Anda di halaman 1dari 33

DAFTAR ISI

Contents
BAB 1 PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................3
1.2 Maksud dan Tujuan...........................................................................................................4
1.2.1 Maksud 4
1.2.2 Tujuan 4
1.3 Sasaran..............................................................................................................................4
1.4 Waktu Pelaksanaan Perencanaan Turap Parit 14 Tembilahan..........................................4
1.5 Nama dan Organisasi Pengguna Jasa.................................................................................4
1.6 Lokasi Pekerjaan................................................................................................................4
1.7 Lingkup Kegiatan...............................................................................................................4
1.8 Sistematika Penyajian Laporan..........................................................................................5
BAb 2 LANDASAN TEORI 7
2.1 Wilayah Administratif Kabupaten Indragiri Hilir......................................................................7
2.2 Kondisi Fisik.............................................................................................................................9
2.2.1 Geologi 9
2.2.2 Iklim dan Curah Hujan 11
2.2.3 Sektor Pertanian 11
2.3 Daerah Irigasi.........................................................................................................................13
2.4 Tujuan Irigasi.........................................................................................................................13
2.5 Istilah – Istilah Irigasi.............................................................................................................14
2.6 Turap.....................................................................................................................................16
2.6.1 Definisi Turap 16
2.6.2 Fungsi Turap 16
2.6.3 Jenis-Jenis Turap 17
2.6.4 Tipe-Tope Dinding Turap 18
2.6.5 Konsep Perencanaan Turap 20
2.6.6 Metode Perhitungan 20
2.7 Perencanaan Plat Penutup Tiang (Pile Cap)...........................................................................22
2.8 Pelat Lantai............................................................................................................................23

1
2.8.1 Perencanaan dan Perhitungan Pelat Lantai 24
2.9 Perencanaan Balok................................................................................................................26
2.10 Perencanaan Pondasi..........................................................................................................27
2.10.1 Penggolongan Pondasi Tiang Pancang 27
2.10.2 Perhitungan Pondasi Tiang Pancang 29
2.10.3 Kontrol Gaya yang Dipikul Terhadap Gaya Ijin Tiang 29
2.10.4 Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang Kelompok 30
2.11 Pengelolaan Proyek.............................................................................................................32

33
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan pemerintah untuk memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada daerah


untuk mengatur kebijakan pemerintahan dan pembangunan daerah masing-masing atau
lebih dikenal dengan otonomi yang diperluas memberikan dampak yang positif bagi
perkembangan dan pembangunan di daerah. Pembangunan saat ini tidak hanya dipusatkan
di ibukota tetapi diharapkan juga sampai di daerah.
Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian,
penggunaan, dan pembuangan air irigasi. Jaringan irigasi terdiri dari jaringan irigasi
primer, jaringan irigasi sekunder, dan jaringan irigasi tersier.
Wilayah pekerjaan Perencanaan Kec. Tembilahan merupakan salah satu Kecamatan
yang ada di Kabupaten Indragiri Hilir ,dapat dikatakan dengan jumlah penduduk banyak
dan penghidupan utama tergantung pada irigasi yang memadai buat masyarakat.
Kabupaten Indragiri Hilir terletak di sebelah Timur Provinsi Riau atau pada bagian Timur
pesisir Pulau Sumatera. Secara resmi terbentuk pada tanggal 14 Juli 1965 sesuai dengan
tanggal ditanda-tanganinya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1965. Karena letak posisi
Kabupaten Indragiri Hilir di pantai Timur pesisir Pulau Sumatera, maka Kabupaten ini
dapat dikategorikan sebagai daerah pantai. Panjang garis pantai Kabupaten Indragiri Hilir
adalah 339.5 Km dan luas perairan laut meliputi 6.318 Km² atau sekitar 54.43 % dari luas
wilayah. Kabupaten Indragiri Hilir yang merupakan bagian wilayah Provinsi Riau,
memiliki luas wilayah 1.367.551 Ha, dengan jumlah pulau-pulau kecil sebanyak 25 pulau.
Secara geografis terletak pada posisi 0036’LU ―10 07’ LS dan 1040 10’ ― 102032’ BT.
Secara umum kegiatan pelaksanaan pekerjaan pada Dinas Pekerjaan Umum dan Tata
Ruang Kabupaten Indragiri Hilir pada Bidang Sumber Daya Air berjalan sesuai dengan
peraturan yang berlaku baik ketentuan teknis maupun administrasi serta mutu pekerjaan.
Pekerjaan Pembangunan Turap di Kab. Indragiri Hilir adalah upaya dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi, mendukung lancarnya transportasi, dan peningkatan sarana dan
prasarana saluran sungai. Namun juga dengan perkembangan ekonomi tekhnologi
konstruksi dan tuntutan hasil pembanguan yang berdaya guna dan bermanfaat serta
berwawasan lingkungan maka Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten

33
Indragiri Hilir perlu mendapatkan bantuan teknis dalam bidang perencanaan yang akan
diwujudkan dengan adanya penyusunan Perencanaan Turap Parit 14 Kecamatan
Tembilahan Kab. Indragiri Hilir.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Maksud dari pekerjaan ini adalah menyusun dokumen Perencanaan Pembangunan Turap Parit 14
Kecamatan Tembilahan Kab. Indragiri Hilir.

1.2.2 Tujuan

Tujuan dari pekerjaan ini adalah Untuk mendapatkan dokumen perencanaan yang sesuai dengan
kriteria teknis dan aturan-aturan yang terdapat dalam pekerjaan konstruksi.

1.3 Sasaran

Sasaran dari pekerjaan Perencanaan Pembangunan Turap Parit 14 Kecamatan Tembilahan


Kab. Indragiri Hilir adalah untuk mewujudkan dokumen perencanaan secara sistematis dan untuk
meningkatkan kinerja pengelolaan jaringan irigasi.

1.4 Waktu Pelaksanaan Perencanaan Turap Parit 14 Tembilahan

Pelaksanaan Kegiatan dengan Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan perencanaan ini di


perkirakan 30 (Tiga Puluh) hari kalender.

1.5 Nama dan Organisasi Pengguna Jasa

Instansi Pelaksana adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten
Indragiri Hilir.

1.6 Lokasi Pekerjaan

Lokasi kegiatan secara administrasi berada di Kecamatan Tembilahan.

1.7 Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup pekerjaan ini meliputi :


1. Kegiatan Persiapan terdiri dari :

33
a. Pengumpulan data masukan baik primer maupun sekunder
b. Melakukan review data dari laporan studi terdahulu untuk mendapatkan rumusan
permasalahan dan potensi wilayah studi.
c. Persiapan Survey.
d. Sosialisasi dan diskusi dengan masyarakat yang melibatkan organisasi
kemasyarakatan.
2. Kegiatan Survey Lapangan
a. Pengukuran Site Plan Perencanaan yang dibutuhkan tiap-tiap lokasi menggunakan
peralatan Theodolite/Waterpass, GPS, Meteran, serta foto & Video.
b. Survey Hidrologi, peninjauan ketinggian air pasang maksimum jika ada jalan
jerambah/rencana tinggi lantai bangunan.
c. Kegiatan Investigasi Geologi / Mekanika Tanah.
d. Peninjauan arus lalu lintas di lokasi perencanaan.

