Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KELOMPOK

TEORI PERENCANAAN

“Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Morowali”

DISUSUN OLEH

ANHARI PONGSIMPIN F 231 17 008

NIKEN AYU RAMADHAN F 231 17 018

IKA MAGHFIRA F 231 17 085

ELVANA PU’UMBATU F 231 17 103

MOH RISMAN F 231 17 106

OKKY GLORIA F 231 17 109

RENALDI RIZKI PRATAMA F 231 17 115

FATURRAHMAN F 231 17 120

PWK C

S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

TEKNIK ARSITEKTUR

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penyusunan makalah Kependudukan yang berjudul “Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Morowalu” dapat selesai tepat pada waktunya.

Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas studi Teori
Perencanaan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dengan
keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi perbaikan makalah selanjutnya.

Penulis

Palu, 13 Mei 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………… i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………… 1


1.2 Tujuan Penulisan……………………………………………………. 1
1.3 Ruang Lingkup……………………………………………………… 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lingkup teori perencanaan…………….……………………………. 3

2.2 Isi pedoman RTRW Kabupaten Morowali ……………………….... 5

2.3 Rational Comprehensive Planning……….................…..………….... 12

2.4 Kaitan RCP dengan RTRW Kabupaten ……………..…................... 14

2.5 UU RI Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang…………… 15

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi penelitian………………………………………………… 16

3.2 Metode Penelitian……………………………………………….. 17

3.3 Jenis dan sumber data…………………………………………… 17

3.4 Teknik dan analisis data………………………………………… 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 RTRW Kabupaten………………………………………………. 19

4.2 Pencapaian RTRW Kabupaten Morowali……………………… 21

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan……………………………………………………….. 22

5.2 Saran………………………………………………………………. 23

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 24
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rencana tata ruang wilayah atau RTRW adalah hasil perencanaan ruang pada
wilayah yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif (Permen PU No. 16/PRT/M/2009).
Rencana tata ruang dibuat karena pada dasarnya ruang memiliki keterbatasan,
oleh karena itu dibutuhkan peraturan untuk mengatur dan merencanakan ruang agar dapat
dimanfaatkan secara efektif. Produk atau hasil dari perencanaan tata ruang wilayah
dituangkan dalam bentuk dokumen berupa peta rencana tata ruang wilayah.
Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pasal 11
ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan
penataan ruang wilayah kabupaten yang meliputi perencanaan tata ruang wilayah
kabupaten, dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
Perencanaan tata ruang wilayah kabupaten meliputi proses dan prosedur
penyusunan serta penetapan rencana tata ruang wilayah (RTRW) kabupaten, penyusunan
RTRW mencakup asas keselarasan, keserasian, keterpaduan, kelestarian, keberlanjutam,
serta keterkaitan antar wilayah baik di dalam kabupaten bersangkutan maupun dengan
kabupaten sekitarnya.
Dalam rangka perencanaan tata ruang wilayah kabupaten, perlu disusun pedoman
penyusunan RTRW kabupaten sebagai acuan bagi semua pihak terkait dalam penyusunan
RTRW kabupaten, baik kalangan pemerintah, swasta, maupun masyarakat pada
umumnya.
1.2 Sasaran
1) Mengidentifikasi RTRW Kabupaten Morowali
2) Menganalisis per bab Rational Comprehensive Planning
3) Mengaitkan Rational Comprehensive Planning dengan RTRW
4) Menyebutkan dan menjelaskan kesesuaian apakah terkait dengan Rational
Comprehensive Planning.
1.3 Ruang Lingkup

Makalah ini memuat ketentuan teknis muatan RTRW kabupaten serta proses dan
prosedur penyusunan RTRW Kabupaten khususnya Kabupaten Morowali.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lingkup Teori Perencanaan

Menurut Ernest R Alexander, teori merupakan kerangka yang harus dipergunakan


sehingga dapat membentuk suatu struktur yang baik. Apabila kita memiliki suatu teori
yang benar namun kita hanya menyimpannya saja dan tidak mempraktekannya, maka
sebaik apapun teori tersebut tidak akan ada manfaatnya. Begitu pula sebaliknya sebuah
praktek harus dilengkapi dengan teori.

