Perkembangan wilayah diawali dengan munculnya pusat pertumbuhan. Apakah yang dimaksud dengan
pusat pertumbuhan? Coba simak perkembangan Kota Jakarta. Sebelum menjadi kota bernama Jakarta,
kota yang bernama Batavia ini hanya merupakan tempat administrasi pemerintahan Belanda di
Indonesia. Segala kegiatan ekonomi perdagangan dan keluar masuk barang (ekspor impor) di wilayah
jajahan Belanda dalam wilayah Nusantara harus melewati administrasi di Batavia. Kegiatan
administrasi ini merangsang kegiatan lain, seperti pelayanan jasa dan perbankan sehingga banyak
gedunggedung perkantoran dibangun untuk mendukungnya. Memang, kegiatan ekonomi menjadi kekuatan
pendorong bagi tumbuhnya suatu daerah. Pusat pertumbuhan yang muncul akan memengaruhi wilayah
sekitarnya.
Jadi, sekarang kamu sudah mempunyai gambaran tentang pusat pertumbuhan. Pusat pertumbuhan
merupakan suatu wilayah yang berkembang secara pesat khususnya kegiatan ekonomi sehingga menjadi
pusat pembangunan daerah. Pusat pertumbuhan akan mendorong perkembangan wilayah sekitarnya.
Pusat pertumbuhan yang muncul di suatu wilayah dipengaruhi oleh karakteristik wilayahnya.
Perkembangan pusat pertumbuhan di suatu wilayah ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut.
Teori polarisasi ekonomi dikemukakan oleh Gunar Myrdal. Menurut Myrdal, setiap daerah mempunyai
pusat pertumbuhan yang menjadi daya tarik bagi tenaga buruh dari pinggiran. Pusat pertumbuhan
tersebut juga mempunyai daya tarik terhadap tenaga terampil, modal, dan barang-barang dagangan
yang menunjang pertumbuhan suatu lokasi. Demikian terus-menerus akan terjadi pertumbuhan yang
makin lama makin pesat atau akan terjadi polarisasi pertumbuhan ekonomi (polarization of
economic growth).
Teori polarisasi ekonomi Myrdal ini menggunakan konsep pusat-pinggiran (coreperiphery). Konsep
pusat-pinggiran merugikan daerah pinggiran, sehingga perlu diatasi dengan membatasi migrasi
(urbanisasi), mencegah keluarnya modal dari daerah pinggiran, membangun daerah pinggiran, dan
membangun wilayah pedesaan.
Adanya pusat pertumbuhan akan berpengaruh terhadap daerah di sekitarnya. Pengaruh tersebut
dapat berupa pengaruh positif dan negatif. Pengaruh positif terhadap perkembangan daerah
sekitarnya disebut spread effect. Contohnya adalah terbukanya kesempatan kerja, banyaknya
investasi yang masuk, upah buruk semakin tinggi, serta penduduk dapat memasarkan bahan mentah.
Sedangkan pengaruh negatifnya disebut backwash effect, contohnya adalah adanya ketimpangan
wilayah, meningkatnya kriminalitas, kerusakan lingkungan, dan lain sebagainya.
Konsep kutub pertumbuhan (growth pole concept) dikemukakan oleh Perroux, seorang ahli ekonomi
Prancis (1950). Menurut Perroux, kutub pertumbuhan adalah pusat-pusat dalam arti keruangan yang
abstrak, sebagai tempat memancarnya kekuatankekuatan sentrifugal dan tertariknya kekuatan-
kekuatan sentripetal. Pembangunan tidak terjadi secara serentak, melainkan muncul di tempat-
tempat tertentu dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda. Kutub pertumbuhan bukanlah kota
atau wilayah, melainkan suatu kegiatan ekonomi yang dinamis. Hubungan kekuatan ekonomi yang
dinamis tercipta di dalam dan di antara sektor-sektor ekonomi.
