Contents
BAB 1 PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................3
1.2 Maksud dan Tujuan...........................................................................................................4
1.2.1 Maksud 4
1.2.2 Tujuan 4
1.3 Sasaran..............................................................................................................................4
1.4 Waktu Pelaksanaan Perencanaan Turap Parit 14 Tembilahan..........................................4
1.5 Nama dan Organisasi Pengguna Jasa.................................................................................4
1.6 Lokasi Pekerjaan................................................................................................................4
1.7 Lingkup Kegiatan...............................................................................................................4
1.8 Sistematika Penyajian Laporan..........................................................................................5
BAb 2 LANDASAN TEORI 7
2.1 Wilayah Administratif Kabupaten Indragiri Hilir......................................................................7
2.2 Kondisi Fisik.............................................................................................................................9
2.2.1 Geologi 9
2.2.2 Iklim dan Curah Hujan 11
2.2.3 Sektor Pertanian 11
2.3 Daerah Irigasi.........................................................................................................................13
2.4 Tujuan Irigasi.........................................................................................................................13
2.5 Istilah – Istilah Irigasi.............................................................................................................14
2.6 Turap.....................................................................................................................................16
2.6.1 Definisi Turap 16
2.6.2 Fungsi Turap 16
2.6.3 Jenis-Jenis Turap 17
2.6.4 Tipe-Tope Dinding Turap 18
2.6.5 Konsep Perencanaan Turap 20
2.6.6 Metode Perhitungan 20
2.7 Perencanaan Plat Penutup Tiang (Pile Cap)...........................................................................22
2.8 Pelat Lantai............................................................................................................................23
1
2.8.1 Perencanaan dan Perhitungan Pelat Lantai 24
2.9 Perencanaan Balok................................................................................................................26
2.10 Perencanaan Pondasi..........................................................................................................27
2.10.1 Penggolongan Pondasi Tiang Pancang 27
2.10.2 Perhitungan Pondasi Tiang Pancang 29
2.10.3 Kontrol Gaya yang Dipikul Terhadap Gaya Ijin Tiang 29
2.10.4 Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang Kelompok 30
2.11 Pengelolaan Proyek.............................................................................................................32
33
BAB 1
PENDAHULUAN
33
Indragiri Hilir perlu mendapatkan bantuan teknis dalam bidang perencanaan yang akan
diwujudkan dengan adanya penyusunan Perencanaan Turap Parit 14 Kecamatan
Tembilahan Kab. Indragiri Hilir.
1.2.1 Maksud
Maksud dari pekerjaan ini adalah menyusun dokumen Perencanaan Pembangunan Turap Parit 14
Kecamatan Tembilahan Kab. Indragiri Hilir.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari pekerjaan ini adalah Untuk mendapatkan dokumen perencanaan yang sesuai dengan
kriteria teknis dan aturan-aturan yang terdapat dalam pekerjaan konstruksi.
1.3 Sasaran
Instansi Pelaksana adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten
Indragiri Hilir.
33
a. Pengumpulan data masukan baik primer maupun sekunder
b. Melakukan review data dari laporan studi terdahulu untuk mendapatkan rumusan
permasalahan dan potensi wilayah studi.
c. Persiapan Survey.
d. Sosialisasi dan diskusi dengan masyarakat yang melibatkan organisasi
kemasyarakatan.
2. Kegiatan Survey Lapangan
a. Pengukuran Site Plan Perencanaan yang dibutuhkan tiap-tiap lokasi menggunakan
peralatan Theodolite/Waterpass, GPS, Meteran, serta foto & Video.
b. Survey Hidrologi, peninjauan ketinggian air pasang maksimum jika ada jalan
jerambah/rencana tinggi lantai bangunan.
c. Kegiatan Investigasi Geologi / Mekanika Tanah.
d. Peninjauan arus lalu lintas di lokasi perencanaan.
BAB 1 Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, waktu pelaksanaan, nama
dan organisasi pengguna jasa, lokasi pekerjaan, lingkup kegiatan, serta sistematika
pembahasan Laporan Pendahuluan.
BAB 2 Gambaran Umum Wilayah Studi
Bab ini berisikan tentang wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, kondisi
fisik dan landasan teori
BAB 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Bab ini berisikan metodologi dan tinjauan teknis.
