Anda di halaman 1dari 61

1

2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 5
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 5
1.2 Tujuan ............................................................................................................................... 5
1.3 Gambaran Umum Wilayah ............................................................................................... 1
1.3.1 Administrasi................................................................................................................ 1
1.3.2 Topografi .................................................................................................................... 2
1.3.3 Tanah .......................................................................................................................... 3
1.3.4 Geologi ........................................................................................................................ 4
1.3.5 Klimatologi ................................................................................................................. 5
BAB II METODOLOGI ............................................................................................................. 6
2.1 Analisis Kemampuan Lahan.............................................................................................. 6
2.1.1 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi ............................................................. 6
2.1.2 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan ....................................... 7
2.1.3 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng ................................................ 7
2.1.4 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi ............................................... 8
2.1.5 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air .................................................. 8
2.1.6 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Drainase ............................................................... 9
2.1.7 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Erosi................................................................... 10
2.1.8 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah ......................................... 10
2.1.9 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Bencana Alam .................................................... 10
2.1.10 Kemampuan Lahan ................................................................................................. 11
2.2 Analisis Kesesuaian Lahan ......................................................................................... 12
2.3 Arahan Pola Ruang ......................................................................................................... 13
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................... 14
3.1 Hasil Analisis Kemampuan Lahan .................................................................................. 14
3.1.1 Peta Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi ................................................... 14
3.1.2 Peta Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan ............................. 15
3.1.3 Peta Kesatuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng .................................. 16
3.1.4 Peta Kesatuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi ................................. 18
3.1.5 Peta Kesatuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air .................................... 19
3.1.6 Peta Kesatuan Kemampuan Lahan (SKL) Drainase ................................................ 20
3.1.7 Peta Kesatuan Kemampuan Lahan (SKL) Erosi ...................................................... 21
3.1.8 Peta Kesatuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah ............................ 22

3
3.1.9 Peta Kesatuan Kemampuan Lahan (SKL) Bencana Alam ....................................... 23
3.1.10 Peta Kemampuan Lahan ........................................................................................ 24
3.2 Hasil Analisis Kesesuaian Lahan ..................................................................................... 25
A. Klasifikasi Kesesuaian Lahan ....................................................................................... 25
B. Analisis Kesesuaian Lahan Perkiraan Daya Tampung .................................................. 28
C. Analisis Kesesuaian Lahan Pembatasan Persyaratan Pengembangan Perkotaan ......... 31
D. Faktor Pembatas Pengembangan Perkotaan................................................................. 32
3.3 Arahan Pola Ruang Kabupaten Kediri ............................................................................ 34
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 41
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 42

4
BAB I
PENDAHULUAN
Peraturan Tata Ruang Kota dan
1.1 Latar Belakang Perencanaan Pembangunan sangat
dipengaruhi oleh perencanaan dan struktur
Perencanaan adalah kegiatan yang pola ruang wilayah. Rencana tata ruang
ditentukan sebelumnya untuk dapat menjadi arahan atau acuan dalam
dilaksanakan pada suatu periode tertentu pengembangan suatu wilayah, semua
dalam rangka mencapai tujuan yang rencana tata ruang pada prinsipnya harus
ditetapkan. Beberapa ahli memberi memperhatikan rencana pengembangan
pengertian perencanaan. Menurut Bintoro wilayah yang mencakup berbagai aspek,
Tjokroaminoto perencanaan adalah proses baik dari perencanaan fisik wilayah, pola
mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara penggunaan lahan, dan perencanaan
sistematis yang akan dilakukan untuk pembangunan.
mencapai tujuan tertentu. Maka dari itu
proses perencanaan sangat penting dalam “ Planning as a general activity
pembentukan suatu kota atau wilayah,
is the making of an orderly
meningkatnya kebutuhan masyarakat
sebanding lurus dengan peningkatan sequence of actions that will
penggunaan lahan. lead to the achievement of
stated goal or goals”
Proses pembangunan harus
memperhatikan dan mempertimbangkan -Hall (2003:3)
dari berbagai sisi termasuk pada Arahan
Struktur dan Pola Ruang yang telah
tertuang dalam RTRW, selain itu juga
pembangunan berkelanjutan menjadi
1.2 Tujuan
tujuan dalam upaya memperbaiki kota
dengan menyelaraskan antara lingkungan Tujuan dari analisis ini adalah
alam dan lingkungan buatan, serta untuk mengetahui rencana struktur pola
keterpaduan dalam penggunaan sumber ruang wilayah Kabupaten Kediri,
daya alam dan sumber daya buatan dengan mengidentifikasi kemampuan lahan dan
memperhatikan SDM. kesesuaian lahan, serta menginterpretasi
arahan pola pemanfaatan lahan sesuai
kondisi lingkungannya.

5
1.3 Gambaran Umum Wilayah

1.3.1 Administrasi

Secara geografis, Kabupaten Kediri terletak di sebelah selatan Kota Surabaya,


yang terhampar pada posisi antara 111° 47’ 05“ – 112° 18’ 20“ Bujur Timur dan 7° 36’
12“ – 8° 0’ 32“ Lintang Selatan. Kabupaten Kediri memiliki luas wilayah sebesar
1.386,05 km² atau 138.605 Ha yang terbagi menjadi 26 kecamatan, 344 Desa/
Kelurahan, 2.812 Rukun Warga (RW), dan 9.265 Rukun Tetangga (RT).

Berdasarkan struktur tata ruang wilayah yang telah ditetapkan pada Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 – 2031, kebijakan pembagian
wilayah pembangunan di Jawa Timur menempatkan Kabupaten Kediri sebagai salah
satu Wilayah Pengembangan (WP) di Jawa Timur, yaitu Wilayah Pengembangan (WP)
Kediri dan sekitarnya yang meliputi Kabupaten Kediri, Kabupaten Tulungagung,
Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Nganjuk dan Kota Kediri dengan pusat pelayanan
di Kota Kediri. Adapun batas-batas administratif wilayah Kabupaten Kediri sebagai
berikut:

• Sebelah Utara : Kabupaten Jombang dan Kabupaten Nganjuk,


• Sebelah Timur : Kabupaten Malang dan Kabupaten Jombang,
• Sebelah Selatan : Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Blitar,
• Sebelah Barat : Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Tulungagung.

1
Kabupaten Kediri memiliki luas wilayah sebesar 1.386,05 km² atau 138.605
Ha yang terbagi menjadi 26 kecamatan, 344 Desa/ Kelurahan, 2.812 Rukun Warga
(RW), dan 9.265 Rukun Tetangga (RT). Sebelum tahun 2004 Kabupaten Kediri terbagi
menjadi 23 kecamatan. Berdasarkan Perda Nomor 19 Tahun 2004 dibentuk tiga
kecamatan baru yang merupakan pemekaran dari tiga kecamatan, yaitu; Kecamatan
Kayen Kidul, pemekaran dari Kecamatan Pagu; Kecamatan Badas dari Kecamatan
Pare; Kecamatan Ngasem, pemekaran dari Kecamatan Gampengrejo.