Contoh: industri baja di suatu daerah akan menimbulkan kekuatan sentripetal, yaitu menarik
kegiatan-kegiatan yang langsung berhubungan dengan pembuatan baja, baik pada penyediaan bahan
mentah maupun pasar. Industri tersebut juga menimbulkan kekuatan sentrifugal, yaitu rangsangan
timbulnya kegiatan baru yang tidak berhubungan langsung dengan industry baja.
Teori pusat pertumbuhan dikemukakan oleh Boudeville. Menurut Boudeville (ahli ekonomi Prancis),
pusat pertumbuhan adalah sekumpulan fenomena geografis dari semua kegiatan yang ada di permukaan
Bumi. Suatu kota atau wilayah kota yang mempunyai industri populasi yang kompleks, dapat
dikatakan sebagai pusat pertumbuhan. Industri populasi merupakan industri yang mempunyai
pengaruh yang besar (baik langsung maupun tidak langsung) terhadap kegiatan lainnya.
Teori tempat sentral dikemukakan oleh Walter Christaller (1933), seorang ahli geografi dari
Jerman. Teori ini didasarkan pada lokasi dan pola persebaran permukiman dalam ruang. Dalam
suatu ruang kadang ditemukan persebaran pola permukiman desa dan kota yang berbeda ukuran
luasnya. Teori pusat pertumbuhan dari Christaller ini diperkuat oleh pendapat August Losch
(1945) seorang ahli ekonomi Jerman.
Keduanya berkesimpulan, bahwa cara yang baik untuk menyediakan pelayanan berdasarkan aspek
keruangan dengan menempatkan aktivitas yang dimaksud pada hierarki permukiman yang luasnya
meningkat dan lokasinya ada pada simpul-simpul jaringan heksagonal. Lokasi ini terdapat pada
tempat sentral yang memungkinkan partisipasi manusia dengan jumlah maksimum, baik mereka yang
terlibat dalam aktivitas pelayanan maupun yang menjadi konsumen dari barang-barang yang
dihasilkannya.
Tempat-tempat tersebut diasumsikan sebagai titik simpul dari suatu bentuk geometrik berdiagonal
yang memiliki pengaruh terhadap daerah di sekitarnya. Hubungan antara suatu tempat sentral
dengan tempat sentral yang lain di sekitarnya membentuk jaringan sarang lebah seperti yang kamu
lihat pada gambar samping.
Menurut Walter Christaller, suatu tempat sentral mempunyai batas-batas pengaruh yang melingkar
dan komplementer terhadap tempat sentral tersebut. Daerah atau wilayah yang komplementer ini
adalah daerah yang dilayani oleh tempat sentral. Lingkaran batas yang ada pada kawasan pengaruh
tempat-tempat sentral itu disebut batas ambang (threshold level).
Konsep dasar dari teori tempat sentral sebagai berikut.
1) Population threshold,
yaitu jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk melancarkan dan kesinambungan dari unit
pelayanan.
2) Range (jangkauan),
yaitu jarak maksimum yang perlu ditempuh penduduk untuk mendapatkan barang atau jasa yang
dibutuhkannya dari tempat pusat. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
a) Range selalu lebih besar dibanding daerah tempat population threshold.
b) Inner limit (batas dalam) adalah batas wilayah yang didiami population threshold.
c) Outer limit (batas luar) adalah batas wilayah yang mendapatkan pelayanan terbaik, sehingga
di luar batas itu penduduk akan mencari atau pergi ke pusat lain.
Teori Walter Christaller dapat diterapkan secara baik di suatu wilayah dengan syarat -syarat
sebagai berikut.
1) Topografi dari wilayah tersebut relatif seragam, sehingga tidak ada bagian yang mendapat
pengaruh lereng atau pengaruh alam lainnya dalam hubungannya dengan jalur angkutan.
2) Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk relatif homogeny dan tidak memungkinkan adanya
produksi primer yang menghasilkan padi-padian, kayu, atau batu bara.
Wilayah Indonesia yang luas dan terdiri atas banyak pulau berpengaruh terhadap kelancaran
pelaksanaan pembangunan. Pembangunan nasional akan lancar apabila pelaksanaannya tidak terpusat
dalam satu wilayah, misalnya Jawa, tetapi menyebar dan menjangkau ke seluruh wilayah Indonesia.
Atas dasar ini, maka pembangunan nasional Indonesia dilaksanakan dengan sistem perwilayahan
(regionalisasi) dan kota-kota utama yang ada dijadikan sebagai pusat-pusat pertumbuhannya.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah membagi wilayah Indonesia menjadi empat
pusat pertumbuhan dengan kota utamanya yaitu Medan, Jakarta, Surabaya, dan Makassar. Setiap
pusat pertumbuhan atau regional membawahi beberapa wilayah. Setiap wilayah terdiri atas beberapa
daerah. Agar lebih jelas, coba kamu perhatikan tabel sebagai berikut.
Bila disajikan dalam peta, pusat pertumbuhan di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut.
Sistem perwilayahan tersebut juga diterapkan dalam lingkup daerah yang lebih kecil di setiap
provinsi. Dengan demikian, terjadi hubungan antara kabupaten dan kecamatan, antarkabupaten,
serta antarkecamatan yang merupakan wilayah administrasi lebih kecil.
Program pembangunan nasional telah dilaksanakan pemerintah lebih dari 30 tahun. Banyak kemajuan
di segala bidang dan member manfaat bagi masyarakat. Akan tetapi, selain keberhasilan yang
telah dicapai tidak sedikit kekurangan dan kelemahan yang menyertainya. Beberapa kekurangan
tersebut antara lain terjadinya pertumbuhan tidak seimbang atau kesenjangan pembangunan
antarbidang, kesenjangan ekonomi antargolongan penduduk, dan kesenjangan pembangunan
antarwilayah.
Secara geografis, kesenjangan pembangunan terjadi antara kawasan timur Indonesia (KTI) dengan
kawasan barat Indonesia (KBI). Kesenjangan pembangunan antarkawasan ini perlu diatasi, sehingga
KTI yang sudah tertinggal dapat mengejar ketertinggalan dan sejajar dengan KBI dalam
pembangunannya. Usaha yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi kesenjangan itu dengan
pembentukan kawasan pengembangan ekonomi terpadu (KAPET) di KTI melalui Keputusan Presiden
(Keppres) Nomor 150 Tahun 2000.
KAPET yang dikembangkan di kawasan timur Indonesia (KTI) diharapkan menjadi pusat pertumbuhan
yang akan merangsang perkembangan wilayah sekitarnya melalui trickle down effect. Dengan
demikian, mendorong munculnya kegiatan-kegiatan ekonomi di wilayah sekitar. Beberapa bidang
kegiatan ekonomi yang dapat dikembangkan di KTI meliputi pertanian tanaman pangan dan
hortikultura, perkebunan, perikanan, kehutanan, pariwisata, pertambangan, serta industri.
Pengembangan KAPET tersebar di wilayah Indonesia, yaitu Manado, Bitung, Batui, Pare-Pare,
Bukari, Bima, Seram, Mbay, Biak, Sanggau, Das Kakab, Batulicin, Sasamba, dan Sabang.
Penyebaran pusat-pusat pertumbuhan ke luar Jawa terutama ke kawasan timur Indonesia (KTI)
seperti pembentukan KAPET bertujuan sebagai berikut.
1) Pemanfaatan sumber daya alam.
2) Peningkatan dan pemerataan kegiatan ekonomi.
3) Peningkatan pendapatan daerah.
4) Memperkuat ketahanan dan posisi geografis.
