Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN STUDIO PERENCANAAN WILAYAH

DISUSUN OLEH

KELOMPOK II

1. Usman. Gumanti. Layn 201974052


2. Devianty. L. kormasela 201974092
3. Bunda. R. Hatapayo 201974016
4. Desy. Tuhumury 201974010
5. Yulian. E. Tisera 201974014
6. Jesica. A. Adrian 201974070
7. Naila. U. Umaternate 201974038
8. Geovano. S. Teniwut 201974076
9. Jainur Latuconsina 201970436

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PATTIMURA

KOTA AMBON

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
rahmatNya Laporan hasil Survey Evaluasi, Pemetaan, Penggunaan dan Pemanfaatan
guna lahan dan Infrastruktur dapat diselesaikan dengan baik.

Adapun dokumen Laporan Akhir ini memuat substansi teknis mengenai


Pendahuluan, Gambaran Umum Wilayah, Metode dan alur survey lapangan, Hasil
Survey lapangan dan Pemetaan Hasil Survey Lapangan serta kesimpulan.

Tersusunnya dokumen Laporan akhir ini tidak terlepas dari dukungan dan
masukan dari berbagai pihak, oleh karena itu tim penyusun menyampaikan terima kasih
sebanyak-banyaknya atas bantuan yang telah diberikan. Kritik dan saran membangun
sangat diharapkan sebagai masukan bagi penyempurnaan Laporan Akhir ini.
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Tujuan ...................................................................................
1.3. Metodologi ..................................................................................
1.4. Metode – metode .......................................................................................
1.5. Sistematika .............................................................................................
Penulisan
1.6. Ruang Lingkup ..........................................................................................

BAB II SEJARAH ........................................................................................


DESA
2.1. Garis waktu sejarah ........................................................................................
2.2. Deskripsi ........................................................................................

BAB III KOMPILASI DAN ANALISIS ...............................................................


DATA
3.1.1. Data Fisik Dasar ...............................................................
3.1.2. Data Fisik Ruang ...............................................................
3.1.3. Analisis Keruangan ...............................................................
3.1.3.1. Pola Pemanfaatan Ruang ...............................................................
3.1.3.2. KDB dan KLB ...............................................................
3.1.3.3. Analisi Arah Perkembangan ...............................................................
Kota
3.1.3.4. Daya Dukung Lahan ...............................................................

BAB IV POTENSI DAN ..............................................................................


MASALAH
4.1. Potensi ..............................................................................
4.2. Masalah ..............................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lahan merupakan perwujudan dari ruang yang menjadi tempat tinggal bagi
manusia. Ruang adalah permukaan bumi, baik yang ada di atasnya maupun yang ada di
bawahnya sepanjang manusia masih bisa menjangkaunya. Aktifitas manusia semakin
bertambah sejalan dengan kebutuhan lahannya. Luas lahan akan selalu tetap sedangkan
kebutuhan penduduk akan meningkat pesat seiring dengan jumlah penduduk yang selalu
meningkat maka perlu dilakukan penataan ruang agar tidak mengganggu lingkungan.
Penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah yang memenuhi kebutuhan
pembangunan dengan senantiasa berwawasan lingkungan, efisien dalam pola alokasi
investasi yang bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program
pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat. Selain itu penataan ruang
juga bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan. Penataan ruang diharapkan dapat mengefisienkan
pembangunan dan meminimalisasi konflik kepentingan dalam pemanfaatan ruang.

Indonesia merupakan negara terpada keempat di dunia. Dimana Indonesia berada


di antara Benua Asia dan Benua Australia dan juga terletak di antara Samudera Hindia
dan Pasifik. Selain itu, Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas yaitu 5.180.083 km2
yang mencakup daratan dan lautan. Dengan luas tersebut, Indonesia terbagi menjadi 34
provinsi, 416 kabupaten dan 98 kota atau 7.024 daerah setingkat kecamatan, serta 81.626
setingkat desa. Maluku merupakan salah satu dari 34 provinsi di indonesia. Dimana
provinsi Maluku adalah provinsi kepulauan dengan luas luas wilayah 712.480 Km2,
terdiri dari sekitar 92,4% lautan dan 7,6% daratan dengan jumlah pulau yang mencapai
1.412 buah pulau dan panjang garis pantai 10.662 Km. Provinsi ini terdiri atas 9
kabupaten dan 2 kota dengan Kota Ambon sebagai ibukota Provinsi Maluku.