BAB 4 Program Pelaksanaan Pekerjaan
Bab ini berisikan tentang bagan alir pekerjaan, persiapan pelaksanaan pekerjaan,
struktur organisasi pekerjaan, susunan tim konsultan serta jadwal penugasan
personil, jadwal penyerahan laporan dan peralatan yang digunakan.
BAB 5 Pelaporan
Bab ini berisikan tentang produk yang dikeluarkan berdasarkan KAK.
33
BAB 2
LANDASAN TEORI
Kabupaten Indragiri Hilir terletak di sebelah Timur Provinsi Riau atau pada bagian
Timur pesisir Pulau Sumatera. Secara resmi terbentuk pada tanggal 14 Juli 1965 sesuai
dengan tanggal ditanda-tanganinya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1965. Karena letak
posisi Kabupaten Indragiri Hilir di pantai Timur pesisir Pulau Sumatera, maka Kabupaten
ini dapat dikategorikan sebagai daerah pantai. Panjang garis pantai Kabupaten Indragiri
Hilir adalah 339.5 Km dan luas perairan laut meliputi 6.318 Km² atau sekitar 54.43 % dari
luas wilayah. Kabupaten Indragiri Hilir yang merupakan bagian wilayah Provinsi Riau,
memiliki luas wilayah 1.367.551 Ha, dengan jumlah pulau-pulau kecil sebanyak 25 pulau.
Secara geografis terletak pada posisi 00 36’LU ―10 07’ LS dan 1040 10’ ― 1020 32’ BT.
Adapun batas wilayah administrasi Kabupaten Indragiri Hilir adalah sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan;
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Provinsi Jambi)
Sebelah barat berbatsan dengan Kabupaten Indragiri Hulu; dan
Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karimun, dan Kabupaten Lingga
(Provinsi Kepulauan Riau).
33
Berdasarkan letak dan posisinya yang startegis, keberadaan Kabupaten lndragiri Hilir
di Pantai Timur Sumatera memiliki prospek yang cukup tinggi bagi pengembangan
wilayah dan pertumbuhan ekonomi, karena posisinya yang berdekatan dengan pusat-
pusat pertumbuhan seperti Batam dan Karimun, serta berada di wilayah perairan yang
mampu mengakses berbagai wilayah dalam maupun luar negeri. Hal ini merupakan salah
satu potensi yang dapat dikembangkan untuk menjadikan Kabupaten lndragiri Hilir
sebagai "Pintu gerbang Timur Sumatera " dalam berbagai aktifitas pembangunan.
Kabupaten lndragiri Hilir merupakan daerah pantai dan rawa pasang surut dengan
penyebaran sungai hampir di seluruh kecamatan. Disamping sungai, selat dan terusan
juga terdapat parit-parit untuk mengendalikan arus air pada saat pasang surut, kondisi ini
menggambarkan karakteristik wilayah ini yang juga lebih dikenal dengan sebutan
"Negeri Seribu Parit".
Untuk lebih jelasnya mengenai luas dan presentase wilayah menurut kecamatan
di Kabupaten lndragiri Hilir dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Luas dan Presentase Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten lndragiri Hilir
Tahun 2011
33
pendataran ini biasanya memiliki bentuk sungai berbelok-belok dan membawa pasokan
material sedimen dari hulu ke hilir. Sedimen-sedimen tersebut akhirnya terperangkap
bersama media air pada cekungan-cekungan. Tanah pada cekungan tersebut ditumbuhi
oleh mangrove (hutan bakau) sebagai sumber daya hayati pada ekosistem rawa dan hutan
dataran rendah.
Dalam jangka waktu skala geologi, cekungan-cekungan dan sumberdaya hayati
di atasnya tersebut mengalami penurunan untuk mencari keseimbangan akibat adanya
gaya-gaya tektonik dan pembebanan. Kemudian tertutup kembali oleh sedimen yang
terus memasoknya dan kejadian ini berulang terus hingga sekarang.
Sumberdaya hayati yang terperangkap dan tertutup sedimen pada masa muda
akhirnya membentuk suatu endapan rawa dari tanah gambut. Sementara proses-proses ini
terus berlangsung, endapan gambut yang sudah berumur lebih dewasa dapat disebut
sebagai batubara muda. Jadi gambut dapat dianggap sebagai tahapan awal pembentukan
batubara. Endapan batubara yang mengalami pembebanan hingga jangka waktu skala
geologi sampai suatu saat berubah menjadi lempung hitam dapat dianggap sebagai
sumber minyak bumi yang mengalami pencucian atau leaching. Hasil pencucian tersebut
akhirnya terjebak dalam suatu batuan perangkap minyak bumi. Akhirnya minyak bumi
tersebut disebut sebagai bahan bakar energi fosil karena asalnya berasal dari sumberdaya
hayati yang telah terjebak menjadi fosil-fosil.