1.3.2 Topografi

Kabupaten Kediri dengan luas mencapai 1.386,05 km² memiliki topografi


wilayah yang beragam dengan rata-rata ketinggian 500-800 dpl. Wilayah bagian Utara-
Selatan merupakan dataran rendah dengan ketinggian 500-800 dpl. Kecenderungan
kondisi topografi bergelombang dan berbukit berada pada bagian Barat dan Timur
yaitu hingga mencapai 2.500 dpl. Berdasarkan topografinya Kabupaten Kediri dibagi
menjadi 4 (empat) golongan dari luas wilayah, yaitu ketinggian di atas 500-600 m dpl
membentang seluas 32,45%, ketinggian di atas 600- 900 m dpl membentang seluas
53,83%, ketinggian di atas 1.000-2.000 m dpl membentang seluas 9,98%, ketinggian
di atas 2.000 meter dpl membentang seluas 3,73%.

2
1.3.3 Tanah

Ditinjau dari jenis tanahnya, kabupaten kediri dapat dibagi menjadi 4 (empat)
golongan yaitu:

1. Andosol

Andosol merupakan jenis tanah mineral yang berasal dari batuan induk abu
atau tuff vulkanik, memiliki warna coklat kelabu hingga kehitaman. Jenis tanah ini
merupakan jenis tanah yang paling banyak di Kabupaten Kediri dimana banyak
dijumpai pada beberapa kecamatan diantaranya Kecamatan Kandungan dan
Kecamatan Semen, karena memiliki ketinggian diatas 1.000 mdpl yang memiliki
kelembapan tinggi dan banyak terdapat kandungan organik yang tinggi. Biasanya pada
tanah andosol memiliki tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur
bersifat licin agak berminyak, dan peka terhadap erosi.

2. Mediteran

Jenis Tanah Mediteran pada Kabupaten Kediri terdapat di sebagian Kecamatan


Mojo, Semen, Banyakan, Tarokan, dan Grogol. Jenis tanah ini cukup sedikit di
Kabupaten Kediri karena mempunyai tekstur geluh hingga lempung, struktur yang
menggumpal. Jenis tanah ini memiliki pH netral hingga agak basa dan peka terhadap
erosi namun memiliki persebaran di daerah yang berjenis subhumid (lahan kering).

3
3. Regosol

Jenis Tanah Regosol sangat jarang dijumpai di Kabupaten Kediri karena rata-
rata tanah pada Kabupaten Kediri sudah mengalami perkembangan profil, sedangkan
pada jenis ini masih sangat muda dan belum mengalami diferensiasi horizon. Jenis
tanah regosol ini terdapat di paling ujung timur tepatnya dekat dengan Gunung Kelud.
jenis tanah regosol memiliki tekstur pasir, struktur berbutir tunggal, dan memiliki pH
netral.

4. Tanah Aluvial

Jenis tanah Aluvial berada di arah Utara hingga Selatan Kabupaten Kediri.
jenis tanah ini masih muda dan belum mengalami perkembangan. Tanah Aluvial
berasal bahan induk alluvium dan memiliki tekstur yang beraneka. Pada Tanah aluvial
memiliki tingkat kesuburan dari sedang hingga tinggi.

1.3.4 Geologi

Berdasarkan peta geologi Kabupaten Kediri tersusun atas 13 jenis bentuk


lahan. Berdasarkan jenis lahannya paling banyak adalah jenis aluvial, batuan gunung
tua Kelud, Batuan Gunung tua Anjasmoro, serta endapan lahar. Umumnya dataran-
dataran yang ada di Kabupaten Kediri dibentuk oleh lahar, yaitu percampuran antara
bahan piroklastik dengan air, sehingga hal ini menyiratkan bahwa sebagian wilayah
Kabupaten Kediri terbentuk oleh endapan lahar yang berasal dari Gunung Kelud.
Nyatanya sampai saat ini Gunung Kelud masih aktif dan tidak menutup kemungkinan

4
adanya ancaman lahar. secara geologi karakteristik Kabupaten Kediri dibagi menjadi
tiga bagian yaitu

● Bagian Barat Sungai Brantas, merupakan perbukitan lereng Gunung Wilis dan Gunung
Klotok yang memiliki daerah kurang subur
● Bagian Tengah, merupakan dataran rendah yang sangat subur, melintas aliran Sungai
Brantas dari Selatan hingga ke Utara yang membelah wilayah Kabupaten Kediri
● Bagian Timur Sungai Brantas, merupakan perbukitan kurang subur yang membentang
dari Gunung Anjasmoro di bagian Utara dan Gunung Kelud di bagian Selatan

1.3.5 Klimatologi

Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan iklim, geografi dan
perputaran arus udara. Wilayah Kabupaten Kediri sendiri memiliki suhu udara rata-rata
sekitar 25-30o celcius dengan kelembaban udara 85,5%. Jika dilihat pada Peta Curah
Hujan Kabupaten Kediri memiliki tiga klasifikasi yaitu Rendah, Sedang, dan Tinggi
yang memiliki nilai curah hujan yang berbeda-beda. Hampir 70% wilayah Kabupaten
Kediri memiliki curah hujan 3000-3500 mm/tahun atau dapat golongkan pada
klasifikasi Tinggi tepatnya pada wilayah barat, utara, dan sebagian wilayah selatan.
Sedangkan di wilayah Timur memiliki dua jenis klasifikasi curah hujan yaitu Rendah
dan Sedang, pada kecamatan Kandangan, Kepung, dan Puncu memiliki curah hujan
yang sedang yaitu sekitar 2000-2500 mm/tahun. Dan pada kondisi curah hujan rendah
terdapat di Kecamatan Ngancar dan Plososklaten dengan rata-rata curah hujan 1500-
2000 mm/tahun.

