Anda di halaman 1dari 9

Makassar, 30 November 2020 

 
 
 
TATA RUANG KOTA MAKASSAR  
 
 

 
 
 
 
DI SUSUN OLEH: 
 
 
DEWI FADHILA PUTRI 
D051181523 
 
 
DEPARTEMEN ARSITEKTUR 
FAKULTAS TEKNIK 
UNIVERSITAS HASANUDDIN 
 
TAHUN 2020 
 
 
I. PENDAHULUAN 
 
A. Latar Belakang 
 
Rasa aman adalah hak semua makhluk hidup. Rasa aman sangat bisa ditafsirkan
sebagai pengelolaan ruang sesuai dengan fungsinya.Pada awalnya manusia memang yang
mengatur, menyusun serangkaian batu kemudian menjadi gedung-gedung yang memadati
kota. Tapi, jika tanpa regulasi yang tepat, bangunan tersebut akan mengatur pola hidup dan
bahkan memengaruhi karakter kehidupan masyarakat di perkotaan.

Tata ruang khususnya kota Makassar menjadi sesuatu yang paling disorot karena
rentetan bencana banjir, longsor, dan macet yang dihadapi setiap tahunnya.Pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai fungsi menyebabkan ketidakseimbangan lingkungan dari sebuah
habitat tempat kita hidup sehingga peran yang diemban masing-masing peruntukan lahan,
saling menegasikan dan mematikan yang lainnya. Efek dari ketidakseimbangan lingkungan
menyebabkan apa yang kita sebut sebagai “bencana”.

B. Rumusan Masalah
1. Permasalahan bangunan-bangunan ruko di kota Makassar
2. Apa penyebab permasalahan tata ruang di kota Makassar & solusinya.

C. Tujuan dan Manfaat

Menyelesaikan berbagai problem perkotaan seperti kurang rapihnya penataan 


bangunan ruko yang ada di ​Kota​ ​Makassar​ dan permasalahan lainnya. 

1. Secara Teoritis  

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan serta kepustakaan 
untuk penelitian lanjutan terkait dengan tema dan topik dalam penelitian ini. Selain itu, juga 
diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalah tata kota yang ada. 

2. Secara Praktis 

b. Bagi pemerintah  

Penelitian ini sebagai bahan dan referensi bagi Pemerintah Kota Makassar tentang 
penyelesaian permasalahan pada tata ruang di kota Makassar.  

 
c. Bagi masyarakat 

Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada masyarakat tentang pentingnya 


menjaga lingkungan hidup dan adanya aturan-aturan dalam mewujudkan keterpaduan 
pembangunan dalam wilayah kabupaten atau kota, mewujudkan keserasian pembangunan 
wilayah kabupaten kota dengan wilayah sekitarnya menjamin terwujudnya tata ruang wilayah 
kabupaten atau kota yang berkualitas. 

 
II. TINJAUAN PUSTAKA

Ruang adalah wadah tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan,
dan memelihara kelangsungan hidupnya, secara hakikat harus mampu menjadi tameng
terhadap gangguan yang dirasakan masyarakat sebagai penghuni ruang sehingga ruang yang
nyaman dan aman dapat tewujud.

Penataan ruang yang baik bisa diukur melalui dampak positifnya terhadap demografi,
budaya, ekonomi, tata guna lahan, aksesbilitas yang mampu mendukung pertumbuhan dan
mengarah pada peningkatan taraf hidup masyarakat.

Ruang sendiri sebenarnya merupakan sebuah entitas yang dinamis yang setiap saat
bisa ditentukan arah pengembangan dan pembangunannya oleh pemegang kepentingan
tergantung dari pencitraan dari sebuah ruang yang akan dibentuk tanpa peduli efek negatif
setelahnya.

Ruko

Kota Makassar makin identik dengan sebutan kota ruko (rumah-toko). Bangunan 
yang merupakan rumah-sekaligus-toko atau toko-sekaligus-rumah ini, tersebar di seantero 
kota. Tembok beton persegi empat yang berbentuk kotak dengan lebar empat hingga lima 
meter dan panjang yang bervariasi, telah mendominasi tampilan fisik Makassar. Jika pada 
masa awal booming ruko, biasanya bangunan didirikan berlantai dua saja, kini sudah banyak 
yang berlantai tiga hingga lima. 

Pada awalnya manusia memang yang mengatur, menyusun batu bata kemudian 
menjadi gedung yang memenuhi kota. Tapi jika tanpa pengaturan yang baik bangunan 
tersebut kemudian akan mengatur pola hidup dan bahkan mempengaruhi karakter kehidupan 
manusia di perkotaan. Dengan kehadiran bangunan-bangunan Ruko yang mulanya 
dikembangkan di China dan kini menjadi model di Indonesia termasuk di Kota Makassar, 
misalnya, akan membuat penghuninya cenderung untuk berpikir pragmatis. Makanya, tanpa 
visi kebudayaan pembangunan sebuah kota akan terus saja menimbulkan problem – 
persoalan lama dan persoalan baru akan bertumpuk terhadap penghuninya. Kota tidak pernah 
menjadi lokasi hunian warga yang nyaman dan aman. 