Berdasarkan hal di atas, maka unit-unit karakteristik geologi yang diterjemahkan
dalam geologi lingkungan merupakan satu kesatuan utuh yang meliputi tektonika,
batuan, tanah, struktur, bentang alam dan hidrogeologi. Keadaan geologi lingkungan
tersebut sangat mempengaruhi sistem sungai-sungai besar dan kecil, yang selanjutnya
berdampak terhadap bentuk formasi pesisir pantai, ekologi rawa, kualitas air
sungai dan laut, penyebaran kenekaragaman hayati, dan pemanfaatan sumberdaya
pesisir oleh manusia.
Wilayah kabupaten lndragiri Hilir dibentuk oleh sebagian dari dataran alluvium
Sumatera Timur yang sangat luas. Dataran alluvium tersebut sebagian berupa rawa yang
terbentuk sebagai akibat kenaikan muka air laut pada zaman es. Perubahan ini merupakan
awal proses pembentukan gambut di dataran alluvium Sumatera Timur. Ketika zaman
es berakhir, air laut kembali surut, tetapi proses pembentukan gambut dan akumulasi
sedimen di daerah rawa dan sepanjang pantai wilayah kabupaten lndragiri Hilir tetap
berlangsung terus.
33
Batuan yang tersingkap di permukaan kawasan pesisir kabupaten lndragiri Hilir
berdasarkan peneliti terdahulu (Suwarna.dkk, 1991) terdiri dari jenis alluvium,
endapan pantai (Qac) dan endapan rawa (Qs) yang keduanya mempunyai umur Kuarter.
Tanah dan batuan yang tampak dipermukaan terdiri dari gambut, lumpur, lempung dan
pasir. Gambut terletak di atas lumpur dan lempung, serta pasir didapatkan sebagai sisipan
pada lumpur dan lempung. Sedangkan kedalaman batuan dasar sangat beragam, dimana ke
arah pantai semakin dalam.
Tanah dan batuan di kawasan dataran pantai merupakan alluvium dan endapan
pantai (Qac) yang disusun oleh pasir, lanau, lempung, lumpur, kerikil dan kerakal,
sisa tumbuhan setempat dan lapisan gambut dengan tebal mencapai 5 meter. Tanah di
dataran pantai terdiri dari lumpur berwarna abu-abu (terdapat dalam keadaan cair,
sangat lunak, sangat plastik, memiliki rekah kerut tinggi, kadang-kadang mengandung
bahan organik kurang dari 10% dan nilai unconfined strength kurang dari 0.5 kg/cm2 .
Dalam keadaan kering sifat lumpur sulit dibedakan dengan lempung. Lumpur abu-
abu memiliki sifat keteknikan buruk, kurang teguh dan stabil. Batuan dasar,
diperkirakan terdapat pada kedalaman lebih dari 60 meter. Karena batuan dasar,
diperkirakan satu-satunya batuan keras di wilayah kabupaten lndragiri Hilir dapat
ditafsirkan sebagai lapisan keras yang mampu menahan bangunan berat dan berada pada
kedalaman lebih dari 60 meter.
Tanah dan batuan di dataran limbah banjir dan rawa tepian sungai merupakan
endapan rawa (Qs) yang disusun oleh lempung, lanau, pasir dan gambut. Tanah di
kawasan ini terutama terdiri dari lempung abu-abu atau abu-abu dengan bercak kuning.
Di beberapa lokasi kadang• kadang di atas lempung ditemukan gambut dengan ketebalan
beragam, berkisar antara 50-300 cm.