Bagi seorang planner, hubungan antara teori dan praktek adalah sangat penting,
sebab perencanaan tidak sepeti ilmu murni. Pada dasarnya perencanaan adalah kegiatan
preskriptif, bukan deskriptif. Tujuan planner bukanlah menguraikan apa yang ada di
dunia ini tetapi untuk mengusulkan cara-cara bagaimana keadaan tersebut bisa diubah.

Perencanaan itu sendiri memerlukan pengakuan rasional dan sosial : ia “harus


dibenarkan sebagai suatu penerapan cara pengambilan keputusan yang rasional pada
masalah-masalah sosial.” Karena perencanaan adalah suatu aktivitas yang mempengaruhi
masyarakat dan menyangkut nilai-nilai manusia, maka teori perencanaan tidak dapat
mengabaikan ideologi. John Dyckman mengatakan bahwa teori perencanaan haruslah
mencakup beberapa teori tentang masyarakat di mana perencanaan itu dilembagakan.

Adapun definisi dari perencanaan yaitu perencanaan adalah suatu proses


pengambilan keputusan yang melibatkan berbagai tahapan skematik dan berurutan
dengan mempertimbangkan berbagai batasan-batasan sehingga dapat menghasilkan
keputusan yang rasional.

Teori perencanaan telah berkembang sebagai akumulasi percampuran dari


konsep-konsep berbagai disiplin keilmuan. Dari awal perkembangannya, khususnya
pasca perang dunia II, terdapat banyak jenis teori perencanaan yang muncul dengan
filosofi dasar yang berbeda sesuai dengan tuntutan dan dinamika pada masanya. Secara
umum teori-teori tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar, yaitu :
1. Teori dengan pendekatan instrumental, di mana perencanaan dilihat sebagai alat
untuk mencapi hasil atau tujuan. Termasuk dalam kategori ini adalah teori
perencanaan rasional atau rasional komprehensif (Banfield, 1959), perencanaan
incremental (Lindbolm, 1959), dan mixed scanning (Etzioni, 1967) yang
merupakan kompromi perencanaan rasional dan incremental.
2. Teori dengan pendekatan komunikasi, partisipatif, diskursif. Termasuk dalam
kategori ini adalah perencanaan transaktif (Friedmann, 1973), perencanaan
advokasi (Davidoff, 1965), perencana sebagai birokrat (Beckman, 1964),
perencana diskursif (Forester, 1989), perencana sebagai mediator (Susskind dan
Ozawa, 1984), perencana sebagai fasilitator resolusi konflik/ dispute resolver
(Dotson, Godschalk, Kaufman, 1989).
3. Teori dengan pendekatan substansif. Termasuk dalam kategori ini adalah
perencanaan radikal (Friedmann, 1987), entrepreneurial city (Duckworth, 1986),
politik dan ekonomi dalam perencanaan (Fainstein, 1995).

3 komponen teori perencanaan yaitu

1) Theory in planning, di mana biang perencanaan memasukkan ilmu lain seperti


teknik, geografi, pertanian, ekonomi, sosial, & politik
2) Theory of planning, mencakup proses atau prosedur pemberian solusi terhadap
isu-isu yang dihadapi dalam praktik (asli bidang PWK) yang bersifat preskriptif.
3) Theory for planning, mencakup etika dan norma

Hubungan teori dan praktek

 Hubungan teori dan praktek dalam perencanaan


Dalam praktek perencanaan seorang perencanaa tidak boleh melakukan perencanaan
secara sembarangan karena sebenarnya praktek perencanaan tersebut harus mempunyai
acuan yang berupa teori dan Perundang-undangan yang ada dan berlaku di sebuah sistem
negara maupun pemerintahan. Namun biasanya Pedoman atau perundang-undangan
tersebut berpihak kepada suatu paradigma ( cara pandang ) tertentu sehingga, pedoman
yang mengacu pada teori tertentu di bawah paradigma yang dipilih oleh perencana.

