan Air
Limbah Domestik..........................................................................................138
Tabel 24 Parameter Kualitas Air Hasil Olahan......................................................146
Tabel 25 Spesifikasi Teknis Truk Pengangkut Lumpur Tinja........................... 163

xvi
Tabel 26 Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik........................175
Tabel 27 Persyaratan Teknis Pupuk Organik........................................................176
Tabel 28 Contoh Kualitas Kompos Sampah Dapur.............................................177
Tabel 29 Kelebihan dan Kekurangan Pengomposan..........................................189
Tabel 30 Contoh Rencana Penggunaan Dana (RPD) TPS-KSM...................190
Tabel 31 Contoh Laporan Penggunaan Dana (LPD) 1......................................192
Tabel 32 Contoh Buku Bank TPS-KSM...................................................................193
Tabel 33 Contoh Buku Kas Umum TPS-KSM.......................................................194
Tabel 34 Contoh Buku Material..................................................................................195
Tabel 35 Contoh Daftar Hadir Pekerja Harian Penerimaan Upah..................196
Tabel 36 Contoh Buku Operasional TPS-KSM.....................................................196
Tabel 37 Contoh Buku Swadaya................................................................................197
Tabel 38 Contoh Rekap Laporan Keuangan Bulanan TPS-KSM...................198
Tabel 39 Contoh Catatan Harian Kegiatan.............................................................199
Tabel 40 Contoh Catatan Harian Penggunaan Material....................................200
Tabel 41 Contoh Realisasi Kemajuan Pelaksanaan Mingguan.......................201
Tabel 42 Contoh Realisasi Kemajuan Pelaksanaan Bulanan..........................202
Tabel 43 Contoh Laporan Masalah Tingkat Kelurahan/Desa.......................... 203

xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Contoh Surat Pernyataan Kesiapan Dari Pemerintah
Desa/Kelurahan Sebagai Salah Satu Bentuk Peminatan
Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi 213
Lampiran 2 Contoh Berita Acara Sosialisasi Awal Program DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi Tingkat Desa/Kelurahan TA.
…… 214
Lampiran 3 Contoh Daftar Hadir Peserta Sosialisasi Awal Program DAK
Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi Tk. Desa/Kelurahan 215
Lampiran 4 Contoh Berita Acara Rembuk Kesiapan Masyarakat (Kontrak
Sosial) 216
Lampiran 5 Contoh Daftar Hadir Rembuk Kesiapan Masyarakat (Kontrak
Sosial) 217
Lampiran 6 Contoh berita acara pembentukan tim pemetaan sanitasi
tingkat desa/kelurahan 219
Lampiran 7 Contoh Daftar Hadir Peserta Rembuk Pembentukan Tim
Pemetaan Sanitasi Tk. Desa/Kelurahan 221
Lampiran 8 Contoh Berita Acara Hasil Pemetaan Sanitasi Tingkat
Desa/Kelurahan Dan Penetapan Lokasi RW/Dusun Yang
Akan Di SELOTIF Program Dana Alokasi Khusus Bidang
Sanitasi Tahun ……. 222
Lampiran 9 Contoh Daftar Hadir Keterlibatan Peserta Secara Partisipatif
dalam Proses Pemetaan Sanitasi Tk. Desa/Kelurahan 224
Lampiran 10 Contoh Berita Acara Pembentukan Tim SELOTIF Tingkat
Desa/Kelurahan 225
Lampiran 11 Contoh Daftar Hadir Proses Pembentukan Tim SELOTIF Tk.
Desa/Kelurahan 227
Lampiran 12 Berita Acara Hasil Pelaksanaan SELOTIF Kegiatan DAK
Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi 228
Lampiran 13 Contoh Daftar Hadir Proses Pelaksanaan SELOTIF Tk.
Desa/Kelurahan 230
Lampiran 14 Contoh Berita Acara Pembentukan Panitia Pemilihan
Pengurus Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya
Masyarakat (TPS-KSM) Pemilihan Utusan/Bakal Calon dan
Proses Saling Memilih 231

xviii
Lampiran 15 Contoh Daftar Hadir Proses Pembentukan Panitia Pemilihan
Pengurus Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya
Masyarakat (TPS-KSM) Pemilihan Utusan/Bakal Calon dan
Proses Saling Memilih 233
Lampiran 16 Contoh Draft Tata Tertib Pemilihan Utusan atau Bakal Calon
Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat
(TPS-KSM) Tingkat Basis/ RT/ RW/Dusun 234
Lampiran 17 Contoh Draft Tata Tertib Rembuk Warga Pemilihan
Pengurus Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya
Masyarakat (TPS-KSM) di Titik Lokasi Terpilih Sesuai Hasil
SELOTIF Proses Saling Memilih 238
Lampiran 18 Contoh Surat Pernyataan Kesanggupan Pengurus Tim
Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-
KSM) DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi Tahun …… 243
Lampiran 19 Contoh Format Kartu Suara Pemilihan Pengurus Tim
Pelaksana Swakelola (TPS-KSM) 244
Lampiran 20 Contoh Format Undangan Pemilihan Pengurus Tim
Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-
KSM) (Pemilihan Bakal Calon dan Saling Memilih) 246
Lampiran 21 Contoh Berita Acara Hasil Perhitungan Suara Pemilihan
Pengurus Tim Pelaksana Swakelola (TP-KSM) Program
DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi 247
Lampiran 22 Surat Keputusan Kepala OPD/PA/KPA Tentang Penetapan
Tim Pelaksana Swakelola (TPS-KSM) 249
Lampiran 23 Contoh SK. OPD/PPK Sanitasi Tentang Penetapan
Penerima Manfaat 256
Lampiran 24 Contoh Lampiran Surat Kepala OPD/ Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) Sanitasi Tentang Penetapan Penerima
Manfaat 258
Lampiran 25 Contoh Standar Kontrak TPS-KSM dengan PPK Sanitasi.............259
Lampiran 26 Contoh Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)........................................ 268
Lampiran 27 Contoh Surat Permintaan Pembayaran Dana Tahapan..................269
Lampiran 28 Contoh Berita Acara Pembayaran Dana..............................................270
Lampiran 29 Contoh Berita Acara Serah Terima Pekerjaan...................................272
Lampiran 30 Penilaian Kinerja Aspek Penilaian Kinerja Pemanfaatan DAK
Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi 274

xix
Lampiran 31 Manfaat Pembangunan Infrastruktur.....................................................275
Lampiran 32 Form data umum Kabupaten/Kota..........................................................276
Lampiran 33 Data Sumber Pendanaan..........................................................................277
Lampiran 34 Data dasar tingkat pelayanan sanitasi Kabupaten/Kota..................278
Lampiran 35 Pemantauan Kesesuaian Kegiatan........................................................279
Lampiran 36 Pemantauan Pelaksanaan Kegiatan......................................................280
Lampiran 37 Monitoring dan Evaluasi DAK Bidang Sanitasi...................................281
Lampiran 38 Data Pendanaan Kegiatan DAK Bidang Sanitasi..............................282
Lampiran 39 Data kelengkapan pelaporan kegiatan sanitasi..................................283
Lampiran 40 Data Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL).............................................284
Lampiran 41 Permasalahan dalam Pelaksanaan Kegiatan DAK Bidang
Sanitasi 285
Lampiran 42 Lembar Evaluasi Kinerja Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL).......286
Lampiran 43 Rekapitulasi Hasil Evaluasi Kinerja Tenaga Fasilitator
Lapangan (TFL) 289

xx
DAFTAR SINGKATAN DAN DAFTAR
KETERANGAN DAFTAR SINGKATAN

ABR : Anaerobic Baffled Reactor


Anaerobic Upflow Filter/Proses Pengolahan Air Limbah
AUF : dengan Metode Pengaliran Air Limbah keatas Melalui Media
Filter Anaerobic
AF : Anaerobic Filter

AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

ANDAL : Analisis Dampak Lingkungan

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BABS : Buang Air Besar Sembarangan

BANGDA : Pembangunan Daerah

BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BOD : Biological Oxygen Demand

BOP : Biaya Operasional Proyek

CAP/RKM : Community Action Plan/Rencana Kegiatan Masyarakat

COD : Chemical Oxygen Demand

CSS : Central Sanitation Centers

DAK : Dana Alokasi Khusus

DED : Detail Engineering Design

DinKes : Dinas Kesehatan

DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

xxi
DPA : Daftar Pelaksana Anggaran
Direktorat Jendral Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan
DJCK PUPR :
Umum dan Perumahan Rakyat
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Demand Responsive Approach/Pendekatan Tanggap
DRA :
Kebutuhan
Informed Choice Catalogue/Katalog Pilihan Informasi
ICC :
Teknologi
IPAL : Instalasi Pengolahan Air Limbah

IPLT : Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja

Juklak : Petunjuk Pelaksanaan

KAK : Kerangka Acuan Kerja

Kemenkes : Kementerian Kesehatan

Kepmen : Keputusan Menteri

Kepres : Keputusan Presiden

KF : Kapasitas Fiskal

KPA : Kuasa Pengguna Anggaran

KPP : Kelompok Pemanfaat Pemeliharaan

KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat


Kerjasama Operasional, meliputi upah kerja borongan
KSO :
dan/atau kontraktor specialist
Long List : Daftar Panjang

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

LPD : Laporan Penggunaan Dana

xxii
LPJ : Laporan Pertanggung Jawaban

MCK : Mandi, Cuci dan Kakus

MDG’s : Milenium Development Goal’s

Monev : Monitoring and Evaluasi


MemorandumofUnderstanding/NotaKesepakatan
MOU :
Kerjasama
MPA : Method for Participatory Assesment/Metode Pengkajian

O&P : Operasi dan Pemeliharaan

PA : Pengguna Anggaran

PAD : Project Appraisal Document


Panitia
: Tim Pelaksana pengadaan barang/jasa di KSM
Pengadaan
PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum

Perpres : Peraturan Presiden

PHAST : Participatory Hygiene and Sanitation Transformation

PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

PPK : Pejabat Pembuat Komitmen

Rakorbang : Rapat Koordinasi Pembangunan

RUTRK : Rencana Umum Tata Ruang Kota

RAB : Rincian Anggaran Biaya

RPD : Rencana Penggunaan Dana

RPDB : Rencana Penarikan Dana Bank

RTR : Rencana Teknik Rinci

Reduce : Upaya Mengurangi Volume Timbunan Sampah

xxiii
Upaya Menggunakan kembali sampah tanpa perubahan
Reuse :
bentuk untuk kegiatan lain yang bermanfaat
Upaya Mendaur ulang sampah menjadi benda lain yang
Recycle :
bermanfaat
RPA : Rapid Partisipatory Asessment

RKM : Rencana Kerja Masyarakat

SELOTIF : Seleksi Lokasi Partisipatif

Short List : Daftar Pendek

SK : Surat Keputusan

OPD : Organisasi Perangkat Daerah

ODF : Open Defication Free/ Bebas BABS

SPALD-T : Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Terpusat

SPALD-S : Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Setempat

STBM : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

TPS 3R : Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle

TPS-KSM : Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat

TFL : Tenaga Fasilitator Lapangan

DAFTAR KETERANGAN
Perbendaharaan Negara adalah Pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan Negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang
ditetapkan dalam APBN dan APBD;
Hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah adalah
suatu system penyelenggaraan keuangan yang mengatur hak dan
kewajiban keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang
dilaksanakan secara adil, transparan, akuntabel, dan selaras berdasarkan
undang – undang;

xxiv
Dana Perimbangan adalah Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah (otonom) untuk mendanai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi;
Pemeriksaan Keuangan adalah Pemeriksaan atas laporan keuangan Pemerintah
Pusat dan Pemerintah daerah, pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh
BBPK dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang tingkat
kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah;
Surat Jaminan yang selanjutnya disebut Jaminan adalah jaminan tertulis yang
dikeluarkan oleh Bank Umum/Perusahaan Penjaminan/Perusahaan
Asuransi/Lembaga keuangan khusus yang menjalankan usaha di bidang
pembiayaan, penjaminan, dan asuransi untuk mendorong ekspor Indonesia
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lembaga
pembiayaan ekspor Indonesia;
Kontrak pengadaan barang/ Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah
perjanjian tertulis antara PA/KPA/PPK dengan penyedia atau pelaksana
swakelola;
Penunjukan langsung adalah metode pemilihan untuk mendapatkan penyedia
barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dalam keadaan tertentu;
Pengadaan langsung barang / pekerjaan konstruksi / jasa lainnya adalah metode
pemilihan untuk mendapatkan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa
lainnya yang bernilai paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah);
Pembelian secara elektronik yang selanjutnya disebut e-Purchasing adalah tata
cara pembelian barang/jasa melalui sistem katalog elektronik atau toko
daring;
Pengadaan barang/jasa melalui swakelola yang selanjutnya disebut swakelola
adalah cara memperoleh barang/jasa yang dikerjakan sendiri oleh
Kementerian / Lembaga / Perangkat Daerah, organisasi kemasyarakatan,
dan atau kelompok masyarakat;
E-Marketplace pengadaan barang/jasa adalah pasar elektronik yang disediakan
untuk memenuhi kebutuhan barang/jasa pemerintah;
Organisasi kemasyarakatan yang selanjutnya disebut ormas adalah organisasi
yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan
kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan
untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi

xxv
tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila;
Kelompok masyarakat adalah kelompok masyarakat yang melaksanakan
pengadaan barang/jasa dengan dukungan anggaran belanja dari
APBN/APBD;
Aparat Pengawas Intern Pemerintah yang selanjutnya disingkat APIP adalah
aparat yang melakukan pengawasan melalui audit, review, pemantauan,
evaluasi, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas
dan fungsi pemerintah;
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disebut PPTK adalah
pejabat pada Unit Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
melaksanakan 1 (satu) atau beberapa kegiatan dari suatu program sesuai
dengan bidang tugasnya;
Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat
yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau
melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran
belanja Negara/anggaran belanja daerah;
Kuasa Pengguna Anggaran pada pelaksanaan APBD yang selanjutnya disingkat
KPA adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian
kewenangan pengguna anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan
fungsi perangkat daerah;
Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat
pemegang kewenangan penggunaan anggaran
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah;
Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom;
Air limbah domestik rumah tangga adalah semua jenis air buangan rumah
tangga yang berasal dari mandi, dapur, cuci dan kakus;
Truk Tinja/Mobil Tinja adalah mobil tangki yang digunakan untuk menguras
lumpur tinja dari bangunan pengolahan air limbah rumah tangga yang
membawanya ke IPLT untuk diolah;
Open Defecation Free (ODF) adalah kondisi ketika setiap individual dalam
komunitas tidak Buang Air Besar Sembarangan (BABS), dengan kriteria
sebagai berikut:

xxvi
Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban;
Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar;
Tidak ada bau tidak sedap akibat pembuangan tinja/kotoran manusia;
Jamban yang ada secara kualitas terjamin kesehatan dan tidak mencemari
lingkungan;
Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk
mencegah kejadian BAB di sembarang tempat;
Tim Pelaksanaan Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-KSM)
merupakan perwakilan calon pemanfaat untuk melaksanakan pembangunan
prasarana sanitasi secara swakelola. Kelompok ini dibentuk melalui proses
pemilihan langsung (tanpa aklamasi dan penunjukan) dengan
mengedepankan kriteria bakal calon yang diinformasikan kepada warga
masyarakat calon penerima manfaat di titik lokasi kegiatan, dengan bentuk
dan susunan tim pelaksana ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Kepala
OPD/ Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran;
Kelompok Pemelihara dan Pemanfaat (KPP) merupakan perwakilan Pemanfaat
untuk melakukan operasi dan pemeliharaan maupun pengembangan
pelayanan prasarana sanitasi;
Rencana Kerja Masyarakat yang selanjutnya disebut RKM dibuat oleh Tim
Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-KSM) di bawah
koordinasi Tim Perencanaan dan dibantu/ didampingi oleh Tenaga
Fasilitator Lapangan (TFL) Teknik dan Pemberdayaan.
Kegiatan Swakelola/Pemberdayaan Masyarakat adalah kegiatan DAK
Infrastruktur Bidang Sanitasi menyertakan partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pada setiap tahapan proses persiapan, perencanaan,
pelaksanaan dan operasional pemeliharaan serta pengembangan layanan
prasarana sanitasi terbangun;
Penyelenggara swakelola adalah tim yang menyelenggarakan kegiatan secara
swakelola yaitu TPS-KSM;
Kegiatan kontraktual adalah ikatan kontrak yang dilakukan antara pengelola DAK
Infrastruktur Bidang Sanitasi Kabupaten/kota dengan penyedia barang/jasa
untuk membangun prasarana sanitasi;
Kegiatan Kontraktual Padat Karya adalah ikatan kontrak yang dilakukan antara
pengelola DAK Infrastruktur Bidang Sanitasi Kabupaten/kota dengan
penyedia barang/jasa untuk membangun prasarana sanitasi. Dalam
pelaksanaan kegiatan ini pihak penyedia barang/jasa wajib xxvii
mengikutsertakan masyarakat sebagai tenaga kerja harian dengan
memberikan kesempatan kepada calon tenaga kerja untuk mendaftarkan
diri;
Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah;
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri dan dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah;
Toko Dalam Jaringan yang selanjutnya disebut Toko Daring adalah sistem
informasi yang memfasilitasi pengadaan barang/jasa melalui penyelenggara
perdagangan melalui sistem elektronik dan ritel daring.

xxviii
PENDAHULUAN
Akses penduduk terhadap prasarana dan sarana sanitasi pada dasarnya erat
kaitannya dengan aspek kesehatan, lingkungan hidup, pendidikan, sosial,
budaya serta kemiskinan. Hasil berbagai pengamatan dan penelitian telah
membuktikan bahwa semakin besar akses penduduk terhadap fasilitas
prasarana dan sarana air limbah domestik dan persampahan serta pemahaman
tentang higiene, semakin kecil kemungkinan terjadinya kasus penyebaran
penyakit yang ditularkan melalui media air (waterborne diseases).
Mengingat keterbatasan kemampuan yang dimiliki pemerintah, baik pusat
maupun daerah, diperlukan upaya-upaya terobosan yang bersifat mengubah
paradigma dalam pengembangan sanitasi lingkungan. Beberapa upaya bisa
dilakukan terhadap pengembangan sanitasi lingkungan berskala komunitas
berbasis masyarakat melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat yang
bertujuan untuk menjamin keberlanjutan pengelolaan.
Sesuai dengan amanat UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
dimana Pemerintah lebih berperan sebagai regulator dan fasilitator terkait
dengan tugas-tugasnya dalam pengaturan, pembinaan dan pengawasan
pengembangan sanitasi lingkungan. Hal ini sejalan dengan Peraturan Presiden
Nomor 15 Tahun 2023 tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus Fisik
Tahun Anggaran 2023, dimana Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik adalah bagian
dari Transfer Ke Daerah yang dialokasikan untuk mendukung
pembangunan/pengadaan prasarana dan sarana layanan publik daerah dalam
rangka mencapai prioritas nasional, mempercepat pembangunan daerah,
mengurangi kesenjangan layanan publik, dan/atau mendorong pertumbuhan
perekonomian daerah. Bidang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang
mendapatkan DAK Fisik untuk mendukung pemulihan ekonomi dan
pembangunan infrastruktur tematik pengentasan permukiman kumuh terpadu
dalam mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan penurunan
jumlah dan prevalensi balita stunting tertinggi.
Besaran alokasi DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi masing-masing daerah
ditentukan dengan perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria
khusus dan kriteria teknis. Kriteria umum dirumuskan berdasarkan kemampuan
keuangan daerah, yang dicerminkan dari penerimaan umum Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setelah dikurangi belanja Pegawai
Negeri Sipil Daerah. Kriteria khusus dirumuskan berdasarkan peraturan

xxix
perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan otonomi khusus dan
karakteristik daerah. Kriteria teknis dirumuskan melalui indeks teknis dengan
mempertimbangkan cakupan pelayanan sanitasi, kesiapan program investasi
sanitasi Kabupaten/Kota, dan pelaporan.
Pedoman Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi Tahun Anggaran 2023 dimaksudkan sebagai
pedoman bagi Pemerintah Kabupaten/Kota, dan pelaksana lapangan dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, penilaian kinerja,
pemanfaatan. Pedoman ini merupakan media pembinaan pelaksanaan DAK
Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat dengan Pemerintah Provinsi. Pelaksana kegiatan DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi adalah Organisasi Perangkat Daerah Dana Alokasi
Khusus yang selanjutnya disebut OPD DAK, yaitu organisasi/lembaga pada
Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota dan
menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dari Dana Alokasi Khusus Bidang
Sanitasi.
Tujuan disusunnya Pedoman Teknis DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi ini,
adalah:
Menjamin tertib pemanfaatan pelaksanaan dan pengelolaan DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota;
Menjamin terlaksananya koordinasi antara kementerian terkait, dinas teknis di
Provinsi, dan dinas teknis di Kabupaten/Kota, dalam: pelaksanaan,
pengelolaan, pemantauan, dan pembinaan teknis kegiatan yang dibiayai
dengan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi;
Mendukung terwujudnya layanan sanitasi yang berkelanjutan menuju target
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) bidang sanitasi serta
pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) air limbah melalui dukungan
Pemerintah Daerah dalam peningkatan cakupan layanan sanitasi;
Mendukung percepatan pembangunan sanitasi melalui peningkatan akses
layanan sanitasi di kabupaten/kota sesuai target RPJMN 2020-2024, serta
pertumbuhan ekonomi akibat dampak COVID-19 secara nasional;
Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemanfaatan DAK Fisik Infrastruktur
Bidang Sanitasi, serta menyinergikan kegiatan yang dibiayai dengan DAK
Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi dengan kegiatan prioritas nasional; dan

xxx
Meningkatkan kinerja prasarana dan sarana bidang sanitasi, dan meningkatkan
cakupan pelayanan sanitasi untuk meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat.
Dasar hukum yang digunakan dalam pengaturan, pembinaan dan pengawasan
kegiatan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi adalah sebagai berikut:
Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
Undang – undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
Undang – Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
Undang – Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan;
Undang–undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Undang – undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang
Perubahan atas Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang
Organisasi Kemasyarakatan menjadi Undang – Undang;
Undang – Undang Nomor 9 Tahun 2018 tentang Penerimaan Negara Bukan
Pajak;
Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2022 tentang Anggaran Pendapatan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2023;
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal;
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah;
Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2021 Tentang Perubahan atas Peraturan
Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang / Jasa
Pemerintah;
Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2023 Tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi
Khusus Fisik Tahun Anggaran 2023;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2010 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Dana Alokasi Khusus di Daerah;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 198/PMK.07/2021 tentang pengelolaan
Dana Alokasi Khusus Fisik;

xxxi
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 241/PMK.07/2014
Tentang Pelaksanaan dan Pertanggung-jawaban Anggaran Transfer ke
Daerah;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
04/PRT/M/2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
14/PRT/M/2018 tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 5 tahun
2022, tentang Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik
Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun Anggaran
2022;
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan
Kerja Lingkungan Kerja;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
10/PRT/M/2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
01/PRT/M/2022 tentang Pedoman Penyusunan Perkiraan Biaya Pekerjaan
konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
Peraturan LKPP Nomor 3 Tahun 2021 tentang Pedoman Swakelola; dan
Peraturan LKPP Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah melalui Penyedia;
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik Infrastruktur
Bidang Sanitasi Tahun 2023 ini terbagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu:
Pendahuluan;
Bab I. Ketentuan Umum Pelaksanaan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
Bab II. Ketentuan Proses Pelaksanaan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi;
Bab III. Ketentuan Teknis Pelaksanaan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi.

xxxii
SISTEMATIKA PETUNJUK
PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAK INFRATSRUKTUR BIDANG
SANITASI TA. 2023

Gambar 1 Sistematika Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan DAK Fisik


Infrastruktur Bidang Sanitasi 2023

xxxiii
BAB I
KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN DAK

FISIK INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI


BAB I
KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN DAK FISIK INFRASTRUKTUR BIDANG
SANITASI
1
Ketentuan umum berisi aturan-aturan atau ketentuan yang terkait dengan kegiatan
Dana Alokasi Khusus Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi antara lain meliputi:
Sasaran dan Target Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi;
Ruang Lingkup Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi;
Output Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi;
Pendanaan Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi;
Monitoring dan Evaluasi Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi;
Pelaporan Kegiatan;
1.1 Sasaran dan Target Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
Sasaran dan Target kegiatan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi sesuai
dengan Perpres No. 15 Tahun 2023 tentang Petunjuk Teknis DAK Fisik
Tahun 2023 adalah sebagai berikut:
1.1.1 Mendukung Pemulihan Ekonomi dan Pembangunan Infrastruktur-
Tematik Pengentasan Permukiman Kumuh Terpadu
Sasaran: Penanganan kawasan permukiman kumuh secara tuntas termasuk
penyediaan permukiman baru bagi rumah tangga berpenghasilan rendah
lokasi terpilih melalui integrasi Bidang Perumahan dan Permukiman, Bidang
Sanitasi serta Bidang Air Minum.
Target: Terpenuhinya akses perumahan dan permukiman layak termasuk air
minum dan sanitasi di kawasan permukiman kumuh prioritas (100% rumah
layak serta 100% akses air minum layak 90% sanitasi layak dan 100%
akses sampah yang terkelola dengan baik di perkotaan (80% penanganan
dan 20% pengurangan).
1.1.2 Mendukung Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)-
Penurunan Jumlah dan Prevalensi Balita Stunting Tertinggi
Sasaran: Desa/kelurahan yang menjadi lokasi fokus intervensi Stunting di tahun
2023 dengan cakupan akses sanitasi layak kurang dari 90%.
Target: Terpenuhinya 90% akses sanitasi layak dan 100% akses sampah yang
terkelola dengan baik di perkotaan (80% penanganan dan 20%
pengurangan) dalam 12 provinsi prioritas.

1
1.2 Ruang Lingkup Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
Ruang lingkup kegiatan DAK Fisik Infrastruktur Sanitasi sesuai dengan
Perpres No. 15 Tahun 2023 terdapat 2 (dua) lingkup kegiatan yaitu sektor
air limbah dan sektor persampahan.
1.2.1 Sektor air limbah
Pengembangan dan Pembangunan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik
Terpusat (SPALD-T) skala permukiman, dengan rincian menu kegiatan
berupa :
Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) skala permukiman
minimal 50 KK,
Pembangunan IPAL skala permukiman kombinasi MCK minimal 50 KK, dan
Penambahan pipa pengumpul dan SR untuk kabupaten/kota yang telah
memiliki SPALD-T Skala Perkotaan/Permukiman;
Pembangunan IPAL Skala minimal 50 KK (tematik PPKT);
Pembangunan IPAL skala permukiman kombinasi MCK minimal 50 KK
(tematik PPKT); dan
Penambahan pipa pengumpul dan SR untuk Kabupaten/Kota yang telah
memiliki SPALD-T skala perkotaan/permukiman (tematik PPKT).
Pembangunan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat (SPALD-S),
dengan rincian menu kegiatan berupa :
Pembangunan tangki septik skala komunal (5-10 KK),
Pembangunan tangki septik individual pedesaan minimal 50 KK,
Pembangunan tangki septik individual perkotaan minimal 50 KK,
Pengadaan truk tinja;
Pembangunan / peningkatan / rehabilitasi IPLT;
Pembangunan tangki septik skala komunal (5-10 KK) (tematik PPKT).
1.2.2 Sektor persampahan
Penyediaan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Sampah, dengan rincian
menu kegiatan berupa:
Pembangunan TPS3R; dan
Pembangunan TPS3R (tematik PPKT).

2
1.3 Output Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
Keluaran dari kegiatan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi antara lain
sebagai berikut.
Terbangunnya sarana dan prasarana pengelolaan air limbah domestik skala
komunal dan skala individual berbasis kepada masyarakat, prasarana
sanitasi publik, dan peningkatan kinerja sistem pengelolaan air limbah
terpusat serta air limbah setempat;
Terbangun sarana dan prasarana pengelolaan persampahan melalui
pembangunan infrastruktur TPS-3R;
Terbangunnya prasarana sanitasi berbasis masyarakat pada permukiman
padat di perkotaan, permukiman padat pusat pertumbuhan, kawasan
komersial, dan kawasan tertentu;
Tersedia sarana penunjang untuk pengangkutan lumpur tinja dari area
penampung limbah domestik baik setempat maupun terpusat ke sarana
dan prasarana sanitasi penampungan akhir lumpur tinja (IPLT) sebagai
bentuk dukungan terhadap pelaksanaan program Layanan Lumpur Tinja
Terjadwal/LLTT pada masing-masing Kabupaten/Kota (kontraktual).
1.4 Pendanaan Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
1.4.1 Sumber dan Alokasi Pendanaan
Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan Program DAK Fisik Infrastruktur
Bidang Sanitasi dapat didukung oleh berbagai sumber pendanaan, antara
lain:
Dana APBN
Dana APBN dialokasikan untuk mendukung kegiatan sinkronisasi dan
harmonisasi usulan kegiatan dan pagu anggaran oleh OPD
Kabupaten/Kota dan kegiatan konsultasi program serta sosialisasi Petunjuk
Pelaksanaan Pengelolaan Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
di lingkup Direktorat Sanitasi. Kegiatan ini dilaksanakan secara rutin oleh
Pusat Fasilitasi Infrastruktur Daerah (PFID), Sekretariat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Dana DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
Kabupaten/Kota penerima DAK dihimbau untuk mencantumkan alokasi dan
penggunaan dana DAK di dalam APBD, penggunaan dana DAK dimaksud
dilakukan sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi dan Rencana Kegiatan (RK) yang telah
disetujui oleh Unit Organisasi Teknis Bidang Sanitasi.

3
Dana Sharing APBD
Sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 05/PRT/M/ 2022 tentang Petunjuk
Operasional Pengelolaan DAK Infrastruktur Kementerian PUPR, Pasal
18 ayat 1 yaitu; Dalam mengelola DAK fisik bidang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8, Pemerintah Daerah harus melakukan operasi
dan pemeliharaan untuk menjaga keberlanjutan fungsi infrastruktur
serta melakukan pembinaan kepada penerima manfaat sarana dan
prasarana yang sudah dilaksanakan melalui DAK fisik. Selanjutnya
Pasal 18 ayat 2 adalah Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan serta
Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dibebankan pada
APBD dan/atau sumber pendanaan lain yang sah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pasal 18 ayat 3 mengamanatkan juga
bahwa kegiatan operasi dan pemeliharaan DAK fisik yang
dilaksanakan secara swakelola, dapat melibatkan peran serta
Kelompok Swadaya Masyarakat.
Jika diperlukan Pengguna Anggaran dari Dinas terkait dapat
menganggarkan dana sharing dari APBD untuk digunakan sebagai
biaya operasional OPD Dinas terkait dalam rangka memperlancar
proses pelaksanaan kegiatan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi.
Tata kelola dan pelaksanaannya mengikuti ketentuan perundang-
undangan yang berlaku;
Selanjutnya bagi Pemerintah Kabupaten/Kota yang memiliki daftar tunggu
(waiting list) dari Rencana Kegiatan (RK) yang belum tertutup pada
tahun anggaran berjalan dan menjadi stok program pada aplikasi
Krisna, dapat melakukan program replikasi dengan sumber dana
APBD/sumber dana lainnya.
Dana Masyarakat
Dana masyarakat (in-cash dan/atau in-kind) dikumpulkan berdasarkan
kesepakatan hasil musyawarah calon pengguna/penerima manfaat
Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi;
Pengumpulan dana masyarakat dilakukan oleh Tim Pelaksana Swakelola
(TPS-KSM);
Dana dari masyarakat dalam bentuk tunai dimasukkan ke rekening
bersama atas nama 3 (tiga) pemegang Specimen yaitu: Ketua TPS-
KSM, Bendahara TPS-KSM dan Tim Pelaksana;
Dana masyarakat juga dapat dipergunakan untuk operasional dan

4
pengendalian pelaksanaan tahapan Program DAK Fisik Infrastruktur
Bidang Sanitasi sebelum adanya Perjanjian Kerjasama (PKS) antara
Ketua TPS-KSM dengan PPK Sanitasi OPD terkait.
Dana Swasta/Donor/LSM (apabila ada)
Dana swasta/donor adalah dalam bentuk hibah sebagai bentuk kontribusi
swasta untuk kegiatan perbaikan sanitasi masyarakat;
Pencairan dana dilakukan sesuai peraturan yang berlaku di masing-masing
perusahaan/lembaga atau institusi yang bersangkutan setelah ada
rencana kerja masyarakat/RKM;
Dana dari Swasta/Donor diwujudkan dalam bentuk tunai yang ditransfer
langsung ke rekening bersama lembaga TPS-KSM;
Dukungan dari LSM biasanya berbentuk keahlian (expertise) sebagai
bentuk kontribusi mereka terhadap kegiatan perbaikan sanitasi
masyarakat.

Gambar 2 Bagan sumber pendanaan dalam Pelaksanaan DAK Fisik


Infrastruktur Bidang Sanitasi
1.4.2 Rencana Pembiayaan
Pembiayaan kegiatan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi ini dapat
berasal dari beberapa sumber, yaitu Pemerintah Pusat (APBN) dan DAK
sebagai dana perimbangan, Pemerintah Kabupaten/Kota (APBD),
swadaya masyarakat (in kind atau in cash), swasta, dan LSM. Untuk setiap
lokasi Desa/Kelurahan diperlukan kontribusi pendanaan dari masing-
masing pemangku kepentingan antara lain sebagai berikut:

5
Pemerintah Daerah dapat menggunakan paling banyak 5% (lima per seratus)
dari alokasi DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi untuk mendanai
kegiatan penunjang yang berhubungan langsung dengan kegiatan DAK.
Hal ini dapat merujuk kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 05/PRT/M/2021 Tentang Petunjuk Operasional
Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Infrastruktur Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Tahun Anggaran 2021.
Pelaksanaan konstruksi dapat dibiayai oleh:
Dana DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi sebagai dana perimbangan;
Kontribusi dari masyarakat dapat berupa dana tunai (in cash) dan kontribusi
dalam bentuk barang (in kind) berupa hibah lahan, tenaga kerja,
material dan lain-lain.
Dana pihak swasta lainnya dapat dikumpulkan melalui berbagai upaya sejauh
hal tersebut saling menguntungkan dan tidak mengikat. Biaya Operasi dan
Pemeliharaan dibiayai dan dikelola langsung oleh masyarakat.
1.5 Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Program DAK Fisik Infrastruktur
Bidang Sanitasi
1.5.1 Pemantauan
Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan DAK dapat dilakukan oleh Tim
Satuan Tugas DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi, terkait beberapa hal
antara lain:
Progres fisik dan keuangan, serta keselarasan antara progres fisik dan progres
keuangan per triwulan;
Ketepatan waktu penyelesaian kegiatan, Pemerintah Daerah terhadap realisasi
fisik dan keuangan atas pekerjaan yang telah selesai atau pada akhir tahun
anggaran;
Capaian penyerapan dana, merupakan perbandingan antara realisasi total
penyerapan dana per 31 Desember 2023 dan pagu alokasi, pagu sesuai
rencana kegiatan, serta pagu sesuai kontrak dan/atau perjanjian kerja
sama;
Capaian keluaran, merupakan perbandingan antara realisasi keluaran kegiatan
dan target keluaran kegiatan yang tercantum pada rencana kegiatan;

6
Capaian hasil, merupakan perbandingan antara target dan realisasi hasil
kegiatan yang terdiri atas capaian hasil jangka pendek dan capaian hasil
jangka panjang;
Dampak, merupakan perubahan yang terjadi sebagai akibat dari hasil kegiatan;
dan
Keberlanjutan fungsi dari hasil kegiatan.
1.5.2 Evaluasi
Hasil evaluasi Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi dapat
digunakan untuk menilai kinerja pelaksanaan DAK di Kabupaten/Kota dan
selanjutnya dapat disampaikan kepada PFID, Sekretariat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Hasil penilaian
kinerja dapat dijadikan salah satu pertimbangan dalam usulan
pengalokasian DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi pada tahun
berikutnya serta menjadi program pembinaan dalam pengelolaan DAK.
1.5.3 Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan
1.5.3.1 Pelaporan Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan
Pemerintah Daerah penerima alokasi DAK Fisik Bidang Sanitasi menyusun
laporan kemajuan pelaksanaan yang terdiri dari:
Realisasi penyerapan dana;
Capaian keluaran kegiatan;
Pelaksanaan teknis/kegiatan; dan
Capaian hasil jangka pendek.
Laporan sebagaimana dimaksud pada poin I a, b, c disampaikan kepada
Kementerian PUPR melalui sistem e-Monitoring DAK PUPR setiap bulan,
paling lambat 7 hari kerja setelah bulan yang bersangkutan berakhir.
Laporan sebagaimana dimaksud pada poin 1 d disampaikan kepada
Kementerian PUPR melalui sistem e-Monitoring DAK PUPR paling lambat
sesuai dengan ketentuan dalam Batang Tubuh.
1.5.3.2 Penilaian Kinerja Pelaksanaan Kegiatan
Kinerja pelaksanaan teknis adalah evaluasi hasil pelaksanaan DAK Fisik
Bidang Sanitasi yang sesuai dengan spesifikasi teknis dan peraturan
perundangan yang berlaku. Adapun indikator output dan outcome bidang
sanitasi adalah sebagai berikut.

7
Tabel 1 Indikator Hasil Pelaksanaan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
Rincian Menu
Indikator Output Indikator Immediate Outcome
Kegiatan
SPALD-T
Pembangunan Jumlah jiwa yang terlayani sesuai
IPAL skala Jumlah sambungan standar mutu layanan air limbah
permukiman rumah/SR air limbah (memenuhi aspek penggunaan, jenis
minimal 50 KK kloset, dan pengolahan air limbah)
Jumlah jiwa yang terlayani sesuai
Pembangunan
standar mutu layanan air limbah
IPAL skala
Jumlah sambungan (memenuhi aspek penggunaan, jenis
permukiman
rumah/SR air limbah kloset, dan pengolahan air limbah)
kombinasi MCK
dan peran serta kelembagaan
minimal 50 KK
pengelola.
Penambahan pipa Jumlah jiwa yang terlayani sesuai
pengumpul dan SR standar mutu layanan air limbah
untuk kabupaten/ Jumlah sambungan (memenuhi aspek penggunaan, jenis
kota yang telah rumah/SR air limbah kloset, dan pengolahan air limbah)
memiliki SPALD-T dan peran serta kelembagaan
skala perkotaan pengelola.
SPALD-S
Jumlah jiwa yang terlayani sesuai
standar mutu layanan air limbah
Pembangunan
Jumlah sambungan (memenuhi aspek penggunaan, jenis
tangki septik
rumah/SR air limbah kloset, dan pengolahan air limbah)
komunal (5-10 KK)
dan peran serta kelembagaan
pengelola.
Jumlah jiwa yang terlayani sesuai
Pembangunan
standar mutu layanan air limbah
tangki septik skala Jumlah sarana
(memenuhi aspek penggunaan, jenis
individual prasaran air limbah
kloset, dan pengolahan air limbah)
perkotaan minimal (unit)
dan peran serta kelembagaan
50 KK
pengelola.
Pembangunan Jumlah sarana Jumlah jiwa yang terlayani sesuai
tangki septik skala prasaran air limbah standar mutu layanan air limbah

8
Rincian Menu
Indikator Output Indikator Immediate Outcome
Kegiatan
individual (unit) (memenuhi aspek penggunaan, jenis
perdesaan minimal kloset, dan pengolahan air limbah)
50 KK dan peran serta kelembagaan
pengelola.
Jumlah sarana
Pengadaan truk
prasarana air limbah -
tinja
(unit)
Pembangunan/ Jumlah sarana
Peningkatan/ prasarana air limbah -
Rehabilitasi IPLT (unit)
Persampahan
Jumlah jiwa yang terlayani sesuai
standar mutu layanan air limbah
Jumlah sarana
Pembangunan (memenuhi aspek penggunaan, jenis
prasarana
TPS3R kloset, dan pengolahan air limbah)
persampahan (unit)
dan peran serta kelembagaan
pengelola.
Sumber: Perpres Nomor 15 Tahun 2023
OPD Dinas terkait selaku pengelola DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi di
Kabupaten/Kota harus menyampaikan laporan triwulan terkait capaian progres
pelaksanaan meliputi; laporan triwulan pertama per tanggal 31 Maret, triwulan
kedua per tanggal 30 Juni, triwulan ketiga per tanggal 30 September dan triwulan
keempat per tanggal 31 Desember tahun anggaran berjalan. Mekanisme
Pelaporan disampaikan secara berjenjang OPD Dinas terkait Kabupaten/Kota
menyampaikan kepada Pemerintah Provinsi (BPPW Provinsi) dan selanjutnya
diteruskan ke Kementerian. Pelaporan dan Pemantauan DAK Online melalui
http://emonitoring.pu.go.id.

9
Alur pelaporan dan pemantauan dapat dilihat dalam skema di bawah ini

Gambar 3 Skema Koordinasi Pengelolaan DAK Fisik Infrastruktur Bidang


Sanitasi (Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan)
1.6 Tugas dan Tanggung jawab Tim Koordinasi
Tim Koordinasi terdiri dari tim koordinasi pusat DAK Fisik Infrastruktur
bidang sanitasi, tim koordinasi daerah provinsi dan Kabupaten/Kota, dalam
hal ini yang terlibat sebagai tim koordinasi pusat adalah Satuan Tugas dan
Koordinator Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi, Direktorat
Sanitasi serta Pusat Fasilitasi Infrastruktur Daerah/ PFID, Sekretariat
Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
1.6.1 Tugas dan Tanggung jawab Tim Koordinasi Pusat
1.6.1.1 Tugas dan Tanggung jawab Tim dalam Tahap Perencanaan
Menyusun Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengelolaan DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi;
Menyampaikan usulan menu kegiatan penggunaan DAK Fisik Infrastruktur
Bidang Sanitasi;
Menyusun kriteria teknis dan formula dalam menghitung indeks teknis DAK
Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi;

10
Menilai usulan rencana kegiatan Pemerintah Daerah yang diusulkan
melalui sistem informasi perencanaan dan penganggaran yang terintegrasi,
sesuai dengan kesepakatan antara Kementerian, kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perencanaan
pembangunan nasional, dan kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan; dan
Melaksanakan konsultasi program dalam rangka pembahasan usulan
rencana kegiatan dan sosialisasi arah kebijakan pengelolaan DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi.
1.6.1.2 Tugas dan Tanggung jawab Tim dalam Tahap Pelaksanaan
Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
kegiatan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi agar sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Melakukan pemantauan melalui sistem e-Monitoring DAK Fisik Infrastruktur
Bidang Sanitasi dan koordinasi ke daerah;
Melakukan koordinasi penyelesaian permasalahan dan percepatan
pencapaian progres fisik dan keuangan DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi di daerah;
Melaksanakan rapat kerja DAK dalam rangka optimalisasi pengelolaan
DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi; dan
Melaksanakan evaluasi terhadap capaian mutu infrastruktur terbangun
sesuai dengan capaian hasil jangka pendek (immediate outcome) pasca
pelaksanaan pembangunan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi.
1.6.1.3 Tugas dan Tanggung jawab Tim dalam Tahap Pasca Pelaksanaan
Melaksanakan evaluasi terhadap pengelolaan DAK;
Memberikan saran, masukan, atau rekomendasi kepada Direktur Sanitasi
dalam mengambil kebijakan terkait pengelolaan DAK ke depan; dan
Menyiapkan laporan evaluasi akhir tahun Direktorat kepada Direktur
Sanitasi, Ditjen Cipta Karya yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
bidang pelayanan dasar terkait pengelolaan DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi.

11
1.6.2 Tugas dan Tanggung jawab Balai Prasarana Permukiman Wilayah
(BPPW) Provinsi
Mendampingi OPD Kabupaten/Kota dalam menyusun usulan program rencana
kegiatan, sinkronisasi dan harmonisasi serta konsultasi regional rencana
kegiatan tahun berikutnya;
Melaksanakan pemantauan dalam tahap konstruksi;
Memastikan pekerjaan berlangsung sesuai dengan jadwal kerja yang telah
disusun;
Memantau kualitas pekerjaan infrastruktur sanitasi yang sedang dibangun;
Memantau realisasi penyerapan dana DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
untuk pekerjaan yang telah dan sedang dilaksanakan.
1.6.3 Tugas dan Tanggung jawab Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Melakukan kegiatan pengadaan barang dan jasa;
Melakukan pelaksanaan konstruksi infrastruktur DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi;
Melaporkan realisasi capaian kegiatan fisik dan keuangan serta realisasi output
yang direncanakan kepada Pemerintah Pusat; dan
Melaporkan realisasi hasil jangka pendek (immediate outcome) sesuai dengan
indikator DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi yang telah ditetapkan
berdasarkan NSPK.
Pemantauan Pelaksanaan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi adalah
proses pengumpulan informasi pelaksanaan kegiatan DAK secara rutin
untuk mengukur progres pelaksanaan kegiatan DAK, mengidentifikasi dan
menyelesaikan permasalahan, serta memastikan realisasi pelaksanaan
kegiatan DAK di daerah tepat waktu, tepat mutu, tepat sasaran dan tepat
biaya sesuai dengan arahan Petunjuk Teknis dan Rencana Kegiatan (RK)
DAK pada tahun anggaran berjalan. Evaluasi pelaksanaan kegiatan DAK
adalah penilaian kesesuaian pelaksanaan kegiatan DAK dengan RK DAK.
Evaluasi pelaksanaan kegiatan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
adalah pengumpulan informasi kegiatan DAK setelah selesai dilaksanakan.
Evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan, output, dan immediate outcome
pengelolaan DAK fisik.
Adapun data yang perlu dilaporkan oleh pemerintah daerah pada sistem
pelaporan sebagai berikut:

12
Air Limbah Domestik
I. Pelaporan Pelaksanaan
Tabel 2 Pelaporan Pelaksanaan

Pelaporan Output
Pelaporan output DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi terbagi menjadi
(empat) bagian berdasarkan menu dan rincian kegiatan, antara lain
sebagai berikut:
Pembangunan SPALD-T dan SPALD-S Komunal;
Pembangunan SPALD-S Individual;
Pengembangan SPALD-T;
Pengadaan Truk Tinja;
Persampahan.

13
Tabel 3 Pembangunan SPALD-T dan SPALD-S Komunal
Lokasi Kegiatan Output
No Sarana (Unit) SR (Unit)
Kecamatan Desa Menu Rincian
Target Realisasi Target Realisasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Petunjuk Pengisian:
No Kolom Keterangan
1 No Nomor urut.
2 Kecamatan Nama kecamatan.
3 Desa Nama desa.
Nama menu kegiatan, dapat berupa:
4 Menu - Pembangunan SPALD-S; atau
- Pengembangan dan Pembangunan SPALD-T.
Nama rincian kegiatan, dapat berupa:
Menu Kegiatan Rincian Kegiatan
Pembangunan SPALD-S - Pembangunan Tangki Septik Skala Komunal
5 Rincian
- Pembangunan IPAL Skala Permukiman
Pembangunan SPALD-T - Pembangunan IPAL Skala Permukiman Kombinasi
MCK
Target jumlah sarana berdasarkan rencana kegiatan.
Rincian Kegiatan Target Sarana
6 Target Sarana Pembangunan Tangki Septik Skala Komunal Target jumlah tangki septik skala komunal terbangun
Pembangunan IPAL Skala Permukiman Target jumlah IPAL Skala Permukiman terbangun
Target jumlah IPAL Skala Permukiman Kombinasi
Pembangunan IPAL Skala Permukiman Kombinasi MCK
MCK terbangun
Realisasi jumlah sarana.
Rincian Kegiatan Realisasi Sarana
7 Realisasi Sarana Pembangunan Tangki Septik Skala Komunal Realisasi jumlah tangki septik skala komunal
Pembangunan IPAL Skala Permukiman Realisasi jumlah IPAL Skala Permukiman terbangun
Realisasi jumlah IPAL Skala Permukiman Kombinasi
Pembangunan IPAL Skala Permukiman Kombinasi MCK
MCK terbangun
Komponen Target Untuk menu Pembangunan SPALD-T dan SPALD-S Komunal, diisi target jumlah Sambungan Rumah (SR) berdasarkan
8
SR rencana kegiatan.
9 Realisasi SR Realisasi jumlah Sambungan Rumah (SR).

14
Tabel 4 Pembangunan SPALD-S Individual
Lokasi Kegiatan Output
No Sarana (Unit)
Kecamatan Desa Menu Rincian
Target Realisasi
1 2 3 4 5 6 7

Pembangunan
Pembangunan
Tangki Septik
SPALD-S
Skala Individual

Pembangunan
Pembangunan
Tangki Septik
SPALD-S
Skala Individual

Pembangunan
Pembangunan
Tangki Septik
SPALD-S
Skala Individual

Petunjuk Pengisian:
No Kolom Keterangan
No Nomor urut.
Kecamatan Nama kecamatan.
Desa Nama desa.
Menu Nama menu kegiatan "Pembangunan SPALD-S"
Rincian Nama rincian kegiatan "Pembangunan Tangki Septik Skala Individual"
Target Target jumlah tangki septik skala individual terbangun berdasarkan rencana
Sarana kegiatan.
Realisasi Realisasi jumlah tangki septik skala individual terbangun berdasarkan rencana
Sarana kegiatan.

Tabel 5 Pengembangan SPALD-T


Lokasi Kegiatan Output
No Sarana (Unit) SR (Unit)
Kecamatan Desa Menu Rincian
Target Realisasi Target Realisasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Penambahan Pipa Pengumpul
Pengembangan dan
dan SR untuk IPAL Skala Kota
Pembangunan SPALD-T
dan Permukiman
Penambahan Pipa Pengumpul
Pengembangan dan
dan SR untuk IPAL Skala Kota
Pembangunan SPALD-T
dan Permukiman
Penambahan Pipa Pengumpul
Pengembangan dan
dan SR untuk IPAL Skala Kota
Pembangunan SPALD-T
dan Permukiman

15
Tabel 6 Pengadaan Truk Tinja
Lokasi Kegiatan Output
No Sarana (Unit) SR (Unit)
Kecamatan Desa Menu Rincian
Target Realisasi Target Realisasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pembangunan SPALD-S Pengadaan Truk Tinja
Pembangunan SPALD-S Pengadaan Truk Tinja
Pembangunan SPALD-S Pengadaan Truk Tinja

Petunjuk Pengisian:
No Kolom Keterangan
No Nomor urut.
Kecamatan Nama Kecamatan.
Desa Nama Desa.
Menu Nama menu kegiatan "Pembangunan SPALD-S".
Rincian Nama rincian kegiatan "Pengadan Truk Tinja".
Output Target
Target jumlah truk tinja berdasarkan rencana kegiatan.
Sarana
Realisasi SR Realisasi jumlah truk tinja berdasarkan rencana kegiatan.

Pelaporan Immediate Outcome


File kuesioner berupa file dengan Format Excel yang diunggah oleh
Pemda
Tabel 7 File Kuesioner yang Diunggah oleh Pemda
Lokasi Kegiatan Data Survei Analisis
(1 = Memenuhi, 0 = Tidak Memenuhi) Immediate Outcome (Jiwa)
Nama Penerima Jumlah Penerima
No Teknologi
Manfaat Manfaat Kecamatan Desa Menu Rincian Pengolahan Pengolahan Pengolahan
Penggunaan Jenis Kloset Penggunaan Jenis Kloset Pengolahan
Air Limbah Lumpur Tinja Lumpur Tinja
AL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

TOTAL

Petunjuk Pengisian:
No Kolom Keterangan No Kolom Keterangan
1 No Diisi Nomor urut. Diisi angka "0" jika kloset digunakan bersama rumah tangga lain atau diisi angka "1" jika kloset tidak
8 Penggunaan
Nama Penerima digunakan bersama rumah tangga lain.
2 Diisi Nama kepala keluarga pemilih rumah penerima manfaat DAK.
Manfaat Diisi angka "0" jika jenis klosetnya bukan berupa leher angsa atau diisi angka "1" jika jenis klosetnya
9 Jenis Kloset
3 Jumlah Penerima Diisi Jumlah seluruh anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut. berupa leher angsa.
Manfaat Diisi angka "0" jika teknologi pengolahan air limbah tidak sesuai dengan rencana kegiatan atau diisi
4 Kecamatan Nama Kecamatan. Teknologi
10 angka "1" jika teknologi pengolahan air limbah sesuai dengan rencana kegiatan, yaitu berupa tangki
5 Desa Nama Desa. Pengolahan AL
Nama menu kegiatan, dapat berupa: septik atau IPAL.
Diisi angka "0" jika lumpur tinjanya tidak terolah atau diisi angka "1" jika lumpur tinjanya terolah. Dengan
6 Menu - Pembangunan SPALD-S; atau
- Pengembangan dan Pembangunan SPALD-T. keterangan sebagai berikut:
Nama rincian kegiatan, dapat berupa: - Untuk Tangki Septik Perkotaan: Lumpur tinja dianggap terolah jika wilayah termasuk dalam layanan
Pengolahan
Menu Kegiatan Rincian Kegiatan 11 pengolahan lumpur tinja di IPLT.
Lumpur Tinja
- Pembangunan Tangki Septik Skala Individual - Untuk Tangki Septik Perdesaan: Lumpur tinja terolah dengan Tangki Septik sesuai SNI 03-2398-2002
Pembangunan SPALD-S - Pembangunan Tangki Septik Skala Komunal tentang Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan.
- Pengadaan Truk Tinja - Untuk IPAL: Lumpur tinja terolah di IPAL.
7 Rincian
- Pembangunan IPAL Skala Permukiman 12-15 Analisis Realisasi jiwa berdasarkan perkalian antara Data Survei dengan Jumlah Penerima Manfaat.
- Pembangunan IPAL Skala Permukiman Kombinasi
Pembangunan SPALD-T MCK
- Penambahan Pipa Pengumpul dan SR untuk IPAL
Skala Kota dan Permukiman

16
Petunjuk Pengisian:
No Kolom Keterangan
1 No Nomor urut.
2 Kecamatan Nama Kecamatan.
3 Desa Nama Desa.
4 Menu Nama menu kegiatan "Pengembangan dan Pembangunan SPALD-T".
5 Rincian Nama rincian kegiatan "Penambahan Pipa Pengumpul dan SR untuk IPAL Skala Kota dan
8 Output Target SR Target jumlah Sambungan Rumah (SR) yang berhasil tersambung berdasarkan rencana kegiatan.
9 Realisasi SR Realisasi jumlah Sambungan Rumah (SR) yang berhasil tersambung berdasarkan rencana

IV. File Analysis


File analysis terdiri dari file Format Excel untuk melihat mutu infrastruktur
dan file Pdf untuk melihat kualitas kelembagaan.
Pelaporan kelembagaan diperlukan untuk melihat keaktifan dari suatu
TPS-KSM dan KPP dalam mengelola pembangunan infrastruktur sanitasi.
Untuk pelaporan kelembagaan, Pemerintah Daerah perlu mengunggah
beberapa dokumen penunjang yang menunjukkan keberadaan dan
keaktifan KPP di antaranya adalah:
1. File Pdf
No Jenis Dokumen Bentuk Format file
SK Penetapan Tim Pelaksana Swakelola
Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-KSM)
SK Kepala Desa yang berisi struktur organisasi
2.
KPP Pdf. Max
File upload
AD-ART KPP yang telah dicatat di notaris atau 200 Kb
3.
berbadan hukum
Berita Acara kesepakatan iuran masyarakat
4.
pengguna yang dibuat oleh KPP
2. File Excel
PELAPORAN OLEH PEMERINTAH DAERAH
Lokasi Kegiatan Output Immediate Outcome
SR (Unit) Realisasi (Jiwa)
No Target (Jiwa) Teknologi Final
Kecamatan Desa Menu Rincian Pengolahan
TargetRealisasi Penggunaan Jenis KlosetPengolahan
Lumpur Tinja
AL

Total

17
B. Persampahan
Tabel 8 Pelaporan Pelaksanaan

Tabel 9 Pelaporan Output


Lokasi Kegiatan Output Komponen
TPS 3R (unit) Bangunan TPS Alat Sortir Alat Motor Sampah Mesin
No
Kecamatan Desa Menu Rincian Realisas Realisa Realisa Realisa Realisa Realisa
Target Target Target Target Target Target
i si si si si si
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Petunjuk Pengisian:
No Kolom Keterangan
1 No Nomor urut.
2 Kecamatan Nama kecamatan.
3 Desa Nama desa.
4 Menu Nama menu kegiatan, yaitu Penyediaan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Sampah.
5 Rincian Nama rincian kegiatan, yaitu Pembangunan TPS 3R.
6 Target TPS 3R Target jumlah unit TPS 3R yang dibangun berdasarkan rencana kegiatan
7 Realisasi TPS 3R Realisasi jumlah unit TPS 3R yang dibangun berdasarkan rencana kegiatan. Terhitung
Target Bangunan TPS 3RTarget jumlah bangunan TPS 3R berdasarkan rencana kegiatan.
Realisasi Bangunan TPS 3RRealisasi jumlah bangunan TPS 3R.
10 Target Alat Sortir Sampah Target jumlah alat sortir sampah berdasarkan rencana kegiatan.
11 Realisasi Alat Sortir Sampah Realisasi jumlah alat sortir sampah.
12 Target Alat Komposting Target jumlah alat komposting berdasarkan rencana kegiatan.
13 Realisasi Alat Komposting Realisasi jumlah alat komposting.
14 Target Motor Sampah Target jumlah motor sampah berdasarkan rencana kegiatan.
15 Realisasi Motor Sampah Realisasi jumlah motor sampah.
16 Target Mesin Pencacah Target jumlah mesin pencacah berdasarkan rencana kegiatan
17 Realisasi Mesin Pencacah Realisasi jumlah mesin pencacah

18
Pelaporan Immediate Outcome
File Kuesioner berupa file dengan Format Excel yang diunggah oleh
Pemda.
Tabel 10 File Kuesioner yang Diunggah oleh Pemda
Lokasi Keberfungsian TPS 3R Data Survei Analisis
Jumlah (1 = memenuhi, 0 Immediate
(Iya = memenuhi, Tidak = tidak memenuhi) Nama Penerima
No Nama KPP Penerima = tidak Outcome (Jiwa)
Kecamatan Desa Manfaat
Dana Manfaat Manfaat
Pemilahan Layanan Layanan
Operasional Ekonomi
1 2 3 4 5 7 8 9 10 11 12

TOTAL
Petunjuk Pengisian:
No Kolom Keterangan No Kolom Keterangan
1 No Nomor urut. Diisi "Tidak" jika pengelola TPS 3R tidak dilakukan pemilahan atau diisi "Iya" jika pengelola TPS
Pemilahan
2 Nama KPP Diisi Nama Kelompok Pemanfaat dan Pemeliharaan (KPP) TPS 3R. 3R melakukan pemilahan (setidaknya organik dan/atau plastik).
3 Kecamatan Nama Kecamatan. Manfaat Ekonomi
Diisi "Tidak" jika pengelola TPS 3R tidak mendapatkan manfaat ekonomi dari TPS 3R atau diisi
4 Desa Nama Desa. "Iya" jika pengelola TPS 3R mendapatkan manfaat ekonomi dari TPS 3R.
Diisi "Tidak" jika pengelola TPS 3R tidak memiliki dana untuk operasional dan pemeliharaan Nama Penerima Manfaat
Jumlah Penerima Manfaat Diisi Nama kepala keluarga pemilih rumah penerima manfaat DAK.
TPS 3R atau diisi "Iya" jika pengelola TPS 3R memiliki dana untuk operasional dan
pemeliharaan TPS 3R. Jika pengelola TPS 3R memiliki dana, tuliskan juga sumber dana Layanan Diisi Jumlah seluruh anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut.
operasional yang digunakan. Dana tersebut dapat berasal dari sumber berikut.
Dana Masyarakat Analisis Diisi angka "0" jika sampah tidak dikelola di TPS 3R atau diisi angka "1" jika sampah dikelola di
5
Operasional Pemda TPS 3R.
Lain-lain Realisasi jiwa berdasarkan perkalian antara Data Survei dengan Jumlah Penerima Manfaat.
Contoh Pengisian: Jika sumber pendanaan berasal dari iuran masyarakat, maka diisi dengan "Iya, masyarakat"; jika sumber
pendanaan berasal dari pemerintah, maka diisi dengan "Iya, pemda"; jika sumber pendanaan tidak berasal dari keduanya,
maka diisi dengan "Iya, lain-lain".