1.8 Sistematika Penyajian Laporan

Laporan Pendahuluan ini disusun berdasarkan sistematika penyajian sebagai berikut:

BAB 1 Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, waktu pelaksanaan, nama
dan organisasi pengguna jasa, lokasi pekerjaan, lingkup kegiatan, serta sistematika
pembahasan Laporan Pendahuluan.
BAB 2 Gambaran Umum Wilayah Studi
Bab ini berisikan tentang wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, kondisi
fisik dan landasan teori
BAB 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Bab ini berisikan metodologi dan tinjauan teknis.
BAB 4 Program Pelaksanaan Pekerjaan
Bab ini berisikan tentang bagan alir pekerjaan, persiapan pelaksanaan pekerjaan,
struktur organisasi pekerjaan, susunan tim konsultan serta jadwal penugasan
personil, jadwal penyerahan laporan dan peralatan yang digunakan.
BAB 5 Pelaporan
Bab ini berisikan tentang produk yang dikeluarkan berdasarkan KAK.

33
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Wilayah Administratif Kabupaten Indragiri Hilir

Kabupaten Indragiri Hilir terletak di sebelah Timur Provinsi Riau atau pada bagian
Timur pesisir Pulau Sumatera. Secara resmi terbentuk pada tanggal 14 Juli 1965 sesuai
dengan tanggal ditanda-tanganinya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1965. Karena letak
posisi Kabupaten Indragiri Hilir di pantai Timur pesisir Pulau Sumatera, maka Kabupaten
ini dapat dikategorikan sebagai daerah pantai. Panjang garis pantai Kabupaten Indragiri
Hilir adalah 339.5 Km dan luas perairan laut meliputi 6.318 Km² atau sekitar 54.43 % dari
luas wilayah. Kabupaten Indragiri Hilir yang merupakan bagian wilayah Provinsi Riau,
memiliki luas wilayah 1.367.551 Ha, dengan jumlah pulau-pulau kecil sebanyak 25 pulau.
Secara geografis terletak pada posisi 00 36’LU ―10 07’ LS dan 1040 10’ ― 1020 32’ BT.
Adapun batas wilayah administrasi Kabupaten Indragiri Hilir adalah sebagai berikut :
 Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan;
 Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Provinsi Jambi)
 Sebelah barat berbatsan dengan Kabupaten Indragiri Hulu; dan
 Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karimun, dan Kabupaten Lingga
(Provinsi Kepulauan Riau).

Gambar 2.1 Peta Kab. Inhil

33
Berdasarkan letak dan posisinya yang startegis, keberadaan Kabupaten lndragiri Hilir
di Pantai Timur Sumatera memiliki prospek yang cukup tinggi bagi pengembangan
wilayah dan pertumbuhan ekonomi, karena posisinya yang berdekatan dengan pusat-
pusat pertumbuhan seperti Batam dan Karimun, serta berada di wilayah perairan yang
mampu mengakses berbagai wilayah dalam maupun luar negeri. Hal ini merupakan salah
satu potensi yang dapat dikembangkan untuk menjadikan Kabupaten lndragiri Hilir
sebagai "Pintu gerbang Timur Sumatera " dalam berbagai aktifitas pembangunan.
Kabupaten lndragiri Hilir merupakan daerah pantai dan rawa pasang surut dengan
penyebaran sungai hampir di seluruh kecamatan. Disamping sungai, selat dan terusan
juga terdapat parit-parit untuk mengendalikan arus air pada saat pasang surut, kondisi ini
menggambarkan karakteristik wilayah ini yang juga lebih dikenal dengan sebutan
"Negeri Seribu Parit".
Untuk lebih jelasnya mengenai luas dan presentase wilayah menurut kecamatan
di Kabupaten lndragiri Hilir dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Luas dan Presentase Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten lndragiri Hilir
Tahun 2011

No. Kecamatan Luas (Has) Persentase (%)


1. Keritang 94.642 6,92
2. Reteh 53.183 3,89
3. Enok 44.941 3,29
4. Tanah Merah 47.660 3,49
2.2 Kondisi Fisik
5. Kuala lndragiri 71.495 5,23
2.2.1 6. Tembilahan 15.164 1,11 Geologi
7. Tempuling 75.287 5,51
8. Batang Tuaka 39.118 2,86 Berdasarkan
sejarah 9. Gaung Anak Serka 64.995 4,75 geologi,
10. Gaung 207.617 15,18
wilayah kabupaten
11. Mandah 174.273 12,74
lndragiri Hilir 12. Kateman 48.781 3,57 merupakan
jalur 13. Kemuning 104.984 7,68 cekungan
14. Tembilahan Hulu 13.899 1,02
sebagai akibat adanya
15. Pulau Burung 58.050 4,24
peningkatan 16. Pelangiran 85.396 6,24
kegiatan
tektonik 17. Teluk Balengkong 42.774 3,13 bumi yang
menyebar 18. Concong 26.348 1,93 luas dan
19. Kempas 58.453 4,27
berbentuk morfologi
20. Sungai Batang 40.489 2,96
pendataran. Jumlah 1.367.551 100,00 Morfologi

33
pendataran ini biasanya memiliki bentuk sungai berbelok-belok dan membawa pasokan
material sedimen dari hulu ke hilir. Sedimen-sedimen tersebut akhirnya terperangkap
bersama media air pada cekungan-cekungan. Tanah pada cekungan tersebut ditumbuhi
oleh mangrove (hutan bakau) sebagai sumber daya hayati pada ekosistem rawa dan hutan
dataran rendah.
Dalam jangka waktu skala geologi, cekungan-cekungan dan sumberdaya hayati
di atasnya tersebut mengalami penurunan untuk mencari keseimbangan akibat adanya
gaya-gaya tektonik dan pembebanan. Kemudian tertutup kembali oleh sedimen yang
terus memasoknya dan kejadian ini berulang terus hingga sekarang.
Sumberdaya hayati yang terperangkap dan tertutup sedimen pada masa muda
akhirnya membentuk suatu endapan rawa dari tanah gambut. Sementara proses-proses ini
terus berlangsung, endapan gambut yang sudah berumur lebih dewasa dapat disebut
sebagai batubara muda. Jadi gambut dapat dianggap sebagai tahapan awal pembentukan
batubara. Endapan batubara yang mengalami pembebanan hingga jangka waktu skala
geologi sampai suatu saat berubah menjadi lempung hitam dapat dianggap sebagai
sumber minyak bumi yang mengalami pencucian atau leaching. Hasil pencucian tersebut
akhirnya terjebak dalam suatu batuan perangkap minyak bumi. Akhirnya minyak bumi
tersebut disebut sebagai bahan bakar energi fosil karena asalnya berasal dari sumberdaya
hayati yang telah terjebak menjadi fosil-fosil.
Berdasarkan hal di atas, maka unit-unit karakteristik geologi yang diterjemahkan
dalam geologi lingkungan merupakan satu kesatuan utuh yang meliputi tektonika,
batuan, tanah, struktur, bentang alam dan hidrogeologi. Keadaan geologi lingkungan
tersebut sangat mempengaruhi sistem sungai-sungai besar dan kecil, yang selanjutnya
berdampak terhadap bentuk formasi pesisir pantai, ekologi rawa, kualitas air
sungai dan laut, penyebaran kenekaragaman hayati, dan pemanfaatan sumberdaya
pesisir oleh manusia.
Wilayah kabupaten lndragiri Hilir dibentuk oleh sebagian dari dataran alluvium
Sumatera Timur yang sangat luas. Dataran alluvium tersebut sebagian berupa rawa yang
terbentuk sebagai akibat kenaikan muka air laut pada zaman es. Perubahan ini merupakan
awal proses pembentukan gambut di dataran alluvium Sumatera Timur. Ketika zaman
es berakhir, air laut kembali surut, tetapi proses pembentukan gambut dan akumulasi
sedimen di daerah rawa dan sepanjang pantai wilayah kabupaten lndragiri Hilir tetap
berlangsung terus.