Kota Ambon merupakan Ibukota Provinsi Maluku dengan luas daratan 359,45
km2 dan luas lautan 17,55 Km2 dengan panjang garis pantai 98_Km (Survey Tata Guna
Tanah 1980). Wilayah Administratif Kota Ambon sesuai Peraturan Pemerintah Nomor
13 Tahun 1979 dengan luas 377 Km² atau 2/5 dari luas Pulau Ambon. Dengan luas
tersebut kota Ambon memiliki 5 kecamatan, didalamnya terdapat kecamatan baguala.
Kecamatan ini teriri dari 4 desa dengan salah satu desa yang sangat menonjol dari hasil
pertaniannya yaitu desa waiheru.

Desa Waiheru terletak pada wilayah pesisir dan dan dataran tinggi dengan luas
2.250 ha, dan panjangnya sekitar 1,5 km dengan jarak tempuh ke ibu kota Ambon adalah
17 km. Jumlah penduduk desa Waiheru yang mencapai 13.036 jiwa yang sebagian besar
tertarik untuk menekuni bidang pertanian. Desa ini merupakan salah satu desa yang
berpotensi mengalami perkembangan secara fisik maupun non fisik. Perkembangan fisik
yang dimaksud, yaitu pertumbuhan daerah terbangunan, sedangkan perkembangan non
fisik yaitu perkembangan sosial-ekonomi. Desa waiheru bisa dikatakan desa yang
lengkap fasilitas pelayanan publiknya seperti, pelayanan pendidikan, kesehatan,
peribadatan, perdagangan dan jasa, serta pertanian.

1.2. Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini adalah:
1. Mengidentifikasi gambaran fisik dasar dan gambaran fisik ruang di wilayah.
2. Menganalisis keadaan sarana dan prasarana di wilayah studi.
3. Mengidentifikasi potensi dan masalah di wilayah studi.
1.3. Metodologi

1.3.1 Jenis data

1. 3.1.1 Data Kualitatif

Data kualitatif atau data naratif merupakan jenis data dalam penelitian yang
menjelaskan mengenai kualitas objek penelitian berdasarkan hal-hal yang tidak
dapat dihitung. Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian meliputi sejarah
berdirinya desa Waiheru, gambaran fisik dasar, pola pemanfaatan ruang, arah
perkembangan desa, keadaan sarana dan prasarana, serta potensi dan masalah
yang terdapat di wilayah studi.

1.3.1.2 Data kuantitaf

Data kuantitatif adalah jenis data dalam penelitian yang dapat diukur,, dihitung
serta dideskripsikan menggunakan angka. Data kuantitatif yang digunakan
meliputi luas wilayah studi, jumlah penduduk, jumlah sarana dan prasarana, data
KDB dan KLB, serta jumlah sarana dan prasarana.

1.3.2 Sumber data


1.3.2.1 Data Primer

Pengumpulan data primer merupakan pengumpulan data yang dilakukan langsung


oleh pihak pertama dalam hal ini yaitu penelitian secara langsung. Pengumpulan
data melalui survai lapangan atau observasi untuk melihat dan
mendokumentasikan secara langsung kondisi eksisting dilapangan serta melalui
metode wawancara kepada pihak pemerintah desa untuk mengetahui informasi
tentang wilayah studi.

1.3.2.2 Data sekunder

Pengumpulan data sekunder merupakan pengumpulan data yang berasal dari


pihak ketiga, misalnya saja pengumpulan yang dilakukan dengan mengumpulkan
data dan informasi dari lembaga atau instansi pemerintah. Pengumpulan data ini
antara lain adalah bertujuan untuk mendapatkan data atau peraturan yang sesuai
regulasi yang berlaku.
1.3.3. Teknik pengumpulan data

1.3.3.1 Survey lapangan

Dengan menumpulkan data atau informasi pada populasi yan besar dilapangan
dengan menggunakan sampel yang lebih kecil. Selain itu juga dilakukan dengan
mengadakan pengamatan secara langsung terhadap suatu proses yang terngah
berlangsung di desa Waiheru.

1.3.3.2 Wawancara

Wawancara adalah kegiatan tanya jawab secara lisan untuk memperoleh


informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Proses wawancara yang dilaksankan
dengan narasumber yaitu pejabat desa waiheru untuk memperdalam informasi
terkait wilayah studi.