File Analysis
File analysis terdiri dari file Format Excel untuk melihat mutu infrastruktur
dan file Pdf untuk melihat kualitas kelembagaan. Pelaporan kelembagaan
diperlukan untuk melihat keaktifan dari suatu TPS-KSM dan KPP dalam
mengelola pembangunan infrastruktur sanitasi. Untuk pelaporan
kelembagaan, Pemerintah Daerah perlu mengunggah beberapa dokumen
penunjang yang menunjukkan keberadaan dan keaktifan KPP di
antaranya adalah:
File Pdf
No Jenis Dokumen Bentuk Format file
1. SK Penetapan Tim Pelaksana Swakelola Kelompok
Swadaya Masyarakat (TPS-KSM)
2. SK Kepala Desa yang berisi struktur organisasi KPP

3. AD-ART KPP yang telah dicatat di notaris atau File


berbadan hukum Pdf. Max 200 Kb
upload
4. Berita Acara kesepakatan iuran masyarakat pengguna
yang dibuat oleh KPP
5. Bisnis Plan Implementasi TPS 3R yang disusun oleh
KPP Pengelola

File Excel

19
1.7 Capaian Jangka Pendek
Pemerintah daerah diminta melaporkan capaian hasil jangka pendek untuk
kebutuhan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan DAK Fisik Infrastruktur Sanitasi
dan menjadi input kebijakan dan pengalokasian tahun selanjutnya. Detail indikator
dan tata cara perhitungan capaian hasil jangka pendek dapat dilihat di tabel
berikut:
Tabel 11 Capaian Hasil jangka Pendek Kegiatan DAK Fisik Infrastruktur
Sanitasi

20
Sumber: Perpres Nomor 15 Tahun 2023

21
BAB II
KETENTUAN PROSES PELAKSANAAN DAK

FISIK INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI


BAB II
KETENTUAN PROSES PELAKSANAAN DAK FISIK INFRASTRUKTUR BIDANG
SANITASI
2
2.1 Tahap Persiapan Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi Sub
Bidang Air Limbah Domestik dan Sub Bidang Persampahan
2.1.1 Tahap Persiapan Program Tingkat Pemda Kab/Kota Sebelum Tahun
Anggaran/N-1
2.1.1.1 Penyusunan Renstra DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
Kabupaten/kota
Rencana strategis pelaksanaan DAK kabupaten/kota perlu di susun oleh
OPD kabupaten/kota agar dapat dijadikan kerangka acuan dasar dalam
melakukan pengusulan kegiatan yang merupakan bagian dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) kabupaten/kota,
sehingga dalam pengusulan kegiatan diharapkan tidak tumpah tindih
antara satu kegiatan dengan sumber dana yang lainnya.
2.1.1.2 Pemilihan Lokasi Prioritas Kegiatan Penanganan Air Limbah
Domestik dan Persampahan
Pemilihan lokasi untuk penanganan akses terhadap air limbah domestik
dan persampahan adalah penentuan desa/kelurahan sasaran sebagai
prioritas penanganan rawan sanitasi air limbah dan persampahan di
kabupaten/kota.
A. Kriteria Lokasi Prioritas
Mendukung Pemulihan Ekonomi dan Pembangunan Infrastruktur - Tematik
Pengentasan Permukiman Kumuh Terpadu.
Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah memiliki Program Pengentasan
Permukiman Kumuh Terpadu dan memenuhi readiness criteria.
Mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) penurunan
jumlah dan prevalensi balita stunting tertinggi, yaitu:
246 Kabupaten/Kota prioritas dalam 12 provinsi prioritas yang menjadi
lokasi fokus intervensi stunting di tahun 2023, yaitu provinsi dengan
jumlah dan prevalensi balita stunting tertinggi, antara lain: Jawa Barat,
Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Banten, Nusa Tenggara
Timur, Sulawesi Barat, Aceh, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi
Tenggara, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat) yang ditetapkan
oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas, serta belum pernah mendapatkan

22
intervensi dari pemerintah pusat dan DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi untuk penanganan stunting sebelumnya.
Rincian menu pembangunan tangki septik individual perkotaan, pengadaan
truk tinja, dan pembangunan/peningkatan/rehabilitasi IPLT (kegiatan
peningkatan/rehabilitasi) diperuntukkan bagi Kabupaten/Kota yang
sudah memiliki IPLT yang berfungsi dan/atau sedang/sudah menyusun
sistem pengelolaan lumpur tinja (reguler/ on-call bast) yang juga
termasuk dalam 246 Kabupaten/Kota prioritas di 12 provinsi intervensi
stunting serta belum pernah mendapatkan intervensi dari pemerintah
pusat dan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi untuk penanganan
stunting sebelumnya.
Kriteria Teknis
Berdasarkan Perpres Nomor 15 tahun 2023 tentang Petunjuk Teknis Dana
Alokasi Khusus Fisik (DAK Fisik) Tahun Anggaran 2023, kriteria teknis
adalah sebagai berikut:
Tematik Pengentasan Permukiman Kumuh Terpadu:
Menu Pengembangan dan Pembangunan SPALD Terpusat Skala
Permukiman dan Rincian Menu Pembangunan Tangki Septik
Komunal dilaksanakan pada kabupaten/kota yang mempunyai
kawasan/kluster permukiman dengan kepadatan > 150 jiwa/Ha;
Menu Pengembangan dan Pembangunan SPALD Terpusat Skala
permukiman dengan atau tanpa prasarana Mandi, Cuci, Kakus
(MCK) terdiri dari Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik
(IPALD) permukiman, jaringan pengumpul, dan SR; dan
Rincian menu pembangunan tangki septik komunal terdiri dari tangki
septik, SR, jamban dan bilik toilet. Penambahan bilik toilet dapat
dilakukan dengan syarat posisi berada di dalam rumah atau jarak
maksimal 2 meter apabila berada di luar rumah.
Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Menu Pengembangan dan Pembangunan SPALD Terpusat Skala
Permukiman dan Rincian Menu Pembangunan Tangki Septik
Komunal dilaksanakan pada kabupaten/kota yang mempunyai
kawasan/kluster permukiman dengan kepadatan >150 jiwa/Ha;
Menu Pengembangan dan Pembangunan SPALD Terpusat Skala
permukiman dengan atau tanpa prasarana Mandi, Cuci, Kakus
(MCK) terdiri dari Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik

23
(IPALD) permukiman, jaringan pengumpul, dan Sambungan
Rumah;
Rincian menu pembangunan tangki septik komunal dan tangki septik
skala individual perdesaan terdiri dari tangki septik, SR, jamban
dan bilik toilet. Penambahan bilik toilet dapat dilakukan dengan
syarat posisi berada di dalam rumah atau jarak maksimal 2 meter
apabila berada di luar rumah; dan
Rincian menu pembangunan/peningkatan/rehabilitasi IPLT
diperuntukkan bagi Kabupaten/Kota yang sudah memiliki DED dan
mendapatkan pendampingan dan persetujuan dari BPPW Provinsi,
Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR.
Persetujuan Kementerian PUPR terhadap Rencana Kegiatan (RK)
pemerintah daerah adalah berupa opini teknis terhadap kesesuaian
data yang disampaikan oleh pemerintah daerah dengan persyaratan
teknis. Persetujuan tidak mencakup kebenaran fisik, materiil, dan formil
terhadap data yang disampaikan oleh pemerintah daerah.
Kriteria Umum
Kegiatan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi yang diusulkan
Kabupaten/Kota harus sudah masuk dalam Rencana Program Investasi
Jangka Menengah (RPIJM) dan dokumen SSK dan diprioritaskan di
wilayah dalam zona 3 dan 4 baik untuk kegiatan air limbah maupun
persampahan.
2.1.1.3 Skala Prioritas Penilaian Lokasi Pelaksanaan Kegiatan DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi
DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi adalah kegiatan yang dilaksanakan
untuk menyediakan prasarana penyehatan lingkungan permukiman
berbasis masyarakat, lokasi kegiatan ditentukan berdasarkan skala
prioritas yang meliputi:
Kriteria Pemilihan Lokasi Prasarana Air Limbah Domestik
Seluruh air yang dihasilkan oleh aktivitas rumah tangga (mandi, cuci,
kakus, dapur) dan limbah dari industri rumah tangga yang bersifat organik,
dapat diolah menggunakan sistem setempat atau dialirkan dengan jaringan
perpipaan menuju Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk diolah
secara aerobik dan/atau anaerobik sehingga hasil pengolahan memenuhi
baku mutu yang dipersyaratkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. Pemilihan lokasi yang tepat adalah kunci

24
keberhasilan kegiatan ini. Secara umum di luar ketentuan administratif dan
teknis, kriteria lokasi terbaik adalah sebagai berikut:
Kawasan permukiman rawan sanitasi mengacu kepada data SSK yang
sudah dimutakhirkan;
Sudah bersertifikat kepemilikan Pemda/Kelurahan/Desa atau Lahan hibah
milik warga/hibah swasta kepada Pemda/Kelurahan/Desa
Lokasi lahan dapat memanfaatkan lahan fasum dan fasos;
Lokasi lahan diprioritaskan di lahan ideal (tidak di daerah bekas lahan
gambut, rawa, dll. yang mempengaruhi besarnya biaya konstruksi).
Tersedia sumber air (PDAM/sumur/mata air/air tanah);
Tersedia sumber listrik dan adanya badan air penerima untuk menerima
hasil olahan air limbah domestik (efluen air limbah domestik);
Masyarakat di lokasi bersangkutan menyatakan tertarik dan bersedia untuk
berpartisipasi melalui kontribusi, baik dalam bentuk uang, barang,
maupun tenaga..
Kegiatan sanitasi sub bidang air limbah domestik khusus untuk menu
pembangunan IPAL Komunal Kombinasi MCK 50 KK diperlukan
ketersediaan lahan dengan legalitas resmi sesuai amanat Undang-undang
Agraria/Kementerian BPN/ATR yaitu; apabila lahan milik Pemda/Pemdes
maka legalitasnya minimal AJB/SHM, dan apabila lahan milik warga
masyarakat legalitasnya adalah Akta Hibah/Akta Wakaf yang dihibahkan
kepada Pemda/Pemdes dan menyebutkan peruntukannya untuk
Pembangunan MCK Umum.
Kriteria Pemilihan Lokasi Penyediaan Sarana dan Prasarana Persampahan
Dalam rangka optimalisasi operasional infrastruktur terbangun TPS-3R,
maka ketentuan secara teknis perlu diterapkan, agar kebutuhan akan
sarana dan prasarana pengelolaan persampahan di masing-masing
Kabupaten/Kota dapat berjalan sesuai dengan harapan, yaitu dapat
mengurangi beban tumpukan sampah di TPA dan menjadi nilai tambah
income per kapita bagi warga masyarakat di lokasi intervensi serta
infrastruktur terbangun dapat beroperasi dengan baik.

25
Proses pemilihan lokasi Desa/Kelurahan dilakukan melalui proses seleksi
terhadap usulan proposal yaitu sebagai berikut:
Seleksi Desa/Kelurahan yang berminat mengikuti Program Penyediaan Sarana
dan Prasarana Persampahan (Pembangunan TPS-3R);
Surat minat dari Kepala Desa/Kelurahan untuk mengikuti Program Penyediaan
Sarana dan Prasarana Persampahan (Pembangunan TPS-3R) dilengkapi
dengan daftar calon pengguna per KK sesuai alamat tinggal RT/RW/Dusun
dalam satu Desa/Kelurahan. dan dapat dipastikan lokasi Desa/Kelurahan
yang diusulkan berada dalam wilayah rawan sampah (Studi EHRA dan
SSK yang menunjukkan kawasan rawan sampah);

Surat pernyataan dari Kepala Desa/Kelurahan dengan menyebutkan


kesanggupan membina KPP Operasional dari iuran pengguna untuk
alokasi biaya operasional dan pemeliharaan;
Pelayanan minimal adalah 200 KK atau setara 1.000 jiwa dengan jumlah
sampah yang dihasilkan sebesar 3-6 m3 per hari;
Luas bangunan fisik yang diperlukan minimal 200 m2 untuk keperluan lahan
pengomposan, kantor pengendalian, dan gudang penyimpanan;
Komponen SELOTIF paling penting adalah kepastian tentang tersedianya
jejaring bisnis sampah sebagai pembeli produk TPS-3R; dan
TPS-3R hanya menampung sampah tercampur 20% sedangkan sampah yang
sudah terpilah 80%.
Usulan kegiatan sanitasi sub bidang persampahan dapat memperhatikan
kriteria tambahan dalam pemilihan lokasi dan wajib dipenuhi melalui tahap
seleksi, antara lain sebagai berikut:
Kawasan permukiman rawan sanitasi mengacu kepada data SSK yang sudah
dimutakhirkan;
Lahan merupakan milik Pemda/Kelurahan/Desa yang dibuktikan dengan
legalitas SHM/AJB atau Lahan hibah milik warga/hibah swasta kepada
Pemda/Kelurahan/Desa yang dibuktikan dengan Akta Hibah/Surat Wakaf
yang menjelaskan bahwa peruntukan lahan tersebut khusus untuk
pembangunan TPS-3R;
Lokasi lahan diprioritaskan di lahan ideal (tidak di daerah bekas lahan gambut,
rawa, dan lain-lain yang mempengaruhi besarnya biaya konstruksi).
Jika lokasi TPS3R di luar desa pelayanan diperlukan persetujuan oleh desa
terkait yang memiliki lahan TPS3R;

26
Tersedia akses jalan yang dapat dilewati alat pengangkut sampah/residu;
Tersedia sumber air (PDAM/sumur/mata air/air tanah);
Tersedia sumber listrik dan adanya badan air penerima untuk menerima hasil
olahan efluen air lindi;
Masyarakat di lokasi bersangkutan menyatakan tertarik dan bersedia untuk
berpartisipasi melalui kontribusi, baik dalam bentuk uang, barang, maupun
tenaga;
Luas bangunan minimal 200m2 (Luas Lahan lebih dari 200m2 untuk manuver
kendaraan angkut sampah);
Jarak TPS3R dengan daerah pelayanan tidak lebih dari 1 km;
Mampu melayani minimal 200 KK.
2.1.1.4 Seleksi Lokasi Desa/Kelurahan Prioritas sesuai Dokumen SSK
DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi yang ditetapkan dan diusulkan oleh
OPD Kabupaten/Kota, lokasi Desa/Kelurahan harus sudah tersedia dalam
dokumen SSK dan berada pada prioritas dalam wilayah zona 3 dan zona 4
baik untuk kegiatan air limbah domestik maupun untuk kegiatan
persampahan.
Sebagai bukti fisik, diwajibkan kepada OPD Kabupaten/Kota terkait dapat
mengunggah (upload) Peta Sebaran daerah rawan sanitasi dan daftar
area beresiko rawan sanitasi air limbah domestik dan persampahan di
Aplikasi e-Monitoring DAK Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.
2.1.1.5 Seleksi Lokasi Berdasarkan Usulan Kebutuhan dari Desa/Kelurahan
DAK Bidang Sanitasi yang ditetapkan dan diusulkan oleh OPD
Kabupaten/Kota berdasarkan usulan proposal minat dan kebutuhan
masyarakat akan sanitasi layak dari masing-masing Desa/Kelurahan.
Usulan proposal tersebut memuat minimal profil calon titik lokasi
Desa/Kelurahan, jumlah calon penerima manfaat, dan pernyataan
kesiapan masyarakat untuk berpartisipasi dalam menerima serta
memanfaatkan infrastruktur prasarana sanitasi secara berkelanjutan.

27
2.1.2 Tahap Persiapan Program pada Tahun Anggaran Berjalan/N
2.1.2.1 Proses Persiapan Program Tingkat Kabupaten/Kota
Proses tahapan pelaksanaan program DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi dimulai dari proses persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan fisik
serta operasi dan pemeliharaan. Kegiatan air limbah domestik maupun
kegiatan persampahan tergambar dalam gambar berikut ini:

Gambar 4 Bagan alir proses pelaksanaan DAK Fisik


Infrastruktur Bidang Sanitasi

28
2.1.2.1.1 Rekrutmen Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)
TFL merupakan salah satu faktor penting dalam pelaksanaan DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi, oleh karena itu keberadaannya perlu diatur
dan diperkuat kapasitasnya agar personil yang menjadi TFL merupakan
orang yang tepat dan berkualitas serta memiliki komitmen yang tinggi
dalam mendampingi program kepada masyarakat. Alokasi upah/gaji TFL
yang akan dicantumkan dalam kontrak dengan PPK Sanitasi OPD
Kabupaten/Kota dapat mengikuti standar gaji yang telah disepakati dalam
Rencana Kegiatan (RK) tahun anggaran berjalan pada kegiatan konsultasi
program pada akhir tahun sebelumnya. Kesepakatan tersebut dilandaskan
pada standar billing rate konsultan Program Pemberdayaan sejenis,
seperti; Program Sanimas, Program Pamsimas, Program Kotaku, Program
NUSP, Program Sanitasi Perdesaan Hibah Tangki Septik.
Adapun urutan prosedur perekrutan dan penugasan TFL adalah sebagai
berikut:
Pemerintah Kabupaten/Kota melalui OPD Dinas terkait mengumumkan
secara terbuka pembukaan lowongan TFL tahun anggaran berjalan,
baik melalui media massa/cetak, elektronik dan papan pengumuman;
OPD Dinas terkait melakukan seleksi administrasi sesuai dengan kriteria
persyaratan yang telah di tetapkan dan mengumumkan hasil kepada
calon pelamar yang lolos seleksi administrasi;
OPD Dinas terkait mengundang calon TFL yang lolos seleksi administrasi
untuk mengikuti ujian tertulis dan wawancara;
OPD Dinas terkait mengumumkan hasil ujian tertulis dan wawancara serta
melakukan pemanggilan calon TFL yang lolos untuk dilakukan
penguatan kapasitas terkait penyelenggaraan program DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi.
TFL terdiri dari TFL teknik dan pemberdayaan yang ditugaskan oleh Pemda
Kabupaten/Kota melalui OPD Dinas terkait. TFL tersebut diseleksi sesuai
dengan kriteria sebagai berikut:
Pendidikan minimal D3/Sederajat (Bidang Teknik dan Sosial);
Calon TFL Teknik memiliki latar belakang pendidikan minimal D3 Teknik
Sipil, Teknik Lingkungan dan Teknik Arsitektur;
Calon TFL Sosial/ Community Development memiliki latar belakang
pendidikan minimal D3 semua jurusan;
Penduduk asli/setempat/dan atau mampu berkomunikasi/ menguasai
bahasa daerah serta adat istiadat setempat;

29
Memiliki komitmen dan integritas yang tinggi terhadap pekerjaan yang
ditugaskan kepadanya;
Sehat jasmani dan rohani;
Mengenal kondisi lingkungan calon lokasi penugasan;
Bukan calon anggota legislatif;
Memiliki pengetahuan/pengalaman dasar tentang air limbah domestik dan
penanganan masalah sampah (sanitasi);
Bukan anggota/pengurus partai politik;
Bersedia bekerja penuh waktu sebagai TFL;
Bersedia tinggal di lokasi dampingan dan mampu melakukan
pendampingan dengan mobilitas yang tinggi sesuai dengan tahapan
kegiatan program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi; dan
TFL bukan PNS/pegawai swasta dan bukan pegawai honorer Dinas
Kabupaten/Kota (tidak memiliki ikatan perjanjian kerja di tempat lain).
2.1.2.1.2 Peningkatan Kapasitas bagi Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)
Tahapan berikutnya dalam proses rekrutmen Dinas/OPD terkait wajib
melaksanakan kegiatan peningkatan kapasitas bagi TFL sebagai penilaian
dalam proses seleksi TFL.
Tujuan diselenggarakan peningkatan kapasitas yaitu sebagai berikut:
Memberi bekal pengetahuan tentang kegiatan dan tahapan DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi kepada fasilitator;
Dapat membantu masyarakat dalam mengidentifikasi masalah, merencanakan,
melaksanakan, memutuskan dan mengelola kegiatan DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi;
Memiliki pengetahuan dasar teknologi dan teknis selain sisi pemberdayaan
masyarakat;
Mampu menyusun volume pekerjaan dan DED/RAB;
Membimbing TPS-KSM dalam menyusun kriteria teknis Pemanfaatan DAK, dan
RKM (Rencana Kerja Masyarakat) pembangunan sarana sanitasi;

Membimbing TPS-KSM menyusun jadwal pendanaan, baik yang berasal dari


APBD, swasta, masyarakat. Termasuk juga jadwal pasokan material dan
tenaga kerja, dll;
Melatih KSM agar mampu melakukan pelaporan keuangan (LPJ);
Pendampingan terhadap KPP untuk keberlanjutan pelayanan dan operasional
serta pemeliharaan.

30
2.1.2.1.3 Kontrak Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)
TFL yang telah melewati proses seleksi dan dinyatakan diterima sebagai
tenaga pendamping Program Dana Alokasi Khusus Bidang Sanitasi dapat
dilanjutkan proses kontrak Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara PPK
sanitasi kabupaten/kota dengan para TFL (Teknik dan Pemberdayaan).
Kontrak kerja sama dilakukan dengan berpedoman kepada RK yang telah
disetujui oleh Unit Organisasi Teknis Bidang Sanitasi, Direktorat Jenderal
Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
pedoman yang dimaksud adalah terkait jumlah TFL yang harus direkrut dan
dikontrak serta jangka waktu kontrak. Setiap TFL (Teknik dan
Pemberdayaan) yang sudah terkontrak berkewajiban melakukan
pendampingan dan fasilitasi pelaksanaan proses tahapan Program DAK
Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi, pelaksanaan pendampingan dan
fasilitasi tersebut menjadi tugas dan tanggung jawab TFL.
2.1.2.1.4 Tugas dan Fungsi Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) Teknik dan
Pemberdayaan
Tahap Sosialisasi Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
Tingkat Desa/Kelurahan:
Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan dengan Kepala Desa/Kelurahan
dalam rangka proses persiapan penetapan jadwal yang tepat sesuai
dengan waktu luang masyarakat dan mekanisme penyebaran surat
undangan sosialisasi tingkat Desa/Kelurahan;
Menyiapkan bahan-bahan untuk kegiatan sosialisasi awal program DAK
Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi tingkat Desa/Kelurahan seperti;
materi sosialisasi terkait tahapan pelaksanaan program tingkat
masyarakat sesuai dengan pedoman teknis, daftar hadir, berita acara
dan notulen/catatan proses pelaksanaan kegiatan sosialisasi;
Menyiapkan susunan acara kegiatan sosialisasi Program DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi tingkat Desa/Kelurahan;
Bersama dengan Pemerintah Desa/Kelurahan memandu proses
pelaksanaan sosialisasi Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi kepada seluruh masyarakat Desa/Kelurahan yang hadir;
Bersama dengan Pemerintah Desa/Kelurahan memandu proses Rembuk
Kesiapan Masyarakat Desa/Kelurahan untuk menerima dan
melaksanakan proses tahapan program DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi;

31
Membuat berita acara Rembuk Kesiapan Masyarakat tingkat
Desa/Kelurahan dalam menerima dan menjalankan proses tahapan
program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi;
Memfasilitasi proses pembentukan tim pemetaan sanitasi tingkat
Desa/Kelurahan;
Memberikan penguatan kapasitas kepada anggota tim pemetaan sanitasi
tingkat Desa/Kelurahan terkait proses metode, persiapan, pelaksanaan
dan laporan hasil pemetaan sanitasi;
Membuat berita acara pelaksanaan sosialisasi dan berita acara proses
pembentukan tim pemetaan sanitasi tingkat Desa/Kelurahan;
Memandu proses penyusunan Rencana Kerja Tindak Lanjut untuk tahapan
Pemetaan Sanitasi tingkat Desa/Kelurahan dengan seluruh
masyarakat yang hadir.
Tahap Pemetaan Sanitasi Tingkat Desa/Kelurahan:
Koordinasi dengan Kepala Desa/Kelurahan untuk penjadwalan kegiatan;
Bersama dengan tim pemetaan sanitasi menyiapkan bahan-bahan untuk
kegiatan pemetaan sanitasi tingkat Desa/Kelurahan, seperti; format-
format instrumen pemetaan (aspek rawan sanitasi; kondisi air limbah,
kondisi persampahan, kondisi air bersih, kondisi drainase dan aspek
kepadatan penduduk);
Bersama dengan Pemerintah Desa/Kelurahan memandu dan mendampingi
proses pelaksanaan pemetaan sanitasi tingkat Desa/Kelurahan;
Bersama dengan tim pemetaan sanitasi tingkat Desa/Kelurahan membuat
rekapan hasil pemetaan dan menuangkan secara tematik ke dalam
Peta kondisi rawan sanitasi dan kepadatan penduduk tingkat
Desa/Kelurahan dengan berpedoman kepada peta dasar
Desa/Kelurahan;
Memberikan ranking/peringkat tingkat kerawanan dan kepadatan penduduk
tingkat Desa/Kelurahan untuk masing-masing lingkungan terkecil
setingkat RW/Dusun/Lorong, dan lain-lain sesuai tingkat sebutan untuk
level tersebut;
Bersama dengan Pemerintah Desa/Kelurahan dan tim pemetaan sanitasi
tingkat Desa/Kelurahan menetapkan 3 (tiga) lingkungan terkecil
setingkat RW/Dusun/Lorong, dan lain-lain sesuai tingkat

32
sebutan untuk level tersebut (peringkat 1, 2 dan 3) sebagai lokasi yang
akan dilaksanakan proses seleksi secara partisipatif (SELOTIF);
Bersama dengan Pemerintah Desa/Kelurahan dan tim pemetaan sanitasi
memandu proses pembentukan tim SELOTIF tingkat Desa/Kelurahan;
Memberikan pembekalan kepada anggota tim SELOTIF terkait mekanisme
dan tata cara pelaksanaan SELOTIF mulai dari persiapan,
pelaksanaan dan pelaporan hasil (scoring);
Bersama dengan Pemerintah Desa/Kelurahan dan tim pemetaan sanitasi
membuat Rencana Kerja Tindak Lanjut untuk pelaksanaan SELOTIF
tingkat Desa/Kelurahan;
Selain melaksanakan tugas dan fungsi pemetaan sanitasi tingkat
Desa/Kelurahan di tahun N berjalan, TFL juga melaksanakan
pemetaan sanitasi tingkat Desa/Kelurahan untuk tahun berikutnya
(N+1) berupa daftar Desa/Kelurahan terpilih sebagai stok program.
Tahap Proses Pelaksanaan SELOTIF Tingkat Desa/Kelurahan:
Bersama dengan tim SELOTIF menyiapkan format untuk alat bantu proses
pelaksanaan SELOTIF di tingkat Desa/Kelurahan;
Mendampingi tim SELOTIF dalam proses pelaksanaan SELOTIF di
masing-masing lingkungan terkecil setingkat RW/Dusun/Lorong, dan
lain-lain sesuai tingkat sebutan untuk level tersebut;
Bersama dengan Pemerintah Desa/Kelurahan dan tim SELOTIF memandu
proses pelaksanaan lokakarya hasil scoring kegiatan SELOTIF tingkat
Desa/Kelurahan berikut Daftar Hadir Lokakaryanya;
Bersama dengan Pemerintah Desa/Kelurahan dan tim SELOTIF memandu
proses penetapan scoring hasil SELOTIF di masing-masing lingkungan
terkecil setingkat RW/Dusun/Lorong, dan lain-lain sesuai tingkat
sebutan untuk level tersebut;
Membantu tim SELOTIF dalam pembuatan Berita Acara penetapan scoring
hasil SELOTIF di masing-masing lingkungan terkecil setingkat
RW/Dusun/Lorong, dan lain-lain sesuai tingkat sebutan untuk level
tersebut;
Bersama dengan Pemerintah Desa/Kelurahan dan Ketua pengurus
lingkungan terpilih membuat Rencana Kerja Tindak Lanjut untuk
pelaksanaan proses pemilihan pengurus TPS-KSM di tingkat lokasi
terpilih RW/Dusun/Lorong, dan lain-lain sesuai tingkat sebutan untuk
level tersebut;

33
Koordinasi dengan Ketua RW/Dusun/Lorong, dan lain-lain sesuai tingkat
sebutan untuk level tersebut dalam rangka rembuk pembentukan
Panitia Pemilihan Pengurus TPS-KSM di titik lokasi terpilih;
Tahap Proses Pembentukan Tim Pelaksana Swakelola (TPS-KSM):
Bersama dengan Panitia Pemilihan Pengurus TPS-KSM menyusun tata
tertib proses pemilihan Pengurus TPS-KSM;
Bersama dengan panitia pemilihan melakukan proses kajian kepemimpinan
di tingkat RT/Kelompok rutinitas yang berjalan di masyarakat, seperti;
kelompok arisan, kelompok pengajian dan lain-lain. Kajian
kepemimpinan tersebut dalam rangka menghasilkan kriteria pemimpin
yang diharapkan oleh masyarakat setempat;
Bersama dengan panitia pemilihan memandu proses lokakarya kriteria
kepemimpinan yang diharapkan oleh masyarakat di tingkat
RW/Dusun/Lorong, dan lain-lain sesuai tingkat sebutan untuk level
tersebut;
Melakukan penetapan terhadap hasil lokakarya kepemimpinan, dan
mensosialisasikan kriteria pemimpin dengan tata tertib tersebut kepada
warga masyarakat tingkat RT dan/atau nama lain sesuai tingkat
sebutan untuk level tersebut;
Bersama dengan panitia pemilihan TPS-KSM melakukan proses
pemungutan suara berbasis kriteria tanpa calon tanpa kampanye di
tingkat RT dan/atau nama lain sesuai tingkat sebutan untuk level
tersebut;
Bersama dengan panitia pemilihan TPS-KSM memandu proses
perhitungan suara di tingkat RT dan/atau nama lain sesuai tingkat
sebutan untuk level tersebut;
Bersama dengan panitia pemilihan TPS-KSM menetapkan hasil perolehan
suara dari suara tertinggi 1 sampai 5 ditetapkan sebagai utusan bakal
calon dari tingkat RT dan/atau nama lain sesuai tingkat sebutan untuk
level tersebut untuk mengikuti proses pemilihan pengurus Tim
Pelaksana Swakelola di tingkat RW/Dusun/Lorong dan/atau nama lain
sesuai tingkat sebutan untuk level tersebut;
Mendampingi proses pembuatan Berita Acara dan Daftar Hadir proses
pemungutan suara serta Daftar nama-nama utusan terpilih 1 sampai 5
orang di tingkat RT dan/atau nama lain sesuai tingkat sebutan untuk
level tersebut;

34
Bersama dengan panitia Pemilihan TPS-KSM melakukan koordinasi
dengan Ketua RW/Dusun/Lorong dan/atau nama lain sesuai tingkat
sebutan untuk level tersebut dalam rangka persiapan proses
pemungutan suara dari masing-masing utusan bakal calon;
Mendampingi panitia Pemilihan dalam proses pelaksanaan pemungutan
suara dan perhitungan hasil perolehan suara;
Bersama dengan panitia membuat Berita Acara Penetapan dan Daftar
Hadir proses pemungutan suara sekaligus meminta Kepala
Desa/Kelurahan untuk menetapkan hasil perolehan suara pengurus
Tim Pelaksana Swakelola, sekaligus membuat surat pengantar dari
Kepala Desa/Kelurahan sebagai bentuk permohonan kepada Kepala
Dinas/OPD Kabupaten/Kota untuk mengeluarkan Surat Keputusan
Penetapan Pengurus TPS-KSM;
Bersama dengan pengurus TPS-KSM koordinasi dengan Kepala
Desa/Lurah terkait konsep surat pengantar ke Kepala OPD/PA/KPA
Dinas terkait untuk pembuatan Surat Keputusan (SK) penetapan TPS-
KSM;
Bersama dengan pengurus Tim Pelaksana Swakelola dan Ketua
RW/Dusun/Lorong dan/atau nama lain sesuai tingkat sebutan untuk
level tersebut, menyusun Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) dalam
rangka penyusunan dokumen RKM/ DED dan RAB.
Tahap Proses Penyusunan Dokumen Rencana Kerja Masyarakat (RKM):
Koordinasi dengan Pengurus Tim Pelaksana Swakelola (TPS-KSM) terpilih
dalam rangka persiapan penyusunan dokumen RKM (DED dan RAB);
Mendampingi pertemuan tokoh masyarakat dengan warga calon pemanfaat
di titik lokasi;
Mengomunikasikan kepada Pimpinan Kegiatan/OPD Dinas terkait tentang
jadwal dan agenda pertemuan untuk penyusunan RKM;
Mendampingi rembuk warga untuk penentuan calon penerima manfaat dari
kegiatan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi;
Mendampingi TPS-KSM dalam menyusun perencanaan teknis bangunan
(DED), penyusunan rencana kontribusi, dan kegiatan lain sampai
tersusunnya dokumen RKM;
Mendampingi masyarakat melakukan survei harga-harga material yang
dibutuhkan; harga satuan upah, RAB, Rencana Pendanaan (dana DAK

35
dan Swadaya dari masyarakat), Rencana pengadaan, finalisasi
pengadaan lahan sesuai jadwal pelaksanaan;
Mendampingi pembuatan dokumen RKM;
Mendampingi kegiatan sosialisasi Draf RKM yang tersusun oleh KSM
kepada masyarakat;
Mendampingi pengesahan/legalisasi RKM oleh OPD Dinas terkait;
Mendampingi pembuatan Berita Acara kegiatan sesuai kebutuhan dan
menyusun laporan secara berkala ke dinas penanggung jawab di
Kabupaten/Kota.
Tahap Pelaksanaan Konstruksi:
Melakukan persiapan (survei dan pengukuran) dengan pengurus TPS-KSM
dan masyarakat pemanfaat untuk pembangunan sarana sanitasi;
Melakukan On the Job Training (OJT) kepada TPS-KSM, kepala tukang,
tukang dan pekerja sesuai dengan perencanaan;
Mendampingi pengurus TPS-KSM dalam melakukan supervisi dan
pengarahan pada saat konstruksi;
Mendampingi pengurus TPS-KSM dalam proses pencairan dana DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi;
Mendampingi pengurus TPS-KSM dalam penyusunan laporan
pertanggungjawaban;
Mendampingi pengurus TPS-KSM khususnya Tim Pengadaan Barang dan
Jasa dalam proses Pengadaan Barang dan Jasa;
Memverifikasi laporan pertanggungjawaban pengurus TPS-KSM;
Memastikan semua rencana berjalan sesuai RKM, termasuk kontribusi dari
berbagai pihak, tenaga kerja, tukang, material dan gudang, alat-alat
pengawasan material, dsb.;
Mendampingi pertemuan rutin masyarakat;
Melakukan pendampingan terhadap pekerjaan fisik dan tenaga kerja;
Mendampingi pembuatan Berita Acara pengecekan final teknis,
kelembagaan, dan keuangan;
Melaporkan seluruh perkembangan kegiatan dan kemajuan pekerjaan
kepada PPK Sanitasi OPD/Dinas penanggung jawab kegiatan di
kabupaten/kota.
Mendampingi pengurus TPS-KSM dalam penyusunan
addendum/amandemen jika diperlukan;

36
Tahap Pasca Konstruksi:
Mendampingi pengurus TPS-KSM dalam kegiatan serah terima sarana
sanitasi terbangun;
Memberikan penguatan kapasitas kepada pengurus lembaga Kelompok
Pemanfaat dan Pemeliharaan (KPP);
Mendampingi pengurus lembaga KPP dalam menyusun optimasi
pengembangan pelayanan;
Menyelenggarakan evaluasi kegiatan bersama dengan OPD Dinas terkait;
Bersama KPP Menyusun Business Plan untuk mendukung keberlanjutan.
2.1.2.1.5 Sosialisasi Awal Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
dan Promosi Kesehatan oleh OPD Kabupaten/Kota
Sosialisasi dilaksanakan oleh OPD Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi kabupaten/kota dengan mengundang unsur pemerintah
desa/kelurahan, perwakilan tokoh-tokoh kunci seperti tokoh masyarakat,
tokoh agama, kelompok pemuda, kader posyandu dan kader PKK.
Kegiatan ini dimaksudkan agar adanya pemahaman yang sama antara
arahan kebijakan dalam Pedoman Teknis Kegiatan Bidang Sanitasi dengan
pemerintah desa/kelurahan sebagai penerima manfaat dari Program DAK
Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi.
2.1.2.1.6 Serah Tugas TFL kepada Pemerintah Desa/Kelurahan dari PPK OPD
Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
Selesai pelaksanaan kegiatan sosialisasi Program DAK Fisik Infrastruktur
Bidang Sanitasi di tingkat kabupaten/kota, pada rangkaian kegiatan yang
sama dilanjutkan dengan proses serah terima TFL dari PPK sanitasi
kepada pemerintah desa/kelurahan dalam rangka konsolidasi awal pra-
pendampingan lapangan antara TFL dengan pemerintah desa/kelurahan
masing-masing sesuai dengan lokasi penempatan TFL pasca tanda tangan
kontrak kerja. TFL dan pemerintah desa/kelurahan yang hadir pada
kegiatan sosialisasi secara bersama-sama diminta untuk membuat
Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) pelaksanaan tahapan kegiatan di
wilayah desa/kelurahannya masing-masing.

37
2.1.2.2 Proses Persiapan Program Tingkat Desa/Kelurahan
2.1.2.2.1 Sosialisasi Awal Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
Sub Bidang Air Limbah Domestik oleh TFL
Sosialisasi awal Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi Sub
Bidang Air Limbah Domestik diselenggarakan dalam rangka memberikan
pemahaman kepada seluruh lapisan masyarakat Desa/Kelurahan tentang
proses dan tahapan pelaksanaan Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi berbasis partisipasi masyarakat. Partisipasi yang diharapkan mulai
dari tahap persiapan, tahap perencanaan, pelaksanaan konstruksi, dan
pasca pelaksanaan.
Sosialisasi merupakan kegiatan penyebaran informasi tentang tahapan dan
mekanisme pelaksanaan Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
Sub Bidang Air Limbah Domestik yang dilakukan oleh Tenaga Fasilitator
Lapangan (TFL) dan menjadi penting (esensial) pada tahap persiapan
masyarakat sasaran dalam rangka membangun komitmen antara warga
masyarakat Desa/Kelurahan dengan arahan kebijakan Program DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi.
2.1.2.2.2 Sosialisasi Awal Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
Sub Bidang Persampahan oleh TFL
Sosialisasi awal Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi Sub
Bidang persampahan (pembangunan TPS-3R) diselenggarakan dalam
rangka memberikan pemahaman kepada seluruh lapisan masyarakat
Desa/Kelurahan tentang proses dan tahapan pelaksanaan Program DAK
Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi berbasis partisipasi masyarakat.
Partisipasi yang diharapkan mulai dari tahap persiapan, tahap perencanaan,
pelaksanaan konstruksi dan pasca pelaksanaan. Sehingga dapat menjamin
keberlanjutan operasional dan pemeliharaan infrastruktur terbangun dengan
tetap menjaga iuran penerima manfaat dan berjalannya proses pengolahan
sampah oleh tim pengelola.
Sosialisasi merupakan kegiatan penyebaran informasi tentang tahapan dan
mekanisme pelaksanaan Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
Sub Bidang persampahan (pembangunan TPS-3R) yang dilakukan oleh
Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) dan menjadi penting (esensial) pada
tahap persiapan masyarakat sasaran dalam rangka membangun komitmen
antara warga masyarakat Desa/Kelurahan dengan arahan kebijakan
Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi.

38
2.2 Tahap Perencanaan Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
Sub Bidang Air Limbah Domestik dan Sub Bidang Persampahan
2.2.1 Perencanaan Sub Bidang Air Limbah Domestik (SPALD-T dan SPALD-
S)
2.2.1.1 Pemetaan Sanitasi Tingkat Desa/Kelurahan
Pemetaan sanitasi tingkat Desa/Kelurahan ada dua hal yang perlu
dilakukan di antaranya adalah; kondisi kerawanan sanitasi dan kepadatan
penduduk di masing-masing RW/Dusun dalam Desa/Kelurahan.
Kerawanan sanitasi dapat dilihat dari sisi kondisi air limbah, kondisi air
bersih, kondisi persampahan dan kondisi drainase lingkungan sekitar
permukiman masing-masing RW/Dusun. Pemetaan sanitasi tingkat
Desa/Kelurahan wajib dipetakan secara menyeluruh ke semua lingkungan
terkecil setingkat RW/Dusun sesuai dengan jumlah RW/Dusun yang ada di
masing-masing Desa/Kelurahan sasaran.
Sebelum pemetaan sanitasi di tingkat kelurahan, TFL memfasilitasi terlebih
dahulu untuk pembentukan Tim Pemetaan Sanitasi di tingkat Kelurahan
dan membekali tata cara proses pemetaan. Pembentukan Tim Pemetaan
Sanitasi dan pembekalan dilakukan setelah selesai pelaksanaan sosialisasi
awal tingkat Desa/Kelurahan.
Kegiatan Pemetaan Sanitasi Tingkat Desa/Kelurahan dilakukan pada saat
sebelum tahun berjalan (N-1). Hal ini dikarenakan pada saat Pemerintah
Daerah mengajukan lokasi usulan kegiatan untuk Tahun yang akan datang
harus sudah ada nama lokasi Desa/Kelurahan terpilih. Sehingga tahap
pemetaan sanitasi tingkat desa/kelurahan dilakukan tahun sebelumnya.
A. Tingkat/Kondisi Rawan Sanitasi di Masing–Masing
RT/RW/Dusun/Kampung/Jorong dan/atau Sebutan Lainnya
Pemetaan tingkat/kondisi rawan sanitasi di tingkat Desa/Kelurahan
dilakukan di lingkungan RT/RW/Dusun/Kampung oleh Tim Pemetaan
Sanitasi di bawah pendampingan TFL Teknik dan Pemberdayaan sesuai
hasil Shortlist yang telah disepakati pada tahap kegiatan sosialisasi awal
tingkat Desa/Kelurahan. Hal-hal yang akan dipetakan antara lain sebagai
berikut:
Kondisi Air Limbah
Perhatikan dan periksa sistem sanitasi air limbah domestik terkait
limbah padat/tinja (black) dan limbah cair (grey water) mulai dari jenis
air limbah domestik baik limbah padat/tinja dan limbah cair (Input
Product), perhatikan sarana pembuangan/closet yang digunakan (User

39
Interface), tempat pengumpulan, dan penampungan/pengolahan awal
(tangki Septik), pengaliran/pengangkutan (drainase lingkungan atau
perpipaan/truk tinja), pengolahan akhir terpusat (SPALD-T), daur ulang
dan/atau pembuangan akhir/efluen (sungai). Pemetaan kondisi air
limbah ini dilakukan agar memperoleh data rumah yang memiliki kloset
pribadi namun tidak memiliki septik tank/buang ke saluran
air/sungai/kali, rumah yang memiliki kloset dan septik tank namun
belum pernah dikuras, rumah yang memiliki kloset namun buang ke
lubang terbuka/koyak/kolam lele, rumah yang punya kloset dan septik
tank layak, dan rumah yang tidak punya kloset, dan lain-lain.
Kondisi Air Bersih
Perhatikan kondisi sumber air bersih yang dimanfaatkan oleh
masyarakat, sumur dangkal atau dalam, sungai atau sumber mata air
pergunungan, menggunakan sumber air dari luar (beli) dikarenakan air
sumur di lingkungan permukiman tidak dapat digunakan untuk
konsumsi. Pemetaan kondisi air bersih agar memperoleh data rumah
yang memiliki sumur dangkal/dalam masih dapat digunakan untuk
sumber air konsumsi sehari-hari, rumah yang memiliki sumur
dangkal/dalam hanya dapat digunakan untuk cuci dan mandi tidak
untuk konsumsi, rumah yang memiliki sumur dangkal/dalam namun
tidak dapat dimanfaatkan lagi air sumurnya, dan rumah yang
menggunakan sumber air bersih dari PDAM.
Kondisi Persampahan
Perhatikan tempat masyarakat membuang sampah dari rumah tangga,
industri skala rumah tangga (home industry), industri, apakah sampah
dibuang di TPS dan ada pengelolaan pengangkutan secara berkala
dan terjadwal untuk dibuang di TPA yang ada di Kabupaten/Kota. Atau
sampah dari rumah tangga dibuang begitu saja di lahan-lahan kosong,
dibuang di area kosong dan dibakar di sekitar lingkungan permukiman
masyarakat. Pemetaan kondisi persampahan ini dilakukan pada setiap
rumah tangga dan di lingkungan permukiman agar menghasilkan data
jumlah rumah tangga yang memiliki tempat sampah di rumah, rumah
tangga yang membuang sampah di kebun lalu dibakar dan rumah
tangga yang membuang di TPS lalu diangkut ke TPA dengan
membayar iuran.

40
Kondisi Drainase Lingkungan
Perlu dipastikan bahwa pengaliran limpasan genangan air hujan pada
saluran tersier pada kawasan permukiman sudah tersedia dan
tersambung dengan sistem drainase.
Tingkat Kepadatan Penduduk
Pemetaan tingkat kepadatan penduduk dilakukan di setiap lingkungan
terkecil RT/RW/Dusun/Kampung oleh Tim Pemetaan Sanitasi tingkat
Desa/Kelurahan. Untuk kegiatan SPALD-T kepadatan penduduk minimal
ЀĀ ȀĀ⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ā Ѐ ЀĀ ȀĀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ jiwa/Ha, sedangkan untuk kegiatan SPALD-S
kepadatan penduduk maksimal 150 jiwa/Ha, teknik pemetaan dilakukan
dengan metode survei ke lingkungan permukiman masyarakat.
2.2.1.2 Proses Pelaksanaan SELOTIF Tingkat Desa/Kelurahan Sub Bidang
Air Limbah Domestik
Metode SELOTIF merupakan penyempurnaan dari metode Rapid
Partisipatory Assesment (RPA) dengan menggunakan tiga variabel pokok,
khusus untuk memilih/seleksi titik lokasi pada kegiatan pemberdayaan
Bidang Sanitasi di lingkungan Direktorat Sanitasi, Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat. Selain itu tujuan dilakukan SELOTIF
adalah untuk mencari titik lokasi yang akan diusulkan dalam rencana
kegiatan oleh Pemerintah daerah, sehingga pelaksanaan SELOTIF
dilakukan pada saat sebelum tahun berjalan (N-1) pelaksanaan konstruksi.
Tujuan Metode SELOTIF
Tujuan SELOTIF untuk memilih titik lokasi sanitasi berbasis masyarakat
yang paling memenuhi kaidah petunjuk umum dan keberlanjutan melalui
penilaian secara cepat dan terstruktur oleh sekelompok wakil calon
pemanfaat dari 2-3 calon titik lokasi di setiap Desa/Kelurahan dalam rangka
mendapatkan lokasi yang pasti sukses. Untuk lebih jelas, skema dari
prosedur pelaksanaan SELOTIF dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
41
Gambar 5 Skema Prosedur Pelaksaan SELOTIF
Variabel dan Bobot Penilaian dalam SELOTIF
Tingkat partisipasi warga masyarakat (bobot 50 %);
Tingkat kepadatan penduduk (bobot 30 %);
Tingkat/Kondisi rawan sanitasi (bobot 20 %).
Proses Pelaksanaan SELOTIF
Proses pelaksanaan seleksi lokasi partisipatif (SELOTIF) dilaksanakan
setelah tahapan Pemetaan Sanitasi tingkat Desa/Kelurahan selesai.
Pemetaan sanitasi tingkat Desa/Kelurahan memperoleh hasil mulai
dari peringkat 1 (satu) hingga seterusnya sesuai dengan jumlah lokasi
RW/Dusun yang di petakan dalam Desa/Kelurahan. Lingkungan
RW/Dusun yang memperoleh nilai peringkat tertinggi terkait kerawanan
sanitasi dan kepadatan penduduk serta memperoleh ranking 1 (satu)
hingga ranking 3 (tiga) dan atau 4 (empat) ditetapkan sebagai lokasi
yang akan di SELOTIF, untuk selanjutnya dibentuk Tim SELOTIF
dengan anggota tim minimal 3 (tiga) orang perwakilan lingkungan
RW/Dusun masing-masing.

42
Tabel 12 Jenis Informasi dan Alat SELOTIF yang Digunakan dalam Proses
Seleksi Titik Lokasi
Variabel Penilaian
No. SELOTIF Tools Bukti Dokumen
titik Lokasi
Berita Acara Rembuk
Tingkat Partisipasi FGD dan
1 Tentang Kesiapan
masyarakat Rembuk
Kontribusi
Tingkat kepadatan
2 Transect Walk Data Sekunder
penduduk

Kondisi rawan Transect Walk Peta Jaringan Sanitasi


3
sanitasi dan wawancara Permukiman

Bagi lokasi RW/Dusun yang telah ditetapkan peringkatnya dalam


Berita Acara Pemetaan Sanitasi tingkat Desa/Kelurahan, minimal
peringkat 1 sampai 3 dan atau 4 dapat diikutkan dalam tahap Seleksi
Titik Lokasi, dengan proses tahapan sebagai berikut:
Bersama dengan TFL melakukan SELOTIF untuk pemetaan kondisi
sanitasi masyarakat, masalah yang mereka hadapi serta
kebutuhan untuk memecahkan masalah sanitasi secara cepat dan
dilakukan secara partisipatif/bersama masyarakat;
Masyarakat, Tim SELOTIF dan TFL bersama-sama melakukan
perhitungan hasil scoring SELOTIF tiap lokasi secara terbuka
seperti Tabel Konsolidasi Skor SELOTIF (terlampir);
Setelah terpilihnya lokasi yang disepakati bersama, dibuat Berita Acara
seleksi lokasi terkait tenggat waktu tertentu untuk konfirmasi lahan
dan sebagainya kepada pemenang ke-1. Bila pemenang ke -1
tidak memenuhi syarat, dapat digantikan oleh pemenang
berikutnya.

43
TINGKAT DESA / KELURAHAN

SELOTI FISIK
1. KEPADATAN PEDUDUK DIATAS 100
JIWA/Ha UNTUK SPALD-S DAN 150
Rekap Hasil Pemetaan

JIWA/Ha UNTUK SPALD-T (30 %)


Tingkat 2. RAWAN SANITASI SESUAI SSK
(20 %)

SHORTLIST MINIMAL 3 - HASIL


4 CALON LOKASI PEMETAAN
SANITASI
REMBUK
RW/DUSUN YG
TK. PEMUKA
Sanitasi

MEMPEROLEH
PERINKAT 1-4 RAWAN DESA/KEL.
DAN PADAT

NON
3. TINGKAT PARTISIPASI O
MASYARAKAT
(SEMANGAT WARGA)

REKAP NILAI REMBUK


WARGA
BERITA ACARA

SURAT
PERNYATAAN JUARA (TITIK
LOKASI)

Gambar 6 Proses Pelaksanaan SELOTIF Kegiatan Air Limbah Tingkat


Desa/Kelurahan
Partisipan dalam Proses Pelaksanaan SELOTIF
Setiap calon titik lokasi mengirimkan satu orang wakil sebagai anggota
tim SELOTIF yang ditunjuk melalui forum rembuk warga. Tim
SELOTIF yang terbentuk wajib mendapatkan pelatihan cara
pelaksanaan SELOTIF oleh TFL, tugas anggota tim SELOTIF antara
lain sebagai berikut:
Mengikuti kegiatan SELOTIF di setiap titik lokasi;
Menyiapkan data sekunder berupa Peta calon lokasi, data sekunder
kependudukan dan data kepemilikan septik tank yang memenuhi
syarat (struktur kedap air);
Melakukan scoring dan penilaian tiap calon titik lokasi;
Menetapkan dan mengumumkan lokasi pemenang (Berita Acara);
Berita Acara penetapan lokasi pemenang diverifikasi oleh TFL untuk
disampaikan kepada Lurah dan PPK OPD Kabupaten/Kota.

44
Penetapan Skor dan Pembobotan (Nilai)
Setiap indikator dalam variabel akan diberi skor, skor berkisar antara 1,
2, 3, dan 4. Nilai tersebut merupakan kuantifikasi dari setiap pernyataan
yang bersifat kualitatif. Penetapan skor dan pembobotan (nilai) ini
penting dalam rangka penyederhanaan dalam memberikan penilaian
tentang kondisi masyarakat secara obyektif. Skor dapat dihitung
dengan formula sebagai berikut:
Formula Perhitungan Nilai Titik Lokasi:

=

Keterangan:
NV = Nilai Variabel
N = Jumlah Kumulatif Skor Indikator;
= Jumlah Kumulatif Skor Maksimum Indikator B
= Bobot Variabel

NT = V1+V2+V3

Keterangan:
NT = Nilai Total
V1 = Variabel kesatu : Tingkat Partisipasi masyarakat
V2 = Variabel kedua : Tingkat Kepadatan Penduduk
V3 = Variabel Ketiga : Kondisi Rawan Sanitasi
Penjelasan:
NT tertinggi menjadi pilihan titik lokasi penerima kegiatan;
Apabila terdapat Nilai NT yang sama, maka NV1 tertinggi menjadi
lokasi terpilih.
Penentuan Waktu dan Tempat SELOTIF
Waktu pelaksanaan SELOTIF perlu disepakati bersama dengan
masyarakat (misalnya ketua RT/RW dan tokoh masyarakat) sehingga
lokasi pemenang dapat ditetapkan selambat-lambatnya dalam waktu
satu minggu. Untuk memaksimalkan peran dan keterlibatan kaum
perempuan, maka pertemuan rembuk warga disarankan berlangsung
antara jam 14.00 – 18.00 waktu setempat.

45
Alat dan Bahan yang Perlu Dipersiapkan
Alat dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan SELOTIF terdiri dari
Kertas lebar (plano), Kain lebar, Spidol besar aneka warna, Spidol kecil
aneka warna, Lem/perekat, Selotip, Gunting, Alat tulis, Bahan-bahan
lokal seperti biji-bijian atau kacang-kacangan, lampu (jika ada kegiatan
di malam hari). Akan sangat baik jika ada rekaman video/kamera yang
dapat digunakan untuk melengkapi laporan.
Tools SELOTIF
Tools 1 (Variabel Tingkat Partisipasi Masyarakat)
Kesediaan berkontribusi bertujuan untuk melihat kesediaan warga
dalam berkontribusi dalam hal:
Swadaya Sambungan Rumah (SR);
Besarnya jumlah iuran bulanan per KK;
Bersedia kontribusi lahan untuk prasarana sanitasi.
Proses Tools -1 adalah:
Kegiatan dilakukan oleh tim SELOTIF di setiap calon titik lokasi;
TFL menjelaskan tujuan, maksud, dan cara penerapan teknik ini;
Mulai berdiskusi untuk menggali kesiapan warga dalam berkontribusi
pada kegiatan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi;
Skor untuk tools-1 dijumlahkan dan diisikan ke kolom total.
Tabel Tingkat Partisipasi Masyarakat
Swadaya Sambungan Rumah (SR)
Pilihan Skor
Swadaya seluruh biaya SR 4
Swadaya hanya Pipa 3
Swadaya hanya tenaga 2
Tidak bersedia untuk swadaya 1

46
Iuran Bulanan per KK
Pilihan Skor
Rp. 20.000,- ke atas 4
Rp. 10.000,- s/d Rp. 19,000,- 3
Rp. 5,000,- s/d Rp. 9,000,- 2
Kurang dari Rp. 5000,- 1

Kontribusi Lahan
Pilihan Skor
Hak milik pribadi/ donatur swasta 4
Hibah Desa/ Kelurahan/ Pemda 3
Lahan fasum/ fasos 2
Tidak bersedia menghibahkan lahan 1

Tools 2. Variabel Kepadatan Penduduk/ Kesiapan Teknis Transect


Walk bertujuan untuk mengenali dan mengkaji kondisi sarana sanitasi
eksisting, menilai tingkat kepuasan masyarakat terhadap fasilitas
sanitasi yang ada, dan menilai tingkat kelayakan teknis sebagai
prasyarat rencana pembangunan infrastruktur sanitasi dengan
melakukan observasi langsung bersama masyarakat. Tugas TFL dan
masyarakat di kegiatan Transect Walk adalah:
Menentukan, mengobservasi, serta melakukan Diskusi Kelompok
Terarah ( F G D ) dengan masyarakat, antara lain:
Lokasi yang dicalonkan masyarakat untuk bangunan Sanitasi
Berbasis Masyarakat;
Tingkat kepadatan penduduk yang tinggal di lokasi;
Sarana sanitasi yang digunakan masyarakat saat ini: jamban,
sungai, kolam, dsb.;
Pola penggunaan sarana sanitasi;
Ketersediaan lahan;
Muka air tanah;
Material lokal;
Saluran drainase.