33
Batuan yang tersingkap di permukaan kawasan pesisir kabupaten lndragiri Hilir
berdasarkan peneliti terdahulu (Suwarna.dkk, 1991) terdiri dari jenis alluvium,
endapan pantai (Qac) dan endapan rawa (Qs) yang keduanya mempunyai umur Kuarter.
Tanah dan batuan yang tampak dipermukaan terdiri dari gambut, lumpur, lempung dan
pasir. Gambut terletak di atas lumpur dan lempung, serta pasir didapatkan sebagai sisipan
pada lumpur dan lempung. Sedangkan kedalaman batuan dasar sangat beragam, dimana ke
arah pantai semakin dalam.
Tanah dan batuan di kawasan dataran pantai merupakan alluvium dan endapan
pantai (Qac) yang disusun oleh pasir, lanau, lempung, lumpur, kerikil dan kerakal,
sisa tumbuhan setempat dan lapisan gambut dengan tebal mencapai 5 meter. Tanah di
dataran pantai terdiri dari lumpur berwarna abu-abu (terdapat dalam keadaan cair,
sangat lunak, sangat plastik, memiliki rekah kerut tinggi, kadang-kadang mengandung
bahan organik kurang dari 10% dan nilai unconfined strength kurang dari 0.5 kg/cm2 .
Dalam keadaan kering sifat lumpur sulit dibedakan dengan lempung. Lumpur abu-
abu memiliki sifat keteknikan buruk, kurang teguh dan stabil. Batuan dasar,
diperkirakan terdapat pada kedalaman lebih dari 60 meter. Karena batuan dasar,
diperkirakan satu-satunya batuan keras di wilayah kabupaten lndragiri Hilir dapat
ditafsirkan sebagai lapisan keras yang mampu menahan bangunan berat dan berada pada
kedalaman lebih dari 60 meter.
Tanah dan batuan di dataran limbah banjir dan rawa tepian sungai merupakan
endapan rawa (Qs) yang disusun oleh lempung, lanau, pasir dan gambut. Tanah di
kawasan ini terutama terdiri dari lempung abu-abu atau abu-abu dengan bercak kuning.
Di beberapa lokasi kadang• kadang di atas lempung ditemukan gambut dengan ketebalan
beragam, berkisar antara 50-300 cm.

2.2.2 Iklim dan Curah Hujan

BULAN HARI HUJAN (Hari) CURAH HUJAN (mm)

Februari 12 170,8
Maret 13 197,8
April 13 196,6
Mei 11 130,0
Juni 6 55,9

33
Juli 7 92,8
Agustus 5 58,1
September 6 90,1
Oktober 12 177,0
Nopember 14 229,8
Desember 15 157,9
Rata-Rata 10 136, 15

2.2.3 Sektor Pertanian

Sektor pertanian merupakan mayoritas lapangan usaha bagi penduduk di


Kabupaten lndragiri Hilir, yaitu sebanyak 75,87% pada tahun 2012 atau sebanyak
231.250 penduduk pada usia kerja. Selain itu, lahan untuk kegiatan pertanian juga
menempati areal terluas yang dibagi menjadi pertanian hortikultura dan pertanian tanaman
pangan.
1. Pertanian Hortikula
Pertanian hortikultura di Kabupaten lndragiri Hilir berada di kawasan pertanian
lahan kering, dengan komoditas buah-buahan dan sayuran yang berada di Kecamatan
Tembilahan Hulu, Kecamatan Tempuling, Kecamatan Kemuning dan Kecamatan
Keritang.
a. Palawija
Kabupaten lndragiri Hilir juga menghasilkan Kelompok tanaman palawija yang
tersebar hampir di seluruh kecamatan. Berikut adalah luas areal, produksi dan tingkat
produktivitas komoditas palawija di Kabupaten lndragiri Hilir Tahun 2012;
 Komoditas jagung menempati luas areal 2.157 Ha dengan hasil produksi
sebanyak 5,062.51 ton atau dengan tingkat produktivitas sebesar 23,47 ton/ha;
 Komoditas kedelai menempati luas areal 147 Ha dengan hasil produksi sebanyak
164,26 Ha atau dengan tingkat produktivitas 11,7 ton/ Ha.
 Komoditas kacang tanah menempati luas areal 20 Ha dengan hasil produksi
sebanyak 19,01 Ha atau dengan tingkat produktivitas 9,5 ton/ Ha.
 Komoditas kacang hijau menempati luas areal 61 Ha dengan hasil produksi
sebanyak 62,98 Ha atau dengan tingkat produktivitas 10,32 ton/ Ha.
 Komoditas Ubi Kayu menempati luas areal 194 Ha dengan hasil produksi
sebanyak 4974,27 Ha atau dengan tingkat produktivitas 256,41 ton/ Ha.

33
 Komoditas ubi jalar menempati luas areal 103 Ha dengan hasil produksi sebanyak
811,82 Ha atau dengan tingkat produktivitas 82,85 ton/ Ha.
b. Sayuran
Tanaman Sayur-sayuran di Kabupaten lndragiri Hilir tidak terlalu banyak
ragamnya, hanya cabai dan petsai yag tersebar di seluruh kecamatan. Sedangkan
komoditas sayuran lain umumnya komoditi ini banyak didatangkan dari daerah tetangga.
c. Buah-buahan
Tanaman buah buahan yang dhasilkan di Kabupaten lndragiri Hilir
meliputi; mangga, manggis, sawo, durian, jeruk, pisang, pepaya, nanas dan beberapa
komoditas buah lainnya. Wilayah komoditas buah-buahan ini menyebar di seluruh wilayah
Kabupaten lndragiri Hilir.
2. Pertanian Tanaman Pangan
Kawasan pertanian tanaman pangan di Kabupaten lndragiri Hilir terbagi menjadi 2
macam, yaitu pertanian padi sawah dan padi ladang. Untuk pertanian padi sawah
tersebar di 14 kecamatan di Kabupaten lndragiri Hilir dengan luas areal 29.972 Ha.
Sedangkan untuk pertanian padi ladang terdapat di Kecamatan Kemuning dengan
jumlah luasan kurang lebih sekitar 644 Ha.
Di wilayah Kabupaten lndragiri Hilir, tanaman pangan selain dihasilkan dari areal
persawahan, juga dihasilkan dari areal perladangan dan tegalan. Pada tahun 2012, luas
areal lahan tanam komoditi padi adalah 30.036 Ha dengan produksi panen sebanyak
127.037,46 ton, dengan demikian tingkat produktivitas komoditas pada pada tahun 2012
mencapai 41,91 Kw/Ha (4,191 Ton/Ha).