Februari 12 170,8
Maret 13 197,8
April 13 196,6
Mei 11 130,0
Juni 6 55,9
33
Juli 7 92,8
Agustus 5 58,1
September 6 90,1
Oktober 12 177,0
Nopember 14 229,8
Desember 15 157,9
Rata-Rata 10 136, 15
33
Komoditas ubi jalar menempati luas areal 103 Ha dengan hasil produksi sebanyak
811,82 Ha atau dengan tingkat produktivitas 82,85 ton/ Ha.
b. Sayuran
Tanaman Sayur-sayuran di Kabupaten lndragiri Hilir tidak terlalu banyak
ragamnya, hanya cabai dan petsai yag tersebar di seluruh kecamatan. Sedangkan
komoditas sayuran lain umumnya komoditi ini banyak didatangkan dari daerah tetangga.
c. Buah-buahan
Tanaman buah buahan yang dhasilkan di Kabupaten lndragiri Hilir
meliputi; mangga, manggis, sawo, durian, jeruk, pisang, pepaya, nanas dan beberapa
komoditas buah lainnya. Wilayah komoditas buah-buahan ini menyebar di seluruh wilayah
Kabupaten lndragiri Hilir.
2. Pertanian Tanaman Pangan
Kawasan pertanian tanaman pangan di Kabupaten lndragiri Hilir terbagi menjadi 2
macam, yaitu pertanian padi sawah dan padi ladang. Untuk pertanian padi sawah
tersebar di 14 kecamatan di Kabupaten lndragiri Hilir dengan luas areal 29.972 Ha.
Sedangkan untuk pertanian padi ladang terdapat di Kecamatan Kemuning dengan
jumlah luasan kurang lebih sekitar 644 Ha.
Di wilayah Kabupaten lndragiri Hilir, tanaman pangan selain dihasilkan dari areal
persawahan, juga dihasilkan dari areal perladangan dan tegalan. Pada tahun 2012, luas
areal lahan tanam komoditi padi adalah 30.036 Ha dengan produksi panen sebanyak
127.037,46 ton, dengan demikian tingkat produktivitas komoditas pada pada tahun 2012
mencapai 41,91 Kw/Ha (4,191 Ton/Ha).
Daerah irigasi merupakan kesatuan wilayah atau daerah yang mendapat air dari suatu
jaringan irigasi, atau dapat didefinisikan sebagai penyusunan tanah-tanah yang akan dialiri
dalam beberapa bidang dan penyusunan jaringan-jaringan penyaluran airnya dengan
pembuatan bangunan-bangunan, untuk mengatur pembagian dan pemberian air ke bidang
tanah-tanah tersebut dan juga pembuatan bangunan dan saluran yang diperlukan untuk
penyaluran dan pembuangan.
Irigasi adalah usaha mendatangkan air dengan membuat bangunan - bangunan dan
saluran – saluran untuk mengalirkan air guna keperluan pertanian, membagi – bagi air
33
ke sawah – sawah atau ladang – ladang dengan cara teratur dan membuang air yang
tidak diperlukan lagi dengan sebaik – baiknya. (Ganda Kusuma; Ilmu Irigasi, 1981.
Dalam merencanakan suatu jaringan irigasi, yang pertama harus dilakukan adalah
menentukan tata susunan saluran. Jenis saluran irigasi terutama ditentukan oleh topografi
atau kontur daerah setempat, selain itu juga dipengaruhi oleh karakteristik khusus
pertanian, teknis dan ekonomi daerah sekitarnya.
Dalam laporan DED DIR Tempuling I dan II di lakukan design khusus pada
pembersihan saluran irigasi parit.
Pembangunan jaringan irigasi mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan air lahan
pertanian. Jaringan irigasi juga bermanfaat:
1. Mengatur dan mengukur aliran air (regulating and measuring)
Mengatur dan mengukur aliran air (regulating and measuring) yang digunakan dan
tidak digunakan dengan bangunan pelengkap irigasi seperti bangunan sadap supaya
kebutuhan air sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan.
2. Mengambil air dari sumber (diverting)
Mengambil air dari sumber (diverting) kemudian membawa atau mengalirkan air dari
sumber ke lahan pertanian (conveying) serta mendistribusikan air kepada tanaman
(distributing).
3. Mendukung produktivitas usaha tani
Mendukung produktivitas usaha tani dengan menyediakan air dari air yang dialiran
oleh saluran irigasi guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan
nasional dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani, yang diwujudkan melalui
keberlanjutan sistem irigasi.
4. Membasahi tanah
Membasahi tanah disini dimaksudkan untuk memberikan air pada tanah sesuai dengan
kebutuhan tanaman dengan sempurna termasuk penggunaan air untuk evapotranspirasi,
perkolasi, serta peninggian muka air.