47
Mencatat semua sanitasi yang dibangun oleh program sebelumnya
atau oleh pribadi. Secara acak pilih titik dengan proporsional (10%
dari total) dari masing-masing kategori.
Melakukan observasi dan pencatatan kualitas konstruksi dengan
menggunakan Format observasi jamban/sanitasi, kemudian
mendiskusikan dengan masyarakat yang ada di sekitar lokasi
tentang pemeliharaan (keberadaan dan keteraturannya), lingkup
dan pemakaian, serta konflik kepentingannya, kemudian catat hasil
temuannya. Untuk lokasi yang pernah mendapat program
jamban/sarana sanitasi, perlu dipilih secara acak jamban/sarana
sanitasi yang dibangun sebelum, selama, dan setelah intervensi
program dengan cara menjumlahkan semua jamban/sarana
sanitasi pada ketiga kategori tersebut dan digambarkan
persentase dan pemeliharaan serta menggunakan jamban
keluarga.
4. Menilai kepuasan layanan yang diterima (demand
responsiveness), dengan menggunakan skala penilaian dari tiap
rumah tangga yang dikunjungi selama transect. Masyarakat dapat
membantu memilih aspek penilaian kepuasan layanan.
Menilai kepuasan penggunaan sarana meliputi tingkat akses layanan,
desain, penggunaan untuk (kelompok/warga rentan terhadap
akses sanitasi), kualitas konstruksi, kemudahan penggunaan dan
pemeliharaan, nilai manfaat yang dirasakan dari kontribusi untuk
memperoleh layanan tersebut, laporan mengenai layanan kepada
pengguna dengan catatan terpisah untuk pria dan wanita. Indikator
dan Variabel penilaian Transect Walk dan FGD.

48
Tabel Indikator dan Variabel Penilaian Transect Walk dan FGD
Tabel Tingkat Kepadatan Penduduk Jiwa/ Hektar
Pilihan Skor
Lebih dari 200 Jiwa/ Ha 4
Antara 176 – 200 Jiwa/ Ha 3
Antara 151 - 175 Jiwa/ Ha 2
Kurang dari 150/ Ha 1

Tabel Kondisi Rawan Sanitasi


Kepemilikan Tangki Septik Individual
Pilihan Skor
0 - 25 % dari jumlah KK 4
26 % - 50 % dari jumlah KK 3
51 % - 75 % dari jumlah KK 2
Lebih dari 75 % dari jumlah KK 1

b. Kualitas air Sumur Dangkal


Pilihan Skor
Tercemar tidak bisa dimanfaatkan 4
Hanya untuk cuci 3
Hanya untuk cuci dan mandi 2
Cuci mandi dan konsumsi sehari hari 1

c. Pembuangan Air Limbah Dapur


Pilihan Skor
75 % ke atas Dibuang di lingkungan/ drainase/badan air 4
51 % - 74 % Dibuang di lingkungan/ drainase/ badan air 3
26 % - 50 % Dibuang di lingkungan/ drainase/ badan air 2
0 % - 25 % Dibuang di lingkungan/ drainase/ badan air 1

49
d. Pembuangan Air Limbah Kamar Mandi
Pilihan Skor
75 % ke atas Dibuang di lingkungan/ drainase/badan air 4
51 % - 74 % Dibuang di lingkungan/ drainase/ badan air 3
26 % - 50 % Dibuang di lingkungan/ drainase/ badan air 2
0 % - 25 % Dibuang di lingkungan/ drainase/ badan air 1

Tabel 13 Konsolidasi Skor Hasil SELOTIF Pemilihan Titik Lokasi


RT/RW–I RT/RW – II
No Indikator Teknik
Skor Bobot Nilai Skor Bobot Nilai
Tingkat
Partisipasi FGD dan 1 1
1 69 50% 34,5 69 50% 34,5
Warga Rembuk (a-c) (a-c)
Masyarakat
Wawancara
Tingkat
(FGD) dan
2 Kepadatan 2 (a) 100 20% 20 2 (a) 50 20% 20
Transect
Penduduk
Walk
Wawancara
Kondisi
(FGD) dan 3 3
3 Rawan 75 30% 26.25 75 30% 26.25
Transect (a-d) (a-d)
Sanitasi
Walk
Jumlah Nilai 70.4 60.4
Juara (peringkat) I II

Penetapan Titik Lokasi Kegiatan Sesuai Hasil SELOTIF


Penetapan titik lokasi kegiatan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
ditentukan oleh hasil dari SELOTIF tingkat Desa/Kelurahan yang
dilakukan secara partisipatif oleh Tim SELOTIF. Penetapan tersebut
dituangkan dalam Berita Acara.

50
2.2.1.3 Rembuk Kesiapan Masyarakat Tingkat Titik Lokasi Terpilih
Proses dilaksanakan dalam rangka membangun kesepakatan/komitmen
antara warga masyarakat titik lokasi terpilih (sesuai hasil ranking SELOTIF)
dengan arahan kebijakan Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
pada tahun anggaran berkenaan. Diperlukan kesepakatan dalam mengikuti
proses dan tahapan secara partisipatif mulai dari tahap proses
Pembentukan TPS-KSM sebelum program DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi dilaksanakan di RT/RW/Dusun/Kampung tersebut. Poin-poin
kesepakatan yang semestinya dibangun melalui fasilitasi Tenaga Fasilitator
Lapangan (TFL) antara lain sebagai berikut:
Masyarakat titik lokasi terpilih menerima Program DAK Fisik Infrastruktur
Bidang Sanitasi di wilayah RT/RW/Dusun/Kampung dengan
konsekuensi antara lain sebagai berikut:
Siap melaksanakan dan mengikuti proses tahapan sesuai arahan
kebijakan Pedoman Teknis Pelaksanaan DAK Fisik Infrastruktur
Bidang Sanitasi di bawah fasilitasi/pendampingan TFL dan
Pemerintah Desa/Kelurahan;
Siap membantu proses Pemilihan Pengurus Tim Pelaksana
Swakelola (TPS-KSM) di titik lokasi terpilih
RT/RW/Dusun/Kampung dan berpartisipasi aktif dalam
Penyusunan Dokumen Perencanaan (RKM) tanpa adanya upah
dalam bentuk apa pun;
Siap melibatkan diri dalam pelaksanaan konstruksi sesuai dengan hasil
keputusan rembuk warga tentang kebutuhan dan ketetapan
Tenaga Kerja yang ditetapkan/diputuskan oleh Pengurus TPS-
KSM;
Siap berswadaya dalam bentuk barang maupun dalam bentuk uang
demi bersama-sama melakukan perbaikan sanitasi di lingkungan
permukiman kami sendiri pada setiap proses tahapan Program
DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi;
Siap dan sukarela memanfaatkan infrastruktur terbangun, termasuk
operasional dan pemeliharaan secara partisipatif di bawah
koordinasi pengurus lembaga Kelompok Pemanfaat dan
Pemeliharaan (KPP);
Jika nanti infrastruktur sudah terbangun, maka pemanfaat siap
mengumpulkan iuran rutin bulanan/ mingguan/ harian sesuai

51
kesepakatan masyarakat dalam rangka pengembangan
operasional dan pemeliharaan agar dapat berkelanjutan;
Calon pemanfaat siap dan tunduk kepada arahan TPS-KSM terpilih
pada tahap perencanaan dan konstruksi dan kepada Pengurus
KPP terpilih pada masa operasi dan pemeliharaan.
2.2.1.4 Proses Pembentukan Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya
Masyarakat (TPS-KSM)
Proses Persiapan Pemilihan Pengurus Tim Pelaksana Swakelola (TPS-
KSM)
Proses pemilihan Pengurus TPS-KSM di tingkat Desa/Kelurahan untuk
SPALD-S dan tingkat titik lokasi (RT/RW/Dusun) untuk kegiatan SPALD-T
diawali proses persiapan awal antara lain sebagai berikut:
Pembentukan Panitia Pemilihan TPS-KSM;
Kajian/Diskusi tentang kriteria/ciri-ciri seorang pengurus TPS-KSM yang
diharapkan oleh warga calon pemanfaat di titik lokasi;
Lokakarya kriteria/ciri-ciri seorang Pengurus TPS-KSM sesuai dengan
harapan calon pemanfaat;
Kampanye kriteria/ciri-ciri seorang Pengurus TPS-KSM hasil lokakarya
tingkat Kelurahan/Desa/tingkat RW/Dusun;
Penyusunan Tata tertib proses pemilihan Pengurus TPS-KSM baik di
tingkat Desa/Kelurahan maupun di tingkat RT/RW/Dusun;
Sosialisasi tata tertib kepada seluruh warga masyarakat sebagai calon
penerima manfaat di titik lokasi RT/ RW/ Dusun/ Kelurahan/ Desa.
Proses pemilihan selanjutnya dilaksanakan pada dua tingkatan dalam
rangka menjamin kualitas pemilihan. Nama yang muncul adalah orang-
orang yang memiliki rekam jejak (track record) terbaik di Desa/Kelurahan
atau titik lokasi RT/RW/Dusun. Kegiatan tersebut antara lain sebagai
berikut:
Dilaksanakan di Tingkat Basis Terendah Setara RT/ RW/ Dusun
Pemilihan pada level ini adalah proses pemilihan bakal calon atau
utusan perwakilan tingkat RT/RW/Dusun, tergantung basis
terendahnya yang ditentukan dan mengacu kepada kriteria/ciri-ciri
calon Pengurus TPS-KSM serta mengedepankan konsep mencari
orang baik.

52
Dilaksanakan di Tingkat RW/ Dusun/ Desa/ Kelurahan
Pemilihan bakal calon pengurus TPS-KSM di tingkat basis
RT/RW/Dusun untuk menjaring bakal calon (balon) sebagai utusan
untuk pemilihan tingkat selanjutnya;
Pemilihan pengurus TPS-KSM dilakukan di tingkat Desa/Kelurahan
untuk SPALD-S dan tingkat RW/Dusun untuk SPALD-T, pemilihan
pengurus pada level ini di antara sesama bakal calon/utusan
masing-masing basis RT dengan saling memilih;
Penetapan hasil pemilihan dengan ranking suara terbanyak dan
pembuatan Berita Acara.
Syarat-syarat Pengurus Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya
Masyarakat (TPS–KSM)
Sebelum memilih pengurus TPS-KSM perlu memperhatikan syarat-syarat
sebagai berikut:
Diprioritaskan dari calon penerima manfaat, jika dari semua calon penerima
manfaat tidak ada yang bersedia maka berdasarkan rembuk warga
dapat diambil dari luar calon penerima manfaat yang berdomisili di titik
lokasi penerima program (bukti dokumen rembuk warga dilampirkan);
Bukan sebagai Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL);
Tidak boleh merangkap sebagai Ketua Kelompok Pemanfaat dan
Pemelihara (KPP);
Tidak boleh merangkap sebagai aparat pemerintahan setempat
(RT/RW/Kepada Dusun/Kepala Desa/Kepala Kelurahan);
Tidak boleh sebagai anggota partai politik atau partisipan;
Khusus untuk Ketua KSM Tidak boleh merangkap sebagai Tim Pengadaan;
Untuk lebih memperjelas terkait proses pelaksanaan pemilihan Pengurus
TPS-KSM di titik lokasi terpilih sesuai hasil SELOTIF, maka bisnis proses
pemilihan secara langsung pengurus TPS-KSM oleh warga masyarakat
dapat dilihat dalam bagan berikut.

53
Gambar 7 Proses Pemilihan Pengurus KSM
3. Syarat Penerima Kegiatan dalam Pelaksanaan Swakelola/
Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi dapat diserahkan kepada
Tim Pelaksana Swakelola (TPS–KSM) dengan persyaratan antara lain
sebagai berikut:
Memiliki kepengurusan Tim Pelaksana Swakelola (TPS-KSM) yang jelas
berdasarkan hasil proses saling memilih di antara para utusan/bakal
calon dan dilakukan secara langsung pada proses pembentukan
lembaga, serta ditetapkan dalam Berita Acara hasil pembentukan Tim
Pelaksana Swakelola (TPS-KSM);
Berkedudukan dalam wilayah administrasi Pemerintah Desa/Kelurahan
berdasarkan lokasi Usulan Rencana Kegiatan (URK) dan telah menjadi
Rencana Kegiatan (RK) setelah disetujui Unit Organisasi Teknis
Kementerian/Lembaga;

54
Memiliki dokumen Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dan DED RAB;
Surat Keputusan (SK) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan atau
Pengguna Anggaran (PA) tentang penetapan Tim Pelaksana
Swakelola (TPS-KSM) untuk melaksanakan program pelayanan dasar
bidang sanitasi;
Fotokopi buku Rekening Bank atas nama lembaga/organisasi Tim Pelaksana
Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-KSM). Dalam rangka
menjunjung tinggi tingkat transparansi pengelolaan dana DAK maka
Pemegang spesimen rekening Bank untuk Lembaga
TPS-KSM wajib berjumlah 3 (tiga) orang yaitu Ketua, Bendahara
dan Tim Pelaksana;
Surat Perjanjian Kerja sama antara PPK sanitasi Dinas terkait dengan
Ketua Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat
(TPS-KSM).
Tata cara Penetapan Penerima Kegiatan kepada Tim Pelaksana Swakelola
(TPS-KSM)
Dalam proses penetapan penerima kegiatan kepada Tim Pelaksana
Swakelola (TPS-KSM) dapat ditempuh melalui mekanisme antara lain
sebagai berikut:
Sasaran ditentukan oleh Kementerian/Lembaga penanggungjawab
anggaran;
Direncanakan dan dilaksanakan serta diawasi oleh Tim Pelaksana
Swakelola (TPS-KSM);
Pekerjaan dilarang dialihkan kepada pihak lain (sub-kontrak);
KSM sebagai Tim Pelaksana Swakelola dibentuk melalui proses pemilihan
langsung (tidak boleh secara aklamasi dan penunjukan) dengan
mengedepankan kriteria bakal calon yang dikampanyekan kepada warga
masyarakat calon penerima manfaat di titik lokasi kegiatan, dengan bentuk
dan susunan tim pelaksana ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK)
Kepala Organisasi Perangkat Daerah/Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran. Mekanisme penetapan melalui SK didasarkan pada
Surat Permohonan Penetapan dari Kepala Desa/Lurah, terlampir Berita
Acara Hasil Proses Pemilihan Pengurus Tim Pelaksana Swakelola (TPS-
KSM) di titik lokasi terpilih dalam wilayah Desa/Kelurahan tersebut dan
nama-nama pengurus sesuai dengan struktur organisasinya.
Pelaksana Swakelola adalah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
merupakan kumpulan orang atau masyarakat yang menyatukan diri secara

55
sukarela dalam kelompok dikarenakan adanya kepentingan dan kebutuhan
yang sama, sehingga memiliki kesamaan tujuan yang ingin dicapai. Tim
Pelaksana Swakelola (TPS-KSM) merupakan wakil masyarakat penerima
manfaat dari bantuan Dana DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi.
Sebagai Dasar penetapan penerima manfaat mengacu kepada:
Surat minat keikutsertaan dalam program pelayanan dasar bidang sanitasi
dari Pemerintah Daerah dengan sumber pembiayaan dari Dana
Alokasi Khusus. Surat minat tersebut disampaikan oleh Kepala
Desa/Kelurahan setempat;
Dokumen Berita Acara hasil musyawarah warga dalam pembentukan tim
pelaksana swakelola (TPS-KSM);
Surat Pengantar dari Kepala Desa/Lurah tentang hasil pembentukan Tim
Pelaksana Swakelola (TPS-KSM) di titik lokasi terpilih dengan
melampirkan Berita Acara Hasil Pemilihan;
Dokumen Berita Acara hasil pelaksanaan Seleksi Lokasi Partisipatif
(SELOTIF).
TPS-KSM dibentuk setelah pelaksanaan kegiatan Seleksi Lokasi Partisipatif
(SELOTIF) tingkat Desa/Kelurahan selesai dan wajib di titik lokasi kegiatan
terpilih. Jika titik lokasi kegiatan dalam satu Desa/Kelurahan melebihi satu
unit seperti pembangunan tangki septik skala komunal (5 – 10 KK) dan
Tangki Septik Individual, maka TPS-KSM cukup satu saja.
Secara umum tugas TPS-KSM sebagai pelaksana swakelola adalah
melakukan sosialisasi program kepada warga masyarakat, menyusun
perencanaan, melaksanakan fisik, mengawasi/memonitor, supervisi,
mengelola kegiatan pembangunan dan membuat laporan
pertanggungjawaban.
Pada tahap awal kegiatan TPS-KSM pelaksana swakelola mengangkat tim
swakelola untuk melaksanakan pekerjaan swakelola sesuai dengan kontrak
antara PPK sanitasi dan penanggungjawab swakelola yang terdiri dari; tim
perencana, tim pelaksana, tim pengawas dan panitia pengadaan.
Susunan dan Tugas TPS-KSM sebagai pelaksana swakelola antara lain
sebagai berikut:
Ketua TPS-KSM:
Mengkoordinasikan perencanaan kegiatan pembangunan.
Memimpin pelaksanaan tugas tim yang telah dibentuk dan kegiatan
rapat-rapat.

56
Sekretaris TPS-KSM:
Menyusun rencana kebutuhan dan melaksanakan kegiatan tata usaha
dan dokumentasi;
Melaksanakan surat-menyurat;
Melaksanakan pelaporan kegiatan pembangunan secara bertahap.
Mendokumentasikan seluruh laporan kegiatan
Membantu dalam penyuluhan kesehatan masyarakat.
Bendahara TPS-KSM:
Menerima dan menyimpan uang
Mengeluarkan/membayar sesuai dengan realisasi sesuai nota/kuitansi;
Melakukan pengelolaan administrasi keuangan
Melakukan penarikan kontribusi dari masyarakat berupa uang
Menyusun realisasi pembukuan serta laporan pertanggungjawaban
keuangan pada tahapan konstruksi, yaitu:
Progres keuangan mingguan ditempel di papan ruangan
Sekretariat KSM dan tempat strategis sehingga dapat dilihat
dengan mudah oleh masyarakat;
Laporan keuangan bulanan yaitu laporan penggunaan dana dan
laporan harian sesuai format yang ditentukan untuk kemudian
disampaikan kepada PPK sanitasi.
Tim Perencana TPS-KSM:
Tim perencana mempunyai tugas dan bertanggung jawab dalam
menyusun dokumen Rencana Kerja Masyarakat (RKM), membuat
gambar rencana kerja, spesifikasi teknis, rincian biaya pekerjaan, dan
jadwal rencana pelaksanaan pekerjaan. Secara rinci tugas tim
perencana adalah:
Mensosialisasikan pilihan teknologi sanitasi kepada masyarakat;
Mengevaluasi dan menentukan pilihan teknologi sanitasi yang akan
dibangun, sesuai dengan pilihan, kemampuan masyarakat serta
kondisi lingkungan;
Menyusun analisa teknis, membuat DED lengkap dengan potongan,
RAB dan menyusun analisa struktural, elektrikal, arsitektural
dengan didampingi oleh TFL
Menyusun jadwal rencana kegiatan konstruksi
Melakukan inventarisasi tenaga kerja.

57
Tim Pelaksana TPS-KSM:
Tim pelaksana mempunyai tugas dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan, membuat
gambar pelaksanaan serta membuat laporan pelaksanaan pekerjaan.
Secara rinci tugas tim pelaksana adalah:
Melakukan rekrutmen tenaga kerja;
Mengatur tenaga kerja di lapangan;
c. Mengatur dan koordinir material yang diperlukan;
Menerima dan menyetujui material/barang masuk;
Bertanggung jawab terhadap keamanan material selama
pembangunan;
Membuat laporan tentang keadaan material;
Mengalokasikan material sesuai dengan kebutuhan pekerjaan
konstruksi;
Mengorganisir kegiatan kampanye kesehatan di masyarakat;
Melakukan monitoring terhadap upaya penyehatan lingkungan;
Membuat As built drawing setelah pekerjaan konstruksi selesai.
Tim Pengawas TPS-KSM:
Tim pengawas mempunyai tugas dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan dan pelaporan,
baik fisik maupun administrasi pekerjaan swakelola. Secara rinci tugas
tim pengawas adalah:
Pengawasan kepada pekerja dengan didampingi oleh TFL;
Bertanggung jawab terhadap pengawasan administrasi, teknis dan
keuangan;
Didampingi oleh TFL bertanggungjawab/menilai atas kualitas dan
progres pekerjaan fisik;
Berkoordinasi dengan TFL menyusun laporan pekerjaan untuk
diteruskan dan/atau ditindaklanjuti ke PPK.
Panitia Pengadaan TPS-KSM:
Rencana pengadaan harus mempertimbangkan syarat teknis dan
metode pelaksanaan pekerjaan yang tercantum dalam dokumen
pengadaan. Panitia Pengadaan diangkat oleh penanggungjawab TPS-
KSM sebagai pelaksana swakelola untuk melakukan pengadaan
barang/jasa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan swakelola, dan
anggota tim Pengadaan diperbolehkan bukan PNS.

58
Bertanggung jawab dalam melaksanakan survei dan mengundang
supplier dan/atau kontraktor untuk pengadaan material;
Melaksanakan kegiatan proses pengadaan barang atau pekerjaan
konstruksi.
Untuk lebih jelas terkait struktur organisasi TPS-KSM dapat dilihat
dalam bagan berikut:

Gambar 8 Bagan Struktur Organisasi TPS-KSM


2.2.1.5 Penyusunan Dokumen RKM oleh Tim Pelaksana Swakelola (TPS-
KSM) Sub Bidang Air Limbah Domestik
Setelah melewati tahapan proses sosialisasi awal, pemetaan sanitasi,
SELOTIF, dan pemilihan TPS-KSM dan dinyatakan masyarakat telah siap
untuk melaksanakan pembangunan fisik, maka dapat dilanjutkan dengan
penyusunan dokumen perencanaan secara partisipatif oleh Tim Perencana
TPS-KSM di bawah pendampingan TFL.
Penyusunan dokumen RKM dilakukan dengan pendekatan partisipatif,
artinya semaksimal mungkin melibatkan masyarakat dalam semua kegiatan
penyusunannya, baik manajemen maupun teknis. Pekerjaan yang
membutuhkan keahlian teknis dibantu oleh TFL Teknis sebagai

59
pendamping, dengan tetap melibatkan masyarakat. Dokumen RKM
merupakan dokumen resmi perencanaan DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi yang disusun oleh KSM dan difasilitasi oleh TFL, serta diusulkan
dan disahkan dalam forum musyawarah di lokasi pelaksanaan yang
merupakan salah satu syarat untuk pencairan dana tahap awal. Dokumen
RKM harus disetujui oleh OPD. Dokumen RKM meliputi uraian kegiatan
yang akan dilaksanakan sebagai berikut:
Pendahuluan
1.1 Latar belakang (kondisi prasarana sanitasi yang ada dan
dukungan pemda);
1.2 Maksud, tujuan dan sasaran;
1.3 Rincian kegiatan (jenis kegiatan, lokasi kegiatan dan waktu
pelaksanaan).
Profil Titik Lokasi
2.1 Kondisi umum lokasi kegiatan seperti; fisik, letak geografis,
topografi, kondisi geohidrologi, batas-batas administrasi, demografi
dan proyeksi penduduk;
2.2 Kondisi Prasarana dan Sarana Sanitasi (kondisi sarana air
bersih, kondisi sarana sanitasi, kondisi pengelolaan sampah, dan
kondisi kesehatan);
2.3 Ketersediaan lahan dan bahan (luas lahan, kondisi lahan,
kepemilikan lahan, jenis dan jumlah bahan/material dan
ketersediaan bahan/material);
2.4 Penentuan Calon Pengguna (jumlah calon pengguna, kondisi
sosial ekonomi calon pengguna);
Rencana Kegiatan Masyarakat
3.1 Rencana Persiapan konstruksi; spesifik bahan/material yang
akan digunakan, identifikasi pekerja (tukang/kenek), penyiapan
form administrasi pelaporan fisik dan keuangan;
3.2 Rencana kontribusi masyarakat (in cash dan in kind.)
3.3 Rencana pelatihan (penguatan tukang, mandor dan TPS-KSM;
Rencana Teknik Rinci (RTR) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
4.1 Rencana Teknik Rinci (RTR), perhitungan volume, gambar-
gambar;
4.2 Rencana Anggaran Biaya (RAB) perhitungan anggaran, Rencana
Penggunaan Dana Tahap I, II dan III;
4.3 Jadwal Pelaksanaan Konstruksi Kurva S/Bar chart;

60
Mekanisme Pengelolaan Dana dan Pelaporan 5.1
Tahapan pencairan dana;
5.2 Prosedur dan syarat pencairan dana;
5.3 Proses pencairan dana;
5.4 Rencana penggunaan dana tahap 1, 2 dan 3 sesuai dengan item
pekerjaan yang ada di RAB;
5.5 Rencana pengelolaan dan mekanisme pelaporan keuangan;
Rencana Kegiatan Pasca Konstruksi
6.1 Pengoperasian dan Pemeliharaan Fasilitas Sanitasi yang dibangun;
6.2 Pendanaan kegiatan Operasi dan Pemeliharaan;
6.3 Kampanye PHBS;
6.4 Rencana Kegiatan Usaha (Business Plan) untuk kegiatan
Persampahan;
6.5 Rencana Pengembangan Cakupan Layanan;
Penutup
Lampiran – Lampiran
Berita Acara, Daftar Hadir, dan Notulen Hasil pelaksanaan proses
tahapan, seperti Sosialisasi Awal, Pemetaan Sanitasi, SELOTIF,
dan Proses Pemilihan TPS-KSM; dan
Foto-foto dokumentasi kegiatan selama pelaksanaan tahapan.
Tujuan Penyusunan Dokumen RKM
Tujuan penyusunan dokumen Rencana Kerja Masyarakat (RKM) antara
lain sebagai berikut:
Untuk membuktikan bahwa TPS-KSM telah siap menerima perintah kerja
dari OPD dan sebagai persyaratan pengajuan pencairan dana DAK
Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi tahun anggaran berjalan;
Mengumpulkan informasi sanitasi secara kuantitatif dan kualitatif di
antaranya jumlah rumah/KK yang memiliki dan/atau tidak memiliki
fasilitas MCK pribadi, kepemilikan maupun kondisi septictank, tempat
pembuangan limbah domestik); tempat pembuangan sampah, dan
kebersihan lingkungan sekitarnya;
Mengumpulkan informasi tentang kondisi kesehatan dan angka penyakit
terkait dengan water born diseases (diare, kulit, kolera);
Mengidentifikasi indikator dan/atau mekanisme dalam hal keberlanjutan
operasional dan pemeliharaan prasarana dan sarana DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi melalui proses partisipasi masyarakat.
Indikator berupa pengurasan bak mandi, pengambilan

61
lumpur di manhole, kesediaan alat, pembersihan lantai, manfaat dan
nilai guna iuran yang dirasakan oleh masyarakat dalam kegiatan
operasional dan pemeliharaan prasarana DAK Fisik Infrastruktur
Bidang Sanitasi , keinginan masyarakat untuk menggunakan prasarana
DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi, dan lain–lain;
Mengidentifikasi informasi tentang kesetaraan akses (laki-laki/perempuan,
anak-anak, manula/tuna daksa) pada pelayanan yang ada, partisipasi
dalam pengambilan keputusan, kebutuhan dan kepuasan pengguna,
kualitas pelayanan dan pengelolaan oleh masyarakat;
Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan tukang, operator, pengguna, dan
kewirausahaan untuk mengembangkan kemampuan agar pelayanan
dapat berkesinambungan;
Mengidentifikasi kebutuhan dan rencana masyarakat untuk memecahkan
masalah sanitasi.
Persiapan Penyusunan Dokumen RKM
Persiapan Tim TFL dalam pembagian tugas sebagai berikut:
Pembagian peran dan tugas masing-masing tim;
Penyiapan logistik, materi dan alat-alat untuk RKM;
Kontak person di masyarakat;
Menentukan waktu dan tempat;
Melaksanakan pertemuan sesuai jadwal dan kesepakatan;
Komunikasi dan koordinasi dengan semua stakeholders.
Tahapan Penyusunan Dokumen RKM
Penyusunan dokumen RKM melalui beberapa tahapan, antara lain sebagai
berikut:
Klasifikasi Kesejahteraan, yaitu mengklasifikasi jumlah penduduk ke dalam
kategori tingkat kesejahteraan (kaya, menengah, miskin) dan
manula/tuna daksa menurut kriteria khusus dan istilah setempat;
Pemetaan Sanitasi Kampung oleh Masyarakat, yaitu mempelajari keadaan
masyarakat menyangkut sarana air bersih dan sanitasi;
Transect Walk, yaitu mempelajari akses masyarakat terhadap sarana
sanitasi yang ada;
Partisipasi dan Kontribusi, yaitu menilai dan menganalisis kesetaraan dan
transparansi pengguna saat dan pasca pembangunan sarana
(pembangunan, operasional dan pemeliharaan);

62
Siapa Melakukan Apa, yaitu mengetahui peranan laki-laki dan perempuan
pada tahap perencanaan, pembangunan, operasional dan
pemeliharaan sarana; dan
Pembagian Kerja berdasarkan Peran Gender dan kelompok rentan
sanitasi, yaitu menilai dan menganalisis pembagian kerja, jenis
pekerjaan, dan pekerjaan yang dibayar atau tidak.
Pihak-pihak yang Terlibat dalam Penyusunan Dokumen Rencana Kerja
Masyarakat (RKM)
Para pihak yang terlibat dalam penyusunan RKM, terdiri dari masyarakat
yang berdomisili di Dusun/RT/RW/Kampung yang bersangkutan, baik
perempuan atau laki-laki, tokoh masyarakat baik formal maupun informal.
Waktu dan Tempat Pertemuan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat
(RKM)
Penyusunan RKM ini dapat diselesaikan maksimal 3 bulan, sebaiknya
dilaksanakan 2 - 3 jam dalam satu hari sebelum jam 18.00 sehingga
keterlibatan kaum perempuan dapat maksimal. Dalam menetapkan tempat
pertemuan, yang perlu diperhatikan adalah tempat tersebut cukup luas,
bersifat netral, dan mudah diakses oleh masyarakat.
Verifikasi Dokumen RKM
TPS-KSM melakukan sosialisasi dokumen RKM kepada seluruh calon
pemanfaat dan selanjutnya mengusulkan Dokumen RKM kepada PPK
Sanitasi/OPD terkait untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan.
2.2.1.6 Perjanjian Kerja sama (PKS) antara Ketua TPS-KSM dengan PPK
Sanitasi atau PPK yang ditetapkan sebagai Pelaksana DAK Fisik
Bidang Sanitasi
Perjanjian Kerja sama (PKS) ditandatangani oleh PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen Sanitasi) atau PPK yang ditetapkan sebagai pelaksana DAK
Fisik Bidang Sanitasi sebagai penanggungjawab anggaran dengan Ketua
TPS-KSM (lihat contoh Perjanjian kerja (Kontrak) pada bagian lampiran).
Perjanjian Kerja sama ini dapat diadakan setelah TPS-KSM menunjukkan
persiapan kegiatan berupa dokumen RKM yang sudah dilengkapi dengan
DED dan RAB dan sudah mendapatkan persetujuan dari Tim Teknis OPD
terkait. Setelah pembuatan Kontrak Kerja atau Perjanjian Kerja sama oleh
PPK Sanitasi atau PPK yang ditetapkan sebagai pelaksana DAK Fisik
Bidang Sanitasi, maka KSM diwajibkan melakukan pembukaan rekening
(rekening bersama) pada bank yang mudah diakses.

63
Adapun kesepakatan yang perlu dibuat terkait prosedur penarikan dana
bantuan antara lain:
Saat penarikan dana, KSM harus membawa surat rekomendasi dari PPK
Sanitasi atau PPK yang ditetapkan sebagai pelaksana DAK Fisik
Bidang Sanitasi dan lampiran Rencana Penarikan Dana Bank;
3 (tiga) pemegang spesimen yaitu ketua, bendahara, dan tim pelaksana
harus hadir di bank pada saat penarikan dana; dan
Sebelum Penarikan Dana tahap II sebesar 45%, maka KSM wajib
menyerahkan terlebih dahulu LPJ Dana Tahap I sebesar 25%,
demikian halnya Ketika akan melakukan penarikan dana tahap III,
maka KSM wajib menyerahkan LPJ dana Tahap II.
2.2.2 Perencanaan Sub Bidang Persampahan (TPS-3R)
2.2.2.1 Pemetaan Sanitasi Tingkat Desa/Kelurahan Sub Bidang
Persampahan
Pemetaan sanitasi tingkat Desa/Kelurahan ada dua hal yang perlu
dilakukan di antaranya adalah kondisi kerawanan sanitasi dan kepadatan
penduduk di masing-masing RW/Dusun dalam Desa/Kelurahan.
Kerawanan sanitasi dapat dilihat dari sisi kondisi air limbah, kondisi air
bersih, kondisi persampahan, dan kondisi drainase lingkungan. Pemetaan
sanitasi tingkat Desa/Kelurahan wajib dipetakan secara menyeluruh ke
semua lingkungan terkecil setingkat RW/Dusun sesuai dengan jumlah
RW/Dusun yang ada di masing-masing Desa/Kelurahan sasaran.
Sebelum pemetaan sanitasi di tingkat kelurahan, TFL memfasilitasi terlebih
dahulu pembentukan Tim Pemetaan Sanitasi dan membekali tata cara
proses pemetaan. Pembentukan Tim Pemetaan Sanitasi dan pembekalan
dilakukan setelah selesai pelaksanaan sosialisasi awal tingkat
Desa/Kelurahan. Kegiatan Pemetaan Sanitasi Tingkat Desa/Kelurahan
dilakukan pada saat sebelum tahun berjalan (N-1). Hal ini dikarenakan
pada saat Pemerintah Daerah mengajukan lokasi usulan kegiatan untuk
Tahun yang akan datang harus sudah ada nama lokasi Desa/Kelurahan
terpilih, sehingga pemetaan sanitasi tingkat dilakukan tahun sebelumnya.
A. Tingkat/Kondisi Rawan Sanitasi di Masing–Masing
RT/RW/Dusun/Kampung/Jorong dan atau Sebutan Lainnya
Pemetaan tingkat/kondisi rawan sanitasi di tingkat Desa/Kelurahan
dilakukan di lingkungan terkecil RT/RW/Dusun/Kampung oleh Tim
Pemetaan Sanitasi tingkat Desa/Kelurahan di bawah pendampingan TFL

64
Teknik dan Pemberdayaan sesuai hasil Shortlist yang telah disepakati pada
tahap kegiatan sosialisasi awal tingkat Desa/Kelurahan. Hal-hal yang akan
dipetakan antara lain sebagai berikut:
Kondisi Air Limbah
Perhatikan dan periksa sistem sanitasi air limbah domestik terkait
limbah padat/tinja (black) dan limbah cair (grey water) mulai dari jenis
air limbah domestik yang dibuang, sarana pembuangan/closet yang
digunakan (User Interface), tempat pengumpulan dan penampungan/
pengolahan awal (tangki septik), pengaliran/pengangkutan (drainase
lingkungan atau perpipaan/truk tinja), SPALD-T, daur ulang dan/atau
pembuangan akhir/efluen (sungai). Pemetaan kondisi air limbah ini
dilakukan untuk memperoleh data rumah yang memiliki kloset pribadi
namun tidak memiliki septik tank/buang ke saluran air/sungai/kali,
rumah yang memiliki kloset dan septik tank namun belum pernah
dikuras, rumah memiliki kloset namun buang ke lubang
terbuka/koyak/kolam lele, rumah punya kloset dan septik tank layak,
rumah tidak punya kloset, dan lain-lain.
Kondisi Air Bersih
Perhatikan kondisi sumber air bersih yang dimanfaatkan oleh
masyarakat, sumur dangkal atau dalam, sungai atau sumber mata air
pergunungan, sumber air dari luar (beli) dikarenakan air sumur di
lingkungan permukiman tidak dapat digunakan untuk konsumsi.
Pemetaan kondisi air bersih untuk memperoleh data rumah memiliki
sumur dangkal/dalam masih dapat digunakan untuk sumber air
konsumsi sehari-hari, rumah memiliki sumur dangka/dalam hanya
dapat digunakan untuk cuci dan mandi tidak untuk konsumsi, rumah
memiliki sumur dangkal/dalam namun tidak dapat dimanfaatkan lagi air
sumurnya, dan rumah menggunakan sumber air bersih dari PDAM.
Kondisi Persampahan
Perhatikan masyarakat membuang sampah dari rumah tangga, industri
skala rumah tangga (home industry), industri, apakah sampah dibuang
di TPS dan ada pengelolaan pengangkutan secara berkala dan
terjadwal untuk dibuang di TPA yang ada di Kabupaten/Kota atau
sampah dari rumah tangga dibuang begitu saja di lahan-lahan kosong
dan dibakar di sekitar lingkungan permukiman masyarakat. Pemetaan
ini dilakukan pada setiap rumah tangga dan di lingkungan permukiman
untuk menghasilkan data jumlah rumah tangga yang memiliki tempat

65
sampah di rumah, yang membuang sampah di kebun lalu dibakar, dan
yang membuang di TPS lalu diangkut ke TPA dengan membayar iuran.
Kondisi Drainase Lingkungan
Perlu dipastikan bahwa pengaliran limpasan genangan air hujan pada
saluran tersier pada kawasan permukiman sudah tersedia dan
tersambung dengan sistem drainase.
Tingkat Kepadatan Penduduk
Pemetaan tingkat kepadatan penduduk dilakukan di setiap lingkungan
terkecil RT/RW/Dusun/Kampung oleh Tim Pemetaan Sanitasi tingkat
Desa/Kelurahan. Untuk kegiatan SPALD-T kepadatan penduduk minimal
jiwa/Ha, sedangkan untuk kegiatan SPALD-S kepadatan penduduk
maksimal 150 jiwa/Ha, teknik pemetaan dilakukan dengan metode Survei
ke lingkungan permukiman masyarakat.
2.2.2.2 Proses Pelaksanaan SELOTIF Tingkat Desa/Kelurahan Sub Bidang
Persampahan
SELOTIF pada kegiatan persampahan/TPS 3R merupakan metode yang
digunakan untuk melakukan observasi (mengamati dan menganalisis)
kondisi lokasi, untuk menetapkan kondisi sasaran program persampahan
secara cepat yang dilakukan secara partisipatif pada calon lokasi sasaran.
Secara umum, tujuan SELOTIF adalah teridentifikasinya masalah sanitasi
dan keinginan masyarakat untuk menyelesaikannya atas dasar
kemampuan sendiri yang dilakukan secara partisipatif, sistematis, dan
cepat. Tujuan akhirnya adalah terseleksinya lokasi yang paling siap untuk
implementasi program dan mendapatkan lokasi yang pasti sukses. Alasan
penggunaan metode SELOTIF adalah untuk memosisikan masyarakat
sebagai subyek, memberikan "ruang" kepada masyarakat untuk
menyampaikan aspirasi dan keinginannya, dan sebagai salah satu media
pemberdayaan masyarakat pada tingkat bawah (grass root level).
Seleksi Desa/Kelurahan Kegiatan Persampahan
Setelah kegiatan sosialisasi Program TPS 3R di tingkat
Kabupaten/Kota, berikutnya OPD menentukan calon Desa/Kelurahan
yang mendapat kegiatan TPS 3R dengan memilih beberapa
Desa/Kelurahan rawan sanitasi (permasalahan persampahan) sesuai
dokumen SSK. Desa/Kelurahan tersebut diundang dalam forum
sosialisasi tingkat Kabupaten/Kota untuk memastikan kesiapan

66
beberapa calon Desa/Kelurahan yang memenuhi persyaratan teknis
Program TPS 3R dan keberlanjutan.
Partisipan SELOTIF
Setiap calon lokasi mengirimkan perwakilan sebagai anggota tim
SELOTIF (jumlah minimal 3 orang/dusun atau disesuaikan kebutuhan)
yang ditunjuk melalui rembuk warga di setiap lokasi. Keterwakilan
warga pada tim SELOTIF adalah relawan yang memahami kondisi
lingkungan terkait masalah sampah serta mampu mendeskripsikan
kondisi lokasi, seperti tokoh masyarakat, Ketua RT, petugas
kebersihan lingkungan dan lain-lain. Tim SELOTIF yang terbentuk
wajib mendapatkan peningkatan kapasitas dalam kegiatan SELOTIF
oleh TFL. Tugas anggota tim SELOTIF:
Memfasilitasi kegiatan SELOTIF di setiap lokasi didampingi TFL;
Menyiapkan data sekunder pada calon lokasi masing-masing, berupa
peta calon lokasi, yang menginformasikan data kependudukan
(jumlah penduduk, klasifikasi kesejahteraan kaya, sedang, kurang
mampu, data akses sanitasi terkait sampah);
Melakukan analisa, scoring, dan penilaian tiap calon lokasi atas
variabel dan indikator penilaian;
Memfasilitasi rembuk warga tentang penetapan lokasi dan
mengumumkan lokasi terpilih dengan ditandatanganinya berita
acara penetapan lokasi;
Berita acara penetapan lokasi sebagai peringkat prioritas penanganan
masalah sanitasi diverifikasi oleh TFL untuk disampaikan kepada
Kepala Lurah dan OPD.
Mekanisme lain jika rembuk warga tidak memungkinkan untuk
dilakukan adalah dengan tetap melakukan proses dan penilaian
SELOTIF antara tim SELOTIF, TFL dan OPD. Hasil penilaian
diserahkan kepada OPD untuk selanjutnya membuat berita acara
dan mengumumkan di hadapan para kepala desa dari daftar
shortlist.
Tim SELOTIF dalam melakukan tugasnya didampingi TFL ke lokasi
untuk mendapatkan informasi menggali kondisi eksisting terkait
sanitasi dengan menggunakan variabel dan indikator terukur.

67
Variabel dan Indikator Penilaian
Adapun variabel dan bobot penilaian yang digunakan untuk penilaian
atas calon lokasi, terdapat pada tabel berikut:
Tabel 14 Variabel dan Indikator Penilaian Persampahan
Bobot Nilai Nilai
No Variabel Indikator Item Skor Nilai Lokasi
Variabel Indikator Variabel
Bersedeia mewadahi, memilah, menabung sampah dan membayar iuran 4
Bentuk partisipasi Bersedeia mewadahi, memilah, sampah dan membayar iuran 3
4
masyarakat Bersedeia mewadahi dan membayar iuran 2
Bersedeia mewadahi sampah 1
Iuran ≥ Rp. 20,000/bulan 4
Kesiapan Iuran Rp. 10,000 sampai dengan Rp. 20,000/bulan 3
4
Kesiapan membayar iuran Iuran Rp. 5,000 sampai dengan Rp. 10,000/bulan 2
1 30% 12 30
Masyarakat Iuran ≤ Rp. 5,000/bulan 1
Sangat siap, masyarakat dan komunitas di lingkungan siap mendanai kebutuhan operasional dan
pemeliharaan TPS 3R serta dukungan semua pihak dalam pengelolaanya. 4
Kesiapan Sangat siap, masyarakat dan komunitas di lingkungan siap mendanai kebutuhan operasional dan
masyarakat pemeliharaan TPS 3R. 3 4
meneria program Kurang siap, masyarakat dan komunitas di lingkungan siap mendanai kebutuhan operasional dan
pemeliharaan TPS 3R. 2
Belum siap 1
Lahan milik Pemda 4
Status kepemilikan Lahan milik Desa/Kelurahan 3
4
lahan Lahan fasos/fasum 2
Lahan perorangan yang siap dihibahkan 1
≥ 500 m2 4
400 m2 sampai dengan 500 m2 3
Luas Lahan 4
300 m2 sampai dengan 400 m2 2
200 m2 sampai dengan 300 m2 1
Lahan rata tidak terdapat bangunan 4

Kondisi Fisik Lahan Lahan rata terdapat bangunan yang harus dibongkar 3 4
Lahan memerlukan galian atau timbunan 2
Lahan memerlukan galian atau timbunan serta dinding penahan 1
Jalan perkerasan dapat dilewati truk 4
Jalan perkerasan dapat dilewati pick up 3
2 Lahan 25% Aksebilitas lahan 4 28 25
Jalan perkerasan dapat dilewati gerobak motor 2
Jalan belum diperkeras 1
Akses terhadap listrik, air bersih dan drainase sangat baik 4
Aksebilitas sarana Akses terhadap listrik, air bersih dan drainase cukup baik 3
4
pendukung Akses terhadap listrik, air bersih dan drainase kurang 2
Akses terhadap listrik, air bersih dan drainase buruk 1
Tidak pernah 4
Riwayat kejadian
banir dalam 10 Musiman tapi tidak berdampak 3 4
tahun Musiman dan berdampak terjadi genangan 2
Musiman dan berdampak terjadi kerusakan dan kerugian 1
Kebun, semak, lapangan, padang rumput 4
Guna lahan Bangunan semi permanen 3
4
eksisting sawah 2
Bangunan permanen, kolam 1

6
Pemerintah Desa mengalokasikan dana kepada KPP untuk kegiatan OP TPS 3R secara rutin
Dukungan Dana OP 6
3
Pemerintah Desa mengalokasikan dana kepada KPP untuk kegiatan OP TPS 3R tidak rutin
Pemerintah Desa tidak mengalokasikan dana kepada KPP untuk kegiatan OP TPS 3R 1
Pemerintah Desa mengalokasikan Tenaga Harian (THL) operator untuk KPP dalam rangka mendukung
6
mengoperasionalkan TPS 3R secara rutin
Dukungan Tenaga Pemerintah Desa mengalokasikan Tenaga Harian (THL) operator untuk KPP dalam rangka mendukung
3 5
Komitmen Kerja mengoperasionalkan TPS 3R tidak rutin
Pemerintah Desa tidak mengalokasikan Tenaga Harian (THL) operator untuk KPP dalam rangka
3 Pemerintah 15% 1 18 15
mendukung mengoperasionalkan TPS 3R
Desa
Pemerintah Desa menjadwalkan memberikan pelatihan kepada KPP 4
Dukungan
kelembagaan Pemerintah Desa pernah memberikan pelatihan kepada KPP 2 4
Pemerintah Desa tidak pernah memberikan pelatihan kepada KPP 1

2
Dukungan Business Pemerintah Desa memberikan dukungan untuk membantu pengembangan Business hasil olahan TPS 3R
2
kepada TPS 3R Pemerintah Desa tidak memberikan dukungan untuk membantu pengembangan Business hasil olahan
1
TPS 3R
Pemerintah Desa memberikan dukungan lainnya untuk pengelolaan TPS 3R 1
Dukungan lainnya 1
Pemerintah Desa tidak memberikan dukungan lainnya untuk pengelolaan TPS 3R 0

68
Bobot Nilai Nilai
No Variabel Indikator Item Skor
Variabel Nilai Lokasi
Indikator Variabel
Berada dalam layanan dan sudah dilayani layanan sampah kota 4
Lokasi Daerah Berada dalam layanan dan belum dilayani layanan sampah kota 3
layanan Berada dekat area layanan dan belum dilayani layanan sampah kota 2 4

Berada jauh dari layanan sampah kota 1


Perkotaan dengan kepadatan bangunan tinggi 4
Karakterisitik Perkotaan dengan kepadatan bangunan sedang 3
daerah layanan Perdesaan dengan kepadatan bangunan sedang 2 4
Pelayanan
Perdesaan dengan kepadatan bangunan rendah 1
dan
4 15% Layanan ≥ 500 KK 3
pengelolaan 20 15
Potensi jumlah
sampah Layanan 200 KK sampai dengan 500 KK 2 3
layanan
≤ 200 KK 1
Tidak ada TPS 3
Kondisi Pelayanan
Ada TPS tidak ada sistem pengumpulan sampah 2 3
Sampah
Ada TPS ada sistem pengumpulan sampah 1
≤ 700 m 3
Jarak lahan dari
700 m - 1000 m 2 3
prmukiman
≥ 1000 m 1

6
Pemerintah daerah menyediakan pengangkutan residu secara terjadwal dn memberikan potongan biaya
Pengangkutan Pemerintah daerah menyediakan pengangkutan residu secara terjadwal dn menggratiskan biaya 4
6
Residu
3
Pemerintah daerah menyediakan pengangkutan residu secara tidak terjadwal dan menggratiskan biaya
Pemerintah daerah tidak menyediakan pengangkutan residu 1
Pemerintah daerah mengalokasikan dana kepada KPP untuk biaya OP TPS 3R secara rutin 5
Dukungan Dana
Pemerintah daerah mengalokasikan dana kepada KPP untuk biaya OP TPS 3R tidak rutin 3 5
Operasional
Pemerintah daerah tidak mengalokasikan dana kepada KPP untuk biaya OP TPS 3R 1

Pemda (dinas terkait) mengalokasikan Tenaga Harian (THL) operator untuk mendukung KPP dalam 4
Komitmen
menjalankan operasinal pengelolaan TPS 3R secara rutin
Pemerintah
Dukungan Tenaga
5 Daerah 15% Pemda (dinas terkait) mengalokasikan Tenaga Harian (THL) operator untuk mendukung KPP dalam 2 4 20 15
Kerja
(Dinas menjalankan operasinal pengelolaan TPS 3R tidak rutin
Terkait) Pemda (dinas terkait) tidak mengalokasikan Tenaga Harian (THL) operator untuk mendukung KPP dalam
1
menjalankan operasinal pengelolaan TPS 3R
Pemda menjadwalkan memberikan pelatihan kepada KPP secara rutin 3
Dukungan
Pemda pernah memberikan pelatihan kepada KPP 2 3
Kelembagaan
Pemda tidak memberikan pelatihan kepada KPP 1
Pemda (dinas terkait) memberikan dukungan untuk membantu pengembangan Business hasil olahan TPS
1
Dukungan Business 3R
1
TPS 3R Pemda (dinas terkait) tidak memberikan dukungan untuk membantu pengembangan Business hasil
0
olahan TPS 3R
Pemda (dinas terkait) memberikan dukungan lainnya untuk pengelolaan TPS 3R 1
Dukungan lainnya 1
Pemda (dinas terkait) tidak memberikan dukungan lainnya untuk pengelolaan TPS 3R 0

Metode Penilaian
Kegiatan penskoran, pembobotan dan penilaian lokasi dilakukan
bersama-sama tim SELOTIF didampingi oleh TFL dan dilakukan
secara serentak (dalam satu waktu hasil kesepakatan semua calon
lokasi). Dengan didampingi TFL, Tim SELOTIF perlu menyusun
strategi bersama dalam pelaksanaan SELOTIF.
Kegiatan Scoring
Kegiatan scoring merupakan penilaian berdasarkan ketentuan
indikator dengan rentang nilai (N) antara 1 – 6 sesuai dengan nilai
masing-masing indikator. Penilaian setiap variabel dilakukan
dengan menjumlahkan nilai setiap indikator untuk kemudian dibagi
dengan nilai maksimal dari setiap variabel sehingga menghasilkan
∑N.

69
Perhitungan Total Nilai (TN)
Perhitungan TN tiap variabel dilakukan dengan mengalikan antara
∑N dengan Nilai Bobot (B).

TN = ∑N x B

Keterangan:
TN = Total Nilai Tiap Variabel
∑N = Jumlah Nilai Tiap Indikator
B = Pembobotan
(Variabel 1= 30, Variabel 2= 40, Variabel 3= 30)
Perhitungan Total Nilai Variabel (NV)
Perhitungan Total Nilai dari ke-3 Variabel (NV) dilakukan dengan
menjumlahkan seluruh TN.

NV = ∑TN

Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi dilakukan dengan membandingkan NV tertinggi
dari calon lokasi yang di seleksi. Contoh perhitungan skor dari
setiap lokasi dapat dilihat pada Lampiran. Jika dalam perhitungan
menemukan skor lokasi yang sama, maka lakukan perbandingan
antara variabel sesuai urutannya, di mana urutan variabel
menunjukkan prioritas. Pengumpulan data dilakukan beserta
dengan alat dan output pada pemilihan lokasi adalah sebagai
berikut, yaitu:
Pengumpulan; verifikasi data aktual dari data kepemilikan lahan,
menggunakan kamera dan alat tulis. Output dari kegiatan ini
adalah surat status lahan dari calon lokasi.
Observasi kondisi lapangan dari calon lokasi dengan
menggunakan meteran, kamera, GPS, alat tulis, dan form
isian kondisi. Output kegiatan ini adalah untuk mendapatkan
ukuran, koordinat, foto kondisi lahan, dan foto kondisi akses
dari calon lokasi.
Observasi dan wawancara menggunakan kamera, alat tulis, dan
alat rekam. Output dari kegiatan ini adalah mendapatkan foto,
dan form hasil wawancara mengenai dukungan dan
pengelolaan sampah eksisting yang ada di lokasi.

70
Wawancara sampel masyarakat, desa, dan pemda dan
penandatanganan surat minat atau surat pernyataan dari
masyarakat dengan menggunakan form wawancara dari
masing-masing pihak. Output kegiatan ini adalah untuk
mendapatkan data mengenai kondisi partisipasi masyarakat,
kesediaan pelayanan dari masyarakat dan komitmen dari
pihak desa/pemda dengan bukti foto dan form hasil
wawancara.
Penentuan Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan dilakukan Tim SELOTIF bersama TFL dengan
waktu dan tempat yang disepakati bersama. Penentuan waktu
pelaksanaan melalui kesepakatan rembuk warga ditingkat
Desa/Kelurahan. Di mana wakil dari setiap lokasi hadir dalam kegiatan
rembuk. Waktu pertemuan warga diatur sehingga memungkinkan
seluruh masyarakat atau keterwakilan masyarakat di calon dapat
menghadiri kegiatan tersebut, keterwakilan calon pengguna laki-laki,
perempuan, masyarakat berpenghasilan rendah dan kaya, tokoh
masyarakat di lingkungan, kader Desa/Kelurahan, tokoh RT/RW, dll.
Contoh waktu pelaksanaan kegiatan antara jam 14.00 – 18.00,
sedangkan kegiatan kunjungan lapangan (Transect Walk) untuk
mengkaji kondisi fisik calon titik lokasi dapat dilakukan di pagi hari.
Alat dan Bahan yang perlu Disiapkan
Alat dan bahan / media yang digunakan untuk kegiatan SELOTIF
selain peta kondisi eksisting terkait sanitasi di lokasi, perlu disiapkan
daftar pertanyaan, dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan, seperti
kertas lebar (plano), metaplan, spidol besar/kecil aneka warna,
lem/perekat, lakban, gunting, alat tulis, dan lain-lain.
Kegiatan yang dilakukan dapat direkam (foto, audio, visual)
sedemikian rupa sebagai bukti dokumentasi kegiatan yang dapat
dipergunakan untuk melengkapi laporan.
Penetapan Calon Lokasi TPS3R
Hasil SELOTIF dipresentasikan pada sesi seleksi lokasi oleh
masyarakat bersama dengan hasil SELOTIF dari lokasi lain dalam 1
(satu) Kabupaten/Kota. Sesi ini dinamakan Self-Selection Stakeholders
Meeting, yang bertujuan untuk menentukan lokasi yang paling siap
untuk implementasi TPS 3R. Adapun langkah yang ditempuh adalah:

71
Dinas/OPD bersama PPK Pengembangan PLP Satker Pelaksana
Prasarana Permukiman Wilayah menyelenggarakan pertemuan
pleno akhir dalam rangka menentukan lokasi TPS3R.
Pertemuan ini difasilitasi oleh Fasilitator Provinsi dan TFL.
Desa/Kelurahan yang telah melakukan SELOTIF diundang dalam
pertemuan yang dihadiri oleh wakil masyarakat dan wakil pengurus
RT dan RW/lingkungan, Desa/kelurahan, disaksikan oleh camat
dan Dinas/OPD terkait.
Pemangku kepentingan yang hadir diberikan penjelasan tentang hasil
pelaksanaan SELOTIF.
Desa/Kelurahan dengan scoring tertinggi dinilai sebagai lokasi yang
paling siap untuk menerima program TPS 3R.
Setelah proses seleksi selesai, dilakukan penandatanganan Berita
Acara Seleksi Desa/Kelurahan sebagai lokasi terpilih dalam
pelaksanaan program TPS 3R dan ditandatangani oleh semua
unsur yang hadir dalam pertemuan tersebut.
Penentuan Lokasi dalam hal ini penanganan khusus tidak diperlukan
long list dan short list lokasi karena lokasi sudah di tentukan, untuk
proses SELOTIF tetap dilaksanakan di lokasi calon penerima
program karena SELOTIF merupakan metode yang digunakan
untuk melakukan observasi tingkat partisipasi
masyarakat pada calon lokasi penerima program.
Adapun kriteria lokasi untuk penanganan Khusus dapat dilaksanakan
pada lokasi sebagai berikut:
Asrama TNI/Polri yang memerlukan perbaikan sarana sanitasi
Pesantren
Lingkungan Pemerintahan
Mendukung kawasan khusus seperti pariwisata, perbatasan, dan
Kawasan khusus lainnya.
2.2.2.3 Rembuk Kesiapan Masyarakat Tingkat Titik Lokasi Terpilih Sub
Bidang Persampahan
Proses dilaksanakan dalam rangka membangun kesepakatan/komitmen
antara warga masyarakat titik lokasi terpilih (sesuai hasil ranking SELOTIF)
dengan arahan kebijakan Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
pada tahun anggaran berkenaan. Diperlukan kesepakatan dalam mengikuti
proses dan tahapan secara partisipatif mulai dari tahap proses

72
Pembentukan TPS-KSM sebelum program DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi dilaksanakan di RT/RW/Dusun/Kampung tersebut. Masyarakat titik
lokasi terpilih menerima Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi di
wilayah RT/RW/Dusun/Kampung dengan konsekuensi antara lain sebagai
berikut:
Siap melaksanakan dan mengikuti tahapan sesuai arahan kebijakan
Pedoman Teknis Pelaksanaan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
di bawah fasilitasi/pendampingan TFL dan Pemerintah
Desa/Kelurahan;
Membantu proses Pemilihan Pengurus TPS-KSM di titik lokasi terpilih
RT/RW/Dusun/Kampung dan berpartisipasi dalam Penyusunan
Dokumen RKM tanpa adanya upah dalam bentuk apa pun;
Siap melibatkan diri dalam pelaksanaan konstruksi sesuai dengan hasil
keputusan rembuk warga tentang kebutuhan dan ketetapan Tenaga
Kerja yang ditetapkan/diputuskan oleh Pengurus TPS-KSM;
Siap berswadaya dalam bentuk barang maupun uang demi bersama
melakukan perbaikan sanitasi di lingkungan permukiman pada setiap
proses tahapan Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi;
Siap dan sukarela memanfaatkan infrastruktur terbangun, termasuk
operasional dan pemeliharaan secara partisipatif di bawah koordinasi
pengurus lembaga Kelompok Pemanfaat dan Pemeliharaan (KPP);
Jika nanti infrastruktur sudah terbangun, maka pemanfaat siap
mengumpulkan iuran rutin bulanan/ mingguan/ harian sesuai
kesepakatan masyarakat dalam rangka pengembangan operasional
dan pemeliharaan agar dapat berkelanjutan;
Calon pemanfaat siap dan tunduk kepada arahan TPS-KSM terpilih pada
tahap perencanaan dan konstruksi dan kepada Pengurus KPP terpilih
pada masa operasi dan pemeliharaan.
2.2.2.4 Proses Pemilihan Pengurus Tim Pelaksana Swakelola (TPS-KSM)
Sub Bidang Persampahan
Proses pemilihan pengurus Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya
Masyarakat (TPS-KSM) pada kegiatan pembangunan sarana dan
prasarana persampahan (TPS-3R) dapat merujuk kepada sub bab 2.2.1.4.
Proses Pembentukan Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya
Masyarakat (TPS-KSM) Sub Bidang Air Limbah Domestik.