5
BAB II
METODOLOGI

2.1 Analisis Kemampuan Lahan

Lahan merupakan sumber daya fisik yang penting untuk perencanaan tata guna lahan.
Lahan mempunyai potensi tersendiri untuk berbagai jenis penggunaan. Manusia menggunakan
tanah untuk berbagai keperluan yang didasari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Evaluasi
lahan merupakan proses penilaian potensi suatu lahan untuk penggunaan-penggunaan tertentu.
Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuanya akan menimbulkan kerusakan lahan
dan juga akan menimbulkan masalah kemiskinan serta masalah sosial lainya, bahkan dapat
menghancurkan kebudayaan yang sebelumnya telah berkembang (Widiatmaka, 2007).
Selanjutnya Widiatmaka mengemukakan logika dilakukanya evaluasi lahan, yaitu :

1. Sifat lahan beragam, sehingga perlu dikelompokkan kedalam suatu lahan yang
lebih seragam
2. Keseragaman ini mempengaruhi jenis-jenis penggunaan lahan yang sesuai untuk
masing-masing suatu lahan
3. Keseragaman ini bersifat sistematik sehingga dapat dipetakan
4. Kesesuaian lahan untuk suatu penggunaan tertentu dapat dievaluasi dengan
ketepatan tinggi bila data yang diperlukan untuk evaluasi cukup tersedia dan
berkualitas; dan
5. Pengambil keputusan atau pengguna lahan dapat menggunakan peta kesesuaian
lahan sebagai salah satu dasar untuk mengambil keputusan dalam perencanaan tata
guna lahan

Dalam analisis kali ini, satuan kemampuan lahan terdiri dari beberapa skl yaitu :

2.1.1 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi

Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi adalah memilah bentuk


bentang alam/morfologi pada wilayah dan/atau kawasan perencanaan yang mampu
untuk dikembangkan sesuai dengan fungsinya.

6
2.1.2 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan

Tujuan analisis SKL Kemudahan Dikerjakan adalah untuk mengetahui tingkat


kemudahan lahan di wilayah atau kawasan untuk digali/dimatangkan dalam proses
pembangunan atau pengembangan kawasan.

2.1.3 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng

Tujuan analisis SKL Kestabilan Lereng adalah untuk mengetahui tingkat


kemantapan lereng di wilayah pengembangan dalam menerima beban. Analisis ini
dilakukan dengan menggabungkan data dari peta topografi, peta kelerengan, dan peta
morfologi.

7
2.1.4 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi

Tujuan analisis SKL Kestabilan Pondasi adalah untuk mengetahui tingkat


kemampuan lahan untuk mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan,
serta jenis-jenis pondasi yang sesuai untuk masing-masing tingkatan.

2.1.5 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air

Tujuan analisis SKL Ketersediaan Air adalah untuk mengetahui tingkat


ketersediaan air dan kemampuan penyediaan air pada masing-masing tingkatan, guna
pengembangan kawasan.

8
2.1.6 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Drainase

Tujuan analisis SKL untuk Drainase adalah untuk mengetahui tingkat


kemampuan lahan dalam mengalirkan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan
genangan baik bersifat lokal maupun meluas dapat dihindari.

9
2.1.7 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Erosi

Tujuan analisis SKL Terhadap Erosi adalah untuk mengetahui daerah-daerah


yang mengalami keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan
terhadap erosi serta antisipasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir.

2.1.8 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah

Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan limbah merupakan satuan


untuk mengetahui daerah-daerah yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi
penampungan akhir dan pengolahan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair.

2.1.9 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Bencana Alam

Analisis satuan kemampuan lahan ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi


lahan yang berhubungan dengan kemampuan lahan terhadap kemungkinan terjadinya
bencana alam. Pengenalan secara dini terhadap lahan yang mungkin berpotensi
terjadinya bencana alam akan bermanfaat dalam usaha tindakan bencana alam akan
bermanfaat dalam usaha tindakan antisipasi ataupun menghindari pemanfaatan pada
lahan yang berpotensi bencana alam.

10
2.1.10 Kemampuan Lahan

Analisis kemampuan lahan diharapkan dapat menjadi pedoman penggunaan


lahan secara lebih optimal sesuai dengan harapan. Tujuan analisi ini adalah untuk
mengetahui potensi lahan dan merekomendasikan arahan penggunaan lahan
berdasarkan kondisi kemampuan lahan eksisting pada daerah amatan.

11
2.2 Analisis Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah sistem klasifikasi kecocokan suatu lahan untuk penggunaan
tertentu (FAO, 1976). Untuk mendapatkan arahan kesesuaian lahan , maka dibutuhkan arahan
sebagai berikut:

1. Arahan Tata Ruang Pertanian. Analisis ini berguna untuk mendapatkan arahan
pengembangan pertanian sesuai dengan kesesuaian lahannya.
2. Arahan Rasio Penutupan. Analisis ini berguna untuk mengetahui gambaran
perbandingan daerah yang bisa tertutup oleh bangunan bersifat kedap air dengan
luas lahan keseluruhan beserta kendala fisik pada tiap tingkatan.
3. Arahan Ketinggian Bangunan. Analisis ini berguna untuk mengetahui gambaran
daerah-daerah yang sesuai untuk dikembangkan dengan bangunan berat/tinggi
pada pengembangan kawasan.
4. Arahan Pemanfaatan Air Baku. Analisis ini berguna untuk mengetahui sumber-
sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku dalam perencanaan
tata ruang.
5. Perkiraan Daya Tampung Lahan. Analisis ini berguna untuk mengetahui perkiraan
jumlah penduduk yang bisa ditampung di wilayah atau kawasan, dengan
pengertian masih dalam batas kemampuan lahan.
6. Persyaratan dan Pembatasan Pengembangan. Analisis ini berguna untuk
mengetahui persyaratan dan pembatasan pengembangan pada masing- masing
arahan peruntukan, sesuai dengan potensi dan kendala fisiknya.

12
2.3 Arahan Pola Ruang
Suatu sistem spasial atau keruangan akan diisikan dengan berbagai macam aktivitas
yang dilakukan oleh pengguna keruangan itu sendiri. Pengguna yang dimaksudkan merupakan
suatu sistem yang akan memberikan timbal balik antar sesamanya. Kehidupan yang saling
bersinggungan dan beriringan satu dengan yang lainnya akan membutuhkan ruang untuk
melakukan aktivitasnya dan akan membawa sebuah ekosistem atau yang sering disebut dengan
komunitas pada masing-masing pelakunya. Oleh sebab itu, penataan keruangan perlu dilakukan
guna menjadikan ruang dan komunitas yang hidup di dalamnya lebih bisa berlanjut dan saling
berdampingan.

Penataan ruang atau yang lebih dikenal dengan perencanaan tata ruang memiliki kaitan
erat dengan penggunaan lahan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di dalamnya. Di
Indonesia, penataan ruang memiliki peranan yang sangat penting dalam konsep pengembangan
wilayah kota. Pada tahun 1970-an, muncullah suatu konsep baru dalam perencanaan tata ruang
guna menunjang pengembangan wilayah kota. Hal ini dikemukakan oleh Sutami bahwa
peningkatan volume pembangunan infrastruktur wilayah yang insentif akan mempercepat
terjadinya pengembangan wilayah kota. Pada era yang sama, Poernomosidhi menambahkan
hirarki prasarana jalan akan berkontribusi besar pada konsep hirarki kota-kota yang dilihat
dalam orde kota. Pada era 1980-an, memperkenalkan konsep pola ruang dan struktur ruang
serta mengarahkan konsep pengembangan wilayah kota sebagai dasar untuk mewujudkan
integrasi NKRI.