Pengaruh yang ditimbulkan dari pusat pertumbuhan yang berkembang di suatu wilayah sebagai
berikut.
b. Perkembangan Ekonomi
Pusat pertumbuhan yang muncul di suatu wilayah akan meningkatkan kegiatan perekonomian di
wilayah itu. Kesempatan kerja yang banyak dari berbagai bidang dan arus barang kebutuhan hidup
berdampak pada perkembangan usaha-usaha ekonomi lain. Sebagai contoh, munculnya pusat
pertumbuhan yang berawal dari kegiatan penambangan batu bara merangsang tumbuhnya
kegiatankegiatan ekonomi lain, seperti warung makan, pasar, penginapan, toko kelontong, usaha
transportasi, dan tempat hiburan. Dari usaha transportasi sendiri akan mendorong tumbuhnya
penjualan alat-alat transportasi dan perbengkelan.
Banyak penduduk pendatang dan penduduk lokal membuka usaha atau melakukan kegiatan ekonomi di
wilayah pusat pertumbuhan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Mereka bekerja sebagai
wiraswastawan, pedagang, karyawan, buruh, dan penjualan jasa. Kawasan industri, perkebunan,
pertambangan, kehutanan, dan pertanian merupakan wilayah yang dapat dikembangkan menjadi pusat-
pusat pertumbuhan. Kegiatan ekonomi yang berkembang di wilayah pusat pertumbuhan akan
meningkatkan kesejahteraan penduduk.
Pengaruh pusat pertumbuhan yang semakin berkembang terhadap sosial budaya antara lain sebagai
berikut.
1) Penduduk termotivasi untuk memiliki keterampilan dan pengetahuan guna mengatasi masalah
akibat perubahan social budaya.
2) Terjadi percampuran budaya (akulturasi) antara penduduk pendatang dan penduduk lokal serta
antarpenduduk pendatang sendiri.
3) Arus informasi dari luar wilayah semakin meningkat.
4) Status sosial akan meningkat seiring peningkatan kesejahteraan hidup.
5) Perubahan sikap penduduk terhadap disiplin waktu, penggunaan uang, dan pemilikan kebutuhan
hidup.
1. Penentuan Batas Wilayah Pertumbuhan
Sebuah pusat pertumbuhan memiliki daerah pengaruh yang jumlahnya lebih dari satu. Hal ini
disebabkan pusat pertumbuhan menawarkan berbagai jenis barang dan pelayanan. Pengaruh pusat
pertumbuhan terhadap daerah sekitarnya berkurang seiring dengan jarak. Semakin jauh jaraknya
maka semakin kecil pengaruhnya dan semakin rendah tingkat pelayanannya.
Di Inggris, untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kota terhadap daerah sekitarnya dilakukan
dengan menyusun indeks. Indeks tersebut menunjukkan keterkaitan kota dengan daerah di
sekelilingnya. Indeks tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Distribusi surat kabar lokal dengan daerah sekitarnya.
b. Pelayanan transportasi umum.
c. Penjualan barang dengan eceran di kecamatan oleh pedagang besar di kota.
d. Persebaran sekolah-sekolah tertentu.
e. Banyaknya pelajar dan jauh dekatnya jarak asal para pelajar tersebut.
f. Wilayah cakupan pelayanan dari rumah sakit pusat.
g. Wilayah persebaran berita atau hiburan lewat siaran radio.
Selain berdasarkan indeks di atas, untuk menentukan batas wilayah pertumbuhan dapat dilakukan
secara kualitatif dan kuantitatif.
a. Secara Kualitatif
Penentuan batas wilayah pertumbuhan secara kualitatif, antara lain dilakukan dengan melakukan
survei langsung atau kunjungan. Dengan begitu kamu akan mengetahui secara langsung batas-batas
pertumbuhan wilayah. Misalnya dengan mengunjungi perbatasan kota, desa, atau provinsi.