1.4. Metode-metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1.4.1 Metode Deskriptif

Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang


diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya pada daerah penelitian.
Metode deskripsi digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis atau
menggambarkan data pada daerah penelitian berupa kondisi fisik dasar wilayah,
fisik ruang wilayah, sarana prasarana, dan kependudukan berdasarkan fakta yang
ada.

1.4.2 Metode Asumtif

Metode ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan asumsi atau perkiraan
mengenai perkembangan perubahan lahan pada masa yang akan datang maupun
masalah-masalah yang mungkin terjadi pada daerah penelitian.
1.4.3 Metode Normatif

Metode normatif merupakan metode penelitian yang mengkaji studi dokumen


menggunakan berbagai data sekunder seperti peraturan perundang-undangan,
teori hukum, dan dapat berupa pendapat para sarjana. Dengan menggunakan
analisis kualitatif dan menjelaskan data-data yang ada dengan kata-kata bukan
dengan angka.

1.4.4 Metode Keruangan

Metode ini dikaji untuk meneliti penyebaran penggunaan ruang yang telah ada
maupun penyediaan ruang yang akan digunakan. Dalam hal ini meneliti data
ketinggian tempat dan luas lahan pertanian pada daerah penelitian.

1.4.5 Metode Eksploratif

Metode eksploratif adalah penelitian yang dillakukan untuk masalah yang belum
didefenisikan secara jelas. Metode ini digunakan untuk mengetahui gambaran
dasar mengenai topik pembahasan penelitian.

1.5. Sistematika penulisan


Laporan survey ini terdiri dari 4 bab antara lain :

Bab I Pendahuluan

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, tujuan, metodologi,


metode-metode penelitian, sistematika penulisan, dan ruang lingkup.

Bab II Sejarah Kelurahan/Desa

Bab ini menjelaskan mengenai garis waktu sejarah yang terjadi dari tahun ke
tahun dan deskripsi mengenai garis waktu tersebut.

Bab III Kompilasi dan Analisis Data

Bab ini menjelaskan mengenai data fisik dasar,, data fisik ruang, analisis
keruangan ( pola pemanfaatan ruang, KDB dan KLB, analisis arah perkembangan
kota, daya dukun lahan), prasarana, sarana, kependudukan, dan ekonomi.

Bab IV Potensi dan Masalah


Bab ini menjelaskan mengenai potensi dan masalah yang terjadi di desa Waiheru

1.6 Ruang lingkup

1.6.1.1.1 Spasial Kecamatan Teluk Ambon Baguala

Sesuai Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 2 (2006) tentang Pembentukan


Kecamatan Leitimur Selatan dan Kecamatan Teluk Ambon, luas daratan
Kecamatan Teluk Ambon Baguala adalah 40,11 Km2. Kecamatan Teluk Ambon
Baguala memilik 7 desa dengan luas masing-masing: Desa Waiheru 600 ha, Desa
Nania 12 ha, Desa Negeri Lama 450 ha, Desa Passo 1.138 ha, Kelurahan Lateri
201 ha, Desa Halong 1.600 ha dan Desa Latta 10 ha.

Secara Geografi, batas-batas Kecamatan Teluk Ambon Baguala adalah


sebagai
Berikut :
 Sebelah Utara : Kecamatan Leihitu (Kab. Maluku Tengah)
 Sebelah Selatan: Kecamatan Leitimur selatan dan Kecamatan
Sirimau
 Sebelah Timur : Kecamatan Salahutu (Kab. Maluku Tengah)
 Sebelah Barat : Kecamatan Teluk Ambon dan Kecamatan Sirimau

1.6.2 Substansi

Substansi yang dibahas dalam laporan ini adalah gambaran fisik dasar dan
gambaran fisik ruang di wilayah studi, keadaan sarana dan prasarana, serta
potensi dan masalah di wilayah studi.
BAB II

SEJARAH DESA WAIHERU

GARIS WAKTU SEJARAH

Abad 1990 2001 2007 2018 2019


ke 17 1961

Balai
Penetapan Peresmian Peresmian Revitalisasi Pembukaan
Pembentukan
Kompi Senapan Perikanan SUPM Negeri SMA Negeri
Wisma
Indomaret
Desa Waiheru
B (Yonif 733 Budidaya Ambon Siwalima Muzdalifah
Raider) Laut Ambon (Asrama Haji)

A. Abad ke 17

Desa waiheru merupakan desa majemuk, kebanyakan masyarakat desa


waiheru adalah petani. Desa waiheru awalnya dipenuhi dengan pepohonan
mayang dipengaruhi juga dengan letak geografis yang cocok untuk bertani
sehingga sampai sekarang desa waiheru termasuk wilayah yang menjadi salah
satu pemasok sayur-mayur terbesar di kota Ambon. Target perkembangan desa
waiheru kedepannya akan lebih berfokus di bidang pertanian.