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 62 Tahun 2011 menjelaskan ruang adalah wadah
yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai
satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup lain, melakukan kegiatan dan
memelihara kelangsungan hidupnya. Di dalam tata ruang terdapat struktur ruang dan pola
ruang. Secara singkat, struktur ruang adalah suatu susunan yang berhirarkis dan memiliki
hubungan fungsional berdasarkan pusat-pusat permukiman dan kegiatan, serta pendukung
kegiatannya yang berupa sistem jaringan sarana dan prasarana. Sedangkan pola ruang adalah
distribusi keruangan yang terdiri atas peruntukan fungsi lindung serta peruntukan fungsi
budidaya di suatu wilayah. Muatan sistem keruangan tersebut lebih lanjutnya akan melakukan
tahap penataan ruang yang meliputi proses perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian.

Penataan ruang dengan proses perencanaan tata ruang merupakan suatu proses yang
akan menghasilkan suatu dokumen yang bernama Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Di
dalam dokumen tersebut akan termuat rencana pola ruang serta rencana struktur ruang
wilayahnya. Sedangkan proses pemanfaatan tata ruang adalah wujud operasional dari proses
perencanaan tata ruang. Pada proses ini akan lebih menekankan kepada kondisi eksisting
lapangan. Proses yang terakhir yaitu adalah proses pengendalian tata ruang yang didefinisikan
sebagai mekanisme perizinan dan penertiban akan suatu ruang sesuai dengan esensi yang
terdapat pada dokumen RTRW.

Peran yang sangat penting pada proses penataan ruang adalah terletak pada
perencanaan tata ruangnya sebelum akan menghasilkan dokumen tata ruang wilayah atau yang
disebut dengan RTRW. Pada proses perencanaan tata ruang inilah akan melewati beberapa
kajian-kajian analitik dan sistematik guna mengetahui kondisi tata ruang setempat. Setidaknya
terdapat tiga ruang lingkup yang ada di proses paling awal di penataan ruang ini, yaitu :
kebutuhan lahan, daya dukung lahan, dan kesesuaian lahan. Ketiga hal tersebut akan
teraplikasikan pada dokumen RTRW. Oleh sebab itu, bagian yang ada di RTRW yang disebut
dengan pola ruang akan membawa tiga ruang lingkup di atas guna mengetahui arahan yang
akan diberikan terhadap suatu wilayah tertentu.

13
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Analisis Kemampuan Lahan

3.1.1 Peta Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi

Dari peta yang dihasilkan dapat diketahui informasi sebagai berikut :

● Warna disamping menunjukan kelas rendah, dimana


kemiringan lereng pada area tersebut sekitar lebih dari 40% dengan
morfologi klasifikasi pegunungan/perbukitan/sangat terjal

● Warna disamping menunjukan kelas kurang, dimana


kemiringan lereng pada area tersebut sekitar 15-40% dengan
morfologi klasifikasi pegunungan/perbukitan terjal

● Warna disamping menunjukan kelas cukup, dimana


kemiringan lereng pada area tersebut sekitar 2-5% dengan morfologi
klasifikasi landai

14
● Warna disamping menunjukan kelas sedang, dimana
kemiringan lereng pada area tersebut sekitar 6-15% dengan morfologi
klasifikasi perbukitan sedang

● Warna disamping menunjukan kelas tinggi, dimana


kemiringan lereng pada area tersebut sekitar 0-2% dengan morfologi
klasifikasi datar

3.1.2 Peta Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan

Dari peta yang dihasilkan dapat diketahui informasi sebagai berikut :

• Wrana disamping menunjukan kelas sangat rendah, dimana morfologi bergunung,


topografi >3000 m, geologi Granit, Andesit, Metamorf, Breksi Vulkanik, Konglomerat
(Batuan beku & Metamorf). tanah Mediteran dan pkl eksisting Tegalan, Tanah Kosong.

• Warna disamping menunjukan kelas rendah, dimana morfologi berbukit, Berelombang.


topografi 1500-3000 m, geologi Batupasir, Batulanau, Gamping. tanah Latosol dan pkl
eksisting Hutan

15
• Warna disamping menunjukan kelas sedang, dimana morfologi berombak.
topografi 500-1500 m. geologi Batupasir halus, Tuff. tanah Andosol dan pkl eksisting Semak
Belukar

• Warna disamping menunjukan kelas tinggi, dimana morfologi Landai. topografi 200-
500 m. geologi Pasir, Lanau. tanah Regosol dan pkl eksisting Sawah, Perkebunan

3.1.3 Peta Kesatuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng

Dari peta yang dihasilkan dapat diketahui informasi sebagai berikut :

● Warna disamping menunjukan kelas rendah, dimana klasifikasi


morfologi berupa bergunung. elevasi >3000m. geologi lempung,
lumpur dan gambut. Tanah berjenis gambut organosol. pl eksisting
berupa tegalan, tanah kosong. curah hujan mencapai >3000 mm/tahun.
gempa bumi, tanah longsor dan erupsi gunung api dengan klasifikasi
yang tinggi

● Warna disamping menunjukan kelas kurang, dimana


klasifikasi morfologi berupa berbukit bergelombang. elevasi 1500-

16
3000m. geologi batu pasir halus, tuff dan pasir. Tanah berjenis podsol.
pl eksisting berupa hutan. curah hujan mencapai 2500-3000 mm/tahun.
gempa bumi, tanah longsor dan erupsi gunung api dengan klasifikasi
yang sedang.

17
● Warna disamping menunjukan kelas sedang, dimana
klasifikasi morfologi berupa berombak. elevasi 500-1500m. geologi
batu pasir, batulanau dan gamping. Tanah berjenis mediteren. pl
eksisting berupa semak belukar. curah hujan mencapai 2000-2500
mm/tahun. gempa bumi, tanah longsor dan erupsi gunung api dengan
klasifikasi yang rendah

● Warna disamping menunjukan kelas tinggi, dimana klasifikasi


morfologi berupa datar. elevasi >200m. geologi granit, adsesit,
metamor dll. Tanah berjenis regosol, latosol. pl eksisting berupa
permukiman. curah hujan mencapai 1000-2000 mm/tahun. gempa
bumi, tanah longsor dan erupsi gunung api dengan klasifikasi yang
aman.

3.1.4 Peta Kesatuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi

18
Dari peta yang dihasilkan dapat diketahui informasi sebagai berikut :

● Peta kestabilan pondasi pada kabupaten kediri hanya memiliki


satu kelas yaitu rendah. Topografi seitar >3000m, geologi lempung
lumpur dan gambut. tanah berjenis alluvial, pkl eksisting berupa tegalan
dan tanah kosong.

