Anda di halaman 1dari 13

1

ABSTRAK

Dalam masyarakat yang modern seperti sekarang ini, yang ditandai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi disegala bidang kehidupan, sering kita bedakan
ruang tempat tinggal manusia itu menjadi wilayah perkotaan dan pedesaan. Wilayah
perkotaan merupakan wilayah pusat-pusat dari kegiatan manusia di luar sektor pertanian,
seperti pusat industri, perdagangan, sektor jasa, dan pelayanan masyarakat, pendidikan,
pemerintahan, dan sebagainya sehingga dalam kehidupan sehari-harinya, kota terlihat
sangat sibuk. Kegiatan yang mendominasi juga menjadikan jenis kota tersebut berdeda
dengan kota lainnya. Wilayah perkotaan di Indonesia mulai berkembang, diantaranya
adalah Kota Jambi yang masuk dalam salah satu Kota besar di Indonesia.
Pada hakekatnya kota itu lahir dan berkembang dari suatu wilayah pedesaan yang
sebelumnya merupakan panorama alamiah berupa sawahan, kebun atau daerah perbukitan
dengan kesejukan udara dan keindahan alamnya telah diubah oleh manusia menjadi
bangunan-bangunan Perkantoran, perumahan, pasar, pusat-pusat pertokoan dan tempat-
tempat fasilitas lainnya. Perkembangan kota tersebut menimbulkan pola keruangan kota
yang berdasarkan kegiatan apa saja yang terjadi di sutu kota tersebut, dan dimana saja
penyebaran pusat-pusat kegiatannya.

Kata kunci : Kota, Kota Jambi, jenis kota, pola keruangan kota.







2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kota Jambi adalah Ibu Kota Propinsi Jambi, Pemerintah Kota Jambi dibentuk dengan
Ketetapan Gubernur Sumatera No.103/1946 sebagai Daerah Otonom Kota Besar di
Sumatera, kemudian diperkuat dengan Undang-undang No.9/1956 dan dinyatakan
sebagai Daerah Otonom Kota Besar dalam lingkungan Propinsi Sumatera Tengah.
Dengan dibentuknya Propinsi Jambi tanggal 6 Januari 1948, maka sejak itu pula Kota
Jambi resmi menjadi Ibu Kota Propinsi. Kota Jambi berkembang pesat hingga dapat
dikatakan sebagai kota perdagangan dan bisnis.
Sebuah kota pasti mempunya ciri yang berbeda serta mempunyai fungsi yang
berbeda juga. Seperti halnya Kota jambi mempunyai fungsi sebagai pusat perdagangan.
Maka dari itu masyarakat di Kota Jambi rata-rata banyak berkerja di sektor perdagangan
dan jasa. Disebuah kota tidak hanya menjadi tempat melakukan aktifitas perdagangan
saja tetapi dapat menjadi tempat atau wadah dalam melangsungkan aktifitas manusia
seperti bermukim, belajar, bermain, berpolitik, dan kegiatan lainnya yang berbeda dari
desa.
Pola keruangan kota perlu diperhatikan karena ini menyangkut tata guna lahan. kita
dapat mengetahui potensi manakah yang dapat dikembangkan di area tersebut. Apakah
cocok menjadi pusat permukiman atau mungkin lebih cocok menjadi pusat
pemerintahan. Kita dapat mempelajarinya melalui teori pola keruangan. Maka dari itu
penulis akan membahas tentang pola keruang di Kota Jambi.

1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pola keruangan di Kota
Jambi.



3

1.3 Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, penulis akan membahas tentang :
1. Definisi Kota
2. Ciri Fisik Kota
3. Letak geografis Kota
4. Klasifikasi Kota
5. Pola Keruangan Kota

1.4 Metode Pengumpulan Data
Metode yang penulis terapkan dalam pengumpulan data untuk makalah ini adalah
metode pustaka, yaitu cara mengambil data yang bersumber dari buku, jurnal, atau
internet.