Desa Waiheru adalah salah satu Desa dari 4 desa, 2 negeri, dan satu
kelurahan di kecamatan Teluk Ambon Baguala, Kota Ambon . Desa waiheru
terletak pada wilayah pesisir dan dataran tinggi dengan luas 2.250Ha, dan
panjangnya sekitar 1,5km dengan jarak tempuh ke Ibu Kota Ambon adalah
17km.
Desa Waiheru terletak berbatasan dengan :
>> Utara : Petuanan Hitu
>> Selatan : Perairan Teluk Ambon
>> Timur : Desa Nania
>> Barat : Desa Hunuth/ Durian Patah

Desa waiheru membawahi 9 RW dan 35RT dan salah satunya RW.001


merupakan Kampung KB Dusun Air Salak. RW.001 membawahi 4 RT.
Jumlah penduduk desa waiheru yaitu 13 036 orang dengan laki laki berjumlah 6
884 dan perempuan berjumlah 6 152 orang.

B. Kompi senapan B (Yonif 733 Raider)


Batalyon Infanteri Raider 733/Masariku atau Yonif 733/Raider
merupakan Batalyon Infanteri Raider yang dibentuk pada tanggal 3 juli 1961.
Markas batalyon berkedudukan di Jl. Laksdya. Leo Wattimena Desa Waiheru
Kecamatan Baguala, Ambon. Sebelum menjadi Batalyon Raider, batalyon ini
dikenal sebagai Batalyon Infanteri 733/Masariku. Peresmian Yonif 733/Raider
serta Likuidasi Yonif 733/Masariku dilakukan di Pantai Teluk Penyu, 2 Oktober
2007 oleh Kasad Jendral TNI Djoko Santoso

C. Balai Perikanan Budidaya Laut


BPBL Ambon merupakan salah satu UPT Pusat Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan yang berlokasi di JL. Laksdya. Leo
Wattimena, yang ditetapkan melalui peraturan menteri kelautan dan perikanan
No. PER 10/MEN/2006 tanggal 12 Januari 2006. Beriku adalah rekap sejarah
BPBL Ambon.
a. Tahun 1990 - 1994 merupakan Unit Pelaksana Teknis Pusat,
Departemen Pertanian dengan nama Balai Budidaya Laut
Statsiun Ambon.
b. Tahun 1994 berubah menjadi Loka Budidaya Laut Ambon
berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 47/KPTS.107.210/5/1994.
c. Tahun 2004 berubah status dari eselon IVb menjadi eselon IVa.
d. Tahun 2006 statusnya kembali berubah menjadi Balai Budidaya
Laut Ambon.
e. Tahun 2014 berubah nomenklatur menjadi Balai Perikanan
Budidaya Laut Ambon

D. Peresmian SUPM Negeri Ambon


SUPM Negeri Ambon sebelumnya bernama Sekolah Pertanian
Pembangunan (SPP) Negeri Ambon. Sekolah ini adalah merupakan UPT Badan
Pengembangan Sumberdaya Manusia Departemen Pertanian. Untuk lebih
menyelaraskan antara tugas dan fungsi institusi maka nama Sekolah Pertanian
Pembangunan (SPP) Negeri Waiheru Ambon diubah menjadi Sekolah Usaha
Perikanan Menengah (SUPM) Negeri Ambon melalui Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan No. KEP.26L/MEN/2001 Tahun 2001 tanggal 1 Mei
2001 yang berlokasi di Waiheru Jl. Laksdya.Leo Wattimena. SUPM Negeri
Ambon didirikan sebagai Unit Pelaksana Teknis Pusat Pendidikan Kelautan dan
Perikanan yang berada di bawah departemen kelautan dan perikanan dan
bertanggung jawab kepada Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia.