3.1.5 Peta Kesatuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air

Dari peta yang dihasilkan dapat diketahui informasi sebagai berikut :

● Warna disamping menunjukan kelas sangat rendah, dimana


klasifikasi morfologi bergunung. geologi lempung, lumpur dan gambut.
Tanah berjenis latosol. dan curah hujan mencapai 1000-2000 mm/tahun.

● Warna disamping menunjukan kelas rendah, dimana klasifikasi


morfologi berbukit bergelombang. geologi Pasir, Lanau, Batupasir
halus, Tuff. Tanah berjenis alluvial. dan curah hujan mencapai 2000-
2500 mm/tahun.

19
● Warna disamping menunjukan kelas sedang, dimana klasifikasi
morfologi berbukit Berombak. geologi Batupasir, Batulanau, Gamping.
Tanah berjenis Mediteran. dan curah hujan mencapai 2500-3000
mm/tahun.

● Warna disamping menunjukan kelas tinggi, dimana klasifikasi


morfologi Landai,. geologi Granit, Andesit, Metamorf, Breksi Vulkanik,
Konglomerat (Batuan beku & Metamorf). Tanah berjenisRegosol. dan
curah hujan mencapai>3000 mm/tahun mm/tahun.

3.1.6 Peta Kesatuan Kemampuan Lahan (SKL) Drainase

Dari peta yang dihasilkan dapat diketahui informasi sebagai berikut :

● Warna disamping menunjukan kelas kurang, dimana klasifikasi


morfologi datar. topografi >200 m. Tanah berjenis Grumusol,
Organosol, Alluvial. PL eksisting Permukiman. curah hujan mencapai
>3000 mm/tahun dan Kerapatan Aliran <0,25 (m/km2)

20
● Warna disamping menunjukan kelas cukup, dimana klasifikasi
morfologi Landai. topografi 200-500 m. Tanah berjenis Podsol, Gleisol.
PL eksisting Tegalan, Tanah Kosong. curah hujan mencapai 2500-3000
mm/tahun dan Kerapatan Aliran 0,25-1 (m/km2)

● Warna disamping menunjukan kelas tinggi, dimana klasifikasi


morfologi Berombak. topografi 500-1500 m. Tanah berjenis Mediteran,
Andosol. PL eksisting Sawah, Perkebunan. curah hujan mencapai 2000-
2500 mm/tahun dan Kerapatan Aliran 1-5 (m/km2)

3.1.7 Peta Kesatuan Kemampuan Lahan (SKL) Erosi

Dari peta yang dihasilkan dapat diketahui informasi sebagai berikut :

● Warna disamping menunjukan kelas Tidak ada erosi, dimana


Tanah berjenis Alluvial dan PL eksisting Permukiman

● Warna disamping menunjukan kelas Sangat Rendah, dimana


Tanah berjenis Latosol, curah hujan >3000 mm/tahun dan PL eksisting
Sawah, Perkebunan

21
● Warna disamping menunjukan kelas sedang, dimana Tanah
berjenis Mediteran, curah hujan 2500-3000 mm/tahun dan PL eksisting
Hutan

● Warna disamping menunjukan kelas cukup tinggi, dimana


Tanah berjenis Andosol, curah hujan >2000-2500 mm/tahun dan PL
eksisting Tegalan, Tanah Kosong

● Warna disamping menunjukan kelas tinggi, dimana Tanah


berjenis Regosol, curah hujan 1000-2000 mm/tahun dan PL eksisting
Semak Belukar

3.1.8 Peta Kesatuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah

Dari peta yang dihasilkan dapat diketahui informasi sebagai berikut :

● Warna disamping menunjukan kelas rendah, dimana klasifikasi


morfologinya adalah Bergunung dan Berbukit, Berelombang. Topografi
>3000 m dan 1500-3000 m, Tanah berjenis Regosol dan Andosol . Curah

22
hujan >3000 mm/tahun dan 2500-3000 mm/tahun dan PL eksisting
Permukiman dan Sawah, Perkebunan.

● Warna disamping menunjukan kelas sedang, dimana klasifikasi


morfologinya adalah Berombak dan Berombak. Topografi 500-1500 m
dan 200-500 m, Tanah berjenis Latosol . Curah hujan >3000 mm/tahun
dan 2500-3000 mm/tahun dan PL eksisting Tegalan, Tanah Kosong dan
Hutan

3.1.9 Peta Kesatuan Kemampuan Lahan (SKL) Bencana Alam

Dari peta yang dihasilkan dapat diketahui informasi sebagai berikut :

● Warna disamping menunjukan kelas sedang, berarti


kerentanan bencana tanah longsor, gempa bumi, erupsi gunung api dan
banjir pada wilayah tersebut sedang

● Warna disamping menunjukan kelas tinggi, berarti kerentanan


bencana tanah longsor, gempa bumi, erupsi gunung api dan banjir pada
wilayah tersebut tinggi

23
3.1.10 Peta Kemampuan Lahan

Dari peta yang dihasilkan dapat diketahui informasi sebagai berikut :

● Warna disamping menunjukan area Kelas Kemampuan


Pengembangan Rendah pada Kabupaten Kediri

● Warna disamping menunjukan area Kelas Kemampuan


Pengembangan Sangat Rendah pada Kabupaten Kediri

● Warna disamping menunjukan area Kelas Kemampuan


Pengembangan Sedang pada Kabupaten Kediri

● Warna disamping menunjukan area Kelas Kemampuan


Pengembangan Tinggi pada Kabupaten Kediri

24
3.2 Hasil Analisis Kesesuaian Lahan

A. Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Dari peta yang dihasilkan, bisa diketahui informasi sebagai berikut:

• Warna Orange Gelap artinya: di Kabupaten Kediri terdapat Lahan


terbangun dengan ketinggian bangunan <4 lantai. Seperti lahan terbangun
rumah, kantor, sekolah, asrama, dll.

• Warna Orange muda mendekati putih artinya: di Kabupaten Kediri


terdapat Lahan tidak terbangun, di daerah tersebut merupakan lahan kososng, rth,
vegetasi, atau yang lainnya.

• Tidak terdapat bangunan yang melebihi (>) 4 lantai karena Kabupaten Kediri
bukan sebuah perkotaan yang banyak terdapat Gedung tinggi dan di daerah
Kabupaten yang tidak padat penduduk seperti di perkotaan. Seperti di daerah
Pare, lahan terbangun asrama, kosan, maupun tempat kursusnya kebanyakan 1-
2 lantai saja dan bangunannya melebar bukan meninggi.

25
Analisis arahan ketinggian bangunan dimaksudkan untuk mengetahui
gambaran daerah- daerah yang sesuai untuk dikembangkan dengan bangunan
berat/tinggi pada pengembangan Kawasan. Berdasarkan hasil analisis diatas maka
diketahui bahwa sebagian besar wilayah di kabupaten Kediri merupakan kawasan
terbangun dengan rata-rata bangunan <4 lantai yang dimana baik diperuntukan untuk
adanya pembangunan diatas kawasan tersebut.