5. Pemupukan
Dengan mengalirkan air irigasi yang mengandung zat atau mineral yang diperlukan
untuk pertumbuhan tanaman sehingga menambah kesuburan tanah.
33
6. Membersihkan tanah
Air irigasi digunakan untuk membersihkan zat-zat yang merugikan tanah, dengan cara
mengalirkan air tersebut sehingga diharapkan zat-zat yang merugikan tersebut dapat
terlarut dalam air dan hal ini akan berpengaruh baik pada pertumbuhan tanaman.
1. Transpirasi
Merupakan suatu proses alam pada peristiwa uap air meninggalkan tubuh tanaman
melaui stomata dan memasuki atmosfir. Proses ini berjalan terus hampir sepanjang hari
di bawah pengaruh sinar matahari.
2. Evapotranspirasi
Merupakan suatu proses penguapan dan transpirasi atau jumlah air untuk evaporasi dari
permukaan areal dengan air untuk transpirasi dari tumbuhan.
3. Perkolasi
Merupakan kehilangan air di petak sawah baik yang meresap ke bawah maupun ke
samping.
33
9. Penggunaan air irigasi
Merupakan pemanfaatan air irigasi pada pertanian (usaha bercocok tanam).
10. Hujan efektif
Merupakan besar curah hujan yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman (untuk
kebutuhannya).
11. Efisiensi irigasi
Merupakan perbandingan jumlah air yang dikeluarkan dengan jumlah air yang
dimanfaatkan.
12. Efisiensi pemakaian
Merupakan perbandingan antara air yang dapat ditahan pada zona perakaran dalam
periode pemberian air dengan air yang diberikan pada areal irigasi.
13. Kapasitas saluran
Merupakan debit air yang dialirkan oleh saluran air irigasi untuk membuat hitungan
kapasitas saluran irigasi yang diperlukan penggunaan neraca air.
14. Bangunan bagi
Merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer yang membagi air ke saluran-
saluran saluran sekunder atau pada saluran sekunder membagi ke saluran sekunder lain.
15. Bangunan sadap
Merupakan bangunan yang terletak di saluran primer atau sekunder yang memberi air
pada saluran tersier.
16. Bangunan terjun
Merupakan bangunan yang berfungsi untuk menurunkan muka air di dalam saluran
apabila muka air rencana dalam saluran cukup tinggi di atas medan tebas sehingga
timbunan saluran akan tinggi.
17. Peta petak
Merupakan suatu peta yang menggambarkan dan menunjukkan lokasi serta arah
saluran, lokasi-lokasi bangunan, lokasi jalan, batas petak irigasi, daerah yang dapat
diairi serta seluruh jaringan drainasenya.
18. Bangunan utama
Merupakan bangunan yang dibuat oleh manusia sebagai sarana dimana air untuk air
irigasi diambil.
19. Bangunan pengatur muka air
33
Merupakan bangunan yang bersifat mengatur muka air di saluran pada elevasi yang
dikehendaki.
20. Gorong-gorong
Bangunan perlintasan yang dilewati air irigasi, yang melintasi di bawah bangunan lain
(jalan/saluran) dengan air bersifat bebas.
2.6 Turap
33
Turap beton merupakan balok-balok beton yang telah dicetak sebelum dipasang
dengan bentuk tertentu. Turap jenis ini umumnya dalam bentuk unit-unit (precast
members) dan digunakan berdasarkan perhitungan- perhitungan tegangan terhadap muatan
ataupun momen-momennya yang terjadi akibat beratnya unit pada saat pemasangan.
Balok-balok pada turap beton,turap dibuat saling mengkait satu sama lain. Masing –
masing balok, kecuali dirancang kuat menahan beban-beban yang bekerja pada turap, juga
terhadap bebabn-beban yang akan bekerja pada waktu pengangkatannya. Ujung bawah
turap biasanya dibentuk meruncing untuk memudahkan pemancangan.
c. Turap Baja
Jenis turap ini umum dipakai karena sifat-sifatnya sebagai berikut :
1. Tahan terhadap tegangan pemancangan yang tinggi dan berkembang pada bahan yang
keras dan berbatu.