E. Peresmian SMA Negeri Siwalima Ambon


SMA Negeri Siwalima diresmikan tanggal 1 Agustus 2006 oleh Gubernur
Maluku Karel A. Ralahalu didampingi oleh Kepala Dinas Pendidikan dan
Olahraga Provinsi Maluku Bapak Drs. Ismael Titapela, M.Pd. Walikota Ambon
Bapak Drs. M.J. Papilaya, M.S dan Bupati Kepulauan Aru Bapak Teddy Tengko.
Yang berlokasi di Jl. Laksdya. Leo Wattimena Waiheru kota Ambon. sekolah ini
memperoleh ijin operasional sesuai denan Surat Keputusan Walikota Ambon
Nomor 180 tahun 2007 tertanggal 5 April 2007 dengan nama SMA Negeri
Siwalima sehingga beroperasi sebagai salah satu Sekolah Menengah Atas di Kota
Ambon. Pada tanggal 01 Agustus Tahun 2009 Sekolah ini statusnya kembali
ditingkatkan secara resmi oleh Sekretaris Daerah Ibu Ros Far Far yaitu dari
sekolah Kategori Mandiri menjadi Sekolah bertaraf International (RSBI)

F. Revitalisasi Wisma Muzdalifah Ambon


Revitalisasi dan pengembangan asrama haji Wisma Muzdalifah Waiheru
di Kota Ambon, Provinsi Maluku telah dilakukan sejak pertengahan tahun 2018.
Gedung ini dibangun di atas lahan seluas kurang lebih 2 hektar memiliki 110
kamar, 2 aula, 1 ruang restoran dan ruangan santai yang semuanya dilengkapi
dengan fasilitas AC. Dan sudah difungsikan sejak tahun 2019 untuk melayani
calon jamaah haji asal provinsi Maluku.

G. Pembangunan Indomaret
Pembangunan Indomaret khususnya di desa waiheru kec. Teluk Baguala
kota Ambon. Telah dimulai sejak pertengahan tahun 2019 yang dimana terdapat 2
cabang Indomaret, yang pertama di perbatasan Durian patah – waiheru dan yang
kedua di perbatasan Nania – Waiheru. Lokasi dibangunnya 2 cabang Indomaret
tersebut berada di samping Jl. Laksdya. Leo Wattimena.
BAB III
KOMPILASI DAN ANALISIS DATA

3.1 Fisik Dasar Desa Waiheru

Dalam perencanaan suatu wilayah harus mempertimbangkan karakteristik


wilayah tersebut, salah satunya adalah aspek fisik dasar. Fisik dasar merupakan
aspek yang menjadi landasan dalam perencanaan . Sehingga fisik dasar
diperlukan untuk mengetahui daya dukung lingkungan terhadap perencanaan
ruang.

3.1.1 Topografi

Istilah topografi berasal dari zaman Yunani kuno hingga Romawi kuno yang
berarti “detail dari suatu tempat”. Asal katanya adalah topos yang berarti tempat
dan graphia yang berarti tulisan. Jadi topografi adalah pemetaan yang terperinci
tentang keadaan muka bumi pada daerah tertentu. Wilayah desa waiheru memliki
gunung dengan tinggi sekitar 5m - 10m diatas permukaan laut yang dilalui
beberapa aliran sungai dan anak sungai yang berasal dari gunung tersebut
(sekitaran lapiaso). . Keadaan topografi Desa Waiheru, sebagian besar merupakan
dataran rendah dengan luas sekitar 80% dan 20% dataran tinggi. Lapiaso
merupakan daerah dataran tinggi sesuai dengan keadaan topgrafi tersebut dan
sangat didominasi dataran rendah maka masyarakat juga banyak berprofesi
sebagai petani.
3.1.2 Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng merupakan suatu lereng yang membentuk suatu sudut baik
dalam satuan derajat maupun persentase antara satu bidang tanah yang datar
dengan bidang tanah lainnya yang berada pada posisi yang lebih tinggi.