2.3 Daerah Irigasi

Daerah irigasi merupakan kesatuan wilayah atau daerah yang mendapat air dari suatu
jaringan irigasi, atau dapat didefinisikan sebagai penyusunan tanah-tanah yang akan dialiri
dalam beberapa bidang dan penyusunan jaringan-jaringan penyaluran airnya dengan
pembuatan bangunan-bangunan, untuk mengatur pembagian dan pemberian air ke bidang
tanah-tanah tersebut dan juga pembuatan bangunan dan saluran yang diperlukan untuk
penyaluran dan pembuangan.
Irigasi adalah usaha mendatangkan air dengan membuat bangunan - bangunan dan
saluran – saluran untuk mengalirkan air guna keperluan pertanian, membagi – bagi air

33
ke sawah – sawah atau ladang – ladang dengan cara teratur dan membuang air yang
tidak diperlukan lagi dengan sebaik – baiknya. (Ganda Kusuma; Ilmu Irigasi, 1981.
Dalam merencanakan suatu jaringan irigasi, yang pertama harus dilakukan adalah
menentukan tata susunan saluran. Jenis saluran irigasi terutama ditentukan oleh topografi
atau kontur daerah setempat, selain itu juga dipengaruhi oleh karakteristik khusus
pertanian, teknis dan ekonomi daerah sekitarnya.
Dalam laporan DED DIR Tempuling I dan II di lakukan design khusus pada
pembersihan saluran irigasi parit.

2.4 Tujuan Irigasi

Pembangunan jaringan irigasi mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan air lahan
pertanian. Jaringan irigasi juga bermanfaat:
1. Mengatur dan mengukur aliran air (regulating and measuring)
Mengatur dan mengukur aliran air (regulating and measuring) yang digunakan dan
tidak digunakan dengan bangunan pelengkap irigasi seperti bangunan sadap supaya
kebutuhan air sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan.
2. Mengambil air dari sumber (diverting)
Mengambil air dari sumber (diverting) kemudian membawa atau mengalirkan air dari
sumber ke lahan pertanian (conveying) serta mendistribusikan air kepada tanaman
(distributing).
3. Mendukung produktivitas usaha tani
Mendukung produktivitas usaha tani dengan menyediakan air dari air yang dialiran
oleh saluran irigasi guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan
nasional dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani, yang diwujudkan melalui
keberlanjutan sistem irigasi.
4. Membasahi tanah
Membasahi tanah disini dimaksudkan untuk memberikan air pada tanah sesuai dengan
kebutuhan tanaman dengan sempurna termasuk penggunaan air untuk evapotranspirasi,
perkolasi, serta peninggian muka air.
5. Pemupukan
Dengan mengalirkan air irigasi yang mengandung zat atau mineral yang diperlukan
untuk pertumbuhan tanaman sehingga menambah kesuburan tanah.

33
6. Membersihkan tanah
Air irigasi digunakan untuk membersihkan zat-zat yang merugikan tanah, dengan cara
mengalirkan air tersebut sehingga diharapkan zat-zat yang merugikan tersebut dapat
terlarut dalam air dan hal ini akan berpengaruh baik pada pertumbuhan tanaman.

2.5 Istilah – Istilah Irigasi

Beberapa istilah yang biasa dijumpai dalam perencanaan irigasi yaitu :

1. Transpirasi
Merupakan suatu proses alam pada peristiwa uap air meninggalkan tubuh tanaman
melaui stomata dan memasuki atmosfir. Proses ini berjalan terus hampir sepanjang hari
di bawah pengaruh sinar matahari.

2. Evapotranspirasi
Merupakan suatu proses penguapan dan transpirasi atau jumlah air untuk evaporasi dari
permukaan areal dengan air untuk transpirasi dari tumbuhan.

3. Perkolasi
Merupakan kehilangan air di petak sawah baik yang meresap ke bawah maupun ke
samping.

4. Kebutuhan air irigasi


Merupakan kebutuhan air untuk evapotranspirasi, perkolasi, penggenangan dan
kehilangan selama penyaluran.
5. Irigasi teknis
Merupakan air yang masuk dan keluar yang sudah diketahui debitnya/sudah teratur dan
sudah mempunyai bangunan-bangunan irigasi.
6. Jaringan irigasi
Merupakan saluran dan bangunan yang merupakan suatu kesatuan dan keperluan untuk
pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan
penggunaannya.
7. Petak Irigasi
Merupakan petak lahan yang memperoleh pemberian air irigasi dari suatu jaringan
irigasi.
8. Pemberian air irigasi
Merupakan penyaluran jatah air irigasi dari jaringan utama ke petak tersier.

33
9. Penggunaan air irigasi
Merupakan pemanfaatan air irigasi pada pertanian (usaha bercocok tanam).
10. Hujan efektif
Merupakan besar curah hujan yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman (untuk
kebutuhannya).
11. Efisiensi irigasi
Merupakan perbandingan jumlah air yang dikeluarkan dengan jumlah air yang
dimanfaatkan.
12. Efisiensi pemakaian
Merupakan perbandingan antara air yang dapat ditahan pada zona perakaran dalam
periode pemberian air dengan air yang diberikan pada areal irigasi.
13. Kapasitas saluran
Merupakan debit air yang dialirkan oleh saluran air irigasi untuk membuat hitungan
kapasitas saluran irigasi yang diperlukan penggunaan neraca air.
14. Bangunan bagi
Merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer yang membagi air ke saluran-
saluran saluran sekunder atau pada saluran sekunder membagi ke saluran sekunder lain.
15. Bangunan sadap
Merupakan bangunan yang terletak di saluran primer atau sekunder yang memberi air
pada saluran tersier.
16. Bangunan terjun
Merupakan bangunan yang berfungsi untuk menurunkan muka air di dalam saluran
apabila muka air rencana dalam saluran cukup tinggi di atas medan tebas sehingga
timbunan saluran akan tinggi.
17. Peta petak
Merupakan suatu peta yang menggambarkan dan menunjukkan lokasi serta arah
saluran, lokasi-lokasi bangunan, lokasi jalan, batas petak irigasi, daerah yang dapat
diairi serta seluruh jaringan drainasenya.
18. Bangunan utama
Merupakan bangunan yang dibuat oleh manusia sebagai sarana dimana air untuk air
irigasi diambil.
19. Bangunan pengatur muka air

33
Merupakan bangunan yang bersifat mengatur muka air di saluran pada elevasi yang
dikehendaki.
20. Gorong-gorong
Bangunan perlintasan yang dilewati air irigasi, yang melintasi di bawah bangunan lain
(jalan/saluran) dengan air bersifat bebas.

2.6 Turap

2.6.1 Definisi Turap


Menurut Menurut Sri Respati dan Zainal Nur (1995), turap merupakan konstruksi
yang dapat menahan tekanan tanah disekelilingnya dan mencegah terjadinya kelongsoran.
Konstruksi dinding turap terdiri dari beberapa lembaran turap yang dipancangkan kedalam
tanah, serta membentuk formasi dinding menerus vertikal yang berguna untuk menahan
timbunan tanah atau tanah yang berlereng. Turap terdiri dari bagian-bagian yang dibuat
terlebih dahulu (pre-favricated) atau dicetak terlebih dahulu (pre-cast)

2.6.2 Fungsi Turap


Dalam Pelaksanaan pekerjaan konstruksi sipil turap biasa digunakan untuk berbagai
keperluan konstruksi bangunan, seperti :
a. Struktur penahan air dan atau penahan tanah
b. Sistem penahan tanah pada galian (sementara/permanen)
c. Struktur penahan tanah yang berlereng atau curam agar tanah tersebut tidak longsor.
d. Konstruksi bangunan yang ringan, saat kondisi tanah kurang mampu untuk
mendukung dinding penahan tanah.