73
2.2.2.5 Proses Survei Timbunan dan Komposisi Sampah
Proses ini dalam rangka untuk mengetahui komposisi dan timbunan
sampah serta kondisi sosial masyarakat. Selain itu survei ini bertujuan
untuk memperoleh data dasar dalam penentuan pemilihan teknologi,
program penyuluhan, serta tolok ukur kinerja pembanding keberhasilan dari
program yang akan dilaksanakan.
Berdasarkan SNI 19-2454-2002 tentang Tata cara Pengelolaan Sampah
Perkotaan, timbunan sampah adalah banyaknya sampah yang timbul dari
masyarakat dalam satuan volume maupun berat per kapita per hari, atau
perluas bangunan, atau perpanjang jalan. Adapun tujuan dari penghitungan
timbunan dan komposisi sampah adalah untuk merencanakan proses
3R/daur ulang/pengurangan sampah. Rata-rata timbunan sampah biasanya
akan bervariasi dari hari ke hari, antara satu daerah dengan daerah lainnya,
antara satu negara dengan negara lain.
Perhitungan Potensi Timbunan Sampah di Kawasan Permukiman:
Berdasarkan standar yang berlaku tentang spesifikasi timbunan sampah;
Data-data hasil kajian dan komparasi terhadap TPS 3R yang sudah
operasional;
Hasil kajian lapangan;
Perhitungan timbunan sampah berdasarkan teknik pengambilan sampah
berdasarkan standar yang berlaku;
Perhitungan komposisi sampah merencanakan proses 3R/daur
ulang/pengurangan sampah.
Metode Pengukuran Sampling
Peralatan
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam survei komposisi
sampah terdiri dari:
Alat pengambil contoh berupa kantong plastik dengan volume 40 liter;
Timbangan (0 - 5) kg dan (0 - 100) Kg;
Alat pengukur volume menggunakan kotak sampling dengan rekomendasi
ukuran sesuai SNI, 35 cm x 35 cm dan tinggi 40 cm; dan
Perlengkapan berupa alat pemindah (seperti sekop) dan sarung tangan.

74
Penentuan Jumlah Sampel
Timbunan dan komposisi sampah dapat diukur langsung di lapangan
dari sejumlah sampel (rumah tangga dan non-rumah tangga) yang
ditentukan secara random-proporsional di sumber selama 8 hari
berturut-turut (SNI 19-3964-1995). Pada studi timbunan dan komposisi
sampah untuk pembangunan TPS-3R minimal dapat dilakukan
sampling dalam 2 hari (Sampah di Hari libur (Sabtu/Minggu) dan di
Hari Kerja (Senin-Jumat)).
Penentuan jumlah sampel yang biasa digunakan adalah dengan
menggunakan pendekatan statistik sebagai berikut (Damanhuri dan Tri
Padmi, 2016):
Bila memungkinkan, jumlah sampel adalah 10% dari populasi;
Penentuan jumlah sampel sampah kota untuk rumah tangga di Indonesia
biasanya menggunakan metode SNI 19-3964-1995, yang kemudian
digabung dengan metode stratified random sampling;
Jumlah sampel minimum menggunakan metode statistika yang umum
(probability sampling), misalnya metode Slovin, yaitu dengan sampling
minimum yang mempertimbangkan tingkat kesalahan;
Pendekatan praktis untuk kebutuhan analisis komposisi dapat dilakukan
dengan pengambilan sampel sampah berdasarkan atas jumlah
minimum sampel yang dibutuhkan, yaitu minimum 500 liter atau sekitar
200 kg. Biasanya sampling dilakukan di TPS atau pada gerobak yang
diketahui sumber sampahnya.
Pada studi timbunan dan komposisi sampah untuk TPS-3R, metode
yang biasa digunakan adalah metode SNI 19-3964-1995 dimana
sampel ditentukan secara acak tapi proporsional berdasarkan
tingkat/strata dalam masyarakat (stratified proportional random
sample), misal berdasarkan tingkat ekonomi, geografi, atau
administrasi wilayah. Penentuan jumlah sampel sampah yang akan
diambil dapat menggunakan formula berikut:

75
Bila jumlah penduduk ≤ 106 jiwa:
P = Cd √Ps

Dimana:
= Jumlah sampel (jiwa)
Ps = Jumlah penduduk
Cd = Koefisien
Cd = 1 bila kepadatan penduduk normal
Cd < 1 bila kepadatan penduduk jarang
Cd > 1 bila kepadatan penduduk padat
Contoh:
Jumlah penduduk = 900.000
jiwa Cd = 1
Penyelesaian:
P = 1 x √900.000 = 9,5.102 jiwa = 950 jiwa
Misal setiap rumah diasumsikan terdiri atas 6 jiwa.
Jumlah rumah sample = 950/6 = ± 160 rumah

Bila jumlah penduduk > 106 jiwa:


P = Cd.Cj. √Ps

Dimana:
P = jumlah sampel (jiwa) Cj =
∑penduduk / 106 jiwa Ps =
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Cd = Koefisien yang bergantung pada kepadatan penduduk
Rumah tangga yang akan di sampling dibagi dalam tiga strata yaitu
rumah tangga berpendapatan tinggi, sedang dan rendah (rumah
permanen, semi permanen, non permanen) masing-masing strata
diambil secara acak.
Pengukuran Timbunan Sampah
Setelah menentukan jumlah dan titik sampel yang diperlukan, langkah
selanjutnya adalah pengukuran timbunan sampah baik di tingkat
permukiman, maupun non permukiman. Berikut adalah langkah yang
perlu dilakukan dalam kegiatan pengukuran timbunan sampah:
Membagikan kantong plastik berkapasitas minimum 40 liter;
Setiap hari sampah terkumpul di plastik tersebut rutin dikumpulkan,

76
dan diganti dengan plastik kosong untuk pengumpulan sampel hari
berikutnya;
Data biasanya dilengkapi dengan wawancara atau kuesioner guna
mendapatkan gambaran tentang latar belakang penghasil sampah;

Sampah dalam kantong plastik tersebut kemudian ditimbang dengan


timbangan kapasitas 0 – 100 kg;
Sampel kemudian diukur volume sesuai SNI M 36-1991-03 dengan
menggunakan kotak sampling kecil 40 liter berukuran 35 cm x 35
cm dengan tinggi 40 cm. Sebelum diukur, kotak diangkat 20 – 30
cm, lalu dijatuhkan. Prosedur ini dilakukan 3x untuk
menyimulasikan pemadatan;
Kemudian sampah di dalam kotak sampel diukur ketinggiannya untuk
mendapatkan data volume (panjang x lebar x tinggi);
Data yang diperoleh tersebut dinyatakan menjadi satuan l/orang/hari
dan kg/orang/hari, sedang densitas (ton/m3 atau kg/l) dinyatakan
sebagai densitas sumber.
Rekapitulasi Data
Dari hasil seluruh data sampel selama 8 (delapan) hari tersebut, akan
diperoleh rata-rata sampah rumah tangga, yang kemudian dikonversi
menjadi satuan liter/orang/hari atau kg/orang/hari. Akan lebih baik bila
mencantumkan simpangan baku dan koefisien variasinya, agar dapat
menilai rentang data sampel tersebut.
Berikut merupakan contoh hasil pengolahan data timbunan sampah rumah
tangga.
Tabel 15 Contoh Hasil Pengukuran Timbunan Sampah Rumah Tangga
Jenis Rata-Rata Timbunan Sampah Rata-Rata Timbunan Sampah
Rumah (kg/orang/hari) (L/orang/hari)
Tipe A 0,3 2,09
Tipe B 0,39 2,84
Tipe C 0,17 2,54
Rata-rata 0,29 2,49

77
Tabel 16 Contoh Hasil Pengukuran Timbunan Sampah Non Rumah Tangga
Timbunan Rata² Timbunan Rata² (kg/unit/
Sumber Unit
(L/unit/hari) hari)
Puskesmas Bed 7,7 0,65
Restoran Kursi 9,22 3,02
Pasar m² 0,6 0,08
Hotel Bed 1,94 0,12
Toko Karyawan 7,91 0,69
Kantor Pegawai 0,49 0,06
Sekolah Siswa 0,18 0,01

Bila rata-rata tersebut dikalikan dengan jumlah penduduk layanan, maka akan
diperoleh besaran sampah yang dihasilkan dari kawasan permukiman
tersebut dalam satuan m3 atau Ton per hari. Berikut adalah contoh analisis
timbunan sampah per hari dari calon lokasi layanan TPS-3R.

Gambar 9 Contoh Analisis Timbunan Sampah Skala Kawasan


Sampling untuk Analisis Komposisi
Metode sampling yang direkomendasikan adalah sampling dari rumah
ke rumah. Seluruh sampel yang terkumpul diangkut ke sebuah lokasi,
lalu sampah dituang di peralatan datar dengan alas plastik, dan diaduk
merata. Timbunan sampah tersebut kemudian secara metode kuadran,
diambil sebagian membentuk timbunan baru, diaduk, lalu membentuk
kuadran lagi. Dari timbunan tersebut kemudian diambil sampel sampai

78
sekitar 500 liter (200 kg-an), lalu dibentuk kuadran kembali, diaduk,
lalu diambil sampel sekitar 10 – 15 liter (3 – 5 kg). Sampel tersebut
kemudian dipilah berdasarkan komposisi penyusunnya secara detail
dengan kategori sebagai berikut:
Sampah organik: sampah makanan, kayu, daun, ranting
Sampah anorganik daur ulang/potensi daur ulang: kertas dan karton,
botol plastik, botol kaca, logam, plastik, dll.
Sampah anorganik residu: kemasan makanan, styrofoam, kain, karet,
tisu, dll.
Sampah bahan beracun dan berbahaya (B3): baterai, alat suntik, botol
obat nyamuk, alat elektronik, dll.
Komposisi sampah anorganik sangat bergantung kepada pelaku daur
ulang yang berada di lokasi tersebut. Beberapa jenis sampah seperti
styrofoam atau plastik kresek dapat didaur ulang di suatu daerah,
tetapi di daerah lain mungkin tidak laku di pasaran sehingga tidak
dikumpulkan oleh pelaku daur ulang. Kategori komposisi sampah di
atas dapat disesuaikan dengan kondisi wilayah masing-masing.
Masing-masing komposisi kemudian ditimbang dan diukur volumenya
menggunakan kotak sampling 40 liter. Nyatakan hasilnya dalam %
berat basah dan % volume, kemudian dianalisis densitasnya. Total
semua komponen sampah tersebut harus membentuk nilai 100%.
Tabel 17 Contoh Hasil Pengukuran Komposisi Sampah
Komposisi Kategori Komposisi %Berat %Volume

Sisa Makanan Sampah Organik 33,64 31,14

Daun Sampah Organik 7,02 6,05

Ranting Sampah Organik 1,90 2,00


Kayu Sampah Organik 0,86 1,00

Plastik Laku Jual Sampah Anorganik Daur Ulang 7,78 8,00


Plastik potensi laku Sampah Anorganik Potensi Daur
8,69 9,00
jual Ulang
Kertas laku jual Sampah Anorganik Daur Ulang 16,97 18,00
Kertas potensi laku Sampah Anorganik Potensi Daur
0,59 1,00
jual Ulang

79
Komposisi Kategori Komposisi %Berat %Volume
Besi Sampah Anorganik Daur Ulang 0,74 2,00
Plastik tidak laku jual Sampah Residu 3,90 3,90
Kertas tidak laku jual Sampah Residu 2,44 2,44
Karet Sampah Residu 0,04 0,04
Kulit Sampah Residu 0,12 0,12
Kain Sampah Residu 0,39 0,39
kaca/gelas Sampah B3/Residu 4,62 4,62
Elektronik Sampah B3/Residu 0,18 0,18
Medis Sampah B3/Residu 0,90 0,90
Nappies/Pembalut Sampah Residu 2,45 2,45
Dll Sampah Residu 6,76 6,76
TOTAL % KOMPOSISI 100 100

Dari tabel tersebut dapat dibuat grafik komposisi sampah untuk lebih
mempermudah dalam membandingkan kategori komposisi antar jenisnya.

Gambar 10 Contoh Analisis Komposisi Sampah Skala Kawasan

80
Persentase (%) Komposisi di atas merupakan contoh analisis komposisi
berdasarkan volume % komposisi tersebut dapat dikalikan dengan total
volume sampah di kawasan tersebut sehingga dapat menjadi data dasar
perencanaan untuk menentukan kapasitas yang dibutuhkan untuk sarana
pewadahan dan pengumpulan terpilah, pengolahan sesuai komposisi, dan
pengangkutan residu.
Contoh Pengolahan data Timbunan dan Komposisi Sampah
Timbunan sampah total yang akan dilayani = 6 m3/hari.
Kebutuhan sarana pengumpulan sampah (1-unit motor sampah kapasitas
1,5 m3, tiap unitnya dapat jalan 2 ritase per hari) =
3

( ℎ) 6( )

ℎ ℎℎ = 3 = 2 Unit

1,5ℎ 2 ℎ

2.2.2.6 Penyusunan Dokumen RKM TPS-3R


Dokumen RKM merupakan sebuah dokumen resmi dalam tahap
perencanaan pembangunan sarana dan prasarana persampahan (TPS-3R).
Penyusunan dokumen RKM dilakukan dengan pendekatan partisipatif, yaitu
semaksimal mungkin melibatkan masyarakat dalam setiap proses
penyusunan. Penyusunan untuk bagian teknis (RTR/DED dan RAB) dibantu
oleh TFL Teknik, sedangkan penyusunan untuk aspek sosial dan
kelembagaan difasilitasi oleh TFL Community Development/ Pemberdayaan.
Dokumen RKM yang telah disusun dan ditandatangani oleh Ketua TPS-KSM
sebagai Ketua Pengurus Pelaksana Konstruksi secara swakelola serta telah
di verifikasi oleh PPK Sanitasi OPD terkait bidang sanitasi sebagai wujud
untuk persetujuan. Dokumen RKM minimal memuat bagian-bagian antara
lain sebagai berikut:
Dokumen Berita Acara proses Survei Timbunan Sampah tingkat
Desa/Kelurahan;
Profil hasil pemetaan sanitasi (kondisi persampahan) dan wilayah
pelayanan, memuat:
Kondisi sosial ekonomi masyarakat;
Kondisi geografis dan peta lokasi pelayanan;
Sistem pengelolaan sampah saat ini;
Kondisi pelaku daur ulang sampah (lapak, pengepul, pendaur ulang);
Kebijakan dan/atau peraturan setempat (Desa/Kelurahan,
Kabupaten/Kota);

81
Penentuan calon pengguna dan wilayah pelayanan (kesediaan memilah
dan membayar iuran);
Organisasi dan kepengurusan TPS-KSM dan struktur organisasi TPS-KSM,
dengan dilengkapi Berita Acara Proses Pembentukan, Surat
Permohonan Penetapan dari Kades/Lurah yang ditujukan kepada
Kepala Dinas terkait dan Surat Keputusan (SK) Penetapan pengurus
TPS-KSM oleh Kepala Dinas OPD terkait;
Surat kepemilikan lahan;
Hasil survei timbunan dan komposisi sampah;
Analisis lanjutan dari hasil survei timbunan dan komposisi sampah meliputi
rencana sistem dan kebutuhan sarana-prasarana sebagai berikut:
Sistem dan sarana pewadahan sampah terpilah di sumber;
Sistem dan sarana pengumpulan sampah terpilah;
Sistem dan sarana pemilahan sampah di TPS 3R;
Sistem dan sarana pengolahan sampah di TPS 3R;
Sistem dan sarana pemanfaatan produk TPS 3R; dan
Sistem dan sarana pembuangan residu.
Rencana Teknik Rinci (RTR/DED) dan RAB biaya konstruksi;
RAB biaya operasional dan pemeliharaan awal (Terinci);
RAB operasional pada masa konstruksi;
Rekening Bank atas nama TPS-KSM (ditandatangani Ketua, Bendahara
dan Tim Pelaksana TPS-KSM;
Mekanisme pengelolaan keuangan/perencanaan penarikan dana oleh TPS-
KSM;
Rencana kerja:
Rencana pelatihan TPS-KSM, tukang dan tenaga kerja;
Rencana pelatihan operasional dan pemeliharaan;
Rencana pembangunan dan pengadaan prasarana dan sarana
persampahan (TPS-3R);
Rencana pemasaran produk dan pembiayaan untuk operasional.
Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
Surat Perjanjian Kerja Sama antara PPK OPD Dinas terkait dengan Ketua
TPS-KSM;
Rencana Kegiatan Usaha (Business Plan).
Pengadaan wadah pengangkut dan peralatan proses sampah TPS 3R
harus sesuai dengan Business Plan yang disusun.

82
2.2.2.7 Perjanjian Kerjasama antara Ketua TPS-KSM dengan PPK Sanitasi
OPD Dinas Terkait
Proses perjanjian kerja sama antara Ketua TPS-KSM dengan PPK sanitasi
Dinas terkait dilakukan setelah Dokumen Rencana Kerja Masyarakat
(RKM) disetujui oleh PPK OPD Dinas terkait. Perjanjian kerja sama
merupakan titik permulaan dimulainya pelaksanaan konstruksi oleh TPS-
KSM di masing-masing titik lokasi kegiatan.
2.3 Tahap Pelaksanaan Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
Sub Bidang Air Limbah Domestik dan Sub Bidang Persampahan TPS-
KSM melaksanakan perencanaan kegiatan yang telah disusun dalam
dokumen RKM, yaitu:
Mengkaji ulang dan melakukan pengukuran pada lokasi pekerjaan
berdasarkan gambar rencana kerja;
2. Mengkaji ulang jadwal pelaksanaan kerja (kurva-S) serta jadwal kebutuhan
bahan, jasa lainnya, peralatan/suku cadang dan/atau tenaga ahli
perseorangan;
Mengajukan kebutuhan bahan, jasa lainnya, peralatan/suku cadang dan/atau
tenaga ahli perseorangan kepada penanggung jawab kelompok
masyarakat untuk diproses oleh tim pengadaan dari pelaksana swakelola
(apabila ada) dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengadaan dan etika
pengadaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden;
Mendatangkan dan mengatur tenaga kerja/tenaga ahli perseorangan untuk
melaksanakan kegiatan/pekerjaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan;
Menyusun laporan tentang penerimaan dan penggunaan bahan, jasa lainnya,
peralatan/suku cadang dan tenaga ahli perseorangan; dan
Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (realisasi fisik dan keuangan).
2.3.1 Pengadaan Barang/Jasa oleh TPS-KSM
Mekanisme pengadaan barang dan jasa kegiatan DAK Fisik Infrastruktur
Bidang Sanitasi terdiri dari:
2.3.1.1 Penyedia (Kontraktual)
Kegiatan kontraktual mengacu pada Perpres No.16 Tahun 2018 dan
perubahannya No.12 Tahun 2021 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, beserta turunannya. Menu dan rincian kegiatan yang dapat
dilaksanakan dengan penyedia (kontraktual) yaitu:

83
Pengadaan Truk Tinja;
Penambahan pipa pengumpul dan SR untuk kabupaten/kota yang telah
memiliki SPALD-T Skala Perkotaan;
Pembangunan/ peningkatan / rehabilitasi IPLT; dan
Untuk semua menu pada kegiatan yang dilaksanakan pada lokasi afirmasi
dapat dilaksanakan dengan penyedia (kontraktual) padat karya.
2.3.1.2 Swakelola
Kegiatan Swakelola mengacu pada Perpres No.16 Tahun 2018 dan
perubahannya No.12 Tahun 2021 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah serta turunannya Peraturan LKPP No. 3 Tahun 2021 tentang
Pedoman Swakelola. Menu dan rincian kegiatan yang dapat dilaksanakan
dengan swakelola yaitu:
IPAL Komunal;
Tangki Septik Komunal;
Tangki Septik Individual;
MCK Kombinasi IPAL Komunal; dan
Persampahan.
Semua menu dan rincian menu kegiatan DAK Fisik Bidang Sanitasi wajib
dikerjakan secara swakelola selain untuk menu dan rincian menu kegiatan
melalui penyedia (kontraktual) dan/atau pengadaan barang melalui e-
Purchasing (Katalog Elektronik dan Toko Daring) pada situs LKPP. Semua
kegiatan pengadaan Barang/Jasa mengacu pada Peraturan Perundangan
terkait Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah.
Pelaksanaan kegiatan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi merupakan
kegiatan swakelola oleh kelompok masyarakat, di mana TPS-KSM dipilih
selaku pelaksana dan penanggung jawab pelaksanaan kegiatan di tingkat
masyarakat. Oleh karena itu pengadaan barang/jasa di tingkat masyarakat
dalam DAK Bidang Sanitasi berdekatan pada prinsip-prinsip
penyelenggaraan program dan prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa yang
ditetapkan.
Pengadaan bahan, jasa lainnya, peralatan dan/atau tenaga ahli perseorangan
dilakukan oleh TPS-KSM dengan menggunakan metode pengadaan yang
sesuai dan memperhatikan prinsip- prinsip pengadaan dan etika
pengadaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden nomor 12 tahun
2021;

84
Pengadaan motor sampah dan tangki septik individual/skala komunal dari
bahan pabrikasi dapat dilakukan dengan menggunakan e-Purchasing
(Katalog Elektronik dan Toko Daring pada situs LKPP) sesuai dengan
peraturan yang berlaku dan berdasarkan hasil kesepakatan/rembuk warga
dan PPK Sanitasi atau PPK yang ditetapkan sebagai pelaksana DAK Fisik
Bidang Sanitasi;
Pengiriman bahan dapat dilakukan secara bertahap atau keseluruhan, sesuai
dengan kebutuhan lokasi pekerjaan dan kapasitas penyimpanan;
Pembelian barang di bawah Rp. 50 juta dilakukan oleh TPS-KSM, pembelian
barang di atas Rp. 50 juta dengan spesifikasi teknis khusus dapat
dilakukan oleh PPK sesuai dengan ketentuan yang berlaku, hal ini dilandasi
oleh Berita Acara hasil rembuk TPS-KSM dan surat permohonan tertulis
dari Ketua TPS-KSM. Spesifikasi teknis khusus yang dimaksud antara lain
sebagai berikut:
TPS-KSM tidak memiliki kemampuan untuk membuat desain
perencanaan;
TPS-KSM tidak memiliki pengetahuan terhadap spesifikasi barang/ produk
yang akan dibeli;
TPS-KSM tidak memiliki akses terhadap barang/produk yang dibutuhkan;
Barang/produk yang memiliki spesifikasi teknis khusus seperti alat bakar
sampah dan pres hidrolik untuk TPS-3R, aerator dan paket IPAL dari
pabrikan untuk SPALD-T dan SPALD-S.
Mekanisme pengadaan barang dan jasa mengacu pada Peraturan Presiden
Nomor 12 tahun 2021
Tanda bukti perikatan/Bentuk Kontrak dapat berupa; Bukti
Pembelian/pembayaran, kuitansi, Surat Perintah Kerja (SPK), Surat
Perjanjian dan Surat Pesanan antara lain sebagai berikut:
Bukti Pembelian/Pembayaran
Bukti pembelian/ pembayaran merupakan dokumen yang digunakan
sebagai pernyataan tagihan yang harus dibayar oleh PPK untuk
Pengadaan Barang atau Jasa lainnya dengan nilai paling banyak
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Contoh bukti
pembelian/pembayaran antara lain faktur/ bon/ invois, struk, dan nota
kontan.

85
Kuitansi
Kuitansi merupakan dokumen yang dijadikan sebagai tanda bukti
transaksi pembayaran yang ditandatangani oleh penerima
uang/penyedia dengan berbagai ketentuan pembayaran untuk
Pengadaan Barang atau Jasa Lainnya dengan nilai paling banyak Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Surat Perintah Kerja (SPK)
Surat Perintah Kerja merupakan perjanjian sederhana secara tertulis
antara kedua belah pihak tentang suatu perbuatan yang memiliki
akibat hukum untuk memperoleh hak dan melaksanakan kewajiban.
Surat Perintah Kerja digunakan untuk:
Pengadaan Jasa Konsultasi dengan nilai paling banyak Rp.
100.000.000,00 (seratus juta rupiah);
Pengadaan Barang atau Jasa Lainnya dengan nilai paling sedikit di
atas Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan
nilai paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dengan nilai paling banyak Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Surat Perjanjian
Surat Perjanjian merupakan pernyataan secara tertulis antara kedua
belah pihak tentang suatu perbuatan yang memiliki akibat hukum
untuk memperoleh hak dan melaksanakan kewajiban. Surat
Perjanjian digunakan untuk:
Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya nilai paling
sedikit di atas Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
Pengadaan Jasa Konsultasi dengan nilai paling sedikit di atas Rp.
100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Surat Pesanan
Surat Pesanan merupakan bentuk perjanjian dalam pelaksanaan
pengadaan melalui E-purchasing atau pembelian melalui toko daring.
Untuk pengadaan barang/jasa tertentu yang membutuhkan
pengaturan kontrak yang lebih rinci atau diperlukan/dipersyaratkan
secara administratif dalam proses pembayaran maka Surat Pesanan
dapat ditindaklanjuti dengan Surat Perintah Kerja atau Surat
Perjanjian.

86
1) Untuk pengadaan barang TPS-KSM harus membentuk panitia
pengadaan barang/jasa yang diangkat oleh penanggung jawab
pelaksana swakelola untuk melakukan pengadaan barang/jasa
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan swakelola;
Pemberian uang muka harus disertai dengan penyerahan jaminan
uang muka senilai uang muka yang diberikan, uang muka dapat
diberikan kepada penyedia pada seluruh jenis barang/jasa untuk
persiapan pelaksanaan pekerjaan/ konstruksi, antara lain:
Mobilisasi barang/bahan/material/peralatan dan tenaga kerja;
Pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok
barang/bahan/material/peralatan; dan atau
Pekerjaan teknis yang diperlukan untuk persiapan pelaksanaan
pekerjaan.
Jaminan Pengadaan Barang/Jasa berfungsi untuk pengendalian dan
mitigasi risiko atas kemungkinan kegagalan atau terhambatnya
proses pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa, baik pada tahap
pemilihan penyedia dan pelaksanaan kontrak. Jaminan pengadaan
diterbitkan dan akan dibayar oleh pihak penjamin apabila peserta
dari penyedia tidak memenuhi kewajiban yang dipersyaratkan
dalam Dokumen Pemilihan atau Dokumen Kontrak. Jaminan
Pengadaan Barang/Jasa dapat berupa Bank Garansi atau Surety
Bond. Bank Garansi diterbitkan oleh Bank Umum, Surety Bond
diterbitkan oleh Perusahaan Penjaminan/ Perusahaan Asuransi/
Lembaga Keuangan khusus yang menjalankan usaha bidang
pembiayaan, penjaminan dan asuransi sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan di bidang lembaga pembiayaan.
Jaminan Pengadaan Barang/Jasa bersifat:
Tidak bersyarat, paling sedikit memenuhi kriteria:
Dalam penyelesaian klaim tidak perlu dibuktikan terlebih dahulu
kerugian yang diderita oleh Penerima Jaminan (Obligee),
namun cukup dengan surat pernyataan dari Pejabat
Penandatangan Kontrak bahwa telah terjadi pemutusan
kontrak dari Pejabat Penandatangan Kontrak dan/atau
Penyedia wanprestasi;

87
Dalam hal terdapat sengketa antara Penyedia dengan Penjamin
atau dengan Pejabat Penandatangan Kontrak,
persengketaan tersebut tidak menunda pembayaran klaim;
Dalam hal Penjamin mengasuransikan kembali jaminan yang
dikeluarkan kepada Bank, Perusahaan Asuransi, atau
perusahaan Penjaminan lain (re-insurance/contra guarantee),
pelaksanaan pencairan surat jaminan tidak menunggu proses
pencairan dari Bank, Perusahaan Asuransi, atau Perusahaan
Penjaminan lainnya;
Penjamin tidak akan menunda kewajiban pembayaran klaim
jaminan dengan alasan apapun termasuk sedang dilakukan
upaya oleh penjamin agar pihak Terjamin (Principal) dapat
memenuhi kewajibannya dan/atau pembayaran premi/imbal
jasa belum dipenuhi oleh Terjamin;
Dalam hal terdapat keberatan dari penyedia, keberatan tersebut
tidak menunda proses pencairan dan pembayaran klaim; dan
Dalam surat jaminan tidak terdapat klausul yang berisi bahwa
Penjamin tidak menjamin kerugian yang disebabkan oleh
praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, yang dilakukan oleh
Pihak Terjamin maupun oleh Penerima Jaminan (Obligee).
Mudah dicairkan, paling sedikit memenuhi kriteria sebagai berikut:
Jaminan dapat segera dicairkan setelah Penjamin menerima
surat permintaan pencairan/klaim dan pernyataan
wanprestasi pemutusan kontrak dari Pejabat Penandatangan
Kontrak;
Dalam pembayaran klaim, Penjamin tidak akan menuntut supaya
benda-benda pihak Terjamin (Principal) terlebih dahulu disita
dan dijual guna melunasi hutangnya; dan
Penjamin melakukan pembayaran ganti rugi kepada Penerima
Jaminan (Obligee) akibat ketidakmampuan atau kegagalan
atau tidak terpenuhinya kewajiban Terjamin
(Principal) sesuai dengan perjanjian pokok.
Harus dicairkan oleh penerbit jaminan paling lambat 14 (empat
belas) hari kerja setelah surat perintah pencairan dari

88
Pokja Pemilihan/Pejabat Penandatangan Kontrak/Pihak yang
diberi kuasa oleh Pokja Pemilihan/Pejabat Penandatangan
Kontrak diterima.
Jaminan diserahkan oleh Peserta Penyedia kepada Pokja Pemilihan
atau Penyedia kepada Pejabat Penandatangan Kontrak, dan
disimpan sampai masa berlaku jaminan berakhir. Apabila akan
dikembalikan kepada peserta penyedia, jaminan yang dicairkan
akan disetorkan ke Kas Negara oleh Pejabat berwenang. Khusus
untuk jaminan pemeliharaan, jaminan yang dicairkan dapat
digunakan oleh Pejabat Penandatangan Kontrak untuk
melaksanakan perbaikan dalam masa pemeliharaan. Nilai
pencairan paling tinggi sebesar nilai jaminan. Jaminan Pengadaan
dikembalikan oleh Pokja Pemilihan atau Pejabat Penandatangan
Kontrak setelah masa berlaku jaminan habis/selesai atau tidak
diperlukan lagi dalam proses Pengadaan Barang/Jasa.
Sertifikat Garansi; untuk menjamin kelayakan penggunaan barang
maka Penyedia menyerahkan Sertifikat Garansi/Kartu
Jaminan/Garansi Purna Jual yang menyatakan adanya jaminan
ketersediaan suku cadang serta fasilitas dan pelayanan purna jual.
Sertifikat Garansi memberikan jaminan bahwa barang yang
dipasok adalah asli, barang/produk baru, belum pernah dipakai,
dan bukan barang/produk yang diperbaharui/rekondisi. Spesifikasi
teknis dan deskripsi barang yang diserahkan sesuai dengan yang
tercantum dalam Kontrak. Sertifikat Garansi berlaku sejak tanggal
barang diterima oleh TPS-KSM dari Penyedia sesuai waktu yang
diperjanjikan dalam Kontrak, terlepas dari jarak dan waktu yang
ditempuh untuk pengiriman. Selama masa garansi berlaku, dalam
hal barang yang diterima cacat/tidak berfungsi dengan baik,
Pengguna Barang melalui Bendahara Tim Pelaksana Swakelola
segera menyampaikan secara tertulis kepada Penyedia dan
Penyedia wajib merespons untuk memperbaiki/mengganti barang
yang dimaksud.
Panitia Pengadaan berjumlah 3 orang terdiri dari ketua, sekretaris dan
anggota, yang di angkat oleh pengurus inti dari TPS-KSM,
pengangkatan panitia tersebut berbarengan dengan pengangkatan
Tim Perencana, Tim Pelaksana dan Tim Pengawas.

89
Gambar 11 Garis Besar Pengadaan barang/Jasa
Catatan:
Lebih lanjut secara Teknis dan Rinci terkait ketentuan Pengadaan
Barang/Jasa dapat mengikuti Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2021
Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
2.3.2 Survei Upah Tukang, Tenaga Kerja, dan Rekrutmen oleh TPS-KSM
Sebelum dimulai pelaksanaan konstruksi (fisik) oleh TPS-KSM, maka
terlebih dahulu diawali proses survei upah tukang, upah tenaga kerja dan
penjaringan minat dari Tenaga Kerja (TK) dan Tukang di dalam wilayah titik
lokasi terpilih, jika tidak tersedia maka diperbolehkan melakukan survei dan
perekrutan dari wilayah RT/RW/Dusun lain di dalam lingkup
Desa/Kelurahan. Khusus untuk daerah pusat perkotaan yang aktivitas
masyarakat mayoritas sebagai pegawai negeri atau pegawai swasta (tidak
tersedia tenaga kerja lokal) maka diperbolehkan untuk melakukan survei
upah dan rekrutmen dari luar Desa/Kelurahan. Dengan demikian pola
padat karya tetap menjadi garda terdepan dalam setiap proses
pelaksanaan pembangunan secara berkelanjutan.

90
2.3.3 Pembangunan Konstruksi Kegiatan Swakelola
Pembangunan konstruksi melalui kegiatan swakelola secara garis besar
adalah:
Penjelasan teknis konstruksi dilakukan oleh PPK OPD bersama TFL Teknik
kepada tim pelaksana swakelola, tukang, pekerja, dan masyarakat
pengguna;
Pekerjaan konstruksi dilakukan oleh tukang dan/atau masyarakat yang
dipekerjakan oleh TPS-KSM didampingi oleh TFL dengan tahapan sebagai
berikut:
Rembuk warga: TPS-KSM melakukan pemaparan terhadap rencana
pelaksanaan pembangunan, penjelasan RKM, jadwal pelaksana
pekerjaan, kontrak, sumber pembiayaan lainnya, rekrutmen dan jumlah
tenaga kerja, mekanisme pembayaran, penjelasan gambar desain dan
jalur perpipaan, titik lokasi IPAL terpilih, menyepakati rencana operasi
dan pemeliharaan, pembentukan lembaga pengelola, dan jadwal
evaluasi pekerjaan;
Survei dan pemetaan: survei dilakukan untuk mendapatkan jumlah
pemanfaat sesuai dengan RKM dan rencana pengembangannya dan
untuk mengukur ulang jalur pipa rencana, keberadaan utilitas, dan
pemasangan patok (benchmark);
Pembersihan dan penyiapan lahan IPAL Komunal, Tangki Septik Komunal,
Tangki Septik Individual, MCK Kombinasi IPAL Komunal, dan
Persampahan;
Penyiapan peralatan K3, rambu-rambu dan turap pengaman galian;
Penyiapan direksi kit, gudang, area kerja (misal pembuatan precast bak
control, dan lain-lain);
Pengadaan dan pembelian barang oleh panitia pengadaan;
Pembagian grup dan area kerja;
Pelaksanaan pekerjaan;
Monitoring dan evaluasi.
2.3.4 Pelaporan Kemajuan Pekerjaan dan Dokumentasi
Kemajuan pekerjaan dan dokumentasi kegiatan dilaporkan secara berkala
terhadap penggunaan keuangan dan realisasi progres fisik antara lain
sebagai berikut:
Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan keuangan
dilaporkan oleh TPS-KSM kepada PPK secara berkala;

91
Laporan kemajuan realisasi fisik dan keuangan dilaporkan oleh PPK kepada
PA/KPA setiap bulan;
Pencapaian target fisik dicatat setiap hari, dievaluasi setiap minggu serta dibuat
laporan mingguan agar dapat diketahui apakah dana yang dikeluarkan
sesuai dengan target fisik yang dicapai;
Pencapaian target non-fisik dicatat dan dievaluasi setiap bulan;
Penggunaan bahan, jasa lainnya, peralatan dan atau tenaga ahli perseorangan
dicatat setiap hari dalam laporan harian;
Laporan bulanan dibuat berdasarkan laporan mingguan.
Dokumentasi pekerjaan meliputi administrasi dan foto pelaksanaan
pekerjaan. Foto dari arah yang sama diambil pada saat sebelum, sedang,
dan sesudah diselesaikannya pekerjaan.
2.3.5 Pelaporan Realisasi Pekerjaan
Pelaporan realisasi pekerjaan dibuat oleh TPS-KSM dan dilaporkan kepada
PPK teknis OPD terkait yang berisi antara lain:
Struktur organisasi pekerjaan swakelola yang terdiri dari pembagian tugas,
pendelegasian wewenang dan tanggung jawab serta pengoordinasian
pelaksanaan pekerjaan;
Persiapan pekerjaan Swakelola yang meliputi kesesuaian gambar pelaksanaan
dengan gambar rencana kerja serta kebutuhan bahan, jasa lainnya,
peralatan dan atau tenaga ahli perseorangan;
Pelaksanaan pekerjaan swakelola yang meliputi kesesuaian jadwal
pelaksanaan pekerjaan terhadap jadwal rencana pelaksanaan pekerjaan,
penyerapan keuangan, penyerahan pekerjaan sampai dengan selesai
100% (sasaran akhir pekerjaan telah tercapai) dan foto dokumentasi; serta
Penggunaan bahan, jasa lainnya, peralatan dan atau tenaga ahli perseorangan.
2.3.6 Pembentukan Kelompok Pemanfaat dan Pemeliharaan (KPP)
KPP dibentuk pada saat rembuk warga sebelum pencairan Dana Tahap III.
Adapun tugas KPP antara lain:
Mengoperasikan dan memelihara sarana sanitasi yang telah dibangun;
Bertanggung jawab terhadap hal-hal teknis;
Mengumpulkan iuran warga;
Melestarikan sarana sanitasi yang telah dibangun;
Membuat rencana pengembangan pelayanan sarana sanitasi.

92
KPP diwajibkan berasal dari warga masyarakat penerima manfaat, memiliki
AD/ART dan dibuatkan akta notaris. Selanjutnya sesuai dengan
pengembangan pelayanan/usaha lainnya, maka KPP disarankan berbadan
hukum dari SK yang diterbitkan oleh Kemenkumham.
Prinsip pengelolaan pada tahap pemanfaatan antara lain musyawarah,
transparansi dan akuntabilitas publik, dan kontrol sosial. KPP sebagai
pengelola sarana harus memiliki beberapa hal yaitu:
Aturan-aturan organisasi dan operasional prasarana dan sarana (AD/ART),
yang disusun dan diputuskan bersama-sama secara musyawarah antar
anggota KPP;
KPP disarankan berbadan hukum tetap (punya NPWP dan NIB) atau ber-akta
notaris;
Aturan sesuai dengan kondisi setempat yang mengatur siapa penerima
manfaat, besarnya iuran yang harus dibayar, waktu pembayaran iuran,
serta siapa petugas yang melakukan pemeriksaan dan perbaikan kalau
terjadi kerusakan dan menentukan besarnya biaya operasi rutin seperti
honor petugas, biaya listrik, dll.;
Standar Operation Procedure (SOP) pemakaian dan pemeliharaan sarana,
yang harus dipatuhi oleh operator yang ditunjuk KPP. SOP yang telah
tertuang dalam RKM dapat disesuaikan dengan kebutuhan operator dan
pengguna. Pedoman ini disusun oleh pengurus bersama kelompok
pemanfaat, dimusyawarahkan bersama dalam forum musyawarah desa,
dan setelah dicapai mufakat disahkan oleh kepala desa/lurah. Setiap lokasi
dapat mengembangkan pedoman kerjanya sendiri, sesuai dengan kondisi,
kemampuan dan budaya yang ada di daerahnya masing-masing.
Mempunyai Rencana Kegiatan Usaha (Business Plan) untuk kegiatan TPS
3R dan IPAL skala komunal sebagai pendukung keberlanjutan KPP dalam
hal pendanaan.
Rincian tugas dari pengurus KPP sejak di SK-kan oleh kepala
desa/kelurahan antara lain sebagai berikut:
Seksi iuran pengguna
Membicarakan tentang besarnya iuran pemanfaatan sarana.
Mengumpulkan iuran, membuat perencanaan belanja, membukukan dan
melaporkan secara rutin.
Memutakhirkan Business Plan untuk kegiatan TPS 3R dari usulan Pemda
dan TPS-KSM.
Seksi pengoperasian & pemeliharaan

93
Mengoperasikan dan memelihara sarana fisik sanitasi lingkungannya.
Mengembangkan mutu pelayanan & jumlah sarana pengguna.
Implementasi Business Plan untuk kegiatan TPS 3R.
Seksi penyuluhan kesehatan
Melakukan kampanye tentang kesehatan rumah tangga dan lingkungan.
Pengelola prasarana dan sarana dilakukan oleh operator yang telah dilatih
dengan memperhatikan beberapa hal:
Kinerja prasarana yang dikelola;
Jumlah prasarana dan sarana yang tersedia;
Jumlah prasarana dan sarana yang digunakan;
Target/sasaran perencanaan;
Standar prosedur operasional dan pemeliharaan;
Standar kriteria teknis prasarana dan sarana;
Rencana pengembangan sarana di masa datang.
Untuk mencapai keberhasilan pengelolaan, operator harus melakukan
langkah-langkah berikut:
Melakukan pemantauan rutin untuk mengetahui kondisi prasarana dan
sarana;
Mengetahui kerusakan sedini mungkin agar dapat disusun rencana
perawatan dan pemeliharaan yang baik;
Melakukan rehabilitasi tepat waktu;
Melakukan evaluasi kinerja pelayanan secara berkala;
Melakukan pengelolaan sesuai standar operasional prosedur.
Dalam pelaksanaan pelestarian sarana sanitasi, diharapkan pemerintah
kabupaten/kota dapat berperan aktif memberikan dukungan teknis kepada
masyarakat (penyuluhan) agar mereka mampu mengoperasikan dan
memanfaatkan sarana yang ada.
2.4 Proses Pelaksanaan Kontraktual Sub Bidang Air Limbah
Pelaksanaan kegiatan DAK Fisik Bidang Sanitasi selain swakelola/
berbasis masyarakat di mana melibatkan partisipasi masyarakat
pemanfaat dan calon pemanfaat, dapat juga dilaksanakan secara Lelang/
Kontraktual. Hanya saja pelaksanaan yang wajib dilaksanakan dengan
metode Lelang/ Kontraktual terbatas pada jenis DAK serta menu dan
rincian kegiatan antara lain:

94
Penambahan pipa pengumpul dan Sambungan Rumah (SR) untuk IPAL
Skala Kabupaten/Kota yang sudah memiliki Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD);
Pengadaan Truk Tinja.
Pelaksanaan kegiatan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi yang
dilakukan secara kontraktual diawali melalui Pemilihan dan Penetapan
Lokasi Kegiatan, Penyusunan Detail Engineering Design (DED) serta
Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dan membentuk panitia pengadaan.
Pelaksanaan kontraktual sesuai dengan ketentuan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi sebagaimana di atur dalam perundang-undangan.
Dalam hal pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa di tingkat OPD
kabupaten/kota dapat mengacu kepada Peraturan Presiden Nomor 12
tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Peraturan Kepala
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah:
Nomor 3 tahun 2021 tentang Pedoman swakelola;
Nomor 4 tahun 2021 tentang Pembinaan Pelaku Usaha Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah;
Nomor 5 tahun 2021 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa yang
Dikecualikan pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
Nomor 6 tahun 2021 tentang Pedoman dan Penyusunan Rencana Aksi
Pemenuhan Pengelola Pengadaan Barang/Jasa;
Nomor 7 tahun 2021 tentang Sumber Daya Manusia
Pengadaan/Barang/Jasa;
Nomor 8 tahun 2021 tentang Tata Cara Pemilihan Panel Badan Usaha
dan Pemilihan Badan Usaha Pelaksana pada Proyek Strategis
Nasional;
Nomor 9 tahun 2021 tentang Toko Daring dan Katalog Elektronik dalam
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
2.5 Pelaksanaan Kegiatan Kontraktual Padat Karya
Menu dan rincian menu kegiatan yang berada pada daerah afirmasi dan
KPPN dapat dilaksanakan dengan metode kontraktual padat karya dengan
memaksimalkan tenaga kerja lokal/masyarakat setempat. Pelaksanaan
kegiatan dengan mekanisme kontraktual padat karya antara lain:

95
Penyedia barang/jasa yang menjadi pemenang dalam lelang ULP, dalam
pelaksanaan kegiatan diharuskan untuk menetapkan penerima upah HOK,
dengan tata cara sebagai berikut:
Penyedia barang/jasa dapat menyediakan tenaga ahli bidang infrastruktur
seperti; tukang, kepala tukang dan mandor bukan dari warga calon
pemanfaat;
Memberikan pengumuman terkait perekrutan tenaga kerja dari masyarakat
calon penerima manfaat;
Memberikan kesempatan selama dua minggu kepada warga masyarakat
untuk mendaftarkan diri sebagai tenaga kerja harian;
Jika setelah dua minggu tidak ada yang mendaftar, diizinkan pada
penyedia barang/jasa untuk membawa tenaga kerja dari luar lokasi
kegiatan.
Penyedia barang/jasa melakukan sosialisasi awal kepada masyarakat calon
pemanfaat di titik lokasi kegiatan sebelum konstruksi dimulai;
Penyedia barang/jasa diharuskan melakukan pemicuan/promosi kesehatan
terlebih dahulu dan melakukan pendataan jumlah calon pemanfaat yang
akan melakukan Sambungan Rumah (SR).
2.6 Tahap Pasca Pelaksanaan Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi Sub Bidang Air Limbah Domestik dan Sub Bidang
Persampahan
2.6.1 Tujuan Operasi dan Pemeliharaan.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memastikan keberlanjutan pelayanan aset
yang sudah dibangun melalui upaya pemeliharaan yang tepat. KPP
pengelola yang telah dibentuk akan melaksanakan kegiatan operasi dan
pemeliharaan prasarana-sarana sanitasi yang telah dibangun. Tujuan
kegiatan Operasi dan Pemeliharaan adalah sebagai berikut:
Terkumpulnya iuran dari masyarakat untuk pembiayaan operasional dan
pemeliharaan sarana sanitasi yang terbangun;
Dapat berfungsinya sarana sanitasi sesuai dengan peruntukannya;
Adanya tambahan jumlah masyarakat penerima manfaat;
Adanya perubahan sikap dan PHBS di masyarakat;
Tumbuhnya partisipasi masyarakat untuk ikut memelihara sarana;
Memberikan peluang kepada masyarakat/kelompok masyarakat/lembaga
masyarakat untuk mengoperasikan dan mengoptimalkan sarana sanitasi

96
yang ada sebagai sumber daya serta meningkatkan kapasitas masyarakat
dengan penciptaan peluang pelatihan teknis maupun non teknis; dan
Keberlanjutan sesuai dengan prinsip DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi.
2.6.2 Serah Terima Hasil Pekerjaan Swakelola
Setelah pembangunan sarana dan prasarana sanitasi selesai dan
mencapai 100 % (sasaran) akhir pekerjaan fisik telah tercapai), maka tahap
selanjutnya adalah serah terima infrastruktur sanitasi terbangun. Beberapa
kegiatan pokok yang harus dilakukan dalam proses penyerahan hasil
pekerjaan antara lain sebagai berikut:
Rembuk Warga bertujuan untuk memberikan informasi hasil pelaksanaan
kegiatan dan hasil pengelolaan dana kepada warga lokasi sasaran.
Rembuk dilaksanakan setelah pelaksanaan fisik selesai 100% atau pada
saat batas waktu penyelesaian pekerjaan habis;
Forum ini dipimpin oleh Kepala Desa/Lurah dengan mengundang PPK Sanitasi
Kabupaten/Kota, Pemerintah Kecamatan, seluruh pengurus TPS-KSM,
Kader Masyarakat (KM), PKK, LSM, Tokoh masyarakat Desa/Kelurahan,
dan warga di lokasi kegiatan dengan perwakilan Pengurus RT/RW;
Dalam Rembuk ini, TPS-KSM menjelaskan secara rinci dan transparan laporan
pertanggungjawaban. Materinya antara lain Laporan Penyelesaian
Pelaksanaan Kegiatan (LP2K), Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB) disertai
dengan foto-foto pelaksanaan. Hasil Rembuk Warga ini disampaikan
kepada PPK Sanitasi kabupaten/kota dan dituangkan dalam Berita Acara.
Mekanisme serah terima pekerjaan setelah kegiatan konstruksi selesai
dilakukan mengacu kepada peraturan/perundangan-undangan yang
berlaku terkait dengan kepemilikan aset, mengikuti tabel berikut ini :
Tabel 18.a Mekanisme Serah Terima Aset
Proses
Pemilik Aset Serah Keterangan
Terima
• Proses serah terima pekerjaan swakelola dari KPA kepada
KPP berupa serah terima aset (berupa Berita Acara).
KSM → PPK
• Pemerintah daerah menghibahkan lahan dan bangunan
Masyarakat/KPP →KPA→
yang terbangun kepada masyarakat/KPP (aset milik
KPP
masyarakat) sesuai peraturan perundangan-undangan yang
berlaku.

97
Apabila dalam pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan infrastruktur
terbangun KPP tidak mampu membiayai operasi dan pemeliharaan, maka
KPP harus menyerahkan aset lahan berikut infrastruktur terbangun kepada
pihak Pemda (menjadi milik pemda) agar dapat mengajukan dana untuk
operasi dan pemeliharaan dari pihak Pemda. Mekanisme serah terima aset
dari KPP kepada pemerintah daerah mengikuti peraturan perundangan
yang berlaku.Namun jika serah terima pekerjaan dari KPA kepada KPP
hanya berupa serah terima kelola, maka mekanisme serah terima dapat
mengikuti tabel dibawah ini :
Tabel 18.b Terima Hasil Pekerjaan Swakelola
Proses Serah
Pemilik Aset Keterangan
Terima
• Proses serah terima pekerjaan swakelola dari
KPA kepada KPP berupa serah terima kelola
Pemerintah Daerah/ KSM → PPK → (Berita Acara)
Desa/Kelurahan KPA → KPP • Pemerintah daerah melalui OPD terkait hanya
mencatatkan aset yang diserahterimakan.

2.6.3 Laporan Pertanggung Jawaban Kegiatan DAK Fisik Infrastruktur


Bidang Sanitasi oleh TPS-KSM
Setelah semua kegiatan selesai, TPS KSM selain melakukan serah terima
hasil pekerjaan, juga diwajibkan menyerahkan Laporan Pertanggung
Jawaban seluruh kegiatan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi. Isi
laporan pertanggung jawaban terdiri dari :
Apabila pekerjaan fisik sudah selesai (mencapai 100%), laporan
pertanggungjawaban (LPj) 100 % TPS-KSM dilengkapi dengan Laporan
Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K), Realisasi Kegiatan dan Biaya
(RKB) dan pembuatan Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan
Kegiatan (SP3K);
Apabila pelaksanaan kegiatan fisik tidak selesai pada waktunya (pada akhir
tahun anggaran belum mencapai 100%) maka laporan
pertanggungjawaban TPS-KSM berisi Laporan Realisasi Kegiatan dan
Biaya (RKB), Pembuatan Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan
(BASPK), dan Surat Pernyataan Penyelesaian Kegiatan (SP2K). Namun
demikian sedapat mungkin pekerjaan fisik harus diselesaikan sebelum
akhir Tahun Anggaran, agar tidak melanggar peraturan yang berlaku.

98
2.6.4 Pengelolaan Biaya Operasional dan Pemeliharaan
Pengelolaan dan pengembangan prasarana dan sarana yang telah
dibangun oleh DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi tidak lepas dari
tanggung jawab masyarakat dan Pemerintah Desa/Kelurahan. Pengelolaan
prasarana dan sarana dapat berjalan dengan baik jika diwujudkan dengan
rencana kerja yang nyata dan iuran (pendanaan) dari pemanfaat sebagai
swadaya untuk keberlanjutannya. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan
rasa memiliki serta dimungkinkan akan adanya fasilitasi dari pemerintah
baik pusat maupun daerah (Pemda dan Desa/Kelurahan) ataupun dari
pihak swasta (masyarakat, LSM dan perusahaan) dan ikut membantu
dalam pendanaan pemeliharaan, bahkan pengembangan prasarana dan
sarana sanitasi sub bidang air limbah domestik dan persampahan yang
telah dibangun.
Besaran iuran dari masyarakat dihitung berdasarkan kesepakatan bersama
sesuai kebutuhan operasional dan pemeliharaan serta rencana
pengembangan sarana di masa yang akan datang. Pendanaan
dipergunakan untuk kebutuhan seperti honorarium petugas pemelihara
sarana, biaya penyedotan lumpur tinja, biaya tes efluen, perbaikan
komponen sarana yang rusak dan biaya operasional lainnya sesuai dengan
sistem sarana terbangun.

99
Untuk mempermudah proses pengumpulan iuran, maka pengurus KPP
didampingi TFL dapat menggugah/memicu sedini mungkin pada tahap
persiapan dan perencanaan oleh masyarakat terkait iuran wajib setiap
anggota dan pengurus KPP selaku warga pemanfaat, dan dapat diilustrasi
sebagai berikut:
Tabel 19 Ilustrasi Perhitungan Kebutuhan Biaya Operasi dan Pemeliharaan Sarana Air Limbah
Jumlah Jumlah
Nama
Anggota Total Tata cara
KPP dan Ilustrasi (iuran)
No. KPP Kebutuhan Pengumpulan
Desa
(KK) Dana (Rp)
Rp. 7.000.000,- : 77 KK = Rp. 90.909,-/
KK/ Tahun.
1. Rp. 90.909,- : 12 bulan = Rp. 7.575,-/
KK/ Bulan.
2. Rp. 7.575,- : 4 M = Rp. 1.893,-/
Minggu.
3. Jika sepakat mau dibulatkan ke atas
dengan jumlah nilai Uang yang Mengikuti sistem
Maju beredar di pasaran saat ini menjadi yang sudah berjalan
Mandiri Rp. 2000,-/ KK/ Minggu, maka: di masyarakat
Desa 4. Rp. 2000,- x 77 KK = Rp. 145.000,- / seperti;
7.000.000/
1. Maju 77 KK Minggu 1. Sistem Parelek;
Tahun
Kena 5. Rp. 145.000,- x 4 = Rp. 616.000,- 2. Sistem Jimpitan;
Mundur 6. Rp. 616.000,- x 12 = Rp. 7.392.000,- 3. Sistem Setoran/
Tanggung 7. Jadi dengan proses ini yang Buka Kas;
direncanakan Rp. 7.000.000, malah 4. Dll.
yang terealisasi dari hasil proses
pemicuan warga pemanfaat menjadi
Rp. 7.392.000,-

INDAHNYA PEMBERDAYAAN JIKA


PROSESNYA DILALUI TIDAK
DITINGGALKAN.