3.1.3 Curah Hujan

Definisi curah hujan atau yang sering disebut presipitasi dapat diartikan jumlah
air hujan yang turun di daerah tertentu dalam satuan waktu tertentu. Jumlah curah
hujan merupakan volume air yang terkumpul di permukaan bidang datar dalam
suatu periode tertentu (harian, mingguan, bulanan, atau tahunan).
3.1.4 Hidrologi

Hidrologi adalah cabang ilmu Geografi yang mempelajari pergerakan, distribusi,


dan kualitas air di seluruh Bumi, termasuk siklus hidrologi dan sumber daya
air.Sungai merupakan bagian dalam hidrologi. Sungai disebut juga
sebagai kali atau bengawan adalah aliran air di permukaan yang besar dan
berbentuk memanjang yang mengalir secara terus-menerus dari hulu (sumber)
menuju hilir (muara)  Terdapat beberapa sungai di Desa Waiheru diantaranya
sungai besar yang berada di daerah lapiaso dan sungai kecil yang berada di daerah
wainapo dan waisala.

3.1.5 Jenis Tanah

Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik.


Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah
mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus
sebagai penopang akar. Tanah yang terdapat pada Desa waiheru diklasifikasikan
menjadi 2 klasifikasi, yang di dalamnya terdapat beberapa jenis tanah yang
berbeda-beda tetapi memiliki sifat yang sama ke dalam kelompok-kelompok
berdasarkan pemakaiannya. Adapun jenis tanah yang terdapat di desa waiheru
terdiri atas:
Tanah aluvial adalah jenis tanah yang terjadi karna endapan lumpur yang
biasanya terbawa aliean sungai. Biasanya tanah ini ditemukan dibagian hilir atau
daerah rendah. Untuk warna tanah ini coklat hingga kelabu. Tanah ini sifatnya
subur dan cocok untuk pertanian.

Tanah Kambisol adalah tanah yang termasuk dalam kelas vertisol. Tanah
mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak tebal, tekstur lempung berat,
struktur kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga pejal di lapisan
bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan plastis, bila kering sangat keras
dan tanah retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas
absorpsi tinggi, permeabilitas lambat dan peka erosi.

Tanah regosol merupakan tanah yang menyimpan materi berupa abu vulkanik
dan juga pasir vulkanik. Bentuk wilayahnya berombak, sampai bergunung.
Mampunyai sifat subur, mempunyai sifat peka terhadap erosi tanah , berwarna
keabuan, kaya unsur hara, cenderung gembur, mempunyai kemampuan menyerap
air yang tinggi, serta mudah terkena erosi.

Tanah Gleisol adalah Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh
faktor lokal, yaitu topografi merupakan dataran rendah atau cekungan, hampir
selalu tergenang air, solum tanah sedang, warna kelabu hingga kekuningan,
tekstur geluh hingga lempung, struktur berlumpur hingga masif, konsistensi lekat,
bersifat asam (pH 4.5 – 6.0), kandungan bahan organik.

Tanah Litosol adalah Tanah ini jenis tanah yang terbentuk dari proses
pelapukan batuan beku dan sendimen. Ini memiliki butiran kasar dan kerikil dan
kandungan unsur haranta rendah.Biasanya tanah ini bisa ditemui pada daerah
yang memiliki tingkat kecuraman tinggi. Oleh karena itu jenis tanah ini sulit
untuk ditanami tumbuhan hanya sebagian kecil saja yang dapat digunakan untuk
tanaman pohon-pohon besar di hutan, palawija, dan padang rumput

Tanah Rendzina adalah tanah organik diatas tanah berkapur yang memiliki


kadar lempung seperti vertisol. tanah ini memiliki kadar lempung yang tinggi,
teksturnya halus dan daya permeabilitasnya rendah sehingga kemampuan
menahan air dan mengikat air tinggi.

3.1.6 Resiko Bencana


Salah satu bencana yang terjadi pada desa Waiheru yaitu Tanah Longsor
Seperti yang tergambar dalam peta Rawan Bencana Tanah Longsor desa
Waiheru pada daerah sekitar pemukiman dan perkantoran memiliki tingkat
resiko bena yang sangat rendah karena berada pada sikataran pesisir pantai.
Kemudian untuk daerah yang memiliki tingkat resiko bencana yang tinggi berada
pada daerah Lapiaso

3.2 Fisik Ruang Desa Waiheru


3.2.1 Administrasi
Desa waiheru adalah desa yang berada pada kecamatan Teluk Ambon Baguala
Kota Ambon Maluku
Indonesia. Desa Waiheru merupakan salah satu dari empat desa, dua negeri, dan
satu kelurahan di
Kecamatan Teluk Ambon Baguala Kota Ambon.
Desa Waiheru sendiri terletak pada wilayah pesisir dan dataran tinggi dengan luas
2.250Ha dan
panjang 1,5 km dengan jarak tempu ke ibu Kota Ambon adalah 17 km.
Perbatasan desa Waiheru sebelah Utara berbatasan dengan Petuanan Hitu, sebela
Selatan
berbatasan dengan perairan Teluk Ambon, sebelah Timur berbatasan dengan
Desa Nania, dan
sebelah barat berbatasan dengan Desa Hunut/Durian Patah.