2.6.3 Jenis-Jenis Turap


Tipe – tipe turap dapat dibedakan menurut bahan yang digunakan.
a. Turap Kayu
Turap kayu digunakan untuk dinding penahan tanah yang tidak begitu tinggi, karena
tidak kuat menahan beban-beban lateral yang besar. Turap ini tidak cocok digunakan pada
tanah berkerikil, karena turap cenderung pecah bila dipancang. Bila turap kayu
digunakan untuk bangunan permanan yang berada di atas muka air, maka perlu diberikan
lapisan pelindung agar tidak mudah lapuk.
b. Turap Beton

33
Turap beton merupakan balok-balok beton yang telah dicetak sebelum dipasang
dengan bentuk tertentu. Turap jenis ini umumnya dalam bentuk unit-unit (precast
members) dan digunakan berdasarkan perhitungan- perhitungan tegangan terhadap muatan
ataupun momen-momennya yang terjadi akibat beratnya unit pada saat pemasangan.
Balok-balok pada turap beton,turap dibuat saling mengkait satu sama lain. Masing –
masing balok, kecuali dirancang kuat menahan beban-beban yang bekerja pada turap, juga
terhadap bebabn-beban yang akan bekerja pada waktu pengangkatannya. Ujung bawah
turap biasanya dibentuk meruncing untuk memudahkan pemancangan.
c. Turap Baja
Jenis turap ini umum dipakai karena sifat-sifatnya sebagai berikut :
1. Tahan terhadap tegangan pemancangan yang tinggi dan berkembang pada bahan yang
keras dan berbatu.
2. Mempunyai berat yang relatif ringan.
3. Dapat dipakai berulang-ulang (beberapa kali).
4. Umur pemakaiannya cukup lama, baik diatas maupun dibawah air memakai
perlindungan sederhana menurut NBS (1962) yang meringkaskan data gtentang
sejumlah tiang pancang yang diperiksa setelah pemakaian yang berlangsung lama
5. Mudah menambah panjang tiang pancang, baik dengan pengelasan atau dengan
pemasangan baut.
6. Sambungan-sambungan yang dibuat kecil sekali mengalami deformasi bila di desak
penuh dengan tanah dan batuan selama pemancangan.
( sumber : Jenis Turap dan Turap Kantilever Rekayasa Pondasi II-UMB)

2.6.4 Tipe-Tope Dinding Turap


Terdapat 4 Tipe dinding turap yaitu :
1. Dinding Turap Kantilever
Dinding turap kantilever merupakan turap yang dalam menahan beban lateral
mengandalkan tahanan tanah di depan dinding. Defleksi lateral yang terjadi relatif besar
pada pemakaian turap kantilever. Karena luas tampang bahan turap yang dibutuhkan
bertambah besar dengan ketinggian tanah yang ditahan ( akibat momen lentur yang
timbul), turap kantilever hanya cocok untuk menahan tanah dengan ketinggian sedang.

33
H = 3 s’d 5 m

Gambar 2.1. Dinding turap kantilever


2. Dinding Turap Diangker
Dinding turap diangker cocok untuk menahan tebing galian yang dalam, tetapi masih
juga tergantung pada kondisi tanah. Dinding turap ini menahan beban lateral dengan
mengandalkan tahanan tanah pada bagian turap yang terpancang ke dalam tanah dengan
dibantu oleh angker yang dipasang pada bagian atasnya. Kedalaman turap menembus tanah
bergantung pada besarnya tekanan tanah. Untuk dinding turap yang tinggi, diperlukan
turap baja dengan kekuatan tinggi. Stabilitas dan tegangan-tegangan pada turap yang
diangker bergantung pada banyak faktor diantaranya : kekuatan relatif bahan turap,
kedalaman penetrasi
turap, kuat geser tanah, keluluhan angker dan lain-lainnya.

33
Gambar 2.2. Dinding Turap Diangker

3. Dinding Turap Dengan Landasan (platform)


Dinding turap semacam ini dalam menahan tekanan tanah lateral dibantu oleh tiang-
tiang tersebut dbuat landasan untuk meletakkan bangunan tertentu. Tiang-tiang pendukung
landasan juga berfungsi untuk mengurangi beban lateral pada turap. Dinding turap ini
dibuat bila di dekat lokasi dinding turap direncanakan akan dibangun jalan kereta api,
mesin derek, atau bangunan-bangunan berat lainnya.

Gambar 2.3. Dinding Turap Dengan Landasan


4. Bendungan Elak Seluler

33
Bendungan elak seluler (cellular cofferdam) merupakan turap yang berbentuk sel-sel
yang diisi dengan pasir. Dinding ini menahan tekanan tanah dengan mengandalkan
beratnya sendiri.

2.6.5 Konsep Perencanaan Turap


Berdasarkan hasil penelitian dan survey lapangan yang telah dilakukan pada
lokasi yang akan dibangunnya turap ini, serta dengan mempertimbangkan tingkat
kesulitan dalam pelaksanaannya, disusun beberapa konsep perencanaan turap antara
lain :
1. Turap yang direncanakan tidak mengganggu atau merusak aliran air sungai
(tidak mengganggu luas penampang basah sungai)
2. Turap berfungsi sebagai dinding yang dapat menahan kelongsoran tebing sungai
dan melindungi tebing sungai terhadap gerusan air.
3. Turap dapat menahan tekanan tanah aktif serta tekanan air dan beban- beban
lainnya yang bekerja pada dinding turap.
4. Turap direncanakan memilik ketahanan jangka panjang pada lingkungan dengan
siklus basah, kering dan lembab.
5. Turap juga berfungsi sebagai pelataran terbuka (open space) yang dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan publik.
6. Struktur turap terdiri dari tiang turap, dinding turap dan lantai penutup.
7. Dinding turap memiliki tekanan tanah lateral tanah aktif dan air, sedangkan
tiang turap berfungsi memiliki gaya aksal dan lateral yang bekerja pada dinding
turap, lantai penutup berfungsi sebagai beban aksial (counter weight) dan juga dapat
dimanfaatkan sebagai open space.