2. Mempunyai berat yang relatif ringan.
3. Dapat dipakai berulang-ulang (beberapa kali).
4. Umur pemakaiannya cukup lama, baik diatas maupun dibawah air memakai
perlindungan sederhana menurut NBS (1962) yang meringkaskan data gtentang
sejumlah tiang pancang yang diperiksa setelah pemakaian yang berlangsung lama
5. Mudah menambah panjang tiang pancang, baik dengan pengelasan atau dengan
pemasangan baut.
6. Sambungan-sambungan yang dibuat kecil sekali mengalami deformasi bila di desak
penuh dengan tanah dan batuan selama pemancangan.
( sumber : Jenis Turap dan Turap Kantilever Rekayasa Pondasi II-UMB)
33
H = 3 s’d 5 m
33
Gambar 2.2. Dinding Turap Diangker
33
Bendungan elak seluler (cellular cofferdam) merupakan turap yang berbentuk sel-sel
yang diisi dengan pasir. Dinding ini menahan tekanan tanah dengan mengandalkan
beratnya sendiri.
33
Kedalaman turap dibawah dasar galian dianggap tidak cukup untuk menahan
tekanan tanah yang terjadi pada bagian atas dinding turap. Anggapan dalam analisis
stabilitas turap diangker dengan metode ujung bebas :
a. Turap merupakan bahan yang sangat kaku dibandingkan dengan tanah
disekitarnya.
b. Kondisi tekanan tanah yang bekerja dianggap memenuhi syarat teori Rankie atau
Coulomb.
c. Turap dianggap berotasi dengan bebas diujung bawah dan tidak diizinkan
bergerak secara lateral ditempat angker.
2. Metode Perhitungan Ujung Tetap (Fixed Earth Method)
Dalam metode ini diasumsikan bahwa kedalaman turap sudah mencapai tanah keras
sehingga ujung bawah turap dianggap kaku. Kedalaman penembusan turap dibawah dasar
galian dianggap sudah cukup dalam, sehingga tanah dibawah dasar galian mampu
memberikan tahanan pasif yang cukup untuk mencegah ujung bawah turap berotasi.
Anggapan dalam analisis stabilitas turap diangker dengan metode ujung tetap :
a. Kondisi tekanan tanah yang bekerja dianggap memenuhi syarat teori Rankie
atau Coulomb.
b. Turap bebas berotasi, namun tidak diizinkan bergerak pada angkernya.
c. Titik balik ditentukan dari teori alastisitas.
Pada metode ujung tetap hanya cocok untuk turap yang secara keseluruhan terletak
dalam tanah granuler. Untuk menghitung stabiltas turap dipakai persamaan tekanan tanah
dengan rumus sebagai berikut :
33
q : Beban yang harus ditahan (t/m²)
Cara Menghitung Koefisien Tekanan Tanah yaitu dengan cara sebagai berikut :
K = K′ = Kp – Kߙ
( sumber : Desain Beton Bertulang Jilid 2 oleh Jack C. McCormac Clemson
Universityhal. 58 )
Menurut Anugrah Pamungkas dan Erny Hananti (2013), suatu pondasi tiang terdiri
lebih dari satu tiang atau disebut tiang kelompok. Tiang kelompok ini disatukan oleh
kepala tiang yang disebut pile cap atau poer. Pile cap berfungsi untuk mengikat tiang-
tiang menjadi satu kesatuan dan memindahkan beban kolom kepada tiang. Pile cap terbuat
dari beton bertulang, dituangkan langsung pada tanah kecuali jika tanah bersifat ekspansif.
Perencanaan pile cap dilakukan dengan anggapan sebagai berikut :
1. Pile cap sangat kaku
2. Ujung atas tiang menggantung pada pile cap. Karena itu, tidak ada
33
momen lentur yang diakibatkan oleh pile cap ke tiang
3. Tiang merupakan kolom pendek dan elastis. Karena itu, distribusi tegangan
dan deformasi membentuk bidang rata.
Cara Perhitungan Penulangan Pile Cap yaitu :
1. Menentukan syarat-syarat batas dan bentangnya
2. Menentukan tebal pile cap
3. Menghitung pembebanan ultimate
WU = WD + WL
WD = Jumlah beban mati
Pelat beton bertulang pada suatu struktur bangunan dipakai pada lantai dan atap. Pada
pelat yang ditumpu balok pada keempat sisinya, terbagi dua berdasarkan
geometrinya, yaitu pelat satu arah (one way slab) dan pelat dua arah (two way slab).