Dari peta yang dihasilkan, bisa diketahui informasi sebagai berikut:

• Warna Krem muda atau coklat paling muda artinya: daerah di


Kabupaten Kediri mempunyai lahan dengan Kawasan pertanian yang klas arahan
pertaniannya sebagai Kawasan Lindung.

• Warna Coklat kehijauan artinya: daerah di Kabupaten Kediri


mempunyai lahan dengan Kawasan pertanian yang klas arahan pertaniannya
sebagai Kawasan Penyangga.

• Warna Coklat gelap artinya: daerah di Kabupaten Kediri mempunyai


lahan dengan Kawasan pertanian yang klas arahan pertaniannya sebagai
Tanaman Setahun.

26
• Warna Coklat terang artinya: daerah di Kabupaten Kediri mempunyai
lahan dengan Kawasan Pertanian yang klas arahan pertaniannya sebagai
Tanaman Tahunan.

Analisis arahan pertanian dimaksudkan untuk mengetahui gambaran daerah-


daerah yang sesuai untuk dikembangkan dengan lahan pertanian pada pengembangan
Kawasan. Berdasarkan hasil analisis diatas maka diketahui bahwa Sebagian besar
wilayah di Kabupaten Kediri merupakan Kawasan Setahun atau pertanian yang jenis
tanamannya bisa diambil hasilnya dalam beberapa bulan atau dalam rentan waktu
setahun.

Dari peta yang dihasilkan, bisa diketahui informasi sebagai berikut:

• Warna Biru artinya: di Kabupaten Kediri mempunyai arahan


pemanfaatan air bakunya Baik.

• Warna Hijau artinya: di Kabupaten Kediri mempunyai arahan


pemanfaatan air bakunya Cukup,

27
• Warna Orange artinya: di Kabupaten Kediri mempunyai arahan
pemanfaatan air bakunya Rendah.

• Warna Merah artinya: di Kabupaten Kediri mempunyai arahan


pemanfaatn air bakunya Sangat Rendah.

Analisis arahan pemanfaatan air baku dimaksudkan untuk mengetahui sumber-


sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku dalam perencanaan tata
ruang. Data yang diperlukan untuk melakukan analisis ini adalah diantaranya Peta SKL
Ketersediaan Air dan Penggunaan Lahan saat ini. Berdasarkan hasil analisis arahan
pemanfaatan air baku untuk seluruh kecamatan di kabupaten Kediri maka diketahui
pemanfaatan air baku untuk kabupaten Kediri rata-rata masuk dalam kelas arahan
pemanfaatan air baku yang baik.

B. Analisis Kesesuaian Lahan Perkiraan Daya Tampung

Dari peta yang dihasilkan, bisa diketahui informasi sebagai berikut:

28
• Warna Hijau artinya: di Kabupaten Kediri mempunyai arahan rasio
penutupan lahannya Non Terbangun atau tidak terbangun, contohnya seperti lahan
pertanian atau perkebunan, lahan kosong, rth, dll.

• Warna Putih artinya: di Kabupaten Kediri mempunyai arahan rasio


penutupan lahannya maksimal sebesar 10%.

• Warna Coklat terang artinya: di Kabupaten Kediri mempunyai arahan


raso penutupan lahannya maksimal sebesar 20%.

• Warna Krem artinya: di Kabupaten Kediri mempunyai arahan rasio


penutupan lahannya maksimal sebesar 30%.

Berdasarkan hasil analisis rasio penutupan lahan untuk keseluruhan kecamatan


di kabupaten Kediri, maka diketahui bahwa rasio tutupan lahan pada kabupaten Kediri
sangat kompleks dimana terdapat klasifikasi rasio tutupan lahan 10 – 50 % dengan
luasan yang berbeda-beda. Adapun diketahui terdapat ketidaksesuain tutupan lahan
pada kabupaten Kediri yakni pada rasio tutupan lahan 30% yang telah melebihi standar
hamper 50% dari daerahnya.

29
Dari peta yang dihasilkan, bisa diketahui informasi sebagai berikut:

• Warna Biru artinya: di Kabupaten Kediri mempunyai kesesuaian lahan


perkiraan daya tampungnya memuat <100.000 jiwa.

• Warna Hijau artinya: di Kabupaten Kediri mempunyai kesesuaian


lahan perkiraan daya tampungnya memuat 100.000 – 200.000 jiwa.

• Warna Kuning artinya: di Kabupaten Kediri mempunyai kesesuaian


lahan perkiraan daya tampungnya memuat 200.000 – 400.000 jiwa.

• Warna Orange artinya: di Kabupaten Kediri mempunyai kesesuaian


lahan perkiraan daya tampungnya memuat 400.000 – 800.000 jiwa.

• Warna Merah artinya: di Kabupaten Kediri mempunyai kesesuaian


lahan perkiraan daya tampungnya memuat >800.000 jiwa.

Daya tampung kawasan sangat berkaitan dengan alokasi penggunaan lahan


perumukiman yaitu dengan mempertimbangkan kondisi eksisting persebaran kawasan
permukiman dan juga arahan peran kawasan tersebut dalam rencana struktur kota.
Analisis ini berguna untuk mengetahui perkiraan jumlah penduduk yang bisa
ditampung di wilayah atau kawasan,dengan pengertian masih dalam batas kemampuan
lahan. Bisa dilihat dari petanya bahwa persebaran penduduknya paling banyak mampu
menampung sekitar 400.000 - >800.000 jiwa berada pada tengah daerah yang
digambarkan warna Orange dan Merah.

30
C. Analisis Kesesuaian Lahan Pembatasan Persyaratan Pengembangan
Perkotaan

Dari peta yang dihasilkan, bisa diketahui informasi sebagai berikut:

• Warna Hijau Gelap pertama artinya: di Kabupaten Kediri terdapat


Drainase yang rendah dengan Kestabilan pondasinya juga rendah.

• Warna Hijau Sedang artinya: di Kabupaten Kediri terdapat Drainase


yang rendah dengan Kemudahan dikerjakannya juga rendah.

• Warna Hijau Musa artinya: di Kabupaten Kediri terdapat Drainase


yang rendah dengan Ketersediaan airnya juga rendah.

• Warna Hijau sedikit Kuning artinya: di Kabupaten Kediri terdapat


Kestabilan pondasi yang rendah dengan Morfologi nya juga rendah.

• Warna Kuning artinya: di Kabupaten Kediri terdapat Kestabilan


pondasi rendah dengan Pembuangan limbah rendah.