3.3 Analisis Keruangan


Analisis keruangan adalah analisis lokasi yang menitik beratkan pada tiga
unsur jarak (distance), kaitan (interaction), dan gerakan (movement). Tujuan
dari analisis keruangan adalah untuk mengukur apakah kondisi yang ada
sesuai dengan struktur keruangan dan menganalisa interaksi antar unit
keruangan yaitu hubungan antara ekonomi dan interaksi keruangan,
aksebilitas antara pusat dan perhentian suatu wilayah dan hambatan
interaksi.

3.3.1 Pola Pemanfaatan Ruang

Pola pemanfaatan ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah


yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budidaya (UU No.26 Tahun 2007). Pemanfaatan Ruang di desa Waiheru
cenderung didominasikan pada kawasan budidaya. Kawasan budidaya dengan
penggunaan lahan terluas di desa Waiheru adalah pemukiman. Layanan publik
yang beroperasi disepanjang jalan arteri juga memberikan kontribusi dalam
penggunaan lahan. Kebanyakan masyarakat Waiheru merupakan petani sehingga
turut mempengaruhi penggunaan tanah di desa Waiheru yang dimanfaatkan untuk
lahan pertanian. Selain itu terdapat Kawasan Lindung di desa Waiheru dengan
penggunaan lahan sebagai hutan Manggrov. Sementara penggunaan lahan terkecil
yaitu lahan kosong.
3.3.2 KDB dan KLB

3.3.2.1 KDB

Koefisien Dasar Bangunan (KDB) atau dalam Bahasa inggrisnya Building


Covered Ratio (BCR), adalah angka presentase perbandingan anatara luas lantai
dasar bangunan terhadap luas lahan/sebidang tanah (persi) yang dikuasai. Lahan
pada desa Waheru didominasi oleh kawasan pemukiman, perkantoran,
perdagangan barang barang dan jasa, dan sawah. KDB untuk desa ini sekitar
75%.

3.3.2.2 KLB

Koefisien Lantai Bangunan ( KLB) merupakan angka persentase perbandingan


antara jumlah seluruh luas lantai bangunan yang dapat dibangun dengan luas
lahan yang tersedia. Pada desa Waiheru, koefisien lantai bangunannya didominasi
oleh banguna berlantai 1 dan 2. Sementara itu, terdapat bangunan yang berlantai 3
sampai 4. Bangunan tersebut dipengaruh oleh factor perdagangan serta
keagamaan.

3.3.3 Analisis Arah Perkembangan Kota

Pada awal pembangunan Desa Waiheru dimulai dengan dibangunnya kompi


senapan B di Jl. Laksdya Leo Wattimena, kemudian kebanyakan pembangunan
dilaksanakan disepanjang jalan arteri yang mengarah bagian selatan. Jalan arteri
ini menghubungkan antara poka dan negeri lama. Sehingga arah perkembangan
meningkat di kawasan tersebut. Selain mempermudah akses masyarakat dari sisi
ekonomi juga menghasilkan keuntungan. Beberapa tahun terakhir lahan kosong
di desa waiheru digunakan untuk pembangunan, salah satunya adalah
pembangunan Asrama Haji yang masih menjadi bagian kawasan selatan desa
Waiheru.

3.3.4 Daya Dukung Lahan


3.3.4.1 Ruang Hidup

Menurut Kurt Lewin pengertian ruang hidup adalah keseluruhan kumpulan fakta
yang ada pada suatu saat yang mempengaruhi atau menentukan tingkah laku.

3.3.4.2 Daya Dukung Lahan

Daya dukung lahan adalah jumlah penduduk yang dapat didukung atau disokong
oleh suatu luas sumberdaya lahan pada lingkungan tertentu dalam keadaan
makmur, sesuai dengan teknologi dan pengelolaan usahatani yang dilakukan petani.

Anda mungkin juga menyukai