4

BAB II
PEMBAHASAN
POLA KERUANGAN KOTA JAMBI
2.1 Definisi Kota
Kota adalah suatu tempat dengan batasan tertentu yang digunakan manusia
untuk melakukan segala aktifitas perkehidupannya. Menurut bintarto, Kota adalah
sebuah bentang budaya yg ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non-alami
dengan gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dan corak kehidupan yang
bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya. Kota
Jambi merupakan salah satu kota yang terbentuk karena sebuah bentang budaya
yang penduduknya adalah heterogen serta matrealistis.
Pada hakekatnya kota itu lahir dan berkembang dari suatu wilayah pedesaan
yang sebelumnya merupakan panorama alamiah berupa sawahan, kebun atau
daerah perbukitan dengan kesejukan udara dan keindahan alamnya telah diubah
oleh manusia menjadi bangunan-bangunan Perkantoran, perumahan, pasar, pusat-
pusat pertokoan dan tempat-tempat fasilitas lainnya.
Menurut Grunfeld, kota adalah suatu pemukiman dengan kepadatan
penduduk lebih besar dari pada kepadatan wilayah nasional, dengan struktur mata
pencaharian non agraris dan system penggunaan tanah yang beraneka ragam serta
ditutupi oleh gedung-gedung tinggi yang lokasinya sangat berdekatan. Berdasarkan
peraturan mentri Dalam Negeri RI Nomor 4 tahun 1980, pada hakekatnya kota
mempunyai 2 macam pengertian. Pertama, suatu wadah yang memiliki batasan
administratif wilayah, seperti kotamadya dan kota administratif sebagaimana telah
diatur oleh perundang-undangan. Misalnya, Kotamadya Malang, kota administratif
Jember, Bekasi dan sebagainya. Kedua, sebagai lingkungan kehidupan perkotaan
yang mempunyai ciri non agraris, misalnya ibukota kabupaten, ibukota kecamatan
yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan dan pusat pemukiman



5

2.2 Ciri-ciri Fisik Kota
Kota merupakan tempat bermukim, tempat bekerja, tempat kegiatan
ekonomi, pusat pemerintahan, dan pusat kegiatan lain yang telah mengalami banyak
kemajuan pembangunan fisik. Kota yang telah berkembang maju mempunyai
peranan yang lebih besar, antara lain sebagai pusat permukiman penduduk, pusat
perputaran modal dan keuangan, pusat kegiatan transportasi, pusat kegiatan
konsumsi dan produksi, pusat kegiatan pemasaran dan perdagangan, pusat
perindustrian, pusat kegiatan sosial budaya, pusat kegiatan kesenian, dan pusat
pendidikan. Pusat fasilitas-fasilitas masyarakat yang lain seperti kesehatan, lembaga-
lembaga sosial dan keahlian, kegiatan politik, dan administrasi pemerintahan juga
berada di kota.
Bisa dibilang, Kota Jambi merupakan Kota berkembang. Pusat perdagangan di
kota ini menjadi yang utama di Provinsi Jambi. Kepadatan peduduk di kota ini lebih
besar dari pada kota lainnya di Provinsi Jambi sehingga membuat dampak
pemusatan permukiman. Dari perihal lainnya juga dapat dikatakan baik, seperti
pusat pendidikan. Kota Jambi mempunyai 3 perguruan tinggi yaitu Universitas Jambi,
Universitas Batanghari, dan Institut Agama Islam Sultan Taha Syaifuddin. Ketiga
perguruan tinggi ini terbaik di provinsi Jambi. Pusat perindustrian seperti tambak
ikan, tanaman pangan dan peternakan di Kota Jambi berkembang walaupun bukan
menjadi yang utama. Seperti kota berkembang lainnya, kegiatan politik dan
pemerintahan berdiri mandiri dalam mengatur dan menata Kota jambi ini.
Masyarakat di Kota Jambi kini lebih mudah menyesuaikan diri terhadap
perubahan sosial yang disebabkan oleh adanya pengaruh keterbukaan dari daerah
luar. Masyarakat kota lebih bersifat individual, dimana kepentingan individu lebih
menonjol, jika dibandingkan dengan sikap solidaritas dan gotong royong. Namun
sifat individualis masyarakat Kota Jambi tidak terlalu mencolok, karena mereka
masih kental dengan adat masyarakat yang suka gotong royong. Setiap kota memiliki
dinamika pertumbuhan masing-masing. Ada kota yang lambat berkembang, tetapi
ada pula yang sangat pesat perkembangannya. Hal ini karena kota dipengaruhi oleh
lokasi dan keadaan morfologi dan bentuk lahannya.


6

2.3 Letak Geografis Kota Jambi
Berdasarkan Undang-undang nomor 6 tahun 1986, luas wilayah administratif
pemerintah kota Jambi adalah 205.38 km. Secara geomorfologis kota ini terletak
di bagian barat cekungan Sumatera bagian selatan yang disebut sub-cekungan Jambi,
yang merupakan dataran rendah di Sumatera bagian timur. Batas Kota Jambi sebelah
utara, barat, selatan, dan timur yaitu berbatasan dengan Kabupaten muaro Jambi,
dengan kata lain, Kota Jambi ini wilayahnya dikelilingi oleh kabupaten Muaro Jambi
Dari topografinya, kota Jambi relatif datar dengan ketinggian 0-60 m di atas
permukaan laut. Jarang terdapat hutan maka banyak penduduk yang bermukim di
kota ini. Bagian bergelombang terdapat di utara dan selatan kota, sedangkan daerah
rawa terdapat di sekitar aliran Batanghari yang merupakan sungai terpanjang di
pulau Sumatera. Kota Jambi beriklim tropis dengan suhu ratarata minimum berkisar
antara 22,1-23,3 C dan suhu maksimum antara 30,8-32,6 C, dengan kelembaban
udara berkisar antara 82-87%. Sementara curah hujan terjadi sepanjang tahun
sebesar 2.296,1 mm/tahun (rata-rata 191,34 mm/bulan) dengan musim penghujan
terjadi antara Oktober-Maret dengan rata-rata 20 hari hujan/bulan, sedangkan
musin kemarau terjadi antara April-September dengan rata-rata 16 hari hujan/bulan.