Selain itu, penentuan batas pertumbuhan secara kualitatif juga dapat dilakukan dengan
interpretasi foto udara atau citra satelit. Penentuan batas pertumbuhan didasarkan pada warna,
rona, tekstur, dan pola yang ada dalam foto udara atau citra satelit.
b. Secara Kuantitatif
Penentuan batas wilayah pertumbuhan secara kuantitatif, merupakan cara penentuan batas wilayah
berdasarkan ukuranukuran dari variabel tertentu. Penentuan ini dapat dilakukan dengan
perhitungan matematis, antara lain dengan rumus teori titik henti.
Model ini dikemukakan oleh William J. Reilly. Teori ini dapat digunakan untuk menentukan lokasi
unit usaha ekonomi, sarana kesehatan, atau sarana pendidikan. Rumus model titik henti:
Contoh soal:
Jumlah penduduk wilayah pertumbuhan A adalah 5.000 orang, wilayah pertumbuhan B adalah 1.000
orang. Jarak antara wilayah pertumbuhan A dan B adalah 20 km. Berapa lokasi titik henti antara
A dengan B?
Jawab:
Jadi, lokasi titik henti antara wilayah pertumbuhan A dan B adalah 6,18 km diukur dari wilayah
pertumbuhan B. Apakah arti angka tersebut? Hal itu menunjukkan wilayah B pertumbuhan wilayahnya
memiliki jangkauan yang lebih dekat dibandingkan dengan wilayah A. Dengan kata lain, wilayah A
memberikan pelayanan barang maupun jasa jangkauannya lebih jauh dibandingkan dengan wilayah B.
Berdasarkan data empiris (pengamatan di lapangan), apabila dua wilayah pertumbuhan saling
berinteraksi maka salah satunya mempunyai pengaruh yang lebih kuat. Interaksi yang terjadi
antarwilayah pertumbuhan dapat dilihat dari beberapa aspek. Interaksi antarwilayah pertumbuhan
dapat dilihat dari tiga aspek sebagai berikut.
a. Aspek Ekonomi
1) Jaringan jalan yang menghubungkan dua wilayah pertumbuhan menjadikan transportasi lancar,
sehingga merangsang kegiatan ekonomi di kedua wilayah itu.
2) Wilayah pertumbuhan A menjadi produsen barang-barang yang dibutuhkan di wilayah pertumbuhan
B, sehingga barangbarang dari A dikirim ke B.
3) Lalu lintas yang lancar antarwilayah pertumbuhan akan menekan harga kebutuhan di kedua
wilayah.
4) Wilayah pertumbuhan A dapat menjadi pasar bagi barangbarang yang diproduksi di wilayah
pertumbuhan B dan sebaliknya.
b. Aspek Sosial
1) Mobilitas dari berbagai latar belakang sosial ekonomi dan berbagai tujuan yang berbeda
terjadi antarwilayah pertumbuhan.
2) Tenaga kerja dari luar wilayah pertumbuhan yang bekerja dan mencari nafkah di suatu wilayah.
3) Kepadatan penduduk yang tinggi menyebabkan penduduk bermigrasi ke wilayah pertumbuhan lain.
4) Kebutuhan bahan baku dan hasil industri menyebabkan terjadinya interaksi antarwilayah
pertumbuhan.
c. Aspek Budaya
1 Mode pakaian dan gaya berpakaian dari salah satu wilayah pertumbuhan banyak ditiru di wilayah
lain.
2) Penyebaran seni dan budaya melalui media komunikasi ke wilayah pertumbuhan lainnya.
3) Budaya konsumtif dari suatu wilayah pertumbuhan mudah menular ke wilayah lain.
4) Penemuan bidang teknologi dari suatu wilayah pertumbuhan dapat diterapkan untuk kemajuan
wilayah lainnya.
Dari aspek-aspek di atas tampak bahwa pengaruh yang disebabkan oleh interaksi antarwilayah
pertumbuhan dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif bagi masing-masing wilayah.