2.2 ISI PEDOMAN RTRW KABUPATEN MOROWALI

BAB I KETENTUAN UMUM


Pada bab ini membahas tentang ketentuan umum yang merupakan sasaran dari Rencana
Tata Ruang Wilayah.
1) Definisi dari daerah, Kepala daerah, Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat.
2) Definisi dari Ruang, Tata Ruang, Rencana Tata Ruang, Struktur Ruang, Pola
Ruang, Penataan Ruang, Penyelenggaraan Penataan Ruang, Pelaksanaan Penataan
Ruang, Pemanfaatan Ruang, dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
3) Definisi dari Wilayah, Kawasan, Kawasan Lindung, Kawasan Budidaya,
Kawasan Pedesaan, Kawasan Perkotaan, Kawasan Strategis Nasional, Kawasan
Strategis Provinsi, Kawasan Strategis Kabupaten, Kawasan Pertahanan Negara,
Kawasan Peruntukkan Pertambangan.
4) Definisi dari Pusat Kegiatan Wilayah, Pusat Kegiatan Lokal, Pusat Pelayanan
Kawasan, Pusat Pelayanan Lingkungan,.
5) Definisi dari Jalan, Sistem Jaringan Jalan.
6) Definisi dari Sumber Daya Air, Wilayah Sungai, Cekungan Air Tanah (CAT).
7) Definisi dari Orang, Masyarakat, Peran Masyarakat.
8) Definisi dari Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD).

 Ketentuan umum adalah hal yang paling pertama dalam RTRW, karena melalui
ketentuan umum tersebut, dapat diketahui apa dan siapa saja yang terlibat dalam
perencanaan wilayah kabupaten tersebut.

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

Bab II bagian kesatu membahas tentang tujuan Penataan Ruang, bagian kedua tentang
kebijakan penataan Ruang, dan bagian ketiga tentang strategi Penataan Ruang.

 Setelah mengetahui apa dan siapa saja yang terlibat atau termasuk dalam lingkup
perencanaan tata ruang, dibuatlah tujuan dari penataan ruang tersebut yang mana
dimaksudkan agar lebih jelas perencanaan tersebut dilakukan. Tujuan penataan
ruang merupakan arahan perwujudan ruang wilayah yang diinginkan pada masa
yang akan datang. Kebijakan dalam penataan ruang diperlukan sebagai panduan,
pedoman, dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan maupun tindakan
yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten.
Strategi penataan ruang wilayah Kabupaten merupakan penjabaran masing-
masing kebijakan penataan ruang yang telah ditetapkan.

BAB III RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH

Bab III bagian kesatu membahas tentang Rencana struktur ruang wilayah, bagian kedua
tentang Pusat-pusat kegiatan , bagian ketiga tentang Sistem jaringan Prasarana Utama
yang meliputi Sistem jaringan transportasi darat, Sistem jaringan transportasi laut, dan
Sistem jaringan transportasi udara.bagian ketiga tentang Sistem jaringan prasarana
lainnya, meliputi Sistem jaringan energy, Sistem jaringan telekomunikasi, Sistem
jaringan sumber daya air, Sistem prasarana pengelolaan lingkungan.

 Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten merupakan kerangka sistem pusat-


pusat pelayanan kegiatan Kabupaten yang berhierarki dan satu sama lain
dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten.

BAB IV RENCANA POLA RUANG WILAYAH

Bab IV membahas tentang, bagian kesatu yaitu Rencana pola ruang wilayah. Bagian
kedua tentang Kawasan lindung, yaitu Kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahnya, Kawasan perlindungan setempat, Kawasan suaka alam,
pelestarian alam, dan cagar budaya, Kawasan rawan bencana alam, Kawasan lindung
geologi, Kawasan lindung lainnya. Bagian ketiga tentang Kawasan budidaya, yaitu
Kawasan peruntukkan hutan produksi, Kawasan peruntukkan pertanian, Kawasan
peruntukkan perikanan, Kawasan peruntukkan pertambangan, Kawasan peruntukkan
industry, Kawasan peruntukkan pariwisata, Kawasan peruntukkan permukiman, Kawasan
peruntukkan lainnya. Serta pemanfaatan kawasan untuk peruntukan lain.

 Rencana pola ruang wilayah Kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan


ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

BAB V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

Bab V membahas tentang

1. Jenis kawasan strategis yang di mana Rencana kawasan strategis digambarkan dalam
peta dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000
2. Lokasi Kawasan Strategis Nasional dari sudut kepentingan kawasan andalan sektor
unggulan Pertanian, perikanan, pariwisata, perkebunan agroindustri, dan
pertambangan.
3. Lokasi Kawasan strategis Nasional dari sudut kepentingan kawasan andalan laut
sektor unggulan perikanan dan pariwisata.
4. Lokasi kawasan strategis provinsi dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi
5. Lokasi kawasan strategis provinsi dari sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya
alam dan teknologi tinggi.
6. Lokasi kawasan strategis Kabupaten dari sudut kepentingan ekonomi
7. Lokasi kawasan strategis Kabupaten dari sudut kepentingan sosial budaya
8. Lokasi kawasan strategis Kabupaten dari sudut pendayagunaan sumber daya alam
dan/atau tekhnologi; dan d. kawasan strategis Kabupaten dari sudut kepentingan
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

 Kawasan strategis Kabupaten merupakan bagian wilayah Kabupaten yang


penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
dalam lingkup Kabupaten di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan.