31
• Warna Kuning sedikit Gelap artinya: di Kabupaten Kediri terdapat
Ketersediaan erosi rendah dengan Kemudahan dikerjakannya juga rendah.

• Warna Orange muda artinya: di Kabupaten Kediri terdapat Erosinya


rendah, dengan tingkat Drainase nya juga rendah.

• Warna Orange sedang artinya: di Kabupaten Kediri terdapat Erosi


rendah dengan tingkat Ketersediaan airnya juga rendah.

• Warna Orange gelap artinya: di Kabupaten Kediri terdapat Erosi


rendah dengan tingkat Kestabilan lerengnya rendah.

• Warna Merah artinya: di Kabupaten Kediri terdapat Erosi Rendah


dengan tingkat Pembuangan limbahnya juga rendah.

Persyaratan dan Pembatasan Pengembangan. Analisis ini berguna untuk


mengetahui persyaratan dan pembatasan pengembangan pada masing- masing arahan
peruntukan, sesuai dengan potensi dan kendala fisiknya. Dari peta yang dihasilkan bisa
dilihat bahwa Sebagian besar Kabupaten Kediri mempunyai tingkat Drainase yang
rendah dengan Kestabilan pondasinya juga rendah, digamabarkan dengan Sebagian
besar berwarna Hijau Gelap, contohnya berda pada lahan permukiman yang banyak
penduduk dan perpaduan sebagiannya ditunjukkan warna Merah yang menunjukkan
Tingkat Erosinya Rendah dengan tingkat pembuangan limbahnya juga rendah,
contohnya di lahan kosong atau pertanian, perkebunan yang jarang ada permukiman
atau penduduk.

D. Faktor Pembatas Pengembangan Perkotaan

Terdapat faktor pembatas pengembangan perkotaan di Kabupaten Kediri


menurut hasil peta kesesuaian lahannya, sebagai berikut:

a) Sebagaian besar daerahnya memiliki Tingkat Drainase yang rendah dengan


Kestabilan pondasinya juga rendah. Hal ini akan berdampak sangat
membahayakan bagi lahan daerahnya, karena belum menjadi Perkotaan saja di
Kabupaten Kediri sudah memiliki rawan banjir yang tinggi karena faktor tersebut.
Jika dijadikan perkotaan maka tingkat bencananya akan semakin tinggi, padahal
harusnya perkotaan mempunya fasilitas sarana dan prasarana yang mewadahi dan
tingkatnya juga semakin bagus bukan semakin memperburuk daerah tersebut.

32
b) Terlihat juga di peta Perkiraan Daya Tampungnya Sebagian besar daerahnya
mampu menampung sekitar 400.000 - >800.000 jiwa, sedangkan pada 2019
Kabupaten Kediri sudah mempunyai penduduk sebanyak ±1.561.000 jiwa
melebihi perkiraan daya tampungnya. Jika Kabupaten Kediri dijadikan Perkotaan,
untuk lahan dan sarana prasarananya belum siap untuk menampung lonjakan
pendudukan yang akan terjadi

Dari deskripsi menurut hasil peta yang sudah dihasilkan, bisa disimpulkan
bahwa Kabupaten Kediri Tidak Direkomendasikan menjadi lahan atau daerah
perkotaan karena faktor-faktor yang sudah dijelaskan diatas.

33
3.3 Arahan Pola Ruang Kabupaten Kediri

Sesuai dengan ruang lingkup pada proses perencanaan tata guna lahan di
penataan ruang, maka Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur memiliki arahan pola
ruang yang didasarkan pada tiga ruang lingkupnya, yaitu: analisis kebutuhan lahan,
analisis daya dukung lahan, serta analisis kesesuaian lahan. Pada aplikasinya di pola
ruang wilayah Kabupaten Kediri berdasarkan tiga elemen di atas, maka dapat diketahui
bahwa Kabupaten Kediri memiliki 2 klasifikasi arahan pola ruangnya. Klasifikasi
arahan pola ruang Kabupaten Kediri tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kawasan Lindung

Berdasarkan Perda Kabupaten Kediri No. 14 Tahun 2014 tentang Rencana


Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kediri Tahun 2010-2030, kawasan lindung
diidentifikasikan sebagai wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam
dan sumber daya buatan. Oleh karena itu, keberadaan kawasan lindung di
Kabupaten Kediri merupakan suatu kawasan yang digunakan untuk proses
keberlanjutan makhluk hidup di wilayah tersebut.

2. Kawasan Budidaya

Berbeda dengan kawasan lindung, kawasan budidaya merupakan wilayah yang


digunakan untuk suatu budidaya berdasarkan kondisi potensi kewilayahannya
yang cakupannya dapat berupa sumber daya alam, sumber daya manusia,
hingga sumber daya buatannya. Kawasan budidaya tersebut merupakan
kawasan penunjang aktivitas kehidupan yang ada di wilayah tersebut.

Klasifikasi-klasifikasi di atas menggambarkan bahwa Kabupaten Kediri


memiliki kawasan-kawasan tertentu berdasarkan fungsi kawasan yang ada. Untuk
mengetahui arahan pola ruang wilayah yang ada di Kabupaten Kediri selain dilihat
melalui Peta Rencana Pola Ruang yang tersedia di RTRW Kabupaten Kediri, pada
analisis ini juga menggunakan metode yang sama dalam hal rekomendasi atau arahan
pola ruang. Arahan pola ruang tersebut dapat diketahui berdasarkan kondisi kebutuhan
lahan, daya dukung lahan, serta kesesuaian lahan terkini yang ada di Kabupaten Kediri.
Analisis arahan pola ruang yang lebih spesifik ini dapat dilihat melalui gambar berikut:

34
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui klasifikasi arahan pola ruang
Kabupaten Kediri secara detail memiliki 11 klasifikasi. Klasifikasi tersebut tersebar ke
seluruh unit spasial yang ada di Kabupaten Kediri. Sebagai contoh, kawasan
peruntukkan pemerintahan dan perkantoran berada pada sisi tengah di Kabupaten
Kediri sesuai dengan jalan kolektor yang melintasi dari sisi selatan hingga sisi utara
Kabupaten Kediri. Sementara itu, kawasan pertambangan yang ada di Kabupaten
Kediri berada pada sisi sebelah tenggara dan berbatasan langsung dengan Kota Blitar
yang juga berada di sisi sebelah tenggara Kabupaten Kediri.

Berdasarkan luas area di setiap kawasan yang ada di peta arahan di atas, dapat
dilihat melalui tabel di bawah ini.