100
2.6.4.1 Perkiraan Biaya Operasional & Pemeliharaan MCK
Tabel 20 Contoh ilustrasi perkiraan biaya pengoperasian dan pemeliharaan
sistem MCK untuk 250 jiwa
Kebutuhan Keterangan Rp /Bulan
Operator &
1. Pekerjaan yang tidak tetap 200,000,-
Penjaga
250 Watt (Pompa air dan
2. Listrik 100,000,-
lampu)
Pengurasan
3. Rp. 250,000,-/ 2 tahun 1,000,-
IPAL
Peralatan
4. Sabun dan pembersih lantai, dll 20,000,-
Pembersih
Perbaikan
5. Rp. 100,000,- / Tahun 9,000,-
Pompa
Serok, lampu, kran, cat dinding,
6. Lain-lain 20,000,-
dll
Total biaya pengoperasian dan pemeliharaan 350,000,-
II. BIAYA PENDAPATAN

Fasilitas Rp. /Pakai Rata2 per KK/hari


Kamar Rp. 2000,- s/d Rp.
1. 200 – 1000
Mandi 10000,-
Rp. 2000,- s/d Rp.
2. WC/Jamban 200 – 1000
10000,-
Mencuci & Rp. 2000,- s/d Rp.
3. 200 – 1000
ambil air 10000,-
*1KK =5ORANG

101
2.6.4.2 Petunjuk Pelaksanaan bagi Pengguna MCK

Jangan memasukkan benda padat Buang sampah di tempat sampah yang


karena akan menyumbat saluran disediakan

Hindari air sabun dari air mandi Jangan membuang bahan kimia karena
maupun cuci masuk ke dalam kloset akan mematikan bakteri

Gunakan sabun cuci sehemat mungkin Jangan corat-coret di dinding kamar


mandi, WC maupun tempat cuci

102
2.6.4.3 Petunjuk Pelaksanaan bagi Pengelola MCK/Operator

2 kali per hari gunakan pel untuk Setiap hari bersihkan gayung dengan
membersihkan teras luar (gunakan sikat atau sabut
bahan pembersih jika sangat kotor saja)

Setiap hari bersihkan saringan di lantai Setiap hari buang sampah dalam
KM/WC dari kotoran padat/sampah KM/WC dan bersihkan tempat sampah

Setiap hari kuras bak dengan sikat Setiap hari bersihkan/sapu taman
(gunakan bahan pembersih jika sangat 1 kali per minggu rapikan taman
kotor saja) (tanaman dan rumput)

1 kali per minggu kuras dan bersihkan 1 kali per bulan bersihkan langit-langit
tangki/tandon air dari lumut dan kotoran KM/WC dari sarang laba-laba
lain

1 kali per minggu periksa bak kontrol, 1 kali per 6 bulan buang kotoran padat
jika terdapat kotoran padat/sampah, dan kotoran yang mengapung tepat di
keluarkan kemudian buang ke tempat bawah manhole
sampah

103
Mulai dari bak inlet, dilanjutkan ke bak- Ambil kotoran tepat di bawah manhole
bak berikutnya

Keluarkansemuakotoranyang
Gunakan alat T untuk mengumpulkan
terkumpul sampai tidak ada yang
kotoran tepat di bawah manhole
tersisa

Mintalah tukang untuk memperbaiki semua kebocoran secepat mungkin dan lihat
sebabnya
1 kali per 6 bulan, Test Kualitas Air Limbah

Ambil 2 sampel air limbah dari bak inlet


Telepon dinas terkait
dan bak outlet, masing-masing 2 liter
dalam botol terpisah

Bawa 2 botol sampel ke laboratorium yang dirujuk. Minta pemeriksaan untuk: Ph,
BOD5, COD, TSS, lemak

104
2.6.4.4 Petunjuk Pelaksanaan Pengurasan IPAL Kombinasi MCK
1 kali per 2 tahun, pengurasan dengan truk tinja

Telepon perusahaan jasa pengurasan Buka semua tutup manhole pada


IPAL tinja

Angkat kotoran mengapung dan buang Masukkan pipa sedot dari truk tinja
ke tempat sampah sampai ke dasar bak, sedot mulai dari
bak pertama

Lumpur yang disedot adalah lumpur Hentikan pengurasan jika lumpur sudah
yang berwarna hitam berwarna coklat

105
2.6.4.5 Perkiraan Biaya Operasional dan Pemeliharaan Sistem Komunal
Tabel 21 Contoh ilustrasi Perkiraan Biaya Pengoperasian dan Pemeliharaan
Sistem Komunal untuk 300 Jiwa
Biaya Pengoperasian dan
Rp./Bulan
Pemeliharaan
I. Jamban Biaya pengoperasian dan perawatan
menjadi tanggung jawab setiap
II. Sambungan dari Rumah pengguna (KK)
III. Pipa Utama dan IPAL
1. Operator Inspeksi 4x/bulan di IPAL,
100,000.00
Pipa Utama, Pipa Sekunder @ Rp.
25.000,- / Inspeksi
2. Pengurasan setiap 2 tahun Rp.
21,000.00
500.000,-
3. Lain-lain: Perbaikan pipa, bak kontrol,
IPAL.
50,000.00
Asumsi: perbaikan pipa 40 m' setiap 2
tahun
Total Biaya Pengoperasian dan
171,000.00
Pemeliharaan
Biaya Pengoperasian dan
2,280.00
Pemeliharaan /KK/Bulan
Dibulatkan 2,500.00
106
2.6.4.6 Petunjuk Pelaksanaan bagi Pengguna Sistem Komunal
IPAL akan berfungsi dengan baik jika Anda memasukkan limbah yang benar, IPAL
bukan tempat pembuangan semua jenis sampah!

Jangan membuang minyak bekas ke


Jangan memasukkan limbah padat ke
saluran pembuangan dapur karena
jamban karena akan menyumbat
ketika mengering, lemaknya dapat
saluran. menyumbat pipa

Jangan membuang bahan kimia ke Jangan menanam pohon di dekat


saluran karena akan mematikan bakteri saluran perpipaan dan IPAL karena bisa
di IPAL merusak pipa

Buanglah hanya limbah cair dari kamar


Gunakan secukupnya sabun cuci dan
mandi dan dapur dan beri saringan
pembersih, baik untuk sistem
untuk memisahkan limbah padat
pengolahan dan menghemat

Ambil kotoran mengapung dari bak Periksa bak kontrol di rumah


setiap 3
hari sekali. Buang limbah padat, pasir/lumpur,
penangkap lemak setiap 3 hari sekali
dengan sekop/serok,

kumpulkan dalam tas plastik. Bawa ke


tempat pembuangan sampah

Bawa ke tempat pembuangan sampah


107
2.6.4.7 Petunjuk Pelaksanaan bagi Operator Sistem Komunal
Lakukan 1 Kali per minggu

Periksa setiap bak kontrol pada sistem Buang limbah padat dan kotoran
perpipaan mengapung

Jika tidak ada aliran air dalam bak Jika ada luapan air dari bak kontrol,
kontrol, mungkin pipa tersumbat atau mungkin pipa tersumbat. Hentikan
rusak hentikan kegiatan di rumah kegiatan di rumah, segera perbaiki jika
Buka perpipaan, minta tukang untuk ada kerusakan pipa. Sogok dari bak
memperbaiki kerusakan kontrol ke bak kontrol lain

Minta tukang untuk memperbaiki Buang limbah padat dan kotoran


kerusakan secepatnya mengapung dari bak inlet dengan sekop

Semua tutup bak kontrol dan manhole Kumpulkan semua kotoran, masukkan
IPAL harus bisa dibuka untuk dalam tas plastik. Buang ke tempat
mempermudah pengoperasian dan sampah
pemeliharaan.

108
1 kali per 2 minggu:
buang kotoran padat dan kotoran yang mengapung tepat di bawah manhole

Mulai dari bak inlet, dilanjutkan ke bak- Ambil kotoran tepat di bawah manhole
bak berikutnya

Gunakan alat T untuk mengumpulkan Keluarkan semua kotoran yang


kotoran tepat di bawah manhole terkumpul sampai tidak ada yang tersisa

2.6.4.8 Petunjuk Pelaksanaan Pengurasan IPAL Komunal


1 kali per 2 tahun, pengurasan dengan truk tinja

Telepon perusahaan jasa pengurasan Buka semua tutup manhole pada IPAL
tinja

Angkat kotoran mengapung dan buang Masukkan pipa sedot dari truk tinja
ke tempat sampah sampai ke dasar bak, sedot mulai dari
bak pertama

Lumpur yang disedot adalah lumpur Hentikan pengurasan jika lumpur sudah
yang berwarna hitam berwarna coklat

109
2.6.5 Operasi dan Pemeliharaan Sub Bidang Persampahan (TPS-3R)
OPD teknis pembina DAK Infrastruktur Bidang Sanitasi melakukan
pembinaan dalam pengelolaan infrastruktur 3R serta penyaluran hasil
produksi ke lapak/pabrik maupun kerja sama dengan instansi terkait
lainnya. Kepala Dinas Kebersihan – Pertamanan dapat memfasilitasi untuk
pembelian hasil produksi kompos TPS-3R. Proses pengangkutan dan
pengelolaan sampah dengan menggunakan 3R dapat dilihat dalam gambar
sebagai berikut:

Gambar 12 Skema Pengelolaan Sampah TPS-3R


Sedangkan beberapa pemeliharaan yang perlu dilakukan adalah:
2.6.5.1 Wadah Pengangkut
Setelah digunakan wadah/bin sampah dibersihkan setiap hari;
Gerobak/becak sampah harus dibersihkan setiap minggu sekali;
Jangan ada sampah yang menyangkut di roda gerobak/becak sampah;
Segera perbaiki kerusakan;
Gerobak/becak tidak berlubang sehingga tidak ada sampah yang tercecer;
Motor sampah dilengkapi dengan manual pengoperasian dan pemeliharaan
sesuai dengan manual dari pabrikan. Kenali lokasi penjualan suku cadang
terdekat.

110
2.6.5.2 Peralatan Proses Sampah
Alat pencacah, pengayak, dan peralatan mekanis lainnya agar dilengkapi
dengan dokumen manual penggunaan dan perawatan;
Penggantian oli dilakukan secara berkala sesuai dengan spesifikasi
teknis/manualnya;
Pengelola agar mengetahui lokasi penjualan suku cadang terdekat dari lokasi
sesuai merk peralatan mekanis yang digunakan;
Pisau pencacah dijaga ketajamannya dengan cara diasah secara berkala;
Kebersihan peralatan mekanis selalu dijaga supaya tidak mudah rusak.
2.6.5.3 Kebersihan Hanggar
Kebersihan hanggar agar selalu terjaga, dilakukan proses pembersihan debu
secara berkala;
Proses pemilahan, komposting, dan daur ulang agar dilakukan sesuai dengan
SOP;
Saluran drainase agar dijaga kebersihannya, supaya tidak ada sampah yang
menyumbat dan mengganggu aliran air.

111
BAB III
KETENTUAN TEKNIS PELAKSANAAN DAK

FISIK INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI


BAB III
KETENTUAN TEKNIS
PELAKSANAAN DAK FISIK INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI
3
3.1 Ketentuan Teknis Pemilihan Teknologi Prasarana Sanitasi Sub Bidang Air
Limbah Domestik dan Persampahan
Pemilihan opsi prasarana dan sarana sistem pengolahan air limbah sangat
tergantung kepada kebutuhan atau kapasitas pengolahan, kondisi lingkungan
kepadatan penduduk, ketersediaan lahan, ketinggian muka air tanah, aspirasi
non teknis yang terkait dengan perencanaan dan pemilihan sistem serta
kemudahan dalam pengoperasian dan pemeliharaannya.
Prasarana dan sarana sanitasi dalam Program Dana Alokasi Khusus
Infrastruktur Bidang Sanitasi dipilih sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
kondisi lingkungan setempat berdasarkan asas keberlanjutan. Jenis sarana
sanitasi terpilih ini akan menjadi dasar dalam penyusunan Rencana Kerja
Masyarakat (RKM) yang dilakukan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
sebagai Tim Pelaksana Swakelola. Untuk daerah spesifik seperti daerah pantai,
daerah rumah panggung, daerah wilayah sungai, daerah rawa dan muka air
tanah tinggi serta daerah banjir, alternatif pilihan teknologi pengolahan dan jenis
SPALD-S atau SPALD-T skala permukiman dengan sistem perpipaan harus
ada rekomendasi dari Direktorat Sanitasi.
Proses utama pengolahan air limbah domestik dalam prasarana dan sarana
bidang sanitasi adalah proses secara biologi, untuk teknologi pengolahannya
terdiri dari beberapa pilihan/opsi yaitu:
Proses secara Anaerobik;
Proses secara Aerobik;
Kombinasi Proses Anaerobik dan Aerobik.
Untuk membantu masyarakat dalam memahami teknologi/prasarana sanitasi
dilaksanakan sosialisasi, penjelasan dan diskusi-diskusi dalam rembuk warga
yang diselenggarakan oleh OPD sebagai pengelola kegiatan swakelola bidang
sanitasi. Alternatif pilihan teknologi berdasarkan pertimbangan :
Hasil pemetaan (Transect Walk), observasi detail awal oleh OPD bersama
dengan masyarakat pada tahun sebelumnya;
Hasil pemetaan masyarakat, klasifikasi, kondisi sumber air, existing sanitasi,
identifikasi calon pengguna dan akses terhadap sarana sanitasi yang
direncanakan.

112
PENGOLAHAN SETEMPAT PENGANGKUTAN PENGOLAHAN LUMPUR TINJA

SISTEM Individual Komunal

SETEMPAT

TANGKI SEPTIK
INDIVIDUAL
KOMUNAL
MCK
KENDARAAN
(2-10 KK) PENGANGKUTAN INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA

PELAYANAN PENGUMPULAN PENGOLAHAN

SISTEM IPALD Skala Kota


(> 20.000 jiwa)
TERPUSAT

IPALD Saka Permukiman


(50 – 20.000 jiwa)

Pipa air kotor, pipa air cuci (grey water), Pipa retikulasi, pipa utama
penangkap lemak, pipa persil, pipa servis, termasuk manhole, stasiun
bangunan inspeksi pompa, dll
IPALD Skala Kawasan Tertentu
(rusun)

DAK
Gambar 13 Skema Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik
3.1.1 Alternatif Pilihan Teknologi Air Limbah Domestik SPALD-T dan SPALD-S
Alternatif pilihan sarana dan prasarana sanitasi dalam Program DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi terdiri dari:
3.1.1.1Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Setempat (SPALD-S) Komponen
Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Setempat (SPALD-S) terdiri dari
beberapa Sub Sistem pengolahan, antara lain sebagai berikut :
Sub Sistem Pengolahan Setempat
Sub sistem Pengolahan setempat berfungsi untuk mengumpulkan dan
mengolah air limbah domestik (black water dan Grey Water) di lokasi sumber.
Terkait Sub Sistem pengolahan tersebut, maka kapasitas pengolahannya terdiri
atas :
Skala Individual dapat berupa Tangki Septik dengan bidang resapan, biofilter
dan khusus pada daerah spesifik/tertentu seperti pasang surut, kepulauan,
pantai, dll dapat menggunakan tangki septik pabrikasi yang sudah SNI dari
Puslitbangkim Kementerian PUPR;
Skala komunal diperuntukkan:
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ 5 (lima) sampai dengan 10 (Sepuluh)
Kepala Keluarga (KK);
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Mandi Cuci Kakus (MCK).

113
Sub Sistem Pengangkutan
Sub Sistem pengangkutan merupakan sarana untuk memindahkan lumpur tinja
dari Sub Sistem pengolahan lumpur tinja.
Sub Sistem Pengolahan Lumpur Tinja
Sub Sistem Pengolahan Lumpur Tinja berfungsi untuk mengolah lumpur tinja
yang masuk dalam IPLT. Sub Sistem pengolahan lumpur tinja terdiri dari
pengolahan fisik, pengolahan biologis, dan/atau pengolahan kimia. Pilihan
teknologi prasarana air limbah 1 dan 3 diperuntukkan bagi Kabupaten/Kota
yang sudah memiliki IPLT dan Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT).
3.1.1.2 Sarana & Prasarana yang dapat Dikembangkan
Berikut ini adalah sarana & Prasarana yang dapat dikembangkan dalam
perencanaan DAK:
Mengacu Permen PUPR Nomor 4 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan
Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik dan SNI 2398:2017 tentang Tata
cara perencanaan tangki septik dengan pengolahan lanjutan (sumur
resapan, bidang resapan, up flow filter, kolam sanita), maka pengertian
tangki septik adalah suatu ruangan yang berfungsi untuk menampung dan
mengolah air limbah domestik rumah tangga dengan kecepatan air yang
lambat, sehingga memberi kesempatan untuk terjadi pengendapan
terhadap suspensi benda-benda padat, dan kesempatan untuk penguraian
bahan-bahan organik oleh Mikroorganisme/bakteri anaerobik atau aerobik.
Pilihan teknologi yang ada untuk tangki septik sangat beragam. Salah
satunya dapat berdasarkan pada material pembuatnya, dimana bahan
bangunan yang digunakan untuk tangki septik harus memenuhi SNI -03-
6861.1-2002 atau pabrikasi yang sudah tersertifikasi SNI. Walau bentuk
dan material pembuatnya berbagai macam namun prinsip utama dari tangki
septik harus diutamakan yaitu:
Bangunan harus kedap air;
Mempunyai pipa udara (hawa);
Mempunyai lubang kontrol untuk proses penyedotan akumulasi lumpur tinja
yang terbentuk;
Mempunyai ruangan yang cukup untuk terjadi proses pengendapan dan
pengolahan.
Tangki Septik Skala Individual di Perkotaan dan Perdesaan (minimal satu lokasi
ada 50 unit). Usulan skala perkotaan khusus bagi Kabupaten/Kota yang
sudah memiliki IPLT dan sudah beroperasi, serta berkomitmen
mengeluarkan Perda/Perbup/ Perwali tentang program Layanan Lumpur

114
Tinja Terjadwal (LLTT) pada tahun berjalan. Sedangkan skala individual di
perdesaan untuk desa ODF minimal 1 tahun/daerah stunting/afirmasi.
Tangki Septik Skala Individual di Perkotaan pada lokasi kepadatan penduduk ≤
150 jiwa/Ha adalah suatu kolam atau bak bersekat-sekat sehingga terbagi
dalam beberapa ruang dan merupakan tempat pembuangan yang dibuat
dengan bahan kedap air, sehingga air dalam tangki septik tidak dapat
meresap ke tanah. Tangki septik ini digunakan untuk mengolah limbah cair
rumah tangga skala individual terdiri dari bak pengendap, ditambah dengan
suatu filter yang diisi kerikil atau pecahan batu untuk mengurai limbah.
Tangki Septik dengan Media Bakteri. Sarana ini terdiri dari bak kontrol yang
berfungsi sebagai inlet dan pembagi aliran, bak pengendap dan tiga
kompartemen biofilter. Rincian dimensi sesuai dengan tabel di bawah.
Tangki Septik Komunal dengan Media Bakteri dapat dipilih dari beton
konvensional maupun tangki buatan pabrik apabila dengan kondisi muka
air tanah kurang dari 1,5 meter, tangki dapat dibuatkan precast dari
beton/kayu jika menggunakan tangki pabrikan.
Tangki Septik Komunal dengan Media Bakteri terdiri dari pembangunan
jaringan perpipaan, Sambungan Rumah (SR), dan tangki septik bagi
daerah semi perkotaan dengan pelayanan 5–10 KK.
Bentuk desain dapat disesuaikan dengan kondisi lahan, asalkan volume efektif.
Kedalaman efektif bak kurang dari 2 meter tidak disarankan agar suasana
anaerobik tetap terjaga. Seluruh air limbah kakus, mandi dan cuci dapat
diolah. melalui Tangki Septik dengan Media Filter.
Tangki Septik Skala Komunal (5-10 KK). Opsi teknologi tangki septik skala
komunal dapat dilaksanakan bagi lokasi yang memiliki kriteria sebagai
berikut:
Bagi warga yang belum memiliki jamban dan/atau tangki septik sesuai SNI;
Kepadatan penduduk 50-150 jiwa/Ha; dan
Setiap unit tangki septik skala komunal minimal melayani 5-10 KK.
Ketentuan tangki septik baik individual/komunal dan IPAL skala permukiman
yang terbuat dari bahan pabrikasi dapat dipergunakan dalam Program DAK
Fisik Bidang Sanitasi wajib memiliki Sertifikasi Lulus Uji yang masih berlaku
dari Balai Teknologi Sanitasi, Direktorat Sanitasi, Direktorat Jenderal Cipta
Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Ketentuan tentang cara pemasangan konstruksi pendukungnya mengikuti
ketentuan dalam petunjuk pemasangan dari/ atau oleh pabrik.

115
Batas minimum nilai TKDN jasa konstruksi untuk Sistem pengelolaan air limbah
berbasis masyarakat sesuai dengan Peraturan perundangan;
Syarat pemilihan Tangki Septik Individual/Komunal dan IPAL Skala
Permukiman dari bahan pabrikasi adalah:
Diputuskan berdasarkan hasil kesepakatan/rembuk warga yang dibuktikan
dengan berita acara;
Penyedia harus menjamin masyarakat pengguna mampu memasang dan
memelihara (berupa Manual Book dan SOP); dan
Memenuhi salah satu kriteria teknis sebagai berikut:
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Muka air tanah
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Tidak tersedia air
untuk pencampuran beton sesuai ketentuan;
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Kurangnya
tenaga kerja konstruksi beton di lokasi penerima program DAK
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Kesulitan
mendapatkan material/bahan bangunan yang dibutuhkan untuk
membuat Tangki Septik individual/komunal secara konvensional di
lokasi penerima program DAK Fisik Sanitasi.
Bentuk dan ukuran tangki septik sesuai SNI harus memenuhi ketentuan berikut:
Tabel 22 Ukuran Tangki Septik dengan Periode Pengurasan 3 Tahun
Sumber: SNI 2398:2017 tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan
Pengolahan Lanjutan (Sumur Resapan, Bidang Resapan, Upflow Filter, Kolam
Sanita)

116
Efluen dari tangki septik tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan,
disyaratkan menggunakan pilihan pengolahan lanjutan sebagai berikut:
Sistem resapan;
Upflow filter;
Kolam sanita
Umumnya, dalam pelaksanaan DAK Bidang Sanitasi untuk tangki septik skala
individual menggunakan sistem terpisah dengan kapasitas maksimum 5 orang
(1 KK) di bawah kapasitas 1,66 m 3 (minimal 0,8 m3) dengan menggunakan
pengolahan lanjutan berupa sistem resapan dan upflow filter. Namun, alternatif
pemilihan sistem pengolahan awal (sistem tercampur dan terpisah) serta
pemilihan pengolahan lanjutan (sistem resapan, upflow filter, dan kolam sanita)
disesuaikan dengan kondisi teknis dan lingkungan serta hasil rembuk warga.

Gambar 14 Ilustrasi Tangki Septik Individual

117
Gambar 15 Contoh Desain Tangki Septik Dua Kompartemen

118
Gambar 16 Contoh Desain Pengolahan Lanjutan berupa Sumur Resapan

119
Gambar 17 Contoh Desain Tangki Septik dengan Pengolahan Lanjutan berupa
Upflow Filter

120
Gambar 18 Contoh Bilik Jamban, Tangki Septik dan Resapan

Gambar 19 Contoh Denah dan Tampak 1 Bilik Jamban

121
Gambar 20 Contoh Denah dan Tampak 2 Bilik Jamban

Gambar 21 Gambar Detail Potongan Sloof, Kolom, Ringbalk, dan Pondasi

122
Gambar 22 Ilustrasi Tangki Septik Komunal (5-10 KK)

123
Gambar 23 Contoh Desain Tangki Septik Komunal (5-10 KK)

124
Gambar 24 Contoh Desain Sumur Resapan

125
Gambar 25.a Contoh Desain Tangki Septik Individual
Tipe Vertikal Bahan Pabrikan 0,8 m3

126
Gambar 25.b Contoh Desain Tangki Septik Individual
Tipe Vertikal Bahan Pabrikan 0,8 m3

127
Gambar 26.a Contoh Desain Tangki Septik Individual

Tipe Horisontal Bahan Pabrikan 0,8 m3

128
Gambar 26.b Contoh Desain Tangki Septik Individual
Tipe Horisontal Bahan Pabrikan 0,8 m3

Gambar 26.c Contoh Desain Tangki Septik Individual


Tipe Horisontal Bahan Pabrikan 0,8 m3

129
Gambar 27 Contoh Desain Tangki Septik Daerah Pantai

Gambar 28 Contoh Potongan Tangki Septik Daerah Pantai

130
Gambar 29 Contoh Metode Pembangunan Bilik dan tangki Septik Individual
di daerah Rawa

131
Gambar 30 Contoh Desain Tangki Septik Individual Daerah Rawa

132
Gambar 31 Contoh Metode Pembangunan Tangki Septik Individual Daerah
Pinggir Sungai

133
Gambar 32 Contoh Desain Tangki Septik Individual Daerah Pinggir Sungai

134
3.1.1.3 Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T)
SPALD-T adalah Sistem Gabungan IPAL Komunal/IPAL Komunal kombinasi
MCK dan Sistem Perpipaan Sederhana. Sistem ini mengakomodasi masyarakat
yang tidak memiliki maupun yang memiliki jamban pribadi. IPAL yang
digunakan disambungkan dengan outlet MCK dan sistem perpipaan.
Direkomendasikan agar IPAL Komunal/IPAL Komunal Kombinasi MCK
ditempatkan dekat dengan fasum-fasos maupun jalan lintas utama masyarakat.
Proses pengolahan yang akan diterapkan dalam sebuah IPAL ditentukan
dengan langkah berikut ini:
Mengumpulkan data mengenai air limbah domestik yang akan diolah, meliputi
kualitas dan kuantitas air limbah domestik serta beban organik air limbah
domestik;
Menentukan proses pengolahan yang dibutuhkan berdasarkan:
Aspek teknis yaitu kemudahan pengoperasian, ketersediaan SDM, jumlah lumpur
yang dihasilkan, kualitas efluen; dan
Aspek non teknis yaitu ketersediaan lahan dan ketersediaan biaya investasi dan
pengoperasian.

Gambar 33 Bagan Alir Pemilihan Unit Pengolahan pada IPAL

135
Komponen Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T)
terdiri dari beberapa Sub Sistem, antara lain sebagai berikut:
Sub Sistem Pelayanan
Sub Sistem Pelayanan merupakan prasarana dan sarana untuk menyalurkan
air limbah domestik dari sumber melalui perpipaan ke Sub Sistem
Pengumpulan, Sub Sistem pelayanan terdiri dari :
Pipa tinja;
Pipa non tinja;
Bak perangkap lemak dan minyak dari dapur;
Pipa persil;
Bak kontrol.
Sumur resapan air hujan
Sub Sistem Pengumpulan
Sub Sistem pengumpulan merupakan prasarana dan sarana untuk
menyalurkan air limbah domestik dari Sub Sistem Pelayanan ke Sub Sistem
Pengolahan Terpusat, Sub Sistem pengumpulan terdiri dari :
Pipa Retikulasi yang terdiri dari pipa lateral dan pipa servis
Pipa Induk
Prasarana dan sarana pelengkap (bangunan pendukung).
Sub Sistem Pengolahan Terpusat
Merupakan prasarana dan sarana berupa Instalasi pengolahan air limbah
domestik (IPAL) untuk mengolah air limbah domestik yang dialirkan dari rumah-
rumah melalui Sub Sistem Pelayanan dan Sub Sistem Pengumpulan, untuk
diolah agar menghasilkan air hasil olahan (Efluen) yang aman bagi lingkungan.
Adapun prasarana dan sarana IPAL terdiri atas :
Prasarana Utama
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Pr
e Treatment / Pengolahan Awal
Proses Fisik:
⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ က Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ က Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Grit Chamber;
⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ က Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Equalisasi;
⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ က Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Settler/Sedimentasi awal.
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Primary
Treatment / Pengolahan Utama Proses
Biologi:
⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ က Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Anaerobik;
⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ က Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ က Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Kombinasi Anaerobik dan Aerobik.

136
Post Treatment / Pengolahan Lanjut
Proses Fisik:
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Karbon Aktif;
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Saringan pasir
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Sedimentasi akhir;
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Horizontal Gravel
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Proses kimia;
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Desinfeksi dengan
Prasarana dan Sarana Pendukung
Infrastruktur jalan berupa jalan masuk, jalan operasional, dan jalan
inspeksi;
Sumur pantau;
Alat pemeliharaan;
Pagar pembatas;
Pipa pembuangan;
Tanaman penyangga; dan/atau
Sumber energi listrik.
3.1.1.4 Perencanaan Sub Sistem Pengumpulan
Perencanaan Sub sistem pengumpulan dalam Program DAK Fisik Infrastruktur
Bidang Sanitasi terdiri dari jaringan pipa induk yang berfungsi untuk membawa
air limbah domestik dari beberapa rumah menuju Instalasi Pengolahan Air
Limbah Domestik agar tidak terjadi pencemaran pada lingkungan sekitarnya.
Sumber air limbah domestik dari rumah tangga adalah sebagai berikut:
WC/kakus/jamban. Air limbah domestik yang berasal dari sumber ini sering disebut
dengan istilah black water.
Kamar mandi, tempat cuci, dan tempat memasak (dapur). Air limbah domestik yang
berasal dari sumber ini sering disebut dengan istilah grey water.
Pada tiap pertemuan atau belokan harus menggunakan bak kontrol. Jarak
antara bak kontrol pada jaringan pipa induk maksimal 20 meter yang bertujuan
untuk mengurangi akumulasi gas dan memudahkan pemeliharaan saluran.
Syarat-syarat pengaliran air limbah yang harus diperhatikan adalah sebagai
berikut:
Pengaliran secara gravitasi
Batasan kecepatan minimum dan maksimum harus diperhatikan. Kecepatan
minimum untuk memungkinkan terjadinya proses self-cleansing, sehingga
bahan padat di dalam saluran tidak mengendap di dasar pipa,agar tidak
mengakibatkan penyumbatan, sedangkan kecepatan maksimum mencegah
pengikisan pipa oleh bahan-bahan padat yang terdapat didalam saluran.

137
Persyaratan teknis perencanaan pipa pengumpulan air limbah domestik dapat
di lihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 23 Persyaratan Teknis Perencanaan Pipa Pengumpulan Air Limbah
Domestik
No. Kategori Keterangan
1 Suplai Air Bersih Tersedia Air Bersih Untuk Keperluan Gelontor
2 Diameter Pipa Minimal 100 mm, karena Membawa Padatan
3 Aliran Dalam Pipa Aliran Seragam
4 Kecepatan Pengaliran Minimal 0,6 Meter/Detik
5 Kecepatan Aliran Maksimal 3 Meter/Detik

3.1.1.5 Dimensi dan Kemiringan Pipa


Dimensi Pipa untuk DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi adalah sebagai berikut:
Dimensi pipa untuk sambungan rumah/persil adalah 3”-4”.
Dimensi pipa untuk pipa induk adalah 4” – 6”.
Kemiringan Pipa minimal diperlukan agar dalam pengoperasiannya diperoleh kecepatan
pengaliran minimal dengan daya pembilasan sendiri (self cleansing) guna
mengurangi gangguan endapan di dasar pipa. Kemiringan muka tanah yang lebih
curam daripada kemiringan pipa minimal bisa dipakai sebagai kemiringan desain
selama kecepatannya masih di bawah kecepatan maksimal. Kemiringan pipa untuk
DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi adalah sebagai berikut :
Kemiringan pipa untuk sambungan rumah (pipa persil) adalah 1% - 2%; dan
Kemiringan pipa untuk pipa induk adalah 0.4% - 1%.
3.1.1.6 Bahan Perpipaan
Pemilihan bahan pipa harus sangat dipertimbangkan mengingat air limbah
mengandung bahan padat yang mengganggu atau menurunkan kekuatan pipa.
Sehingga, selama pengangkutan dan pemasangannya diperlukan kemudahan
serta kekuatan fisik yang memadai. Pipa yang biasa dipakai untuk penyaluran
air limbah komunal adalah:
Pipa SNI khusus air limbah yang mengacu pada SNI 06-0178-1987, dalam kondisi
khusus dapat digunakan pipa kelas AW. Pipa klas D hanya boleh digunakan
untuk pipa persil (SR).
PE (polyethylene) untuk daerah rawa atau persilangan di bawah air.
Pipa galvanis untuk kondisi jaringan pipa yang ter ekspos.

138
3.1.1.7 Sambungan Perpipaan
Untuk PVC:
Solvent (lem): untuk diameter kecil;
Cincin karet: untuk diameter lebih besar.
Untuk Galvanis:
Flange atau las
3.1.1.8 Kedalaman Perpipaan
Kedalaman peletakan pipa minimal diperlukan untuk perlindungan pipa dari
beban di atasnya dan gangguan lain;
Kedalaman galian pipa Persil > 0,2 m, selanjutnya mengikuti gradien hidrolik.
Dalam situasi tertentu memperhitungkan beban luar.
3.1.1.9 Bangunan Pelengkap pada Sub Sistem Pengumpulan
Prasarana dan sarana pelengkap (bangunan pendukung) berupa unit bak
kontrol yang berfungsi sebagai awal dari satu kesatuan Sistem Pengolahan Air
limbah Domestik Terpusat (SPALD-T) unit pengolahan ini terdiri dari; Bangunan
pelengkap pada sub sistem pengumpulan terdiri dari;
Unit Manhole dengan Spesifikasi antara lain sebagai berikut :
Bentuk; Bulat dengan diameter 60 cm
Bahan; Precast/pracetak dengan campuran komposisi beton 1;2;3 atau dengan
besi tuang
Tutup;Prinsipnya rapat, kedap air dan udara, ringan dan mudah dibuka untuk
perawatan rutin dan dikunci.
Bak Manhole digunakan untuk memudahkan pemeliharaan pada saluran
perpipaan apabila terjadi penyumbatan.
Unit Drop Manhole
Drop Manhole digunakan apabila beda elevasi pertemuan cabang saluran
datang (Inlet) dan saluran yang meninggalkan (Outlet) > 50 cm.

139
Gambar 34 Unit Drop
Manhole 3.1.1.10 Perencanaan Sub Sistem Pelayanan
Sub Sistem Pelayanan merupakan prasarana dan sarana untuk menyalurkan
air limbah domestik dari sumber melalui perpipaan ke Sub Sistem
Pengumpulan yang terdiri dari beberapa unit proses pengolahan yaitu;
Grease Trap / Penangkap Lemak.
Unit perangkap lemak adalah bak kontrol yang dilengkapi dengan pipa masuk
(inlet) dan keluar (outlet) yang berfungsi memisahkan lemak dan padatan dari
dapur.Unit ini dimaksudkan untuk mencegah penyumbatan akibat masuknya
lemak ke dalam pipa. Disarankan dipasang di luar dapur dan daerah dengan
pemakaian air rendah, dan lokasinya sedekat mungkin dengan sumbernya.
Spesifikasi Unit penangkap lemak sebagai berikut:
Bentuk; Bulat dengan diameter 40 cm;
Bahan; (1). Precast/pracetak dengan campuran beton komposisi 1:2:3 (2). Besi
tuang;
Lokasi; Penempatan sedekat mungkin dengan dapur, kedalaman dari muka
tanah maksimal 50 cm; dan
Tutup; Prinsipnya adalah rapat, kedap air dan udara, ringan dan mudah di buka
untuk perawatan rutin dan di kunci, jika terletak pada badan jalan, wajib
menggunakan bahan dari besi tuang, jika tidak terletak tidak di badan jalan
boleh menggunakan bahan campuran beton dengan komposisi 1:2:3 atau
dari plastik.

140
B. Bak Kontrol Sambungan Rumah
Berfungsi untuk mengalirkan air limbah yang bersumber dari
WC/kakus/jamban, cuci dan mandi. Unit Bak Kontrol dari kamar mandi/WC
dengan spesifikasi;
Bentuk; Bulat dengan diameter 40 cm;
Bahan; Precast/pracetak dengan campuran komposisi beton 1;2;3 atau dengan
besi tuang; dan
Tutup; Prinsipnya rapat, kedap air dan udara, ringan dan mudah dibuka untuk
perawatan rutin dan dikunci.
Bak Kontrol Utama
Berfungsi untuk mengalirkan seluruh air limbah pada Sub sistem pengumpulan
menuju ke sub sistem pengolahan.
Sumur Resapan Air Hujan
Bertujuan untuk mengantisipasi air hujan dari lingkungan warga masuk ke Sub
Sistem pengolahan yang dapat mengganggu kinerja IPAL secara keseluruhan.
Sumur resapan ini berfungsi untuk meresapkan air hujan khususnya pada
lokasi dimana warga yang mempunyai sumur terbuka.
3.1.1.11 Perencanaan Sub Sistem Pengolahan
Rencana Teknik Rinci (RTR) Sub Sistem Pengolahan berupa Instalasi
Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) dibuat oleh masyarakat dan
didampingi oleh Tenaga Fasilitator Lapangan setelah jenis sarana sanitasi dan
teknologi pengolahan air limbah domestik dipilih oleh masyarakat dalam rembuk
warga.
3.1.1.12 Opsi Teknologi dalam Perencanaan IPALD
Opsi teknologi dalam perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik
(IPALD) dalam Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi minimal terdiri
dari:
Unit Grit Chamber & Screen/ Penangkap padatan.
Sebelum masuk ke unit pengolahan, dibangun konstruksi Grit chamber dan
screen yang berfungsi untuk menangkap padatan besar dan padatan inorganic
seperti pasir, plastik, logam, kaca, dlsb. Sehingga tidak mengganggu sistim
pengolahan selanjutnya.
Unit Equalisasi /Bak Perata Aliran
Berfungsi untuk meratakan/ menyamakan beban aliran yang masuk agar
menjadi laminer/rata sehingga tidak mengganggu sistem pengolahan
selanjutnya.

141
Unit Settler/Sedimentasi Awal
Berfungsi untuk mengendapkan padatan organic dalam limbah sehingga Total
padatan tersuspensi dalam air limbah akan mengendap dan dilanjutkan dengan
stabilisasi dari bahan yang diendapkan tersebut melalui proses anaerobik.
Unit Pengolahan Secara Biologi
Pengolahan biologis adalah penguraian bahan organik yang terkandung dalam
air limbah oleh mikroorganisme/bakteri sehingga menjadi bahan kimia
sederhana berupa unsur-unsur dan mineral yang siap dan aman dibuang ke
lingkungan. Dalam pengolahan ini, polutan yang degradable (mudah diuraikan)
dapat segera dihilangkan. Polutan tersebut merupakan makanan bagi bakteri,
sehingga dalam waktu yang singkat bakteri akan berkembang biak
menghabiskan polutan yang ada dalam air limbah dan menghasilkan lumpur
biologis sebagai endapan. Pengolahan secara biologi terbagi menjadi 2 bagian
yaitu;
Proses Anaerobik adalah proses pengolahan air limbah secara biologi dengan
dibantu menggunakan mikroorganisme jenis anaerob dalam mendegradasi
parameter pencemar (BOD,COD) yang terkandung dalam air limbah.
Dalam aplikasinya terdapat 2 (dua) model/jenis tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme/bakteri yaitu secara melayang dan
melekat pada suatu media yang di pasang dalam kompartemen
pengolahan. Skema pengolahan air limbah dengan proses Anaerobik dapat
di lihat seperti gambar berikut;

Pengoalahan Proses Anaerobik Pengoalahan


awal outlet Akhir
inlet

Gambar 35 Skema Pengolahan Air Limbah dengan Proses Anaerobik


Proses Aerobik adalah proses pengolahan air limbah secara biologi dengan
dibantu menggunakan mikroorganisme jenis aerobik dalam mendegradasi
parameter pencemar (BOD,COD ) yang terkandung dalam air limbah.
Dalam aplikasinya terdapat 2 ( dua ) model/jenis tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme/bakteri yaitu secara melayang dan
melekat pada suatu media yang di pasang dalam kompartemen
pengolahan.

142
Skema pengolahan air limbah dengan proses Aerobik dapat di lihat seperti
gambar berikut:

Pengoalahan Proses Aerobik


Pengoalahan
awal outlet Akhir
inlet

Gambar 36 Skema Pengolahan Air Limbah dengan Proses Aerobik


Kombinasi proses Anaerobik dan Aerobik
Proses kombinasi anaerobik dan aerobik adalah proses pengolahan air
limbah secara biologi dengan menggabungkan proses Anaerobik dan
proses Aerobik. Skema pengolahan air limbah dengan proses kombinasi
dapat di lihat seperti gambar berikut :

Pengoalahan Proses Proses Pengoalahan


awal
inlet Anaerobik Aerobik Akhir
outlet

Gambar 37 Skema Pengolahan Air Limbah dengan Proses Kombinasi


Prasarana dan Sarana Pendukung
Infrastruktur jalan berupa jalan masuk, jalan operasional dan jalan inspeksi;
Sumur pantau berfungsi untuk memonitor kualitas hasil olahan dan
pengambilan sampel air limbah.
3.1.1.13 Parameter Desain dalam Penyusunan RTR/ DED IPAL Parameter
Desain dalam Penyusunan RTR/ DED IPAL sebagai berikut:
1. Debit Limbah; Debit Limbah dalam Rencana Teknik Rinci pembangunan IPAL di
tentukan berdasarkan Perhitungan dan atau asumsi pemakaian air setiap jiwa
dari calon pengguna dan pemanfaat IPAL, contoh asumsi kebutuhan air bersih
per jiwa per hari :
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Kota Kecil dengan kebutuhan 60-100
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Kota Sedang dengan kebutuhan 90-100
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Kota Besar dengan kebutuhan 100-150
Karakteristik Limbah; Karakteristik air limbah adalah parameter yang terdapat dalam
air limbah secara fisik, biologi dan kimia.
Baku Mutu Air Limbah; Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur
pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari
suatu usaha dan atau kegiatan. Dalam merencanakan unit instalasi pengolahan
air limbah, kualitas effluent pengolahan air limbah mengacu pada baku mutu
effluent yang berlaku, sesuai dengan amanat Peraturan Menteri LHK Nomor 68
Tahun 2016.

143
Hydrolic Retention Time (HRT)/Waktu Tinggal; Makin lama waktu tinggal air limbah
makin baik, tapi di perhatikan juga dengan anggaran yang tersedia. Dalam IPAL
Sanimas DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi waktu tinggal yang digunakan
adalah minimum 24 Jam dengan pendekatan aliran rata-rata air limbah dalam
24 jam atau 1 hari.
Organic Loading Rate /Laju Beban Organik; Kandungan organik air limbah yang
biasa dinyatakan dalam kg BOD/m3.
Hydrolic Loading / Beban Hidrolis; Dinyatakan sebagai volume air buangan yang
dapat diolah per satuan waktu persatuan luas permukaan media.
Media Filter; sangat penting memahami kriteria media filter yang akan
digunakan/dipilih, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih media
filter :
Mempunyai luas permukaan spesifik besar;
Mempunyai fraksi volume rongga tinggi;
Dibuat dari bahan yang tidak mudah rusak terendam dalam air;
Mempunyai kekuatan mekaniknya yang baik;
Ringan;
Fleksibilitas;
Pemeliharaan mudah;
Reduksi cahaya;
Sifat kebasahan (wettability).
Ketersediaan Lahan; Lahan yang akan dimanfaatkan untuk bangunan IPAL
merupakan lahan yang terletak lebih rendah dari permukiman dan dekat
dengan badan air penerima yang aktif/mengalir sepanjang tahun, memiliki luas
yang memadai untuk dibangun IPAL, status lahan harus pasti dan tidak dalam
konflik.
3.1.1.14 Contoh Perhitungan Rencana Teknik Rinci/ DED IPAL
Berikut adalah salah satu contoh perhitungan desain IPAL beton dengan
kapasitas pengolahan 50 KK setara dengan 250 jiwa dengan lebar lahan yang
tersedia 3 meter. Sebagai contoh dalam buku pedoman ini adalah sistem
pengolahan air limbah domestik secara biologi dengan proses anaerobik
sebagai proses utamanya, menggunakan media filter sebagai tempat
menempelnya mikrobiologi/bakteri yang dikenal dengan Anaerobik filter/biofilter.
Pendekatan yang digunakan dalam sistem pengolahan air limbah domestik
dalam contoh ini adalah sebagai berikut:
Makin merata aliran, makin baik;
Makin lama waktu tinggal dalam bak Settler, makin baik;
Makin banyak mikroorganisme/bakteri makin baik;

144
Memperpanjang waktu kontak supernatan dalam air limbah dengan media filter
sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme/bakteri
dengan cara membagi beberapa kompartemen/ruang/bak anaerobik;
Makin luas permukaan media filter, makin baik;
Makin besar rongga dalam media filter (void ratio) makin baik.
Unit-unit pengolahan yang terdapat dalam IPAL adalah sebagai berikut:
Pengolahan Awal/Pre-Treatment
Grit Chamber, Screen, dan Equalisasi; Fungsi utama bukan untuk bak
pengolahan, tapi hanya untuk penampung awal agar aliran air limbah
ke IPAL lebih laminer/rata, serta menangkap padatan yang tidak
dapat terurai seperti pasir dll, harus dibersihkan maksimal 2 minggu
sekali;
Sekat Gantung; Berfungsi sebagai perangkap scum yang terbentuk pada
bak Settler/sedimentasi awal;
Settler/ Sedimentasi; Proses sedimentasi/pengendapan dan dilanjutkan
dengan stabilisasi dari bahan yang diendapkan tersebut melalui
proses anaerobik. Tujuannya adalah untuk mengendapkan dan
menstabilkan lumpur sebelum masuk ke pengolahan selanjutnya
(sebagai pengolahan awal);
Ruang Lumpur; Berfungsi untuk menampung akumulasi
mikroorganisme/bakteri yang sudah menjadi lumpur dari proses
sedimentasi dalam bak Settler/sedimentasi.
Gutter; Sebagai pengarah aliran dan menstabilkan kecepatan aliran dari
bak Settler/sedimentasi menuju ke Proses pengolahan utama.
Pengolahan Utama / Primary-Treatment
Anaerobic Filter/Biofilter; Sistem ini untuk memproses bahan-bahan yang
tidak terendapkan dan bahan padat terlarut (dissolved solid) dengan cara
mengontakkan dengan surplus mikroorganisme anaerobik pada media filter
dengan tujuan akan terjadi penguraian bahan organik terlarut (dissolved
organic) dan bahan organik yang terspresi (dispersed organic) yang ada
dalam air limbah dalam kondisi Anaerobik atau tanpa menggunakan
oksigen.
Sumur Pantau; Berfungsi untuk memonitor kualitas air hasil olahan dan
pengambilan sampel air buangan.

145
Tabel 24 Parameter Kualitas Air Hasil Olahan
PARAMETER JUMLAH SATUAN KETERANGAN
Jumlah Pengguna 250 Jiwa (disesuaikan)
Penggunaan Air Bersih 90 liter/hari (disesuaikan)
Timbunan Air Limbah 0,8 % dari air bersih (standar 0,7 - 0,8 %)
Endapan Lumpur Limbah 15 liter/tahun (baku)
Koefisien Saat Jam Sibuk 1,2 (pilih 1,1 - 1,2)
Waktu Tinggal di IPAL 24 Jam (disesuaikan)
24 Jam (disesuaikan)

Contoh Perhitungan IPAL dalam Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang


Sanitasi untuk 50 KK dengan ketersediaan lebar lahan 3 m
Kapasitas Volume IPAL
Penggunaan Air Bersih 50 KK (250) jiwa
⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ က Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Jumlah Pengguna x Jumlah
⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ က Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ 250 jiwa x 90 liter/hari
⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ က Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ 22.500 liter/hari
⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ က Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ 22,5 m3/hari
Volume Limbah
⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ က Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Timbunan Air Limbah x Penggunaan
⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ က Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ 0,8 x 22,5 m3/hari
⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ က Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ 18 m3/hari
Volume saat Jam Puncak = Koefisien Jam Sibuk x Volume Limbah
⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ က Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ 1,2 x 18 m3/hari
⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ က Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ 21,6 m3/hari

d. Q= Volume Jam Puncak : 1 hari


21,6 m3/hari : 24 jam
0,9 m3/jam
e. Volume Lumpur = Endapan Lumpur x Jumlah Pengguna x 1 hari
15 liter/tahun x250 jiwa x 1 Hari
3.750 liter/tahun
3,75 m3/tahun.

146
Kapasitas Unit Settler
a. Waktu Tinggal di Settler = 12 jam
Volume Bak Settler = Debit Air Limbah x Waktu Tinggal di Settler
0,9 m3/jam x 12 jam
10,8 m3/hari
Volume Bak Lumpur = 3,75 m3/jam
Dimensi Bak IPAL
• Lebar = 2,7 m (ditentukan)
• Tinggi = 2 m (ditentukan)
Panjang = Volume Bak Settler : (Lebar x Tinggi)
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
3
10,8 m /hari : (2,7 m x 2 m) = 2 m
Cek Kecepatan Aliran di Unit Settler
a. V max = 0,5 m3/jam
b. Luas Penampang = Panjang Settler x Lebar Settler
⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ က Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ က Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
V (Kecepatan Aliran di Settler)
ᜀ 5,4 m2
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫؀‬
Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Debit Air Limbah : Luas Penampang Settler
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫؀‬
Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀᜀ ᜀ m3/jam : 5,4 m
Ā0,9 Ā2ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫؀‬
Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ → 0,17 m3/jam
V < V max aman.
Kapasitas Unit Anaerobic Filter (AF)
a. Jumlah Bak AF = 9 buah (direncanakan)
Waktu Tinggal di AF = 12 jam (direncanakan)
c. Volume Bak AF = Volume Bak Settler = 10,8 m3/hari
d. Volume 1 Bak AF = Volume Bak AF : Jumlah Bak AF
= 10,8 m3/hari : 9
= 1,2 m3/hari
Dimensi 1 Bak AF
• Tinggi = 2 m (ditentukan)
• Lebar = (Lebar Settler – (2 x lebar dinding sekat)) : 3
(2,7 m – (2 x 0,15) : 3
0,8 m
Panjang = Volume AF : (Lebar AF X Tinggi AF)
1,2 : (0,8 X 2)
0,75 m
dibuat 0,9 m agar mudah dalam pelaksanaan konstruksi.

147
Cek Kecepatan Aliran di Unit Anaerobic Filter (AF)
a. V max = 1 – 2 m3/jam
Luas Penampang AF= Panjang AF X Lebar AF
0,75 m x 0,8 m
0,6 m2
Kecepatan Aliran di AF = Debit Air Limbah : Luas Penampang AF
0,9 m3/jam : 0,6 m2
1,5 m3/jam

V max bawah < V < Vmax atas aman
Contoh Gambar RTR Perhitungan IPAL 50 KK dengan Ketersediaan Lahan
Lebar 9,5x6 meter dengan Tangki Pabrikan

Gambar 38 Contoh Desain IPAL Komunal 50 KK Berbahan Pabrikan

148
Gambar 39 Contoh Desain IPAL Komunal 50 KK Berbahan Pabrikan.

Gambar 40 Contoh Desain IPAL Komunal 50 KK dengan Ketersediaan Lahan


Lebar 3 meter Berbahan Pabrikan

149
Gambar 41 Contoh Desain IPAL Komunal 50 KK Konvensional

150
Gambar 42 Contoh Denah Balok IPAL Komunal 50 KK Konvensional

151
Gambar 43 Contoh Potongan A-A Balok IPAL Komunal 50 KK Konvensional

152
Gambar 44 Contoh Potongan B-B Balok IPAL Komunal 50 KK Konvensional

153
Gambar 45 Contoh Potongan C-C Balok IPAL Komunal 50 KK
Konvensional

Gambar 46 Contoh Potongan D-D Balok IPAL Komunal 50 KK


Konvensional

154
Gambar 47 Contoh Potongan E-E Balok IPAL Komunal 50 KK Konvensional

155
Gambar 48 Contoh layout dan Bangunan IPAL KOMPAK beserta unit-unit
IPAL dalam program Sanimas DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi

Gambar 49 Contoh Desain IPAL Komunal 50 KK Berbahan Beton di Daerah


Rawa

156
Gambar 50 Contoh Desain Penggunaan Tiang Pancang untuk IPAL
Komunal di daerah Rawa

157
3.1.1.15 Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Skema pelaksanaan perhitungan anggaran biaya adalah:

Analisa Harga
Upah Tenaga Kerja Satuan
Pekerjaan

RAB

Harga Bahan/Material Volume

Pekerjaan

RAB = Volume Pekerjaan x Harga Satuan Pekerjaan

Keterangan:
Upah Tenaga Kerja tergantung dari masing-masing keahlian, dan dihitung per
hari kerja yaitu 8 jam per hari;
Upah tenaga kerja didapat di lokasi, dikumpulkan dan dicatat dalam satu
daftar yang dinamakan daftar Harga Satuan Upah;
Harga bahan/material untuk pelaksanaan fisik didasarkan pada setiap
daerah/lokasi masing-masing (berdasarkan hasil survei di lokasi masing-
masing);
Harga satuan upah dan bahan/material untuk dasar perhitungan Biaya
Perencanaan didasarkan Harga Satuan Setempat;
Analisa harga satuan pekerjaan adalah perhitungan analisa untuk
mendapatkan harga satuan pekerjaan dengan menggunakan analisa SNI;
Harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah yang
dihitung/berdasarkan analisa SNI;
Volume pekerjaan adalah besar volume atau kubikasi suatu pekerjaan yang
dihitung berdasarkan gambar bestek dan gambar detail;
Rencana anggaran biaya suatu bangunan adalah perhitungan banyaknya
biaya yang diperlukan (bahan dan upah) untuk menyelesaikan bangunan
tersebut.

158
3.1.1.16 Konstruksi Bangunan pada Sistem Pengolahan Air Limbah
Domestik Terpusat (SPAD-T).
Persyaratan bangunan IPAL tidak memperbolehkan adanya kebocoran
sehingga diharuskan memakai struktur beton bertulang yang kuat dan
kedap air.
Pondasi
Menggunakan batu pecah di tanam dengan kedalaman galian 60 cm atau
sesuai dengan gambar perencanaan/ spesifikasi teknis.
Sisa tanah sisa galian dibuang ke tempat yang telah disediakan atau
dipindahkan ke lokasi yang telah direncanakan.
Untuk lantai kerja pembuatan platform dengan konstruksi beton tumbuk
sesuai perencanaan/spesifikasi teknis.
Pemadatan dan pengurugan kembali bekas galian di sekitar lokasi yang
telah dibuat.
Lantai Kerja
Dibuat lantai kerja minimal setebal 5 cm (beton tumbuk kelas tiga) di atas
tanah sebelum tulangan beton ditempatkan/dipasang.
Konstruksi Bangunan IPAL
Pemasangan platform dengan konstruksi beton bertulang sesuai gambar
rencana/spesifikasi teknis.
Lantai bangunan IPAL dengan konstruksi beton bertulang
Dinding luar bangunan IPAL dengan konstruksi beton bertulang
Sekat antar ruang dengan konstruksi beton bertulang atau menggunakan
pasangan bata
Penghubung antar kompartemen dalam bangunan menggunakan pipa
PVC berikut aksesorinya berupa T dengan diameter 2-4 inch.
Saat pekerjaan bangunan IPAL harus diperhatikan dan diawasi dengan
teliti karena kesalahan pekerjaan dapat menyebabkan terjadinya
kebocoran pada bangunan pengolahan. Setelah unit pekerjaan selesai
dibangun harus dilakukan pengetesan kebocoran dari unit.

159
Gambar 51 Pemasangan Plat Atas Tutup IPAL dan Tutup Manhole
3.1.1.17 Material Konstruksi Bangunan IPAL
Bahan material yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pembangunan
konstruksi SPALD-T antara lain sebagai berikut:
Semen
Jenis dan tipe semen adalah jenis semen yang ber SNI penggunaan
umum (pasaran).
Agregat Halus (pasir)
Agregat halus yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
Terdiri dari butir-butir yang keras dan kekal;
Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%, yang ditentukan terhadap
berat kering;
Tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak;
Pasir dari laut tidak boleh digunakan.
Agregat Kasar
Agregat Kasar harus terdiri dari butir-butir keras atau tidak berpori dan
kekal;
Kandungan lumpur tidak boleh lebih dari 1%, yang ditentukan terhadap
berat kering.
Air
Air yang akan dipakai untuk pembuatan beton tidak boleh mengandung
minyak, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat
merusak beton/baja tulangan.

160
Baja Tulangan
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Baja tulangan yang akan dipakai
adalah yang ada dipasaran;
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Bentuk baja tulangan dapat berupa
tulangan polos atau tulangan diprofilkan.
Pengujian Kebocoran Unit IPAL
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Untuk membuktikan bahwa IPAL
yang sudah selesai dikerjakan tidak bocor, maka pengujian struktur
hidrolis harus dilakukan sebelum dilakukan pengecoran plat bagian
atas;
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Setelah bekisting dilepas, semua
dinding IPAL harus bersih dari timbunan, supaya kebocoran pada
dinding dapat diketahui dengan jelas;
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Sebelum pelaksanaan pengujian ini,
tidak boleh dilakukan pengecatan;
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Tiap Unit Kompartemen yang akan
diperiksa diisi dengan air sampai dengan setinggi outlet;
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Lakukan penutupan dan biarkan
terisi sekurang-kurangnya 24 jam;
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Pengujian ini dilakukan per dua
kompartemen secara berurutan;
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ketinggian air selama waktu
pengujian harus diamati dan tidak boleh terjadi penurunan muka air.;
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Penurunan maksimum yang
diizinkan selama 24 jam adalah 1 cm. Bila penurunan permukaan air
lebih dari 1 cm dalam waktu 24 jam berarti IPAL tersebut bocor dan
harus dicari tempat dimana yang bocor dan kemudian dilakukan

Gambar 52 Contoh Media Filter yang sudah dirakit

161
3.1.2 Kegiatan Pembangunan/Peningkatan/Rehabilitasi IPLT
Persyaratan teknis untuk kegiatan Pembangunan/Peningkatan/
Rehabilitasi IPLT adalah sebagai berikut :
Adanya Surat minat yang disampaikan oleh Kepala Daerah;
Sudah ada DED dan RAB yang telah di susun/direviu tahun sebelumnya,
serta di setujui oleh Balai PPW Provinsi dan telah dikonsultasikan
dengan Direktorat Sanitasi, Ditjen. Cipta Karya (dibuktikan dengan
adanya Surat Pernyataan Persetujuan dari Kepala Balai PPW
Provinsi yang bersangkutan);
Adanya kesiapan lahan untuk bangunan IPLT dan dibuktikan dengan
adanya sertiffikat lahan;
Adanya Surat Penetapan Lokasi dari Kepala Daerah untuk kegiatan
pembangunan baru;
Adanya dokumen justifikasi teknis untuk kegiatan rehabilitasi dan
peningkatan IPLT;
Adanya dokumen masterplan untuk kegiatan pembangunan baru;
Adanya dokumen lingkungan (AMDAL/UKL/UPL) untuk kegiatan
pembangunan baru/rehabilitsi dan peningkatan IPLT;
Kesiapan menerima aset untuk kegiatan pembangunan baru dan
rehabilitasi IPLT;
Lokasi lahan diprioritaskan di lahan ideal (tidak di daerah bekas lahan
gambut, rawa, dll. yang mempengaruhi besarnya biaya konstruksi).
Terdapat data penyelidikan tanah untuk kegiatan pembangunan baru;
Tersedia ruang kerja, dan gudang lengkap dengan fasiltasnya;
Penggunaan material, jenis peralatan dan alternative pemilihan struktur
bangunan untuk kegiatan pembangunan baru;
Batas minimum Nilai TKDN sesuai dengan Peraturan perundangan untuk
penggunaan pemilihan bahan/material yang digunakan untuk
kegiatan pembangunan baru;
Pengadaan kegiatan Pembangunan/Peningkatan/Rehabilitasi IPLT
dilakukan melalui kontraktual.