BAB VI ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

Bab VI Pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang di mana program pemanfaatan ruang
disusun berdasarkan indikasi program utama lima tahunan dan pendanaan bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
Investasi Swasta dan kerja sama pendanaan.

 Arahan pemanfaatn ruang wilayah Kabupaten merupakan upaya perwujudan


rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama
penataan/pengembangan Kabupaten dalam jangka waktu perencanaan 5 tahunan
sampai akhir tahun perencanaan (20 tahun).
BAB VII KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Bab VII bagian kesatu membahas tentang Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten. Bagian kedua tentang Ketentuan umum peraturan zonasi meliputi
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung, Ketentuan umum peraturan zonasi
kawasan resapan air, kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan sungai, kawasan
sekitar mata air, kawasan cagar alam, kawasan taman wisata, kawasan cagar budaya,
kawasan ruang terbuka hijau, kawasan rawan bencana tanah longsor, kawasan rawan
bencana banjir, kawasan rawan bencana gelombang pasang, kawasan imbuhan air tanah,
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan budidaya, Ketentuan umum peraturan zonasi
kawasan hutan produksi, kawasan pertanian, kawasan perkebunan, kawasan perikanan,
kawasan industry, kawasan pertambangan, kawasan pariwisata, kawasan permukiman,
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem perkotaan, Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Sistem Transportasi, Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Jaringan Prasarana. Bagian
ketiga tentang Ketentuan perizinan. Bagian keempat tentang Ketentuan Insentif dan
Disinsentif, Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang
wilayah Kabupaten, Insentif yang diberikan kepada masyarakat, Disinsentif yang
dikenakan kepada masyarakat. Bagian kelima tentang Larangan dan sanksi terhadap
pelanggaran.

 Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui


- Penetapan peraturan zonasi, yang disusun sebagai pedoman pengendalian
pemanfaatan ruang. Pertauran zonasi disusun berdasarkan rencana tata ruang
untuk setiap zona pemanfaatan ruang.
- Perizinan, yang mana ketentuan perizinan diatur oleh pemerintah dan
pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
- Insentif dan disinsentif, dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah
agar pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.
BAB VIII KELEMBAGAAN

Bab VIII membahas tentang Pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah
(BKPRD)

 Pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang mana badan ini
dibentuk guna membantu tugas Bupati dalam koordinasi penataan ruang di
daerah.

BAB IX

HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN


RUANG

Bab IX bagian kesatu membahas tentang hak masyarakat, bagian kedua tentang
Kewajiban masyarakat, Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang,
Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dilakukan masyarakat. Bagian ketiga tentang
Peran masyarakat, Bentuk peran masyarakat pada tahap perencanaan tata ruang, Bentuk
peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang, Bentuk peran masyarakat dalam
pengendalian pemanfaatan ruang, Penyampaian peran masyarakat, Peningkatan peran
masyarakat, Pelaksanaan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang, RTRW
Kabupaten dilengkapi dengan lampiran berupa buku Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Morowali tahun 2012 – 2032 dan album peta skala 1 : 50.000 , yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

 Dalam penataan ruang, masyarakat memiliki hak dari penataan ruang tersebut.
Masyarakat memiliki kewajiban yang harus ditaati, dimanfaatkan, dipatuhi, dan
memberikan akses terhadap kawasan. Masyarakat memiliki peran dalam
penyelenggaraan penataan ruang yang dilakukan oleh pemerintah.

BAB X KETENTUAN LAIN-LAIN

Bab X membahas tentang Rencana tata ruang wilayah Kabupaten menjadi pedoman
untuk penyusunan rencana pembangunan, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatn ruang, pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar sector,
penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi, dan penataan ruang kawasan strategis.

Membahas tentang Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah.

 Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi pedoman baik itu dalam
penyusunan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Yang mana
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Morowali memiliki jangka waktu 20
tahun yang dapat ditinjau kembali sebanyak 1 kali dalam 5 tahun.

BAB XI KETENTUAN PIDANA

Bab XI membahs tentang Ketentuan pidana

 Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Rencana


Tata Ruang Wilayah Kabupaten Morowali, maka akan dikenakan sanksi berupa
pidana penjara dan denda sebagaimana yang diatur dalam UU Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang.

BAB XII KETENTUAN PERALIHAN

Bab XII membahas tentang ketentuan peralihan yang dengan berlakunya peraturan
daerah, maka semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan penatan ruang daerah
juga berlaku

 Ketentuan peralihan diperlukan untuk mencegah kondisi kekosongan hukum


akibat perubahan ketentuan dalam perundang-undangan.

BAB XIII KETENTUAN PENUTUP

Bab XIII berisi tentang Penetapan berlakunya peraturan daerah.

 Penetapan berlakunya peraturan daerah Kabupaten Morowali yaitu pada saat


diundangkan, tanggal 13 September 2012.
2.3 Rational Comprehensive Planning

Rasionalitas adalah cara berfikir mengenai problema yang ditandai dengan


pemakaian pendekatan ilmiah dalam analisisnya serta cara tertentu dalam pencarian
solusi terhadap problema tersebut. Rasionalitas juga harus dilakukan secara sistematis
dan dilakukan evaluasi terhadap berbaai alternatif cra dalam rangka memilih cara/
strategi yang terbaik untuk mencapai tujuan. Rasionalitas ini menjadi dasar bagi “aliran”
Rasional Comprehensive Planning (RCP).

Teori ini merupakan teori yang paling konvensional dan yang paling diterima
secara secara luas atau relatife dominan, khususnya dikarenakan kerangka logis
pemikirannya sangat mudah dipahami. Menurut teori ini, tujuan perencanaan adalah
untuk mencapai hasil atau tujuan tertentu dan memaksimalkan peluang pencapaiannya,
melalui rangkaian tahapan, tindakan dan proses pilihan/pengambilan keputusan yang
rasional, dengan mempertimbangkan dampak masa depan atau perspektif jangka panjang.

Proses perencanaan berdasar Rasionalitas yaitu :


Dasar teori perencanaan ini adalah Rational, Comprehensive palnning( RCP). Pendekatan
proses perencanaan ini diterapkan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Lima
Tahun ( REPELITA) Daerah, pada masa orde baru dan juga pada Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) sampai saat ini.

Pembuat keputusan dalam perencanaan perencanaan umum ini adalah para perencana
dengan dibantu oleh masyarakakat, namun peran masyarakat disini sangat sedikit, selain
itu tingkat komprehensifitas tinggi dalam analisis maupun masalah yang diatasi dengan
kata lain semua masalah ingin di atasi dengan menggunakan pendekatan perencanaan ini.
Hasil dari pendekatan ini biasanya menyeluruh kecuali rencana tata ruang dan sangat
rinci.Kurang memperhitungkan sumberdaya yang tersedia asumsi dapat dicari / di
usahakan agar tersedia.

Kendala pelaksanaan perencanaan Rational Comprehensive Planning

(Djoko Sujarto,1990) :

1) Produk perencanaan Rasional Comprehensive planning dirasakan kurang


memberikan informasi dan arahan yang relevan bagi pembuat keputusan
mengenai prioritas penanganan masalah.
2) Usaha menyelesaikan masalah yang mencakup berbagai unsur secara menyeluruh,
dinilai sebagai hal yang sukar direalisasikan mengingat adanya keterbatasan
berbagai faktor sementara perkembangan berbagai sistem di masyarakat
berlangsung sangat cepat.
3) Karena anggapan serta analisis perencanaan rasional ini menekan pada asas
totalitas, maka ini perlu ditunjang oleh berbagai sistem informasi sebagai
masukan data yang bersifat lengkap, rinci, dan handal. Rencana yang lain dan
keandalan mutu data yang sering kali tidak sesuai dengan harapan.
4) Salah satu syarat tercapainya pelaksanaan perencanaan rasional adalah adanya
sistem koordinasi kelembagaan yang mapan, yang pada kenyataannya justru hal
ini menjadi masalah besar.
2.4 Keterkaitan Rational Comprehensive Planning dengan RTRW Kabupaten