Hampir semua kawasan kota tak luput dari bangunan ruko. Mulai dari Kecamatan 
Mamajang khususnya Jalan Veteran, Kecamatan Ujungpandang (daerah Sombaopu, Pecinan 
dan sekitarnya), Kecamatan Bontoala (Jl. Mesjid Raya dan Jl. Urip Sumihardjo), Kecamatan 
Panakukang (Jl. Boulevard, Pengayoman dan Jl. Pettarani, Jl. Adiyaksa), Kecamatan 
Rappocini (Jl. Rappocini), Kecamatan Tamalate (Tanjung Bunga), Kecamatan Tamalanrea (Jl 
Perintis Kemerdekaan) dan berbagai tempat lainnya. 
Dahulu Kota Daeng memiliki pola pembangunan kota linier. Yaitu, pola kota yang 
mengikuti garis pantai. Tetapi karena adanya pembangunan secara terus menerus, polanya 
berubah menjadi multiform/poliform dengan pola atau struktur tata ruang kota yang lebih dari 
satu. Pembangunan ruko secara massal dengan bentuk homogen menyebabkan view kota 
menjadi terbatas dan monoton. Pembangunan ruko yang menjadi semakin tidak terkendali 
tersebut hanya menekankan aspek ekonomi saja, tanpa memerhatikan harmonisasi dengan 
sekitar baik dalam penataan fasade, penempatan iklan, garis listplank hingga mengaburkan 
identitas bangunan di wilayah sekitarnya. 

Ruko yang ada di Kota Makassar umumnya kurang menerapkan sistem bangunan 
alamiah. Bagian fasad bangunan dibuat flat tanpa kanopi sehingga langsung diterpa panas 
matahari. Hal ini dapat berakibat lebih cepatnya kulit bangunan menjadi panas. Dinding bata 
setebal 15 cm, atau dinding kaca yang tanpa insulasi dengan cepat mengalirkan panas ini ke 
dalam bangunan, sehingga meningkatkan kebutuhan AC yang boros energi. 

Ruko Ekologis 

Kondisi seperti ini sebenarnya dapat diminimalkan jika saja setiap ruko yang 
dibangun mengacu kepada konsep bangunan ekologis, yaitu suatu pendekatan desain yang 
menempatkan arsitektur (termasuk bangunan dan lingkungannya) sebagai bagian dari 
ekosistem yang tanggap dan bekerja sama dengan komponen ekosistem lainnya, baik 
manusia, iklim, maupun flora dan fauna. 

Ruang–ruang yang direncanakan harus dapat memberi tempat yang nyaman bagi 
manusia, tanggap dan bekerja sama dengan iklim. Hal ini dapat dilakukan dengan 
membiarkan ruang terbuka yang dapat mempertahankan fungsi ekologis tanah, dan 
pengintegrasian tanaman pada ruang arsitektur. 

Lanskap horizontal dilakukan dengan memanfaatkan halaman ruko yang tidak luas 
sebagai ruang terbuka hijau. Belum adanya regulasi yang mengatur secara rinci penggunaan 
sisa lahan ini, berakibat pemilik bebas menutup muka tanah miliknya dengan perkerasan. 
Masih lebih baik jika material yang dipilih tetap memungkinkan penyerapan air, seperti grass 
block yang tampak dari beberapa ruko baru yang terdapat di Tamalanrea. 

Lemahnya Kontrol PEMDA dan Pelanggaran Tata Ruang di Makassar

Kota Makassar sendiri adalah salah satu kota dengan pembangunan infrastruktur yang
pesat dan dijuluki sebagai kota dunia, akan tetapi masih banyak pembangunan infrastruktur
yang tidak sesuai dengan fungsinya yang menyebabkan tata ruang Makassar kini menjadi
semakin tidak karuan.

Misalnya Makassar Town Square (mall Mtos) yang berada di kawasan pendidikan
terpadu dan posisinya berada di jalan Arteri. Jika dilihat dari fungsi ruangnya, MTOS telah
melanggar aturan RTRW kota Makassar karena berada di kawasan pendidikan bukan
kawasan industri.

Dampak negatifnya adalah bermunculan ruko-ruko menyebabkan ruang terbuka hijau


(RTH) semakin kurang, RTH yang kurang menyebabkan daya resap tanah ikut berkurang
sehingga menyebabkan banjir. Belum lagi kendaraan menuju kawasan meningkat
menyebabkan kemacetan, dan kawasan pendidikan menjadi ramai sehingga konsentrasi
pelajar terganggu.