7

2.4 Klasifikasi Kota
Sistem penggolongan atau pengklasifikasian kota dapat didasarkan atas
beberapa faktor, misalnya jumlah penduduk yang tinggal di suatu kota, fungsi kota
ataupun luas kota. Biasanya sistem penggolongan yang dilakukan oleh suatu negara
tidak sama dengan negara lainnya. Hal ini berhubungan dengan tingkat kemajuan
pembangunan yang telah dicapai serta jumlah penduduk negara yang bersangkutan.
Selain itu masih banyak istilah-istilah yang berhubungan dengan kota yang kerap kali
membingungkan, seperti city, town, dan urban. City dapat diartikan sebagai
kota, town adalah kota kecil, sedangkan urban atau wilayah perkotaan mempunyai
pengertian sebagai suatu daerah yang memiliki suasana kehidupan kota. Jadi
walaupun letaknya di pinggiran kota, namun apabila daerah tersebut telah
memperlihatkan tanda-tanda kehidupan penduduknya yang menyerupai masyarakat
kota, maka daerah tersebut dinamakan wilayah perkotaan.
Yang membedakan antara Kota satu dengan Kota lainnya adalah salah
satunya berdasarkan jumlah penduduk. Kota yang jumlah penduduknya antara
20.000-50.000 jiwa disebut Kota kecil. Jika jumlah penduduknya kurang dari 100.000
jiwa, maka disebut Kota sedang. Kota besar jumlah penduduknya adalah antara
100.000 -1.000.000 jiwa. Ada juga sebutan Kota metropolitan, yaitu jumah penduduk
di Kota tersebut antara 1.000.000 5.000.000 jiwa. Sedangkan Kota yang jumlah
penduduknya lebih dari 5.000.000 jiwa disebut megapolitan. Jumlah penduduk di
Kota Jambi mencapai 557.215 jiwa. Dapat dikatakan Kota Jambi adalah kota besar
karena jumlah penduduknya kurang dari 1.000.000 jiwa.
Bila diamati dari segi fungsi nya, Kota Jambi merupakan pusat perdagangan
karena Penduduk kota jambi sebagian besar bergerak dibidang perdagangan dan
jasa, karena kota jambi tidak memiliki potensi yang menonjol selain potensi
perdagangan dan jasa. kegiatan ekonomi di Kota ini berkembang dengan pesat dan
di percaya dapat menjadi gerbang perdagangan internasional. Sektor perdagangan
dan sektor jasa merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja di Kota Jambi. Kedua
sektor ini menjadi penyerap tenaga kerja karena kota jambi merupakan kota tempat
terjadinya transaksi bisnis dan perdagangan terbesar di provinsi jambi. Kota jambi
melayani kawasan di provinsi Jambi sebagai pusat aktifitas skunder dan tersier.

8

2.5 Pola Keruangan
Ada 3 teori pola keruangan menurut para ahli, yaitu :
a. Teori konsentrik dikemukakan oleh E.W. Burgess. Menurut teori ini, daerah
perkotaan dibagi menjadi lima wilayah, yaitu sebagai berikut.
1. Pusat Daerah Kegiatan (PDK) sering juga disebut Central Business District
(CBD), dicirikan dengan adanya pusat pertokoan, kantor pos, bank, bioskop,
dan pasar.
2. Wilayah transisi, ditandai dengan industri manufaktur, pabrik, dan pola
penggunaan lahan yang merupakan pola campuran.
3. Wilayah permukiman masyarakat berpendapatan rendah.
4. Wilayah permukiman masyarakat berpendapatan menengah.
5. Wilayah permukiman masyarakat berpendapatan tinggi.
6. Wilayah penglaju (commutter)