TEORI RATIONAL
N COMPREHENSIVE RTRW TINJAUAN
O PLANNING KABUPATEN RTRW

1 Pengumpulan & Pengumpulan data dan informasi (Primer


pengolahan data & sekunder)
2 Isi harus lengkap Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Dalam proses Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten
Ruang Wilayah Kabupaten, Rencana
telah menerapkan
Struktur Ruang Wilayah Kabupaten, Perencanaan Rasional
Komprehensif sehingga dapat
Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten,
menciptakan keterpaduan
Penetapan strategis Wilayah Kabupaten, pembangunan wilayah
Kabupaten, kereserasian
Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah
Wilayah Kabupaten dengan
Kabupaten, dan Ketentuan Pengendalian Wilayah sekitar dan Tata
Ruang Wilayah Kabupaten
pemanfaatan Ruang.
yang Berkualitas.

3 Jangka Panjang RTRW kabupaten berlaku dalam jangka RTRW Kabupaten berorintasi
waktu 20 (dua puluh) tahun dan ditinjau jangka panjang sebagaimana
kembali setiap 5 (lima) tahun yang terdapat dalam Raperda
RTRW Kabupaten tentang
jangka waktu.

4 Pengembangan Konsep pengembangan yaitu Rumusan Untuk mencapai tujuan


tujuan, kebijakan, dan strategi
alternative rencana pengembangan wilayah kota; dan dilakukan dalam proses
pemilihan alternatif konsep pengembangan alternative
rencana, dibutuhkan
konsep
5 Analisis Analisis terhadap data dan informasi : Adanya analisis yang
a. Analisis peran dan fungsi kabupaten
b. Analisis karakteristik wilayah
dibutuhkan untuk proses
c. Analisis daya dukung wilayah penyusunan RTRW
d. Analisis daya tampung wilayah
e. Analisis pusat-pusat pelayanan Kabupaten.
f. Analisis kebutuhan ruang
g. Analisis pembiayaan pembangunan
2.6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Penyelenggaraan penataan ruang adalah
kegiatan meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.

o Azas
Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang
diselenggarakan berdasarkan asas:
1) Keterpaduan;
2) Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;
3) Keberlanjutan
4) Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;
5) Keterbukaan;
6) Kebersamaan dan kemitraan;
7) Pelindungan kepentingan umum;
8) Kepastian hukum dan keadilan; dan
9) Akuntabilitas
o Tujuan
Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah
nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan :
1) Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan
buatan;
2) Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan
sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan
3) Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negative
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi


tengah. Penelitian difokuskan pada RTRW Kabupaten Morowali.
Kabupaten Morowali secara administrative memiliki batas wilayah sebagai berikut :
o Sebelah barat laut berbatasan dengan wilayah Morowali Utara.
o Sebelah barat berbatasan dengan wilayah Sulawesi Selatan.
o Sebelah Barat Daya berbatasan dengan wilayah Sulawesi Selatan.
o Sebelah Timur Laut berbatasan dengan wilayah Sulawesi Tenggara.
Secara administrative Kabupaten Morowali terbagi menjadi 9 Kecamatan, sebagai
berikut:
1) Kecamatan Menui Kepulauan
2) Kecamatan Bungku Selatan
3) Kecamatan Bungku Pesisir
4) Kecamatan Bahodopi
5) Kecamatan Bungku Timur
6) Kecamatan Bungku Tengah
7) Kecamatan Bungku Barat
8) Kecamatan Witaponda
9) Kecamatan Bumi Raya

Beriku peta administrasi Kabupaten Morowali yang menjadi wilayah berlakunya dan
diinterpretasikan RTRW Kabupaten Morowali.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian atau metode ilmiah adalah prosedur atau langkah-langkah
dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Jadi metode penelitian adalah cara
sistematis untuk menyusun ilmu pengetahuan. Sedangkan teknik penelitian adalah cara
untuk melaksanakan metode penelitian (Suryana, 2010).

Metode penelitian yang dilakukan ialah penelitian metode verifikasi yang sesuai
fakta dan pedoman untuk menentukan seberapa jauh tujuan penelitian itu tercapai atau
sesuai dengan standarisasi yang berlaku.

3.3 Jenis dan sumber data

Adapun jenis data yang dilakukan dalam penelitian yaitu data sekunder.