2.6.6 Metode Perhitungan


Perhitungan stabilitas turap kantilever (cantilever sheet pile wall) dilakukan dengan
menggunakan metode perhitungan free earth method dan fixed earth method dengan
memperhitungkan berbagai variasi elevasi muka air pada sisi aktif dan sisi pasif turap. Dari
hasil perhitungan tersebut didapatkan momen lentur maksimum (Mmaks) yang timbul pada
turap dan besarnya gaya angkur.
1. Metode Perhitungan Metode Ujung Bebas (Free Earth Method)

33
Kedalaman turap dibawah dasar galian dianggap tidak cukup untuk menahan
tekanan tanah yang terjadi pada bagian atas dinding turap. Anggapan dalam analisis
stabilitas turap diangker dengan metode ujung bebas :
a. Turap merupakan bahan yang sangat kaku dibandingkan dengan tanah
disekitarnya.
b. Kondisi tekanan tanah yang bekerja dianggap memenuhi syarat teori Rankie atau
Coulomb.
c. Turap dianggap berotasi dengan bebas diujung bawah dan tidak diizinkan
bergerak secara lateral ditempat angker.
2. Metode Perhitungan Ujung Tetap (Fixed Earth Method)
Dalam metode ini diasumsikan bahwa kedalaman turap sudah mencapai tanah keras
sehingga ujung bawah turap dianggap kaku. Kedalaman penembusan turap dibawah dasar
galian dianggap sudah cukup dalam, sehingga tanah dibawah dasar galian mampu
memberikan tahanan pasif yang cukup untuk mencegah ujung bawah turap berotasi.
Anggapan dalam analisis stabilitas turap diangker dengan metode ujung tetap :
a. Kondisi tekanan tanah yang bekerja dianggap memenuhi syarat teori Rankie
atau Coulomb.
b. Turap bebas berotasi, namun tidak diizinkan bergerak pada angkernya.
c. Titik balik ditentukan dari teori alastisitas.
Pada metode ujung tetap hanya cocok untuk turap yang secara keseluruhan terletak
dalam tanah granuler. Untuk menghitung stabiltas turap dipakai persamaan tekanan tanah
dengan rumus sebagai berikut :

= h tan2(45° + ½Ѳ) +2 ctan (45° + ½Ѳ)

= (q + h) tan2(45° + ½Ѳ) +2 c (45° + ½Ѳ)

Dimana , Pa : Tekanan tanah aktif (t/m²)

Pp : Tekanan tanah pasif (t/m²)

33
q : Beban yang harus ditahan (t/m²)

: Berat volume tanah dibawah air (t/m³)

h : Jarak dari permukaan tanah (m)

Ѳ : Sudut geser dalam untuk tanah (°)

c : Kohesi tanah (t/m²)


( sumber : Teknik Pondasi II, Hary Christady Hardianto (2006:16))

Cara Menghitung Koefisien Tekanan Tanah yaitu dengan cara sebagai berikut :

K = K′ = Kp – Kߙ
( sumber : Desain Beton Bertulang Jilid 2 oleh Jack C. McCormac Clemson
Universityhal. 58 )

2.7 Perencanaan Plat Penutup Tiang (Pile Cap)

Menurut Anugrah Pamungkas dan Erny Hananti (2013), suatu pondasi tiang terdiri
lebih dari satu tiang atau disebut tiang kelompok. Tiang kelompok ini disatukan oleh
kepala tiang yang disebut pile cap atau poer. Pile cap berfungsi untuk mengikat tiang-
tiang menjadi satu kesatuan dan memindahkan beban kolom kepada tiang. Pile cap terbuat
dari beton bertulang, dituangkan langsung pada tanah kecuali jika tanah bersifat ekspansif.
Perencanaan pile cap dilakukan dengan anggapan sebagai berikut :
1. Pile cap sangat kaku
2. Ujung atas tiang menggantung pada pile cap. Karena itu, tidak ada

33
momen lentur yang diakibatkan oleh pile cap ke tiang
3. Tiang merupakan kolom pendek dan elastis. Karena itu, distribusi tegangan
dan deformasi membentuk bidang rata.
 Cara Perhitungan Penulangan Pile Cap yaitu :
1. Menentukan syarat-syarat batas dan bentangnya
2. Menentukan tebal pile cap
3. Menghitung pembebanan ultimate
WU = WD + WL
WD = Jumlah beban mati

WL = Jumlah beban hidup


4. Menentukan momen-momen yang bekerja

5. Menghitung dan menggambar tulangan (Istimawan Dipohusodo, 1994)


- Menentukan tinggi efektif (deff)
deff = h – s - ∅tulangan sengkang – ½ ∅tulangan utama
Dimana,
h = tebal pile cap

s = tebal selimut beton

Sesuai dengan tabel perencanaan beton bertulang didapat nilai 𝜌


Dimana 𝜌 min < 𝜌 < 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠
As = 𝜌𝑚𝑖𝑛 x b x d
- Menentukan nilai k perlu

2.8 Pelat Lantai

Pelat beton bertulang pada suatu struktur bangunan dipakai pada lantai dan atap. Pada
pelat yang ditumpu balok pada keempat sisinya, terbagi dua berdasarkan
geometrinya, yaitu pelat satu arah (one way slab) dan pelat dua arah (two way slab).
1. Pelat Satu Arah (One Way Slab)
Ciri –ciri pelat satu arah:
- Pelat yang ditumpu pada tepi yang berhadapan
- Pelat persegi yang ditumpu pada keempat sisinya dengan bentang panjan (Ly)
dibagi bentang pendek (Lx) lebih besar.

33
Ly

Gambar 2.4. Pelat Satu Arah


2. Pelat Dua Arah (Two Way Slab)
Ciri –ciri pelat dua arah:
- Pelat yang ditumpu keempat sisinya
- Pelat yang ditumpu ketiga sisinya yang tidak saling berhadapan
- Pelat yang ditumpu keempat sisinya, kedua sisinya saling berhadapan
- Bentang panjang (Ly) dibagi bentang pendek lebih kecil dari dua Lx

2.8.1 Perencanaan dan Perhitungan Pelat Lantai


Untuk menghitung perencanaan pada pelat beton beberapa perhitungan yang harus
dilakukan antara lain, yaitu :
a. Penentuan tebal pelat, meliputi :
1) Pelat satu arah
adapun langkah-langkah dalam merencanakan pelat satu arah adalah sebagai berikut :
- Menentukan tebal pelat (SKSNI T-15-1991-03)
- Pembebanan pelat lantai dengan memakai beban terfaktor
- Distribusi momen pelat dilakukan dengan cara tebal atau dengan perhitungan analitis.
- Menggambar tulangan pelat.
Tabel 2.1 Tebal Minimum Pelat Satu Arah
Tebal Minimum, h
Komponen Dua Tumpuan Satu Ujung Kedua Ujung Kantilever
Struktur Sederhana Menerus Menerus

33
Komponen yang tidak menahan atau tidak disatukan dengan

partisi atau konstruksi lain yang mungkin akan rusak


Pelat Masif oleh lendutan yang besar
Satu Arah

Balok atau
Pelat Rusuk L/16 L/18,5 L/21 L/8
Satu Arah

Catatatan : Panjang bentang dalam milimeter = bentang bersih + tebal kolom


= Jarak dari as ke as

Nilai yang diberikan harus langsung untuk komponen struktur dengan beton
normal (Wc = 2400 kg/m³) dan tulangan BJTD 40. Untuk kondisi lain, nilai diatas harus
dimodifikasi sebagai berikut :
1. Untuk struktur beton ringan dengan berat jenis diantara 1500 kg/m³ sampai 2000
kg/m³, nilai tadi harus dikalikan dengan ( 1,65 – 0,0003 Wc) tetapi tidak kurang dari
1,09 dimana Wc adalah berat jenis dalam 1500 kg/m³.
2. Untuk fy selain 400 Mpa, nilainya harus dikalikan dengan (0,4 + fy/700).
a. Menghitung beban mati pelat termasuk beban sendiri pelat dan beban hidup serta
menghitung kombinasi pembebanan (Wu).