162
3.1.3 Penambahan Pipa Pengumpul dan Sambungan Rumah (SR)
Persyaratan teknis untuk kegiatan Penambahan Pipa Pengumpul dan
Sambungan Rumah adalah sebagai berikut :
Adanya Surat minat yang disampaikan oleh Kepala Daerah;
Sudah ada DED dan RAB yang telah di susun/direviu tahun sebelumnya,
serta di setujui oleh Balai PPW Provinsi dan telah dikonsultasikan
dengan Direktorat Sanitasi, Ditjen. Cipta Karya (dibuktikan dengan
adanya Surat Pernyataan Persetujuan dari Kepala Balai PPW
Provinsi yang bersangkutan);
Penambahan pipa pengumpul dan SR untuk kabupaten/kota yang telah
memiliki SPALD-T Skala Perkotaan/Permukiman;
Adanya dokumen justifikasi teknis;
Adanya dokumen masterplan;
Sambungan Rumah (SR) harus merujuk kepada DED SPALD-T Skala
Perkotaan yang telah ada dengan tujuan agar kualitas SR yang di
usulkan memiliki mutu yang sama dengan SR yang sudah di bangun
dan menjadi satu kesatuan system SPALD-T sekala
Perkotaan/Permukiman
Pengadaan kegiatan penambahan pipa pengumpul dan sambungan
rumah dilakukan melalui kontraktual
3.1.4 Pengadaan Truk Tinja
Spesifikasi teknis truk pengangkut lumpur tinja mengacu pada Permen
PUPR Nomor 4 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan
Sistem Air Limbah Domestik, yaitu:
Tabel 25 Spesifikasi Teknis Truk Pengangkut Lumpur Tinja
No. Unit/Volume Spesifikasi

Truk memiliki 6 ban


1 Truk Beban kendaraan memenuhi syarat untuk jalan kelas II
(Arteri Primer)
2 Kelengkapan Penunjang
Material
Baja, fiber, atau bahan lain
Tangki Coating
Kedap air dan tahan terhadap bahan kimia

163
No. Unit/Volume Spesifikasi
Dimensi
Panjang 950 mm, lebar 900 mm, tinggi 80 mm
Volume efektif
Minimal 3 meter kubik
Kelengkapan
• Pipa ventilasi, lubang pemeriksa, bagian inlet dengan
check valve
• Bagian outlet dengan check valve
• Indicator volume transparan yang dapat dibaca dari
luar
• Pompa vakum yang disarankan bertipe compressor dan
vacuum pump, terbuat dari bahan yang cocok untuk
masing-masing bagiannya. Vakum pompa lebih kecil
dari 750 mmHg, putaran pompa <500-1000 rpm, pompa
harus cukup pelumas dan dilengkapi dengan petunjuk
level minyak pelumas untuk keamanan operasi.
• Sumber power pompa: tenaga penggerak bisa diambil
Pompa
dengan tenaga penggerak truk dnegan menggunakan
roda gigi yang cocok untuk pemindahan tenaga atau
dengan tersendiri yang dibawa truk.
• Selang penghisap minimal 50 meter dan selang
pembuang minimal 10 meter, harus dilengkapi dengan
system penyambung. Selang pembuang tinja dibuat
dari pengawas dan mudah digulung.

Dalam melaksanakan Pengadaan kegiatan truk pengangkut tinja dapat


dilaksanakan melalui mekanisme kontraktual sebagai berikut.
Dilaksanakan dengan pihak ketiga
Pengadaan truk tinja dapat dilakukan dengan menggunakan e-
Purchasing (Katalog Elektronik dan Toko Daring pada situs LKPP)
sesuai dengan peraturan yang berlaku
Batas minimum nilai TKDN jasa konstruksi untuk Sistem pengelolaan air
limbah domestik sesuai dengan Peraturan perundangan yang
berlaku.

164
3.1.5 Pembangunan IPAL skala permukiman kombinasi MCK minimal 50
KK
Kegiatan ini terdiri dari :
Bangunan MCK;
Sub-sistem Pengolahan Air Limbah Domestik (SPALD);
Sub-sistem Pipa Pengumpul;
Sub-sistem Pipa sambungan rumah minimum 50 KK
Persyaratan teknis untuk kegiatan Pembangunan IPAL skala permukiman
kombinasi MCK minimal 50 KK sebagai berikut :
Total Jumlah bilik sebanyak 4, terdiri dari 2 bilik wanita (untuk mandi dan
kakus), 2 bilik pria (kamar mandi dan kakus) serta 4 titik kran untuk
cuci;
Permukiman padat yang sebagian tidak memiliki jamban pribadi;
Tidak ada lahan sama sekali untuk membangun jamban pribadi dan
mengelola air buangan secara setempat;
Tingkat populasi yang tinggi;
Adanya fasilitas air bersih;
Adanya fasilitas listrik;
Adanya kesiapan lahan untuk bangunan MCK dan dibuktikan dengan
adanya sertiffikat lahan;
Lokasi lahan diprioritaskan di lahan ideal (tidak di daerah bekas lahan
gambut, rawa, dll. yang mempengaruhi besarnya biaya konstruksi).
Posisi bangunan MCK berada di tengah-tengah permukiman warga
pemanfaat;
Pengadaan kegiatan Pembangunan IPAL skala permukiman kombinasi
MCK minimal 50 KK dilakukan melalui swakelola.
3.1.6 Pilihan Teknologi Persampahan
Konsep pengelolaan persampahan melalui 3R adalah paradigma baru
dalam pola konsumsi dan produksi di semua tingkatan dengan
memberikan prioritas tertinggi pada pengelolaan limbah yang berorientasi
pada pencegahan timbunan sampah, minimisasi limbah dengan
mendorong barang yang dapat digunakan lagi dan barang yang dapat di
dekomposisi secara biologi (biodegradable) dan penerapan pembuangan
limbah yang ramah lingkungan. Pelaksanaan 3R tidak hanya menyangkut
masalah sosial dalam rangka mendorong perubahan sikap dan pola pikir

165
menuju terwujudnya masyarakat yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan tetapi juga menyangkut pengaturan (manajemen) yang
tepat dalam pelaksanaannya.

Permen PUPR No. 04/PRT/M/2017

Gambar 53 Skema Pengelolaan Sampah


Prinsip pertama Reduce adalah segala aktivitas yang mampu mengurangi
dan mencegah timbunan sampah. Prinsip kedua Reuse adalah kegiatan
penggunaan kembali sampah yang layak pakai untuk fungsi yang sama
atau yang lain. Prinsip ketiga Recycle adalah kegiatan mengelola sampah
untuk dijadikan produk baru. Untuk mewujudkan konsep 3R salah satu
penerapannya adalah melalui pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis
masyarakat, yang diarahkan kepada daur ulang sampah (recycle).
Hal ini dipertimbangkan sebagai upaya mengurangi sampah sejak dari
sumbernya, karena adanya potensi pemanfaatan sampah organik
sebagai bahan baku kompos dan komponen non organik sebagai bahan
sekunder kegiatan industri seperti plastik, kertas, logam, gelas, dan lain-
lain. Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97
Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional (Jaktranas)
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga, target pengurangan dan penanganan sampah rumah

166
tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana
dimaksud adalah:
Pengurangan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga
sebesar 30% (tiga puluh persen) dari angka timbulan sampah rumah
tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga sebelum adanya
kebijakan dan strategi nasional pengurangan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga di tahun 2025;
Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari angka
timbulan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga sebelum adanya kebijakan dan strategi nasional
penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga di tahun 2025.
Pada perencanaan penerapan 3R skala rumah tangga hendaknya
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Perlu dibedakan tipe kawasan seperti kawasan komplek perumahan
teratur (cakupan pelayanan 1000-2000 unit rumah), perumahan semi
teratur/non komplek (cakupan pelayanan 1 RW), dan perumahan
tidak teratur/kumuh atau perumahan di bantaran sungai;
Diperlukan keterlibatan aktif masyarakat dalam upaya pengurangan
volume dan pemilahan sampah;
Diperlukan keterpaduan operasional pengelolaan sampah mulai dari
sumber, pengangkutan/pengumpulan, pemilah sampah, pihak
penerima bahan daur ulang (lapak), dan pengangkutan residu ke
TPA;
Diperlukan area kerja pengelolaan sampah terpadu skala kawasan yang
disebut TPS-3R (tempat pengolahan sampah terpadu), yaitu area
pembongkaran muatan gerobak, pemilahan, peranjangan sampah,
pengomposan, tempat/container sampah residu, penyimpanan
barang lapak, dan pencucian;
Kegiatan pengelolaan sampah di TPS-3R meliputi pemilahan sampah,
pembuatan kompos, pengepakan bahan daur ulang, dll;
Pemisahan sampah di TPS-3R dilakukan untuk beberapa jenis sampah
seperti sampah B3 rumah tangga (dikelola sesuai dengan
ketentuan), sampah kertas, plastik, logam/kaca (sebagai bahan daur
ulang), dan sampah organik (sebagai bahan baku kompos);

167
Pembuatan kompos di TPS-3R dapat dilakukan dengan berbagai metode,
antara lain Open Windrow;
Insinerator skala kecil tidak direkomendasikan karena hanya
direkomendasikan untuk sampah rumah sakit dan sampah khusus;
Sampah residu dilarang untuk dibakar di tempat, tapi dibuang ke TPA.
Batas minimum nilai TKDN jasa konstruksi untuk Sistem pengelolaan
persampahan berbasis masyarakat sesuai dengan Peraturan
perundangan;
Desain bangunan TPS-3R minimal memuat beberapa hal sebagai berikut:
Area Penerimaan/Dropping Area
Area Pemilahan/Separasi
Area Pencacahan dengan mesin pencacah
Area Komposting dengan metode yang dipilih
Area Pematangan Kompos/Angin
Mempunyai Gudang Kompos dan Lapak serta tempat Residu
Mempunyai minimum kantor
Mempunyai sarana air bersih dan sanitasi

Gambar 54 Contoh Denah TPS-3R

168
3.1.6.1 Kriteria Tempat Pengelolaan Sampah TPS-3R
Lokasi
Mampu melayani 1000 jiwa atau setara dengan 200 KK atau setara
dengan 3-6 m3 per hari;
Luas lahan yang diperlukan 200 M2 untuk keperluan lahan pengomposan,
kantor pengendalian dan gudang penyimpanan;
Komponen SELOTIF paling penting adalah kepastian tentang tersedianya
jejaring bisnis sampah sebagai pembeli produk TPS-3R.
Tempat Pengelolaan Sampah TPS-3R dengan luas minimal 200 m 2
sebaiknya hanya menampung sampah tercampur 20 %, sedangkan
sampah yang sudah terpilah 80%.
Fasilitas Tempat Pengelolaan Sampah TPS-3R
Fasilitas Tempat Pengelolaan Sampah TPS-3R meliputi wadah komunal,
areal pemilahan dan areal komposting serta dilengkapi juga dengan
fasilitas penunjang lain seperti saluran drainase, tangki air bersih, septik
tank, listrik, barier (pagar tanaman hidup), gudang penyimpan bahan daur
ulang maupun produk kompos, ruang kantor dan toilet.
Data yang Dibutuhkan
Jumlah warga yang terlayani;
Jumlah sampah yang akan diolah di TPS-3R;
Data komposisi sampah;
Data calon penerima kompos, misal: Dinas Pertanian, DKP, PT. Pupuk
Indonesia, Swasta;
Data calon penerima sampah anorganik, misal: Industri kecil, menengah
dan besar (koordinasi dengan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan).
Daur Ulang
Sampah yang didaur ulang minimal adalah kertas, plastik dan logam
yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Untuk mendapatkan kualitas
bahan daur ulang yang baik, pemilahan sebaiknya dilakukan sejak di
sumber.
Pemasaran produk daur ulang dapat dilakukan melalui kerja sama
dengan pihak lapak atau langsung dengan industri pemakai.
Sampah B3 Rumah tangga (terutama batu baterai dan lampu neon)
dikumpulkan untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan
perundangan yang berlaku (PP No. 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun).

169
Daur ulang kemasan plastik (air mineral, minuman dalam kemasan, mie
instan dan lain-lain)sebaiknya dimanfaatkan untuk barang-barang
kerajinan atau bahan baku lain.
Pembuatan Kompos
Sampah yang digunakan sebagai bahan baku kompos adalah sampah
dapur (terseleksi)dan daun-daun potongan tanaman.
Metode pembuatan kompos dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain denganopen windrow dan caspary.
Proses pengomposan pada TPS-3R dilakukan melalui tahapan sebagai
berikut:
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫؀‬ Ā Ȁ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
Penerimaan dan pembongkaran sampah.
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫؀‬ Ā Ȁ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫؀‬ Ā Ȁ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
က Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Penyusunan tumpukan sampah
⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
က Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Pembalikan tumpukan satu kali
⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
က Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Penyiraman dan pengukuran suhu
⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
က Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
က Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
က Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
က Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
Ada banyak cara untuk mengolah sampah organik, di antaranya adalah:
Dengan proses pengomposan sehingga menghasilkan kompos (pupuk
organik),
Biodigester yang menghasilkan produk gas metan untuk keperluan
memasak,
Pemanfaatan untuk pakan ternak (BSF) yang dihasilkan sampah atau
pengolahan langsung dari sampah organik menjadi pakan ternak, dll.
Opsi teknologi pengolahan sampah organik tersebut sangat terbuka untuk
diterapkan di TPS-3R. Pada buku Pedoman Teknis Pelaksanaan ini,
hanya akan dilakukan pembahasan mengenai proses pengomposan.
Proses pengomposan adalah proses dekomposisi yang dilakukan oleh
mikroorganisme terhadap bahan organik biodegradable. Tujuan
pengomposan adalah untuk mengubah bahan organik yang
biodegradable menjadi bahan yang secara biologi bersifat stabil, dengan

170
demikian mengurangi volume atau massanya. Proses alamiah ini
menguraikan materi organik menjadi humus dan bahan mineral. Karena
proses pembuatannya secara aerob, akan timbul panas, sehingga proses
ini akan membunuh bakteri patogen, telur serangga dan larva lalat, serta
mikroorganisme lain yang tidak tahan pada temperatur di atas temperatur
normal.
Proses pembuatan kompos terdiri dari 2 tahap, yaitu:
Pembuatan kompos setengah matang membutuhkan waktu sekitar 3
minggu;
Pematangan (maturasi) kompos yang berlangsung sekitar 4–6 minggu.
Kompos yang dihasilkan dari proses degradasi, baik pada pengomposan
tradisional maupun modern (pengomposan dipercepat) disebut sebagai
kompos setengah matang yang belum stabil, dan tidak baik bila
digunakan langsung pada tanaman. Dibutuhkan proses pematangan agar
tanaman yang menggunakan tidak terganggu, misalnya akibat panas
reaksi yang ditimbulkan. Proses pematangan kompos sampai saat ini
biasanya dilakukan dalam bentuk diangin-angin di udara terbuka.
Pengomposan setengah matang dapat dipercepat dengan mengatur
faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga berada dalam kondisi
yang optimum. Rekayasa pengomposan lebih banyak berkonsentrasi
pada proses ini.

171
Gambar 55 Alternatif pengolahan sampah di TPS-3R Faktor-
faktor yang mempengaruhi proses pengomposan (Enri Damanhuri, 2016):

Bahan yang dikomposkan. Sebaiknya dipisah pengomposan sampah


daun dan kayu dengan sampah sisa makanan. Semakin banyak
kandungan kayu atau bahan yang mengandung lignin, semakin sulit
terurai.
Ukuran bahan yang dikomposkan. Kontak bakteri akan semakin baik jika
ukuran sampah semakin kecil dan luas permukaan besar. Diameter
yang baik antara 25 – 75 mm. Namun apabila terlalu kecil,
dikhawatirkan kondisi akan menjadi anaerob karena proses
pemampatan.
Kandungan karbon, nitrogen dan fosfor. Sumber karbon (C) banyak dari
jerami, sampah kota, daun-daunan. Sumber nitrogen (N) berasal dari
protein, misal kotoran hewan. Perbandingan C/N yang baik dalam
bahan yang dikomposkan adalah 25 – 30 (berat-kering), sedang C/N
akhir proses adalah 12 – 15. Seperti halnya nitrogen, fosfor
merupakan nutrisi untuk pertumbuhan mikroorganisme. Harga C/P
untuk stabilisasi optimum adalah 100:1. Nilai C/N untuk beberapa
bahan antara lain: Kayu (200 – 400), Jerami padi (50 – 70), Kertas
(50), Kotoran Ternak (10-20), Sampah kota (30).

172
Mikroorganisme. Ada pendapat ahli yang menyatakan penambahan EM4
tidak terlalu dibutuhkan. Mikroorganisme yang dibutuhkan sudah
sangat berlimpah pada sampah kota. Cara yang efektif adalah
mengembalikan lindi dan sebagian kompos yang telah berhasil pada
timbunan kompos yang baru, sebab pada bahan itulah terkumpul
mikroorganisme dan enzim yang dibutuhkan.
Temperatur. Temperatur terbaik pengomposan adalah 50o – 55o C. Suhu
rendah menyebabkan pengomposan akan lama, sementara suhu
tinggi (60 – 70oC) menyebabkan pecahnya telur insek, dan materinya
bakteri-bakteri patogen. Berikut adalah pola temperatur pada
timbunan sampah dengan proses aerator bambu (Gotaas, 1973).

Gambar 56 Pola Temperatur pada Proses Aerator Bambu


Kadar air. Kadar air sangat penting dalam proses aerobik. Kadar air
sampah sangat dipengaruhi oleh komposisi sampahnya. Pembalikan
diperlukan untuk menjaga kelembaban selama proses pengomposan.
Kadar air yang optimum sebaiknya berada pada rentang 50 – 65%,
kurang lebih selembap karet busa yang diperas.
Kondisi asam basa (pH). pH memegang peranan penting dalam
pengomposan. Bila pH terlalu rendah perlu penambahan kapur atau
abu. Di awal proses pengomposan, nilai pH pada umumnya adalah
antara 5 dan 7, dan beberapa hari kemudian pH akan turun dan
mencapai nilai 5 atau kurang akibat terbentuknya asam organik dari

173
aktivitas mikroorganisme dan temperatur akan naik cepat. 3 hari
kemudian pH akan mengalami kenaikan menjadi 8 – 8,5 dan
akhirnya stabil pada pH 7-8 hingga akhir proses (kompos matang).
Bila aerasi tidak cukup maka akan terjadi kondisi anaerob, pH dapat
turun hingga 4,5.
Berikut merupakan ilustrasi aktivitas pengomposan sampah organik.

Sistem Open Aerator bambu Sistem Caspary


Gambar 57 Pengomposan Sampah Organik
Terdapat standar nasional yang mengatur minimum kadar yang dimiliki
oleh kompos agar memenuhi standar kualitas yang dapat dimanfaatkan
dengan baik untuk nutrisi tanaman. Spesifikasi Kompos dari Sampah
Organik Domestik diatur pada SNI : 19-7030-2004, yang terdapat pada
Tabel 19. Spesifikasi ini menetapkan kompos dari sampah organik
domestik yang meliputi, persyaratan kandungan kimia, fisik dan bakteri
yang harus dicapai dari hasil olahan sampah organik domestik menjadi
kompos, karakteristik dan spesifikasi kualitas kompos dari sampah
organik domestik.

174
Tabel 26 Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik
No. Parameter Satuan Minim Maks. No. Parameter Satuan Minim Maks.
Cobalt
1 Kadar Air % 0 C 50 17 (Co) mg/kg * 34
Suhu air Chromium
2 Temperatur 18 mg/kg * 210
tanah (Cr)
Tembaga
3 Warna Kehitaman 19 mg/kg * 100
(Cu)
Berbau Mercuri
4 Bau 20 mg/kg * 0,8
tanah (Hg)
Ukuran
5 mm 0,55 25 21 Nikel (Ni) mg/kg * 62
partikel
Kemampuan Timbal
6 % 58 22 mg/kg * 150
ikat air (Pb)
Selenium
7 pH 6,80 7,49 23 mg/kg * 2
(Se0
8 Bahan asing % * 1,5 24 Seng (Zn) mg/kg * 500

Unsur makro Unsur lain


Bahan
9 % 27 58 25 Calsium % * 25.5
organik
Magnesiu
10 Nitrogen % 0,4 26 % * 0.6
m (Mg)
11 Karbon % 9,8 32 27 Besi (Fe) % * 2.0
Phosfor Aluminium
12 % 0,1 28 % 2.2
(P2O5) (Al)
Mangan
13 C/N rasion 10 20 29 % 0.1
(Mn)
Kalium
14 % 0,2 * Bakteri
(K2O)
Unsur mikro 30 Fecal Coli MPN/gr 1000
Salmonella MPN/4
15 Arsen mg/kg * 13 31 3
sp. gr
Cadmium
16 mg/kg * 3
(Cd)

Keterangan:
*Nilainya lebih besar dari minimum atau lebih kecil dari maksimum
(Sumber: SNI : 19-7030-2004)

175
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 70 Tahun 2011 tentang
Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah, pada peraturan ini
disebutkan beberapa parameter pupuk organik yang harus dipenuhi
standarnya seperti C/N rasio, kadar air, logam berat, pH, dan lain-lain.
Contoh pupuk organik yang disebutkan dalam peraturan adalah kompos
dari berbagai jenis bahan dasar: jerami, sisa tanaman, kotoran hewan,
blotong, tandan kosong, media jamur, sampah organik, sisa limbah
industri berbahan baku organik.
Tabel 27 Persyaratan Teknis Pupuk Organik
Standar Mutu

No. Parameter Satuan Granul/Pelet Remah/Curah


Diperkaya Diperkaya
Murni Murni
Mikroba Mikroba
1 C – organik % Min 15 Min 15 Min 15 Min 15

2 C/N rasio 15-25 15-25 15-25 15-25

Bahan ikutan
3 (plastik, kaca, % Maks 2 Maks 2 Maks 2 Maks 2
kerikil)

*)
4 Kadar Air % 8-20 10-25 15-25 15-25
Logam berat:
ppm Maks 10 Maks 10 Maks 10 Maks 10
As
ppm Maks 1 Maks 1 Maks 1 Maks 1
5 Hg
ppm Maks 50 Maks 50 Maks 50 Maks 50
Pb
ppm Maks 2 Maks 2 Maks 2 Maks 2
Cd

6 pH - 4-9 4-9 4-9 4-9


Hara makro
7 % Min 4
(N+P2O5+K2O)
Mikroba
2 2 2 2
kontaminan: Maks 10 Maks 10 Maks 10 Maks 10
8 MPN/gMPN/g 2 2 2 2
- E.coli Maks 10 Maks 10 Maks 10 Maks 10
- Salmonella sp
Mikroba
3 3
fungsional cfu/g Min 10 Min Min 10 Min
9 - 3 - 3
- Penambat N cfu/g 10 10
- Pelarut P
Ukuran butiran
10 % Min 80 Min 80 - -
2-5 mm

176
Standar Mutu

No. Parameter Satuan Granul/Pelet Remah/Curah


Diperkaya Diperkaya
Murni Murni
Mikroba Mikroba
Hara mikro:
Ppm Maks 9000 Maks 9000 Maks 9000 Maks 9000
- Fe total atau
ppm Maks 500 Maks 500 Maks 500 Maks 500
11 - Fe tersedia
ppm Maks 5000 Maks 5000 Maks 5000 Maks 5000
- Mn
ppm Maks 5000 Maks 5000 Maks 5000 Maks 5000
- Zn

Unsur lain:
Ppm 0 0 0 0
12 - La
Ppm 0 0 0 0
- Ce
*)
Kadar air di atas dasar berat basah
(Sumber: Peraturan Menteri Pertanian No. 70 Tahun 2011)
Tabel 28 Contoh Kualitas Kompos Sampah Dapur
SNI 19-7030-2004
Substansi % Berat Kering
Min Maks
Materi Organik 25-50 27 58
Karbon (C) 8-50 9,80 32
Nitrogen(N) 0,4-3,5 0,40 -
Fosfor (P2O5) 0,3-3,5 0,10 -
Kalium (K2O) 0,5-1,8 0,20 -
Kalsium (Ca) 1,5-7 - 25,5
Abu 20-65

Hasil pengomposan dapat berupa kompos padat maupun lindi. Lindi


(leachate) adalah cairan yang merembes melalui tumpukan sampah
dengan membawa materi terlarut atau tersuspensi terutama hasil proses
dekomposisi materi sampah. Lindi yang dihasilkan dari proses
pengomposan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair atau diresirkulasi
dalam proses pengomposan karena dapat menjadi nutrisi yang baik bagi
bakteri pengurai dalam proses pengomposan.

177
3.1.6.2 Spesifikasi Teknis Bangunan
Spesifikasi ini merupakan pelengkap dan harus dibaca bersama-sama
dengan gambar-gambar, yang keduanya secara bersama menguraikan
pekerjaan yang akan dilaksanakan. Penjelasan Istilah pekerjaan
mencakup suplai dan instalasi seluruh peralatan dan material yang harus
dipadukan dalam konstruksi-konstruksi yang dilakukan oleh TFL Teknik
kepada TPS-KSM.
Dengan mempertimbangkan material lokal, spesifikasi untuk pekerjaan
yang harus dilaksanakan dan material yang harus dipakai, harus
diterapkan baik pada bagian dimana spesifikasi tersebut ditemukan
maupun bagian-bagian lain dari pekerjaan dimana pekerjaan atau
material tersebut dijumpai.
Spesifikasi Bangunan Struktural Utama
Pondasi:
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Diperhatikan kondisi tanah dan
bangunan yang sudah ada di sekitarnya;
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Prioritaskan bahan adalah material
lokal.
Dinding:
Prioritaskan bahan material lokal.
Rangka Utama:
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Prioritaskan bahan material lokal;
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Perhitungkan dengan rencana umur
bangunan;
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Kondisi lingkungan sangat
mempengaruhi (pinggir laut, kecepatan angin, dll.).
Penutup Atap:
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
Tahan korosi, tahan benturan, mudah menggantinya.
Struktur Baja
Tiang Utama Bangunan
Dari baja profil IWF dengan dimensi Ukuran 250 x 75 x 5 x 7 mm,
baja Krakatau Steel atau setara. Tinggi 4 meter dihitung dari tempat
kedudukan kolom penyangga tiang utama dan di beri plat pengaku.
Kuda-kuda
Dari baja profil IWF dengan dimensi Ukuran 250 x 75 x 5 x 7 mm,
baja Krakatau Steel atau setara dengan sambungan las pada plat

178
pengaku serta sambungan baut pada konstruksinya. Antar kuda-
kuda diberi ikatan angin dengan besi ø16 mm.
Gording
Dari baja profil Kanal dengan dimensi 100 x 50 x 20 x 2 x 3 mm, baja
Krakatau Steel atau setara dengan sambungan las antara gording
dengan plat siku dan kuda-kuda, dimensi siku-siku 100 x 100 x 10
mm. Antar gording diberi penstabil /Trecstang dari besi dimensi 12
mm.
Pengaku
Mengikuti bagian pada joint di masing-masing konstruksi.

Gambar 58 Gambar Rancangan Layout Desain Bangunan TPS3R

179
Gambar 59 Tampak Depan dan Tampak Samping Design Bangunan TPS3R
Sistem Lajur Terbuka (Open windrow)

Gambar 60 Desain Arsitektur Tampak Depan

180
Gambar 61 Desain Arsitektural
3.1.6.3 Pengolahan Sampah 3R
Pengolahan sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle), dalam pelaksanaannya
secara garis besar pengolahan sampah 3R merupakan kegiatan yang terdiri dari
pewadahan, pengumpulan, dan pengolahan/pemanfaatan sampah.
3.1.6.4 Pewadahan Sampah
Volume wadah dapat menampung sampah dari penghuni untuk jangka waktu
minimal 3 hari untuk sampah non organik dan 1 hari untuk sampah organik;
Terbuat dari bahan yang cukup kuat, tahan basah untuk sampah organik,
sehingga umur teknis dari pewadahan minimal dapat mencapai 6 bulan;
Bahan wadah paling baik dapat diperoleh secara lokal;
Setiap wadah mampu menyimpan sesuai jenis sampah. Agar perencanaan
merujuk hasil penelitian lapangan komposisi sampah.

Gambar 62 Contoh Kreasi Wadah Sampah Untuk Pemilahan

181
3.1.6.5 Perlengkapan
Agar estetika yang lebih baik maka wadah dilengkapi dengan tutup;
Warna wadah sebaiknya spesifik untuk setiap jenis sampah.
3.1.6.6 Operasi dan Pemeliharaan
Mudah dalam operasi pemasukan sampah maupun pengosongan sampah;
Mudah dalam perawatan.

Gambar 63 Perencanaan Penentuan Volume Wadah Sampah di Sumbernya


3.1.6.6.1 Pengumpulan Sampah
Metode
Petugas dari rumah ke rumah;
Masyarakat membawa sendiri sampahnya ke Wadah/Bin
Komunal/Kontainer yang sudah ditentukan.
Peralatan
Alat angkut sampah berupa motor sampah roda-3 dengan spesifikasi
sebagai berikut:
Kapasitas silinder sekurang - kurangnya 150 cc;
Daya angkut 300 - 500 kg;
Volume bak muatan 1 - 2 m3;
Bak muatan dilengkapi dengan hidrolis dan berbahan stainless steel;

182
Tipe mesin minimal 4 langkah ohc, water cooler (radiator) single cylinder
vertical; dan
Garden gear box, rninimal 5 (lima) kecepatan bertautan tetap dengan 1
(satu) mundur

Gambar 64 Contoh Alat Pengumpul Sampah


Frekuensi Pengumpulan
Sampah non organik terpilah seperti kertas, plastik, logam/kaca dilakukan
seminggu sekali;
Sampah yang masih tercampur harus dilakukan minimal seminggu 2 kali.
Cara Pemilahan
Gerobak sampah dimodifikasi dengan sekat atau dilengkapi karung-
karung besar (3 unit atau sesuai dengan jenis sampah).

183
3.1.6.6.2 Kriteria yang Perlu Diperhatikan dalam Pengumpulan
Volume gerobak dengan ban angin (umur tidak lebih dari 1 tahun) atau motor
sampah 1 m3 sehingga satu unit pengumpul dapat melayani 300 jiwa atau
sekitar 60 KK untuk timbunan sampah 3 liter/orang/hari.
Kondisi topografi yang berbukit hanya dapat dilayani dengan motor sampah
Kondisi topografi yang datar menggunakan gerobak atau motor sampah.
Pengumpulan sampah terpilah dilakukan dengan :
Gerobak atau motor 3R yang tersekat sesuai jenis sampah yang terpilah;
Gerobak tanpa sekat digunakan dengan jadwal tertentu.

Gambar 65 Perencanaan pengumpulan sampah TPS-3R Berbasis


Masyarakat
3.1.6.6.3 Pengolahan/Pemanfaatan Sampah
Pengolahan/pemanfaatan sampah terbagi 2:
Pengolahan sampah organik: dengan cara pembuatan kompos;
Pengolahan sampah non organik: mendaur ulang atau memanfaatkan
kembali barang, misal membuat kerajinan dari sampah botol, dll.
Sedangkan sampah jenis B3 dikumpulkan untuk diproses lebih lanjut
sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku (PP No. 101 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun).

184
Proses pengomposan sampah TPS-3R dilakukan melalui tahapan
sebagai berikut:

Gambar 66 Diagram Tahapan Proses Pengomposan

185
3.1.6.6.4 Daur Ulang Sampah Non Organik
Pemilahan komponen non-organik sesuai permintaan lapak;
Pengemasan per komponen non-organik terpilah;
Bahan ke lapak.
Dasar daripada teknologi pengomposan adalah pengendalian
pembusukan sampah melalui kegiatan mikro-organisme/bakteri. Terdapat
dua jenis bakteri yang digunakan untuk proses pengomposan, yaitu;
Bakteri yang untuk hidupnya membutuhkan oksigen (aerobik) dan;
Bakteri yang dapat hidup tanpa oksigen (anaerobik).

Gambar 67 Dimensi Tumpukan Lajur Terbuka


Melakukan penyiraman setiap mencapai ketebalan 30 cm, agar kelembaban
merata. Secara berkala, tumpukan sampah dibalik 1 atau 2 kali seminggu secara
manual. Pembalikan tumpukan dapat dilakukan dengan memindahkan tumpukan
ke tempat berikutnya. Waktu pembalikan dicatat dan tumpukan yang sudah
dilakukan pembalikan diberi tanda tanggal pembalikan.

186
3.1.6.6.5 Proses Pengomposan
Proses pengomposan skala kawasan dengan sistem bak terbuka
merupakan proses pengomposan dengan menggunakan bak-bak terbuka
dimana sampah tidak perlu dibentuk akan tetapi cukup dimasukkan ke
dalam bak. Sampah organik dimasukkan pada bak terbuka sampai penuh
sambil dipadatkan dan disiram. Setelah bak terisi penuh, pengisian dapat
dilanjutkan ke bak berikut. Sistem ini sangat sederhana dan lokasi dapat
diatur lebih bersih karena proses pengomposan dilakukan di dalam bak.
Pembalikan dapat dilakukan tetap di dalam bak dengan alat pembalik
atau sampah dipindahkan ke bak berikutnya. Sistem pengudaraan pada
bak terbuka agak terbatas karena adanya dinding bak walaupun sudah
diberikan lubang ventilasi. Pengomposan dengan bak terbuka ini
cenderung lebih lama, pada beberapa kasus, lama pengomposan dapat
mencapai 2 bulan atau 8 minggu.
3.1.6.6.6 Pengomposan dengan Metode Cetakan
Proses pengomposan skala kawasan dengan metode Cetakan
merupakan proses pengomposan dengan menggunakan alat cetak untuk
membentuk sampah dalam bentuk kubus. Proses pengomposan sampah
dengan sistem cetakan ini digunakan jika lahan yang ada tidak terlalu
luas. Proses pengomposan dengan sistem cetak lebih agak rumit
dibandingkan dengan metode lajur terbuka karena membutuhkan alat
cetak. Sifat tumpukan sampah juga lebih padat dibandingkan lajur terbuka
sehingga udara yang terperangkap pada tumpukan sampah agak lebih
sedikit.

Gambar 68 Pengomposan Sistem Cetak

187
3.1.6.6.7 Pembentukan Tumpukan
Proses pengomposan sampah skala kawasan dengan sistem cetak tidak
terlalu berbeda dengan sistem lajur terbuka (open windrows).
Perbedaannya pada saat membentuk tumpukan sampah untuk proses
pengomposan selanjutnya. Sampah organik yang sudah terpilah dibawa
ke area pengomposan. Pada area pengomposan disiapkan alat pencetak
yang terbuat dari papan. Ukuran baku memang belum ada, tetapi sebagai
dasar perhitungan dapat digunakan dimensi alat cetak lebar 1 meter,
panjang 2 meter, dan tinggi 0,5 meter.
Pencetakan dilakukan dengan memasukkan sampah organik ke dalam
kotak cetakan. Secara manual sampah dipadatkan, setelah itu kotak
cetakan diangkat dan terbentuk tumpukan sampah yang tercetak.
Tumpukan yang sudah terbentuk diberi tanda atau label informasi waktu
pembentukan tumpukan. Secara berkala, tumpukan sampah dibalik 1
atau 2 kali seminggu. Pembalikan tumpukan dapat dilakukan dengan
memindahkan tumpukan yang sudah tercetak ke dalam kotak cetakkan
berikutnya dan seterusnya. Waktu pembalikan dicatat dan tumpukan yang
sudah dilakukan pembalikan diberi tanda tanggal pembalikan.
3.1.6.6.8 Pengomposan dengan Sistem Bak Terbuka (Open Bin)
Selain di rumah, pengomposan sampah dapat juga dilakukan secara
terpusat pada satu kawasan setingkat RW sampai skala kota.
Pengomposan skala kawasan dilakukan terpusat pada kapasitas antara
1–2 ton sampah sehari. Kawasan dapat berupa kawasan permukiman,
pasar, komersial, dsb. Pengomposan skala kawasan diperuntukkan untuk
mengelola sampah organik dari 1.000 sampai 2000 jiwa.

Gambar 69 Pengomposan Open Bin

188
3.1.6.6.9 Tangki Biofilter Pengolah Leachate
Air limbah sisa pengolahan sampah dialirkan ke tangki biofilter sebagai
unit pengolahan lindi sebelum dimanfaatkan atau dialirkan ke badan air
terdekat.
Tabel 29 Kelebihan dan Kekurangan Pengomposan
Metode Kelebihan Kekurangan
1. Sampah tidak terlihat dari luar 1. Padat modal
2. Areal pengomposan terlihat 2. Tinggi kotak terbatas
rapi 3. Ruang gerak pekerja
Open Bin
3. Volume sampah terolah sama terbatas
4. Penggunaan lahan
terbatas
1. Modal lebih ringan dari 1. Volume sampah
metode Open bin tercetak tidak sama
2. Tumpukan sampah bisa untuk setiap
Open mencapai tinggi optimal 1,5 tumpukan
Windrow 3. Penggunaan lahan fleksibel 2. Tumpukan sampah
4. Proses pembalikan lebih rentan tiupan angin
mudah dibanding metode 3. Tumpukan sampah
open bin dan caspary mudah roboh

1. Tumpukan sampah terlihat 1. Padat Karya


rapi 2. Proses pembalikan
2. Volume sampah tercetak lebih rumit dari open-
lebih banyak dan seragam bin atau open
3. Tumpukan sampah tidak windrow
Caspary mudah roboh dan tahan
tiupan angin
4. Penggunaan lahan lebih
hemat
5. Fleksibel

189
3.2 Ketentuan Teknis Pengelolaan Keuangan oleh TPS-KSM
3.2.1 Administrasi dan Pelaporan
Bendahara KSM didampingi TFL akan mengawal kegiatan administrasi
keuangan secara khusus kegiatan pencatatan, penyusunan, dan
penyimpanan dokumen pendukung untuk pengeluaran dana. Dokumen
pendukung di antaranya: Surat Perintah Kerja, Surat perjanjian, Bukti
Pembelian, kuitansi, Bon, Nota Pembayaran, Faktur, dan sebagainya.
Seluruh catatan dan dokumen pendukung penggunaan dana tersebut
harus tersedia pada waktu diadakan pemeriksaan oleh pihak berwenang
dari PPK Teknis Kab/Kota. Catatan atau dokumen pendukung harus
bersifat transparan dalam pelaksanaan kegiatan baik internal maupun
eksternal, yang berisi tentang nama, kedudukan, cakupan kegiatan,
sumber dana, mekanisme pelaksanaan, hak dan kewajiban dll.
3.2.2 Mekanisme Pencairan Dana dari BPKAD ke Rekening TPS-KSM Dana
dapat di transfer ke rekening TPS-KSM atas terbitnya Surat Perintah
Pencairan Dana (SP2D) apabila telah diterbitkan Surat Perintah
Membayar (SPM) dari PPK Sanitasi OPD Dinas terkait.
Tabel 30 Contoh Rencana Penggunaan Dana (RPD) TPS-KSM
Contoh RENCANA PENGGUNAAN DANA (RPD) TPS-KSM…….
DAK Infrastruktur Bidang Sanitasi
TAHAP I (40% / 25%)
Nama TPS-KSM : ………… Kec. : ………….
Lokasi :………… Kab/Kota : ………….
Kel./Desa : …………. Provinsi : ………….
Jenis Pekerjaan : …………..
Volume

No Uraian Realisasi s/d pengajuan Jumlah Unit/ Harga Satuan (Rp) Jumlah Pengajuan (Rp)
Kebutuhan
Tahap lalu sekarang Kumulatif Satuan

1 2 3 4 5 6=4+5 7 8 9=5x8
A Bahan/Material
1
2
B Sewa Alat
1
2
Upah 1
2
C Biaya Operasional Pelaksanaan (BOP)
1

2
Total
……………………………../……./……..

Diperiksa Oleh Dibuat Oleh


TFL Teknik Ketua TPS-KSM

(………………..….) (………………..….)

190
3.2.3 Mekanisme Penarikan Dana DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
oleh TPS-KSM
RPDB merupakan pemilahan besaran dana dari Rencana Penggunaan
Dana (RPD) per tahapan yang telah disusun sebagai dokumen
persyaratan pencairan. Dokumen persyaratan pencairan tersebut dengan
ketentuan sebagai berikut:
RPDB disusun oleh KSM sebelum menarik dana ke bank;
RPDB diperiksa oleh TFL;
Rencana Penggunaan Dana ada 3 (RPD tahap I, II dan III) sesuai
dengan tahapan pencairan dana dari BPKAD/ Keuangan Daerah ke
Rekening KSM;
Sedangkan RPDB jumlahnya sesuaikan dengan Kebutuhan/ Termin
penarikan dana ke Bank.

191
3.2.4 Laporan Penggunaan Dana (LPD)
Laporan Penggunaan Dana dibuat oleh TPS-KSM terhadap realisasi
penggunaan dana dari termin Rencana Penarikan Dana Bank (RPDB),
laporan penggunaan dana ini sebagai salah satu syarat bagi TPS-KSM
untuk mengajukan RPDB berikutnya.
Tabel 31 Contoh Laporan Penggunaan Dana (LPD) 1
LAPORAN PENGGUNAAN DANA (LPD) 1
RPDB Termin 1
DAK Infrastruktur Bidang Sanitasi
Nama TPS-KSM : ………… Kec. : ………….
Lokasi :………… Kab/Kota : ………….
Kel./Desa : …………. Provinsi : ………….
Jumlah Bantuan Periode ini : Rp -
Jumlah Biaya Jumlah Biaya Laporan
No Uraian Laporan Lalu Ini Kumulatif Biaya
(Rp.) (Rp.)
A BAHAN
1 Rp - Rp - Rp -
2 Rp - Rp - Rp -
3 Rp - Rp - Rp -
4 Rp - Rp - Rp -
5 Rp - Rp - Rp -

B Alat
1 Rp - Rp - Rp -
2 Rp - Rp - Rp -
3 Rp - Rp - Rp -

C UPAH
1 Rp - Rp - Rp -
2 Rp - Rp - Rp -
3 Rp - Rp - Rp -

D Operasional
1 TPS-KSM Rp - Rp - Rp -

JUMLAH Rp - Rp - Rp -
Saldo Kas Umum TPS-KSM Tanggal
#REF! (_________________________________)
_____________

…………………….,………./…../………
Diperiksa Mengetahui Dibuat oleh
TFL Ketua TPS-KSM Bendahara TPS-KSM

(………………………) (…………………….…….) (………………………………...……

192
3.2.5 Buku Bank TPS-KSM
Buku Bank merupakan buku yang berisi catatan seluruh transaksi melalui
bank dan transaksi yang dilakukan oleh pihak bank. Pencatatan buku
bank dilakukan dengan memindahkan catatan transaksi yang ada sesuai
dengan print out di buku tabungan. Nilai Kredit di Buku Bank/Tabungan
dicatat di kolom pemasukan, sedangkan nilai debit di Buku
Bank/Tabungan dicatat di kolom pengeluaran Buku Bank KSM.
Tabel 32 Contoh Buku Bank TPS-KSM
Contoh BUKU BANK TPS-KSM
DAK Infrastruktur Bidang Sanitasi
Bulan : _________ 20_ _
Nama TPS-KSM : ………… Kec. : ………….
Lokasi :………… Kab/Kota : ………….
Kel./Desa : …………. Provinsi : ………….

No Tanggal Uraian No Bukti Penerimaan Pengeluaran Saldo

1
2
3
JUMLAH - -

…………………….,………./…../………
Diperiksa, Mengetahui, Disusun Oleh,
TFL Ketua TPS-KSM Bendahara TPS-KSM

(………………………) ( …………….. ) ( …………….. )

193
3.2.6 Buku Kas Umum TPS-KSM
Buku Kas Umum KSM adalah buku yang digunakan untuk mencatat
seluruh transaksi-transaksi penerimaan dan pengeluaran dana yang
bersumber dari DAK maupun swadaya secara tunai dalam pelaksanaan
kegiatan. Pencatatan dalam buku kas umum harus sesuai dengan bukti-
bukti pembayaran/pengeluaran.
BUKU KAS UMUM DITULIS TANGAN OLEH BENDAHARA TPS-KSM.
Catatan: Apabila bendahara KSM sudah mahir komputer bisa langsung
diketik dengan catatan pada saat pemeriksaan dapat dibuktikan bahwa
Bendahara KSM tersebut mahir komputer.
Tabel 33 Contoh Buku Kas Umum TPS-KSM
Contoh BUKU KAS UMUM TPS-KSM
DAK Infrastruktur Bidang Sanitasi
Bulan : _________ 20_ _
Nama TPS-KSM : ………… Kec. : ………….
Lokasi :………… Kab/Kota : ………….
Kel./Desa : …………. Provinsi : ………….

No Tanggal Uraian No Bukti Penerimaan Pengeluaran Saldo

JUMLAH - - -
…………………….,………./…../………

Diperiksa, Mengetahui, Dibuat oleh,


TFL Ketua TPS-KSM Bendahara TPS-KSM

(………………………) (………………………) (………………………)

194
3.2.7 Buku Bantu untuk Administrasi Lainnya
Buku bantu dibuat untuk mempermudah pencatatan secara terpilah dari
masing-masing item pembelanjaan yang dicatatkan secara global di
dalam Buku Kas Umum (BKU). Buku bantu dimaksud terbagi ke dalam 4
(empat) buku antara lain sebagai berikut:
Buku Material
Buku material merupakan buku yang digunakan untuk mencatat setiap
material yang masuk ke gudang dan material yang keluar dari gudang,
untuk mempermudah pemeriksaan maka buku material dibuat per jenis
material yang dibelanjakan dan dikirim ke gudang.
Tabel 34 Contoh Buku Material
Contoh BUKU MATERIAL
DAK Infrastruktur Bidang Sanitasi

Nama TPS-KSM : Kec. :


Lokasi : Kab/Kota :
Kel./Desa : Provinsi :
Jenis Material :
Sumber Dana Paraf
Material Masuk Material Keluar Stok Material
No Tanggal Uraian Material Dana Bantuan Swadaya Catatan Pengambil Penanggung
Sosial (Rp) (Rp.) Volume Sat Volume Sat Volume Sat Material Jawab Stok

1 - - - - -
2 - -
3 - -
……………………../……………../………………..
Mengetahui Dibuat Oleh :
Ketua TPS-KSM Tim Pelaksana/Tukang

(…………………………..) (…………………………..)

195
Buku Upah Kerja
Buku upah kerja merupakan buku yang berisikan catatan daftar penerima
upah dan jumlah upah kerja (HOK) yang akan dibayarkan kepada tim
pekerja (Tukang dan Tenaga Kerja).
Tabel 35 Contoh Daftar Hadir Pekerja Harian Penerimaan Upah
Contoh DAFTAR HADIR PEKERJA HARIAN DAN PENERIMAAN UPAH
Pembayaran Upah : Periode _______ s/d _______________
RT/RW :
Jenis Pekerjaan :
Lokasi Kegiatan : Upah TK/Hari Rp -
Upah PK/Hari Rp -
Jenis
Kategori Hari Orang Kerja Jumlah
No Nama Kelamin Jumlah Insentif Tanda Tangan
HOK
L P M KT TK PK
1 Rp -
2 Rp -
3 Rp -
4 Rp -
5 Rp -
6 Rp -
7 Rp -
Total 0 Rp -
Keterangan : Tanggal Pembayaran/_________________
TK : Tukang Mengetahui
PK : Pekerja Ketua TPS-KSM Tim Pelaksana/Tukang
: Laki-laki
: Perempuan
(…………………,…) (…………………,…)

Buku Operasional TPS-KSM


Buku operasional TPS-KSM merupakan buku yang berisikan catatan
keseluruhan pengeluaran untuk operasional TPS-KSM dan dicatat
dengan cara rinci setiap jenis/item pengeluaran.
Tabel 36 Contoh Buku Operasional TPS-KSM
Contoh BUKU OPERASIONAL TPS-KSM
DAK Infrastruktur Bidang Sanitasi
Bulan : _________ 20_ _
Nama TPS-KSM : ………. Kec. : ………….
Lokasi :………… Kab/Kota : ………….
Kel./Desa : …………. Provinsi : ………….

No Tanggal Uraian No Bukti Jumlah (Rp) Kumulatif

JUMLAH #REF!
…………………….,………./…../………
Diperiksa, Mengetahui, Dibuat oleh,
TFL Ketua TPS-KSM Bendahara TPS-KSM

(………………………) (………………………) (………………………)

196
Buku Swadaya dari Masyarakat
Buku swadaya adalah buku bantu kas yang digunakan khusus untuk
pencatatan transaksi dari swadaya warga yang diterima oleh TPS-KSM,
baik dalam bentuk uang tunai (in cash) maupun dalam bentuk non tunai
(in kind) seperti; material, konsumsi, tenaga kerja, dll.
Tabel 37 Contoh Buku Swadaya
Contoh BUKU SWADAYA
DAK Infrastruktur Bidang Sanitasi
Bulan : _________ 20_ _
Nama TPS-KSM : ………… Kec. : ………….
Lokasi :………… Kab/Kota : ………….
Kel./Desa : …………. Provinsi : ………….

No TANGGAL URAIAN UNIT HARGA JUMLAH

1
2
3
4
5
JUMLAH -

…………………….,………./…../………
Diperiksa, Mengetahui, Dibuat oleh,
TFL Ketua TPS-KSM Bendahara TPS-KSM

(………………………) (………………………) (………………………)

197
3.2.8 Laporan Keuangan Periode Bulanan TPS-KSM
Laporan keuangan bulanan merupakan rangkuman dari transaksi yang
terjadi dalam satu bulan berjalan (periode pelaporan) dan menyajikan
jumlah kas awal TPS-KSM baik di bank maupun di bendahara, jumlah
dari penerimaan, pengeluaran selama periode satu bulan berjalan, dan
saldo akhir kas TPS-KSM baik yang ada di Bank maupun di tangan
Bendahara.
Tabel 38 Contoh Rekap Laporan Keuangan Bulanan TPS-KSM
Contoh REKAP LAPORAN KEUANGAN BULANAN TPS-KSM
DAK Infrastruktur Bidang Sanitasi
Bulan : _________ 20_ _

Nama TPS-KSM : ……….. Kec. : …………


Lokasi :………… Kab/Kota :…………
Kel./Desa : …………. Provinsi : ………….
1 SALDO AWAL
a. Kas Rp -
b. Bank Rp -
Jumlah saldo awal Rp -
2 PEMASUKAN
a. Penarikan Dana Bantuan Sosial Rp -
b. Swadaya Tunai Rp -
c. Iuran Warga Rp -
d. Bunga Bank Rp -
Total Pemasukan Rp -

3 PENGELUARAN
a. Material/Bahan Rp -
b. Sewa Alat Rp -
c. Upah Rp -
d. Operasional Rp -
e. Adm Bank Rp -
f. Pajak Bank Rp -
Total Pengeluaran Rp -

4 SALDO AKHIR Rp -
a. Bank (31 Oktober 2015) Rp -
b. Kas (31 Oktober 2015) Rp -
Jumlah Rp - -
Note: Jumlah Saldo Akhir Kas +Saldo Akhir Bank HARUS sama dengan Jumlah Saldo Awal + Pemasukan - Pengeluaran
…………………….,………./…../………
Diperiksa, Mengetahui, Disusun oleh,
TFL Ketua TPS-KSM Bendahara TPS-KSM

(………………………) (………………………) (………………………)

198
3.2.9 Laporan Pertanggungjawaban (LPj) TPS-KSM
Laporan Pertanggungjawaban (LPj) sebagai salah satu bentuk
Pengawasan dan Pengendalian Pelaksanaan Kegiatan, Laporan
Pertanggungjawaban dibuat oleh TPS-KSM. Laporan
Pertanggungjawaban dibuat setiap tahap, yaitu : LPj tahap I, tahap II dan
dan disampaikan kepada PPK Sanitasi OPD Dinas terkait sebagai
pengajuan tahap pencairan dana & setelah pekerjaan fisik selesai.
Laporan pelaksanaan/pertanggungjawaban (LPj) terdiri dari 3
bagian:
Laporan pelaksanaan fisik;
Laporan administrasi keuangan; dan
Pengadaan barang/jasa.
Dokumen Laporan Pelaksanaan Fisik oleh TPS-KSM berisikan
antara lain sebagai berikut:
a. Catatan Harian Kegiatan;
Tabel 39 Contoh Catatan Harian Kegiatan
Catatan Harian Kegiatan

RT/RW / Kelurahan/Desa :
Kecamatan / Kab./Kota : Tanggal Kerja :
Jenis Kegiatan : Pelaksana :
Masa Kerja : Pendamping :

Rencana Realisasi Hari ini Realisasi Kumulatif Jumlah HOK


No. Uraian Pekerjaan Cuaca Catatan
Volume Satuan Volume Satuan Volume Satuan Pekerja Tukang Mdr/Kk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Diperiksa Oleh : Dibuat Oleh:

TFL KSM

( ............................... ) ( ............................... )

199
Catatan Harian Penggunaan Material;
Tabel 40 Contoh Catatan Harian Penggunaan Material

200
Realisasi Kemajuan Pelaksanaan Mingguan;
Tabel 41 Contoh Realisasi Kemajuan Pelaksanaan Mingguan
REALISASI KEMAJUAN PELAKSANAAN MINGGUAN

Program Sanimas Tahun :


RT / RW / Kel. / Desa : Jenis Kegiatan :
Kec. /Kab. /Kota : Masa Kerja :

Prosentase
Jumlah Hasil Pekerjaan (%) Prosentase
Harga Satuan Bobot Kemajuan
No. Uraian Kegiatan Volume Satuan Harga Kemajuan Tiap
(Rp.) (%) Minggu Minggu Terhadap Seluruh
(Rp.) Jumlah Sisa Pekerjaan
Lalu Ini Pekerjaan

Jumlah
Prestasi Rencana :
Deviasi Prestasi :

........................................., ....................................
Diperiksa Oleh : Dibuat Oleh:
TFL Teknik KSM

( ............................... ) ( ............................... )

201
Realisasi Kemajuan Pelaksanaan Bulanan;
Tabel 42 Contoh Realisasi Kemajuan Pelaksanaan Bulanan
REALISASI KEMAJUAN PELAKSANAAN BULANAN
Program Sanimas Tahun :
RT / RW / Kel. / Desa : Jenis Kegiatan :
Kec. /Kab. /Kota : Masa Kerja :

Prosentase
Jumlah Hasil Pekerjaan (%) Prosentase
Harga Satuan Bobot Kemajuan
No. Uraian Kegiatan Volume Satuan Harga Kemajuan Tiap
(Rp.) (%) Bulan Bulan Terhadap Seluruh
(Rp.) Jumlah Sisa Pekerjaan
Lalu Ini Pekerjaan

Jumlah
Prestasi Rencana :
Deviasi Prestasi :

........................................., ....................................
Diperiksa Oleh : Dibuat Oleh:
TFL Teknik KSM

( ............................... ) ( ............................... )

202
Laporan Masalah Tingkat Desa/Kelurahan;
Tabel 43 Contoh Laporan Masalah Tingkat Kelurahan/Desa

Foto Dokumentasi Kemajuan Fisik. (0%,30%,60%,100%); dan


Berita Acara Hasil Pemeriksaan Lapangan.
Dokumen Laporan Administrasi Keuangan oleh TPS-KSM berisikan
antara lain sebagai berikut:
Buku Kas Umum TPS-KSM;
Buku Bank TPS-KSM;
Buku Bantu;
Laporan Penggunaan Dana (LPD); dan
Laporan Keuangan Bulanan TPS-KSM.

203
Dokumen Laporan Pengadaan Barang dan Jasa oleh TPS-KSM
berisikan antara lain sebagai berikut:
Daftar Survei;
Pengumuman Pengadaan;
Penawaran dari Supplier;
Berita Acara Penentuan Pemenang;
Surat Perintah Kerja (SPK); dan
Dokumen Pengantar Barang / Faktur Barang.
3.2.10 Proporsi Penggunaan Dana DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
untuk Kegiatan Swakelola oleh TPS-KSM
Kegiatan Sanitasi Sub Bidang Air Limbah Domestik
Proporsi penggunaan dana DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi Sub
Bidang Air Limbah Domestik dialokasikan oleh TPS-KSM sebagai
pelaksana swakelola DAK ketika memasuki tahap konstruksi. Rincian
detail penggunaannya dituangkan dalam RAB antara lain sebagai berikut:
Minimal 60% untuk pengadaan bahan dan sewa alat;
Maksimal 35% untuk upah pekerja;
Maksimal 5% untuk kegiatan non fisik selama masa pembangunan.
Selain dari proporsi penggunaan dana di atas, dapat juga dialokasikan
maksimal 10% dari penjumlahan poin 1 dan 2 untuk pembangunan
prasarana penunjang agar menjamin maksimalisasi dari keberlanjutan
dan pengembangan pelayanan (contoh: talud pengaman IPAL, jalan
setapak menuju IPAL, drainase areal IPAL, pagar, gudang, landscaping
IPAL, tempat cuci motor, kolam ikan, ruang pertemuan warga, rehab
bangunan warga yang pekarangannya dijadikan lokasi IPAL dan sarana
persampahan publik/TPS di sekitar lokasi IPAL). Jumlah dan jenis
prasarana penunjang ditentukan oleh rembuk calon pemanfaat. Dana
penunjang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jumlah proporsi
dana poin 1 dan 2.