Data Sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud menyelesaikan masalah
yang sedang dihadapi.Data ini dapat ditemukan dengan cepat.Dalam penelitian ini yang
menjadi sumber data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang
berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.
3.4 Teknik analisis data

Untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan selama penelitian dilakukan


dengan metode analisis makro, dengan tahapan analisis sebagai berikut :

 Mengumpulkan dan menelaah data melalui pengamatan dan studi literatur dengan
mengelompokkan data.
 Menginterpretasi dan menyimpulkan hasil analisis.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

Secara umum garis besar penyusunan RTRW Kabupaten sama dengan proses
untuk RTRW Provinsi. Tahapan proses yaitu :

1. Persiapan
a. Persiapan awal
- Pemahaman KAK
- Penyiapan RAB
b. Kajian awal data sekunder
- Review RTR/ kabupaten yang ada
- Kajian kebijakan terkait lainnya\
c. Persiapan teknis
- Penyimpulan data awal
- Perumusan metodologi
- Penyusunan rencana kerja rinci
- Penyiapan perangkat survei

Pemberitaan penyusunan RTRW kabupaten

- Keterlibatan pasif masyarakat dalam menerima infromasi penataan ruang

2. Pengumpulan data dan info


 Data dan informasi yang dibutuhkan :
a. Peta dsar (RBI dan citra satelity)
b. Kebijakan penataan ruang dan kebijakan sectoral terkait
c. Kondisi fisik/lingkungan dan sumber daya alam
d. Sumber daya buatan/prasarana dan sarana
e. Kependudukan dan sumber daya manusia
f. Perekonomian, sosial, dan budaya
g. Kelembagaan
h. Data lainnya sesuai karakteristik wilayah provinsi
 Pengumpulan data sekunder wawancara kuesioner observasi
 Kompilasi data
3. Analisis
 Analisis terhadap data dan informasi
a. Identifikasi daerah fungsional perkotaan yang ada di wilayah kabupaten
b. Analisis sistem pusat-pusat permukiman (sistem perkotaan) yang didasarkan
pada sebaran daerah fungsional perkotaan yang ada di wilayah kabupaten
c. Analisis daya dukung dan daya tamping wilayah serta optimasi pemanfaatan
ruang
 Potensi masalah peluang tantangan hambatan kecenderungan
4. Perumusan konsep RTRW
 Beberapa alternative konsep
a. Rumusan tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan kabupaten, dan
b. Konsep pengembangan wilayah kabupaten
 Penilaian terhadap alternative konsep
 Konsep terpilih
a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten
b. Rencana struktur ruang
c. Rencana pola ruang
d. Penetapan kawasan strategi kabupaten
e. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten

5. Penyusunan Raperda RTRW


 Penyusunan naskah rancangan peraturan daerah (Raperda) tentang RTRW
kabupaten
 Prose penetapan.
4.2 Pencapaian RTRW Kabupaten Morowali

Berdasarkan isi pedoman RTRW Kabupaten Morowali, mencakup seluruh


wilayah kabupaten Morowali yang dibuat perencanaan sesuai dengan peruntukan yang
seharusnya. Tujuan, kebijakan, dan strategi dalam perencanaan merupakan hal penting
demi kejelasan perencanaan tersebut. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Morowali
sudah jelas dengan memperhitungkan beberapa aspek yang menjadi sasaran. Pada tahun
2018, merupakan tahun berhentinya Bapak Bupati Anwar Hafid yang telah menjabat
selama dua periode yaitu 10 tahun. Banyak kemajuan yang dibuat dan dilaksanakan di
Kabupaten Morowali yang sangat terlihat sekarang ini. Pembangunan berjalan dengan
lancar dan Kabupaten Morowali terus berkembang. Dari RTRW Kabupaten Morowali
yang ada, merupakan pedoman bagi pemerintah dalam melakukan perencanaan baik itu
dalam pembangunan maupun hal lain. Meskipun tidak semua rencana tata ruang tersebut
terealisasikan dengan baik, tetapi sudah banyak perubahan nampak yang membuat
semakin berkembang dan maju Kabupaten tersebut, berarti pencapaian dari Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Morowali sudah cukup baik.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pedoman RTRW Kabupaten Morowali, jika dianalisis dari setiap bab, maka dapat
diambil kesimpulan :