Gambar 2.5 a : diagram teori konsentrik
Contoh kota yang berpola konsentrik, antara lain London, Chicago, Kalkuta,
Adelaide, dan sebagian besar kota-kota di Indonesia.
b. Teori Sektoral ini dikemukakan oleh Homer Hoyt. Menurut teori ini, unit-unit
kegiatan di perkotaan tidak mengikuti zona-zona teratur secara konsentris, tetapi
membentuk sektor-sektor yang sifatnya lebih bebas. Dalam teori ini, Hoyt
berpendapat bahwa daerah-daerah yang memiliki harga tanah atau sewa tanah
tinggi biasanya terletak di luar kota. daerah-daerah yang memiliki sewa tanah dan
harga tanah rendah merupakan jalur-jalur yang bentuknya memanjang dari pusat
kota ke daerah perbatasan. Zona pusat adalah daerah pusat kegiatan.
9


Gambar 2.5 b : diagram teori sektoral


Keterangan :
1. Central Business District (CBD) atau pusat daerah kegiatan bisnis yg
terdiri: bangunan kantor, hotel, bank, bisokop, pasar dan pusat
perbelanjaan.
2. Sektor industri ringan dan perdagangan
3. Sektor kaum buruh, yaitu kawasan pemukiman kaum buruh.
4. Sektor permukiman kaum menengah
5. Sektor permukiman kaum elit (eksekutif dan pejabat)
c. Teori Inti Ganda ini dikemukakan oleh Harris dan Ullman, yaitu keadaan tata ruang
kota dapat di kelompok kan menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut.
1. Inti Kota (Core of City), adalah wilayah kota yang digunakan sebagai pusat
kegiatan, ekonomi, pemerintahan, dan kebudayaan.
2. Selaput Inti Kota, adalah wilayah yang terletak di luar inti kota sebagai akibat
dari tidak tertampungnya kegiatan dalam kota.
3. Kota Satelit, adalah suatu daerah yang memilki sifat perkotaan dan pusat
kegiatan industri.
10

4. Suburban, adalah daerah sekitar kota yang berfungsi sebagai daerah
permukiman.

Gambar 2.5 c : diagram teori sektoral

Keterangan :
1. Pusat Kota atau CBD (Central Business District)
2. Kawasan niaga dan industri ringan
3. Kawasan pemukiman kaum buruh
4. Kawasan pemukiman kaum menegah
5. Kawasan pemukiaman kaum kaya
6. Pusat industri berat
7. Pusat perbelanjaan di daerah pinggiran
8. Kawasan perumahan pegawai yg bekerja dikota
9. Kawasan industri



11

Sebagian besar kota-kota di Indonesia berpola konsentrik termasuk Kota Jambi.
Pusat Daerah Kegiatan (PDK) sering juga disebut Central Business District (CBD),
berada di kecamatan Pasar Jambi. Wilayah transisi, ditandai dengan industri
manufaktur, pabrik, dan pola penggunaan lahan yang merupakan pola campuran
terdapat di Kecamatan Jambi Timur dan Selatan serta. Wilayah permukiman
masyarakat berpendapatan rendah terdapat di Kecamatan Kenali Besar. Wilayah
permukiman masyarakat berpendapatan menengah terdapat di Kecamatan Telanai
Putra . Wilayah permukiman masyarakat berpendapatan tinggi terdapat di
Kecamatan Jambi Seberang Kota, dan Kecamatan Kota Baru. Wilayah penglaju
(commutter) berada di Kecamatan Talang Gulo. Peta penyebarannya dapat di lihat di
bawah ini







12

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam masyarakat yang modern seperti sekarang ini, yang ditandai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi disegala bidang kehidupan, sering kita
bedakan ruang tempat tinggal manusia itu menjadi wilayah perkotaan dan pedesaan.
Sedangkan wilayah perkotaan merupakan wilayah pusat-pusat dari kegiatan manusia
di luar sektor pertanian, seperti pusat industri, perdagangan, sektor jasa, dan
pelayanan masyarakat, pendidikan, pemerintahan, dan sebagainya sehingga
menimbulkan pola keruangan kota. Sifat masyarakat yang heterogen dan
materialistis sangat kental dalam masyarakat perkotaan. Kegiatan yang mendominasi
di suatu kota dapat memunculkan fungsi kota tersebut sehingga dapat
diklasifikasikan sesuai fungsinya. Kota Jambi merupak Kota Perdagangan, dimana
semua jenis transaksi dan jual-beli berpusat di kota ini.

















13

DAFTAR PUSTAKA

http://jambikota.bps.go.id/index.php?hal=tabel&id=4

http://www.metrojambi.com/v1/metro/986-kota-jambi-masih-banyak-masalah.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Jambi

http://ewissok.blogspot.com/2012/10/pola-keruangan-kota.html

http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/01/kondisi-spasial-pola-keruangan-dampak-
interaksi-desa-dan-kota.html

Anda mungkin juga menyukai