Wu = 1,2 DL + 1,6 LL

DD = Jumlah beban mati pelat ( KN/m)


LL = Jumlah beban hidup pelat (KN/m)
(sumber : Struktur Beton Bertulangberdasarkan SK. SNI T-15-1991-03 Departemen
Pekerjaan Umum RI, Istimawan Dipohusodo )
b. Menghitung momen rencana ( Mu) dengan metode pendekatan ( SNI 2002, pasal
8.3.3 ) sebagai alternatif. Metode pendekatan berikut ini dapat digunakan untuk
menentukan momen lentur dan gaya geser dalam perencanaan balok menerus dan

33
pelat satu arah, yaitu pelat beton bertulang dimana tulangannya hanya direncanakan
untuk memikul gaya-gaya dalam satu arah, selama :
1. Jumlah minimum bentang yang ada haruslah minimum dua
2. Memiliki panjang bentang yang tidak terlalu berbeda, dengan rasio panjang bentang
terbesar terhadap panjang bentang terpendek dari dua bentang yang disebabkan tidak
lebih dari 1,2.
3. Beban yang bekerja merupakan beban terbagi rata
4. Beban hidup per satuan panjang tidak melebihi tiga kali beban mati per satuan
panjang.
5. Komponen struktur adalah prismatis.
( sumber : SNI-03-2847-2002. Perencanaan Pelat Beton 1 (satu) Arah )

2) Pelat dua arah


Pelat dua arah yang ditumpu pada keempat tepinya adalah struktur statis tak tentu,
seperti pada pelat satu arah pemakaian tabel dibatasi beberapa syarat:
- Beban terbagi rata
- Perbedaan yang terbatas antara besarnya beban maksimum dan minimum
pada panel atau lekukan di pelat:
Wu min ≥ 0,4 . Wu maks
- Perbedaan yang terbatas antara beban maksimal pada panel yang berbeda-
beda:
Wu maksterkecil ≥ 0,8 . Wu maksterbesar
- Perbedaan yang terbatas pada panjang bentang: yaitu, bentang terpendek ≥
0,8 x bentang terpanjang
Adapun langkah-langkah dalam merencanakan pelat dua arah adalah sebagai berikut :
- Menentukan tebal minimum dari pelat atau konstruksi dua arah lainnya yang
direncanakan berdasarkan ketentuan, yaitu panel harus berbentuk persegi panjang
dengan rasio antara bentang panjang terhadap bentang pendek diukur antara
sumbu kesumbu tumpuan, tidak lebih dari 2 (SKSNI T-15-1991-03).
- Tebal dari pelat dengan balok yang menghubungkan tumpuan pada semua sisinya
harus memenuhi ketentuan standar yang berlaku (SKSNI T-15-1991-03)

33
2.9 Perencanaan Balok

Balok merupakan suatu elemen struktur yang dominan memikul gaya dalam
momen lentur dan juga geser. Balok juga merupakan bagian struktur yang
berfungsi sebagai penghubung dari struktur kolom dan juga menahan pelat lantai.
Langkah-langkah perencanaan balok yaitu :
a. Mutu beton (fc) dan baja (fy) ditentukan terlebih dahulu.
b. Mengambil momen-momen maksimum yang terjadi pada setiap tingkat dari
pembebanan balok.
c. Menentukan tinggi efektif (d) dari balok yang ditinjau. (Istimawan
Dipohusodo, 1994)
d. Bila momen yang terjadi pada balok yang ditinjau ditumpuan akibat momen
negatif, maka penulangannya berdasarkan balok biasa (segi empat) dan bila
momen yang terjadi di lapangan akibat momen positif maka penulangan balok
berdasarkan balok T atau balok L.

2.10 Perencanaan Pondasi

Tiang pancang adalah suatu konstruksi pondasi dengan dasar yang berstruktur besar
karena memiliki daya dukung besar. Dalam perencanaan pondasi untuk suatu
konstruksi dapat digunakan beberapa macam tipe pondasi. Pemilihan tersebut
berdasarkan :
1. Fungsi bangunan atas (upper structure) yang akan dipikul oleh pondasi tersebut.
2. Besarnya beban dan beratnya bangunan atas.
3. Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan.

2.10.1 Penggolongan Pondasi Tiang Pancang


Pondasi tiang dapat digolongkan berdasarkan yaitu :
1. Material atau bahan yang digunakan :
a. Pondasi tiang kayu
b. Pondasi tiang beton
c. Pondasi tiang baja
d. Pondasi tiang komposit ( gabungan antara kayu dengan beton atau baja dengan
beton)
2. Teknik pemasangan :

33
Pondasi tiang beton berdasarkan teknik pemasangan dibagi menjadi 2 macam,
yaitu :
a) Pondasi tiang beton pra cetak (pre-cast concrete pile)
Pondasi tiang beton pra cetak disebut juga pondasi tiang pancang beton, yaitu pondasi
tiang beton yang dicetak terlebih dahulu di tempat lain atau dibuat di pabrik
(prefabricated pile) dan baru dipancang sesuai umur beton setelah ± 28 hari (untuk
beton konvensional), sedang untuk beton dengan menggunakan bahan tambah
(additive), waktu dapat lebih dipersingkat. Panjang tiang terbatas sesuai dengan alat
transport yang ada (trailer), untuk kedalaman yang cukup besar biasanya jenis tiang
ini diperlukan penyambungan. Kemudian dipancangkan di tempat yang telah
ditentukan.
Pondasi tiang pancang beton, ujungnya dapat dibuat runcing seperti ujung pensil
ataupun rata. konstruksinya bisa menggunakan beton konvensional maupun beton pra
tegang (prestress). Jumlah tulangan ditentukan berdasarkan momen yang terjadi
pada saat tiang akan diangkut dan perencanaan konstruksi tiang disesuaikan
dengan peraturan Beton Bertulang Indonesia.
Cara pengangkutan tiang beton bertulang dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Satu tumpuan, bila ukuran tiang pendek.
2) Dua tumpuan, bila ukuran tiang panjang.
Dalam hal ini yang penting diusahakan besarnya momen positif sama dengan momen
negatif dengan cara menggeser letak tumpuan.
Kapasitas daya dukung pondas tiang pancang beton yaitu berkisar antara 30-50 ton.
Kelemahan dari pondasi tiang pancang beton adalalah dalam hal pembuatan maupun
penanganan setelah selesai dibuat. Diperlukan tempat yang relatif luas untuk
pencetakannya, memerlukan waktu untuk siap dipancangkan, memerlukan peralatan
berat untuk penanganan transportasi maupun pemancangannya.

b) Pondasi tiang beton cor di tempat (cast-in place concrete pile)


yaitu pondasi tiang beton yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan pengeboran
tanah terlebih dahulu. Keuntungan penggunaan pondasi ini antara lain :
1. Tidak menimbulkan kebisingan yang berarti
2. Tidak menimbulkan getaran yang kuat terhadap bangunan disekitarnya
karena pembuatannya dengan sistem bor. Pondasi ini sangat cocok bila digunakan

33
pada tempat-tempat yang padat oleh bangunan-bangunan, karena tidak terlalu bising
dan getarannya tidak menimbulkan dampak negatif terhadap bangunan
disekitarnya. Namun pembuatan pondasi ini memerlukan alat berat, sehingga hanya
digunakan pada pekerjaan atau proyek yang besar-besar saja. Contoh : Pondasi
Tiang Franki, Pondasi Tiang Raymond, Pondasi Tiang bor, Pondasi Tiang
Strauss,dll.
3. Cara penyaluran bebannya :
a. Pondasi Tiang dengan Daya Dukung Ujung ( End Bearing Pile ).
b. Pondasi Tiang dengan Daya Dukung Gesek ( Friction Pile ).
c. Pondasi Tiang dengan Daya Dukung Kombinasi Daya Dukung ujung dan
Daya Dukung Gesek.
( sumber : Perencanaan Pondasi Tiang Pancang )