Adapun pengembangan wilayah baru seperti di timur dan selatan kota, pembangunan 
fisiknya justru lebih parah lagi karena banyak dilakukan dengan mengabaikan Rencana Tata 
Ruang Kota yang sudah dibuat. Sebagai contoh di wilayah Panakkukang yang tadinya 
dititikberatkan sebagai pengembangan wilayah pemukiman dan perkantoran, justru kini dapat 
dijadikan sebagai pusat bisnis dan perdagangan. Bahkan terakhir ini tampak menjadi kawasan 
perhotelan dengan pembangunan banyak hotel berkelas. 

Warga Kota Makassar yang kini lebih dari 1,3 juta jiwa sebagian besar bermukim di 
wilayah utara Kota Makassar. Tapi jika lihat, sampdiai sekarang sangat minim bahkan sama 
sekali belum tersedia fasilitas pelayanan umum seperti rumah sakit refresentatif maupun 
semacam pusat perbelanjaan untuk pelayanan warga di wilayah utara Kota Makassar ini.  

Upaya mengatasi permasalahan tata ruang di Makassar 

1. Peningkatan Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang  

Pembangunan wilayah memerlukan penataan ruang yang berjalan baik dengan 


keterlibatan masyarakat.Menempatkan masyarakat sebagai pelaku pembangunan dapat 
mendorong efektivitas proses penataan ruang. 

Jadikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang dijabarkan secara terperinci 
dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) sebagai "panglima”. ​Menyusun RDTR (​Rencana 
Detail Tata Ruang)​ untuk seluruh kecamatan. RDTR ini vital karena mengatur zonasi 
pembangunan di setiap persil lahan agar tidak dikonversi sembarangan 

Menjalin komunikasi efektif dengan para pebisnis untuk bersama-sama menjadikan 


kota Makassar sebagai kota ramah investasi sekaligus juga dapat menjaga kearifan lokal dan 
identitas kota. Komunikasi tersebut adalah untuk memberikan batasan tegas dan jelas 
mengenai ruang-ruang bisnis sesuai regulasi.  

 
Prinsip-prinsip perencanaan dan perancangan perlu menyesuaikan dengan tingkat 
perkembangan lingkungan strategis perkotaan 

2. Penegakkan hukum atas peraturan yang ada.  

Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah dijadikan landasan hukum dalam 


penataan dan pengembangan kawasan lindung atau hutan kota setidaknya untuk lima 
tahun mendatang, namun mungkin yang belum dirasakan maksimal adalah 
pelaksanaan dan upaya penegakan hukumnya. Pemberian sanksi hukum terhadap 
pihak-pihak yang menyalahgunakan lahan di luar peruntukkannya harus lebih tegas, 
terlebih di kawasan yang telah diatur dalam peraturan di kota Makassar. 

 
III. PENUTUP 

A. Kesimpulan 

Penataan ruang yang baik bisa diukur melalui dampak positifnya terhadap demografi,
budaya, ekonomi, tata guna lahan, aksesbilitas yang mampu mendukung pertumbuhan dan
mengarah pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Ruang wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumber daya, merupakan
karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia yang perlu disyukuri, dilindungi,
dan dikelola secara berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat sesuai dengan
makna yang terkandung dalam falsafah dan dasar negara Pancasila. Dalam Undang-Undang
tentang Penataan Ruang menyatakan bahwa negara menyelenggarakan penataan ruang, yang
pelaksanaan wewenangnya dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan tetap
menghormati hak yang dimiliki oleh setiap orang.

B. Saran

Manusia tidak selamanya tepat pertimbangannya, adil sikapnya,


kadang-kadang manusia berbuat yang tidak masuk akal. Oleh sebab itu, manusia perlu
sekali tahu mengenai dirinya sendiri, kami menyadari bahwa makalah ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam
penulisan makalah ini, baik yang kami sengaja maupun yang tidak kami sengaja.
Maka dari itu sangat kami harapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

 
DAFTAR PUSTAKA 

https://syahriartato.wordpress.com/2010/02/22/masalah-tataruang-makassar/  

https://www.qureta.com/post/tata-ruang-kota-makassar-permasalahannya  

https://www.kompasiana.com/mahajinoesa/5500b916a33311c271511890/kontrol-legi 
slatif-lemah-tata-ruang-kota-makassar-amburadul 

http://rangkumanabadi.blogspot.com/2018/08/upaya-mengatasi-permasalahan-tata-ruang.htm
l  

https://properti.kompas.com/read/2014/03/07/1919581/Nih.Lima.Solusi.untuk.Ridwan.Kamil
.Benahi.Kota.Bandung​.  

9.miu-14-no-2-darto.pdf (unikom.ac.id) 

Anda mungkin juga menyukai