204
Kegiatan Sanitasi Sub Bidang Persampahan
Proporsi penggunaan dana DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi Sub
Bidang Persampahan dialokasikan oleh TPS-KSM sebagai pelaksana
swakelola DAK ketika memasuki tahap konstruksi. Rincian detail
penggunaannya dituangkan dalam RAB antara lain sebagai berikut:
Minimal 50% untuk bahan/material/alat pencacah /mesin sampah;
Maksimal 25% untuk upah & perlengkapan alat kerja;
Maksimal 17% untuk pembelian alat angkut sampah (Gerobak dorong
dan atau Motor Sampah);
Maksimal 3% untuk operasional awal (3 bulan pertama setelah serah
terima infrastruktur terbangun); dan
Maksimal 5% untuk kegiatan non fisik/ biaya operasional TPS-KSM
selama pelaksanaan konstruksi (jumlah dan jenis disepakati dalam
rembuk Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat
dengan warga sebagai pemanfaat). Dana ini digunakan untuk
kegiatan non fisik dalam rangka memaksimalkan peran serta
masyarakat dan keberlanjutan TPS 3R.
3.2.11 Penggunaan Dana Operasional oleh TPS-KSM untuk Kegiatan Non
Fisik
Adapun peruntukan dana penunjang non fisik sebesar 5% yang
diperbolehkan selama masa pembangunan antara lain:
Biaya tes efluen pertama setelah 3 bulan digunakan oleh KPP (biaya ini wajib
dialokasikan pada RAB TPS-KSM. Dan selanjutnya dapat ditransfer ke
Rekening KPP sebelum serah terima infrastruktur terbangun;
Rembuk di tingkat masyarakat dalam tahap pelaksanaan konstruksi;
Alat Tulis Kantor (ATK);
Penyusunan dokumen Laporan Pertanggungjawaban (LPj) TPS–KSM (jilid
dan fotocopy);
Asuransi kecelakaan untuk pekerja konstruksi, maksimal selama 4 bulan
(asuransi pemerintah);
Perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD) berikut Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3);
Kegiatan edukasi dan pemicuan atau kampanye sampah kepada calon
pemanfaat, sekolah, kelompok kelembagaan di masyarakat;
Spanduk, poster untuk edukasi masyarakat;
Sosialisasi sanitasi pada saat peletakan batu pertama;

205
Konsumsi pelatihan pekerja dan tukang di tingkat masyarakat;
Papan informasi pelaksanaan kegiatan;
Transport pengurus TPS–KSM untuk pencairan dana ke bank, belanja
material, rapat koordinasi ke kabupaten/kota;
Pengurusan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan (SPPL) dari DLHK;
Pembuatan legalitas KPP pengelola operasional dan pemeliharaan (akta
notaris);
Penyediaan alat dan kebutuhan perlengkapan protokol kesehatan selama
masa konstruksi untuk mencegah tersebarnya virus corona di kalangan
masyarakat;
Biaya pengurusan Surat Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk pembangunan
TPS-3R;
Pelatihan pengurus TPS-KSM sebelum pelaksanaan konstruksi; dan
Pelatihan pengurus KPP sebelum serah terima infrastruktur terbangun dari
KSM kepada PPK Sanitasi OPD Dinas terkait.
Dana non fisik hanya untuk membiayai kegiatan yang dilakukan setelah
penandatanganan PKS antara PPK OPD Dinas terkait dengan Ketua
TPS–KSM (selama masa konstruksi dan pasca konstruksi).
3.2.12 Mekanisme Pencairan Dana DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
oleh PPK Sanitasi atau PPK yang ditetapkan sebagai pelaksana DAK
Fisik Bidang Sanitasi
Pembayaran pekerjaan swakelola kepada TPS-KSM dapat dilakukan
dengan cara antara lain sebagai berikut:
Pembayaran upah tenaga kerja yang diperlukan dilakukan secara
harian/mingguan berdasarkan kesepakatan dan daftar hadir pekerja/
HOK;
Pembayaran gaji tenaga ahli perseorangan (apabila diperlukan) dilakukan
berdasarkan kontrak konsultan perseorangan atau tanda bukti
pembayaran;
Pembayaran bahan dan/atau peralatan/suku cadang dilakukan berdasarkan
Kontrak pengadaan barang;

MengingatdenganterbitnyaPeraturanMenteriKeuangan
198/PMK.07/2021 tentang Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik,

206
maka pencairan dana DAK kepada TPS-KSM dapat dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. OPD yang memperoleh alokasi pagu anggaran DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi tahun anggaran berkenaan sampai
dengan 1 milyar rupiah dapat mengacu kepada Peraturan Menteri
Keuangan Nomor: 198/PMK.07/2021 tentang Pengelolaan Dana
Alokasi Khusus Fisik dengan proses pencairan kepada TPS-KSM
dapat dilakukan sebagai berikut:
Tahap I dapat dicairkan sebesar 25% apabila :
Dokumen RKM telah selesai di verifikasi oleh PPK Sanitasi atau
PPK yang ditetapkan sebagai pelaksana DAK Fisik Bidang
Sanitasi;
Kontrak kerja sama telah ditandatangani oleh PPK Sanitasi atau
PPK yang ditetapkan sebagai pelaksana DAK Fisik Bidang
Sanitasi dan TPS KSM;
Rencana Penarikan Dana (RPD) Tahap I sebesar 25% telah
dibuat oleh TPS KSM dan telah diverifikasi oleh PPK
Sanitasi atau PPK yang ditetapkan sebagai pelaksana DAK
Fisik Bidang Sanitasi;
Tahap II dapat dicairkan sebesar 45% apabila :
Progres fisik mencapai minimal 20 % dibuktikan dengan adanya
Berita Acara Fisik yang ditandatangani oleh TPS KSM dan
PPK Sanitasi atau PPK yang ditetapkan sebagai pelaksana
DAK Fisik Bidang Sanitasi;
Berkas Dokumen Laporan Penggunaan Dana (LPD) Tahap I
sebesar 25% telah diserahkan dan diverifikasi oleh PPK
Sanitasi atau PPK yang ditetapkan sebagai pelaksana DAK
Fisik Bidang Sanitasi;
Rencana Penarikan Dana (RPD) Tahap II sebesar 45% telah
dibuat oleh TPS KSM dan telah diverifikasi oleh PPK
Sanitasi atau PPK yang ditetapkan sebagai pelaksana DAK
Fisik Bidang Sanitasi;

207
Tahap III dapat dicairkan sisanya apabila:
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Progres fisik
telah mencapai minimal 60 % dibuktikan dengan adanya
Berita Acara Fisik yang ditandatangani oleh TPS KSM dan
PPK Sanitasi atau PPK yang ditetapkan sebagai pelaksana
DAK Fisik Bidang Sanitasi;
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Berkas
Dokumen Laporan Penggunaan Dana (LPD) Tahap II
sebesar 45% telah diserahkan dan diverifikasi oleh PPK
Sanitasi atau PPK yang ditetapkan sebagai pelaksana DAK
Fisik Bidang Sanitasi;
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Rencana
Penarikan Dana (RPD) Tahap III sebesar 30% telah dibuat
oleh TPS KSM dan telah diverifikasi oleh PPK Sanitasi atau
PPK yang ditetapkan sebagai pelaksana DAK Fisik Bidang
Sanitasi.
Dokumen addendum dan/atau amandemen kontrak, dilakukan
sebelum Tahap III wajib dilakukan dalam rangka menyesuaikan
kondisi lapangan berdasarkan perubahan-perubahan yang
terjadi, seperti perubahan volume (panjang pipa, jumlah
manhole, jumlah sambungan rumah, dll).
OPD yang memperoleh alokasi pagu anggaran DAK Fisik Infrastruktur
Bidang Sanitasi pada tahun anggaran berkenaan di atas 1 miliar
rupiah dapat menyesuaikan dengan mekanisme transfer yang diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 198/PMK.07/2021
tentang Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik dengan proses
pencairan dana ke rekening TPS-KSM dengan tahapan antara lain
sebagai berikut:
Tahap I dapat dicairkan sebesar 25% apabila :
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Dokumen RKM telah selesai di verifikasi
oleh PPK Sanitasi atau PPK yang ditetapkan sebagai
pelaksana DAK Fisik Bidang Sanitasi;
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Kontrak kerja sama telah ditandatangani
oleh PPK Sanitasi atau PPK yang ditetapkan sebagai
pelaksana DAK Fisik Bidang Sanitasi dan TPS KSM;
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ
‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Rencana Penarikan Dana (RPD) Tahap I
sebesar 25% telah dibuat oleh TPS KSM dan telah
diverifikasi oleh PPK Sanitasi atau PPK yang ditetapkan
sebagai pelaksana DAK Fisik Bidang Sanitasi;

208
Tahap II dapat dicairkan sebesar 45% apabila :
Progres fisik mencapai minimal 20 % dibuktikan dengan adanya
Berita Acara Fisik yang ditandatangani oleh TPS KSM dan
PPK Sanitasi atau PPK yang ditetapkan sebagai pelaksana
DAK Fisik Bidang Sanitasi;
Berkas Dokumen Laporan Penggunaan Dana (LPD) Tahap I
sebesar 25% telah diserahkan dan diverifikasi oleh PPK
Sanitasi atau PPK yang ditetapkan sebagai pelaksana DAK
Fisik Bidang Sanitasi;
Rencana Penarikan Dana (RPD) Tahap II sebesar 45% telah
dibuat oleh TPS KSM dan telah diverifikasi oleh PPK
Sanitasi atau PPK yang ditetapkan sebagai pelaksana DAK
Fisik Bidang Sanitasi;
Tahap III dapat dicairkan sisanya apabila:
Progres fisik telah mencapai minimal 60 % dibuktikan dengan
adanya Berita Acara Fisik yang ditandatangani oleh TPS
KSM dan PPK Sanitasi atau PPK yang ditetapkan sebagai
pelaksana DAK Fisik Bidang Sanitasi;
Berkas Dokumen Laporan Penggunaan Dana (LPD) Tahap II
sebesar 45% telah diserahkan dan diverifikasi oleh PPK
Sanitasi atau PPK yang ditetapkan sebagai pelaksana DAK
Fisik Bidang Sanitasi;
Rencana Penarikan Dana (RPD) Tahap III sebesar 30% telah
dibuat oleh TPS KSM dan telah diverifikasi oleh PPK
Sanitasi atau PPK yang ditetapkan sebagai pelaksana DAK
Fisik Bidang Sanitasi;
Dokumen addendum dan/atau amandemen kontrak, dilakukan
sebelum Tahap III wajib dilakukan dalam rangka menyesuaikan
kondisi lapangan berdasarkan perubahan-perubahan yang
terjadi, seperti perubahan volume (panjang pipa, jumlah
manhole, jumlah sambungan rumah, dll).

209
3.2.13 Rencana Penggunaan Dana (RPD-1, RPD-2 dan RPD-3)
RPD merupakan Rencana Penggunaan Dana yang berasal dalam
Rencana Anggaran dan Biaya (RAB) yang dibagi dalam tiga kelompok
rencana prioritas kebutuhan material/bahan, upah, alat dan operasional,
yang akan dibelanjakan dalam setiap tahap pencairannya. RPD ini
memuat kebutuhan penggunaan dana untuk pencairan tahap I sebesar
40% dan atau 25% (RPD I), Tahap II sebesar 30% dan atau 45% (RPD
dan Tahap III sebesar 30% atau atau 30% (RPD III). RPD dibuat oleh
KSM yang merupakan salah satu persyaratan dalam pengajuan
pencairan dana dari PPK Sanitasi OPD Kab/Kota.
3.2.14 Bagan Alur Penyusunan Administrasi Keuangan oleh TPS-KSM

Gambar 70 Bagan alur penyusunan administrasi keuangan oleh TPS-KSM

210
3.3 Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja konstruksi bidang
Pekerjaan Umum yang selanjutnya disingkat SMK3 konstruksi bidang
Pekerjaan Umum adalah bagian dari sistem manajemen organisasi
pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam rangka pengendalian risiko K3
pada setiap pekerjaan konstruksi bidang Pekerjaan Umum.
3.3.1 Penerapan SMK3 Kegiatan Swakelola
Pejabat Pembuat Komitmen OPD Kabupaten/Kota menyusun dan
menetapkan dokumen kontrak dengan Tim Pelaksana Swakelola (KSM)
yang di dalamnya memuat ketentuan penerapan SMK3 konstruksi bidang
Pekerjaan Umum. Untuk pekerjaan konstruksi yang bersifat swakelola,
pihak yang berperan sebagai penyelenggara wajib membuat RK3K
kegiatan Swakelola. Biaya penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang
Pekerjaan Umum dialokasikan dalam biaya umum yang mencakup :
Penyiapan Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (RK3K);
Sosialisasi dan promosi K3;
Alat pelindung kerja;
Alat pelindung diri;
Asuransi pekerja;
Fasilitas sarana kesehatan;
Rambu – rambu dan terkait pengendalian resiko lainnya.
Rencana biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum menjadi bagian dari Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(RK3K), yang disepakati dan disetujui pada saat rapat persiapan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi (Pre-Construction Meeting).
3.3.2 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)
Kegiatan Kontraktual
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi adalah Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi yang selanjutnya disingkat SMKK adalah bagian dari sistem
manajemen pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi untuk menjamin
terwujudnya Keselamatan Konstruksi. Kontrak Kerja Konstruksi yang
selanjutnya disebut Kontrak adalah keseluruhan dokumen kontrak yang
mengatur hubungan hukum antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa
dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Biaya Penerapan SMKK

211
adalah biaya yang diperlukan untuk menerapkan SMKK dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
3.4 Ketentuan Perpajakan dan Bea Materai
Pengenaan Pajak
Pengenaan pajak untuk kegiatan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
di masyarakat mengacu kepada ketentuan pajak yang berlaku dan Surat
Direktur Peraturan Perpajakan I, Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian
Keuangan Nomor S-171/PJ.02/2018 tanggal 21 Mei 2018 perihal
penjelasan mengenai ketentuan perpajakan atas bantuan pemerintah.
Ketentuan Bea Meterai
Bukti Pembayaran (kuitansi pengeluaran yang dibuat oleh Bendahara
harus dibubuhi meterai sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2020 Tentang Bea Meterai sebagai berikut:
Untuk pembayaran yang mempunyai harga nominal sampai dengan Rp
5.000.000,00 (lima juta rupiah) tidak dikenakan bea meterai;
Untuk pembayaran yang mempunyai harga nominal lebih dari
Rp5.000.000,00 (Lima Juta Rupiah) dikenakan bea meterai dengan
tarif sebesar Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah).

212
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Contoh Surat Pernyataan Kesiapan dari Pemerintah Desa/Kelurahan
sebagai Salah Satu Bentuk Peminatan Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi

213
Lampiran 2 Contoh Berita Acara Sosialisasi Awal Program DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi Tingkat Desa/Kelurahan TA. ……

214
Lampiran 3 Contoh Daftar Hadir Peserta Sosialisasi Awal Program DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi Tk. Desa/Kelurahan
Desa/Kel. : ……………………….
Kecamatan : ……………………….
Kabupaten : ……………………….
Provinsi : ……………………….

Alamat Jenis Kelamin Kepemilikan Tangki Septik


No Nama Pekerjaan
RT RW Lk Pr Punya Tdk. Punya

Dst.

215
Lampiran 4 Contoh Berita Acara Rembuk Kesiapan Masyarakat (Kontrak Sosial)
Berita Acara Rembuk Kesiapan Masyarakat (Kontrak Sosial)
Tingkat Desa/Kel. Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
Tahun Anggaran ………..

Desa/Kel. : ……………………….
Kecamatan : ……………………….
Kabupaten : ……………………….
Provinsi : ……………………….
Pada hari ini ……… tanggal …….. bulan …… tahun ….. jam …. s/d …. WIB/WITA
bertempat di ………. telah dilaksanakan kegiatan Rembuk Kesiapan Masyarakat
(Kontrak Sosial) tingkat Desa/Kelurahan antara OPD Kabupaten/Kota …………………..
mewakili Pemerintah sebagai pengelola Program Dana Alokasi Khusus Infrastruktur
Bidang Sanitasi, kegiatan rembuk dihadiri oleh …….. peserta, ….. laki-laki dan ……
perempuan (DH terlampir).
Berdasarkan informasi yang telah disampaikan oleh TFL dan kami terima dalam
Sosialisasi Awal Program tingkat Desa/Kelurahan, maka kegiatan Rembuk Kesiapan
Masyarakat (Kontrak Sosial) yang dibangun dengan penuh kesadaran dari seluruh
lapisan masyarakat Desa/Kelurahan telah menghasilkan kesepakatan bersama, antara
lain sebagai berikut :
Menerima Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi dilaksanakan di
Desa/Kelurahan kami, dengan konsekuensi sebagai berikut;
Siap melaksanakan dan mengikuti proses tahapan sesuai arahan kebijakan
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi di
bawah fasilitasi/pendampingan TFL dan Pemerintah Desa/Kelurahan;
Siap membantu proses tahapan Pemetaan Sanitasi tingkat Desa/Kelurahan,
proses SELOTIF, proses Pemilihan Pengurus Tim Pelaksana Swakelola (TPS-
KSM) tanpa adanya upah dalam bentuk apa pun;
Siap berswadaya baik dalam bentuk barang maupun dalam bentuk uang dalam
rangka perbaikan sanitasi di Desa/Kelurahan kami pada setiap proses
tahapan Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi;
Siap dan sukarela memanfaatkan infrastruktur terbangun, termasuk operasional
dan pemeliharaan secara partisipatif di bawah koordinasi pengurus lembaga
Kelompok Pemanfaat dan Pemeliharaan (KPP);

216
Jika kelak kami sebagai pemanfaat dari prasarana sanitasi terbangun, maka
kami siap berpartisipasi dalam pengumpulan iuran oleh pengurus Kelompok
Pemanfaat dan Pemelihara (KPP).
Namun Jika Menolak Contoh alasan dari masyarakat :
Menolak Program Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Sanitasi dilaksanakan di
Desa/Kelurahan kami, dikarenakan;
Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi tidak bermanfaat bagi warga
masyarakat untuk perbaikan sanitasi;
Masyarakat tidak bersedia mengikuti proses tahapan secara partisipatif sesuai
arahan kebijakan dari Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi;
Masyarakat tidak bersedia mengumpulkan iuran dan swadaya baik dalam bentuk
barang maupun uang pada setiap proses tahapan dan operasional serta
pemeliharaan;
Dan alasan lainnya, jika ada.
Demikian Berita Acara Rembuk Kesiapan Masyarakat (Kontrak Sosial) ini dibuat,
sebagai bentuk tanggung gugat kami secara bersama-sama dan menjadi bentuk pakta
integritas antara kami masyarakat Desa/Kelurahan dengan Pemerintah dalam
Penyelenggaraan Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi.
Yang Menyatakan

Perwakilan dari Masyarakat Desa/Kelurahan :


………………………………….. (Tomas)
………………………………….. (Tokoh Agama Laki-laki)
………………………………….. (Tokoh Agama Perempuan)
………………………………….. (Tokoh Pemuda)
………………………………….. (Kader PKK)
………………………………….. (Kader Posyandu)
………………………………….. (Perwakilan Ketua Lingkungan RT/RW/Dusun)

Mengetahui;
Kepala Desa/Lurah TFL/Pendamping

( …………………. ) ( ………………. )
Lampiran 5 Contoh Daftar Hadir Rembuk Kesiapan Masyarakat (Kontrak Sosial)

217
Daftar Hadir Rembuk Kesiapan Masyarakat (Kontrak Sosial) Program DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi Tk. Desa/Kelurahan
Desa/Kel. : ……………………….
Kecamatan : ……………………….
Kabupaten : ……………………….
Provinsi : ……………………….

Alamat Jenis Kelamin Kepemilikan Tangki Septik


No. Nama Pekerjaan
RT RW Lk Pr Punya Tidak Punya

Dst.

218
Lampiran 6 Contoh Berita Acara Pembentukan Tim Pemetaan Sanitasi Tingkat
Desa/Kelurahan
Berita Acara
Pembentukan Tim Pemetaan Sanitasi Tingkat Desa/Kelurahan
Desa/Kel : ……………………….
Kecamatan : ……………………….
Kabupaten : ……………………….
Provinsi : ……………………….
Berikut ini adalah kesepakatan hasil Pembentukan Tim Pemetaan Sanitasi di Tingkat
Desa/Kelurahan yang diselenggarakan oleh masyarakat serta perangkat Pemerintahan
Desa/Kelurahan dan difasilitasi oleh TFL pada hari ________ tanggal ______ jam ___
s/d ___ WIB/WITA bertempat di ____________ yang dihadiri oleh peserta sebanyak
______, laki-laki ____ dan perempuan ____ (DH terlampir).
Kegiatan ini menghasilkan Tim Pemetaan Sanitasi yang bertugas melakukan
pemetaan melalui Transect Walk dan wawancara semi terstruktur dengan warga
masyarakat di masing-masing RT/RW/Dusun, tim yang terbentuk antara lain sebagai
berikut:
Persetujuan
No. Nama Alamat Tinggal Jabatan
(Tandatangan)
1 Ketua

2 Sekretaris
Anggota perwakilan
3
RT/RW/Dusun
Anggota perwakilan
4
RT/RW/Dusun
Anggota perwakilan
5
RT/RW/Dusun
Anggota perwakilan
6
RT/RW/Dusun
7 Dan seterusnya

219
Selanjutnya tim pemetaan sanitasi akan melakukan proses pemetaan sesuai dengan
arahan, bimbingan dan di bawah pendampingan dari pendamping program (TFL)
sesuai dengan target waktu penyelesaian yang telah disepakati.
Demikian berita acara ini dibuat untuk dijadikan dasar pertimbangan dalam
penyepakatan-penyepakatan kegiatan masyarakat selanjutnya. Perwakilan Masyarakat
Desa/Kelurahan dari peserta rembuk:
………………………………….. (Tomas)
………………………………….. (Tokoh Agama Laki-laki)
………………………………….. (Tokoh Agama Perempuan)
………………………………….. (Tokoh Pemuda)
………………………………….. (Kader PKK)
………………………………….. (Kader Posyandu)
………………………………….. (Perwakilan Ketua Lingkungan RT/RW/Dusun)

Mengetahui; Pemimpin Rembuk warga


Kepala Desa/Lurah TFL/Pendamping tingkat Desa/Kelurahan

( …………………. ) ( ………..………. ) ( ….…………….. )

220
Lampiran 7 Contoh Daftar Hadir Peserta Rembuk Pembentukan Tim Pemetaan
Sanitasi Tk. Desa/Kelurahan
Desa/Kel. : ……………………….
Kecamatan : ……………………….
Kabupaten : ……………………….
Provinsi : ……………………….

Jenis Kepemilikan
Alamat
Kelamin Tangki Septik
No Nama Pekerjaan
Tidak
RT RW Lk Pr Punya
Punya

Dst.

221
Lampiran 8 Contoh Berita Acara Hasil Pemetaan Sanitasi Tingkat
Desa/Kelurahan dan Penetapan Lokasi RW/Dusun yang akan di SELOTIF
Program Dana Alokasi Khusus Bidang Sanitasi Tahun …….
Berita Acara Hasil Pemetaan Sanitasi
Pada hari ini ………. tanggal …….. bulan …… tahun ….. jam …. s/d …. WIB/WITA
telah dilaksanakan kegiatan Pemetaan Sanitasi tingkat Desa/Kelurahan Program DAK
Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi. Kegiatan tersebut melibatkan partisipasi masyarakat
sebanyak ……. Peserta, ….. peserta laki-laki dan ….. peserta perempuan, dalam
rangka melihat kantung-kantung rawan sanitasi melalui Transect Walk dan wawancara
semi terstruktur mengenai kondisi nyata terkait air limbah domestik dari rumah tangga,
kondisi air bersih, kondisi persampahan, kondisi drainase lingkungan dan kepadatan
penduduk di masing-masing RT/RW/Dusun.
Dari proses Pemetaan Sanitasi tersebut pada masing-masing RT/RW/Dusun telah
menghasilkan beberapa hal sebagai berikut :
Peta Tematik yang menggambarkan tentang sebaran kepadatan penduduk dan kondisi
kerawanan sanitasi di masing-masing RT/RW/Dusun;
Rekap urutan prioritas RT/RW/Dusun untuk segera dilakukan penanganan sanitasi
secara cepat, efektif dan efisien;
Rekapitulasi jumlah dan atau nama calon penerima manfaat (KK dan Jiwa) dari
masing-masing calon titik lokasi RT/RW/Dusun berdasarkan hasil wawancara semi
terstruktur dengan masyarakat;
Rekapitulasi urutan prioritas calon penerima manfaat dari masing-masing lokasi
RT/RW/Dusun untuk kegiatan tangki septik individual :
Warga yang belum memiliki closet dan tangki septik prioritas pertama;
Warga yang memiliki closet namun pipa nya ke sungai/ badan air prioritas kedua;
Warga yang memiliki closet namun tangki septiknya cubluk/ galian lubang tanah
prioritas ketiga;
Warga yang memiliki closet dan memiliki tangki septik namun tidak kedap dan
belum pernah dikuras.

222
Demikian berita acara ini dibuat untuk dijadikan dasar pertimbangan dalam
penyepakatan-penyepakatan kegiatan masyarakat selanjutnya.
Perwakilan Masyarakat Desa/Kelurahan dari peserta rembuk:
1. ………………………………….. (Tomas)
2. ………………………………….. (Tokoh Agama Laki-laki)
…………………………………..(Tokoh Agama Perempuan)
…………………………………..(Tokoh Pemuda)
…………………………………..(Kader PKK)
…………………………………..(Kader Posyandu)
………………………………….. (Perwakilan Ketua Lingkungan RT/RW/Dusun).

Mengetahui; Ketua Tim Pemetaan


Kepala Desa/Lurah TFL/Pendamping Sanitasi tingkat
Desa/Kelurahan

( ………………….) ( …………………. ) ( …….……….. )

223
Lampiran 9 Contoh Daftar Hadir Keterlibatan Peserta secara Partisipatif dalam
Proses Pemetaan Sanitasi Tk. Desa/Kelurahan
Desa/Kel : ……………………….
Kecamatan : ……………………….
Kabupaten : ……………………….
Provinsi : ……………………….
Jenis Kepemilikan
Alamat
Kelamin Tangki Septik
No Nama Pekerjaan
Tidak
RT RW Lk Pr Punya
Punya
1
2
3
4
5
Dst.

224
Lampiran 10 Contoh Berita Acara Pembentukan Tim SELOTIF Tingkat
Desa/Kelurahan
Berita Acara Pembentukan Tim SELOTIF Tingkat Desa/Kelurahan
Desa/Kel : ……………………….
Kecamatan : ……………………….
Kabupaten : ……………………….
Provinsi : ……………………….
Berikut ini adalah kesepakatan hasil Pembentukan Tim Pelaksanaan SELOTIF di
Tingkat Desa/Kelurahan yang diselenggarakan oleh masyarakat serta perangkat
Pemerintahan Desa/Kelurahan dan difasilitasi oleh TFL pada hari ________ tanggal
______ jam ___ s/d ___ WIB/WITA bertempat di ____________ yang dihadiri oleh
peserta sebanyak ______, laki-laki ____ dan perempuan ____ (DH terlampir). Rembuk
warga tersebut telah terbentuk kepengurusan tim pelaksanaan SELOTIF tingkat
Desa/Kelurahan antara lain sebagai berikut:

Alamat Persetujuan
No. Nama Jabatan
Tinggal (Tandatangan)

1 Ketua

2 Sekretaris

Anggota perwakilan
3
RT/RW/Dusun
Anggota perwakilan
4
RT/RW/Dusun
Anggota perwakilan
5
RT/RW/Dusun
Anggota perwakilan
6
RT/RW/Dusun

7 Dan seterusnya

225
Selanjutnya tim Pelaksanaan SELOTIF akan melakukan proses SELOTIF sesuai
dengan arahan, bimbingan dan di bawah pendampingan dari pendamping program
(TFL) sesuai dengan target waktu penyelesaian yang telah disepakati.
Demikian berita acara ini dibuat untuk dijadikan dasar pertimbangan dalam
penyepakatan-penyepakatan kegiatan masyarakat selanjutnya.
Perwakilan Masyarakat Desa/Kelurahan dari peserta rembuk:
………………………………….. (Tomas)
………………………………….. (Tokoh Agama Laki-laki)
………………………………….. (Tokoh Agama Perempuan)
………………………………….. (Tokoh Pemuda)
………………………………….. (Kader PKK)
………………………………….. (Kader Posyandu)
………………………………….. (Perwakilan Ketua Lingkungan RT/RW/Dusun)

Mengetahui; Pemimpin Rembuk warga


Kepala Desa/Lurah TFL/Pendamping tingkat Desa/Kelurahan

( …………………. ) ( …………………. ) ( ………………….. )

226
Lampiran 11 Contoh Daftar Hadir Proses Pembentukan Tim SELOTIF Tk.
Desa/Kelurahan
Desa/Kel. : ……………………….
Kecamatan : ……………………….
Kabupaten : ……………………….
Provinsi : ……………………….

Alamat Jenis Kelamin Kepemilikan Tangki Septik


No Nama Pekerjaan
RT RW Lk Pr Punya Tidak Punya

Dst.

227
Lampiran 12 Berita Acara Hasil Pelaksanaan SELOTIF Kegiatan DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi

Desa/Kel. : ……………………….
Kecamatan : ……………………….
Kabupaten : ……………………….
Provinsi : ……………………….
Pada hari ..... tanggal .... bulan ........ tahun ....... jam … s/d … WIB/WITA bertempat di
…......... Kelurahan/Desa ............... Kecamatan ............ Kabupaten/Kota …………..
telah dilaksanakan Seleksi Lokasi Partisipatif (SELOTIF) dalam rangka implementasi
Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi. Proses kegiatan tersebut telah
melibatkan partisipasi masyarakat sebanyak ……. Peserta, …. Laki-laki ….
Perempuan. Seluruh proses seleksi telah dilaksanakan secara fair, transparan dan
demokratis oleh masyarakat sendiri.
Seleksi Titik Lokasi tersebut telah diikuti oleh ......... kampung/RT/RW/Dusun dll, yaitu:
1. Kampung/RT/RW/Dusun ................ skor .........
2. Kampung/RT/RW/Dusun ................ skor .........
Kampung/RT/RW/Dusun ……....…… skor ……...
4. .......................dst
Sesuai dengan hasil skor yang dikumpulkan oleh masing‐masing

kampung/RT/RW/Dusun, maka telah disepakati bersama bahwa


kampung/RT/RW/Dusun yang paling siap untuk pelaksanaan Program DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi adalah:
Kampung/RT/RW/Dusun ………………………

228
Demikian berita acara ini dibuat untuk dijadikan dasar pertimbangan dalam
penyepakatan-penyepakatan kegiatan masyarakat selanjutnya. Berita acara ini
ditandatangani oleh:
Lurah/Kades ...........................
Ketua RT .................................
Ketua RW ................................
Ketua Dusun ...........................
lainnya ....................................
Wakil Masyarakat ....................
Note :
Memberi tenggat waktu tertentu untuk konfirmasi lahan dan sebagainya kepada
pemenang ke-1;
Bila pemenang ke-1 bermasalah, beri kesempatan kepada pemenang berikutnya.

229
Lampiran 13 Contoh Daftar Hadir Proses Pelaksanaan SELOTIF Tk.
Desa/Kelurahan
Desa/Kel. : ……………………….
Kecamatan : ……………………….
Kabupaten : ……………………….
Provinsi : ……………………….

Alamat Jenis Kelamin Kepemilikan Tangki Septik


No Nama Pekerjaan
RT RW Lk Pr Punya Tidak Punya

Dst.

230
Lampiran 14 Contoh Berita Acara Pembentukan Panitia Pemilihan Pengurus Tim
Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-KSM) Pemilihan
Utusan/Bakal Calon dan Proses Saling Memilih
Desa/Kel. : ……………………….
Kecamatan : ……………………….
Kabupaten : ……………………….
Provinsi : ……………………….
Berikut ini adalah kesepakatan hasil Pembentukan Panitia Pemilihan Tim Pelaksana
Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-KSM) di Tingkat titik lokasi terpilih
yang diselenggarakan oleh masyarakat serta perangkat Pemerintahan Desa/Kelurahan
dan difasilitasi oleh TFL pada hari ________ tanggal ______ jam ___ s/d ___
WIB/WITA bertempat di ____________ yang dihadiri oleh peserta sebanyak ______,
laki-laki ____ dan perempuan ____ (DH terlampir). Rembuk warga tersebut telah
terbentuk kepanitiaan pemilihan pengurus TPS-KSM antara lain sebagai berikut:
Alamat Persetujuan
No. Nama Jabatan
tinggal (Tandatangan)
1 Ketua

2 Sekretaris
Anggota perwakilan
3
RT/RW/Dusun
Anggota perwakilan
4
RT/RW/Dusun
Anggota perwakilan
5
RT/RW/Dusun
Anggota perwakilan
6
RT/RW/Dusun
7 Dan seterusnya

Selanjutnya panitia akan melakukan proses kajian kepemimpinan untuk menghasilkan


kriteria seorang pemimpin dan melakukan penyepakatan (lokakarya),
mengampanyekan kriteria tersebut, menyusun tata tertib pemilihan utusan/bakal calon
dan tata tertib saling memilih, serta melaksanakan proses pemilihan utusan/bakal
calon dan proses saling memilih dan menetapkan hasil akhir dari proses pemilihan ke

231
dalam Berita Acara sesuai dengan arahan dan bimbingan di bawah pendampingan dari
pendamping program (TFL).
Demikian berita acara ini dibuat untuk dijadikan dasar pertimbangan dalam
penyepakatan-penyepakatan kegiatan masyarakat selanjutnya.
Perwakilan Masyarakat Desa/Kelurahan dari peserta rembuk:
………………………………….. (Tomas)
………………………………….. (Tokoh Agama Laki-laki)
………………………………….. (Tokoh Agama Perempuan)
………………………………….. (Tokoh Pemuda)
………………………………….. (Kader PKK)
………………………………….. (Kader Posyandu)
………………………………….. (Perwakilan Ketua Lingkungan RT/RW/Dusun)

Mengetahui; Pemimpin Rembuk warga


Kepala Desa/Lurah TFL/Pendamping di Titik Lokasi

( …………………. ) ( …………………. ) ( ………………….. )

232
Lampiran 15 Contoh Daftar Hadir Proses Pembentukan Panitia Pemilihan
Pengurus Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-KSM)
Pemilihan Utusan/Bakal Calon dan Proses Saling Memilih
Desa/Kel : ……………………….
Kecamatan : ……………………….
Kabupaten : ……………………….
Provinsi : ……………………….
Alamat Jenis Kelamin Kepemilikan Tangki Septik
No Nama Pekerjaan
RT RW Lk Pr Punya Tidak Punya
1
2
3
4
5
Dst.

233
Lampiran 16 Contoh Draft Tata Tertib Pemilihan Utusan atau Bakal Calon Tim
Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-KSM) Tingkat Basis/
RT/ RW/Dusun
Desa/Kel : ……………………….
Kecamatan : ……………………….
Kabupaten : ……………………….
Provinsi : ……………………….
Pasal 1
Ketentuan Umum
Rembuk pemilihan Utusan/Bakal Calon tingkat Basis RT/RW/Dusun adalah bagian
dari proses pemilihan Pengurus Tim Pelaksana Swakelola (TPS-KSM);
Rembuk dipimpin oleh pimpinan rembuk yang terdiri dari Ketua Panitia dan Anggota;
dan
Utusan/Bakal Calon dipilih melalui pemungutan suara secara langsung, bebas,
rahasia dan tertutup.
Pasal 2
Panitia Pemilihan Utusan/Bakal Calon
Penyelenggaraan rembuk pemilihan Utusan/Bakal Calon dilaksanakan oleh Panitia
Pemilihan Utusan/Bakal Calon tingkat basis RT/ RW/Dusun, tergantung jumlah
titik lokasinya berada pada tingkatan apa;
Panitia Pemilihan Utusan/Bakal Calon sekurang-kurangnya 30% anggotanya adalah
perempuan; dan
Panitia Pemilihan Utusan/Bakal Calon bertugas:
Melakukan kajian kepemimpinan dengan kelompok masyarakat agar memperoleh
kriteria/ciri-ciri/tanda-tanda seorang pemimpin yang baik;
Melakukan lokakarya tentang kriteria/ciri-ciri/tanda-tanda seorang pemimpin yang
baik di titik lokasi terpilih (sesuai hasil SELOTIF);
Mengkampanyekan/menyebarluaskan tentang kriteria/ciri-ciri/tanda-tanda
seorang pemimpin yang baik kepada seluruh warga di titik lokasi terpilih baik
secara lisan maupun tulisan;
Membuat tata tertib pemilihan utusan/bakal calon dan tata tertib saling memilih;
Menyiapkan dan menyebarkan undangan secara terbuka dan tertutup;
Menjelaskan proses pemungutan suara sebelum pemungutan suara
dilaksanakan;

234
Menyiapkan kelengkapan administrasi pemilihan Pengurus Tim Pelaksana
Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-KSM);
Memeriksa daftar nama penduduk dewasa yang memiliki hak suara dan sudah
disahkan oleh ketua RT/RW/Dusun setempat;
Menyiapkan dan memeriksa seluruh perlengkapan pemungutan suara (kotak
suara, bilik suara, surat suara, alat tulis dll);
Memandu proses pemungutan suara;
Menetapkan saksi dengan persetujuan peserta pemilihan;
Melaksanakan perhitungan suara;
Menuliskan hasil perolehan suara dalam kertas plano;
Menjaga seluruh proses pemungutan suara agar dapat berlangsung secara
demokratis, partisipatif dan transparan.
Menjaga dan menyimpan dokumentasi (catatan/hasil-hasil rembuk warga).
Pasal 3
Syarat Memilih Utusan/Bakal Calon
Syarat untuk Memilih :
Warga yang berusia minimal 17 tahun untuk laki-laki atau sudah pernah menikah;
Warga yang berusia minimal 15 tahun untuk perempuan atau sudah pernah menikah;
Pemilih telah berdomisili di Basis RT/RW/Dusun sesuai dengan Titik Lokasi
Terpilih (Hasil SELOTIF).
Pasal 4
Kriteria Untuk Dapat Dipilih
Syarat untuk dapat dipilih menjadi Utusan Warga adalah:
Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
Memiliki sifat: Jujur , Amanah/ Dapat Dipercaya, Adil, Ikhlas/Sukarela,
Kepedulian, Kesetaraan, Punya Semangat Pengabdian Diri Dalam Melayani
dan mendampingi masyarakat, dll.
Pasal 5
Quorum Pemilihan Utusan/Bakal Calon Pengurus Tim Pelaksana Swakelola
Pemilihan Utusan/Bakal Calon di tingkat basis RT/RW/Dusun dinyatakan
memenuhi qourum apabila jumlah warga yang hadir minimal 65% dari jumlah
penduduk dewasa di basis RT/RW/Dusun.

235
Pasal 6
Tata Cara Pemilihan Utusan/Bakal Calon Pengurus Tim Pelaksana Swakelola
Pemilihan Utusan/Bakal Calon di tingkat basis RT/RW/Dusun dilakukan di Tempat
Pemungutan Suara (TPS); dan atau
Pemilihan Utusan/Bakal Calon di tingkat basis RT/RW/Dusun dapat juga dilakukan
dengan cara dor to dor ke rumah-rumah warga pada waktu yang tepat, panitia
didampingi oleh TFL dengan membawa kelengkapan Daftar Pemilih Tetap (DPT)
dari RT/RW/RW masing-masing, membawa Kotak Suara, Kartu Suara dan Alat
Tulis;
Panitia menjelaskan tata cara pemungutan suara;
Panitia memastikan bahwa Kotak Suara dalam keadaan kosong dan Kartu Suara
dalam keadaan bersih dari coretan atau tulisan nama salah satu utusan atau
bakal calon yang berhak dipilih;
Pemilih dapat memberikan suaranya setelah dipanggil satu demi satu oleh panitia dan
memberikan suaranya di bilik suara yang telah disediakan;
Pemilihan UtusanBakal Calon dilakukan oleh warga dengan cara menuliskan 3 (tiga)
Nama Orang pada selembar kartu suara dalam bilik pemilihan yang sudah
disediakan oleh Panitia Pemilihan Utusan/Bakal Calon;
Pemilih memasukan kartu suara tersebut ke dalam kotak suara dihadapan seluruh
peserta atau panitia;
Panitia menghitung kartu suara dengan disaksikan oleh 3 (TIGA) orang saksi.
Pasal 7
Penetapan Hasil Pemilihan Utusan/Bakal Calon
Utusan Bakal Calon terpilih adalah nama-nama yang mendapat suara terbanyak
peringkat ( 1 s/d ______ ), sesuai jumlah Utusan/Bakal Calon yang ditetapkan
Panitia Pemilihan Utusan/Bakal Calon; dan
Utusan Bakal Calon terpilih akan diundang untuk mengikuti pemilihan selanjutnya
dalam proses “saling Memilih” sebagai calon Pengurus Tim Pelaksana Swakelola
Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-KSM).
Pasal 8
Aturan Peralihan
Bilamana yang hadir dalam pemilihan kurang dari 65% dari jumlah penduduk dewasa
maka Panitia Pemilihan dapat mengunjungi warga secara dor to dor yang belum
memilih dengan disaksikan oleh 2 orang saksi yang dapat dipercaya;
Pelaksanaan pasal 8 ayat 1 diatas dilaksanakan pada hari yang sama;
Utusan/Bakal Calon yang tidak bisa membaca dan menulis dibantu oleh 2 orang
panitia dalam pemungutan suara di masing-masing BILIK SUARA;

236
Utusan/Bakal Calon yang cacat fisik dibantu oleh 2 orang panitia dalam pemungutan
suara; dan
Warga yang merantau tidak diperhitungkan dalam penentuan prosentase jumlah
penduduk dewasa yang dibuktikan dengan Surat Keterangan RT/ RW/Dusun
setempat.
Pasal 9
Penutup
Hal-hal yang belum diatur dalam Tata Tertib ini akan ditetapkan kemudian atas
kesepakatan peserta rembuk warga.
Ditetapkan di : ......................
Pada tanggal : ......................
Pukul : ......................
Ketua Panitia Pemilihan Warga Masyarakat

(…………………..…….. ) ( ………….…………. )

Warga Masyarakat Warga Masyarakat

( ……………………. ) ( …………….………. )

Mengetahui :

Ketua RT/RW/Dusun TFL Pendamping

( ……………..……… ) ( ………….………. )

237
Lampiran 17 Contoh Draf Tata Tertib Rembuk Warga Pemilihan Pengurus Tim
Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-KSM) di Titik Lokasi
Terpilih Sesuai Hasil SELOTIF Proses Saling Memilih
Desa/Kel. : ……………………….
Kecamatan : ……………………….
Kabupaten : ……………………….
Provinsi : ……………………….
Pasal 1
Ketentuan Umum
Rembuk warga pemilihan Pengurus Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya
Masyarakat (TPS-KSM) adalah proses pemilihan Pengurus oleh Utusan/Bakal
Calon yang akan duduk sebagai Kepengurusan TPS-KSM;
Rembuk warga dipimpin oleh Ketua Panitia Pembentukan TPS-KSM dan/atau
anggota Panitia Pembentukan TPS-KSM yang disepakati oleh anggota Panitia
dan dibantu pengurus lainnya;
Pengurus TPS-KSM dipilih di antara Utusan/Bakal Calon melalui pemungutan suara
secara langsung, bebas, rahasia dan tertutup;
Peserta Rembuk Warga adalah Utusan/Bakal Calon yang di undang oleh Panitia
Pemilihan sesuai hasil penetapan dari pemilihan utusan/bakal calon tingkat basis;
Utusan/Bakal Calon adalah Utusan/Bakal Calon yang telah dipilih melalui proses
PEMILU di tingkat basis RT/RW/Dusun;
Undangan terdiri dari Utusan/Bakal Calon, aparat pemerintah Desa/Kelurahan, warga
masyarakat, relawan peduli dan pemantau; dan
Panitia Pembentukan TPS-KSM adalah warga masyarakat Desa/ Kelurahan yang
dipilih melalui Rembuk Warga dalam Pembentukan Panitia Pemilihan.
Pasal 2
Panitia Pembentukan
Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-KSM)
Panitia Pembentukan TPS-KSM terdiri dari:
Panitia Harian, terdiri dari sekurang-kurangnya seorang Ketua, seorang Sekretaris dan
beberapa orang anggota; dan
Panitia adalah Tim Pemilihan Pengurus TPS-KSM.
Pasal 3
Tanggung jawab Panitia Pemilihan
Panitia harian bertanggungjawab terhadap keseluruhan proses pelaksanaan
Pembentukan TPS-KSM; dan

238
Panitia harian dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Tim lainnya dan
didampingi oleh TFL pendamping.
Pasal 4
Tugas Panitia Pemilihan
Panitia Pemilihan Pengurus TPS-KSM bertugas:
Menjelaskan proses pemungutan suara sebelum pemungutan suara dilaksanakan;
Menyiapkan kelengkapan administrasi pemilihan Pengurus TPS-KSM;
Memeriksa keabsahan persyaratan bagi para undangan yang menjadi
Utusan/Bakal Calon;
Membuat daftar Utusan/Bakal Calon yang dinyatakan sah dan mengumumkannya
sebelum pemilihan Pengurus TPS-KSM dilaksanakan;
Menyiapkan dan memeriksa seluruh perlengkapan pemungutan suara (kotak
suara, bilik suara, surat suara, alat tulis dll);
Memandu proses pemungutan suara;
Menetapkan saksi dengan persetujuan peserta;
Melaksanakan perhitungan suara;
Menuliskan hasil perolehan suara dalam kertas plano;
Menjaga seluruh proses pemungutan suara agar dapat berlangsung secara
demokratis, partisipatif dan transparan;
Membuat Berita Acara hasil pemilihan Pengurus Tim Pelaksana Swakelola
Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-KSM); dan
Menjaga dan menyimpan dokumentasi (catatan/hasil-hasil rembuk warga).
Pemantau bertugas:
Memantau proses pemilihan “Saling Memilih” di antara para Utusan/Bakal Calon
sampai dengan terbentuknya Pengurus Tim Pelaksana Swakelola Kelompok
Swadaya Masyarakat (TPS-KSM).
Pasal 5
Peserta Rembuk Warga Pemilihan Pengurus TPS-KSM
Peserta dalam rembuk warga pemilihan ini terdiri dari Utusan/Bakal Calon dan
Undangan.
Pasal 6
Hak dan Kewajiban Peserta
Hak dan Kewajiban Utusan/Bakal Calon:
Utusan/Bakal Calon berhak memilih dan dipilih sebagai Pengurus TPS-KSM;
Utusan/Bakal Calon berhak menyampaikan saran dan pendapat;
Utusan/Bakal Calon wajib hadir tepat waktu; dan
Utusan/Bakal Calon wajib Mentaati tata tertib proses pemilihan yang telah
ditetapkan.

239
Hak dan Kewajiban Undangan:
Undangan berhak menyampaikan saran dan pendapat;
Undangan wajib hadir tepat waktu; dan
Undangan wajib Mentaati tata tertib proses pemilihan yang telah ditetapkan.
Pasal 7
Syarat Untuk Dapat Memilih
Utusan/Bakal Calon yang sudah terpilih melalui pemilihan langsung ditingkat basis
RT/RW/Dusun sesuai Berita Acara Hasil Pemilihan Utusan/Bakal Calon; dan
Hadir dalam rembuk warga pemilihan Pengurus TPS-KSM.
Pasal 8
Kuorum Pemilihan Pengurus TPS-KSM
Rembuk warga pemilihan Pengurus TPS-KSM harus dilaksanakan di tingkat titik
lokasi terpilih sesuai dengan hasil SELOTIF dan apabila utusan/bakal calon yang
telah tercantum dalam Daftar Undangan, hadir minimal 95% dari jumlah Utusan
Bakal Calon yang telah ditetapkan; dan
Apabila utusan/bakal calon tidak memenuhi kourum maka pemilihan Pengurus TPS-
KSM ditunda sampai batas waktu yang ditetapkan sesuai kesepakatan rembuk
warga.
Pasal 9
Syarat Untuk Dapat Dipilih
Syarat untuk dapat dipilih menjadi anggota BKM, adalah sebagai berikut :
Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
Hadir dalam rembuk warga dalam rangka proses pemilihan;
Memiliki sifat: amanah, adil, jujur, ikhlas, sukarela, dapat dipercaya, punya
semangat pengabdian diri dalam melayani masyarakat, jiwa kepemimpinan,
jiwa kepedulian sosial dan oleh warga masyarakat selama ini sudah dikenal
memiliki perilaku yang baik.
Berusia dewasa (sudah menikah atau memiliki hak pilih dalam Pemilihan Umum);
Memiliki KTP dan tinggal menetap di titik lokasi terpilih sesuai dengan hasil
SELOTIF;
Menyatakan secara tertulis kesediaannya untuk menjadi Pengurus Tim Pelaksana
Swakelola dan dengan tidak mengharapkan imbalan; dan
Tidak menjadi anggota organisasi yang dilarang pemerintah.

240
Pasal 10
Tata Cara Proses Pemilihan Pengurus TPS-KSM
Panitia Pemilihan Pengurus TPS-KSM menyusun dan mengumumkan daftar nama
utusan/bakal calon;
Sebelum acara pemungutan suara dilaksanakan, Panitia Pemilihan Pengurus TPS-
KSM, Panitia Pemantau dan Utusan/Bakal Calon memastikan bahwa Kotak Suara
dalam keadaan kosong dan seluruh Kartu Suara dalam keadaan bersih dari
coretan atau tulisan;
Panitia memanggil utusan bakal calon dan membagikan kartu suara;
Pemilih menuju bilik suara untuk menuliskan 3 (TIGA) nama orang utusan/bakal calon
yang berbeda dan wajib menuliskan 1 (satu) nama perempuan agar suaranya sah
(Boleh menulis namanya sendiri);
Pemilih memasukkan kartu suara ke kotak suara;
Setelah seluruh Pemilih memasukkan kartu suara ke dalam kotak suara, Panitia
Pemilihan Pengurus TPS-KSM menghitung lembar kartu suara, dengan disaksikan
oleh 3 (TIGA) orang saksi;
Panitia membacakan hasil penghitungan suara dan mencatatkan perolehan suara di
kertas plano serta menetapkan ranking perolehan, apabila terjadi suara yang sama
pada ranking 3, 4 dan 5 maka dilakukan pemilihan ulang dengan mekanisme “
yang mendapatkan suara sama ditetapkan sebagai Bakal
Calon”.
Pasal 11
Penetapan Hasil Pemilihan Pengurus TPS-KSM
Nama-nama utusan/bakal calon yang mendapatkan suara terbanyak peringkat 1
sampai dengan peringkat 3 (sesuai kesepakatan dalam rembuk warga) ditanyakan
kesediannya untuk menjadi Pengurus TPS-KSM sesuai kemampuannya masing-
masing dan ditetapkan sebagai Ketua, Sekretaris dan Bendahara;
Apabila salah satu atau ketiga-tiganya tidak bersedia maka suara peringkat 4, 5 dan 6
ditawarkan untuk menjadi pengurus TPS-KSM (Ketua, Sekretaris dan Bendahara),
dan begitu juga seterusnya jika masih belum bersedia;
Panitia menyodorkan Surat Pernyataan Kesediaan menjadi Pengurus TPS-KSM untuk
ditandatangani oleh masing-masing setelah menerima penjelasan dari TFL terkait
dengan Tugas dan Fungsi masing-masing pengurus;
Panitia menetapkan Pengurus TPS-KSM terpilih melalui Berita Acara; dan
Pengurus TPS-KSM terpilih melakukan rapat anggota untuk memilih dan melengkapi
Tim Kepengurusan yaitu Tim Perencana, Tim Pelaksana, Tim Pengawas dan
Panitia Barjas.

241
Pasal 12
Peraturan Peralihan
Bagi utusan/bakal calon yang tidak bisa membaca dan menulis dibantu oleh 2 (DUA)
orang panitia dalam pemungutan suara; dan
Bagi utusan/bakal calon yang cacat fisik dibantu oleh 2 (DUA) orang panitia dalam
pemungutan suara.
Pasal 13
Penutup
Hal-hal yang belum diatur dalam Tata Tertib ini akan ditetapkan kemudian atas
kesepakatan peserta rembuk warga.
Ditetapkan di : .....................................
Pada tanggal : .....................................
Pukul : .....................................
RAPAT PEMILIHAN PENGURUS TIM PELAKSANA SWAKELOLA
KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (TPS-KSM)
TPS-KSM ......................................
Pimpinan Rembuk Warga Pemantau Ketua Panitia Pemilihan

( …………………………… ) ( …………………..………… )

Wakil Utusan Rembuk Wakil Utusan Rembuk Wakil Utusan Rembuk

( …………………… ) (……..………………) ( ………….………)

Mengetahui :
Kepala Desa/ Lurah TFL Pendamping

( ………………….. ) ( ………..…………. )

242
Lampiran 18 Contoh Surat Pernyataan Kesanggupan Pengurus Tim Pelaksana
Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-KSM) DAK Fisik Infrastruktur
Bidang Sanitasi Tahun ……
Surat Pernyataan Kesanggupan Pengurus Tim Pelaksana Swakelola Kelompok
Swadaya Masyarakat (TPS-KSM) DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
Tahun ......
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ……………………………………………..
Tempat/Tanggal Lahir : ……………………………………………..
Pekerjaan : ……………………………………………..
Alamat : ……………………………………………..
Jabatan di TPS-KSM : ……………………………………………..
Dengan ini menyatakan secara sungguh-sungguh tanpa paksaan dari pihak manapun
dan penuh rasa sukarelawan serta ikhlas mengemban amanah dari warga masyarakat
yang telah memilih saya sebagai pengurus Tim Pelaksana Swakelola (TPS-KSM)
dalam rangka perbaikan sanitasi dan pengelolaan limbah domestik/persampahan di
lingkungan yang kami cintai ini. Selama menjadi pengurus kami siap memanfaatkan
waktu luang bahkan meluangkan waktu untuk kegiatan Program DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi Tahun Anggaran ……… dan tidak akan menuntut Hak
apapun terkait Upah/Gaji, terkeuali kami melibatkan diri sebagai tenaga kerja harian
sesuai dengan keahlian yang kami miliki. Kami siap mengabdi sejak kami ditetapkan
sebagai pengurus hingga serah terima hasil pekerjaan infrastruktur terbangun.
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya, apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan, kami siap diminta pertanggungjawaban dihadapan hukum
yang berlaku di Negara Republik Indonesia.

…….………, …………. 20…..


Yang Menyatakan;

( …………………………… )

243
Lampiran 19 Contoh Format Kartu Suara Pemilihan Pengurus Tim Pelaksana Swakelola (TPS-KSM)

KARTU SUARA KARTU SUARA


TULISKAN 3 NAMA YG MENURUT TULISKAN 3 NAMA YG MENURUT
BAPAK/IBU MEMILIKI KRITERIA SBG BAPAK/IBU MEMILIKI KRITERIA SBG
ORG BAIK (PEDULI, IKHLAS, TULUS ORG BAIK (PEDULI, IKHLAS, TULUS
MEMBANTU, JUJUR, AMANAH DAN MEMBANTU, JUJUR, AMANAH DAN
RELA BERKORBAN PADA KEBAIKAN. RELA BERKORBAN PADA KEBAIKAN.
NOTE: NOTE:
WAJIB MENULISKAN MINIMAL 1 NAMA WAJIB MENULISKAN MINIMAL 1 NAMA
WANITA, AGAR SUARANYA SAH WANITA, AGAR SUARANYA SAH
1. ………………………………………… 1. …………………………………………
2. ………………………………………… 2. …………………………………………
3. ………………………………………… 3. …………………………………………

Berita Acara Hasil Perhitungan Suara Pemilihan Utusan/Bakal Calon Pengurus Tim
Pelaksana Swakelola (TPS-KSM)
RT/ RW : ……………………….

Desa/Kel : ……………………….

Kecamatan : ……………………….

Kabupaten : ……………………….

Provinsi : ……………………….

Pada hari ini _________ tanggal _______________ bulan ____________ tahun 2021
bertempat di _________________ Desa ________________ telah diadakan PEMILU
UTUSAN/BAKAL CALON PENGURUS TIM PELAKSANA SWAKELOLA KELOMPOK
SWADAYA MASYARAKAT (TPS-KSM) sesuai dengan TATIB PEMILU dan Rembuk
perhitungan suara pemilihan utusan/bakal calon pengurus Tim Pelaksana Swakelola
dari basis RT/RW/Dusun. Pemilihan Utusan/bakal calon Pengurus Tim Pelaksana
Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-KSM) dihadiri oleh _____ peserta
(terlampir), terdiri dari ____ laki-laki dan _____ perempuan.