Luas Lahan
No Arahan Pola Ruang
(dalam km2)
1 Badan Air 0,17
2 Kawasan Industri 30,32
3 Kawasan Lindung 32,73

35
Luas Lahan
No Arahan Pola Ruang
(dalam km2)
4 Kawasan Pariwisata 52,43
5 Kawasan Pemerintahan dan Perkantoran 166,56
6 Kawasan Perdagangan dan Jasa 459,95
7 Kawasan Perkebunan 0,08
8 Kawasan Permukiman 363,24
9 Kawasan Pertambangan 206,95
10 Kawasan Pertanian 145,69
11 Kawasan Transportasi 65,87
Jumlah 1.524,02

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai luasan masing-masing kawasan dalam


arahan pola ruang Kabupaten Kediri berbeda-beda. Kawasan badan air merupakan
kawasan yang digunakan untuk fungsi aliran air, dapat berupa sungai, danau, dan
waduk. Kawasan lindung merupakan kawasan peruntukkan fungsi kelestarian
lingkungan di Kabupaten Kediri dengan total luasnya yaitu sebesar 32,73 km 2. Luas
kawasan arahan peruntukkan ruang yang paling rendah merupakan kawasan
perkebunan yang difungsikan sebagai budidaya hasil kebun dengan total luas sebesar
0,08 km2. Sedangkan kawasan yang mendominasi di Kabupaten Kediri merupakan
kawasan peruntukkan perdagangan dan jasa. Kawasan tersebut memiliki total luas
sebesar 45,95 km2 dengan fungsinya yaitu pada penyediaan perdagangan dan jasa
perusahaan, seperti pertokoan, hotel, dan pasar.

a. Kawasan Lindung di Kabupaten Kediri sesuai Arahan Pola Ruang


Kabupaten Kediri

Klasifikasi berdasarkan fungsi kawasan sesuai dengan arahan


pola ruang Kabupaten Kediri yang pertama adalah klasifikasi kawasan
lindung. Klasifikasi kawasan lindung yang dapat dilihat pada tabel di
atas dapat diketahui berdasarkan penamaannya. Kawasan lindung
tersebut meliputi badan air, serta kawasan lindung.

36
Gambar di atas menunjukkan bahwa perbandingan luas badan
air dengan luas kawasan lindung untuk seluruh arahan pola ruang
kawasan lindung Kabupaten Kediri sangat timpang. Badan air hanya
1% daripada luas keseluruhan peruntukkan kawasan lindungnya.
Sedangkan kawasan lindung yang meliputi hutan dan ruang hijau
lainnya sebesar 99% dari luas kawasan lindung seluruhnya.

b. Kawasan Budidaya di Kabupaten Kediri sesuai Arahan Pola Ruang


Kabupaten Kediri

Selain kawasan lindung, terdapat juga kawasan budidaya


dalam arahan pola ruang Kabupaten Kediri. Klasifikasi kelas kawasan
budidaya di antaranya kawasan industri, kawasan permukiman, serta
kawasan perdagangan dan jasa.

37
Pada gambar di atas, dapat diketahui bahwa 31% dari luas total
arahan pola ruang Kabupaten Kediri untuk kawasan budidaya
diperuntukkan untuk kawasan perdagangan dan jasa. Selain sebagai
potensi spasialnya, perdagangan dan jasa dimungkinkan sebagai sektor
unggulan perekonomian di Kabupaten Kediri. 2% terkecil luasan total
dari arahan pola ruang Kabupaten Kediri untuk kawasan budidaya
diperuntukkan untuk kawasan perkebunan. Kawasan perkebunan juga
menjadi kawasan peruntukan dengan luas total paling kecil di antara
seluruh klasifikasi di arahan pola ruang Kabupaten Kediri.

Jika menggunakan komparatif antara kawasan lindung dengan kawasan


budidaya pada arahan pola ruang Kabupaten Kediri berdasarkan luas masing-masing
kawasannya akan menjadi sebagai berikut:

38
Gambar di atas menjelaskan bahwa 2% di antara 98% lainnya digunakan untuk
kawasan budidaya, sisanya diarahkan untuk kawasan lindung di Kabupaten Kediri.
Arahan pola ruang tersebut menandakan bahwa 3,91 km2 di Kabupaten Kediri di
arahkan untuk penggunaan kawasan lindung, dan 1.491,11 km2 luasannya diarahkan
untuk penggunaan kawasan budidaya. Sehingga dapat dimungkinkan bahwa
penggunaan lahan terbangun di Kabupaten Kediri akan mendominasi sebagian besar
wilayahnya.

39
BAB IV
PENUTUP
Berdasarkan analisis-analisis yang telah dilakukan, maka pada Kabupaten Kediri, Provinsi
Jawa Timur memiliki pola pengembangan lahan tinggi mengikuti jalur transportasi dari sisi arah selatan,
hingga sisi arah utara. Selain mengikuti jalur transportasi, rupanya pola pengembangan lahan kelas
tinggi mengikuti aliran sungai yang bernama Kali Brantas. Pola ini menyebabkan adanya arahan
pengembangan ruang yang ada di Kabupaten Kediri memiliki pola yang memanjang.
Selain itu, Kabupaten Kediri yang memiliki maksimal rasio tutupan lahan paling banyak pada
tingkat 20% dan memiliki perkiraan daya tampung sekitar lebih dari 800.000 jiwa membuat kabupaten
ini perlu diperhatikan. Pola keruangan yang ada juga seiring dengan arah pengembangan ruang
wilayahnya yang mengarah pada sisi utara dan selatan wilayah tersebut. Walaupun begitu, faktor
pembatas pengembangan wilayah yang mengarah ke sisi utara dan selatan juga perlu diperhatikan.
Pasalnya, sebagian wilayah pengembangan ini memiliki kemampuan drainase yang rendah serta
kestabilan pondasi yang rendah pula.
Arahan pola ruang berdasarkan analisis-analisis sebelumnya juga dapat digunakan untuk
penggunaan lahan di kemudian waktu pada Kabupaten Kediri ini. Arahan pola ruang yang disarankan
merupakan pola ruang dengan peruntukkan kawasan budidaya dan kawasan lindung. Kawasan budidaya
yang memiliki tingkat luasan terbesar dimiliki oleh luasan berupa kawasan perdagangan dan jasa.
Sedangkan peruntukkan kawasan lindung yang terdapat kawasan badan air dan kawasan lindung itu
sendiri sudah selayaknya perlu ditingkatkan kembali mengingat luasan yang dimiliki masih tergolong
sempit.

40
DAFTAR PUSTAKA
https://media.neliti.com/media/publications/238151-kemampuan-lahan-untuk-arahan-kawasan-bud-
c71c30a5.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/124393-ID-evaluasi-kesesuaian-dan-kemampuan-
lahan.pdf
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/940/5/121801003_file%205.pdf
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/43960

41
LAMPIRAN

LAMPIRAN

• Hasil Olahan Peta, sebagai berikut:

42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
• Beberapa Jurnal yang digunakan untuk bahan pembahasan, sebagai berikut:

55

Anda mungkin juga menyukai