1. Pelat Satu Arah (One Way Slab)
Ciri –ciri pelat satu arah:
- Pelat yang ditumpu pada tepi yang berhadapan
- Pelat persegi yang ditumpu pada keempat sisinya dengan bentang panjan (Ly)
dibagi bentang pendek (Lx) lebih besar.
33
Ly
33
Komponen yang tidak menahan atau tidak disatukan dengan
Balok atau
Pelat Rusuk L/16 L/18,5 L/21 L/8
Satu Arah
Nilai yang diberikan harus langsung untuk komponen struktur dengan beton
normal (Wc = 2400 kg/m³) dan tulangan BJTD 40. Untuk kondisi lain, nilai diatas harus
dimodifikasi sebagai berikut :
1. Untuk struktur beton ringan dengan berat jenis diantara 1500 kg/m³ sampai 2000
kg/m³, nilai tadi harus dikalikan dengan ( 1,65 – 0,0003 Wc) tetapi tidak kurang dari
1,09 dimana Wc adalah berat jenis dalam 1500 kg/m³.
2. Untuk fy selain 400 Mpa, nilainya harus dikalikan dengan (0,4 + fy/700).
a. Menghitung beban mati pelat termasuk beban sendiri pelat dan beban hidup serta
menghitung kombinasi pembebanan (Wu).
Wu = 1,2 DL + 1,6 LL
33
pelat satu arah, yaitu pelat beton bertulang dimana tulangannya hanya direncanakan
untuk memikul gaya-gaya dalam satu arah, selama :
1. Jumlah minimum bentang yang ada haruslah minimum dua
2. Memiliki panjang bentang yang tidak terlalu berbeda, dengan rasio panjang bentang
terbesar terhadap panjang bentang terpendek dari dua bentang yang disebabkan tidak
lebih dari 1,2.
3. Beban yang bekerja merupakan beban terbagi rata
4. Beban hidup per satuan panjang tidak melebihi tiga kali beban mati per satuan
panjang.
5. Komponen struktur adalah prismatis.
( sumber : SNI-03-2847-2002. Perencanaan Pelat Beton 1 (satu) Arah )
33
2.9 Perencanaan Balok
Balok merupakan suatu elemen struktur yang dominan memikul gaya dalam
momen lentur dan juga geser. Balok juga merupakan bagian struktur yang
berfungsi sebagai penghubung dari struktur kolom dan juga menahan pelat lantai.
Langkah-langkah perencanaan balok yaitu :
a. Mutu beton (fc) dan baja (fy) ditentukan terlebih dahulu.
b. Mengambil momen-momen maksimum yang terjadi pada setiap tingkat dari
pembebanan balok.
c. Menentukan tinggi efektif (d) dari balok yang ditinjau. (Istimawan
Dipohusodo, 1994)
d. Bila momen yang terjadi pada balok yang ditinjau ditumpuan akibat momen
negatif, maka penulangannya berdasarkan balok biasa (segi empat) dan bila
momen yang terjadi di lapangan akibat momen positif maka penulangan balok
berdasarkan balok T atau balok L.
Tiang pancang adalah suatu konstruksi pondasi dengan dasar yang berstruktur besar
karena memiliki daya dukung besar. Dalam perencanaan pondasi untuk suatu
konstruksi dapat digunakan beberapa macam tipe pondasi. Pemilihan tersebut
berdasarkan :
1. Fungsi bangunan atas (upper structure) yang akan dipikul oleh pondasi tersebut.
2. Besarnya beban dan beratnya bangunan atas.
3. Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan.
33
Pondasi tiang beton berdasarkan teknik pemasangan dibagi menjadi 2 macam,
yaitu :
a) Pondasi tiang beton pra cetak (pre-cast concrete pile)
Pondasi tiang beton pra cetak disebut juga pondasi tiang pancang beton, yaitu pondasi
tiang beton yang dicetak terlebih dahulu di tempat lain atau dibuat di pabrik
(prefabricated pile) dan baru dipancang sesuai umur beton setelah ± 28 hari (untuk
beton konvensional), sedang untuk beton dengan menggunakan bahan tambah
(additive), waktu dapat lebih dipersingkat. Panjang tiang terbatas sesuai dengan alat
transport yang ada (trailer), untuk kedalaman yang cukup besar biasanya jenis tiang
ini diperlukan penyambungan. Kemudian dipancangkan di tempat yang telah
ditentukan.