2.10.2 Perhitungan Pondasi Tiang Pancang

2.10.2.1 Perhitungan Daya Dukung Pondasi Tiang

Metode Mayerhof (1956) yang digunakan untuk menghitung besarnya daya dukung
pondasi tiang berdasarkan data SPT adalah :

Dimana,
Qult = daya dukung pondasi tiang (ton) N= nilai SPT pada
ujung tiang
Ab = luas penampang ujung tiang (m2)
𝑁̅ = rata-rata nilai SPT sepanjang tiang As= luas kulit/selimut
tiang (m2)

2.10.2.2 Perhitungan Daya Dukung Ijin Pondasi Tiang

Rumus umum yang digunakan untuk menghitung besarnya daya dukung ijin pondasi

tiang adalah :

Dimana,

33
Qijin = daya dukung ijin pondasi tiang (ton)

Qult = daya dukung batas pondasi tiang (ton)


F = faktor keamanan akibat bahaya kelongsoran daya
dukung (F = 2,5 -3)

2.10.3 Kontrol Gaya yang Dipikul Terhadap Gaya Ijin Tiang


Untuk kontrol gaya yang dipikul tiap tiang terhadap daya dukung jin
tiang,harus memenuhi syarat sebagai berikut :

Gaya yang dipikul tiap tiang < Daya Dukung Ijin Tiang

Gaya yang dipikul tiap tiang adalah total beban mati dan beban bergerak. Pembebanan
:
- Akibat beban Mati
- Akibat beban hidup

Kombinasi pembebanan (SK SNI T-15-1991-03 Pasal 3.2.2 hal 13) Total beban = DD + DL
Apabila diasumsikan tiap tiang memikul beban yang sama, sehingga total beban dapat
dibagi dengan jumlah tiang.
Beban yang dipikul per tiang =

2.10.4 Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang Kelompok

33
Pondasi tiang pancang kelompok yaitu sekumpulan tiang yang dipasang secara relatif
berdekatan dan biasanya diikat menjadi satu di bagian atasnya dengan menggunakan pile

cap. Untuk menghitung nilai kapasitas dukung kelompok tiang, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan terlebih dahulu, yaitu jumlah tiang dalam satu kelompok, jarak tiang
dan susunan tiang. Kelompok tiang dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 2.4 Kelompok Tiang

a. Jumlah Tiang (n)


Untuk menentukan jumlah tiang yang akan dipasang didasarkan beban yang bekerja pada
pondasi dan kapasitas dukung ijin tiang, maka rumus yang dipakai adalah sebagai berikut
ini :

b. Jarak Tiang (S)


Jarak antar tiang didalam pondasi
kelompok tiang sangat mempengaruhi perhitungan daya dukungnya. Untuk beban yang
bekerja sebagai kelompok tiang, jarak antar tiang s biasanya mengikuti dengan peraturan-
peraturan bangunan setempat. Sebagai contoh, Direktorat Jenderal Bina Marga
Departemen Pekerjaan Umum, membuat aturan jarak antar tiang, s = (2,5 – 3,0 B); s
minimum = 0,60 meter dan s maksimum = 2,0 meter, dimana B = diameter tiang dalam
meter. (HS. Sardjono, 1988 )

33
Gambar 2.5 Jarak antar tiang

Tabel 2.2 Beban Ijin Pondasi Tiang

Jenis Tiang Beban Ijin (ton)


Kayu 15 – 30
Komposit 20 – 30
Beton cor ditempat 30 – 50
Beton precast 30 – 50
Pipa baja diisi beton 40 – 60
Baja profil H, I 30 – 60

Tabel 2.3 Panjang Pondasi Tiang

Jenis Tiang Panjang maksimum (m)


Kayu 15 – 18
Komposit 45
Beton cor ditempat 15 – 30
Beton precast 15 – 18
Pipa baja diisi beton Tak terbatas
Baja profil H, I Tak terbatas
Sumber :Analisa dan Desain Pondasi, J.E Bowles Hal 354

33
2.11 Pengelolaan Proyek

Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan suatu proyek merupakan kegiatan


yang relatif kompleks dan sulit dilakukan karena dituntut untuk memperhatikan berbagai
aspek seperti waktu, biaya, sumber daya, perkembangan pencapaian tujuan, dan masih
banyak lagi. Proyek berbeda dengan yang dilakukan sehari-hari karena tujuan proyek
adalah tertentu, bukan peristiwa rutin. Karena tidak rutin, proyek memerlukan
perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
secara efektif dan efisien. Dengan demikan penyelesaian proyek dapat tepat waktu,
pelaksanaan proyek membutuhkan dana yang tidak terlalu besar dari yang sudah
direncanakan, dan dapat menggunakan sumber daya seefisien mungkin.
Langkah –langkah pengelolaan proyek :
a. Merencanakan anggaran biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek yang
disesuaikan dengan rencana kerja dan syarat-syarat.
 RKS ( Rencana Kerja dan Syarat-Syarat).( Tubagus Haedar Ali, 1995)
RKS Rencana Kerja dan Syarat-Syarat merupakan ketentuan dan informasi
yang diperlukan terutama yang tidak dapat dijelaskan dengan gambar-gambar yang
harus dipenuhi oleh para kontraktor pada saat mengikuti pelelangan maupun pada
saat melaksanakan pekerjaan yang akan dilakukan.
 Rencana Anggaran Biaya .( Tubagus Haedar Ali, 1995)
Rencana Anggaran Biaya merupakan perencanaan biaya untuk menentukan
biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan dan menyusun tata cara
pelaksanaan teknik dan administrasi. Dengan demikian RAB dapat memberikan
gambaran mengenai besar biaya yang diperlukan dan pelaksanaannya.
b. Perencanaan penjadwalan proyek dengan menggunakan Net Work Planning (NWP)
dan Barchart serta Kurva S.
 (NWP) Net Work Planning.( Tubagus Haedar Ali, 1995)
Dalam menyelesaikan pekerjaan konstruksi dibutuhkan suatu perencanaan waktu
yang akan dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap pekerjaan yang akan
dilaksanakan. NWP merupakan sebuah alat manajemen yang dapat lebih luas dan
lengkap dalam perencanaan dan pengawasan untuk pelaksanaan pekerjaan di
lapangan agar kegiatan dapat selesai sesuai yang direncanakan.
 Barchart dan Kurva S. ( Tubagus Haedar Ali, 1995)

33
Barchart merupakan bentuk diagram batang yang bertujuan untuk mengidentfikasi
unsur waktu dan urutan dalam merencanakan suatu kegiatan, yang terdiri dari waktu
mulai, waktu selesai dan bobot pekerjaan yang perlu dicapai.
Kurva S dibuat berdasarkan bobot setiap pekerjaan dari awal hingga akhir, yang
merupakan persentase dimana diperoleh dari perbandingan antara harga atau nilai
suatu pekerjaan dengan harga total keseluruhan pekerjaan.

33

Anda mungkin juga menyukai