244
Adapun rekapitulasi hasil perhitungan suara ini sebagai berikut :

Jenis Kelamin Alamat


Nama Utusan/Bakal Jumlah Perolehan
No
Calon Suara
Lk Pr RT RW

Dst

Demikian Berita Acara perhitungan suara ini kami buat dengan sebenarnya.
Perwakilan Masyarakat Desa/Kelurahan dari peserta rembuk:
…………………………….. (Tomas)
…………………………….. (Tokoh Agama Laki-laki)
…………………………….. (Tokoh Agama Perempuan)
…………………………….. (Tokoh Pemuda)
…………………………….. (Kader PKK)
…………………………….. (Kader Posyandu)
…………………………….. (Perwakilan Ketua Lingkungan RT/RW/Dusun)

Mengetahui; Ketua Panitia Pemilihan


Kepala Desa/Lurah TFL/Pendamping

( …………………. ) ( …………………. ) ( ………………….. )

245
Lampiran 20 Contoh Format Undangan Pemilihan Pengurus Tim Pelaksana
Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-KSM) (Pemilihan Bakal Calon
dan Saling Memilih)

Yth. ____________________
Pemilih : _________________ No.: ___
di-
_____

Mengharapkan kehadiran Bapak/Ibu, Sdr/I untuk memberikan Hak Pilihnya pada


Pemilihan Utusan atau Bakal Calon RT/RW ____/____ dan atau Saling Memilih
Pengurus Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-KSM)
yang akan diselenggarakan pada :
Hari : __________________
Tanggal : __________________
Jam : __________________
Tempat : __________________
Bapak/Ibu/Saudara/I memiliki Hak Memilih dan Dipilih, kehadiran anda sangat
menentukan kemajuan perbaikan SANITASI melalui Program DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi dan kemajuan masa depan lingkungan
RT/RW/Dusun/Desa/Kelurahan Anda dalam menyehatkan lingkungan permukiman
dimana Anda bertempat tinggal.

Mengetahui; …………., ………, 2021


Kepala Desa/Lurah Ketua Ketua Panitia Pemilihan
RT/RW/Dusun

( ………………. ) ( ………………. ) ( …………………….. )

246
Lampiran 21 Contoh Berita Acara Hasil Perhitungan Suara Pemilihan Pengurus
Tim Pelaksana Swakelola (TP-KSM) Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi
Berita Acara Hasil Perhitungan Suara Pemilihan Pengurus Tim Pelaksana Swakelola
(TP-KSM) Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi
RT/RW/Dusun : ……………………….
Desa/Kel : ……………………….
Kecamatan : ……………………….
Kabupaten : ……………………….
Provinsi : ……………………….
Pada hari ini ____ tanggal __________bulan ______ tahun 2021 bertempat di
__________ Desa __________ telah diadakan PROSES SALING MEMILIH
DIANTARA PARA UTUSAN/BAKAL CALON UNTUK MEMILIH PENGURUS TIM
PELAKSANA SWAKELOLA KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (TPS-KSM)
sesuai dengan TATIB SALING MEMILIH dan Rembuk perhitungan suara dari hasil
proses saling memilih. Pemilihan yang dilakukan dengan cara saling memilih di antara
para utusan/bakal calon Pengurus Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya
Masyarakat (TPS-KSM) dihadiri oleh utusan/bakal calon sebanyak :
RT/RW/Dusun ......., berjumlah ....... orang utusan/bakal calon;
RT/RW/Dusun ......., berjumlah ....... orang utusan/bakal calon; dan
RT/RW/Dusun ......., berjumlah ........ orang utusan/bakal calon.
Dan jumlah total yang hadir sebanyak _____ utusan/bakal calon (DH terlampir), terdiri
dari ____ laki-laki dan _____ perempuan.
Adapun rekapitulasi hasil perhitungan suara dan daftar calon Pengurus Tim Pelaksana
Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-KSM) sesuai ranking perolehan
suara di titik lokasi terpilih sesuai dengan hasil SELOTIF (RT/RW/Dusun ____/ ___ /
____ ) antara lain sebagai berikut :
Nama Jenis Kelamin Alamat
Jlh.
Calon
No Pendidikan Perolehan
Pengurus Lk Pr RT RW
Suara
TPS-KSM
1
2
3
4
5
Dst.
247
Note :
Suara terbanyak 1 sampai dengan 3, atas persetujuan dan kesediaan yang
bersangkutan ditetapkan sebagai Pengurus Tim Pelaksana Swakelola (TPS-KSM)
pada titik lokasi RW/Dusun sesuai Hasil SELOTIF.
Demikian Berita Acara perhitungan suara ini kami buat dengan sebenarnya.
Perwakilan Masyarakat Desa/Kelurahan dari peserta rembuk:
……………………………….. (Tomas)
……………………………….. (Tokoh Agama Laki-laki)
……………………………….. (Tokoh Agama Perempuan)
……………………………….. (Tokoh Pemuda)
……………………………….. (Kader PKK)
……………………………….. (Kader Posyandu)
…………………...………….. (Perwakilan Ketua Lingkungan RT/RW/Dusun)

Mengetahui; Ketua Panitia Pemilihan


Kepala Desa/Lurah TFL/Pendamping

( …………………….. )
( ……………………. ) ( …………………. )

248
Lampiran 22 Surat Keputusan Kepala OPD/PA/KPA Tentang Penetapan Tim
Pelaksana Swakelola (TPS-KSM)
LOGO/KOP
DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
DINAS ..............................................................

KEPUTUSAN KEPALA DINAS .......................


KABUPATEN/KOTA ....................
NOMOR : ...../ ..... /...... /2021
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM PELAKSANA SWAKELOLA KELOMPOK SWADAYA
MASYARAKAT (TPS-KSM) ...........................
DESA/KELURAHAN ........................ KECAMATAN .....................
KEPALA DINAS ...................................................................
KABUPATEN/KOTA ........................... ,
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka peningkatan Sanitasi dan peran aktif
masyarakat maka sangat dipandang perlu untuk
dibentuk Tim Pelaksana Swakelola (TPS-KSM) yang
merupakan wakil masyarakat penerima manfaat bantuan
disebut KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) yang
berdasarkan hasil kesepakatan warga Tim Pelaksana
Swakelola/KSM tersebut diberi nama TPS-
KSM ................. yang berkedudukan di
Desa/Kelurahan ................. Kecamatan .................
Kabupaten ..................;
Bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a di atas perlu
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas
............. Kabupaten/Kota ............
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang
Organisasi Kemasyarakatan
3. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang
Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 16 tahun
249
2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
Peraturan Presiden Nomor 123 tahun 2020 Tentang
Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus Fisik tahun
anggaran 2021;
PeraturanMenteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2008
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan
Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP –
SPALP);
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 5 tahun 2021 Tentang Petunjuk Operasional
Pengelolaan DAK Fisik Infrastruktur Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat tahun anggaran 2021;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2020
tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran
2021;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.07/2019
tentang Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2009
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Dana Alokasi
Khusus di Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Surat Permohonan Kepala Desa/Lurah ...... Nomor
....../....... /......./2021 Tanggal ..... ....... 2021 Perihal
Permohonan untuk mengeluarkan Surat Keputusan (SK)
pembentukan Tim Pelaksana Swakelola/Kelompok
Swadaya Masyarakat (TPS-KSM) .......;
Memperhatikan : Hasil proses pemilihan secara langsung dan Pembentukan
Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat
(TPS-KSM) di Desa/Kel ..... Kecamatan ....... tentang
Penetapan Pengurus TPS-KSM ........

250
MEMUTUSKAN:
Menetapkan Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya
KESATU :
Masyarakat (TPS-KSM) ......... di lingkungan RT/RW/Dusun
....... Desa/Kel. ……. Kecamatan ....... Kabupaten/Kota
........... dengan susunan personalia sebagaimana tercantum
dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Keputusan ini.
Adapun susunan dan tugas KSM sebagai Tim Pelaksana
KEDUA :
Swakelola sebagaimana dimaksud dalam point Kesatu
Keputusan ini adalah sebagai berikut:
Ketua:
• Mengkoordinasikan perencanaan kegiatan
pembangunan;
Memimpin pelaksanaan tugas tim yang telah dibentuk dan
kegiatan rapat - rapat;

Menyusun rencana kebutuhan dan melaksanakan kegiatan


tata usaha dan dokumentasi;
Melaksanakan surat menyurat;
Melaksanakan pelaporan kegiatan pembangunan secara
bertahap;
Mendokumentasikan seluruh laporan kegiatan;
Membantu dalam penyuluhan kesehatan masyarakat.
Bendahara:
Menerima dan menyimpan uang;
Mengeluarkan/ membayar sesuai dengan realisasi, sesuai
nota/kuitansi;
Melakukan pengelolaan administrasi keuangan;
Melakukan penarikan kontribusi dari masyarakat berupa
uang;
Menyusun realisasi pembukuan serta laporan
pertanggungjawaban keuangan;
Menyusun realisasipembukuan serta laporan
pertanggungjawaban keuangan pada tahapan
konstruksi, yaitu :
Progres keuangan mingguan ditempel di papan ruangan
Sekretariat KSM dan tempat strategis sehingga dapat
251
dilihat dengan mudah oleh masyarakat;
Laporan keuangan bulanan yaitu laporan penggunaan dana
dan laporan harian sesuai format yang ditentukan untuk
kemudian disampaikan kepada PPK sanitasi.
Koordinator Tim :
Tim Perencana :
Tim perencana mempunyai tugas dan bertanggung jawab
dalam menyusun dokumen Rencana Kerja Masyarakat
(RKM), membuat gambar rencana kerja, spesifikasi teknis,
rincian biaya pekerjaan, jadwal rencana pelaksanaan
pekerjaan. Secara rinci tugas tim perencana adalah:
Mensosialisasikan pilihan teknologi sanitasi kepada
masyarakat;
Mengevaluasi dan menentukan pilihan teknologi sanitasi
yang akan dibangun, sesuai dengan pilihan, kemampuan
masyarakat serta kondisi lingkungan;
Menyusun analisa teknis, membuat DED lengkap dengan
potongan, RAB dan menyusun analisa struktural,
elektrikal, arsitektural dengan didampingi oleh
TFL
Menyusun jadwal rencana kegiatan konstruksi
Melakukan inventarisasi tenaga kerja;
Tim Pelaksana :
Tim pelaksana mempunyai tugas dan bertanggung jawab
dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan yang
direncanakan, membuat gambar pelaksanaan serta
membuat laporan pelaksanaan pekerjaan. Secara rinci tugas
tim pelaksana adalah:
Melakukan rekrutmen tenaga kerja;
Mengatur tenaga kerja di lapangan;
Mengatur dan mengkoordinir material yang diperlukan;
Menerima dan menyetujui material/barang masuk;
Bertanggung jawab terhadap keamanan material selama
pembangunan;
Membuat laporan tentang keadaan material;
Mengalokasikan material sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan konstruksi;
252
h. Mengorganisir kegiatan kampanye kesehatan di
masyarakat;
Melakukan monitoring terhadap upaya penyehatan
lingkungan;
Membuat As built drawing setelah pekerjaan konstruksi
selesai.
Tim Pengawas :
Tim pengawas mempunyai tugas dan bertanggung jawab
dalam melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
dan pelaporan, baik fisik maupun administrasi pekerjaan
swakelola. Secara rinci tugas tim pengawas adalah:
a. Pengawasan kepada pekerja dengan didampingi oleh
TFL;
b. Bertanggung jawab terhadap pengawasan administrasi,
teknis dan keuangan;
c. Didampingi oleh TFL bertanggungjawab/menilai atas
kualitas dan progres pekerjaan fisik;
d. Berkoordinasi dengan TFL menyusun laporan pekerjaan
untuk diteruskan dan/atau ditindaklanjuti ke PPK.
4. Panitia Pengadaan
Tim Pengadaan diangkat oleh penanggungjawab Tim
Pelaksana Swakelola/ kelompok masyarakat (TPS-KSM)
sebagai pelaksana swakelola untuk melakukan pengadaan
barang/jasa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan swakelola,
dan anggota tim Pengadaan diperbolehkan bukan PNS.
• Bertanggung jawab dalam melaksanakan survei dan
mengundang supplier dan/atau kontraktor untuk
pengadaan material;
• Melaksanakan kegiatan proses pengadaan barang atau
pekerjaan konstruksi.
KETIGA : Segala sesuatu yang belum diatur dalam surat ini akan diatur
kemudian.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

253
Ditetapkan di : ______________
Pada tanggal : ____________ 2021

KEPALA DINAS/KUASA PENGGUNA ANGGARAN


DINAS ...........................
KABUPATEN/KOTA .....................

(.............................................. )
NIP. .......................................

Tembusan Yth :
1. Camat .....................
2. Kepala Desa/Lurah .................. Kecamatan ..................
3. Arsip.

254
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA
DINAS ..........................
KABUPATEN/KOTA ...............
NOMOR : ......./ ... /...... /2021
TANGGAL 2021
SUSUNAN PENGURUS TIM PELAKSANA SWAKELOLA KELOMPOK SWADAYA
MASYARAKAT (TPS-KSM) ..................
DESA/KELURAHAN ........... KECAMATAN .............
KABUPATEN/KOTA .............
1. Ketua : _____________
2. Sekretaris : _____________
3. Bendahara : _____________
Tim
• Tim Perencana : A. ___________
B. ___________
• Tim Pelaksana : 1. ___________
2. ___________
• Tim Pengawas : 1. ___________
2. ___________
• Panitia : 1. ___________
Pengadaan 2. ___________
Ketua 3. ___________
Sekretaris
Anggota
Ditetapkan di : ________________
Pada tanggal : _____________ 2021

KEPALA DINAS/KUASA PENGGUNA ANGGARAN


DINAS ................................
KABUPATEN/KOTA ..............

(............................................ )
NIP. ......................................

255
Lampiran 23 Contoh SK. OPD/PPK Sanitasi Tentang Penetapan Penerima
Manfaat
KOP SURAT

KEPUTUSAN KEPALA OPD/ PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN


BIDANG SANITASI KABUPATEN/KOTA ………
NOMOR :………
TENTANG
PENETAPAN PENERIMA MANFAAT PROGRAM DAK FISIK INFRASTRUKTUR
BIDANG SANITASI TAHUN ANGGARAN ……
Menimbang : a .……………………………………...........
..……………………………………….......
Mengingat : a………………………………………………….
………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………
Memperhatikan:
Daftar Isian Penggunaan Anggaran ………. Tahun Anggaran…………………….
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat
(TPS-KSM) ……… berkedudukan di Kelurahan/Desa ..........
Kecamatan .......... Kota/Kabupaten…......., seperti terdapat
dalam lampiran keputusan ini merupakan kelompok
penerima manfaat Kegiatan DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi TA. ….…
Kedua : Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat
(TPS-KSM) ……… selaku kelompok penerima manfaat
bertugas membelanjakan dana yang dialokasikan sesuai
dengan peruntukan serta mempertanggungjawabkan atas
penggunaannya kepada Kuasa Pengguna Anggaran
melalui Kepala OPD/PPK bidang sanitasi ………. dan
menyampaikan laporan pelaksanaan secara berkala.
Ketiga : Biaya yang diakibatkan atas Program DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi ini dibebankan pada
DPA ............ sesuai dengan yang tercantum dalam DPA

256
Nomor: ……. Tanggal ……Tahun Anggaran ….….
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal penetapan sampai
dengan berakhirnya Tahun Anggaran ……. dengan
ketentuan akan diperbaiki sebagaimana mestinya apabila
terdapat kekeliruan dalam Surat Keputusan ini.
Kelima : Surat Keputusan ini disampaikan kepada yang
bersangkutan, untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : ____________________________
Pada tanggal : ____________________________

KEPALA OPD/PPK Sanitasi Kabupaten/ Kota ……

Stempel Basah

(………………………………………..)
NIP. …………………………………..

257
Lampiran 24 Contoh Lampiran Surat Kepala OPD/ Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) Sanitasi Tentang Penetapan Penerima Manfaat

Kop Surat

DAFTAR PENERIMA MANFAAT

Kepemilikan
Nama Jumlah Tangki
Luas
No Kepala Anggota Pekerjaan Septik (√) Alamat
Pekarangan
Keluarga Keluarga
Ya Tidak

Dst.

Data bersumber dari lampiran Berita Acara Penetapan Penerima Manfaat dari TPS-
KSM
Ditetapkan di : _________________________________
Pada tanggal : _________________________________

KEPALA OPD/PPK Sanitasi


Kabupaten/Kota ………………………..…....

Stempel basah

(………………………………………..)
NIP. ………………………………….

258
Lampiran 25 Contoh Standar Kontrak TPS-KSM dengan PPK Sanitasi
PERJANJIAN KERJASAMA
PROGRAM DAK FISIK INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI
Nomor : ____________________
Antara
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Sanitasi
OPD Dinas ____________ Kab/Kota _________________
Dengan
Ketua Tim
Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-KSM) ____ Desa/Kel
____ Kec.____ Kab/Kota _____
Tentang :
Pengelolaan Dana
Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi TA. 2020
Pada hari ini ................... , tanggal......................... , bulan ...................... , tahun
2021, bertempat di ........................................... , yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : ____________________

Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Sanitasi OPD Dinas


___________ Kab/Kota ___________ Provinsi
___________
NIP : __________________

Alamat : ___________________________________________

Dalam hal ini bertindak di dalam jabatan tersebut dan oleh karena itu bertindak untuk
dan atas nama Kuasa Pengguna Anggaran, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.
Nama : ______________________
Jabatan : Ketua Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya
Masyarakat (TPS-KSM) __________ Desa/Kel_______
Kecamatan ________ Kab/Kota _______________.
Alamat : __________________________________________
Dalam hal ini bertindak sebagai Ketua Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya
Masyarakat (TPS-KSM) ______________ sebagai pengelola Dana Program DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi Tahun Anggaran 2021, untuk mendukung kegiatan
perbaikan sanitasi lingkungan, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
259
Kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan Perjanjian Kerjasama yang mengikat
dan berakibat hukum bagi kedua belah pihak untuk melaksanakan pengelolaan Dana
Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi Tahun Anggaran 2021 untuk
mendukung kegiatan perbaikan sanitasi lingkungan dengan ketentuan antara lain
sebagai berikut:
BERDASARKAN:
Undang–undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);
Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan;
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan;
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2020 tentang Petunjuk
Teknis Dana Alokasi Khusus Fisik Tahun Anggaran 2021 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 309;
Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2021 Tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 5 tahun 2021,
tentang Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Infrastruktur
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun Anggaran 2021;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 tentang Penyelanggaraan
Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga
dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 628);
Peraturan Menteri PUPR Nomor: 04/PRT/M/2017 tentang Penyelenggaraan Sistem
Pengelolaan Air Limbah Domestik;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor: 29/PRT/M/2016 tentang Pembentukan Kesepakatan Bersama dan
Perjanjian Kerjasama di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.07/2019 tentang pengelolaan Dana
Alokasi Khusus Fisik;
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 241/PMK.07/2014 Tentang
Pelaksanaan dan Pertanggung-jawaban Anggaran Transfer ke Daerah;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Dana Alokasi Khusus di Daerah;
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor: 260
P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 tahun 2007 tentang Pedoman Penataan
Lembaga Kemasyarakatan;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Dana Alokasi Khusus di Daerah;
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik;
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan Kerja
Lingkungan Kerja;
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 8 Tahun
2018 Tentang Pedoman Swakelola; dan
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi Tahun
2021.
Kedua belah pihak telah sepakat untuk mengadakan ikatan perjanjian kerjasama
secara swakelola, untuk melaksanakan pekerjaan yang pembiayaannya didapat dari
Dana Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi Tahun Anggaran 2021 di
Desa/Kel ___________ Kecamatan ________ Kab/Kota _______ Provinsi ______,
dengan ketentuan antara lain sebagai berikut:
Pasal 1
TUJUAN PERJANJIAN
Tujuan Perjanjian Kerjasama adalah bahwa PIHAK KEDUA harus melaksanakan
pekerjaan yang menjadi pokok perjanjian, sehingga pekerjaan mencapai hasil yang
diharapkan oleh PIHAK PERTAMA, sesuai dengan ketentuan di dalam Dokumen
Perjanjian Kerjasama.
Pasal 2
LINGKUP PEKERJAAN
PIHAK PERTAMA memberi dana kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA
menerima tugas pekerjaan dari PIHAK PERTAMA, yaitu untuk mengelola Dana DAK
Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi dan menyelenggarakan pekerjaan:
Nama Kegiatan : ________________________________________
Lokasi Kegiatan : ________________________________________
Kecamatan : ______________________
Kota : ______________________
Provinsi : ______________________

261
Pasal 3
DOKUMEN PERJANJIAN
Surat Perjanjian kerjasama ini terdiri dari dokumen-dokumen sebagai berikut:
Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM) diantaranya berisi:
Struktur Organisasi TPS-KSM yang telah ditetapkan oleh Pengguna Anggaran/
Kuasa Pengguna Anggaran melalui Surat Keputusan;
Lokasi kegiatan dan ketersediaan lahan sesuai dengan hasil SELOTIF;
Rencana Teknik Rinci (RTR)/ DED;
Rencana Anggaran Biaya (RAB);
Kurva S; dan
Rencana Kerja.
Rekening Bank Bersama (Bank Pemerintah/ Daerah) atas nama Tim Pelaksana
Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-KSM) _____ Desa/Kel. ______
Kecamatan ______ Kab/Kota __________.
Semua Dokumen tersebut merupakan satu kesatuan dan setiap pasal harus
diinterpretasikan sedemikian rupa sehingga satu dengan lain sejalan dan saling
menunjang.
Pasal 4
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN
PIHAK KEDUA sanggup melaksanakan pekerjaan sejak tanggal ditandatangani
Perjanjian Kerjasama yaitu pada tanggal ______ sampai dengan tanggal ______
(batas waktu pelaksanaan paling lambat tanggal _____ tahun anggaran berjalan).
Pasal 5
PENYERAHAN HASIL PEKERJAAN
PIHAK KEDUA harus melaporkan hasil pekerjaan yang telah diselesaikan kepada
PIHAK PERTAMA yang dalam hal ini diwakili oleh Koordinator Lapangan/ PPTK serta
dibuktikan dengan Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan.
Pasal 6
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PIHAK KEDUA
PIHAK KEDUA wajib melaksanakan kegiatan Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi secara partisipatif berdasarkan Surat Perjanjian yang telah diperjanjikan;
Hasil kegiatan yang harus diserahkan pada saat Penyerahan Pekerjaan adalah
Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan, yang memuat:
a. Laporan Pelaksanaan Fisik, yang berisi tentang:
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Catatan Harian Kegiatan;
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Catatan Harian Penggunaan Material;
262
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Realisasi Kemajuan Pelaksanaan
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Realisasi Kemajuan Pelaksanaan
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Laporan Masalah Tingkat Desa/Kelurahan;
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Foto Dokumentasi Kemajuan Fisik (0%,
20%/30%, 60% dan 100%); dan
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Berita Acara Hasil Pemeriksaan
Laporan Administrasi Keuangan, yang berisi tentang:
Buku Kas Umum TPS-KSM;
Buku Bank TPS-KSM;
Buku Bantu (Buku Operasional, Buku Swadaya, Buku Material, Buku Upah
Kerja);
Laporan Penggunaan Dana (LPD); dan
Laporan Keuangan Bulanan TPS-KSM.
Laporan Pengadaan Barang dan Jasa, yang berisi tentang:
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Daftar Survei;
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Pengumuman Pengadaan;
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Penawaran dari Supplier;
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Berita Acara Penentuan Pemenang;
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Surat Perintah Kerja (SPK); dan
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ ‫ ؀‬Ā Ȁ ⸀Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā
ᜀ Ā ᜀ Dokumen Pengantar Barang / Faktur
Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Fisik Konstruksi;
Gambar-gambar hasil pelaksanaan;
Notulen rapat-rapat/ rembuk warga;
Realisasi Biaya dan Kegiatan;
Realisasi Kurva–S Pelaksanaan.
Penyusunan ini dibuat dalam rangkap 5 (lima) serta dikonsultasikan lebih dahulu
kepada PIHAK PERTAMA;
PIHAK KEDUA menyatakan bahwa sanggup untuk menggunakan Dana Program DAK
Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi sesuai dengan Dokumen Rencana Kerja
Masyarakat (RKM) yang telah disepakati;
PIHAK KEDUA menyatakan bahwa akan menyetorkan Sisa Dana Program DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi yang tidak digunakan ke Kas Negara;
PIHAK KEDUA wajib menyampaikan Laporan Penggunaan Dana Program DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi secara berkala kepada PIHAK PERTAMA;
PIHAK KEDUA wajib menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban kepada PIHAK
PERTAMA setelah pekerjaan selesai atau akhir tahun anggaran.

263
Pasal 7
SUMBER DAN JUMLAH DANA
Sumber Dana Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi yang diterima oleh
PIHAK KEDUA adalah berasal dari Daftar Pelaksanaan Anggaran (DPA) OPD
Dinas ________________ Kab/Kota _____________ Tahun Anggaran 2021
dengan Nomor DPA : ________________ Tanggal ______ Tahun ____.
Jumlah Dana Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi yang diterima oleh
PIHAK KEDUAadalah sebesar Rp _____________,- (terbilang :
______________________ ).
Pasal 8
PEMBAYARAN
Pembayaran Dana Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi dimaksud dalam
Surat Perjanjian Kerjasama ini akan dilakukan oleh PIHAK PERTAMA kepada
PIHAK KEDUA secara bertahap, dari jumlah alokasi pagu titik lokasi Dana
Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi sebesar Rp ___________,-
(terbilang : _____________ ) setelah Perjanjian Kerjasama ini ditandatangani dan
dilaksanakan melalui Surat Perintah Membayar (SPM) yang disampaikan oleh
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) kepada Kantor Badan Pengelola Keuangan dan
Aset Daerah (BPKAD) dengan cara pembayaran ke rekening PIHAK KEDUA pada
Bank ______ Nomor Rekening: _______

Pencairan Dana Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi oleh PIHAK KEDUA
dilakukan secara bertahap sesuai dengan tahapan pekerjaan dan harus mendapat
persetujuan dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Sanitasi OPD Dinas
________ Kab/Kota ___________.
Tahapan pencairan Dana Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi diatur
sebagai berikut:
Pencairan Tahap Pertama sebesar 25% / 30% x Rp __________,- = Rp
____________,- (Terbilang __________________ ) dilaksanakan setelah
PIHAK KEDUA mengajukan permohonan pencairan Dana Program DAK
Infratstruktur Bidang Sanitasi Tahap Pertama dengan dilampiri dokumen RKM
yang telah disahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Sanitasi
OPD Dinas ________ Kab/Kota ________ dengan dilampiri rincian Rencana
Penggunaan Dana (RPD) tahap pertama 25% / 40% (RPD-1) dan dengan
melampirkan foto copy Rekening TPS-KSM;
Pencairan Tahap Kedua sebesar 45% / 30% x Rp __________,- = Rp
_________,- (terbilang ___________________ ) dilaksanakan setelah PIHAK

264
KEDUA mengajukan permohonan pencairan Dana Program DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi Tahap Kedua kepada Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) Sanitasi OPD Dinas ________ Kab/Kota _________ dengan
melampirkan Rencana Penggunaan Dana (RPD-2) serta Laporan
Pertanggungjawaban (LPJ-1) penggunaan dana yang dicairkan pada Tahap
Pertama dan progres fisik telah mencapai minimal 20% / 30%; dan
Pencairan Tahap Ketiga sebesar 30%/ 30% x Rp __________ ,- = Rp
_________ ,- (terbilang ________________ ) dilaksanakan setelah PIHAK
KEDUA mengajukan permohonan pencairan Dana Program DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi Tahap Ketiga kepada Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) Sanitasi OPD Dinas ________ Kab/Kota _________ dengan
melampirkan Rencana Penggunaan Dana (RPD-3) serta Laporan
Pertanggungjawaban (LPJ-2) penggunaan dana yang dicairkan pada Tahap
Kedua dan progres fisik telah mencapai minimal 60% / 60%, serta telah
dilakukan Addendum Kontrak antara PPK Sanitasi dengan Ketua Tim
Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-KSM).
Pasal 9
KEADAAN MEMAKSA ATAU FORCE MAJEURE
Yang dimaksud dengan keadaan memaksa atau Force Majeure adalah suatu keadaan
yang dapat menimbulkan akibat pelaksanaan pekerjaan yang tidak dapat diatasi
baik oleh PIHAK PERTAMA maupun oleh PIHAK KEDUA karena diluar
kesanggupannya dan atau diluar kewenangannya, antara lain:
Adanya bencana alam seperti gempa bumi, angin topan, banjir, tanah longsor,
tsunami, huru-hara atau peperangan yang mengakibatkan terhentinya atau
terlambatnya pelaksanaan pekerjaan;
Adanya perubahan Peraturan Pemerintah ataupun Kebijakan Moneter oleh
Pemerintah;
Adanya peristiwa-peristiwa lain yang diajukan oleh PIHAK KEDUA yang didukung
dengan bukti-bukti yang sah serta Surat Keterangan Instansi yang berwenang
dan disetujui oleh PIHAK PERTAMA.
Setiap terjadi peristiwa/ keadaan memaksa atau Force Majeure, PIHAK KEDUA wajib
melaporkan kepada PIHAK PERTAMA paling lambat 4 (empat) hari sejak
kejadian/ peristiwa tersebut terjadi.

265
Pasal 10
SANKSI
Apabila PIHAK KEDUA tidak dapat melaksanakan pengelolaan dan pemanfaatan
Dana Program DAK Infratstruktur Bidang Sanitasi sesuai dengan Pasal 2 Surat
Perjanjian ini, maka PIHAK PERTAMA berhak secara sepihak memutuskan hubungan
kerjasama dengan PIHAK PERTAMA yang mengakibatkan surat Perjanjian Kerjasama
ini dinyatakan batal demi hukum dan PIHAK KEDUA diwajibkan
mempertanggungjawabkan Penggunaan Dana Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi yang telah digunakannya serta menyerahkan sisa dana yang belum
dimanfaatkan kepada PIHAK PERTAMA guna penyelesaiannya lebih lanjut sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Pasal 11
PERSELISIHAN
Apabila terjadi perselisihan antara PIHAK PERTAMA dengan PIHAK KEDUA
sehubungan dengan surat Perjanjian Kerjasama ini, maka akan diselesaikan
secara musyawarah untuk memperoleh mufakat;
Apabila dengan cara musyawarah belum dapat dicapai suatu penyelesaian, maka
kedua belah pihak sepakat menyelesaikan perselisihan ini kepada Pengadilan
Negeri Daerah Kab/Kota _________ Provinsi ________ sesuai dengan peraturan
dan perundang- undangan yang berlaku.

Bea materai yang timbul karena pembuatan perjanjian kerjasama ini menjadi beban
PIHAK KEDUA;
Segala Format yang melengkapi surat Perjanjian Kerjasama ini merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dan mempunyai kekuatan hukum yang sama;
Perubahan atas surat Perjanjian Kerjasama ini tidak berlaku kecuali terlebih dahulu
dengan persetujuan kedua belah pihak.

266
Pasal 12
PENUTUP
Surat Perjanjian Kerjasama ini ditandatangani oleh kedua belah pihak dengan penuh
kesadaran dan tanggungjawab tanpa adanya paksaan dari pihak manapun dan dibuat
dalam rangkap 5 (lima) yang kesemuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama
untuk digunakan sebagaimana mestinya.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA

_____________________ _____________________

Ketua Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)


Swadaya Masyarakat Sanitasi

267
Lampiran 26 Contoh Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
No. : ________________ Tanggal, ____________________
Pekerjaan DAK Bidang Infrastruktur Bidang Sanitasi Desa/Kel. ___________ Kota
___________ yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : ______________________
Jabatan : Kepala OPD Dinas _______ / PPK Sanitasi
Alamat : ______________________
Selanjutnya disebut sebagai Kepala OPD Dinas ………… / Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) Sanitasi.
Berdasarkan Kontrak No.________________ tanggal _____ Tahun _______
Bersama ini memerintahkan kepada:
Nama : ________________
Jabatan : Ketua Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat
(TPS-KSM)
Alamat : _____________________
Selanjutnya disebut sebagai Penyedia Jasa Pembangunan Infrastruktur Sanitasi
…………………
Untuk segera memulai pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
Macam pekerjaan: Pembangunan Infrastruktur Sanitasi Desa/Kel. : ______
Kab/Kota: _______
Tanggal Mulai Kerja: ____ Bulan _________ Tahun _______
Syarat-syarat pekerjaan: sesuai dengan persyaratan dan ketentuan Kontrak.
Waktu penyelesaian: selama ________ ( ______ ) bulan dan pekerjaan harus
sudah selesai pada tanggal: ___________
Hasil Pekerjaan: _____________
Sanksi: Terhadap keterlambatan penyerahan hasil pekerjaan, maka kontrak pembangunan Infrastruktur
Sanitasi dan pembayarannya kepada Penyedia Jasa Pembangunan ini dapat dihentikan sesuai
dengan ketentuan dalam Perjanjian Kerjasama.
Tim Pelaksana Swakelola
Kepala OPD Dinas ____ / Kelompok Swadaya Masyarakat
PPK Sanitasi (TPS-KSM) ________

( ..............) ( ………………….. )
NIP.____________ Ketua
268
Lampiran 27 Contoh Surat Permintaan Pembayaran Dana Tahapan

Nomor : ____________________
File : ____________________
Perihal : Pekerjaan Sanitasi, Desa/Kelurahan : ________________
Permohonan Pembayaran Tahap ke _______ ( _____ %)
Yth.
Kepala OPD/ Pejabat Pembuat Komitmen
Sanitasi Program DAK Fisik Infrastruktur Bidang
Sanitasi Di
________
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan Pekerjaan DAK Infrastruktur Bidang Sanitasi, Desa/Kelurahan
_____________ sesuai Kontrak No. ____ tanggal ________
Bersama ini kami mengajukan permohonan Pembayaran Tahap ____ ( ___ %) dari
jumlah nilai Kontrak.

Atas jumlah tersebut mohon kiranya dapat ditransfer ke rekening kami atas nama
lembaga Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-KSM)
___________________ Pada : Bank: ____________________ Jl
_________________ dengan Nomor Rekening : ____________________.

Demikian permohonan ini kami buat, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan
terima kasih.

Mengetahui Hormat Kami,


TFL Pendamping Ketua TPS-KSM ____

( ………………... ) ( ………………... )

269
Lampiran 28 Contoh Berita Acara Pembayaran
Dana No : ______________________
Pada hari ini ______ tanggal ____ Bulan _____ tahun ______ kami yang
bertandatangan dibawah ini :
1. Nama : _____________
Pejabat Pembuat Komitmen Sanitasi, yang bertindak untuk dan atas nama
Pejabat Pembuat Komitmen Satuan Kerja Pembangunan Daerah (OPD),
berkedudukan di __________________ Selanjutnya disebut PIHAK KESATU.
2. Nama : ______________
Jabatan : Ketua Tim Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat
(TPS-KSM) ____________
Alamat : _____________
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
Berdasarkan:
Nomor dan Tanggal DPA / Dokumen: Dipersamakan
Nomor dan Tanggal Kontrak : ________________________
Nilai Kontrak : _____________________________________
Uraian Pekerjaan: Pembangunan Sanitasi di Desa/Kelurahan_______
Maka PIHAK KEDUA berhak menerima Pembayaran Tahap ________ ( _____
%) dari PIHAK KESATU untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut, sebesar RP.
_____________ (Terbilang : _______________ )
Total Pembayaran _________________
Dengan demikian, maka pembayaran sampai dengan sekarang :
• Nilai Kontrak : Rp. _______________
• Tagihan yang lalu : Rp. _______________
• Sisa Kontrak : Rp. _______________
Jumlah yang dibayarkan : Rp. _______________
Terbilang : ( ____________________ )

270
c. PIHAK KEDUA sepakat atas pembayaran tersebut diatas dibayarkan ke
Rekening Nomor : ___________ Bank ___________ atas nama lembaga Tim
Pelaksana Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat (TPS-KSM)
________________________
Demikian Berita Acara ini dibuat, agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

PIHAK KEDUA PIHAK KESATU


Ketua TPS-KSM Pejabat Pembuat Komitmen Sanitasi

( ………………) ( ….………………….. )

NIP : ………….…

271
Lampiran 29 Contoh Berita Acara Serah Terima Pekerjaan
Berita Acara Serah Terima Pekerjaan
Nomor : _____________________
Pada hari ini _____ tanggal ____ Bulan ______ tahun ______ bertempat di ________,
kami yang bertandatangan dibawah ini :
1. Nama : __________________
NIP : __________________
Pangkat/Gol : __________________
Jabatan : PPK Sanitasi OPD Dinas Terkait
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Daerah selaku
Pengguna Anggaran (PA)/Pengguna Barang Belanja lain-lain untuk selanjutnya
disebut sebagai PIHAK PERTAMA.
2. Nama : __________________
Jabatan : __________________
Alamat : __________________
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Tm Pelaksana Swakelola Kelompok
Swadaya Masyarakat (TPS-KSM) _______ untuk selanjutnya disebut sebagai
PIHAK KEDUA.

Berita Acara ini dibuat oleh kedua belah pihak, berdasarkan:


A. DPA untuk DAK Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi – APBD TA 2021: _______
Revisi DPA ke 1 : _____________________ Revisi DPA ke 2 :
_____________________ Surat Perjanjian / Kontrak :
_____________________ Uraian Pekerjaan : Pembangunan Sanitasi
Nilai Kontrak : Rp __________________ Amandemen ke – 1 : Rp
__________________ Amandemen ke – 2 : Rp __________________
Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan : _____________________ Tanggal
__________________________

272
Dengan ini menyatakan dan mengadakan serah terima pekerjaan pembangunan
infrastruktur sanitasi, dengan ketentuan sebagai berikut:
PASAL 1
PIHAK KEDUA menyerahkan kepada PIHAK PERTAMA dan PIHAK PERTAMA
menyatakan menerima dari PIHAK KEDUA berupa Bangunan Infrastruktur
Sanitasi. Hasil pekerjaan tersebut berlokasi di :
RT/RW/Dusun : _________________
Kelurahan/Desa : _________________
Kab/Kota : _________________
PASAL 2
Dengan adanya serah terima ini, maka selanjutnya tanggung jawab atas hasil
pekerjaan tersebut beralih dari PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA.


Ketua TPS-KSM Pejabat Pembuat Komitmen Sanitasi

( …………..……………. ) ( …………………….………….. )
NIP. ………………………….

Mengetahui,
Kepala Desa/Lurah

( …………………………… )
NIP. ……………………………

273
Lampiran 30 Penilaian Kinerja Aspek Penilaian Kinerja Pemanfaatan DAK Fisik
Infrastruktur Bidang Sanitasi
Nilai
No. Aspek Penilaian Bobot % Penilaian
Angka Huruf
Dukungan kegiatan > 80 % kegiatan 10 Baik
A terhadap Kegiatan 20 60 % - 80 % kegiatan 6-8 Cukup
Prioritas Nasional > 60 % kegiatan <6 Buruk
Kesesuaian Rencana > 80 % sesuai 10 Baik
Kegiatan dengan 60 % - 80 % sesuai 6-8 Cukup
B 20
pelaksanaan Rencana
> 60 % sesuai <6 Buruk
Kegiatan
Kesesuaian hasil > 80 % sesuai 10 Baik
pelaksanaan fisik dengan 60 % - 80 % sesuai 6-8 Cukup
C 15
kontrak/spesifikasi teknis
> 60 % sesuai <6 Buruk
yang ditetapkan
Pencapaian Sasaran hasil, Progres fisik > 80 % 10 Baik
keluaran, dampak dan Progres fisik 60%-
D 15 6-8 Cukup
kemanfaatan kegiatan 80%
yang dilaksanakan Progres fisik < 60 % <6 Buruk
>80% 10 Baik
Dampak dan Manfaat
E 15 60%-80% 6-8 Cukup
(Merata a – d)
>60% <6 Buruk
4 Triwulan dan
10 Baik
lengkap
Kepatuhan dan Ketertiban 2 – 3 Triwulan dan
F 15 6-8 Cukup
Pelaporan (empat triwulan) lengkap
0 – 1 Triwulan dan
<6 Buruk
lengkap
TOTAL 100
Catatan:
Nilai Total = [ 20 % + Nilai (a) + 20 % + Nilai (b) + 15 % + Nilai (c) + 15 % + Nilai
(d) + 15 % + Nilai (c) + 15 % + Nilai (f) + 10;
Klasifikasi Penilaian Akhir : Nilai > 80 = Baik, Nilai 60 = 80 = Cukup, Nilai < 60 =

274
Lampiran 31 Manfaat Pembangunan Infrastruktur
Manfaat Pembangunan Infrastruktur
Provinsi : …………………
Kabupaten/Kota : …………………

Tingkat
Kesesuaian Tingkat
Manfaat
Nama Paket Pelaksanaan Pencapaian
No Ditanganinya Ket.
Pekerjaan Fisik dengan Tujuan/Sasaran
Kegiatan
Spesifikasi (%)
Teknis (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

………….…, tanggal……..…20…

Catatan :
Data diisi secara lengkap dan dilaporkan pada triwulan ke IV.
= Nomor urut;
= Diisi nama paket pekerjaan;
= Diisi tingkat kesesuaian pelaksanaan fisik dengan spesifikasi teknis (%);
= Diisi tingkat pencapaian tujuan/sasaran;
= Diisi manfaat ditanganinya Kegiatan /Kegiatan;
= Keterangan

275
Lampiran 32 Form data umum Kabupaten/Kota
Form Data Umum Kabupaten/Kota
Provinsi : ______________
Kabupaten : ______________
Kecamatan : ______________
Tahun : ______________

Luas Jumlah
Kontur
No Kelurahan/Desa Wilayah Penduduk Potensi
Tanah
(m2) (Jiwa)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Jumlah

Catatan :
Diisi hanya sekali saja, kecuali kalau ada perubahan
Keterangan :
= Nomor urut;
= Diisi nama Kecamatan;
= Diisi luas wilayah;
= Diisi jumlah penduduk;
= Diisi kontur tanah yang dominan di Kecamatan (pantai, pegunungan dan
dataran;
= Diisi potensi daerah Kecamatan (perkebunan, pertanian dan pertambangan).

276
Lampiran 33 Data Sumber Pendanaan

Data Sumber Pendanaan

Provinsi : ______________
Kabupaten : ______________
Kecamatan : ______________
Tahun : ______________

Sumber Pendanaan
Kegiatan
No APBD DAK Sektor Pinjaman/
Penanganan
(Rp) (Rp) (Pusat) (Rp) Hibah (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Sub bidang Sanitasi


Pemeliharaan
a fasilitas sanitasi

Sub Jumlah
Jumlah

Catatan :
Data diisi secara lengkap sekali saja (triwulan I), kecuali ada perubahan
= Nomor urut;
= Diisi nama kegiatan / kegiatan penanganan setiap sub bidang;
= Diisi alokasi APBD untuk tiap sub bidang;
= Diisi alokasi DAK untuk setiap sub bidang;
= Diisi alokasi dari Pemerintah Pusat (sektor) untuk setiap sub bidang;
= Diisi alokasi Pinjaman/Hibah untuk setiap sub bidang.

277
Lampiran 34 Data dasar tingkat pelayanan sanitasi Kabupaten/Kota

Data Dasar Tingkat Pelayanan Sanitasi Kabupaten/Kota


Provinsi : ______________
Kabupaten : ______________
Kecamatan : ______________
Tahun : ______________
Jumlah Jumlah Tingkat
No
No Kelurahan/Desa Penduduk Penduduk Pelayanan Ket.
Sanitasi
(Jiwa) Miskin (KK) Sanitasi (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Catatan :
Diisi hanya sekali saja pada triwulan I, kecuali kalau ada perubahan
Keterangan :
= Nomor urut;
= Diisi kode sanitasi;
= Diisi nama Desa/ Kelurahan ybs;
= Diisi jumlah penduduk di Desa/Kelurahan ybs;
= Diisi jumlah penduduk miskin di Desa/Kelurahan ybs;
= Diisi cakupan layanan PDAM (%);
= Keterangan
Pemantauan Dak Bidang Infrastruktur Bidang
Sanitasi Tahun …………
Provinsi Dan Kabupaten/Kota Bidang
…………

Peta Provinsi/Kabupaten/Kota Dan Lokasi


Proyek

278
Lampiran 35 Pemantauan Kesesuaian Kegiatan
Pemantauan Kesesuaian Kegiatan
Kegiatan Kelengkapan Dokumen
Kesesuaian
Nama Priortitas Ket.
RK dengan Alasan (Ada/Tidak)
No Paket Lokasi Nasional
Juknis Ketidaksesuaian
Pekerjaan yang
(Ya/Tidak) Gambar Spesifikasi RAB
Didukung

(1) (2 (3 (4) (5) (6) (7) (8 (9 (10)


) ) ) )

Catatan :
Diisi hanya sekali saja pada triwulan I, dengan mengacu pada paket
sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Kegiatan (RK).
Keterangan :
= Diisi nomor urut;
= Diisi nama paket/nama pekerjaan yang sedang ditangani;
= Diisi nama Kelurahan/Kecamatan/Desa lokasi proyek;
= Diisi kesesuaian kegiatan /kegiatan dengan prioritas nasional;
= Diisi kesesuaian RK dengan Juknis;
= Diisi alasan ketidaksesuaian yang ada;
= Diisi kelengkapan dokumen yang ada;
= Diisi kelengkapan dokumen yang ada;
= Diisi kelengkapan dokumen yang ada;
= Diisi dengan hal-hal yang perlu ditambahkan.

279
Lampiran 36 Pemantauan Pelaksanaan Kegiatan
Pemantauan Pelaksanaan Kegiatan
Provinsi : ……………………

Kabupaten/Kota : ……………………

Nama Sasaran Cara Upaya


Biaya Rencana Realisasi Masalah
No Paket Pengadaan Pemecahan
(Rp) (%) (%) Pelaksanaan
Pekerjaan Vol. Unit (Rp) Masalah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

280
Lampiran 37 Monitoring dan Evaluasi DAK Bidang Sanitasi
Data Pentahapan Kegiatan DAK Bidang Sanitasi

Penyiapan
Penyerapan Pekerjaan
Jenis Sarana masyarakat oleh O&P
Dana Fisik
TFL
LokasiSasaran(Kelurahan)
Provinsi/Kab/Kota

Pengopera
(PekerjaanFisikMenc

SosialisasiPengguna

SerahTerimaAs
(PekerjaanFisikMenc

Pel.atihanOperat

Kontruksi
NamaKS

(RKMSelesai)
Pel.Mandor

apai60%)
apai30%)
Pel.Tukang
Pel.KSM
OPD

30%
30%

sian
40%
M

et
or
Rencana Realisasi
Tangki Septik

Tangki Septik
Toilet Umum

Toilet Umum
Lainnya

Lainnya
MCK++

MCK++
IPAL

IPAL

1 2 3 4 5a 5b 5c 5d 5e 6a 6b 6c 6d 6e 7a 7b 7c 8a 8b 8c 9a 9b 9c 10a 10b

Keterangan:
= (1) Nama provinsi dan kabupaten/ kota pelaksana DAK Bidang Sanitasi ;
= (2) Nama OPD terkait penerima DAK Bidang Sanitasi ;
= (3) Lokasi tempat pelaksanaan DAK Bidang Sanitasi ;
= (4) Nama KSM tiap lokasi pelaksana DAK Bidang Sanitasi ;
= (5a – 5e) Pilih (cek list) jenis sarana sanitasi yang akan dibangun sesuai dengan RK
dan cek list kegiatan lainnya berikut tulis nama kegiatan di kolom lainnya;
= (6a – 6e) Pilih (cek list) jenis sarana sanitasi yang dibangun (realisasinya);
= (7a) Waktu pelaksanaan pelatihan KSM;
= (7b) Waktu pelaksanaan pelatihan mandor;
= (7c) Waktu pelaksanaan pelatihan tukang;
= (8a) Penyerapan dana sebesar 40% (Jika RKM sudah selesai/ disiapkan);
= (8b) Penyerapan dana sebesar 30% (Jika pekerjaan fisik sudah mencapai 30%);
= (8c) Penyerapan dana sebesar 30% (Jika pekerjaan fisik sudah mencapai 60%);
= (9a) Waktu pelaksanaan pelatihan operator;
= (9b) Waktu sosialisasi pengguna;
= (9c) Prosentase progres fisik;
= (10a) Waktu pelaksanaan serah terima aset;
= (10b) Waktu mulai pengoperasian.

281
Lampiran 38 Data Pendanaan Kegiatan DAK Bidang Sanitasi
Data Pendanaan Kegiatan DAK Bidang Sanitasi
Sumber Pembiayaan
Lokasi
Swadaya
Provinsi/Kab/Kota Sasaran APBD
DAK Masyarakat
(Kelurahan) Kab./Kota
In Cash In Kind
(1) (2) (3a) (3b) (4a) (4b)

282
Lampiran 39 Data kelengkapan pelaporan kegiatan sanitasi
Data Kelengkapan Pelaporan Kegiatan Sanitasi
Progres
Substansi Pelaporan Triwulan Pelaksanaan
Kegiatan (%)
Pelaporan
Provinsi/
DAK
Kab./Kota Data Data Dasar
Online
Umum Prasarana Kesesuaian Progres dan
Fisik Keuangan
Kelurahan Sanitasi Kegiatan Pelaksanaan
dan Desa Kelurahan/Desa

(1) (2 (3a) (3b) (3c) (3d) (3e) (3f)


)

Keterangan :
= (1) = Nama provinsi/kota/kab pelaksana DAK Sanitasi;
2. = (2) = checklist (√) jika sudah melaksanakan pelaporan secara on line (E-
monitoring);
3. = (3a) = checklist (√) jika dalam laporan sudah mencantumkan data umum
(Nama Kelurahan/ Desa, luas wilayah (m2), Jumlah penduduk (jiwa), kontur
tanah dominan di kelurahan/Desa tersebut (pantai/pegunungan/dataran),
potensi kelurahan/desa (perkebunan/pertanian/ pertambangan), sumber
pendanaan untuk sub-bidang Sanitasi);
= (3b) = checklist (√) jika dalam laporan sudah mencantumkan data dasar yaitu data
dasar seluruh prasarana sanitasi kelurahan/desa di kab/kota;
= (3c) = checklist (√) jika dalam laporan sudah mencantumkan kesesuaian kegiatan /
kegiatan;
= (3d) = checklist (√) jika dalam laporan sudah mencantumkan proses dan
pelaksanaan;
7. = (3e) = dalam laporan sudah mencantumkan progres fisik;
8. = (3f) = dalam laporan sudah mencantumkan progres keuangan.

283
Lampiran 40 Data Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)
Data Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)
Mengikuti Pelatihan TFL dari
Status Alokasi Alokasi
Periode Kementerian PUPR
Nama Dana Dana
No Kontrak
TFL DAK APBD
Non (bulan) Tanggal
PNS (Rp) (Rp) Sudah Belum
PNS Pelatihan

(1 (2 (3a) (3b) (4 (5a) (5b) (6a) (6b) (6c)


) ) )

Keterangan :
= (1) Nomor;
= (2) = nama tenaga fasilitator lapangan (TFL);
= (3a) = checklist (√) jika status kepegawaiannya adalah PNS;
= (3b) = checklist (√) jika status kepegawaiannya adalah non PNS;
= (4) = periode bulan kontrak;
= (5) = alokasi dana APBD pada tahun 2013 (Rp);
= (6a) = checklist (√) jika sudah mengikuti pelatihan TFL dari PUPR;
= (6b) = tanggal pelaksanaan pelatihan TFL (jika sudah mengikuti);
= (6b) = checklist (√) jika belum mengikuti pelatihan TFL dari PUPR.

284
Lampiran 41 Permasalahan dalam Pelaksanaan Kegiatan DAK Bidang
Sanitasi
Permasalahan dalam Pelaksanaan Kegiatan DAK Bidang Sanitasi
Permaslaahan yang ada Usulan/Masukan
solusi atas
No Provinsi/Kab./Kota
Permasalahan
SDM/Kelembagaan Keuangan
yang ada
Teknis

(1) (2) (3a) (3b) (3c) (4)

Note ;
Kolom permasalahan diisi dengan uraian masalah

285
Lampiran 42 Lembar Evaluasi Kinerja Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)
Format Evaluasi Kinerja Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)
Program Dak Fisik Infrastruktur Bidang Sanitasi Tahun Anggaran 2021
Desa/Kelurahan : ________________
Kecamatan : ________________
Kabupaten/Kota : ________________
Nama Personil TFL : ________________
Jabatan : TFL ____________

No Indikator Penilaian Scoring Skor Bobot Nilai


1 2 3
A PEMAHAMAN TAHAPAN KEGIATAN
Proses Pelaksanaan Sosialisasi Awal
1 3 0.00
Tingkat Desa/Kelurahan
Proses Pelaksanaan Pemetaan Sanitasi
2 3 0.00
Tingkat Desa/Kelurahan
Proses Pelaksanaan SELOTIF Tingkat
3 3 0.00
Desa/Kelurahan
Proses Pembentukan Tim Pelaksana
4 Swakelola Kelompok Swadaya 3 0.00
Masyarakat (TPS-KSM)
Proses Pelaksanaan Penyusunan
5 3 0.00
Dokumen RKM
Peningkatan Kapasitas bagi Pengurus
6 3 0.00
TPS-KSM
Pendampingan Penyusunan DED dan
7 3 0.00
RAB
Pendampingan Penyusunan RPD-1,
8 RPD-2 dan RPD-3 serta RPDB-1 dan 3 0.00
RPDB-2
Pendampingan Proses Kontrak PKS dan
9 3 0.00
Pencairan Dana
Pendampingan Proses Pelaksanaan
10 3 0.00
Konstruksi
Pendampingan Penyusunan LPD dan
11 3 0.00
LPJ-1, LPJ-2 dan LPJ-3
12 Pendampingan Pelaksanaan 3 0.00
286
Scoring
No Indikator Penilaian Skor Bobot Nilai
1 2 3
Commisioning Test Sarana dan
Prasarana Sanitasi
Pendampingan Proses Pembentukan
13 3 0.00
KPP
Peningkatan Kapasitas bagi Pengurus
14 KPP terkait Operasional dan 3 0.00
Pemeliharaan
Pendampingan Proses Serah Terima
15 3 0.00
Hasil Pekerjaan
Sub Total 45 0.00
B KOMPETENSI PROFESIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT :
Penumbuhan Nilai-Nilai, Prinsip Program
1 DAK Kepada Pengurus TPS-KSM dan 4 0.00
Masyarakat.
Memiliki Inovasi & Inisiatif dalam
2 Pemberdayaan & Pembinaan Kepada 4 0.00
Masyarakat
Kemampuan Berdialog, Berdiskusi,
Mentransformasikan Nilai, Prinsip, Arah &
3 4 0.00
Tujuan Program DAK Fisik Infrastruktur
Bidang Sanitasi
Kontribusi Waktu Terhadap Pelaksanaan
4 4 0.00
Tugas dan Fungsi sebagai TFL
Kontribusi Pemikiran, Ide/Gagasan dalam
5 4 0.00
Pemecahan Permasalahan
Sub Total 20 0.00
C KEMAMPUAN FASILITASI, MEDIASI DAN ADVOKASI
Proses Penguatan Kelembagaan &
1 4 0.00
Kinerja Pengurus TPS-KSM dan KPP
2 Proses Penguatan Kapasitas Masyarakat 3 0.00
Proses Penguatan Kapasitas kepada
3 3 0.00
Pemerintah Lokal (Desa/Kelurahan)
Memiliki Program Kerja Penguatan
4 Kapasitas Secara Berkelanjutan kepada 4 0.00
Masyarakat
Penyebarluasan Informasi dan
5 3 0.00
Penampungan Saran dan Keluhan

287
Scoring
No Indikator Penilaian Skor Bobot Nilai
1 2 3
Masyarakat
Sub Total 17 0.00
D Sikap / Perilaku Kerja
1 Kerjasama dalam Tim 4 0.00
2 Pelaporan Kegiatan 4 0.00
3 Intensitas Kehadiran di Lapangan 6 0.00
Kemampuan Menangani dan
4 4 0.00
Menyelesaikan Konflik
Sub Total 18 0.00
TOTAL 100 0.00
Keterangan Pengisian Scoring : ...….…, ……,……, 2021
Untuk setiap hasil dari pelaksanaan kegiatan
Evaluator
diberi tingkatan skor sebagai berikut :
Jawaban Point (a) untuk kondisi BURUK
Kepala Desa atau Lurah/
mendapat nilai 1
Ketua TPS-KSM/ PPTK/
Jawaban Point (b) untuk kondisi SEDANG
mendapat nilai 2
PPK Sanitasi
Jawaban Point (c) untuk kondisi BAIK
mendapat nilai 3
( _______________ )
NILAI AKHIR:
91 – 100 : SANGAT BAIK
b. 80–90 : BAIK
c. 65–79 : CUKUP
d. <65 : KURANG

288
Lampiran 43 Rekapitulasi Hasil Evaluasi Kinerja Tenaga Fasilitator
Lapangan (TFL)
REKAP HASIL EVALUASI KINERJA TENAGA FASILITATOR LAPANGAN
(TFL)
PROGRAM DAK FISIK INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI
TAHUN ANGGARAN 2021
Jumlah Lokasi Dampingan :
Kabupaten/Kota :
Provinsi :
KEPALA KEPALA PPTK OPD
PPK
DESA/ DESA/ PENGURUS PENGURUS TOTAL DINAS
SANITASI
LURAH- LURAH- TPS-KSM-1 TPS-KSM-2 TERKAIT
TOTAL
No Nama 1 1 50% 30% 20% Kategori Peringkat
SKOR
Skor
% % %
Skor Skor Skor Skor Rata- Skor Skor
Bobot Bobot Bobot
rata
1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
2
3
4
dst

Kepala Desa/Lurah .... PPTK OPD Dinas .... Ketua TPS-KSM


…. PPK Sanitasi OPD Dinas ......

____________ _____________ _____________


NILAI AKHIR :
91 – 100 : Sangat Baik
2. 80–90 : Baik
3. 65–79 : Cukup
4. <65 : Kurang

289
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DAN PERUMAHAN RAKYAT
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Sanitasi

PETUNJUK PELAKSANAAN
PENGELOLAAN
DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)
FISIK INFRASTRUKTUR BIDANG SANITASI TA. 2023

Anda mungkin juga menyukai