Pondasi tiang pancang beton, ujungnya dapat dibuat runcing seperti ujung pensil
ataupun rata. konstruksinya bisa menggunakan beton konvensional maupun beton pra
tegang (prestress). Jumlah tulangan ditentukan berdasarkan momen yang terjadi
pada saat tiang akan diangkut dan perencanaan konstruksi tiang disesuaikan
dengan peraturan Beton Bertulang Indonesia.
Cara pengangkutan tiang beton bertulang dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Satu tumpuan, bila ukuran tiang pendek.
2) Dua tumpuan, bila ukuran tiang panjang.
Dalam hal ini yang penting diusahakan besarnya momen positif sama dengan momen
negatif dengan cara menggeser letak tumpuan.
Kapasitas daya dukung pondas tiang pancang beton yaitu berkisar antara 30-50 ton.
Kelemahan dari pondasi tiang pancang beton adalalah dalam hal pembuatan maupun
penanganan setelah selesai dibuat. Diperlukan tempat yang relatif luas untuk
pencetakannya, memerlukan waktu untuk siap dipancangkan, memerlukan peralatan
berat untuk penanganan transportasi maupun pemancangannya.
33
pada tempat-tempat yang padat oleh bangunan-bangunan, karena tidak terlalu bising
dan getarannya tidak menimbulkan dampak negatif terhadap bangunan
disekitarnya. Namun pembuatan pondasi ini memerlukan alat berat, sehingga hanya
digunakan pada pekerjaan atau proyek yang besar-besar saja. Contoh : Pondasi
Tiang Franki, Pondasi Tiang Raymond, Pondasi Tiang bor, Pondasi Tiang
Strauss,dll.
3. Cara penyaluran bebannya :
a. Pondasi Tiang dengan Daya Dukung Ujung ( End Bearing Pile ).
b. Pondasi Tiang dengan Daya Dukung Gesek ( Friction Pile ).
c. Pondasi Tiang dengan Daya Dukung Kombinasi Daya Dukung ujung dan
Daya Dukung Gesek.
( sumber : Perencanaan Pondasi Tiang Pancang )
Metode Mayerhof (1956) yang digunakan untuk menghitung besarnya daya dukung
pondasi tiang berdasarkan data SPT adalah :
Dimana,
Qult = daya dukung pondasi tiang (ton) N= nilai SPT pada
ujung tiang
Ab = luas penampang ujung tiang (m2)
𝑁̅ = rata-rata nilai SPT sepanjang tiang As= luas kulit/selimut
tiang (m2)
Rumus umum yang digunakan untuk menghitung besarnya daya dukung ijin pondasi
tiang adalah :
Dimana,
33
Qijin = daya dukung ijin pondasi tiang (ton)
Gaya yang dipikul tiap tiang < Daya Dukung Ijin Tiang
Gaya yang dipikul tiap tiang adalah total beban mati dan beban bergerak. Pembebanan
:
- Akibat beban Mati
- Akibat beban hidup
Kombinasi pembebanan (SK SNI T-15-1991-03 Pasal 3.2.2 hal 13) Total beban = DD + DL
Apabila diasumsikan tiap tiang memikul beban yang sama, sehingga total beban dapat
dibagi dengan jumlah tiang.
Beban yang dipikul per tiang =
33
Pondasi tiang pancang kelompok yaitu sekumpulan tiang yang dipasang secara relatif
berdekatan dan biasanya diikat menjadi satu di bagian atasnya dengan menggunakan pile
cap. Untuk menghitung nilai kapasitas dukung kelompok tiang, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan terlebih dahulu, yaitu jumlah tiang dalam satu kelompok, jarak tiang
dan susunan tiang. Kelompok tiang dapat dilihat pada gambar berikut ini :
33
Gambar 2.5 Jarak antar tiang
33
2.11 Pengelolaan Proyek
33
Barchart merupakan bentuk diagram batang yang bertujuan untuk mengidentfikasi
unsur waktu dan urutan dalam merencanakan suatu kegiatan, yang terdiri dari waktu
mulai, waktu selesai dan bobot pekerjaan yang perlu dicapai.
Kurva S dibuat berdasarkan bobot setiap pekerjaan dari awal hingga akhir, yang
merupakan persentase dimana diperoleh dari perbandingan antara harga atau nilai
suatu pekerjaan dengan harga total keseluruhan pekerjaan.
33