1) ketentuan umum adalah hal paling pertama yang ditentukan agar dapat diketahui
apa dan siapa saja yang terlibat dalam perencanaan wilayah kabupaten tersebut.
2) Tujuan penataan ruang merupakan arahan perwujudan ruang wilayah yang
diinginkan pada masa yang akan datang. Kebijakan dalam penataan ruang
diperlukan sebagai panduan, pedoman, dan dasar rencana dalam pelaksanaan
suatu pekerjaan maupun tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan
penataan ruang wilayah Kabupaten. Strategi penataan ruang wilayah Kabupaten
merupakan penjabaran masing-masing kebijakan penataan ruang yang telah
ditetapkan.
3) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten merupakan kerangka sistem pusat-
pusat pelayanan kegiatan Kabupaten yang berhierarki dan satu sama lain
dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten.
4) Rencana pola ruang wilayah Kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan
ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
5) Kawasan strategis Kabupaten merupakan bagian wilayah Kabupaten yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
dalam lingkup Kabupaten di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan.
6) Arahan pemanfaatn ruang wilayah Kabupaten merupakan upaya perwujudan
rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama
penataan/pengembangan Kabupaten dalam jangka waktu perencanaan 5 tahunan
sampai akhir tahun perencanaan (20 tahun).
7) Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui
- Penetapan peraturan zonasi, yang disusun sebagai pedoman pengendalian
pemanfaatan ruang. Pertauran zonasi disusun berdasarkan rencana tata ruang
untuk setiap zona pemanfaatan ruang.
- Perizinan, yang mana ketentuan perizinan diatur oleh pemerintah dan
pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
- Insentif dan disinsentif, dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah
agar pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.
8) Pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang mana badan ini
dibentuk guna membantu tugas Bupati dalam koordinasi penataan ruang di
daerah.
9) Dalam penataan ruang, masyarakat memiliki hak dari penataan ruang tersebut.
Masyarakat memiliki kewajiban yang harus ditaati, dimanfaatkan, dipatuhi, dan
memberikan akses terhadap kawasan. Masyarakat memiliki peran dalam
penyelenggaraan penataan ruang yang dilakukan oleh pemerintah.
10) Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi pedoman baik itu dalam
penyusunan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Yang mana
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Morowali memiliki jangka waktu 20
tahun yang dapat ditinjau kembali sebanyak 1 kali dalam 5 tahun.
11) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Morowali, maka akan dikenakan sanksi berupa
pidana penjara dan denda sebagaimana yang diatur dalam UU Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang.
12) Ketentuan peralihan diperlukan untuk mencegah kondisi kekosongan hukum
akibat perubahan ketentuan dalam perundang-undangan.
13) Penetapan berlakunya peraturan daerah Kabupaten Morowali yaitu pada saat
diundangkan, tanggal 13 September 2012.

5.2 Saran
Kabupaten Morowali memiliki 13 Bab dalam Rencana Tata Ruang Wilayah nya.
Hal ini dikarenakan dalam pembuatan Rencana Tata Ruang suatu wilayah, harus sesuai
dengan kondisi dari wilayah tersebut. Setiap Kabupaten memiliki kondisi dan
permasalahan wilayah yang berbeda-beda. Maka dari itu, tidak bisa dikatakan bahwa
setiap kabupaten harus memiliki jumlah bab yang sama dalam RTRW kabupaten tersebut
dengan kabupaten lain. Perencanaan suatu wilayah haruslah sesuai dan berpatokan
dengan kondisi wilayah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang (diakses tanggal 16 mei
2018)

Elisa.ugm.ac.id >archive >download (diakses tanggal 16 Mei 2018)

Eprints.ums.ac.id (diakses tanggal 16 Mei 2018)

RTRW Kabupaten Morowali (diakses tanggal 16 Mei 2018)

Repository.ut.ac.id .PWKL4204-M1 (diakses tanggal 30 Mei 2018)

Morowalikab.go.id/home/profil-2/geografis-dan-topografo-kabupaten-morowali (diakses
tanggal 30 mei 2018)

Trtb.pemkomedan.go.id/artikel-1012-hubungan-hukum-lingkungan-terhadap-penataan-
ruang-.html (diakses tanggal 30 Mei 2018)

http://www.penataanruang.com (diakses tanggal 30 mei 2018)

Anda mungkin juga menyukai